8
B2 Seminar Nasional Teknologi Informasi 2013 10 SOCIAL NETWORK ANALYSIS: COLLABORATIVE NETWORK PENYULUH PERTANIAN DALAM MENDUKUNG PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN Bentar Priyopradono Program Studi Manajemen Informatika Akademi Manajemen Informatika dan Komputer Teknokrat AMIK - Perguruan Tinggi Teknokrat Lampung Jl. Z.A. Pagar Alam No 9-11 Kedaton, Bandar lampung, Indonesia email : [email protected] ABSTRACT Rural Agribusiness Development Program (PUAP) has been running since 2008 with the fund of Direct Aid Society ( BLM PUAP) to Gapoktan (Farmers Association) as a capital gain used for the cultivation of food crops, horticulture, livestock, crops, non-farming businesses including domestic industry of agriculture, small-scale marketing and other business-based agriculture. Ego- network analyzes linkage structure or local connection of each node in the network, covering the size and density of each node relation with other nodes, aiming to understand, describe variations in the behavior of all individuals in the social structure, and analyze the structure of their local association or each node relationship in the implementation PUAP program. It has a relevant step to understand the linkages and collaborative network of actors in the network in particular agricultural extension, in order to be able to understand, integrate the skills, knowledge and technologies among agricultural extensions. On the other hand collaborative networks can modify the interaction between agricultural extension to more open, simpler and easier to build communication among different agricultural extension agents in the network to the expertise, work areas, operational areas, office, division, functions and duties and the mastery of technology. Key words Network, Ego-Network, Collaborative Network. 1. Pendahuluan Kementerian Pertanian Republik Indonesia (KEMENTAN) mulai tahun 2008 telah melaksanakan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dibawah koordinasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-Mandiri) dan berada dalam kelompok program pemberdayaan masyarakat. PUAP dilaksanakan oleh petani (pemilik/penggarap), buruh tani dan rumah tangga tani miskin di perdesaan melalui koordinasi Gapoktan sebagai lembaga yang dimiliki dan dikelola oleh petani[1]. Sejalan dengan perkembangan pelaksanaan program PUAP khususnya di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu dengan penyaluran dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) kepada Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) berupa penguatan permodalan, dalam pelaksanaan didukung oleh tenaga ahli seperti Penyelia Mitra Tani (PMT), Penyuluh Pendamping atau Penyuluh Pertanian (PPL) dan pendampingan teknologi oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). Melalui pendampingan serta pemantapan arah pengembangan ekonomi masyarakat berbasis potensi sumberdaya pertanian setempat, memberikan fasilitasi modal usaha lewat Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) sebagai lembaga ekonomi yang dikelola dan dimiliki petani. Gapoktan yang akan dijadikan sasaran pemberian modal usaha adalah Gapoktan yang memiliki usaha produksi dan pemasaran, dan unit usaha simpan pinjam. Analisis peran aktor dalam pelaksanaan program PUAP menjadi langkah yang relevan untuk memahami keterhubungan, konetivitas dan collaborative network aktor-aktor dalam jaringan (network) khususnya peranan penyuluh pertanian dalam mendukung pelaksanaan program PUAP di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu dengan tujuan penyusunan dan perencanaan kerja penyuluh pertanian, salah satunya adalah masih kurang optimalnya penyuluh pendamping atau penyuluh pertanian yang ditugaskan untuk mendampingi petani, kelompok tani (Poktan) dan Gapoktan sehingga hal ini menarik untuk diteliti. Pemetaan social network dalam pelaksanaan PUAP dapat dilakukan untuk memahami

SOCIAL NETWORK ANALYSIS: COLLABORATIVE NETWORK PENYULUH PERTANIAN DALAM MENDUKUNG PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN

Embed Size (px)

DESCRIPTION

SOCIAL NETWORK ANALYSIS: COLLABORATIVE NETWORK PENYULUH PERTANIAN DALAM MENDUKUNG PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN

Citation preview

Page 1: SOCIAL NETWORK ANALYSIS: COLLABORATIVE NETWORK PENYULUH PERTANIAN DALAM MENDUKUNG PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN

B2 Seminar Nasional Teknologi Informasi 2013

10

SOCIAL NETWORK ANALYSIS: COLLABORATIVE NETWORK

PENYULUH PERTANIAN DALAM MENDUKUNG PROGRAM

PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN

Bentar Priyopradono

Program Studi Manajemen Informatika

Akademi Manajemen Informatika dan Komputer Teknokrat

AMIK - Perguruan Tinggi Teknokrat Lampung

Jl. Z.A. Pagar Alam No 9-11 Kedaton, Bandar lampung, Indonesia email : [email protected]

ABSTRACT Rural Agribusiness Development Program (PUAP) has

been running since 2008 with the fund of Direct Aid

Society ( BLM PUAP) to Gapoktan (Farmers Association)

as a capital gain used for the cultivation of food crops,

horticulture, livestock, crops, non-farming businesses

including domestic industry of agriculture, small-scale

marketing and other business-based agriculture. Ego-

network analyzes linkage structure or local connection of

each node in the network, covering the size and density of

each node relation with other nodes, aiming to

understand, describe variations in the behavior of all

individuals in the social structure, and analyze the

structure of their local association or each node

relationship in the implementation PUAP program. It has

a relevant step to understand the linkages and

collaborative network of actors in the network in

particular agricultural extension, in order to be able to

understand, integrate the skills, knowledge and

technologies among agricultural extensions. On the other

hand collaborative networks can modify the interaction

between agricultural extension to more open, simpler and

easier to build communication among different

agricultural extension agents in the network to the

expertise, work areas, operational areas, office, division,

functions and duties and the mastery of technology.

