Upload
others
View
21
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
70 Vol. 3 No. 1 Februari 2020
AS-SALAM Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Keislaman------------------------------
PENGEMBANGAN MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN PESANTREN
Ali Sahbana
Mahasiswa S2 UIN Sunan Gunung Djati Bandung
ABSTRACT
This article discusses the development of quality management in pesantren education.
The aim is to find out about what are the steps taken in developing the quality of an
Islamic boarding school. The theory discussed in this article includes the understanding
and steps of management, the general description of Islamic boarding schools and the
SWOT analysis method used in measuring the strengths and weaknesses of boarding
schools seen in 4 perspectives (Strengs, Weaknes, Opportunity and Treath). The results
of the discussion concluded that to develop the quality management of pesantren
education is carried out with several steps, namely: (Planing, which includes the
formulation of vision, mission and objectives. Organizing, position assignment and
division of tasks according to their expertise. strict from the leader), besides SWOT
analysis is done as one of the methods used to help facilitate the achievement of objectives
in a management.
Keywords: development, quality management, boarding school
ABSTRAK
Artikel ini membahas tentang pengembangan manajemen mutu pendidikan
pesantren.Tujuannya ialah untuk mengetahui mengenai apa saja langkah-langkah yang
ditempuh dalam mengembangan mutu sebuah lembaga pondok pesantren. Teori yang
dibahas dalam artikel ini meliputi pengertian dan langkah-langkah manajemen,gambaran
umum pondok pesantren serta metode Anlisis SWOT yang digunakan dalam mengukur
kelebihan serta kelemahan pondok peantren yang dilihat dalam 4 perspektif (Strengs,
Weaknes, Oportunity dan Treath). Hasil pembahasan menyimpulkan bahwa untuk
mengembangan manajemen mutu pendidikan pesantren dilakukan dengan beberapa
langkah yaitu: (Planing, yang meliputi perumusan visi,misidan tujuan. Organizing,
penemapatan posisi dan pembagian tugas sesaui dengan keahliannya. Actuating yang
dilaksanakan dengan efektif dan efisisen serta Controling atau pengawasan yang ketat
Vol. 3 No. 1 Februari 2020 71
------------------------------AS-SALAM Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Keislaman
dari pemimpin), selain itu anlaisis SWOT dilakukan sebagai salah satu metode yang
digunakan untuk membantu mempermudah pencapaian tujuan dalam sebuah manajemen.
Kata Kunci: pengembangan, manajemen mutu, pondok peantren
PENDAHULUAN
Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang bersifat tradisional. Pesantren
dibentuk untuk memahami, mempelajari dan mengamalkan ajaran Agama Islam
dengan menekankan pentingnya moral Agama Islam sebagai pedoman hidup sehari-
hari.
Pondok pesantren merupakan salah satu subsistem pendidikan yang memiliki
karakteristik khusus. Pondok pesantren adalah salah satu lembaga yang mampu memberi
pengaruh yang cukup besar dalam dunia pendidikan, baik jasmani, ruhani, maupun
intelegensi, karena sumber nilai dan norma-norma Agama merupakan kerangka acuan
dan berpikir serta sikap ideal para santri. Pondok pesantren sering disebut sebagai alat
tranformasi kultural. Fungsi pokok pondok pesantren adalah mencetak ulama dan ahli
agama. Kegiatan pembelajaran yang terjadi di pondok pesantren tidak sekedar
pemindahan ilmu pengetahuan dan keterampilan tertentu tetapi yang terpenting adalah
penanaman dan pembentukan nilai-nilai tertentu kepada santri. Tiga aspek pendidikan
yang terpenting yaitu psikomotorik, afektif, dan kognitif diberikan secara stimulan dan
seimbang kepada peserta didik.
Secara legalitas, eksistensi pondok pesantren diakui oleh semangat Undang
Undang RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Salah satu ciri khas
kehidupan di pondok pesantren adalah kemandirian santri, sebagai subjek yang
memperdalam ilmu keagamaan di pondok pesantren. Kemandirian tersebut koheren
dengan tujuan Pendidikan Nasional. Pada Undang-Undang RI No. 20 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 3 disebutkan bahwa : Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Allah Swt. Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Tujuan Pendidikan Nasional di atas merupakan rumusan mengenai kualitas
manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Oleh karena
72 Vol. 3 No. 1 Februari 2020
AS-SALAM Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Keislaman------------------------------
itu, jika dihubungkan dengan pendidikan karakter, rumusan tujuan Pendidikan Nasional
menjadi dasar dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa.
Pengelolaan manajemen di pondok pesantren kurang diperhatikan secara
serius,karena pesantren sebagai lembaga tradisonal, dengan wataknya yang bebas,
sehingga pola pembinaanya hanya tergantung pada kehendak dan kecendrungan
pimpinan saja, dalam hal ini kyai. Padahal sesungguhnya potensi- potensi yang ada dapat
diandalkan untuk membantu penyelenggaraan pondok pesantren tersebut.
