93
SKRIPSI STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS PENYEBARAN BERITA BOHONG (HOAX) DI KABUPATEN GOWA Oleh : SITI HADIJAH AL DZULHIJJAH Nomor Induk Mahasiswa: 10561 05379 15 PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

  • Upload
    others

  • View
    16

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

SKRIPSI

STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS

PENYEBARAN BERITA BOHONG (HOAX) DI KABUPATEN

GOWA

Oleh :

SITI HADIJAH AL DZULHIJJAH

Nomor Induk Mahasiswa: 10561 05379 15

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

Page 2: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

i

SKRIPSI

STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS

PENYEBARAN BERITA BOHONG (HOAX) DI KABUPATEN

GOWA

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi dan Memperoleh Gelar

Sarjana Ilmu Administrasi Negara (S.Sos)

Disusun dan Diajukan oleh :

SITI HADIJAH AL DZULHIJJAH

Nomor Induk Mahasiswa: 10561 05379 15

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

Page 3: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

ii

Page 4: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

iii

Page 5: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Siti Hadijah Al Dzulhijjjah

Nomor Stambuk : 10561 05379 15

Program Studi: Ilmu Administrasi Negara

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa

bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan

plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian

hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik

sesuai aturan yang berlaku,sekalipun itu pencabutan gelar akademik.

Makassar, 24 Januari 2020

Yang Menyatakan

Siti Hadijah Al Dzulhijjjah

Page 6: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

v

ABSTRAK

SITI HADIJAH AL DZULHIJJAH. Sudarmi dan Muhammad Tahir.

Strategi Kepolisian Dalam Penanganan Kasus Penyebaran Berita Bohong

(Hoax) di Kabupaten Gowa.

Penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya pemberitaan hoaks yang terjadi

secara nasioanal. Selain pemerintah, kepolisian sebagai salah satu fungsi

pemerintahan negara di bidang penegakan hukum memiliki peran serta dalam

penanganan kasus penyebaran berita bohong (Hoax). Untuk itu, penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui strategi kepolisian dalam penanganan kasus

penyebaran berita bohong (hoax) di Kabupaten Gowa. Penelitian ini merupakan

penelitian kualitatif, dengan informan sebagai berikut: Kasat Intelkam, Kasubbag

Humas, Anggota Satuan Humas, Anggota Satuan Reskrim, dan Masyarakat

Pengguna Media Sosial dengan mempertimbangkan bahwa informan adalah orang

yang memiliki pengetahuan dan informasi mengenai penelitian ini.

Hasil penelitian menunjukkkan meskipun secara administratif Polres

Gowa belum mencatat kasus penyebaran hoaks, namun upaya strategis

penanganan pencegahan sebelum maupun setelah penyebaran hoaks tetap

dilakukan oleh Polres Gowa sebagai bagian dari menjaga kondusifitas di wilayah

Kabupaten Gowa. Polres Gowa tidak hanya memantau perkembangan dan

penyebaran berita di wilayah Kabupaten Gowa saja, namun juga melakukan

pengawasan baik perkembangan pemberitaan secara nasional. Upaya strategis

yang dilakukan Polres Gowa yaitu dengan melalui tiga strategi upaya

penanggulangan kejahatan dengan strategi penanganan secara Pre-emtif, Preventif

dan Represif.

Kata kunci: Strategi, Kepolisian, Penangan Hoax

Page 7: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

vi

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatu

Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah Azza Wa Jalla atas berkat rahmat

dan karunia-Nya memberikan kesempatan kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Strategi Kepolisian Dalam Penanganan

Kasus Penyebaran Berita Bohong (Hoax) di Kabupaten Gowa” penulis

menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu,

masukan dan kritikan yang bersifat membangun dari pembaca yang budiman,

sangat diharapkan demi perbaikan dan kesempurnaan penulisan ini.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimah kasih yang setinggi-

tingginya kepada Ibu Dr. Hj. Sudarmi, M.Si sebagai pembimbing I dan Bapak Dr.

Muhammad Tahir, M.Si sebagai pembimbing II yang telah membimbing dan

mengarahkan penulis sampai pada penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih

yang setinggi-tingginya pula penulis haturkan kepada semua pihak yang telah

mendukung dan membantu secara moril dan materil, yaitu kepada:

1. Bapak Dr. H. Abd Rahman Rahim, S.E, M.M, selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar.

2. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S,Sos, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Nasrul Haq, S.Sos, MPA, selaku Ketua Program Studi Ilmu

Administrasi Negara dan Ibu Nurbiah Tahir S.Sos, M.AP selaku Sekretaris

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Page 8: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

vii

4. Bapak dan Ibu dosen serta Staf tata usaha Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah banyak memberikan

ilmunya dan membantu penulis selama menjalani pendidikan dibangku

perkuliahan.

5. Kedua orang tua Ayahanda Muhammad Said S.Pd dan Ibunda Hasnah yang

sangat penulis cintai, yang telah memberikan segala hal terbaik kepada anak-

anaknya dalam meraih cita-cita, yang senantiasa memberikan cinta dan kasih

sayangnya serta memfasilitasi penulis sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

6. Seluruh keluarga besar H. Baba dg Mile dan Sumara dg Labang, kakek dari

penulis beserta nenek, aunty, uncle serta sepupu-sepupu yang tidak penulis

sebutkan satu persatu. Untuk saudara kandung Muh Islamsyah & Surya

Sumantri, Siti Nurjannah Indah Sari, Muh Isman Juliansyah, dan Muh Ihsan

Suryasyah, yang telah memberi dukungan dan dorongan semangat melewati

suka duka dengan penulis dalam meraih gelar sarjana.

7. Bapak Kapolres serta seluruh jajarannya, staf dan masyarakat atas

kebijaksanaannya dan bantuannya selama penulis melakukan penelitian di

POLRES Gowa.

8. Bapak dan Ibu Guru dimana penulis menuntut ilmu mulai dari jenjang

Sekolah Dasar hingga sampai ke tingkat Perguruan Tinggi.

9. Teman-teman seperjuangan angkatan 2015 ADN kelas D dan dari kelas E

yang menuntut ilmu bersama selama menjalani perkuliahan, serta

mahasiswa(i) seperjuangan yang tidak sempat penulis sebutkan satu per satu.

Page 9: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

viii

10. Teman-teman Tarbiyah serta Murobbiyah Kak Aisyah yang telah mengajak

dan membimbing penulis, mendalami ilmu agama dan merasakan ukhuwah

islamiyah baik saat berada di dalam maupun di luar lingkungan kampus.

11. Teman-teman KKP angkatan XVII Desa Bonto Barua yang menjadi keluarga

selama berproses dan setelahnya, yang tetap menjalin silahturahmi.

12. Teman-teman dari Komunitas Gowa Menyala yang menginspirasi melalui

program-programnya dalam hal membantu mencerdaskan anak bangsa.

13. Teman-teman Alumni Akuntansi 015 yang masih menjaga hubungan

silahturahmi antar alumni.

14. Untuk kakanda senior Ilmu Administrasi Negara serta Kak Wahyu dari

fotocopy Basmalah yang telah membantu penulis.

Semoga segala bantuan, dukungan semangat dan segala hal baik bersifat

moril maupun materil dari semua pihak kepada penulis mendapatkan pahala di sisi

Allah Azza Wa Jalla. Aamiin.

Makassar, 24 Januari 2020

Siti Hadijah Al Dzulhijjah

Page 10: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................... ii

HALAMAN PENERIMAAN TIM .................................................................. iii

HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................... iv

ABSTRAK ......................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL.............................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 6

C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 6

BAB II TINJUAN PUSTAKA........................................................................... 8

A. Penelitian Terdahulu .......................................................................... 8

B. Konsep Strategi .................................................................................. 9

C. Berita Bohong (Hoax) ......................................................................... 12

D. Pengertian Kepolisian ......................................................................... 17

E. Konsep Penanggulangan Kejahatan .................................................... 19

F. Kerangka Pikir .................................................................................... 25

G. Fokus Penelitian .................................................................................. 26

H. Deskripsi Fokus Penelitian .................................................................. 27

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 29

A. Waktu dan Lokasi Penelitian .............................................................. 29

B. Jenis dan Tipe Penelitian ..................................................................... 29

C. Sumber Data ........................................................................................ 30

D. Informan Penelitian ............................................................................. 30

Page 11: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

x

E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 31

F. Teknik Analisis Data ........................................................................... 32

G. Keabsahan Data ................................................................................... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. .... 34

A. Deskripsi Karakteristik Obyek Penelitian ........................................... 34

B. Deskripsi Kasus Pelanggaran ITE di Kabupaten Gowa ...................... 43

C. Strategi Kepolisian dalam Penanganan Kasus

Penyebaran Berita Bohong di Kabupaten Gowa ................................ 48

D. Pembahasan ......................................................................................... 62

BAB V PENUTUP ............................................................................................. 67

A. Kesimpulan ........................................................................................ 67

B. Saran .................................................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 71

LAMPIRAN ......................................................................................................... 73

Page 12: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

xi

DAFTAR TABEL dan GAMBAR

Tabel 1.1 Informan Penelitian ............................................................................ 31

Tabel 2.1 Data Tindak Lanjut Penanganan Kasus Pelanggaran ITE

di Polres Gowa Tahun 2018 ............................................................... 44

Tabel 2.2 Data Tindak Lanjut Penanganan Kasus Pelanggaran ITE

di Polres Gowa Tahun 2019 Januari sampai dengan September ........ 45

Tabel 2.3 Daftar Kasus Hoax Pada Media Sosial di Kabupaten Gowa .............. 47

Gambar 1.1 Kerangka Pikir................................................................................. 26

Gambar 2.1 Peta Pengawasan Operasi Polres Gowa .......................................... 36

Gambar 2.2 Struktur Organisasi Polres Gowa .................................................... 38

Gambar 2.3 Bagan Struktur Organisasi Polres Gowa ......................................... 39

Gambar 2.4 Polres Gowa Bersama Generasi Millenial Menolak Hoaks ........... 50

Gambar 2.5 Bentuk penyampaian pesan oleh Polres Gowa

melalui media sosial ........................................................................ 55

Page 13: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemudahan akses informasi di era digitalisasi sering disalah gunakan oleh

sejumlah pihak tertentu dalam menyebarkan berita bohong (hoax). Pemerintah

saat ini tengah berupaya melakukan berbagai cara dalam menanggulangi berita

bohong (hoax). Termasuk mengeluarkan sejumlah kebijakan, melalui perundang-

undangan yang hakikatnya merupakan wujud dari kebijakan yang dilakukan oleh

pemerintah. Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016

tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi

dan Transaksi Elektronik.

Kemunculan penyebaran terkait hoax pada bidang sosial politik dan isu

SARA merupakan hal yang sering ditemukan oleh masyarakat. Berdasarkan pada

hasil survei yang dilakukan terkait isi hoax yang sering diterima oleh masyarakat

(Mastel, 2019) menunjukkan meningkatnya hoax berisi isu politik pada tahun

2017 sebanyak 91,8% meningkat pada tahun 2019 ini menjadi 93,2 % sedangkan

hoax terkait isu SARA menurun yakni 88,6% dari tahun 2017 menjadi 76,2%

pada tahun 2019 dan hoax terkait bencana alam pada tahun ini naik dari 10,3%

pada tahun 2017 menjadi 29,3%. Selanjutnya pada hasil survei yang dilakukan

tersebut, ditemukan informasi baru yakni adanya hoax berisi info pekerjaan

sebanyak 24,4% dan sisanya hoax terkait isu kesehatan, penipuan, iptek, berita

duka, sosial budaya, kecelakaan lalu lintas dan candaan. Keberadaaan hoax pada

Page 14: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

2

2

bidang sosial politik maupun lainnya tersebut, tentunya mempengaruhi

persepsi publik terhadap setiap informasi yang didapatkan.

Berita bohong (hoax) adalah berita yang disebarkan oleh pelaku yang

berisikan berita tidak benar atau tidak sesuai fakta yang sebenarnya, dengan

tujuan dan maksud tertentu. Penyebar berita hoax dapat dikenakan Undang-

Undang Nomor 19 Tahun 2016 perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun

2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dalam Pasal 28 Ayat (1) berisi

“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan

menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi

Elektronik”, Ayat (2) “Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan

informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan

individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan suku, agama, ras,

dan antar golongan (SARA)”. Selain itu ancaman pidana, diatur dalam Pasal 45

ayat (2) yang berisi ancaman pidana penjara bagi pelaku yang memenuhi unsur

dalam Pasal 28 ayat (1) dan (2) tersebut diatas , maka dikenakan pidana penjara

maksimal 6 tahun dan denda paling banyak 1 milyar rupiah. Keberadaan undang-

undang tersebut diharapkan dapat memberikan edukasi kepada masyarakat agar

lebih bijak dalam bersosial media.

Kepolisian sebagai salah satu penegak hukum memiliki peran serta dalam

menangani kasus penyebaran berita bohong (hoax). Hal ini sesuai dengan fungsi

kepolisian yang secara jelas tercantum dalam Undang- Undang Nomor 2 Tahun

2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia, pada Pasal (2) menegaskan bahwa

“ fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang

Page 15: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

3

3

pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum,

perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.”

Strategi tentunya diperlukan dalam menangani dan menindak lanjuti kasus

penyebaran berita bohong (hoax). Setiap oganisasi baik sector publik maupun

swasta memerlukan rencana strategis dalam mencapai tujuannya, baik melalui

program-program dan kegiatan-kegiatan yang bersinergi, mengendalikan peluang

dan ancaman yang ada, serta menetapkan sasaran dan arah yang jelas untuk masa

depan organisasi.

Definisi strategi itu sendiri didefinisikan sebagai proses penentuan rencana

pimpinan puncak dengan fokus pada tujuan organisasi jangka panjang dan

penyusunan cara atau upaya dalam mencapai tujuan (Marrus, 2002). Cara atau

upaya dalam menangani sebuah kejahatan tentunya tak lepas dari rencana yang

disusun dengan baik guna mencapai tujuan dan menyelesaikan permasalahan.

Penangan penyebaran berita bohong (hoax) oleh kepolisian menurut

Syamsul Hidayat, S.H, M.H, (Satria, 2018) dapat dilakukan melalui upaya

berikut: a) upaya pre-emtif adalah upaya awal pencegahan sebelum terjadi tindak

pidana. Penaggulangan kejahatan secara pre-emtif ialah dengan penanaman nilai-

nilai atau norma-norma yang baik pada diri seseorang agar terhindar dari berbuat

kejahatan. Dengan kegiatan sosialisasi kepada masyarakat secara langsung atau

melalui media sosial yang dilakukan oleh kepolisian adalah salah satu upaya awal

penanganan dalam penyebaran berita bohong (hoax). b) upaya preventif adalah

tindakan lanjutan masih dalam tahap awal pencegahan sebelum terjadi kejahatan

dengan cara menghilangkan kesempatan dalam melakukan kejahatan. Tindakan

Page 16: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

4

4

tersebut berupa pembentuan satuan tugas cyber patrol, melakukan monitoring,

pengawasan dan pemblokiran terhadap situs, akun maupun blog yang terdeteksi

menyebarkan berita bohong (hoax), serta berkoordinasi dengan pihak lainnya

yang memiliki wewenang yang sama. c) upaya represif adalah upaya yang

dilakukan setelah terjadi kejahatan melalui penegakan hukum dan pemberian

sanksi pidana. Upaya represif tersebut yaitu melakukan penyelidikan dan

penyidikan melalui hukum acara pidana dan perundang-undangan yang terkait.

