19
70 Vol. 3 No. 1 Februari 2020 AS-SALAM Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Keislaman------------------------------ PENGEMBANGAN MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN PESANTREN Ali Sahbana Mahasiswa S2 UIN Sunan Gunung Djati Bandung [email protected] ABSTRACT This article discusses the development of quality management in pesantren education. The aim is to find out about what are the steps taken in developing the quality of an Islamic boarding school. The theory discussed in this article includes the understanding and steps of management, the general description of Islamic boarding schools and the SWOT analysis method used in measuring the strengths and weaknesses of boarding schools seen in 4 perspectives (Strengs, Weaknes, Opportunity and Treath). The results of the discussion concluded that to develop the quality management of pesantren education is carried out with several steps, namely: (Planing, which includes the formulation of vision, mission and objectives. Organizing, position assignment and division of tasks according to their expertise. strict from the leader), besides SWOT analysis is done as one of the methods used to help facilitate the achievement of objectives in a management. Keywords: development, quality management, boarding school ABSTRAK Artikel ini membahas tentang pengembangan manajemen mutu pendidikan pesantren.Tujuannya ialah untuk mengetahui mengenai apa saja langkah-langkah yang ditempuh dalam mengembangan mutu sebuah lembaga pondok pesantren. Teori yang dibahas dalam artikel ini meliputi pengertian dan langkah-langkah manajemen,gambaran umum pondok pesantren serta metode Anlisis SWOT yang digunakan dalam mengukur kelebihan serta kelemahan pondok peantren yang dilihat dalam 4 perspektif (Strengs, Weaknes, Oportunity dan Treath). Hasil pembahasan menyimpulkan bahwa untuk mengembangan manajemen mutu pendidikan pesantren dilakukan dengan beberapa langkah yaitu: (Planing, yang meliputi perumusan visi,misidan tujuan. Organizing, penemapatan posisi dan pembagian tugas sesaui dengan keahliannya. Actuating yang dilaksanakan dengan efektif dan efisisen serta Controling atau pengawasan yang ketat

STAI YAMISA

  • Upload
    others

  • View
    21

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: STAI YAMISA

70 Vol. 3 No. 1 Februari 2020

AS-SALAM Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Keislaman------------------------------

PENGEMBANGAN MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN PESANTREN

Ali Sahbana

Mahasiswa S2 UIN Sunan Gunung Djati Bandung

[email protected]

ABSTRACT

This article discusses the development of quality management in pesantren education.

The aim is to find out about what are the steps taken in developing the quality of an

Islamic boarding school. The theory discussed in this article includes the understanding

and steps of management, the general description of Islamic boarding schools and the

SWOT analysis method used in measuring the strengths and weaknesses of boarding

schools seen in 4 perspectives (Strengs, Weaknes, Opportunity and Treath). The results

of the discussion concluded that to develop the quality management of pesantren

education is carried out with several steps, namely: (Planing, which includes the

formulation of vision, mission and objectives. Organizing, position assignment and

division of tasks according to their expertise. strict from the leader), besides SWOT

analysis is done as one of the methods used to help facilitate the achievement of objectives

in a management.

Keywords: development, quality management, boarding school

ABSTRAK

Artikel ini membahas tentang pengembangan manajemen mutu pendidikan

pesantren.Tujuannya ialah untuk mengetahui mengenai apa saja langkah-langkah yang

ditempuh dalam mengembangan mutu sebuah lembaga pondok pesantren. Teori yang

dibahas dalam artikel ini meliputi pengertian dan langkah-langkah manajemen,gambaran

umum pondok pesantren serta metode Anlisis SWOT yang digunakan dalam mengukur

kelebihan serta kelemahan pondok peantren yang dilihat dalam 4 perspektif (Strengs,

Weaknes, Oportunity dan Treath). Hasil pembahasan menyimpulkan bahwa untuk

mengembangan manajemen mutu pendidikan pesantren dilakukan dengan beberapa

langkah yaitu: (Planing, yang meliputi perumusan visi,misidan tujuan. Organizing,

penemapatan posisi dan pembagian tugas sesaui dengan keahliannya. Actuating yang

dilaksanakan dengan efektif dan efisisen serta Controling atau pengawasan yang ketat

Page 2: STAI YAMISA

Vol. 3 No. 1 Februari 2020 71

------------------------------AS-SALAM Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Keislaman

dari pemimpin), selain itu anlaisis SWOT dilakukan sebagai salah satu metode yang

digunakan untuk membantu mempermudah pencapaian tujuan dalam sebuah manajemen.

Kata Kunci: pengembangan, manajemen mutu, pondok peantren

PENDAHULUAN

Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang bersifat tradisional. Pesantren

dibentuk untuk memahami, mempelajari dan mengamalkan ajaran Agama Islam

dengan menekankan pentingnya moral Agama Islam sebagai pedoman hidup sehari-

hari.

Pondok pesantren merupakan salah satu subsistem pendidikan yang memiliki

karakteristik khusus. Pondok pesantren adalah salah satu lembaga yang mampu memberi

pengaruh yang cukup besar dalam dunia pendidikan, baik jasmani, ruhani, maupun

intelegensi, karena sumber nilai dan norma-norma Agama merupakan kerangka acuan

dan berpikir serta sikap ideal para santri. Pondok pesantren sering disebut sebagai alat

tranformasi kultural. Fungsi pokok pondok pesantren adalah mencetak ulama dan ahli

agama. Kegiatan pembelajaran yang terjadi di pondok pesantren tidak sekedar

pemindahan ilmu pengetahuan dan keterampilan tertentu tetapi yang terpenting adalah

penanaman dan pembentukan nilai-nilai tertentu kepada santri. Tiga aspek pendidikan

yang terpenting yaitu psikomotorik, afektif, dan kognitif diberikan secara stimulan dan

seimbang kepada peserta didik.

