28
KEMENTRIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI BALAI PELATIHAN KONSTRUKSI DAN PERALATAN JAKARTA STUDI KASUS PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI BORE PILE PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BEBAS HAMBATAN TANJUNG PRIOK PAKET 5 SECTION NS DIRECT Disusun oleh : Kelompok 2 1. MAULANA ASRAFI 2. RIZKY PUTRA ALFIANTO 3. SITI NUR SARAH MAYANGSARI 4. HANUM GUSBIY W 5. SENO MARIS UTOMO 6. FATIMAH AZ ZAHRAH 7. MOHAMMAD FAUZAN KASYFI PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI JAKARTA 2014

Studi Kasus (Bored Pile)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pelaksanaan Bore Pile pada proyek NS-Direct Tanjung Priok dengan menggunakan metode bore pile di lokasi.

Citation preview

  • KEMENTRIAN PEKERJAAN UMUM

    BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI

    PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI

    BALAI PELATIHAN KONSTRUKSI DAN PERALATAN JAKARTA

    STUDI KASUS PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI BORE PILE

    PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BEBAS HAMBATAN

    TANJUNG PRIOK PAKET 5 SECTION NS DIRECT

    Disusun oleh :

    Kelompok 2

    1. MAULANA ASRAFI

    2. RIZKY PUTRA ALFIANTO

    3. SITI NUR SARAH MAYANGSARI

    4. HANUM GUSBIY W

    5. SENO MARIS UTOMO

    6. FATIMAH AZ ZAHRAH

    7. MOHAMMAD FAUZAN KASYFI

    PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

    POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

    2014

  • iii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    DAFTAR ISI ............................................................................................ i

    BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1

    1.2 Maksud dan Tujuan ........................................................................ 2

    1.3 Batasan Masalah ............................................................................. 2

    1.4 Sistematika Penulisan ..................................................................... 2

    BAB II PENGENALAN PROYEK .................................................... 3

    2.1 Tinjauan Umum .................................................................... 3

    2.2 Gambaran Umum Proyek........................................................ 3

    2.3 Data Umum ........................................................................... 7

    2.3.1 Data Umum Proyek ....................................................... 7

    2.3.2 Data Teknis Proyek ....................................................... 8

    2.4 Pekerjaan Teknis ..................................................................... 10

    BAB III PEMBAHASAN .................................................................... 11

    3.1 Pekerjaan Konstuksi Pondasi Bore Pile ................................ 11

    3.2 Metode Pelaksanaan .............................................................. 13

    3.3 Test Bore Pile ........................................................................ 24

    3.4 Kendala Pada Pelaksanaan Bore Pile ...................................... 24

    BAB IV KESIMPULAN ...................................................................... 26

    4.1 Kesimpulan ........................................................................... 26

  • STUDI KASUS PROYEK PEMBANGUNAN

    JALAN BEBAS HAMBATAN TANJUNG PRIOK

    SECTION NS DIRECT

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Meningkatnya kemacetan pada jalan dikota-kota besar seperti Jakarta

    khususnya di Jl. Yos Sudarso, yang disebabkan oleh lalu lintas yang

    kebanyakan dilalui oleh kendaraan-kendaraan berat. dan kurang tertibnya para

    pengguna jalan yang merupakan persoalan utama dibanyak negara.

    Urbanisasi meningkat dikarenakan Jakarta memiliki daya tarik bagi

    seluruh penduduk Indonesia dalam meningkatkan kesejahteraan dalam bidang

    ekonomi maupun sosial. Hal ini merupakan salah satu faktor meningkatnya

    kebutuhan kendaraan dan bertambahnya volume lalu lintas dan menyebabkan

    terjadinya kemacetan. Kondisi ini menuntut pemerintah untuk meningkatkan

    sarana dan prasarana penunjang untuk mengatasi kemacetan lalu lintas yang

    menjadi masalah sehari-hari penduduk Jakarta.

    Karena volume lalu lintas yang rata-rata dilalui kendaraan berat dan

    luas jalan yang tidak seimbang, kemacetan merupakan fenomena yang tidak

    dapat di hindarkan dalam hiruk pikuknya Jakarta. Dalam hal ini jalan layang

    bebas hambatan sebagai alternatif pilihan yang diharapkan menjadi solusi

    mengurangi kemacetan di Jakarta.

    Proyek yang kami amati ini adalah jalan layang bebas hambatan / access road

    Tanjung Priok Paket 5 section NS Direct dan judul dari studi kasus ini adalah

    STUDI KASUS PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI BORE PILE

    PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BEBAS HAMBATAN

    TANJUNG PRIOK PAKET 5 SECTION NS DIRECT

  • STUDI KASUS PROYEK PEMBANGUNAN

    JALAN BEBAS HAMBATAN TANJUNG PRIOK

    SECTION NS DIRECT

    2

    1.2. Maksud dan Tujuan

    Maksud dan Tujuan dari penulisan ini ialah

    - Menjelaskan mengenai tahapan pelaksanaan Bored Pile pada Proyek NS

    Direct.

