19
SEKOLAH TINGGI SENI VISUAL DI JAKARTA PUSAT SRI HANDAYANI Jurusan Teknik Arsitektur, FTSP, Universitas Gunadarma ABSTRAKSI Menghadapi era- globalisasi dengan percepatan teknologi yang begitu tinggi dan tanpa batas merambah disemua bidang. Banyak macam-macam pendidikan yang ada, ini dapat dibedakan dari fungsi dan jenis masing-masing pendidikan. Pendidikan tersebut bisa berupa seni visual. Pendidikan seni visual seperti seni murni, seni desain, dan seni kriya. Seni visual lebih menekankan dan menegaskan kegiatan dalam proses penghasilan dengan melibatkan aspek pemahaman, penghayatan, dan kritikan. Proses ini menyentuh perasaan estetika dan daya kreativitas individu melalui penajaman daya intuisi, persepsi, imaginasi, dan konsepsi. Dengan ini diharapkan dapat mengamalkan pertimbangan seni visual. Persepsi visual dapat dikembangkan melalui pelatihan yang akan meningkatkan kemampuan untuk mengobservasi dan menanggapi secara selektif terhadap rangsangan visual. 1. PENDAHULUAN Perkembangan pendidikan diIndonesia dalam menghadapi era-globalisasi dengan percepatan teknologi yang begitu tinggi dan tanpa batas merambah disemua bidang, termasuk perkembangan teknologi meningkat seiring kemajuan zaman. Banyak macam-macam pendidikan yang ada, ini dapat dibedakan dari fungsi dan jenis masing-masing pendidikan . karena itu dibutuhkan pengelolaan sarana dan prasarana serta penangganan yang khusus dalam dunia pendidikan salah satu contoh minimnya sarana fasilitas, baik fasilitas internal maupun eksternal. Di era-globalisasi sekarang ini, kualitas akan Sumber Daya Manusia (SDM) semakin diperhitungkan. Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas guna bersaing dengan Negara-negara maju sehingga Indonesia tidak lagi mengalami keterbelakangan yang panjang seperti selama ini. Oleh karena itu, kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) harus ditingkatkan melalui pendidikan. Pendidikan tersebut bisa berupa seni visual. Pendidikan seni visual seperti seni murni, seni desain, dan seni kriya.

SEKOLAH TINGGI SENI VISUAL

  • Upload
    dothien

  • View
    234

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SEKOLAH TINGGI SENI VISUAL

SEKOLAH TINGGI SENI VISUAL

DI JAKARTA PUSAT

SRI HANDAYANI

Jurusan Teknik Arsitektur, FTSP, Universitas Gunadarma

ABSTRAKSI

Menghadapi era- globalisasi dengan percepatan teknologi yang begitu tinggi dan tanpa

batas merambah disemua bidang. Banyak macam-macam pendidikan yang ada, ini dapat

dibedakan dari fungsi dan jenis masing-masing pendidikan. Pendidikan tersebut bisa berupa seni

visual. Pendidikan seni visual seperti seni murni, seni desain, dan seni kriya.

Seni visual lebih menekankan dan menegaskan kegiatan dalam proses penghasilan

dengan melibatkan aspek pemahaman, penghayatan, dan kritikan. Proses ini menyentuh perasaan

estetika dan daya kreativitas individu melalui penajaman daya intuisi, persepsi, imaginasi, dan

konsepsi. Dengan ini diharapkan dapat mengamalkan pertimbangan seni visual. Persepsi visual

dapat dikembangkan melalui pelatihan yang akan meningkatkan kemampuan untuk mengobservasi

dan menanggapi secara selektif terhadap rangsangan visual.

1. PENDAHULUAN

Perkembangan pendidikan diIndonesia dalam menghadapi era-globalisasi dengan

percepatan teknologi yang begitu tinggi dan tanpa batas merambah disemua bidang, termasuk

perkembangan teknologi meningkat seiring kemajuan zaman. Banyak macam-macam pendidikan

yang ada, ini dapat dibedakan dari fungsi dan jenis masing-masing pendidikan . karena itu

dibutuhkan pengelolaan sarana dan prasarana serta penangganan yang khusus dalam dunia

pendidikan salah satu contoh minimnya sarana fasilitas, baik fasilitas internal maupun eksternal.

