131
SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN Oleh SITI MASHLAHATUL UMMAH NIM 121111100 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2015 ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN SITI MASHLAHATUL UMMAH

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

  • Upload
    lequynh

  • View
    237

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

SKRIPSI

PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR

DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN

KABUPATEN LAMONGAN

Oleh

SITI MASHLAHATUL UMMAH

NIM 121111100

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2015

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 2: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

ii

SKRIPSI

PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR

DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN

KABUPATEN LAMONGAN

Oleh

SITI MASHLAHATUL UMMAH

NIM 121111100

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2015

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 3: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

iii

PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR

DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN

KABUPATEN LAMONGAN

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada

Program Studi Sastra Indonesia

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga

Oleh

SITI MASHLAHATUL UMMAH

NIM 121111100

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2015

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 4: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 5: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 6: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

vi

HALAMAN MOTTO

“Kekuatan yang paling hakiki adalah disaat kita terjatuh, seketika itu

pula kita mampu bangkit kembali dan berlari.”

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 7: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

vii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Untuk kedua orang tuaku tercinta,

meski kalian jauh, tidak pernah sekalipun kumerasakan

kurangnya kasih sayang, dan kalianlah sosok suritauladan

pertama disetiap langkahku..

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 8: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik,

dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Perilaku Berbahasa pada Masyarakat Pesisir Desa Banjarwati Kecamatan Paciran

Kabupaten Lamongan”. Sholawat serta salam senantiasa tetap tercurahkan kepada

junjungan kita nabi Muhammad SAW.

Perilaku berbahasa pada masyarakat pesisir Desa Banjarwati di lingkungan

sekitar pondok pesantren memberikan gambaran tentang pemakaian bahasa yang

digunakan dalam komunikasi sehari-hari antara masyarakat Dusun Banjaranyar

Desa Banjarwati baik dengan santri, pengurus, pengasuh pondok pesantren,

maupun dengan sesama masyarakat Desa Banjarwati. Skripsi ini juga

memaparkan faktor-faktor yang melatarbelakangi perilaku berbahasa pada

masyarakat Dusun Banjaranyar Desa Banjarwati.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan doa dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan

terima kasih kepada:

1. Drs. Aribowo, M.S. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas

Airlangga Surabaya.

2. Dra. Dwi Handayani, M.Hum. selaku Ketua Departemen Sastra Indonesia

dan selaku Dosen Pembimbing Skripsi.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 9: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

ix

3. Bapak Puji Karyanto, S.S., M.Hum. selaku dosen wali yang telah

memberikan bimbingan, pengarahan, serta dorongan positif bagi penulis

dari semester satu hingga saat ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu

Budaya, Universitas Airlangga.

5. Kedua orang tua, Abah Sholihin dan Bunda Ummu Salma, S.Pd.I. yang

tidak henti-hentinya memberikan dorongan semangat sehingga skripsi ini

selesai tepat waktu.

6. Adik Moh. Arrozi Fachruddin dan Salsa Ayu Pratiwi yang selalu

mendoakan dan selalu menghibur dengan canda tawa, Om Miftahur

Rahman dan sepupu tercinta Mbak Hani’atur Rosyidah yang memberikan

dukungan tiada henti serta bersedia menemani saat penelitian.

7. Teman-teman Sastra Indonesia angkatan 2011 terutama para sahabat

terbaik penulis yaitu Aviva Sela D. dan Fitria Nur Hidayah yang selalu

menemani disaat suka maupun duka.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah

membantu kelancaran penyusunan skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca. Saran dan kritik yang

membangun sangat diperlukan sebagai bahan untuk perbaikan kedepannya.

Surabaya, 29 April 2015

Penulis

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 10: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

x

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Karya tulis ini adalah karya tulis saya asli dan belum pernah diajukan

untuk mendapatkan gelar akademik sarjana, baik di Universitas Airlangga

maupun di perguruan tinggi lain.

2. Karya tulis ini murni gagasan, penelitian, dan tulisan saya sendiri tanpa

bantuan pihak lain

3. Karya tulis ini bukan karya jiplakan, dan di dalamnya tidak terdapat karya

atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali

secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah

dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar

pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian

hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini,

maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar

yang telah diperoleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai

dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.

Surabaya, 29 April 2015

Yang membuat pernyataan,

Siti Mashlahatul Ummah

NIM 121111100

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 11: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

xi

ABSTRAK

Penelitian yang berjudul “Perilaku Berbahasa pada Masyarakat Pesisir Desa Banjarwati Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan” bertujuan untuk menunjukkan adanya perilaku berbahasa yang sopan dan santun pada masyarakat pesisir Dusun Banjaranyar Desa Banjarwati ketika berinteraksi dengan siapapun, adanya perilaku berbahasa tersebut dipengaruhi oleh keberadaan Pondok Pesantren Sunan Drajat sebagai sentral kegiatan masyarakat Dusun Banjaranyar Desa Banjarwati. Penelitian ini menggunakan teori sosiolinguistik menurut Dell Hymes untuk menganalisis data yang di peroleh. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan teknik observasi. Dari hasil observasi, penulis dapat memaparkan bentuk serta faktor yang mempengaruhi perilaku berbahasa pada masyarakat pesisir Dusun Banjaranyar Desa Banjarwati. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya interaksi secara terus-menerus antara Masyarakat Dusun Banjaranyar Desa Banjarwati dengan penghuni Pondok Pesantren Sunan Drajat dan tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap adanya Pondok Pesantren tersebut menimbulkan perilaku berbahasa yang berbeda pada masyarakat pesisir Dusun Banjaranyar Desa Banjarwati dalam kehidupan sehari-hari. Jika awalnya masyarakat pesisir Dusun Banjaranyar Desa Banjarwati hanya menggunakan bahasa Jawa ragam ngoko, dengan adanya Pondok Pesantren Sunan Drajat masyarakat Dusun Banjaranyar Desa Banjarwati selalu menggunakan bahasa Jawa ragam madya dan krama untuk berinteraksi dengan siapapun. Kata kunci: Masyarakat pesisir, perilaku berbahasa, Dusun Banjaranyar Desa Banjarwati, sosiolingustik.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 12: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

xii

DAFTAR ISI

Halaman

Sampul Depan……………………………………………………………………...i

Sampul Dalam……………………………………………………………………..ii

Prasyarat Gelar……………………………………………………………………iii

Persetujuan Pembimbing Skripsi…………………………………………………iv

Pengesahan Dewan Penguji Skripsi…………………………………………….....v

Halaman Motto…………………………………………………...………………vi

Halaman Persembahan…………………………………………………………...vii

KATA PENGANTAR…………………………………………………………..viii

PERNYATAAN…………………………………………………………………...x

ABSTRAK……………………………………………………………………..…xi

DAFTAR ISI……..…………………………………………………….………...xii

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………..xv

BAB I PENDAHULUAN………..…………………………………………..…....1

1.1 Latar Belakang Masalah………….………..…………………………..1

1.2 Rumusan Masalah………..…………………..………………………..5

1.3 Batasan Masalah………………………………..……………………...5

1.4 Tujuan Penelitian……………………………………..………...……..6

1.5 Manfaat Penelitian………...……………………..………..…………..6

1.6 Tinjauan Pustaka………….…………………………………..…….....7

1.7 Landasan Teori………………………………..…………………..….10

1.7.1 Sosiolinguistik…………………………………………...…10

1.7.2 Peristiwa Tutur……………………………………………..11

1.7.3 Ragam Bahasa Dalam Sosiolinguistik……..………………13

1.7.4 Undhak-Usuk (unggah-ungguhing basa)…………………...14

1.8 Metode Penelitian……………………………………..………….......16

1.8.1 Sumber Data…………………..……………………………17

1.8.2 Penentuan Informan……...………...………………………18

1.8.3 Metode Pengumpulan Data………………………………...18

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 13: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

xiii

1.8.4 Metode Analisis Data………………………………………19

1.9 Operasionalisasi Konsep………….………………………..………...21

1.10 Sistematika Penulisan Skripsi………………..……………..………22

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN…………………………24

2.1 Desa Banjarwati……………………………..……………………….24

2.1.1 Sejarah Desa………………………………………………..24

2.1.2 Letak Geografis Desa………………………………………26

2.1.3 Kondisi Geografis Desa………..…..………………………27

2.1.4 Pembagian Wilayah Desa…………..………...……………28

2.1.5 Lembaga Pemerintahan Desa………………………………29

2.1.6 Keadaan Sosial……..………………………………………31

2.1.7 Keadaan Ekonomi…………….……………………………34

2.2 Pondok Pesantren Sunan Drajat……………...………………………35

2.2.1 Sejarah Pondok Pesantren Sunan Drajat………….………..35

2.2.2 Visi dan Misi……….………………………………………39

2.2.3 Unit Pendidikan……………….……………………………40

2.2.4 Unit Wirausaha……………..………………………………41

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………46

3.1 Perilaku Berbahasa pada Masyarakat Pesisir Dusun Banjaranyar Desa

Banjarwati…….…..............................................................................46

3.1.1 Bentuk Percakapan oleh Masyarakat Dusun Banjaranyar

dengan Pengasuh Pondok Pesantren Sunan Drajat

(Ndalem)…………………………………………………..46

3.1.2 Bentuk Percakapan oleh Masyarakat Dusun Banjaranyar

dengan Pengurus Pondok Pesantren Sunan Drajat..............54

3.1.3 Bentuk Percakapan oleh Masyarakat Dusun Banjaranyar

dengan Santri Pondok Pesantren Sunan Drajat……...……65

3.1.4 Bentuk Percakapan oleh Masyarakat Dusun Banjaranyar

dengan Sesama Masyarakat Dusun Banjaranyar………….75

3.1.5 Bentuk Percakapan Oleh Masyarakat Dusun Banjaranyar

dengan Masyarakat Dusun Sukowati……………………...93

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 14: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

xiv

3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

Masyarakat pesisir Dusun Banjaranyar Desa Banjarwati………...102

BAB IV PENUTUP………………………………………………………….....107

4.1 Simpulan………………………………..…………………………..107

4.2 Saran……………………………………...…………………………109

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..111

LAMPIRAN…………………………………………………………………….113

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 15: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Data informan…………………………………;……………...113

Lampiran 3 : Surat-surat perizinan………………………….…………..……. -

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 16: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Setiap kelompok manusia yang hidup bersama dan berdampingan pasti

melakukan aktivitas berbahasa demi kelancaran dalam komunikasi. Masyarakat

yang saling berkomunikasi dan saling mengerti pada akhirnya membentuk

masyarakat bahasa. Setiap masyarakat memiliki bahasa tertentu sehingga tercipta

ribuan bahasa yang di tuturkan oleh masyarakat dari seluruh dunia (Parera, 1991:

26). Bahasa merupakan ungkapan yang berupa maksud atau ujaran, yang nantinya

akan disampaikan kepada seseorang. Seorang penutur berinteraksi dengan mitra

tuturnya menggunakan bahasa yang baik agar mitra tutur memahami maksud dari

tuturan orang tersebut dan ketika seseorang tersebut berinteraksi menggunakan

bahasa yang baik maka yang menjadi pendengar akan menghormatinya.

Bahasa yang digunakan oleh masyarakat saat berkomunikasi sangat

beragam. Terjadinya keragaman atau kevariasian bahasa ini bukan hanya

disebabkan oleh para penuturnya yang tidak homogen, tetapi juga karena interaksi

sosial yang mereka lakukan beragam. Bahasa di dalamnya terdapat variasi-variasi

yang diantaranya ditentukan oleh letak geografis, tata tingkat atau strata sosial

dalam masyarakat, suku, adat istiadat dan dapat pula ditentukan oleh latar

belakang masing-masing kelompok penutur dalam batas-batas saling mengerti

(Parera, 1991: 26). Semakin bertambahnya ilmu pengetahuan, baik berbentuk

lisan maupun tulisan, bersosialisasi juga sangat dibutuhkan adanya komunikasi

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 17: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

2

berbahasa, dengan adanya komunikasi yang baik maka akan terjadi suatu interaksi

berbahasa yang baik pula.

Bahasa berfungsi direktif, dilihat dari segi pendengar atau lawan bicara

bahasa dapat mengatur tingkah laku pendengar. Dalam hal ini bahasa tidak hanya

membuat si pendengar melakukan sesuatu, tetapi melakukan kegiatan yang sesuai

dengan yang diinginkan oleh si pembicara. Hal ini dapat dilakukan oleh si

pembicara dengan menggunakan kalimat-kalimat yang menyatakan perintah,

imbauan, permintaan maupun rayuan.

Perilaku berbahasa adalah tindakan atau sikap berbahasa yang dilakukan

oleh seseorang saat berkomunikasi, bertujuan agar terjadi suatu interaksi sosial.

Perilaku berbahasa merupakan sebuah ciri dari suatu kelompok masyarakat

tertentu dengan adanya interaksi secara terus menerus. Seperti aktivitas sosial

lainnya, kegiatan berbahasa bisa terwujud apabila manusia terlibat di dalamnya.

Dalam sebuah tuturan, penutur dan mitra tutur sama-sama menyadari bahwa ada

kaidah-kaidah yang mengatur tindakannya, penggunaan bahasanya, dan

interpretasinya terhadap tindakan dan ucapan mitra tuturnya. Setiap peserta tindak

tutur bertanggung jawab atas tindakan dan penyimpangan terhadap kaidah

kebahasaan di dalam interaksi sosial tersebut (Alan dalam Wijana, 2004:28).

Bahasa yang digunakan masyarakat pesisir agak berbeda dengan

masyarakat di daerah yang jauh dari pesisir atau masyarakat kota, apalagi dengan

bahasa santri yang sangat santun. Hal ini akan membuat para santri yang identik

berasal dari berbagai macam wilayah akan merasa asing karena mereka tidak

pernah mendengar bahasa pesisir sebelumnya, namun ada pula yang bisa

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 18: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

3

mengenali bahwa bahasa tersebut merupakan bahasa yang digunakan masyarakat

pesisir. Masyarakat pesisir adalah masyarakat yang tinggal di daerah pesisir

(berdekatan dengan laut) dan sumber perekonomiannya bergantung secara

langsung pada pemanfaatan sumberdaya laut dan pesisir.

Masyarakat pesisir di lingkungan sekitar Pondok Pesantren Sunan Drajat

sering mendengar pembicaraan yang diucapkan oleh santri kepada kiai yang

menggunakan kata-kata sopan dan santun. Santri bersikap sangat tawadhu’ kepada

kiai, baik dari segi pengucapannya maupun perbuatannya saat bertemu secara

langsung dengan kiai. Kemudian apa yang terjadi ketika para santri berbicara

dengan masyarakat yang berada diluar Pondok Pesantren Sunan Drajat namun

masih menjadi satu lingkup dengan pondok pesantren tersebut, yakni masyarakat

Dusun Banjaranyar Desa Banjarwati kecamatan Paciran kabupaten Lamongan

yang berada di lingkungan sekitar Pondok Pesantren Sunan Drajat dan tergolong

sebagai masyarakat pesisir. Hal tersebut membuat santri yang menyesuaikan

bahasa masyarakat sekitar ataukah masyarakat sekitar yang menyesuaikan bahasa

santri yang sopan dan santun, sedangkan bahasa masyarakat pesisir sangatlah

berbeda dengan bahasa santri.

Fenomena kebahasaan yang diperoleh dari percakapan masyarakat pesisir

Desa Banjarwati Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan yang berada jauh dari

lingkungan sekitar Pondok Pesantren Sunan Drajat adalah tuturan yang kasar dan

tidak sopan. Berbeda dengan tuturan yang diperoleh dari percakapn sehari-hari

yang digunakan oleh penghuni Pondok Pesantren Sunan Drajat, tuturannya

sangatlah sopan dan santun.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 19: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

4

Penelitian ini menarik untuk dilakukan karena objek dalam penelitian ini

adalah masyarakat pesisir yang daerahnya berada di lingkungan sekitar Pondok

Pesantren Sunan Drajat. Adanya kultur yang berbeda serta interaksi sosial secara

terus menerus antara masyarakat penduduk Desa Banjarwati yang berada di

lingkungan sekitar Pondok Pesantren Sunan Drajat dengan para penghuni pondok

pesantren tersebut seperti santri, pengurus, dan pengasuh (kiai) yang akan

menghasilkan suatu perilaku berbahasa yang berbeda dari sebelumnya.

Interaksi sosial di dalam pondok pesantren selalu dilandasi oleh norma-

norma keagamaan dan kesopanan. Kesantunan perlu diterapkan dalam suasana

formal maupun non formal, maksud dalam situasi ini adalah dalam situasi apapun

para santri, pengurus, dan pengasuh pondok pesantren dianjurkan untuk

menggunakan bahasa yang sopan saat berinteraksi dengan orang lain, agar orang

tersebut merasa dihormati. Berbeda dengan cara berkomunikasi masyarakat

pesisir yang tidak lepas dari cara berbahasa yang diucapkan secara kasar atau

dengan nada bicara yang tinggi, hal tersebut bisa dikarenakan adanya unsur

kesengajaan ataupun tidak adanya unsur kesengajaan. Dari beberapa hal tersebut,

dapat diketahui bahwa belum terdapat penelitian tentang “Perilaku Berbahasa

pada Masyarakat Pesisir Desa Banjarwati Kecamatan Paciran Kabupaten

Lamongan”. Desa Banjarwati Kecamatan Paciran kabupaten Lamongan terletak di

daerah pantai utara yang memiliki dua dusun dan di salah satu dusun tersebut

terdapat sebuah pondok pesantren bersejarah yang terkenal dengan sebutan

Pondok Pesantren Wali Songo Sunan Drajat. Pondok pesantren ini merupakan

pondok pesantren modern dan bukan termasuk pondok pesantren salafi (pondok

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 20: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

5

pesantren tradisional). Untuk itu, melalui penelitian ini, peneliti akan melakukan

telaah terhadap pengaruh tuturan para penghuni Pondok Pesantren Sunan Drajat

terhadap masyarakat Banjarwati Paciran Lamongan yang berada di lingkungan

sekitar pondok pesantren tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

(1) Bagaimanakah perilaku berbahasa pada masyarakat pesisir Dusun

Banjaranyar Desa Banjarwati Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan?

(2) Faktor-faktor apa sajakah yang melatarbelakangi perilaku berbahasa pada

masyarakat pesisir Dusun Banjaranyar Desa Banjarwati Kecamatan

Paciran Kabupaten Lamongan?

1.3 Batasan Masalah

1) Perilaku berbahasa yang dimaksud pada penelitian ini hanya terbatas pada

sikap, tuturan, dan ragam bahasa yang digunakan oleh masyarakat pesisir

Dusun Banjaranyar Desa Banjarwati.

2) Tuturan masyarakat pesisir Desa Banjarwati yang dimaksud ialah tuturan

masyarakat Dusun Banjaranyar Desa Banjarwati.

3) Pengaruh tuturan yang dimaksud adalah tuturan yang berasal dari Pondok

Pesantren Sunan Drajat terhadap perilaku berbahasa pada Dusun

Banjaranyar Desa Banjarwati.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 21: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

6

1.4 Tujuan Penelitian

(1) Mendeskripsikan perilaku berbahasa pada masyarakat pesisir Dusun

Banjaranyar Desa Banjarwati Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.

(2) Mendeskripsikan faktor-faktor yang melatarbelakangi perilaku berbahasa

pada masyarakat pesisir Dusun Banjaranyar Desa Banjarwati Kecamatan

Paciran Kabupaten Lamongan.

1.5 Manfaat Penelitian

A. Manfaat Teoretis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

kajian kepustakaan khususnya dalam bidang sosiolinguistik yang berkaitan

dengan penerapan teori tindak tutur dan ragam bahasa yang digunakan pada

masyarakat pesisir.

B. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menambah data linguistik

yang dapat memberikan informasi mengenai keanekaragaman bahasa yang

terdapat di dalam masyarakat, khususnya pada masyarakat pesisir Dusun

Banjaranyar. Selain itu, dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

sebagai penambah wawasan bagi pembaca untuk mengetahui fenomena perilaku

bahasa yang digunakan oleh masyarakat pesisir Dusun Banjaranyar dan

memberikan pemahaman dalam hal berkomunikasi.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 22: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

7

1.6 Tinjauan Pustaka

Penelitian terdahulu yang dapat penulis temukan, yaitu:

1. Lutfiyatin (2008) dalam skripsinya yang berjudul “Kesantunan Imperatif dalam

Interaksi antar Santri di Pondok Pesantren Sunan Drajat Banjar Anyar Paciran

Lamongan” menjelaskan tentang penanda pemakaian kesantunan imperatif

dalam interaksi antar santri di Pondok Pesantren Sunan Drajat Banjar Anyar

Paciran Lamongan, dibagi menjadi penanda imperatif, kesantunan imperatif,

dan penanda imperatif pragmatik. Kesantunan imperatif yang digunakan

meliputi kesantunan linguistik dan kesantunan pragmatik. Penelitian tersebut

memberikan contoh-contoh penanda kesantunan berbahasa pada Pondok

Pesantren Sunan Drajat yang berguna untuk penelitian selanjutnya. Perbedaan

penelitian tersebut dengan penelitian ini terletak pada objek kajian dan teori

yang digunakan untuk meneliti. Penelitian tersebut menggunakan teori

pragmatik sedangkan penelitian ini menggunakan teori sosiolinguistik.

Penelitian ini menitik beratkan pada tuturan masyarakat pesisir di lingkungan

sekitar Pondok Pesantren Sunan Drajat sebagai objek, bukan pada tuturan

penghuni Pondok Pesantren Sunan Drajat.

2. Ardhiarta (2013) dalam skripsinya yang berjudul “Kesantunan Berbahasa

dalam Interaksi Sosial di Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang: Suatu

Kajian Pragmatik” menghasilkan tentang interaksi sosial antara kiai, nyai,

santri, ustadz serta pengurus pondok pesantren dengan status sosial yang

berbeda ternyata menghasilkan suatu tindak kesantunan yang berbeda.

Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini terletak pada objek kajian

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 23: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

8

dan teori yang digunakan untuk meneliti. Penelitian tersebut menggunakan

teori pragmatik sedangkan penelitian ini menggunakan teori sosiolinguistik

yang menitik beratkan pada masyarakat pesisir di lingkungan sekitar Pondok

Pesantren Sunan Drajat sebagai objek.

3. Rokayah (2010) dalam skripsinya yang berjudul “Kesantunan Berbahasa dalam

Interaksi antara Santri dan Kiai di Pondok Pesantren At-Tauhid Surabaya”

menghasilkan kesantunan berbahasa yang dibagi menjadi dua penanda yaitu

penanda kesantunan verbal dan non verbal. Penanda kesantunan verbal

meliputi kesantunan pragmatik dalam tindak direktif dan kesantunan pragmatik

imperatif (dalam tuturan deklaratif dan interogatif). Kesantunan non verbal

meliputi unsur-unsur para linguistik kinesik (gaya isyarat) dan proksemika.

Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini terletak pada objek kajian

dan teori yang digunakan untuk meneliti. Penelitian tersebut menggunakan

teori pragmatik sedangkan penelitian ini menggunakan teori sosiolinguistik.

Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah keduanya

membahas tentang tindak kesopanan verbal dan non verbal yang digunakan

oleh suatu masyarakat sebagai objek dari penelitian.

4. Nurdyansyah (2014) dalam skripsinya yang berjudul “Undhak-Usuk

Percakapan Kelompok Sosial dalam Masyarakat Samin Desa Margomulyo

Kecamatan Margomulyo Bojonegoro: Kajian Sosiolinguistik”. Hasil penelitian

tersebut menyimpulkan bahwa setiap kelompok sosial tertentu akan

menghasilkan ragam bahasa Jawa tertentu pula, seperti pada masyarakat Samin

terdapat bahasa Jawa berupa ngoko, madya, dan krama. Sesuai dengan

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 24: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

9

kelompok sosial tertentu masyarakat Samin menggunakan ragam bahasa

pilihan yang digunakan untuk berinteraksi. Perbedaan penelitian tersebut

dengan penelitian ini terletak pada objek kajian yang diteliti. Persamaan

penelitian tersebut dengan penelitian ini terletak pada teori yang digunakan

ialah teori sosiolinguistik. Penelitian tersebut memberikan manfaat pada

penelitian ini karena menjelaskan contoh-contoh ragam bahasa Jawa yang juga

terdapat pada perilaku berbahasa masyarakat pesisir Dusun Banjaranyar Desa

Banjarwati.

5. Nugraheni (2008) dalam skripsinya yang berjudul “Kesantunan Tuturan

Pembeli kepada Penjual di Pasar Purwoyoso Semarang”. Menyimpulkan

bahwa banyaknya ketidak sesuaian kesantunan tuturan pembeli kepada penjual

di Pasar Purwoyoso Semarang dengan pengertian masing-masing bidang

prinsip kesantunan Leech, serta variasi tuturan yang mendukungnya. Perbedaan

penelitian tersebut dengan penelitian ini terletak pada objek kajian dan teori

yang digunakan untuk meneliti. Penelitian tersebut menggunakan teori

pragmatik berdasarkan prinsip kesantunan Leech dan objek penelitiannya

adalah pembeli dan penjual di Pasar Purwoyoso semarang, sedangkan

penelitian ini menggunakan teori sosiolinguistik menurut Dell Hymes dan

objek penelitiannya adalah masyarakat pesisir Dusun Banjaranyar Desa

Banjarwati Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 25: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

10

1.7 Landasan Teori

Landasan teori dimaksudkan sebagai acuan untuk menganalisis objek

penelitian terkait rumusan masalah berdasarkan judul penelitian “Perilaku

Berbahasa pada Masyarakat Pesisir Desa Banjarwati Kecamatan Paciran

Kabupaten Lamongan”. Teori yang digunakan adalah sebagai beriku:

1.7.1 Sosiolinguistik

Menurut Fishman, sosiolinguistik merupakan kajian tentang ciri khas

variasi bahasa, fungsi-fungsi variasi bahasa dan pemakaian bahasa, karena ketiga

unsur ini selalu berinteraksi, berubah, dan saling mengubah satu sama lain dalam

satu tutur bahasa masyarakat. (J. A. Fishman, 1972:4)

Masyarakat membuat seseorang tidak lagi dipandang sebagai individu

yang terpisah, tetapi sebagai anggota dari kelompok sosial. Oleh karena itu,

bahasa dan pemakaiannya tidak diamati secara individual, tetapi dihubungkan

dengan kegiatannya di dalam masyarakat atau dipandang secara sosial. Dipandang

secara sosial, bahasa dan pemakaiannya dipengaruhi oleh faktor linguistik dan

faktor nonlinguistik.

