Skenario A Blok 17.doc

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/28/2019 Skenario A Blok 17.doc

    1/26

    Skenario A Blok 17

    Budi, a boy, 12 month, was hospitalized due to diarrhea. Four days before admission, the

    patient had no projectile vomiting 6 times a day. He vomited what he ate. Three days before

    admision the patient got diarrhea 10 times a dayaround half glass in every defecation, there

    was no blood and mucous/pus in it. The frequency of vomiting decreased. Along those 4

    days, he drank eagerly and was given plain water. He also got mild fever. Yesterday, he

    looked worsening, still had diarrhea but no vomiting. The amount of urination in 8 hours ago

    wass less than usual. Budis family lives in slum area.

    Physical Examination

    Patient look severly ill, compos mentis but weak (lethargic), BP 70/50 mmHg, RR 38X/m,

    HR 144x/m regular but weak, body temperature 38,70C, BW 8,8 kg, BH 75 cm

    Head : Sunken eye, no tears drop, and dry mouth

    Thorax : Similar movement on both side, retraction (-/-), vesicular breath sound, normal

    hearth sound

    Abdomen : Flat, shuffle, bowel sound increases. Liver is palpable 1 cm below arcus costa and

    xiphoid processus, spleen unpalpable. Pinch the skin of the abdomen: very slowly (longer

    than 2 seconds). Redness skin surrounding anal orifice.

    Extremities : cold hand and feet

    Laboratory Examination

    Hb 12,8 g/dl, WBC 9000/mm3, DC : 0/1/16/48/35/0

    - Urine Routine

    Macroscopic : yellowish colour

    Microscopic : WBC (-), RBC (-), protein (-)

    - Faeces routine

    Macroscopic : water more than waste material, blood (-), mucous (-)

    WBC : 2-4/HPF, RBC 0-1/HPF

  • 7/28/2019 Skenario A Blok 17.doc

    2/26

    A. Klarifikasi Istilah

    - Diarrhea : pengeluaran tinja berair berkali-kali dan tidak normal

    - Non projetile vomiting : muntah dimana muntahannya tidak disemburkan

    dengan sangat kuat

    - Defecation : pembuangan tinja dari rectum

    - Mild fever : demam dengan suhu dibawah 38,50 C

    - Sunken eye : mata cekung

    - Severly ill

    - Bowel sound : bunyi yang ditimbulkan oleh kontraksi usus.

    Normalnya 3-6x per menit

    - Redness skin surrounding anal orifice

    - Lethargic : tingkat kesadaran yang menurun disertai dengan

    pusing,...(dorland : 600)

    - Turgor : keadaan menjadi turgid

    - Vesicular breath sound : bunyi napas normal pada paru selama ventilasi dengan

    memiliki frekuensi bunyi yang rendah

    - Retraction : kondisi thoraks yang tertarik ke belakang

    - Abdomen : shuffle

    B. Identifikasi Masalah

    - Budi, a boy, 12 month, was hospitalized due to diarrhea

    - Four days before admission, the patient had no projectile vomiting 6 times a day.

    He vomited what he ate

    - Three days before admision the patient got diarrhea 10 times a dayaround half

    glass in every defecation, there was no blood and mucous/pus in it. The frequency

    of vomiting decreased.

    - Along those 4 days, he drank eagerly and was given plain water

  • 7/28/2019 Skenario A Blok 17.doc

    3/26

    - He also got mild fever

    - Yesterday, he looked worsening, still had diarrhea but no vomiting

    - The amount of urination in 8 hours ago wass less than usual.

    - Budis family lives in slum area

    - Physical examination

    - Laboratory examintaion

    C. Analisis Masalah

    a. Budi, a boy, 12 month, was hospitalized due to diarrhea

    i. Anatomi dan Fisiologi dari Sistem Digesitf dari anak usia 12 bulan

    (moza, meylinda, mulyati)

    ii. Perbedaan etiologi dari diare pada anak dan dewasa (maulia, adiguna)

    iii. Mekanisme diare pada anak(uly, feddy)

    iv. Perbedaan jenis diare pada anak dan dewasa (prass, kadek)

    v. Klasifikasi diare (mulyati, rike)

    Klasifikasi

    Terdapat beberapa pembagian diare:

    1. Berdasarkan lamanya diare:

    a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.

  • 7/28/2019 Skenario A Blok 17.doc

    4/26

    b. Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan

    kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah (failure to thrive) selama

    masa diare tersebut.

    (Suraatmaja, 2007).

