Upload
septian-tresna-wijaya
View
56
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
sejarah profesi apoteker & perawat, kompetensi apoteker dan perawat, peran apoteker dan perawat
Citation preview
Sejarah Perkembangan, Kompetensi, serta Peran Profesi Apoteker dan Perawat
Septian Ika Prasetya
1406578754
IPE-37
Sejarah Perkembangan Profesi Apoteker
Sejak masa prasejarah, manusia purba belajar mengenai ramuan pengobatan dari insting dan
dari pengamatan terhadap binatang. Manusia purba mencoba-coba menggunakan air dingin, lumpur,
debu, atau dedaunan untuk merawat luka dan melihat bahan apa yang paling cocok. Pengetahuan dari
hasil coba-coba itu diterapkan kepada manusia purba lainnya.
Peradaban yang meninggalkan catatan praktik serupa apoteker adalah peradaban Babilonia
(2600 tahun sebelum masehi). Pada zaman ini, praktisi pengobatan dijalankan oleh seorang yang
berperan sebagai pendeta, farmasis, dan dokter sekaligus. Peradaban Babilonia menyisakan
peninggalan berupa papan tanah liat yang bertuliskan catatan medik yang berisi catatan gejala
penyakit, resep, dan petunjuk meramu obat serta doa-doa untuk dewa.
Pengetahuan obat peradaban Tiongkok Kuno menurut legenda berakar dari seseorang
bernama Shen Nung (sekitar 2000 tahun sebelum masehi), raja yang mencari dan menyelidiki
manfaat pengobatan dari ratusan jenis tanaman herbal. Ia melakukan percobaan obat termasuk
kepada tubuhnya sendiri dan berhasil mencatat sekitar 350 obat dari
hasil pengolahan tanaman herbal, kulit kayu, akar, dan kayu yang
masih dikenal dalam dunia farmasi hingga kini.
Teknik pengobatan bangsa Mesir kuno tecatat mulai
berkembang sejak 2900 tahun sebelum masehi, namum catatan
farmasi yang paling terkenal dan paling penting adalah “Papyrus
Ebers” yang dibuat 1500 tahun sebelum masehi. Catatan tersebut
berisi kumpulan 800 resep yang menyebutan 700 jenis obat. Profesi
farmasi pada zaman Mesir kuno dilaksanakan oleh dua orang
dengan level profesi yang berbeda, seseorang berperan pengumpul
bahan dan peracik obat, sementara seseorang lainnya berperan sebagai kepala farmasis yang
memimpin pembuatan obat. Pekerjaan farmasi dijalankan pada suatu tempat yang disebut “rumah
kehidupan” dimana pada setting seperti ini, Papyrus Ebers dibacakan oleh farmasis kepala untuk
mengarahkan aktivitas peracikan obat.
Papyrus ebers: resep asthma
Zaman Yunani kuno mencatat nama Theoprastus ( 300 tahun sebelum masehi) sebagai
“bapak botani”, seorang filsuf dan ilmuwan sains yang meneliti manfaat medis dan sifat-sifat
tanaman obat dengan akurat meskipun pengetahuan pada saat itu masih sangat terbatas.
Peradaban Romawi memiliki kontribusi yang sangat signifikan terhadap ilmu dan praktik
profesi farmasi yang dimulai sejak 100 tahun sebelum masehi. Salah satu tokoh yang mencolok
adalah Galen (120-200 masehi) yang menjalankan praktik farmasi dan dokter sekaligus di Roma.
Prinsip-prinsip yang dikemukakan Galen dalam meracik dan menyiapkan obat dipakai oleh dunia
barat selama hampir 1500 tahun. Kini, namaya dipakai dalam menamai obat yang dibuat secara
mekanis : “galenicals”.
Sejarah menuliskan catatan kolaborasi dua profesi kesehatan, dokter dan farmasis yang
dijalankan dengan harmonis oleh Damian, sang apoteker dan Cosmas, sang dokter. Saudara kembar
keturunan Arab ini menjalankan pengobatan bagi orang-orang sakit yang datang ke rumah mereka
secara berdampingan di kota Siprus, tahun 303 masehi.
Apotik yang pertama kali ada didirikan oleh bangsa Arab di kota Baghdad pada akhir abad
ke-8. Bangsa Arab memisahkan ilmu dan praktik kedokteran dan farmasi dengan menganut
pengetahuan-pengetahuan dari Yunani dan Roma. Pada zaman ini, bangsa Arab sudah mengenal
penggunaan sirup dari bahan alam, pengawet, air distilasi, dan cairan alcohol dalam pembuatan dan
penyimpanan obat. Ilmu kefarmasian bangsa Arab meluas seiring ekspansi agama Islam ke Afrika,
Spanyol dan Prancis bagian selatan.
