19
SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA DENGAN METODE BACKWARD CHAINING Naskah Publikasi Diajukan Oleh : Meliana Anandari 09.22.1034 Kepada JURUSAN SISTEM INFORMASI SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2012

SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA GANGGUAN SISTEM …repository.amikom.ac.id/files/PUBLIKASI_09.22.1034.pdf · SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA GANGGUAN SISTEM ... komputer ( computer

Embed Size (px)

Citation preview

SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA GANGGUAN SISTEM

PENCERNAAN PADA MANUSIA DENGAN METODE BACKWARD

CHAINING

Naskah Publikasi

Diajukan Oleh :

Meliana Anandari

09.22.1034

Kepada

JURUSAN SISTEM INFORMASI

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

AMIKOM

YOGYAKARTA

2012

EXPERT SYSTEM FOR DIGESTION SYSTEM DISORDERS DIAGNOSE METHOD IN HUMANS BACKWARD CHAINING

SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA GANGGUAN SISTEM

PENCERNAAN PADA MANUSIA DENGAN METODE BACKWARD CHAINING Meliana Anandari Sistem Informasi

STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA

ABSTRACT

The human digestive system is a system of multi-cellular organ that receives food,

digests it into energy and nutrients, and removing the rest of the process. Next is the process of absorption of the juices of food that occurs in the intestine. Then the process of spending the remnants of food through the anus. The human digestive system disorder often occurs because of a lack of human consciousness in health care regardless of a healthy lifestyle and regular, such as regular meals and avoid stress.

Expert systems are computer-based system that uses knowledge, facts and reasoning techniques to solve problems that normally can only be solved by an expert in that field (Martin and Oxman, 1988). Expert systems are made in the certain knowledge of a particular keparan sector in areas close to human capabilities. Expert system tries to find a satisfactory solution, as done by an expert. In addition the expert system can also provide an explanation of steps taken and give reasons for the suggestions or conclusions found.

By making this application specialist shortage problem can be overcome, by this expert system application user expected to interact with this system as well as interact with experts. Able to give information to the user about the disease through the human digestive system symptoms that the user entered into the system in accordance with the conditions he was experiencing.

Key words: digestive system, expert system, expert system results

BAB I

1.1 Pendahuluan

Sistem pencernaan pada manusia adalah sistem organ multisel yang

menerima makanan, mencerna menjadi energi dan nutrien, serta mengeluarkan sisa

proses tersebut.

Pada dasarnya sistem pencernaan makanan dalam tubuh manusia terjadi

sepanjang saluran pencernaan dan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu proses

penghancuran makanan yang terjadi dalam mulut hingga lambung. Selanjutnya adalah

proses penyerapan sari-sari makanan yang terjadi didalam usus. Kemudian proses

pengeluaran sisa-sisa makanan melalui anus.

Gangguan sistem pencernaan manusia sering terjadi karena kurangnya

kesadaran manusia dalam menjaga kesehatan dengan mengabaikan pola hidup sehat

dan teratur, seperti makan secara teratur dan hindari stress.

Keterlambatan atau ketidakhadiran seorang dokter di Rumah Sakit ini akan

mengakibatkan tertundanya pengobatan yang seharusnya dilakukan sehingga banyak

pasien yang penyakitnya bertambah parah atau mungkin sampai mengalami kematian.

Sehingga untuk menanggulangi hal tersebut, diperlukan suatu sistem berbasis

komputer yang dapat membantu peran seorang pakar dokter spesialis dalam yang

berhalangan hadir atau sedang sibuk dengan pasien yang lainnya. Dengan bantuan

sistem pakar, diharapkan dapat membantu dokter dalam pengobatan pasien, atau

dengan sistem pakar ini juga, asisten dokter juga bisa membantu menangani pasien.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Kecerdasan Buatan (Artificial Intelegence)

Kecerdasan buatan (artificial intelegence) adalah suatu area dalam ilmu

komputer. Menurut Jackson dan Raynon pada tahun 1996, istilah kecerdasan buatan

mempunyai banyak definisi. Secara garis besar, kecerdasan terbagi kedalam dua

dasar pemikiran yaitu : kecerdasan buatan melibatkan pembelajaran proses pemikiran

manusia atau disebut dengan kecerdasan komputasional dan kecerdasan buatan

berkaitan dengan representasi dan duplikasi proses tersebut melalui mesin seperti

komputer dan robot atau disebut juga kecerdasan konvensional.

