Upload
hanga
View
227
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
MODEL HUBUNGAN PEMASOK-PEMANUFAKTUR FURNITUR YANG MEMPERTIMBANGKAN PENYERAPAN
KARBON HUTAN JATI
Skripsi Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
RIRIN DEWI CAHYANI I 0308013
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
LEMBAR PENGESAHAN
MODEL HUBUNGAN PEMASOK-PEMANUFAKTUR FURNITUR YANG
MEMPERTIMBANGKAN PENYERAPAN KARBON HUTAN JATI
SKRIPSI
Oleh :
Ririn Dewi Cahyani I 0308013
Telah disidangkan di Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret dan diterima guna memenuhi persyaratan untuk mendapat gelar Sarjana Teknik.
Pada hari : Selasa Tanggal : 18 September 2012
Tim Penguji :
1. Muh. Hisjam, STP, MT (……………………………)
NIP. 19700626 199802 1 001
2. Dr. Kuncoro Harto Widodo, S.T.P., M.Eng (……………………………)
NIP. 197106021995121001
3. Dr. Wahyudi Sutopo, ST, M.Si (……………………………)
NIP. 19770625 200312 1 001
4. Ir. Murman Budijanto, MT., MIDEc (……………………………)
NIP. 19640516200012 1 001
Mengesahkan,
Ketua Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik,
Dr. Cucuk Nur Rosyidi, ST, MT NIP. 19711104 199903 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
SURAT PERNYATAAN
ORISINALITAS KARYA ILMIAH
Saya mahasiswa Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik UNS yang bertanda
tangan di bawah ini :
Nama : Ririn Dewi Cahyani
NIM : I 0308013
Judul Tugas Akhir : Model Hubungan Pemasok-Pemanufaktur Furnitur Yang
Mempertimbangkan Penyerapan Karbon Hutan Jati
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir atau Skripsi yang saya susun
tidak mencontoh atau melakukan plagiat dari karya tulis orang lain. Jika terbukti
Tugas Akhir yang saya susun tersebut merupakan hasil plagiat dari karya orang
lain maka Tugas Akhir yang saya susun tersebut dinyatakan batal dan gelar
sarjana yang saya peroleh dengan sendirinya dibatalkan atau dicabut.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan apabila di
kemudian hari terbukti melakukan kebohongan maka saya sanggup menanggung
segala konsekuensinya.
Surakarta, 18 September 2012
Ririn Dewi Cahyani I 0308013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
SURAT PERNYATAAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Saya mahasiswa Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik UNS yang bertanda
tangan di bawah ini :
Nama : Ririn Dewi Cahyani
NIM : I 0308013
Judul Tugas Akhir : Model Hubungan Pemasok-Pemanufaktur Furnitur Yang
Mempertimbangkan Penyerapan Karbon Hutan Jati
Menyatakan bahwa Tugas Akhir (TA) atau Skripsi yang saya susun sebagai syarat
lulus Sarjana S1 disusun secara bersama-sama dengan Pembimbing I dan
Pembimbing II. Bersamaan dengan syarat pernyataan ini bahwa hasil penelitian
dari Tugas Akhir (TA) atau Skripsi yang saya susun bersedia digunakan untuk
publikasi dari proceeding, jurnal, atau media penerbit lainnya baik di tingkat
nasional maupun internasional sebagaimana mestinya yang merupakan bagian
dari publikasi karya ilmiah.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Surakarta, 18 September 2012
Ririn Dewi Cahyani I 0308013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan
laporan Skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu selama penyusunan laporan
skripsi ini, yaitu:
1. Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya.
2. Kedua orangtua tercinta yang selalu mendoakan, melimpahkan kasih sayang,
dan memberi dukungan selama pengerjaan skripsi.
3. Dr. Cucuk Nur Rosyidi, selaku Ketua Jurusan Teknik Industri UNS.
4. Muh. Hisjam, STP, MT selaku pembimbing I yang telah memperlancar proses
penelitian dan memberikan bimbingan serta pengarahannya.
5. Dr. Kuncoro Harto Widodo, S.T.P., M.Eng selaku pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahannya.
6. Dr. Wahyudi Sutopo, ST, M.Si selaku penguji yang telah memberikan
pengarahan, kritik, dan saran terhadap penelitian ini.
7. Ir. Murman Budijanto, MT., MIDEc selaku penguji yang telah memberikan
kritik dan saran terhadap penelitian ini.
8. Seluruh karyawan dan staf Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah yang telah
memperlancar perijinan penelitian dan atas informasi yang telah diberikan.
9. Ir. Taufik Setyadi, MBA, MM selaku General Manajer Kesatuan Bisnis
Mandiri Industri Kayu Brumbung yang telah memberikan ijin penelitian demi
memperlancar penelitian ini.
10. Seluruh karyawan dan staf Kesatuan Bisnis Mandiri Industri Kayu Brumbung,
terima kasih atas informasi dan data yang telah diberikan.
11. Fitriyah Amira Assegaf sebagai teman seperjuangan atas segala bentuk
dukungan dan bantuan dalam mencari data selama penelitian.
12. Teman-teman asisten Laboratorium Sistem Logistik dan Bisnis, terima kasih
atas dukungannya.
13. Teman-teman Teknik Industri 2008, terima kasih atas persahabatan,
kebersamaan, dan kekompakannya selama ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
14. Teman-teman Kos Tisanda I, terima kasih atas dukungan, persahabatan, dan
kebersamaannya.
15. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas
segala bantuan dan pertolongan yang telah diberikan.
Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna dan banyak
memiliki kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik, masukan, dan
saran yang membangun untuk penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini
dapat memberikan manfaat bagi pembaca sekalian.
Surakarta, September 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRAK
Ririn Dewi Cahyani, NIM : I0308013. MODEL HUBUNGAN PEMASOK-PEMANUFAKTUR FURNITUR YANG MEMPERTIMBANGKAN PENYERAPAN KARBON HUTAN JATI. Skripsi. Surakarta : Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, September 2012.
Perum Perhutani (PP) Unit I Jawa Tengah, sebagai sebuah BUMN memiliki kewajiban tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan bahan baku log jati bagi industri kayu, namun juga berkewajiban melestarikan lingkungan dengan mempertahankan hutan yang ada. Hutan yang dipertahankan merupakan kompensasi upaya penyerapan karbon hutan jati. PP juga berkewajiban untuk mengeluarkan Corporate Social Responsibility (CSR) dan memperhatikan K3 karyawan. Dalam model, PP berperan sebagai pemasok.
Kesatuan Bisnis Mandiri Industri Kayu Brumbung (KBM IKB) memiliki tanggung jawab untuk memenuhi permintaan ekspor furnitur kayu. KBM IKB memiliki kewajiban untuk memanfaatkan semaksimal mungkin log jati yang dipasok pemasok agar limbah yang dihasilkan minimal. KBM IKB juga berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan Alat Pelindung Diri (APD) karyawan. Dalam model, KBM IKB berperan sebagai pemanufaktur furnitur.
Dalam mencapai tujuan dan melaksanakan kewajibannya, PP dan KBM IKB harus berusaha mencapai target-target dimana dalam pencapaiannya mungkin saling bertentangan. Pada penelitian ini dikembangkan model hubungan pemasok – pemanufaktur furnitur yang melibatkan perdagangan karbon. Model ini disusun berdasarkan tujuh fungsi tujuan yaitu dari benefit ekonomi, sosial, dan lingkungan. Benefit ekonomi diukur dari profit PP dan profit KBM IKB, benefit lingkungan diukur dari luas area hutan jati untuk perdagangan karbon dan minimasi limbah KBM IKB, dan benefit sosial diukur dari CSR PP, pengadaan APD untuk keselamatan karyawan di PP dan KBM IKB.
Pada tahap awal penyusunan model, dilakukan pendeskripsian karakteristik sistem dan memunculkan variabel-variabel yang mempengaruhi sistem relevan objek kajian. Selanjutnya dilakukan penyusunan model dengan prinsip-prinsip goal programming. Setelah itu, model diuji dengan memasukkan nilai-nilai parameter yang diambil dari data perusahaan dan literatur. Uji coba model dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Lingo 11.0. Pada tahap akhir dilakukan analisis terhadap model.
Hasil uji coba model menunjukkan bahwa pada skenario feasible semua goal dapat tercapai targetnya dan dengan pencapaian yang favorable. Dari uji coba tersebut dapat disimpulkan bahwa model ini dapat mendukung hubungan pemasok dan pemanufaktur untuk mencapai target-target terkait kriteria performansi benefit ekonomi, lingkungan, dan sosial yang merupakan objek kajian dari sustainable supply chain.
Kata-kata kunci: ketersediaan log jati, penyerapan karbon, goal programming,
sustainability xviii + 73 halaman; 18 gambar; 23 tabel; 2 lampiran; daftar pustaka : 26 (2000-2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSTRACT
Ririn Dewi Cahyani, NIM : I0308013. A RELATIONSHIP MODEL BETWEEN SUPPLIER AND FURNITURE MANUFACTURER THAT INVOLVING CARBON SEQUESTRATION TEAK FOREST. Thesis. Surakarta : Department of Industrial Engineering, Faculty of Engineering, Sebelas Maret University, September 2012.
Perum Perhutani (PP) Unit I Central Java, as the government corporate, has a duty not only to meet the raw material needs of teak logs for the timber industry, but also the obligation to preserve the environment by maintaining the existing forest. Conserved forest is compensation teak forest carbon sequestration effort. In addition, PP is also obligated to issue a Corporate Social Responsibility (CSR) and pay attention to the health and safety of employees. In the model, PP role as a supplier.
Kesatuan Bisnis Mandiri Industri Kayu Brumbung (KBM IKB) has a responsibility to meet the demand for wooden furniture export. KBM IKB has an obligation to get the most out of teak logs were supplied by supplier that produced minimal waste. KBM IKB is also committed to protecting the health and safety of employees to meet the needs of Personal Protective Equipment (PPE). In the model, KBM IKB role as a manufacturer of furniture.
In achieving its objectives and carry out its obligations, PP and KBM IKB should try to achieve the targets in which the accomplishment may be conflicting. This study developed a relationship model between supplier and furniture manufacturer involving carbon trading. This model is based on seven objective functions that benefit from economic, social, and ecological. Economic benefits measured from profit of PP and KBM IKB , ecological benefits measured from teak forest area for carbon trading and KBM-IKB waste minimization , and social benefits measured from CSR PP and PPE's procurement for the safety of employees both PP and KBM IKB.
In the early stage of modeling, done description of the system characteristics and bring the variables that affect the system relevant object of study. Furthermore, conducted modeling with the principles of goal programming. After that, model was tested with the values of the parameters taken from the company's data and literature. Test model is conducted by using software Lingo 11.0. In the final stage conducted model analysis.
The results of test model showed that all targets and goals can be achieved with a favorable achievement in the feasible scenario. From the test model, it can be concluded that this model can support a supplier and manufacturer relationships to achieve the target performance criteria related to economic, ecological, and social benefits that objects of a sustainable supply chain.
Key words: Availability of teak log, carbon sequestration, goal programming,
sustainability consideration xviii + 73 pages, 18 figures; 23 tables; 2 appendix; references: 26 (2000-2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA ILMIAH...........
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH..................
KATA PENGANTAR..............................................................................
ABSTRAK................................................................................................
ABSTRACT..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................
i
ii
iii
iv
v
vii
viii
ix
DAFTAR TABEL..................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………... I-1
1.2 Perumusan Masalah....................................................... I-5
1.3 Tujuan Penelitian........................................................... I-5
1.4 Manfaat Penelitian......................................................... I-6
1.5 Batasan Masalah............................................................ I-6
1.6 Asumsi Penelitian.......................................................... I-6
1.7 Sistematika Penulisan.................................................... I-7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Profil Perusahaan…………………………………….. II-1
2.1.1 Profil Perum Perhutani....................................... II-1
2.1.2 Visi dan Misi Perum Perhutani……………….. II-2
2.1.3 Profil KBM IKB.................................................
2.1.4 Visi dan Misi KBM IKB....................................
II-3
II-4
2.2 Supply Chain Management…………………………… II-4
2.3 Sustainable Supply Chain..............................................
2.4 Model Sistem.................................................................
2.5 Model Matematik...........................................................
2.6 Validitas Model..............................................................
II-5
II-7
II-8
II-8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
2.7 Influence Diagram.........................................................
2.8 Goal Programming.........................................................
2.9 Perdagangan Karbon......................................................
2.9.1 Protocol Kyoto………………………………...
2.9.2 Perdagangan Karbon Sektor Kehutanan………
2.9.3 Permasalahan Perdagangan Karbon…………...
2.9.4 Model Referensi.................................................
II-9
II-9
II-11
II-11
II-12
II-13
II-13
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian.................................................... III-1
3.2 Bagan Alir Penelitian………………………………….
3.2.1 Studi Pendahuluan……………………………..
3.2.2 Perumusan Masalah dan Tujuan………………
3.2.3 Studi Pustaka…………………………………..
3.2.4 Kajian Sistem………………………………….
3.2.5 Pengumpulan Data…………………………….
3.2.6 Karakteristik Sistem…………………………...
3.2.7 Pengembangan Model Hubungan Pemasok dan
Pemanufaktur………………………………….
3.2.8 Verifikasi Model………………………………
3.2.9 Uji Coba Model………………………………..
3.2.10 . Analisis……………………………………...…
3.2.11 Kesimpulan dan Saran……………………...…
III-4
III-4
III-4
III-4
III-4
III-6
III-6
III-6
III-7
III-7
III-7
III-8
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Pengumpulan Data……………………………………. IV-1
4.1.1 Data Perdagangan Karbon………………….....
4.1.2 Data Perum Perhutani…………………………
4.1.3 Data KBM IKB………………………………..
IV-1
IV-2
IV-4
4.2 Pengolahan Data............................................................ IV-7
4.2.1 Karakteristik Sistem........................................... IV-7
4.2.2 Penentuan Variabel-Variabel yang
Berpengaruh……………………………...........
4.2.3 Pengembangan Model........................................
IV-10
IV-13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. xiv
LAMPIRAN
Lampiran 1. : Script Program Lingo 11.0............................... L-1
Lampiran 2 : Output Program Lingo 11.0.............................. L-7
4.2.4 Verifikasi Model................................................ IV-20
4.2.5 Uji Coba Model.................................................. IV-21
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
5.1 Interpretasi Hasil……………………………………… V-1
5.2 Analisis Model………………………………………...
5.2.1 Analisis Sensitivitas…………………………...
5.2.2 Analisis Kesalahan…………………………….
V-4
V-5
V-10
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan…………………………………………… VI-1
6.2 Saran…………………………………………….......... VI-2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Tabel 2.2
Tabel 2.3
Tabel 2.4
Tabel 3.1
Wilayah Kerja Perum Perhutani……………………………
Produk-Produk KBM IKB…………………………………
Perbedaan SCM Konvensional dan s-SCM………………..
Aljabar Tipe Tujuan………………………………………..
Posisi Penelitian………………...………………………….
II-2
II-3
II-6
II-10
III-2
Tabel 4.1 Luas Area Hutan Jati tiap KU KPH Kendal.......................... IV-1
Tabel 4.2 Harga APD PP……………………………………………... IV-3
Tabel 4.3 Harga Jual Log Jati dan Biaya Simpan……………………. IV-4
Tabel 4.4 Harga APD KBM IKB…………………………………….. IV-5
Tabel 4.5 Nilai Konversi Produk – Log………………………………. IV-5
Tabel 4.6 Nilai Konversi Log – Limbah……………………………… IV-6
Tabel 4.7 Permintaan Produk………………………………………… IV-7
Tabel 4.8 Skenario Uji Coba Model………………………………….. IV-23
Tabel 4.9
Tabel 5.1
Tabel 5.2
Tabel 5.3
Tabel 5.4
Tabel 5.5
Tabel 5.6
Tabel 5.7
Tabel 5.8
Tabel 5.9
Hasil Uji Coba Model………………………………………
Pencapaian Kriteria Performansi Pemasok………………...
Pencapaian Kriteria Performansi Pemanufaktur…………...
Perubahan Jumlah Permintaan terhadap Kriteria
Performansi…………………………………………...........
Perubahan Harga Karbon terhadap Kriteria Performansi…..
Perubahan Harga Karbon terhadap Profit PP………………
Perubahan Biaya Pemeliharaan terhadap Total Biaya PP….
Perubahan Harga Log Jati terhadap Total Profit PP………..
Perubahan Biaya Tenaga Kerja Langsung terhadap Total
Biaya KBM IKB……………………………………………
Perubahan Harga Furnitur terhadap Total Profit KBM IKB.
IV-24
V-1
V-2
V-6
V-8
V-9
V-11
V-12
V-13
V-14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Gambaran Umum SCM pada Industri Furnitur………… II-5
Gambar 2.2 House of Sustainable Supply Chain Management……… II-6
Gambar 2.3 Diagram Konvensi Influence Diagram…………………. II-9
Gambar 3.1 Metodologi Penelitian…………………………………... III-5
Gambar 4.1 Kapasitas Karbon tiap KU................................................ IV-2
Gambar 4.2
Gambar 4.3
Gambar 4.4
Gambar 4.5
Gambar 4.6
Gambar 5.1
Gambar 5.2
Gambar 5.3
Gambar 5.4
Gambar 5.5
Gambar 5.6
Gambar 5.7
Gambar 5.8
Kerangka Entitas...............................................................
Aliran Proses Perdagangan Karbon..................................
Influence Diagram………………………………………
Causal Loop Diagram…………………………………..
Alur Prosedur untuk Menyelesaikan Goal Programming
Perubahan Jumlah Permintaan Furnitur terhadap Profit
PP………………………………………………………..
Perubahan Jumlah Permintaan Furnitur terhadap Profit
KBM IKB……………………………………………….
Perubahan Harga Karbon terhadap Profit PP…………...
Persentase Perdagangan Karbon terhadap Profit PP…...
Perubahan Biaya Pemeliharaan Pohon Jati terhadap
Total Biaya PP…………………………………………..
Perubahan Harga Log Jati terhadap Total Profit PP…….
Perubahan Biaya Tenaga Kerja Langsung terhadap
Total Biaya KBM IKB…………………………………..
Perubahan Harga Furnitur terhadap Total Profit KBM
IKB……………………………………………………...
IV-8
IV-9
IV-12
IV-13
IV-23
V-6
V-6
V-8
V-10
V-11
V-13
V-14
V-15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR PUSTAKA
Ageron, B., Gunasekaran, A., dan Spalanzani, A. 2011. Sustainable Supply
Management: An Empirical Study. International Journal of Production
Economics, doi:10.1016/j.ijpe.2011.04.007.
Cetinkaya, B., Cuthbertson, R., Ewer, G., Klaas-Wissing, T., Piotrowicz, W., dan
Tyssen, C. 2011. Sustainable Supply Chain Management: Practical Ideas
for Moving Towards Best Practice. Springer-Verlag Berlin Heidelberg,
2011.
Chopra, S. dan Meindl, P. 2004. Supply Chain Management. Edisi 2. Upper
Saddle River: Pearson Prentice Hall.
Daellenbach, HG. dan McNickle, D.C. 2005. Management Science Decision
Making Through Systems Thinking. Palgrave Macmillan, New York, USA.
Gideon, J. 2012. Ekspor Furnitur 2010 Naik 20%. http://www.indonesiafinance
today.com/read/1422/Ekspor-Furnitur-2010-Naik-20. Diakses 2 Februari
2012.