Sebuah riset yang dilakukan oleh salah satu blog teknologi asal Jakarta

yang bekerjasama dengan Jakpat Mobile Survey Platform, mengungkap bahwa

dari riset yang dilakukan masih banyak orang Indonesia yang tidak dapat

mengenali informasi hoax yang beredar dengan baik pada media sosial. Hal ini

sesuai dari data yang telah didapatkan pada media sosial seperti facebook

sebanyak 82,25 %, whatsApp sebanyak 56,55% dan instagram sebanyak 29,48%.

Riset ini menanyakan terhadap 2.032 responden di Indonesia tentang penyebaran

hoax dan seperti apa sikap serta tanggapan responden saat menerima berita

bohong atau hoax. Sebanyak 44,19 % responen tidak yakin memilki kepiawaian

dalam mendeteksi berita hoax dan sebanyak 51,03% memilih berdiam diri dan

tidak percaya ketika menemui berita hoaks (Eka, 2018).

Keberadaan konten informasi hoax tidak hanya meresahkan masyarakat

namun juga merugikan masyarakat. Berita hoaks yang sempat membuat warga di

wilayah Sulawesi Selatan khususnya ibu kota Makassar menjadi resah satu

diantaranya ialah adanya berita yang beredar di media sosial terkait kasus

penculikan anak yang diberitakan terjadi di jalan Batua Raya kota Makassar. Tim

Page 17: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

5

5

siber direktorat reserse kriminal khusus kepolisian daerah Sulawesi Selatan tengah

menyelidiki kasus ini. (Eka Hakim, 2018).

Informasi hoax lainnya yang pernah menyebar luas yaitu tentang

bendungan bili-bili yang terletak di Kabupaten Gowa retak. Berdasarkan dalam

siaran pers website resmi kominfo menyatakan bahwa berita bendungan bili-bili

retak adalah hoax dan faktanya bendungan bili-bili dalam keadaan aman sampai

sekarang. Bendungan ini adalah yang paling besar di Sulawesi Selatan. Dengan

luas waduk 40.428 hektare. Pembebasan lahan mulai tahun 1991, konstruksi 1992

dan diresmikan ditahun 1999. Soeprapto Budisantoso pimpinan proyek saat

bendungan bili-bili di bangun, meyakinkan bahwa bendungan bili-bili mempunyai

stabilitas dan ketahanan yang tinggi (Fajriani R, 2019)

Keberhasilan kepolisian dalam penanganan berita bohong (hoax)

ditentukan peran serta dukungan dari masyarakat. Polres Gowa dalam hal ini

mengimbau dan mengedukasi masyarakat agar berani melawan hoax melalui

media sosial dengan membuat video kreatif berupa lagu yang mencover ulang

lagu sayur kol yang terinspirasi dari kasus kebohongan yang dilakukan oleh Ratna

Sarumpaet. Video tersebut kemudian di unggah melalui channel youtube Polres

Gowa dan mendapat respon yang baik oleh masyarakat. Video kreatif lagu yang

dinyayikan anggota Polres Gowa, berisikan pesan agar masyaratkat bisa melawan

berita bohong (hoax) yang beredar di media sosial (Muchlis, 2019).

Upaya pencegahan dan penanganan awal dalam mencegah terjadinya

tindakan penyebaran berita bohong (hoax) selain membuat video kreatif tersebut,

personil Polres Gowa bersama Aparat TNI dari Kodim 1409/Gowa melakukan

Page 18: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

6

6

deklarasi anti hoax dan Sara di halaman Mapolres Gowa. Kegiatan tersebut

menggambarkan sinergitas yang baik antara TNI-Polri dalam memerangi berita

bohong dan hal-hal yang dapat menjadi pemecah di antara seluruh lapisan

masyarakat. Dari uraian diatas penulis tertarik mengkaji lebih lanjut mengenai

“Strategi kepolisian dalam penanganan kasus penyebaran berita bohong (hoax) di

Kabupaten Gowa”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada apa yang telah di paparkan tersebut diatas, maka dapat

ditetapkan rumusan masalah yaitu: Bagaimana strategi kepolisian dalam

penanganan kasus berita bohong (hoax) di Kabupaten Gowa?

C. Tujuan Penelitian

Adapun maksud maupun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

strategi kepolisian dalam penanganan kasus berita bohong (hoax) di Kabupaten

Gowa.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian tersebut di atas, maka penelitian ini

diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai bahan kajian dan kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan

khususnya ilmu administrasi negara.

b. Sebagai salah satu bahan referensi bagi para peneliti lainnya, terkait dengan

penelitian dengan masalah yang sama.

Page 19: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

7

7

2. Manfaat Praktis

Sebagai bahan masukan atau sumbangan pemikiran bagi pihak terkait agar

kedepannya lebih baik khususnya bagi Kepolisan Resor (Polres) Kabupaten Gowa

dalam penanganan kasus berita bohong (hoax) dan bagi masyarakat agar bijak

dalam menggunakan sosial media.

Page 20: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang penanggulangan terkait hoax oleh kepolisian pernah

dilakukan oleh Dona Raisa Monica tahun 2017 mahasiswa Universitas Lampung

namun dalam ilmu kajian yang berbeda yaitu menurut perspektif hukum dan

dengan judul Upaya Kepolisian dalam Penanggulangan Tindak Pidana

Penyebaran Hoax. Hasil penelitian ini mengemukakan bahwa upaya kepolisian

dalam penanggulangan tindak pidana penyebaran hoax melalui tiga cara yaitu:

cara pre-emtif ialah dengan penanaman nilai-nilai dan norma yang baik terhadap

seseorang, cara preventif yaitu upaya awal yang masih merupakan tahap

penanggulangan lanjutan dari upaya pre-emtif dan terkahir yaitu cara represif

ialah upaya penal setelah tindak pidana terjadi.

Penelitian yang terkait mengenai strategi kepolisian dalam penanganan

maupun penanggulangan kasus kejahatan/kriminal juga pernah dilakukan oleh

Nur alam Syafar pada tahun 2018 mahasiswa jurusan ilmu administrasi negara

Universitas Muhammadiyah Makassar, namun pada kasus yang berbeda dan pada

tingkat instansi kepolisian yang berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh

penulisan skripsi ini, yaitu dengan judul Strategi Kepolisian dalam Mencegah

Geng Motor di Kota Makassar. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nur alam

Syafar tersebut memaparkan bahwa terdapat lima jenis kategori kejahatan oleh

geng motor di wilayah kota Makassar dan beberapa upaya yang dapat dilakukan

untuk meminimalisir dan mencegah tindak kejahatan oleh geng motor yaitu upaya

Page 21: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

9

pre-entif, upaya preventif dan upaya represif serta kerjasama yang dilakukan oleh

Polrestabes dalam rangka mencegah kejahatan kasus geng motor yaitu dengan

melakukan koordinasi dengan pemerintah kota Makassar dan koordinasi dengan

pihak kelurahan.

B. Konsep Strategi

1. Pengertian Strategi

Strategi merupakan alat dalam penempatan tujuan sebuah organisasi.

Definisi strategi sering kali kita temui memiliki arti yang berbeda-beda. Namun

kata strategi sesungguhnya berasal dari kata Yunani klasik “strategos” atau yang

sering diartikan sebagai sesuatu yang dikerjakan oleh para jendral dalam mengatur

rencana agar dapat menaklukkan musuh dan memenangkan peperangan.

Menurut Salusu (2006: 101) strategi merupakan seni dalam menggunakan

kecakapan dan sumber daya organisasi guna mencapai sasarannya melalui

hubungan dan lingkungan yang efektif dan menguntungkan. Selaras dengan

pengertian tersebut menurut Chandler (Rangkuti: 1997) strategi merupakan tujuan

jangka panjang dalam suatu organisasi, serta pendayagunaan dan alokasi sumber

daya yang penting dalam mencapai tujuan.

Strategi didefinisikan sebagai proses penentuan rencana pimpinan puncak

dengan fokus pada tujuan organisasi jangka panjang dan penyusunan cara atau

upaya dalam mencapai tujuan (Marrus: 2002). Dalam ruang lingkup administrasi

publik terdapat enam dimensi-dimensi strategis menurut Yeremias T. Keban

(2004:11) dalam bukunya yaitu: dimensi kebijakan, dimensi organisasi, dimensi

manajemen, dimensi moral dan etika, dimensi lingkungan, dimensi akuntabilitas

Page 22: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

10

kinerja. Sedangkan menurut Mulgan (Muhammad, 2013: 70) menguraiakan

strategi pemerintahan atau publik ke dalam lima komponen yaitu: tujuan

(purposes), lingkungan (environments), pengarahan (directions), aksi (actions),

dan belajar (learning).

Strategi publik dan strategi perusahaan memiliki tiga perbedaan yang

mendasar menurut Mulgan (Muhammad, 2013: 66-70) antara lain. Pertama,

perbedaan diantara keduanya dapat terlihat dari penilaian waktu dan masa depan.

Kedua, pemerintah juga mau tidak mau harus bekerja dengan prinsip

standardisasi, generalisasi, dan keajengan (rutinitas). Prinsip pemberian pelayanan

yang berlaku umum untuk semua produk dan jasa yang dihasilkan oleh organisasi

publik, tidak membedakan masyarakat tertentu dengan yang lainnya. Ketiga,

rancangan strategi pemerintah lebih menekankan pada penetapan tujuan yang

hendak dicapai. Sedangkan organisasi bisnis memulai dengan cara berbeda, yaitu

dengan melihat kompetensi apa yang dimiliki dan memanfaatkan kompetensi

yang ada untuk mendapatkan hasil yang optimal.

Berdasarkan pengertian tersebut diatas maka strategi merupakan

pemanfaatan sumber daya organisasi dengan lingkungannya, dalam menyusun

rencana guna mencapai tujuan organisasi jangka panjang. Dalam pencapaian suatu

tujuan strategi sebagai penentu arah dalam organisasi, strategi berkenaan dengan

cara atau upaya yang dilakukan dalam mencapai tujuan organisasi baik melalui

kegiatan-kegiatan maupun program-program yang telah disusun secara matang

dan terencana.

Page 23: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

11

2. Tipe-Tipe Strategi

Setiap organisasi memiliki strategi tertentu, tipe strategi yang digunakan

dalam suatu organisasi tidaklah sama, ada beberapa tipe strategi yang dapat

digunakan untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Adapun tipe-

tipe strategi tersebut menurut Kooten dalam (Salusu, 2006:104-105) sebagai

berikut:

a) Corporate Strategy (Strategi Organisasi).

Strategi ini berkaitan dengan perumusan misi, tujuan, nilai-nilai, dan

inisiatif-inisatif strategi yang baru. Misalnya pembatasan terhadap apa yang

dilakukan dan untuk siapa strategi tersebut dibuat.

b) Program strategy (Strategi Program).

Strategi ini lebih memberi perhatian pada implikasi-implikasi strategi dari

suatu program tertentu. Seperti halnya apa dampak yang dapat ditimbulkan

dari suatu program tertentu apabila dilancarkan.

c) Resource Support Strategy (Strategi Pendukung Sumber Daya).

Strategi ini memusatkan perhatian pada memaksimalkan sumber-sumber

daya esensial yang tersedia guna meningkatkan kualitas kinerja organisasi.

Sumber daya tersebut baik tenaga, keuangan, teknologi, dan sebagainya.

d) Institusional Strategy (Strategi Kelembagaan).

Fokus dari strategi institusional atau kelembagaan ialah mengembangkan

kemampuan organisasi untuk melaksanakan inisiatif-inisatif strategi.

Berkaitan dengan penelitian ini, maka tipe strateginya adalah strategi

kelembagaan. Hal ini dikarenakan strategi kelembagaan menurut penulis sangat

Page 24: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

12

sesuai, mengingat kepolisian merupakan lembaga negara dalam hal menjaga

keamanan dan ketertiban, penegak hukum, memberikan perlindungan dan

pengayom bagi masyarakat. Sebagai lembaga kepolisian Polri memiliki peran dan

tugas dalam penegak hukum di Indonesia, hal ini sesuai dengan Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Strategi

yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu terkait bagaimana kepolisian dalam

menjalankan tugas dan fungsinya menjaga kondusifitas keamanan masyarakat

khususnya dalam kasus penanganan hoaks berdasarkan pada undang-undang dan

peraturan yang berlaku.

C. Berita Bohong (Hoax)

Kata hoax dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diterjemahkan

dengan penulisan menjadi hoaks, kata hoaks memiliki arti “ berita bohong”. Berita

bohong (hoax)secara umum dapat diartikan sebagai sebuah pemberitaan yang

isinya telah dipalsukan atau tidak benar dengan maksud tertentu atau untuk

menipu seseorang agar mempercayai sesuatu. Masalah penyebaran hoaks bukan

hanya terjadi di Indonesia, namun juga di negara lain. Istilah hoaks pertama kali

populer di Amerika melalui film The Hoax. Pada akhirnya pengguna internet di

Amerika menggunakan istilah hoax untuk menunjukkan sebuah pemberitaan yang

berisikan kebohongan.

Pelaku penyebar berita bohong (hoax) dapat dikenakan sanksi hukum

sesuai dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang perubahan atas

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik dalam Pasal 28 Ayat (1) dijelaskan bahwa “Setiap orang dengan

Page 25: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

13

sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang

mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik”, Ayat (2) “Setiap

orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk

menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok

masyarakat tertentu berdasarkan suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA).”

Selain itu ancaman pidana, diatur dalam Pasal 45 ayat (2) yang menerangkan

bahwa setiap orang yang memenuhi unsur sesuai dalam Pasal 28 ayat (1) atau (2)

tersebut diatas, maka dikenakan hukuman penjara maksimal 6 tahun dan denda

paling banyak 1 milyar rupiah.

Secara umum hoaks merupakan akses negatif kebebasan berpendapat pada

media elektronik maupun cetak yang dilakukan oleh pelaku kejahatan dengan

maksud tertentu, yang dapat merugikan dan meresahkan masyarakat. Adapun

jenis informasi hoaks (Rahadi: 2017) dapat dibedakan menjadi:

a. Clickbait atau tautan jebakan ialah tautan yang dibuat sesuai fakta namum

pemberian judul yang berlebihan agar pembaca tertarik membuka tautan

tersebut.

b. Misinformation ialah informasi yang tidak akurat yang bertujuan untuk

menipu.

c. Fake news atau pemberitaan bohong yang isi beritanya telah dipalsukan dan

semakin aneh isi beritanya maka dianggap baik oleh penulis berita bohong

tersebut.

Page 26: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

14

d. Satire ialah tulisan yang mengandung humor, dan hal-hal yang bersifat

dibesar-besarkan dari suatu kejadian yang sedang hangat untuk

diperbincangkan.

e. Confirmation bias atau konfirmasi bias ialah kecenderungan mencari bukti-

bukti atau pendapat sesuai yang ia yakini dan mengabaikan bukti atau

pendapat yang sebaliknya.

f. Post-truth atau pasca kebenaran merupakan kejadian dimana emosi lebih

berperan dibandingkan fakta untuk membentuk opini publik.

g. Propaganda ialah perbuatan menyebarkan fakta, argument, informasi benar

maupun mengandung kebohongan dengan tujuan untuk mempengaruhi

opini publik.

Langkah strategis yang telah dilakukan pemerintah dalam menanggulangi

berita bohong (hoax) menurut Prayitno (2017) antara lain sebagai berikut:

1. Undang-undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik (ITE)

Berlakunya undang-undang ini diharapkan dapat memberikan efek jera

terhadap pelaku penyebar hoaks mengingat sanksi yang jelas dikenakan

sesuai pasal-pasal yang berlaku didalamya. Sebagai contoh kasus dari Sandy

Hartono sesuai Putusan Pengadilan Negeri Pontianak Nomor: 347/

Pid.B/2011/PN.PTK. Ia dikenakan pidana penjara selama enam tahun dan

denda sebesar lima ratus juta rupiah, karena terbukti membuat akun

facebook palsu dan memposting gambar serta kalimat yang berisi

penghinaan terhadap agama islam.

