Upload
vannhi
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ELMI KAMSIATI
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2013
SCREENING VARIETAS PADI DAN PENGGUNAAN KEMASAN PLASTIK FLEKSIBEL UNTUK MENINGKATKAN DAYA TAHAN
SIMPAN BERAS: Studi Kasus Beras di Kalimantan Tengah
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Screening Varietas Padi dan Penggunaan Kemasan Plastik Fleksibel untuk Meningkatkan Daya Tahan Simpan Beras: Studi Kasus Beras di Kalimantan Tengah. adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2013
Elmi Kamsiati NRP F153100081
ABSTRACT
Elmi Kamsiati. Rice Varieties Screening and Use of Flexible Plastic Package to Extent Storage Durability: Case Study Rice at Central Kalimantan. Under supervision of EMMY DARMAWATI dan YADI HARYADI.
Rice is an important commodity because being the staple food of the most of Indonesian people. During storage, the rice can be damaged due to environmental factors as well as postharvest pest. Sitophilus oryzae is postharvest insect pest that attack rice during storage causing quantity and quality losses. The objective of this research is to screening resistance of several local rice variety of Central Kalimantan, study effect of packages on S.oryzae mortality and determine appropriate packaging for rice storage. Eight rice varieties were tested against S.oryzae and then taken three variety (Siam Jurut, Siam Unus and Karang Dukuh) that packaged using “hermetic” laminat, polypropilen (PP) and low density polyetylen (LDPE). Result of the research showed that the lowest index of susceptibility was Siam Jurut, followed by Siam Palun, Siam Palas and Bayar Pahit that were be resistant varieties. Siam Unus had medium index of susceptibility. Rantul, Siam Pandak and Karang Dukuh had high Index of susceptibility. After storage, the resistant group had lower quantity losses, damaged grain and moisture content than susceptible group. The kind of plastic significantly effect to S.oryzae mortality. Total mortality of S.oryzae reached after three day for Siam Jurut, Siam Unus and Karang Dukuh in “hermetic” laminat plastic, six day for Siam jurut in PP plastic, seven day for Siam Unus and Karang Dukuh. In LDPE, total mortality reached after 20 storage day.
Keywords: rice, screening, S.oryzae, packaging
RINGKASAN
ELMI KAMSIATI. Screening Varietas Padi dan Penggunaan Kemasan Plastik
Fleksibel untuk Meningkatkan Umur Simpan Beras: Studi Kasus Beras di
Kalimantan Tengah. Dibimbing oleh EMMY DARMAWATI dan YADI
HARYADI.
Beras merupakan komoditas penting di Indonesia, karena merupakan
makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia, termasuk di provinsi
Kalimantan Tengah. Konsumsi beras per kapita penduduk Kalimantan Tengah
pada tahun 2011 adalah sebesar 121.27 kg/kapita/tahun (Radius 2011).
Ketersediaan beras senantiasa dijaga untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Selain
masalah produksi, pasca panen merupakan bagian penting dalam penyediaan
beras untuk masyarakat.
Penyimpanan menjadi bagian penting dalam kegiatan pasca panen pada
rantai pasok beras dari produsen sampai ke konsumen. Menurut Direktorat
Penanganan Pasca Panen Deptan dan BPS (2007) yang diacu dalam Haryadi
2010, susut pascapanen padi pada tahun 2007 sebesar 11.27%. Selama
penyimpanan, beras dapat mengalami kerusakan baik karena pengaruh lingkungan
maupun hama penyakit. Serangga hama Sitophilus oryzae banyak menyerang
beras dalam penyimpanan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
mengurangi kerusakan beras selama penyimpanan adalah penggunaan varietas
yang resisten. Perlindungan beras selama penyimpanan juga dapat dilakukan
melalui pengemasan yang baik. Penelitian ini bertujuan melakukan screening
ketahanan beberapa varietas beras asli Kalimantan Tengah terhadap serangan
hama Sitophilus oryzae, mempelajari pengaruh jenis kemasan terhadap tingkat
dan lama waktu kematian serangga Sitophilus oryzae dalam penyimpanan serta
menentukan jenis kemasan yang sesuai untuk penyimpanan beras.
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu screening varietas beras terhadap serangan S.oryzae dan pengemasan beras. Screening varietas beras disusun dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan varietas beras sebagai faktor. Penelitian pengemasan beras menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan dua faktor, yaitu varietas beras (tiga varietas) dan jenis plastik (tiga jenis) dengan tiga ulangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap ketahanan beras dari serangan S.oryzae. Dari delapan varietas beras (Karang Dukuh, Siam Jurut, Siam Pandak, Siam Palun, Siam Palas, Bayar Pahit Rantul dan Siam Unus) yang discreening, varietas Siam Jurut merupakan varietas yang paling resisten dengan nilai indeks perkembangan (ID), total populasi (Nt) dan laju perkembangan intrinsik (Rm) paling rendah. Varietas lain yang juga masuk kelompok resisten adalah Siam Palun, Siam Palas dan Bayar Pahit. Varietas Karang Dukuh dan Siam Pandak merupakan varietas dengan Nt tertinggi, periode perkembangan (D) yang rendah, ID dan λ tertinggi. Sedangkan varietas Siam Unus memiliki nilai medium, yaitu diurutan kelima untuk paremeter Nt, ID dan λ, serta pada urutan keenam untuk nilai D.
Kelompok varietas yang resisten (memiliki nilai ID rendah) tersebut juga memiliki persentase susut bobot dan biji berlubang yang rendah, sedangkan varietas yang rentan memiliki persentase susut bobot dan biji berlubang yang tinggi. Kelompok varietas dengan susut bobot dan biji berlubang yang rendah adalah Siam Palas, Bayar Pahit, Siam Jurut, Siam Palun dan Siam Unus. Karang Dukuh, Siam Pandak dan Rantul merupakan kelompok dengan persentase susut bobot dan biji berlubang yang tinggi. Populasi S.oryzae berkorelasi positif dengan persentase susut bobot (nilai r = 0.94), persentase biji berlubang (r = 0.85) dan kadar air (0.79) Pada penelitian tahap dua, beras varietas Siam Jurut, Siam Unus dan Karang Dukuh diinfestasi dengan S.oryzae dikemas dan disimpan. Hasil analisis ragam menunjukkan pada hari ketiga penyimpanan, jenis plastik dan interaksinya dengan varietas beras berpengaruh nyata pada persentase kematian S.oryzae. Persentase kematian S.oryzae mencapai 100% setelah tiga hari penyimpanan untuk ketiga varietas pada plastik hermetik dan tujuh hari pada plastik PP. Pada plastik LDPE, kematian S.oryzae mencapai 100% setelah 20 hari penyimpanan untuk varietas Siam Unus dan Karang Dukuh dan masih tersisa 3% S.oryzae yang hidup untuk varietas Siam Jurut. Jenis plastik berpengaruh pada komposisi udara dan persentase kematian S.oryzae dalam kemasan. Plastik “hermetik” laminat lebih mampu mempertahankan komposisi oksigen dan karbondioksida di dalam kemasan selama penyimpanan daripada plastik PP dan LDPE. Kata kunci: beras, screening, S.oryzae, pengemasan
®Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagaian atas seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
ELMI KAMSIATI
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Teknologi Pasca Panen
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2013
SCREENING VARIETAS PADI DAN PENGGUNAAN KEMASAN PLASTIK FLEKSIBEL UNTUK MENINGKATKAN DAYA TAHAN
SIMPAN BERAS: Studi Kasus Beras di Kalimantan Tengah
Judul Tesis : Screening Varietas Padi dan Penggunaan Kemasan Plastik Fleksibel untuk Meningkatkan Daya Tahan Simpan Beras: Studi Kasus Beras di Kalimantan Tengah.
Nama : Elmi Kamsiati NRP : F153100081
Disetujui,
Komisi Pembimbing
Dr.Ir. Emmy Darmawati, M.Si. Dr. Ir. Yadi Haryadi, M.Sc.
Ketua Anggota
Diketahui, Ketua Program Studi Teknologi Pasca Panen Dr.Ir. Sutrisno, M.Agr.
Dekan Sekolah Pascasarjana Dr.Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr.
Tanggal ujian: Tanggal lulus:
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan begitu banyak karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah Screening Varietas Padi dan Penggunaan Kemasan Plastik Fleksibel untuk Meningkatkan Daya Tahan Simpan Beras: Studi Kasus Beras di Kalimantan Tengah.
Pada kesempatan ini, saya mengucapkan terimakasih kepada Dr.Ir. Emmy Darmawati, M.Si dan Dr.Ir. Yadi Haryadi, M.Sc. selaku dosen pembimbing saya yang memberikan saran, arahan dan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan proposal sampai penulisan karya ilmiah ini. Juga saya ucapkan terimakasih kepada Dr.Ir. Ridwan Rachmat, M.Agr. yang berkenan menjadi dosen penguji luar komisi yang telah memberikan masukan dan saran untuk perbaikan tesis ini. Kepada Dr.Sutrisno, M.Agr. selaku Koordinator Mayor Teknologi Pasca Panen dan staf pada Departemen Teknik Mesin dan Biosistem (Ibu Siti Rusmiyati dan Bapak Ahmad Mulyatulloh). Kepada staf Laboratorium TPPHP Departemen TMB (Bapak Sulyaden dan Bapak Firman). Kepada Kepala BPTP Kalimantan Tengah & teman-teman peneliti yang atas saran dan dukungan dalam pelaksanaan penelitian ini.
Rasa terimakasih tak terhingga penulis sampaikan untuk Ibu dan Bapak atas curahan kasih sayang, bimbingan dan do’a yang tak pernah putus, untuk suamiku tercinta, Mas Aji Bayu atas cinta, kasih sayang, dukungan dan kesabarannya. Untuk Kakak-kakakku kang Ali, kang Topa dan mbak Puji, atas motivasi dan nasehatnya. Untuk Umi atas pengertian dan do’anya, untuk adik-adikku dek Nanda dan dek Tami atas pengertiannya dan seluruh keluarga yang memberikan motivasi dan nasehat kepada penulis dalam menapaki hidup ini. Untuk teman-teman senasib dan seperjuangan, TPP 2010 (teh Susi, Tajul, Cicih, Ani, Mbak Sandra, Putri, Fajri dan Syahirman) atas motivasi dan kebersamaan yang terus terjalin, teman-teman TMP 2010, TPP 2011, TEP 2010 dan TEP 45 (Kania, Bekti). Teman-teman di Kost Putri Kartika (Tyas, teh Yunny, Bu Yana, Niken, Dara, Uchi) atas kebersamaan dan motivasi yang diberikan. Serta masih banyak lagi ucapan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis, yang mohon maaf tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu dalam tulisan ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2013
Elmi Kamsiati
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ponorogo, Jawa Timur pada tanggal 4 Februari 1982 sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Saidi dan Ibu Tukirah. Penulis lulus SMUN 2 Ponorogo pada tahun 2000, kemudian melanjutkan pendidikan Sarjana di Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Brawijaya Malang, lulus pada tahun 2004. Sejak tahun 2005, penulis bekerja sebagai staf peneliti di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Tengah, Badan Litbang Kementrian Pertanian. Pada tahun 2010, penulis melanjutkan pendidikan S2 pada Program Studi Teknologi Pasca Panen, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Institut Pertanian Bogor dengan beasiswa dari Badan Litbang Kementrian Pertanian.
GLOSARIUM
Screening varietas : proses pemilahan varietas dengan metode tertentu sehingga diketahui varietas yang tahan dan yang rentan terhadap serangan hama ataupun penyakit tertentu.
Plastik “hermetik” laminat : plastik yang dibuat dari laminasi yang memiliki permeabilitas gas dan uap air yang rendah.
Metode penyimpanan hermetik
: sistem penyimpanan tertutup berisi atmosfer termodifikasi yang berasal dari efek respirasi yang menghasilkan kondisi rendah oksigen dan tinggi karbon dioksida dalam atmosfer. Permeabilitas yang rendah dari kemasan dapat mempertahankan kadar air yang tetap rendah dan di dalam kemasan. (Villers et al. 2008).
Void (intergranular space) : ruang udara antar biji-bijian.
Serangga hama pascapanen
: serangga yang menyerang dan merusak komoditas hasil pertanian setelah dipanen termasuk dalam penyimpanan.
Resistensi : ketahanan suatu varietas terhadap serangan serangga tertentu, dalam penelitian ini Sitophilus oryzae.
Repelensi : sifat penolakan suatu bahan terhadap suatu jenis serangga.
Antifeedant : bahan fitokimia yang dapat mencegah serangga untuk makan (Isman et.al 1996 diacu dalam Negi et al. 2011)
xi
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang..................................................................................................... 1
Perumusan Masalah ............................................................................................. 3
Tujuan Penelitian ................................................................................................. 4
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 5
Beras .................................................................................................................... 5
Penyimpanan Biji-bijian ...................................................................................... 7
Kondisi awal biji-bijian ................................................................................... 7 Faktor Fisik ...................................................................................................... 8 Faktor Biotik dan Pengaruh Perlakuan ............................................................ 8
Sitophilus oryzae ............................................................................................... 10
Ketahanan varietas beras terhadap serangan hama pascapanen ........................ 12
Pengemasan Beras ............................................................................................. 13
Plastik “hermetik” laminat ............................................................................. 13 Polipropilen (PP) ........................................................................................... 14 Low Density Poli Etilen (LDPE) ................................................................... 14
METODE PENELITIAN ................................................................................... 17
Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................... 17
Bahan dan Alat .................................................................................................. 17
Metode Penelitian .............................................................................................. 18
Persiapan ........................................................................................................ 18 Screening varietas beras ................................................................................ 19 Pengemasan Beras ......................................................................................... 23
Metode Analisis ................................................................................................. 25
Perhitungan Hasil Pengamatan Screening ......................................................... 27
Karakteristik Resistensi ................................................................................. 27 Karakteristik Kehilangan Bobot .................................................................... 27
Rancangan Percobaan ........................................................................................ 28
Screening varietas beras ................................................................................ 28 Pengemasan beras .......................................................................................... 28
xii
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................ 30
Karakteristik Beras............................................................................................. 30
Hasil ............................................................................................................... 30 Pembahasan .................................................................................................... 32
Resistensi Beras ................................................................................................. 35
Hasil ............................................................................................................... 35 Total populasi serangga (Nt) .......................................................................... 35 Periode Perkembangan (D) ............................................................................ 36 Indeks Perkembangan (ID) ............................................................................ 37 Laju Perkembangan intrinsik (Rm) ................................................................ 38 Kapasitas multiplikasi mingguan (λ) .............................................................. 38 Pembahasan .................................................................................................... 39
Karakteristik Kehilangan Pascapanen................................................................ 43
Hasil ............................................................................................................... 43 Persentase Susut bobot ................................................................................... 43 Persentase Biji berlubang ............................................................................... 44 Jumlah S.oryzae .............................................................................................. 44 Kadar air ......................................................................................................... 45 Derajat putih ................................................................................................... 45 Pembahasan .................................................................................................... 46
Pengemasan beras .............................................................................................. 51
Hasil ............................................................................................................... 51 Perubahan komposisi udara dalam kemasan selama penyimpanan ............... 51 Kadar oksigen ................................................................................................. 52 Kadar karbondioksida .................................................................................... 53 Kematian S.oryzae dalam kemasan ................................................................ 54 Pembahasan .................................................................................................... 59
SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 65
Simpulan ............................................................................................................ 65
Saran .................................................................................................................. 66
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 67
LAMPIRAN ......................................................................................................... 74
xiii
DAFTAR TABEL 1.Syarat khusus beras menurut SNI No. 6128-2008 .............................................. 7 2.Sifat barrier terhadap gas dan uap air dari berbagai plastik film kemasan ........ 15 3. Dimensi ukuran panjang, lebar dan rasio panjang/lebar delapan varietas beras di
Kalimantan Tengah .......................................................................................... 30 4. Rerata nilai kekerasan dan derajat putih beras .................................................. 31 5. Rerata kadar air, amilosa dan lemak beras ........................................................ 32 6. Rerata total populasi (Nt) S.oryzae pada beras ................................................. 36 7. Rerata periode perkembangan (D) S.oryzae pada beras .................................... 37 8. Rerata nilai Indeks Perkembangan (ID) beras .................................................. 37 9. Rerata laju perkembangan intrinsik (Rm) S.oryzae pada beras ........................ 38 10. Rerata kapasitas multiplikasi mingguan (λ) S.oryzae pada beras ................... 38 11. Rerata nilai total populasi (Nt), periode perkembangan (D), indeks
perkembangan (ID), laju perkembangan intrinsik (Rm), dan kapasitas multiplikasi mingguan (λ) .............................................................................. 39
12. Rerata susut bobot beras dalam penyimpanan ................................................ 43 13. Rerata biji berlubang pada beras dalam penyimpanan .................................... 44 14. Rerata jumlah total S.oryzae setelah penyimpanan ......................................... 45 15. Rerata kadar air beras setelah penyimpanan ................................................... 46 16. Rerata derajat putih beras setelah penyimpanan. ............................................ 47 17. Persentase susut bobot, biji berlubang, total populasi S.oryzae, kadar air dan
derajat putih ................................................................................................... 49 18. Korelasi parameter-parameter susut bobot...................................................... 48 19. Korelasi antara kadar lemak dengan parameter kehilangan hasil ................... 49 20. Rerata kadar oksigen pada berbagai jenis plastik ......................................... 54 21. Rerata kadar karbondioksida pada berbagai jenis plastik ............................. 56 22. Rerata persen kematian S.oryzae pada berbagai jenis plastik ......................... 57 23. Rerata persen kematian S.oryzae pada berbegai varietas dan jenis plastik pada
hari ketiga penyimpanan ............................................................................... 59 24. Rerata kadar air beras dalam berbagai jenis plastik Lama kematian, kadar air
dan laju perubahan oksigen pada berbagai .................................................... 57 25. Lama kematian, kadar air dan laju perubahan oksigen pada berbagai jenis plastik dan varietas beras.............................................................. ....... 62
xiv
DAFTAR GAMBAR 1.Struktur Biji Padi ................................................................................................. 5 2.Imago Sitophilus oryzae ..................................................................................... 10 3. Diagram Alir Pembiakan Sitophilus oryzae ...................................................... 19 4. Diagram Alir Seri I Screening Varietas Beras................................................... 21 5. Proses penelitian screening varietas beras seri I. .............................................. 22 6. Diagram Alir Seri II Screening Varietas Beras ................................................. 22 7. Proses penelitian screening varietas beras seri II .............................................. 23 8 Diagram alir pengemasan beras .......................................................................... 24 9. Pengemasan beras dengan berbagai jenis plastik .............................................. 25 10. Beras varietas Karang dukuh, Siam Jurut, Siam Pandak, Siam Palun, Siam
Palas, Rantul, Bayar Pahit dan Siam Unus ..................................................... 33 11. Laju pertumbuhan turunan pertama (F1) S.oryzae pada berbagai varietas beras
........................................................................................................................ 35 12. Pola perubahan kadar oksigen dan karbon dioksida pada tiga jenis kemasan
untuk varietas Siam Jurut ............................................................................... 51 13. Pola perubahan kadar oksigen dan karbon dioksida pada tiga jenis kemasan
untuk varietas Siam Unus ............................................................................... 52 14. Pola perubahan kadar oksigen dan karbon dioksida pada tiga jenis kemasan
untuk varietas Karang Dukuh ......................................................................... 52 15. Persentase S.oryzae hidup dalam berbagai jenis plastik untuk varietas Siam
Jurut selama penyimpanan ............................................................................. 54 16. Persentase S.oryzae hidup dalam berbagai jenis plastik untuk varietas Siam
Unus selama penyimpanan ............................................................................ 55 17. Persentase S.oryzae hidup dalam berbagai jenis plastik untuk varietas Karang
Dukuh selama penyimpanan........................................................................... 55 18. Perubahan kadar air beras dalam berbagai kemasan plastik selama
penyimpanan untuk varietas Siam Jurut ......................................................... 57 19. Perubahan kadar air beras dalam berbagai kemasan plastik selama
penyimpanan untuk varietas Siam Unus ........................................................ 58 20. Perubahan kadar air beras dalam berbagai kemasan plastik selama
penyimpanan untuk varietas Karang Dukuh .................................................. 58
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Karakteristik beras yang digunakan dalam penelitian................................... 75 2. Karakteristik plastik yang digunakan dalam penelitian................................. 79 3a. Ketersediaan beras di Kalimantan Tengah tahun 2011................................. 80 3b. Ketersediaan beras di Kalimantan Tengah tahun 2010................................ 81 3c. Ketersediaan beras di Kalimantan Tengah tahun 2009................................ 83 4a. Analisis ragam kadar amilosa beras.............................................................. 83 4b. Uji lanjut Duncan kadar amilosa beras.......................................................... 83 5a. Analisis ragam kadar lemak beras................................................................. 83 5b. Uji lanjut Duncan kadar lemak beras.............................................................. 83 6a. Analisis ragam kadar air awal beras penelitian Tahap I seri I....................... 83 6b. Uji lanjut Duncan kadar air awal beras penelitian Tahap I seri I................... 84 7a. Analisis ragam dimensi panjang beras .......................................................... 84 7b. Uji lanjut Duncan dimensi panjang beras....................................................... 84 8a. Analisis ragam dimensi lebar beras................................................................. 84 8b. Uji lanjut Duncan dimensi lebar beras............................................................ 85 9a. Analisis ragam dimensi rasio panjang:lebar beras........................................ 85 9b. Uji lanjut Duncan dimensi rasio panjang:lebar beras..................................... 85 10. Analisis ragam kekerasan beras....................................................................... 85 11a. Analisis Ragam derajat putih beras................................................................ 86 11b. Uji lanjut Duncan derajat putih beras............................................................. 86 12a. Analisis ragam jumlah total populasi S.oryzae seri I..................................... 86 12b. Uji lanjut Duncan jumlah total populasi S.oryzae seri I................................ 86 13a. Analisis ragam nilai periode perkembangan (D)............................................ 86 13b. Uji lanjut Duncan nilai periode perkembangan (D)....................................... 87 14a. Analisis ragam nilai indeks perkembangan (ID)........................................... 87 14b. Uji lanjut Duncan nilai indeks perkembangan (ID)...................................... 87 15a. Analisis ragam laju perkembangan intrinsik (Rm)......................................... 87 15b. Uji lanjut Duncan laju perkembangan intrinsik (Rm).................................... 87 16a. Analisis ragam kapasitas multiplikasi mingguan (λ)..................................... 88 16b. Uji lanjut Duncan kapasitas multiplikasi mingguan (λ)................................ 88 17a. Analisis ragam susut bobot............................................................................ 88 17b. Uji lanjut Duncan susut bobot........................................................................ 88 18a. Analisis ragam persentase biji berlubang........................................................ 88 18b. Uji lanjut persentase biji berlubang................................................................ 89 19a. Analisis ragam kadar air beras penelitian Tahap I seri II sebelum penyimpanan..................................................................................................
89
19b.Uji lanjut Duncan kadar air beras penelitian Tahap I seri II sebelum penyimpanan...................................................................................................
89
xvi
20. Analisis ragam kadar air beras penelitian Tahap I seri II setelah simpan..............................................................................................................
89
21a. Derajat putih setelah penyimpanan............................................... 89 21b. Uji lanjut Duncan derajat putih setelah penyimpanan penelitian Tahap I seri II..............................................................................................................
90
22a. Analisis ragam kadar oksigen hari ke-3......................................................... 90 22b. Uji lanjut Duncan kadar oksigen hari ke-3..................................................... 90 23. Analisis ragam kadar oksigen hari ke-7.......................................................... 90 24a. Analisis ragam kadar karbon dioksida hari ke-3............................................ 91 24b. Uji lanjut Duncan kadar karbondioksida hari ke-3........................................ 91 25. Analisis ragam kadar karbon dioksida hari ke-7......................................... 91 26a. Analisis ragam persentase S.oryzae mati hari ke-3........................................ 91 26b. Uji lanjut Duncan persentase S.oryzae mati karena pengaruh varietas hari ke-3.........................................................................................................
