21
SOSIOLOGI EKONOMI KETERLEKATAN KELOMPOK 5 : ANDISTYA OKTANING LISTRA (0910210022) MATELDA FABRIANA (0910213096)

Sosiologi Ekonomi Keterlekatan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

keterlekatan, menurut Granovetter, merupakan tindakan ekonomi yang disituasikan secara sosial dan melekat dalam jaringan sosial personal yang sedang berlangsung di antara para aktor. Ini tidak hanya terbatas terhadap tindakan aktor individual sendiri tetapi juga mencakup perilaku ekonomi yang lebih luas, seperti penetapan harga dan institusi-institusi ekonomi, yang semuanya terpendam dalam suatu jaringan hubungan sosial.

Citation preview

Page 1: Sosiologi Ekonomi Keterlekatan

SOSIOLOGI EKONOMI

KETERLEKATAN

KELOMPOK 5 :

ANDISTYA OKTANING LISTRA (0910210022)

MATELDA FABRIANA (0910213096)

MUHAMMAD YANUAR FAJRI (0910213104)

WINDY SEPTYA A.P (0910213127)

WILDAN ( )

Page 2: Sosiologi Ekonomi Keterlekatan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Konsep dan Pengertian Keterlekatan

Konsep ini digunakan untuk menjelaskan fenomena perilaku ekonomi

dalam hubungan sosial. Konsep keterlekatan, menurut Granovetter, merupakan

tindakan ekonomi yang disituasikan secara sosial dan melekat dalam jaringan sosial

personal yang sedang berlangsung di antara para aktor. Ini tidak hanya terbatas

terhadap tindakan aktor individual sendiri tetapi juga mencakup perilaku ekonomi

yang lebih luas, seperti penetapan harga dan institusi-institusi ekonomi, yang

semuanya terpendam dalam suatu jaringan hubungan sosial. Adapun yang

dimaksudkan jaringan hubungan sosial ialah sebagai “Suatu rangkaian hubungan

yang teratur atau hubungan sosial yang sama di antara individu-individu atau

kelompok-kelompok.”

Granovetter (1985) menemukan dalam literature sosiologi dan ekonomi,

perdebatan antara kubu oversocialized, yaitu tindakan ekonomi yang cultural dituntun

oleh aturan berupa nilai dan norma yang diinternalisasi dan kubu undersocialized,

yaitu tindakan yang rasional dan berorientasi pada pencapaian keuntungan individual

(self-interest), dalam menentukan apa yang sebenarnya menuntun orang dalam

perilaku ekonomi.

Dalam hal ini kubu oversocialized, memandang bahwa semua perilaku

ekonomi seperti memilih pekerjaan, melaksanakan profesi, menual, membeli,

menabung, dan lain sebagainya tunduk dan patuh terhadap segala sesuatu yang

diinternalisasi dalam kehidupan sosial seperti nilai, norma, adat – kebiasaan, dan tata

kelakuan. Berbeda dengan kubu undersocialized yang melihat kepentingan individu

di atas segala – galanya. Kubu ini tidak melihat adanya ruang bagi pengaruh budaya,

agama, dan struktur sosial terhadap tindakan ekonomi. Oleh sebab itu, kubu ini

memandang setiap tindakan ekonomi merupakan refleksi suatu pencapaian perolehan

keuntungan pribadi. Persoalan untung – rugi meripakan hal utama yang menjadi

Page 3: Sosiologi Ekonomi Keterlekatan

pertimbangan (cost benefit – ratio), jika keuntungan ada di depan mata maka

seseorang akan meraihnya meskipun harus melanggar nilai norma dan agama.

Secara sederhana untuk memmahami pandangan para ahli sosiologi dan

ekonomi umumnya tentang tindakan ekonomi maka figure berikut ini diharapkan

dapat membantu pemahaman.

