29
MAKALAH BAHASA INDONESIA “Sejarah dan Kedudukan Bahasa Indonesia” Oleh Ristiana NPM 1113053097 Dosen Pengampu : Dr. suwarjo, M. Pd. Mata Kuliah : Bahasa Indonesia PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG 1

Sejarah dan Kedudukan Bahasa Indonesia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Makalah Bahasa Indonesia Semester 1 PGSD UPP MetroUniversitas Lampung

Citation preview

Page 1: Sejarah dan Kedudukan Bahasa Indonesia

MAKALAH BAHASA INDONESIA

“Sejarah dan Kedudukan Bahasa Indonesia”

Oleh

Ristiana

NPM 1113053097

Dosen Pengampu : Dr. suwarjo, M. Pd.

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia

PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2011

1

Page 2: Sejarah dan Kedudukan Bahasa Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tidak dapat dipungkiri bahwa masih banyak masyarakat yang memakai

bahasa Indonesia sebagai alat untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-

hari dan mengakui bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi dan bahasa

nasional kita, tetapi tidak mengetahui bagaimana perkembangan bahasa

Indonesia dan apa kedudukan bahasa Indonesia.

Untuk itulah, materi ini sangat penting untuk dipelajari, karena tentu

sangat disayangkan jika sebagai pemakai bahasa Indonesia tidak mengetahui

sejarah perkembangan dan kedudukan bahasa Indonesia. Lebih dari itu,

sebagai seorang guru, materi ini menjadi modal awal untuk menjadi pengajar

bahasa Indonesia yang baik di SD, karena dengan menguasai materi ini,

berarti telah memiliki wawasan yang lebih luas tentang bahasa Indonesia yang

dapat mendukung tugas dalam membimbing anak didik agar semakin matang

pengalaman berbahasanya dan semakin tumbuh sikap positifnya terhadap

bahasa Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas ditemukan beberapa permasalahan,

diantaranya:

1. Bagaimanakah sejarah bahasa Indonesia?

2. Apakah faktor-faktor yang menyebabkan bahasa Melayu diterima

sebagai bahasa Nasional?

3. Bagaimanakah fase-fase dalam perkembangan bahasa Melayu menjadi

bahasa Nasional?

4. Bagaimanakah kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional?

5. Bagaimanakah kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara?

2

Page 3: Sejarah dan Kedudukan Bahasa Indonesia

C. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui sejarah bahasa Indonesia.

2. Untuk menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan bahasa Melayu

diterima sebagai bahasa Nasional.

3. Untuk menjelaskan fase-fase penting dalam perkembangan bahasa

Melayu menjadi bahasa Nasional.

4. Untuk menjelaskan kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa

Nasional.

5. Untuk menjelaskan kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa

Negara.

3

Page 4: Sejarah dan Kedudukan Bahasa Indonesia

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia sebagaimana

disebutkan dalam Undang-Undang Dasar RI 1945, Pasal 36 “bahasa Negara

ialah bahasa Indonesia”. Ia juga merupakan bahasa persatuan bangsa

Indonesia sebagaimana disiratkan dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.

Meski demikian, hanya sebagian kecil dari penduduk Indonesia yang benar-

benar menggunakannya sebagai bahasa ibu karena dalam percakapan sehari-

hari yang tidak resmi masyarakat Indonesia lebih suka menggunakan bahasa

daerahnya masing-masing sebagai bahasa ibu seperti bahasa Madura, bahasa

Melayu pasar, bahasa Jawa, bahasa Sunda, dan lain-lainl.

Untuk sebagian besar masyarakat Indonesia lainnya, bahasa Indonesia

adalah bahasa kedua dan untuk taraf resmi bahasa Indonesia adalah bahasa

pertama. Bahasa Indonesia merupakan sebuah dialek bahasa Melayu yang

menjadi bahasa resmi Republik Indonesia sebagai bangsa Indonesia yang,

tentunya akan lebih berkesan positif jika kita menjadikan bahasa Indonesia

sebagai bahasa nomor satu.

Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa Melayu yang sejak

dari zaman dahulu sudah dipergunakan sebagai bahasa perhubungan (lingua

franca) bukan hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir di

seluruh Asia Tenggara sejak abad ke VII. Bukti yang menyatakan itu ialah

ditemukannya prasasti di Kedukan Bukit tahun 683 M (Palembang), Talang

Tuwo tahun 684 M (Palembang), Kota Kapur tahun 686 M (Bangka Barat).

Prasati itu bertuliskan huruf Pra-Nagari berbahasa Melayu Kuno. Bahasa

Melayu Kuno itu tidak hanya dipakai pada zaman Sriwijaya karena di Jawa

Tengah juga ditemukan Prasasti tahun 832 M dan di Bogor tahun 942 M yang

menggunakan bahasa Melayu Kuno.