Faktor linguistik yang mempengaruhi bahasa dan pemakaiannya terdiri

dari fonologi, morfologi, sikstaksis, dan semantik. Di samping itu, faktor

nonlinguistik yang mempengaruhi bahasa dan pemakaiannya terdiri dari faktor

sosial dan faktor situasional. Faktor sosial yang mempengaruhi bahasa dan

pemakaiannya terdiri dari status sosial, tingkat pendidikan, umur, jenis kelamin,

dan lain-lain, sedangkan faktor situasional yang mempengaruhi bahasa dan

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 26: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

11

pemakaiannya terdiri dari siapa yang berbicara, dengan bahasa apa, kepada siapa,

di mana, dan masalah apa (Fishman dalam Suwito, 1982:3).

Fishman (dalam Caher 2003: 5) mengatakan kajian sosiolinguistik lebih

bersifat kualitatif. Jadi sosiolinguistik berhubungan dengan perincian-perincian

penggunaan bahasa yang sebenarnya, seperti deskripsi pola-pola pemakaian

bahasa atau dialek tertentu yang dilakukan penutur, topik, latar pembicaraan.

Sosiolinguistik memandang bahasa pertama-tama sebagai system sosial dan

sistem komunikasi serta bagian dari masyarakat dan kebudayaan tertentu.

1.7.2 Peristiwa Tutur

Peristiwa tutur adalah berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu

bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan penutur dan lawan tutur dengan satu

pokok tuturan di dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu. Secara sosiolinguistik

peristiwa tutur yang pokok pembicaraannya tidak menentu (berganti-ganti sesuai

situasi), tanpa tujuan, dilakukan oleh orang-orang yang tidak sengaja untuk

bercakap-cakap, dan menggunakan ragam bahasa yang berganti-ganti tidak dapat

disebut sebagai peristiwa tutur. (Dell Hymes dalam Chaer, 2010: 47-48)

menyatakan bahwa peristiwa tutur harus memenuhi delapan komponen, yang bila

huruf pertamanya dirangkaikan menjadi akronim SPEAKING, kedelapan

komponen itu adalah:

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 27: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

12

1. Setting dan Scene

Setting dan scene berhubungan dengan latar atau tempat peristiwa tutur terjadi.

Tempat peristiwa tutur berkaitan dengan where dan when (waktu bicara dan

suasana, kapan dan suasana yang tepat untuk menggunakan tuturan).

2. Participant

Participant adalah alat penafsir yang menanyakan siapa saja pengguna bahasa

(penutur, mitra tutur, dan pendengar).

3. End

Komponen tutur end mengacu pada maksud dan tujuan yang ingin dicapai

dalam aktivitas berbicara.

4. Act Sequence

Komponen tutur act sequence berhubungan dengan bentuk dan isi suatu

tuturan.

5. Key

Komponen tutur key berhubungan dengan manner, nada suara, sikap atau cara

berbicara.

6. Instrumentalis

Instrumentalis berhubungan dengan channel/saluran dan bentuk bahasa yang

digunakan untuk menyampaikan pesan.

7. Norms

Komponen tutur norms berhubungan dengan kaidah-kaidah tingkah laku

dalam interaksi dan interpretasi komunikasi. Norma interaksi dicerminkan

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 28: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

13

oleh tingkat sosial atau hubungan sosial yang umum dalam sekelompok

masyarakat.

8. Genre

Genre merupakan kategori yang dapat ditentukan lewat bentuk bahasa yang

digunakan.

1.7.3 Ragam Bahasa dalam Sosiolinguistik

Bahasa dan ragam bahasa dalam masyarakat sosial merupakan salah satu

konsep sosiolinguistik. Bahasa sebagai hasil budaya mengandung nilai-nilai pada

masyarakat penuturnya. Bahasa dan etnik merupakan satu rangkaian yang ditelaah

dalam sosiolinguistik, etnik mengacu pada kelompok masyarakat yang

keanggotaannya berdasarkan asal-usul keturunan (Sumarsono, 2012: 67). Ragam

bahasa sebenarnya hanya merupakan sebuah kecenderungan (tendency) dan

seluruhnya terdiri dari perbedaan kosakata, kata-kata tertentu cenderung lebih

banyak dipergunakan oleh kelompok tertentu. Sosiolinguistik lebih menitik

beratkan fungsi bahasa secara sosial, sehingga memakai banyak informan

pengguna bahasa (Sumarsono, 2012: 74). Ragam dan variasi bahasa, dalam

hubungan antara bahasa dengan etnik merupakan hubungan yang sederhana dan

bersifat kebiasaan yang dipertegas oleh rintangan sosial antar kelompok etnik.

Pembedaan kelompok sosial dalam masyarakat dapat dilihat dari bahasa sebagai

ciri pengenal salah satunya (Sumarsono, 2012: 72). Dengan demikian, bahasa

mempunyai peran sedemikian rupa sebagai identitas suatu kelompok sosial di

dalam masyarakat.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 29: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

14

1.7.4 Undhak-Usuk (unggah-ungguhing basa)

Dalam masyarakat Jawa, kelompok sosial sangat berpengaruh pada

perilaku berbahasa yang menghasilkan variasi bahasa. Ketika seseorang berbicara

selain memperhatikan kaidah-kaidah tata bahasa, juga harus memperhatikan siapa

orang yang diajak berbicara. Berbicara dengan orang tua berbeda dengan

berbicara dengan anak kecil atau yang seumuran. Variasi bahasa yang ditujukan

kepada orang lain itulah yang disebut perilaku berbahasa dalam penelitian ini, dan

selanjutnya dalam penelitian ini akan menggunakan istilah perilaku berbahasa.

Uhlenbeck (dalam Chaer, 2010: 40), membagi tingkat variasi bahasa Jawa

menjadi tiga bagian dasar, yaitu ngoko, madya, dan krama. Munculnya tingkatan

bahasa ngoko, madya, dan krama tersebut digunakan jika suatu kelompok sosial

berinteraksi dengan kelompok sosial yang lain. Berikut adalah penjelasan dari

tingkatan variasi bahasa Jawa tersebut:

1. Ragam ngoko, adalah bentuk ragam bahasa Jawa yang berintikan leksikon

dan afiks ngoko. Ragam ini digunakan oleh mereka yang sudah akrab dan

oleh mereka yang merasa dirinya lebih tinggi status sosialnya daripada

lawan tuturnya. Ada 2 varian dalam ragam ngoko ini, yakni pertama,

ngoko lugu adalah bentuk bahasa Jawa yang semua kosakatanya berbentuk

ngoko dan netral tanpa terselip leksikon krama. Kedua, ngoko andhap/alus

adalah bentuk bahasa Jawa yang bukan hanya terdiri dari leksikon ngoko,

melainkan juga leksikon krama yang dalam penggunaannya hanya untuk

menghormati lawan tutur. Ngoko andhap/alus umumnya hanya muncul

untuk kata benda, kata kerja, atau kata ganti orang (Indrayanto, 2010:12).

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 30: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

15

2. Ragam madya dibagi menjadi beberapa jenis. Pertama, madya ngoko ialah

kata-kata madya yang dicampur kata ngoko yang tidak ada kata madya-

nya. Biasanya digunakan oleh orang-orang pedesaan atau orang

pegunungan. Kedua, madya krama ialah ragam yang dibentuk dari kata-

kata madya dicampur dengan krama yang tidak mempunyai kata madya.

Biasanya digunakan oleh orang desa yang satu dengan yang lainnya yang

dianggap lebih tua dan dihormati. Ketiga, madyantara ialah kata-katanya

dibentuk dari bahasa madya krama, tetapi kata-kata yang ditujukan pada

orang yang diajak berbicara dirubah menjadi krama inggil (Setiyanto,

2007:37).

3. Ragam krama, ialah sebuah bentuk bahasa Jawa yang berintikan leksikon

krama. Afiks yang muncul dalam raga mini semuanya berbentuk krama

(misalnya afiks dipun-, -ipun, -aken). Ragam ini dipergunakan oleh

mereka yang merasa berusia atau berstatus sosial lebih rendah daripada

mitra tuturnya, selain itu ragam ini juga digunakan untuk mitra tutur yang

belum dikenal. Jenis ragam ini terdiri dari krama lugu dan krama alus.

Yang menjadi leksikon inti dalam ragam ini hanyalah leksikon yang

berbentuk krama. Leksikon madya dan leksikon ngoko tidak muncul

dalam tingkat tutur ini (Indrayanto, 2010:13-14).

Uraian tersebut menjelaskan macam-macam pembagian bahasa Jawa

ragam ngoko, madya, dan krama. Namun, selanjutnya dalam penelitian ini hanya

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 31: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

16

akan menggunakan istilah garis besar dari penjabaran diatas yakni hanya analisis

berupa ragam ngoko, madya, dan krama.

1.8 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara terpenting yang diperlukan dalam

sebuah penelitian. Metode penelitian bahasa adalah cara kerja yang digunakan

untuk memahami dan menjelaskan fenomena objek ilmu bahasa atau merupakan

cara mendekati, mengamati, menganalisis, dan menjelaskan masalah didalam

objek ilmu bahasa itu (Kridalaksana, 2001: 106; Hartman dan Stork, 1972: 141).

Metode penelitian merupakan alat prosedur dan teknik yang dipilih dalam

melaksanakan penelitian (Djajasudarma, 1995:3).

Latar belakang dan masalah yang muncul dalam penelitian ini adalah

masalah-masalah faktual. Maksudnya, masalah perilaku berbahasa adalah masalah

yang sedang dihadapi oleh pemakai bahasa itu sendiri saat ini. Penelitian ini

menggunakan analisis kualitatif bersifat deskriptif, menjelaskan data atau objek

secara natural, objektif, dan faktual. Istilah deskriptif merupakan penelitian yang

dilakukan semata-mata hanya berdasarkan pada fakta-fakta yang ada.

Desa Banjarwati terdiri dari dua dusun, yaitu Dusun Banjaranyar dan

Dusun Sukowati. Penulis membuat deskripsi tentang bagaimana perilaku

berbahasa yang digunakan oleh masyarakat pesisir Dusun Banjaranyar Desa

Banjarwati Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan di lingkungan Pondok

Pesantren Sunan Drajat. Selain itu penulis juga mengumpulkan fakta-fakta

mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku berbahasa pada

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 32: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

17

masyarakat pesisir Dusun Banjaranyar Desa Banjarwati yang berada di

lingkungan sekitar Pondok Pesantren Sunan Drajat. Dengan demikian, dari kedua

fakta tersebut dapat diperoleh hasil tuturan dan informasi yang baru dari

sebelumnya.

Metode penelitian deskriptif kualitatif dipilih karena penelitian ini

mengidentifikasi serta mendeskripsikan masalah-masalah yang berkenaan dengan

tuturan sehari-hari yang dilakukan oleh masyarakat pesisir Dusun Banjaranyar

Desa Banjarwati yang berada di lingkungan sekitar Pondok Pesantren Sunan

Drajat ketika berinteraksi dengan para penghuni pondok pesantren melalui

wawancara. Selanjutnya penulis memperoleh data bagaimana persepsi yang

muncul dari masyarakat Dusun Banjaranyar Desa Banjarwati ketika menerima

tuturan yang santun dari para penghuni Pondok Pesantren Sunan Drajat Paciran

Lamongan.

1.8.1 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa tuturan

dari masyarakat Dusun Banjaranyar Desa Banjarwati dalam interaksi sosial di

lingkungan sekitar Pondok Pesantren Sunan Drajat. Interaksi sosial yang

dimaksud adalah percakapan masyarakat Dusun Banjaranyar dengan santri,

pengurus, dan pengasuh pondok pesantren maupun percakapan dengan sesama

masyarakat Desa Banjarwati itu sendiri.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 33: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

18

1.8.2 Penentuan Informan

Penelitian ini menggunakan informan sebanyak 15 orang yang terdiri dari

beberapa penduduk Dusun Banjaranyar dan beberapa penduduk Dusun Sukowati.

Selain itu, beberapa informan juga merupakan santri, pengurus, dan pengasuh

Pondok Pesantren Sunan Drajat. Data informan dijelaskan pada lampiran skripsi.

Informan yang dipilih diharapkan dapat memberikan data yang sebenar-benarnya

tanpa dibuat-buat atau memanipulasi data untuk tujuan lain di luar fokus

penelitian. Informan tersebut memiliki kriteria sebagai berikut: (a) Informan

mengetahui budayanya dengan baik tanpa harus memikirkannya, sebab dilakukan

secara otomatis dari tahun ke tahun. (b) Informan terlibat langsung dalam

permasalahan yang kita angkat dalam penelitian. (c) Informan memiliki cukup

waktu untuk diwawancarai. (d) Informan menggunakan bahasa mereka untuk

mendeskripsikan informasi tanpa analisis. (e) Informan memberikan informasi

dengan interpretasi perspektif penduduk asli (Spradley: 1997: 59-70).

1.8.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah cara yang dilakukan untuk

mengumpulkan data penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi,

wawancara, teknik rekam, dan teknik catat. Penulis terlebih dahulu observasi

untuk melihat situasi dan keadaan lingkungan, kemudian melakukan wawancara

kepada masyarakat pesisir Dusun Banjaranyar Desa Banjarwati dengan

melakukan wawancara berstruktur untuk mendapatkan informasi yang relevan.

Selanjutnya dengan teknik rekam, penulis akan merekam kejadian faktual di

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 34: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

19

lapangan. Langkah terakhir yang dilakukan adalah dengan teknik catat, yaitu

mencatat semua kejadian dari tuturan masyarakat pesisir Dusun Banjaranyar Desa

Banjarwati Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.

1.8.4 Metode Analisis Data

Analisis data penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang

mengubah data rekaman dari wawancara, maupun cara komunikasi dari

masyarakat pesisir Dusun Banjaranyar Desa Banjarwati dengan penghuni Pondok

Pesantren Sunan Drajat dalam bentuk catatan tulis kemudian dianalisis dengan

teori yang digunakan.

Mencatat fenomena kebahasaan yang telah direkam, lalu dari hasil

transkripsi telah diperoleh data tulis yang selanjutnya dapat diidentifikasi. Proses

identifikasi dari setiap data yang dilakukan untuk memisahkan kalimat mana yang

sering digunakan masyarakat pada umumnya dan mana yang sangat jarang

digunakan oleh masyarakat pada umumnya.

Setelah selesai melakukan dengan teknik rekam dan teknik catat,

selanjutnya adalah dengan penyalinan ke dalam kartu data dan menganalisisnya,

sehingga diperoleh data yang relevan. Berikut adalah rincian langkah-langkah

dalam data yaitu sebagai berikut:

(1) Mentranskip Data Hasil Rekaman

Setelah penulis memperoleh data berupa tuturan dari masyarakat pesisir desa

Banjarwati melalui hasil rekaman, maka selanjutnya mentranskripsi

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 35: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

20

memindahkan data tersebut dengan cara menulis kembali semua hasil tuturan

yang diujarkan oleh masyarakat pesisir desa Banjarwati.

(2) Mengidentifikasi dan Mengklarifikasi Data

Berdasarkan hasil transkripsi diperoleh data tertulis yang selanjutnya siap

untuk diidentifikasi. Proses identifikasi berarti mengenali/menandai data untuk

memisahkan kalimat mana yang dibutuhkan untuk tahap selanjutnya, dan

mana yang tidak dibutuhkan.

(3) Menyalin ke Dalam Kartu Data

Setelah data yang diperlukan sudah terkumpul, maka selanjutnya adalah

penyalinan tiap tuturan yang telah diidentifikasi ke dalam kartu data. Hal itu

dimaksudkan agar mudah untuk mengelompokkan tuturan tersebut menurut

karakteristik tertentu.

(4) Menganalisis Kartu Data

Data yang diperoleh kemudian dianalisis berdasarkan teori yang ada. Dari

analisis kartu data tersebut akan tergambar perilaku berbahasa masyarakat

pesisir Dusun Banjaranyar Desa Banjarwati dilingkungan Pondok Pesantren

Sunan Drajat.

(5) Menyimpulkan

Untuk tahap terakhir, hasil analisis akan menghasilkan simpulan berdasarkan

penelitian yang telah dilakukan.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 36: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

21

1.9 Operasionalisasi Konsep

Operasionalisasi konsep memiliki arti yang penting tentang penjelasan

istilah yang digunakan dalam penelitian. Selain itu, operasionalisasi konsep dapat

digunakan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas dan terarah serta untuk

menghindari penafsiran yang salah mengenai istilah tersebut. Diperoleh batasan-

batasan yang jelas agar pengertiannya tidak samar. Istilah-istilah yang perlu diberi

penjelasan antara lain:

Interaksi sosial : Suatu fondasi dari hubungan yang berupa tindakan yang

berdasarkan norma dan nilai sosial yang berlaku dan

diterapkan didalam masyarakat. Dalam kehidupan sehari-

hari tentunya manusia tidak dapat lepas dari hubungan

antara satu dengan yang lainnya, manusia akan selalu

membutuhkan individu atau kelompok lain untuk dapat

berinteraksi ataupun bertukar pikiran.

Perilaku berbahasa : Cara berbahasa suatu masyarakat yang tercermin dengan

sikap serta penggunaan bahasanya. Bagaimana masyarakat

tersebut menggunakan bahasa dan sikap ketika berhadapan

atau berkomunikasi dengan penutur dari golongan lain. Hal

tersebut juga bersangkutan dengan sikap santun dan

tidaknya suatu interaksi berbahasa. Kesantunan berbahasa

merupakan salah satu aspek kebahasaan yang dapat

meningkatkan kecerdasan emosional penuturnya, karena

didalam komunikasi penutur dan petutur tidak hanya

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 37: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

22

dituntut menyampaikan kebenaran, tetapi harus tetap

berkomitmen untuk menjaga keharmonisan hubungan.

Masyarakat pesisir : Masyarakat yang tinggal di daerah pesisir dan sumber

kehidupan perekonomiannya bergantung secara langsung

pada pemanfaatan sumberdaya laut dan pesisir.

Pondok pesantren : Lembaga pendidikan Islam untuk mempelajari,

memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan

ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral

keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari.

Santri : Orang-orang yang belajar ilmu agama Islam dan tinggal di

pondok pesantren, santri diklasifikasikan berdasarkan

tingkat ilmu santri (menggunakan variabel santri dan

ustadz/ustadzah) dan status kelembagaan (santri dan

pengurus).

1.10 Sistematika Penulisan Skripsi

Penelitian ini terdiri dari empat bab, masing-masing bab tersebut berisi

suatu bahasan tertentu, diantaranya:

Bab I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan

masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode

penelitian, operasionalisasi konsep, dan sistematika

penulisan skripsi.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 38: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

23

Bab II merupakan gambaran umum obyek penelitian.

Bab III merupakan alanisis data hasil temuan berupa deskripsi “Perilaku

Berbahasa pada Masyarakat Pesisir Desa Banjarwati

Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan”.

Bab IV merupakan bagian penutup yang berisi kesimpulan dari hasil yang

diperoleh dari analisis data dan sasaran yang berisi

anjuran kepada pembaca atau peneliti yang tertarik untuk

meneliti topik yang sama, selain itu penelitian ini

dilengkapi dengan daftar pustaka.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 39: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

24

BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

2.1 DESA BANJARWATI

2.1.1 Sejarah Desa

Nama Banjarwati adalah perpaduan dari dua nama dusun yaitu Dusun

Banjaranyar dan Dusun Sukowati, kedua dusun ini kemudian menjadi satu

kesatuan nama desa yang tidak lain adalah Desa Banjarwati. Asal mula nama

Dusun Banjaranyar adalah Kampung Jelak. Jelak kalau dibahasa Jawa

kromoinggilkan adalah celak, yang artinya parek atau dekat, siapa yang bertempat

tinggal dikampung itu berarti akan celak atau dekat dengan kebaikan dan

perdamaian. Sinuwun atau pimpinan Kampung Jelak bernama Mbah Mayang

Madu, pada saat itu Mbah Mayang Madu masih beragama Hindu.

Mbah Daeng yang dikenal dengan sebutan Mbah Banjar yang berasal dari

negeri Bronio pada suatu hari datang ke Kampung Banjar yang sekarang dikenal

sebagai Pulau Kalimantan Kota Banjarmasin. Beliau berlayar ke Pulau Jawa

tepatnya ke Surabaya untuk menemui Mbah Sunan Raden Rahmat yang sekarang

dikenal dengan sebutan Sunan Ampel. Ditengah laut antara Pulau Kalimantan dan

Pulau Jawa, perahu yang dinaiki oleh Mbah Banjar mengalami kerusakan yang

sangat parah karena dihantam oleh ombak besar, kemudian beliau ditolong oleh

ikan cucut (ikan Hiu) sampai beliau dibawa ketepian pesisir laut Jawa pantai utara

(pantura) yang terletak disebelah utara Kampung Jelak. Setelah Mbah Banjar tiba

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 40: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

25

di tepi pantai Kampung Jelak, beliau akhirnya menetapkan tinggal di Kampung

Jelak dan dirawat oleh Mbah Mayang Madu. Keakraban mereka sudah seperti

saudara sendiri, sampai pada suatu ketika Mbah Mayang Madu pun mengikuti

agama yang di peluk oleh Mbah Banjar yakni agama Islam. Kedua tokoh tersebut

sepakat untuk mendirikan surau (mushollah) yang sekarang dikenal menjadi

Masjid Jami’ Jelak Banjaranyar Paciran Lamongan. Surau tersebut digunakan

untuk mengembangkan ajaran agama islam. Pada awalnya Mbah Banjar hanya

mengajar ngaji Al-Qur’an dikeluarga Mbah Mayang Madu saja, sampai akhirnya

masyarakat Kampung Jelak mengetahui ada seorang guru ngaji dikeluarga Mbah

Mayang Madu yang bernama Mbah Banjar, maka beberapa masyarakat Kampung

Jelak pun berkata: “ Ayo podo ngaji agomo islam, agomo anyar sing ngulang

jenenge mbah Banjar”. Dari ucapan masyarakat Kampung Jelak itulah akhirnya

Kampung Jelak terkenal dengan sebutan Banjaranyar.

Dusun Sukowati diambil dari kata Suko dan Wati yang artinya Suko

adalah nama sebuah pohon sebangsa pohon Sono Keling atau sekarang disebut

pohon Achasiya yang terletak di tepi pantai laut Jawa, tepatnya sekarang di Dusun

Sukowati. Sedangkan kata Wati berasal dari kata Kuwati, kemudian dua kalimat

Suko dan Kuwati dijadikan nama sebuah kampung baru yaitu Sukowati.

Cerita singkat dari Dusun Sukowati adalah pada suatu hari Mbah Banjar

jalan-jalan di tepi pantai, disebelah timur tempat tinggal beliau ternyata terdapat

sebuah pohon yang sangat rindang daunnya dan sangat kuat pohonnya. Orang-

orang setempat menamakan pohon tersebut dengan sebutan “Pohon Suko”,

kemudian Mbah Banjar memberikan nama sebuah kampung yang terdapat pohon

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 41: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

26

Suko tersebut dengan sebutan nama Dusun Sukowati. Kata Wati diambil dari kosa

kata bahasa Arab yakni Kuwati yang artinya kuat, dengan harapan masyarakat

kampung tersebut mempunyai iman dan agama yang kuat. Namun, dari

perkembangan dan kemajuan zaman nama Sukowati diplesetkan menjadi “Suko”

yang artinya senang, sedangkan “Wati” artinya perempuan, sehingga orang Jawa

mengatakan: “Seneng wedoan”. Sehingga terdapat beberapa kalangan masyarakat

tertentu yang tidak menyukai orang yang berasal dari Dusun Sukowati karena

terdapat anggapan yang buruk atas penduduk Dusun Sukowati, yaitu suka

bermain perempuan. Maka dari itu masyarakat sepakat menyebut Dusun Sukowati

dengan sebutan dusun Kuwati saja.

2.1.2 Letak Geografis Desa

Sebelah Utara : Laut Jawa

Sebelah Selatan : Desa Dagan kecamatan Solokuro dan desa Drajad

kecamatan Paciran

Sebelah Barat : Desa Kranji kecamatan Paciran

Sebelah Timur : Desa Kemantren kecamatan Paciran

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 42: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

27

2.1.3 Kondisi Geografis Desa

Jumlah penduduk Desa Banjarwati sebanyak 5.769 jiwa dan 1.951 kepala

keluarga. Desa Banjarwati terletak di daerah Kabupaten Lamongan dengan posisi

7 meter di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata 30 derajat Celsius. Desa

Banjarwati mengalami musim hujan selama 6 bulan pertahun. Jarak Desa

Banjarwati menuju ke kecamatan adalah 7 km dan jarak menuju ke kabupaten

adalah 42 km dengan batasan sebelah utara adalah laut Jawa, sebelah timur

adalah Desa Kemantren, sebelah selatan adalah Desa Dagan dan Desa Drajad,

serta sebelah barat adalah Desa Kranji.

Jarak tempuh Desa Banjarwati menuju ke ibu kota kecamatan adalah 7

km, dapat ditempuh dengan waktu sekitar 10 menit menggunakan kendaraan

bermotor. Sedangkan jarak tempuh Desa Banjarwati ke ibu kota kabupaten adalah

42 km, dapat ditempuh dengan waktu sekitar 60 menit menggunakan kendaraan

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 43: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

28

bermotor. Berikut merupakan kondisi geografis Desa Banjarwati secara umum,

berdasarkan data profil desa tahun 2014:

Luas Wilayah Desa Berdasarkan Penggunaan Tanah

Pemukiman umum 142.192 Ha

Persawahan 4 Ha

Tanah kering berupa ladang/tegalan 72.405 Ha dan pemukiman 101.300

Ha

Tanah fasilitas umum, berupa tempat pemakaman umum 4,5 Ha,

perkantoran pemerintah 0,4 Ha, bangunan sekolah 8 Ha dan tanah

bengkok (kas desa) 1,3 Ha.

