Upload
dhanis-dwi-rachma
View
91
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Pendidikan Keluarga
Citation preview
Annis Amalia : Tekap (Persepsi Keluarga Pemulung Tentang Pendidikan, di Kelurahan Sirantau, Kecamatan Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai), 2009. USU Repository 2009
TEKAP
(Persepsi Keluarga Pemulung Tentang Pendidikan, di Kelurahan Sirantau, Kecamatan Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi syarat mendapat gelar Sarjana Ilmu Sosial dalam bidang Antropologi
Disusun Oleh :
ANNIS AMALIA 030905048
DEPARTEMEN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E DA N
2 0 0 9
Annis Amalia : Tekap (Persepsi Keluarga Pemulung Tentang Pendidikan, di Kelurahan Sirantau, Kecamatan Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai), 2009. USU Repository 2009
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan penyususnan
skripsi yang berjudul Tekap (Persepsi Keluarga Pemulung tentang Pendidikan
di Kelurahan Sirantau, Kecamatan Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai). Skripsi
ini disusun untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana dari Departemen
Antopologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan skripsi ini banyak hambatan yang dihadapi, hal ini karena
keterbatasan pengetahuan, pengalaman dalam menulis, kepustakaan dan materi
penulisan. Namun, berkat pertolongan Allah SWT yang memberikan ketabahan,
kesabaran dan kekuatan sehingga kesulitan tersebut dapat dihadapi. Selama dalam
penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan, kritikan, saran, motivasi serta
doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, disampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu.
Pertama saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya untuk orang tua
yang sangat tercinta yahanda Ilhamuddin, BE dan Ibunda Lanni br Hasibuan yang
selalu membimbing saya sejak masih kecil hingga dewasa. Kalianlah yang selama ini
mendukung juga memberi nasehat yang bijaksana untuk anaknya tercinta. Juga
kepada abangda Rudi Syahputra serta adinda Khairil Anwar, Trisal Hari Sandi dan
Rizki Ramadhan yang selalu mendorong semangat penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
Annis Amalia : Tekap (Persepsi Keluarga Pemulung Tentang Pendidikan, di Kelurahan Sirantau, Kecamatan Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai), 2009. USU Repository 2009
Pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada pihak -pihak lain yang selama ini memberi pengaruh besar dan baik bagi
kelangsungan perkuliahan dan skripsi ini diantaranya:
1. Bapak Prof.Dr. M.Arif Nasution, MA, selaku Dekan Fisip USU.
2. Bapak Drs. Zulkifli Lubis, MA, selaku Ketua Departemen Antropologi
FISIP USU.
3. Abangda Nurman Achmad, S.Sos, M.Soc.Sc, selaku Dosen Wali.
4. Bapak Drs. Irfan Simatupang, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Skripsi.
Kepada beliau penulis ucapkan terima kasih atas kesabaran dalam
membimbing saya menyelesaikan skirpsi ini dan telah meluangkan waktu
dalam memberikan kritikan yang membangun dan masukan dalam
penulisan dan bersedia memberikan ilmu pengetahuannya.
5. Proffesor. Brunno Nettl (Chicago University), yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk memberi masukan pada penulisan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen dan Staf pengajar FISIP-USU, yang telah bersedia berbagai
pengalaman dan pengetahuan akademis.
7. Seluruh Pegawai FISIP-USU, terima kasih atas bantuannnya.
8. Kepada seluruh informan penelitian yang bersedia memberikan informasi
seakurat mungkin sehingga penelitian ini dapat diselesaikan.
Terima kasih untuk sahabat-sahabatku tercinta Econg, Siwa keling, kak Kem,
Sky, Todek, Horhon, Marta, Nanik, Yeni, Yuni, Beben, Maria, Leha, Luna,
Tina, Abu, Abeb, Blender, Demang, Fikri, Punk, Rani, Ratna, Ami, Litut
sepupuku tersayang serta adik-adik tercinta Angga, Agif, Fida, Dian, Ozy dan
abangda Saruhum rambe, abangda Ahyar Nasution juga abangda Yono, yang
selama ini memberi semangat untuk penulis. Thanks for all.
Annis Amalia : Tekap (Persepsi Keluarga Pemulung Tentang Pendidikan, di Kelurahan Sirantau, Kecamatan Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai), 2009. USU Repository 2009
Dalam menuliskan skripsi ini telah dicurahkan segala kemampuan, tenaga,
pikiran dan juga waktu dalam penyelesaiannya. Namun demikan disadari bahwa
skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu dengan segala kerendahan hati
diharapkan saran dan kritikan yang membangun dari para pembaca. Besar harapan
penulis skripsi ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Medan, Maret 2009
Penulis
Annis Amalia
Annis Amalia : Tekap (Persepsi Keluarga Pemulung Tentang Pendidikan, di Kelurahan Sirantau, Kecamatan Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai), 2009. USU Repository 2009
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Banyaknya Sekolah Negeri dan Swasta Menurut Jenis di Kota Tanjung
Balai.
Tabel 2 : Bentuk Rumah di Kelurahan Sirantau
Tabel 3 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur
Tabel 5 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama
Tabel 6 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Tabel 7 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 8 : Sarana Pendidikan di Kelurahan Sirantau
Tabel 9 : Kategorisasi Benda-Benda Hasil Memulung
Tabel 10: Jenis-Jenis Harga Barang Bekas (botot) di Penampungan
Tabel 11: Distribusi Pendapatan Tekap Perbulan
Annis Amalia : Tekap (Persepsi Keluarga Pemulung Tentang Pendidikan, di Kelurahan Sirantau, Kecamatan Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai), 2009. USU Repository 2009
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Bagan Persepsi Keluarga Pemulung Tentang Pendidikan Gambar 2 : Kondisi rumah Keluarga Tekap Gambar 3: salah seorang anak perempuan tekap yang memulung sepulang dari sekolah Gambar 4: Proses penyortiran barang hasil pulungan Gambar 5: Barang-Barang Hasil Pulungan yang Siap Untuk Dijual Gambar 6 : Jenis Hasil Pulungan Berupa Logam Gambar 7 : Jenis Hasil Pulungan Berupa Gelas Plastik Bekas Minuman Gambar 8 : Jenis Hasil Pulungan Berupa Koran Bekas Gambar 9 : Bagan Hubungan antara tingkat pendidikan, jumlah anggota rumah tangga, penghasilan subsistens, pekerjaan dan pendapatan terhadap bobot/kualitas, pola konsumsi pemulung. Gambar 10 : Anak-anak Kampung Tekap
Annis Amalia : Tekap (Persepsi Keluarga Pemulung Tentang Pendidikan, di Kelurahan Sirantau, Kecamatan Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai), 2009. USU Repository 2009
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR . i DAFTAR ISI .... iv DAFTAR TABEL vii DAFTAR GAMBAR.. viii ABSTRAKSI.. ix BAB I. PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang Masalah 1 1.2 Ruang Lingkup Masalah 5 1.3 Lokasi Penelitian . 5 1.4 Tjujan dan Manfaat Penelitian.. 6 1.4.1 Tujuan Penelitian . 6 1.4.2 Manfaat Penelitian . 6 1.5 Tinjauan Pustaka ... 7 1.6 Metode Penelitian .. 15 1.6.1 Pendekatan Penelitian ............. 15 1.6.2 Teknik Pengumpulan Data . 16 1.6.2.1 Studi Kepustakaan (Data sekunder). 16 1.6.2.2 Wawancara... 16 1.6.2.3 Observasi (Pengamatan)... 18 1.7 Analisis Data ... 19 BAB II. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 22 2.1 Selayang Pandang Kota Tanjung Balai 22
Annis Amalia : Tekap (Persepsi Keluarga Pemulung Tentang Pendidikan, di Kelurahan Sirantau, Kecamatan Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai), 2009. USU Repository 2009
2.2 Letak Geografis dan Administratif Kelurahan Sirantau . 25 2.3 Pola Pemukiman... 25 2.4 Keadaan Penduduk Kelurahan Sirantau... 26 2.4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin . 26 2.4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur. 27 2.4.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama.. . 27 2.4.4 Mata Pencaharian Penduduk .. 28 2.4.5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 29 2.5 Sarana dan Prasarana .. 31 2.5.1 Sarana Pendidikan 31 2.5.2 Sarana Transportasi dan Kominikasi 32 2.5.3 Sarana Ibadah 33 2.5.4 Sarana Kesehatan. 33 2.5.5 Hubungan Sosial dan Organisasi Sosial 34 BAB III. AKTIVITAS KELUARGA TEKAP 36 3.1 Kampung Tekap. .. 36 3.2 Keluarga Tekap. 38 3.3 Aktivitas Keluarga Tekap Sehari-hari... 41 3.3.1 Aktivitas di Pagi Hari ... 41 3.3.2 Aktivitas di Siang Hari.......................... .. 43 3.3.2.1 Kegiatan Orang Tua . 43 3.3.2.2 Kegiatan Anak-anak. 44 3.3.3 Aktivitas Malam Hari... 45 3.3 Sebaran Wilayah Kerja.. . 46
Annis Amalia : Tekap (Persepsi Keluarga Pemulung Tentang Pendidikan, di Kelurahan Sirantau, Kecamatan Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai), 2009. USU Repository 2009
3.4 Pola Kerja dan Alat-alat Kerja... .. 46 3.6 Kategori Hasil-Hasil Pulungan 49
3.7 Pendapatan dan Pola Konsumsi Keluarga Tekap.. 54
3.7.1. Pendapatan.. 54 3.7.2 Kerja Sampingan 56 3.7.3 Pengelolaan Pendapatan... 56 3.7.4 Pola Konsumsi . 58
3.8 Hubungan Sosial Keluarga Tekap. 60 BAB IV. PERSEPSI KELUARGA PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN 4.1 Pemahaman Keluarga Tekap Tentang Pendidikan 61 4.1.1 Pendidikan Formal.....62
4.1.2 Pendidikan Informal63 4.1.2.1 Nilai Anak Bagi Orang tua..66
4.2 Tujuan Pendidikan Bagi Keluarga Tekap70
4.3 Usaha-usaha yang Dilakukan Keluarga Tekap Untuk Mengecap
Pendidikan Formal.72 4.4. Harapan-Harapan Keluarga Tekap Setelah Mengecap Pendidikan...74
4.4 Pandangan Masyarakat Sekitar Komunitas Tentang Pendidikan Keluarga Tekap..75
BAB V KESIMPULAN77 5.1 Kesimpulan77 . 5.2 Saran..78 DAFTAR PUSTAKA...80 LAMPIRAN
Annis Amalia : Tekap (Persepsi Keluarga Pemulung Tentang Pendidikan, di Kelurahan Sirantau, Kecamatan Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai), 2009. USU Repository 2009
ABSTRAKSI
Skripsi ini berjudul TEKAP (Persepsi Keluarga Pemulung Tentang Pendidikan, di Kelurahan Sirantau Kecamatan Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai) Disusun oleh Annis Amalia, 030905048, 2009. Skripsi ini terdiri dari 5 Bab, Halaman, 11 Tabel dan 4 lampiran yang terdiri dari surat izin penelitian dari FISIP-USU, surat izin penelitian dari kelurahan setempat, peta Kota Tanjung Balai dan peta Kelurahan Sirantau. Pendidikan merupakan kebutuhan utama yang harus dimiliki oleh setiap manusia, karena pendidikan merupakan salah satu sarana dalam meningkatkan taraf hidup manusia. Sekalipun pengaruh kemiskinan sangat besar terhadap anak-anak yang tidak bersekolah, kemiskinan bukanlah satu-satunya faktor yang berpengaruh. Salah satu faktor yang berpengaruh adalah pola pikir yang pendek dan sederhana akibat rendahnya pendidikan. Dalam budaya Indonesia, kepala rumah tangga terutama seorang ayah, mempunyai peranan yang sangat besar dalam rumah tangga termasuk dalam mengambil keputusan boleh atau tidaknya seorang anak untuk mendapat pendidikan. Untuk mengambil keputusan tersebut tentunya akan sangat tergantung kepada persepsi atau pandangan orang tua terhadap pendidikan. Di Kelurahan Sirantau khususnya pada komunitas pemulung, anak-anak ikut membantu bekerja, akan tetapi mereka tetap bersekolah. Memulung bukanlah hambatan mereka untuk bersekolah walaupun dengan kondisi ekonomi yang tidak berkecukupan. Maka dari ketertarikan ini penulis mencoba mengetahui bagaimana sebenarnya persepsi keluarga pemulung tentang pendidikan, yang pada akhirnya dapat menggambarkan seperti apa pengetahuan mereka tentang pendidikan, tujuan pendidikan buat mereka, serta harapan-harapan mereka dikemudian hari setelah mengecap pendidikan. Penelitian ini menggunakan pendekatan antropologi kognitif. Tugas sang peneliti adalah mengorek keluar yang ada dalam mind anggota masyarakat tersebut. Cara mengorek dan mendeskripsikan pola yang ada dalam pikiran masyarakat itu adalah khas, yaitu melalui metode folk taxonomy
Aktivitas Keluarga Tekap atau pemulung yang ada di Kelurahan Sirantau cukup padat. Dimulai dari pagi sampai malam hari yang sebagian besar waktu mereka dihabiskan untuk bekerja/memulung. Pendapatan dari Keluarga Tekap terkadang bahkan sering tidak mencukupi kehidupan sehari-hari. Apalagi untuk memenuhi biaya pendidikan, mereka bekerja keras untuk memenuhinya. Oleh sebab itu anggota keluarga lain seperti isteri dan anak-anak membantu menambah penghasilan kepala keluarga untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari termasuk biaya pendidikan.
