Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
STUDI KOMPARASI
MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH
TERHADAP HASIL BELAJAR IPS
KELAS V SD NEGERI 1 SAMBIRATA
KABUPATEN BANYUMAS
SKRIPSI
diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
oleh
Desi Wijayanti
1401413323
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi ini
benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik
sebagian maupun keseluruhan. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat
dalam skripsi ini dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diujikan ke Sidang
Skripsi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Negeri Semarang.
iv
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “Studi Komparasi Model Pair Check dan CRH terhadap
Hasil Belajar IPS Kelas V SD Negeri 1 Sambirata Kabupaten Banyumas” oleh
Desi Wijayanti 1401413323, telah dipertahankan di hadapan panitia sidang ujian
skripsi FIP UNNES pada tanggal 22 Mei 2017.
PANITIA UJIAN
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
(1) Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Q.S Ar-
Rahman: 13)
(2) Man Jadda Wa Jadda, siapa yang bersungguh-sungguh dia akan berhasil.
(Pepatah Arab)
(3) Tidak ada keberhasilan tanpa kesungguhan dan tidak ada kesungguhan tanpa
kesabaran. (Mario Teguh)
(4) Jangan pernah takut mencoba, karena hasil berbanding lurus dengan usaha.
(Penulis)
Persembahan
Untuk kedua orangtuaku Bapak Narsim
dan Ibu Turiyah, kakakku: Mba Endar,
Mba Muji, Mba Ana, Mas Udin, Mas
Hardoyo dan Mas Joko, ponakanku serta
sahabat yang selalu mendoakan,
menasehati, menyemangati, dan
mendukung.
vi
PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Studi
Komparasi Model Pair Check dan Model CRH terhadap Hasil Belajar IPS Kelas
V SD Negeri 1 Sambirata Kabupaten Banyumas”. Skripsi ini disusun sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan
Guru Sekolah Dasar.
Skripsi ini dapat tersusun dengan baik berkat bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang
yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk belajar di UNNES.
2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES yang
telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
3. Drs. Isa Ansori, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES yang telah memberi kesempatan untuk
memaparkan gagasan dalam bentuk skripsi.
4. Drs. Utoyo, M.Pd., Koordinator PGSD UPP Tegal Fakultas Ilmu Pendidikan
UNNES yang telah memberi kemudahan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Drs. Akhmad Junaedi, M.Pd., Dosen pembimbing 1 yang telah memotivasi
dan membimbing penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Dr. Kurotul Aeni, S.Pd., M.Pd., Dosen pembimbing 2 yang telah memotivasi
dan membimbing penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
vii
7. Dra. Marjuni, MPd., Dosen penguji yang telah membimbing dan memberi
saran kepada penulis dalam penyempurnaan skripsi.
8. Dosen Jurusan PGSD UPP Tegal Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES yang
telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan.
9. Staf TU dan Karyawan Jurusan PGSD UPP Tegal Fakultas Ilmu Pendidikan
UNNES yang telah membantu administrasi dalam penyusunan skripsi ini.
10. Untung Sanyoto, S.Pd., Kepala SD Negeri 1 Sambirata Kabupaten Banyumas
dan Nurul Giyanto, S.Pd., Kepala SD Negeri 3 Karangtengah Kabupaten
Banyumas yang telah memberi izin kepada penulis untuk melaksanakan
penulisan.
11. Dodi Sulistiono, S.Pd.SD., Purwantin, S.Pd.SD. dan Wening Indriati,
S.Pd.SD. guru kelas V A, V B dan V C SD Negeri 1 Sambirata Kabupaten
Banyumas, serta Joko Triyono, S.Pd.SD. guru kelas V A SD Negeri 3
Karangtengah Kabupaten Banyumas yang telah membantu penulis dalam
melaksanakan penulisan.
12. Teman-teman PGSD UPP Tegal Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES angkatan
2013 yang saling memberi ilmu pengetahuan, semangat, dan motivasi.
13. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini.
Semoga semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun dan
menyelesaikan skripsi ini mendapat pahala dari Allah SWT. Penulis berharap
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Tegal, 22 Mei 2017
Penulis
viii
ABSTRAK
Wijayanti, Desi. 2017. Studi Komparasi Model Pair Check dan Model CRH terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Negeri 1 Sambirata Kabupaten Banyumas. Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing 1: Drs. Akhmad Junaedi, M.Pd. Pembimbing 2: Dr. Kuratul Aeni, S.Pd. M.Pd.
Kata Kunci: Model Pair Check; Model CRH; dan Hasil Belajar
IPS merupakan mata pelajaran yang mengkaji tentang fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan manusia dan lingkungannya. Pembelajaran IPS di SD bertujuan mengembangkan potensi siswa dalam menghadapi berbagai permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari dan melatih kemampuan sosial siswa. Namun, pembelajaran IPS di SD masih menggunakan pembelajaran konvensional sehingga siswa pasif dan kurang mengembangkan keterampilan sosialnya. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menguji keefektifan model Pair Check dan model CRH dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas V SD Negeri 1 Sambirata Kabupaten Banyumas.
Jenis Penelitian ini yaitu penelitian komparasi. Desain yang digunakan
yaitu quasi experimental design dengan bentuk nonequivalent control group
design. Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa kelas V SD Negeri 1 Sambirata
Kabupaten Banyumas yang berjumlah 90 siswa yang terdiri dari 32 siswa kelas
eksperimen 1, 29 siswa kelas eksperimen 2 dan 29 siswa kelas kontrol.
Pengambilan sampel menggunakan teknik sampling jenuh, yaitu sebanyak 90
siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi wawancara tidak
terstruktur, dokumentasi, observasi, dan tes. Teknik analisis data yang digunakan
yaitu uji prasyarat analisis meliputi uji normalitas, homogenitas, dan kesamaan
rata-rata. Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji ANOVA dengan
uji lanjut Post Hoc Test yaitu Tukey HSD kemudian dilanjutkan dengan uji
keefektifan menggunakan One Sample T-Test. Semua penghitungan tersebut
diolah dengan menggunakan program SPSS versi 21.
Berdasarkan uji Tukey HSD, diperoleh nilai signifikansi perbedaan rata-rata
hasil belajar antara kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 sebesar 0,019
(0,019 < 0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan hasil belajar
IPS yang signifikan antara siswa kelas V yang mendapat pembelajaran dengan
model Pair Check dan CRH. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata hasil belajar
siswa yang mendapat pembelajaran model CRH lebih tinggi daripada yang
menggunakan pembelajaran model Pair Check (88,10 > 80,48) dengan perbedaan
rata-rata sebesar 7,710. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model CRH
lebih baik daripada model Pair Check dalam pembelajaran IPS Kelas V Materi
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ............................................................................................................ i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... iii
PENGESAHAN .............................................................................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. v
PRAKATA ...................................................................................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi
Bab
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................. 8
1.3 Pembatasan Masalah dan Paradigma Penelitian ................................. 9
1.3.1 Pembatasan Masalah ........................................................................... 9
1.3.2 Paradigma Penelitian ............................................................................ 10
1.4 Rumusan Masalah ................................................................................ 10
1.5 Tujuan Penelitian .................................................................................. 11
1.5.1 Tujuan Umum ...................................................................................... 11
1.5.2 Tujuan Khusus ..................................................................................... 12
1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................... 12
1.6.1 Manfaat Teoritis .................................................................................. 13
1.6.2 Manfaat Praktis ................................................................................... 13
2. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori .................................................................................... 15
x
2.1.1 Pengertian Belajar ............................................................................... 15
2.1.2 Faktor yang Memengaruhi Belajar ...................................................... 17
2.1.3 Pengertian Pembelajaran ..................................................................... 20
2.1.4 Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) .......................................... 21
2.1.5 Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar .................................................... 22
2.1.6 Hasil Belajar IPS ................................................................................. 23
2.1.7 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ...................................................... 26
2.1.8 Karakteristik Materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia .................. 29
2.1.9 Model Pembelajaran ............................................................................ 30
2.1.10 Model Pembelajaran Kooperatif ......................................................... 31
2.1.11 Model Pembelajaran Pair Check .......................................................... 35
2.1.12 Model Pembelajaran Course Review Horray (CRH) .......................... 37
2.1.13 Persamaan dan Perbedaan Model Pair Check dan Model CRH ......... 39
2.1.14 Hubungan Model Pembelajaran Pair Check dan CRH dengan Hasil
Belajar IPS ............................................................................................ 41
2.2 Penelitian yang Relevan ...................................................................... 42
2.3 Kerangka Berpikir ............................................................................... 47
2.4 Hipotesis .............................................................................................. 49
3. METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian ................................................................................. 53
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 54
3.3 Populasi dan Sampel ........................................................................... 54
3.3.1 Populasi ............................................................................................... 54
3.3.2 Sampel ................................................................................................. 55
3.4 Variabel Penelitian .............................................................................. 56
3.4.1 Variabel Independen ........................................................................... 56
3.4.2 Variabel Dependen .............................................................................. 56
3.5 Data Penelitian .................................................................................... 57
3.5.1 Jenis Data ............................................................................................ 57
3.5.2 Sumber Data ....................................................................................... 57
3.6 Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 59
xi
3.6.1 Wawancara .......................................................................................... 59
3.6.2 Dokumentasi ........................................................................................ 60
3.6.3 Observasi ............................................................................................. 60
3.6.4 Tes ....................................................................................................... 61
3.6.5 Angket ................................................................................................. 61
3.7 Instrumen Penelitian ............................................................................ 62
3.7.1 Pedoman Wawancara .......................................................................... 62
3.7.2 Lembar Pengamatan (Observasi) ........................................................ 63
3.7.3 Soal-soal Tes ....................................................................................... 64
3.7.4 Lembar Angket .................................................................................... 71
3.8 Teknik Analisis Data ........................................................................... 75
3.8.1 Uji Prasyarat Analisis .......................................................................... 75
3.8.2 Analisis Akhir ..................................................................................... 77
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Hasil Penelitian ...................................................... 82
4.2 Hasil Penelitian ................................................................................... 83
4.2.1 Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran ................................................. 83
4.3 Analisis Deskriptif Data Penelitian ..................................................... 110
4.3.1 Analisis Deskripsi Data Variabel Independen .................................... 110
4.3.2 Analisis Deskripsi Data Variabel Dependen ....................................... 111
4.4 Analisis Statistik Data Penelitian ........................................................ 120
4.4.1 Uji Prasyarat Analisis .......................................................................... 121
4.4.2 Data Setelah Penelitian ........................................................................ 123
4.4.3 Uji Hipotesis ........................................................................................ 126
4.5 Pembahasan ......................................................................................... 135
5. PENUTUP
5.1 Simpulan .............................................................................................. 142
5.2 Saran .................................................................................................... 144
5.2.1 Bagi Siswa ........................................................................................... 144
xii
5.2.2 Bagi Guru ............................................................................................ 145
5.2.3 Bagi Sekolah ........................................................................................ 145
5.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya ..................................................................... 146
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 147
Lampiran-lampiran .......................................................................................... 152
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Soal Uji Coba .................................. 66
3.2 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Soal Tes ........................................... 67
3.3 Kriteria Indeks Kesukaran ................................................................... 69
3.4 Analisis Taraf Kesukaran Soal ............................................................ 69
3.5 Kriteria Daya Pembeda Soal ............................................................... 70
3.6 Analisis Daya Pembeda Soal ............................................................... 71
3.7 Rekapitulasi Uji Validitas Angket Uji Coba ....................................... 73
3.8 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ........................................................... 74
4.1 Data Hasil Pengamatan Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Model
Pair Check di Kelas Eksperimen 1 ..................................................... 85
4.2 Data Hasil Pengamatan Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Model
CRH di Kelas eksperimen 2 ................................................................ 94
4.3 Data Hasil Pengamatan Aktivitas Guru dalam Pembelajaran
Konvensional di Kelas Kontrol ..................................................... .... 103
4.4 Deskripsi Data Nilai Tes Awal ............................................................ 111
4.5 Distribusi Frekuensi Nilai Tes Awal IPS ............................................ 111
4.6 Deskripsi Data Hasil Belajar ............................................................... 112
