59
SKENARIO A BLOK 6 Akibat perkelahian, “Abang Terminal” (preman desa) mengalami luka robek di daerah paha kiri sebelah dalam yang mengeluarkan banyak darah. Abang termina terlihat cemas, berkeringat dingin, dan badannya lemas. Kulitnya pucat dan dingin. Saat diperiksa bidan desa, tanda vital: frekuensi nadi 120x/menit (lemah) dan tekanan darah 90/60 mmHg. Lukanya dibalut oleh bidan, namun darah tetap keluar merembes. Setelah diberi infuse dengan cairan Dextrose 5%, ia langsung dikirim ke rumah sakit terdekat yang berjarak 2 jam. Sampai di rumah sakit, abang terminal sudah tidak sadar dan terlihat sesak napas. Saat diperiksa oleh dokter: frekuensi nafas 32x/menit (cepat dan dalam), frekuensi nadi 130x/menit, tekanan darah: 80/50 mmHg, Glasgow Coma Scale:10. Dokter menyatakan bahwa abang terminal mengalami asidosis. A. Klarifikasi Istilah 1. Luka robek : Luka dimana jaringannya robek 2. Kulit pucat : Kulit yang berwana putih, biasanya kekurangan oksigen 3. Berkeringat dingin : Keringat yang keluar bukan karena panas 1

Skenario a Blok 6

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Skenario a Blok 6

SKENARIO A BLOK 6

Akibat perkelahian, “Abang Terminal” (preman desa) mengalami luka

robek di daerah paha kiri sebelah dalam yang mengeluarkan banyak darah. Abang

termina terlihat cemas, berkeringat dingin, dan badannya lemas. Kulitnya pucat

dan dingin.

Saat diperiksa bidan desa, tanda vital: frekuensi nadi 120x/menit (lemah)

dan tekanan darah 90/60 mmHg. Lukanya dibalut oleh bidan, namun darah tetap

keluar merembes. Setelah diberi infuse dengan cairan Dextrose 5%, ia langsung

dikirim ke rumah sakit terdekat yang berjarak 2 jam.

Sampai di rumah sakit, abang terminal sudah tidak sadar dan terlihat sesak

napas. Saat diperiksa oleh dokter: frekuensi nafas 32x/menit (cepat dan dalam),

frekuensi nadi 130x/menit, tekanan darah: 80/50 mmHg, Glasgow Coma Scale:10.

Dokter menyatakan bahwa abang terminal mengalami asidosis.

A. Klarifikasi Istilah

1. Luka robek : Luka dimana jaringannya robek

2. Kulit pucat : Kulit yang berwana putih, biasanya

kekurangan oksigen

3. Berkeringat dingin : Keringat yang keluar bukan karena panas

4. Cemas : Merasa gelisah, takut dan khawatir

5. Cairan dextrose : Monosakarida, D-glukosa monohidrat;

terutama dipakai sebagai cairan dan pengganti

makanan

6. Darah : Cairan yang beredar melalui jantung, arteri,

dan vena yang mengangkut zat-zat makanan,

zat buangan, dan karbohidrat

7. Infus : Penyutikan cairan terapeutik yang lambat

selain dari darah ke dalam vena

8. Sesak napas : Keadaan susah bernapas

9. Glasgow Coma : Skala kesadaran

1

Page 2: Skenario a Blok 6

Scale

10

.

Asidosis : Keadaan patologik akibat akomodasi asam/

kehilangan basa dari tubuh

11

.

Tekanan darah : Kekuatan yang mendorong darah terhadap

dinding arteri yang bergantung pada kekuatan

gerak jantung, kelenturan dinding arteri,

volume dan viskositas darah.

12

.

Frekuensi nadi : Jumlah denyut nadi dalam 1 menit

13

.

Tanda vital : Tanda-tanda yang berguna untuk mendeteksi

masalah medis

14

.

Frekuensi napas : Jumlah kegiatan suatu proses bernapas

B. Identifikasi Masalah

1. Abang terminal mengalami luka robek di daerah paha kiri sebelah dalam

yang mengeluarkan banyak darah juga terlihat cemas, berkeringat dingin,

badan lemas, kulitnya pucat dan dingin.

2. Hasil pemeriksaan menunjukkan tanda vital: frekuensi nadi 120x/menit

(lemah) dan tekanan darah 90/60 mmHg. Darah tetap merembes keluar

dari luka yang telah dibalut.

3. Abang terminal diberi infuse dengan cairan dextrose 5% lalu dikirim ke

rumah sakit yang jaraknya 2 jam namun setelah sampai, ia sudah tidak

sadar dan terlihat sesak napas.

4. Hasil pemeriksaan menunjukkan:

- Frekuensi napas 32x/menit (cepat dan dalam)

- Frekuensi nadi 130x/menit

- Tekanan darah 80/50 mmHg

- Glasgow Coma Scale: 10

5. Dokter menyatakan bahwa abang terminal telah mengalami asidosis.

2

Page 3: Skenario a Blok 6

C. Analisis Masalah

1. a. Bagaimana anatomi paha kiri bagian dalam? (sintesis)

b. Mengapa luka robek pada paha kiri bagian dalam mengeluarkan banyak

darah?

Karena luka robek itu mengenai pembuluh nadi yaitu arteri femoralis

atau pembuluh kapiler darah yang letaknya superficial. Luka robek

dapat menyebabkan hilangnya integritas dinding pembuluh darah,

sehingga memungkinkan darah keluar dari pembuluh darah dalam

jumlah yang banyak.

c. Bagaimana hubungan pengeluaran banyak darah terhadap gejala yang

ada? (Ciket,)

Banyaknya pembuluh darah yang ruptur/robek karena sayatan pisau

(meliputi arteri dan vena, terutama arteri yang memiliki tekanan yang

tinggi) cara membalut luka yang masih kurang sempurna, mengingat

keterbatasan kemampuan/ kompetensi yang dimiliki oleh bidan. Akibat

dari pendarahan adalah Syok hipovolemik dengan gejala tekanan darah

3

Page 4: Skenario a Blok 6

rendah, lemas, pucat, takikardia dan bisa menyebabkan kematian jika

tidak ditangani dengan cepat.

Cemas:

perdarahan stimulus medula adrenal melepas katekolamin dan

menstimulasi formation reticularis rasa cemas

Kulit pucat dan dingin:

Pendarahan volume darah ↓ (hipovolemia) suplai oksigen ↓

aktivasi saraf simpatis vasokonstriksi pembuluh darah periferal

kulit pucat dan dingin

Keringat dingin:

Pendarahan volume darah ↓ (hipovolemia) suplai oksigen ↓

aktivasi saraf simpatis sekresi kelenjar keringat

Lemas:

Pendarahan volume darah ↓ (hipovolemia) suplai oksigen ↓

perfusi O2 ke jaringan ↓ metabolisme ↓ lemas

2. a. Berapa frekuensi nadi dan tekanan darah normal?

Tekanan darah yang normal adalah 120 mmHg untuk sistole dan 80

mmHg untuk diastole. Frekuensi nadi yang normal adalah 80x/ menit.

Frekuensi pernapasan normal 16-24x/ menit. Dan suhu tubuh yang

normal berkisar 36.8- 37.2 C.

b. Apa intepretasi dari tanda vital tersebut?

frekuensi nadi 120x/menit (lemah) : Frekuensis nadi 120 x/menit

artinya jantung memompakan darah dengan sangat cepat tetapi

tetapi tekanan darah ke kapiler lemah. Ini disebut juga takikardia.

Hal ini disebabkan oleh penurunan volume darah dalam tubuh.

4

Page 5: Skenario a Blok 6

Dalam kasus ini penurunan volum darah disebabkan oleh darah

yang terlalau banyak keluar.

Tekanan darah 90/60 mmHg : tekanan sistolik 90mmHg dan

diastolic 60 mmHg yang mengindikasikan bahwa abang terminal

mengalami hipotensi. Biasanya tejadi setelah trauma akut atau

kehilangan banyak darah (dalam kasus), batas syock untuk

kebanyakan pasien, perfusis organ-organ vital mulai berhenti.

c. Mengapa darah tetap merembes keluar walaupun luka sudah dibalut?

Luka robek yg menyebabkan perdarahan yg tidak bisa berhenti dengan

penggumpalan darah,tetapi juga harus di bantu dengan penjahitan

daerah luka robek dan di balut.Pada saat di tangani oleh bidan

desa ,luka robek abang terminal tidak di jahit, melainkan hanya di

balut saja maka berkemungkinan besar perembesan atau perdarahan

secara terus menerus.

3. a. Apa fungsi dari cairan dextrose 5%?

5% dextrose bersifat hipotonik sehingga akan bermanfaat bila

diberikan pada penderita syok hipoglikemia.

b. Apa hubungan waktu 2 jam terhadap perkembangan keadaan abang

terminal?