2.1.4 Pembagian Wilayah Desa

Luas wilayah Desa Banjarwati ± 326,297 Ha yang terbagi menjadi 2 dusun

yang dipimpin oleh masing-masing kepala dusun, yaitu Dusun Banjaranyar dan

Dusun Sukowati. Hal ini menjadi sangat efisien dengan banyaknya tugas desa

yang harus dilakukan untuk memaksimalkan fungsi pelayanan terhadap

masyarakat di Desa Banjarwati.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 44: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

29

2.1.5 Lembaga Pemerintahan Desa

SUSUNAN ORGANISASI PEMERINTAHAN

DESA BANJARWATI

KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

Kepala Desa : SUTIYONO

Sekretaris Desa : MOH. MUNAWIR, S.Ag

Kaur Kesmas : KUSWINARNI, Ma

Kaur Keuangan : MUTHMAINNAH

Kaur Umum : MARTA ANDRI NOVIYANA, SE

Kasi Pemerintahan : ACHMAD KHAMZIM

Kasi Ekbang : MOH. HASYIM

Kasi Trantib : ASHAR

Kasi Pemb.perempuan : -

Kepala Dusun Banjaranyar : MOH. KHOIRUL, SH

Kepala Dusun Sukowati : RONI PRIYONO

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 45: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

30

Berikut merupakan nama-nama pengurus Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Banjarwati dengan jumlah anggota 11 orang yang aktif dalam kepengurusan:

NO NAMA JABATAN

1. JUNAEDI SUTARYO KETUA

2. NUE HAMIM WAKIL KETUA

3. ABDULLAH TAUFIQ SEKRETARIS

4. FREDY SETIAWAN ANGGOTA

5. ABDULLOH ANGGOTA

6.

UMI HUSNUL

KHOTIMAH

ANGGOTA

7.

HJ. LILIS

SETYOWATI

ANGGOTA

8. NUR LAELAH ANGGOTA

9. AIRIN SUTANTO ANGGOTA

10. H. AINUR ROFIQ ANGGOTA

11. LUQMAN HAKIM ANGGOTA

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 46: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

31

2.1.6 Keadaan Sosial

Dengan adanya perubahan dinamika politik dan sistem politik di Indonesia

yang lebih demokratis, memberikan pengaruh kepada masyarakat untuk

menerapkan suatu mekanisme politik yang dipandang lebih demokratis. Dalam

konteks politik lokal desa Banjarwati tergambar dalam pemilihan kepala desa dan

pemilihan-pemilihan lain (pileg, pilpres, pemilukada, dan pimilugub) yang juga

melibatkan warga masyarakat desa secara umum.

Khusus untuk pemilihan kepala Desa Banjarwati sebagaimana tradisi

kepala desa dibeberapa wilayah Jawa, biasanya para peserta (kandidat) adalah

mereka yang secara sah memiliki hubungan kekerabatan dengan kepala desa yang

lama, atau seseorang yang berani mengajukan diri adalah mereka yang dari

kalangan ekonomi menengah keatas. Hal ini dipengaruhi oleh budaya

Moneypolitic yang sedang berkembang dimasyarakat.

Jabatan kepala desa merupakan jabatan yang tidak serta merta dapat

diwariskan kepada anak cucu ataupun karena seseorang tersebut dari kalangan

yang berada. Namun dipilih karena kecerdasan, etos kerja, kejujuran dan

kedekatannya dengan warga desa. Jabatan kepala desa bisa dicabut sewaktu-

waktu jika seseorang tersebut melanggar peraturan maupun melanggar norma-

norma yang berlaku.

Dengan demikian, maka setiap orang yang dapat memenuhi syarat-syarat

yang ditentukan dalam peraturan yang berlaku dapat mendaftarkan diri menjadi

kandidat kepala desa. Fenomena ini terjadi pada pemilihan kepala Desa

Banjarwati pada tahun 2013 lalu. Pada pemilihan kepala desa waktu itu,

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 47: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

32

partisipasi masyarakat sangat tinggi yakni hampir 85 % dari jumlah penduduk

yang ada. Pada waktu itu ada 3 kandidat kepala desa yang mengikuti pemilihan.

Acara pemilihan kepala desa bagi masyarakat desa Banjarwati adalah merupakan

perayaan besar disetiap periodenya.

Setelah proses pemilihan kepala desa berakhir, situasi desa kembali

berjalan normal. Hiruk pikuk warga dalam pesta demokrasi desa berakhir dengan

kembalinya kehidupan sebagaimana mulanya. Masyarakat tidak terus menerus

terjebak dalam sekat-sekat kelompok pilihannya. Hal ini ditandai dengan

kehidupan yang penuh gotong-royong dan tolong menolong. Walaupun pola

kepemimpinan ditangan kepala desa, namun mekanisme pengambilan keputusan

selalu ada keterlibatan masyarakat baik melalui lembaga resmi desa seperti Badan

Perwakilan Desa maupun langsung bermusyawarah dengan masyarakat. Dengan

demikian terlihat bahwa pola kepemimpinan diwilayah Desa Banjarwati

mengedepankan pola kepemimpinan yang demokratis.

Berdasarkan beberapa fakta di atas, Desa Banjarwati mempunyai dinamika

politik lokal yang bagus. Hal ini terlihat dari segi pola kepemimpinan, mekanisme

pemilihan kepemimpinan, hingga partisipasi masyarakat dalam menerapkan

sistem politik demokratis ke dalam kehidupan politik lokal. Tetapi masyarakat

Desa Banjarwati masih kurang antusias dalam hal politik daerah dan nasional. Hal

ini dikarenakan dinamika politik nasional dalam kehidupan sehari-hari kurang

mempunyai greget, terutama yang berkaitan dengan permasalahan, kebutuhan dan

kepentingan masyarakat Desa Banjarwati secara langsung.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 48: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

33

Dalam catatan sejarah, selama ini belum pernah terjadi bencana alam dan

bencana sosial yang cukup besar di Desa Banjarwati. Isu-isu terkait hal tersebut,

seperti kemiskinan dan bencana alam, tidak sampai pada titik kronis yang

membahayakan masyarakat dan sosial.

Kondisi sosial masyarakat Desa Banjarwati yang cenderung dinamis dan

agamis menciptakan kerukunan antar masyarakat. Kultur yang kuat serta usaha

masyarakat dalam pelestarian adat dan budaya desa dipertahankan sebagai

warisan nenek moyang mereka. Maka tak jarang ritual-ritual khusus keagamaan

masih sering dilakukan. Penduduk Desa Banjarwati seluruhnya memeluk agama

Islam. Dalam menjalankan kewajiban umat beragamanya, masyarakat Desa

Banjarwati didukung dengan fasilitas peribadatan yang memadai. Klasifikasinya

sebagai berikut:

No Jenis Fasilitas Peribadatan Jumlah

1. Masjid 5 buah

2. Mushollah 18 buah

3. Gereja - -

4. Pura - -

5. Wihara - -

Selain itu, kualitas tingkat pendidikan masyarakat Desa Banjarwati sudah tinggi,

adanya sarana dan prasarana pendidikan yang lengkap merupakan salah satu

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 49: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

34

aspek tingginya kualitas pendidikan. Sarana pendidikan di Desa Banjarwati

tersedia dari tingkat pendidikan usia dini hingga perguruan tinggi. Berikut

merupakan klasifikasinya:

No Jenis Fasilitas Jumlah

1. Play Group/PAUD 4 buah

2. TK/RA 4 buah

3. SD/Sederajat 4 buah

4. SLTP/Sederajat 4 buah

5. SLTA/Sederajat 5 buah

6. Islam TPQ/TPA 4 buah

7. Pondok Pesantren 4 buah

8. Madrasah Diniyah 4 buah

9. Sekolah Tinggi Agama Islam 1 buah

2.1.7 Keadaan Ekonomi

Tingkat pendapatan rata-rata penduduk Desa Banjarwati adalah sebesar

Rp. 1.000.000 perbulan. Hal ini dapat dilihat dari pendapatan jumlah anggota

keluarga. Secara umum mata pencaharian masyarakat Desa Banjarwati

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 50: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

35

teridentifikasi dalam beberapa sektor, yaitu dalam sektor pertanian, peternakan,

industri kecil dan kerajinan rumah tangga, industri menengah dan besar, serta

dalam sektor jasa.

2.2 PONDOK PESANTREN SUNAN DRAJAT

2.2.1 Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Sunan Drajat

Berdasarkan dokumen PPSD 2010, Pondok Pesantren Sunan Drajat

didirikan pada tanggal 7 September 1977 tepatnya di Dusun Banjaranyar Desa

Banjarwati kecamatan Paciran kabupaten Lamongan oleh K. H. Abdul Ghofur.

Nama dari Pondok Pesantren Sunan Drajat ini mempunyai ikatan historis,

psikologis, dan filosofis yang sangat kuat dengan nama Kanjeng Sunan Drajat,

bahkan secara geografis bangunan pondok tepat berada di atas reruntuhan pondok

pesantren peninggalan Sunan Drajat yang sempat menghilang peradaban dunia

Islam di Jawa selama beberapa ratus tahun.

Pondok Pesantren Sunan Drajat adalah salah satu pondok pesantren yang

memiliki nilai historis yang amat panjang, karena keberadaan pesantren ini tak

lepas dari nama yang disandangnya yakni Sunan Drajat. Sunan Drajat adalah

julukan dari Raden Qosim putra kedua dari pasangan Raden Ali Rahmatullah

(Sunan Ampel) dengan Nyi Ageng Manila (putri dari adipati Tuban Arya Teja).

Beliyau juga memiliki nama Syarifuddin atau Masih Ma’unat. Perjuangan Sunan

Drajat di Banjaranyar dimulai tatkala beliau diutus ayahandanya untuk membantu

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 51: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

36

perjuangan Mbah Banjar dan Mbah Mayang Madu guna mengembangkan syiar

Islam di daerah pesisir pantai utara Kabupaten Lamongan.

Pada tahun 1440-an ada seorang pelaut muslim berasal dari daerah Banjar

yang mengalami musibah di pesisir pantai utara, kapal yang ditumpanginya pecah

terbentur karang dan karam di laut. Adapun sang pelaut dari Banjar tersebut

terdampar di tepian pantai Jelak dan ditolong oleh Mbah Mayang Madu penguasa

kampung Jelak pada saat itu.

Melihat kondisi masyarakat Jelak yang telah tersesat sedemikian jauh

dalam hal beragama, sang pelaut muslim itu pun terketuk hatinya untuk

menegakkan sendi-sendi agama Allah. Beliau pun mulai berdakwah dan

mensyiarkan agama Islam kepada penduduk Jelak dan sekitarnya. Lambat laun

perjuangan sang pelaut yang dikenal dengan julukan Mbah Banjar mulai

membuahkan hasil. Bersamaan dengan itu Mbah Mayang Madu pun turut

menyatakan diri masuk Islam dan menjadi pendukung utama perjuangan Mbah

Banjar.

Pada suatu hari Mbah Banjar dan Mbah Mayang Madu berkeinginan untuk

mendirikan tempat pengajaran dan pendidikan agama agar syiar Islam semakin

berkembang, namun mereka menemui kendala dikarenakan kurangnya tenaga

edukatif yang mumpuni di bidang ilmu diniyah (Islam). Akhirnya kedua tokoh

agama tersebut sepakat untuk sowan (silaturrahim) ke Kanjeng Sunan Ampel di

Ampeldenta Surabaya. Gayung pun bersambut, Kanjeng Sunan Ampel

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 52: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

37

memberikan restu dengan mengutus putranya yakni Raden Qosim untuk turut

serta membantu perjuangan kedua tokoh tersebut.

Sunan Drajat yang merupakan putra Sunan Ampel menjadi tokoh sentral

dalam penyebaran agama Islam yang ada di wilayah Lamongan. Akhirnya Raden

Qosim mendirikan pondok pesantren di suatu tempat yang terletak di area Pondok

Pesantren Putri Sunan Drajat saat ini. Raden Qosim mengatakan bahwa barang

siapa yang mau belajar mendalami ilmu agama di tempat tersebut, semoga Allah

menjadikannya manusia yang memiliki derajat luhur. Karena doa Raden Qosim

inilah para pencari ilmu berbondong-bondong belajar di tempat beliau dan Raden

Qosim pun mendapat gelar Sunan Drajat. Sementara itu untuk mengenang

perjuangan Mbah Banjar, maka dusun yang sebelumnya bernama Kampung Jelak,

dirubah namanya menjadi Dusun Banjaranyar. Hal tersebut dilakukan untuk

mangabadikan nama Mbah Banjar, dan nama Anyar merupakan gambaran

suasana baru pada kampung tersebut karena mendapatkan sinar petunjuk Islam.

Setelah beberapa lama beliau berdakwah di Dusun Banjaranyar, maka

Raden Qosim mengembangkan daerah dakwahnya dengan mendirikan masjid dan

pondok pesantren baru yang berada di Kampung Sentono. Beliau berjuang hingga

akhir hayatnya dan dimakamkan di belakang masjid tersebut. Kampung di mana

beliau mendirikan masjid dan pondok pesantren itu akhirnya dinamakan sebagai

Desa Drajat. Sepeninggalan Sunan Drajat, tongkat estafet perjuangan untuk

menyebarkan ajaran agama Islam dilanjutkan oleh anak cucu beliau. Namun

seiiring dengan berjalannya waktu yang cukup panjang kebesaran nama Pondok

Pesantren Sunan Drajat pun semakin pudar dan akhirnya lenyap ditelan masa.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 53: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

38

Saat itu hanya tinggal sumur tua yang tertimbun tanah dan pondasi bekas langgar

(mushollah) yang tersisa. Kemaksiatan dan perjudian merajalela di sekitar wilayah

Banjaranyar dan sekitarnya, bahkan di wilayah di mana Raden Qosim mendirikan

pondok pesantren di Banjaranyar saat itu berubah menjadi tempat pemujaan.

Setelah mengalami proses kemunduran, bahkan sempat menghilang dari

peradaban dunia Islam di Pulau Jawa, pada akhirnya Pondok Pesantren Sunan

Drajat kembali menata diri dan menatap masa depan dengan sangat optimis dan

tekat yang kuat. Hali ini bermula dari upaya yang dilakukan oleh anak cucu Sunan

Drajat yang bercita-cita untuk melanjutkan perjuangan Sunan Drajat di Dusun

Banjaranyar. Keadaan itupun berangsur-angsur pulih kembali saat di tempat yang

sama didirikan kembali Pondok Pesantren Sunan Drajat oleh K. H. Abdul Ghofur

yang masih termasuk salah seorang keturunan Sunan Drajat pada tahun 1977 yang

bertujuan untuk melanjutkan perjuangan Wali Songo dalam menyebarkan syiar

Islam di muka bumi.

Munculnya kembali Pondok Pesantren Sunan Drajat saat ini tentu tidak

terlepas dari perjalanan panjang dan perjuangan dari anak cucu Sunan Drajat itu

sendiri. Sebagai institusi resmi dan legal, Pondok Pesantren Sunan Drajat tentu

memiliki persamaan dan perbedaan dengan cikal bakal berdirinya pondok

pesantren itu sendiri.

Pondok Pesantren Sunan Drajat memiliki berbagai macam jenis

pendidikan yang terdiri dari pendidikan formal, non formal, dan in formal.

Sebagaimana kita ketahui bahwa tidak semua pondok pesantren memiliki

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 54: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

39

pendidikan yang mengajarkan tentang pengetahuan dan keahlian/skill secara

intensif terhadap para santrinya. Dengan demikian sangat penting bagi seorang

akademis untuk mempelajari kembali ide-ide dasar yang muncul dan menyertai

perkembangan Pondok Pesantren Sunan Drajat.

2.2.2 Visi dan Misi Pondok Pesantren Sunan Drajat

Visi:

Menjadi sebuah pondok pesantren yang mampu melakukan perubahan

bagi masyarakat untuk menjadi masyarakat yang madani dan meneruskan cita-

cita Sembilan Wali. Selain itu juga membentuk insan yang berbudi luhur,

berakhlakul karimah, bertakwa kepada Allah SWT, berpengatuhan luas dan

bertanggung jawab terhadap agama, nusa dan bangsa.

Misi:

Menjadi pondok pesantren yang baik agar dapat menjadikan santri sebagai

santri yang berkompeten serta menjadi contoh bagi pondok pesantren

lainnya.

Menyelenggarakan pendidikan Islam dan dibekali dengan pendidikan

formal.

Mengikuti pedoman Sunan Kalijaga “Kenek Iwake Gak Buthek Banyune”

(Kena Ikannya Tapi Tidak Keruh Airnya).

Mengembangkan jiwa mandiri pada santri sebagaimana wasiat dari Sunan

Drajat “Wenehono” (Berilah).

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 55: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

40

Membentuk insan yang berbudi luhur, berakhlakul karimah, bertakwa

kepada Allah SWT, berpengetahuan luas dan bertanggung jawab terhadap

agama, nusa, dan bangsa.

2.2.3 Unit Pendidikan

Pondok Pesantren Sunan Drajat sebagai tempat belajar santri memiliki

pola pengajaran pendidikan formal dan non formal. Pendidikan formal yang

tersedia di Pondok Pesantren Sunan Drajat antara lain:

Madrasah Tsanawiyah (MTs), Sekolah Menengah Pertama Negeri 2

Paciran (SMPN 2 Paciran)

Madrasah Aliyah Ma’arif 7 (MA Ma’arif 7 Sunan Drajat Paciran), Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) NU 1 Paciran, Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK) NU 2 Paciran, Sekolah Menengah Kejuruan Kelautan (SMKK),

Madrasah Mualimin Mualimat (MMA)

Sekolah Tinggi Agama Islam Raden Qosim (STAIRA), dan Ma’had Aly

Sunan Drajat.

Adapun lembaga pendidikan non formal yang ada di Pondok Pesantren Sunan

Drajat diantaranya adalah:

Madrasah Diniyah Sunan Drajat

Madrasatul Qur’an

Lembaga Pendidikan Bahasa Asing (LPBA).

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 56: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

41

2.2.4 Unit Wirausaha

Pondok Pesantren Sunan Drajat disamping memiliki lembaga pendidikan

formal dan non formal, juga memiliki unit-unit usaha untuk menopang keuangan

Pondok Pesantren Sunan Drajat serta berperan penting untuk perkembangan

perekonomian masyarakat Desa Banjarwati khususnya di Dusun Banjaranyar.

Unit bisnis yang dikembangkan Pondok Pesantren Sunan Drajat dengan

masyarakat sekitar pondok pesantren antara lain sebagai berikut:

a. PT. Sunan Drajat Lamongan (SDL)

PT. SDL berdiri pada tahun 2004 dengan nama merek produk kemasan

Kawasan Industri Sunan Drajat (KISDA) merupakan perusahaan tambang

phosfat yang beroperasi secara terintegrasi, dimulai dari kegiatan

penambangan, pengolahan, rehabilitasi lahan, hingga kemasan. PT. SDL

menjadi pelopor dalam industri pupuk organik dengan menyediakan pupuk

organik berkualitas tinggi, murah, ramah lingkungan, dan menjaga kelestarian

alam.

Pupuk yang diproduksi terdiri dari pupuk alami yang berbentuk powder

dan granule phosphate, dolomite, pupuk magnesium phosphate plus, NPK.

Kapasitas produksi perbualn rata-rata sebanyak 20.000-50.000 ton, 10.000-

20.000 ton untuk dolomite, 10.000 ton untuk phosphate, dengan pangsa pasar

lokal/dalam negeri adalah wilayah kabupaten Wonosobo Jateng, Lampung,

Kalimantan, dan wilayah lainnya.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 57: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

42

b. Pengembangan Jus Mengkudu “Sunan”

Pengolahan sari buah mengkudu adalah penanganan paska produksi dari

perkebunan mengkudu yang juga menjadi inti plasma dari petani mengkudu

yang terdiri dari 6 kelompok tani se-Kabupaten Lamongan. Saat ini ada dua

jenis produk sari buah mengkudu yang diperoduksi oleh Pondok Pesantren

Sunan Drajat bersama masyarakat sekitar, yang pertama untuk konsumsi

lokal/dalam negeri dengan merek “SUNAN” dengan kemasan 540 ml dan 110

ml, yang kedua adalah produk khusus ekspor ke Jepang dengan merek

“JAWA NONI” dengan kemasan 540 ml.

c. Pembuatan Air Minum Dalam Kemasan “AIDRAT”

Air minum sunan drajat (AIDRAT) merupakan perusahaan air minum

dalam kemasan gelas yang diproduksi menggunakan teknologi Reverse

Osmosis yang menghasilkan air murni ditambah dengan air oksigen sehingga

baik untuk tubuh dan membantu proses penyembuhan penyakit, khususnya

apabila digunakan dengan metode terapi air. Air minum dalam kemasan

(AMDK) AIDRAT ini didistribusikan ke daerah-daerah, antara lain:

kabupaten Lamongan, kabupaten Gresik, kabupaten Bojonegoro, kabupaten

Tuban, dan sekitarnya. Dengan pangsa pasarnya adalah wali santri Pondok

Pesantren Sunan Drajat.

d. Peternakan Sapi dan Kambing

Pondok Pesantren Sunan Drajat saat ini mengembangkan peternakan sapi

dan kambing yang diorientasikan pada penggemukan sapi dan kambing.

Peternakan ini mulai berdiri pada tanggal 16 November 2003. Proyek ini

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 58: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

43

merupakan kerjasama antara Dirjen Peternakan Deptan, Dinas Kelautan dan

Prikanan kabupaten Lamongan dengan Pondok Pesantren Sunan Drajat.

e. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) Sunan Drajat

Melihat kondisi pada masyarakat dari sisi ekonomi belum hidup secara

layak dan mapan, masih sering terjerat rentenir, tidak adanya lembaga yang

dapat membantu untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, tidak

mempunyai posisi tawar dengan pihak lain, dan kondisi-kondisi lainnya yang

serba tidak menguntungkan bagi masyarakat kecil. Padahal dari potensi yang

dimiliki oleh masyarakat yang apabila dikelola dengan baik dengan sistem

kebersamaan, akan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat itu sendiri.

Dengan memperhatikan permasalahan di atas, maka dirintislah Baitul

Maal Wattamwil (BMT) Sunan Drajat oleh pengurus Pondok Pesantren Sunan

Drajat. Tujuan lain didirikannya BMT Sunan Drajat juga untuk menampung,

melayani para santri dalam hal keuangan, pinjam meminjam, menabung, dan

lain-lain.

f. Sunan Drajat Televisi (SDTV)

Sunan Drajat Televisi (SDTV) berdiri pada tanggal 22 Juni 2009. Bermula

dari adanya ide untuk mendirikan media penyiaran berisi dakwah yang

menghibur (dakwah taiment) dengan cakupan luas dan pengemasan program

secara menarik, sederhana, dan universal. Fokus utamanya adalah memberikan

tontonan berkualitas kepada masyarakat melalui pengkajian acara yang sesuai

dengan kebutuhan dan kapasitas pemirsa.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 59: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

44

g. Radio Persada FM 97.2 MHz

Berdirinya radio persada FM ini bermula dari keinginan pengasuh Pondok

Pesantren Sunan Drajat untuk mewujudkan masyarakat yang beragama dan

berbudaya dengan meningkatkat ukhuwah islamiyah. Beliau punya pemikiran

untuk mendirikan sebuah stasiun pemancar radio FM yang bisa menjangkau

wilayah luas, hal ini dimaksudkan untuk sarana ibadah dan syiar agama, juga

unutk media informasi bagi masyarakat serta sebagai sarana penyampaian

informasi bagi pihak pemerintah.

Gagasan tersebut ditanggapi dengan baik oleh pihak pemerintah, sehingga

pondok pesantren diberikan bantuan berupa pemancar radio FM yang nantinya

sebagai sarana dakwah dan penyuluhan, juga sebagai media hiburan yang bisa

diterima oleh masyarakat sekitar Provinsi Jawa Timur bagian barat.

Radio persada FM terus mengikuti perkembangan zaman, dan mulai tahun

2010 radio persada FM telah menyiarkan siarannya melalui website dan dapat

didengarkan online live streaming di website persada di www.persadafm.com.

h. Smesco Mart

Smesco Mart merupakan salah satu unit usaha pesantren yang berada

dalam naungan Pondok Pesantren Sunan Drajat. Smesco mart didirikan pada

tahun 2006. Tujuan dari didirikannya Smesco Mart adalah memenuhi

kebutuhan para santri Pondok Pesantren Sunan Drajat dan masyarakat sekitar

dalam keperluan belanja sehari-hari, sehingga para santri dan masyarakat

sekitar dapat terpenuhi kebutuhan kesehariannya secara murah, mudah, dan

lengkap.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 60: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

45

i. Koperasi Pondok Pesantren (KOPP0TREN)

Koperasi yang dikembangkan di Pondok Pesantren Sunan Drajat adalah

warnet, wartel, kantin, dan beberapa unit usaha kecil yang kini telah

berkembang menjadi unit usaha yang mandiri. Konsumen yang dilayani selain

lingkungan pondok pesantren juga untuk masyarakat sekitar Pondok Pesantren

Sunan Drajat.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 61: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

46

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini merupakan bagian inti dalam sebuah penelitian yang mencakup

hasil serta pembahasan, yang disajikan dalam bentuk deskripsi berdasarkan kajian

sosiolinguistik serta penerapan teori yang digunakan untuk menganalisis dan

menelaah data berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian.

3.1 Perilaku Berbahasa pada Masyarakat Pesisir Dusun Banjaranyar Desa

Banjarwati Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan

3.1.1 Bentuk Percakapan oleh Masyarakat Dusun Banjaranyar dengan Pengasuh

Pondok Pesantren Sunan Drajat (Ndalem).