Di era-globalisasi sekarang ini, kualitas akan Sumber Daya Manusia (SDM) semakin

diperhitungkan. Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang membutuhkan

Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas guna bersaing dengan Negara-negara maju

sehingga Indonesia tidak lagi mengalami keterbelakangan yang panjang seperti selama ini. Oleh

karena itu, kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) harus ditingkatkan melalui pendidikan.

Pendidikan tersebut bisa berupa seni visual. Pendidikan seni visual seperti seni murni, seni desain,

dan seni kriya.

Page 2: SEKOLAH TINGGI SENI VISUAL

Seni visual lebih menekankan dan menegaskan kegiatan dalam proses penghasilan

dengan melibatkan aspek pemahaman, penghayatan, dan kritikan. Proses ini menyentuh perasaan

estetika dan daya kreativitas individu melalui penajaman daya intuisi, persepsi, imaginasi, dan

konsepsi. Dengan ini diharapkan dapat mengamalkan pertimbangan seni visual. Persepsi visual

dapat dikembangkan melalui pelatihan yang akan meningkatkan kemampuan untuk mengobservasi

dan menanggapi secara selektif terhadap rangsangan visual.

2. DESKRIPSI PROYEK

Kasus : Sekolah Tinggi Seni Visual

Tema : Eklektik

Status Proyek : Fiktif

Lokasi Proyek : Jalan Cempaka Putih Jakarta Pusat

Luas Lahan : ± 3 Ha

KLB : 1.2

KDB : 40 %

Ketinggian : Max 4 lantai

Peruntukan Lahan : Suka / Fasilitas Umum

2.1 PENGERTIAN JUDUL

A. Sekolah

Sekolah adalah suatu tempat/institusi untuk kegiatan belajar dan mengajar.1

Sekolah adalah lingkungan yang terdiri atas ruang-ruang yang baik untuk belajar.2

Sekolah adalah suatu institusi pendidikan formal terpenting bagi manusia sebagai

tempat berlangsungnya kegiatan belajar dan mengajar. Lembaga ini mengajar anak

didik menuju kearah kedewasaan.

B. Sekolah Tinggi

Sekolah tinggi adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan

profesional dan/atau akademik dalam lingkup dalam satu disiplin ilmu pengetahuan,

teknologi, atau kesenian tertentu.3

C. Seni

Seni adalah suatu kegiatan dimana seseorang/kelompok secara sadar dengan

medium tertentu menyampaikan perasaan-perasaan yang telah dihayati kepada orang

lain.4

1 A.P Cowie, Oxford Dictionary, Oxford University Press, 1990. Hal. 1130

2 Ibid. Hal. 1130

3 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Himpunan Keputusan Menteri tentang Kurikulum Nasional Program Sarjana, 1991. Hal. 12

Page 3: SEKOLAH TINGGI SENI VISUAL

D. Visual

Visual dapat dilihat dengan indera penglihatan (mata); berdasarkan penglihatan.5

Jadi Sekolah Tinggi Seni Visual adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan

pendidikan profesional, akademik dalam disiplin seni visual, yaitu seni yang hanya dapat

dinikmati keindahannya melalui pemakaian indera secara aktif.

2.2 PROGRAM KEGIATAN

A. Bidang Akademis

Kegiatan bidang akademis terdiri dari:

Kegiatan pendidikan dan perkuliahan secara teori.

Kegiatan proyek atau kuliah praktek.

Kegiatan diskusi dan perpustakaan.

Kegiatan tenaga pembinaan akademis.

B. Bidang Kemahasiswaan

Kegiatan bidang kemahasiswaan meliputi:

Kegiatan latihan kepemimpinan.

Kegiatan penelitian.

Kegiatan pengabdian masyarakat.