Selama 2 jam itu Abang terminal telah kehilangan banyak darah

sedangkan cairan infuse yang diberikan yaitu dextrose 5% tidak

menolong. Dextrose 5% yang tidak mengandung Na , didistribusikan⁺

ke 3 ruang tubuh secara proporsional. Volume terbesar menuju

intrasel, karena merupakan kompartemen terbesar. Hanya sebagian

kecil ke ruang intravascular. Selain itu, dextrose 5% juga bersifat

diuretic, sehingga akan menyebabkan penurunan plasma. Sehingga

tidak memiliki peranan dalam terapi hipovolemik. Jadi, selama 2 jam,

cairan tubuh abang terminal belum disuplai. Dan pemberian dextrose

5

Page 6: Skenario a Blok 6

akan menyebabkan gap ion Clˉ dan Na⁺ (Strong Ion Different)

mengakibatkan kondisi semakin parah.

c. Bagaimana mekanisme penurunan kesadaran dan sesak napas?

Penurunan kesadaran : darah terlalu banyak keluar mengakibatkan

kurangnya asupan oksigen ke otak sehingga menurunkan fungsi

otak dan akhirnya penurunan kesadaran.

Sesak nafas : HCO3- dalam darah kurang H+ arteri meningkat

merangsang kemoreseptor yang ada di karotis meningkatkan

ventilasi alveolar (hiperventilasi) sesak nafas

4. a. Apa intepretasi dari hasil pemeriksaan dokter?

- Frekuensi nafas 32 x/menit = takipneu , cepat dan dalam

- Frekuensi nadi 130 x/menit = takikardi

- Tekanan darah 80/50mmHg = hipotensi

- Glasgow Coma Scale = 10 (somnolen)

Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon

psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih

bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu

memberi jawaban verbal.

b. Bagaimana cara menilai tingkat kesadaran?

Cara penilaian tingkat kesadaran dengan melihat skala koma Glasgow.

Skala berkisar : 3-15

Skala 12-14 : gangguan kesadaran ringan

Skala 9-11 : gangguan kesadaran sedang

Skala lebih kecil dari 8 : gangguan kesadaran berat.

Skala diukur dengan bepatokan pada :

a. Buka mata

Spontan 4

Rangsangan bicara 3

6

Page 7: Skenario a Blok 6

Rangsangan nyeri 2

Tak ada respon 1

b. Respon verbal

Senyum social 5

Menangis 4

Menangis terus 3

Lemah/agitasi 2

Tak ada respon 1

c. Respon motorik

Spontan 6

Menarik tangan dengan rangsanga 5

Menarik tangan dengan nyeri 4

Flksi akibat nyeri 3

Kstensi akibat nyeri 2

Tak ada respon 1

5. a. Apa etioligi asidosis?

Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok

utama:

1. Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi

suatu asam atau suatu bahan yang diubah menjadi asam. Sebagian

besar bahan yang menyebabkan asidosis bila dimakan dianggap

beracun. Contohnya adalah metanol (alkohol kayu) dan zat anti

beku (etilen glikol). Overdosis aspirin pun dapat menyebabkan

asidosis metabolik.

2. Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui

metabolisme. Tubuh dapat menghasilkan asam yang berlebihan

sebagai suatu akibat dari beberapa penyakit; salah satu di

antaranya adalah diabetes melitus tipe I.Jika diabetes tidak

terkendali dengan baik, tubuh akan memecah lemak dan

menghasilkan asam yang disebut keton. Asam yang berlebihan

7

Page 8: Skenario a Blok 6

juga ditemukan pada syok stadium lanjut, dimana asam laktat

dibentuk dari metabolisme gula.

3. Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk

membuang asam dalam jumlah yang semestinya.Bahkan jumlah

asam yang normal pun bisa menyebabkan asidosis jika ginjal tidak

berfungsi secara normal.Kelainan fungsi ginjal ini dikenal sebagai

asidosis tubulus renalis (ATR) atau rhenal tubular acidosis (RTA),

yang bisa terjadi pada penderita gagal ginjal atau penderita

kelainan yang mempengaruhi kemampuan ginjal untuk membuang

asam.

Penyebab utama dari asidosis metabolik:

Gagal ginjal

Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)

Ketoasidosis diabetikum

Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)

Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol,

paraldehid, asetazolamid atau amonium klorida

Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran

pencernaan karena diare, ileostomi atau kolostomi.

b. Bagaimana patofisiologi asidosis?

Trauma syok hipovolemik saraf simpatis menstimulus medulla

adrenal sekresi epinefrin dan nor-epinefrin kontraksi denyut

jantung meningkat & vasokontriksi pembuluh darah perifer aliran

darah ke otak meningkat supply nutrisi dan oksigen ke jaringan lain

menurun metabolisme oksidatif makanan terganggu terjadi

glikolisis anaerob pembentukan asam laktat berlebihan dalam darah

pH darah menurun (asam)

Supply darah ke jaringan berkurang pembuangan karbon dioksida

terganggu karbon dioksida bereaksi dengan air dalam sel

8

Page 9: Skenario a Blok 6

membentuk asam karbonat intra sel asam bikarbonat bereaksi

dengan bahan-bahan kimia jaringan membentuk bahan asam

intrasel lain pH darah menurun (asam)

Supply darah ke jaringan berkurang pembuangan karbondioksida

terganggu CO2 berikatan dengan H2O membentuk H2CO3

terurai menjadi HCO3 dan H+ pH darah menurun (asam)

c. Bagaiamana mekanisme homeostasis asidosis?

Mekanisme homeostasis pada asidosis:

a. system dapar asam-basa kimiawi yang ada didalam tubuh, yang

segera bergabung dengan H+ yang berlebihan dalam cairan

ekstraselular. Pada kasus ini tidak ada terjadi pengurangan

ataupun penambahan H+ tapi hanya pengolahan H+.

b. pusat pernafasan, pebuangan CO2 dan H2CO3.

c. Ginjal dengan mengeksresikan H+ besama dengan urin.

d. Bagaimana manifestasi klinis asidosis?

Lapar udara (air hunger) merupakan manifestasi klinis yang utama

pada penderita asidosis metabolic dan gejala ini sering salah diagnosis

dengan kelainan paru-paru. Lapar udara pada asidosis metabolic

merupakan pernafasan cepat dan dalam pernafasan kussmaul), yang

bertujuan untuk menurunkan tekanana karbon dioksida darah

(hipokarbia) sebagai kompensasi penurunan bikarbonat darah.

Kelelalahn otot pernafasan dapat tejadai bila pernafasan kussmaul ini

berlangsung terus-menerus.

Hipokarbia menyebabakan vasokonstriksis pembuluh dara serebral

sehingga aliran darah ke otak akan berkurang sehingga penderita

kelihatan oyong-oyong. Anoreksia, mual, dan muntah bisa dijumpai.

Bila asidosis metabolic makin berat terjai deprisi susuna saraf pusat

yang menjurus kearah koma dan kejang. Penurunan resistensis pebuluh

9

Page 10: Skenario a Blok 6

darah perifer dan kontraksi jantung disertain hipotensi, gagal jantung,

edema pulmonum dan rendahnya kadar ambang untuk terjadinya

fibrilasis ventrikel menyebabakan pederita akan meninggal. Afinitas

hemoglobin terhadap oksigen akan menurun sehingga terjadi hipoksia

jaringan. Demikian jiga dijumpai penurunan kadar kalium cairan

intraselular karena pvgeseran kalium dari cairan intraselular ke cairan

ekstraselular.

e. Bagaimana tatalaksana asidosis?

Prinsisp tatalaksana darai asidosis adalah mengembalikan pH

sistemik sampai ke batas aman, dan untuk pengobatan asidosis

disesuaikan dengan penyebabnya. Dalam kasus ini penyebab

asidosis adalah pengeluaran darah yang banyak sehingga pH

darah menurun hal ini dapat diatasi dengan larutan ringer IV yang

berguna untuk memperbaiki keadaaan asidosis dengan selisis

anion normal serta kekuranagn volume CF yang sering menyertai

keadaan ini.

Memberikan NaHCO3 per oral, NaHCO3 akan diabsorpsi dari

traktus gastrointestinal ke dalam darah yang akan meningkatkan

konsetrasi HCO3-, dengan ini makan akan menaikkan pH dan

kebali normal. Bisa juga diberikan dengan intravena, tetapi terlalu

berbahaya. Bisa diganti dengan natrium laktat dan natrium

glukonat. Natrium dan glukonat akan mengalami metabolisme,

sedangkan NaHCO3 ditinggalkan di dalam cairan ekstraselular,

meningkatkan konsentrasi bikarbonat dan akhirnya akan

meningkatkan pH.

e. Bagaimana prognosis asidosis?

Prognosis asidosis baik jika pH darah tidak teralalu jauh turunnya,

tapi jika komplikasi bisa menyebabkan kematian.

