Upload
saduddin-kim
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V
1/57
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi
dan sangat penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan adalah suatu proses
dalam rangka mempengaruhi dan mendewasakan siswa agar dapat
menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya, dapat tumbuh dan
berkembang secara wajar dan normal serta akan menimbulkan perubahan
dalam dirinya sehingga ia dapat melaksanakan tugas-tugas sebagai manusia
dalam kehidupan masyarakat.1 Pendidikan berarti mengembangkan semua
aspek kepribadian manusia, yang mencakup pengetahuannya, nilai serta
sikapnya, dan keterampilannya.2 Yaitu sebagai pewaris kebudayaan dari
generasi tua ke generasi muda, agar hidup masyarakat tetap berlanjut.3 Namun
dalam perkembangan sekarang ini masalah pendidikan terlihat agak
dikebelakangkan dan lebih ditonjolkan kepada masalah pembelajaran.
Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik
yaitu pembelajaran harus lebih menekankan pada praktek, guru harus mampu
memilih serta menggunakan strategi dan metode pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik mempraktekkan apa yang dipelajari, juga perlu
1 Heri Jauhari Muchtar , Fiqih Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), 1
2 Burhanuddin Salam, Pengantar Paedagogik (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), 10.3 Hasan Langulung, Asas-Asas Pendidikan Islam (Jakarta: PT. Pustaka Al-Husna Baru,
2003), 1
8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V
2/57
2
ditekankan pada masalah-masalah aktual yang secara langsung berkaitan
dengan kehidupan nyata yang ada di masyarakat. Dengan mengkombinasikan
unsur-unsur manusiawi, materinya, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang
saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Materi meliputi buku-
buku, papan tulis, fotografi, slide dan film, audio dan vidio tape. Fasilitas dan
perlengkapan terdiri dari ruang kelas, dan perlengkapan audio visual. Prosedur
meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktek, belajar, ujian
dan sebagainya.4
Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi saja dianggap
gagal dalam menghasilkan peserta didik yang aktif kreatif dan inovatif.
Peserta didik berhasil “mengingat” jangka pendek, tetapi gagal dalam
membekali peserta didik memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka
panjang. Oleh karena itu perlu ada perubahan pendekatan yang lebih
bermakna sehingga dapat membekali peserta didik dalam menghadapi
permasalahan hidup yang dihadapi sekarang maupun yang akan datang.
Pendekatan pembelajaran yang cocok untuk hal di atas adalah pembelajaran
kontekstual (CTL).
Pendekatan kontekstual (CTL) merupakan konsep belajar yang
beranggapan bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan
secara alamiah, artinya belajar akan lebih bermakna jika anak “belajar” dan
“mengalami” sendiri apa yang dipelajarinya, bukan sekedar “mengetahuinya”.
Pembelajaran tidak hanya sekedar kegiatan menstransfer pengetahuan dari
4 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), 239.
8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V
3/57
3
guru kepada siswa, tetapi bagaimana siswa mampu memaknai apa yang
dipelajari itu. Oleh karena itu, strategi pembelajaran lebih utama dari sekedar
hasil.5
Dalam pembelajaran ini siswa didorong untuk mengerti apa makna
belajar, apa manfaatnya dan bagaimana mencapainya. Dengan demikian
mereka akan memosisikan dirinya sebagai fihak yang memerlukan bekal
untuk hidupnya nanti dan pengetahuan atau ketrampilan itu akan ditemukan
oleh siswa itu sendiri bukan apa kata guru.6 Karena pentingnya sebuah
pengetahuan terletak pada kegunaannya, pada penguasaan kita terhadap
pengetahuan itu. Dengan kata lain adalah sesuatu yang berurusan dengan
penanganan pengetahuan, pemilihan pengetahuan untuk menetapkan hal-hal
yang relevan dan penerapannya untuk nilai dari pengalaman langsung kita.
Pembelajaran tidak hanya menekankan penguasaan menghafalkan
fakta, angka, nama, tanggal, tempat dan kejadian yang dipelajari secara
terpisah-pisah. Satu nama lain tapi justru hubungan antara bagian-bagian
tersebutlah yaitu konteksnya yang memberikan makna. Semakin banyak
keterkaitan yang ditemukan siswa dalam konteks yang luas, semakin
bermaknalah isinya bagi mereka. Jadi, sebagian besar tugas guru adalah
menyediakan konteks. Semakin mampu para siswa mengaitkan pelajaran-
pelajaran akademik mereka dengan konteks ini, semakin banyak makna yang
5 Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
dalam Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), 265-271
6 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2005) , 222
8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V
4/57
4
akan mereka peroleh dan akan menuntun pada penguasaan pengetahuan dan
ketrampilan.7
Dari sini jika dikaitkan dengan proses pengajaran Ibnu Khaldun adalah
pengajaran suatu ragam keilmuan hanya akan berguna bila dilakukan secara
gradual sedikit demi sedikit. Pertama-tama disampaikan permasalahan pokok
tiap bab, lalu dijelaskan secara global dengan mempertimbangkan tingkat
kecerdasan dan kesiapan anak didik hingga selesai. Dengan ini bisa diperoleh
mastery learning (belajar dengan penguasaan penuh) akan materi keilmuan
yang diajarkan,8 tidak terpecah belah dalam benak anak dan perlunya
kebulatan yang utuh akan ilmu pengetahuan yang diterima pelajar 9 lebih jauh
metode pembelajaran demikian mempersiapkan anak didik untuk memahami
secara penuh pembelajaran dan seluk-beluk permasalahannya sehingga
permasalahan pelik yang ada bisa terpecahkan. Model pembelajaran semacam
inilah yang akan benar-benar berguna (efektif), meski memang (mungkin) ada
pengulangan-pengulangan dalam materi pelajaran.
Seperti pada masa sekarang kita saksikan banyak para pendidik tidak
mengetahui metode-metode pembelajaran yang efektif. Mereka begitu saja
menyampaikan materi yang pelik kepada anak-anak didik mereka dan
mengulang-ulangnya tanpa disertai mengajarkan kerangka pikir
pemahamannya dan tanpa mempertimbangkan tingkat kesiapan anak didik.
Padahal terbentuknya kesiapan dan kemampuan memahami pada diri anak
7 Elain B. Johnshon, Contextual Teaching and Learning (Bandung: MLC, 2007), 31-33.
8 Muhammad Jawwad Ridlo, Tiga Aliran Utama Teori Pendidikan Islam (Yogyakarta:
PT. Tiara Wacana Yogya. 2002), 191.9 Busyairi Madjidi, Konsep Kependidikan (Para Filosof Muslim) (Yogyakarta: Al-Amin
Press, 1997),132.
8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V
5/57
5
didik membutuhkan proses dan berlangsung gradual yang pada awal mula
membutuhkan penyederhanaan, contoh dan ilustrasi konkrit. Demikian
kesiapan anak didik terus berkembang seiring dengan kompleksitas materi
yang diajarkan hingga pada penguasaan penuh. Maka sekiranya para pendidik
(dalam mengajar) mencukupkan dengan masalah-masalah pokok saja, tentu
persoalannya menjadi lebih dan pembelajaran lebih sederhana dan efektif.
Dengan ini maka akan tercapailah pengembangan kemahiran dalam
memahami dan mendalami suatu disiplin tertentu. Dengan enam prinsip utama
yang perlu diperhatikan pendidik yaitu : (1) prinsip pembiasaan, (2) prinsip
tadrij (berangsur-angsur), (3) prinsip pengenalan umum (4) prinsip kontinuitas
(5) memperhatikan bakat dan kemampuan peserta didik, (6) menghindari
kekerasan dalam mengajar.10
Berangkat dari asumsi ini penulis tertarik untuk
meneliti dan membahas dalam skripsi ini dengan judul: “KEGIATAN
PEMBELAJARAN CTL DALAM PERPSPEKTIF IBNU KHALDUN”.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah konsep pembelajaran CTL dalam perspektif Ibnu Khaldun?
2.
Bagaimanakah materi pembelajaran CTL dalam perspektif Ibnu Khaldun?
3. Bagaimanakah tujuan pembelajaran CTL dalam perspektif Ibnu Khaldun?
4.
Bagaimanakah langkah-langkah pembelajaran CTL dalam perspektif Ibnu
Khaldun?
10 Syamsul Nijar , Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pers, 2002) 93-95.
8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V
6/57
6
C.
Tujuan Penelitian
1.
Untuk mendeskripsikan konsep pembelajaran menurut Ibnu Khaldun.
2.
Untuk mendeskripsikan materi pembelajaran CTL dalam perspektif Ibnu
Khaldun.
3.
Untuk mendeskripsikan tujuan pembelajaran CTL dalam perspektif Ibnu
Khaldun.
4.
Untuk mendeskripsikan langkah-langkah pembelajaran CTL dalam
perspektif Ibnu Khaldun.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari kajian ini adalah:
1.
Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah
wawasan dan pengetahuan ilmiah dalam bidang pendidikan khususnya
memasukkan pendekatan pembelajaran CTL dalam kegiatan belajar
mengajar, sehingga dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran sesuai
dengan perkembangan pendidikan.
2.
Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan
masukan bagi:
a.
Guru
Dapat diterapkan oleh pendidik dalam proses kegiatan belajar
mengajar dan diharapkan pendidik dapat memahami serta
8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V
7/57
7
mengoptimalkan bagaimana menjadi seorang pendidik yang nantinya
diharapkan mampu mencetak manusia yang sempurna.
b.
Lembaga Pendidikan
Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran secara maksimal
sehingga mutu pendidikan terus terangkat.
E. Telaah Pustaka
1. Dalam strategi yang ditulis oleh Agung Eko Nurcahyo (Desember 2005,
STAIN Ponorogo) juga meneliti tentang CTL yang berjudul “Pendekatan
CTL dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam” meneliti tentang :
-
Implementasi CTL dalam pembelajaran PAI pada prakteknya di
lapangan dipilih sebagai strategi, metode dan pendekatan yang utama.
-
Kendala yang dihadapi guru agama dalam implementasi CTL pada
pembelajaran PAI relatif pada tatanan teknis pelaksanaanya,
diantaranya adanya keterbatasan waktu jam pelajaran, keaktifan dari
siswa, juga pada masalah keberadaan fasilitas dan sarana praktek
ibadah.
-
Untuk mengatasi kendala pada implementasi CTL dalam pembelajaran
PAI, upaya yang diambil guru antara lain dengan pemilihan materi-
materi yang substansial untuk disampaikan terlebih dahulu, dan
pendekatan kepada siswa untuk mengetahui sejauh mana kemampuan
daya tangkap siswa kepada materi yang disampaikan dan kerjasama
dengan pihak sekolah untuk mengatasi kendala yang sifatnya teknis
seperti keberadaan fasilitas.