Berikut ini adalah definisi kecerdasan buatan :

1. Kecerdasan buatan adalah suatu ilmu yang mempelajari cara membuat komputer

melakukan sesuatu seperti yang dilakukan oleh manusia (Minsky, 1989).

2. Kecerdasan buatan (artificial intelegence) merupakan kawasan penelitian aplikasi

dan instruksi yang terkait dengan pemrograman komputer untuk melakukan

sesuatu hal yang dalam pandangan manusia adalah cerdas (H.A. Simon, 1987).

3. Kecerdasan buatan (AI) sebagai cabang dari ilmu komputer yang dalam

merepresentasi pengetahuan lebih banyak menggunakan simbol-simbol dari pada

bilangan, dan memproses informasi berdasarkan metode heuristic atau dengan

sejumlah aturan (Ensiklopedi Britanica).

Bidang yang termasuk dalam kecerdasan buatan antara lain : penglihatan

komputer (computer vision), bahasa alami (natural language), robotika (robotic), sistem

saraf buatan (artificial neuralsystem), dan sistem pakar (exspert system).

2.2. Definisi Sistem Pakar

Sistem pakar adalah sistem berbasis komputer yang menggunakan

pengetahuan, fakta dan teknik penalaran dalam memecahkan masalah yang

biasanya hanya dapat dipecahkan oleh seorang pakar dalam bidang tersebut (Martin

dan Oxman, 1988) (Kusrini, Dr, M.Kom 2006 Sistem Pakar Teori dan Aplikasi).

Sistem pakar dibuat pada wilayah pengetahuan tertentu suatu keparan

tertentu yang mendekati kemampuan manusia disuatu bidang. Sistem pakar

mencoba mencari solusi yang memuaskan sebagaimana dilakukan oleh seorang

pakar. Selain itu sistem pakar juga dapat memberikan penjelasan langkah yang

diambil dan memberikan alasan atas saran atau kesimpulan yang ditemukannya.

2.3 Struktur Sistem Pakar

Sistem pakar mempunyai disusun dua lingkungan yaitu : lingkungan

pengembangan (development environment) dan lingkungan konsultasi (consultation

environment). Lingkungan pengembangan sistem pakar digunakan untuk

memasukkan pengetahuan pakar ke dalam lingkungan sistem pakar, sedangkan

lingkungan konsultasi dilakukan oleh pengguna yang bukan pakar guna memperoleh

pengetahuan pakar. (Turban, 1995), (Muhammad Arhami, konsep dasar sistem

pakar)

Komponen-komponen yang terdapat dalam sistem pakar dapat di lihat dalam

gambar berikut ini :

LINGKUNGANKONSULTASI LINGKUNGANPENGEMBANGAN

Fakta Tentang Kejadian tertentu

Akuisisi

pengetahuan

Gambar 2.1 Struktur Sistem Pakar (Muhammad Arhami, konsep dasar sistem pakar)

2.4 Antar Muka Pengguna (User Interface)

User Interface merupakan mekanisme yang digunakan oleh pengguna dan

sistem pakar untuk berkomunikasi. Antarmuka menerima informasi dari pemakai dan

mengubahnya kedalam bentuk yang dapat diterima oleh sistem. Selain itu antarmuka

menerima informasi dari sistem dan menyajikannya ke dalam bentuk yang dapat

dimengerti oleh pemakai. (Muhammad Arhami, konsep dasar sistem pakar)

2.5 Basis Pengetahuan

Basis pengetahuan mengandung pengetahuan untuk pemahaman,

formulasi, dan penyelesaian masalah. Komponen sistem pakar ini disusun atas dua

elemen dasar, yaitu :

Pemakai

Antar Muka

Fasilitas Penjelasan

Mesin Inferensi

Aksi Yang Direkomendasikan

Workplace Perbaikan

Pengetahuan

Basis Pengetahuan : Fakta dan Aturan

Knowledge Engineer

Pakar

a. Fakta, fakta merupakan informasi tentang obyek dalam area permasalahan

tertentu

b. Aturan, aturan merupakan informasi tentang bagaimana memperoleh fakta baru

dari fakta yang telah diketahui.

2.6 Fasilitas Penjelasan

Fasilitas penjelasan berguna dalam memberikan penjelasan kepada

pengguna mengapa komputer meminta suatu informasi tertentu dari pengguna dan

dasar apa yang digunakan komputer sehingga dapat menyimpulkan suatu kondisi.