    2. Berdasarkan mekanisme patofisiologik: a. Diare sekresi (secretory diarrhea) b.

    Diare osmotic (osmotic diarrhea)

    (Suraatmaja, 2007)

    2.1.5. Patofisiologi

    Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi/patomekanisme dibawah ini:

    1. Diare sekretorik

    Diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari usus,

    menurunnya absorpsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis ditemukan diare

    dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare tipe ini akan tetap berlangsung

    walaupun dilakukan puasa makan/minum (Simadibrata, 2006).

    2. Diare osmotik

  • 7/28/2019 Skenario A Blok 17.doc

    5/26

    Diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus halus

    yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia yang hiperosmotik (antara lain MgSO4,

    Mg(OH)2), malabsorpsi umum dan defek dalam absorpsi mukosa usus missal pada

    defisiensi disakaridase, malabsorpsi glukosa/galaktosa (Simadibrata, 2006).

    3. Malabsorpsi asam empedu dan lemak

    Diare tipe ini didapatkan pada gangguan pembentukan/produksi micelle empedu dan

    penyakit-penyakit saluran bilier dan hati (Simadibrata, 2006).

    4. Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit

    Diare tipe ini disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif

    NA+K+ATPase di enterosit dan absorpsi Na+ dan air yang abnormal (Simadibrata,

    2006).

    5. Motilitas dan waktu transit usus yang abnormal

    Diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus sehingga

    menyebabkan absorpsi yang abnormal di usus halus. Penyebabnya antara lain:

    diabetes mellitus, pasca vagotomi, hipertiroid (Simadibrata, 2006).

  • 7/28/2019 Skenario A Blok 17.doc

    6/26

    6. Gangguan permeabilitas usus

    Diare tipe ini disebabkan permeabilitas usus yang abnormal disebabkan adanya

    kelainan morfologi membran epitel spesifik pada usus halus (Simadibrata, 2006).

    7. Diare inflamasi

    Proses inflamasi di usus halus dan kolon menyebabkan diare pada beberapa keadaan.

    Akibat kehilangan sel epitel dan kerusakan tight junction, tekanan hidrostatik dalam

    pembuluh darah dan limfatik menyebabkan air, elektrolit, mukus, protein dan

    seringkali sel darah merah dan sel darah putih menumpuk dalam lumen. Biasanya

    diare akibat inflamasi ini berhubungan dengan tipe diare lain seperti diare osmotik

    dan diare sekretorik (Juffrie, 2010).

    8. Diare infeksi

    b. Four days before admission, the patient had no projectile vomiting 6 times a

    day. He vomited what he ate

    i. Etiologi dari non projectile vomiting (prass, reza)

    ii. Mekanisme dari non projectile vomiting (kadek, fadhli)

    iii. Komplikasi muntah 6x sehari (annes, meylinda)

    Muntah 6 x sehari dan diare pada kasus ini dapat menyebabkan pasien

    kehilangan banyak air dan elektrolit yang dapat menimbulkan dehidrasi,

    gangguan elektrolit, penurunan berat badan , kekurangan nutrisi dan bila

  • 7/28/2019 Skenario A Blok 17.doc

    7/26

    tidak ditangani dengan baik dapat berujung pada syok hipovolemik,

    multiple organ failure, dan kematian.

    iv. Klasifikasi muntah ( moza, maulia)

    v. Komposisi muntah (syahid, uly)

    vi. Perbedaan non projectile vomiting dan projectil vomiting (fadli, feddy)

    c. Three days before admision the patient got diarrhea 10 times a day around half

    glass in every defecation, there was no blood and mucous/pus in it. The

    frequency of vomiting decreased.

    i. Komplikasi diare 10x per hari (reza, syahid)

    ii. Mengapa tidak terdapat darah dan mukus/nanah dalam

    faecesnya(feddy, adiguna)

    iii. Mengapa frekuensi muntah menurun dan hilang (adiguna, annes)

    Kerja rotavirus akan berbeda ketika di lambung dan di usus. Pada awalnya Rotavirus

    menginfeksi mukosa lambung dengan enterotoxin. Enterotoxin itu sendiri adalah salah

    satu protein yang di kode Rotavirus, yaitu NSP4. Akibatnya, ujung-ujung saraf yang

    menstimulasi muntah terangsang dan terjadilah muntah. Demikian halnya juga terjadi

    muntah saat toxin ini mengiritasi mukosa duodenum. Jadi, muntah sebagai bagian dari

    pertahanan tubuh untuk mengeliminasi mikroorganisme penginfeksi untuk keluar dari

    lambung dan duodenum (GIT atas). Hal inilah yang menyebabkan muntahnya

    menghilang karena kemungkinan rotavirus tersebut sudah tidak ada lagi di lambung dan

    duodenum. Hanya duodenum dan lambung yang memiliki saraf untuk merespon muntah.

