21
Jurnal Manajemen Pelayanan Hotel Akademi Komunitas Manajemen Perhotelan Indonesia (Sugita & Wisnawa, halaman 30-50) Vol 5, No 1 Edisi Juni 2021 30 STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA BALI MENGHADAPI PANDEMI COVID-19 MELALUI PERAN ASOSIASI PROFESI PARIWISATA I Wayan Sugita 1 , I Made Bayu Wisnawa 2 [email protected] 1 , [email protected] 2 Universitas Triatma Mulya 1 & 2 Abstract The COVID-19 pandemic has caused a decline in tourism in Bali. Tourist visits decreased drastically, causing a significant decrease in income for companies engaged in the tourism sector. This has a broad impact on the economy of Bali, considering that tourism is the main motor of the Balinese economy. The government as a decision maker and policy maker is experiencing difficult times, because the health protocol demands restrictions on the movement of the masses, while the economy cannot run without community activities. One of Bali's tourism stakeholders is the Bali tourism professional association which has an important role in helping the government overcome the crisis caused by the COVID-19 pandemic. This study aims to (i) identify the role of tourism professional associations and (ii) analyze Bali's tourism development strategies in dealing with the COVID-19 pandemic through the role of tourism professional associations. This research was conducted with a qualitative descriptive approach to obtain an in-depth understanding of the field situation through interviews with tourism expert respondents and practitioners. The results of interviews and ISM questionnaires are used as data sources processed by the ISM (Interpretive Structural Modeling) method. This research is based on the Pentahelix concept which is stated in the Regulation of the Minister of Tourism (Permen) of the Republic of Indonesia Number 14 of 2016 concerning Guidelines for Sustainable Tourism Destinations. The results show that: (i) the role of the tourism professional association is very important in supporting the development of Bali tourism in the face of the COVID- 19 pandemic, (ii) Bali tourism development strategies, namely: verification of the application of new habits during the COVID-19 pandemic, improving the system and synchronization between government agencies / agencies in managing tourism in accordance with health protocols and continuing to socialize new era customs regulations for hotel and restaurant tourism actors in a sustainable manner. Keywords: Tourism, Covid-19, Pentahelix, Interpretive Structural Modeling, Tourism Professional Association, Health Protocols Abstrak Pandemi COVID-19 menyebabkan keterpurukan bagi kepariwisataan di Bali. Kunjungan wisatawan yang turun drastis, menyebabkan penurunan pendapatan yang signifikan bagi perusahaan yang bergerak pada sektor pariwisata. Hal tersebut berdampak luas bagi perekonomian Bali, mengingat pariwisata adalah motor utama perekonomian di Bali. Pemerintah sebagai pemegang keputusan dan kebijakan mengalami masa sulit, karena protokol kesehatan menuntut pembatasan pergerakan massa, sementara itu perekonomian tidak bisa berjalan tanpa aktifitas masyarakat. Salah satu pemangku kepentingan kepariwisataan Bali adalah asosiasi profesi pariwisata Bali yang memiliki peran penting dalam membantu pemerintah mengatasi krisis akibat pandemi COVID-19 ini. Penelitian ini bertujuan untuk (i) mengidentifikasi peran asosiasi profesi pariwisata dan (ii) menganalisis strategi pengembangan pariwisata Bali dalam menghadapi pandemi COVID-19 melalui peran asosiasi profesi pariwisata. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan deskriptif kualitatif untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam terhadap situasi lapangan melalui wawancara para responden ahli dan praktisi pariwisata. Hasil wawancara dan kuesioner ISM digunakan sebagai sumber data yang diolah dengan metode ISM (Interpretive Structural Modeling). Penelitian ini didasari konsep Pentahelix yang tertuang dalam Peraturan Menteri (Permen) Pariwisata Republik Indonesia No 14 tahun 2016 tentang

STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA BALI …

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA BALI …

Jurnal Manajemen Pelayanan Hotel Akademi Komunitas Manajemen Perhotelan Indonesia (Sugita & Wisnawa, halaman 30-50) Vol 5, No 1 Edisi Juni 2021

30

STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA BALI MENGHADAPI

PANDEMI COVID-19 MELALUI PERAN ASOSIASI PROFESI PARIWISATA

I Wayan Sugita1, I Made Bayu Wisnawa2

[email protected], [email protected] Universitas Triatma Mulya1 & 2

Abstract

The COVID-19 pandemic has caused a decline in tourism in Bali. Tourist visits decreased drastically, causing a significant decrease in income for companies engaged in the tourism sector. This has a broad impact on the economy of Bali, considering that tourism is the main motor of the Balinese economy. The government as a decision maker and policy maker is experiencing difficult times, because the health protocol demands restrictions on the movement of the masses, while the economy cannot run without community activities. One of Bali's tourism stakeholders is the Bali tourism professional association which has an important role in helping the government overcome the crisis caused by the COVID-19 pandemic. This study aims to (i) identify the role of tourism professional associations and (ii) analyze Bali's tourism development strategies in dealing with the COVID-19 pandemic through the role of tourism professional associations. This research was conducted with a qualitative descriptive approach to obtain an in-depth understanding of the field situation through interviews with tourism expert respondents and practitioners. The results of interviews and ISM questionnaires are used as data sources processed by the ISM (Interpretive Structural Modeling) method. This research is based on the Pentahelix concept which is stated in the Regulation of the Minister of Tourism (Permen) of the Republic of Indonesia Number 14 of 2016 concerning Guidelines for Sustainable Tourism Destinations. The results show that: (i) the role of the tourism professional association is very important in supporting the development of Bali tourism in the face of the COVID-19 pandemic, (ii) Bali tourism development strategies, namely: verification of the application of new habits during the COVID-19 pandemic, improving the system and synchronization between government agencies / agencies in managing tourism in accordance with health protocols and continuing to socialize new era customs regulations for hotel and restaurant tourism actors in a sustainable manner. Keywords: Tourism, Covid-19, Pentahelix, Interpretive Structural Modeling, Tourism Professional

Association, Health Protocols

Abstrak

Pandemi COVID-19 menyebabkan keterpurukan bagi kepariwisataan di Bali. Kunjungan wisatawan yang turun drastis, menyebabkan penurunan pendapatan yang signifikan bagi perusahaan yang bergerak pada sektor pariwisata. Hal tersebut berdampak luas bagi perekonomian Bali, mengingat pariwisata adalah motor utama perekonomian di Bali. Pemerintah sebagai pemegang keputusan dan kebijakan mengalami masa sulit, karena protokol kesehatan menuntut pembatasan pergerakan massa, sementara itu perekonomian tidak bisa berjalan tanpa aktifitas masyarakat. Salah satu pemangku kepentingan kepariwisataan Bali adalah asosiasi profesi pariwisata Bali yang memiliki peran penting dalam membantu pemerintah mengatasi krisis akibat pandemi COVID-19 ini. Penelitian ini bertujuan untuk (i) mengidentifikasi peran asosiasi profesi pariwisata dan (ii) menganalisis strategi pengembangan pariwisata Bali dalam menghadapi pandemi COVID-19 melalui peran asosiasi profesi pariwisata. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan deskriptif kualitatif untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam terhadap situasi lapangan melalui wawancara para responden ahli dan praktisi pariwisata. Hasil wawancara dan kuesioner ISM digunakan sebagai sumber data yang diolah dengan metode ISM (Interpretive Structural Modeling). Penelitian ini didasari konsep Pentahelix yang tertuang dalam Peraturan Menteri (Permen) Pariwisata Republik Indonesia No 14 tahun 2016 tentang

Page 2: STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA BALI …

Jurnal Manajemen Pelayanan Hotel Akademi Komunitas Manajemen Perhotelan Indonesia (Sugita & Wisnawa, halaman 30-50) Vol 5, No 1 Edisi Juni 2021

31

Pedoman Destinasi Pariwisata yang berkelanjutan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (i) peran asosiasi profesi pariwisata sangatlah penting dalam mendukung perkembangan pariwisata Bali menghadapi pandemi COVID-19, (ii) strategi pengembangan pariwisata Bali, yaitu: verifikasi pelaksanaan tatanan kebiasaan baru dimasa pandemi COVID-19, perbaikan sistem dan sinkronisasi antar lembaga/ dinas pemerintahan dalam pengelolaan pariwisata sesuai dengan protokol kesehatan dan tetap melaksanakan sosialisasi tatanan kebiasaan era baru bagi pelaku pariwisata hotel, restoran secara berkelanjutan. Kata kunci: Pariwisata, Covid-19, Pentahelix, Interpretive Structural Modelling, Asosiasi Profesi

Pariwisata, Protokol kesehatan

PENDAHULUAN

Percepatan pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja yang lebih luas dilakukan dengan mempromosikan pengembangan pariwisata diseluruh wilayah Indonesia. Program Sepuluh Bali Baru merupakan upaya pemerintah untuk menyerap dan memberikan kesempatan penyebaran pariwisata yang lebih merata dan tersebar ke beberapa wilayah Indonesia yang menarik selain Bali. Program ini akan memberikan banyak pilihan dan membantu penyebaran wisatawan lebih merata keseluruh wilayah Indonesia, serta dapat membuka lowongan pekerjaan. Beech & Chadwick (2006:6) ada tiga dampak utama pariwisata yang perlu diperhatikan agar pengembangan pariwisata berjalan dengan baik dan berkelanjutan yaitu dampak ekonomi, dampak sosial budaya dan dampak lingkungan.

Pulau Bali merupakan daerah tujuan wisata (DTW) di Indonesia yang terkenal, banyak orang sangat mengagumi keindahan pulau Bali sebagai DTW. Bagi orang yang sudah pernah berkunjung ke pulau Bali seperti tidak pernah bosan untuk datang kembali lagi, di Bali selalu ada hal baru yang menarik untuk dieksplorasi (Adiakurnia 2018). Sesuai dengan perubahan waktu dan jaman, industri pariwisata juga semakin berkembang membutuhkan SDM yang berkualitas dan kompeten dibidang masing-masing. Untuk menciptakan masyarakat pariwisata dan SDM yang berkualitas baik, diperlukan keterlibatan pihak-pihak seperti pemerintah, dan masyarakat yang berkeinginan meningkatkan pengetahuan dan keahlian dibidang pariwisata (Wisnawa dkk. 2021).

