Semiotik Final

Embed Size (px)

Citation preview

Tokoh Ibu dalam Iklan Shampo Keluarga (Analisis Semiotik pada Iklan Shampo Lifebuoy Versi Lagi Keramas) oleh Andini Eka Prastiwi (1009574)

Abstrak Penelitian ini berisi analisis semiotika pada iklan shampo Lifebuoy versi Lagi Keramas. Alasan peneliti meneliti iklan ini adalah karena iklan ini unik dan berbeda dari yang lain. Dalam iklan ini, tokoh utama, yaitu Ibu hanya mengucapkan satu kalimat yang Lagi Keramas untuk menjawab pertanyaan dari orang lain. Peneliti menggunakan teknik observasi untuk menemukan tandatanda yang muncul dalam iklan ini. Kemudian, peneliti memetakan iklan ini menjadi beberapa adegan dan menjabarkan apa saja lambang verbal dan visual yang muncul dalam adegan tersebut. Setelah itu, peneliti menentukan makna yang terkandung dari setiap adegan, dan apa yang menjadi makna dalam adegan tersebut. Berdasarkan makna-makna dari setiap adegan tersebut, peneliti mengambil makna global atau pesan inti yang terkandung dalam iklan ini. Iklan ini memiliki makna bahwa dengan menggunakan shampo Lifebuoy yang murah meriah, seluruh keluarga bisa memiliki rambut yang indah, sehat, dan disenangi, bahkan membuat orang lain bahagia. Dalam iklan ini juga semua hal berpusat pada tokoh Ibu. Tokoh Ibu dalam iklan ini dianggap sebagai representasi sosok ibu yang baik hati, ramah, dan bijak. Kriteria rambut indah yang hitam, lurus, panjang, tebal dan berkilau juga diwakili oleh tokoh Ibu. Kata kunci : Semiotik, makna, dan iklan. 1. Pendahuluan Iklan adalah produk kebudayaan massa, produk kebudayaan masyarakat industri yang ditandai oleh produksi dan konsumsi massa. Massa tidak lebih dipandang sebagai konsumen, untuk merangsang proses jual beli atau konsumsi massal itulah iklan diciptakan. Tugas utama dari desainer iklan adalah bagaimana agar informasi tentang suatu produk diterima, tetap berkesan di benak konsumen dan sanggup membujuk konsumen untuk membuka dompetnya dan membeli

produk

yang

ditawarkan

(Tinarbuko,

2007,

dalam

situs

http://sumbo.wordpress.com/2007/11/06/36/). Berdasarkan fenomena itulah, para produsen dan perusahaan periklanan berlomba-lomba untuk memproduksi iklan yang bervariasi. Bukan hanya iklan yang sekedar menawarkan barang yang ingin ditawarkan, tapi juga menanamkan pengaruh produk tersebut pada konsumen ketika melihat iklannya. Iklan dengan berbagai wujud, gaya, model, diproduksi semata-mata untuk memenuhi tujuan persuasif tersebut. Tidak heran, semakin hari semakin banyak iklan dengan ide unik bermunculan agar iklan tersebut tidak hanya sekedar numpang lewat tapi melekat di hati, pikiran, dan menggugah penontonnya untuk membeli produk ketika mengingat iklannya. Semiotika pada dasarnya beroperasi pada dua jenjang analisis. Pertama analisis tanda secara individual, mencakup jenis, kode, dan makna tanda. Kedua, analisis tanda sebagai sebuah kelompok atau kombinasi, yaitu kumpulan tanda yang membentuk teks. Sementara teks dipahami sebagai kombinasi tanda. Karya desain komunikasi visual, salah satunya iklan dapat dilihat sebagai sebuah teks, kerena keberadaannya merupakan kombinasi tanda (Piliang, dalam Tinarbuko, 2007). Produk kebudayaan massa ini tentunya tidak lepas dari ranah semiotik yang menganalisis tanda. Iklan adalah hal yang kaya akan tanda. Iklan tidak pernah bisa lepas dari tanda-tanda yang menyertainya, kerena tanda tersebut dapat menjadi daya tarik dalam iklan. Bahasa, bunyi, gambar, warna, dan gerak adalah sistem tanda yang terkandung dalam iklan. Perkembangan iklan dan periklanan biasanya mempunyai hubungan timbal balik tersendiri. Dalam masyarakat konsumen dewasa ini berkembang berbagai logika baru konsumsi, yang secara mendasar mengubah model hubungan antara manusia (yang mengonsumsi) dan objek atau produk (yang dikonsumsi). Di dalam masyarakat tersebut, objek berkembang sedemikian rupa, sehingga tidak lagi terikat pada logika utilitas (utility), fungsi, dan kebutuhan (need), melainkan pada apa yang disebut sebagai logika tanda (logic of sign) dan logika citra (logic of image) yang ditampilkan lewat berbagai media iklan. Kini, yang dibeli orang