Data 1

Penutur : Ngapunten, Yai. kawula dhateng meriki kersa nyuwun pangestu, kawula kersa ngasto damel sasi ngarsa. Dinten napa saene, Yai? [ŋapuntən yai kəpərluan kawulᴐ dhatəŋ məriki kərso ñuwUn paŋestu, kawulᴐ kərsᴐ ŋastᴐ daməl sasi ŋarsᴐ dintən nᴐpᴐ saene yai] “Mohon maaf, Yai. Saya kesini mau meminta restu, saya mau bekerja bulan depan. Sebaiknya hari apa, Yai?”

Mitra tutur : Nggih, Cung. Kula dungaaken mugi-mugi lancar nyambut damele, sedaya dinten niku sae, nedi ten gusti Allah mugi-mugi di paringi lancar sedaya urusane [ŋgIh cUŋ kulᴐ dUŋa akən mugi-mugi lancar ñambUt daməle sədᴐyᴐ dintən niku sae nədi tən gusti Allah mugi-mugi di pariŋi lancar sədᴐyᴐ urusane] “Ya, Nak. saya doakan semoga lancar pekerjaan baru nya. Semua hari itu baik, mintalah kepada Allah SWT supaya dilancarkan segala urusan.”

Penutur : Sendika, Yai. [səndikᴐ yai] “Iya, Yai”

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 62: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

47

Sumber: Transkip percakapan di lingkungan Pondok Pesantren Sunan

Drajat, pada tanggal 2 April 2015 pukul 18.15.

Konteks tuturan: Penutur adalah salah seorang warga Dusun Banjaranyar

dan mitra tutur merupakan Kiai (pengasuh) Pondok Pesantren Sunan Drajat.

Waktu dan tempat tuturan data di atas adalah saat malam hari di ruang

tamu rumah (ndalem) Kiai Pondok Pesantren Sunan Drajat. Pihak-pihak yang

berpartisipasi dalam tuturan tersebut adalah seorang warga yang berumur 28 tahun

sebagai petutur yang merupakan penduduk Dusun Banjaranyar dan Kiai Pondok

Pesantren Sunan Drajat yang berusia 66 tahun sebagai mitra tutur. Dalam tuturan

tersebut warga bertujuan menghadap (sowan) kepada kiai untuk konsultasi tentang

pekerjaan barunya dan meminta restu supaya didoakan kepada Allah SWT agar

pekerjaan baru warga tersebut berjalan dengan lancar dan sukses.

Analisis berdasarkan data, penggunaan bahasa Jawa ragam krama oleh

salah seorang warga Dusun Banjaranyar tersebut memperlihatkan bahwa posisi

Kiai Pondok Pesantren Sunan Drajat bagi masyarakat Dusun Banjaranyar

dianggap penting dan tinggi dalam status sosial masyarakat. Oleh karena itu,

ketika berbicara dengan kiai, masyarakat Dusun Banjaranyar menggunakan

bahasa Jawa ragam krama sebagai bentuk penghormatan.

Perilaku berbahasa verbal yang digunakan oleh salah satu warga Dusun

Banjaranyar sebagai penutur dilihat dari penggunaan bahasa Jawa ragam krama

dengan nada intonasi yang pelan dan halus, dilihat dari kata: Kawula [kawulᴐ]

“Saya”, dhateng [dhatəŋ] “Kesini”, kersa [kərso] “Mau”, nyuwun [ñuwUn]

“Minta”, pangestu [paŋestu] “Restu”, ngasta damel [ŋastᴐ daməl] “Bekerja”, sasi

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 63: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

48

[sasi] “Bulan”, ngarsa [ŋarsᴐ] “Depan”, napa [nᴐpᴐ] “Apa”, sae [sae] “Bagus”,

sendika [səndikᴐ] “Iya”.

Kata pangestu [paŋestu] “Restu” dan sendika [səndikᴐ] “Iya” sangat jarang

digunakan oleh warga Dusun Banjaranyar ketika berinteraksi dengan masyarakat

biasa, hanya digunakan ketika berbahasa dengan orang-orang tertentu saja seperti

kepada kiai, orang tua, dan lain-lain. Perilaku berbahasa non verbal yang

digunakan penutur adalah dengan sikap menundukkan kepala saat berbicara dan

tawadhu’ di hadapan kiai sebagai penghormatan terhadap mitra tutur yang berusia

jauh lebih tua dan merupakan Pengasuh Pondok Pesantren Sunan Drajat.

Perilaku berbahasa yang digunakan oleh Kiai Pondok Pesantren Sunan

Drajat sebagai mitra tutur dilihat dari penggunaan ragam Madya dengan nada

intonasi yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pelan, seperti pada kata: Inggih

[ŋgIh] “Iya”, kula [kula] “Saya”, nyambut damel [ñambUt daməl] “Bekerja”,

sedaya [sədᴐyᴐ] “Semua”, dinten [dintən] “Hari”, niku [niku] “Itu”, nedi [nədi]

“Minta”.

Data 2

Penutur : Badhe nyuwun tapak asta, Yai. [badhe ñuwUn tapa? astᴐ yai] “Mau minta tanda tangan, Yai”

Mitra tutur : Inggih, pundhi? [IŋgIh pundhi] “Iya, mana?”

Penutur : Niki, matur sembah nuwun, Yai. [niki matUr səmbah nuwUn yai] “Ini, terima kasih, Yai”

Sumber: Transkip percakapan di lingkungan Pondok Pesantren Sunan

Drajat, pada tanggal 15 Maret 2015 pukul 10.30.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 64: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

49

Konteks tuturan: Penutur adalah salah seorang warga Dusun Banjaranyar

dan mitra tutur merupakan Kiai (pengasuh) Pondok Pesantren Sunan Drajat.

Waktu dan tempat tuturan data di atas adalah saat pagi hari di ruang tamu

rumah (ndalem) Kiai Pondok Pesantren Sunan Drajat. Pihak-pihak yang

berpartisipasi dalam tuturan tersebut adalah seorang warga Dusun Banjaranyar

berumur 32 tahun sebagai petutur dengan K. H. Abdul Ghofur yang merupakan

pengasuh Pondok Pesantren Sunan Drajat sebagai mitra tutur. Dalam tuturan

tersebut warga bertujuan menghadap (sowan) kepada kiai untuk meminta tanda

tangan terkait urusan suatu hal yang ada di Dusun.

Analisis berdasarkan data, penggunaan bahasa Jawa ragam krama oleh

salah seorang warga Dusun Banjaranyar tersebut memperlihatkan bahwa posisi

kiai bagi masyarakat Dusun Banjaranyar memang dianggap penting dan tinggi

dalam status sosial. Oleh karena itu, ketika berbicara dengan Kiai Pondok

Pesantren Sunan Drajat, masyarakat Dusun Banjaranyar menggunakan bahasa

Jawa ragam krama sebagai bentuk penghormatan.

Perilaku berbahasa verbal yang digunakan oleh salah satu warga Dusun

Banjaranyar sebagai penutur dilihat dari penggunaan bahasa Jawa ragam krama

dengan nada intonasi yang pelan dan halus, dilihat dari kata: Badhe [badhe]

“Mau”, nyuwun [ñuwUn] “Minta”, tapak asta [tapa? astᴐ] “Tanda tangan”, niki

[niki] “Ini”, matur sembah nuwun [matUr səmbah nuwUn] “Terima kasih”.

Kata tapak asta [tapa? astᴐ] “Tanda tangan” sangat jarang digunakan oleh

warga Dusun Banjaranyar ketika berinteraksi dengan masyarakat biasa, hanya

digunakan ketika berbahasa dengan orang-orang tertentu saja seperti kepada kiai,

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 65: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

50

orang tua, dan lain-lain. Perilaku berbahasa non verbal yang digunakan adalah

dengan sikap menundukkan kepala saat berbicara dan tawadhu’ di hadapan kiai

sebagai penghormatan terhadap mitra tutur yang berusia jauh lebih tua dan

merupakan Pengasuh Pondok Pesantren Sunan Drajat.

Perilaku berbahasa yang digunakan oleh Kiai Pondok Pesantren Sunan

Drajat sebagai mitra tutur dapat dilihat dari penggunaan bahasa Jawa ragam

Madya dengan nada intonasi yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pelan,

seperti pada kata [IŋgIh, pundhi] “Iya, mana”.

Data 3

Penutur : Wonten napa Nduk? [wᴐntən nᴐpᴐ ndo?] “Ada apa nak?”

Mitra tutur : Ngeten, Bah. Tiang sepah kawula kersa bukak usaha ten deso, dospundhi menurut penjenengan, Bah? [ŋɛtən bah tiaŋ səpah kawulᴐ kərso buka? usaha tən dəso dᴐspundhi mənurut pənjənəngan bah] “Begini, Bah. Orang tua saya mau membuka usaha di desa, bagaimana menurut, Abah?”

Penutur : Sae niku, menawi engken sampeyan kengken dhateng meriki mawon [sae niku mənawi əngken sampeyan kengken dhatəng meriki mawon] “Bagus itu, mungkin nanti kamu suruh kesini saja”

Mitra tutur : Sendika, Bah. Matur sembah nuwun [Səndikᴐ bah, matUr səmbah nuwUn] “Iya, Bah. Terima kasih”

Sumber: Transkip percakapan di dalam rumah Kiai Pondok Pesantren

Sunan Drajat, pada tanggal 2 Maret 2015 pukul 11.00.

Konteks tuturan: Penutur adalah seorang Kiai (pengasuh) Pondok

Pesantren Sunan Drajat dan mitra tutur merupakan seorang siswa yang berasal

dari Dusun Banjaranyar.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 66: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

51

Waktu dan tempat tuturan data di atas adalah pada pagi hari di rumah

(ndalem) Kiai Pondok Pesantren Sunan Drajat tepatnya di ruang tamu. Pihak-

pihak yang berpartisipasi dalam tuturan tersebut adalah K. H. Abdul Ghofur

sebagai Pengasuh Pondok Pesantren Sunan Drajat berusia 66 tahun sebagai

penutur dengan seorang siswa bernama Siti Hamidah berusia 19 tahun sebagai

mitra tutur. Dalam tuturan tersebut kiai sebagai penutur bertujuan menanyakan

kepada siswa tentang hal apa yang mau dibicarakan dengannya. Sedangkan siswa

sebagai mitra tutur bertujuan menanyakan tentang rencana orang tuanya untuk

membuka usaha di Dusun Banjaranyar yang masuk dalam lingkungan Pondok

Pesantren Sunan Drajat, maka dari itu siswa tersebut meminta izin atau

menghadap (sowan) ke kiai pondok pesantren terlebih dahulu.

Analisis berdasarkan data, penggunaan bahasa Jawa ragam krama oleh

siswa yang berasal dari Dusun Banjaranyar tersebut memperlihatkan bahwa posisi

kiai bagi masyarakat Dusun Banjaranyar memang dianggap penting dan tinggi

dalam status sosial. Oleh karena itu, ketika berbicara dengan Kiai Pondok

Pesantren Sunan Drajat, masyarakat Dusun Banjaranyar menggunakan bahasa

Jawa ragam krama sebagai bentuk penghormatan.

Perilaku berbahasa yang digunakan oleh Kiai Pondok Pesantren Sunan

Drajat sebagai penutur, dilihat dari penggunaan bahasa Jawa ragam krama dan

madya dengan nada intonasi yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pelan.

Ragam krama dapat dilihat dari kata: Sae [sae] “Bagus”, menawi [mənawi]

“Mungkin” dan ragam madya dilihat dari kata: Niku [niku] “Itu”, sampeyan

[sampeyan] “Kamu”, dhateng [dhatəng] “Datang”.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 67: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

52

Perilaku berbahasa verbal yang digunakan oleh siswa sebagai mitra tutur

dilihat dari penggunaan bahasa Jawa ragam krama dengan nada intonasi yang

pelan dan halus, seperti pada kata: Kawula [kawulᴐ] “Saya”, sepah [səpah] “Tua”,

kersa [kərso] “Mau”, sendika [səndikᴐ] “Iya”, matur sembah nuwuwn [matUr

səmbah nuwUn] “Terima kasih”. Susunan bahasa Jawa ragam krama tersebut

sangat jarang digunakan oleh siswa ketika berinteraksi dengan masyarakat biasa,

hanya digunakan kepada orang-orang tertentu saja seperti kepada kiai, orang tua,

dan lain-lain. Perilaku berbahasa non verbal yang digunakan siswa adalah dengan

sikap menundukkan kepala saat berbicara dan tawadhu’ di hadapan kiai sebagai

penghormatan terhadap penutur yang berusia jauh lebih tua dan merupakan

Pengasuh Pondok Pesantren Sunan Drajat.

Data 4

Penutur : Bah, wonten tiyang kersa ngaturi [bah wᴐntən tiyaŋ kərsᴐ ŋaturi] “Bah, ada orang mau memberi tahu”

Mitra tutur : Inggih, Cung. Sekedhap [IŋgIh cUŋ səkədhap] “Iya, Nak. Sebentar”

Sumber: Transkip percakapan di dalam rumah Kiai Pondok Pesantren

Sunan Drajat, pada tanggal 14 Maret 2015 pukul 13.15.

Konteks tuturan: Penutur adalah seorang warga Dusun Banjaranyar sekaligus

sebagai pengurus abdi dalem di Pondok Pesantren Sunan Drajat dan mitra tutur

merupakan seorang Kiai (pengasuh) Pondok Pesantren Sunan Drajat.

Waktu dan tempat tuturan adalah pada siang hari di rumah (ndalem) Kiai

Pondok Pesantren Sunan Drajat tepatnya di ruang tamu. Pihak-pihak yang

berpartisipasi dalam tuturan tersebut adalah seorang warga Dusun Banjaranyar

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 68: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

53

yang menjadi pengurus abdi dalem bernama Ahmad Shiddiq berusia 32 tahun

sebagai penutur dengan K. H. Abdul Ghofur yang merupakan Pengasuh Pondok

Pesantren Sunan Drajat berusia 66 tahun sebagai mitra tutur. Dalam tuturan

tersebut warga bertujuan memberitahu kepada kiai bahwa ada tamu yang hendak

sowan (menghadap) ke beliau untuk memberikan sebuah informasi.

Analisis berdasarkan data, penutur menggunakan bahasa Jawa ragam

krama untuk menghormati mitra tutur yang berusia jauh lebih tua dan merupakan

pengasuh dari Pondok Pesantren Sunan Drajat yang ia tempati saat ini, sedangkan

mitra tutur menggunakan bahasa Jawa ragam madya untuk menghargai penutur

yang berbahasa sopan dan santun menggunakan bahasa Jawa ragam krama.

Perilaku berbahasa verbal yang digunakan oleh salah satu warga Dusun

Banjaranyar sebagai penutur dilihat dari penggunaan bahasa Jawa ragam krama

dengan nada intonasi yang pelan dan halus, dilihat dari kata: Wonten [wᴐntən]

“Ada”, tiyang [tiyaŋ] “Orang”, kersa [kərsᴐ] “Mau”, ngaturi [ŋaturi]

“Memberitahu“. Kata ngaturi [ŋaturi] “memberi tahu” sangat jarang digunakan

oleh warga Dusun Banjaranyar ketika berinteraksi dengan masyarakat biasa,

hanya digunakan ketika berbahasa dengan orang-orang tertentu saja seperti

kepada kiai, orang tua, dan lain-lain. Perilaku berbahasa non verbal yang

digunakan penutur adalah dengan sikap menundukkan kepala saat berbicara dan

tawadhu’ di hadapan kiai sebagai penghormatan terhadap mitra tutur yang berusia

jauh lebih tua dan merupakan Pengasuh Pondok Pesantren Sunan Drajat.

Perilaku berbahasa verbal yang digunakan oleh Kiai Pondok Pesantren

Sunan Drajat sebagai mitra tutur dapat dilihat dari penggunaan ragam Madya

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 69: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

54

dengan nada intonasi yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pelan, seperti pada

kata: Inggih [IŋgIh] “Iya”, sekedap [səkədhap] “sebentar”.

3.1.2 Bentuk Percakapan oleh Masyarakat Dusun Banjaranyar dengan Pengurus

Pondok Pesantren Sunan Drajat.

Data 5

Penutur : Mbak, kula badhe mundhut ageman seragam batik [mba? kulᴐ badhe mundhUt agəman səragam batI?] “Mbak, saya mau beli baju seragam batik”

Mitra tutur : Sampeyan rantosi nggih, kula mriksani rumiyen, tasek wonten napa boten [sampeyan rantᴐsi ŋgIh kulᴐ mriksani rumiyen tase? wᴐntən nᴐpᴐ bᴐtən] “Tunggu ya, saya lihat dulu, masih ada atau tidak”

Penutur : Inggih, Mbak [IŋgIh mba?] “Iya, Mbak”

Mitra tutur : Inggih niki tasek wonten [IŋgIh niki tase? wᴐntən] “Iya ini masih ada”

Sumber: Transkip percakapan di lingkungan Pondok Pesantren Sunan

Drajat, pada tanggal 2 April 2015 pukul 10.40).

Konteks tuturan: Penutur adalah seorang siswa yang berasal dari Dusun

Banjaranyar dan mitra tutur merupakan salah satu pengurus Pondok Pesantren

Sunan Drajat.

Waktu dan tempat tuturan adalah saat jam istirahat pagi di dalam kantor

kepengurusan Pondok Pesantren Sunan Drajat. Pihak-pihak yang berpartisipasi

dalam tuturan tersebut adalah salah satu siswa Madrasah Aliyah di yayasan

Pondok Pesantren Sunan Drajat bernama Nurus Shobahah berusia 19 tahun asli

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 70: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

55

Dusun Banjaranyar sebagai penutur, sedangkan mitra tuturnya adalah seorang

pengurus pondok pesantren putri bernama Siti Azimatur Rohmah berusia 25 tahun

yang saat itu sedang bertugas pagi mengurus semua kebutuhan siswa, kedua

penutur tersebut tidak saling kenal sebelumnya. Dalam tuturan tersebut siswa

bertujuan untuk membeli seragam baru untuk sekolah.

Analisis berdasarkan data, penggunaan bahasa Jawa ragam madya dan

krama oleh salah seorang siswa yang berasal dari Dusun Banjaranyar tersebut

memperlihatkan bahwa Pengurus Pondok Pesantren Sunan Drajat bagi masyarakat

Dusun Banjaranyar dianggap penting dalam status sosial masyarakat. Oleh karena

itu, ketika berbicara dengan pengurus, masyarakat Dusun Banjaranyar

menggunakan bahasa Jawa ragam madya dan krama sebagai bentuk

penghormatan.

Perilaku berbahasa verbal yang digunakan oleh salah satu siswa yang

berasal dari Dusun Banjaranyar sebagai penutur dilihat dari penggunaan bahasa

Jawa ragam madya dan krama dengan intonasi bicara yang pelan dan jelas, hal

tersebut dapat dilihat pada kata: Kula [kulᴐ] “Saya”, badhe [badhe] “Mau”, inggih

[IŋgIh] “iya”, mundhut [mundhUt] “Beli”, ageman [agəman] “baju”. Kata ageman

[agəman] “baju” tidak digunakan oleh warga Desa Banjarwati yang tinggal jauh

dari Pondok Pesantren Sunan Drajat, namun kata tersebut hanya digunakan oleh

warga Dusun Banjaranyar ketika berbahasa dengan orang yang dianggap berusia

lebih tua dan status sosial lebih tinggi. Perilaku berbahasa non verbal yang

digunakan penutur adalah dengan sikap tawadhu’ di hadapan mitra tutur sebagai

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 71: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

56

penghormatan terhadap mitra tutur yang berusia jauh lebih tua dan merupakan

Pengurus Pondok Pesantren Sunan Drajat.

Perilaku berbahasa yang digunakan pengurus sebagai mitra tutur juga

menggunakan Bahasa Jawa ragam madya dan karma, dilihat dari kata: Sampeyan

[sampeyan] “Kamu”, nggih [ŋgIh] “Iya”, niki [niki] “Ini”, rantosi [rantᴐsi]

“Tunggu”, mriksani [mriksani] “Lihat”, wonten [wᴐntən] “Ada”, tasek [tase?]

“Masih”. Pengurus Pondok Pesantren Sunan Drajat sebagai mitra tutur

menggunakan bahasa Jawa dengan pilihan ragam madya dan krama untuk

menghargai siswa yang berbahasa sopan dan santun meskipun mitra tutur sadar

bahwa si penutur usianya jauh lebih muda.

Data 6

Penutur : Assalamualaikum, Yai wonten mas? [Assalamualaikum yai wᴐntən mas] “Assalamualaikum. Yai ada mas?”

Mitra tutur : Waalaikumsalam, wonte tapi Yai tese sare, Bu [waalaikumsalam wᴐntən tapi yai təse sare] “Waalaikumsalam, ada tapi Yai masih tidur, Bu”

Penutur : Oh nggih sampun, Mas. Mangke mawon mantun ngaos sore meriki male [oh ŋgIh sampun mas maŋke mawᴐn mantUn ŋaᴐs sore məriki male] “Oh ya sudah, Mas. Nanti saja setelah mengaji sore kesini lagi”

Sumber: Transkip percakapan di lingkungan Pondok Pesantren Sunan

Drajat, pada tanggal 2 April 2015 pukul 13.40.

Konteks tuturan: Penutur adalah seorang warga Dusun Banjaranyar

dengan mitra tutur yang merupakan salah satu pengurus Pondok Pesantren Sunan

Drajat yang dipercaya untuk mengurus rumah kiai (abdi ndalem) dan juga

merupakan salah satu warga dari Dusun Banjaranyar.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 72: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

57

Waktu dan tempat tuturan adalah saat siang hari di dalam rumah (ndalem)

Kiai Pondok Pesantren Sunan Drajat. Pihak-pihak yang berpartisipasi dalam

tuturan tersebut adalah penutur merupakan seorang perempuan bernama Zurofah

berumur 45 tahun warga Dusun Banjaranyar, sedangkan mitra tuturnya adalah

seorang pengurus abdi ndalem Pondok Pesantren Sunan Drajat berusia 32 tahun

bukan penduduk asli desa Banjarwati, kedua penutur tersebut tidak saling kenal

sebelumnya. Dalam tuturan tersebut warga bertujuan untuk menemui Kiai Pondok

Pesantren Sunan Drajat karena ada sesuatu hal yang akan dibicarakan.

Analisis berdasarkan data, penggunaan bahasa Jawa ragam krama oleh

penutur yang merupakan salah satu warga Dusun Banjaranyar tersebut

memperlihatkan bahwa Pengurus Pondok Pesantren Sunan Drajat bagi masyarakat

Dusun Banjaranyar dianggap penting dalam status sosial masyarakat. Oleh karena

itu, ketika berbicara dengan pengurus, masyarakat Dusun Banjaranyar

menggunakan bahasa Jawa ragam krama sebagai bentuk penghormatan.

Perilaku berbahasa verbal yang digunakan oleh salah satu warga Dusun

Banjaranyar sebagai penutur dilihat dari penggunaan bahasa Jawa ragam krama

dengan intonasi bicara yang pelan dan jelas, hal tersebut dapat dilihat pada

beberapa kata seperti: Wonten [wᴐntən] “Ada”, mangke [maŋke] “Nanti”, ngaos

[ŋaᴐs] “Mengaji”, meriki [məriki] “Kesini”. Perilaku berbahasa non verbal yang

digunakan oleh penutur adalah dengan bersikap baik dan sopan untuk

menghormati mitra tutur sebagai pengurus meskipun usia mitra tutur lebih muda,

karena mitra tutur merupakan abdi ndalem atau salah satu pengurus yang

dipercaya oleh kiai untuk mengurus semua kegiatan yang ada di rumah kiai.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 73: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

58

Perilaku berbahasa verbal yang digunakan pengurus sebagai mitra tutur

juga menggunakan Bahasa Jawa ragam krama, dapat dilihat dari kata: Wonten

[wᴐntən] “Ada”, tese [təse] “Masih”, sare [sare] “Tidur”. Kata sare [sare] “Tidur”

sangat jarang digunakan oleh masyarakat pesisir pada umumnya, kata tersebut

hanya sering digunakan oleh masyarakat Dusun Banjaranyar di lingkungan

Pondok Pesantren Sunan Drajat. Perilaku berbahasa non verbal yang digunakan

pengurus sebagai mitra tutur adalah dengan bersikap sopan dan santun saat

melayani penutur.

Data 7

Penutur : Mbak, badhe bayar kitab ngaji” [mba? badhe bayar kitab ŋaji] “Mbak, mau bayar kitab ngaji”

Mitra tutur : Oh inggih sekedhap [oh IŋgIh səkədhap] “Oh.. iya sebentar”

Sumber: Transkip percakapan di lingkungan Pondok Pesantren Sunan

Drajat, pada tanggal 15 Maret 2015 pukul 09.15.

Konteks tuturan: Penutur adalah seorang siswa warga Dusun Banjaranyar

dan mitra tutur merupakan pengurus Pondok Pesantren Sunan Drajat.

Waktu dan tempat tuturan adalah saat pagi hari di dalam kantor

kepengurusan Pondok Pesantren Sunan Drajat, percakapan seorang siswa dengan

salah satu pengurus yang sedang bertugas pada hari itu. Pihak-pihak yang

berpartisipasi dalam tuturan tersebut adalah seorang siswa SMP Sunan Drajat

sebagai penutur dengan seorang pengurus bernama Siti Azimatur Rohmah berusia

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 74: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

59

25 tahun sebagai mitra tutur, keduanya tidak saling mengenal. Dalam tuturan

tersebut siswa bertujuan membayar uang kitab mengaji kepada pengurus.

Analisis berdasarkan data, penggunaan bahasa Jawa ragam madya oleh

siswa yang berasal dari Dusun Banjaranyar tersebut memperlihatkan bahwa

Pengurus Pondok Pesantren Sunan Drajat bagi masyarakat Dusun Banjaranyar

dianggap penting dalam status sosial masyarakat. Oleh karena itu, ketika berbicara

dengan pengurus, siswa menggunakan bahasa Jawa ragam madya sebagai bentuk

penghormatan.