Mengingat kuatnya kharisma kyai di lingkungan pondok pesantren yang amat
dominan, mengakibatkan adanya stagnansi komunikasi dua arah antara atasan dengan
bawahan, atau sebaliknya menjadi tidak lancar, Berbeda halnya dengan lembaga-
lembaga formal, atau organisasi lainya. Sikap kritis para santri di lingkungan pondok
pesantren, dipandang sesuatu yang tabu, apalagi dengan cara protes atau
memberontak, santri bisa kualat. Karena ini perilaku manajemen yang berlaku di
pondok pesantren selama ini adalah up and down policy. Para santri senantiasa tunduk
dan patuh terhadap Kyai, atau istilah lain, sami’na wa’athana. Adapun kelemahan dari
manajemen pondok pesantren disebabkan karena banyak faktor, antara lain adalah:
1. Sosok Kyai di lingkungan pondok pesantren merasa sebagai penguasa tunggal dan
dibentuk dengan sendirinya, sehingga keberadaan kyai tidak diangkat dan dibuktikan
dengan sebuah surat keputusan dan penguasa yang lebih tinggi, dalam kurun waktu
tertentu atau masa jabatan tertentu sehingga ia merasa tidak ada tuntutan untuk
menyampaikan laporan pertanggung jawaban secara tertulis, baik terhadap para
santrinya, maupun terhadap masyarakat. Pertanggungjawaban seorang kyai secara
vertikal langsung kepada Allah, karena itu pula administrasi bukanlah hal terpenting
dalam kehidupan pondok pesantren.
2. Perilaku manajemen pondok pesantren belangsung secara alami, bukan atas dasar
teori, disamping turun temurun dari gurunya.
3. Lemahnya sumber daya manusia di lingkungan pondok pesantren disadari karena para
santri umumnya memilki latar belakang pendidikan formal dari sekolah dasar atau
madrasah ibtidaiyah, tentunya pemahaman terhadap administrasi dan manajemen
sangat dangkal.
4. Adanya sikap fanatisme yang berlebihan dari masyarakat terhadap lembaga
pondok pesantren, sehingga tidak ragu ketika memandang kyai sebagi sosok yang
Vol. 3 No. 1 Februari 2020 73
------------------------------AS-SALAM Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Keislaman
paling benar dan paling jujur, dalam segala hal ucapan maupun tindakan,
karena itu pula di lembaga pendidikan pondok pesantren jarang ditemukan
adanya kwitansi sebagai bukti pembayaran atau pengeluaran uang.
Adanya sinyalemen, pondok pesantren dianggap sebagai kerajaan kecil dan para
kyai sebagai raja- raja kecil, merupakan ungkapan yang tepat untuk melihat
perjalanan pondok pesantren, apabila dilihat dari sudut pandang tradisi
paternalistik, hubungan kyai dengan para santrinya. Mengingat perannya sangat
penting, pondok pesantren hendaknya melakukan pembenahan diri dalam aspek
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan, dan penilaian usaha-
usaha pendidikan supaya dapat mecapai tujuan pendidikan pondok pesantren
yang telah ditetapkan pada misi dan visi pesantren. Serta, meningkatkan
sekaligus lembaga pemberdayaan umat dalam mengembangkan potensi dan
keterampilan santrinya.
PEMBAHASAN
Pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua di Indonesia. Keberadaan
pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam di tanah air mempunyai andil yang sangat
besar dalam pembentukan karakter bangsa Indonesia. Lebih lanjut eksistensi pesantren
dari masa ke masa telah memberikan kontribusi konkrit dalam perjalanan sejarah bangsa.
Di era kerajaan Jawa misalnya pesantren menjadi pusat dakwah penyebaran Islam, di era
penjajahan kolonial Hindia Belanda pesantren menjadi medan heroisme pergerakan
perlawanan rakyat, di era kemerdekaan pesantren terlibat dalam perumusan bentuk
dan idiologi bangsa serta terlibat dalam revolusi fisik mempertahankan kemerdekaan.
Lebih lanjut pesantren sebagai lembaga pendidikan tradisional telah memberikan
sumbangsih yang survive dalam sejarah mewujudkan idealisme pendidikan bangsa yang
bukan sekedar meningkatkan kualitas sumber daya manusia (human resource) atau aspek
intelektualitas melainkan juga lebih konsen dalam mencetak moralitas dan spiritualitas
bangsa yang luhur.
Relaitas yang menjadikan bukti semakin terpinggirkanya eksistensi pesantren
tradisional adalah dengan diberlakukanya kebijakan pemerintah yang dituangkan dalam
undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen yang menyatakan bahwa
lembaga pendidikan, tenaga kependidikan adalah lembaga pendidikan tinggi yang
74 Vol. 3 No. 1 Februari 2020
AS-SALAM Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Keislaman------------------------------
diberi tugas oleh pemerintah untuk menyelenggarakan dan mengembangkan ilmu
kependidikan dan non kependidikan serta mendidik guru pada pendidikan dasar dan
pendidikan menengah, termasuk pendidikan anak usia dini.
Selain itu kebijakan lain yang tetap menjadikan pesantren tradisional semakin
terpinggirkan masih terdapat dalam undang undang yang sama yakni undang-undang
guru dan dosen pada pasal 8 yang menyatakan bahwa seorang guru wajib memiliki
kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidik serta sehat jasmani dan
rohani untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Sehingga dari beberapa kebijakan
seperti tersebut di atas telah jelas menjadikan eksistensi pesantren tradisional semakin
kurang diminati dalam kontestasi dunia pendidikan di era sekarang karena secara tidak
langsung dapat dikatakan lulusan dari pondok pesantren tradisional tidak dapat diakui
keberadaanya karena tidak mampu menunjukkan sertifikat akademik sebagai tuntutan
dari legalisasi kebijakan pemerintah.