    Budi tidak muntah lagi karena infeksi virus sudah sampai ke ujung distal ileum dan

    kolon, dimana disana sudah tidak ada lagi saraf- saraf yang berespon terhadap muntah.

    Saraf- saraf yang berespon terhadap muntah terdapat di lambung dan duodenum.

    Banyak kehilangan elektrolit (khususnya Na+) dari diare yang dialami serta tidak adekuat

    suplai cairan pengganti elektrolit yang diberikan (hanya air biasa), membuat Budi berada

  • 7/28/2019 Skenario A Blok 17.doc

    8/26

    dalam keadaan hiponatremia. Keadaan ini menghambat ransangan terjadinya muntah.

    Berangsur-angsur keluhan muntah mereda dan tidak muntah-muntah lagi satu hari

    sebelum masuk rumah sakit.

    a. Keadaan hiponatremi.

    Banyak kehilangan elektrolit (esp. Na+) dari diare yang dialami serta tidak

    adekuat nya suplai cairan pengganti elektrolit yang diberikan (hanya air

    biasa), membuat Budi berada dalam keadaan hiponatremia. Keadaan ini

    menghambat ransangan terjadinya muntah. Berangsur-angsur keluhan muntah

    mereda menjadi berkurang

    b. Proses infeksi

    Budi mengalami muntah-muntah karena pada awalnya Rotavirus menginfeksi mukosa

    lambung dengan enterotoxin. Enterotoxin itu sendiri adalah salah satu protein yang di kode

    Rotavirus, yaitu NSP4. Akibatnya, ujung-ujung saraf yang menstimulasi muntah terangsang

    dan terjadilah muntah. Demikian halnya juga terjadi muntah saat toxin ini mengiritasi

    mukosa duodenum. Jadi, muntah sebagai bagian dari pertahanan tubuh untuk mengeliminasi

    mikroorganisme penginfeksi untuk keluar dari lambung dan duodenum(GIT atas).

    Akan tetapi, hal ini tidak terjadi saat virus dan toxinnya tiba di mukosa GIT di bawah

    duodenum. Tidak hanya terjadi iritasi mukosa dengan toxin, tetapi juga invasi ke sel-sel villi.

    Iritasi yang terjadi di sini tidak menyebabkan muntah karena sudah tidak ada lagi saraf- saraf

    yang berespon terhadap muntah. Saraf- saraf yang berespon terhadap muntah terdapat di

    lambung dan duodenum. Saat virus mencapai ujung distal ileum dan kolon, virus menginvasi

    vili pada ileum menyebabkan kerusakan sel enterosit menurunkan kemampuan

    absorpsi (sel-sel villi adalah sel mature yang memiliki kekhususan dalam absorpsi) dan

    meningkatkan sekresi mucus (banyak sel-sel immature sebagai respon untuk menggantikan

    sel-sel mature yang telah rusak, akan tetapi sel-sel ini memiliki kekhususan dalam sekresi).

    Jadi, diare adalah bagian pertahanan tubuh untuk mengeliminasi mikroorganisme keluar dari

    usus halus dan colon (GIT bawah).

    Pada awalnya ia menginfeksi lambung dan menyebabkan muntah tapi begitu masuk

    usus, maka usus akan berusaha untuk mengeluarkan melalui diare. Oleh karena itulah muntah

    tidak terjadi lagi.

  • 7/28/2019 Skenario A Blok 17.doc

    9/26

    iv. Interpretasi dari diare 10x per hari (reza, syahid)

    v. Bagaimana volume faeces normal saat defekasi pada anak 12 bulan

    (rike, meylinda)

    d. Along those 4 days, he drank eagerly and was given plain water

    i. Mengapa turgor masih turun walaupun telah minum banyak air

    (memey, feddy)

    ii. Cairan apa yang sebaiknya dikonsumsi (maulia, annes)

    1. Oralit

    Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat memberikan oralit osmolaritas

    rendah,.. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk

    mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera di

    bawa ke sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan melalui infus.Pemberian oralit didasarkan pada derajat dehidrasi (Kemenkes RI, 2011).

    a. Diare tanpa dehidrasi

    Umur < 1 tahun : - gelas setiap kali anak mencret Umur 1 4 tahun : - 1

    gelas setiap kali anak mencret Umur diatas 5 Tahun : 1 1 gelas setiap kali

    anak mencret

    b. Diare dengan dehidrasi ringan sedang

    Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan

    selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi.

  • 7/28/2019 Skenario A Blok 17.doc

    10/26

    c. Diare dengan dehidrasi berat

    Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas

    untuk di infus.