92
26c. Uji lanjut Duncan persentase S.oryzae mati karena pengaruh jenis plastik hari ke-3.........................................................................................................
92
26d. Uji lanjut Duncan persentase S.oryzae mati karena pengaruh interaksi varietas dan jenis plastik hari ke-3................................................................
92
27. Analisis ragam persentase S.oryzae mati hari ke-7........................................ 92 28. Analisis ragam kadar air awal beras yang dikemas pada penelitian Tahap II..........................................................................................................
92
29a. Analisis ragam kadar air beras yang dikemas hari ke-3 penelitian Tahap II..........................................................................................................
93
29b. Uji lanjut Duncan kadar air beras yang dikemas hari ke-1 penelitian Tahap II.........................................................................................................
93
30a. Analisis ragam kadar air beras yang dikemas hari ke-7 penelitian Tahap II..........................................................................................................
93
30b. Uji lanjut Duncan kadar air beras yang dikemas hari ke-7 penelitian Tahap II..........................................................................................................
93
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Beras merupakan komoditas penting di Indonesia, karena merupakan
makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia, termasuk di provinsi
Kalimantan Tengah. Konsumsi beras per kapita penduduk Kalimantan Tengah
pada tahun 2011 adalah sebesar 121.27 kg/kapita/tahun, dengan jumlah penduduk
sebesar 2.25 juta orang, setidaknya diperlukan 273.86 ribu ton beras untuk
memenuhi konsumsi penduduk tersebut. Kebutuhan ini dipenuhi dari produksi
padi sebesar 610.24 ribu ton yang setara dengan 301.60 ribu ton beras (dengan
rendemen giling 55.7% dan susut pascapanen 11.27%). Berdasarkan jumlah
produksi dan jumlah konsumsi beras masih ada surplus beras sebesar 66.05 ribu
ton. (BPS Kalimantan Tengah 2010, 2011; Radius 2011)
Meskipun secara kuantitas kebutuhan beras secara regional terpenuhi,
namun kuantitas produksi padi yang dihasilkan tiap kabupaten/kota tidaklah selalu
mencukupi kebutuhan daerahnya. Dari 14 kabupaten/kota di Kalimantan Tengah
ada 6 kabupaten yang mengalami surplus ketersediaan beras yaitu Kabupaten
Kapuas, Lamandau, Katingan, Pulang Pisau, Barito Timur dan Murung Raya.
Delapan lainnya, yaitu Kotawaringin Barat, Kotawaringin Timur, Barito Selatan,
Barito Utara, Sukamara, Seruyan, Gunung Mas dan Palangka Raya mengalami
minus ketersediaan beras (Lampiran 3a).
Peningkatan produksi terus dilakukan diantaranya dengan memperluas area
tanam maupun intensifikasi pertanian melalui penerapan teknologi yang
meningkatkan produktivitas. Penggunaan varietas-varietas unggul nasional yang
adaptif dengan agroekosistem setempat dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut,
selain itu juga dikembangkan varietas lokal unggul yang selain sesuai dengan
agroekosistem juga disukai oleh masyarakat setempat. Selain dari aspek produksi,
aspek pascapanen juga berperan penting dalam penyediaan beras untuk
masyarakat, karena terdapat potensi kehilangan hasil pada saat pascapanen.
Menurut Direktorat Penanganan Pasca Panen Deptan dan BPS (2007) yang diacu
dalam Haryadi (2010), susut pascapanen padi pada tahun 2007 sebesar 11.27%.
2
Upaya untuk menurunkan susut pascapanen akan dapat meningkatkan
ketersediaan beras untuk masyarakat.
Salah satu kegiatan yang tidak terpisahkan dalam rangkaian kegiatan
pascapanen beras adalah penyimpanan. Menurut Direktorat Penanganan Pasca
Panen Deptan dan BPS (2007) yang diacu dalam Haryadi (2010), susut
penyimpanan beras pada tahun 2007 sebesar 1.68%, yang jika dikonversikan
dengan produksi beras di Kalimantan Tengah pada tahun 2011, nilai ini setara
dengan 5 710 ton.
Selama penyimpanan, beras dapat mengalami kerusakan baik karena
pengaruh lingkungan maupun hama penyakit. Suhu dan kelembaban udara yang
tinggi dapat mempercepat kerusakan beras yang disimpan, selain itu hama pasca
panen, seperti tikus dan serangga lain dapat menyebabkan susut bobot dan
penurunan kualitas.
Salah satu serangga hama primer yang menyebabkan kerusakan yang
besar pada beras dalam penyimpanan adalah Sitophilus oryzae. Kumbang bubuk
beras tergolong hama primer dan paling dominan menimbulkan kerusakan beras
dalam penyimpanan. Imago merusak beras dari luar sedangkan larva memakan
beras dari dalam. Gejala serangan adalah adanya biji yang berlubang (yang
disebut exit hole). Dalam keadaaan ekstrim, beras yang diserang S.oryzae akan
rusak dan hancur menjadi tepung (Anggara dan Sudarmaji, 2009).
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengurangi kerusakan
beras dalam penyimpanan dari serangan hama pascapanen di antaranya adalah
menanam varietas padi yang resisten. Penelitian-penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa varietas yang berbeda memiliki resistensi yang berbeda.
Rashid et al. (2009), melakukan pengujian resistensi tujuh varietas beras
yang berbeda terhadap serangan Sitophilus oryzae (L) dan hasilnya menunjukkan
ada beberapa varietas beras yang resisten dengan susut bobot yang rendah.
Selanjutnya preferensi makan dari Sitophilus oryzae pada empat varietas beras
(Taroum, Hashemi, Ali Kazemi dan Dylamani) juga telah dilaporkan oleh
Hasheminia (2011) yang menyatakan bahwa Sitophilus oryzae menunjukkan
preferensi makan yang berbeda terhadap beras dari varietas yang berbeda.
Nadeem et al. (2011) juga telah meneliti preferensi makan dan periode
3
perkembangan Tribolium castaneum (Herbst), Rhyzopertha dominica (F.) and
Trogoderma granarium Everts pada padi, beras pecah kulit dan beras giling dari
empat varietas padi pada kondisi laboratorium. Varietas yang berbeda
memberikan respon yang berbeda terhadap feeding preference, perkembangan dan
kehilangan berat biji. Abebe et al. (2009) juga telah melaporkan ketahanan
beberapa varietas jagung terhadap serangan hama gudang Sitophilus zeamais
(Motsch.), salah satu hama penting dalam penyimpanan jagung. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa dari 13 varietas yang di screening, diperoleh satu
varietas resisten sedangkan yang lain cukup resisten. Haryadi (1991) diacu dalam
Tarmudji (2008) telah mengembangkan metode screening untuk menyeleksi
berbagai varietas serealia yang tahan terhadap serangan hama. Metode ini
memberikan informasi yang lebih lengkap dibanding metode yang lain.
Disamping penggunaan varietas yang resisten, penggunaan kemasan yang
baik dapat melindungi beras yang disimpan dari serangan hama pascapanen.
Kemasan plastik memiliki fungsi pasif melindungi produk yang dikemas terhadap
kerusakan yang disebabkan faktor eksternal terkait dengan penanganan dan
serangan mikro dan makroorganisme (seperti serangga) (Riudavets et al. 2007).
Pemilihan jenis kemasan dan kadar air yang tepat, efektif dalam
mengurangi infestasi hama Sitrotoga cerealella, Sitophilus oryzae dan Tribolium
castaneum dan kehilangan berat padi yang disimpan (Dharmasena dan
Abeysiriwardena 2003). Penggunaan plastik hermetik pada beras pecah kulit
menunjukkan bahwa terjadi penurunan kondisi oksigen penyimpanan selama 8
bulan, yaitu dari 21% turun ke taraf 8-10 % yang berarti dapat menekan populasi
serangga hidup, dibandingkan dengan kemasan lainnya (Rachmat 2009).
Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk
melakukan screening varietas beras lokal Kalimantan Tengah berdasarkan
ketahanan terhadap serangan Sitophilus oryzae dan pemilihan jenis kemasan yang
tepat untuk melindungi beras selama penyimpanan.
Perumusan Masalah
Beras merupakan komoditas pertanian penting di Kalimantan Tengah,
karena merupakan makanan pokok sebagian besar penduduk di wilayah ini.
Ketersediaan beras di provinsi Kalinatan Tengah sudah dapat mencukupi
4
kebutuhan penduduknya, namun kuantitas ketersediaannya tidak merata di setiap
kabupaten. Upaya menjamin ketersediaan beras tidak hanya dari aspek produksi
tetapi juga harus diikuti penanganan pascapanen yang tepat untuk mengurangi
kehilangan hasil. Penyimpanan merupakan salah satu rantai dalam pascapanen
beras sebelum sampai ke konsumen. Dalam penyimpanan beras dapat mengalami
kerusakan karena faktor lingkungan serta serangan hama dan penyakit. Serangga
hama Sitophilus oryzae merupakan hama yang banyak menyerang beras dalam
penyimpanan. Ketahanan setiap varietas beras terhadap hama penyakit berbeda
karena bentuk, kandungan gizi akan mempengaruhi kesukaan serangga hama
terhadap suatu bahan pangan. Oleh karena itu perlu dilakukan screening varietas
untuk menentukan varietas beras yang tahan terhadap serangan Sitophilus oryzae.
Upaya selanjutnya yang dapat dilakukan untuk melindungi beras yang disimpan
adalah teknik pengemasan yang baik. Pengemasan akan melindungi produk yang
disimpan dari kerusakan yang disebabkan serangan hama pascapanen.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan:
1. Melakukan screening ketahanan beberapa varietas beras asli Kalimantan
Tengah terhadap serangan hama Sitophilus oryzae.
2. Mempelajari pengaruh jenis kemasan terhadap tingkat dan lama waktu
kematian serangga Sitophilus oryzae dalam penyimpanan.
3. Menentukan jenis kemasan yang sesuai untuk penyimpanan beras.
5
TINJAUAN PUSTAKA
Beras
Beras adalah gabah yang bagian sekam dan pericarp (kulit ari)nya sudah
dibuang dengan cara digiling dan disosoh menggunakan alat pengupas dan
penggiling (huller) serta penyosoh (polisher). Gabah yang hanya terkupas bagian
kulit luarnya (hull), disebut beras pecah kulit. Beras sosoh atau beras slyp atau
beras putih adalah butiran beras yang telah terbebas dari bekatul dan telah disosoh
untuk mendapatkan warna putih mengkilap (Rahmad 2009; Patiwiri 2006).
Biji padi atau gabah terdiri atas dua penyusun utama, yaitu 72-82% bagian
yang dapat dimakan atau kariopsis (disebut beras pecah kulit atau brown rice),
dan 18-28% kulit gabah atau sekam. Kariopsis tersusun dari 1-2% perikarp, 4-6%
aleuron dan testa, 2-3% lemma (sekam kelopak), dan 89-94% endosperm. Sumber
lain mengatakan kisaran yang berbeda, kemungkinan disebabkan oleh perbedaan
varietas gabah, keadaan daerah penanaman dan perbedaan pola budidaya (Juliano,
1984 diacu dalam Haryadi, 2008). Perlu dikemukakan juga hasil penelitian lain
yang menyatakan bahwa kariopsis terdiri atas 6,5% perikarp, teta, nuselus dan
aleuron; 2-2,1% skutelum; 0,8-1,1% lembaga atau embrio; dan 90,4-90,6%
endosperm. (Juliano, 1980 diacu dalam Haryadi 2008). Stuktur biji padi dapat
dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1.Struktur Biji Padi (Tengseng Rice Mill, 2011)
6
Komponen terbesar penyusun beras adalah pati. Oleh sebab itu ciri-ciri
inderawi yang utama, khususnya teksturnya, ditentukan oleh sifat dan perilaku
pati. Berdasar kandungan amilosanya, beras dikelompokkan menjadi beras ketan
yang mengandung amilosa 0-2% bobot kering, beras berkandungan amilosa
rendah yaitu antara 9-20%, beras berkandungan amilosa menengah yaitu 20-25%,
dan beras berkandungan amilosa tinggi, yaitu lebih dari 25%. Beras ketan
digunakan untuk membuat olahan manis dan olahan yang mempunyai tekstur
lunak dan liat. Beras berkadar amilosa rendah digunakan untuk membuat
makanan bayi, sereal sarapan pagi dan roti dengan pengembangan volume
menggunakan ragi (Haryadi 2008).
Subspesies padi yang di tanam didunia secara umum dapat dikelompokkan
menjadi 3 subspesies, yaitu japonica (tipe A), javanica (tipe B) dan indica (tipe
C). Pengelompokan ini didasarkan pada bentuk gabah baik dari panjang maupun
lebarnya. Perbedaan yang paling menonjol dari kedua sub spesies antara javonica
dan indica adalah perbedaan ukuran butiran. Japonica memiliki bentuk butiran
yang pendek membulat, sedangkan indica memiliki bentuk memanjang. Rasio
panjang-lebar japonica lebih kecil dari 2.0 sedangkan indica memiliki rasio
panjang-lebar lebih tinggi hingga 4.0. Rasio lebar-tebal japonica berkisar antara
1.4 sampai 1.6, sedangkan indica 1.3 sampai 1.6. Berat per butir japonica
umumnya lebih tinggi daripada indica (Patiwiri 2006).Sedangkan subspesies
javanica memiliki ukuran butiran yang besar, yaitu memiliki panjang dan lebar
butiran yang tinggi. Indica memiliki rentang lebar butiran antara 2.0-3.5 mm dan
panjang 6.7 mm atau lebih, japonica memiliki rentang lebar butiran 2.7 mm atau
lebih dan panjang 7.7 mm atau lebih (Patiwiri 2006).
Varietas-varietas padi yang ditanam di Indonesia termasuk dalam subspesies
indica. Rasio panjang-lebar paling rendah 2.0 ditunjukkan oleh PB 36 dengan
panjang butiran 6.4 mm, sedangkan rasio panjang-lebar yang tinggi ditunjukkan
oleh varietas Rojolele dan Semeru sebesar 2.9 dengan panjang butiran 6.5-7.5 mm
(Patiwiri 2006).
Persyaratan mutu beras berdasarkan SNI No. 6128-2008 terdiri atas syarat
umum dan syarat khusus. Syarat umum adalah: (a) bebas hama dan penyakit, (b)
bebas bau apek, asam atau bau asing lainnya, (c) bebas dari campuran dedak dan
bekatul dan (d) bebas dari tanda-tanda adanya bahan kimia yang membahayakan
7
dan merugikan. Sedangkan syarat khusus beras menurut SNI No.6128-2008
ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Syarat khusus beras menurut SNI No. 6128-2008
No Komponen mutu Satuan Mutu I
Mutu II
Mutu III
Mutu IV
Mutu V
1 Derajat sosoh (min) (%) 100 100 95 95 85 2 Kadar air (maks) (%) 14 14 14 14 15 3 Beras kepala (min) (%) 95 89 78 73 60 4 Butir patah (maks) (%) 5 10 20 25 35 5 Butir menir (max) (%) 0 1 2 2 5 6 Butir merah (max) (%) 0 1 2 3 3 7 Butir kuning/rusak (max) (%) 0 1 2 3 5 8 Butir mengapur (max) (%) 0 1 2 3 5 9 Butir asing (max) (%) 0 0,02 0,02 0,05 0,2 10 Butir gabah (max) (butir/
100 g) 0 1 1 2 3
Sumber: BSN (2011)
Penyimpanan Biji-bijian
Penyimpanan adalah salah satu bentuk tindakan pengamanan yang selalu
berkaitan dengan waktu. Tujuan penyimpanan dari biji-bijian adalah menjaga
kualitas, termasuk nilai nutrisi dan menjaga biji-bijian dalam kondisi yang bagus
untuk pemasaran dan pengolahan. Kualitas dari bahan yang disimpan dipengaruhi
oleh empat faktor, yaitu (a) kondisi awal biji-bijian, (b) kondisi lingkungan
selama periode penyimpanan, (c) faktor biotik, seperti serangga, tikus dan
mikroorganisme dan (d) berbagai perlakuan yang diaplikasikan pada biji-bijian
selama periode penyimpanan (seperti aerasi, pengeringan, fumigasi, kontrol
atmosfer, grain protectan) (Rajendran 2003).
Kondisi awal biji-bijian
Kondisi awal biji-bijian sebelum penyimpanan, seperti tingkat ketuaan biji,
metode panen dan metode penanganan mempengaruhi kualitas biji-bijian yang
disimpan. Aktivitas cendawan dan serangga hama dapat dimulai sejak dari lahan.
Kondisi sanitasi dan fisik biji bijian setelah panen, sebelum disimpan (seperti
kadar air, kebersihan dan densitas) akan mempengaruhi kualitas penyimpanan,
oleh karena itu perlu dilakukan pengamatan kualitas biji-bijian sebelum disimpan.
Aktivitas air ataupun kadar air merupakan faktor paling penting, karena akan
8
mempengaruhi pertumbuhan serangga hama dan organisme perusak lainnya.
Kadar air tidak akan seragam pada penyimpanan curah dan akan bervariasi antar
daerah, antar lot dan dalam penyimpanan karung akan berbeda antara yang lapisan
berbatasan dengan kemasan dengan yang di dalam, dan di penyimpanan curah
antara lapisan atas dengan lapisan luar atau di dalam. Pada penyimpanan curah,
kadar air tertinggi di beberapa bagian lebih penting daripada kadar air rata-rata
(Rajendran 2003).
Faktor Fisik
Faktor fisik yang berpengaruh terhadap penyimpanan biji-bijian adalah
suhu, aktivitas air/kadar air biji dan kelembaban udara. Aktivitas hama
bergantung pada suhu, sehingga suhu memiliki peran penting dalam
penyimpanan. Serangga dan kapang memiliki kondisi suhu optimum
pertumbuhan, masing-masing 25-31°C dan 25°C. Penurunan suhu akan
menurunkan aktivitas dan perkembangan serangga dan kapang. Kenaikan suhu
akan menyebabkan peningkatan aktivitas respirasi dari biji-bijian dan serangga,
sehingga reaksi deteriorasi lebih cepat terjadi. Faktor lain yang yang berkorelasi
dengan suhu adalah kadar air atau aktivitas air dari biji. Kadar air antara 12-14%
baik untuk pertumbuhan serangga. Jika aktivitas air (Aw) 0,9 atau lebih, kapang
akan tumbuh. Jika Aw rendah, aktivitas hama akan turun. Suhu dan kadar air
secara bersama-sama menentukan lama penyimpanan. Respirasi dari biji-bijian
dan hama serangga akan mengkonsumsi oksigen dan melepaskan karbon dioksida
selama penyimpanan. Kadar oksigen dan karbon dioksida juga mempengaruhi
populasi dan pertumbuhan serangga (Rajendran 2003).
Interaksi antara faktor fisik dengan proses biologi dalam ekosistem
penyimpanan biji-bijian berperan utama dalam perubahan komposisi biji-bijian
dan sifat fungsionalnya. Perubahan tersebut diantaranya penurunan kadar
karbohidrat termasuk penurunan jumlah gula reduksi dan total gula. Penurunan
kadar lemak dan peningkatan kadar asam lemak bebas karena aktivitas enzim
lipase serta penurunan kadar vitamin A dan B (Rajendran 2003).
Faktor Biotik dan Pengaruh Perlakuan
Faktor biotik seperti serangga, tungau, tikus, burung dan mikroorganisme
berperan pada susut kuantitas dan kualitas dalam penyimpanan biji-bijian, serta
berperan pada kontaminasi, pemanasan dan terkait dengan problem penyimpanan.
9
Pada kasus yang ekstrim dapat mengakibatkan bahaya bagi kesehatan (Rajendran
2003).
Serangga merupakan hama yang pertama berinteraksi dengan biji-bijian dan
menjadi ancaman utama dalam mempertahankan kualitas biji-bijian selama
penyimpanan. Serangga ini mengkonsumsi, mengkontaminasi dan menyebarkan
mikroflora. Serangga hama menyebabkan susut bobot terutama karena aktivitas
makan, dan kerusakan terjadi jika serangga meletakkan telur. Hal ini
menyebabkan kehilangan gula non reduksi, gula reduksi dan total gula dari biji-
bijian yang diinfestasi. Serangga hama juga mengeluarkan kotoran yang
mengandung asam urat, selain itu juga kontaminasi juga berupa potongan tubuh
dan serangga mati. Kontaminasi serangga dapat menurunkan harga produk dan
dapat juga menyebabkan penolakan produk. Serangga juga berperan dalam
menyebarkan cendawan penyimpanan (Rajendran 2003).
Perlindungan biji-bijian dari kerusakan dapat dilakukan secara fisik dengan
(a) manipulasi suhu, aktivitas air dan komposisi udara; (b) aplikasi “inert dust”
dan (c) pemisahan secara mekanis untuk membuang serangga hama, digunakan
sebelum perlindungan secara kimia dan fumigasi diperkenalkan. Perlakuan fisik
memiliki kelebihan karena bebas residu dan tidak mempengaruhi kualitas biji,
namun umumnya biayanya mahal, tetapi beberapa perlakuan telah dilakukan pada
skala komersial (Rajendran 2003). Kerusakan selama penyimpanan dapat dicegah
dengan fungisida, insektisida, cara pengemasan dan pengaturan ruangan serta
pengaturan kadar air dan suhu selama penyimpanan (Wardana 2010).
Penggunaan bahan pengemas yang dibuat dari bahan yang sukar ditembus
oleh serangga (tidak dapat digigit) merupakan salah satu metode untuk
melindungi bahan yang disimpan. Kemasan harus anti serangga (tidak ada
sambungan/keliman yang merupakan celah yang dapat dimasuki oleh serangga).
Contoh kemasan yang bersifat tahan terhadap serangan hama pascapanen adalah
poliester/polikarbonat dengan ketebalan > 40µm atau laminat plastik dengan
aluminium foil (alufo). Kemasan karung/kantong yang terbuat dari lembaran
plastik, lebih baik dibanding kantong atau karung yang terbuat dari anyaman
plastik. Penutupan kantong/karung secara dikelim/heat-seal lebih baik dibanding
penutupan dengan cara dijahit (Haryadi 2010).
10
Sitophilus oryzae
Sitophilus oryzae merupakan hama yang yang paling merusak pada biji-
bijian yang disimpan. S.oryzae merupakan kumbang moncong kecil yang
bervariasi dalam ukuran, tapi rata-rata 2-3 mm. Moncong S.oryzae panjang (1
mm), hampir 1/3 bagian dari total panjangnya. Kepala dengan moncong hampir
sama panjangnya dengan protorak maupun elytra. Warnanya bervariasi dari merah
coklat kusam sampai hitam, dan biasanya ditandai dengan 4 bintik merah sampai
kuning pada bagian punggung (Gambar 2). Sayap bawah dari S.oryzae akan
berkembang dan dapat terbang. Thorak ditutupi oleh bintik-bintik padat yang
disebut puncture dan elytra memiliki memiliki barisan bintik menurut garis
membujur. Tahap larva dari dari serangga ini berwarna putih, lembut, tak berkaki
dan berada didalam biji, memakan biji dari dalam. Setelah berkembang, larva
akan menjadi pupa dan akhirnya menjadi imago (Kohler 2008; Jacobs dan Calvin
2001).
Gambar 2.Imago Sitophilus oryzae (Makarov 2002)
Selama musim panas, periode perkembangan lebih pendek, yaitu sekitar 26
hari. Periode ini akan lebih lama pada kondisi cuaca dingin. S.oryzae dapat
terbang, dan infestasi kemungkinan terjadi saat di lahan terlebih dahulu daripada
pada saat panen. S.oryzae merupakan hama yang merusak biji-bijian.
Berkembang di dalam biji menyebabkan kerusakan hampir semua biji-bijian
dalam elevator atau tempat penyimpanan (Jacobs dan Calvin 2001).
