17
JURNAL INOVASI KEBIJAKAN eISSN : 2548-2165 Volume V, Nomor 2, 2020 hal. 9-25 http://www.jurnalinovkebijakan.com/ Strategi Place Triangle Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan Berbasis Masyarakat Di Kota Kupang Nusa Tenggara Timur Place Triangle Strategy for development of Sustainable Tourism Based on Community in Kupang City, East Nusa Tenggara Maria Bernadetha Ringa Politeknik Kupang email: [email protected] Abstract. The presence of tourism is proven to have had a positive impact on improving the welfare of the people in Kupang City, NTT, because it has created jobs for people around tourism destinations, such as: the growth of culinary businesses, shops, trade businesses, travel agencies, art shops and other tourism businesses. The role of government, private sector, and social capital is needed to support the success of community-based sustainable tourism in Kupang City. This study aims to find: (1) the right concept in the triangle for sustainable tourism development; (2) strategies for the role of the government, private sector, and community participation in sustainable tourism development in Kupang City; (3) to design the right strategy in the development of sustainable tourism in Kupang City. This research was conducted in Kupang City, East Nusa Tenggara Province, in six sub-districts, where there are tourist destinations, both natural tourism, marine tourism, religious tourism, and artificial tourism. The samples in this study were 270 respondents. Data were collected, to strengthen the tourism strategy in Kupang City using a SWOT analysis. The results of the research and data analysis show that: (1) the roles of the government, private sector and society are implemented in the triangle concept, (2) the right strategy in community-based tourism development in Kupang City, namely: Weaknesses and Opportunities, which is a strategy to minimize weaknesses by taking advantage of opportunities. Keywords: government role, private sector role, CBT, sustainable tourism development Abstrak. Kehadiran pariwisata terbukti memberikan dampak positif bagi pembentukan kesejahteraan masyarakat di Kota Kupang NTT, karena kehadiran pariwisata dapat membuka lapangan pekerjaan bagi masyrakat disekitar destinasi pariwisata seperi tumbuhnya usaha kuliner, warung, usaha perdagangan, biro perjalanan, art shop dan usaha pariwisata lainnya. Agar pariwisata berkelanjutan berbasis masyarakat di Kota Kupang dapat berhasil, diperlukan peran pemerintah, peran swasta dan modal sosial. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan: (1) Konsep yang tepat dalam triangel untuk pembangunan Pariwisata berkelanjutan (2) Strategi peran pemerintah, peran swasta,dan partisipasi masyarakat terhadap pembangunan pariwisata berkelanjutan di Kota Kupang (3) untuk merancang strategi yang tepat dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan di Kota Kupang. Penelitian ini dilakukan di Kota Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur, pada enam kecamatan yang terdapat destinasi wisata, baik wisata alam, wisata bahari, wisata religi, maupun wisata buatan. Sampel dalam penelitian ini adalah 270 responden. Data yang dikumpulkan, untuk memperkuat strategi pariwisata di Kota Kupang digunakan analisis SWOT. Hasil penelitian dan analisis data menunjukkan bahwa: (1) peran pemerintah, peran swasta dan masyarakat diterapkan dalam konsep treeangel (2) strategi yang tepat dalam pengembangan pariwisata berbasis

Strategi Place Triangle Pembangunan Pariwisata

  • Upload
    others

  • View
    16

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Strategi Place Triangle Pembangunan Pariwisata

JURNAL INOVASI KEBIJAKAN eISSN : 2548-2165

Volume V, Nomor 2, 2020 hal. 9-25 http://www.jurnalinovkebijakan.com/

Strategi Place Triangle Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan Berbasis Masyarakat Di Kota Kupang Nusa Tenggara Timur

Place Triangle Strategy for development of Sustainable Tourism Based on Community in Kupang City, East Nusa Tenggara

Maria Bernadetha Ringa

Politeknik Kupang email: [email protected]

Abstract. The presence of tourism is proven to have had a positive impact on improving the welfare of the people in Kupang City, NTT, because it has created jobs for people around tourism destinations, such as: the growth of culinary businesses, shops, trade businesses, travel agencies, art shops and other tourism businesses. The role of government, private sector, and social capital is needed to support the success of community-based sustainable tourism in Kupang City. This study aims to find: (1) the right concept in the triangle for sustainable tourism development; (2) strategies for the role of the government, private sector, and community participation in sustainable tourism development in Kupang City; (3) to design the right strategy in the development of sustainable tourism in Kupang City. This research was conducted in Kupang City, East Nusa Tenggara Province, in six sub-districts, where there are tourist destinations, both natural tourism, marine tourism, religious tourism, and artificial tourism. The samples in this study were 270 respondents. Data were collected, to strengthen the tourism strategy in Kupang City using a SWOT analysis. The results of the research and data analysis show that: (1) the roles of the government, private sector and society are implemented in the triangle concept, (2) the right strategy in community-based tourism development in Kupang City, namely: Weaknesses and Opportunities, which is a strategy to minimize weaknesses by taking advantage of opportunities.

Keywords: government role, private sector role, CBT, sustainable tourism development

Abstrak. Kehadiran pariwisata terbukti memberikan dampak positif bagi pembentukan kesejahteraan masyarakat di Kota Kupang NTT, karena kehadiran pariwisata dapat membuka lapangan pekerjaan bagi masyrakat disekitar destinasi pariwisata seperi tumbuhnya usaha kuliner, warung, usaha perdagangan, biro perjalanan, art shop dan usaha pariwisata lainnya. Agar pariwisata berkelanjutan berbasis masyarakat di Kota Kupang dapat berhasil, diperlukan peran pemerintah, peran swasta dan modal sosial. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan: (1) Konsep yang tepat dalam triangel untuk pembangunan Pariwisata berkelanjutan (2) Strategi peran pemerintah, peran swasta,dan partisipasi masyarakat terhadap pembangunan pariwisata berkelanjutan di Kota Kupang (3) untuk merancang strategi yang tepat dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan di Kota Kupang. Penelitian ini dilakukan di Kota Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur, pada enam kecamatan yang terdapat destinasi wisata, baik wisata alam, wisata bahari, wisata religi, maupun wisata buatan. Sampel dalam penelitian ini adalah 270 responden. Data yang dikumpulkan, untuk memperkuat strategi pariwisata di Kota Kupang digunakan analisis SWOT. Hasil penelitian dan analisis data menunjukkan bahwa: (1) peran pemerintah, peran swasta dan masyarakat diterapkan dalam konsep treeangel (2) strategi yang tepat dalam pengembangan pariwisata berbasis

Page 2: Strategi Place Triangle Pembangunan Pariwisata

Maria Bernadetha Ringa Jurnal Inovasi Kebijakan 5(2): 9-25

10

masyarakat di Kota Kupang, adalah Weaknesses and Opportunities yaitu strategi meminimalkan kelemahan (weaknesses) dengan memanfaatkan peluang.

Kata kunci: peran pemerintah, peran swasta, CBT, pembangunan pariwisata berkelanjutan.

PENDAHULUAN Selama lebih dari 60 Tahun pariwisata telah mengalami ekspansi dan

difersifikasi menjadi salah satu sektor usaha yang berkembang sangat pesat. Bertambahnya sejumlah destinasi wisata diseluruh dunia, telah menjadikan pariwisata sebagai kunci utama penggerak sektor sosial-ekonomi, melalui penciptaan lapangan kerja, peluang investasi bisnis serta pemasukan devisa dan pengembangan infrastruktur. Terus berkembangnya pariwisata ditengah banyaknya krisis global, membuktikan kekuatan dan kekebalan sektor pariwisata dalam menghadapi persaingan. Berdasarkan data United Nation World Tourism Organization (UNWTO, 2017) jumlah kedatangan wisatawan internasional ke Indonesia bertambah dari 25 juta pada tahun 1950 menjadi 278 juta di Tahun 1980 meningkat 674 juta di Tahun 2000 dan 1,235 juta di Tahun 2017. Selanjutnya pemasukan dari sektor pariwisata di destinasi tujuan, menghasilkan 216 juta dollar yang bersumber dari jasa transportasi (travel cost).

