Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V

    1/57

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. 

    Latar Belakang Masalah

    Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi

    dan sangat penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan adalah suatu proses

    dalam rangka mempengaruhi dan mendewasakan siswa agar dapat

    menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya, dapat tumbuh dan

     berkembang secara wajar dan normal serta akan menimbulkan perubahan

    dalam dirinya sehingga ia dapat melaksanakan tugas-tugas sebagai manusia

    dalam kehidupan masyarakat.1  Pendidikan berarti mengembangkan semua

    aspek kepribadian manusia, yang mencakup pengetahuannya, nilai serta

    sikapnya, dan keterampilannya.2  Yaitu sebagai pewaris kebudayaan dari

    generasi tua ke generasi muda, agar hidup masyarakat tetap berlanjut.3 Namun

    dalam perkembangan sekarang ini masalah pendidikan terlihat agak

    dikebelakangkan dan lebih ditonjolkan kepada masalah pembelajaran.

    Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan

    lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik

    yaitu pembelajaran harus lebih menekankan pada praktek, guru harus mampu

    memilih serta menggunakan strategi dan metode pembelajaran yang

    memungkinkan peserta didik mempraktekkan apa yang dipelajari, juga perlu

    1 Heri Jauhari Muchtar  , Fiqih Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), 1

    2 Burhanuddin Salam, Pengantar Paedagogik (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), 10.3  Hasan Langulung,  Asas-Asas Pendidikan Islam  (Jakarta: PT. Pustaka Al-Husna Baru,

    2003), 1

  • 8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V

    2/57

    2

    ditekankan pada masalah-masalah aktual yang secara langsung berkaitan

    dengan kehidupan nyata yang ada di masyarakat. Dengan mengkombinasikan

    unsur-unsur manusiawi, materinya, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang

    saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Materi meliputi buku-

     buku, papan tulis, fotografi, slide dan film, audio dan vidio tape. Fasilitas dan

     perlengkapan terdiri dari ruang kelas, dan perlengkapan audio visual. Prosedur

    meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktek, belajar, ujian

    dan sebagainya.4 

    Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi saja dianggap

    gagal dalam menghasilkan peserta didik yang aktif kreatif dan inovatif.

    Peserta didik berhasil “mengingat” jangka pendek, tetapi gagal dalam

    membekali peserta didik memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka

     panjang. Oleh karena itu perlu ada perubahan pendekatan yang lebih

     bermakna sehingga dapat membekali peserta didik dalam menghadapi

     permasalahan hidup yang dihadapi sekarang maupun yang akan datang.

    Pendekatan pembelajaran yang cocok untuk hal di atas adalah pembelajaran

    kontekstual (CTL).

    Pendekatan kontekstual (CTL) merupakan konsep belajar yang

     beranggapan bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan

    secara alamiah, artinya belajar akan lebih bermakna jika anak “belajar” dan

    “mengalami” sendiri apa yang dipelajarinya, bukan sekedar “mengetahuinya”.

    Pembelajaran tidak hanya sekedar kegiatan menstransfer pengetahuan dari

    4 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), 239.

  • 8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V

    3/57

    3

    guru kepada siswa, tetapi bagaimana siswa mampu memaknai apa yang

    dipelajari itu. Oleh karena itu, strategi pembelajaran lebih utama dari sekedar

    hasil.5 

    Dalam pembelajaran ini siswa didorong untuk mengerti apa makna

     belajar, apa manfaatnya dan bagaimana mencapainya. Dengan demikian

    mereka akan memosisikan dirinya sebagai fihak yang memerlukan bekal

    untuk hidupnya nanti dan pengetahuan atau ketrampilan itu akan ditemukan

    oleh siswa itu sendiri bukan apa kata guru.6  Karena pentingnya sebuah

     pengetahuan terletak pada kegunaannya, pada penguasaan kita terhadap

     pengetahuan itu. Dengan kata lain adalah sesuatu yang berurusan dengan

     penanganan pengetahuan, pemilihan pengetahuan untuk menetapkan hal-hal

    yang relevan dan penerapannya untuk nilai dari pengalaman langsung kita.

    Pembelajaran tidak hanya menekankan penguasaan menghafalkan

    fakta, angka, nama, tanggal, tempat dan kejadian yang dipelajari secara

    terpisah-pisah. Satu nama lain tapi justru hubungan antara bagian-bagian

    tersebutlah yaitu konteksnya yang memberikan makna. Semakin banyak

    keterkaitan yang ditemukan siswa dalam konteks yang luas, semakin

     bermaknalah isinya bagi mereka. Jadi, sebagian besar tugas guru adalah

    menyediakan konteks. Semakin mampu para siswa mengaitkan pelajaran-

     pelajaran akademik mereka dengan konteks ini, semakin banyak makna yang

    5  Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

    dalam Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), 265-271

    6  Sardiman,  Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar   (Jakarta: PT. Raja Grafindo

    Persada, 2005) , 222

  • 8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V

    4/57

    4

    akan mereka peroleh dan akan menuntun pada penguasaan pengetahuan dan

    ketrampilan.7 

    Dari sini jika dikaitkan dengan proses pengajaran Ibnu Khaldun adalah

     pengajaran suatu ragam keilmuan hanya akan berguna bila dilakukan secara

    gradual sedikit demi sedikit. Pertama-tama disampaikan permasalahan pokok

    tiap bab, lalu dijelaskan secara global dengan mempertimbangkan tingkat

    kecerdasan dan kesiapan anak didik hingga selesai. Dengan ini bisa diperoleh

    mastery learning   (belajar dengan penguasaan penuh) akan materi keilmuan

    yang diajarkan,8  tidak terpecah belah dalam benak anak dan perlunya

    kebulatan yang utuh akan ilmu pengetahuan yang diterima pelajar 9 lebih jauh

    metode pembelajaran demikian mempersiapkan anak didik untuk memahami

    secara penuh pembelajaran dan seluk-beluk permasalahannya sehingga

     permasalahan pelik yang ada bisa terpecahkan. Model pembelajaran semacam

    inilah yang akan benar-benar berguna (efektif), meski memang (mungkin) ada

     pengulangan-pengulangan dalam materi pelajaran.

    Seperti pada masa sekarang kita saksikan banyak para pendidik tidak

    mengetahui metode-metode pembelajaran yang efektif. Mereka begitu saja

    menyampaikan materi yang pelik kepada anak-anak didik mereka dan

    mengulang-ulangnya tanpa disertai mengajarkan kerangka pikir

     pemahamannya dan tanpa mempertimbangkan tingkat kesiapan anak didik.

    Padahal terbentuknya kesiapan dan kemampuan memahami pada diri anak

    7 Elain B. Johnshon, Contextual Teaching and Learning  (Bandung: MLC, 2007), 31-33.

    8  Muhammad Jawwad Ridlo, Tiga Aliran Utama Teori Pendidikan Islam  (Yogyakarta:

    PT. Tiara Wacana Yogya. 2002), 191.9 Busyairi Madjidi,  Konsep Kependidikan (Para Filosof Muslim)  (Yogyakarta: Al-Amin

    Press, 1997),132.

  • 8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V

    5/57

    5

    didik membutuhkan proses dan berlangsung gradual yang pada awal mula

    membutuhkan penyederhanaan, contoh dan ilustrasi konkrit. Demikian

    kesiapan anak didik terus berkembang seiring dengan kompleksitas materi

    yang diajarkan hingga pada penguasaan penuh. Maka sekiranya para pendidik

    (dalam mengajar) mencukupkan dengan masalah-masalah pokok saja, tentu

     persoalannya menjadi lebih dan pembelajaran lebih sederhana dan efektif.

    Dengan ini maka akan tercapailah pengembangan kemahiran dalam

    memahami dan mendalami suatu disiplin tertentu. Dengan enam prinsip utama

    yang perlu diperhatikan pendidik yaitu : (1) prinsip pembiasaan, (2) prinsip

    tadrij (berangsur-angsur), (3) prinsip pengenalan umum (4) prinsip kontinuitas

    (5) memperhatikan bakat dan kemampuan peserta didik, (6) menghindari

    kekerasan dalam mengajar.10

     Berangkat dari asumsi ini penulis tertarik untuk

    meneliti dan membahas dalam skripsi ini dengan judul: “KEGIATAN

    PEMBELAJARAN CTL DALAM PERPSPEKTIF IBNU KHALDUN”. 

    B.  Rumusan Masalah

    1. 

    Bagaimanakah konsep pembelajaran CTL dalam perspektif Ibnu Khaldun?

    2. 

    Bagaimanakah materi pembelajaran CTL dalam perspektif Ibnu Khaldun?

    3.  Bagaimanakah tujuan pembelajaran CTL dalam perspektif Ibnu Khaldun?

    4. 

    Bagaimanakah langkah-langkah pembelajaran CTL dalam perspektif Ibnu

    Khaldun?

    10 Syamsul Nijar  , Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pers, 2002) 93-95.

  • 8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V

    6/57

    6

    C. 

    Tujuan Penelitian

    1. 

    Untuk mendeskripsikan konsep pembelajaran menurut Ibnu Khaldun.

    2. 

    Untuk mendeskripsikan materi pembelajaran CTL dalam perspektif Ibnu

    Khaldun.

    3. 

    Untuk mendeskripsikan tujuan pembelajaran CTL dalam perspektif Ibnu

    Khaldun.

    4. 

    Untuk mendeskripsikan langkah-langkah pembelajaran CTL dalam

     perspektif Ibnu Khaldun.

    D.  Manfaat Penelitian

    Manfaat dari kajian ini adalah:

    1. 

    Secara Teoritis

    Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah

    wawasan dan pengetahuan ilmiah dalam bidang pendidikan khususnya

    memasukkan pendekatan pembelajaran CTL dalam kegiatan belajar

    mengajar, sehingga dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran sesuai

    dengan perkembangan pendidikan.

    2. 

    Secara Praktis

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan

    masukan bagi:

    a. 

    Guru

    Dapat diterapkan oleh pendidik dalam proses kegiatan belajar

    mengajar dan diharapkan pendidik dapat memahami serta

  • 8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V

    7/57

    7

    mengoptimalkan bagaimana menjadi seorang pendidik yang nantinya

    diharapkan mampu mencetak manusia yang sempurna.

     b. 

    Lembaga Pendidikan

    Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran secara maksimal

    sehingga mutu pendidikan terus terangkat.

    E.  Telaah Pustaka

    1.  Dalam strategi yang ditulis oleh Agung Eko Nurcahyo (Desember 2005,

    STAIN Ponorogo) juga meneliti tentang CTL yang berjudul “Pendekatan

    CTL dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam” meneliti tentang :

    Implementasi CTL dalam pembelajaran PAI pada prakteknya di

    lapangan dipilih sebagai strategi, metode dan pendekatan yang utama.

    Kendala yang dihadapi guru agama dalam implementasi CTL pada

     pembelajaran PAI relatif pada tatanan teknis pelaksanaanya,

    diantaranya adanya keterbatasan waktu jam pelajaran, keaktifan dari

    siswa, juga pada masalah keberadaan fasilitas dan sarana praktek

    ibadah.

