95
I. Skenario A Blok 15 Mr. Saman,48 years old,a porter,comes to MH II. Klarifikasi Istilah 1. Chest pain : Nyeri dada 2. Burning : Perasaan seperti terbakar 3. Shortness of breath : Napas pendek 4. Nauseous : Mual,sensasi tidak menyenangkan di epigastrium 5. Sweating : Sekresi keringat fungsional 6. Treadmill examination : Pemeriksaan rekam jantung yang terus berlangsung tanpa henti pada saat pasien sedang menjalankan tingkat latihan yang meningkat 7. Hypertension : Tingginya tekanan darah arteri secara persisten 8. PR (Pulse Rate) : Denyut Nadi 9. Pallor : Berkurangnya kadar oksihemoglobin pada kulit atau membran mukus (pucat) 10. Diaphoresis : Berkeringat terutama berkeringat yang banyak 11. Muffle heart sound : Suara jantung yang menjauh 1

Skenario a Blok 15

Embed Size (px)

DESCRIPTION

TBC

Citation preview

Page 1: Skenario a Blok 15

I. Skenario A Blok 15

Mr. Saman,48 years old,a porter,comes to MH

II. Klarifikasi Istilah

1. Chest pain : Nyeri dada

2. Burning : Perasaan seperti terbakar

3. Shortness of breath : Napas pendek

4. Nauseous : Mual,sensasi tidak menyenangkan di epigastrium

5. Sweating : Sekresi keringat fungsional

6. Treadmill examination : Pemeriksaan rekam jantung yang terus berlangsung tanpa

henti pada saat pasien sedang menjalankan tingkat latihan yang meningkat

7. Hypertension : Tingginya tekanan darah arteri secara persisten

8. PR (Pulse Rate) : Denyut Nadi

9. Pallor : Berkurangnya kadar oksihemoglobin pada kulit atau

membran mukus (pucat)

10. Diaphoresis : Berkeringat terutama berkeringat yang banyak

11. Muffle heart sound : Suara jantung yang menjauh

12. Basal rales : Suara pernapasan abnormal saat auskultasi dan

menunjukkan keadaan patologis

13. Wheezing : Bunyi seperti bersiul yang kontinue terdengar selama

ekspirasi dan inspirasi lebih jelas saat ekspirasi akibat udara

melewati jalan napas yang menyempit atau tersumbat

sebagian (Mengi).

14. ESR : Pemeriksaan laju endap darah

15. CK NAC : Enzim yang berkonsentrasi tinggi pada otot jantung dan

rangka

16. CK MB : Enzim yang berkonsentrasi tinggi di otot dan otak

17. Troponin I : Komplek protein otot jantung yang jika bereaksi dengan

Ca2+ akan mempengaruhi tropomiosin untuk mengawali

1

Page 2: Skenario a Blok 15

kontraksi.

18. Chest-X ray : Rontgen dada

19. CTR : Cardio Thoraxis Ratio,perbandingan antara jantung dan

thorax

20. ECG : Electrocardiography,alat rekam aktifitas listrik jantung

21. Sinus Rythm : Irama yang ditimbulkan aktifitas listrik jantung yang

dicetuskan oleh SA node

III. Identifikasi Masalah

1. Pak.Saman (48 tahun) bekerja sebagai pengangkut barang datang ke RSMH,

mengeluh nyeri dada sejak 3 jam yang lalu ketika dia sedang bekerja dan sakitnya

menjalar sampai ke punggung dan rahang bawah dan terasa seperti terbakar

2. Dia mengeluh napasnya pendek,berkeringat dan mual

3. Sekitar 3 bulan yang lalu dia merasa nyeri di dada kiri saat bekerja

4. Dia belum pernah melakukan pemeriksaan treadmill

5. Dia merupakan perokok berat

6. Pemeriksaan Fisik

7. Pemeriksaan Laboratorium

8. Pemeriksaan Penunjang

IV. Analisis Masalah

1. Pak Saman (48 tahun) bekerja sebagai pengangkut barang datang ke RSMH,

mengeluh nyeri dada sejak 3 jam yang lalu ketika dia sedang bekerja dan sakitnya

menjalar sampai ke punggung dan rahang bawah dan terasa seperti terbakar

a. Mengapa Pak Saman mengalami nyeri dada saat bekerja?

Pak Saman mengalami nyeri dada akut yaitu IMA (infark miokard akut). Pada IMA, nyeri

dada tipikal (angina) merupakan gejala kardinal. Sifat nyeri dada angina yaitu muncul

saat latihan fisik keras ataupun saat bekerja. Pada kasus diatas, Pak Saman yang

merupakan seorang pengangkut barang dapat diklasifikasikan sedang bekerja (keras).

Infark miokard adalah kurangnya oksigen ke otot-otot jantung, apabila ditambah dengan

aktivitas fisik yang keras, maka akan menimbulkan rasa nyeri ketika/ yang dipicu oleh

aktivitas.

b. Bagaimana mekanisme nyeri dada?

2

Page 3: Skenario a Blok 15

Nyeri terbakar yang dirasakan Tn. Saman mengindikasikan adanya nyeri alih yang

berasal dari visera. Nyeri visera mengacu kepada nyeri yang berasal dari organ-organ

tubuh. Reseptor nyeri visera lebih jarang dibandingkan dengan reseptor nyeri somatik dan

terletak di dinding otot polos organ-organ berongga (lambung, kandung empedu, saluran

empedu, ureter, kandung kemih) dan di kapsul organ-organ padat (hati, pankreas, ginjal).

Parenkim visera relatif tidak sensitif terhadap sayatan, panas, atau cubitan. Mekanisme

utama yang menimbulkan nyeri visera adalah peregangan atau distensi abnormal dinding

atau kapsul organ, iskemia, dan peradangan. Pada iskemia miokardium, nyeri

diperkirakan disebabkan oleh penimbunan metabolit dan defisiensi oksigen, yang

merangsang ujung-ujung saraf sensorik di miokardium.

Visera dipersyarafi oleh dua rute: melalui saraf-saraf yang memiliki fungsi autonom

(jalur visera sejati) dan melalui saraf-saraf spinal yang mempersarafi struktur somatik

(jalur parietal). Nyeri yang disalurkan melalui jalur visera sejati kurang jelas

lokalisasinya dan sering dirujuk (dialihkan) ke suatu daerah permukaan kulit (dermatom)

yang dipersarafi oleh segmen medula spinalis yang sama dengan viskus yang nyeri

tersebut. Semua neuron yang dirangsang oleh masukan aferen visera juga dibuktikan

menerima masukan somatik. Persarafan ganda ini mungkin merupakan salah satu alasan

bagi kurangnya lokalisasi rangsangan viseral dan adanya fenomena nyeri alih. Teori

mengenai nyeri alih yang paling luas diterima saat ini adalah teori konvergensi-proyeksi

(Fields, Martin, 2001). Menurut teori ini, dua tipe aferen yang masuk ke segmen spinal

(satu dari kulit dan satu dari struktur otot dalam atau visera) berkonvergensi ke sel-sel

proyeksi sensorik yang sama. Karena tidak memiliki cara untuk mengenai sumber asupan

sebenarnya, otak secara salah “memproyeksikan” sensasi nyeri ke daerah somatik

(dermatom).

3

Page 4: Skenario a Blok 15

Rangsangan patologi dari jantung akan menyebabkan terjadinya nyeri alih pada

dermatom yang dipersarafi oleh saraf spinalis (somatik) C3-T5; yaitu nyeri substernum

yang menyebar ke punggung, ke bawah ke bagian dalam lengan (biasanya kiri), dan

kadang-kadang leher dan rahang.

c. Mengapa nyeri menjalar sampai punggung, & rahang bawah? (mekanisme)

Nyeri alih terjadi karena memiliki dermatome yang samadengan tempat yang terjadi

gangguan atau iritasi. Nyeri alih yang bersifat kontra lateral terjadi karena lamina VII

medulla menerima jaras aferen somatik dan viseral dari kedua sisi tubuh. Otak tidak dapat

membedakan asal nyeri apakah dari viseral atau somatik karena aferen viseral juga

mengaktivasi neuron orde kedua nociceptor somatik.

d. Bagaimana hubungan antara jenis kelamin,usia, & pekerjaan dengan keluhan yang

dialami Pak Saman?

Faktor-faktor risiko terjadinya SKA dapat dibagi menjadi dua yaitu : risiko mayor :

hiperkolesterolemia, hipertensi, merokok, diabetes mellitus dan genetic. Sedangkan risiko

minor antara lain obesitas, stress, kurang olah raga, laki-laki, perempuan menopause.

Hubungan dengan skenario:

- Jenis kelamin dan usia: Menurut The American Heart Association, Kejadiannya lebih

sering pada pria dengan umur antara 45 sampai 65 tahun, dan tidak ada perbedaan dengan

wanita setelah umur 65 tahun. Wanita relatif lebih sulit mengidap penyakit jantung

koroner sampai masa menopause, dan kemudian menjadi sama rentannya seperti pria. Hal

ini diduga oleh karena adanya efek perlindungan estrogen yang mencegah terjdinya

atherosklerosis. (Verheugt, 2008).

Pak Saman termasuk kelompok beresiko terkena SKA, karena berjenis kelamin laki-

laki dan berusia 48 tahun.

- Pekerjaan: Gejala klinis SKA, muncul apabila kebutuhan oksigen melebihi suplai

oksigen ke jantung, seperti pada latihan, stres.

Pak Saman termasuk beresiko tinggi terkena SKA ( hiperlipidemia, merokok),

sehingga akan terbentuk plak pada endotelnya. Hal ini akan mengurangi suplai darah oleh

arteri koroner menuju jantung. Sehingga suplai oksigen menurun, sedangkan kebutuhan

untuk bekerja keras (pekerjaan tukang angkut barang) membutuhkan oksigen yang

banyak bagi jantung. Hipoksia yang terjadi pada jaringan otot jantung memaksa sel untuk

4

http://www.ufrgs.br/imunovet/molecular_immunology/dermatome.jpg

Page 5: Skenario a Blok 15

melakukan metabolisme anaerob, sehingga menghasilkan asam laktat dan juga

merangsang pengeluaran zat-zat iritatif lainnya seperti histamine, kinin, atau enzim

proteolitik seluler merangsang ujung-ujung syaraf reseptor nyeri di otot jantung, impuls

nyeri dihantarkan melalui serat saraf aferen simpatis, kemudian dihantarkan ke thalamus,

korteks serebri, serat saraf aferen, dan dipersepsikan nyeri. Hal ini akan menimbulkan,

gejala yang dialami oleh pak Saman, chest pain yang menjalar ke punggung, rahang

bawah, dll. Distribusi nyeri sesuai dengan dermatom diamana organ tersebut berasal saat

embrio yakni C3-T5. Sehingga nyeri dari jantung akan dialihkan ke permukaan tubuh

bagian yang dipersarafinya (dada, punggung, lengan, rahang bawah, epigastrium).

e. Jelaskan mengenai anatomi dada secara singkat !

Thorax (atau dada) adalah daerah tubuh yang terletak di antara leher dan abdomen.

Thorax rata di bagian depan dan belakang tetapi melengkung di bagian samping. Rangka

dinding thorax yang dinamakan cavea thoracis dibentuk oleh columna vertebralis di

belakang, costae dan spatium intercostale di samping, serta sternum dan cartilage costalis

di depan. Di bagian atas, thorax berhubungan dengan leher dan di bagian bawah

dipisahkan dari abdomen oleh diafragma. Ca vea thoracis melindungi paru dan jantung

yang merupakan tempat perlekatan otot-otot thorax, ekstremitas superior, abdomen dan

punggung.

Cavitas thoracis (rongga thorax) dapat dibagi menjadi: bagian tengah yang disebut

mediastinum dan bagian lateral yang ditempati pleura dan paru. Paru diliputi oleh selapis

membrane tipis yang disebut pleura visceralis, yang beralih di hilus pulmonalis (tempat

saluran udara utama dan pembuluh darah masuk ke paru-paru) menjadi pleura parietalis

dan menuju ke permukaan dalam dinding thorax. Dengan cara ini terbentuk dua kantong

membranosa yang dinamakan cavitas pleuralis pada setiap sisi thorax, diantara paru-paru

dan dinding thorax.

f. Apa saja jenis-jenis nyeri dada?

Nyeri Akut

Akut sendiri bermakna sebagai suatu kejadian yang langsung terjadi pada saat itu juga

tanpa memiliki proses waktu yang panjang dalam perjalanan penyakitnya. Seperti

misalnya seseorang yang keracunan Thallium akan langsung meninggal, ketimbang

dengan orang yang keracunan arsen dalam jumlah kecil terus-menerus sehingga

menyebabkan kegagalan organ.

5

Page 6: Skenario a Blok 15

Nyeri akut sendiri dapat dikategorikan sebagai suatu peringatan tubuh pada pasien, karena

dengan nyeri tersebut dapat dimungkinkan bagi pasien bersama tenaga kesehatan dan

tenaga medis menganalisa tingkat keparahan suatu penyakit dari pasien.

Nyeri akut sendiri dapat dibagi lagi tergantung dari tempat sakitnya.

Nyeri pada daerah superfisial yang disebabkan oleh memar, iritasi bahan kimia, dan

rangsangan suhu.

Nyeri pada daerah somatik dalam yang disebabkan oleh injeksi iritan kimia, infark,

dan iskemia.

Nyeri pada daerah viseral yang selalu dikaitkan dengan terjadinya inflamasi.

Nyeri Kronik

Nyeri kronik dapat disebabkan oleh nyeri akut yang dalam suatu kondisi tidak cepat

pulih. Nyeri kronik dibedakan lagi menjadi beberapa subtipe, yaitu:

Nyeri di antara waktu penyembuhan nyeri akut.

Nyeri yang berkaitan dengan adanya penyakit kronik, misalnya: osteoartrithis.

Nyeri tanpa penyebab yang diketahui, misalnya: fibromyalgia.

g. Dimana saja lokasi nyeri alih pada nyeri dada pada penyakit jantung?

6

Page 7: Skenario a Blok 15

2. Dia mengeluh napasnya pendek,berkeringat dan mual

a. Bagaimana mekanisme napas pendek,berkeringat dan mual?

- Napas pendek : Karena jika terjadi iskemia atau infark pada dinding jantung maka

kemampuan jantung untuk berkontraksi berkurang, sehingga cardiac output menurun.

Terjadi hipoksia jaringan sehingga meningkatkan asam laktat. Dan memicu frekuensi

nafas yang cepat.

- Dispneu: ketidakmampuan jantung untuk berkontraksi secara optimal, menyebabkan

kenaikan tekanan jantung ventrikel kiri. Kemudian disalurkan ke atrium kiri dan vena

pulmonalis. Bila tekanan hidrostatik kapiler meningkat maka terjadi proses transudasi ke

ruang interstitial.

- Berkeringat: Apabila jantung mengalami iskemia atau infark. Maka kemampuan

dinding jantung untuk berkontraksi melemah sehingga cardiac output menurun. Sehingga

terjadi aktivasi syaraf simpatis sebagai kompensasi untuk meningkatkan kontraksi dan

frekuensi denyut jantung, sehingga timbul takikardi. Selain itu, Perangsangan syaraf

simpatis pada post ganglion kolinergik yang mempersarafi kelenjar keringat, akan

merangsang ekresi keringat yang berlebihan.

- Mual: Pada skenario terjadi infark pada septum dan iskemia pada dinding inferior

jantung. Sehingga terjadi perubahan metabolisme aerob menjadi anaerob yang

menghasilkan asam laktat, serta poduk asam iritan lainnya yang merangsang saraf nyeri

pada jantung. Pada bagian inferior jantung terdapat distribusi dari nervus vagal. Nyeri dan

perangsangan pada nervus vagus aferen akan diteruskan ke batang otak sebagai pusat

muntah. Mual merupakan pengenalan secara sadar terhadap eksitasi pada daerah medula

yang secara erat berhubungan dengan pusat muntah. Perasaan tidak nyaman seperti mual

dan ingi muntah ini disebut nausea. (Guyton:865,866)

-

b. Bagaimana hubungan keseluruhan antar gejala?

