Pleno Skenario Blok Emergency

Embed Size (px)

Citation preview

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuB-09 Pleno Skenario 4 : Kunjungan Artis Ibu Kota

Anggota Kelas B-09 Arfiska Ridha Fausa Aulia Hilwi Zati Humaira Desi Ratnasari Dini Masturina Fahlevie Lukman Wali Husny Putri Rahmi Rina Syafrita Siti Raudah Tengku Dinda Mutiara Wawan Syahputra Yanis Indiana Yacma Zakiarrahman

Kunjungan Artis Ibu KotaSeorang Wanita cantik Artis ibu kota terkenal berusia 19 tahun bernama Mike Wardila dibawa kerumah sakit umum Zainoel Abidin jam 03.50 oleh beberapa orang pria muda berbadan tegap di bawa dengan sebuah mobil penumpang dalam kondisi tidak sadarkan diri. Saat tiba di UGD didapatkan penderita tidak sadar, muntah proyektil beberapa kali, tercium bau minuman keras dari mulut penderita, keluar darah dari luka di daerah tulang temporo occipital, ottorrhea, rhinorrhea & kejang-kejang. Informasi yang diperoleh dari pengantar, penderita ditemukan tidak sadarkan diri setelah menabrak pohon , kemudian menabrak tong sampah dari beton, sehingga badan dan kepala penderita terjepit dan lama terjebak. Diperkirakan kejadian ini berlangsung sekitar pukul 01.30.

I. Identifikasi Istilah Muntah proyektil : muntah yang tidak didahului rasa mual . Kejang : perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai akibat dari aktifitas neuronal yang abnormal dan sebagai pelepasan listrik serebral yang berlebihan. Ottorhea : keluar cairan dari telinga dapat pula berupa CCS Rhinorrea : keluarnya cairan dari hidung, dapat pula berupa CSS . KONSEP : Kegawatdaruratan Trauma Kepala

II. Identifikasi MasalahPertanyaan Skenario : 1. Apa yang anda pikirkan serta tindakan apa yang harus anda lakukan pertama kali ? (Masalah inti) 2. Setelah penanganan awal selesai, pemeriksaan apa yang harus anda lakukan pertama kali, mengapa ? 3. Jika kejadian ini anda temukan dipuskesmas atau rumah sakit tipe C ditempat anda bertugas sementara rumah sakit rujukan yang ada spesial saraf sangat jauh +/- berjarak 250 Km , apa yang harus dilakukan ? 4. 5. 6. 7. 8. Sebutkan klasifikasi dari cedera kepala ? Bagaimanakah patofisiologi gejala pada skenario ? Apa yang dimaksud dengan rumah sakit tipe C ? DD dan Diagnosis ? Apa hubungan alkohol dengan gejala skenario ?

III. Analisa Masalah

ANATOMI CRANIUM

ANATOMI BASIS CRANII

1. Klasifikasi cedera kepalaA. Berdasarkan mekanisme1. Cedera kepala tumpul , biasanya berkaitan dengan kecelakaan mobilmotor, jatuh atau pukulan benda tumpul. 2. Cedera kepala tembus , disebabkan oleh peluru atau tusukan.

B. Berdasarkan berat cedera (GCS)A. Cedera Kepala Ringan (CKR). GCS 13 15, dapat terjadi kehilangan kesadaran ( pingsan ) kurang dari 30 menit atau mengalami amnesia retrograde. Tidak ada fraktur tengkorak, tidak ada kontusio cerebral maupun hematoma. B. Cedera Kepala Sedang ( CKS) GCS 9 12, kehilangan kesadaran atau amnesia retrograd lebih dari 30 menit tetapi kurang dari 24 jam. Dapat mengalami fraktur tengkorak.

C. Cedera Kepala Berat (CKB) GCS lebih kecil atau sama dengan 8, kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam. Dapat mengalami kontusio cerebral, laserasi atau hematoma intracranial.

C. Berdasarkan morfologiA.Fraktur kraniumdapat terjadi pada atap atau dasar tengkorak , dan dapat terbentuk dan dapat pula terbuka atau tertutup. Tanda-tanda tersebut antara lain : -Ekimosis periorbital ( Raccoon eye sign) -Ekimosis retro aurikuler (Battle`sign ) -Kebocoran CSS ( rhonorrea, ottorhea) dan -Parese nervus facialis ( N VII )

B.Lesi IntrakranialLesi ini diklasifikasikan dalam lesi local dan lesi difus, walaupun kedua jenis lesi sering terjadi bersamaan.Lesi difus : Konkusi ringan. Konkusi klasik. Cedera aksonal difusa Lesi local : Perdarahan Epidural Perdarahan Subdural Kontusio (perdarahan intra cerebral)

2.Penanganan awal pada Fraktur Basis Cranii Hal terpenting yang pertama kali dinilai ialah status fungsi vital dan status kesadaran pasien. Ini dilakukan sesegera mungkin bahkan mendahului anamnesis yang teliti.