Key words Network, Ego-Network, Collaborative Network.

1. Pendahuluan

Kementerian Pertanian Republik Indonesia

(KEMENTAN) mulai tahun 2008 telah melaksanakan

Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

(PUAP) dibawah koordinasi Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-Mandiri) dan

berada dalam kelompok program pemberdayaan

masyarakat. PUAP dilaksanakan oleh petani

(pemilik/penggarap), buruh tani dan rumah tangga tani

miskin di perdesaan melalui koordinasi Gapoktan sebagai

lembaga yang dimiliki dan dikelola oleh petani[1].

Sejalan dengan perkembangan pelaksanaan program

PUAP khususnya di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi

Bengkulu dengan penyaluran dana Bantuan Langsung

Masyarakat (BLM) kepada Gapoktan (Gabungan

Kelompok Tani) berupa penguatan permodalan, dalam

pelaksanaan didukung oleh tenaga ahli seperti Penyelia

Mitra Tani (PMT), Penyuluh Pendamping atau Penyuluh

Pertanian (PPL) dan pendampingan teknologi oleh Balai

Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). Melalui

pendampingan serta pemantapan arah pengembangan

ekonomi masyarakat berbasis potensi sumberdaya

pertanian setempat, memberikan fasilitasi modal usaha

lewat Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) sebagai

lembaga ekonomi yang dikelola dan dimiliki petani.

Gapoktan yang akan dijadikan sasaran pemberian modal

usaha adalah Gapoktan yang memiliki usaha produksi dan

pemasaran, dan unit usaha simpan pinjam.

Analisis peran aktor dalam pelaksanaan program PUAP

menjadi langkah yang relevan untuk memahami

keterhubungan, konetivitas dan collaborative network

aktor-aktor dalam jaringan (network) khususnya peranan

penyuluh pertanian dalam mendukung pelaksanaan

program PUAP di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi

Bengkulu dengan tujuan penyusunan dan perencanaan

kerja penyuluh pertanian, salah satunya adalah masih

kurang optimalnya penyuluh pendamping atau penyuluh

pertanian yang ditugaskan untuk mendampingi petani,

kelompok tani (Poktan) dan Gapoktan sehingga hal ini

menarik untuk diteliti. Pemetaan social network dalam

pelaksanaan PUAP dapat dilakukan untuk memahami

Page 2: SOCIAL NETWORK ANALYSIS: COLLABORATIVE NETWORK PENYULUH PERTANIAN DALAM MENDUKUNG PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN

Seminar Nasional Teknologi Informasi 2013 B2

11

secara mendalam collaborative network penyuluh

pendamping atau penyuluh pertanian .

2. Program Usaha Agribisnis Perdesaan

Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)

merupakan program terobosan Kementerian Pertanian.

Program ini dimulai tahun 2008, sampai dengan akhir

2009 telah dilaksanakan di 20.426 desa / Gapoktan di 417

Kabupaten dan 33 Provinsi[2]. Salah satu kegiatan pokok

PUAP adalah penyaluran dana Bantuan Langsung

Masyarakat (BLM) kepada Gapoktan berupa penguatan

permodalan yang digunakan untuk 1) Budidaya tanaman

pangan, hortikultura, peternakan, perkebunan, 2) Usaha

non budidaya meliputi usaha industri rumah tangga

pertanian, pemasaran skala kecil dan usaha lain berbasis

pertanian[2].

Pendekatan utama Pengembangan Usaha Agribisnis

Perdesaan (PUAP) diharapkan akan menghasilkan resultan

penting, sekaligus sebagai indikator utama keberhasilan

PUAP, yaitu:

• Pemberdayaan Gapoktan.

• Bantuan modal kerja untuk usaha produktif.

• Agribisnis.

• Wilayah.

• Kelembagaan dan

• Pemberdayaan masyarakat secara partisipatif..

Untuk meningkatkan kinerja, Gapoktan PUAP

didukung tenaga Penyelia Mitra Tani (PMT), penyuluh

pendamping (PP), pendampingan teknologi oleh BPTP,

pembinaan oleh provinsi dan kabupaten. GAPOKTAN

PUAP merupakan kelembagaan yang mengelola dana

bantuan Kementerian Pertanian sebesar 100 juta rupiah

untuk penguatan modal, agar anggota Gapoktan dapat

mengembangkan usaha ekonomi produktif bidang

agribisnis. Pola pengembangan PUAP ditempuh melalui

fasilitasi pendampingan, penajaman serta pemantapan arah

pengembangan ekonomi masyarakat berbasis potensi

sumberdaya pertanian setempat, dalam menumbuhkan

PUAP, strategi pengembangannya dengan membeikan

fasilitasi modal usaha lewat Gabungan Kelompok Tani

(Gapoktan) sebagai lembaga ekonomi yang dikelola dan

dimiliki petani. Gapoktan yang akan dijadikan sasaran

pemberian modal usaha adalah Gapoktan yang memiliki

usaha produksi dan pemasaran, dan unit usaha simpan

pinjam[2].

Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)

bertujuan untuk :

• Mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui

penumbuhan dan pengembangan kegiatan usaha

agribisnis di perdesaan sesuai dengan potensi wilayah.

• Meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis,

pengurus Gapoktan, Penyuluh dan PMT.

• Memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi

perdesaan untuk pengembangan kegiatan usaha

agribisnis.

• Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani

menjadi jejaring atau mitra lembaga keuangan dalam

rangka akses ke permodalan.