Perilaku berbahasa verbal yang digunakan oleh siswa sebagai penutur dan

pengurus sebagai mitra tutur dilihat dari penggunaan bahasa Jawa ragam madya

dengan nada intonasi yang pelan dan jelas, dilihat dari kata: Inggih [IŋgIh] “Iya”,

sekedap [səkədhap] “Sebentar”, badhe [badhe] “Mau” kosakatanya merupakan

bahasa Jawa ragam madya dan netral tanpa krama dan ngoko. Perilaku berbahasa

non verbal yang digunakan oleh penutur dan mitra tutur adalah dengan bersikap

sopan dan santun untuk saling menghormati dan menghargai status sosial masing-

masing.

Data 8

Penutur : Abah Yai ten pundi mbak? Tiyang sepah kawula kersa sowan ten Abah Yai [abah yai tən pundi mbak? tiyang səpah kawulᴐ kərsᴐ sᴐwan tən abah yai] “Abah Yai dimana mbak? Orang tua saya mau menemui Abah Yai”

Mitra tutur : Abah Yai tese ngaos, sampean entosi sak medale ngaos nggih [abah yai təse ŋaᴐs sampeyan əntᴐsi sa? mədale ŋaᴐs ŋgIh “Abah Yai Masih mengaji, tunggu sampai selesai mengaji ya”

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 75: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

60

Sumber: Transkip percakapan di lingkungan Pondok Pesantren Sunan

Drajat, pada tanggal 2 Maret 2015 pukul 16.00.

Konteks tuturan: Penutur adalah seorang warga Dusun Banjaranyar

sekaligus sebagai santri di Pondok Pesantren Sunan Drajat dan mitra tutur

merupakan salah satu pengurus Pondok Pesantren Sunan Drajat yang sedang

bertugas mengamankan situasi dan kondisi pondok saat itu.

Waktu dan tempat tuturan adalah saat sore hari di lingkungan pondok

pesantren tepatnya di depan salah satu kamar yang berada di Pondok Pesantren

Sunan Drajat. Pihak-pihak yang berpartisipasi dalam tuturan tersebut adalah

penutur merupakan salah seorang warga Dusun Banjaranyar bernama Arinil Haq

berusia 19 tahun yang masih duduk di bangku sekolah Madrasah Aliyah dan

sebagai santri Pondok Pesantren Sunan Drajat, sedangkan mitra tutur merupakan

salah seorang pengurus Pondok Pesantren Sunan Drajat bernama Siti Azimatur

Rohmah berusia 25 tahun berasal dari Bojonegoro yang sudah tidak sekolah dan

hanya mengabdi di pondok pesantren, kedua penutur saling mengenal. Dalam

tuturan tersebut warga bertujuan bertanya kepada pengurus tentang keberadaan

Kiai Pondok Pesantren Sunan Drajat karena pada saat itu orang tua warga tersebut

ingin menemui kiai untuk membicarakan tentang suatu hal.

Analisis berdasarkan data, penggunaan bahasa Jawa ragam krama oleh

salah satu warga Dusun Banjaranyar tersebut memperlihatkan bahwa Pengurus

Pondok Pesantren Sunan Drajat bagi masyarakat Dusun Banjaranyar dianggap

penting dalam status sosial masyarakat. Oleh karena itu, ketika berbicara dengan

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 76: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

61

pengurus, masyarakat Dusun Banjaranyar menggunakan bahasa Jawa ragam

krama sebagai bentuk penghormatan.

Perilaku berbahasa verbal yang digunkan warga sebagai penutur

menggunakan bahasa Jawa ragam krama dengan intonasi bicara pelan dan jelas,

ragam krama tersebut dapat dilihat dari kata: Kawula [kawulᴐ] “Saya”, sowan

[sᴐwan] “Menemui”, sepah [səpah] “Tua”, kersa [kərsᴐ] “Mau”. Kata sowan

[sᴐwan] “menemui” sangat jarang digunakan oleh masyarakat pesisir pada

umumnya, kata tersebut hanya sering digunakan oleh masyarakat Dusun

Banjaranyar ketika hendak menemui atau menanyakan keberadaan Kiai Pondok

Pesantren Sunan Drajat. Perilaku berbahasa non verbal yang digunakan penutur

adalah dengan sikap tawadhu’ di hadapan mitra tutur sebagai penghormatan

terhadap mitra tutur yang berusia jauh lebih tua dan merupakan Pengurus Pondok

Pesantren Sunan Drajat.

Perilaku berbahasa verbal yang digunakan oleh pengurus sebagai mitra

tutur adalah menggunakan bahasa Jawa ragam krama dan juga dengan bahasa

Jawa ragam madya dengan intonasi bicara yang cukup pelan dan jelas meskipun

usia pengurus terpaut jauh lebih tua dari usia penutur. Perilaku berbahasa tersebut

bisa dilihat pada pemakaian bahasa Jawa ragam krama seperti pada kata: Ngaos

[ŋaᴐs] “Mengaji”, tese [təse] “Masih” dan bahasa Jawa ragam madya dilihat dari

kata: Sampeyan [sampeyan] “Kamu”, entosi [əntᴐsi] “Tunggu”, medal [mədal]

“Keluar”, nggih [ŋgIh] “Iya”. Hal tersebut dikarenakan adanya hubungan timbal

balik kesopanan yang dilakukan di lingkungan pondok pesantren.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 77: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

62

Data 9

Penutur : Mbak kula izin badhe medal [mba? kulᴐ ijIn badhe mədal] “Mbak saya ijin mau keluar”

Mitra tutur : Ten pundhi? [tən pundhi] “Kemana?”

Penutur : Badhe ten rumah sakit, Mbak. [badhe tən rumah sakIt mba?] “Mau ke rumah sakit mbak”

Mitra tutur : Kale sinten? pundhi KTP e? [kale sintən pundhi ktp e] “Sama siapa? mana KTP nya?”

Penutur : Kale tiyang sepah kula, niki KTPe, Mbak [kale tiyaŋ səpah kulᴐ niki ktpe mba?] “Dengan orang tua saya, ini KTP nya mbak.”

Sumber: Transkip percakapan di lingkungan Pondok Pesantren Sunan

Drajat, pada tanggal 14 Maret 2015 pukul 10.20.

Konteks tuturan: Penutur adalah seorang mahasiswa warga Dusun

Banjaranyar yang sedang mondok di Pondok Pesantren Sunan Drajat dan mitra

tutur merupakan pengurus Pondok Pesantren Sunan Drajat.

Waktu dan tempat tuturan adalah saat pagi hari di dalam kantor

kepengurusan Pondok Pesantren Sunan Drajat, percakapan seorang mahasiswa

dengan salah satu pengurus yang sedang bertugas pada hari itu. Pihak-pihak yang

berpartisipasi dalam tuturan tersebut adalah seorang mahasiswa perempuan

bernama Faridatun Ni’mah berusia 22 tahun sebagai penutur dengan seorang

pengurus bernama Siti Azimatur Rohmah berusia 25 tahun sebagai mitra tutur,

keduanya saling mengenal. Dalam tuturan tersebut mahasiswa bertujuan meminta

izin kepada pengurus Pondok Pesantren Sunan Drajat agar diperbolehkan ke

rumah sakit dengan orang tuanya untuk periksa keadaanya yang kurang sehat.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 78: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

63

Analisis berdasarkan data, penggunaan bahasa Jawa ragam madya oleh

penutur yang berasal dari Dusun Banjaranyar tersebut memperlihatkan bahwa

Pengurus Pondok Pesantren Sunan Drajat bagi masyarakat Dusun Banjaranyar

dianggap penting dalam status sosial masyarakat. Oleh karena itu, ketika berbicara

dengan pengurus, penutur menggunakan bahasa Jawa ragam madya sebagai

bentuk penghormatan.

Perilaku berbahasa verbal yang digunakan oleh penutur dan mitra tutur

dilihat dari penggunaan bahasa Jawa ragam madya dengan nada intonasi yang

pelan dan jelas, hal tersebut dapat dilihat dari kata: Kula [kulᴐ] “Saya”, badhe

[badhe] “Mau”, medal [mədal] “Keluar”, ten pundhi [tən pundhi] “Kemana”, kale

sinten [kale sintən] “Sama siapa”, tiyang sepah [tiyaŋ sepah] “Orang tua”, niki

[niki] “Ini” yang semua kosakatanya merupakan bahasa Jawa ragam madya dan

netral tanpa krama dan ngoko. Perilaku berbahasa non verbal yang digunakan oleh

penutur dan mitra tutur adalah dengan bersikap sopan dan santun untuk saling

menghormati dan menghargai status sosial masing-masing.

Data 10

Penutur : Abah ngaturi, benjeng enjing mantun ngaos santri dikengken ten pesarean Mbah Mayang Madu. [abah ŋaturi benjeŋ enjIŋ mantUn ŋaᴐs santri dikɛŋkɛn tən pəsarean] “Abah memberi tahu, besok pagi setelah mengaji para santri disuruh ke makam Mbah Mayang Madu”

Mitra tutur : Inggih, Mas. [IŋgIh mas] “Iya, Mas”

Sumber: Transkip percakapan di lingkungan Pondok Pesantren Sunan

Drajat, pada tanggal 02 April 2015 pukul 15.00.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 79: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

64

Konteks tuturan: Penutur adalah seorang pengurus yang berasal dari

Dusun Banjaranyar dan mitra tutur merupakan beberapa santri yang juga berasal

dari Dusun Banjaranyar.

Waktu dan tempat tuturan adalah pada sore hari di lingkungan Pondok

Pesantren Sunan Drajat tepatnya di Masjid Agung Pondok Pesantren Sunan

Drajat. Pihak-pihak yang berpartisipasi dalam tuturan tersebut adalah seorang

pengurus abdi ndalem bernama Ahmad Shiddiq berusia 32 tahun sebagai penutur

dengan para santri yang sedang menunggu kiai hadir untuk mengaji sore rutinan

di Masjid Agung Sunan Drajat. Dalam tuturan tersebut pengurus bertujuan

menyampaikan pesan dari kiai kepada seluruh santri yang berasal dari Dusun

Banjaranyar bahwa besok pagi setelah mengaji para santri diharuskan untuk ke

makam Mbah Mayang Madu untuk tahlil bersama terlebih dahulu sebelum pulang

kerumah masing-masing.

Analisis berdasarkan data, penggunaan bahasa Jawa ragam krama oleh

pengurus yang berasal dari Dusun Banjaranyar tersebut memperlihatkan bahwa

Pengurus Pesantren Sunan Drajat sebagai penutur tidak hanya berlaku sopan

kepada mitra tutur yang berusia lebih tua namun juga menghargai para santri yang

rata-rata berusia lebih muda. Oleh karena itu, ketika berbicara dengan para santri,

salah satu pengurus pondok pesantren tersebut menggunakan bahasa Jawa ragam

krama sebagai bentuk penghargaan kepada yang berusia lebih muda.

Perilaku berbahasa verbal yang digunakan oleh penutur adalah bahasa

Jawa ragam krama dengan nada intonasi yang tegas dan lantang, dilihat dari kata:

Ngaturi [ŋaturi] “Memberitahu”, benjeng [benjeŋ] “Besok”, enjing [enjIŋ] “Pagi”,

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 80: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

65

ngaos [ŋaᴐs] “Mengaji”, pesarehan [pəsarean] “Makam/Kuburan”. Kata [ŋaᴐs]

“Mengaji” sangat jarang digunakan oleh masyarakat pesisir pada umumnya, kata

tersebut hanya sering digunakan oleh masyarakat Dusun Banjaranyar dan

penghuni Pondok Pesantren Sunan Drajat untuk menyebut kegiatan membaca

kitab suci yang dipimpin oleh kiai. Perilaku berbahasa non verbal yang digunakan

penutur adalah dengan sikap tegas dan sopan di hadapan mitra tutur sebagai

penghargaan mitra tutur yang berusia jauh lebih muda dan merupakan Santri

Pondok Pesantren Sunan Drajat.

Sebagai mitra tutur, perilaku berbahasa verbal yang digunakan oleh para

santri adalah bahasa Jawa ragam madya dengan nada intonasi yang tegas dan

serempak, hal tersebut dapat dilihat dari kata: Inggih [IŋgIh] “Iya”. Perilaku

berbahasa non verbal yang digunakan mitra tutur adalah dengan sikap tegas dan

tunduk terhadap penutur yang sedang mengumumkan sebuah pengumuman.

3.1.3 Bentuk Percakapan oleh Masyarakat Dusun Banjaranyar dengan Santri

Pondok Pesantren Sunan Drajat.

Data 11

Penutur : Kula tumbas setunggal, niki yatrane, Bu. [kulᴐ tumbas sətuŋgal niki yᴐtrᴐne bu] “Saya beli satu, ini uangnya, Bu.”

Mitra tutur : Inggih, Mbak. Mangga sampeyan pendhet. [IŋgIh mba? mᴐŋgᴐ sampeyan pəndhət] “Iya, Mbak. Silahkan kamu ambil”

Sumber: Transkip percakapan di lingkungan sekitar Pondok Pesantren

Sunan Drajat, pada tanggal 15 Maret 2015 pukul 09.50).

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 81: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

66

Konteks tuturan: Penutur adalah seorang santri dan mitra tutur merupakan

salah satu warga Dusun Banjaranyar.

Waktu dan tempat tuturan adalah saat pagi hari di depan Pondok Pesantren

Sunan Drajat. Pihak-pihak yang berpartisipasi dalam tuturan tersebut adalah

penutur merupakan seorang santri mahasiswa bernama Nurul Hidayah berusia 23

tahun berasal dari Kabupaten Gresik, sedangkan mitra tuturnya adalah seorang

warga Dusun Banjaranyar bernama Ibu Sumiah berumur 50 tahun yang

merupakan pemilik toko yang berada di depan pondok pesantren, kedua penutur

tersebut tidak saling kenal sebelumnya. Dalam tuturan tersebut santri bertujuan

untuk membayar uang sabun cuci kepada pemilik toko.

Analisis berdasarkan data, penggunaan bahasa Jawa ragam madya oleh

salah seorang santri Pondok Pesantren Sunan Drajat tersebut memperlihatkan

bahwa santri menghormati masyarakat Dusun Banjaranyar sebagai mitra tuturnya.

Oleh karena itu, santri ketika berbicara dengan masyarakat Dusun Banjaranyar

tetap menggunakan bahasa Jawa ragam madya sebagai bentuk penghormatan.

Perilaku berbahasa verbal yang digunakan oleh santri sebagai penutur dan

salah seorang warga Dusun Banjaranyar sebagai mitra tutur dilihat dari

penggunaan bahasa Jawa ragam madya dengan nada intonasi yang pelan dan jelas,

hal tersebut dapat dilihat dari kata: Kula [kulᴐ] “Saya”, tumbas [tumbas] “Beli,

setunggal [sətuŋgal] “Satu”, niki [niki] “Ini”, yatra [yᴐtrᴐ] “Uang” dan kata Inggih

[IŋgIh] “Iya”, mangga [mᴐŋgᴐ] “Silahkan”, sampeyan [sampeyan] “Kamu”,

pendhet [pəndhət] “Ambil”. Perilaku berbahasa non verbal yang digunakan oleh

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 82: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

67

penutur dan mitra tutur adalah dengan bersikap sopan dan santun untuk saling

menghormati dan menghargai status sosial masing-masing.

Data 12

Penutur : Mbenjeng tanggal abrit, sekolah e boten libur? [mbenjeŋ taŋgal abrIt səkᴐlah e bᴐtən libur] “Besok tanggal merah, sekolahnya tidak libur?”

Mitra tutur : Mbenjeng boten libur, Pak. Amergi wonten kegiatan kale wonten kelas tambahan damel persiapan UAN [mbenjeŋ bᴐtən libur pa? amərgi wᴐntən kegiatan kale wᴐntən kəlas tambahan daməl pərsiapan uan] “Besok tidak libur, Pak. karena ada kegiatan dan ada kelas tambahan untuk persiapan UAN”

Sumber: Transkip percakapan di lingkungan sekitar Pondok Pesantren

Sunan Drajat, pada tanggal 2 April 2015 pukul 09.10.

Konteks tuturan: Penutur adalah seorang warga Dusun Banjaranyar dan

mitra tutur merupakan salah satu santri yang juga berasal dari Dusun Banjaranyar

yang masih sekolah.

Waktu dan tempat tuturan adalah saat pagi hari di depan sekolah di

lingkungan Pondok Pesantren Sunan Drajat. Pihak-pihak yang berpartisipasi

dalam tuturan tersebut adalah salah satu warga Dusun Banjaranyar bernama

Mulyono berusia 48 tahun yang merupakan penjual makanan ringan di lingkungan

Pondok Pesantren Sunan Drajat sebagai penutur dengan seorang santri siswa

Madrasah Aliyah (SMA) bernama Iin Rikayanti berusia 17 tahun juga berasal dari

Dusun Banjaranyar sebagai mitra tutur, kedua penutur sebelumnya tidak saling

kenal. Dalam percakapan tersebut penutur bertujuan menanyakan apakah besok

ketika tanggal merah sekolah yang berada dalam naungan yayasan Pondok

Pesantren Sunan Drajat libur atau tidak.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 83: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

68

Analisis berdasarkan data, penggunaan bahasa Jawa ragam krama oleh

salah satu warga Dusun Banjaranyar tersebut memperlihatkan bahwa santri

Pondok Pesantren Sunan Drajat bagi masyarakat Dusun Banjaranyar dianggap

penting dalam status sosial masyarakat. Oleh karena itu, ketika berbicara dengan

santri, masyarakat Dusun Banjaranyar menggunakan bahasa Jawa ragam krama

sebagai bentuk penghormatan. Begitu pula dengan santri sebagai mitra tutur yang

menggunakan bahasa Jawa ragam krama dalam berinteraksi dengan salah satu

warga Dusun Banjaranyar tersebut menunjukkan adanya hubungan timbal balik

perilaku berbahasa yang sopan dan santun antara warga Dusun Banjaranyar

dengan santri Pondok Pesantren Sunan Drajat.

Perilaku berbahasa verbal yang digunakan warga sebagai penutur adalah

bahasa Jawa ragam krama dengan intonasi bicara pelan dan jelas, ragam krama

tersebut dapat dilihat dari kata: Abrit [abrIt] “Merah”, boten [bᴐtən] “Tidak”

meskipun pada data di atas terdapat afiks –e seperti kata [səkᴐlahe] “Sekolahnya”

yang merupakan ciri bahasa Jawa ragam ngoko. Perilaku berbahasa non verbal

yang digunakan penutur adalah dengan sikap menghargai, sopan, dan santun saat

berbicara dengan mitra tutur sebagai penghargaan terhadap mitra tutur yang

berusia jauh lebih muda dan merupakan santri dari Pondok Pesantren Sunan

Drajat.

Perilaku berbahasa verbal yang digunakan oleh santri sebagai mitra tutur

adalah berupa bahasa Jawa ragam krama dan bahasa Indonesia dengan intonasi

bicara yang pelan dan jelas, dilihat dari kata: Amergi [amərgi] “Karena”, wonten

[wᴐntən] “Ada”, damel [daməl] “Untuk” yang merupakan ciri bahasa Jawa ragam

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 84: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

69

krama. Perilaku berbahasa non verbal yang digunakan oleh mitra tutur adalah

dengan sikap menghormati, sopan, dan santun saat berbicara dengan penutur

untuk menghormati penutur yang belum dikenal dan berusia jauh lebih tua.

Data 13

Penutur : Songsong niki pinten regine, Bu? [sᴐŋsᴐŋ niki pintən rəgine bu] “Payung ini berapa harganya, Bu?”

Mitra tutur : Gangsal welas ewu, Mbak. Regine [gaŋsal wəlas ewu mba? rəgine] “Lima belas ribu, Mbak. Harga nya”.

Sumber: Transkip percakapan di pasar Desa Banjarwati, pada tanggal 2

April 2015 pukul 09.30.

Konteks tuturan: Penutur adalah seorang santri dan mitra tutur merupakan

salah satu warga Dusun Banjaranyar.

Waktu dan tempat tuturan adalah saat pagi hari di pasar tradisional yang

berada tidak jauh dari pondok pesantren. Pihak-pihak yang berpartisipasi dalam

tuturan tersebut adalah penutur merupakan seorang santri mahasiswa bernama

Faridatun Ni’mah berusia 22 tahun yang berasala dari Dusun Banjaranyar yang

sedang berada di pasar, sedangkan mitra tuturnya adalah seorang warga berusia 49

tahun bernama Ibu Fathanah yang juga penduduk Dusun Banjaranyar yang

merupakan pemilik toko di pasar tradisional Banjaranyar, kedua penutur tersebut

tidak saling kenal sebelumnya. Dalam tuturan tersebut santri bertujuan untuk

membeli payung di toko Ibu Fathanah.

Analisis berdasarkan data, penggunaan bahasa Jawa ragam krama oleh

santri kepada salah satu warga Dusun Banjaranyar tersebut memperlihatkan

bahwa santri Pondok Pesantren Sunan Drajat selalu menggunakan bahasa yang

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 85: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

70

sopan dan santun untuk menghormati warga. Begitu pula dengan warga Dusun

Banjaranyar sebagai mitra tutur yang menggunakan bahasa Jawa ragam krama

dalam berinteraksi dengan salah satu santri tersebut menunjukkan adanya

hubungan timbal balik perilaku berbahasa yang sopan dan santun antara warga

Dusun Banjaranyar dengan santri Pondok Pesantren Sunan Drajat.

Perilaku berbahasa verbal yang digunakan santri sebagai penutur adalah

bahasa Jawa ragam krama dengan intonasi bicara yang pelan dan jelas, hal

tersebut dapat dilihat pada kata: Songsong [sᴐŋsᴐŋ] “Payung”, niki [niki] “Ini”,

pinten [pintən] “Berapa”, regi [rəgi] “Harga”. Kata songsong [sᴐŋsᴐŋ] “Payung”

tidak digunakan oleh warga Desa Banjarwati yang tinggal jauh dari Pondok

Pesantren Sunan Drajat, namun kata tersebut hanya digunakan oleh warga Dusun

Banjaranyar ketika berbahasa dengan orang yang dianggap berusia lebih tua dan

status sosial lebih tinggi serta hanya digunakan oleh penghuni Pondok Pesantren

Sunan Drajat. Perilaku berbahasa non verbal yang digunakan penutur adalah

dengan sikap menghormati, sopan, dan santun saat berhadapan dengan mitra tutur

sebagai penghormatan terhadap mitra tutur yang berusia jauh lebih tua.

Perilaku berbahasa verbal yang digunakan oleh Ibu Fathanah sebagai mitra

tutur juga menggunakan Bahasa Jawa ragam krama, dilihat dari kata: Gangsal

[gaŋsal wəlas ewu] “Lima belas ribu”, regi [rəgi] “Harga”. Perilaku berbahasa non

verbal yang digunakan mitra tutur adalah dengan sikap menghargai, sopan, dan

santun saat berbicara dengan penutur sebagai penghargaan terhadap penutur yang

berusia jauh lebih muda dan merupakan santri dari Pondok Pesantren Sunan

Drajat.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 86: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

71

Data 14

Penutur : Bu, kula badhe mundhut laundry. [bu kulᴐ badhe mundhUt lᴐndri] “Bu, saya mau mengambil laundry”

Mitra tutur : Inggih, Mbak, sekedhap nggih kula pendhetaken, niki mangga, Mbak. [IŋgIh mba? səkədhap ŋgIh kulᴐ pəndhətakən niki mᴐŋgᴐ mba?] “Iya, Mbak. Tunggu sebentar saya ambilkan, ini silahkan, Mbak”

Penutur : Matur nuwun, Bu. [matur nuwUn bu] “Terima kasih, Bu”

Sumber: Transkip percakapan di lingkungan sekitar Pondok Pesantren

Sunan Drajat, pada tanggal 14 Maret 2015 pukul 09.00.

Konteks tuturan: Penutur adalah seorang santri dan mitra tutur merupakan

salah satu warga Dusun Banjaranyar bertempat tinggal di lingkungan Pondok

Pesantren Sunan Drajat yang membuka usaha sebagai jasa laundry pakaian bagi

warga sekitar khususnya bagi para penghuni Pondok Pesantren Sunan Drajat.

Waktu dan tempat tuturan adalah saat pagi hari di lingkungan sekitar

pondok pesantren tepatnya di salah satu rumah warga Dusun Banjaranyar. Pihak-

pihak yang berpartisipasi dalam tuturan tersebut adalah seorang santri perempuan

bernama Nurul Hidayah berusia 23 tahun sebagai penutur dengan seorang warga

Dusun Banjaranyar bernama Ibu Asri yang berprofesi menjadi tukang cuci baju

(laundry) berusia 50 tahun sebagai mitra tutur. Dalam tuturan tersebut santri

bertujuan mengambil baju yang sudah dua hari lalu di laundry kepada ibu

tersebut.

Analisis berdasarkan data, penggunaan bahasa Jawa ragam madya dan

krama oleh santri kepada salah satu warga Dusun Banjaranyar tersebut

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 87: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

72

memperlihatkan bahwa santri Pondok Pesantren Sunan Drajat selalu

menggunakan bahasa yang sopan dan santun untuk menghormati warga. Begitu

pula dengan warga Dusun Banjaranyar sebagai mitra tutur yang menggunakan

bahasa Jawa ragam madya dalam berinteraksi dengan salah satu santri tersebut

menunjukkan adanya hubungan timbal balik perilaku berbahasa yang sopan dan

santun antara warga Dusun Banjaranyar dengan santri Pondok Pesantren Sunan

Drajat.

Perilaku berbahasa verbal yang digunakan santri sebagai penutur adalah

bahasa Jawa ragam krama dan madya, ragam krama dilihat dari kata: Mundhut

[mundhUt] “Mengambil” dan ragam madya dilihat dari kata: Kula [kulᴐ] “Saya”,

badhe [badhe] “ Mau” dengan intonasi yang rendah dan jelas bertujuan

menghormati mitra tutur yang lebih tua. Perilaku berbahasa non verbal yang

digunakan penutur adalah dengan sikap menghormati, sopan, dan santun saat

berhadapan dengan mitra tutur sebagai penghormatan terhadap mitra tutur yang

berusia jauh lebih tua.

