50
Skenario B Blok 15 2012 Anamnesis Andi, 6 years-old boy, brought by his mother to the hospital with complaints of decreased hearing and discharge from his left ear. These complaints happened everytime Andi suffered from cough and runny nose. His mother said that Andi was only 3 years-old when his left ear excreted fluid for the first time. Physiscal Examination General examination: N=86x/m, RR=20x/m, Temp=36,7 o C Ear, Nose, Throat Examination Otoscopy: Right ear: Auricula : within normal limit EAC : within normal limit Tymphanic membrane : normal Left ear : Auricula : within normal limit EAC : liquid (+) Tymphanic membrane : central perforation Rhinoscopy: Anterior : hyperemic mucosa, secretion (+) Oropharynx: Normal pharynx, tonsils: T1-T1, hyperemic, detritus (+) Audiometric Examination Left ear: Frequency : 250 500 1000 2000 4000 Hz Bone conduction : 5 10 5 10 10 dB Air conduction : 45 50 45 45 50 dB

Skenario B Blok 15 2012

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bbbbb

Citation preview

Page 1: Skenario B Blok 15 2012

Skenario B Blok 15 2012

Anamnesis

Andi, 6 years-old boy, brought by his mother to the hospital with complaints of decreased

hearing and discharge from his left ear. These complaints happened everytime Andi

suffered from cough and runny nose. His mother said that Andi was only 3 years-old when

his left ear excreted fluid for the first time.

Physiscal Examination

General examination: N=86x/m, RR=20x/m, Temp=36,7oC

Ear, Nose, Throat Examination

Otoscopy:

Right ear: Auricula : within normal limit

EAC : within normal limit

Tymphanic membrane : normal

Left ear : Auricula : within normal limit

EAC : liquid (+)

Tymphanic membrane : central perforation

Rhinoscopy:

Anterior : hyperemic mucosa, secretion (+)

Oropharynx:

Normal pharynx, tonsils: T1-T1, hyperemic, detritus (+)

Audiometric Examination

Left ear:

Frequency : 250 500 1000 2000 4000 Hz

Bone conduction : 5 10 5 10 10 dB

Air conduction : 45 50 45 45 50 dB

Right ear:

Frequency : 250 500 1000 2000 4000 Hz

Bone conduction : 5 5 10 5 5 dB

Air conduction : 5 10 10 5 5 dB

Page 2: Skenario B Blok 15 2012

I. Klarifikasi Istilah

1. Decreased hearing : hilangnya pendengaran, sebagian atau seluruhnya

2. Cough : ekspulsi udara yang tiba-tiba sambil mengeluarkan suara

dari paru-paru

3. Discharge (from his left ear): ekskresi atau substansi yang dikeluarkan oleh telinga kiri

4. Runny nose : Rinorrhea; berlebihnya produksi sekret atau mucus oleh

kelenjar mukosa hidung

5. EAC : External Auditory Canal atau eksternal akustic meatus;

saluran yang menghubungkan telinga luar dan tengah

6. Auricula : Telinga kecil; bagian dari telinga yang terletak di luar

kepala

7. Membran timpani : suatu membran yang terdapat di telinga tengah yang

berfungsi untuk menggetarkan suara

8. Detritus : bahan particular yang dihasilkan dengan disintegrasi

substansi atau jaringan

9. Tonsil T1-T1 : batas medial tonsil melewati pilar anterior-1/4 jarak pilar

anterior uvula

10. Central perforation : Subtotal; letak perforasi di sentral atau parasentral

membran timpani, seluruh tepi perforasi masih mengandung

sisa membran timpani

11. Hyperemic mucosa : mukosa mengalami edema atau peradangan (kemerahan)

12. Bone conduction : Konduksi gelombang suara menuju telinga dalam melalui

tulang tengkorak

13. Air conduction : Konduksi gelombang suara menuju telinga dalam melalui

saluran auditorius eksternal dan telinga tengah

Page 3: Skenario B Blok 15 2012

II. Identifikasi Masalah

1. Andi, laki-laki, 6 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan penurunan pendengaran

dan adanya cairan dari telinga kiri, yang terjadi setiap Andi menderita batuk dan pilek.

2. Ibu Andi mengatakan, Andi berumur 3 tahun ketika ada cairan dari telinga kiri untuk

yang pertama kali.

3. Hasil pemeriksaan fisik Andi.

4. Hasil pemeriksaan audiometri Andi.

III. Analisis Masalah

1. a. Bagaimana anatomi dari telinga?

Telinga manusia dibagi menjadi tiga bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah, dan

telinga dalam.

Lebih jauh dipaparkan di sintesis

b. Bagaimana fisiologi dari telinga (pendengaran dan keseimbangan)?

Telinga selain sebagai organ pendengaran, juga berfungsi sebagai organ keseimbangan

manusia.

Fisiologi telinga sebagai organ pendengaran dan keseimbangan, dipaparkan di sintesis

c. Bagaimana etiologi dan mekanisme penurunan fungsi pendengaran pada kasus?

Pada kasus, penurunan fungsi pendengaran termasuk tuli konduktif. Tuli konduktif

adalah tuli yang terjadi ketika gelombang suara terhalang jalan masuknya, dari lubang

telinga dan gendang telinga menuju koklea dan saraf auditori.

Etiologi

Telinga luar: atresia liang telinga, sumbatan oleh serumen, otitis eksterna sirkumskripta,

osteoma liang telinga

Page 4: Skenario B Blok 15 2012

Telinga tengah: tuba katar/ sumbatan tuba auditori, otitis media, otosklerosis,

timpanosklerosis, hemotimpanum, dan dislokasi tulang pendengaran

Pada kasus, penurunan fungsi pendengaran disebabkan infeksi pada saluran pernafasan

atas yang menjalar ke telinga tengah melalui tuba auditori dan selanjutnya terjadi

infeksi di telinga tengah (Otitis media).

Mekanisme pada kasus

Infeksi saluran pernafasan atas sumbatan tuba Eustachius fungsi pencegahan

invasi bakteri ke dalam telinga tengah rendah terjadi proses peradangan hingga

stadium perforasi perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong menurun

energi getar berkurang tidak menimbulkan gerak pada cairan

perilimfadanendolinmfa yg adekuat gangguan pendengaran konduksi telinga

tengah

d. Bagaimana etiologi dan mekanisme keluarnya cairan dari telinga pada kasus?

Otore adalah sekret/cairan yang keluar dali liang telinga. Cairan yang keluar dari telinga

harus diperhatikan sifat-sifatnya karena dapat mendukung diagnosis, misal jernih atau

purulen, mengandung darah atau tidak, berbaukah, pulasatil atau non-pulsasi. Gejala

penyerta yang lain juga harus di perhatikan, seperti adanya ganguan pendengaran,

tinitus dan otalgia (nyeri telinga).

Sekret yang keluar dapat purulen, mukoid atau mukopurulen, sekres\t seperti ini

menandai adanya infeksi pada telinga. Sekret dapat pula jernih yang bisa disebabkan

oleh berbagai jenis dermatosis meatus akustikus externa atau mungkin sekret yang

jernih itu berasal dari cairan otak (serebrospinalis). semua tipe otore ini dapat

mengandung darah, bisa masif karena trauma dan berbagai neoplasma. Sekret dapat

tidak berbau dan berbau sangat busuk (biasanya pada kolesteatoma). Biasanya sekret ini

non-pulsatil, tetapi bila berada di bawah tekanan hebat di celah ruang telinga tengah,

maka ia akan berpulsasi.