S.oryzae mengalami metamorfosis sempurna dengan perkembangan telur
hingga imago selama 35 hari di daerah tropis, dan 110 hari di daerah beriklim
dingin. Lingkungan paling sesuai bagi perkembangan hama ini adalah pada suhu
25-27°C dan kelembaban udara 70%. Rata-rata masa hidup imago 4-5 bulan ,
11
tetapi beberapa individu mampu hidup hingga satu tahun. Betina bertelur selama
hidupnya dengan fekunditas total 300-400 butir, tetapi hanya ± 150 telur yang
diletakkan dengan puncak oviposisi pada umur imago 4-5 minggu (Anggara dan
Sudarmadji 2009).
Rentang waktu perkembangan serangga pradewasa bergantung pada kualitas
beras dan suhu lingkungan penyimpanan. Imago betina membuat lubang kecil
pada permukaan beras, bertelur di lubang tersebut, dan menutupnya kembali
dengan semacam zat lilin (egg-plug) yang disekresi mulutnya. Telur menetas
setelah telur diletakkan 3-6 hari. Larva tidak bertungkai (apoda), dan berkembang
melalui empat instar selama ± 25 hari (3-4 minggu) sebelum menjadi pupa. Pada
suhu 18°C, stadia larva berlangsung ± 98 hari. Setelah tujuh hari sebagai pupa,
imago muncul dan hanya menyisakan selaput kulit luar beras. Apabila menyerang
gabah, imago keluar dengan membuat lubang (emergence hole) pada sekam
(Anggara dan Sudarmadji 2009).
Kumbang bubuk beras merupakan salah satu hama penting dalam
penyimpanan biji-bijian. Hama ini berasal dari India dan telah menyebar ke
seluruh dunia melalui perdagangan. Baik serangga dewasa maupun larva makan
keseluruhan biji. Sitophilus oryzae dapat menyerang biji-bijian utuh yang
disimpan seperti, gandum, sorgum, barley dan beras (Kohler 2008).
Kerusakan beras yang disebabkan serangga susah diukur secara
keseluruhan. Akibat serangan serangga pada beras secara nyata dapat dilakukan
secara langsung dan tidak langsung. Kerusakan langsung dapat terjadi karena
serangga yang memakan beras, mengkontaminasi beras dan merusak struktur
penyimpanan; kerusakan tidak langsung terjadi terkait dengan pemanasan massa
biji-bijian, distribusi mikroorganisme dalam beras dan resistensi konsumen
terhadap produk yang terkontaminasi (Howell Jr 2003).
Internal feeder menyebabkan kerusakan yang besar pada biji, satu studi
menunjukkan bahwa kumbang bubuk beras memakan 30% biji saat berkembang
di dalam gandum. Kerugian dapat disebabkan beras terdegradasi karena adanya
butir rusak oleh serangga atau banyak bagian serangga pada beras (Howell Jr
2003).
12
Ketahanan Varietas Beras terhadap Serangan Hama Pascapanen
Salah satu metode preventif yang dapat dilakukan untuk mengurangi serangan
hama pascapanen yang dapat menimbulkan kerusakan dan kehilangan bahan
pangan adalah dengan menyimpan serealia yang tahan terhadap serangan hama
pascapanen. Secara alamiah, ada varietas-varietas hasil panen yang rentan dan
adapula varietas tanaman yang resisten terhadap serangan hama pascapanen.
Haryadi (1991) telah mengembangkan metode screening untuk menyeleksi
berbagai varietas serealia yang tahan terhadap serangan hama pascapanen.
Berdasarkan metode yang dikembangkan tersebut, diketahui bahwa varietas eksotik
(di tanam di daerah tropis) lebih tahan terhadap serangan Sitophilus oryzae
dibanding beras varietas sub-tropis (Haryadi 2010).
Dengan rekayasa genetik atau teknik pemuliaan tanaman lainnya
dimungkinkan diciptakan varietas serealia yang menghasilkan biji yang resisten
terhadap serangan hama pascapanen. Selama ini telah dihasilkan berbagai varietas
baru serealia. Pada umumnya dihasilkan varietas yang unggul dari sisi produksi,
seperti tahan hama prapanen, tahan penyakit, produktivitas tinggi, rasa yang enak,
umur tanam yang lebih pendek, tahan keasaman tinggi, tahan kekerinagn dan
keunggulan lainnya. Akan tetapi penemuan varietas-varietas tersebut tidak
bermakna, apabila pada tahap penyimpanan, varietas-varietas baru tersebut tidak
tahan serangan agen-agen perusak khususnya serangan hama pascapanen (Haryadi
2010).
Screening varietas beras/padi terkait dengan ketahanannya terhadap
serangan hama pascapanen telah dilakukan. Rashid et al. (2009), telah melakukan
pengujian resistensi tujuh varietas beras terhadap serangan Sitophilus oryzae (L),
dan hasilnya menunjukkan ada beberapa varietas beras yang resisten dengan susut
bobot yang rendah. Selanjutnya preferensi makan dari Sitophilus oryzae pada empat
varietas beras (Taroum, Hashemi, Ali Kazemi dan Dylamani) juga telah dilaporkan
oleh Hasheminia (2011) yang menunjukkan bahwa Sitophilus oryzae memiliki
preferensi makan yang berbeda terhadap beras dari varietas yang berbeda. Nadeem
et al. (2011) juga telah meneliti preferensi makan dan periode perkembangan
Tribolium castaneum (Herbst), Rhyzopertha dominica (F.) dan Trogoderma
granarium Everts pada padi, beras pecah kulit dan beras giling dari empat varietas
13
padi pada kondisi laboratorium. Varietas yang berbeda memberikan respon yang
berbeda terhadap feeding preference, perkembangan dan kehilangan berat biji.
Abebe et al. (2009) melaporkan ketahanan beberapa varietas jagung terhadap
serangan hama gudang Sitophilus zeamais (Motsch.), salah satu hama penting
dalam penyimpanan jagung. Dari 13 varietas yang di screening, diperoleh satu
varietas resisten sedangkan yang lain cukup resisten.
Pengemasan Beras
Kemasan adalah suatu benda yang digunakan untuk wadah atau tempat yang
dikemas dan dapat memberikan perlindungan sesuai dengan tujuannya. Adanya
kemasan dapat membantu mencegah/mengurangi kerusakan, melindungi bahan
yang ada di dalamnya dari pencemaran serta gangguan fisik seperti gesekan,
benturan dan getaran. Bahan kemasan yang umum untuk pengemasan produk
hasil pertanian untuk tujuan pengangkutan atau distribusi adalah kayu, serat goni,
plastik, kertas dan gelombang karton (Syarief et al. 1989).
Kerusakan atau umur simpan dari bahan pangan dipengaruhi oleh faktor
intrinsik yang merupakan sifat dari produk itu sendiri dan faktor ekstrinsik
(lingkungan). Faktor ekstrinsik diantaranya adalah profil suhu dan waktu selama
processing, kontrol suhu, RH, paparan terhadap cahaya selama penyimpanan dan
distribusi, komposisi gas di dalam kemasan dan penanganan oleh konsumen
(Brown dan Williams 2003).
Pengemasan produk akan memberikan efek yang signifikan pada berbagai faktor ekstrinsik tersebut. Perkembangan bahan kemasan diarahkan oleh kebutuhan untuk mengurangi akibat dari pengaruh lingkungan dan meningkatkan umur simpan. Pada beberapa kasus kemasan sendiri dapat secara efektif meningkatkan umur simpan seperti menjadi barrier yang sempurna terhadap cahaya dan oksigen, sedangkan pada banyak kasus, berbagai faktor akan mempengaruhi efektitivitas kemasan (Brown dan Williams 2003).
Biji-bijian biasanya kering dan biasanya tidak mendukung pertumbuhan
bakteri. Serangga dan cendawan merupakan organisme utama yang menyebabkan
kerusakan dalam ekosistem penyimpanan biji-bijian dan mereka secara alami
bersifat aerobik. Oleh karena itu, menciptakan kondisi rendah oksigen dalam
14
ekosistem penyimpanan biji-bijian memeliki efek mematikan pada serangga dan
cendawan dan meningkatkan umur simpannya (Jaya and Jeyamkondan 2002).
Perintis penyimpanan kedap udara modern telah menghasilkan penggunaan
penyimpanan kedap udara yang ekstensif, aman dan bebas dari pestisida yang
cocok untuk berbagai jenis komoditas dan biji-bijian, terutama pada daerah yang
beriklim panas dan lembab. Metode penyimpanan yang digunakan adalah
penyimpanan hermetis organik, yang lebih dikenal dengan penyimpanan hermetik
yaitu modifikasi udara untuk mempertahankan oksigen tetap rendah yang
didasarkan pada aktivitas metabolik dan respirasi serangga, mikroflora dan
komoditi itu sendiri di dalam ruang simpan/kemasan (Villers et al. 2007).
Plastik “Hermetik” laminat
Plastik hermetik adalah kantong plastik yang dibuat dari bahan dan teknik
khusus untuk menciptakan lingkungan hermetik (kedap dari pengaruh udara
luar). Jenis plastik ini memiliki ketebalan 0.078 mm dengan lapisan pelindung
dibagian luar dan barier gas di tengah. Plastik ini memiliki permeabilitas yang
rendah pada uap air dan gas (8 g.m-2.24 jam untuk uap air dan 0.3 cm3.m-2.24 jam
oksigen) (Villers dan Gummert 2009).
Polipropilen (PP)
Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah,
ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup
mengkilap. Monomer polipropilen diperoleh dengan pemecahan secara termal
naphtha (distalasi minyak kasar) etilen, propilene dan homolog yang lebih tinggi
dipisahkan dengan distilasi pada temperatur rendah. Titik didih PP 1600C dan
dapat digunakan dalam autoklaf (Syarief et al. 1989). Tembus pandang dan jernih
dalam bentuk film, tapi tidak transparan dalam bentuk kemasan kaku.
Low Density Poli Etilen (LDPE)
LDPE merupakan plastik termoplastik poliolefin yang pertama kali
digunakan secara komersial. LDPE memiliki struktur molekul yang unik, yaitu
memiliki rantai cabang panjang yang banyak. LDPE banyak digunakan untuk
berbagai hal, seperti film pengemas, pelapis, bahkan bahan insulasi kabel. Salah
satu alasan dari penggunaannya yang luas adalah stabilitas panasnya yang bagus
15
dan toksisitasnya yang rendah. LDPE memiliki derajat elongasi yang tinggi maka
plastik ini mempunyai kekuatan terhadap kerusakan dan ketahanan untuk putus
yang tinggi. Titik lelehnya berkisar anatar 105-115°C. Digunakan untuk film
kemasan, mangkuk, botol dan wadah/kemasan. Sifat mekanis LDPE adalah kuat,
agak tembus cahaya, fleksibel dan permukaan agak berlemak. Pada suhu di bawah
60°C sangat resisten terhadap senyawa kimia, daya proteksi terhadap uap air
tergolong baik, akan tetapi kurang baik bagi gas-gas yang lain seperti oksigen.
(Syarief 1989; Baker dan Mead 2000). Sifat barier terhadap gas dan uap air dari
berbagai plastik film kemasan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2.Sifat barrier terhadap gas dan uap air dari berbagai plastik film kemasan
Film (tebal 25µm)
Laju transmisi uap air (WVTR) g m-2/24 jam
Laju transmisi oksigen cm3 m-2/24 jam.
LDPE HDPE OPP Cast PP EVOH PVdC PA PS PET Aluminium
10-20 7-10 5-7
10-12 1 000
0.5-1.0 300-400 70-150 15-20
0
6 500-8 500 1 600-2 000 2 000-2 500 3 500-4 500
0,5 2-4
50-75 4 500-6 000
100-150 0
Keterangan: WVTR pada kondisi tropis dengan RH 90% pada 38°C Sumber: Kirwan dan Strawbridge (2003)
Beberapa penelitian penggunaan plastik untuk mengemas biji-bijian telah
dilakukan, diantaranya penggunaan plastik LDPE untuk pengemas beras Pandan
Wangi, dapat mempertahankan aroma beras dan disukai oleh panelis pada minggu
kedelapan pengamatan (Natalia 2007). Selanjutnya hasil penelitian Subarna et al.
(2006) dan Suroso et al. (2006) menunjukkan bahwa kandungan gizi proksimat
beras Ciherang, IR 64 dan Sintanur yang dikemas dalam kantong plastik selama
enam bulan tidak mengalami perubahan, namun terjadi perubahan aroma, rasa dan
kepulenan dari beras Ciherang dan Sintanur serta perubahan kadar air dan derajat
putih beras untuk semua varietas. Ferizli et al. (2000), meneliti penggunaan
kemasan kedap dalam penyimpanan jagung, hasilnya menunjukkan bahwa kemasan
kedap dapat menekan populasi serangga hama R.dominica dan T.castaneum yang
16
diinfestasikan secara artifisial setelah penyimpanan selama dua bulan. Selanjutnya,
penggunaan kemasan film plastik sebagai pengemas juga dilakukan oleh Sanon et
al. (2011), yang hasilnya menunjukkan bahwa penyimpanan hermetik kacang
tunggak dalam dua lapis kantong plastik HDPE dengan ketebalan minimum 80 µm
secara signifikan dapat menurunkan jumlah Callosobruchus maculatus dan
kerusakan biji.
17
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium TPPHP, Laboratorium
Leuwikopo dan Laboratorium Kimia Pangan BB Pascapanen Bogor. Penelitian
dilaksanakan pada bulan Desember 2011-Oktober 2012.
Bahan dan Alat
Pada penelitian ini, ada delapan varietas beras lokal Kalimantan Tengah
yang digunakan, yaitu Karang Dukuh, Siam Unus, Siam Palas, Siam Pandak,
Siam Jurut, Bayar Pahit, Rantul dan Siam Palun yang berasal dari kabupaten
Kapuas. Karakteristik beras dapat dilihat pada Lampiran 1. Kadar air sampel beras
tersebut berkisar antara 12-14%. Gabah Kering Giling (GKG) diperoleh dari
petani. Gabah yang telah dibersihkan dikemas dalam kantong plastik kemudian
disimpan sampai saat digunakan dalam penelitian. GKG dikirim ke Bogor dalam
kantong plastik kemudian dimasukkan karung plastik dan dikemas lagi dengan
kardus. Pengiriman melalui jasa pengiriman cepat. GKG selanjutnya digiling di
laboratorium untuk menghasilkan beras sosoh.
Serangga uji yang digunakan pada penelitian ini adalah Sitophilus oryzae,
yang merupakan salah satu serangga hama pascapanen yang banyak menyerang
beras selama penyimpanan. S.oryzae diperoleh dari SEAMEO BIOTROP
(Southeast Asian Regional Centre for Tropical Biology) yang selanjutnya
diperbanyak sendiri dalam penelitian ini.
Bahan pengemas yang digunakan adalah (i) kantong kemasan “hermetik” laminat (ii) kantong plastik PP dan (iii) kantong LDPE dengan ketebalan 0.05 mm. Plastik dibeli dalam bentuk kantong ukuran besar. Pembuatan kantong ukuran kecil (8 x 12 cm) dilakukan dengan cara memotong plastik sesuai ukuran yang selanjutnya dirapatkan dengan sealer. Karakteristik plastik yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran 2.
Bahan analisis yang digunakan adalah NaOH, asetat, KI, N-hexan. Alat
yang digunakan adalah sealer, oven model 2120 Isuzu Seisakusho, timbangan
elektrik Adam PW 184, timbangan digital Mettler PM 4800, labu erlenmeyer,
seperangkat labu soxhlet, pipet, Cosmotektor X 3140, Cosmotektor X 3180,
18
spektrofotometer, Whiteness Meter Kett, Hardness tester Fujihara Seisakusho, dial
caliper, dan termometer.
Metode Penelitian
Penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu persiapan, screening varietas beras
dan pengemasan beras.
Persiapan
Tahap persiapan terdiri atas pembiakan serangga Sitophilus oryzae untuk
memperoleh serangga dewasa yang berumur 7-15 hari sebagai serangga uji.
Pembiakan Sitophilus oryzae dilakukan dengan cara sebagai berikut: 250 ekor
serangga Sitophilus oryzae yang diperoleh dari SEAMEO BIOTROP
diinfestasikan pada media beras merah (yang cocok untuk nutrisi Sitophilus
oryzae) sebanyak 750 gram dalam wadah toples kaca yag ditutup dengan kain
kasa dan diinkubasi selama empat minggu pada suhu dan kelembaban ruang.
Sebelumnya, beras merah yang digunakan sebagai media, dipanaskan dalam oven
pada suhu 60ºC selama dua jam dengan tujuan untuk memastikan tidak ada
serangga yang hidup pada medium beras merah.
Setelah empat minggu masa infestasi, dilakukan pengayakan untuk
memisahkan serangga yang keluar. Media beras kemudian diinkubasi lagi dan
sehari kemudian serangga yang keluar dianggap berumur satu hari. Hari
berikutnya dilakukan pengambilan serangga dewasa yang keluar dan disimpan
pada media beras merah baru dan ditunggu sampai dengan serangga tersebut
berumur 7-15 hari. Penentuan umur serangga ini penting karena pada umur 7-15
hari, serangga tersebut mencapai kedewasaan kawin dan dapat memproduksi telur
secara maksimal (Haryadi 1991). Diagram alir pembiakan Sitophilus oryzae dapat
dilihat pada Gambar 3.
19
Gambar 3. Diagram Alir Pembiakan Sitophilus oryzae
Screening varietas beras
Penelitian ini terdiri atas dua seri, seri I untuk mengetahui laju pertumbuhan
populasi S.oryzae dan seri II untuk mengetahui kerusakan dan susut bobot yang
disebabkan S.oryzae.
Seri I. Sebanyak 200 butir beras kepala dimasukkan ke dalam gelas plastik,
kemudian diinfestasi dengan lima pasang S.oryzae. Wadah kemudian ditutup
dengan kain blacu dan diikat dengan karet gelang. Setelah tujuh hari masa
infestasi, serangga S.oryzae dikeluarkan dan dibuang. Beras kemudian dibiarkan
untuk memberi kesempatan telur berkembang sesuai siklus hidup serangga.
Setelah 14 hari mulai dilakukan pengamatan setiap hari untuk mengetahui
Beras merah
S.oryzae berumur 1 hari
Dioven pada suhu 60 °C, 2 jam
S.oryzae dipisahkan dari beras
Didinginkan pada suhu ruang, ditimbang 750 g, dimasukkan
toples plastik S.oryzae 250 ekor
Diinkubasi selama 1 bulan, suhu ruang
Beras merah serangga
Diinkubasi selama 1 hari, suhu ruang
Diinfestasikan pada media beras baru selama 7-15 hari
S.oryzae untuk penelitian
20
keluarnya serangga turunan pertama (F1). Serangga dewasa yang keluar diangkat,
dihitung dan dibuang. Pengamatan dilakukan setiap hari hingga tidak ada lagi
serangga turunan pertama yang keluar selama lima hari berturut-turut. Diagram
alir penelitian Seri I dapat dilihat pada Gambar 4 dan proses alurnya dapat dilihat
pada Gambar 5.
Parameter yang diamati adalah jumlah total populasi S.oryzae, total populasi
serangga (Nt), periode perkembangan (D), indeks perkembangan (ID), laju
perkembangan intrinsik (Rm), kapasitas multiplikasi mingguan (λ . (Haryadi
1991).
Selain itu juga dilakukan analisis kimia dan fisik beras yang meliputi
analisis kadar air dengan metode oven, analisis kadar lemak (AOAC, 1995) dan
kadar amilosa beras. Analisis fisik meliputi analisis kekerasan dengan Hardness
meter, derajat putih (Whiteness meter) dan ukuran beras.
Seri II. Pada seri II, 10 ekor S.oryzae yang dipilih secara acak kemudian
diinfestasikan ke dalam 25 gram beras masing-masing varietas yang ditempatkan
ke dalam gelas plastik yang ditutup dengan kain kasa dan diikat dengan karet
gelang. Setelah 60 hari masa inkubasi, serangga S.oryzae dihitung dan dibuang.
Parameter yang diamati adalah total populasi serangga dewasa, kadar air,
persen biji berlubang dan kehilangan bobot serta derajat putih. Diagram alir
penelitian Seri II dapat dilihat pada Gambar 6 dan proses alurnya dapat dilihat
pada Gambar 7.
21
Gambar 4. Diagram alir seri I screening varietas beras
Ditutup dengan kain blacu
S.oryzae dipisahkan dari beras
Beras 200 butir dalam wadah
Hitung jumlah serangga baru
Kadar air Kadar amilosa Kadar lemak Derajat putih
Kekerasan Ukuran
Beras sosoh
Inkubasi dilanjutkan sampai semua serangga baru muncul
S.oryzae baru muncul
Inkubasi dilanjutkan sampai 14 hari
Diinkubasi pada suhu ruang, selama 7 hari
S.oryzae 5 pasang
Hitung jumlah serangga baru
Nt (total populasi serangga)
D (periode perkembangan) ID (indeks perkembangan)
Rm (laju perkembangan intrinsik)
λ (kapasitas multiplikasi mingguan)
22
Keterangan: a. 200 butir beras diletakkan pada gelas plastik, b. Diinfestasi dengan lima pasang S.oryzae, c. Ditutup dengan kain blacu dan diletakkan pada keranjang, d. Setelah tujuh hari, S.oryzae dipisahkan, dan mulai hari ke-14 diamati
turunan pertama S.oryzae yang keluar.
Gambar 5. Proses penelitian screening varietas beras seri I.
Gambar 6.
Ditimbang Hitung jumlah biji
berlubang Berat biji berlubang
Hitung jumlah biji utuh Berat biji utuh
Kadar air Derajat putih
Kadar air Derajat putih
Beras 25 g dalam wadah
S.oryzae 10 ekor Ditutup dengan kain kasa dan diikat karet gelang
Disimpan pada suhu ruang, selama 60 hari
Gambar 6. Diagram alir seri II screening varietas beras
c d
a b
23
Keterangan: a. 25 g beras diinfestasi dengan 10 ekor S.oryzae, ditutup dengan kain
kasa dan diletakkan pada keranjang. b. Setelah 60 hari, S.oryzae tutup dibuka. c. S.oryzae dipisahkan dari beras dan dihitung, kemudian diambil
1000 bulir beras sebagai sampel dipisahkan untuk menghitung biji berlubang dan susut bobot.
d. Biji utuh. e. Biji berlubang.
Gambar 7. Proses penelitian screening varietas beras seri II
Pengemasan Beras
Dari hasil screening dipilih tiga varietas (resisten, medium resisten dan rentan) yang akan dikemas menggunakan berbagai jenis kemasan. Kemasan yang digunakan adalah “hermetik’ laminat, PP (dua lapis) dan LDPE (dua lapis) dengan ukuran 8 x 12 cm (yang merupakan dimensi miniatur dari dimensi ukuran kemasan beras 2 kg dengan ukuran 18 x 27 cm) . Plastik PP dan LDPE digunakan dua lapis karena menurut penelitian Sanon et al. (2011), dua lapis plastik HDPE
e
a b
c
d
24
dapat menghambat perkembangan serangga hama pascapanen pada kacang tunggak dibandingkan satu lapis pada tingkat ketebalan yang sama. Plastik PP dan PE dipilih sebagai kemasan yang banyak digunakan. Sedangkan plastik “hermetik” laminat merupakan plastik laminat yang memiliki permeebilitas gas yang rendah.
Beras dibersihkan, dipisahkan dari kotoran, kemudian ditimbang, 100 g untuk setiap perlakuan dan dimasukkan dalam berbagai jenis kemasan. Selanjutnya ke dalam masing-masing kemasan dilakukan infestasi Sitophilus oryzae sebanyak 100 ekor, kemudian kemasan ditutup rapat dengan menggunakan sealer. Beras yang telah dikemas diletakkan pada suhu ruang sampai seluruh serangga yang diinfestasikan dalam kemasan mati, sampel disiapkan untuk pengamatan selama 20 hari. Untuk setiap kombinasi perlakuan dibuat 3 ulangan.