Di negara-negara Eropa yang mendapat pengaruh Arab, praktik farmasi public mulai muncul
sejak abad ke-17. Sebenarnya, sejak abad ke-13, di Pulau Sisilia dan wilayah Italia bagian selatan,
telah ada pembagian profesi farmasis dan dokter. Raja Jerman yang juga merupakan Raja Sisilia,
Frederick II dari Hohenstaufen mengeluarkan dekrit untuk memisahkan tanggung jawab pelayanan
kesehatan antara dokter dan farmasis.
Migrasi penduduk eropa ke amerika turut membawa perkembaangan ilmu dan praktik
kefarmasian di benua baru. Louis Hebert, dalam upayanya membantu rekan-rekan mendirikan koloni
pertama di Kanada, ia menjaga kesehatan para penduduk awal, menanam tanaman obat dan
merawatnya, serta mengamati specimen obat yang dibuat penduduk asli; Bangsa Indian.
Apotik yang didirikan oleh Christopher Marshall adalah yang pertama yang didirikan di
Amerika tahun 1729 di Philadelphia. Perkumpulan ahli-ahli farmasi pada tanggal 6-8 Oktober 1852
mendirikan American Pharmaceutical Association. Tokoh yang menjadi “bapak farmasi Amerika”
adalah William Procter Jr. yang merupakan sekretaris dari APhA pada awal terbentuknya asosiasi
tersebut. Procter merupakan professor farmasi, menjalankan usaha ritel farmasi, serta menjadi editor
American Journal of Pharmacy selama 22 tahun. Buku standar obat Amerika disusun pada tahun
1820 yang menjadi “United States Pharmacopeia” dan diterima oleh kalangan luas.
Tokoh yang memberikan banyak kontribusi terhadap perkembangan farmasi adalah Stanislas
Limousin (1831-1887) yang menggabungkan teori-teori ilmiah dengan keterampilan teknis dengan
menciptakan berbagai alat farmasi, diantaranya penetes obat, sistem pewarnaan racun, dan
penyempurnaan terhadap alat bantu untuk pernafasan dan pemberian oksigen terapeutik.
Penemuan efeketivitas antitoksin difteri tahun 1894 memicu ilmuwan-ilmuwan farmasi untuk
meneliti teknologi bioproses.
Ilmu farmasi terus berkembang hingga mampu menyediakan terapi bagi beberapa penyakit
sperti sifilis dan kanker. Riset farmasi secara ekstensif dimulai pada tahun 1930-an oleh Jerman
selama perang dunia ke-1, dilanjutkan oleh Amerika Serikat. Sejak penemuan antibiotik Alexander
Fleming pada tahun 1929, dimulailah era antibiotik dengan riset intensif pada perang dunia kedua
sehingga pada saat ini telah tersedia berbagai antibiotik yang dapat melawan mikroba dengan lebih
efektif.
Sembilan Kompetensi Apoteker Indonesia
1. Mampu melakukan praktik kefarmasian secara profesional dan etik
Unit dan elemen kompetensi apoteker Indonesia poin satu diantaranya:
a. Menguasai kode etik yang berlaku dalam praktik profesi
b. Mampu menerapkan praktik kefarmasian secara legal dan professional sesuai kode etik
apoteker Indonesia
c. Memiliki ketrampilan komunikasi, dengan elem kompetensi berupa kemampuan
menerapkan prinsip-prinsip komunikasi terapeutik, mengelola informasi dan
memfasilitasi proses komunikasi
d. Mampu komunikasi dengan pasien dengan komponen kompetensi berupa kemampuan
dalam menghargai pasien dan melaksanakan tahapan komunikasi dengan pasien
e. Mampu komunikasi dengan tenaga kesehatan
f. Mampu komunikasi secara tertulis dengan elemen kompetensi berupa kemampuan
memahami rekam medis atau rekam kefarmasian/catatan pengobatan dan
mengkomunikasikannya
g. Mampu melakukan konsultasi/konseling sediaan farmasi dan alat kesehatan
2. Mampu menyelesaikan masalah terkait dengan penggunaan sediaan farmasi
a. Mampu menyelesaikan masalah penggunaan obat yang rasional, dengan elemen
kompetensi meliputi kemampuan menelusuri riwayat pengobatan pasien,meninjau
penggunaan obat pasien, menganalisis drug therapy problems (masalah sehubungn obat),
mendukung kemandirian pasien daam menggunakan obat, monitoring parameter
keberhasilan pengobatan,serta evaluasi hasil akhir penggunaan obat
b. Mampu melakukan telaah penggunaan obat pasien, dengan elemen meliputi kemampuan
