54
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah utama dalam rongga mulut anak sampai saat ini adalah penyakit karies gigi. Telah banyak usaha yang telah dilakukan untuk menurunkan prevalensi penyakit karies. Anak usia sekolah khususnya anak sekolah dasar adalah satu kelompok yang rentan terhadap penyakit gigi dan mulut karena umumnya pada usia sekolah anak-anak tersebut masih mempunyai perilaku atau kebiasaan diri yang kurang menunjang terhadap kesehatan gigi. Awal terjadinya penyakit karies gigi adalah pada anak usia sekolah. 1 Penyakit Karies gigi adalah suatu penyakit jaringan keras gigi yang ditandai dengan terjadinya demineralisasi pada jaringan keras gigi, diikuti dengan 1

SKRIPSI puny org.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SKRIPSI puny org.docx

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah utama dalam rongga mulut anak sampai saat ini adalah penyakit

karies gigi. Telah banyak usaha yang telah dilakukan untuk menurunkan prevalensi

penyakit karies. Anak usia sekolah khususnya anak sekolah dasar adalah satu

kelompok yang rentan terhadap penyakit gigi dan mulut karena umumnya pada usia

sekolah anak-anak tersebut masih mempunyai perilaku atau kebiasaan diri yang

kurang menunjang terhadap kesehatan gigi. Awal terjadinya penyakit karies gigi

adalah pada anak usia sekolah.1

Penyakit Karies gigi adalah suatu penyakit jaringan keras gigi yang ditandai

dengan terjadinya demineralisasi pada jaringan keras gigi, diikuti dengan kerusakan

bahan organik yang dapat menyebabkan rasa ngilu sampai dengan rasa nyeri 2.

Penyakit karies bersifat progresif dan kumulatif, dan kelainan ini bila dibiarkan

tanpa disertai perawatan dalam kurung waktu, dimungkinkan akan bertambah

parah. Gigi yang sudah terkena menjadi cacat tidak dapat kembali seperti

sediakala.3

1

Page 2: SKRIPSI puny org.docx

Definisi asupan nutrisi pada fase pertumbuhan pre-erupsi gigi sulung dan gigi

permanen mempengaruhi mikrostruktural jaringan keras gigi tersebut yang akan

menentukan daya tahannya terhadap penyakit karies gigi. 4

Morfologi gigi ( terutama lokasi ), pit dan fisur pada gigi posterior sangat

rentan terhadap penyakit karies. Hal ini disebabkan karena sisa–sisa makanan

mudah melekat dan menumpuk di daerah tersebut. Selain itu, permukaan gigi yang

kasar dapat mempermudah kejadian plak dan dapat membantu perkembangan

penyakit karies2. Plak adalah suatu lapisan dengan konsistensinya yang lunak,

terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak dan melekat erat pada

permukaan gigi. Pada awal pembentukan plak,kokus gram positif merupakan jenis

yang paling banyak dijumpai seperti streptokokus mutans, streptokokus sanguis,

streptokokus mitis dan steptokokus salivarius. Sterptokokus mutans berperan

penting sebagai penyebab utama penyakit karies gigi oleh karena streptokokus

mutans mempunyai sifat asidogenik dan asidurik ( resisten terhadap asam )5 .

Proses pembentukan penyakit karies gigi dapat dihambat oleh peranan saliva

yang merupakan media dalam proses remineralisasi jaringan keras gigi terutama

jaringan email, dan daya hambat tersebut meningkat secara bermakna bila cukup

ion kalsium, ion fosfat dan ion fluor yang terkandung di dalam saliva. Selain

mempengaruhi komposisi mikroorganisme didalam plak, saliva juga mempengaruhi

pH plak. Jika aliran saliva berkurang atau menjadi sedikit, akibat produksi saliva

2

Page 3: SKRIPSI puny org.docx

pada kelenjar salivarius terhambat baik disebabkan karena kelainan fisologis

maupun patologis maka penyakit karies tidak akan terkendali 5,6

Kebiasaan anak mengkonsumsi makanan kariogenik seperti coklat, permen,

kue–kue manis dan sebagainya, disebabkan karena makanan tersebut bentuknya

menarik dan rasanya yang enak atau lezat sehingga sangat disukai oleh anak–anak.

Gula Sukrosa adalah salah satu jenis karbohidrat yang terkandung dalam makanan

seperti permen, coklat dan makanan lainnya yang merupakan substrat dan media

pertumbuhan pertumbuhan bakteri yang pada akhirnya akan meningkatkan proses

terjadinya penyakit karies. Konsumsi gula yang berlebihan pada anak, dari berbagai

laporan penelitian menegaskan adanya kecenderungan peningkatan kejadian

penyakit karies gigi. 2,7,8

1.2 Rumusan Masalah

Apakah Ada Hubungan Antara Frekuensi Makanan Kariogenik Dan Tingkat

Keparahan Penyakit Karies Gigi Pada Anak Sekolah Dasar

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk Mengetahui Dan Memepelajari Frekuensi Konsumsi Makanan Jajanan

Kariogenik Dan Tingkat Keparahan Penyakit Karies Gigi Pada Anak.

3

Page 4: SKRIPSI puny org.docx

1.4 Manfaat Penelitian

a. Bagi peneliti

Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan serta memberikan pengalaman

langsung dalam peneliian.

b. Bagi masyarakat

Sebagai bahan masukan dalam melakukan indakan pencegahan terhadap

penyakit karies gigi dan perawatan gigi sejak anak – anak.

