Upload
gitariadianti
View
95
Download
11
Embed Size (px)
DESCRIPTION
makalah
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Tablet oral yang biasa diminum, ditujukan pada pelepasan obat di saluran cerna.
Tablet oral biasa yang tanpa disalut akan mengalami pelepasan obat dilambung. Tentunya
tiap obat-obatan memiliki karakteristiknya sendiri, dimana, bagaimana, dan kapan obat
tersebut diabsorpsi oleh tubuh. Rute oral merupakan rute pemberian obat yang paling
diterima oleh konsumen. Beberapa bentuk sediaan konvensional dikembangkan untuk
penghantaran obat yang periode waktunya diperpanjang dan untuk menghantarkan
obatnya pada tempat targetnya secara khusus. Beberapa obat memiliki indeks absorpsi
sempit dan obat yang transpornya dimediasi pembawa di daerah lambung dan bagian atas
usus kecil memiliki bioavailabilitas rendah ketika diberikan dalam bentuk sediaan
konvensional. Banyak metode yang dapat digunakan untuk membuat sediaan lepas
lambat, salah satunya adalah sediaan yang dirancang untuk tetap tinggal di lambung.
Bentuk sediaan yang dapat dipertahankan di lambung disebut gastroretentive drug
delivery system (GRDDS). GRDDS dapat memperbaiki pengontrolan penghantaran obat
yang memiliki jendela terapetik sempit, dan absorbsinya baik di lambung. Hal-hal yang
dapat meningkatkan waktu tinggal di lambung meliputi: sistem penghantaran
bioadheseive yang melekat pada permukaan mukosa, sistem penghantaran yang dapat
meningkatkan ukuran obat sehingga tertahan karena tidak dapat melewati pyrolus dan
sistem penghantaran dengan mengontrol densitas termasuk floating system dalam cairan
lambung.
Metoklopramid pada pemberian oral, obat ini diabsorpsi secara cepat dengan kadar
puncak plasma tercapai setelah 1-2 jam setelah pemberian dosis oral. Metoklopramid di
eliminasi dengan cepat dari tubuh, dengan waktu paruh eliminasi terminal 4-6 jam. Dosis
pemberian Dewasa : sehari 3 kali ½ – 1 tablet, sehingga dirancancang pembentukan tab
dengan sistem gastroretentive guna menjaga bioavailibilitasnya di dalam tubuh, sehingga
tidak diperlukan penggunaan berulang, sehingga meningkatkan kepatuhan pasien dalam
mengkonsumsi obat tersebut, akibat lupa minum obat. Selain itu juga metoklopramid
1
digunakan dalam berbagai gangguan GI, tetapi pada dasarnya digunakan untuk
menangani gangguan motilitas GI, terutama gastric stasis, penanganan refluks
gastrophageal, mempercepat pengosongan lambung, dan untuk pencegahan mual dan
muntah pasca operasi. Metoklopramid bisa memberikan perbaikan simtom untuk
beberapa pasien gastroesophageal reflux disease GERD (Mc Evoy, 2008), sehingga
merupakan baik untuk di formulasikan sebagai gastroretentive, karena memiliki khasiat
lokal pada lambung dan saluran GI. Upaya untuk memperpanjang waktu tinggal tablet di
lambung dapat dicapai melalui beberapa cara seperti mukoadhesi, pengapungan,
pengendapan, pengembangan, atau modifikasi bentuk. Diantara pendekatan tersebut,
metode pengapungan dinilai sebagai metode yang paling efektif dan aplikatif dalam
mengatasi masalah bioavailabilitas. Sediaan mengapung dapat dicapai dengan cara
meringankan bobot jenis sediaan sehingga lebih kecil dari bobot jenis cairan lambung.
Pembawa yang dapat digunakan adalah polimer yang bersifat ringan yang juga dapat
mempengaruhi pelepasan obat dari sediaan. Sebagai tambahan, hingga kini belum
terdapat sediaan lepas lambat metoklopramida di pasaran dan monografinya dalam
compendial resmi seperti United State Pharmacopoeia, British Pharmacopoeia.
B. Rumusan masalah.
Adapun rumusan masalah dari latar belakang diatas adalah :
1. Karakteristik umum apa yang dimiliki Tablet Gastroretentive Dengan Sistem
Mengembang Dan Mengapung?
2. Komponen serta metode umum apa saja yang digunakan untuk membentuk Tablet
Gastroretentive Dengan Sistem Mengembang Dan Mengapung ?
3. Karakteristik, komponen, dan metode yang digunakan untuk merancang Tablet
Gastroretentive Dengan Sistem Mengembang Dan Mengapung pada Tablet
metoklopramida?
C. Tujuan penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu:
2
1. Mengetahui karakteristik umum apa yang dimiliki Tablet Gastroretentive Dengan
Sistem Mengembang Dan Mengapung.
2. Mengetahui komponen serta metode yang digunakan untuk membuat Tablet
Gastroretentive Dengan Sistem Mengembang Dan Mengapung.
3. Mengetahui karakteristik, kompionen, serta metode apa yang digunakan untuk
membuat Tablet Gastroretentive Dengan Sistem Mengembang Dan Mengapung pada
Tablet Metoklopramida.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Dan Fisiologi Gastrointestinal
Gambar 1. Anatomi lambung
Saluran GI pada dasarnya adalah sebuah tabung dengan panjang sekitar sembilan
meter yang berjalan melalui bagian tengah tubuh dari mulut ke anus dan tenggorokan
termasuk (faring), kerongkongan, lambung, usus kecil (terdiri dari duodenum, jejunum
dan ileum) dan usus besar (terdiri dari sekum, usus buntu, usus besar dan rektum).
Saluran dinding GI memiliki struktur umum yang sama panjangnya dari esofagus ke
anus, dengan beberapa variasi lokal untuk masing-masing daerah. Perut merupakan organ
dengan kapasitas untuk penyimpanan dan pencampuran. Para daerah antrum bertanggung
jawab untuk pencampuran dan penggilingan isi lambung. Dalam kondisi puasa, perut
merupakan sebuah kantung dengan sisa volume sekitar 50ml dan berisi sejumlah kecil
cairan lambung (PH1-3) dan udara. Lendir menyebar dan menutupi permukaan mukosa
perut serta sisa dari saluran GI. Saluran GI berada dalam keadaan motilitas terus menerus
yang terdiri dari dua mode: pola motilitas interdigestive dan pola motilitas pencernaan.
Kondisi pada saat berpuasa memiliki fungsi utama untuk membersihkan isi sampai sisa
dari saluran pencernaan bagian atas.
4
Pola umumnya motilitas interdigestive disebut 'migration motor complex'
('MMC') dan diatur dalam siklus bergerak dan tidak bergerak (diam). Setiap siklus
berlangsung 90-120 menit dan terdiri dari empat fase. Konsentrasi hormon motilin dalam
darah mengontrol durasi dari fase-fase. Dalam fase interdigestive atau berpuasa,
gelombang MMC berpindah dari perut ke saluran pencernaan setiap 90-120 menit.
Sebuah siklus penuh terdiri dari empat fase, dimulai pada sfingter esofagus bagian bawah
/ gastric pacemaker, menyebar pada bagian atas seluruh lambung, duodenum dan
jejunum, dan fase terakhir di ileum. Fase III disebut fase pembersihan sebagai kontraksi
kuat, pada fase ini cenderung untuk mengosongkan isi perut dan dicerna. Pemberian dan
konsumsi makanan yang cepat mengganggu siklus MMC, dan fase pencernaan untuk
beristirahat. Awalnya makanan tertelan pada bagian atas perut, dikompresi secara
bertahap oleh kontraksi phasic.