menindaklanjuti hasil monitoring, melakukan intervensi apoteker, dan mendokumentasi
obat pasien
c. Mampu melakukan monitoring efek samping obat (MESO)
d. Mampu melakukan evaluasi penggunaan obat
e. Mampu melakukan praktik therapeutic drug monitoring (TDM)
f. Mampu mendampingi pengobatan mandiri (swamedikasi)oleh pasien
3. Mampu melakukan dispensing sediaan alat farmasi dan alat kesehatan
a. Mampu melakukan penilaian resep, dengan elemen diantaranya memeriksa keabsahan
resep, mengklarifikasi permintaan obat, dan memastikan ketersediaan obat
b. Mampu melakukan evaluasi obat yang diresepkan, yaitu mempertimbangkan oat yan
diresepkan, menelaah obat yang diresepkan terkait dengan riwayat pengobatan dan terapi
terakhir pasien, dan mengupayakan optimalisasi terapi obat
c. Melakukan penyiapan dan penyerahan obat yang diresepkan, yaitu menerapkan SOP
penyiapan dan penyerahan obat, mendokumentasikan dispensing, serta membangun
kemandirian pasien dalam kepatuhan menggunakan obat
4. Mampu memformulasi dan memproduksi sediaan darmasi dan alat kesehatan sesuai standar
yang berlaku
a. Mampu melakukan persiapan produksi obat, yaitu memahami standar dalam formulasi
dan produksi, memastikan jaminan mutu, dan melakukan penilaian ulang formulasi
b. Mampu membuat formulasi dan pembuatan sediaan farmasi, dengan elemen kemampuan
melakukan pencampuran zat aktif dan zat tambahan, menerapkan prinsip dan teknik
penyiapan pembuatan obat non steril dan obat steril, mengemas, memberi label,
menyimpan, dan mengontrol kualitas sediaan.
c. Mampu melakukan Iv-Admixture dan mengendalikan sitostatika
d. Mampu melakukan sterilisasi alat kesehatan sesuai prosedur standar
5. Mempunyai ketrampilan dalam pemberian informasi sediaan farmasi dan alat kesehatan
a. Pelayanan informasi obat, meliputi kemampuan mengklarifikasi perminataan informasi
obat, mengidentifikasi dan mengevaluasi sumber informasi/referensi yang relevan, serta
merespon pertanyaan dengan informasi dengan jelas, valid, tanpa bias, dan independen
b. Mampu menyampaikan informasi kepada masyarakat sesuai etika profesi kefarmasian
6. Mampu berkontribusi dalam upaya preventif dan promotif kesehatan masyarakat. Yaitu
mampu bekerjasama dalam pelayanan kesehatan dasar, yaitu kemampuan bekerjasama
dengan tenaga kesehatan lain, melakukan survey masalah obat di masyarakat
7. Mampu mengelola sediaan farmasi dan alat kesehatan yang sesuai dengan standar yang
berlaku. Kompetensi ini mencakup kemampuan menyeleksi sediaan farmasi dan alat
kesehatan; mendesain,menyimpan dan mendistribusikan sediaan dan alat kesehatan,
mengelola infrastruktur dan keuangan, serta menyelenggarakan praktik kefarmasian yang
bermutu
8. Mempunyai ketrampilan organisasi dan mampu membangun hubungan interpersonal dalam
melakukan praktik kefarmasian. Unit kompetensi yang penting dari poin ini diantaranya
kemampuan dalam bekerjasama dalam tim, menyelesaikan masalah, serta mengelola konflik
9. Mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berhubungan dengan
kefarmasian
Peran Profesi Apoteker
Secara umum, apoteker berperan sebagai seorang professional, manajer, dan seorang retailer.
1. Profesional
Sebagai seorang professional kesehatan, apoteker berperan dalam melaksanakan kegiatan
asuhan kefarmasian (pharmaceutical care) sesuai dengan standar asuhan kefarmasian yang
baik (GPP/Good Pharmaceutical Practice) yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan
no. 1027 tahun 2004.
2. Manajer
Seorang apoteker yang baik adalah seorang pengelola sumber daya yang baik yang mampu
menyusun perencanaan agar di apotek tidak terjadi kehabisan persediaan atau justru
penumpukan persediaan dari obat tertentu.
3. Retailer
Apoteker berperan dalam menjembatani produsen dan konsumen obat yang dituntut untuk
mampu mengidentifikasi pasar sekaligus mengidentifikasi kebutuhan konsumen serta
memenuhi kebutuhan tersebut.