1.5 Hipotesa

Ada Hubungan Frekuensi Konsumsi Makanan Jajanan Kariogenik Dengan

Tingkat Keparahan Karies Gigi Pada Anak Usia 8 – 10 Tahun

4

Page 5: SKRIPSI puny org.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENYAKIT KARIES

2.1.1 Pengertian Penyakit Karies gigi

Penyakit Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email,

dentin dan sementum, yang di sebabkan oleh aktivitas jasad renik dalam suatu

karbohidrat. Tandanya adalah adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang

kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya. Akibatnya, terjadi invasi

bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksinya ke jaringan periapeks

sehingga dapat menyebabkan rasa ngilu sampai rasa nyeri.3,9

Penyakit Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan

kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi (pits,Fissure dan daerah

interproksimal ) meluas ke daerah pulpa 13 . Penyakit karies terjadi karena adanya

proses demineralisasi email dan dentin oleh bakteri organic yang bersifat asam,

yaitu lactobacillus acidophilus dan streptococcus muntans. 2

2.1.2 Mekanisme Penyakit Karies

Penyakit Karies gigi dapat terjadi karena adanya sisa–sisa makanan yang

mengandung karbohidrat di dalam mulut akan mengalami fermentasi oleh kuman

flora normal rongga mulut menjadi asam piruvat dan asam laktat melalui proses

5

Page 6: SKRIPSI puny org.docx

glikolisis. Mikroorganisme yang berperan dalam proses glikolisis adalah

lactobacillus acidophilus dan streptococcus mutans . Asam yang dibentuk dari

hasil glikolisis akan mengakibatkan larutnya email gigi, sehingga terjadi proses

dekalsifikasi email atau karies gigi.4.10

Penyakit Karies gigi dimulai dengan terjadinya demineralisasi pada lapisan

email 2,3. Enamel sebagian besar terdiri dari hidrokiapatit (Ca10 (PO4)6 (OH)2) atau

Fluorapatit (Ca10 (PO4)6 F2), kedua unsur tersebut dalam suasana asam akan larut

menjadi Ca2+, PO4-9 dan F-, OH-. Ion H+ akan bereaksi dengan gugus PO4

-9, F- atau

OH- membentuk HSO4- HF atau H2O, sedangkan yang kompleks terbentuk

CaHSO4 ; CaPO4 dan CaHPO4. Kecepatan pelarutan enamel dipengaruhi oleh

derajat keasaman (pH), konsentrasi asam, waktu larut dan kehadiran ion sejenis

kalsium dan fosfat. Adapun pengaruh pH terhadap koefisien laju reaksi

menunjukan, bahwa semakin kecil atau semakin asam media, maka makin tinggi

laju reaksi pelepasan ion kalsium dari enamel gigi. Reaksi kimia pelepasan ion

kalsium dari enamel gigi dalam suasana ditunjukan dengan persamaan reaksi

sebagai berikut :11

Ca10 (PO4)6 F2 - Ca10 (PO)6 F2 + 2n H+ - N Ca2+ + Ca10 – n H20 – 2n (PO4)6 F2

Padat Terlarut Terlepas Padat

Beberapa jenis karbohidrat makanan misalnya sukrosa dan glukosa dapat

diragikan oleh bakteri tertentu dan dapat membentuk asam sehingga pH plak akan

6

Page 7: SKRIPSI puny org.docx

menurun sampai di bawah 5 dalam tempo 1-3 menit. Penurunan pH yang berulang-

ulang dalam waktu tertentu akan mengakibatkan demineralisasi permukaan email

gigi dan proses kariespun dimulai. 4,5,10

2.1.3 Faktor – Factor Yang Mempercepat Karies Pada Anak

a. Susunan gigi Sulung

Gigi-gigi berjejal dan saling tumpang tindih akan mendukung timbulnya

penyakit karies karena daerah tersebut sulit dibersihkan. Susunan gigi

molar sulung rapat sedangkan gigi insisivus sulung renggang. Dari

berbagai penelitian disimpulkan bahwa anak dengan susunan gigi berjejal

lebih banyak menderita penyakit karies dari pada yang mempunyai

susunan gigi baik 3,16

b. Morfologi gigi sulung

Variasi morfologi gigi juga mempengaruhi resistensi gigi terhadap

penyakit karies. Morfologi gigi sulung dapat ditinjau dari 2 permukaan :

1. Permukaan oklusal

Permukaan oklusal gigi molar sulung mempunyai bonjol yang

relatif tinggi sehingga lekukan menunjukkan gambaran curam dan

relatif dalam. Bentuk morfologi gigi sulung tidak banyak

bervariasi kecuali gigi molar sulung pertama atas dalam bentuk dan

7

Page 8: SKRIPSI puny org.docx

ukurannya. Lekukan gigi sulung yang lebih dalam akan

memudahkan terjadinya penyakit karies.3

2. Permukaan halus

Kontak antar gigi tetap adalah kontak titik tetapi kontak antar gigi

sulung merupakan kontak bidang. Bentuk permukaan proksimal

gigi sulung agak datar. Keadaan ini akan menyulitka

pembersihannya. Sehingga penyakit karies gigi dapat terjadi.3

c. Plak

Plak terbentuk dari campuran antara bahan–bahan air ludah seperti

mucin, sisa–sisa sel jaringan mulut,leukosit,limposit dengan sisa–sisa

makanan serta bakteri. Plak ini mula–mula berbentuk agar cair yang lama

kelamaan menjadi kelat, tempat bertumbuhnya di mana bakteri 4,12

d. Saliva

Saliva merupakan pertahanan pertama terhadap penyaki karies. Selain itu

fungsi saliva juga sebagai pelicin, pelindung, buffer , pembersih, anti

pelarut dan anti bakteri. Namun demikian saliva juga memegang peranan

penting lain yaitu dalam proses terbentuknya plak gigi, saliva juga

merupakan media yang baik untuk kehidupan mikroorganisme tertentu

yang berhubungan dengan penyakit karies gigi.2,6,12

e. Mikroorganisme

8

Page 9: SKRIPSI puny org.docx

mikroorganisme di dalam mulut yang berhubungan dengan penyakit

karies antara lain bermacam Streptococcus, Lactobacillus,Actinomices .

Mikroorganisme ini menempel di gigi bersama dengan plak atau debris.

Plak gigi adalah media lunak non mineral yang menempel erat di gigi. 9,12

f. Waktu .

