Upload
jatu-shinta-dewi
View
167
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Makalah model pembelajaran kooperatif
PEMBELAJARAN INOVATIF 1
PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Disusun oleh :
Kelompok 2
1. DWI APRILIA WULANDARI (113174082)
2. JATU SHINTA DEWI (113174206)
3. SILVY EKI RAHMADANI (113174213)
4. OKY OKTAVIA (113174215)
5. SUPRIADI (113174218)
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN MATEMATIKA
PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA 2011 C
A. Tinjauan Umum Pembelajaran Kooperatif
Dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan (reward).
Struktur tugas mengacu kepada dua hal, yaitu pada cara pembelajaran itu diorganisasikan dan
jenis kegiatan yang dilakukan oleh siswa didalam kelas. Berlaku pada pengajaran klasikal
maupun pengajaran dengan kelompok kecil, siswa diharapkan melakukan apa selama
pengajaran itu, baik tuntutan akademik dan sosial.
Struktur tujuan suatu pelajaran adalah jumlah saling ketergantungan yang
dibutuhkan siswa pada saat mereka mengerjakan tugas. Struktur tujuan disebut
individualistik jika pencapaian tujuan itu tidak memerlukan interaksi dengan oranglain dan
tidak bergantung pada baik-buruknya pencapaian orang lain. Tujuan kompetiitif terjadi bila
seorang siswa dapat mencapai suatu tujuan jika dan hanya jika siswa lain tidak mencapai
tujuan tersebut. Struktur tujuan kooperatif terjadi jika siswa dapat mencapai tujuan mereka
hanya jika siswa lain dengan siapa mereka bekerja sama mencapai tujuan tersebut.
Struktur penghargaan untuk berbagai macam model pembelajaran, juga bervariasi.
Penghargaan individualistik terjadi bila suatu penghargaan itu bisa dicapai oleh siswa
maupun tidak bergantung pada pencapaian individu lain. Penghargaan kompetitif terjadi bila
penghargaan itu diperoleh sebagai upaya individu melalui persaingannya dengan ioirang lain.
Contoh struktur penghargaan kooperatif ialah pemenang suatu pertandingan olahraga beregu
seperti sepakbola.
Pengorganisaian pembelajaran pada pembelajaran langsung dan kebanyakan model
pembelajaran lainnya, dicirikan oleh struktur tugas dimana guru bekerja terutama secara
klasikal dengan seluruh kelas atau secara individual untuk menuntaskan isi akademik.
Pembelajaraan kooperatif dicirikan oleh struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kooperatif.
Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :
1. Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka “sehidup
sepenanggungan bersama”.
2. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu didalamkelompoknya, seperti
milik mereka sendiri.
3. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama adiantara
anggota kelompoknya.
4. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah atau penghargaan yang
juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.
5. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota didalam kelompoknya, seperti
mereka sendiri.
6. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk
belajar bersama selama proses belajarnya.
7. Siswa akan diminta mempertanggungjawabnkan secara individual materi yang
ditangani dalam kelompok kooperatif.
Pembelajaran yang menggunakan model kooperatif dapat memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :
1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan
materi belajarnya.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang
dan rendah.
3. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis
kelamin berbeda-beda.
4. Penghargaan lebih berorientasi kelompok daripada individu.
1. Tujuan Pembelajaran Dan Hasil Belajar
Tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan
terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.
a) Hasil Belajar Akademik
Model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa
pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.
Misalnya telah terdokumentasikan dengan baik selama lebih dari tiga dekade bahwa banyak
anak-anak muda di Amerika Serikat memberikan penilaian rendah pada hasil belajar
akademik (Coleman, 1961). Pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada
siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-
tugas akademik. Siswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa kelompok bawah, jadi
memperoleh bantuan khusus dari teman sebaya, yang memiliki orientasi dan bahasa yang
sama.
b) Penerimaan Terhadap Perbedaan Individu
Penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, klas sosial,
kemampuan, maupun ketidakmampuan. Menurut Goldon Allport (1954) telah diketahui
bahwa hanya kontak fisik saja diantara orang-orang yang berbeda ras atau kelompok etnik
tidak cukup untuk mengurangi kecurigaan dan perbedaan ide.
Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berbeda
latarbelakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu s ama lain atas tugas-tugas
bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai
satu sama lain.
c) Pengembangan Keterampilan Sosial
Tujuan ini untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi.
Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki didalam masyarakat dimana banyak kerja orang
dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung satu sama lain dan
dimana masyarakat secara budaya semakin beragam.
Tabel 1
Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Fase Tingkahlaku guru
Fase-1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.
Fase-2
Menyajikan informasi.
Fase-3
Mengorganisasikan siswa kedalam
kelompok-kelompok belajar.
Fase-4
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran
yang ingin dicapai pada pelajaran yang ingin
dicapai pada pelajaran tersebut dan
memotivasi siswa belajar.
Guru menyajikan informasi kepada siswa
dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan
bacaan.
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
caranya membentuk kelompok belajar dan
membantu setiap kelompok agar agar
melakukan transisi secara efisien.
Guru membimbing kelompok-kelompok
belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
Membimbing kelompok bekerja dan belajar.
Fase-5
Evaluasi.
Fase-6
Memberikan penghargaan
mereka.
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari atau masing-
masing kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya.
Guru mencari cara-cara untuk menghargai
baik upaya maupun hasil belajar individu dan
kelompok.
2. Lingkungan Belajar dan Sistem Manajemen
Lingkungan belajar untuk pembelajaran kooperatif dicirikan oleh proses demokrasi
dan peran aktif siswa dalam menentukan apa yang harus dipelajari dan bagaimana
mempelajarinya. Syarat dari menjauhkan kesalahan tradisional, yaitu secara ketat mengelola
tingkah laku siswa dalam kerja kelompok. Selain unggul dalam membantu siswa memahami
konsep-konsep sulit, model ini sangat berguna untuk membantu siswa menumbuhkan
kemampuan kerjasama, berfikir kritis, dan kemampuan membantu teman.
B. Landasan Teori dan Empirik
Ide pembelajaran kooperatif dikembangkan dari pendapat seorang filosof, “bahwa
untuk dapat belajar, seseorang harus memiliki pasangan/teman”.
1. John Dewey, Herbert Thelan, dan Kelas Demokratis
Tahun 1916 dalam bukunya yang berjudul Democracy and Education, John
Dewey menetapkan sebuah konsep pendidikan yang menyatakan bahwa kelas
seharusnya cermin masyarakat yang lebih besar dan berfungsi sebagai laboratorium
untuk belajar tentang kehidupan nyata.
Beberapa tahun setelahnya, Herbert Thelan mengembangkan prosedur yang
lebih tepat untuk membantu siswa dalam bekerja kelompok. Thelan berargumentasi
bahwa kelas haruslah merupakan laboratorium atau miniatur demokrasi yang
bertujuan mengkaji masalah-masalah sosial dan antar pribadi.