2

adalah tanda, citra atau tema yang ditawarkan di balik sebuah produk, bukan lagi nilai utilitas produk tersebut (Piliang, 2003:286). Pencitraan (imagology) atau teknologi citra adalah sebuah strategi penting di dalam sistem periklanan, yang di dalamnya konsep, gagasan, tema, atau ide-ide dikemas dan ditanamkan pada sebuah produk untuk dijadikan sebagai memori publik (public memory), dalam rangka mengendalikan diri (self) mereka (Piliang, 2003:288). Salah satu iklan yang menarik perhatian peneliti adalah iklan shampo Lifebouy versi Lagi Keramas. Iklan ini menarik menurut peneliti karena iklan ini tergolong sebagai iklan yang sederhana tetapi mengandung banyak tanda di dalamnya. Dalam iklan ini, tokoh yang ditekankan adalah sosok Ibu sebagai tokoh kunci, dan tokoh hansip juga anak-anak yang akan bermain bola sebagai tokoh tambahan yang melengkapi iklan ini. Yang menarik lagi dalam iklan ini adalah sosok Ibu yang hanya menjawab dengan kata Lagi keramas dan mengibaskan rambutnya ketika orang-orang menanyakan suami dan anak-anak sang Ibu. Namun, hanya dengan kata keramas, para tokoh yang lain menunjukkan ekspresi sangat bahagia dan pergi begitu saja seakan mereka lupa pada tujuan awal mereka, yaitu mencari suami dan anak si Ibu. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti ini menganalisis makna apa yang terkandung dari iklan Lifebuoy versi Lagi Keramas ini berdasarkan tanda-tanda semiotik yang muncul dalam iklan ini. Selain itu, peneliti juga ingin mengetahui pesan apa yang ingin disampaikan produsen dari iklan ini.

2. Landasan Teoretis Semiotik atau ada yang menyebut dengan semiotika berasal dari kata Yunani semeion yang berarti tanda. Menurut Lang (1994, dalam Sukyadi), objek kajian semiotika bukan hanya tanda tetapi juga tindakan tanda itu, atau semiosis. Tindakan itu terjadi pada berbagai tingkatan yang dapat dibedakan atau diidentifikasikan sebagai wilayah khusus aktivitas tanda. Oleh karena itu, semiotika berbeda dengan semiosis seperti halnya perbedaan antara pengetahuan dengan apa yang kita ketahui. Semiotika adalah pengetahuan mengenai semiosis, yaitu penjelasan teoretis mengenai tanda dan apa yang dilakukannya. Dalam

3

pandangan Lang, makna yang dikaji dapat berpusat pada: a) tanda sebagai satu jenis objek yang khusus, b) makna tanda, c) penggunaan tanda, dan d) dampak tanda (Sukyadi, 1). Charles Sanders Peirce menyebutkan bahwa semiotik bersifat trikotomis atau triadik. Prinsip dasarnya adalah bahwa tanda bersifat representatif yaitu tanda adalah sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain ( something that represents something else). Proses pemakna-an tanda pada Peirce mengikuti hubungan antara tiga titik yaitu representamen (R) - Object (O) - Interpretant (I). R adalah bagian tanda yang dapat dipersepsi secara fisik atau mental, yang merujuk pada sesuatu yang diwakili olehnya (O). Kemudian I adalah bagian dari proses yang menafsirkan hubungan antara R dan O. Oleh karena itu bagi Pierce, tanda tidak hanya representatif, tetapi juga interpretatif ( Sartini dalam

http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/Tinjauan%20Teoritik%20tentang%20Se miotik.pdf). Semiotika komunikasi menekankan pada teori tentang produksi tanda yang salah satu diantaranya mengasumsikan adanya enam faktor dalam komunikasi yaitu pengirim, penerima kode (sistem tanda), pesan, saluran komunikasi, dan acuan (hal yang dibicarakan). Dalam komunikasi periklanan, alat yang digunakan bukan hanya bahasan tetapi juga gambar, bunyi, dan warna. Iklan menggunakan sistem tanda yang terdiri atas lambang, baik yang verbal maupun yang berupa ikon. Pada dasarnya, lambang yang digunakan dalam iklan terdiri atas dua jenis, yaitu yang verbal dan yang nonverbal. Lambang verbal adalah bahasa yang banyak dikenal, lambang yang nonverbal adalah bentuk dan warna yang disajikan dalam iklan, yang tidak secara khusus meniru rupa atas bentuk realitas. Ikon adalah bentuk dan warna yang serupa atau mirip dengan keadaan sebenarnya seperti gambar benda, orang, atau binatang. Ikon disini digunakan sebagai lambang. Kajian sistem tanda dalam iklan juga mencakup objek. Objek iklan adalah hal yang diiklankan. Dalam iklan produk atau jasa, yang merupakan objeknya adalah produk atau jasa tersebut, yang penting dalam menelaah iklan adalah

4

penafsiran kelompok sasaran dalam proses intrepetan. Jadi, sebuah kata seperti eksekutif meskipun dasarnya mengacu pada manajer menengah, tetapi selanjutnya manajer menengah ini ditafsirkan sebagai suatu tingkatan keadaan ekonomi tertentu yang kemudian dapat ditafsirkan sebagai gaya hidup tertentu yang kemudian dapat ditafsirkan sebagai kemewahan, dan seterusnya. Penafsiran yang bertahap-tahap itu merupakan segi penting dalam iklan, proses tersebut disebut semiosis (Hoed, 2001 :97, dalam Sobur, 2006:117).