Laporan dari World Travel and Tourism Council (WTTC) 2016 menunjukan bagaimana industri pariwisata telah berperan sebagai salah satu pilar ekonomi utama dalam ekonomi global dan ekonomi negara-negara di dunia. Peran sektor pariwisata, sebagai motor penggerak ekonomi terlihat juga pada hasil penelitian WTTC yang mengemukakan bahwa, setiap 1 juta Dolar AS (Sekitar 13,3 Milyar) yang dibelanjarakan untuk sektor perjalanan dan sektor pariwisata bisa mendukung 200 lapangan kerja dan menambah 1,7 Dolar AS (Sekitar Rp 22,61 milyar) bagi PDB Indonesia (Kompas,17-11-2016). Bagi Indonesia, WTTC melapotkan bahwa pada Tahun 2014, sektor pariwisata menyumbang 9,3% pada GDP Indonesia, dan diprediksi sektor ini, akan bertumbuh rata-rata 7,2% pada periode 2016-2020. Sektor pariwisata juga menciptakan 8,4% dari total kesempatan kerja di Indonesia. Kontribusi pariwisata terhadap GDP global sebagian besar berasal dari wisatawan domestik 71,8% sisanya dari wisata asing 28,2% (Gambar 1).

Gambar 1. Kontribusi Pariwisata Terhadap Gross Domestik Bruto

Sumber: Riset UNWTO (2017)

Secara nasional pariwisata berada di urutan ke-4 sebagai penyumbang devisa terbesar di Indonesia dengan nilai devisa sebesar 8,2213 Juta US$. Pemerintah Pusat telah menetapkan 6 (enam) sektor unggulan dalam pembangunan (2015)-(2019).

Page 3: Strategi Place Triangle Pembangunan Pariwisata

Maria Bernadetha Ringa Jurnal Inovasi Kebijakan 5(2): 9-25

11

Keenam sektor unggulan tersebut adalah Pangan, Maritim, Pariwisata, Industri, Energi dan Infrastruktur. Target yang ditetapkan pemerintah untuk sektor pariwisata di Tahun 2019 adalah peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) yaitu sebanyak 20 juta wisatawan, dan 275 juta wisatawan nusantara (wisnus), serta peringkat 30 tourism and competitive index. Salah satu provinsi yang menjadi perhatian pemerintah pusat dalam pengembangan pariwisata adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Provinsi NTT merupakan salah satu provinsi kepulauan di Indonesia yang wilayahnya disatukan oleh Laut Sawu dan Selat Sumba, dengan jumlah pulau 1.192 (pulau besar dan kecil), yang memiliki kekayaan alam dan kekayaan budaya yang cukup potensial untuk dikembangkan menjadi destinasi pariwisata yang potensial yang tersebar hampir di semua pulau di NTT (Gambar 2).

Gambar 2 Peta Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Timur

Sumber: Bappeda NTT, 2018

Provinsi NTT memiliki Pulau yang sudah bernama sebanyak 432 pulau dan pulau yang berpenghuni 44 pulau. Memiliki luas daratan ± 47.349,9 Km² dan luas lautan ± 200.000 Km². Wilayah administrasi terdiri dari 21 Kabupaten dan 1 Kota Madya, 306 kecamatan dan 3.270 desa dan kelurahan. Provinsi NTT berada di beranda terdepan, di selatan Indonesia yang berbatasan darat dengan Negara Demokrat Timor Leste dan berbatasan laut dengan Australia. Provinsi NTT memiliki 5 pulau besar seperti Pulau Flores, Pulau Sumba, Pulau Timor, Pulau Alor serta pulau-pulau kecil seperti Adonara, Solor, Sabu, Rote.dllBerdasarkan data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) (2018) jumlah penduduk NTT adalah 5.203.514 juta jiwa. Provinsi NTT merupakan salah satu dari 10 (sepuluh) provinsi di Indonesia yang ditetapkan oleh pemerintah pusat menjadi wilayah destinasi unggulan wisata. Daya Tarik Wisata (DTW) yang dimiliki oleh Provinsi NTT, adalah sebanyak 458, berdasarkan hasil publikasi melalui website (2017) resmi Dinas Pariwisata Provinsi NTT. Potensi pariwisata di Provinsi NTT terdiri dari beberapa tema wisata, antara lain: Wisata Alam 115 (25,11%), Wisata Pantai (22,71%), Wisata Kampung tradisional (17.03%), Wisata Budaya (12,88%), Wisata Religi (5,68%), Wisata Sejarah (8.08%), Wisata Belanja (2,18%), Festival Budaya (1,97%), Diving and Snorkling (1,75%), Wisata Kuliner (1,75%) dan Wisata Buatan (0,87).

Kebijakan pengembangan kepariwisataan nasional ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional (RIPPARNAS). Peraturan Pemerintah Tahun 2017 pasal 7 ayat a, terdapat 50 Destinasi Pariwisata Nasional (DPN), 88 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) dan 222 Kawasan Pembangunan Pariwisata Nasional

Page 4: Strategi Place Triangle Pembangunan Pariwisata

Maria Bernadetha Ringa Jurnal Inovasi Kebijakan 5(2): 9-25

12

(KPPN). Berdasarkan PP tersebut, terdapat 5 DPN atau 10,5 persen, KSPN 5,68 persen, dan 12 KPPN atau 5,41 persen untuk Provinsi NTT Tahun 2015–2025. Sejalan dengan kebijakan pemerintah pusat yang sudah menetapkan RIPPARNAS, pemerintah Provinsi NTT pada Tahun 2015 telah menetapkan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah (RIPPARDA) Provinci NTT Tahun 2015–2025 guna mendukung RIPPARNAS yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat.

Pembangunan Pariwisata menjadi salah satu agenda prioritas dalam pembangunan di Provinsi NTT oleh Gubernur dan Wakil Gubernur masa bakti Tahun 2018-2023. Kebijakan pengembangan pariwisata Provinsi NTT berbasis klaster yang memiliki potensi dan keunikan masing-masing. Klaster 1 (satu) memiliki keunggulan wisata kepulauan yang bertumpuh pada keindahan pantai dan wisata minat khusus, klaster 2 (Dua) memiliki keunggulan pada binatang purba komodo dan keindahan bawah laut serta peninggalan budaya masyarakat, klaster 3 (Tiga) memiliki keunggulan pada danau kelimutu dan berbagai atraksi budaya lokal, dan klaster 4 (Empat) memiliki keunggulan pada kehidupan megalitik dan ritual adat, Dinas Pariwisata Provinsi NTT (2018).

Pemerintah NTT telah menetapkan pariwisata sebagai sektor unggulan Tahun 2018-2023. Hal ini karena banyak destinasi wisata di Provinsi NTT yang sudah terkenal sampai ke penjuru dunia seperti Pulau Komodo, Danau Kelimutu, Kampung Adat, Taman Laut, dan Festifal Budaya seperti Pasola, Reba, dan lainnya. Potensi DTW di Provinsi NTT berdasarkan Tema Wisata seperti Alam, Budaya, Buatan, dan Minat Khusus, sebanyak 126 atau 10,67 persen.Total potensi DTW Alam di Provinsi NTT sebanyak 628 DTW, namun yang telah dikelolah hanya 32,21 persen. Artinya masih terdapat 416 DTW atau sebesar 67,79 persen yang belum dikelolah oleh pemerintah, termasuk DTW yang terdapat di Kota Kupang. Pemerintah daerah khususnya Pemerintah Kota Kupang diharapkan berperan secara aktif sebagai fasilitator, dinamisator dan motivator dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan agar RIPPARDA yang telah ditetapkan dapat berjalan sesuai dengan harapan, dengan melibatkan investor atau pihak swasta dan masyarakat lokal disekitar destinasi wisata, agar mengelolah berbagai daya tarik wisata yang belum dikelolah oleh pemerintah. Langkah konkrit yang dilakukan pemerintah adalah pembangunan sarana dan prasarana berupa infrastruktur yang memadai serta sentral industri di destinasi pariwisata. Keterlibatan peran serta masyarakat dalam pengembangan dan pengolahan pariwisata menjadi faktor penting, karena masyarakatlah yang memahami dan menguasai wilayahnya (Elfianita, 2011). Partisipasi masyarakat merupakan suatu keharusan dalam setiap pembangunan berkelanjutan seperti yang dikemukakan oleh Gunn (1999), yang menegaskan bahwa “ Local people participation is prerequisite for sustainable tourism”.