Sasaran Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

(PUAP) yaitu sebagai berikut :

• Berkembangnya usaha agribisnis di desa terutama

desa miskin terjangkau sesuai dengan potensi

pertanian desa;

• Berkembangnya Gapoktan yang dimiliki dan dikelola

oleh petani untuk menjadi kelembagaan ekonomi;

• Meningkatnya kesejahteraan rumah tangga tani

miskin, petani/peternak (pemilik dan/atau penggarap)

skala kecil, buruh tani;

• Berkembangnya usaha agribisnis petani yang

mempunyai siklus usaha harian, mingguan, maupun

musiman.

Penyuluh pertanian atau Penyuluh Pendamping diberi

penugasan oleh Bupati/Walikota dengan tugas utama :

• Melakukan identifikasi potensi ekonomi desa yang

berbasis usaha pertanian.

• Memberikan bimbingan teknis usaha agribisnis

perdesaan termasuk pemasaran hasil usaha.

• Membantu memecahkan permasalahan usaha petani

/kelompok tani, serta mendampingi Gapokan selama

penyusunan dokumen PUAP dan proses penumbuhan

kelembagaan.

• Melaksanakan pelatihan usaha agribisnis dan usaha

ekonomi produktif sesuai potensi desa.

• Membantu memfasilitasi kemudahan akses terhadap

sarana produksi, teknologi dan pasar.

• Bersama PMT, memberikan bimbingan teknis dalam

pemanfaatan dan pengelolaan dana BLM PUAP.

• Membantu Gapoktan dalam membuat laporan

perkembangan PUAP.Penulisan rumus harus jelas dan

diberi indeks misalnya

3. Social Network Analysis

Social Network Analysis (SNA) menjadi alat

metodologi yang kuat di samping statistik, dimana konsep

jaringan (network) telah didefinisikan, diuji, dan

diterapkan dalam tradisi penelitian di seluruh ilmu-ilmu

sosial, mulai dari antropologi, sosiologi, administrasi

bisnis dan sejarah[3]. SNA merupakan alat untuk

memetakan hubungan pengetahuan penting antara

individu[4]. pendekatan SNA digunakan untuk penelitian

Page 3: SOCIAL NETWORK ANALYSIS: COLLABORATIVE NETWORK PENYULUH PERTANIAN DALAM MENDUKUNG PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN

B2 Seminar Nasional Teknologi Informasi 2013

12

sosial seperti memetakan arus informasi vertikal dan

lateral, mengidentifikasi sumber-sumber dan tujuan untuk

mencari batasan atas resourses[5], SNA digunakan untuk

memahami hubungan (ties) dari aktor-aktor (nodes) dalam

sebuah sistem dengan 2 fokus pendekatan, yaitu aktor dan

hubungan antar aktor dalam konteks sosial tertentu, fokus

tersebut membantu pemahaman terhadap bagaimana posisi

aktor-aktor tersebut dapat mempengaruhi akses terhadap

sumber daya yang ada misalnya barang, modal, dan

informasi. Informasi merupakan satu resources atau

sumber daya yang paling penting yang mengalir dalam

sebuah jaringan sehingga SNA sering diimplementasikan

untuk mengidentifikasi arus informasi[5], dengan

mengidentifikasi arus informasi dapat membantu

meningkatkan strategi yang bisa memacu para aktor untuk

berbagi informasi dari pada harus menciptakan strategi

yang baru[6].

3.1 Social Network

Network merupakan sebuah kumpulan dari hubungan-

hubungan antar aktor[7], secara formal, network memiliki

beberapa objek yang disebut nodes, salah satu contoh

sederhana dari network dapat ditemukan dan dilihat adalah

pada eksistensi sebuah masyarakat dan hubungan-

hubungan sosial antara individu satu dengan yang

lainnya[8], dalam masyarakat dapat ditemukan adanya

network dan juga social network[9]. Social Network

merupakan struktur sosial yang terdiri dari individu atau

organisasi disebut "node", yang terikat (terhubung) dan

saling ketergantungan, seperti persahabatan, kekerabatan,

kepentingan bersama, financial exchange, dislike, sexual

relationships, atau hubungan kepercayaan dan

pengetahuan[5].

3.2 Ego-Network

Ego-Networks merupakan sub-network yang berpusat

pada node tertentu. untuk dapat menghasilkan ego-network

kita menangkap semua hubungan antara node dan node

lainya. Ego-network menganalisis struktur keterkaitan atau

hubungan lokal masing-masing node dalam jaringan,

sebuah ego-network terdiri dari simpul fokus dan set-node

yang berdekatan dari simpul fokus dan dasar dari ego-

network mencangkup ukuran dan kepadatan masing-

masing hubungan node dengan node lainya[10]. Ego

merupakan simpul focus dari individu, ego bisa berupa

orang atau individu, kelompok, organisasi, atau seluruh

masyarakat[11]. Ego Network bertujuan untuk memahami,

menggambarkan variasi dalam perilaku seluruh individu

dalam struktur sosial[11].

3.3 Actor Network Theory

Actor network theory merupakan pendekatan

interdisipliner pada studi ilmu ilmu, ilmu sosial dan studi

teknologi. Sebenarnya Teori ini berawal dari Michel

Callon (1991) dan Bruni Latour (1992) di Centre de

Sociologie de l’Innovation Ecole des Mines di Paris, teori

ANT digunakan untuk memahami proses inovasi teknologi

dan penciptaan pengetahuan, ANT terus berkembang

dalam ilmu sosial sejak kemunculannya pada awal tahun

1980 [20], ANT telah memberikan kontribusi penting

untuk pendekatan analitik dan asumsi tentang pengetahuan,

subjektivitas sosial nyata. ANT berfokus pada materi sosial

dan bagaimana hubungan antara objek-objek dunia nyata.

