Upload
others
View
29
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
“BERPETUALANG BERSAMA MENDEL” SEBUAH MEDIA PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN KOMPUTER
MULTEMEDIA BERBASIS MS POWER POINT*
Oleh
Yanti Herlanti [email protected]
Abstract
This study due to know contribution of computer multimedia towards retention. About 52 students of MTs Cimahi were involved in this study. They were separated in two groups i.e. Group of non multimedia (n=26) and group of multimedia (n=26). Multimedia reduced interaction between teacher and students untill 59,62%. It may caused concept understanding of multimedia group lower than non multimedia group. Retention of multimedia group higher than non multimedia group. So multimedia as imagery tools is good for student retention, so multimedia as aids is important in learning activity.
Key words: Retention, Multimedia
A. Latar Belakang
Bahar et al (2003) mengemukakan bahwa genetika merupakan materi yang sulit
dimengerti oleh sebagian besar siswa sekolah menengah. Kesulitan ini disebabkan
konsep genetika bersifat esoterik dan abstrak, yang meliputi obyek-obyek yang
mikroskopik dan proses-proses di luar pengalaman siswa sehari-hari. Konsep genetika
termasuk salah satu konsep yang sukar dipresentasikan dalam bentuk praktikum secara
hands on. Jika pun dipaksakan untuk praktikum secara hands on waktu yang tersedia
tidak mungkin memadai. Misalnya penemuan prinsip Mendel I dan II melalui hibridisasi
tidak mungkin dilakukan dalam waktu 4X3 jam pelajaran per minggu. Oleh karena itu
dibutuhkan bentuk presentasi yang dapat menggambarkan proses yang terjadi pada
hibridisasi Mendel dalam waktu yang tidak terlalu lama. Presentasi dengan bantuan
komputer multimedia merupakan salah satu cara yang dapat digunakan.
Selain itu pemilihan komputer multimedia karena beberapa keunggulannya
diantaranya adalah:
* Makalah disajikan pada Lomba Inovasi Pembelajaran LPMP Jabar 23-24 November 2006. Makalah ini
menjadi Juara Favorit pada lomba tersebut
2
1. Pelibatan berbagai organ tubuh mulai telinga (audio), mata (visual), dan tangan
(kinetik). Pelibatan berbagai organ ini membuat informasi lebih mudah
dimengerti (Arsyad, 2004). De Porter (2000) mengungkapkan manusia dapat
menyerap suatu materi sebanyak 50% dari apa yang didengar dan dilihat (audio
visual), sedangkan dari yang dilihatnya hanya 30%, dari yang didengarnya
hanya 20%, dan dari yang dibaca hanya 10%.
2. Kemampuan layar komputer untuk menyajikan sebuah tampilan berupa teks
nonsekuensial, nonlinear, dan multidimensional dengan percabangan tautan dan
simpul secara interaktif. Tampilan tersebut akan membuat pengguna (user) lebih
leluasa memilih, mensintesis, dan mengelaborasi pengetahuan-pengetahuan yang
ingin dipahaminya (Mc Clintock, 1992). Beberapa program komputer (software)
menyediakan tautan (hyperlink) yang menghubungkan antara satu simpul (node)
atau file dengan simpul atau file lainnya, sehingga user memiliki keleluasan
untuk melakukan pemilihan dan pengelaborasian. Keleluasan ini memberikan
peluang untuk menggunakan komputer tidak sekedar sebagai tools tetapi sebagai
tutor dalam proses belajar mengajar. Keunggulan multimedia sebagai tutor
disebutkan oleh Taylor (1995):
“Computer presents information to be learned, prompts students to respond, evaluates their response, and from this evaluation
determines what to present next. Often, the computer also keeps records on students’ preformance, has access to a wide range of material to be presented in a pre-specified scope and sequence,
and individualizes to accomodate a variety of student differences”
3. Pengendalian komputer berada di tangan siswa, sehingga tingkat kecepatan
belajar siswa dapat disesuaikan dengan tingkat penguasaannya. Ini yang
membuat desain tampilan multimedia mampu mengakomodasi siswa yang
lamban menerima pelajaran. Arsyad (2004) mengemukakan, komputer dapat
mengakomodasi siswa yang lamban menerima pelajaran, karena ia dapat
memberikan iklim yang lebih bersifat afektif dengan cara yang lebih individual,
tidak pernah lupa, tidak pernah bosan, sangat sabar dalam menjalankan intruksi,
seperti yang diinginkan. Iklim afektif ini akan melibatkan penggambaran ulang
berbagai objek yang ada dalam pikiran siswa.