    Untuk mengatasi kendala pada implementasi CTL dalam pembelajaran

    PAI, upaya yang diambil guru antara lain dengan pemilihan materi-

    materi yang substansial untuk disampaikan terlebih dahulu, dan

     pendekatan kepada siswa untuk mengetahui sejauh mana kemampuan

    daya tangkap siswa kepada materi yang disampaikan dan kerjasama

    dengan pihak sekolah untuk mengatasi kendala yang sifatnya teknis

    seperti keberadaan fasilitas.

  • 8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V

    8/57

    8

    2. 

    Skripsi oleh Moh. Fatah Yasin dengan judul “Strategi Guru PAI dalam

    Meningkatkan Bacaan Al-Qur’an Melalui Pendekatan Pembelajaran

    Kontekstual (Desember, 2006 STAIN Ponorogo). Di dalamnya membahas

    tentang :

    Pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an melalui pendekatan kontekstual

    siswa kelas II Madrasah Aliyah Al-Azhar Sampung Ponorogo secara

    garis besar sudah diterapkan sebagai salah satu strategi. Adapun dalam

     penerapannya dalam proses pembelajaran mengacu pada 7 komponen

    utama yaitu: penerapan belajar konstruktivis dengan konsep siswa

     belajar, bekerja dan menemukan sendiri kegiatan inquiry untuk semua

    topik, membangun keinginan sifat tahu pada siswa dengan bertanya,

    membangun masyarakat belajar, pemodelan dalam pembelajaran,

    kegiatan refleksi dan diakhir pertemuan dan penilaian sebenarnya.

    Strategi guru pendidikan Islam dalam meningkatkan bacaan Al-Qur’an

    melalui pendekatan pembelajaran kontekstual siswa kelas II Madrasah

    Aliyah Al-Azhar Sampung Ponorogo mengacu pada prinsip-prinsip

     penerapan contextual teaching and learning yaitu dengan

    merencanakan pembelajaran sesuai dengan kemajuan perkembangan

    mental siswa, membentuk kelompok belajar yang saling tergantung

    menggunakan teknik-teknik bertanya, menerapkan penilaian autentik

    dengan strategi yang dimiliki guru tersebut yang kemudian

    dikembangkan secara tepat dan profesional. 

  • 8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V

    9/57

    9

    3. 

    Dalam skripsi yang ditulis oleh Suryoningrat (Maret 2006, STAIN

    Ponorogo) yang berjudul metode pendidikan Islam perspektif Ibnu

    Khaldun meneliti tentang:

    Metode pendidikan Islam menurut Ibnu Khaldun adalah metode

    diskusi, metode berangsur-angsur, metode khusus, metode kunjungan

    studi, metode malakah (pembiasaan) Ibnu Khaldun berdasarkan

    konsep metode pendidikannya pada pengalaman hidupnya, seperti

    halnya metode malakah dan metode kunjungan studi.

    Metode pendidikan Islam perspektif Ibnu Khaldun bila ditinjau dari

    sosiologi pendidikan masih relevan pada masa sekarang ini. Sedang

    dalam skripsi ini akan meneliti tentang “Kegiatan Pembelajaran CTL

    dalam Perspektif Ibnu Khaldun”.

    F.  Metode Penelitian

    1. 

    Jenis Penelitian

    Menunjuk pada judul, rumusan masalah yang dikemukakan di atas

    maka, penulisan karya ilmiah termasuk dalam kategori kajian kepustakaan

    ( Library Research) yaitu bentuk tampilan argumentasi penalaran keilmuan

    yang menjelaskan hasil studi kepustakaan dan olah pikir peneliti tentang

    suatu persoalan.

    2. 

    Pengumpulan Data

    Adapun sumber data yang dapat dijadikan rujukan dalam penulisan

    skripsi ini yang ada relevansinya dengan pembahasan skripsi ini yaitu:

  • 8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V

    10/57

    10

    a. 

    Sumber Data Primer

    Adapun sumber data primer yang digunakan dalam penelitian

    ini adalah buku karya Ibnu Khaldun dan buku-buku yang membahas

    tentang CTL seperti :

    1) 

    Elaine D Johnshon. Contextual Teaching and Learning . Bandung:

    (MLC) 2007.

    2) 

     Nurhadi DKK.  Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya

    dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang, 2003.

    3) 

    Marasudin Siregar.  Konsep Pendidikan Ibnu Khaldun Suatu

     Analisa Fenomenologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999.

    4) 

    Ibnu Khaldun.  Muqodimah.  Terjemah. Ahmadie Thoha. Jakarta:

    Pustaka Firdaus, 2001.

     b. 

    Sumber Data Sekunder

    1) 

    Kunandar. Guru Profesional . Jakarta: Raya Grafindo Persada,

    2007.

    2) 

    Wina, Singajaya.  Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum

     Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana, 2006.

    3) 

    Sardiman.  Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar . Jakarta: PT.

    Raja Grafindo Persada, 2005.

    4) 

    Madjidi Busyairi.  Konsep Kependidikan Para Filosof Muslim.

    Yogyakarta: Al-Amin Press,1997.

    5)  Hari Jauhari, Muchtar.  Fiqih Pendidikan. Bandung: Remaja

    Rosdakarya, 2005.

  • 8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V

    11/57

    11

    6) 

    Hasan, Langulung.  Asas-Asas Pendidikan Islam. Jakarta: PT.

    Pustaka Al-Husna Baru, 2003.

    7) 

    Ridla, Muhammad Jawwad. Tiga Aliran Utama Teori Pendidikan

     Islam. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 2002.

    8) 

    Burhanuddin, Salam.  Pengantar Pedagogik . Jakarta: PT. Rineka

    Cipta, 1997.

    9) 

    Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2006.

    10) 

    Samsul, Nizar.  Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press,

    2002.

    11) 

     Neong Muhadjir, et.al.  Metodologi Penelitian Kualitatif . Jakarta:

    Remaja Rosdakarya, 1998.

    12) 

    Sutrisno Hadi.  Metodologi Research I . Yogyakarta: Yayasan

    Penerbitan Fakultas Psikologi UGM, 1987.

    13) 

    Ali Al Jumbulati dan Abdul Futuh At-Tuwaanisi.  Perbandingan

     Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2002.

    14) 

    Husayn Ahmad Amin. Seratus Tokoh dalam Sejarah Islam.

    Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1997.

    15) 

    Abdillah F Hasan. Tokoh-tokoh Mashur Dunia Islam. Surabaya:

    Jawara Surabaya, 2004.

    16) 

    Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana, 2008.

    17)  Nurhadi. Kurikulum 2004. Jakarta: PT. Grasindo, 2004.

  • 8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V

    12/57

    12

    18) 

     Nurhadi, et.al.  Pembelajaran Contekstual Teaching and Learning

    (CTL) dan Penerapannya dalam KBK . Malang: Universitas Negeri

    Malang, 2003.

    3.  Metode Analisis Data

    Setelah data-data diolah, maka selanjutnya data tersebut dianalisis

    dengan menggunakan beberapa metode yaitu :

    a.  Metode Contens Analysis 

    Yaitu analisis ilmiah tentang pesan suatu komunikasi.11 Metode

    ini digunakan untuk menganalisis isi dan berusaha memaparkan

     pembelajaran CTL dalam perspektif Ibnu Khaldun.

     b. 

    Metode Induktif

    Adalah metode yang berangkat dari fakta-fakta yang khusus,

     peristiwa-peristiwa yang konkrit, kemudian dari fakta atau peristiwa

    yang khusus dan konkrit dicari generalisasi yang punya kesamaan12 

    G.  Sistematika Pembahasan

    BAB I: Pendahuluan. Bab ini merupakan pola dasar pemikiran penulis

    dalam penyusunan skripsi yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan

    masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode

     penelitian dan sistematika pembahasan.

    11 Noeng Muhadjir dkk,  Metodologi Penelitian Kualitatif   (Jakarta: Remaja Rosdakarya,

    1998), 49.12

      Sutrisno Hadi,  Metodologi Research I , (Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas

    Psikologi UGM, 1987) 42-46.

  • 8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V

    13/57

    13

    BAB II: Konsep pembelajaran Ibnu Khaldun yang meliputi tentang:

    Pengertian pembelajaran Ibnu Khaldun, materi-materi pembelajaran Ibnu

    Khaldun, tujuan pembelajaran Ibnu Khaldun, langkah-langkah pembelajaran

    Ibnu Khaldun.

    BAB III: Proses kegiatan pembelajaran CTL yang meliputi tentang:

     pengertian pembelajaran CTL, materi-materi pembelajaran CTL, tujuan

     pembelajaran CTL dan langkah-langkah pembelajaran CTL.

    BAB IV: Analisis tentang kegiatan pembelajaran CTL dalam

     perspektif Ibnu Khaldun, yang berfungsi sebagai analisis dan penjelasan

    tentang: analisis konsep pembelajaran CTL dalam perspektif Ibnu Khaldun,

    analisis materi pembelajaran CTL dalam perspektif Ibnu Khaldun, analisis

    tujuan pembelajaran CTL dalam perspektif Ibnu Khaldun, analisis langkah-

    langkah pembelajaran CTL dalam perspektif Ibnu Khaldun.

    BAB V: Penutup, bab ini merupakan bab terakhir penulisan skripsi

    yang terdiri dari dua sub bab, yaitu kesimpulan dan saran-saran.

  • 8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V

    14/57

    14

    BAB II

    KONSEP PEMBELAJARAN IBNU KHALDUN

    H. 

    Pengertian Pembelajaran Menurut Ibnu Khaldun

    Rumusan pendidikan yang dikemukakan oleh Ibnu Khaldun

    didasarkan kepada filsafat sejarah dan sosiologi dan pengalaman yang

    menghubungkan antara konsep dan realita.13

      Mengenai pendidikan Ibnu

    Khaldun berpijak pada sebuah asumsi dasar bahwa manusia pada dasarnya

    “tidak tahu” ( jahil ), ia menjadi “tahu” (aldm) dengan belajar. Artinya, bahwa

    manusia adalah jenis hewan seperti yang lainnya, hanya saja Allah telah

    memberinya keistimewaan berupa akal pikiran. Sehingga memungkinkannya

     bertindak secara terarah dan terencana. Dengan kelebihan yang dimiliki oleh

    manusia atas makhluk-makhluk lainnya menjadikannya mampu

    mengkonseptualisasikan realitas empiris dan non empiris yaitu berupa akal

    kritis.14

     

    Menurut Ibnu Khaldun pendidikan sebagai suatu gejala konklusi yang

    lahir dari terbentuknya masyarakat dan perkembangan di dalam tahapan

    kebudayaan dan mendorong manusia untuk memiliki pengetahuan yang

     penting baginya di dalam kehidupan yang sederhana pada periode-periode

     pertama pembentukan masyarakat. Lalu lahiriah pendidikan sebagai akibat

    adanya kesenangan manusia untuk memahami dan mendalami pengetahuan,

    13  Marasudin Siregar,  Konsep Pendidikan Ibnu Khaldun (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

    1999), 36.14

      Muhammad Jawad Ridha, Tiga Aliran Utama Teori Pendidikan Islam (Yogyakarta:

    Tiara Wacana, 2002), 184.

  • 8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V

    15/57

    15

     bahwa pendidikan berusaha untuk melahirkan masyarakat yang

     berkebudayaan serta berusaha untuk melahirkan eksistensi masyarakat yang

    akan datang.