Sepanjang tahun 1980-an dan 1990-an, ANT sering

digunakan dalam cangkupan penelitian seperti sosiologi,

teknologi, feminisme, geografi budaya, organisasi dan

manajemen, perencanaan lingkungan dan kesehatan[21].

ANT meneliti interkoneksi manusia untuk memahami

bagaimana network yang menghasilkan kekuatan dan efek

lainnya seperti pengetahuan, identitas, rutinitas, perilaku,

kebijakan, inovasi. ANT membantu kita berfikir dan

bertanya, Apa jenis koneksi dan asosiasi yang terbangun

antar individu-individu ?, jenis dan kualitas keterkaitan

yang dihasilkan melalui network ?[21].

3.4 Collaborative Network

Kolaborasi sebuah proses di mana entitas berbagi

informasi, sumber daya dan tanggung jawab untuk

bersama-sama merencanakan, melaksanakan, dan

mengevaluasi program kegiatan untuk mencapai tujuan

bersama, konsep ini berasal dari bahasa latin

“collaborare” berarti "bekerja sama" dan dapat dilihat

sebagai proses penciptaan bersama. Kolaborasi melibatkan

saling keterlibatan aktor untuk memecahkan masalah

bersama-sama, yang berarti saling percaya dan demikian

membutuhkan waktu, usaha, dan dedikasi[12]. Kolaborasi

merupakan proses di mana entitas berbagi informasi,

sumber daya dan tanggung jawab untuk bersama-sama

merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi program

kegiatan untuk mencapai tujuan bersama[13].

Kolaborasi merupakan suatu kegiatan yang secara

fundamental terletak dalam social network di mana

network dianggap sebagai hubungan antara dua node

berkomunikasi. Kolaborasi sangat umum di masyarakat

saat ini. Hal ini terbukti ampuh untuk memecahkan

masalah, membangun konsensus, dan membantu proses

pengambilan keputusan[14]. Secara historis, kolaborasi

telah diatur melalui hierarki kolaborasi, di mana setiap

anggota dikendalikan dan diawasi oleh anggota top

lainnya, karyawan didominasi oleh manajer, dan pelanggan

dikendalikan oleh organisasi[15], Kolaborasi merupakan

suatu hubungan yang memiliki tujuan tertentu, kolaborasi

Page 4: SOCIAL NETWORK ANALYSIS: COLLABORATIVE NETWORK PENYULUH PERTANIAN DALAM MENDUKUNG PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN

Seminar Nasional Teknologi Informasi 2013 B2

13

juga dapat diartikan sebagai salah satu bentuk kerjasama

dalam upaya untuk pencapaian tujuan, kolaborasi memiliki

tujuan diantaranya 1) memecahkan masalah, 2)

menciptakan sesuatu, dan 3) menemukan sesuatu di dalam

sejumlah hambatan. Istilah kolaborasi selama ini lebih

akrab digunakan di kalangan bisnis, akademisi, maupun

dunia seni, namun, dalam melakukan kolaborasi, juga

terdapat berbagai hambatan yang mungkin dapat

menghambat sulitnya berkolaborasi, hambatan-hambatan

tersebut antaranya keahlian, waktu, biaya, kompetisi, dan

kearifan local[16].

Tujuan organisasi yang terbaik direalisasikan dengan

penataan dirinya sebagai Collaborative Networks. Sebuah

Collaborative Networks adalah kumpulan bisnis, individu

dan entitas organisasi lainnya yang memiliki kemampuan

dan sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai hasil

tertentu, Collaborative Networks mendesain organisasi

pada posisi terbaik untuk memanfaatkan sumber daya yang

ada dan menciptakan nilai baru. Secara struktur

memanfaatkan kekuatan dari semua pihak yang

berkontribusi dan dengan demikian manfaat dan

menghubungkan mereka dalam cara baru yang

inovatif[16], Collaborative Networks merupakan jaringan

yang terdiri dari berbagai entitas misalnya organisasi,

group dan komunitas yang sebagian besar berdiri mandiri,

terdistribusi secara geografis, dan heterogen dalam hal

lingkungan kerja mereka (budaya, social capita dan

tujuan) yang berkolaborasi untuk pencapaian suatu tujuan.

Collaborative Networks berfokus pada struktur, perilaku,

dan dinamika yang berkembang dari jaringan entitas yang

bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama yang lebih

baik atau yang kompatibel[17]. Collaborative Networks

menawarkan kemungkinan baru untuk organisasi yang

efektif dan tangkas untuk menuju masa depan, agar sukses

dalam lingkungan yang sangat kompetitif yang berubah

dengan cepat, organisasi membutuhkan kompetensi dalam

hal, strategi, prinsip-prinsip organisasi dan tata kelola,

proses dan kemampuan teknologi, dalam konteks ini,

Collaborative Networks menunjukkan peranan untuk

penciptaan nilai melalui kemampuan baru untuk mengatasi

kebutuhan inovasi, ketidakpastian, kustomisasi massal dan

persaingan[18].

4. Tujuan Penelitian

Permasalahan yang dihadapi pada tahap pelaksanaan

Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

(PUAP), salah satunya adalah masih kurang optimalnya

penyuluh pertanian yang ditugaskan untuk mendampingi

Poktan (Kelompok Tani) dan Gapoktan (Gabungan

Kelompok Tani) dalam mendukung pelaksanaan program

PUAP, oleh karena itu, menarik untuk diteliti. Pemetaan

social network dari seluruh stakeholder program PUAP

menjadi langkah yang relevan, dalam memahami secara

mendalam arus informasi dan collaborative network antara

penyuluh pertanian, dengan tujuan memahami

keterhubungan atau konetivitas dari aktor-aktor, serta

melihat peranan aktor dalam network, ini semua menjadi

kebutuhan dalam rangka penyusunan perencanaan kerja

dari tahapan pelaksanaan program PUAP demi

kesinambungan pelaksanaan program dimasa yang akan

datang.