1. Status fungsi vital Seperti halnya dengan kasus kedaruratan lainnya, hal terpenting yang dinilai ialah : a. Jalan nafas (airway). Jalan nafas harus segera dibersihkan dari benda asing, lendir atau darah, bila perlu segera dipasang pipa naso/orofaring

b. Pernafasan (breathing). Dengan pemberian ETT(Endotrakheal Tube), Pemberian oksigen 100% c. Nadi dan tekanan darah (circulation). Pemantauan fungsi sirkulasi dilakukan untuk menduga adanya shock, Selain itu peningkatan tekanan darah yang disertai dengan melambatnya frekuensi nadi merupakan gejala awal peningkatan tekanan intrakranial, yang biasanya dalam fase akut disebabkan oleh hematoma epidural. dipasang jalur intravena : gunakan cairan kristaloid atau koloid

d. Dysfunction , Menilai status kesadarannya dengan glasgowcoma scale dan menilai refleks pupil e. Exposure , Melihat keadaan umum pasien apakah terdapat trauma di daerah lain seperti: trauma thorax, trauma abdomen, fraktur iga atau tulang anggota gerak harus selalu dipikirkan dan dideteksi secepat mungkin.

3. Patofisiologi

Basillar Skull Fracture

Trauma Kepala

Fossa Anterior

Fossa Medial

Fossa Posterior

Hematoma

Rinorrhea

Penumpukan cairan di periorbital

Otorrhea

Otorrhea

Iskemik Jaringan

RACOON EYE

Rinorrhea

Battle Sign

Jejas

Battle Sign

Nekrosis sel

Gangguan pelepasan neurotransmitter

Keadaan Depolarisasi terus menerus

KEJANG

Alkohol

Alkohol

Di Hepar

Efek di SSP

Efek Neurotransmitter

Gangguan Metabolisma Glukosa

Pelepasan Opioid Endogen

Agonis terhadap Inhibisi

Antagonis terhadap Eksitator

Glukosa Menurun

Merangsang produksi Dopamin

Hipoglikemia

Dopamin meningkat

Meningkatkan Resiko Kejang

Hipothalamus

Pusat Reward

Nyaman, Senang, Euforia

IV. StrukturisasiKegawatdaruratan Cedera Kepala

Klasifikasi

Patofisiologi

Manifestasi Klinis

Etiologi

DDPemeriksaan Penunjang

Diagnosa

Penatalaksanaan

V. Learning Objective1. 2. Setelah penanganan awal selesai, pemeriksaan apa yang penting anda lakukan pertama kali,mengapa? Jika kejadian ini anda temukan di puskesmasatau rumah sakit tipe C ditempat anda bertugas sementara rumah sakit rujukan yang ada spesialis bedah saraf sangat sangat jauh berjarak 250 KM apa yang harus dilakukan? Penjelasan rumah sakit tipe C? Penjelasan DD : fraktur Basis Cranii Hematom Intracranial Penjelasan diagnosis Patofisiologi keluar darah dari luka temporo occipital?

3. 4.

6. 7.

VI. Hasil Belajar Mandiri

1. Penjelasan keluar darah dari luka di temporal oksipital Jika fraktur hanya sampai mengenai kulit kepala akan mengenai arteri temporalis superficialis, a.auricularis posterio, a.occipitalis Jika trauma di temporaloksipital sampai menimbulkan fraktur hingga mengenai meningen merobek a.meningea media

2. Rumah Sakit Umum Kelas CPasal 14 (1) Rumah Sakit Umum Kelas C harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar dan 4 (empat) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik. (2) Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas C sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik dan Pelayanan Penunjang Non Klinik. (3) Pelayanan Medik Umum terdiri dari Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan Medik Gigi Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak /Keluarga Berencana. (4) Pelayanan Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat darurat 24 (dua puluh) jam dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan kemampuan melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi sesuai dengan standar.

(5) Pelayanan Medik Spesialis Dasar terdiri dari Pelayanan Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, Bedah, Obstetri dan Ginekologi. (6) Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut minimal 1 (satu) pelayanan. (7) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik terdiri dari Pelayanan Anestesiologi, Radiologi, Rehabilitasi Medik dan Patologi Klinik. (8) Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari pelayanan asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan. (9) Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari Perawatan intensif, Pelayanan Darah, Gizi, Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam Medik (10) Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dari pelayanan Laundry/Linen, Jasa Boga / Dapur, Teknik dan Pemeliharaan Fasilitas, Pengelolaan Limbah, Gudang, Ambulance, Komunikasi, Kamar Jenazah, Pemadam Kebakaran, Pengelolaan Gas Medik dan Penampungan Air Bersih