Karena itu diharapkan peran serta asosiasi profesi pariwisata dalam rangka membangun pariwisata Bali yang lebih baik dan berkualitas menuju quality tourism dan sustainable tourism practice.

Secara ilmiah ilmu pariwisata sangat prospektif karena sejalan dengan isu ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan (Anom and Mahagangga, 2019). Menurut World Tourism Organization (WTO) pariwisata adalah the activities of persons travelling to and staying in places outside their usual environment for not more than one consecutive year for leisure, business or other purposes. Kegiatan orang yang bepergian dan tinggal di tempat-tempat diluar lingkungan mereka yang biasa selama tidak lebih dari satu tahun berturut-turut untuk liburan, bisnis atau keperluan lainnya (Beech and Chadwick, 2006). Pengembangan pariwisata melibatkan banyak pihak yang disebut sebagai pentahelix. Salah satu model pentahelix merupakan model pengembangan pariwisata yang mensinergikan unsur-unsur/ steakholder pariwisata terkait untuk bekerjasama saling mendukung pengembangan pariwisata yang melibatkan berbagai pihak yaitu Akademisi, Bisnis, Komunitas, Pemerintah dan Media (Yuniningsih, Darmi, and Sulandari, 2019). Kolaborasi tersebut bisa digambarkan sbb:

Dalam sistem pariwisata juga ada banyak aktor yang memegang peranan dalam menggerakan sistem pariwisata sebagai tiga pilar utama pariwisata adalah masyarakat, swasta dan pemerintah (Pitana & Gayatri, 2005:97). Ketiga pilar pariwisata tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Page 3: STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA BALI …

Jurnal Manajemen Pelayanan Hotel Akademi Komunitas Manajemen Perhotelan Indonesia (Sugita & Wisnawa, halaman 30-50) Vol 5, No 1 Edisi Juni 2021

32

Beberapa hasil penelitian terdahulu yang telah dilakukan memiliki konsep, materi dan hal yang relevan dengan penelitian ini seperti misalnya terdapat penelitian yang berkaitan dengan penanganan virus corona COVID-19.

Penelitian Yunus & Rezki, 2020 menjelaskan bahwa tahun 2020 merupakan tahun yang mengkhawatirkan seluruh negara, tanpa terkecuali bagi negara Indonesia. Hal ini disebabkan munculkan wabah virus Corona, yang bermula dari Kota Wuhan China, dan menyebar ke seluruh penjuru dunia. Awalnya pemerintah Indonesia tidak mengikuti cara yang digunakan oleh beberapa negara lainnya terkait informasi yang diberikan mengenai virus corona COVID-19, yaitu dengan melakukan reaksi cepat sosialisasi pencegahan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Yuliana, 2020) tentang corona virus diseases COVID-19, sebuah tinjauan literature menjelaskan bahwa COVID-19 merupakan infeksi virus baru yang ditemukan pada akhir tahun 2019 yang awalnya dari Wuhan China yang menginfeksi saluran pernafasan. Penegakan diagnosis COVID-19 dimulai dari gejala umum berupa batuk, filek, demand dan sulit bernafas hingga adanya kontak erat dengan negara sumber terinfeksi virus COVID-19. Kemudian isolasi harus dilakukan untuk mencegah penyebaran virus. Menurut WHO bahwa virus ini sebelumnya belum terkonfirmasi penyebarannya melalui manusia ke manusia mengingat virus ini sebenarnya ada pada hewan. Namun akhirnya terkonfirmasi bahwa COVID-19 bisa menular dan terinfeksi dari manusia ke manusia setelah ditemukan kasus petugas medis terinfeksi oleh salah satu pasien positif corona. METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, karena masalah yang diteliti lebih banyak dan cendrung berhubungan dengan keterangan responden serta pendapat responden/ orang terhadap peran serta asosiasi profesi pariwisata dan strategi

Bali menghadapi pandemi COVID-19 melalui peran asosiasi profesi pariwisata. Pendekatan kualitatif ini digunakan untuk kepentingan yang sedikit berbeda jika dibandingkan dengan pendekatan kuantitatif. Pendekatan penelitian kualitatif adalah metode penelitian dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan dengan triangulasi/ gabungan, analisis data bersifat kualitatif dan hasil penelitian lebih menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiyono 2014). Adapun kerangka berfikir dalam penelitian ini seperti pada Gambar 1:

Gambar 1. Kerangka Berfikir Analisa data mengunakan ISM

(Interpretive Structural Modeling) atau teknik permodelan interpretasi struktural dimana ditelaah secara struktur berjenjang yang di bagi kedalam beberapa elemen. ISM memberikan basis dimana informasi yang dihasilkan sangat berguna dalam formulasi kebijakan serta perencanaan strategis. Menurut Saxena dalam Marimin, (2015: 96), program/ elemen dapat dibagi menjadi sembilan elemen yaitu: (i) Sektor masyarakat yang terpengaruh, (ii) Kebutuhan dari program, (iii) Kendala utama, (iv) Perubahan yang dimungkinkan, (v) Tujuan dari program, (vi) Tolak ukur untuk menilai setiap tujuan, (vii) Aktifitas yang dibutuhkan guna perencanaan tindakan, (viii) Ukuran aktivitas guna mengevaluasi hasil yang dicapai oleh setiap aktivitas, (ix) Lembaga yang terlibat dalam pelaksanaan program

Page 4: STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA BALI …

Jurnal Manajemen Pelayanan Hotel Akademi Komunitas Manajemen Perhotelan Indonesia (Sugita & Wisnawa, halaman 30-50) Vol 5, No 1 Edisi Juni 2021

33

Selanjutnya untuk setiap elemen dari program yang dikaji dijabarkan menjadi sejumlah sub-elemen. Jumlah elemen yang digunakan tergatung dan disesuaikan dengan kebutuhan penelitian. Belum ada ketentuan baku mengenai jumlah elemen yang digunakan sehingga bebas ditentukan oleh peneliti sendiri melalui brainstorming pendekatan dengan para ahli dibidangnya sesuai dengan kebutuhan penelitian. ISM (Interpretive Structural Modeling) dapat digunakan secara luwes untuk masalah yang mengandung elemen-elemen, baik sedikit maupun banyak dan bisa sampai ratusan sub-elemen, juga tidak ada pembatasan alami terkait masalah yang dianalisis (Darmawan, 2017:14). Itulah sejumlah alasan yang merupakan beberapa hal sebagai dasar pertimbangan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode ISM (Interpretive Structural Modeling). Penelitian ini dilakukan dengan melibatkan asosiasi profesi pariwisata yang ada Bali khususnya lebih banyak Asosiasi Profesi Pariwisata yang bernaung dibawah bendera PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia) yaitu di daerah Badung dan Denpasar yang berkecimpung serta berkaitan dengan pariwisata Bali. Hal ini dilakukan terutama kepada asosiasi-asosiasi profesi pariwisata yang secara aktif melaksanakan kegiatan, berpartisipasi aktif membangun pariwisata Bali. Asosiasi profesi pariwisata tersebut diantaranya seperti asosiasi berikut; HFLA (Hotel Front Liners Association), IHKA (Indonesia Housekeeper Association), IHGMA (Indonesia Hotel General Manager Association), IFBEC (Indonesian Food and Beverage Executive). Ada juga asosiasi lain seperti HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia), BASCOMM (Bali Sales & Marketing Community).

Informan yang dipilih adalah orang yang mengetahui informasi lapangan dan terlibat dengan masalah yang diteliti. Adapun kreteria dipilihnya seseorang menjadi informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (i) Merupakan seorang Ketua/ Pengurus inti asosiasi profesi pariwisata, (ii)Merupakan seorang

Ketua/ Koordinator/ Kepala Bidang/ Kepala Dinas Instansi pemerintahan, (iii) Mempunyai kapasitas dan pengetahuan yang mumpuni tentang pariwisata Bali, (iv) Sebagai praktisi dan mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam pengelolaan bidang pariwisata, (v) Akademisi bidang pariwisata yang mempunyai pengetahuan dan pengalaman di bidang pariwisata.

ISM (Interpretive Structural Modeling) merupakan salah satu metode berbasis komputer yang membantu mengidentifikasi hubungan antara ide dan struktur tetap pada isu yang komplek. ISM (Interpretive Structural Modeling) juga merupakan permodelan untuk menangani kebiasaan yang sulit diubah dari perencanaan jangka panjang. Pertama kali metode ISM (Interpretive Structural Modeling) ini di perkenalkan oleh J. Warfield pada tahun 1973. ISM (Interpretive Structural Modeling) approach start with an identification of variables which are relevant to the problem or issue. Then a contextually relevant subordinate relation is choosen. Having decided the contextual relation, a structural self interaction matrix (SSIM) is developed based on pairwise comparison of variables. After this SSIM is converted into a reachability matrix (RM) and its transitivity is checked. Once transitivity embedding is complete, a matrix model is obtained (Agung Suryawan Wiranatha and Suryawardani 2019). Jika di terjemahkan artinya bahwa pendekatan ISM (Interpretive Structural Modeling) dimulai dengan identifikasi variabel yang relevan dengan masalah atau isu. Kemudian dipilih hubungan subordinat yang relevan secara kontekstual. Setelah memutuskan hubungan kontekstual, matriks interaksi diri struktural (SSIM) structural self interaction matrix dikembangkan berdasarkan perbandingan variabel berpasangan. Setelah SSIM ini dikonversi menjadi matriks reachability (RM) dan transitivitasnya diperiksa. Setelah proses transitivitas selesai maka model matriks diperoleh.