Menurut Pitana (2004), pemberdayaan sesungguhnya merupakan usaha atau proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat lokal, sehingga mereka mampu mengidentifikasi permasalahan yang ada didaerahnya, menemukan potensi yang ada, menganalisis berbagai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman, untuk selanjutnya mampu merencanakan berbagai program didaerahnya.Tujuan akhir dari pemberdayaan adalah meningkatkan kemandirian masyarakat lokal, untuk mampu membuat perencanaan yang telah ditetapkan, serta melakukan monitoring dan evaluasi terhadap rencana tersebut, yang pada akirnya bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat itu sendiri (Soetopo, 2001). Communty Based Tourism (CBT) adalah pariwisata yang berbasis komunitas, dimana masyarakat yang memiliki wewenang dan penentu dalam berbagai aspek pembangunan pariwisata itu sendiri (Maramon, 2017). Masyarakat diposisikan sebagai penentu, serta keterlibatan masyarakat mulai dari proses perencanaan sampai kepada pelaksanaanya pembangunan di wilayahnya. Berkaitan dengan

Page 5: Strategi Place Triangle Pembangunan Pariwisata

Maria Bernadetha Ringa Jurnal Inovasi Kebijakan 5(2): 9-25

13

kegiatan pariwisata dan destinasi wisata, setiap kabupaten dan kota di NTT telah memiliki daerah tujuan wisata yang telah berkembang, maupun yang akan dikembangkan termasuk Kota Kupang yang merupakan ibu kota Provinsi NTT.

Pengembangan pariwisata berkelanjutan berbasis masyarakat, di Kota Kupang harus dilakukan oleh pemerintah daerah, karena Kota Kupang adalah Ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur dan merupakan kota transit ke berbagai wilayah di NTT, dan dekat dengan Pulau bali yang merupakan destinasi wisata dunia. Kota Kupang juga secara geografis berbatasan dengan Negara Darwin (Australia) dan Negara Timor Leste. Letak geografis yang strategis ini, dapat dibentuk segitiga emas pariwisata dan perdagangan “Kupang-Dili-Darwin (KDD) tourism and trade golden triangle” (Kameo dan Laiskodat, Victory News,2017).Letak Kota Kupang yang strategis merupakan Modal utama dalam memperkenalkan obyek wisata, baik wisata bahari, wisata budaya, wisata religi, yang banyak terdapat di Kota Kupang. Pariwisata di Kota Kupang. Keterlibatan sektor swasta dalam pembangunan pariwisata di Kota Kupang Tahun 2018 mengalami pertumbuhan yang signifikan karena pemerintah mendorong keterlibatan sektor swasta, dengan membangun sarana dan prasarana pariwisata seperti Hotel, Restoran, Tempat Hiburan, yang berdampak pada peningkatan pendapatan daerah dari sektor pajak (BPPMD, 2018)

Dengan peningkatan jumlah pendapatan dari berbagai usaha pariwisata, menggambarkan adanya peningkatan peran sektor swasta dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan di Kota Kupang (BKPMD,2018).Kerjasama antara pemerintah, dan swasta sangat berpengaruh dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan yang berbasis masyarakat. Pariwisata berbasis masyarakat atau Community Based Tourism (CBT) harus bersinggungan dengan tiga pilar yaitu: Pemerintah, swasta, dan masyarakat. Kerjasama antara ketiganya, sangat menunjang pariwisata berkelanjutan yang berbasis masyarakat, karena pemerintah tidak dapat menjalankan berbagai program pembangunan pariwisata, tanpah ditopang oleh pihak swasta, dalam melaksanakan dan menyediakan aksebilitas, yang melibatkan masyarakat disekitar destinasi wisata, agar dampak kemajuan pariwisata dapat dinikmati oleh masyarakat (Ernawaty,2019). Pola kemitraan antara pemerintah, swasta dan masyarakat dalam pengembangan pariwisata terdapat pada Gambar 3.

Gambar 3 Pemangku Kepentingan dalam Pengembangan Pariwisata

Sumber: Wearing dalam Heny (2013) Partisipasi masyarakat merupakan komponen terpenting dalam upaya

pertumbuhan kemandirian dan proses pemberdayaan (Nasikum,1997). Pemerintah harus melibatkan pihak swasta dalam implementasi kebijakan, kontribusi tenaga ahli, tenaga trampil, maupun sumbangan dana, alat dan teknologi, sedangkan masyarakat dilibatkan dalam bentuk partisipasi non mobilisasi untuk memperoleh hasil pembangunan yang diinginkan (Sugiarti dan Argy, 2009). Kerjasama antara pemerintah, masyarakat dan swasta, akan menunjang keberhasilan pembangunan

Page 6: Strategi Place Triangle Pembangunan Pariwisata

Maria Bernadetha Ringa Jurnal Inovasi Kebijakan 5(2): 9-25

14

pariwisata berkelanjutan yang berbasis masyarakat di Kota Kupang NTT (Bandaso, 2018).

Sektor swasta mempunyai pengaruh sangat penting sebagai penghubung dalam pelaksanaan pariwisata berbasis masyarakat atau CBT dengan dunia luar terutama dari segi financial dan marketing untuk memperoleh jaringan. Dengan adanya keterlibatan sektor swasta dalam CBT dapat mampu menyediakan sumber daya manusia dalam pemasaran dan pengolahan produk wisata secara kompetitif untuk perencanakan pariwisata, serta sebagai motivator dalam memperoleh keuntungan dengan mempertimbangkan segmen pasar yang tepat sesuai dengan produk yang ditawarkan dan mampu mencapai sasaran yang efektif. Dengan pola kemitraan pemerintah, swasta dan masyarakat, dapat dilakukan pembagian kerja yang wajar dan saling melengkapi sesuai dengan kapasitas dan fungsinya masing-masing, sehingga pemerintah bisa lebih memusatkan perannya sebagai regulator, fasilitator, dan dinamisator dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Sektor swasta menjalankan perannya untuk membantu pemerintah dalam menyediakan sarana dan prasarana bagi kebutuhan masyarakat secara cepat dan efisien sehingga lebih banyak dilibatkan dalam kegiatan operasional, terutama dalam produksi dan distribusi pelayanan publik.

Peran sektor swasta tidak maksimal tanpa ditunjang dengan suatu langkah strategis yang dilakukan oleh pengelolah suatu daya tarik wisata, ataupun pihak yang memiliki otoritas pengembangan pariwisata (Zulkifly, 2013). Partisipasi sektor swasta dalam bidang pariwisata terlihat dengan tumbuhnya sektor jasa yang mendukung pariwisata di Kota Kupang seperti dibangunnya sarana perdagangan dan jasa yaitu Hotel dan Restoran, Mall, Tempat Hiburan, Art Shop, Spa, Central Tenun Ikat, Kelompok Sadar Wisata, Pemandu Wisata dan Travel Agen dll. Kemitraan antara pemerintah, swasta dan masyarakat di Kota Kupang berjalan belum optimal, karena pemerintah masih sangat dominan dalam pembangunan dan pengelolaan destinasi wisata. Pemerintah belum bermitra secara optimal dengan pihak swasta dalam mengelolah destinasi wisata, yang melibatkan masyarakat.