4.7 Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar ............................................. 115
4.8 Deskripsi Data Hasil Belajar Ranah Afektif ....................................... 115
4.9 Klasifikasi Penilaian Afektif ............................................................... 118
4.10 Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar Ranah Afektif ...................... 119
4.11 Hasil Uji Normalitas Data Nilai Pretest IPS ....................................... 121
4.12 Hasil Uji Homogenitas Data Nilai Pretest IPS .................................... 122
4.13 Hasil Uji Kesamaan Rata-rata Nilai Pretest IPS ................................. 123
4.14 Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar IPS Siswa ............................ 124
4.15 Hasil Uji Homogenitas Data Hasil Belajar IPS Siswa ........................ 125
4.16 Hasil Uji ANOVA ............................................................................... 127
4.17 Hasil Uji Tukey HSD ........................................................................... 128
xiv
4.18 Hasil Uji Keefektifan Model Pair Check ............................................ 131
4.19 Hasil Uji Kefektifan Model CRH ......................................................... 133
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Bagan Paradigma Penelitian Ganda dengan Dua Variabel ................. 9
2.1 Bagan Kerangka Berpikir .................................................................... 50
3.1 Nonequivalent Control Grup Design .................................................. 53
4.2 Histogram Frekuensi Distribusi Nilai Pretest Kelas Eksperimen 1 .. 112
4.3 Histogram Frekuensi Distribusi Nilai Pretest Kelas Eksperimen 2 . 113
4.4 Histogram Frekuensi Distribusi Nilai Pretest Kelas Kontrol .......... 114
4.5 Histogram Frekuensi Distribusi Nilai Posttest Kelas Eksperimen 1 116
4.6 Histogram Frekuensi Distribusi Nilai Posttest Kelas Eksperimen 2 116
4.7 Histogram Frekuensi Distribusi Nilai Posttest Kelas Kontrol .......... 117
4.8 Histogram Frekuensi Distribusi Nilai Hasil Belajar Ranah Afektif ... 119
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Daftar Nama Siswa Kelas V A (Kontrol) ............................................ 152
2. Daftar Nama Siswa Kelas V B (Eksperimen 1) .................................. 154
3. Daftar Nama Siswa Kelas V C (Eksperimen 2) ................................... 156
4. Daftar Nama Siswa Kelas V A (Uji Coba) ........................................... 158
5. Pedoman Wawancara Tidak Terstruktur ............................................. 159
6. Pedoman Pelaksanaan Penelitian ........................................................ 162
7. Silabus Pembelajaran .......................................................................... 164
8. Silabus Pengembangan IPS Kelas Eksperimen 1 ................................ 165
9. Silabus Pengembangan IPS Kelas Eksperimen 2 ................................ 170
10. Silabus Pengembangan IPS Kelas Kontrol ......................................... 176
11. RPP Kelas Eksperimen 1 Pertemuan 1 ............................................... 179
12. RPP Kelas Eksperimen 1 Pertemuan 2 ............................................... 206
13. RPP Kelas Eksperimen 2 Pertemuan 1 ............................................... 238
14. RPP Kelas Eksperimen 2 Pertemuan 2 ............................................... 266
15. RPP Kelas Kontrol Pertemuan 1 ......................................................... 298
16. RPP Kelas Kontrol Pertemuan 2 ......................................................... 324
17. Kisi-kisi Soal Tes Uji Coba Soal Kognitif .......................................... 353
18. Soal Uji Coba ...................................................................................... 356
19. Lembar Validasi Soal Kognitif oleh Penilai Ahli 1 ............................ 367
20. Lembar Validasi Soal Kognitif oleh Penilai Ahli 2 ............................ 371
21. Hasil Uji Validitas Soal Uji Coba ...................................................... 375
22. Hasil Uji Reliabilitas Soal Uji Coba ................................................... 377
23. Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal Uji Coba ........................................... 378
24. Hasil Uji Daya Pembeda Soal Uji Coba ............................................. 379
25. Soal Pretest dan Posttest ..................................................................... 380
26. Kisi-kisi Angket Ranah Afektif Uji Coba ........................................... 386
27. Angket Penilaian Ranah Afektif Siswa Uji Coba ............................... 388
28. Lembar Validasi Angket Afektif oleh Penilai Ahli 1 .......................... 391
xvii
29. Lembar Validasi Angket Afektif oleh Penilai Ahli 2 ......................... 395
30. Hasil Uji Validitas Angket Ranah Afektif Uji Coba ........................... 399
31. Hasil Uji Reliabilitas Angket Ranah Afektif Uji Coba ....................... 401
32. Angket Penilaian Afektif ..................................................................... 402
33. Lembar Pengamatan Pelaksanaan bagi Guru di Kelas Eksperimen 1 . 404
34. Deskriptor Pedoman Pengamatan Pelaksanaan Model Pair Check
bagi Guru di Kelas Eksperimen 1 ....................................................... 405
35. Hasil Pengamatan Pelaksanaan Model Pair Check bagi Guru di
Kelas Eksperimen 1 (Pertemuan 1) ..................................................... 409
36. Hasil Pengamatan Pelaksanaan Model Pair Check bagi Guru di
Kelas Eksperimen 1 (Pertemuan 1) .................................................... 410
37. Lembar Pengamatan Pelaksanaan bagi Guru di Kelas Eksperimen 2 .. 411
38. Deskriptor Pedoman Pengamatan Pelaksanaan Model Pair Check
bagi Guru di Kelas Eksperimen 2 ....................................................... 412
39. Hasil Pengamatan Pelaksanaan Model CRH bagi Guru di Kelas
Eksperimen 2 (Pertemuan 1) ............................................................... 415
40. Hasil Pengamatan Pelaksanaan Model CRH bagi Guru di Kelas
Eksperimen 2 (Pertemuan 2) ............................................................... 416
41. Lembar Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran Konvensional di
Kelas Kontrol ...................................................................................... 417
42. Deskriptor Pedoman Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran
Konvensional bagi Guru di Kelas Kontrol .......................................... 418
43. Hasil Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran Konvensional di Kelas
Kontrol (Pertemuan 1).......................................................................... 421
44. Hasil Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran Konvensional di Kelas
Kontrol (Pertemuan 2) ......................................................................... 422
45. Nilai Tes Awal (Pretest) Kelas Eksperimen 1 .................................... 423
46. Nilai Tes Awal (Pretest) Kelas Eksperimen 2 .................................... 424
47. Nilai Tes Awal (Pretest) Kelas Kontrol .............................................. 425
48. Hasil Uji Normalitas, Homogenitas dan Kesamaan Rata-rata Data
Nilai Tes Awal .................................................................................... 426
xviii
49. Nilai Tes Akhir (Posttest) Kelas Eksperimen 1 .................................. 428
50. Nilai Tes Akhir (Posttest) Kelas Eksperimen 2 .................................. 429
51. Nilai Tes Akhir (Posttest) Kelas Kontrol ............................................ 430
52. Perhitungan Manual Cara Membuat Tabel Distribusi Frekuensi Data
Hasil Pretest Siswa ............................................................................. 431
53. Perhitungan Manual Cara Membuat Tabel Distribusi Frekuensi Data
Hasil Belajar IPS Siswa (Posttest) ....................................................... 434
54. Hasil Uji Normalitas, Homogenitas, ANOVA dan Uji Lanjut Tukey
55. HSD Data Nilai Tes Akhir (Posttest) ................................................. 437
56. Nilai Afektif Kelas Eksperimen 1 ....................................................... 440
57. Nilai Afektif Kelas Eksperimen 2 ....................................................... 442
58. Nilai Afektif Kelas Kontrol ................................................................. 444
59. Foto Pembelajaran di Kelas Eksperimen 1 ......................................... 446
60. Foto Pembelajaran di Kelas Eksperimen 2 ......................................... 449
61. Foto Pembelajaran di Kelas Kontrol ................................................... 451
62. Surat-surat Penelitian .......................................................................... 453
63. Lembar Observer Pretest Kelas Eksperimen 1 .................................... 459
64. Lembar Observer Pretest Kelas Eksperimen 2 .................................... 460
65. Lembar Observer Pretest Kelas Kontrol ............................................. 461
66. Lembar Observer Posttest Kelas Eksperimen 1 .................................. 462
67. Lembar Observer Posttest Kelas Eksperimen 2 ................................... 463
68. Lembar Observer Posttest Kelas Kontrol ............................................ 464
69. Lembar Observer Hasil Belajar Ranah Afektif Kelas Eksperimen 1 .. 465
70. Lembar Observer Hasil Belajar Ranah Afektif Kelas Eksperimen 2 ... 466
71. Lembar Observer Hasil Belajar Ranah Afektif Kelas Kontrol ............ 467
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada bagian pendahuluan dijelaskan tentang: latar belakang masalah,
identifikasi masalah, pembatasan masalah dan paradigma penelitian, rumusan
masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Berikut Penjelasannya.
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Pendidikan sangat berperan dalam membentuk kepribadian manusia, karena
pendidikan yang baik akan menciptakan generasi bangsa yang baik. Munib, dkk
(2011: 34) menyatakan bahwa, “Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis,
yang dilakukan oleh orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk
memengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-
cita pendidikan.” Pendidikan nasional di Indonesia mempunyai tujuan untuk
meningkatkan sumber daya manusia Indonesia seutuhnya dengan
dilaksanakannya proses pembelajaran baik di lingkungan formal maupun
informal. Salah satu pendidikan formal di Indonesia adalah pendidikan sekolah
dasar.
Pendidikan sekolah dasar telah dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Bab I Pasal 1 Ayat 7, yang menyatakan bahwa:
2
Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan pada jalur pendidikan
formal yang melandasi jenjang pendidikan menengah, yang
diselenggarakan pada satuan pendidikan berbentuk Sekolah Dasar dan
Madrasah Ibtidaiyah atau bentuk lain yang sederajat serta menjadi
satu kesatuan kelanjutan pendidikan pada satuan pendidikan yang
berbentuk Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah,
atau bentuk lain yang sederajat.
Tujuan pendidikan di SD menurut Mikarsa (2007:1.13), yaitu mencakup
“Pembentukan dasar kepribadian siswa sebagai manusia Indonesia seutuhnya
sesuai dengan tingkat perkembangan dirinya, pembinaan pemahaman dasar dan
seluk beluk ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai landasan untuk belajar pada
jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan hidup dalam masyarakat”. Berdasarkan
tujuan tersebut, maka pelaksanaan proses pembelajaran di SD sudah seharusnya
dilaksanakan secara baik agar tujuan pendidikan di SD dapat tercapai dengan
optimal.
Demi tercapainya tujuan pendidikan, pelaksanaan pendidikan di SD harus
berlandaskan kurikulum. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab X Pasal 37 Ayat
1, “Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat sepuluh mata
pelajaran.” Sepuluh mata pelajaran tersebut ialah Pendidikan Agama, Pendidikan
Kewarganegaraan, Bahasa, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS), Seni dan Budaya, Pendidikan Jasmani dan Olahraga,
Keterampilan atau Kejuruan, dan Muatan Lokal.
Ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang
diberikan sejak SD/MI. Pengertian IPS menurut Nasution (1975) dalam Soewarso
(2013: 1), IPS merupakan suatu keseluruhan yang pada pokoknya mempersoalkan
manusia dalam lingkungan fisik maupun dalam lingkungan sosialnya, dan
3
bahannya diambil dari berbagai ilmu-ilmu sosial: geografi, sejarah, ekonomi,
antropologi, sosiologi, politik, dan psikologi sosial. Pendapat Nasution sama
dengan pengertian menurut Susanto (2016: 139), “IPS merupakan perpaduan
antara ilmu sosial dan kehidupan manusia yang di dalamnya mencakup
antropologi, ekonomi, geografi, sejarah, sosiologi, dan psikologi.”
Pembelajaran IPS di SD bertujuan untuk mempersiapkan siswa terjun ke
masyarakat dan membentuk dirinya sebagai anggota masyarakat sejak dini.
Susanto (2016: 145) menyatakan bahwa,
Tujuan utama pembelajaran IPS ialah untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di
masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala
ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah
terjadi, sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun
masyarakat.
Siswa dalam pembelajaran diharapkan memeroleh pengalaman langsung
berupa kemampuan memecahkan masalah melalui sikap yang baik dalam
hubungan timbal balik di lingkungan sosial dalam lingkup sekolah, sebelum siswa
benar-benar terjun dalam lingkungan sosial yang lebih luas yaitu di lingkungan
masyarakat. Oleh sebab itu, pembelajaran IPS memiliki peranan yang penting
dalam kehidupan.
Pentingnya pembelajaran IPS bagi siswa, sudah seharusnya pembelajaran
IPS dirancang sedemikian rupa agar dapat mengembangkan serta melatih siswa
untuk memecahkan berbagai permasalahan sosial yang ada di lingkungannya.
Siswa diharapkan memeroleh hasil belajar pada ranah kognitif, afektif dan
psikomotor secara optimal. Oleh karena itu, guru harus memiliki kualifikasi yang
dibutuhkan dalam melaksanakan pembelajaran. Sebagaimana tercantum dalam
4
Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang menyatakan,
“Pendidik wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik,
sehat jasmani dan rohani rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional.” Berdasarkan Undang-Undang tersebut, guru wajib
memiliki kompetensi. Kompetensi tersebut telah dijelaskan di dalam
Permendiknas No.16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru Pasal 1 ayat 1, yang menyatakan, “Setiap guru wajib memenuhi
standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang berlaku secara nasional”.
Standar kompetensi guru harus di kembangkan secara utuh dari empat kompetensi
utama, yaitu: kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional.
Peraturan tersebut telah menjelaskan bahwa pada kemampuan pedagogik
guru harus memfasilitasi pengembangan potensi siswa untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimiliki. Jadi, guru harus mampu merancang pembelajaran
dengan baik untuk mengembangkan potensi siswa. Guru dalam pembelajaran
dituntut untuk mengajar secara efektif. Slameto (2010: 92) menyatakan bahwa
“Mengajar yang efektif ialah mengajar yang dapat membawa belajar siswa yang
efektif pula.” Belajar di sini adalah suatu aktivitas mencari, menemukan dan
melihat pokok masalah. Guru perlu merencanakan langkah-langkah pembelajaran
sebelum melaksanakan pembelajaran agar siswa dapat belajar dengan baik. Hal ini
dapat diwujudkan melalui pembelajaran yang kondusif. Pembelajaran kondusif
yaitu suasana pembelajaran yang tenang, menyenangkan, menarik, dan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif. Sesuai Peraturan Menteri
5
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah Bab I, menyatakan bahwa:
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta
didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup
bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk
itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran,
pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran
untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi
lulusan.
Upaya untuk mewujudkan pembelajaran IPS yang efektif dan kondusif,
diperlukan model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam proses
pembelajaran, sehingga siswa secara aktif dapat membangun pengetahuannya
sendiri melalui pengalaman yang dimilikinya. Pengetahuan yang diperoleh
sendiri, tentunya akan mudah dipahami dan diingat oleh siswa.
Pelaksanaan proses pembelajaran IPS di sekolah dasar pada umumnya
kurang mampu mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Selama ini,
pelaksanaan proses pembelajaran masih ada yang dilaksanakan secara
konvensional, yang dilaksanakan dengan ceramah, tanya jawab, dan penugasan.