Merupakan kegiatan yang melibatkan lembaga dan masyarakat, antara lain:

Mengadakan kursus-kursus dalam bidang seni visual yang dibuka untuk umum

bagi yang berminat pada jangka waktu tertentu dengan melibatkan mahasiswa

sehingga terjadi interaksi dengan masyarakat.

Mengadakan lokakarya dengan bekerja sama lembaga-lembaga lain.

Mengadakan seminar dan diskusi dengan mendatangkan para ahli baik dari

dalam negeri maupun luar negeri.

Mengadakan pameran hasil karya mahasiswa.

Mengikutkan mahasiswa kedalam festival atau kegiatan seni.

C. Bidang Administrasi

Kegiatan administrasi meliputi:

Administrasi surat menyurat sekolah tinggi.

Administrasi keuangan.

Administrasi kemahasiswaan.

4 Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, Jakarta : PT. Gramedia, 1975.Hal.12

5 Ibid. Hal.1120

Page 4: SEKOLAH TINGGI SENI VISUAL

2.3 KEBUTUHAN RUANG

A. Utama

1. R. Studio

Jurusan Seni Murni

R. Studio Lukis:

R. Bimbingan

R. Praktek Lukis Bebas

R. Gudang & Alat

R. Simpan Hasil Karya

R. Studio Patung:

R. Bimbingan

R. Praktek

R. Bahan Baku & Alat

R. Simpan Hasil Karya

R. Studio Grafis

R. Bimbingan

R. Cetak

Area Bahan Baku & Alat

Toilet

Jurusan Desain

Studio Desain Komunikasi Visual

R. Gambar

R. Komputer

Area Simpan Hasil Karya & Alat

Studio Interior

R. Gambar

R. Maket

Area Simpan Hasil Karya & Alat

Studio Desain Produk

R. Gambar/Desain

R. Bengkel Maket

Area Simpan Hasil Karya

Toilet

Jurusan Kriya

Studio Keramik

R. Bimbingan

Area Pembentukan

Page 5: SEKOLAH TINGGI SENI VISUAL

R. Bahan Baku & Alat

Area Persiapan

Area Simpan Hasil Karya

Area Alat Pengeringan

R. Pembakaran

Studio Kayu

R. Bimbingan

R. Praktek

Area Bahan Baku & Alat

R. Simpan Hasil Karya

Studio Tekstil

R. Bimbingan

R. Praktek

Area Alat & Bahan

Area Simpan Hasil Karya

Toilet

2. Sekretariat Jurusan (Jurusan seni murni, Jurusan desain, Jurusan kriya)

R. Ka. Jurusan

R. Wakil Ka. Jurusan

R. Dosen

R. Ass. Dosen

R. Rapat

R. Administrasi

R. Tamu / Penerima

Toilet

B. Penunjang

1. Perpustakaan

Lobby

R. Penitipan

R. Buku

R. Baca

R. Fotocopy

R. Counter Pelayanan

R. Administrasi

R. Pimpinan

R. Gudang

Toilet

Page 6: SEKOLAH TINGGI SENI VISUAL

2. Laboratorium (lab. Komputer)

Studio Photography

R. Proseccing

R. Gelap

R. Penyimpanan Film

3. Ruang Seminar

R. Duduk

Hall

Gudang

Toilet

4. Ruang Audio Visual

R. Duduk

R. Proyektor

Gudang

Toilet

5. Galeri

Hall/Pameran

R. Informasi

R. Pengelola

R. Penitipan

Toilet

6. Ruang Serba Guna

Lobby

R. Duduk

Panggung

R. Ganti/Rias

R. Kontrol Audio Visual

R. Gudang Alat

Toilet

C. Pengelola

1. Ketua/Pimpinan

R. Ketua

R. Sekretaris Ketua

R. Pembantu

R. Sekretaris Pembantu

R. Tamu

Toilet

Page 7: SEKOLAH TINGGI SENI VISUAL

2. Administrasi

Counter/Pelayanan

R. Tamu

R. Administrasi Umum

R. Pelayanan

R. Biro (Administrasi & Keuangan)

R. Kepala Biro

R. Sekretaris & Staff

R. Arsip

Toilet

D. Pelengkap

1. Kemahasiswaan (R. Senat)

2. Olah Raga: OutDoor

3. Penerima

Hall/R. Bersama

Plaza

Pos & Giro

Bank

R. Tunggu

Musholla

E. Service

Kebersihan

R. Staff

Gudang

M & E

R. Staff

Gudang

R. M & E

R. Pimpinan & Staff

Page 8: SEKOLAH TINGGI SENI VISUAL

3. TEMA

3.1 PENGERTIAN TEMA

Tema pada proyek ini adalah Eclectic yaitu dengan memilih unsur masing-masing gaya dengan