Berdasarkan Keputusan menteri Kesehatan No. 1027/ MENKES/ SK/IX/ 2004, standar
pelayanan kefarmasian (dalam hal ini adalah perananan praktikal apoteker) di apotek adalah sebagai
berikut:
1. Pelayanan resep (asuhan kefarmasian di apotek)
Apoteker berperan dalam memberikan pelayanan obat kepada pasien atas permintan dari
dokter, dokter gigi, atau dokter hewan baik verbal maupun non verbal. Pelayanan resep meliputi
skrining resep dan penyiapan obat.
a. Skrining resep
1) Persyaratan administratif
a) Nama, SIP, alamat dokter
b) Tanggal penulisan resep
c) Tanda tangan/paraf dokter penulis resep
d) Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien
e) Nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta
f) Cara pemakaian
g) Informasi lainnya
2) Kesesuaian farmasetik
a) bentuk sediaan
b) dosis
c) potensi
d) stabilitas
e) inkompatibilitas
f) cara dan lama pemakaian
3) Pertimbangan klinik
a) adanya alergi
b) efek samping
c) interaksi
d) kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat, dll)
b. Penyiapan obat
1) Peracikan
2) Etiket
3) Kemasan obat yang diserahkan
4) Penyerahan obat
5) Informasi obat
6) Konseling
7) Monitoring penggunaan obat
2. Promosi dan edukasi
Apabila masyarakat ingin mengobati diri sendiri (swamedikasi) suatu penyakit ringan
yang memberikan promosi dan edukasi. Dalam upaya upaya kesehatan masyarakat promotif dan
preventif, apoteker berperan dalam diseminasi informasi melalui penyebaran leaflet/brosur,
poster, penyuluhan, dll.
3. Pelayanan residensial ( home care )
Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian
yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan
penyakit kronis lainnya. Untuk aktivitas ini apoteker harus membuat catatan berupa catatan
pengobatan (medication record).
Peranan apoteker dalam ruang lingkup rumah sakit (bukan di apotek)
Apoteker memiliki peranan vital dalam pelayanan kesehatan dalam setting klinik yang dapat
dibagi menjadi dua peranan utama, yaitu pertama adalah pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai serta yang kedua adalah kegiatan pelayanan farmasi klinik. Peranan
apoteker dalam pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai meliputi
pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan
penarikan sediaan farmasi alkes dan bahan medis habis pakai, pengendalian administrasi.Sementara
itu, pelayanan farmasi klinik oleh apoteker di rumah sakit yang bertujuan untuk meningkatkan
outcome terapi dan meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena obat, keselamatan pasien
(patient safety) dan kualitas hidup pasien (quality of life) dilaksanakan melalui :
a. Pengkaijian dan pelayanan resep
b. Penelusuran riwayat penggunaan obat
c. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
d. Konseling
e. Pemantauan terapi obat (PTO)
Sejarah Perkembangan Profesi Perawat
Pada masyarakat primitif, penyediaan layanan keperawatan diasosiasikan terhadap kaum
perempuan. Karena tidak ada pendidikan maupun ilmu formal, profesi keperawatan pada mulanya
merupakan suatu tradisi yang diwariskan dari mulut ke mulut dari generasi ke generasi yang
bersumber dari pengamatan terhadap orang lain yang sedang melakukan praktik keperawatan atau
kadang berasal dari coba-coba.
Bukti yang ada menunjukkan bahwa profesi perawat mulai membentuk persatuan sejak awal
era Kristen. Idealisme perawat seperti amal, layanan kepada orang lain, dan pengorbanan diri sesuai
dengan ajaran awal gereja. Peranan istri samas adalah untuk menemani uskup dalam mengunjungi
jemaat yang dakit di rumahnya. Fabiola adalah istri samas yang pertama yang berperan dalam
pembangunan dan pengoperasian rumah sakit Kristen pertama di Roma.
Ketika terjadi reformasi protestan di Inggris, dimana banyak biara ditutup, perawatan bagi
orang sakit harus kembali dijalankan oleh wanita biasa karena profesi perawat dianggap rendah. Pada
pertengahan abad ke-19, tokoh-tokoh reformis sosial Inggris membentuk kelompok perempuan yang
berlatar belakang relijius untuk menjadi staf di rumah sakit hingga pada tahun 1840 dibentuklah
Potestant Sisters of Charity.
Florence Nightingale adalah tokoh peletak pondasi perawat sebagai suatu profesi.
Nightingale adalah wanita dari keluarga bangsawan Inggris yang secara radikal memutuskan untuk
menjalani kehidupannya untuk merawat orang sakit dengan mengikuti pendidikan sister katolik dan
mengunjungi berbagai negara untuk mengamati pelayanan keperawatan di rumah sakit. Pengetahuan
dan pengaruh politik yang ia miliki ia gunakan dalam memecahkan permasalahan angka mortalitas
yang sangat tinggi dari tentara Inggris pada perang Crimea hingga ia mampu menerapkan hasil
pengkajiannya yang disertai analasis statistik hingga ia dianggap meletakkan pondasi praktik
evidence-based modern. Sepulangnya dari Rusia, Nightingale mendirikan sekolah keperawatan di St.