10

Page 11: Skenario a Blok 6

D. Hipotesis

Abang terminal mengalami syok hipovelemik karena perdarahan akut pada

paha kiri sebelah dalam

E. Kerangka Konsep

F. Learning Issue

No Pokok bahasan What I

know

What i don’t

know

What I

have to prove

How i will

learn

1. Anatomi paha

Definisi

Pembuluh

darah

Hubungannya

dengan asidosis

-Text book

-Internet

11

Perdarahan

Infus glukosa

Syok Hipovolemik

Perfusi O2 & Nutrisi Tekanan

Darah

Refleks Simpatis

Kesadaran

Kerja

jantung

Sistem

Medula

Adrenal

Sistem

Hipofisis

Aksis

Frekuensi

pernapasan

Hipoksia

Luka Robek

Asiodis Metabolic

Metabolic

Anaerob

Page 12: Skenario a Blok 6

metabolik - Journal2 Keseimbangan

asam basa

Definisi Etiologi,meka

nisme,

tatalaksana

3 Syok hipovolemia Definisi Patogenesis,

diagnosis,

prognosis

4 Keseimbangan

cairan & elektrolit

Definisi Mekanisme

5 Tingkat Kesadaran Definisi Mekanisme,

pengukuran

6. Tanda vital Definisi Mekanisme

G. Sintesis

A. Anatomi Paha

(a) Tulang Paha

Tulang paha atau femur adalah bagian tubuh terbesar dan tulang terkuat

pada tubuh manusia. Ia menghubungkan tubuh bagian pinggul dan lutut. Kata

"femur" merupakan bahasa Latin untuk paha. Kata harus dibedakan

dengan femina yang berarti wanita. Tulang paha terdiri dari bagian kepala dan

leher pada bagian proksimal dan dua condylus pada bagian distal. Kepala

tulang paha akan membentuk sendi pada pinggul. Bagian proksimal lainnya

yaitu trochanter major dan trochanter minor menjadi tempat perlekatan otot.

Pada bagian proksimal posterior terdapat tuberositas glutea yakni permukaan

kasar tempat melekatnya otot gluteus maximus. Di dekatnya terdapat bagian

linea aspera, tempat melekatnya otot biceps femoris. Salah satu fungsi penting

kepala tulang paha adalah tempat produksi sel darah merah pada sumsum

tulangnya. Pada ujung distal tulang paha terdapat condylus yang akan membuat

sendi condylar bersama lutut.Terdapat dua condylus yakni condylus medialis

dan condylus lateralis. Di antara kedua condylus terdapat jeda yang disebut

fossa intercondylaris

12

Page 13: Skenario a Blok 6

(b) Perdarahan Arteria Femoralis

A.Femoralis sampai di tungkai atas dengan berjalan di belakang ligamentum

inguinale, sebagai lanjutan dari a.iliaca externa.Di sini, arteria terletak di

pertengahan antara spina iliaca anterior superior dan symphysis pubis.

A.Femoralis merupakan pembuluh nadi utama untuk membrum inferius.

Arteria ini berjalan ke bawah hampir vertical kea rah tuberculum adductorium

femoris, dan berakhir di lubang pada m.adductor magnus (hiatus adductorius)

dengam memasuki spatium poplitea sebagai a.poplitea

Cabang – cabang :

1. A.circumflexa ilium superficialis adalah sebuah cabang kecil yang berjalan ke atas

ke region spina iliaca anterior superior

2. A. epigastrica superficialis adalh sebuah cabang kecil yang menyilang ligamentum

inguinale dan berjalan ke region umbilicus

3. A. pudenda externa superficialis adalah sebuah cabang kecil yang berjalan ke

medial untuk mempersarafi kulit scrotum ( atau labium majus )

4. A. pudenda externa profunda, berjalan ke medial dan mempersarafi kulit scrotum

( atau labium majus )

5. A. profunda femoris adalah sebuah cabang besar dan penting yang muncul dari sisi

lateral a. femoralis kira-kira 2,5 inci ( 4 cm ) dibawah ligamentum inguinale

6. A. genecularis descendens adalah cabang kecil yang dipercabangkan dari a.

femoralis dekat ujung akhirnya. Arteri ini membantu mempersarafi articulation genus.

Vena Femoralis

V. Femoralis memasuki tungkai atas dengan berjalan melalui hiatus m. di adductor

magnus sebagai lanjutan dari vena poplitea. Vena ini berjalan ke atas melalui tungkai

atas, awalnya di sisi lateral a. femoralis, kemudian ke sebelah posterior, dan akhirnya

di sisi medialnya. Pembuluh ini meninggalkan tungkai atas pada ruang intermedia dari

vagina femoralis dan berjalan di belakang ligamentum inguinale untuk berlanjut

sebagai vena iliaca externa.

Cabang – cabang

Cabang – cabang adalah v. saphena magna dan venae yang bersesuaian dengan

cabang- cabang a.femoralis. V.circumflexa ilium superficialis, v. epigastrica

13

Page 14: Skenario a Blok 6

superficialis, dan Vv.pudendae externae bermuara ke v. saphena magna.(Anatomi

Klinik Snell hal 574 –578)

B. Keseimbangan Asam-Basa

Keseimbangan asam-basa terkait dengan pengaturan konsentrasi ion H bebas

dalam cairan tubuh. pH rata-rata darah adalah 7,4; pH darah arteri 7,45 dan darah

vena 7,35.Jika pH <7,35>7,45 dikatakan alkalosis. Ion H terutama diperoleh dari

aktivitas metabolik dalam tubuh. Ion H secara normal dan kontinyu akan

ditambahkan ke cairan tubuh dari 3 sumber, yaitu:

1. Pembentukkan asam karbonat dan sebagian akan berdisosiasi menjadi ion H

dan bikarbonat.

2. Katabolisme zat organik

3. Disosiasi asam organik pada metabolisme intermedia, misalnya pada

metabolisme lemak terbentuk asam lemak dan asam laktat, sebagian asam ini

akan berdisosiasi melepaskan ion H.

Fluktuasi konsentrasi ion H dalam tubuh akan mempengaruhi fungsi normal sel,

antara lain:

1. Perubahan eksitabilitas saraf dan otot; pada asidosis terjadi depresi susunan

saraf pusat, sebaliknya pada alkalosis terjadi hipereksitabilitas.

2. Mempengaruhi enzim-enzim dalam tubuh

3. Mempengaruhi konsentrasi ion K bila terjadi perubahan konsentrasi ion H

maka tubuh berusaha mempertahankan ion H seperti nilai semula dengan cara:

a.  mengaktifkan sistem dapar kimia

b. mekanisme pengontrolan pH oleh sistem pernafasan

c. mekasnisme pengontrolan pH oleh sistem perkemihan

Ada 4 sistem dapar:

1. Dapar bikarbonat; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel terutama untuk

perubahan yang disebabkan oleh non-bikarbonat

2. Dapar protein; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel dan intrasel

14

Page 15: Skenario a Blok 6

3. Dapar hemoglobin; merupakan sistem dapar di dalam eritrosit untuk perubahan

asam karbonat

4. Dapar fosfat; merupakan sistem dapar di sistem perkemihan dan cairan intrasel.

Sistem dapat kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam-basa sementara.

Jika dengan dapar kimia tidak cukup memperbaiki ketidakseimbangan, maka

pengontrolan pH akan dilanjutkan oleh paru-paru yang berespon secara cepat

terhadap perubahan kadar ion H dalam darah akinat rangsangan pada

kemoreseptor dan pusat pernafasan, kemudian mempertahankan kadarnya sampai

ginjal menghilangkan ketidakseimbangan tersebut. Ginjal mampu meregulasi

ketidakseimbangan ion H secara lambat dengan menskresikan ion H dan

menambahkan bikarbonat baru ke dalam darah karena memiliki dapar fosfat dan

amonia.

Gangguan Asam Basa

Asidosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung asam

(atau terlalu sedikit mengandung basa) dan sering menyebabkan menurunnya ph

darah. Alkalosisadalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung

basa (atau terlalu sedikit mengandung asam) dan kadang menyebabkan

meningkatnya ph darah. Asidosis dan alkalosis bukan merupakan suatu penyakit

tetapi lebih merupakan suatu akibat dari sejumlah penyakit. terjadinya asidosis

dan alkalosis merupakan petunjuk penting dari adanya masalah metabolisme yang

serius. Asidosis dan alkalosis dikelompokkan menjadi metabolik ataurespiratorik,

tergantung kepada penyebab utamanya. asidosis metabolik dan alkalosis

metabolik disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam pembentukan dan

pembuangan asam atau basa oleh ginjal.asidosis respiratorik atau alkalosis

respiratorik terutama disebabkan oleh penyakit paru-paru atau kelainan

pernafasan.

Ada 4 kategori gangguan asam-basa, yaitu:

1. Asidosis respiratori, disebabkan oleh retensi CO2akibat hipoventilasi.

Pembentukkan H2CO3meningkat, dan disosiasi asam ini akan meningkatkan

konsentrasi ion H.

15

Page 16: Skenario a Blok 6

2. Alkalosis metabolik, disebabkan oleh kehilangan CO2 yang berlebihan akibat

hiperventilasi.Pembentukan H2CO3 menurun sehingga pembentukkan ion H

menurun.

3. Asidosis metabolik, asidosis yang bukan disebabkan oleh gangguan ventilasi

paru, diare akut, diabetes melitus, olahraga yang terlalu berat dan asidosis

uremia akibat gagal ginjal akan menyebabkan penurunan kadar bikarbonat

sehingga kadar ion H bebas meningkat.