    - Menguraikan kendala yang terjadi pada pelaksanaan Bored Pile Proyek

    NS Direct.

    - Menguraikan solusi pada kendala yang terjadi pada pelaksanaan Bored

    Pile Proyek.

    1.3. Batasan Masalah

    Dalam Studi Kasus ini dibatasi hanya pelaksanaan pekerjaan Bored Pile pada

    lokasi Proyek Pembangunan Jalan Bebas Hambatan Tanjung Priok Seksi NS

    Direct.

    1.4. Sistematika Penulisan

    Sistematika Penulisan dalam penulisan ini ialah ;

    BAB I PENDAHULUAN

    Menjelaskan mengenai latar belakang, maksud dan tujuan serta sistematika

    penyusunan dalam penulisan ini.

    BAB II PENGENALAN PROYEK

    Menjelaskan mengenai gambaran umum Jalan Bebas Hambatan Tajung Priok

    Seksi NS Direct.

    BAB III PEMBAHASAN

    Menjelaskan tahapan pelaksanaan dan kendala yang terdapat pada pelaksanaan

    Bored Pile Proyek Jalan Bebas Hambatan Tanjung Priok Seksi NS Direct.

    BAB IV KESIMPULAN

    Menguraikan kesimpulan berdasarkan tujuan dan uraian pembahasan.

  • STUDI KASUS PROYEK PEMBANGUNAN

    JALAN BEBAS HAMBATAN TANJUNG PRIOK

    SECTION NS DIRECT

    3

    BAB II

    PENGENALAN PROYEK

    2.1. Tinjauan Umum

    Proyek tanjung Priok Access Road Construction Project (Phase-2)

    Package 5, Section NS Direct Ramp adalah proyek jalan layang yang dimiliki

    oleh Kementerian Pekerjaan Umum dengan nilai Proyek senilai Rp.

    291.000.000.000,- (dua ratus sembilan puluh satu milyar rupiah). Proyek ini

    dapat terealisasi berkat pinjaman dana dari Japan Bank for International

    Coorperation (JBIC).

    Sebagai syarat kerjasama antara kementerian pekerjaan umum dan JBIC

    tersebut, terdapat persyaratan yang harus dipenuhi, diantaranya:

    - Penyedia jasa konstruksi dalam proyek tersebut harus merupakan kerja

    sama antara kontraktor dari Jepang dan Indonesia.

    - Penyedia jasa konstruksi yang berasal dari Indonesia harus berupa

    BUMN atau BUMD yang berpengalaman menangani proyek sejenis

    dengan nilai kontrak diatas Rp. 100.000.000.000,-

    - Sebesar 30% pengadaan material untuk proyek tersebut harus

    didatangkan dari jepang.

    2.2. Gambaran Umum Proyek

    Pembangunan Tanjung Priok Access Road Construction Project

    (Phase-2) Package 5, Section NS Direct Ramp merupakan pekerjaan dari

    kementerian pekerjaan umum dengan sumber dana pinjaman dari Japan Bank

    for International Cooperation (JBIC Loan). Rencana waktu pelaksanaan

    pekerjaan adalah 540 hari kalender.

  • STUDI KASUS PROYEK PEMBANGUNAN

    JALAN BEBAS HAMBATAN TANJUNG PRIOK

    SECTION NS DIRECT

    4

    Pembangunan Access Road ini merupakan konstruksi fly over yang

    menggunakan pondasi dalam berupa bore pile beton bertulang, Pile Cap, Pilar,

    Pile Slab, Pier Head, Concrete Girder, Steel Girder dan Concrete Barier yang

    lokasinya berada di atas Jalan Raya Yos Sudarso.

    Lingkup pekerjaan Pembangunan Tanjung Priok Access Road Construction

    Project (Phase-2) Package 5, Section NS Direct Ramp, adalah :

    1. Umum (Pemeliharaan dan Perlindungan Lalu Lintas, Laboratorium,

    mobilisasi serta

    pekerjaan penangann aliran air yang sudah ada).

    2. Pekerjaan Pembersihan Tempat Kerja

    3. Pekerjaan Pembongkaran

    4. Pekerjaan Tanah

    5. Pekerjaan Galian Struktur

    6. Pekerjaan Widening

    7. Pekerjaan Pile Slab

    8. Pekerjaan Instalasi Bore Pile

    9. Pekerjaan Instalasi Pile cap

    10. Pekerjaan Instalasi Kolom Beton

    11. Pekerjaan Instalasi Pier Head

    12. Pekerjaan Instalasi Girder

    13. Pekerjaan Plat Beton ( Concrete Barrier )

    14. Pekerjaan Drainase

    15. Pekerjaan Struktur Beton

    Perencanaan lapangan kerja (site planning) dibuat untuk mengatur

    penempatan peralatan, stok material dan sarana penunjang lainnya yang akan

    digunakan dalam pelaksanaan pembangunan proyek, misalnya : direksi keet,

    gudang, barak kerja, posisi peralatan, dan fungsi lainnya. Dalam menempatkan

  • STUDI KASUS PROYEK PEMBANGUNAN

    JALAN BEBAS HAMBATAN TANJUNG PRIOK

    SECTION NS DIRECT

    5

    barang dan material kebutuhan pelaksanaan, baik di gudang maupun di

    halaman terbuka akan diatur sedemikian rupa sehingga :

    - Tidak mengganggu kelancaran dan keamanan lingkungan disekitar

    proyek.