Thomas Hospital.
Profesi keperawatan di Amerika Serikat berkembang akibat adanya perang saudara dimana
sekitar 3000 wanita berperan dalam memberikan perawatan bagi korban perang di berbagai tempat,
di medan perang, di rumah sakit tentara, dan lain-lain selain di rumahnya sendiri hingga dikenal-lah
suatu profesi dimana seorang wanita memberikan pelayanan kesehatan bagi orang lain di luar
rumahnya. Menyadari perlunya bekal pendidikan bagi wanita staf rumah sakit, dibangunlah Nurse
Training School of Women’s Hospital of Philadelphia, sekolah keperawatan pertama di Amerika
Serikat.
Sejarah profesi keperawatan Indonesia dimulai dari zaman kolonial Belanda dimana perawat
disebut velpleger yang berasal dari penduduk pribumi dan dibantu zieken opasser yang bertugas
menjaga orang sakit di RS, ynag kebanyakan adalah staf dan tentara Belanda.
Pada masa penjajahan Belanda pasca pendudukan Inggris, pemerintah kolonial mendirikan
beberapa rumah sakit di Batavia, Bandung, dan Semarang yang diikuti dengan pendirian sekolah
perawat. Contohnya adalah RS PGI Cikini dan RSCM yang menyelenggarakan pendidikan juru
rawat.
Pendidikan keperawatan professional mulai diadakan mulai tahun 1962 dengan didirikannya
Akademi Keperawatan oleh Departemen Kesehatan di Jakarta dengan tujuan menghasilkan perawat
professional pemula. Pada bulan Januari 1983 diadakan Lokakarya Nasional Keperawatan yang
menghasilkan kesepakatan untuk menerima keperawatan sebagai pelayanan professional dan
pendidika keperawatan sebagai pendidikan profesi.
Kompetensi Perawat Indonesia
Standar Kompetensi Perawat Indonesia digolongkan ke dalam tiga ranah utama, yaitu sebagai
berikut:
Ranah Utama I : Praktik Professional, etis, legal dan peka budaya
1) Bertanggung gugat terhadap praktik professional.
Menerima tanggung gugat terhadap keputusan, tindakan profesional, hasil asuhan dan
kompetensi lanjutan sesuai dengan lingkup praktik, tanggung jawab yang lebih besar, dan
hukum/peraturan perundangan.
2) Melaksanakan praktik keperawatan secara etis dan peka budaya
a. Menerapkan prinsip etik dalam keperawatan sesuai dengan Kode Etik Perawat Indonesia.
b. Menerapkan sikap menghormati hak privasi dan martabat klien
c. Menerapkan sikap menghormati hak klien untuk memperoleh informasi, memilih dan
menentukan sendiri asuhan keperawatan & kesehatan yang diberikan
d. Menjaga kerahasiaan dan keamanan informasi tertulis, verbal dan elektronik yang
diperoleh dalam kapasitas sebagai seorang profesional
3) Melaksanakan praktik secara legal
a. Melakukan praktik keperawatan profesional sesuai dengan peraturan perundangan
Ranah Utama II : Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan.
1) Menerapkan prinsip-prinsip pokok dalam pemberiandan manajemen asuhan keperawatan
Menerapkan keterampilan berpikir kritis dan pendekatan sistem untuk penyelesaian masalah
serta pembuatan keputusan keperawatan dalam konteks pemberian asuhan keperawatan
profesional
2) Melaksanakan upaya promosi kesehatan dalam pelayanan keperawatan
Mengelola promosi kesehatan melalui kerjasama dengan sesama perawat, profesional lain
serta kelompok masyarakat untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan gaya hidup dan
lingkungan yang sehat.
3) Melakukan pengkajian keperawatan
a. Melakukan pengkajian melalui pengumpulan data obyektif dan subyektif yang akurat
dan relevan melalui pengkajian kesehatan dan keperawatan yang sistematis.
b. Mengorganisasikan, mensintesis, menganalisis, menerjemahkan data dari berbagai
sumber untuk menegakkan diagnosis keperawatan dan menetapkan rencana asuhan
c. Berbagi temuan dan mendokumentasikan-nya secara akurat dan tepat waktu sesuai
dengan standar profesi dan kebijakan organisasi
4) Menyusun rencana keperawatan
a. Merumuskan rencana asuhan yang komprehensif dengan hasil asuhan yang teridentifikasi
berdasarkan diagnosis keperawatan, hasil pengkajian keperawatan dan kesehatan,
masukan dari anggota tim kesehatan lain, dan standar praktik keperawatan
b. Menetapkan prioritas asuhan melalui kolaborasi dengan pemberi asuhan lain dan klien.