Ginoga, K., Wulan, Y.C., dan Djaennudin, D. 2005. Karbon Dan Peranannya
Dalam Meningkatkan Kelayakan Usaha Hutan Tanaman Jati (Tectona
grandis) di KPH Saradan, Jawa Timur. Jurnal Penelitian Sosial & Ekonomi
Vol. 2 No. 2, Hal. 183-202.
Habibie, A., Hisjam, M., Sutopo, W., dan Widodo, K.H. 2012. A Relationship
Model between Supplier and Manufacturer for Securing Availability of
Teak Log in Export Oriented Furniture Industry with Sustainability
Considerations. Proceeding of the International MultiConference of
Engineers and Computer Scientists 2012 Vol II, IMECS 2012, March 14 –
16, 2012, Hong Kong.
Hester, R.E., Harrison, R.M. 2010. Issues In Environmental Science And
Technology – Carbon Capture Sequestration and Storage. The Royal
Society of Chemistry, Cambridge, UK.
Hisjam, M., Ota, I., Guritno, A.D., Simon, H., dan Tandjung, S.D. 2010.
Comparing the practices of forest product certification between perum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
perhutani and yusuhara forest owner’s cooperative, in Proc. Sustainable
Bio-resources for Global Welfare Conf. , 7 - 8 Agustus, Bali, Indonesia.
Hisjam, M., Guritno, A.D., Simon, H., dan Tandjung, S.D. 2011a. A framework
for the development of sustainable supply chain management for business
sustainability of export-oriented furniture industry in indonesia (a case study
of teak wooden furniture in central java province). In Proc. the 1st
International Conference on Industrial Engineering and Service Science, 20
– 21 September, Sol.
Hisjam, M., Guritno, A.D., Simon, H., dan Tandjung, S.D. 2011b. The
development of sustainable supply chain model of the relationship between
wood supplier with furniture industry in indonesia: a case study,” In Proc. of
IGSCI, Indonesia, November, 2011.
Jones, D., Tamiz, M. 2010. Practical Goal Programming. Springer New York
Dordrecht Heidelberg London.
Kardono. 2010. Memahami Perdagangan Karbon. Pusat Standardisasi dan
Lingkungan, Kementerian Kehutanan.
KBM IK Brumbung. KBMIK-BRB/PM/PA-PM/00 PANDUAN MUTU. Perum
Perhutani KBM IK Brumbung.
Keles, S. 2010. Forest optimisation models including timber production and
carbon sequestration values of forest ecosystems: a case study. International
Journal of Sustainable Development & World Ecology, Vol. 17, No. 6, Hal.
468–474.
Kementrian Kehutanan. 2010. Ketidakseimbangan Distribusi Nilai Tambah dalam
Rantai Nilai (Value Chain) Mebel. Police Brief Volume 4 No. 7.
KKPH Kendal. 2011. Public Summary Kendal. Perum Perhutani Unit I Jawa
Tengah Kesatuan Pemangkuan Hutan Kendal.
León-Peña, J.R. 2008. e-Business And The Supply Chain Management. Secured
Assets Yield Corporation Limited Acapulco 36 – 9o piso, Colonia Condesa,
Mexico City.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
Media Indonesia. 2011. Pembalak Liar Babat 4.265 Pohon Jati di Bojonegoro.
http://www.mediaindonesia.com/read/2011/12/02/280656/289/101/Pembala
k-Liar-Babat-4.265-Pohon-Jati-di-Bojonegoro. Diakses 23 Februari 2012.
Menteri Kehutanan. 2009. Peraturan Menhut RI Nomor: P.30/Menhut-II/2009
tentang Tata Cara Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan
(REDD).
Oktyajati, N. 2009. Perencanaan Alokasi Bahan Baku Industri Pengolahan Kayu
Jati (IPKJ) Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah Dengan Metode Linear
Programming. Skripsi Sarjana-1, Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Razak, A. 2007a. Kajian Yuridis CarbonTrade dalam Penyelesaian Efek Rumah
Kaca. Makalah Etika dan Kebijakan Perudangan Lingkungan. Program
Pasca Sarjana/ S2 - Program Studi Manajemen Konservasi Sumber Daya
Alam dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Razak, A. 2007b. Kelayakan Kompensasi yang ditawarkan dalam Perdagangan
Karbon. Makalah Manajemen Hutan Lanjutan Program Pasca Sarjana / S2
- Program Studi Manajemen Konservasi Sumber Daya Aalam dan
Lingkungan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Regional Economic Development Indonesia (REDI). 2007. Studi Hambatan
Kebijakan Bagi Industri Furnitur - Hasil Studi Di Jawa Timur Dan Jawa
Tengah. USAID: The United States Agency for International Development.
Sutopo, W., Devi, A.O.T., Hisjam, M., dan Yuniaristanto. 2012. A Model for
Procurement and Inventory Planning for Export-Oriented Furniture Industry
in Indonesia: A Case Study. Proceeding of the International
MultiConference of Engineers and Computer Scientists 2012 Vol II, IMECS
2012, March 14 – 16, 2012, Hong Kong.
Teuteberg, F., dan Wittstruck, D. 2010. A systematic review of sustainable supply
chain management research: what is there and what is missing?. In Proc. of
MKWI, pp. 1001-1015.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
Zhou, Z., Cheng, S., dan Hua, B. 2000. Supply Chain Optimization of Continuous
Process Industries with Sustainability Considerations. ELSEVIER:
Computers and Chemical Engineering, No. 24, Hal. 1151-1158.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I-1
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan beberapa hal mengenai latar belakang, perumusan
masalah, tujuan, manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi, dan sistematika
penulisan laporan.
1.1 Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai salah satu negara eksportir furnitur terbesar di
dunia. Tahun 2006 posisi ekspor produk furnitur Indonesia di dunia berada pada
peringkat 8 dengan urutan dari peringkat tertinggi Cina, Kanada, Meksiko, Itali,
Vietnam, Malaysia, dan Taiwan (REDI, 2007). Permintaan dunia yang terus
meningkat menjadi penyebab naiknya nilai ekspor furnitur. Ini terbukti dari
peningkatan kinerja ekspor produk furnitur dan kerajinan Indonesia selama tahun
2010 mencapai US$ 2,70 miliar dan pada tahun 2009 sebesar US$ 2,25 miliar
atau naik 20,17% (Gideon, 2011). Produk-produk furnitur yang terkenal di
Indonesia merupakan hasil kerajinan para pengrajin yang tersebar di beberapa
kota di Jawa Tengah, seperti Semarang, Jepara, Klaten, Sukoharjo, Kudus,
Rembang, Blora dan Sragen.
Perkembangan industri furnitur di Indonesia khususnya di Jawa Tengah tidak
lepas dari beberapa permasalahan. Permasalahan tersebut adalah terjadinya
kesenjangan yang tinggi antara ketersediaan (supply) dan permintaan (demand)
bahan baku, persaingan tidak sehat diantara industri mebel kayu, kelangkaan
bahan baku dan harga bahan baku kayu yang fluktuatif dikalangan para pemasok
kayu, kurangnya akses informasi pasar, dan permintaan legalitas keaslian bahan
baku oleh negara pengimpor (Kemenhut, 2010). Dari beberapa permasalahan
tersebut, permasalahan yang paling sering dihadapi oleh industri furnitur adalah
ketersediaan bahan baku (Sutopo, dkk., 2012). Masalah ketersediaan bahan baku
adalah masalah yang paling kritis yang perlu disoroti oleh para pengrajin furnitur.
Para pengrajin produk-produk furnitur menggunakan bahan baku utama
kayu jati. Menurut Hisjam, dkk. (2011b), kayu jati merupakan bahan baku utama
pada industri furnitur yang memiliki kualitas ekspor tinggi. Pemilihan kayu jati
sebagai bahan baku utama karena kayu jati memiliki karakteristik mudah di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I-2
proses, kuat, tahan lama, dan yang terpenting memiliki aspek keindahan. Selain
itu, sebagian besar hutan produksi Perum Perhutani merupakan hutan tanaman jati
(Tectona grandis). Hutan produksi berisi 498.813 ha area produksi tanaman jati dan
220.598 ha untuk area lain (Hisjam, dkk., 2010).
Perum Perhutani (PP) merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di
Indonesia yang memiliki tugas dan wewenang untuk menyelenggarakan
perencanaan, pengurusan, pengusahaan dan perlindungan hutan di wilayah
kerjanya. Visi PP adalah menjadi pengelola hutan lestari untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Untuk itu, PP diharapkan mampu memberikan pemasukan
keuangan negara dan tetap menjaga kelestarian hutan. Kontribusi dalam
memberikan pemasukan keuangan negara dilakukan dengan pengelolaan hasil
hutan (kayu jati) untuk pasokan bahan baku ke industri furnitur. Selain
memberikan pasokan bahan baku industri furnitur yang memadai dan dengan
harga yang terjangkau secara berkelanjutan, PP juga memiliki tugas untuk tetap
menjaga kelestarian hutan. Dua hal tersebut harus berjalan dengan selaras, namun
untuk menyelaraskan kedua hal tersebut tidaklah mudah.
Dalam pelaksanaan tugasnya, PP mengalami beberapa masalah. Adanya
pembalakan liar menyebabkan kerugian yang besar bagi negara. Seperti kasus
pembalakan liar di Perum Perhutani Kesatuan Pemangku Hutan (KPH)
Bojonegoro, Jawa Timur menyebabkan kerugian sebesar Rp.2 miliar akibat
sedikitnya 4.265 pohon ditebang oleh para pembalak liar (Media Indonesia, 2011).
Oleh karena itu, PP perlu mengeluarkan tanggung jawab sosial perusahaan atau
Corporate Social Responsibility (CSR) seperti yang telah diatur dalam PER-
05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan
Program Bina Lingkungan.
Hutan memang perlu dilindungi dan dilestarikan. Banyak manfaat yang
bisa didapatkan dari kelestarian hutan. Salah satu manfaat hutan adalah sebagai
paru-paru bumi yang menghasilkan oksigen untuk kehidupan dan menjaga
keseimbangan iklim. Iklim yang buruk diakibatkan oleh perkembangan teknologi
yang tidak seimbang dengan kelestarian hutan. Hal ini menyebabkan adanya
global warming yang merupakan dampak menurunnya fungsi hutan sebagai
penyerap karbon dioksida (CO2).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I-3
Menurut Hester, dkk. (2010), bahan bakar fosil memberikan 81% dari
pasokan energi komersial di dunia. Konsumsi bahan bakar fosil menghasilkan
hampir 30 Pg (petagram) CO2 per tahun. Sampai saat ini, hampir semua CO2 telah
dirilis ke atmosfer. Di masa lalu, atmosfer dianggap cukup besar untuk
menampung setiap tambahan CO2, tetapi kandungan CO2 dari atmosfer kini telah
meningkat lebih dari sepertiga sejak awal revolusi industri, yaitu dari 280 part per
million (ppm) sekarang menjadi 385 ppm. Peningkatan kandungan CO2 perlu
ditanggulangi dengan adanya keberadaan hutan sebagai area penyerapan karbon.
Hal ini dapat dikendalikan dengan adanya sistem perdagangan karbon sehingga
hutan tidak hanya memberikan pemasukan keuangan dari penjualan atau
pengolahan kayu, tetapi juga dari perdagangan karbon.
Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor :
P.30/Menhut-II/2009, perdagangan karbon merupakan kegiatan perdagangan jasa
yang berasal dari kegiatan pengelolaan hutan yang menghasilkan pengurangan
emisi dari deforestasi dan degradasi hutan. Sedangkan menurut Razak (2007a),
perdagangan karbon adalah menjual kemampuan pohon untuk menyerap sejumlah
karbon yang dikandung di atmosfer agar disimpan didalam biomasa pohon untuk
waktu yang ditentukan. Perdagangan karbon dilakukan antara PP (penjual kredit
karbon) dan pembeli kredit karbon. PP menyediakan lahan yang dipertahankan
untuk area perdagangan karbon sedangkan pembeli kredit karbon merupakan
pihak yang bertanggung jawab untuk mengurangi emisi dari deforestasi dan
degradasi hutan.
Salah satu industri furnitur yang mendapatkan pasokan bahan baku kayu
jati adalah Kesatuan Bisnis Mandiri Industri Kayu Brumbung (KBM IKB) – salah
satu kesatuan bisnis mandiri yang dimiliki PP. Produk yang dihasilkan oleh KBM
IKB adalah Garden Furniture, Housing Component, Flooring, Parquet, dan
Finger Joint Laminating. Untuk dapat memaksimalkan profit, KBM IKB harus
memaksimalkan penggunaan kayu jati yang telah di alokasikan PP dan
meminimalkan limbah hasil pengolahan.
Selain aspek ekonomi, KBM IKB juga perlu memerhatikan aspek
lingkungan. Suatu perindustrian seperti KBM IKB tentu menghasilkan limbah sisa
hasil produksi furnitur. Limbah yang dihasilkan berupa sisa hasil pengolahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I-4
furnitur seperti serbuk sisa penggergajian kayu dan kayu sisa-sisa pemotongan
(tungkel). Tidak semua limbah yang dihasilkan KBM IKB tidak bermanfaat.
Limbah yang dihasilkan KBM IKB dapat dijadikan bahan bakar dan atau
langsung dijual. Untuk limbah tungkel dapat digunakan sebagai bahan bakar di
kiln dry atau langsung dijual dan limbah serbuk langsung dijual. Tentunya hal ini
akan menambah pemasukan bagi KBM IKB. Limbah yang dihasilkan perlu
diminimalisir agar penggunaan log kayu jati dapat dimaksimalkan.
KBM IKB juga harus memerhatikan keselamatan dan kesehatan
karyawannya. Ini dapat diwujudkan dengan pengadaan APD (Alat Pelindung Diri)
untuk masing-masing karyawan. Pengadaan APD ini telah diatur dalam
PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri pasal 2 (1) yang menyatakan
bahwa pengusaha wajib menyediakan APD bagi pekerja/buruh di tempat kerja.
Tidak hanya pada KBM IKB, PP juga perlu memerhatikan keselamatan dan
kesehatan karyawannya.
Dari kajian hubungan PP sebagai pemasok dan KBM IKB sebagai
pemanufaktur, dapat dilihat permasalahan dalam aspek ekonomi, lingkungan, dan
sosial. Dalam aspek ekonomi, PP harus memasok log kayu jati agar KBM IKB
dapat memenuhi permintaan pasar dan tetap menjaga kelestarian lingkungan
dengan cara melakukan perdagangan karbon. Dilihat dari aspek lingkungan, PP
perlu menjaga ketersediaan lahan untuk perdagangan karbon sedangkan KBM
IKB perlu meminimasi limbah agar dapat memaksimalkan penggunaan log kayu
jati. Dilihat dari aspek sosial, PP perlu mengeluarkan CSR untuk menjaga
kesejahteraan rakyat sekitar dan melakukan pengadaan APD untuk karyawannya.
KBM IKB juga perlu melakukan pengadaan APD untuk menjaga kesehatan dan
keselamatan kerja karyawan. Selain itu, pengadaan APD perlu dilakukan untuk
audit Sistem Verivikasi Legalitas Kayu (SVLK).
Penelitian terdahulu terkait hubungan pemasok pemanufaktur dilakukan
oleh Zhou, dkk. (2000) dan Habibie, dkk. (2012). Model yang dikembangkan oleh
Zhou, dkk. (2000) meneliti tentang optimisasi supply chain untuk produksi yang
berkelanjutan. Dalam model ini telah dipertimbangkan aspek ekonomi, aspek
sosial, dan aspek lingkungan. Model Zhou, dkk. (2000) hanya mempertimbangkan
kepentingan satu perusahaan. Sedangkan model yang dikembangkan oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I-5
Habibie, dkk. (2012) merupakan model yang telah mempertimbangkan aspek
ekonomi, aspek sosial, dan aspek lingkungan pada hubungan dua perusahaan,
yaitu PP sebagai pemasok dan VSU sebagai pemanufaktur.
Pada penelitian sebelumnya, faktor perdagangan karbon belum
dipertimbangkan. Pada penelitian ini dikembangkan model hubungan pemasok
pemanufaktur yang mempertimbangkan aspek keberlanjutan (sustainability) yaitu
mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan (Cetinkaya, dkk.,
2011) dengan melibatkan adanya perdagangan karbon sebagai media penyerapan
karbon hutan jati. Penelitian ini dikembangkan untuk membuat pandangan baru
tentang hubungan pemasok dengan pemanufaktur tersebut.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan dalam penelitian
ini dirumuskan yaitu:
1. Bagaimana model s-SC pada hubungan antara pemasok dan pemanufaktur
yang melibatkan perdagangan karbon sebagai media penyerapan karbon
hutan jati?
2. Upaya apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan nilai ekonomi, nilai
sosial, dan nilai lingkungan bagi pemasok kayu jati dan bagi industri furnitur?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Menggambarkan keterkaitan antara pemasok log jati (pengelola hutan jati),
pemanufaktur furnitur, dan pembeli kredit karbon pada sistem rantai pasok
furnitur.
2. Membuat model s-SC pada hubungan antara pemasok dan pemanufaktur yang
melibatkan perdagangan karbon sebagai media penyerapan karbon hutan jati.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I-6
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Model s-SC diharapkan membantu Perum Perhutani dalam hal penentuan
jumlah area hutan yang ditanam, jumlah area hutan yang dipertahankan
sebagai penyerap karbon, dan jumlah area hutan yang dipanen serta
memberikan usul dalam mengeluarkan biaya CSR dan pengadaan APD
sehingga ekosistem hutan jati tetap terjaga.
2. Mendukung keberlanjutan produksi pada industri furnitur KBM IKB,
meminimalisisr limbah yang dihasilkan, dan meningkatkan keselamatan dan
kesehatan karyawan.
1.5 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Periode waktu perencanaan yang digunakan adalah tahunan selama lima
tahun, yaitu tahun 2007 – 2011.
2. Densitas karbon Kelas umur (KU) pohon jati yaitu KU I – VI.
3. Perum Perhutani KPH Kendal sebagai area hutan jati.
4. Perdagangan karbon dilakukan pada pohon jati dengan umur pohon di atas 5
tahun.
1.6 Asumsi Penelitian
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Perum Perhutani menyediakan lahan untuk perdagangan karbon.
2. Luas area hutan perdagangan karbon merupakan sisa total luas hutan setelah
dilakukan pemanenan pohon jati.
3. Ada pembeli kredit karbon yang bersedia menurunkan emisi karbon dengan
harga yang telah disepakati oleh kedua belah pihak (PP dan pembeli kredit
karbon).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I-7
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dibuat agar dapat memudahkan pembahasan
penyelesaian masalah dalam penelitian ini. Penjelasan mengenai sistematika
penulisan adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan berbagai hal mengenai latar belakang penelitian,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan
masalah, asumsi-asumsi dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan teori-teori yang akan dipakai untuk mendukung
penelitian. Tinjauan pustaka diambil dari berbagai sumber yang
berkaitan langsung dengan permasalahan yang dibahas dalam
penelitian. Tinjauan pustaka berisi tentang definisi supply chain
management, definisi sustainable supply chain management, konsep
permodelan sistem serta aplikasinya dalam pengembangan model
matematis.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi tahapan pelaksanaan penelitian secara umum yang berupa
gambaran terstruktur dalam bentuk flowchart sesuai dengan
permasalahan yang ada mulai dari studi pendahuluan, gambaran
keterkaitan rantai pasok furnitur, model s-SC, analisis dan interpretasi
hasil, serta pemberian saran dan kesimpulan.
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Bab ini menguraikan data-data yang diperlukan untuk penyelesaian
masalah, pengembangan model beserta batasan-batasannya untuk
mencapai tujuan penelitian.