Etiologi

Keluarnya cairan dari telinga pasti dikarenakan infeksi, adapun jalur masuknya mikroorganisme penginfeksi tersebut dapat dibedakan menjadi:

Page 5: Skenario B Blok 15 2012

- Infeksi telinga oleh bakteri yang berasal dari meatus auditorius eksterna, misal karena berenang

- Infeksi yang berasal dari nasofaring melalui tuba eustachius saat infeksi saluran napas atas

Mekanisme pada kasus

Infeksi saluran pernafasan atas sumbatan tuba Eustachius letak anatomi tuba

Eustachius pada anak lebih horizontal fungsi pencegahan invasi ke dalam telinga

tengah rendah terjadi proses peradangandi telinga tengah terdapat tekanan negatif

di telinga tengah dan gambaran retraksi membran timpani (stadium oklusi tuba

eustachius) pembuluh darah di membran timpani melebar dan hiperemis (stadium

hiperemis) terbentuk eksudat serosa dan edema hebat pada sel epitel superficial

(stadium supurasi) tekanan telinga tengah meningkat iskemia akibat penekanan

kapiler nekrosis membran timpani membran timpani ruptur keluar cairan

dari telinga tengah ke telinga luar

e. Bagaimana etiologi dan mekanisme batuk dan pilek pada kasus?

Etiologi

• Infeksi 100 Rinovirus berbeda

• Infeksi Myxovirus

• Virus Coixsackie

• Virus Echo

• Menurunnya daya tahan tubuh

• Terjadi infeksi sekunder oleh Staphylococcus, Streptococcus pneumonia,

Haemophilus influenza, Streptococcus group A.

Mekanisme pada kasus

Udara yang terkontaminasi virus terhirup partikel virus tersaring oleh vibrissae,

silia, dan palut lendir terjadi reaksi inflamasi sel goblet mensekresikan palut

lendir lebih banyak dan arteri maksilaris interna berdilatasi penumpukan cairan

pada rongga hidung transpor mukosiliar sekret bergabung di dekat

infundibulum etmoid menuju tepi bebas prosesus unsinatus menuju

Page 6: Skenario B Blok 15 2012

anteroposterior orifisium tuba eustachius transpor aktif berlanjut pada skuamosa

nasofaring dan jatuh ke bawah dengan gaya gravitasi dan proses menelan dinding

nasofaring dan orofaring hiperemis batuk

f. Mengapa penurunan fungsi pendengaran dan keluarnya cairan hanya dari telinga kiri?

Tidak ada alasan yang pasti hanya terjadi pada telinga kiri, tetapi bisa disebabkan

karena beberapa faktor, seperti:

1. Data epidemiologi menunjukkan tuli konduksi sering unilateral.

2. Bakteri yang paling banyak menginfeksi nasofaring adalah aerob (Staphylococcus

dan Streptococcus) sehingga cenderung ke telinga yang sudah perforasi, yang mendapat

suplai oksigen lebih banyak dari dunia luar.

Mengingat telinga tengah telah mengalami perforasi sejak 3 tahun yang lalu, untuk fase

inflamasi dan infeksi selanjutnya bakteri akan lebih menyukai menginvasi telinga kiri

terus-menerus.

3. Telah dilakukan pengobatan tidak adekuat, mengakibatkan fase kronis

g. Bagaimana hubungan fungsi pendengaran yang menurun, keluarnya cairan dari

telinga dengan batuk dan pilek?

Infeksi pada saluran pernafasan atas (batuk dan pilek) mikroorganisme menyebar ke

telinga melalui tuba Eustachius inflamasi tekanan udara di telinga tengah kurang

baik pendengaran menurun progresivitas penyakit peningkatan tekanan telinga

tengah/ inflamasi membran timpani perforasi sentral membran timpani

pendengaran menurun >> + eksudat dapat keluar melalui perforasi membran timpani

h. Bagaimana hubungan usia dan jenis kelamin pada kasus ini?

Hubungan usia dengan kejadian kasus, anak-anak lebih berisiko terkena OM, karena:

Sistem kekebalan tubuh anak masih dalam perkembangan.

Page 7: Skenario B Blok 15 2012

Saluran Eustachius pada anak lebih lurus secara horizontal dan lebih pendek

sehingga ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas; contohnya batuk pilek) lebih

mudah menyebar ke telinga tengah.

Adenoid (adenoid: salah satu organ di tenggorokan bagian atas yang berperan

dalam kekebalan tubuh) pada anak relatif lebih besar dibanding orang dewasa.

Posisi adenoid berdekatan dengan muara saluran Eustachius sehingga adenoid yang

besar dapat mengganggu terbukanya saluran Eustachius. Selain itu adenoid sendiri

dapat terinfeksi di mana infeksi tersebut kemudian menyebar ke telinga tengah

lewat saluran Eustachius.

Sedangkan, jenis kelamin tidak memiliki arti yang spesifik.

2. a. Apa saja faktor yang dapat menyebabkan penyakit ini dapat terulang kembali?

Otitis media akut (OMA) dengan perforasi membran timpani menjadi otitis media

supuratif kronis (OMSK) apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Beberapa faktor

yang menyebabkan OMA menjadi OMSK adalah terapi yang terlambat diberikan, terapi

yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh pasien rendah (gizi

kurang) atau higiene buruk.

b. Bagaimana progresivitas penyakit ini jika tidak ditangani sejak 3 tahun yang lalu?

Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah perkembangan dari otitis media akut

(OMA) yang terlambat ditangani. Terdapat dua jenis otitis media supuratif kronis

(OMSK), yaitu OMSK benigna (tipe aman) dan OMSK maligna (tipe bahaya) yang

dibedakan dari letak perforasi pada membran timpani. Pada kasus, pasien menderita

OMSK tipe benigna diamana letak perforasi membran timpani terletak di tengah atau

sentral, peradangan hanya terjadi sebatas mukosa saja. Tetapi, apabila pasien menderita

Page 8: Skenario B Blok 15 2012

OMSK tipe maligna yang perforasinya terdapat pada marginal atau atik, peradangan

dapat terjadi juga pada tulang temporal yang akan menyebabkan paresis N.fasialis atau

labirinitis. Bila ke arah kranial, akan menyebabkan abses ekstradural, thrombophlebitis

sinus lateralis, meningitis, serta abses otak.

3. a. Bagaimana cara pemeriksaan otoskopi, rinoskopi anterior, dan orofaring?

Pemeriksaan otoskopi, rinoskopi anterior, dan orofaring akan dijelaskan lebih lanjut

pada sintesis

b. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal dari hasil pemeriksaan fisik?

1. Otoskopi telinga kiri

- Adanya cairan di meatus akustikus eksterna (liang telinga): merupakan sekret yang

berasal dari telinga tengah akibat rupturnya membran timpani

- Terjadi perforasi sentral di membran timpani: perforasi terjadi di daerah sentral dan

mengenai pars tensa. Terjadi pada OMSK benigna, peradanganterbataspadamukosasaja,

tidakmengenaitulang.