    Jadi menurut Ibnu Khaldun pendidikan adalah sebagai suatu proses

    untuk mewujudkan budi pekerti yang baik bagi suatu masyarakat yang

     berkebudayaan dan berusaha untuk mempertahankan, melestarikan eksistensi

    masyarakat yang akan datang dan masa depan untuk menghasilkan suatu

    output yang mengarah kepada pengembangan sumber daya manusia yang

     berkualitas tinggi dan berdisiplin tinggi. Karena pendidikan itu sesuai dengan

     pembentukan nilai-nilai, sedangkan pembelajaran tertuju pada pembentukan

    akal atau intelektual.

    Oleh karena itu pendidikan dan pengajaran berusaha untuk

    memadukan antara ilmu dan amal. Artinya setiap ilmu pengetahuan yang telah

    diketahui dapat diwujudkan dalam perbuatan yang baik atau moralitas yang

     baik.15

     

    Dari pengertian pendidikan di atas, maka pembelajaran Ibnu Khaldun

    sebagai aktifitas profesional menyatakan bahwa prestasi dan keberhasilan

    yang dicapai siswa dalam pembelajaran bukan karena bakat, bawaan yang

    dimilikinya tapi cenderung kepada kemampuan hasil belajarnya.

    Sesungguhnya kemampuan dalam suatu ilmu dan pemahaman mendalam

    terhadapnya hanya dapat dicapai dengan penguasaan penuh atau

     profesionalitas (malakat ) prinsip-prinsip dasar, rumus-rumus dan seluk beluk

    15  Ibid ., 3-162.

  • 8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V

    16/57

    16

     problematika ilmu terkait. Sebelum hal ini dikuasai maka kemampuan dan

     pemahaman mendalampun tidak terjadi. Malakat di sini bukankah sekedar

     pemahaman “elementer” terhadap suatu persoalan keilmuan, akan tetapi yang

    dimaksudkan adalah semacam insight  yang dimiliki oleh seorang pakar.

    Malakat adalah suatu penguasaan utuh yang sudah sedemikian

    menyatu dalam kompetensi seorang pakar atau ahli. Semua malakat

    membutuhkan proses belajar, sehingga wajar kalau kemudian banyak guru

    yang pakar akan ilmu dituju banyak orang untuk keperluan dalam belajar.

    Karena aktivitas malakat (profesional) tidaklah kalah dengan aktivitas

    intelektual (pemikiran) murni, seperti halnya filsafat, logika dan ilmu

    kebahasaan. Hal ini jelas akan mengubah cara pandang masyarakat terhadap

    ilmu (akademik) dan profesi selain sebagai parameter status sosial. Juga

    sebagai diantara sumber-sumber pengembangan intelektual manusia, karena

    dengannya manusia akan memperoleh kecakapan teoritis, pengalaman

    eksperimental yang mendalam sangat berguna bagi pengembangan intelektual

    dan peradaban yang sempurna sebagai reperesentasi ragam profesi yang

    sangat berguna juga baginya.16

     

    Karena kesanggupan berfikir manusia itu memiliki beberapa tingkatan

    yaitu tingkatan yang pertama ialah pemahaman intelektual manusia terhadap

    segala sesuatu yang terdapat di luar alam semesta dalam tatanan alam yang

     berubah-ubah dengan maksud supaya ia dapat mengadakan seleksi dengan

    kemampuannya sendiri. Tingkatan kedua ialah pikiran yang memperlengkapi

    16  Ibid ., 186-156.

  • 8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V

    17/57

    17

    manusia dengan ide-ide dan perilaku yang dibutuhkan dalam pergaulan

    dengan orang-orang bawahannya dan mengatur mereka. Pemikiran ini berupa

    apersepsi-apersepsi yang dicapai satu per satu melalui pengalaman, hingga

     benar-benar dirasakan manfaatnya. Inilah yang disebut akal eksperimental

    atau al Aql At Tajribi. Tingkatan yang ketiga adalah pikiran yang melengkapi

    manusia dengan pengetahuan (ilm) mengenai sesuatu yang berbeda di

     belakang persepsi indra tanpa tindakan praktis yang menyertainya17

     

    Untuk menciptakan kegiatan pembelajaran yang dapat menarik siswa,

     pendidik tidak cukup hanya menyampaikan materi saja, tapi harus bisa

    mengaitkan antara pengalaman yang dimiliki siswa dengan realita atau dunia

    nyatanya. Sehingga dapat mengembangkan sumber daya manusia yang

     berkualitas sejalan dengan perkembangan zaman sekarang.

    Materi-materi Pembelajaran Menurut Ibnu Khaldun

    Dalam proses belajar mengajar peranan materi pendidikan sangatlah

     penting, karena menentukan berhasil atau tidaknya hasil pembelajaran yang

    telah direncanakan. Dengan itu pendidik dituntut agar cermat dalam memilih

    dan menetapkan materi apa yang tepat untuk disampaikan kepada peserta

    didik.

    Menurut Ibnu Khaldun untuk menyampaikan pengetahuan kepada

    murid guru harus mengetahui sejauhmana kematangan persiapan guru dalam

    mempelajari hidup kejiwaan anak didiknya. Sehingga diketahui sejauhmana

    17  Chabib Thoha, et.al.,  Reformulasi Filsafat Pendidikan  Islam (Yogyakarta: Pustaka

    Pelajar, 1996), 119.

  • 8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V

    18/57

    18

    kematangan kesiapan mereka dalam bakat-bakat ilmiahnya. Bila pendidik

    melaksanakan materi di luar kemampuan anak didik, maka akan menyebabkan

    kelesuan mental bagi anak dan bahkan kebencian terhadap ilmu yang

    diajarkan. Sehingga akan menghambat proses pencapaian tujuan pendidikan.

    Untuk menghindari hal itu pendidik harus mampu memilih materi yang sesuai

    dengan perkembangan jiwa anak pada saat itu.18

     

    Ibnu Khaldun mengemukakan materi-materi pendidikan yang

    disampaikan kepada peserta didik antara lain:

    Ilmu-ilmu tafsir dan qiraat qur’an

    Ilmu ini membahas tentang:

    a. 

    Cara-cara mengucapkan lafadz-lafadz Al-Qur'an dan huruf-hurufnya

    (ada tujuh) cara khusus bacaan Al-Qur'an yang telah ditetapkan, dan

     penukilannya dilakukan terus menerus dengan praktek.

     b. 

    Adanya ilmu-i-rasmi, yaitu ilmu yang membicarakan letak-letak huruf-

    huruf Qur’an di dalam mushaf dan tentang gambar-gambar

    kaligrafinya.

    c. 

    Cara memahami dan mengetahui makna Qur’an baik dalam arti

    sinonim, mufrodat yang berupa kata-katanya maupun susunannya.19

     

    Ilmu-ilmu hadits

    Macam-macam ilmu hadits diantaranya:

     Nasikh dan mansukh hadits.

    Penyelidikan terhadap sanad-sanad hadits.

    18  Ali Al Jumbulati dan Abdul Putuh At-Tawaandi,  Perbandingan Pendidikan (Jakarta:

    Rineka Cipta, 2002), 196.19

     Ibnu Khaldun, Muqadimah Terj. Ahmad Thoha (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000), 547.

  • 8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V

    19/57

    19

    Isnad-isnad hadits.

    Lafadz-lafadz yang terdapat dalam matan-matan hadits.

    Tingkatan-tingkatan hadits.

    Keadaan dan tingkatan-tingkatan cara hidup para penukil hadits.

    Para penghafal (huffadl ) hadits.

    Takhrijul hadits.20

     

    Ilmu fiqih ( jurisprudensi)

    Ilmu fiqih adalah pengetahuan tentang klasifikasi hukum-hukum

    Allah Ta’ala yang berkenan dengan tindakan-tindakan kaum muslim

    mukallaf, seperti: hukum wajib, haram, sunnah, makruh dan mubah.21

     

    Ilmu faraid

    Ilmu faraid ialah pengetahuan tentang pembagian harta warisan dan

    ketentraman bagian yang menjadi hak dari suatu harta warisan dengan

    memperhatikan hubungan antara bagian individu dan pembagian dasar.22

     

    Ilmu ushul fiqh

    Ilmu ushul fiqih, di dalamnya meliputi dalil-dalil  syar’iyyah,

    darimana hukum agama dan kewajiban-kwajiban resmi (taklif ) diambil dari

    Al-Qur'an lalu sunnah sebagai penjelas Qur’an.23

     

    Ilmu kalam

    Ilmu kalam adalah ilmu yang mempergunakan bukti-bukti logis

    dalam mempertahakan akidah keimanan dan menolak pembaharuan yang

    20  Ibid ., 553-564.

    21  Ibid ., 564-577.22

      Ibid ., 577-579.23

      Ibid ., 579-589.

  • 8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V

    20/57

    20

    menyimpang dalam dogma yang dianut kaum muslimin pertama dan

    ortodoksi muslim, ahlus-sunnah.24

     

    Ilmu tasawuf

    Ilmu tasawuf ( sufisme) adalah termasuk ilmu syari’at agama yang

    datang kemudian yang didasarkan kepada suatu anggapan bahwa praktek-

     praktek yang dimuat masih tetap sama seperti yang dilakukan orang

    muslim pertama sebagai jalan menuju kebenaran dan hidayah.25

     

    Ilmu ta’bir mimpi

    Ilmu ini termasuk bagian dari ilmu-ilmu syari’at dan merupakan

     pendatang baru dalam Islam ketika ilmu-ilmu pengetahuan menjadi

    keahlian ilmu dan sarjana-sarjana menulis buku-buku tentang itu.26

     

    Ilmu yang menggunakan alat berfikir

    Ilmu-ilmu ini disebut dengan ilmu-ilmu filsafat dan hikmah yang

    meliputi di dalamnya empat macam ilmu:

    Ilmu logika (mantiq) sebuah ilmu untuk menghindarkan kesalahan

     pemikiran dalam proses penyusunan fakta-fakta yang ingin diketahui

    yang berasal dari berbagai fakta yang telah diketahui.

    Ilmu “fisika”, ilmu alam, adalah ilmu yang kedua dari ilmu-ilmu intelek

    (daya pikir).

    Ilmu “metafisika” yang dapat mempelajari masalah-masalah metafisika,

    spiritual.

    24  Ibid ., 589-623.25

      Ibid ., 623-643.26

      Ibid ., 643-649.

  • 8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V

    21/57

    21

    Ilmu matematika, membahas tentang (geometri, aritmatika, musika,

    astronomi).27

     

    Ilmu –ilmu yang berhubungan dengan angka-angka

    Ilmu ini berupa aritmatika di dalamnya berupa pengetahuan tentang

    angka-angka yang dikombinasi dalam deret hitung dan deret ukur. Ilmu ini

    adalah cabangnya pertama dari ilmu-ilmu matematis dan yang paling pasti

    ia masuk ke dalam pembuktian melalui hitungan angka-angka dengan cara

    ‘menggabung’ dan ‘memisah’.28

     

    Ilmu astronomi

    Ilmu yang mempelajari tentang gerakan bintang-bintang dan planet-

     planet dengan cara astronomi menarik kesimpulan berdasarkan metode

    geometris tentang adanya bentuk-bentuk tertentu dan bermacam posisi

    lingkaran yang mengharuskan terjadinya gerakan yang dapat dilihat dengan

    indra.29

     

    Ilmu logika

    Ilmu ini berbicara tentang kaidah-kaidah yang memungkinkan

    seseorang mampu membedakan antara yang benar dan yang salah dengan

    alasan yang bermanfaat bagi persepsi.30

     

    Ilmu fisika

    Ilmu fisika adalah ilmu yang membahas tentang tubuh-tubuh dari

    titik pandang gerakan dan diam seperti manusia, binatang dan tumbuh-

     27

      Ibid ., 649-656.28  Ibid ., 656-665.29

      Ibid ., 665-668.30

      Ibid ., 668-674.