4. Alkalosis metabolik., terjadi penurunan kadar ion H dalam plasma karena

defiensi asam non-karbonat. Akibatnya konsentrasi bikarbonat meningkat. Hal

ini terjadi karena kehilangan ion H karena muntah-muntah dan minum obat-

obat alkalis. Hilangnyaion H akan menyebabkan berkurangnya kemampuan

untuk menetralisir bikarbonat, sehingga kadar bikarbonat plasma meningkat.

Untuk mengkompensasi gangguan keseimbangan asam-basa tersebut, fungsi

pernapasan dan ginjal sangat penting. Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk

mengendalikan keseimbangan asam-basa darah:

1.  Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam

bentuk amonia. Ginjal memiliki kemampuan untuk mengatur jumlah asam

atau basa yang dibuang, yang biasanya berlangsung selama beberapa hari.

2. Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai pelindung

terhadap perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah. Suatu

penyangga ph bekerja secara kimiawi untuk meminimalkan perubahan pH

suatu larutan.Penyangga pH yang paling penting dalam darah

adalah bikarbonat.Bikarbonat (suatu komponen basa) berada dalam

kesetimbangan dengankarbondioksida (suatu komponen asam). Jika lebih

banyak asam yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih

banyak bikarbonat dan lebih sedikit karbondioksida. Jika lebih banyak basa

yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak

karbondioksida dan lebih sedikit bikarbonat.

3.  Pembuangan CO2.

Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari metabolisme oksigen dan

terus menerus yang dihasilkan oleh sel. Darah membawa karbondioksida ke

paru-paru dan di paru-paru karbondioksida tersebut dikeluarkan

16

Page 17: Skenario a Blok 6

(dihembuskan). pusat pernafasan di otak mengatur jumlah karbondioksida

yang dihembuskan dengan mengendalikan kecepatan dan kedalaman

pernafasan. Jika pernafasan meningkat, kadar karbon dioksida darah menurun

dan darah menjadi lebih basa. Jika pernafasan menurun, kadar karbondioksida

darah meningkat dan darah menjadi lebih asam. Dengan mengatur kecepatan

dan kedalaman pernafasan, maka pusat pernafasan dan paru-paru mampu

mengatur pH darah menit demi menit.

Dalam kasus ini Abang Terminal mengalami asidosis metabolic.

(a). Etiologi asidosis metabolik dapat dikelompokkan ke dalam 3 kelompok

utama:

1. Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu asam

atau suatu bahan yang diubah menjadi asam. Sebagian besar bahan yang

menyebabkan asidosis bila dimakan dianggap beracun. Contohnya adalah

metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku (etilen glikol). Overdosis aspirin

pun dapat menyebabkan asidosis metabolik.

2. Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui metabolisme.

Tubuh dapat menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari

beberapa penyakit; salah satu di antaranya adalah diabetes melitus tipe

I.Jika diabetes tidak terkendali dengan baik, tubuh akan memecah lemak

dan menghasilkan asam yang disebut keton. Asam yang berlebihan juga

ditemukan pada syok stadium lanjut, dimana asam laktat dibentuk dari

metabolisme gula.

3. Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk membuang

asam dalam jumlah yang semestinya.Bahkan jumlah asam yang normal

pun bisa menyebabkan asidosis jika ginjal tidak berfungsi secara

normal.Kelainan fungsi ginjal ini dikenal sebagai asidosis tubulus renalis

(ATR) atau rhenal tubular acidosis (RTA), yang bisa terjadi pada

penderita gagal ginjal atau penderita kelainan yang mempengaruhi

kemampuan ginjal untuk membuang asam.

Penyebab utama dari asidosis metabolik:

Gagal ginjal

17

Page 18: Skenario a Blok 6

Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)

Ketoasidosis diabetikum

Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)

Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol,

paraldehid, asetazolamid atau amonium klorida

Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan karena

diare, ileostomi atau kolostomi.

(b). Patofisiologi asidosis metabolic:

Trauma syok hipovolemik saraf simpatis menstimulus medulla

adrenal sekresi epinefrin dan nor-epinefrin kontraksi denyut jantung

meningkat & vasokontriksi pembuluh darah perifer aliran darah ke otak

meningkat supply nutrisi dan oksigen ke jaringan lain menurun

metabolisme oksidatif makanan terganggu terjadi glikolisis anaerob

pembentukan asam laktat berlebihan dalam darah pH darah menurun

(asam)

Supply darah ke jaringan berkurang pembuangan karbon dioksida

terganggu karbon dioksida bereaksi dengan air dalam sel membentuk

asam karbonat intra sel asam bikarbonat bereaksi dengan bahan-bahan

kimia jaringan membentuk bahan asam intrasel lain pH darah menurun

(asam)

Supply darah ke jaringan berkurang pembuangan karbondioksida

terganggu CO2 berikatan dengan H2O membentuk H2CO3 terurai

menjadi HCO3 dan H+ pH darah menurun (asam)

(c). Manifestasi klinis asidosis metabolic:

Lapar udara (air hunger) merupakan manifestasi klinis yang utama pada

penderita asidosis metabolic dan gejala ini sering salah diagnosis dengan

kelainan paru-paru. Lapar udara pada asidosis metabolic merupakan

pernafasan cepat dan dalam pernafasan kussmaul), yang bertujuan untuk

18

Page 19: Skenario a Blok 6

menurunkan tekanana karbon dioksida darah (hipokarbia) sebagai

kompensasi penurunan bikarbonat darah. Kelelalahn otot pernafasan dapat

tejadai bila pernafasan kussmaul ini berlangsung terus-menerus.

Hipokarbia menyebabakan vasokonstriksis pembuluh dara serebral

sehingga aliran darah ke otak akan berkurang sehingga penderita kelihatan

oyong-oyong. Anoreksia, mual, dan muntah bisa dijumpai. Bila asidosis

metabolic makin berat terjai deprisi susuna saraf pusat yang menjurus kearah

koma dan kejang. Penurunan resistensis pebuluh darah perifer dan kontraksi

jantung disertain hipotensi, gagal jantung, edema pulmonum dan rendahnya

kadar ambang untuk terjadinya fibrilasis ventrikel menyebabakan pederita

akan meninggal. Afinitas hemoglobin terhadap oksigen akan menurun

sehingga terjadi hipoksia jaringan. Demikian jiga dijumpai penurunan kadar

kalium cairan intraselular karena pvgeseran kalium dari cairan intraselular ke

cairan ekstraselular.

(d). Tatalaksana asidosis metabolic:

Prinsisp tatalaksana darai asidosis adalah mengembalikan pH sistemik

sampai ke batas aman, dan untuk pengobatan asidosis disesuaikan dengan

penyebabnya. Dalam kasus ini penyebab asidosis adalah pengeluaran

darah yang banyak sehingga pH darah menurun hal ini dapat diatasi

dengan larutan ringer IV yang berguna untuk memperbaiki keadaaan

asidosis dengan selisis anion normal serta kekuranagn volume CF yang

sering menyertai keadaan ini.

Memberikan NaHCO3 per oral, NaHCO3 akan diabsorpsi dari traktus

gastrointestinal ke dalam darah yang akan meningkatkan konsetrasi

HCO3-, dengan ini makan akan menaikkan pH dan kebali normal. Bisa

juga diberikan dengan intravena, tetapi terlalu berbahaya. Bisa diganti

dengan natrium laktat dan natrium glukonat. Natrium dan glukonat akan

mengalami metabolisme, sedangkan NaHCO3 ditinggalkan di dalam

cairan ekstraselular, meningkatkan konsentrasi bikarbonat dan akhirnya

akan meningkatkan pH.

19

Page 20: Skenario a Blok 6

C. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting,

yaitu volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol

volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan

mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan

cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran

garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan

kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.

1. Pengaturan volume cairan ekstrasel.

Penurunan volume cairan ekstrasel menyebabkan penurunan tekanan darah

arteri dengan menurunkan volume plasma. Sebaliknya, peningkatan volume

cairan ekstrasel dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri dengan

memperbanyak volume plasma. Pengontrolan volume cairan ekstrasel penting

untuk pengaturan tekanan darah jangka panjang.

Mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran (intake dan output)

air. Untuk mempertahankan volume cairan tubuh kurang lebih tetap, maka

harus ada keseimbangan antara air yang ke luar dan yang masuk ke dalam

tubuh. hal ini terjadi karena adanya pertukaran cairan antar kompartmen

dan antara tubuh dengan lingkungan luarnya. Water turnover dibagi

dalam: 1. eksternal fluid exchange, pertukaran antara tubuh dengan

lingkungan luar; dan 2. Internal fluid exchange, pertukaran cairan antar

pelbagai kompartmen, seperti proses filtrasi dan reabsorpsi di kapiler

ginjal.