2. Gordon Allport dan Relasi antar Kelompok
Menurut Gordon, hukum saja tidak akan mengurangi kecurigaan antar
kelompok dan mendatangkan penerimaan dan pemahaman lebih baik.
Shlomo Sharan dkk. mengikhtisarkan 3 kondisi dasar yang dirumuskan
Gordon Allport untuk mencegah terjadinya kecurigaan antar ras dan etnis :
a. Kontak langsung antar etnik,
b. Sama-sama berperan serta di dalam kondisi status yang sama antara anggota dari
berbagai kelompok dalam suatu setting tertentu,
c. Di mana setting tersebut secara resmi mendapat persetujuan kerjasama antar-etnis.
3. Belajar Berdasarkan Pengalaman
Pengalaman memberikan banyak sumbangan terhadap apa yang dipelajari
seseorang. Johnson dan Johnson memerikan pembelajaran berdasarkan pengalaman
sebagai berikut. Belajar berdasarkan pengalaman didasarkan pada tiga asumsi:
a. Anda akan belajar paling baik jika anda secara pribadi terlibat dalam pengalaman
belajar itu,
b. Pengetahuan harus ditemukan oleh anda sendiri agar pengetahuan tersebut
bermakna,
c. Komitmen terhadap belajar paling tinggi apabila anda bebas menetapkan tujuan
pembelajaran anda sendiri dan secara aktif mempelajari tujuan itu dalam suatu
kerangka tertentu.
4. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif terhadap Kemampuan Akademik
Pembelajaran kooperatif di samping membantu mengembangkan tingkah laku
kooperatif, juga membantu siswa dalam pembelajaran akademis mereka.
45 hasil penelitian yang ditelaah Slavin (1986) menunjukkan bahwa teknik-
teknik pembelajaran kooperatif lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar. Hasil
penelitian lain juga menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki dampak
yang amat positif untuk siswa yang rendah hasil belajarnya (Linda Lundgren, 1994:
6), antara lain:
a. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas
b. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
c. Memperbaiki sikap terhadap IPA dan sekolah
d. Memperbaiki kehadiran
e. Angka putus sekolah menjadi rendah
f. Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar
g. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
h. Konflik antar pribadi berkurang
i. Sikap apatis berkurang
j. Pemahaman yang lebih mendalam
k. Motivasi lebih besar
l. Hasil belajar lebih tinggi
m. Retensi lebih lama
n. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi
Secara ringkas dapat disimpulkan, kerangka teoritis dan empirik yang kuat untuk
pembelajaran kooperatif mencerminkan pandangan bahwa manusia belajar dari
pengalaman mereka dan partisipasi aktif dalam kelompok kecil membantu siswa
belajar keterampilan yang penting sementara itu secara bersamaan mengembangkan
sikap demokratis dan keterampilan berpikir logis.
C. PELAKSANAAN PELAJARAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF
1. Tugas-tugas Perencanaan
Beberapa tugas perencanaan dan keputusan yang unik yang dibutuhkan oleh guru dalam
mempersiapkan diri mengajar suatu pelajaran pembelajaran kooperatif, sebagai berikut :
a. Memilih Pendekatan
Student Teams Achievement Division (STAD)
Dalam model STAD pembelajaran kooperatif, tim-tim kelompok heterogen saling
membantu satu sama lain belajar dengan menggunakan berbagai metode pembelajaran
kooperatif dan prosedur kuis.
Guru yang menggunakan STAD, mengacu kepada belajar kelompok siswa,
menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi
verbal atau teks.
Alur Penerapan STAD :
1. Siswa dipecah menjadi kelompok heterogen dengan anggota 4-5 orang
2. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang
lain untuk menuntaskan materi pelajaran
3. Siswa saling membantu satu sama lain untuk memahami materi (tutorial, kuis,
atau diskusi)
4. Setiap dua minggu, secara individual diberi kuis sebagai skor perkembangan.
5. Guru memberikan lembar penilaian singakat atau dengan cara lain, untuk
mengumumkan tim-tim dengan skor tertinggi, atau siswa yang mencapai skor
perkembangan tinggi.
Jigsaw
Di dalam model Jigsaw, setiap anggota tim bertanggungjawab untuk menentukan
materi pembelajaran yang ditugaskan kepadanya, kemudian mengajarkan materi tersebut
kepada teman sekelompoknya yang lain.
Penerapan model Jigsaw :
1. Siswa dibagi berkelompok dengan 5 atau 6 anggota kelompok belajar heterogen
2. Materi pembelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks
3. Setiap anggota bertanggungjawab untuk memelajari bagian tertentu materi yang
diberikan
X X X X X
X X X X X
X X X X X
X X X X X
X X X X X
X X X X X
4. Anggota dari kelompok lain yang mendapat tugas topik materi yang sama
berkumpul dan berdiskusi tentang topik tersebut dan kelompok ini dinamakan
kelompok ahli
5. Setelah itu, anggota tim ahli kembali ke kelompok asal untuk mengajarkan apa
yang telah dipelajari dan didiskusikan dalam kelompok ahli
Kelompok Asal 5 atau 6 anggota yang heterogen dikelompokkan
Kelompok Ahli
(tiap kelompok ahli memiliki satu anggota dari tiap tim asal)
Gambar Ilustrasi yang menunjukkan Tim Jigsaw
Investigasi Kelompok (IK) atau Kelompok Penyelidikan
Dalam model investigasi kelompok, siswa tidak hanya bekerja sama namun terlibat
merencanakan baik topik untuk dipelajari dan prosedur penyelidikan yang digunakan.
Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif yang kompleks dan
sulit untuk diterapkan. Berbeda dengan STAD dan Jigsaw, siswa terlibat dalam perencanaan
baik topik yang dipelajari dan bagaimana jalannya penyelidikan mereka.
Sharan dkk (1984) menetapkan enam tahap IK seperti berikut ini :
1. Pemilihan topik
Siswa memilih subtopik khusus di dalam suatu masalah umum yang biasanya
ditetapkan oleh guru. Selanjutnya, siswa dikelompokkan dengan anggota dua
hingga enam anggota kelompok heterogen menjadi kelompok yang berorientasi
tugas.
2. Perencanaan kooperatif
Perencanan prosedur pembelajaran, tugas, dan tujuan khusus yang konsisten
dengan subtopik yang telah dipilih oleh siswa dan guru.
3. Implementasi
Siswa menerapkan rencana yang sudah dikembangkan. Dalam kegiatan
pembelajaran hendaknya melibatkan ragam aktivitas, keterampilan luas,
mengarahkan siswa pada jenis-jenis sumber belajar yang berbeda. Guru mengikuti
kemajuan tiap kelompok dan menawarkan bantuan bila diperlukan.
4. Analisis dan sintesis
Siswa menganalisis dan mengevaluasi informasi yang diperoleh, serta
merencanakan bagaimana informasi tersebut dapat diolah dan disajikan dengan
menarik sebagai bahan presentsi kepada teman seluruh kelas.