2. Rinoskopi anterior

- Mukosa hiperemis: akibat reaksi radang di mukosa hidung. Infeksi saluran

pernapasan atas (batuk dan pilek) mempengaruhi membran mukosa hidung

reaksi radang sekresi mediator inflamasi (histamin, leukotrien, prostaglandin)

vasodilatasi pembuluh darah mukosa hiperemis

- Adanya sekret: akibat reaksi radang di mukosa hidung sehingga meningkatkan

aktivitas sel goblet mukus

3. Orofaring

- Hiperemis: infeksi saluran pernapasan atas (batuk dan pilek) mempengaruhi

membran mukosa faring reaksi radang sekresi mediator inflamasi (histamin,

leukotrien, prostaglandin) vasodilatasi pembuluh darah mukosa hiperemis

Page 9: Skenario B Blok 15 2012

- Detritus: merupakan hasil dari kumpulan leukosit, bakteri yang mati, dan epitel yag

terlepas, akibat terjadinya proses inflamasi di tonsil.

4. a. Bagaimana cara pemeriksaan audiometri?

Cara pemeriksaan audiometri akan dijelaskan lebih lanjut pada sintesis

b. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal dari hasil pemeriksaan audiometri?

Telinga Kiri :

Frekuensi 250 Hz 500 Hz 1000 Hz 2000 Hz 4000 Hz

Konduksi

tulang (BC)

5 10 5 10 10 dB

Konduksi

udara (AC)

45 50 45 45 50 dB

Pada hasil audiometri telinga kiri didapatkan bahwa AC > 25 dB, sedangkan BC <25 dB

dan terdapat gap (selisih AC dan BC > 10 dB), maka dapat disimpulkan bahwa telinga

kiri mengalami tuli konduksi.

Derajat ketulian telinga kiri = AD 500 Hz + AD 1000 Hz + AD 2000 Hz + AD 4000Hz

4

Nilai : 0-25 dB = normal

>25 – 40 dB = tuli ringan

>40 – 55 dB = tuli sedang

>55 – 70 dB = tuli sedang berat

>70 – 90 dB = tuli berat

>90 dB = tuli sangat berat

Derajat ketulian telinga kiri pasien = (50 + 45 + 45 + 50 dB) : 4 = 47,5 → tuli konduksi

derajat sedang.

Page 10: Skenario B Blok 15 2012

Telinga Kanan

Frekuensi 250 Hz 500 Hz 1000 Hz 2000 Hz 4000 Hz

Konduksi

tulang (BC)

5 5 10 5 5 dB

Konduksi

udara (AC)

5 10 10 5 5 dB

Pada hasil audiometri telinga kanan AC dan BC < 25 dB, maka telinga kanan normal,

tidak ada kelainan.

5. Apa saja diagnosis banding dari kasus ini?

OMSK Benigna OMSK Maligna

1. Perforasi

 

2. Sekret

 

3. Proses radang

 

4. Kolesteatoma

5. Komplikasi

Sentral

 

- Banyak

– Profus

Mukosa

 

Tidak ada

Jarang

- Marginal

- Atik

- Sedikit

- Foetor

- Mukosa

- Tulang

Ada

Berbahaya dan fatal

6. Bagaimana cara penegakan diagnosis untuk kasus ini dan apa diagnosis kerja pada kasus

ini?

a. Anamnesis

1. Nama, umur, tempat tinggal

2. Keluhan utama (Pada kasus berupa kehilangan/berkurangnya pendengaran dan

keluarnya cairan dari telinga)

Page 11: Skenario B Blok 15 2012

3. Keluhan Penyerta (Pada kasus sedang mengalami batuk dan pilek (Infeksi Saluran

Pernapasan Atas)

4. Riwayat Penyakit (Pada kasus pertama kali terkena pada umur 3 tahun setiap

mengalami batuk dan pilek)

5. Riwayat perjalanan penyakit

b. Pemeriksaan fisik

1. Keadaan Umum (Kesadaran, suhu tubuh, denyut nadi, laju pernapasan, dan tekanan

darah)

2. Keadaan khusus (Telinga (menggunakan otoskop) berupa gangguan berupa perforasi

membran timpani dan keluarnya sekret, Hidung (menggunakan rhinoskop) berupa

hiperemis mukosa dan rhinorrhea, dan Tenggorokan berupa tonsilitis, mukosa

hiperemis, atau detritus

c. Pemeriksaan tambahan

1. Audiometri

2. Rinne Test, Swabach test, atau Weber test

DIAGNOSIS KERJA= Tuli Konduksi yang disebabkan oleh Otitis Media

Supuratif Kronik

7. Apa saja etiologi dan faktor risiko untuk kasus ini?

Penyebab terbesar otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi campuran

bakteri dari meatus auditoris eksternal, kadang berasal dari nasofaring melalui tuba

Eustachius saat infeksi saluran pernafasan atas. Organisme-organisme dari meatus

auditoris eksternal termasuk Staphylococcus, Pseudomonas aeruginosa, B.proteus,

B.coli dan Aspergillus. Organisme dari nasofaring diantaranya Streptococcus viridans

(Streptococcus A hemolitikus, Streptococcus B hemolitikus dan Pneumococcus.

Page 12: Skenario B Blok 15 2012

8. Bagaimana epidemiologi dari kasus ini?

Prevalensi OMSK pada beberapa negara antara lain dipengaruhi, kondisi sosial,

ekonomi, suku, tempat tinggal yang padat, higiene dan nutrisi yang jelek. Kebanyakan

melaporkan prevalensi OMSK pada anak termasuk anak yang mempunyai kolesteatom,

tetapi tidak mempunyai data yang tepat, apalagi insiden OMSK saja, tidak ada data

yang tersedia.

9. Bagaimana patogenesis dari kasus ini?

Lebih lanjut dijelaskan di sintesis

10. Apa saja manifestasi klinis dari kasus ini?

1. Telinga Berair (Otorrhoe)

Page 13: Skenario B Blok 15 2012

Sekret bersifat purulen atau mukoid tergantung stadium peradangan. Pada OMSK tipe

jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali sebagai

reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan infeksi.

Keluarnya sekret biasanya hilang timbul. Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai

adannya sekret telinga. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah

berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret yang

bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan polip telinga dan

merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya. Suatu sekret yang encer

berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis.

2. Gangguan Pendengaran

Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Beratnya

ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan

mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah. Pada OMSK tipe maligna

biasanya didapat tuli konduktif berat.

3. Otalgia (Nyeri Telinga)

Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat

berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya

durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri

merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses

atau trombosis sinus lateralis.

4. Vertigo

Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi

dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan

tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat

terjadi hanya karena perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin

lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga

akan meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi

serebelum.