c. Melibatkan klien apabila memungkinkan, dalam rencana asuhan untuk menjamin klien
mendapatkan informasi akurat, dapat dimengerti, sebagai dasar persetujuan asuhan yang
diberikan
d. Melibatkan seorang penasehat apabila klien, keluarga atau pemberi asuhan meminta
dukungan atau memiliki keterbatasan kemampuan dalam membuat keputusan,
memberikan persetujuan, atau mengalami hambatan Bahasa
e. Mengkaji kembali dan merevisi rencana asuhan secara reguler, apabila memungkinkan
berkolaborasi dengan tim kesehatan lain dan klien
f. Menjaga kelangsungan rencana asuhan yang terkini, akurat dan catatan terkait
5) Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai rencana
a. Melaksanakan serangkaian prosedur, treatment dan intervensi yang berada dalam lingkup
praktik keperawatan bagi perawat teregistrasi dan sesuai standar praktik keperawatan
b. Mendokumentasikan intervensi dan respon klien secara akurat dan tepat waktu
c. Merespon situasi perubahan yang cepat atau yang tidak diharapkan secara cepat dan tepat
d. Merespon situasi gawat darurat/ bencana secara cepat dan tepat, termasuk melakukan
prosedur bantuan hidup jika diperlukan, dan prosedur gawat darurat/ bencana lainnya
6) Mengevaluasi asuhan tindakan keperawatan
a. Memonitor dan mendokumentasikan kemajuan hasil asuhan yang diharapkan secara
akurat dan lengkap
b. Mengevaluasi kemajuan hasil asuhan terhadap pencapaian yang ditargetkan, dengan
melibatkan klien, keluarga dan/atau pemberi pelayanan, serta anggota tim kesehatan lain
c. Menggunakan data evaluasi untuk memodifikasi rencana asuhan
7) Menggunakan komunikasi terapeutik dan hubungan interpersonal dalam pemberian
pelayanan
a. Mengkomunikasikan secara jelas, konsisten dan akurat informasi baik verbal, tertulis
maupun elektronik, sesuai tanggung jawab profesionalnya
b. Berinteraksi dengan cara menghargai dan menghormati budaya klien, keluarga, dan/atau
pemberi pelayanan dari berbagai latar belakang budaya
c. Mengkomunikasikan dan berbagi informasi yang relevan, mencakup pandangan klien,
keluarga dan/atau pemberi pelayanan dengan anggota tim kesehatan lain yang terlibat
dalam pemberian pelayanan kesehatan
8) Menciptakan dan mempertahankan lingkungan yang aman
a. Menggunakan alat pengkajian yang tepat untuk mengidentifikasi risiko aktual dan
potensial terhadap keselamatan dan melaporkan kepada pihak yang berwenang.
b. Mengambil tindakan segera dengan menggunakan strategi manajemen risiko peningkatan
kualitas untuk menciptakan dan menjaga lingkungan asuhan yang aman dan memenuhi
peraturan nasional, persyaratan keselamatan dan kesehatan tempat kerja,serta kebijakan
dan prosedur.
c. Menjamin keamanan dan ketepatan penyimpanan,pemberian dan pencatatan bahan-bahan
pengobatan
d. Memberikan obat, mencatat, mengkaji efek samping dan mengukur dosis yang sesuai
dengan resep yang ditetapkan
e. Memenuhi prosedur pencegahan infeksi dan mencegah terjadinya pelanggaran dalam
praktik yang dilakukan para praktisi lain.