Page 27: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

15

2. Inpres No. 9 Tahun 2015 tentang pengelolaan komunikasi publik

Inti pokok dari instruksi tersebut ialah pemberian wewenang kepada seluruh

instansi pemerintah dalam penyampaian informasi kepada masyarakat,

terkait program maupun kebijakan pemerintah. Informasi yang disampaikan

dapat berupa iklan layanan masyarakat yang tidak mengandung kepentingan

pribadi maupun golongan. Pengelolaan komunikasi publik ini pada

hakikatnya berada dibawah pengawasan Kementerian Komunikasi dan

Informatika.

3. Tenaga humas pemerintah

Keberadaan instruksi Presiden tersebut, kemudian ditindaklanjuti oleh

Kementerian Komunikasi dan Informatika dengan merekrut tenaga humas

pemerintah yang berkompoten dibidangnya dan ditempatkan pada

kementerian maupun instansi pemerintah.

4. Membentuk jejaring komunikasi

Jejaring komunikasi yang dimaksud adalah aplikasi WhatsApp, yang

anggotanya terdiri dari tenaga humas pemerintah yang saling

menginformasikan terkait informasi ataupun opini yang berkembang

didalam masyarakat.

5. Pembangunan portal jaringan pemberitaan pemerintah

Portal jaringan pemberitaan pemerintah yang dimaksud ialah implementasi

dari Instruksi Presiden tersebut, yang dikelola oleh Kementeriaan

Komunikasi dan Informatika yang dapat diakses melalui www.jpp.go.id.

Page 28: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

16

Informasi yang ditampilkan berupa berita yang berkaitan dengan apa yang

dilakukan oleh pemerintah atau government news.

6. Portal aduan konten

Portal aduan konten ini diharapkan dapat meminimalisir penyebaran berita

hoaks pada media sosial. Masyarakat dapat mengadukan konten yang

dianggap mengandung hoaks melalui situs aduan konten oleh Kementerian

Komunikasi dan Informatika yaitu melalui laman: https://aduankonten.id.

Kemudian aduan konten tersebut akan ditangani sesuai prosedur oleh tim

aduan konten.

7. Gerakan bersama anti hoaks dan portal TurnBack Hoax. Id

Gerakan anti hoaks ini juga merupakan salah satu upaya yang dilakukan

pemerintah sejak tahun 2017. Gerakan ini mengajak seluruh lapisan

masyarakat dalam memerangi penyebaran berita hoaks. Beberapa tokoh

masyarakat juga bergabung dalam gerakan ini dan menjadi duta anti hoaks.

8. Sinergi media sosial aparatur sipil negara.

Upaya pemerintah lainnya ialah melalui Kementerian Koordinator Politik,

Hukum dan Keamanan bekerjasama dengan Kementerian Pertahanan

membentuk tim sinergi media sosial aparatur sipil negara. Mekanisme kerja

tim ini didukung oleh peralatan teknologi dan informasi yang mutakhir

dalam mengawasi dan mengontrol akun-akun penyebar hoaks.

Page 29: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

17

Ancaman pidana terkait perbuatan penyebar hoaks juga terdapat dalam

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang peraturan hukum pidana Pasal 14

ayat (1) dan (2). Dalam ayat 1 menerangkan bahwa “barangsiapa, dengan

menyiarkan berita bohong dengan sengaja dan menerbitkan keonaran di kalangan

rakyat, maka hukuman penjara setinggi-tingginya sepuluh tahun dan pada ayat 2

menerang “barangsiapa yang menyiarkan suatu berita atau mengeluarkan

pemberitahuan yang dapat menerbitkan keonaran di kalangan rakyat. sedangkan ia

patut dapat menyangka bahwa berita atau pemberitahuan itu adalah bohong

hukuman penjara setinggi-tingginya tiga tahun.

D. Pengertian Kepolisian

Polisi diartikan sebagai organ atau badan pemerintah, sedangkan

kepolisian merupakan badan pemerintah yang menjalankan fungsinya sebagai

aparat penegak hukum, pelindung, pengayom dan pelayanan serta menjaga

keamanan dan ketertiban masyarakat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI), bahwa polisi dapat diartikan :

a. Sebagai badan pemerintah yang bertugas memelihara keamanan dan

ketertiban umum;

b. Anggota dari badan tersebut diatas.

Selaras dengan pengertian diatas, dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, yaitu :

“Kepolisian adalah segala hal ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga

polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan”. Undang-Undang Nomor 2

Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia, dalam Pasal 2 menegaskan

Page 30: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

18

“fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang

pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum,

perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat”. Selanjutnya

menurut Pasal 4 bahwa “Kepolisian Negara Republik Indonesia bertujuan untuk

mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan

ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan,

pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, serta terbinanya ketentraman

masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia”.

Tugas pokok kepolisian terdapat dalam Pasal 13 dalam Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, kemudian

dijelaskan dengan rinci dalam Pasal 14, terdiri dari :

a. Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patrol terhadap

kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan;

b. Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban,

dan kelancaran lalu lintas di jalan;

c. Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat,

kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap

hukum dan peraturan perundang-undangan;

d. Turut serta dalam pembinaan hukum nasional;

e. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;

f. Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap

kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk

pengamanan swakarsa;

Page 31: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

19

g. Melakukan penyidikan dan penyelidikan terhadap semua tindak pidana

sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan

lainnya;

h. Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian,

laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas

kepolisian;

i. Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan lingkungan

hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan

bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia;

j. Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum

ditangani instansi dan/atau pihak yang berwenang;

k. Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya

dalam lingkup tugas kepolisian; serta

l. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

E. Konsep Penanggulangan Kejahatan

Penanggulangan kejahatan dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan

oleh setiap orang baik pemerintah maupun masyarakat untuk menciptakan rasa

aman, damai dan terhindar dari tindakan kejahatan.Masalah kejahatan dalam

masyarakat merupakan hal yang sering terjadi. Upaya-upaya dalam

menanggulangi kejahatan lebih diarahkan pada pembinaan serta pemberian efek

jera terhadap pelaku agar dapat menyadari kejahatan yang telah mereka lakukan.

Page 32: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

20

Kepolisian sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara dalam

pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat memiliki peran penting dalam

penegakan hukum serta mencegah timbulnya kejahatan di dalam masyarakat.

Penanggulangan kejahatan penyebaran berita bohong (hoax) oleh

kepolisian terdiri dari tiga bagian pokok (Monica: 2017) yakni sebagai berikut:

1. Pre-emtif adalah upaya menanamkan nilai-nilai/norma-norma yang baik

kepada setiap individu sehingga tidak terdapat niat untuk melakukakan

kejahatan. Dalam hal ini kepolisian dalam penanggulangan penyebaran

berita bohong yaitu melakukakn sosialisasi melalui media sosial.

2. Preventif merupakan tindakan lanjutan dari upaya pre-emtif yaitu

pencegahan sebelum terjadinya tindak pidana/kejahatan. Melalui upaya ini

kepolisian membentuk cyber patrol.

3. Represif adalah upaya yang dilakukan setelah kejahatan terjadi, berupa

penegakan hukum. Upaya represif yang dilakukan oleh kepolisian dalam

penanggulangan kejahatan terhadap pelaku penyebar berita bohong yaitu

melalui tahap penyelidikan dan penyidikan.

Menurut Soedjono D (1976) Upaya penanggulangan kejahatan yang baik,

sebaiknya dapat memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a) Sistem dan operasi kepolisian yang baik

b) Peradilan yang efektif

c) Hukum dan perundang-undangan yang berwibawa

d) Koordinasi antar penegak hukum dan aparatur pemerintah yang serasi

e) Partisipasi masyarakat dalam penangulangan kejahatan

Page 33: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

21

f) Pengawasan dan kesiagaan terhadap kemungkinan timbulnya kejahatan

g) Pembinaan organisasi kemasyarakatan.

Kebijakan atau upaya dalam penanggulangan kejahatan termasuk bidang

kebijakan kriminal (criminal policy). Menurut G.P. Hoefnagels (dalam Arief

2008: 3) mengemukakan bahwa “criminal policy is the rational organization of the

social reaction to crime.” (Kebijakan kriminal adalah organisasi rasional dari

reaksi sosial terhadap kejahatan). Kebijakan kriminal ini pun tidak terlepas dari

kebijakan yang lebih luas, yaitu social policy atau kebijakan sosial yang terdiri

dari kebijakan atau upaya-upaya untuk kesejahteraan sosial (social-welfare policy)

dan perlindungan masyarakat (social- defence policy).

Menurut Arief (2008: 5) dalam penanggulangan kejahatan dapat ditempuh

melalui pendekatan kebijakan, dalam arti:

a. Terdapat perpaduan antara politik kriminal dan politik sosial

b. Terdapat perpaduan antara upaya penanggulangan kejahatan melalui jalur

penal maupun non penal.

Secara garis besar berdasarkan penjelasan tersebut diatas, upaya strategis

dalam penanggulangan kejahatan terbagi kedalam dua bagian, yaitu:

1. Upaya Non Penal (preventif)

Penanggulangan kejahatan melalui non penal merupakan upaya yang

bersifat preventif yakni tindakan berupa pencegahan dan pengendalian terhadap

tindak pidana/ kejahatan sebelum terjadi. Arief (2008:46) mengemukakan bahwa

melalui upaya non penal ini tujuan utamanya ialah menangani faktor-faktor

Page 34: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

22

penyebab terjadinya kejahatan, meliputi masalah-masalah maupun kondisi sosial

yang dapat menimbulkan munculnya tindakan dalam berbuat kejahatan.

Secara umum upaya non penal dikenal sebagai upaya yang utama dalam

penanggulangan kejahatan karena berupa tindakan penanganan awal pecegahan

agar tidak terjadi pelanggaran nilai dan norma-norma yang berlaku, serta

menghilangkan niat dan kesempatan terjadinya kejahatan.

Upaya preventif yang dapat dilakukan kepolisian dalam penanggulangan

kejahatan berupa usaha atau kegiatan kepolisan dalam menjaga kondusifitas

keamanan dan ketertiban masyarakat. Penyebaran berita bohong (hoax) yang

terjadi di dunia maya tentunya bukan hanya mengganggu dan meresahkan namun

juga telah merugikan masyarakat khususnya pengguna media sosial.

Keamanan dan ketertiban dalam dunia maya juga menjadi perhatian

kepolisian. Cyber Troops atau pasukan pada dunia maya merupakan salah satu

strategi efektif kepolisian dalam mengawasi perkembangan yang terjadi terhadap

setiap hal yang bertentangan dengan hukum dan peraturan yang berlaku, termasuk

pelanggaran dan penyalahgunaan media sosial.

2. Upaya Penal (represif)

Upaya penal disebut juga sebagai upaya penanggulangan kejahatan yang

bersifat represif, yakni tindakan yang dilakukan setelah terjadinya kejahatan.

Penanggulangan dengan upaya represif merupakan suatu usaha dalam menekan

jumlah kejahatan melalui pemberian hukum pidana terhadap pelaku kejahatan.

Menurut Marc Ancel dalam Arief (2008: 23) kebijakan hukum pidana (penal

Page 35: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

23

policy) adalah suatu ilmu dan seni yang mempunyai tujuan praktis yang

memungkinkan peraturan hukum positif dirumuskan dengan baik.

Upaya penanggulangan kejahatan melalui upaya penal (represif) yang

dapat dilakukan kepolisian yaitu tindakan berupa pelaksanaan tugas pokok

sebagai badan penyelidikan dan penyidikan dalam kasus kejahatan. Penyelidikan

merupakan tindakan yang dilakukan penyelidik dalam mencari dan memeriksa

suatu tindak pidana sesuai dengan prosedur serta peraturan yang berlaku.

Upaya penanggulan kejahatan terdiri atas tiga bagian pokok ( Alam, 2010:

69) yaitu sebagai berikut:

1. Pre-Emtif

Pre-emtif merupakan upaya-upaya pencegahan yang dilakukan diawal oleh

pihak kepolisian untuk mencegah tindak kejahatan terjadi. Upaya penanggulangan

kejahatan secara pre-emtif ini dilakukan dengan menanamkan nilai-nilai dan

norma-norma yang baik dalam diri seseorang. Faktor niat melakukan

pelanggaran/kejahatan menjadi hilang ketika dilakukan upaya pre-emtif ini,

meskipun terdapat kesempatan untuk melakukan kejahatan.Cara pencegahan ini

berasal dari teori NKK, yaitu: Niat + Kesempatan terjadi Kejahatan.

2. Preventif

Preventif merupakan bagian dari upaya pre-emtif yang masih dalam

tataran pencegahan sebelum terjadinya kejahatan. Penekanan dalam upaya

preventif ini yakni dengan cara menghilangkan kesempatan untuk melakukan

kejahatan. Contoh seorang pencuri yang ingin mencuri motor akan tetapi

kesempatan untuk mencuri menjadi hilang, dikarenakan motor-motor yang ada

Page 36: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

24

berada di tempat penitipan motor yang terjaga dan aman sehingga kesempatan

menjadi hilang dan tidak terjadi kejahatan.

3. Represif

Represif merupakan upaya yang dilakukan pada saat telah terjadi tindak

pidana/kejahatan yang tindakannya berupa penegakan hukum (law enforcement)

dengan menjatuhkan hukum. Upaya represif juga merupakan bagian dari

pengendalian sosial yang dilakukan setelah terjadinya suatu pelanggaran atau

sesudah kasus kejahatan terjadi.

Umumnya upaya atau tindakan represif ini dapat dilakukan dengan cara

yaitu: melalui tindakan persuasif dan koersif. Tindakan persuasif ialah bentuk

pengendalian sosial yang dilakukan dengan cara mengarahkan individu ataupun

masyarakat agar mematuhi nilai-nilai dan norma yang berlaku sedangkan tindakan

koersif ialah bentuk pengendalian sosial yang sifatnya tegas, dapat dikatakan

bahwa tindakan koersif ini dengan pemberian sanksi yang tegas atau

menggunakan cara kekerasan. Contoh dari tindakan persuasif adalah seperti

himbauan dan arahan dari kepolisian agar masyarakat tertib berlalu lintas dan

memperhatikan rambu-rambu jalan dan mengenakan helm agar aman saat

berkendara. Adapun contoh dari tindakan koersif ialah ketika pengendara

melanggar salah satu aturan berkendara, maka polisi lalu lintas dengan

memberikan surat tilang kepada pengendara.

Page 37: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

25

F. Kerangka Pikir

Setiap organisasi memiliki strategi tertentu dalam mencapai tujuannya,

strategi merupakan pemanfaatan sumber daya organisasi dengan lingkungannya

dalam menyusun rencana guna mencapai tujuan organisasi jangka panjang.

Sebuah strategi oleh kepolisian tentunya dibutuhkan dalam melaksanakan tugas

dan tanggungjawab kepada negara. Penulis dalam penelitian ini menggunakan tipe

strategi kelembagaan dengan mendeskripsikan fakta dan data yang sesuai

berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan pada obyek penelitian berkenaan

dengan keikutsertaan peran kepolisian dan berbagai upaya-upaya strategis yang

dilakukan dalam penanganan kasus hoaks.

Peran kepolisian dalam penanganan kasus berita bohong (hoax) tidak lepas

dari kewenangan kepolisian dalam penyelidikan dan penyidikan. Kewenangan

dalam penyelidikan dan penyidikan terdapat dalam Undang-Undang Nomor 2

tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia pada Pasal 5 dan Pasal

14 ayat (1) huruf g. Kepolisian memiliki peranan penting dalam penanganan

penyebaran berita bohong (hoax), dalam hal ini Kepolisian Resor Gowa memiliki

cara strategis tersendiri dalam mengimbau dan mengedukasi masyarakat

Kabupaten Gowa agar berani melawan hoax salah satunya dengan melakukan

sosialisasi melalui media sosial dan upaya-upaya strategis lainnya.