    (Kemenkes RI, 2011)

    Tabel 2.2. Kebutuhan Oralit per Kelompok Umur

    Umur

    Jumlah oralit yang

    diberikan tiap BAB

    Jumlah oralit yang disediakan di

    rumah

    < 12 bulan 50-100 ml 400 ml/hari ( 2 bungkus)

    1-4 tahun 100-200 ml 600-800 ml/hari ( 3-4 bungkus)

    > 5 tahun 200-300 ml 800-1000 ml/hari (4-5 bungkus)

    Dewasa 300-400 ml 1200-2800 ml/hari

    Sumber: Depkes RI, 2006

  • 7/28/2019 Skenario A Blok 17.doc

    11/26

    Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan sendok

    dengan cara

    1 sendok setiap 1 sampai 2 menit. Pemberian dengan botol tidak boleh

    dilakukan. Anak yang lebih besar dapat minum langsung dari gelas. Bila terjadi

    muntah hentikan dulu selama 10 menit kemudian mulai lagi perlahan-lahan

    misalnya 1 sendok setiap

    2-3 menit. Pemberian cairan ini dilanjutkan sampai dengan diare berhenti

    (Juffrie2010).

    Penanggulangan Diare Berdasarkan Tingkat Dehidrasi (WHO, 2005)

    A. Tanpa Dehidrasi

    Pada anak-anak yang berumur bawah dari 2 tahun boleh diberikan larutan

    oralit 50-100ml/kali dan untuk usia lebih dari 2 tahun diberikan larutan yang

    sama dengan dosis 100-200ml/kali diare. Bagi mengelakkan dehidrasi ibu-ibu

    harus meningkatkan pemberian minuman dan makanan dari biasa pada anak

    mereka. Selain itu dapat juga diberikan zink (10-20mg/hari) sebagai makanan

    tambahan.

    B. Dehidrasi Ringan

    Pada keadaan ini diperlukan oralit secara oral bersama larutan kristaloid

    Ringer Laktat ataupun Ringer Asetat dengan formula lengkap yang

    mengandung glukosa dan elektrolit dan diberikan sebanyak mungkin sesuaidengan kemampuan anak serta dianjurkan ibu untuk meneruskan pemberian

    ASI dan masih dapat ditangani sendiri oleh keluarga di rumah. Berdasarkan

    WHO, larutan oralit seharusnya mengandung 90mEq/L natrium, 20mEq/L

    kalium klorida dan 111mEq/L glukosa.

    C. Dehidrasi Sedang

    Pada keadaan ini memerlukan perhatian yang lebih khusus dan pemberianoralit hendaknya dilakukan oleh petugas di sarana kesehatan dan penderita

  • 7/28/2019 Skenario A Blok 17.doc

    12/26

    perlu diawasi selama 3-4 jam. Bila penderita sudah lebih baik keadaannya,

    penderita dapat dibawa pulang untuk dirawat di rumah dengan pemberian

    oralit. Dosis pemberian oralit untuk umur kurang dari 1 tahun, setiap buang air

    besar diberikan 50-100ml, untuk 3 jam pertama 300ml. Untuk anak umur 1-4

    tahun setiap buang air besar diberikan 100-200ml, untuk 3 jam pertama

    600ml.

    D. Dehidrasi berat

    Pada keadaan ini pasien akan diberikan larutan hidrasi secara intravena

    (intravenous hydration) dengan kadar 100ml/kgBB/3-6 jam. Dosis pemberian

    cairan untuk umur kurang dari 1 tahun adalah 30ml/kgBB untuk 1 jam yang

    pertama dan seterusnya diberikan 75ml/kgBB setiap 5 jam. Dosis pemberian

    cairan untuk anak 1-4 tahun adalah 30ml/kgBB untuk jam yang pertama dan

    seterusnya diberikan 70ml/kgBB setiap 2 jam.

    WHO menganjurkan empat hal utama yang efektif dalam menangani anak-

    anak yang menderita diare akut, yaitu:

    1. Penggantian cairan (rehidrasi), cairan yang diberikan secara oral untuk

    mencegah dehidrasi dan mengatasi dehidrasi yang sudah terjadi

    2. Pemberian makanan terutama asi, selama diare dan pada masa penyembuhan

    diteruskan

    3. Tidak menggunakan obat antidiare

    Antibiotika hanya diberikan pada kasus kolera dan disentri yang disebabkan

    oleh shigella, sedangkan metronodazole diberikan pada kasus giardiasis dan

    amebiasis

    4. Petunjuk yang efektif bagi ibu serta pengasuh tentang:

    Bagaimana merawat anak yang sakit di rumah, terutama tentang bagaimana

    membuat oralit dan cara memberikannya

    Tanda-tanda yang dapat dipakai sebagai pedoman untuk membawa anak

    kembali berobat dan mendapat pengawasan medik yang baik

    Metoda yang efektif untuk mencegah kejadian diare.