Proses pembelajaran yang demikian, menyebabkan pembelajaran lebih didominasi
oleh guru, sedangkan siswa cenderung pasif. Pembelajaran yang didominasi oleh
guru mengakibatkan kurangnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran,
sehingga potensi yang dimiliki oleh siswa tidak dapat berkembang secara optimal.
Pada akhirnya hasil belajar IPS siswa juga kurang optimal.
Pembelajaran di kelas yang didominasi oleh guru mengakibatkan
kurangnya interaksi antar siswa dalam pembelajaran IPS. Adanya pembelajaran
IPS, siswa seharusnya diharapkan dapat memeroleh pengetahuan dan
6
pengalaman-pengalaman dalam memeroleh pengetahuan tersebut, serta dapat
menerapkannya di masyarakat. Jadi, pada dasarnya tujuan pembelajaran IPS
bukan hanya sebatas pada penekanan aspek pengetahuan saja, melainkan dapat
membentuk sikap dan keterampilan siswa dalam kehidupan sosial di masyarakat.
Apabila pembelajaran IPS masih menggunakan pembelajaran konvensional, maka
siswa tidak akan mampu membangun pengetahuannya sendiri dan
mengembangkan sikap dan keterampilan sosial di masyarakat.
Pembelajaran yang didominasi oleh guru juga terjadi dalam pembelajaran
IPS pada siswa kelas V SD Negeri 1 Sambirata Kabupaten Banyumas. Hal ini
dikarenakan, guru kurang memahami model-model pembelajaran yang inovatif
yang dapat diterapkan dalam pembelajaran. Selain itu, guru juga tidak mempunyai
informasi mengenai tingkat keefektifan model-model pembelajaran, sehingga
mereka ragu untuk menerapkan model-model pembelajaran.
Model pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran
yang dapat digunakan dalam mata pelajaran IPS. Parker (1994) dalam Huda
(2015: 29) menyatakan, “Pembelajaran kooperatif adalah suasana pembelajaran di
mana para siswa saling berinteraksi dalam kelompok-kelompok kecil untuk
mengerjakan tugas akademik demi mencapai tujuan bersama.” Slavin (1995)
dalam Isjoni (2010: 7) menyebutkan bahwa “Cooperatif learning merupakan
model pembelajaran yang telah dikenal sejak lama, di mana pada saat itu guru
mendorong para siswa untuk melakukan kerja sama dalam kegiatan-kegiatan
tertentu seperti diskusi atau pengajaran oleh teman sebaya (peer teaching).” Oleh
karena itu, siswa dituntut aktif untuk berbagi informasi dengan siswa yang lainnya
dan dominasi guru dalam proses belajar mengajar dapat berkurang.
7
Model pembelajaran kooperatif dalam pelaksanaannya selalu dilakukan
pengembangan. Model Pair Check dan model CRH adalah dua dari beberapa
model pengembangan pembelajaran kooperatif. Kurniasih dan Sani (2016: 211)
menyatakan bahwa Pair Check merupakan model pembelajaran berkelompok
antardua orang atau berpasangan yang dipopulerkan oleh Spencer Kagan pada
tahun 1993. Model ini menerapkan pembelajaran kooperatif yang menuntut
kemandirian dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan persoalan. Kurniasih
dan Sani (2016: 80) berpendapat bahwa, “Model pembelajaran Course Review
Horay merupakan model pembelajaran yang dapat menciptakan suasana kelas
menjadi meriah dan menyenangkan karena setiap siswa yang dapat menjawab
benar diwajibkan berteriak ‘horee!!’ atau yel-yel lainnya yang disepakati.” Model
ini berusaha menguji pemahaman siswa dalam menjawab soal, di mana jawaban
soal tersebut dituliskan pada kartu atau kotak yang telah dilengkapi nomor.
Penelitian tentang model Pair Check dan CRH sebelumnya telah
dilakukan oleh beberapa peneliti. Penelitian tentang model pembelajaran Pair
Check telah dilaksanakan oleh Putri (2017) dari Universitas Bung Hatta dengan
judul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas V pada Pembelajaran IPS melalui
Model Pair Check di SD Negeri 10 Surau Gadang Padang.” Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Pembelajaran IPS menggunakan model Pair Check di SD
Negeri 10 Surau Gadang dapat meningkatkan hasil belajar siswa tingkat
pengetahuan. Hal ini terlihat pada tes akhir siklus I 52% pada tes akhir siklus II
mencapai 76,9%.
Penelitian tentang model Course Review Horay (CRH) telah dilaksanakan
oleh Angela (2016) dari Universitas Lampung dengan judul “Penerapan Model
8
Cooperatif Learning Tipe Course Review Horay untuk Meningkatkan Hasil
Belajar PKn Siswa Kelas VB SD N 10 Metro Pusat.” Hasil Penelitian
menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa siklus I adalah 67,72 dan
siklus II menjadi 74,58, meningkat sebesar 6,86. Persentase ketuntasan hasil
belajar siswa siklus I sebesar 59,09% dengan kategori “cukup tinggi” dan siklus II
menjadi 77,27% dengan kategori “tinggi” meningkat sebesar 18,18%.
Hasil kedua penelitian tersebut menjadi bukti empiris terhadap
penerapan model Pair Check dan CRH di kelas untuk menyelesaikan masalah-
masalah pembelajaran. Belum diketahui model pembelajaran mana yang lebih
efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran IPS di kelas V khususnya materi
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Setiap model pembelajaran pasti memiliki
kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Oleh karena itu, perlu dilakukan
penelitian untuk membandingkan model mana yang lebih efektif untuk
diterapkan, sehingga pemahaman guru mengenai model pembelajaran dapat
meningkat. Apabila model pembelajaran yang diuji terbukti efektif, maka hasil
belajar siswa dapat dicapai secara optimal.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Studi Komparasi Model Pair Check dan Model CRH
terhadap Hasil Belajar IPS Kelas V SD Negeri 1 Sambirata Kabupaten
Banyumas”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat diidentifikasi beberapa
masalah sebagai berikut:
9
(1) Guru dalam pembelajaran IPS masih menerapkan pembelajaran
konvensional berupa ceramah, tanya jawab, dan penugasan, sehingga
siswa pasif dalam pembelajaran.
(2) Siswa kurang tertarik dalam mengikuti pembelajaran IPS, karena kegiatan
pembelajaran yang dirancang guru kurang bervariasi.
(3) Guru belum mengetahui tingkat keefektifan model pembelajaran Pair
Check dan Course Review Horay (CRH) dalam pembelajaran IPS di
sekolahnya.
(4) Hasil belajar IPS belum optimal.
1.3 Pembatasan Masalah dan Paradigma Penelitian
Peneliti perlu menentukan pembatasan masalah dan paradigma penelitian
untuk kefokusan penelitian dan menjelaskan hubungan antarvariabel penelitian.
Uraiannya yaitu sebagai berikut:
1.3.1 Pembatasan Masalah
Pada penelitian perlu adanya pembatasan masalah untuk menghindari
kesalahpahaman maksud dan tujuan penelitian agar lebih efektif dan efesien
dalam melakukan penelitian. Selain itu, masalah yang terlalu luas juga akan
membuat pembahasan terlalu panjang, sehingga inti dari permasalahan tidak dapat
dibahas secara mendalam. Pembatasan masalah dalam penelitian ini yaitu:
(1) Materi yang dipelajari terbatas pada mata pelajaran IPS yaitu materi
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
10
(2) Penelitian ini memfokuskan hasil belajar siswa ranah kognitif dan afektif
pada materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
(3) Populasi pada penelitian ini yaitu semua siswa kelas V A,V B, dan V C SD
Negeri 1 Sambirata Kabupaten Banyumas tahun ajaran 2016/2017.
(4) Model pembelajaran yang diteliti yaitu model Pair Check dan model
Course Review Horray (CRH).
1.3.2 Paradigma Penelitian
Penelitian ini mempunyai tiga variabel yaitu model Pair Check dan model
CRH sebagai variabel independen (variabel bebas) yang memengaruhi hasil
belajar IPS sebagai variabel dependen (variabel terikat). Hubungan antara variabel
tersebut dapat dilihat pada gambar 1.1 berikut:
Gambar 1.1. Bagan Paradigma Penelitian
Keterangan:
X1 = Model Pair Check
X2 = Model Course Review Horay (CRH)
Y = Hasil belajar IPS
(Sugiyono 2015: 68)
X1
Y X2
Y r1
r2
11
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut,
permasalahan yang hendak diselesaikan melalui penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut:
(1) Bagaimana perbedaan hasil belajar IPS siswa kelas V antara pembelajaran
yang menggunakan model pembelajaran Pair Check dan pembelajaran
konvensional?
(2) Bagaimana perbedaan hasil belajar IPS siswa kelas V antara pembelajaran
yang menggunakan model pembelajaran Course Review Horay (CRH) dan
pembelajaran konvensional?
(3) Bagaimana perbedaan hasil belajar IPS siswa kelas V antara pembelajaran
yang menggunakan model pembelajaran Pair Check dengan pembelajaran
yang menggunakan model pembelajaran Course Review Horay (CRH)?
(4) Apakah penerapan model pembelajaran Pair Check efektif terhadap hasil
belajar IPS siswa kelas V?
(5) Apakah penerapan model pembelajaran Course Review Horay (CRH)
efektif terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V?
(6) Lebih baik mana hasil belajar IPS siswa kelas V antara pembelajaran yang
menerapkan model pembelajaran Pair Check dan pembelajaran yang
menerapkan model pembelajaran Course Review Horay (CRH)?
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan harapan-harapan yang akan dicapai dalam
penelitian dan menjadi patokan keberhasilan dalam suatu penelitian. Tujuan
12
penelitian dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus,
sebagai berikut:
1.5.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dilaksanakan penelitian ini yaitu untuk menguji keefektifan
penerapan model pembelajaran Pair Check dan model pembelajaran Course
Review Horay (CRH) terhadap hasil belajar IPS di kelas V SD Negeri I Sambirata
Kabupaten Banyumas.
1.5.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang hendak dicapai dalam penelitian ini, yaitu untuk:
(1) Menganalisis dan mendeskripsi ada tidaknya perbedaan hasil belajar IPS
siswa kelas V antara pembelajaran yang menggunakan model
pembelajaran Pair Check dan pembelajaran konvensional.
(2) Menganalisis dan mendeskripsi ada tidaknya perbedaan hasil belajar IPS
siswa kelas V antara pembelajaran yang menggunakan model
pembelajaran Course Review Horay (CRH) dan pembelajaran
konvensional.
(3) Menganalisis dan mendeskripsi keefektifan penerapan model
pembelajaran Pair Check dengan pembelajaran yang menggunakan model
pembelajaran Course Review Horay (CRH).
(4) Menganalisis dan mendeskripsi keefektifan penerapan model pembelajaran
Pair Check pada hasil belajar IPS siswa kelas V.
(5) Menganalisis dan mendeskripsi keefektifan penerapan model pembelajaran
Course Review Horay (CRH) pada hasil belajar IPS siswa kelas V.
13
(6) Mendeskripsi lebih baik mana hasil belajar IPS siswa kelas V antara yang
menggunakan model pembelajaran Pair Check dengan yang menggunakan
model pembelajaran Course Review Horay (CRH).
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik teoritis maupun
praktis bagi siswa, guru, sekolah, dan peneliti. Manfaat tersebut antara lain adalah:
1.6.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat teoritis berupa informasi
pembelajaran IPS tentang keefektifan penerapan khususnya model pembelajaran
Pair Check dan model pembelajaran Course Review Horay (CRH) terhadap hasil
belajar IPS materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
1.6.2 Manfaat Praktis
1.6.2.1 Bagi Siswa
(1) Mengembangkan hasil belajar secara optimal melalui pembelajaran yang
efektif.
(2) Melatih siswa untuk bekerjasama dalam memecahkan masalah melalui
kerja kelompok.
(3) Menumbuhkan semangat belajar melalui pembelajaran yang inovatif dan
menyenangkan.
1.6.2.2 Bagi Guru
(1) Menambah pengetahuan tentang pelaksanaan model pembelajaran Pair
Check.
14
(2) Menambah pengetahuan tentang pelaksanaan model pembelajaran Course
Review Horay (CRH).
(3) Memberi masukan tentang alternatif pembelajaran IPS yang bervariasi
untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan
bermakna bagi siswa.
1.6.2.3 Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi sekolah dalam rangka memberi
masukan terhadap pelaksanaan pembelajaran IPS dan menambah inovasi dalam
penggunaan model pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran IPS.
1.6.2.4 Bagi Peneliti
(1) Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai pembelajaran.
(2) Mengetahui seberapa efektifkah penerapan model pembelajaran Pair
Check dalam pembelajaran IPS.
(3) Mengetahui seberapa efektifkah penerapan model pembelajaran Course
Review Horay (CRH) dalam pembelajaran IPS.
15
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
Pada bagian kajian pustaka dijelaskan mengenai: landasan teori, penelitian
yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.
2.1 Landasan Teori
Landasan teori berisi teori-teori yang mendukung dan berkaitan dengan
penelitian ini. Landasan teori dalam penelitian ini mencakup: pengertian belajar,
faktor-faktor yang memengaruhi belajar, pengertian pembelajaran, pengertian
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), pembelajaran IPS di sekolah dasar, hasil belajar
IPS, karakteristik siswa SD, karakteristik materi proklamasi kemerdekaan
Indonesia, model pembelajaran, model pembelajaran kooperatif, model
pembelajaran Pair Check, model pembelajaran Course Review Horay (CRH),
persamaan dan perbedaan model Pair Check dan model CRH serta hubungan
model Pair Check dan model CRH dengan hasil belajar IPS. Berikut
penjelasannya.