11. Bagaimana penatalaksaan untuk kasus ini?

a. Kuratif dan Suportif

Page 14: Skenario B Blok 15 2012

- Obat pencuci telinga, larutan H2O3 3% selama 3-5 hari. Jangan diberikan terus-

menerus dari 1 atau 2 minggu

- Antibiotik secara oral golongan penisilin, ampisilin, eritromisin.

o Ampisilin dosis 50-100 mg/kgBB/hari, dibagi 4 dosis

o Eritromisin 40 mg/kgBB/hari

- Bila sekret telah kering tetapi perforasi masih ada setela observasi selama 2 bulan,

maka dilakukan miringoplasti atau tampanoplasti

- Obati sumber infeksi

b. Preventif

- Hindari sumber infeksi saluran napas atas (untuk mencegah invasi kuman melalui

tuba Eustachius)

- Jangan berenang (mengurangi kemungkinan masuknya bakteri melalui meatus

auditorius eksterna)

- Pemeriksaan kesehatan telinga secara berkala

- Pemeliharaan kesehatan lingkungan

c. Rehabilitatif

Menggunakan alat bantu pendengaran bila terjadi gangguan pendengaran

Istirahat yang cukup

Penatalaksanaan akan dijelaskan lebih lanjut pada sintesis

12. Apa saja komplikasi yang bisa ditimbulkan?

Komplikasi dapat terjadi intrakranial dan ekstrakranial

Komplikasi yang bisa ditimbulkan akan dipaparkan pada sintesis

Page 15: Skenario B Blok 15 2012

13. Bagaimana prognosis dari kasus ini?

Prognosis dinilai dari usia, jenis kelamin, jenis OMSK, derajat tuli, dan penatalaksanaan

yang diberikan, kelompok menyetujui:

Prognosis ad vitam : Bonam

Prognosis ad fungsionam : Bonam

14. Apa kompetensi dokter umum untuk kasus ini?

Tingkat 3A. Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan-pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter misalnya pemeriksaan

lab atau x-ray. Dokter dapat memutuskan dan memberi terapi pendahuluan, serta

merujuk ke spesialis yang relevan (bukan kasus gawat darurat).

Kelompok menyetujui dokter umum dengan memberikan terapi pendahuluan antibiotik

untuk ISPA yang dialami, dan selanutnya dirujuk ke Spesialis THT-KL.

IV. Hipotesis

Andi, anak laki-laki, 6 tahun, menderita tuli konduksi derajat sedang et causa otitis

media supuratif kronik

Page 16: Skenario B Blok 15 2012

V. Kerangka Konsep

Page 17: Skenario B Blok 15 2012

VI. Sintesis

1. Anatomi Telinga

a. Telinga Luar

1. Auricula

2. Meatus acusticus externus

b. Telinga tengah

1. Membran timpani.

2. Kavum timpani.

3. Prosesus mastoideus.

4. Tuba eustachius

1. Membran Timpani

Membran timpani dibentuk dari dinding lateral kavum timpani dan memisahkan liang

telinga luar dari kavum timpani. Ketebalannya rata-rata 0,1 mm .Letak membrana

timpani tidak tegak lurus terhadap liang telinga akan tetapi miring yang arahnya dari

belakang luar kemuka dalam dan membuat sudut 45o dari dataran sagital dan

horizontal. Dari umbo kemuka bawah tampak refleks cahaya (none of light).

Membran timpani mempunyai tiga lapisan yaitu :

1. Stratum kutaneum ( lapisan epitel) berasal dari liang telinga.

2. Stratum mukosum (lapisan mukosa) berasal dari kavum timpani.

Page 18: Skenario B Blok 15 2012

3. Stratum fibrosum ( lamina propria) yang letaknya antara stratum kutaneum dan

mukosum.

Secara Anatomis membrana timpani dibagi dalam 2 bagian :

1. Pars tensa

2. Pars flasida atau membran Shrapnell, letaknya dibagian atas muka dan lebih tipis dari

pars tensa dan pars flasida dibatasi oleh 2 lipatan yaitu :

a. Plika maleolaris anterior ( lipatan muka).

b. Plika maleolaris posterior ( lipatan belakang).

2. Kavum Timpani

Kavum timpani terletak didalam pars petrosa dari tulang temporal, bentuknya bikonkaf.

Diameter anteroposterior atau vertikal 15 mm, sedangkan diameter transversal 2-6 mm.

Kavum timpani mempunyai 6 dinding yaitu : bagian atap, lantai, dinding lateral,

dinding medial, dinding anterior, dinding posterior.

Atap kavum timpani

Dibentuk tegmen timpani, memisahkan telinga tengah dari fosa kranial dan lobus

temporalis dari otak. bagian ini juga dibentuk oleh pars petrosa tulang temporal dan

sebagian lagi oleh skuama dan garis sutura petroskuama.

Lantai kavum timpani

Dibentuk oleh tulang yang tipis memisahkan lantai kavum timpani dari bulbus jugularis,

atau tidak ada tulang sama sekali hingga infeksi dari kavum timpani mudah merembet

ke bulbus vena jugularis4.

Dinding medial

Dinding medial ini memisahkan kavum timpani dari telinga dalam, ini juga merupakan

dinding lateral dari telinga dalam.

Dinding posterior

Page 19: Skenario B Blok 15 2012

Dinding posterior dekat keatap, mempunyai satu saluran disebut aditus, yang

menghubungkan kavum timpani dengan antrum mastoid melalui epitimpanum.

Dibelakang dinding posterior kavum timpani adalah fosa kranii posterior dan sinus

sigmoid.

Dinding anterior

Dinding anterior bawah adalah lebih besar dari bagian atas dan terdiri dari lempeng

tulang yang tipis menutupi arteri karotis pada saat memasuki tulang tengkorak dan

sebelum berbelok ke anterior5. Dinding ini ditembus oleh saraf timpani karotis superior

dan inferior yang membawa serabut-serabut saraf simpatis kepleksus timpanikus dan

oleh satu atau lebih cabang timpani dari arteri karotis interna1. Dinding anterior ini

terutama berperan sebagai muara tuba eustachius.

Kavum timpani terdiri dari :

1. Tulang-tulang pendengaran ( maleus, inkus, stapes).

2. Dua otot.

3. Saraf korda timpani.

4. Saraf pleksus timpanikus

Tulang-tulang pendengaran terdiri dari :

1. Malleus ( hammer / martil).

2. Inkus ( anvil/landasan)

3. Stapes ( stirrup / pelana)

Otot-otot pada kavum timpani

Terdiri dari : otot tensor timpani ( muskulus tensor timpani) dan otot stapedius

( muskulus stapedius)

Saraf Korda Timpani

Merupakan cabang dari nervus fasialis masuk ke kavum timpani dari analikulus

posterior yang menghubungkan dinding lateral dan posterior. Korda timpani juga

mengandung jaringan sekresi parasimpatetik yang berhubungan dengan kelenjar ludah

Page 20: Skenario B Blok 15 2012

sublingual dan submandibula melalui ganglion ubmandibular. Korda timpani

memberikan serabut perasa pada 2/3 depan lidah bagian anterior.

Pleksus Timpanikus

Berasal dari N. timpani cabang dari nervus glosofaringeus dan dengan nervus

karotikotimpani yang berasal dari pleksus simpatetik disekitar arteri karotis interna8.

Saraf Fasial

Meninggalkan fosa kranii posterior dan memasuki tulang temporal melalui meatus

akustikus internus bersamaan dengan N. VIII. Saraf fasial terutama terdiri dari dua

komponen yang berbeda, yaitu1 :

1. Saraf motorik untuk otot-otot yang berasal dari lengkung brankial kedua (faringeal)

yaitu otot ekspresi wajah, stilohioid, posterior belly m. digastrik dan m. stapedius.

2. Saraf intermedius yang terdiri dari saraf sensori dan sekretomotor parasimpatetis

preganglionik yang menuju ke semua glandula wajah kecuali parotis.