5. Presentasi hasil final
Dengan dikoordinasi oleh guru, beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil
penyelidikannya kepada seluruh kelas, agar siswa yang lain saling terlibat satu
sama lain dalam pekerjaan mereka dan memperoleh perspektif luas pada topik itu.
6. Evaluasi
Siswa dan guru mengevaluasi tiap kontribusi kelompok terhadap kerja kelas
sebagai suatu keseluruhan, dan evaluasi dapat berupa penilaian individual atau
kelompok.
Pendekatan Struktural
Dalam pendekatan struktural, tim mungkin bervariasi dari dua hingga enam anggota
dan struktur tugas mungkin ditekankan pada tujuan-tujuan sosial atau akademik.
Penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi
siswa, sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional, seperti resitasi, dimana guru
mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas dan siswa memberikan jawaban setelah
mengangkat tangan dan ditunjuk. Model ini emnghendaki siswa bekerja saling membantu
dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif, daripada
penghargaan individual.
Think-pair-share dan numbered-heads-together merupakan struktur yang dapat
digunakan oleh guru untuk mengajarkan isi akademik atau untuk mengecek pemahaman
siswa terhadapa materi tertentu.
Think-pair-share, memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi
siswa waktu lebih banyak berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain.
Andaikan, guru baru saja menyelesaikan suatu penyajian singkat, atau siswa telah
membaca suatu tugas, atau suatu situasi penuh teka-teki telah dikemukakan. Sekarang
guru menginginkan siswa memikirkan secara lebih mendalam tentang apa yang telah
dijelaskan atau dialami. Langkag-langkah think-pair-share seperti berikut :
Tahap pertama : Thinking (berfikir). Guru mengajukan pertanyaan yang berhubungan
dengan pelajaran, kemudian siswa diminta untuk memikirkan jawaban
dari pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.
Tahap kedua : Pairing. Guru meminta siswa berpasangan dan diberikan waktu untuk
mendiskusikan tentang apa yang telah dipikirkannya. Interkasi pada
tahap ini agar siswa dapat berbagi jawaban jika diajukan pertanyaan
atau berbagi ide jika suatu persoalan khusus telah diidentifikasi.
Tahap ketiga : Sharing, secara bergiliran guru meminta setiap pasangan untuk
berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan
dengan mendapat kesempatan untuk melaporkan.
Numbered-heads-together, memiliki prosedur untuk melibatkan lebih banyak siswa
dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman
terdapa isi pelajaran. Struktur empat langkah dari model numbered-heads-together :
Langkah-1: Penomoran. Guru membagi siswa ke dalam kelompok beranggotakan
3-5 orang dan setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5
Langkah-2: Mengajukan Pertanyaan. Guru memberikan pertanyaan yang
bervariasi, spesifik, dan dapat dalam bentuk kalimat tanya.
Langkah-3: Berpikir Bersama. Siswa menyatukan pendapatnya dengan jawaban
tiap anggota dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui
jawaban itu.
Langkah-4: Menjawab. Guru secara acak memanggil suatu nomor, kemudian siswa
yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk
menjawab pertanyaan kepada seluruh kelas.
Tabel 2. Perbandingan Empat Pendekatan dalam Pembelajaran Kooperatif
STAD JIGSAW KELOMPOK
PENYELIDIKAN
PENDEKATAN
STRUKTURAL
Tujuan
Kognitf
Informasi
akademik
sedernana
Informasi
akademik
sederhana
Informasi
akademik tingkat
tinggi dan
keterampilan
inkuiri
Informasi
akademik
sederhana
Tujuan
Sosial
Kerja kelompok
dan kerjasama
Kerja kelompok
dan kerjasama
Kerjasama dalam
kelompok
kompleks
Keterampilan
kelompok dan
keterampilan
sosial
Struktur
Tim
Kelompok
belajar
heterogen
dengan 4-5
anggota
Kelompok belajar
heterogen dengan
5-6 anggota
menggunakan pola
kelompok “asal”
dan kelompok
“ahli”
Kelompok belajar
heterogen dengan
5-6 anggota
(terkadang
homogen)
Bervariasi berdua,
bertiga, kelompok
dengan 4-6
anggota
Pemilihan
Topik
Pelajaran
Biasanya guru Biasanya guru Biasanya siswa Biasanya guru
Tugas
Utama
Siswa dapat
menggunakan
lembar kegiatan
dan saling
membantu
untuk
menuntaskan
materi
belajarnya
Siswa mempelajari
materi dalam
kelompok “ahli”
kemudian
membantu anggota
kelompok asal
mempelajari
materi itu
Siswa
menyelesaikan
inkuiri kompleks
Siswa
mengerjakan
tugas-tugas yang
diberikan sosian
dan kognitif
Penilaian Tes mingguan Bervariasi, dapat
berupa tes
mingguan
Menyelesaikan
proyek dan
menulis laporan,
dapat
Bervariasi
menggunakan tes
essay
Pengakuan Lembar
pengetahuan
dan publikasi
lain
Publikasi lain Lembar pengakuan
dan publikasi lain
Bervariasi
Active listening dan time token, merupakan dua contoh struktur yang dikembangkan
untuk mengajarkan keterampilan sosial.
Teams-Games-Tournaments (TGT)
Teams-Games-Tournaments yang mula-mula dikembangkan oleh David Devries dan
Keith Edwards, merupakan model pembelajaraan kooperatif John Hopkins yang pertama.
TGT menggunakan presentasi guru yang sama dan kerja tim seperti pada STAD, namun
mengganti kuis dengan turnament atau lomba mingguan. TGT memiliki dinamika motivasi
sebanyak yang dimiliki STAD, hanya bedanya ditambah dengan satu dimensi kegembiraan
yang terjadi karena penggunaan permainan. Teman sesama tim saling membantu menyiapkan
permainan itu dengan mempelajari LKS dan saling menjelaskan masalah-masalahnya satu
sama lain, namun apabila para siswa sedang bertanding, teman sesama tim tidak dapat
membantunya, dengan demikian terjamin tanggung jawab individual. Bahan-bahan yang
sama yang digunakan pada STAD juga digunakan pada TGT, bedanya kuis-kuis STAD
digunakan sebagai permainan dalam TGT. Banyak guru lebih menyukai TGT karena kegiatan
yang menyenangkan tersebut, sementara guru-guru lain lebih menyukai kooperatif STAD
karena dianggap lebih murni, dan sejumlah guru yang lain menggabungkan dua model
tersebut.
