Upload
triyo-skep
View
3.426
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
OLEH :TRIYO RACHMADI
NIM. A2.0800180
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATANMUHAMMADIYAH GOMBONG
TAHUN 2009
SEMINAR HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN PMO TENTANG PENGOBATAN TB PARU JENIS FDC DENGAN
KEPATUHAN PASIEN BEROBAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
KLIRONG I
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Triyo RachmadiTempat /tanggal lahir : Kebumen, 30 Desember 1979Agama : IslamAlamat : Perumahan Jatisari Indah Blok E.04, KebumenPendidikan : - Tamat SD Negeri Panjer IV Kebumen Tahun 1993 - Tamat SMP Negeri III Kebumen Tahun 1995 - Tamat SPK Depkes Magelang Tahun 1998 - Tamat Akademi Keperawatan Muhammadiyah
Gombong Tahun 2003 -Mahasiswa S-1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah
Gombong Tahun 2008 – Sekarang Pekerjaan : - Pelaksana Keperawatan di RSUD Kebumen Tahun 1998 – 2003 - Pelaksana Keperawatan di RSU PKU Muhammadiyah Sruweng Tahun 2000 - 2002 - Pelaksana Keperawatan di Puskesmas Klirong I
Tahun 2003 – Sekarang .
A. LATAR BELAKANG 1. MASALAH DUNIA
TB Paru telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia2. MASALAH DI INDONESIA Indonesia tiga besar dunia
# 1. India ( 30 % )# 2. Cina ( 15 % )# 3. Indonesia ( 10 % )
Data DinKesProp. Jawa Tengah Thn. 2007 TB Paru penemuan kasus baru BTA (+) Thn. 2005:17.523 orang, 2006: 17.304 org, 2007:TB II: 8.225 org.
Data DinKesKab. Kebumen Thn. 2008, penemuan kasus penderita TB BTA (+):755 kasus Profil Puskesmas Klirong I pada Thn. 2008 s/d sekarang. penderita TB Paru BTA (+) sejumlah 37 kasus,
BAB I PENDAHULUAN
3. Tujuan Penelit ian a. Tujuan Umum Melakukan evaluasi sejauh mana hubungan
Pengetahuan PMO tentang pengobatan TB Paru OAT jenis FDC dalam mendukung kepatuhan penderita menelan OAT
b. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi pengetahuan PMO tentang
pengobatan TB Paru OAT - FDC b. Mengidentifikasi kepatuhan pasien dalam menelan OAT- FDC
Sumber: Notoatmojo, 2003, Gerdunas TB,2005, Haikin Rahmat, 2002, Wikipedia, 2000.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan TeoriB. Kerangka Teori
Pengetahuan PMO tentang Pengobatan TB Paru
Peran Pemegang Progam P2TB Paru Puskesmas
Peran Perawat
Kepatuhan Pasien Berobat
Patuh Tidak Patuh
C. Kerangka Penelitian
Pengetahuan PMOTentang Pengobatan TB Paru1. Baik2. Cukup3. Kurang4. Sangat Kurang
Kepatuhan PasienBerobat1. Patuh2.Tidak Patuh
D. Hipotesa Penelitian
a. Hipotesa Alternatif (Ha): Ada hubungan antara pengetahuan PMO tentang pengobatan TB Paru jenis FDC dengan kepatuhan pasien berobat b. Hipotesa Nol (H0) Tidak ada hubungan antara pengetahuan PMO tentang pengobatan TB Paru jenis FDC dengan kepatuhan pasien berobat
A. A. Metode Yang Digunakan
Penelitian yang akan dilakukan merupakan penelitian deskriptif
kuantitatif bersifat korelatif dengan pendekatan Studi Cross Sectional.
B.Populasi dan sampel
1. Populasi
Populasi :- PMO di Puskesmas Klirong I jumlah 40 orang
Pasien TB Paru Puskesmas Klirong I yang menjalani pengobatan OAT jenis FDC Kategori 1 dan jumlah 30 orang.
2. Sampel Tekhnik pengambilan sampel yang digunakan adalah non probability Sampling yaitu total sampling (sampel jenuh) artinya semua populasi diambil sebagai sampel (Sugiyono, 2005)
BAB III
METODE PENELITIAN
3. Kriteria Sampel a. Sampel inklusi yaitu: 1. PMO pasien TB Paru dewasa yang bersedia menjadi responden 2. Pasien TB Paru dewasa berusia 21 tahun ke atas. 3. Pasien yang tercatat sebagai pasien TB Paru BTA positif
4. Pasien yang tercatat sebagai pasien TB Paru BTA (-), Ro (+)
5. Pasien yang tercatat sebagai penemuan kasus baru. 6. Pasien yang tercatat sebagai pasien pindahan/ rujukan dari Unit Pelayanan Kesehatan yang lain, seper ti : BP4, RSU dan Puskesmas lain. 7. Pasien pendatang dari luar wilayah Klirong I yang menjalani pengobatan tetapi menetap sementara waktu di Klirong selama beberapa bulan 8. Pasien TB Paru yang kambuh.
b. Sampel eklusi yaitu: 1. PMO yang t idak bersedia menjadi responden. 2. PMO pasien TB Paru anak
3. Pasien TB Paru anak 4. Pasien TB Paru dewasa yang sudah sembuh
D. Definisi Operasional.
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Variabel bebas: Pengetahuan PMO tentang Pengobatan TB Paru jenis FDC.