2.1.1 Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu proses yang tidak pernah terlepas dari kehidupan
manusia. Setiap manusia pasti melalui proses belajar untuk mencapai suatu
perubahan. Proses belajar dapat terjadi di mana saja, kapan saja, dan tidak
mengenal batasan usia. Secara umum, masyarakat berpendapat bahwa belajar
merupakan usaha untuk memeroleh ilmu pengetahuan. Hamalik (2003) dalam
Susanto (2016: 4) mendefinisikan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan
tingkah laku individu atau seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya.
16
Perubahan tingkah laku ini berupa perubahan dalam kebiasaan (habit), sikap
(afektif), dan keterampilan (psikomotorik) yang disebabkan oleh pengalaman atau
latihan.
Slameto (2010: 2) berpendapat bahwa, “Belajar ialah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.” Abdillah (2002) dalam Aunurrahman (2016: 35)
menyatakan , “Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu
dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang
menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk memperoleh
tujuan tertentu.” Pendapat Morgan yang dikutip oleh Rifa’i dan Anni (2012: 66)
menerangkan bahwa, “Belajar merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi
karena hasil dari praktik atau pengalaman.” Belajar tidak akan terjadi tanpa usaha
dan perubahan yang terjadi tidak bersifat sementara.
Berdasarkan pendapat para ahli mengenai pengertian belajar, dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku seseorang
sebagai hasil dari pengalaman yang diperoleh melalui interaksi dengan
lingkungannya, dan bersifat relatif permanen. Belajar dilakukan untuk
memperoleh tujuan tertentu.
Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar yang
diungkapkan oleh Slameto (2010: 3-5) ialah sebagai berikut: (1) Perubahan terjadi
secara sadar. Seseorang yang belajar akan menyadari dan merasakan telah terjadi
adanya suatu perubahan dalam dirinya; (2) Perubahan dalam belajar bersifat
kontinu dan fungsional; (3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.
17
Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan
sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri; (4) Perubahan dalam belajar
bukan bersifat sementara. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat
menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar
akan bersifat menetap; (5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah; dan (6)
Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku secara menyeluruh dalam
pengetahuan, sikap, keterampilan, dan sebagainya.
Berdasarkan pendapat Slameto mengenai ciri-ciri belajar, dapat
disimpulkan bahwa perubahan yang terjadi dalam belajar meliputi perubahan
dalam kebiasaan, sikap, dan keterampilan. Perubahan tersebut terjadi secara sadar,
bersifat positif dan aktif, tidak bersifat sementara serta terarah.
2.1.2 Faktor yang Memengaruhi Belajar
Proses belajar yang terjadi pada masing-masing siswa memberikan hasil
yang berbeda-beda antara individu satu dan individu lainnya. Proses belajar yang
terjadi dapat diamati dari perbedaan perilaku sebelum dan sesudah pembelajaran.
Untuk mengetahui perbedaan tersebut harus terlebih dahulu dilakukan pengukuran
mengenai kemampuan yang telah dan yang baru dimiliki oleh siswa. Perbedaan
hasil belajar siswa bergantung pada faktor-faktor yang memengaruhinya. Rifa’i
dan Anni (2012: 81) menyatakan bahwa faktor-faktor yang memberikan
kontribusi terhadap proses dan hasil belajar adalah kondisi internal dan eksternal
siswa. Keberhasilan suatu pembelajaran yang optimal, mempersyaratkan guru
memperhatikan kemampuan internal dan situasi stimulus eksternal siswa.
Wasliman (2007) dalam Susanto (2016:12) menyatakan bahwa hasil
belajar yang dicapai oleh siswa merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor
18
yang mempengaruhi baik faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri siswa. Faktor internal ini
meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap,
kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan. Sedangkan faktor eksternal
adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa yang mempengaruhi hasil belajar
yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Syah (2009: 145-55) berpendapat bahwa faktor-faktor yang memengaruhi
belajar dibagi menjadi tiga, yaitu faktor internal, eksternal, dan pendekatan
belajar. Berikut uraian masing-masing faktor:
2.1.2.1 Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa
sendiri. Faktor internal meliputi dua aspek, yaitu aspek fisiologis dan aspek
psikologis. Berikut uraian dari masing-masing aspek:
(1) Aspek fisiologis, meliputi kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan
otot) yang menandai tingkat kebugaran organ tubuh dan sendi-sendinya
yang dapat memengaruhi semangat dan intensitas aktivitas belajar siswa.
Selain itu, kondisi organ-organ khusus, seperti tingkat kesehatan indera
pendengar dan penglihat juga dapat memengaruhi kemampuan siswa
dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan di
kelas. Oleh karena itu, kondisi tubuh yang kurang baik dapat berpengaruh
dalam kegiatan belajar siswa, sehingga kita harus selalu menjaga
kesehatan tubuh kita.
19
(2) Aspek psikologis, aspek ini berkaitan dengan kondisi kejiwaan siswa.
Faktor yang termasuk dalam aspek psikologis antara lain: tingkat
kecerdasan, sikap, bakat, minat, dan motivasi siswa. Siswa yang memiliki
motivasi belajar rendah akan mengalami kesulitasn saat mempersiapkn
kegiatan belajar atau pada saat proses pembelajaran berlangsung.
2.1.2.2 Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa. Faktor
eksternal meliputi faktor lingkungan sosial dan non sosial. Berikut uraian masing-
masing faktor:
(1) Faktor lingkungan sosial, ada beberapa lingkungan sosial yang dapat
memengaruhi belajar siswa, yaitu lingkungan sosial keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Lingkungan tersebut tentunya berpengaruh terhadap semangat
belajar siswa.
(2) Faktor lingkungan non sosial, meliputi: gedung sekolah dan letaknya,
rumah tempat tinggal siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca,
dan waktu belajar yang digunakan siswa.
2.1.2.3 Faktor Pendekatan Belajar
Faktor pendekatan belajar merupakan jenis upaya belajar siswa yang
meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan
pembelajaran. Ketepatan dalam memilih strategi dan metode sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan proses dan hasil belajar siswa.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa faktor-
faktor yang memengaruhi belajar ada tiga, yaitu faktor internal, eksternal, dan
pendekatan belajar. Faktor-faktor tersebut memengaruhi perbedaan hasil belajar
20
antara individu satu dan individu lainnya. Keberhasilan belajar siswa sangat
dipengaruhi cara mengelola faktor-faktor yang ada. Oleh karena itu, perlu adanya
kerjasama antara orang tua, sekolah, dan masyarakat guna mendukung
keberhasilan belajar siswa.
2.1.3 Pengertian Pembelajaran
Belajar dan pembelajaran merupakan dua istilah yang saling terkait dan
memengaruhi. Pengertian pembelajaran menurut Undang-Undang Republik
Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab 1 Pasal 1
Ayat 20, “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.” Trianto (2014: 19) juga
berpendapat bahwa pembelajaran pada hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang
guru untuk membelajarkan siswanya dalam rangka mencapai tujuan yang
diharapkan. Winkel (1991) dalam Siregar dan Nara (2014: 12) menyatakan
bahwa, “Pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk
mendukung proses belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian
ekstrim yang berperanan terhadap rangkaian kejadian-kejadian intern yang
berlangsung dialami siswa.”
Gagne (1981) dalam Rifa’i dan Anni (2012: 157-158) menjelaskan
“Pembelajaran merupakan serangkaian peristiwa eksternal peserta didik yang
dirancang untuk mendukung proses internal belajar.” Peristiwa belajar ini
dirancang agar memungkinkan siswa memproses informasi nyata dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Aunurrahman (2016: 34) berpendapat
bahwa pembelajaran berupaya mengubah masukan berupa siswa yang belum
terdidik, siswa yang belum memiliki pengetahuan tentang sesuatu, menjadi siswa
21
yang memiliki pengetahuan tentang sesuatu. Belajar dapat terjadi tanpa
pembelajaran, namun hasil belajar akan tampak jelas dari suatu aktivitas
pembelajaran. Pembelajaran yang efektif ditandai dengan terjadinya proses belajar
dalam diri siswa.
Berdasarkan penjelasan mengenai pembelajaran dari para ahli, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara guru, siswa dan
sumber belajar yang dirancang sedemikian rupa, sehingga terjadi komunikasi
yang terarah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pembelajaran yang
baik mampu menimbulkan terjadinya proses belajar dalam diri siswa.
2.1.4 Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan ilmu yang mengkaji manusia
dan lingkungannya. Pengertian IPS menurut Susanto (2016: 137), yaitu ilmu
pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora yang
bertujuan memberikan wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada siswa,
khususnya tingkat dasar dan menengah. Michaelis (1957) dalam Soewarso (2013:
1) menyatakan bahwa, “IPS dihubungkan dengan manusia dan interaksinya
dengan lingkungan fisik dan sosialnya yang menyangkut hubungan
kemanusiaan.” Soewarso dan Widiarto (2012: 1) mengemukakan, “Ilmu
Pengetahuan Sosial adalah program pendidikan yang mengintegrasikan secara
interdisiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora.”
Berdasarkan pendapat beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa IPS adalah
suatu program pendidikan yang mengkaji manusia dan interaksi dengan
22
lingkungannya yang berhubungan dengan kemanusiaan. Bahan pembelajaran IPS
diambil dari berbagai ilmu-ilmu sosial dan humaniora.
2.1.5 Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan pada jenjang
pendidikan dasar. Pelaksanaan pembelajaran IPS harus disesuiakan dengan tujuan
pembelajaran IPS di SD. Munir (1997) dalam Susanto (2016: 150-51) menyatakan
bahwa tujuan pembelajaran IPS di SD, yaitu sebagai berikut:
(1) Membekali siswa dengan pengetahuan sosial yang berguna
dalam kehidupan kelak di masyarakat; (2) Membekali siswa
dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, dan menyusun
alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat; (3) Membekali siswa dengan kemampuan
berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dan bidang
keilmuan serta bidang keahlian; (4) Membekali siswa dengan
kesadaran, sikap mental yang positif, dan keterampilan keilmuan
terhadap pemanfaatan lingkungan hidup yang menjadi bagian dari
kehidupan tersebut; dan (5) Membekali siswa dengan kemampuan
mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan
perkembangan kehidupan masyarakat dan teknologi bagi siswa.
Berdasarkan pendapat Munir tentang tujuan IPS di SD, dapat disimpulkan
bahwa tujuan pembelajaran IPS tidak hanya memberikan bekal pengetahuan
sosial saja, tetapi juga memberikan bekal kemampuan memecahkan masalah,
keterampilan berkomunikasi dalam kehidupan bermasyarakat, kesadaran serta
kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS. Pembelajaran yang
baik adalah pembelajaran yang dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan. Oleh karena itu, diperlukan suatu pembelajaran yang dapat
mendukung tercapainya tujuan-tujuan pembelajaran IPS di SD. Salah satunya
yaitu dengan menerapkan berbagai model, metode, dan teknik pembelajaran yang
23
sesuai dengan karakteristik siswa, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai
secara optimal.
2.1.6 Hasil Belajar IPS Siswa
Hasil belajar seringkali digunakan untuk mengukur seberapa jauh
seseorang menguasai materi yang telah diajarkan. Keberhasilan proses
pembelajaran dapat diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa.
Rifa’i dan Anni (2012: 69) menyatakan bahwa, “Hasil belajar merupakan
perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan
belajar.” Susanto (2016: 5) menjelaskan bahwa hasil belajar merupakan
perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa sebagai hasil dari kegiatan
belajar, di mana perubahan tersebut meliputi aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor. Purwanto (2014: 46) berpendapat bahwa hasil belajar adalah
perubahan perilaku siswa akibat belajar.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli mengenai hasil belajar, dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku yang dimiliki siswa
setelah mengalami proses pembelajaran. Oleh karena itu, hasil belajar IPS adalah
perubahan perilaku yang dimiliki siswa setelah mengalami proses pembelajaran
IPS. Perubahan tersebut meliputi aspek kogitif, afektif dan psikomotor.
Bloom (1956) dalam Rifa’i dan Anni (2012: 70-3) menyampaikan tiga
takstonomi yang disebut dengan ranah belajar, yaitu:
(1) Ranah kognitif, ranah ini berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan,
kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup kategori
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sinesis, dan penilaian.
24
(2) Ranah afektif, ranah ini berkaitan dengan perasaan sikap, minat, dan nilai.
Ranah tersebut mencakup kemampuan-kemampuan emosional dalam
mengalami dan menghayati suatu hal yang meliputi penerimaan
penanggapan, penilaian, pengorganisasian, dan pembentukan pola hidup.
(3) Ranah psikomotorik, ranah ini berkaitan dengan kemampuan fisik seperti
keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf.
Kategori jenis perilaku untuk ranah psikomotorik yaitu persepsi, kesiapan,
gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian, dan
kreativitas.
Ketiga ranah tersebut sebagai objek penilaian hasil belajar. Sebagian besar
guru SD hanya melakukan penilaian ranah kognitif dibandingkan dengan ranah
lainnya. Disebabkan ranah kognitif berkaitan dengan kemampuan siswa dalam
menguasai isi materi. Seharusnya hasil belajar afektif dan psikomotorik juga perlu
menjadi bagian dari penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah. Namun
dalam penelitian ini, peneliti hanya mengukur ranah kognitif dan afektif, karena
pada materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, dalam kegiatan pembelajarannya
tidak memunculkan keterampilan psikomotorik.
Hasil belajar yang diperoleh oleh siswa dapat diamati dan diukur dengan
penilaian. Penilaian merupakan kegiatan menafsirkan atau memaknai data hasil
suatu pengukuran berdasarkan kriteria atau standar maupun aturan-aturan tertentu
(Widoyoko 2014: 4). Salah satu alat penilaian yang dapat digunakan oleh guru
untuk melihat hasil belajar IPS siswa pada ranah kognitif yaitu dengan tes.