3. Metode Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini didapat melalui proses pengamatan atau observasi. Observasi sebagai pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Jika wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga objek-objek yang lain (Sugiyono, 2009: 203) . Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data observasi nonpartisipan tidak terstruktur. Dalam teknik ini, peneliti terlibat sebagai pengamat independen. Dalam melakukan pengamatan, peneliti tidak menggunakan instrumen yang baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan (Sugiyono, 2009:205). Dalam penelitian ini, peneliti memilih data dari iklan shampo Lifebuoy versi Lagi Keramas. Alasan peneliti memilih iklan berdurasi 31 detik ini adalah karena iklan ini memiliki keunikan tersendiri. Iklan ini hanya berisi satu tokoh sentral, yaitu tokoh Ibu yang menerima beberapa tamu untuk suami dan anaknya. Namun ketika para tamu menanyakan suami dan anaknya, Ibu hanya menjawab dengan kalimat Lagi keramas. Dalam mengumpulkan data, peneliti melakukan kegiatan pengamatan pada iklan Lifebuoy versi Lagi Keramas ini. Dalam kegiatan mengobservasi iklan, peneliti mencari tanda-tanda apakah yang muncul dalam iklan tersebut. Peneliti juga mencari lambang visual apakah yang muncul dalam iklan tersebut. Selain itu, peneliti juga mencari lambang verbal yang muncul dalam iklan tersebut. Kedua

5

lambang tersebut akan menjadi tanda yang dianalisis peneliti pada proses penelitian selanjutnya. Dalam proses penganalisisan data, peneliti memetakan iklan ini menjadi beberapa adegan. Kemudian, peneliti menganalisis apa saja lambang verbal dan lambang visual yang muncul dalam adegan tersebut dan mencari makna dari setiap adegan. Makna-makna dari setiap adegan kemudian diambil benang merahnya atau intinya untuk mengetahui makna keseluruhan dari iklan ini.

4. Pembahasan Adegan 1

Kamera pertama kali menyorot telepon yang sedang berdering. Kemudian kamera beralih pada tokoh Ibu yang menjawab telepon tersebut. Teknik pengambilan kamera menggunakan teknik Medium Close Up yang memperlihatkan dengan jelas wajah Ibu. Wajah ibu yang tersenyum Ibu memakai baju hijau Handuk melilit di kepala ibu Wajah ibu yang menunjukkan keramahan dan kebijaksanaan Suara Ibu, Jeni? Lagi Keramas. Makna : Adegan pertama diawali dengan suara telepon berdering dan dijawab oleh tokoh Ibu. Tokoh Ibu memakai baju berwarna hijau dan masih menggunakan6

handuk di kepalanya. Tokoh Ibu dalam iklan ini digambarkan sebagai ibu muda berusia kurang dari empat puluh tahun. Tokoh Ibu berwajah cantik dan selalu tersenyum. Gambaran wajah Ibu yang selalu tersenyum ini menunjukkan bahwa tokoh Ibu adalah seorang yang ramah, baik hati dan bijaksana. Ketika menjawab telepon pun, tokoh Ibu menjawab dengan intonasi yang ramah dan tutur kata yang lemah lembut. Tokoh Ibu mengenakan baju berwarna hijau. Warna hijau dalam iklan ini dapat menjadi tanda. Warna hijau adalah warna yang identik dengan warna daun atau tumbuh-tumbuhan. Warna hijau dapat diinterpretasikan sebagai warna yang menyejukkan dan memberikan efek segar pada yang melihatnya, sama dengan saat kita melihat tumbuh-tumbuhan yang memberi kesejukan pada orang-orang di sekelilingnya. Selain itu, tokoh Ibu masih menggunakan handuk di kepalanya. Handuk yang masih melilit di kepala Ibu menandakan Ibu baru selesai mandi. Sensasi sejuk dan segar pun masih dirasakan Ibu karena Ibu baru selesai mandi dan keramas. Dalam iklan ini tidak ditunjukkan atau diperdengarkan siapa yang berbicara dan apa yang dibicarakan. Namun, tokoh Ibu hanya menjawab Jeni? Lagi keramas. Berdasarkan jawaban tersebut, dapat diambil makna bahwa penelepon menanyakan anak si Ibu yang bernama Jeni. Dalam iklan ini, tidak ditunjukkan pula apakah penelepon ini laki-laki atau perempuan. Jawaban Ibu yang ramah dan selalu tersenyum saat menjawab telepon menunjukkan bahwa Ibu adalah seorang wanita yang baik hati, ramah, dan bijaksana karena

memperlakukan teman anaknya dengan ramah, baik teman laki-laki maupun perempuan.

Adegan 2

7

Tokoh Ibu awalnya dibidik dari belakang, sehingga yang tampak adalah sosok punggung Ibu dengan rambut panjang yang lurus, hitam, dan berkilau, sedang berjalan menuju pintu yang tertutup. Pada adegan ini digunakan teknik kamera Medium Shot, yaitu membidik subyek dari kepala hingga pinggang. Teknik pembidikan kamera ini menandakan hubungan personal yang intens dengan subjek. Ibu sedang berjalan menuju pintu yang tertutup Rambut Ibu yang hitam, panjang, dan berkilau Rambut Ibu yang indah dan sehat Makna: Dalam adegan ini, tokoh Ibu tidak terlihat wajahnya. Yang mewakili tokoh Ibu dalam adegan ini adalah baju Ibu yang berwarna hijau, baju yang sama yang dikenakan pada adegan sebelumnya. Tokoh Ibu hanya terlihat dari belakang sedang berjalan menuju pintu. Dalam adegan ini, tokoh Ibu tidak menggunakan handuk lagi di kepalanya, tetapi kali ini rambut Ibu ditunjukkan dengan jelas, rambut panjang sepunggung, hitam dan berkilau. Adegan ini bermakna memberikan gambaran tentang rambut Ibu pada penonton. Karena pada adegan sebelumnya tokoh Ibu tidak terlihat rambutnya, penonton belum mengetahui rambut si Ibu itu seperti apa. Dalam adegan ini rambut Ibu yang panjang, hitam, dan berkilau menandakan bahwa tokoh Ibu memiliki rambut yang sehat dan indah. Wanita dengan rambut panjang yang hitam dan berkilau juga menggambarkan imej wanita cantik, feminin, dan lemah lembut. Dalam adegan ini, hanya dengan melihat sosok ibu dari belakang, penonton dapat menangkap kesan cantik, feminin, dan lemah lembut dari tokoh Ibu.