    iii. Tanda-tanda dehidrasi pada anak(uly, rike)

  • 7/28/2019 Skenario A Blok 17.doc

    13/26

    e. He also got mild fever

    i. Apa penyebab mild fever (annes, kadek)

    Demam ringan dapat disebabkan oleh infeksi termasuk:

    Infeksi bakteri, seperti Radang tenggorokan atau demam berdarah

    Selulitis (infeksi kulit)

    Penyakit anak, seperti cacar air, penyakit kelima, campak (infeksi virus

    menular yang juga dikenal sebagai rubeola), mumps (infeksi virus pada

    kelenjar ludah di leher), batuk rejan (pertusis)

    Dingin, flu, atau infeksi virus lainnya

    Infeksi Telinga

    Gastroenteritis (infeksi saluran pencernaan)

    HIV atau AIDS

    Infeksi paru-paru, seperti bronkitis, pneumonia, dan TBC

    Mononucleosis (infeksi virus)

    Infeksi parasit

    Infeksi sinus

    Infeksi saluran kemih

    Penyebab lain demam ringan

    Demam ringan juga dapat disebabkan oleh kondisi termasuk:

    Kanker, seperti leukemia atau limfoma

    Reaksi Imunisasi

    Penyakit radang usus (termasuk penyakit Crohn, kolitis ulserativa)

    Efek samping obat

    Emboli paru (bekuan darah yang bergerak ke paru-paru)

    Rheumatoid arthritis (penyakit autoimun kronis yang ditandai dengan

    peradangan sendi)

    Tumbuh gigi

    Vaskulitis (radang pembuluh darah)

    Penyebab serius atau mengancam jiwa demam ringan

  • 7/28/2019 Skenario A Blok 17.doc

    14/26

    Dalam beberapa kasus, demam ringan mungkin merupakan gejala dari

    kondisi serius atau yang mengancam jiwa yang harus segera dievaluasi

    dalam kondisi darurat. Ini termasuk:

    Hepatitis akut (infeksi aktif hati)

    Radang usus buntu

    Kanker

    Divertikulitis (radang saku abnormal pada usus besar)

    Ensefalitis (radang otak)

    Epiglotitis (radang mengancam nyawa dan pembengkakan epiglotis,

    flap jaringan antara lidah dan tenggorokan)

    Panas kelelahan

    Meningitis (infeksi atau radang kantung sekitar otak dan sumsum

    tulang belakang)

    Osteomielitis (infeksi tulang)

    Pankreatitis (radang pankreas)

    ii. Mekanisme mild fever(mulyati, prass)

    Berbagai macam agen infeksius, imunologis atau agen yang berkaitan dengan toksin (pirogen

    eksogen) mengibas produksi pirogen endogen oleh sel-sel radang hospes. Pirogen endogen ini

    dalah sitokin, misalnya interleukin (IL-!, IL-1, IL-6), factor nekrosis tumor (TNF, TNF-

    ), dan interferon- (INF). Sitokin endogen yang sifatnya pirogenik secara langsung

    menstimulasi hipotalamus untuk memproduksi prostaglandin E2, yang kemudian titik-ambang

    naik ke tingkat demam dan selanjutnya transmisi neuronal ke perifer menyebabkan

    konversasi dan pembentukan panas, dengan demikian suhu di bagian dalam tubuh meningkat.

    iii. Klasifikasi demam (reza, fadhli)

    f. Yesterday, he looked worsening, still had diarrhea but no vomiting

    i. Mengapa keadaannya memburuk(kadek, maulia)

    ii. Mengapa muntahnya menghilang dan diarenya tetap (feddy, uly)

    iii. Hubungan antara diare dan muntah (reza, syahid)

    g. The amount of urination in 8 hours ago wass less than usual.

  • 7/28/2019 Skenario A Blok 17.doc

    15/26

    i. Interpretasi dan mekanisme abnormal dari sistem urinasi pada anak

    (moza, adiguna)

    h. Budis family lives in slum area

    i. Apa hubungannya tempat tinggal budi dengan penyakit (mulyati,

    prass)

    I Physical examination

    i. Interpretasi dan mekanisme abnormal (kalo normal dijelasi juga

    kenapa )

    - BP (memey, maulia)

    - RR(uly, annes)

    Umur Rentang Rata-rata waktu tidur

    Neonatus

    1 bulan 1 tahun

    1 tahun 2 tahun

    3 tahun 4 tahun

    5 tahun 9 tahun10 tahun atau lebih

    30 60

    30 60

    25 50

    20 30

    15 3015 30

    35

    30

    25

    22

    1815

    - HR(mulyati, syahid)

    - TEMP (kadek, prass)