perpaduan yang unik, dinamis yang akan memberikan daya tarik visual bangunan dan dengan

teknik dan bahan bangunan baru.

Eclectic yang digunakan pada perancangan dengan mengambil gaya Arsitektur Kolonial

Belanda (penerapan jendela atas, atap yang berbentuk pelana dan limasan), Gaya Klasik Yunani

(pada kolom Dorik dan atap yang berbentuk segi tiga/pediment), Gaya Klasik Romawi (pelengkung

pada sebuah gerbang merupakan konstruksi sangat khas Romawi), dan Gaya Renaissance

(perulangan jendela bergaya klasik).

Contoh:

Arsitektur Kolonial Belanda

Penerapan jendela atas, atap yang berbentuk pelana dan limasan

Gaya Klasik Yunani

Pada kolom Dorik dan Atap yang berbentuk segi tiga/pediment

Gbr. 3.1.1 Gaya Arsitektur Kolonial Belanda Penerapan Jendela Atas, dan Atap Berbentuk Pelana & Limasan

Perbandingan memperlihatkan masing-masing ciri dari ketiga Order : Dorik (kiri), Ionik (tengah), dan Korintien (kanan). Legenda: A. Entablature B. Kolom C. Connice D. Frize E. Architrave F. Kepala G. Shajt H. Base I. Plinth 1. Gutte 2. Metope 3. Trigliph 4. Abacus 5. Echinus 6. Volute 7. Fluting 8. Dentil 9. Facia

Gbr 3.1.2 Order Dorik, Ionik, dan Korintien Pada Bangunan Yunani

Page 9: SEKOLAH TINGGI SENI VISUAL

Gbr 3.1.3 Bangunan University of Virginia Gaya Klasik Yunani, Pada Kolom Dorik

Order-Dorik (Dorik-Order)

Salah satu peninggalan dari

arsitektur Order–Dorik berupa

kuil yaitu Parthenon (445-43200

di Akropolis di rancang oleh

Ictinus dan Callicrates,

pematungnya Pheidas. Dengan

deretan 17 kolom pada sisi

terpanjang, 8 pada sisi

terpendek. Berkolom Dorik.

Gbr 3.1.4 Kuil Parthenon (447-432SM) Acropolis, Pandangan Depan dan Potongan Melintang,Denah, Potongan Membujur, Potongan Melintang, Pandangan Depan dan Perspektif.

Atap berbentuk segi tiga ciri umum Arsitektur Yunani

Bagian-bagian utama dari arsitektur Yunani.

Legenda:

E. Entablature F. Pediment G. Kolom

a. Architrave b. Frieze c. Cornice

Pediment

Pediment terdiri dari cornice yaitu semacam bingkai keliling segi tiga dari molding mengikuti bentuknya. Bagian tengah

didalam bingkai tersebut terdapat tympanum, yang biasanya pada bidang didalamnya dibuat dekorasi, dapat berupa relief

maupun patung-patung. Pediment bertumpu diatas sebuah alas berupa balok horisontal disebut entablature yang

mempunyai tiga bagian atau lapisan: diatas berupa cornice, ditengah frize dan dibawah disebut architrave.