    - Memudahkan pemeriksaan dan penelitian bahan-bahan oleh konsultan

    pengawas.

    - Memudahkan pelaksanaan tahap lanjutannya.

    - Tidak menimbulkan masalah kesehatan dan keselamatan kerja.

    - Terjamin kebersihannya.

    Untuk penerangan lokasi kerja akan digunakan daya listrik dari PLN

    melalui unit kerja yang terkait di lingkungan proyek atau menggunakan Genset

    terutama untuk pekerjaan lapangan. Kebutuhan air bersih, bila mungkin akan

    dicukupi dari sambungan lokal seijin pemegang otoritas yang mengurusi air

    bersih, bila hal tersebut tidak memungkinkan maka kebutuhan air akan

    dicukupi dari sumur dalam yang dibuat ditempat. Barang-barang dan material

    yang tidak akan digunakan lagi untuk kebutuhan langsung pada pekerjaan

    sesegera mungkin akan dikeluarkan dari site, dan seandainya masih bisa

    dimanfaatkan akan digunakan di dalam areal proyek dengan seijin Direksi

    lapangan. Berikut ini adalah site plan pada pembangunan Tanjung Priok Access

    Road Construction Project (Phase-2) Package 5, Section NS Direct Ramp.

  • STUDI KASUS PROYEK PEMBANGUNAN

    JALAN BEBAS HAMBATAN TANJUNG PRIOK

    SECTION NS DIRECT

    6

    Gambar 2.1 Lokasi proyek tanjung priok access road

    Gambar 2.2 Letak direksi kit pada proyek tanjung priok access road

  • STUDI KASUS PROYEK PEMBANGUNAN

    JALAN BEBAS HAMBATAN TANJUNG PRIOK

    SECTION NS DIRECT

    7

    2.3. Data Umum

    2.3.1. Data Umum Proyek

    Data umum proyek mengacu pada dokumen kontrak pembangunan

    Tanjung Priok Access Road Construction Project (Phase-2) Package 5, Section

    NS Direct Ramp No: HK.02.03/Bv.PJBHTP-PLN/NS-DIRECT/XI/2013.

    1. Nama Proyek :

    2. Lokasi : Jalan Yos Sudarso

    3. Pemilik Proyek : Kementerian pekerjaan umum.

    4. Konsultan Perencana : Katahira Associate.

    5. Konsultan Pengawas : Katahira Associate.

    6. Kontraktor Utama : Tobishima Corporation - PT.Wijaya Karya

    7. Sub Kontraktor :

    - PT. Berdikari Pondasi Perkasa (Bore pile dan Tiang pancang)

    - PT. DCA dan PT. WIKA KOBE (PCU Girder)

    - IHI Co. Ltd. (Steel Girder)

    - PT. Cigading H-beam Centre (Fabrication Steel)

    - PT. DCA (Beton Ready Mix)

    8. Masa Pelaksanaan : 540 (Lima Ratus Empat Puluh) hari

    Kalender dimulai pada 6 Januari 2014

    9. Masa Pemeliharaan :

    10. Kontrak

    - Sifat Kontrak : Fixed Unit Price

    - No. Kontrak : HK.02.03/Bv.PJBHTP-PLN/NS-DIRECT/XI/2013

    Tanjung Priok Access Road

    Construction Project (Phase-2)

    Package 5, Section NS Direct Ramp.

    365 (Tiga Ratus Enam Puluh

    Lima) hari kalender, terhitung

    sejak tanggal serah terima pertama

    (PHO)

  • STUDI KASUS PROYEK PEMBANGUNAN

    JALAN BEBAS HAMBATAN TANJUNG PRIOK

    SECTION NS DIRECT

    8

    - Tanggal Kontrak

    o Kontrak awal : 18 November 2013

    o Addendum I : 18 Desember 2013

    - Nilai Kontrak : Rp. 291.000.000.000,-, sudah termasuk PPN 10%,

    pajak-pajak lainnya dan biaya asuransi.