4

Page 5: Sejarah dan Kedudukan Bahasa Indonesia

Melayu Kuno

Penyebutan pertama istilah Bahasa Melayu sudah dilakukan pada masa

sekitar 683-686 M, yaitu angka tahun yang tercantum pada beberapa prasasti

berbahasa Melayu Kuno dari Palembang dan Bangka. Prasasti-prasasti ini

ditulis dengan aksara Pallawa atas perintah raja Kerajaan Sriwijaya. Wangsa

Syailendra juga meninggalkan beberapa prasasti Melayu Kuno di Jawa

Tengah. Yang semuanya bertuliskan Pra-Nagari dan bahasanya bahasa

Melayu Kuno memberi petunjuk bahwa bahasa Melayu dalam bentuk bahasa

Melayu Kuno sudah dipakai sebagai alat komunikasi pada zaman Sriwijaya.

Berikut ini kutipan sebagian bunyi batu bertulis Kedudukan Bukit.

“Swastie syrie syaka warsaatieta 605 ekadasyii syuklapaksa wulan waisyaakha

dapunta hyang naayik di saamwan mangalap siddhayaatra di saptamie

syuklapaksa wulan jyestha dapunta hyang marlapas dari minanga taamwan...”

“(Terjemahan dalam bahasa Melayu sekarang (bahasa Indonesia): Selamat!

Pada tahun Saka 605 hari kesebelas pada masa terang bulan Waisyaakha, tuan

kita yang mulia naik di perahu menjemput Siddhayaatra. Pada hari ketujuh,

pada masa terang bulan Jyestha, tuan kita yang mulia berlepas dari Minanga

Taamwan...)”

Melayu Klasik

Karena terputusnya bukti-bukti tertulis pada abad ke-9 hingga abad ke-13,

ahli bahasa tidak dapat menyimpulkan apakah bahasa Melayu Klasik

merupakan kelanjutan dari Melayu Kuno. Catatan berbahasa Melayu Klasik

pertama berasal dari Prasasti Terengganu berangka tahun 1303. Seiring

dengan berkembangnya agama Islam dimulai dari Aceh pada abad ke-14,

bahasa Melayu klasik lebih berkembang dan mendominasi sampai pada tahap

di mana ekspresi Masuk Melayu berarti masuk agama Islam.

Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu semakin jelas dari

peninggalan kerajaan Islam baik yang berupa batu bertulis, seperti tulisan pada

batu nisan di Minyeh Tujo, Aceh tahun 1830 M, maupun hasil susastra (abad

ke-16 dan ke-17) seperti syair Hamzah Fansuri, hikayat raja-raja Pasai, sejarah

Melayu, Tajussalatin, dan Bustanussalatin.

5

Page 6: Sejarah dan Kedudukan Bahasa Indonesia

Bahasa Melayu menyebar kepelosok Nusantara bersamaan dengan

menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara. Bahasa Melayu mudah

diterima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan antarpulau,

antarsuku, antarpedagang, antarbangsa dan antarkerajaan. Karena bahasa

Melayu tidak mengenal tingkat tutur.

Bahasa Melayu dipakai diwilayah Nusantara, dalam pertumbuhannya

dipengaruhi oleh corak budaya daerah. Bahasa Melayu menyerap kosakata

dari berbagai bahasa terutama dari bahasa Sanskerta, bahasa Persia, bahasa

Arab dan bahasa Eropa.

Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan

mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia.

Komunikasi antarperkumpulan yang bangkit pada masa itu menggunakan

bahasa Melayu.

Bentuk bahasa sehari-hari ini sering dinamai dengan istilah Melayu Pasar.

Jenis ini sangat lentur sebab sangat mudah dimengerti dan ekspresif, dengan

toleransi kesalahan sangat besar dan mudah menyerap istilah-istilah lain dari

berbagai bahasa yang digunakan para penggunanya. Bentuk yang lebih resmi,

disebut Melayu Tinggi, pada masa lalu digunakan kalangan keluarga kerajaan

di sekitar Sumatera, Malaya, dan Jawa. Bentuk bahasa ini lebih sulit karena

penggunaannya sangat halus, penuh sindiran, dan tidak seekspresif Bahasa

Melayu Pasar.

Pemerintah kolonial Belanda yang menganggap kelenturan Melayu Pasar

mengancam keberadaan bahasa dan budaya Belanda berusaha meredamnya

dengan mempromosikan Bahasa Melayu Tinggi, di antaranya dengan

penerbitan karya sastra dalam Bahasa Melayu Tinggi oleh Balai Pustaka.

Tetapi Bahasa Melayu Pasar sudah telanjur diambil oleh banyak pedagang

yang melewati Indonesia.