Ada 4 tipe penjelasan yang digunakan dalam sistem pakar, yaitu (Schnupp, 1989) :

1. Penjelasan mengenai jejak aturan yang menunjukkan status konsultasi.

2. Penjelasan mengenai bagaimana sebuah keputusan diperoleh.

3. Penjelasan mengapa sistem menanyakan suatu pertanyaan.

4. Penjelasan mengapa sistem tidak memberikan keputusan seperti yang

dikehendaki pengguna.

2.7 Perbaikan Pengetahuan

Pakar memiliki kemampuan untuk menganalisis dan meningkatkan kinerja

serta kemampuan untuk belajar dari kinerjanya. Kemampuan tersebut penting dalam

pembelajaran terkomputerisasi, sehingga program akan mampu menganalisis

penyebab kesuksesan dan kegagalan yang dialami. (Muhammad Arhami, konsep

dasar sistem pakar)

2.8 Mesin Inferensi

Komponen ini mengandung mekanisme pola pikir dan penalaran yang

digunakan oleh pakar dalam menyelesaikan suatu masalah. Mesin inferensi adalah

program komputer yang memberikan metologi untuk penalaran tentang informasi

yang ada dalam basis pengetahuan dan dalam workplace, dan untuk

memformulasikan kesimpulan (Turban,1995).

Terdapat dua pendekatan untuk mengontrol inferensi dalam sistem pakar

berbasis aturan, yaitu pelacakan kebelakang (backward chaining) dan pelacakan ke

depan (forward chaining).

a. Runut Balik (Backward Chaining)

Runut balik adalah pendekatan yang dimotori tujuan, dalam pendekatan ini

runut balik di mulai dari tujuan, selanjutnya dicari aturan yang memiliki tujuan

tersebut untuk kesimpulannya. Selanjutnya proses pelacakan menggunakan

premis untuk aturan tersebut sebagai tujuan baru dan mencari aturan lain

dengan tujuan baru sebagai kesimpulannya.

Gambar 2.2 Proses Backward Chaining (Muhammad Arhami, konsep dasar sistem

pakar)

b. Runut Maju (forward Chaining)

Runut maju adalah pendekatan yang dimotori data, dalam pendekatan ini

pelacakan dimulai dari informasi masukan, dan selanjutnya mencoba

menggambarkan kesimpulan.

Observasi A aturan R1 fakta C

Aturan R3

Observasi B aturan R2 fakta D tujuan 1

(kesimpulan)

Aturan R2

Gambar 2.3 Proses forward chaining (Muhammad Arhami, konsep dasar sistem

pakar)

pencernaan manusia ini menggunakan dua metode inferensi, yaitu runut balik

(backward chaining). Forward chaining digunakan untuk menguji fakta –fakta yang

dimasukkan pengguna dengan aturan yang telah disimpan dalam sistem satu demi

satu hingga dapat diambil suatu kesimpulan. Jika fakta yang pertama bernilai benar,

maka dilakukan pencarian ke fakta berikutnya pada rule yang sama, tetapi jika ada

fakta yang bernilai salah, maka dilakukan pencarian ke rule yang lain, dimana rule

yang dicari adalah rule yang mempunyai fakta bernilai benar yang sama pada rule

sebelumnya.

2.9 Representasi Pengetahuan

Representasi pengetahuan adalah merupakan kombinasi sistem

berdasarkan dua elemen, yaitu struktur data dan penafsiran prosedur untuk

digunakan pengetahuan dalam menyimpan struktur data. Hal ini penting untuk

merealisasikan kedua elemen tersebut dan dalam sistem representasi pengetahuan

adalah suatu hal yang perlu. Struktur data tanpa penafsiran prosedur adalah seperti

menggunakan kamus tanpa program pengecekannya. (Muhammad Arhami 2005,

Konsep Dasar Sistem Pakar)

Observasi A aturan R1 fakta C

Kesimpulan 1

Aturan 1

Observasi B aturan R2 fakta D

Kesimpulan 2

Aturan 2

Fakta E

Representasi pengetahuan merupakan metode yang digunakan untuk

mengkodekan pengetahuan dalam sebuah sistem pakar yang berbasis

pengetahuan. Perepresentasian dimaksudkan untuk menangkap sifat-sifat penting

problema dan membuat informasi itu dapat diakses oleh prosedur pemecahan

problema.