ISM (Interpretive Structural Modeling) dilakukan untuk menganalisis elemen elemen sistem dan

Page 5: STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA BALI …

Jurnal Manajemen Pelayanan Hotel Akademi Komunitas Manajemen Perhotelan Indonesia (Sugita & Wisnawa, halaman 30-50) Vol 5, No 1 Edisi Juni 2021

34

memecahkannya dalam bentuk grafik dari hubungan langsung antar elemen dan tingkat hirarkinya. Berikut dapat dijabarkan beberapa langkah ISM (Interpretive Structural Modeling) seperti dibawah ini: (i)Identifikasi elemen, elemen sistem diidentifikasi dan didaftar yang diperoleh melalui penelitian dan brainstorming, (ii) Hubungan Kontekstual, sebuah hubungan kontekstual elemen dibangun tergantung dari tujuan permodelan, (iii) Structural Self Interaction Matrix (SSIM), mewakili elemen persepsi responden terhadap elemen hubungan yang dituju. Ada empat simbol yang digunakan untuk mewakili tipe hubungan yang ada antara dua elemen dari sistem yang dipertimbangkan. Simbul tersebut adalah: VAXO, (iv) Reachability Matrix (RM), sebuah RM disiapkan kemudian untuk mengubah simbul-simbul SSIM ke dalam sebuah matriks biner, (v) Tingkat partisipasi, dilakukan untuk mengklarifikasi elemen-elemen dalam level-level yang berbeda dari struktur ISM, (vi) Matriks Cononical, pengelompoksn elemen-elemen dalam level yang sama mengembangkan matriks ini. Matriks resultan memiliki sebagian besar dari elemen-elemen triangular yang lebih tinggi adalah 0 dan terendah 1, (vii) Diagraph, merupakan konsep yang berasal dari directional graph, sebuah grafik dari elemen-elemen yang saling berhubungan secara langsung dan level hirarki. (viii) ISM (Interpretive Structural Modeling), dibangkitkan dengan memindahkan seluruh jumlah elemen dengan deskripsi elemen aktual, oleh sebab itu ISM memberikan gambaran

yang sangat jelas dari elemen-elemen sistem dan alur hubungannya.

HASIL DAN PEMBAHASAN Peran Asosiasi Profesi Pariwisata

Majunya pariwisata dan keberhasilan pariwisata Indonesia tidak lepas dari berbagai kepentingan yang berada disekitar destinasi wisata, seperti pemerintah daerah, masyarakat setempat dan para stakeholder. Pariwisata Bali juga demikian, Pariwisata Bali bisa berhasil dengan baik, maju dan berkembang menjadi daerah tujuan wisata yang diminati, menarik dan berkembang karena sinergi dan keterlibatan berbagai unsur penting pariwsata. Jadi, pariwisata Bali maju dan bisa berkembang pesat dengan baik jika betul-betul dikelola dengan melibatkan berbagai unsur yang ada dalam pentahelix pariwisata yang salah satunya adalah asosiasi atau komunitas. Di Bali sendiri muncul dan terdapat banyak kumunitas dan asosiasi profesi pariwisata yang keberadaannya cukup eksis dan terlihat dalam berbagai kegiatan sesuai dengan komunitas bidang masing-masing. Khusus dibidang pariwisata , terdapat berbagai asosiasi profesi yang biasanya memiliki anggota dan pengurus asosiasi, kegiatan dan event yang berkaitan dengan profesi masing-masing. Berbagai peran dan kontribusi asosiasi profesi pariwisata, kegiatan dan programnya dalam mendukung kemajuan pariwisata Bali dapat dilihat dalam bentuk Tabel 1 berikut.

Page 6: STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA BALI …

Jurnal Manajemen Pelayanan Hotel Akademi Komunitas Manajemen Perhotelan Indonesia (Sugita & Wisnawa, halaman 30-50) Vol 5, No 1 Edisi Juni 2021

35

Sumber : Hasil Penelitian, 2021 Dalam Tabel 1 jelas bahwa semua

asosiasi profesi pariwisata mempunyai kesamaan tujuan dalam mendukung pembangunan pariwisata Bali. Asosiasi profesi pariwisata seperti IHGMA, IFBEC, HFLA, BASCOMM, HPI, IHKA ini berperan penting dan aktif dalam mendukung pengembangan pariwisata Bali. Peran tersebut bisa dalam bentuk aksi sosial/ CSR (Corporate Social Responsibility), pengembangan SDM pariwisata melalui training session, seminar, guest lecturer, maupun kompetisi. Berbagai peran dan kontribusi asosiasi profesi pariwisata ini bermakna positif untuk ambil bagian dalam mensukseskan pariwisata Bali yang lebih baik. Semua sektor berkerjasama dan saling mendukung dengan berbagai unsur pariwisata lainnya termasuk didalamnya adalah asosiasi profesi pariwisata seperti IHGMA, IFBEC, HFLA, BASCOMM, HPI dan IHKA. Mereka juga berbeda dalam bentuk tugasnya masing-masing sesuai dengan profesi yang mereka miliki didunia industri pariwisata dengan membentuk suatu wadah yang

disebut dengan asosiasi. Program yang dilaksanakan menumbuhkan eksistensi dari asosiasi profesi pariwisata yang secara tidak langsung juga membantu pengembangan sumber daya pariwisata. Peran penting asosiasi profesi pariwisata ini juga dikuatkan dan dibenarkan oleh Bapak Ida Bagus Purwa Sidemen, S.Ag., M.Si selaku Direktur Eksekutif PHRI BPD Provinsi Bali dalam wawancara pada tanggal 31 Oktober 2020, hasil wawancara dengan beliau melalui sambungan whatshapp, sebagai berikut:

“[13:37, 10/31/2020] IB Purwa Sidemen PHRI: Selain IHKA, ICA, IFBEC, HFLA, HPI, masih ada beberapa asosiasi penting lainnya yang peran dan kontribusinya besar dalam mendukung pembangunan pariwisata di Bali seperti BHA, IHGMA, BVA, BWA, BCC, ACE, BHSMA, BSWA, BPPA, HFPA, HCMA, dll. Asosiasi-Asosiasi profesi ini merupakan asosiasi afiliasi dari asosiasi besar yaitu PHRI Bali. Peran masing masing asosiasi profesi pariwisata yang ada di Bali ini sangat besar dan solid, dan menjadi pendukung kuat dalam menjaga

Page 7: STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA BALI …

Jurnal Manajemen Pelayanan Hotel Akademi Komunitas Manajemen Perhotelan Indonesia (Sugita & Wisnawa, halaman 30-50) Vol 5, No 1 Edisi Juni 2021

36

keberlangsungan kualitas dan pelayanan terbaik dunia industri pariwisata di Bali”.

Disamping itu pula, berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua IHGMA (Indonesia Hotel General Manager Association) yang baru terpilih 2020, Dr. Yoga Iswara, BBA, BBM, MM, CHA yang juga sebagai Corporate General Manager MACA Villas Group pada tanggal 4 Desember 2020 menguatkan bahwa peran dan kontribusi asosiasi profesi pariwisata seperti IHGMA itu sangatlah penting dalam rangka penguatan dan senergitas antara elemen pentahelix pariwisata. Berikut adalah hasil wawancara dengan Ketua IHGMA (Indonesia Hotel General Manager Association) terpilih 2020, sbb:

“Peran- peran asosiasi dalam pembangunan pariwisata Bali yang pertama adalah mereka hadir dengan kuminitas komunitasnya baik itu dari komunitas GM, komunitas front liners, komunitas kitchen, dan komunitas FB service dan lain- lain yang tentunya yang pertama mereka memiliki sebuah identitas yang sama yang mirip dalam komunitas tersebut yang bertujuan untuk bisa saling menguatkan diantara komunitas tersebut salah satunya kita ambil contoh asosiasi GM, IHGMA”

Intinya bahwa, diantara asosiasi profesi pariwisata supaya saling menguatkan dan mendukung satu sama lainnya dalam pembangunan pariwisata Bali melalui fungsi dan tugas asosiasi profesi masing-masing. Asosiasi profesi pariwisata juga sebagai jembatan penghubung dan motivasi dalam senergitas serta penguatan hubungan antara pentahelix pariwisata baik pemerintah, media, pengusaha, akademisi dan asosiasi. Pada kesempatan lain juga disampaikan oleh Ketua IHGMA (Indonesia Hotel General Manager Association) terpilih 2020, Dr. Yoga Iswara, BBA, BBM, MM, CHA, mengenai peran IHGMA di masa pandemi COVID-19 untuk berkontribusi terhadap pembangunan pariwisata Bali.

Kemudian berdasarkan wawancara dengan Bapak Ir. Putu Astawa, M.MA Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali pada hari Minggu, 03 Januari 2021 di Telaga Singha, Singapadu, bahwa peran

penting asosiasi yang ada di Bali itu sangat di apresiasi kontribusinya dalam masa pandemi COVID-19 untuk ikut bersama-sama mendukung pembangunan pariwisata Bali. Berikut kutipan hasil wawancara dengan beliau:

“Jujur ya, kami menyampaikan apresiasi dan terim kasih setulus-tulusnya kepada temen-temen di industri itu yang mau secara gotong royong ngayah untuk melakukan asesemen. Peran asosiasi itu bagi kami sangat luar biasa dan sangat penting karena apa yang kami pahami ada IFBEC, IHGMA, HFLA, PHRI, PAWIBA, juga ada ASITA ya, jadi semua asosiasi-asosiasi yang ada di Bali itu sangat berkontribusi besar terhadap membangun kepercayaan wisatawan kita didalam membangun pariwisata dalam pandemi COVID ini. Jadi kata kuncinya adalah safe tourism ataupun pariwisata sehat kemudian juga aman, nyaman dan berkelanjutan. Nah, itu yang penting”

Upaya pemerintah daerah Bali dalam mengembalikan kepercayaan wisatawan bahwa berkunjung ke Bali tetap aman, maka telah dilakukan upaya pelaksanaan verifikasi protokol kesehatan untuk industri pariwisata, hotel, restoran dan juga obyek-obyek wisata serta Spa. Dalam hal membangun pariwisata dimasa pandemi ini, pemerintah melibatkan pentahelix pariwisata untuk bersinergi dan saling menguatkan. Salah satunya adalah apresiasi yang luar biasa dari Dinas Pariwisata Provinsi Bali atas kontribusi dan peran asosiasi profesi pariwisata yang mendukung pembangunan pariwisata melalui kegiatan dan program yang dilaksanakan untuk itu. Karena itu penting untuk setiap elemen dan stakeholder pariwisata saling mendukung untuk perkembangan pariwisata Bali berkelanjutan.