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
Bab ini berisi analisis dan interpretasi hasil pengolahan data sesuai
permasalahan yang dirumuskan, analisis sensitivitas, dan analisis
kesalahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I-8
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dari permasalahan yang dibahas dan saran-
saran yang berkaitan dengan permasalahan yang ada baik untuk instansi
terkait maupun untuk penelitian selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini menguraikan tinjauan pustaka yang memuat teori-teori
relevan dan mendukung analisis serta pemecahan masalah yang terdapat pada
penelitian ini.
2.1 Profil Perusahaan
Pada sub bab ini akan dipaparkan profil perusahaan sebagai tempat yang
disoroti pada pelaksanaan penelitian.
2.1.1 Profil Perum Perhutani
Perum Perhutani adalah Badan Usaha Milik Negara di Indonesia yang
memiliki tugas dan wewenang untuk menyelenggarakan perencanaan,
pengurusan, pengusahaan dan perlindungan hutan di wilayah kerjanya. Sebagai
BUMN, Perum Perhutani mengusahakan pelayanan bagi kemanfaatan umum dan
sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.
Perum Perhutani didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun
1972, kemudian diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1978
seterusnya keberadaan dan usaha-usahanya ditetapkan kembali berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1986 dan Peraturan Pemerintah Nomor 30
Tahun 2003. Saat ini dasar hukum yang mengatur Perum Perhutani adalah
Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2010.
Wilayah kerja Perum Perhutani meliputi seluruh hutan yang terdapat di
dalam Daerah Tingkat I Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat dan Banten
kecuali Hutan Suaka Alam, Hutan Wisata dan Taman Nasional. Luas kawasan
hutan yang menjadi wilayah kerja Perum Perhutani seluruhnya adalah 2.426.206
ha, terdiri dari Hutan Produksi 1.767.304 ha dan Hutan Lindung 658.902 ha yang
tersebar dalam wilayah kerja perusahaan di Unit I Jawa Tengah, Unit II Jawa
Timur dan Unit III Jawa Barat & Banten.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-2
Tabel 2.1 Wilayah Kerja Perum Perhutani
UNIT KERJA PROPINSI HP(ha) HL(ha) LUAS TOTAL(ha)Unit I Jawa Tengah 546.290 84.430 630.720Unit II Jawa Timur 809.959 326.520 1.136.479Unit III - Jawa Barat 349.649 230.708 580.357
- Banten 61.406 17.244 78.650Total Unit III 411.055 247.952 659.007
1.767.304 658.902 2.426.206Jumlah Sumber: Public Summary Perum Perhutani KPH Kendal, 2011
Wilayah kerja perusahaan terbagi menjadi 3 Unit dengan 57 Kesatuan
Pemangkuan Hutan (KPH). Dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan perusahaan,
Perum Perhutani didukung pula oleh 13 Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM), satuan
kerja perencanaan sumberdaya hutan (SDH) yang terdiri dari 13 Seksi
Perencanaan Hutan (SPH), dengan rincian sebagai berikut :
1. Unit I Jawa Tengah terdiri dari : 20 KPH ; 2 KBM Pemasaran; 2 KBM Industri
Kayu; 1 KBM Industri Non Kayu; 1 KBM Agroforestry dan 1 KBM Jasa
Lingkungan dan Produksi lainnya serta 4 SPH ; seluas 630.720 ha.
2. Unit II Jawa Timur terdiri dari: 23 KPH ; 3 KBM Pemasaran; 1 KBM Industri
Kayu; 1 KBM Industri Non Kayu; 1 KBM Agroforestry dan 1 KBM Jasa
Lingkungan dan Produksi lainnya serta 5 SPH ; seluas 1.126.958 ha.
3. Unit III Jawa Barat dan Banten terdiri dari:14 KPH ; 1 KBM Pemasaran; 1
KBM Industri Kayu Non Kayu; 1 KBM Agroforestry Ekologi dan Jasa
Lingkungan (AEJ) serta 4 SPH ; seluas 684.423 ha. Selain itu Perum Perhutani
juga memiliki satuan kerja pendukung yaitu Kantor Pusat, 3 Kantor Unit, 1
Puslibang SDH, 1 Pusdiklat SDM dan 3 Kantor Biro Perencanaan.
2.1.2 Visi dan Misi Perum Perhutani
Visi PP adalah “Menjadi pengelola hutan lestari untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat”. Sedangkan misi PP adalah sebagai berikut:
1. Mengelola sumberdaya hutan dengan prinsip pengelolaan lestari berdasarkan
karakteristik wilayah dan daya dukung Daerah Aliran Sungai (DAS),
meningkatkan manfaat hasil hutan kayu dan bukan kayu, ekowisata, jasa
lingkungan, agroforestry serta potensi usaha berbasis kehutanan lainnya guna
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-3
menghasilkan keuntungan untuk menjamin pertumbuhan perusahaan
berkelanjutan.
2. Membangun dan mengembangkan perusahaan, organisasi serta sumberdaya
manusia perusahaan yang modern, profesional dan handal, memberdayakan
masyarakat desa hutan melalui pengembangan lembaga perekonomian
koperasi masyarakat desa hutan atau koperasi petani hutan.
3. Mendukung dan turut berperan serta dalam pembangunan wilayah secara
regional, serta memberikan kontribusi secara aktif dalam penyelesaian
masalah lingkungan regional, nasional dan internasional.
2.1.3 Profil KBM IKB
Kesatuan Bisnsis Mandiri Industri Kayu Brumbung (KBM IKB) adalah
salah satu kesatuan bisnis mandiri yang dimiliki Perum Perhutani. KBM IKB
merupakan salah satu kegiatan pengolahan Perum Perhutani yang bertujuan untuk
mendapatkan nilai tambah yang setinggi-tingginya dari hasil pengolahan bahan
baku log yang diproduksi sendiri oleh Perum Perhutani. Tugas pokok KBM IKB
adalah meningkatkan nilai tambah produk-produk kayu sehingga bisa
memberikan kontribusi maksimal pada perusahaan.
Adapun produk-produk kayu yang diproduksi dan dijual adalah kelompok
produk yang bersertifikat FSC (Forest Stewarship Council), yaitu:
Tabel 2.2 Produk-Produk KBM IKB
No Product Group Product Class
Product Type Species Material
Category System Control
1 Garden Furniture 381
Outdoors & Indoors Jati FCS Pure Transfer
2 RST 311 31100 Jati FSCPure Transfer 3 Flooring 311 3870a-b Jati FCS Pure Transfer
4 Housing Component 316 Indoors Jati FCS Pure Transfer
Sumber : KBMIK-BRB/PM/PA-PM/00
Dengan sumber bahan baku log berasal dari raw material yang status
produknya adalah FSC Pure dan kapasitas terpasang yang ada pada KBM IKB
adalah sebesar 10.500 m3 log per tahun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-4
Target pasar utama KBM IKB adalah pasar dalam negeri dan ekspor
terutama produk furnitur, RST, flooring, dan housing component sesuai
permintaan pasar.
2.1.4 Visi dan Misi KBM IKB
Sebagai unit pelaksana bisnis Perum Perhutani KBM IKB melaksanakan
fungsi Perum Perhutani dalam memproduksi barang dan jasa bermutu tinggi untuk
menghasilkan nilai yang setinggi-tingginya untuk memupuk keuntungan
perusahaan dan berkontribusi dalam pengembangan ekonomi nasional di bidang
kehutanan.
Adapun visi KBM IKB adalah “Menjadi salah satu unit bisnis Industri
Kayu yang terpercaya dan menjadi andalan di Perum Perhutani”. Sedangkan misi
KBM IKB adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan pendapatan dan keuntungan perusahaan.
2. Memperluas pangsa pasar dan meningkatkan komunikasi dan informasi serta
konsisten menjamin kepuasan pelanggan.
3. Selalu membangun semangat dan situasi kerja yang kondusif.
4. Menjamin kesiapan SDM, sarana dan alat produksi dan kecukupan bahan baku
industri untuk kelancaran proses produksi yang konsisten, terjadwal dan tepat
mutu, tepat waktu, dan tepat jumlah produk yang berkualitas.
2.2 Supply Chain Management
Menurut Chopra, dkk. (2004), supply chain terdiri dari semua pihak yang
terlibat langsung maupun tidak langsung dalam memenuhi sebuah permintaan
pelanggan. Supply chain tidak hanya mencakup produsen dan pemasok, tetapi
juga transportasi, gudang, retailer, dan pelanggan itu sendiri. Dalam setiap
organisasi, seperti produsen, supply chain mencakup semua fungsi yang terlibat
dalam penerimaan dan pengisian permintaan pelanggan. Fungsi ini tidak terbatas
pada pengembangan produk baru, pemasaran, operasional, distribusi, keuangan,
dan layanan pelanggan.
Supply Chain Management (SCM) dikenal sebagai integrasi rantai pasokan
atau optimasi rantai pasokan (León-Peña, 2008). SCM merupakan proses
pengoptimalan kinerja perusahaan dalam berinteraksi dengan pemasok dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-5
pembeli untuk membawa produk ke pasar agar lebih efisien. Menurut Cetinkaya,
dkk. (2011), SCM mencakup semua kebutuhan pergerakan dan penyimpanan
bahan baku, persediaan Work In Process (WIP), dan barang jadi dari titik awal ke
titik konsumsi.
Berikut adalah gambaran umum implementasi SCM pada industri furnitur.
Gambar 2.1 Gambaran Umum SCM pada Industri Furnitur Sumber: Hisjam, dkk. (2011a)
2.3 Sustainable Supply Chain Management
Definisi sebenarnya dari manajemen rantai pasokan yang berkelanjutan (s-
SC) harus mempertimbangkan semua masalah ekonomi, sosial dan lingkungan
yang relevan (Cetinkaya, dkk., 2011). Keberlanjutan suatu bisnis tidak hanya
mengacu pada aspek ekonomi saja, melainkan juga mempertimbangkan aspek
sosial, dan lingkungan. Aspek sosial, lingkungan, dan ekonomi harus
dipertimbangkan dan ditambahkan ke dalam sistem operasi untuk mengatur
kriteria kinerja, seperti kualitas, biaya, dan fleksibilitas (Ageron, dkk., 2011).
Dengan mempertimbangkan ketiga aspek tersebut, akan mengurangi risiko jangka
panjang terkait dengan penipisan sumber daya, fluktuasi biaya energi, dan
pengelolaan polusi dan limbah. Pada Tabel 2.3 dipaparkan perbedaan antara SCM
konvensional dan s-SCM.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-6
Tabel 2.3 Perbedaan SCM Konvensional dan s-SCM
Sumber : Centikaya, dkk. (2011)
Bidang masalah dan ruang lingkup s-SCM digambarkan dalam House of
Sustainable Supply Chain Management oleh Teuteberg dan Wittstruck (2010).
Tiga dimensi sustainability yang divisualisasikan di sini merupakan pilar yang
diperlukan untuk menjaga keseimbangan bangunan. Manajemen risiko dan
peraturan menjadi pondasi bangunan. Dalam rangka untuk mencapai keuntungan
jangka panjang, risiko harus diidentifikasi dan dikurangi. Hukum, pedoman, dan
standar merupakan titik awal untuk implementasi prinsip sustainability dan
praktek sepanjang rantai pasokan.
Kajian s-SCM pada Gambar 2.2 dapat meningkatkan nilai tambah pada
tiga pilar House of Sustainable Supply Chain Management. Upaya untuk
meningkatkan nilai tambah pada ketiga pilar tersebut dapat dilakukan dengan
pengembangan model sehingga dapat memaksimalkan manfaat, meminimalkan
risiko dan biaya.
Berikut adalah gambar House of Sustainable Supply Chain Management.
Gambar 2.2 House of Sustainable Supply Chain Management Sumber: Teuteberg dan Wittstruck (2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-7
2.4 Model Sistem
Menurut Daellenbach dan McNickel (2005), model merupakan deskripsi atau
analogi yang digunakan untuk membantu untuk memvisualisasikan sesuatu
(seperti atom) yang tidak dapat langsung diamati, meskipun dalam beberapa kasus
aspek-aspek tertentu dari itu bisa diamati. Oleh karena itu model sistem adalah
representasi dari semua bagian penting dari suatu sistem.
Sebuah model dapat berupa ikonik, analog, atau simbolis. Berkut adalah
pemaparannya:
1. Model ikonik adalah reproduksi benda fisik, biasanya untuk skala yang
berbeda dan dengan detail yang berbeda dan detail yang lebih sedikit dari objek
aslinya.
2. Model analog adalah representasi yang menggantikan sifat atau fitur dari
apa yang dimodelkan dengan cara alternatif seperti bahwa model ini mampu
meniru apapun aspek dari hal nyata yang menjadi kepentingan untuk pembuat
model tersebut. Misalnya, perbaruan gambar secara simultan yang diamati
pengawas lalu lintas udara di monitor radar analog.
3. Model simbolis merupakan representasi dari hubungan antara berbagai entitas
atau konsep melalui simbol. Tipe lain dari model simbolik adalah model
matematika. Model matematik dinyatakan dalam bentuk persamaan,
pertidaksamaan, atau fungsi-fungsi matematis. Dalam sebuah model
matematis, entitas yang ada dinyatakan dalam bentuk variabel dan parameter.
Pemodelan sistem merupakan aktivitas atau proses konseptualisasi dari
sebuah sistem yang akan diamati menjadi sebuah model. Menurut Daellenbach
dan McNickel (2005), langkah-langkah dalam memodelkan sistem adalah sebagai
berikut:
1. Situation Summary
Hal ini dilakukan untuk mengenal sistem secara lebih mendalam, baik dari segi
proses dan struktur, situasi, pekerja yang terlibat, tujuan, hubungan antara
komponen sistem, hirarki, sumber daya yang tersedia, dan lain-lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-8
2. Mendeskripsikan sistem yang relevan
Langkah kedua yaitu mendeskripsikan semua komponen yang relevan, baik
komponen struktural maupun proses, yang berhubungan dengan permasalahan
yang akan diteliti dalam sistem tersebut.
2.5 Model Matematik
Model matematika adalah model dimana hubungan antara entitas
dinyatakan melalui bentuk ekspresi matematika, misalnya fungsi, persamaan,
ketidaksamaan dan lain-lain (Daellenbach dan McNickel, 2005). Pembuatan
model matematika berhubungan dengan pendefinisian terminologi tertentu yaitu:
1. Variabel keputusan, merupakan aspek yang dapat dikendalikan dari masalah
yang didefinisikan atau alternatif tindakan lain.
2. Ukuran performansi, merupakan aspek yang mengukur seberapa baik tujuan
dari pembuat keputusan dapat dicapai. Jika ukuran performansi bisa dinyatakan
sebagai fungsi dari variabel keputusan, maka disebut dengan fungsi tujuan
(objective function).
3. Parameter, koefisien, atau konstanta merupakan input yang tidak dapat
dikendalikan dari masalah yang telah didefinisikan.
4. Batasan (constraints) merupakan ekspresi matematika yang membatasi range
nilai dari variabel keputusan.
2.6 Validitas Model
Pengujian validitas dari sebuah model bertujuan untuk mengetahui
kebenaran suatu model secara matematis, konsistensi model secara logis, serta
kedekatan model dengan keadaan nyata. Pengujian validitas dari sebuah model
terdiri atas dua bagian, yaitu pengujian validitas internal dan pengujian validitas
eksternal. Pengujian validitas internal pada umumnya dikenal sebagai verifikasi
sementara pengujian validitas eksternal dikenal sebagai validasi (Daellenbach dan
McNickel, 2005).
Verifikasi suatu model dilakukan untuk menjamin suatu model benar
secara matematis dan konsisten secara logis. Hal ini berarti verifikasi dari model
adalah pemeriksaan seluruh ekspresi matematis dalam model untuk meyakinkan
bahwa ekspresi-ekspresi tersebut merepresentasikan hubungan-hubungan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-9
ada dengan benar. Verifikasi model juga meliputi pemeriksaan model untuk
meyakinkan bahwa semua ekspresi matematis dalam model memiliki dimensi
yang konsisten.
Validasi suatu model dilakukan untuk menjamin kemampuan suatu model
untuk merepresentasikan sistem nyata. Dengan demikian, validasi suatu model
merupakan suatu usaha untuk dapat menjamin kredibilitas dari sebuah model yang
dibangun.
2.7 Influence Diagram
Kompleksitas suatu situasi tidak terstruktur dapat dengan efektif digambarkan
dengan menggunakan influance diagram. Dengan menggunakan influance diagram,
identifikasi masalah sistem dalam rangka pengembangan model matematis lebih
mudah dilakukan. Influence diagram disusun sebagai alat untuk membantu dalam
mendiskripsikan masalah dan mencari hubungan keterkaitan antara variabel yang
dapat dikontrol, parameter, dan konstanta dengan kriteria performansi (Daellenbach
dan McNickel, 2005).
Berikut adalah diagram yang digunakan untuk influence diagram.
Gambar 2.3 Diagram Konvensi Influence Diagram Sumber: Daellenbach dan McNickel (2005)
2.8 Goal Programming
Jones dan Tamiz (2010) menyatakan bahwa dalam suatu goal
programming memungkinkan menggunakan tujuan lebih dari satu tujuan atau
sebanyak Q tujuan, dimana diberikan index q = 1, 2,..., Q. Secara otomatis, maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-10
variabel keputusan yang digunakan pun lebih dari satu, dimana diberikan index x
= x1, x2,...,xn. Setiap tujuan pasti mempunyai nilai yang ingin dicapai fq(x), ini
merupakan fungsi tujuan. Pembuat keputusan menetapkan target level yang ingin
dicapai yang dilambangkan bq.
fq(x) + nq - pq = bq ............................................................................................. (2.1)
dimana nq adalah variabel deviasi negatif dari fungsi tujuan, nq merupakan target
batas bawah yang harus dicapai. Sebagai contoh jika bq = 40 dan fq(x) = 25 maka
nq = 15. Sedangkan pq adalah variabel deviasi positif dari fungsi tujuan, pq
merupakan target batas atas yang harus dicapai. Keduanya merupakan variabel
deviasi yang membatasi nilai non-negative dan keduanya tidak boleh bernilai nol
secara bersamaan.
Pembuat keputusan harus memutuskan variabel deviasi mana yang
diperlukan. Terdapat tiga tipe yang bisa digunakan.
Tabel 2.4 Aljabar Tipe Tujuan
Sumber: Jones dan Tamiz (2010)
Tipe tujuan 1 akan melibatkan biaya, dimana setiap penyimpangan positif
atas tingkat tujuan akan dikenakan sanksi. Tipe tujuan 2 akan melibatkan
keuntungan/ profit, dimana setiap deviasi negatif di bawah level tujuan akan
dikenakan sanksi. Tipe tujuan 3 akan melibatkan target tingkat tenaga kerja,
dimana setiap penyimpangan negatif atau positif dari tingkat target akan
dikenakan sanksi.
Fungsi tujuan juga disebut sebagai soft constraint, artinya pembuat
keputusan ingin memenuhi setiap tujuan tetapi jika tujuan tidak tercapai maka
bukan berarti ini disebut tidak layak. Di dalam goal programming juga
memungkinkan menambah sejumlah hard constraint. Hard constraint adalah
fungsi pembatas yang sesungguhnya dalam sistem. Ini dimodelkan dengan
menambahkan kondisi x ∈ F dimana F adalah daerah layak yang terdiri dari titik-
titik dalam ruang keputusan yang memenuhi semua kendala dan pembatasan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-11
Akhirnya, variabel deviasi kemudian dibawa ke achievement function yang
bertujuan untuk meminimalkan variabel deviasi dan memastikan bahwa solusi
yang didapat adalah “sedekat mungkin” dengan tujuan yang diinginkan. Secara
umum gambaran pada goal programming sebagai berikut :
Min a = h ( n, p ) ............................................................................................... (2.2)
subject to :
fq(x) + nq - pq = bq q=1,2,..,Q ..................................................................... (2.3)
x Є F ................................................................................................................. (2.4)
nq, pq ≥ 0 q=1,2,..,Q ..................................................................... (2.5)
2.9 Perdagangan Karbon
2.9.1 Protokol Kyoto
Upaya masyarakat internasional menghadapi fenomena perubahan iklim
dimulai sejak ditandatanganinya United Nation Framework Convention on
Climate Change (UNFCCC) tahun 1992 di Rio de Janeiro, Brasil. Tiga tahun
setelah itu, diadakan Conference of the Parties (COP) pertama di Berlin, Jerman.