    2.3.2. Data Teknis Proyek

    Pekerjaan Tanjung Priok Access Road Construction Project (Phase-2) Package

    5, Section NS Direct Ramp terdiri dari dari 2 Ramp yaitu Ramp A dan Ramp B

    RAMP A

    Panjang : 1519 m

    Kecepatan rencana : 80 km/jam

    Lebar lajur : 3 m

    Lebar jalur : 9 12,25 m

    Tebal pelat lantai : 0,25 m

    Panjang pile slab : 260 m

    Jumlah pilar : 20

    RAMP B

    Panjang : 1727 m

    Kecepatan rencana : 80 km/jam

    Lebar lajur : 3 m

    Lebar jalur : 9 12,25 m

    Tebal pelat lantai : 0,25 m

    Panjang pile slab :240 m

    Jumlah pilar : 22

    Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar,

  • STUDI KASUS PROYEK PEMBANGUNAN

    JALAN BEBAS HAMBATAN TANJUNG PRIOK

    SECTION NS DIRECT

    9

    Gambar 2.3 Layout Pekerjaan dan Tampak Samping

  • STUDI KASUS PROYEK PEMBANGUNAN

    JALAN BEBAS HAMBATAN TANJUNG PRIOK

    SECTION NS DIRECT

    10

    2.4. Pekerjaan Teknis

    Secara teknis jenis-jenis pekerjaan pada proyek pembangunan Tanjung

    Priok Access Road Construction Project (Phase-2) Package 5, Section NS

    Direct Ramp dapat diuraikan sesuai flowchart pekerjaan berikut:

    Gambar 2.4 Flow chart pekerjaan

  • STUDI KASUS PROYEK PEMBANGUNAN

    JALAN BEBAS HAMBATAN TANJUNG PRIOK

    SECTION NS DIRECT

    11

    BAB III

    PEMBAHASAN

    Pondasi yang digunakan pada Proyek Pembangunan Jalan Bebas

    Hambatan Tanjung Priok Section NS Direct adalah tipe pondasi Bore Pile.

    Pemilihan tipe Pondasi Bore Pile dikarenakan kondisi proyek yang berdekatan

    dengan bangunan lain sehingga pelaksanaan pekerjaan pondasi diharapkan

    tidak menimbulkan kebisingan atau getaran yang mengganggu bangunan lain

    disekitarnya. Pondasi Bore Pile yang digunakan memiliki diameter 1,2 m dan

    kedalaman sesuai dengan hasil N-SPT perencanaan atau yang tertera pada

    gambar. Proses pelaksanaan pekerjaan pondasi Bore Pile yaitu dimulai dari

    survey/pengukuran, perakitan tulangan, pekerjaan preboring, pemasangan

    casing sementara, pekerjaan pengeboran & pembersihan lubang bor, instalasi

    tulangan pada lubang bor, pekerjaan pengecoran, dan pekerjaan uninstall casing

    sementara.

    Selama melakukan kegiatan Studi Kasus di Proyek Pembangunan Jalan

    Bebas Hambatan Tanjung Priok Section NS Direct ini, kami mengamati

    berbagai macam kegiatan konstruksi namun tidak semua kegiatan yang terlibat

    dalam proyek ini kami amati dikarenakan terbatasnya waktu kegiatan.

    Pembahasan yang akan dibahas pada penulisan ini hanya Pelaksanaan

    Pekerjaan Bored Pile dan Kendala yang terjadi pada Pelaksanaan Pekerjaan

    Bored Pile.

    3.1. Pekerjaan Konstruksi Pondasi Bored Pile

    Pada proyek yang kami amati dilaksanakan pekerjaan Bore Pile dengan

    metode casing dikarenakan struktur tanah dan kondisi tanah yang dinilai kurang

    bagus sehingga dimungkinkan terjadinya keruntuhan pada lubang bor.

    Peralatan yang digunakan

  • STUDI KASUS PROYEK PEMBANGUNAN

    JALAN BEBAS HAMBATAN TANJUNG PRIOK

    SECTION NS DIRECT

    12

    1. Drilling machine (Diameter 1200 mm) 7. Truck mixer 7m3

    2. Service crane (35 Ton) 8. Ultrasonic measurement

    3. Excavator (0.60 m3) 9. Genset

    4. Dump truck (11 Ton) 10. Vibro

    5. Pipa tremie (untuk pengecoran, D 0,26) 11. Mixing tank

    6. Pipa tremie (untuk airlifting, D 0,14) 12. Chasing

    Berikut ini penjelasan dan urutan proses pekerjaan bore pile yang

    berlangsung dilapangan.

    Gambar 3.1. Flow Chart Pelaksanaan Bore Pile

  • STUDI KASUS PROYEK PEMBANGUNAN

    JALAN BEBAS HAMBATAN TANJUNG PRIOK

    SECTION NS DIRECT

    13

    3.2. Metode Pelaksanaan

    A. Penentuan Titik Bore Pile

    Setelah pekerjaan mobilisasi selesai, pekerjaan selanjutnya adalah

    menentukan titik bored pile dengan menggunakan alat theodolit. Penentuan

    titik bored pile mengacu pada data perencanaan yang sebelumnya sudah

    dilakukan untuk menentukan titik Bench Mark (BM) dilapangan. Perhitungan

    kembali sangat mungkin dilakukan pada pekerjaan ini, agar titik yang akan

    digali sesuai dengan yang tertera pada gambar kerja.

