SEMIOTIK UAS

  • Upload
    indhanp

  • View
    423

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

UJIAN AKHIR SEMESTER SEMIOTIKAANALISIS IKLAN ICE CREAM MAGNUM DENGAN TEORI SEMIOTIKA ROLAND BARTHES

Disusun Oleh: Ihdina Binnur Indah Ayu F Indha Novita P Indhy Novita P 0811220016 0811223026 0811223106 0811223027

Jeanyse Therwina A 0811220102

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2012

ANALISIS IKLAN ICE CREAM MAGNUM

TEORI ROLAND BARTHES Dalam teorinya, Barthes mengembangkan semiotika menjadi 2 tingkatan pertandaan,

yaitu tingkat denotasi dan konotasi. Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda pada realitas, menghasilkan makna eksplisit, langsung, dan pasti. Konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda yang di dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung, dan tidak pasti. Roland Barthes adalah penerus pemikiran Saussure. Saussure tertarik pada cara kompleks pembentukan kalimat dan cara bentuk-bentuk kalimat menentukan makna, tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja menyampaikan makna yang berbeda pada orang yang berbeda situasinya. Roland Barthes meneruskan pemikiran tersebut dengan menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya. Gagasan Barthes ini dikenal dengan order of signification, mencakup denotasi (makna sebenarnya sesuai kamus) dan konotasi (makna ganda yang lahir dari pengalaman kultural dan personal). Di sinilah titik

perbedaan Saussure dan Barthes meskipun Barthes tetap mempergunakan istilah signifiersignified yang diusung Saussure. Barthes juga melihat aspek lain dari penandaan yaitu mitos yang menandai suatu masyarakat. Mitos menurut Barthes terletak pada tingkat kedua penandaan, jadi setelah terbentuk sistem sign-signifier-signified, tanda tersebut akan menjadi penanda baru yang kemudian memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru. Jadi, ketika suatu tanda yang memiliki makna konotasi kemudian berkembang menjadi makna denotasi, maka makna denotasi tersebut akan menjadi mitos. Mitos oleh karenanya bukanlah tanda yang tak berdosa, netral; melainkan menjadi penanda untuk memainkan pesan-pesan tertentu yang boleh jadi berbeda sama sekali dengan makna asalnya. meskipun demikian, kandungan makna mitologis tidaklah dinilai sebagai sesuatu yang salah (mitos diperlawankan dengan kebenaran); cukuplah dikatakan bahwa praktik penandaan seringkali memproduksi mitos. Produksi mitos dalam teks membantu pembaca untuk menggambarkan situasi sosial budaya, mungkin juga politik yang ada disekelilingnya. Bagaimanapun mitos juga mempunyai dimensi tambahan yang disebut naturalisasi. Melaluinya sistem makna menjadi masuk akal dan diterima apa adanya pada suatu masa, dan mungkin tidak untuk masa yang lain. Pemikiran Barthes tentang mitos nampaknya masih melanjutkan apa yang diandaikan Saussure tentang hubungan bahasa dan makna atau antara penanda dan petanda. Tetapi yang dilakukan Barthes sesungguhnya melampaui apa yang lakukan Saussure. Bagi Barthes, mitos bermain pada wilayah pertandaan tingkat kedua atau pada tingkat konotasi bahasa. Jika Sauusure mengatakan bahwa makna adalah apa yang didenotasikan oleh tanda, Barthes menambah pengertian ini menjadi makna pada tingkat konotasi. Konotasi bagi Barthes justru mendenotasikan sesuatu hal yang ia nyatakan sebagai mitos, dan mitos ini mempunyai konotasi terhadap ideologi tertentu. Tanda konotatif tidak hanya memiliki makna tambahan, namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya. Tambahan ini merupakan sumbangan Barthes yang amat berharga atas penyempurnaannya terhadap semiologi Sausure, yang hanya berhenti pada penandaan pada lapis pertama atau pada tataran denotatif semata. Dengan membuka wilayah pemaknaan konotatif ini, pembaca teks dapat memahami penggunaan gaya bahasa kiasan dan metafora yang itu tidak mungkin dapat dilakukan pada level denotatif. Lebih