Widoyoko (2014: 2) menjelaskan bahwa tes merupakan alat ukur untuk
25
memperoleh informasi hasil belajar siswa yang memerlukan jawaban atau respon
benar atau salah. Tes hasil belajar yang dilakukan oleh siswa ini dapat
memberikan informasi sejauh mana penguasaan dan kemampuan yang telah
dicapai siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran IPS. Hasil belajar mata
pelajaran IPS materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada ranah kognitif
siswa dapat diketahui melalui tes formatif berupa posstest.
Penilaian afektif dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan komponen
sikap. Widoyoko (2014: 38-9) menyatakan bahwa terdapat 3 komponen sikap
yaitu:
Kognisi (sikap yang timbul berdasarkan pemahaman, kepercayaan
maupun keyakinan), afeksi (sikap yang timbul berdasarkan apa yang
dirasakan), dan konasi (kecenderungan seseorang untuk bertindak
maupun bertingkah laku dengan cara-cara tertentu berdasarkan
pengetahuan maupun perasaan).
Widoyoko (2014: 39-40) menjelaskan hasil belajar sikap dapat diamati
melalui objek sikap dalam pembelajaran yang terdiri dari sikap terhadap materi
pembelajaran, sikap terhadap guru, sikap terhadap proses pembelajaran, dan sikap
berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu materi
pelajaran. Hasil belajar afektif yang telah diteliti yaitu sikap berkaitan dengan
nilai yang berhubungan dengan materi tersebut. Hal tersebut dapat diperoleh
melalui angket penilaian diri siswa. Widoyoko (2014: 154), angket merupakan
salah satu bentuk instrumen penilaian yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada siswa untuk diberikan
respon sesuai dengan keadaan siswa. Pengisian angket oleh siswa dapat
26
menggambarkan sejauhmana pemahaman sikap siswa terhadap pembelajaran
yang telah dilaksanakan.
Djamarah dan Zain (2002) dalam Susanto (2016: 3) menetapkan bahwa
hasil belajar telah tercapai apabila telah terpenuhi dua indikator berikut, yaitu (1)
Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi,
baik secara individual maupun kelompok; (2) Perilaku yang digariskan dalam
tujuan pengajaran/instruksional khusus telah dicapai oleh siswa baik secara
individu maupun kelompok.
Berdasarkan pendapat ahli mengenai ranah hasil belajar dan indikator
tercapainya hasil belajar, dapat disimpulkan bahwa ranah hasil belajar terdiri dari
ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Namun dalam penelitian ini, hasil belajar
yang akan diteliti mencakup dua ranah, yaitu ranah kognitif dan afektif. Indikator
tercapainya hasil belajar yaitu berupa daya serap terhadap materi mencapai
prestasi tinggi dan tujuan pengajaran khusus tercapai.
2.1.6 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Susanto (2016: 92) menyatakan bahwa, “Guru sebagai ujung tombak
dalam pelaksanaan pendidikan merupakan pihak yang sangat berpengaruh dalam
proses pembelajaran.” Oleh karena itu, guru sekolah dasar perlu mengetahui dan
memahami karakteristik siswa usia SD, sehingga akan lebih mudah bagi guru
dalam merancang suatu kegiatan pembelajaran. Apabila kegiatan pembelajaran
dirancang sesuai dengan karakteristik siswa SD, maka tujuan pembelajaran dapat
tercapai secara optimal. Menurut Piaget (1950) dalam Rifa’i dan Anni (2012: 32-
5), perkembangan kognitif manusia dibagi menjadi empat tahap, yaitu:
27
(1) Tahap sensorimotorik (0-2 tahun)
Pada tahap ini, bayi menyusun pemahaman dunia dengan
mengordinasikan pengalaman indera dengan gerakan motorik.
(2) Tahap praoperasional (2-7 tahun)
Pada tahap ini, pemikiran anak lebih bersifat simbolis, egoisentris, dan
intuitif, sehingga tidak melibatkan pemikiran operasional.
(3) Tahap operasional konkret (7-11 tahun)
Pada tahap ini, anak mampu mengoperasikan berbagai logika, namun
masih dalam bentuk benda konkret.
(4) Tahap operasional formal (11-15 tahun)
Pada tahap ini, anak sudah mampu berpikir abstrak, idealis, dan logis.
Berdasarkan teori piaget tersebut, siswa usia SD berada pada tahap
operasional konkret. Pada tahap ini, siswa mampu mengoperasionalkan berbagai
logika, namun masih dalam bentuk benda-benda konkret. Implementasi dalam
pembelajaran ialah seorang guru harus menggunakan benda-benda konkret untuk
memperjelas materi yang diajarkan, sehingga akan memudahkan siswa dalam
memahami materi tersebut. Apabila benda konkret tidak mudah untuk dibawa
atau ditunjukkan kepada siswa, maka guru dapat menggunakan gambar atau
benda tiruan untuk dapat membantu memperjelas materi pelajaran.
Sumantri (2012: 1.2) mengemukakan pentingnya mempelajari
perkembangan siswa bagi guru, yaitu: (1) Akan memeroleh ekspektasi yang nyata
tentang anak dan remaja; (2) Pengetahuan tentang psikologi anak dapat membantu
untuk merespon sebagaimana mestinya pada perilaku tertentu pada anak; (3)
28
Pengetahuan tentang perkembangan anak akan membantu mengenali berbagai
penyimpangan dari perkembangan yang normal; serta (4) Dengan mempelajari
perkembangan anak akan membantu memahami diri sendiri.
Sumantri (2012: 6.3 - 4) mengemukakan ada empat karakteristik siswa SD,
yaitu:
(1) Senang bermain
Pada umumnya, siswa sekolah dasar masih senang bermain, terutama
siswa kelas rendah. Karakteristik tersebut mengharuskan guru untuk dapat
mengembangkan model-model pembelajaran yang memungkinkan ada
unsur permainan, sehingga pembelajaran menjadi lebih menyenangkan.
Apabila siswa senang, maka tidak menutup kemungkinan apa yang
disampaikan oleh guru dapat dengan mudah dipahami oleh siswa.
(2) Senang bergerak
Siswa sekolah dasar sangat aktif bergerak. Mereka hanya bisa duduk
dengan tenang sekitar 30 menit saja. Karakteristik tersebut mengharuskan
guru untuk dapat merancang model pembelajaran yang memungkinkan
anak bergerak dan berpindah, misalnya dengan menerapkan model
pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat terlibat aktif dalam
kegiatan pembelajaran.
(3) Senang bekerja dalam kelompok
Karakteristik ini mengharuskan guru untuk dapat merancang model
pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam
kelompok kecil yang beranggotakan 3-4 orang. Hal ini dikarenakan, anak
29
lebih suka bergaul dengan teman sebaya serta dapat melatih anak untuk
dapat bersosialisasi dengan temannya.
(4) Senang merasakan atau melakukan secara langsung
Karakteristik ini mengharuskan guru untuk dapat merancang model
pembelajaran yang dapat melibatkan anak secara langsung, sehingga anak
lebih mudah memahami materi pelajaran.
Berdasarkan pendapat Sumantri mengenai karakteristik siswa SD, dapat
disimpulkan bahwa guru hendaknya menciptakan susasana pembelajaran yang
menyenangkan dan dapat melibatkan siswa secara langsung, dengan begitu siswa
terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran harus disesuaikan dengan
karakteristik siswa SD dan perlu memerhatikan prinsip pembelajaran agar tercipta
suasana yang kondusif.
2.1.7 Karakteristik Materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Proklamasi kemerdekaan Indonesia termasuk dalam materi mata pelajaran
IPS kelas V semester genap. Proklamasi kemerdekaan Indonesia merupakan
materi dalam standar kompetensi kedua, yaitu menghargai peranan tokoh pejuang
dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan
Indonesia. Selain itu, proklamasi kemerdekaan Indonesia juga merupakan materi
dalam kompetensi dasar ketiga, yaitu menghargai jasa dan peranan tokoh
perjuangan dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Materi ini
disarikan dari berbagai sumber yaitu Ilmu Pengetahuan Sosial SD untuk Kelas V
(Asy’ari, dkk, 2007: 129-42), Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD/MI Kelas 5
(Susilaningsih dan Limbong, 2008: 177-91), Ilmu Pengetahuan sosial SD dan MI
30
Kelas V (Yuliati dan Munajat, 2008: 130-4), Ilmu Pengetahuan Sosial untuk
SD/MI Kelas 5 (Syamsiyah, dkk, 2008: 101-7).
Karakteristik materi proklamasi kemerdekaan Indonesia, yaitu termasuk
bidang kajian sejarah, bersifat abstrak, fakta, konsep dan hafalan. Materi ini
mempelajari mengenai peristiwa-peristiwa penting yang terjadi sekitar
proklamasi, tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan serta jasa dan peranan
tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan. Materi yang bersifat abstrak
berupa cara menghargai jasa pahlawan. Materi yang bersifat fakta berupa nama
tempat, nama tokoh, nama peristiwa dan waktu terjadinya peristiwa sekitar
proklamasi Indonesia. Materi yang bersifat konsep dan hafalan berupa semua
materi dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Berdasarkan karakteristik materi tersebut, sudah seharusnya guru dapat
menerapkan pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif serta dapat
memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat melatih pengetahuannya
sendiri mengenai materi tersebut. Salah satu pembelajaran yang dapat diterapkan
ialah pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif Pair Check dan
model pembelajaran kooperatif Course Review Horay (CRH). Dengan
menerapkan model pembelajaran tersebut, diharapkan siswa dapat terlibat aktif
dalam pembelajaran, sehingga hasil belajar dapat tercapai secara optimal. Siswa
juga diharapkan mampu menghargai jasa-jasa para pahlawan proklamasi
kemerdekaan Indonesia serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
2.1.8 Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan bagian yang penting dalam proses
pembelajaran. Trianto (2014: 23) menjelaskan bahwa model pembelajaran adalah
31
suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas. Arends (1997) dalam Suprijono (2012: 46)
menyatakan, “Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.” Sementara itu, menurut Joyce
dan Weil (1990) dalam Isjoni (2010: 50), “Model pembelajaran adalah suatu pola
atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk
menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada
pengajar di kelasnya.”
Aunurrahman (2016: 146) berpendapat bahwa model pembelajaran dapat
diartikan sebagai:
Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar
tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para guru untuk merencanakan dan melaksanakan
pembelajaran.
Berdasarkan uraian mengenai pengertian model pembelajaran, dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah kerangka yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan proses pembelajaran di kelas untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Guru dalam memilih model pembelajaran yang akan
digunakan harus disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan, tujuan yang akan
dicapai, serta kemampuan siswa.
2.1.9 Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran
yang dapat diterapkan dalam pembelajaran di SD. Menurut Lie (2000) dalam
32
Isjoni (2010: 16), pembelajaran kooperatif hanya berjalan kalau sudah terbentuk
suatu kelompok atau suatu tim yang di dalamnya siswa bekerja secara terarah
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Parker (1994) dalam Huda (2015:
29) menyatakan bahwa, “Pembelajaran kooperatif adalah suasana pembelajaran di
mana para siswa saling berinteraksi dalam kelompok-kelompok kecil untuk
mengerjakan tugas akademik demi mencapai tujuan bersama.” Lebih lanjut
Johnson (1998) dalam Huda (2015: 31) menegaskan bahwa pembelajaran
kooperatif berarti bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran
kooperatif dapat dilaksanakan menggunakan berbagai model pembelajaran
inovatif. Pembelajaran kooperatif berbeda dengan pembelajaran konvensional.
Perbedaannya terletak pada pelaksanaannya. Pembelajaran kooperatif berpusat
pada siswa, sedangkan pembelajaran konvensional perpusat pada guru. Majid
(2015: 165) berpendapat bahwa pembelajaran konvensional dapat diartikan
sebagai pembelajaran dalam konteks klasikal yang sudah terbiasa dilakukan yang
sifatnya berpusat pada guru, sehingga pelaksanaannya kurang memperhatikan
keseluruhan situasi belajar. Pembelajaran konvensional yang sering digunakan
guru dalam menyampaikan materi pelajaran yaitu metode ceramah, tanya jawab,
dan penugasan. Majid (2015: 165) menyatakan bahwa sintak pelaksanaan
pembelajaran konvensional dilakukan melalui mendengarkan (lecture), tanya
jawab, dan membaca (tidak terkontrol).
Roger dan Johnson (t.t) dalam Suprijono (2012: 58-61), mengemukakan
ada lima unsur model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan, yaitu:
(1) Saling Ketergantungan Positif
Unsur ini menunjukkan bahwa ada dua pertanggungjawaban
kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan kepada
33
kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara individu
mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut.
(2) Tanggung Jawab Perseorangan
Pertanggungjawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran
terhadap keberhasilan kelompok. Setelah mengikuti kelompok belajar
bersama, anggota kelompok harus dapat menyelesaikan tugas yang sama.
(3) Tatap Muka
Semua anggota kelompok berinteraksi secara langsung untuk
berdiskusi. Ciri-ciri interaksi promotif adalah:
(a) Saling membantu secara efektif dan efisien;
(b) Saling memberi informasi dan saran yang diperlukan;
(c) Memperoleh informasi bersama secara efektif dan efisien;
(d) Saling mengingatkan;
(e) Saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan
argumentasi serta meningkatkan kemampuan wawasan terhadap
masalah yang dihadapi;
(f) Saling percaya;
(g) Saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama.
(4) Komunikasi Antaranggota
Komunikasi antaranggota kelompok yang baik akan menentukan
keberhasilan kelompok tersebut. Setiap anggota kelompok perlu untuk
belajar mendengarkan pendapat anggota lain dan menghargai
34
pendapatnya. Pendapat dari anggota kelompok ditampung kemudian
didiskusikan bersama-sama.