Persepsi keluarga pemulung tentang pendidikan menunjukkan bahwa, pendidikan sangat penting buat masa depan anak-anak nantinya. Pendidikan yang diberikan bukan hanya pendidikan yang sifatnya formal seperti sekolah, akan tetapi pendidikan informal juga perlu ditanamkan kepada anak-anak seperti bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, jujur, disiplin dan pantang menyerah. Tujuan pendidikan bagi mereka adalah untuk menciptakan anak-anak yang cerdas, pintar dan berkepribadian baik dengan harapan dimasa yang akan datang anak-anak dapat merubah status Keluarga Tekap menjadi keluarga yang kehidupan ekonominya lebih baik dari sebelumnya.
Annis Amalia : Tekap (Persepsi Keluarga Pemulung Tentang Pendidikan, di Kelurahan Sirantau, Kecamatan Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai), 2009. USU Repository 2009
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Berbagai macam jenis pekerjaan dilakukan manusia dalam rangka
kehidupannya. Salah satu jenis pekerjaan tersebut adalah pemulung. Profesi ini
berhubungan dengan masalah yang akan diteliti oleh penulis. Di Kota Tanjung Balai,
pekerjaan sebagai pemulung disebut dengan Tekap yaitu orang-orang yang
bermata pencaharian hidup dengan mengumpul dan membeli barang-barang bekas
dari rumah-rumah penduduk dan tempat penampungan sampah penduduk yang
memiliki prospek daur ulang atau reproduksi. Tak jarang pula mereka mengumpulkan
sampah-sampah organik dari setiap rumah tangga yang pada akhirnya akan dijadikan
pakan ternak.
Sedikit cerita tentang sejarah kata Tekap sebenarnya berawal dari nama
tempat di mana para pemulung bertempat tinggal. Nama tempat itu disebut dengan
Teluk Ketapang, yang sering disingkat oleh masyarakat setempat dengan Tekap .
Dikarenakan seluruh penghuni pemukiman tersebut berprofesi sebagai pemulung dan
satu-satunya pemukiman pemulung yang ada di Kota Tanjung Balai, maka pada
akhirnya masyarakat memberikan sebutan Tekap untuk profesi pemulung di Kota
Tanjung Balai.
Jika kita berbicara mengenai kebutuhan hidup, biasanya terdiri dari beberapa
tingkat kebutuhan yang mempunyai kepentingan sendiri-sendiri yakni kebutuhan
primer dan sekunder yang terdiri dari pangan, sandang dan perumahan.selain dari
kebutuhan tersebut, pendidikan juga merupakan kebutuhan utama yang harus dimiliki
oleh setiap manusia, karena pendidikan merupakan salah satu sarana dalam
meningkatkan taraf hidup manusia.
Annis Amalia : Tekap (Persepsi Keluarga Pemulung Tentang Pendidikan, di Kelurahan Sirantau, Kecamatan Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai), 2009. USU Repository 2009
Pendidikan merupakan dasar pembangunan manusia. Pentingnya pendidikan
harus dilihat dalam konteks hak-hak azasi manusia, artinya setiap manusia berhak
untuk memperoleh pendidikan. Pada sisi lain pendidikan merupakan kebutuhan dasar
dari keberhasilan dan kesinambungan pembangunan, karena pembangunan
memerlukan sumber daya manusia yang berkualitas serta mampu memanfaatkan,
mengembangkan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. (Usman 2004:145)
Akan tetapi bagi keluarga miskin memilih menyekolahkan anak merupakan
beban yang berat. ILO dan UNICEF juga menyatakaan bahwa kesempatan
mendapatkan pendidikan bagi anak-anak miskin terbatas dan biayanya masih
dirasakan mahal. Mutu pendidikan yang rendah mengakibatkan anak-anak tidak
mempunyai motivasi untuk tetap sekolah. . (Usman 2004:146)
Menurut Nimrah (2007) berdasarkan pengamatan dan informasi yang didapat
di lapangan, untuk masalah pendidikan, anak-anak pemulung umumnya terbilang
rendah. Pendidikan mereka paling tinggi hanya sebatas SLTP. Faktor utamanya
adalah dikarenakan tidak mempunyai uang.
Sekalipun pengaruh kemiskinan sangat besar terhadap anak-anak yang tidak
bersekolah, kemiskinan bukanlah satu-satunya faktor yang berpengaruh. Salah satu
faktor yang berpengaruh adalah pola pikir yang pendek dan sederhana akibat
rendahnya pendidikan. Dalam budaya Indonesia, kepala rumah tangga terutama
seorang ayah, mempunyai peranan yang sangat besar dalam rumah tangga termasuk
dalam mengambil keputusan boleh atau tidaknya seorang anak untuk mendapat
pendidikan. Untuk mengambil keputusan tersebut tentunya akan sangat tergantung
kepada persepsi atau pandangan orang tua terhadap pendidikan.
Annis Amalia : Tekap (Persepsi Keluarga Pemulung Tentang Pendidikan, di Kelurahan Sirantau, Kecamatan Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai), 2009. USU Repository 2009
Keluarga merupakan satuan unit sosial yang terdiri dari ayah, ibu, anak dan
anggota keluarga lainnya, mempunyai arti yang sangat penting dalam pembentukan
kepribadian anak dikemudian hari. Dalam lingkungan keluarga seseorang akan
mempelajari sistem pengetahuan tentang norma-norma yang berlaku serta kedudukan
dan peran yang diharapkan oleh masyarakat. Setiap kedudukan dan peran memberikan
hak untuk mencari apa yang tidak boleh dilakukan serta kewajiban-kewajiban apa
yang harus dilakukan sebagi warga dalam lingkungan sosial tertentu. Oleh karena itu
penanaman nilai-nilai budaya dalam keluarga merupakan dasar utama bagi
pembentukan pribadi anak.
Penananaman nilai-nilai budaya pada anak bukan hanya sekedar merawat,
mengawasi saja melainkan lebih dari itu yakni meliputi pendidikan, sopan santun,
disiplin, tanggung jawab, mandiri, pengetahuan dan sebagainya yang bersumber
kepada pengetahuan kebudayaan serta pendidikan yang diberikan orang tuanya.
Kampung Tekap merupakan sebuah komunitas1 pemulung di Kota Tanjung
Balai. Pada komunitas ini bukan hanya orang tua saja yang bekerja untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari, melainkan anak-anak juga turut serta membantu.
Ketertarikan penulis untuk menjadikan komunitas ini sebagai objek penelitian adalah
berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan yaitu hampir keseluruhan atau 90%
dari jumlah anak-anak usia sekolah (7-18 tahun) keseluruhannya mengecap
pendidikan dari tingkat SD sampai SLTA.2
1 Pendapat Soekanto (1990) yang mengatakan bahwa komunitas merujuk pada baggian masyarakat yang bertempat tinggal di suatu wilayah (geografis) dengan batas-batas tertentu dan factor utama yang menjadi dasar adalah interaksi yang lebih besar diantara anggotanya, disbanding dengan penduduk di luar batas wilayahnya. Sedemikian tingginya intensitas ikatan warga suatu komunitas sehingga membedakannya dari satuan social yang lebih luas yaitu masyarakat, terdapat suatu perasaan yang disebut dengan community sentiment yaitu perasaan sepenanggungan dan saling memerlukan (Anwar Sitepu, Pembangunan Komunita Peduli Anak di Kampung Belakang) www.kabarindonesia.com/berita.php.?Pil:13&dn:20070908204859
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun
2 Survei Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak di Kota Tanjung Balai. Kegiatan survey ini dimaksudkan sebagai kontribusi akademik untuk mendapatkan bahan-bahan masukan bagi pihak-pihak
Annis Amalia : Tekap (Persepsi Keluarga Pemulung Tentang Pendidikan, di Kelurahan Sirantau, Kecamatan Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai), 2009. USU Repository 2009
anak-anak ikut membantu bekerja, akan tetapi mereka tetap bersekolah. Memulung
bukanlah hambatan mereka untuk bersekolah walaupun dengan kondisi ekonomi yang
tidak berkecukupan.
Maka dari ketertarikan ini penulis mencoba mengetahui bagaimana
sebenarnya persepsi keluarga pemulung tentang pendidikan, yang pada akhirnya dapat
menggambarkan seperti apa pengetahuan mereka tentang pendidikan, tujuan
pendidikan buat mereka, serta harapan-harapan mereka dikemudian hari setelah
mengecap pendidikan.
Selanjutnya untuk memahami kerangka pemikiran dalam penelitian ini,
penulis menggambarkannya dalam bagan sederhana di bawah:
BAGAN I
PERSEPSI KELUARGA PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN
yang terkait, khususnya pemerintah dan masyarakat di Kota Tanjung Balaidalam rangka mengembangkan kebijakan dan penanggulangan bentuk-bentuk buruk pekerja anak.
PENDIDIKAN 1. Formal (SD, SLTP, SMU) 2. Informal
KELUARGA PEMULUNG
PERSEPSI 1.Pengetahuan 2. Pemahaman 3. Tanggapan
Annis Amalia : Tekap (Persepsi Keluarga Pemulung Tentang Pendidikan, di Kelurahan Sirantau, Kecamatan Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai), 2009. USU Repository 2009
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka penelitian ini menggunakan
pendekatan antropologi kognitif. Orang aliran antropologi kognitif berasumsi bahwa
setiap masyarakat mempunyai satu sistem yang unik dalam mempersepsikan dan
mengorganisasikan fenomena material, seperti benda-benda, kejadian, perilaku dan
emosi. Karena itu, objek kajian antropologi bukanlah fenomena material tersebut,
tetapi tentang cara fenomena tersebut diorganisasikan dalam pikiran (mind) manusia.