3.Diferential Diagnosa (DD)1. Fraktur Basis Cranii Definisi : Fraktur Basis Cranii (Basilar Skull Fracture) merupakan fraktur akibat benturan langsung pada daerah dasar tulang tengkorak. Tanda dan gejala :

Fossa Cranialis Anterior : - Epistaksis, Rhinnorea - Bila mengenai pars orbita os frontal perdarahan subkonjungtiva (Raccoon eyes / periorbital ekimosis) Fossa Cranialis media : - Ottorhea - Battle Sign (+) - Hematom retroaurikuler - Bila mengenai Pars Perrosus os. Temporal cedera N. Cranialis VII dan VIII - Bila mengenai dinding lateral sinus cavernosus Ccdera N. Cranialis III, IV, VI Fossa Cranialis Posterior : - Ottorhea - Battle Sign (+) - Bila mengenai foramen jugularis cedera N. Cranialis IX, X dan XI

Berdasarkan kasus di skenario :Fraktur Basis Cranii yang terjadi pada skenario

kemungkinan adalah Fraktur pada Fossa Cranii Media.Fraktur pada daerah ini adalah yang paling sering terjadi karena merupakan tempat paling lemah pada Basis Cranii.

Rongga teling tengah dan sinus sphenoidalisterutama sangat mudah terkena . Bocornya liquor Cerebrospinal dan darah dari Meatus Accusticus Eksternus

sering terjadi. Darah dan liquor cerebrospinal merembes kedalam sinus sphenoidalis dan kemudian turun ke hidung.

2. Perdarahan IntraserebralPerdarahan intraserebral merupakan penumpukan darah pada jaringan otak. Di mana terjadi penumpukan darah pada sebelah otak yang sejajar dengan hentaman, ini dikenali sebagai counter coup phenomenon. (Hallevi, Albright, Aronowski, Barreto, 2008). Perdarahan intraserebral ini terjadi rata-rata 16 % dari head injury . Biasanya terjadi pada lobus frontal dan temporal yang mengakibatkan ruptur pembuluh darah intraserebral pada saat terjadi injury .

4. Penatalaksanaan Lanjutan1. Pemeriksaan fisik Setalah ABC, dilakukan pemeriksaan fisik singkat meliputi kesadaran, pupil, defisit fokal serebral dan cedera ekstra kranial. Hasil pemeriksaan fisik pertama ini dicatat sebagai data dasar dan ditindaklanjuti, setiap perburukan dari salah satu komponen diatas bis adiartikan sebagai adanya kerusakan sekunder dan harus segera dicari dan menanggulangi penyebabnya.

2. Pemeriksaan radiologi CT-Scan MRI X-Ray

3. Tekanan tinggi intrakranial (TTIK) Hiperventilasi Setelah resusitas ABC hiperventilasi dengan ventilasi yang terkontrol tekanan CO2 (pCO2) 27-30 mmHg vasokontriksi yang diikuti berkurangnya aliran darah serebral. Dipertahankan selama 4872 jam, lalu dicoba dilepas dgn mengurangi hiperventilasi TIK naik lagi hiperventilasi diteruskan lagi selama 24-48 jam Bila TIK tidak menurun dengan hiperventilasi periksa gas darah dan lakukan CT scan ulang untuk menyingkirkan hematom. Drainase bila hiperventilasi tidak berhasil.

Terapi diuretik 1. Diuretik osmotik (manitol 20%)cairan ini untuk menurunkan TIK. Bolus 0,5-1 gram/kgBB dalam 20 menit dilanjutkan 0,25 0,5gram/kgBB, setiap 6 jam selama 24-48 jam. 2. Loop diuretik (Furosemid) Dosis 40 mg/hari/iv

Terapi barbiturat (Fenobarbital)Diberikan pada kasus-kasus yag tidak responsif terhadap terapi diatas. Cara pemberiannya : Bolus 10 mg/kgBB/iv selama 0,5 jam 2-3 mg/kgBB/jam selama 3 jam pertahankan pada kadar serum 3-4 mg%, dengan dosis sekitar 1 mg/KgBB/jam. Setelah TIK terkontrol, 20 mmHg selama 24-48 jam, dosis diturunkan bertahap selama 3 hari. Posisi Tidur Penderita cedera kepala berat dimana TIK tinggi posisi tidurnya ditinggikan bagian kepala membentuk sdt 30-45 derajat. supaya pembuluh vena daerah leher tidak terjepit sehingga drainase vena otak menjadi lancar.

4. KejangKejang pertama: Fenitoin 200 mg, dilanjutkan 3-4 x 100 mg/hari Status epilepsi: diazepam 10 mg/iv dapat diulang dalam 15 menit. Bila cendrung berulang 50-100 mg/ 500 ml NaCl 0,9% dengan tetesan