Secara legalitas, eksistensi pondok pesantren diakui oleh semangat Undang

Undang RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Salah satu ciri khas

kehidupan di pondok pesantren adalah kemandirian santri, sebagai subjek yang

memperdalam ilmu keagamaan di pondok pesantren. Kemandirian tersebut koheren

dengan tujuan Pendidikan Nasional. Pada Undang-Undang RI No. 20 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional pasal 3 disebutkan bahwa : Pendidikan Nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

kepada Allah Swt. Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Tujuan Pendidikan Nasional di atas merupakan rumusan mengenai kualitas

manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Oleh karena

Page 3: STAI YAMISA

72 Vol. 3 No. 1 Februari 2020

AS-SALAM Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Keislaman------------------------------

itu, jika dihubungkan dengan pendidikan karakter, rumusan tujuan Pendidikan Nasional

menjadi dasar dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa.

Pengelolaan manajemen di pondok pesantren kurang diperhatikan secara

serius,karena pesantren sebagai lembaga tradisonal, dengan wataknya yang bebas,

sehingga pola pembinaanya hanya tergantung pada kehendak dan kecendrungan

pimpinan saja, dalam hal ini kyai. Padahal sesungguhnya potensi- potensi yang ada dapat

diandalkan untuk membantu penyelenggaraan pondok pesantren tersebut.

Mengingat kuatnya kharisma kyai di lingkungan pondok pesantren yang amat

dominan, mengakibatkan adanya stagnansi komunikasi dua arah antara atasan dengan

bawahan, atau sebaliknya menjadi tidak lancar, Berbeda halnya dengan lembaga-

lembaga formal, atau organisasi lainya. Sikap kritis para santri di lingkungan pondok

pesantren, dipandang sesuatu yang tabu, apalagi dengan cara protes atau

memberontak, santri bisa kualat. Karena ini perilaku manajemen yang berlaku di

pondok pesantren selama ini adalah up and down policy. Para santri senantiasa tunduk

dan patuh terhadap Kyai, atau istilah lain, sami’na wa’athana. Adapun kelemahan dari

manajemen pondok pesantren disebabkan karena banyak faktor, antara lain adalah:

1. Sosok Kyai di lingkungan pondok pesantren merasa sebagai penguasa tunggal dan

dibentuk dengan sendirinya, sehingga keberadaan kyai tidak diangkat dan dibuktikan

dengan sebuah surat keputusan dan penguasa yang lebih tinggi, dalam kurun waktu

tertentu atau masa jabatan tertentu sehingga ia merasa tidak ada tuntutan untuk

menyampaikan laporan pertanggung jawaban secara tertulis, baik terhadap para

santrinya, maupun terhadap masyarakat. Pertanggungjawaban seorang kyai secara

vertikal langsung kepada Allah, karena itu pula administrasi bukanlah hal terpenting

dalam kehidupan pondok pesantren.

2. Perilaku manajemen pondok pesantren belangsung secara alami, bukan atas dasar

teori, disamping turun temurun dari gurunya.

3. Lemahnya sumber daya manusia di lingkungan pondok pesantren disadari karena para

santri umumnya memilki latar belakang pendidikan formal dari sekolah dasar atau

madrasah ibtidaiyah, tentunya pemahaman terhadap administrasi dan manajemen

sangat dangkal.

4. Adanya sikap fanatisme yang berlebihan dari masyarakat terhadap lembaga

pondok pesantren, sehingga tidak ragu ketika memandang kyai sebagi sosok yang

Page 4: STAI YAMISA

Vol. 3 No. 1 Februari 2020 73

------------------------------AS-SALAM Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Keislaman

paling benar dan paling jujur, dalam segala hal ucapan maupun tindakan,

karena itu pula di lembaga pendidikan pondok pesantren jarang ditemukan

adanya kwitansi sebagai bukti pembayaran atau pengeluaran uang.

Adanya sinyalemen, pondok pesantren dianggap sebagai kerajaan kecil dan para

kyai sebagai raja- raja kecil, merupakan ungkapan yang tepat untuk melihat

perjalanan pondok pesantren, apabila dilihat dari sudut pandang tradisi

paternalistik, hubungan kyai dengan para santrinya. Mengingat perannya sangat

penting, pondok pesantren hendaknya melakukan pembenahan diri dalam aspek

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan, dan penilaian usaha-

usaha pendidikan supaya dapat mecapai tujuan pendidikan pondok pesantren

yang telah ditetapkan pada misi dan visi pesantren. Serta, meningkatkan

sekaligus lembaga pemberdayaan umat dalam mengembangkan potensi dan

keterampilan santrinya.

PEMBAHASAN

Pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua di Indonesia. Keberadaan

pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam di tanah air mempunyai andil yang sangat

besar dalam pembentukan karakter bangsa Indonesia. Lebih lanjut eksistensi pesantren

dari masa ke masa telah memberikan kontribusi konkrit dalam perjalanan sejarah bangsa.

Di era kerajaan Jawa misalnya pesantren menjadi pusat dakwah penyebaran Islam, di era

penjajahan kolonial Hindia Belanda pesantren menjadi medan heroisme pergerakan

perlawanan rakyat, di era kemerdekaan pesantren terlibat dalam perumusan bentuk

dan idiologi bangsa serta terlibat dalam revolusi fisik mempertahankan kemerdekaan.

Lebih lanjut pesantren sebagai lembaga pendidikan tradisional telah memberikan

sumbangsih yang survive dalam sejarah mewujudkan idealisme pendidikan bangsa yang

bukan sekedar meningkatkan kualitas sumber daya manusia (human resource) atau aspek

intelektualitas melainkan juga lebih konsen dalam mencetak moralitas dan spiritualitas

bangsa yang luhur.