Jadi singkatnya, budaya itu ada di dalam pikiran (mind) manusia, dan bentuknya
adalah organisasi pikiran tentang fenomena material. (Spradley, 1997:xx)
1.2. Ruang Lingkup Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini adalah bagaimana persepsi keluarga pemulung tentang pendidikan.
Adapun masalah penelitian diperjelas dengan pertanyaan-pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana persepsi keluarga pemulung tentang pendidikan.
2. Apa tujuan pendidikan menurut keluarga pemulung. 3. Apa saja harapan-harapan keluarga pemulung dikemudian hari setelah
mengecap pendidikan. Persepsi dalam penelitian ini diartikan sebagai proses pemahaman ataupun pemberian makna atas suatu informasi dalam hal ini adalah pendidikan. Pendidikan disini merupakan stimulus yang didapat dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak atau kognisi seorang individu kemudian diolah bersama-sama dengan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya baik hal itu berupa harapan-harapan,nilai-nilai, sikap, ingatan dan lain-lain. 1.3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dalam studi ini adalah Kampung Tekap. Kampung Tekap
merupakan salah satu lingkungan atau pemukiman penduduk di Kelurahan Sirantau,
Kecamatan Datuk Bandar. Kota Tanjung Balai. Alasan penulis memilih lokasi
penelitian tersebut adalah dikarenakan Kampung Tekap merupakan satu-satunya
Annis Amalia : Tekap (Persepsi Keluarga Pemulung Tentang Pendidikan, di Kelurahan Sirantau, Kecamatan Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai), 2009. USU Repository 2009
pemukiman komunitas Pemulung. Alasan lainnya adalah anak-anak dari keluarga
pemulung memiliki partisipasi pendidikan yang cukup tinggi meskipun mereka harus
membantu orang tuanya memulung.
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mendapatkan atau mengetahui bagaimana persepsi kelurga pemulung
tentang pendidikan
2. Untuk mendapatkan atau mengetahui apa tujuan pendidikan menurut keluarga
pemulung.
3. Untuk mendapatkan atau mengetahui apa saja harapan-harapan keluarga
pemulung dikemudian hari setelah mengecap pendidikan.
1.4.2. Manfaat Penelitian
Temuan yang dihasilkan dari penelitian ini nantinya diharapkan mempunyai
manfaat sebagai berikut:
1. Memberi sumbangan teoritis berupa tambahan khasanah keilmuan dalam studi
Antropologi.
2. Dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi masyarakat umum dalam
membenahi pendidikan anak-anak untuk masa yang akan datang.
Annis Amalia : Tekap (Persepsi Keluarga Pemulung Tentang Pendidikan, di Kelurahan Sirantau, Kecamatan Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai), 2009. USU Repository 2009
1.5 Tinjauan Pustaka
Hampir seluruh aktivitas yang dilakukan manusia dalam kehidupannya adalah
dari proses belajar, walaupun ada sebagian kecil aktivitas tersebut merupakan gerakan
refleks yang bukan merupakan proses belajar. Biasanya gerakan refleks tersebut
terjadi secara tiba-tiba di bawah kendali dari manusia itu sendiri. (Marzali 1997 dalam
Spradley 1997). Menurut Spradley sendiri pengetahuan yang tertata dalam diri
manusia yang diperoleh melalui proses belajar merupakan kebudayaan. Lebih
jelasnya lagi Spradley mendefenisikan kebudayaan sebagai suatu sistem pengetahuan
yang diperoleh manusia melalui proses belajar yang kemudian mereka gunakan untuk
menginterpretasikan dunia sekeliling mereka dan sekaligus untuk menyusun strategi
perilaku dalam menghadapi dunia sekeliling mereka3
3 Defenisi tersebut ditulis ulang oleh Marzali dalam pengantar pada buku Metode Etnografi oleh James Spradley pada bagian pengantar ini Marzali menjelaskan secara singkat tentang apa itu etnografi sampai perkembangan metode dalam etnografi.
.
Masyarakat kota mempunyai lingkungan fisik dan lingkungan social tersendiri
yang semuanya turut membentuk dan mempengaruhi gagasan-gagasan dan tingkah
laku serta membentuk nilai-nilai yang dianut oleh mereka yang berada atau berdiam
di dalamnya. Mereka mempunyai pola-pola budaya, pola-pola tingkah laku, lembaga-
lembaga dan pranata-pranata serta struktur sosial yang berbeda dari masyarakat
primitive maupun masyarakat desa (Meno, 1992:2)
Salah satu masalah yang mendapat sorotan dari antropolog ialah masalah
kemiskinan yang dialami oleh golongan tertentu dalam kota-kota besar. Meskipun
kota mempunyai hampir semua fasilitas untuk meningkatkan taraf dan kualitas hidup
penghuninya, masih saja terdapt kelompok dan segmen masyarakat yang hidup dalam
keadaan menyedihkan atau tidak sesuai dengan standar hidup yang layak.
Annis Amalia : Tekap (Persepsi Keluarga Pemulung Tentang Pendidikan, di Kelurahan Sirantau, Kecamatan Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai), 2009. USU Repository 2009
Antropolog yang terkenal dengan karyanya mengenai kemiskinan dikalangan
segmen penghuni kota adalah Oscar Lewis. Ia telah melakukan penelitian untuk
pertama kali atas vacindades (suatu tipe perkampungan kumuh) di Mexico. Oscar
Lewis mengemukakan bahwa kebudayaan kemiskinan itu (culture of proverty)
mempunyai ciri-ciri :
(a). Tingkat mortalitas yang tinggi dan harapan hidup yang rendah (b) Tingkat pendidikan yang rendah (c) Partisipasi yang rendah dalam organisasi-organisasi social seperti organisasi buruh, politik dan lain-lain (d) Tidak atau jarang ambil bagian dalam perawatan medis dan program-program kesejahteraan lainnnya (e) Sedikit saja memanfaatkan fasilitas-fasilitas kota seperti toko-toko, museum atau bank (f) Upah yang rendah dan keamanan kerja yang rendah (g) Tingkat keterampilan kerja yang rendah (h) Tidak memiliki tabungan atau kredit (i) Tidak memiliki persedian makan dalam rumah untuk hari esok. (j) Kehidupan mereka tanpa kerahasian pribadi (pripacy) (k) Sering terjadi tindak kekerasan termasuk pemukulan anak-anak (l) Perkawinan sering berdasarkan consensus sehingga sering terjadi perceraian dan pembuangan anak (m) Keluarga bertumpu pada ibu (n) Kehidupan keluarga adalah otoriter (o) Penyerahan diri kepada nasib (p) Besarnya hypermasculinity complex dikalangan pria atau marty complex dikalangan wanita. Ide pengekalan diri kebudayaan kemiskinan ini telah agak luas diterima meskipun yang dimaksudkan Oscar Lewis bukanlah suatu kebudayaan, melainkan suatu subkultur kemiskinan. (Menno, 1992:60) Salah satu kekhawatiran dari munculnya kebudayaan kemiskinan sebagaimana
diistilahkan oleh Oscar Lewis adalah semakin banyaknya anak-anak yang terjun
dalam pasar tenaga kerja. Bellamy (dalam Usman, 2004) menyebutkan bahwa pekerja
anak akan terperangkap dalam Lingkaran setan karena anak-anak yang bekerja usia
dini yang biasanya berasal dari keluarga miskin, dengan pendidikan yang terabaikan
akan tumbuh menjadi seorang dewasa yang terjebak dalam pekerjaan yang terlatih
dengan upah yang sangat buruk. Anak-anak ini pada gilirannya akan kembali
melahirkan anak-anak miskin yang besar kemungkinannya kembali menjadi pekerja
anak dan tidak punya kesempatan luas untuk mendapatkan pendidikan yang memadai
(Usman, 2004:149)
Annis Amalia : Tekap (Persepsi Keluarga Pemulung Tentang Pendidikan, di Kelurahan Sirantau, Kecamatan Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai), 2009. USU Repository 2009
Anak merupakan salah satu golongan penduduk yang berada dalam situasi
rentan, dalam kehidupannya di tengah masyarakat. Kehidupan anak dipandang rentan
karena memiliki ketergantungan tinggi dengan orang tuanya. Jika orang tua lalai
menjalankan tanggung jawabnya maka anak akan menghadapi masalah. Anak dalam
setiap masyarakat adalah anggota baru, karena usianya masih muda ia merupakan
generasi penerus. Dalam kedudukan demikian amat penting bagi anak bertumbuh dan
berkembang secara optimal sehingga kelak bisa melaksanakan tugas dan tanggung
jawab sosialnya secara mandiri.4
Sekalipun pengaruh kemiskinan sangat besar terhadap anak-anak yang tidak
bersekolah, kemiskinan bukanlah satu-satunya factor yang berpengaruh. Salah satu
factor yang berpengaruh adalah pola pikir yang pendek dan sederhana akibat
Anak sendiri memiliki nilai ekonomi. Pepatah Jawa mengatakan banyak
anak, banyak rezeki. Hal ini dapat kita jumpai pada masyarakat pedesaan Jawa, anak
merupakan factor terpenting dalam kehidupan berkeluarga, terutama berkaitan dengan
potensi nilai ekonomis yang ditimbulkannya, para orang tua dan calon ayah dan ibu
(yang membuat keputusan-keputusan terpenting dalam menentukan jumlah anak
mereka) hidup dalam lingkungan ekonomi ayng bisa dinamakan ekonomi rumah
tangga (Benjamin White dalam Koentjaraningrat, 1997:145)
Meskipun ditinjau dari segi potensi tenaga kerja jumlah anak berpengaruh
terhadap ekonomi rumah tangga dimana dapat memperkuat ekonomi, dalam arti
semakin banyak tenaga kerja berarti pula semakin banyak produksi yang
dihasilkannya. Di sini terlihat orang tua mengambil manfaat dari banyknya anak-anak
sebagai sumber tenaga kerja dalam ekonomi rumah tangga. (White dalam
Koentjaraningrat, 1997:146)
4 Anwar Sitepu Pemabangunan Komunitas Peduli Anak di Kampung Belakang di www.depsos.go.id/puslitbang %20UKS/2005/sitepu.htm
Annis Amalia : Tekap (Persepsi Keluarga Pemulung Tentang Pendidikan, di Kelurahan Sirantau, Kecamatan Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai), 2009. USU Repository 2009
rendahnya pendidikan. Dalam budaya Indonesia, kepala rumah tangga terutama
seorang ayah, mempunyai peranan yang sangat besar dalam rumah tangga termasuk
dalam mengambil keputusan boleh atau tidaknya seorang anak untuk mendapat
pendidikan. Untuk mengambil keputusan tersebut tentunya akan sangat tergantung
kepada persepsi atau pandangan orang tua terhadap pendidikan.
Pengertian pendidikan sendiri dapat diartikan sebagai usaha atau kegiatan
yang dijalankan dengan sengaja, teratur, dan berencana dengan tujuan mengubah
tingkah laku manusia (anak didik) kea rah yang diinginkan. Dalam hubungannya
dengan pengembangan kebudayaan nasional, pendidikan merupakan suatu wadah
untuk mengkreativitaskan kebudayaan.(Jarkasi, 1996:3-4)
Pendidikan pada dasarnya adalah suatu proses pewarisan nilai-nilai budaya.