Frize dan Bagian-Bagiannya

Page 10: SEKOLAH TINGGI SENI VISUAL

Gaya Klasik Romawi

Pelengkung pada sebuah gerbang merupakan konstruksi sangat khas Romawi

Konstruksi pediment dan entablature disangga oleh kolom dalan arsitektur Yunani dibagi

menjadi tiga, yaitu: teratas disebut kepala atau capital, tengah atau badan disebut shaft

dan tumpuan terbawah disebut base. Capital mempunyai tiga bagian: paling atas abacus,

tengah echinus, paling bawah disebut leher atau neck. Di bawah leher ada astragal,

bagian yang menghubungkan capital dengan shaft. Bagian bawah kolom atau base terdiri

dari tiga bagian, yang paling atas apophyge, tengah torus, bawah disebut plinth

Pelengkung Titus di Roma (82 M)

Pada arsitektur Romawi, pelengkung menjadi bagian yang penting karena berfungsi sebagai konstruksi menggantikan

kolom dan balok. Pelengkung dikombinasikan dengan elemen Order Yunani yang juga diambil bentuknya saja.

Pelengkung Septimius Serverus, Roma (203 M)

Mempunyai tiga pelengkung: satu terbesar ditengah, diapit kembar dikanan-kiri. Semua kolom silindris langsing dihias

kepala bercorak Korintien.

Contoh: Order-Tuscan (kiri), Order Dorik-Romawi (tengah), Order Komposit (kanan) pada

bangunan Romawi.

Bentuk kolom dan balok Yunani

hanya menjadi bagian dari dekorasi.

Namun konstruksi, proporsi,

komposisi dan dekorasinya

mempunyai ciri khusus, berbeda

dengan ketiga Order Yunani. Perbandingan kepala kolom dan

entablature Korintien-Yunani (kiri), dan

Korintien-Romawi (kanan).

Page 11: SEKOLAH TINGGI SENI VISUAL

Gaya Renaissance

Perulangan jendela bergaya klasik

3.2 Interprestasi Tema

Penerapan tema Eclectic dalam perancangan Sekolah Tinggi Seni Visual adalah:

1. Arsitektur Kolonial Belanda

Penerapan jendela atas, atap yang berbentuk pelana dan limasan

2. Gaya KlasikYunani

Pada kolom Dorik dan atap yang berbentuk segi tiga/pediment

Istana Strozzi, 1489-1539 Direncanakan oleh: Da Majano Dibangun oleh: Da Majano dan Cronaca

Jendela-jendela yang diletakkan berderet dengan jarak dan

besar yang sama menunjukkan harmoni yang sangat

sederhana tanpa adanya suatu titik pusat perhatian sama

sekali. Gaya Renaissance adalah gaya arsitektur yang dibuat

menurut teori bahwa badan bangunan harus berbentuk kubus

melebar.

Perbandingan memperlihatkan masing-masing ciri dari ketiga Order: Dorik (kiri), Ionik (tengah), dan Korintien

(kanan). Legenda:

A. Entablature B. Kolom

C. Connice D. Frize

E. Architrave F. Kepala

G. Shajt H. Base

I. Plinth

1. Gutte 2. Metope

3. Trigliph 4. Abacus

5. Echinus 6. Volute

7. Fluting 8. Dentil

9. Facia

Page 12: SEKOLAH TINGGI SENI VISUAL

3. Gaya Klasik Romawi

Pelengkung pada sebuah gerbang merupakan konstruksi sangat khas Romawi

4. Gaya Renaissance

Dengan perulangan jendela-jendela bergaya klasik

Atap berbentuk segi tiga ciri umum Arsitektur Yunani

Konstruksi dalam arsitektur klasik, berbentuk segi tiga diujung atap

yang berbentuk pelana (dua sisi miring), dibingkai dibawah oleh

cornice horizontal, disisi miring oleh cornice miring (raking

cornice). Sering disebut juga Froton

Pada arsitektur Romawi, pelengkung menjadi bagian

yang penting karena berfungsi sebagai konstruksi menggantikan

kolom dan balok. Pelengkung dikombinasikan dengan elemen

Order Yunani yang juga diambil bentuknya saja.

Bentuk kolom dan balok Yunani hanya menjadi

bagian dari dekorasi. Namun konstruksi, proporsi, komposisi dan

dekorasinya mempunyai ciri khusus, berbeda dengan ketiga

Order Yunani.