Secara umum, orang yang menderita penyakit jantung koroner akan menunjukkan gejala -

gejala lemas, nyeri di dada kiri, kemudian menjalar ke lengan kiri dan dileher. Sering juga

diikuit dengan kembung di perut

Nyeri dada (angina). Angina dipicu oleh tekanan fisik atau emosional. Ini biasanya hilang

dalam beberapa menit setelah menghentikan aktivitas yang menyebabkan tekanan. Pada

7

Page 8: Skenario a Blok 15

perempuan, rasa nyeri ini mungkin terasa sekilas atau tajam di bagian perut, punggung,

atau lengan.

Sesak nafas. Jika jantung tidak dapat memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan

tubuh, kita akan mengalami sesak nafas atau merasa kelelahan secara ekstrem tanpa

tenaga

Rasa tercekik (angina pektoris). Kondisi ini timbul secara tak terdugadan hanya timbul

jika jantung dipaksa bekerja keras, contoh: fisik dipaksa bekerja keras atau mengalami

tekanan emosional. 

 

• Nyeri dada

Terdapat atherosclerosis akibat dari gaya hidup ketidak adekuat suplay oksigen ke sel-

selmiokardium iskemia miokardium otot yang iskemia membebaskan zat-zat asam

sepertiasam laktat (sel miokardium menggunakan glikolisis anaerob

a sam l ak t a t >> PH m i o k a r d i u m < < a t a u p e n g e l u a r a n s u b s t a n s i

P ( b r a d i k i n i n , p r o s t a g l a n d i n , s e n y a w a  polipeptida) dan atau pengeluaran

histamine, kinin atau enzim proteolitik selular, dari factor-faktor diatas tidak cepat

dibawa oleh aliran darah akibat dari gerakan yang lambat akanmemicu

reseptor ujung saraf bebas membangkitkan potensial aksi akan diteruskan

kesaraf afferent ke pusat nyeri (di gyrus pre dan post sentralis korteks serebri) sensasi

nyeri(visceral) yang menjalar.

• Berkeringat

Sensari nyeri (visceral) stimulasi saraf otonom simpatisberkeringat

•Mual

Sensari nyeri (visceral) stimulasi saraf otonom parasimpatis mual

3. Sekitar 3 bulan yang lalu dia merasa nyeri di dada kiri saat bekerja

a. Bagaimana mekanisme perjalanan penyakit nyeri dada sejak 3 bulan yang lalu hingga

saat ini?

3 bulan lalu masih stable angina. Sekarang juga masih stable angina. Belum beranjak

menjadi Unstable angina. Angina stabil adalah tahap awal. Setelah atherosklerosis

tentunya

8

Page 9: Skenario a Blok 15

4. Dia belum pernah melakukan pemeriksaan treadmill

a. Apa fungsi dari pemeriksaan treadmill?

Treadmill adalah perekaman EKG yang terus berlangsung tanpa henti. Kegunaannya

adalah untuk menilai kondisi jantung dengan cara merekam jantung disertai latihan fisik.

Selain dapat mendeteksi aritmia, treadmill juga dapat digunakan sebagai tes skrining yang

dapat mendeteksi adanya penyempitan arteri koroner yang dapat membatasi suplai

oksigen ke otot jantung.

b. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan treadmill?

Menurut Wilmore (2008), treadmill merupakan salah satu alat ergometer yang paling

sering digunakan. Ergometer adalah alat olahraga yang intensitas kerjanya dapat dikontrol

dan diukur. Treadmill secara umum memiliki nilai kepercayaan tinggi dalam

memperlihatkan nilai denyut jantung, kebutuhan oksigen serta ventilasi.

Menurut Jones (2007), treadmill test dapat dibagi menjadi beberapa tahap. Tahap pertama

digunakan untuk menentukan kebutuhan oksigen dan respon denyut jantung terhadap

rentang kecepatan berlari. Dimana setiap tahapan berdurasi 3 menit dan ditingkatkan 1,0

km per jam untuk setiap tahapan. Subjek minimal dapat menyelesaikan 5 tahapan pertama

dan maksimal 9 tahapan.

Pada latihan uji berbeban, elektrode ditempatkan di berbagai bagian dada dan sebuah alat

pengukur tekanan darah dipasang di lengan. Anda kemudian berjalan di atas treadmill

sementara elektrokardiogram merekam reaksi jantung terhadap beban yang semakin

meningkat.

Ketika tingkat kecepatan treadmill secara bertahap dinaikkan dan usaha melakukannya

semakin berat, denyut jantung akan meningkat. Uji jantung ini juga bisa digunakan untuk

mengevaluasi gejala seperti sakit dada atau sesak napas selama latihan.

Treadmill tes merupakan suatu bentuk pemeriksaan yang digunakan untuk mengetahui

kemampuan maksimal kerja jantung pada saat melakukan aktifitas. Pada pemeriksaan ini

pasien diharuskan berjalan diatas ban treadmill   dan setiap 3 menit beban maupun

kecepatan alat tersebut akan ditingkatkan. Tes dihentikan apabila pasien ada keluhan, atau

target nadi maksimal telah dicapai atau adanya perubahan terhadap rekaman EKG

maupun tekanan darah yang tidak normal.

c. Apa saja indikasi dilakukan pemeriksaan treadmill?

9

Page 10: Skenario a Blok 15

Indikasi dilakukan Treadmill Test:

Penderita yang diduga menderita kelainan jantung koroner (mempunyai gejala

kadang-kadang nyeri dada, sesak nafas, mudah lelah)

Penderita dengan faktor resiko penyakit jantung koroner (riwayat keluarga, usia > 40

th, Cholesterol tinggi, mempunyai penyakit kencing manis/DM, tekanan darah

tinggi/Hipertensi)

Evaluasi pengobatan pasien penyakit jantung koroner dan hipertensi

Medical Chek Up

Untuk mencari adanya irama jantung yang tidak teratur (ireguler) yang dipicu oleh

aktivitas. 

Pemeriksaan treadmill tidak diperbolehkan pada kondisi-kondisi sebagai berikut :

1. Infark miokard akut atau komplikasi infark miokard

2. Perubahan hasil EKG yang signifikan yang menunjukkan keadaan infark atau keadaan

akut jantung

3. Angina yang tidak stabil

4. Gagal jantung kongestif

5. Ventricular atau atrial disaritmia

6. Memiliki sejarah penggunaan obat-obatan seperti digoxin, diuretic, sedative,

psikotropika

7. Stenosis aortic atau Left ventricular hypertrophy

8. Dicurigai aneurism

9. Miokarditis atau miokardiopati

10. Thrombophlebitis aktif

11. Emboli sistemik atau paru 3 bulan terakhir

12. Sedang menderita penyakit infeksi.

5. Dia merupakan perokok berat

a. Apa hubungan perokok berat dengan penyakit yang Pak.Saman alami?

10

Page 11: Skenario a Blok 15

Pada orang-orang yang merokok, ditemukan kadar HDL-nya rendah. Itu artinya,

pembentukan kolesterol baik, yang bertugas membawa lemak dari jaringan ke hati

menjadi terganggu. Sementara kebalikannya justru terjadi pada kadar LDL-nya. Pada

orang yang merokok ditemukan kadar LDL-nya tinggi, berarti lemak dari hati justru

dibawa kembali ke jaringan tubuh. Belum ada penelitian khusus yang bias menjelaskan

bagaimana mekanisme penurunan HDL oleh rokok.

Beberapa bahan kimia yang terdapat di dalam rokok dan mampu memberikan efek

yang mengganggu kesehatan antara lain nikotin, tar, gas karbon monoksida dan berbagai

logam berat seseorang akan terganggu kesehatan bila merokok secara terus menerus. Hal

ini disebabkan adanya nikotin di dalam asap rokok yang diisap. Nikotin dalam rokok

dapat mempercepat proses penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah. Nikotin juga

meningkatkan kadar gula darah, kadar asam lemak bebas, dan meningkatkan agresi sel

pembekuan darah.

Rokok juga mengandung gas karbon monoksida (CO) yang bisa membuat

berkurangnya kemampuan darah untuk membawa oksigen. Gas ini bersifat toksis yang

bertentangan dengan gas oksigen dalam transport hemoglobin.

6. Pemeriksaan Fisik

a. Bagaimana intreperetasi dan mekasnisme abnormal hasil pemeriksaan fisik?

Pemeriksaa

n Fisik

Hasil

Pemeriksaan

Nilai

Normal

Interpretasi

Pernafasan Dsypnea - Gangguan jantung dan

paru /obesitas

BMI Ht: 170 cm,

BW: 92 kg

BMI31,83

kg/m2

18,5-22,9 Obesitas Tingkat II

BP 100/70 120/80 Hipotensi

HR 115 bpm

reguler

60-100

bpm

Tachycardia

kompenasai

kekurangan O2

jaringan

PR 115 bpm,

reguler, equal

60-100

bpm,

reguler

11

Page 12: Skenario a Blok 15

RR 24x/menit 12-20

x/menit

Tinggi

Warna kulit Pallor Tidak

pucat

Hipotensi perfusi

perifer

JVP <5-2> <5-2> Normal

Basal Rales (+) (-) Normal

Wheezing (-) (-) Normal

Liver (-) (-) Normal

Ankle (-) (-) Normal

Diaphoresis (+) (-)

Muffle heart

sound

(+) (-) Terdapat darah diruang

perikardium

Dsypnea

Gagal jantung CO perfusi O2 di perifer jaringan kekurangan O2

kemoreseptor O2 di badan karotis serabut aferen melaui nervus glosofaringeus

pusat pengaturan pernafasan di medulla mekanisme kompensasi nafas cepat dan

pendek

BMI

Nilai BMI didapat melalui perhitungan berikut: BMI= Berat Badan(Kg) / Tinggi

Badan(M)2.

Pada Mr. Sam’an: BMI = BB/TB2 = 92 kg/(1,70m)2 = 31,83kg/m2

Jadi pada Mr. Sam’an nilai BMI–nya adalah 31,83 kg/m2 dan tergolong obesitas tingkat I

untuk kriteria umum WHO dan obesitas tingkat II kriteria WHO untuk wilayah Asia

Pasifik

BMI menurut WHO dan Asia pasifik adalah sebagai berikut:

12

BMI(kg/m2) Klasifikasi

< 18,5 Berat Badan Kurang

18,5-24,9 Normal

25-29,9 Berat Badan Lebih

30-34,9 Obesitas Tingkat I

35-39,9 Obesitas Tingkat II

>39,9 Obesitas Tingkat III

BMI(kg/m2) Klasifikasi

< 18,5 Berat Badan

Kurang

18,5-22,9 Normal

23,0-24,9 Berat Badan

Lebih

25,0-29,9 Obesitas

Tingkat I

¿ 30,0 Obesitas

Tingkat II

Page 13: Skenario a Blok 15

Hipotensi

Hipotensi akibat kekurangan perfusi jaringan dan pertanda bahwa telah terjadi iskemia

yang cukup luas di miokardium

HR dan PR

Atherosklerosis IMA curah jantung ↓ perfusi jaringan ↓ aktivasi simpatis

sekresi katekolamin ↑ frekuensi kontraksi jantung tachycardia

Pallor

Iskemik jantung yang luas kegagalan kompensasi hipotensi << perfusi jaringan

perifer pallor

Diaphoresis

HR ↑ perapatan aliran darah terbentuk konduksi panas oleh darah merangsang

area preoptik (dibagian anterio hipotalamus) ke medulla spinalis melalui jaringan saraf

otonom ke kulit seluruh tubuh melalui jaras simpatis merangsang kelenjar keringat

berkeringat (diaphoresis)

Muffle heart sound

Infark transmural dinding nekrotik yang tipis pecah perdarahan masif ke dalam

kantong perikardium yang relatif tidak elastis dan tidak berkembang kantong

perikardium terisi darah menekan jantung saat auskultasi terdengar muffle heart

sounds

7. Pemeriksaan Laboratorium

a. Bagaimana intrepretasi dan mekanisme hasil pemeriksaan laboratorium?

Pemeriksaan Nilai Normal Interpretasi

Hemoglobin 13 gr% - 18 gr% (Lk) 14 g/dl

13

Page 14: Skenario a Blok 15

11,5 gr% - 16,5 gr%

(Pr)

(normal)

Trombosit 150.000-400.000/mm3

214.000/mm3

(normal)

Leukosit5.000-10.000/mm3 9.800/mm3

(normal)

LED/ESR

0-15 mm/jam (Lk)

0-20 mm/jam (Pr)

20 /mm3

(normal)

Kolesterol total 150 – 200 mg/dL 345 mg/dl

(tinggi)

Hiperlipidemia

HDL

LDL

45 – 65 (P)

35 – 55 (L) mg/dL

< 100 mg/dL

38 mg%

(rendah)

Hiperlipidemia

194 mg %

(tinggi)

Hiperlipidemia

Trigliserid 120 – 190 mg/dL Normal

Kolesterol Total, Konsensus lipid ( < 200 mg/dl =Yang diinginkan, 200-239 mg/dl=

batas tinggi, > 240 mg/dl=Tinggi)

Kolesterol Alfa (HDL), Konsensus lipid ( < 40 mg/dl =rendah,   > = 60 mg/dl =Tinggi)

Kolesterol LDL (Direk), Konsensus lipid ( < 100 mg/dl =Optimal, 100-129 mg/dl=

mendekati optimal, 130-159 mg/dl= Batas tinggi, 160-189 mg/dl=Tinggi)

14

Page 15: Skenario a Blok 15

Trigliserida, Konsensus lipid ( < 150 mg/dl =Normal, 150-199 mg/dl= Batas tinggi, 200-

499 mg/dl= Tinggi, >=500 mg/dl=Sangat Tinggi)

Rasio Kolesterol Total/C.HDL, Berdasarkan Cardio risk index ratio (CRI) (<3 = Low

Risk, 3-6 = Normal, >6 = High Risk)

Different count/ hitung jenis leukosit

Urutan : basofil/eosinofil/Netrofil batang/Netrofil

  segmen/limfosit/Monosit

Nilai normal : 0,4-1/1-3/0-5/50-65/25-35/4-6

0/2/5/65/22/6 (NORMAL)

G lukosa puasa : 60-100 mg/dl

 Glukosa 2 jam PP: 70-150 mg/dl

Glukosa sewaktu : 60-150 mg/dl

Gula darah sewaktu <200 = normal (155mg/dl)

100-200= dilakukan pemeriksaan lanjutan OGTT

Urine glukose (-): Normal

Sedimen ; Normal

CK MB: 67 U/L (tinggi) => Infark miokard akut

Normal = < 10 U/L

CK-MB Merupakan Isoenzim CK. Seperti kita ketahui ada beberapa jenis CK yaitu CK-

MM, CK-BB dan CK-MB. M artinya muscular/skelet (otot) dan B artinya brain (otak).

Jumlah CK-MB ternyata lebih banyak di dalam otot jantung sehingga spesifik untuk

kelainan jantung. CK-MB Meningkat pada angina pektoris beratatau iskemik reversibel.

Kadar meningkat 4-8 jam setelah infark.Mencapai puncak 12-24 jam kemudian kadar

menurun pada hari ke-3. Kriteria untuk diagnosis IMA adalah : CK-MB > 16 U/l, CK-

Total > 130 U/l dan CK-MB > 6% dari CK Total.

CK NAC = 373 U/L (TINGGI)

Merupakan enzim berkonsentrasi tinggi pada jantung dan otot rangka.

Nilai Normal :

Pria : 30-180 IU/L

Wanita : 25-150 IU/L

peningkatan pada CK mengindikasikan adanya kerusakan pada miokardium.

15

Page 16: Skenario a Blok 15

Troponin I= 0,2 ng/ml (meningkat)

Normal = <0.03 ng/mL

Cardiac Troponin

Filamen otot jantung terdiri atas :Actin, Myosin dan Troponin regulatory complex.

Troponin terdiri atas 3 sub-units TnC, TnT& TnI. BM TnT = 37.000 dan BM TnI =

24.000. Fraksi troponin total ditemukan bebas dalam sitosol. Berikut penjelasan singkat

tentang Troponin :

a. Kompleks pengatur kontraksi otot

b. Dilepaskan secara cepat, mis : dari cytosolic pool

c. Prolonged release karena degradasi myofilaments

d. Bentuk yang berbeda antara otot skelet dan miokard

e. Spesifitas tinggi untuk cedera miokard.

f. Sensitif untuk kerusakan miokard dalam jumlah kecil.