Namun dari sini pertanyaan yang dapat dimunculkan adalah sebuah permasalahan
mendasar mengapa pondok pesantren tradisonal sebagai lembaga pendidikan masih tetap
survive hingga saat ini. Padahal sebelumnya banyak pihak yang memperkirakan pesantren
tidak akan bertahan lama di tengah perubahan dan tuntutan masyarakat yang kian plural
dan kompetitif bahkan ada yang memastikan pesantren akan tergusur oleh ekspansi sistem
baru yang umum dan modern.
Selain itu ada juga yang dengan sinis menyebutkan bahwa pesantren adalah fosil
masa lampau yang sangat jauh untuk memainkan peran ditengah kehidupan global. Oleh
karena itu upaya menjadikan pesantren sebagai pilihan dalam menjawab kebutuhan
manusia modern adalah sebuah Utopia atau sekedar hayalan tingkat tinggi yang tidak
rasional.
Pada dasarnya kekhawatiran dan penilaian pesimis ini apabila dilacak lebih jauh
muncul dari ketidak akuratan melihat profil pesantren secara utuh, artinya memang
melihat pesantren sebagai lembaga tua dengan segala kelemahanya tanpa mengenal lebih
jauh kecenderungan baru yang dilakukan pondok pesantren seperti upaya pondok
pesantren dalam mengintegrasikan kurikulum pesantren dengan pendidikan formal dalam
pendidikan pesantren.
Menurut Mastuhu mereka yang terlibat dalam pendidikan untuk menciptakan
perubahan dan perkembangan terhadap pondok pesantren adalah pendiri, pengurus,
Vol. 3 No. 1 Februari 2020 75
------------------------------AS-SALAM Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Keislaman
seluruh tenaga kependidikan, seluruh karyawan, masyarakat dan sebagainya. Semua ini
merupakan element yang paling penting untuk dimiliki oleh sebuah lembaga dan harus
selalu diperhatikan oleh menejemen pesantren.
Namun pada realitasnya keinginan untuk melahirkan sebuah konsep manajemen
pondok pesantren yang ideal yang mampu mengintregasikan kurikulum pesantren dengan
pendidikan formal sehingga melahirkan SDM yang berkualitas dan mampu bersaing
masih jauh dari khayalan ketika dihadapkan dengan realitas yang ada. Keberadaan
pondok pesantren yang ada sekarang ini seperti sebuah wadah yang hanya terkosentrasi
pada trend tuntutan kebutuhan masyarakat akan konsep pendidikan modern sehingga
lembaga pondok pesantren selalu berusaha untuk mendesain konsep pondok pesantren
sesuai dengan kepentingan sempit yang sesaat yakni hanya untuk menarik minat dan
kepercayaan masyarakat tanpa memperhatikan pentingnya sebuah perencanaan yang
matang dalam proses manajerial.
Manajemen
Banyak para ahli yang mencoba mendefinisikan tentang pengertian manajemen
salah satunya adalah Mary Parker Follet yang dikutip oleh Gunawan yang mendefinisikan
manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti
bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai
tujuan organisasi.
Berbeda dengan pengertian di atas Ricky W. Griffin mendefinisikan bahwa
manajemen adalah sebagai sebuah proses yang terdiri dari perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai
sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai
dengan perencanaan sedangkan efisien berarti tugas yang ada dilaksanakan secara benar,
terorganisir dan sesuai dengan jadwal. Sedangkan menurut G.R. Terry yang dimaksud
manajemen sebagai suatu proses adalah suatu kegiatan atau kerangka kerja yang
melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-
tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata.
Masih menurut G.R. Terry selain manajemen sebagai suatu proses manajemen
dapat pula diartikan sebagai suatu ilmu pengetahuan maupun seni. Seni yang dimaksud
disini adalah suatu pengetahuan bagaimana mencapai hasil yang diinginkan atau dalam
76 Vol. 3 No. 1 Februari 2020
AS-SALAM Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Keislaman------------------------------
kata lain suatu kecakapan yang diperoleh dari pengalaman, pengamatan dan pelajaran
serta kemampuan untuk menggunakan pengetahuan ma- najemen.
Lebih lanjut menurut Mary Parker Follet manajemen sebagai suatu seni diartikan
sebagai suatu kegiatan untuk melaksanakan suatu pekerjaan melalui orang lain. Definisi
dari Mary ini mengandung perhatian pada kenyataan bahwa para manajer mencapai suatu
tujuan organisasi dengan cara mengatur orang.
Namun pada realitasnya keinginan untuk melahirkan sebuah konsep manajemen
pondok pesantren yang ideal yang mampu mengintregasikan kurikulum pesantren dengan
pendidikan formal sehingga melahirkan SDM yang berkualitas dan mampu bersaing
masih jauh dari khayalan ketika dihadapkan dengan realitas yang ada. Keberadaan pondok
pesantren yang ada sekarang ini seperti sebuah wadah yang hanya terkosentrasi pada
trend tuntutan kebutuhan masyarakat akan konsep pendidikan modern sehingga lembaga
pondok pesantren selalu berusaha untuk mendesain konsep pondok pesantren sesuai
dengan kepentingan sempit yang sesaat yakni hanya untuk menarik minat dan
kepercayaan masyarakat tanpa memperhatikan pentingnya sebuah perencanaan yang
matang dalam proses manajerial.