Dari semua hasil wawancara tersebut, disampaikan dengan jelas bahwa peran asosiasi profesi pariwisata itu sangatlah penting dalam rangka saling mendukung dan menguatkan masing-masing fungsi asosiasi profesi pariwisata tersebut. Hal-hal yang yang dilakukan dimasa pandemi, bersinergi dengan pemerintah untuk melakukan kegiatan berkaitan dengan new normal / tatanan

Page 8: STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA BALI …

Jurnal Manajemen Pelayanan Hotel Akademi Komunitas Manajemen Perhotelan Indonesia (Sugita & Wisnawa, halaman 30-50) Vol 5, No 1 Edisi Juni 2021

37

kehidupan era baru akibat dari COVID-19, diantaranya adalah: (i)memberikan masukan kepada pemerintah dan pemahaman mengenai new normal, strategi dan langkah yang perlu dilakukan berkaitan dengan industri pariwisata Bali; (ii)antisipasi yang perlu dilakukan para pelaku pariwisata yaitu dengan menerapkan protokol kesehatan pada setiap usaha pariwisata yang terlibat secara berkelanjutan; (iii)menjadi bagian tim verifikator tatanan kehidupan era baru provinsi Bali dan juga Kabupaten Badung; (iv) menyusun standar dan parameter yang digunakan dalam verifikasi tatanan kehidupan era baru provinsi Bali; (v) melakukan verifikasi pada destinasi-destinasi wisata untuk kesiapan kawasan wisata menerima para pengunjung; (vi) melakukan evaluasi kegiatan verifikasi tatanan kehidupan era Baru dengan protokol kesehatan yang ketat; (vii) memberikan masukan internal mengenai efisiensi yang penting dilakukan guna masih bisa bertahan di masa pandemi; (viii) melakukan International Conference bersama 11 negara guna mengetahui respon pasar mengenai pariwisata Bali; melakukan kegiatan sosial yang berkelajutan, untuk kebaikan alam lingkungan Bali melalui acara suksema Bli dan berkontribusi dalam pembersihan sampah pantai; (ix)simulasi pelaksanaan protokol kesehatan bersama-sama pemerintah dan masyarakat melalui acara I Love Bali dengan berkunjung ke obyek wisata seluruh Bali yang telah melaksanakan protokol kesehatan.

Strategi Pengembangan Pariwisata Bali dalam menghadapi Pandemi COVID-19 melalui peran asosiasi profesi pariwisata.

Penyusunan program dan strategi

pengembangan pariwisata Bali yang tepat dan memungkinkan melalui peran serta dan partisipasi asosiasi profesi pariwisata. Penyusunan dan penyiapan strategi tersebut menggunakan metode ISM (Interpretive Structural Modeling) sebagai suatu proses pengkajian dimana model-model struktural dihasilkan guna memotret prihal yang kompleks pada suatu sistem.

Metode ISM (Interpretive Structural Modeling) ini dianggap cocok dalam menentukan suatu strategi untuk pengembangan pariwisata Bali dalam menghadapi pandemi COVID-19 melalui peran asosiasi profesi pariwisata. Penelitian ini menggunakan 6 (enam) elemen ISM yakni: (1) Kebutuhan Dari Program, (2) Tujuan Dari Program, (3) Kendala Utama, (4) Perubahan Yang Dimungkinkan, (5) Sektor Masyarakat Yang Terpengaruh dan (6) Lembaga Yang Terlibat Dalam Pelaksanaan Program. Melalui wawancara dan diskusi yang mendalam dengan para pakar yang memahami tentang pariwisata Bali, disusunlah sub-elemen dari masing-masing elemen kuesionare ISM sebagai acuan dalam menggali informasi yang tepat mengenai strategi pengembangan pariwisata Bali dalam menghadapi pandemi COVID-19. Selanjutnya strategi pengembangan pariwisata Bali dalam menghadapi COVID-19 melalui peran asosiasi profesi pariwisata dapat dijelaskan sebagai berikut.

Gambaran pokok hasil akhir dari pengolahan data menggunakan ISM (Interpretive Structural Modeling) akan mendapatkan RM (Reachability Matrix). Kemudian hasil final RM (Reachability Matrix) tersebut memperlihatkan perbandingan nilai antara nilai kekuatan mempengaruhi DP (driving power) dan nilai bertahan D (dependent). Posisi atau letak dari masing-masing sub-elemen akan diketahui dari nilai driving power dan nilai dependence tersebut pada empat katagori Autonomous, Dependent, Linkage, Independent. Diagram struktural sebagai sub elemen kunci akan berada pada level paling bawah. Sub elemen yang berada pada level paling bawah adalah sub-elemen kunci yang penting untuk ditindaklanjuti dan diperhatikan dalam pertimbangan menyusun program ataupun sebagai strategi.

Proses analisa ISM (Interpretive Structural Modeling) strategi pengembangan pariwisata Bali dalam menghadapi pandemi COVID-19 melalui peran asosiasi profesi pariwisata dengan metode pendekatan ISM (Interpretive Structural Modeling) sesuai dengan

Page 9: STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA BALI …

Jurnal Manajemen Pelayanan Hotel Akademi Komunitas Manajemen Perhotelan Indonesia (Sugita & Wisnawa, halaman 30-50) Vol 5, No 1 Edisi Juni 2021

38

constructing elemen yang diteliti dengan kode masing-masing elemen dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Elemen Kebutuhan program strategi

pengembangan pariwisata Bali (N) 2. Elemen Tujuan program strategi

pengembangan pariwisata Bali (G) 3. Elemen Kendala program strategi

pengembangan pariwisata Bali (B) 4. Elemen Perubahan yang

dimungkinkan dalam pengembangan pariwisata Bali (E)

5. Elemen Sektor masyarakat yang terpengaruh dalam strategi pengembangan pariwisata Bali (C)

6. Elemen Lembaga yang terlibat dalam pelaksanaan program (L)

Kebutuhan Program Strategi Pengembangan Pariwisata Bali (N)

Kebutuhan program yang dimaksud adalah program yang cocok yang dibutuhkan untuk strategi pengembangan pariwisata Bali dalam menghadapi pandemi COVID-19 melalui peran asosiasi profesi pariwisata. Elemen Kebutuhan Program ini terdiri dari enam sub-elemen yang digunakan diantaranya: (1) Penataan obyek wisata yang lebih menarik sesuai dengan protokol Kesehatan (N1), (2) Pelatihan dan sertifikasi SDM pariwisata (N2), (3) Pelatihan dan sertifikasi usaha pariwisata (N3), (4) Pelatihan dan verifikasi pelaksanaan tatanan kebiasaan baru setelah pandemi COVID-19 (N4), (5) Perbaikan sistem dan sinkronisasi antar lembaga pemerintahan dalam pengelolaan pariwisata sesuai dengan protokol kesehatan (N5), (6) Sosialisasi tatanan kebiasaan era baru bagi pelaku pariwisata, hotel, restoran (N6).

Berdasarkan hasil analisa hubungan kontekstual antara sub-elemen yang ada pada elemen Kebutuhan Program dengan metode ISM (Interpretive Structural Modeling), mendapatkan hasil RM (Reachability Matrix) seperti yang terlihat pada Tabel 2 Hasil RM (Reachability Matrix) tersebut menunjukan bahwa sub-elemen kunci pada elemen Kebutuhan Program untuk strategi pengembangan pariwisata Bali dalam menghadapi pandemi COVID-19 melalui peran asosiasi

profesi pariwisata adalah terdapat tiga sub-elemen yaitu (4) Pelatihan dan verifikasi pelaksanaan tatanan kebiasaan baru setelah pandemi COVID-19, (5) Perbaikan sistem dan sinkronisasi antar lembaga pemerintahan dalam pengelolaan pariwisata sesuai dengan protokol kesehatan, (6) Sosialisasi tatanan kebiasaan era baru bagi pelaku pariwisata, hotel, restoran, ketiga sub-elemen ini memiliki nilai DP (Driver Power) tertinggi yakni 6. Hal ini menunjukan bahwa Kebutuhan Program merupakan kebutuhan paling banyak dan sebagai kebutuhan kunci.

Tabel 2. RM (Reachability Matrix) Kebutuhan Program No. N1 N2 N3 N4 N5 N6 Drv

N1 1 0 1 0 0 0 2

N2 1 1 1 0 0 0 3

N3 0 0 1 0 0 0 1

N4 1 1 1 1 1 1 6

N5 1 1 1 1 1 1 6

N6 1 1 1 1 1 1 6

Dep 5 4 6 3 3 3

Keterangan: Drv : Driving power Dep: Dependent power Sumber: Hasil Penelitian, 2020

Selanjutnya hubungan kuadran

kontekstual pada elemen Kebutuhan Program dapat diketahui pada Gambar 2 dibawah ini. Kuadran kontekstual elemen Kebutuhan Program sesuai dengan matrix driver power dependent menunjukan bahwa sub-elemen (N4) Pelatihan dan verifikasi pelaksanaan tatanan kebiasaan baru setelah pandemi COVID-19, (N5) Perbaikan sistem dan sinkronisasi antar lembaga pemerintahan dalam pengelolaan pariwisata sesuai dengan protokol kesehatan, (N6) Sosialisasi tatanan kebiasaan era baru bagi pelaku pariwisata, hotel, retoran, berada diantara kuadran IV (independen)t dan (III) linkage. Ketiga sub-elemen tersebut memiliki driver power yang cukup tinggi dan tidak tergantung dari sub-elemen lainnya.