8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V
8/57
8
2.
Skripsi oleh Moh. Fatah Yasin dengan judul “Strategi Guru PAI dalam
Meningkatkan Bacaan Al-Qur’an Melalui Pendekatan Pembelajaran
Kontekstual (Desember, 2006 STAIN Ponorogo). Di dalamnya membahas
tentang :
-
Pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an melalui pendekatan kontekstual
siswa kelas II Madrasah Aliyah Al-Azhar Sampung Ponorogo secara
garis besar sudah diterapkan sebagai salah satu strategi. Adapun dalam
penerapannya dalam proses pembelajaran mengacu pada 7 komponen
utama yaitu: penerapan belajar konstruktivis dengan konsep siswa
belajar, bekerja dan menemukan sendiri kegiatan inquiry untuk semua
topik, membangun keinginan sifat tahu pada siswa dengan bertanya,
membangun masyarakat belajar, pemodelan dalam pembelajaran,
kegiatan refleksi dan diakhir pertemuan dan penilaian sebenarnya.
-
Strategi guru pendidikan Islam dalam meningkatkan bacaan Al-Qur’an
melalui pendekatan pembelajaran kontekstual siswa kelas II Madrasah
Aliyah Al-Azhar Sampung Ponorogo mengacu pada prinsip-prinsip
penerapan contextual teaching and learning yaitu dengan
merencanakan pembelajaran sesuai dengan kemajuan perkembangan
mental siswa, membentuk kelompok belajar yang saling tergantung
menggunakan teknik-teknik bertanya, menerapkan penilaian autentik
dengan strategi yang dimiliki guru tersebut yang kemudian
dikembangkan secara tepat dan profesional.
8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V
9/57
9
3.
Dalam skripsi yang ditulis oleh Suryoningrat (Maret 2006, STAIN
Ponorogo) yang berjudul metode pendidikan Islam perspektif Ibnu
Khaldun meneliti tentang:
-
Metode pendidikan Islam menurut Ibnu Khaldun adalah metode
diskusi, metode berangsur-angsur, metode khusus, metode kunjungan
studi, metode malakah (pembiasaan) Ibnu Khaldun berdasarkan
konsep metode pendidikannya pada pengalaman hidupnya, seperti
halnya metode malakah dan metode kunjungan studi.
-
Metode pendidikan Islam perspektif Ibnu Khaldun bila ditinjau dari
sosiologi pendidikan masih relevan pada masa sekarang ini. Sedang
dalam skripsi ini akan meneliti tentang “Kegiatan Pembelajaran CTL
dalam Perspektif Ibnu Khaldun”.
F. Metode Penelitian
1.
Jenis Penelitian
Menunjuk pada judul, rumusan masalah yang dikemukakan di atas
maka, penulisan karya ilmiah termasuk dalam kategori kajian kepustakaan
( Library Research) yaitu bentuk tampilan argumentasi penalaran keilmuan
yang menjelaskan hasil studi kepustakaan dan olah pikir peneliti tentang
suatu persoalan.
2.
Pengumpulan Data
Adapun sumber data yang dapat dijadikan rujukan dalam penulisan
skripsi ini yang ada relevansinya dengan pembahasan skripsi ini yaitu:
8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V
10/57
10
a.
Sumber Data Primer
Adapun sumber data primer yang digunakan dalam penelitian
ini adalah buku karya Ibnu Khaldun dan buku-buku yang membahas
tentang CTL seperti :
1)
Elaine D Johnshon. Contextual Teaching and Learning . Bandung:
(MLC) 2007.
2)
Nurhadi DKK. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya
dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang, 2003.
3)
Marasudin Siregar. Konsep Pendidikan Ibnu Khaldun Suatu
Analisa Fenomenologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999.
4)
Ibnu Khaldun. Muqodimah. Terjemah. Ahmadie Thoha. Jakarta:
Pustaka Firdaus, 2001.
b.
Sumber Data Sekunder
1)
Kunandar. Guru Profesional . Jakarta: Raya Grafindo Persada,
2007.
2)
Wina, Singajaya. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum
Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana, 2006.
3)
Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar . Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2005.
4)
Madjidi Busyairi. Konsep Kependidikan Para Filosof Muslim.
Yogyakarta: Al-Amin Press,1997.
5) Hari Jauhari, Muchtar. Fiqih Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2005.
8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V
11/57
11
6)
Hasan, Langulung. Asas-Asas Pendidikan Islam. Jakarta: PT.
Pustaka Al-Husna Baru, 2003.
7)
Ridla, Muhammad Jawwad. Tiga Aliran Utama Teori Pendidikan
Islam. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 2002.
8)
Burhanuddin, Salam. Pengantar Pedagogik . Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1997.
9)
Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2006.
10)
Samsul, Nizar. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press,
2002.
11)
Neong Muhadjir, et.al. Metodologi Penelitian Kualitatif . Jakarta:
Remaja Rosdakarya, 1998.
12)
Sutrisno Hadi. Metodologi Research I . Yogyakarta: Yayasan
Penerbitan Fakultas Psikologi UGM, 1987.
13)
Ali Al Jumbulati dan Abdul Futuh At-Tuwaanisi. Perbandingan
Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
14)
Husayn Ahmad Amin. Seratus Tokoh dalam Sejarah Islam.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1997.
15)
Abdillah F Hasan. Tokoh-tokoh Mashur Dunia Islam. Surabaya:
Jawara Surabaya, 2004.
16)
Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana, 2008.
17) Nurhadi. Kurikulum 2004. Jakarta: PT. Grasindo, 2004.
8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V
12/57
12
18)
Nurhadi, et.al. Pembelajaran Contekstual Teaching and Learning
(CTL) dan Penerapannya dalam KBK . Malang: Universitas Negeri
Malang, 2003.
3. Metode Analisis Data
Setelah data-data diolah, maka selanjutnya data tersebut dianalisis
dengan menggunakan beberapa metode yaitu :
a. Metode Contens Analysis
Yaitu analisis ilmiah tentang pesan suatu komunikasi.11 Metode
ini digunakan untuk menganalisis isi dan berusaha memaparkan
pembelajaran CTL dalam perspektif Ibnu Khaldun.
b.
Metode Induktif
Adalah metode yang berangkat dari fakta-fakta yang khusus,
peristiwa-peristiwa yang konkrit, kemudian dari fakta atau peristiwa
yang khusus dan konkrit dicari generalisasi yang punya kesamaan12
G. Sistematika Pembahasan
BAB I: Pendahuluan. Bab ini merupakan pola dasar pemikiran penulis
dalam penyusunan skripsi yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode
penelitian dan sistematika pembahasan.
11 Noeng Muhadjir dkk, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Remaja Rosdakarya,
1998), 49.12
Sutrisno Hadi, Metodologi Research I , (Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas
Psikologi UGM, 1987) 42-46.
8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V
13/57
13
BAB II: Konsep pembelajaran Ibnu Khaldun yang meliputi tentang:
Pengertian pembelajaran Ibnu Khaldun, materi-materi pembelajaran Ibnu
Khaldun, tujuan pembelajaran Ibnu Khaldun, langkah-langkah pembelajaran
Ibnu Khaldun.
BAB III: Proses kegiatan pembelajaran CTL yang meliputi tentang:
pengertian pembelajaran CTL, materi-materi pembelajaran CTL, tujuan
pembelajaran CTL dan langkah-langkah pembelajaran CTL.
BAB IV: Analisis tentang kegiatan pembelajaran CTL dalam
perspektif Ibnu Khaldun, yang berfungsi sebagai analisis dan penjelasan
tentang: analisis konsep pembelajaran CTL dalam perspektif Ibnu Khaldun,
analisis materi pembelajaran CTL dalam perspektif Ibnu Khaldun, analisis
tujuan pembelajaran CTL dalam perspektif Ibnu Khaldun, analisis langkah-
langkah pembelajaran CTL dalam perspektif Ibnu Khaldun.
BAB V: Penutup, bab ini merupakan bab terakhir penulisan skripsi
yang terdiri dari dua sub bab, yaitu kesimpulan dan saran-saran.
8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V
14/57
14
BAB II
KONSEP PEMBELAJARAN IBNU KHALDUN
H.
Pengertian Pembelajaran Menurut Ibnu Khaldun
Rumusan pendidikan yang dikemukakan oleh Ibnu Khaldun
didasarkan kepada filsafat sejarah dan sosiologi dan pengalaman yang
menghubungkan antara konsep dan realita.13
Mengenai pendidikan Ibnu
Khaldun berpijak pada sebuah asumsi dasar bahwa manusia pada dasarnya
“tidak tahu” ( jahil ), ia menjadi “tahu” (aldm) dengan belajar. Artinya, bahwa
manusia adalah jenis hewan seperti yang lainnya, hanya saja Allah telah
memberinya keistimewaan berupa akal pikiran. Sehingga memungkinkannya
bertindak secara terarah dan terencana. Dengan kelebihan yang dimiliki oleh
manusia atas makhluk-makhluk lainnya menjadikannya mampu
mengkonseptualisasikan realitas empiris dan non empiris yaitu berupa akal
kritis.14
Menurut Ibnu Khaldun pendidikan sebagai suatu gejala konklusi yang
lahir dari terbentuknya masyarakat dan perkembangan di dalam tahapan
kebudayaan dan mendorong manusia untuk memiliki pengetahuan yang
penting baginya di dalam kehidupan yang sederhana pada periode-periode
pertama pembentukan masyarakat. Lalu lahiriah pendidikan sebagai akibat
adanya kesenangan manusia untuk memahami dan mendalami pengetahuan,
13 Marasudin Siregar, Konsep Pendidikan Ibnu Khaldun (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1999), 36.14
Muhammad Jawad Ridha, Tiga Aliran Utama Teori Pendidikan Islam (Yogyakarta:
Tiara Wacana, 2002), 184.
8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V
15/57
15
bahwa pendidikan berusaha untuk melahirkan masyarakat yang
berkebudayaan serta berusaha untuk melahirkan eksistensi masyarakat yang
akan datang.
Jadi menurut Ibnu Khaldun pendidikan adalah sebagai suatu proses
untuk mewujudkan budi pekerti yang baik bagi suatu masyarakat yang
berkebudayaan dan berusaha untuk mempertahankan, melestarikan eksistensi
masyarakat yang akan datang dan masa depan untuk menghasilkan suatu
output yang mengarah kepada pengembangan sumber daya manusia yang
berkualitas tinggi dan berdisiplin tinggi. Karena pendidikan itu sesuai dengan
pembentukan nilai-nilai, sedangkan pembelajaran tertuju pada pembentukan
akal atau intelektual.