f. Mengetahui tanggung jawab dan prosedur yang harus diikuti pada saat dinyatakan terjadi
bencana
9) Menggunakan hubungan interprofesional dalam pelayanan keperawatan/pelayanan kesehatan
a. Memahami dan menghargai peran,pengetahuan dan ketrampilan anggota tim kesehatan
yang berkaitan dengan tanggung jawabnya
b. Berkolaborasi dengan professional kesehatan lain untuk meningkatkan pelayanan
keperawatan dan kesehatan yang dapat dijangkau oleh klien
c. Menggunakan pengetahuan tentang praktik kerja inter dan intra profesional yang efektif
d. Memaparkan dan mendukung pandangan klien, keluarga, dan/atau pemberi pelayanan
selama pembuatan keputusan oleh tim interprofessional
e. Merujuk untuk memastikan klien mendapatkan intervensi terbaik yang tersedia
10) Menggunakan delegasi dan supervisi dalam pelayanan asuhan keperawatan
a. Mendelegasikan kepada orang lain, kegiatan sesuai dengan kemampuan, tingkat
persiapan, keahlian dan lingkup praktik legal dan menerima kegiatan yang didelegasikan
sesuai dengan tingkat keahliannya dan lingkup praktik legal
b. Memonitor dan menggunakan serangkaian strategi pendukung termasuk preceptingketika
pengawasan dan/atau monitoring asuhan didelegasikan
c. Mempertahankan akontabilitas dan tanggung jawab saat mendelegasikan aspek asuhan
kepada orang lain
d. Memberikan kontribusi terhadap pengembangan panduan dan kebijakan yang berkaitan
dengan pendelegasian tanggung jawab klinik
Ranah Utama III : Pengembangan professional
1) Melaksanakan peningkatan professional dalam praktik keperawatan
a. Meningkatkan deseminasi, penggunaan, monitoring dan penelaahan standar profesi serta
pedoman praktik terbaik
b. Meningkatkan dan mempertahankan citra keperawatan yang positif
c. Bertindak sebagai model peran yang efektif bagi mahasiswa dan dalam tim pemberi
asuhan
d. Bertindak sebagai nara sumber bagi mahasiswa, anggota tim kesehatan lain dan
masyarakat
e. Menghargai penelitian dalam memberikan kontribusi pada pengembangan keperawatan
dan menggunakan hasil penelitian sebagai alat untuk meningkatkan standar asuhan
f. Mencermati lingkungan praktik dan literatur keperawatan untuk mengidentifikasi
kecenderungan (trend) dan issu yang muncul
g. Ikut serta dalam kegiatan advokasi melalui organisasi profesi untuk mempengaruhi
kebijakan pelayanan kesehatan dan sosial serta masuk ke dalam pelayanan
2) Melaksanakan peningkatan mutu pelayanan keperawatan dan asuhan keperawatan
a. Mengikuti pedoman praktik terbaik dan berdasarkan pembuktian (evidence-based) dalam
melakukan praktik keperawatan.
b. Bepartisipasi dalam kegiatan peningkatan kualitas dan penjaminan
3) Mengikuti pendidikan berkelanjutan sebagai wujudtanggung jawab profesi
a. Melakukan kajian secara teratur tentang praktik yang dilaksanakannya dengan cara
refleksi, telaah kritis, dan evaluasi serta peer review mutu.
b. Bertanggung jawab untuk belajar seumur hidup, pengembangan profesional dan
mempertahankan kompetensi yang dimilikinya
c. Menyempatkan diri untuk belajar bersama orang lain untuk memberikan kontribusi
terhadap asuhan kesehatan
Daftar Kompetensi Implementasi Asuhan Keperawatan Ners
1. Melakukan pengukuran tanda-tanda vital
2. Mengelola asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen
3. Mengelola asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit
4. Mengelola asuhan keperawatan pemberian darah secara aman
5. Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat secara aman dan tepat.
6. Mengelola asuhan keperawatan luka
7. Mengelola program pengendalian infeksi nasokomial
8. Mengelola upaya pencegahan cedera melalui langkah-langkah precautions/kewaspadaan yang
tepat
9. Mengelola asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan sirkulasi darah
10. Mengelola asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi per oral
11. Mengelola asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi enteral
12. Mengelola asuhan keperawatan dalam upaya mempertahankan keutuhan kulit
13. Mengelola asuhan keperawatan dalam upaya mengatasi masalah nyeri
14. Mengelola asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan diri
15. Melakukan persiapan tempat tidur sesuai kebutuhan klien
16. Mengelola asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan lingkungan klien dan
peralatan
17. Mengelola asuhan keperawatan menjelang dan sesudah kematian
18. Melakukan kompres dalam upaya mempertahankan suhu tubuh
19. Mengelola asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi urin
20. Mengelola asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi fekal
21. Mengelola asuhan keperawatan dalam pemenuhan mobilisasi klien
22. Memberikan dukungan sosial, kultural dan spiritual dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