Figur 1.1 Tindakan Ekonomi Menurut Ahli Sosiologi dan Ekonomi Umumnya

Oversocialized Undersocialized

Nilai dan Norma Tindakan Ekonomi Keuntungan Pribadi

Granovetter melihat bahwa dikhotomi oversocialized – undersocialized

bukanlah suatu penggambaran yang tepat terhadap realitas tindakan ekonomi. Sebab

dalam kenyataannya, tindakan ekonomimelekat pada setiap jaringan hubungan sosial

dan/ atau institusi sosial, baik tindakan ekonomi yang termasuk dalam oversocialized

maupun yang undersocialized. Orang yang berorientasi pada keuntungan pribadi atau

self – interest, dalam kenyataannya juga mengantisipasi tindakan orang lain. Misalnya

seorang pedagang akan mempertimbangkan pengambilan tingkat keuntungan yang

berbeda antara pembeli yang menjadi langganan dengan yang tidak. Apabila

pedagang tidak melakukan hal tersebutmaka ia akan kehilangan pelangga. Demikian

juga suatu perusahaan yang responsibility, misalnya melakukan pemberdayaan

lingkungan komunitasdimana perusahaan tersebut berada, agar citra perusahaan tetap

tinggi di mata stakeholders.

Page 4: Sosiologi Ekonomi Keterlekatan

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Keterlekatan – ketidakterlekatan Versus Keterlekatan Lemah –

Kuat

Menurut Polanyi dkk ekonomi dalam masyarakat pra-industri melekat dalam

institusi-institusi sosial,politik, dan agama. Ini berarti bahwa fenomena seperti

perdagangan, uang dan pasar diilhami tujuan selain dari mencari keuntungan.

Kehidupan ekonomi dalam masyarakat pra-industri diatur oleh resiprositas dan

redistribusi.

Permintaan dan penawaran bukan sebagai pembentuk harga tetapi lebih

kepada tradisi atau otoritas politik. Sebaliknya dalam masyarakat modern, “Pasar

yang menetapkan harga” diatur oleh suatu logika baru, yaitu logika yang menyatakan

bahwa tindakan ekonomi tidak mesti melekat dalam masyrakat. Dengan kata lain,

ekonomi terstrukturatas dasar pasar yang mengatur dirinya sendiri dan secara radikal

melepaskan dirinya dari institusi sosial lainnya untuk berfungsi menurut hukumnya.

Jadi ekonomi dalam tipe masyarakat seperti ini, ditegaskan sekali lagi, diatur oleh

harga pasar, yang mana manusia berperilaku dalam suatu cara tertentu untuk

mencapai perolehan yang maksimum.

Dalam membahas keterlekatan ekonomi dalam masyarakat. Polanyi

mengajukan tiga tipe proses ekonomi yaitu resiprositas, redistribusi, dan pertukaran.

Itu terjadi apabila hubungan timbal balik antara individu-individu sering dilakukan.

Hal ini terjadi karena adanya komunitas politik yang terpusat. Misalnya pada

kerajaan-kerajaan Jawa tradisional, raja mempunyai hak untuk mengumpulkan pajak

dari rakyatnya. Sebaliknya rakyat akan mendapat perlindungan keamanan maupun

“berkah” dari pusat(raja). Acara sekatenan yang diadakan sekali setahun merupakan

satu contoh redistribusi yang dilakukan oleh pusat.

Granovetter dan Swedberg (1992) tidak setuju dengan Polanyi tentang

tingkat atau derajat dari keterlekatan. Dia menegaskan bahwa tindakan ekonomi

Page 5: Sosiologi Ekonomi Keterlekatan

dalam masyarakat industri juga melekat sebagaimana yang terjadi dalam masyarakat

pra-industri, dengan tingkat dan level yang berbeda.

Behavoiur (1976), mulai dengan beberapa unit perilaku atau aktor yang

diasumsikan “berperilaku rasional” . Berperilaku rasional berarti memaksimalkan

keajengan perilaku yang diantisipasi atau diharapkan akan membawa imbalan atau

hasil di masa akan datang.