Pencernaan atau keadaan makan ini menyerupai tahap II puasa dan tidak siklis,
tetapi terus menerus, asalkan makanan tetap di dalam perut. Partikel-partikel besar yang
disimpan oleh perut selama pola makan tetapi dapat untuk melewati Fase III MMC
interdigestive. hal ini menunjukan bahwa efisiensi penyaringan (yaitu kemampuan perut
untuk menggiling makanan menjadi ukuran lebih kecil) dari perut ditingkatkan dengan
pola makan dan / atau oleh keberadaan makanan. Pola pengosongan lambung untuk
padatan dicerna di perut. Pada pola kontraksi seperti yang terjadi diperut untuk makanan
padat berkurang untuk partikel dengan diameter kurang dari 1mm yang dikosongkan
melalui pilorus sebagai suspensi. Durasi kontraksi tergantung pada karakteristik fisika
kimia makanan yang ditelan. Umumnya, makan dari ~ 450kcal akan mengganggu
motilitas selama sekitar tiga sampai empat jam. Hal ini memperlihatkan bahwa kontraksi
antrum mengurangi ukuran partikel makanan untuk ≤ 1mm dan mendorong makanan
melalui pilorus. Namun, telah ditunjukkan bahwa pencernaan padatan ≤ 7mm dapat
mengosongkan perut manusia dari makanan.
2.2 Tablet gastroretentive
Salah satu sediaan dengan pelepasan obat yang dimodifikasi adalah sediaan
dengan pelepasan diperlambat. Merupakan sistem penghantaran obat yang memiliki
kemampuan menahan obat di dalam saluran pencernaan khususnya di lambung untuk
5
memperpanjang periode waktu. Setelah obat lepas selama periode waktu yang
disyaratkan, bentuk sediaan harus terdegradasi tanpa menyebabkan gangguan
pencernaan.
Kebutuhan terhadap gastroretentive
Suatu sistem penghantaran obat terkontrol dengan perpanjangan waktu tinggal di
lambung memiliki keuntungan tertentu.
Sistem ini sangat membantu dalam terapi tukak peptik
Untuk obat-obat yang diabsorbsi pada bagian proksimal saluran pencernaan contoh:
Gabapentin Ciprofloxacin, dan lainnya.
Gastroretentive dilakukan untuk:
1. Obat-obatan yang diabsorbsi dari lambung (contoh: Levodopa, Furosemide).
2. Beraksi secara lokal di dalam lambung (Antacids, Antiulcer and Enzymes).
3. Terapi antibiotik.
4. Obat-obatan yang kelarutannya buruk pada pH basa (contoh: Diazepam, Salbutamol)
5. Obat-obatan yang terdegradasi di kolon (contoh: Captopril, Ranitidine,
Metronidazole)
6. Obat-obatan yang memiliki jendela absorpsi sempit
Melihat banyaknya manfaat dan untuk mengatasi beberapa masalah yang timbul pada
obat dengan memberiaan obat oral secara konvensional, maka dikembangkan sistem
penghantaran obat gastroretentif.
Banyak metode yang dapat digunakan untuk membuat sediaan lepas lambat,
salah satunya adalah sediaan yang dirancang untuk tetap tinggal di dalam lambung. Salah
satunya dibuat tablet Gastroretentive dapat dibuat Dengan Sistem Mengembang Dan
Mengapung.
Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk meningkatkan waktu
tinggal obat di dalam lambung/Gastrict Residence Time (GRT), Beberapa metode yang
termasuk ke dalam GRDDS adalah sebagai berikut :
1) Sistem Mengapung (Floating System)
6
Sistem ini pertama kali diperkenalkan oleh Davis pada tahun 1968,
merupakan suatu sistem dengan densitas yang kecil, memiliki kemampuan
mengambang kemudian mengapung dan tinggal di dalam lambung, obat dilepaskan
perlahan pada kecepatan yang dapat ditentukan. Hasil yang diperoleh adalah
peningkatan GRT dan pengurangan fluktuasi konsentrasi obat di dalam plasma .
Sistem mengapung pada lambung berisi obat yang pelepasannya perlahan-lahan dari
sediaan yang memiliki densitas yang rendah/Floating Drug Delivery System (FDDS)
juga biasa disebut Hydrodinamically Balanced System (HBS). FDDS/ HBS memiliki
densitas bulk yang lebih rendah daripada cairan lambung. FDDS tetap mengapung di
dalam lambung tanpa mempengaruhi motilitas dan keadaan dari lambung. Sehingga
obat dapat dilepaskan pada kecepatan yang diinginkan dari suatu sistem. Sistem
mengapung dapat dibagi menjadi 2 macam tergantung ada atau tidaknya bahan
pembentuk gas (gas forming) pada formulasi tersebut. Adapun 2 sistem tersebut
adalah sebagai berikut :
a. Sistem Effervescent
Pada sistem effervescent biasanya menggunakan matriks dengan bantuan polimer
yang dapat mengembang seperti metil selulosa, kitosan, dan senyawa effervescent
seperti natrium bikarbonat, asam tartrat, dan asam sitrat. Sistem effervescent
ketika kontak dengan asam lambung maka akan membebaskan gas karbon
dioksida yang akan terperangkap di dalam senyawa hidrokoloid yang
mengembang. Sehingga menyebabkan sediaan akan mengambang
Wei et al dalam Mamoru Fukuda et al meneliti sifat tablet mengapung yang berisi
HPMC dan natrium bikarbonat. Gas karbon dioksida dilepaskan ketika tablet
yang berisi natrium bikarbonat dicelupkan ke dalam cairan lambung buatan
sehingga menyebabkan tablet mengambang.
b. Sistem Noneffervescent
Pada sistem noneffervescent menggunakan pembentuk gel atau senyawa
hidrokoloid yang mampu mengambang, polisakarida dan polimer-polimer
pembentuk matriks seperti polikarbonat, poliakrilat, polimetakrilat, dan
polistirena. Metode formulasinya yaitu dengan mencampurkan obat dengan
7
hidrokoloid pembentuk gel. Setelah pemberian maka sediaan ini akan
mengembang ketika kontak dengan cairan lambung, masih berbentuk utuh dengan
densitas bulk kurang dari satu. Udara yang terjerap di dalam matriks yang
mengembang mengakibatkan sediaan mampu mengambang, membentuk struktur
yang mirip gel. Kemudian struktur gel bertindak sebagai reservoir untuk obat
yang akan dilepaskan perlahan-lahan dan dikontrol oleh difusi melalui lapisan gel.
2) Sistem Bio/Mucoadhesive
Sistem bio/mucoadhesive merupakan suatu sistem yang menyebabkan tablet dapat
terikat pada permukaan sel epitel lambung dan memperpanjang waktu tinggal di
dalam lambung dengan peningkatan durasi kontak antara sediaan dan membran
biologis. Konsep dasarnya adalah mekanisme perlindungan pada gastrointestinal.
Daya lekat epitel dari mucin diketahui dan telah digunakan dalam pengembangan
GRDDS melalui penggunaan polimer bio/mucoadhesive. Perlekatan sistem
penghantaran pada dinding lambung meningkatkan waktu tinggalnya terutama di
tempat aksi.
3) Sistem Mengembang/ Swelling System
Merupakan suatu sediaan yang apabila berkontak dengan asam lambung maka
sediaan akan segera mengembang sehingga ukurannya menjadi lebih besar dan tetap
bisa bertahan di dalam lambung.