23. Melakukan penerimaan klien baru untuk memfasilitasi kesinambungan pelayanan
24. Mengelola asuhan keperawatan dengan prinsip keselamatan pasien
25. Melakukan pencegahan klien jatuh
26. Mengelola asuhan keperawatan dalam pencegahan dan deteksi dini terhadap masalah kesehatan
27. Mengelola asuhan keperawatan untuk mempersiapkan klien dalam prosedur diagnostik dan
penatalaksanaannya
28. Melakukan imunisasi sesuai program pemerintah
29. Mengelola asuhan keperawatan dalam menghadapi proses berduka
30. Melakukan upaya pemeliharaan akses insersi dialysis
31. Melakukan pemeliharaan akses kanulasi phlebotomy
32. Mengelola asuhan keperawatan dalam Mengelola stress
33. Melakukan asuhan keperawatan untuk menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan bayi
34. Mengelola asuhan keperawatan klien dengan anaphylaxis
35. Mengelola asuhan keperawatan post anesthesia
36. Mengelola asuhan keperawatan klien syok
37. Mengelola asuhan keperawatan pencegahan bunuh diri kepada klien
38. Mengelola asuhan keperawatan pencegahan terhadap kekerasan kepada klien
39. Mengelola asuhan keperawatn dalam upaya mempertahankan kelancaran jalan napas
40. Mengelola asuhan keperawatan kepada kilen dengan konstipasi
41. Mengelola asuhan keperawatan kepada klien diare
42. Mengelola asuhan keperawatan kepada klien dengan hyperglykemi dan hypoglikemi
43. Mengelola asuhan keperawatan terapi Intravena melalui kolaborasi tim medis dalam menentukan
jenis terapinya
44. Melakukan pemantauan parameter hemodinamik kepada pasien yang terpasang monitoring
invasif hemodinamik
45. Mengelola asuhan keperawatan upaya peningkatan konsep klien
46. Melakukan upaya pemenuhan kebutuhan tidur dan istirahat klien melalui asuhan keperawatan
47. Melakukan surveillance untuk kepentingan asuhankeperawatan
48. Melakukan pendidikan kesehatan sesuai kebutuhanklien
49. Mengelola asuhan keperawatan dimensia
50.Mengelola asuhan keperawatan dengan memberdayakan potensi klien (terapi modalitas
keperawatan)
51. Melakukan tindakan keperawatan komplementer
Peran Profesi Perawat
1. Pelaksana pelayanan keperawatan
Perawat berperan dalam memberikan pelayanan kesehatan berupa asuhan keperawatan kepada
individu, keluarga atau kelompok masyarakat secara komprehensif meliputi pemberian asuhan
pencegahan tingkat 1, 2, ataupun 3 baik itu secara langsung maupun secara tidak langsung.
2. Pendidik
Perawat berperan dalam memberikan edukasi mengenai upaya peningkatan tingkat kesehatan,
pencegahan penyakit, serta pemulihan dari penyakit dengan cara memberikan informasi
kesehatan yang valid, tepat, dan tanpa bias
3. Pengamat kesehatan
Perawat berperan dalam melakukan monitoring terhadap perubahan kondisi kesehatan yang
terjadi pada tingkat individu, keluarga, maupun masyarakat melalui kunjungan ke rumah,
observasi & pengumpulan data, dan pertemuan dengan keluarga/kelompok masyarakat.
4. Role model
Perawat harus menampilkan perilaku yang dapat dijadikan sebagai panutan bagi masyarakat,
terutama bagi pasien, salah satu perilaku yang dapat dijadikan role model adalah
profesionalisme dalam menjalankan tugas profesi.
5. Koordinator pelayanan kesehatan
Perawat berperan dalam mengkoordinasikan pelayanan kesehatan, terutama dalam hal asuhan
keperawatan yang diterima oleh pasien dan/atau keluarga
6. Fasilitator
Perawat berperan dalam membantu pasien/keluarga/masyarakat dalam menyelesaikan suatu
masalah kesehatan dengan memaparkan alternatif-alternatif yang tersedia untuk mengatasi
permasalahan yang sedang dihadapi
7. Inovator
Perawat berupaya untuk mengadakan pembaharuan perilaku dan pola hidup pasien/keluarga dan
masyarakat demi peningkatan dan pemeliharaan kesehatan
Referensi :
1. Ikatan Apoteker Indonesia. Standar Kompetensi Apoteker Indonesia. 2011.
2. Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Standar Kompetensi Perawat Indonesia.2005
[internet].[cited on 2015 Mar 7] available from : http://www.inna-ppni.or.id
3. Indarwati R. Peran dan Fungsi Perawat. [internet] [cited on 2015 Mar 7]. Available from
: http://ners.unair.ac.id/materikuliah/peran%20&%20fungsi%20perawat.pdf
4. Egens KJ. History of Nursing. 2007. Sudbury : Jones and Bartlett Learning.
5. Washington State University College of Pharmacy. A History of Pharmacy in Pictures.
[internet]. [cited 2015 Mar 7]. Avaliable from :
https://pharmacy.wisc.edu/sites/default/files/content/american-institute-history-
pharmacy/resources-teaching/teachinghistpharm.pdf
6. Husada DR. Sejarah Keperawatan Dunia dan Indonesia. [internet]. [cited on 2015 Mar
7]. Available from : http://devidrudidianhusada.blogspot.com/p/sejarah-keperawatan-dunia-
dan-indonesia_5077.html