dari itu, di samping gagasannya dapat dimanfaatkan untuk menganalisis media, semiotika konotasi ala Barthesian ini memungkinkan penggunaannya untuk wilayah-wilayah lain seperti pembacaan terhadap karya sastra dan fenomena budaya kontemporer atau budaya pop. Bahkan dalam pandangan Ritzer, Barthes adalah pengembang utama ide-ide Saussure pada semua aspek kehidupan sosial. Bagi Barthes, semiologi bertujuan untuk memahami sistem tanda, apapun substansi dan limitnya, sehingga seluruh fenomena sosial yang ada dapat ditafsirkan sebagai tanda alias layak dianggap sebagai sebuah lingkaran linguistik. Penanda-penanda konotasi, yang dapat disebut sebagai konotator, terbentuk dari tandatanda (kesatuan penanda dan petanda) dari sistem yang bersangkutan. Beberapa tanda boleh jadi secara berkelompok membentuk sebuah konotator tunggal, asalkan yang disebut terakhir tadi memiliki sebuah petanda konotator tunggal. Dengan kata lain, satuan-satuan dari sistem terkonotasi tidak mesti memiliki ukuran yang sama dengan sistem yang tertandakan: fragmenfragmen besar dari diskursus yang bersangkutan dapat membentuk sebuah satuan sistem terkonotasi tunggal. Sebagai contoh, misalnya, dengan melihat suatu teks, yang tersusun dari sejumlah banyak kata, namun makna umum dari itu merujuk pada sebuah petanda tunggal). Bagaimanapun caranya ia dapat menutup pesan yang ditunjukkan, konotasi tidak menghabiskannya: selalu saja tertinggal sesuatu yang tertunjukkan (jika tidak diskursus menjadi tidak mungkin sama sekali) dan konotator-konotator selalu berada dalam analisa tandatanda yang diskontinyu dan tercerai-berai, dinaturalisasi oleh bahasa yang membawanya. Sedangkan untuk petanda konotasi, karakternya umum, global dan tersebar sekaligus menghasilkan fragmen ideologis. Berbagai petanda ini memiliki suatu komunikasi yang amat dekat dengan budaya, pengetahuan, sejarah, dan melalui merekalah, demikian dikatakan, dunia yang melingkunginya menginvasi sistem tersebut. Kita dapat katakan bahwa ideologi adalah suatu form penanda-penanda konotasi, sementara gaya bahasa, majas atau metafora adalah elemen bentuk (form) dari konotator-konotator. Singkatnya, konotasi merupakan aspek bentuk dari tanda, sedangkan mitos adalah muatannya. Penggunaan tanda satu persatu dapat mengurangi kecenderungan anarkis penciptaan makna yang tak berkesudahan, di sisi lain, namun keanekaragaman budaya dan perubahan terus-menerus membentuk wilayah petanda konotatif yang bersifat global dan tersebar. Ideologi, secara semiotis, adalah penggunaan makna-makna konotasi tersebut di masyarakat alias makna pada makna tingkat ketiga.

Secara sekilas skema Barthes mengisyaratkan bahwasanya tak ada satu pun aktivitas penggunaan tanda yang bukan ideologi, namun sebenarnya tidak seperti itu. Ideologi, pada hakikatnya, adalah suatu sistem kepercayaan yang dibuat-buat, suatu kesadaran semu yang kemudian mengajak (interpellation) kepada individu-individu untuk menggunakannya sebagai suatu bahasa sehingga membentuk orientasi sosialnya dan kemudian berperilaku selaras dengan ideologi tersebut. Apa yang sebenarnya ditunjuknya adalah sebuah himpunan relasirelasi yang ada, tidak seperti suatu konsep ilmiah, ia tidak menyediakan sebuah alat untuk mengetahuinya. Dalam suatu cara khusus (ideologis), ia menunjukkan beberapa eksistensi, namun tidak memberikan kita esensinya. Beroperasinya ideologi melalui semiotika mitos ini dapat ditengarai melalui asosiasi yang melekat dalam bahasa konotatif. Barthes mengatakan penggunaan konotasi dalam teks ini sebagai: penciptaan mitos. Ada banyak mitos yang diciptakan media di sekitar kita, misalnya mitos tentang kecantikan, kejantanan, pembagian peran domestik versus peran publik dan banyak lagi. Mitos ini bermain dalam tingkat bahasa yang oleh Barthes disebutnya adibahasa (meta-language). Penanda konotatif menyodorkan makna tambahan, namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya. Dibukanya medan pemaknaan konotatif ini memungkinkan pembaca memakanai bahasa metafor atau majazi yang makanya hanya dapat dipahami pada tataran konotatif. Dalam mitos, hubungan antara penanda dan petanda terjadi secara termotivasi. Pada level denotasi, sebuah penanda tidak menampilkan makna (petanda) yang termotivasi. Motivasi makna justru berlangsung pada level konotasi. Barthes menyatakan bahwa mitos merupakan sistem komunikasi juga, karena mitos ini toh merupakan sebuah pesan juga. Ia menyatakan mitos sebagai modus pertandaan, sebuah bentuk, sebuah tipe wicara yang dibawa melalui wacana. Mitos tidaklah dapat digambarkan melalui obyek pesannya, melainkan melalui cara pesan tersebut disampaikan. Apapun dapat menjadi mitos, tergantung dari caranya ditekstualisasikan. Dalam narasi berita, pembaca dapat memaknai mitos ini melalui konotasi yang dimainkan oleh narasi. Pembaca yang jeli dapat menemukan adanya asosiasi-asosiasi terhadap apa dan siapa yang sedang dibicarakan sehingga terjadi pelipatgandaan makna. Penanda bahasa konotatif membantu untuk menyodorkan makna baru yang melampaui makna asalnya atau dari makna denotasinya. Sering dikatakan bahwa ideologi bersembunyi di balik mitos. Ungkapan ini ada benarnya, suatu mitos menyajikan serangkaian kepercayaan mendasar yang terpendam dalam