Secara umum GRDDS terdiri dari sistem mengembang ( swelling ), sistem
bioadhesive/mucoadhesive dan sistem mengapung (floating ).
2.3 Tablet Gastroretentive Dengan Sistem Mengembang (swelling) Dan
Mengapung
1. Swelling
Swelling adalah suatu polimer kontak dengan air, maka terjadi penyerapan air
yang menyebabkan polimer dapat mengembang, sehingga obat yang terdispersi di dalam
polimer akan berdifusi keluar. Akibatnya, pelepasan obat bergantung pada dua proses
8
kecepatan yang simultan yaitu antara proses berdifusinya air ke dalam polimer dan
peregangan rantai polimer, sehingga dapat bertahan didalam lambung dalam waktu yang
lebih lama. Seperti yang terlihat pada gambar
Keterangan : (a) – sediaan sebelum dan sesudah mengembang
(b) – proses mengembang sediaan dalam lambung
i. Sistem mengembang yang ditahan di dalam lambung
Biasanya dikenal dengan sweeling system atau expanding systems. Bentuk sediaan
ini menjadi lebih besar dari ukuran klep pilorik yang terbuka dan ditahan dilambung.
Sistem ini mirip penyumbatan yang dapat berupa polimer yang mengembang sangat
cepat dan atau suatu matriks yang mengembang menjadi lebih besar dari pilorus
dengan derajat yang lebih tinggi. Konfigurasi yang diperlukan untuk mengembang
suatu sistem mengembang agar dapat memperpanjang waktu tinggal dilambung
adalah :
Berukuran kecil sehingga dapat diberikan peroral
Suatu bentuk yang ditahan dilambung karena terjadi pembesaran ukuran
Suatu bentuk akhir yang kecil sehingga dapat dikeluarkan setelah terjadi
pelepasan obat
ii. Proses mengembang
Ada tiga elemen yang mengontrol proses mengembang dari suatu hidrogel , yaitu
kandungan ikatan silang ( Cross-link content ), kandungan ionik, dan kandungan
hidrofilik.
Kandungan ikatan silang :
9
Secara termodinamika , bahan dapat dibedakan jika berada dalam kadar air untuk
menjadi hidrogel. Hidrogel ada ikatan silang ialah molekul hidrogel akan melarut
dalam air dan menempati seluruh volume yang diduduki air. Maka cara ini rantai
hidrogel ikatan silang memiliki sifat seperti molekul cair.
Kandungan ionik (Ionic content) :
Pada kandungan ini dikelompokan menjadi dua kelompok yaitu ionik dan
nonionik. Pada pemberian gaya elastik, hidrogel ionik yang mengembang akan
mengalami suatu proses dengan entropi lebih banyak sebaliknya dengan hidrogel
nonionik yang tidak mengembang maka mengalami suatu proses dengan entropi
yang lebih sedikit. Sehingga dengan meningkatnya jumlah ion dalam hidrogel
strukturnya akan meningkat, dikit demi sedikit gaya osmotik dan elektrostatik
juga meningkat seiring dengan struktur hidrogel.
Hal ini mendororng hidrogel untuk secara termodinamika seperti cair yang
menduduki ruang sekililingnya. Penambahan ion pada lingkungan membatasi
kapasitas mengembang suatu hidrogel ion dan merubah tingkat bahan. Pada
perubahan lingkungan sekelilingnya dengan air dapat mengontrol pengendalian
entropi proses mengembang hidrogel ionik.
Kandungan hidrofilik (Hydrophilic content) :
Kandungan hidrofilik akan mempengaruhi gaya tarik-menarik intermokuler untuk
difusi dan mengembang. Jika hidrofilisitas hidrogel meningkat maka interaksi dan
hidrogel akan meningkat juga.
Tipe produk dari swelling yaitu seluruh produk yang pelepasannya diperpanjang
dianggap sama sebagai produk yang pelepasannya dikontrol tanpa dibedakan
ketelitian mekanisme pelepasannya. Sebagian besar preparasi pelepasan obat yang
dikontrol merupakan hasil kombinasi dari proses disolusi, permeasi, dan difusi.
Faktor yang terpenting adalah permeasi air, tanpa faktor tersebut mekanisme
pelepasan produk tidak akan dapat terlaksana. Pengontrolan kecepatan masuknya air
kedalam produk akan menentukan kecepatan keterlarutan obat. Ketika obat terlarut,
10
maka kecepatan difusi obat lebih lanjut akan dikontrol menjadi kecepatan sesuai yang
dikehendaki.
Beberapa bentuk sediaan padat swelling dirancang untuk melepaskan obatnya
secara pelahan-lahan, supaya pelepasanya lebih lama dan memperpanjang kerja obat.
Sediaan mengembang dapat dibuat dalam bentuk dikenal granul, tablet atau kapsul.
Semua cara pembuatan tablet dapat digunakan untuk membuat tablet
mengembang, seperti tablet matriks, tablet berlapis ganda (multiplayer), mini matriks
dalam tablet atau tablet salut. Sediaan mengembang sering digunakan yang kerjanya
Controlled release, delayed realease, sustained action, prolonged action, sustained
realesed, timed realase, slow release, extended action, atau extended release
berbentuk plat untuk pengobatan dilambung, usus, saluran GI, penghantaran obat
spesifik dikolon, sistem penghantaran langsung ke target dan sediaan targeted
gastroretentive.
iii. Mekanisme mengembang
Matriks hidrogel jika dimasukkan kedalam air, air akan diabsorpsi oleh hidrogel.
Pada setiap titik setelah dimasukkan kedalam air, umunya ada tiga daerah yang dapat
dibedakan matriks hidrogel . daerah pertama yang mengembang dengan kandungan
air tinggi, dan secara mekanik lemah lapisan hidrogel akan bereaksi sebagai suatu
lapisan barier untuk menarik air. Daerah kedua akan ditandai dengan pengembangan
yang moderat dan relatif kuat. Daerah ketiga terbasahi dengan air dan tingkat glassy
untuk periode waktu lama .
iv. Bahan yang mengembang dan penggunaannya dalam sistem penghantaran obat
oral.
Pengembangan dan durasi mengembang dipertahankan oleh derajat ikatan silang
(cross = lingking) antara rantai polimer. Sistem yang memiliki derajat ikatan silang
tinggi menahan kemampuan mengembang untuk mempertahankan dilambung dalam
11
periode waktu lama. Sistem dengan derajat ikatan silang rendah menghasilkan
pengembangan yang besar, didorong oleh kecepatan disolusi polimer.
Proses mengembang merupakan suatu proses yang terjadi karena adanya ikatan
sambung silang dari rantai polimer hidrofilik jika dilihat tiga dimensi secara kimia
fisika. Tergantung pada strukturnya, zat yang mengembang dapat mengabsorpsi
larutan air atau larutan organik. Jika zat mengembang dengan mengabsorpsi air maka
dikenal dengan hidrogel. Jika semua zat alam yang mengembang hidrofilik, zat
tersebut dapat mengabsorpsi sejumlah air cair / kelembapan.
Gaya yang mengarah untuk absorpsi atau proses mengembang umumnya suatu
keseimbangan 3 gaya osmotik, elektrostatik, dan entropi penguapan disolusi polimer
dalam air ( entropy-favored dissolution of polymer in water). Gaya elastik ditutup
kedalam struktur hidrogel untuk mengontrol entropi proses disolusi.
Densitas sambung silang dalam struktur hidrogel akan mencegah hidrogel dari
disolusi awal dalam air.