3
4. Kemampuan menghadirkan obyek-obyek yang sebenarnya tidak ada secara fisik
atau diistilahkan dengan imagery. Menurut Matlin (1984) imagery refers to the
mental representations of objects or actions that are not physically present.
Secara kognitif pembelajaran dengan menggunakan mental imagery akan
meningkatkan retensi siswa dalam mengingat materi-materi pelajaran yang ada.
B. Tujuan
Studi ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi penggunaan Multimedia
“Berpetualang Bersama Mendel” terhadap retensi siswa.
D. Ide atau Konsep Media Pembelajaran
Materi yang disajikan dalam bentuk multimedia dibuat dengan teknik historis.
Materi subyek yang disajikan dengan menggunakan teknik historis ini diistilahkan
dengan “Berpetualang Bersama Mendel”.
Teknik historis menggambarkan jalan pikiran Mendel yang hidup pada abad ke-
19, dan bagaimana para ahli genetika mengambil peran untuk lebih mempermudah
memahami penemuan-penemuan Mendel. Penggunaan teknik historis ini, mengajak
siswa berpetualang memahami penemuan-penemuan Mendel. Oleh karena itu
pembelajaran hereditas dengan menggunakan teknik historis ini disebut dengan
“Berpetualang Bersama Mendel”.
Alur yang digunakan dalam “Berpetualang Bersama Mendel” adalah
perkembangan sejarah ilmu genetika. Untuk mempertahankan rangkaian historis, maka
apersepsi yang digunakan adalah kejadian yang terjadi sebelum Mendel (Pra Mendel).
Materi “Berpetualang Bersama Mendel” disusun dalam tiga bagian, yaitu peristiwa pra
Mendel, penemuan Mendel pada abad 19, dan pasca Mendel.
Peristiwa pra Mendel berkaitan dengan sebuah teka-teki genetika yang tidak dapat
dipecahkan sampai dengan pertengahan abad ke 19. Kisah Nabi Yakub dan kambing-
kambingnya yang diabadikan dalam kitab suci menjadi bukti otentik dari sebuah
permasalahan genetika. Kisah yang terjadi pada masa sebelum Masehi dijadikan
pembuka untuk memberikan sebuah apersepsi bagi siswa. Apersepsi memberikan
gambaran pada siswa bahwa teka-teki hereditas menjadi pertanyaan yang menarik sejak
zaman dahulu. Gambaran kisahnya adalah sebagai berikut:
4
Pernahkah kalian mendengar kisah Nabi Yakub dan Kambing-kambingnya?
Ceritanya seperti ini….
La’ban Bapak Mertua Yakub mempunyai sejumlah kambing. Warna kulit kambing-kambingnya ada dua kelompok yaitu hitam legam dan ada yang belang bertotol. Jumlah kambing yang hitam legam lebih
banyak dari pada jumlah kambing belang bertotol. Nabi Yakub diminta menggembalakan kawanan ternak Laban.
Sebagai bayaran, Yakub berhak atas semua anak kambing yang lahir dengan warna belang bertotol. Sedangkan Laban memperoleh
semua anak kambing yang lahir dengan warna hitam legam. La’ban tidak memperbolehkan kedua kelompok kambing itu saling dikawin-
kawinkan.
Aneh bin ajaib. Kambing-kambing yang hitam legam melahirkan juga
anak-anak yang belang dan totol, maka kambing Yakub pun
bertambah banyak.