ketidaksadaran representator. Ketidaksadaran adalah sebentuk kerja ideologis yang memainkan peran dalam tiap representasi. Mungkin ini bernada paradoks, karena suatu tekstualisasi tentu dilakukan secara sadar, yang dibarengi dengan ketidaksadaran tentang adanya sebuah dunia lain yang sifatnya lebih imaginer. Sebagaimana halnya mitos, ideologi pun tidak selalu berwajah tunggal. Ada banyak mitos, ada banyak ideologi; kehadirannya tidak selalu kontintu di dalam teks. Mekanisme kerja mitos dalam suatu ideologi adalah apa yang disebut Barthes sebagai naturalisasi sejarah. Suatu mitos akan menampilkan gambaran dunia yang seolah terberi begitu saja alias alamiah. Nilai ideologis dari mitos muncul ketika mitos tersebut menyediakan fungsinya untuk mengungkap dan membenarkan nilai-nilai dominan yang ada dalam masyarakat. Ideologi berbeda dengan konsep sains, dan lebih berbeda lagi dengan kesadaran iluminatif. Kesadaran iluminatif berada pada tingkat kesadaran diri yang merembes dari pengertian sesorang akan nilai kegamaan melalui kitab suci (nilai batiniah), sementara kesadaran ideologis dalam term Barthes berada pada tingkat kesadaran psikis, atau lebih tepatnya lagi di wilayah ego yang merupakan sistem representasi berupa image yang mengkonstruksi kesadaran yang sifatnya semu. Artikulasi mendasar dari proses ideologis tidak dari proyeksi kesadaran yang teralienasi ke dalam berbagai superstruktur, namun dalam generalisasi pada seluruh tingkatan dari suatu kode struktural. Maka ideologi bukanlah suatu tipuan misterius dari kesadaran; ia adalah suatu logika sosial yang disubstitusikan untuk lainnya (dan yang menyelesaikan kontradiksi yang sebelumnya), sehingga mengubah definisi dari nilai itu sendiri. Ideologi bekerja ibarat sihir dari kode yang membentuk dasar dominasi. Teori Barthes tentang mitos/ideologi memungkinkan seoarng pembaca atau analis untuk mengkaji ideologi secara sinkronik maupun diakronik. Secara sinkronik, makna terantuk pada suatu titik sejarah dan seolah berhenti di situ, oleh karenanya penggalian pola-pola tersembunyi yang menyertai teks menjadi lebih mungkin dilakukan. Pola tersembunyi ini boleh jadi berupa pola oposisi, atau semacam skema pikir pelaku bahasa dalam representasi. Sementara secara diakronik analisis Barthes memungkinkan untuk melihat kapan, di mana dan dalam lingkungan apa sebuah sistem mitis digunakan. Mitos yang dipilih dapat diadopsi dari masa lampau yang sudah jauh dari dunia pembaca, namun juga dapat dilihat dari mitos kemarin sore yang akan menjadi founding prospective history. Media seringkali berperilaku seperti itu, mereka merepresentasikan, kalau bukan malah menciptakan mitos-mitos baru yang kini hadir di tengah masyarakat. Untuk yang terakhir ini, penulis berkecenderungan untuk mengatakan bahwa media

melakukan proses mitologisasi, dunia kita sehari-hari digambarkan dalam cara yang penuh makna dan dibuat sebuah pemahaman yang generik bahwa memang begitulah seharusnya dunia. Iklan, berita, fesyen, pertunjukan selebritas adalah dunia kecil yang akrab kita jumpai dan menjadi ikon dari dunia besar: mitos dan ideologi di baliknya. Pemikiran Barthes tentang ideologi seringkali bersinggungan dengan pemikiran Althusser, dan keduanya memang terlihat saling melengkapi. Rupanya Barthes adalah salah seorang mahasiswa Althusser. Kedua orang yang berbeda generasi itu mempunyai minat yang sama: ideologi. Baik Althusser maupun Barthes sepakat bahwa ideologi menjadi tempat di mana orang mengalami subyektivitasnya. Hanya saja, Barthes telah menerapkan teori subyektivitas yang berada di luar jangkauan analisis Althusser. Barthes dapat menjangkau teori subyektivitas melalui konsepnya tentang sistem mitis, di mana dia dapat menjelaskan konsepnya secara lebih skematik. Dan boleh jadi Barthes akan menjadi lebih akrab dengan kita karena apa yang diambilnya seringkali berasal dari dunia yang amat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Ideologi menjadi persoalan konsumsi, secara tidak sadar kita melahapnya dalam persoalan keseharian, dan konsumsi pun menjadi bermakna ideologis. Ini yang membedakannya dengan Althusser yang terpancang pada Marxisme klasik dalam melihat hubungan antara negara dan masyarakat sipil, sehingga dalam kerangka kerja Althusser, analisis Barthes mungkin berada di luar jangkauan Althusser tentang ideologi. Barthes tidak seperti itu, apa yang dilihatnya seringkali kita rasakan sebagai sesuatu yang remeh-temeh, justru dapat dimaknai dengan begitu mendalam. Pencarian makna oleh pembaca tidak mandeg, karena selalu saja ada hal-hal baru yang akan muncul dan bermakna. Barthes sesungguhnya hanya memberi tongkat kecil bagi seorang yang rabun untuk dapat menyusuri jalan yang tak rata dan berlobang. Dan kita acapkali menjadi orang rabun itu.