    Gambar 3.2. Pekerjaan Survey/Penentuan Titik

    B. Pengeboran Awal ( Pre Boring)

    Setelah pekerjaan penentuan titik stake out bore pile telah selesai dan

    titik sudah ditetapkan maka tahap selanjutnya adalah pemasangan chasing,

    sebelum pemasangan chasing tahap sebelumnya adalah pengeboran awal

    dengan menggunakan mata bor augher. Augher sendiri adalah mata bor yang

    berbentuk spiral, digunakan karena tanah permukaan yang dinilai cukup keras

    sehingga lebih efektif menggunakan mata bor augher. Selain itu, mata bor

    augher juga memiliki titik sentris, sehingga bisa menancapkan mata bor tepat di

    atas titik yang telah ditentukan. Pengeboran awal dilakukan untuk membuat

    casing dapat berdiri dan tidak menyimpang dari titik yang direncanakan, tidak

  • STUDI KASUS PROYEK PEMBANGUNAN

    JALAN BEBAS HAMBATAN TANJUNG PRIOK

    SECTION NS DIRECT

    14

    ada batasan khusus berapa kedalaman pengeboran awal, namun menurut site

    engineer pengeboran awal ini sebaiknya sedalam 1-1,5 meter. Pipa casing yang

    dipasang memiliki diameter 1300 mm dan memiliki panjang 7 dan 9 meter,

    panjang 9 meter digunakan apabila tanah yang nantinya akan dibor memiliki

    kemungkinan keruntuhuan yang tinggi hal ini terlihat pada jenis tanah di

    lapisan permukaan. Mata bor augher pada saat pengeboran awal dapat dilihat

    pada gambar 1.

    Gambar 3.3. Mata Bor Augher Pada Saat Pengeboran Awal

    C. Pemasangan Casing

    Pemasangan casing dilakukan dengan menggunakan alat vibrator, alat

    ini diletakan diatas casing dengan bantuan mobile crane. Pengendalian

    kemiringan juga harus dilakukan dengan menggunakan alat water pass atau

    bias juga menggunakan unting unting, namun dalam hal ini tidak memiliki

    batasan berapa kali harus dilakukan. Pemasangan pipa casing dihentikan

    apabila tinggi atas pipa casing sudah berada 0,5 m dari dasar tanah dan setelah

    pipa casing terpasang maka tahap selanjutnya adalah menimbun kembali galian

    disekitar pipa casing. Setelah semua selesai maka tugas seorang surveyor

    mencari data elevasi top casing yang nantinya data tersebut akan digunakan site

  • STUDI KASUS PROYEK PEMBANGUNAN

    JALAN BEBAS HAMBATAN TANJUNG PRIOK

    SECTION NS DIRECT

    15

    engineer untuk menentukan kedalaman lubang dilapangan. Pemasangan

    chasing dapat dilihat pada gambar 2.

    Gambar 3.4. Pemasangan Chasing

    D. Pekerjaan Pengeboran

    Pengeboran adalah proses pengerjaan penggalian menggunakan mata

    bor untuk menghasilkan lubang yang bulat pada lahan atau tanah yang sudah

    rencanakan. Penggalian dilakukan dengan drilling bucket dengan mata bor

    diameter 1200 mm. Tahap sebelum melakukan pengeboran adalah dengan

    meletakan plat baja untuk menjadi pijakan mesin bor yang apabila tidak

    dilakukan ditakutkan akan mengakibatkan runtuhnya tanah disekitar

    pengeboran. Ketika penggalian berlangsung untuk menjaga agar tidak terjadi

    keruntuhan didalam lubang galian maka ketika proses ini berlangsung

    ditambahkan air yang mengandung polimer ke dalam lubang galian, air polimer

    ini sebelumnya diaduk pada mixing tank dan diuji terlebih dahulu

    spesifikasinya, spesifikasi yang disyaratkan adalah viscosity >42 detik, pH > 8,

    dan Density 1,03-1,05 g/cm3. Selama proses pengeboran berlangsung

    pengendalian kedalaman dilakukan secara manual dengan memasukan meteran

  • STUDI KASUS PROYEK PEMBANGUNAN

    JALAN BEBAS HAMBATAN TANJUNG PRIOK

    SECTION NS DIRECT

    16

    ke dalam lubang galian dan toleransi galian yang dapat diterima adalah 10 cm

    dari kedalaman rencana.

    Gambar 3.5. Pekerjaan Pengeboran dengan Drilling Bucket

    Setelah selesainya pekerjaan galian dengan menggunakan Drilling

    Bucket, lubang galian harus segera dibersihkan dari lumpur dikarenakan lumpur

    yang berada digalian apabila tidak dibersihkan nantinya akan mempengaruhi

    kualitas dari beton bore pile. Metode yang digunakan adalah dengan mengganti

    mata bor pada Drilling Bucket dengan Clearing Bucket. Ketebalan lumpur pun

    dapat dihitung dengan menggunakan meteran hasil perbandingan tinggi lubang

    sebelum di bersihkan dengan tinggi lubang setelah dibersihkan.