3. Tuba Eustachius

Tuba Eustachius disebut juga

tuba auditor atau tuba

faringotimpani. Bentuknya

seperti huruf S. Pada orang

dewasa panjang tuba sekitar

36 mm berjalan ke bawah, depan dan medial dari telinga tengah 13 dan pada anak

dibawah 9

bulan adalah 17,5 mm1.

Tuba terdiri dari 2 bagian yaitu :

1. Bagian tulang terdapat pada bagian belakang dan pendek (1/3 bagian).

2. Bagian tulang rawan terdapat pada bagian depan dan panjang (2/3 bagian).

Otot yang berhubungan dengan tuba eustachius yaitu :

Page 21: Skenario B Blok 15 2012

1. M. tensor veli palatini

2. M. elevator veli palatini

3. M. tensor timpani

4. M. salpingofaringeus

Fungsi tuba eustachius : sebagai ventilasi telinga

4. Prosesus Mastoideus

Rongga mastoid berbentuk seperti bersisi tiga dengan puncak mengarah ke kaudal. Atap

mastoid adalah fosa kranii media. Dinding medial adalah dinding lateral fosa kranii

posterior. Sinus sigmoid terletak dibawah duramater pada daerah ini.

Pneumatisasi prosesus mastoideus ini dapat dibagi atas :

1. Prosesus Mastoideus Kompakta ( sklerotik), diomana tidak ditemui sel-sel.

2. Prosesus Mastoideus Spongiosa, dimana terdapat sel-sel kecil saja.

3. Prosesus Mastoideus dengan pneumatisasi yang luas, dimana sel-sel disini besar.

c. Telinga dalam

Labirin (telinga

dalam)

mengandung organ

pendengaran dan

keseimbangan,

terletak pada pars

petrosa os

temporal. Labirin

terdiri dari :

Labirin bagian tulang, terdiri dari : kanalis semisirkularis, vestibulum, dan koklea.

Page 22: Skenario B Blok 15 2012

Labirin bagian membran, yang terletak didalam labirin bagian tulang, terdiri dari:

kanalis semisirkularis, utrikulus, sakulus, sakus dan duktus endolimfatikus serta koklea.

Antara labirin bagian tulang dan membran terdapat suatu ruangan yang berisi cairan

perilimfe yang berasal dari cairan serebrospinalis dan filtrasi dari darah. Didalam labirin

bagian membran terdapat cairan endolimfe yang diproduksi oleh stria vaskularis dan

diresorbsi pada sakkus endolimfatikus.

Vestibulum

Vestibulum adalah suatu ruangan kecil yang berbentuk oval, memisahkan koklea dari

kanalis semisirkularis. Pada dinding lateral terdapat foramen ovale ( fenestra vestibuli )

dimana footplate dari stapes melekat disana. Sedangkan foramen rotundum terdapat

pada lateral bawah. Pada dinding medial bagian anterior terdapat lekukan berbentuk

spheris yang berisi makula sakkuli dan terdapat lubang kecil yang berisi serabut saraf

vestibular inferior. Makula utrikuli terletak disebelah belakang atas daerah ini. Pada

dinding posterior terdapat muara dari kanalis semisirkularis dan bagian anterior

berhubungan dengan skala vestibuli koklea.

Kanalis Semisirkularis

Terdapat 3 buah kanalis semisirkularis : superior, posterior dan lateral yang membentuk

sudut siku sempurna satu sama lain. Pada vestibulum terdapat 5 muara kanalis

semisirkularis dimana kanalis superior dan posterior bersatu membentuk krus kommune

sebelum memasuki vestibulum.

Koklea

Terletak didepan vestibulum

menyerupai rumah siput dengan

panjang. Koklea memiliki sumbu

yang disebut modiolus yang

berisi berkas saraf dan suplai

darah dari arteri vertebralis.

Kemudian serabut saraf ini

berjalan ke lamina spiralis ossea

untuk mencapai sel-sel sensorik

organ Corti.

Page 23: Skenario B Blok 15 2012

Koklea bagian tulang dibagi dua oleh suatu sekat. Bagian dalam sekat ini adalah lamina

spiralis ossea dan bagian luarnya adalah lamina spiralis membranasea, sehingga ruang

yang mengandung perilimfe terbagi dua yaitu skala vestibuli dan skala timpani. Kedua

skala ini bertemu pada ujung koklea yang disebut helikotrema. Skala vestibuli berawal

pada foramen ovale dan skala timpani berakhir pada foramen rotundum. Pertemuan

antara lamina spiralis ossea dan membranasea kearah perifer membentuk suatu

membran yang tipis yang disebut membran Reissner yang memisahkan skala vestibuli

dengan skala media (duktus koklearis).

Duktus koklearis berbentuk segitiga, dihubungkan dengan labirin tulang oleh jaringan

ikat penyambung periosteal dan mengandung end organ dari N. koklearis dan organ

Corti. Duktus koklearis berhubungan dengan sakkulus dengan perantaraan duktus

Reuniens. Organ Corti terletak diatas membran basilaris yang mengandung organel-

organel penting untuk mekanisme saraf perifer pendengaran. Organ Corti terdiri dari

satu baris sel rambut dalam yang berisi kira-kira 3000 sel dan 3 baris sel rambut luar

yang berisi kira-kira 12.000 sel. Sel-sel ini menggantung lewat lubang-lubang lengan

horizontal dari suatu jungkat-jungkit yang dibentuk oleh sel-sel penyokong. Ujung saraf

aferen dan eferen menempel pada ujung bawah sel rambut. Pada permukaan sel rambut

terdapat strereosilia yang melekat pada suatu selubung yang cenderung datar yang

dikenal sebagai membran tektoria. Membran tektoria disekresi dan disokong oleh

limbus.

Sakulus dan utrikulus

Terletak didalam vestibulum yang dilapisi oleh perilimfe kecuali tempat masuknya saraf

didaerah makula. Sakulus jauh lebih kecil dari utrikulus tetapi strukturnya sama.

Sakulus dan utrikulus ini berhubungan satu sama lain dengan perantaraan duktus

utrikulo-sakkularis yang bercabang menjadi duktus endolimfatikus dan berakhir pada

suatu lipatan dari duramater pada bagian belakang os piramidalis yang disebut sakkus

endolimfatikus, saluran ini buntu. Sel-sel persepsi disini sebagai sel-sel rambut yang

dikelilingi oleh sel-sel penunjang yang terletak pada makula. Pada sakulus terdapat

makula sakuli dan pada utrikulus terdapat makula utrikuli.

Perdarahan

Page 24: Skenario B Blok 15 2012

Telinga dalam memperoleh perdarahan dari a. auditori interna (a. labirintin) yang

berasal dari a.serebelli inferior anterior atau langsung dari a. basilaris yang merupakan

suatu end arteri dan tidak mempunyai pembuluh darah anastomosis.

Setelah memasuki meatus akustikus internus, arteri ini bercabang 3 yaitu :

1. Arteri vestibularis anterior yang mendarahi makula utrikuli, sebagian makula

sakuli, krista ampularis, kanalis semisirkularis superior dan lateral serta sebagian dari

utrikulus dan sakulus.

2. Arteri vestibulokoklearis, mendarahi makula sakuli, kanalis semisirkularis

posterior, bagian inferior utrikulus dan sakulus serta putaran basal dari koklea.