Page 10: STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA BALI …

Jurnal Manajemen Pelayanan Hotel Akademi Komunitas Manajemen Perhotelan Indonesia (Sugita & Wisnawa, halaman 30-50) Vol 5, No 1 Edisi Juni 2021

39

Gambar 2. Matrix Driver Power-Dependent Kebutuhan dari Program Sumber: Hasil Penelitian, 2020

Diagram struktural menunjukan skala prioritas dalam pelaksanaan Kebutuhan Program. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 3 dalam hirarki struktural Kebutuhan Program untuk strategi pengembangan pariwisata Bali dalam menghadapi pandemi COVID-19 melalui peran asosiasi profesi pariwisata. Berdasarkan hasil olah data diagram struktural tersebut terdapat tiga sub-elemen yang memiliki hirarki struktural tertinggi yaitu sub-elemen (N4) Pelatihan dan verifikasi pelaksanaan tatanan kebiasaan baru setelah pandemi COVID-19, (N5) Perbaikan sistem dan sinkronisasi antar lembaga pemerintahan dalam pengelolaan pariwisata sesuai dengan protokol kesehatan, (N6) Sosialisasi tatanan kebiasaan era baru bagi pelaku pariwisata, hotel, retoran. Ketiga sub-elemen ini menjadi sub-elemen kunci dalam menentukan program pengembangan pariwisata di masa pandemi COVID-19.

Gambar 3.Hirarki Diagram Struktural Kebutuhan dari Program Sumber: Hasil Penelitian, 2020

Berdasarkan hasil tersebut maka strategi program yang perlu dilakukan sebagai prioritas utama guna meyakinkan bahwa pelaku pariwisata Bali telah melakukan protokol kesehatan secara ketat dan displin dimasa pandemi COVID-19 demi untuk kemanan bersama adalah progam (N4) Pelatihan dan verifikasi pelaksanaan tatanan kebiasaan baru setelah pandemi COVID-19, (N5) Perbaikan sistem dan sinkronisasi antar lembaga pemerintahan dalam pengelolaan pariwisata sesuai dengan protokol kesehatan, (N6) Sosialisasi tatanan kebiasaan era baru bagi pelaku pariwisata, hotel, retoran. Diharapkan dengan pelaksanaan program tersebut semua pelaku usaha pariwisata bisa melaksanakan kebiasaan kehidupan era baru yang lebih baik dan displin dan tercipta adanya trust/ kepercayaan terhadap keamanan destinasi Bali meningkat dan lebih meyakinkan wisatawan untuk datang berkunjung ke Bali adalah aman sesuai dengan protokol kesehatan.

Hasil ini pula dibenarkan oleh pernyataan ahli pariwisata Dr. Yoga Iswara, BBA, BBM, MM, CHA selaku Ketua IHGMA Bali (Indonesian Hotel General Manager Association) periode 2020-2024, Corporate General Manager MACA Villas Group dalam wawancara pada tanggal 23 Januari 2021 sebagai salah satu informan penting di bidang pariwisata, bahwa ketiga hal diatas perlu dilakukan dimasa pandemi COVID-19 ini. Hal ini dikonfirmasi melalui sambungan whatsapp call seperti berikut:

Kemudian yang kedua perbaikan sistim dan sinkronisasi antar lembaga pemerintah dalam pengembangan pengelolaan pariwisata sesuai dengan protokol kesehatan. Memang diawal kesanya berbeda antara kabupaten dangan provinsi Bali namun pada rohnya secara prinsip itu sama, hanya tools yang digunakan berbeda namun indikator yang digunakan sama. Kemudian yang ketiga betul sosialisasi tatanan kebiasaan era baru ini memang harus tetap dilakukan karena saat ini sudah 11 bulan tidak semua properti itu buka, tidak semua properti itu menyiapkan, jadi masih banyak

Page 11: STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA BALI …

Jurnal Manajemen Pelayanan Hotel Akademi Komunitas Manajemen Perhotelan Indonesia (Sugita & Wisnawa, halaman 30-50) Vol 5, No 1 Edisi Juni 2021

40

ada properti-properti yang memang dia menutup dan belum memahami atau mengikuti bagaimana persiapan dari pada tatanan kehidupan era baru.

Tujuan Program Strategi Pengembangan Pariwisata Bali (G)

Tujuan Program yang dimaksud adalah menentukan tujuan program yang akan dilaksanakan untuk program strategi pengembangan pariwisata Bali dalam menghadapi pandemi COVID-19 melalui peran asosiasi profesi pariwisata. Pada elemen Tujuan Program terdapat lima sub-elemen tujuan program yaitu: (1) Penataan lingkungan obyek wisata sesuai protokol Kesehatan (G1), (2) Peningkatan kualitas SDM (G2), (3) Peningkatan kualitas dan inovasi produk (G3, (4) Peningkatan kwalitas dan kwantitas wisatawan (G4), (5) Peningkatan kerjasama dengan pihak lain (G5). Berdasarkan analisa hubungan kontekstual yaitu berkontribusi untuk mencapai sub-elemen pada elemen Tujuan Program, dapat dilihat pada Tabel 3 dibawah ini, diketahui bahwa sub- elemen (G2) Peningkatan kwalitas SDM, memiliki nilai driver power yang tinggi yaitu 5.

Tabel 3. RM (Reachability Matrix) Tujuan Program

No. G1 G2 G3 G4 G5 Drv

G1 1 0 1 1 1 4

G2 1 1 1 1 1 5

G3 1 0 1 1 1 4

G4 1 0 1 1 1 4

G5 1 0 1 1 1 4

Dep 5 1 5 5 5

Keterangan: Drv : Driving power Dep: Dependent power Sumber: Hasil Penelitian, 2020 Hubungan kuadran kontekstual pada

elemen Tujuan Program dapat dilihat pada Gambar 4 Kuadran matrix driver power dependent menunjukan bahwa sub- elemen (G2) Peningkatan kwalitas SDM berada pada posisi kuadran IV-Indipendent yang berarti bahwa sub

elemen tersebut memiliki driver power dan pengaruh yang tinggi dengan tingkat ketergantungan pada sub elemen lainnya yang rendah.

Gambar 4. Matrix Driver Power-Dependent Tujuan dari Program Sumber: Hasil Penelitian, 2020

Berdasarkan hirarki diagram

struktural Tujuan Program pada Gambar 5 terdapat satu sub-elemen kunci pada level 2 yang merupakan sub-elemen utama dari Tujuan Program yaitu sub-elemen (G2) Peningkatan kwalitas SDM dan diringi oleh empat sub elemen lainnya pada level 1 yaitu sub-elemen G1, G3, G4 dan G5. Ini membuktikan bahwa dalam strategi pengembangan pariwisata Bali, Peningkatan kwalitas SDM pariwisata sangat penting dalam menentukan kwlitas layanan pariwisata, kesan yang baik dan profesional, melalui peningkatan pengetahuan dan keahlian SDM pariwisata sangatlah penting dan perlu dipertimbangkan. Sesuai dengan hasil wawancara dengan Bapak Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Bapak Ir. I Putu Astawa, M.MA tanggal 3 Januari 2021 bahwa sinergi faktor pentahelix pariwisata baik pengusaha, media, asosiasi, pendidikan sangat diperlukan guna peningkatan SDM pariwisata. Pelatihan-pelatihan kearah skill yang lebih baik perlu tetap dilaksanakan.

Page 12: STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA BALI …

Jurnal Manajemen Pelayanan Hotel Akademi Komunitas Manajemen Perhotelan Indonesia (Sugita & Wisnawa, halaman 30-50) Vol 5, No 1 Edisi Juni 2021

41

Gambar 5. Hirarki Diagram Struktural Tujuan dari Program Sumber: Hasil Penelitian, 2020 Kendala Program Strategi Pengembangan Pariwisata Bali (B)

Pada Tabel 1.5 menunjukan tentang RM (Reachability Matrix) Kendala Program meliputi lima sub- elemen yang terdiri dari (1) Kurang optimal kesadaran masyarakat dalam melaksanakan tatanan kebiasaan era baru setelah pandemi COVID-19 (B1), (2) Kurangnya dukungan sekelompok masyarakat dalam melaksanakan protokol tatanan kebiasaan era baru (B2), (3) Kurang optimal pelaksanaan tatanan kebiasaan era baru bagi pelaku usaha pariwisata hotel, restoran (B3), (4) Kurangnya kualitas SDM pariwisata dalam melaksanakan tatanan kebiasaan era baru setelah pandemi COVID-19 (B4), (5) Kurang sinergi peraturan antar lembaga pemerintahan (B5). Yang dimaksud elemen Kedala Program adalah segala kemungkinan yang mengjadi penghambat dalam pelaksanaan strategi pengembangan pariwisata Bali dalam menghadapi pandemi COVID-19 melalui peran asosiasi profesi pariwisata.

Berdasarkan analisa nilai RM (Reachability Matrix) Kendala Program menunjukan bahwa nilai tertinggi yaitu nilai driver power 5 ada pada sub-elemen (B5) Kurang sinergi peraturan antar lembaga pemerintahan. Nilai driver power tersebut merupakan nilai tertinggi yang menunjukan bahwa masih ada banyak peraturan antar lembaga pemerintahan yang kurang sinkron dan bahkan tumpang tindih sehingga menjadi kendala yang kuat dalam strategi pengembangan pariwisata Bali.

