5
Skenario 1 DEVELOPMENTAL DELAY Seorang anak berusia 3 tahun dibawa ibunya ke klinik tumbuh kembang karena hingga saat ini bicaranya belum lancar. Riwayat proses kehamilan, persalinan, dan kelahiran diakui ibunya berjalan normal tanpa komplikasi. Dari tahap tumbuh kembang, sang ibu menyatakan bahwa anak ini tidak melewati fase merangkak, tetapi hanya mengesot di usia 8 bulanan. Sejak usia 15 bulan, anak ini sering mengalami tantrum ketika keinginannya tidak terpenuhi. Sehari-hari, anak diasuh oleh neneknya, ibu anak ini seorang wanita karir, dan bapaknya sering dinas keluar kota. Saat ini, anak sudah masuk play group sejak usia 2,5 tahun, gurunya melaporkan jika anak seringkali moody dan sulit berbagi mainan di sekolah. Anak ini juga belum tertarik untuk toilet training. Menurut DDST-II, anak ini mengelami keterlambatan dalam beberapa aspek seperti speech dan language delay, serta hambatan interaksi sosial. Dokter menyarankan untuk intervensi dini dan terapi wicara secara rutin. Sumber Pustaka: Behrman, Kliegman, Arvin. 2000. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15. Jakarta. EGC. Hurlock E. Psikologi Perkembangan Ed.5. Jakarta. Erlangga.

Skenario Blok 256

Embed Size (px)

DESCRIPTION

efdgqeijrgadkjfhglikdafhgliuadrhfsgio;uadsrfgiuousedrgiudfgiuhsdligylisudfgluskdgyliusdgsdfg

Citation preview

Skenario 1

DEVELOPMENTAL DELAY Seorang anak berusia 3 tahun dibawa ibunya ke klinik tumbuh kembang karena hingga saat ini bicaranya belum lancar. Riwayat proses kehamilan, persalinan, dan kelahiran diakui ibunya berjalan normal tanpa komplikasi. Dari tahap tumbuh kembang, sang ibu menyatakan bahwa anak ini tidak melewati fase merangkak, tetapi hanya mengesot di usia 8 bulanan. Sejak usia 15 bulan, anak ini sering mengalami tantrum ketika keinginannya tidak terpenuhi. Sehari-hari, anak diasuh oleh neneknya, ibu anak ini seorang wanita karir, dan bapaknya sering dinas keluar kota. Saat ini, anak sudah masuk play group sejak usia 2,5 tahun, gurunya melaporkan jika anak seringkali moody dan sulit berbagi mainan di sekolah. Anak ini juga belum tertarik untuk toilet training. Menurut DDST-II, anak ini mengelami keterlambatan dalam beberapa aspek seperti speech dan language delay, serta hambatan interaksi sosial. Dokter menyarankan untuk intervensi dini dan terapi wicara secara rutin. Sumber Pustaka: Behrman, Kliegman, Arvin. 2000. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15. Jakarta. EGC. Hurlock E. Psikologi Perkembangan Ed.5. Jakarta. Erlangga.

Skenario 2

PICKY EATER

Seorang anak berusia 4,5 tahun datang ke klinik gizi karena sulit makan dan berat badannya sulit naik. Dengan tinggi badan 105 cm, berat badannya hingga kini 15 kg. Ketika masih bayi, anak ini mendapat ASI eksklusif dan MPASI homemade dengan menu puree buah dan sayur selama 2 bulan, baru mulai dikombinasikan. Saat usia 11 bulan, ibunya sakit hingga harus dirawat dan akhirnya anak ini mendapat makanan bubur instan dan menjadi kebiasaan. Pada usia 2 tahun, anak ini mulai sulit makan, seringkali hanya mau makan nasi putih tanpa lauk, tetapi minum susu UHT hampir 1 liter per hari. Mulai usia 3 tahun, anak ini diberi susu formula dengan harapan berat badannya naik dan nafsu makannya bertambah, tetapi tetap saja makannya sulit dan minum susunya tetap lebih sering. Berdasarkan WHO growth chart BB/U menunjukkan anak ini berada di bawah garis hijau dengan BMI 15. Dokter gizi menyarankan keluarga untuk menawarkan dan selalu menyediakan pola makan dengan menu yang bervariasi.

Sumber Pustaka: Behrman, Kliegman, Arvin. 2000. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15. Jakarta. EGC. Hurlock E. Psikologi Perkembangan Ed.5. Jakarta. Erlangga.

Skenario 3 DIFABILITAS

Seorang anak berusia 8 tahun dibawa orang tuanya ke klinik tumbuh kembang karena sering tiba-tiba mengamuk. Anak ini senang menyendiri dan tidak suka bersosialisasi. Jika diajak berbincang, sering menghindar dari kontak mata lawan bicaranya. Ia juga memiliki kesulitan dalam mengeksperikan emosinya. Seringkali ia mengulang suatu perbuatan, misalnya seperti meremas jari tangannya. Perkembangan bicara dan bahasanya baik-baik saja, tingkat intelegensinya juga normal. Orangtua awalnya curiga apakah anaknya ini autis atau ADHD. Jika anaknya sudah menyukai sesuatu, dia akan mengulik hal tersebut terus menerus. Dokter mengatakan gejala yang dialami termasuk ke dalam ASD dan menyarankan agar anak ini mengikuti social skills training.

Sumber Pustaka: Behrman, Kliegman, Arvin. 2000. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15. Jakarta. EGC. Hurlock E. Psikologi Perkembangan Ed.5. Jakarta. Erlangga. Puri BK, Laking PJ, Treasaden IH. 2008. Buku Ajar Psikiatri Edisi 2. Jakarta. EGC. Saddock B, dkk. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis Kaplan Ed.2. Jakarta. EGC.

Skenario 4 Mahasiswa melakukan wawancara dengan remaja dengan tujuan mencapai sasaran belajar sebagai berikut: Identifikasi : - Perubahan yang terjadi pada masa remaja secara biopsikososial - Paparan informasi mengenai perilaku berisiko dan dampaknya - Perilaku berisiko dan persepsi remaja terhadap perilaku berisiko - Akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan remaja Sumber Pustaka: Behrman, Kliegman, Arvin. 2000. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15. Jakarta. EGC. Hurlock E. Psikologi Perkembangan Ed.5. Jakarta. Erlangga. Puri BK, Laking PJ, Treasaden IH. 2008. Buku Ajar Psikiatri Edisi 2. Jakarta. EGC. Saddock B, dkk. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis Kaplan Ed.2. Jakarta. EGC. Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta. Sagung Seto.

Skenario 5

Video “Girl Suffer from SR” Sumber Pustaka: Behrman, Kliegman, Arvin. 2000. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15. Jakarta. EGC. Hurlock E. Psikologi Perkembangan Ed.5. Jakarta. Erlangga. Puri BK, Laking PJ, Treasaden IH. 2008. Buku Ajar Psikiatri Edisi 2. Jakarta. EGC. Saddock B, dkk. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis Kaplan Ed.2. Jakarta. EGC. Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta. Sagung Seto.