Dikhotomi keterlekatan dan ketidaklekatan menurut Polanyi ekonomi pada

masa pra industry melakat dalam institusi – institusi social, politik, dan agama. Ini

bermakna bahwa fenomena seperti perdagangan, uang, dan pasar digerakkan oleh

tujuan selain mencari keuntungan. Mekanisme pasar tidak dibolehkan untuk

mendominasi kehidupan ekonomi; oleh sebab itu permintaan – penawaran bukan

bukan sebagai mekanisme pembentuk harga, tetapi sebagai bentuk dari tradisi atau

otoritas politik. Kehidupan ekonomi pra industry diatur oleh resiprositas dan

redistribusi. Sedangkan dalam masyarakat modern, “pasar yang menentukan harga”

diatur oeh suatu logika baru, yaitu logika yang menegaskan bawa tindakan ekonomi

tidak melekat di masyarakat yang artinya ekonomi terstruktur atas dasara pasar yang

mengatur dirinya sendiridan secara radikal melepaskan dirinya sendiri dari institusi

social lainnya untuk berfungsi menurut hukumnya, diman tindakan ekonomi dituntun

oleh pencapaian perolehan ekonomi yang maksimum. Berikut figur dikhotomi

keterlekatan – ketidakterlekatan dari Polanyi dkk.

Figur 2.1 Keterlekatan – Ketidakterlekatan Tindakan Ekonomi dari Polanyi

dkk

Keterlekatan Ketidakterlekatan

Masyarakat Praindustri Tindakan Ekonomi Masyarakat Modern

Page 6: Sosiologi Ekonomi Keterlekatan

Figur 2.2 Keterlekatan dan Ketidakterlekatan Tindakan Ekonomi dalam

Masyarakat Menurut Polanyi

Hubungan Keterlekatan Ekonomi dalam

Organisasi

Ketidakterlekatan Ekonomi

dalam Organisasi

Ekonomi dan

Komunitas

Resiprositas: ekonomi melekat

dalam hubungan antar suku

yang berpusat pada kewajiban

terhadap komunitas.

Redistribusi: ekonomi melekat

dalam komunitas politik yang

terpusat.

Pasar: ekonomi tidak melekat

pada komunitas melalui

institusi – institusi seperti

pasar dan hak milik pribadi.

Ekonomi dan

Pemerintah

Resiprositas: ekonomi melekat

dalam proses pengaturan suku

yang termaktub dalam adat.

Redistribusi: ekonomi melekat

dalam aparat politik Negara

yang terpusat dan kerajaan

yang terbentuk melalui control

politik.

Pasar:ekonomi tidak melekat

pada pemerintahan melalui

integritas legal dari individu

dan perusahaan serta melalui

kebebasan pasar dari dominasi

politik

Ekonomi dan Rumah

Tangga

Resiprositas: ekonomi maupun

rumah tangga melekat dalam

komunitas suku.

Redistribusi: ekonomi dan

rumahtangga melekat dalam

komunitas politik yang

terpusat.

Pasar: ekonomi tidak melekat

pada rumahtangga dalam arti

pemisahan “kerja” dan

“rumah”, “pekerjaan”, dan

“waktu luang”

Page 7: Sosiologi Ekonomi Keterlekatan

Pendapat Polanyi tersebut berbeda dengan pendapat Granovetter dan

Swedberg yang tidak menyetujui tingkatatau derajat dari keterlekatan. Mereka

menegaskan bhwa tindakan ekonomi dalam masyarakat industri juga melekat dalam

jaringan hubungan social dan institusi social lainnya seperti agama, politik,

pendidikan, keluarga, dan lain – lainnya, sebagaimana halnya juga terjadi dalam

masyarakat pra industri. Oleh karena itu Granovetter dan Swedberg mengusulkan

bahwa tindakan dikhotomi berlangsung diantara keterlekatan yang lemah

(underembedded) dan keterlekatan kuat (overembedded). Dengan kata lain,

Granovetter dan Swedberg mengusulkan bahwa tindakan ekonomi berlangsung dalam

kontinum antara kutub keterlekatan dan kutub ketidakterlekatan, namun berada dalam

garis kontinum kutub keterlekatan kuat dan keterlekatan leman. Untuk memahami

pandangan Granovettter dan Swedberg secra ringkas dapat dilihat dalam figure di

bawah ini.