Kecepatan kerusakan gigi akan jelas terlihat dengan timbulnya penyakit

karies menyeluruh dalam waktu singkat. Selain itu keadaan yang dapat

menyebabkan substrat lama berada dalam mulut ialah kebiasaan anak

menahan makanan didalam mulut dimana makanan tidak cepat-cepat

ditelan. 3,13

g. Makanan

Makanan sangat berpengaruh terhadap gig dan mulut, pengaruh ini dapat

dibagi menjadi 2 :

1. Isi makanan yang menghasilkan energy.misalnya: Karbohidrat,

Protein,Lemak,Vitamin serta mineral–mineral. Unsur–unsur tersebut

diatas berpengaruh pada masa pra-erupsi serta pasca erupsi gigi

geligi.5,10

2. Fungsi mekanis dari makanan yang dimakan. Makan–makanan yang

bersifat membersihkan ini adalah: apel, jambu air, bengkuang dan lain

sebagainya. Sebaliknya makanan – makanan yang lunak dan melekat

9

Page 10: SKRIPSI puny org.docx

pada gigi dapat merusak gigi seperti: bonbon, cokelat, biscuit dan lain

sebagainya.2,4,8

h. Kebiasaan menggosok gigi

Kebiasaan gosok gigi juga dapat mempengaruhi berat ringannya

penyakit karies. Seseorang yang mempunyai kebiasaan mengosok gigi

cenderung terjadi penyakit karies dibandingkan yang tidak.15

i. Unsur Kimia

Unsur–unsur kimia juga mempunyai pengaruh terhadap terjadinya karies

gigi. Unsur kimia yang paling berpengaruh persentase terjadinya karies

gigi adalah Fluor.6,13

2.2 MAKANAN KARIOGENIK

2.2.1 Pengertian Makanan Kariogenik

Makanan kariogenik adalah makanan yang dapat menyebabkan terjadinya

penyakit karies gigi. Sifat makanan kariogenik adalah banyak mengandung

karbohidrat, lengket dan mudah hancur di dalam mulut. Hubungan antara

konsumsi karbohidrat dengan terjadinya penyakit karies gigi ada kaitannya

dengan pembentukan plak pada permukaan gigi. Plak terbentuk dari sisa-sisa

makanan yang melekat di sela-sela gigi dan pada plak ini akhirnya akan

ditumbuhi bakteri yang dapat mengubah glukosa menjadi asam sehingga pH

10

Page 11: SKRIPSI puny org.docx

rongga mulut menurun sampai dengan 4,5. Pada keadaan demikian maka struktur

email gigi akan terlarut. Pengulangan konsumsi karbohidrat yang terlalu sering

menyebabkan produksi asam oleh bakteri menjadi lebih sering lagi sehingga

keasaman rongga mulut menjadi lebih asam dan semakin banyak email yang

terlarut. 3,7,8,12,14

2.2.2 Bentuk Fisik Makanan Kariogenik

Karbohidrat dalam bentuk tepung atau cairan yang bersifat lengket serta

mudah hancur di dalam mulut lebih memudahkan timbulnya karies dibanding

bentuk fisik lain, karbohidrat seperti ini misalnya kue-kue,roti,es krim,susu,

permen dan lain-lain.4. Buah yang mempunyai sifat sebagi pembersih alami

seperti apel,benkoang, pir,jeruk.7

2.2.3 Jenis Makanan Kariogenik

karbohidrat yang berhubungan dengan proses penyakit karies adalah

polisakarida,disakarida,monosakarida dan sukrosa terutama mempunyai

kemampuan yang lebih efisien terhadap pertumbuhan mikroorganisme

asidogenik dibanding karbohidrat lain.Sukrosa dimetabolisme dengan cepat

untuk menghasilkan zat-zat asam. 4,5,10

2.2.4 frekuensi Makanan Kariogenik

Konsumsi makanan dan minuman yang mengandung gula diantara jam makan

dan pada saat makan berhubungan dengan peningkatan penyakit karies yang

11

Page 12: SKRIPSI puny org.docx

besar. Factor makanan yang dihubungkan dengan terjadinya penyakit karies

adalah jumlah frementasi, konsentrasi dan bentuk fisik (bantuk cair,tepung,

padat) dari karbohidrat yang dikonsumsi, frekuensi makan dan snack serta

lamanya interval waktu makan.5,6

12

Page 13: SKRIPSI puny org.docx

organisme

SubstratHost

BAB III

KERANGKA KONSEP

Variabel yang di Teliti

Variabel tidak di teliti

13

Mikro-organisme

Plak

Waktu erupsi

Pembentukan fluoride

Content ( inorgannic)

Komposisi gigi

Kesukaan Makanan

Rasa Makanan

Diet

jumlah

saliva

Ukuran dan morfologi gigi

konsistensi

Page 14: SKRIPSI puny org.docx

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Cross-sectional. Penelitian ini

dilakukan di Sekolah Dasar Inpres Tamalanrea Universitas Hasanuddin 1

4.2 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

a. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Sekolah Dasar Inpres Tamalanrea Universitas

Hasanuddin 1

b. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan februari – maret 2012

4.3 POPULASI DAN SAMPEL

a. Populasi : seluruh siswa kelas 2,3,4 di Sekolah Dasar Inpres Tamalanrea

Universitas Hasanuddin 1

b. Sampel : siswa kelas 2,3,4 di Sekolah Dasar Inpres Tamalanrea Universitas

Hasanuddin 1, yang memenuhi kriteria Inklusi

4.4 METODE SAMPLING

14

Page 15: SKRIPSI puny org.docx

Subyek penelitian adalah anak–anak sekolah yang penambilan sampelnya

dilakukan secara probability non random sampling, dimana teknik sampling yang

digunakan peneliti mengambil sebagian dari seluruh jumlah populasi yang akan

dijadikan sampel,pengambilan sampel dengan cara non random. Dengan criteria

inklusi:

a. Anak Usia 8-10 Tahun

b. Siswa – Siswa Sekolah Inpres Tamalanrea Universitas Hasanuddin 1

c. Mendapat Izin Dari Orang Tua/Wali

d. Kooperatif

4.5 VARIEBEL PENELITIAN

Variabel dalam penelitian ini terdiri :

a. Variable sebab : konsumsi makanan kariogenik

b. Veriabel akibat : Karies gigi

4.6 DEFINISI VARIABEL OPERASIONAL

a.Karies gigi adalah gigi berlubang yang apabila dilakukan sondasi makan

sondasi akan tersangkut

b. Makanan kariogenik adalah jenis makanan karbohidrat yang mengandung

sukrosa dan glukosa

4.7 ALAT DAN BAHAN

a. Timbangan berat badan b. Diagnostic Set

15

Page 16: SKRIPSI puny org.docx

c. Masker d. Handskun

e. Gelas kimia f. Kertas pH

g. Alat tulis h. kuisioner

4.8 KRITERIA PENILAIAN

A. Kuisioner yang berisi data tentang pola makan anak yang diperoleh dengan

metode FFQ ( Food Frequency Quesioner ). ( Lampiran: Tabel 4.1 )