Perilaku berbahasa verbal yang digunakan oleh warga sebagai mitra tutur

dalam tuturannya adalah hanya menggunakan bahasa Jawa ragam madya dengan

intonasi yang rendah dan jelas, dilihat dari kata: Inggih [iŋgih] “Iya”, sekedhap

[səkədhap] “Sebentar”, kula [kulᴐ] “Saya”, pendhet [pəndhət] “Ambil”, niki [niki]

“Ini”, mangga [mᴐŋgᴐ] “Silahkan”. Perilaku berbahasa non verbal yang

digunakan mitra tutur adalah dengan sikap menghargai, sopan, dan santun saat

berbicara dengan penutur sebagai penghargaan terhadap penutur yang berusia jauh

lebih muda dan merupakan santri dari Pondok Pesantren Sunan Drajat.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 88: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

73

Data 15

Penutur : Benjeng tanggal abrit boten libur bu sekolahe, tese saged sadean [benjeŋ taŋgal abrIt bᴐtən libUr bu səkᴐlahe təse sagəd sadean] “Besok tanggal merah tidak libur bu sekolahnya, masih bisa jualan”

Mitra tutur : Oh.. Inggih mbak, matur suwun. [oh.. IŋgIh mba? matUr suwUn] “Oh.. iya mbak, terima kasih”

Sumber: Transkip percakapan di lingkungan Pondok Pesantren Sunan

Drajat, pada tanggal 2 April 2015 pukul 11.50.

Konteks tuturan: Penutur adalah seorang santri dan mitra tutur merupakan

salah satu warga Dusun Banjaranyar yang memiliki usaha kantin di dalam Pondok

Pesantren Sunan Drajat.

Waktu dan tempat tuturan adalah saat pagi hari menjelang siang di

lingkungan pondok pesantren tepatnya di salah satu kantin Sekolah Madrasah

Aliyah Sunan Drajat. Pihak-pihak yang berpartisipasi dalam tuturan tersebut

adalah seorang santri perempuan bernama Siti Hamidah berusia 19 tahun yang

merupakan siswa Madrasah Aliyah sebagai penutur dengan salah seorang penjual

makanan di kantin sekolah yang merupakan warga Dusun Banjaranyar sebagai

mitra tutur. Dalam tuturan tersebut santri bertujuan memberi tahu kepada warga

tersebut bahwasanya besok pada hari Jumat tanggal 3 April 2015 bertepatan juga

tanggal merah, yayasan yang berada di dalam naungan Pondok Pesantren Sunan

Drajat tidak libur sehingga warga tersebut tetap bisa berjualan makanan di kantin

sekolah.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 89: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

74

Analisis berdasarkan data, penggunaan bahasa Jawa ragam krama oleh

salah seorang santri Pondok Pesantren Sunan Drajat memperlihatkan bahwa

adanya interaksi berbahasa yang dilakukan oleh santri dengan masyarakat Dusun

Banjaranyar. Oleh karena itu, ketika berbicara dengan masyarakat Dusun

Banjaranyar, santri menggunakan bahasa Jawa ragam krama sebagai bentuk

penghormatan

Perilaku berbahasa verbal yang digunakan oleh santri sebagai penutur

dilihat dari penggunaan bahasa Jawa ragam krama dengan intonasi yang rendah

dan jelas, dilihat dari kata: Benjeng [benjeŋ] “Besok”, abrit [abrIt] “Merah”, boten

[bᴐtən] “Tidak”, tese [təse] “Masih”, saged [sagəd] “Bisa”, sadean [sadean]

“Jualan”. Perilaku berbahasa non verbal yang digunakan penutur adalah dengan

sikap menghormati, sopan, dan santun saat berhadapan dengan mitra tutur sebagai

penghormatan terhadap mitra tutur yang berusia jauh lebih tua.

Perilaku berbahasa yang digunakan oleh warga sebagai mitra tutur adalah

bahasa Jawa ragam madya dengan intonasi yang rendah dan jelas, dilihat dari

kata: Inggih [iŋgih] “Iya”, matur suwun [matUr suwUn] “Terima kasih”. Perilaku

berbahasa non verbal yang digunakan mitra tutur adalah dengan sikap

menghargai, sopan, dan santun saat berbicara dengan penutur sebagai

penghargaan terhadap penutur yang berusia jauh lebih muda dan merupakan santri

dari Pondok Pesantren Sunan Drajat.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 90: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

75

3.1.4 Bentuk Percakapan oleh Masyarakat Dusun Banjaranyar dengan Sesama

Masyarakat Dusun Banjaranyar.

Data 16

Penutur : Mbenjeng enjing wonten pengajian ten masjid Jami’ Jelak, Bu. [mbenjeŋ enjIŋ wᴐntən pəŋajian tən masjid jami? jəla? bu] “Besok pagi ada pengajian di masjid Jami’ Jelak, Bu”

Mitra tutur : Jam pinten, Mbah? [jam pintən mbah] “Jam berapa, Mbah?”

Penutur : Sareng kalean ngaose tiyang pondok, Bu. [sarəŋ kalean ŋaᴐse tiyaŋ pᴐndᴐ? bu] “Bersamaan dengan mengajinya orang pondok, Bu”

Sumber: Transkip percakapan di lingkungan sekitar Pondok Pesantren

Sunan Drajat di depan masjid Jelak, pada tanggal 15 Maret 2015 pukul 18.00.

Konteks tuturan: Penutur adalah seorang warga Dusun Banjaranyar yang

sudah lanjut usia dan mitra tutur juga merupakan warga Dusun Banjaranyar.

Waktu dan tempat tuturan adalah saat petang menjelang malam hari di

depan masjid Jelak, pembicaraan ini dilakukan saat ibu-ibu bertemu setelah sholat

maghrib berjamaah. Pihak-pihak yang berpartisipasi dalam tuturan tersebut adalah

nenek Taslimah berusia 62 tahun masyarakat Dusun Banjaranyar sebagai penutur

dan seorang ibu rumah tangga bernama Zurofah berusia 45 tahun yang juga

merupakan masyarakat asli Dusun Banjaranyar sebagai mitra tutur, keduanya

saling mengenal dan tempat tinggalnya saling berdekatan. Dalam tuturan tersebut

penutur bertujuan memberi informasi kepada mitra tutur bahwa besok ada

pengajian di masjid Jami’ Jelak yang diadakan oleh pihak Pondok Pesantren

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 91: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

76

Sunan Drajat dan tausiyah agamanya diisi oleh K. H. Abdul Ghofur yang juga

sebagai pengasuh pondok pesantren itu sendiri.

Analisis berdasarkan data, penggunaan bahasa Jawa ragam krama oleh

warga Dusun Banjaranyar tersebut memperlihatkan bahwa warga Dusun

Banjaranyar dalam kehidupan sehari-hari ketika berinteraksi dengan orang lain

selalu menggunakan bahasa yang sopan dan santun. Oleh karena itu, ketika

masyarakat Dusun Banjaranyar berbicara dengan masyarakat lainnya tetap

menggunakan bahasa Jawa ragam krama sebagai bentuk penghormatan.

Perilaku berbahasa verbal yang digunakan penutur dan mitra tutur adalah

bahasa Jawa ragam krama, dengan intonasi bicara pelan dan jelas, hal tersebut

dapat dilihat dari kata: Wonten [wᴐntən] “Ada”, enjing [enjIŋ] “Pagi”, ngaos

[ŋaᴐs] “Mengaji”, tiyang [tiyaŋ] “Orang”, pinten [pintən] “Berapa”. Perilaku

berbahasa non verbal yang digunakan oleh penutur dan mitra tutur adalah dengan

bersikap sopan dan santun untuk saling menghargai meskipun penutur dan mitra

tutur saling kenal dan akrab.

Data 17

Penutur : Rika badhe ten pundhi, Buk? [rika badhe tən pundhi bu?] “Rika mau kemana, Buk?”

Mitra tutur : Badhe kesah ten Lamongan ngerencangi bapak. [badhe kesah tən lamᴐŋan ŋərɛncaŋi bapa?] “Mau pergi ke Lamongan menemani bapak”

Penutur : Oh.. Inggih. [oh IŋgIh] “Oh.. iya”

Sumber: Transkip percakapan di lingkungan sekitar Pondok Pesantren

Sunan Drajat tepatnya di rumah salah satu warga, pada tanggal 02 Maret 2015

pukul 15.15.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 92: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

77

Konteks tuturan: Penutur adalah warga Dusun Banjaranyar dan mitra tutur

juga merupakan warga Dusun Banjaranyar.

Waktu dan tempat tuturan adalah saat sore hari di rumah salah satu warga

Dusun Banjaranyar yang bernama Ibu Zurofah. Pihak-pikah yang berpartisipasi

dalam tuturan tersebut adalah seorang pemuda bernama Hanafi berusia 20 tahun

sebagai penutur dan mitra tutur adalah seorang wanita bernama Ibu Zurofah

berusia 45 tahun yang juga merupakan ibu dari penutur. Dalam percakapan

tersebut penutur bertujuan menanyakan keberadaan adiknya yang bernama Rika

kepada ibunya.

Analisis berdasarkan data, penggunaan bahasa Jawa ragam madya oleh

warga Dusun Banjaranyar tersebut memperlihatkan bahwa warga Dusun

Banjaranyar dalam kehidupan sehari-hari ketika berinteraksi dengan orang lain

selalu menggunakan bahasa yang sopan dan santun. Oleh karena itu, masyarakat

Dusun Banjaranyar ketika berbicara dengan masyarakat lainnya tetap

menggunakan bahasa Jawa ragam madya sebagai bentuk penghargaan dan

penghormatan. Seorang pemuda sebagai penutur menggunakan bahasa Jawa

ragam madya karena menghormati mitra tutur yang juga merupakan ibu dari

penutur, sedangkan mitra tutur menggunakan bahasa Jawa ragam madya karena

disamping untuk menghargai penutur yang berbahasa sopan dan santun, juga

untuk membiasakan keluarganya untuk berbahasa sopan dan santun dalam

kegiatan sehari-hari.

Perilaku berbahasa verbal yang digunakan penutur dan mitra tutur adalah

bahasa Jawa ragam madya dengan intonasi bicara tegas dan jelas, dilihat dari kata:

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 93: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

78

Pundhi [pundhi] “Mana”, inggih [IŋgIh] “Iya”, badhe [badhe] “Mau”, dan pada

kata: Kesah [kesah] “Pergi”, ngerencangi [ŋərɛncaŋi] “Menemani”. Perilaku

berbahasa non verbal yang digunakan oleh penutur dan mitra tutur adalah dengan

bersikap sopan dan santun untuk saling menghargai dan menghormati meskipun

penutur dan mitra tutur mempunyai hubungan darah.

Data 18

Penutur : Kersa tindak pundhi, Pak? [kərsᴐ tinda? pundhi pa?] “Mau kemana, Pak?”

Mitra tutur : Daleme Pak Lurah [daləme pa? lurah] “Ke tempatnya pak lurah”

Sumber: Transkip percakapan di rumah salah satu warga Dusun

Banjaranyar, pada tanggal 14 Maret 2015 pukul 19.00.

Konteks tuturan: Penutur adalah seorang pemuda warga Dusun

Banjaranyar dan mitra tutur juga merupakan warga Dusun Banjaranyar.

Waktu dan tempat tuturan adalah saat malam hari di rumah salah satu

warga Dusun Banjaranyar. Pihak-pihak yang berpartisipasi dalam tuturan tersebut

adalah seorang pemuda warga Dusun Banjaranyar bernama Hanafi berusia 20

tahun yang merupakan mahasiswa dari Perguruan Tinggi Yayasan Sunan Drajat

sebagai penutur dengan seorang laki-laki bernama Sholeh berusia 60 tahun yang

merupakan ayah dari penutur sebagai mitra tutur. Dalam percakapan tersebut

penutur bertujuan menanyakan hendak kemana tujuan mitra tutur saat malam hari

pada hari itu.

Analisis berdasarkan data, penggunaan bahasa Jawa ragam krama oleh

warga Dusun Banjaranyar tersebut memperlihatkan bahwa warga Dusun

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 94: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

79

Banjaranyar dalam kehidupan sehari-hari ketika berinteraksi dengan orang lain

selalu menggunakan bahasa yang sopan dan santun. Oleh karena itu, ketika

masyarakat Dusun Banjaranyar berbicara dengan masyarakat lainnya tetap

menggunakan bahasa Jawa ragam krama sebagai bentuk penghargaan dan

penghormatan terhadap lawan tutur.

Perilaku berbahasa verbal yang digunakan penutur dan mitra tutur adalah

bahasa Jawa ragam krama, dengan intonasi bicara pelan dan jelas, dilihat dari

kata: Kersa [kersa] “Mau”, tindak [tindak] “Pergi”, pundhi [pundhi] “Kemana “,

dan dapat dilihat dari kata: Daleme [daləm-e] “Rumahnya” yang merupakan ciri

bahasa Jawa ragam krama meskipun terdapat afiks –e pada kata [daləm-e]

“Rumahnya” yang merupakan ciri bahasa Jawa ragam ngoko. Perilaku berbahasa

non verbal yang digunakan oleh penutur dan mitra tutur adalah dengan bersikap

sopan dan santun untuk saling menghargai meskipun penutur dan mitra tutur

saling kenal dan akrab. Penutur dalam tuturannya menggunakan bahasa Jawa

ragam krama dan mitra tutur dalam tuturannya juga menggunakan bahasa Jawa

ragam krama dengan intonasi bicara yang jelas dan tegas untuk menghormati

penutur berusia jauh lebih muda. Berdasarkan data, mitra tutur merupakan orang

yang usianya jauh lebih tua dari penutur namun ia tetap menggunakan bahasa

Jawa ragam krama untuk menghargai penutur.

Data 19

Penutur : Boten mantuk, Nduk? [bᴐtən mantU? ndu?] “Tidak pulang nak?”

Mitra tutur : Ngerantos boten wonten ngaos, Buk. [ŋərantᴐs bᴐtən wᴐntən ŋaᴐs bu?] “Nunggu tidak ada ngaji, Buk”

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 95: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

80

Sumber: Transkip percakapan di Pondok Pesantren Sunan Drajat, pada

tanggal 02 April 2015 pukul 17.00.

Konteks tuturan: Penutur adalah seorang warga Dusun Banjaranyar dan

mitra tutur merupakan seorang santri yang berasal dari Dusun Banjaranyar.

Waktu dan tempat tuturan adalah saat sore hari di depan Pondok Pesantren

Sunan Drajat saat setelah mengaji di Masjid Agung Sunan Drajat. Pihak-pihak

yang berpartisipasi dalam tuturan tersebut adalah penutur merupakan seorang

warga Dusun Banjaranyar bernama Ibu Zurofah berumur 45 tahun yang

merupakan ibu dari mitra tutur, keduanya saling mengenal dan berinteraksi secara

terus menerus. Dalam tuturan tersebut penutur bertujuan menanyakan kapan

putrinya akan pulang ke rumah untuk beberapa waktu karena mitra tutur adalah

putri dari Ibu Zurofah yang sedang mondok di Pondok Pesantren Sunan Drajat

saat itu.

Analisis berdasarkan data, penggunaan bahasa Jawa ragam madya dan

krama oleh warga Dusun Banjaranyar tersebut memperlihatkan bahwa warga

Dusun Banjaranyar dalam kehidupan sehari-hari ketika berinteraksi dengan orang

lain selalu menggunakan bahasa yang sopan dan santun. Oleh karena itu, ketika

masyarakat Dusun Banjaranyar berbicara dengan masyarakat lainnya tetap

menggunakan bahasa Jawa ragam madya dan krama sebagai bentuk penghargaan

kepada mitra tutur yang lebih muda dan penghormatan terhadap mitra tutur yang

lebih tua.

Perilaku berbahasa verbal yang digunakan oleh penutur adalah bahasa

Jawa ragam madya dengan intonasi bicara yang tidak terlalu pelan dan tidak pula

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 96: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

81

terlalu tinggi, hal tersebut dapat dilihat dari kata: Boten [bᴐtən] “Tidak”, mantuk

[mantU?] “Pulang” yang kosakatanya merupakan bahasa Jawa ragam madya dan

netral tanpa ngoko. Perilaku berbahasa non verbal yang digunakan oleh penutur

adalah dengan bersikap sopan dan santun untuk menghargai mitra tutur yang

berusia lebih muda dari penutur dan keduanya memiliki hubungan darah sebagai

ibu dan anak.

Sebagai mitra tutur sekaligus sebagai putri dari penutur, perilaku

berbahasa verbal yang digunakan oleh salah satu santri Pondok Pesantren Sunan

Drajat tersebut adalah dengan menggunakan bahasa Jawa ragam krama, hal

tersebut dapat dilihat pada kata: Ngerantos [ŋərantᴐs] “Menunggu”, boten [bᴐtən]

“Tidak”, wonten [wᴐntən] “Ada”, ngaos [ŋaᴐs] “Mengaji”. Perilaku berbahasa

non verbal yang digunakan oleh mitra tutur adalah dengan sikap tunduk dan

tawadhu’ untuk menghormati penutur sebagai orang tua kandung mitra tutur dan

juga karena mitra tutur menyadari bahwa usia penutur jauh lebih tua.

Data 20

Penutur : Kawula kepareng dhaharan terus, Bu. Matur sembah nuwun. [kawulᴐ kəparəŋ daharan tərUs bu matUr səmbah nuwUn ] “Saya dapat makanan terus, Bu. Terima kasih banyak”

Mitra tutur : Alhamdulillah garwa kawula kepareng rejeki, Mbah. [alhamdulillah garwᴐ kawulᴐ kəparəŋ rəjəki mbah] “Alhamdulillah suami saya dapat rezeki, Mbah”

Penutur : Mugi-mugi rejekine tambah katah [mugi-mugi rəjəkine tambah katah] “Mudah-mudahan rezekinya tambah banyak”

Mitra tutur : Aamiin, matur sembah nuwun, Mbah. [aamiin matUr səmbah nuwUn mbah] “Aamiin, terima kasih, Mbah”

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 97: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

82

Sumber: Transkip percakapan di depan rumah salah satu warga Dusun

Banjaranyar, pada tanggal 2 April 2015 pukul 18.10.

Konteks tuturan: Penutur adalah seorang warga Dusun Banjaranyar yang

sudah lanjut usia dan mitra tutur juga merupakan warga Dusun Banjaranyar.

Waktu dan tempat tuturan adalah saat malam hari di depan rumah salah

satu warga Dusun Banjaranyar, pembicaraan ini dilakukan saat ibu-ibu bertemu

sebelum sholat isya’ berjamaah di masjid. Pihak-pihak yang berpartisipasi dalam

tuturan tersebut adalah nenek bernama Taslimah berusia 62 tahun masyarakat

Dusun Banjaranyar sebagai penutur dan seorang ibu rumah tangga bernama

Zurofah berusia 45 tahun yang juga merupakan masyarakat Dusun Banjaranyar

sebagai mitra tutur, keduanya saling mengenal dan tempat tinggalnya saling

berdekatan. Dalam tuturan tersebut penutur bertujuan untuk mengucapkan terima

kasih kepada mitra tutur karena selalu diberi makanan.

Analisis berdasarkan data, penggunaan bahasa Jawa ragam krama oleh

warga Dusun Banjaranyar tersebut memperlihatkan bahwa warga Dusun

Banjaranyar dalam kehidupan sehari-hari ketika berinteraksi dengan orang lain

selalu menggunakan bahasa yang sopan dan santun. Oleh karena itu, ketika

masyarakat Dusun Banjaranyar berbicara dengan masyarakat lainnya tetap

menggunakan bahasa Jawa ragam krama sebagai bentuk penghargaan dan

penghormatan terhadap lawan tutur yang berusia lebih muda maupun yang berusia

lebih tua.

Perilaku berbahasa verbal yang digunakan penutur dan mitra tutur adalah

bahasa Jawa ragam krama dengan intonasi bicara pelan dan jelas, yang

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 98: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

83

merupakan ciri ragam krama dapat dilihat dari kata: Kawula [kawulᴐ] “Saya”,

kepareng [kəparəŋ] “Dapat”, daharan [daharan] “Makanan”, matur sembah nuwun

[matUr səmbah nuwUn] “Terima kasih”, garwa [garwᴐ] “Suami”, mugi-mugi

[mugi-mugi] “Mudah-mudahan”, katah [katah] “Banyak”. Perilaku berbahasa non

verbal yang digunakan oleh penutur dan mitra tutur adalah dengan bersikap sopan

dan santun untuk saling menghargai dan menghormati meskipun penutur dan

mitra tutur saling kenal dan akrab. Berdasarkan data, penutur menggunakan

bahasa Jawa ragam krama meskipun penutur adalah seorang yang lebih tua namun

ia menghargai orang yang lebih muda dengan etika berbahasa yang sopan dan

santun, sedangkan mitra tutur dalam tuturannya juga menggunakan bahasa Jawa

ragam krama karena bertujuan untuk menghormati penutur yang berusia jauh

lebih tua.

Data 21

Penutur : Rasukane sampeyan pendheten Cung ten laundry an. [rasukane sampeyan pəndhətən cUng tən lᴐndrian] “Pakaian kamu ambilen Cung di laundry an”

Mitra tutur : Inggih, Buk. [IŋgIh buk] “Iya, Buk”

Sumber: Transkip percakapan di rumah salah satu warga Dusun

Banjaranyar, pada tanggal 15 Maret 2015 pukul 15.00.

Konteks tuturan: Penutur adalah seorang warga Dusun Banjaranyar dan

mitra tutur juga merupakan seorang warga dari Dusun Banjaranyar.

Waktu dan tempat tuturan adalah saat sore hari di rumah seorang warga

Dusun Banjaranyar tepatnya di rumah Ibu Zurofah. Pihak-pihak yang

berpartisipasi dalam tuturan tersebut adalah penutur merupakan seorang warga

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 99: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

84

Dusun Banjaranyar bernama Ibu Zurofah berumur 45 tahun yang juga merupakan

ibu dari mitra tutur, keduanya saling mengenal dan berinteraksi setiap hari secara

terus menerus. Dalam tuturan tersebut, penutur bertujuan menyuruh mitra tutur

sebagai anaknya untuk mengambil pakaian yang berada di tukang laundry.

Analisis berdasarkan data, penggunaan bahasa Jawa ragam madya oleh

warga Dusun Banjaranyar tersebut memperlihatkan bahwa warga Dusun

Banjaranyar dalam kehidupan sehari-hari ketika berinteraksi dengan orang lain

selalu menggunakan bahasa yang sopan dan santun. Oleh karena itu, ketika

masyarakat Dusun Banjaranyar berbicara dengan masyarakat lainnya tetap

menggunakan bahasa Jawa ragam madya sebagai bentuk penghargaan dan

penghormatan terhadap mitra tutur yang diajak bicara.

Perilaku berbahasa verbal yang digunakan penutur dan mitra tutur adalah

bahasa Jawa ragam madya dengan intonasi bicara yang tidak terlalu pelan dan

tidak pula terlalu tinggi, hal tersebut dapat dilihat dari kata: Rasukan [rasukan]

“Baju”, sampeyan [sampeyan] “Kamu”, pendhet [pəndhət] “Ambil”, ten [tən]

“Di”, inggih [IŋgIh] “Iya” yang kosakatanya merupakan bahasa Jawa ragam

madya dan netral tanpa krama dan ngoko. Perilaku berbahasa non verbal yang

digunakan oleh penutur dan mitra tutur adalah dengan bersikap sopan dan santun

saling menghargai dan menghormati meskipun penutur dan mitra tutur

mempunyai hubungan darah dan usia penutur lebih tua dari usia mitra tutur,

namun penutur tetap berbahasa Jawa ragam madya untuk menghargai mitra tutur.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 100: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

85

Data 22

Penutur : Sampun nedha, Mas? [sampUn nədhᴐ mas] “Sudah makan, Mas?”

Mitra tutur : Dereng, Buk. [dɛrɛŋ bu?] “Belum, Buk”

Penutur : Nedha rumiyen mawon, Mas. [nədhᴐ rumiyen mawᴐn mas] “Makan dulu saja, Mas”

Sumber: Transkip percakapan di rumah salah satu warga Dusun

Banjaranyar, pada tanggal 02 Maret 2015 pukul 13.11.

Konteks tuturan: Penutur adalah seorang warga Dusun Banjaranyar dan

mitra tutur juga merupakan seorang warga dari Dusun Banjaranyar.

Waktu dan tempat tuturan adalah saat siang hari di rumah seorang warga

Dusun Banjaranyar tepatnya di rumah Ibu Asri. Pihak-pihak yang berpartisipasi

dalam tuturan tersebut adalah penutur merupakan seorang warga Dusun

Banjaranyar bernama Ibu Asri berumur 50 tahun yang juga merupakan ibu dari

pemuda bernama Lutfi berumur 21 tahun sebagai mitra tutur, keduanya saling

mengenal dan berinteraksi setiap hari secara terus menerus. Dalam tuturan

tersebut, penutur bertujuan menyuruh anak sulungnya untuk makan terlebih

dahulu sebelum keluar rumah.

Analisis berdasarkan data, penggunaan bahasa Jawa ragam madya oleh

warga Dusun Banjaranyar tersebut memperlihatkan bahwa warga Dusun

Banjaranyar dalam kehidupan sehari-hari ketika berinteraksi dengan orang lain

selalu menggunakan bahasa yang sopan dan santun. Oleh karena itu, ketika

masyarakat Dusun Banjaranyar berbicara dengan keluarga maupun dengan

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 101: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

86

masyarakat lainnya tetap menggunakan bahasa Jawa ragam madya sebagai bentuk

penghargaan dan penghormatan terhadap mitra tutur yang diajak bicara.