Oleh karena itu pendidikan dan pengajaran berusaha untuk
memadukan antara ilmu dan amal. Artinya setiap ilmu pengetahuan yang telah
diketahui dapat diwujudkan dalam perbuatan yang baik atau moralitas yang
baik.15
Dari pengertian pendidikan di atas, maka pembelajaran Ibnu Khaldun
sebagai aktifitas profesional menyatakan bahwa prestasi dan keberhasilan
yang dicapai siswa dalam pembelajaran bukan karena bakat, bawaan yang
dimilikinya tapi cenderung kepada kemampuan hasil belajarnya.
Sesungguhnya kemampuan dalam suatu ilmu dan pemahaman mendalam
terhadapnya hanya dapat dicapai dengan penguasaan penuh atau
profesionalitas (malakat ) prinsip-prinsip dasar, rumus-rumus dan seluk beluk
15 Ibid ., 3-162.
8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V
16/57
16
problematika ilmu terkait. Sebelum hal ini dikuasai maka kemampuan dan
pemahaman mendalampun tidak terjadi. Malakat di sini bukankah sekedar
pemahaman “elementer” terhadap suatu persoalan keilmuan, akan tetapi yang
dimaksudkan adalah semacam insight yang dimiliki oleh seorang pakar.
Malakat adalah suatu penguasaan utuh yang sudah sedemikian
menyatu dalam kompetensi seorang pakar atau ahli. Semua malakat
membutuhkan proses belajar, sehingga wajar kalau kemudian banyak guru
yang pakar akan ilmu dituju banyak orang untuk keperluan dalam belajar.
Karena aktivitas malakat (profesional) tidaklah kalah dengan aktivitas
intelektual (pemikiran) murni, seperti halnya filsafat, logika dan ilmu
kebahasaan. Hal ini jelas akan mengubah cara pandang masyarakat terhadap
ilmu (akademik) dan profesi selain sebagai parameter status sosial. Juga
sebagai diantara sumber-sumber pengembangan intelektual manusia, karena
dengannya manusia akan memperoleh kecakapan teoritis, pengalaman
eksperimental yang mendalam sangat berguna bagi pengembangan intelektual
dan peradaban yang sempurna sebagai reperesentasi ragam profesi yang
sangat berguna juga baginya.16
Karena kesanggupan berfikir manusia itu memiliki beberapa tingkatan
yaitu tingkatan yang pertama ialah pemahaman intelektual manusia terhadap
segala sesuatu yang terdapat di luar alam semesta dalam tatanan alam yang
berubah-ubah dengan maksud supaya ia dapat mengadakan seleksi dengan
kemampuannya sendiri. Tingkatan kedua ialah pikiran yang memperlengkapi
16 Ibid ., 186-156.
8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V
17/57
17
manusia dengan ide-ide dan perilaku yang dibutuhkan dalam pergaulan
dengan orang-orang bawahannya dan mengatur mereka. Pemikiran ini berupa
apersepsi-apersepsi yang dicapai satu per satu melalui pengalaman, hingga
benar-benar dirasakan manfaatnya. Inilah yang disebut akal eksperimental
atau al Aql At Tajribi. Tingkatan yang ketiga adalah pikiran yang melengkapi
manusia dengan pengetahuan (ilm) mengenai sesuatu yang berbeda di
belakang persepsi indra tanpa tindakan praktis yang menyertainya17
Untuk menciptakan kegiatan pembelajaran yang dapat menarik siswa,
pendidik tidak cukup hanya menyampaikan materi saja, tapi harus bisa
mengaitkan antara pengalaman yang dimiliki siswa dengan realita atau dunia
nyatanya. Sehingga dapat mengembangkan sumber daya manusia yang
berkualitas sejalan dengan perkembangan zaman sekarang.
Materi-materi Pembelajaran Menurut Ibnu Khaldun
Dalam proses belajar mengajar peranan materi pendidikan sangatlah
penting, karena menentukan berhasil atau tidaknya hasil pembelajaran yang
telah direncanakan. Dengan itu pendidik dituntut agar cermat dalam memilih
dan menetapkan materi apa yang tepat untuk disampaikan kepada peserta
didik.
Menurut Ibnu Khaldun untuk menyampaikan pengetahuan kepada
murid guru harus mengetahui sejauhmana kematangan persiapan guru dalam
mempelajari hidup kejiwaan anak didiknya. Sehingga diketahui sejauhmana
17 Chabib Thoha, et.al., Reformulasi Filsafat Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1996), 119.
8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V
18/57
18
kematangan kesiapan mereka dalam bakat-bakat ilmiahnya. Bila pendidik
melaksanakan materi di luar kemampuan anak didik, maka akan menyebabkan
kelesuan mental bagi anak dan bahkan kebencian terhadap ilmu yang
diajarkan. Sehingga akan menghambat proses pencapaian tujuan pendidikan.
Untuk menghindari hal itu pendidik harus mampu memilih materi yang sesuai
dengan perkembangan jiwa anak pada saat itu.18
Ibnu Khaldun mengemukakan materi-materi pendidikan yang
disampaikan kepada peserta didik antara lain:
Ilmu-ilmu tafsir dan qiraat qur’an
Ilmu ini membahas tentang:
a.
Cara-cara mengucapkan lafadz-lafadz Al-Qur'an dan huruf-hurufnya
(ada tujuh) cara khusus bacaan Al-Qur'an yang telah ditetapkan, dan
penukilannya dilakukan terus menerus dengan praktek.
b.
Adanya ilmu-i-rasmi, yaitu ilmu yang membicarakan letak-letak huruf-
huruf Qur’an di dalam mushaf dan tentang gambar-gambar
kaligrafinya.
c.
Cara memahami dan mengetahui makna Qur’an baik dalam arti
sinonim, mufrodat yang berupa kata-katanya maupun susunannya.19
Ilmu-ilmu hadits
Macam-macam ilmu hadits diantaranya:
Nasikh dan mansukh hadits.
Penyelidikan terhadap sanad-sanad hadits.
18 Ali Al Jumbulati dan Abdul Putuh At-Tawaandi, Perbandingan Pendidikan (Jakarta:
Rineka Cipta, 2002), 196.19
Ibnu Khaldun, Muqadimah Terj. Ahmad Thoha (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000), 547.
8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V
19/57
19
Isnad-isnad hadits.
Lafadz-lafadz yang terdapat dalam matan-matan hadits.
Tingkatan-tingkatan hadits.
Keadaan dan tingkatan-tingkatan cara hidup para penukil hadits.
Para penghafal (huffadl ) hadits.
Takhrijul hadits.20
Ilmu fiqih ( jurisprudensi)
Ilmu fiqih adalah pengetahuan tentang klasifikasi hukum-hukum
Allah Ta’ala yang berkenan dengan tindakan-tindakan kaum muslim
mukallaf, seperti: hukum wajib, haram, sunnah, makruh dan mubah.21
Ilmu faraid
Ilmu faraid ialah pengetahuan tentang pembagian harta warisan dan
ketentraman bagian yang menjadi hak dari suatu harta warisan dengan
memperhatikan hubungan antara bagian individu dan pembagian dasar.22
Ilmu ushul fiqh
Ilmu ushul fiqih, di dalamnya meliputi dalil-dalil syar’iyyah,
darimana hukum agama dan kewajiban-kwajiban resmi (taklif ) diambil dari
Al-Qur'an lalu sunnah sebagai penjelas Qur’an.23
Ilmu kalam
Ilmu kalam adalah ilmu yang mempergunakan bukti-bukti logis
dalam mempertahakan akidah keimanan dan menolak pembaharuan yang
20 Ibid ., 553-564.
21 Ibid ., 564-577.22
Ibid ., 577-579.23
Ibid ., 579-589.
8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V
20/57
20
menyimpang dalam dogma yang dianut kaum muslimin pertama dan
ortodoksi muslim, ahlus-sunnah.24
Ilmu tasawuf
Ilmu tasawuf ( sufisme) adalah termasuk ilmu syari’at agama yang
datang kemudian yang didasarkan kepada suatu anggapan bahwa praktek-
praktek yang dimuat masih tetap sama seperti yang dilakukan orang
muslim pertama sebagai jalan menuju kebenaran dan hidayah.25
Ilmu ta’bir mimpi
Ilmu ini termasuk bagian dari ilmu-ilmu syari’at dan merupakan
pendatang baru dalam Islam ketika ilmu-ilmu pengetahuan menjadi
keahlian ilmu dan sarjana-sarjana menulis buku-buku tentang itu.26
Ilmu yang menggunakan alat berfikir
Ilmu-ilmu ini disebut dengan ilmu-ilmu filsafat dan hikmah yang
meliputi di dalamnya empat macam ilmu:
Ilmu logika (mantiq) sebuah ilmu untuk menghindarkan kesalahan
pemikiran dalam proses penyusunan fakta-fakta yang ingin diketahui
yang berasal dari berbagai fakta yang telah diketahui.
Ilmu “fisika”, ilmu alam, adalah ilmu yang kedua dari ilmu-ilmu intelek
(daya pikir).
Ilmu “metafisika” yang dapat mempelajari masalah-masalah metafisika,
spiritual.
24 Ibid ., 589-623.25
Ibid ., 623-643.26
Ibid ., 643-649.
8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V
21/57
21
Ilmu matematika, membahas tentang (geometri, aritmatika, musika,
astronomi).27
Ilmu –ilmu yang berhubungan dengan angka-angka
Ilmu ini berupa aritmatika di dalamnya berupa pengetahuan tentang
angka-angka yang dikombinasi dalam deret hitung dan deret ukur. Ilmu ini
adalah cabangnya pertama dari ilmu-ilmu matematis dan yang paling pasti
ia masuk ke dalam pembuktian melalui hitungan angka-angka dengan cara
‘menggabung’ dan ‘memisah’.28
Ilmu astronomi
Ilmu yang mempelajari tentang gerakan bintang-bintang dan planet-
planet dengan cara astronomi menarik kesimpulan berdasarkan metode
geometris tentang adanya bentuk-bentuk tertentu dan bermacam posisi
lingkaran yang mengharuskan terjadinya gerakan yang dapat dilihat dengan
indra.29
Ilmu logika
Ilmu ini berbicara tentang kaidah-kaidah yang memungkinkan
seseorang mampu membedakan antara yang benar dan yang salah dengan
alasan yang bermanfaat bagi persepsi.30
Ilmu fisika
Ilmu fisika adalah ilmu yang membahas tentang tubuh-tubuh dari
titik pandang gerakan dan diam seperti manusia, binatang dan tumbuh-
27
Ibid ., 649-656.28 Ibid ., 656-665.29
Ibid ., 665-668.30
Ibid ., 668-674.