Sektor swasta yang berinvestasi dibidang pariwisata di Kota Kupang terdiri pemilik usaha perhotelan, pemilik Restoran, Wisata buatan (water park, wahana permainan dll) Travel Agen, maupun perusahaan swasta seperti PT. Waskita Karya, PT. Nindya Karya, PT. Hutama Karya, PHRI, ASITA, Medya Cetak dan Medya Elektronik dll. Peran sektor swasta harus lebih ditingkatkan dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan, seperti melakukan kerjasama dengan masyarakat atau stakeholder dalam pengembangan SDM serta pelestarian SDA disekitar destinasi wisata. Hal karena perlu dilakukan oleh sektor swasta, karena berdasarkan hasil penelitian, peran swasta tidak signifikan dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan di Kota Kupang.

Selain kemitraan antara pemerintah, swasta, dan masyarakat, dan memperhatikan dalam bentuk triangel, dibutuhkan juga stategi yang tepat dalam pengembangan destinasi wisata, sehingga berdampak pada peningkatan asli pendapatan daerah, dan peningkatan kualitas hidup masyarakat di sekitar destinasi wisata. Strategi place triangel yang digunakan adalah dengan menggunakan analisis SWOT. Analsis SWOT adalah analisis untuk mengetahui kekuatan (strenght), kelemahan (weakness), peluang (oppurtunities) dan ancaman (threat), dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan di Kota Kupang Nusa Tenggara Timur. Pengembangan pariwisata ke Kota Kupang, membutuhkan penanganan dan pengelolahan atraksi, fasilitas, aksebilitas, infastruktur dan hospitalitas yang baik (Wardana 2017). Pemerintah Perlu mengupayakan langkah stategis dalam pengembangan atraksi, fasilitas, infrastuktur, aksebilitas serta hospitalitas di semua

Page 7: Strategi Place Triangle Pembangunan Pariwisata

Maria Bernadetha Ringa Jurnal Inovasi Kebijakan 5(2): 9-25

15

destinasi wisata di Kota Kupang, sebagai sebagai penunjang peningkatan pengembangan pariwisata di Kota Kupang (Jelamu,2017).

Sejalan dengan semangat otonomi daerah yang memberikan kewenangan kepada daerah kabupaten di bidang kepariwisataan, khususnya proses identifikasi, pengaturan, pemanfaatan, pengelolaan, dan pembinaan elemen pariwisata, perlu dirumuskan strategi pengembangan kepariwisataan daerah, khusunya pariwisata di Kota Kupang dimasa yang akan datang. Strategi place triangel adalah konsep pengembangan pariwisata, dengan kerjasama antara pemerintah, swasta dan dan masyarakat melalui perannya masing-masing, agal pelaksanaan pengembangan pariwisata dapat berhasil (Wearing;2001).

Berdasarkan latar belakang permasalahan maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1) Bagaimana strategi place triangel peran pemerintah, peran swasta, dan masyarakat terhadap pembangunan Pariwisata berkelanjutan di Kota Kupang Nusa Tenggara Timur.

2) Bagaimana Strategi place triangel dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan di Kota Kupang.

3) Bagaimana strategi place triangel yang tepat dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan di Kota Kupang?

Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut:

1) Untuk mengetahui strategi place triangel peran pemerintah, peran swasta, masyarakat, terhadap pembangunan pariwisata berkelanjutan di Kota Kupang.

2) Untuk mengetahui konsep strategi place triangel, dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan di Kota Kupang.

3) Untuk mengetahui strategi place triangel yang tepat dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan di Kota Kupang.

METODOLOGI Rancangan penelitian menggunakan kuantitatif adalah dengan menjabarkan

secara terperinci lokasi penelitian, identifikasi variabel, defenisi operasional variabel, populasi dan sampel, prosedur pengumpulan data, instrumen penelitian, serta analisis data. Metode kuantitatif dalam penelitian ini bermaksud untuk mengetahui korelasional dan hubungan kausalitas antara variabel pada model. Penelitian Kuantitatif dilakukan dengan pengambilan data primer di sekitar destinasi wisata yang diteliti.

Lokasi penelitian berada di wilayah Kota Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur, yang secara admistratif terdiri dari 6 kecamatan yaitu Kecamatan Alak, Kecamatan Maulafa, Kecamatan Oebobo, Kecamatan Kota Raja, Kecamatan Kelapa Lima, dan Kecamatan Kota Lama, serta terdiri dari 51 (lima puluh satu) kelurahan. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kota Kupang dengan pertimbangan:

1) Potensi pariwisata yang dimilki oleh Kota Kupang 2) Potensi pariwisata yang banyak memiliki daya tarik, tetapi belum dikelolah

secara optimal oleh pemerintah daerah Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah: 1) Data kuantitatif, yaitu data-data yang dinyatakan dalam bentuk angka atau

bilangan, seperti jumlah responden berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan prempuan, berdasarkan usia responden, tingkat pendidikan dan lain-lain.

2) Data kualitatif dalam penelitian ini berupa kuisioner, hasil wawancara, dan observasi lapangan dengan menggunakan skala nominal, dan skala likert. Data yang diperoleh, diolah dan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif,

Page 8: Strategi Place Triangle Pembangunan Pariwisata

Maria Bernadetha Ringa Jurnal Inovasi Kebijakan 5(2): 9-25

16

untuk menggambarkan fenomena yang terjadi dalam pengembangan pariwisata berkelajutan berbasis masyarakat. Untuk menganalisis Strategi dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan berbasis masyarakat, dilakukan dengan analisis SWOT.

Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer yang merupakan sumber data diperoleh langsung di lokasi penelitian (Sugyono, 2000). Data yang diperoleh dengan membagikan kuisioner yang dirumuskan secara terstruktur, sistematis pada permasalahan sehingga memungkinkan data yang diperoleh merupakan data yang mempunyai nilai obyektivitas tinggi sesuai dengan pengetahuan dan atau persepsi individu tentang obyek sikap (kognitif) karena pengetahuan atau pemahaman, keterampilan (skill) dalam menghadapi persoalan yang diteliti. Pengujian juga, menggunakan informasi atau keterangan yang diperoleh dengan mengadakan wawancara mendalam (in-depth interview) dengan responden dan mengumpulkan data melalui informan. Informan adalah orang yang dianggap memiliki kompetensi dan memahami tentang peran pemerintah, swasta, maupun partisipasi masyarakat dalam konsep strategi triangel

Informan dalam penelitian ini adalah Pemerintah Kota Kupang, Dinas Pariwisata Kota Kupang, Bapeda, BPS, serta para pelaku usaha dibidang pariwisata, dan organisasi yang bergerak di bidang pariwisata seperti Asita, PHRI, HPI, serta stakeholder terkait.

Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian dalam suatu suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan (Margono, 2004). Menurut Sugiyono (2003),populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Kota Kupang pada enam kecamatan yang berada di sekitar destinasi wisata.Populasi dalam penelitian ini adalah 378,425 kepala keluarga yang berada pada enam kecamatan di Kota Kupang NTT.

Sampel merupakan bagian dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi, Sugiyono (2007). Sampel adalah sub kelompok yang mewakili populasi yang diteliti. Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasi hasil penelitian sampel. Menggeneralisasikan sampel adalah mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi. Ukuran sampel dengan menggunakan tabel penentuan jumlah sampel pada taraf kesalahan 1%, 5% dan 10% yang dikembangkan dari dari Isaac dan Michel (Sugiyono : 2002) tentang penentuan jumlah populasi (N) = 378,435dengan taraf kesalahan 10 persen diperoleh 269.97 atau sama dengan 270 responden.

Berdasarkan masalah dan hipotesis penelitian, maka dapat diidentifikasikan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian yaitu :

1) Variabel dalam penelitian yaitu strategi Place Tree Angel 2) Variabel yaitu CBT 3) Variabel Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan.

Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa study deskripsi, survey dokumentasi dan survey lapangan, untuk mengumpulkan data. Sugiyono (2007) menyatakan bahwa, metode pengumpulan data merupakan, bagian instrumen pengumpulan data yang menentukan berhasil tidaknya suatu penelitian. Survey dokumentasi dilakukan dengan menelusuri dokumen-dokumen atau segala sumber terkait dengan study kepustakaan serta pengambilan gambar berupa foto. Survey lapangan dilakukan dengan observasi lapangan dan wawancara. Observasi lapangan dengan menggadakan pengamatan langsung terhadap obyek yang diteliti, sehingga diperoleh gambaran yang lebih jelas, tentang kegiatan pariwisata berbasis masyarakat dan pembangunan partiwisata berkelanjutan. Sedangkan wawancara merupakan tanya jawab langsung kepada responden dengan menggunakan

Page 9: Strategi Place Triangle Pembangunan Pariwisata

Maria Bernadetha Ringa Jurnal Inovasi Kebijakan 5(2): 9-25

17

instrumen berupa pertanyaan terstruktur yang telah disiapkan, dan pertanyaan terbuka kepada nara sumber yang terkait. Terhadap instrumen penelitian dilakukan pengujian awal dengan menggunakan uji validitas dan realibilitas. Hal ini dipertengas dengan pernyataan Arikunto (2002) dan Cooper (2003) bahwa instrumen yang baik harus memenuhi persyaratan yaitu valid dan reliabel dengan dilandasi kajian pustaka yang memadai.

Teknik pengumpulan data dirancang menggunakan pendekatan penelitian yang

bersifat kuantitatif, dengan menggunakan tambahan informasi yang bersifat kualiatif

sebagai pelengkap atas informasi data kuantitatif tersebut. Kegiatan pengumpulan data

dilakukan dengan dengan cara melakukan survey dan perekaman data melalui

wawancara, observasi dan wawancara mendalam yang dipandu dengan daftar pertanyaan

sebagai pedoman dalam melaksanakan wawancara.Metode pengumpulan data dilakukan

denganobservasi, wawancara, dam Focus Grup Discution.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif dipergunakan untuk menjawab permasalahan dengan menggunakan analisis SWOT untuk melihat kekuatan, kelemahan,peluang dan ancaman dalam pembangunan Pariwisata di Kota Kupang.

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Kota Kupang

Sebutan Kupang sejatinya berasal dari nama seorang raja, yaitu Nai Kopan atau Lay Kopan, yang memerintah Kupang sebelum datangnya bangsa Portugis di Nusa Tenggara Timur (NTT). Pada abad ke 15, daerah NTT pada umumnya, dan khususnya Pulau Timor, telah ramai dikunjungi para pedagang dari wilayah Indonesia Barat, dengan maksud berdagang kayu cendana. Pada tahun 1436, pulau Timor memiliki 12 Kota Bandar, namun tidak disebutkan namanya. Hal ini desebabkan Kota Bandar tersebut terletak di pesisir pantai yang strategis, dan salah satu daerah strategis terletak disebelah barat pulau Timor yaitu daerah pantai sekitar Teluk Kupang. Daerah ini merupakan wilayah kekuasaan Raja Helong, dan yang menjadi raja Helong saat itu adalah Raja Koen Lai Bissi. Pada abad ke 16, datang dua kekuasaan asing di NTT yaitu Portugis dan Belanda.

Kota Kupang merupakan ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur yang secara geografis terletak pada 123º 32’ 23”-123º 37’ 01” Bujur Timur dan 10º 36’ 14”- 0º 39’ 58” Lintang Selatan. Secara administratif Kota Kupang terdiri dari 6 (enam) kecamatan yaitu Kecamatan Alak, Maulafa, Oebobo, Kelapa Lima, Kota Raja, Kota Lama serta 51 (lima puluh satu) Kelurahan dengan luas wilayah 260,127 Km² yang terdiri dari darat seluas 165,337 Km² dan lautan seluas 94,790 Km². Kota Kupang memiliki batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut:

Sebelah Utara : Teluk Kupang Sebelah Selatan : Kecamatan Nekamese dan Taebenu Kabupaten Kupang Sebelah Timur : Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang Sebelah Barat : Kecamatan Kupang Barat Kabupaten Kupang Struktur perekonomian di Kota Kupang adalah ekonomi jasa. Struktur

perekonomian di Kota Kupang memperlihatkan bahwa sektor ekonomi yang paling dominan dalam membentuk nilai produksi barang dan jasa adalah sektor tersier yang terdiri dari perdagangan, restoran, hotel, jasa pemerintahan umum, jasa sosial kemasyarakatan, trasportasi dan komunikasi keuangan dan persewaan dan jasa perusahaan. Keseluruhan sektor ini adalah penyumbang PDRB sebesar 75,59 persen. Sektor ekonomi berikut yang cukup berperan adalah sektor sekunder yang menyumbang 22,05 persen yang terdiri dari industri pengolahan, listrik dan gas, pengadaan air, kontruksi, listrik dan air. Industri pengolahan, listrik dan gas, pengadaan air, konstruksi, reil estate. Sektor ekonomi yang penyumbang paling kecil adalah sektor primer adalah 2,36 persen yang terdiri dari perikanan dan kelautan, serta pertambangan.

Page 10: Strategi Place Triangle Pembangunan Pariwisata

Maria Bernadetha Ringa Jurnal Inovasi Kebijakan 5(2): 9-25

18

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Lokasi Destinasi Wisata di Kota Kupang

No Destinasi Jumlah Responden

(Orang) (%) 1 Gereja Kota Kupang 5 1.85 2 Gua Jepang 10 3.70 3 Gua Monyet Alak 10 3.70 4 Gua Monyet Kelapa Lima 10 3.70 5 Hutan Mangruf 31 11.48 6 Ketapang Satu 2 0.74 7 Kupang Water Park 1 0.37 8 Museum Negeri NTT 6 2.22 9 Pantai Batu kepala 23 8.52

10 Pantai Kelapa Lima 9 3.33 11 Pantai Ketapang Satu 9 3.33 12 Pantai Koepan 23 8.52 13 Pantai Lasiana 9 3.33 14 Pantai Namosain 12 4.44 15 Pantai Nunsui 18 6.67 16 Pantai Paradiso 13 4.81 17 Pantai Warna 21 7.78 18 Rumah Raja Kupang 5 1.85 19 Taman Nostalgia 17 6.30 20 Trans Studio 5 1.85 21 Water Boom Suba Suka 6 2.22 22 Wisata Kuliner 17 6.30 23 Wisata Kuliner Oepoi 8 2.96

Jumlah 270 100,00

Analisis Strength, Weaknesses, Opportunities, dan Treats (SWOT)

Selain melakukan pengambilan data dengan kuisioner guna mendapatkan data yang akurat di lokasi penelitian, dilakukan juga analisis SWOT, guna menganalisis kekuatan, kelemahan, ancaman, dan peluang pembangunan pariwisata berkelanjutan di Kota Kupang.

Penilaian jawaban responden untuk analisis SWOT terhadap indikator pada setiap variabel menggunakan skala pengukuran 1 sampai 5. Untuk mendeskripsikan penilaian rata-rata responden mengenai variabel-variabel dalam penelitian, hasil jawaban responden disesuaikan dengan desain skala pengukuran yang telah ditetapkan kemudian diformulasikan kedalam beberapa interval kelas.