IKLAN MAGNUM CLASSIC FOR PLEASURE SEEKERS Dalam iklan ini digambarkan situasi kemacetan lalu lintas, untuk mengusir kebosanan

seorang wanita keluar dari mobilnya lalu berjalan diatas atap semua mobil yang ada hingga ia menemukan mobil box Ice Cream Magnum, dan memakannya. Semua orang pun juga ikut keluar dari dalam mobil untuk makan Ice cream Magnum tersebut. Dengan mengangkat slogan baru yaitu For Pleasure Seekers seorang wanita ini menggambarkan bahwa ia seorang yang

mencari kesenangan dengan salah satunya mengusir kebosanan dengan makan ice cream tersebut.

SEJARAH ICE CREAM Es Cream merupakan salah satu makanan yang sering dijadikan desert, namun enak

dinikmati kapan saja, terutama saat cuaca panas. Camilan yang memiliki tekstur lembut dengan panduan rasa yang manis ini ternyata sudah diminati sejak zaman Romawi. Es cream adalah sebuah makanan beku yang dibuat dari produk dairy seperti krim (atau sejenisnya), digabungkan dengan perasa dan pemanis. Campuran ini didinginkan dengan mengaduk sambil mengurangi suhunya untuk mencegah pembentukan kristal es cream ke sebuah wadah, lalu dimasukkan ke dalam campuran es pecah dan garam. Garam membuat air cair dapat berada di bawah titik beku air murni, membuat wadah tersebut mendapat sentuhan merata dengan air dan es.

Banyak yang mungkin belum tahu kalau es cream telah dikenal sejak zaman Romawi, tepatnya tahun 400 sebelum Masehi. Namun jika ditilik lebih jauh, es cream sebenarnya sudah dinikmati orang dari zaman China kuno. Marco Polo bisa dibilang merupakan orang yg pertama kali memperkenalkan es cream kedaratan Eropa. Ketika kembali dari ekspedisinya yang terkenal, dia membawa serta es rasa buah, dan melaporkan bahwa orang-orang Asia sudah membuatnya selama ribuan tahun. Sekitar tahun 1500 Masehi, cita rasa es cream telah mengalami modifikasi dan banyak dikonsumsi bangsa Italia. Panganan lezat ini mulai populer di Prancis pada era 1.500-an. Pada

waktu itu panganan tersebut hanya bisa dinikmati oleh kaum bangsawan dan keluarga raja. Produksi es cream secara komersial bari mulai dilakukan pada abad ke-18. Pabrik es cream pertama didirikan di Baltimore, Maryland, Amerika Serikat, yang membawa es cream menjadi hidangan terpopuler di dunia pada 1851. Es cream cone memulai debutnya di Louisiana Purchase Exposition di St Louis, Missouri, pada 1904. Munculnya cone itu sendiri merupakan suatu ketidak sengajaan yang bermula dari habisnya piring para penjual es cream. Keadaan itu lantas dimanfaatkan oleh para pembuat waffle lipat yang menjual dagangannya kepada para penjual es cream. Sejak itu, ide tentang makan es cream menggunakan kue waffle lipat menjadi tren di sana.

SEJARAH COKLAT

Coklat merupakan santapan mewah yang tidak dikonsumsi secara sembarangan. Penduduk Amerika Tengah sudah menikmati minuman coklat lezat sejak lebih dari 3000 tahun lalu. Ini berarti setengah milenium lebih awal dari yang diperkirakan ilmuwan selama ini adalah tim arkeologi yang dipimpin John Henderson dari Cornell University yang memperlajari peninggalan keramik di Ulua Vallet dekat Honduras utara. Keramik ini diprediksikan sudah ada sejak 1100 sebelum masehi. Residu dari pot keramik itu mengandung bahan teobromin yang hanya ada dalam tanaman kakao, bahan dasar coklat, demikian menurut tim ini seperti yang dilansir Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS) awal pekan ini. Artinya, coklat pertama kali dinikmati manusia lebih awal 500 tahun dari yang pernah diduga. Model pot-