5. Metode Penelitian

Pada tahapan ini data sampel responden yang diambil

berdasarkan pertimbangan guna keterwakilan sampel

terhadap populasi pada pelaksanaan Program

Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di

Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu, Dalam

penelitian ini, berdasarkan objek penelitian sebagai

populasi target, maka penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan data sampel yang diambil berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan tertentu. Akan tetapi,

pengambilan sampel yang dilakukan tetap melihat dari

keterwakilan dari setiap elemen-elemen populasi.Daftar

Populasi dan sampel dari penelitian dapat dilihat pada

tabel 1 berikut.

Tabel 1 Daftar Populasi Target dan Populasi Survei

Populasi Target Populasi Survei Sampel Penelitian

Pelaku atau

Stakeholder

dalam Program

Pengembangan

Usaha

Agribisnis

Pedresaan

(PUAP)

- Badan

Pelaksanaan

Penyuluhan

Pertanian,Perika

nan,dan

Kehutanan

BP4K

- Balai Penyuluh

Pertanian.

- Penyelia Mitra

Tani (PMT)

- Staf Program

PUAP BP4K

- Staf Balai

Penyuluh

Pertanian

- Penyuluh

Pertanian(PP)

- Penyuluh

Pertanian

Pendamping

PUAP

- Penyelah Mitra

Tani

Dari hasil populasi target dan populasi survey

diperoleh informasi dengan komposisi 95 responden.

Berdasarkan hasil kuisioner dan wawancara, seluruh data

sampel responden yang menjadi objek penelitian ini,

merupakan kombinasi dari pelaksanaan Program PUAP di

Kabupaten Rejang Lebong, seperti yang ditunjukkan pada

table 2.

Tabel 2 Daftar Populasi Sampel Penelitian

Kelembagaan Responden Badan Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian,

Perikanan, dan Kehutanan (BP4K) 10 responden

Page 5: SOCIAL NETWORK ANALYSIS: COLLABORATIVE NETWORK PENYULUH PERTANIAN DALAM MENDUKUNG PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN

B2 Seminar Nasional Teknologi Informasi 2013

14

Balai Penyuluh Pertanian (BPP) 85 responden

Total Responden 95 Responden

Dari data sampel diatas 95 responden yang

memberikan informasi baik di tingkat BP4K terdiri dari

Penyela Mitra Tani (PMT) dan staf Program dan

pengembangan kelembagaan di BP4K, sedangkan pada

tingkat Balai Penyuluh Pertanian (BPP), responden

tersebar dari 10 kantor BPP yang terdiri dari Penyuluh

Pendamping atau penyuluh pertanian, Staff BPP, dan

Kepala BPP, data sampel responden yang diambil

berdasarkan pertimbangan guna keterwakilan sampel

terhadap populasi pelaksanaan program PUAP.

ego-Networks digunakan untuk menganalisis struktur

keterkaitan atau hubungan-hubungan antar aktor yang

membangun jaringan sosial dalam Program Pengembangan

Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP), dalam jaringan sosial

tersebut akan dianalisis hubungan lokal masing-masing

node untuk menemukan aktor-aktor yang memiliki peran-

peran tertentu, melihat keterhubungan (connection) antar

aktor dalam jaringan sosial dan peran dari aktor dalam

jaringan.

6. Hasil dan Pembahasan

Hasil pengolahan data responden diperoleh hasil

visualisasi Social Network dan deskripsi statistik dari

hubungan aktor-aktor dalam Program Pengembagan Usaha

Agribisnis Perdesaan (PUAP) di Kabupaten Rejang

Lebong Provinsi Bengkulu, untuk dapat melihat secara

mendalam dari visualisasi social network, berikut akan

dibahas hubungan dan interaksi yang dibangun dan

terbangun dari para aktor, yang dilihat dari beberapa

analisa dalam Social Network Analysis.

6.1 Struktur Keterkaitan dan Hubungan Masing-

masing Penyuluh Pertanian

Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan dengan

bantuan software Netminer4, diperoleh hasil visualisasi

jaringan sosial dan diskripsi statistik dari 95 aktor.

Gambar 1 Sociogram Collaborative Network Seluruh Sampel (95 aktor)

Tahapan ini mencoba melihat dan menganalisa struktur

keterkaitan dan kedekatan hubungan lokal masing-masing

node dalam jaringan (network), hasil visualisasi dapat

dilihat pada Gambar 1 Sociogram Collaborative Network

dari seluruh data sampel. Secara keseluruhan berdasaran

sociogram dari total 95 aktor diperoleh informasi bahwa

hubungan yang terbagun antara aktor dalam jaringan,

terdapat 3 aktor (node hijau) yang memiliki kepadatan

hubungan keterkaitan tertinggi diantaranya (1) N93 dengan

39 keterkaitan, (2) N92 dengan 36 keterkaitan, dan (3)

N94 dengan 26 keterkaitan dengan nodes lain, terlihat jelas

bahwa ada tiga aktor memiliki pengaruh besar dalam

jaringan (network) pelaksanaan program PUAP, hasil

perhitungan dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3 Perhitungan Ego-network dari 95 aktor dalam program PUAP

Measures Value

Size Density

Mean

Std.Dev

Min

Max

6,894

6,146

1

39

-

-

0

1

Hasil perhitungan Ego Network pada jaringan

(network) didapat informasi bahwa masing-masing aktor

rata-rata hanya mengirim dan menerima informasi secara

umum dari dan kepada 6 aktor, berdasarkan 95 aktor yang

ada dalam jaringan (network).