    E. Pekerjaan Air-Lift 1

    Setelah pembersihan dasar galian selesai dengan Cleaning Bucket, dasar

    galian perlu dibersihkan kembali untuk meyakinkan lubang galian bersih dari

  • STUDI KASUS PROYEK PEMBANGUNAN

    JALAN BEBAS HAMBATAN TANJUNG PRIOK

    SECTION NS DIRECT

    17

    lumpur. Pada proyek ini pembersihan menggunakan metode Air-Lift, prinsip

    kerja air lift adalah memasukan air bersih kedalam lubang dan menekan air

    dengan udara melalui pipa tremie diameter 0.14 m yang berada dibawahnya

    dengan tekanan dari kompresor dengan cara tersebut diharapkan air yang

    mengandung lumpur akan terangkat keluar dan mengalir ke water pit atau

    penampungan air semetara.

    Gambar 3.6. Pekerjaan Pengukuran dan Pembersihan Lubang Bor

    dengan Metode Air Lift

    D. Pekerjaan Polymer

    Ketika penggalian berlangsung untuk menjaga agar tidak terjadi

    keruntuhan didalam lubang galian maka ketika proses ini berlangsung

    ditambahkan air yang mengandung polimer ke dalam lubang galian, air polimer

    ini sebelumnya diaduk pada mixing tank dan diuji terlebih dahulu

    spesifikasinya.

    Pada proyek NS Direct digunakan jenis polymer Bentonite. Bubuk

    Bentonite dicampur dengan air didalam penampung air dengan kapasitas 2m

    per satu kali batching.

  • STUDI KASUS PROYEK PEMBANGUNAN

    JALAN BEBAS HAMBATAN TANJUNG PRIOK

    SECTION NS DIRECT

    18

    Pada dasarnya , adukan terdiri dari campuran yang seragam dalam air.

    Tempat pengujian Bentonite Slurry dilakukan di mixing tank dan pengujian

    bentonite slurry dilakukan bila proses casting bored pile akan di mulai.

    Proses pencatatan laporan lab hasil pengujian bentonite slurry disimpan

    dan kemudian dilampirkan dengan Bore Log.

    Peralatan pengujian Bentonite Slurry terdiri dari:

    1. Mud Balance (Density Test)

    2. March Cone (Viscosity Test)

    3. pH paper (mengukur pH)

    dengan spesifikasi yang disyaratkan adalah viscosity >42 detik, pH > 8,

    dan Density 1,03-1,05 g/cm3.

    F. Pekerjaan Air Lift 2

    Pada metode Air Lift ini dimulai dengan pelepasan tekanan udara

    kedalam lubang galian dari tekanan kecil kemudian perlahan-lahan diperbesar.

    Pekerjaan Air Lift ini dilakukan mulai dari interval saringan atas ke bawah

    secara berurutan hingga ke dasar sumur dalam.

    Setelah terpasangnya pipa tramie maka sebelum dilakukan pengecoran

    sebaiknya dilakukan pembersihan secara Air-Lift yang dimaksudkan agar

    lubang galian benar-benar tidak memiliki endapan lumpur, berbeda dengan Air-

    Lift sebelumnya pada tahapan kali ini tidak digunakan pipa Air-Lift diameter

    0.14 namun langsung menggunakan pipa tramie untuk pengecoran diameter

    0.26 hal ini dimaksudkan agar pekerjaan berjalan secara efektif.

    Prinsip kerja Air-Lift adalah dengan memasukan air bersih kedalam

    lubang dan menekan air dengan udara melalui pipa tremie diameter 0.26 m

    yang berada dibawahnya dengan tekanan dari kompresor untuk memastikan

    sudah tidak ada lagi kandungan lumpur didalamnya. Proses Air-Lift selesai

    ketika air buangan telah bersih.

  • STUDI KASUS PROYEK PEMBANGUNAN

    JALAN BEBAS HAMBATAN TANJUNG PRIOK

    SECTION NS DIRECT

    19

    G. Test Ultrasonic Measurement

    Setelah proses Air-Lift selesai dan diperkirakan sudah tidak ada lagi

    lumpur didalam lubang bore pile maka langkah selanjutnya adalah melakukan

    Test Ultrasonic Measurement (KODEN) pada tahapan ini seorang quality

    control bertugas melakukan pengujian Non Destructive terhadap lubang yang

    nantinya akan dilakukan pengecoran. Test Ultrasonic Measurement adalah

    suatu alat dengan menggunakan gelombang ultrasonic sebagai untuk

    mengetahui bentuk dari lubang bore plie dengan cara mengukur kecepatan dari

    frekuensi gelombang yang ada dalam lubang ke alat penerima gelombang.