Zat yang mengembang dapat dilihat dari sudut hidrogel kimia dan fisika. Pada
hidrogel kimia semua rantai polimer berikatan silang satu sama lain dengan ikatan
kovalen, hidrogel ini merupakan molekul yang menjaga ukurannya. Pada sintesis
hidrogel kimia, suatu ikatan silang multi fungsi digunakan untuk mengikat rantai
hidrogel. Pada polimer tambahan, ikatan silang multi fungsi mengandung lebih dari
satu ikatan rangkap dua. Pada polimer kondensasi, ikatan silang multi fungsi secara
normal memiliki gugus fungsi. Pada hidrogel fisik, prekursor polimer hidrofilik akan
diperlakukan secara fisik dengan bahan aktif. Polimer mengandung gugus fungsi
dapat bereaksi dengan ion-ion atau gugus fungsi seperti aldehid.
2. Sistem Mengapung (Floating System )
Sistem mengapung pertama kali diperkenalkan oleh Davis pada tahun 1968. Floating
system merupakan sistem dengan densitas kecil, yang memiliki kemampuan
mengambang kemudian mengapung serta tinggal di lambung untuk beberapa waktu. Pada
saat sediaan mengapung di lambung, obat dilepaskan perlahan pada kecepatan yang dapat
ditentukan. Hasil yang diperoleh adalah peningkatan gastric residence time dan
pengurangan fluktuasi konsentrasi obat dalam plasma (Chawla et al ., 2003).
12
Sistem mengapung pada lambung berisi bahan aktif yang dilepaskan perlahan-lahan
dari sediaan yang memiliki densitas kecil, disebut floating drug delivery system(FDDS).
FDDS memiliki bulk density yang lebih rendah dari cairan lambung. FDDS tetap
mengapung dalam lambung tanpa mempengaruhi kondisi lambung dan obat dilepaskan
perlahan dari sediaan pada kecepatan yang diinginkan (Anonim, 2003).
Bentuk sediaan sistem mengapung banyak diformulasi dengan menggunakan matriks-
matriks hidrofilik dan dikenal dengan istilah hydrodynamically balanced system (HBS).
Hal tersebut dikarenakan pada saat polimer terhidrasi, terjadi penurunan intensitas akibat
matriks yang mengembang, sehingga menjadi gel penghalang di permukaan bagian luar.
Bentuk sediaan ini diharapkan tetap mengapung selama 3-4 jam dalam lambung tanpa
dipengaruhi oleh kecepatan pengosongan lambung karena densitasnya lebih rendah dari
medium dalam lambung. Polimer yang direkomendasikan untuk formulasi bentuk
floating adalah turunan selulosa, khususnya hidroksi propil metil selulosa (HPMC)
(Moes, 2003)
Keuntungan dan kerugiaan sistem mengembang dan mengapung
Adapun beberapa keuntungan yang menarik dengan sistem penghantaran obat
mengembang dan mengapung yang ditahan dilambung, yaitu :
Dapat digunakan untuk memperbaiki waktu penahanan lambung seperti waktu
pengosongan lambung.
Dapat menurunkan fluktuasi konsentrasi obat membuatnya mungkin untuk
meningkatkan selektifitas pada aktivitas reseptor.
Sistem penghantaran obat yang ditahan dilambung dapat memperbaiki efisiensi obat.
Model pelepasan obat yang ditahan ( sustained release) dari bentuk sediaan yang
ditahan dilambung mampu mempertahankan keberadaannya dalam waktu yang lama
sehingga meningkatkan efek farmakologi dan bahan yang dikeluarkan.
Dapat menghasilkan pelepasan obat yang ditahan dalam waktu lama dalam sediaan
untuk terapi lokal dilambung dan usus kecil. Sangat berguna untuk pengobatan
gangguan lambung dan usus.
Meningkatkan bioavaibilitas dan efikasi terapeutik obat dan memungkinkan dapat
menurunkan dosis, seperti furosamid dan riboflavin.
13
Mempertahankan level terapeutik yang konstan dalam periode waktu yang lebih lama
sehingga menurunkan resiko resistensi karena fluktuasi level terapi yang minimal
pada kasus antibiotik seperti antibiotik b-laktam antibiotik (penisilin dan
cephalosporin).
Pengontrolan, penghantaran yang perlahan dari bentuk sediaan yang ditahan
dilambung memberikan aksi lokal yang sesuai ditempat yang sakit, sehingga
mengurangi eliminasi obat. Sistem penghantaran obat di lokasi spesifik menurunkan
efek samping yang tidak diinginkan
Selain, keuntungan sistem penghantaran obat mengembang dan mengapung yang ditahan
dilambung juga memiliki keterbatasan, seperti ;
Zat aktif dengan waktu paruh yang pendek antara 2-8 jam memungkinkan untuk
dibuat sediaan lepas lambat, sedangkan untuk yang waktu paruhnya panjang sangat
memungkinkan untuk terjadinya akumulasi.
Tidak cocok untuk obat-obatan yang memiliki masalah seperti kelarutan di cairan
lambung (fenitoin), iritasi (NSADIDS), tidak stabil dalam lingkungan asam.
Obat-obat yang pelepasan selektif dikolon seperti asam amino salisilat dan
kortokosteroid, dll.
Zat aktif yang diabsorbsi dengan lambat atau berubah-ubah, tidak sesuai untuk
diformulasikan menjadi sediaan lepas kontrol dan lepas lambat.
Zat aktif yang untuk waktu paruhnya panjang sangat memungkinkan untuk terjadinya
akumulasi.
2.3.Formula umum
Komponen
1. Zat Aktif
farmakologis pada tubuh manusia atau hewan dalam dosis tertentu. Zat aktif juga
dikenal sebagai drug, active ingredient, dan active pharmaceutical ingredient (API).
Suatu proses penemuan obat (drug discovery) dilakukan untuk memperoleh suatu zat
14
aktif yang dibutuhkan, baik dari bahan alam, semisintesis maupun sintesis penuh. Hal
utama yang perlu diperhatikan dalam menemukan. Perlu dipertimbangkan benefit to
risk ratio dari senyawa aktif yang baru tersebut.suatu senyawa aktif farmakologis
tersebut adalah terbuktinya keamanan dan khasiatnya Zat aktif merupakan zat yang
memang terbukti memberikan efek
2. Zat Pengisi
Zat inert secara farmakologi yang dapat ditambahkan dalam sebuah formulasi untuk
penyesuian bobot dan ukuran sesuai dengan yang ditetapkan, jika jumlah bahan aktif
kecil, juga untuk mempermudah pembuatan tablet walaupun pengisi adalah zat yang
inert secara farmakologi, zat tersebut masih dapat mempengaruhi sifat fisika, kimia
dan biofarmasi dari sedian tablet.Contoh : laktosa, avicel, kalsium sulfat anhidrat,
kalsium fosfat dibasic, dextrose, sukrosa interaksi basa atau garam – garam amin
dengan laktosa dan alkali basa yang menyebabkan terjadinya perubahan warna coklat
sampai hitam. Laktosa tidak bercampur dengan asam askorbat dan salisilamide.
Penggunaan dari pengisi tergantung dari volume atau berat tablet yang diinginkan.
Bahan pengisi yang sering digunakan: laktosa USP, lactose anhydrous, spray dried
lactose. Amylum : maydis, oryzae, meranthae, solani, manitol, sukrosa dan lain- lain.