  • 8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V

    22/57

    22

    tumbuhan yang ada padanya. Fisika mempelajari tentang tubuh-tubuh

    samawi dan (substansi-substansi) elementair, sebagaimana juga pada

    manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan dan barang-barang tambang yang

    diciptakan daripadanya.31

     

    Ilmu kedokteran

    Ilmu kedokteran adalah ilmu yang mempelajari tentang tubuh

    manusia untuk mengetahui dan menyembuhkan penyakit yang telah

    diketahui dengan jelas dan sebab-sebab yang menimbulkannya. Dan juga

     berusaha mengetahui dengan pasti obat-obat yang ada untuk setiap

     penyakit, dan disimpulkan efektivitas obat-obatan dalam komposisi-

    komposisi serta kekuatan-kekuatannya.32

     

    Ilmu pertanian

    Ilmu pertanian adalah ilmu yang mempelajari pengolahan dan

     pertumbuhan tanaman dengan adanya irigasi, pemeliharaannya yang tepat,

     pengolahan tanah, dan lain sebagainya.33

     

    Ilmu metafisika

    Ilmu metafisika (ilm-i-ilahiyah) adalah ilmu yang mempelajari

    wujud sebagai adanya. Ia mengajarkan soal hukum yang menyangkut hal-

    hal bersifat jasmani dan spiritual. Seperti kesatuan, pluralitas, keharusan,

    kemungkinan, dan seterusnya.

    34

     

    31  Ibid ., 674-675.

    32  Ibid ., 675-67733

      Ibid ., 677-678.34

      Ibid ., 678-681.

  • 8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V

    23/57

    23

    Ilmu sihir dan azimat

    Sebagai ilmu-ilmu yang menunjukkan bagaimana jiwa-jiwa

    manusia mampu disiapkan untuk melakukan suatu pengaruh terhadap dunia

    elemen, baik tanpa bantuan atau dengan bantuan benda angkasa.35

     

    Ilmu rahasia-rahasia surat

    Ilmu ini membahas tentang rahasia-rahasia huruf, yang biasanya

    disebut sihirnya: “surat magik” yang diambil dari azimat-azimat. Untuk

    ilmu ini dipergunakan dalam pengertian konvensional. Istilah orang-orang

    sufi yang mempraktekkan magik. Semua aktivitas magik dalam dunia alam

    muncul dari jiwa manusia dan pikiran manusia, sebab secara esensial jiwa

    manusia meliputi dan menguasai alam36

     

    Ilmu kimia

    Ilmu kimia adalah ilmu yang menerangkan istilah tehnis dan bentuk

    operasi (pelaksanaan) tehnis dengan substansi-substansi dipengaruhi untuk

    diubah menjadi bentuk emas dan perak.37

     

    Materi dalam pembelajaran merupakan syarat mutlak yang harus ada

    untuk menentukan berhasil tidaknya pembelajaran yang diinginkan. Dengan

    terlebih dahulu seorang pendidik sebelum memberikan pengetahuan kepada

    siswa ia harus tau bagaimana perkembangan kejiwaan anak didiknya.

    Sehingga nantinya pendidik mampu memberikan pengetahuan yang mudah

    diterima oleh siswa.

    35  Ibid ., 681-694.36

      Ibid ., 695-69637

      Ibid ., 696-697.

  • 8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V

    24/57

    24

    Tujuan Pembelajaran Menurut Ibnu Khaldun

    Untuk menciptakan manusia yang memiliki kemampuan berfikir,

    setiap negara memiliki sistem pendidikan sebagai sarana pengembangan bakat

    yang dimiliki anak didik. Karena pendidikan merupakan tumpuan harapan

    masyarakat, yang dikelola oleh pendidikan. Untuk mempertahankan

    eksistensinya serta responsif terhadap perubahan dan kecenderungan yang

    sedang berlangsung atau untuk mengembangkan potensi manusia agar mampu

    mempertahankan hidupnya sebagai masyarakat yang berbudaya dalam

    masyarakat modern. Artinya masyarakat dapat mengikuti perkembangan

    zaman dengan pesatnya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

    teknologi.

    Hal ini berorientasi kepada tugas dan tanggung jawab manusia sebagai

    kholifah Allah di muka bumi yaitu manusia harus dapat melaksanakan tugas

    dan kewajibannya sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadanya. Tugas

    dan tanggung jawab manusia selain sebagai hamba yang mengabdi kepada

    Allah SWT, juga untuk mengolah sumber daya alam untuk kemakmuran

    semua umat manusia. Dengan ini manusia diharapkan dapat lebih baik

    melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya baik kepada Allah SWT maupun

    terhadap sesama manusia.

    Menurut Ibnu Khaldun tujuan pembelajaran dapat dikelompokkan

     pada tiga tingkatan yaitu:38

     

    38 Marasudin Siregar, Konsep Pendidikan Ibnu Khaldun, 73-74.

  • 8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V

    25/57

    25

    Pengembangan kemahiran (al-malakah atau skill ) dalam bidang ilmu tertentu.

    Orang awam bisa memiliki pemahaman yang sama tentang suatu

     persoalan dengan seorang ilmuwan. Akan tetapi potensi al-malakah tidak

     bisa dimiliki oleh setiap orang, kecuali setelah ia benar-benar memahami

    dan mendalami satu disiplin tertentu.

    Penguasaan ketrampilan profesional sesuai dengan tuntutan zaman. Dalam hal

    ini pendidikan hendaknya ditujukan untuk memperoleh ketrampilan yang

    tinggi pada profesi tertentu ini dapat diartikan sebagai upaya

    mempertahankan dan memajukan peradaban secara keseluruhan.

    Pembinaan pemikiran yang baik. Karena kemampuan berfikir merupakan

    garis pembeda antara manusia dengan binatang. Maka pendidikan

    hendakya diformat dan dilaksanakan dengan terlebih dahulu

    memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan potensi-potensi

     psikologis anak didik. Untuk mencapai tujuan tersebut maka keberadaan

     pendidikan merupakan bagian integral dari konstruksi sebuah peradaban.

    Proses ini merupakan upaya mulia dengan adanya penyebaran ilmu

     pengetahuan. Upaya tersebut merupakan salah satu tugas manusia sebagai

    khalifah fi al-ardh.39

     

    Dari ketiga tujuan di atas menurut Ibnu Khaldun tujuan tersebut dapat

    dirumuskan sebagai berikut:

    39  Syamsul Nijar,  Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis

    (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), 93-94.

  • 8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V

    26/57

    26

    “Memberikan kesempatan kepada pikiran untuk aktif dan bekerja, karena

    aktifitas ini sangat penting bagi terbuka pikiran dan kematangan individu,

    kemudian kematangan ini akan mendapatkan faedah bagi masyarakat”.

    “Memperoleh berbagai ilmu pengetahuan sebagai alat untuk

    membantunya, hidup dengan baik di dalam masyarakat maju dan

     berbudaya”.

    “Memperoleh lapangan pekerjaan yang digunakan untuk memperoleh

    rezeki”.40

     

    Tujuan pembelajaran akan berhasil jika semua materi yang diberikan

    kepada siswa dapat diterima dengan mudah dan mampu diterapkan dalam

    dunia nyata sebagai manusia yang hidup dalam masyarakat, yakni akan

    menjadi seorang yang ilmuwan, profesional dan menjadi pemikir yang baik

    (bisa membedakan antara kebaikan dan keburukan).

    Langkah-langkah Pembelajaran Menurut Ibnu Khaldun

    Seperti yang telah kita ketahui bahwa mengajarkan pengetahuan

    kepada pelajar hanya akan efektif bila dilakukan dengan berbagai cara atau

    langkah-langkah yang dapat diterima siswa dengan baik.

    Maka menurut Ibnu Khaldun langkah-langkah tersebut adalah sebagai

     berikut:

    Dalam proses pengajaran pengetahuan agar disampaikan secara global pada

    tingkat permulaan pembelajaran kemudian baru secara terperinci.

    Pengetahuan yang pertama kali diberikan kepada murid-murid meliputi

    40 Marasudin Siregar, Konsep Pendidikan Ibnu Khaldun, 41.

  • 8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V

    27/57

    27

     pokok-pokok masalah (bahasan) dari tiap-tiap bab dari ilmu yang akan

    diajarkan. Dengan dijelaskannya secara global pokok bahasan dari bab

    demi bab sampai kepada akhir ilmu itu. Kemudian langkah kedua,

    hendaknya guru mengulang kembali pelajaran yang telah diberikan dari

    awal hingga penjelasan lebih terperinci, dan tidak lagi bersifat umum.

    Seperti masalah-masalah khilafiah supaya dikemukakan dan duduk

     perselisihannya supaya dijelaskan dengan gamblang sampai terselesaikan

    rencana pelajaran ilmu itu. Dengan demikian daya tangkap anak terhadap

     pelajaran menjadi melekat dan mampu membahas segi-sgi ilmu yang

    dapat menjadi pertentangan dan berbagai pandangan yang berbeda hingga

    keahliannya lebih sempurna. Kemudian langkah pengulangan ketiga ialah

    agar guru mengulangi lagi pelajaran yang sudah diberikan dari awal

    (semacam review) hingga tidak ada lagi kesulitan dan keraguan pada

     pelajaran dan semuanya harus sudah diuraikan. Murid benar-benar sudah

    memahami dan benar-benar menguasai bidang ilmu yang diajarkan.

    Dengan itu aktivitas dari pelajar untuk menanyakan atau membahas hal-

    hal yang sulit kepada guru dapat terungkap.41

      Menurut Ibnu Khaldun

     penyajian yang berhasil dengan baik ialah melalui tiga langkah

     pengulangan. Dalam beberapa hal ulangan yang berkali-kali itu memang

    dibutuhkan, tapi tergantung pada keterampilan dan kecerdasan si murid.

    41  Busyairi Masjidi,  Konsep Pendidikan Para Filosof Muslim (Yogyakarta: Al-Amin

    Press, 1997), 130.

  • 8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V

    28/57

    28

    Karena tidak jarang seorang guru memberikan pelajaran yang sukar untuk

    dipelajari siswa.42

     

    Pemakaian alat-alat peraga dalam pengajaran pada masa permulaan.

    Pemakaian alat-alat ini akan sangat berguna bagi anak didik pada masa

     permulaan pembelajaran karena pada saat itu daya pemahaman dan

    tanggapannya masih lemah. Dengan pemberian contoh-contoh yang

    konkrit, membantu mereka dalam memahami pelajaran yang diberikan.

    Janganlah guru mengulur-ulur waktu ketika murid sedang belajar vak tertentu,

    dengan cara memutuskan proses belajar dengan interupsi (misalnya

    dengan pemberian waktu istirahat) untuk menghindari atau terpotongnya

    masalah-masalah ilmu (dalam pendidikan modern diperlukan selingan

    waktu istirahat dalam pemberian pelajaran, terutama pada dua mata

     pelajaran yang berbeda untuk menghilangkah rasa kejenuhan dan untuk

    memantapkan mata pelajaran yang baru diberikan ke dalam jiwa murid).