pot tersebut mengindikasikan bahwa kakao dihidangkan dalam seremonial penting untuk menandai pernikahan atau kelahiran. Kata coklat berasal dari xocoatl (bahasa suku Aztec) yang berarti minuman pahit. Suku Aztec dan Mayan di Mexico percaya bahwa Dewa Pertanian telah mengirimkan coklat yang berasal dari surga kepada mereka. Orang-orang Indian mexico menyebut kakao dengan nama chocolate yang berasal dari kata choco yang berarti busa (foam) dan atl yang berarti air. Pada tahun 1519, Hernanco Cortez mencicipi "Cacahuatt", minuman coklat yang disukai oleh Montezuma II, raja terakhir suku Aztec. Cortez memperhatikan bahwa orang-orang Aztec menganggap biji coklat ini sebagai harta yang tak ternilai. Kemudian, Cortez membawa biji coklat kembali ke Spanyol antara tahun 1502-1528 dan oleh orang-orang Spanyol minuman pahit tersebut dicampur gula sehingga rasanya lebih enak dimana minuman coklat dibuat, disajikan panas dengan tambahan pemanis. Resep tersebut dirahasiakan, dan hanya bangsawan saja dapat menikmatinya. Lama-kelamaan, rahasia tersebut terbuka dan kemasyuran minuman tersebut tersebar ke negara lain. Coklat kemudian menyebar ke Perancis, Belanda dan Inggris. Pada tahun 1765 didirikan pabrik coklat di Massachusetts AS. Pada tahun 2000, konsumsi produk coklat dunia diperkirakan mencapai 5 juta ton. Dalam perkembangannya coklat tidak hanya menjadi minuman tetapi juga menjadi snack yang disukai anak-anak, remaja, maupun orang dewasa. Menurut kepercayaan suku Mayan, coklat adalah makanan para dewa. Rasa asli biji coklat sebenarnya pahit akibat kandungan alkaloid, tetapi setelah melalui rekayasa proses dapat dihasilkan coklat sebagai makanan yang disukai oleh siapapun.

1. Analisis Coklat dan Wanita

Jika dilihat pada setiap iklan es cream MAGNUM, selalu menggunakan wanita sebagai model iklannya. Mengapa demikian? Es cream MAGNUM yang terkenal dengan kelembutan Belgian Chocolate ini berhasil membius semua kalangan, khususnya kalangan wanita. Karena coklat biasanya identik dengan wanita, sebab makanan yang memiliki rasa manis ini biasanya digemari oleh wanita. Mood wanita yang sering tidak menentu ini membuat wanita selalu ingin mengkonsumsi coklat. Coklat dipercaya mengandung anadamid dan phenylehtylamin, yang juga ada dalam ganja dan morpin yang dapat mempengaruhi pusat otak dan berhubungan dengan perasaan kesenangan. Tidak ada alasan untuk kuatir kecanduan, karena jumlah zat ini sangat sedikit untuk menyebabkan euforia (perasaan senang dan bahagia yang berlebihan). Coklat juga dapat merangsang sistem syaraf pusat dan pembuluh darah. Ini yang menyebabkan coklat mempunyai kemampuan menghilangkan keletihan dan kelelahan, mendorong produksi enzim sistem pencernaan, dan memperlancar saluran kencing. Para pecinta coklat umumnya kecanduan coklat karena timbulnya rasa relaks setelah mengkonsumsi hal itu dikarenakan oleh kadar serotonin otak dan dopamine. Selain itu, coklat juga dipercaya dapat menimbulkan gairah seks yang tinggi terhadap para wanita. Penelitian, yang dipresentasikan pada Masyarakat Eropa untuk Sexual Medicine di London, menemukan: Wanita yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi cokelat menunjukkan tingkat keinginan sex yang lebih tinggi dari wanita yang tidak memiliki ke biasaan mengkonsumsi coklat. Coklat dapat memiliki dampak fisiologis positif pada seksualitas wanita. Coklat tidak seperti makanan, melainkan seperti obat. Wanita yang menderita mood swings sebagai akibat dari siklus menstruasi mereka juga mungkin mengalami gangguan dalam fungsi seksual mereka dapat meningkatkan fungsi seksual tersebut dengan memakan coklat.

2. Analisis Kemasan Magnum

Kemasan produk merupakan suatu hal penting untuk dipertimbangkan oleh perusahaan, dimana kemasan dari produk yang baik dan menarik harus mampu menimbulkan keinginan konsumen untuk membeli suatu produk. Perusahaan harus mencari ide yang bagus mengenai bentuk kemasan atau design produk. Dimana produk yang dibuat perusahaan harus dapat menampilkan suatu ciri khas yang terletak pada kemasan produk agar dapat menarik perhatian konsumen. Manfaat kemasan pada mulanya hanya digunakan untuk melindungi dan membungkus produk. Tetapi, beberapa tahun terakhir ini peranan kemasan dalam pemasaran semakin meningkat dan mulai diakui sebagai kekuatan utama dalam persaingan pasar. Daya tarik kemasan adalah kunci yang menentukan dalam keputusan pembelian, karena apabila kemasan tersebut dapat menimbulkan sugesti yang postif maka dapat menimbulkan minat pembeli. Oleh karena itu, akhir-akhir ini banyak perusahan yang menginovasi produk mereka. Perusahaan Walls sebagai salah satu produsen es krim melakukan peluncuran kembali produk lamanya Magnum. Dalam hal ini Walls melakukan perubahan dalam pemilihan font pada kemasan. Magnum yang lama menggunakan font yang terkesan kuat dan kaku, sedang yang sekarang memiliki kesan mewah. Selain itu pemilihan font warna putih dengan outline coklat dengan kemasan polos membuat kesan kuat pada kemasan terdahulu, sedangkan font warna emas dengan pemberian motif logo M yang seperti muncul dalam lelehan coklat membuat kesan mewah tersendiri. Oleh sebab itu, Magnum banyak dicari dan membuat kesan Keren Kalau Makan Magnum. Dalam iklan Magnum selalu memakai peran seorang wanita, karena coklat identik dengan seorang wanita yang sangat menyukai coklat dibandingkan dengan pria. Wanita cenderung lebih sering mengkonsumsi makan coklat ketika stress, sedih ataupun dalam keadaan santai. Mitos: Coklat penghilang rasa stress Sebuah uji klinis yang diterbitkan secara online dalam Journal ACS 'Proteome Research menemukan bahwa makan sekitar satu ons setengah coklat hitam sehari selama dua minggu mengurangi tingkat hormon stres pada orang yang merasa sangat stres. Mereka menemukan bahwa dark chocolate juga sebagian dikoreksi lainnya yang terkait dengan stres ketidakseimbangan biokimia. Makan cokelat juga dapat membantu menstabilkan kadar gula darah dan meningkatkan kadar hormon dopamin sehingga memunculkan rasa bahagia. Selain itu,