    Syarat dari test ini adalah titik sensor harus berada tepat ditengah-tengah

    lubang, dan persyaratan kemiringan yang diizinkan adalah

  • STUDI KASUS PROYEK PEMBANGUNAN

    JALAN BEBAS HAMBATAN TANJUNG PRIOK

    SECTION NS DIRECT

    20

    H. Fabrikasi Tulangan

    Fabrikasi tulangan sebaiknya dikerjakan pada saat pekerjaan

    pengukuran berlangsung agar pada saat pekerjaan pemasangan tidak terganggu

    atau tidak terlambat. Pada proyek ini fabrikasi tulangan untuk pekerjaan bore

    pile dilakukan di lokasi proyek hal ini diperkirakan akan mempermudah atau

    membuat pekerjaan bore pile menjadi efektif, namun dikarenakan pekerjaan

    dilakukan langsung dilapangan maka pengendalian pekerjaan fabrikasi tulangan

    harus dikerjakan dengan sangat hati-hati karena dilihat sangat pentingnya

    tulangan pada kekuatan yang nantinya akan menjadi kualitas beton pondasi

    bore pile. Tulangan yang digunakan dilapangan berdasarkan gambar

    perencanaan.

    Gambar 3.9.Perakitan tulangan Pondasi Bore Pile

    I. Pemasangan Tulangan

    Setelah pekerjaan fabrikasi tulangan selesai dan lubang bore pile telah

    dilakukan Test Ultrasonic Measurement dan telah disetujui oleh quality control

    maka tahap selanjutnya adalah pemasangan tulangan ke dalam lubang bore pile,

    dikarenakan dalamnya lubang galian melebihi 12m maka tulangan dibagi

    menjadi beberapa segmen dan untuk sambungannya dilakukan secara las

    dengan overlap nya 50 dari diameter tulangan, dikarenakan dasar tulangan tidak

  • STUDI KASUS PROYEK PEMBANGUNAN

    JALAN BEBAS HAMBATAN TANJUNG PRIOK

    SECTION NS DIRECT

    21

    boleh menyentuh dasar galian maka untuk membuatnya tetap menggantung

    digunakan hook yang terbuat dari besi dengan panjang 2,5 m sebanyak 3 buah,

    yang dibuat menggantung dengan atap casing.

    Gambar 3.10. Pengangkutan Rangkaian Tulangan Ke Titik Bore Pile

    J. Pengecoran

    Setelah lubang galian diyakini sudah tidak mengandung lumpur dan

    pemasangan tulangan sudah selesai dan pipa tremie telah terpasang, maka tahap

    selanjutnya adalah pengecoran. Pada tahap ini site engineer malakukan analisa

    kebutuhan beton bore pile untuk dilapangan. Namun, seorang site engineer

    tidak akan memesan sesuai dengan yang dianalisa namun akan ditambahkan

    sekitar 1-2m3 untuk memastikan bahwa pengecoran tidak akan kurang. Setelah

    volume beton yang dibutuhkan dilapangan sudah didapat maka site engineer

    akan menghubungi staff batching plant untk pengiriman beton tersebut.

    Setelah truk mixer yang membawa mortar sudah berada dilokasi

    pengecoran maka tahap selanjutnya adalah mengambil sample dari setiap truk

    mixer untuk dilakukan analisa lab, namun seorang quality control akan tetap

  • STUDI KASUS PROYEK PEMBANGUNAN

    JALAN BEBAS HAMBATAN TANJUNG PRIOK

    SECTION NS DIRECT

    22

    menguji slump masing-masing truk mixer dilapangan dengan ketentuan slump

    18 2 cm dan membuat benda uji sebanyak 8 buah setiap 60m.

    Gambar 3.11. Uji Slump Pada Pelaksanaan Bored Pile

    Setelah truk mixer selesai dari pengujian maka pengecoran sudah bisa

    dimulai, hal yang terpenting dalam proses ini adalah pelepasan pipa tramie.

    Pipa tremie harus diangkat dan kemudian dilepas pada saat yang tepat, dimana

    bila pipa tremie dicabut terlalu cepat, beton pada bagian bawah belum

    terkonsolidasi dengan baik, sehingga terjadi terjadi segregasi. Bila dicabut

    terlalu lama, beton yang tertuang terlalu banyak sehingga membuat pencabutan

    tremie lebih sulit

  • STUDI KASUS PROYEK PEMBANGUNAN

    JALAN BEBAS HAMBATAN TANJUNG PRIOK

    SECTION NS DIRECT

    23

    Gambar 3.12. Instalasi Tremie

    K. Pelepasan Casing

    Setelah pengeceoran selesai, dilanjutkan dengan pencabutan casing

    dengan menggunakan vibrator (vibro-hammer). Untuk mencabut casing ,

    sebelumnya kait (hook) yang sebelumnya terpasang perlu dilepas, kemudian

    casing dijepit dengan vibrator dan dicabut dengan bantuan mobile crane.

    Setelah casing selesai dicabut maka tiang bor pile tersebut sudah jadi dan

    selanjutnya lubang yang baru di cor tersebut harus dijaga agar tidak rusak.