Hingga akhir abad ke-19 dapat dikatakan terdapat paling sedikit dua

kelompok bahasa Melayu yang dikenal masyarakat Nusantara: bahasa Melayu

Pasar yang kolokial dan tidak baku serta bahasa Melayu Tinggi yang terbatas

pemakaiannya tetapi memiliki standar. Bahasa ini dapat dikatakan sebagai

“lingua franca”, tetapi kebanyakan berstatus sebagai bahasa kedua atau ketiga.

6

Page 7: Sejarah dan Kedudukan Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia

Awal penciptaan Bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa bermula dari

Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Di sana, pada Kongres

Nasional kedua di Jakarta, dicanangkanlah penggunaan Bahasa Indonesia

sebagai bahasa untuk negara Indonesia pascakemerdekaan. Soekarno tidak

memilih bahasanya sendiri, Jawa (yang sebenarnya juga bahasa mayoritas

pada saat itu), namun beliau memilih Bahasa Indonesia yang beliau dasarkan

dari Bahasa Melayu yang dituturkan di Riau.

Bahasa Indonesia adalah dialek baku dari bahasa Melayu yang pokoknya

dari bahasa Melayu Riau sebagaimana diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara

dalam Kongres Bahasa Indonesia I tahun 1939 di Solo, Jawa Tengah, "jang

dinamakan 'Bahasa Indonesia' jaitoe bahasa Melajoe jang soenggoehpoen

pokoknja berasal dari 'Melajoe Riaoe', akan tetapi jang soedah ditambah,

dioebah ataoe dikoerangi menoeroet keperloean zaman dan alam baharoe,

hingga bahasa itoe laloe moedah dipakai oleh rakjat di seloeroeh Indonesia;

pembaharoean bahasa Melajoe hingga menjadi bahasa Indonesia itoe haroes

dilakoekan oleh kaoem ahli jang beralam baharoe, ialah alam kebangsaan

Indonesia". atau sebagaimana diungkapkan dalam Kongres Bahasa Indonesia

II 1954 di Medan, Sumatra Utara, "...bahwa asal bahasa Indonesia ialah

bahasa Melaju. Dasar bahasa Indonesia ialah bahasa Melaju jang disesuaikan

dengan pertumbuhannja dalam masjarakat Indonesia".

Secara sejarah, bahasa Indonesia merupakan salah satu dialek temporal

dari bahasa Melayu yang struktur maupun khazanahnya sebagian besar masih

sama atau mirip dengan dialek-dialek temporal terdahulu seperti bahasa

Melayu Klasik dan bahasa Melayu Kuno.

Secara sosiologis, bolehlah kita katakan bahwa bahasa Indonesia baru

dianggap lahir atau diterima keberadaannya pada tanggal 28 Oktober 1928.

Dimana, Para pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan

pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi Bahasa

Indonesia, yang menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia.

Secara yuridis, baru tanggal 18 Agustus 1945 bahasa Indonesia secara resmi

diakui keberadaannya dan ditetapkan dalam UUD 1945 pasal 36.

7

Page 8: Sejarah dan Kedudukan Bahasa Indonesia

B. Faktor-faktor yang Menyebabkan Bahasa Melayu Diterima menjadi

Bahasa Nasional

Ada beberapa faktor yang menyebabkan bahasa Melayu diangkat sebagai

bahasa Nasional. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut.

Pertama, bahasa melayu telah digunakan sebagai bahasa kebudayaan,

yaitu sebagai bahasa yang digunakan dalam buku-buku yang dapat

digolongkan sebagai hasil sastra. Selain itu, bahasa Melayu telah digunakan

sebagai bahasa resmi dalam masing-masing kerajaan nusantara yaitu sekitar

abad ke 14. Selain itu harus diingat bahwa penyebaran bahasa Melayu bukan

hanya terbatas pada daerah sekitar selat Malaka atau Sumatera saja, jauh lebih

luas dari itu. Ini dapat dibuktikan dengan terdapatnya berbagai naskah cerita

yang ditulis dalam bahasa Melayu pada berbagai tempat yang jauh dari

Malaka.

Dengan datangnya orang-orang Eropa ke Indonesia, fungsi bahasa Melayu

sebagai bahasa perantara dalam perdagangan semakin intensif. Orang-orang

Eropa malah tidak sadar telah ikut memperluas penyebaran bahasa Melayu.

Jadi, sejak lama, dari masa Sriwijaya juga Malaka yang saat itu merupakan

pusat perdagangan, pusat agama, dan ilmu pengetahuan, bahasa Melayu telah

digunakan sebagai Lingua Franca atau bahasa perhubungan diberbagai

wilayah Nusantara. Dengan bantuan para pedagang dan penyebar agama,

bahasa Melayu menyebar ke seluruh pantai di nusantara, terutama di kota-kota

pelabuhannya. Akhirnya, bahasa ini lebih dikenal oleh penduduk Nusantara

dibandingkan dengan bahasa daerah lainnya.