Selanjutnya apabila kita mempelajari beberapa literatur tentang manajemen
maka kita akan menemukan paling tidak tiga pengertian tentang istilah manajemen yaitu
: Pertama, manajemen sebagai suatu proses. Kedua, manajemen sebagai kolektivitas
orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen. Dan Ketiga, manajemen sebagai suatu
seni (Art) dan sebagai suatu ilmu pengetahuan (Science).
Dari paparan di atas menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan manajemen
dalam penelitian ini adalah suatu keadaan terdiri dari proses yang ditunjukkan oleh garis
(line) mengarah kepada proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengawasan yang mana keempat proses tersebut saling mempunyai fungsi masing-masing
untuk mencapai suatu tujuan organisasi (tujuan pondok pesantren).
Menurut G. R Terry yang di kutip oleh Sudjana ada beberapa fungsi manajerial
yang dilakukan oleh seorang pemimpin atau manajer yaitu planning, organizing,
actuating dan controlling. Selanjutnya akan peneliti jelaskan mengenai masing-masing
fungsi tersebut:
a) Planing (Perencanaan)
Vol. 3 No. 1 Februari 2020 77
------------------------------AS-SALAM Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Keislaman
Menurut Hani Handoko perencanaan adalah pemilihan sekumpulan kegiatan
dan pemutusan selanjutnya apa yang dilakukan, kapan, bagaimana dan oleh siapa. Dari
pengertian ini dapat disimpulkan bahwa sebuah perencanaan yang akan dilakukan oleh
seorang pemimpin harus mampu memberikan job description sesuai dengan kualifikasi
kemampuan masing-masing individu.
Perencanaan pengembangan lembaga pondok pesantren bisa dilakukan dengan
beberapa langkah, antara lain :
a. Mengkaji kebijakan yang relevan (kebijakan pusat dan daerah)
b. Menganalisis kondisi lembaga dengan teknis analisis SWOT.
c. Mengumpulkan data dan informasi yang berkaitan dengantujuan yang akan
dicapai.
d. Menganalisis data dan informasi secara komprehensif.
e. Merumuskan dan memilih alternative program.
f. Menetapkan langkah-langkah kegiatan pelaksanaan.
Lebih lanjut ada langkah perencanaan lain yang bisa dilakukan dalam lembaga
pendidikan yaitu: merencanakan struktur formal, menyejajarkan tujuan organisasi dengan
kondisi lingkungan dan perencanaan yang menggunakan evaluasi sebagai umpan balik.
b) Organizing (Pengorganisasian)
Masih sama menurut Hani Handoko pengorganisasian merupakan proses untuk
merancang struktur formal, mengelompokkan serta mengatur dan membagi-bagi tugas
atau pekerjaan di antara anggota organisasi, agar tujuan organisasi dapat dicapai dengan
efisien. Pembagian dan penyusunan struktur hendaknya sesuai dengan keterampilan dan
kemampuan orang-orang yang ada dalam lembaga, agar tujuan lembaga dapat dicapai
dengan efektif dan efisien.
c) Actuating (Pelaksanaan)
Dalam hal ini banyak pakar yang mencoba memberikan definisi mengenai
pelaksanaan dalam sebuah manajemen, salah satunya yakni P. Siagian yang menyatakan
bahwa pelaksanaan adalah keseluruhan cara, usaha, tehnik, dan metode untuk mendorong
para organisasi agar mau dan ikhlas bekerja dengan sebaik mungkin demi tercapainya
tujuan organisasi yang efektif dan efisien.
Keberhasilan proses actuating dipengaruhi oleh beberapa hal, yakni sebagai
berikut:
78 Vol. 3 No. 1 Februari 2020
AS-SALAM Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Keislaman------------------------------
a. Kepemimpinan
b. Mendapatkan orang-orang yang cakap
c. Memberikan otoritas kepada mereka
d. Menginspirasi mereka dengan kepercayaan terhadap me- reka untuk mencapai
sasaran.
d) Controling (Pengawasan)
Dengan adanya sebuah pengawasan maka pemimpin akan mengetahui apakah
semua kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana semula atau tidak, selain dari
kepentingan tersebut hanya dengan sebuah pengawasan akan dapat diketahui kesalahan-
kesalahan atau penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh anggota organisasi.
Proses pengawasan ini sangat diperlukan mengingat penting- nya lembaga untuk
mendapatkan sebuah informasi, sehingga dengan adanya pengawasan ini maka akan
meghasilkan feed back yang akan dijadikan acuan dalam melangkah selanjutnya. Lebih
lanjut menurut Baharuddin dan Makin tahapan pengawasan yang efektif dapat dilakukan
dengan beberapa tahapan Pertama, penetapan alat pengukur (standard). Kedua, Tahapan
mengadakan penilaian (evaluate) dan yang ketiga, Mengadakan tindakan perbaikan.
Dari sini dapat dipaparkan bahwa keempat fungsi manajemen (planing,
organizing, actuating dan controling) inilah yang akan peneliti gunakan untuk
mengetahui pondok pesantren sadang yang berada di kecamatan wanaraja kabupaten
garut yang tergolong pesantren salafi, pondok pesantren darusalam yang berada di
kecamatan kersamanah kabupaten garut tergolong modern dan pondok pesantren manarul
huda yang berada di kabupaten tasik yang tergolong pertengahan karena menerapkan
sistem manajemen salafi (klasik) dan modern.
a. Definisi Pondok Pesantren
Secara etimologi menurut Wahjoetomo kata pondok berasal dari bahasa Arab
yang artinya hotel, ruang tidur atau wisma sederhana. Akan tetapi secara fungsional
pengertian pondok dalam pembahasan ini lebih cenderung pada definisi bahwa pondok
merupakan wisma sederhana sebagai tempat tinggal sementara untuk para santri.