B. Indeks CSI ( Caries Severity Index ) untuk mengukur tingkat keparahan

karies gigi dengan kriteria sebagai berikut ( lampiran : tabel 4.2 )

4.9 Data

a.Jenis data

yang digunakan dalam penelitian ini adaah data primer. Data primer

didapatkan langsung di lapangan pada saat melakukan observasi terhadap

penelitian tersebut, pendataan tersebut langsung dicatat ke dalam kartu status

pada tiap–tiap sampel yang di periksa

b. Pengolahan data

Pengelolaan data dilakukan secara SPSS

c.Analisis data

Analitik , di mana menganalisis data dengan menggunakan uji chi square dan

membuat uraian secara sistematik mengenai keadaan dari hasil penelitian

16

Page 17: SKRIPSI puny org.docx

BAB V

HASIL PENELITIAN

Menurut tabel 1 “Hubungan Frekuensi Makanan Manis dengan Tingkat Keparahan

Karies Gigi ” , Menurut tabel , dari 84 responden yang memiliki tingkat keparahan karies gigi

sebesar 57% dengan frekuensi mengkonsumsi makanan manis sekali dalam sehari. Berdasarkan

uji Chi Square p<0,05, dimana nilai p=0,040. Maka Ho ditolak, Ha diterima. Berarti ada

hubungan frekuensi makanan manis dengan tingkat keparahan karies gigi.

uji Phi menunjukkan φ=0,04 dimana, sekitar 4% frekuensi makanan manis signifikan terhadap

peningkatan keparahan penyakit karies gigi

Menurut tabel 2 “Distrribusi Jumlah Responden Berdasarkan Kelas” , dari penelitian

sebanyak 84 siswa Sekolah Dasar Inpres Tamalanrea Universitas Hasanuddin 1 tertinggi jumlah

siswanya yaitu kelas 2 sebesar 42% dan yang terkecil 24% atau 20 siswa pada kelas 4.

(Lampiran:Tabel 2)

Berdasarkan tabel 3 “Distrribusi Jenis Kelamin Responden Berdasarkan Kelas” ,

dari 84 responden sebesar 44 orang yang berjenis kelamin perempuan atau 52% dan

sisanya 48% laki-laki. Sedangkan dari tingkatan kelas, tertinggi jumlah perempuan dan

laki-laki masing-masing kelas 2 sebesar 63% dan 62% kelas 3. (Lampiran:Tabel 3)

Berdasarkan tabel 4 “Deskripsi umur, berat badan dan pH Saliva seluruh

Responden ”, dari 84 responden, responden yang memiliki umur paling rendah yaitu

umur 7 tahun dan umur yang paling tinggi yaitu pada umur 11 tahun. Dan untuk berat

17

Page 18: SKRIPSI puny org.docx

badan dari seluruh responden, berat badan minimum yaitu 14 kg dan utuk berat badan

paling berat yanitu 50kg. sedangkan untuk pH saliva, pH saliva yang terendah yaitu 3

dan yang tertinggi adalah 8.(Lampiran:Tabel 4)

Berdasarkan tabel 5 “Distribusi Frekuensi Menyikat Gigi Responden

Berdasarkan Tingkatan Kelas” dengan jumlah responden 84. Frekuensi menyikat gigi

berdasarkan tingkatan kelas. Responden yang memiliki frekuensi menyikat gigi yang

paling rendah yaitu 0% sedangkan yang memiliki frekuensi yang tertinggi yaitu 69%

dengan frekuensi meyikat gigi 2 kali dalam sehari dan terdapat pada kelas 3.

(Lampiran:Tabel 5)

Berdasarkan tabel 6 “Distribusi Frekuensi Pekerjaan ayah berdasarkan

tingkatan kelas ” dengan jumlah responden 84, sebesar 49 atau 58.3% yang ayah

responden bekerja sebagai PNS/TNI/POLRI, sedangkan untuk pekerja yang paling

sedikit yaitu yang bekerja sebagai buruh harian dengan jumlah 1 atau 5.0%. sedangkan

untuk tingkatan kelas, kelas 2 memiliki jumlah 23 atau 65.7% yang ayahnya memiliki

pekerjaan PNS. (Lampiran:Tabel 6 )

Berdasarkan tabel 7 “Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu berdasarkan tingkatan

kelas ”, dengan jumlah responden 84. Sebanyak 25 atau 71.4% yang ibu dari responden

bekerja sebagai ibu rumah tangga. Dan 1 atau 2.9% yang memiliki jumlah yang paling

sedikt ibu dari responden yang bekerja sebagai pegawai swasta (Lampiran:Tabel 7)

18

Page 19: SKRIPSI puny org.docx

Berdasarkan tabel 8 “Frekuensi konsumsi makanan manis dari seluruh

responden” dengan jumlah responden 84. 39 atau 46.4% memiliki frekuensi makanan

paling tinggi pada frekuensi 2 kali sehari mengkonsumsi makanan manis. Sedangkan 7

atau 8.3% memiliki jumlah paling sedikt dalam mengkonsumsi makanan manis dengan

frekuensi makan 1 kali dalam sehari. (Lampiran:Tabel 8)

Berdasarkan tabel 9 “Frekuensi konsumsi makanan snack dari seluruh

responden ”: dengan jumlah responden 84. 58 atau 69.0% memiliki frekuensi makanan

snack paling tinggi pada frekuensi 2 kali sehari mengkonsumsi makanan manis.