    Agar dalam pemberian pengetahuan guru janganlah mengajarkan definisi-

    definisi atau kaidah-kaidah umum pada pertama kali pembelajaran. Tapi

     berilah contoh-contoh yang memadai, lalu barulah pindah ke definisi-

    definisi atau kaidah-kaidah.

    Jangan membiarkan murid belajar dua macam ilmu dalam waktu bersamaan.

    Cara demikian jarang sekali memberi hasil, karena akan memecah

     perhatian dan konsentrasi, sehingga kemungkinan besar gagal kedua-

     42

     Ibnu Khaldun, Moqodimmah, 752.

  • 8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V

    29/57

    29

    duanya. Lain halnya jika belajar satu vak saja, kemungkinan besar

     berhasil.

    Ide pembelajaran Ibnu Khaldun ialah kebulatan yang utuh pada

     pelajaran atau ilmu yang diberikan, tidak terpecah-pecah dalam benak

    anak. Seperi dalam pendidikan mutakhir (termodern) mulai dilontarkan

    sebuah konsep integrated curriculum  dan correlated curriculum,

    maksudnya perlunya kebulatan ilmu pengetahuan yang diterima pelajar.

    Pengajaran Al-Qur'an diberikan pada waktu permulaan anak-anak diajarkan

    membaca dan menghafalkan, sudah selesai maka pembelajaran berpindah

    kepada pelajaran lain.

    Agar tidak memperluas pembahasan pada pelajaran ilmu-ilmu alat berbeda

    halnya pada pelajaran ilmu-ilmu pokok yang menjadi tujuan

     pembelajaran. Adapun pada ilmu-ilmu tujuan pokok perluasan

     pembahasan dalam pembelajaran ataupun perincian permasalahan tidak

    ada larangan(keberatan). Karena uraian yang luas menambah lekatnya

    ilmu dan kejelasan pengertian pada benak para pelajar.

    Janganlah guru menugaskan murid-muridnya untuk mempelajari bermacam-

    macam aliran atau madzabnya yang berupa nama buku-buku dan ilmu

    yang ada di dalamnya. Karena menurut Ibnu Khaldun yang paling

    menyusahkan dalam menuntut ilmu pengetahuan dan mencapai tujuannya

    ialah banyak tulisan dan istilah-istilah yang bersimpang siur, kemudian

    menugaskan pelajar untuk menghafalkan semuanya.

  • 8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V

    30/57

    30

    Agar guru menghindari menyusun materi-materi ringkasan dan jangan

    membebani murid-murid mengikuti lafal-lafal dari matan itu, dengan

    maksud menyusun matan-matan itu untuk memudahkan para pelajar

    menghafalnya. Namun kenyataannya para pelajar terjerumus dalam

    kesulitan, yang mengakibatkan para pelajar sulit memahami isi materi

     pelajaran kalimat-kalimat matan, ringkasan yang sulit walaupun mereka

    hafal.

    Bepergian ke negeri lain untuk mencari ilmu menambah pengalaman dan

     pengetahuan, menambah wawasan yang mungkin tidak akan bisa

    diperoleh dari daerah tempat tinggalnya sendiri.

    Cinta kasih kepada anak-anak membina mereka penuh dengan keakraban,

    lemah lembut, jangan bersikap keras dan kasar. Karena tindak kekerasan

    dalam pendidikan merugikan anak didik dan merusak mental mereka.43

     

    Menurut Ibnu Khaldun: barang siapa dididik dengan kasar dan keras baik

    itu murid atau pembantu rumah atau pelayan maka kekerasan itu

    melumpuhkannnya, mempersulit perkembangan jiwanya, kekerasan

    membuka jalan ke arah kemalasan dan keserongan, penipuan serta

    kelicikan, membuat dia jadi pendusta karena takut mendapatkan perlakuan

    tirani bila mereka mengucapkan yang sebenarnya.44

     

    Tidak dibenarkan bagi guru mendidik anak dengan kekerasan kepada murid-

    muridnya, karena hal itu akan merusak akhlak anak didik dan perilaku

    sosial. Guru harus mampu menarik perhatian muridnya, menjaga mereka

    43 Busyairi Masjidi, Konsep Pendidikan Para Filosof Muslim, 131-134.

    44 Ibnu Khaldun, Muqodimah, 763.

  • 8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V

    31/57

    31

    hingga pikiran mereka terbuka dan berkembang sendiri.45

      Guru harus

    menjadi suri tauladan bagi murid-muridnya. Guru tidak sepatutnya hanya

    memberikan keteladanan melalui ucapan yang bersifat perintah-perintah

    saja, tapi juga harus memberi contoh perilaku yang mulia.46

     

    Pembelajaran yang dilakukan pendidik secara berulang-ulang kepada

    siswa akan sangat mempermudah siswa untuk lebih memahami apa yang ia

     pelajari baik dari segi pemahaman secara ilmiah maupun prakteknya dan

     pendidik pun tidak cukup hanya memberikan pengetahuan saja, akan tetapi

     bagaimana seorang pendidik menjadi figur yang memberikan keteladanan

    dalam menerapkan prinsip tersebut. Sehingga akan digugu dan ditiru oleh

    anak didik.

    45  Husayn Ahmad Amin, Seratus Tokoh dalam Sejarah Islam  (Bandung: PT. Remaja

    Rosdakarya, 1997), 243.46

      Abdillah F Hasan, Tokoh-tokoh Mashur Dunia Islam  (Surabaya: Jawara Surabaya,

    2004), 236. 

  • 8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V

    32/57

    32

    BAB III

    KONSEP PEMBELAJARAN CTL

    (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING )

    I.  Pengertian Pembelajaran CTL

    Majunya perkembangan zaman modern seperti sekarang ini,

     pembelajaran Contextual Teaching   and Learning   merupakan salah satu

     pendekatan pembelajaran yang banyak dibicarakan orang, dengan

    menganggap bahwa CTL adalah “mukanya” Kurikulum Berbasis Kompetensi

    (KBK), yakni merupakan salah satu pendekatan yang dapat diandalkan dalam

    mengembangkan dan mengimplementasikan KBK.47

     

    CTL merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih memperhatikan

    karakteristik siswa atau daerah tempat pembelajaran. Aplikasi pendekatan

    CTL bermula dari penelitian John Dewey pada tahun 1916 yang

    menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan baik bila apa yang dipelajari

    terkait dengan apa yang telah diketahui dengan kegiatan atau peristiwa yang

    terjadi disekelilingnya.

    Maka pendekatan kontekstual atau lebih terkenal dengan sebutan

    Contextual Teaching And Learning (CTL) merupakan konsep pembelajaran

    yang membantu guru untuk mengaitkan antara materi ajar dengan situasi

    dunia nyata siswa, yang dapat mendorong siswa membuat hubungan antara

    47  Wina Sanjaya,  Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi

    (Jakarta: Kencana, 2005), 109.

  • 8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V

    33/57

    33

     pengetahuan yang dipelajari dengan penerapannya dalam kehidupan para

    siswa sebagai anggota keluarga dan masyarkat.48

     

    Beberapa pengertian pembelajaran kontekstual menurut para ahli pendidikan

    adalah sebagai berikut:

    a. 

    Johnson mengartikan pembelajaran kontekstual adalah suatu proses

     pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam bahan

     pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan

    konteks kehidupan mereka sehari-hari, yaitu dengan konteks lingkungan

     pribadinya, sosialnya, dan budayanya.

     b. 

    The Washington State Consortium For Contextual Teaching and Learning

    mengartikan pembelajaran kontekstual adalah pengajaran yang

    memungkinkan siswa memperkuat, memperluas, dan menerapkan

     pengetahuan dan ketrampilan akademisnya dalam berbagai latar sekolah

    dan di luar sekolah untuk memecahkan seluruh persoalan yang ada dalam

    dunia nyata. Pembelajaran kontekstual terjadi ketika siswa menerapkan dan

    mengalami apa yang diajarkan dengan mengacu pada masalah-masalah riil

    yang berasosiasi dengan peranan dan tanggung jawab mereka sebagai

    anggota keluarga, masyarakat, siswa, dan selaku pekerja.

    c.  Center on education and work at the university of wisconsion madison

    mengartikan pembelajaran kontekstual adalah suatu konsep belajar

    mengajar yang membantu guru menghubungkan isi pelajaran dengan

    situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan-hubungan

    48  Sardiman,  Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Raja Grafindo

    Persada, 2005), 222.

  • 8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V

    34/57

    34

    antara pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan siswa sebagai

    anggota keluarga, masyarakat, dan pekerja serta meminta ketekunan

     belajar.49

     

    Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus kita pahami.

    1. 

    CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan

    materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara

    langsung. Proses belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar

    siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan

    menemukan sendiri materi pelajaran.

    2. 

    CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi

    yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut

    untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah

    dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat

    mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan

    hanya bagi siswa materi itu akan bermakna secara fungsional. Akan tetapi

    materi yang dipelajariya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga

    tidak akan mudah dilupakan.

    3. 

    CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan,

    artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi

    yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran tersebut dapat

    mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi dalam konteks

    49 Kunandar, Guru Profesional (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), 273-274.

  • 8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V

    35/57

    35

    CTL bukan untuk ditumpuk di otak kemudian dilupakan, akan tetapi

    sebagai bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata.50

     

    Berangkat dari tiga hal di atas diharapkan hasil pembelajaran akan

    lebih bermakna. Proses pembelajarannya akan berlangsung secara alamiah

    dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan sekedar transfer

     pengetahuan dari guru ke siswa. Yakni tidak hanya sekedar menghafalkan

    ilmu-ilmu atau pengetahuan yang diberikan tapi siswa harus

    mengkontruksikan pengetahuan di benak mereka dan mengalami sendiri pola-

     pola bermakna dari pengetahuan baru dan dengan dibiasakan memecahkan

    masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan

    ide-ide.51

     

    Dalam pembelajaran yang bersifat konstekstual ini, siswa didorong

    untuk mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya dan bagaimana

    mencapainya. Diharapkan mereka sadar bahwa apa yang mereka pelajari itu

     berguna bagi hidupnya. Dengan demikian mereka akan memosisikan dirinya

    sebagai pihak yang memerlukan bekal untuk hidupnya nanti.52

     

    Dengan menggunakan pendekatan CTL dalam proses belajar mengajar

    akan mampu mendorong siswa agar tau akan pentingnya ilmu pengetahuan

    sehingga dapat menumbuhkan minat siswa untuk mau terus belajar.

    50 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran (Jakarta: Kencana, 2008), 255-256.

    51  Direktorat Pembinaan SMP, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan

    Menengah,  Pengembangan Model Pembelajaran yang Efektif , Departemen Pendidikan Nasional,

    2006.52

     Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar , 222.