8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V
22/57
22
tumbuhan yang ada padanya. Fisika mempelajari tentang tubuh-tubuh
samawi dan (substansi-substansi) elementair, sebagaimana juga pada
manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan dan barang-barang tambang yang
diciptakan daripadanya.31
Ilmu kedokteran
Ilmu kedokteran adalah ilmu yang mempelajari tentang tubuh
manusia untuk mengetahui dan menyembuhkan penyakit yang telah
diketahui dengan jelas dan sebab-sebab yang menimbulkannya. Dan juga
berusaha mengetahui dengan pasti obat-obat yang ada untuk setiap
penyakit, dan disimpulkan efektivitas obat-obatan dalam komposisi-
komposisi serta kekuatan-kekuatannya.32
Ilmu pertanian
Ilmu pertanian adalah ilmu yang mempelajari pengolahan dan
pertumbuhan tanaman dengan adanya irigasi, pemeliharaannya yang tepat,
pengolahan tanah, dan lain sebagainya.33
Ilmu metafisika
Ilmu metafisika (ilm-i-ilahiyah) adalah ilmu yang mempelajari
wujud sebagai adanya. Ia mengajarkan soal hukum yang menyangkut hal-
hal bersifat jasmani dan spiritual. Seperti kesatuan, pluralitas, keharusan,
kemungkinan, dan seterusnya.
34
31 Ibid ., 674-675.
32 Ibid ., 675-67733
Ibid ., 677-678.34
Ibid ., 678-681.
8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V
23/57
23
Ilmu sihir dan azimat
Sebagai ilmu-ilmu yang menunjukkan bagaimana jiwa-jiwa
manusia mampu disiapkan untuk melakukan suatu pengaruh terhadap dunia
elemen, baik tanpa bantuan atau dengan bantuan benda angkasa.35
Ilmu rahasia-rahasia surat
Ilmu ini membahas tentang rahasia-rahasia huruf, yang biasanya
disebut sihirnya: “surat magik” yang diambil dari azimat-azimat. Untuk
ilmu ini dipergunakan dalam pengertian konvensional. Istilah orang-orang
sufi yang mempraktekkan magik. Semua aktivitas magik dalam dunia alam
muncul dari jiwa manusia dan pikiran manusia, sebab secara esensial jiwa
manusia meliputi dan menguasai alam36
Ilmu kimia
Ilmu kimia adalah ilmu yang menerangkan istilah tehnis dan bentuk
operasi (pelaksanaan) tehnis dengan substansi-substansi dipengaruhi untuk
diubah menjadi bentuk emas dan perak.37
Materi dalam pembelajaran merupakan syarat mutlak yang harus ada
untuk menentukan berhasil tidaknya pembelajaran yang diinginkan. Dengan
terlebih dahulu seorang pendidik sebelum memberikan pengetahuan kepada
siswa ia harus tau bagaimana perkembangan kejiwaan anak didiknya.
Sehingga nantinya pendidik mampu memberikan pengetahuan yang mudah
diterima oleh siswa.
35 Ibid ., 681-694.36
Ibid ., 695-69637
Ibid ., 696-697.
8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V
24/57
24
Tujuan Pembelajaran Menurut Ibnu Khaldun
Untuk menciptakan manusia yang memiliki kemampuan berfikir,
setiap negara memiliki sistem pendidikan sebagai sarana pengembangan bakat
yang dimiliki anak didik. Karena pendidikan merupakan tumpuan harapan
masyarakat, yang dikelola oleh pendidikan. Untuk mempertahankan
eksistensinya serta responsif terhadap perubahan dan kecenderungan yang
sedang berlangsung atau untuk mengembangkan potensi manusia agar mampu
mempertahankan hidupnya sebagai masyarakat yang berbudaya dalam
masyarakat modern. Artinya masyarakat dapat mengikuti perkembangan
zaman dengan pesatnya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Hal ini berorientasi kepada tugas dan tanggung jawab manusia sebagai
kholifah Allah di muka bumi yaitu manusia harus dapat melaksanakan tugas
dan kewajibannya sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadanya. Tugas
dan tanggung jawab manusia selain sebagai hamba yang mengabdi kepada
Allah SWT, juga untuk mengolah sumber daya alam untuk kemakmuran
semua umat manusia. Dengan ini manusia diharapkan dapat lebih baik
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya baik kepada Allah SWT maupun
terhadap sesama manusia.
Menurut Ibnu Khaldun tujuan pembelajaran dapat dikelompokkan
pada tiga tingkatan yaitu:38
38 Marasudin Siregar, Konsep Pendidikan Ibnu Khaldun, 73-74.
8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V
25/57
25
Pengembangan kemahiran (al-malakah atau skill ) dalam bidang ilmu tertentu.
Orang awam bisa memiliki pemahaman yang sama tentang suatu
persoalan dengan seorang ilmuwan. Akan tetapi potensi al-malakah tidak
bisa dimiliki oleh setiap orang, kecuali setelah ia benar-benar memahami
dan mendalami satu disiplin tertentu.
Penguasaan ketrampilan profesional sesuai dengan tuntutan zaman. Dalam hal
ini pendidikan hendaknya ditujukan untuk memperoleh ketrampilan yang
tinggi pada profesi tertentu ini dapat diartikan sebagai upaya
mempertahankan dan memajukan peradaban secara keseluruhan.
Pembinaan pemikiran yang baik. Karena kemampuan berfikir merupakan
garis pembeda antara manusia dengan binatang. Maka pendidikan
hendakya diformat dan dilaksanakan dengan terlebih dahulu
memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan potensi-potensi
psikologis anak didik. Untuk mencapai tujuan tersebut maka keberadaan
pendidikan merupakan bagian integral dari konstruksi sebuah peradaban.
Proses ini merupakan upaya mulia dengan adanya penyebaran ilmu
pengetahuan. Upaya tersebut merupakan salah satu tugas manusia sebagai
khalifah fi al-ardh.39
Dari ketiga tujuan di atas menurut Ibnu Khaldun tujuan tersebut dapat
dirumuskan sebagai berikut:
39 Syamsul Nijar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis
(Jakarta: Ciputat Pers, 2002), 93-94.
8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V
26/57
26
-
“Memberikan kesempatan kepada pikiran untuk aktif dan bekerja, karena
aktifitas ini sangat penting bagi terbuka pikiran dan kematangan individu,
kemudian kematangan ini akan mendapatkan faedah bagi masyarakat”.
-
“Memperoleh berbagai ilmu pengetahuan sebagai alat untuk
membantunya, hidup dengan baik di dalam masyarakat maju dan
berbudaya”.
-
“Memperoleh lapangan pekerjaan yang digunakan untuk memperoleh
rezeki”.40
Tujuan pembelajaran akan berhasil jika semua materi yang diberikan
kepada siswa dapat diterima dengan mudah dan mampu diterapkan dalam
dunia nyata sebagai manusia yang hidup dalam masyarakat, yakni akan
menjadi seorang yang ilmuwan, profesional dan menjadi pemikir yang baik
(bisa membedakan antara kebaikan dan keburukan).
Langkah-langkah Pembelajaran Menurut Ibnu Khaldun
Seperti yang telah kita ketahui bahwa mengajarkan pengetahuan
kepada pelajar hanya akan efektif bila dilakukan dengan berbagai cara atau
langkah-langkah yang dapat diterima siswa dengan baik.
Maka menurut Ibnu Khaldun langkah-langkah tersebut adalah sebagai
berikut:
Dalam proses pengajaran pengetahuan agar disampaikan secara global pada
tingkat permulaan pembelajaran kemudian baru secara terperinci.
Pengetahuan yang pertama kali diberikan kepada murid-murid meliputi
40 Marasudin Siregar, Konsep Pendidikan Ibnu Khaldun, 41.
8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V
27/57
27
pokok-pokok masalah (bahasan) dari tiap-tiap bab dari ilmu yang akan
diajarkan. Dengan dijelaskannya secara global pokok bahasan dari bab
demi bab sampai kepada akhir ilmu itu. Kemudian langkah kedua,
hendaknya guru mengulang kembali pelajaran yang telah diberikan dari
awal hingga penjelasan lebih terperinci, dan tidak lagi bersifat umum.
Seperti masalah-masalah khilafiah supaya dikemukakan dan duduk
perselisihannya supaya dijelaskan dengan gamblang sampai terselesaikan
rencana pelajaran ilmu itu. Dengan demikian daya tangkap anak terhadap
pelajaran menjadi melekat dan mampu membahas segi-sgi ilmu yang
dapat menjadi pertentangan dan berbagai pandangan yang berbeda hingga
keahliannya lebih sempurna. Kemudian langkah pengulangan ketiga ialah
agar guru mengulangi lagi pelajaran yang sudah diberikan dari awal
(semacam review) hingga tidak ada lagi kesulitan dan keraguan pada
pelajaran dan semuanya harus sudah diuraikan. Murid benar-benar sudah
memahami dan benar-benar menguasai bidang ilmu yang diajarkan.
Dengan itu aktivitas dari pelajar untuk menanyakan atau membahas hal-
hal yang sulit kepada guru dapat terungkap.41
Menurut Ibnu Khaldun
penyajian yang berhasil dengan baik ialah melalui tiga langkah
pengulangan. Dalam beberapa hal ulangan yang berkali-kali itu memang
dibutuhkan, tapi tergantung pada keterampilan dan kecerdasan si murid.
41 Busyairi Masjidi, Konsep Pendidikan Para Filosof Muslim (Yogyakarta: Al-Amin
Press, 1997), 130.
8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V
28/57
28
Karena tidak jarang seorang guru memberikan pelajaran yang sukar untuk
dipelajari siswa.42
Pemakaian alat-alat peraga dalam pengajaran pada masa permulaan.
Pemakaian alat-alat ini akan sangat berguna bagi anak didik pada masa
permulaan pembelajaran karena pada saat itu daya pemahaman dan
tanggapannya masih lemah. Dengan pemberian contoh-contoh yang
konkrit, membantu mereka dalam memahami pelajaran yang diberikan.
Janganlah guru mengulur-ulur waktu ketika murid sedang belajar vak tertentu,
dengan cara memutuskan proses belajar dengan interupsi (misalnya
dengan pemberian waktu istirahat) untuk menghindari atau terpotongnya
masalah-masalah ilmu (dalam pendidikan modern diperlukan selingan
waktu istirahat dalam pemberian pelajaran, terutama pada dua mata
pelajaran yang berbeda untuk menghilangkah rasa kejenuhan dan untuk
memantapkan mata pelajaran yang baru diberikan ke dalam jiwa murid).