Sedangkan 9 atau 10.7% memiliki jumlah paling sedikt dalam mengkonsumsi makanan

snack dengan frekuensi makan 1 kali dalam sehari (Lampiran:Tabel 9)

Berdasarkan tabel 10 “Frekuensi konsumsi makanan permen manis dari seluruh

responden ” dengan jumlah responden 84. 31 atau 36.9% memiliki frekuensi makan

permen paling tinggi pada frekuensi >=3 kali dalam sehari mengkonsumsi permen.

Sedangkan 23 atau 27.4% memiliki jumlah paling sedikt dalam mengkonsumsi permen

dengan frekuensi makan 1 kali dalam sehari (Lampiran:Tabel 10)

Berdasarkan tabel 11 “Frekuensi konsumsi buah - buahan dari seluruh

responden” dengan jumlah responden 84. 56 atau 66.7% memiliki frekuensi konsumsi

buah – buahan paling tinggi pada frekuensi 2 kali dalam sehari mengkonsumsi buah -

buahan. Sedangkan 1 atau 1.2% memiliki jumlah paling sedikt dalam mengkonsumsi

permen dengan frekuensi makan 1 kali dalam sehari (Lampiran:Tabel 11)

19

Page 20: SKRIPSI puny org.docx

Berdasarkan tabel 12 “Frekuensi konsumsi daging dari seluruh responden”

dengan jumlah responden 84. 47 atau 56.0% memiliki frekuensi konsumsi daging

paling tinggi pada frekuensi 1 kali dalam sehari mengkonsumsi daging. Sedangkan 4

atau 4.8% memiliki jumlah paling sedikt dalam mengkonsumsi daging dengan frekuensi

makan >=3 kali dalam sehari (Lampiran:Tabel 12)

Berdasarkan tabel 13 “Frekuensi konsumsi air putih dari seluruh

responden”dengan jumlah responden 84. 37 atau 44.0% memiliki frekuensi konsumsi

air putih paling tinggi pada frekuensi 2 kali dalam sehari mengkonsumsi air putih.

Sedangkan 14 atau 16.7% memiliki jumlah paling sedikt dalam mengkonsumsi air putih

dengan frekuensi makan 1 kali dalam sehari (Lampiran:Tabel 13)

Berdasarkan tabel 14 “Frekuensi konsumsi minuman ringan dari seluruh

responden” dengan jumlah responden 84. 53 atau 63.1% memiliki frekuensi konsumsi

minuman ringan paling tinggi pada frekuensi 2 kali dalam sehari mengkonsumsi

minuman ringan. Sedangkan 7 atau 8.3% memiliki jumlah paling sedikt dalam

mengkonsumsi minuman ringan dengan frekuensi makan >=3 kali dalam sehari.

(Lampiran:Tabel 14)

Berdasarka dari tabel 15 “Distribusi jumlah responden secara keseluruhan yang

karies dan tidak karies” dengan jumlah responden 84, dapat di lihat bahwa sebanyak 21

orang siswa–siswi yang terkena penyakit karies, dan 63 siswa – siswi lainnya tidak

terdapat penyakit karies. (Lampiran:tabel 15)

20

Page 21: SKRIPSI puny org.docx

Dari tabel 16 “Distrribusi Karies Gigi padaResponden Berdasarkan Umur” , Usia≥ 10

tahun memiliki keparahan karies gigi tertinggi yakni sebesar 62% dari 21 responden.

Sedangkan usia ≤ 8 tahun hanya 11% yang mengalami Karies gigi.(Lampiran:Tabel 16)

21

Page 22: SKRIPSI puny org.docx

BAB VI

PEMBAHASAN

Pada penelitian ini uji statistik yang digunakan adalah uji hubungan Chi Square.

Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan terdapat hubungan antara frekuensi

makanan yang mengandung kariogenik dan tingkat keparahan penyakit karies yang

terjadi.

Penyakit Karies gigi Menurut Nolte dalam Kiswaluyo (1997) Penyakit karies gigi

adalah penyakit pada jaringan keras gigi yang terdapat pada bagian tertentu. Penyakit

karies dapat meluas kebagian gigi yang lain, yang disebabkan oleh bakteri streptococcus

mutans. Masyarakat yang banyak mengkonsumsi makanan yang berserat cenderung

mengurangi terjadinya terjadinya penyakit karies dari pada masyarakat yang

mengkonsumsi makanan yang lunak dan banyak mengandung gula. Pola makan atau

diet berhubungan dengan terjadinya penyakit karies gigi. Di Negara berkembang

seperti di Indonesia,khususnya di perkotaan masyarakat cenderung mengkonsumsi

makanan lunak. Berdeda dengan Negara maju.

Gula atau sucrose merupakan penyabab penyakit karies yang paling utama. Gula

menyebabkan plak menebal dan streptococcus mutans merubah sucrose menjadi asam..

patogenitas plak atau streptococcus mutans adalah dengan cepat merubah gula menjadi

asam, terjadi pembuatan polisakarida ekstraselluler yang menyebabkan asam melekat

22

Page 23: SKRIPSI puny org.docx

pada permukaan gigi, dan streptococcus mutans mengurangi permiabilitas plak

sehingga lak tidak mudah dinetralisirkan kembali.

Semakin sering makan makanan manis, ada kecenderungan semakain banyak yang

memiliki penyakit karies. Hal ini sesuai dengan pendapat Zr. Be Kien Nio ( 1984 ) yang

menyatakan bahwa kebiasaan makan manis dengan frekuensi lebih dari 3 kali sehari,

makan kemungkinan terjadinya penyakit karies jauh lebih besar. Sebaliknya bila

frekuensi makan gula dikurang 3 kali, maka email mendapat kesempatan untuk

mengadakan remineneralisasi. Peningkatan revalensi penyakit karies gigi banyak

dipengaruhi perubahan pola makan.