Pengamatan dilakukan setiap hari, tiga sampel untuk setiap perlakuan. Parameter yang diamati adalah jumlah serangga mati, jumlah serangga hidup, kadar air, kadar oksigen dan kadar karbon dioksida. Pertama diukur O2 dan CO2
dalam kemasan, selanjutnya kemasan dibuka untuk menghitung jumlah S.oryzae yang hidup dan yang mati, kemudian diambil sampel untuk kadar air. Diagram alir pengemasan beras dapat dilihat pada Gambar 8 dan pengemasan beras dapat dilihat pada Gambar 9.
Beras bersih
Pengamatan setiap hari sampai seluruh serangga mati.
Benda asing
Ditimbang @ 100 g
Beras sosoh
Infestasi S.oryzae 100 ekor
Sortasi
Pengemasan (“hermetik” laminat, PP dan LDPE)
Analisis: Kadar O2, CO2
Jumlah serangga mati, hidup
Kadar air
Gambar 8 Diagram alir pengemasan beras
25
Keterangan: a. kemasan “hermetik”, laminat . b. plastik polipropilen. c. plastik polietilen densitas rendah (LDPE)
Gambar 9. Pengemasan beras dengan berbagai jenis plastik
Metode Analisis
Analisis Kadar air metode oven.
Sampel sebanyak ± 5 gram, ditimbang lalu dimasukkan ke dalam cawan
yang telah diketahui beratnya. Cawan beserta isi dikeringkan dalam oven 105°C
selama 6 jam, lalu dimasukkan ke dalam desikator selama 15 menit lalu
didinginkan dan ditimbang. Cawan beserta isinya dikeringkan kembali sampai
a b
c
26
diperoleh berat konstan. Kadar air dihitung dengan menggunakan rumus berikut
ini:
Kadar air (%bb) = (a-b) x 100% c Dimana: a = berat cawan dan sampel awal (g)
b = berat cawan dan sampel akhir (g)
c = berat sampel awal (g)
Analisis Kadar Amilosa Beras
Analisis kadar amilosa menggunakan metode kolorimetri. Sebanyak 100 mg
beras yang ditepungkan dimasukkan labu ukur 100ml, kemudian diberi 1 ml
alkohol 95% dan 9 ml NaOH 1 N. Larutan didiamkan pada suhu ruang selama 23
jam, kemudian ditambah air destilata sampai tera, lalu dikocok. Dari larutan
tersebut diambil 5 ml, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml yang
telah diisi 85 ml air destilata dan diberi 1 ml asetat 1 N dan 2 ml KI 2%, lalu
diencerkan sampai tanda tera. Nilai penyerapan cahaya dari larutan ini diukur
dengan spektrofotometer. Klasifikasi kadar amilosa dapat digolongkan sebagai
berikut: tinggi (>25%), sedang (20.1-25%, rendah (12.1-20,0%), dan sangat
rendah (5.1-12.0%) (Juliano dan Villareal 1993 dalam Lestari et al. 2007).
Analisis Kadar Lemak
Sampel sebanyak 5 gram ditempatkan dalam saringan timbel dan ditutup
dengan kapas wool yang bebas lemak. Timbel yang berisi sampel diletakkan
dalam alat ekstraksi Soxhlet. Pelarut N-Hexan dituangkan ke dalam labu lemak
secukupnya. Di refluks selama 5 jam sampai pelarut yang ada dalam labu lemak
dan ditampung pelarutnya. Selanjutnya labu lemak hasil ekstraksi dipanaskan
dalam oven 105°C. Setelah mencapai berat yang tetap, sampel didinginkan dalam
desikator, labu dan lemaknya ditimbang. (Subarna et al. 2006)
Derajat putih
Pengukuran derajat putih dilakukan dengan Whiteness Meter Kett
menggunakan standar BaSO4.
Kekerasan beras
Pengukuran kekerasan beras dilakukan dengan menggunakan Kiya
Hardness Meter.
27
Ukuran Beras
Sepuluh butir beras kepala diukur panjangnya secara manual menggunakan alat dial caliper. Bentuk beras diperoleh dari rasio panjang dibanding lebar beras (Lestari et al. 2007)
Perhitungan Hasil Pengamatan Screening
Karakteristik Resistensi
Hasil pengamatan dihitung dengan parameter sebagai berikut: a. Jumlah total populasi (Nt), dengan menghitung semua serangga yang ke luar
ditambah dengan serangga awal yang diinfestasikan. b. Periode perkembangan (D), yaitu lamanya waktu dari tengah-tengah waktu
infestasi sampai tercapai 50% dari total populasi F1 Sitophilus oryzae. c. Indeks perkembangan (ID), yang dihitung dari nilai Nt dan D, dengan formula:
ID = (ln Nt / D) x 100 d. Laju perkembangan intrinsik (Rm), dihitung dengan formula: Rm= Loge R Dm Dimana: R = Nt/No No = Jumlah serangga yang diinfestasikan Dm = periode perkembangan dalam satuan minggu e. Kapasitas multiplikasi minggunan (λ), dengan formula:
λ
Karakteristik Kehilangan Bobot
a. Persen Biji Berlubang Diketahui dengan menghitung jumlah biji berlubang setelah masa infestasi dan dibandingkan dengan jumlah biji awal yang utuh, dihitung dengan formula: Persen Biji Berlubang = Jumlah biji berlubang x 100%
Jumlah biji utuh awal
28
b. Persen Kehilangan Bobot
Dihitung menggunakan formula Adam, yaitu: Persen kehilangan bobot = U.Nd – D.Nu x 100%
U.N Dimana:
U = Bobot Biji Utuh Nu = Jumlah Biji Utuh D = Bobot Biji Berlubang Nd = Jumlah Biji Berlubang N = Nu + Nd
Rancangan Percobaan
Screening varietas beras
Rancangan percobaan untuk screening varietas beras menggunakan
Rancangan Acak Lengkap dengan varietas beras sebagai faktor dengan 3 kali
ulangan. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Model matematiknya
sebagai berikut:
Yij = μ + Ai + єij Yij = Nilai pengamatan µ = nilai rata-rata umum
Aij = pengaruh varietas ke-i
Єij = galat percobaan
Pengemasan beras
Penelitian pengemasan beras menggunakan Rancangan Acak Lengkap
Faktorial dengan faktor pertama varietas dan faktor kedua jenis kemasan. Varietas
yang digunakan adalah 1). varietas yang paling resisten, 2) varietas medium
resisten dan 3). varietas yang paling rentan yang diperoleh dari tahap penelitian
sebelumnya. Jenis kemasan yang digunakan adalah 1).plastik hermetik, 2). plastik
PP 0.05 mm (dua lapis) dan 3). Plastik LDPE 0.05 (dua lapis). Masing-masing
perlakuan diulang sebanyak tiga kali.
29
Model matematiknya sebagai berikut:
Yijk = μ + Ai + Βj + (AB)ij + єijk Yijk = Nilai pengamatan µ = nilai rata-rata umum Ai = pengaruh varietas ke-i Bj = pengaruh kemasan ke j (AB)ij = pengaruh interaksi varietas dan kemasan Єijk = galat percobaan
Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis sidik ragam
(ANOVA) dengan α= 0.05. Bila dari hasil ANOVA memperlihatkan pengaruh
yang berbeda nyata, akan dilanjutkan dengan uji beda jarak berganda Duncan.
30
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Beras
Hasil
Varietas beras yang digunakan pada penelitian ini adalah varietas lokal dari
Kalimantan Tengah, ada delapan varietas yaitu Karang Dukuh, Siam Jurut, Siam
Pandak, Siam Palun, Siam Palas, Bayar Pahit, Rantul dan Siam Unus. Varietas-
varietas ini merupakan varietas padi yang ditanam di lahan pasang surut tipe A
maupun B. Varietas-varietas ini berumur panjang, yaitu baru bisa dipanen setelah
8-9 bulan. Varietas-varietas tersebut memiliki karakteristik fisik maupun nutrisi
yang berbeda. Karakteristik fisik dan kimia menjadi parameter yang diamati karena
terkait dengan sifat ketahanan varietas tersebut terhadap serangan S.oryzae.
Dimensi ukuran beras menjadi salah satu parameter fisik yang diamati. Hasil
analisis ragam menunjukkan bahwa faktor varietas beras memberikan pengaruh
yang berbeda nyata pada dimensi ukuran beras yang meliputi panjang, lebar dan
rasio panjang/lebar. Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa varietas Rantul, Siam
Pandak, dan Bayar Pahit memiliki bentuk sedang (medium) yang berbeda nyata
dengan varietas Siam Jurut, Siam Unus, Siam Palun dan Karang Dukuh (ramping).
(Tabel 3)
Tabel 3. Dimensi ukuran panjang, lebar dan rasio panjang/lebar delapan varietas beras di Kalimantan Tengah
No. Varietas Panjang (mm) Lebar (mm) Rasio P/L 1. Karang Dukuh 5.97c 1.53a 3.90e
2. Siam Jurut 5.57b 1.83b 3.07bc
3. Siam Pandak 5.70b 2.30c 2.50a
4. Siam Palun 5.93c 1.80b 3.37d
5. Siam Palas 5.07a 1.87b 2.87b
6. Bayar Pahit 5.57b 2.17c 2.57a
7. Rantul 5.23a 2.30c 2.37a
8. Siam Unus 5.77bc 1.87b 3.10c
Keterangan: Huruf yang sama pada kolom yang sama dibelakang nilai rata-rata menunjukkan perbedaan tidak nyata (P>0.05)
Karakteristik fisik lain yang diukur adalah kekerasan dan derajat putih. Rerata
nilai kekerasan dari delapan varietas beras, diperoleh nilai kekerasan berkisar antara
3.9-6.9 Kg.F (Tabel 4). Nilai kekerasan tertinggi pada varietas Siam Palas dan
31
terendah Bayar Pahit. Berdasarkan analisis ragam, faktor varietas memberikan
pengaruh yang berbeda nyata pada kekerasan beras dan berdasarkan uji lanjut
Duncan menunjukkan bahwa kekerasan varietas Siam Palas berbeda nyata dengan
ketujuh varietas lainnya, varietas dengan nilai kekerasan yang tidak berbeda nyata
adalah varietas Siam Jurut, Siam Pandak dan Rantul, kemudian kekerasan varietas
Siam Jurut tidak berbeda nyata dengan Siam Unus.
Tabel 4. Rerata nilai kekerasan dan derajat putih beras
No. Varietas Kekerasan (Kg.F) Derajat putih 1. Karang Dukuh 6.1e 46.9b 2. Siam Jurut 4.8bc 47.9c
3. Siam Pandak 5.3c 49.6e
4. Siam Palun 5.4d 49.2d
5. Siam Palas 6.9f 49.8e
6. Bayar Pahit 3.9a 50.9g
7. Rantul 5.3c 50.4f
8. Siam Unus 4.7b 45.3a
Keterangan: Huruf yang sama pada kolom yang sama dibelakang nilai rata rata menunjukkan perbedaan tidak nyata (P>0.05)
Derajat putih menunjukkan tingkat warna putih dari butiran beras. Warna beras sosoh akan berada diantara warna kuning dan putih. Derajat putih beras merupakan kombinasi antara sifat fisik beras dengan derajat sosoh. Rerata nilai derajat putih dari delapan varietas beras lokal Kalimantan Tengah berkisar antara 45.3-50.9 (Tabel 4). Nilai terendah dimiliki oleh Siam Unus dan nilai tertinggi dimiliki oleh Bayar Pahit. Berdasarkan analisis ragam, faktor varietas memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada derajat putih beras. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa setiap varietas memiliki derajat putih yang berbeda nyata.
Karakteristik lain yang diamati pada varietas beras yang discreening adalah kandungan nutrisi yang meliputi kadar air, kadar amilosa dan lemak (Tabel 5).
32
Tabel 5. Rerata kadar air, amilosa dan lemak beras
No. Varietas Kadar air (%) Kadar amilosa (%) Kadar lemak (%) 1. Karang Dukuh 10.85a 27.55c 0.41bc
2. Siam Jurut 11.56c 26.23a 0.41bc
3. Siam Pandak 11.72de 27.51c 0.47d
4. Siam Palun 11.81e 29.17e 0.42c
5. Siam Palas 11.29b 27.93c 0.37b
6. Bayar Pahit 11.81e 27.57c 0.40bc
7. Rantul 11.65cd 26.86b 0.62e
8. Siam Unus 11.72de 28.61d 0.32a
Keterangan: Huruf yang sama pada kolom yang sama dibelakang nilai rata-rata menunjukkan perbedaan tidak nyata (P>0.05)
Kadar air beras berkisar antara 10.85-11.81%. Berdasarkan hasil analisis
ragam, antar varietas beras memiliki kadar air yang berbeda nyata. Varietas dengan
kadar air terendah adalah Karang Dukuh dan varietas dengan kadar air tertinggi
adalah Siam Palun.
Parameter nutrisi yang juga diamati adalah kadar amilosa. Kadar amilosa
berkisar antara 26.23-29.17%. Berdasarkan analisis ragam, varietas beras
memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap amilosa beras. Varietas beras dengan
kadar amilosa yang terendah adalah Siam Jurut yang berdasarkan uji lanjut Duncan
berbeda nyata dengan ketujuh varietas lainnya, sedangkan varietas dengan kadar
amilosa tertinggi adalah Siam Palun.
Kadar lemak juga menjadi parameter yang diamati dalam penelitian ini.
Kadar lemak beras berkisar antara 0.32-0.62%. Analisis ragam menunjukkan bahwa
varietas beras yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada kadar
lemak beras. Varietas Siam Unus memiliki kadar lemak yang paling rendah, diikuti
dengan varietas Siam Palas. Varietas dengan kadar lemak tertinggi adalah Rantul.
Pembahasan
Beras yang digunakan dalam penelitian ini adalah varietas lokal Kalimantan
Tengah, ada delapan varietas yang digunakan yaitu Karang Dukuh, Siam Jurut,
Siam Pandak, Siam Palun, Siam Palas, Bayar Pahit, Rantul dan Siam Unus.
Kedelapan varietas tersebut dianalisis karakteristik fisik maupaun kimianya, dengan
tujuan mengkaitkan karakteristik fisik tersebut dengan ketahanannya terhadap
33
serangan Sitophilus oryzae. Paramater fisik yang diamati adalah dimensi panjang,
lebar, dimensi panjang/lebar, kekerasan dan derajat putih.
Beras yang digunakan memiliki panjang berkisar antara 5.07-5.97 mm, lebar
antara 1.53-2.30 mm dan rasio panjang/lebar berkisar antara 2.50-3.90. Menurut
IRRI (1996) diacu dalam Sutaryo dan Sudaryo (2011), klasifikasi panjang dan
bentuk biji beras berdasarkan panjang beras adalah sangat panjang (> 7.5 mm),
panjang (6.61-7.50 mm); sedang (5.51-6.60 mm) dan pendek (< 5.51 mm.
Sedangkan menurut bentuknya (rasio panjang/lebar), adalah ramping (slender) >
3.0; sedang (medium) 2.1-3.0; dan bulat (bold) 1.0-2.0. Dari delapan varietas
beras lokal pada penelitian, empat varietas masuk kategori sedang (medium) dan
empat lainnya masuk kategori ramping (slender). Menurut Setyono dan Wibowo
(2008), karakter ukuran panjang dan bentuk beras diketahui banyak dipengaruhi
oleh sifat genetik, agroekosistem dan kesuburan lahan. Varietas beras yang
digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Beras varietas Karang Dukuh, Siam Jurut, Siam Pandak, Siam Palun, Siam Palas, Rantul, Bayar Pahit dan Siam Unus.
34
Pada parameter kekerasan, nilai kekerasan berkisar antara 3.9-6.1 Kg.F.
Menurut Widiatmoko (2005), kekerasan beras merupakan sifat fisik beras yang
dipengaruhi oleh kandungan nutrisi dan kadar air, lama penyimpanan beras dan
derajat sosohnya. Semakin banyak air yang terkandung dalam beras, maka beras
akan semakin rapuh sehingga nilai kekerasannya akan lebih kecil.
Nilai derajat putih beras berkisar antara 45.3-50.9. Suismono (2003) dalam
Aryunis (2009) menyatakan bahwa derajat putih beras di Indonesia berkisar antara
42-60%. Derajat putih akan mempengaruhi kilap beras.
Selain sifat sifik, sifat kimia beras juga dianalisis. Sifat kimia yang dianalisa
yaitu kadar air, kadar amilosa dan kadar lemak. Kadar air beras berkisar antara
10.85-11.81%. Menurut SNI No.6128-2008, standar kadar air maksimum untuk
beras adalah 14%. Kadar air beras yang lebih dari 14% menyebabkan kerusakan
yang lebih cepat pada saat penyimpanan.
Kadar amilosa delapan varietas beras yang digunakan berkisar antara 26.23-
29.17%. Hariyadi (2008) menyatakan bahwa berdasarkan kandungan amilosanya,
beras dikelompokkan menjadi beras ketan yang mengandung amilosa 0-2% berat
kering, beras dengan kandungan amilosa rendah yaitu antara 9-20%, beras dengan
kandungan amilosa menengah yaitu 20-20% dan beras dengan kandungan amilosa
tinggi, yaitu lebih dari 25% bobot kering. Sutaryo dan Sudaryono (2011)
menyatakan bahwa beras yang memiliki kandungan amilosa yang tinggi
menghasilkan tekstur nasi yang pera. Oleh karena itu diketahui bahwa kedelapan
varietas beras yang digunakan dalam penelitian ini termasuk beras dengan
kandungan amilosa tinggi yang memiliki tekstur nasi pera.
Parameter kimia yang juga diukur adalah kadar lemak. Kadar lemak delapan
varietas beras yang digunakan berkisar antara 0.32-0.62%. Menurut Widowati et al.
(2011) varietas beras yang berbeda memiliki kandungan lemak yang berbeda.
Kandungan lemak beras berkisar 0.58-1.23%. Subarna et al. (2006) menyatakan
bahwa kandungan lemak beras paling banyak berada pada lapisan aleuron.
Kandungan lemak beras berkisar antara 0.30-0.70%. Beras dengan kandungan
lemak tersebut memiliki derajat sosoh 95-100%. Semakin tinggi kandungan lemak,
ada kemungkinan mengalami oksidasi lemak yang semakin cepat yang
35
mengakibatkan bau menjadi apek. Beras dengan kandungan lemak yang tinggi
lebih cepat mengalami kerusakan.
Resistensi Beras
Pengembangan beras yang resisten terhadap serangan hama pascapanen dapat
menjadi salah satu alternatif dalam upaya menurunkan kerusakan beras dalam
penyimpanan. Tingkat resistensi beras terkait dengan mudah tidaknya suatu jenis
beras diserang oleh hama. Pada penelitian ini resistensi beras diukur dengan
parameter total populasi, periode perkembangan, indeks perkembangan, laju
perkembangan intrinsik serta kapasitas multiplikasi mingguan.
Hasil
Total populasi serangga (Nt)
Total populasi (Nt) Sitophilus oryzae dihitung dengan menjumlahkan
S.oryzae yang diinfestasikan dengan keseluruhan turunan pertamanya (F1).
Pertumbuhan populasi serangga berkembang secara cepat dengan pola
eksponensial. Hasil pengamatan F1 pada delapan varietas beras lokal Kalimantan
Tengah dapat dilihat pada Gambar 11.
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
0 10 20 30 40 50 60
Jum
lah
F1 S
.ory
zae
Hari
Karang dukuh
Siam jurut
Siam pandak
siam palun
Siam palas
Bayar pahit
Rantul
Siam unus
Gambar 11. Laju pertumbuhan turunan pertama (F1) S.oryzae pada
berbagai varietas beras
36
Rerata nilai total populasi S.oryzae pada delapan varietas beras berkisar
antara 14.00-38.33. Berdasarkan analisis ragam, varietas beras yang berbeda
berpengaruh nyata pada nilai Nt (p<0.05). Hasil uji lanjut Duncan, menunjukkan
bahwa varietas Siam Pandak memiliki nilai Nt tertinggi dan berbeda nyata dengan
varietas Siam Jurut yang memiliki Nt terendah. Total populasi S.oryzae pada
varietas Siam Jurut tidak berbeda nyata dengan Siam Palas, Bayar Pahit, dan Siam
Palun. Varietas Karang Dukuh memiliki nilai Nt yang tidak berbeda nyata dengan
varietas Siam Unus, Rantul dan Siam Pandak (Tabel 6).
Tabel 6. Rerata total populasi (Nt) S.oryzae pada beras No. Varietas Rerata nilai Nt 1 Karang Dukuh 33.33cd
2 Siam Jurut 14.00a
3 Siam Pandak 38.33d
4 Siam Palun 22.50abc
5 Siam Palas 16.67ab
6 Bayar Pahit 22.33abc
7 Rantul 32.00cd
8 Siam Unus 29.67bcd
Keterangan: Huruf yang sama pada kolom yang sama dibelakang nilai rata- rata menunjukkan perbedaan tidak nyata (P>0.05)
Periode Perkembangan (D)
Periode perkembangan adalah waktu yang diperlukan serangga untuk
berkembang dari telur menjadi imago (serangga dewasa). Rerata periode
perkembangan S.oryzae berkisar antara 36.29-44.85 hari. Faktor varietas beras
berdasarkan analisis ragam berpengaruh nyata pada periode perkembangan
S.oryzae. Periode perkembangan S.oryzae paling lama terjadi pada varietas Siam
Palun, yang berdasarkan uji lanjut Duncan berbeda nyata dengan periode
perkembangan S.oryzae pada varietas Siam Palas (Tabel 7).
37
Tabel 7. Rerata periode perkembangan (D) S.oryzae pada beras
No. Varietas Rerata nilai D (hari) 1 Karang Dukuh 36.29ab
2 Siam Jurut 39.50bc
3 Siam Pandak 37.42abc
4 Siam Palun 44.85d
5 Siam Palas 34.75a
6 Bayar Pahit 41.33cd 7 Rantul 37.66abc
8 Siam Unus 40.83bcd
Keterangan: Huruf yang sama pada kolom yang sama dibelakang nilai rata- rata menunjukkan perbedaan tidak nyata (P>0.05)
Indeks Perkembangan (ID)
Indeks perkembangan atau indeks kepekaan (Index Susceptibility) merupakan
parameter yang menunjukkan tingkat efektifitas bahan terhadap perkembangan
serangga. Nilai ID yang semakin tinggi menunjukkan bahwa suatu bahan lebih peka
terhadap serangan serangga.
Rerata nilai ID S.oryzae pada delapan varietas beras berkisar antara 6.69-
9.67. Faktor varietas berdasarkan analisis ragam berpengaruh nyata pada indeks
perkembangan S.oryzae. Berdasarkan uji lanjut Duncan, nilai ID tertinggi dimiliki
oleh varietas Karang Dukuh yang berbeda nyata dengan nilai ID varietas Siam Jurut
(Tabel 8). Kelompok varietas yang memiliki nilai ID yang tinggi adalah Karang
Dukuh, Siam Pandak dan Rantul. Sedangkan kelompok varietas yang memiliki nilai
ID yang rendah adalah Siam Jurut, Siam Palun dan Bayar Pahit.
Tabel 8. Rerata nilai Indeks Perkembangan (ID) beras
No. Varietas Rerata nilai ID 1 Karang Dukuh 9.67c
2 Siam Jurut 6.69a
3 Siam Pandak 9.65c 4 Siam Palun 6.92a
5 Siam Palas 7.55ab
6 Bayar Pahit 7.46ab
7 Rantul 9.18bc
8 Siam Unus 8.30abc
Keterangan: Huruf yang sama pada kolom yang sama dibelakang nilai rata-rata menunjukkan perbedaan tidak nyata (P>0.05)
38
Laju Perkembangan intrinsik (Rm)
Laju perkembangan intrinsik merupakan parameter yang menunjukkan
kesesuaian suatu bahan bagi perkembangan serangga. Semakin tinggi nilai Rm,
menunjukkan bahwa bahan tersebut semakin sesuai untuk perkembangan serangga.