cokelat juga bisa mengembalikan mood, menambah stamina, dan meningkatkan kemampuan berkonsentrasi

Makna Warna Coklat pada kemasan Magnum: Merupakan warna netral yang natural, hangat, membumi dan stabil, menghadirkan kenyamanan, memberi kesan anggun dan elegan. Dapat memberi keyakinan dan rasa aman, warna yang akrab dan menenangkan, bisa mendorong komitmen, namun bisa menjadi berat dan kaku bila terlalu banyak. Melambangkan kekuatan, energi, kehangatan, cinta,Tanah/Bumi, Reliability, Comfort, Daya Tahan. kalau di indonesia, kayanya warna coklat lebih dikenal sebagai warna netral. Karena bisa masuk apa aja ya.. kemasan makanan di Amerika sering memakai warna coklat dan sangat sukses di pasaran, sama halnya dengan eskrim magnum, kemasan eskrim ini berwana coklat sehingga memberikan daya tarik tersendiri bagi pembelinya.

Makna Warna Emas pada kemasan magnum: Dalam kemasan es krim magnum ini terdapat dua warna. Warna coklat dan warna emas. Warna emas disini bisa melambangkan sebuah keeleganan. Disini warna emas memiliki sisi positif dan negatif. positif : kekayaan, kemakmuran, berharga, tradisional negatif: ketamakan, pemimpi Roland Barthes merupakan seorang strukturalis Perancis. Walaupun para

pengagumBarthes bersikeras bahwa strukturalisme hanyalah sebuah momen dari karirnya yang beragamdan bukanlah momen yang menunjukkan Barthes yang sebenarnya, namun strukturalismemerupakan momen yang amat penting yaitu sebagai sumber, sebagai hasil dan sebagailandasan bagi seorang Barthes beserta pengaruh pengaruhnya. Ketika strukturalisme menjadisumber otoritas, Barthes pun mengambil jarak dengan strukturalisme, sehingga orangorangpun banyak menyebutnya sebagai post-strukturalis (Culler, dalam Barthes: A Very ShortIntroduction: 65).Teori semiotik Barthes, hampir secara harafiah diturunkan dari teori bahasa menurutde Saussure. De Saussure mengemukakan 4 konsep teoritis, yakni konseplangueparole,significant-signifi, sintagmatik-paradigmatik, dan sinkroni-diakroni. Adapun dua konsepyang dikembangkan oleh Barthes dalam kaitan dengan semiotik adalah (1) konsep

hubungan sintagmatik

dan paradigmatik,(2) konsep denotasi dan konotasi. Sesuai dengan

sifatstrukturalisme, Barthes juga menggunakan model dikotomis. (Hoed, 2011: 11-14). Dalam kaitannya dengan coklat, seperti halnya Wine yang dijelaskan oleh Barthesdalam Mythologies, coklat juga mengalami beberapa kali pergeseran dalam pemaknaan olehpemakai tanda. Denotasi dari coklat adalah tumbuhan coklat, buah coklat, coklat minumandan coklats olid bar Sedangkan konotasi dari coklat yang akan dikaji oleh penulis adalah makna coklat sebagai makanan Khas hari Valentine yang diberikan sebagai hadiah untuk menyampaikan perasaan cinta kepada orang yang kita cintai.

3. Analisa Logo Magnum

Arti warna Kuning keemasan Warna emas yang diambil dari warna logam mulia ini menyimbolkan kemewahan dan kekayaan bagi penggunanya, juga menunjukkan kekekalan dan kesetiaan. Coklat Merupakan warna netral yang natural, hangat, membumi dan stabil, menghadirkan kenyamanan, memberi kesan anggun dan elegan. Dapat memberi keyakinan dan rasa aman, warna yang akrab dan menenangkan, bisa mendorong komitmen, namun bisa menjadi berat dan kaku bila terlalu banyak.