Enzim cTn T dan cTn I terdapat pada otot jantung, menigkat setelah 2 jam bila ada infark

miokard dan mencapai puncak dalam 10-24 jam. cTn I masih bertahan setelah 5-10 hari.

8. Pemeriksaan Penunjang

a. Bagaimana intrepretasi dan mekanisme hasil pemeriksaan penunjang?

ELEKTROKARDIOGRAM

Pemeriksaan EKG 12 sandapan harus dilakukan pada semua pasien dengan nyeri dada

atau keluhan yang dicurigai STEMI. Pemeriksaan ini harus dilakukan segera dalam 10

menit sejak kedatangan di IGD. Pemeriksaan EKG di IGD merupakan landasan dalam

menentukan keputusan terapi karena bukti kuat menunjukkan gambaran elevasi segmen

ST dapat mengidentifikasi pasien yang bermanfaat untuk dilakukan terapi reperfusi. Jika

pemeriksaan EKG awal tidak diagnostic untuk STEMI tetapi pasien tetap simptomatik

dan terdapat kecurigaan kuat STEMI, EKG serial dengan interval 5-10 menit atau

pemantauan EKG 12 sandapan secara kontinyu harus dilakukan untuk mendeteksi potensi

perkembangan elevasi segmen ST. Pada pasien dengan STEMI inferior, EKG sisi kanan

harus diambil untuk mendeteksi kemungkinan infark pada ventrikel kanan.

Sebagian besar pasien dengan presentasii awal elevasi segmen ST mengalami evolusi

menjadi gelombang Q pada EKG yang akhirnya didiagnosis infark miokard gelombang

Q. Sebagian kecil menetap menjadi infark miokard gelombang non Q. Jika obstruksi

thrombus tidak total, obstruksi bersifat sementara atau ditemukan banyak kolateral,

16

Page 17: Skenario a Blok 15

biasanya tidak ditemukan elevasi segmen ST. Pasien tersebut biasanya mengalami angina

pectoris tak stabil atau non STEMI. Pada sebagian pasien tanpa elevasi ST berkembang

tanpa menunjukka gelombang Q disebut infark non Q. Sebelumnya istilah infark miokard

transmural digunakan jika EKG menunjukkan gelombang Q atau hilangnya gelombang R

dan infark miokard non transmural jika EKG hanya menunjukkan perubahan sementara

segmen ST dan gelombang T. Namun ternyata tidak selalu ada korelai gambaran

patologis EKG dengan lokasi infark (mural/transmural) sehingga terminology IMA

gelombang Q dan non Q menggantikan IMA mural/nontransmural.

No Pemeriksaan HasilKeadaan

normalInterpretasi

1

Cor

a. CTR

b. bentuk

< 50%

normal

< 50%

normal

normal

normal

2Lung

(bronkovaskuler)normal normal baik

3

ECG

a. irama

b. axis

c. Q wave

d. ST

sinus

normal

normal

meningkat pada

awal V1-V4 dan

menurun pada

awal II, III, aVF

sinus

normal

normal

normal

Meningkat

pada V1-

V4 = infark

anteroseptal

Menurun

pada II,III

dan aVF =

iskemik

inferior

4 Heart rate 117 bpm, teratur

60-100

bpm,

teratur

takikardi

17

Page 18: Skenario a Blok 15

9. Apa saja diagnosis banding dari kasus ini dan cara menegakkan diagnosis dan

WDnya?

Diagnosis banding nyeri dada STEMI antara lain perikarditis akut, emboli paru, diseksi

aorta akut, kostokondritis dan gangguan gastrointestinal. Nyeri dada tidak selalu

ditemukan pada STEMI. Infark miokard akut dengan elevasi ST (STEMI) tanpa nyeri

lebih sering dijumpai pada diabetes mellitus dan usia lanjut.

Symptom & SignCHF karena

PJK

CHF karena

Valvular

Desease

CHF karena

Hipertensi

Pulmonar

Primer

Nyeri dada √ √ √

Sesak nafas √ √ √

Lelah √ √ √

Mual √ √ √

Denyut nadi (HR)

√ √ √

Tekanan darah ↓ √ ? ?

Edema √ √ √

JVP ↑ √ √ √

Wheezing √ ? -

Hepatomegali √ √ √

DIAGNOSIS

Diagnosis IMA dengan elevasi ST ditegakkan berdasarkan anamnesis nyeri dada yang

khas dan gambaran EKG adanya elevasi ST > 2 mm, minimal pada 2 sandapan prekordial

yang berdampingan atau > 1 mm pada 2 sandapan ekstremitas. Pemeriksaan enzim

jantung, terutama troponin T yang meningkat, memperkut diagnosis, namun keputusan

memberikan terai revaskularisasi tak perlu menunggu hasil pemeriksaan enzim,

mengingat dalam tatalaksana IMA, prinsip utama penatalaksanaan adalah time is muscle.

ANAMNESIS

Pasien yang datang dengan keluhan nyeri dada perlu dilakukan anamnesis secara cermat

apakah nyeri dadanya berasal dari jantung atau dari luar jantung. Jika dicurigai nyeri dada

yang berasal dari jantung perlu dibedakan apakah nyerinya berasal dari koroner atau

18

Page 19: Skenario a Blok 15

bukan. Perlu dianamnesis pula apakah ada riwayat infark miokard sebelumnya serta

faktor-faktor risiko antara lain hipertensi, diabetes mellitus, dislipidemia, merokok, stress

serta riwayat sakit jantung koroner pada keluarga.

Pada hampir setengah kasus, terdapat faktor pencetus sebelum terjadi STEMI, seperti

aktivitas fisik berat, stress emosi atau penyakit medis atau bedah. Walaupun STEMI bisa

terjadi sepanjang hari atau malam, variasi sirkadian dilaporkan pada pagi hari dalam

beberapa jam setelah bangun tidur.

NYERI DADA

Bila dijumpai pasien dengan nyeri dada akut perlu dipastikan secara cepat dan tepat

apakah pasien menderita IMA atau tidak. Diagnosis yang terlambat atau yang salah,

dalam jangka panjang dapat menyebabkan konsekuensi yang berat.

Nyeri dada tipikal (angina) merupakan gejala kardinal pasien IMA. Seorang dokter harus

mampu mengenal nyeri dada angina dan mampu membedakan dengan nyeri dada lainnya,

karena gejala ini merupaka petanda awal dalam pengelolaan pasien IMA.

Sifat nyeri dada angina sebagai berikut:

Lokasi: substernal, retrosternal dan prekordial

Sifat nyeri: rasa sakit, seperti ditekan, rasa terbakar, ditindih benda berat, seperti

ditusuk, rasa diperas dan dipelintir

Penjalaran: biasanya ke lengan kiri, dapat juga ke leher, rahang bawah, gigi,

punggung/interskapula, perut dan dapat juga ke lengan kanan

Nyeri membaik atau hilang dengan istirahat, atau obat nitrat

Faktor pencetus: latihan fisik, stress emosi, udara dingin,, dan sesudah makan

Gejala yang menyertai: mual, muntah, sulit bernapas, keringat dingin, cemas dan

lemas

PEMERIKSAAN FISIS

Sebagian besar pasien cemas dan tidak bisa istirahat (gelisah). Seringkali ekstremitas

pucat disertai keringat dingin. Kombinasi nyeri dada substernal .30 menit dan banyak

keringat dicurigai kuat adanya STEMI. Sekitar seperempat pasien infark anterior

mempunyai manifestasi hiperaktivitas saraf simpatis (takikardia dan/ atau hipotensi) dan

hampir setengah pasien infark inferior menunjukkan hiperaktivitas parasimpatis

(bradikardia dan/ atau hipotensi).

19

Page 20: Skenario a Blok 15

Tanda fisis lain pada disfungsi ventricular adaah S4 da S3 gallop, penurunan intensitas

bunyi jantung pertama dan split paradoksikal bunyi jantung kedua. Dapat ditemukan

murmur midsistolik atau late sistolik apical yang bersifat sementara karena disfungsi

apparatus katup mitral dan pericardial friction rub. Peningkatan suhu sampai 38oC dapat

dijumpai dalam minggu pertama pasca STEMI.

10. Bagaimana epidemiologi dari kasus ini?

Penyakit jantung koroner yang bermanifestasi klinis akut sebagai SKA sampai saat ini

masih merupakan penyebab kematian utama di berbagai benua mulai dari Amerika, Eropa

dan Asia yang meliputi juga Indonesia.

            Di Amerika Serikat, lebih dari 13 juta pasien menderita penyakit arteri koroner

dan setiap tahunnya lebih dari 1,1 juta pasien menderita IMA. Selanjutnya, 150.000

pasien didiagnosa setiap tahunnya dengan UAP. Kematian karena aterosklerotik arteri

koroner terhitung hampir 50 % dari seluruh kematian jantung, dan 50% dari kematian

karena aterosklerotik arteri koroner terjadi secara tiba-tiba. Takada et al menguji

individual dengan infark miokard lama yang meninggal secara tiba-tiba selama periode

1998-2001. Hasil dari analisis patologi yang mereka lakukan menyatakan bahwa

kematian tiba-tiba yang disebabkan SKA adalah 55 %, aritmia fatal 24 %, kegagalan

pompa jantung 14 %, dan penyebab lain adalah 6 % kasus. Penemuan-penemuan ini

ditandai dengan plak arteri koroner yang ruptur pada infark lama adalah penyebab utama

kematian jantung secara tiba-tiba dengan infark miokard yang lama. Berdasarkan laporan

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC/NCHS), 879.000 pasien dengan

diagnosa SKA pada tahun 2003 di Amerika Serikat (767.00 IMA dan 112.000 UAP), dan

berdasarkan laporan National Heart, Lung, and Blood Institute/Framingham Heart

Study (NHLBI/FHS), penyakit jantung koroner terdiri lebih dari setengah kejadian

kardiovaskuler pada pria dan wanita dibawah umur 75 tahun. Investigasi data dari 7.733

partisipan di Framingham Heart Study,Lyoyd-Jones et al mendemonstrasikan bahwa

risiko seumur hidup dari kejadian koroner setelah umur 40 tahun adalah 49% pada pria

dan 32% pada wanita. Studi NHLBI ARIC (Atherosclerotic Risks in Communities) juga

menyatakan bahwa umur rata-rata disesuaikan dengan laju insiden penyakit jantung

koroner per 1000 orang/tahun adalah 12,5 pada pria kulit putih dan 10,6 pada pria kulit

hitam, 4,0 pada wanita kulit putih, dan 5,1 pada wanita kulit hitam.

            Di Indonesia, data lengkap mengenai penyakit jantung koroner belum ada. Pada

survei kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1992, kematian akibat penyakit

20

Page 21: Skenario a Blok 15

kardiovaskuler menempati urutan pertama (16%) untuk umur di atas 40 tahun. SKRT

pada tahun 1995 di Pulau Jawa dan Pulau Bali didapatkan kematian akibat penyakit

kardiovaskuler tetap menempati urutan pertama dan persentasenya semakin meningkat

(25%) dibandingkan dengan SKRT tahun 1992. Di Makassar, didasari data yang

dikumpulkan oleh Alkatiri di empat rumah sakit selama 5 tahun (1985 sampai 1989),

ternyata penyakit kardiovaskuler menempati urutan ke 5 sampai 6 dengan persentase

berkisar antara 7,5 sampai 8,6%. Penyakit jantung koroner terus-menerus menempati

urutan pertama di antara jenis penyakit jantung lainnya. dan angka kesakitannya berkisar

antara 30 sampai 36,1%.

11. Bagaimana etiologi dari kasus ini?

Emboli paru

Infeksi

Anemia

Tirotoksikosis dan kehamilan

Aritmia

Reumatik dan bentuk miokarditis lainnya

Endokarditis infektif

Beban fisis, makanan, cairan, lingkungan dan emosional yang berlebihan

Hipertensi sistemik

Infark miokard

12. Bagaimana pathogenesis dari kasus ini?

PATOFISIOLOGI

Infark miokard akut dengan elevasi ST (STEMI) umumnya terjadi jika aliran darah

koroner menurun secara mendadak setelah oklusi thrombus pada plak aterosklerotik yang

sudah ada sebelumnya. Stenosis arteri koroner berat yang berkembang secara lambat

biasanya tidak memicu STEMI karena berkembangnya banyak kolateral sepanjang waktu.

STEMI terjadi jika thrombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri

vaskular, dimana injuri ini dicetuskan oleh faktor0faktor seperti merokok, hipertensi dan

akumulasi lipid.

Pada sebagan besar kasus, infark terjadi jika plak aterosklerosis mengalami fisur, ruptur

atau ulserasi dan jika kondisi lokal atau sistemik memicu trombogenesis, mengakibatkan

oklusi arteri koroner. Penelitian histologis menunjukkan plak koroner cenderung

mengalami ruptur jika mempunyai fibrous cap yang tipis dan inti kaya lipid (lipid rich

21

Page 22: Skenario a Blok 15

core). Pada STEMI gambaran patologis klasik terdiri dari fibrin rich red thrombus, yang

dipercaya mejadi dasar sehingga STEMI memberikan respons terhadap terapi trombolitik.

Selanjutnya pada lokasi ruptur plak, berbagai agonis (kolagen, ADP, epinefrin, serotonin)

memicu aktivasi trombosit, yang selanjutnya akan memproduksi dan melepaskan

tromboksan A2 (vasokonstriktor lokal yang poten). Selain itu aktivasi trombosit memicu

perubahan konformasi reseptor glikoprotein IIb/IIIa. Setelah mengalami konversi

fungsinya, reseptor mempunyai afinitas tinggi terhadap sekuen asam amino pada protein

adhesi yang larut (integrin) seperti faktor vin Willebrand (vWF) dan fibrinogen, dimana

keduanya adalah molekul multivalent yang dapat mengikat 2 platelet yang berbeda secara

simultan, menghasilkan ikatan silang platelet dan agregasi.

Timeline proses aterogenesis dari arteri normal: (PDL hal 1742)

(1), (2) Lesi inisiasi dan akumulasi lipid ekstraselular dan intima

(3) evolusi stadium fibrofatty

(4) lesi progresi dengan ekspresi prokoagulan dan lemahnya fibrous cap. Sindrom

koroner akut berkembang jika plak vulnerabel dan risiko tinggi mengalami disrupsi pada

fibrous cap.

(5) disrupsi plak adalah rangsangan terhadap trombogenesis. Resorpso thrombus

dilanjtkan dengan akumulasi kolagen dan pertumbuhan sel otot polos.

(6) selanjutnya disrupsi plak vulnerabel atau plak risiko tinggi mengakibatkan pasien

mengalami nyeri iskemia akibat penurunan aliran arteri koroner epikardial yang terlibat.

Reduksi aliran dapat menyebabkan oklusi trombus total.

Pasien dengan nyeri iskemia dapat berupa elevasi ST atau tanpa elevasi segmen ST pada

EKG. Pasien dengan elevasi ST sebagian besar berkembang menjadi infark miokard

gelombang nonQ. Pasien tanpa elevasi segmen ST dapat mengalami angina pektoris tak

stabil atau infak miokard akut tanpa elevasi ST. Sebagian besar pasien dengan NSTEMI

berkembang menjadi infark miokard nonQ, dan sebagian kecil menjadi infark miokard

gelombang Q.

Kaskade koagulasi diaktivasi oleh pajanan tissue actor pada sel endotel yang rusak.

Faktor VII dan X diaktivasi, mengakibatkan konversi protrombin menjadi thrombin, yang

kemudian menkonversi fibrinogen menjadi fibrin. Arteri koroner yang terlibat (culprit)

kemudian akan mengalami oklusi oleh thrombus yang terdiri agregat trombosit dan fibrin.

Pada kondisi yang jarang, STEMI dapat juga disebabkan oleh oklusi arteri koroner yang

disebabkan oleh emboli koroner, abnormalitas congenital, spasme koroner dan berbagai

penyakit inflamasi sistemik.