Tabel 2. Analisis Jawaban Responden tentang Peran Pemerintah,Peran Swasta, Peran masyarakat Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan

No. Indikator Rata- rata

Standar Deviasi

1 Penyedia fasilitas kepada masyrakat dan wisatawan 3.06 1.293

2 Fasilitasi kepentingan masyarakat dengan stakeholder terkait

3.19 1.225

3 Stimulus kepada masyarakat dalam pengembangan SDM 3.01 1.286

4 Memberikan bantuan moril dan materil dalam usaha pariwisata

3.23 1.321

Page 11: Strategi Place Triangle Pembangunan Pariwisata

Maria Bernadetha Ringa Jurnal Inovasi Kebijakan 5(2): 9-25

19

No. Indikator Rata- rata

Standar Deviasi

Peran Pemerintah 3.12 1.152

5 Menyediakan jasa pelayanan pariwisata 3.45 1.152

6 Merespon kebutuhan masyarakat 3.41 1.284

7 Kontribusi promosi dan pemasaran pariwisata 3.38 1.264

8 Membangun infastruktur dan SDM 3.45 1.218

Peran Swasta 3.42 1.114

9 Berprilaku jujur dan menjaga toleransi dalam masyarakat

3.95 0.882

10 Mampu bekerjasama dengan berbagai pihak 4.05 0.828

11 Memiliki pemahaman nilai budaya bersama 4.00 0.879

12 Menjaga kelestarian lingkungan 4.01 0.827

CBT 4.00 0.691

13 Tercipta lapangan pekerjaan dari sektor pariwisata 3.69 1.105

14 Timbulnya pendapatan masyarakat lokal 3.57 1.157

15 Peningkatan kwalitas hidup masyarakat karena pariwisata

3.26 1.250

16 Telah dilakukan penguatan organisasi pariwisata 3.13 1.274

17 Masyarakat berpartisipasi aktiif dalam pengembangan pariwisata

3.26 1.176

18 Masyarakat memiliki peran penting dalam pengambilan keputusan

3.13 1.284

Partisipasi Masyarakat 3.34 0.982

19 Pengolahan pariwisata memberikan keuntungan ekonomi

3.93 0.880

20 Pembangunan pariwisata memiliki dampak sosial 3.51 1.090

21 Pembangunan pariwisata tetap mempertahankan ekosistim

3.94 1.039

Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan 3.79 0.831

Berdasarkankategori jawaban responden, maka analisis SWOT untuk semua

indikator dapat dijelaskan pada Tabel berikut.

Tabel 3. Analisis SWOT Peran Pemerintah, Peran Swasta, masyarakat TerhadapPembangunan Pariwisata Berkelanjutan Berbasis Masyarakat

LINGKUNGAN INTERNAL

Kekuatan (Strength-S) Kelemahan (Weaknesses-W)

1. Hospitality, aturan, norma, masih

terjaga dalam masyarakat.

2. Masyarakat lokal, dapat

bekerjasama dengan sektor swasta,

dan pemerintah dalam

pengembangan pariwisata.

3. Pariwisata dapat menciptakan

lapangan pekerjaan bagi

1. Rendahnya pemahaman

masyarakat tentang pentingnya

pariwisata.

2. Tokoh adat atau tokoh

masyarakat belum optimal

memfasilitasi masyarakat

pengembangan potensi wisata.

3. Rendahnya kreaktifitas

Page 12: Strategi Place Triangle Pembangunan Pariwisata

Maria Bernadetha Ringa Jurnal Inovasi Kebijakan 5(2): 9-25

20

masyarakat

4. Terjadi peningkatan kwalitas hidup

masyarakat di sekitar destinasi

wisata

5. Terdapat berbagai adat istiadat,

suku, budaya dalam masyarakat,

yang merupakan kekuatan dalam

mengemas pariwisata, di Kota

Kupang menjadi pariwisata budaya.

6. Terdapat banyak destinasi

pariwisata yang dapat

dikembangkan, sehingga dapat

menciptakan lapangan kerja bagi

masyarakat.

masyarakat

4. Norma dan Nilai yang dianut

masyarakat, akan bergeser

dengan masuknya budaya asing,

yang berdampak pada pola hidup

masyarakat

5. Belum optimalnya penguatan

organisasi lokal di bidang

pariwisata dalam masyarakat

6. Masih rendahnya partisipasi

masyarakat dalam pembanguan

pariwisata berkelanjutan.

LINGKUNGAN EKSTERNAL

Peluang (Opportunuties-O) Ancaman (Threats-T)

1. Adanya penyediaan aksebilitas oleh investor/swasta dengan pembangunan sarana pariwisata seperti hotel, resto, mall, dan sarana penunjang lainya

2. Investor atau swasta, merespon kebutuhan masyarakat dan wisatawan dengan penyediaan aksebilitas.

3. Stabilitas politik yang baik di Kota Kupang, sehingga menarik minat swasta untuk beinvestasi dalam berbagai bidang usaha.

4. Kota Kupang merupakan ibukota Prov. NTT

5. Merupakan pintu masuk dari berbagai daerah yang akan mengunjungi berbagai kota di NTT

6. Terdampat bandara internasional, dan pelabuhan laut ke berbagai wilayah

1. Kurannya kontribusi swasta dalam membantu masyarakat dan pemerintah dalam melakukan promosi pariwisata.

2. Belum meratanya pembangunan sarana dan prasarana di beberapa destinasi wisata.

3. Terjadi kerusakan lingungan akibat pengembangan pariwisata

4. Masih rendahnya peran pemerintah dan swasta dalam melakukan pembinaan terhadap SDM masyarakat disekitar destinasi wisata.

5. Belum adanya sinergi antara birokrasi dan pihak swasta, dalam pembangunan pariwista berke-lanjutan di Kota Kupang.

Selanjutnya sesuai dengan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dapat dilakukan analisis SWOT. Strategi yang dilakukan adalah dengan menghasikan empat alternatif strategi yaitu alternatif strategi SO yaitu ciptakan strategi yang menggunakan Strength (kekuatan), untuk memanfaatkan Opportunuties (peluang), alternatif strategi WO (ciptakan strategi yang meminimalkan Weaknesses (kelemahan) untuk memanfaatkan Opportunuties (peluang), alternative ST yaitu menciptakan strategi dengan menggunakan Strenght(kekuatan) untuk mengatasi ancaman (threats) dan alternatif stategi WT yaitu stategi yang meminimalkan kelemahan (weaknesess) dan menghindari ancaman (threats). a. Strategi SO (Strength and Opportunities). Strategi SO yaitu strategi yang

mengoptimalkan kekuatan (strenght) untuk memanfaatkan peluang (opportunities), alternatif strategi SO adalah membangun dan memperbaiki

Page 13: Strategi Place Triangle Pembangunan Pariwisata

Maria Bernadetha Ringa Jurnal Inovasi Kebijakan 5(2): 9-25

21

aksebilitas di destinasi wisata agar destinasi wisata lebih menarik dan diminati oleh wisatawan. 1. Mendirikan akomodasi pariwisata 2. Akomodasi merupakan rumah sementara untuk beristirahat apabila

wisatawan lelah selama berwisata. Akomodasi berupa hotel, losmen, maupun vila dengan kenyaman dan pelayanan yang baik. Akomodasi yang harus dikembangkan di Kota Kupang adalah Home Stay, agar masyarakat disekitar destinasi wisata dapat merasakan manfaat akibat kunjungan wisatawan ke wilayahnya.

3. Mengembangkan atraksi wisata

4. Atraksi wisata dapat mendatangkan wisatawan sebanyak banyaknya, serta

menahan mereka di tempat atraksi, dalam waktu yang cukup lama dan

memberikan kepuasann kepada wisatawan yang datang berkunjung

(Ernawati,2018). Atraksi wisata selain yang disediakan oleh alam, perlu dibangun

atraksi pendamping pariwisata, agar suasana dan keadaan obyek wisata tidak

membosankan. Atraksi wisata harus dibangun di sekitar destinasi wisata di Kota

Kupang seperti Flying Fox,tempat pemancingan, dan tempat bermain anak,

maupun atraksi budaya.