Memeperhatikan keseimbangan garam. Seperti halnya keseimbangan air,

keseimbangan garam juga perlu dipertahankan sehingga asupan garam

sama dengan keluarannya. Permasalahannya adalah seseorang hampir

tidak pernah memeprthatikan jumlah garam yang ia konsumsi sehingga

sesuai dengan kebutuhannya. Tetapi, seseorang mengkonsumsi garam

20

Page 21: Skenario a Blok 6

sesuai dengan seleranya dan cenderung lebih dari kebutuhan. Kelebihan

garam yang dikonsumsi harus diekskresikan dalam urine untuk

mempertahankan keseimbangan garam.

ginjal mengontrol jumlah garam yang dieksresi dengan cara:

1. mengontrol jumlah garam (natrium) yang difiltrasi dengan pengaturan

Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)/ Glomerulus Filtration Rate (GFR).

2. mengontrol jumlah yang direabsorbsi di tubulus ginjal

Jumlah Na+ yang direasorbsi juga bergantung pada sistem yang berperan

mengontrol tekanan darah. Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron mengatur

reabsorbsi Na+ dan retensi Na+ di tubulus distal dan collecting. Retensi

Na+meningkatkan retensi air sehingga meningkatkan volume plasma dan

menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri.Selain sistem Renin-Angiotensin-

Aldosteron, Atrial Natriuretic Peptide (ANP) atau hormon atriopeptin

menurunkan reabsorbsi natrium dan air. Hormon ini disekresi leh sel atrium

jantung jika mengalami distensi peningkatan volume plasma. Penurunan

reabsorbsi natrium dan air di tubulus ginjal meningkatkan eksresi urine sehingga

mengembalikan volume darah kembali normal.

2. Pengaturan Osmolaritas cairan ekstrasel.

Osmolaritas cairan adalah ukuran konsentrasi partikel solut (zat terlarut)

dalam suatu larutan. semakin tinggi osmolaritas, semakin tinggi konsentrasi solute

atau semakin rendah konsentrasi solutnya lebih rendah (konsentrasi air lebih

tinggi) ke area yang konsentrasi solutnya lebih tinggi (konsentrasi air lebih

rendah). Osmosis hanya terjadi jika terjadi perbedaan konsentrasi solut yang tidak

dapat menmbus membran plasma di intrasel dan ekstrasel. Ion natrium

menrupakan solut yang banyak ditemukan di cairan ekstrasel, dan ion utama yang

berperan penting dalam menentukan aktivitas osmotik cairan ekstrasel. sedangkan

di dalam cairan intrasel, ion kalium bertanggung jawab dalam menentukan

aktivitas osmotik cairan intrasel. Distribusi yang tidak merata dari ion natrium dan

kalium ini menyebabkan perubahan kadar kedua ion ini bertanggung jawab dalam

menetukan aktivitas osmotik di kedua kompartmen ini.

Pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel oleh tubuh dilakukan dilakukan melalui:

21

Page 22: Skenario a Blok 6

Perubahan osmolaritas di nefron. Di sepanjang tubulus yang membentuk

nefron ginjal, terjadi perubahan osmolaritas yang pada akhirnya akan

membentuk urine yang sesuai dengan keadaan cairan tubuh secara

keseluruhan di dukstus koligen. Glomerulus menghasilkan cairan yang

isosmotik di tubulus proksimal (300 mOsm). Dinding tubulus ansa Henle

pars decending sangat permeable terhadap air, sehingga di bagian ini

terjadi reabsorbsi cairan ke kapiler peritubular atau vasa recta. Hal ini

menyebabkan cairan di dalam lumen tubulus menjadi hiperosmotik.

Dinding tubulus ansa henle pars acenden tidak permeable terhadap air dan

secara aktif memindahkan NaCl keluar tubulus. Hal ini menyebabkan

reabsobsi garam tanpa osmosis air. Sehingga cairan yang sampai ke

tubulus distal dan duktus koligen menjadi hipoosmotik. Permeabilitas

dinding tubulus distal dan duktus koligen bervariasi bergantung pada ada

tidaknya vasopresin (ADH). Sehingga urine yang dibentuk di duktus

koligen dan akhirnya di keluarkan ke pelvis ginjal dan ureter juga

bergantung pada ada tidaknya vasopresis (ADH).

Mekanisme haus dan peranan vasopresin (antidiuretic hormone/ADH)

peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel (>280 mOsm) akan merangsang

osmoreseptor di hypotalamus. Rangsangan ini akan dihantarkan ke neuron

hypotalamus yang mensintesis vasopresin. Vasopresin akan dilepaskan

oleh hipofisis posterior ke dalam darah dan akan berikatan dengan

reseptornya di duktus koligen. ikatan vasopresin dengan reseptornya di

duktus koligen memicu terbentuknya aquaporin, yaitu kanal air di

membrane bagian apeks duktus koligen. Pembentukkan aquaporin ini

memungkinkan terjadinya reabsorbsi cairan ke vasa recta. Hal ini

menyebabkan urine yang terbentuk di duktus koligen menjadi sedikit dan

hiperosmotik atau pekat, sehingga cairan di dalam tubuh tetap

dipertahankan. Selain itu, rangsangan pada osmoreseptor di hypotalamus

akibat peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel juga akan dihantarkan ke

22

Page 23: Skenario a Blok 6

pusat haus di hypotalamus sehingga terbentuk perilaku untuk membatasi

haus, dan cairan di dalam tubuh kembali normal.

3. Pengaturan Neuroendokrin dalam Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

Sebagai kesimpulan, pengaturan keseimbangan keseimbangan cairan dan

elektrolit diperankan oleh system saraf dan sistem endokrin. Sistem saraf

mendapat informasi adanya perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit melalui

baroreseptor di arkus aorta dan sinus karotikus, osmoreseptor di hypotalamus, dan

volume reseptor atau reseptor regang di atrium. Sedangkan dalam sistem

endokrin, hormon-hormon yang berperan saat tubuh mengalami kekurangan

cairan adalah Angiotensin II, Aldosteron, dan Vasopresin/ADH dengan

meningkatkan reabsorbsi natrium dan air. Sementara, jika terjadi peningkatan

volume cairan tubuh, maka hormone atriopeptin (ANP) akan meningkatkan

eksresi volume natrium dan air. Perubahan volume dan osmolaritas cairan dapat

terjadi pada beberapa keadaan.Faktor lain yang mempengaruhi keseimbangan

cairan dan elektrolit di antaranya ialah umur, suhu lingkungan, diet, stres, dan

penyakit.

4. Fisiologi Keseimbangan Cairan

Jumlah cairan yang terdapat dalam tubuh manusia sekitar 60% dari berat

badan, dimana cairan ini terdapat pada berbagai jaringan didalam tubuh

secara tidak merata.

Pada laki-laki, dimana komposisi lemaknya lebih sedikit dibandingkan

dengan wanita, maka kandungan cairan didalam tubuhnya lebih banyak.

Pada wanita cairan yang terdapat didalam tubuh sekitar 50% berat badan.

Dengan bertambahnya usia presentasi total cairan akan menurun, hal ini

disebabkan oleh karena dengan bertambahnya usia, akan terjadi penurunan

massa otot yang progresif, sehingga tulang jaringan ikat mempunyai

presentasi yang terbesar.

Jumlah Cairan Tubuh

23

Page 24: Skenario a Blok 6

Pada orang dewasa rata-rata 45 – 70 % dari Berat Badan (BB) : 60% pria dan 55%

wanita. Variasi tergantung gemuk-kurus. Pada anak : 70 – 80 % dari BB, rata-rata

75%. Cairan tubuh tersebut dibagi dalam:

a) Cairan Ekstra Seluler (CES) : - plasma (5% dari BB) dan cairan intersisial

(15% dari BB)

b) Cairan Intra Seluler (CIS) : 40% dari BB

c) Cairan Trans – Seluler (CTS) : 1 – 3 % dari BB. Terbagi menjadi:

Cairan Otak, Cairan Pencernaan, Cairan Pleura, Cairan Perikardium, Cairan

Peritonium, Cairan Persendian

Isi cairan tubuh terdiri dari:

a) Zat – zat bukan ion : Dextrose, Ureum, Kreatinin

b) Zat – zat ion (elektrolit) : kation: Na, K, Ca, Mg, (+ lain). Anion: HCO3ˉ, Cl,

PO4, protein, asam organik

Terapi Cairan

Indikasi terapi cairan

Resusitasi cairan.

Untuk memenuhi kebutuhan basal air, elektrolit dan kalori.

Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang.

Mengatasi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.

Prinsip terapi cairan infus

Pemberian cairan intravena untuk mengembalikan volume darah adalah

salah satu bentuk terapi medis yang paling efektif dan yang paling baik.

Pada syok, tujuan resusitasi cairan adalah untuk mengembalikan perfusi

jaringan dan pengiriman O2 ke sel, sehingga dapat mengurangi iskemia

jaringan dan kegagalan organ.

Terapi cairan rasional bergantung pada perkiraan defisit air tiap-tiap

kompartemen cairan fisiologis, lalu memberikan kristaloid atau koloid yang tepat

untuk resusitasi kompartemen yang memerlukan. Dalam pemberian terapi cairan

pada pasien traumatik, kita harus memperhitungkan kebutuhan cairan basal,

penyakit-penyakit yang menyertai, medikasi, teknik dan obat anestetik serta

kehilangan cairan akibat trauma.