Team Assisted Individualization (TAI)
Model Pembelajaran Tipe TAI (Team Assisted Individualization)
TAI termasuk dalam pembelajaran kooperatif. Dalam model pembelajaran TAI, siswa
ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil (4 sampai 5 siswa) yang heterogen dan
selanjutnya diikuti dengan pemberian bantuan secara individu bagi siswa yang
memerlukannya. Sebelum dibentuk kelompok, siswa diajarkan bagaimana bekerja sama
dalam suatu kelompok. Siswa diajari menjadi pendengar yang baik, dapat memberikan
penjelasan kepada teman sekelompok, berdiskusi, mendorong teman lain untuk bekerja sama,
menghargai pendapat teman lain, dan sebagainya. Masing-masing anggota dalam kelompok
memiliki tugas yang setara. Karena pada pembelajaran kooperatif keberhasilan kelompok
sangat diperhatikan, maka siswa yang pandai ikut bertanggung jawab membantu temannya
yang lemah dalam kelompoknya. Dengan demikian, siswa yang pandai dapat
mengembangkan kemampuan dan ketrampilannya, sedangkan siswa yang lemah akan
terbantu dalam memahami permasalahan yang diselesaikan dalam kelompok tersebut
(Suyitno, 2002:9).
Model pembelajaran TAI memiliki delapan komponen (Suyitno, 2002:9). Kedelapan
komponen tersebut adalah sebagai berikut :
1. teams, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4 sampai 6 siswa,
2. placement test, yakni pemberian pretest kepada siswa atau melihat rata-rata nilai
harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu,
3. student creative, melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan
situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh
keberhasilan kelompoknya,
4. team study, yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok
dan guru memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang
membutuhkannya,
5. team scores and team recognition, yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja
kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang
dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas,
6. teaching group, yakni pemberian materi secara singkat dari guru menjelang
pemberian tugas kelompok,
7. facts test, yaitu pelaksanaan tes-tes kecil bardasarkan fakta yang diperoleh siswa,
8. whole class units, yaitu pemberian materi oleh guru kembali di akhir waktu
pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.
Unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam Team Assisted Individualization (Robert E.
Slavin: 1995) adalah sebagai berikut.
a. Team (kelompok)
Peserta didik dikelompokkan dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 4
sampai 5 orang peserta didik dengan kemampuan yang berbeda.
b. Tes Penempatan
Peserta didik diberi pre tes di awal pertemuan, kemudian peserta didik
ditempatkan sesuai dengan nilai yang didapatkan dalam tes, sehingga didapatkan
anggota yang heterogen (memiliki kemampuan berbeda) dalam kelompok.
c. Langkah-langkah Pembelajaran.
1) Diawali dengan pengenalan konsep oleh guru dalam mengajar secara
kelompok (diskusi singkat) dan memberikan langkah langkah cara
menyelesaikan masalah atau soal.
2) Pemberian tes keterampilan yang terdiri dari 10 soal.
3) Pemberian tes formatif yang terdiri dari dua paket soal, tes formatif A dan tes
formatif B, masing-masing terdiri dari 8 soal.
4) Pemberian tes keseluruhan yang terdiri dari 10 soal.
5) Pembahasan untuk tes keterampilan, tes formatif, dan tes keseluruhan.
d. Belajar Kelompok
Berdasarkan tes penempatan, guru mengajarkan pelajaran pertama, kemudian
peserta didik bekerja pada kelompok mereka masing masing. Langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut.
1) Peserta didik berpasangan atau bertiga dengan anggota kelompok mereka.
2) Peserta didik diberi Lembar Kerja Siswa (LKS) pembelajaran yang disiapkan
guru untuk diskusi sebagai pemahaman konsep materi yang akan dipelajari.
Peserta didik diberi kesempatan bertanya pada teman sekelompok atau guru
untuk minta bantuan jika mengalami kesulitan. Selanjutnya dimulai dengan
tes pertama yaitu tes keterampilan.
3) Masing-masing peserta didik dengan kemampuannya sendiri mengerjakan 3
soal tes keterampilan yang pertama, bila sudah selesai, peserta didik boleh
melanjutkan 3 soal berikutnya. Begitu sudah selesai baru melanjutkan 4 soal
terakhir. Peserta didik yang mengalami kesulitan bisa meminta bantuan pada
teman sekelompoknya sebelum meminta bantuan guru.
4) Apabila sudah bisa menyelesaikan soal tes keterampilan dengan benar,
peserta didik bisa melanjutkan mengerjakan tes formatif A yang terdiri dari 8
soal. Dalam tes ini peserta didik juga bekerja sendiri-sendiri dulu sampai
selesai. Jika peserta didik dapat mengerjakan 6 soal dengan benar, maka
peserta didik tersebut bisa mengambil soal tes keseluruhan. Jika peserta didik
tidak bisa menjawab 6 soal dengan benar, guru merespon dan menampung
semua masalah yang dimiliki peserta didik. Guru boleh menyuruh peserta
didik untuk bekerja kembali pada nomor-nomor soal tes keterampilan dan
kemudian mengambil soal tes formatif B, yaitu 8 soal kedua yang isi dan
tingkat kesulitannya sebanding dengan tes formatif A. Selanjutnya peserta
didik boleh melanjutkan ke tes keseluruhan. Peserta didik tidak boleh
mengambil soal tes keseluruhan sebelum dia bisa menyelesaikan tes formatif
dengan kelompoknya.
5) Peserta didik kemudian mengikuti tes keseluruhan. Tes ini merupakan tes
terakhir dalam model pembelajaran kooperatif Team Assisted
Individualization (TAI), yang terdiri dari 10 soal. Di sini peserta didik juga
bekerja secara individu dulu sampai selesai. Setelah selesai baru bisa
berdiskusi dengan kelompoknya. Setelah tes keseluruhan ini selesai
kemudian dilakukan pembahasan dan penilaian bersama antara guru dan
peserta didik.
6) Penilaian kelompok
Pada akhir pertemuan, guru menghitung nilai dari masing-masing kelompok.
Nilai ini berdasarkan pada jumlah rata-rata dari anggota masing-masing
kelompok dan ketelitian dari tes keseluruhan. Kriteria pemberian predikat
berdasarkan kemampuan kelompok. Kelompok dengan kemampuan bagus
diberi predikat Super Team, kelompok dengan kemampuan sedang diberi
predikat Great Team, kelompok dengan kemampuan kurang diberi predikat
Good Team. Pemberian predikat ini bertujuan untuk memotivasi dan member
semangat kepada masing-masing kelompokagar pada pada pembelajaran
selanjutnya mau berusaha untuk melakukan yang lebih baik lagi.
7) Mengajar kelompok
Setiap pertemuan guru mengajar 10 sampai 15 menit untuk dua atau tiga
kelompok yang mempunyai nilai yang sama. Guru menggunakan konsep
belajar yang diprogramkan atau direncanakan sebelumnya. Tujuannya adalah
untuk memperkenalkankonsep utama pada peserta didik. Pembelajaran
dibuat untuk membantu peserta didik agar mengerti dan memahami
hubungan antara matematika yang mereka pelajari dengan masalah
kehidupan nyata. Ketika guru sedang mengajar dalam suatu kelompok,
peserta didik lain melanjutkan bekerja dalam kelompok mereka sendiri
dengan kemampuan individu masing-masing.