Rerata nilai Rm S.oryzae pada delapan varietas beras berkisar antara 0.06-0.29.
Varietas Siam Jurut menghasilkan nilai Rm terendah berbeda nyata dengan nilai
Rm varietas Siam Pandak (Tabel 9).
Tabel 9. Rerata laju perkembangan intrinsik (Rm) S.oryzae pada beras
No. Varietas Rerata nilai Rm 1 Karang Dukuh 0.23cd
2 Siam Jurut 0.06a
3 Siam Pandak 0.29d 4 Siam Palun 0.09a
5 Siam Palas 0.09a
6 Bayar Pahit 0.13ab
7 Rantul 0.22bcd
8 Siam Unus 0.18bc
Keterangan: Huruf yang sama pada kolom yang sama dibelakang nilai rata-rata menunjukkan perbedaan tidak nyata (P>0.05)
Kapasitas multiplikasi mingguan (λ)
Kapasitas multiplikasi mingguan merupakan parameter yang menunjukkan
kemampuan serangga untuk menggandakan diri dalam satu minggu. Semakin tinggi
nilai kapasitas multiplikasi mingguan berarti semakin cepat serangga mengalami
perkembangbiakan sehingga pertambahan populasi semakin cepat. Nilai λ dapat
digunakan untuk memprediksi jumlah serangga pada satuan waktu tertentu.
Analisis ragam menunjukkan bahwa faktor varietas berpengaruh nyata
terhadap nilai kapasitas multiplikasi mingguan S.oryzae. Varietas Siam Pandak
memiliki nilai λ tertinggi, yaitu 1.28, dimana nilai ini berdasarkan uji lanjut
Duncan berbeda nyata dengan nilai λ terendah, yaitu 1.06 yang dimiliki Siam Jurut
(Tabel 10).
39
Tabel 10. Rerata kapasitas multiplikasi mingguan (λ) S.oryzae pada beras
No. Varietas Rerata nilai kapasitas multiplikasi mingguan
1 Karang Dukuh 1.26d
2 Siam Jurut 1.06a
3 Siam Pandak 1.28d
4 Siam Palun 1.09ab
5 Siam Palas 1.10ab
6 Bayar Pahit 1.14abc
7 Rantul 1.24cd
8 Siam Unus 1.20bcd
Keterangan: Huruf yang sama pada kolom yang sama dibelakang nilai rata-rata menunjukkan perbedaan tidak nyata (P>0.05)
Pembahasan
Nilai total populasi, periode perkembangan, indeks perkembangan,
kapasitas multiplikasi mingguan merupakan parameter-parameter yang
menunjukkan aktivitas serangga dalam suatu bahan. Parameter-parameter tersebut
menunjukkan tingkat resistensi beras terhadap serangan S.oryzae.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa varietas beras memberikan pengaruh
yang berbeda nyata terhadap semua parameter-parameter resistensi. Pada parameter
total populasi (Nt) urutan total populasi dari yang terendah ke tertinggi adalah Siam
Jurut, Siam Palas, Bayar Pahit, Siam Palun, Siam Unus, Rantul, Karang Dukuh, dan
Siam Pandak. Kelompok dengan nilai Nt yang rendah adalah Siam Jurut, Siam
Palas, Bayar Pahit dan Siam Palun, sedangkan kelompok varietas dengan nilai Nt
medium adalah Siam Unus dan yang memiliki Nt tinggi adalah Siam Pandak,
Karang Dukuh dan Rantul (Tabel 11).
Menurut Harahap (2006), populasi serangga hama gudang akan segera
meningkat setelah infestasi, pada saat tersedia makanan dan faktor lingkungan yang
mendukung. Mekanisme proksimat mempengaruhi total populasi serangga yang
secara mendasar terkait dengan peletakan telur, pertumbuhan dan perkembangan.
Jumlah turunan pertama (F1) memberikan prediksi dari tipe interaksi antara
serangga dengan bahan makanan dalam tingkat resistensi atau kepekaan dari bahan
dan kemampuan reproduktif serangga dalam menyerangnya (Vowotor et al, 1995).
Total populasi S.oryzae terkait dengan sifat repelensi dari beras, beras yang
40
memiliki sifat repelensi yang tinggi, mencegah S.oryzae meletakkan telur sehingga
populasinya rendah dan sebaliknya.
Tabel 11. Rerata nilai total populasi (Nt), periode perkembangan (D), indeks perkembangan (ID), laju perkembangan intrinsik (Rm), dan kapasitas multiplikasi mingguan (λ)
No Varietas Rerata nilai Nt
Rerata nilai D
Rerata nilai ID
Rerata nilai Rm
Rerata nilai λ
1 Karang Dukuh 33.33cd 36.29ab 9.67c 0.23cd 1.26d
2 Siam Jurut 14.00a 39.50bc 6.69a 0.06a 1.06a
3 Siam Pandak 38.33d 37.42abc 9.65c 0.29d 1.28d
4 Siam Palun 22.50abc 44.85d 6.92a 0.09a 1.09ab
5 Siam Palas 16.67ab 34.75a 7.55ab 0.09a 1.10ab
6 Bayar Pahit 22.33abc 41.33cd 7.46ab 0.13ab 1.14abc
7 Rantul 32.00cd 37.66abc 9.18bc 0.22bcd 1.24cd
8 Siam Unus 29.67bcd 40.83bcd 8.30abc 0.18bc 1.20bcd
Keterangan: Huruf yang sama pada kolom yang sama dibelakang nilai rata-rata menunjukkan perbedaan tidak nyata (P>0,05)
Dari Tabel 11 juga dapat dilihat bahwa periode perkembangan (D) dari yang
terpendek ke terpanjang adalah Siam Palas, Karang Dukuh, Siam Pandak, Rantul,
Siam Jurut, Siam Unus, Bayar Pahit, dan Siam Palun. Kelompok dengan nilai D
yang rendah adalah Siam Palas, Karang Dukuh, Siam Pandak dan Rantul.
Kelompok dengan nilai D medium adalah Siam Jurut, kemudian kelompok dengan
nilai D yang tinggi adalah Siam Unus, Bayar Pahit dan Siam Palun.
Pada hama-hama tanaman pangan, dan produk pertanian dalam penyimpanan,
makanan sangat diperlukan untuk menopang tingkat hidup yang aktif, terutama
pada periode kehidupannya menjadi relatif pendek apabila hama-hama tersebut
meletakkan telur. Kesesuaian makanan erat kaitannya dengan dinamika serangga
dalam memilih sumber makanan yang cocok untuk pertumbuhan populasinya atau
dalam proses perkembangbiakan keturunannya. (Masmawati 2007).
Menurut Anggara dan Sudarmadji (2009), S.oryzae mengalami metamorfosis
sempurna dengan perkembangan telur hingga imago selama 35 hari di daerah
tropis, dan 110 hari di daerah beriklim dingin. Hasil penelitian ini sesuai dengan
hasil penelitian Askanovi (2010) yang melaporkan bahwa periode perkembangan
S.oryzae pada beberapa beras sosoh berkisar antara 32.79-41.63 hari. Hanya
varietas Siam Palun yang berada diluar kisaran tersebut. Anggara dan Sudarmadji
41
(2009), menyatakan bahwa rentang waktu perkembangan pradewasa S.oryzae
bergantung pada kualitas beras dan suhu lingkungan penyimpanan.
Periode perkembangan S.oryzae dipengaruhi sifat antifeedant yang terdapat
pada beras. Borror (1996), menyatakan bahwa daya antifeedant bersifat tidak
membunuh, menolak, ataupun menjerat tetapi lebih bersifat menghalangi kegiatan
makan serangga. Metabolisme serangga menjadi terhambat dan berakibat pada
periode perkembangan yang menjadi lebih lama sehingga serangga turunan pertama
yang muncul menjadi lebih lambat.
Jika dibandingkan dengan nilai total populasi, periode perkembangan yang
pendek, tidak selalu diikuti oleh total populasi yang tinggi. Seperti pada varietas
Siam Palun memiliki periode perkembangan yang panjang, ternyata memiliki total
populasi yang lebih tinggi daripada varietas Siam palas yang memiliki periode
perkembangan yang lebih pendek. Hal ini terkait dengan adanya sifat repelensi dan
antifeedant pada beras. Beras yang memiliki sifat repelensi akan mencegah
peletakan telur oleh S.oryzae, sedangkan daya antifeedant akan menyebabkan
S.oryzae tidak menyukai untuk memakan beras tersebut sehingga sifat resistensi
dari beras tidak dapat diukur dari nilai total populasi (Nt) saja ataupun periode
perkembangan (D) saja. Oleh karena itu perlu dihitung nilai Indeks perkembangan
(ID) yang menunjukkan tingkat kepekaan suatu bahan terhadap serangan serangga
hama. Semakin tinggi nilai ID semakin peka terhadap serangan serangga hama.
Pada perhitungan nilai ID, nilai Nt dan D merupakan variabel yang digunakan
dalam perhitungan.
Pada Tabel 11 dapat dilihat bahwa nilai ID dari yang terendah ke yang
tertinggi adalah Siam Jurut, Siam Palun, Bayar Pahit, Siam Palas, Siam Unus,
Rantul, Siam Pandak dan Karang Dukuh. Kelompok dengan nilai ID yang rendah
adalah Siam Jurut, Siam Palun, Bayar Pahit dan Siam Palas sehingga masuk
kelompok resisten. Kelompok dengan nilai ID medium adalah Siam Unus,
sedangkan kelompok dengan nilai ID tinggi atau rentan terhadap serangan S.oryzae
adalah Karang Dukuh, Siam Pandak dan Rantul. Ashamo (2006) melaporkan
indeks perkembangan S.oryzae pada beberapa varietas beras berkisar antara 5.5-
10.8. Faktor fisik dan nutrisi berpengaruh pada pada indeks perkembangan.
Selain nilai indeks perkembangan, parameter lain yang dapat dihitung dari
nilai total populasi dan periode perkembangan adalah laju perkembangan intrinsik
42
(Rm). Rm menunjukkan nilai laju perkembangan S.oryzae pada beras, semakin
tinggi nilai Rm, berarti semakin cepat perkembangan S.oryzae. Varietas beras yang
memiliki nilai Rm yang rendah adalah Siam Jurut, Siam Pandak, Siam Palas, Bayar
Pahit. Siam Unus memiliki nilai Rm yang medium, varietas Rantul, Karang Dukuh
dan Siam Pandak memiliki nilai Rm yang tinggi (Tabel 11). Menurut Lopulalan
(2010), nilai laju perkembangan intrinsik bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti kadar air, kandungan amilosa, bentuk dan ukuran butir beras, banyaknya
butir mengapur serta diduga juga karena faktor genetik.
Dari nilai Rm, dapat dihitung nilai kapasitas multiplikasi mingguan (λ), yang
dapat digunakan untuk memprediksi total populasi S.oryzae pada waktu tertentu,
jika populasi awal diketahui. Nilai λ dari yang terendah ke yang tertinggi adalah
Siam Jurut, Siam Palun, Siam Palas, Bayar Pahit, Siam Unus, Rantul, Karang
Dukuh, dan Siam Pandak (Tabel 11).
Semakin tinggi nilai kapasitas multiplikasi mingguan berarti semakin cepat
serangga mengalami perkembangbiakan sehingga pertambahan populasi semakin
cepat. Menurut Lopulalan (2010), nilai kapasitas multiplikasi mingguan
dipengaruhi oleh faktor kadar air, kandungan amilosa, besarnya butir mengapur dan
faktor genetik.
Dari parameter-parameter tersebut diatas, dapat diketahui bahwa kelompok
varietas yang memiliki nilai ID yang rendah dan terpilih menjadi kelompok resisten
adalah Siam Jurut, Siam Palun, Bayar Pahit dan Siam Palas. Varietas Siam Unus
menjadi kelompok medium resisten karena memiliki nilai ID pertengahan,
sedangkan varietas Siam Pandak, Rantul dan Karang Dukuh yang memiliki nilai ID
yang tinggi masuk menjasi kelompok yang rentan. Berdasarkan nilai absolut, Siam
jurut memiliki nilai ID tertinggi sehingga terpilih menjadi varietas paling resisten,
Siam Unus menjadi varietas medium resisten sedangkan Karang Dukuh menjadi
varietas paling rentan.
Varietas yang memiliki nilai ID yang rendah, juga memiliki laju
perkembangan intrinsik (Rm), serta kapasitas muliplikasi mingguan (λ) yang
rendah dan sebaliknya. Dengan demikian pada varietas yang resisten S.oryzae akan
mengalami perkembang biakan yang lambat dan sebaliknya pada varietas yang
rentan, S.oryzae akan mengalami perkembangbiakan yang cepat.
43
Karakteristik Kehilangan Pascapanen
Serangan S.oryzae pada beras selama penyimpanan, dapat menyebabkan
kerusakan dan kehilangan bobot maupun kualitas dari beras. Tingkat serangan
dipengaruhi diantaranya oleh ketahanan beras yang disimpan dan jumlah populasi
serangga yang menyerang. Pada penelitian ini, beras diinfestasi dengan 10 ekor
S.oryzae dan disimpan selama 60 hari kemudian diamati tingkat kerusakannya
yang meliputi persentase susut bobot, persentase biji berlubang, total populasi akhir
S.oryzae, kadar air dan derajat putih.
Hasil
Persentase Susut Bobot
Susut bobot beras dapat terjadi dalam penyimpanan beras sebagai akibat dari
aktivitas kapang, serangga, tikus maupun burung. Pada penelitian ini kehilangan
bobot beras diamati setelah beras diinfestasi dengan S.oryzae kemudian disimpan
selama 60 hari. Persentase susut bobot dalam penelitian ini menggunakan formula
Adams, yang menghitung kehilangan bobot berdasarkan berat dan jumlah biji
berlubang.
Rerata susut bobot beras berkisar antara 1.24-17.43%. Hasil analisis ragam
menunjukkan bahwa faktor varietas berpengaruh nyata terhadap parameter susut
bobot. Setelah dilakukan uji lanjut Duncan varietas Siam Palas memiliki kehilangan
bobot yang paling rendah dan berbeda nyata dengan varietas Siam Pandak, Karang
Dukuh dan Rantul (Tabel 12).
Tabel 12. Rerata susut bobot beras dalam penyimpanan
No. Varietas Rerata susut bobot (%)
1 Karang Dukuh 10.31c
2 Siam Jurut 4.07ab
3 Siam Pandak 11.73c
4 Siam Palun 4.32ab
5 Siam Palas 1.24a
6 Bayar Pahit 1.39a
7 Rantul 17.43d
8 Siam Unus 7.11bc
Keterangan: Huruf yang sama pada kolom yang sama dibelakang nilai rata-rata menunjukkan perbedaan tidak nyata (P>0.05)
44
Persentase Biji Berlubang
Biji berlubang merupakan salah satu kerusakan beras yang diakibatkan oleh
aktivitas S.oryzae. Rerata nilai persentase biji berlubang beras pada penelitian ini
berkisar antara 11.40-52.85%. Analisis ragam menunjukkan bahwa faktor varietas
beras berpengaruh nyata terhadap persentase biji berlubang. Persentase biji
berlubang terendah adalah pada varietas Siam Palas yang berbeda nyata dengan
persentase tertinggi pada varietas Rantul (Tabel 13).
Tabel 13. Rerata biji berlubang pada beras dalam penyimpanan
No Varietas Rerata biji berlubang (%)
1 Karang Dukuh 37.77c
2 Siam Jurut 18.65ab
3 Siam Pandak 36.94c
4 Siam Palun 28.75b 5 Siam Palas 11.40a
6 Bayar Pahit 16.20ab
7 Rantul 52.85d
8 Siam Unus 19.45ab Keterangan: Huruf yang sama pada kolom yang sama dibelakang nilai rata-
rata menunjukkan perbedaan tidak nyata (P>0.05)
Jumlah S.oryzae
Jumlah S.oryzae yang diinfestasikan pada awal penyimpanan sebanyak 10
ekor, setelah 60 hari penyimpanan jumlah S.oryzae mengalami perkembangan
(Tabel 14). Berdasarkan analisis ragam, varietas memberikan pengaruh yang
berbeda nyata pada jumlah S.oryzae yang berkembang pada beras. Uji lanjut
Duncan menunjukkan bahwa kelompok varietas dengan jumlah S.oryzae yang
sedikit adalah Siam Palas, Bayar Pahit, Siam Jurut dan Siam Palun. Rantul, Siam
Pandak, Karang Dukuh termasuk kelompok dengan total S.oryzae tinggi.
45
Tabel 14. Rerata jumlah total S.oryzae setelah penyimpanan No Varietas Jumlah total S.oryzae 1 Karang Dukuh 145.00b 2 Siam Jurut 28.00a 3 Siam Pandak 151.00b 4 Siam Palun 40.50a 5 Siam Palas 15.00a 6 Bayar Pahit 26.00a 7 Rantul 187.50b 8 Siam Unus 76.50a
Keterangan: Huruf yang sama pada kolom yang sama dibelakang nilai rata-rata menunjukkan perbedaan tidak nyata (P>0.05)
Kadar Air
Kadar air merupakan salah satu parameter penting dalam penyimpanan beras.
Berdasarkan analisis ragam varietas berpengaruh nyata pada kadar air beras yang
disimpan. Rerata kadar air beras setelah penyimpanan berkisar antara 14.76%-
16.05%. Kadar air paling rendah dimiliki oleh varietas Siam Palas yang berbeda
nyata dengan Siam Pandak yang memiliki kadar air paling tinggi. Varietas-varietas
yang lain memiliki kadar air yang tidak berbeda nyata (Tabel 15).
Tabel 15. Rerata kadar air beras setelah penyimpanan
No Varietas Rerata kadar air (%)
1 Karang Dukuh 15.25ab 2 Siam Jurut 15.14ab 3 Siam Pandak 16.05b 4 Siam Palun 15.11ab 5 Siam Palas 14.76a 6 Bayar Pahit 15.14ab 7 Rantul 15.81ab 8 Siam Unus 15.75ab
Keterangan: Huruf yang sama pada kolom yang sama dibelakang nilai rata- rata menunjukkan perbedaan tidak nyata (P>0,05)
Derajat putih
Derajat putih diukur dengan menggunakan Kett Whiteness meter yang
menunjukkan tingkat derajat putih beras dibandingkan standart BaSO4. Rerata
derajat putih beras setelah penyimpanan berkisar antara 51.6-56.1. Berdasarkan
46
hasil analisis ragam menunjukkan bahwa varietas berpengaruh nyata pada derajat
putih beras setelah penyimpanan. Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa derajat
putih paling tinggi pada varietas Rantul yang berbeda nyata dengan varietas lainnya
kecuali Siam Unus. Varietas Siam Jurut memiliki derajat putih yang tidak berbeda
nyata dengan Siam Pandak, Siam Palun, Bayar Pahit, Rantul dan Karang Dukuh
(Tabel 16).
Tabel 16. Rerata derajat putih beras setelah penyimpanan
No. Varietas Rerata derajat putih (%) 1 Karang Dukuh 54.3bc 2 Siam Jurut 55.6c 3 Siam Pandak 55.2c 4 Siam Palun 55.0c 5 Siam Palas 51.6a 6 Bayar Pahit 54.9c 7 Rantul 56.1c 8 Siam Unus 52.5ab Keterangan: Huruf yang sama pada kolom yang sama dibelakang nilai rata-
rata menunjukkan perbedaan tidak nyata (P>0.05)
Pembahasan
Hasil analisis ragam pada parameter-parameter karakteristik kehilangan
hasil menunjukkan bahwa varietas beras berpengaruh nyata pada persentase susut
bobot, biji berlubang, total populasi, kadar air dan derajat putih beras. Kelompok
varietas dengan susut bobot yang rendah adalah Siam Palas, Bayar Pahit, Siam
Jurut dan Siam Palun. Kelompok varietas dengan susut bobot yang medium adalah
Siam Unus, sedangkan kelompok varietas dengan nilai susut bobot yang tinggi
adalah Karang Dukuh, Siam Pandak dan Rantul (Tabel 17).
Seri penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa Siam Jurut, Siam Palun,
Siam Palas dan Bayar Pahit merupakan varietas tahan yang memiliki nilai indeks
perkembangan ( ID) rendah. Varietas Siam Unus memiliki ketahanan medium dan
varietas Karang Dukuh, Siam Pandak dan Rantul merupakan varietas rentan, yang
memiliki ID tinggi. Jadi diketahui bahwa varietas yang memiliki nilai ID yang
tinggi atau varietas rentan menghasilkan susut bobot yang tinggi selama
penyimpanan dan sebaliknya. Ashamo (2006) menyatakan bahwa indeks
perkembangan yang tinggi berkaitan dengan tingkat kerusakan bahan. Varietas
47
yang memiliki indeks perkembangan yang tinggi menyebabkan susut bobot yang
tinggi pada beras yang disimpan.
Tabel 17. Persentase susut bobot, biji berlubang, total populasi S.oryzae, kadar air dan derajat putih.
No Varietas % susut bobot
% biji berlubang
Total populasi S.oryzae
% kadar air
derajat putih
1 Karang Dukuh 10.31c 37.77c 145.00b 15.25ab 54.3bc 2 Siam Jurut 4.07ab 18.65ab 28.00a 15.14ab 55.6c 3 Siam Pandak 11.73c 36.94c 151.00b 16.05b 55.2c 4 Siam Palun 4.32ab 28.75b 40.50a 15.11ab 55.0c 5 Siam Palas 1.24a 11.40a 15.00a 14.76a 51.6a 6 Bayar Pahit 1.39a 16.20ab 26.00a 15.14ab 54.9c 7 Rantul 17.43d 52.85d 187.50b 15.81ab 56.1c 8 Siam Unus 7.11bc 19.45ab 76.50a 15.75ab 52.5ab
Keterangan: Huruf yang sama pada kolom yang sama dibelakang nilai rata-rata menunjukkan perbedaan tidak nyata (P>0.05)
Susut bobot terjadi karena aktivitas makan dan perkembangbiakan S.oryzae
yang diinfestasikan. Menurut Ashamo (2006), kerusakan yang ditimbulkan oleh
serangga pascapanen diantaranya adalah kehilangan berat karena serangga
mengkonsumsi biji, kehilangan atau konversi nutrisi, penurunan daya kecambah
dari benih, kontaminasi dari potongan tubuh dan sekresi cairan tubuh. Selanjutnya
Suparjo (2010) menyatakan bahwa serangga memakan dan merusak struktur fisik
bahan pangan yang disimpan, seperti berlubang, hancur dan memicu pertumbuhan
organisme lain. Aktivitas makan yang dilakukan oleh serangga menyebabkan bahan
yang disimpan kehilangan berat.
Pada Tabel 17, juga dapat dilihat bahwa varietas dengan persentase biji
berlubang yang rendah adalah Siam Palas, Bayar Pahit, Siam Jurut, Siam Unus, dan
Siam Palun. Seperti pada nilai persentase susut bobot, kelompok varietas ini pada
hasil penelitian seri sebelumnya diketahui sebagai kelompok yang resisten terhadap
serangan S.oryzae. Varietas Siam Pandak, Karang Dukuh dan Rantul memiliki
persentase biji berlubang yang tinggi, yang dari hasil penelitian seri sebelumnya
diketahui sebagai varietas yang rentan terhadap serangan S.oryzae. Jadi varietas
48
yang rentan, menyebabkan persentase biji berlubang yang lebih tinggi pada beras
selama penyimpanan.
Biji berlubang pada beras terjadi karena S.oryzae betina yang meletakkan
telur dengan cara membuat lubang kecil pada permukaan beras, kemudian
menutupnya dengan semacam zat lilin. Telur ini berkembang menjadi larva, pupa
di dalam biji, kemudian setelah berkembang menjadi imago, S.oryzae akan keluar
dari dalam biji beras dengan meninggalkan lubang pada biji (Anggara dan
Sudarmadji 2009; Howell Jr 2003).