Jendela-jendela yang diletakkan berderet dengan jarak dan besar yang sama menunjukkan harmoni yang sangat

sederhana tanpa adanya suatu titik pusat perhatian sama sekali. Gaya Renaissance adalah gaya arsitektur yang

dibuat menurut teori bahwa badan bangunan harus berbentuk kubus melebar.

Page 13: SEKOLAH TINGGI SENI VISUAL

4. ANALISIS

4.1 ANALISIS FUNGSIONAL

4.1.1 Hubungan

FASILITAS AKADEMIS (UTAMA)

Kelas Teori R. Bersama

Studio Jurusan Seni Murni Sekretariat Jurusan Seni Murni

Studio Jurusan Seni Kriya Sekretariat Jurusan Seni Kriya

Studio Jurusan Seni Desain Sekretariat Jurusan Seni Desain

FASILITAS PENUNJANG FASILITAS PENGELOLA Perpustakaan Studio Photograpy Administrasi Pimpinan

Laboratorium Studio Model Penyelenggara

R. Audio Visual Auditorium

Galeri FASILITAS PELENGKAP SERVICE Kemahasiswaan M & E

Koperasi / Bursa Fasilitas Olah Raga

Keamanan

Musholla

Pos dan Giro Kebersihan

Ruang Tunggu

Bank Hall / Penerima

Plaza

4.1.2 Penggelompokan Kegiatan

SIFAT KEGIATAN JENIS KEGIATAN

PRIVAT Melayani kegiatan yang sifatnya dari dalam seperti perkuliahan (Teori & Studio) serta jurusan.

SEMI PRIVAT Kegiatan penunjang yang berkaitan dengan kegiatan perkuliahan (Seperti: laboratorium, studio

penunjang, perpustakaan, dll).

SEMI PUBLIK Meliputi kegiatan pengelola dan administarasiserta yang berkaitan dengan pihak luar seperti:

auditorium, ruang seminar, ruang audio, dll.

PUBLIK Kegiatan pelengkap yang meliputi fasilitas seperti kantor pos dan giro, kantin, bank, plaza, hall

bersama, fasilitas olah raga, dll.

SERVICE Melayani kegiatan yang bersifat service seperti: pengiriman barang service.

KETERANGAN : Hub. Dekat

Hub. Agak Dekat

Hub. Jauh

Page 14: SEKOLAH TINGGI SENI VISUAL

4.2 ANALISIS SITE MAKRO

4.2.1 Pemilihan Lokasi Site

Alasan memilih lokasi site dikecamatan Cempaka Putih, sebagai berikut:

1. Suasana sekitar dengan tingkat kebisingan yang cukup rendah dapat memberikan privasi

dan kenyamanan bagi kegiatan pendidikan.

2. Lokasi tapak mudah di capai, baik oleh kendaraan umum maupun dengan kendaraan

pribadi.

3. Peraturan-peraturan daerah, seperti RBWK dan RUTR mengenai peruntukan KDB, KLB,

dan Ketinggian bangunan sesuai dengan proyek yang akan dilaksanakan yaitu bangunan

pendidikan.

4. Arus lalu lintas disekitar tapak tidak terlalu padat, sehingga dapat menunjang kegiatan

pada sekolah ini.

4.3. ANALISIS SITE MIKRO

4.3.1 Lokasi Site

Gbr. 4.2.1. Peta Lokasi

Lokasi Berada Di Jalan Cempaka Putih Tengah, Kecamatan Cempaka Putih, Jakarta Pusat

Gambar 4.3.1. Lokasi Site Terpilih

Page 15: SEKOLAH TINGGI SENI VISUAL

4.3.2 Karakter Lingkungan

Lokasi tapak mudah dicapai, baik oleh kendaraan umum maupun dengan

kendaraan pribadi.

Suasana sekitar mempunyai tingkat kebisingan yang cukup rendah, sehinnga

dapat memberikan privasi dan kenyamanan bagi kegiatan pendidikan.

Arus lalu lintas di sekitar tapak tidak terlalu padat, sehingga dapat menunjang

kegiatan pada sekolah ini.