Adapun keuntungan pembelajaran tipe TAI adalah :
1. siswa yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalahnya;
2. siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan ketrampilannya;
3. adanya tanggung jawab dalam kelompok dalam menyelesaikan permasalahannya;
4. siswa diajarkan bagaimana bekerjasama dalam suatu kelompok.
Sedangkan kelemahan pembelajaran tipe TAI adalah :
1. tidak ada persaingan antar kelompok;
2. siswa yang lemah dimungkinkan menggantungkan pada siswa yang pandai.
Cooperative Integrated Reading and Composetron (CIRC)
Merupakan komprehensif untuk pengajaran membaca dan menulis pada kelas-kelas
tinggi sekolah dasar dan sekolah menengah pertama( Maden, Stevani, dan Slavin, 1986).
Pada CIRC guru mengajarkan membaca dan menulis pada siswa yang baru belajar membaca
dan menerapkan kelompok-kelompok membaca. Siswa ditempatkan dalam tim-tim yang
tersusun dari pasangan-pasangan siswa dari dua kelompok membaca yang berbeda. Dalam
kegiatan CIRC ini siswa saling memberikan tanggapan terhadap cerita-cerita, saling
menyampaikan ikhtisar cerita, penguraian arti dan kosakata. Sedangkan dalam kegiatan
menulisnya siswa terlibat dalam workshop penulis, penulisan buram, dan pengeditan karya
sesama teman.
Pada aktivitas CIRC siswa mengikuti intruksi guru, latihan tim, asesmen awal tim dan
kuis. Kuis tidak akan diberikan sampai dalam satu tim tersebut siap. Pewnghargaan tim
berupa sertifikat yang diberikan kpd tim berdasarkan kinerja rata-rata dari semua anggota tim
pada semua kegiatan membaca dan menulis tersebut. Dalam CIRC siswa melakukan kegiatan
yang sama sehingga mereka memiliki kesempan yang sama untuk berhasil. Kontribusi siswa
pada timnya didasarkan pada skor kuis mereka dan karya akhir mandiri yang menjamin
tanggung jawab individu.
b. Pemilihan Materi yang Sesuai
Pada pembelajaran kooperatif, membutuhkan sejumlah pengarahan-diri dan inisiatif
siswa yang memadai, sehingga memilih isi yang sesuai untuk siswa yang diketahui minat dan
bekal pengetahuan awal mereka merupakan perencanaan utama bagi guru. Beberapa
pertanyaan yang dapat diajukan guru untuk dirinya sendiri untuk menentukan kecocokan
materi ajar, sebagai berikut :
Apakah siswa pernah mengenal materi tersebut sebelumnya atau membutuhkan
penjelasan yang panjang lebar kepada siswa tentang materi tersebut?
Apakah materi ttersebut menarik bagi siswa?
Jika guru merencanakan untuk menggunakan teks, apakah ia telah memberikan
informasi yang cukup tentang topik itu?
Untuk suatu pelajaran Jigsaw, apakah materi yang akan diajarkan secara alami dapat
dibagi menjadi beberapa bagian (subtopik)?
Untuk suatu pelajaran investigasi kelompok, apakah tersedia sumber yang relevan?
c. Pembentukan Kelompok Siswa
Pembentukan kelompok siswa dapat secara heterogen yaitu mencampur latar
belakang etnik, suku, dan tingkat kemampuan siswa di dalam kelas, sehingga komposisi
kelompok siswa memiliki kemungkinan yang tidak terbatas. Selama fase perencanaan, guru
harus menetapkan tujuan akademik dan tujuan sosial secara jelas, mengumpulkan informasi
tentang kemampuan siswa, sehingga bila diinginkan kelompok dengan kemampuan heterogen
mereka memiliki informasi yang dibutuhkan.
d. Pengembangan Materi dan Tujuan
Menyediakan dan mengembangkan materi ajar yang menarik adalah penting jika
siswa harus bekerja secara mandiri.
Guru memberi siswa informasi verbal dalam pelajaran pembelajaran kooperatif,
informasi ini umumnya disampaikan dalam bentuk teks, lembar kegiatan, dan panduan
belajar. Teks haruslah menarik dan memiliki tingkat keterbacaan yang sesuai untuk kelas
siswa tertentu. Jika paduan belajar dikembangkan oleh guru, maka panduan itu hendaknya
direncanakan untuk menggarisbawahi materi yang paling penting.
Bila guru menggunakan metode investigasi kelompok, pasokan materi yang cukup
perlu dikumpulkan untuk digunakan oleh kelompok belajar siswa. Materi dapat diperoleh dari
perpustakaan atau dari laboran. Prosedurnya, guru mengkomunikasikan tujuan secara jelas
dari suatu pelajaran tertentu dan mengetahui dengan tepat jumlah siswa yang terlibat, agar
pustakawan dan laboran dapat memberikan bantuan yang maksimum, mereka membutuhkan
waktu yang cukup umtuk mengerjakan tugasnya.
e. Mengenalkan Siswa kepada Tugas dan Peran
Penting untuk merencanakan agar siswa memiliki pemahaman yang jelas tentang
peran mereka dan harapan-harapan guru pada saat mereka berperan serta dalam suatu
pelajaran pembelajaran kooperatif.
Guru harus meluangkan waktu khusus untuk menjelaskan model pembelajaran
kooperatif kepada siswa dan melatih mereka keterampilan-keterampilan prasyarat.
Jika siswa belum memiliki pengalaman sebelumnya tentang pembelajaran kooperatif,
sangat penting agar guru mengenalkan siswa tentang struktur tugas, tujuan, dan hadiah atau
penghargaan yang unik dari pembelajaran kooperatif. Akhirnya, petunjuk-petunjuk tertulis
khusus tentang tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan dari suatu pelajaran pembelajaran
kooperatif tertentu seharusnya diberikan kepada siswa dalam bentuk peragaan poster
tertempel atau handout.
f. Merencanakan Waktu dan Tempat
Waktu merupakan faktor pembatas yang disadari oleh kebanyakan guru, dan
pembelajaran kooperatif yang mengandalkan pada interaksi kelompok kecil, mengajukan
tuntutan lebih kuat pada sumber daya waktu daripada model pengajaran lain. Pembelajaran
kooperatif membutuhkan waktu lebih lama untuk berinteraksi mengenai ide-ide penting
daripada waktu yang diperlukan guru untuk menyajikan ide-ide secara langsung kepada
siswa. Perencanaan yang seksama dapat membantu guru menjadi realistik tentang persyaratan
waktu dan perencanaan ini dapat meminimalkan jumlah waktu yang terbuang.