24

Page 25: Skenario a Blok 6

Pada syok, tujuan resusitasi atau terapi cairan adalah untuk mengembalikan

perfusi jaringan dan pengiriman oksigen ke sel, sehingga dengan demikian

mengurangi iskemia jaringan dan kemungkinan kegagalan organ.

Titik akhir terapi yang dipilih harus mempertimbangkan bukti adanya

perbaikan dalam aliran jaringan, perfusi jaringan dan juga bahaya atau kerugian

bila terapi tersebut diteruskan.

Jenis Cairan infus:

Cairan/larutan yang digunakan dalam infus intravena berdasarkan osmolalitasnya

dibagi menjadi:

1. Isotonik

Suatu cairan/larutan yang memiliki osmolalitas sama atau mendekati

osmolalitas plasma. Cairan isotonik digunakan untuk mengganti volume

ekstrasel, misalnya kelebihan cairan setelah muntah yang berlangsung lama.

Cairan ini akan meningkatkan volume ekstraseluler. Satu liter cairan isotonik

akan menambah CES 1 liter. Tiga liter cairan isotonik diperlukan untuk

mengganti 1 liter darah yang hilang.

Contoh: NaCl 0,9 %, Ringer Laktat, Komponen-komponen darah (Alabumin

5 %, plasma), Dextrose 5 % dalam air (D5W)

2. Hipotonik

Suatu cairan/larutan yang memiliki osmolalitas lebih kecil daripada

osmolalitas plasma. Tujuan cairan hipotonik adalah untuk menggantikan

cairan seluler, dan menyediakan air bebas untuk ekskresi sampah tubuh.

Pemberian cairan ini umumnya menyebabkan dilusi konsentrasi larutan

25

Page 26: Skenario a Blok 6

plasma dan mendorong air masuk ke dalam sel untuk memperbaiki

keseimbangan di intrasel dan ekstrasel, sel tersebut akan membesar atau

membengkak. Perpindahan cairan terjadi dari kompartemen intravaskuler ke

dalam sel. Cairan ini dikontraindikasikan untuk pasien dengan risiko

peningkatan TIK. Pemberian cairan hipotonik yang berlebihan akan

mengakibatkan:

1. Deplesi cairan intravaskuler

2. Penurunan tekanan darah

3. Edema seluler

4. Kerusakan sel

Karena larutan ini dapat menyebabkan komplikasi serius, klien harus

dipantau dengan teliti.

Contoh: dextrose 2,5 % dalam NaCl 0,45 %, NaCl 0,45 %, NaCl 0,2 %

3. Hipertonik

Suatu cairan/larutan yang memiliki osmolalitas lebih tinggi daripada

osmolaritas plasma. Pemberian larutan hipertonik yang cepat dapat

menyebabkan kelebihan dalam sirkulasi dan dehidrasi. Perpindahan cairan

dari sel ke intravaskuler, sehingga menyebabkan sel-selnya mengkerut.

Cairan ini dikontraindikasikan untuk pasien dengan penyakit ginjal dan

jantung serta pasien dengan dehidrasi.

Contoh: D 5% dalam saline 0,9 %, D 5 % dalam RL, Dextrose 10 % dalam

air, Dextrose 20 % dalam air, Albumin 25

Pembagian cairan/larutan berdasarkan tujuan penggunaannya:

Nutrient solution

Berisi karbohidrat ( dekstrose, glukosa, levulosa) dan air. Air untuk

menyuplai kebutuhan air, sedangkan karbohidrat untuk kebutuhan kalori

dan energi. Larutan ini diindikasikan untuk pencegahan dehidrasi dan

ketosis. Contoh: D5W, Dekstrose 5 % dalam 0,45 % sodium chloride

Electrolyte solution

26

Page 27: Skenario a Blok 6

Berisi elekrolit, kation dan anion. Larutan ini sering digunakan untuk

larutan hidrasi, mencegah dehidrasi dan koreksi ketidakseimbangan cairan

dan elektrolit.

Contoh: Normal Saline (NS), Larutan ringer (sodium, Cl, potassium dan

kalsium), Ringer Laktat /RL (sodium, Cl, Potassium, Kalsium dan laktat)

Alkalizing solution

Untuk menetralkan asidosis metabolik. Contoh : Ringer Laktat /RL

Acidifying solution

Untuk menetralkan alkalosis metabolik. Contoh : Dekstrose 5 % dalam

NaCl 0,45 %, NaCl 0,9 %

Blood volume expanders

Digunakan untuk meningkatkan volume darah karena kehilangan

darah/plasma dalam jumlah besar. (misal: hemoragi, luka bakar berat)

Contoh : Dekstran, Plasma, Human Serum Albumin

Pembagian cairan lain adalah berdasarkan kelompoknya:

Kristaloid

Bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan

(volume expanders) ke dalam pembuluh darah dalam waktu yang singkat,

dan berguna pada pasien yang memerlukan cairan segera. Contoh: Ringer-

Laktat dan garam fisiologis.

Koloid

Ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar sehingga tidak akan

keluar dari membran kapiler, dan tetap berada dalam pembuluh darah,

maka sifatnya hipertonik, dan dapat menarik cairan dari luar pembuluh

darah. Contoh: albumin dan steroid.

Contoh cairan infus:

27

Page 28: Skenario a Blok 6

Cairan Dextrose 5%

Dextrose merupakan cairan yang osmolaritasnya lebih tinggi dibanding serum

sehingga menarik cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh

darah. Fungsinya menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin dan

mengurangi edema.

Dextrose adalah nama kimia dari D-glukosa monohidrat yang didapat dari

hidrolisis pati; biasanya diberikan melalui infuse intravena. Dipakai juga sebagai

diuretic dan dextrose sendiri atau dalam kombinasi dengan bahan lain dipakai

untuk berbagai keperluan klinik.

5% Dextrose yang tidak mengandung Na+, didistribusikan ke tiga ruang

tubuh secara proporsional. Volume terbesar menuju ruang intraseluler, karena

merupakan kompartemen terbesar hanya sebagian kecil ke ruang intravascular.

Jadi, bila 1 liter 5% dextrose diinfuskan, hanya 120 ml yang tetap berada dalam

ruang intravascular. Selain itu, 5% dextrose juga bersifat diuretic, sehingga akan

menyebabkan penurunan volume plasma. Karena itu 5% dextrose tidak

mempunyai peranan dalam terapi hipovolemik seperti yang sedang dialami Abang

Terminal. 5% dextrose akan bermanfaat bila diberikan pada penderita syok

hipoglikemia.

Pada kasus Abang Terminal, cairan yang seharusnya diberikan adalah garam

isotonic yang ditetes dengan cepat (hati-hati terhadap asidosis hiperkloremia) atau

dengan cairan garam seimbang seperti Ringer Laktat dengan jarum besar

sebanyak 2-4 liter dalam waktu 20-30 menit. Ringer laktat adalah larutan steril

kalsium klorida, kalium klorida, natrium klorida, dan natrium laktat dalam cairan

suntik diberikan sebagai cairan dan pengisi elektrolit, melalui infuse intravena.

Selain ringer laktat, cairan fisiologis (NaCl 0,9%) juga dapat diberikan sebagai

pertolongan pertama. Akan tetapi NaCl hanya mampu bertahan sekitar 5 menit di

intravascular, tidak seperti ringer laktat yang mampu bertahan 20-30 menit di

28

Page 29: Skenario a Blok 6

intravascular. Itulah sebabnya penggunaan Ringer Laktat lebih sering daripada

NaCl.

Pada saat keadaan berat atau hipovolemia yang berkepanjangan, dukungan

inotropik dengan dopamine, vasopressin atau dobutamin dapat memberikan

kekuatan ventrikel yang cukup setelah volume darah dicukupi terlebih dahulu

dengan pemberian transfusi darah. Pemberian norepinefrin infuse tidak banyak

memberikan manfaat pada hipovolemia. Pemberian nalokson bolus 30 mcg/kg

dalam 3-5 menit dilanjutkan 60 mcg/kg dalam 1 jam dalam dextrose 5% dalam

meningkatkan Mean Arterial Pressure (MAP).