5. Mengadakan dan membangun aksebilitas wisata

Aksebilitasadalah, semua factor yang dapat memberikan kemudahan kepada

wisatawan untuk berkunjung ke lokasi tujuan wisata seperti bandara, pelabuhan,

jalan, jembatan. Berdasarkan hasil interview dan survey lokasi penelitian, akses

jalan sudah memadai untuk mencapai lokasi pariwisata, tetapi dibebarapa

destinasi seperti Pantai Lasiana, Pantai Paradiso, Pantai Nunsui dan beberapa

destinasi wisata lainya, tidak mempunyai lampu penerangan. Hal ini merupakan

kelemahan, jika wisatwan mengunjungi tempat wisata pada malam hari. Untuk

itu diperlukan strategi dengan memanfaatkan peluang yang ada untuk

menghadapi kelemahan pada destinasi wisata di Kota Kupang. Penerangan dan

bagus di lokasi parawisata, sangat berpengaruh terhadap kenyaman dan

keamanan wisatawan.

b. Strategi WO. Strategi WO (Weaknessess and Opportunities) yaitu strategi meminimalkan kelemahan (weaknesses) dengan memanfaatkan peluang (Opportunities) yaitu: 1. Meningkatkan promosi di bidang pariwisata. 2. Peningkatan penguatan organisasi lokal di bidang pariwisata, seperti kelompok

sadar wisata dan berbagai sanggar seni. Hal ini penting dilakukan oleh

pemerintah Kota Kupang, agar dapat menarik minat wisatawan, karena bandara

dan pelabuhan di Kota Kupang sudah sangat memadai, dan merupakan peluang

dalam mendatangkan wisatawan yang berkunjung.Wisatawan mancanegara

yang berkunjung ke Kota Kupang, tidak sebanding dengan kunjungan wisatawan

ke Labuan Bajo dan beberapa Kota lain di Nusa Tenggara Timur. Kota Kupang,

hanya menjadi kota trasnsit, para wisatawan mancanegara maupun wisatawan

domestik (Jelamu, 2018).Dengan adanya promosi dan penguatan organisasi di

bidang pariwisata, Kota Kupang berpeluang untuk menarik minat wisatawan,

untuk berwisata, dan tidak hanya dijadikan sebagai kota transit, ke berbagai

destinasi wisata di NTT, maupun ke destinasi wisata di Bali dan Nusa Tenggara

Barat.

3. Melakukan koordinasi dengan pihak swasta dalam penanaman modal.Stategi ini

dilakukan dengan tujuan mendukung pariwisata berkelanjutan, agar dapat

membantu membangun aksebilitas, akomodasi, dan atraksi di destinasi wisata,

karena banyak aksebilitas di beberapa lokasi pariwisata di Kota Kupang, banyak

yang sudah rusak dan tidak memadai. Aksebilitas di destinasi pariwisata seperti

hutan mangroef, dan beberapa wisata kuliner, belum dikelolah, dan sarana yang

Page 14: Strategi Place Triangle Pembangunan Pariwisata

Maria Bernadetha Ringa Jurnal Inovasi Kebijakan 5(2): 9-25

22

dibangun, belum secara professional, karena sarana yang digunakan masih

tradisional yang dibangun atas inisiatif masyarakat.

4. Melakukan pemberdayaan, penyuluhan, agar menumbuhkan dan meningkatkan

kesadaran masyarakat tentang pentingnya pembangunan pariwisata

berkelanjutan, dengan membentuk kelompok sadar wisata, di sekitar destinasi

pariwisata. Masyarakat yang sadar wisata, merupakan masyarakat yang secara

sadar dan bertanggung jawab, berperan serta dalam sasaran pengembangan

pariwisata dan menggalang sikap dan tingkah laku sebagai tuan rumah, dengan

menerapkan sapta pesona dalam kehidupan sehari hari. Sabta pesona, yang

memiliki tujuh unsur, dapat meningkatkan daya saing pariwisata di Kota

Kupang.

c. Strategi ST (Strength and Treats), yaitu strategi yang menggunakan kekuatan

(Strength) untuk mengatasi ancaman (Treats) adalah mengoptimalkan potensi alam

dan keunikan objek wisata di Kota Kupang.

1. Pengembangan dan pembangunan objek wisata yang ramah lingkungan dengan

melakukan control yang tegas terhadap pelaksanaan unsur-unsur selaku wisata

yang tidak sesuai dengan sikap dan tindakan pelaku wisata yang dapat

mengancam kerusakan objek wisata.

2. Meningkatkan sinergi yang tepat dengan semua Stakeholder terkait dalam

pembangunan pariwisata berkelanjutan di Kota Kupang.

d. Stategi WT (Weaknesses and Treats), yaitu strategi yang meminimalkan kelemahan

(Weaknesses) dan menghindari ancaman (Treats) adalah:

1. Peningkatan kualitas tenaga kerja professional di bidang pariwista, agar dapat

merencanakan dan mengembangkan pariwisata secara profesional.

2. Melakukan penguatan terhadap modal sosial dalam masyarakat, agar tidak

terjadi pergerseran budaya dan adat istiadat, sebagai akibat dari kemajuan

dibidang pariwisata, karena Kota Kupang, berbatasan langsung dengan Negara

Timor Leste, dan Australia, sehingga dapat berdampak pada kerusakan budaya

dan norma dalam masyarakat lokal.

3. Perlunya penguatan peran dari tokoh adat maupun tokoh masyarakat disekitar

destinasi wisata, dalam menggerakan masyarakat masyarakat untuk

berpartisipasi dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan, dengan

mengedapkan adat istiadat serta norma sesuai dengan norma dan budaya yang

berlaku dalam masyarakat.

4. Perlunya kolaborasi antara pemerintah dan swasta serta masyarakat, dalam

menjaga ekositem disekitar destinasi wisata, agar limbah atau sampah yang

dihasilkan dapat dikelolah secara tepat, dan tidak dibuang ke laut, atau dibuang

dilokasi pariwisata, karena dapat merusak ekosistem dan keberlangsungan

pembangunan pariwisata.

5. Pembangunan sarana dan pra sarana di destinasi wisata, harus lebih merata, dan

tidak terfokus pada destinasi tertentu saja, tetapi disemua destinasi wisata.

KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis pada pembahasan,maka dapat disimpulkan sebagai

berikut: 1. Peran pemerintah, swasta dan masyarakat perlu ditingkatkan dengan

konsep strategi tree angel, agar pembangunan Pariwisata berkelanjutan berbasis masyarakat dapat tercapai.

2. Partisipasi masyarakat, harus terus ditingkatkan agar dapat menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat disekitar destinasi wisata. Peran pemerintah diharapkan lebih ditingkatkan dalam peningkatan kwalitas hidup dan masyarakat harus dilibatkan dalam pengambilan keputusan pembangunan

Page 15: Strategi Place Triangle Pembangunan Pariwisata

Maria Bernadetha Ringa Jurnal Inovasi Kebijakan 5(2): 9-25

23

pariwisata, karena berdasarkan hasil penelitian, masyarakat belum memiliki peran dalam pengambilan keputusan

3. Variabel pembangunan pariwisata berkelanjutan menunjukkan bahwa sebagian masyarakat memahami pentingnya pembangunan pariwisata berkelanjutan yang berdampak pada keuntungan ekonomi saat ini dan pada masa yang akan datang.

4. Strategi yang tepat dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan adalah Strength and Treat.

SARAN Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian maka disarankan : 1. Partisipasi Masyarakat dilakukan dengan pembentukan organisasi

kemasyarakat dibidang pariwisata seperti kelompok sadar wisata, sanggar seni dll. Peran pemerintah diharapkan lebih ditingkatkan dalam membentuk organisasi dibidang pariwisata, guna mendorong keterlibatan dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan. Organisasi dibidang pariwisata telah dibentuk oleh pemerintah, tetapi belum mencakup setiap destinasi wisata, dan tidak menjalankan fungsi organisasi dengan baik, karena program kerja yang diberikan pemerintah hanya bersifat insidential.