Demineralisasi enamel adalah rusaknya hidroksi apatitt gigi yang merupakan

komponen utama enamel akibat proses kimia. Kondisi demineralisasi enamel terjadi bila

pH larutan disekeliling permukaan enamel lebih rendah dari 5,5 ( umumnya pH

minuman ringan berkisar 2,3-3,6) dan konsentrasi asam yang tidak terdisosiasi itu lebih

tinggi di permukaan enamel, dari pada di dalam enamel. Demineralisasi enamel terjadi

melalui proses difusi, yaitu proses pemindahan molekuk atau ion yang larut dalam air

kea tau dari dalam enamel ke saliva karena ada perbedaan konsentrasi dari keasaman

minuman di permukaan dengan di dalam enamel gigi. Keasaman minuman ( HL ) yang

mempunyai konsentrasi tinggi, dan pH awal minuman yang rendah akan bedifusi ke

23

Page 24: SKRIPSI puny org.docx

dalam enamel, melalui kisi Kristal dan prisma tubuli enamel yang mengandung air dan

matriks organic atau protein.11

Tindakan pencegahan pada penyakit karies tinggi lebih menekankan pada

pengurangan konsumsi dan pengendalian frekuensi asupan gula yang tinggi. Hal ini

dapat dilaksanakan dengan cara nasehat diet dan bahan pengganti gula6.

Nasehat diet yang dianjurkan adalah memakan makanan yang cukup jumlah protein

dan fosfat yang dapat menambah sifat basa dari saliva, memperbanyak makan sayuran

dan buah-buahan yang berserat dan berair yang akan bersifat membersihkan dan

merangsang sekresi saliva, menghindari makanan yang manis dan lengket serta

membatasi jumlah makan menjadi tiga kali sehari serta menekan keinginan untuk makan

di antara jam makan6.

Xylitol dan sorbitol merupakan bahan pengganti gula yang sering digunakan, berasal

dari bahan alami serta mempunyai kalori yang sama dengan glukosa dan sukrosa. Xylitol

dan sorbitol dapat dijumpai dalam bentuk tablet, pastiles, permen karet, minuman

ringan, farmasi dan lainlain. Xylitol dan sorbitol mempunyai efek menstimulasi daya alir

saliva dan menurunkan kolonisasi dari S. Mutans. Menurut penelitian, xylitol lebih

efektif karena xylitol tidak dapat dimetabolisme oleh bakteri dalam pembentukan asam

dan mempunyai efek anti bakteri6.

Tindakan pencegahan primer pada anak yang berisiko penyakit karies tinggi meliputi

modifikasi kebiasaan anak (kebersihan mulut dan diet konsumsi gula) dan perlindungan

24

Page 25: SKRIPSI puny org.docx

gigi (penggunaan silen, fluor dan klorheksidin). Pada anak di bawah umur 5 tahun,

usaha untuk melakukan pencegahan primer diberikan kepada ibu seperti meningkatkan

pengetahuan ibu tentang menjaga kebersihan mulut anak, pola makan anak yang baik

dan benar serta tindakan perlindungan terhadap gigi anak yang dapat diberikan. Hal ini

berhubungan karena kemampuan anak terbatas dan anak lebih dekat kepada ibunya.

Pada anak 6 tahun ke atas, dokter gigi harus lebih menekankan kepada anak mengenai

tanggung jawabnya untuk memelihara kesehatan mulut.6

Tindakan pencegahan yang dilakukan harus melihat indikator mana sebagai

penyebab utama. Bila kontrol plak yang tidak baik sebagai penyebab utama, dokter gigi

harus lebih menekankan pada modifikasi anak mengenai kebersihan mulut (menyikat

gigi dua kali sehari dengan menggunakan pasta gigi mengandung fluor sedikitnya 1000

ppm), bila karena kebiasaan diet yang salah, maka pengaturan diet lebih ditekankan

(pembatasan konsumsi makanan dan minuman yang mengandung gula, menggunakan

bahan pengganti gula seperti xylitol atau sorbitol). Bila morfologi gigi lebih rentan

terhadap karies, seperti pit dan fissure yang dalam, enamel hipoplasia maka

perlindungan terhadap gigi seperti penggunaan silen, fluor dan flossing klorheksidin

lebih ditekankan. Untuk mengevaluasi tingkat risiko anak dilakukan kunjungan berkala,

3 atau 4 bulan sekali untuk melihat keberhasilan tindakan pencegahan yang dilakukan

serta penilaian tingkat risiko penyakit karies anak.6

25

Page 26: SKRIPSI puny org.docx

BAB VII

PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Pada penelitian ini ditemukan ada hubungan yang bermakna antara makanan

kariogenik dengan terjadinya karies p<0,05, dimana nilai p=0,040. Maka Ho ditolak, Ha

diterima. Berarti ada hubungan frekuensi makanan manis dengan tingkat keparahan

penyakit karies gigi.

7.2 Saran

Perlu disarankan agar orang tua maupun guru menasehati dan mengawasi anak agar

menbiasakan mengosok gigi secara benar dan mengawasi anak agar mengurangi

konsumsi makanan dan minuman yang bersifat kariogenik.

26

Page 27: SKRIPSI puny org.docx

Tabel 1Hubungan Frekuensi Makanan Manis dengan Tingkat Keparahan Karies Gigi

di Sekolah Dasar Inpres Tamalanrea Universitas Hasanuddin 1 Makassar Tahun 2012

Sumber: Data primer

Tabel 2.Distrribusi Jumlah Responden Berdasarkan Kelas

di Sekolah Dasar Inpres Tamalanrea Universitas Hasanuddin 1 MakassarTahun 2012

Tingkatan Kelas N %2 35 41.73 29 34.54 20 23.8

Total 84 100.0Sumber: Data Primer

Tabel 3.Distrribusi Jenis Kelamin Responden Berdasarkan Kelas

di Sekolah Dasar Inpres Tamalanrea Universitas Hasanuddin 1 Makassar Tahun 2012

Tingkatan Kelas

Jenis Kelamin TotalLaki-laki Perempuann % N % n %

2 13 37.1% 22 62.9% 35 100.0%3 18 62.1% 11 37.9% 29 100.0%4 9 45.0% 11 55.0% 20 100.0%