22

Page 23: Skenario a Blok 15

13. Bagaimana manifestasi klinis dari penyakit tersebut?

Manifestasi klinis dari penyakit yang diderita Pak Saman adalah pucat, berkeringat

dingin, nyeri dada di substernal/retrosternal/prekordial seperti terbakar, mual, muntah,

sulit bernapas, cemas, lemas, takikardia dan atau hipotensi, S4 da S3 gallop, penurunan

intensitas bunyi jantung pertama dan split paradoksikal bunyi jantung kedua, bisa

ditemukan murmur midsistolik atau late sistolik apical sementara, peningkatan suhu

(sampai 38oC).

Manifestasi klinis lainnya:

Dispnea

Ortopnea

Dispnea paroksismal nokturnal

Nyeri dada

Pernapasan Cheyne-Stokes

Kelelahan, kelemahan, dan berkurangnya kapasitas exercise

Gejala serebral (konfusio, sulit berkonsentrasi, sakit kepala)

Ronki

Edema jantung dan perifer

Tekanan vena jugularis meningkat

Hidrotoraks dan asites

Heart rate meningkat

Tekanan darah menurun

Hepatomegali kongestif

Ikterus

Kakeksia jantung

14. Bagaimana tata laksana

a. Medica mentosa

Aspirin. Semua pasien angina harus mendapatkan aspirin kecuali terdapat kontraindikasi

khusus. Aspirin menurunkan adhesi platelet dan memperlama waktu perdarahan. Bekuan

darah bisa sangat berbahaya bila melewati pembuluhdarah yang menyempit.

Dosis aspirin yang dianjurkan adalah 75 mg per hari adekuat dan jarang menimbulkan

efek samping GI.

23

Page 24: Skenario a Blok 15

Nitrat. Nitrat merupakan prodrug, yang setelah dimetabolisme akn diubah menjadi

Nitrogen Monoksida (NO). NO akan membentuk kompleks nitrosoheme dengan guanilat

siklase sehingga kadar cGMP meningkat. Selanjutnya cGMP akan menyebabkan

defosforilasi miosin, sehingga terjadi relaksasi otot polos. Terjadi vasodilatasi. Kedua,

akibat pemberian obat ini akan dilepaskan prostasiklin (PGI2) dari endoletium yang

bersifat vasodilator. Pada kerusakan endoetl efek ini tidak ditemukan. Atas kedua hal itu,

nitrat berguna sebagai vasodilator.

Nitrat kerja singkat

Amilnitrit inhalasi, dosis 0.18-0.13 mL. Lama kerja 3-5 menit.

Preparat sublingual

o Nitrogliserin, dosis 0.15-0.6 mg. Lama kerja 10-30 menit.

o Isosorbid dinitrat, dosis 2.5 – 5 mg. Lama kerja 10-60 menit.

Nitrat kerja lama

Preperat oral

o Isosorbid dinitrat biasa lepas lambat, dosis 10-60 mg. Lama kerja 4-6 jam.

o Isosorbid mononitrat biasa lepas lambat, dosis 20 mg. Lama kerja 6-10 jam.

Preparat salep nitrogliserin, dengan lama kerja 4-6 jam

Preparat transdermal nitrogliserin lepas lambat (patch), dosis 10-25 mg. Lama kerja

8-10 jam.

Preparat lepas lambat, bukal nitrogliserin, dosis 1-2 mg. Lama kerja 3-6 jam.

Intravena nitrogliserin, dosis 5-10 mcg/min , lalu tingkatkan.

Β-Blocker. Β-blocker bermanfaat untuk mengobati angina pektoris stabil kronik.

Golongan obat ini efektif mengatasi angka mortilitas setelah infark terutama akibat efek

anti-aritmia nya. Obat ini menurunkan konsumsi oksigen oleh otot jantung karena

menurunkan frekuensi denyut jantung, tekanan darah dan kontraktilitas.

Asebutol, kardioselektif, dosis antiangina 200-600 mg 2 x sehari.

Atenolol, kardioselektif, dosis antiangina 50-100 mg 1 x sehari.

Bisoprolol, kardioselektif, dosis antiangina 10-20 mg 1 x sehari.

Labetalol, non-selektif, dosis antiangina 100-600 mg /hari. Memiliki efek α-blocker.

Metoprolol, kardioselektif, dosis anti angina 50-100 mg 3 x sehari.

Nadolol, non-selektif, dosis antiangina 40-80 mg/hari.

24

Page 25: Skenario a Blok 15

Pindolol, non-selektif, dosis antiangina 5-20 mg 3 x sehari.

Propanolol, non-selektif, dosis antiangina 60 mg 4 x sehari.

Ca Channel Blocker. Penghambat kanal Ca digunakan sebagai antiangina. Penghambat

kanal Ca menghambat masuknya ion ion Ca ke dalam sel, sehingga terjadi relaksasi otot

polos vaskular, menurunnya kontraksi otot jantung dan menurunkan kecepatan nodus SA

serta kondulsi AV. Penghambat kanal Ca menurunkan kebutuhan oksigen otot jantung

dengan cara vasodilatasi koroner dan perifer, penurunan kontraktilitas jantung dan

penurunan konduksi impuls dari SA ke VA. Dan, penghambat kanal Ca meningkatkan

suplai oksigen bagi otot jantung dengan cara dilatasi koroner, penurunan tekanan darah

dan denyut jantung yang menyebabkan perfusi subendokard membaik.

Amlodipin, dosis 5-10 mg tiap pagi.

Diltiazem, dosis 60-120 mg 3 x sehari.

Felodipin, dosis 5-10 mg tiap pagi.

Nifedipin, dosis 5-20 mg 2-3 x sehari.

Verapamil, dosis 80-120 mg 3 x sehari.

Terapi penurunan Lipid. Peningkatan kolesterol darah merupakan faktor resikopenting

untuk PJK. Diet rendah lemak dan penurunan berat badan menunjukkan perbaikn yang

signifikan, namun 40 % pasien memerlukan terapi penurunan lipid tambahan. Statin harus

diberikan pada pasien untuk total kolesterol lebih dari 5,5 mmol/L atau lebih.

Obat Lipid (perubahan) Lipoprotein (perubahan)

Kolesterol Trigliserida LDL HDL

Statin ↓20-30% ↓10-30% ↓25-45% ↑2-15%

Fibrat ↓10-20% ↓30-50% ↓20-25% ↑10-25%

Asam

nikotinat

↓15-30% ↓20-60% ↓15-40% ↑10-20%

Probucol ↓5-15% ↓0-5% ↓8-15% ↓10-25%

Minyak

Ikan

↓↑ ↓10-60% ↓↑ ↑5-10%

b. Non-medica mentosa

layanan kesehatan juga akan memeriksa untuk memastikan bahwa aliran darah tidak tiba-

tiba menjadi tersumbat lagi. Sebuah program rehabilitasi jantung akan dimulai dan akan

terus setelah orang meninggalkan rumah sakit.

25

Page 26: Skenario a Blok 15

            Bila nyeri dada muncul,tentu langkah pertama yang harus diambil adalah istirahat

sejenak dan Pembedahan

Prinsipnya bertujuan untuk :

         a.  memberi darah yang lebih banyak kepada otot jantung

         b.  memperbaiki obstruksi arteri koroner.

 

Ada 4 dasar jenis pembedahan :

      1 Coronary angioplasty:

Selama angioplasti koroner, sebuah balon berujung kateter dimasukkan ke dalam

pembuluh darah di lengan atau pangkal paha dan melalui pembuluh darah dan ke jantung.

Ketika kateter mencapai penyumbatan di arteri koroner, dokter akan mengembangkan 

balon di ujung kateter. Balon mengembang dan mengempis, menekan penumpukan plak

pada dinding arteri koroner dan meningkatkan diameter arteri,. Sering-mesh tabung

logam, dikenal sebagai stent, ditempatkan di arteri untuk tetap terbuka. stent tetap secara

permanen di arteri koroner, dan balon dan kateter dikeluarkan pada akhir prosedur. Ini

membuka kembali arteri dan memungkinkan darah kembali mengalir.

            2. Bypass grafting arteri koroner (CABG) operasi. Bila penyumbatan terlalu

banyak atau sulit diobati dengan angioplasti koroner, CABG operasi mungkin diperlukan.

Dalam prosedur ini, vena diambil dari kaki atau pembuluh darah diambil dari dada dan

digunakan untuk menghindari penyempitan atau penyumbatan sebagian dari arteri di

jantung.

tabung stent, atau sempit, yang ditempatkan ke dalam arteri di daerah dibuka kembali

untuk menjaga dari penyempitan lagi

            3. pembedahan laser, yang menggunakan gelombang cahaya untuk membubarkan

plak

            4. atherectomy, prosedur pembedahan di mana plak yang menyebabkan

penyempitan pembuluh darah akan dihapus

   Seseorang yang terkena serangan angina pectoris tidak stabil akan dimonitor di rumah

sakit untuk memastikan perawatan terus bekerja. Jika orang tersebut telah menjalani

operasi, penyedia menenangkan diri,tubuh harus dibuat senyaman mungkin hingga gejala

berkurang.Posisi yang paling baik adalah duduk bersandar dengan kaki diselonjorkan

sambil menarik nafas panjang dan dalam.Setelah gejala berkurang,sebaiknya segera ke

rumah sakit terdekat untuk pemeriksaan lebih lanjut dan penanganan awal.Bila serangan

yang timbul mendadak dan hebat,maka harus segera ke rumah sakit untuk penanganan

26

Page 27: Skenario a Blok 15

lebih lanjut.Perlu diingat bahwa nyeri dada merupakan pertanda awal ada yang tidak

beres di pada jantung,sehingga harus segera memeriksakan diri dan menjalani pengobatan

atau terapi pencegahan untuk mencegah serangan jantung.

c. Preventive

Pencegahan berpusat pada faktor risiko dimodifikasi, yang meliputi penurunan kadar

kolesterol, menangani obesitas dan hipertensi, menghindari gaya hidup yang buruk,

membuat pilihan diet yang sehat, dan berhenti merokok.

Pada diabetes mellitus, ada sedikit bukti bahwa pengendalian gula darah yang sangat

ketat benar-benar meningkatkan risiko jantung meskipun gula meningkatkan kontrol

muncul untuk mengurangi masalah-masalah lain yang tidak diinginkan seperti gagal

ginjal dan kebutaan. Beberapa merekomendasikan diet yang kaya omega-3 fatty acid dan

vitamin C. World Health Organization (WHO) merekomendasikan "rendah untuk asupan

alkohol moderat" untuk mengurangi risiko penyakit arteri koroner meskipun ini tetap

tanpa ilmiah penyebab dan efek bukti.

Pasien dengan CAD dan orang-orang yang mencoba untuk mencegah CAD dianjurkan

untuk menghindari lemak yang mudah dioksidasi (misalnya, lemak jenuh dan lemak

trans), membatasi karbohidrat dan gula yang diproses untuk mengurangi produksi Low

Density Lipoprotein, atau dan apolipoprotein-B. Hal ini juga penting untuk menjaga

tekanan darah normal, latihan dan berhenti merokok. Langkah-langkah ini mengurangi

perkembangan serangan jantung. Studi terbaru menunjukkan bahwa dramatis penurunan

tingkat LDL dapat menyebabkan regresi Penyakit arteri koroner sebanyak 2/3 dari pasien

setelah hanya satu tahun perawatan berkelanjutan.

Menaquinone (Vitamin K2), tetapi tidak phylloquinone (Vitamin K1), asupan dikaitkan

dengan mengurangi risiko CAD kematian, semua-penyebab kematian dan vegetasi aorta

yang parah.

Pencegahan sekunder adalah mencegah lebih lanjut sekuel penyakit yang sudah mapan.

Manajemen faktor risiko yang dilakukan selama rehabilitasi kardiak, proses 4-fase awal

di rumah sakit setelah MI, angioplasty atau bedah jantung dan melanjutkan minimal tiga

bulan. Latihan adalah komponen utama dari rehabilitasi kardiak bersama dengan diet,

smoking cessation, dan tekanan darah serta manajemen kolesterol. Beta blocker juga

dapat digunakan untuk tujuan ini

14. Bagaimana komplikasi yang mungkin terjadi pada penyakit yang dialami Pak Saman?

1.Trombo-embolisme

27

Page 28: Skenario a Blok 15

2.Perikarditis

3.Aneurisma ventrikel

4.Renjatan kardiogenik

5.Bradikardia sinus

6.Fibrilasi atrium

7.Gagal jantung

15. Bagaimana prognosis dari penyakit dialami Pak Saman?

Pada 25% episode IMA kematian terjadi mendadak dalam beberapa menit setelah

serangan, karena itu banyak yang tidak sampai ke rumah sakit. Mortalitas keseluruhan 15-

30%. Risiko kematian tergantung pada faktor: usia penderita, riwayat penyakit jantung

koroner, adanya penyakit lain-lain dan luasnya infark. Mortalitas serangan akut naik

dengan meningkatnya umur. Kematian kira-kira 10-20% pada usia dibawah 50 tahun dan

20% pada usia lanjut.

16. Bagaimana KDU dalam kasus ini?A

Kompetensi dokter umum pada kasus ini adalah 3B yaitu mampu membuat diagnosis

klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan-pemeriksaan tambahan yang

diminta oleh dokter (misalnya : pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter

dapat memutuskan dan memberi terapi pendahuluan, serta merujuk ke spesialis yang

relevan (kasus gawat darurat).

28

Page 29: Skenario a Blok 15

V. Hipotesis

Pak Saman (48 tahun) mengalami nyeri dada akibat coronary artery disease (CAD).

29

Page 30: Skenario a Blok 15

VI. Keterkaitan Masalah

30

Tn. Saman

(48 tahun, BB 92 kg, TB 170 cm)

3 bulan

Nyeri dada kiri Tidak melakukan

Pemeriksaan Treadmill

3 jam yang lalu dari waktu saat berkunjung ke RSMH

Nyeri dada menjalar ke punggung,rahang bawah serasa terbakar

Napas pendek Berkeringat Mual

Sekarang

anamnesisPemeriksaa

nFisikPemeriksaa

nLabor

Pemeriksaan Penunjang

Page 31: Skenario a Blok 15

VII. Identifikasi Topik Pembelajaran

Pokok Bahasan What I know What I don’t knowWhat I have to prove

How I will learn

Angina Pectoris DefinisiPenyebab, mekanisme

Hubungan Nyeri Dada dengan penyakit jantung

Internet, textbook, journal.

CAD (Coronary Artery Disease)

Definisi

Komplikasi, penyebab, manifestasi klinik & tata laksana

Penanganan CAD (Coronary Artery Disease)

EKG (Elektrokardiografi)

Definisi

Prosedur penerapan EKG dan hubungan EKG dengan Kardiologi .

Intrepretasi hasil pemeriksaan EKG

Anatomi Jantung Definisi -

Hubungan anatomi jantung dengan fisiologi jantung dan kelainannya

Fisiologi Jantung Definisi Kelainan Fisiologi Jantung

Penanganan kelainan Fisiologi Jantung

31

Page 32: Skenario a Blok 15

VIII. Kerangka Konsep

32

Hiperlipidemia Merokok

Disfungsi Endotelial

LDL TeroksidasiPro-inflamasi

Plaq

Suplai O2 Ruptur plaq

Angina Stabil Trombus

Komplits

Inkomplit

Iskemia jantung

Angina pectoris Kontraksi jantung ST Depresi

Oklusi komplit

Infark miokard

Aktifasi vagus

Mual

CO

Transudasi Paru Hipoksia Simpatis

BerkeringatNafas cepatDispneu

Angina Pectoris ST Elevasi Enzim Biomarker

Page 33: Skenario a Blok 15

IX. SINTESIS

1. ANATOMI KARDIOVASKULAR

Jantung mendapatkan darah dari arteria coronaria dekstra dan sinistra yang berasal dari

aorta ascendens tepat diatas valva aortae. Ateriae coronaria dan cabang-cabang utamanya

terdapat di permukaan jantung, terletak di dalam jaringan ikat subepicardial.