Dari Tabel 17 juga dapat dilihat bahwa S.oryzae yang diinfestasikan pada
beras mengalami perkembangbiakan selama penyimpanan. Varietas Siam Palas,
Bayar Pahit, Siam Jurut, Siam Palun dan Siam Unus merupakan kelompok dengan
total populasi akhir yang rendah, sedangkan Karang Dukuh, Siam Pandak dan
Rantul masuk kelompok dengan total populasi akhir yang tinggi. Hasil ini sesuai
dengan nilai Nt pada seri penelitian sebelumnya.
Menurut Pasaribu (2009), serangga yang diinfestasikan pada beras akan
mengalami perkembangbiakan sehingga populasinya akan meningkat selama
penyimpanan beras. Varietas beras berpengaruh pada jumlah populasi akhir
S.oryzae yang diinfestasikan pada saat penyimpanan.
Pada parameter kadar air (Tabel 17) dapat dilihat bahwa kadar air setelah
penyimpanan, yang tertinggi pada varietas Siam Palas dan terendah pada Siam
Pandak. Sebagai varietas yang tahan dengan total populasi yang rendah, Siam Palas
memiliki kadar air yang rendah dibanding yang lain karena air yang dihasilkan oleh
aktivitas metabolik S.oryzae pada beras juga lebih sedikit. Sebaliknya, Siam Pandak
yang merupakan varietas yang rentan, dengan total populasi S.oryzae yang tinggi
memiliki kadar air yang lebih tinggi.
Menurut Suparjo (2010), aktivitas metabolik serangga menyebabkan
peningkatan kadar air dan suhu bahan pakan yang dirusak. Peningkatan kadar air
setelah penyimpanan diakibatkan oleh aktivitas respirasi dari S.oryzae yang
menggunakan karbohidrat dan oksigen dengan menghasilkan karbon dioksida dan
air.
Beras yang disimpan juga memilki derajat putih yang berbeda, Siam Palas
memiliki derajat putih paling rendah. Siam Unus dan Karang Dukuh, memiliki
49
derajat putih yang tidak berbeda nyata. Bayar Pahit, Siam Palun, Siam Pandak,
Siam Jurut dan Rantul merupakan kelompok dengan derajat putih yang tinggi.
Aktivitas S.oryzae pada beras dapat meningkatkan derajat putih beras, karena
terbentuknya tepung karena aktivitas makan S.oryzae, namun nilai derajat putih ini
juga dipengaruhi oleh derajat putih awal beras sebelum penyimpanan.
Dari, hasil korelasi antar parameter-parameter diketahui bahwa populasi
S.oryzae berkorelasi positif dengan persentase susut bobot (nilai r = 0.94) dan
persentase biji berlubang (r = 0.85). Semakin tinggi total populasi S.oryzae
menyebabkan nilai susut bobot dan biji berlubang yang lebih tinggi. Hal ini terjadi
karena aktivitas S.oryzae yang memakan beras serta berkembang biak yang
menyebabkan kerusakan beras berupa naiknya persentase biji berlubang dan susut
bobot.
Tabel 18. Korelasi parameter –parameter susut bobot
Parameter Nilai r Total populasi-susut bobot 0.94** Total populasi-persentase biji berlubang 0.85** Persentase biji berlubang-susut bobot 0.91** Total populasi S.oryzae- kadar air 0.79** Kadar air - persentase susut bobot 0.72** Kadar air-persentase biji berlubang 0.64** Persentase biji berlubang-derajat putih 0.61* Kadar air-derajat putih 0.51* Keterangan: *) korelasi signifikan; **) korelasi sangat signifikan
Dari Tabel 18 juga dapat dilihat bahwa kadar air memiliki korelasi positif
dengan total populasi S.oryzae (r=0.79), persentase susut bobot (r=0.72) dan
persentase biji berlubang (r=0.64). Populasi S.oryzae yang semakin meningkat akan
meningkatkan kadar air beras. Hal ini terjadi karena aktivitas respirasi S.oryzae
yang menghasilkan air.
Persentase biji berlubang juga berkorelasi dengan derajat putih (r=0.61), yang
berarti meningkatnya persentase berlubang akan meningkatkan derajat putih dari
beras. Hal ini terjadi karena aktivitas S.oryzae yang membuat lubang pada biji akan
menghasilkan tepung yang meningkatkan nilai derajat putih. Derajat putih juga
berkorelasi dengan kadar air. Hal ini terjadi karena aktivitas S.oryzae yang
50
menghasilkan biji berlubang pada beras, selain meningkatkan derajat putih juga
meningkatkan kadar air beras sebagai akibat aktivitas metabolisme S.oryzae.
Peningkatan jumlah S.oryzae akan meningkatkan persentase susut bobot dan
biji berlubang yang menjadi parameter kerusakan beras. Selain itu juga akan
meningkatkan kadar air beras. Kadar air beras yang tinggi berpotensi menyebabkan
kerusakan lanjut seperti tumbuhnya kapang. Populasi S.oryzae yang semakin
banyak menyebabkan kerusakan yang lebih besar pada beras dalam penyimpanan.
Varietas yang resisten akan mengalami kerusakan yang lebih rendah dan
sebaliknya, varietas rentan akan mengalami kerusakan yang lebih tinggi.
Hasil analisis korelasi antara sifat fisik dan kimia bahan baku beras
menunjukkan bahwa kadar lemak beras berkorelasi dengan persentase total
populasi (r=0.61), susut bobot (r=0.69), biji berlubang (r=0.76) dan kadar air beras
(r=0.53) (Tabel 19).
Tabel 19. Korelasi antara kadar lemak dengan parameter kehilangan hasil
Parameter Nilai r Kadar lemak-total populasi 0.61* Kadar lemak- persentase susut bobot 0.69** Kadar lemak-persentase biji berlubang 0.76** Kadar lemak- kadar air 0.53*
Keterangan: *) korelasi signifikan; **) korelasi sangat signifikan
Varietas dengan kadar lemak yang tinggi memiliki jumlah total populasi,
persentase susut bobot dan biji berlubang serta kadar air akhir yang tinggi. Menurut
Masson et al. (1997) diacu di dalam Mebarkia et al. (2010) menyatakan bahwa
kandungan protein, lemak, vitamin dan mineral yang tinggi dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan perkembangan S.oryzae. Yayuk et a. (1990) dalam Yasin (2009)
menyatakan bahwa serealia dengan kandungan lemak yang tinggi lebih cocok untuk
perkembang biakan serangga Sitophilus sp. Beras dengan kadar lemak tinggi lebih
disukai oleh S.oryzae dan mengalami kerusakan yang lebih tinggi selama
penyimpanan.
Beras yang memiliki resistensi yang tinggi terhadap serangan hama
pascapanen akan lebih tahan terhadap kerusakan selama penyimpanan. Beras yang
rentan terhadap kerusakan memerlukan perlindungan yang lebih untuk mengurangi
kerusakan selama penyimpanan.
51
Pengemasan Beras
Dari penelitian sebelumnya, diperoleh informasi tingkat resistensi dari
delapan varietas beras yang diuji. Dari delapan varietas tersebut diambil tiga
varietas, yaitu resisten (Siam Jurut) , medium resisten (Siam Unus) dan rentan
(Karang Dukuh) yang selanjutnya dikemas dengan tiga jenis plastik. Plastik yang
digunakan adalah plastik “hermetik” laminat, polipropilen (dua lapis) dan polietilen
(dua lapis). Parameter yang diamati adalah kadar oksigen, karbondioksida,
persentase kematian S.oryzae dan kadar air.
Hasil
Perubahan Komposisi Udara dalam Kemasan Selama Penyimpanan
Komposisi udara dalam kemasan dipengaruhi oleh jenis kemasan serta
bahan yang dikemas. Pada penelitian ini, sebelum dikemas, beras diinfestasi dengan
S.oryzae. Pola perubahan kadar oksigen dan karbon dioksida pada tiga jenis
kemasan untuk varietas Siam Jurut (Gambar 12), Siam Unus (Gambar 13) dan
Karang Dukuh (Gambar 14).
0
5
10
15
20
25
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22
Kadar oksigen/karbon dioksida
Hari pengamatan
O2_"Hermetik"_laminat
O2_Polipropilen
O2_LDPE
CO2_"Hermetik" laminat
CO2_ Polipropilen
CO2_LDPE
Gambar 12. Pola perubahan kadar oksigen dan karbon dioksida pada tiga jenis
kemasan untuk varietas Siam Jurut.
Pada penelitian ini, pengamatan kadar oksigen dan karbon dioksida dilakukan
sampai 100% kematian S.oryzae, yaitu selama tiga hari untuk plastik “hermetik”
laminat, tujuh hari untuk plastik PP dan 20 hari untuk plastik LDPE.
52
0
5
10
15
20
25
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22
Kadar oksigen/karbon
dioksida
Hari pengamatan
O2_"Hermetik"_laminat
O2_Polipropilen
O2_LDPE
CO2_"Hermetik"_laminat
CO2_Polipropilen
CO2_LDPE
Gambar 13. Pola perubahan kadar oksigen dan karbon dioksida pada tiga jenis kemasan untuk varietas Siam Unus.
0
5
10
15
20
25
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22
Kadar o
ksigen
/karbo
n dioksid
a
Hari pengamatan
O2_"Hermetik"_laminat
O2_Polipropilen
O2_LDPE
CO2_"Hermetik"_laminat
CO2_Polipropilen
CO2_LDPE
Gambar 14. Pola perubahan kadar oksigen dan karbon dioksida pada tiga jenis kemasan untuk varietas Karang Dukuh.
Kadar oksigen
Pada Gambar 12 dapat dilihat bahwa pada beras varietas Siam Jurut terjadi
penurunan kadar oksigen secara drastis pada hari pertama penyimpanan dari 21%
pada hari ke 0 menjadi antara 11.8% pada plastik “hermetik” laminat, 9.9% pada
plastik PP dan 12.3% pada plastik LDPE. Selanjutnya kadar oksigen meningkat
secara perlahan seiring dengan bertambahnya hari penyimpanan.
Pada Gambar 13 dan Gambar 14, dapat dilihat bahwa, pola perubahan kadar
oksigen dan karbondioksida dalam kemasan untuk varietas Siam Unus dan Karang
Dukuh sama dengan pada varietas Siam Jurut. Pada varietas Siam Unus, kadar
oksigen turun secara drastis dari 21% menjadi 9.7% pada plastik “hermetik”
laminat,11.5% pada plastik PP dan 12.6% pada plastik LDPE pada hari pertama
53
penyimpanan dan selanjutnya meningkat seiiring dengan bertambahnya hari
penyimpanan. Sedangkan pada varietas Karang Dukuh dari 21% menjadi 10.1%
pada plastik “hermetik” laminat, 9.5% pada plastik PP, dan 11.7% pada plastik
LDPE.
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pada hari ke-3 dan 7, jenis plastik
memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p>0.05) terhadap kadar oksigen di
dalam kemasan. Berdasarkan uji lanjut Duncan, kadar oksigen dalam plastik
“hermetik” laminat lebih rendah dan berbeda nyata dengan plastik PP dan LDPE.
Sedangkan pada hari ketujuh kadar oksigen dalam plastik PP lebih rendah dan
berbeda nyata dengan plastik LDPE (Tabel 20).
Tabel 20. Rerata kadar oksigen pada berbagai jenis plastik Jenis plastik Kadar oksigen (%) pada hari pengamatan ke-
3 7 “Hermetik” laminat 12.9a - PP 15.9b 19.7a LDPE 15.1b 20.5b
Keterangan: Huruf yang sama pada kolom yang sama dibelakang nilai rata-rata menunjukkan perbedaan tidak nyata (P>0,05)
Kadar karbondioksida
Berbanding terbalik dengan kadar oksigen, pada beras varietas Siam Jurut
pada hari pertama penyimpanan kadar karbon dioksida meningkat tajam dari 0.0%
pada hari ke nol menjadi 7.7% pada plastik “hermetik” laminat; 4.6% pada plastik
PP dan 2.1% pada plastik LDPE. Demikian juga dengan varietas Siam Unus dan
Karang Dukuh, kadar karbon dioksida meningkat menjadi 6.5% pada plastik
hermetik; 5.8% pada plastik PP dan 2.3% pada plastik LDPE. Sedangkan untuk
varietas Karang Dukuh menjadi 5.9% pada plastik “hermetik” laminat; 3.0% pada
plastik PP dan LDPE. Selanjutnya kadar karbon dioksida menurun seiring dengan
bertambahnya hari penyimpanan.
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pada hari ke-3, dan 7 jenis plastik
berpengaruh nyata pada kadar karbondioksida dalam kemasan. Pada hari ketiga
kadar karbon dioksida dalam kemasan plastik “hermetik” laminat > PP > LDPE.
Sedangkan pada hari ketujuh kadar karbondioksida pada plastik LDPE lebih tinggi
daripada plastik PP (Tabel 21).
54
Tabel 21. Rerata kadar karbondioksida pada berbagai jenis plastik Jenis plastik Kadar karbondioksida (%) pada hari pengamatan ke-
3 7 “Hermetik” laminat 6.0c - PP 2.1b 0.0a LDPE 1.5a 0.2b
Keterangan: Huruf yang sama pada kolom yang sama dibelakang nilai rata-rata menunjukkan perbedaan tidak nyata (P>0,05)
Kematian S.oryzae dalam kemasan
Kematian S.oryzae yang diinfestasikan diamati setiap hari sampai mengalami
kematian 100%, untuk plastik LDPE sampai hari ke-20. Persentase kematian
serangga cenderung meningkat dengan bertambahnya hari penyimpanan.
Untuk semua varietas, 100% kematian S.oryzae pada kemasan “hermetik”
laminat dicapai pada hari ketiga, pada plastik PP dicapai pada hari ketujuh.
Sedangkan untuk plastik LDPE pada hari ke-20 telah dicapai kematian 100%
S.oryzae untuk varietas Siam Unus dan Karang Dukuh, sedangkan varietas Siam
Jurut, masih ada 3% S.oryzae yang hidup (Gambar 15, Gambar 16 dan Gambar 17).
0
20
40
60
80
100
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Persen
tase S.oryzaehidu
p
Hari penyimpanan
"Hermetik"_laminat
Polipropilen
LDPE
Gambar 15. Persentase S.oryzae hidup dalam berbagai jenis plastik untuk varietas Siam Jurut selama penyimpanan
55
0
20
40
60
80
100
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Persen
tase
S.oryzae
hidup
Hari penyimpanan
"Hermetik"_laminat
Polipropilen
LDPE
Gambar 16. Persentase S.oryzae hidup dalam berbagai jenis plastik untuk varietas Siam Unus selama penyimpanan
0
20
40
60
80
100
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Persen
tase S.oryzae hidu
p
Hari pengamatan
"Hermetik"_laminat
Polipropilen
LDPE
Gambar 17. Persentase S.oryzae hidup dalam berbagai jenis plastik untuk varietas Karang Dukuh selama penyimpanan
Dari Gambar 15, Gambar 16 dan Gambar 17, terlihat bahwa pada plastik
“hermetik” laminat pada hari kedua sudah terjadi kematian yang tinggi pada
S.oryzae, yaitu 91.7% untuk Siam Jurut; 94% untuk varietas Siam Unus dan 96%
untuk varietas Karang Dukuh. Total kematian S.oryzae dalam plastik “hermetik”
laminat terjadi pada hari ketiga. Pada saat yang sama kematian S.oryzae dalam
plastik PP sebesar 50% untuk varietas Siam Jurut; 56% untuk varietas Siam Unus
dan 77% untuk Karang Dukuh. Sedangkan pada plastik LDPE, persentase
56
kematiannya lebih rendah, yaitu 43.7% untuk varietas Siam Jurut; 22.3% untuk
varietas Siam Unus dan 39.3% untuk varietas Karang Dukuh.
Pada plastik PP, kematian S.oryzae yang tinggi terjadi pada hari ketiga, yaitu
97% untuk varietas Siam Jurut; 96.3% untuk varietas Siam Unus dan Karang
Dukuh. Pada hari berikutnya kematian S.oryzae berlangsung lambat dan total
kematian terjadi pada hari keenam pada varietas Siam Jurut, dan pada hari ketujuh
pada varietas Siam Unus dan Karang Dukuh. Total kematian S.oryzae dalam plastik
“hermetik” laminat terjadi pada hari ketiga. Pada saat yang sama persen kematian
S.oryzae dalam plastik LDPE sebesar 53% untuk varietas Siam Jurut; 38.7% untuk
varietas Siam Unus dan 81.0% untuk varietas Karang Dukuh.
Sedangkan dalam plastik LDPE, kematian yang tinggi terjadi pada hari
ketujuh penyimpanan, yaitu 99.5% untuk varietas Siam Jurut; 87.3% untuk varietas
Siam Unus dan 93% untuk varietas Karang Dukuh. Pada hari berikutnya, kematian
S.oryzae terjadi secara perlahan dan total kematian tercapi setelah 20 hari, kecuali
pada varietas Siam Jurut masih tersisa 3% S.oryzae yang hidup.
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pada hari ketiga, jenis plastik
memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0.05) pada tingkat kematian serangga
dalam kemasan. Persen kematian S.oryzae dalam kemasan plastik “hermetik”
laminat lebih tinggi dan berbeda nyata dengan plastik PP dan LDPE. Pada hari
ketujuh, jenis plastik tidak berpengaruh nyata pada persen kematian S.oryzae dalam
kemasan (Tabel 22).
Tabel 22. Rerata persen kematian S.oryzae pada berbagai jenis plastik Jenis plastik Hari pengamatan
3 7 “Hermetik” laminat 100.00c - PP 88.00b 100.00a LDPE 57.56a 86.78a
Keterangan: Huruf yang sama pada kolom yang sama dibelakang nilai rata-rata menunjukkan perbedaan tidak nyata (P>0.05)
Selanjutnya pada hari ketiga faktor interaksi varietas dan jenis plastik
memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p<0.05) pada persentase kematian
S.oryzae (Tabel 23).
57
Tabel 23. Rerata persentase kematian S.oryzae pada berbagai varietas dan jenis plastik pada hari ketiga penyimpanan Siam Jurut Siam Unus Karang Dukuh “Hermetik” laminat 100.00d 100.00d 100.00d PP 97.00d 70.67c 96.33d LDPE 53.00b 38.67a 81.00c Keterangan: Huruf yang sama pada kolom yang sama dibelakang nilai rata-rata menunjukkan perbedaan tidak nyata (P>0.05)
Kadar Air
Kadar air merupakan parameter penting yang menentukan kualitas beras
selama penyimpanan. Kadar air awal beras yang digunakan berkisar antara 12.30-
12.62%. Perubahan kadar air beras dalam berbagai kemasan plastik selama
penyimpanan untuk varietas Siam Jurut dapat dilihat pada Gambar 18, Gambar 19
(varietas Siam Unus) dan Gambar 20 (varietas Karang Dukuh).
10,00
11,00
12,00
13,00
14,00
0 5 10 15 20 25
Kadar air (%
)
Hari pengamatan
"Hermetik"_laminat
Polipropilen
LDPE
Gambar 18. Perubahan kadar air beras dalam berbagai kemasan plastik selama penyimpanan untuk varietas Siam Jurut.
Pada Gambar 18, Gambar 19, dan Gambar 20 dapat dilihat bahwa pola perubahan
kadar air berbeda untuk ketiga jenis plastik yang berbeda. Untuk plastik hermetik,
kadar air cenderung naik kemudian turun. Pada plastik PP dan LDPE pola
perubahan kadar air bersifat fluktuatif, naik turun, tapi cenderung naik selama
penyimpanan.
58
10,00
11,00
12,00
13,00
14,00
0 5 10 15 20 25
Kadar air (%
)
Hari pengamatan
"Hermetik" laminat
Polipropilen
LDPE
Gambar 19. Perubahan kadar air beras dalam berbagai kemasan plastik selama penyimpanan untuk varietas Siam Unus.
10,00
11,00
12,00
13,00
14,00
0 5 10 15 20 25
Kadar air (%
)
Hari pengamatan
"Hermetik"_laminat
Polipropilen
LDPE
Gambar 20. Perubahan kadar air beras dalam berbagai kemasan plastik selama penyimpanan untuk varietas Karang Dukuh.
Pada hari ke-3 jenis plastik memberikan pengaruh yang berbeda nyata
(P<0.05) terhadap kadar air beras. Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa kadar air
beras pada plastik “hermetik” laminat lebih rendah dan berbeda nyata dengan kadar
air beras pada plastik LDPE.
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pada hari ke-3, dan 7 varietas beras
memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0.05) pada kadar air beras.
Berdasarkan uji lanjut Duncan beras varietas Siam Jurut dan Karang Dukuh
memiliki kadar air yang lebih rendah daripada varietas Siam unus (Tabel 24). Hal
59
ini terjadi karena kadar air awal varietas Siam Unus lebih tinggi daripada varietas
Siam Jurut dan Karang Dukuh.
Tabel 24. Rerata kadar air berbagai varietas beras dalam kemasan plastik
Varietas Hari pengamatan 3 7
Siam Jurut 12.25a 12.53a Siam Unus 12.38ab 13.08b Karang Dukuh 12.49b 12.71ab
Keterangan: Huruf yang sama pada kolom yang sama dibelakang nilai rata-rata menunjukkan perbedaan tidak nyata (P>0.05)
Pembahasan
Penurunan kadar oksigen yang drastis pada hari pertama penyimpanan terjadi
karena S.oryzae yang diinfestasikan banyak mengkonsumsi oksigen dalam kemasan
meskipun ada oksigen dari lingkungan yang masuk ke dalam kemasan. Pada hari
selanjutnya kadar oksigen cenderung meningkat, hal ini disebabkan jumlah
S.oryzae yang semakin berkurang karena mengalami kematian, sehingga oksigen
yang dikonsumsi lebih sedikit, dan kadar oksigen di dalam kemasan masih tinggi.
Menurut Morino-Martinez (2000), pada penyimpanan jagung yang diinfestasi
dengan S.zeamais dan A.chevalieri secara hermetik, level oksigen akan turun
sampai dengan kadar 8.1% setelah 3 hari penyimpanan. Selanjutnya Lubis et al.
(2006) melaporkan selama penyimpanan gabah dengan menggunakan plastik
hermetik, terjadi fluktuasi kadar oksigen yang cenderung mengalami penurunan.
Selama 12 bulan penyimpanan, kandungan oksigen mengalami penurunan menjadi
13.73% dalam kemasan hermetik, sedangkan pada kemasan karung PP, kadar
oksigennya tetap 21%.
Berbanding terbalik dengan kadar oksigen, kadar karbon dioksida hasil
respirasi S.oryzae menyebabkan meningkatnya kadar karbon dioksida dalam
kemasan pada hari pertama penyimpanan. Selanjutnya kadar karbon dioksida
cenderung turun karena jumlah S.oryzae yang semakin berkurang seiring dengan
bertambahnya hari penyimpanan. Menurut Morino dan Martinez (2000),
peningkatan kadar karbon dioksida pada penyimpanan jagung secara hermetik yang
sebelumnya diinfestasi dengan serangga terjadi karena aktivitas respirasi biji dan
serangga.
60
Perbedaaan komposisi udara di dalam kemasan plastik yang berbeda terjadi
karena perbedaan permeabilitas kemasan. Plastik “hermetik” laminat memiliki
permeabilitas gas yang lebih rendah dibanding PP dan LDPE. Permeabilitas yang
lebih rendah, menyebabkan gas lebih sulit untuk menembus film kemasan. Film
kemasan dengan permeabilitas lebih rendah memiliki sifat barrier yang lebih tinggi
sehingga gas tidak mudah keluar masuk kemasan.
Permeabilitas oksigen yang dimiliki plastik “hermetik” laminat sebesar 0.3-55
cc/m2/hari. Sedangkan permeabilitas oksigen yang dimiliki plastik PP
sebesar 3 500-4 500 cc/m2/hari, plastik LDPE sebesar 6 500-8 500 cc/m2/hari.