Pada COP ke-3 tahun 1997 di Kyoto Jepang, para pihak (terutama negara-negara
maju/industri) sepakat menurunkan tingkat emisi mereka pada tahun 2008-2012
sebesar 5 % di bawah tingkat emisi di tahun 1990. Indonesia telah meratifikasi
Protokol Kyoto sesuai dengan Undang-Undang No. 17 Tahun 2004.
Protokol Kyoto mengatur 3 mekanisme penurunan emisi yang fleksibel
bagi negara-negara industri. 3 mekanisme tersebut adalah:
1. Clean Development Mechanism (CDM)
CDM memperbolehkan negara-negara yang dibebani target pengurangan
emisi di bawah komitmen Protokol Kyoto untuk mengimplementasikan target
tersebut dalam suatu kegiatan penurunan emisi yang berlokasi di negara
berkembang. Proyek tersebut, untuk dapat “menjual” karbonnya harus
mendapat Certified Emission Reduction (CER), dimana 1 CER setara dengan 1
ton CO2. Inilah yang membentuk pasar karbon.
2. Joint Implementation (JI)
Joint Implementation (JI) memberi keleluasaan bagi negara-negara yang
ditarget penurunan emisi (negara-negara industri) untuk mendapatkan Emission
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-12
reduction Unit (ERU) dari proyek penurunan/penyerapan emisi di negara yang
ditarget penurunan emisi lainnya. Cara kerja JI sama dengan CDM, hanya
negara inang (host country) proyek bukanlah negara berkembang, melainkan
sesama negara dalam annex I country.
3. Emission Trading
Emission trading pada prinsipnya adalah perdagangan karbon dengan
cap-and-trade system di bawah Protokol Kyoto. Negara yang telah dibatasi
emisinya diperbolehkan memperdagangkan karbon dengan satuan yang disebut
AAUs (Assigned Amount Units).
2.9.2 Perdagangan Karbon Sektor Kehutanan
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.26/Menhut-II/2005 Pasal 13 (4)
menyatakan bahwa salah satu kegiatan pemanfaatan jasa lingkungan adalah
berupa usaha perdagangan karbon. Perdagangan karbon adalah mekanisme
berbasis pasar untuk membantu membatasi peningkatan CO2 di atmosfer. Pasar
perdagangan karbon sedang mengalami perkembangan yang membuat pembeli
dan penjual kredit karbon sejajar dalam peraturan perdangangan yang sudah
distandardisasi (Razak, 2007b).
Pemilik industri yang menghasilkan CO2 ke atmosfer memiliki
ketertarikan atau diwajibkan oleh hukum untuk menyeimbangkan emisi yang
mereka keluarkan melalui mekanisme sekuestrasi karbon (penyimpanan karbon).
Pemilik yang mengelola hutan atau lahan pertanian bisa menjual kredit karbon
berdasarkan akumulasi karbon yang terkandung dalam pepohonan di hutan
mereka. Atau bisa juga pengelola industri yang mengurangi emisi karbon mereka
menjual emisi mereka yang telah dikurangi kepada emitor lain.
Perubahan penggunaan lahan dan kehutanan (Land use change and
forestry) merupakan penyumbang emisi karbon terbesar kedua setelah sektor
industri, yaitu menyumbang sekitar 15-20% dari total emisi dunia. Pada umumnya
terdapat 3 (tiga) kategori mitigasi perubahan iklim untuk sektor kehutanan, yaitu
peningkatan manajemen hutan, Aforestasi/Reforestasi, dan Reduction Emission
from Deforestation and Degradation (REDD). Dari ketiga kategori tersebut,
REDD mempunyai potensi pengurangan emisi karbon yang paling besar
(Pustanling, 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-13
Melalui mekanisme CDM (yang notabene satu-satunya mekanisme yang
melibatkan negara berkembang dalam Protokol Kyoto), sektor kehutanan dapat
berperan melalui proyek penyerapan karbon aforestasi dan reforestasi. Aforestasi
adalah upaya menghutankan areal yang pada masa 50 tahun lalu bukan merupakan
hutan. Sedangkan reforestasi adalah upaya menghutankan kembali areal yang
dulunya pernah menjadi hutan.
2.9.3 Permasalahan Perdagangan Karbon
Menurut Razak (2007b), beberapa hal yang menyebabkan kurang
efektifnya sistem perdagangan karbon ini diterapkan di Indonesia terlepas dari
nominal harga yang ditawarkan antara lain adalah
1. Kesiapan kelembagaan untuk mengkoordinir alokasi dana yang
dikompensasikan. Harapan dari kompensasi ini adalah dana tersebut dapat
dinikmati langsung oleh masyarakat, sehingga dapat meningkatkan taraf hidup
mereka, sehingga mengurangi akses mereka terhadap hutan.
2. Kesiapan regulasi yang mengatur secara detail mulai dari tata ruang wilayah,
sampai kepada sistem pembagian kompensasi yang diperoleh.
3. Status kawasan hutan yang masih tumpang tindih juga merupakan
permasalahan perlu dibenahi terlebih dahulu.
4. Moralitas seluruh elemen yang terkait dengan penggunaan dana kompensasi,
dimana misi yang akan dicapai adalah bagaimana masyarakat dapat hidup
sejahtera dengan jalan peningkatan ekonomi masyarakat tersebut, sehingga
mengurangi dampak kegiatan mereka terhadap hutan, yang selama ini termasuk
salah satu kendala terjadinya degradasi hutan.
2.10 Model Referensi
Model yang digunakan sebagai referensi dalam pengembangan model
penelitian ini adalah optimisasi supply chain dengan mempertimbangkan aspek
sustainability oleh Habibie, dkk. (2012).
Model ini merupakan model hubungan pemasok-pemanufaktur khususnya
tentang pengadaan bahan baku log kayu untuk menjamin ketersediaan bahan baku
log kayu jati dengan mempertimbangkan aspek sustainability. Tujuan dari model
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-14
ini adalah memaksimalkan benefit ekonomi, benefit lingkungan, dan benefit sosial
agar tercapainya sustainability dalam hubungan pemasok dengan pemanufaktur.
Fungsi tujuan
1. Tujuan ekonomi
Tujuan ekonomi dari model ini adalah memaksimalkan profit pemasok (Perum
Perhutani/PP) dan pemanufaktur (CV. Valasindo Sentara Usaha/ VSU). Profit
didapat dari pendapatan dikurangi dengan pengeluaran. Secara matematis
dirumuskan sebagai berikut :
Max å=
12
1t
TPPt = å=
2
1jå=
2
1kå=
12
1t
ljp Qjkt - å
=
12
1t
pc PFt - å=
12
1t
mc CFt - å=
12
1t
hac HFt
å=
-12
1t
CSRt ………………….………………………..….(2.6)
Max å=
12
1t
TPVSUt = å=
2
1jå=
2
1kå=
12
1t
fkp Fjkt - å
=
2
1jå=
2
1kå=
12
1t
lc Fjkt - å=
2
1jå=
2
1kå=
12
1t
ljp
Qjkt - å=
2
1jå=
2
1kå=
12
1t
hojc
pjktQ - å
=
2
1kå=
12
1t
oc Fjkt - å=
12
1t
APDt
…………………………………………………………...(2.7)
2. Tujuan sosial
Tujuan sosial dari model ini adalah memaksimalkan CSR PP dan
memaksimalkan pengadaan APD untuk karyawan VSU Secara matematis
dirumuskan sebagai berikut :
Max å=
12
1t
CSRt = å=
12
1t
β TPPt........................................................................ (2.8)
Max å=
12
1t
APDt = å=
12
1t
djc kt........................................................................... (2.9)
3. Tujuan lingkungan
Tujuan lingkungan dari model ini adalah memaksimalkan penyerapan
karbon berdasarkan luas hutan yang dipertahankan dan meminimalkan
limbah penggergajian kayu. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut :
Max CFt = TFt-1 - HFt + PFt....................................................................... (2.10)
Min å=
12
1t
Wt = å=
2
1jå=
2
1kå=
12
1t
αj Qjkt ............................................................... (2.11)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-15
Fungsi batasan
1. Batasan keseimbangan hutan
Batasan ini menjamin bahwa keseimbangan hutan tetap terjaga. Batasan
tersebut menjamin bahwa luas hutan yang ditanam pada suatu periode sama
dengan luas hutan yang dipanen pada periode sebelumnya. Secara matematis
dapat dirumuskan sebagai berikut:
PFt = HF(t-1) ............................................................................................... (2.12)
2. Batasan log yang diproduksi
Batasan pertama menjamin bahwa log yang diproduksi sama dengan luas hutan
yang dipanen dengan ketentuan setiap 1 ha hutan yang dipanen menghasilkan
log sebesar 1.239 m3. Batasan berikutnya menjamin bahwa kebutuhan log
VSU kurang dari sama dengan log yang diproduksi. Secara matematis dapat
dirumuskan sebagai berikut:
QLt / 1239 = Ct .......................................................................................... (2.13)
å=
2
1jå=
2
1k
Qjkt ≤ QLt ...................................................................................... (2.14)
3. Batasan kapasitas penyimpanan
Batasan pertama menjamin bahwa log yang disimpan di gudang bahan baku,
tidak lebih dari kapasitas tempat penyimpanan yang tersedia. Besarnya
kapasitas gudang bahan baku di VSU adalah 1.000 m3. Batasan yang kedua
menjamin bahwa furnitur yang dihasilkan kurang dari sama dengan kapasitas
produksi VSU yaitu sebesar 40 m3. Secara matematis dapat dirumuskan
sebagai berikut:
å=
2
1j
å=
2
1k
pjktQ ≤ 1.000 ................................................................................. (2.15)
å=
2
1j
å=
2
1k
Vjkt ≤ 40 ...................................................................................... (2.16)
Notasi variabel keputusan
PFt : luas area hutan yang ditanam pada periode ke t (ha)
CFt : luas area hutan yang dipertahankan pada periode ke t (ha)
HFt : luas area hutan yang dipanen pada periode ke t (ha)
Qjkt : jumlah log dibeli VSU kelas j untuk furnitur jenis k periode ke t (m3)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-16
pjktQ
pcmc
ljpf
kp
j : indeks kelas kayu (1 = kelas AII, 2 = kelas AIII)
k : indeks jenis furnitur (1 = GF, 2 = INDOOR)
t : indeks periode waktu analisis ( t = 1, … , 12 )
Parameter
Parameter-parameter yang terlibat dalam model penlitian ini akan diuraikan
sebagai berikut:
: jumlah log yang disimpan VSU kelas j untuk furnitur jenis k pada
periode ke t (m3)
: ongkos tanam hutan jati (Rp/ha)
: ongkos pemeliharaan hutan jati (Rp/ha)
hac : ongkos panen hutan jati (Rp/ha)
lc : biaya tenaga kerja langsung pembuatan furnitur (Rp/m3)
oc : biaya overhead pabrik (BOP) pembuatan furnitur (Rp/m3)
hojc : biaya simpan log kelas j (Rp/m3)
djc : biaya pengadaan APD di VSU pada periode ke t (Rp/m3)
APDt : total biaya APD di VSU pada periode ke t (Rp)
: harga jual log kayu = harga beli log kayu oleh VSU kelas j (Rp/m3)
: harga jual furnitur jenis k (Rp/m3)
Fjkt : jumlah furnitur k yang diproduksi dari log kelas j pada periode ke t =
jumlah furnitur k yang dijual dari log kelas j pada periode ke t (m3)
dkt : jumlah permintaan furnitur k pada periode ke t (m3)
Wt : total jumlah limbah yang dihasilkan VSU pada periode ke t (m3)
TPPt : total profit PP pada periode ke t (Rp)
TPVSU t : total profit VSU pada periode ke t (Rp)
TFt : total luas hutan pada periode ke t (ha)
QPt : jumlah log yang diproduksi untuk VSU pada periode ke t (m3)
CSRt : total biaya CSR yang dikeluarkan PP pada periode ke t (Rp)
β : presentase CSR
kt : jumlah karyawan di VSU pada periode ke t
γj : nilai konversi furnitur menjadi log untuk kelas j
αj : nilai konversi log menjadi limbah untuk kelas j
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-17
ni : deviasi negatif fungsi i
pi : deviasi positif fungsi i
ω i : desired value fungsi i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-1
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini berisikan pendekatan penelitian yang dilakukan untuk
pengembangan model. Selain itu, pada bab ini juga berisi bagan aliran penelitian
yang digunakan digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan penelitian agar
hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
3.1 Pendekatan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah memodelkan hubungan antara pemasok dan
pemanufaktur yang melibatkan perdagangan karbon sebagai media penyerapan
karbon hutan jati. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian dilakukan dengan
menggunakan pendekatan model sustainable supply chain (s-SC).
Model acuan yang digunakan pada penelitian ini yaitu Zhou, dkk. (2000),
Habibie, dkk. (2012), dan Keles (2010). Model Zhou dkk. (2000) membahas
tentang pengadaan bahan baku yang mempertimbangkan aspek sustainability
tanpa mempertimbangkan aspek pemasok. Model s-SC yang dikembangkan oleh
Habibie, dkk. (2012) mencakup aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial. Aspek
ekonomi mencakup profit Perum Perhutani (PP) dan profit VSU, aspek
lingkungan yaitu memaksimalkan luas hutan lindung dan meminimalkan limbah,
sedangkan aspek sosial yaitu memaksimalkan CSR (Corporate Social
Responsibility) PP dan memaksimalkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
karyawan VSU. Model Keles (2010) mempertimbangkan luas area hutan yang
digunakan untuk produksi log kayu dan dipertahankan untuk penyerapan karbon.
Tujuan model yang dikembangkan Keles (2010) adalah memaksimalkan Net
Present Value (NPV) produksi log kayu, penyerapan karbon, dan memaksimalkan
nilai kumulatif dari NPV baik produksi log kayu maupun penyerapan karbon.
Model ini hanya meninjau keberlangsungan hutan itu sendiri.
Penelitian ini merupakan pengembangan model penelitian Habibie, dkk.
(2012) dimana model s-SC yang dikembangkan telah melibatkan perdagangan
karbon. Aspek ekonomi diukur dari profit PP dan profit Kesatuan Bisnis Mandiri
Industri Kayu Brumbung (KBM IKB). Selain penjualan log jati, besarnya profit
PP juga dipengaruhi oleh perdagangan karbon yang dilakukan dengan jual beli
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-2
karbon antara PP dengan industri atau pihak yang bertanggung jawab untuk
menurunkan emisi. Aspek lingkungan diukur dengan memaksimalkan penyerapan
karbon dan meminimasi limbah. Penyerapan karbon berdasarkan luas area
perdagangan karbon, sedangkan limbah diminimasi dengan mengolah limbah
menjadi Finger Joint Laminating (FJL) dan sidanya dijual. Aspek sosial diukur
dengan memaksimalkan CSR, dan memaksimalkan kesehatan dan keselamatan
kerja karyawan baik PP maupun KBM IKB.
Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ginoga, dkk.
(2005). Perhitungan densitas karbon yang dilakukan Ginoga, dkk. (2005)
dibutuhkan pada penelitian ini untuk mengetahui seberapa banyak jumlah karbon
yang diserap oleh luas area hutan tertentu. Densitas karbon dihitung sampai umur
pohon jati ke-60. Dalam perhitungan ini dipertimbangkan jarak tanam yang
digunakan untuk pohon jati yaitu 3 x 1 meter (3.333 batang per ha). Posisi
penelitian saat ini dapat dilihat pada Tabel 3.1 sebagai berikut.
Tabel 3.1 Posisi Penelitian
Penulis
(tahun)
Kriteria
Aspek sustainability Hubungan
dua entitas
Nilai
karbon
Metode
penyelesaian
masalah
Zhou, dkk.
(2000)
Ekonomi : Maksimasi
laba bersih
Sosial : Memenuhi
seluruh permintaan pasar
Lingkungan : Minimasi
penggunaan material,
minimasi energi,
maksimasi pemanfaatan
fasilitas, pengolahan
limbah (minimasi limbah,
maksimasi bahan dan
energi yang dapat
diperbaharui)
x x Goal
Programming
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-3
Habibie,
dkk. (2012)
Ekonomi : Maksimasi
profit PP dan profit VSU
Sosial : Maksimasi CSR
PP dan K3 VSU
Lingkungan : Maksimasi
luas hutan lindung dan
minimasi limbah
√ x Goal
Programming
Keles (2010)
Ekonomi: Sustainable
forest management
dengan memaksimalkan
NPV produksi log kayu,
penyerapan karbon, dan
memaksimalkan nilai
kumulatif dari NPV baik
produksi log kayu
maupun penyerapan
karbon
x √ Linear
Programming
Penelitian ini
Ekonomi : Maksimasi
profit PP dan profit KBM
IKB
Sosial : Maksimasi CSR
PP, K3 PP, dan K3 KBM
IKB
Lingkungan : Maksimasi
luas hutan lindung
sebagai media
perdagangan karbon, dan
minimasi limbah
√ √ Goal
Programming
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-4
3.2 Bagan Alir Penelitian
Penelitian ini secara umum dilakukan dengan langkah-langkah yang
diuraikan pada Gambar 3.1. Setiap langkah akan dijelaskan pada sub bab sebagai
berikut.
3.2.1 Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan merupakan tahap mempelajari sistem yang ada pada
penelitian sebelumnya, yaitu mengenai sistem pengadaan bahan baku log jati dari
pemasok. Selain itu, pada tahap ini juga dilakukan studi pendahuluan mengenai
perdagangan karbon, yaitu mekanisme perdagangan karbon, nilai densitas karbon
pada tiap umur kayu jati, dan harga karbon. Studi pendahuluan mengenai
perdagangan karbon dilakukan dengan mengkaji beberapa literatur terkait. Hasil
dari studi pendahuluan ini berupa gambaran sistem yang akan dimodelkan.
3.2.2 Perumusan Masalah dan Tujuan
Pada tahap ini dilakukan penentuan terhadap masalah yang akan
diselesaikan serta tujuan yang akan dicapai. Dua hal tersebut sekaligus
memberikan acuan dalam melakukan penelitian, sehingga menjadi lebih fokus dan
terstruktur. Permasalahan akan menjadi objek penelitian yang selanjutnya akan
dipelajari dan dibuat kesimpulan sesuai konteksnya dalam penelitian.
3.2.3 Studi Pustaka
Pada tahapan ini, dilakukan studi pustaka yang sesuai dengan
permasalahan dan penentuan tujuan yang telah diuraikan pada tahapan
sebelumnya. Penelitian ini menggunakan studi literatur tentang supply chain
management, sustainable supply chain management, konsep permodelan sistem,
dan perdagangan karbon.