8

Adegan 3

Pada adegan ini, teknik pengambilan gambar yang digunakan adalah Medium Close Shot, atau membidik subjek dari kepala hingga pinggang Teknik ini menggambarkan subjek, yaitu tokoh hansip, secara lebih personal. Pintu yang terbuka Dua hansip berdiri di depan pintu Hansip yang pertama bertubuh gemuk, sebagian besar kepalanya tidak berambut dan memiliki kumis yang tebal. Ia membawa sebuah buku berwarna oranye Hansip yang kedua bertubuh sedikit kurus, dengan rambut pendek yang cukup lebat dan berkumis tipis Wajah kedua hansip yang ramah Suara hansip yang bertubuh kurus, Bapak ada? Makna: Adegan ini menceritakan tentang dua orang hansip yang mencari tokoh Bapak atau suami si Ibu. Kedua hansip tersebut memiliki ciri-ciri masing-masing. Hansip pertama adalah seorang hansip bertubuh gemuk, sebagian rambut di kepalanya sudah hilang, namun ia memiliki kumis yang lebat. Kumis yang lebat biasanya diidentikkan dengan sosok pria yang galak. Namun, pada iklan ini justru digambarkan kebalikannya. Sosok hansip berkumis tebal digambarkan sebagai sosok yang sangat ramah dan murah senyum, jauh dari kesan galak atau menakutkan.9

Hansip yang kedua memiliki ciri yang cukup berlawanan dengan hansip pertama. hansip kedua memiliki perawakan sedikit kurus dengan rambut pendek dan kumis yang tipis. Hansip kedua ini bertanya Bapak ada? pada tokoh Ibu, dengan ramah. Kedua hansip ini menunjukkan ekspresi yang ramah ketika menanyakan keberadaan Bapak. Peran hansip sebagai penjaga keamanan warga mengharuskan hansip untuk bersikap ramah pada warga daerah yang dijaganya. Rambut yang dimiliki kedua hansip juga berlawanan dengan rambut yang dimiliki Ibu. Tokoh Ibu memiliki rambut yang panjang, hitam, berkilau, dan terlihat lebat. Sementara kedua hansip tersebut tidak memiliki rambut yang hitam, lebat dan berkilau. Mereka berdua memiliki rambut pendek, tipis, dan tidak berkilau, bahkan tokoh hansip pertama hanya sebagian kepalanya yang ditumbuhi rambut.

Adegan 4

Pada Adegan ini, teknik kamera yang digunakan adalah medium close up, atau menggambarkan subjek dari kepala hingga bahu. Tujuan digunakannya teknik ini adalah untuk mempertegas ekspresi dan gestur dari tokoh Ibu. Ibu yang tersenyum Rambut Ibu yang panjang dan tergerai indah Senyum ramah Ibu Suara ibu Lagi Keramas Ibu yang mengibaskan rambutnya yang indah

10

Makna: Pada Adegan ini, tokoh Ibu melontarkan jawaban dari pertanyaan hansip. Tokoh Ibu hanya memberikan jawaban yang singkat, yaitu Lagi keramas sambil menengok ke belakang dan mengibaskan rambutnya yang indah. Walaupun tujuan Ibu adalah untuk mengecek keberadaan Bapak di belakang, secara tidak langsung adegan ini menekankan indahnya rambut yang dimiliki si Ibu. Penggambaran gerakan Ibu dengan efek slow motion semakin menekankan jika tujuan dari adegan ini adalah untuk menunjukkan rambut Ibu yang indah dan berkilau. Gerakan Ibu yang mengibaskan rambut indahnya dimaknai sebagai penggambaran rambut indah dan sehat yang hitam, lembut, dan terasa ringan ketika dikibaskan.

Adegan 5

Teknik pembidikan kamera yang digunakan dalam adegan ini adalah teknik medium close up atau pembidikan subjek dari kepala hingga bahu. Hal ini dilakukan untuk memperjelas ekspresi tokoh hansip dalam adegan ini. Dua hansip yang terkejut Ekspresi dua hansip yang takjub dan terkesima Makna: Adegan ini menggambarkan ekspresi yang ditunjukkan kedua hansip saat melihat si Ibu dan mendengar jawaban dari Ibu. Kedua hansip tersebut menunjukkan ekspresi terkejut dan takjub, seakan kedua hansip ini baru saja mendapat hadiah undian besar. Pesan yang ingin disampaikan dalam adegan ini adalah hanya dengan mendengar kata Lagi keramas ditambah visualisasi rambut

11

indah si Ibu, dapat memberikan efek bahagia yang luar biasa pada kedua hansip tersebut. Ekspresi terkejut dan takjub itu juga dapat diinterpretasikan sebagai bayangan kedua hansip ketika akan bertemu tokoh Bapak yang juga memiliki rambut yang indah, sehat, dan berkilau seperti rambut Ibu.

Adegan 6

Pada adegan ini, subjek dibidik dengan menggunakan teknik Long Shot, atau membidik subjek secara penuh, dari kepala hingga kaki. Pintu yang tertutup Dua hansip yang sedang berjalan sambil tersenyum Ekspresi kedua hansip yang tersenyum takjub seakan baru saja dihipnotis Makna: Pada adegan ini, kedua hansip pergi meninggalkan rumah si Ibu dengan wajah yang sangat bahagia. Ekspresi bahagia yang tidak terkira ini muncul karena mereka melihat rambut si Ibu. Adegan ini dapat diinterpretasikan bahwa rambut indah Ibu mampu menghipnotis kedua hansip, sehingga kedua hansip tersebut pergi dengan wajah yang bahagia. Bahkan, kedua hansip tersebut lupa pada tujuan awal mereka semua, yaitu menemui Bapak.