Tipografi Roman

Ciri dari huruf ini adalah memiliki sirip/kaki/serif yang berbentuk lancip pada ujungnya. Huruf Roman memiliki ketebalan dan ketipisan yang kontras pada garis-garis hurufnya. Kesan yang ditimbulkan adalah klasik, anggun, lemah gemulai dan feminin. Egyptian Adalah jenis huruf yang memiliki ciri kaki/sirip/serif yang berbentuk persegi seperti papan dengan ketebalan yang sama atau hampir sama. Kesan yang ditimbulakn adalah kokoh, kuat, kekar dan stabil.

4. Analisis Ice Cream Magnum dengan Coklat Belgian Kita tahu bahwa kemewahan coklat yang ditawarkan oleh Magnum adalah coklat Belgian. Coklat Belgia sangat lah terkenal di dunia. Wisatawan mengetahui bahwa cokelat Belgia terkenal, seperti truffle cokelat Belgia dan coklat gourmet Belgia. Belgia diketahui sebagai Ibukota Eropa tetapi sebagian orang menganggap bangsa ini juga merupakan Ibukota Chocolate. Menurut the International Cocoa Organization, coklat belgia adalah coklat nomor dua yang dikonsumsi per kapita dengan rata-rata coklat yang dinikmati 11.03 kilograms per tahun.

Sejarah Coklat Belgia Menjadi Coklat yang Terkenal Belgian Chocolate sudah populer sejak abad 18 tetapi proses baru yang diciptakan oleh

Jean Neuhaus pada tahun 1912 melambungkan popularitas coklat ini berkali-kali lipat. Neuhaus menggunakan coklat versi khusus yang disebut couverture. Couverture merupakan jenis coklat yang kandungan cocoa butternya tinggi, sekitar 32-39%. Dengan couverture, Neuhaus membuat praline yang diisi dengan kacang serta buah. Banyak perusahaan praline Belgian Chocolate yang masih beroperasi hingga kini seperti Leonida, Neuhaus, Godiva dan Nirvana. Kesuksesan Jean Neuhaus setelah akhir perang dunia pertama. saat itu, Louise Agustini, istrinya, membuat terobosan baru dengan membuat ballotin (jenis kemasan coklat) atau praline (jenis coklat yang kecil). jenis kemasannya hanya dibuat dengan tangan memiliki warna hijau dan emas dengan huruf "N" yang timbul. Karena Jean tidak pernah mematenkan ballotin tersebut, maka desain tersebut menjadi desain yang paling disukai oleh produsen coklat di seluruh Belgia.

Kreativitas Jean Neuhaus menyebabkan pengembangan metode baru untuk menerapkan standar kualitas yang tepat untuk semua produksi praline. Mereka memastikan bahwa bahanbahan terbaik yang dipilih untuk menghasilkan cokelat yang berkualitas tinggi. Ia menjadi sumber ide untuk membuat praline yang baru. Bahkan Keluarga Kerajaan Belgia adalah salah satu pelanggan yang puas dengan nya. Pada tahun 1918, The Prince of Wales dan Pangeran Leopold telah mengunjungi toko Neuhaus untuk mencoba apa yang semua orang bicarakan tentang coklatnya di kota. Pada tahun 1923, menantu Jean Neuhaus, Adelson de Grave, memulai di bidang manufaktur praline dan diajarkan rahasia bisnis keluarga. Ciptaannya juga membawa perbedaan tambahan kepada Perusahaan Neuhaus. Pierre anaknya juga memberikan kontribusi kejeniusannya dengan membantu ayahnya membuat Tentation dan Caprice dan membuka tokotoko lainnya di luar Brussel. Pada tahun 1991, Neuhaus menjadi pemimpin dalam industri sektor praline mewah di Belgia serta Luxemburg. Strategi mereka yang jelas untuk jaringan pemasaran dan internasional selalu dipertahan oleh Neuhaus dalam mempertahankan posisi yang patut ditiru di pasar. Investasi teknologi modern juga memberikan kontribusi terhadap keberhasilan Neuhaus, tetapi sepertiga dari produksi praline masih buatan tangan. Pada tahun 2000, Raja Albert mempercayakan Neuhaus sebagai pemasok cokelat mereka. Perusahaan Neuhaus masih beroperasi di industri coklat hingga saat ini. Warisan Jean Neuhaus masih berlanjut terus dalam pembuatan cokelat praline terbaik Belgia. Keunggulan teknis mereka di antara produsen cokelat lain adalah couverteur penyimpanan sebelum digunakan. Dalam proses pembuatan coklat, dengan penggilingan biji kakao adalah pertama kali dilakukan. Setelah itu, dicampur dengan mentega, kakao dan gula kemudian dihaluskan melalui suhu tinggi. Menambahkan panas selama proses harus dilakukan dengan hati-hati. Banyak perusahaan coklat menerima cokelat dalam bentuk padat. Ini berarti mereka harus memanaskan untuk dapat digunakan. Tetapi perusahaan-perusahaan coklat Belgia sering menerima cokelat dalam tangki dipanaskan setelah proses tempering(pemanasan). Cokelat yang tidak didinginkan mempertahankan sebagian besar aroma coklat tersebut. karena itu Cokelat Belgia bisa sangat mahal. Namun, orang-orang yang telah mencicipinya mengungkapkan bahwa tidak ada yang dapat dibandingkan dengan kualitas yang sebenarnya. Dan inilah coklat Belgia yang dikenal untuk sepanjang sejarah.