Figur 2.3 Keterlekatan Lemah dan Keterlekatan Kuat dari Suatu Tindakan

Ekonomi

Keterlekatan Lemah Ketidakterlekatan

Underembedded Overembedded

Tindakan Ekonomi

2.2 Bentuk Keterlekatan

Granovetter (1990) dalam “The Old and The New Economic Sociology”

membedakan dua bentuk keterlekatan, yaitu :

1. Keterlekatan Relasional

Keterlekatan relasional merupakan tindakan ekonomi yang disituasikan

secara social dan melekat (embedded) dalam jaringa social personal yang sedang

berlangsung di antara para actor. Konsep “disituasikan secara social” bermakna

tindakan ekonomi terjadi dalam suatu aktivitas ysng berhubungan dengan orang

lain atau dikaitkan dengan individu lain. Misalnya tindakan ekonomi antara

Page 8: Sosiologi Ekonomi Keterlekatan

penjual dan pembeli yang melibatkan aspek social, budaya, agama, dan politik

dalm kehidupan merekan berdua. Hubungan pelanggan terjadi karena adanya

informasi asimetris (ketidakseimbangan informasi) antara penjual dan pembeli

sehingga pembeli perlu melakukan suatu klientitasi, yaitu suatu proses resiprokal

dalam hubungan yang simetris, egaliter, dan oposisional. Ketika pembeli

menghadapi informasi yang bersifat tidak pasti, kompleks, irregular, dan sulit

maka ia berusaha mengetasi persoalan tersebut melalui konstruksi hubungan

langganan dengan penjual. Melalui hubungan langganan ini, pembeli bisa

memutus mata rantai informasi yang asimetris tersebut. Hubungan langganan

bermula dari pencarian informasi terhadap suatu barang atau jasa. Dalam pasar

tidak sempurna , informasi yang pasti dan akurat ternyata tidak mudah untuk

memperolehnya. Oleh sebab itu, pembeli berusaha mencari penjual yang mau

berbagi informasi dengannya karena dengan komunikasi tersebut maka kedua

belah pihak dapat memperoleh kepastian dan kepercayaan yang kiranya dapat

menguntungkan kedua belah pihak.

Dalam hal ini rasional berarti :

a) Aktor melakukan perhitungan dari pemanfaatan atau preferensi dalam

pemilihan suatu bentuk tindakan.

b) Aktor juga menghitung biaya bagi setiap jalur perilaku.

c) Aktor berusaha memaksimalkan pemanfaatan untuk mencapai pilihan tertentu.

Menurut Granovetter (1989), pendekatan pilihan rasional adalah bentuk

ekstrem dari individualisme metodologis yang mencoba meletakkan suatu

superstruktur yang luas diatas fundamen yang sempit, karena pendekatan pilihan

rasional tidak memperhatikan secara serius pentingnya struktur jaringan sosial

dan bagaimana struktur ini mempengaruhi hasil secara keseluruhan.

2. Keterlekatan Struktural

Keterlekatan structural adalah keterlekatan yang terjadi dalam suatu

jaringan hubungan yang lebih luas, bisa merupakan institusi atau struktur social.