Variabel terikat: Kepatuhan Pasien Dalam Berobat.
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek.Pengetahuan PMO tentang Pengobatan TB Paru jenis FDC.
Kepatuhan adalah mengikuti suatu spesifikasi, standar atau hukum yang telah diatur dengan jelas yang biasanya diterbitkan oleh suatu lembaga/ organisasi yang berwenang dalam suatu bidang tertentu.
Kuesioner tertutup tentang pengobatan TB Paru jenis FDC berjumlah 13 soal.
Lembar Check List tentang kepatuhan Pasien menelan obat. Menggunakan skala Guttman dengan kriteria jawaban ya atau tidak.
skor >40% tidak tahu skor 40-55 % kurang tahu.Skor 56-75% cukup, skor >75% pengetahuan baik. (Arikunto, 2003) Patuh nilai: 1Tidak patuh: 0
Ordinal
Nominal
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Kepatuhan pasien dalam menelan OAT yaitu: teratur, sesuai dosis berdasarkan berat badan, sesuai jumlah dan sesuai waktu.
Pengambilan data dari status pasien dan menggunakan lembar pengobatan dengan jadwal kunjungan pasien. .
Bila pasien datang mengambil obat dan menunjukkan bungkus obat yang habis akan diberi tanda di lembar kunjungan dianggap patuh: nilai 1, bila sebaliknya dianggap tidak patuh diberi nilai: 0
Instrumen Penelit ian
-Format kuesioner untuk mengetahui pengetahuan PMO : 13 soal.-Lembar check l ist -Lembar jadwal kunjungan pengambilan obat pasien untuk menilai kepatuhan menelan OAT pasien TB Paru.
Uji Val iditas dan Reliabi l i tasDalam uji validitas instrument digunakan menggunakan rumus” Korelasi Product Moment”.13 pertanyaan dengan nilai r hitung lebih besar daripada nilai table (0,361) pada derajat signifikansi 5%.
Uji rel iabi l i tas dalam penelit ian ini menggunakan rumus “Alpha Cronbach”Hasil dari uj i rel iabil itas dengan Alpha Cronbach menghasilkan a sebesar 0,7399. Hal ini menunjukkan ni lai a lebih besar dari a tabel (0,631) dengan derajat Signif ikansi 5%. Sehingga dengan demikian kuesioner dapat digunakan dan penelit ian.
A. Hasil Penelitian
1. Karakteristik PMO
Karakteristik Pengawas Menelan Obat (PMO) di Puskesmas Klirong I Bulan Agustus – Oktober Tahun 2009 n(30)
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Frekuensi Prosentase
Umur 21 – 30 Tahun31 – 40 Tahun> 41 Tahun
71211
23,34036,7
Jenis kelamin Laki-lakiPerempuan
1812
6040
Pendidikan terakhir SMPSMA
2010
66,733,3
Lama Menjadi PMO < 1 tahun 2 – 4 tahun > 5 tahun
3216
107020
Pelatihan PMO Sudah PernahBelum Pernah
723
23,376,7
B. Karakteristik Pasien TB Paru
Karakteristik Frekuensi Prosentase
Umur 21 – 30 Tahun31 – 40 Tahun > 41 Tahun
17103
56,6733,310
Jenis Kelamin Laki-lakiperempuan
525
16,6783,33
Pendidikan Terakhir SMPSMAD III
7203
23,366,710
Lama menderita TB Paru < 1 tahun2–4 tahun > 5 tahun
282
93,36,7
C. Analisis Univariat
Pengetahuan PMO Tentang Pengobatan TB Paru Jenis FDC Puskesmas Klirong I Bulan Agustus – Oktober Tahun 2009 n (30)
Pengetahuan PMO Jumlah Prosentase
Baik 12 40
Cukup 18 60
Kurang 0 0
Sangat Kurang 0 0
Total 30 100
Kepatuhan Pasien Berobat Puskesmas Klirong I Bulan Agustus – Oktober Tahun 2009 n (30)
Kepatuhan Pasien Jumlah Prosentase
Patuh 17 56,7
Tidak Patuh 13 43,3
Total 30 100
D. Analisis Bivariat
Hubungan Pengetahuan PMO Tentang Pengobatan TB Paru Jenis FDC Dengan Kepatuhan Pasien Berobat Puskesmas Klirong I Bulan Agustus – Oktober Tahun 2009 n (30)
Variabel Kepatuhan Pasien P value
Pengetahuan Patuh Tidak Patuh Jumlah
0,002
n % n % n %
Baik 8 26,7 4 13,3 12 40
Cukup 9 30 9 30 18 60
Kurang 0 0 0 0 0 0
Sangat Kurang
0 0 0 0 0 0
Jumlah 17 56,7 13 43.3 30 100
B. Pembahasan
1. Karakteristik responden Sebagian besar responden PMO umur 31 – 40 tahun :12 orang (40 %), sama dengan penelit ian Basuki (2005), Pada interval umur tersebut : umur yang produktif identik dengan idealisme yang tinggi, semangat kerja yang meningkat dan penuh optimisme.