2. Pembangunan pariwisata berkelanjutan harus ditingkatkan, dengan kemitraan anatar pemerintah,swasta dan masyarakat disekitar destinasi dalam konsep strategi triangel agar saling bersinergi dalam pembangunan Pariwisata berkelanjutan berbasis masyarakat di Kota Kupang NTT.

3. Pemerintah harus meningkatkan kekuatan dalam destinasi wisata dan melihat peluang yang dapat dikembangkan dalam suatu destinasi wisata, dengan melibatkan masyarakat dalam konsep strategi tree angel, yaitu kerjasama kemitraan antra pemerintah, swasta dan masyarakat lokal dalam suatu destinasi wisata.

4. Opportunity harus ditingkatkan, dengan memanfaatkan segala potensi di destinasi wisata.

DAFTAR PUSTAKA Aristywati (1991). Potensi Bendungan Palasari Sebagai Obyek Wisata di Kabupaten

Jembrana (Disertasi). Astawa Puja.(2002). Pola Pengembangan Pariwisata Bertumpuh pada Model

Pemberdayaan Masyarakat di Wilayah Bali Tengah. Baksh et al. (2013). Kajian Aplikasi Modal Sosial terhadap CBT di Wilayah Tambak

Sari Kabupaten Pasuruan Jawa Timur. Bandaso Sari. (2018). Kerjasama kunci keberhasilan pariwisata, Timex, Kupang. Bapeda Propinsi NTT.(2017). Data Makro Nusa Tenggara Timur. Bapeda Propinsi NTT. (2017). Indeks Pembangunan Manusia, dan Distribusi

Pendapatan di Nusa Tenggara Timur. Bapeda Propinsi NTT. (2016). Data Makro, Kupang 2016. Bappeda Kota Kupang.(2017). Pertumbuhan Penduduk Kota Kupang 2017. Berger. L. (1992). Hotel Crime: Are Yoy as Safe as You Think? Corcporate Travel.

November. 26-29. BPS Propinsi NTT. (2016), Berita Resmi Statistik, BPS Propinsi NTT 2016. BPS Propinsi NTT. (2017), Berita Resmi Stastistik, BPS Propinsi NTT 2017. BPS Kota Kupang. (2016), Statistik Daerah NTT, BPS Kota Kupang 2016. Cooper, C. Fletcher. J Gilbert D., (1993), Torism: Tourism: Priciple and practice.

Harlow. UK : Longman.

Page 16: Strategi Place Triangle Pembangunan Pariwisata

Maria Bernadetha Ringa Jurnal Inovasi Kebijakan 5(2): 9-25

24

Dewi, Made Heny Urmila, Chavid Fandeli,M. Baiquni.(2013). Pengembangan desa wisata berbasis partisipasi masyarakat lokal di desa wisata Jatiluwih,Bali.Kawistara, vol 3 no 22013

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreaktif Provinsi NTT, (2016), Data Kepariwisataan. Dinas Pariwisata Kota Kupang, (2017), Data Kepariwisataan Kota Kupang 2017. Dinas Pendapatan Daerah Kota Kupang,(2018). Pendapatan Daerah Hotel, Restoran

dan Tempat Hiburan di Kota Kupang. Dinas Penaman Modal,(2018), Data jumlah usaha pariwisata di Kota Kupang 2014-

2018, Kupang Elfianita. E., (2006), Pembangunan Pariwisata Berbasis Community Based Tourism

(CBT) di Desa Wisata Limbasari Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga. Jurnal, UNY.

Jelamu Marius,(2017), Menuju NTT Bangkit menuju masyarakat sejahtera 2018-2023, Jurnal Bapeda NTT

Kameo, Daniel. (2018) NTT Bangkit, Kota Kupang Jurnal BAPEDA NTT Kodhyat. H. (1996). Sejarah Pariwisata dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta:

Gramedia. Hadi Kusdianto,(1996) Strategi perencanaan pengembangan destinasi wisata

Jakarta ; UI. Press. Latu Edisius (2017) Membangun Sumber Daya Manusia NTT di Bidang Pariwisata.

Jurnal BAPEDA NTT Leiper. N. (1995), Tourism Systems: An Interdisciplinary Perspective. Department of

Management Systems Business Studies Faculty, Messey University, Palmerston North, New Zailand.

Morrison, A.M. (2013). Marketing And Managing Tourism Destinations. London and New York: Routledge.

Maromon Y Rifat, (2017), Analisis Obyek Wisata Dan Arah Pengembangannya di Kota Kupang Nusa Tenggara Timur (Tesis).

Marpaung, Happy,(2002), Pengantar Pariwisata. Bandung:Alfabeta. Menteri Pariwisata RI,(2015), Peringatan World Tourism Day dan Hari

Kepariwisataan Nasional ( Sambutan ) diunduh 2015 September 23. Murphy, P.E.,(1983), Tourism as Community Industry. Tourism Management. Vol. 4.

180-193. Nyoman Nofriya.(2016), Masyarakat berwawasan partisipatf, Surakarta; UNS Press Parwata, I Putu, (2004), Peran Pemeritah Terhadap Modal Sosial Dalam

Pembangunan Pariwisata Berbasis Masyarakat dan Berkelanjutan di Badung Utara (Disertasi).

Panning, (2001), Studi Tentang Implementasi Konsep Pariwisata Kerakyatan di Bali. Pemerintah Provinsi NTT,(2015), Peraturan Daerah Provinsi NTT No 5 Tahun 2015

Tentang Rencana Pembangunan Kepariwisataan Provinsi NTT Tahun 2015–2025. Kota Kupang Pemprov NTT.

Pitana, I Gde dan Diarta, I Ketut Surya, (2009), Pengantar Ilmu Pariwisata, Yogyakarta: Penerbit Andi.

Pitana, I Gede (2002), Kebijakan dan Strategi Pemerintah Daerah Bali Dalam Pembangunan Pariwisata, Semiar Nasional Pariwisata Bali, the last or the lost paradise, Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan, Denpasar Universitas Udayana.

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPARDA) Nusa Tenggara Timur 2015-2022, Pembangunan Pariwisata di NTT, Kota Kupang.

Sarinen, (2006) Konsep Pariwisata Berbasis Masyarakat. Surakarta: UNS Press. Slamet,Y,(1992). Pembangunan Masyarakat berwawasan partisipastif, Surakarta;

UNS Press.

Page 17: Strategi Place Triangle Pembangunan Pariwisata

Maria Bernadetha Ringa Jurnal Inovasi Kebijakan 5(2): 9-25

25

Stella S. Oriela T,(2000), Community Based Tourism, A Strategi for sustainable tourism managemen in Korea Region, The Community Tourism Guide.

Suyana Made, (2006), Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Perekonomian dan perubahan Struktur Ekonomi Serta Kesejahteraan Masyarakat di Propinsi Bali (Disertasi) Universitas Airlangga, Surabaya

Syafii, M & Suwandono, D (2015), Perencanaan Desa Dengan Menggunakan Pendekatan Konsep CBT di Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak. Ruang E- ISSN 2356-0088, vol. 1 No 2.

Timor Eksprest (Timex) (2018), Samakan persepsi tentang pariwisata, Kupang, Gramedia.

Undang-Undang No 10 Tahun 2009, Daya Tarik Wisata. Kementrian Pariwisata, Jakarta.

UNWTO,(2007), A Practical Guide to Tourism Destination Management. UNWTO Publications, p. 1-150. Madrid

World Travel and Tourism Council , (2016) Publications, Madrid and UNEP, Paris. Valene, L. Smith, (1992), Introduction: The Quest in Guest. Annals of Tourism

Research. Vol. 19 (1) 1-17. World Tourism Organization, (2004), Indicator of Sustainable Development For

Tourism Destinations. A Guide book. Madrid. Spain. www.nttonlinenow.com/new.2018, Minat wisatawan ke NTT meningkatkat dalam 5

(lima) Tahun terahir. Yoeti, Oka A. (2008). Perencanaan Pembangunan Pariwisata. Jakarta: Pradnya

Paramita.