Dari 95 aktor, dilakukan seleksi berdasarkan penyuluh

pertanian dan Penyelia Mitra Tani yang secara langsung

bertanggung jawab akan pelaksanaan program PUAP dan

didapatlah 59 aktor, hasil dari visualisasi Ego-network

dapat dilihat pada gambar 2 yang merupakan visualisasi

dari 59 aktor.

Page 6: SOCIAL NETWORK ANALYSIS: COLLABORATIVE NETWORK PENYULUH PERTANIAN DALAM MENDUKUNG PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN

Seminar Nasional Teknologi Informasi 2013 B2

15

Gambar 2 Sociogram Collaborative Network 59 Aktor

Hasil visualisasi Ego Network dari total 59 aktor pada

program PUAP diperoleh informasi bahwa hubungan yang

terbagun antara aktor dalam jaringan (network), terdapat 4

nodes yang memiliki nilai kepadatan hubungan tertinggi

diantaranya (1) N93 dengan 35 keterkaitan dengan aktor

lainnya, (2) N92 dengan 37 keterkaitan, (3) N94 dengan 23

keterkaitan, dan (4) N18 dengan 14 keterkaitan, terlihat

jelas bahwa ada 4 actor yang memiliki pengaruh besar

dalam jaringan program PUAP. Hasil perhitungan dapat

dilihat pada tabel 4.

Tabel 4 Perhitungan Ego-network PUAP

Measures Value

Size Density

Mean

Std.Dev

Min

Max

4,61

5,986

1

35

-

-

0

1

Dari hasil perhitungan Ego Network pada jaringan

(network), didapat informasi bahwa masing-masing aktor

rata-rata hanya mengirim dan menerima informasi secara

umum dari dan kepada 4 aktor, berdasarkan 59 aktor yang

ada dalam jaringan.

Visualisasi Ego-network gambar 3 merupakan data

aktor-aktor yang berperan sebagai penyuluh pertanian

(hasil seleksi dari 95 responden) dalam pelaksanaan

program PUAP yang terdiri dari 59 aktor, namun di sini

aktor yang berperan sebagai Penyelia Mitra Tani (PMT) di

hilangkan maka sampel menjadi 56 aktor, dengan tujuan

melihat peran dan keterhubungan aktor dengan aktor yang

lain yang berperan sebagai penyuluh Pertanian.

Gambar 3 Sociogram Collaborative Network Penyuluh Pertanian (56

Aktor)

Hasil visualisasi Ego Network dari total 56 responden

pada program PUAP diperoleh informasi bahwa hubungan

yang terbagun antara actor dalam jaringan terdapat 1

nodes yang memiliki nilai kepadatan hubungan tertinggi

yaitu N18 dengan 12 keterkaitan dengan aktor lainnya,

terlihat jelas bahwa ada 1 aktor (penyuluh pertanian) yang

memiliki pengaruh besar dalam jaringan (network)

pelaksanaan program PUAP, dari hasil perhitungan Ego

Network pada jaringan (network) didapat informasi bahwa

masing-masing aktor rata-rata hanya mengirim dan

menerima informasi secara umum dari dan kepada 1 aktor,

berdasarkan 56 aktor yang ada dalam jaringan, dilihat juga

terdapat aktor yang terisolasi seperti (N11,N12, N26, N39,

N51, N55, N56, N59, N60, N79, N81, N86), karena

jaringan keterkaitan dan keterhubungan sepenuhnya

dipengaruhi oleh peran Penyelia Mitra Tani (PMT). Hasil

perhitungan ego-network dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 4 Perhitungan Ego-network Penyuluh Pertanian

Measures Value

Size Density

Mean

Std.Dev

Min

Max

1,929

1,935

0

12

-

-

0

1

6.2 Collaborative Network yang terbangun antar

Penyuluh Pertanian

Tahapan ini melihat dimensi spasial yang menunjukkan

bagaimana bentuk keterhubungan dan keterkaitan yang

terbangun oleh penyuluh pertanian dalam pelaksanaan

program PUAP berdasarkan wilayah operasional Balai

Penyuluh Pertanian (BPP) dimana penyuluh pertanian

bertugas, tahapan ini mencoba memberikan pemahaman

tentang bagaimana pertukaran informasi, pengetahuan dan

interkasi antar penyuluh pertanian dalam pelaksanaan

program PUAP dengan menjelajahi lingkungan wilayah

Page 7: SOCIAL NETWORK ANALYSIS: COLLABORATIVE NETWORK PENYULUH PERTANIAN DALAM MENDUKUNG PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN

B2 Seminar Nasional Teknologi Informasi 2013

16

operasional Balai Penyuluh Pertanian (BPP), langkah ini

bertujuan untuk mengetahui efisiensi, efektivitas, dan

produktivitas peran penyuluh pertanian dalam

melaksanakan fungsi dan tugas-tugas mereka. Gambar 4

merupakan visualisasi dari 59 aktor yang secara langsung

terlibat dalam pelaksanaan prohram PUAP, namun di sini

aktor yang berperan sebagai Penyelia Mitra Tani tetap di

hilangkan, maka menjadi 56 aktor, dengan tujuan melihat

peran dan keterhubungan aktor dengan aktor yang lain

yang berperan sebagai penyuluh pendamping (PP).