Page 9: Sosiologi Ekonomi Keterlekatan

Konsep institusi social (social institution), sosiolog Indonesia lebih suka

menerjemahkannya sebagai konsep lembaga social, merupakan struktur social

yang memberikan tatanan siap pakai bagi pemecahan persoalan kebutuhan dasar

kemanusiaan. Dengan demikian struktur social adalah suatu pola hubungan atau

interaksi yang terorganisir dalam suatu ruang social. Struktur social merupakn

tuntutan social dalam berinteraksi dan berkelompok. Struktur social menyadarkan

kita bahwa hidup ini dicirikan sebagai pengorganisasian dan stabil.

Pemahaman tentang struktur social yang dikemukakan diatas telah

mengandung beberapa pandang atau pengertian yang diberikan oleh berbagai ahli

sebagai berikut : satu, Thomas J. Sullivan dan Kenrick S. Thompson (1984)

mengemukakan bahwa, “Struktur social merupakan pola interaksi yang

terorganisir dalam suatu kelompok masyarakat”, dua, James W. Vander Zanden

(1986) menjelaskan bahwa, “Struktur social adalah saling keterkaitan dari

interaksi dan hubungan orang – orang dalam pola yang stabil dan terus –

menerus”; sedangkan David B. Brinkerhoff dan Lynn K. White (1989)

berpendapat bahwa “Struktur social menunjuk pada suatu jaringan status atau

posisi yang mana interaksinya diatur oleh norma social.”

Penjelasan Thomas J. Sullivan dan Kenrick S. Thompson dengan James

W. Vander Zanden relative sama, dengan redaksi berbeda. Semntara penjelasan

Brinkerhoff dan White tampaknya lebih terurai agak rinci dengan menggunakan

status dan posisi. Sebenarnya definisi Thomas J. Sullivan dan Kenrick S.

Thompson dengan James W. Vander Zander mengandung secara implisist konsep

status atau posisi, sebab pola interaksi atau saling keterkaitan interaksi

mengandung makna adanya hubungan antara dua orang atau lebih yang

menyandang status atau posisi.

2.3 Keterlekatan dan Pendekatan Lainnya

Perbandingan pendekatan keterlekatan dengan pendekatan lainnya yng

dimaksudkan dengan pendekatan lainnya yang dimaksudkan adalh pendekatan pilihan

rasional dan pendekatan ekonomi institusi baru.

Page 10: Sosiologi Ekonomi Keterlekatan

1. Keterlekatan Versus Pilihan Rasional

Behaviour (1976), mulai dengan beberapa unit perilaku atau aktor yang

diasumsikan “ber[erilaku rasional “. Berperilaku rasional” berarti memaksimalkan

keajegan perilaku yang diantisipasi atau diharapkan akan emmbawa imbalan atau

hasil di masa akan datang. Dalam hal ini rasional berarti:

Aktor melakukan perhitungan dari pemanfaatan atau preferensi dalam

pemilihan suatu bentuk tindakan.

Aktor juga menghitung ibiaya bagi setiap jalur perilaku.

Aktor bersuaha memaksimalkan pemanfaatan untuk mencapai pilihan tertentu.

2. Keterlekatan Versus Ekonomi Institusi Baru

Ekonomi Institusi Baru (EIB) berasal dari perluasan analisis ekonomi

dalam rangka memasukkan institusi-institusi sosial ke dalam cakupan perhatian.

Beberapa kepercayaan umum yang dimiliki oleh teoritisi Ekonomi Instituisi Baru

adalah :

Arus utama ekonomi harus berhubungan dengan institusi-institusi.

Analisis institusi-institusi yang selama ini terabaikan dapat dilakukan secara

langsung atas dasar prinsip-prinsip ekonomi neo-klasik.

Menurut Granovetter dan Swedberg (1992) teoretisi EIB merupakan suatu

kumpulan ekonom yang heterogen. Lebih lanjut Granovetter menegaskan bahwa

institusi tidak dapat dijelakan pada prinsip-prinsip ekonomi neoklasik, khususnya

efisiensi; instituisi yang ada akan lebih tepat bila dipandang sebagai konstruksi

sosial atas kenyataan. Dengan demikian, insituisi ekonomi, dikonstruksi dengan

mobilisasi sumber-sumber melalui jaringan sosial; dan dibangun dengan

pertimbangan latar belakang masyarakat,politik, pasar, dan teknologi.