3. Zat Pengikat
Bahan pengikat (Binder) adalah bahan yang mempunyai sifat adesif yang digunakan
untuk mengikat serbuk-serbuk menjadi granul selanjutnya bila dikempa akan
menghasilkan tablet kompak. Zat pengikat dapat ditambahkan dalam bentuk larutan
(Anonim, 1995). Bahan pengikat sebaiknya digunakan sedikit mungkin karena
apabila terlalu berlebihan menjadi penabletan yang keras sehingga tidak mudah
15
hancur dan waktu pengempakannya membutuhkan tenaga yang lebih. zat inert secara
farmakologi yang ditambahkan kedalam formulasi untuk meningkatkan kohesifitas
antara partikel–partikel serbuk dalam masa tablet yang diperlukan untuk
pembentukan granul dan kemudian untuk pembentukan massa menjadi kompak dan
padat yang disebut tablet, pengikat dapat dibagi dua : Pengikat kering (binder),
pengikat kering ditambahkan kedalam massa kering. Contoh, bahan kering yang
sering digunakan:Mucilage amilly 10%, Acasia 2 – 5 %, Derivat selulosa 1 – 5 % ,
Sukrosa 2 – 25 %. Pengikat Basah ( Adhesive), ditambahkan dalam bentuk larutan
atau suspensi, contoh pengikat basah yang sering digunakan : Derivat selulosa 1 – 5
%, Gelatin 1 – 5 %, Pasta amylum 1 – 5 %,Natrium Alginat 2 – 5 %.
4. Zat pelicin
Bahan pelicin (lubricant) berfungsi memudahkan mendorong tablet ke atas keluar
cetakan melalui pengurangan gesekan antara dinding dalam lubang ruang cetak
dengan permukaan sisi tablet. Bahan pemisah bentuk (anti adherent) berfungsi
mengurangi lekatnya massa tablet pada dinding ruang cetak dan permukaan punch
serta menghasilkan kilap pencetakan pada tablet (Voigt, 1984). Bahan pengatur aliran
(glidant) berfungsi memperbaiki sifat alir massa atau granul yang akan di tablet dan
mengurangi penyimpangan massa sehingga meningkatkan ketepatan dosis dari tablet.
Untuk Talcum, Magnesii stearas, Acidum stearicum
5. Zat penghancur
Bahan penghancur (Desintegrant) dimaksudkan untuk menarik air masuk dalam tablet
sehingga memudahkan hancurnya tablet dalam medium cair sehingga dapat pecah
menjadi granul atau partikel penyusunnya (Banker dan Anderson, 1986). Kerja bahan
16
penghancur adalah melawan kerja bahan pengikat dan kekuatan fisik tablet sebagai
akibat tekanan mekanik pada proses pengempaan. Makin kuat kerja bahan pengikat
maka diperlukan bahan penghancur yang lebih efektif. Bahan penghancurnya yang
umum digunakan adalah amilum, alginat dan selulosa(Voigt, 1984).
6. Zat pembawa
Komponen yang terpenting dalam sediaan mengembang selain zat aktif adalah
komponen atau bahan yang memiliki sifat adhesif. Bahan bioadhesif dapat berupa
bahan alam atau sintesis. Polimer bioadhesif dalam bentuk sediaan sistem pelepasan
yang ditahan dilambung dapat juga berguna sebagai control kecepatan dan jumlah
pelepasan obat.
Polimer ideal untuk system penghantaran obat mengembang dan mengapung adalah
polimer yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Polimer dan hasil uraianannya tidak toksik, tidak mengiritasi membran mukosa
dan tidak diabsorpsi disaluran cerna.
2. Lebih baik ikatan yang kuat nonkovalen dengan permukaan epitel musin.
3. Sebaiknya menempel pada jaringan lembab dengan cepat dan mempunyai tempat
spesifik.
4. Harus mudah bergabung dengan obat dan memberikan halangan / rintangan pada
pelepasannya.
5. Harganya relative murah.
Dan Polimer yang direkomendasikan untuk formulasi bentuk floating (mengapung) adalah
turunan selulosa, khususnya hidroksi propil metil selulosa (HPMC)
17
2.4.Metode pembuatan tablet
a. Granulasi basah
Pada granulasi basah bahan dilembabkan dengan larutan pengikat yang cocok,
sehingga serbuk terikat bersama dan terbentuk massa yang lembab. Pelarut yang
digunakan umumnya bersifat volatil sehingga mudah dihilangkan pada saat
dikeringkan. Massa lembab kemudian dibagi-bagi sehingga terbentuk butiran granul.
b. Granulasi kering
Pada granulasi kering obat dan bahan pembantu mula-mula dicetak menjadi tablet
yang cukup besar, yang massanya tidak tentu. Selanjutnya tablet yang terbentuk
dihancurkan dengan mesin penggranul kering gesekan atau dengan cara sederhana
menggunakan alu diatas sebuah ayakan sehingga terbentuk butiran granul.
Prinsip dari metoda ini adalah membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan bahan
pengikat dan pelarut. Metode ini digunakan dalam kondisi-kondisi sebagai berikut:
1. Kandungan zat aktif dalam tablet yang tinggi
2. Zat aktif memiliki aliran yang buruk
3. Zat aktif sensitif terhadap panas dan lembab.
c. Metode Kempa Langsung
Kempa langsung adalah pembuatan tablet dengan mengempa langsung campuran zat
aktif dan eksipien kering.tanpa melalui perlakuan awal terlebih dahulu. Metode ini
merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan cepat pengerjaannya, namun
hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif yang kecil dosisnya, serta zat aktif
tersebut tidak tahan terhadap panas dan lembab. Ada beberapa zat berbentuk kristal
18
seperti NaCl, NaBr dan KCl yang mungkin langsung dikempa, tetapi sebagian besar
zat aktif tidak mudah untuk langsung di kempa.
2.5. Evaluasi tablet gastroretentive sistem mengembang dan mengapung
meliputi :
Keseragaman Bobot
Timbang 20 tablet, dihitung bobot rata rata tiap tablet. Jika ditimbang satu persatu,
tidak boleh lebih dari 2 tablet yang menyimpang dari bobot rata rata lebih besar dari
harga yang ditetapkan kolom A dan tidak boleh 1 tablet pun yang bobotnya
menyimpang dari bobot rata rata lebih dari harga dalam kolom B. Jika perlu dapat
digunakan 10 tablet dan tidak ada 1 tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot
rata rata yang ditetapkan dalam kolom A dan B.
Bobot rata rataPenyimpangan Bobot rata rata (%)
A B
< 25mg-150mg
151 mg-300 mg
Lebih dari 300 mg
15-10
7,5
5
30-20
15
10
Kekerasan
Ambil 20 tablet ukur kekerasan menggunakan alat ukur kekerasan. Hitung rata rata
dan SD nya. Persyaratan ukuran yang didapat per tablet minimal 4 kg/cm2, maksimal
10kg/cm2.
Keseragaman Ukuran
Menggunakan 20 tablet, ukur diameter dan ketebalanya menggunakan jangka sorong.
Hitung rata – rata dan SD nya. Persyaratan kecuali dinyatakan lain, diameter tidak
19
lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 4/3 kali tebal tablet. Tebal tablet pada
umumnya tidak lebih besar dari 50% diameter.
Evaluasi swelling :
Derajat pengembangan. Superporos hidrogel 100 mg direndam dalam medium
pengembangan 20 ml pada 37°C. Pada beberapa interval waktu hidrogel dikeluarkan
dari larutan dan ditimbang setelah kelebihan larutan dipermukaan dihilangkan. Rasio
pengembangan dapat dihitung dengan persamaan I : Q = (Ms-Md) / Md. Dimana Ms
dan Md adalah bobot hidrogel mengembang dan kering. Larutan NaCl sebanyak 5
macam (pH 1,2) dengan kekuatan ion yang berbeda (0,0001M-1M) digunakan untuk
mengevaluasi efek garam terhadap sifat mengembang hidrogel.