Adegan 7

12

Pada adegan ini, teknik pembidikan gambar yang digunakan adalah teknik Medium Close Up, yaitu pengambilan gambar dari kepala hingga bahu. Seorang ibu yang tersenyum Seorang ibu dengan pancaran mata ramah Makna: Adegan ini diawali dengan bunyi bel kembali dan wajah ibu kembali muncul. Adegan ini seakan mengingatkan penonton pada tokoh Ibu yang menjadi tokoh sentral di sini. Karena pada beberapa adegan sebelumnya penonton diberi suguhan tentang tokoh hansip sebagai tokoh pembantu. pada adegan ini penonton diingatkan kembali pada sosok Ibu sebagai tokoh utama.

Adegan 8

Teknik pengambilan gambar yang digunakan dalam adegan ini adalah Medium Shot, yaitu penggambaran subjek yang diambil dari kepala hingga pinggang. Pintu terbuka Tiga anak kecil yang tersenyum, yang pertama berkulit hitam dan berambut keriting kecil-kecil. Yang kedua berkulit putih, berambut pendek dan tipis, membawa bola dan menghisap permen lolipop. Yang ketiga berkulit putih dan memiliki rambut yang lebih pendek dan lebih tipis dari anak kedua Anak-anak sekitar usia sekolah dasar dengan sorot mata penuh semangat dan antusias13

Suara yang dikeluarkan anak kedua, Adi ada? Makna : Adegan ini diawali dengan pintu yang terbuka dan memperlihatkan tiga orang anak kecil. Salah satu dari anak itu membawa bola dan menghisap permen lolipop. Anak yang membawa bola bertanya pada Ibu, Adi ada?. Ketiga anak ini bermaksud untuk mengajak anak si Ibu bernama Adi bermain bola. Hal itu dapat terlihat dari bola yang dibawa oleh anak tersebut. Ketiga anak ini mewakili dunia anak yang sebenarnya. Dunia anak yang polos, ceria, dan penuh semangat. Ekspresi ketiga anak yang polos dan ceria mewakili ciri khas anak-anak yang naif dan polos. Sementara itu, permen lolipon yang dihisap oleh salah satu anak tersebut juga menjadi salah satu hal yang mewakili dunia anak. Permen lolipop, yaitu permen yang memiliki gagang sebagai pegangan, diinterpretasikan sebagai lambang keluguan, kepolosan, dan keceriaan, identik dengan dunia anak. Rambut yang dimiliki oleh anak-anak ini juga berlawanan dengan tipe rambut sehat yang dimiliki Ibu. Pada adegan ini, terdapat salah satu anak yang berambut keriting kecil-kecil dan merah, sangat kontras dengan rambut Ibu yang lurus. Sementara anak-anak yang lain memiliki rambut yang tipis dan tidak berkilau. Adegan ini menekankan bahwa rambut yang dimiliki anak-anak tersebut bukanlah rambut sehat yang hitam, lurus, lebat, dan berkilau.

Adegan 9

Teknik pembidikan subjek yang digunakan dalam adegan ini adalah teknik medium close up atau membidik subjek dari kepala hingga bahu. Teknik

14

ini digunakan dengan tujuan untuk menekankan ekspresi dan gestur tokoh Ibu. Ibu yang tersenyum Rambut Ibu yang panjang dan tergerai Wajah Ibu yang menunjukkan keramahan Suara Ibu, Lagi keramas Gerakan Ibu yang membungkuk sambil mengibaskan rambutnya yang panjang dan indah

Makna : Adegan ini berisi ekspresi dan gerakan yang dilakukan si Ibu saat menjawab pertanyaan dari salah satu teman anaknya. Saat menjawab pertanyaan teman anaknya, si Ibu membungkukkan badan sambil menunjukkan rambutnya yang tergerai indah dan menjawab, Lagi keramas. Senyum ramah tidak pernah lepas dari wajah sang Ibu. Adegan ini kembali bertujuan untuk menegaskan indahnya rambut yang dimiliki si Ibu. Gerakan Ibu yang membungkuk pada dasarnya bertujuan menyejajarkan tinggi Ibu dengan anaknya agar tercipta kesan akrab. Gerakan Ibu saat membungkukkan badan pada adegan ini dapat diinterpretasikan sebagai gerakan yang menekankan sekali lagi rambut ibu yang panjang, hitam, dan berkilau sehat. Efek slow motion yang digunakan saat Ibu membungkukkan badan digunakan untuk memberi kesan dramatis. Rambut Ibu yang sehat terasa ringannya karena digambarkan jatuh perlahan, helai per helai. Kata keramas yang diucapkan Ibu saat menjwab pertanyaan orang-orang yang mencari keluarganya memberi makna yang khusus. Keramas bukan hanya sebagai salah satu ritual dari kegiatan mandi atau membersihkan diri. Kata keramas dalam adegan ini dapat diinterpretasikan sebagai proses yang harus dilalui oleh seluruh anggota keluarga untuk mendapatkan rambut yang indah, sehat, dan berkilau seperti rambut Ibu. Jawaban yang diberikan Ibu dirasa cukup untuk menjelaskan apa yang sedang dilakukan oleh seluruh anggota keluarganya. Dengan melihat rambut Ibu sebagai bukti, para pendengar dapat memahami jika15

orang-orang yang mereka cari sedang melakukan kegiatan yang membuat rambut mereka indah seperti rambut Ibu, sehingga mereka rela menunggu atau mengurungkan niat awalnya untuk bertemu keluarga Ibu agar mereka dapat melihat rambut indah seperti rambut Ibu yang memberikan sensasi kesegaran dan kebahagiaan.