Permeabilitas karbon dioksida yang dimiliki plastik PP sebesar 1 000-2 000
cc.mil/100in2.hari.atm, plastik LDPE 700- 1 500 cc.mil/100in2.hari.atm. (Villers et
al. 2008; Kirwan dan Strawbridge 2003; De lassus 1997 diacu dalam Cooksey
2004).
Pada plastik dengan permeabilitas yang tinggi yaitu PP dan LDPE, pada hari
pertama penyimpanan, oksigen mengalami penurunan yang selanjutnya meningkat
pada hari berikutnya seiring dengan peningkatan kematian S.oryzae dan masuknya
oksigen dari lingkungan ke dalam kemasan. Namun, pada plastik “hermetik”
laminat, yang memiliki permeabilitas sangat rendah, masih terjadi peningkatan
kadar oksigen. Pada kemasan “hermetik” laminat yang memiliki permeabilitas yang
sangat rendah, dan kedap, seharusnya tidak terjadi peningkatan kadar oksigen.
Peningkatan kadar oksigen ini mungkin terjadi karena dalam penelitian ini, sampel
yang digunakan untuk pengamatan komposisi gas dalam kemasan berbeda setiap
harinya, sehingga bukan merupakan data series yang berlanjut seiiring dengan
waktu. Selain itu suhu dan RH ruang penyimpanan juga berpengaruh terhadap
transmisi gas ke dalam kemasan sehingga ada kemungkinan masuknya gas dari luar
ke dalam kemasan. Kemasan yang digunakan dalam penelitian ini memiliki empat
sisi yang diseal secara manual, sehingga kemungkinan adanya seal yang kurang
rapat bisa saja terjadi.
Perubahan komposisi gas dalam kemasan terkait dengan aktivitas S.oryzae
yang diinfestasikan dan permeabilitas plastik. Pada plastik “hermetik” laminat yang
memiliki permeabilitas yang rendah, setelah kadar oksigen turun, selanjutnya hanya
sedikit mengalami peningkatan kadar oksigen yang berasal dari lingkungan.
61
Sedangkan plastik PP dan LDPE yang memiliki permeabilitas yang lebih tinggi,
setelah terjadi penurunan kadar oksigen dalam kemasan, pada hari selanjutnya
kadarnya cenderung meningkat dan ketika semua S.oryzae mati, kadar oksigen
dalam kemasan berkisar 20-21% yang setimbang dengan kadar oksigen di luar
kemasan. Demikian juga dengan kadar karbondioksida dalam kemasan, setelah
kadarnya turun pada hari pertama, pada hari berikutnya cenderung naik dan saat
semua S.oryzae dalam kemasan mati, kadar karbondioksida menjadi nol yang
setimbang dengan kadar karbondioksida diluar kemasan.
Komposisi udara yang berbeda inilah yang menyebabkan persentase kematian
yang berbeda pada jenis plastik yang berbeda. Persentase kematian S.oryzae di
dalam plastik “hermetik” laminat dicapai setelah tiga hari penyimpanan untuk
semua varietas beras, pada plastik PP dicapai setelah tujuh hari, sedangkan pada
plastik LDPE dicapai setelah 20 hari penyimpanan untuk varietas Siam Unus dan
Karang Dukuh, tetapi untuk varietas Siam Jurut masih ada 3% yang hidup.
Persentase kematian S.oryzae di dalam kemasan “hermetik” laminat pada hari
ketiga, lebih tinggi dan berbeda nyata dengan plastik PP dan LDPE, selanjutnya
pada plastik PP lebih tinggi dan berbeda nyata dengan plastik LDPE. Pada hari
ketujuh, persentase kematian S.oryzae di dalam kemasan PP lebih tinggi dari
LDPE, namun tidak berbeda nyata. Meskipun tidak berbeda nyata, adanya S.oryzae
di dalam kemasan LDPE pada hari ketujuh berpotensi menyebabkan kerusakan
pada beras, baik karena aktivitas makan maupun perkembangbiakan S.oryzae.
Kematian S.oryzae di dalam kemasan terjadi karena pada hari pertama
penyimpanan terjadi penurunan drastis kadar oksigen dan peningkatan kadar
karbon dioksida di dalam kemasan yang disebabkan aktivitas respirasi S.oryzae,
baik pada plastik hermetik, PP maupun LDPE. Terbatasnya oksigen dan tingginya
kadar karbondioksida menyebabkan kematian S.oryzae di dalam kemasan. Kadar
oksigen pada plastik “hermetik” laminat < PP < LDPE, sedangkan kadar
karbondioksida pada plastik “hermetik” laminat > PP > LDPE. Permeabilitas gas
yang rendah yang dimiliki oleh plastik “hermetik” laminat menyebabkan komposisi
udara (rendah oksigen, tinggi karbondioksida) dalam kemasan relatif dapat
dipertahankan selama penyimpanan. Sebagai organisme aerobik, S.oryzae
memerlukan oksigen untuk respirasi, keterbatasan oksigen akan menyebabkan
62
kematian S.oryzae, demikian juga dengan tingginya karbondioksida, dapat
menyebabkan kematian S.oryzae. Plastik PP memiliki permeabilitas gas yang lebih
tinggi daripada plastik “hermetik” laminat, sedangkan plastik LDPE memiliki
permeabilitas yang lebih tinggi daripada plastik PP sehingga pada hari yang sama
persentase kematian S.oryzae dalam kemasan “hermetik” laminat > PP > LDPE.
Menurut Villers et al. (2008), penurunan kadar oksigen dan peningkatan
kadar karbondioksida melindungi komoditas yang disimpan dalam kemasan dari
serangga, cendawan dan efek oksidasi yang terjadi melalui proses metabolisme
alami dari respirasi serangga, dan pada beberapa kasus respirasi dari komoditi itu
sendiri. Kekurangan oksigen dapat menghambat metabolisme biji dan berkembang
biaknya mikroorganisme dan insekta selama penyimpanan (Adhikarinayake 2006
diacu di dalam Rachmat dan Lubis 2008).
Kemampuan hidup serangga atau mikroorganisme lain sangat ditentukan oleh
kadar air bahan, dan ketersediaan oksigen dari dalam ruang penyimpanan. Pada
kemasan penyimpanan yang kedap udara (kondisi hermetik) dan tidak ada sirkulasi
oksigen, kemampuan hidup serangga akan terbatas, sesuai dengan batas ambang
oksigen di dalam ruangan tersebut. Pada tingkatan dimana terjadi kandungan
oksigen yang tidak mencukupi, serangga akan mati, demikian pula mikroorganisme
lainnya sangat ditentukan oleh level oksigen pada suatu kondisi (Moreno-Martinez
et al. 2000).
Selain jenis plastik, pada hari ketiga penyimpanan, interaksi varietas dan jenis
plastik berpengaruh pada persentase kematian S.oryzae. Pada plastik “hermetik”
laminat, untuk ketiga jenis varietas, baik varietas resisten, medium resisten maupun
rentan, telah dicapai persentase kematian 100%. Persentase kematian S.oryzae pada
varietas Siam Jurut > Karang Dukuh > Siam Unus pada plastik PP (Siam Jurut
tidak berbeda nyata dengan Karang Dukuh), sedangkan pada plastik LDPE
persentase kematian S.oryzae pada varietas Karang Dukuh > Siam Jurut > Siam
Unus. Hal ini mungkin terjadi karena plastik LDPE memiliki sifat lebih fleksibel
sehingga varietas Karang Dukuh yang memiliki ukuran lebih ramping dan
menempati ruang yang lebih banyak dalam satuan volume yang sama sehingga
dalam kemasan terdapat “void” (ruang udara antar biji-bijian) yang lebih sedikit
dibanding kedua varietas lainnya. “Void” yang lebih sedikit inilah yang
63
mempersulit S.oryzae dalam melakukan metabolisme sehingga lebih banyak
S.oryzae yang mati.
Selain perubahan komposisi udara, di dalam kemasan plastik juga terjadi
perubahan kadar air sebagai akibat dari respirasi S.oryzae dan permeabilitas
kemasan terhadap uap air. Menurut Suadnyana (1998), di dalam kemasan
kandungan air bahan senantiasa berubah yang dipengaruhi oleh jenis bahan, suhu
dan kelembaban.
Plastik hermetik memiliki laju transmisi uap air yang lebih kecil dari pada
plastik PP dan LDPE sehingga kadar air beras dalam plastik “hermetik” laminat
lebih rendah daripada plastik PP dan LDPE. Nugraha et al. (2006), melaporkan
bahwa pada penyimpanan gabah selama 12 bulan, kadar air gabah yang dikemas
dalam yoseph bag 10.97 %, pada plastic jar 9.83% (hermetik), sedangkan pada
karung plastik 14.55%. Pada kemasan yang tidak kedap udara, kadar air biji akan
mengikuti kadar air kesetimbangan di luar ruangan. Menurut Villers dan Gummert
(2009); Kirwan dan Strawbridge (2003), plastik “hermetik” laminat memiliki laju
transmisi uap air 8 g.m-2/24 jam, plastik PP memiliki laju transmisi uap air sebesar
10-12 g.m-2/24 jam, sedangkan plastik LDPE 10-20 g.m-2/24 jam.
Dari parameter kadar oksigen, karbon dioksida, tingkat kematian S.oryzae
dan kadar air beras diketahui bahwa plastik “hermetik” laminat yang memiliki
permeabilitas gas dan laju transmisi uap air yang lebih rendah daripada plastik PP
dan LDPE lebih melindungi beras selama penyimpanan. Pada plastik “hermetik”
laminat 100% kematian S.oryzae dicapai dalam waktu yang lebih singkat daripada
plastik PP dan LDPE, selain itu plastik “hermetik” laminat dapat menurunkan kadar
air dari beras yang disimpan. Selanjutnya plastik PP lebih melindungi beras
daripada plastik LDPE (Tabel 25).
Tabel 25. Lama kematian, kadar air dan laju perubahan oksigen pada berbagai jenis plastik dan varietas beras.
Lama kematian 100% (hari) Kadar air (%) V1 V2 V3 V1 V2 V3 “Hermetik” laminat 3 3 3 12,14 12,39 12,23 PP 6 7 7 12,55 13,28 12,69 LDPE 20 20 20 13,04 13,32 13,26 Keterangan: V1= Siam Jurut, V2= Siam Unus, V3= Karang Dukuh
64
Dari Tabel 25 juga dapat dilihat bahwa plastik “hermetik” laminat
memberikan perlindungan yang lebih baik dari pada plastik PP dan LDPE untuk
semua jenis varietas, baik yang resisten, medium resisten maupun rentan, dimana
waktu yang diperlukan untuk 100% kematian S.oryzae dicapai setelah tiga hari
penyimpanan. Plastik PP memerlukan waktu kematian S.oryzae yang lebih singkat
daripada LDPE sehingga perlindungan plastik PP lebih baik daripada plastik LDPE.
Waktu kematian yang lebih singkat akan memberikan daya tahan simpan yang
lebih baik karena aktivitas makan dan perkembangbiakan yang lebih singkat
memberikan potensi kerusakan yang lebih rendah pada beras yang disimpan.
65
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Varietas berpengaruh nyata terhadap ketahanan beras dari serangan S.oryzae.
2. Dari delapan varietas beras (Karang Dukuh, Siam Jurut, Siam Pandak, Siam
Palun, Siam Palas, Bayar Pahit, Rantul dan Siam Unus) yang discreening,
varietas Siam Jurut merupakan varietas yang paling resisten dengan nilai
indeks perkembangan (ID), total populasi (Nt) dan laju perkembangan intrinsik
(Rm) paling rendah. Varietas yang juga resisten adalah Siam Palun, Siam Palas
dan Bayar Pahit. Varietas Siam Unus menjadi varietas yang medium resisten,
sedangkan varietas Rantul, Siam Pandak dan Karang Dukuh adalah varietas
yang rentan.
3. Varietas berpengaruh nyata pada tingkat kerusakan beras yang diakibatkan
oleh S.oryzae selama penyimpanan. Varietas yang resisten memiliki
peresentase susut bobot dan biji berlubang lebih rendah daripada varietas yang
rentan. Total populasi S.oryzae berkorelasi positif dengan persentase biji
berlubang, susut bobot dan kadar air beras yang disimpan.
4. Varietas beras yang dikemas adalah Siam Jurut, Siam Unus dan Karang
Dukuh. Jenis plastik berpengaruh nyata pada tingkat kematian S.oryzae selama
penyimpanan. Kematian S.oryzae 100% terjadi setelah penyimpanan tiga hari
dalam plastik “hermetik” laminat untuk ketiga varietas, enam hari dalam
plastik polipropilen untuk varietas Siam Jurut, tujuh hari untuk varietas Siam
Unus dan Karang Dukuh dan 20 hari dalam plastik polietilen.
5. Kondisi rendah oksigen dan tinggi karbondioksida yang dapat dipertahankan
selama penyimpanan menyebabkan kematian S.oryzae dalam kemasan.
Kemasan dengan permeabilitas gas yang rendah lebih dapat mempertahankan
komposisi udara dalam kemasan.
6. Jenis kemasan yang lebih melindungi beras dari serangan hama pascapanen
adalah plastik “hermetik” laminat. Plastik PP dapat menjadi alternatif kedua
untuk melindungi beras daripada plastik LDPE.
66
Saran
Dari hasil penelitian ini beberapa saran yang diberikan adalah:
1. Pada penelitian ini belum diketahui faktor penyebab resistensi dari beras,
penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengetahui hal tersebut.
2. Pengamatan kematian S.oryzae pada penelitian ini hanya sampai tingkat
kematian 100%, penyimpanan dalam jangka waktu yang lebih lama perlu
dilakukan untuk mengetahui perkembangan F1 dalam kemasan.
3. Perlu kajian secara ekonomi terkait dengan penggunaan plastik untuk
pengemasan beras, karena dalam penelitian ini kajian tersebut belum dilakukan.
67
DAFTAR PUSTAKA
Abebe F, Tefera T, Mugo S, Beyene Y and Vidal S. 2009. Resistance of Maize
Varieties to the Maize Weevil Sitophilus zeamais (Motsch.) (Coleoptera:
Curculionidae). African Journal of Biotechnology 8 (21): 5937-5943.
Anggara AW, Sudarmaji. 2009. Hama Pascapanen Padi dan Pengendaliannya.
Balai Besar Padi. Sukamandi. hlm. 449-450.
Ant . 2010 Nov 08. Ketahanan Pangan Kalteng Cukup Baik. Borneo News. Berita
Utama. http://www.borneonews.co.id/index.php/berita-utama/4655-
ketahanan-pangan-kalteng-cukup-baik.html. [19 Februari 2012]
Aryunis. 2010. Karakterisasi dan Identifikasi Mutu Beras dari Padi Ladang Lokal
Asal Kabupaten Tanjung Jabung Barat. J.Percikan. Vol 111, Edisi April
2010: 21- 27
Ashamo, MO.2006. Relative Succeptibility of Some Local and Elite Rice Varieties
to The Rice Weevil, Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae).
Journal of Food Agriculture & Environment Vol.4 (1): 249-252
Askanovi D. 2011. Kajian Resistensi Beras Pecah Kulit dan Beras Sosoh Dari Lima
Varietas Padi Unggul Terhadap Serangan Hama Beras Sitophilus oryzae
(L.). Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian IPB
[BPS] Badan Pusat Statistik Kalimantan Tengah. 2010. Kalimantan Tengah dalam
Angka 2010. Badan Pusat Statistik Kalimantan Tengah. Palangka Raya.
[BPS] Badan Pusat Statistik Kalimantan Tengah. 2011. Statistik Kependudukan
2011. http://kalteng.bps.go.id/publikasilengkap-33-statistik-kependudukan-
kalimantan-tengah-tahun-2011.html. [20 Desember 2012]
[BPS] Badan Pusat Statistik Kalimantan Tengah. 2011. Statistik Tanaman Pangan
2011/2012.www.kalteng.bps.go.id/flippublikasi/tanamanpangan2011/index.
html. [20 Desember 2012]
Badan Standardisasi Nasional (BSN). 2011. SNI 6128:2008, Beras.
Baker A.M.M and Mead J. 2000.Termoplastics didalam Modern Plastics
Handbook. Harper C.A. ed. Mc.Graw Hill. New York.hlm:43-44.
http://dl.lux.bookfi.org/genesis/63000/99e58135185318d2d2e34d2dc4ecfbe
5/_as/[Harper_Ch._A.,_Modern_Plastics_Magazine,_Modern_P(BookFi.org
).rar. [8 November 2012].
68
Borror DJ, Tripelhorn CA, dan Johnson NF. 1996. Pengenalan Pelajaran
Serangga. Edisi VI. Yogyakarta: UGM Press.
Brown H dan William J. 2003. Packaged Product Quality and Shelf life dalam Food
Packaging Technology. Coles R, Mc.Dowell D, Kirwan MJ ed. Blackwell
Publishing Ltd. Canada. hlm : 77-81
Cooksey, K. 2004. Important Factors for selecting Food Packaging Materials Based
on Permeability. Flexible Packaging Conference 2004.hlm 1-14.
http://www.burchamintl.com/papers/petpapers/62.pdf. [5 Desember 2012]
Dharmasena CMD, Des Abeysiriwardena DS. 2003. Effect of Variety, Grain
Moisture and Packing Material on Weight and Storage Pests of Rough Rice
During Storage. Rice Research and Development Institute, Batalagoda,
Ibbagamuwa.
Ferizli AG, Navarro S, Donahaye JE, Rindner M, Azrieli A. 2001. Airtight Granary
For Use By Subsistence Farmers. Di dalam: Donahaye EJ, Navarro S,
Leesch JG, editor. Proc. Int. Conf. Controlled Atmosphere and Fumigation
in Stored Products, Fresno, CA. 29 Oct. - 3 Nov. 2000, Executive Printing
Services, Clovis, CA, U.S.A. 2001. hlm 37-43.
Harahap I S.2006. Ekologi Serangga Hama Gudang di dalam Prijono D,
Dharmaputra OS, Widayanti S,editor. Pengelolaan Hama Gudang Terpadu.
Bogor: KLH, UNIDO, SEAMEO BIOTROP. Hlm 53-55.
Haryadi, Y. 1991. Sensibilité variétale du riz aux attaques de Sitophilus oryzae (L.)
et de Sitotroga cerealella (Oliv.). Analyse de l'origine d'une résistance
potentielle. Ph.D. thesis in Agronomical Sciences, Ecole Nat. Sup.
Agronomie, Montpellier, France. 113 pp
Haryadi Y. 2010. Peranan Penyimpanan Dalam Menunjang Ketahanan Pangan.
Majalah Pangan. 19 (4): 345-359.
Haryadi. 2008. Teknologi Pengolahan Beras. Yogjakarta: Gajah Mada University
Press. hlm 18-27.
Hasheminia SM. 2011. The Study of Food Preference of Sitophilus oryzae L. On
Common Cultivars of Rice in Guilan Province. Journal of American
Science. Vol 7. No.6. 430-434. www.americanscience.org. [25 Juli 2011]
69
Howell Jr, TA. 2003. Rice Storage didalam Rice: Origin, History, Technology, and
Production. Smith CW, Dilday RH, ed. USA: John Willey & Sons, Inc.
hlm: 555-559
Jacobs S, Calvin D. 2001. Weevils on Stored Grains. College of Agricultural
Science, U.S. Departement of Agriculture, and Pennsylvania Countries
Cooperating. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
Jaya, D.S. and S. Jeyamkondan. 2002. Modified Atmosphere Storage of Grains
Meats Fruits and Vegetables. Biosystems Engineering (2002) 82 (3), 235–
251 doi:10.1006/bioe.2002.0080, available online at
http://www.idealibrary.com. [14 Maret 2011]
Kirwan MJ, Strawbridge JW. 2003. Plastic in Food Packaging di dalam Food
Packaging Technology. Coles R, McDowell D, Kirwan MJ, ed. CRC
Press: USA. Blackwell Publishing Ltd. Canada. hlm :174-227
Koehler PG. 2008. Rice Weevil, Sitophilus oryzae (Coleoptera: Curculionidae).
ENY-261. Institute of Food and Agricultural Sciences. University of
Florida. http://edis.ifas.ufl.edu. [ 2 Agustus 2011]
Lazarde, I. 2010 Sept 17. Wah, Konsumsi Beras Indonesia Tertinggi di Dunia.
http://www.republika.co.id/berita/breaking-
news/internasional/10/09/17/135002-wah-konsumsi-beras-indonesia-
tertinggi-di-dunia. [19 Februari 2012]
Lestari PA, Nugraha Y, Diredja M. 2007. Evaluasi Mutu Beras Calon Varietas Padi
Hibrida. Apresiasi Hasil Penelitian Padi 2007. Balai Besar Penelitian
Tanaman Padi. hlm 791-801.
Lopulalan CGC. 2010. Analisa Ketahanan Beberapa Varietas Padi Terhadap
Serangan Hama Gudang (sitophilus zeamais Motschulsky). J.Budidaya
Pertanian. Vol 6 No.1 2010. 11-16
Lubis S. Sudaryono, Nugraha S, Rachmat R .2006. Efek Teknologi Penyimpanan
Hermetik Terhadap Mutu Gabah. Prosiding Seminar Nasional Teknologi
Inovatif Pascapanen untuk pengembangan Industri Berbasis Pertanian. Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian.
Makarov KV. 2002. Sitophilus oryzae L. (Dryophthoridae) - atlas of beetles of
Russia. Coleoptera Department of the Laboratory of Insect Systematics of
70
the Zoological Institute of the Russian Academy of Sciences.
http://www.zin.ru/animalia/coleoptera/eng/sitorykm.htm. [8 Agustus 2011]
Masmawati. 2007. Infestasi Serangga Hama Pada Perbedaan Struktur Fisik dan
Komposisi Kimia Bahan. Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan
PEI dan PFI XVIII Komda Sul-Sel. hlm: 54-63.
Mebarkia A, Rahbe Y, Guechi A, Bouras A, Makhlouf M. 2010. Susceptibility of
Soft Wheat Varieties (Triticum aestivum) to Sitophilus granarius (L.)
(Coleoptera: Curculionidae). Agric.Biol.J.N.Am., 2010, 1 (4): 571-578.
Morino-Martitez E, Jimenez, Vazquez ME. 2000. Effect of Sitophilus zeamais and
Aspergillus chevalieri on the Oxygen Level in Maize Stored Hermetically.
Journal of Stored Products Research 36 (2000): 25-36
Nadeem S, Hamed M , Shafique M. 2011. Feeding Preference and Developmental
Period of Some Storage Species in Rice Products. Pakistan J.Zool., 43 (1):
79-83.
Natalia. 2007. Karakterisasi Beras Pandan Wangi dan Pengaruh Jenis Kemasan
terhadap Stabilitas dan Mutu Selama Penyimpanan [skripsi]. Bogor:
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Negi DS, Kumar A, Sharma RK, Shukla N, Negi N, Tamta ML, Bansal Y, Prasest
P, Cairns JRK. 2011. Structure Confirmation of Rare Conjugate Glycosides
from Glycosmis arborea (Roxb.) with the Action of β-Glucosidases.
Research Journal of Phytochemistry 5 (1): 32-40.
Nugraha S, Sudaryono, Lubis S. 2006. Pengaruh Pengemasan Terhadap Kandungan
Oksigen (Oxygen level) dan Perubahan Kualitas Gabah Selama
Penyimpanan. 189-197. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif
Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian. Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian.
Pasaribu MJ. 2009. Pertumbuhan Populasi Sitophilus zeamais Motsch. (Coleoptera:
Curculionidae) Pada Empat Kultivar Beras. Departemen Proteksi Tanaman
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Patiwiri AB. 2006. Teknologi Penggilingan Padi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama. hlm 11-21.
71
Rachmat R dan Lubis S. 2008. Pengaruh Kemasan Terhadap Kulaitas Gabah
Selama Penyimpanan Sistem Hermetik.
Rachmat R. 2009. Stabilitas mutu beras pecah kulit melalui penerapan teknologi
penyimpanan hermetik. Majalah Pangan 18 (56). Oktober-Desember 2009:
87-94.