Gambar 4 Sociogram Collaborative Network Penyuluh Pertanian

Berdasarkan Wilayah Operasional Balai Penyuluh Pertanian

Hasil visualisasi diatas dapat dilihat pemahaman

tentang bagaimana pertukaran informasi, pengetahuan dan

interkasi antar aktor dalam pelaksanaan program PUAP di

Kabupaten Rejang Lebong dengan menjelajahi dimensi

dalam lingkungan spasial wilayah operasional Balai

Penyuluh Pertanian (BPP) berdasarkan wilayah kerja

penyuluh pertanian. dari visualisasi Gambar 4 dapat

terlihat kepadatan keterkaitan aktor dengan aktor lainya

berdasarkan wilayah operasional BPP, ditunjukan dengan

4 wilayah BPP yang terisolasi (BPP Kesambe Lama, BPP

Durian Mas, BPP Bengko dan BPP Tanjung Agung) ini

menunjukan bahwa jaringan (network) yang tebangun dari

penyuluh pertanian antar wilayah operasional BPP masih

rendah, sebagian besar keterhubungan dan keterkaitan

penyuluh pertanian terjadi di dalam wilayah operasional

BPP dimana penyulu pertanian bertugas. Hasil visualisasi

terlihat penyuluh pertanian yang aktif sebagai penghubung

antar wilayah BPP seperti N18 dan N17 pada BPP Air

Pikat, N7 dan N9 pada BPP Air Duku, N82 pada BPP

PAL VIII, N67 pada BPP Mojorejo dan N63 pada BPP

Lubuk Ubar, disimpulkan hubungan dan keterkaitan antar

penyuluh pertanian dilihat dari wilayah operasional BPP

masih sangat besar di pengaruhi oleh peran Penyelia Mitra

Tani.

6.3 Strategi Collaborative Network dalam

pelaksanaan program PUAP

Hasil analisis Social Network Analysis didapat berbagai

pola keterkaitan dan berbagi informasi di dalam

pelaksanaan program PUAP khususnya penyuluh

pertanian, SNA membantu membuat interaksi kelompok

terlihat, hal ini sangat penting dalam pekerjaan dan

peningkatan koordinasi antar penyuluh pertanian didalam

pelaksanaan program PUAP dalam menghadapi beberapa

macam permasalahan yang menghambat kemampuan

jaringan (network) untuk mengintegrasikan keahlian antar

penyuluh pertanian. Permasalahan tersebut mungkin

hirarkis/struktur, fungsional, geografis, namun pemahaman

bagaimana arus informasi, melintasi batas-batas dalam

sebuah program dapat menghasilkan wawasan penting

bagaimana pelaksanaan program PUAP harus menargetkan

upaya untuk mempromosikan kolaborasi yang memiliki

hasil strategis demi tercapainya tujuan pelaksanaan

program PUAP, dukungan collaborative network dapat

memodifikasi interaksi antar penyuluh pertanian menjadi

lebih terbuka, maka membutuhkan sistem yang terbuka,

sistem ini harus memungkinkan untuk membangun

komunikasi sederhana dan mudah antara penyuluh

pertanian yang berbeda dari jaringan (network) baik

keahlian, wilayah kerja, wilayah operasional dan

penguasaan teknologi. Kemampuan untuk menangkap dan

berbagi informasi dalam jaringan (network) seringkali

dibatasi oleh keragaman proses bisnis, unit organisasi,

struktur dan teknologi, serta sulitnya berbagi pengetahuan

antara penyuluh pertanian dilihat dari jabatan, divisi dan

fungsi tugas mereka.

Peranan dan kontribusi Penyelia Mitra Tani dalam

pelaksanaan program PUAP perlu titingkatkan dan

dikembangkan dikarenakan perananan supervisi dan

advokasi proses penumbuhan kelembagaan kepada

Gapoktan beserta Penyuluh Pertanian melakukan

pendampingan bagi Gapoktan PUAP dapat menjadi

rasionalisasi bahwa social network yang terbentuk

memiliki social power dan interaksi yang ada merupakan

social capital yang baik[19], dan perlu dilihat kembali

peran, kontribusi aktor lain yang muncul (memiliki potensi

power / memberikan pengaruh) dari social Network

Analisys, dimana sebagai aktor yang memiliki potensi serta

cukup berpengaruh dalam jaringan (network), disebabkan

dari kemampuan dan kemauannya untuk bertukar

informasi, mereka memiliki kekuatan secara struktural

untuk menjadi fasilitator komunikasi, dengan demikian,

mereka adalah aktor dominan dan aktor penting dalam

pengembangan pelaksanaan program PUAP di Kabupaten

Rejang Lebong, yang kedepannya perlu ditingkatkan

koordinasi dan pengarunya untuk meningkatkan

pelaksanaan Program PUAP ditingkat kelembagaan

terutama di tingkat wilayah kerja Balai Penyuluh Pertanian

Page 8: SOCIAL NETWORK ANALYSIS: COLLABORATIVE NETWORK PENYULUH PERTANIAN DALAM MENDUKUNG PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN

Seminar Nasional Teknologi Informasi 2013 B2

17

(BPP) khususnya pelaksanaan program PUAP di

Kabupaten Rejang Lebong [19].