Telah ditemukan beberapa bukti tertulis mengenai bahasa Melayu tua pada

berbagai prasasti dan inkripsi. Bukti-bukti berupa prasasti antara lain: prasasti

Kedukan Bukit (tahun 683 M), di Talang Tuwo (dekat Palembang, bertahun

684 M), di Kota Kapur (Bangka Barat, tahun 686 M), di Karang Brahi (antara

Jambi dan Sungai Musi, berahun 688 M). Sedangkan dalam bentuk inskripsi

diantaranya, Gandasuli di daerah Kedu, Jawa Tengah, bertahun 832M.

Adanya berbagai dialek bahasa Melayu yang tersebar di seluruh Nusantara

adalah merupakan bukti lain dari pertumbuhan dan persebaran bahasa Melayu.

Misalnya, dialek Melayu Minangkabau, Palembang, Jakarta (Betawi),

8

Page 9: Sejarah dan Kedudukan Bahasa Indonesia

Larantuka, Kupang, Ambon, Menado, dan sebagainya. Hasil kesusastraan

Melayu Lama dalam bentuk cerita penglipur lara, hikayat, dongeng, pantun,

syair, mantra, dan sebagainya juga merupakan bukti dari pertumbuhan dan

persebaran bahasa Melayu. Di antara karya sastra lama yang terkenal adalah

Sejarah Melayu karya Tun Muhammad Sri Lanang gelar Bendahara Paduka

Raja yang diperkirakan selesai ditulis pada tahun 1616. Selain itu juga ada

Hikayat Hang Tuah, Hikayat Sri Rama, Tajus Salatin, dan sebagainya

(Supriyadi dkk. 1992, Keraf, 1978).

Seperti telah dikatakan sebelumnya bahwa ketika orang-orang Barat

sampai ke Indonesia, yaitu sekitar abad XIV, mereka menemukan bahwa

bahasa Melayu telah dipergunakan sebagai bahasa resmi dalam pergaulan, dan

perdagangan. Menurut Supriyadi dkk. (1992) hal ini dikuatkan oleh kenyataan

tentang seorang Portugis, Pigafetta, setelah mengunjungi Tidore, ia menyusun

daftar kata Melayu-Italia, sekitar tahun 1522. Ini membuktikan ketersebaran

bahasa Melayu yang sebelum itu sudah sampai ke kepulauan Maluku.

Begitupun, dalam pendudukan Belanda, mereka menemukan kesulitan ketika

bermaksud menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar.

Akhirnya, sebagaimana sudah diuraikan pada bagaian awal subunit ini,

Belanda menyatakan bahwa pengajaran di sekolah-sekolah bumi putra

diberikan dalam bahasa Melayu atau bahasa daerah lainnya. Hal itu tertuang

dalam keputusan pemerintah kolonial yaitu K.B 1871 nomor 104 (Keraf,

1978).

Kedua, sistem aturan bahasa Melayu, baik kosa kata, tata bahasa, atau cara

berbahasa, mempunyai sistem yang lebih praktis dan sederhana sehingga lebih

mudah dipelajari. Sementara itu bahasa Jawa atau bahasa Sunda mempunyai

sistem bahasa yang lebih rumit. Dalam kedua bahasa itu dikenal aturan tingkat

bahasa yang cukup ketat. Ada tingkat bahasa halus, sedang, kasar, bahkan

sangat kasar, dengan kosa kata dan struktur yang berlainan.

Ketiga, kebutuhan yang sangat mendesak yang dirasakan oleh para

pemimpin dan tokoh pergerakan akan adanya bahasa pemersatu yang dapat

mengatasi perbedaan bahasa dari masyarakat Nusantara yang memiliki

sejumlah bahasa daerah. Bahasa itu harus sudah dikenal khalayak dan tidak

9

Page 10: Sejarah dan Kedudukan Bahasa Indonesia

terlalu sulit dipelajari. Kriteria ini terpenuhi oleh bahasa Melayu sehingga

akhirnya bahasa inilah yang dipilih dan ditetapkan sebagai bahasa Indonesia

atau bahasa Nasional.

C. Fase-fase Penting dalam Perkembangan Bahasa Melayu menjadi

Bahasa Nasional

Untuk memudahkan pemahaman mengenai perkembangan Bahasa Melayu

menjadi Bahasa Indonesia, kita bagi dalam beberapa fase/masa dan peristiwa

yang dianggap penting. Fase-fase tersebut adalah sebagai berikut :

Fase Pertama : Masa Prakolonial

Beberapa bukti tertulis mengenai Bahasa Melayu tua ditemukan pada

berbagai prasasti dan inkripsi. Diantaranya prasasti Kedukan Bukit (683 M),

di Talang Tuo (dekat Palembang, bertahun 684 M), di Kota Kapur (Bangka

Barat, 686 M), di Karang Berahi (antara Jambi dan Sungai Musi, 688 M), dan

inkripsi Gandasuli di daerah Kedu, Jawa Tengah, bertahun 832 M.