Sebenarnya pendidikan tidak hanya berarti penanaman nilai-nilai budaya, tetapi lebih
dari itu pendidikan hendaknya merupakan suatu proses pemeliharaan, pembinaan dan
penumbuhan dari nilai-nilai yang diharapkan. Pembinaan tata nilai itu dapat dilakukan
dalam tiga pusat pendidikan yakni keluarga, masyarakat dan sekolah.
Keluarga sebagai pusat pendidikan yang pertama dan memiliki banyak
kesempatan merupakan wadah yang cukup strategis untuk terus membina dan
menanamkan nilai-nilai tata pergaulamn yang sudah dianggap baik dan sudah
dilakukan tersebut. Tata pergaulan yang mengatur tugas, fungsi , kewajiban, hak dari
masing-masing anggota keluarga dapat terus dibina dalam keluarga sendiri. Tata
hubungan yang ada antara kelurga inti dengan keluarga luas dan keluarga bukan inti
tetap dapat dibina dalam pendidikan keluarga. Dalam hal ini sudah barang tentu
peranan orang tua sangat penting. Orang tua hendaknya dapat mengontrol dan
memberi contoh yang baik dalam upaya tetap melestarikan nilai-nilai yang ada.
Pendidikan
Annis Amalia : Tekap (Persepsi Keluarga Pemulung Tentang Pendidikan, di Kelurahan Sirantau, Kecamatan Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai), 2009. USU Repository 2009
Sekolah merupakan kebutuhan setiap orang. Oleh karenanya investasi
masyarakat semakin banyak ditanam di sekolah. Dalam hubungan ini Dimyati
Mahmud (dalam Jarkasi, 1996:8) menambahkan bahwa sekolah meraih dua tujuan
yaitu (1) tujuan-tujuan yang menitik beratkan pada aspek individual, yakni
mengembangkan anak didik secara optimal agar kelak menjadi pribadi yang bebas
dan pandai memikirkan serta merncanakan masa depan yang lebih baik (2) tujuan
yang lebih menekankan aspek social, yakni memindahkan warisan-warisan budaya
yang penting untuk kebaikan dan kesejateraan hidup serta kehidupan bersama. Dua
tujuan ini nampaknya berorientasi agar anak kelak menjadi warga yang mengabdi
pada masyarakat.
Pendidikan merupakan sarana paling strategis untuk meningkatkan kualitas
manusia. Artinya, melalui pendidikan kulaitas manusia dapat ditingkatkan. Dengan
kualitas yang meningkat, produktivitas individual pun akan meningkat. Selanjutnya,
jika secara individual produktivitas manusia meningkat maka secara komunal
produktivitas bangsa akan meningkat.(Widiastono, 2004:420)
Selain pendidikan persepsi dan pandangan ini juga memiliki keterkaitan
dengan system nilai budaya pada suatu masyarakat. Suatu system nilai budaya terdiri
dari konsepsi-konsepsi, yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga
masyarakat, mengenai hal-hal yang harus mereka anggap amat bernilai dalam hidup.
Karena itu, suatu system nilai budaya biasanya berfungsi sebagi pedoman tertinggi
bagi kelakuan manusia. (Koentjaraningrat, 1997:25)
Banyak orang bertanya suatu system nilai budaya dalam suatu kebudayaan
itu sebenarnya mengenai masalah-masalah apa?. Untuk menjawab pertanyaa itu,
Koentjaraningrat menunjuk kepada suatu kerangka dari masalah yang dapat
diterapkan secara universal, untuk menganalisa semua system nilai budaya dari
Annis Amalia : Tekap (Persepsi Keluarga Pemulung Tentang Pendidikan, di Kelurahan Sirantau, Kecamatan Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai), 2009. USU Repository 2009
semua kebudayaan yang ada di dunia. Kerangka itu mulai dikembangkan oleh seorang
ahli antropologi Clyde Kluckhon. Sesudah ia meninggal konsepnya dikembangkan
lebih lanjut oleh istrinya Florence Kluckhon, yang dengan kerangka itu kemudian
melakukan suatu penelitian yang nyata.
Menurut kerangka Kluckhon, semua system nilai budaya dalam semua
kebudayaan di dunia itu adalah:
1. Masalah mengenai hakekat dari kehidupan manusia
2. Masalah mengenai hakekat dari karya manusia
3. Masalah mengenai hakekat dari kedudukan manusia dalam ruang waktu
4. Masalah mengenai hakekat dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya
5. Masalah mengenai hakekat dari hubungan manusia dengan sesamanya.
Jika kita ingin memahami perilaku individu maka kita tidak dapat
mengesampingkan factor nilai. Peranan nilai sangat mentukan maksud dan tujuan
dari tindakan manusia. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak dapat membebaskan
diri dari pengaruh nilai. (Mintargo, 2000:117)
Keluarga adalah wadah utama dan agen pertama pensosialisasian budaya di
setiap lapisan masyarakat. Proses sosialisai sendiri adalah semua pola tindakan
individu-individu yang menempati berbagai kedudukan dalam masyarakat yang
dijumpai seseorang dalam kehidupannya sehari-hari sejak ia dilahirkan menjadikan
pola-pola tindakan tersebut sebagai bagian dari kepribadiannya. (Koentjaraningrat,
1996:143)
Keluarga juga sebagai media pertama yang memancarkan budaya kepada
anak-anak sebab keluarga adalah dunia yang pertama kali menyentuh kehidupan
anak-anak. Keluarga merupakan dunia inspirasi bagi anak-anak. Anggota keluarga
termasuk anak kecil mendapat pelajaran berbagai hal yang ada dalam keluarga, tanpa
Annis Amalia : Tekap (Persepsi Keluarga Pemulung Tentang Pendidikan, di Kelurahan Sirantau, Kecamatan Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai), 2009. USU Repository 2009
disadari bahwa apa yang terjadi dalam keluarga memberi pengaruh yang sangat besar
bagi kehidupan mereka. Maka sesungguhnya keluarga mempunyai tanggung jawab
dan peranan sangat besar dalam melahirkan dan membentuk generasi yang baik dan
berkualitas.5
1. Dimana warganya dapat memperoleh dan mengharapkan bantuan serta
perlindungan dari sesame keluarga inti.
Keluarga juga sebagai media pertama yang memancarkan kultur kepada anak-
anak sebab keluarga adalah dunia yang pertama kali menyentuh kehidupan anak-anak,
keluarga merupakan dunia inspirasi bagi anak-anak. Anggota keluarga termasuk anak
kecil mendapatkan pelajaran berbagai hal yang ada dalam keluarga, tanpa disadari apa
yang terjadi dalam keluarga memberikan pengaruh sangat besar bagi kehidupan
mereka. Ayah dan Ibu sebagai orang dewasa dalam keluarga sangat penting dalam
membuat system dalam keluarga. Ia membuat aturan disiplin, mentransmit nilai-nilai
baik positif ataupun negative kepada anak, sehingga akan membentuk perilaku anak
sebagai anggota keluarga.
Menurut Ruslan (2007) kebanyakan anak yang berprestasi di sekolah samapi
lulus studi hingga bekerja disebabkan lingkungan keluarga yang baika yang dapat
mendorong anak-anak mencapai keberhasilan, sedangkan anak-anak yang prestasi
belajarnya kurang baik bahkan drop out dari sekolah lebih besar dikarenakan
lingkungan keluarga. Maka sesungguhnya keluarga mempunyai tanggung jawab dan
peranan yang sangat besar dalam melahirkan dan membentuk generasi yang baik dan
berkualitas.
Menurut Koentjaraningrat (1997:107) keluarga inti di seluruh dunia memiliki
dua fungsi pokok yaitu:
5 Agus Ruslan Agen Sosialisasi Budaya dalam http//re-searhengines.com/agusruslan30-5html
Annis Amalia : Tekap (Persepsi Keluarga Pemulung Tentang Pendidikan, di Kelurahan Sirantau, Kecamatan Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai), 2009. USU Repository 2009
2. Dimana warganya diasuh dan memperoleh pendidikan awalnya ketika mereka
belum mandiri.
Selanjutnya dalam kajian ini perlu dikemukakan persepsi penduduk terhadap
sumber daya manusia (dalam hal ini pendidikan), mengingat hal itu yang akan
mempengaruhi tindakannya dalam menyiapkan anak agar menjadi potensi sumber
daya manusia yang baik. Kardiner sebagai ahli psikologi dan Linton sebagai ahli
antropologi menawarkan berbagai pendekatan untuk mengkaji kepribadian umum,
salah satu diantaranya dengan mempelajari adapt istiadat pengasuhan anak. Metode
tersebut didasarkan kepada konsepsi psikologis, bahwa watak orang dewasa antara
lain ditentukan oleh cara orang tersebut diasuh ketika masih kanak-kanak.
(Koentjaraningrat, 1990:52-55)
Persepsi orang terhadap suatu objek akan dipengaruhi oleh sejauh mana
pemahamannya terhadap objek. Persepsi yang belum jelas atau belum dikenal sama
sekali tidak mungkin akan memberikan makna.
Persepsi pada hakekatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap
individu di dalam memahami informasi tentang lingkungan, baik lewat penglihatan,
pandangan, penghayatan, perasaan dan penciuman. Sementara itu yang dimaksud
dengan proses kognisi adalah proses atau kegiatan mental yang sadar seperti berpikir,
mengetahui, memahami dan kegiatan konsepsi mental seperti sikap, kepercayaan dan
pengharapan yang kesemuanya merupakan penentu atau dipengaruhi perilaku. (Toha,
1983:138)
Persepsi akan timbul setelah seseorang atau sekelompok manusia terlebih
dahulu merasakan kehadiran suatu objek, dan setelah dirasakan akan
menginterpretasikan objek yang dirasakan tersebut. Seperti pendapat Kimbali Young
Annis Amalia : Tekap (Persepsi Keluarga Pemulung Tentang Pendidikan, di Kelurahan Sirantau, Kecamatan Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai), 2009. USU Repository 2009
(dalam Wagito, 1996:89) persepsi merupakan suatu yang menunjukkan aktifitas
merasakan menginterpretasikan, memahami objek fisik maupun social.
Factor yang terlibat dalam proses persepsi ada 3 macam yaitu:
1. Objek yang dipersepsikan
2. Orang yang sedang dipersepsikan
3. Kondisi saat berlangsung persepsi
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan pandangan,
pemahaman dan tanggapan terhadap objek tertentu.
1.6. Metode Penelitian
1.6.1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan antropologi kognitif. Orang aliran
antropologi kognitif berasumsi bahwa setiap masyarakat mempunyai satu system yang
unik dalam mempersepsikan dan mengorganisasikan fenomena material, seperti
benda-benda, kejadian, perilaku dan emosi. Karena itu, objek kajian antropologi
bukanlah fenomena material tersebut, tetapi tentang cara fenomena tersebut
diorganisasikan dalam pikiran (mind) manusia. Jadi singkatnya, budaya itu ada di
dalam pikiran (mind) manusia, dan bentuknya adalah organisasi pikiran tentang
fenomena material. (Spradley, 1997:xx)
Tugas sang peneliti adalah mengorek keluar yang ada dalam mind anggota
masyarakat tersebut. Cara mengorek dan mendeskripsikan pola yang ada dalam
pikiran masyarakat itu adalah khas, yaitu melalui metode folk taxonomy.
Untuk mengkaji penelitian ini dugunakan metode, sama halnya dengan metode
yang biasa dilakukan oleh peneliti antropologi yang menggunakan metode kualitatif.