Adapun secara terminologi, ada beberapa pengertian pondok pesantren yang
dikemukakan oleh para ahli. Pondok pesantren menurut M. Arifin yang dikutip oleh
Moedjamil Qomar adalah suatu lembaga pendidikan agama Islam yang tumbuh serta
Vol. 3 No. 1 Februari 2020 79
------------------------------AS-SALAM Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Keislaman
diakui masyarakat sekitar, dengan sistem asrama (kompleks) dimana para santri menerima
pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada di
bawah kedaulatan dari leadership seorang atau beberapa orang kyai dengan ciri-ciri khas
yang bersifat karismatik serta independen dalam segala hal.
Selain itu pondok pesantren dapat diartikan pula sebagai salah satu bentuk
Indigenous Cultural atau bentuk kebudayaan asli bangsa Indonesia. Sebab, lembaga
pendidikan dengan pola kyai, santri, dan asrama telah dikenal dalam kisah dan sejarah
rakyat Indonesia, khususnya di pulau Jawa. Lebih lanjut menurut Hasan pesantren meru-
pakan sebuah lembaga yang melekat dalam perjalanan kehidupan Indonesia sejak ratusan
tahun yang silam dan telah banyak memberikan kontribusi yang signifikan dalam
pengembangan bangsa ini terutama dalam hal pendidikan. Karena itu tidak mengherankan
bila pakar pendidikan sekelas Ki Hajar Dewantara dan Dr. Soetomo pernah mencita-
citakan model pendidikan pesantren sebagai model pendidikan Nasional.
Menurut Madjid seandainya Indonesia tidak mengalami penjajahan maka
pertumbuhan dan perkembangan bangsa akan banyak mengikuti jalur pesantren terutama
dalam bidang pendidikanya. Sebagaimana yang terjadi di barat dari segi pendidikanya
hampir semua universitas terkenal cikal bakalnya adalah beberapa lembaga yang
semula berorientasi keagamaan semisal universitas Harvard, sehingga yang ada bukan UI,
ITB, UGM dan sebagainya tetapi mungkin universitas Tremas, universitas Krepyak,
Tebuireng dan semacamnya.
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian
pondok pesantren yang peneliti maksud dalam pembahasan ini lebih cenderung
terhadap pendapat yang dipaparkan oleh M. Arifin yang mendefinisikan bahwa pesantren
adalah suatu lembaga pendidikan agama Islam yang tumbuh serta diakui masyarakat
sekitar dengan sistem asrama (kompleks) di mana para santri menerima pendidikan agama
melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada di bawah kedaulatan
dari leadership seorang atau beberapa orang kyai dengan ciri-ciri khas yang bersifat
kharismatik serta independen dalam segala hal.
Analisis SWOT
Pengertian analisis SWOT adalah suatu metode perencanaan strategis untuk
mengevaluasi faktor-faktor yang berpengaruh dalam usaha mencapai tujuan, yaitu
kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman
80 Vol. 3 No. 1 Februari 2020
AS-SALAM Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Keislaman------------------------------
(threats), baik itu tujuan jangka pendek maupun jangka panjang. Istilah analisis SWOT
seringkali kita temukan dalam ruang lingkup ekonomi dan bisnis. Metode analisis ini
tujuannya adalah untuk menggambarkan situasi dan kondisi yang sedang dihadapi dan
bukan merupakan alat analisis yang dapat memberikan solusi terhadap masalah yang
tengah di hadapi.
Analisi SWOT berperan penting dalam berbisnis karena tujuannya untuk
membuat kerangka situasi dan kondisi dalam suatu perusahaan atau lembaga pendidikan
dari sudut pandang SWOT (Strenght, Weaknesses, Opportunities, Threats). Menurut
Philip Kotler, pengertian analisis SWOT adalah evaluasi terhadap semua kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman, yang terdapat pada individu atau organisasi. Lembaga
pesantren diharapkan dapat mempertahankan serta meningkatkan daya saing yang
dimiliknya. Menurut Pearce dan Robinson, pengertian SWOT analisis adalah bagian dari
proses manajemen strategik perusahaan atau lembaga pendidikan yang bertujuan untuk
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan utama lembaga tersebut. Kelemahan dan
kekuatan utama tersebut dibandingkan dengan peluang dan ancaman ekstern sebagai
landasan untuk menghasilkan berbagai alternative strategi.
a. Unsur-Unsur Analisis SWOT
SWOT merupakan sebuah metode yang digunakan untuk membuat evaluasi
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam bisnis. Umumnya SWOT
digambarkan dengan table pada ukuran kertas yang besar untuk memudahkan analisis
hubungan antar aspeknya. Pembuatan analisis SWOT melibatkan tujuan pendidikan yang
spesifik dan identifikasi factor internal-eksternal untuk mencapai tujuan tersebut. Analisis
SWOT melibatkan empat unsure utamanya, yaitu kekuatan (strengths), kelemahan
(weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats). Berikut penjelasan dari
masing-masing unsure tersebut :
1. Kekuatan (Strengths).
Analisis terhadap unsure kekuatan yang dimiliki oleh lembaga pendidikan.