Sebagai bukti lain dari pertumbuhan dan persebaran Bahasa Melayu, dapat

diidentifikasi melalui adanya berbagai dialek Melayu yang tersebar di seluruh

Nusantara. Misalnya dialek Melayu Minangkabau, Palembang, Jakarta

(Betawi), Larantuka, Kupang, Ambon, Manado, dan sebagainya. Juga,

banyaknya hasil kesusastraan Malayu Lama dalam bentuk cerita penglipur

lara, hikayat, dongeng, pantun, syair, mantra, dan sebagainya.

Di antara karya sastra lama yang terkenal adalah Sejarah Melayu karya

Tun Muhammad Sri Lanang gelar Bandahara Paduka Raja yang diperkirakan

selesai ditulis tahun, 1616. Selain itu juga ada Hikayat Hang Tuah, Hikayat Sri

Rama, Tajus Salatin, dan sebagainya.

Fase Kedua : Masa Kolonial

Sekitar abad XVI ketika orang-orang Barat sampai di Indonesia, mereka

menemukan bahwa bahasa Melayu telah dipergunakan sebagai bahasa resmi

dalam pergaulan, perhubungan, dan perdagangan. Hal itu dikuatkan oleh

kenyataan tentang seorang Portugis, Pigafetta, setelah mengunjungi Tidore. Ia

menyusun daftar kata Melayu-Italia, sekitar tahun 1522. Ini membuktikan

10

Page 11: Sejarah dan Kedudukan Bahasa Indonesia

ketersabaran bahasa Melayu yang sebelum itu sudah sampai ke kepulauan

Maluku.

Dalam pada itu, semasa pendudukan Belanda, mereka menemukan

kesulitan ketika bermaksud menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa

pengantar. Akhirnya, turunlah keputusan pemerintah kolonial yaitu K.B 1871

no. 104 yang menyatakan bahwa pengajaran di sekolah-sekolah bumi putra

diberikan dalam bahasa Melayu atau bahasa daerah lainnya.

Fase Ketiga : Masa Pergerakan.

Awal abad ke-20 dapat dikatakan sebagai masa permulaan perkembangan

bahasa Melayu menjadi Bahasa Indonesia. Banyak faktor yang mendorong hal

itu terjadi. Di antaranya, dan yang paling utama adalah faktor politik.

Bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa dengan berbagai

bahasa yang beraneka pula, merasa sulit mencapai kemerdekaan jika tidak ada

alat pemersatu. Dan alat itu adalah suatu bahasa guna menyatakan pikiran,

perasaan, dan kehendak, yang dapat menjembatani ketergangguan dan

kesenjangan komunikasi antara suku bangsa dengan bahasanya yang berbeda-

beda. Itulah sebabnya, pada tanggal 28 Oktober 1928, dikumandangkanlah

ikrar Sumpah Pemuda : Berbangsa satu, bangsa Indonesia, bertanah air satu

tanah air Indonesia, dan menjunjung bahasa persatuan Bahasa Indonesia.

Selanjutnya, berbagai peristiwa penting dalam kaitannya dengan

perkembangan Bahasa Indonesia. Diantaranya adalah :

1. Penyusunan ejaan resmi Bahasa Melayu pada tahun 1901 oleh Ch. A. van

Ophuysen yang termuat dalam Kitab Logat Melayu. Ejaan ini disebut

Ejaan van Ophuysen.

2. Pendirian Taman Bacaan Rakyat (Commisie voor de volkslectuur) pada

tahun 1908, untuk selanjutnya pada tahun 1917 diubah namanya menjadi

Balai Pustaka.

3. Ketetapan Ratu Belanda pada tahun 1918 yang memberikan kebebasan

kepada para anggota Dewan Rakyat (Volksraad) untuk menggunakan

Bahasa Melayu dalam forum.

11

Page 12: Sejarah dan Kedudukan Bahasa Indonesia

4. Peristiwa Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, yang

diantaranya menetapkan Bahasa Indonesia yang berasal dari Bahasa

Melayu sebagai Bahasa Nasional.

5. Berdirinya angkatan Pujangga Baru atau angkatan ’33 pada tahun 1933

yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisjahbana. Angkatan Pujangga Baru

yang sebenarnya nama suatu majalah sebagai wadah ekspresi budaya dan

sastra ini besar peranannya dalam membantu perkembangan Bahasa

Indonesia.