3. Arteri koklearis yang memasuki modiolus dan menjadi pembuluh-pembuluh arteri

spiral yang mendarahi organ Corti, skala vestibuli, skala timpani sebelum berakhir pada

stria vaskularis.

Aliran vena pada telinga dalam melalui 3 jalur utama. Vena auditori interna mendarahi

putaran tengah dan apikal koklea. Vena akuaduktus koklearis mendarahi putaran basiler

koklea, sakulus dan utrikulus dan berakhir pada sinus petrosus inferior. Vena

akuaduktus vestibularis mendarahi kanalis semisirkularis sampai utrikulus. Vena ini

mengikuti duktus endolimfatikus dan masuk ke sinus sigmoid.

Persarafan

N. akustikus bersama N. fasialis masuk ke dalam porus dari meatus akustikus internus

dan bercabang dua sebagai N. vestibularis dan N. koklearis. Pada dasar meatus

akustikus internus terletak ganglion vestibulare dan pada modiolus terletak ganglion

spirale.

2. Fisiologi Telinga

a. Fungsi pendengaran

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam

bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut

menggetarkan membran timpani, diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang

pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang

pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong.

Energi getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan,

Page 25: Skenario B Blok 15 2012

tingkap lonjong, sehingga perilimfa pada skala vestibula bergerak. Getaran diteruskan

melalui membran Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan

gerak relatif antara membran basalis dan membran tektoria. Proses ini merupakan

rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut,

sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pengelepasan ion bermuatan listrik dari badan

sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan

neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf

auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius, sampai ke korteks pendengaran (area

39-40) di lobus temporalis

- Hantaran udara

Suara aurikula MAE M. Timpani tlg pendengaran (maleus,inkus,stapes)

foramen ovale koklea N.VIII Otak

- Hantaran tulang

Suara tulang mastoid / tulang yang berhubungan dgn mastoid (maleus,inkus,stapes)

for.ovale koklea N.VIII Otak

b. Fungsi vestibuler (Fungsi Keseimbangan)

Sistem keseimbangan tubuh kita dibagi menjadi 2 yaitu sistem vestibular (pusat dan

perifer) serta non vestibular (visual [retina, otot bola mata], dan somatokinetik [kulit,

sendi,otot]). Sistem vestibular sentral terletak pada batang otak, serebelum dan

serebrum. Sebaliknya, sistem vestibular perifer meliputi labirin dan saraf vestibular.

Labirin tersusun dari 3 kanalis semisirkularis dan otolit (sakulus dan utrikulus) yang

berperan sebagai reseptor sensori keseimbangan, serta koklea sebagai reseptor sensori

pendengaran. Sementara itu, krista pada kanalis semisirkularis mengatur akselerasi

angular, seperti gerakan berputar, sedangkan makula pada otolit mengatur akselerasi

linear. Segala input yang diterima oleh sistem vestibular akan diolah. Kemudian,

diteruskan ke sistem visual dan somatokinetik untuk merespon informasi tersebut.

Kanalis semisirkularis merupakan alat keseimbangan dinamik dan terangsang oleh

gerakan yang melingkar, sehingga kemana saja arah kepala, asal gerakan itu

membentuk putaran, maka gerakan itu akan tertangkap oleh salah satu, dua atau ketiga

kanalis semisirkularis bersama-sama.

Page 26: Skenario B Blok 15 2012

3. Otitis Media Supuratif Kronik

Jenis Otitis Media Supuratif Kronik

1. OMSK tipe aman (tipe mukosa/benigna) = Proses peradangan pada OMSK tipe aman

terbatas pada mukosa saja dan biasanya tidak mengenai tulang dan perforasinya terletak

di sentral. Umumnya OMSK tipe aman jarang menimbulkan komplikasi yang

berbahaya. Pada OMSK tipe aman tidak terdapat kolesteatoma.

2. OMSK tipe bahaya (tipe tulang/maligna), Yang dimaksud dengan OMSK tipe

maligna yaitu OMSK yang disertai dengan kolesteatoma. Perforasi pada OMSK tipe ini

terletak di marginal atau di atik, kadang-kadang juga terdapat kolesteatoma pada OMSK

dengan perforasi subtotal. Sebagian besar komplikasi timbul pada OMSK tipe ini.

Berdasarkan secret yang keluar maka dikenal juga 2 jenis OMSK yaitu:

1. OMSK tipe aktif

OMSK tipe aktif merupakan OMSK dengan secret yang keluar dari kavum timpani

secara aktif.

1. OMSK tipe tenang

OMSK tipe tenang merupakan keadaan dimana kavum timpani terlihat basah atau

kering.

Patogenesis

Sebagian besar OMSK merupakan kelanjutan dari OMA dengan perforasi membrane

timpani yang sudah terjadi lebih dari 2 bulan. Berdasarkan perubahan mukosa tengah

maka terdapat 5 stadium terjadinya Otitis Media Akut (OMA) yang bila berlangsung

terus-menerus selama 2 bulan dapat menjadi Otitis Media Supuratif Akut (OMSK).

Page 27: Skenario B Blok 15 2012

1. Stadium oklusi tuba Eustachius

Tanda adanya oklusi tuba yaitu gambaran retraksi membrane timpani akibat terjadinya

tekanan negative di dalam telinga tengah akibat absorpsi udara. Kadang-kadang

membrane timpani tampak normal (tidak ada kelainan) atau berwarna keruh pucat.

Efusi mungkin telah terjadi tetapi tidak dapat dideteksi. Stadium ini susah dibedakan

dengan otitis media serosa yang disebabkan oleh virus atau alergi.

2. Stadium hiperemis (pre-supuratif)

Pada stadium ini tampak pembuluh darah yang melebar di membrane timpani atau

seluruh membrane timpani tampak hiperemis serta edema. Sekret yang telah terbentuk

mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar dilihat.

3. Stadium supuratif

Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superficial serta

terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani menyebabkan membrane timpani

menonjol (bulging) kea rah liang telinga luar. Pada stadium ini pasien tampak sangat

sakit,, nadi dan suhu meningkat serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat. Apabila

tekanan pus di kavum tidak berkurang maka terjadi ischemia akibat tekanan pada

kapiler-kapiler, serta timbul tromboflebitis pada vena-vena kecil dan nekrosis mukosa

dan sub-mukosa. Nekrosis ini pada membrane timpani tampak sebagai daerah yang

lebih lembek dan berwarna kekuningan dan di tempat ini akan terjadi rupture. Bila tidak

dilakukan insisi membran timpani (miringitomi) pada stadium ini, maka kemungkinan

besar membrane timpani akan rupture dan pus keluar ke liang telinga luar.

4. Stadium perforasi

Karena beberapa sebab seperti terlambatnya diberikan antibiotika atau virulensi kuman

yang tinggi, maka dapat terjadi rupture membrane timpani dan pus mengalir keluar dari

telinga tengah ke liang telinga luar. Anaknya yang tadinya gelisah menjadi tenang, suhu

badan turun, dan dapat tertidur nyenyak.

5. Stadium resolusi

Bila membrane timpani tetap utuh, maka keadaan membrane timpani perlahan-lahan

akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi maka secret akan berkurang dan

akhirnya kering. OMA berubah menjadi OMSK bila perforasi menetap dengan secret

yang keluar terus-menerus atau hilang timbul.