(5) Evaluasi Proses Kelompok
Melalui pemrosesan kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau
tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok. Siapa
yang saling membantu dan siapa yang tidak saling membantu. Tujuan
pemrosesan kelompok adalah meningkatkan efektivitas anggota dalam
memberikan kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai
tujuan kelompok.
Isjoni (2010: 20) mengemukakan beberapa ciri dari pembelajaran
kooperatif yaitu:
(1) setiap anggota memiliki peran; (b) terjadi hubungan interaksi
langsung di antara siswa; (3) setiap anggota kelompok bertanggung
jawa atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya; (4) guru
membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal
kelompok; dan (5) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat
diperlukan.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang terstruktur dan
sistematis, di mana siswa akan belajar dalam kelompok-kelompok kecil secara
bersama-sama untuk mempelajari materi dan menyelesaikan tugas-tugas yang
telah diberikan oleh guru. Dengan pembelajaran kooperatif, siswa dapat terlibat
secara aktif dalam proses pembelajaran. Siswa juga dapat mengembangkan
keterampilan sosialnya dengan cara berkomunikasi dan bekerjasama untuk
mencapai tujuan bersama. Guru tidak hanya menyampaikan ilmu pengetahuan
secara langsung, tapi lebih memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat
35
membangun pengetahuan dalam pikirannya sendiri. Guru dapat memberikan
pengarahan dan membimbing siswa selama proses pembelajaran.
2.1.13 Model Pembelajaran Pair Check
Model Pair Check adalah salah satu model dalam pembelajaran kooperatif.
Kurniasih dan Sani (2016: 211) menyatakan bahwa Pair Check merupakan model
pembelajaran berkelompok atau berpasangan yang dipopulerkan oleh Spencer
Kagan pada tahun 1993. Model ini menerapkan pembelajaran kooperatif yang
menuntut kemandirian dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan persoalan.
Shoimin (2014: 119) mengemukakan bahwa, “Dalam model pembelajaran
kooperatif tipe pair check , guru bertindak sebagai motivator dan fasilitator.”
Secara umum, sintak pembelajaran Pair Check adalah (1) bekerja
berpasangan; (2) pembagian peran partner dan pelatih; (3) pelatih memberi soal,
partner menjawab; (4) pengecekan jawaban; (5) bertukar pasangan; (6)
penyimpulan; (7) evaluasi; dan (8) refleksi (Huda 2014: 211).
Adapun langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif model pair
check menurut Kurniasih dan Sani (2016: 111), yaitu sebagai berikut:
(1) Guru menjelaskan konsep pembelajaran.
(2) Siswa dibagi beberapa tim. Setiap tim terdiri dari 4 orang. Dalam satu tim
ada 2 pasangan. Setiap pasangan dalam satu tim ada yang menjadi pelatih
dan ada yang partner.
(3) Guru membagikan soal kepada partner.
(4) Partner menjawab soal, dan si pelatih bertugas mengecek jawabannya.
Setiap soal yang benar pelatih memberi kupon.
(5) Bertukar peran. Si pelatih menjadi partner dan si partner menjadi pelatih.
36
(6) Guru membagikan soal kepada partner.
(7) Partner menjawab soal, dan si pelatih bertugas mengecek jawabannya.
Setiap soal yang benar pelatih memberi kupon.
(8) Setiap pasangan kembali ke tim awal dan mencocokkan jawaban satu sama
lain.
(9) Guru membimbing dan memberikan arahan atas jawaban dari berbagai
soal dan tim mengecek jawabannya.
(10) Tim yang paling banyak mendapat kupon diberi hadiah.
Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan maupun kekurangan,
begitu juga model pair check. Shoimin (2014: 121-22) menyatakan kelebihan
model pair check meliputi:
(1) Melatih siswa untuk bersabar, yaitu dengan memberikan waktu bagi
pasangannya untuk berpikir dan tidak langsung memberikan jawaban
(menjawabkan) soal yang bukan tugasnya.
(2) Melatih siswa memberikan dan menerima motivasi dari pasangannya
secara tepat dan efektif.
(3) Melatih siswa untuk bersikap terbuka terhadap kritik atau saran yang
membangun dari pasangannya atau dari pasangan lainnya dalam
kelompoknya.
(4) Memberikan kesempatan pada siswa untuk membimbing orang lain
(pasangannya).
(5) Melatih siswa untuk bertanya atau meminta bantuan kepada orang lain
(pasangannya) dengan cara yang baik (bukan langsung meminta jawaban,
tapi lebih kepada cara-cara mengerjakan soal/menyelesaikan masalah).
37
(6) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menawarkan bantuan atau
bimbingan pada orang lain dengan cara yang baik.
(7) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar menjaga ketertiban
kelas (menghindari keributan yang mengganggu suasana belajar).
(8) Belajar menjadi pelatih dengan pasangannya.
(9) Menciptakan saling kerja sama diantara siswa.
(10) Melatih dalam berkomunikasi.
Kekurangan model pair check menurut Shoimin (2014: 122) yaitu:
(1) Membutuhkan waktu yang lama.
(2) Membutuhkan keterampilan siswa untuk menjadi pembimbing
pasangannya, dan kenyataannya setiap partner pasangan bukanlah siswa
dengan kemampuan belajar yang lebih baik. Jadi, terkadang fungsi
pembimbingan tidak berjalan dengan baik.
2.1.14 Model Pembelajaran Course Review Horay (CRH)
Kurniasih dan Sani (2016: 80) menyatakan bahwa, “Model pembelajaran
Course Review Horay merupakan model pembelajaran yang dapat menciptakan
suasana kelas menjadi meriah dan menyenangkan karena setiap siswa yang dapat
menjawab benar diwajibkan berteriak ‘hore!!’ atau yel-yel lainnya yang
disepakati.” Model ini berusaha menguji pemahaman siswa dalam menjawab soal,
dimana jawaban soal tersebut dituliskan pada kartu atau kotak yang telah
dilengkapi dengan nomor. Siswa atau kelompok yang memberi jawaban benar
harus langsung berteriak ‘hore!!’ atau menyanyikan yel-yel kelompoknya. Huda
(2014: 230) menyatakan bahwa model ini juga membantu siswa utuk memahami
konsep dengan baik melalui diskusi kelompok.
38
Adapun langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif model CRH
menurut Kurniasih dan Sani (2016: 81), yaitu sebagai berikut:
(1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
(2) Guru menyajikan atau mendemonstrasikan materi sesuai topik dengan
tanya jawab.
(3) Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok.
(4) Untuk menguji pemahaman, siswa diminta membuat kartu atau kotak
sesuai dengan kebutuhan. Kartu atau kotak tersebut kemudian diisi dengan
nomor yang ditentukan guru.
(5) Guru membaca soal secara acak dan siswa menuliskan jawabannya
didalam kartu atau kotak yang nomornya disebutkan guru.
(6) Setelah pembacaan soal dan jawaban siswa ditulis di dalam kartu atau
kotak, guru dan siswa mendiskusikan soal yang telah diberikan tadi.
(7) Bagi yang benar, siswa memberi tanda check list (√) dan langsung
berteriak horay atau menyanyikan yel-yel lainnya.
(8) Nilai siswa dihitung dari jawaban yang benar dan yang banyak berteriak
horay.
(9) Guru memberikan reward pada kelompok yang memperoleh nilai tertinggi
atau yang paling sering memperoleh horay.
(10) Penutup.
Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan maupun kekurangan,
begitu juga model Course Review Horay (CRH). Shoimin (2014: 55) menjelaskan
kelebihan model CRH meliputi:
39
(1) Menarik sehingga mendorong siswa terlibat di dalamnya.
(2) Tidak monoton karena diselingi sedikit hiburan sehingga suasana tidak
menegangkan.
(3) Siswa lebih semangat belajar.
(4) Melatih kerja sama.
Kekurangan model CRH menurut Shoimin (2014: 55) yaitu:
1) Adanya peluang untuk curang.
2) Siswa aktif dan pasif nilainya disamakan.
2.1.15 Persamaan dan Perbedaan Model Pair Check dan CRH
Model Pair Check merupakan model pembelajaran di mana setiap
kelompok terdiri dari pasangan siswa. Salah satu pasangan berperan sebagai
partner dan pasangan lainnya berperan sebagai pelatih. Model ini menuntut
kemandirian dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan persoalan. Model ini
juga melatih tanggung jawab sosial siswa, kerja sama, dan kemampuan memberi
penilaian. Teknis pelaksanaannya yaitu siswa di kelompokkan berpasangan, setiap
kelompok diberi Lembar Kerja Kelompok (LKS). Pasangan partner mengerjakan
satu soal sedangkan pasangan pelatih mengecek jawaban soal dari partner. Setiap
pasangan berganti posisi dari partner menjadi pelatih, begitu seterusnya sampai
semua soal selesai di diskusikan. Sedangkan model CRH adalah model
pembelajaran yang dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.
Teknis pelaksanaannya yaitu siswa di bagi menjadi beberapa kelompok, setiap
kelompok diuji pemahaman konsepnya menggunakan kotak yang diisi dengan
soal dan diberi nomor untuk menuliskan jawabannya. Siswa atau kelompok yang
40
lebih dahulu mendapatkan tanda benar langsung berteriak horee atau yel-yel
lainnya yang mereka sukai.
Kedua model tersebut merupakan pengembangan model pembelajaran
kooperatif, sehingga siswa dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran. Di sisi
lain, guru memberikan peluang kepada siswa untuk saling mendiskusikan
persoalan dalam bentuk kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Model Pair
Check dan CRH cocok diterapkan dalam pembelajaran IPS karena memberikan
kesempatan kepada siswa untuk saling berinteraksi. Interaksi antar siswa akan
melatih keterampilan sosial mereka, sehingga sangat sesuai dengan tujuan
pembelajaran IPS. Selain itu, terdapat beberapa penelitian yang telah
membuktikan keefektifan model Pair Check dan CRH dalam pembelajaran IPS.
Akan tetapi belum diketahui model manakah yang paling efektif di antara
keduanya. Hal tersebut dikarenakan model Pair Check dan CRH juga memiliki
perbedaan. Perbedaan utama dari model pembelajaran Pair Check dan CRH yaitu
pada proses pelaksanaanya.
Berdasarkan teori Gestalt dalam Susanto (2016: 12), hasil belajar siswa
dipengaruhi oleh dua hal, yaitu: (1) siswa itu sendiri, yaitu kemampuan
berpikirnya, dan (2) lingkungannya, dalam arti kreativitas guru dalam
menggunakan metode pembelajarannya. Tinggi rendahnya hasil belajar seseorang
dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut. Oleh karena itu, guru harus mampu
merancang pembelajaran yang dapat membangkitkan siswa, dengan cara
menerapkan metode pembelajaran dalam suatu model pembelajaran yang dapat
mengoptimalkan hasil belajar siswa. Penelitian yang relevan telah membuktikan
adanya hubungan model pembelajaran Pair Check dan CRH terhadap hasil
41
belajar IPS siswa. Kedua model tersebut telah terbukti dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
2.1.16 Hubungan Model Pembelajaran Pair Check dan CRH dengan Hasil
Belajar IPS
Aunurrahman (2016: 34) berpendapat bahwa pembelajaran berupaya
mengubah masukan berupa siswa yang belum terdidik, siswa yang belum
memiliki pengetahuan tentang sesuatu, menjadi siswa yang memiliki pengetahuan
tentang sesuatu. Belajar dapat terjadi tanpa pembelajaran, namun hasil belajar
akan tampak jelas dari suatu aktivitas pembelajaran. Keberhasilan proses
pembelajaran dapat diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa.
Rifa’i dan Anni (2012: 69) menyatakan bahwa, “Hasil belajar merupakan
perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan
belajar.”
Berdasarkan pendapat Russefendi (1991) dalam Susanto (2006: 14), hasil
belajar siswa dipengaruhi oleh sepuluh faktor. Faktor-faktor tersebut yaitu
kecerdasan, kesiapan anak, bakat anak, kemauan belajar, minat anak, model
penyajian materi, pribadi dan sikap guru, suasana belajar, kompetensi guru dan
kondisi masyarakat. Oleh karena itu, guru harus mampu merancang pembelajaran
yang dapat membangkitkan siswa, dengan cara menerapkan model pembelajaran
yang dapat mengoptimalkan hasil belajar siswa. Model penyajian materi yang
menyenangkan, tidak membosankan, menarik dan mudah dimengerti siswa tentu
berpengaruh secara positif terhadap keberhasilan siswa. Penelitian yang relevan
telah membuktikan adanya hubungan model pembelajaran Pair Check dan CRH
terhadap hasil belajar IPS siswa. Kedua model tersebut telah terbukti dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Namun, belum diketahui model mana yang
lebih baik diantara keduanya.
42
2.2 Penelitian yang Relevan
Kajian yang relevan dengan penelitian ini yaitu kajian tentang hasil
penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti, di antaranya:
(1) Putri (2017) dari Universitas Bung Hatta dengan judul “Peningkatan Hasil
Belajar Siswa Kelas V pada Pembelajaran IPS melalui Model Pair Check
di SD Negeri 10 Surau Gadang Padang”. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa Pembelajaran IPS menggunakan model Pair Check di SD Negeri
10 Surau Gadang dapat meningkatkan hasil belajar siswa tingkat
pengetahuan. Hal ini terlihat pada tes akhir siklus I 52% pada tes akhir
siklus II mencapai 76,9%.
(2) Asriyana (2016) dari Universitas Mataram dengan judul “Penerapan
Metode Pembelajaran Pair Check untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS
pada Siswa Kelas V SDN 39 Mataram Tahun Pelajaran 2015/2016”. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar dilihat
dari presentase ketuntasan belajar klasikal siswa pada siklus I yaitu 44,8%
meningkat menjadi 90% pada siklus II dengan nilai rata-rata 77,16 yang
dalam hal ini siswa telah belajar secara tuntas dengan KKM ≥ 75. Hasil
tersebut menjadi bukti bahwa model Pair Check berpengaruh terhadap
hasil belajar IPS siswa.