Sensitifitas hidrogel terhadap pH. Sensifitas hydrogen terhadap pH dilakukan larutan
HCl atau NaOH dengan 1,0 , 2,0 , 3,0 , 6,2 dan 7,4. Pengembangann superporos
dievaluasi setiap 30 menit dengan cara mengukur bobotnya.
Penentuan densitas Hidrogel. Densitas hidrogel kering dihitung dengan persamaan
2 : d=Wd / Vd. Dimana Wd bobot hidrogel kering dan Vd adalah volume. Volume
hidrogel ditentukan dengan metode penggantian pelarut menggunakan pelarut heksan
sebagai cairan pengganti. Digunakan heksan karena sangat hidrofop dan tidak
diabsorpsi
Penentuan kinetika gelation. Hasil gelation atau reaksi polimerisasi, viskositas
campuran yang secara kontinu meningkat sampai struktur penuh (gel) terbentuk.
Waktu gelation ditentukan sebagai durasi pembentukan gel dan diukur dengan
metode kemiringan sederhana setelah pH diatur sampai 5 dengan asam asetat.
Parameter ditentukan sampai campuran reaktan tidak jenuh menurun pada posisi tube.
20
Fourier transform infrared spectroscopy. Spektrum FTIR hidrogel diukur pada range
400-4000 cm⁻ˡ menggunakan pellet KBr dengan spektrofotometer FTIR.
Evaluasi kinetika degradasi. Kinetik degradasi hidrogel ditentukan dengan mengukur
rasio pengembangan sebagai fungsi penahanan air. Hidrogel ditempatkan pada
medium pH 1,2 (HCl 0,1 pada 37°C selama 12 jam, dan sampel secara periodik setiap
interval 6 jam ditimbang. Kapasitas retensi air (WRt) sebagai fungsi waktu ditentukan
menggunakan persamaan 3 : WRt = (Wp-Wd) / (Ws-Wd). Dimana Wd bobot
hidrogel kering, Ws bobot hidrogel yang mengembang penuh, dan Wp bobot
hidrogel pada berbagai waktu yang ditentukan.
Studi pelepasan in vitro. Studi pelepasan obat in vitro dilakukan dengan
menggunakan alat disolusi USP pada 37°C dengan rpm 50 dalam 900 ml HCl 0,1 M
selama 6 jam. Setiap inteval waktu tertentu diambil 10 ml larutan medium kemudian
diganti dengan medium baru dengan jumlah yang sama. Kadar obat ditentukan
menggunakan alat yang sesuai.
Evaluasi mengapung :
Waktu awal mengapung dan durasi mengapung:
waktu awal mengapung dan durasi mengapung dilakukan dalam alat disolusi USP II
dalam cairan lambung simulasi (SGF) dan 0.1N HCl dijaga pada lingkungan 37o C.
Interval waktu antara permulaan tablet masuk ke medium disolusi hingga tablet
mencapai permukaan disebut waktu awal mengapun (buoyancy lag time) dan durasi
mengapung diamati secara visual.
21
BAB III
METODOLOGI FORMULASI
3.1. Prinsip
Pembuatan tablet gastroretentive mengembang dan mengapung dengan
metode granulasi basah.
3.2 Formulasi
Bahan – Bahan
Formula Karakteristik Bahan
Formula1
Formula2
Formula3
Formula4
Metoclopramide hydrochloride
20 20 Merupakan serbuk putih, larut dalm air dan alcohol.
Ranitidin HCL (mg)
120 Zat aktif yang diindikasikan untuk tukak lambung
Dipiridamol (mg)
50 Zat aktif diindikasikan untuk pencegahan komplikasi tromboembolik, angina pektoris, dan mengurangi risiko stroke
Hidroksiprofil metilselulosa
(HPMC)
43,17 30 60 40 Larut dalam air dingin. Bahan matriks sustained release dan bahan penyalut tablet. Viskositas tinggi.
Carboxymethyl cellulose
sodium
8,88 8 Merupakan sebagai zat pengikat tablet
Carbopol 6,35 6 Mengembang dalam air dan gliserin dan etanol, namun tidak
terlarut
Avicel - 37 merupakan pengisi pengikat yang baik untuk cetak langsung dan
granulasi kering .
22
Ethyl cellulose
20 20 Bahan penyalut tablet
Stearic acid 25 25 lubrikan / zat pelicin, praktis tidak larut dalam air
mannitol 14
Mg stearat 0,5 %
15 1` 5 5 Tidak larut dalam air. Lubrikan / zat pelicin.
Laktosa80 80 Kelarutan larut dalam 6 bagian air,
larut dalam 1 bagian air mendidih, sukar larut dalam etanol(95%)P
Talk (Talcum)2 1 Kelarutan tidak larut dalam hampir
semua pelarut.
2.1.2 Data praformulasi bahan.
1. Bahan Aktif
Nama Zat aktif : Metoclopramide hidroklorida
Rumus Molekul : C14H22CIN3O2.HCl
Berat Molekul : 354,3
Pemerian : Serbuk putih
Kelarutan : larut dalam air danalkohol, sedikit larut dalam kloroform dan praktis tidak
larut dalam eter.
Stabilitas : dapat disimpan pada suhu kamar, dibawah cahaya florosensi terus menerus
selama sekurang – kurangnya 180 hari tanpa perubahan konsentrasi yang signifikan
dalam bentuk larutan sebaiknya dilindungi cahaya,stabil di udara.
23
Khasiat : digunakan dalam berbagai gangguan GI, terutama gastric stasis,
penangananrefluks gastrophageal, untuk pencegaan mual dan muntah pasca operasi.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Dosis : Dewasa : sehari 3 kali ½ – 1 tablet (1 tablet = 10 mg) ,
Anak-anak usia 5-14 tahun : sehari 3 kali ¼ – ½ tablet (1 tablet = 10 mg) , Diberikan 30
menit sebelum makan dan waktu mau tidur. Atau menurut petunjuk dokter.
2. Bahan Tambahan
1. Etilselulosa (EC)
Nama lain : aquacoat ECD, aqualon, E462, Ethocel, Surelease.
Rumus kimia : C12H23O6(C12H22O5)nC12H23O5
Pemerian : serbuk berwarna putih, tidak berasa.
Inkompatibilitas : dengan lilin parafin dan mikrokristalin.
Kegunaan : coating agent, tablet binder, tablet filer, peningkat viskositas. (American
Pharmaceutical Association and The Pharmaceutical Society of Great Britian,. 1986)
2. Hidroksiprofil metilselulose (HPMC)
Rumus molekul : CH3CH(OH)CH2
Berat Molekul : 10000 - 1500000
Kelarutan : Larut dalam air dingin, praktis tidak larut dalam kloroform, etanol (95%) dan
eter; namun larut dalam campuran etanol dan klorometana, campuran metanol dan
diklorometana, dan campuran air dan alkohol. Larut dalam larutan aseton encer,
campuran diklorometana dan propan-2-ol, dan pelarut organik lain.
Kegunaan : HPMC secara luas digunakan dalam formulasi farmasetik sediaan oral dan
topikal. Dalam sediaan oral, HPMC terutama digunakan sebagai bahan matriks sustained
release. Tingkat viskositas yang tinggi dapat digunakan untuk memperlambat pelepasan
obat yang mudah larut air dari matriks. Serta dapat juga digunakan sebagai pengikat baik
secara granulasi basah maupun kering dan sebagai penyalut.