Page 28: Skenario B Blok 15 2012

Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan OMSK benigna

• Obati dahulu sumber infeksi. Pada kasus terjadi Infeksi Saluran Pernafasan Atas,

sehingga diberikan antibiotik spektrum luas secara peroral seperti golongan Penisilin.

Apabila terjadi resistensi penisilin, dapat diberikan golongan Ampisilin atau Eritromisin

sebelum hasil tes resistensi diterima. Dilakukan juga kultur untuk menentukan infeksi

virus/bakteri dan biakan dari bakteri untuk menentukan jenis bakteri

• Diberikan juga obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari. Bila sekret berkurang,

lanjutkan dengan Obat tetes telinga yang mengandung antibiotika dan kortikosteroid

(Jangan diberikan > 1-2 minggu)

• Bila sekret kering namun perforasi tetap ada setelah terapi konservatif setelah

diobservasi 2 bulan, idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti untuk

menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki memran timpani, mencegah

komplikasi, atau kerusakan pendengaran.

2. Penatalaksanaan OMSK maligna

Penatalaksanaan OMSK maligna adalah operasi. Pengobatan konservatif dengan

medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan.

Bila terdapat abses subperiosteal, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri

sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi.

Tujuan operasi adalah menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran

timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran

yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran.

Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat dilakukan pada OMSK

dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain :

a. Mastoidektomi sederhana

Dilakukan pada OMSK tipe benigna yang dengan pengobatan konservatif tidak sembuh.

Dengan operasi ini dilakukan pembersihan ruang mastoid dari jaringan patologik.

Tujuannya supaya infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi. Pada operasi ini fungsi

pendengaran tidak diperbaiki.

b. Mastoidektomi radikal

Page 29: Skenario B Blok 15 2012

Dilakukan pada OMSK maligna dengan infeksi atau kolesteatom yang sudah meluas.

Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani dibersihkan dari semua jaringan

patologik. Dinding batas antara liang telinga luar dan telinga tengah dengan rongga

mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga daerah anatomi tersebut menjadi satu ruangan.

Tujuan operasi ini ialah membuang semua jaringan patologik dan mencegah komplikasi

ke intrakranial. Fungsi pendengaran tidak diperbaiki.

Kerugian operasi ini ialah pasien tidak diperbolehkan berenang seumur hidupnya.

Pasien harus datang dengan teratur untuk kontrol, supaya tidak terjadi infeksi kembali.

c. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi

Dilakukan pada OMSK dengan kolesteatom di daerah atik, tetapi belum merusak

kavum timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan dan dinding posterior liang telinga

direndahkan. Tujuan operasi ialah membuang semua jaringan patologik dari rongga

mastoid, dan mempertahankan pendengaranyang masih ada.

d. Miringoplasti

Merupakan jenis operasi timpanoplasti paling ringan, dikenal juga dengan nama

timpanoplasti tipe I. rekonstruksi hanya dilakukan pada membran timpani. Tujuannya

adalah mencegah berulangnya infeksi telinga tengah pada OMSK tipe benigna dengan

perforasi menetap. Dilakukan pada OMSK benigna yang sudah tenang dengan ketulian

ringan yang hanya disebabkan oleh perforasi membran timpani.

e. Timpanoplasti

Dilakukan pada OMSK benigna dengan kerusakan lebih berat atau OMSK benigna

yang tidak bisa ditenangkan dengan pengobatan medikamentosa. Tujuannya adalah

menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran. Pada operasi ini selain

rekonstruksi membran timpani sering kali harus dilakukan juga rekonstruksi tulang

pendengaran. Berdasarkan bentuk rekonstruksi tulang pendengaran yang dilakukan

maka dikenal istilah timpanoplasti tipe II, III, IV, V.

Sebelum rekonstruksi dikerjakan, lebih dahulu dilakukan eksplorasi kavum timpani

dengan atau tanpa mastoidektomi, untuk membersihkan jaringan patologis. Tidak jarang

pula operasi ini terpaksa dilakukan dua tahap dengan jarak waktu 6 sampai dengan 12

bulan.

Page 30: Skenario B Blok 15 2012

f. Pendekatan ganda timpanoplasti (Combined approach tympanoplasty)

Merupakan teknik operasi yang dilakukan pada kasus Maligna dan Benigna dengan

jaringan granulasi yang luas. Tujuan operasi untuk menyembuhkan penyakit serta

memperbaiki pendengaran tanpa melakukan teknik mastoidektomi radikal (tanpa

meruntuhkan dinding posterior liang telinga).

Membersihkan kolesteatoma dan jaringan granulasi di kavum timpani, dikerjakan

melalui dua jalan (cobined approach), yaitu melalui liang telinga dan rongga mastoid

dengan melakukan timpanotomi posterior. Teknik operasi ini dilakukan pada OMSK

maligna belum disepakati oleh para ahli, karena sering terjadi kekambuhan kolesteatom.

Jenis operasi mastoid yang dilakukan tergantung pada luasnya infeksi atau kolesteatom,

sarana yag tersedia dan pengalaman operator. Sesuai dengan luasnya infeksi atau

luasnya kerusakan yang sudah terjadi, kadang-kadang dilakukan kombinasi dari jenis

operasi tersebut atau modifikasinya.

Komplikasi

A. Komplikasi ditelinga tengah :

1. Perforasi persisten

2. Erosi tulang pendengaran

3. Paralisis nervus fasial

B. Komplikasi telinga dalam

1. Fistel labirin

2. Labirinitis supuratif

3. Tuli saraf ( sensorineural)

C. Komplikasi ekstradural

1. Abses ekstradural

2. Trombosis sinus lateralis

3. Petrositis

D. Komplikasi ke susunan saraf pusat

Page 31: Skenario B Blok 15 2012

1. Meningitis

2. Abses otak

3. Hindrosefalus otitis

Perjalanan komplikasi infeksi telinga tengah ke intra kranial harus melewati 3 macam lintasan:

1. Dari rongga telinga tengah ke selaput otak

2. Menembus selaput otak.

3. Masuk kejaringan otak.

4. Tuli konduksi

Terdapat gangguan hantaran suara yang disebabkan oleh kelainan/penyakit ditelinga

luar dan tengah

Etiologi

Kelainan telinga luar Kelainan telinga tengah

- Atresia liang telinga - Tuba katar

- Sumbatan oleh serumen - Otitis media

- Otitis eksterna sirkumkripta - Otosklerosis

- Osteoma liang telinga - Timpanosklerosis

- Hemotimpanum

- Dislokasi tlg pendengaran

Diagnosa ketulian kuantitatif

TESTES

RINNERINNETES WEBERTES WEBER

TESTES

SWABACHSWABACHDIAGNOSADIAGNOSA

Page 32: Skenario B Blok 15 2012

POSITIFPOSITIFTidak adaTidak ada

lateralisasilateralisasi

SamaSama dengandengan

pemeriksapemeriksa

NormalNormal

NEGATIFNEGATIFLateralisasi (+)Lateralisasi (+) ke telinga yangke telinga yang

sakitsakit

MemanjanMemanjangg

Tuli konduksiTuli konduksi

POSITIFPOSITIFLateralisasi (+)Lateralisasi (+) ke telinga yangke telinga yang

sehatsehatMemendekMemendek Tuli sarafTuli saraf

5. Tes Pemeriksaan THT

Otoskopi

o Alat-alat pemeriksaan: lampu kepala, sumber cahaya, otoskop, corong telinga (speculum telinga), aplikator, sendokserumen, pinset siku

o Tehnik pemeriksaan telinga

Pasien:

- Duduk dengan punggung tegak lurus

- Kepala sedikit ke depan

- Kedua kaki di atas lantai dengan tungkai tidak saling menyilang

- Posisi kepala sedikit lebih tinggi dari kepala pemeriksa

- Untuk melihat telinga pasien diputar ke kanan dan ke kiri

Pemeriksa:

- Duduk di sebelah pasien atau berdiri dengan memakai lampu kepala

- Lampu ditaruh di kepala di tengah dahi

- Sinar lampu diatur fokusnya pada jarak 20-30 cm, berdiameter 2-3 cm

Page 33: Skenario B Blok 15 2012

- Biasakan memegang telinga dengan menggunakan tangan kiri agar tangan kanan dapat dipergunakan alat lain seperti pinset, dll

- Telinga kanan: pegang dengan tangan kiri,jari I dan II memegang daun telinga

- Telinga kiri: dengan tangan kiri jari I dan II memegang daun telinga, jari III menahan telinga

- Bila banyak terdapat bulu telinga maka dipakai speculum telinga

- Otoskop berguna untuk melihat bagian dalam dengan pembesaran

o Yang dinilai pada pemeriksaan telinga

- Telinga luar

• bentuk daun telinga, nyeri tekan tragus

• nyeri tarik

- Liang telinga, agar lebih lurus dilihat dengan menarik aurikula ke belakang atau ke bawah dan belakang (pada anak)

• serumen, sekret, penyempitan

o Membran timpani

• bentuk (konkaf, menonjol, retraksi)

• landmark—anulus, plica anterior dan posterior, umbo, reflekscahaya

• warna (normal sepertimutiara, hiperemis, kuning)

• keutuhan (intakatauperforasi, ruptur)

Rinoskopi Anterior

o Alat-alat pemeriksaan: lampu kepala, spekulum hidung (kadang tidak diperlukan pada anak)

o Cara pemeriksaan:

- Spekulum dimasukkan ke dalam lubang hidung dengan hati-hati dan dibuka setelah spekulum berada di dalam

- Pada waktu mengeluarkan spekulum jangan ditutup di dalam, supaya bulu hidung tidak terjepit

o Yang dinilai pada pemeriksaan rinoskopi anterior: vestibulum hidung, septum , konka inferior, konka media, konka superior, meatus sinus paranasal, mukosa rongga hidung

Pemeriksaan Orofaring

o Alat-alat pemeriksaan: lampu kepala, spatula lidah

o Cara pemeriksaan

Page 34: Skenario B Blok 15 2012

- Posisipasienberadadepansipemeriksa

- Pemeriksa dengan menggunakan lampu kepala, cahaya dari lampu kepala diarahkan ke dalam rongga mulut.

- Lihat keadaan bibir, mukosa rongga mulut, lidah dan gerakan lidah.

- Tekan bagian tengah lidah menggunakan spatula, agar dapat melihat bagian-bagian rongga mulut dengan jelas

- Lihat keadaan dindingbelakang faring serta kelenjar limfanya.

- Lihatposisi uvula, palatum, arcusfaring serta gerakannya

- Lihat keadaan tonsil dan ukuran

- Periksa mukosa pipi, gusi dan gigi geligi.

- Palpasi rongga mulut bila ditemukan adanya massa atau kista dalam rongga mulut.

Pemeriksaan Audiometri

Untuk membuat audiogram diperlukan audiometer

Bagian dari audiometer:

- Tombol pengatur bunyi

- Tombol pengatur frekuensi

- Headphone untuk memeriksa AC (air conduction = hantaran udara)

- Bone conductor untuk memeriksa BC (Bone conduction = hantaran tulang)

Persiapan pasien :

1. Pasien harus duduk sedemikian rupa sehingga tidak dapat melihat panel control ataupun pemeriksa.

2. Benda – benda yang dapat menganggu pemasangan earphone harus disingkirkan, missal anting-anting, kacamata, dan kapas dalam liang telinga.

3. Pemeriksa memeriksa apakah ada penyempitan liang telinga dengan cara mengamati gerakan dinding kanalis saat menekan pinna dan tragus.

Page 35: Skenario B Blok 15 2012

4. Intruksi harus jelas dan tepat. Pasien perlu mengetahui apa yang didengar dan apa yang diharapkan sebagai jawaban. Pasien harus didorong untuk memberi jawaban terhadap bunyi terlemah yang dapat didengarnya.

5. Lubang earphone harus tepat menempel pada lubang liang telinga.

Biasanya jawaban yang diminta adalah mengacungkan tangan atau jari atau menekan tombol yang menghidupkan sinyal cahaya. Pasien diintruksikan untuk memberI jawaban selama ia masih menangkap sinyal pengujian.

Penentuan ambang pendengaran :

1. Periksalah telinga yang lebih baik terlebih dahulu menggunakan rangkaian frekuensi 1000 Hz, 2000 Hz, 4000 Hz, 8000 Hz, 1000 Hz (diulang), 500 Hz, 250 Hz

2. Dengan pengeculian ulangan frekuensi 1000 Hz, rangkaian yang sama dapat digunakan untuk telingan satunya. Jika terdapat perbedaan ambang sebesar 15 dB atau lebih maka harus dilakukan pemeriksaan dengan frekuensi setengah oktaf.

3. Mulailah dengan intensitas tingkat pendengaran 0 dB, nada kemudian dinaikkan dengan peningkatan 10 dB dengan durasi satu atau dua detik hingga pasien memberi jawaban.

4. Nada harus ditingkatkan 5 dB dan bila pasien member jawaban, maka nada perlu diturunkan dengan penurunan masing-masing 10 dB hingga tidak lagi terdengar.

5. Peningkatan berulang masing-masing 5 dB dilanjutkan hingga dicapai suatu modus ayau jawaban tipikal. Biasanya jarang mencapai 3 kali peningkatan.

6. Setelah menentukan ambang pendengaran untuk frekuensi pengujian awal, cantumkan symbol-simbol yang sesuai pada audiogram.

7. Lanjutkan dengan frekuensi berikutnya dalam rangkaian. Mulailah nada tersebut pada tingkat yang lebih rendah 15-20 dB dari ambang frekuensi sebelumya. Misalnya ambang pendengaran untuk frekuensi 1000 Hz adalah 50 dB, maka mulailah frekuensi 2000 Hz pada intensitas 30-35 dB.

Page 36: Skenario B Blok 15 2012

DAFTAR PUSTAKA

Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29

Snell, Richard.S. 2006. Anatomi Klinik. Jakarta : ECG

Soepardi, Efiaty Arsyad dkk. 2007. Edisi Keenam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung

Tenggorok Kepala & Leher. Jakarta: Balai Penerbit FK UI

Irwan, Abla Ghanie dan Sugianto. 2008. Atlas Berwarna Teknik Pemeriksaan Telinga

Hidung Tenggorok. Jakarta: EGC

Internet