Relaitas yang menjadikan bukti semakin terpinggirkanya eksistensi pesantren

tradisional adalah dengan diberlakukanya kebijakan pemerintah yang dituangkan dalam

undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen yang menyatakan bahwa

lembaga pendidikan, tenaga kependidikan adalah lembaga pendidikan tinggi yang

Page 5: STAI YAMISA

74 Vol. 3 No. 1 Februari 2020

AS-SALAM Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Keislaman------------------------------

diberi tugas oleh pemerintah untuk menyelenggarakan dan mengembangkan ilmu

kependidikan dan non kependidikan serta mendidik guru pada pendidikan dasar dan

pendidikan menengah, termasuk pendidikan anak usia dini.

Selain itu kebijakan lain yang tetap menjadikan pesantren tradisional semakin

terpinggirkan masih terdapat dalam undang undang yang sama yakni undang-undang

guru dan dosen pada pasal 8 yang menyatakan bahwa seorang guru wajib memiliki

kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidik serta sehat jasmani dan

rohani untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Sehingga dari beberapa kebijakan

seperti tersebut di atas telah jelas menjadikan eksistensi pesantren tradisional semakin

kurang diminati dalam kontestasi dunia pendidikan di era sekarang karena secara tidak

langsung dapat dikatakan lulusan dari pondok pesantren tradisional tidak dapat diakui

keberadaanya karena tidak mampu menunjukkan sertifikat akademik sebagai tuntutan

dari legalisasi kebijakan pemerintah.

Namun dari sini pertanyaan yang dapat dimunculkan adalah sebuah permasalahan

mendasar mengapa pondok pesantren tradisonal sebagai lembaga pendidikan masih tetap

survive hingga saat ini. Padahal sebelumnya banyak pihak yang memperkirakan pesantren

tidak akan bertahan lama di tengah perubahan dan tuntutan masyarakat yang kian plural

dan kompetitif bahkan ada yang memastikan pesantren akan tergusur oleh ekspansi sistem

baru yang umum dan modern.

Selain itu ada juga yang dengan sinis menyebutkan bahwa pesantren adalah fosil

masa lampau yang sangat jauh untuk memainkan peran ditengah kehidupan global. Oleh

karena itu upaya menjadikan pesantren sebagai pilihan dalam menjawab kebutuhan

manusia modern adalah sebuah Utopia atau sekedar hayalan tingkat tinggi yang tidak

rasional.

Pada dasarnya kekhawatiran dan penilaian pesimis ini apabila dilacak lebih jauh

muncul dari ketidak akuratan melihat profil pesantren secara utuh, artinya memang

melihat pesantren sebagai lembaga tua dengan segala kelemahanya tanpa mengenal lebih

jauh kecenderungan baru yang dilakukan pondok pesantren seperti upaya pondok

pesantren dalam mengintegrasikan kurikulum pesantren dengan pendidikan formal dalam

pendidikan pesantren.

Menurut Mastuhu mereka yang terlibat dalam pendidikan untuk menciptakan

perubahan dan perkembangan terhadap pondok pesantren adalah pendiri, pengurus,

Page 6: STAI YAMISA

Vol. 3 No. 1 Februari 2020 75

------------------------------AS-SALAM Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Keislaman

seluruh tenaga kependidikan, seluruh karyawan, masyarakat dan sebagainya. Semua ini

merupakan element yang paling penting untuk dimiliki oleh sebuah lembaga dan harus

selalu diperhatikan oleh menejemen pesantren.

Namun pada realitasnya keinginan untuk melahirkan sebuah konsep manajemen

pondok pesantren yang ideal yang mampu mengintregasikan kurikulum pesantren dengan

pendidikan formal sehingga melahirkan SDM yang berkualitas dan mampu bersaing

masih jauh dari khayalan ketika dihadapkan dengan realitas yang ada. Keberadaan

pondok pesantren yang ada sekarang ini seperti sebuah wadah yang hanya terkosentrasi

pada trend tuntutan kebutuhan masyarakat akan konsep pendidikan modern sehingga

lembaga pondok pesantren selalu berusaha untuk mendesain konsep pondok pesantren

sesuai dengan kepentingan sempit yang sesaat yakni hanya untuk menarik minat dan

kepercayaan masyarakat tanpa memperhatikan pentingnya sebuah perencanaan yang

matang dalam proses manajerial.

Manajemen

Banyak para ahli yang mencoba mendefinisikan tentang pengertian manajemen

salah satunya adalah Mary Parker Follet yang dikutip oleh Gunawan yang mendefinisikan

manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti

bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai

tujuan organisasi.

Berbeda dengan pengertian di atas Ricky W. Griffin mendefinisikan bahwa

manajemen adalah sebagai sebuah proses yang terdiri dari perencanaan,

pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai

sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai

dengan perencanaan sedangkan efisien berarti tugas yang ada dilaksanakan secara benar,

terorganisir dan sesuai dengan jadwal. Sedangkan menurut G.R. Terry yang dimaksud

manajemen sebagai suatu proses adalah suatu kegiatan atau kerangka kerja yang

melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-

tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata.

Masih menurut G.R. Terry selain manajemen sebagai suatu proses manajemen

dapat pula diartikan sebagai suatu ilmu pengetahuan maupun seni. Seni yang dimaksud

disini adalah suatu pengetahuan bagaimana mencapai hasil yang diinginkan atau dalam

Page 7: STAI YAMISA

76 Vol. 3 No. 1 Februari 2020

AS-SALAM Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Keislaman------------------------------

kata lain suatu kecakapan yang diperoleh dari pengalaman, pengamatan dan pelajaran

serta kemampuan untuk menggunakan pengetahuan ma- najemen.