Penanganan kejahatan oleh kepolisian dapat melalui tiga strategi sebagai

upaya penanganan, sebagai berikut: a) Pre-emtif yaitu sebagai upaya atau tindakan

awal sebelum kejahatan terjadi. b) Preventif merupakan upaya penindakan masih

Page 38: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

26

dalam tahap pencegahan sebelum terjadinya kejahatan, dalam hal ini kepolisian

melakukan tindakan penanganan awal. c) Represif yaitu upaya atau tindakan yang

dilakukan setelah terjadi tindak pidana, dalam hal ini kepolisian melakukan

tindakan penyelidikan dan penyidikan berdasarkan dengan hukum pidana dan

perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan uraian diatas maka dapat

digambarkan bagan kerangka pikir dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

Gambar 1.1 Kerangka

Gambar 1.1 Kerangka Pikir

G. Fokus Penelitian

Fokus penelitian diperlukan dalam sebuah penelitian, karena menjadi

batasan dalam perumusan masalah pokok sehingga memudahkan peneliti

melaksanakan penelitiannya. Untuk itu fokus penelitian ini ialah mengenai

strategi kepolisian dalam penanganan kasus penyebaran berita bohong (hoax) di

Strategi Kepolisian dalam Penanganan

Kasus Penyebaran Berita Bohong (Hoax)

Terwujudnya Pelaksanaan Tugas

Kepolisian dalam Penanganan

Penyebaran Berita Bohong (Hoax)

Represif

Pre-emtif

Preventif

Menurut Alam (2010: 69 )

Penanganan Kejahatan

Page 39: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

27

Kabupaten Gowa dengan menggunakan tipe strategi kelembagaaan, menganalisis

peran serta lembaga kepolisian dalam meminimalisir tindakan pelanggaran hukum

terhadap Undang-Undang Informasi Transaksi dan Elektronik (ITE).

Bertujuan untuk mendeskripsikan strategi serta upaya-upaya yang

dilakuakan oleh Polres Gowa dalam penanganan kasus hoax, baik yang mungkin

terjadi di Kabupaten Gowa maupun secara nasional. Adapun untuk mengetahui

strategi dan upaya apasaja yang dilakukan oleh Polres Gowa dalam penanganan

kasus penyebaran berita bohong (hoax), maka peneliti menggunakan tiga upaya

penanganan kejahatan sesuai yang dikemukakan Alam (2010: 69). Dalam

pelaksanaan strategisnya dengan melaksanakan strategi secara pre-emtif, preventif

dan represif. Ketiga sub fokus penelitian inilah yang nantinya akan dikaji dan

dianalisis sesuai dengan data dan fakta dengan memanfaatkan metode ilmiah.

H. Deskripsi Fokus Penelitian

Deskripsi fokus pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Strategi kepolisian adalah upaya-upaya yang dilakukan kepolisian dalam

penanganan kasus kriminalitas maupun yang berpotensi mengganggu

keamanan dan ketertiban umum. Strategi kepolisian yang dimaksud dalam

penelitian ini yaitu bagaimana tindakan maupun langkah strategis kepolisian

khususnya Polres Gowa dalam penanganan kasus hoaks, apabila sekiranya

terdapat berita atau informasi hoaks dalam masyarakat.

2. Berita bohong (hoax) adalah berita yang memuat informasi yang isinya tidak

benar yang disebarkan oleh pelaku kejahatan melalui media elektronik,

dengan sanksi hukum sesuai dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016

Page 40: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

28

tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik.

3. Upaya pre-emtif adalah upaya pencegahan paling awal dilakukan sebelum

kejahatan terjadi. Penekanan dalam upaya ini adalah dengan menghilangkan

adanya kesempatan untuk melakukan kejahatan.

4. Upaya preventif adalah tindak lanjut dari upaya pre-emtif masih dalam upaya

pencegahan sebelum terjadinya kejahatan.

5. Upaya represif adalah upaya yang dilakukan pada saat telah terjadi tindak

pidana/kejahatan dengan melakukan penegakan hukum (law enforcement)

terhadap pelaku.

6. Pelaksanaan tugas kepolisian adalah tangggung jawab kepolisian dalam

memelihara keamanan dan ketertiban, serta penegakan hukum, pelindung,

pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat khususnya dalam penanganan

kasus berita bohong (hoax).

Page 41: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Peneliti ini dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 2 bulan dan bertempat

di kantor Kepolisian Resor (POLRES) kabupaten Gowa. Penelitian ini dilakukan

dilokasi setelah keluarnya surat izin penelitian dari LP3M dan mendapat izin dari

pihak kepolisian terkait, untuk melakukan penelitian. Adapun pertimbangan

penelitian ini akan dilaksanakan di lokasi tersebut karena Polres Gowa merupakan

pelaksana tugas Polri di wilayah Kabupaten Gowa. Selain itu, wilayah Kabupaten

Gowa merupakan kabupaten yang berbatasan langsung dengan ibu kota Sulawesi

Selatan yakni Kota Makassar dan tidak menutup kemungkinan tingkat keamanan

dan ketertiban di Kabupaten ini terhadap pencegahan maupun penanganan

kejahatan oleh kepolisian setempat pun meningkat. Penelitian ini bermaksud

untuk mengetahui langkah-langkah strategis yang diambil Polres Gowa dalam

penanganan penyebaran hoaks.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

1. Jenis penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Dimana

dalam penelitian ini memaparkan dan mendeskripsikan data sesuai dengan

situasi, sikap, dan fakta yang terjadi. Menurut Moleong (2010: 6) penelitian

kualitatif adalah penelitian yang berusaha memahami fenomena apa yang

dialami oleh subjek penelitian secara deskriptif yakni ke dalam bentuk kata-

kata dan bahasa dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

Page 42: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

30

2. Tipe penelitian

Tipe penelitian yang digunakan adalah tipe penelitian fenomenologi yaitu

memberikan gambaran secara jelas tentang strategi kepolisian dalam

penanganan kasus hoaks di Kabupaten Gowa.

C. Sumber Data

Adapun sumber data dalam penelitian ini:

1. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung oleh penulis dari hasil

wawancara, observasi, dokumen pribadi, yang berkenaan dengan obyek

penelitian.

2. Data sekunder merupakan data penelitian yang diperoleh penulis dari

beberapa sumber pendukung yang memperkuat data primer. Sumber data

sekunder berupa catatan ataupun dokumentasi serta publikasi pemerintah

maupun perusahaan, analisis industri oleh media, situs web, internet dan

seterusnya, (Sekaran: 2006).

D. Informan Penelitian

Guna memperoleh informasi atau data yang sesuai dengan tujuan

penelitian, maka informan dalam hal ini merupakan narasumber yang

diwawancarai oleh peneliti. Informan merupakan orang yang dianggap menguasai

dan memahami data, serta informasi ataupun fakta dari suatu objek penelitian oleh

peneliti. (Bungin, 2007:111). Informan dalam penelitian ini terdiri dari 7 orang

antara lain yaitu: Kasat Intelkam Polres Gowa, Kasubbag Humas Polres Gowa,

Anggota Satuan Humas, Anggota Satuan Reskrim, Masyarakat pengguna media

sosial. Adapun daftar informan dalam penelitian ini sebagai berikut:

Page 43: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

31

Tabel 1.1: Daftar Informan Penelitian

No Nama Inisial Jabatan

1. A. Mahdin Pat, Sh A.M Kasat Intelkam Polres Gowa

2. M. Tambunan M.T Kasubbag Humas Polres Gowa

3. Asri Halim AH Anggota Satuan Humas

4. Reski R Anggota Satuan Reskrim

5. Nusul N Anggota Satuan Reskrim

6. Syafirah S Masyarakat pengguna media sosial

7. Hajrah H Masyarakat pengguna media sosial

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Observasi; yaitu pengumpulan data yang dilakukan penulis melalui

pengamatan langsung terhadap obyek penelitian. Observasi ialah kemampuan

seseorang, dalam hal ini peneliti menggunakan pengamatannya melalui hasil

kerja pancaindra seperti pendengaran dan penglihatan. (Bungin, 2007:118)

2. Wawancara (interviewing), yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian melalui tanya jawab antara informan dan peneliti ( Bungin,

2007:111-117). Dalam penelitian ini tanya jawab antara informan dan peneliti

dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada aparat kepolisian

selaku informan yang mengetahui berkaitan dengan strategi yang diusung

dalam penanganan kasus penyebaran berita bohong di Kabupaten Gowa.

Page 44: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

32

3. Dokumentasi; setelah melakukan wawancara dan observasi selanjutnya

penulis mengumpulkan data melalui dokumentasi berupa rekaman wawancara,

foto, ringkasan catatan, maupun peraturan-peraturan dan lainnya yang

berkenaan dengan masalah penelitian.

F. Teknik Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini, selanjutnya di analisis

oleh penulis secara kualitatif dan dibahas dalam bentuk penjabaran dan memberi

makna sesuai dengan peraturan yang berlaku. Penulis menggunakan analisis data

model Miles dan Humberman dalam Sugiyono (2014: 246-252) adalah sebagai

berikut:

1) Data Reduction (Reduksi data)

Tahapan reduksi data dalam penelitian ini dilakukan dengan meringkas data

atau menggunakan pengkodean sehingga dapat mengambil data yang pokok dan

penting sehingga memudahkan peneliti dalam melakukan pengumpulan data

selanjutnya.

2) Data Display (Penyajian data)

Penyajian data dalam penelitian ini dilakukan dalam bentuk penyampaian

informasi melalui uraian singkat dengan jelas sehingga dapat dibaca dan dianalisis

memudahkan dalam memahami apa yang terjadi.

3) Conclusion Drawing/verification

Pada tahapan ini yaitu penulis menarikan kesimpulan dan verifikasi ,

kesimpulan yang dikemukakan perlu diverifikasi berdasarkan bukti-bukti yang

sesuai dan konsisten pada saat dilakukan penelitian dalam mengumpulkan data.

Page 45: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

33

Kesimpulan yang dikemukaan merupakan kesimpulan yang kredibel apabila telah

melalalui proses verifikasi.

G. Keabsahan Data

Triangulasi merupakan salah satu cara paling penting dalam menguji

keabsahan data dalam penelitian. Menurut Sugiyono (2014: 273-274) Triangulasi

diartikan sebagai pengecekan data melalui berbagai sumber, berbagai cara dan

waktu. Dengan demikian terdapat tiga macam triangulasi, yaitu:

1. Triangulasi sumber yaitu pengujian data yang dilakukan dari data yang telah

diperoleh melalui beberapa sumber yang berbeda.

2. Triangulasi Teknik yaitu pengujian data yang dilakukan dengan cara

mengecek data kepada sumber yang sama, namun dengan menggunakan

teknik yang berbeda.

3. Triangulasi waktu yaitu pengecekan data yang dilakukan melalui wawancara

dalam kondisi waktu yang berbeda.

Page 46: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

34

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi atau Karakteristik Obyek Penelitian

1. Profil Polres Gowa

Faktor sosial keamanan menjadi salah satu prioritas dalam kehidupan

masyarakat. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah juga ikut

mempengaruhi tingginya tingkat kesenjangan sosial yang menjadi salah satu

pemicu terjadinya tindakan kejahatan. Guna menjamin terwujudnya keamanan

dan ketertiban masyarakat, keberadaan kepolisian di setiap wilayah di tanah air

sangatlah berperan penting.

Polres Gowa merupakan pelaksana tugas Polri di wilayah Kabupaten

Gowa yang berlokasi di Jalan Samsuddin Tunru No.58 Sungguminasa Gowa.

Kabupaten Gowa ialah kabupaten yang terletak di provinsi Sulawesi Selatan dan

berbatasan langsung dengan ibu kota Makassar dengan luas wilayah 1.883,32 km²

atau sama dengan 3,01% dari luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. Secara

geografis letak Kabupaten Gowa berbatasan dengan 7 kabupaten/ kota yaitu di

sebelah Utara berbatasan dengan Kota Makassar dan Kabupaten Maros. Di

sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sinjai, Bulukumba, dan Bantaeng.

Di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Takalar dan Jeneponto

sedangkan di bagian Barat berbatasan dengan Kota Makassar dan Takalar.

Mayoritas penduduk di kabupaten Gowa beragama islam dengan jumlah

penduduk di kabupaten Gowa sebanyak ± 652.941 jiwa. Adapun bahasa yang

Page 47: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

35

sering digunakan oleh masyarakat setempat adalah bahasa makassar dengan suku

Konjo pegunungan yang mendiami hampir seluruh wilayah Kabupaten Gowa.

Wilayah Kabupaten Gowa memiliki 18 Kecamatan dengan jumlah

Desa/Kelurahan sebanyak 167 dan 726 Dusun/Lingkungan. Sebagian besar

wilayah Kabupaten Gowa ialah dataran tinggi berbukit-bukit yang meliputi 9

kecamatan yaitu sekitar 72,26% yang terdiri dari: Kecamatan Parangloe, Manuju,

Tinggimoncong, Tombolo Pao, Parigi, Bungaya, Bontolempangan, Tompobulu

dan Biringbulu. Selebihnya 27,74% ialah dataran rendah dengan topografi tanah

yang datar meliputi 9 Kecamatan yakni Kecamatan Somba Opu, Bontomarannu,

Pattallassang, Pallangga, Barombong, Bajeng, Bajeng Barat, Bontonompo dan

Bontonompo Selatan, sedangkan dari total luas Kabupaten Gowa sebanyak

35,30% mempunyai kemiringan tanah di atas 40 derajat, yaitu pada wilayah

Kecamatan Parangloe, Tinggimoncong, Bungaya, Bontolempangan dan

Tompobulu.

Kepolisian Resort (Polres) Kabupaten Gowa merupakan suatu institusi dan

kelembagaan yang mandiri, berwawasan global, berorientasi nasional dan

bertindak lokal, penuh dengan koordinasi dan meningkatkan sinergitas dalam

memberikan dan melaksanakan pencegahan kejahatan dan penegakkan hukum

kepada masyarakat, khususnya di wilayah Kabupaten Gowa.

Kepolisian Resort (Polres) Kabupaten Gowa dalam menjalanakan tugas

dan fungsinya berdasar pada Undang-Undang Kepolisian dan baik mengenai

susunan organisasi dan tata kerjanya berdasarkan pada Peraturan Presiden, serta

Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010

Page 48: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

36

tentang susunan organisasi dan tata kerja pada tingkat kepolisian resort dan

kepolisian sektor.

Terkait wilayah pengawasan operasi Polres Gowa sendiri, terdiri dari 18

kecamatan dan 167 desa/kelurahan yang ada di Kabupaten Gowa . Adapun

wilayah 18 kecamatan tersebut yaitu: Kecamatan Somba Opu Polsek Somba Opu,

Kecamatan Palangga Polsek Palangga, Kecamatan Barombong Polsek

Barombong, Kecamatan Bajeng Polsek Bajeng, Kecamatan Bajeng Polsek

Bajeng, Kecamatan Bontonompo Polsek Bontonompo, Kecamatan Bontonompo

Selatan Polsubsektor Bonsel, Kecamatan Bontomarannu Polsek Bontomarannu,

Kecamatan Pattallassang Polsusektor Pattallassang, Kecamatan Parangloe Polsek

Parangloe, Kecamatan Manuju Polsek Manuju, Kecamatan Parigi Polsek

Tinggimoncong, Kecamatan Tinggimoncong Polsek Tinggimoncong, Kecamatan

Tombolopao Polsek Tombolopao, Kecamatan Bungaya Polsek Bungaya,

Kecamatan Bontolempangan Polsek Bungaya, Kecamatan Tompobulu Polsek

Tompobulu, Kecamatan Biringbulu Polsek Biringbulu.