Adegan 10

Dalam adegan ini, teknik pengambilan gambar yang digunakan adalah teknik medium close shot atau menegaskan ekspresi anak-anak dalam adegan ini. Tiga anak yang terkejut dan tersenyum Permen lolipop yang dipegang salah satu anak terjatuh Ekspresi takjub dan terkesima Sorot mata yang menunjukkan kebahagiaan Makna: Dalam adegan ini, ketiga anak yang sedang mencari Adi tiba-tiba kaget dan menunjukkan ekspresi takjub dan bahagia saat mendengar jawaban dan rambut Ibu. Saking takjubnya, salah satu anak yang memegang permen lolipop sampai menjatuhkan permen lolipop yang sedang ia pegang. Inti dari adegan ini sama dengan adegan 5, yaitu pada saat dua tokoh hansip terkejut dan terkesima melihat rambut Ibu. Dalam adegan ini juga, anakanak yang mencari Adi terkejut dan terkesima saat melihat rambut Ibu. Apalagi saat Ibu menambahkan kata keramas saat menunjukkan rambutnya. Mereka beranggapan bahwa Adi akan mendapatkan rambut indah yang sama setelah Adi selesai melakukan kegiatan keramas.16

Adegan 11

Teknik pengambilan gambar yang digunakan dalam adegan ini adalah full shot atau membidik subjek secara keseluruhan. Tangan yang memegang uang seribu keping Empat shampo Lifebuoy Warna hijau pada bungkus sachet shampo Lifebuoy Suara narator, Lifebuoy Shampo, seribu, ga cuma dua, tapi empat sachet untuk seluruh keluarga Tulisan berwarna merah, Rp. 1000 dapat 4 sachet Makna: Adegan 11 ini diawali dengan munculnya sebuah tangan yang memegang kepingan uang seribu rupiah. Uang tersebut kemudian menghilang dan digantikan dengan empat buah sachet shampo Lifebuoy berjumlah empat buah dan tulisan Rp. 1000 dapat 4 sachet berwarna merah . Adegan tersebut diiiringi dengan suara musik yang ceria dan suara narator Lifebuoy Shampo, seribu, ga cuma dua, tapi empat sachet untuk seluruh keluarga. Adegan ini memiliki makna untuk memberikan visualisasi bahwa hanya dengan uang seribu rupiah, penonton bisa mendapatkan empat buah sachet shampo. Harga ini adalah harga yang murah karena pada umumnya, harga sebuah shampo sachet adalah lima ratus rupiah. Sementara jika membeli shampo Lifebuoy sachet, konsumen akan mendapatkan dua buah sachet dengan harga yang sama.17

Adegan 12

Dalam adegan ini, teknik pengambilan gambar yang digunakan adalah medium close up, yaitu pengambilan gambar dari kepala hingga bahu. Gambar empat orang, ayah, ibu, anak laki-laki, dan anak perempuan yang sedang keramas. Ekspresi gembira yang ditunjukkan keempat orang tersebut Makna: Dalam adegan ini, digambarkan sebuah kotak yang dibagi menjadi empat bagian yang berisi gambar seluruh anggota keluarga, ayah, ibu, dan kedua anaknya sedang keramas. Setiap kotak masing-masing diisi oleh satu orang yang sedang keramas dengan wajah bahagia. Saat keramas, wajah mereka menunjukkan ekspresi gembira dan bahagia. Ekspresi yang ditunjukkan oleh keempat anggota keluarga ini dapat diinterpretasikan sebagai perasaan seluruh anggota keluarga saat melakukan kegiatan keramas dengan menggunakan shampo Lifebuoy. Shampo Lifebuoy beraroma wangi, berbusa banyak, dan menyegarkan, sehingga menimbulkan perasaan bahagia dan gembira saat keramas dengan menggunakan shampo Lifebuoy. Apalagi shampo ini dapat didapatkan dengan harga yang sangat ekonomis, dan membuat rambut indah, sehat, dan berkilau. Hal itu dapat mempertegas mengapa seluruh anggota keluarga keramas dengan ekspresi bahagia.

18

Adegan 13

Teknik pengambilan gambar yang digunakana adalah teknik long shot atau pengambilan gambar secara keseluruhan. Ayah, Ibu dan kedua anaknya, laki-laki dan perempuan, berjalan keluar rumah sambil tertawa Ayah yang berbaju biru terang, Ibu yang menggunakan baju warna merah muda, Jeni yang menggunakan baju ungu terang, dan Adi yang menggunakan baju berwarna kuning Rambut hitam, sehat, dan berkilau yang dimiliki oleh seluruh anggota keluarga Pintu yang tertutup Sebuah mobil Ekspresi bahagia yang ditunjukkan seluruh anggota keluarga Musik latar dengan suara anak-anak Makna: Dalam adegan ini, digambarkan wajah anggota keluarga lain selain Ibu, yaitu Bapak, Jeni, dan Adi. Mereka digambarkan tengah berjalan bersama-sama keluar rumah sambil tertawa-tawa dan bercanda. Mereka terlihat akan pergi ke suatu tempat. Hal ini dapat terlihat dari adanya mobil di hadapan mereka dan pintu yang tertutup di belakang mereka. Keluarga yang ada dalam iklan digambarkan sebagai keluarga yang lengkap, terdiri atas ayah, ibu, dan dua anak laki-laki dan perempuan. Keluarga yang menjadi tokoh dalam iklan ini dapat diinterpretasikan sebagai potret19