3.2.4 Kajian Sistem
Tahap ini berisi kajian tentang hubungan pemasok yaitu Perum Perhutani
(PP) dan pemanufaktur yaitu Kesatuan Bisnis Mandiri Industri Kayu Brumbung
(KBM IKB). Pada tahap ini dilakukan pengkajian terhadap sistem pengadaan
bahan baku log jati dari pemasok yang ada di KBM IKB dan sistem perdagangan
karbon.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-5
Gambar 3.1 Metodologi Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-6
3.2.5 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi tentang
ketersediaan data yang diperlukan dalam penyelesaian masalah dan analisis.
Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan antara lain :
1. Data densitas karbon
2. Data harga karbon
3. Data biaya tanam pohon jati
4. Data biaya pemeliharaan dan biaya pemanenan pohon jati
5. Data harga jual log jati dan biaya simpan
6. Data harga sisa penggergajian kayu
7. Data persentase Corporate Social Responsibility (CSR)
8. Data harga Alat Pelindung Diri (APD)
9. Data Biaya Tenaga Kerja Langsung (BTKL)
10. Data Biaya Overhead Pabrik (BOP)
11. Nilai konversi
12. Data harga funitur
3.2.6 Karakterisasi Sistem
Tahap ini merupakan penggambaran karakteristik sistem yang sedang
berjalan di KBM IKB dan PP. Karakterisasi dilakukan dengan menguraikan
proses yang berlangsung di perusahaan yang melibatkan pihak pemasok dengan
pemanufaktur. Selain itu, pada tahap ini dilakukan penggambaran sistem
perdagangan karbon antara PP dengan pihak-pihak yang berkepentingan
menurunkan emisi karbon. Berdasarkan karakteristik sistem tersebut, diperoleh
acuan dalam pengembangan model hubungan pemasok dengan pemanufaktur.
3.2.7 Pengembangan Model Hubungan Pemasok dan Pemanufaktur
Tahap ini berisi pengembangan model hubungan antara pemasok dan
pemanufaktur dengan mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan.
Langkah-langkah pengembangan model akan diuraikan sebagai berikut :
1. Penentuan sistem relevan objek kajian
Penentuan sistem relevan objek kajian merupakan langkah untuk
mendeskripsikan masalah penelitian yang mendasari penyusunan model.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-7
Dalam penyusunan model ini, dibutuhkan variabel-variabel yang berpengaruh
pada sistem. Hubungan pengaruh antara variabel-variabel dalam sistem relevan
digambarkan dengan menggunakan influence diagram.
2. Formulasi pengembangan model
Setelah diketahui permasalahan yang mendasari pengembangan model,
dilakukan formulasi model yang terdiri dari penentuan kriteria performansi,
variabel keputusan, parameter, dan batasan-batasan yang diterjemahkan ke
dalam rumus matematis.
3.2.8 Verifikasi Model
Validasi internal atau verifikasi, merupakan pengujian bahwa model
adalah benar secara matematis serta logis, dan data yang digunakan benar. Hal ini
berarti seluruh ekspresi matematis telah menggambarkan dengan benar hubungan-
hubungan yang diasumsikan, sehingga dapat diterapkan dengan benar didalam
program komputer (Daellenbach dan McNickel, 2005). Verifikasi dilakukan
dengan memeriksa konsistensi satuan seluruh persamaan matematis dalam model.
3.2.9 Uji Coba Model
Pada tahap ini, model dan data parameter dimasukan ke dalam program
Lingo 11.0 sebagai langkah uji coba apakah model dapat menghasilkan output
yang diharapkan. Model diuji coba dengan menggunakan metode goal
programming. Langkah pertama adalah menambah variabel deviasi positif dan
variabel deviasi negatif pada semua fungsi tujuan yang kemudian disebut dengan
soft constraint serta menentukan desired value (target yang ingin dicapai) pada
semua fungsi tujuan. Kemudian yang menjadi fungsi tujuannya adalah minimasi
variabel deviasi.
3.2.10 Analisis
Pada tahap analisis dilakukan analisis sensitivitas dan analisis kesalahan.
Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui seberapa sensitif atau dengan
kata lain seberapa besar model matematik terpengaruh terhadap perubahan input
yang terjadi. Semakin sensitif model, dapat dikatakan bahwa model semakin tidak
baik dan perlu dilakukan revisi. Analisis kesalahan dapat memberikan informasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-8
tentang seberapa besar kerugian yang mungkin diperoleh jika terjadi kesalahan
nilai input parameter.
3.2.11 Kesimpulan dan Saran
Pada tahap ini, disusun kesimpulan yang akan menjawab tujuan penelitian
serta hasil dari tahap-tahap yang dilakukan. Saran yang diberikan mencakup saran
implementasi dan penelitian lanjutan yang dapat dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-1
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Bab ini menjelaskan tentang pengumpulan dan pengolahan data
pengembangan model antara pemasok (Perum Perhutani) dan pemanufaktur
(Kesatuan Bisnsis Mandiri Industri Kayu Brumbung/ KBM IKB). Bab ini berisi
pendeskripsian data-data yang dibutuhkan dalam karakteristik sistem kajian,
pengembangan model, dan uji coba model. Uji coba model dilakukan dengan
menggunakan program Lingo 11.0.
4.1 Pengumpulan Data
Sub bab ini menyajikan data-data yang digunakan dalam pengolahan data.
Data yang digunakan meliputi data terkait perdagangan karbon, data terkait
pendapatan dan pengeluaran baik Perum Perhutani maupun KBM IKB yang
mendukung Sustainable Supply Chain.
4.1.1 Data Perdagangan Karbon
Data-data terkait perdagangan karbon meliputi data luas area hutan jati
berdasarkan Kelas Umur (KU) dan densitas karbon tiap KU. Luas area hutan jati
yang digunakan adalah luas KU KPH Kendal Perum Perhutani Unit I JawaTengah
(Tabel 4.1). Sedangkan untuk densitas karbon per hektar (Gambar 4.1), dihitung
berdasarkan laju pertumbuhan selama 60 tahun (Ginoga, dkk., 2005).
Tabel 4.1 Luas Area Hutan Jati tiap KU KPH Kendal
Kelas Umur Jangka Th. 2008-2017 (ha) KU I 7.551,79
KU II-VII 6.036,90 KU VIII-XII 43,40
Jumlah 13.632,09 Sumber: Public Summary KPH Kendal, 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-2
Gambar 4.1 Kapasitas Karbon tiap KU Sumber: Ginoga, dkk. (2005)
Selain luas area KU Jati dan densitas karbon tiap kelas umur, dalam
pengolahan data ini dibutuhkan harga karbon/ ton C. Perhitungan bisnis karbon
yaitu setiap upaya penurunan emisi karbon setara dengan 1 (satu) ton karbon
(tCO2) akan diberi 1 (satu) CER (certified emission reduction). CER merupakan
sertifikat yang mirip surat berharga yang dikeluarkan oleh Badan Eksekutif CDM
di bawah UNFCCC. Harga CER bervariasi tergantung kesepakatan pihak-pihak
yang bertransaksi. Berdasarkan Razak (2007b), saat ini harga pasaran karbon di
dunia internasional mencapai USD 5-6 per ton. Harga karbon yang digunakan
pada penelitian ini adalah $5 atau setara dengan Rp.46.955,- ($1 = Rp.9.391,-).
Harga karbon dalam pengolahan data ini diklasifikasikan berdasarkan lama
waktu perdagangan karbon. Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Republik
Indonesia Nomor: P.30/Menhut-II/2009, jangka waktu pelaksanaan REDD
(Reduction Emission from Deforestation and Degradation) dalam rangka
penyerapan karbon paling lama 30 tahun.
4.1.2 Data Perum Perhutani
Data-data yang terkait dengan pendapatan dan pengeluaran PP meliputi
biaya operasional (biaya tanam, biaya pemeliharaan, dan biaya panen), biaya Alat
Pelindung Diri (APD), data persentase CSR (Corporate Social Responsibility),
dan data harga jual log jati dan biaya simpan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-3
a. Biaya Operasional
Biaya operasional meliputi biaya tanam, biaya pemeliharaan, dan biaya
panen. Data biaya tanam diperoleh dari total biaya kebutuhan bibit per ha,
kebutuhan pupuk per ha, dan biaya tenaga kerja per ha. Luas 1 ha hutan jati
membutuhkan 3.333 bibit dengan harga Rp.3.333.000,-. Dalam penanaman 1
ha pohon jati membutuhkan 9.999 kg pupuk dengan harga Rp.3.999.600,- dan
biaya tenaga kerja sebesar Rp.105.000,-. Jadi biaya tanam 1 ha pohon jati
adalah Rp.7.437.600,-.
Berdasarkan Ginoga dkk. (2005) besarnya biaya pemeliharaan pohon jati
adalah Rp.160.500,- per ha. Sedangkan biaya pemanenan pohon jati sebesar Rp
16.785.300,- per ha. Pada saat pemanenan setiap 1 ha menghasilkan 1.239 m3
(Ginoga, dkk., 2005).
b. Biaya APD
Karyawan PP perlu menggunakan APD untuk menjaga kesehatan dan
keselamatan kerja terutama untuk buruh yang bekerja langsung di lapangan.
Hal ini telah di atur dalam PER.08/MEN/VII/2010 yang mewajibkan untuk
menggunakan APD untuk melindungi diri dari kecelakaan kerja baik jangka
pendek maupun jangka panjang. APD yang digunakan antara lain helm,
masker, sarung tangan, dan sepatu kerja. Harga dari masing-masing APD dapat
dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Harga APD PP
Jenis APD Harga (Rp)Helm 15.000 Masker 9.000 Sarung tangan 5.000 Sepatu kerja 300.000 Total 329.000
c. Persentase CSR
Berdasarkan Undang-undang No. 19 tahun 2003 tentang BUMN, Undang-
undang No. 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil, dan PER-05/MBU/2007 tentang
Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina
Lingkungan bahwa BUMN wajib mengadakan Program Kemitraan dan Bina
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-4
Lingkungan (PKBL). Besarnya dana yang dikeluarkan maksimal 2% dari laba
perusahaan.
d. Harga jual log jati dan biaya simpan
Log jati yang dihasilkan terdiri dari 3 jenis berdasarkan diameter kayu,
yaitu log jenis AI, AII, dan AIII. Log AI memiliki diameter kurang dari 20 cm,
log AII memiliki diameter 20 sampai 30 cm, sedangkan log AIII memiliki
diameter diatas 30 cm. Pada penelitian ini hanya digunakan log jenis AII dan
AIII untuk dapat memenuhi syarat penjualan ekspor. Biaya simpan per tahun
sebesar 3% dari harga beli log jati. Harga jual log jati dan biaya simpan dapat
dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Harga Jual Log Jati dan Biaya Simpan
Kelas Kayu
Harga/m3 (Rp)
Biaya Simpan (3% per tahun)
Biaya Simpan per Bulan (Rp)
AII 2.750.000 82.500 6.875AIII 4.500.000 135.000 11.250
4.1.3 Data KBM IKB
Data-data yang terkait dengan pendapatan dan pengeluaran KBM IKB
meliputi biaya overhead pabrik (BOP), biaya APD, biaya tenaga kerja langsung
(BTKL), nilai konversi, data limbah, data harga produk, dan biaya transportasi.
a. BOP
Biaya overhead pabrik (BOP) dihitung per m3. BOP yang dihitung adalah
total biaya bahan pembantu dan biaya listrik per m3. Biaya bahan pembantu
untuk pembuatan produk adalah Rp.150.000.000,- per bulan sedangkan biaya
listrik Rp.80.000.000,- per bulan. Rata-rata produksi per bulan adalah 216 m3
sehingga total BOP adalah Rp.1.064.814,815 per m3.
b. Biaya APD
Karyawan KBM IKB perlu menggunakan APD untuk menjaga kesehatan
dan keselamatan kerja terutama untuk buruh yang bekerja langsung di
lapangan. Hal ini telah di atur dalam PER.08/MEN/VII/2010 yang mewajibkan
untuk menggunakan APD untuk melindungi diri dari kecelakaan kerja baik
jangka pendek maupun jangka panjang. APD yang digunakan antara lain helm,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-5
masker, earplug, sarung tangan, sepatu kerja, dan baju kerja. Harga dari
masing-masing APD dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Harga APD KBM IKB
Jenis APD Harga (Rp)Helm 15.000 Masker 9.000 Earplug 32.000 Sarung tangan 5.000 Sepatu kerja 300.000 Baju kerja 150.000 Total 511.000
c. BTKL
Biaya tenaga kerja langsung regular dihitung per m3 berdasarkan proporsi
dari kapasitas jam kerja yang berlaku di KBM IKB.
CL = bulanper produksi kapasitas
kerja tenagajml.bulan x gaji/ ................................................ (4.1)
= /bulanm 1080
orang 100 x orang /bulan Rp.993.6503
= Rp.92.005,- per m3
Upah lembur dihitung berdasarkan Keputusan Menakertrans Nomor KEP
102/MEN/VI/2004 tentang waktu kerja lembur dan upah kerja lembur. Upah 1
jam pertama sebesar 1,5 kali gaji regular/jam dan untuk jam lembur >1 jam
sebesar 2 kali gaji regular/jam.
d. Nilai konversi produk - log
Produk yang dijual di KBM IKB dikelompokkan menjadi tiga macam,
yaitu produk A, produk B, dan produk C. Produk A terdiri dari Garden
Furniture dan Housing Component. Produk B terdiri dari Flooring, dan
Parquet. Produk C merupakan side product berupa Finger Joint Laminating
dengan proporsi 0,07 dari raw material baik AII maupun AIII.
Tabel 4.5 Nilai Konversi Produk – Log
Kelas Kayu
Produk A B
AII 20 5,6 AIII 5,9 12,5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-6
Tabel 4.5 menunjukkan nilai konversi produk – log yang merupakan nilai
yang digunakan untuk mengetahui kebutuhan log agar dapat memproduksi
produk sesuai dengan kebutuhan pesanan. Nilai konversi ini penting karena
dalam proses produksi pada industri kayu tidak seluruh volume kayu dapat
digunakan. Hal ini disebabkan oleh pola pemotongan kayu yang telah
disesuaikan dengan ukuran sesuai pesanan.
Dari nilai konversi tersebut di atas, dapat diketahui kebutuhan log untuk
dapat memenuhi pesanan. Sebagai contoh terdapat jumlah pesanan produk A
10 m3 dengan nilai konversi log AIII 5,9, maka kebutuhan log yang harus
dipenuhi sebesar 59 m3.
e. Data limbah
Terdapat limbah yang dihasilkan saat proses produksi berlangsung.
Limbah yang dihasilkan dalam proses produksi pengolahan log jati di KBM
IKB yaitu limbah sisa-sisa penggergajian (tungkel) dan serbuk. Dalam sehari
proses produksi, terdapat sekitar 30% limbah tungkel dan 70% limbah serbuk.
Limbah yang dihasilkan tidak dibuang begitu saja, namun dapat dijual. Harga
jual untuk limbah tungkel adalah Rp.33.000,-/ m3, sedangkan harga jual limbah
serbuk Rp.10.000,- / m3.
Dari nilai konversi produk menjadi log yang telah dijabarkan sebelumnya,
dapat diketahui pula nilai konversi limbah dari jumlah kebutuhan log. Sebagai
contoh seperti sebelumnya, terdapat jumlah pesanan produk A 10 m3 dengan
nilai konversi log AIII 5,9, maka kebutuhan log yang harus dipenuhi sebesar 59
m3. Sisa dari kebutuhan log akan menjadi limbah.
Tabel 4.6 Nilai Konversi Log – Limbah
f. Harga produk
Harga jual rata-rata untuk produk A adalah Rp.35.000.000,-/m3, produk B
adalah Rp.15.000.000,-/m3, dan produk C adalah Rp.9.700.000,- /m3.
Kelas Kayu
Produk A B
AII 0,95 0,82 AIII 0,83 0,92
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-7
g. Biaya transportasi
Berdasarkan Oktyajati (2009), jarak Kendal – KBM IKB adalah 66 km.
Besarnya biaya transportasi dari KPH Kendal ke KBM IKB sebesar Rp.2.520,-
/km m3. Jadi biaya transportasi merupakan perkalian antara jarak dan biaya
transportasi sesuai dengan jumlah log yang dikirim.
h. Permintaan produk
Produk yang dijual di KBM IKB dikelompokkan menjadi tiga macam,
yaitu produk A, produk B, dan produk C. Sisa bahan baku pengerjaan produk
A dan B diolah kembali menjadi produk C. Jumlah permintaan produk A dan B
tiap tahun selama 5 tahun adalah sebagai berikut.
Tabel 4.7 Permintaan Produk
Produk Permintaan Produk (m3) Th. 2007 Th. 2008 Th. 2009 Th. 2010 Th. 2011
A 513.77 601.09 593.34 586.81 604.97 B 595.64 1017.08 976.73 1417.59 1411.64
4.2 Pengolahan Data
Pada sub bab ini akan dipaparkan mengenai karakteristik sistem hubungan
pemasok dan pemanufaktur yang mempertimbangkan adanya perdagangan
karbon, penentuan variabel-variabel yang berpengaruh, pengembangan model,
verifikasi model, dan uji coba model.
4.2.1 Karakteristik Sistem
Tahap ini merupakan pendeskripsian karakteristik sistem antara PP
sebagai pemasok dan KBM IKB sebagai pemanufaktur dengan
mempertimbangkan perdagangan karbon. Jadi pada pengembangan model ini
terdapat empat entitas yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung.
Entitas yang terlibat secara langsung adalah PP dan KBM IKB, sedangkan entitas
yang tidak terlibat secara langsung adalah pembeli kredit karbon dan konsumen
produk kayu. Secara umum, hubungan antara entitas tersebut dapat dilihat pada
Gambar 4.2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-8
Gambar 4.2 Kerangka Entitas
Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa keempat entitas tersebut saling
berkaitan. Konsumen melakukan pesanan produk sesuai dengan kebutuhan
mereka. Dari pesanan konsumen, dapat diketahui jumlah log jati yang dibutuhkan
KBM IKB untuk dapat memenuhi pesanan konsumen tersebut. Pasar utama KBM
IKB adalah internasional, namun tidak menutup kemungkinan untuk memenuhi
pasar lokal.
KBM IKB melakukan pemilihan kayu ke PP untuk dapat memproses
pesanan konsumen sesuai dengan spesifikasi yang dipesan. KBM IKB memiliki
alokasi volume log tersendiri dari PP. Dalam setahun, KBM IKB mendapat
alokasi log jati sejumlah 10.500 m3 yang dipasok dua kali dalam satu bulan.
Disamping PP memiliki kewajiban untuk memasok kayu ke industri kayu,
PP juga memiliki kewajiban untuk menjaga kelestarian alam. Fenomena
perubahan iklim yang terjadi akibat kadar emisi yang sudah tidak dapat ditampung
atmosfer menyebabkan adanya kebijakan untuk tetap menjaga keseimbangan
alam.
Kebijakan dalam menjaga keseimbangan alam tidak hanya menjadi
tanggung jawab PP yang memiliki wewenang untuk menjaga perlindungan hutan.
Hal ini juga menjadi tanggung jawab negara-negara industri yang telah
berkontribusi dalam peningkatan jumlah karbon. Berdasarkan Protokol Kyoto
sebagai bukti kesepakan negara-negara industri untuk menurunkan emisi, salah
satu mekanisme penurunan emisi adalah Clean Development Mechanism (CDM).
Dalam mekanisme CDM, untuk dapat menurunkan emisi/ menjual karbon harus
mendapatkan CER (Certified Emission Reduction).
Melalui mekanisme CDM, salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
penurunan emisi adalah dengan cara Reduction Emission from Deforestation and
Degradation (REDD). REDD mempunyai potensi penurunan emisi karbon yang
paling besar (Pustanling, 2010). Tata cara pengurunan emisi dengan REDD telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-9
diatur dalam Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor :
P.30/Menhut-II/2009.