Lebih lanjut menurut Mary Parker Follet manajemen sebagai suatu seni diartikan

sebagai suatu kegiatan untuk melaksanakan suatu pekerjaan melalui orang lain. Definisi

dari Mary ini mengandung perhatian pada kenyataan bahwa para manajer mencapai suatu

tujuan organisasi dengan cara mengatur orang.

Namun pada realitasnya keinginan untuk melahirkan sebuah konsep manajemen

pondok pesantren yang ideal yang mampu mengintregasikan kurikulum pesantren dengan

pendidikan formal sehingga melahirkan SDM yang berkualitas dan mampu bersaing

masih jauh dari khayalan ketika dihadapkan dengan realitas yang ada. Keberadaan pondok

pesantren yang ada sekarang ini seperti sebuah wadah yang hanya terkosentrasi pada

trend tuntutan kebutuhan masyarakat akan konsep pendidikan modern sehingga lembaga

pondok pesantren selalu berusaha untuk mendesain konsep pondok pesantren sesuai

dengan kepentingan sempit yang sesaat yakni hanya untuk menarik minat dan

kepercayaan masyarakat tanpa memperhatikan pentingnya sebuah perencanaan yang

matang dalam proses manajerial.

Selanjutnya apabila kita mempelajari beberapa literatur tentang manajemen

maka kita akan menemukan paling tidak tiga pengertian tentang istilah manajemen yaitu

: Pertama, manajemen sebagai suatu proses. Kedua, manajemen sebagai kolektivitas

orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen. Dan Ketiga, manajemen sebagai suatu

seni (Art) dan sebagai suatu ilmu pengetahuan (Science).

Dari paparan di atas menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan manajemen

dalam penelitian ini adalah suatu keadaan terdiri dari proses yang ditunjukkan oleh garis

(line) mengarah kepada proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan

pengawasan yang mana keempat proses tersebut saling mempunyai fungsi masing-masing

untuk mencapai suatu tujuan organisasi (tujuan pondok pesantren).

Menurut G. R Terry yang di kutip oleh Sudjana ada beberapa fungsi manajerial

yang dilakukan oleh seorang pemimpin atau manajer yaitu planning, organizing,

actuating dan controlling. Selanjutnya akan peneliti jelaskan mengenai masing-masing

fungsi tersebut:

a) Planing (Perencanaan)

Page 8: STAI YAMISA

Vol. 3 No. 1 Februari 2020 77

------------------------------AS-SALAM Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Keislaman

Menurut Hani Handoko perencanaan adalah pemilihan sekumpulan kegiatan

dan pemutusan selanjutnya apa yang dilakukan, kapan, bagaimana dan oleh siapa. Dari

pengertian ini dapat disimpulkan bahwa sebuah perencanaan yang akan dilakukan oleh

seorang pemimpin harus mampu memberikan job description sesuai dengan kualifikasi

kemampuan masing-masing individu.

Perencanaan pengembangan lembaga pondok pesantren bisa dilakukan dengan

beberapa langkah, antara lain :

a. Mengkaji kebijakan yang relevan (kebijakan pusat dan daerah)

b. Menganalisis kondisi lembaga dengan teknis analisis SWOT.

c. Mengumpulkan data dan informasi yang berkaitan dengantujuan yang akan

dicapai.

d. Menganalisis data dan informasi secara komprehensif.

e. Merumuskan dan memilih alternative program.

f. Menetapkan langkah-langkah kegiatan pelaksanaan.

Lebih lanjut ada langkah perencanaan lain yang bisa dilakukan dalam lembaga

pendidikan yaitu: merencanakan struktur formal, menyejajarkan tujuan organisasi dengan

kondisi lingkungan dan perencanaan yang menggunakan evaluasi sebagai umpan balik.

b) Organizing (Pengorganisasian)

Masih sama menurut Hani Handoko pengorganisasian merupakan proses untuk

merancang struktur formal, mengelompokkan serta mengatur dan membagi-bagi tugas

atau pekerjaan di antara anggota organisasi, agar tujuan organisasi dapat dicapai dengan

efisien. Pembagian dan penyusunan struktur hendaknya sesuai dengan keterampilan dan

kemampuan orang-orang yang ada dalam lembaga, agar tujuan lembaga dapat dicapai

dengan efektif dan efisien.

c) Actuating (Pelaksanaan)

Dalam hal ini banyak pakar yang mencoba memberikan definisi mengenai

pelaksanaan dalam sebuah manajemen, salah satunya yakni P. Siagian yang menyatakan

bahwa pelaksanaan adalah keseluruhan cara, usaha, tehnik, dan metode untuk mendorong

para organisasi agar mau dan ikhlas bekerja dengan sebaik mungkin demi tercapainya

tujuan organisasi yang efektif dan efisien.

Keberhasilan proses actuating dipengaruhi oleh beberapa hal, yakni sebagai

berikut:

Page 9: STAI YAMISA

78 Vol. 3 No. 1 Februari 2020

AS-SALAM Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Keislaman------------------------------

a. Kepemimpinan

b. Mendapatkan orang-orang yang cakap

c. Memberikan otoritas kepada mereka

d. Menginspirasi mereka dengan kepercayaan terhadap me- reka untuk mencapai

sasaran.

d) Controling (Pengawasan)

Dengan adanya sebuah pengawasan maka pemimpin akan mengetahui apakah

semua kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana semula atau tidak, selain dari

kepentingan tersebut hanya dengan sebuah pengawasan akan dapat diketahui kesalahan-

kesalahan atau penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh anggota organisasi.