Untuk memperoleh kejelasan fenomena yang terjadi digunakan gambar-gambar berikut:
Gambar 1. Misteri Kambing Yakub: Induk Kambing Berkulit Hitam
Melahirkan Anak Kambing Berkulit Belang Bertotol
Belang bertotol lahir dari orang tua hitam legam
Kamy
bing akub
tambah ak
berbany
Mendel adalah bapak genetika modern, yang hidup pada abad ke 19 masehi.
Mendel adalah peneliti yang akan mengungkap pertanyaan, “Mengapa kambing berkulit
hitam dapat melahirkan anak belang bertotol?”. Pada tahapan ini siswa dibawa pada
pola berpikir Mendel pada abad itu, sehingga Mendel menemukan prinsip-prinsip
Mendel. Pada tahapan ini istilah-istilah genetika diperkenalkan dengan bahasa Mendel
pada masa tersebut. Pada abad 19, ketika kata gen dan alela belum dikenalkan, Mendel
menggunakan kata “sesuatu” untuk menyatakan gen, dan kata “faktor” untuk menyatakan
alela. Contoh materi ketika memperkenalkan istilah gen dan alela ada pada Gambar 2.
Pasca Mendel berkaitan dengan peranan para ahli genetika pada abad 20. Para
ahli genetika memperjelas rumusan Mendel dengan menggunakan huruf besar dan kecil
untuk menyatakan dominan dan resesif. Penggunaan huruf-huruf ini merupakan upaya
5
para ahli genetika untuk mempermudah memahami prinsip-prinsip Mendel dengan
menggunakan simbol. Penggunaan simbol merupakan salah satu cara reduksi dan salah
satu upaya memberikan eksplanasi pedagogis. Gambaran materi “berpetualang Bersama
Mendel” untuk siswa SMP dapat dilihat pada Gambar 3.
Sesuatu itu yang kita kenalsekarang dengan GEN. Faktor-faktor yang ada pada gen disebutalela.
Setiap serbuk sari dan putikpunya “SESUATU”, dan dalamsesuatu itu senantiasa ada DUA FAKTOR
Ayo kita, ganti sesuatu= gen, Faktor = alela!
Bagaimana bunyipenemuan keduaku ini?
LanjutkanStop KembaliHome
Konsep Istilah anehaplikasi
Monohibrid
Dominasi
Gen dan Alel
Penggunaanhuruf dalamGenetika
PrinsifMendel I
Resume
Hereditas
Dihibrid
Intermediet
Gambar 2. Tampilan Teks Multimedia dalam Membahasakan Temuan
Mendel ke Dalam Bahasa Ilmiah yang Saat Ini Digunakan.
Pada studi ini wacana multimedia dibuat dengan menggunakan program power
point. Program Microsoft Power Point adalah program komputer yang biasa digunakan
untuk kebutuhan presentasi. Para pendidik menggunakan program ini sebagai media
untuk menampilkan gambar-gambar bergerak (animasi) kepada para siswanya. Pada
kurikulum 2004, program Microsoft Power Point termasuk salah satu program yang
dipelajari oleh siswa SMP. Program Microsoft Power Point bukan program yang asing
bagi guru maupun siswa. Program ini menampilkan menu-menu yang berguna dalam
pembuatan wacana multimedia yang bersifat tutorial. Menu-menu tersebut adalah menu
animasi; menu untuk memasukkan (import file) suara, video, dan gambar animasi; dan
menu tautan (hyperlink) untuk menghubungkan antara satu simpul (node) atau file
dengan simpul atau file lainnya. Menu-menu ini menjadikan program Microsoft Power
Point tidak hanya berperan sebagai alat presentasi (tools) tetapi dapat dikembangkan
menjadi tutor. Contoh peranan multimedia sebagai tutor dapat dilihat pada Gambar 4.