Agar dalam pemberian pengetahuan guru janganlah mengajarkan definisi-
definisi atau kaidah-kaidah umum pada pertama kali pembelajaran. Tapi
berilah contoh-contoh yang memadai, lalu barulah pindah ke definisi-
definisi atau kaidah-kaidah.
Jangan membiarkan murid belajar dua macam ilmu dalam waktu bersamaan.
Cara demikian jarang sekali memberi hasil, karena akan memecah
perhatian dan konsentrasi, sehingga kemungkinan besar gagal kedua-
42
Ibnu Khaldun, Moqodimmah, 752.
8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V
29/57
29
duanya. Lain halnya jika belajar satu vak saja, kemungkinan besar
berhasil.
Ide pembelajaran Ibnu Khaldun ialah kebulatan yang utuh pada
pelajaran atau ilmu yang diberikan, tidak terpecah-pecah dalam benak
anak. Seperi dalam pendidikan mutakhir (termodern) mulai dilontarkan
sebuah konsep integrated curriculum dan correlated curriculum,
maksudnya perlunya kebulatan ilmu pengetahuan yang diterima pelajar.
Pengajaran Al-Qur'an diberikan pada waktu permulaan anak-anak diajarkan
membaca dan menghafalkan, sudah selesai maka pembelajaran berpindah
kepada pelajaran lain.
Agar tidak memperluas pembahasan pada pelajaran ilmu-ilmu alat berbeda
halnya pada pelajaran ilmu-ilmu pokok yang menjadi tujuan
pembelajaran. Adapun pada ilmu-ilmu tujuan pokok perluasan
pembahasan dalam pembelajaran ataupun perincian permasalahan tidak
ada larangan(keberatan). Karena uraian yang luas menambah lekatnya
ilmu dan kejelasan pengertian pada benak para pelajar.
Janganlah guru menugaskan murid-muridnya untuk mempelajari bermacam-
macam aliran atau madzabnya yang berupa nama buku-buku dan ilmu
yang ada di dalamnya. Karena menurut Ibnu Khaldun yang paling
menyusahkan dalam menuntut ilmu pengetahuan dan mencapai tujuannya
ialah banyak tulisan dan istilah-istilah yang bersimpang siur, kemudian
menugaskan pelajar untuk menghafalkan semuanya.
8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V
30/57
30
Agar guru menghindari menyusun materi-materi ringkasan dan jangan
membebani murid-murid mengikuti lafal-lafal dari matan itu, dengan
maksud menyusun matan-matan itu untuk memudahkan para pelajar
menghafalnya. Namun kenyataannya para pelajar terjerumus dalam
kesulitan, yang mengakibatkan para pelajar sulit memahami isi materi
pelajaran kalimat-kalimat matan, ringkasan yang sulit walaupun mereka
hafal.
Bepergian ke negeri lain untuk mencari ilmu menambah pengalaman dan
pengetahuan, menambah wawasan yang mungkin tidak akan bisa
diperoleh dari daerah tempat tinggalnya sendiri.
Cinta kasih kepada anak-anak membina mereka penuh dengan keakraban,
lemah lembut, jangan bersikap keras dan kasar. Karena tindak kekerasan
dalam pendidikan merugikan anak didik dan merusak mental mereka.43
Menurut Ibnu Khaldun: barang siapa dididik dengan kasar dan keras baik
itu murid atau pembantu rumah atau pelayan maka kekerasan itu
melumpuhkannnya, mempersulit perkembangan jiwanya, kekerasan
membuka jalan ke arah kemalasan dan keserongan, penipuan serta
kelicikan, membuat dia jadi pendusta karena takut mendapatkan perlakuan
tirani bila mereka mengucapkan yang sebenarnya.44
Tidak dibenarkan bagi guru mendidik anak dengan kekerasan kepada murid-
muridnya, karena hal itu akan merusak akhlak anak didik dan perilaku
sosial. Guru harus mampu menarik perhatian muridnya, menjaga mereka
43 Busyairi Masjidi, Konsep Pendidikan Para Filosof Muslim, 131-134.
44 Ibnu Khaldun, Muqodimah, 763.
8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V
31/57
31
hingga pikiran mereka terbuka dan berkembang sendiri.45
Guru harus
menjadi suri tauladan bagi murid-muridnya. Guru tidak sepatutnya hanya
memberikan keteladanan melalui ucapan yang bersifat perintah-perintah
saja, tapi juga harus memberi contoh perilaku yang mulia.46
Pembelajaran yang dilakukan pendidik secara berulang-ulang kepada
siswa akan sangat mempermudah siswa untuk lebih memahami apa yang ia
pelajari baik dari segi pemahaman secara ilmiah maupun prakteknya dan
pendidik pun tidak cukup hanya memberikan pengetahuan saja, akan tetapi
bagaimana seorang pendidik menjadi figur yang memberikan keteladanan
dalam menerapkan prinsip tersebut. Sehingga akan digugu dan ditiru oleh
anak didik.
45 Husayn Ahmad Amin, Seratus Tokoh dalam Sejarah Islam (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1997), 243.46
Abdillah F Hasan, Tokoh-tokoh Mashur Dunia Islam (Surabaya: Jawara Surabaya,
2004), 236.
8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V
32/57
32
BAB III
KONSEP PEMBELAJARAN CTL
(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING )
I. Pengertian Pembelajaran CTL
Majunya perkembangan zaman modern seperti sekarang ini,
pembelajaran Contextual Teaching and Learning merupakan salah satu
pendekatan pembelajaran yang banyak dibicarakan orang, dengan
menganggap bahwa CTL adalah “mukanya” Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK), yakni merupakan salah satu pendekatan yang dapat diandalkan dalam
mengembangkan dan mengimplementasikan KBK.47
CTL merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih memperhatikan
karakteristik siswa atau daerah tempat pembelajaran. Aplikasi pendekatan
CTL bermula dari penelitian John Dewey pada tahun 1916 yang
menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan baik bila apa yang dipelajari
terkait dengan apa yang telah diketahui dengan kegiatan atau peristiwa yang
terjadi disekelilingnya.
Maka pendekatan kontekstual atau lebih terkenal dengan sebutan
Contextual Teaching And Learning (CTL) merupakan konsep pembelajaran
yang membantu guru untuk mengaitkan antara materi ajar dengan situasi
dunia nyata siswa, yang dapat mendorong siswa membuat hubungan antara
47 Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi
(Jakarta: Kencana, 2005), 109.
8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V
33/57
33
pengetahuan yang dipelajari dengan penerapannya dalam kehidupan para
siswa sebagai anggota keluarga dan masyarkat.48
Beberapa pengertian pembelajaran kontekstual menurut para ahli pendidikan
adalah sebagai berikut:
a.
Johnson mengartikan pembelajaran kontekstual adalah suatu proses
pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam bahan
pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan
konteks kehidupan mereka sehari-hari, yaitu dengan konteks lingkungan
pribadinya, sosialnya, dan budayanya.
b.
The Washington State Consortium For Contextual Teaching and Learning
mengartikan pembelajaran kontekstual adalah pengajaran yang
memungkinkan siswa memperkuat, memperluas, dan menerapkan
pengetahuan dan ketrampilan akademisnya dalam berbagai latar sekolah
dan di luar sekolah untuk memecahkan seluruh persoalan yang ada dalam
dunia nyata. Pembelajaran kontekstual terjadi ketika siswa menerapkan dan
mengalami apa yang diajarkan dengan mengacu pada masalah-masalah riil
yang berasosiasi dengan peranan dan tanggung jawab mereka sebagai
anggota keluarga, masyarakat, siswa, dan selaku pekerja.
c. Center on education and work at the university of wisconsion madison
mengartikan pembelajaran kontekstual adalah suatu konsep belajar
mengajar yang membantu guru menghubungkan isi pelajaran dengan
situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan-hubungan
48 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2005), 222.
8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V
34/57
34
antara pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan siswa sebagai
anggota keluarga, masyarakat, dan pekerja serta meminta ketekunan
belajar.49
Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus kita pahami.
1.
CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan
materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara
langsung. Proses belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar
siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan
menemukan sendiri materi pelajaran.
2.
CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi
yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut
untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah
dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat
mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan
hanya bagi siswa materi itu akan bermakna secara fungsional. Akan tetapi
materi yang dipelajariya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga
tidak akan mudah dilupakan.
3.
CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan,
artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi
yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran tersebut dapat
mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi dalam konteks
49 Kunandar, Guru Profesional (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), 273-274.
8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V
35/57
35
CTL bukan untuk ditumpuk di otak kemudian dilupakan, akan tetapi
sebagai bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata.50
Berangkat dari tiga hal di atas diharapkan hasil pembelajaran akan
lebih bermakna. Proses pembelajarannya akan berlangsung secara alamiah
dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan sekedar transfer
pengetahuan dari guru ke siswa. Yakni tidak hanya sekedar menghafalkan
ilmu-ilmu atau pengetahuan yang diberikan tapi siswa harus
mengkontruksikan pengetahuan di benak mereka dan mengalami sendiri pola-
pola bermakna dari pengetahuan baru dan dengan dibiasakan memecahkan
masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan
ide-ide.51
Dalam pembelajaran yang bersifat konstekstual ini, siswa didorong
untuk mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya dan bagaimana
mencapainya. Diharapkan mereka sadar bahwa apa yang mereka pelajari itu
berguna bagi hidupnya. Dengan demikian mereka akan memosisikan dirinya
sebagai pihak yang memerlukan bekal untuk hidupnya nanti.52
Dengan menggunakan pendekatan CTL dalam proses belajar mengajar
akan mampu mendorong siswa agar tau akan pentingnya ilmu pengetahuan
sehingga dapat menumbuhkan minat siswa untuk mau terus belajar.
50 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran (Jakarta: Kencana, 2008), 255-256.
51 Direktorat Pembinaan SMP, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah, Pengembangan Model Pembelajaran yang Efektif , Departemen Pendidikan Nasional,
2006.52
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar , 222.
8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V
36/57
36
Materi-materi Pembelajaran CTL
Pembelajaran Contextual Teaching and Learning menempatkan siswa
di dalam sebuah konteks yang mengandung makna dan menghubungkan
pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang dipelajari dan sekaligus
memperhatikan faktor kebutuhan individu siswa dan peranan guru. Dengan ini
maka materi pembelajaran Contextual Teaching and Learning harus
menekankan kepada hal-hal sebagai berikut:53
a. Belajar berbasis masalah ( problem based learning )
Adalah pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan
masalah dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk belajar tentang
berfikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah untuk memperoleh
pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran materi berbasis
masalah ini meliputi: (IPA, matematika, ilmu-ilmu sosial), tetapi masalah
yang akan diselidiki telah dipilih yang benar-benar nyata agar dalam
pemecahannya siswa meninjau masalah itu dari banyak sudut pandang
mata pelajaran yang lain.54
b. Pengajaran autentik (autentik instruction)
Yaitu pengajaran yang mengajak siswa untuk mempelajari konteks
bermakna, sesuai dengan kehidupan nyata. Pengajaran ini berupa belajar
berenang dengan berenang, belajar bernyanyi dengan bernyanyi, belajar
berdagang dengan berdagang dan lain-lain.