Pihak yang terlibat dalam REDD terdiri dari pihak nasional dan
internasional. Pihak nasional terdiri dari pihak-pihak yang memiliki lahan untuk
diperdagangkan, sedangkan pihak internasional terdiri dari pemerintah, badan
usaha, dan organisasi internasional. Pihak internasional merupakan pihak yang
akan menurunkan emisi akibat emisi yang dihasilkan sudah melampui batas
maksimal emisi. Berikut ini bagan mekanisme perdagangan karbon.
Gambar 4.3 Aliran Proses Perdagangan Karbon
Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor :
P.30/Menhut-II/2009 pasal 14, hak dan kewajiban para pelaku REDD adalah
sebagai berikut.
(1) Pelaku REDD mempunyai hak :
a. Entitas nasional memperoleh pembayaran dari entitas internasional atas
penurunan emisi yang dihasilkan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
b. Entitas internasional menggunakan sertifikat REDD sebagai bagian dari
pemenuhan komitmen pengurangan emisi negara maju sesuai peraturan
yang berlaku.
c. Memperjual-belikan sertifikat REDD bagi perdagangan karbon REDD
pasca 2012 yang dikaitkan dengan pelaksanaan komitmen pengurangan
emisi negara maju.
(2) Pelaku REDD mempunyai kewajiban :
a. Melakukan kegiatan pengelolaan hutan dalam rangka pelaksanaan REDD.
b. Menetapkan referensi emisi sebelum pelaksanaan REDD.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-10
c. Melakukan pemantauan sesuai dengan rencana.
d. Menyampaikan laporan hasil pemantauan kepada Menteri melalui Komisi
REDD.
4.2.2 Penentuan Variabel-Variabel yang Berpengaruh
Sustainable Supply Chain diukur berdasarkan tiga aspek yaitu benefit
ekonomi, sosial, dan lingkungan. Besarnya benefit dari masing-masing aspek
dipengaruhi oleh variabel-variabel terkendali dan tak terkendali. Variabel
terkendali merupakan variabel yang dapat dipastikan nilainya, seperti jumlah
produksi dan jumlah penjualan. Sedangkan variabel tak terkendali merupakan
variabel yang memiliki nilai elastis, seperti harga jual log jati dan biaya
transportasi.
Hubungan antara variabel satu dengan yang lainnya digambarkan melalui
influence diagram pada Gambar 4.4. Dari influence diagram dapat diketahui
benefit dari masing-masing aspek. Aspek ekonomi diukur dari profit PP dan profit
KBM IKB, benefit lingkungan diukur dari luas area KU jati untuk perdagangan
karbon dan minimasi limbah KBM IKB, dan benefit sosial diukur dari Corporate
Social Responsibility PP, pengadaan Alat Pelindung Diri (APD) untuk
keselamatan karyawan di PP dan KBM IKB.
Profit KBM IKB dihitung dari pendapatan dikurangi pengeluaran.
Pendapatan KBM IKB dipengaruhi oleh penjualan produk. Besarnya pendapatan
KBM IKB tergantung pada harga jual dan jumlah item yang dijual. Sedangkan
pengeluaran KBM IKB dipengaruhi total biaya tenaga kerja langsung (BTKL),
total biaya log, total biaya simpan, dan total biaya overhead pabrik (BOP), biaya
transportasi dan pengadaan APD.
Profit PP diperoleh dari pendapatan dikurangi pengeluaran. Pendapatan PP
dipengaruhi oleh besarnya penjualan log jati dan perdagangan karbon. Sedangkan
pengeluaran dipengaruhi oleh biaya tanam, biaya pemeliharaan, biaya pemanenan,
dan pengadaan APD. Biaya tanam merupakan total dari biaya kebutuhan bibit,
kebutuhan pupuk, dan biaya tenaga kerja yang dihitung per ha. Biaya
pemeliharaan dipengaruhi oleh ongkos pemeliharaan per ha dan jumlah pohon
yang ditanam. Biaya pemanenan dipengaruhi oleh ongkos pemanenan per ha.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-11
Biaya pengadaan APD disesuaikan dengan kebutuhan APD dan jumlah karyawan
di PP.
Salah satu pendapatan PP berasal dari perdagangan karbon. Dengan
perdagangan karbon, PP tidak hanya mendapatkan benefit ekonomi namun juga
benefit lingkungan. Luas area hutan jati dipertahankan selama waktu yang
ditentukan untuk dapat menyerap karbon sesuai dengan kemampuan penyerapan
tiap KU jati. Penyerapan karbon dipengaruhi luas area dan lama waktu hutan yang
dipertahankan.
Limbah KBM IKB berupa serbuk dan tungkel sisa-sisa penggergajian
kayu. Jumlah limbah yang dihasilkan dipengaruhi oleh nilai konversi log menjadi
limbah dan volume penggergajian log jati. Volume penggergajian kayu
dipengaruhi oleh jumlah permintaan produk karena semakin banyak jumlah
permintaan produk maka semakin banyak kayu yang digergaji dan semakin
banyak pula limbah penggergajian kayu.
CSR PP dipengaruhi oleh besarnya persentase CSR yang ditetapkan
pemerintah dan jumlah profit PP. Profit PP dipengaruhi oleh variabel-variabel
yang telah disebutkan diatas.
Pengadaan APD untuk keselamatan karyawan baik di PP maupun di KBM
IKB dipengaruhi oleh harga APD yang dibutuhkan, jenis APD, dan jumlah
karyawan yang membutuhkan APD. Dengan adanya APD diharapkan mampu
melindungi karyawan dari kemungkinan kecelakaan kerja.
Influence diagram (Gambar 4.4) tersebut mengidentifikasikan masalah
sistem dalam rangka pengembangan model hubungan pemasok pemanufaktur
furnitur yang mempertimbangkan perdagangan karbon hutan jati. Pada penelitian
ini, penjualan furnitur menjadi prioritas utama untuk memenuhi permintaan pasar
baik lokal maupun ekspor yang akan berpengaruh pada jumlah kebutuhan log jati
dan mempengaruhi luas hutan yang ditebang. Sedangkan perdagangan karbon
merupakan wujud keterlibatan dalam menjaga keseimbangan hutan. Sisa total luas
hutan setelah dilakukan penebangan hutan dijadikan area untuk perdagangan
karbon. Untuk lebih jelasnya, keterkaitan antara pemenuhan permintaan log jati
dan penjualan karbon dapat dilihat pada causal loop diagram (Gambar 4.5).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-12
Gambar 4.4 Influence Diagram
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-13
Gambar 4.5 Causal Loop Diagram
4.2.3 Pengembangan Model
Pengembangan model dilakukan dengan acuan influence diagram yang
telah disusun. Melalui influence diagram, dapat diketahui variabel-variabel yang
akan digunakan dan dipertimbangkan dalam pengembangan model tersebut.
Berikut ini akan dijelaskan komponen model yang terdiri dari kriteria
performansi, variabel keputusan, parameter, penyusunan fungsi tujuan, dan
penentuan batasan.
a. Kriteria performansi
Kriteria performansi dalam pengembangan model ini adalah tercapainya
rantai pasok yang berkelanjutan (Sustainable Supply Chain) antara PP dan
KBM IKB. Tercapainya Sustainable Supply Chain baik PP maupun KBM IKB
ditinjau dari tiga aspek, yaitu benefit ekonomi, lingkungan, dan sosial. Hal ini
telah dipaparkan pada influence diagram.
Dari influence diagram dapat dilihat variabel-variabel yang mempengaruhi
benefit ekonomi, lingkungan, dan sosial. Benefit ekonomi diukur dari profit PP
dan KBM IKB. Benefit lingkungan diukur dari penyerapan karbon dari area
hutan jati yang dipertahankan dan minimasi limbah KBM IKB. Sedangkan
benefit sosial diukur dari pengadaan APD untuk keselamatan karyawan di PP
dan KBM IKB, dan CSR PP.
b. Variabel keputusan
Variabel keputusan dari pengembangan model ini adalah:
1. Luas hutan perdagangan karbon
2. Luas hutan yang ditanam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-14
3. Luas hutan yang dipanen
4. Luas hutan yang dipelihara
5. Jumlah log jati yang dibeli
Notasi variabel keputusan:
: Luas hutan perdagangan karbon pada periode t (ha)
: Luas hutan yang ditanam pada periode t (ha)
: Luas hutan yang dipanen pada periode t (ha)
: Luas hutan yang dipelihara pada periode t (ha)
: Jumlah log jati yang dibeli KBM IKB tipe log j pada period t (m3)
o : indeks kelas umur jati (1, …, 12)
j : indeks kelas kayu (1, …, 2)
k : indeks jenis furnitur (1, …, 2)
t : indeks periode waktu (t = 1,…, 12)
c. Parameter
Parameter-parameter yang digunakan dalam pengembangan model pada
penlitian ini adalah sebagai berikut:
: Profit PP pada period t (Rp)
: Harga jual log jati tipe j (Rp/ m3)
: Densitas karbon untuk kelas umur o (tC/ ha)
: Harga jual karbon pada periode t (Rp/ tC)
: Harga bibit (Rp/ ha)
: Harga pupuk (Rp/ ha)
: Ongkos pemeliharaan (Rp/ ha)
: Ongkos pemanenan (Rp/ ha)
: Biaya transportasi log jati (Rp/ m3)
: Biaya CSR PP pada periode t (Rp)
: Profit KBM IKB pada periode t (Rp)
: Jumlah produk jenis k yang diproduksi pada periode t (m3)
: Harga jual produk tipe k (Rp/ m3)
: Total limbah periode t (m3)
: Harga jual limbah pada periode t (Rp/ m3)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-15
: Total FJL pada period t (m3)
: Harga jual FJL pada period t (Rp/ m3)
: BOP (Rp/ m3)
: BTKL (Rp/ m3)
: Persentase biaya simpan log jati untuk kelas j
: Total biaya APD PP pada period t (Rp)
: Total biaya APD KBM IKB pada periode t (Rp)
: Total luas hutan pada periode t (ha)
: Nilai konversi log jati ke limbah untuk kelas j
β : Persentase CSR
: Biaya pengadaan APD PP pada periode t (Rp/ karyawan)
: Biaya pengadaan APD KBM IKB pada periode t (Rp/ karyawan)
: Jumlah karyawan PP pada periode t (karyawan)
: Jumlah karyawan KBM IKB pada periode t (karyawan)
ni : deviasi negatif fungsi i
pi : deviasi positif fungsi i
ω i : desired value fungsi i
d. Penyusunan fungsi tujuan
Dalam pengembangan model ini digunakan goal programming untuk
mencapai lebih dari satu tujuan. Tujuan yang ingin dicapai dari model
hubungan pemasok (PP) dan pemanufaktur (KBM IKB) ditinjau dalam tiga
aspek agar tercapainya sustainability. Hubungan pemasok dan pemanufaktur
memiliki tujuan untuk memaksimalkan benefit baik ekonomi, lingkungan, dan
sosial.
Benefit ekonomi diukur dengan memaksimalkan profit PP dan profit KBM
IKB. Benefit lingkungan diukur dengan memaksimalkan penyerapan karbon
dari luas hutan yang dipertahankan dalam perdagangan karbon dan
meminimalkan limbah penggergajian kayu. Sedangkan benefit sosial diukur
dengan memaksimalkan CSR PP dan memaksimalkan pengadaan APD untuk
karyawan PP dan KBM IKB. Berikut ini diuraikan formulasi fungsi tujuan
yang disusun sesuai konsep pengembangan model pada influence diagram.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-16
Volume log dijual
Perhutani
Volume karbon yang
dijual Perhutani
Pengadaan APD
1) Maksimasi profit PP
Profit PP merupakan selisih antara pendapatan dan pengeluaran PP.
Pendapatan PP berasal dari penjualan log jati dan perdagangan karbon.
Pendapatan dari penjualan log jati tergantung pada harga jual log jati dan
volume penjualan log jati ke KBM IKB. Pendapatan dari perdagangan
karbon diperoleh dari harga jual karbon dikalikan dengan jumlah karbon
yang dapat diserap oleh luas area KU hutan jati. Pengeluaran PP terdiri dari
biaya tanam, biaya pemeliharaan, biaya panen, CSR, dan pengadaan APD.
Biaya tanam merupakan total biaya penanaman per ha yang terdiri dari
biaya pembelian bibit, pupuk, dan tenaga kerja dikalikan dengan luas area
yang akan ditanam. Biaya pemeliharaan diperoleh dari ongkos pemeliharaan
dikalikan dengan total luas hutan. Biaya panen diperoleh dari ongkos panen
dikalikan dengan luas area yang dipanen. Secara matematis dapat
dirumuskan sebagai berikut.
= x + x
- x - x
- x +
- -
……………...…..…………. (4.2)
2) Maksimasi Profit KBM IKB
Profit KBM IKB diperoleh dari selisih pendapatan dan pengeluaran
KBM IKB. Pendapatan KBM IKB diperoleh dari penjualan produk dan
penjualan limbah. Pendapatan dari penjualan produk merupakan perkalian
Profit PP
Luas hutan yang
ditanam
Luas hutan perdagangan
karbon
Luas hutan yang
dipanen
Luas hutan sisa
penebangan
3 1
8
12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-17
Volume limbah
BTKL
Pengadaan APD
Volume log kayu yang digunakan
Volume log kayu yang digunakan
antara harga jual produk dan jumlah penjualan produk. Begitu pula dengan
penjualan limbah yang merupakan hasil perkalian harga jual limbah dengan
jumlah limbah yang dihasilkan. Pengeluaran KBM IKB diperoleh dari total
biaya tenaga kerja langsung (BTKL), total biaya pembelian bahan baku,
total biaya overhead pabrik (BOP), total biaya Alat Pelindung Diri (APD),
total biaya transportasi, dan total biaya simpan. Total biaya pembelian bahan
baku didapat dari harga pokok penjualan log jati dikalikan jumlah log yang
dibeli. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut.
= x + x
- x - x
- x - x
- x -
...................................................................................................... (4.3)
3) Maksimasi luas hutan dipertahankan
Luas area hutan yang dipertahankan adalah minimal sebesar 30% dari
total luas hutan (Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2007). Luas hutan
yang dipertahankan ini dapat dimanfaatkan sebagai area hutan perdagangan
karbon. Selain mendapatkan manfaat lingkungan dalam mengurangi emisi
Profit KBM IKB
Volume penjualan produk
3
3
3
14 15
21 27
27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-18
Volume log kayu yang digunakan
Nilai konversi log
ke limbah
karbon, PP juga mendapatkan pemasukkan dari perdagangan karbon. Luas
area yang di pertahankan merupakan sisa luas hutan
yang ditebang untuk memasok pemanufaktur.
Secara matema tis dapat dirumuskan sebagai berikut:
= - +
................................................................................ (4.4)
4) Minimasi limbah
Limbah di KBM IKB merupakan limbah sisa-sisa hasil penggergajian
log jati. Limbah tersebut diperoleh dari nilai konversi log menjadi limbah
dikalikan dengan jumlah log yang diproduksi KBM IKB untuk membuat
produk. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
= x
…….…...................................................... (4.5)
5) Maksimasi CSR PP
CSR PP merupakan perkalian antara persentase CSR yang ditetapkan
pemerintah dikalikan dengan profit PP. Profit PP didapat dari rumus yang
telah disebutkan pada persamaan sebelumnya. Semakin besar profit PP
maka semakin besar pula CSR yang dikeluarkan. Secara matematis dapat
dirumuskan sebagai berikut.
= x
...................................................................... (4.6)
6) Maksimasi Pengadaan APD PP
PP perlu memerhatikan kenyamanan dan keamanan karyawan dalam
bekerja. Selain itu, pengadaan APD perlu dilakukan untuk proses audit
SVLK. Oleh karena itu, PP perlu melakukan pengadaan APD bagi
Limbah yang
dihasilkan
CSR PP Profit PP
Luas hutan yang
dipanen
Luas hutan yang
dipertahankan
Total luas hutan
27
Luas hutan yang
ditanam
8 25 10
15 26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-19
karyawannya. APD yang dibutuhkan antara lain helm, masker, sarung
tangan, dan sepatu kerja. Pengadaan APD diperoleh dari perkalian antara
APD yang dibutuhkan dengan jumlah karyawan. Jumlah karyawan
produksi/ tenaga kerja langsung di PP KPH Kendal adalah 571
orang. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut.
= x
................................................................. (4.7)
7) Maksimasi Pengadaan APD KBM IKB
Pengadaan APD untuk karyawan merupakan hal penting dalam
menjaga kenyamanan dan keamanan karyawan dalam bekerja. APD yang
dibutuhkan antara lain helm, masker, earplug, sarung tangan, sepatu kerja,
dan baju kerja. Pengadaan APD diperoleh dari perkalian antara APD yang
dibutuhkan dengan jumlah karyawan yang membutuhkan APD. Jumlah
karyawan produksi/ tenaga kerja langsung di KBM IKB adalah 100 orang.
Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut.
= x
................................................................ (4.8)
e. Penentuan batasan
Pembatas yang digunakan dalam pengembangan model ini diuraikan
sebagai berikut.
1) Batasan area perdagangan karbon
Batasan area perdagangan karbon merupakan area hutan yang layak
untuk perdagangan karbon. Sisa luas hutan yang telah dipanen untuk
memenuhi kebutuhan log jati industri furnitur, layak digunakan untuk
perdagangan karbon kecuali pohon jati pada umur 1 – 5 tahun. Secara
matematis dapat dirumuskan sebagai berikut.
.........................................................................................(4.9)
Total Pengadaan
APD
Total Pengadaan
APD
29
30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-20
2) Batasan keseimbangan hutan
Luas hutan yang dipanen pada periode sebelumnya merupakan luas
hutan yang ditanam pada periode ini. Batasan ini digunakan untuk tetap
menjaga keseimbangan hutan. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai
berikut.
…………………………………………….………………(4.10)
3) Batasan log yang diproduksi
KBM IKB mendapatkan pasokan dari PP dalam setahun sebesar 10.500
m3. Namun dalam keadaan tertentu, jumlah pasokan dapat berubah. KBM
IKB memiliki kewajiban untuk memproduksi volume log tersebut. Oleh
karena itu, volume log yang dipasok sama dengan volume log yang
diproduksi. Namun, log yang diproduksi tidak melebihi kapasitas produksi
dan dapat memenuhi permintaan. Secara matematis dapat dirumuskan
sebagai berikut.
…….....……...…………………………….…………...….. (4.11)
12960……………………………...…..……….……………..…(4.12)
……………...…………………………….…………….....….(4.13)
Batasan berikutnya adalah log yang diproduksi sama dengan luas hutan
yang dipanen dengan ketentuan setiap 1 ha hutan yang dipanen
menghasilkan log sebesar 1.239 m3 (Ginoga, dkk., 2005). Secara matematis
dapat dirumuskan sebagai berikut.