Annis Amalia : Tekap (Persepsi Keluarga Pemulung Tentang Pendidikan, di Kelurahan Sirantau, Kecamatan Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai), 2009. USU Repository 2009
Penelitian ini bersifat deskriftif 6
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini terutama data primer yang
diperoleh melalui wawancara. Namun demikian tidak dapat dikesampingkan data
sekunder yang juga mendukung. Untuk memperoleh data primer tersebut dilakukan
dengan cara memperoleh data dengan melakukan
penelitian kepustakaan dan mengumpulkan data dari lapangan.
Menurut Loftlan (dalam Moleong, 1992) sumber data utama dalam peneltian
kualitatif adalah kata-kata, tindakan-tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti
dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengnan itu jenis datanya dibagi dalam kata-kata,
tindakan, sumber data tertulis, foto dan statistik.
1.6.2. Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data lapangan diperlukan beberapa cara yang relevan
dalam pencapain tujuan penelitian ini.
1.6.2.1. Studi Kepustakaan (data sekunder)
Kajian-kajian kepustakaan dilakukan sebagai bekal dalam kepentingan teoritis
yang berguna untuk memperoleh teori-teori yang relevan yang dijadikan landasan
berpikir dalam melihat masalah yang akan diteliti. Data ini diperoleh dari buku-buku
di perpustakaan Universitas Sumatera Utara, tulisan ilmiah, dokumen elektronika
(internet), skripsi mahasiswa antropologi yang terdahulu serta arsip kepala desa dan
kantor Badan Pusat Statistik. Studi kepustakaan ini cukup penting sebab sebagian data
yang diperlukan telah diungkapkan dalam tulisan-tulisan sebelumnya.
1.6.2.2. Wawancara
6 penelitian deskriftif bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu atau untuk menentukan frekuensi atau penyebaran suatu gejala atau frekuensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala dengan gejala lain dalqam masyarakat. Dalam hal ini mungkin sudah ada hipotesa-hipotesa, mungkin belum, tergantung dari sedikit banyaknya pengetahuan tentang masalah yang bersangkutan. (Koentjaraningrat, 1989:29)
Annis Amalia : Tekap (Persepsi Keluarga Pemulung Tentang Pendidikan, di Kelurahan Sirantau, Kecamatan Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai), 2009. USU Repository 2009
dengan langsung terjun ke lapangan mewawancarai informan dan melihat kegiatan
apa saja yang dilakukan informan.
Tahap pertama yang dilakukan penulis adalah tahap penjajagan dimana
penulis mengumpulkan informasi tentang siapa saja atau keluarga yang akan
dijadikan informan kunci. 7 Tahap kedua setelah mendapatkan informan kunci maka
dilakukan wawancara mendalam dan terbuka8
7 Informan kunci adalah orang yamg mempunyai keahlian mengenai suatu masalah. Informan adalah orang yang mengerti suatu masalah namun bukan ahlinya dan dari informan ini biasanay kita bisa mendapatkan informan lain. Informan biasa adalah orang-orang yang mengenali suatu masalah penelitian tetapi tidak begitu tahu akan penjelsan lebih dalam terhadap masalah yang akan dikaji. Spradley mengidentifikasikan lima persyaratran minimal untuk memperoleh informan yang baik:1 enkulturasi penuh, maksudnya informan mengetahui budaya mereka dengan baik tanpa harus memikirkannya. Mereka melakukan suatu hal secara otomatis dari athun ketahun. 2. keterlibatan langsung, maksudnya informan harus terlibat dalam suasana kebudayaan mereka dan menerapkannya setiap hari.3. Susana budaya yang tidak dikenal 4. waktu yang cukup, maksudnya pada saat melakukan wawancara waktu diharapkan sesuai dengan kondisi informan. 5. non analitism maksudnya informan yang baik adalah informan yang memberikan penjelasan berdasarkan konsep mereka, bukan dari luar (Spradley 1997:61-70) 8 Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh kerterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan social yang relative lama. Dengan demikian kekhasan wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan. (Bungin 2007:108)
. Sebelum ke lapangan penulis
mempersiapkan daftar pertanyaan (interview guide) sedetail mungkin dan pertanyaan
itu dipastikan dapat menjelaskan sub-sub bab yang telah disusun sebelumnya.
Pertanyaan ini akan mempermudah dan mempercepat seorang peneliti di lapangan.
Akan tetapi pengalaman penulis di lapangan, tak jarang informan membicarakan hal-
hal yang di luar konteks pertanyaan. Dengan sabar penulis kembali menggiring
informan untuk fokus pada topic pembicaraan yang akan dikaji tanpa menyinggung
perasaan informan. Sebelum ke lapangan penulis biasanya melihat terlebih dahulu
daftar pertanyaan yang telah dibuat, untuk melihat data apa saja yang akan dicaru
untuk saat itu. Setelah kembali dari lapangan kemudian dilakukan pengecekan apakah
pertanyaan itu masih ada yang belum terjawab, jika masih ada yang belum didapat
maka diulangi pada hari berikutnya. Demikianlah seterusnya hingga data yang
diperoleh akurat.
Annis Amalia : Tekap (Persepsi Keluarga Pemulung Tentang Pendidikan, di Kelurahan Sirantau, Kecamatan Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai), 2009. USU Repository 2009
Yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah lurah dan keluarga
pemulung. Dari lurah didapatkan informasi mengenai keadaan desa, data-data statistic
penduduk, letak geografisnya, sejarah desa dan lain-lain. Untuk mencari data
selanjutnya dicarilah informan lain yaitu keluarga pemulung yang terlibat langsung
dengan masalah yang dikaji. Merekalah yang dikategorikan penulis sebagai informan
kunci.
Dari informan kunci ini didapatkan data mengenai persepsi keluarga pemulung
tentang pendidikan. Dalam peneltian ini disajikan lima keluarga pemulung yang
bercerita tentang kehidupan mereka sehari-hari, persepsi mereka tentang pendidikan,
tujuan dan harapan-harapan mereka sehubungan dengan pendidikan. Keputusan
penulis menetapkan lima keluarga pemulung sebagai informan kunci didapat setelah
melakukan teknik snowball. Pada awalnya jumlah informan tidak dibatasi, tetapi
jumlah itu berhenti ketika data sudah berulang-ulang.
Suasana wawancara yang terjadi tidak terkesan kaku, karena informan
menerima kehadiran penulis dengan baik dan terbuka sehingga informan pun menjadi
terbuka dan bebas dalam mengungkapkan pengetahuannya. Wawancara ini dilakukan
dengan menggunakan alat perekam (tape recorder) tentu saja atas persetujuan
informan dan menyiapkan buku catatan untuk mengatasi adannya kelupaan data.
1.6.2.3. Observasi (Pengamatan)
Pengamatan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengamati suatu gejala
atau situasi social yang meliputi : keadaan, kegiatan, peristiwa, perilakuk dan
hubungan social dalam komunitas Tekap (pemulung) di Kelurahan Sirantau. Dalam
pengamatan ini digunakan kamera foto sebagai dokumentasi. Dalam penulisan hqasil
penelitian kita tidak bisa hanya mengandalkan data wawancara dan data sekunder.
Annis Amalia : Tekap (Persepsi Keluarga Pemulung Tentang Pendidikan, di Kelurahan Sirantau, Kecamatan Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai), 2009. USU Repository 2009
Tetapi untuk merangkai kata-kata itu menjadi karya ilmiah diperlukan pengetahuan
tentang keadaan lokasi penelitian, hal-hal yang dilakukan warga setiap harinya, alat-
alat yang digunakan, bisa dilakukan dengan cara pengamatan.
Pengamatan di lapangan sangat membantu peneliti dalam menuliskan
karyanya, karena tidak selamanya hasil wawancara dapat mengungkapkan masalah
penelitian. Misalnya, dalam menggambarkan pemukiman penduduk atau topografi
desa, bagaimana keadaan alamnya, rumah penduduk, pepohonan, letak pemukiman
dan sebagainya. Pemahaman akan hal tersebut akan mengajak orang lain yang
membacanya dapat membayangkan keadaan lokasi penelitian tersebut. Tidak hanya
itu pengamatan juga bermanfaat untuk mencegah kekakuan dalam penulisan. Oleh
karena itu pengamatan juga bagian terpenting dalam penelitian.
Penelitian ini menggunakan observasi9
Data yang diperoleh tersebut dianalisis secara kualitatif. Proses analisa data
pada penelitian ini dimulai dengan menelaah seluruh data yang diperoleh dari
observasi dan wawancara serta studi kepustakaan yang seterusnya disusun secara
non partisipasi. Penulis mengamati
kegiatan keluarga pemulung sehari-hari seperti kegiatan mereka ketika sedang
memulung, interaksi mereka dalam keluarga dan interaksi mereka dengan lingkungan
sekitarnya.
1.7. Analisa Data
9 observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indra sebagai alat Bantu utamanya selain panca indara lainnya seperti telinga, penciuman, mulut dan kulit. Karena itu observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja panca indra mata serta dibantu panca indra lainnya. Seseorang yang melakukan pengamatan tidak selamanya menggunakan panca indra mata saja, tetapi selalu mengiyakan apa yang dilihatnya dengan apa yang dihasilkan panca indra lainnya seperti apa yang dia dengar, apa yang ia cicipi, apa yang ia cium dari penciumannya, bahkan dari apa yang dia rasakan dari sentuhan-sentuhan kulitnya (Bungin, 2007:115)
Annis Amalia : Tekap (Persepsi Keluarga Pemulung Tentang Pendidikan, di Kelurahan Sirantau, Kecamatan Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai), 2009. USU Repository 2009
sistematis agar lebih mudah dipahami dan dapat memberi arti. Data yang telah
diperoleh, disusun atau dikelompokkan berdasarkan kategori-kategori tertentu.
Untuk lebih jelasnya penulis menjabarkan tahapan-tahapan yang telah
dilakukan dalam penelitian di lapangan seperti di bawah ini :
a. Menemukan Informan
TAHAP I PENGUMPULAN DATA
b. Mewawancara dan mengobservasi serta membuat catatan harian
c. Menemukan informan baru
d. Mengembangkan strategi wawancara dan observasi
a. Merevisi draft laporan penelitian
TAHAP II PENGUMPULAN DATA LANJUTAN
b. Menemukan data dan kekurangan informasi
c. Membuang informasi yang tidak penting
d. Membuat catatan harian
e. Memutuskan untuk menghentikan penelitian
Dari tahapan-tahapan tersebut maka terkumpullah beberapa data. Data-data
yang terkumpul tersebut lalu dianalisa dengan analisa kualitatif sehingga apa yang
terkandung dibalik realitas dapat segera mungkin diungkap. Analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis domain dan analisis taksonomik. Analisis domain
merupakan proses analisis informasi yang sifatnya sangat umum dan menyeluruh
terhadap apa yang menjadi pokok permasalahan penelitian. Analisis taksonomik
merupakan analisa lebih lanjut yang perlu dilakukan setelah analisis domain
tujuannya untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam dan terperinci tentang
suatu permasalah yang diteliti. Proses analisa data secara keseluruhan dimulai dengan
meenggelar seluruh data mentah yang tersedia dari berbagai sumber yaitu wawancara,
Annis Amalia : Tekap (Persepsi Keluarga Pemulung Tentang Pendidikan, di Kelurahan Sirantau, Kecamatan Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai), 2009. USU Repository 2009
pengamatan atau observasi yang ditulis dalam catatan lapangan dan dokumentasi.