Pengguna (User) dibimbing oleh ikon tutorial (Mendel) untuk menemukan prinsip-
6
prinsip asortasi Mendel. Pada sisi lain, user diberikan keleluasan untuk mengakses
berbagai informasi yang ingin diketahuinya, dari menu-menu yang ada di bagian bawah
dan samping tampilan.
4
Intermediat
• Peristiwa dominan tidak penuh pada tanaman snapdragon
•Pada bentuk panca indera manusia •Contoh sifat unggul pada padi
Mengapa kambing berkulit belang bertotol dapat lahir dari induk kambing yang dua-duanya berwarna hitam ?
Penelitian Mendel pada monohibrid
Jawaban kejadian Yakub
Kejadian Yakub Penelitian Mendel pada dihibrid
2
2 3
•Pada bentuk panca indra manusia •Pada penyakit turunan
Monohibrid
Dihibrid
4
• Mendel mengawinkan dua sifat beda
• Mendel mengemukakan dugaan-dugaannya
• Mendel menemukan prinsip pengelompokan bebas (asortasi=Prinsif Mendel II )
Penerapan penelitian Mendel
3
• Mendel memilih kacang ercis
• Mendel melakukan Hibridisasi
• Mendel Menemukan “DOMINASI”
• Mendel menemukan Gen dan Alela
• Penggunaan huruf oleh ahli genetika akan mempermudah memahami temuan Mendel
• Fenotip • Genotip
• Alela pada saat pembentukan gamet
• Mendel menemukan pemisahan alela dari pasangannya (Segregasi=Prinsif Mendel I)
1
HEREDITAS
Gambar 3. Outline materi Berpetualang Bersama Mendel untuk siswa SMP
Penelitian yang berkaitan dengan penggunaan komputer dalam pembelajaran
genetika telah dilakukan sebelumnya oleh Tsui dan Treagust (2001; 2003). Hasil
penelitian Tsui dan Treagust (2003) terhadap 24 orang siswa sekolah menengah atas di
Perth, Australia menunjukkan bahwa para siswa menyukai pembelajaran genetika
menggunakan komputer. Para siswa menyukai pembelajaran genetika menggunakan
7
komputer, karena komputer dapat menghadirkan gambaran yang selama ini sangat
abstrak. Penelitian Tsui dan Treagust (2003) menunjukkan bahwa motivasi dan prestasi
siswa dalam belajar genetika meningkat ketika pembelajaran genetika menggunakan
komputer. Pada pembelajaran dengan menggunakan komputer, guru lebih banyak
berperan aktif sebagai pemandu, siswa lebih berperan aktif untuk mengetahui lebih dalam
materi-materi yang ingin diketahuinya melalui komputer. Penelitian Tsui dan Treagust
(2001) juga menemukan bahwa kemampuan reasoning siswa yang belajar genetika
dengan menggunakan komputer meningkat dari 25,5% pada saat pre test menjadi 54,9%
pada saat post test.
Pilihan menu yang bisa diakses siswa
Pilih
an k
onse
p G
enet
ika
Men
del y
ang
dapa
t dia
kses
Siswa dibimbing untuk menemukan kesalahan dugaan Mendel
Gambar 4. Contoh Tampilan yang Membimbing Siswa
Menemukan Prinsip
E. Pelaksanaan
Media pembelajaran yang telah dibuat ini diujicobakan kepada Siswa SMP
Islam/MTS Asih Putera dari tanggal 1 Agustus sampai 30 Agustus 2005. Lima puluh dua
orang siswa MTs Cimahi dilibatkan dalam uji coba ini. Siswa-siswa tersebut dibagi
menjadi dua kelompok yaitu kelompok siswa yang proses belajar mengajarnya
8
menggunakan komputer multimedia (n=26) dan yang tidak menggunakan komputer
multimedia (n=26).
Media pembelajaran dibuat dengan menggunakan program Microsoft Power Point
2003 dan beberapa animasinya dibuat dengan program Macromedia Flash 7.0. Wacana
multimedia ini berkapasitas 99,1 Mb. Wacana multimedia dibuat dengan karakter
tutorial, sehingga siswa dapat mengakses wacana tersebut secara mandiri dengan
mengikuti instruksi-instruksi yang tertera pada tampilan multimedia.