Gambar 2.1. Peta Wilayah Pengawasan Operasi

Sumber: Dokumentasi Peneliti di Bag Ops Polres Gowa

Page 49: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

37

2. Visi dan Misi Polres Gowa

Visi Polres Gowa yakni sebagai berikut : “Terwujudnya postur Polres

Gowa yang unggul dalam pelayanan prima kepada masyarakat, yang berorientasi

kepada kearifan lokal: sipakatau (saling memanusiakan), sipakalebbi (saling

memuliakan), sipakainge (saling mengingatkan/demokrasi), guna mendukung

terciptanya Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian berlandaskan

gotong royong dalam rangka memantapkan Kamtibmas Kabupaten Gowa”.

Adapun misi dari Polres Gowa yaitu:

1. Mewujudkan pemuliaan pelayanan kamtibmas prima untuk meningkatkan

kepercayaan public melalui 9 (Sembilan program unggulan yaitu : Kami

datang melayani anda, Gowa beretika, Polisi mabbulo sibatang,

penanganan konflik sosial, police care, police goes to school, kampung

kamtibmas, pencegahan tipikor dan rekruitmen calon polisi (BETAH);

2. Mengelola secara professional, transparan, akuntabel dan modern seluruh

sumber daya yang dimiliki guna mendukung kegiatan operasional Polres

Gowa terutama dalam mengamankan sumber daya maritim;

3. Membangun jaringan intelijen yang handal, yang mampu melaksanakan

deteksi dini dan deteksi aksi secara cepat dan akurat setiap gejolak sosial

yang timbul dalam masyarakat;

4. Melakukan penegakan hukum secara transparan, tidak diskriminatif,

menjunjung tinggi sipremasi hukum, HAM, bebas korupsi, bermartabat dan

terpercaya;

Page 50: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

38

5. Menjamin terlaksananya penaggulangan keamanan dalam negeri di wilayah

Kabupaten Gowa untuk mendukung terciptanya Indonesia yang berdaulat,

mandiri dan berkepribadian;

6. Meningkatkan kemitraan dengan masyarakat dan mempererat Sinergi

Polisional Inter departemen (sispindep) dengan instansi terkait berdasarkan

kegotongroyongan.

3. Struktur Organisasi Polres Gowa

Polres Gowa di pimpin oleh Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) dan dibantu

oleh wakilnya (Wakapolres). Struktur organisasi Polres Gowa terdiri atas 5 unsur

yakni: unsur pimpinan, unsur pengawas dan pembantu pimpinan, unsur pelaksana

tugas pokok unsur pendukung dan unsur pelaksana tugas kewilayahan.

Gambar 2.2. Struktur Organisasi Polres Gowa

Sumber: Dokumentasi Peneliti di Bag Sumda Polres Gowa

Page 51: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

39

Gambar 2.3. Struktur Organisasi Polres Gowa

Unsur pimpinan

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------

Unsur pengawas & pembantu pimpinan

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------

Unsur pelaksana tugas pokok

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------

Unsur pendukung

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

-----

Unsur pelaksana tugas

Kewilayahan

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

WAKAPOLRES

(KOMPOL)

KASIPROPAM KASIWAS KASIKEU KASIUM

KABAG OPS KABAG REN

KASUB

BAG

HUMAS

KASUB

BAG

DALOPS

KASUB

BAG

BINOPS

KASUB

BAG

PROGA

R

KASU

B BAG

DALG

AR

KASU

B

BAG

PERS

KASU

B

BAG

KUM

KASAT

INTELKAM

SENTRA PELAYANAN

TERPADU KASATRESKRIM KASAT

NARKOBA

KA SPKT

KASAT BINMAS KASAT

SABHARA

KASAT LANTAS KASAT TAHTI

KASITIPOL

KABAG SUMDA

KASU

BBAG

SARP

RAS

KAPOLRES

(AKBP)

KAPOLSEK

WILAYAH KAB

GOWA

Page 52: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

40

4. Tujuan Polres Gowa

Adapun tujuan Polres Gowa ialah sebagai berikut:

a. Terwujudnya Polres Gowa yang good governance dan clean government;

b. Terwujudnya perubahan mind set dan culture set personil Polres Gowa

melalui penggiatan pelaksanaan program reformasi birokrasi polri (RBP);

c. Terwujudnya Polres Gowa yang mampu melindungi setiap lapisan

masyarakat dan memberikan rasa aman, nyaman, tertib, dan damai dalam

melaksanakan aktvitasnya sehari-hari yang berorientasi kearifan local

sipakatau, sipakalebi, sipakainge;

d. Terwujudnya anggota Polres Gowa yang professional, bermoral, modern,

unggul dan dipercaya masyarakat;

e. Terwujudnya penegakan hukum yang transparan, akuntabel, dan anti KKN

yang mampu memberikan perlindungan dan pengayoman masyarakat serta

memenuhi rasa keadilan masyarakat.

5. Sasaran strategis Polres Gowa

Pencapaian sasaran strategis dalam rangka melanjutkan strategi

partnership building pada renstra Polres Gowa tahun 2010-2014 sehingga

tercipta kondisi keamanan yang kondusif dengan kebulatan sinergi polisional

yang produktif dan didukung almatsus Polres Gowa berbasis teknologi kepolisian

melalui pelayanan publik yang unggul. Dalam rangka mewujudkannya, maka

sasaran strategis Polres Gowa tahun 2015-2019, adalah :

Page 53: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

41

a) Terpenuhinya sarana/prasarana dan almatsus Polres Gowa berbasis

teknologi yang menjunjung tinggi HAM dalam menghadapi berbagai trend

kejahatan modern dan konflik sosial;

b) Terbangunnya postur Polres Gowa yang professional, bermoral, modern

dan unggul melalui perubahan mind set dan culture set (revolusi mental);

c) Tergelarnya kekuatan Polres Gowa pada titik-titik rawan gangguan

kamtibmas secara berkelanjutan / berkesinambungan;

d) Terwujudnya peningkatan pelayanan prima kepada masyarakat dengan

berorientasi pada kearifan lokal yaitu sipakatau, sipakalebi, sipakainge;

e) Terdeteksi dan terpantaunya berbagai potensi gejolak social dalam

masyarakat, sehingga mampu mencegah dan menanggulangi gangguan

kamtibmas yang dapat mengarah kepada terjadinya kerusuhan, tindakan

anarkis maupun terorisme dengan meningkatkan peran intelijen kepolisian

di wilayah hukum Polres Gowa;

f) Terpeliharanya kemitraan Polres Gowa dengan masyarakat dan sinergi

polisional inter departemen yang kokoh dengan instansi terkait

berdasarkan gotong royong, untuk menciptakan keamanan dalam negeri

secara berkelanjutan;

g) Tergelarnya Bhabinkamtibmas di seluruh desa / kelurahan di wilayah

hukum Polres Gowa dalam rangka implementasi polmas dan melakukan

deteksi dini terhadap potensi gangguan keamanan dan gejolak sosial

masyarakat;

Page 54: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

42

h) Terjaminnya keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas

barang dan orang di wilayah laut maupun di wilayah darat;

i) Terlindunginya rasa aman masyarakat dari 4 (empat) jenis kejahatan

(kejahatan konvensional, kejahatan terhadap kekayaan Negara, kejahatan

transnasional dan kejahatan berimplikasi kontijensi);

j) Tersusun dan terimplementasinya SOP tentang standar pelayanan publik

yang unggul dalam menyelenggarakan fungsi Polres Gowa yang good

governance dan good government.

6. Program unggulan Kapolres Gowa.

Pelaksanaan tugas personil Polres Gowa dalam meningkatkan pelayanan

untuk mewujudkan rasa aman, tenteram dan damai dalam masyarakat. Untuk

mewujudkan pencapaian arah kebijakan tersebut di atas, maka strategi

pembangunan Polres Gowa yang akan dilakukan melalui 9 (Sembilan) program

unggulan Kapolda Sulsel yang telah dijabarkan sebagai program unggulan

Kapolres Gowa, yaitu :

a. Membangun “kampung kamtibmas” yaitu dengan mengajak masyarakat

menjadi polisi bagi diri dan lingkungannya;

b. Memberdayakan forum kamtibmas melalui program “Polisi ma’bulo

sibatang” dengan kegiatan Polres Gowa beserta dengan tokoh masyarakat

duduk bersama dalam menjaga situasi kamtibmas;

c. Membangun dan memberdayakan pengamanan swakarsa serta

meningkatkan pelibatan publik dalam rangka pencegahan dan “penanganan

konflik sosial”

Page 55: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

43

d. Menanamkan rasa kepedulian personil Polres Gowaterhadap masyarakat

dan lingkungan melalui program “Police care” dengan kegiatan kepedulian

dan bantuan sosial;

e. Membuat sentra pelayanan di luar kantor melalui program “kami datang

melayani anda” dengan kegiatan penerimaan laporan dan complain dari

masyarakat dengan melibatkan tokoh masyarakat dan media;

f. Membangun komunikasi antara polri dengan masyarakat melalui program

“Gowa beretika” dengan kegiatan pemberdayaan perwira Polres

Gowauntuk ditunjuk menjadikan mahasiswa dan anggota geng motor

sebagai saudara angkat / anak / komunitas binaan.

B. Deskripsi Kasus Pelanggaran ITE di Kabupaten Gowa

Kemudahan akses informasi di era digitalisasi memberikan dampak yang

positif bagi penggunanya, namun disisi lain juga memberikan dampak negatif

karena menyalahgunakan Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) itu sendiri.

Pemerintah menerbitkan Undang-Undang No. 11 tahun 2008 tentang Informasi

dan Transaksi Elektronik (ITE) yang diperbarui dengan Undang-Undang No. 19

tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).

Keberadaan undang-undang tersebut diharapkan dapat memberikan efek

jera bagi pelaku penyalahgunaan ITE. Namun kenyataanya masih terdapat

sejumlah kasus pelanggaran yang terjadi. Seperti halnya kasus pelanggaran ITE

yang terjadi di beberapa wilayah di tanah air. Kasus pelanggaran atau

penyalahgunaan terhadap informasi transaksi elektronik di wilayah Kabupaten

Page 56: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

44

Gowa dua tahun terakhir ini tercatat telah ditangani oleh Polres Gowa yakni

sebanyak lima kasus, berikut data yang penulis dapatkan dari Satreskrim Polres

Gowa terkait tindak lanjut penanganan kasus pelanggaran ITE yang terjadi selama

dua tahun ini, sebagai berikut:

Tabel 2.1 Data Tindak Lanjut Penanganan Kasus Pelanggaran ITE di Polres Gowa

Tahun 2018

No

Kasus Jml

LP

Tindak Lanjut Penanganan

Lidik Sidik P-21 P18 SP3

1. Penipuan melalui media

sosial

3 0 3 0 0 0

2. Tanpa hak dan izin

mengakses sistem elektronik

orang lain

1 0 1 0 0 0

3. Melakukan grab fiktif 1 0 1 0 0 0

4. Penghinaan melalui media

sosial

3 0 2 2 0 0

5. Pencemaran nama baik

melalui media sosial

4 0 4 0 0 0

Jumlah 12 0 11 2 0 0

Sumber: Satreskrim Polres Gowa.

Kasus pelanggaran ITE pada tahun 2018 sesuai pada tabel 1.2 diatas

menunjukkan terdapat 5 kasus pelanggaran ITE yang terjadi di wilayah

Kabupaten Gowa yakni kasus penipuan melalui media sosial, tanpa hak dan izin

mengakses sistem elektronik orang lain, melakukan grab fiktif, penghinaan

melalui media sosial, dan pencemaran nama baik melalui media sosial.

Laporan terkait kasus penipuan melalui media sosial dan kasus penghinaan

melalui media sosial berjumlah masing-masing 3 laporan, kemudian tindak lanjut

penanganan terhadap kasus penipuan melalui media sosial melalui penyidikan

berjumlah 3 sedangkan pada kasus penghinaan berjumlah masing-masing 2

tindakan penyidikan dan P-21 yang artinya berkas kasus telah rampung dan

Page 57: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

45

diterima oleh Kejaksaan. Sedangkan pada kasus tanpa hak dan izin mengakses

sistem elektronik orang lain dan kasus grab fiktif masing-masing berjumlah 1

laporan dengan tindak lanjut penanganan melalui masing-masing 1 tindakan

penyidikan. Selanjutnya pada kasus pencemaran nama baik melalui media sosial

terdapat 4 laporan dengan jumlah 4 tindak lanjut penanganan melalui penyidikan.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka pada tahun 2018 total terdapat 12

laporan dengan 5 kasus pelanggaran ITE dan tindakan penanganan melalui

penyidikan sejumlah 11 tindakan dan perampungan berkas ke Kejaksaan sebanyak

2 berkas. Selanjutnya pada tahun 2019 data tindak lanjut penanganan kasus ITE

yang terjadi sebagai berikut:

Tabel 2.2 Data Tindak Lanjut Penanganan Kasus Pelanggaran ITE di Polres Gowa

Tahun 2019 Januari sampai dengan September

No

Kasus Jml

LP

Tindak Lanjut Penanganan

Lidik Sidik P-21 P18 SP3

1. Pencemaran nama baik

melalui media sosial

3 0 3 0 0 1

2. Melakukan grab fiktif 0 0 0 1 0 0

3. Penghinaan melalui media

sosial

2 0 2 0 0 0

4. Penipuan melalui media

sosial

1 0 1 0 0 0

Jumlah 6 0 6 1 0 1

Sumber: Satreskrim Polres Gowa.

Tabel 2.2 diatas menunjukkan terdapat 3 laporan kasus pencemaran nama

baik dengan tindak penanganan sejumlah 3 penanganan melalui penyidikan dan 1

tindakan SP 3 yang artinya berkas kasus tidak dilanjut ke kejaksaan karena bukan

tindak pidana, kadaluarsa atau meninggal dunia. Pada kasus melakukan grab fiktif

terdapat 1 tindakan penanganan yakni P21 yang artinya berkas telah rampung dan

Page 58: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

46

diterima oleh kejaksaan. Kemudian pada kasus penghinaan dan penipuan melalui

media sosial, terdapat 2 dan 1 jumlah laporan serta penanganan melalui

penyidikan sejumlah 2 dan 1 tindakan penyidikan yang dilakukan. Berdasarkan

hal tersebut, total terdapat 6 laporan dengan 4 kasus dengan tindakan penyidikan

sejumlah 6 dan perampungan berkas perkara yang diterima oleh Kejaksaan

sebanyak 1 berkas dan 1 berkas tiak dilanjutkan ke kejaksaan Negeri Gowa.

Data pada tahun 2019 sebagaimana dalam tabel 2.2 tersebut diatas,

menunjukkan terjadinya penurunan sejumlah 12 laporan dari 5 kasus pada tahun

2018 menjadi 6 laporan dari 4 kasus pelanggaran pada tahun 2019 bulan Januari

sampai dengan September. Hal tersebut menunjukkan penurunan yang cukup baik

terhadap pelanggaran yang terjadi, sekaligus keberhasilan Polres Gowa dalam

menekan terjadinya kasus pelanggaran ITE yang terjadi dalam kurun waktu dua

tahun terakhir ini.

Terkait data pemberitaan hoaks oleh Polres Gowa secara administratif

belum pernah dilakukan penanganan secara hukum, karena belum adanya laporan

polisi dari masyarakat ke Polres Gowa. Namun pemberitaan yang mengandung

unsur kebohongan, pernah mewarnai sejumlah media sosial hingga media massa

secara online memberitakan sejumlah kasus yang viral dan mengandung unsur

kebohongan atau berita bohong (hoax), berikut ini penulis telah merangkum

sejumlah hoaks yang beredar pada media sosial maupun media massa secara

online.

Page 59: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

47

Adapun klasifikasi beritanya yakni penulis uraikan dalam tabel beikut:

Tabel 2.3 Daftar Kasus Hoaks Viral Melalui Media Massa yang Terjadi di

Kabupaten Gowa.