53 Kunandar,Guru Profesional (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), 278.
54 Nurhadi, Kurikulum 2004 (Jakarta: PT. Grasindo, 2004), 109-110.
8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V
37/57
37
c.
Belajar berbasis inquiri (inquiry based learning )
Dengan strategi pengajaran yang mengikuti metodologi sains dan
menyediakan kesempatan untuk pembelajaran bermakna. Belajar
bukanlah kegiatan mengkonsumsi melainkan kegiatan memproduksi
dengan mengetahui apa kebutuhan dan keingintahuannya dan mencari
sendiri jawabannya.
Dalam pembelajaran dengan inkuiri ini siswa didorong untuk
belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep
dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki
pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka
menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri. Belajar dengan
penemuan memacu keinginan siswa untuk mengetahui dan memotivasi
mereka.55
Karena inquiri merupakan proses perpindahan dari pengamatan
menjadi pemahaman dengan siswa belajar menggunakan ketrampilan
berfikir kritis.56
d. Belajar berbasis proyek atau tugas ( project based learning )
Dengan pendekatan pembelajaran komprehensif di mana
lingkungan belajar siswa didesain agar siswa dapat melakukan
penyelidikan dan pendalaman materi dari suatu topik mata pelajaran, dan
melaksanakan tugas bermakna lainnya dengan maksud mengajak siswa
bekerja secara mandiri dalam mengontruk (membentuk) pembelajarannya.
55 Nurhadi et, al., Pembelajran (Contextual Teaching Learning/CTL) dan Penerapannya
dalam KBK , 76.56 Direktorat Pembinaan SMP, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah, Pengembangan Model Pembelajaran yang Efektif , Departemen Pendidikan Nasional,
2006.
8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V
38/57
38
Proyek membantu siswa untuk melibatkan keseluruhan mental dan
fisik, saraf, indra, termasuk kecakapan sosial dengan melakukan banyak
hal sekaligus. Hal ini akan mengembangkan otak kanan maupun kiri
dengan pesat.57
e. Belajar berbasis kerja (work based learning )
Menurut Smith:
Pengajaran berbasis kerja (work-based learning ) memerlukan pendekatan
pengajaran yang memungkinkan siswa menggunakan konteks tempat kerja
untuk mempelajari materi pelajaran berbasis sekolah dan bagaimana materitersebut digunakan dalam tempat kerja yang dipadukan dengan materi pelajaran
untuk kepentingan siswa.58
Pengajaran berbasis kerja menganjurkan pentrangferan model
pengajaran dan pembelajaran yang efektif kepada aktifitas sehari-hari di
kelas, baik dengan cara melibatkan siswa dalam tugas-tugas kompleks
maupun membantu mereka mengatasi tugas-tugas tersebut dan melibatkan
siswa dalam kelompok pembelajaran yang lebih pandai membantu siswa
yang kurang pandai dalam menyelesaikan tugas-tugas kompleks
tersebut.59
f.
Belajar berbasis jasa layanan
Pengajaran berbasis jasa layanan ( service learning ) memerlukan
penggunaan metodologi pengajaran yang mengkombinasikan antara jasa
layanan masyarakat dengan suatu struktur berbasis sekolah untuk
merefleksikan jasa layanan tersebut.
57 Kunandar, Guru Profesional , 279-280.
58 Nurhadi et, al., Pembelajran (Contextual Teaching Learning/CTL) dan Penerapannya
dalam KBK , 78.59
Ibid ., 78.
8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V
39/57
39
Pembelajaran ini berpijak pada pemikiran bahwa semua kegiatan
kehidupan dijiwai oleh kemampuan melayani. Dalam industri modern,
kata kunci yang digunakan adalah layanan yang diberikan dengan baik.
Karenanya sejak usia dini siswa telah dibiasakan untuk dapat melayani
orang lain. Misalkan layanan kepada bencana alam, membantu panti
asuhan, membantu teman yang dapat musibah, dan lain-lain.60
g. Belajar kooperatif (cooperative learning )
Hulubec menyatakan bahwa: “dalam pembelajarannya
memerlukan pendekatan melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk
bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai
tujuan belajar”.
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar
dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindari
ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan
permusuhan antar siswa.61
Dengan ini setiap materi pelajaran yang disampaikan dalam proses
pembelajaran akan dapat disampaikan kepada peserta didik dengan berbagai
cara atau model penyampaian sehingga akan selalu melekat dalam ingatannya
dan mampu ia praktekkan dalam kehidupannya.
Tujuan Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)
60 Ibid ., 78.
61 Ibid ., 59-60.
8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V
40/57
40
Proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL mampu
menumbuhkan minat siswa dalam menghubungkan mata pelajaran akademik
dengan dunia nyata dengan cara yang bermakna dan membantu semua siswa
belajar karena sistem pendidikan ini cocok dengan fungsi otak dan cara kerjaalam.
Jika otak hanya belajar mengutip, dan berlatih, ngebut sebelum ujian,
maka dalam waktu empat belas sampai 10 jam, otak akan melupakan sebagian
besar informasi baru tersebut, kecuali jika informasi itu memiliki makna.
Proses belajar CTL yang aktif dan langsung memungkinkan siswa
membangun keterkaitan yang benar-benar mengisi pekerjaan sekolah mereka
dengan makna. Karena makna tersebut maka siswa menguasai apa yang
mereka pelajari. Siswa boleh membangun keterkaitan dengan berbagai cara.
Inti dari keterkaitan tersebut adalah untuk menarik minat dan menantang para
siswa agar mereka melihat makna dalam pelajaran mereka dan oleh karena itu
termotivasi untuk mencapai akademik yang tinggi.
62
Perhatian khusus juga harus diberikan pada bagaimana nalar dan sikap
siswa dapat terbentuk serta kemampuan menerapkan pembelajaran akan
merupakan penopang penting terbentuknya kemampuan siswa untuk
memecahkan masalah yang mungkin dihadapinya.63
Tujuan pendidikan merupakan inti dalam pendidikan dan saripati dari
seluruh renungan pedagogis. Oleh karena itu, suatu rumusan tujuan
pendidikan akan tepat bila sesuai dengan fungsinya. Pendidikan sebagai suatu
usaha meningkatkan daya pikir anak didik pasti mengalami permulaan dan
mengalami kesudahannya.64
Maka Contextual Teaching and Learning Bertujuan untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa melalui peningkatan pemahaman maknamateri pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan antara materi yang
dipelajari dengan kontek kehidupan mereka sehari-hari sehingga65
menghasilkan manusia unggul partisipatoris, yang dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungannya karena telah terbiasa melakukan interaksi dengan siapa
saja.
“Menurut Tilaar bahwa yang dimaksud dengan keunggulan
partisipatoris artinya manusia unggul yang ikut serta secara aktif dalam
persaingan yang sehat untuk mencari yang terbaik”.
62 Elaine B. Johson, Contextual Teaching Learning (Bandung: Mizan Learning Center
(MLC), 2007), 301-304.63 Asep Sugihanto, Pembuktian Hasil Belajar Siswa dalam Penggunaan Pendekatan
Konstektual Pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, 2008. http://one.indoskripsi.com/content/
pembuktian hasil belajar siswa dalam penggunaan pendekatan konstektual . Diakses 13 April
2008.64 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), 148.65
Harry. “MBS, Life Skill, KBK, CTL, dan Saling Keterkaitannya”. Artikel Pelangi,
Views: 2624, Favoured: 35 Tahun 2007. http://pelangi.dit.plp.go.id . Diakses 13 Maret 2008.
8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V
41/57
41
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual ini jika dilaksanakan
secara tepat dan benar akan menghasilkan peserta didik yang mampu
memahami dan memaknai sebuah peristiwa. Bagaimanapun tujuan
pembelajaran pada saat ini adalah menuntut agar peserta didik setiap saatdapat memahami lingkungannya dengan terlebih dahulu memahami diri dan
memiliki kesadaran diri.
Dimensi sosiologi pendidikan dalam pendekatan kontekstual akan
menjamin kemampuan anak didik untuk lebih terampil dan siap menghadapi
berbagai tantangan dan masalah yang akan dihadapi, dan pada sisi yang lain
diharapkan anak didik mampu mencari pemecahannya melalui berbagai
alternatif solusi sebagai buah dari proses berfikirnya.66
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL akan mampu
menghasilkan generasi bangsa yang handal, mampu meningkatkan sumber
daya manusia sesuai dengan perkembangan zaman.
Langkah-langkah Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
Sesuai dengan asumsi yang mendasarinya, bahwa pengetahuan
diperoleh anak bukan dari informasi yang diberikan oleh orang lain termasuk
guru, akan tetapi proses menemukan dan mengkontruksikannya sendiri, maka
guru harus menghindarti mengajar sebagai proses penyampaian informasi
saja. Tapi guru perlu memandang siswa sebagai subjek belajar dengan segala
keunikannya. Siswa adalah organisme yang aktif yang memiliki potensi untuk
membangun pengetahuannya sendiri. Kalaupun guru memberi informasi
kepada siswa, guru harus memberi kesempatan untuk menggali informasi itu
agar lebih bermakna untuk kehidupan mereka.67
Maka pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning
dalam kegiatan belajar mengajar dilakukan dengan tujuh langkah
pembelajaran diantaranya yaitu:
Kontruktivisme
Kontruktivisme adalah proses membangun atau menyusun
pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman.
Menurut kontruktivisme, pengetahun itu memang berasal dari luar
akan tetapi dikonstruksi oleh dan dari dalam diri seseorang. Oleh sebab itu
pengetahuan dibentuk oleh dua faktor penting, yaitu objek yang menjadi
66 Muhyi Batubara, Sosiologi Pendidikan (Jakarta: Ciputat Press, 2004), 107-108.67
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, 263-
264.
8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V
42/57
42
bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk menginterprestasikan
objek tersebut.68
Dalam proses pembelajaran siswa membangun sendiri
pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan
mengajar.
Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru. Tapi guru perlu
memotivasi siswa menggunakan tehnik yang kritis untuk mengaplikasikan
konsep-konsep yang bermakna bagi dirinya, disamping pemahaman ilmu
dalam bidang-bidang tertentu perlu dilatihkan penalaran-penalaran berfikir
kritis, mengidentifikasi masalah dan penyelesaian masalah.69
Maka langkah yang dilakukan siswa dalam pembelajaran ini
adalah:
-
Siswa belajar sedikit demi sedikit dari konteks terbatas.
-
Siswa mengkonstruk sendiri pemahamannya.
-
Pemahaman yang mendalam diperoleh melalui pengalaman belajar
yang bermakna.70
Inkuiri
Inkuiri adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan
penemuan melalui proses berfikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlahsejumlah fakta dari hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses
menemukan sendiri. Dengan ini dalam proses perencanaan, guru bukanlah
mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal, akan tetapi
merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan
sendiri materi yang harus dipahaminya. Belajar pada dasarnya merupakan
proses mental seseorang yang tidak terjadi secara mekanis. Dengan proses
ini siswa akan berkembang secara utuh baik dari segi intelektual, mental,
emosional, maupun pribadinya.71
Piaget mengemukakan bahwa inquiri merupakan metode belajar
yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan
eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin
melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan sendiri, sertamenghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain,
68 Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,
118.69
Anna Poedjiadi, Sains Teknologi Masyarakat (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005),72.
70 Kunandar, Guru Profesional , 283-284.
71 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, 265.
8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V
43/57
43
membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan
peserta didik lain.72
Dengan kata lain guru bertindak sebagai fasilitator, nara sumber,
dan penyuluh kelompok. Para siswa didorong untuk mencari pengetahuan
sendiri, bukan dijejali dengan pengetahuan, tapi bagaimana siswa
mengetahui cara untuk mencapai gerakan kearah pemuatan keputusan
kelompok.73
Dari proses pembelajaran ini dapat dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
a.
Dengan merumuskan masalah.
b.
Mengamati atau melakukan observasi, termasuk membaca buku-buku,
dan mengumpulkan informasi.
c.
Menganalisis dan menyajikan hasil karya dalam tulisan, laporan,
gambar, tabel dan lainnya.
d.
Menyajikan, mengomunikasikan hasil karyanya di depan guru, teman
sekelas atau audien yang lain.74
Bertanya (Questioning )
Belajar pada hakekatnya adalah bertanya dan menjawab
pertanyaan. Bertanya dapat digunakan untuk menggali informasi,
mengecek pemahaman siswa, membangkitkan respon siswa,
menginformasikan apa yang sudah diketahui siswa, menyegarkan kembali
pengetahuan siswa, dan mengarahkannya. Proses bertanya juga
mengakibatkan ekspansi (perluasan) dalam ilmu pengetahuan. Hampir di
semua aktivitas belajar, bertanya diterapkan baik antar siswa, antara siswa
dan guru, dan sebagainya. Penerapannya dalam kelas ketika siswa
berdiskusi, melakukan kerja kelompok, dan mengamati. Hal itu akan
bermanfaat dalam masyarakat belajar yang didapatkan dari kerjasamadengan orang lain.
75
72 Mulyasa, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), 108.
73 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006), 221-225.74
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar , 224.75
Ulin Yudhawati, Paradigma Baru Melalui CTL, dalam Jawa Pos, 8 Februari 2008, 32.
8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V
44/57
44
Masyarakat Belajar ( Learning Community)
Dalam masyarakat belajar, hasil pembelajaran dapat diperoleh dari
kerjasama dengan orang lain. Yaitu diperoleh dari sharing antar teman,antar kelompok dan antar mereka dari yang tahu ke yang belum tahu.
Dengan cara berbicara dan berbagi pengalaman, bekerjasama dengan
orang lain untuk menciptakan pembelajaran yang lebih baik dibandingkan
dengan belajar sendiri.
Kegiatan belajar ini bisa terjadi jika tidak ada pihak yang dominan
dalam komunikasi, tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya,
tidak ada pihak yang menganggap paling tahu, semuanya saling
mendengarkan.76
Dengan cara guru selalu melaksanakan pembelajaran dalam
kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok yang
siswanya heterogen. Yang pandai mengajari yang lemah, yang tahumemberitahu yang belum tahu, yang cepat mendorong temannya yang
lambat yang punya gagasan segera memberi usul dan seterusnya.
“Masyarakat belajar” bisa terjadi apabila ada proses komunikasi
dua arah. Yaitu ada dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam
komunikasi pembelajaran saling belajar. Seorang yang terlibat dalam
kegiatan masyarakat belajar memberi informasi yang diperlukan oleh
teman bicaranya dan sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan
dari teman belajarnya.77
Pemodelan ( Modeling )
Pemodelan diartikan dalam sebuah pembelajaran ketrampilan atau
pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Pemodelan pada
dasarnya membahasakan gagasan yang dipikirkan, mendemonstrasikan
bagaimana guru menginginkan para siswanya untuk belajar, dan
melakukan apa yang diinginkan guru agar siswanya melakukan.
Pemodelan dapat berbentuk demonstrasi, pemberian contoh tentang
konsep atau aktivitas belajar. Dengan cara mengoprasikan sesuatu, cara
melempar bola dalam olahraga, contoh karya tulis, cara melafalkan bahasa
Inggris, cara merancang peta daerah, cara guru biologi
mendemonstrasikan penggunaan thermometer suhu badan dan sebagainya.
Dengan begitu guru memberi model tentang bagaimana cara belajar.Dalam pembelajaran ini guru bukan satu-satunya model. Model
dapat dilakukan dengan melibatkan siswa. Seorang siswa yang bakat
76 Nurhadi dkk, Pembelajaran Kontektual (Contextual Teaching and Learning (CTL) dan
Penerapannya dalam KBK , 47.77
Ibid ., 48-49.
8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V
45/57
45
dalam membaca puisi bisa ditunjuk untuk memberi contoh temennya cara
melafalkan suatu kata. Inilah yang dikatakan sebagai model.78
Refleksi ( Reflection)
Refleksi adalah cara berfikir atau perenungan tentang apa yang
baru dipelajari atau berfikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita
lakukan di masa lalu. Dalam refleksi ini siswa mengendapkan apa-apa
yang baru saja dipelajari sebagai struktur pengetahuan.
Yang baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya yaitu dengan menyisakan waktu pada akhir
pembelajaran untuk memberikan kesempatan bagi para siswa melakukan
refleksi. Perwujudannya dapat berupa:
a.
Pernyataan langsung siswa tentang apa-apa yang diperoleh setelah
melakukan pembelajaran.
b.
Catatan atau jurnal di buku siswa.
c.
Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu.
d.
Diskusi.
e. Hasil karya.79
enilaian yang sebenarnya (autentic assessment )
Autentic assessment adalah proses pengumpulan berbagai data
yang dilakukan melalui kegiatan penilaian untuk mencari informasi
tentang belajar siswa. Pembelajaran tidak hanya menekankan pada hasil,
tapi juga proses dengan membantu siswa agar mampu mempelajari
(learning how to learn) sesuatu melalui berbagai cara.
Karakteristik asssessment dilaksanakan selama dan sesudah
pembelajaran berlangsung, mengukur ketrampilan dan performansi, bukan
78 Kunandar, Guru Profesional , 291-292.
79 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar , 227.
8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V
46/57
46
sekedar mengingat fakta, berkesinambungan, terintegrasi, dan dapat
digunakan sebagai feed back .80
Maka langkah-langkah pendidikan CTL ini akan mampu menciptakan
mutu peserta didik sesuai dengan tujuan yang diinginkan oleh setiap lembaga
pendidikan, karena model pembelajaran ini relevan dengan kegiatan
pembelajaran di dalam KBK dan KTSP sekarang ini.
80 Ulin Yudhawati, Paradigma Baru Melalui CTL, dalam Jawa Pos, 8 Februari 2008, 32.
8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V
47/57
47
BAB IV
ANALISA KONSEP PEMBELAJARAN CTL
DALAM PERSPEKTIF IBNU KHALDUN
J. Analisa Konsep Pembelajaran CTL dalam Perspektif Ibnu Khaldun
Pembelajaran kontekstual mengasumsikan bahwa secara alamiah, pikiran mencari
makna sebuah konteks sesuai dengan situasi nyata lingkungan seseorang. Dan itu
dilakukan dengan mencari hubungan yang masuk akal dan bermanfaat. Dengan
memadukan materi pelajaran dengan konteks keseharian siswa akan
menghasilkan dasar-dasar pengetahuan yang mendalam di mana siswa kaya akan
pemahaman masalah dan cara untuk menyelesaikannya. Serta memiliki tanggung
jawab yang lebih terhadap belajarnya seiring dengan peningkatan pengalaman dan
pengetahuan mereka. Melalui hubungan di dalam dan di luar ruang kelas,
pendekatan pembelajaran kontekstual menjadikan pengalaman lebih relevan dan
berarti bagi siswa dalam membangun pengetahuan yang akan diterapkan dalam
pembelajaran seumur hidup.
Materi pelajaran akan tambah berarti jika siswa mempelajari materi pelajaran
yang disajikan melalui konteks kehidupan mereka, dan menemukan arti di dalam
proses pembelajarannya. Sehingga pembelajaran akan menjadi lebih berarti dan
menyenangkan.
Berdasarkan hal di atas, teori pembelajaran kontekstual berfokus pada multiaspek
lingkungan belajar diantaranya ruang kelas, laboratorium sains, laboratorium
8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V
48/57
48
komputer, tempat bekerja maupun tempat-tempat lainnya (misalnya ladang,
sungai dan sebagainya).
Dengan demikian, siswa belajar diawali dengan pengetahuan pengalaman, dan
konteks keseharian yang mereka miliki yang dikaitkan dengan konsep mata
pelajaran yang dipelajari di kelas, dan selanjutnya dimungkinkan untuk
mengimplementasikannya dalam kehidupan keseharian mereka.
“Bawalah mereka dari dunia mereka ke dunia kita, kemudian antarkan mereka
dari dunia kita ke dunia mereka kembali”. Dengan begitu siswa bukan hanya
sekedar mengenal nilai LOGOS, tapi harus mampu menghayati nilai-nilai tersebut
(ETOS), dan yang terpenting adalah sampai kepada anak mampu
mengaktualisasikan dan mengamalkan nilai-nilai tersebut (PATOS).