Kuantitas interaksi yang terjadi selama proses belajar mengajar baik pada
kelompok non multimedia, maupun pada kelompok multimedia diukur dengan
menggunakan Verbal Interaction Category System berdasarkan Flanders (Siregar, 1999).
Retensi siswa diukur dengan menggunakan 18 buah soal pilihan ganda yang sudah
tervalidasi, dan mempunyai reliabilitas yang tinggi (0.727). Soal mempunyai tingkat
kesukaran 30% mudah, 35% sedang, dan 25% sukar. Post test dilakukan
pascapembelajaran selesai, sedangkan retest dilakukan setelah dua minggu pembelajaran
berhenti. Skor retensi dihitung dengan cara membagi skor retest dengan post test,
kemudian dikalikan dengan 100 (Deese, 1959).
Data diuji secara statistik dengan menggunakan Mann Whitney untuk melihat ada
tidaknya perbedaan antara kedua kelompok perlakuan. Uji regresi digunakan untuk
melihat seberapa besar variabel IQ dan teknik penyajian mempengaruhi retensi siswa.
Uji korelasi Spearman digunakan untuk melihat keeratan hubungan antara IQ dan teknik
penyajian dengan pemahaman konsep dan retensi siswa. Semua uji statistik dilakukan
dengan bantuan program SPSS 11.0 Versi Windows.
F. Hasil dan Pembahasan
a. Hasil Post test dan retest
Hasil post test dan retest pada kedua kelompok non multimedia dan multimedia
dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5 memperlihatkan rata-rata hasil post test
kelompok non multimedia lebih tinggi. Walaupun hasil post test kelompok non
multimedia lebih tinggi, tetapi berdasarkan uji Man Whitney perbedaannya tidak
signifikan. Retest pada kelompok non multimedia mengalami penurunan. Sebalikknya
hasil retest kelompok multimedia lebih besar mengalami peningkatan, sehingga hasil
retest kelompok multimedia lebih tinggi dari pada kelompok non multimedia. Perbedaan
9
hasil retest antara kedua kelompok, berdasarkan uji Man Whitney perbedaannya sangat
signifikan.
78.63 76.7175.4382.69
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
post test retest
rata
-rat
a be
rdas
arka
n pe
rsen
tasi
kelompok non multimedia
kelompokmultimedia
Gambar 5. Rata-rata Post Test, dan Retest pada Kelompok Multimedia dan Non
Multimedia b. Retensi Siswa
Keberhasilan siswa memahami suatu konsep yang diajarkan oleh guru,
ditentukan oleh kemampuan menyimpan abstraksi konsep dalam struktur kognitifnya.
Kemampuan menyimpan abstraksi konsep dalam struktur kognitif diukur dengan retensi.
Hasil rata-rata retensi siswa terlihat pada Gambar 2.
97.13110.29
0
20
40
60
80
100
120
Kelompoknon multimedia
Kelompokmultimedia
Nila
i ret
ensi
10
Gambar 2. Rata-rata Retensi Siswa pada Kelompok Non multimedia, dan
Multimedia
Rata-rata retensi pada kelompok multimedia lebih baik dari pada kelompok non
multimedia. Rata-rata retensi siswa berkurang 2,87% pada kelompok non multimedia,
sebaliknya pada kelompok multimedia terjadi peningkatan retensi sebesar 10,29%.