6. Kongres Bahasa Indonesia I di Solo tahun 1938. Kongres ini diadakan

sebagai tindak lanjut dari Kongres Pemuda 1928. Di samping itu juga

karena adanya kesan umum mengenai pemakaian Bahasa Indonesia yang

cukup kacau. Jadi Kongres ini diselenggarakan untuk mencari pegangan

bagi para pemakai bahasa, mengatur bahasa serta mengusahakan agar

Bahasa Indonesia tersebar lebih luas lagi.

7. Peristiwa pendudukan Jepang di Indonesia antara 1942-1945. Pada masa

ini justru bangsa Indonesia mengalami kemajuan yang pesat. Betapa

tidak ? Di satu sisi pemerintah Jepang melarang penggunaan Bahasa asing

seperti Bahasa Belanda dan Inggris, di sisi lain maksud mereka untuk

menggunakan Bahasa Jepang sebagai alat komunikasi pun tidak

memungkinkan karena memang belum dikenal pleh rakyat Indonesia.

Akhirnya, Bahasa Indonesialah yang dijadikan alat perhubungan satu-

satunya. Dalam pada itu, berbagai karya sastra, drama, puisi, cerpen

banyak dihasilkan sehingga pertumbuhan Bahasa Indonesia pun semakin

pesat.

8. Penetapan fungsi Bahasa Indonesia sebagai Bahsa Negara pada tanggal 18

Agustus 1945, dan dinyatakan dalam UUD ’45 Bab XV, pasal 36.

9. Penetapan Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi untuk memperbaiki Ejaan

van Ophuysen, pada tanggal 19 Maret 1947

10. Kongres Bahasa Indonesia II di Medan pada tahun 1954. Hasil Kongres ini

di antaranya adalah saran pembentukan badan yang kompeten yang

bertugas untuk menyempurnakan Bahasa Indonesia. Juga diusulkan

pemabaruan ejaan, pembentukan komisi istilah, dan sebagainya.

12

Page 13: Sejarah dan Kedudukan Bahasa Indonesia

11. Penetapan pemakaian ejaan baru oleh Presiden Soeharto pada tanggal 16

Agustus 1972. Ejaan baru ini dinamakan Ejaan Yang Disempurnakan

(EYD).

12. Pengubahan nama Lembaga Bahasa Nasional yang selama itu menangani

pelbagai hal yang berkaitan dengan bahasa dan sastra Indonesia/daerah,

menjadi Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Peristiwa ini terjadi

pada tanggal 1 Februari 1975.

13. Kongres Bahasa Indonesia III di Jakarta tahun 1978.

14. Penetapan Bulan Bahasa pada tanggal 28 Oktober 1980. Peristiwa ini

dilaksanakan selama satu bulan dalam setiap tahun yaitu pada setiap bulan

Oktober.

15. Kongres Bahasa Indonesia IV di Jakarta tahun 1982.

16. Kongres Bahasa Indonesia V di Jakarta tahun 1988. Pada Kongres ini

diperkenalkan pula Kamus Besar Bahasa Indonesia yang memuat 62.100

butir masukan termasuk ungkapan dan Tata Bahasa Baku Bahasa

Indonesia yang disusun di bawah koordinasi Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa.

D. Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional

Bahasa Indonesia adalah bahasa yang terpenting di kawasan Republik

Indonesia ini. Pentingnya peranan bahasa Indonesia itu, sebagaimana yang

telah diuraikan pada subunit 1, antara lain bersumber pada ikrar ketiga

Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi: “Kami putra dan putri Indonesia

menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.” Selain itu,

ditetapkannya bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara pada tanggal 18

Agustus 1945, dinyatakan dalam UUD 1945 bab XV pasal 36.

Dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1998) dinyatakan

bahwa masih ada beberapa alasan lain (selain yang telah dikemukakan di atas)

mengapa bahasa Indonesia menduduki tempat yang terkemuka di antara

beratus-ratus bahasa Nusantara yang masing-masing amat penting bagi

penuturnya sebagai bahasa ibu.

13

Page 14: Sejarah dan Kedudukan Bahasa Indonesia

Pertama, jumlah penuturnya. Jumlah penutur bahasa Indonesia mungkin

tidak sebanyak bahasa Jawa atau Sunda, tetapi jika pada jumlah itu

ditambahkan penutur dwibahasawan yang menggunakan bahasa Indonesia

sebagai bahasa pertama atau bahasa kedua, maka kedudukannya dalam jumlah

penutur berbagai bahasa di Indonesia ada di peringkat pertama. Lagi pula,

jumlah penutur asli bahasa Indonesia lambat-laun pasti akan bertambah.