Perilaku berbahasa verbal yang digunakan penutur dan mitra tutur adalah

bahasa Jawa ragam madya dengan intonasi bicara yang tidak terlalu pelan dan

tidak pula terlalu tinggi, hal tersebut dapat dilihat dari kata: Nedha [nədhᴐ]

“Makan”, rumiyen [rumiyen] “Dulu”, mawon [mawᴐn] “Saja”, sampun [sampUn]

“Sudah”, dereng [dɛrɛŋ] “Belum” yang kosakatanya merupakan bahasa Jawa

ragam madya dan netral tanpa krama dan ngoko. Perilaku berbahasa non verbal

yang digunakan oleh penutur dan mitra tutur adalah dengan bersikap sopan dan

santun saling menghargai dan menghormati meskipun penutur dan mitra tutur

mempunyai hubungan darah dan usia penutur lebih tua dari usia mitra tutur,

namun penutur tetap berbahasa Jawa ragam madya untuk menghargai mitra tutur

dan berdasarkan pada data di atas, mitra tutur menggunakan bahasa Jawa ragam

madya untuk menghormati penutur sebagai orang yang lebih tua dan merupakan

ibu kandung mitra tutur itu sendiri.

Data 23

Penutur : Mbenjeng ngajie perei [benjeŋ ŋajie pərɛi] “Besok ngajinya libur”

Mitra tutur : Wonten napa kok perei? [wᴐntən nᴐpᴐ kᴐ? pərɛi] “Ada apa kok libur?”

Penutur : Abah Yai kesah ten Jakarta wonten urusan bisnis [abah yai kesah tən jakarta wᴐntən urusan bisnis] “Abah Yai pergi ke Jakarta ada urusan bisnis”

Mitra tutur : Oohh… pinten dinten? [oohh… pintən dintən] “Oohh… berapa hari?”

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 102: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

87

Penutur : Boten semerap. [bᴐtən səmərap] “Tidak tahu”

Sumber: Transkip percakapan di lingkungan Pondok Pesantren Sunan

Drajat, pada tanggal 2 Maret 2015 pukul 19.00.

Konteks tuturan: Penutur adalah seorang santri yang berasal dari Dusun

Banjaranyar dan mitra tutur juga merupakan santri berasal dari Dusun

Banjaranyar yang sedang mondok di Pondok Pesantren Sunan Drajat.

Waktu dan tempat tuturan adalah saat malam hari di dalam salah satu

kamar yang ada di pondok pesantren, percakapan seorang santri dengan santri

lainnya yang sedang belajar dan sedang membereskan pakaiannya di almari.

Pihak-pihak yang berpartisipasi dalam tuturan tersebut adalah santri perempuan

bernama Iin Rikayanti berusia 17 tahun sebagai penutur dengan santri perempuan

bernama Siti Hamidah berusia 19 tahun sebagai mitra tutur, keduanya saling

mengenal dan berasal dari Dusun Banjaranyar yang sedang mondok di Pondok

Pesantren Sunan Drajat. Dalam tuturan tersebut penutur bertujuan memberitahu

mitra tuturnya bahwa besok libur mengaji dan memberitahu tentang ketidak

hadiran kiai karena pergi ke Jakarta untuk melaksanakan urusan bisnis.

Analisis berdasarkan data, penggunaan bahasa Jawa ragam madya oleh

para santri yang berasal dari Dusun Banjaranyar tersebut memperlihatkan bahwa

warga Dusun Banjaranyar dalam kehidupan sehari-hari ketika berinteraksi dengan

orang lain selalu menggunakan bahasa yang sopan dan santun. Hal tersebut terjadi

karena adanya pengaruh perilaku berbahasa di lingkungan Pondok Pesantren

Sunan Drajat. Oleh karena itu, ketika masyarakat Dusun Banjaranyar berbicara

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 103: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

88

dengan masyarakat lainnya tetap menggunakan bahasa Jawa ragam madya sebagai

bentuk penghargaan dan penghormatan terhadap mitra tutur yang diajak bicara.

Perilaku berbahasa verbal yang digunakan penutur dan mitra tutur adalah

bahasa Jawa ragam madya dengan intonasi bicara yang tidak terlalu pelan dan

tidak pula terlalu tinggi, hal tersebut dapat dilihat dari kata: Ngaji [ŋaji] “Ngaji”,

wonten [wᴐntən] “Ada”, napa [nᴐpᴐ] “Apa”, kesah [kesah] “Pergi”, pinten

[pintən] “Berapa”, semerap [səmərap] “Tahu” yang kosakatanya merupakan

bahasa Jawa ragam madya dan netral tanpa krama. Perilaku berbahasa non verbal

yang digunakan oleh penutur dan mitra tutur adalah dengan bersikap sopan dan

santun saling menghargai dan menghormati meskipun penutur dan mitra tutur

berstatus sosial sama sebagai seorang santri Pondok Pesantren Sunan Drajat dan

keduanya berasal dari Dusun Banjaranyar.

Data 24

Penutur : Badhe jawah niki! [badhe jawa niki] “Mau hujan ini”

Mitra tutur : Inggih, boten sios kesah mawon [IŋgIh botən siᴐs kesah mawᴐn] “Iya, tidak jadi pergi saja”

Penutur : Nggih nggih. [ŋgIh ŋgIh] “Iya iya”

Sumber: Transkip percakapan di lingkungan Pondok Pesantren

Sunan Drajat, pada tanggal 14 Maret 2015 pukul 15.10.

Konteks tuturan: Penutur dan mitra tutur adalah warga Dusun Banjaranyar

yang merupakan santri Pondok Pesantren Sunan Drajat.

Waktu dan tempat tuturan adalah saat sore hari di halaman Pondok Pesantren

Sunan Drajat, percakapan seorang santri dengan santri lainnya yang mau

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 104: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

89

berangkat kesuatu tempat di daerah Kecamatan Paciran. Pihak-pihak yang

berpartisipasi dalam tuturan tersebut adalah santri perempuan bernama Siti

Hamidah berusia 19 tahun sebagai penutur dengan santri perempuan yang

bernama Iin Rikayanti berusia 17 tahun sebagai mitra tutur, keduanya saling

mengenal. Penutur dan mitra tutur berasal dari Dusun Banjaranyar yang sedang

melanjutkan pendidikannya di Yayasan Pondok Pesantren Sunan Drajat. Dalam

tuturan tersebut penutur bertujuan memberitahu mitra tuturnya bahwa saat ini

langit sedang mendung dan tidak lama lagi akan turun hujan.

Analisis berdasarkan data, penggunaan bahasa Jawa ragam madya oleh

para santri yang berasal dari Dusun Banjaranyar tersebut memperlihatkan bahwa

warga Dusun Banjaranyar dalam kehidupan sehari-hari ketika berinteraksi dengan

orang lain selalu menggunakan bahasa yang sopan dan santun. Hal tersebut terjadi

karena adanya pengaruh perilaku berbahasa di lingkungan Pondok Pesantren

Sunan Drajat. Oleh karena itu, ketika masyarakat Dusun Banjaranyar berbicara

dengan masyarakat lainnya tetap menggunakan bahasa Jawa ragam madya sebagai

bentuk penghargaan dan penghormatan terhadap mitra tutur yang diajak bicara.

Perilaku berbahasa verbal yang digunakan penutur dan mitra tutur adalah

bahasa Jawa ragam madya dengan intonasi bicara yang tidak terlalu pelan dan

tidak pula terlalu tinggi, hal tersebut dapat dilihat dari kata: Inggih [IŋgIh] “Iya”,

boten [botən] “Tidak”, sios [siᴐs] “Jadi”, kesah [kesah] “Pergi”, mawon [mawᴐn]

“Saja”, badhe [badhe] “Mau”, jawah [jawah] “Hujan”, niki [niki] “Ini” yang

semua kosakatanya merupakan bahasa Jawa ragam madya dan netral tanpa krama

dan ngoko. Perilaku berbahasa non verbal yang digunakan oleh penutur dan mitra

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 105: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

90

tutur adalah dengan bersikap sopan, saling menghargai, dan menghormati

meskipun penutur dan mitra tutur berstatus sosial sama sebagai seorang santri

Pondok Pesantren Sunan Drajat dan keduanya berasal dari Dusun Banjaranyar.

Data 25

Penutur : Badhe ten pundhi? [badhe tən pundhi] “Mau kemana?”

Mitra tutur : Ten sekolahan sekedhap. [tən səkᴐla an səkədap] “Ke sekolahan sebentar, Mbak”

Sumber: Transkip percakapan di lingkungan Pondok Pesantren Sunan

Drajat, pada tanggal 02 Maret 2015 pukul 17.00.

Konteks tuturan: Penutur dan mitra tutur adalah seorang santri Pondok

Pesantren Sunan Drajat yang berasal dari Dusun Banjaranyar.

Waktu dan tempat tuturan adalah saat sore hari di halaman Pondok

Pesantren Sunan Drajat saat perjalanan kembali ke pondok dari mengaji kitab di

masjid, percakapan seorang santri dengan santri lainnya yang terlihat sedang buru-

buru untuk kesuatu tempat. Pihak-pihak yang berpartisipasi dalam tuturan tersebut

adalah santri perempuan bernama Faridatun Ni’mah berusia 22 tahun sebagai

penutur dengan santri perempuan lainnya bernama Iin Rikayanti berusia 17 tahun

sebagai mitra tutur, keduanya saling mengenal. Penutur dan mitra tutur keduanya

berasal dari Dusun Banjaranyar yang sedang mondok di Pondok Pesantren Sunan

Drajat. Dalam tuturan tersebut penutur bertujuan menanyakan hendak kemana

mitra tutur pergi dengan tergesah-gesah.

Analisis berdasarkan data, penggunaan bahasa Jawa ragam madya oleh

para santri yang berasal dari Dusun Banjaranyar tersebut memperlihatkan bahwa

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 106: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

91

warga Dusun Banjaranyar dalam kehidupan sehari-hari ketika berinteraksi dengan

orang lain selalu menggunakan bahasa yang sopan dan santun. Hal tersebut terjadi

karena adanya pengaruh perilaku berbahasa di lingkungan Pondok Pesantren

Sunan Drajat. Oleh karena itu, ketika masyarakat Dusun Banjaranyar berbicara

dengan masyarakat lainnya tetap menggunakan bahasa Jawa ragam madya sebagai

bentuk penghargaan dan penghormatan terhadap mitra tutur yang diajak bicara.

Perilaku berbahasa verbal yang digunakan penutur dan mitra tutur adalah

bahasa Jawa ragam madya dengan intonasi bicara yang tidak terlalu pelan dan

tidak pula terlalu tinggi, hal tersebut dapat dilihat dari kata: Badhe [badhe] “Mau”,

ten pundhi [tən pundhi] “Kemana”, sekedap [səkədap] “Sebentar” yang

kosakatanya merupakan bahasa Jawa ragam madya dan netral tanpa krama dan

ngoko. Perilaku berbahasa non verbal yang digunakan oleh penutur dan mitra

tutur adalah dengan bersikap sopan dan santun saling menghargai dan

menghormati meskipun penutur dan mitra tutur berstatus sosial sama sebagai

seorang santri Pondok Pesantren Sunan Drajat dan keduanya berasal dari Dusun

Banjaranyar.

Data 26

Penutur : Benjeng kula mantuk [benjeŋ kulᴐ mantU?] “Besok saya pulang”

Mitra tutur : Badhe napa? [badhe nᴐpᴐ] “Mau apa?”

Penutur : Mendhet rasukan. [məndhət rasu?an] “Mengambil baju”

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 107: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

92

Sumber: Transkip percakapan di lingkungan Pondok Pesantren Sunan

Drajat, pada tanggal 15 Maret 2015 pukul 19.15.

Konteks tuturan: Penutur dan mitra tutur adalah seorang santri Pondok

Pesantren Sunan Drajat yang berasal dari Dusun Banjaranyar.

Waktu dan tempat tuturan adalah saat malam hari di dalam salah satu

kamar yang ada di pondok pesantren, percakapan seorang santri dengan santri

lainnya setelah sholat isya’ berjamaah. Pihak-pihak yang berpartisipasi dalam

tuturan tersebut adalah santri perempuan bernama Iin Rikayanti berusia 17 tahun

sebagai penutur dengan santri perempuan yang bernama Siti Hamidah berusia 19

tahun sebagai mitra tutur, keduanya saling mengenal dan berasal dari Dusun

Banjaranyar yang sedang mondok di Pondok Pesantren Sunan Drajat. Dalam

tuturan tersebut penutur bertujuan memberitahu mitra tuturnya bahwa besok ia

akan pulang untuk mengambil pakaiannya di rumah karena pakaian yang ia bawa

ke pondok semuanya sudah kotor dan tidak ada yang bersih.

Analisis berdasarkan data, penggunaan bahasa Jawa ragam madya oleh

para santri yang berasal dari Dusun Banjaranyar tersebut memperlihatkan bahwa

warga Dusun Banjaranyar dalam kehidupan sehari-hari ketika berinteraksi dengan

orang lain selalu menggunakan bahasa yang sopan dan santun. Hal tersebut terjadi

karena adanya pengaruh perilaku berbahasa di lingkungan Pondok Pesantren

Sunan Drajat. Oleh karena itu, ketika masyarakat Dusun Banjaranyar berbicara

dengan masyarakat lainnya tetap menggunakan bahasa Jawa ragam madya sebagai

bentuk penghargaan dan penghormatan terhadap mitra tutur yang diajak bicara.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 108: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

93

Perilaku berbahasa verbal yang digunakan penutur dan mitra tutur adalah

bahasa Jawa ragam madya dengan intonasi bicara yang tidak terlalu pelan dan

tidak pula terlalu tinggi, hal tersebut dapat dilihat dari kata: Badhe [badhe]

“Mau/akan”, napa [nᴐpᴐ] “Apa”, mendhet [məndhət] “Mengambil”, rasukan

[rasu?an] “Baju”, benjeng [benjeŋ] “Besok”, kula [kulᴐ] “Saya”, mantuk

[mantU?] “Pulang” yang kosakatanya merupakan bahasa Jawa ragam madya dan

netral tanpa krama. Kata [rasu?an] “Baju” sangat jarang digunakan oleh

masyarakat pesisir pada umumnya, hanya digunakan oleh penghuni Pondok

Pesantren Sunan Drajat dan masyarakat Dusun Banjaranyar yang berada di

lingkungan sekitar pondok pesantren. Hal tersebut terjadi karena adanya pengaruh

bahasa santri terhadap perilaku berbahasa pada masyarakat pesisir Dusun

Banjaranyar. Perilaku berbahasa non verbal yang digunakan oleh penutur dan

mitra tutur adalah dengan bersikap sopan dan santun saling menghargai dan

menghormati meskipun penutur dan mitra tutur berstatus sosial sama sebagai

seorang santri Pondok Pesantren Sunan Drajat dan keduanya berasal dari Dusun

Banjaranyar.

3.1.5 Bentuk Percakapan Oleh Masyarakat Dusun Banjaranyar dengan

Masyarakat Dusun Sukowati.

Data 27

Penutur : Tekan endi, Pak? [təkan əndi pa?] “Dari mana, Pak?”

Mitra tutur : Dugi griyane Pak Joko. [dugi griyᴐne pa? jᴐkᴐ] “Dari rumahnya Pak Joko”

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 109: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

94

Sumber: Transkip percakapan di pertigaan jalan dekat Balai Desa

Banjarwati, pada tanggal 02 Maret 2015 pukul 09.40.

Konteks tuturan: Penutur adalah seorang warga Dusun Sukowati dan mitra

tutur merupakan warga Dusun Banjaranyar.

Waktu dan tempat tuturan adalah saat pagi hari di pertigaan jalan dekat

Balai Desa Banjarwati. Pihak-pihak yang berpartisipasi dalam tuturan tersebut

adalah seorang warga Dusun Sukowati bernama Sumarsono berusia 58 tahun

penutur dengan seorang warga Dusun Banjaranyar bernama Ahmad berusia 60

tahun yang sedang naik sepeda motor, keduanya saling mengenal sebelumnya.

Dalam percakapan tersebut penutur bertujuan menyapa mitra tutur yang sedang

mengendarai sepeda motor di depannya.

Analisis berdasarkan data, penggunaan bahasa Jawa ragam ngoko oleh

penutur yang berasal dari Dusun Sukowati yang lingkungannya jauh dari Pondok

Pesantren Sunan Drajat tidak menunjukkan adanya perilaku berbahasa yang sopan

dan santun. Berbeda dengan mitra tutur yang berasal dari Dusun Banjaranyar yang

berada di lingkungan Pondok Pesantren Sunan Drajat menunjukkan adanya

perilaku berbahasa yang sopan dan santun dengan menggunakan bahasa Jawa

ragam madya dalam kehidupan sehari-hari ketika berinteraksi dengan orang lain.

Oleh karena itu, ketika masyarakat Dusun Banjaranyar berbicara dengan sesama

masyarakat Dusun Banjaranyar maupun dengan masyarakat lain, mereka tetap

menggunakan bahasa Jawa ragam madya atau bahkan krama sebagai bentuk

penghargaan dan penghormatan terhadap mitra tutur yang diajak bicara.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 110: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

95

Perilaku berbahasa verbal yang digunakan penutur adalah bahasa Jawa

ragam ngoko dengan nada tinggi dan jelas, dilihat dari kata: Tekan [təkan] “Dari”,

endi [əndi] “Mana”. Perilaku berbahasa non verbal yang digunakan oleh penutur

adalah dengan bersikap tegap dan lantang tanpa merunduk karena telah mengenal

mitra tutur dengan akrab, sedangkan warga Dusun Banjaranyar sebagai penutur

menggunakan perilaku berbahasa verbal berupa bahasa Jawa ragam madya

dengan nada intonasi yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah, dilihat dari

kata: Dugi [dugi] “Dari”, griya [griyᴐ] “Rumah”. Perilaku berbahasa non verbal

yang digunakan oleh mitra tutur adalah dengan bersikap sopan dan santun,

menghargai dan menghormati penutur meski keduanya saling mengenal akrab dan

usia penutur lebih muda dari usia mitra tutur.

Data 28

Penutur : Iki jepiro regane, Bu? [iki jepirᴐ rəgane bu] “Ini berapa harganya, Bu?”

Mitra tutur : Sedoso ewu, Bu. Mangga. [sədᴐsᴐ ɛwu bu mᴐŋgᴐ] “Sepuluh ribu, Bu. Silahkan”

Penutur : Aku tuku telu. [aku tuku təlu] “Saya beli tiga”

Sumber: Transkip percakapan di pasar Desa Banjarwati, pada tanggal 2

April 2015 pukul 09.50.

Konteks tuturan: Penutur adalah seorang warga Dusun Sukowati dan mitra

tutur merupakan seorang warga Dusun Banjaranyar.

Waktu dan tempat tuturan adalah saat pagi hari di pasar tradisional yang

berada tidak jauh dari pondok pesantren. Pihak-pihak yang berpartisipasi dalam

tuturan tersebut adalah penutur merupakan seorang warga asli Dusun Sukowati

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 111: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

96

yang sedang berbelanja di pasar, sedangkan mitra tutur adalah seorang warga

Dusun Banjaranyar berusia 49 tahun bernama ibu Fathanah yang merupakan

pemilik salah satu toko di pasar tradisional Banjaranyar, kedua penutur tersebut

tidak saling kenal sebelumnya. Dalam tuturan tersebut penutur bertujuan untuk

membeli sapu tangan di toko ibu Fathanah.

Analisis berdasarkan data, penggunaan bahasa Jawa ragam ngoko oleh

penutur yang berasal dari Dusun Sukowati yang lingkungannya jauh dari Pondok

Pesantren Sunan Drajat tidak menunjukkan adanya perilaku berbahasa yang sopan

dan santun. Berbeda dengan mitra tutur yang berasal dari Dusun Banjaranyar yang

berada di lingkungan Pondok Pesantren Sunan Drajat menunjukkan adanya

perilaku berbahasa yang sopan dan santun dengan menggunakan bahasa Jawa

ragam madya dalam kehidupan sehari-hari ketika berinteraksi dengan orang lain.

Oleh karena itu, ketika masyarakat Dusun Banjaranyar berbicara dengan sesama

masyarakat Dusun Banjaranyar maupun dengan masyarakat lain, mereka tetap

menggunakan bahasa Jawa ragam madya atau bahkan krama sebagai bentuk

penghargaan dan penghormatan terhadap mitra tutur yang diajak bicara.

Perilaku berbahasa verbal yang digunakan penutur adalah bahasa Jawa

ragam ngoko dengan nada tinggi dan jelas, hal tersebut dapat dilihat pada kata:

Aku [aku] “Aku”, tuku [tuku] “Beli”, telu [təlu] “Tiga”, iki [iki] “Ini”, jepiro

[jepirᴐ] “Berapa”, regane [rəgane] “Harganya”. Perilaku berbahasa non verbal

yang digunakan oleh penutur adalah dengan bersikap tegap dan lantang tanpa

merunduk karena tidak mengenal mitra tutur sebelumnya.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 112: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

97

Salah satu warga Dusun Banjaranyar sebagai mitra tutur menggunakan

perilaku berbahasa verbal berupa bahasa Jawa ragam madya, dapat dilihat dari

kata: Sedasa ewu [sədᴐsᴐ ɛwu] “Sepuluh ribu”, mangga [mᴐŋgᴐ] “Silahkan” dan

perilaku berbahasa non verbal yang digunakan adalah bersikap sopan dan santun,

menghargai dan menghormati penutur meski mitra tutur tidak mengenal penutur

sebelumnya.

Data 29

Penutur : Sakit napa yoga sampeyan, Yu? [sakIt nᴐpᴐ yogᴐ sampeyan yu] “Sakit apa anak kamu, Yu?”

Mitra tutur : Lara tipes, Yu. Wingi lagek moleh teka rumah sakit [lᴐrᴐ tipəs yu wiŋi lage? mole təkᴐ rumah sakIt] “Sakit tipes, Yu. Kemarin baru pulang dari rumah sakit”

Sumber: Transkip percakapan di rumah salah satu warga Dusun Sukowati,

pada tanggal 2 Maret 2015 pukul 16.30.

Konteks tuturan: Penutur adalah seorang warga Dusun Banjaranyar dan

mitra tutur merupakan warga Dusun Sukowati.

Waktu dan tempat tuturan adalah saat sore hari di rumah salah satu warga

Dusun Sukowati. Pihak-pihak yang berpartisipasi dalam tuturan tersebut adalah

seorang warga Dusun Banjaranyar bernama Ibu Zurofah berusia 45 tahun yang

sedang dirumah salah seorang warga Dusun Sukowati sebagai penutur, dengan

mitra tutur adalah seorang warga Dusun Sukowati bernama Ibu Rohana berusia 59

tahun yang merupakan pemilik rumah tempat kejadian tuturan, kedua penutur

tersebut saling mengenal. Dalam tuturan tersebut penutur bertujuan untuk

menanyakan tentang sakit apa yang diderita oleh anak mitra tutur.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 113: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

98

Analisis berdasarkan data, penggunaan bahasa Jawa ragam madya oleh

salah seorang masyarakat Dusun Banjaranyar sebagai penutur menunjukkan

adanya perilaku berbahasa yang sopan dan santun. Berbeda dengan mitra tutur

yang merupakan salah seorang warga Dusun Sukowati yang menggunakan bahasa

Jawa ragam ngoko tidak menunjukkan adanya perilaku berbahasa yang sopan dan

santun. Hal tersebut terjadi karena penutur dan mitra tutur merupakan penduduk

Desa Banjarwati yang bertempat tinggal di dusun yang berbeda dan di lingkungan

yang berbeda, sehingga perilaku berbahasa mereka berdua pun berbeda.

Perilaku berbahasa verbal yang digunakan penutur adalah bahasa Jawa

ragam madya dengan intonasi bicara yang pelan dan jelas, hal tersebut dapat

dilihat dalam kata: Sakit [sakIt] “Sakit”, napa [nᴐpᴐ] “Apa”, yoga [yogᴐ] “Anak”,

sampeyan [sampeyan] “Kamu” dan perilaku berbahasa non verbal yang digunakan

oleh penutur adalah dengan bersikap sopan dan santun, menghargai dan

menghormati mitra tutur meski keduanya saling mengenal akrab.

Salah satu warga Dusun Sukowati sebagai mitra tutur menggunakan

perilaku berbahasa verbal berupa bahasa Jawa ragam ngoko, dilihat dari kata: Lara

[lᴐrᴐ] “Sakit”, wingi [wiŋi] “Kemarin”, lagek [lage?] “Baru”, moleh [moleh]

“Pulang”, teka [təkᴐ] “Datang’. Berdasarkan data tersebut, mitra tutur

menggunakan bahasa Jawa ragam ngoko karena terbiasa dengan penggunaan

bahasa Jawa ragam ngoko.

Data 30

Penutur : Mangga, kula betoaken, Bu. [mᴐŋgᴐ kulᴐ bətᴐakən bu] “Silahkan, saya bawakan, Bu”

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 114: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

99

Mitra tutur : Iya, Nak. Wong endi kowe? [iyᴐ na? wᴐŋ əndi kowe] “Iya, Nak. Orang mana kamu?”

Penutur : Kula tiyang Njaranyar, Bu. [kulᴐ tiyaŋ njarañar bu] “Saya orang Njaranyar, Bu”

Sumber: Transkip percakapan di pasar tradisional Desa Banjarwati, pada

tanggal 02 Maret 2015 pukul 09.40.

Konteks tuturan: Penutur adalah seorang warga Dusun Banjaranyar dan

mitra tutur merupakan warga Dusun Sukowati.

Waktu dan tempat tuturan adalah saat pagi hari di pasar tradisonal Desa

Banjarwati yang letaknya tidak seberapa jauh dari Pondok Pesantren Sunan

Drajat. Pihak-pikah yang berpartisipasi dalam tuturan tersebut adalah seorang

perempuan bernama Arinil Haq berusia 19 tahun sebagai penutur dengan seorang

perempuan bernama Ibu Rohana berusia 59 tahun yang berada di pasar sebagai

mitra tutur, keduanya tidak saling mengenal sebelumnya. Dalam percakapan

tersebut penutur bertujuan membantu mitra tutur untuk membawa barang bawaan

yang sangat banyak menuju becak.