    - BW&BH (rike, fadli)

    - HEAD&THORAKS (uly, fadhli)

    - ABDOMEN&EKSTREMITIES (feddy, adiguna, moza)

    i. Laboratory examintaion

    i. Interpretasi dan mekanisme abnormal (kalo normal dijelasi juga

    kenapa)

    - HB, WBC, DD (syahid, reza)

    - URIN ROUTINE (moza, rike)

  • 7/28/2019 Skenario A Blok 17.doc

    16/26

    - FAECES ROUTINE (adiguna, uly)

    - DD (memey, adiguna)

    - Cara penegakkan diagnosis (maulia, moza)

    - WD (annes, reza)

    Budi, bayi laki-laki 12 bulan,menderita diare akut disertai dehidrasi berat et causa

    infeksi Rotavirus.

    - Faktor resiko dan etiologi (mulyati, syahid)

    Etiologi

    Menurut World Gastroenterology Organization global guidelines 2005, etiologi

    diare akut dibagi atas empat penyebab:

    1. Bakteri : Shigella, Salmonella, E. Coli, Gol. Vibrio, Bacillus cereus,

    Clostridium perfringens, Stafilokokus aureus, Campylobacter aeromonas

    2. Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Coronavirus, Astrovirus

    3. Parasit : Protozoa, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Balantidium

    coli, Trichuris trichiura, Cryptosporidium parvum, Strongyloides stercoralis

    4. Non infeksi : malabsorpsi, keracunan makanan, alergi, gangguan

    motilitas, imunodefisiensi, kesulitan makan, dll.

    Faktor Risiko

    Cara penularan diare melalui cara faecal-oral yaitu melalui makanan atau

    minuman yang tercemar kuman atau kontak langsung tangan penderita atau tidak

    langsung melalui lalat ( melalui 5F = faeces, flies, food, fluid, finger).

  • 7/28/2019 Skenario A Blok 17.doc

    17/26

    Faktor risiko terjadinya diare adalah:

    1. Faktor perilaku

    2. Faktor lingkungan

    Faktor perilaku antara lain:

    a. Tidak memberikan Air Susu Ibu/ASI (ASI eksklusif), memberikan

    Makanan

    Pendamping/MP ASI terlalu dini akan mempercepat bayi kontak terhadap kuman

    b. Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena penyakit diare

    karena sangat sulit untuk membersihkan botol susu

    c. Tidak menerapkan Kebiasaaan Cuci Tangan pakai sabun sebelum memberi

    ASI/makan, setelah Buang Air Besar (BAB), dan setelah membersihkan BAB

    anak

    d. Penyimpanan makanan yang tidak higienis

    Faktor lingkungan antara lain:

    a. Ketersediaan air bersih yang tidak memadai, kurangnya ketersediaan Mandi

    Cuci

    Kakus (MCK)

  • 7/28/2019 Skenario A Blok 17.doc

    18/26

    b. Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk

    Disamping faktor risiko tersebut diatas ada beberapa faktor dari penderita yang

    dapat meningkatkan kecenderungan untuk diare antara lain: kurang gizi/malnutrisi

    terutama anak gizi buruk, penyakit imunodefisiensi/imunosupresi dan penderita

    campak (Kemenkes RI, 2011).

    - Epidemiologi (prass, fadli)

    - Patogenesis (kadek, feddy)

    - Manifestasi klinik(annes, maulia)

    Manifestasi klinis

    Infeksi usus menimbulkan gejala gastrointestinal serta gejala lainnya bila terjadi

    komplikasi ekstra intestinal termasuk manifestasi neurologik. Gejala

    gastrointestinal bisa berupa diare, kram perut, dan muntah. Sedangkan

    manifestasi sistemik bervariasi tergantung pada penyebabnya.

    Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion

    natrium, klorida, dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah

    bila ada muntah dan kehilangan air juga meningkat bila ada panas. Hal inidapat menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik, dan hipovolemia. Dehidrasi

    merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan

    hipovolemia, kolaps kardiovaskuler dan kematian bila tidak diobati dengan

    tepat. Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi

    isotonik, dehidrasi hipertonik (hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik.

    Menurut derajat dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi

    sedang atau dehidrasi berat (Juffrie, 2010).

  • 7/28/2019 Skenario A Blok 17.doc

    19/26

    Diare

    Muntah non projektil (muntah apa yang dimakan)

    Dehidrasi

    Minum dengan lahap

    Demam ringan

    Jumlah urinasi kurang dari biasanya

    Gejala lainnya:

    Pada bayi dan anak, mula-mula akan menjadi cengeng, gelisah, nafsu makan

    berkurang atau bahkan tidak ada.