Arteria coronaria dekstra berasal dari sinus anterior aortae dan berjalan ke depan di

antara truncus pulmonalis dan auricular dekstra. Arteri ini berjalan turun hampir vertical

di dalam sulcus atrioventriculare dekstra, dan pada pinggir inferior jantung pembuluh ini

melanjut ke posterior sepanjang sulcus atrioventricularis untuk beranastomosis dengan

arteria coronria sinistra di dalam sulcus interventricularis posterior. Cabang-cabang

arteria coronaria dekstra berikut in mendarahi atrium dekstrum dan ventriculus dekster,

sebagian dari atrium sinitrum dan ventriculus sinister, dan septum atrioventriculare.

Cabang-cabang

1. Ramu coni arteriosi. Pembuluh ini mendarahi facies anterior conus pulmonaris

(infundibulum ventriculus dekster) dan bagian atas dinding anterior ventriculus dekster.

2. Rami ventriculares anteriores. Jumlahnyah dua atau tiga dan mendarahi facies anterior

ventriculus dekster. Ramus marginalis dekster adalah cabang yang terbesar dan berjalan

sepanjang pinggir bawah facies costalis untuk mencapai apex cordis.

3. Rami ventriculares posteriors. Biasanya ada dua, dan mendarahi facies diafragmatika

ventriculus dekster.

4. Ramus interventricularis posterior (descendens). Arteri ini berjalan menuju apeks

pada sulcus interventriculare posterior. Memberikan cabang-cabang ke ventriculus

dekster dan sinister, termasuk dinding inferiornya. Pembuluh ini juga memberikan cabang

untuk bagian posterior septum ventriculare, tetapi tidak untuk bagian apex yang

menerima darah dari ramus onterventricularis anterior arteria coronaria sinistra. Sebuah

cabang septal yang besar mendarahi nodus atrioventricularis. Pada 10% orang dijumpai

arteria interventriculari posterior digantikan oleh sebuah cabang dari arteria coronaria

sinistra.

5. Rami atriales. Beberapa cabang mendarahi permukaan anterior dan lateral atrium

dekstrum. Satu cabang mengurus permukaan posterior kedua atrium dekstrum dan

sinistrum. Arteria nodus sinuatrialis mendarahi nodus dan atrium dekstrum dan sinistrum;

pada 35% orang pembuluh ini berasal dari arteria coronaria sinistra.

33

Page 34: Skenario a Blok 15

Arteria coronaria sinistra, yang biasanya lebih besar dibandingkan dengan arteria

coronaria dekstra, mendarahi sebagian besar jantung, termasuk sebagian besar atrium

sinister, ventriculus sinister, dan septum ventriculare. Arteria in berasal dari posterior kiri

sinus aortae aorta ascendens dan berjalan ke depan di antara truncus pulmonalis dan

auricular sinistra. Kemudian pembuluh ini berjalan di sulcus atrioventricularis dan

bercabang dua menjadi ramus interventricularis anterior dan ramus circumflexus.

Cabang-cabang

1. Ramus interventricularis (descendens) anterior berjalan ke bawah di dalam sulcus

interventricularis anterior menuju apex cordis. Pada kebanyakan orang pembuluh ini

kemudian berjaan di sekitar apex cordis untuk masuk ke sulcus interventricularis

posterior dan beranastmosis dengan cabang-cabang terminal arteria coronaria dekstra.

Pada 1/3 orang, pembuluh ini berakhir pada apex cordis. Ramus interventricularis anterior

mendarahi ventriculus dekster dan sinister dengan sejumlah cabang yang juga mendarahi

bagian anterior septum ventriculare. Satu diantara cabang-cabang ventriculare ini (arteria

diagonalis sinistra) mungkin berasal langsung dari pangkal arteria coronaria sinistra

sebuah arteria conus sinistra yang kecil mendarahi conus pulmonis.

2. Fisiologi Jantung

1. Potensial Aksi

Aktivitas listrik jantung terjadi akibat perubahan permeabilitas yang memungkinkan

terjadi transport ion melewati saluran cepat dan saluran lambat terutama ion Na, K, Ca.

Potensial aksi terdiri dari 5 fase:

1. Fase istirahat(fase 4)

Terjadimperbedaan potensial, di dalam sel(-) di luar sel(+) yang menyebabkan terjadinya

polarisasi akibat permeabilitas terhadap Na-K terutama K. selanjutnya K akan merembes

keluar sel.

2. Depolarisasi cepat(fase0)- upstroke

Akibat permeabilitas Na meningkat kemudian Na akan masuk melalui saluran cepat

menyebabkan keadaan didalam(+) diluar(-)

3. Repolarisasi parsial-fase 1(spike)

Mendadak terjadi perubahan kadar ion sebagai penyeimbang, ion negative akan masuk,

kemudian trjadi inaktivasi sal.Na .

4. Plateu-fase 2

Tidak terjadi perubahan muatan listrik, ion masuk seimbang dengan ion yang keluar. K,

Na, Ca masuk melalui saluran lambat.

34

Page 35: Skenario a Blok 15

5. Repolarisasi cepat fase 3(down upstroke)

Aliran Ca& Na inaktif, permeabilitas thd K meningkat, kalium akan keluar menyebabkan

keadaan di dalam(-) dan diluar(+).

Ketika ada rangsangan masuk, otot jantung hanya akan menanggapi rangsangan yang

mencapai nilai thresh hold. Rangsangan ini lalu akan dicetuskan sebagai potensial aksi

melalui peristiwa depolarisasi. Depolarisasi terjadi karena adanya ekspansi dari Na+ ke

dalam sel yang berlangsung selama 3-5 ms. Peristiwa ini mengakibatkan potensial di

dalam sel menjadi positif. Setelah terjadi penutupan sodium channel maka ekspansi akan

terhenti. Lalu akan digantikan oleh pembukaan calcium channel sehingga masuklah Ca2+,

karena waktu penutupan dari calcium channel berjalan lambat maka kurve yang terbentuk

menjadi khas yaitu berupa platue. Platue berjalan sampai 175 ms setelah itu akan

digantikan dengan terjadi penurunan potensial dalam sel karena keluarnya K+ melalui

potassium channel. Peristiwa ini disebut repolarisasi.

2. Cardiac Cycle

Curah jantung adalah volume darah yang dikeluarkan oleh kedua ventrikel per menit.

Curah jantung terkadang disebut volume jantung per menit. Volumenya kurang lebih 5 L

per menit pada laki-laki berukuran rata-rata dan kurang 20 % pada perempuan.

Perhitungan curah jantung

Curah jantung = frekuensi jantung x isi sekuncup

A. Peredaran darah

PEREDARAN DARAH BESAR dan KECIL

Pada intinya, peredaran darah besar adalah perjalanan aliran darah dari jantung – sistemik

– jantung. Sedangkan peredaran darah kecil merupakan perjalanan aliran darah dari

jantung – paru-paru – jantung. Berikut uraian dari peredaran darah besar:

Atrium sinistra memompa darah yang kaya akan oksigen untuk memasuki ventrikel

sinistra melewati katup bikuspidalis. Kemudian secara bergantian, giliran ventrikel

sinistra memompa darah yang ada pada rongganya untuk mendarahi sistemik (seluruh

tubuh) melewati katup semilunaris aorta sehingga darah dapat disalurkan melalui aorta

tersebut. Aliran darah yang telah mendarahi bagian atas tubuh, kembali ke jantung

(atrium dextra) melalui vena cava superior, sedangkan aliran darah yang telah mendarahi

bagian bawah tubuh, kembali ke jantung melalui vena cava inferior. Keduanya

merupakan aliran darah yang kaya akan karbondioksida.

Peredaran darah kecil:

35

Page 36: Skenario a Blok 15

Aliran darah dari vena cava superior dan inferior yang kaya akan karbondioksida tadi,

akan memasuki atrium dextra. Selanjutnya oleh atrium dextra dipompa menuju ventrikel

dextra melalui katup trikuspidalis. Kemudian, oleh ventrikel dextra dipompa ke paru-paru

melewati katup semilunaris pulmonal dan berjalan melalui arteri pulmonalis. Setelah

melewati paru, darah yang kaya oksigen dibawa kembali ke jantung (atrium sinistra)

melalui vena pulmonalis.

B. Systole-Diastole

Siklus jantung terdiri atas satu periode relaksasi yang disebut diastol. Periode pengisian

jantung dengan darah yang diikuti oleh suatu periode kontraksi adalah sistol. Ketika

kurva paling atas secara berurutan menunjukkan perubahan tekanan didalam aorta,

ventrikel kiri dan atrium kiri. Kurva keempat melukiskan perubahan volume ventrikel,

kurva kelima adalah elektrokardium, dan kurva keenam adalah fonokardiogram yang

merupakan rekaman bunyi yang dihasilkan oleh jantung terutama oleh katup jantung

sewaktu memompa darah

Fungsi Katup

Katup A-V

Katup trikuspidalis dan mitralis mencegah aliran balik darah yang berasal dari ventrikel

manuju ke atrium selama fase sistolik. Katup aorta dan pulmonalis mencegah aliran balik

darah.

Muskulus Papilaris

Menarik daun-daun katup ke dalam agar katup tidak menonjol terlalu jauh.

Katup Aorta dan Pulmonalis

Dapat menyesuaikan diri dengan baik untuk menahan trauma fisik tambahan.

Frekuensi Jantung

· Frekuensi jantung sebagian besar berada di bawah pengaturan ekstrinsik SSO yang

terdiri dari saraf simpatis dan saraf parasimpatis. Kedua saraf tersebut akan mempersarafi

SA node dan AV node dan kemudia mempengaruhi kecepatan dan frekuensi hantaran

impuls.

· Saraf parasimpatis akan mengurangi frekuensi denyut jantung dan saraf simpatis akan

mempercepat denyt jantung. Namun pada saat istirahat saraf yang bekerja dominan

adalah saraf parasimpatis

· Frekuensi Jantung berdasar kecepatannya ada 3:

- Frekuensi jantung normal

36

Page 37: Skenario a Blok 15

- Frekuensi jantung normal berkisar 60 sampai 100 denyut permenit, dengan rata- rata

denyutan 75 kali permenit, Dengan kecepatan seperti itu, siklus jantung berlangsung

selama 0,8 detik ; sistole 0,5 detik: diastole 0,3 detik

-Takikardia

-Adalah peningkatan frekuensi jantung sampai melebihi 100 denyut permenit

-Brakikardia

-Adalah frekuensi jantung yang kurang dari 60 kali permenit

· System konduksi adalah system impuls listrik pada jantung yang terdiri dari serabut otot

jantung yang khusus sehingga impuls dapat menjalar dari pace maker ke dalam otot otot

myocardium.

· Fungsi dari system konduksi adalah :

a. Mengatur kecepatan

b. Mengatur irama

c. Mengatur kekuatan denyut jantung

· System konduksi jantung terdiri dari :

a. Nodus sinu-atrials (S-A node)

b. Nodus atrio ventricularis (A-V node)

c. Serabut penghubung

d. Plexus subendocardial dan intramyocardial dari purkinye

e. Berkas his dan cabang-cabangnya

· Simpul SA secara normal mengeluarkan listrik paling cepat, depolarisasi menyebar dari

sini ke bagian lain sebelum mengeluarkan listrik menentukan frekuensi denyut jantung.

Impuls yang dibentuk dalam simpul SA berjalan melalui lintasan atrium ke simpul AV,

melalui simpul ini ke berkas his, dan sepanjang cabang-cabang berkas His melalui system

Purkinje ke otot ventrikel.

· Asal dan penyebaran eksitasi jantung

-Simpul SA terletak pada hubungan antara vena kava superior dengan atrium kanan

-Simpul AV terletak pada bagian posterior kanan septum antar atrium

-Terdapat tiga berkas serat di atrium yang mengandung serat jenis purkinje dan

menghubungkan simpul SA dengan simpul AV :

– Traktus antar simpul anterior Bachman

– Traktus antar simpul medial Wenckebach

– Traktus antar simpul posterior thorel

37

Page 38: Skenario a Blok 15

- Secara normal simpul AV adalah satu-satunya lintasan yang menghubungkan atrium

dengan ventrikel. Simpul AV dilanjutkan dengan berkas His, yang memberikan cabang

berkas kiri pada puncak septum interventrikular dan berlanjut sebagai cabang berkas

kanan. Cabang berkas kiri dibagi fasikulus anterior dan fasikulus posterior. Cabang-

cabang dan fasikulus berjalan pada subendokardium turun pada kedua sisi septum dan

berhubungan dengan system purkinje, yang seratnya menyebar ke semua bagian

miokardium ventrikel

· Perjalanan Konduksi

1. Potensial aksi pada otot jantung timbul pertama kali di SA node yang terletak di atrium

kanan. Oleh karena itu kontraksi otot pertama kali terjadi di atrium kanan. Peran SA node

tersebut di atas menyebabkan pada keadaan normal dikatakan “pace maker”.

2. Stimulus menyebrangi antar sekat dan mencapai AV node. Peristiwa ini terjadi dalam

waktu 50 mdet. Di sini junctional fiber berfungsi untuk memperlambat tibanya potensial

aksi di AV node. Dengan demikian pada periode diastole waktu pengisian bias optimal.

3. Terjadi delay (perpanjangan) pada AV node sekitar 150 mdet dan kontraksi atrium

terjadi

4. Impuls berjalan di sepanjang septum interventrikular dalam bundle AV dan bundle

brunch menuju serat purkinje selama kira-kira 175 mdet

5. Impuls yang dihantarkan oleh serat purkinje dan disampaikan melewati miokardium

ventricular. Kontraksi atrium lengkap dan kontraksi ventrikel dimulai. Peristiwa ini

membutuhkan waktu 225 mdet

3. NYERI DADA

I. PENDAHULUAN

Nyeri dada merupakan salah satu keluhan yang paling banyak ditemukan di klinik.

Sebahagian besar penderita merasa ketakutan bila nyeri dada tersebut disebabkan oleh

penyakit jantung ataupun penyakit paru yang serius. Diagnosa yang tepat sangat

tergantung dari pemeriksaan fisik yang cermat, pemeriksaan khusus lainnya serta

anamnesa dari sifat nyeri dada mengenai lokasi, penyebaran, lama nyeri serta faktor

pencetus yang dapat menimbulkan nyeri dada.

Salah satu bentuk nyeri dada yang paling sering ditemukan adalah angina

pektoris yang merupakan gejala penyakit jantung koroner dan dapat bersifat progresif

serta menyebabkan kematian, sehingga jenis nyeri dada ini memerlukan pemeriksaan

yang lebih lanjut dan penangannan yang serius. Agar diagnosa lebih cepat diarahkan,

38

Page 39: Skenario a Blok 15

maka perlu juga lebih dulu mengenal macam – macam jenis nyeri dada yang disebabkan

oleh berbagai penyakit lain.

II. MACAM -MACAM NYERI DADA

Ada 2 macam jenis nyeri dada yaitu:

A. Nyeri dada pleuritik

Nyeri dada pleuritik biasa lokasinya posterior atau lateral. Sifatnya tajam dan seperti

ditusuk. Bertambah nyeri bila batuk atau bernafas dalam dan berkurang bila menahan

nafas atau sisi dada yang sakit digerakan. Nyeri berasal dari dinding dada, otot, iga,

pleura perietalis, saluran nafas besar, diafragma, mediastinum dan saraf interkostalis.

Nyeri dada pleuritik dapat disebakan oleh :

- Difusi pelura akibat infeksi paru, emboli paru, keganasan atau radang

subdiafragmatik ; pneumotoraks dan penumomediastinum.

B. Nyeri dada non pleuritik

Nyeri dada non-pleuritik biasanya lokasinya sentral, menetap atau dapat menyebar ke

tempat lain. Plaing sering disebabkan oleh kelainan di luar paru.

1. Kardial

a. Iskemik miokard akan menimbulkan rasa tertekan atau nyeri substernal yang menjalar

ke aksila dan turun ke bawah ke bagian dalam lengan terutama lebih sering ke lengan

kiri. Rasa nyeri juga dapat menjalar ke epigasterium, leher, rahang, lidah, gigi, mastoid

dengan atau tanpa nyeri dada substernal.

Nyeri disebabkan karena saraf eferan viseral akan terangsang selama iekemik miokard,

akan tetapi korteks serebral tidak dapat menentukan apakah nyeri berasal sari miokard.