D. Syok Hipovolemia

Syok hipovolemia timbul akibat hilang atau berkurangnya plasma. Syok

hipovolemia adalah suatu kondisi dimana perfusi jaringan menurun dan

menyebabkan inadekuatnya hantaran oksigen dan nutrisi yang diperlukan

sel. Keadaan apapun yang menyebabkan kurangnya oksigenasi sel, maka sel dan

organ akan berada dalam keadaan syok. Ditingkat multiseluler syok lebih sulit

untuk dijelaskan karena tidak semua jaringan dan organ secara klinis terganggu

akibat kurangnya oksigen ini. Dekade terakhir ini para klinisi berusaha

menjelaskan dan memonitor utilisasi oksigen tingkat intraseluler, yang bermanfaat

secara fisiologis dalam menegakkan klinis dan pemeriksaan penunjang apa yang

harus dilakukan. Hipovolemik syok sering dijumpai dalam klinis, secara etiologi

adalah akibat hilangnya volum sirkulasi, misal: pasien luka tusuk dan trauma

tumpul, perdarahan saluran cerna dan perdarahan saat kehamilan. Tubuh

sebenarnya punya mekanisme kompensasi terhadap kehilangan ini dalam batas

tertentu melalui mekanisme neuronal dan humoral. Dengan pengetahuan

tatalaksana trauma terkini memungkinkan pasien bisa diselamatkan. Syok adalah

suatu sindrom klinis akibat kegagalan akut fungsi sirkulasi yang menyebabkan

ketidakcukupan perfusi jaringan dan oksigenasi jaringan, dengan akibat gangguan

mekanisme homeostasis. Berdasarkan penelitian Moyer dan Mc Clelland tentang

fisiologi keadaan syok dan homeostasis, syok adalah keadaan tidak cukupnya

pengiriman oksigen ke jaringan. Syok merupakan keadaan gawat yang

29

Page 30: Skenario a Blok 6

membutuhkan terapi yang agresif dan pemantauan yang kontinyu atau terus-

menerus di unit terapi intensif.

Syok secara klinis didiagnosa dengan adanya gejala-gejala seperti berikut:

- Hipotensi: tekanan sistole kurang dari 80 mmHg atau TAR (tekanan arterial rata-

rata) kurang dari 60 mmHg, atau menurun 30% lebih.

- Oliguria: produksi urin kurang dari 20 ml/jam.

- Perfusi perifer yang buruk, misalnya kulit dingin dan berkerut serta pengisian

kapiler yang jelek.Syok dapat diklasifikasi sebagai syok hipovolemik,

kardiogenik, dan syok anafilaksis. Di sini akan dibicarakan mengenai syok

hipovolemik yang dapat disebabkan oleh hilangnya cairan intravaskuler,

misalnya terjadi pada:

- Kehilangan darah atau syok hemoragik karena perdarahan yang mengalir keluar

tubuh seperti hematotoraks, ruptura limpa, dan kehamilan ektopik terganggu.

- Trauma yang berakibat fraktur tulang besar, dapat menampung kehilangan darah

yang besar. Misalnya, fraktur humerus menghasilkan 500–1000 ml perdarahan

atau fraktur femur menampung 1000–1500 ml perdarahan.

- Kehilangan cairan intravaskuler lain yang dapat terjadi karena kehilangan

protein plasma atau cairan ekstraseluler, misalnya pada:

- Gastrointestinal: peritonitis, pankreatitis, dan gastroenteritis.

- Renal: terapi diuretik, krisis penyakit Addison.

- Luka bakar (kombustio) dan anafilaksis.

Pada syok, konsumsi oksigen dalam jaringan menurun akibat berkurangnya

aliran darah yang mengandung oksigen atau berkurangnya pelepasan oksigen ke

dalam jaringan. Kekurangan oksigen di jaringan menyebabkan sel terpaksa

melangsungkan metabolisme anaerob dan menghasilkan asam laktat. Keasaman

jaringan bertambah dengan adanya asam laktat, asam piruvat, asam lemak, dan

keton (Stene-Giesecke, 1991). Yang penting dalam klinik adalah pemahaman kita

bahwa fokus perhatian syok hipovolemik yang disertai asidosis adalah saturasi

oksigen yang perlu diperbaiki serta perfusi jaringan yang harus segera dipulihkan

dengan penggantian cairan. Asidosis merupakan urusan selanjutnya, bukan

prioritas utama.

30

Page 31: Skenario a Blok 6

1. Gejala dan Tanda Klinis

Gejala syok hipovolemik cukup bervariasi, tergantung pada usia, kondisi

premorbid, besarnya volume cairan yang hilang, dan lamanya berlangsung.

Kecepatan kehilangan cairan tubuh merupakan faktor kritis respons kompensasi.

Pasien muda dapat dengan mudah mengkompensasi kehilangan cairan dengan

jumlah sedang dengan vasokonstriksi dan takhikardia. Kehilangan volume yang

cukp besar dalam waktu lambat, meskipun terjadi pada pasien usia lanjut, masih

dapat ditolerir juga dibandingkan kehilangan dalam waktu yang cepat atau

singkat.

Apabila syok telah terjadi, tanda-tandanya akan jelas.Pada keadaan

hipovolemia, penurunan darah lebih dari 15 mmHg dan tidak segera kembali

dalam beberapa menit.Adalah penting untuk mengenali tanda-tanda syok, yaitu:

- Kulit dingin, pucat, dan vena kulit kolaps akibat penurunan pengisian kapiler

selalu berkaitan dengan berkurangnya perfusi jaringan.

- Takhikardia: peningkatan laju jantung dan kontraktilitas adalah respons

homeostasis penting untuk hipovolemia. Peningkatan kecepatan aliran darah ke

mikrosirkulasi berfungsi mengurangi asidosis jaringan.

- Hipotensi: karena tekanan darah adalah produk resistensi pembuluh darah

sistemik dan curah jantung, vasokonstriksi perifer adalah faktor yang esensial

dalam mempertahankan tekanan darah. Autoregulasi aliran darah otak dapat

dipertahankan selama tekanan arteri turun tidak di bawah 70 mmHg.Oliguria:

produksi urin umumnya akan berkurang pada syok hipovolemik. Oliguria pada

orang dewasa terjadi jika jumlah urin kurang dari 30 ml/jam.

Pada penderita yang mengalami hipovolemia selama beberapa saat, dia akan

menunjukkan adanya tanda-tanda dehidrasi seperti: (1) Turunnya turgor jaringan;

(2) Mengentalnya sekresi oral dan trakhea, bibir dan lidah menjadi kering; serta

(3) Bola mata cekung.

Akumulasi asam laktat pada penderita dengan tingkat cukup berat, disebabkan

oleh metabolisme anaerob. Asidosis laktat tampak sebagai asidosis metabolik

dengan celah ion yang tinggi. Selain berhubungan dengan syok, asidosis laktat

juga berhubungan dengan kegagalan jantung (decompensatio cordis), hipoksia,

hipotensi, uremia, ketoasidosis diabetika (hiperglikemi, asidosis metabolik,

ketonuria), dan pada dehidrasi berat.

31

Page 32: Skenario a Blok 6

Tempat metabolisme laktat terutama adalah di hati dan sebagian di ginjal.

Pada insufisiensi hepar, glukoneogenesis hepatik terhambat dan hepar gagal

melakukan metabolisme laktat. Pemberian HCO3 (bikarbonat) pada asidosis

ditangguhkan sebelum pH darah turun menjadi 7,2. Apabila pH 7,0–7,15 dapat

digunakan 50 ml NaHCO3 8,4% selama satu jam. Sementara, untuk pH <>

E. Tanda-tanda Vital

Pengukuran tanda-tanda vital memberikan informasi yang berharga

terutama mengenai status kesehatn pasien secara umum. Tanda-tanda vital

merupakan enam parameter tubuh: tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, suhu

tubuh, tinggi, dan berat badan.

1. Tekanan Darah

Tekanan darah arteri adalah tekanan atau gaya lateral darah yang bekerja pada

dinding pembuluh darah. Tekanan ini berubah-ubah sepanjang siklus jantung.

Tekanan tertinggi terjadi selama ejeksi jantung dan disebut tekanan diastolic.

Selisih angka tekanan sistolik dan diastolic disebut tekanan nadi. Ada lima faktor

yang menentukan tingginya tekanan darah, yaitu :

curah jantung

tahanan pembuluh darah tepi

volume darah total

viskositas darah

kelenturan dinding arteri

Pengukuran tekanan darah paling tepat bila diukur secara langsung dengan

memakai jarum intraarteri. Alat pengukuran tekanan darah yaitu

sfigmomanometer. ada dua jenis manometer yaitu manometer gravitasi air raksa

dan manometer aneroid. Dengan stetoskop terdengar denyut nadi korotkof :

Korotkof I : suara denyut mulai terdengar tapi masih lemah dan akan

mengeras setelah tekanan diturunkan 10-15 mmHg, sesuai dengan tekanan

sistolik..

32

Page 33: Skenario a Blok 6

Korotkof II : suara terdengar seperti bising jantung (murmur) selama 15-20

mmHg berikutnya

Korotkof III : suara menjadi kecil kualitasnya, lebih jelas dan keras selama 5-

7 mmHg berikutnya

Korotkof IV : suara meredup sampai kemudian menghilang setelah 5-6

mmHg berikutnya

Korotkof V : titik dimana suara menghilang, sesuai dengan tekanan diastolic.

Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa usia >18 tahunKategori Tekanan Darah

Sistolik (mmHg)Tekanan DarahDiatolik (mmHg)

Normal <120 <80

Prehipertensi 120‐139 80‐89

Hipertensi Stage 1 Stage 2

140‐159>160

90‐99>100

Tekanan darah dapat bervariasi tergantung banyak faktor. Faktor-faktor ini

adalah:

• Usia: Tekanan darah akan meningkat bertahap sejak kanak-kanak sampai

dewasa.