/ 1239 = .......................................................................................(4.14)
4.2.4 Verifikasi Model
Verifikasi suatu model dilakukan untuk menjamin suatu model benar
secara matematis dan konsisten secara logis. Hal ini berarti verifikasi dari model
adalah pemeriksaan seluruh ekspresi matematis dalam model untuk meyakinkan
bahwa ekspresi-ekspresi tersebut merepresentasikan hubungan-hubungan yang
ada dengan benar. Verifikasi model juga meliputi pemeriksaan model untuk
meyakinkan bahwa semua ekspresi matematis dalam model memiliki dimensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-21
yang konsisten (Daellenbach dan McNickel, 2005). Verifikasi dilakukan dengan
memeriksa konsistensi dimensi setiap persamaan matematis.
a. Persamaan (4.2) dan (4.3) merupakan kriteria performansi yang memiliki
dimensi harga per waktu (Rp/tahun).
b. Persamaan (4.4) merupakan kriteria performansi yang memiliki dimensi luas
area (ha).
c. Persamaan (4.5) merupakan kriteria performansi yang memiliki dimensi
volume (m3).
d. Persamaan (4.6), (4.7), dan (4.8) merupakan kriteria performansi yang
memiliki dimensi harga per waktu (Rp/tahun).
e. Persamaan (4.9) dan (4.10) merupakan pembatas yang memiliki dimensi luas
(ha).
f. Persamaan (4.11), (4.12), (4.13), dan (4.14) merupakan pembatas yang
memiliki dimensi volume (m3).
Berdasarkan hasil verifikasi, diketahui bahwa himpunan pembatas yang
digunakan telah mencukupi fungsi batasan dalam penelitian ini. Secara garis
besar, kriteria performansi merupakan hasil perkalian antara dimensi volume per
waktu dengan dimensi harga serta luas area. Oleh karena itu, batasan terhadap
penentuan volume dan luas area dapat dikatakan sesuai dan sudah mencukupi
untuk digunakan.
4.2.5 Uji Coba Model
Dalam goal programming, fungsi tujuan diubah menjadi batasan dalam
goal programming yang disebut dengan soft constraint. Pengubahan fungsi tujuan
menjadi soft constraint dilakukan dengan cara menambahkan deviasi positif (p),
deviasi negatif (n) serta tujuan (goal) yang ingin dicapai (ω). Fungsi tujuan yang
diubah menjadi soft constraint dapat dilihat sebagai berikut:
Soft constraint
……………………………………………………………………..….. (4.15)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-22
.................................................................. (4.16)
................................................................. (4.17)
…………………………………….……(4.18)
……………………………………………….(4.19)
……………………………………………..(4.20)
……………………………………………..(4.21)
Fungsi pembatas pada model awal menjadi hard constraint pada goal
programming. Hard constraint pada model ini adalah persamaan 4.9 sampai
dengan persamaan 4.14.
Hard constraint
12960
/ 1239 =
Sedangkan fungsi tujuan dalam goal programming adalah meminimalkan
variabel deviasi dari soft constraint, sehingga hasil yang didapatkan mendekati
dengan goal yang telah ditetapkan di awal. Fungsi tujuan pada model ini yaitu:
Fungsi Tujuan
Zmin = n(1) + n(2) + n(3) + p(4) + n(5) + n(6) + p(6) + n(7) + p(7)……..... (4.22)
Setelah itu, dilakukan uji coba model. Proses uji coba model dilakukan
dengan menginputkan model dan nilai tiap parameter yang digunakan pada
program Lingo11.0. Data yang diinputkan sebagai nilai parameter dapat berupa
data yang sudah dijelaskan dalam subbab pengumpulan data. Alur prosedur dalam
memecahkan goal programming dapat dilihat pada Gambar 4.6.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-23
Gambar 4.6 Alur Prosedur untuk Menyelesaikan Goal Programming
Output uji coba model menunjukkan nilai yang dicapai. Nilai yang dicapai
ini menunjukkan hasil pencapaian terhadap goal. Dari hasil ini, tidak semua goal
memiliki pencapaian sesuai dengan target yang telah ditentukan. Oleh karena itu,
uji coba model dilakukan dengan tiga skenario, yaitu optimis, pesimis, dan
feasible. Sekenario optimis memiliki target level yang tinggi dan skenario pesimis
memiliki target level yang rendah. Sedangkan skenario feasible memiliki target
level yang apabila target level dinaikkan dari sebelumnya, maka akan ada goal
yang tidak tercapai. Berikut adalah skenario dan hasil uji coba model dengan
program Lingo.11.
Tabel 4.8 Skenario Uji Coba Model
Goal Target Level
Skenario Optimis Skenario Pesimis Skenario Feasible ω1 ≥20% profit PP ≥3% profit PP ≥5% profit PP
ω2 ≥10% profit KBM
IKB ≥2% profit KBM IKB
≥2% profit KBM IKB
ω3 ≥30% luas hutan ≥30% luas hutan ≥30% luas hutan ω4 ≤5% limbah ≤3% limbah ≤3% limbah ω5 ≥2% profit PP ≥2% profit PP ≥2% profit PP ω6 all non sarung tangan & masker all ω7 all non baju kerja all
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-24
Tabel 4.9 Hasil Uji Coba Model
Skenario Goal Target Level Nilai yang dicapai Pencapaian
Optimis
ω1 Rp.894.239.704.000,- Rp.859.755.900.000,- Tidak ω2 Rp.33.165.941.000,- Rp.30.730.950.000,- Tidak ω3 4.090 ha 13.627 ha Ya ω4 34.913 m3 35.581 m3 Tidak ω5 Rp.17.884.794.000,- Rp.17.195.120.000,- Tidak ω6 Rp. 939.295.000,- Rp. 939.295.000,- Ya ω7 Rp. 255.500.000,- Rp. 255.500.000,- Ya
Pesimis
ω1 Rp.767.555.746.000,- Rp.859.795.100.000,- Ya ω2 Rp.30.723.721.000,- Rp.30.805.950.000,- Ya ω3 4.090 ha 13.627 ha Ya ω4 36.648 m3 35.581 m3 Ya ω5 Rp.15.351.115.000,- Rp.17.195.900.000,- Ya ω6 Rp.889.325.000,- Rp.889.325.000,- Ya ω7 Rp.180.500.000,- Rp.180.500.000,- Ya
Feasible
ω1 Rp.782.459.741.000,- Rp.859.755.900.000,- Ya ω2 Rp.30.723.721.000,- Rp.30.730.950.000,- Ya ω3 4.090 ha 13.627 ha Ya ω4 35.648 m3 35.581 m3 Ya ω5 Rp.15.649.195.000,- Rp.17.195.118.000,- Ya ω6 Rp.939.295.000,- Rp.939.295.000,- Ya ω7 Rp.255.500.000 Rp.255.500.000 Ya
Dari hasil uji coba dengan skenario optimis, didapatkan nilai fungsi tujuan
(objective value) sebesar 0.3760914E+08 yang merupakan fungsi minimasi. Dari
hasil tersebut terdapat goal yang tidak memenuhi target, yaitu profit PP, profit
KBM IKB, total limbah yang dihasilkan, dan besarnya CSR. Oleh karena itu,
perlu dilakukan penurunan target level agar seluruh target dapat terpenuhi.
Penurunan target level dilakukan dengan skenario pesimis. Hasil uji coba model
skenario pesimis memberikan nilai fungsi tujuan lebih rendah dari skenario
optimis, yaitu 0.1300000E-08. Namun pada skenario pesimis, kebutuhan APD
baik di PP maupun di KBM IKB tidak memenuhi kelengkapan APD. Oleh karena
itu, dilakukan uji coba model dengan skenario feasible yang artinya memiliki nilai
fungsi tujuan rendah dan seluruh target level pada goal dapat terpenuhi. Dari hasil
uji coba skenario feasible, diperoleh nilai fungsi tujuan 0.1300000E-08 dan
seluruh target level pada goal terpenuhi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-1
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
Bab ini berisikan interpretasi hasil dan analisis model. Interpretasi hasil
dilakukan untuk memberi penjelasan mengenai hasil yang didapat. Analisis model
yang dilakukan terdiri dari dua macam yaitu analisis sensitivitas dan analisis
kesalahan.
5.1 Interpretasi Hasil
Uji coba model dilakukan dengan menggunakan tiga skenario. Skenario
yang digunakan yaitu skenario optimis, pesimis, dan feasible. Skenario-skenario
tersebut dibedakan atas target level yang ditetapkan di awal oleh pengambil
keputusan. Pada skenario optimis, target level pada goal ditetapkan pada level
yang tinggi. Pada skenario pesimis, target level pada goal ditetapkan pada level
yang rendah. Sedangkan skenario feasible memiliki target level yang apabila
target level dinaikkan dari sebelumnya, maka akan ada goal yang tidak tercapai.
Target level pada ketiga skenario tersebut ditetapkan berdasarkan
peningkatan atau penurunan persentase pada masing-masing data yang ada pada
Perum Perhutani (PP), Kesatuan Bisnis Mandiri Industri Kayu Brumbung (KBM
IKB), dan juga berdasarkan peraturan pemerintah seperti persentase Corporate
Social Responsibility (CSR) dan luas hutan yang dipertahankan. Pencapaian
kriteria performansi pemasok dan pemanufaktur dapat dilihat secara berurutan
pada Tabel 5.1 dan Tabel 5.2.
Tabel 5.1 Pencapaian Kriteria Performansi Pemasok
Kriteria Performansi
Skenario Pemasok (PP) Optimis Pesimis Feasible
Target Level
Pencapaian Target Level
Pencapaian Target Level
Pencapaian
Goal 1 ≥20% Tidak ≥3% Ya ≥5% Ya Goal 3 ≥30% Ya ≥30% Ya ≥30% Ya Goal 5 ≥2% Tidak ≥2% Ya ≥2% Ya
Goal 6 all Ya
non sarung tangan, masker
Ya all Ya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-2
Tabel 5.2 Pencapaian Kriteria Performansi Pemanufaktur
Kriteria Performansi
Skenario Pemanufaktur (KBM IKB) Optimis Pesimis Feasible
Target Level
Pencapaian Target Level
Pencapaian Target Level
Pencapaian
Goal 2 ≥10% Tidak ≥2% Ya ≥2% Ya Goal 4 ≤5% Tidak ≤3% Ya ≤3% Ya
Goal 7 all Ya non baju kerja
Ya all Ya
Pada skenario optimis, target level untuk goal pertama yaitu profit PP
ditargetkan lebih besar atau sama dengan 20% dari profit PP. Goal kedua yaitu
profit KBM IKB ditargetkan lebih besar atau sama dengan 10% dari profit KBM
IKB. Target untuk goal ketiga tentang luas hutan yang dipertahankan adalah lebih
besar atau sama dengan 30% dari total luas hutan. Target untuk goal keempat
tentang limbah yang dihasilkan KBM IKB lebih kecil atau sama dengan 5% dari
total limbah pengerjaan log jati. Goal kelima yaitu CSR yang dikeluarkan oleh PP
ditargetkan lebih besar atau sama dengan 2% dari profit yang telah ditetapkan di
goal pertama. Goal keenam tentang pengadaan Alat Pelindung Diri (APD) untuk
karyawan PP ditargetkan pada pemenuhan semua peralatan APD yang
dibutuhkan. Begitu pula pengadaan APD untuk karyawan KBM IKB pada goal
ketujuh. Pada skenario optimis ini, terdapat goal yang tidak tercapai, yaitu goal
pertama tentang profit PP, goal kedua tentang profit KBM IKB, goal keempat
tentang limbah yang dihasilkan KBM IKB, dan goal kelima tentang CSR yang
dikeluarkan PP. Oleh karena itu perlu dilakukan penyesuaian target level agar
semua goal dapat tercapai dan mendapatkan pencapaian goal yang feasible.
Pada skenario pesimis, target level ditetapkan lebih rendah daripada
skenario optimis. Target dari goal pertama, profit PP ditargetkan lebih besar atau
sama dengan 3% dari profit PP. Target dari goal kedua, profit KBM IKB
ditargetkan lebih besar atau sama dengan 2% dari profit KBM IKB. Target untuk
goal ketiga tentang luas hutan yang dipertahankan disesuaikan dengan aturan
pemerintah yaitu minimal 30% dari total luas hutan. Target untuk goal keempat
tentang limbah yang dihasilkan KBM IKB lebih kecil atau sama dengan 3% dari
total limbah pengerjaan log jati. Goal kelima yaitu CSR yang dikeluarkan oleh PP
ditargetkan lebih besar atau sama dengan 2%. Goal keenam tentang pengadaan
APD untuk karyawan PP ditargetkan tanpa menyertakan sarung tangan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-3
masker. Sedangkan pengadaan APD untuk karyawan KBM IKB atau goal ketujuh
ditargetkan tanpa menyertakan baju kerja jika dibandingkan dengan pengadaan
APD pada skenario optimis. Pada skenario pesimis semua goal dapat tercapai,
namun goal keenam dan ketujuh tentang pengadaan APD di PP dan KBM IKB
belum memiliki kelengkapan APD. Oleh karena itu, perlu dilakukan penyesuaian
target level. Penyesuaian target level dilakukan dengan menurunkan atau
menaikan target level tersebut.
Skenario feasible merupakan skenario yang apabila target level dinaikkan
atau diturunkan lagi maka akan ada goal yang tidak tercapai. Target level untuk
goal pertama yaitu profit PP ditargetkan lebih besar atau sama dengan 5% dari
profit PP. Goal kedua yaitu profit KBM IKB ditargetkan lebih besar atau sama
dengan 2% dari profit KBM IKB. Target untuk goal ketiga tentang luas hutan
yang dipertahankan adalah lebih besar atau sama dengan 30% dari total luas
hutan. Target untuk goal keempat tentang limbah yang dihasilkan KBM IKB lebih
kecil atau sama dengan 3% dari total limbah pengerjaan log jati. Goal kelima
yaitu CSR yang dikeluarkan oleh PP ditargetkan lebih besar atau sama dengan
2%. Goal keenam tentang pengadaan APD untuk karyawan PP ditargetkan pada
pemenuhan semua peralatan APD yang dibutuhkan. Begitu pula pengadaan APD
untuk karyawan KBM IKB pada goal ketujuh. Dengan menggunakan skenario
tersebut, dihasilkan semua goal dapat tercapai.
Dilihat dari skenario feasible, target level PP dapat dicapai baik dari segi
ekonomi, lingkungan, maupun sosial. Dari segi ekonomi, profit PP yang
ditargetkan 5% lebih besar dari profit PP semula dapat dicapai. Dari segi
lingkungan, sesuai dengan ketetapan Pemerintah bahwa hutan yang dipertahankan
oleh PP harus lebih besar atau sama dengan 30% dari total luas hutan dapat
dicapai. Dari segi sosial, aturan dari Pemerintah menunjukkan bahwa CSR yang
dikeluarkan oleh PP maksimal sebesar 2% dari profit yang didapatkan oleh PP.
Aturan ini telah diterapkan dalam model dan hasil uji coba model menunjukkan
bahwa kewajiban PP mengeluarkan CSR dapat dipenuhi. Selain itu, dari segi
sosial PP dapat memberikan APD untuk menjaga kesehatan dan keselamatan
karyawannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-4
Seperti pada PP sebagai pemasok, target level KBM IKB sebagai
pemanufaktur dapat dicapai baik dari segi ekonomi, lingkungan, dan sosial. Dari
segi ekonomi, profit KBM IKB yang ditargetkan 2% lebih besar dari profit KBM
IKB semula dapat dicapai. Dari segi lingkungan, pengurangan limbah yang
dihasilkan dari pengolahan log jati adalah lebih kecil atau sama dengan 3% dari
total limbah hasil pengolahan log jati. Pengurangan limbah ditargetkan pada level
yang kecil karena KBM IKB telah memaksimalkan penggunaan log jati dalam
proses produksinya. Semakin sedikit limbah yang dihasilkan maka akan semakin
baik karena log jati digunakan secara optimal. Dari segi sosial, KBM IKB dapat
memberikan Alat Pelindung Diri (APD) untuk karyawan yang bekerja di lantai
produksi. Hal ini diharapkan agar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
karyawan KBM IKB dapat meningkat.
5.2 Analisis Model
Pada penelitian ini, model yang dikembangkan adalah model hubungan
antara pemasok kayu jati (PP) dan pemanufaktur furnitur (KBM IKB). Model ini
telah mempertimbangkan aspek keberlanjutan (sustainability), yaitu aspek
ekonomi, lingkungan, dan sosial. Selain itu, pada model ini telah melibatkan
perdagangan karbon untuk menjaga kelestarian hutan dan sekaligus sebagai media
dalam menghadapi fenomena perubahan iklim akibat perkembangan teknologi.
Metode penyelesaian masalah yang digunakan pada pengembangan model
ini adalah goal programming. Pada goal programming, hasil yang didapatkan
bersifat satisfied yang artinya target level pada semua goal tercapai. Jika ada
target level yang tidak tercapai, maka pembuat keputusan dapat mengubah target
level yang ingin dicapai sehingga semua goal bersifat satisfied. Selain itu,
penggunaan metode goal programming dapat mengakomodir model multi fungsi
tujuan dengan dimensi dan tujuan yang berbeda. Model pada penelitian ini
mempertimbangkan aspek keberlanjutan, dimana tujuan yang ingin dicapai dilihat
dari aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial. Ketiga aspek tersebut memiliki
dimensi yang berbeda sehingga pada penelitian ini digunakan metode goal
programming.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-5
5.2.1 Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui seberapa besar model
matematik terpengaruh terhadap perubahan input yang tidak dapat dikendalikan.
Pada penelitian ini, goal yang dicapai merupakan perolehan hasil dari data-data
yang bersifat pasti (certainty condition). Data-data yang diinputkan dalam
formulasi model telah ditentukan di awal berdasarkan data perusahaan dan studi
literatur. Sebagai contoh, yaitu jumlah permintaan furnitur, harga, kapasitas
produksi, dan biaya. Namun dalam real system, data-data yang dilibatkan dalam
formulasi model bersifat tidak pasti (uncertainty condition). Dari data-data yang
dilibatkan, data permintaan furnitur adalah data yang tingkat ketidakpastiannya
paling tinggi. Selain itu, harga karbon memerlukan kesepakatan antara kedua
belah pihak dalam perdagangan karbon. Oleh karena itu, analisis sentivitas akan
dilakukan pada perubahan permintaan furnitur dan harga karbon.
Jumlah permintaan furnitur dan harga karbon sangat mungkin berubah tiap
periode. Data tersebut dapat meningkat maupun menurun. Pada analisis
sensitivitas ini, perubahan data yang dilakukan adalah peningkatan dan penurunan
data sebesar 10%, 30%, dan 50%. Hasil dari analisis sensitivitas dapat dilihat pada
Tabel 5.3 untuk perubahan permintaan furnitur dan Tabel 5.4 untuk perubahan
harga karbon.
Dari Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa perubahan jumlah permintaan furnitur
berpengaruh signifikan terhadap profit PP dan profit KBM IKB. Artinya apabila
permintaan furnitur menurun, maka profit PP dan profit KBM IKB akan
cenderung menurun. Begitu pula dengan peningkatan jumlah permintaan furnitur.
Apabila jumlah permintaan furnitur meningkat, maka profit PP dan profit KBM
IKB akan cenderung meningkat.