2.10 Akuisisi Pengetahuan (knowledge Acquisition)

Akuisisi pengetahuan adalah akumulasi, transfer dan trasnformasi keahlian

dalam menyelesaikan masalah dari sumber pengetahuan ke dalam program

komputer. Dalam tahap ini knowledge enginerr berusaha menyerap pengetahuan

untuk selanjutnya ditrasnfer ke dalam basis pengetahuan. Pengetahuan diperoleh

dari pakar, dilengkapi dengan buku, basis data, laporan penelitian dan pengalaman

pemakai.

BAB III

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

3.1 Analisis Sistem

Tahap analisis merupakan tahap yang kritis dan sangat penting. Karena

kesalahan pada tahap ini akan menyebabkan kesalahan pada tahap selanjutnya.

Analisis bertujuan untuk mendapatkan pemahaman keseluruhan tentang sistem yang

akan kita dikembangkan berdasarkan masukan dari calon pengguna dan beberapa

pihak yang berkepentingan.

Dalam tahap analisis langkah yang pertama harus dilakukan adalah

mengidentifikasi masalah. Masalah-masalah yang ada merupakan suatu kelemahan,

sehingga menghambat pencapaian tujuan. Dari kelemahan sistem yang ada harus

ditindak lanjuti untuk ditemukan dan dicari pemecahannya agar sistem dapat berjalan

dengan baik guna mencapai tujuan sistem.

3.1.1 Analisis Masalah

Masalah diagnosa penyakit pada sistem pencernaan manusia dapat

dimasukkan dalam salah satu cabang ilmu artificial intelligence, yaitu sistem pakar.

Pada permasalahan ini, pemecahan masalah tersebut dapat dilakukan dengan

mengembangkan sistem yang dapat berperan sebagai dokter. Dengan kata lain

terjadi pemindahan atau proses pengolahan informasi yang bersifat heuristic yang

artinya membangun dan mengoperasikan basis pengetahuan dari seorang pakar ke

sebuah sistem komputer.

Maka proses penarikan kesimpulan dalam mencari solusi terbaik terhadap

penyakit tersebut dapat dilakukan. Penyakit pada sistem pencernaan manusia

banyak macamnya. Oleh karena itu diharapkan pengembangan sistem pakar ini

dapat membantu pakar atau pemakai untuk bisa mendiagnosa penyakit khususnya

pada sistem pencernaan manusia dengan lebih cepat dan tepat. Dari uraian

tersebut, maka berdasarkan kategori bidang yang sesuai untuk diselesaikan

dengan pendekatan sistem pakar termasuk dalam jenis diagnosa, yaitu mengamati

gejala atau tingkahlaku dan memberi kesimpulan penyakit.

Pada proses ini, sistem akan memberikan daftar berupa fakta-fakta yang

telah disimpan dalam sistem berupa basis pengetahuan. User (pengguna) akan

memilih gejala-gejalanya kemudian akan diproses oleh sistem sehingga

menghasilkan kesimpulan tentang penyakit yang diderita oleh pasien. Sistem ini

memberikan sarana penatalaksanaan dan pencegahan yang bisa dilakukan agar

sistem pencernaan manusia terhindar dari penyakit.

pencernaan manusia ini menggunakan dua metode inferensi, yaitu runut balik

(backward chaining). Forward chaining digunakan untuk menguji fakta –fakta yang

dimasukkan pengguna dengan aturan yang telah disimpan dalam sistem satu demi

satu hingga dapat diambil suatu kesimpulan. Jika fakta yang pertama bernilai benar,

maka dilakukan pencarian ke fakta berikutnya pada rule yang sama, tetapi jika ada

fakta yang bernilai salah, maka dilakukan pencarian ke rule yang lain, dimana rule

yang dicari adalah rule yang mempunyai fakta bernilai benar yang sama pada rule

sebelumnya.

3.1.2 Representasi Pengetahuan

Sistem pakar untuk membantu mendiagnosa penyakit pada sistem

pencernaan manusia ini membutuhkan basis pengetahuan dan mesin inferensi

untuk mendiagnosa penyakit. Basis pengetahuan ini berisi fakta-fakta yang

dibutuhkan oleh sistem, sedangkan mesin inferensi digunakan untuk

menganalisa fakta-fakta yang dibutuhkan oleh sistem, sedangkan mesin

inferensi digunakan untuk menganalisa fakta-fakta yang dimasukkan pengguna

sampai dapat ditentukan suatu kesimpulan.

