3
Sejarah Perempuan Indonesia Dalam buku Sejarah Perempuan Indonesia memberikan sebuah gambaran tentang perkembangan perempuan Indonesia yang mana ingin tercapainya suatu keseteraan atau emansipasi. Pada bagian pertama dijelaskan bagaimana kedudukan perempuan dalam adat dan hukum islam. Dalam adat ada sistem matrilineal yang mana kelangsungan keluarga ditentukan oleh perempuannya, pada sistem patrilineal perempuan yang telah menjadi isteri seseorang hanya mengikuti suami dan masuk kedalam keluarga suami dan pada sistem ilineal anak mengikuti garis keturunan dari sang suami maupun isteri. Dari semua sistem itu tidak dalam bentuk aslinya karena anggota komunitas biasanya telah mengadopsi islam berdasarkan mazhab Syafi’I da nada juga yang menganut Kristen. Dan perlu diingat bahwa adat tidak pernah melindungi kepentingan individu, tetapi selalu mengutamakan kepentingan kelompok. Dalam perkawinan yang lebih mempengaruhi dalam memilih calon adalah kelomk atau keluarga. Yang menjadi masalah bagi perempuan dalam pernikahan adalah adanya poligami, mengambil keputusan dalam memilih calon, cerai, dan dalam hal harta warisan. Dalam hal pendidikan perempuan juga tidak mendapatkan kebebasan, karena hukum adat membuat mereka hanya diperlukan dalam dapur, Kasur, dan merawat anak. Selanjutnya pada buku ini diterangankan bagaimana mulanya gerakan feminis berkembang diIndonesia. Pada hal ini ada beberapa

Sejarah Perempuan Indonesia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

mantap

Citation preview

Sejarah Perempuan Indonesia

Dalam buku Sejarah Perempuan Indonesia memberikan sebuah gambaran tentang perkembangan perempuan Indonesia yang mana ingin tercapainya suatu keseteraan atau emansipasi. Pada bagian pertama dijelaskan bagaimana kedudukan perempuan dalam adat dan hukum islam. Dalam adat ada sistem matrilineal yang mana kelangsungan keluarga ditentukan oleh perempuannya, pada sistem patrilineal perempuan yang telah menjadi isteri seseorang hanya mengikuti suami dan masuk kedalam keluarga suami dan pada sistem ilineal anak mengikuti garis keturunan dari sang suami maupun isteri. Dari semua sistem itu tidak dalam bentuk aslinya karena anggota komunitas biasanya telah mengadopsi islam berdasarkan mazhab SyafiI da nada juga yang menganut Kristen. Dan perlu diingat bahwa adat tidak pernah melindungi kepentingan individu, tetapi selalu mengutamakan kepentingan kelompok. Dalam perkawinan yang lebih mempengaruhi dalam memilih calon adalah kelomk atau keluarga. Yang menjadi masalah bagi perempuan dalam pernikahan adalah adanya poligami, mengambil keputusan dalam memilih calon, cerai, dan dalam hal harta warisan. Dalam hal pendidikan perempuan juga tidak mendapatkan kebebasan, karena hukum adat membuat mereka hanya diperlukan dalam dapur, Kasur, dan merawat anak.Selanjutnya pada buku ini diterangankan bagaimana mulanya gerakan feminis berkembang diIndonesia. Pada hal ini ada beberapa pelopornya, yaitu Cut Nyak Dien, Putri Bundo Kandung, Kartini, dan Dewi Sartika yang merupakan sedikit contoh dari banyaknya perempuan yang memperjuangankan hak perempuan. Masuk pada abad ke-20 gerakan perempuan makin berkembang. Hal ini ditandai dengan banyaknya organisasi-organisasi permpuan yang bermunculan seperti Putri Mardika, Pawijatan Wanito, Putri Budi Sedjati. Selain itu ada Organisasi Kepuritan Indonesia yang mana memberikan pendidikan kepada perempuan tentang organisasi dan pergerakanGerakan perempuan pada masa kolonial ditandai dengan kongres pertama perempuan Indonesia. Kongres yang diselenggarakan di Yogyakarta tahun 1928 itu menyepakati pembentukan Perikatan Perempuan Indonesia (PPI) yang berniat mengembangkan posisi sosial perempuan dan kehidupan keluarga tanpa berurusan dengan masalah politik. Pada akhir kongres, perkumpulan perempuan itu mengirimkan tiga permintaan kepada pemerintah yakni peningkatkan jumlah sekolah untuk anak perempuan, penjelasan arti taklik--perjanjian nikah--diberikan kepada mempelai perempuan sebelum menikah dan pembuatan peraturan untuk menolong janda dan anak yatim piatu dari pegawai sipil.Permintaan itu pun disetujui pemerintah. Setelah perkumpulan perempuan itu melakukan dua kali kongres, organisasi dan perkumpulan kaum perempuan yang lain mulai muncul. Awal 1930 sebuah perkumpulan bernama Isteri Sedar dibentuk. Perkumpulan yang pada 1932 mendeklarasikan diri sebagai organisasi politik itu sifatnya radikal, tidak mau berkompromi dalam perjuangannya, dan berani menyampaikan kritik dengan keras dan terbuka mengenai kebijakan pemerintah kolonial.Sementara organisasi Isteri Indonesia, yang dibentuk 1932 dan diketuai Maria Ulfah Santoso, berusaha meningkatkan pengaruh perempuan Indonesia dalam masyarakat dengan mengikutsertakan perempuan dalam dewan kota. Dalam buku ini, telah digambarkan sampai tahun 1930-an gerakan perempuan Indonesia masih fokus pada upaya pendirian lebih banyak sekolah untuk anak-anak perempuan dan peningkatan posisi sosial perempuan dalam masyarakat.Kegiatan mereka lebih mengarah ke bidang sosial dan ekonomi dibanding ke politik. Gerakan perempuan pada periode itu mencatat kesuksesan dalam bidang sosial dan pendidikan perempuan di kelas ningrat, namun belum menyentuh masalah perempuan kelas rendah yang bekerja keras di sawah, perkebunan dan pabrik.Interaksi gerakan perempuan kelas ningrat dan kelas bawah baru terjadi pada masa perjuangan merebut kemerdekaan. Perjuangan menyatukan mereka dalam tim perawat dan penghubung, pengoperasian dapur umum dan klinik berjalan. Perkumpulan perempuan yang populer pada masa revolusi itu adalah Persatuan Wanita Negara Indonesia (Perwani) yang kemudian melebur jadi satu dengan beberapa organisasi perempuan dengan program utama: "menjadi garis belakang kemerdekaan negara. " Setelah kemerdekaan, gerakan perempuan melebar ke hampir seluruh bidang pembangunan, termasuk bidang politik.