No Tahun Daftar Kasus Hoaks yang viral melalui media sosial terjadi di

Kabupaten Gowa.

1. 2018 Hoaks terkait penyebaran video analisis akan terjadi kerusuhan

22 Mei 2019 setelah penetapan pemenang pemilu.

1. 2018 Hoaks terkait bendungan bili-bili di Kabupaten Gowa retak

disebabkan gempa.

3. 2018 Akibat hoaks mahasiswa di Kabupaten Gowa tewas akibat

dikroyok warga, korban dituduh maling di sebuah Mesjid di

Kabupaten Gowa.

4. 2018 Hoaks terkait pemberitaan viral anak remaja asal Gowa bertelur.

5. 2019 (Hoaks) kasus baliho surat suara di Gowa tidak mencantumkan

foto Prabowo-Sandi.

6. 2020 Kabar viral jembatan kembar di Kabupaten Gowa nyaris roboh

ternyata hoaks.

Sumber: Diolah penulis dari berbagai pemberitaan di media massa.

Tabel 2.3 tersebut diatas menerangkan bahwa terkait pemberitaan bohong

(hoax) pada tahun 2018 ialah yang paling sering terjadi di Kabupaten Gowa.

Pembahasannya pun beragam, mulai dari politik seperti kasus-kasus yang pernah

mewarnai pemilihan umum baik secara nasional maupun lokal. Hingga kasus

terkait fasilitas publik seperti halnya pemberitaan terkait jembatan kembar yang

berada di Kabupaten Gowa diberitakan hampir roboh dan sempat membuat panik

dan kekhawatiran di masyarakat, utamanya yang tinggal di sekitar aliran sungai

Page 60: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

48

Jene’berang, tidak hanya itu kasus tentang bendungan bili-bili yang merupakan

bendungan terbesar di Sulawesi Selatan yang berada di Kabupaten Gowa retak

pun pernah viral di media sosial maupun media massa secara online. Untuk itu,

sebagai masyarakat diera modern sekarang ini, perlunya meningkatkan kesadaran

pentingnya membaca, mengecek dan menyaring sebuah pemberitaan yang kita

temukan agar tidak mudah menyebarkan pemberitaan atau informasi yang kita

dapatkan. Mencari tahu dari beberapa sumber ke pihak yang berwenang dan tidak

mudah terprovokasi ataupun menyebarkan informasi dan berita yang belum tentu

kejelasan dan kebenarannya.

C. Strategi Kepolisian dalam Penanganan Kasus Penyebaran Berita

Bohong (Hoax) di Kabupaten Gowa.

Kasus berita bohong yang ditangani oleh Polres Gowa menurut pemaparan

dari Kasubbag Humas Polres Gowa kepada peneliti sebenarnya belum ada, namun

Polres Gowa memiliki sejumlah cara dan strategi yang dilakukan melalui

beberapa upaya-upaya penanggulangan sebagai bagian dari strategi dalam

menangkal adanya berita bohong atau hoaks sebelum menyebar di Kabupaten

Gowa baik dalam skala nasionan maupun di wilayah hukum Kabupaten Gowa itu

sendiri. Selain itu sebagai upaya dari menjaga kondusifitas keamanan dan

ketertiban di wilayah Kabupaten Gowa . Adapun strategi yang dilakukan Polres

Gowa sebagai upaya penanganan kasus penyebaran berita bohong (Hoax) di

wilayah Kabupaten Gowa yakni sebagai berikut:

Page 61: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

49

1. Strategi Penanganan Secara Pre-emtif

Strategi Penanganan secara Pre-emtif ialah merupakan bentuk upaya awal

yang dilakukan kepolisian dalam penanganan kejahatan sebelum kejahatan

tersebut terjadi. Upaya awal yang dilakukan seperti penanaman nial-nilai moral

khususnya kepada generasi muda agar tidak mudah menyebarkan berita bohong

(hoax), hal ini dilakukan oleh Polres Gowa dengan melakukan kegiatan wisata

edukasi. Berikut pernyataan Kasubbag Humas terkait hal tersebut:

“Edukasi kepada para pelajar berupa wisata edukasi untuk mengenal dunia

kepolisian sekaligus kesempatan kepada pihak kepolisian memberikan

pemahaman tentang media sosial, demikian juga melalui sekolah-sekolah

melalui upacara setiap hari senin menjadi inspektur upacara disitulah pihak

kepolisian memberikan pesan kepada masyarakat khususnya kaula muda

agar lebih bijak dalam bermedia sosial”. (hasil wawancara M.T 9

September 2019).

Hasil wawancara tersebut di atas menunjukkan bahwa adanya tindakan

atau upaya pencegahan awal yang coba dilakukan oleh Polres Gowa melalui

kegiatan wisata edukasi kepada para pelajar. Wisata edukasi tersebut dapat

dikatakan sebagai salah satu strategi penanganan awal yang dilakukan Polres

Gowa sebagai upaya penanaman nilai-nilai moral yang baik dengan melakukan

pendekatan antara polisi dan pelajar. Penanaman nilai-nilai moral yang baik harus

dimulai dari sejak dini, selain menambah pemahaman para pelajar terkait dunia

kepolisian dan hukum juga menjadi pembelajaran moral kepada para pelajar agar

lebih bijak menggunakan media sosial. Lebih lanjut kemudian beliau

menambahkan:

“Wisata edukasi ini dilakukan 3 kali seminggu, itu semua terkait masalah

dunia kepolisian maupun tentang penggunaan media sosial dan kalau

untuk ke sekolah setiap hari senin Kapolsek pun ikut menjadi inspektur

Page 62: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

50

upacara, biasanya pihak sekolah meminta kepada pihak kepolisian agar

polri bisa menjadi inspektur upacara pada setiap hari senin”. (hasil

wawancara M.T 9 September 2019).

Berdasarkan dari hasil wawancara di atas dapat di ketahui bahwa wisata

edukasi oleh Polres Gowa ini dilakukan sebanyak tiga kali dalam seminggu, selain

Polres Gowa kehadiran Kapolsek yang menjadi inspektur upacara di sekolah-

sekolah menunjukkan bahwa semua peran kepolisian tak terkecuali hingga

kepolisian sektor ikut aktif dan berperan dalam memberikan penanaman nilai-

nilai moral yang baik, berkaitan dalam dunia kepolisian maupun penggunaan

media sosial.

Gambar 2.4. Polres Gowa Bersama Generasi Millennial Menolak Hoax

Sumber: Media Sosial Humas Polres Gowa

Kegiatan wisata edukasi oleh Polres Gowa, ini berjalan sejak tahun 2018

bertujuan untuk menambah pemahaman para pelajar tentang hukum, sehingga

para pelajar tidak terlibat baik sebagai korban maupun pelaku dalam suatu

tindakan kriminalitas. Program ini juga mendekatkan generasi muda dalam hal ini

para pelajar khususnya di Kabupaten Gowa dengan kepolisian.

Page 63: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

51

Selain itu bentuk tindakan dan upaya pelaksanaan strategis secara pre-

emtif lain yang dilakukan oleh Polres Gowa ialah dengan melakukan sosialisasi

dan edukasi kepada masyarakat. Sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat terkait

berita atau informasi hoaks dilakukan melalui media cetak, media online maupun

secara langsung. Terkait hal tersebut, berikut ini penjelasan Kasubbag humas

Polres Gowa:

“Kami propaganda dengan hal-hal yang positif contoh kasus hoaks Ratna

Sarumpaet, kami melakukan propaganda dengan memposting edukasi

masyarakat kedalam bentuk meme maupun video aktraktif yang dapat

mengedukasi masyarakat. Setiap apapun yang kami lakukan hal-hal

positif, kami posting baik melalui media elektronik, media cetak, online

hingga media sosial. Itulah cara kami untuk memberikan edukasi kepada

masyarakat, di samping mungkin ada himbauan-himbauan ke sekolah-

sekolah dan setiap kegiatan yang melibatkan selutuh personil sebagai

cyber troops Polres Gowa”. (hasil wawancara M.T 30 Agustus 2019).

Hasil wawancara tersebut diatas, menunjukkan keaktifan dan pemanfaatan

yang baik oleh Polres Gowa terhadap penggunaan dan pemanfaatan media, baik

melalui media elektronik, cetak maupun online. Selanjutnya informan A.S sebagai

anggota satuan humas Polres Gowa menambahkan keterangan sebagai berikut:

“Masyarakat bisa melihat seluruh kegiatan yang Polres Gowa lakukan

melalaui media sosial Polres Gowa, kalau kita ketik di google tentang

video kreatif anti hoaks polres Gowa maka masyarakat bisa langsung

melihat video kami.” (hasil wawancara A.S 30 Agustus 2019).

Berdasarkan hasil wawancara dari kedua informan tersebut diatas, maka

dapat disimpulkan bahwa Polres Gowa memanfaatkan kemudahan media sosial

untuk memberikan edukasi kepada masyarakat baik dalam bentuk video aktraktif

dan kreatif maupun meme yang dapat diakses melalui internet oleh masyarakat

diera digitalisasi seperti sekarang ini.

Page 64: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

52

Hal tersebut sesuai dengan sasaran strategis Polres Gowa tahun 2015-2019

pada poin satu dan dua yaitu terpenuhinya sarana/prasarana dan almatsus Polres

Gowa berbasis teknologi yang menjunjung tinggi HAM dalam menghadapi

berbagai trend kejahatan modern dan konflik sosial serta terbangunnya postur

Polres Gowa yang professional, bermoral, modern dan unggul melalui perubahan

mind set dan culture set (revolusi mental).

2. Strategi Penanganan Secara Preventif

Strategi preventif merupakan upaya penanganan kejahatan yang masih

dalam tahap pencegahan sebelum kejahatan terjadi. Strategi penanganan secara

preventif ini, kepolisian melakukan sosialisasi kepada masyarakat baik secara

langsung maupun tidak langsung. Seperti salah satu contoh digelarnya deklarasi

anti hoaks dan Sara pada sabtu tanggal 17 maret 2018 lalu, usai melakukakan apel

kesadaran nasional di halaman Mapolres Gowa. Kegiatan tersebut

menggambarkan bersatunya TNI-Polri dalam memerangi berita bohong dan hal-

hal yang dapat menjadi pemecah di antara seluruh lapisan masyarakat. Selain itu

berdasarkan interview yang dilakukan peneliti terhadap informan, bentuk upaya

lain yang dilakukan Polres Gowa terhadap pencegahan penyebaran berita hoaks

atau pemberitaan negatif, yakni dengan meng-counter adanya pemberitaan

negatif. Berikut pernyataan hasil wawancara Kasubbag humas terkait hal ini:

“Upaya preventif polri itu dengan meng-counter pemberitaan negatif

dengan pemberitaan yang positif, itu pasti. Melalui media online, media

cetak maupun televisi lainnya agar masyarakat tau bahwa setiap berita

yang kita ambil itu adalah positif. Jadi hal-hal yang mereka angkat bisa

Page 65: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

53

tercounter dengan berita positif.” (hasil wawancara M.T 9 September

2019).

Senada dengan apa yang disampaikan tersebut diatas, berikut pernyataan

dari Kasat Intelkam terkait upaya strategis yang dilakukan untuk menghimbau

masyarakat:

“Terkhusus kita di Polres khususnya intel ketika ada berita yang seperti

itu, kita cepat deteksi dengan mencari informasi, memilih dan memilah,

menganalisa yang berpotensi gangguan kantibmas ataupun yang lainnya.

Upaya yang kami lakukan itu kami ikut meng-counter berita agar tidak

beredar, terkadang face to face ke masyarakat, atau dengan teman-teman

yang ada disini bahwa berita tersebut cukup sampai disini jangan beredar

lagi.” (hasil wawancara A.M 11 September 2019).

Terkait persoalan cara meng-counter berita bohong atau yang sering

disebut hoaks ini, masyarakat mempunyai tanggapan dan pemahaman tersendiri

dalam menyikapi hoaks apabila mereka menemukan hoaks utamanya pada media

sosial yang cakupan penyebaran hoaks jauh lebih luas dari berbagai aspek

tertentu. Berikut tanggapan masyarakat apabila menemukan hoaks:

“Saya merasa negatif thingking, kemudian merasa cemas dan bimbang

antara benar atau tidak berita tersebut, maka saya mencari beberapa

sumber untuk memastikan benar atau tidaknya hal tersebut.” ( hasil

wawancara dengan H 18 Oktober 2019)

Hal serupa juga diungkapkan oleh Informan S yang memaparkan

pemahamannya terkait hoaks dan respon yang dirasakan apabila menemukan

berita atau informasi yang bersifat hoaks. Berikut hasil wawancara terhadap

informan:

“Berita bohong atau hoaks itu merupakan suatu kabar atau pemberitaan

dimasyarakat mengenai sesuatu hal yang gempar yang dituangkan dalam

bentuk kebohongan dibungkus sedemikian rupa sehingga berita ini hampir

Page 66: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

54

sama persis dengan berita yang sebenarnya, persoalan mengenali berita

hoaks itu sendiri. Bagi saya begitu sulit karena hampir sama persis antara

berita benar yang tersebar, namun salah satu ciri yang saya lihat dari berita

hoaks itu, judul dari beritanya biasanya terlalu di lebihkan.” (hasil

wawancara dengan S 19 Oktober 2019).

Informan S menambahkan respon yang dirasakan dari dampak menerima

pemberitaan-pemberitaan hoaks, sebagai berikut:

“Kalau saya menerima atau membaca berita hoaks, saya salah satu korban

yang sering mendapati hal tersebut, biasanya dampak yang saya rasakan

itu sendiri banyaknya kekeliruan informasi yang saya dapat sehingga saya

merasa tidak jeli, tidak teliti dalam menyaring dan meng-share informasi-

informasi.” (hasil wawancara dengan S 19 Oktober 2019).

Sesuai dengan pernyataan tersebut diatas, kita seharusnya lebih bijak

dalam menyebarkan informasi yang ada, jangan sampai menyebarkan suatu

informasi atau pemberitaan begitu saja tanpa memastikan kebenanrannya terlebih

dahulu. Sehingga tidak merugikan orang lain, seperti halnya yang dirasakan oleh

informan H dan S tersebut diatas yang merasa negatif thingking, cemas dan

bimbang bahkan sulit dalam mengenali mana berita dan informasi yang benar.

Melakukan sosialisasi dan pemyampaian pesan serta meng-conter

pemberitaan negatif menjadi pemberitaan positif sehingga pemberitaan yang

diterima oleh masyarakat tidak mengandung unsur provokatif maupun SARA dan

lainnya, sebagaimana diungkapkan diatas merupakan bentuk strategi preventif

sebagai bagian dari upaya pencegahan awal setelah dilakukan tindakan pre-emtif

sebelumya.

Page 67: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

55

Gambar 2.6. Salah satu bentuk penyampaian pesan oleh Polres Gowa melalui

media sosial

Sumber: Media Sosial Humas Polres Gowa

Gambar tersebut diatas merupakan salah satu bentuk penyampaian pesan

oleh Polres Gowa melalui media sosial berisiakan pesan agar masyarakat tidak

begitu saja menyebarkan konten negatif namun terlebih dahulu melakukan check

dan recheck serta saring sebelum sharing konten maupun inormasi yang belum

tentu kebenarannya. Mengingat ancaman yang dapat menjerat pelaku penyebar

hoaks yakni terdapat dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang

perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik dalam pasal 28 ayat 1 dan ayat 2 serta keterangan unsur

pidana pada pasal 45 ayat 2 menerangkan hukuman penjara maksimal 6 tahun dan

dengan denda paling banyak 1 milyar rupiah.