Total 40 47.6% 44 52.4% 84 100.0%Sumber :data primer

27

Frekuensi Makanan Manis

Keparahan Karies Gigi Total

p<0,05p=0,04

Karies Tidak Kariesn % N % n %

1 kali/ hari 4 57.1% 3 42.9% 7 100.0%>=2 kali/hari 17 22.1% 60 77.9% 77 100.0%Total 21 25.0% 63 75.0% 84 100.0%

Page 28: SKRIPSI puny org.docx

Tabel 4Deskripsi umur, berat badan dan pH Saliva seluruh Responden

di Sekolah Dasar Inpres Tamalanrea Universitas Hasanuddin 1 Makassar Tahun 2012

Jenis N Minimum Maximum

umur responden 84 7 11berat badan 84 14 50ph saliva 84 3 8Valid N (listwise) 84 24 69

Sumber : Data PrimerTabel 5

Distribusi Frekuensi Menyikat Gigi Responden Berdasarkan Tingkatan Kelasdi Sekoah Dasar Inpres Tamalanrea Universitas Hasanuddi 1

Makassar Tahun 2012

Tingkatan

Kelas

Frekuensi Menyikat gigi Total1 kali sehari 2 kali

Sehari3 kali sehari

4 kali sehari

5 kali sehari N %

N % N % N % N % N %2 7 20.0% 11 31.4 % 15 42.9% 0 0% 2 5.7% 35 100.0%3 3 10.3% 20 69.0% 6 20.7% 0 0% 0 0% 29 100.0%4 1 5.0% 10 50.0% 6 30.0% 3 15.0% 0 0% 20 100.0%

Total 11 13.1% 41 48.8% 27 32.1% 3 3.6% 2 2,4% 84 100.0%Sumber : data Primer

28

Page 29: SKRIPSI puny org.docx

Tabel 6Distribusi Frekuensi Pekerjaan ayah berdasarkan tingkatan kelas

di Sekolah Dasar Inpres Tamalanrea Universitas Hasanuddin 1 Makassar Tahun 2012

Tingkata

n Kelas

Pekerjaan ayah

PNS/TNI/

POLRI

Pegawai

Swasta

Wiraswast

a

Buruh

harian

Tidak

bekerja

Total

N % N % N % N % N % n %

2 23 65.7%4 11.4% 3 8.6% 3 8.6% 2 5.7%

3

5

100.0

%

3 17 58.6%5 17.2% 5 17.2% 2 6.9% 0 0%

2

9

100.0%

4 9 45.0%3 15.0% 7 35.0% 1 5.0% 0 0%

2

0

100.0%

Total 49 58.3% 1

2

14.3

%15 17.9% 6

7.1

%2

2.4

%

8

4

100.0%

Sumber : data Primer

Tabel 7Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu berdasarkan tingkatan kelas

di Sekolah Dasar Inpres Tamalanrea Universitas Hasanuddin 1

Makassar Tahun 2012

Tingkatan

Kelas

Pekerjaan ibu

PNSPegawai

SwastaWiraswasta IRT Total

N % N % N % N % N %

2 9 25.7% 1 2.9% 0 0% 25 71.4% 35 100.0%

3 8 27.6% 0 0% 3 10.3% 18 62.1% 29 100.0%

29

Page 30: SKRIPSI puny org.docx

4 6 30.0% 2 10.0% 4 20.0% 8 40.0% 20 100.0%

Total23

27.4

%3 3.6% 7 8.3% 51 60.7% 84 100.0%

Sumber : data Primer

Tabel 8Frekuensi Konsumsi Makanan Manis Sari Seluruh Responden

Di Sekolah Dasar Inpres Tamalanrea Universitas Hasanuddin 1 Makassar Tahun 2012

FrekuensiN Percent

1 kali dalam sehari 7 8.3%2 kali dalam sehari 39 46.4%

>=3 kali dalam sehari 38 45.2%Total 84 100.0%

Sumber : data PrimerTabel 9

Frekuensi Konsumsi Makanan Snack Dari Seluruh RespondenDi Sekolah Dasar Inpres Tamalanrea Universitas Hasanuddin 1

Makassar Tahun 2012

Sumber : data PrimerTabel 10

Frekuensi konsumsi makanan permen manis dari seluruh respondenDi Sekolah Dasar Inpres Tamalanrea Universitas Hasanuddin 1

Makassar Tahun 2012

frekuensiN Percent

30

FrekuensiN Percent

1 kali dalam sehari 17 20.2%2 kali dalam sehari 58 69%

>=3 kali dalam sehari 9 10.7%Total 84 100%

Page 31: SKRIPSI puny org.docx

1 kali dalam sehari 23 27.4%2 kali dalam sehari 30 35.7%

>=3 kali dalam sehari 31 36.9%Total 84 100%

Sumber : data Primer

Tabel 11Frekuensi Konsumsi Buah - Buahan Dari Seluruh Responden

Di Sekolah Dasar Inpres Tamalanrea Universitas Hasanuddin 1 Makassar Tahun 2012

Frekuensi N Percent

1 kali dalam sehari 1 1.2%2 kali dalam sehari 56 66.7%

>=3 kali dalam sehari 19 22.6%Total 8 9.5%

Sumber : data PrimerTabel 12

Frekuensi Konsumsi Daging Dari Seluruh RespondenDi Sekolah Dasar Inpres Tamalanrea Universitas Hasanuddin 1

Makassar Tahun 2012

FrekuensiN Percent

Tidak pernah 12 14.3%1 kali dalam sehari 47 56.0%2 kali dalam sehari 21 25.0%

>=3 kali dalam sehari 4 4.8%Total 84 100%

Sumber : data Primer

Tabel 13Frekuensi konsumsi air putih dari seluruh responden

Di Sekolah Dasar Inpres Tamalanrea Universitas Hasanuddin 1 Makassar Tahun 2012

31

Page 32: SKRIPSI puny org.docx

Frekuensi N Percent

1 kali dalam sehari 14 16.7%2 kali dalam sehari 37 44.0%>=3 kali dalam sehari 33 39.3%Total 84 100%