Di lihat dari konsep ini, pendekatan pembelajaran CTL dipandang dari pemikiran
pembelajaran Ibnu Khaldun merupakan pendekatan yang cocok dan relevan
dengan pembelajaran yang diterapkan oleh Ibnu Khaldun, dan dalam
perkembangan pendidikan sekarang ini. Karena pembelajaran yang dilakukan
oleh Ibnu Khaldun juga menekankan kepada guru untuk mengupayakan
bagaimana siswa dapat mengalami sendiri apa yang dipelajarinya. Maka dengan
sendirinya materi yang dipelajari akan lebih melekat dalam ingatan siswa dan
tidak akan terlupakan sampai siswa nanti berada dalam kehidupan di masyarakat.
Serta tidak mengajarkan berbagai ilmu secara langsung kepada siswa sampai
siswa tersebut benar-benar memahami materi yang dipelajarinya. Dan tidak pula
seorang guru memberikan materi dengan selalu menghafal
8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V
49/57
49
Jadi menurut penulis pendekatan CTL merupakan pendekatan pembelajaran yang
cenderung bersifat modern, dan ini sesuai dengan pembelajaran yang dilakukan
oleh Ibnu Khaldun dimasanya yaitu dengan mengupayakan suatu pembelajaran
untuk mampu melahirkan generasi masyarakat yang akan datang, dengan
menghasilkan suatu output yang dapat meningkatkan sumber daya manusia yang
berkualitas.
Analisa Materi Pembelajaran CTL dalam Perspektif Ibnu Khaldun
Materi pembelajaran yang dilakukan dengan pendekatan pembelajaran CTL pada dasarnya dapatditerapkan pada keseluruhan bidang materi, dengan penekanannya kepada pembelajaran yang berbasis masalah
berupa (IPA, matematika, ilmu-ilmu sosial), yaitu pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan masalah-
masalah dunia nyata sebagai konteks untuk berfikir kritis dan trampil dalam pemecahan masalah. Pembelajaranautentik, yaitu pembelajaran yang mengajak siswa untuk mempelajari konteks bermakna. Belajar berbasis inquiri,
yaitu pembelajaran yang mendorong siswa untuk mempelajari konteks bermakna. Belajar berbasis proyek atau tugas
yaitu dilakukan dengan pendekatan pembelajaran komprehensif di mana lingkungan belajar siswa di desain agarsiswa dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah autentik termasuk pendalaman materi dari suatu topik
mata pelajaran, dan melaksanakan tugas bermakna lainnya. Belajar berbasis kerja, yaitu menganjurkan pentransferan
model pengajaran dan pembelajaran yang efektif kepada aktivitas sehari-hari di kelas. Belajar berbasis jasa layanan,yaitu strategi pembelajaran yang berpijak pada pemikiran bahwa semua kegiatan kehidupan dijiwai oleh kemampuan
melayani. Pengajaran kooperatif, yaitu pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang
silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalah pahaman yang dapat menimbulkan permusuhan.
Dari berbagai proses pembelajaran ini, setiap materi baik berupa materi agama atau umum dapat
disampaikan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran CTL, dan disesuaikan dengan materi yang ada.
Materi pembelajaran yang disampaikan oleh Ibnu Khaldun juga bersifat lebih menyeluruh, yakni
mencakup berbagai macam komponen materi pembelajaran, baik yang bersifat aqli (alami) yakni melalui bimbingan pikiran maupun yang naqli, dari hasil kesepakatan yang telah dilakukan oleh para pemikir Islam yang semuanya
bersandar kepada informasi berdasarkan autoritas syari’at yang diberikan.
Macamnya materi pendidikan (pembelajaran) diantaranya: ilmu tafsir qur’an, qira’at Qur’an, hadits, fiqih,
faroidl, ushul fiqih, ilmu kalam, ilmu tasawuf, ilmu ta’bir mimpi, ilmu yang menggunakan alat berfikir, ilmu yang
berhubungan dengan angka-angka, ilmu astronomi, ilmu logika, ilmu fisika, ilmu kedokteran, pertanian, metafisika,shir dan azimat, ilmu rahasia-rahasia surat dan kimia.
Jadi materi pembelajaran yang dilakukan dengan pendekatan CTL sesuai dengan materi pembelajaran
yang dilakukan oleh Ibnu Khaldun yakni dengan menerapkan berbagai macam bidang ilmu pengetahuan, selain ilmu pengetahuan agama juga mengungkapkan berbagai macam ilmu pengetahuan umum. Pengetahuan ini cenderung
lebih menyeluruh serta disebutkan secara lengkap dan terperinci.
Analisa Tujuan Pembelajaran CTL dalam Perspektif Ibnu Khaldun
Setiap proses belajar mengajar pastinya mempunyai suatu tujuan yang ingin dicapai, begitupun pembelajaran yang dilakukan dengan pendekatan CTL. Pembelajaran ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi
belajar siswa melalui peningkatan pemahaman makna materi yang dipelajarinya dengan materi yang dipelajarinya
dalam konteks kehidupan mereka sehari-hari, sebagai anggota masyarakat sehingga dapat menyesuaikan diri dengansiapa saja.
Sebagaimana tujuan pembelajaran pada zaman modern sekarang ini adalah menuntut agar peserta didikmampu memahami lingkungan yang ada dengan terlebih dahulu memahami diri dan kesadaran diri. Serta siap
menghadapi berbagai masalah yang ada dengan kemampuan berfikirnya.
Adapun tujuan pembelajaran yang diinginkan oleh Ibnu Khaldun adalah untuk melahirkan masyarakatyang berkebudayaan serta berusaha untuk melestarikan dan meningkatkan eksistensinya di dalam masyarakat yang
berkembang. Yakni untuk mendapatkan kebahagiaan dunia, di mana manusia diberikan potensi berfikir yang
8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V
50/57
50
menyatu dalam diri manusia dan dengan kemampuan berfikir inilah menusia dapat menghasilkan, mempertahankan
eksistensinya dalam mengolah sumber daya alam baik untuk kepentingan dan kebutuhan manusia sebagai kholifah fil
ardli. Selain itu akal pikiran juga akan menghasilkan ilmu pengetahuan dan menuntun manusia ke jalan Ilahi dandapat meningkatkan derajatnya sebagai orang yang berilmu.
Setelah penulis memaparkan tujuan pembelajaran di atas, maka tujuan kegiatan pembelajaran CTL sesuaidengan pembelajaran Ibnu Khaldun. Bahwa tujuan pembelajarannya lebih berorientasi untuk membantu individu
dalam mencapai kebahagiaan dunia, yakni menjadikan anak didik untuk mendapatkan kemahiran dan keahlian dalam
kehidupannya, baik sebagai individu, anggota keluarga, anggota masyarakat dan anggota bangsa.
Analisa Langkah-langkah Pembelajaran CTL dalam Perspektif Ibnu
Khaldun
Kegiatan pembelajaran CTL menetapkan tujuh langkah dalam pembelajaran yaitu meliputi:
kontruktivisme (proses pembangunan pengetahuan baru siswa berdasarkan pengalaman), inkuiri (proses pembelajaran yang dilakukan dengan proses berfikir secara sistematis), bertanya (proses pengalian informasi,
mengecek pemahaman siswa, membangkitkan respon siswa, dan mengarahkannya), masyarakat belajar (proses
pembelajaran yang diperoleh dari kerjasama dengan orang lain), pemodelan (model belajar yang bisa ditiru siswa berbentuk demonstrasi), refleksi (proses berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau yang telah dilakukan di masa
lalu), penilaian yang sebenarnya (proses pengumpulan data melalui kegiatan penilaian untuk mencari informasi
belajar siswa).
Dari berbagai langkah yang ditempuh maka siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahamidengan tidak mengalami kesulitan karena telah adanya latihan dan dasar ilmu yang mendukung perkembangan daya
pikirnya, dan apabila anak didik sudah dilatih dan diberi konsep ilmu tersebut secara terus menerus dan terlatih maka pelajaran yang sulit bukan merupakan hambatan bagi anak didik dan siswapun tidak akan bosan.
Dalam melakukan kegiatan pembelajaran siswa untuk bekerja dan mengalami, bahkan menstransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Siswa perlu mengeri apa makna belajar, apa manfaatnya dan bagaimana caranyauntuk mencapainya.
Demikian juga pembelajaran Ibnu Khaldun mempunyai langkah-langkah dalam meningkatkan kualitasdaya pikir anak didik dengan pemberian ilmu pengetahuan secara bertahap dan diulang-ulang sampai anak didik
dapat benar-benar memahami dan menguasai bidang ilmu yang diajarkan. Dengan menggunakan alat-alat ataupun pemberian contoh-contoh atau pelatihan yang konkrit akan sangat membantu mereka dalam memahami, dan bukandengan menyuruh siswa untuk membaca dan menghafalkan berbagai ilmu sampai selesai tanpa dapat memahami
makna yang ada.
Jadi pembelajaran CTL merupakan pendekatan yang sesuai dan dapat diterapkan dalam pembelajaran Ibnu
Khaldun, yakni dengan asumsi bahwa kegiatan belajar mengajar bukan hanya sebagai transfer pengetahuan dari guruke siswa. Tapi juga bagaimana seorang guru tersebut dapat membantu siswa untuk mampu memahami dan
mengalami sendiri segala ilmu yang ada dengan tidak pula menyuruh siswa untuk menghafalkan berbagai ilmu
pengetahuan. Karena hanya akan mempersulit siswa untuk dapat menguasai materi atau ilmu dengan bermakna. Dandalam pembelajaran ini gurupun harus menjadi pendidik yang penyayang serta menjadi suri tauladan bagi murid-
muridnya.
8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V
51/57
51
BAB V
PENUTUP
K.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian dan pembahasan dalam skripsi ini dapat disimpulkan
bahwa:
Konsep pembelajaran Ibnu Khaldun sebagai aktivitas profesional menyatakan
bahwa prestasi dan keberhasilan yang dicapai siswa dalam pembelajaran
bukan karena bakat bawaan yang dimilikinya tetapi cenderung kepada
kemampuan hasil belajarnya. Karena kemampuan dalam suatu ilmu dan
pemahaman mendalam terhadapnya hanya dapat dicapai dengan
penguasaan penuh atau profesionalitas meliputi penguasaan atas prinsip-
prinsip dasar, rumus-rumus dan seluk beluk problematika ilmu tersebut.
Begitupun konsep pembelajaran CTL menyatakan bahwa siswalah yang
membantu guru dalam pembelajaran untuk mengaitkan antara materi ajar
dengan situasi dunia nyata siswa, yang nantinya dapat mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuannya dengan aplikasinya dalam
kehidupan siswa tersebut. Dengan ini ternyata konsep pembelajaran CTL
sesuai dengan konsep pembelajaran Ibnu Khaldun karena sama-sama
menekankan kepada siswa untuk mampu menghubungkan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan proses
pembelajaran yang berlangsung alamiah dalam bentuk siswa bekerja dan
8/17/2019 Stain