Proses pengawasan ini sangat diperlukan mengingat penting- nya lembaga untuk

mendapatkan sebuah informasi, sehingga dengan adanya pengawasan ini maka akan

meghasilkan feed back yang akan dijadikan acuan dalam melangkah selanjutnya. Lebih

lanjut menurut Baharuddin dan Makin tahapan pengawasan yang efektif dapat dilakukan

dengan beberapa tahapan Pertama, penetapan alat pengukur (standard). Kedua, Tahapan

mengadakan penilaian (evaluate) dan yang ketiga, Mengadakan tindakan perbaikan.

Dari sini dapat dipaparkan bahwa keempat fungsi manajemen (planing,

organizing, actuating dan controling) inilah yang akan peneliti gunakan untuk

mengetahui pondok pesantren sadang yang berada di kecamatan wanaraja kabupaten

garut yang tergolong pesantren salafi, pondok pesantren darusalam yang berada di

kecamatan kersamanah kabupaten garut tergolong modern dan pondok pesantren manarul

huda yang berada di kabupaten tasik yang tergolong pertengahan karena menerapkan

sistem manajemen salafi (klasik) dan modern.

a. Definisi Pondok Pesantren

Secara etimologi menurut Wahjoetomo kata pondok berasal dari bahasa Arab

yang artinya hotel, ruang tidur atau wisma sederhana. Akan tetapi secara fungsional

pengertian pondok dalam pembahasan ini lebih cenderung pada definisi bahwa pondok

merupakan wisma sederhana sebagai tempat tinggal sementara untuk para santri.

Adapun secara terminologi, ada beberapa pengertian pondok pesantren yang

dikemukakan oleh para ahli. Pondok pesantren menurut M. Arifin yang dikutip oleh

Moedjamil Qomar adalah suatu lembaga pendidikan agama Islam yang tumbuh serta

Page 10: STAI YAMISA

Vol. 3 No. 1 Februari 2020 79

------------------------------AS-SALAM Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Keislaman

diakui masyarakat sekitar, dengan sistem asrama (kompleks) dimana para santri menerima

pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada di

bawah kedaulatan dari leadership seorang atau beberapa orang kyai dengan ciri-ciri khas

yang bersifat karismatik serta independen dalam segala hal.

Selain itu pondok pesantren dapat diartikan pula sebagai salah satu bentuk

Indigenous Cultural atau bentuk kebudayaan asli bangsa Indonesia. Sebab, lembaga

pendidikan dengan pola kyai, santri, dan asrama telah dikenal dalam kisah dan sejarah

rakyat Indonesia, khususnya di pulau Jawa. Lebih lanjut menurut Hasan pesantren meru-

pakan sebuah lembaga yang melekat dalam perjalanan kehidupan Indonesia sejak ratusan

tahun yang silam dan telah banyak memberikan kontribusi yang signifikan dalam

pengembangan bangsa ini terutama dalam hal pendidikan. Karena itu tidak mengherankan

bila pakar pendidikan sekelas Ki Hajar Dewantara dan Dr. Soetomo pernah mencita-

citakan model pendidikan pesantren sebagai model pendidikan Nasional.

Menurut Madjid seandainya Indonesia tidak mengalami penjajahan maka

pertumbuhan dan perkembangan bangsa akan banyak mengikuti jalur pesantren terutama

dalam bidang pendidikanya. Sebagaimana yang terjadi di barat dari segi pendidikanya

hampir semua universitas terkenal cikal bakalnya adalah beberapa lembaga yang

semula berorientasi keagamaan semisal universitas Harvard, sehingga yang ada bukan UI,

ITB, UGM dan sebagainya tetapi mungkin universitas Tremas, universitas Krepyak,

Tebuireng dan semacamnya.

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian

pondok pesantren yang peneliti maksud dalam pembahasan ini lebih cenderung

terhadap pendapat yang dipaparkan oleh M. Arifin yang mendefinisikan bahwa pesantren

adalah suatu lembaga pendidikan agama Islam yang tumbuh serta diakui masyarakat

sekitar dengan sistem asrama (kompleks) di mana para santri menerima pendidikan agama

melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada di bawah kedaulatan

dari leadership seorang atau beberapa orang kyai dengan ciri-ciri khas yang bersifat

kharismatik serta independen dalam segala hal.

Analisis SWOT

Pengertian analisis SWOT adalah suatu metode perencanaan strategis untuk

mengevaluasi faktor-faktor yang berpengaruh dalam usaha mencapai tujuan, yaitu

kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman

Page 11: STAI YAMISA

80 Vol. 3 No. 1 Februari 2020

AS-SALAM Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Keislaman------------------------------

(threats), baik itu tujuan jangka pendek maupun jangka panjang. Istilah analisis SWOT

seringkali kita temukan dalam ruang lingkup ekonomi dan bisnis. Metode analisis ini

tujuannya adalah untuk menggambarkan situasi dan kondisi yang sedang dihadapi dan

bukan merupakan alat analisis yang dapat memberikan solusi terhadap masalah yang

tengah di hadapi.