(3) Setiana (2015) dari Universitas Negeri Semarang dengan judul
“Keefektifan Model Pair Check dalam Pembelajaran IPS pada Peserta
Didik Kelas III Sekolah Dasar Negeri Karangkemiri Kabupaten
Banyumas”. Hasil penelitian menunjukkan uji hipotesis keefektifan
dilakukan secara empiris diperoleh 4,74 yang bernilai positif berarti model
43
Pair Check lebih efektif. Pengujian keefektifan secara statistik dengan uji t
pihak kanan menggunakan One Sample T-Test diperoleh nilai thitung 3,954
> ttabel 2,145 sehingga dapat disimpulkan hasil belajar IPS materi sejarah
uang pada peserta didik kelas III yang menggunakan model Pair Check
lebih efektif daripada model pembelajaran konvensional.
(4) Ariani (2015) dari Universitas Negeri Semarang dengan judul
“Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS melalui Model Course Review
Horay berbantuan Media Audio Visual pada Siswa Kelas V A SDN
Karangayu 02 Kota Semarang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
hasil belajar kognitif siswa pada siklus I memperoleh ketuntasan klasikal
61,8%, pada siklus II meningkat menjadi 77,8%, dan pada siklus III
meningkat menjadi 91,6%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
penerapan pembelajaran Pair Check dapat meningkatkan hasil belajar IPS.
(5) Yuni (2016) dari Universitas Lampung dengan judul “Penerapan Course
Review Horay untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar PKn Siswa
Kelas V SD Negeri Metro Timur”. Hasil penelitian menunjukkan terjadi
peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I nilai hasil belajar siswa
adalah 67,98 dan persentase ketuntasan sebesar 68,00% dengan kategori
baik. Kemudian pada siklus II nilai hasil belajar siswa meningkat menjadi
72,12 dan persentase ketuntasan sebesar 88,00 % dengan kategori sangat
baik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran
CRH dapat meningkatkan hasil belajar PKn.
(6) Khunaifah (2015) dari Universitas Muria Kudus dengan judul “Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Course Review Horay untuk
44
Meningkatkan Hasil Belajar PKn Materi Globalisasi Kelas V SD 7
Klumpit Gebog Kudus”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
peningkatan yang signifikan pada ketuntasan nilai hasil belajar PKn materi
globalisasi antara siklus I (48%) kualifikasi kurang dan siklus II (88%)
kualifikasi sangat baik, di dukung dengan peningkatan aktivitas belajar
PKn siswa pada siklus I (63%) kualifikasi cukup menjadi siklus II (75,12)
kualifikasi baik. Pengelolaan pembelajaran model kooperatif tipe Course
Review Horay juga mengalami peningkatan pada siklus I (63,75)
kualifikasi cukup menjadi siklus II (86,25) kualifikasi sangat baik. Hal ini
membuktikan bahwa penggunaan model kooperatif tipe Course Review
Horay dapat meningkatkan hasil belajar PKn materi globalisasi.
(7) Kusmami (2013) dari Universitas Negeri Semarang dengan judul
“Keefektifan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Course
Review Horay Terhadap Aktivitas Dan Hasil Belajar Pkn Pada Siswa
Kelas V SD Negeri Kaligangsa Kulon 01 Kabupaten Brebes”. Hasil
penelitian menunjukkan rata-rata skor aktivitas belajar siswa di kelas
eksperimen pada pertemuan pertama sebesar 75,6% dan pertemuan kedua
yaitu 87,6%. Keduanya termasuk kriteria sangat tinggi, sedangkan pada
kelas kontrol, rata-rata aktivitas siswa pada pertemuan pertama sebesar
72,95% dan pertemuan kedua sebesar 73,86%. Keduanya termasuk kriteria
tinggi. Ini membuktikan bahwa aktivitas siswa di kelas eksperimen lebih
baik dibandingkan di kelas kontrol. Hasil uji t menunjukkan bahwa nilai t
hitung = 2,854 dan signifikannya sebesar 0,007. Harga t tabel dengan dk =
45
45 dan α = 0,05 yaitu 2,014. Hal ini berarti thitung > t tabel (2,854 >
2,014) atau signifikannya 0,007 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan
terdapat perbedaan aktivitas dan hasil belajar PKn antara siswa kelas V SD
Negeri Kaligangsa Kulon 01 Kabupaten Brebes yang mendapatkan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
CRH dan yang menggunakan model ceramah.
(8) Winarsih (2014) dari Universitas Sebelas Maret dengan judul
“Penggunaan Metode Course Review Horay (CRH) untuk Meningkatkan
Pembelajaran IPS tentang Perjuangan Melawan Penjajahan Siswa Kelas
V SD Negeri 1 Karangsari tahun ajaran 2013/2014”. Hasil penelitian
menunjukkan terjadi peningkatan dari setiap siklusnya. Pada siklus I,
diperoleh persentase sebesar 28,6%, pada siklus II diperoleh persentase
sebesar 89,3%, dan pada siklus III diperoleh persentase sebesar 100%.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran
metode CRH dapat meningkatkan pembelajaran IPS siswa.
(9) Tok (2008) dengan judul “Effect of Cooperative Learning Method of Pair
Check Technique on Reading Comprehension”. Dalam penelitian yang
dilakukan oleh Tok dinyatakan bahwa, “...cooperative learning method of
pairs check technique increased students’ reading comprehension in the
Turkish course”. Hasil penelitian yang dilakukan oleh tok menunjukkan
bahwa metode pembelajaran kooperatif tipe Pair Check dapat
meningkatkan kemampuan membaca peserta didik dalam kursus bahasa
46
turki. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya perbedaan signifikansi
(p<.50). Hal inilah yang menjadikan peneliti melakukan penelitian tentang
model Pair Check, agar nantinya dapat membantu peserta didik dalam
proses pembelajaran.
(10) Tran (2014) dari Universitas An Giang, Vietnam dengan judul “The
Effects of Cooperative Learning on the Academic Achievement and
Knowledge Retention”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prestasi dan
pengetahuan siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif lebih
tinggi daripada yang menggunakan pembelajaran konvensional.
Berdasarkan pembahasan tentang penelitian yang relevan, terdapat
persamaan dan perbedaan antara penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian
yang sudah ada. Persamaannya yaitu menggunakan pembelajaran kooperatif
model Pair Check dan model CRH. Perbedaannya yaitu pada mata pelajaran,
variabel penelitian, objek penelitian dan jenis penelitian.
Penelitian pertama dan kedua menggunakan jenis penelitian PTK.
Penelitian ketiga diterapkan pada kelas III SD. Penelitian keempat menggunakan
jenis penelitian PTK dan model berbantuan media audiovisual. Penelitian kelima
diterapkan pada mata pelajaran PKn dengan variabel aktivitas dan hasil belajar.
Penelitian keenam diterapkan pada mata pelajaran PKn dengan jenis penelitian
PTK. Penelitian ketujuh diterapkan pada mata pelajaran PKn dengan variabel
aktivitas dan hasil belajar. Penelitian kedelapan menggunakan jenis penelitian
PTK. Penelitian kesembilan diterapkan pada mata pelajaran Bahasa Turki, serta
pada penelitian kesepuluh menggunakan variabel prestasi dan pengetahuan siswa.
47
Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa model
Pair Check dan model CRH efektif dalam pembelajaran dan dapat meningkatkan
hasil belajar siswa. Akan tetapi belum diketahui model pembelajaran mana yang
lebih baik di antara model Pair Check dan CRH dalam pembelajarn IPS di kelas
V SD. Hasil belajar dalam penelitian ini mencakup dua ranah yaitu ranah kognitif
dan afektif. Adapun materi pembelajaran IPS dalam penelitian yaitu mengenai
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
2.3 Kerangka Berpikir
IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diberikan kepada
siswa sejak SD/MI. Mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan
pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi-kondisi
sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.
Pembelajaran IPS sangat penting bagi siswa. Oleh karena itu, seorang guru harus
merancang pembelajaran yang efektif dan bermakna dengan menerapkan berbagai
model pembelajaran yang tepat, sehingga siswa dapat memahami konsep dan
mampu mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Namun pada kenyataannya, masih ada guru yang melakukan pembelajaran
dengan menggunakan pembelajaran konvensional, seperti ceramah, tanya jawab,
penugasan. Kegiatan pembelajaran seperti ini menempatkan siswa sebagai objek
belajar yang hanya menerima, mencatat, dan menghafal materi IPS yang
disampaikan oleh guru. Hal ini menyebabkan siswa cepat bosan, pasif, dan kurang
48
antusias dalam mengikuti pembelajaran, sehingga menyebabkan hasil belajar
siswa kurang optimal.
Berdasarkan permasalahan tersebut, diperlukan suatu inovasi dalam proses
pembelajaran. Salah satu pembelajaran yang menarik dan merangsang keaktifan
siswa adalah model pembelajaran kooperatif. Model Pair Check dan CRH adalah
dua diantara beberapa model dalam pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran
tersebut diharapkan dapat mengoptimalkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan teori Gestalt dalam Susanto (2016: 12), hasil belajar siswa
dipengaruhi oleh dua hal, yaitu: (1) siswa itu sendiri, yaitu kemampuan
berpikirnya, dan (2) lingkungannya, dalam arti kreativitas guru dalam
menggunakan model pembelajarannya. Tinggi rendahnya hasil belajar seseorang
dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut. Oleh karena itu, guru harus mampu
merancang pembelajaran yang dapat membangkitkan siswa, dengan cara
menerapkan model pembelajaran yang dapat mengoptimalkan hasil belajar siswa.
Penelitian yang relevan telah membuktikan adanya hubungan model pembelajaran
Pair Check dan CRH terhadap hasil belajar IPS siswa. Kedua model tersebut telah
terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Namun, belum diketahui model
mana yang lebih baik diantara model Pair Check dan model CRH.
Model Pair Check dan model CRH mempunyai perbedaan dan persamaan
yang terlihat jelas. Perbedaan utamanya pada proses pelaksanaanya, sedangkan
persamaan utamanya pada prinsip umum pembelajaran kooperatif. Berdasarkan
uraian tersebut, dapat digambarkan alur pemikirannya sebagai berikut:
49
Pembelajaran
menggunakan model
pembelajaran CRH
Bagan 2.1. Kerangka Berpikir
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
Dibandingkan
Pretest
Posttest
Pembelajaran
menggunakan model
pembelajaran Pair
Check
Pretest
Pembelajaran
Konvensional
Posttest
Pretest
Posttest
1. Ada tidaknya perbedaan hasil belajar IPS siswa
antara yang menggunakan model pembelajaran
Pair Check, CRH dan konvensional.
2. Model pembelajaran yang efektif antara model
Pair Check dan CRH materi Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia
Pembelajaran IPS di SD Kelas V
Kelas Eksperimen 1 Kelas Kontrol Kelas Eksperimen 2
50
kalimat pertanyaan (Sugiyono 2015: 99). Berdasarkan landasan teori dan
kerangka berpikir, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
(1) H01: Tidak ada perbedaan hasil belajar IPS kelas V antara siswa yang
mendapat pembelajaran dengan model pembelajaran Pair Check dan
siswa yang mendapat pembelajaran konvensional.
HO : μ1 = μ2
Ha1: Ada perbedaan hasil belajar IPS kelas V antara siswa yang mendapat
pembelajaran dengan model pembelajaran Pair Check dan siswa
yang mendapat pembelajaran konvensional.
Ha : μ1 ≠ μ2
(2) H02: Tidak ada perbedaan hasil belajar IPS kelas V antara siswa yang
mendapat pembelajaran dengan model pembelajaran CRH dan siswa
yang mendapat pembelajaran konvensional.
Ho : μ1 = μ2
Ha2: Ada perbedaan hasil belajar IPS kelas V antara siswa yang mendapat
pembelajaran dengan model pembelajaran CRH dan siswa yang
mendapat pembelajaran konvensional.
Ha : μ1 ≠ μ2
(3) H03: Tidak ada perbedaan hasil belajar IPS kelas V antara siswa yang
mendapat pembelajaran dengan model pembelajaran Pair Check dan
siswa yang mendapat pembelajaran dengan model kooperatif model
CRH.
Ho : μ1 = μ2
51
Ha3: Ada perbedaan hasil belajar IPS kelas V antara siswa yang mendapat
pembelajaran dengan model pembelajaran Pair Check dan siswa
yang mendapat pembelajaran dengan model pembelajaran CRH.
Ha : μ1 ≠ μ2
(4) H04: Penerapan model pembelajaran Pair Check tidak efektif terhadap
hasil belajar IPS siswa kelas V.
Ho : μ1 ≤ μ2
Ha4: Penerapan model pembelajaran Pair Check efektif terhadap hasil
belajar IPS siswa kelas V.
(5) H05: Penerapan model pembelajaran CRH tidak efektif terhadap hasil
belajar IPS siswa kelas V.
Ho : μ1 ≤ μ2
Ha5: Penerapan model pembelajaran CRH efektif terhadap hasil belajar
IPS siswa kelas V.
Ha : μ1 > μ2
142
BAB 5
PENUTUP
Bagian ini berisi simpulan dan saran. Simpulan merupakan jawaban dari
hipotesis, berdasarkan analisis data hasil penelitian yang telah dilaksanakan.
Sementara itu, saran dalam penelitian ini berupa saran bagi siswa, guru, sekolah,
dan peneliti lanjutan.