Karena rangsangan saraf melalui medula spinalis T1-T4 yang juga merupakan jalannya

rangsangan saraf sensoris dari sistem somatis yang lain. Iskemik miokard

terjadi bila kebutuhan 02 miokard tidak dapat dipenuhi oleh aliran darah koroner. Pda

penyakit jantung koroner aliran darah ke jantung akan berkurang karena adanya

penyempitan pembuluh darah koroner.

Ada 3 sindrom iskemik yaitu :

- Angina stabil ( Angina klasik, Angina of Effort) :

Serangan nyeri dada khas yang timbul waktu bekerja. Berlangsung hanya beberapa

39

Page 40: Skenario a Blok 15

menit dan menghilang dengan nitrogliserin atau istirahat. Nyeri dada dapat timbul

setelah makan, pada udara yang dingin, reaksi simfatis yang berlebihan atau

gangguan emosi.

- Angina tak stabil (Angina preinfark, Insufisiensi koroner akut) :

Jenis Angina ini dicurigai bila penderita telah sering berulang kali mengeluh rasa

nyeri di dada yang timbul waktu istirahat atau saat kerja ringan dan berlangsung

lebih lama.

- Infark miokard :

Iskemik miokard yang berlangsung lebih dari 20-30 menit dapat menyebabkan

infark miokard. Nyeri dada berlangsung lebih lama, menjalar ke bahu kiri, lengan

dan rahang. Berbeda dengan angina pektoris, timbulnya nyeri dada tidak ada

hubungannya dengan aktivitas fisik dan bila tidak diobati berlangsung dalam

beberapa jam. Disamping itu juga penderita mengeluh dispea, palpitasi dan

berkeringat. Diagnosa ditegakan berdasarkan serioal EKG dan pemeriksa enzym

jantung.

b. Prolaps katup mitral dapat menyebabkan nyeri dada prekordinal atau substernal yang

dapat berlangsung sebentar maupun lama. Adanya murmur akhir sisttolik dan mid

sistolik-click dengan gambaran echokardiogram dapat membantu menegakan

diagnosa.

c. Stenosis aorta berat atau substenosis aorta hipertrofi yang idiopatik juga dapat

menimbulkan nyeri dada iskemik.

2. Perikardikal

Saraf sensoris untuk nyeri terdapat pada perikardium parietalis diatas diafragma. Nyeri

perikardila lokasinya di daerah sternal dan area preokordinal, tetapi dapat menyebar ke

epigastrium, leher, bahu dan punggung. Nyeri bisanya seperti ditusuk dan timbul pada

aktu menarik nafas dalam, menelan, miring atau bergerak.

Nyeri hilang bila penderita duduk dan berdandar ke depan. Gerakan tertentu dapat

menambah rasa nyeri yang membedakannya dengan rasa nyeri angina.

Radang perikardial diafragma lateral dapat menyebabkan nyeri epigastrum dan punggung

seperti pada pankreatitis atau kolesistesis.

40

Page 41: Skenario a Blok 15

3. Aortal

Penderita hipertensi, koartasio aorta, trauma dinding dada merupakan resiko tinggi untuk

pendesakan aorta. Diagnosa dicurigai bila rasa nyeri dada depan yang hebat timbul tiba-

tiba atau nyeri interskapuler. Nyeri dada dapat menyerupai infark miokard akan tetapi

tergantung lokasi dan luasnya pendesakan.

4. Gastrointestinal

Refluks geofagitis, kegansan atau infeksi esofagus dapat menyebabkan nyeri esofageal.

Neri esofageal lokasinya ditengah, dapat menjalar ke punggung, bahu dan kadang –

kadang ke bawah ke bagian dalam lengan sehingga seangat menyerupai nyeri angina.

Perforasi ulkus peptikum, pankreatitis akut distensi gaster kadang – kadang dapat

menyebabkan nyeri substernal sehingga mengacaukan nyeri iskemik kardinal. Nyeri

seperti terbakar yang sering bersama – sama dengan disfagia dan regurgitasi bila

bertambah pada posisi berbaring dan berurang dengan antasid adalah khas untuk kelainan

esofagus, foto gastrointestinal secara serial, esofagogram, test perfusi asam, esofagoskapi

dan pemeriksaan gerakan esofageal dapat membantu menegakan diagnosa.

5. Mulkuloskletal

Trauma lokal atau radang dari rongga dada otot, tulang kartilago sering menyebabkan

nyeri dada setempat. Nyeri biasanya timbul setelah aktivitas fisik, berbeda halnya nyeri

angina yang terjadi waktu exercis. Seperti halnya nyeri pleuritik. Neri dada dapat

bertambah waktu bernafas dalam. Nyeri otot juga timbul pada gerakan yang berpuitar

sedangkan nyeri pleuritik biasanya tidak demikian.

6. Fungsional

Kecemasan dapat menyebabkan nyeri substernal atau prekordinal, rasa tidak enak di

dada, palpilasi, dispnea, using dan rasa takut mati. Gangguan emosi tanpa adanya

klealinan objektif dari organ jantung dapat membedakan nyeri fungsional dengan nyeri

iskemik miokard.

7. pulmonal

Obstruksi saluran nafas atas seperti pada penderita infeksi laring kronis dapat

menyebakan nyeri dada, terutama terjadi pada waktu menelan. Pada emboli paru akut

nyeri dada menyerupai infark miokard akut dan substernal. Bila disertai dengan infark

41

Page 42: Skenario a Blok 15

paru sering timbul nyeri pleuritik. Pada hipertensi pulmoral primer lebih dari 50%

penderita mengeluh nyeri prekordial yang terjadi pada waktu exercise. Nyeri dada

merupakan keluhan utama pada kanker paru yang menyebar ke pleura, organ medianal

atau dinding dada.

III. ANGINA PEKTORIS

Angina pektoris adalah jenis nyeri dada yang perlu diperhatikan karena

merupakan petunjuk ke arah penyakit jantung koroner dan indikasi untuk mengirim

penderita ke Rumah Sakit guna pemeriksaan lebih lanjut. Untuk mengenal indikasi yang

tepat pada penatalaksanaan angina selanjutnya yaitu kapan silakukan arteriografi koroner,

angioplasti koroner ataupun cedah koroner maka perlu diketahui lebih dulu mengenai

jenis angina, prevalensi angina, patigenesa dan perjalanan penyakitnya serta pemeriksaan

yang perlu dilakukan.

A. Jenis Angina

Ada 3 dasar jenis angina yaitu angina stabil, angina tak stabil dan angina variant sebagian

besar penderita angina, kelainan disebabkan karena adanya pembuluh darah koroner yang

obstruktif serta kemungkinan timbul spasme koroner dengan derajat yang bervariasi.

Pada angina variant (angina Prinzmetal) yaitu jenis angina yang jarang, nyeri timbul

akibat spasme pembuluh darah koroner yang normal ataupun ketidak seimbangan antara

kebutuhan O2 miokard dengan aliran darah juga dapat terjadi bukan karena faktor

koroner

yang dapat menimbulkan angina non-koroner seperti pada :

- Penyakit katup jantung terutama pada stenosis aorta

- Stenosis aorta akibat klasifikasi (non-rematik) yang terjadi pada orang tua atau karena

penggantian katup

- Tahikardi yang intermiten atau menetapkan seperti fibrilasi atrial terutama pada orang

tua

- Hipertensi, anemi dan DM yang tidak terkontrol.

B. Prevalansi Angina

Penelitian dari Framingham di Amerika Serikat melaporkan setiap tahunnya 1% dari laki

– laki 30-62 tahun tanpa gejala pada permulaan pemeriksaan akan timbul kemudian

gejala penyakit jantung koroner yaitu dari jumlah tersebut 38 % dengan angina stabil dan

7 % dengan angina tak stabil (Dawber, 1980). Penelitian dari Irlandia mendapatkan

42

Page 43: Skenario a Blok 15

insedens angina pertahun 0,44% pada laki –laki umur 45-54 tahun, sedangkan pada

perempuan separuhnya (Greig dkk, 1980).

Diamond dan Forrester 1979 telah mengadakan penelitian untuk mengetahui

prevelansi penyakit jantung koroner dengan nyeri dada jenis angina tipikal, angina

apitikal dan nonangina berdasarkan umur dan jenis kelamin.

C. Potogenesa

Pola penyakit jantung koroner dapat diketahui berdasarkan hubungan antara jala klinis

dengan patologi endotelial yang dilihat secara angioskopi. Pada perulaan penyakit akan

tampak lapisan lemak pada permukaan pembuluh darah. Bila licin. Bila plak bertambah

besar aliran koroner akan berkurang yang menyebabkan kumpulan platelet pada tempat

tersebut. Kumpulan platelet tersebut akan mengakibatkan lepasnya vasokonstriktor

koroner secara periodik dari aliran darah dan menyebabkan angina yang laju (accelerated

angina) yaitu bentuk peralihan dari angina stabil ke angina tidak stabil. Bila trombus

menyebabkan obstruksi yang total akan terjadi infark miokard. Setelah terjadi infark,

trombus akan lisis oleh proses endogen. Ulserasi endotelial menyembuh dalam beberapa

minggu. Proses penyembuhan kadang – kadang tidak seluruhnya sempurna, seringkali

trombus yang tersisa membentuk sumbatan ke dalam pembuluh darah .

D. Pemeriksaan Khusus pada angina

Pemeriksaan darah rutin, kadar glukosa, lipid dan EKG waktu istirahat perlu dilakukan.

Hasilnya meungkin saja normal walaupun ada penyakit jantung koroner yang berat. EKG

bisa didapatkan gambaran iskemik dengan infark miokard lama atau depresi ST dan T

yang terbalik pada penyakit yang lanjut.

Test exercise selanjutnya perlu dipertimbangkan dengan indikasi sebagai berikut:

- Untuk menyokong diagnosa angina yang dirangsang akibat nyeri dengan perubahan

iskemik pada EKG

- Untuk menilai penderita dengan resiko tinggi serta prognosa penyakit

- Untuk menilai kapasitas fungsional dan menentukan kemampuan exercise

- Untuk evaluasi nyeri dada yang atipik

Jenis test exercise bermacam-macam antara lain test treadmill, protokol Bruce, test

Master dan Sepeda ergometri. Test exercise tidak perlu dilakukan untuk diagnostik pada

wanita dengan nyeri dada non anginal karena kemungkinan penyakit jantung koroner

sangat rendah, sedangkan pada laki-laki dengan angina tipikal perlu dilakukan untuk

menentukan penderita dengan resiko tinggi dimana sebaliknya perlu dibuat arteriografi

43

Page 44: Skenario a Blok 15

koroner. Penderita dengan angina atau perubahan iskemik dalam EKG pada tingkat

exercise yang rendah biasanya penderita yang mencapai beban kamsimum yang rendah

biasanya menderita kelainan pembuluh darah yang multipel dan bermanfaat bila

dilakukan bedah koroner. Bila tekanan darah turun waktu exercise perlu dicurigai adanya

obstruksi pada pembuluh darah utama kiri yang juga merupakan indikasi untuk

pembedahan. Penderita dengan angina atipikal terutama wanita sering memberi hasil

false positif yang tinggi. Sedangkan hasil test yang negatif pada angina atipikal dan non-

angina besar kemungkinannya tidak ada kelainan koroner. Bila hasil exercise test

meragukan perlu dilakukan pemeriksaan radionuklir karena jarang sekali didapatkan hasil

false positif. Thallium scintigrafi menggambarkan perfusi miokard saat istirahat maupun

exercise ataupun gangguan fungsi ventrikel kiri yang timbul akibt exercise.

Pemeriksaan arteriografi koroner sangat akurat untuk menentukan luas dan beratnya

penyakit jantung koroner. Angiografi koroner dilakukan dengan keteterisasi arterial di

bawah anastesi lokal, biasanya pada a. femoralis atau pad a. rakialis. Kateter

dimaksudkan di bawah kontrol radiologis ke ventrikel kiri dan a. koronaria kiri dan

kanan, kemudian dimasukkan kontras media. Lesi yang sering tampak pada angiogram

koroner adalah stenosis atau oklusi oleh ateroma yang bervariasi derajat luas dan

beratnya.

Tidak semua penderita angina harus dilakukan test exercise dan angiografi koroner.

Indikasi penderita angina yang harus dikirim ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih

lanjut adalah sebagai berikut:

- angina yang menyebabkan terbatasnya aktifitas walaupun dengan pemakaian obat-

obatan.

- Angina progresif dan tak stabil

- Angina baru yang timbul terutama bila tidak dapat diatasi dengan obat-obatan

- Angina dengan kapasitas exercise yang buruk dibandingan dengan penderita pada

umur dan jenis kelamin yang sama.

- Angina dengan gagal jantung

- Angina atipikal pada laki-laki dan wanita di atas 40 tahun.

- Angina post-infark

- Nyeri dada non-anginal yang menetapkan dan tidak dapat didiagnosa pada penderita

usia tua terutama bila ada risiko yang multipel

44

Page 45: Skenario a Blok 15

- Keadaan lainnya seperti keadaan non-kardial yang serius dan umur tua.

E. Penerangan Angina

Penerangan angina bertujuan untuk:

- memperlambat atau menghentikan progresifitas penyakit.

- Memperbaiki kualitas hidup dengan mengurangi frekuensi serangan angina

- Mengurangi atau mencegah infark miokard dan kematian mendadak.

a. Memperbaiki faktor risiko

Walaupun masih diperdebatkan ternyata menurunkan kolesterol darah dalam jangka

lama dapat mengurangi progresifitas penyakit. Pencegahan primer dengan diet ternyata

bermanfaat, bila tidak ada respons dapat diberikan obat-obatan anti lipid. Exercise dapat

menurunkan kolesterol LDL. Pngobatan hipertensi juga dapat mengurangi progresifits

penyakit, demikian juga merokok perlu dilarang.

b. Pemberian obat-obatan

1. Nitrat

Nitrat meningkatkan pemberian D2 miokard dengan dialatasi arteri epikardial tanpa

mempengaruhi, resistensi arteriol arteri intramiokard. Dilatasi terjadi pada arteri yang

normal maupun yang abnormal juga pada pembuluh darah kolateral sehingga

memperbaiki aliran darah pada daerah isomik. Toleransi sering timbul pada pemberian

oral atau bentuk lain dari nitrat long-acting termasuk pemberian topikal atau transdermal.

Toleransi adalah suatu keadaan yang memerlukan peningkatan dosis nitrat untuk

merangsang efek hemodinamik atau anti-angina. Nitrat yang short-acting seperti gliseril

trinitrat kemampuannya terbatas dan harus dipergunakan lebih sering. Sublingual dan

jenis semprot oral reaksinya lebih cepat sedangkan jenis buccal mencegah

angina lebih dari 5 am tanpa timbul toleransi.

2. Beta- Bloker

Beta –Bloker tetap merupakan pengobatan utama karena pada sebagian besar penderita

akan mengurangi keluhan angina. Kerjanya mengurangi denyut jantung, kontasi

miokard, tekanan arterial dan pemakaian O2. Beta Bloker lebih jarang dipilih diantara

jenis obat lain walaupun dosis pemberian hanya sekali sehari. Efek samping jarang

ditemukan akan tetapi tidak boleh diberikan pada penderita dengan riwayat

bronkospasme, bradikardi dan gagal jantung.

3. Ca-antagonis

Kerjanya mengurangi beban jantung dan menghilangkan spasma koroner, Nifedipin

dapat mengurangi frekuensi serangan anti-angina, memperkuat efek nitrat oral dan

45

Page 46: Skenario a Blok 15

memperbaiki toleransi exercise. Merupakan pilihan obat tambahan yang bermanfaat

terutama bila dikombinasi dengan beta-bloker sangat efektif karena dapat mengurangi

efek samping beta bloker. Efek anti angina lebih baik pada pemberian nifedipin ditambah

dengan separuh dosis beta-bloker daripada pemberian beta-bloker saja.

Jadi pada permulaan pengobatan angina dapat diberikan beta-bloker di samping

sublingual gliseril trinitrat dan baru pada tingkat lanjut dapat ditambahkan nifedi-pin.