Kedua, luas penyebarannya. Bahasa Indonesia jelas tidak ada yang

menandingi penyebarannya di Indonesia. Sebagai bahasa setempat, bahasa

Indonesia dipakai orang di daerah pantai timur Sumatera, daerah pantai

Kalimantan. Jenis kreol bahasa Melayu-Indonesia didapati di Jakarta dan

sekitarnya. Sebagai bahasa kedua, tersebar dari Sabang sampai Merauke atau

dari ujung barat sampai ke timur; dari pucuk utara sampai ke batas selatan

negeri kita. Sebagai bahasa asing, bahasa Indonesia dipelajari dan dipakai di

antara kalangan terbatas di beberapa negara misalnya di Australia, Filipina,

jepang, Korea, Rusia, India dan sebagainya.

Ketiga, peranannya sebagai sarana ilmu, susastra, dan ungkapan budaya

lain yang dianggap bernilai. Patokan yang ketiga ini mengingatkan kita akan

seni kesusastraan yang mengagumkan yang dihasilkan dalam bahasa Jawa,

Sunda, Bali, dan Minangkabau, misalnya. Akan tetapi, di samping susastra

Indonesia modern yang dikembangkan oleh sastrawan yang beraneka ragam

latar bahasanya, bahasa Indonesia pada masa kini berperan juga sebagai sarana

utama, di luar bahasa asing, di bidang ilmu, teknologi, dan peradaban modern

bagi manusia Indonesia.

Untuk itulah, sudah sangat wajar jika bahasa Indonesia salah satu

kedudukannya adalah sebagai bahasa nasional. Kedudukan sebagai bahasa

nasional ini dimiliki sejak dicetuskannya Sumpah Pemuda pada tanggal 28

Oktober 1928.

Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi

sebagai:

1. Lambang kebanggaan kebangsaan;

Sebagai lambang kebanggaan, bahasa Indonesia mencerminkan nilainilai

sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan kita. Dengan melalui bahasa

14

Page 15: Sejarah dan Kedudukan Bahasa Indonesia

nasionalnya, bangsa Indonesia menyatakan harga diri dan nilai-nilai budaya

yang dijadikan pegangan hidup. Atas dasar kebanggaan ini, bahasa Indonesia

perlu kita pelihara dan kita kembangkan pemakaiannya.

2. Lambang identitas nasional;

Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia kita junjung di

samping bendera dan negara kita. Di dalam melaksanakan fungsi ini bahasa

Indonesia tentulah harus memiliki identitasnya sendiri pula, sehingga ia serasi

dengan lambang kebangsaan kita yang lain. Bahasa Indonesia dapat memiliki

identitasnya sendiri hanya apabila masyarakat pemakainya membina dan

mengembangkannya sedemikian rupa sehingga ia bersih dari unsur-unsur

bahasa lain, terutama bahasa asing.

3. Alat pemersatu berbagai-bagai suku bangsa

Sebagai alat yang memungkinkan penyatuan berbagai-bagai suku bangsa

dengan latar belakang sosial budaya dan bahasa yang berbeda-beda ke dalam

satu kesatuan yang bulat, bahasa Indonesia memungkinkan berbagai-bagai

suku bangsa itu mencapai keserasian hidup sebagai bangsa yang bersatu

dengan tidak perlu meninggalkan identitas kesukuan dan kesetiaan kepada

nilai-nilai sosial budaya serta latar belakang bahasa daerah yang bersangkutan.

Bahkan, dengan bahasa nasional kita, kita dapat meletakkan kepentingan

nasional jauh di atas kepentingan daerah atau golongan.

4. Alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya.

Sebagai alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya. Berkat adanya

bahasa nasional kita, kita dapat berhubungan satu dengan yang lain

sedemikian rupa sehingga kesalahfahaman sebagai akibat perbedaan latar

belakang sosial budaya dan bahasa dapat dihindari. Dengan demikian, fungsi

keempat ini, latar belakang sosial budaya dan latar belakang kebahasaan yang

berbeda-beda tidak akan menghambat adanya perhubungan antar daerah dan

antar budaya (Suhendar dan Supinah, 1997)

15

Page 16: Sejarah dan Kedudukan Bahasa Indonesia

E. Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara

Dalam UUD 1945 bab XV, pasal 36, telah ditetapan Bahasa Indonesia

sebagai bahasa Negara. Dengan demikian, selain berkedudukan sebgai bahasa

nasional, bahasa Indonesia juga berkedudukan sebagai bahasa negara. Dalam

kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai

berikut:

1. Bahasa resmi kenegaraan

Dalam kaitannya dengan fungsi ini bahasa Indonesia dipergunakan dalam

adminstrasi kenegaraan, upacara atau peristiwa kenegaraan baik secara lisan

maupun dalam bentuk tulisan, komunikasi timbal-balik antara pemerintah

dengan masyarakat. Dokumen-dokumen dan keputusan-keputusan serta surat-

menyurat yang dikeluarkan oleh pemeritah dan badanbadankenegaraan lain

seperti DPR dan MPR ditulis di dalam bahasa Indonesia. Pidato-pidato,

terutama pidato kenegaraan, ditulis dan diucapkan di dalam bahasa Indonesia.