2.4 Penerapan Konsep Keterlekatan

Page 11: Sosiologi Ekonomi Keterlekatan

Dalam perilaku ekonomi tersebut melekat konsep kepercayaan (trust).

Kepercayaan merupakan institusi sosial yang berakar dari hasil evolusi kekuatan-

kekuatan politik,sosial,sejarah dan hukum, dipandang sebagai solusi yang efisien

terhadap fenomena ekonomi tertentu. Sebaliknya pendekatan aktor yang lebih

tersosialisasi memandang bahwa kepercayaan merupakan moralitas umum dalam

perilaku ekonomi. Moralitas tersebut dipandang sesuatu yang umum dan universal

terjadi dalam perilaku ekonomi. Kedua pendekatan tersebut diatas mengabaikan

identitas dan hubungan masa lampau para aktor yang terlibat dalam suatu interaksi

sosial. Oleh karena itu pendekatan sosiologi ekonomi baru atau sering juga disebut

pendekatan “keterlekatan” mengajukan pandangan yang lebih dinamis, yaitu bahwa

kepercayaan tidak mucul dengan seketika tetapi terbit dari proses hubungan antar

pribadi dari aktor-aktor yang sudah lama terlibat dalam perilaku ekonomi secara

bersama.

2.5 Jaringan Sosial dalam Konsep Keterlekatan

Bagi sosiolog studi tentang jaringan sosial telah dikenal sejak 1960-an,

yang dihubungkan dengan bagaimana individu terkait antara satu dengan lainnya dan

bagaimana ikatan afiliasi melayani baik sebagai pelicin untuk memperoleh sesuatu

yang dikerjakan maupun sebagai perkeat yang memberikan tatanan dan makna pada

kehidupan sosial. Pada tingkatan antar individu, jaringan sosial dapat didefenisikan

sebagai rangkaian hubungan yang khas diantara sejumlah orang dengan sifat

tambahan, yang ciri-ciri dari hubungan ini sebagai ini sebagai keseluruhan, yang

digunakan untuk menginterpretasikan tingkah laku sosial dari individu-individu yang

terlibat.

Berdasarkan literatur yang berkembang, Powell dan Smith Doerr (1994)

mengajukan dua pendekatan yang dapat digunakan untuk memahami jaringan sosial,

yaitu pendekatan analisis atau abstrak dan pendekatan preskriptif atau studi kasus.

Pendekatan analisis terhadap jaringan sosial menekankan analisis abstrak pada :

Page 12: Sosiologi Ekonomi Keterlekatan

a. Pola Informal dalam organisasi, pada dasarnya area ini memiliki kerangka

pemikiran yaitu hubungan informal sebagai pusat kehidupan politik

organisasi-organisasi.

b. Jaringan juga memperhatikan tentang bagaimana lingkungan di dalam

organisasi dikonstruksi.

c. Sebagai suatu alat penelitian formal untuk menganalis kekuasaan dan

otonomi.

Pendekatan preskriptif memandang jaringan sosial sebagai pengaturan logika

atau sebagai suatu cara menggerakkan hubungan-hubungan di antara para aktor

ekonomi. Pendekatan ini cenderung untuk melihat motif yang berbeda dalam

kehidupan ekonomi seperti analisis jaringan sosial dalam pasar tenaga kerja,etika

bisnis, dan organisasi dari kelompok bisnis.

Persamaan antara pendekatan analitis dan pendekatan preskriptif didsarkan

atas kerangka kerja konseptual dari :

Keterlekatan, resiprositas dan koneksi.

Pemakain bahasa dan model tindakan.