Analisis berdasarkan data, penggunaan bahasa Jawa ragam madya oleh

salah seorang masyarakat Dusun Banjaranyar sebagai penutur menunjukkan

adanya perilaku berbahasa yang sopan dan santun. Berbeda dengan mitra tutur

yang merupakan salah seorang warga Dusun Sukowati yang menggunakan bahasa

Jawa ragam ngoko tidak menunjukkan adanya perilaku berbahasa yang sopan dan

santun. Hal tersebut terjadi karena penutur dan mitra tutur merupakan penduduk

Desa Banjarwati yang bertempat tinggal di dusun yang berbeda dan di lingkungan

yang berbeda, sehingga perilaku berbahasa mereka berdua pun berbeda.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 115: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

100

Perilaku berbahasa verbal yang digunakan penutur adalah bahasa Jawa

ragam madya dengan intonasi bicara yang pelan dan jelas, dilihat dari kata: Kula

[kulᴐ] “Saya”, mangga [mᴐŋgᴐ] “Silahkan”, betoaken [bətᴐakən] “Bawakan” dan

perilaku berbahasa non verbal yang digunakan oleh penutur adalah dengan

bersikap sopan, santun, dan menghormati mitra tutur meski keduanya tidak saling

mengenal. Salah satu warga Dusun Sukowati sebagai mitra tutur menggunakan

perilaku berbahasa verbal berupa bahasa Jawa ragam ngoko, dilihat dari kata: Iyo

[iyᴐ] “Iya”, wong [wᴐŋ] “Orang”, endi [əndi] “Mana”, kowe [kowe] “Kamu”.

Data tersebut menunjukkan bahwa mitra tutur menggunakan bahasa Jawa ragam

ngoko karena menyadari usia penutur jauh lebih muda.

Data 31

Penutur : Pe jukut jaitan ta, Mbak? [pe njukUt jaitan ta mba?] “Mau mengambil jahitan ta, Mbak?”

Mitra tutur : Inggih, Buk. Telas pinten? [IngIh bu? təlas pintən] “Iya, Buk. Habis berapa?”

Penutur : Mek seket ewu, Mbak. [mɛ? sɛkət ɛwu mba?] “Cuma lima puluh ribu, Mbak”

Sumber: Transkip percakapan di rumah salah satu warga Dusun Sukowati,

pada tanggal 15 Maret 2015 pukul 12.15.

Konteks tuturan: Penutur adalah seorang warga Dusun Sukowati dan mitra

tutur merupakan seorang warga Dusun Banjaranyar.

Waktu dan tempat tuturan adalah saat siang hari di rumah salah satu warga

Dusun Sukowati. Pihak-pikah yang berpartisipasi dalam tuturan tersebut adalah

seorang warga Dusun Sukowati bernama Ibu Jah berumur 50 tahun yang

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 116: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

101

berprofesi sebagai tukang jahit pakaian sebagai penutur dengan seorang

perempuan bernama Faridatun Ni’mah berusia 22 tahun sebagai mitra tutur,

keduanya tidak saling mengenal sebelumnya. Dalam percakapan tersebut penutur

bertujuan menanyakan kepada mitra tutur tentang maksud dari kedatangan

penutur kerumahnya.

Analisis berdasarkan data, penggunaan bahasa Jawa ragam ngoko oleh

penutur yang berasal dari Dusun Sukowati yang lingkungannya jauh dari Pondok

Pesantren Sunan Drajat tidak menunjukkan adanya perilaku berbahasa yang sopan

dan santun. Berbeda dengan mitra tutur yang berasal dari Dusun Banjaranyar yang

berada di lingkungan Pondok Pesantren Sunan Drajat menunjukkan adanya

perilaku berbahasa yang sopan dan santun dengan menggunakan bahasa Jawa

ragam madya dalam kehidupan sehari-hari ketika berinteraksi dengan orang lain.

Oleh karena itu, ketika masyarakat Dusun Banjaranyar berbicara dengan sesama

masyarakat Dusun Banjaranyar maupun dengan masyarakat lainnya, mereka tetap

menggunakan bahasa Jawa ragam madya atau bahkan krama sebagai bentuk

penghargaan dan penghormatan terhadap mitra tutur yang diajak bicara.

Perilaku berbahasa verbal yang digunakan penutur adalah bahasa Jawa

ragam ngoko dengan nada tinggi dan jelas, dilihat dari kata: Mek [mɛ?] “Cuma”,

seket ewu [sɛkət ɛwu] “Lima puluh ribu”, pe [pe] “Mau”, njukut [njukUt]

“Mengambil” dan perilaku berbahasa non verbal yang digunakan oleh penutur

adalah dengan bersikap tegap dan lantang tanpa merunduk karena tidak mengenal

mitra tutur sebelumnya dan usia mitra tutur lebih muda dari penutur. Salah satu

warga Dusun Banjaranyar sebagai penutur menggunakan perilaku berbahasa

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 117: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

102

verbal berupa bahasa Jawa ragam madya, dilihat dari kata: Inggih [IngIh] “Iya”,

telas [təlas] “Habis”, pinten [pintən] “Berapa”. Perilaku berbahasa non verbal

yang digunakan oleh mitra tutur adalah dengan bersikap sopan, santun, dan

menghormati penutur meski tidak saling mengenal.

3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

Masyarakat Pesisir Dusun Banjaranyar Desa Banjarwati

Perilaku berbahasa pada masyarakat Dusun Banjaranyar terkait dengan

bentuk percakapan yang diperoleh saat di lapangan dapat dikelompokkan menjadi

5 kategori, yaitu:

a. Bentuk percakapan oleh masyarakat Dusun Banjaranyar dengan pengasuh

Pondok Pesantren Sunan Drajat

b. Bentuk percakapan oleh masyarakat Dusun Banjaranyar dengan pengurus

Pondok Pesantren Sunan Drajat

c. Bentuk percakapan oleh masyarakat Dusun Banjaranyar dengan para santri

Pondok Pesantren Sunan Drajat

d. Bentuk percakapan oleh masyarakat Dusun Banjaranyar dengan sesama

masyarakat Dusun Banjaranyar, dan

e. Bentuk percakapan masyarakat Dusun Banjaranyar dengan masyarakat

Dusun Sukowati yang tidak berada di lingkungan Pondok Pesantren Sunan

Drajat.

Masyarakat yang berada di lingkungan Pondok Pesantren Sunan Drajat

adalah masyarakat Dusun Banjaranyar Desa Banjarwati. Perilaku berbahasa

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 118: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

103

masyarakat Dusun Banjaranyar dalam sehari-hari menggunakan bahasa Jawa

ragam madya dan krama, hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor,

diantaranya adalah adanya interaksi secara terus-menerus antara masyarakat

Dusun Banjaranyar dengan penghuni Pondok Pesantren Sunan Drajat, baik

dengan pengasuh (kiai), pengurus, maupun santri pondok pesantren tersebut. Hal

tersebut dapat di lihat pada:

1) Data 1, 2, 3, dan 4 dalam bentuk percakapan nomor 3.1.1, masyarakat Dusun

Banjaranyar yang berinteraksi dengan pengasuh Pondok Pesantren Sunan

Drajat menggunakan bahasa Jawa ragam krama untuk menghormati kiai

sebagai pengasuh dari pondok pesantren sekaligus sebagai tokoh pemuka

agama di Dusun Banjaranyar, sedangkan pengasuh Pondok Pesantren Sunan

Drajat menggunakan bahasa Jawa ragam campuran antara krama dan madya

untuk menghargai warga yang menggunakan bahasa sopan dan santun

meskipun dalam tuturan tersebut warga berusia jauh lebih muda dari

pengasuh.

2) Data 5, 6, 7, 8, 9, dan 10 dalam bentuk percakapan nomor 3.1.2, pengurus

pondok pesantren dalam tuturannya menggunakan bahasa Jawa ragam krama

dan madya, masyarakat Dusun Banjaranyar juga menggunakan bahasa Jawa

ragam krama dan madya, hal tersebut dilakukan untuk saling menghormati

mitra tutur.

3) Data 11, 12, 13, 14, dan 15 dalam bentuk percakapan nomor 3.1.3 masyarakat

Dusun Banjaranyar menggunakan bahasa Jawa ragam madya dengan para

santri Pondok Pesantren Sunan Drajat begitu pula sebaliknya, hal tersebut

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 119: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

104

dilakukan karena adanya timbal balik kesopanan antara para santri dengan

masyarakat Dusun Banjaranyar.

4) Data 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, dan 26 dalam bentuk percakapan

3.1.4, masyarakat Dusun Banjaranyar menggunakan bahasa Jawa ragam

krama dengan masyarakat Dusun Banjaranyar itu sendiri.

5) Data 27, 28, 29, 30, dan 31 dalam bentuk percakapan 3.1.5, masyarakat Dusun

Banjaranyar menggunakan bahasa Jawa ragam krama dan masyarakat Dusun

Sukowati yang menggunakan bahasa Jawa ragam ngoko dalam berinteraksi.

Pondok Pesantren Sunan Drajat merupakan sentral kegiatan sehari-hari

masyarakat Dusun Banjaranyar, baik dalam hal ekonomi, pendidikan, ataupun

kegiatan kemasyarakatan lainnya. Hal tersebut memicu adanya interaksi secara

terus menerus antara masyarakat Dusun Banjaranyar dengan penghuni pondok

pesantren.

Pekerjaan masyarakat Dusun Banjaranyar disamping sebagai petani, juga

rata-rata sebagai wiraswasta seperti penjual sayur, penjual makanan, pedagang

kecil, pedagang kaki lima, dan juga penjual jasa seperti warnet, photo copy, ojek

dan tukang becak. Meskipun masyarakat Dusun Bnajaranyar merupakan tergolong

masyarakat pesisir, namun masyarakat tersebut sedikit sekali yang memiliki mata

pencaharian sebagai nelayan, hal tersebut dikarenakan adanya pondok pesantren

sebagai sentral perekonomian lain yang dapat memperoleh keuntungan lebih

besar.

Faktor lain yang melatarbelakangi perilaku berbahasa pada masyarakat

Dusun Banjaranyar terhadap bahasa santri adalah banyaknya masyarakat Dusun

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 120: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

105

Banjaranyar yang memilih untuk mengenyam pendidikan di Yayasan Pondok

Pesantren Sunan Drajat, seperti banyak remaja yang sekolah di Madrasah Aliyah

Sunan Drajat, SMK Sunan Drajat, SMP Sunan Drajat dan yang lainnya. Bahkan

terdapat beberapa masyarakat Dusun Banjranyar yang memilih untuk mondok di

Pondok Pesantren Sunan Drajat meskipun rumah mereka tidak terlalu jauh dari

pondok, hal tersebut dilakukan karena tingginya minat masyarakat Dusun

Banjaranyar untuk dapat mengenyam pendidikan agama yang lebih baik.

Perilaku berbahasa pada masyarakat Dusun Banjaranyar selain

dilatarbelakangi oleh tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap ranah

perekonomian, pendidikan, dan kegiatan kemasyarakatan yang berpusat pada

Pondok Pesantren Sunan Drajat, juga karena adanya habit atau kebiasaan sehari-

hari yang dilakukan oleh penghuni Pondok Pesantren Sunan Drajat terhadap

masyarakat sekitar. Penghuni Pondok Pesantren Sunan Drajat dalam sehari-hari

menggunakan bahasa Jawa ragam madya dan krama baik di lingkungan pondok

pesantren maupun ketika berada di luar pondok pesantren. Seperti ketika berbicara

dengan masyarakat sekitar, santri tetap menggunakan perilaku berbahasa verbal

yang sopan dan santun dalam berbicara dengan siapapun dan santri juga selalu

menggunakan perilaku berbahasa non verbal dengan cara tunduk dan hormat

dengan mitra tutur yang diajak bicara.

Kebiasaan yang dilakukan oleh penghuni Pondok Pesantren Sunan Drajat

itulah yang menimbulkan adanya perilaku berbahasa yang baik pada masyarakat

pesisir Dusun Banjaranyar saat berkomunikasi dengan siapapun. Masyarakat

Dusun Banjaranyar selalu berbahasa secara sopan dan santun dengan

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 121: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

106

menggunakan bahasa Jawa ragam madya dan krama baik saat berhadapan dengan

mitra tutur yang sudah saling kenal, yang tidak saling kenal sebelumnya, maupun

yang mempunyai hubungan keluarga. Hal tersebut sangat berbeda dengan

masyarakat pesisir Dusun Sukowati yang jauh dari lingkungan Pondok Pesantren

Sunan Drajat, selalu berbahasa menggunakan bahasa Jawa ragam ngoko dengan

nada intonasi yang tinggi sesuai dengan identitas berbahasa masyarakat pesisir

pada umumnya.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 122: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

107

BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Bahasa dan ragam bahasa dalam interaksi sosial merupakan salah satu

konsep sosiolinguistik. Perbedaan kelompok sosial dalam masyarakat dapat

dilihat dari perilaku berbahasa sebagai salah satu ciri pengenal. Adanya perilaku

berbahasa dalam suatu masyarakat dapat dilihat dari segi interaksi sosial sehari-

hari yang menggunakan bahasa. Dalam masyarakat, interaksi sosial sangat

berpengaruh terhadap perilaku berbahasa yang nantinya menghasilkan suatu

ragam bahasa tertentu.

Masyarakat pesisir memiliki budaya dan perilaku berbahasa yang berbeda

dengan masyarakat pada umumnya, terutama pada segi intonasi berbicara dan

ragam bahasa yang digunakan. Masyarakat pesisir adalah masyarakat yang tinggal

di daerah pesisir dan sumber kehidupan perekonomiannya bergantung secara

langsung pada pemanfaatan sumberdaya laut dan pesisir.

Desa Banjarwati terdiri dari dua dusun, yaitu Dusun Banjaranyar dan

Dusun Sukowati. Perilaku berbahasa masyarakat pesisir Desa Banjarwati

sebelumnya tidak terbiasa dengan adanya bahasa santri yang merupakan bahasa

Jawa ragam madya dan bahasa Jawa ragam krama yang digunakan dalam sehari-

hari saat berinteraksi dengan orang lain. Masyarakat Desa Banjarwati pada zaman

dahulu saat berkomunikasi dengan sesama masyarakat Desa Banjarwati maupun

dengan mitra tutur yang bukan tergolong masyarakat pesisir mereka hanya

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 123: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

108

menggunakan satu bentuk ragam bahasa Jawa yakni bahasa Jawa ragam ngoko.

Namun, saat meluasnya wilayah Pondok Pesantren Sunan Drajat, pemakaian

ragam bahasa Jawa dengan intonasi yang tinggi dan terkesan kasar sudah berubah,

terutama pada masyarakat Dusun Banjaranyar Desa Banjarwati yang berada di

lingkungan sekitar pondok pesantren. Jika awalnya masyarakat Desa Banjarwati

seluruhnya hanya menggunakan bahasa Jawa ragam ngoko, sekarang mereka

sudah terpengaruh adanya bahasa santri yang menggunakan bahasa Jawa ragam

madya dan krama saat berinteraksi dengan orang lain. Perubahan tersebut hanya

terjadi pada masyarakat Dusun Banjaranyar.

Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa

kultur yang berbeda serta adanya interaksi sosial secara terus menerus antara

masyarakat Dusun Banjaranyar Desa Banjarwati dengan penghuni Pondok

Pesantren Sunan Drajat seperti santri, pengurus, dan pengasuh pondok pesantren

akan menghasilkan suatu perilaku berbahasa yang berbeda dari sebelumnya. Hasil

tuturan yang diperoleh dari interaksi berbahasa yang dilakukan oleh masyarakat

Dusun Banjaranyar Desa Banjarwati yang berada di lingkungan pondok pesantren

jauh berbeda dengan hasil tuturan yang diperoleh dari masyarakat Desa

Banjarwati yang berada jauh dari lingkungan pondok pesantren yaitu pada

masyarakat Dusun Sukowati.

Masyarakat Dusun Banjaranyar memiliki ketergantungan dalam beberapa

hal terhadap keberadaan Pondok Pesantren Sunan Drajat. Pondok Pesantren

Sunan Drajat saat ini menjadi sentral perekonomian pada masyarakat Dusun

Banjaranyar sehingga masyarakat Dusun Banjaranyar yang tergolong sebagai

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 124: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

109

masyarakat pesisir sebagaian besar sudah tidak memilih mata pencaharian sebagai

nalayan. Pondok pesantren tersebut juga sebagai sentral kegiatan bagi penduduk

Dusun Banjaranyar sehingga menimbulkan interaksi berbahasa yang berulang-

ulang setiap hari dengan penghuni pondok pesantren. Selain itu, Pondok Pesantren

Sunan Drajat merupakan penyumbang dana terbesar disetiap kegiatan yang

diadakan oleh Dusun Banjaranyar dan bahkan disetiap kegiatan yang diadakan

oleh penduduk Desa Banjarwati. Pengasuh Pondok Pesantren Sunan Drajat

merupakan pemuka agama sekaligus tokoh yang dianggap penting oleh Desa

Banjarwati terutama oleh warga Dusun Banjaranyar, setiap kegiatan apapun selain

meminta perizinan dari Kepala Desa Banjarwati, izin dan restu dari Kiai Pondok

Pesantren Sunan Drajat sangatlah diperhitungkan. Faktor-faktor tersebutlah yang

mengakibatkan adanya pengaruh bahasa santri terhadap perilaku berbahasa pada

masyarakat Dusun Banjaranyar Desa Banjarwati yang berada di lingkungan

sekitar Pondok Pesantren Sunan Drajat.

4.2 Saran

Kajian ilmu ini hendaknya lebih menitik beratkan perbedaan yang lebih

mendalam mengenai bahasa masyarakat yang terpengaruh oleh adanya Pondok

Pesantren Sunan Drajat dengan masyarakat yang tidak terpengaruh sama sekali

terhadap adanya Pondok Pesantren Sunan Drajat, bukan hanya menitik beratkan

pada masyarakat yang berinteraksi dengan penghuni Pondok Pesantren Sunan

Drajat saja. Sebagai sarana komunikasi bahasa sangatlah penting bagi manusia,

dan dapat digunakan baik sebagai ciri identitas suatu kelompok masyarakat.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 125: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

110

Segala macam perbedaan dalam perilaku berbahasa tidak terlepas dari unsur

kebudayaan dan kebiasaan suatu masyarakat tuturnya, maka dari itu diharapkan

dalam penelitian fungsi dan kegunaan bahasa terkait suatu golongan masyarakat,

peneliti harus jeli melihat dan menganalisa semua aspek maupun faktor yang turut

mempengaruhi objek kajian, hingga akhirnya menimbulkan sebuah tuturan baru

pada suatu masyarakat bahasa tertentu. Bahasa masyarakat pesisir yang berada di

Desa Banjarwati masih bisa dikaji dengan pendekatan etnolinguistik, dialektologi,

atau etnografi komunikasi.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 126: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

111

DAFTAR PUSTAKA

Ardhiarta. 2013. “Kesantunan Berbahasa dalam Interaksi Sosial di Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang: Suatu Kajian Pragmatik”. Skripsi. Surabaya: Universitas Airlangga

Abikusno. 1988. Pepak Basa Jawa. Surabaya: Express Chaer, Abdul. 2010. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Renika Cipta Djajasudarma, Fatimah. 1995. Metode Linguistik Ancangan Metode Penelitian

dan Kajian. Bandung: PT Eresco http://ithinkeducation.blogspot.com/2012/07/tembung-ngoko-kromo-kromo-

inggil-ten.html Indrayanto, Bayu. 2010. Fenomena Tingkat Tutur dalam Bahasa Jawa Akibat

Tingkat Sosial Masyarakat dalam “Magistra” Tahun XXII Nomor 72. Klaten: PBISD Universitas Widya Dharma

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik: Edisi Keempat. Jakarta:

Gramedia Pustaka Luthfiyatin. 2008. “Kesantunan Imperatif dalam Interaksi antar Santri di Pondok

Pesantren Sunan Drajat Banjar Anyar Paciran Lamongan”. Skripsi. Surabaya: Universitas Airlangga

Marsono. 1999. Fonetik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press Nugraheni, Y.E. 2008. “Kesantunan Tuturan Pembeli kepada Penjual di Pasar

Purwoyoso Semarang”. Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro Nurdyansyah. 2014. “Undhak-Usuk Percakapan Kelompok Sosial dalam

Masyarakat Samin Desa Margomulyo Kecamatan Margomulyo Bojonegoro: Kajian Sosiolinguistik”. Skripsi. Surabaya: Universitas Airlangga

Nababan, P.W.J. 1993. Sosiolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama Parera, Jos Daniel. 1991. Pengantar Linguistik Umum Fonetik dan Fonemik.

Ende: Nusa Indah

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 127: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

112

Rokayah. 2010. “Kesantunan Berbahasa dalam Interaksi antara Santri dan Kiai Pondok Pesantren Islam Al-Tauhid Surabaya”. Skripsi. Surabaya: Universitas Airlangga

Spradley, James, P. 1997. Metode Etnografi. Yogyakarta: PT Tiara Wacana Syafyahna, Leni dan Aslinda. Pengantar Sosiolinguistik. 2010. Bandung: PT

Refika Aditama Suwito. 1982. Sosiolinguistik: Teori dan Problema. Surakarta: Henary Offset Sumarsono. 2012. Sosiolinguistik. Yogyakarta: SABDA Setiyanto, Aryo Bimo. 2007. Parama Sastra Bahasa Jawa. Yogyakarta: Panji

Pustaka Verhaar, J.W.M. 1996. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press Wijana, I Dewa Putu. 2004. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: ANDI

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 128: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

113

LAMPIRAN

Lampiran 1

DATA INFORMAN

Nama : K. H. Abdul Ghofur

Usia : 66 Tahun

Alamat : Dusun Banjaranyar Desa Banjarwati, Paciran, Lamongan.

Pendidikan : -

Sebagai : Pengasuh (Kiai) Pondok Pesantren Sunan Drajat

Nama : Siti Hamidah

Usia : 19 Tahun

Alamat : Dusun Banjaranyar Desa Banjarwati, Paciran, Lamongan.

Pendidikan : Madrasah Aliyah

Sebagai : Santri Pondok Pesantren Sunan Drajat

Nama : Ahmad Shiddiq

Usia : 32 Tahun

Alamat : Dusun Banjaranyar Desa Banjarwati, Paciran, Lamongan.

Pendidikan : Tamat SMA

Sebagai : Pengurus Abdi Ndalem Pondok Pesantren Sunan Drajat

Nama : Siti Azimatur Rohmah

Usia : 25 Tahun

Alamat : Bojonegoro

Pendidikan : Tamat SMA

Sebagai : Pengurus Keamanan Pondok Pesantren Putri Sunan Drajat

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 129: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

114

Nama : Zurofah

Usia : 45 Tahun

Alamat : Dusun Banjaranyar Desa Banjarwati, Paciran, Lamongan.

Pendidikan : Tamat SMP

Sebagai : Warga Dusun Banjaranyar Desa Banjarwati, Paciran, Lamongan.

Nama : Arinil Haq

Usia : 19 Tahun

Alamat : Dusun Banjaranyar Desa Banjarwati, Paciran, Lamongan.

Pendidikan : Madrasah Aliyah

Sebagai : Santri Pondok Pesantren Sunan Drajat

Nama : Faridatun Ni’mah

Usia : 22 Tahun

Alamat : Dusun Banjaranyar Desa Banjarwati, Paciran, Lamongan.

Pendidikan : Sekolah Tinggi Agama Islam Radin Qasim (STAIRA)

Sebagai : Mahasiswa dan santri Pondok Pesantren Sunan Drajat

Nama : Nurul Hidayah

Usia : 23 Tahun

Alamat : Gresik

Pendidikan : Sekolah Tinggi Agama Islam Radin Qasim (STAIRA)

Sebagai : Mahasiswa dan santri Pondok Pesantren Sunan Drajat

Nama : Sumiah

Usia : 50 Tahun

Alamat : Dusun Banjaranyar Desa Banjarwati, Paciran, Lamongan.

Pendidikan : Tamat SD

Sebagai : Warga Dusun Banjaranyar Desa Banjarwati, Paciran, Lamongan.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 130: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

115

Nama : Mulyono

Usia : 48 Tahun

Alamat : Dusun Banjaranyar Desa Banjarwati, Paciran, Lamongan.

Pendidikan : Tamat SD

Sebagai : Penjual makanan di Pondok Pesantren Sunan Drajat

Nama : Iin Rikayanti

Usia : 17 Tahun

Alamat : Dusun Banjaranyar Desa Banjarwati, Paciran, Lamongan.

Pendidikan : Madrasah Aliyah Sunan Drajat

Sebagai : Santri Pondok Pesantren Sunan Drajat

Nama : Fathanah

Usia : 49 Tahun

Alamat : Dusun Banjaranyar Desa Banjarwati, Paciran, Lamongan.

Pendidikan : Tamat SMA

Sebagai : Pemilik toko di pasar Desa Banjarwati

Nama : Asri

Usia : 50 Tahun

Alamat : Dusun Banjaranyar Desa Banjarwati, Paciran, Lamongan.

Pendidikan : Tamat SMP

Sebagai : Pemilik usaha jasa laundry

Nama : Taslimah

Usia : 62 Tahun

Alamat : Dusun Banjaranyar Desa Banjarwati, Paciran, Lamongan.

Pendidikan : Tamat SD

Sebagai : Warga Dusun Banjaranyar Desa Banjarwati, Paciran, Lamongan.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH

Page 131: SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT …repository.unair.ac.id/14558/2/gdlhub-gdl-s1-2015-ummahsitim-37212... · 3.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Berbahasa pada

116

Nama : Sumarsono

Usia : 58 Tahun

Alamat : Dusun Sukowati Desa Banjarwati, Paciran, Lamongan.

Pendidikan : Tamat SMP

Sebagai : Warga Dusun Sukowati Desa Banjarwati, Paciran, Lamongan.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI PERILAKU BERBAHASA PADA MASYARAKAT PESISIR DESA BANJARWATI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SITI MASHLAHATUL UMMAH