Pembelajaran kooperatif membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruangan
kelas, dan membutuhkan perabot yang dapat dipindahkan
Pengaturan tempat duduk model cluster
Pengaturan tempat duduk model cluster bermanfaat pada pembelajaran kooperatif dan dapat
digunakan pada pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil. Jika digunakan model
cluster, guru dapat meminta siswa untuk memindahkan kursi-kursi mereka untuk presentasi
langsung dan demonstrasi sehingga seluruh siswa akan menghadap ke arah guru.
Tempat duduk Cluster 4 anggota Tempat duduk Cluster 6 anggota
Gambar Pola pengaturan tempat duduk model Cluster
Pengaturan tempat duduk model swing
Untuk pembelajaran kooperatif, menggunakan susunan tempat duduk yang memungkinkan
dengan mudah untuk swing (mengubah) dari pelajaran langsung menjadi pelajaran
pembelajaran kooperatif.
Gambar Pola pengamatan tempat duduk model swing
2. Tugas-tugas Interaktif
a. Menyampaikan Tujuan dan Memotivasi Siswa
Guru yang berhasil memulai pelajaran dengan menelaah ulang, menjelaskan tujuan mereka
dengan bahasa yang mudah dipahami, dengan menunjukkan bagaimana pelajaran itu terkait
dengan pelajaran sebelumnya. Guru pembelajaran kooperatif seharusnya memberikan
perhatian khusus untuk menjelaskan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa, mengingat
pelajaran itu sering berlanjut sampai beberapa hari.
Poin penting dari penyampaian tujuan dan memotivasi siswa agar siswa lebih besar
kemungkinannya untuk bekerja ke arah tujuan-tujuan penting apabila rational untuk pelajaran
itu telah didiskusikan secara khusus. sulit bagi siswa untuk melaksanakan suatu tugas dengan
baik apabila mereka belum jelas tentang mengapa mereka melakukan kegiatan itu atau
apabila kriteria keberhasilan tidak diberitahukan secara terbuka.
b. Menyajikan Informasi
Pembelajaran kooperatif menghendaki siswa untuk membaca suatu teks, maka guru yang
berhasil, tidak memandang tingkatusia siswa-siswa merakaatau mata pelajaran yang
diajarkan, seharusnya menasumsikan tanggungjawab untuk membantu siswa menjadi
pembaca yang lebih baik.
c. Mengorganisasikan dan Membantu Kelompok Belajar
Mengorganisasikan dan membantu kelompok belajar merupakan fase dalam suatu pelajaran
pembelajaran kooperatif saat mana dapat terjadi kegaduhan kecuali peralihan direncanakan
dan dikelola secara seksama
D. Lingkungan Belajar dan Tugas-tugas Manajemen
1. Membantu Transisi
Beberapa strategi yang dapat digunakan guru untuk menjadikan transisi berjalan
lancar adalah,
a. Tulis langkah-langkah kunci di papan tulis atau di poster
Disini petunjuk visual diharapkan dapat membantu siswa untuk berpindah dari
suatu temapt ke tempat yang lain. Berikut ini adalah contoh peragaan seperti
itu.
Langkah 1 Bergeraklah dengan cepat ke tempat dimana nama
kelompokmu telah dilekatkan di tembok.
Langkah 2 Pilih satu anggota kelompok untuk maju ke depan untuk
mendapatkan bahan-bahan belajar yang dibutuhkan.
Langkah 3 Gunakan waktu 10 menit untuk membaca tugas yang diberikan
kepada kamu.
Langkah 4 Mulailah diskusi pada saat saya telah memberikan aba-aba
Langkah 5 Mulailah meyajikan informasi kelompok kamu pada saat saya
telah memintanya.
b. Menyatakan petunjuk dengan jelas dan mintalah dua atau tiga siswa
mengulang petunjuk itu
Dengan meminta beberapa siswa untuk mengulang petunjuk-petunjuk itu
membantu siswa menaruh perhatian dan juga memberi guru umpan balik
apakah petunjuk itu dipahami atau tidak.
c. Menetapkan suatu tempat untuk tiap kelompok belajar dan menandai dengan
jelas tempat itu
Untuk kerja kelompok kecil yang efektif guru seharusnya dengan jelas
menandai bagian-bagian ruang untuk ditemapati tiap-tiap kelompok dan
meminta dengan sangat agar kelompok-kelompok menempati tempat yang
telah disediakan.
Prosedur-prosedur diatas sangat ketatdan terstruktur. Apabila guru dan siswa terbiasa
bekerja dalam kelompok-kelompok kooperatif, keluwesan lebih dapat diberikan.
Bagaimanpun juga, untuk guru-guru yang belum berpengalaman pada tahap-tahap
awal penggunaan pembelajaran kooperatif,petunjuk dan prosedur yang ketat dapat
membuat pelajaran jauh lebih lancar dan mencegah frustasi.
2. Mengelola dan Membantu Kerja Kelompok
Ada suatu aturan untuk diikuti guru selama fase ini dalam suatu pelajaran
pembelajaran koopertif. Ikut campur yang terlampau banyak atau bantuan yang tidak
diinginkan dapat mengganggu siswa. Hal ini juga dapat meniadakan kesempatan
siswa untuk berinisiatif dan bekerja dengan arahan diri sendiri. Tetapi, apabila guru
menemukan bahwa siswa jelas tentang petunjuk atau mereka tidak dapat
menyelesaikan tugas-tugas kelompok yang diberikan, maka guru harus melakukan
intervensi dan menawarkan bantuan.
3. Mengajarkan Kerjasama
Untuk membantu siswa bekerjasama memerlukan perhatian terhadap jenis-jenis tugas
yang diberikan kepada kelompok-kelompok kecil. Untuk dapat melakukan kegiatan
tersebut seorang guru haruslah mengajarkan siswa-siswa mareka keterampilan-
keterampilan social dan kelompok seperti keterampilan yang diberikan berikut ini,
a. Tugas yang mendorong untuk saling bergantung satu sama lain
Karena tugas pembelajaran kooperatif dan struktur kegiatan harus lebih saling
bergantung satu sama lain daripada mandiri, maka terdapat beberapa cara
untuk menciptakan saling ketergantungan antara siswa satu sama lain. Beriktu
adalah cara untuk menciptakan saling ketergantung,
1. Meminta tiap kelompok untuk mengerjakan satu lembar kegiatan
matematika dengan seluruh nama anggita tertera pada lembar kegiatan itu.
2. Meminta anggota kelompok berbagi bahan ajar.
3. Memberi beberapa siswa masalah-masalah dan siswa lain jawaban-
jawaban dan meminta mereka menemukan pasangan antara keduanya
melalui diskusi.
4. Mengikuti prosedur pembelajaran kooperatif jigsaw.
5. Membeda-bedakan peran.
b. Keterampilan social dan keterampilan kelompok
Siswa mungkin tidak mengetahui bagaimana berinteraksi satu dengan yang
lain, bagaimana mengembangkan rencana kerja kooperatif, bagaimana
mengkoordinasikan sumbangan-sumbangan dari berbagai anggota kelomppok,
atau begaimana menilai kemajuan kelompok dalam tugas-tugas tertentu.