24
3. Avicel PH 102
Rumus Molekul : (C6H10O5)n
Pemerian : serbuk putih, tidak berbau
Bobot Molekul : > 3100
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, larutan asam, pelarut organik dan NaOH 5%
Kegunaan : pengisi dan pengikat ( Filler – Binder)
Konsentrasi : 20-90%
Stabilitas : higroskopik
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, ditempat sejuk dan kering.
Avicel merupakan pengisi yang baik untuk cetak langsung dan granulasi kering. Avicel
dapat menyerap udara sehingga kelembapannya tinggi. Kemampuan mengikat (holding
capacity ) 50%. Zat aktif 100 mg, maka minimal avicel yang dibutuhkan 50% = 100/ 50 x
100 mg = 200 mg
4. PVP
Nama dagang : Kollidon atau Plasdon
Kelarutan : Inert, larut air dan alkohol, digunakan dalam konsentrasi 3-15%, sedikit
higroskopis, tidak mengeras selama penyimpanan (baik untuk tablet kunyah)
Konsentrasi : 5% menghasilkan kompresibilitas yang baik dari serbuk Natrium
bikarbonat dan asam sitrat sehingga tablet bereaksi cepat dan disolusi cepat.
PVP baik untuk tablet kunyah terutama untuk alumunium hidroksida, Mg(OH)2
5. Mg stearat 0,5%
Rumus Molekul : C16H70MgO4
Pemerian : serbuk halus licin, mudah melekat pada kulit , mempunyai bau dan rasa khas
lemah
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air
25
Stabilitas : stabil dan simpan di tempat kering
OTT : dengan asam kuat, garam – garam besi dan hindari pencampuran dengan oksidator
kuat
Konsentrasi : 0,25 – 5,0 %
Kegunaan : lubrikan / zat pelicin
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat dan tempat sejuk
6. Laktosa
Laktosa adalah bentuk disakarida dari karbohidrat yang dapat dipecah menjadi bentuk yang
lebih sederhana yaitu galaktosa dan glukosa. Pemerian serbuk hablur; putih; tidak berbau;
rasa agak manis. Kelarutan larut dalam 6 bagian air, larut dalam 1 bagian air mendidih,
sukar larut dalam etanol(95%)P, praktis tidak larut dalam kloroform P dan dalam eter P.
Khasiat dan penggunaan sebagai zat tambahan (Anonim, 1979).
7. Amprotab (amylum pro tablet)
Amprotab adalah nama dagang dari amylum manihot yaitu pati yang diperoleh dari umbi
akar Manihot uttilisima Pohl(Famili Euphorbiaceae). Amprotab adalah namilum protablet
yaitu amilum yang dikhususkan untuk bahan tambahan dalam pembuatan tablet. Amprotab
sebagai bahan penghancur yang mampu meningkatkan kapilaritas, mengarbsorbsi
kelembapan, mengembang dan meninggikan daya pembasahan tablet atau bersifat
hidrofilisasi. Pemerian serbuk halus, kadang-kadang berupa gumpalan kecil, putih, tidadk
berbau, tidak berasa. Kelarutan praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol
(95%)P. Khasiat dan penggunaan zat tambahan (Anonim, 1979).
8. Talk
Merupakan magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang mengandung sedikit aluminium
silikat. Pemeria serbuk hablur, sangat halus, licin, mudah melekat pada kulit, bebas butiran,
warna putih atau putih kelabu. Kelarutan tidak larut dalam hampir semua pelarut. Khasiat
dan penggunaan sebagai zat tambahan (Anonim, 1979)
26
9. Mucilago amyli
Mucilago amili merupakan pengikat serbaguna untuk menghasilkan tablet yang
terdisintegrasi cepat dan granulasi hanya dibuat dengan menggunakan pati sebagai
pengikat internal dan digranulasi dengan air (Siregar dan Wikarsa, 2010).
Walaupun pati memiliki kekuatan adhesive yang terkecil dalam urutan, pada umumnya
pati juga memiliki pengaruh merusak paling kecil pada kecepatan disintegrasi tablet
(Siregar dan Wikarsa, 2010).
3.3 Metode pembuatan
Tablet dibuat menggunakan metode granulasi basah. Metil selulosa, carbopol, etil
selulosa dan HPMC serta metoclopramid dicampur menggunakan pencampur turbula
selama 15 menit kemudian digranulasi menggunakan lart. carboximetilselulosa hingga
terbentuk masa granul yang baik. Masa lembab diayak menggunakan ayakan 12 mesh,
lalu dikeringkan dalam oven 60 oC. Granul yang telah kering dilewatkan melalui ayakan
14 mesh kemudian kedalamnya ditambahkan talk dan dicampur dalam pencampur turbula
selama 5 menit. Magnesium stearat ditambahkan terakhir dan dicampur selama 2 menit.
Massa cetak yang diperoleh kemudian dikempa menjadi tablet.
3.4 Evaluasi tablet
Evaluasi tablet meliputi keseragaman bobot, ukuran, kekerasan, friabilitas,
friksibilitas, kadar zat aktif, keseragaman kandungan, dan uji pelepasan metoclopramid
secara in vitro. Uji pelepasan dilakukan menggunakan alat tipe 2 (dayung) pada
kecepatan pengadukan 50 rpm dalam media HCl 0,1 N sebanyak 900 mL pada suhu
37±0,5 oC selama 8 jam. Alikuot diambil sebanyak 10 mL pada menit ke-30, jam ke-1, 2,
3, 4, 6, dan 8. Jumlah metoklopramide yang terdisolusi ditetapkan dengan cara mengukur
metoklopramide yang terlarut menggunakan spektrofotometri UV pada panjang
gelombang 282 nm.
27
BAB IV
PEMBAHASAN
Hasil dan Pembahasan
Formula I
Tablet dibuat secara kempa langsung. Metil selulosa, carbopol, etil selulosa dan HPMC
serta metoclopramid dicampur menggunakan pencampur turbula selama 15 menit
kemudian digranulasi menggunakan lart. carboximetilselulosa hingga terbentuk masa
granul yang baik. Masa diayak menggunakan ayakan 12 mesh, lalu dikeringkan dalam
oven 60 oC. Granul yang telah kering dilewatkan melalui ayakan 14 mesh kemudian
kedalamnya ditambahkan talk dan dicampur dalam pencampur turbula selama 5 menit.
Magnesium stearat ditambahkan terakhir dan dicampur selama 2 menit. Massa cetak yang
diperoleh kemudian dikempa menjadi tablet.
Tablet yang memiliki sifat keterapungan yang baik adalah dengan Floating lag time 13
detik dan mengapung selama 20 jam. memenuhi syarat uji keseragaman bobot, ukuran,
uji kekerasan tetapi memiliki fisik tablet yang kurang stabil.
Formula II
Tablet dibuat dengan metode granulasi basah dengan menggunakan aquades sebagai
cairan pengikat menggunakan
hidroksipropil metil selulosa (HPMC) K4M, Ac-di-sol, Avicel PH 102, talk dan Mg
stearat.