Atau kemungkinan lain sebagai pengganti beta-bloker dapat diberi dilti azem suatu jenis

ca-antagonis yang tidak merangsang tahikardi. Bila dengan pengobatan ini masih ada

keluhan angina maka penderita harus direncanakan untuk terapi bedah koroner.

Pengobatan pada angina tidak stabil prinsipnya sama tetapi penderita harus dirawat di

rumah sakit. Biasanya keluhan akan berkurang bila ca-antagonis ditambah pada beta-

bloker akan tetapi dosis harus disesuaikan untuk mencegah hipertensi. Sebagian penderita

sengan pengobatan ini akan stabil tetapi bila keluhan menetap perlu dilakukan test

exercise dan arteriografi koroner. Sebagian penderita lainnya dengan risiko tinggi harus

diberi nitrat i.v dan nifedipin harus dihentikan bila tekanan darah turun. Biasanya

kelompok ini harus segera dilakukan arteriografi koroner untuk kemudian dilakukan

bedah pintas koroner atau angioplasti.

4. Antipletelet dan antikoagulan

Segi lain dari pengobatan angina adalah pemberian antipletelet dan antikoagulan. Cairns

dkk 1985 melakukan penelitian terhadap penderita angina tak stabil selama lebih dari 2

tahun, ternyata aspirin dapat menurunkan mortalitas dan insidens infark miokard yang

tidak fatal pada penderita angina tidak stabil. Pemberian heparin i.v juga efeknya sama

dan sering diberikan daripada aspirin untuk jangka pendek dengan tujuan menstabilkan

keadaan penderita sebelum arteriografi. Terdapat obat-obatan pada angina pektoris tak

stabil secara praktis dapat disimpulkan sebagai berikut:

- Heparin i.v dan aspirin dapat dianjurkan sebagai pengobatan rutin selama

fase akut maupun sesudahnya

- Pada penderita yang keadaannya cenderung tidak stabil dan belum mendapat

pengobatan, beta-bloker merupakan pilihan utama bila tidak ada kontra indikasi. Tidak

ada pemberian kombinasi beta-bloker dengan ca-antagonis diberikan sekaligus pada

permulaan pengobatan.

- Pada penderita yang tetap tidak stabil dengan pemberian beta-bloker dapat ditambah

dengan nifedipin.

46

Page 47: Skenario a Blok 15

- Pengobatan tunggal dengan nifedipin tidak dianjurkan.

c. Bedah pintas koroner (Coronary Artery Bypass Graft Surgery)

Walupun pengobatan dengan obat-obatan terbaru untuk pengobatan angina dapat

memeperpanjang masa hidup penderita, keadaan tersebut belum dapat dibuktikan

pada kelompok penderita tertentu terutama dengan penyakit koroner proksimal yang berat

dan gangguan fungsi ventrikel kiri dengan risiko kerusakan mikardium

yang luas (Rahimtoola 1985).

Pembedahan lebih bagus hasilnya dalam memperbaiki gejala dan kapasitas exercise pada

angina sedang sampai berat. Perbaikan gejala angina didapatkan pada 90% penderita

selama 1 tahun pertama dengan kekambuhan setelah itu 6% pertahun. Kekambuhan yang

lebih cepat biasanya disertai dengan penutupan graft akibat kesulitan teknis saat operasi

sedangkan penutupan yang lebih lama terjadi setelah 5 – 12 tahun sering karena adanya

graft ateroma yang kembali timbul akibat pengaruh peninggian kolesterol dan diabetes.

Penelitian selama 10 tahun mendapatkan kira-kira 60% graft vena tetap baik

dibandingkan dengan 88% graft a. mamaria interna. Mortalitas pembedahan tidak lebih

dari 2% akibat risiko yang besar pada penderita angina tak stabil dengan fungsi ventrikel

kiri yang buruk. Resiko meninggi pada umur lebih dari 65 tahun akibat penyakit yang

lebih berat terutama pada kerusakan ventrikel kiri walaupun memberikan respons yang

baik dengan graft dan sekarangpun pembedahan biasa dilakukan pada penderita umur 20

tahun. Morbiditas pembedahan juga tidak sedikit yaitu sering didapatkan perubahan

neuropsikiatrik sementara dan insidens stroke 5%. Akan tetapi kebanyakan penderita

lambat laun akan kembali seperti semula.

d. Ercutaneous transluminal Coronary Angioplasaty (PTCA)

Pada bebrapa negara 30% penderita dilakukan dilatasi stenosis koroner dengan balon.

Mula-mula indikasinya terbatas pada lesi koroner yang tunggal akan tetapi sekarang juga

dilakukan pada penyakit pembuluh darah multipel. Tekhnik ini dilakukan dengan anestesi

lokal dan biasanya perawatan di rumah sakit tidak lebih dari 3 hari. Risiko oklusi

pembuluh darah dan infark miokard didapatkan 5%. 25% stenosis kembali dalam waktu

6 bulan dan perlu diulang kembali, sedangkan 75% berhasil untuk waktu yang lama.

Pemilihan penderita yang tepat untuk dilakukan PTCA memberi hasil yang aman dan

sangat efektif untuk memperbaiki angina stabil dan angina tak stabil walaupun belum ada

percobaan kontrol yang membandingkan dengan bedah koroner.

47

Page 48: Skenario a Blok 15

e. Penderita penanganan angina berdasarkan tingkatan risiko

Penanganan secara sistematik dan rasional pada penderita angina pektoris dapat

disimpulkan sebagai berikut: Penderita yang telah ditentukan kelompok risiko tinggi

dengan parameter non-invasif merupakan indikasi untuk arteriografi koroner. Bila

arteriografi menunjukkan kelainan a.koronaris pada 3 pembuluh darah atau pembuluh

darah terutama kiri dan diperkirakan dengan pembedahan dapat mempebaiki prognosa

maka merupakan indikasi untuk CABG. PTCA dipertimbangkan pada lesi proksimal

yang kritis walaupun manfaatnya belum dapat dilakukan operasi karena risiko operasi

yang tinggi atau alasan lainnya.

Penderita yang secara non-invasif ditentukan sebagai kelompok risiko tinggi dan pada

arteriografi koroner dengan 1 atau 2 kelaianan pembuluh darah serta fungsi ventrikel kiri

yang normal, tetapi bila gejala tidak terkontrol, pilihan pertama adalah PTCA tidak

berhasil atau tidak dapat dilakukan karena alasan lain.

4. CAD (CORONARY ARTERY DISEASE)

Pembuluh darah koroner merupakan penyalur aliran darah (membawa 02 dan makanan

yang dibutuhkan miokard agar dapat berfusi dengan baik. penyakit Jantung Koroner

adalah salah satu akibat utama arteriosklerosis (pengerasan pembuluh darah nadi) yang

dikenal sebagai atherosklerosis. Pada keadaan ini pembuluh darah nadi menyempit karena

terjadi endapan-endapan lemak (atheroma dan plaques) pada didindingnya.

Faktor-faktor resiko untuk terjadinya keadaan ini adalah merokok, tekanan darah tinggi,

peninggian nilai kolesterol didarah, kegemukan stress, diabetes mellitus dan riwayat

keluarga yang kuat untuk Penyakit Jantung Koroner (6,8). Dengan bertambahnya umur

penyakit ini akan lebih sering ada. pria mempunyai resiko lebih tinggi dari pada wanita,

tetapi perbedaan ini dengan meningkatnya umur akan makin lama makin kecil.

Faktor-faktor resiko PJK

Faktor-faktor resiko penyakit jantung koroner dikenal sejak lama berupa:

1. Hipertensi

2. Kolesterol darah

3. Merokok

4. Diet

5. Usia

6. Sex

48

Page 49: Skenario a Blok 15

7. Kurang latihan

8. Turunan

Etiologi:

Adanya aterosklerosis koroner dimana terjadi kelainan pada intima bermula berupa

bercak fibrosa (fibrous plaque) dan selanjutnya terjadi ulserasi, pendarahan, kalsifikasi

dan trombosis. Perjalanan dalam kejadian aterosklerosis tidak hanya disebabkan oleh

faktor tunggal, akan tetapi diberati juga banyak faktor lain seperti : hipertensi, kadar lipid,

rokok, kadar gula darah yang abnormal.

Angina Pectoris

Adanya Angina Pectoris dapat dikenal secara:

1. Kwalitas nyeri dada yang khas yaitu perasaan dada tertekan, merasa terbakar atau

susah bernafas.

2. Lokasi nyeri yaitu restrosternal yang menjalar keleher, rahang atau mastoid dan turun

ke lengan kiri.

3. Faktor pencetus seperti sedang emosi, bekerja, sesudah makan atau dalam udara dingin.

Stable Angina Pectoris

Kebutuhan metabolik otot jantung dan energi tak dapat dipenuhi karena terdapat stenosis

menetap arteri koroner yang disebabkan oleh proses aterosklerosis. Keluhan nyeri dada

timbul bila melakukan suatu pekerjaan. sesuai dengan berat ringannya pencetus dibagi

atas beberapa tingkatan :

1. Selalu timbul sesudah latihan berat.

2. Timbul sesudah latihan sedang ( jalan cepat 1/2 km)

3. Timbul waktu latihan ringan (jalan 100 m)

4. Angina timbul jika gerak badan ringan (jalan biasa)

Diagnosa

1. Pemeriksaan EKG

2. Uji latihan fisik (Exercise stress testing dengan atau tanpa pemeriksaan radionuclide) 3.

Angiografi koroner.

Terapi

1. Menghilangkan faktor pemberat

2. Mengurangi faktor resiko

3. Sewaktu serangan dapat dipakai

49

Page 50: Skenario a Blok 15

4. Penghambat Beta

5. Antagonis kalsium

6. Kombinasi

Unstable Angina Pectoris

Disebabkam primer oleh kontraksi otot poles pembuluh koroner sehingga mengakibatkan

iskeia miokard. patogenesis spasme tersebut hingga kini belum diketahui, kemungkinan

tonus alphaadrenergik yang berlebihan (Histamin, Katekolamin Prostagglandin). Selain

dari spame pembuluh koroner juga disebut peranan dari agregasi trobosit. penderita ini

mengalami nyeri dada terutama waktu istirahat, sehingga terbangun pada waktu

menjelang subuh. Manifestasi paling sering dari spasme pembuluh koroner ialah variant

(prinzmental).

Elektrokardiografi tanpa serangan nyeri dada biasanya normal saja. Pada waktu serangan

didapati segmen ST elevasi. Jangan dilakukan uji latihan fisik pada penderita ini oleh

karena dapat mencetuskan aritmia yang berbahaya. Dengan cara pemeriksaan teknik

nuklir kita dapat melihat adanya iskemia saja ataupun sudah terjadi infark.

Terapi

1. Nitrogliserin subligual dosis tinggi.

2. Untuk frokfikaksis dapat dipakai pasta nitrogliserin, nitrat dosis tinggi ataupun

antagonis kalsium.

3. Bila terdapat bersama aterosklerosis berat, maka diberikan kombinasi nitrat, antagonis

kalsium dan penghambat Beta.

4. Percutanous Transluminal coronary angioplasty (PTCA) atau coronary by Pass Graff

Surgery (CBGS)

Infark miokard akut (IMA)

Gambaran Klinis:

Kebanyakan pasien dengan infark miokard akut mencari pengobatan karena rasa sakit

didada. Namun demikian ,gambaran klinis bisa bervariasi dari pasien yang datang untuk

melakukan pemeriksaan rutin, sampai pada pasien yang merasa nyeri di substernal yang

hebat dan secara cepat berkembang menjadi syok dan eadem pulmonal, dan ada pula

pasien yang baru saja tampak sehat lalu tiba-tiba meninggal.

Serangan infark miokard biasanya akut, dengan rasa sakit seperti angina,tetapi tidak

seperti angina yang biasa, maka disini terdapat rasa penekanan yang luar biasa pada dada

atau perasaan akan datangnya kematian. Bila pasien sebelumnya pernah mendapat

50

Page 51: Skenario a Blok 15

serangan angina ,maka ia tabu bahwa sesuatu yang berbeda dari serangan angina

sebelumnya sedang berlangsung. Juga, kebalikan dengan angina yang biasa, infark

miokard akut terjadi sewaktu pasien dalam keadaan istirahat ,sering pada jam-jam awal

dipagi hari. Nitrogliserin tidaklah mengurangkan rasa sakitnya yang bisa kemudian

menghilang berkurang dan bisa pula bertahan berjam-jam malahan berhari-hari. Nausea

dan vomitus merupakan penyerta rasa sakit tsb dan bisa hebat, terlebih-lebih apabila

diberikan martin untuk rasa sakitnya.

Rasa sakitnya adalah diffus dan bersifat mencekam, mencekik, mencengkeram atau

membor. Paling nyata didaerah subternal, dari mana ia menyebar kedua lengan,

kerongkongan atau dagu, atau abdomen sebelah atas (sehingga ia mirip dengan kolik

cholelithiasis, cholesistitis akut ulkus peptikum akut atau pancreatitis akut) .(4,7,9)

Terdapat laporan adanya infark miokard tanpa rasa sakit. Namun hila pasien-pasien ini

ditanya secara cermat, mereka biasanya menerangkan adanya gangguan pencernaan atau

rasa benjol didada yang samar-samar yang hanya sedikit menimbulkan rasa tidak

enak/senang. Sekali-sekali pasien akan mengalami rasa napas yang pendek (seperti orang

yang kelelahan) dan bukanya tekanan pada substernal.Sekali-sekali bisa pula terjadi

cekukan/singultus akibat irritasi diapragma oleh infark dinding inferior. pasien biasanya

tetap sadar ,tetapi bisa gelisah, cemas atau bingung. Syncope adalah jarang, ketidak

sadaran akibat iskemi serebral, sebab cardiac output yang berkurang bisa sekali-sekali

terjadi.Bila pasien-pasien ditanyai secara cermat, mereka sering menyatakan bahwa untuk

masa yang bervariasi sebelum serangan dari hari 1 hingga 2 minggu ) ,rasa sakit

anginanya menjadi lebih parah serta tidak bereaksi baik tidak terhadap pemberian

nitrogliserin atau mereka mulai merasa distres/rasa tidak enak substernal yang tersamar

atau gangguan pencernaan (gejala -gejala permulaan /ancaman /pertanda). Bila serangan-

serangan angina menghebat ini bisa merupakan petunjuk bahwa ada angina yang tidak

stabil (unstable angina) dan bahwasanya dibutuhkan pengobatan yang lebih agresif.

Bila diperiksa, pasien sering memperlihatkan wajah pucat bagai abu dengan berkeringat ,

kulit yang dingin .walaupun bila tanda-tanda klinis dari syok tidak dijumpai.

Nadi biasanya cepat, kecuali bila ada blok/hambatan AV yang komplit atau inkomplit.

Dalam beberapa jam, kondisi klinis pasien mulai membaik, tetapi demam sering

berkembang. Suhu meninggi untuk beberapa hari, sampai 102 derajat Fahrenheid atau

lebih tinggi, dan kemudian perlahan-lahan turun ,kembali normal pada akhir dari minggu

pertama.

51

Page 52: Skenario a Blok 15

Pengobatan:

Sasaran pengobatan IMA pertama adalah menghilangkan rasa sakit dan cemas. Kedua

mencegah dan mengobati sedini mungkin komplikasi (30-40%) yang serius seperti payah

jantung, aritmia, thrombo-embolisme, pericarditis, ruptur m. papillaris, aneurisma

ventrikel, infark ventrikel kanan, iskemia berulang dan kematian mendadak. Untuk sakit

diberikan sulfas morphin 2,5-10 mg IV.

Pethidin kurang efektif dibandingkan Morphin dan dapat menyebabkan sinus tachycardia.

Obat ini banyak dipakai pada infark inferior dengan sakit dada dan sinus bradycardia.

Dosis 25-50 mg dapat diulang sesudah 2-4 jam dengan perlahan-lahan .

Pada sakit dada dengan lMA terutama infark anterior dengan sinus tachycardia dan

tekanan darah sistolik di atas 100 - 100 mm Hg B-Blocker dapat dipakai. Dosis kecil B-

Blocker mulai dengan 1/2 - 5 mg Inderal. IV. Dikatakan bahwa pemberian B-Blocker

dalam 5 jam pertama bila tidak ada kontra indikasi dapat mengurangi luasnya infark

(1,4,7,12) Nitrat baik sublingual maupun transdermal dapat dipakai bila sakit dada pada

hari-hari pertama.