Pada model ini, diprioritaskan pemenuhan kebutuhan log jati KBM IKB
untuk memenuhi permintaan furnitur konsumen. Pemenuhan log jati sebagai
bahan baku akan mempengaruhi luas hutan ditebang dan tentunya akan
berpengaruh terhadap luas hutan perdagangan karbon. Gambar perubahan jumlah
permintaan furnitur terhadap profit PP dapat dilihat pada Gambar 5.1 dan gambar
perubahan jumlah permintaan furnitur terhadap profit KBM IKB dapat dilihat
pada Gambar 5.2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-6
Tabel 5.3 Perubahan Jumlah Permintaan Furnitur terhadap Kriteria Performansi
Gambar 5.1 Perubahan Jumlah Permintaan Furnitur terhadap Profit PP
Gambar 5.2 Perubahan Jumlah Permintaan Furnitur terhadap Profit KBM IKB
-50% -30% -10% 0% +10% +30% +50%Profit PP (Rp) 781.941.300.000 813.060.300.000 844.153.400.000 859.755.900.000 875.287.400.000 906.421.300.000 937.566.200.000 Profit PM (Rp) 15.238.150.000 21.435.120.000 27.622.320.000 30.730.950.000 33.819.780.000 39.664.730.000 45.319.870.000 Hutan dipelihara (ha) 13.630 13.628 13.627 13.627 13.626 13.625 13.624
Limbah (m3) 17.793 24.906 32.015 35.581 39.132 46.250 53.367
CSR (Rp) 15.638.826.000 16.261.206.000 16.883.068.000 17.195.118.000 17.505.748.000 18.128.426.000 18.751.324.000 APD PP (Rp) 939.295.000 939.295.000 939.295.000 939.295.000 939.295.000 939.295.000 939.295.000 APD PM (Rp) 255.500.000 255.500.000 255.500.000 255.500.000 255.500.000 255.500.000 255.500.000
Perubahan Jumlah Permintaan FurniturKriteria Performansi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-7
Perubahan jumlah permintaan furnitur akan berpengaruh secara signifikan
terhadap profit PP dan profit KBM IKB. Peningkatan jumlah permintaan furnitur
menyebabkan peningkatan penjualan furnitur bagi KBM IKB dan peningkatan
penjualan log jati bagi PP, berlaku untuk sebaliknya.
Perubahan jumlah permintaan furnitur tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap total luas hutan yang dipertahankan atau dipelihara. Peningkatan jumlah
permintaan furnitur akan mengurangi total luas hutan yang dipelihara dan begitu
pula sebaliknya. Namun apabila dilihat dari sisi aturan Pemerintah yang
menyatakan bahwa luas hutan yang dipertahankan minimal 30% dari total luas
hutan, naiknya jumlah permintaan hingga 50% masih memberikan luas hutan
dipertahankan lebih besar dari 30%. Sehingga KBM IKB masih dapat
dipertimbangkan untuk mendapatkan tambahan pasokan log jati ketika jumlah
permintaan furnitur meningkat.
Perubahan jumlah permintaan furnitur berpengaruh terhadap limbah yang
dihasilkan dari proses produksi furnitur. Semakin banyak kebutuhan log jati untuk
pemenuhan permintaan furnitur, maka semakin banyak pula limbah yang
dihasilkan. Dilihat dari uji coba model dengan menggunakan skenario feasible,
didapatkan limbah sebesar 35.581 m3. Sedangkan jika jumlah permintaan furnitur
mengalami peningkatan 5% saja, limbah yang dihasilkan sudah melampaui batas
feasible limbah yang dihasilkan. Namun dalam hal ini, limbah yang dihasilkan
tidak dibuang begitu saja tetapi dijual untuk menambahkan pendapatan KBM
IKB.
Perubahan jumlah permintaan furnitur tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap CSR yang dikeluarkan oleh PP. Penurunan jumlah permintaan furnitur
sampai dengan 50% pun tetap dapat mengeluarkan CSR sebesar 2% dari profit PP
sesuai dengan aturan Pemerintah.
Perubahan jumlah permintaan furnitur tidak berpengaruh signifikan
terhadap pemenuhan kebutuhan APD baik bagi karyawan PP maupun karyawan
KBM IKB. Penurunan jumlah permintaan furnitur sampai dengan 50% akan
menyebabkan profit baik PP maupun KBM IKB akan menurun. Namun dalam
keadaan ini, baik PP maupun KBM IKB dapat memenuhi seluruh kebutuhan APD
karyawan sehingga kesehatan dan keselamatan kerja karyawan terjamin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-8
Tabel 5.4 Perubahan Harga Karbon terhadap Kriteria Performansi
Tabel 5.4 menunjukkan bahwa perubahan harga karbon mempengaruhi
jumlah pendapatan PP dari hasil perdagangan karbon. Harga karbon yang
digunakan pada analisis ini adalah $5 atau setara dengan Rp.46.955,- ($1 =
Rp.9.391,-). Semakin meningkat harga karbon, maka pendapatan dari hasil
perdagangan karbon juga meningkat. Begitu pula sebaliknya, penurunan harga
karbon menyebabkan penurunan profit PP. Luas hutan yang diperdagangkan
sebagai area penyerapan karbon merupakan sisa luas hutan setelah ditebang untuk
pemenuhan kebutuhan log jati pemanufaktur. Untuk memperjelas pengaruh
perubahan harga karbon terhadap profit PP dapat dilihat pada Gambar 5.3.
Gambar 5.3 Perubahan Harga Karbon terhadap Profit PP
-50% -30% -10% 0% +10% +30% +50%Profit PP (Rp) 502.285.000.000 645.274.400.000 788.262.800.000 859.755.900.000 931.251.200.000 1.074.238.000.000 1.217.228.000.000Profit PM (Rp) 30.730.950.000 30.730.950.000 30.730.950.000 30.730.950.000 30.730.950.000 30.730.950.000 30.730.950.000Hutan dipelihara (ha) 13.627 13.627 13.627 13.627 13.627 13.627 13.627Limbah (m3) 35.581 35.581 35.581 35.581 35.581 35.581 35.581CSR (Rp) 10.045.700.000 12.905.488.000 15.765.256.000 17.195.118.000 18.625.024.000 21.484.760.000 24.344.560.000APD PP (Rp) 939.295.000 939.295.000 939.295.000 939.295.000 939.295.000 939.295.000 939.295.000APD PM (Rp) 255.500.000 255.500.000 255.500.000 255.500.000 255.500.000 255.500.000 255.500.000
Perubahan Harga KarbonKriteria Performansi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-9
Berbeda dengan profit PP, perubahan harga karbon tidak mempengaruhi
profit KBM IKB. Hal ini disebabkan oleh penebangan hutan seluas area tertentu
untuk pemenuhan log jati pemanufaktur lebih diutamamakan. Setelah hutan
ditebang untuk pemenuhan kebutuhan log jati pemanufaktur, sisa luas hutan yang
ada dijadikan sebagai area perdagangan karbon. Sehingga walaupun dilakukan
perubahan harga karbon, profit KBM IKB bernilai tetap. Sama halnya dengan
limbah produksi yang dihasilkan. Adanya perubahan harga karbon tidak
berpengaruh terhadap jumlah limbah.
Jika dilihat dari luas area hutan untuk perdagangan karbon, perubahan
harga karbon tidak berpengaruh secara signifikan. Karena dalam penelitian ini,
pemenuhan permintaan furnitur menjadi prioritas utama sedangkan perdagangan
karbon merupakan bentuk pemanfaatan hutan yang dipelihara untuk turut
menurunkan emisi dunia. Jadi, perubahan harga karbon juga tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap limbah yang dihasilkan KBM IKB.
Perubahan harga karbon tidak berpengaruh signifikan terhadap CSR, APD
PP, dan APD KBM IKB. Dengan adanya perubahan harga karbon, PP tetap dapat
mengeluarkan CSR sebesar 2% dari profit yang diperoleh. Selain itu, dengan
perubahan harga karbon juga tidak mempengaruhi pemenuhan kebutuhan APD
karyawan baik PP maupun KBM IKB.
Total pendapatan dari hasil perdagangan karbon sangat mempengaruhi
total profit PP. Pada Gambar 5.4 dapat dilihat seberapa besar kontribusi
perdagangan karbon terhadap profit PP. Pada model skenario feasible (kondisi
awal), besarnya kontribusi perdagangan karbon terhadap profit PP sebesar
84,82%. Semakin tinggi harga karbon, maka semakin besar pula persentase hasil
penjualan karbon terhadap profit PP dan begitu juga sebaliknya (Tabel 5.5). Selain
meningkatkan profit, adanya perdagangan karbon menyebabkan hutan
dipertahankan untuk waktu tertentu sehingga kelestarian hutan pun terjaga.
Tabel 5.5 Perubahan Harga Karbon terhadap Profit PP
-50% -30% -10% 0% +10% +30% +50%Profit PP (Rp) 502.285.000.000 645.274.400.000 788.262.800.000 859.755.900.000 931.251.200.000 1.074.238.000.000 1.217.228.000.000 Penjualan Kredit Karbon (Rp) 364.620.300.000 510.469.600.000 656.317.700.000 729.240.600.000 802.165.800.000 948.012.800.000 1.093.862.000.000 Kontribusi Perdagangan Karbon 72,59% 79,11% 83,26% 84,82% 86,14% 88,25% 89,87%
Perubahan Harga KarbonKeterangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-10
Gambar 5.4 Persentase Perdagangan Karbon terhadap Profit PP
5.2.2 Analisis Kesalahan
Banyak input parameter yang dieperkirakan pada data masa lalu. Input
parameter tersebut kemudian digunakan untuk mengoptimalkan operasi di masa
depan. Tidak ada jaminan bahwa masa depan akan mirip dengan masa lalu.
Misalnya, peningkatan atau penurunan jumlah permintaan produk. Jadi tidak tepat
jika input parameter selalu digunakan dalam model. Oleh karena itu, perlu
dilakukan analisis kesalahan.
Analisis kesalahan berfungsi untuk melihat seberapa banyak potensi
penghematan yang hilang jika terdapat kesalahan input parameter tertentu.
Analisis kesalahan pada umumnya dilakukan pada parameter yang memang dapat
ditentukan sendiri nilainya oleh perusahaan misalnya parameter gaji tenaga kerja,
harga jual produk, kapasitas produksi, dll. Dengan kata lain, kesalahan yang
dimaksudkan dalam analisis ini adalah kesalahan perusahaan dalam menetapkan
nilai pada suatu parameter. Analisis ini juga dapat membantu perusahaan dalam
menentukan parameter yang dapat diubah-ubah nilainya dengan aman. Parameter
yang digunakan dalam analisis ini adalah biaya pemeliharaan pohon jati dan harga
jual log jati pada PP dan biaya tenaga kerja langsung dan harga jual furnitur pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-11
KBM IKB. Perubahan dilakukan dengan menaikkan baik biaya maupun harga
sebesar 10%, 20%, dan 30%.
Biaya pemeliharaan pohon jati pada PP dinaikkan dari Rp 160.500,00
sebesar 10%, 20% dan 30%. Hasil dari perubahan biaya pemeliharaan pohon jati
terhadap total biaya PP dapat dilihat pada Tabel 5.6.
Tabel 5.6 Perubahan Biaya Pemeliharaan terhadap Total Biaya PP
Persentase Perubahan Biaya Pemeliharaan
Persentase Perubahan Total Biaya PP
+10% 3,6% +20% 7,2% +30% 10,7%
Tabel 5.6 menunjukkan bahwa perubahan biaya pemeliharaan pohon jati
mengakibatkan perubahan total biaya yang harus dikeluarkan PP. Hal ini dapat
menjadi pertimbangan bagi pemimpin perusahaan dalam menaikkan biaya
pemeliharaan agar pertumbuhan pohon jati lebih cepat dan kualitas log jati
semakin baik sehingga harga log jati pun akan meningkat. Dari Tabel 5.6 dapat
diketahui bahwa jika perusahaan menaikkan biaya pemeliharaan 10%, maka akan
menyebabkan bertambahnya total biaya yang harus ditanggung perusahaan
sebesar 3,6% dari total biaya di awal. Gambar 5.5 menunjukan perubahan biaya
pemeliharaan pohon jati terhadap total biaya yang harus dikeluarkan PP.
Gambar 5.5 Perubahan Biaya Pemeliharaan Pohon Jati terhadap Total Biaya PP
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-12
Parameter selanjutnya yang digunakan dalam analisis ini pada PP adalah
harga jual log jati. Log jati yang dibutuhkan dalam proses produksi furnitur adalah
tipe log AII dan log AIII. Harga jual yang digunakan dalam pengembangan model
ini adalah Rp.2.750.000,- untuk log AII dan Rp.4.500.000,- untuk log AIII. Harga
log jati tersebut masing- masing dinaikkan sebesar 10%, 20%, dan 30%. Hasil
dari perubahan harga log jati terhadap total profit PP dapat dilihat pada Tabel 5.7.
Tabel 5.7 Perubahan Harga Log Jati terhadap Total Profit PP
Persentase Perubahan Harga Log Jati
Persentase Perubahan Total Profit PP
+10% 1,8% +20% 3,7% +30% 5,5%
Tabel 5.7 menunjukkan bahwa perubahan harga log jati mengakibatkan
perubahan total profit yang diperoleh oleh PP. Walaupun peningkatan profit tidak
terlalu besar, namun angka ini lebih menguntungkan jika dibandingkan tidak
dilakukan peningkatan harga log jati. Hal ini dapat menjadi pertimbangan bagi
pemimpin perusahaan apabila akan menaikkan harga log jati. Apabila perusahaan
menaikkan harga log jati sebesar 10%, maka keuntungan perusahaan akan
meningkat sebesar 1,8% dari total profit yang telah diperhitungkan di awal.
Peningkatan harga log jati dapat dilakukan perusahaan untuk menambah
pendapatan dan atau dapat pula dijadikan subsidi untuk biaya pemeliharaan untuk
mendapatkan kualitas log jati yang lebih baik. Gambar 5.6 menunjukkan
perubahan harga log jati terhadap total profit yang akan diperoleh PP.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-13
Gambar 5.6 Perubahan Harga Log Jati terhadap Total Profit PP
Pada KBM IKB, parameter yang digunakan dalam analisis ini adalah biaya
tenaga kerja langsung dan harga jual furnitur. Biaya tenaga kerja langsung
dinaikkan 10%, 20%, dan 30% dari keadaan awal, yaitu sebesar Rp.92.055,- per
m3 dari kapasitas produksi sebulan. Hasil dari perubahan biaya tenaga kerja
langsung terhadap total biaya yang dikeluarkan KBM IKB dapat dilihat pada
Tabel 5.8.
Tabel 5.8 Perubahan Biaya Tenaga Kerja Langsung terhadap Total Biaya
KBM IKB
Persentase Perubahan BTKL
Persentase Perubahan Total Biaya KBM IKB
+10% 0,2% +20% 0,5% +30% 0,7%
Tabel 5.8 menunjukkan bahwa perubahan biaya tenaga kerja langsung
tidak mengakibatkan perubahan total biaya KBM IKB yang besar. Hal ini dapat
menjadi pertimbangan bagi pemimpin perusahaan apabila akan menaikkan gaji
karyawan. Dari hasil tersebut, apabila perusahaan menaikkan gaji karyawan
sebesar 10%, maka perusahaan memiliki tanggung jawab lebih besar dalam
mengeluarkan total biaya sebesar 0,2% dari total biaya yang telah diperhitungkan
di awal. Peningkatan gaji karyawan dapat dilakukan perusahaan untuk
meningkatkan kesejahteraan karyawan dan meningkatkan motivasi kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-14
karyawan. Gambar 5.7 menunjukkan perubahan biaya tenaga kerja karyawan
terhadap total biaya KBM IKB.
Gambar 5.7 Perubahan Biaya Tenaga Kerja Langsung terhadap Total Biaya
KBM IKB
Selanjutnya adalah parameter harga jual furnitur pada KBM IKB. Produk
yang dijual KBM IKB dikelompokkan menjadi tiga, yaitu produk A, B, dan C.
Harga masing-masing produk secara berurutan adalah Rp.35.000.000,-/m3,
Rp.15.000.000,-/m3, dan Rp.9.700.000,- /m3. Harga furnitur tersebut dinaikkan
10%, 20%, dan 30%. Hasil dari perubahan harga furnitur terhadap total profit
KBM IKB dapat dilihat pada Tabel 5.9.
Tabel 5.9 Perubahan Harga Furnitur terhadap Total Profit KBM IKB
Persentase Perubahan Harga Furnitur
Persentase Perubahan Total Profit KBM IKB
+10% 70,5% +20% 141,1% +30% 211,6%
Tabel 5.9 menunjukkan bahwa perubahan harga furnitur mengakibatkan
perubahan total profit KBM IKB yang besar. Peningkatan harga furnitur sangat
menguntungkan bagi industri furnitur KBM IKB. Hal ini dapat menjadi
pertimbangan bagi pemimpin perusahaan untuk menaikkan harga furnitur.
Apabila perusahaan menaikkan harga furnitur sebesar 10%, maka perusahaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-15
akan mendapatkan peningkatan profit sebesar 70,5% dari perhitungan profit awal.
Peningkatan profit KBM IKB akibat peningkatan harga furnitur dapat dikatakan
sangat menguntungkan, namun perusahaan harus mempertimbangkan dampak
yang akan terjadi jika harga furnitur tersebut dinaikkan. Makin tinggi harga
furnitur akan berdampak pada jumlah permintaan furnitur. Gambar 5.8
menunjukkan perubahan harga furnitur terhadap total profit KBM IKB.
Gambar 5.8 Perubahan Harga Furnitur terhadap Total Profit KBM IKB
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user VI-1
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan dan saran untuk
perusahaan dan juga untuk penelitian selanjutnya.
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diperoleh beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Model yang dikembangkan dapat mendukung keberlanjutan (sustainability)
hubungan pemasok dan pemanufaktur dengan memaksimalkan kriteria
performansi aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial.
2. Model ini dapat membantu pemasok dalam menentukan jumlah area hutan jati
yang ditanam, jumlah area hutan yang dipertahankan sebagai penyerap karbon
untuk media perdagangan karbon, dan jumlah area hutan yang dipanen serta
memberikan usul dalam mengeluarkan biaya CSR dan pengadaan APD.
3. Model ini dapat mendukung keberlanjutan produksi pada pemanufaktur yang
mempertimbangkan penyerapan karbon, meminimalisisr limbah yang dihasilkan,
dan meningkatkan keselamatan dan kesehatan karyawan.
4. Uji coba model dilakukan dengan menggunakan tiga skenario, yaitu skenario
optimis, pesimis, dan feasible. Hasil uji coba model skenario feasible
memberikan hasil satisfied sehingga dapat digunakan oleh perusahaan dalam
menentukan target perusahaan.
5. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa perubahan jumlah permintaan
furnitur mempengaruhi secara signifikan terhadap benefit ekonomi.
6. Perubahan harga karbon pada analisis sensitivitas mempengaruhi total
pendapatan PP. Semakin tinggi harga karbon, pendapatan PP dari perdagangan
karbon pun semakin meningkat, begitu sebaliknya. Namun, perubahan harga
karbon tidak berpengaruh terhadap profit KBM IKB.
7. Hasil analisis kesalahan menunjukkan bahwa perubahan biaya pemeliharaan
pohon jati, harga log jati, dan biaya tenaga kerja langsung pemanufaktur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user VI-2
memberikan perubahan yang kecil. Sedangkan perubahan harga furnitur
memberikan perubahan yang sangat besar. Analisis ini dapat membantu
perusahaan dalam memutuskan perubahan nilai parameter dengan aman.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil uji coba dan analisis model, terdapat saran-saran bagi
perusahaan sebagai berikut :
1. Sebaiknya PP mempertimbangkan adanya perdagangan karbon untuk
meningkatkan pendapatan dan juga untuk menjaga kelestarian hutan.
2. Sebaiknya PP dan KBM IKB memperhatikan pentingnya kelengkapan APD
untuk meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) karyawan.
Saran bagi penelitian selanjutnya adalah :
1. Model yang dikembangkan akan lebih mempresentasikan sistem nyata jika tidak
hanya satu pemanufaktur yang terlibat.
2. Model ini dapat dikembangkan dengan pertimbangan penjualan log jati dan
perdagangan karbon dilakukan secara dinamis.
3. Penelitian tentang produksi furnitur akan sangat bermanfaat mengingat apabila
pengadaan bahan baku optimal tetapi produksinya tidak optimal maka akan
mengalami kerugian.