Berkenaan dengan keberadaan undang-undang yang berlaku, yang

mengatur tentang hukuman bagi pelaku penyebar hoaks, nampaknya pengetahuan

Page 68: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

56

masyarakat terkait hal itu tidak begitu dalam, seperti halnya dengan yang

disampaikan informan sebagai berikut:

“Menurut yang saya ketahui dikenakan sanksi berupa hukum pidana, tetapi

saya tidak tahu jelas pasal beberapa dan ayat berapa yang menjelaskan hal

tersebut, tetapi bagi para pelaku akan dijerat oleh pidana tersebut.” (hasil

wawancara S 19 Oktober 2019).

Hal serupa juga diungkapkan oleh masyarakat yang memberikan pejelasan

bahwa dia pun tak mengetahui secara pasti namun mengetahui adanya undang-

undang yang mengatur tentang hoaks, berikut hasil wawancara dengan informan:

“Ancaman bagi pelaku hoaks yang saya tau ada pasal yang dibuat oleh

pemerintah bagi pelaku hoaks.” (hasil wawancara H 18 Oktober 2019).

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, peran masyarakat sangat

diperlukan terkait pengetahuan masyarakat terhadap aturan hukum yang dapat

menjerat pelaku penyebar hoaks, agar tidak adanya niat ataupun kesempatan bagi

pelaku menyebarkan berita bohong (hoax). Ketidak tahuaan masyarakat terhadap

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang perubahan atas Undang-Undang

Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik merupakan

salah satu faktor yang menyebabkan penyebaran hoaks terus terjadi. Sesuai

dengan penjelasan yang dikemukakan menurut Alam (2010: 69) bahwa cara

pencegahan berasal dari teori NKK yaitu ketika adanya niat dan kesempatan,

maka terjadi kejahatan. Oleh karena itu ketika pengetahuan masyarakat terkait

undang-undang meningkat, maka niat menyebarkan berita bohong (hoax) menjadi

berkurang sehingga meminimalisir kejahatan penyebaran hoaks.

Page 69: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

57

3. Strategi Penanganan Secara Represif

Strategi represif merupakan upaya kepolisian dalam penanganan kejahatan

setelah terjadi tindakan kejahatan. Pada dasarnya upaya represif merupakan

tindakan yang dilakukan aparat penegak hukum terhadap orang yang melakukan

tindak pidana. Adapun strategi penanganan secara represif yang dilakukan oleh

Polres Gowa menurut hasil wawancara serta observasi yang dilakukan yaitu

sebagai berikut:

a. Mengecek kebenaran berita atau informasi yang didapatkan.

Apabila masyarakat menemukan berita bohong (hoax) maka masyarakat

dihimbau agar dapat mengecek kebenaran berita atau informasi yang didapatkan.

Adapun informasi yang sempat membuat panik warga di Kabupaten Gowa dan

sekitarnya yakni terkait informasi bendungan bili-bili retak akibat gempa

Donggala di Sulawesi tengah . Namun informasi tersebut tidaklah benar, melalui

siaran pers oleh Kominfo menetapkan bahwa informasi tersebut hoaks.

Terkait informasi bendungan bili-bili retak tersebut aparat kepolisian pun

ikut berpatroli dalam mengawasi situasi bendungan saat itu. Berikut pernyataan

dari Kasubbag humas terkait hal tersebut:

“Kami berkoordinasi dengan anggota yang ada disana dan mereka

mengambil foto bagaimana status bendungan bili-bili, kami juga

koordinasi dengan petugas bendungan. Kami ambil foto tersebut dan kami

share setiap jam. Perkembangan-perkembangan kami share jadi

masyarakat mengerti dan kita jangan mudah terprovokasi, dia (

masyarakat) bilang jembatan mau retak, hanya kami mengimbau bahwa

betul airnya naik tapi tidak mengarah kesana.” (hasil wawancara M.T 30

Agustus 2019).

Page 70: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

58

Wawancara berikutnya, beliau memberikan pernyataan bahwa apabila

masyarakat menemukan berita atau informasi hoaks, maka harus mengecek

kebenarannya melalui instansi sesuai dengan berita yang tertuju. Berikut ini

kutipan hasil wawancara dengan informan:

“Apabila menemukan hal seperti itu dan masih diragukan, masyarakat bisa

mengkonfirmasi ke instansi terkait yang mengangkat hal itu. Misalnya

yang menyangkut TNI Polri dan atau instansi lain, maka masyarakat

jangan langsung percaya. Mengetahui berita itu salah atau benar kita bisa

ke instansi mana yang mengangkat tentang berita hoaks tersebut.” (hasil

wawancara M.T 9 September 2019).

Berdasarkan hasil wawancara tersebut diatas, masyarakat dihimbau agar

tidak mudah percaya dengan pemberitaan atau informasi yang didapatkan yang

belum tentu kebenarannya, dan tidak meng-share ke media sosial yang dimiliki

sebelum mengecak kebenaran beritanya. Hal ini juga dilakukan oleh masyarakat

apabila menemukan pemberitaan yang mengandung hoaks, seperti yang

disampaikan oleh informan sebagai berikut:

“Cara mengenalinya itu pertama tidak bertanya kepada satu pihak saja,

tapi lebih selektif lagi bertanya ke beberapa sumber dan bertanya ke orang

yang lebih bijak soal hoaks tersebut.” (hasil wawancara dengan H 18

Oktober 2019)

Memastikan kebenaran berita yang kita dapatkan sebagai langkah represif

yang dapat dilakukan oleh masyarakt ketika menemukan pemberitaan yang

mengandung unsur hoaks. Tidak serta merta menyebarkan suatu pemberitaan

yang ditemukan. Hal tersebut juga disampaikan oleh Kasubbag Humas Polres

Gowa sebagai berikut:

“Kami menghimbau kepada masyarakat agar saring dulu sebuah

pemberitaan sebelum kita sharing karena apabila kita tidak mengetahui

Page 71: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

59

fakta yang sebenarnya, maka akan berakibat fatal bagi seluruh netizen

yang ada umumnya masyarakat yang menggunakan media sosial.”(hasil

wawancara M.T 9 September 2019).

Berdasarkan wawancara tersebut diatas, Kasubbag Humas Polres Gowa

menghimbau kepada masyarakat agar tidak asal sharing konten dari sumber yang

tidak jelas, dan memastikan mengecek kebenaran informasi dari suatu konten

yang ditemukan.

b. Membentuk tim cyber troops

Cyber Troops terdiri dari anggota atau personil kepolisian yang

mengawasi dan memantau pergerakan kejahatan di dunia maya. Berikut

penjelasan dari hasil wawancara dengan Kasubbag humas terkait tim cyber troops

Polres Gowa:

“Cyber troops ini dibentuk untuk memantau terkait pemberitaan-

pemberitaan yang negatif, baik itu berbau sara dan sebagainya. Semua

anggota Polres merupakan cyber troops dan semua harus aktif. Apabila

ada pemberitaaan-pemberitaan negatif, apalagi menyangkut masalah polri

kita bisa meng counter dengan berita yang sebenarnya, karena polisi

berbicara bukan karena katanya tapi berbicara fakta. Orang memposting

harus berdasarkan faktanya bukan menurut asumsi yang bersangkutan.

Jadi tugas polisi cyber troops itu pasukan dunia maya, mereka bermain di

media sosial untuk memantau setiap orang atau netizen yang memposting

berita bohong maupun masalah sara, jadi kita langsung menanggapi itu.”

(hasil wawancara M.T 9 September 2019).

Pasukan cyber troops ini melakukan patroli menyusuri setiap website,

situs, postingan dan media sosial lainnya yang melakukan pelanggaran terhadap

tindakan penyalahgunaan ITE yang terkait sesuai peraturan maupun undang-

undang yang berlaku.

“Tim cyber troops itu bermain media sosial dan berpatroli pada media

sosial. Apabila satu orang anggota menemukan satu konten yang mengarah

Page 72: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

60

ke provokasi ataupun ujaran kebencian langsung lapor ke kami dan kami

langsung mengambil tindakan”. Kemudian pada pernyataan berikunya

beliau menambahkan “suatu berita negatif tersebut dilempar oleh

seseorang untuk mengadu domba, kami counter dengan berita-berita

positif. Berita itu baik berupa tulisan, narasi berita, meme pesan dan video.

Setiap ada pemberitaan negatif kami share, pesan anti hoaks bijak dalam

bermedsos.” (hasil wawancara M.T 9 September 2019).

Selaku aparat penegak hukum semua aparat kepolisian dalam menjalankan

tugasnya memiliki peran dan tanggungjawab mencegah dan memerangi

penyebaran berita bohong atau hoaks.

“Semua personil Polres Gowa adalah cyber troops, seluruh personil

terlibat sebagai cyber troops untuk mengembangkan, mengshare video

positif agar video positif yang kami buat untuk masyarakat bisa cepat

sampai kepada masyarakat dan masyarakat tidak mudah percaya dengan

berita hoaks “. ( hasil wawancara M.T 9 September 2019).

Berdasarkan hasil wawancara tersebut diatas, maka dapat disimpukan

bahwa tim cyber troops Polres Gowa merupakan seluruh personil kepolisian

Polres Gowa dan berperan aktif dalam menggunakan media sosial, yang

melakukan patroli melalui media sosial.

c. Melakukan penyelidikan dan penyidikan

Penyelidikan dan penyidikan dilakukan apabila terdapat laporan polisi dari

pihak atau orang yang merasa dirugikan atas informasi maupun berita hoaks yang

tersebar. dengan menyertakan bukti dan saksi atas laporan tersebut. Kemudian

polisi menindak lanjuti laporan tersebut dengan melakukan penyelidikan untuk

memastikan apakah informasi tau berita hoaks tersebut benar adanya.

mengumpulkan barang bukti dan menelusuri sumber berita atau informasi yang

Page 73: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

61

terdapat unsur tindak pidana sesuai dengan undang-undang ITE yang berlaku. Hal

tersebut sesuai dengan pernyataan dari narasumber sebagai berikut:

“Apabila terdapat pihak yang merasa dirugikan maka akan dibuat laporan

polisi lalu kita lakukan penyelidikan guna memperoleh laporan yang

dimaksud kemudian dilakukan penyidikan yang bertujuan untuk

menemukan bukti-bukti atau fakta kemudian pemberkasan dan berkas

dikirim ke kejaksaan”. ( hasil wawancara N, 7 Oktober 2019).

Hal yang sama dengan pernyataan dari wawancara diatas, juga

diungkapkan oleh informan berikut, apabila masyarakat menemukan berita

bohong (hoax) pada media sosial dan merasa di rugikan akan pemberitaan tersebut

maka langkah yang dapat dilakukan pihak yang merasa di rugikan tersebut ialah

sebagaimana di jelaskan oleh informan R sebagai berikut:

“Membuat laporan kepolisian dilakukan oleh pelapor dengan menyertakan

bukti baik berupa capture bukti terkait adanya berita bohong (hoax) yang

di temukan kemudian melapor ke SPKT (Sentra Pelayanan Kepolisian

Terpadu) setelah itu akan ditindak lanjuti melalui proses penyelidikan dan

penyidikan. Proses penyelidikan dilakukan bisa melalui media sosial

seperti facebook, instagram, whatsApp grup dan media sosial lainnya.

Sedangkan proses penyidikan di lakukan pada saat pemeriksaan baik

sebagai pelapor, saksi ataupun penyitaan barang bukti”. ( hasil wawancara

R, 12 Oktober 2019).

Berdasarkan pernyataan dari kedua informan tersebut diatas dapat

disimpulkan bahwa apabila masyarakat menemukan berita bohong (hoax) dan

merasa dirugikan maupun merugikan banyak orang maka masyarakat dapat

melaporkannya ke kepolisian dengan menyertakan bukti-bukti yang ada baik

berupa capture bukti terkait adanya berita bohong (hoax) yang di temukan

kemudian akan diproses lebih lanjut hingga ketahap penyelidikan dan penyidikan

dan tahapan hukum yang sesuai.

Page 74: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

62

D. Pembahasan

Berita bohong (hoax) terkait sosial politik mewarnai pemilihan umum di

tanah air baik saat pemilihan presiden hingga pemilihan daerah. Sering kali

terdapat pihak-pihak tertentu yang memanfaatkan hal ini dengan memposting

berita maupun informasi hoaks terutama melalui media sosial. Berita bohong

(hoax) diatur dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang perubahan

atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik. Dalam undang-undang tersebut secara jelas ancaman pidana bagi

pelaku penyebar hoaks. Namun sepertinya sebagian besar masyarakat masih

banyak yang tidak tahu atau tidak mengindahkan peraturan perundang-undangan

tersebut.

Keberadaan kepolisian setempat serta peran dan tugasnya dalam menjaga

keamanan dan ketertiban masyarakat utamanya dalam hal mencegah dan

menanggulangi berita bohong (hoax) sangat diperlukan, keberhasilan kepolisian

dalam penanganan hoaks juga diperlukan peran seta masyarakat. Seperti sikap

bijak dalam mengelola informasi yang diterima mulai dari lingkungan keluarga.

Polres Gowa merupakan pelaksana tugas kepolisian ditingkat Kabupaten.

Wilayah pengawasan Polres Gowa yakni terdiri dari 18 kecamatan dan 167

desa/kelurahan yang ada di Kabupaten Gowa. Berdasarkan hasil wawancara dari

informan, peneliti memperoleh keterangan tentang belum terdapat data terhadap

tindakan hukum terkait kejahatan penyebaran berita bohong (hoax) yang ditangani

langsung oleh Polres Gowa, hal ini disebabkan karena belum adanya laporan

polisi oleh masyarakat terkait hal tersebut. Namun meskipun demikian upaya-

Page 75: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

63

upaya strategis sebagai tindakan pencegahan tetap dilakukan oleh Polres Gowa

demi menjaga ketertiban dan keamanan di wilayah Kabupaten Gowa. Selain itu,

tidak hanya memantau perkembangan dan penyebaran berita di wilayah

Kabupaten Gowa saja, namun juga melakukan pengawasan baik perkembangan

pemberitaan secara nasional. Adapun langkah atau upaya strategis Polres Gowa

dalam penanggulangan berita bohong (hoax) adalah sebagai berikut:

1. Tindakan strategis secara pre-emtif

Strategi pre-emtif yang dimaksud dalam hal ini ialah pencegahan awal

yang dilakukan oleh kepolisian dengan penanaman nilai-nilai/norma-norma yang

baik dan memberikan pemahaman kepada masyarakat melalui sosialisasi baik

secara langsung maupun melalui media sosial. Polres Gowa melalui upaya pre-

emtif ini melakukan tindakan pencegahan secara dini dengan memberikan wisata

edukasi kepada para pelajar di Kabupaten Gowa, kegiatan wisata edukasi ini telah

dilakukan sejak tahun 2018 dengan tujuan para pelajar tidak terlibat sebagai

pelaku maupun korban tindak kejahatan.

Wisata edukasi ini dilakukan tiga kali dalam seminggu dengan

memberikan pengetahuan kepada siswa dan siswi yang berkunjung ke Polres

Gowa tentang penanaman nilai-nilai moral baik yang berkaitan dalam dunia

kepolisian maupun penggunaan media sosial kepada para pelajar tersebut. Selain

kepada generasi muda, Polres Gowa juga memberikan sosialisasi kepada

masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung melalui media cetak

maupun online. Salah satunya ialah dengan membuat video kreatif yang

bertemakan anti hoaks dengan memadupadankan tarian dan nyanyian yang

Page 76: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

64

terinspirasi dari kasus hoaks Ratna Sarumpaet dan mendapat apresiasi dari pihak-

pihak terkait dan oleh masyarakat.