Sumber : data PrimerTabel 14

Frekuensi konsumsi minuman ringan dari seluruh respondenDi Sekolah Dasar Inpres Tamalanrea Universitas Hasanuddin 1

Makassar Tahun 2012

frekuensiN Percent

1 kali dalam sehari 24 28.6%2 kali dalam sehari 53 63.1%

>=3 kali dalam sehari 7 8.3%Total 84 100%

Sumber : data Primer

Tabel 15Distribusi jumlah responden secara keseluruhan yang karies dan tidak karies

Di Sekolah Dasar Inpres Tamalanrea Universitas Hasanuddin 1 Makassar Tahun 2012

Kejadian N PercentKaries 21 25%

Tidak karies 63 75%Jumlah 84 100%

Sumber : data Primer

Tabel 16.Distrribusi Karies Gigi padaResponden Berdasarkan Umur

Di Sekolah Dasar Inpres Tamalanrea Universitas Hasanuddin 1 Makassar Tahun 2012

UmurKeparahan Karies Gigi Total

Karies Tidak Kariesn % N % n %

32

Page 33: SKRIPSI puny org.docx

≤ 8 tahun 5 10.6% 42 89.4% 47 100.0%9 tahun 3 18.8% 13 81.2% 16 100.0%

≥ 10 tahun 13 61.9% 8 38.1% 21 100.0%Total 21 25.0% 63 75.0% 84 100.0%

Sumber : Data Prime

Kepustakaan

1. Haryani W. Hubungan Antara Konsumsi Karbohidrat dengan tingkat keparahan

karies gigi pada anak usia Prasekolah di kecamatan Depok .Berita ked

masyarakat 2002; 28 (2):23-9

2. Moynihan PJ. The Role of diet and nutrion in the etiology and prevention of oral

diseases. Bulletin of the world health organization 2005;83:694-9

3. Kidd AM. Dasar – dasar karies penyakit dan penanggulangannya.

Jakarta:EGC;1992 p.1-18,66,79.

4. Moynihan P , Petersen PE. Diet, nutrition and the prevalention of the dental

diseases. Public Health Nutrition 200;7(1):201-6

5. Touger R, Loveren CV. Sugars and dental caries. Am J clin nutr 2003;78:8815-

925

6. Angela A. Pencegahan primer pada anak beresiko karies tinggi. Maj ked gigi

2005; 38 (3) :130-4

7. Pediatrics. The use and misuse of fruit juice in pediatrics. Pediatrics 2001;

33

Page 34: SKRIPSI puny org.docx

8. Riani D,Sarasati. Peranan pola makan terhadap karies gigi pada anak. Jurnal

PDGI 2005; (1):14-16

9. Soden. RI, Botero TM, Hanks CT, Nor JE. Angiogenic signaling triggered by

cariogenic bacteria in pulp cells. J. dent Res 2009; 88 (9) : 835 – 40

10. Wright JT. Defining the contribution of genetics in the etiology of dental caries. J

Dent Res 2010;89(11):1173-74

11. Prasetyo Arif Edhie. Keasaman minuman ringan menurunkan kekerasan

permukaan gigi. Jurnal. Surabaya : dent .J vol 38; 2005

12. Afonsky. Saliva and this relation to oral health. Alabama ; 1961 p.31,200-6,437,

13. Tarigan R. Karies Gigi. Jakarta : EGC ; 1990 p.1-2,17-36

14. Lame AFP, KH, kooBellato CM, BG, Cury JA.The role of sucrose in cariogenic

dental biofilm formation new insight. J Dent res 2006; 85 (10):878-887

15. Budisuari MA, oktarina, mikrajab MA. Hubungan pola makan dan kebiasaan

menyikat gigi dengan kesehatan gigi dan mulu (karies) Indonesia. bulletin

penelitian system kesehatan 2010;13(1):83-91

16. Tjahja NI, Lely MA, Delima,Ganni L. Nilai karies gigi anak kelas 1 dan 6

sekolah dasar di salah satu puskesmas kabupaten tangerang. Bul. Peneliti

kesehatan 2010;38(2):90-105

17. Suwelo. Karies pada anak dengan berbagai factor dan etiologi. Jakarta : EGC ;

1991 p.1-9.20-6

34

Page 35: SKRIPSI puny org.docx

18. George WE. Clinical Oral Pediatrics. USA: Quintessence books ;1981 p.30-8

LAMPIRANLampiran Tabel 1 : Frekuensi Makanan

No. Bahan makananFrekuensi / hari

Skor 1 X 2 X 3 X >3 X

A. Makanan

1. Makanan Manis          

2. Snack          

3. Permen manis          

4. Buah          

5. Daging          

B. Minuman

1. Air Putih          

2. Minuman ringan          

Lampiran 2

Karies

No Score Karies 0 1 2 3 4 5

1 Molar 1

35

Page 36: SKRIPSI puny org.docx

Indeks CSI ( Caries Severity Index ) untuk mengukur tingkat keparahan karies gigi

dengan kriteria sebagai berikut :

a. Skor 0 = gigi utuh ( S )

b. Skor 1 = sonde menyangkut pada fisura tapi tapi tidak ada perlunakan email (C)

c. Skor 2 = sonde menyangkut, ada perlunakan lebih dalam pada dentin ( C2 )

d. Skor 3 = karies lebih luas melibatkan pulpa (C3)

e. Skor 4 = ada kerusakan mahkota, gigi tinggal akar ( C4 )

Lampiran 3Plak

No JenisIndeks

0 = <0,4 1 = 0,4 – 1,0 2 = 1,1 – 2,0

1 Plak

Indeks PHP ( patient Hygine Filling – teeth ) indeks pengukuran ini untik mengukur

derajat kebersihan gigi dan mulut anak dengan kriteria sebagai berikut :

nilai 0 = kebersihan gigi dan mulut sangat baik, indeks plak < 0,4

nilai 1 = kebersihan gigi dan mulut baik, indeks plak 0,4 – 1,0

nilai 2 = kebersihan gigi dan mulut kurang baik , indeks plak 1,1 – 2,0

nilai 3 = kebersihan gigi dan mulut buruk, indeks > 2,0

36