Tabel 4. RM (Reachability Matrix) Kendala Program

No. B1 B2 B3 B4 B5 Drv

B1 1 1 1 1 0 4

B2 0 1 1 0 0 2

B3 0 0 1 0 0 1

B4 0 1 1 1 0 3

B5 1 1 1 1 1 5

Dep 2 4 5 3 1

Keterangan: Drv : Driving power Dep: Dependent power Sumber: Hasil Penelitian, 2020

Kemudian hubungan kwadran

kontekstual Matrix Driver Power-Dependent Kendala Program bisa dilihat pada Gambar 6 yaitu terdapat dua sub-elemen yang berada pada kuadran IV-Independent yang berarti bahwa sub-elemen B5 dan B1 sebagai elemen kendala kunci dalam pelaksanaan strategi pengembangan pariwisata Bali menghadapi pandemi COVID-19 melalui peran asosiasi profesi pariwisata. Kedua sub-elemen tersebut (B5) Kurang sinergi peraturan antar lembaga pemerintahan, (B1) Kurang optimal kesadaran masyarakat dalam melaksanakan tatanan kebiasaan era baru setelah pandemi COVID-19 memiliki driver power yang tinggi. Hal tersebut menunjukan bahwa kedua sub-elemen tersebut sebagai kendala yang kuat dan tidak terpengaruh oleh sub elemen lainnya.

Gambar 6 Matrix Driver Power-Dependent Kendala Program Sumber: Hasil Penelitian, 2020

Page 13: STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA BALI …

Jurnal Manajemen Pelayanan Hotel Akademi Komunitas Manajemen Perhotelan Indonesia (Sugita & Wisnawa, halaman 30-50) Vol 5, No 1 Edisi Juni 2021

42

Berdasarkan hirarki diagram struktural elemen Kendala Program pada Gambar 7 di ketahui bahwa ada 5 level struktural yang mana sub-elemen (B5) Kurang sinergi peraturan antar lembaga pemerintahan berada pada level 5. Sehingga sub-elemen B5 ini merupakan sub-elemen kunci sebagai kendala utama dalam strategi pengembangan pariwisata Bali. Hal ini diperjelas oleh pendapat ahli pariwisata Dr. Yoga Iswara, BBA, BBM, MM, CHA seorang Doktor Pariwisata yang juga selaku Ketua IHGMA Bali (Indonesian Hotel General Manager Association) periode 2020-2024, Corporate General Manager MACA Villas Group. Melalui saluran komunikasi whatsapp pada tanggal 23 Januari 2021 bahwa perlu adanya sinergi antar dinas terkait, seperti dalam wawancara berikut:

“Ditambahkan juga melalui sambungan telepon bahwa kondisi pariwisata Bali ini sekarang berada dalam komplikasi antar kondisi ekonomi dan protokol kesehatan yang perlu diperhatikan. Jadi memang perlu sinkronisasi antara dinas terkait dengan kesehatan dan ekonomi. Yang mana kedua-duanya penting, sehingga pemerintah harus mengambil kebijakan jalan tengah untuk memperhatikan dua hal tersebut harus tetap berjalan. Kita harus tetap hidup berdampingan dengan COVID dengan menerapkan protokol kesehatan karena tidak ada yang tahu kapan akan berakhir”

Gambar 7 Hirarki Diagram Struktural Kendala Program Sumber: Hasil Penelitian, 2020

Perubahan Yang Dimungkinkan Dalam Pengembangan Pariwisata Bali (E)

Yang dimaksud dengan elemen Perubahan Yang Dimungkinkan adalah bahwa dalam pencapaian strategi pengembangan pariwisata Bali dalam menghadapi pandemi COVID-19 melalui peran asosiasi profesi pariwisata ada hal-hal perubahan yang dimungkinkan guna perbaikan perkembangan pariwisata Bali. Elemen Perubahan yang dimungkinkan tersebut terdiri dari sub-elemen (1) Obyek wisata dengan tatanan protokol kebiasaan era baru setelah pandemi COVID-19 (E1), (2) Produk pariwisata yang lebih inovatif dan berkwalitas (E2), (3) Implementasi tatanan kebiasaan era baru dalam pelayanan kepada wisatawan (E3), (4) Usaha pariwisata yang menerapkan protokol tatanan kebiasaan era baru (E4), (5) Peran dan kontribusi asosiasi profesi pariwisata (E5). Berdasarkan hasil analisa nilai RM (Reachability Matrix) dari elemen Perubahan yang dimungkinkan pada Tabel 1.6 di ketahui bahwa sub-elemen (E5) Peran dan kontribusi asosiasi profesi pariwisata memiliki nilai driver power yang paling tinggi yaitu 5 disusul oleh sub elemen lainnya dengan nilai 4. Nilai driver power E5 menunjukan peran dan kontribusi asosiasi profesi pariwisata sangat penting dalam perkembangan pariwisata Bali. Pesan ini sejalan dengan pernyataan dan hasil wawancara dengan para penggiat asosiasi pariwisata pariwisata pada point 4.2.1 dan dikuatkan oleh pernyataan PHRI Bali dan Kepala Dinas Pariwisata Bali bahwa asosiasi profesi pariwisata sangat berperan penting dalam mendukung perkembangan pariwisata Bali. Tabel 5. RM (Reachability Matrix) Perubahan Yang Dimungkinkan

No. E1 E2 E3 E4 E5 Drv

E1 1 1 1 1 0 4

E2 1 1 1 1 0 4

E3 1 1 1 1 0 4

E4 1 1 1 1 0 4

E5 1 1 1 1 1 5

Dep 5 5 5 5 1

Page 14: STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA BALI …

Jurnal Manajemen Pelayanan Hotel Akademi Komunitas Manajemen Perhotelan Indonesia (Sugita & Wisnawa, halaman 30-50) Vol 5, No 1 Edisi Juni 2021

43

Keterangan: Drv : Driving power Dep: Dependent power Sumber: Hasil Penelitian, 2020

Berdasarkan hasil Matrix Driver

Power-Dependent Perubahan Yang Dimungkinkan dapat dilihat pada Gambar 8 yang menunjukan kuadran hubungan kontekstual sub-elemen. Terlihat jelas bahwa sub-elemen (E5) Peran dan kontribusi asosiasi profesi pariwisata berada pada kuadrant IV-Independent. Kuadrant IV-Independent untuk sub-elemen E5 artinya bahwa perubahan sangat besar dimungkinkan lewat peran dan kontribusi asosiasi profesi pariwisata sebagai salah satu bagian pentahelix pariwisata. Perubahan peran asosiasi profesi pariwisata akan mempengaruhi sub-elemen yang lainnya dalam pengembangan pariwisata.

Gambar 8 Matrix Driver Power-Dependent Perubahan Yang Dimungkinkan Sumber: Hasil Penelitian, 2020

Berdasarkan hirarki diagram

struktural elemen Perubahan Yang Dimungkinkan pada Gambar 9 tergambar bahwa ada 2 level struktural yaitu level 1 dan level 2. Sub-elemen (E5) Peran dan kontribusi asosiasi profesi pariwisata membawa pengaruh yang paling tinggi sehingga perlu menjadi perhatian dan pertimbangan.

Gambar 9. Hirarki Diagram Struktural Perubahan Yang Dimungkinkan Sumber: Hasil Penelitian, 2020

Sektor Masyarakat Yang Terpengaruh dalam Strategi Pengembangan Pariwisata Bali (C)

Pada elemen Sektor Masyarakat Yang Terpengaruh, yang dimaksud dengan elemen ini adalah suatu individu atau kelompok masyarakat yang akan terpengaruh atau akan terdampak jika program yang dibentuk untuk strategi pengembangan pariwisata bali dalam menghadapi pandemi COVID-19 melalui peran asosiasi profesi pariwisata akan dijalankan. Adapun elemen Sektor Masyarakat Yang Terpengaruh ini terdiri dari lima sub-elemen yaitu (1) Pengelola obyek wisata (C1), (2) Manajemen pengelola usaha pariwisata (C2), (3) SDM Pariwisata (C3), (4) Masyarakat local (C4), (5) Travel Agent dan jasa transportasi (C5). Sesuai dengan hasil analisa RM (Reachability Matrix). Sektor Masyarakat Yang Terpengaruh pada Tabel 6 diketahui bahwa sub-elemen C2, C3 dan C4 memiliki nilai driver power tertinggi yakni nilai 5.

Page 15: STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA BALI …

Jurnal Manajemen Pelayanan Hotel Akademi Komunitas Manajemen Perhotelan Indonesia (Sugita & Wisnawa, halaman 30-50) Vol 5, No 1 Edisi Juni 2021

44

Tabel 6. RM (Reachability Matrix) Sektor Masyarakat Yang Terpengaruh

No. C1 C2 C3 C4 C5 Drv

C1 1 0 0 0 1 2

C2 1 1 1 1 1 5

C3 1 1 1 1 1 5

C4 1 1 1 1 1 5

C5 0 0 0 0 1 1

Dep 4 3 3 3 5 Keterangan: Drv : Driving power Dep: Dependent power Sumber: Hasil Penelitian, 2020

Posisi kuadran Matrix Driver Power-

Dependent Sektor Masyarakat Yang Terpengaruh dapat dilihat pada Gambar 10 dibawah ini. Sub-elemen (C1) Pengelola obyek wisata dan (C5) Travel agent dan jasa transportasi berada pada posisi kuadran II-Dependent, artinya bahwa (C5) Travel agent dan jasa transportasi, (C1) Pengelola obyek wisata memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap sub-elemen lainnya.

Gambar 10. Matrix Driver Power-Dependent Sektor Masyarakat Yang Terpengaruh Sumber: Hasil Penelitian, 2020

Berdasarkan model diagram

struktural Sektor masyarakat yang terpengaruh pada Gambar 11 tergambar bahwa terdapat tiga sektor masyarakat yang terpengaruh jika program strategi pengembangan pariwisata bali menghadapi pandemi COVID-19 dilaksanakan. Tiga sektor tersebut yaitu (C2) Manajemen pengelola usaha pariwisata, (C3) SDM Pariwisata dan (C4) Masyarakat lokal dinyatakan sebagai sub-

elemen kunci berada pada level 3 yang merupakan level tertinggi dalam elemen Sektor Masyarakat yang terpengaruh. Ketiga sektor tersebut menjadi kuat dengan selalu memperhatikan peningkatan kwalitas pelayanan dan kemampuan yang dimiliki oleh Manajemen usaha pariwisata (C2), keahlian SDM pariwisata (C3) yang mampu bersaing, dan juga pengetahuan masyarakat lokal (C4) yang memahami akan pentingnya pariwisata, semuanya itu akan mampu memberikan motivasi dan pengaruh yang kuar terhadap perkembangan pariwisata bali.