Retensi siswa pada kelompok multimedia lebih tinggi dari pada kelompok non
multimedia, ini menandakan tampilan-tampilan multimedia yang mempunyai kekuatan
imagery, terbukti mampu menyimpan lebih lama abstraksi-abstraksi konsep di dalam
struktur kognitif siswa. Retensi siswa juga lebih baik pada kelompok pengguna wacana
multimedia karena keunggulan multimedia sebagaimana yang dikemukakan Arsyad
(2004) dapat mengakomodasi siswa yang lamban menerima pelajaran, karena ia dapat
memberikan iklim yang lebih bersifat afektif dengan cara yang lebih individual, tidak
pernah lupa, tidak pernah bosan, sangat sabar dalam menjalankan intruksi, seperti yang
diinginkan. Iklim afektif ini akan melibatkan penggambaran ulang berbagai objek yang
ada dalam pikiran siswa. Kesempatan siswa untuk mengolah materi-materi yang ada
sehingga dipahami dengan jalan pengulangan-pengualangan inilah yang membuat tingkat
retensi siswa lebih baik. Anderson (1973) mengemukakan seseorang yang telah
memperoleh materi dan mengolah materi sehingga ia memahami materi dengan baik,
maka hal ini dapat mengurangi lupa.
c. Peran Guru dan Multimedia “Berpetualang Bersama Mendel”
Multimedia mampu mengurangi peran pengajar di kelas. Tabel 1 memperlihatkan
jumlah interaksi yang terjadi di dalam kelas pada kelompok multimedia lebih sedikit dari
pada kelompok non multimedia, ini berarti pula sebanyak 59,62% peran tutorial pengajar
telah diambil alih oleh komputer multimedia.
Peranan wacana multimedia dalam pembelajaran adalah sebagai tutor. Peran
wacana multimedia sebagai tutor terlihat dari sikap siswa ketika proses belajar mengajar
(PBM) berlangsung. Sikap siswa pengguna mutimedia selama PBM adalah membaca
dengan teliti tampilan-tampilan yang ada kemudian mengulanginya lagi ketika belum
mengerti, berdiskusi dengan teman, meminta penjelasan ulang dari pengajar, dan
menuliskan kembali tampilan di layar komputer pada buku catatan. Hasil observasi dan
11
wawancara pada siswa diketahui bahwa 46,15% sering melakukan diskusi dengan teman-
teman terdekatnya untuk memahami maksud tampilan yang ada. Sebanyak 42.31%
sering meminta kepada pengajar memberikan penjelasan tentang materi pada tampilan
dilayar komputer. Sebanyak 50% menuliskan tampilan di layar komputer pada buku
catatan. Sebanyak 57,69% secara mandiri mampu memahami materi yang tersaji pada
layar komputer.
Tabel 1. Kuantitas interaksi Verbal Pengajar dan Pembelajar pada Kelompok non multimedia dan multimedia
Non
Multimedia Multimedia Tipe Interaksi
n n
Pengajara memberikan penjelasan kepada pembelajar 69 22
Tanya-Jawab antara pembelajar dan pengajar 422 158
Diskusi atau tanya jawab antar pembelajar 17 3
Lainnya 22 31
Jumlah interaksi seluruhnya 530 214
Keterangan: n = jumlah interaksi
d. Hubungan dan pengaruh penggunaan multimedia terhadap retensi
Dari hasil uji coba dengan memasukkan variabel-variabel lainnya yang dapat
mempengaruhi retensi yaitu IQ† dan skor Test of Logical Thinking (TOLT)‡, terbukti
bahwa hubungan multimedia dan retensi lebih nyata dibandingkan dengan variable
lainnya. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hubungan variabel IQ, TOLT, dan Multimedia terhadap Retensi
Multimedia IQ TOLT
† Tes IQ dilakukan oleh psikolog dengan menggunakan skala Wechsler. Tes IQ dilakukan kepada para
siswa pada saat pendaftaran masuk sekolah (2003). ‡ TOLT adalah alat untuk mengukur kemampuan penalaran formal para siswa. TOLT yang digunakan
adalah TOLT yang sudah divalidasi oleh Sumarmo (1997:74)
12
Spearman's rho
RANK of RETENSI
Correlation Coefficient .584(**) .195 .215
Sig. (2-tailed) .000 .112 .078
Seberapa besar pengaruh multimedia terhadap retensi dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 memperlihatkan bahwa retensi dipengaruhi oleh multimedia sebanyak 100%,
adapun IQ mempengaruhi retensi sebanyak 78,6% dan TOLT sebanyak 18,1%.