5. KONSEP PERANCANGAN

5.1 KONSEP DASAR

Konsep dasar menggunakan pendekatan eclectic yaitu dengan memilih unsur

masing-masing gaya dengan perpaduan yang unik dan dinamis yang akan memberikan

daya tarik visual bangunan. Sedangkan eclectic yang digunakan pada perancangan dengan

mengambil gaya Arsitektur Kolonial Belanda (penerapan jendela atas, atap yang berbentuk

pelana dan limasan), Gaya Klasik Yunani (pada kolom Dorik dan atap yang berbentuk segi

tiga/pediment), Gaya Klasik Romawi (pelengkung pada sebuah gerbang merupakan

konstruksi sangat khas Romawi), dan Gaya Renaissance (perulangan jendela bergaya

klasik).

5.2 Rencana Tapak

Gambar 5.1.1 Perspektif

Keterangan : A. Daerah Publik B. Daerah Privat C. Daerah Service D. Daerah Semi Publik

B

B B D

A

A

C

C

Gambar 5.2.1 Tata Letak

Page 16: SEKOLAH TINGGI SENI VISUAL

5.3 BANGUNAN

Terdapat 4 (empat) massa bangunan, dimana masing-masing jurusan berdiri sendiri untuk memudahkan pengelompokan kegiatan tetapi tetap merupakan kesatuan yang dinamis, unik, ekspresif, dan menyatu.

Arsitektur Kolonial Belanda. Penerapan jendela atas, dan atap pelana & limasan, Gaya Klasik Yunani, pada kolom Dorik, Gaya Klasik Romawi, dengan pelengkung pada sebuah gerbang merupakan konstruksi sangat khas Romawi dan Gaya Renaissance, dengan perulangan jendela bergaya klasik.

Gbr. 5.3.2 Interior Studio Keramik

Gbr. 5.3.1 Massa Bangunan

Page 17: SEKOLAH TINGGI SENI VISUAL

Gbr. 5.3.3 Interior Studio Lukis

Gbr. 5.3.4 Interior Studio Desain Produk

Gbr. 5.3.5 Interior Kantin

Page 18: SEKOLAH TINGGI SENI VISUAL

Gbr. 5.3.6 Gerbang Entrance dan Exit Gbr. 5.3.7 Air Muncrat

Gbr. 5.3.9 Lapangan Bola Basket & Bola Volley Gbr. 5.3.8 Masjid

Gbr. 5.3.10 Area Parkir Motor Gbr. 5.3.11 Area Parkir Mobil

Gbr. 5.3.12 Amphitheatre

Page 19: SEKOLAH TINGGI SENI VISUAL

DAFTAR PUSTAKA

1. A.P Cowie, Oxford Dictionary, Oxford University Press, 1990.

2. Balai Penelitian Indonesia.

3. Balai Penelitian Keramik Bandung.

4. Boediono, MA. Endang, Sejarah Arsitektur 2, Seri Desain Interior, 1995.

5. Building Planning & Desain Standard.

6. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Himpunan

Keputusan Menteri tentang Kurikulum Nasional Program Sarjan, 1901.

7. Felix. M Keesing, Cultural Antropology : The Science Custom, New York : Mc Grow Hill, 1982.

8. Interior Space / Design Standard.

9. Koentjaningrat, Kebudayaan Metalitas dan Pembangunan, Jakarta : PT. Gramedia, 1975.

10. Nathan, Knobler, The Visual Dialoque : An Introduction to The Appreciation of art, New York :

Holt, Reinhard Winston, Inc, 1966.

11. Phillip Bean, The Language of Art, New Jersey : The Ronald Press Company, 1958.

12. Rencana Induk Pengembangan Universitas / Institut.

13. Sumalyo, Yulianto, Arsitektur Klasik Eropa, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 2003.

14. UU No. 2 Tahun 1989 Pasal 16 dan 17, tentang Bentuk Perguruan Tinggi.

15. www/ Hui No’eau Visual Art Center.com

16. www/ Pennsylvania Academy of Art.com