5. Analisis Kemewahan dengan Coklat Belgian Kemewahan, Wanita dan coklat belgia yang terkenal adalah tiga hal yang berkaitan erat. Kemewahan adalah sesuatu yang disukai oleh para wanita. Termasuk di dalamnya adalah kenikmatan coklat Belgian yang terkenal. Wanita adalah penyuka sesuatu yang prestige, mahal dan mewah. Kemudian magnum dengan coklat belgia ditawarkan dengan cara yang unik bagi semua pencinta ice cream dan coklat. Khususnya bagi wanita. Dengan kesan mewah dalam iklan yang di gambarkan saat seorang wanita memakan magnum, akan mendapatkan perlakuan istimewa seperti seorang ratu. Coklat juga mengandung zat-zat yang dapat menaikkan hormone bahagia dalam tubuh sehingga coklat khas Belgian ini dimaksudkan untuk semua orang yang sedang mencari kesenangan. Dengan coklat maka mood akan menjadi lebih baik, terutama seorang wanita yang kebanyakan moody, maka magnum memberikan kemewahan coklat Belgian dalam penyajian kemewahan yang diberikan kepada pleasure seekers.

6. Analisis Slogan For Pleasure Seekers

Dengan menggunakan slogan Magnum for pleasure seekers yang berarti magnum untuk pencari kesenangan. Digambarkan dalam iklan bahwa terdapat situasi yang macet, seorang wanita muncul dengan berjalan diatas atap mobil untuk mendapatkan sebuah es krim magnum dalam mobil box besar yang berisi magnum. Dapat diambil kesimpulan bahwa iklan tersebut menggabarkan seorang wanita yang sedang bosan terjebak dalam situasi kemacetan, kemudian es krim magnum merupakan salah satu solusi dalam mengatasi kebosanan tersebut. Dalam pembukaan magnum dengan slogan baru mengartikan bahwa pleasure is what makes live worth

living, it is your prerogative, your privilege, your birthright, it is essential, because one day without pleasure is one day lost, because if you don't do it, who will? magnum for pleasure seekers, yang dapat diartikan kesenangan merupakan hak istimewa dan hak asasi anda, karena tanpa kesenangan makan hari anda akan hilang, jika bukan anda yang melakukannya siapa yang akan melakukannya? Maksudnya untuk mencalakukan mencari kesenangan untuk mengisi harihari anda dalam aktivitas anda yang padat. Dalam pembukaan slogan baru ini magnum mengadakan pameran disebuah mall besar dijakarta, yaitu kegiatan Magnum Pleasure 365 The Ultimate Chocolate Experience, Magnum ingin mengajak sebanyak mungkin orang untuk menikmati berbagai hal yang dirasakan memberikan kesenangan, kepuasan, kenikmatan baginya, setiap hari. Uniknya, berbagai produk yang dipamerkan di kegiatan ini, dilapisi atau dilumuri cokelat di beberapa bagiannya. Magnum menghadirkan chocolatier dari Belgia, Andy Van Den Broeck, yang bekerjasama dengan pakar bakery dan pastry Indonesia, chef Ucu Sawitry untuk memberikan sentuhan cokelat dalam berbagai benda simbolisasi pleasure bagi kebanyakan orang di Indonesia. Terdapat tiga model pilihan dalam menggambarkan pleasure for seekers, yaitu : 1. Installation for Him, dengan Rio Dewanto sebagai figurnya, menggambarkan bagaimana komunitas laki-laki memanjakan diri dan merasakan kenikmatan hidup dengan berbagai media hiburan yang maskulin. Seperti permainan biliar, musik, home entertainment dan lainnya. 2. Sementara Installation fo Her dengan Kimy Jayanti sebagai sosok pleasure seekers, menggambarkan bagaimana perempuan merasakan pleasure dengan berbelanja, berpenampilan, dan menikmati relaksasi di bathtub. Lagi-lagi, chocolatier berkreasi dengan lumuran cokelat pada sejumlah benda yang dipajang di instalasi ini. 3. Lain lagi dengan Nadine Chandrawinata yang mewakili pleasure seekers di Installation for Leasure. Menurut riset inisiasi Magnum, liburan di pantai merupakan pilihan pleasure kebanyakan orang Indonesia. Nadine mewakili sosok pencari kenikmatan hidup dengan traveling, termasuk bersantai di pantai. Pleasure merupakan segala hal yang esensial untuk menghargai diri sendiri. Tidak butuh kerja keras untuk mendapatkan pleasure. Setiap orang perlu aktif dan tak segan mencari pleasure. Inilah pesan yang ingin disampaikan melalui kampanye Magnum melalui tiga figur pleasure seekers ini

GAMBAR KEGIATAN