• Ras: Hipertensi lebih sering muncul (dua kali lipat) pada keturunan

Amerika Afrika dan Kaukasia.

• Ritme diurnal: Tekanan darah terendah pada pagi hari dan tertinggi pada

akhir sore atau menjelang malam.

• Berat badan: Berat badan yang berlebihan berkorelasi erat dengan

peningkatan tekanan darah.

• Olahraga/latihan: Peningkatan aktivitas/olahraga meningkatkan tekanan

darah, yang yang akan kembali ke tekanan darah basal setelah beristirahat

5 menit.

33

Page 34: Skenario a Blok 6

• Emosi: Tekanan darah meningkat ketika nyeri, takut, marah dan stress.

• Pengobatan: Efek samping yang tidak diinginkan dari beberapa obat

(misalnya siklosporin, kortikosteroid, dekongestan nasal) adalah

peningkatan tekanan darah.

2. Denyut nadi

Pemeriksaan nadi umumnya dilakukan dengan palpasi arteri radialis. Tempat

lain yaitu arteri brakhialis, arteri femoralis, arteri poplitea, dan arteri dorsalis

pedis. Ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam mengukur nadi, yaitu:

(a) Frekuensi nadi :

Normal : 80 x permenit

Bila >100 x permenit :takikardia

Bila < 60 x permenit : brakikardia

(b) Irama denyut nadi

Reguler dan ireguler

pulsus deficit

pulsus bigeminus

pulsus trigeminus

pulsus alternans

(c) Isi nadi

Cukup

Kecil (pulvus parvus)

Besar (pulsus magnus)

(d) Kualitas nadi

Bila tekana nadi besar, pengisian dan pengosongan nadi berlangsung

mendadak : pulsus celer

Bila tekanan nadi kecil, pengisian dan pengosongan nadi lambat :

pulsus tardus

(e) kualitas dinding arteri

Kecepatan jantung normal untuk berbagai kelompok usia

34

Page 35: Skenario a Blok 6

Usia Kecepatan jantung (BPM)

Bayi baru lahir (newborn) 70‐170

1‐6 tahun 75‐160

6‐12 tahun 80‐120

Dewasa 60‐100

Usia Lanjut 60‐100

Atlet yang terkondisi baik 50‐100

3. Pernapasan

Kecepatan pernapasan adalah jumlah inspirasi per menit. Karena kecepatan

pernapasan lebih rendah dan kurang teratur dibandingkan dengan denyut nadi

maka harus dihitung semenit penuh untuk mengurangi kesalahan. Kecepatan

pernafasan normal bervariasi tergantung usia (lihat Tabel 1-2). Untuk dewasa,

kecepatan nafas kurang dari 12 rpm disebut bradipnea dan kecepatan nafas lebih

dari 20 rpm disebut takhipnea.

Kecepatan pernafasan normal untuk berbagai kelompok usia

Usia Pernafasan (rpm)

2‐6 tahun 21‐30

6‐10 tahun 20‐26

12‐14 tahun 18‐22

Dewasa 12‐20

Lanjut usia 12‐20

4. Suhu

35

Page 36: Skenario a Blok 6

Pusat pengaturan suhu di hipotalamus menentukan suhu tertentu. Bila suhu

tubuh di atas suhu tertentu tersebut, mekanisme pengeluaran panas lebih

dominan – vasodilatasi perifer, berkeringat dan hiperventilasi. Bila suhu tubuh

turun di bawag suhu tertentu tersebut, pembentukan panas ditingkatkan – laju

metabolisme meningkat, otot-otot ditegangkan, dan menggigil. Kelainan suhu

tubuh disebabkan oleh penyimpangan pembentukan panas, pengeluaran panas,

atau perubaha pada pusat pengaturan suhu di hipotalamus.

F. Tingkat Kesadaran

Mekanisme penuruan kesadaran dan sesak napas:

Gangguan kesadaran dapat terjadi oleh toksin yang berasal dari penyakit

metabolik dalam tubuh sendiri atau toksin yang berasal dari luar/akibat infeksi.

Tingkat Kesadaran:

36

Page 37: Skenario a Blok 6

(a) Kompos mentis :

Sadar sepenuhnya, baik terhadap dirinya maupun lingkungan.

Pasien dapat menjawab pertanyaan pemeriksa dengan baik

(b) Apatis :

Pasien tampak segan dan acuh tak acuh terhadap lingkungannya

(c) Delirium :

Penurunan kesadaran disertai kekacauan motorik

Gaduh, gelisah, kacau, disorientasi, meronta-ronta.

(d) Somnolen :

Mengantuk yang masih pulih bila dirangsang

Tidur kembali bila rangsangan berhenti

(e) Sopor (stupor) :

Keadaan mengantuk yang dalam

Dapat bangun dengan rangsangan yang kuat

Tidak dapat memberi jawaban verbal yang baik

(f) Koma :

Penurunan kesadaran berat

Tidak ada gerakan spontan

Tidak ada respons terhadap rangsangan nyeri

Glasgow Coma Scale

Merupakan skala sederhana sebagai standar penilaian gangguan kesadaran

atau sering disebut sebagai standar scoring (pola evaluasi) untuk menggambarkan

situasi kesadaran. Derajat kesadaran tampaknya mempunyai pengaruh yang kuat

terhadap kesempatan hidup dan penyembuhan. Skor Skala Koma Glasgow (SKG)

juga meupakan faktor prediksi yang kuat dalam menentukan prognosa, suatu skor

SKG yang rendah pada awal cedera berhubungan dengan prognosa yang

buruk.1,4,5,6 Jennet, dkk.4 melaporkan bahwa 82% dari penderita-penderita

dengan skor SKG 11 atau lebih, dalam waktu 24 jam setelah cedera mempunyai

good outcome atau moderately disabled dan hanya 12% yang meninggal atau

37

Page 38: Skenario a Blok 6

mendapat severe disability. Outcome secara progresif akan menurun kalau skor

awal SKG menurun. Di antara penderita-penderita dengan skor awal SKG 3 atau

4 dalam 24 jam pertama setelah cedera hanya 7% yang mendapat good outcome

atau moderate disability. Di antara penderita-penderita dengan skor SKG 3 pada

waktu masuk dirawat, 87% akan meninggal.4,6,7,8.

Disusun oleh Teasdale dan Jennett in Glasgow pada tahun 1974 di Scotlandia.

Terdiri dari 3 kolom daftar penilaian yaitu:

a. Membuka mata

b. Respon verbal (bahasa lisan)

c. Reaksi gerakan motorik.

Penilaian derajat beratnya cedera kepala dapat dilakukan menggunakan

Glasgow Coma Scale, yaitu suatu skala untuk menilai secara kuantitatif tingkat

kesadaran seseorang dan kelainan neurologis yang terjadi.

Ada tiga aspek yang dinilai, yaitu reaksi membuka mata (eye opening), reaksi

berbicara (verbal respons), dan reaksi gerakan lengan serta tungkai (motor

respons). Dengan Glasgow Coma Scale (GCS), cedera kepala dapat

diklasifikasikan menjadi:

a. Cedera kepala ringan, bila GCS 13 - 15

b. Cedera kepala sedang, bila GCS 9 - 12

c. Cedera kepala berat, bila GCS 3 – 8

Pada GSC tingkat kesadaran dinilai menurut 3 aspek :

1. Kemampuan membuka mata EYE opening= E

a. dapat membuka mata sendiri secara spontan : 4

b. dapat membuka mata atas perintah : 3

c. dapat membuka mata atas rangsang nyeri : 2

d. tak dapat membuka mata dengan rangsang nyeri apapun : 1

2. Aktifitas motorik MOTOR response = M

38

Page 39: Skenario a Blok 6

Dinilai anggota gerak yang memberikan reaksi paling baik dan tidak dinilai

pada anggota gerak dengan fraktur/kelumpuhan. Biasanya dipilih lengan

karena gerakannya lebih bervariasi daripada tungkai.

a. a.mengikuti perintah : 6

b. adanya gerakan untuk menyingkirkan rangsangan yang diberikan pada

beberapa tempat : 5

c. gerakan fleksi cepat disertai dengan abduksi bahu : 4

d. fleksi lengan disertai aduksi bahu

e. ekstensi lengan disertai aduksi

f. tidak ada gerakan

3. Kemampuan bicara VERBAL response = V

Menunjukkan fungsi otak dengan integritas yang paling tinggi

a. orientasi yang baik mengenai tempat, orang, dan waktu : 5

b. dapat diajak bicara tetapi jawaban kacau : 4

c. mengeluarkan kata-kata yang tidak dimengerti : 3

d. tidak mengeluarkan kata, hanya bunyi : 2

e. tidak keluar suara : 1

Penderita yang sadar baik (composmentis) dengan reaksi membuka

mata spontan, mematuhi perintah, dan berorientasi baik, mempunyai nilai

GCS total sebesar 15. Sedang pada keadaan koma yang dalam, dengan

keseluruhan otot-otot ekstremitas flaksid dan tidak ada respons membuka

mata sama sekali, nilai GCS-nya adalah 31.

39