Analisi SWOT berperan penting dalam berbisnis karena tujuannya untuk

membuat kerangka situasi dan kondisi dalam suatu perusahaan atau lembaga pendidikan

dari sudut pandang SWOT (Strenght, Weaknesses, Opportunities, Threats). Menurut

Philip Kotler, pengertian analisis SWOT adalah evaluasi terhadap semua kekuatan,

kelemahan, peluang dan ancaman, yang terdapat pada individu atau organisasi. Lembaga

pesantren diharapkan dapat mempertahankan serta meningkatkan daya saing yang

dimiliknya. Menurut Pearce dan Robinson, pengertian SWOT analisis adalah bagian dari

proses manajemen strategik perusahaan atau lembaga pendidikan yang bertujuan untuk

mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan utama lembaga tersebut. Kelemahan dan

kekuatan utama tersebut dibandingkan dengan peluang dan ancaman ekstern sebagai

landasan untuk menghasilkan berbagai alternative strategi.

a. Unsur-Unsur Analisis SWOT

SWOT merupakan sebuah metode yang digunakan untuk membuat evaluasi

kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam bisnis. Umumnya SWOT

digambarkan dengan table pada ukuran kertas yang besar untuk memudahkan analisis

hubungan antar aspeknya. Pembuatan analisis SWOT melibatkan tujuan pendidikan yang

spesifik dan identifikasi factor internal-eksternal untuk mencapai tujuan tersebut. Analisis

SWOT melibatkan empat unsure utamanya, yaitu kekuatan (strengths), kelemahan

(weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats). Berikut penjelasan dari

masing-masing unsure tersebut :

1. Kekuatan (Strengths).

Analisis terhadap unsure kekuatan yang dimiliki oleh lembaga pendidikan.

Misalnya menganalisis tentang kelebihan apa saja yang dimiliki lembaga pendidikan dari

aspek teknologi, kualitas mutu lulusan, lokasi yang strategis, atau unsure kekuatan

lainnyayang lebih menekan pada keunggulan lembaga pondok pesantren. Senantiasa

lembaga pendidikan pesantren cenderung membuat sebanyak mungkin daftar kekuatan

sebagai kompetensi pesantren yang berdaya saing.

Page 12: STAI YAMISA

Vol. 3 No. 1 Februari 2020 81

------------------------------AS-SALAM Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Keislaman

2. Kelemahan (Weaknesses).

Selain menganalisis unsur kekuatan lembaga pondok pesantren, sangat penting

untuk mengetahui apa kelemahan yang dimiliki lembaga pesantren. Untuk mengetahui

kelemahan tersebut, dapat dilakukan dengan perbandingan dengan pesaing seperti

kompetensi yang dimiliki lembaga pesantren dengan kompetensi yang tidak dimiliki

lembaga lain dalam hal out put dan out come. Untuk mengetahui lebih jelas tentang

kelemahan lembaga dapat dilakukan melalui manajemen evaluasi diri pondok pesantren

(EDPP) serta penentuan indikator-indikatornya.

3. Peluang (Opportunities), dan

Unsur peluang biasanya dibangun pada saat awal merintis lembaga pendidikan

pondok pesantren. Hal tersebut dibentuk dan berdasarkan peluang atau kesempatan untuk

manghasilkan keuntungan serta manfaat lembaga bagi masyarakat. Unsur peluang

tersebut hendaknya ditentukan serta di rinci dalam visi dan misi lembaga yang

memungkinkan mampu bertahan dan diterima di masyarakat, baik dalam jangka pendek

maupun jangka panjang.

4. Ancaman (Threats)

Analisis terhadap unsur ancaman sangat penting dilakukan karena menentukan

keberlangsungan lembaga pondok pesantren dapat bertahan atau tidak di masa depan.

Beberapa hal yang termasuk unsur ancaman misalnya banyaknya pesaing, ketersediaan

sumber daya manusia, jangka waktu, minat masyarakat, daya saing serta eksistivitas

lembaga. Membuat dan menyampaikan ancaman lembaga pesantren dalam

meningkatkan kualitas manajemen mutu pendidikan bisa untuk jangka pendek maupun

jangka panjang yang sewaktu-waktu bias bertambah atau berkurang, seiring dengan

perkembangan zaman serta ilmu pengetahuan dan teknologi.

b. Manfaat Analisis SWOT

Banyak sumber yang mengatakan bahwa analisis SWOT adalah metode analisis

yang paling dasar. Analisis ini bermanfaat untuk mengetahui suatu permasalahan dari

empat sisi yang berbeda, yaitu kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman, yang dimiliki

lembaga pondok pesantren. Hasil dari analisis tersebut dapat memberikan rekomendasi

untuk meningkatkan keuatan dan mempertahankan peluang, serta pada saat yang

bersamaan mengurangi kelemahan dan menghindari potensi ancaman.

Page 13: STAI YAMISA

82 Vol. 3 No. 1 Februari 2020

AS-SALAM Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Keislaman------------------------------

Analisis SWOT juga berperan sebagai instrument yang bermanfaat dalam aktifitas

, analisis strategis. Dengan analisis ini, lemabag pesantren diharapkan dapat

meminimalisir kelemahan dan menekan dampak ancaman yang harus dihadapi. Dengan

demikian, secara umum manfaat analisis SWOT adalah sebagai berikut :

a) Lembaga Pesantren menjadi lebih memahami kekuatan dan member

rekomendasi untuk meningkatkannya.

b) Lembaga Pesantren dapat melihat suatu peluang dan dapat mempertahankan

peluang.

c) Lembaga Pesantren mengetahui kelemahan serta mencari solusi untuk

mengurangi serta meminimalisir kekurangan tersebut.

d) Lembaga Pesantren mengetahui potensi ancaman serta menacari solusi untuk

menghindari dan menghadapi ancaman tersebut.

c. Faktor yang mempengaruhi analisis SWOT

Secara garis besar terdapat dua factor utama yang mempengaruhi analisis SWOT,

yaitu faktor internal dan eksternal. Berikut penjelasannya :

1. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam suatu lembaga pendidikan

pesantren, yaitu meliputi kekuatan dan kelemahan dari lemaga pesantren itu sendiri.

Adapun beberapa hal yang merupakan bagian dari faktor internal adalah :

a. Sumber daya keuangan yang memadai

b. Sumber daya manusia yang kompeten

c. Property teknologi terkini

d. Kepercayaan masyarakat terhadap lembaga

e. Kemampuan Manajemen yang baik

f. Kemampuan mutu lulusan yang berkualitas

g. Dan lainnya.