Tabel 4. Pengaruh IQ, TOLT, dan Multimedia terhadap Retensi
Model Unstandardized
Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta 1 (Constant) 19.598 17.261 1.135 .261 IQ 5.865 4.672 .152 1.256 .214 TOLT -1.352 5.874 -.027 -.230 .819 Multimedia 24.786 4.292 .707 5.775 .000
a Dependent Variable: RETENSI e. Respon Siswa terhadap Penggunaan Multimedia Berpetualang Bersama Mendel
Respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan multimedia
menunjukkan 100% menyenangi pembelajaran ini. Sebanyak 92,86% siswa merasa
mengerti dengan tampilan yang tersaji dalam layar komputer. Sebanyak 29,17% dari
siswa ketika diberikan lembar kerja tidak merasa kesulitan mengerjakannya, karena
mereka memahami materi yang tersaji pada layar komputer. Sebanyak 20,83 % merasa
bingung mengerjakan lembar kerja, mereka baru mengerti cara pengerjaannya setelah
melihat ulang tampilan di layar komputer. Sebanyak 37,5% merasa bingung
mengerjakan lembar kerja, tetapi mereka dapat memahami cara pengerjaan lembar kerja,
setelah meminta penjelasan pada pengajar. Sebanyak 12,5% siswa baru bisa
mengerjakan lembar kerja setelah melihat ulang tampilan pada layar komputer dan
meminta penjelasan pada pengajar dan teman. Hal-hal yang membuat siswa mudah
memahami materi yang tersaji pada layar komputer terekam dalam tulisan siswa sebagai
berikut:
(Nuris, 27 Agustus 2005)
13
(Fathimah, 27 Agustus 2005)
G. Kesimpulan
Pada studi ini tampak jelas bahwa penggunaan multimedia “Berpetualang
Bersama Mendel” memberikan kontribusi yang positif pada retensi. Keunggulan
multimedia dalam imagery tools dan penyedia iklim afektif untuk pembelajaran,
membuat siswa mampu lebih lama menyimpan abstraksi konsep dalam struktur
kognitifnya. Multimedia yang berperan sebagai tutor mengurangi peran pengajar
sebanyak 59,62%.
H. Referensi
Anderson, R, Teaching in The Science of Learning, (New York: Harper and Row
Publishers, 1973).
Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R., A Taxonomy for Learning Teaching and Assesing, a revision of Bloom’s taxonomy of educational objective. (New York: Longman, 2001).
Arsyad, N., Media Pembelajaran. (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2004). Caverly, D.C., Technology in Learning Assistance Centers: Past, Present, Future,
(Tucson: University Learning Center, University of Arizona, 1995). Deese, J., Psychology of Learning, (New York: Addison Wesley Longman, 1959). De Potter, B., Quantum Teaching (terjemahan). (Bandung: Kaifa-Mizan, 2000). Matlin, M.W., Cognition, (Fort Worth: Harcourt Brace Publishers, 1994). Mc Clintock, R., Power and Pedagogy: Transforming Education through Information
Technology. (New York: Institute for Teaching Technologies, 2000). Siregar, N. Pedagogi Materi-Subyek: Dasar-dasar Pengembangan PBM, Bahan Kuliah
Pedagogi Materi Subyek, (Bandung: PPS UPI, 1999). Sumarmo, U. (1997). Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa SMA
Dikaitkan dengan Kemampuan Penalaran Logik Siswa dan Beberapa Unsur Proses Belajar Mengajar. Disertasi Doktor pada FPS IKIP Bandung: tidak diterbitkan.
14
Tsui, C.Y., & Treagust, D.F., . Learning Genetics with Computer Dragon. Journal of Biological Education, 2003, 2(37), 96-98.
_______________________ (2003). Learning Genetics with Computer Dragon. Journal
of Biological Education. 2(37), 96-98.