Data tersebut kemudian dibaca, dipelajari, ditelaah, kemudian dipilih sesuai dengan
kategori-kategori tertentu (tema, topik) sehingga mendapat gambaran yang jelas.
Selanjutnya mengabstraksikan data tersebut dengan berpegang pada keaslian data.
Hasil dari abstraksi kemudian dianalisa berdasarkan kerangka pemikiran, konsep-
konsep atau teori-teori yang dianggap relevan untuk digunakan, kemudian
dideskripsikan setelah itu baru diinterpretasikan.
Annis Amalia : Tekap (Persepsi Keluarga Pemulung Tentang Pendidikan, di Kelurahan Sirantau, Kecamatan Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai), 2009. USU Repository 2009
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
2.1 Selayang Pandang Kota Tanjung Balai Kota Tanjung Balai terletak antara 2 58 LU dan 99 48 BT, dengan luas
wilayah 60, 529 Km (6.052,9 Ha) berada di kelilingi oleh wilayah Kabupaten Asahan
dengan batas-batas sebagai berikut :
o Sebelah selatan dengan Kecamatan Simpang Empat
o Sebelah Utara dengan Kecamatan Tanjung Balai
o Sebelah Timur dengan Kecamatan Sei Kepayang
o Sebelah Barat dengan Kecamatan Simpang Empat
Kota Tanjung Balai terdiri dari 6 Kecamatan dan 31 Kelurahan. Adapun
Kecamatan yang ada di Kota Tanjung Balai adalah sebagai berikut:
1. Kecamatan Datuk Bandar
2. Kecamatan Datuk Bandar Timur
3. Kecamatan Tanjung Balai Selatan
4. Kecamatan Tanjung Balai Utara
5. Kecamatan Sei Tualang Raso
6. Kecamatan Teluk Nibung
Penduduk. Berdasarkan angka proyeksi penduduk pertengahan tahun 2006
penduduk Kota Tanjung Balai berjumlah 158.290 jiwa dengan kepadatan penduduk
sebesar 2615 jiwa per Km.
Jumlah penduduk Kota Tanjung Balai per jenis kelamin lebih banyak laki-laki
dibandingkan penduduk perempuan. Pada tahun 2006 jumlah penduduk laki-laki
Annis Amalia : Tekap (Persepsi Keluarga Pemulung Tentang Pendidikan, di Kelurahan Sirantau, Kecamatan Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai), 2009. USU Repository 2009
sebesar 79.443 jiwa, sedangkan penduduk perempuan sebanyak 78.847 jiwa dengan
rasio jenis kelamin sebesar 100,76 persen.
Penduduk Kota Tanjung Balai mayoritas bersuku bangsa Batak (Simalungun,
Tapanuli, Toba, Pak-pak) 42,56 persen diikuti dengan suku Jawa (17,06 persen),
Melayu (15,41 persen), Minang (3,58 persen), Aceh (1,11 persen), dan lainnya (20,28
persen). Sedangkan agama yang dianut penduduk Kota Tanjung Balai mayoritas
agama Islam (81,99 persen), Budha (9,07 persen), Kristen Protestan (7,78 persen),
Kristen Katolik (1,06 persen)dan Hindu (0,08 persen).
Pendidikan. Penyedian sarana fisik pendidikan dan jumlah tenaga guru yang
memadai merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan partisipasi sekolah
penduduk. Adapaun jumlah bangunan fisik sekolah negeri dan swasta yang ada di
Kota Tanjung Balai dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 1
BANYAKNYA SEKOLAH NEGERI DAN SWASTA MENURUT JENIS DI KOTA TANJUNG BALAI
NO Nama Sekolah Negeri Swasta Jumlah
1 Taman Kanak-
kanak
1 11 12
2 Sekolah Dasar 66 8 74
3 Madrasah
Ibtidaiyah
5 15 20
4 SLTP 11 5 16
5 Madrasah 1 11 12
Annis Amalia : Tekap (Persepsi Keluarga Pemulung Tentang Pendidikan, di Kelurahan Sirantau, Kecamatan Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai), 2009. USU Repository 2009
Tsanawiyah
6 SMU 6 4 10
7 Sekolah
Menengah
ekonom
- 3 3
8 Sekolah Teknik
Menengah
2 - 2
9 Madrasah
Aliyah
1 6 7
Sumber: BPS, Tanjung Balai dalam angka 2007
Tabel 1 menunjukkan jumlah sekolah TK 12 buah, SD 74 buah, SLTP terdapat
16 buah sekolah. Sementara itu untuk sekolah lanjutan tingkat atas terdapat 15
sekolah.
Di Kota Tanjung Balai, rasio murid terhadap sekolah pada tahun 2006/2007
dapat di jelaskan sebagai berikut:
o Rasio murid SD terhadap sekolah adalah 286. hal ini menunjukkan bahwa
tiap sekolah dasar rata-rata memiliki 286 murid.
o Rasio murid SLTP terhadap sekolah adalah 473. hal ini berarti bahwa tiap
SLTP rata-rata memiliki 437 murid.
o Rasio murid SLTA terhadap sekolah adalah 390 murid persekolah.
Selain sekolah umum seperti tersebut di atas, di Kota Tanjung Balai juga
terdapat sekolah agama yang setara dengan SD, SLTP, SLTA yaiutu Madrasah
Ibtidaiyah Negeri dan swasta (MIN dan MIS,) Madrasah Tsanawiyah Negeri dan
swasta (MTsN dan MTs swasta) dan Madrasah Aliyah Negeri dan Swasta (MAN dan
Annis Amalia : Tekap (Persepsi Keluarga Pemulung Tentang Pendidikan, di Kelurahan Sirantau, Kecamatan Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai), 2009. USU Repository 2009
MAS). Adapun jumlah sekolah, guru dan murid dari sekolah tersebut masing-masing
sebagai berikut:
o MIN dan MIS, 20 sekolah, 159 guru dan 2704 murid
o MTsN dan MTs swasta 12 sekolah, 218 guru dan 2447 murid
o MAN dan MAS, 7 sekolah, 186 guru dan 1503 murid
Letak Geografis dan Administratif Kelurahan Sirantau.
Kelurahan Sirantau merupakan salah satu dari 5 kelurahan yang ada di
Kecamatan Datuk Bandar Kota Tanjung Balai Propinsi Sumatera Utara. Kelurahan
Sirantau terdiri dari 8 lingkungan yang luas wilayahnya 215 hektar. Dengan batas-
batas wilayah sebagai berikut:
o Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Pasar Baru Kecamatan Sei
Tualang Raso 1000 M
o Sebelah Timur Berbatasan dengan Kelurahan Pantai Burung
Kecamatan Tanjung Balai Selatan 2100 M
o Sebelah Selatan Berbatasan dengan Kelurahan Gading 1000 M
o Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Pantai Johor 2150 M
Pola Pemukiman
Annis Amalia : Tekap (Persepsi Keluarga Pemulung Tentang Pendidikan, di Kelurahan Sirantau, Kecamatan Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai), 2009. USU Repository 2009
Pola pemukiman di Kelurahan Sirantau cukup padat. Sebagian besar rumah
penduduk berbanjar atau berjajar sepanjang jalan aspal. Jarak antara satu rumah
dengan rumah yang lainnya sekitar 2 meter, dan ada yang sama sekali tidak memiliki
pemisah seolah-oleh tergabung dalam satu halaman.
Bila ditinjau dari kondisi bangunan rumah penduduk sudah cukup baik. Jenis
bahan bangunan yang biasa digunakan adalah kayu, semen dan seng. Ada beberapa
rumah yang masih menggunkan tepas. Terdapat 1090 (57%) rumah permanent, 640
(33%) rumah semi permanent dan 190 (10%) rumah non permanent. Rumah-rumah
yang dibangun tergantung dari keadaan ekonomi dan jumlah anggota keluarga yang
tinggal di dalam rumah. Setiap rumah memiliki beberapa jendela, di dalam rumah
terdapat sebuah dapur untuk memasak dan sebagian warga sudah memiliki sanitasi
yang baik. Mengenai bentuk rumah tersebut, untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam
tabel 2 di bawah ini:
Tabel 2
BENTUK RUMAH DI KELURAHAN SIRANTAU
NO Bentuk Rumah Jumlah %
1
2
3
Permanen
Semi Permanen
Non Permanen
1090
640
190
57
33
10
Total 1920 100
Sumber: Monografi Kelurahan Sirantau 2006
Setiap rumah umumnya sudah mempergunakan tenaga listrik dari perusahaan
Listrik Negara (PLN). Sedangkan prasarana air minum bersumber dari PDAM.
Annis Amalia : Tekap (Persepsi Keluarga Pemulung Tentang Pendidikan, di Kelurahan Sirantau, Kecamatan Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai), 2009. USU Repository 2009
2.4. Keadaan Penduduk Kelurahan Sirantau
2.4.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan data monografi kelurahan, penduduk Kelurahan Sirantau
berjumlah 8.536 jiwa dengan 1.921 Kepala Keluarga. Jumlah penduduk yang terdiri
dari 8.536 terbagi atas 4.345 (51 %) jiwa Laki-laki dan 4.191 (49%) jiwa perempuan.
Tabel 3
JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN JENIS KELAMIN
NO Kategori Jumlah %
1
2
Pria
Wanita
4345
4191
51
49
Total 8536 100
Sumber: Monografi Kelurahan Sirantau 2006
2.4.2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur
Penduduk di Kelurahan Sirantau terbagi lagi dalam beberapa kelompok umur.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4
JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN UMUR
NO Kelompok Umur Jumlah %
1
2
3
1-10 tahun
11-20 tahun
21-30 tahun
2132
2342
1119
24,97
27,43
13,10
Annis Amalia : Tekap (Persepsi Keluarga Pemulung Tentang Pendidikan, di Kelurahan Sirantau, Kecamatan Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai), 2009. USU Repository 2009
4
5
6
31-40 tahun
41-50 tahun
51 keatas
1083
1083
777
12,69
12,69
9,09
Total 8536 100
Sumber: Monografi Kelurahan Sirantau 2006
Tabel di atas menggambarkan bahwa sebagian besar penduduk Kelurahan
Sirantau masih produktif, masih sanggup bekerja mencari nafkah. Dapat kita lihat dari
tingkat umur 11 tahun sampai 50 tahun ada sebanyak 5627 orang penduduk dimana
pada tingkat umur seperti itu dianggap masih produktif.
2.4.3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama
Mayoritas penduduk Kelurahan Sirantau menganut agama Islam yaitu
sebanyak 75,68 %. Selebihnya agama Kristen Protestan 23,14 %, Kristen Khatolik
0,54 % dan Budha 0,64 %. Agar mendapat gambaran yang lebih jelas disajikan tabel
berikut ini :
Tabel 5
JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN AGAMA
NO Kategori Jumlah %
1 Islam 6461 75,68
Annis Amalia : Tekap (Persepsi Keluarga Pemulung Tentang Pendidikan, di Kelurahan Sirantau, Kecamatan Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai), 2009. USU Repository 2009
2
3
4
Kristen Protestan
Kristen Katolik
Budha
1975
46
54
23,14
0,54
0,64
Total 8536 100
Sumber: Monografi Kelurahan Sirantau 2006
Meskipun di Kelurahan Sirantau pemeluk agama sangat bervariasi, namun
kehidupan keagamaan berjalan dengan baik, antara umat yang satu dengan umat yang
lain saling toleransi. Dalam kegiatan social seperti pada upacara perkawinan dan
kematian, serta kegiatan lain menunjukkan kebersamaan.