keluarga lengkap dan bahagia. Hal ini dapat terlihat dari ekspresi bahagia yang ditunjukkan dari wajah masing-masing anggota keluarga. Selain itu, warna-warna baju yang digunakan masing-masing anggota keluarga memberikan efek keceriaan, karena seluruh anggota keluarga memakai baju dengan warna-warna terang. Warna terang dapat diinterpretasikan sebagai warna yang menggambarkan keceriaan dan penuh semangat. Rambut mereka yang hitam, indah, sehat, dan berkilau menambah kesan bahwa mereka adalah keluarga yang sempurna dan bahagia baik dari sisi psikologis dan materi. Penampilan mereka yang bersih dan rapi menunjukkan bahwa mereka bukan berasal dari kalangan bawah. Makna yang ingin disampaikan dalam adegan ini adalah shampo Lifebuoy diidentikkan sebagai shampo untuk keluarga bahagia. Harganya yang murah meriah, aromanya yang wangi, dan rambut yang sehat membuat seluruh anggota keluarga merasa bahagia dengan memakai shampo ini.

Adegan 14

Teknik pengambilan gambar yang digunakan dalam adegan ini adalah long shot atau membidik gambar secara keseluruhan. Empat buah shampo berwarna hijau Suara Narator Shampo Lifebuoy, seribu dapat empat sachet. Tulisan berwarna merah Rp.1000 dapat 4 sachet Makna: Gambar, suara, dan tulisan dalam iklan ini muncul setelah gambar keempat anggota keluarga perlahan buram. Kemudian, gambar keluarga yang

20

buram tersebut sebagian besar ditutupi oleh gambar empat shampo Lifebuoy berwarna hijau beserta tulisannya. Gambar tersebut digambarkan jelas, tidak buram seperti gambar yang ada di belakangnya. Adegan ini seakan menegaskan bahwa shampo Lifebuoy adalah shampo yang cocok digunakan untuk seluruh keluarga. Dengan harganya yang ekonomis, shampo ini mampu membuat rambut seluruh keluarga menjadi indah, sehat, dan berkilau. Tanpa biaya shampo yang mahal atau perawatan yang mahal, seluruh keluarga mendapatkan rambut yang indah dan segar.

Secara keseluruhan, iklan berdurasi 30 detik ini mengandung pesan bahwa shampo Lifebuoy adalah shampo yang ekonomis dan cocok untuk dipakai seluruh keluarga. Iklan ini juga menegaskan, hanya dengan memakai shampo Lifebuoy seharga Rp. 250 per sachet, seluruh anggota keluarga bisa mendapatkan rambut yang indah, hitam, sehat, dan berkilau. Kelebihan lainnya adalah rambut indah yang didapat setelah menggunakan shampo Lifebuoy adalah rambut indah yang mampu membuat orang takjub, kagum, dan merasa bahagia. Dalam iklan ini, tokoh yang sering muncul sebagai tokoh sentral adalah tokoh Ibu. Tokoh Ibu dalam iklan ini digambarkan sebagai seorang ibu rumah tangga berusia kurang dari empat puluh tahun, cantik, ber-make-up tipis, bertubuh ideal, berambut panjang, lurus, hitam, dan berkilau, dan selalu tersenyum setiap saat. Sosok Ibu dalam iklan ini dianggap sebagai sosok ibu rumah tangga sederhana yang sempurna. Ibu rumah tangga yang biasanya menghabiskan waktunya di dapur untuk mengurus seluruh anggota keluarga. Karena terlalu sibuk mengurus dapur dan keluarga, sosok ibu rumah tangga biasanya digambarkan sebagai ibu yang gemuk, memakai celemek, dan jarang memiliki waktu untuk mengurus dirinya sendiri, sehingga jarang tampil cantik dan memiliki rambut indah seperti sosok ibu dalam iklan ini. Sosok Ibu dalam iklan ini digambarkan juga sebagai ibu rumah tangga yang baik hati, ramah, dan bijaksana. Hal ini diwakili oleh pembawaan Ibu yang

21

ramah, lemah lembut dan selalu tersenyum. Tokoh Ibu selalu tersenyum ramah ketika menghadapi teman-teman anaknya atau hansip yang ingin menemui tokoh Bapak. Meskipun banyak tamu yang mencari keluarganya, ia selalu menjawab pertanyaan tamu dengan ramah dan selalu tersenyum. Tokoh Ibu dalam iklan ini juga dapat diinterpretasikan sebagai ibu yang cerdas dan bijak dalam berbelanja. Tokoh Ibu dalam iklan ini mampu memilih produk yang berkualitas bagus dan dengan harga yang ekonomis. Hal ini ditunjukkan dengan sosok Ibu yang menggunakan produk shampo Lifebuoy yang murah meriah tetapi berkualitas bagus karena membuat rambut seluruh keluarga menjadi sehat dan indah. Tokoh Ibu tidak memilih produk shampo yang mahal untuk membuat rambut seluruh keluarganya menjadi indah, malah justru memilih shampo yang bisa didapatkan hanya dengan harga Rp.250 per sachet. Selain itu, iklan ini juga menggambarkan bagaimana kriteria rambut yang indah dan sempurna itu. Dalam iklan ini, digambarkan bahwa rambut yang sempurna dan sehat adalah rambut yang lurus, tebal terlihat lembut dan ringan, berwarna hitam, dan berkilau. Hal itu ditunjukkan dengan kondisi rambut Ibu yang panjang, hitam, tebal, terlihat ringan dan berkilau. Kriteria rambut yang sempurna juga dipertegas dengan rambut yang dimiliki oleh seluruh anggota keluarga lain dan perbandingannya dengan kondisi rambut yang dimiliki oleh orang lain, dalam iklan ini diwaliki oleh tokoh para tamu. Para tamu yang mencari anggota keluarga Ibu dalam iklan ini tidak memiliki rambut yang sesuai dengan kriteria. Kondisi rambut yang dimiliki tamu dalam iklan ini di antaranya, keriting merah, rambut lurus tipis, tidak berkilau, bahkan ada pula yang nyaris botak, kontras dengan kondisi rambut yang dimiliki oleh tokoh Ibu. Kriteria rambut yang indah semuanya diwakili oleh tokoh Ibu. Warna hijau yang digunakan sebagai warna baju Ibu dianggap sebagai warna yang menyejukkan dan memberikan kesegaran pada yang melihatnya. Selain itu, warna hijau yang sebagian besar muncul dalam iklan ini dianggap mewakili produk Lifebuoy itu sendiri, karena shampo Lifebuoy memiliki kemasan berwarna hijau. Penggunaaan teknik penggambaran dalam iklan ini lebih banyak membidik dari kepal hingga dada atau kepala hingga bahu. Hal ini dilakukan