  • 8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V

    36/57

    36

    Materi-materi Pembelajaran CTL

    Pembelajaran Contextual Teaching and Learning menempatkan siswa

    di dalam sebuah konteks yang mengandung makna dan menghubungkan

     pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang dipelajari dan sekaligus

    memperhatikan faktor kebutuhan individu siswa dan peranan guru. Dengan ini

    maka materi pembelajaran Contextual Teaching and Learning harus

    menekankan kepada hal-hal sebagai berikut:53

     

    a.  Belajar berbasis masalah ( problem based learning )

    Adalah pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan

    masalah dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk belajar tentang

     berfikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah untuk memperoleh

     pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran materi berbasis

    masalah ini meliputi: (IPA, matematika, ilmu-ilmu sosial), tetapi masalah

    yang akan diselidiki telah dipilih yang benar-benar nyata agar dalam

     pemecahannya siswa meninjau masalah itu dari banyak sudut pandang

    mata pelajaran yang lain.54

     

    b.  Pengajaran autentik (autentik instruction)

    Yaitu pengajaran yang mengajak siswa untuk mempelajari konteks

     bermakna, sesuai dengan kehidupan nyata. Pengajaran ini berupa belajar

     berenang dengan berenang, belajar bernyanyi dengan bernyanyi, belajar

     berdagang dengan berdagang dan lain-lain.

    53 Kunandar,Guru Profesional (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), 278.

    54 Nurhadi, Kurikulum 2004 (Jakarta: PT. Grasindo, 2004), 109-110.

  • 8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V

    37/57

    37

    c. 

    Belajar berbasis inquiri (inquiry based learning )

    Dengan strategi pengajaran yang mengikuti metodologi sains dan

    menyediakan kesempatan untuk pembelajaran bermakna. Belajar

     bukanlah kegiatan mengkonsumsi melainkan kegiatan memproduksi

    dengan mengetahui apa kebutuhan dan keingintahuannya dan mencari

    sendiri jawabannya.

    Dalam pembelajaran dengan inkuiri ini siswa didorong untuk

     belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep

    dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki

     pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka

    menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri. Belajar dengan

     penemuan memacu keinginan siswa untuk mengetahui dan memotivasi

    mereka.55

     Karena inquiri merupakan proses perpindahan dari pengamatan

    menjadi pemahaman dengan siswa belajar menggunakan ketrampilan

     berfikir kritis.56

     

    d.  Belajar berbasis proyek atau tugas ( project based learning )

    Dengan pendekatan pembelajaran komprehensif di mana

    lingkungan belajar siswa didesain agar siswa dapat melakukan

     penyelidikan dan pendalaman materi dari suatu topik mata pelajaran, dan

    melaksanakan tugas bermakna lainnya dengan maksud mengajak siswa

     bekerja secara mandiri dalam mengontruk (membentuk) pembelajarannya.

    55 Nurhadi et, al.,  Pembelajran (Contextual Teaching Learning/CTL) dan Penerapannya

    dalam KBK , 76.56  Direktorat Pembinaan SMP, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan

    Menengah,  Pengembangan Model Pembelajaran yang Efektif , Departemen Pendidikan Nasional,

    2006.

  • 8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V

    38/57

    38

    Proyek membantu siswa untuk melibatkan keseluruhan mental dan

    fisik, saraf, indra, termasuk kecakapan sosial dengan melakukan banyak

    hal sekaligus. Hal ini akan mengembangkan otak kanan maupun kiri

    dengan pesat.57

     

    e.  Belajar berbasis kerja (work based learning )

    Menurut Smith: 

    Pengajaran berbasis kerja (work-based learning ) memerlukan pendekatan

     pengajaran yang memungkinkan siswa menggunakan konteks tempat kerja

    untuk mempelajari materi pelajaran berbasis sekolah dan bagaimana materitersebut digunakan dalam tempat kerja yang dipadukan dengan materi pelajaran

    untuk kepentingan siswa.58 

    Pengajaran berbasis kerja menganjurkan pentrangferan model

     pengajaran dan pembelajaran yang efektif kepada aktifitas sehari-hari di

    kelas, baik dengan cara melibatkan siswa dalam tugas-tugas kompleks

    maupun membantu mereka mengatasi tugas-tugas tersebut dan melibatkan

    siswa dalam kelompok pembelajaran yang lebih pandai membantu siswa

    yang kurang pandai dalam menyelesaikan tugas-tugas kompleks

    tersebut.59

     

    f. 

    Belajar berbasis jasa layanan

    Pengajaran berbasis jasa layanan ( service learning ) memerlukan

     penggunaan metodologi pengajaran yang mengkombinasikan antara jasa

    layanan masyarakat dengan suatu struktur berbasis sekolah untuk

    merefleksikan jasa layanan tersebut.

    57 Kunandar, Guru Profesional , 279-280.

    58 Nurhadi et, al.,  Pembelajran (Contextual Teaching Learning/CTL) dan Penerapannya

    dalam KBK , 78.59

      Ibid ., 78.

  • 8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V

    39/57

    39

    Pembelajaran ini berpijak pada pemikiran bahwa semua kegiatan

    kehidupan dijiwai oleh kemampuan melayani. Dalam industri modern,

    kata kunci yang digunakan adalah layanan yang diberikan dengan baik.

    Karenanya sejak usia dini siswa telah dibiasakan untuk dapat melayani

    orang lain. Misalkan layanan kepada bencana alam, membantu panti

    asuhan, membantu teman yang dapat musibah, dan lain-lain.60

     

    g.  Belajar kooperatif (cooperative learning )

    Hulubec menyatakan bahwa: “dalam pembelajarannya

    memerlukan pendekatan melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk

     bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai

    tujuan belajar”. 

    Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar

    dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindari

    ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan

     permusuhan antar siswa.61

     

    Dengan ini setiap materi pelajaran yang disampaikan dalam proses

     pembelajaran akan dapat disampaikan kepada peserta didik dengan berbagai

    cara atau model penyampaian sehingga akan selalu melekat dalam ingatannya

    dan mampu ia praktekkan dalam kehidupannya.

    Tujuan Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)

    60  Ibid ., 78.

    61  Ibid ., 59-60.

  • 8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V

    40/57

    40

    Proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL mampu

    menumbuhkan minat siswa dalam menghubungkan mata pelajaran akademik

    dengan dunia nyata dengan cara yang bermakna dan membantu semua siswa

     belajar karena sistem pendidikan ini cocok dengan fungsi otak dan cara kerjaalam.

    Jika otak hanya belajar mengutip, dan berlatih, ngebut sebelum ujian,

    maka dalam waktu empat belas sampai 10 jam, otak akan melupakan sebagian

     besar informasi baru tersebut, kecuali jika informasi itu memiliki makna.

    Proses belajar CTL yang aktif dan langsung memungkinkan siswa

    membangun keterkaitan yang benar-benar mengisi pekerjaan sekolah mereka

    dengan makna. Karena makna tersebut maka siswa menguasai apa yang

    mereka pelajari. Siswa boleh membangun keterkaitan dengan berbagai cara.

    Inti dari keterkaitan tersebut adalah untuk menarik minat dan menantang para

    siswa agar mereka melihat makna dalam pelajaran mereka dan oleh karena itu

    termotivasi untuk mencapai akademik yang tinggi.

    62

     Perhatian khusus juga harus diberikan pada bagaimana nalar dan sikap

    siswa dapat terbentuk serta kemampuan menerapkan pembelajaran akan

    merupakan penopang penting terbentuknya kemampuan siswa untuk

    memecahkan masalah yang mungkin dihadapinya.63

     

    Tujuan pendidikan merupakan inti dalam pendidikan dan saripati dari

    seluruh renungan pedagogis. Oleh karena itu, suatu rumusan tujuan

     pendidikan akan tepat bila sesuai dengan fungsinya. Pendidikan sebagai suatu

    usaha meningkatkan daya pikir anak didik pasti mengalami permulaan dan

    mengalami kesudahannya.64

     

    Maka Contextual Teaching and Learning   Bertujuan untuk

    meningkatkan prestasi belajar siswa melalui peningkatan pemahaman maknamateri pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan antara materi yang

    dipelajari dengan kontek kehidupan mereka sehari-hari sehingga65

     

    menghasilkan manusia unggul partisipatoris, yang dapat menyesuaikan diri

    dengan lingkungannya karena telah terbiasa melakukan interaksi dengan siapa

    saja.

    “Menurut Tilaar bahwa yang dimaksud dengan keunggulan

     partisipatoris artinya manusia unggul yang ikut serta secara aktif dalam

     persaingan yang sehat untuk mencari yang terbaik”.

    62  Elaine B. Johson, Contextual Teaching Learning   (Bandung: Mizan Learning Center

    (MLC), 2007), 301-304.63  Asep Sugihanto,  Pembuktian Hasil Belajar Siswa dalam Penggunaan Pendekatan

     Konstektual Pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, 2008. http://one.indoskripsi.com/content/

     pembuktian hasil belajar siswa dalam penggunaan pendekatan konstektual  . Diakses 13 April

    2008.64 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), 148.65

      Harry. “MBS, Life Skill, KBK, CTL, dan Saling Keterkaitannya”.  Artikel Pelangi,

    Views: 2624, Favoured: 35 Tahun 2007. http://pelangi.dit.plp.go.id . Diakses 13 Maret 2008.

  • 8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V

    41/57

    41

    Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual ini jika dilaksanakan

    secara tepat dan benar akan menghasilkan peserta didik yang mampu

    memahami dan memaknai sebuah peristiwa. Bagaimanapun tujuan

     pembelajaran pada saat ini adalah menuntut agar peserta didik setiap saatdapat memahami lingkungannya dengan terlebih dahulu memahami diri dan

    memiliki kesadaran diri.

    Dimensi sosiologi pendidikan dalam pendekatan kontekstual akan

    menjamin kemampuan anak didik untuk lebih terampil dan siap menghadapi

     berbagai tantangan dan masalah yang akan dihadapi, dan pada sisi yang lain

    diharapkan anak didik mampu mencari pemecahannya melalui berbagai

    alternatif solusi sebagai buah dari proses berfikirnya.66

     

    Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL akan mampu

    menghasilkan generasi bangsa yang handal, mampu meningkatkan sumber

    daya manusia sesuai dengan perkembangan zaman.

    Langkah-langkah Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

    Sesuai dengan asumsi yang mendasarinya, bahwa pengetahuan

    diperoleh anak bukan dari informasi yang diberikan oleh orang lain termasuk

    guru, akan tetapi proses menemukan dan mengkontruksikannya sendiri, maka

    guru harus menghindarti mengajar sebagai proses penyampaian informasi

    saja. Tapi guru perlu memandang siswa sebagai subjek belajar dengan segala

    keunikannya. Siswa adalah organisme yang aktif yang memiliki potensi untuk

    membangun pengetahuannya sendiri. Kalaupun guru memberi informasi

    kepada siswa, guru harus memberi kesempatan untuk menggali informasi itu

    agar lebih bermakna untuk kehidupan mereka.67 

    Maka pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning  

    dalam kegiatan belajar mengajar dilakukan dengan tujuh langkah

     pembelajaran diantaranya yaitu:

    Kontruktivisme

    Kontruktivisme adalah proses membangun atau menyusun

     pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman.

    Menurut kontruktivisme, pengetahun itu memang berasal dari luar

    akan tetapi dikonstruksi oleh dan dari dalam diri seseorang. Oleh sebab itu

     pengetahuan dibentuk oleh dua faktor penting, yaitu objek yang menjadi

    66 Muhyi Batubara, Sosiologi Pendidikan (Jakarta: Ciputat Press, 2004), 107-108.67

      Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, 263-

    264.