    Gambar 3.13. Proses Pengangkatan Casing

  • STUDI KASUS PROYEK PEMBANGUNAN

    JALAN BEBAS HAMBATAN TANJUNG PRIOK

    SECTION NS DIRECT

    24

    3.3. Test Bore Pile

    a. Test PDA

    Test PDA merupakan test uji beban yang dilakukan minimal pada 1 titik

    pondasi bore pile dalam 1 pier. Berat beban yang di gunakan pada test

    PDA di proyek NS Direct ini seberat 600 Ton.

    b. Test Sonic

    Test Sonic merupakan test untuk melihat keretakan beton. Dengan

    memasukan alat test sonic yang menggunakan gelombang ultrasonic

    yang dimasukan ke dalam pipa yang telah dipersiapkan di dalam

    pondasi tiang pancang bore pile.

    c. Test Kekuatan

    Pada uji Kuat Tekan yang dilakukan pada 7 hari dan 28 hari setelah

    pengecoran berlangsug di dapatkan dari beton segar pada saat

    pengecoran sebanyak 8 pasang benda uji silinder dengan diameter 15

    cm dan tinggi 30 cm pada setiap 60 m3.

    3.4. Kendala Pada Pelaksanaan Bore Pile

    Kendala yang terjadi pada saat pekerjaan bore pile cukup beragam,

    kasus yang terjadi antara lain :

    a. Pipa Utilitas

    Permasalahan utilitas adalah hal yang umum ditemui pada proyek yang

    berlangsung di kota-kota besar, pada proyek ini ditemukan pipa utilitas yang

    tidak tertera pada gambar pelaksanaan yang terjadi pada saat pelaksanaan

    pengeboran awal berlangsung, Site engineer mengetahui hal ini ketika pada saat

    pengeboran awal berlangsung mata bor pada drilling machine terdapat patahan

    yang mengakibatkan pekerjaan pengeboran dihentikan.

  • STUDI KASUS PROYEK PEMBANGUNAN

    JALAN BEBAS HAMBATAN TANJUNG PRIOK

    SECTION NS DIRECT

    25

    Solusi

    Solusi yang dilakukan dimulai dengan menghubungi bagian

    bertanggung jawab menangani utilitas pada proyek untuk mengetahui keaktifan

    dan berbahaya atau tidaknya pipa tersebut, setelah dihubungi bagian utilitas dan

    bagian utilitas memberikan arahan untuk penaganan utilitas tersebut.

    b. Kondisi Pengeboran di dalam Sungai

    Gambar 3.15. Posisi Pier yang berada didalam Air

    Kondisi pier yang terletak di atas sungai mengakibatkan pelaksanaan

    pekerjaan bore pile yang terletak di atas sungai menimbulkan masalah yang

    menyebabkan pelaksanaan pekerjaan. Sehingga dalam metode pelaksanaan

    memerlukan penanganan yang berbeda pada pekerjaan pemasangan pondasi

    bore pile di atas tanah.

    Solusi

    Solusi yang dilakukan pada saat menangani kondisi tersebut yaitu

    dengan memancangkan sheet pile baja di lokasi pier yang akan di laksanakan

    pekerjaan konstruksi dengan menggunakan vibrator. Kemudian air sungai yang

    terdapat di titik pelaksanaan pekerjaan pier dipompa ke dalam sungai tersebut.

    Lalu dilakukan penimbunan guna ditempatkannya alat-alat konstruksi untuk

    pelaksanaan pekerjaan pengeboran.

  • STUDI KASUS PROYEK PEMBANGUNAN

    JALAN BEBAS HAMBATAN TANJUNG PRIOK

    SECTION NS DIRECT

    26

    BAB IV

    KESIMPULAN

    4.1 KESIMPULAN

    1. Proses pelaksanaan pekerjaan pondasi Bore Pile yaitu dimulai dari

    survey/pengukuran, perakitan tulangan, pekerjaan preboring,

    pemasangan casing sementara, pekerjaan pengeboran & pembersihan

    lubang bor, instalasi tulangan pada lubang bor, pekerjaan pengecoran,

    dan pekerjaan uninstall casing sementara. Pelaksanaan pekerjaan bore

    pile juga menggunakan alat ultra sonic measurement test hal ini

    diharapkan dapat memastikan mutu lubang bore pile.

    2. Permasalahan atau kendala yang terjadi diproyek tersebut sangatlah

    beragam, namun kami melihat masalah yang diperlukan penanganan

    khusus adalah perihal pipa utilitas yang tidak terdapat pada gambar

    kerja yang harus dipindahkan dari lokasi proyek.

    3. Solusi untuk permasalahan utilitas yang dilakukan dimulai dengan

    menghubungi bagian yang bertanggung jawab menangani utilitas pada

    proyek untuk mengetahui keaktifan dan berbahaya atau tidaknya pipa

    tersebut, setelah dihubungi bagian utilitas dan bagian utilitas akan

    memberikan arahan untuk penaganan utilitas tersebut maka pipa

    tersebut baru dipindahkan sesuai dengan yang telah di arahkan.