22

untuk memperjelas ekspresi dari masing-masing tokoh. Ketika para tamu takjub melihat rambut Ibu, pengambilan gambar dilakukan secara lebih dekat. Hal itu untuk memberikan efek dramatisasi dan penegasan ekspresi takjub yang ditunjukkan para tamu ketika melihat rambut Ibu. Model iklan yang terlibat dalam iklan ini berasal dari berbagai umur. Hal ini menunjukkan bahwa iklan ini merupakan iklan produk yang bisa digunakan dan cocok untuk semua umur, baik untuk anak-anak maupun orang dewasa. Selain itu, musik latar yang digunakan dalam iklan ini adalah musik yang ceria dengan suara anak-anak di ujungnya, sehingga iklan ini tidak hanya ditujukan untuk orang dewasa, tetapi juga untuk anak-anak.

5. Simpulan Setelah menganalisis iklan Lifebuoy versi Lagi Keramas, peneliti memetakan iklan ini menjadi empat belas adegan. Setiap adegan memiliki ciri khas masing-masing dan memiliki makna masing-masing. Secara keseluruhan, iklan ini mengandung makna bahwa hanya dengan uang seribu rupiah, seluruh anggota keluarga, seperti ayah, ibu, dan anak-anak, dapat merasakan segarnya keramas dengan menggunakan shampo Lifebuoy. Selain itu, hanya dengan seribu rupiah, seluruh anggota keluarga dapat memiliki rambut yang hitam, sehat, dan berkilau. Mereka juga bisa membuat orang lain takjub, terkesima atau bahagia dengan rambut yang mereka miliki karena menggunakan shampo Lifebuoy. Tidak perlu perawatan mahal di salon atau menggunakan produk impor yang mahal untuk mendapatkan rambut yang sehat, berkilau, dan disenangi orang lain. Dalam iklan ini, tokoh Ibu menjadi tokoh yang sentral dan sering muncul. Tokoh Ibu dalam iklan ini dapat dianggap sebagai representasi dari Ibu yang baik hati dan bijak. Tokoh Ibu yang selalu tersenyum dan lemah lembut dalam bertutur kata dapat diinterpretasikan sebagai sosok ramah dan baik hati. Selain itu, Ibu yang menggunakan shampo Lifebuoy juga dapat diinterpretasikan sebagai ibu yang bijak karena pintar dalam memilih produk yang digunakan untuk seluruh

23

keluarga. Ibu memilih menggunakan shampo Lifebuoy yang ekonomis tetapi berkualitas baik untuk seluruh keluarga. Tokoh Ibu dalam iklan ini juga menjadi model utama penggambaran rambut yang indah. Rambut Ibu yang panjang, lurus, hitam, tebal, dan berkilau. Kriteria rambut indah ini semakin dipertegas ketika ibu mengibaskan rambutnya dan penggambaran kondisi rambut dari para tamu. Para tamu dalam iklan ini meiliki rambut dapat dikatakan tidak memenuhi kriteria rambut sehat, seperti rambut yang keriting kecil-kecil, rambut yang tipis dan lepek, bahkan ada pula rambut salah satu tamu yang nyaris botak.

6. Daftar Pustaka

Basuki, Yuniarti Eka. (2005). Tesis. Representasi Perempuan dalam Iklan Shampo (Analisis Semiotik pada Iklan Shampo Rejoice Rich dan Iklan Shampo Sunsilk Clean and Fresh). Tidak Diterbitkan. Piliang, Yasraf Amir. (2003). Hipersemiotika: Tafsir Cultural Studies atas Matinya Makna. Penerbit Jalasutra: Jogjakarta. Sobur, Alex. (2003). Semiotika Komunikasi. Remaja Rosdakarya: Bandung. Sugiyono. (2009). Penelitian Pendidikan, Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Penerbit Angkasa: Bandung. Sukyadi, Didi.(Tanpa Tahun). Teori-Teori Semiotik. Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Sumber internet : Sartini, Ni Wayan. Tinjauan Teori Semiotik [online] tersedia : http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/Tinjauan%20Teoritik%20tentang %20Semiotik.pdf (diakses tanggal 28 April 2011). Tinarbuko, Sumbo. (2007). Eksekusi Iklan Televisi dengan Pendekatan Parodi [Online] tersedia: www.sumbo.wordpress.com.24