2. Faktor Eksternal

Factor eksternal adalah semua factor yang berasal dari luar perusahaan (ancaman

dan peluang) serta berpengaruh terhadap perporma perusahaan tersebut. Adapun

beberapa hal yang merupakan bagian factor eksternal adalah :

a. Trens lembaga

b. Budaya masyarakat

Page 14: STAI YAMISA

Vol. 3 No. 1 Februari 2020 83

------------------------------AS-SALAM Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Keislaman

c. Sosial politik dan ideology

d. Kondisi Pendidikan dan Perekonomian suatu Negara

e. Peraturan dan kebijakan pemerintah

f. Perkembangan teknologi

g. Dan lainnya

Jika mengacu pada penejlasan diatas, analisis SWOT sangat penting untuk

dilakukan, yaitu sebagai kerangka untuk menganalisis apa yang dimiliki dan tidak

dimiliki lembaga pesantren. Analisis ini bukan hanya penting untuk membangun sebuah

bisnis, namun sangat penting untuk keberlangsungan lembaga pesantren. Analisis SWOT

sudah dianggap sebagai metode analisis untuk mendeskrifsikan lembaga pesantren yang

paling dasar. Melalui analisis SWOT dapat menjadi bahan untuk membuat perencanaan

strategis dan mencapai tujuan perusahaan secara lebih sistematis.

Analisis yang diterapkan dengan baik dan dijalankan dengan benar dalam sebuah

lembaga pesantren akan sangat membantu untuk melihat sisi-sisi lembaga pesantren yang

selama ini tidak terlihat. Tanpa melakukan analisis bias jadi lembaga pesantren yang

dibangun tidak berjalan secara efisien dan efektif.

Gambar 1.1

Kerangka Pegembangan mutu pondok pesanteren

Analisa Sumber daya

SWOT Analisis

Page 15: STAI YAMISA

84 Vol. 3 No. 1 Februari 2020

AS-SALAM Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Keislaman------------------------------

PENUTUP

Berdasarkan hasil pembahasan diatas, maka bisa ditarik kesimpulan bahwa dalam

pengembangan mutu pondok pesantren perlu adanya manajemen pesantren yang baik

yang mengarah pada peningkatan sebuah lembaga.Pondok pesantren merupakan lembaga

pendidikan tertua yang tetap eksis dan berkembang pesat hingga sekarang ini. Kemajuan

dari suatu pesantren memang bisa ditunjukan dari beberapa hal, baik itu dari segi

kuantitas ataupun kualitas.

Dalam sebuah lembaga pondok pesantren manajemen dipimpin oleh pimpinan

pondok pesantren yang merangkap sebagai manajer. Hal ini menunjukan untuk sekarang

ini pemimpin pondok pesantren tidak cukup memiliki kemampuan dalam mengaji saja,

tapi harus memiliki kemampuan lain untuk dapat memanaje/megelola sebuah pondok

pesantren dengan baik. Adapun beberapa hal yang harus dilakukan oleh manajer dalam

mengelola sebuah pesantren adalah: 1) Perencanaan/(Planing).Lembaga pesantren harus

memiliki perencanaan yang jelas dan terukur. Hal ini tertuang dalam penjabaran Visi,

Misi dan Tujuan dari pondok pesantren. 2) pengorganisasian (organizing),Struktur

organisasi yang dibuat harus sesuai dengan tupoksi yang jelas dan penunjukan orang-

orang yang tepat serta memiliki kemapuan dibidangnya.3) Pelaksanaan (Actuating),

dalam menjalankan sautu kegiatan tentu saja harus dilaksanakan dengan seefekti dan

seefisien mungkin, sesaui dengan perencanaan yang telah ditetapkan. dan 4) Pengawasan

/(Controling), merupakan hal terpenting dalam sebuah manajemen, manajer harus

Lembaga

Pesantre

n

Pelaksanaan Prioritas Mutu Pesantren 1. SDM 2. Pasilitas 3. Sarana dan

prasarana 4. Dana 5. Jaringan

Visi dan Misi lembaga

Pengembangan Mutu

lembaga pesantren

Manajemen Mutu Pendidikan

Analisa

lingkungan

Analisa pesaing

Hasil

Program pasantren

Feed Back

Page 16: STAI YAMISA

Vol. 3 No. 1 Februari 2020 85

------------------------------AS-SALAM Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Keislaman

memberikan pengawasan yang ketat terhadap setiap anggota serta mampu memberikan

solusi pada setiap kondisi.

Kemudian, dalam melaksanakan manajemen pondok pesantren juga perlu adanya

suatu metode yang dapat membantu dan mempermudah proses manajemen yaitu dengan

adanya analisis SWOT.Sebuah analisis ini penting dilakukan sebelum proses manajemen

untuk mengukur kemampuan lembaga sendiri. Beberapa hal yang dilihat dalam sebuah

analisis SWOT yaitu: streng (kekuatan).Weaknes (kelemahan), Oportunity (Peluang) dan

Treath (Ancaman).

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Mukti Fatah, et al. 2005. Rekontruksi Pesantren Masa Depan .Jakarta: Listafa

Riska Putra

Adi Sasono. 1998.Solusi Islam Atas Problematika Umat. Jakarta: Gema Insani

Anonimous, Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum, Pengembangan

Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa (Bahan Pelatihan:Penguatan

Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya untuk Membentuk

Daya Saing dan Karakter Bangsa),(Jakarta: Kemendiknas, 2010)

__________, Departemen Agama RI, Desain Pengembangan Madrasah, Direktorat

Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Jakarta, 2004.