  • 8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V

    42/57

    42

     bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk menginterprestasikan

    objek tersebut.68

     

    Dalam proses pembelajaran siswa membangun sendiri

     pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan

    mengajar.

    Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru. Tapi guru perlu

    memotivasi siswa menggunakan tehnik yang kritis untuk mengaplikasikan

    konsep-konsep yang bermakna bagi dirinya, disamping pemahaman ilmu

    dalam bidang-bidang tertentu perlu dilatihkan penalaran-penalaran berfikir

    kritis, mengidentifikasi masalah dan penyelesaian masalah.69

     

    Maka langkah yang dilakukan siswa dalam pembelajaran ini

    adalah:

    Siswa belajar sedikit demi sedikit dari konteks terbatas.

    Siswa mengkonstruk sendiri pemahamannya.

    Pemahaman yang mendalam diperoleh melalui pengalaman belajar

    yang bermakna.70

     

    Inkuiri

    Inkuiri adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan

     penemuan melalui proses berfikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlahsejumlah fakta dari hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses

    menemukan sendiri. Dengan ini dalam proses perencanaan, guru bukanlah

    mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal, akan tetapi

    merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan

    sendiri materi yang harus dipahaminya. Belajar pada dasarnya merupakan

     proses mental seseorang yang tidak terjadi secara mekanis. Dengan proses

    ini siswa akan berkembang secara utuh baik dari segi intelektual, mental,

    emosional, maupun pribadinya.71

     

    Piaget mengemukakan bahwa inquiri merupakan metode belajar

    yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan

    eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin

    melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan sendiri, sertamenghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain,

    68 Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,

    118.69

      Anna Poedjiadi, Sains Teknologi Masyarakat (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005),72.

    70 Kunandar, Guru Profesional , 283-284.

    71 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, 265.

  • 8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V

    43/57

    43

    membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan

     peserta didik lain.72

     

    Dengan kata lain guru bertindak sebagai fasilitator, nara sumber,

    dan penyuluh kelompok. Para siswa didorong untuk mencari pengetahuan

    sendiri, bukan dijejali dengan pengetahuan, tapi bagaimana siswa

    mengetahui cara untuk mencapai gerakan kearah pemuatan keputusan

    kelompok.73

     

    Dari proses pembelajaran ini dapat dilakukan dengan langkah-

    langkah sebagai berikut:

    a. 

    Dengan merumuskan masalah.

     b. 

    Mengamati atau melakukan observasi, termasuk membaca buku-buku,

    dan mengumpulkan informasi.

    c. 

    Menganalisis dan menyajikan hasil karya dalam tulisan, laporan,

    gambar, tabel dan lainnya.

    d. 

    Menyajikan, mengomunikasikan hasil karyanya di depan guru, teman

    sekelas atau audien yang lain.74

     

    Bertanya (Questioning )

    Belajar pada hakekatnya adalah bertanya dan menjawab

     pertanyaan. Bertanya dapat digunakan untuk menggali informasi,

    mengecek pemahaman siswa, membangkitkan respon siswa,

    menginformasikan apa yang sudah diketahui siswa, menyegarkan kembali

     pengetahuan siswa, dan mengarahkannya. Proses bertanya juga

    mengakibatkan ekspansi (perluasan) dalam ilmu pengetahuan. Hampir di

    semua aktivitas belajar, bertanya diterapkan baik antar siswa, antara siswa

    dan guru, dan sebagainya. Penerapannya dalam kelas ketika siswa

     berdiskusi, melakukan kerja kelompok, dan mengamati. Hal itu akan

     bermanfaat dalam masyarakat belajar yang didapatkan dari kerjasamadengan orang lain.

    75 

    72 Mulyasa, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), 108.

    73 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006), 221-225.74

     Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar , 224.75

     Ulin Yudhawati, Paradigma Baru Melalui CTL, dalam Jawa Pos, 8 Februari 2008, 32.

  • 8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V

    44/57

    44

    Masyarakat Belajar ( Learning Community)

    Dalam masyarakat belajar, hasil pembelajaran dapat diperoleh dari

    kerjasama dengan orang lain. Yaitu diperoleh dari sharing antar teman,antar kelompok dan antar mereka dari yang tahu ke yang belum tahu.

    Dengan cara berbicara dan berbagi pengalaman, bekerjasama dengan

    orang lain untuk menciptakan pembelajaran yang lebih baik dibandingkan

    dengan belajar sendiri.

    Kegiatan belajar ini bisa terjadi jika tidak ada pihak yang dominan

    dalam komunikasi, tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya,

    tidak ada pihak yang menganggap paling tahu, semuanya saling

    mendengarkan.76

     

    Dengan cara guru selalu melaksanakan pembelajaran dalam

    kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok yang

    siswanya heterogen. Yang pandai mengajari yang lemah, yang tahumemberitahu yang belum tahu, yang cepat mendorong temannya yang

    lambat yang punya gagasan segera memberi usul dan seterusnya.

    “Masyarakat belajar” bisa terjadi apabila ada proses komunikasi

    dua arah. Yaitu ada dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam

    komunikasi pembelajaran saling belajar. Seorang yang terlibat dalam

    kegiatan masyarakat belajar memberi informasi yang diperlukan oleh

    teman bicaranya dan sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan

    dari teman belajarnya.77

     

    Pemodelan ( Modeling )

    Pemodelan diartikan dalam sebuah pembelajaran ketrampilan atau

     pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Pemodelan pada

    dasarnya membahasakan gagasan yang dipikirkan, mendemonstrasikan

     bagaimana guru menginginkan para siswanya untuk belajar, dan

    melakukan apa yang diinginkan guru agar siswanya melakukan.

    Pemodelan dapat berbentuk demonstrasi, pemberian contoh tentang

    konsep atau aktivitas belajar. Dengan cara mengoprasikan sesuatu, cara

    melempar bola dalam olahraga, contoh karya tulis, cara melafalkan bahasa

    Inggris, cara merancang peta daerah, cara guru biologi

    mendemonstrasikan penggunaan thermometer suhu badan dan sebagainya.

    Dengan begitu guru memberi model tentang bagaimana cara belajar.Dalam pembelajaran ini guru bukan satu-satunya model. Model

    dapat dilakukan dengan melibatkan siswa. Seorang siswa yang bakat

    76 Nurhadi dkk, Pembelajaran Kontektual (Contextual Teaching and Learning (CTL) dan

     Penerapannya dalam KBK , 47.77

      Ibid ., 48-49.

  • 8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V

    45/57

    45

    dalam membaca puisi bisa ditunjuk untuk memberi contoh temennya cara

    melafalkan suatu kata. Inilah yang dikatakan sebagai model.78

     

    Refleksi ( Reflection)

    Refleksi adalah cara berfikir atau perenungan tentang apa yang

     baru dipelajari atau berfikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita

    lakukan di masa lalu. Dalam refleksi ini siswa mengendapkan apa-apa

    yang baru saja dipelajari sebagai struktur pengetahuan.

    Yang baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya yaitu dengan menyisakan waktu pada akhir

     pembelajaran untuk memberikan kesempatan bagi para siswa melakukan

    refleksi. Perwujudannya dapat berupa:

    a. 

    Pernyataan langsung siswa tentang apa-apa yang diperoleh setelah

    melakukan pembelajaran.

     b. 

    Catatan atau jurnal di buku siswa.

    c. 

    Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu.

    d. 

    Diskusi.

    e.  Hasil karya.79

     

    enilaian yang sebenarnya (autentic assessment )

     Autentic assessment   adalah proses pengumpulan berbagai data

    yang dilakukan melalui kegiatan penilaian untuk mencari informasi

    tentang belajar siswa. Pembelajaran tidak hanya menekankan pada hasil,

    tapi juga proses dengan membantu siswa agar mampu mempelajari

    (learning how to learn) sesuatu melalui berbagai cara.

    Karakteristik asssessment   dilaksanakan selama dan sesudah

     pembelajaran berlangsung, mengukur ketrampilan dan performansi, bukan

    78 Kunandar, Guru Profesional , 291-292.

    79 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar , 227.

  • 8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V

    46/57

    46

    sekedar mengingat fakta, berkesinambungan, terintegrasi, dan dapat

    digunakan sebagai feed back .80

     

    Maka langkah-langkah pendidikan CTL ini akan mampu menciptakan

    mutu peserta didik sesuai dengan tujuan yang diinginkan oleh setiap lembaga

     pendidikan, karena model pembelajaran ini relevan dengan kegiatan

     pembelajaran di dalam KBK dan KTSP sekarang ini.

    80 Ulin Yudhawati, Paradigma Baru Melalui CTL, dalam Jawa  Pos, 8 Februari 2008, 32.

  • 8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V

    47/57

    47

    BAB IV

    ANALISA KONSEP PEMBELAJARAN CTL

    DALAM PERSPEKTIF IBNU KHALDUN

    J.  Analisa Konsep Pembelajaran CTL dalam Perspektif Ibnu Khaldun

    Pembelajaran kontekstual mengasumsikan bahwa secara alamiah, pikiran mencari

    makna sebuah konteks sesuai dengan situasi nyata lingkungan seseorang. Dan itu

    dilakukan dengan mencari hubungan yang masuk akal dan bermanfaat. Dengan

    memadukan materi pelajaran dengan konteks keseharian siswa akan

    menghasilkan dasar-dasar pengetahuan yang mendalam di mana siswa kaya akan

     pemahaman masalah dan cara untuk menyelesaikannya. Serta memiliki tanggung

     jawab yang lebih terhadap belajarnya seiring dengan peningkatan pengalaman dan

     pengetahuan mereka. Melalui hubungan di dalam dan di luar ruang kelas,

     pendekatan pembelajaran kontekstual menjadikan pengalaman lebih relevan dan

     berarti bagi siswa dalam membangun pengetahuan yang akan diterapkan dalam

     pembelajaran seumur hidup.

    Materi pelajaran akan tambah berarti jika siswa mempelajari materi pelajaran

    yang disajikan melalui konteks kehidupan mereka, dan menemukan arti di dalam

     proses pembelajarannya. Sehingga pembelajaran akan menjadi lebih berarti dan

    menyenangkan.

    Berdasarkan hal di atas, teori pembelajaran kontekstual berfokus pada multiaspek

    lingkungan belajar diantaranya ruang kelas, laboratorium sains, laboratorium

  • 8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V

    48/57

    48

    komputer, tempat bekerja maupun tempat-tempat lainnya (misalnya ladang,

    sungai dan sebagainya).

    Dengan demikian, siswa belajar diawali dengan pengetahuan pengalaman, dan

    konteks keseharian yang mereka miliki yang dikaitkan dengan konsep mata

     pelajaran yang dipelajari di kelas, dan selanjutnya dimungkinkan untuk

    mengimplementasikannya dalam kehidupan keseharian mereka.

    “Bawalah mereka dari dunia mereka ke dunia kita, kemudian antarkan mereka

    dari dunia kita ke dunia mereka kembali”. Dengan begitu siswa bukan hanya

    sekedar mengenal nilai LOGOS, tapi harus mampu menghayati nilai-nilai tersebut

    (ETOS), dan yang terpenting adalah sampai kepada anak mampu

    mengaktualisasikan dan mengamalkan nilai-nilai tersebut (PATOS).