    Anus dan sekitarnya lecet

    Berat badan turun, pada bayi akan terlihat ubun-ubun cekung.

    Tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir terlihat kering.

    - Pencegahan (prass, uly)

    Pencegahan

    Pencegahan diare menurut Pedoman Tatalaksana Diare Depkes RI (2006) adalah

    sebagai berikut:

    1. Pemberian ASI

    ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-

    zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare pada

    bayi yang baru lahir. Pemberian ASI eksklusif mempunyai daya lindung 4 kali lebih

    besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Flora

    usus pada bayi-bayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri penyebab diare

  • 7/28/2019 Skenario A Blok 17.doc

    20/26

    (Depkes RI, 2006).

    Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan pertama kehidupan resiko

    terkena diare adalah 30 kali lebih besar. Pemberian susu formula merupakan cara lain

    dari menyusui. Penggunaan botol untuk susu formula biasanya menyebabkan risiko

    tinggi terkena diare sehingga bisa mengakibatkan terjadinya gizi buruk (Depkes RI,

    2006).

    2. Pemberian Makanan Pendamping ASI

    Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai

    dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Pada masa tersebut merupakan masa yang

    berbahaya bagi bayi sebab perilaku pemberian makanan pendamping ASI dapat

    menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya diare ataupun penyakit lain yang

    menyebabkan kematian (Depkes RI, 2006).

    Ada beberapa saran yang dapat meningkatkan cara pemberian makanan pendamping

    ASI yang lebih baik yaitu :

    a) Memperkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 4-6 bulan tetapi masih

    meneruskan pemberian ASI. Menambahkan macam makanan sewaktu anak berumur

    6 bulan atau lebih. Memberikan makanan lebih sering (4 kali sehari) setelah anak

  • 7/28/2019 Skenario A Blok 17.doc

    21/26

    berumur 1 tahun, memberikan semua makanan yang dimasak dengan baik 4-6

    kali sehari dan meneruskan pemberian ASI bila mungkin.

    b) Menambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi/bubur dan biji-bijian untuk

    energi. Menambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacangkacangan, buah-

    buahan dan sayuran berwarna hijau ke dalam makanannya. Mencuci tangan sebelum

    menyiapkan makanan dan menyuapi anak, serta menyuapi anak dengan sendok yang

    bersih.

    c) Memasak atau merebus makanan dengan benar, menyimpan sisa makanan pada

    tempat yang dingin dan memanaskan dengan benar sebelum diberikan kepada anak

    (Depkes RI, 2006)

    3. Menggunakan air bersih yang cukup

    Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fecal-oral

    mereka dapat ditularkan dengan memasukkan kedalam mulut, cairan atau benda yang

    tercemar dengan tinja misalnya air minum, jari-jari tangan, makanan yang disiapkan

    dalam panci yang dicuci dengan air tercemar (Depkes RI, 2006).

    Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih mempunyai

    resiko menderita diare lebih kecil dibandingkan dengan masyarakat yang tidak

    mendapatkan air bersih (Depkes RI, 2006).

  • 7/28/2019 Skenario A Blok 17.doc

    22/26

    Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu dengan

    menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari

    sumbernya sampai penyimpanan di rumah (Depkes RI, 2006).

    Yang harus diperhatikan oleh keluarga adalah:

    a) Air harus diambil dari sumber terbersih yang tersedia.

    b) Sumber air harus dilindungi dengan menjauhkannya dari hewan, membuat lokasikakus agar jaraknya lebih dari 10 meter dari sumber yang digunakan serta lebih

    rendah, dan menggali parit aliran di atas sumber untuk menjauhkan air hujan dari

    sumber.

    c) Air harus dikumpulkan dan disimpan dalam wadah bersih. Dan gunakan gayung

    bersih bergagang panjang untuk mengambil air.

    d) Air untuk masak dan minum bagi anak harus dididihkan. (Depkes RI, 2006)

    4. Mencuci Tangan

    Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam

    penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun,

    terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum

    menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makanan anak dan sebelum makan,

    mempunyai dampak dalam kejadian diare (Depkes RI, 2006).

    5. Menggunakan Jamban

  • 7/28/2019 Skenario A Blok 17.doc

    23/26

    Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban

    mempunyai dampak yang besar dalam penurunan resiko terhadap penyakit diare.

    Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban, dan keluarga harus

    buang air besar di jamban (Depkes RI, 2006).

    Yang harus diperhatikan oleh keluarga :

    a) Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai oleh

    seluruh anggota keluarga.

    b) Bersihkan jamban secara teratur.

    c) Bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak-anak pergi ke tempat buang air besar

    sendiri, buang air besar hendaknya jauh dari rumah, jalan setapak dan tempat anak-

    anak bermain serta lebih kurang 10 meter dari sumber air, hindari buang air besar

    tanpa alas kaki.