Misalnya menganalisis tentang kelebihan apa saja yang dimiliki lembaga pendidikan dari
aspek teknologi, kualitas mutu lulusan, lokasi yang strategis, atau unsure kekuatan
lainnyayang lebih menekan pada keunggulan lembaga pondok pesantren. Senantiasa
lembaga pendidikan pesantren cenderung membuat sebanyak mungkin daftar kekuatan
sebagai kompetensi pesantren yang berdaya saing.
Vol. 3 No. 1 Februari 2020 81
------------------------------AS-SALAM Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Keislaman
2. Kelemahan (Weaknesses).
Selain menganalisis unsur kekuatan lembaga pondok pesantren, sangat penting
untuk mengetahui apa kelemahan yang dimiliki lembaga pesantren. Untuk mengetahui
kelemahan tersebut, dapat dilakukan dengan perbandingan dengan pesaing seperti
kompetensi yang dimiliki lembaga pesantren dengan kompetensi yang tidak dimiliki
lembaga lain dalam hal out put dan out come. Untuk mengetahui lebih jelas tentang
kelemahan lembaga dapat dilakukan melalui manajemen evaluasi diri pondok pesantren
(EDPP) serta penentuan indikator-indikatornya.
3. Peluang (Opportunities), dan
Unsur peluang biasanya dibangun pada saat awal merintis lembaga pendidikan
pondok pesantren. Hal tersebut dibentuk dan berdasarkan peluang atau kesempatan untuk
manghasilkan keuntungan serta manfaat lembaga bagi masyarakat. Unsur peluang
tersebut hendaknya ditentukan serta di rinci dalam visi dan misi lembaga yang
memungkinkan mampu bertahan dan diterima di masyarakat, baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang.
4. Ancaman (Threats)
Analisis terhadap unsur ancaman sangat penting dilakukan karena menentukan
keberlangsungan lembaga pondok pesantren dapat bertahan atau tidak di masa depan.
Beberapa hal yang termasuk unsur ancaman misalnya banyaknya pesaing, ketersediaan
sumber daya manusia, jangka waktu, minat masyarakat, daya saing serta eksistivitas
lembaga. Membuat dan menyampaikan ancaman lembaga pesantren dalam
meningkatkan kualitas manajemen mutu pendidikan bisa untuk jangka pendek maupun
jangka panjang yang sewaktu-waktu bias bertambah atau berkurang, seiring dengan
perkembangan zaman serta ilmu pengetahuan dan teknologi.
b. Manfaat Analisis SWOT
Banyak sumber yang mengatakan bahwa analisis SWOT adalah metode analisis
yang paling dasar. Analisis ini bermanfaat untuk mengetahui suatu permasalahan dari
empat sisi yang berbeda, yaitu kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman, yang dimiliki
lembaga pondok pesantren. Hasil dari analisis tersebut dapat memberikan rekomendasi
untuk meningkatkan keuatan dan mempertahankan peluang, serta pada saat yang
bersamaan mengurangi kelemahan dan menghindari potensi ancaman.
82 Vol. 3 No. 1 Februari 2020
AS-SALAM Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Keislaman------------------------------
Analisis SWOT juga berperan sebagai instrument yang bermanfaat dalam aktifitas
, analisis strategis. Dengan analisis ini, lemabag pesantren diharapkan dapat
meminimalisir kelemahan dan menekan dampak ancaman yang harus dihadapi. Dengan
demikian, secara umum manfaat analisis SWOT adalah sebagai berikut :
a) Lembaga Pesantren menjadi lebih memahami kekuatan dan member
rekomendasi untuk meningkatkannya.
b) Lembaga Pesantren dapat melihat suatu peluang dan dapat mempertahankan
peluang.
c) Lembaga Pesantren mengetahui kelemahan serta mencari solusi untuk
mengurangi serta meminimalisir kekurangan tersebut.
d) Lembaga Pesantren mengetahui potensi ancaman serta menacari solusi untuk
menghindari dan menghadapi ancaman tersebut.
c. Faktor yang mempengaruhi analisis SWOT
Secara garis besar terdapat dua factor utama yang mempengaruhi analisis SWOT,
yaitu faktor internal dan eksternal. Berikut penjelasannya :
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam suatu lembaga pendidikan
pesantren, yaitu meliputi kekuatan dan kelemahan dari lemaga pesantren itu sendiri.
Adapun beberapa hal yang merupakan bagian dari faktor internal adalah :
a. Sumber daya keuangan yang memadai
b. Sumber daya manusia yang kompeten
c. Property teknologi terkini
d. Kepercayaan masyarakat terhadap lembaga
e. Kemampuan Manajemen yang baik
f. Kemampuan mutu lulusan yang berkualitas
g. Dan lainnya.