__________, Diknas, 2005. Undang-Undang Guru dan Dosen Bandung: Fokus Media

__________, Indonesia, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 2003.

__________, Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 , Sistem Pendidikan Nasional

__________, Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 , Sistem Pendidikan Nasional,

(Jakarta: Direk- torat jenderal pendidikan , 2003)

__________, Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, (Jakarta: Grafika, 2008)

Baharuddin dan Moh.Makin, Manajemen Pendidikan Islam Transformasi Menuju

Sekolah/Madrasah Unggul (Jakarta: Grafika, 2008)

__________, Marketing Management, 10th Edition, Prentice Hall, New Jersey, 2000.

__________, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

R&D, Alfabeta, Bandung, 2010.

Page 17: STAI YAMISA

86 Vol. 3 No. 1 Februari 2020

AS-SALAM Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Keislaman------------------------------

__________, Pemasaran Jasa, Bayu Media Publising, Malang, 2004.

Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Paradigma Baru Ilmu Komunikasi an

Metode Ilmu Sosial Lainya), Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004.

Dedy Mulyasana, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, Remaja Rosdakarya, andung,

2015.

Durianto, dkk, Strategi Menaklukan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku

Mereka, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001.

Erna Ferrinadewi, Merek dan Psikologi Konsumen, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2008.

Fandy Tjiptono, Brand Management & Strategy, ANDI, Yogyakarta, 2005.

Farida Jasfar, Manajemen Jasa: Pendekatan Terpadu, Ghalia Indonesia, Bogor, 2009.

Freddy Rangkuti, The Power of Brand: Teknik Mengelola Brand Equity dan Strategi

Pengembangan Merek, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004. Hasbullah,

Otonomi Pendidikan: Kebijakan Otonomi Daerah dan Implikasinya Terhadap

Penyelenggaraan Pendidikan, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2006.

G.R Terry, Leslie W. Rue, 2010. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.

Halim Suhartini, Choirul Arif, 2009. Manajemen Pesantren, Jogjakarta: LKIS

Hani Handoko, Konsep Manajemen, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

__________, 2001. Konsep Manajemen Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk ilmu-ilmu social, (Jakarta :

Salemba Humanika, 2010)

Henry Simamora, Manajemen Pemasaran Internasional, Rineka Cipta, Jakarta, 2011.

Ibrahim Bafadal, Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar: dari Sentralisai

Menuju Desentralisasi, Bumi Aksara, Jakarta, 2003.

Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial : Kuantitatif dan Kualitatif,

(jakarta : Gaung Persada Pres, 2007)

Jaap Scheerens, 2003. Peningkatan Mutu Sekolah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu

Jasa Ungguh Nuliawan. 2005. Pendidikan Islam Integratif. Jogjakarta: Pustaka Pelajar

Kevin Lane Keller, Strategy Brand Management (Buiding, Measuring, And

Managing Brand Equity), Prentice Hall, New Jersey, 2008.

Koentjoningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Gramedia, Jakarta, 1991.

Kunandar, Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan

Page 18: STAI YAMISA

Vol. 3 No. 1 Februari 2020 87

------------------------------AS-SALAM Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Keislaman

Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Serttifikasi, RajaGrafindo

Persada, Jakarta, 2007.

L.G. Schiffman & L.L. Kanuk, Consumer Behaviour, 7th Edition, Prentice Hall Inc.,

New Jersey, 1997.

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya,

Yogyakarta, 2009.

Linggar Anggoro, Teori & Profesi Kehumasan, Bumi Aksara, Jakarta, 2005. M. Nazir,

Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1988.

M. Suyanto, Marketing Strategy Top Brand Indonesia, ANDI, Yogyakarta, 2007. Madyo

Ekosusilo, Sekolah Unggul Berbasis Nilai, Bantara Press, Sukoharjo, 2003

Mastuhu, 1994. Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren Jakarta: INIS

Mathew B. Miles and A. Michael Huberman, Qualitative Data Analysis, London: Sage

Publications, 1994.

Moedjamil Qomar. 2002. Pesantren dari Transformasi Metodologi menuju

Demkratisasi Institusi Jakarta: Erlangg

Moelong, L.J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006.

Mukhamad Saekan, Metodologi Penelitian Kualitatif, Nora Media Enterprise, Kudus,

2010.

Nana Sudjana, 2007. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru

Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Rake Sarasin, Yogyakarta, 2002.

Nurcholish Madjid. 1997. Bilik-Bilik Pesantren. Jakarta: Paramadina

Nuroho J. Setiadi, Periaku Konsumen Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan

Penelitian Pemasaran, Prenada Media, Jakarta, 2003.

Philip Kotler & Hermawan K., Repositioning ASIA From Bubble to Sustainable

Economy, John Wiley & Sons, Singapore, 2000.

Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, Prenhallindo, Jakarta, 2002, Jld.2.

Rhenald Kasali, Manajemen Public Relations: Konsep dan Aplikasinya di

Rosady Ruslan, Aspek-Aspek Hukum dan Etika Dalam Aktifitas Public Relations

Kehumasan, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1995.

Saefudin Azwar, Metode Penelitian, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2001

Sanipah Faisal, Penelitian Kualitatif Dasar-dasar dan Aplikasi, Yayasan Asih Asah

Asuh Malang, Malang, 1990.

Page 19: STAI YAMISA

88 Vol. 3 No. 1 Februari 2020

AS-SALAM Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Keislaman------------------------------

Sofjan Assauri, Strategik Marketing, Sustaining Lifetime Customer Value,

Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2012.

Sondang P. Siagian. 1992. Dasar-Dasar Manajemen. Bandung: AlFabeta

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung, 2005.

Sutisna, Perilaku konsumen dan Komunikasi Pemasaran, Remaja Rosda Karya,

Bandung, 2001.

Wahjoetomo,2010. Perguruan Tinggi Islam Bandung: AlFabeta

Zamahsyari Dhofier. 1994. Tradisi Pesantren. akarta : LP3ES