Gambar 11. Hirarki Diagram Struktural Sektor Masyarakat Yang Terpengaruh Sumber: Hasil Penelitian, 2020 Lembaga Yang Terlibat Dalam Pelaksanaan Program Strategi Pengembangan Priwisata Bali (L)

Pada elemen lembaga yang terlibat

dalam pelaksanaan program Strategi Pengembangan Pariwista Bali terdiri dari lima sub-elemen yaitu sub-elemen (1) Satgas COVID & Dinas Pariwisata (L1), (2) Asosiasi profesi pariwisata (L2), (3) Lembaga pendidikan tinggi pariwisata (L3), (4) Pengusaha hotel & Restoran (L4), (5) Media (L5). Yang dimaksud dengan Lembaga yang terlibat dalama pelaksanaan program adalah institusi, asosiasi atau lembaga terkait baik itu lembaga pemerintah maupun swasta yang dapat dilibatkan dalam program strategi pengembangan pariwisata bali menghadapi pandemi COVID-19 melalui peran asosiasi profesi pariwisata. Sesuai dengan hasil analisa RM (Reachability Matrix) Lembaga Yang Terlibat Dalam Pelaksanaan Program yang dapat dilihat

Page 16: STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA BALI …

Jurnal Manajemen Pelayanan Hotel Akademi Komunitas Manajemen Perhotelan Indonesia (Sugita & Wisnawa, halaman 30-50) Vol 5, No 1 Edisi Juni 2021

45

pada Tabel 7 menunjukan bahwa ada dua unsur sub-elemen yang memiliki nilai driver power tinggi dengan nilai 5. Sub-elemen tersebut adalah (L1) Satgas COVID & Dinas Pariwisata, (L5) Media memiliki driver power yang kuat dan dominan. Hal tersebut mengindikasikan dan menandakan bahwa kedua sub-elemen (L1) Satgas COVID & Dinas Pariwisata, (L5) Media memiliki peran dan keterlibatan yang utama dalam pengembangan pariwisata bali melalui peran asosiasi profesi pariwisata. Satgas COVID dan Dinas pariwisata (L1) sebagai sumber informasi dan pembuat regulasi yang berkaitan dengan pariwisata sedangkan Media (L5) sebagai alat untuk menyebarkan informasi yang benar berkaitan dengan pariwisata dan juga dampak COVID-19. Hasil analisa menunjukan bahwa kedua sub- elemen ini mempunyai peran yang tinggi dalam suksesnya pelaksanaan program strategi pengembangan pariwisata Bali dalam menghadapi pandemi COVID-19 melalui peran asosiasi profesi pariwisata.

Tabel 7. RM (Reachability Matrix) Lembaga Yang Terlibat Dalam Pelaksanaan Program

No. L1 L2 L3 L4 L5 Drv

L1 1 1 1 1 1 5

L2 0 1 1 1 0 3

L3 0 0 1 1 0 2

L4 0 0 0 1 0 1

L5 1 1 1 1 1 5

Dep 2 3 4 5 2 Keterangan: Drv : Driving power Dep: Dependent power Sumber: Hasil Penelitian, 2020

Kemudian analisa kuadran kontekstual Matrix Driver Power-Dependent Lembaga Yang Terlibat Dalam Pelaksanaan Program pada Gambar 12 menunjukan bahwa terdapat dua sub-elemen yang berada pada kuadran IV-Independent yaitu L1 dan L5 yang berarti memiliki peran kuat dan penting dalam pelaksanaan program pengembangan pariwisata. Kedua sub-elemen kuat tersebut adalah sub-elemen (L1) Satgas

COVID & Dinas Pariwisata, (L5) Media. Sedangkan sub-elemen (2) Asosiasi profesi pariwisata berada pada kuadran III-linkage yang artinya bahwa asosiasi profesi pariwisata perlu untuk dilibatkan dalam program pelaksanaan pengembangan pariwisata terutama dalam menunjukan eksistensi dan peran asosiasi profesi pariwisata dalam mendukung program pembanguanan pariwisata Bali baik dari sisi penguatan kerjasama dalam kegiatan sertifikasi SDM pariwisata maupun kegiatan positif lainnya.

Gambar 12. Matrix Driver Power-Dependent Lembaga Yang Terlibat Dalam Pelaksanaan Program Sumber: Hasil Penelitian, 2020

Dalam analisa hiraki struktural

elemen Lembaga Yang Terlibat Dalam Pelaksanaan Program pada Gambar 1.15 terdapat dua sub-elemen yang paling kuat dan dominan terlibat dalam proses pengembangan pariwisata yaitu sub-elemen (L1) Satgas COVID & Dinas Pariwisata, (L5) Media berada pada level 4. Kedua sub-elemen ini penting untuk menjadi perhatian dan bersinergi untuk saling menguatkan pariwisata dalam penanganan pandemi COVID-19, sehingga informasi yang didapatkan oleh masyarakat benar adanya dan lebih tepat sasaran.

Page 17: STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA BALI …

Jurnal Manajemen Pelayanan Hotel Akademi Komunitas Manajemen Perhotelan Indonesia (Sugita & Wisnawa, halaman 30-50) Vol 5, No 1 Edisi Juni 2021

46

Gambar 13. Hirarki Diagram Struktural Lembaga Yang Terlibat Dalam Pelaksanaan Program Sumber: Hasil Penelitian, 2020

Berdasarkan analisa-analisa

tersebut diatas setelah dilakukan olah data dengan metode ISM (Interpretive Structural Modeling), hasil kajian tersebut dapat dilihat pada Table 8. Dalam Tabel

tersebut menggambarkan bahwa elemen kunci dari masing-masing elemen yang dianalisa menggunakan metode ISM (Interpretive Structural Modeling). Dalam kajian tersebut terdiri dari enam elemen utama yaitu (1) Kebutuhan Dari Program (N), (2) Tujuan Dari Program (G), (3) Kendala Program (B), (4) Perubahan Yang dimungkinkan (E), (5) Sektor Masyarakat Yang Terpengaruh (C), (6) Lembaga Yang Terlibat dalam Pelaksanaan Program (L). Berdasarkan analisa sub-elemen dari tiap-tiap elemen utama tersebut dapat dirumuskan strategi pengembangan pariwisata Bali dalam menghadapai pandemi COVID-19 melalui peran asosiasi profesi pariwisata. Elemen kunci dari hasil

analisa ISM (Interpretive Structural Modeling).

Page 18: STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA BALI …

Jurnal Manajemen Pelayanan Hotel Akademi Komunitas Manajemen Perhotelan Indonesia (Sugita & Wisnawa, halaman 30-50) Vol 5, No 1 Edisi Juni 2021

47

Berdasarkan hasil analisa ISM (Interpretive Structural Modeling) terhadap enam elemen utama yaitu (1) Kebutuhan dari Program, (2) Tujuan dari Program, (3)

Kendala Utama, (4) Perubahan yang dimungkinkan, (5) Sektor Masyarakat Yang Terpengaruh, (6) Lembaga Yang Terlibat dalam Pelaksanaan Program

Page 19: STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA BALI …

Jurnal Manajemen Pelayanan Hotel Akademi Komunitas Manajemen Perhotelan Indonesia (Sugita & Wisnawa, halaman 30-50) Vol 5, No 1 Edisi Juni 2021

48

disusunlah program strategi pengembangan pariwisata Bali dalam menghadapi pandemi COVID-19 melalui peran asosiasi profesi pariwisata. Strategi program tersebut terbentuk setelah hasil analisa ISM (Interpretive Structural Modeling) dan menemukan elemen penting dan kuat yang menjadi pertimbangan. Adapun program tersebut dituangkan pada Tabel 9.

SIMPULAN

Peran asosiasi profesi pariwisata dalam menghadapi pandemi COVID-19 untuk mendukung perkembangan pariwisata Bali

Peran asosiasi profesi pariwisata yang ada di Bali seperti HFLA (Hotel Front Liners Association), IHKA (Indonesia Housekeeping Association), IHGMA (Indonesian Hotel General Manager Association), HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia), BASCOMM (Bali Sales & Marketing Cummunity), IFBEC (Indonesian Food & Beverage Executive Association) sangatlah berperan penting dalam mendukung perkembangan pariwisata Bali dimasa pandemi COVID-19 dengan program dan kegiatan yang positif bagi pariwisata Bali. Sinergi antara pemerintah dan asosiasi membentuk suatu kerjasama yang baik sebagai salah satu bagian dari pentahelix pariwista guna mempercepat segala informasi diteruskan kepada pelaku usaha pariwisata melalui para anggotanya seperti informasi tentang protokol kesehatan dan sertifikasi CHSE Kementrian Pariwisata Indonesia. Kontribusi asosiasi profesi pariwisata secara berkelanjutan akan saling menguatkan antara pemerintah dan indutri pariwisata melalui kerjasama program yang tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan industri pariwisata. Peran penting asosiasi profesi pariwisata ini meningkatkan kemampuan SDM pariwisata Bali dengan secara aktif dan terlibat secara langsung dalam verifikasi tatanan kebiasaan era baru, sertifikasi CHSE, sertifikasi profesi pariwisata dan pelatihan SDM pariwisata. Asosiasi profesi pariwisata seperti salah satunya adalah IHGMA (Indonesian Hotel General

Association) memperkuat pemerintah sebagai anggota kelompok ahli Gubernur bidang pariwisata dan team verifikasi CHSE Kabupaten dan provinsi Bali.