4. Kesimpulan

Pemetaan collaborative network pada pelaksanaan

program PUAP di Kabupaten Rejang Lebong dilakukan

berdasarkan hubungan kolaborasi kerja antar penuluh

pertanian, hasil penelitian telah menunjukkan pentingnya

kolaborasi antara penyuluh pertanian dan unit kerja dalam

pelaksanaan Program PUAP, baik kelembagaan terutama

ditingkat wilayah kerja Balai Penyuluh Pertanian (BPP)

dalam menentukan tingkat inovasi agar bisa memberikan

masukan yang lebih baik untuk pelaksanaan program

PUAP, berkolaborasi sangat penting dalam pekerjaan dan

peningkatan koordinasi antar penyuluh pertanian didalam

mendukung pelaksanaan program PUAP untuk

menghadapi beberapa macam permasalahan yang

menghambat kemampuan jaringan (network).

Untuk mengintegrasikan keahlian, pengetahuan dan

teknologi antar penyuluh pertanian banyak sekali factor

penghambat terjadinya kolaborasi, baik permasalahan

struktur, fungsional dan geografis, collaborative network

dapat memodifikasi interaksi antar penyuluh pertanian

menjadi lebih terbuka, membangun komunikasi sederhana

dan mudah antara penyuluh pertanian yang berbeda dalam

jaringan (network) baik itu keahlian, wilayah kerja,

wilayah operasional, jabatan, divisi, fungsi dan tugas

dampai dengan penguasaan teknologi.

REFERENSI [1] Kementan., 2013, “Pedoman Pengembangan Usaha

Agribisnis Perdesaan”, Peraturan Kementerian Pertanian,

Jakarta.

[2] Kementan., 2013, “Petunjuk Teknis Verifikasi Dokumen

Administrasi Dan Penyaluran Dana BLM-PUAP Tahun

2013”, Petunjuk Teknis, Jakarta.

[3] W. De Nooy, A. Mrvar and V. Batagelj., 2005, “Exploratory

Network Analysis with Pajek,” Cambridge University Press,

New York.

[4] S. Pryke., 2004, “Analysing Construction Project

Coalitions: Exploring the Application of Social Network

Analysis,” Construction Management and Economics.

[5] B. Wellman., 1997, “An Electronic Group Is Virtually a

Social Network,” In: S. Kiesler, Ed., Culture of the Internet,

Lawrence Erlbaum, Mahwah, pp. 179-205.

[6] O. Serrat., 2009, “Social Network Analysis, Knowledge

Solutions,” Asian Development Bank (ADB), Mandaluyong

City.

[7] C. Kadushin., 2004, “Introduction to Social Network

Theory,” Boston.

[8] R. Agusyanto., 2010, “Fenomena Dunia Mengecil: Rahasia

Jaringan Sosial,” Institute Antropologi Indonesia, Jakarta.

[9] E. M. Daly and M, Haahr., 2007, “Social Network Analysis

for Routing in Disconnected Delay-Tolerant,” ACM, New

York.

[10] M. Granovetter, 1978, Introduced the concept of threshold

as the percentage of previous adopters in a person’s ego-

network in “Threshold models of collective behavior”.

American Journal of Sociology 83, 1420-43.

[11] R. A. Hanneman and R. Mark., 2005, “Introduction to

Social Network Methods,” University of California,

Riverside, http://faculty.ucr.edu/~hanneman/.

[12] Camarinha-matos, L. M., & Afsarmanesh, H., 2006,

“Collaborative networks Value creation in a knowledge

society”, In Proceedings of PROLAMAT, Springer, Vol 06,

14–16, Shanghai, China.

[13] L.M. Camarinha-Matos, H. Afsarmanesh., 2012,

“Taxonomy of Collaborative Networks Forms”, GloNet

project.

[14] Straus, D. and Layton, T., 2002, “How to Make

Collaboration Work: Powerful Ways to Build Consensus,

Solve Problems, and Make Decisions”, San Francisco:

Berrett-Koehler Publishers.

[15] Tapscott, D., & Williams, A.D., 2006, “WIKINOMICS

How Mass Collaboration Changes Everything”, United

States of America: Janson Text with Daily News.

[16] Shuman, J., & Twombly, J., 2008, “Collaborative Network

Management”, 6 April. Vol.22, No.8, Routledge, London.

doi:10.1080/0144619042000206533.

[17] L.M. Camarinha-Matos, H. Afsarmanesh., 2005, “The

emerging discipline of collaborative networks”, J.

Intelligent Manufacturing, vol. 16, Nº 4-5, pp 439-452.

[18] Camarinha-Matos, L. & Afsarmanesh, H., 2005.

“Collaborative networks: Anew scientific discipline”.

Journal of intelligent manufacturing, 16, pp.439-452, ISSN:

0956-5515.

[19] Priyopradono, B., Manongga, D., & Herry Utomo, W. 2013.

“Spatial Social Network Analysis: Program Pengembangan

Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) or an Exertion

Development Program in Supporting the Region

Revitalization Development”, Social Networking, Vol 02,

63–76, New York. doi:10.4236/sn.2013.22008.

[20] Rowland, N. J., Passoth, J.-H., & Kinney, A. B. (2011).

Latour’s greatest hits, reassembled: Review of Bruno

Latour’s Reassembling the social: An introduction to Actor-

Network-Theory. Spontaneous Generations: A Journal for

the History and Philosophy of Science, 5(1), 95–99.

doi:10.4245/sponge.v5i1.14968

[21] Lissandrello, E. (2008). Reassembling the Social – An

Introduction to Actor Network Theory. Comparative

Sociology, 7(4), 500–502. doi:10.1163/156913308X336453

Bentar Priyopradono, memperoleh gelar S.Kom dan M.Cs. dari

Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Jawa Tengah, tahun

2009 dan 2013. Saat ini sebagai Staf Pengajar di Perguruan

Tinggi Teknokrat Bandar Lampung.