BAB IV

IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN

4.1 Implementasi

Implementasi program aplikasi sistem pakar untuk mendiagnosa penyakit sistem

pencernaan manusia merupakan tahap paling penting pada sistem yang sudah dirancang, di

implementasikan untuk menghasilkan sistem yang sesuai dengan yang diinginkan dan siap

dioperasikan pada keadaan yang sebenarnya. Dari hal ini dapat diketahui apakah sistem yang

dihasilkan sesuai dengan tujuan yang diinginkan atau tidak.

Tahapan perancangan aplikasi telah dikerjakan. Mulai dari rancangan sistem,

rancangan input output, rancangan sistem, rancangan database dan juga rancangan antar

muka pengguna (user interface). Semua rancangan ini digunakan untuk mempermudah dalam

penjabaran sistem ke dalam bahasa pemrograman.

4.2 Pengujian

4.2.1 Uji Coba Program

Pengujian terhadap sebuah system secara umum bisa dilakukan dengan

berbagai macam pendekatan, diantaranya adalah metode white box testing dan

black box testing.

4.2.2 White Box Testing

Pengujian white box adalah metode desain test case yang menggunakan

struktur control desain secara procedural untuk memperoleh test case. Testing

dimaksudkan untuk meramalkan cara kerja perangkat lunak secara rinci. Karenanya

logical part (jalur logika) perangkat lunak akan dites dengan menyediakan test case

yang akan mengerjakan kumpulan kondisi atau pengulangan secara fisik.

Selain berfungsi sebagaimana dijabarkan diatas, pengujian white box juga

dilakukan untuk mengetahui kesalahan-kesalahan yang tidak bisa dihandle oleh

system (tidak ada validasi / pesan eror dari program), atau keanehan-keanehan yang

terjadi pada hasil (out put) dari suatu proses dalam program. Kesalahan atau

keanehan tersebut bisa disebabkan oleh kesalahan dalam logika program, syntax

atau code program, dimana kesalahan tersebut hanya programmer saja yang

mengetahuinya. Pengguna hanya akan mengetahui output yang dihasilkan berbeda

dengan yang diharapkan. Berikut contoh pengujian white box atas terjadinya

kesalahan dalam program.

‘cari penyakit yang sesuai dengan gejala terpilih

For i = 0 To ListView2.ListItems.Count

With ListView2.ListItems.Item(i)

conn.Execute (“insert into tmp select a.kd_gejala,b.kd_penyakit,b.probabilitas “

_

& “,a.probabilitas as prob_gejala from aturan_gejala a,aturan b where

a.kd_aturan=” _

& “b.kd_aturan and a.kd_gejala=’” & .Text & “’”)

End With

Next i

Dari script diatas terdapat kesalahan logika perulangan dimana perulangannya

harusnya diawali dari angka 1 bukan 0.

4.2.3 Kesalahan Syntax

Kesalahan yang paling sering ditemukan pada saat membuat program

adalah kesalahan sintaks atau syntax error, dimana perintah atau statement yang

diketikkan menyalahi aturan pengkodean. Berikut ini adalah gambar yang

menampilkan adanya kesalahan syntax yang terjadi kesalahan penulisan kode

program.

Gambar 4.18 Kesalahan Syntax

4.2.4 Kesalahan Logika

Kesalahan logika atau logical error merupakan jenis kesalahan yang cukup

sulit untuk ditemukan penyebabnya. Karena aplikasi yang mengandung logical error

berjalan tanpa pesan kesalahan, tetapi mengeluarkan hasil yang tidah diharapkan.

Logical error dapat diperbaiki dengan memeriksa alur program. Berikut ini potongan

scrip dari fungus tambah data dari form pengobatan :

conn.Execute ("INSERT INTO pengobatan(kd_pengobatan,pengobatan) VALUES('"

& Trim(XPText2.Text) & "'," _

& "'" & Trim(XPText1.Text) & "')")

Dari script diatas terdapat kesalahan dalam penginputan, seharusnya

kd_pengobatan diisi dengan XPText1 bukan XPText2.

4.2.5 Black Box Testing

Pengujian black box berfokus pada persyaratan fungsional perangkat lunak.