Nifedipin,C-antagonist yang sering dipakai bila diduga penyebabnya adalah spasme

koroner, khusus angina sesudah hari ke-2 dan sebelum pulang. Istirahat, pemberian

02,diet kalori rendah dan mudah dicernakan dan pasang infus untuk siap gawat.

Pemberian anti koagulansia hanya pada penderita yang harus dimobilisasi agak lama

seperti gagal jantung, syok dan infark anterior yang luas. Sekitar 60-70% dari infark tidak

terdapat komplikasi dan dianjurkan penanganan sesudah 2-3 minggu untuk uji latih

jantung beban (ULJB) yang dimodifikasikan.

Kalau normal untuk rehabilitasi biasa tetapi kalau abnormal agar diperiksa arteriogram

koroner untuk mengetahui tepat keadaan pembuluh darah koronernya agar dapat

ditentukan sikap yang optimal.

Bila ada komplikasi pada IMA dicoba untuk mengklasifikasi penderita ini dalam subset

klinik dan hemodinamik (Forrester) untuk pengobatannya.

5. Ramus circumflexus mempunyai ukuran yang sama dengan arteria intervenricularis

anterior. Pembuluh ini melingkari pinggir kiri jantung di dalam sulcus atrioventricularis

ramus marginalis sinister merupakan cabang besar yang mendarahi batas kiri ventriculus

sinister dan turun sampai apex cordis. Ramus ventriculari anterior dan posterior

mendarahi ventriculus sinister. Rami atriales mendarahi atrium sinistrum.

52

Page 53: Skenario a Blok 15

5.PETANDA (BIOMARKER) KERUSAKAN JANTUNG

Pemeriksaan yang dianjurkan adalah creatinine kinase (CK)MB dan cardiac specific

troponin (cTn)T atau cTn I dan dilakukan secara serial. cTn harus digunakan sebagai

petanda optimal untuk pasien STEMI yang disertai kerusakan otot skeletal, karena pada

keadaan ini juga akan diikuti peningkatan CKMB. Pada pasien dengan elevasi ST dan

gejala IMA, terapi reperfusi diberikan segera mungkin dan tidak tergantung pada

pemeriksaan biomarker.

Peningkatan nilai enzim diatas 2 kali nilai batas atas normal menunjukkan ada nekrosis

jantung (infark miokard).

CKMB: meningkat setelah 3 jam bila ada infark miokard dn mencapai puncak dalam

10-24 jam dan kembali normal dalam 2-4 hari. Operasi jantung, miokarditis dan

kardioversi elektrik dapat meningkatan CKMB

cTn: ada 2 jenis yaitu cTn dan cTn I. Enzi mini meningkat setelah 2 jam bila ada

infark miokard dan mencapai puncak dalam 10-24 jam dan cTn T masih dapat

dideteksi setelah 5-14 hari, sedangkan cTn I setelah 5-10 hari.

Pemeriksaan enzim jantung yang lain yaitu:

Mioglobin: dapat dideteksi satu jam setelah infark dan mencapai puncak dalam 4-8

jam

Creatinin kinase (CK): meningkat setelah 3-8 jam bila ada infark miokard dan

mencapai puncak dalam 10-36 jam dan kembali normal dalam 304 hari

Lactic dehydrogenase (LDH): meningkat setelah 24-48 jam bila ada infark miokard,

mencapai puncak 3-6 hari dan kembali normal dalam 8-14 hari.

Reaksi non spesifik terhadap injuri miokrd adalah leukositosis polimorfonuklear yang

dapat terjadi dalam beberapa jam setelah onset nyeri dan menetap selama 3-7 hari.

Leukosit dapat mencapai 12.000-15.000/uL.

Elektrokardiografi (EKG) Technorati Tags: jantung,elektrokardiografi,ekg,electrocardiography,ecg,lead

Definisi EKG : Elektrokardiografi adalah ilmu yang mempelajari aktivitas listrik jantung. Elektokardiogram adalah suatu grafik yang menggambarkan rekaman listrik jantung

Cara Menggunakan EKG untuk merekam listrik jantung :

53

Page 54: Skenario a Blok 15

Persiapan

A. Alat

Mesin EKG, yang dilengkapi : kabel untuk sumber listrik kabel untuk bumi (ground) Kabel elektroda ekstremitas dan dada Plat elektroda ekstremitas beserta karet pengikat Balon penghisap elektroda dada Jelly Kertas tissue Kapas Alkohol Kertas EKG Spidol

B. PasienPenjelasan (informed consent)

- Tujuan pemeriksaan

- Hal-hal yang perlu diperhatikan saat perekaman

Dinding dada harus terbuka dan tidak ada perhiasan logam yang melekat.

Pasien diminta tenang atau tidak bergerak saat perekaman EKG

Cara memasang EKG

1. Pasang semua komponen/kabel-kabel pada mesin EKG

2. Nyalakan mesin EKG

3. Baringkan pasien dengan tenang di tempat tidur yang luas. Tangan dan kaki tidak saling bersentuhan

4. Bersihkan dada, kedua pergelangan kaki dan tangan dengan kapas alcohol (kalau perlu dada dan pergelangan kaki dicukur)

5. Keempat electrode ektremitas diberi jelly.

6. Pasang keempat elektrode ektremitas tersebut pada kedua pergelangan tangan dan kaki. Untuk tangan kanan biasanya berwarna merah, tangan kiri berwarna kuning, kaki kiri berwarna hijau dan kaki kanan berwarna hitam.

7. Dada diberi jelly sesuai dengan lokasi elektrode V1 s/d V6.

- V1 di garis parasternal kanan sejajar dengan ICS 4 berwarna merah

- V2 di garis parasternal kiri sejajar dengan ICS 4 berwarna kuning

54

Page 55: Skenario a Blok 15

-V3 di antara V2 dan V4, berwarna hijau

- V4 di garis mid klavikula kiri sejajar ICS 5, berwarna coklat

- V5 di garis aksila anterior kiri sejajar ICS 5, berwarna hitam

- V6 di garis mid aksila kiri sejajar ICS 5, berwarna ungu

1. Pasang elektrode dada dengan menekan karet penghisap.

2. Buat kalibrasi

3. Rekam setiap lead 3-4 beat (gelombang), kalau perlu lead II panjang (minimal 6 beat)

4. Kalau perlu buat kalibrasi setelah selesai perekaman

5. Semua electrode dilepas

6. Jelly dibersihkan dari tubuh pasien

7. Beritahu pasien bahwa perekaman sudah selesai

8. Matikan mesin EKG

9. Tulis pada hasil perekaman : nama, umur, jenis kelamin, jam, tanggal, bulan dan tahun pembuatan, nama masing-masing lead serta nama orang yang merekam

10.Bersihkan dan rapikan alat

Perhatian :

Sebelum bekerja periksa kecepatan mesin 25 mm/detik dan voltase 10 mm. Jika kertas tidak cukup kaliberasi voltase diperkecil menjadi ½ kali atau 5 mm. Jika gambaran EKG kecil, kaliberasi voltase diperbesar menjadi 2 kali atau 20 mm.

Hindari gangguan listrik dan mekanik saat perekaman Saat merekam, operator harus menghadap pasien Lead EKG

Terdapat 2 jenis lead :

A. Lead bipolar : merekam perbedaan potensial dari 2 elektrode

Lead I : merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan tangan kiri (LA) yang mana tangan kanan bermuatan (-) dan tangan kiri bermuatan (+)

Lead II : merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan kaki kiri (LF) yang mana tangan kanan bermuatan (-) dan kaki kiri bermuatan (+)

Lead III : merekam beda potensial antara tangan kiri (LA) dengan kaki kiri (LF) yang mana tangan kiri bermuatan (-) dan kaki kiri bermuatan (+)

B. Lead unipolar : merekam beda potensial lebih dari 2 elektode

55

Page 56: Skenario a Blok 15

Dibagi 2 : lead unipolar ekstremitas dan lead unipolar prekordial

Lead unipolar ekstremitas

Lead aVR : merekam beda potensial pada tangan kanan (RA) dengan tangan kiri dan kaki kiri yang mana tangan kanan bermuatan (+)

Lead aVL : merekam beda potensial pada tangan kiri (LA) dengan tangan kanan dan kaki kiri yang mana tangan kiri bermuatan (+)

Lead aVF : merekam beda potensial pada kaki kiri (LF) dengan tangan kanan dan tangan kiri yang mana kaki kiri bermuatan (+)

Lead unipolar prekordial : merekam beda potensial lead di dada dengan ketiga lead ekstremitas. Yaitu V1 s/d V6

Kertas EKG

Kertas EKG merupakan kertas grafik yang terdiri dari garis horisontal dan vertikal berbentuk bujur sangkar dengan jarak 1 mm. Garis yang lebih tebal (kotak besar) terdapat pada setiap 5 mm. Garis horizontal menggambarkan waktu (detik) yang mana 1 mm (1 kotak kecil) = 0,04 detik, 5 mm (1 kotak besar) = 0,20 detik. Garis vertical menggambarkan voltase yang mana 1 mm (1 kotak kecil) = 0,1 mV.

Kurva EKG

Kurva EKG menggambarkan proses listrik yang terjadi di atrium dan ventrikel. Proses listrik terdiri dari :

Depolarisasi atrium (tampak dari gelombang P) Repolarisasi atrium (tidak tampak di EKG karena bersamaan dengan depolarisasi

ventrikel) Depolarisasi ventrikel (tampak dari kompleks QRS) Repolarisasi ventrikel (tampak dari segmen ST)

Kurva EKG normal terdiri dari gelombang P,Q,R,S dan T kadang-kadang tampak gelombang U.EKG 12 Lead

Lead I, aVL, V5, V6 menunjukkan bagian lateral jantungLead II, III, aVF menunjukkan bagian inferior jantungLead V1 s/d V4 menunjukkan bagian anterior jantungLead aVR hanya sebagai petunjuk apakah pemasangan EKG sudah benar

56

Page 57: Skenario a Blok 15

Aksis jantung

Sumbu listrik jantung atau aksis jantung dapat diketahui dari bidang frontal dan horisontal. Bidang frontal diketahui dengan melihat lead I dan aVF sedangkan bidang horisontal dengan melihat lead-lead prekordial terutama V3 dan V4. Normal aksis jantung frontal berkisar -30 s/d +110 derajat.Deviasi aksis ke kiri antara -30 s/d -90 derajat, deviasi ke kanan antara +110 s/d -180 derajat.

Sekilas mengenai EKG Normal

57

Page 58: Skenario a Blok 15

Gelombang P

Nilai normal :

Lebar ≤ 0,12 detik

Tinggi ≤ 0,3 mV

Selalu (+) di lead II

Selau (-) di lead aVR

Interval PR

Diukur dari permulaan gelombang P sampai permulaan gelombang QRS. Nilai normal berkisar 0,12-0,20 detik.

Gelombang QRS (kompleks QRS)

Nilai normal : lebar 0,04 - 0,12 detik, tinggi tergantung lead.

Gelombang Q : defleksi negatif pertama gelombang QRS

Nilai normal : lebar < 0,04 detik, dalam < 1/3 gelombang R. Jika dalamnya > 1/3 tinggi gelombang R berarti Q patologis.

Gelombang R adalah defleksi positif pertama pada gelombang QRS. Umumnya di Lead aVR, V1 dan V2, gelombang S terlihat lebih dalam, dilead V4, V5 dan V6 makin menghilang atau berkurang dalamnya.

Gelombang T

Merupakan gambaran proses repolirisasi Ventrikel. Umumnya gelombang T positif, di hampir semua lead kecuali di aVR

Gelombang U

Adalah defleksi positif setelah gelombang T dan sebelum gelombang P berikutnya. Penyebabnya timbulnya gelombang U masih belum diketahui, namun diduga timbul akibat repolarisasi lambat sistem konduksi Interventrikuler.

Interval PR

Interval PR diukur dari permulaan gelombang P sampai permulaan gelombang QRS. Nilai normal berkisar antara 0,12 – 0,20 detik ini merupakan waktu yang dibutuhkan untuk depolarisasi Atrium dan jalannya implus melalui berkas His sampai permulaan depolarisasi Ventrikuler

58

Page 59: Skenario a Blok 15

Segmen ST

Segmen ST diukur dari akhir gelombang QRS sampai permulaan gelombang T. segmen ini normalnya isoelektris, tetapi pada lead prekkordial dapat berpariasi dari – 0,5 sampai +2mm. segmen ST yang naik diatas garis isoelektris disebut ST eleveasi dan yang turun dibawah garis isoelektris disebut ST depresi

Cara menilai EKG

Tentukan apakah gambaran EKG layak dibaca atau tidak Tentukan irama jantung ( “Rhytm”) Tentukan frekwensi (“Heart rate”) Tentukan sumbu jantung (“Axis”) Tentukan ada tidaknya tanda tanda hipertrofi (atrium / ventrikel) Tentukan ada tidaknya tanda tanda kelainan miokard (iskemia/injuri/infark) Tentukan ada tidaknya tanda tanda gangguan lain (efek obat obatan, gangguan

keseimbangan elektrolit, gangguan fungsi pacu jantung pada pasien yang terpasang pacu jantung)

1. MENENTUKAN FREKWENSI JANTUNGCara menentukan frekwensi melalui gambaran EKG dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu :

a.  300 dibagi jumlah kotak besar antara R – R’

b. 1500 dibagi jumlah kotak kecil antara R – R’

c. Ambil EKG strip sepanjang 6 detik, hitung jumlah gelombang QRS dalam 6 detik tsb kemudian dikalikan 10 atau ambil dalam 12 detik, kalikan 5

2. MENENTUKAN IRAMA JANTUNG

Dalam menentukan irama jantung urutan yang harus ditentukan adalah sebagai berikut

- Tentukan apakah denyut jantung berirama teratur atau tidak

- Tentukan berapa frekwensi jantung (HR)

- Tentukan gelombang P ada/tidak dan normal/tidak

- Tentukan interval PR normal atau tidak

- Tentukan gelombang QRS normal atau tidak

Irama EKG yang normal implus (sumber listrik) berasal dari Nodus SA, maka irmanya disebut dengan Irama Sinus (“Sinus Rhytem”)

Kriteria Irama Sinus adalah :

- Iramanya  teratur

- frekwensi jantung (HR) 60 – 100 x/menit

59

Page 60: Skenario a Blok 15

-Gelombang P normal, setiap gelombang P selalu diikuti gel QRS, T

- Gelombang QRS normal (0,06 – <0,12 detik)

- PR interval normal (0,12-0,20 detik)

Irama yang tidak mempunyai criteria tersebut di atas kemungkinan suatu kelainan

X. KesimpulanTuan Saman Mengalami CAD (Coronary Artery Disease) karena berbagai factor resiko yang dia alami yakni,factor resiko yang tidak dapat dikontrol yakni,usia,jenis kelamin,dan factor resiko yang dapat dikontrol yakni,kebiasaan merokok Pak Saman,tingkat kolesterol yang tinggi yang berakibat pada artherosclerosis.

XI. Daftar Pustaka

http://www.ufrgs.br/imunovet/molecular_immunology/dermatome.jpg

Price, S. A. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit E/6 Vol.2.

EGC: Jakarta

http://piolayananmasyarakat.wordpress.com/2012/03/22/macam-nyeri

repository.usu.ac.id/bitstream/.../Chapter%20II.pdf

gizi.depkes.go.id/wp.../Rokok-vs-kholesterol.pdf

W.A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Dorland, ed : Hartanto, Huriawati,

dkk. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Guyton., Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11 (terjemahan). 2008. Jakarta:

EGC

Farmakologi. Katzung. Jakarta: EGC

Mansjoer, arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III vol. 1. Jakarta : Media

Aesculapius.

Aru W. Sudoyo, dkk. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia 2006, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV Editor

Jakarta

Fauci, Anthony S, et al. 2008. Harrison’s Principles of Internal Medicine Seventeenth

Edition. United States: McGraw-Hill Companies, Inc.

60

Page 61: Skenario a Blok 15

61