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dari penelitian komparasi
yang berjudul “Studi Komparasi Model Pair Check dan Model CRH terhadap
Hasil Belajar IPS Kelas V SD Negeri 1 Sambirata Kabupaten Banyumas”, maka
dapat dikemukakan simpulan penelitian sebagai berikut:
(1) Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan hasil belajar IPS pada siswa
kelas V antara yang menggunakan pembelajaran model Pair Check dan
yang menggunakan pembelajaran konvensional. Hal ini dibuktikan dengan
hasil uji hipotesis menggunakan uji Tukey HSD melalui program SPSS
versi 21 yang menunjukkan bahwa nilai signifikansi perbedaan rata-rata
antara kelas eksperimen 1 dan kontrol kurang dari 0,05 (0,019 < 0,05).
(2) Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan hasil belajar IPS pada siswa
kelas V antara yang menggunakan pembelajaran model CRH dan yang
menggunakan pembelajaran konvensional. Hal ini dibuktikan dengan hasil
uji hipotesis menggunakan uji Tukey HSD melalui program SPSS versi 21
143
yang menunjukkan bahwa nilai signifikansi perbedaan rata-rata antara
kelas eksperimen 2 dan kontrol kurang dari 0,05 (0,017 < 0,05).
(3) Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan hasil belajar IPS pada siswa
kelas V antara yang menggunakan pembelajaran model Pair Check dan
yang menggunakan pembelajaran CRH. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji
hipotesis menggunakan uji Tukey HSD melalui program SPSS versi 21
yang menunjukkan bahwa nilai signifikansi perbedaan rata-rata antara
kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2 kurang dari 0,05 (0,019 < 0,05).
(4) Hasil belajar IPS pada siswa kelas V yang menggunakan pembelajaran
model Pair Check lebih tinggi daripada yang menggunakan pembelajaran
konvensional. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji hipotesis menggunakan
one sample t test melalui program SPSS versi 21 yang menunjukkan
bahwa nilai thitung > ttabel (3,445 > 2,069) dan nilai signifikansi kurang dari
0,05 (0,002 < 0,05), sehingga dapat dikatakan pembelajaran model Pair
Check efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
(5) Hasil belajar IPS pada siswa kelas V yang menggunakan pembelajaran
model CRH lebih tinggi daripada yang menggunakan pembelajaran
konvensional. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji hipotesis menggunakan
one sample t test melalui program SPSS versi 21 yang menunjukkan
bahwa nilai thitung > ttabel (9,849 > 2,048) dan nilai signifikansi kurang dari
0,05 (0,002 < 0,05), sehingga dapat dikatakan pembelajaran CRH efektif
dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
144
(6) Hasil belajar IPS pada siswa kelas V yang menggunakan pembelajaran
model CRH lebih baik daripada yang menggunakan model Pair Check.
Hal ini dibuktikan dengan rata-rata hasil belajar siswa yang mendapat
pembelajaran model CRH lebih tinggi daripada yang menggunakan
pembelajaran model Pair Check (88,10 > 80,48) dengan perbedaan rata-
rata sebesar 7,710. Berdasarkan analisis statistik uji Tukey HSD diperoleh
nilai signifikansi perbedaan rata-rata hasil belajar antara kelas eksperimen
1 dan kelas eksperimen 2 sebesar 0,019 (0,019 < 0,05). Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran model CRH lebih baik daripada
pembelajaran model Pair Check pada hasil belajar IPS siswa kelas V.
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan yang telah dipaparkan, bahwa pembelajaran model
Pair Check dan CRH efektif dalam pembelajaran IPS, sehingga disarankan:
5.2.1 Bagi Siswa
Agar pelaksanaan pembelajaran model Pair Check dan CRH dapat
berjalan dengan lancar, siswa disarankan: (1) Menggali pengetahuan dan
kemampuan yang dimilikinya semaksimal mungkin; (2) Memerhatikan dengan
sungguh-sungguh penjelasan dari guru, baik mengenai materi pelajaran, maupun
langkah-langkah pembelajaran model Pair Check dan CRH; (3) Melaksanakan
aturan pelaksanaan pembelajaran Pair Check dan CRH sesuai dengan langkah-
langkah yang dijelaskan guru; (4) Mampu bekerjasama dengan baik dalam
kelompoknya, karena kerjasama dalam kelompok merupakan hal yang penting
145
dalam pembelajaran kooperatif; serta (5) Dapat menghargai pendapat dari anggota
kelompoknya.
5.2.2 Bagi Guru
Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pembelajaran Pair
Check dan CRH efektif dalam pembelajaran IPS, maka guru disarankan untuk
dapat menerapkan pembelajaran model Pair Check dan CRH dalam proses
pembelajaran. Agar pembelajaran Pair Check dan CRH dapat berjalan dengan
lancar, guru perlu: (1) Memahami langkah-langkah pembelajaran Pair Check dan
CRH; (2) Merencanakan pembelajaran dengan baik; (3) Menjelaskan tata cara
pelaksanaan pembelajaran model Pair Check dan CRH dengan rinci dan jelas,
sehingga siswa dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan baik; (4)
Membimbing siswa dalam berdiskusi agar proses diskusi berjalan lancar; serta (5)
Mengondisikan siswa supaya tidak menimbulkan kegaduhan dalam berdiskusi,
sehingga suasana kelas tetap kondusif.
5.2.3 Bagi Sekolah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran model Pair
Check dan CRH lebih efektif daripada pembelajaran konvensional dalam
pembelajaran IPS. Oleh karena itu, kepada pihak sekolah disarankan: (1)
Memberikan fasilitas yang mendukung pelaksanaan pembelajaran Pair Check dan
CRH, baik bagi guru maupun bagi siswa. Fasilitas yang dimaksud yaitu sumber
belajar yang memadai dan buku-buku relevan yang dapat digunakan guru untuk
memahami pembelajaran model Pair Check dan CRH; dan (2) Memberikan
sosialisasi kepada guru-guru untuk dapat menerapkan model Pair Check dan CRH
dalam pembelajaran, baik mata pelajaran IPS maupun mata pelajaran lainnya.
146
5.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian sejenis
disarankan untuk memerhatikan kelemahan-kelemahan pembelajaran model Pair
Check dan CRH. Selain itu, peneliti selanjutnya perlu mengkaji lebih dalam
mengenai pembelajaran model Pair Check dan CRH beserta kelebihan dan
kekurangannya. Dengan demikian diharapkan penelitian yang dilaksanakan akan
mendapatkan hasil yang lebih baik.
147
DAFTAR PUSTAKA
Ariani. 2015. Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS melalui Model Course
Review Horay berbantuan Media Audio Visual pada Siswa Kelas V A SDN
Karangayu 02 Kota Semarang. Available at http://lib.unnes.ac.id
/21700/1/1401411096-s.pdf [accessed 12/12/2016].
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Putra.
. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Asriyana, Lupi Dyah. 2016. Penerapan Metode Pembelajaran Pair Check untuk
Meningkatkan Hasil Belajar IPS pada Siswa Kelas V SDN 39 Mataram
Tahun Pelajaran 2015/2016. Available at http://fkipunram.rf.gd /uploads
/E1E212126.pdf [accessed 12/12/2016]
Asy’ari,dkk. 2007. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Kelas V. Jakarta: Erlangga.
Aunurrahman. 2016. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Doyin, Mukh dan Wagiran. 2012. Bahasa Indonesia Pengantar Penulisan Karya
Ilmiah. Semarang: Unnes Press.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Huda, Miftahul. 2014. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
. 2015. Cooperative Learning: Metode, Teknik, Struktur, dan Model
Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Isjoni. 2010. Cooperative Learning: Efektivitas Pembelajaran Kelompok.
Bandung: Alfabeta.
Khunaifah, Zuin. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Course
Review Horay untuk Meningkatkan Hasil Belajar PKn Materi Globalisasi
Kelas V SD 7 Klumpit Gebog Kudus. Available at http://
eprints.umk.ac.id/4786/1/HALAMAN_JUDUL.pdf [accessed 01/2/2017]
Kurniasih, Imas dan Berlin Imas. 2016. Ragam Pengembangan Model
Pembelajaran untuk Peningkatan Profesionalitas Guru. Jakarta :Kata Pena
148
Kusmami, Menik. 2013. Keefektifan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Course Review Horay Terhadap AktVitas Dan Hasil Belajar Pkn
Pada Siswa Kelas V SD Negeri Kaligangsa Kulon 01 Kabupaten Brebes.
Available at https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source
=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjClNePlKPSAhVVbwKH
bxIBakQFggbMAA&url=http%3A%2F%2Flib.unnes.ac.id%2F18102%2F
1%2F1401409403.pdf&usg=AFQjCNFOscnn0MjiohcPDQRlcKaXDZyG
Cw [accessed 01/2/2017]
Majid, Abdul. 2015. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Posdakarya.
Mikarsa, Heni Lestari, dkk. 2007. Pendidikan Anak di SD. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Munib, Achmad. dkk. 2011. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: Unnes Press.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006. Available at
awidyarso65.files.wordpress.com/2008/08/permendiknas-no-24-th-2006-
ttg-kurikulum-ipss-sd.pdf [accessed 03/18/17].
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 22 Tahun 2016 tentang
Standar Proses Pendidikan dan Menengah Bab I. Online. Avaible at http://
luk.tsipil.ugm.ac.id/atur/bsnp/Permendikbud22-016SPDikdasmen.pdf.
[accessed 03/03/17].
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 24 Tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah.
Online. Avaible at https://awidyarso65.files.wordpress.com/2008/08
/nomor-24-th-2006.pdf [accessed 28/02/17].
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 Ayat 7. Online. Avaible at
http://madrasah.kemenag.go.id/files/files/PP_17_2010%20Pengelolaan%2
0Pendidikan.pdf. [accessed 20/01/17].
Priyatno, Dwi. 2010. Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta:
MediaKom.
Purwanto. 2014. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Putri, Refti Susila Eka. 2017. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas V pada
Pembelajaran IPS melalui Model Pair Check di SD Negeri 10 Surau
Gadang Padang. Available at http://www.ejurnal.bunghatta.ac.id/index.
php?journal=JFKIP&page=article&op=view&path[]=9640. [accessed 23
/02 /2017].
149
Riduwan. 2012. Pengantar Statistika Sosial. Bandung: Alfabeta.
. 2013. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti
Pemula. Yogyakarta: Alfa Beta.
Rifa’i, Achmad dan Catharina Tri Anni. 2012. Psikologi Pendidikan. Semarang:
Unnes Press.
Setiana, Inneta Chris. 2015. Keefektifan Model Pair Check dalam Pembelajaran
IPS pada Peserta Didik Kelas III Sekolah Dasar Negeri Karangkemiri
Kabupaten Banyumas. Available at http://lib.unnes.ac.id /22103/1/140
1411156-s.pdf [accessed 20/2/2017].
Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta: AR-Ruzz Media.
Siregar E. dan H. Nara. 2014. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Memengaruhinya. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Soewarso dan Tri Widiarto. 2012. Kajian Ilmu Pengetahuan Sosial. Salatiga:
Widya Sari Press.
Soewarso. 2013. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Salatiga: Widya Sari
Press.
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT
Remaja Posdakarya.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung:
Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Sumantri, Mulyani. 2012. Perkembangan Peserta Didik. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka.
Suprijono, Agus. 2012. Cooperativee Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Susanto, Ahmad. 2016. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Jakarta: Prenada Media.
150
Susilaningsih dan Limbong. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD/MI kelas 5.
Jakarta:Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Syah, Muhibbin. 2009. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Syamsiah,dkk.2008. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD/MI kelas V. Jakarta:Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Thoifah, I’anatut. 2015. Statistika Pendidikan dan Metode Penelitian Kuantitatif.
Malang: Madani.
Tok, Sukran. 2008. Effects of Cooperative Learning Method of Pairs Check
Technique on Reading Comprehension. Available at http://ilkogretim-
online.org.tr/vol7say3/v7s3m17.pdf [accessed 12/12/2016].
Tran, Van Dat. 2014. The Effects of Cooperative Learning on the Academic
Achievement and Knowledge Retention. International Joernal of Higher
Education. Vol. 3 No. 2. Available at http://www.sciedu.ca/journal/
index.php/ijhe/article/download/4763/2761 [accessed 12/12/2016].
Trianto. 2014. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan
Kontekstual: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum
2013 (Kurikulum Tematik Integratif/TKI). Jakarta: Prenada Media.
Trihendradi. 2013. Step By Step IBM SPSS 21: Analisis Data Statistik.
Yogyakarta: Andi.
Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Online. Avaible
at http://sindikker.dikti.go.id/dok/UU/UUNo142005(Guru%20&%20
Dosen).pdf. [accessed 02/02/17].
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Online. Available at http://sdm.data.kemdikbud.go.id
/SNP/dokumen/undang-undang-no-20-tentang-sisdiknas.pdf. [accessed 12
/12/ 2016].
Winarsih. 2014. Penggunaan Metode Course Review Horay (CRH) untuk
Meningkatkan Pembelajaran IPS tentang Perjuangan Melawan
Penjajahan Siswa Kelas V SD Negeri 1 Karangsari tahun ajaran
2013/201. Available at http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pgsdkebumen
/article/view/3407 . [accessed 12/12/2016].
Widoyoko, Eko Putro. 2014. Penilaian Hasil Pembelajaran di Sekolah.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
151
Yonny, Acep, dkk. 2010. Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta:
Familia.
Yuliati dan Munajat. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial SD dan MI kelas V.
Jakarta:Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Yuni, Ul. 2015. Penerapan Course Review Horay untuk Meningkatkan Aktivitas
dan Hasil Belajar PKn Siswa Kelas V SD Negeri Metro Timur. Available
at https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&c
d=2&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwi9tKfkKPSAhXKvrwKHX1nAbk
QFggjMAE&url=http%3A%2F%2Fdigilib.unila.ac.id%2F22288%2F3%2
FSKRIPSI%2520TANPA%2520BAB%2520PEMBAHASAN.pdf&usg=A
FQjCNETzaIkv_JATBTv8vzp7H889Gf2RA [accessed 01/02/2017]