Sehingga perlu untuk seorang guru membelajarkan keterampilan-keterampilan
social dan kelompok untuk bekerjanya pembelajaran kooperatif.
1. Keterampilan-keterampilan social
Keterampilan social melibatkan perilaku yang menjadikan hubungan
social yang berhasil dan memungkinkan seseorang bekerja secara efektif
dengan orang lain. Ketermapilan social sendiri diajarkan kepada anak-anak
oleh banyak orang yang berbeda. Seorang guru haruslah membantu siswa
manuntaskan keterampilan-keterampilan yang dirasa kurang dukuasai
siswa misal keterampilan berbagi, berperan serta dan berbagi.
Keterampilan berbagi. Banyak sekali perilaku siswa yang mencerminkan
kurangnya ketermapilan berbagi pada diri mereka pada pembelajaran
kooperatif, seperti misalnya menjadi bos terhadap siswa lain, berbicara
tanpa henti, dan melakukan sendiri seluruh pekerjaan kelompok. Siswa-
iswa ini perlu belajar manfaat berbagi dan bagaimana mengendalikan
perilaku mereka. Ruond robin dan pari checks, adalah dua contoh
pembelajaran yang dapat digunakanguru untuk mengajarkan keterampilan
berbagi,
Round robin
Suatu kegiatan yang mengajarkan siswa bagimana menunggu
giliran pada saat bekerja dalam kelompok. Prosesnya adalah, guru
mengemukakan suatu ide atau mengajukan suatu pertanyaan yang
mempunyai banyak jawaban. Kemudian siswa diminta untuk
mengajukan sumbangan pikiran. Satu siswa mulai, mengemukakan
sumbangan pikiran, dan giliran mengemukakan pendapat
diteruskan ke siswa berikutnya, melkukan hal yang sama.
Pair checks
Meminta siswa berpasangan dan menerapkan susunan pengecekan
berpasangan. Versi pengecekan berpasangan ini melibatkan
delapan langkah yang direkomendasikan oleh spencer kagen
Langkah 1 : bekerja berpasangan, tim atau kelompok dibagi
dalam pasangan-pasangan. Satu siswa dalam pasangan itu
mengerjakan lembar kegiatan atau masalah sementara siswa lain
membantu atau melatih.
Langkah 2 : pelatih mengecek, siswa yang menjadi pelatih
mengecek pekerjaan partnernya. Apabila pelatih dan partnernya itu
tidak sependapat terhadap suatu jawaban atau ide, mereka boleh
meinta petunjuk dari pasangan lain.
Langkah 3 : pelatih memuji, apabila partner setuju, pelatih
memberikan pujian.
Langkah 4-6 : bertukar peran, seluruh partner bertukar peran
dan mengulangi langkah 1 – 3.
Langkah 7 : pasangan mengecek, seluruh pasangan tim
kembali bersama dan memebandingkan jawaban.
Langkah 8 : tim meyatakan suka citi bersama, apabila
seluruhnya setuju dengan jawaban-jawaban, anggota tim berjabat
tangan atau melakukan sesuatu sebagai tanda kebersamaan yang
lain.
Keterampilan berperan serta. Dalam pembelajaran kooperatif yang
terdapat beberapa siswa yang terkesan mendominasi, terdapat juga
sebagian siswa lain yang malu-malu. Siswa tersisihkan /yang merasa malu
ini adalah jenis lain siswa yang mengalami kesulitan berperan serta dalam
kegiatan kelompok. Hal ini menyebakan ada siswa tertentu yang memilih,
dengan alasan apapun, untuk bekerja sendiri dan menolak berperan serta
dalam kegiatan-kegiatan kelompok kooperatif. Berikut merupakan
beberapa cara untuk melibatkan siswa yang malu,
Meyakinkan agar siswa-siswa malu atau tersisihkan masuk ke
dalam kelompok dengan siswa yang memiliki keterampilan social
yang baik
Meyusun tugas-tugas yang saling bergantung satu sama lain
Menggunakan lembar perencanaan di mana berbagai tugas
kelompok didaftar dengan menampakkan tanggung jawab siswa
untuk menyelesaikan tiap tugas
Adapun kegiatan khusus yang mengajarkan keterampilan berperan serta
adalah, Time token dan high talker tap out.
Time token
Time token membantu membagikan peran serta secara lebih
merata. Tiap siswa diberikan beberapa kupon berbicara dengan
nilai 10 atau 15 detik waktu berbicara. Apabila siswa itu telah
menghabiskan kuponnya, siswa itu tidak dapat berbicara lagi. Hal
ini, menghendaki agar siswa yang masih memegang kupon untuk
ikut dalam didkusi itu.
High talker tap out
Adalah tidak seharusnya mendapatkan hanya sebagian kecil siswa
baerperan serta dalam kerja kelompok atau diskusi. Salah satu cara
untuk menghasilkan peran setra yang lebih seimbang adalah
menugaskan sstu siswa untuk terus mengamati peran serta tiap
siswa. Apabila pemonitor mengamati siswa tertentu berbicara terus
menerus, ia dapat memberikan nota yang meminta siswa untuk
menyudahi berbicaranya sampai setiap orang mendapat giliran.
2. Keterampilan-keterampilan komunikasi
Kelompok pembelajaran kooperatif tidak dapat berfungsi secara efektif
bila kerja dari kelompok itu ditandai dengan miskomunikasi. Empat
keterampilan komunikasi yang seharusnya diajarkan kepada siswa untuk
memudahkan komunikasi di dalam seting kelompok adalah mengulang
dengan kalimat sendiri, memberikan perilaku, memberikan perasaan, dan
mengecek kesan.
Seringkali dalam interaksi kelas, siswa tidak saling mendengarkan satu
sama lain. Melainkan, mereka duduk di dalam kelas menunggu giliran
untuk berbicara atau di dalam kelompok kecil, berbicara atau
menginterupsi terus menerus. Satu cara untuk menghidupkan mendengar
dengan aktif selama diskusi kelas adalah dengan tegas meminta seorang
siswa sebelum berbicara, siswa itu pertama-tama harus mengulang dengan
kalimatnya sendiri apa yang dikatakan oleh siswa yang baru saja
mengakhiri berbicara.
3. Ketermapilan-keterampilan kelompok
Kelompok sebagai suatu kesatuan hrus belajar keterampilan kelompok dan
proses-proses apabila mereka ingin berhasil. Sebelum siswa dapat bekerja
secara efektif di dalam kelompok pembelajaran kooperatif, mereka juga
harus belajar tentang memahami satu sama lain menghormati perbedaan
mereka.
Pembangunan tim. Membantu membangun identitas tim dan
kesetiawanan anggota merupakan tugas penting bagi guru yang
menggunakan kelompok-kelompok pembelajaran kooperatif. Tugas-tugas
sederhana meliputi memastikan setiap orang saling mengetahui nama
teman di dalam kelompoknya dn meminta para angota menentukan nama
tim. Meminta tim untuk membuat suatu lambing atau menciptakan suatu
logo dapat juga membangun semangat tim diantara anggota.