Strategi pengembangan pariwisata Bali dalam menghadapi pandemi COVID-19 melalui peran asosiasi profesi pariwisata

Setelah dilakukan analisa dan olah data dengan metode ISM (Interpretive Structural Modeling) kuesionare dari para responden ahli dapat disimpulkan bahwa program strategi pengembangan pariwisata Bali dalam menghadapi pandemi COVID-19 melalui peran asosiasi profesi pariwisata dapat disusun sebagai berikut bahwa terdapat 11 faktor kunci yang menjadi perhatian dan dominan diantara sub-elemen lainnya, dari 6 elemen yang dianalisa melalui metode ISM (Interpretive Structural Modeling) diantaranya; (i) Pelatihan dan verifikasi pelaksanaan tatanan kebiasaan baru setelah pandemi COVID-19; (ii) Perbaikan sistem dan sinkronisasi antar lembaga pemerintahan dalam pengelolaan pariwisata sesuai dengan protokol kesehatan; (iii) Sosialisasi tatanan kebiasaan era baru bagi pelaku pariwisata hotel, restoran; (iv) Peningkatan kualitas SDM pariwisata; (v) Kurang sinergi peraturan antar lembaga pemerintahan; (vi) Peran dan kontribusi asosiasi profesi pariwisata; Manajemen pengelola usaha pariwisata, SDM pariwisata, Masyarakat lokal, Satgas COVID & Dinas Pariwisata, Media.

Dari faktor kunci tersebut menghasilkan 5 strategi yang sebaiknya dilakukan dalam program strategis dalam pengembangan pariwisata Bali dalam menghadapi pandemi COVID-19 melalui peran asosiasi profesi pariwisata. Program strategi tersebut adalah: (i) Mengoptimalkan peran media dalam mendukung perkembangan pariwisata Bali, dengan program sosialisasi pariwisata kepada masyarakat dan wisatawan, bekerjasama dengan banyak media pariwisata sehingga menimbulkan kemapuan berfikir dan mind set yang positif bahwa mengunjungi Bali adalah aman, menyenangkan dan mengesankan.

Page 20: STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA BALI …

Jurnal Manajemen Pelayanan Hotel Akademi Komunitas Manajemen Perhotelan Indonesia (Sugita & Wisnawa, halaman 30-50) Vol 5, No 1 Edisi Juni 2021

49

Hal ini juga bisa dilakukan dengan peningkatan kerjasama antara pemerintah dan para pelaku pariwisata bersama-sama mempromosokan bahwa Bali siap menerima wisatawan dengan protokol kesehatan yang ketat dan tersertifikasi untuk mewujudkan trust positif wisatawan; (ii) Sinergi dan penguatan peran pemerintah dan asosiasi profesi pariwisata dalam pengembangan pariwisata Bali. Sebagai bagian dari pentahelix pariwisata, penting sekali untuk selalu bersinergi antara pemerintah dan asosiasi profesi pariwisata khususnya dalam rangka peningkatan promosi dan pemasaran pariwisata Bali baik didalam negeri maupun luar negeri. Disamping itu pula, penguatan kerjasama untuk pelatihan SDM pariwisata dan juga sertifikasi profesi pariwisata sehingga tercipta SDM pariwisata yang mampu bersaing dan trampil dibidang masing-masing, (iii) Optimalisasi peningkatan kwalitas SDM pariwisata Bali. Hal ini sangat penting agar SDM pariwisata bisa dan mampu memberikan pelayan yang terbaik. Optimalisasi kwalitas SDM pariwisata ini perlu didukung oleh pemerintah melalui alokasi dana pelatihan maupun sertifikasi SDM pariwisata guna membantu industri pariwisata bisa bergerak dan bangkit kembali dimasa pandemi ini; (iv) Penataan kawasan dan obyek wisata yang sesuai dengan protokol kesehatan. Penataan ini dilakukan guna memastikan pengelola obyek wisata sudah diberikan pemahaman, informasi dan pelatihan akan pentingnya pelaksanaan kebiasaan era baru dan protokol kesehatan dimasa pandemi COVID-19. Selain itu dilakukan verifikasi tatanan kebiasaan era baru agar terlaksana dengan baik dan displin secara berkelanjutan, juga dilakukan sertifikasi CHSE dari kementrian pariwisata agar menguatkan verifikasi tingkat kabupaten maupun provinsi. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat dan wistawan bahwa Bali sangat siap untuk menerima wisatawan dan aman untuk dikunjungi; (v) Peningkatan peran masyarakat lokal dalam mendukung perkembangan pariwisata yang berkelanjutan, berbudaya dan ramah lingkungan. Dukungan masayarakat

sekitar dan masyarakat lokal untuk kemajuan pariwisata sangatlah diperlukan, utamanya dukungan melalui peraturan adat, desa, banjar yang mendukung dan memperlancar perkembangan pariwisata dengan menguatkan dan tidak menghilangkan kearifan lokal Bali. Masyarakat yang ramah, toleransi, rasa aman dan menyenangkan sangat dinanti oleh wisatawan, dan perlu diketahui oleh masayarakat melalui penyebaran informasi dan sosialisi akan pentingnya keramahan bagi para wisatawan.

Penelitian ini memperkuat bahwa pentahelix pariwisata antara pemerintah, asosiasi, media, industri pariwisata, dan akademisi pariwisata penting untuk bersinergi dan saling menguatkan. Penelitian ini juga memperkuat community based tourism dan sustainability tourism karena konsep yang diterapkan dalam pengembangan pariwisata Bali melibatkan masyarakat dan bekelajutan serta bersinergi dengan para stakeholder pariwisata utamanya bagi para asosiasi profesi pariwisata.

DAFTAR PUSTAKA

Adiakurnia, Muhammad Irzal. (2018) .

“Kenapa Bali Selalu Menarik Untuk Dikunjungi?” Compas.com. https://travel.kompas.com/read/2018/01/14/193000327/kenapa-bali-selalu-menarik-untuk-dikunjungi- (November 16, 2019).

Agung Suryawan Wiranatha, and I Gusti Ayu Oka Suryawardani. (2019). Interpretive Structural Modeling in Tourism and Agriculture. ed. I Gusti Ayu Oka Suryawardani. Denpasar: LAP LAMBERT AcademicPublishing.

Anom, I Putu, and I Gusti Agung Oka Mahagangga. (2019). Hand Book Ilmu Pariwisata Karakter Dan Prospek. Pertama. Denpasar: Prenada Media Group.

Anom, I Putu, Ida Ayu Suryasih, Saptono Nugroho, and Gusti Agung Oka I Mahagangga. (2017). “Turismemorfosis: Tahapan Selama Seratus Tahun Perkembangan Dan Prediksi

Page 21: STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA BALI …

Jurnal Manajemen Pelayanan Hotel Akademi Komunitas Manajemen Perhotelan Indonesia (Sugita & Wisnawa, halaman 30-50) Vol 5, No 1 Edisi Juni 2021

50

Pariwisata Bali.” Jurnal Kajian Bali Universitas Udayana 07(02). https://www.google.com/search?q=sejarah+perkembangan+pariwisata+di+bali&oq=sejarah+perkembangan+pariwisata+&aqs=chrome.5.0l2j69i57j0l5.11462j0j15&sourceid=chrome&ie=UTF-8.

Ayu, Karina. (2017). “Menteri Pariwisata Usung Unsur Pentahelix Dalam Kembangkan Pariwisata.” www.sriwijayamagazine.com. http://sriwijayamagazine.com/pentahelix-diusung-kemenpar/ (October 4, 2020).

Beech, John, and Simon Chadwick. (2006). Financial Times Management The Business of Tourism Management. http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0160738303000549%0Awww.pearsoned.co.uk/beechchadwick.

Darmawan, Dwi Putra. (2017). Pengambilan Keputusan Terstruktur Dengan Interpretive Structural Modeling. Pertama. Yogyakarta: Ematera.

Gotravela Indonesia. (2020) . “Informasi Umum Tentang Bali Sejarah Pariwisata Pulau Bali.” www.gotravelaindonesia.com. https://www.gotravelaindonesia.com/informasi-umum-tentang-bali/ (October 4, 2020).

Marimin. (2015). Teknik Dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kreteria Majemuk. Keempat. Jakarta: Grasindo.

Pitana, I G, and Putu G Gayatri. (2005). Sosiologi Pariwisata. CV. Andi Offset.

Prakoso, Johanes Randy. (2020). “Agustus, Pariwisata Bali Anjlok 81% Akibat Corona.” www.travel.detik.com. https://travel.detik.com/travel-news/d-5160460/agustus-pariwisata-bali-anjlok-81-akibat-corona (October 8, 2020).

Sugiyono. (2014). “Teknik Pengumpulan Data.” Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.

Wisnawa,IMB., Prayogi, PA dan Sutapa, IK. (2021),Manajemen Pemasaran Pariwisata-Pengembangan Potensi Produk Wisata Perdesaan. Yogyakarta : Deepublish

Yuliana. (2020) . “Corona Virus Diseases (Covid 19) Sebuah Tinjauan Literatur.” Wellness and healthy magazine Fakutas Kedokteran Universitas Lampung 2(1): 187–92. https://wellness.journalpress.id/wellness/article/view/21026/pdf.

Yuniningsih, Tri, Titi Darmi, dan Susi Sulandari. (2019) . “Model Pentahelix Dalam Pengembangan Pariwisata Di Kota Semarang.” Journal of Public Sector Innovation 3(2). https://journal.unesa.ac.id/index.php/jpsi/article/view/4851/0.

Yunus, Nur Rohim, and Annissa Rezki. (2020). “Kebijakan Pemberlakuan Lock Down Sebagai Antisipasi Penyebaran Corona Virus Covid-19.” Sosial dan Budaya Syar I 7(3): 227–38. http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/salam/article/view/15083.