2. Tindakan strategis secara preventif

Strategi preventif yang dimaksud dalam hal ini ialah masih dalam tahap

pencegahan awal yang dilakukan oleh kepolisian dengan tindakan lanjutan

sebagai upaya awal secara pre-emtif sebelumnya. Upaya preventif yang dilakukan

oleh Polres Gowa yakni dengan melakukan deklarasi anti hoaks dan Sara bersama

masyarakat 17 maret 2018 lalu, selain itu melalui media sosial Humas Polres

Gowa seperti facebook, instagram dan twitter dan media sosial lainnya.

Polres Gowa sering memberikan himbauan kepada masyarakat agar berani

melawan hoaks dan memposting pemberitaan-pemberitaan baru yang berkaitan

tentang kegiatan-kegiatan positif oleh Polres Gowa sebagai pelaksana tugas

kepolisian sebagaimana dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang

Kepolisian Republik Indonesia.

3. Tindakan strategis secara represif

Strategi represif yang dimaksud ialah upaya penanganan yang dilakukan

oleh kepolisian setelah terjadi tindakan kejahatan. Pada dasarnya upaya represif

merupakan tindakan yang dilakukan aparat penegak hukum terhadap orang yang

melakukan tindak pidana kejahatan. Adapun strategi secara represif yang

dimaksudkan dan dilakukan oleh Polres Gowa apabila terdapat berita bohong

(hoax) berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan

informan yakni :

Page 77: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

65

a) Mengecek kebenaran berita atau informasi yang didapatkan.

Masyarakat Kabupaten Gowa di himbau agar dapat mengecek setiap

kebenaran berita atau informasi yang didapatkannya. Seperti halnya yang

disampaikan oleh Kasubbag Humas Polres Gowa dalam penyampaiannya

saat memberikan keterangan kepada penulis bahwa masyarakat harus

mengkonfirmasi kebenaran berita yang didapat seseuai instansi mana yang

terkait berita bohong (hoax) tersebut.

b) Membentuk tim cyber troops.

Tim cyber troops Polres Gowa ialah seluruh personil kepolisian Polres

Gowa. Dalam hal ini semua personil Polres Gowa terlibat sebagai cyber

troops, adapun tugas tim cyber troops Polres gowa ialah memantau dan

melakukan patroli menyusuri setiap website, situs, postingan dan media

sosial lainnya yang melakukan pelanggaran terhadap tindakan

penyalahgunaan ITE yang terkait sesuai peraturan maupun undang-undang

yang berlaku.

c) Melakukan penyelidikan dan penyidikan.

Penyelidikan dan penyidikan dilakukan pada saat terdapat laporan polisi

dari pihak atau orang yang merasa dirugikan atas informasi maupun berita

hoaks yang tersebar. pihak atau orang yang merasa dirugikan atas

pemberitaan hoaks dapat melakukan pelaporan ke kepolisian dengan

menyertakan bukti dan saksi atas laporan tersebut. Kemudian polisi akan

menindak lanjuti laporan tersebut dengan melakukan penyelidikan untuk

Page 78: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

66

memastikan apakah informasi atau berita hoaks tersebut benar adanya.

Mengumpulkan barang bukti dan menelusuri sumber berita atau informasi

yang terdapat unsur tindak pidana sesuai dengan undang-undang ITE yang

berlaku.

Ketiga strategis tersebut diatas saling berkaitan, dimana strategi

penanganan secara pre-emtif dan secara preventif ialah strategi yang digunakan

melalui cara atau upaya berupa tindakan pencegahan sebagai penanganan awal

sebelum tindakan penyebaran berita bohong (hoax) terjadi, sedangkan strategi

penanganan secara represif yaitu cara atau upaya berupa tindakan penegakan

hukum maupun tindakan penanganan yang dilakukan setelah terjadi tindakan

kejahatan.

Kelebihan dan kelemahan dalam penanganan penyebaran berita bohong

(hoax) oleh kepolisian dengan menggunakan ketiga strategi tersebut di atas,

ditentukan dengan berhasil tidaknya penerapan ke dalam kehidupan sehari-hari

setelah dilakukan langkah atau upaya sebagaimana yang telah dijelaskan dalam

penelitian ini. Adapun salah satu kelebihan yang dapat penulis sebutkan ialah

dengan melakukan strategi penanganan secara pre-emtif dan preventif dapat

meminimalisir tindakan kejahatan termasuk menyebarkan berita hoax, karena

dilakukan penanganan sejak awal sedangkan kelemahannya ialah strategi yang

telah ada, perlu dilakukan pembaharuan-pembaharuan strategi baru yang sesuai

dengan perkembangan kasus kejahatannya.

Page 79: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

67

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil analisis dan pemaparan dalam pembahasan tersebut

diatas, maka dapat disimpulkan bahwa strategi kepolisian dalam penanganan

kasus berita bohong (hoax) dalam hal ini oleh Kepolisian Resor (Polres)

Kabupaten Gowa telah melakukan tugas dan fungsinya dalam menjaga

kondusifitas di Kabupaten Gowa sebagaimana mestinya.

Berbagai upaya-upaya strategis baik pencegahan awal sebelum maupun

setelah terjadi tindakan kejahatan telah diupayakan, termasuk memberikan

himbauan-himbauan dan sosialisasi kepada masyarakat khususnya di wilayah

Kabupaten Gowa agar mewaspadai pemberitaan-pemberitaan hoaks baik dalam

bidang sosial politik, ekonomi, kesehatan dan bidang lainnya tak terkecuali

termasuk isu SARA yang dapat merugikan dan menimbulkan perpecahan didalam

masyarakat.

Hoaks dibidang sosial politik tiga tahun terakhir merupakan yang sering

ditemukan oleh masyarakat di tanah air. Hal ini sesuai dengan data hasil survei

terhadap wabah hoaks yang dilakukan oleh Masyarakat Telematika Indonesia

pada tahun 2017 dan ditahun 2019. Mastel merupakan wadah berkomunikasi dan

bertukar informasi bagi seluruh pemangku kepentingan dan jembatan antara

pemerintah dan pelaku usaha dibidang telematika.

Sanksi hukum bagi penyebar berita bohong (hoax) diatur dalam Undang-

Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor

Page 80: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

68

11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Hingga saat ini

meskipun Polres Gowa belum mencatat adanya tindakan kejahatan dengan kasus

penyebaran berita bohong (hoax) namun sejak dua tahun terakhir ini, terdapat

beberapa kasus yang telah ditangani oleh Polres Gowa berkaitan dengan

pelanggaran Undang-Undang ITE, salah satu diantaranya ialah penipuan melalui

media sosial.

Upaya strategis yang dilakukan oleh Polres Gowa terhadap penanganan

pencegahan sebelum maupun setelah penyebaran hoaks terjadi ialah dengan

melakukan tiga upaya dalam penanggulangan kejahatan yaitu melalaui strategi

pre-emtif, preventif dan represif.

1. Strategi Penanganan Secara Pre-emtif

Pre-emtif merupakan upaya atau tindakan penanggulangan kejahatan

sebelum kejahatan terjadi. Polres Gowa dalam hal ini memberikan penanaman

nilai-nilai moral kepada generasi muda khusunya kepada para pelajar di

Kabupaten Gowa melalui Wisata edukasi yang dilaksanakan sejak tahun 2018

dengan memberikan pemahaman dan pembelajaran berkaitan dengan dunia

kepolisian, disamping itu penyampaian-penyampaian terhadap sikap bijak anti

hoaks menggunakan media sosial kepada para pelajar.

2. Strategi Penanganan Secara Preventif

Preventif merupakan upaya atau tindakan penanggulangan masih dalam

tahap pencegahan sebelum tindak kejahatan terjadi. Polres Gowa dalam hal ini

melakukan upaya dan tindakan berupa sosialisai kepada masyarakat baik secara

langsung maupun melalui media sosial dan meng-counter pemberitaan negatif

Page 81: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

69

dengan pemberitaan yang positif agar hoaks tak mudah menyebar pada

masyarakat.

3. Strategi Penanganan Secara Represif

Represif merupakan upaya atau tindakan kepolisian dalam

penanggulangan kejahatan setelah kejahatan terjadi. Sebagai upaya represif Polres

Gowa melakukan pengecekan kebenaran berita atau informasi yang didapatkan,

dan membentuk cyber troops yang melakukan pengawasan media sosial, tindakan

penyelidikan dan penyidikan dilakukan apabila terdapat akun media sosial atau

informasi hoaks yang telah dilaporkan oleh pihak yang merasa dirugikan kepada

kepolisian.

B. Saran

Terkait masalah yang berkenaan dengan penelitian ini, adapun beberapa

saran yang penulis dapat sampaikan, yakni sebagai berikut:

1. Selain sosialisasi melalui media sosial, meskipun belum ada kasus hoaks

yang ditangani oleh Polres Gowa, namun upaya strategis seperti sosialisasi

secara langsung dengan face to face kepada masyarakat dan penjabat

setempat agar lebih gencar dilakukan lagi tentang anti hoaks dan isu

SARA, mengingat berkembangnya teknologi dan kebutuhan akan

informasi-informasi yang pesat di tengah-tengah kehidupan masyarakat.

2. Dukungan dan peran aktif masyarakat pun diperlukan terhadap upaya

maupun tindakan-tindakan melawan hoaks, sebagai dukungan dari upaya

penanggulangan yang dilakukan Kepolisian Resor (Polres) Gowa agar

situasi di Kabupaten Gowa tetap kondusif dan jauh dari informasi hoaks.

Page 82: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

70

3. Pemanfaatan kemudahan media komunikasi dan elektronik perlu

ditingkatkan, seperti aduan konten secara online bagi masyarakat perlu di

peradakan oleh pihak-pihak yang berwenang. Tidak menutup

kemungkinan oleh Polres Gowa agar masyarakat yang ingin melaporkan

apabila menemukan berita atau informasi hoaks dapat langsung

melaporkaannya.

4. Masyarakat pengguna media sosial dan pelajar millenial perlu

meningkatkan kesadaran dalam menggunakan media sosial secara bijak,

tidak mudah mempercayai informasi hoaks dan tidak langsung meng-share

berita atau informasi yang diterimanya begitu saja.

Page 83: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

71

DAFTAR PUSTAKA

Alam, A.S. 2010. Pengantar Kriminologi. Makassar: Pustaka Refleksi.

Arief, Barda Nawawi. 2008. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Jakarta:

PT Kencana Prenada Media Group .

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan

Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, Edisi Kedua, Jakarta: Kencana.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:

PT Gramedia Pustaka Utama.

Eka Hakim. 2018. Mengungkap Dalang di Balik Hoaks Penculikan Anak di

Makassar. (https://m.liputan6.com). Diakses pada tanggal 19 September

2019.

Eka. 2018. Laporan Daily Social: Distribusi Hoax di Media Sosial.

(https://dailysocial.id). Diakses pada tanggal 11 Mei 2019.

Fajriani R. 2019. Bendungan Bili-bili Retak Hoax atau Betul Ini Penjelasan

Pimpro Pembangunannya Tentang Daya Tahan.

(http://makassar.tibunnews.com). Diakses pada tanggal 27 Maret 2019.

Keban, Yeremias T. 2004. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik, Konsep

Teori dan Isu, Yogyakarta : Gava Media.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia

Daring.

Mappiwali. 2018. Minimalisir Berita Provokasi, Polres Gowa Deklarasi Anti

Hoax (http://makassar.tibunnews.com). Diakses pada tanggal 6

November 2018.

Marrus, Stephanie K. 2002. Manajemen Stratejik. Jakarta: Rajawali Press.

Mastel. 2019. Hasil Survey Wabah Hoax Nasional 2019 (https:// mastel.id).

Diakses pada tanggal 23 Desember 2019.

Moleong, Lexy J. 2010. Metode penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja

Rosdakarya.

Monica, Dona Raisa. 2017. Upaya Kepolisian Dalam Penanggulangan Tindak

Pidana Penyebaran Hoax. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Page 84: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

72

Muchlis. 2019. Video Kreatif Polres Gowa Perangi Hoak Viral: Terinspirasi

Kasus Ratna Sarumpaet (http://makassar.tibunnews.com). Diakses pada

tanggal 27 Maret 2019.

Muhammad, Suwarsono. 2013. Strategi pemerintahan: manajemen organisasi

publik, Jakarta: Erlangga.

Prayitno, Budi. 2017. Langkah Pemerintah Menangkal Diseminasi Berita Palsu.

Jurnal Wacana Kinerja, Vol 20 No 2.

Rahadi, Dedi Rianto. 2017. Perilaku Pengguna dan Informasi Hoax di Media

Sosial. Jurnal Manajemen, Vol. 5 No. 1. Universitas Merdeka Malang.

Rangkuti, F. 1997. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama.

Renggong, Ruslan. 2016. Hukum Pidana Khusus Memahami Delik- delik di Luar

KUHP Edisi Pertama. Jakarta: Prenada Media Group.

Salusu. 2006. Pengambilan Keputusan Strategik untuk Organisasi Publik dan

Organisasi Non Profit, Jakarta: PT Grasindo.

Satria. 2018. Peranan Kepolisian dalam Penanganan Berita Bohong.

(http://hariannusa.com). Diakses pada tanggal 2 November 2018.

Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian. Jakarta : Salemba Empat.

Siaran pers. 2018. Identifikasi Hoaks terkait Gempa Bumi Sulteng, Kominfo

Imbau Masyarakat Tak Sebarkan. (https://www.kominfo.go.id). Diakses

pada tanggal 27 Maret 2019.

Soedjono,D. 1976. Penanggulangan Kejahatan (crime prevention), Alumni,

Bandung.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang perubahan atas Undang-Undang

Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Undang-Undang Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik

Indonesia.

Page 85: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

73

L

A

M

P

I

R

A

N

Page 86: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

74

DOKUMENTASI

Wawancara Dengan Kasat Intelkam Polres Gowa

Wawancara Dengan Kasubbag Humas Polres Gowa

Page 87: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

75

Wawancara Dengan Anggota Kepolisian

Page 88: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

76

Wawancara Dengan Masyarakat Pengguna Media Sosial

Page 89: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

77

Page 90: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

78

Tampak Depan Kantor Polisi Polres Gowa

Struktur Organisasi Operasi Polres Gow

Page 91: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

79

Tampak Depan Ruangan Satreskrim Polres Gowa

Tampak Dalam Ruangan Intelkam Polres Gowa

Page 92: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

80

Video Bertema Anti Hoax Oleh Polres Gowa Dalam Salah Satu Liputan

Stasiun Televisi

Salah satu bentuk himbauan cyber troops melalui media sosial Polres Gowa

Page 93: STRATEGI KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN KASUS …

81

DAFTAR RIWAYAT

Siti Hadijah Al Dzulhijjah lahir di Bontomaero

5 Maret 1998. Merupakan anak ketiga dari lima

bersaudara, anak dari pasangan Ayahanda

Muhammad Said S.Pd dan Ibunda Hasnah.

Penulis menempuh pendidikan Sekolah Dasar

dan lulus pada tahun 2009 di SDN Bontomaero

II, kemudian melanjutkan pendidikan ke jenjang

Sekolah Menengah Pertama dan lulus pada tahun

2012 di SMP Negeri 1 Bajeng. Selanjutnya

penulis melanjutkan pendidikan di jenjang

Sekolah Menengah Kejuruan dan lulus pada tahun 2015 di SMK Negeri 1

Limbung dengan jurusan Akuntansi. Pada tahun yang sama yakni tahun 2015

penulis kembali melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinngi dan

diterima pada jurusan Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik di Universitas Muhammadiyah Makassar dengan program studi strata

satu (S1). Dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, tak terlepas dari

dukungan dan bantuan dari Orangtua, keluarga, rekan-rekan, serta pihak-pihak

terkait, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamya.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna maka dari itu saran

maupun masukan dari pembaca sangat diharapkan. “Manfaatkanlah waktu yang

dititipkan oleh Allah Azza Wa Jalla kepada kita sebaik mungkin, sebab waktu

bisa jadi manfaat dan bisa pula jadi sia-sia.”