    (Depkes RI, 2006)

    6. Membuang Tinja Bayi yang Benar

    Banyak orang beranggapan bahwa tinja anak bayi itu tidak berbahaya. Hal ini tidak

    benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak danorangtuanya. Tinja bayi harus dibuang secara bersih dan benar, berikut hal-hal yang

    harus diperhatikan:

    a) Kumpulkan tinja anak kecil atau bayi secepatnya, bungkus dengan daun atau

    kertas koran dan kuburkan atau buang di kakus.

    b) Bantu anak untuk membuang air besarnya ke dalam wadah yang bersih danmudah dibersihkan. Kemudian buang ke dalam kakus dan bilas wadahnya atau anak

  • 7/28/2019 Skenario A Blok 17.doc

    24/26

    dapat buang air besar di atas suatu permukaan seperti kertas koran atau daun besar

    dan buang ke dalam kakus.

    c) Bersihkan anak segera setelah anak buang air besar dan cuci tangannya

    (Depkes RI, 2006)

    7. Pemberian Imunisasi Campak

    Diare sering timbul menyertai campak sehingga pemberian imunisasi campak juga

    dapat mencegah diare oleh karena itu beri anak imunisasi campak segera setelah

    berumur 9 bulan (Depkes RI, 2006).

    Anak harus diimunisasi terhadap campak secepat mungkin setelah usia 9 bulan. Diare

    dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang sedang menderita

    campak dalam 4 mingggu terakhir. Hal ini sebagai akibat dari penurunan kekebalantubuh penderita. Selain imunisasi campak, anak juga harus mendapat imunisasi dasar

    lainnya seperti imunisasi BCG untuk mencegah penyakit TBC, imunisasi DPT untuk

    mencegah penyakit diptheri, pertusis dan tetanus, serta imunisasi polio yang berguna

    dalam pencegahan penyakit polio (Depkes RI, 2006).

    Pencegahan terhadap diare atau pencarian terhadap pengobatan diare pada balita

    termasuk dalam perilaku kesehatan. Adapun perilaku kesehatan menurut

    Notoatmodjo (2007) adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus

    atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistem pelayanan kesehatan,

    makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat

    diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :

    1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).

  • 7/28/2019 Skenario A Blok 17.doc

    25/26

    Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga

    kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.

    2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan

    (health seeking behavior)

    Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita

    penyakit dan atau kecelakaan.

    3. Perilaku kesehatan lingkungan

    Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosialbudaya, dan sebagainya.

    Untuk menilai baik atau tidaknya perilaku kesehatan seseorang, dapat dinilai dari

    domain-domain perilaku. Domain-domain tersebut adalah pengetahuan, sikap, dan

    tindakan. Dalam penelitian ini domain sikap tidak dinilai, karena merupakan perilakutertutup (convert behavior). Perilaku tertutup merupakan persepsi seseorang terhadap

    suatu stimulus, yang mana persepsi ini tidak dapat diamati secara jelas. Sementara

    tindakan termasuk perilaku terbuka, yaitu respon seseorang terhadap stimulus dalam

    bentuk tindakan nyata atau terbuka. Hal ini dapat secara jelas diamati oleh orang lain

    (Notoadmodjo, 2003).

    - Tatalaksana (mulyati, kadek)

    - Komplikasi (moza, adiguna)

    - Prognosis ( reza, syahid)

    - KDU (memey, rike)

  • 7/28/2019 Skenario A Blok 17.doc

    26/26

    Learning Issue

    - Diare pada anak (reza, feddy, adiguna, rike)

    - Anatomi dan fisiologi sistem digestif pada anak (meylinda, moza, mulyati,

    adiguna)

    - Dehidrasi pada anak( maulia, uly, prass,)

    - Muntah pada anak(annes, kadek, fadhli, syahid)

    Hipotesis

    Budi, anak laki-laki, usia 1 tahun menderita diare akut disertai dehidrasi berat.

    NB:

    PENGUMPULAN JAWABAN ANALISIS MASALAH DAN LEARNING

    ISSUE PALING LAMBAT HARI RABU 8 MEI 2013 PUKUL 15.00 WIB

    - JAWABAN HARUS DIKETIK RAPI DENGAN FORMAT FONT

    TIMES NEW ROMAN 12. SPASI 1.5. JUSTIFY. DALAM BENTUK

    DOC.

    - JAWABAN DAPAT DIKUMPULKAN DALAM USB (SEHABIS

    TUTORIAL KEDUA) ATAU email [email protected]

    - JANGAN LUPA DAFTAR PUSTAKA