2.4.4. Mata Pencaharian Penduduk
Mata pencaharian merupakan cara yang digunakan untuk memperoleh nafkah
guna mempertahankan hidup manusia untuk memperoleh tingkat kesejahteraan dan
penghidupan yang layak. Mata pencaharian penduduk Kelurahan Sirantau cukup
beragam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 6
JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN MATA PENCAHARIAN
NO Kelompok Umur Jumlah %
Annis Amalia : Tekap (Persepsi Keluarga Pemulung Tentang Pendidikan, di Kelurahan Sirantau, Kecamatan Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai), 2009. USU Repository 2009
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Pegawai Negeri
Petani
Pedagang
Pensiunan
Nelayan
Wiraswasta
ABRI
Buruh
Sopir
779
119
1260
107
364
693
84
299
156
18,4
2,81
29,8
2,53
8,61
16,13
1,99
7,07
3,64
Total 4229 100
Sumber: Monografi Kelurahan Sirantau 2006
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk bermata
pencaharian sebagai pedagang yaitu 1260 orang (29,8%), menyusul di tempat kedua
adalah pegawai negeri sebanyak 779 orang dan yang paling sedikit adalah pensiunan
yang berkisar hanya 107 orang atau sebesar 2,53 %.
2.4.5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Jumlah penduduk Kelurahan Sirantau yang bersekolah dapat dikatakan cukup
banyak dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di berikut ini:
Tabel 7
Annis Amalia : Tekap (Persepsi Keluarga Pemulung Tentang Pendidikan, di Kelurahan Sirantau, Kecamatan Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai), 2009. USU Repository 2009
JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN
NO Kelompok Umur Jumlah %
1
2
3
4
5
6
7
8
Belum sekolah
Tidak Tamat SD
Tamat SD
Tidak Tamat SLTP
Tamat SLTP
Tidak Tamat SMU
Tamat SMU
Tamat Perguruan
Tinggi
936
733
922
1258
1684
1223
860
209
10,97
8,59
10,08
14,74
19,73
14,33
10,07
2,45
Total 8536 100
Sumber: Monografi Kelurahan Sirantau 2006
Tabel diatas memperlihatkan bahwa jumlah warga yang tidak tamat SD ada
sebanyak 733 orang. Mereka yang masuk dalam jumlah ini kebanyakan paqra orang
tua yang berumur 50 tahun ke atas, dimana saat itu pendidikan sangat mahal dan
sekolah masih sangat jarang. Waktu yang dimiliki juga lebih banyak digunakan untuk
membantu orang tua. Mereka memiliki jumlah saudara yang banyak, sehingga orang
tua tidak memiliki biaya untuk menyekolahkan semua anaknya. Namun umumnya,
sebagian besar dari mereka sudah dapat membaca dan menulis.
Annis Amalia : Tekap (Persepsi Keluarga Pemulung Tentang Pendidikan, di Kelurahan Sirantau, Kecamatan Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai), 2009. USU Repository 2009
2.5. Sarana dan Prasarana
2.5.1. Sarana Pendidikan
Pendidikan di Kelurahan Sirantau bisa dikatakan sudah cukup baik. Di
Kelurahan Sirantau terdapat 2 unit Sekolah Dasar Negeri, 1 SLTP Swasta dan 1 SMU
Swasta. Untuk SLTP dan SMU Negeri berada di luar Kelurahan Sirantau, akan tetapi
Sekolah tersebut tidak begitu jauh dari pemukiman penduduk. Di tingkat SD, satu
kelas diajar oleh satu orang guru, ditambah dengan guru mata pelajaran khusus seperti
bahasa inggris dan keterampilan. Sedangakn untuk SLTP dan SMU sudah memilki
satu orang guru dalam setiap bidang studi, bahkan ada dua orang guru dalam satu
bidang studi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 8
SARANA PENDIDIKAN DI KELURAHAN SIRANTAU
NO Jenis Jumlah
Unit Siswa Guru
1
2
3
SD Negeri
SLTP Swasta
SMU Swasta
2
1
1
652
543
552
22
31
27
Annis Amalia : Tekap (Persepsi Keluarga Pemulung Tentang Pendidikan, di Kelurahan Sirantau, Kecamatan Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai), 2009. USU Repository 2009
Total 4 1747 80
Sumber: Monografi Kelurahan Sirantau 2006
Selain sarana pendidikan berupa sekolah, pihak pemerintahan Kelurahan
Sirantau juga sering mengadakan kegiatan yang berhubungan dengan pendidikan.
Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain:
o Penyuluhan tentang Wajib Belajar 12 Tahun sesuai dengan arahan Bapak
Walikota Tanjung Balai dalam rangka meningkatkan Pendidikan. Sesuai
dengan program tersebut maka di Kelurahan Sirantau telah didirikan sebuah
sekolah yaitu SDN dengan 3 kelas yang terletak di Jalan Pepaya Lingkungan
III Kelurahan Sirantau.
o Penyuluhan tentang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) oleh Dinas P&K
Kota Tanjung Balai
o Ceramah tentang Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
o Ceramah tentang agama dan lain-lain.
2.5.2. Sarana Transportasi dan Komunikasi
Sumber informasi penduduk Kelurahan Sirantau yang paling utama adalah
televisi, yang dapat menghibur penduduk melalui ragam macam siaran yang ada,
seperti siaran pemerintah TVRI, juga terdapat siaran swasta yang dapat dinikmati
tanpa menggunakan bantuan parabola seperti Indosiar, TPI, SCTV, RCTI, TV One,
Global TV, Metro TV, Trans TV. siaran yang paling di gemari antara lain sinetron,
musik dangdut, film laga, musik pop, siaran berita, dan film kartun.
Selain televisi penduduk juga menggunakan radio sebagai sarana komunikasi
biasanya di gunakan untuk menghibur para , ibu rumah tangga maupun remaja yang
sedang beristirahat maupun sedang melakukan pekerjaan rumah tangga. para ibu dan
Annis Amalia : Tekap (Persepsi Keluarga Pemulung Tentang Pendidikan, di Kelurahan Sirantau, Kecamatan Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai), 2009. USU Repository 2009
bapak biasanya menggunakan radio untuk mendengarkan musik dangdut, maupun
lagu India serta mendengarkan informasi siaran berita, sedangkan yang remaja lebih
menggemari musik pop maupun pop melayu yang lagi disukai saat ini.
Penduduk Bagan Deli banyak yang menggunakan sarana transportasi untuk
menuju tempat yang dituju. Antara lain sarana angkutan umum, Ojek, dan Becak
mesin.
Untuk mencapai lokasi apabila menggunakan jasa transportasi angkutan
umum dari Pusat Kota atau Jalan Jenderal Sudirman menuju Kelurahan Sirantau kira-
kira dipungut biaya sebesar Rp.2500. Sedangkan menggunakan sarana transportasi
ojek dan becak mesin dari tempat yang sama menuju Kelurahan Sirantau dipungut
biaya sebesar Rp.5000
2.5.3. Sarana Ibadah
Sarana ibadah di Kelurahan Sirantau cukup memadai. Terdapat 2 buah Mesjid
dan 1 Gereja. Bagi penganut Agama Islam, unrtuk meningkatkan ketaqwaan dan
pengetahuan agamanya banyak diadakan kegiatan pengajian, baik pengajian ibu-ibu
maupun bapak-bapak. Begitu juga dengan penganut Agama Kristen, mereka juga
punya perkumpulan keagamaan yang biasa disebut dengan partamiangan
2.5.4. Sarana Kesehatan
Pelayanan kesehatan terhadap masyarakat Kelurahan Sirantau dilakukan
dengan didirikannya bangunan fisik kesehatan. Di kelurahan ini terdapat satu unit
Puskesmas Pembantu yang di kelola oleh beberapa Bidan desa. Umumnya puskesmas
ini hanya melayani keluhan penyakit yang ringan-ringan saja. Jika penyakit yang
diderita cukup parah maka akan dirujuk ke Rumah Sakit Umum Kota Tanjung Balai.
Annis Amalia : Tekap (Persepsi Keluarga Pemulung Tentang Pendidikan, di Kelurahan Sirantau, Kecamatan Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai), 2009. USU Repository 2009
Posyandu Kelurahan Sirantau sejak tahun1993 berjumlah 3 posyandu. Akan
tetapi setelah dihunjuknya Kelurahan Sirantau sebagai Kelurahan percontohan
sehingga bertambah menjadi dua. Total jumlah posyandu sampai saat menjadi 5.
kegiatan yang dilakukan adalah penimbangan bayi, penyuntikan imunisasi, pemberian
obat, vitamin bagi balita dan penyuluhan KB kepada ibu-ibu.
Program KB ini sebenarnya sangat berguna bagi warga apalagi bagi warga
yang tingkat ekonominya rendah. Dengan program ini warga dapat merencanakan
masa depan yang lebih baik bagi anak dan keluarga mereka. Selain itu, dengan
mengikuti KB mereka dapat menekan biaya yang harus dikeluarkan oleh setiap
keluarga. Karena dengan hanya memiliki dua atau tiga orang anak setiap keluarga
tidak perlu bekerja sangat keras untuk membiayai anak-anak mereka.
2.5.5. Hubungan Sosial dan Organisasi Sosial
Hubungan penduduk Kelurahan Sirantau dengan antar tetangga memiliki
hubungan kekeluargaan yang sangat baik dan erat, dimana setiap selesai
melaksanakan tugas rumah tangga para ibu-ibu melakukan kunjungan ke tetangga
dengan tujuan menjalin hubungan yang baik, biasanya para ibu rumah tangga ini
berkumpul disalah satu rumah penduduk sambil bercengkrama dan mengobrol seputar
masalah rumah tangga maupun keadan lingkungan setempat.
Pada sore harinya para ibu mempunyai kebiasaan mengantarkan anak-anaknya
untuk jajan kewarung setelah mandi, di situ para ibu ini dapat beristirahat serta
mengawasi anak mereka yang sedang bermain dengan teman sebayanya.
Sedangkan para bapak-bapak biasanya berkumpul di warung kopi yang ada
sambil menghilangkan lelah seharian bekerja, mereka biasanya memesan secangkir
kopi sambil merasakan hembusan angin laut, disini juga biasanya mereka dapat
Annis Amalia : Tekap (Persepsi Keluarga Pemulung Tentang Pendidikan, di Kelurahan Sirantau, Kecamatan Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai), 2009. USU Repository 2009
membahas berbagai macam masalah seperti kondisi politik negara, pekerjaan, maupu
sekedar berbincang-bincang.
Organisasi sosial yang ada di Kelurahan Bagan Deli cukup beragam. Antara
lain ada organisasi yang terbentuk dari hubungan persamaan marga, hubungan
keagamaan (STM, Perwiritan, Partamiangan), hubungan persamaan pekerjaan
(organisasi buruh), komite kesehatan dan sebagainya.
Annis Amalia : Tekap (Persepsi Keluarga Pemulung Tentang Pendidikan, di Kelurahan Sirantau, Kecamatan Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai), 2009. USU Repository 2009
BAB III
AKTIVITAS KELUARGA TEKAP
Kampung Tekap
Kampung Tekap merupakan salah satu lingkungan yang ada di Kelurahan
Sirantau. Dulunya daerah ini merupakan areal sawah dan perkuburan. Akan tetapi
seiring berjalannya waktu, penduduk kota Tanjung Balai semakin bertambah sehingga
lahan yang dulunya sawah dan semak belukar dirubah menjadi area pemukiman.