sebagian besar PMO berjenis kelamin laki- laki :18 orang (60%), = pendapat Basuki (2005), Depkes (2001). Penunjukan PMO yang per tama kali dil ihat adalah kesanggupan keluarga (suami atau istr i , anak, orang tua dan lain-lain) untuk menjadi PMO bagi anggota keluarganya sendiri .
sebagian besar responden PMO berpendidikan SMP : 20 orang (66,7 %), = Green cit Notoatmojo (1993) . Tingkat pendidikan tidak menjadi halangan bagi PMO untuk memberikan motivasi dan pengawasan kepada pasien TB Paru. PMO mendapat pelatihan singkat dari pemegang program TB Paru atau tenaga kesehatan yang ada di puskesmas.
lama menjadi PMO adalah sebagian besar PMO : 2 – 4 tahun sebanyak 21 orang (70 %), = Sumarwanto (2008), PMO dari kader kesehatan sekaligus menjadi PMO bagi pasien TB, wilayah desa yang menjadi kantong-kantong dominasi Pasien TB Paru shg dimungkinkan seseorang beberapa kali menjadi PMO .
mengikuti pelatihan PMO adalah sebanyak 7 orang (23,3 %),= penelit ian Sumarwanto (2008) :PMO dari kader kesehatan sudah pasti mendapat pelatihan PMO dari Puskesmas. PMO yang belum mendapat pelatihan mendapat penyuluhan singkat (shor t course) oleh programer di Puskesmas
pasien TB Paru sebagian besar berumur 21 – 30 tahun : 17 orang (56,67 %) = penelit ian Depkes (2001) bahwa mayoritas penderita TB Paru adalah usia produktif (21 – 30 tahun). Penelit i : selain usia produktif ,penderita biasanya mudah kelelahan akibat aktif i tas sehari -harinya daya tahan tubuhnya menurun, lokasi tempat kerja penderita memicu terjadinya TB Paru.
Pasien TB Paru sebagian besar adalah perempuan : 25 orang (83,33 %) = penelit ian Basuki (2005) :perempuan mendominasi jumlah penderita TB Paru, Penelit i : perempuan lebih mudah kelelahan sehingga daya tahan mudah menurun
pasien TB Paru sebagian besar memil iki t ingkat pendidikan SMA :20 orang (66,7 %) = Basuki (2005): pengetahuan pencegahan TB Paru masih kurang. Penelit i : t ingkat pendidikan SMA lebih mudah bergaul dengan orang-orang yang perokok aktif , bekerja di lokasi dengan asap, debu dan bahan-bahan yang merusak saluran pernapasan.
lama menderita TB Paru sebagian besar < 1 tahun : 28 orang (93,3 %) = penelit ian Sumarwanto (2008), Basuki (2005) dan Frida Noor (2008) : sebagian besar pasien TB Paru adalah kasus penemuan baru dengan lama menderita < 1 tahun.Penelit i : pasien TB Paru > 1 tahun termasuk pasien TB paru yang kambuh, gagal berobat dan mangkir/ t idak patuh berobat.
2. Analisis Univariatseluruh PMO 30 orang (100 %) yang menjadi responden :pengetahuan yang baik (40 %) dan cukup baik (60 %)
tentang pengobatan TB Paru jenis FDC dengan 17 orang pasien (5,67 %) patuh berobat dan 13 orang pasien (43,3 %) t idak patuh berobat.
sesuai dengan penelit ian yang dilakukan Basuki (2005) Sumarwanto (2008)
= Basuki (2005) bahwa tingkat pendidikan PMO berpengaruh terhadap kepatuhan pasien TB Paru dalam berobat. Penelit i : selain tingkat pendidikan, hubungan kedekatan / kekeluargaan, kepercayaan dan ketelatenan PMO terhadap pasien TB Paru sangat mempengaruhi kepatuhan pasien berobat.
3. Analisis Bivariatchi square dengan hasil approx signif ikansi sebesar
0.002. Dengan signif ikansi < 0,005 maka Ho ditolak dan Ha diterima : ada hubungan yang signif ikan antara pengetahuan PMO tentang pengobatan TB Paru jenis FDC dengan kepatuhan pasien berobat di wilayah kerja Puskesmas Klirong I . Hal ini = Riwidikdo (2008) & Frida Ani Noor (2008),
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ada hubungan yang signif ikan antara pengetahuan tentang pengobatan TB Paru jenis Fixed Dose Combination (FDC) dengan kepatuhan pasien berobat.
B. Saran 1. PMO selalu memperbanyak informasi 2. Puskesmas selalu memberikan promosi kesehatan secara aktif 3. institusi pendidikan menambah program kurikulum pendidikan tentang TB Paru 4. pengambil kebijakan agar selalu memprioritaskan penyakit TB Paru 5. Perlu di lakukan penelit ian lebih lanjut
TERIMA KASIHSEMOGA DITERIMA