Baik pendekatan analitis maupun pendekatan preskriptif mempunyai

keterbatasan. Keadaan tersebut menyebabkan kedua pendekatan tersebut tidak

mampu melihat keseluruhan struktur atau bentuk dan isi jaringan sosial secara

mendalam. Sebaliknya, pendekatan yang berorientasi abstrak sering terlalu sedikit

memberi perhatian pada substansi.

Dalam melakukan penelitian tentang jaringan sosial, terdapat empat bidang

penelitian yang dapat dikerjakan oleh sosiolog.

1. Jaringan Informal dan Akses Kesempatan

Pada Bidang ini penelitian yang telah dilakukan difokuskan pada penggunaan

jaringan sosial dalam pekerjaan : moblisasi dan difusi. Jaringan sosial

memudahkan mobilisasi sumber daya. Mempertahankan seseorang untuk

memegang suatu jabatan atau membangun usaha bisnis, membutuhkan suatu

Page 13: Sosiologi Ekonomi Keterlekatan

kemampuan untuk mengerakkan sumber daya dalam bentuk informasi dan

finansial. Jaringan komunikasi memainkan peranan penting dalam penyebaran

model, struktur, praktek dan budaya bisnis.

2. Jaringan Formal Pengaruh dan Kekuasaan

Bagian ini menggunakan pendekatan analitis untuk menjelaskan kekuasaan

aktor-aktor ekonomi. (Mintz dan Scwartz,1985;Burt,1992;Mizruchi,1992). Kubu

pemikiran ini mempercayai bahwa “Kekuasaan melekat secara situasional, ia

bersifat dinamis dan tidak stabil secara potensial.” Sementara itu menurut Powell

dan Smith-Doerr, kekuasaan itu sendiri didefenisikan sebagai otoritas formal,

pengaruh formal, dan dominasi . Analisis jaringan sosial tentang kekuasaan terdiri

dari legitimasi, informasi dan kekuatan. Kekuasaan berada dalam posisi struktural.

Dalam memahami jaringan sosial dalam kekuasaan dapat didekati dengan tiga

perspektif, yaitu pertukaran sosial,ketergantungan sumber daya, dan kelas sosial.

3. Organisasi sebagai jaringan sosial dari perjanjian

Analisis jaringan organisasi didasarkan atas organisasi formal dan organisasi

informal. Menurut Dalton (1959:219) formal berarti sesuatu yang direncanakan

dan disetujui atasnya sedangkan informal berarti ikatan-ikatan yang spontan dan

fleksibel di antara anggota-anggota yang dituntun oleh perasaan-perasaan dan

kepentingan pribadi yang tidak dapt dipertahankan oleh kegiatan formal.

Organisasi formal biasanya mempunyai struktur hirearkis, dihubungkan secara

mendalam dengan jaringan yang lebih luas, sedangkan jaringan informal dapat

tidak memihak dan menembus batas struktur yang hirearkis. Jaringan memberikan

suatu cara bagi perusahaan besar untuk mengamankan taruhannya dalam

menghadapi ketidakpastian dan hambatan pasar.

4. Jaringan Sosial dari Produksi

Powell dan Smith-Doerr (1994) mengajukan empat tipe jaringan produksi

secara bersama, yaitu regional, penelitian dan pengembangan, kelompok bisnis,

aliansi strategis dan produksi bersama.

Tipe penelitian dan pengembangan merupakan jaringan sosial dari produksi

yang berlandaskan atas kerja sama ilmiah. Jaringan sosial dari produksi yang

Page 14: Sosiologi Ekonomi Keterlekatan

bertipe kelompok bisnis digerakkan oleh ikatan antar organisasi yang horizontal

dan relatif egaliter berkombinasi dengan hubungan vertikal yang lebih hirearkis,

dengan landasan otoritas dan kebijakan.

Alisansi strategis dan produksi bersama merupakan jaringan produksi yang

lebih bersifat formal, karena dibentuk atas persetujuan bersama untuk bekerja

sama yang jangka waktunya relatif pendek.