Langkah 1Menetapkan skor dasar
Setiap siswa diberikan skor berdasarkanskor kuis yang lalu.
Langkah 2Menghitung skor kuis terkini
Siswa memperoleh poin untuk kuis yang berkaitan dengan pelajaran terkini.
Langkah 3Menghitung skorperkembangan
Siswa mendapatkan poin perkembangan yang besarnya ditentukan apakah skor kuis terkini mereka menyamai atau melampaui skor dasar mereka, dengan menggunakan skala yang diberikan di bawah
Interview tim
Meminta setiap siswa menginterview satu siswa lain di dalam tim
(kelas) dan kemudian mempersiapkan suatu perkenalan untuk
orang itu yang akan dipresentasikan ke keseluruhan kelompok atau
kelas.
Lukisan dinding tim
Guru dapat meminta siswa untuk membuat lukisan dinding yang
menunjukkan akan seperti apa tim mereka bekerja sama. Setelah
leukisan terselesaikan, mintalah anggota untuk menjelaskan lukisan
mereka terhadap anggota dari tim lain.
E. Penilaian dan Evaluasi
Penting untuk menggunakan strategi penilaian dan evaluasi yang konsisten tidak
hanya dengan tujuan pembelajaran suatu pelajaran tertentu melainkan juga dengan model
pengajaran tertentu yang sedang diguanakan. Sebagai misal, jika seorang guru sedang
menggunakan pengajaran langsung untuk mengajarkan suatu ketrampilan tertentu, maka
diperlukan tes kinerja untuk mengukur ketuntasan ketrampilan itu dan memberikan umpan-
balik korektif. Demikian juga,apabila tujuan itu adalah untuk mencapai pengetahuan
deklaratif,tes paper-and pencil sering merupakan alat ukur terbaik untuk mengetahui apakah
tujuan itu telah tercapai.Karena model pembelajaran kooperatif bekerja dibawah struktur
pengharagaan kooperatif dan karena banyak pelajaran pembelajaran kooperatif bertujuan
untuk mencapai pembelajaran kognitif dan sosial kompleks,dibutuhkan pendekatan penilaian
dan evaluasi yang berbeda. Beberapa pendekatan itu diuraikan seperti berikut ini.
1. Pengetesan dalam Pembelajaran Kooperatif
Untuk STAD dan versi jigsaw Slavin, guru meminta siswa menjawab kuis tentang
bahan pembelajaran. Dalam banyak hal,butir-butir tes pada kuis ini harus merupakan suatu
jenis tes objektif paper-and-pencil,sehingga butir-butir itu dapat diskor dikelas atau segera
setelah tes itu diberikan
Gambar dibawah ini menunjukan bagaimana skor individual ditentukan,
Langkah 1Menetapkan skor dasar
Setiap siswa diberikan skor berdasarkanskor kuis yang lalu.
Langkah 2Menghitung skor kuis terkini
Siswa memperoleh poin untuk kuis yang berkaitan dengan pelajaran terkini.
Langkah 3Menghitung skorperkembangan
Siswa mendapatkan poin perkembangan yang besarnya ditentukan apakah skor kuis terkini mereka menyamai atau melampaui skor dasar mereka, dengan menggunakan skala yang diberikan di bawah
Laporan atau presentasi kelompok dapat digunakan sebagai salah satu dasar
untuk evaluasi,dan siswa hendaknya diberi penghargaan untuk dua-
duanya,sumbangan individual dan hasil kolektif.
2. Pemberian Nilai dalam Pembelajaran Kooperatif
Konsisten dengan konsep stuktur penghargaan kooperatif adalah penting bagi
guru untuk menghargai hasil kelompok dua-duanya hasil akhir dan perilaku
kooperatif yang menghasilkan hasil akhir itu.Bagaimanapun juga, tugas penilaian
ganda ini dapat menyulitkan guru pada saat guru mencoba menentukan nilai individu
untuk suatu hasil kelompok. Beberapa guru yang berpengalaman telah menemukan
suatu solusi untuk dilema ini dengan memberikan dua evaluasi bagi siswa, satu untuk
upaya kelompok dan satu untuk tiap sumbangan seseorang individu. Gambar dibawah
ini menunjukan bagaimana seperti apa lembar penyetoran.
Siswa
Waktu
Mei, 23
Waktu
Kuis
Penjumlahan
Kuis
Skor
Dasar
Skor
Kuis
Skor
Peningkata
n
Skor
Dasar
Skor
Kuis
Skor
Peningkata
n
Sara A 90 100 30
Tom B 90 100 30
Ursula C 90 82 10
Danielle
D85 74 0
Eddie E 85 98 30
Natasha
F85 82 10
Frans G 80 67 0
Gambar Lembar Skor Kuis untuk STAD dan Jigsaw
3. Pengakuan terhadap Upaya Kooperatif
Suatu tugas penilaian dan evaluasi penting terakhir yang unik untuk pembelajaran
kooperatif adalah pengakuan terhadap upaya dan halil belajar siswa.Slavin dan para
pengembang di Universitas Jhons Hopkins mencipatakan konsep pengumuman
tempel kelas mingguan untuk digunakan dalam STAD dan Jigsaw.
Akhir-akhir ini,kelompok Jhons Hopkins cenderung untuk mengurangi
persaingan antar tim.Sebagai gantinya menentukan tim pemenang mereka
merekomendasikan pemberian pengakuan tim-tim yang berhasil mencapai kriteria
yang ditetapkan sebelumnya untuk mengevaluasi hasil belajar tim.
Berikut adalah gambar yang menunjukan kriteria yang digunakan beberapa guru
dan sebuah contoh lembar rangkuman kinerja tim. Penentuan dan Penghargaan Skor
Tim dan Lembar Rangkuman Tim.
Langkah 1:
Penentuan skor tim
Skor tim dihitung dengan menambahkan slor
peningkatan tiap-tiap individu anggota tim dan
membagi dengan jumlah anggota tim tersebut.
Langkah 2:
Penghargaan atas presentasi tim
Tiap-tiap tim menerima suatu sertifikat khusus
berdasarkan pada system poin berikut ini.
Rata-rata Tim Penghargaan
15 poin Tim Baik
20 poin Tim Hebat
25 poin Tim Super
Nama Tim: Fantastic Four
Anggota tim 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sara A.
Eddie E.
Edgar J.
Carol N.
Skor tim total
Rata-rata tim
Penghargaan
30
30
20
20
100
25
Tim
Super
Gambar Penentuan dan penghargaan skor tim dan lembar rangkuman tim.
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Nur, Mohamad. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya University Press.
PDF :
http://eprints.uny.ac.id/1999/1/Skripsi.pdf (di akses pada tanggal 2/2/2013)