Test case ini bertujuan untuk menunjukkan fungsi perangkat lunak tentang cara

beroperasinya. Apakah pemasukan data telah berjalan sebagaimana yang

diharapkan dan apakah informasi yang tersimpan dapat dijaga tingkat

kemuthakhirannya.

Dengan demikian, pengujian black box memungkinkan perekayasaan

perangkat lunak mendapatkan serangkaian kondisi input yang sepenuhnya

menggunakan persyaratan fungsional untuk semua program. Pengujian black box

berusaha menemukan kesalahan dalam beberapa hal yaitu :

a. Fungsi-fungsi yang tidak benar atau hilang

b. Kesalahan interface

c. Kesalahan kinerja, inisialisasi dan kesalahan terminal

Berikut ini table yang menggambarkan metode pengujian black box pada

beberapa form interface. Pengujian ini hanya dilakukan pada beberapa form dengan

input atau kondisi tertentu, seperti form login pakar, dan form input data penyakit.

Pengujian ini tidak membahas keseluruhan sistem yang ada.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dengan diselesaikannya pembuatan aplikasi system pakar untuk mendiagnosa

system pencernaan manusia ini, penulis dapat menyimpulkan bahwa :

1. Dengan pembuatan aplikasi ini masalah kekurangan tenaga pakar dapat diatasi,

dengan aplikasi system pakar ini user diharapkan dapat berinteraksi dengan system

ini seperti halnya ketika berinteraksi dengan pakar.

2. Kompleksnya permasalahan yang timbul dalam diagnose dalam penyakit sistem

pencernaan manusia, bisa ditangani dengan sistem pakar.

3. Mampu member informasi kepada user mengenai penyakit system pencernaan

manusia melalui gejala-gejala yang diinputkan user ke system sesuai dengan kondisi

yang sedang dialaminya,

4. Dengan adanya pembatasan hak akses yang diterapkan pada sistem, proses untuk

pengolahan basis pengetahuan dan basis aturan hanya dapat dilakukan oleh pakar.

5.2 Saran

Berdasarkan evaluasi terhadap proses dan hasil dari system ini, maka saran-saran

untuk mengembangkan selanjutnya dalam bidang ini antara lain :

1. Menggunakan metode lain dalam menyelesaikan tingkat kepercayaan bisa menjadi

alternative perbandingan untuk mengetahui metode mana yang paling mendekati

kenyataan tingkat kebenaran.

2. Untuk membuat pengguna tidak cepat bosan, maka perlu ditambahkan fasilitas

multimedia dalam system pakar tersebut.

3. Untuk pengembangan selanjutnya, dapat melengkapi data-data tentang penyakit

system pencernaan manusia dengan gambar untuk memperjelas informasi.

Aplikasi system pencernaan manusia yang dibuat masih jauh dari sempurna. Karena

seiring dengan bertambahnya pengetahuan seseorang pakar dan berkembangnya gejala

penyakit yang di timbulkan oleh suatu penyakit, oleh karena itu diharapkan perbaikan dan

pengembangan yang lebih baik kedepannya nanti.

DAFTAR PUSTAKA

Arhami, Muhammad, 2005, Konsep Dasar Sistem Pakar, Andi Offset, Yogyakarta.

Fitri, idatul, 2009, Mini Ensiklopedi Sistem Pencernaan, Garailmu, Yogyakarta.

Kusrini, M. Kom, 2008, Aplikasi Sistem Pakar, Andi Offset, Yogyakarta.

Kusrini, S. Kom, 2006, Sistem Pakar Teori dan Aplikasi, Andi Offset, Yogyakarta.

Nursing, 2008, Memahami Berbagai Macam Penyakit, Indeks, Jakarta Barat.

Prof. Dr. Sunarto, Sp.Ak, 2008, Diagnosis Klinis Awal Dari Masalah Menuju Diagnosis,

Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta

Sari Iswanti & Sri Hartati, 2008. Sistem Pakar Dan Pengembangannya, Graha Ilmu,

Yogyakarta.

Sadeli, Muhammad, 2010, 46 Trik Tersembunyi Access, Maxikom, Palembang.

Tutik Rahayuningsih, Deden Dermawan, 2010, Keperawatan Medikal Bedah, Gosyen

Publishing, Yogyakarta.

2009, Pengembangan Sistem Pakar Menggunakan Visual Basic, Andi Offset, Yogyakarta.