2. Faktor Eksternal
Factor eksternal adalah semua factor yang berasal dari luar perusahaan (ancaman
dan peluang) serta berpengaruh terhadap perporma perusahaan tersebut. Adapun
beberapa hal yang merupakan bagian factor eksternal adalah :
a. Trens lembaga
b. Budaya masyarakat
Vol. 3 No. 1 Februari 2020 83
------------------------------AS-SALAM Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Keislaman
c. Sosial politik dan ideology
d. Kondisi Pendidikan dan Perekonomian suatu Negara
e. Peraturan dan kebijakan pemerintah
f. Perkembangan teknologi
g. Dan lainnya
Jika mengacu pada penejlasan diatas, analisis SWOT sangat penting untuk
dilakukan, yaitu sebagai kerangka untuk menganalisis apa yang dimiliki dan tidak
dimiliki lembaga pesantren. Analisis ini bukan hanya penting untuk membangun sebuah
bisnis, namun sangat penting untuk keberlangsungan lembaga pesantren. Analisis SWOT
sudah dianggap sebagai metode analisis untuk mendeskrifsikan lembaga pesantren yang
paling dasar. Melalui analisis SWOT dapat menjadi bahan untuk membuat perencanaan
strategis dan mencapai tujuan perusahaan secara lebih sistematis.
Analisis yang diterapkan dengan baik dan dijalankan dengan benar dalam sebuah
lembaga pesantren akan sangat membantu untuk melihat sisi-sisi lembaga pesantren yang
selama ini tidak terlihat. Tanpa melakukan analisis bias jadi lembaga pesantren yang
dibangun tidak berjalan secara efisien dan efektif.
Gambar 1.1
Kerangka Pegembangan mutu pondok pesanteren
Analisa Sumber daya
SWOT Analisis
84 Vol. 3 No. 1 Februari 2020
AS-SALAM Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Keislaman------------------------------
PENUTUP
Berdasarkan hasil pembahasan diatas, maka bisa ditarik kesimpulan bahwa dalam
pengembangan mutu pondok pesantren perlu adanya manajemen pesantren yang baik
yang mengarah pada peningkatan sebuah lembaga.Pondok pesantren merupakan lembaga
pendidikan tertua yang tetap eksis dan berkembang pesat hingga sekarang ini. Kemajuan
dari suatu pesantren memang bisa ditunjukan dari beberapa hal, baik itu dari segi
kuantitas ataupun kualitas.
Dalam sebuah lembaga pondok pesantren manajemen dipimpin oleh pimpinan
pondok pesantren yang merangkap sebagai manajer. Hal ini menunjukan untuk sekarang
ini pemimpin pondok pesantren tidak cukup memiliki kemampuan dalam mengaji saja,
tapi harus memiliki kemampuan lain untuk dapat memanaje/megelola sebuah pondok
pesantren dengan baik. Adapun beberapa hal yang harus dilakukan oleh manajer dalam
mengelola sebuah pesantren adalah: 1) Perencanaan/(Planing).Lembaga pesantren harus
memiliki perencanaan yang jelas dan terukur. Hal ini tertuang dalam penjabaran Visi,
Misi dan Tujuan dari pondok pesantren. 2) pengorganisasian (organizing),Struktur
organisasi yang dibuat harus sesuai dengan tupoksi yang jelas dan penunjukan orang-
orang yang tepat serta memiliki kemapuan dibidangnya.3) Pelaksanaan (Actuating),
dalam menjalankan sautu kegiatan tentu saja harus dilaksanakan dengan seefekti dan
seefisien mungkin, sesaui dengan perencanaan yang telah ditetapkan. dan 4) Pengawasan
/(Controling), merupakan hal terpenting dalam sebuah manajemen, manajer harus
Lembaga
Pesantre
n
Pelaksanaan Prioritas Mutu Pesantren 1. SDM 2. Pasilitas 3. Sarana dan
prasarana 4. Dana 5. Jaringan
Visi dan Misi lembaga
Pengembangan Mutu
lembaga pesantren
Manajemen Mutu Pendidikan
Analisa
lingkungan
Analisa pesaing
Hasil
Program pasantren
Feed Back
Vol. 3 No. 1 Februari 2020 85
------------------------------AS-SALAM Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Keislaman
memberikan pengawasan yang ketat terhadap setiap anggota serta mampu memberikan
solusi pada setiap kondisi.
Kemudian, dalam melaksanakan manajemen pondok pesantren juga perlu adanya
suatu metode yang dapat membantu dan mempermudah proses manajemen yaitu dengan
adanya analisis SWOT.Sebuah analisis ini penting dilakukan sebelum proses manajemen
untuk mengukur kemampuan lembaga sendiri. Beberapa hal yang dilihat dalam sebuah
analisis SWOT yaitu: streng (kekuatan).Weaknes (kelemahan), Oportunity (Peluang) dan
Treath (Ancaman).
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Mukti Fatah, et al. 2005. Rekontruksi Pesantren Masa Depan .Jakarta: Listafa
Riska Putra
Adi Sasono. 1998.Solusi Islam Atas Problematika Umat. Jakarta: Gema Insani
Anonimous, Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum, Pengembangan
Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa (Bahan Pelatihan:Penguatan
Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya untuk Membentuk
Daya Saing dan Karakter Bangsa),(Jakarta: Kemendiknas, 2010)
__________, Departemen Agama RI, Desain Pengembangan Madrasah, Direktorat
Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Jakarta, 2004.
__________, Diknas, 2005. Undang-Undang Guru dan Dosen Bandung: Fokus Media
__________, Indonesia, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 2003.
__________, Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 , Sistem Pendidikan Nasional
__________, Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 , Sistem Pendidikan Nasional,
(Jakarta: Direk- torat jenderal pendidikan , 2003)
__________, Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, (Jakarta: Grafika, 2008)
Baharuddin dan Moh.Makin, Manajemen Pendidikan Islam Transformasi Menuju
Sekolah/Madrasah Unggul (Jakarta: Grafika, 2008)
__________, Marketing Management, 10th Edition, Prentice Hall, New Jersey, 2000.
__________, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
R&D, Alfabeta, Bandung, 2010.