Formula 6 adalah formula yang
mengandung HPMC 30%, Avicel PH 102 37% dan Acdi-
sol 20% dan memberikan lag time yang cepat dan
mengembang selama uji pelepasan. Formula ini dapat
melepaskan zat aktif sesuai dengan persyaratan
pelepasan yang ditetapkan
28
formula III
Pembuatan Tablet Floating Ranitidin HCL dengan Metode Granulasi Basah
Ditimbang ranitidin HCL, HPMCK100M dan Manitol (F1) atau PEG1500(F2) dalam
jumlah yang sesuai dengan formula. Ditimbang Natrium Bikaronat, Mg Stearat, Laktosa
dan PVPK30 . Ranitidin, HPMC , Manitol dan laktosa dicampur dalam tumbling mixer
secara geometric dilution. Campuran serbuk digranulasi dengan larutan pengikat PVP K-
30 dalam aquadest 4% dari berat total serbuk sedikit demi sedikit sampai terbentuk massa
granul. Massa granul kemudian diayak dengan pengayak ukuran mesh 12, kemudian
dikeringkan pada suhu kamar 250C selama 30 menit. Granul kering selanjutnya diayak
dengan ayakan ukuran mesh 18, lalu ditambah dengan natrium bikarbonat ditumbling
selama 5 menit dan dilakukan uji kandungan lengas, kecepatan alir, sudut diam dan
jumlah fines. Selanjutnya ditambahkan magnesium stearat dan ditumbling selama 5 menit
kemudian dilakukan uji kualitas granul yang meliputi: kecepatan alir dan sudut istirahat
serta dilakukan pula penetapan kadar ranitidin dalam granul. Granul ditambah Natrium
Bikarbonat, kemudian dicetak menjadi tablet matrik. Tablet yang telah dicetak dilakukan
uji kualitas tablet yang meliputi penetapan kadar ranitidin dalam tablet, uji kerapuhan, uji
kekerasan, uji floating lag time dan total waktu floating serta uji disolusi tablet
Pemeriksaan mutu fisik meliputi pemeriksaan kekerasan dan kerapuhan tablet Dari
penelitian pengaruh tipe HPMC terhadap mutu fisik dan pelepasan tablet floating
ranitidin HCL dapat disimpulkan beberapa hal, antara lain penambahan Manitol terhadap
matriks HPMCK100M menghasilkan tablet ranitidin HCL dengan mutu fisik tablet yang
memenuhi persyaratan. Penambahan Manitol terhadap matriks HPMCK100M
menghasilkan tablet ranitidin HCL dengan floating characteristic yang memenuhi
persyaratan. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan perlu disarankan dilakukan
optimasi terhadap tablet floating ranitidin yang telah memenuhi persyaratan Welling.
Formula IV
Dari kajian-kajian kompatibilitas, menyimpulkan bahwa HPMC E15LV, HPMC
K4M,
29
Carbopol 940 yang kompatibel dengan obat metoklopramid HCL dan sehingga cocok
untuk Perumusan tablet metoklopramid HCL mengambang.
Metoklopramid HCL tablet dibuat dengan metode granulasi basah.
Formulasi ini menunjukkan baik apungdengan waktu lag sangat pendek dan panjang
waktu lebih dari 12 jam di 0.1 N HCL.
Fertilisasi in-Vitro rilis studi dilakukan untuk 12 jam. Dioptimalkan formula yang
mengandung HPMCE15LV (F4) menunjukkan rilis lebih baik dibandingkan dengan
formulasi lain dan itu diikuti nolkinetika orde. Difusi bebas-Fickian dikukuhkan sebagai
rilis obatmekanisme dari formulasi ini.Dari studi ini, disimpulkan bahwa HPMC E15LV
dapat digunakan dalamformulasi metoklopramid HCL berkelanjutan rilis gastro dpt
menyimpan mengambang obat sistem pengiriman. Secara keseluruhan, studi ini
menyimpulkan bahwa viskositas polimer adalah besar
faktor mempengaruhi pelepasan obat dan mengambang sifat FDD.
Penelitian ini merupakan upaya untuk mengembangkan mengambang tablet
metoklopramid HCl,
dengan berbeda polimer yang melepaskan sejumlah terapi metoklopramid HCL
ke situs yang tepat dalam tubuh dan juga untuk mencapai dan mempertahankan yang
diinginkan
Metoklopramid HCL konsentrasi.
Metode langsung kompresi digunakan untuk perumusan mengambang tablet, juga
berbagai jenis polimer seperti HPMC (HPMC K4M, HPMC E15LV), Carbopol 940
dipelajari. Polimer ini adalah polimer membentuk gel digunakan secara luas. Rilis
tingkat secara efektif dapat diubah dengan memvariasikan konsentrasi "polimer". Dengan
menggunakan HPMC E15LV mereka memberi FLT optimal serta lama bertindak efek.
Ditemukan bahwa tablet formulasi terbelakang rilis obat untuk 12h yang diinginkan.
30
Hasil kompatibilitas obat-excipients oleh FTIR studi mengungkapkan bahwa ada tidak
ada interaksi kimia antara obat murni dan excipients. The Parameter precompression
seperti kepadatan massal, mengetuk kepadatan, Carr indeks dan sudut istirahat bertekad.
Formulasi akhir menunjukkan sifat aliran dapat diterima. Parameter kompresi posting
seperti thickness, hardness, friability, berat badan variasi, konten keseragaman, FLT dan
TFT dan In vitro rilis, dilakukan dan nilai-nilai yang ditemukan dalam batas-batas IP.
Dengan demikian hal ini diringkas dan menyimpulkan bahwa HPMC E15 LV dapat
berhasil digunakan dalam formulasi metoklopramid HCL berkelanjutan rilis
gastroretentive mengambang tablet.
31
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
1. Tablet gastroretentive mengembang dan mengapung, merupakan sediaan yang
memiliki kemampuan mengambang kemudian mengapung serta tinggal di
lambung untuk beberapa waktu.
2. Komponen sistem penghantaran mengembang dan mengapung yang ditahan
dilambung terdiri dari zat aktif, polimer dan pembawa yang memiliki sifat
mengembang dan mengapung di lambung. Suatu sediaan mengembang
merupakan suatu material yang dapat mengembang dengan sendirinya atau
sediaan tersebut mengandung bahan yang mengembang .
Metode formulasi tablet gastroretentive dibuat dengan matriks yang dibuat
mengembang menjadi bentuk gel sehingga obat terlebih dahulu akan larut
pada matriks kemudian keluar melalui lapisan matriks terluar. Untuk
mencapai fungsi pelepasan obat lepas lambat.
3. Metoklopramid pada pemberian oral, obat ini diabsorpsi secara cepat dengan
kadar puncak plasma tercapai setelah 1-2 jam setelah pemberian dosis oral.
Metoklopramid di eliminasi dengan cepat dari tubuh, dengan waktu paruh
eliminasi terminal 4-6 jam. Dosis pemberian Dewasa : sehari 3 kali ½ – 1
tablet, sehingga dirancancang pembentukan tab dengan sistem gastroretentive
guna menjaga bioavailibilitasnya di dalam tubuh, sehingga tidak diperlukan
penggunaan berulang, sehingga meningkatkan kepatuhan pasien dalam
mengkonsumsi obat tersebut, akibat lupa minum obat. Selain itu juga
metoklopramid digunakan dalam berbagai gangguan GI, penanganan refluks
gastrophageal, dan untuk pencegahan mual dan muntah pasca operasi,
32
sehingga merupakan baik untuk di formulasikan sebagai gastroretentive,
karena memiliki khasiat lokal pada lambung dan saluran GI. seperti muntah di
kembangkan sebagai tablet gastroretentive mengembang dan mengapung
dengan menggunakan polimer yang melepaskan sejumlah terapi
metoklopramid HCL ke situs yang tepat dalam tubuh dan juga untuk mencapai
dan mempertahankan yang diinginkan Metoklopramid HCL konsentrasi.
HPMC, Carbopol dipelajari. Polimer ini adalah polimer membentuk gel
digunakan secara luas, dengan metode granulasi basah guna memperbaiki
bentuk stabilitas fisik tablet.
33