Demikian halnya dengan pemakaian bahasa Indonesia oleh warga masyarakat

kita di dalam hubungannya dengan upacara, peristiwa, dan kegiatan

kenegaraan.

Suhendar dan Supinah (1997) menyatakan bahwa untuk melaksanakan

fungsinya sebagai bahasa resmi kenegaraan dengan sebaikbaiknya, pemakaian

bahasa Indonesia di dalam pelaksanaan adminstrasi pemerintahan perlu

senantiasa dibina dan dikembangkan, penguasaan bahasa Indonesia perlu

dijadikan salah satu faktor yang menentukan di dalam pengembangan

ketenagaan seperti penerimaan karyawan baru, kenaikan pangkat baik sipil

maupun militer, dan pemberian tugas khusus baik di dalam maupun di luar

negeri.

2. Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan

Sebagai bahasa pengantar, bahasa Indonesia dipergunakan di lembaga-

lembaga pendidikan baik formal atau nonformal, dari tingkat taman kanak-

kanak sampai perguruan tinggi. Masalah pemakaian bahasa Indonesia sebagai

satu-satunya bahasa pengantar di segala jenis dan tingkat pendidikan di

seluruh Indonesia, menurut Suhendar dan Supinah (1997), masih merupakan

masalah yang meminta perhatian.

16

Page 17: Sejarah dan Kedudukan Bahasa Indonesia

3. Bahasa resmi untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan

pembangunan nasional serta kepentingan pemerintah.

Dalam hubungannya dengan fungsi ini, bahasa Indonesia tidak hanya

dipakai sebagai alat komunikasi timbal-balik antara pemerintah dengan

masyarakat luas atau antar suku, tetapi juga sebagai alat perhubungan di dalam

masyarakat yang keadaan sosial budaya dan bahasanya sama.

4. Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi

Dalam kaitan ini, bahasa Indonesia adalah satu-satunya alat yang

memungkinkan kita membina serta mengembangkan kebudayaan nasional

sedemikian rupa sehingga ia memiliki identitasnya sendiri, yang

membedakannya dengan bahasa daerah.

Dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, baik

dalam bentuk penyajian pelajaran, penulisan buku atau penerjemahan,

dilakukan dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian masyarakat bangsa kita

tidak tergantung sepenuhnya kepada bangsa-bangsa asing di dalam usahanya

untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern serta

untuk ikut serta dalam usaha pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Terkait dengan hal itu, Suhendar dan Supinah (1997) mengemukakan bahwa

bahasa Indonesia adalah atu-satunya alat yang memungkinkan kita membina

serta mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian rupa sehingga ia

memiliki ciri-ciri dan identitasnya sendiri, yang membedakannya dari

kebudayaan daerah.

17

Page 18: Sejarah dan Kedudukan Bahasa Indonesia

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia sebagaimana

disebutkan dalam Undang-Undang Dasar RI 1945, Pasal 36 “bahasa Negara

ialah bahasa Indonesia”. Sejarah bahasa Indonesia telah tumbuh dan

berkembang sejak sekitar abad ke VII dari bahasa Melayu yang sejak zaman

dahulu sudah dipergunakan sebagai bahasa perhubungan (lingua franca) bukan

hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir di seluruh Asia

Tenggara.

Awal penciptaan Bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa bermula dari

Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, dicanangkanlah penggunaan

Bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk negara Indonesia pascakemerdekaan.

Secara yuridis, baru tanggal 18 Agustus 1945 bahasa Indonesia secara resmi

diakui keberadaannya dan ditetapkan dalam UUD 1945 pasal 36.

Kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia

a. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional

Adapun beberapa fungsinya adalah:

1) Lambang kebanggaan nasional

2) Lambang identitas nasional

3) Alat pemersatu berbagai-bagai masyarakat yang berbeda-beda latar

belakang sosial budaya dan bahasanya

4) Alat perhubungan antarbudaya antardaerah.

b. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara/Resmi

Adapun bahasa Indonesia befungsi sebagai:

1) Bahasa resmi kenegaraan

2) Bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan

3) Bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional

4) Bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan

ilmu pengetahuan serta teknologi modern.

18

Page 19: Sejarah dan Kedudukan Bahasa Indonesia

B. Saran

Sebagai seorang guru pemahaman mengenai sejarah dan kedudukan

bahasa Indonesia perlu diperluas. Karena untuk bekal mengajar peserta didik

agar kemampuan berbahasa mereka lebih matang dan untuk menumbuhkan

sikap positif dalam berbahasa Indonesia.

19