86 Vol. 3 No. 1 Februari 2020
AS-SALAM Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Keislaman------------------------------
__________, Pemasaran Jasa, Bayu Media Publising, Malang, 2004.
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Paradigma Baru Ilmu Komunikasi an
Metode Ilmu Sosial Lainya), Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004.
Dedy Mulyasana, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, Remaja Rosdakarya, andung,
2015.
Durianto, dkk, Strategi Menaklukan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku
Mereka, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001.
Erna Ferrinadewi, Merek dan Psikologi Konsumen, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2008.
Fandy Tjiptono, Brand Management & Strategy, ANDI, Yogyakarta, 2005.
Farida Jasfar, Manajemen Jasa: Pendekatan Terpadu, Ghalia Indonesia, Bogor, 2009.
Freddy Rangkuti, The Power of Brand: Teknik Mengelola Brand Equity dan Strategi
Pengembangan Merek, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004. Hasbullah,
Otonomi Pendidikan: Kebijakan Otonomi Daerah dan Implikasinya Terhadap
Penyelenggaraan Pendidikan, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2006.
G.R Terry, Leslie W. Rue, 2010. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.
Halim Suhartini, Choirul Arif, 2009. Manajemen Pesantren, Jogjakarta: LKIS
Hani Handoko, Konsep Manajemen, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
__________, 2001. Konsep Manajemen Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk ilmu-ilmu social, (Jakarta :
Salemba Humanika, 2010)
Henry Simamora, Manajemen Pemasaran Internasional, Rineka Cipta, Jakarta, 2011.
Ibrahim Bafadal, Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar: dari Sentralisai
Menuju Desentralisasi, Bumi Aksara, Jakarta, 2003.
Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial : Kuantitatif dan Kualitatif,
(jakarta : Gaung Persada Pres, 2007)
Jaap Scheerens, 2003. Peningkatan Mutu Sekolah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu
Jasa Ungguh Nuliawan. 2005. Pendidikan Islam Integratif. Jogjakarta: Pustaka Pelajar
Kevin Lane Keller, Strategy Brand Management (Buiding, Measuring, And
Managing Brand Equity), Prentice Hall, New Jersey, 2008.
Koentjoningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Gramedia, Jakarta, 1991.
Kunandar, Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Vol. 3 No. 1 Februari 2020 87
------------------------------AS-SALAM Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Keislaman
Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Serttifikasi, RajaGrafindo
Persada, Jakarta, 2007.
L.G. Schiffman & L.L. Kanuk, Consumer Behaviour, 7th Edition, Prentice Hall Inc.,
New Jersey, 1997.
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya,
Yogyakarta, 2009.
Linggar Anggoro, Teori & Profesi Kehumasan, Bumi Aksara, Jakarta, 2005. M. Nazir,
Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1988.
M. Suyanto, Marketing Strategy Top Brand Indonesia, ANDI, Yogyakarta, 2007. Madyo
Ekosusilo, Sekolah Unggul Berbasis Nilai, Bantara Press, Sukoharjo, 2003
Mastuhu, 1994. Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren Jakarta: INIS
Mathew B. Miles and A. Michael Huberman, Qualitative Data Analysis, London: Sage
Publications, 1994.
Moedjamil Qomar. 2002. Pesantren dari Transformasi Metodologi menuju
Demkratisasi Institusi Jakarta: Erlangg
Moelong, L.J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006.
Mukhamad Saekan, Metodologi Penelitian Kualitatif, Nora Media Enterprise, Kudus,
2010.
Nana Sudjana, 2007. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Rake Sarasin, Yogyakarta, 2002.
Nurcholish Madjid. 1997. Bilik-Bilik Pesantren. Jakarta: Paramadina
Nuroho J. Setiadi, Periaku Konsumen Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan
Penelitian Pemasaran, Prenada Media, Jakarta, 2003.
Philip Kotler & Hermawan K., Repositioning ASIA From Bubble to Sustainable
Economy, John Wiley & Sons, Singapore, 2000.
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, Prenhallindo, Jakarta, 2002, Jld.2.
Rhenald Kasali, Manajemen Public Relations: Konsep dan Aplikasinya di
Rosady Ruslan, Aspek-Aspek Hukum dan Etika Dalam Aktifitas Public Relations
Kehumasan, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1995.
Saefudin Azwar, Metode Penelitian, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2001
Sanipah Faisal, Penelitian Kualitatif Dasar-dasar dan Aplikasi, Yayasan Asih Asah
Asuh Malang, Malang, 1990.
88 Vol. 3 No. 1 Februari 2020
AS-SALAM Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Keislaman------------------------------
Sofjan Assauri, Strategik Marketing, Sustaining Lifetime Customer Value,
Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2012.
Sondang P. Siagian. 1992. Dasar-Dasar Manajemen. Bandung: AlFabeta
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung, 2005.
Sutisna, Perilaku konsumen dan Komunikasi Pemasaran, Remaja Rosda Karya,
Bandung, 2001.
Wahjoetomo,2010. Perguruan Tinggi Islam Bandung: AlFabeta
Zamahsyari Dhofier. 1994. Tradisi Pesantren. akarta : LP3ES