    Di lihat dari konsep ini, pendekatan pembelajaran CTL dipandang dari pemikiran

     pembelajaran Ibnu Khaldun merupakan pendekatan yang cocok dan relevan

    dengan pembelajaran yang diterapkan oleh Ibnu Khaldun, dan dalam

     perkembangan pendidikan sekarang ini. Karena pembelajaran yang dilakukan

    oleh Ibnu Khaldun juga menekankan kepada guru untuk mengupayakan

     bagaimana siswa dapat mengalami sendiri apa yang dipelajarinya. Maka dengan

    sendirinya materi yang dipelajari akan lebih melekat dalam ingatan siswa dan

    tidak akan terlupakan sampai siswa nanti berada dalam kehidupan di masyarakat.

    Serta tidak mengajarkan berbagai ilmu secara langsung kepada siswa sampai

    siswa tersebut benar-benar memahami materi yang dipelajarinya. Dan tidak pula

    seorang guru memberikan materi dengan selalu menghafal

  • 8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V

    49/57

    49

    Jadi menurut penulis pendekatan CTL merupakan pendekatan pembelajaran yang

    cenderung bersifat modern, dan ini sesuai dengan pembelajaran yang dilakukan

    oleh Ibnu Khaldun dimasanya yaitu dengan mengupayakan suatu pembelajaran

    untuk mampu melahirkan generasi masyarakat yang akan datang, dengan

    menghasilkan suatu output yang dapat meningkatkan sumber daya manusia yang

     berkualitas.

    Analisa Materi Pembelajaran CTL dalam Perspektif Ibnu Khaldun

    Materi pembelajaran yang dilakukan dengan pendekatan pembelajaran CTL pada dasarnya dapatditerapkan pada keseluruhan bidang materi, dengan penekanannya kepada pembelajaran yang berbasis masalah

     berupa (IPA, matematika, ilmu-ilmu sosial), yaitu pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan masalah-

    masalah dunia nyata sebagai konteks untuk berfikir kritis dan trampil dalam pemecahan masalah. Pembelajaranautentik, yaitu pembelajaran yang mengajak siswa untuk mempelajari konteks bermakna. Belajar berbasis inquiri,

    yaitu pembelajaran yang mendorong siswa untuk mempelajari konteks bermakna. Belajar berbasis proyek atau tugas

    yaitu dilakukan dengan pendekatan pembelajaran komprehensif di mana lingkungan belajar siswa di desain agarsiswa dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah autentik termasuk pendalaman materi dari suatu topik

    mata pelajaran, dan melaksanakan tugas bermakna lainnya. Belajar berbasis kerja, yaitu menganjurkan pentransferan

    model pengajaran dan pembelajaran yang efektif kepada aktivitas sehari-hari di kelas. Belajar berbasis jasa layanan,yaitu strategi pembelajaran yang berpijak pada pemikiran bahwa semua kegiatan kehidupan dijiwai oleh kemampuan

    melayani. Pengajaran kooperatif, yaitu pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang

    silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalah pahaman yang dapat menimbulkan permusuhan.

    Dari berbagai proses pembelajaran ini, setiap materi baik berupa materi agama atau umum dapat

    disampaikan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran CTL, dan disesuaikan dengan materi yang ada.

    Materi pembelajaran yang disampaikan oleh Ibnu Khaldun juga bersifat lebih menyeluruh, yakni

    mencakup berbagai macam komponen materi pembelajaran, baik yang bersifat aqli (alami) yakni melalui bimbingan pikiran maupun yang naqli, dari hasil kesepakatan yang telah dilakukan oleh para pemikir Islam yang semuanya

     bersandar kepada informasi berdasarkan autoritas syari’at yang diberikan.

    Macamnya materi pendidikan (pembelajaran) diantaranya: ilmu tafsir qur’an, qira’at Qur’an, hadits, fiqih,

    faroidl, ushul fiqih, ilmu kalam, ilmu tasawuf, ilmu ta’bir mimpi, ilmu yang menggunakan alat berfikir, ilmu yang

     berhubungan dengan angka-angka, ilmu astronomi, ilmu logika, ilmu fisika, ilmu kedokteran, pertanian, metafisika,shir dan azimat, ilmu rahasia-rahasia surat dan kimia.

    Jadi materi pembelajaran yang dilakukan dengan pendekatan CTL sesuai dengan materi pembelajaran

    yang dilakukan oleh Ibnu Khaldun yakni dengan menerapkan berbagai macam bidang ilmu pengetahuan, selain ilmu pengetahuan agama juga mengungkapkan berbagai macam ilmu pengetahuan umum. Pengetahuan ini cenderung

    lebih menyeluruh serta disebutkan secara lengkap dan terperinci.

    Analisa Tujuan Pembelajaran CTL dalam Perspektif Ibnu Khaldun

    Setiap proses belajar mengajar pastinya mempunyai suatu tujuan yang ingin dicapai, begitupun pembelajaran yang dilakukan dengan pendekatan CTL. Pembelajaran ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi

     belajar siswa melalui peningkatan pemahaman makna materi yang dipelajarinya dengan materi yang dipelajarinya

    dalam konteks kehidupan mereka sehari-hari, sebagai anggota masyarakat sehingga dapat menyesuaikan diri dengansiapa saja.

    Sebagaimana tujuan pembelajaran pada zaman modern sekarang ini adalah menuntut agar peserta didikmampu memahami lingkungan yang ada dengan terlebih dahulu memahami diri dan kesadaran diri. Serta siap

    menghadapi berbagai masalah yang ada dengan kemampuan berfikirnya.

    Adapun tujuan pembelajaran yang diinginkan oleh Ibnu Khaldun adalah untuk melahirkan masyarakatyang berkebudayaan serta berusaha untuk melestarikan dan meningkatkan eksistensinya di dalam masyarakat yang

     berkembang. Yakni untuk mendapatkan kebahagiaan dunia, di mana manusia diberikan potensi berfikir yang

  • 8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V

    50/57

    50

    menyatu dalam diri manusia dan dengan kemampuan berfikir inilah menusia dapat menghasilkan, mempertahankan

    eksistensinya dalam mengolah sumber daya alam baik untuk kepentingan dan kebutuhan manusia sebagai kholifah fil

    ardli. Selain itu akal pikiran juga akan menghasilkan ilmu pengetahuan dan menuntun manusia ke jalan Ilahi dandapat meningkatkan derajatnya sebagai orang yang berilmu.

    Setelah penulis memaparkan tujuan pembelajaran di atas, maka tujuan kegiatan pembelajaran CTL sesuaidengan pembelajaran Ibnu Khaldun. Bahwa tujuan pembelajarannya lebih berorientasi untuk membantu individu

    dalam mencapai kebahagiaan dunia, yakni menjadikan anak didik untuk mendapatkan kemahiran dan keahlian dalam

    kehidupannya, baik sebagai individu, anggota keluarga, anggota masyarakat dan anggota bangsa.

    Analisa Langkah-langkah Pembelajaran CTL dalam Perspektif Ibnu

    Khaldun

    Kegiatan pembelajaran CTL menetapkan tujuh langkah dalam pembelajaran yaitu meliputi:

    kontruktivisme (proses pembangunan pengetahuan baru siswa berdasarkan pengalaman), inkuiri (proses pembelajaran yang dilakukan dengan proses berfikir secara sistematis), bertanya (proses pengalian informasi,

    mengecek pemahaman siswa, membangkitkan respon siswa, dan mengarahkannya), masyarakat belajar (proses

     pembelajaran yang diperoleh dari kerjasama dengan orang lain), pemodelan (model belajar yang bisa ditiru siswa berbentuk demonstrasi), refleksi (proses berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau yang telah dilakukan di masa

    lalu), penilaian yang sebenarnya (proses pengumpulan data melalui kegiatan penilaian untuk mencari informasi

     belajar siswa).

    Dari berbagai langkah yang ditempuh maka siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahamidengan tidak mengalami kesulitan karena telah adanya latihan dan dasar ilmu yang mendukung perkembangan daya

     pikirnya, dan apabila anak didik sudah dilatih dan diberi konsep ilmu tersebut secara terus menerus dan terlatih maka pelajaran yang sulit bukan merupakan hambatan bagi anak didik dan siswapun tidak akan bosan.

    Dalam melakukan kegiatan pembelajaran siswa untuk bekerja dan mengalami, bahkan menstransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Siswa perlu mengeri apa makna belajar, apa manfaatnya dan bagaimana caranyauntuk mencapainya.

    Demikian juga pembelajaran Ibnu Khaldun mempunyai langkah-langkah dalam meningkatkan kualitasdaya pikir anak didik dengan pemberian ilmu pengetahuan secara bertahap dan diulang-ulang sampai anak didik

    dapat benar-benar memahami dan menguasai bidang ilmu yang diajarkan. Dengan menggunakan alat-alat ataupun pemberian contoh-contoh atau pelatihan yang konkrit akan sangat membantu mereka dalam memahami, dan bukandengan menyuruh siswa untuk membaca dan menghafalkan berbagai ilmu sampai selesai tanpa dapat memahami

    makna yang ada.

    Jadi pembelajaran CTL merupakan pendekatan yang sesuai dan dapat diterapkan dalam pembelajaran Ibnu

    Khaldun, yakni dengan asumsi bahwa kegiatan belajar mengajar bukan hanya sebagai transfer pengetahuan dari guruke siswa. Tapi juga bagaimana seorang guru tersebut dapat membantu siswa untuk mampu memahami dan

    mengalami sendiri segala ilmu yang ada dengan tidak pula menyuruh siswa untuk menghafalkan berbagai ilmu

     pengetahuan. Karena hanya akan mempersulit siswa untuk dapat menguasai materi atau ilmu dengan bermakna. Dandalam pembelajaran ini gurupun harus menjadi pendidik yang penyayang serta menjadi suri tauladan bagi murid-

    muridnya.

  • 8/17/2019 Stainpress 11111 Renawati 210 2 Babi V

    51/57

    51

    BAB V

    PENUTUP

    K. 

    Kesimpulan

    Berdasarkan uraian-uraian dan pembahasan dalam skripsi ini dapat disimpulkan

     bahwa:

    Konsep pembelajaran Ibnu Khaldun sebagai aktivitas profesional menyatakan

     bahwa prestasi dan keberhasilan yang dicapai siswa dalam pembelajaran

     bukan karena bakat bawaan yang dimilikinya tetapi cenderung kepada

    kemampuan hasil belajarnya. Karena kemampuan dalam suatu ilmu dan

     pemahaman mendalam terhadapnya hanya dapat dicapai dengan

     penguasaan penuh atau profesionalitas meliputi penguasaan atas prinsip-

     prinsip dasar, rumus-rumus dan seluk beluk problematika ilmu tersebut.

    Begitupun konsep pembelajaran CTL menyatakan bahwa siswalah yang

    membantu guru dalam pembelajaran untuk mengaitkan antara materi ajar

    dengan situasi dunia nyata siswa, yang nantinya dapat mendorong siswa

    membuat hubungan antara pengetahuannya dengan aplikasinya dalam

    kehidupan siswa tersebut. Dengan ini ternyata konsep pembelajaran CTL

    sesuai dengan konsep pembelajaran Ibnu Khaldun karena sama-sama

    menekankan kepada siswa untuk mampu menghubungkan antara

     pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan

    mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan proses

     pembelajaran yang berlangsung alamiah dalam bentuk siswa bekerja dan

  • 8/17/2019 Stain