Meskipun begitu daerah ini masih terkenal sebagai tempat perkuburan.
Sedikit cerita tentang sejarah kata Tekap sebenarnya berawal dari nama
tempat di mana para pemulung bertempat tinggal. Nama tempat itu disebut dengan
Teluk Ketapang, yang sering disingkat oleh masyarakat setempat dengan Tekap .
Dikarenakan seluruh penghuni pemukiman tersebut berprofesi sebagai pemulung dan
satu-satunya pemukiman pemulung yang ada di Kota Tanjung Balai, maka pada
akhirnya masyarakat memberikan sebutan Tekap untuk profesi pemulung di Kota
Tanjung Balai.
Kampung Tekap menjadi pemukiman pemulung sudah sejak 18 tahun yang
lalu. Pada awalnya keluarga yang tinggal ditempat ini hanya 2 keluarga saja. Keluarga
ini bekerja sebagai penjaga makam dan merawat kebun milik orang lain yang
tanahnya mereka tempati. Sebagai kerja sampingan mereka memulung. Lama
kelamaan semakin banyak orang yang dating ke kampong Tekap dan mulai bekerja
Annis Amalia : Tekap (Persepsi Keluarga Pemulung Tentang Pendidikan, di Kelurahan Sirantau, Kecamatan Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai), 2009. USU Repository 2009
menjadi pemulung. Hingga saat ini jumlah keluarga yang tinggal di Kampung Tekap
mencapai 35 Kepala Keluarga, dengan rincian 27 KK yang berprofesi sebagai
pemulung dan 8 KK sebagai pemilik tanah yang disewa oleh keluarga pemulung.
Sebagaian besar keluarga tersebut berprofesi sebagai pedagang.
Tempat tinggal atau perumahan merupakan salah satu factor yang penting,
selain menjadi indicator tingkat kemakmuran dan besarnya pendapatan seseorang.
Tempat tinggal juga merupakan kebutuhan dasar (primer) yang harus dipenuhi oleh
setiap individu (manusia), sehingga setiap individu akan senantiasa berusaha untuk
memiliki tempat tinggal walaupun sangat sederhana.
Semua rumah dan tanah tempat tinggal Tekap merupakan sewaan kepada
pemilik tanah. Ada yang hanya menyewa tanahnya saja dan ada yang menyewa
rumah. Kebanyakan rumah sewa tersebut adalah rumah yang tidak permanent. Rumah
itu terbuat dari papan dan beratapkan nipah walaupun ada yang beberapa beratapkan
seng. Bagi Tekap yang hanya menyewa tanah, mereka membangun sendiri rumahnya
dengan dinding gedek dan beratapkan daun nipah, lantainya dari semen kasar.
Pembayaran sewa rumah dan tanah dibayarkan dengan cara pertahun. Besaran
bayaran sewa rumah tersebut juga bervariasi, mulai dari Rp 500.000/tahun sampai Rp
650.000/tahun. Tentu saja besar kecil biaya sewa tersebut berdasarkan baik buruknya
kondisi rumah yang disepakati antara pemilik rumah dan penyewa. Kalau untuk sewa
tanah bayarannya sama yaitu Rp 250.000/tahun.
Rata-rata ukuran tiap-tiap rumah berkisar 3x6 meter persegi. Terdiri dari satu
ruang tamu dan kamar tidur yang disekat dengan triplek dan dapur. Untuk MCK
kebanyakan berada di luar rumah. Kebutuhan listrik dan air bersih cukup memadai.
Bagi yang menyewa rumah, listrik disediakan oleh pemilik rumah tapi satu meteran
listrik untuk dua rumah. Untuk air bersih, keluarga Tekap menyelang air ke pemilik
Annis Amalia : Tekap (Persepsi Keluarga Pemulung Tentang Pendidikan, di Kelurahan Sirantau, Kecamatan Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai), 2009. USU Repository 2009
rumah sewa dengan bayaran sebesar Rp 25.000/bulan. Sedangkan bagi penyewa
tanah, listrik dan air bersih dialirkan langsung dari pemilik tanah dengan bayaran
Rp.50.000/bulan.
Sanitasi dan drainase sebagian rumah sudah cukup baik, akan tetapi ada juga
yang masih belum, khususnya rumah tangga yang hanya menyewa tanah. Apabila
hujan turun akan menimbulkan becek dan bau menyengat di sekitar rumah.
Gambar 2. Kondisi Rumah Keluarga Tekap (doc)
Annis Amalia : Tekap (Persepsi Keluarga Pemulung Tentang Pendidikan, di Kelurahan Sirantau, Kecamatan Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai), 2009. USU Repository 2009
Keluarga Tekap
Dalam kehidupan berkelompok, bertahan hidup merupakan karakteristik dasar
manusia. Manusia telah mewarisi dan mengembangkan cara-cara yang khas dalam
kehidupan mereka dimana di dalam kelompok ternyata memerlukan partisipasi
anggota masyarakat yang sudah dewasa dari kedua jenis kelamin (Haviland,
William.A:1988:74)
Robert R Jay (dalam Khairani, 2007) mengatakan bahwa ada kterkaitan erat
antara keluarga inti dengan rumah tangga yaitu sebagai sebuah kesatuan ekonomi dan
social yang mandiri. Hampir semua orang hidup dalam keluarga dan rumah tangga,
keanggotaan yang biasanya dilandasi hubungan kekerabatan, perkawinan dan
keturunan yang secara simultan merupakan kombinasi satuan tempat tinggal, suatu
satuan kerjasama ekonomi (sekurang-kurangnya distribusi dan konsumsi) dengan
satuaqn yang didalamnya terdapat sebagian besar reproduksi dan sosialisasi anak
sejak dini.
Kelompok kekerabatan yang terkecil yang terdapat di kampung Tekap adalah
keluarga batih atau keluarga inti. Keluarga inti atau nuclear familiy adalah keluarga
yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak yang belum menikah. Selain keluarga inti
terdapat juga keluarga luas atau extended familiy .keluarga luas ini adalah suatu
keluarga yang terdiri dari seorang wanita, suaminya, anak-anak perempuan yang
sudah menikah ditambah suaminya atau anak laki-laki yang menikah ditambah
istrinya, yang terpenting disini adalah kesatuan ekonominya.
Annis Amalia : Tekap (Persepsi Keluarga Pemulung Tentang Pendidikan, di Kelurahan Sirantau, Kecamatan Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai), 2009. USU Repository 2009
Umumnya keluarga yang tinggal di Kampung Tekap adalah keluarga inti.
Rata-rata tiap keluarga memiliki 3-6 anak. Namun ditemukan ada unsur-unsur
kekerabatan dimana keluarga inti paman, bibi, dan uwak tinggal bersama di Kampung
Tekap.
Kehidupan keluarga manusia diatur oleh bermacam-macam adapt istiadat dan
hukum yang ditentukan oleh kebudayaannya. Dalam kehidupan keluarga itu setiap
individu berada dalam urutan kehidupan misalnya, masa bayi, penyapihan, kanak-
kanak, remaja sesudah menikah, hamil dan sebagainya (Koenjtaraningrat, 1974:88).
Dilihat dari segi lain dalam keluarga sebagai satu kesatuan social terdapat kategori-
kategori seperti ibu, bapak, anak, paman, bibi, kemenakan, cucu dan lain sebagainya.
Hubungan antara kategori ini diatur oleh sejumlah norma yang melahirkan posisi dan
tugas serta hak dan kewajiban tertentu bagi masing-masing anggota keluarga atau
peran social.
Peran social dalam keluarga menimbulkan hubungan-hubungan social tertentu,
baik yang didasarkan pertalian darah maupun sebagai akibat pernikahan, yang
dinamakan system kekerabatan. Kekerabatan adalah lembaga yang bersifat umum
dalam masyarakat dan memainkan peranan penting pada aturan tingkah laku dan
susunan kelompok, ia adalah alat dan bentuk hubungan social. Kerabat tak harus
tinggal disatu tempat, bukan hanya yang tinggal bersama yang bekerjasama dalam
kegiatan tertentu, dapat juga tak tinggal dalam satu rumah tangga.
Dalam kehidupan pemulung, sebagai suami maka diharapkan mampu memberi
nafkah atau barang-barang bagi keluarga dan isteri mengelola urusan rumah tangga.
system kekerabatan memainkan peranan penting dalam memelihara ikatan kelompok
dan solidaritas. Sebagai suatu system, kekerabatan mempunyai kategori-kategori
social yang berkaitan dengan hak dan kewajiban para anggotanya. Dalam kekerabatan
Annis Amalia : Tekap (Persepsi Keluarga Pemulung Tentang Pendidikan, di Kelurahan Sirantau, Kecamatan Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai), 2009. USU Repository 2009
terdapat istilah-istilah yang menunjukkan kedudukan para anggotanya tersebut.
Demikan pula dalam system pergaulan dan hubungan-hubungan kekerabatan yang
terjadi antara sesame pemulung di Kampung Tekap. Panggilan atau sebutan-sebutan
di atas memberikan konsekuensi-konsekuensi tertentu dalam menjalin hubungan
antara satu dengan yang lannya misalnya penghargaan dan penghormatan kepada
yang lebih tua dan lain-lain.
Penduduk Kampung Tekap didominasi dua suku yaitu suku Batak dan Jawa.
Awal mula kedatangan keluarga ini ke Kampung Tekap dikarenakan untuk mencari
pekerjaan dari desa ke kota dengan harapan mendapatkan penghidupan yang lebih
baik. Seperti yang diceritakan seorang informan kepada penulis berikut ini:
Lima belas tahun yang lalu bapak datang dari Tarutung ke tempat
sodara yang ada di Tanjung ini, maksud hati mau minta kerjalah ceritanya,eh tak
taunya awak ditawari kerja ke laut, cari ikan. Awak cobalah satu trip, rupanya tak
sanggup badan ini, lama kelamaan tak ada lagi yang bisa awak kerjakan,
menekaplah, biar bisa makan. Dulu tak banyak kali saingan, jadi lumayan juga hasil
dari menekap ini, jadilah sampe sekarang inilah kerjaan awak. (Herman, 48 tahun)
Pemulung merupakan pekerjaan disektor informal yang tidak memerlukan
keahlian khusus sehingga mudah dimasuki oleh para pencari kerja. Merupakan
alternative yang paling cepat dan mudah. Pemulung beranggapan bahwa pekerjaan
memulung bukanlah pekerjaan yang buruk dan diharamkan oleh agama, yang
terpenting bagi mereka adalah bagaimana cara agar seluruh anggota keluarga bisa
makan tanpa harus menjadi kelaparan.
Keluarga Tekap yang menjadi informan penelitian ini sebanyak 5 keluarga
dengan kategori-kategori tertentu. Penetapan informan ini dilakukan dengan teknik
snow ball. Kategori-kategorinya yaitu keluarga Tekap yang bersuku Batak dan Jawa,
Annis Amalia : Tekap (Persepsi Keluarga Pemulung Tentang Pendidikan, di Kelurahan Sirantau, Kecamatan Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai), 2009. USU Repository 2009
Keluarga Tekap yang partisipasi sekolahnya tinggi dan Keluarga Tekap yang
partisipasi sekolahnya rendah.
Aktivitas Keluarga Tekap Sehari-hari
Aktivitas di Pagi Hari
Pada pagi hari yang dimulai dari pukul 5 pagi, anggota keluarga yang pertam
sekali beraktivitas adalah ibu. Dimulai dengan mencuci pakaian, lalu memasak dan
menghidangkan sarapan untu