Radius DB. 2011 Mar 04. Kalteng Perluas Sawah Baru 11.000 Hektar.
www.kompas.com. [20 Desember 2012]
Rajendran S. 2003. Grain Storage: Persprektive and Problems. Di dalam Handbook
of Postharvest Technology: Cereals, Fruits, Vegetables, Tea, and Spices.
Chakravety A, Mujumdar AS,. Raghavan GSV, Ramaswamy HS, ed.
New York: Marcell Dekker, Inc. hlm: 183-200.
Rashid MH, Haque MA, Huda MS, Rahman MM, Ahsan AFMS. 2009. Study
on Resistance of Different Rice Varieties Against Rice Weevil, Sitophius
oryzae (L.). Int.J.Sustain.Crop Prod. 4(1): 35-40.
Riudavets J, Salas I, Pons MJ. 2007. Damage characteristics produced by insect
pests in packaging film. Journal of Stored Products Research 43: 564-570.
Sanon A, Dabire-Binso LC, Ba NM. 2011. Triple-bagging of cowpeas within high
density polyethylene bags to control the cowpea beetle Callosobruchus
maculatus F. (Coleoptera: Bruchidae). Journal of Stored Products Research
In Press, Corrected Proof (2011) 1-6. Available online 31 Maret 2011.
Setyono A, Wibowo P. 2008. Seleksi Mutu Beras Hubungannya dengan
Karakteristik Beberapa Galur Padi Inbrida dan Hibrida. Seminar Nasional
Padi. hlm: 1525 - 1534
Suadnyana, I. W. 1998. Pengaruh kandungan air dan ukuran partikel terhadap
perubahan sifat fisik pakan lokal sumber protein [skripsi]. Bogor: Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Subarna, Suroso, Budijanto S, Sutrisno. 2006. Perubahan Kualitas Beras Selama
Penyimpanan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen
untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian. BB Pascapanen. Bogor.
hlm: 387-398.
Suparjo. 2010. Teknik Penyimpanan Pangan:Kerusakan Bahan Pakan Selama
Penyimpanan. Laboratorium Makanan Ternak. Jambi: Fakultas Peternakan
72
Universitas
Jambi.http://www.fapet.unja.ac.id/files/PENYIMPANAN2010.pdf[ 3 Juni
2011]
Suroso, Subarna, Budijanto S, Sutrisno. 2006. Perubahan Kualitas Fisik Beras
Selama Penyimpanan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif
Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian. BB
Pascapanen. Bogor. hlm: 498-507.
Sutaryo B dan Sudaryono T. 2011. Keragaan Mutu Gabah dan Beras 12 Genotipe Padi Saah Berpengairan Teknis. AGRITECH, Vol X111 No 1 Juni 2011: 1-14.
Syarief RS, Santausa S, Isyana. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan. PAU Pangan dan Gizi. IPB Bogor.
Tarmudji WM. 2008. Kajian Resistensi Biji Sorgum dari Lima Varietas Terhadap Serangan Sitophilus zeamais Motsch. Skripsi. IPB.
Tengseng Rice Mill. 2011. Structure of Rice Grain. http://www.teksengricemill.com/knowled/structure.htm. [13 Oktober 2011]
Villers P, Gummert. 2009. Seal Approval. Rice Today. Januari-March 2009. Villers P, T. De Bruin, S. Navarro., 2007. Advance in hermetic storage as methyl
bromide replacement. Int. Conf.Controlled Atmosphere and Fumigation in Stored Products, Gold-Coast Australia. 8-13th August 2004. FTIC Ltd. Publishing, Israel. Hlm: 07-223.
Vowotor KA, Bosque-Perez NA, Ayertey, JN. 1995.Effect of Maize Variety and Storage Form on Oviposition and Development of Maize Weevil, Sitophilus zeamais Motschulsky (Coleoptera: curculionidae). Proceedings of the 6th International Working Conference on Stored-product Protection. Vol 1. hlm: 595-598.
Wardana, AS. 2010., Materi Ilmu Bahan Makanan, Serealia dan Kacang-kacangan., Sifat fisik, komposisi kimia dan faktor penyebab perubahan pada Serealia dan Kacang-kacangan., http://kuliahpangan77.wordpress.com/2010/02/ [30 Mei 2011]
Widiatmoko, A. 2005. Perubahan Mutu Fisik Beras IR 64 Ciherang dan Sintanur pada Proses Penyimpanan Model Karungan [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
73
Widowati S, Santausa BAS, Astawan M dan Akhyar. 2009. Penurunan Indeks Glikemik Berbagai Varietas Beras Melalui Proses Pratanak. J.Pascapanen 6 (1) 2009: 1-9.
Yasin M. 2009. Kemampuan Akses Makan Serangga Hama Kumbang Bubuk dan Faktor Fisikokimia yang Mempengaruhinya. Prosiding Seminar Nasional Serealia. hlm: 400-409.
75
Lampiran 1. Karakteristik beras yang digunakan dalam penelitian
Gabah Beras pecah kulit Beras sosoh Karang Dukuh: ukuran beras sosoh: panjang: 5.97 mm lebar : 1.53 mm
Siam Jurut ukuran beras sosoh: panjang: 5.57 mm lebar : 1.83 mm
75
77
Siam Palas ukuran beras sosoh: panjang: 5.07 mm lebar : 1.87 mm
Bayar Pahit ukuran beras sosoh: panjang: 5.57 mm lebar : 2.17 mm
77
78
Rantul ukuran beras sosoh: panjang: 5.23 mm lebar : 2.30 mm
Siam Unus ukuran beras sosoh: panjang: 5.77 mm lebar : 1.87 mm
78
79
Lampiran 2. Karakteristik plastik yang digunakan dalam penelitian
Permeabilitas (cc/m2*day*atm) Laju transmisi uap air
(g m-2/24 jam) O2 CO2
“Hermetik” laminat 8-55 - 8 PP (tebal 0.25 µm) 3 500-4 500 15 500-31 000 10-12 LDPE (tebal 0.25 µm) 6 500-8 500 10 850-23 250 10-20 Sumber: Kirwan dan Strawbridge (2003); Delassus 1997 dalam Cooksey 2004; Villers dan
Gummert (2009)
80
Lampiran 3a. Ketersediaan beras di Kalimantan Tengah tahun 2011
Sumber: BPS Kalimantan Tengah (2012); Radius (2011) diolah.
Ketersediaan Beras di Kalimantan Tengah tahun 2011
No. Kabupaten Produksi
Padi Produksi
Beras Susut
pascapanen Ketersediaan
beras Jumlah
penduduk Kebutuhan
beras Ketersediaan
beras
(ton) Konsumsi (ton) (ton) (ton) (orang) (ton) (ton)
1 Kotawaringin Barat 25 026 13 939 1 571 12 369 239 753 29 192 (15 253)2 Kotawaringin Timur 28 908 16 102 1 815 14 287 380 443 46 323 (30 221)3 Kapuas 323 321 180 090 20 296 159 794 335 168 40 810 139 2804 Barito Selatan 15 262 8 501 958 7 543 126 207 15 367 (6 866)5 Barito Utara 23 382 13 024 1 468 11 556 123 610 15 051 (2 027)6 Sukamara 3 285 1 830 206 1 624 45 706 5 565 (3 735)7 Lamandau 14 590 8 127 916 7 211 64 258 7 824 3038 Seruyan 10 587 5 897 665 5 232 142 275 17 323 (11 426)9 Katingan 51 373 28 615 3 225 25 390 148 892 18 129 10 48610 Pulang Pisau 56 685 31 574 3 558 28 015 122 073 14 864 16 71011 Gunung Mas 3 115 1 735 196 1 540 98 615 12 007 (10 272)12 Barito Timur 31 069 17 305 1 950 15 355 99 003 12 055 5 25113 Murung Raya 23 577 13 132 1 480 11 652 98 480 11 991 1 14114 Palangka Raya 56 31 4 28 224 663 27 355 (27 324)
610 236 339 901 38 307 301 595 2 249 146 273 856 66 045
80
81
Lampiran 3b. Ketersediaan beras di Kalimantan Tengah tahun 2010
Ketersediaan Beras di Kalimantan Tengah tahun 2010
No. Kabupaten Produksi
Padi Produksi
Beras Susut
pascapanen Ketersediaan
beras Jumlah
penduduk Kebutuhan
Beras Ketersediaan
beras
(ton)
Konsumsi (ton)
(ton) (ton) (orang) (ton) (ton)
1 Kotawaringin Barat 17 881 9 960 1 122 8 837 235 803 28 711 (18 752)2 Kotawaringin Timur 33 639 18 737 2 112 16 625 374 175 45 560 (26 823)3 Kapuas 322 550 179 660 20 248 159 413 329 646 40 138 139 5234 Barito Selatan 16 693 9 298 1 048 8 250 124 128 15 114 (5 816)5 Barito Utara 23 602 13 146 1 482 11 665 121 573 14 803 (1 656)6 Sukamara 4 006 2 231 251 1 980 44 952 5 473 (3 242)7 Lamandau 20 360 11 341 1 278 10 062 63 199 7 695 3 6458 Seruyan 12 933 7 204 812 6 392 139 931 17 038 (9 834)9 Katingan 55 201 30 747 3 465 27 282 146 439 17 830 12 917
10 Pulang Pisau 86 992 48 455 5 461 42 994 120 062 14 619 33 83611 Gunung Mas 6 265 3 490 393 3 096 96 990 11 810 (8 320)12 Barito Timur 29 589 16 481 1 857 14 624 97 372 11 856 4 62513 Murung Raya 20 592 11 470 1 293 10 177 96 857 11 793 (324)14 Palangka Raya 113 63 7 56 220 962 26 904 (26 841)
650 416 362 282 39 707 312 615 2 212 089 269 344 92 938Sumber: BPS Kalimantan Tengah (2011); Ant (2010) diolah.
81
82
Lampiran 3c. Ketersediaan beras di Kalimantan Tengah tahun 2009
Ketersediaan Beras di Kalimantan Tengah tahun 2009
No. Kabupaten Produksi Padi
Produksi Beras
Susut pascapanen
Ketersediaan beras
Jumlah penduduk
Kebutuhan Beras
Ketersediaan beras
(ton) Konsumsi (ton) (ton) (ton) (orang) (ton) (ton)
1 Kotawaringin Barat 9 927 5 529 623 4 906 258 767 35 969 (31 062)
2 Kotawaringin Timur 20 888 11 635 1 311 10 323 328 817 45 706 (35 382)
3 Kapuas 318 117 177 191 19 969 157 222 339 824 47 236 109 9864 Barito Selatan 18 891 10 522 1 186 9 336 127 058 17 661 (8 325)5 Barito Utara 23 326 12 993 1 464 11 528 122 776 17 066 (5 538)6 Sukamara 3 951 2 201 248 1 953 43 253 6 012 (4 059)7 Lamandau 15 499 8 633 973 7 660 63 079 8 768 (1 108)8 Seruyan 13 398 7 463 841 6 622 137 012 19 045 (12 423)9 Katingan 41 607 23 175 2 612 20 563 148 912 20 699 (136)
10 Pulang Pisau 58 601 32 641 3 679 28 962 122 542 17 033 11 92911 Gunung Mas 11 816 6 582 742 5 840 97 898 13 608 (7 768)12 Barito Timur 29 364 16 356 1 843 14 512 93 898 13 052 1 46113 Murung Raya 13 179 7 341 827 6 513 98 834 13 738 (7 225)14 Palangka Raya 197 110 12 97 200 998 27 939 (27 841)
578 761 322 370 36 331 286 039 2 183 668 303 530 (17 491)Sumber: BPS Kalimantan Tengah (2010), Lazarde (2010) diolah.
82
83
Lampiran 4a. Analisis ragam kadar amilosa beras
Jumlah kuadrat df Kuadrat Tengah F Sig. Varietas 11.948 7 1.707 58.390 .000Galat .234 8 .029 Total 12.182 15
Lampiran 4b. Uji lanjut Duncan kadar amilosa beras Varietas N Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4 5 Siam Jurut 2 26.2300 Rantul 2 26.8550 Siam Pandak 2 27.5050 Karang Dukuh 2 27.5500 Bayar Pahit 2 27.5650 Siam Palas 2 27.9250 Siam Unus 2 28.6100 Siam Palun 2 29.1650Sig. 1.000 1.000 .050 1.000 1.000
Lampiran 5a. Analisis ragam kadar lemak beras Jumlah kuadrat df Kuadrat Tengah F Sig.
Varietas .113 7 .016 53.335 .000Galat .003 9 .000 Total .115 16
Lampiran 5b. Uji lanjut Duncan kadar lemak beras Varietas N Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4 5 Siam Unus 2 .3200 Siam Palas 3 .3733 Bayar Pahit 2 .4000 .4000 Karang Dukuh 2 .4050 .4050 Siam Jurut 2 .4100 .4100 Siam Palun 2 .4200 Siam Pandak 2 .4700 Rantul 2 .6200 Sig. 1.000 .075 .299 1.000 1.000
Lampiran 6a. Analisis ragam kadar air awal beras penelitian Tahap I seri I
Jumlah kuadrat df Kuadrat Tengah F Sig. Varietas 1.815 7 .259 43.616 .000Galat .048 8 .006 Total 1.862 15
84
Lampiram 6b. Uji lanjut Duncan kadar air awal beras penelitian Tahap I seri I N Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4 5 6 Rantul 2 13.7700 Siam palas 2 14.1000 Siam pandak 2 14.3100 Siam palun 2 14.4250 Bayar pahit 2 14.4900 14.4900 Siam unus 2 14.6250 14.6250 Siam jurut 2 14.7250 14.7250 Karang dukuh 2 14.9000 Sig. 1.000 1.000 .055 .118 .231 .053
Lampiran 7a. Analisis ragam dimensi panjang beras Jumlah kuadrat df Kuadrat Tengah F Sig. Varietas 2.113 7 .302 19.583 .000 Galat .247 16 .015 Total 2.360 23
Lampiran 7b. Uji lanjut Duncan dimensi panjang beras Varietas N Subset for alpha = 0.05
1 2 3 Siam palas 3 5.0667 Rantul 3 5.2333 Siam jurut 3 5.5667 Bayar pahit 3 5.5667 Siam pandak 3 5.7000 Siam unus 3 5.7667 5.7667 Siam palun 3 5.9333 Karang dukuh 3 5.9667 Sig. .120 .087 .079
Lampiran 8a. Analisis ragam dimensi lebar beras Jumlah
kuadrat df Kuadrat Tengah F Sig.
Varietas 1.545 7 .221 26.486 .000 Galat .133 16 .008 Total 1.678 23
85
Lampiran 9a. Analisis ragam dimensi rasio panjang:lebar beras
Lampiran 8b. Uji lanjut Duncan dimensi lebar beras Varietas N Subset for alpha = 0.05
1 2 3 Karang dukuh 3 1.5333 Siam palun 3 1.8000 Siam jurut 3 1.8333 Siam palas 3 1.8667 Siam unus 3 1.8667 Bayar pahit 3 2.1667 Siam pandak 3 2.3000 Rantul 3 2.3000 Sig. 1.000 .423 .108
Jumlah kuadrat
df Kuadrat Tengah F Sig.
Varietas 5.420 7 .774 53.094 .000Galat .233 16 .015 Total 5.653 23
Lampiran 9b. Uji lanjut Duncan dimensi rasio panjang:lebar beras Varietas N Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4 5 Rantul 3 2.3667 Siam pandak 3 2.5000 Bayar pahit 3 2.5667 Siam palas 3 2.8667 Siam jurut 3 3.0667 3.0667 Siam unus 3 3.1000 Siam palun 3 3.3667 Karang dukuh 3 3.9000Sig. .071 .060 .740 1.000 1.000
Lampiran 10a. Analisis ragam kekerasan beras Jumlah kuadrat df Kuadrat Tengah F Sig. Varietas 17.772 7 2.539 32.584 .000Galat 1.247 16 .078 Total 19.018 23
Lampiran 10b. Uji lanjut Duncan kekerasan beras Varietas N Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4 5 6 Bayar pahit 3 3.8667 Siam unus 3 4.6667 Siam jurut 3 4.8000 4.8000 Rantul 3 5.2667 5.2667 Siam pandak 3 5.3000 5.3000 Siam palun 3 5.4333 Karang dukuh 3 6.1000 Siam palas 3 6.9000Sig. 1.000 .567 .053 .499 1.000 1.000
86
Lampiran 11a. Analisis Ragam derajat putih beras Jumlah kuadrat df Kuadrat Tengah F Sig.
Varietas 77.513 7 11.073 260.549 .000Galat .680 16 .042 Total 78.193 23
Lampiran 11b. Uji lanjut Duncan derajat putih beras Varietas N Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4 5 6 7 Siam unus 3 45.2667 Karang dukuh 3 46.8667 Siam jurut 3 47.8667 Siam palun 3 49.1667 Siam pandak 3 49.6000 Siam palas 3 49.8000 Rantul 3 50.3667 Bayar pahit 3 50.9333Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000 .252 1.000 1.000
Lampiran 12a. Analisis ragam jumlah total populasi S.oryzae seri I Jumlah kuadrat df Kuadrat Tengah F Sig.
Varietas 1522.601 7 217.514 4.039 .011 Galat 807.833 15 53.856 Total 2330.435 22
Lampiran 12b. Uji lanjut Duncan jumlah total populasi S.oryzae seri I Varietas N Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4 Siam jurut 3 14.00
Siam palas 3 16.67 16.67
Bayar pahit 3 22.33 22.33 22.33 Siam palun 2 22.50 22.50 22.50
Siam unus 3 29.67 29.67 29.67 Rantul 3 32.00 32.00 Karang dukuh 3 33.33 33.33 Siam pandak 3 38.33 Sig. .224 .070 .127 .215 Lampiran 13a. Analisis ragam nilai periode perkembangan (D) Jumlah kuadrat df Kuadrat Tengah F Sig. Varietas 166.672 7 23.810 4.674 .007 Galat 71.321 14 5.094
Total 237.993 21
87
Lampiran 13b. Uji lanjut Duncan nilai periode perkembangan (D) Varietas N Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4 Siam palas 2 34.75000 Karang dukuh 3 36.29167 36.29167 Siam pandak 3 37.41667 37.41667 37.41667 Rantul 3 37.65667 37.65667 37.65667 Siam jurut 3 39.50000 39.50000 Siam unus 3 40.83333 40.83333 40.83333Bayar pahit 3 41.33333 41.33333Siam palun 2 44.85000Sig. .191 .053 .090 .070
Lampiran 14a. Analisis ragam nilai indeks perkembangan (ID) Jumlah kuadrat df Kuadrat Tengah F Sig. Varietas 28.715 7 4.102 4.792 .005
Galat 12.841 15 .856 Total 41.556 22
Lampiran 14b. Uji lanjut Duncan nilai indeks perkembangan (ID) Varietas N Subset for alpha = 0.05
1 2 3 Siam jurut 3 6.684967 Siam palun 2 6.916000 Bayar pahit 3 7.461200 7.461200 Siam palas 3 7.552700 7.552700 Siam unus 3 8.297667 8.297667 8.297667 Rantul 3 9.184167 9.184167 Siam pandak 3 9.645333 Karang dukuh 3 9.667233 Sig. .079 .058 .125
Lampiran 15a. Analisis ragam laju perkembangan intrinsik (Rm) Jumlah kuadrat df Kuadrat Tengah F Sig. Varietas .137 7 .020 8.327 .000 Galat .038 16 .002 Total .175 23
Lampiran 15b. Uji lanjut Duncan laju perkembangan intrinsik (Rm) Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4 Siam jurut 3 .059300 Siam palun 3 .088700 Siam palas 3 .093933 Bayar pahit 3 .132000 .132000 Siam unus 3 .184133 .184133 Rantul 3 .214633 .214633 .214633 Karang dukuh 3 .230433 .230433 Siam pandak 3 .289767 Sig. .109 .064 .284 .090
88
Lampiran 16a. Analisis ragam kapasitas multiplikasi mingguan (λ) Jumlah kuadrat df Kuadrat Tengah F Sig. Varietas .148 7 .021 5.881 .002 Galat .057 16 .004 Total .205 23
Lampiran 16b. Uji lanjut Duncan kapasitas multiplikasi mingguan (λ) Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4 Siam jurut 3 1.061167 Siam palun 3 1.094400 1.094400 Siam palas 3 1.098567 1.098567 Bayar pahit 3 1.142300 1.142300 1.142300 Siam unus 3 1.204300 1.204300 1.204300 Rantul 3 1.240133 1.240133 Karang dukuh 3 1.259267 Siam pandak 3 1.278733 Sig. .146 .054 .075 .180 Lampiran 17a. Analisis ragam susut bobot Jumlah kuadrat df Kuadrat Tengah F Sig. Varietas 444.389 7 63.484 15.167 .000 Galat 33.486 8 4.186 Total 477.875 15
Lampiran 17b. Uji lanjut Duncan susut bobot Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4 Siam palas 2 1.2400 Bayar pahit 2 1.3850 Siam jurut 2 4.0650 4.0650 Siam palun 2 4.3150 4.3150 Siam unus 2 7.1050 7.1050 Karang dukuh 2 10.3100 Siam pandak 2 11.7250 Rantul 2 17.4250 Sig. .195 .192 .062 1.000 Lampiran 18a. Analisis ragam persentase biji berlubang Jumlah kuadrat df Kuadrat Tengah F Sig. Varietas 2736.910 7 390.987 9.827 .002 Galat 318.305 8 39.788 Total 3055.215 15
89
Lampiran 18b. Uji lanjut persentase biji berlubang
Subset for alpha = 0.05 1 2 3 4
Siam palas 2 11.3950 Bayar pahit 2 16.2000 16.2000 Siam jurut 2 18.6500 18.6500 Siam unus 2 19.4500 19.4500 Siam palun 2 28.7500 28.7500 Siam pandak 2 36.9400 Karang dukuh 2 37.7700 Rantul 2 52.8500 Sig. .264 .099 .207 1.000
Lampiran 19a. Analisis ragam kadar air beras penelitian Tahap I seri II sebelum
penyimpanan Jumlah kuadrat df Kuadrat Tengah F Sig. Varietas 5.648 7 .807 122.485 .000 Galat .105 16 .007 Total 5.753 23
Lampiran 19b.Uji lanjut Duncan kadar air beras penelitian Tahap I seri II sebelum
penyimpanan Varietas N Subset for alpha = 0.05
1 2 3 Rantul 3 12.1800 Karang dukuh 3 13.2433 Bayar pahit 3 13.3400 Siam unus 3 13.6167 Siam palun 3 13.6200 Siam jurut 3 13.6500 Siam pandak 3 13.7067 Siam palas 3 13.7400 Sig. 1.000 .164 .111
Lampiran 20. Analisis ragam kadar air beras penelitian Tahap I seri II setelah simpan Jumlah kuadrat df Kuadrat Tengah F Sig. Varietas 4.049 7 .578 1.571 .215 Galat 5.893 16 .368 Total 9.942 23
Lampiran 21a. Derajat putih setelah penyimpanan Jumlah kuadrat df Kuadrat Tengah F Sig. Varietas 33.370 7 4.767 5.849 .012 Galat 6.520 8 .815 Total 39.890 15
90
Lampiran 21b. Uji lanjut Duncan derajat putih setelah penyimpanan penelitian Tahap I seri II varietas N Subset for alpha = 0.05
1 2 3 Siam palas 2 51.6000 Siam unus 2 52.5000 52.5000 Karang dukuh 2 54.2500 54.2500 Bayar pahit 2 54.9000 Siam palun 2 55.0000 Siam pandak 2 55.1500 Siam jurut 2 55.5500 Rantul 2 56.0500 Sig. .348 .089 .103
Penelitian Tahap II Lampiran 22a. Analisis ragam kadar oksigen hari ke-3 Sumber Keragaman Type III Jumlah
Kuadrat df Kuadrat
Tengah F Sig.
Corrected Model 55.774a 8 6.972 4.238 .005 Intercept 5796.273 1 5796.273 3523.173 .000 varietas .865 2 .433 .263 .772 plastik 44.681 2 22.340 13.579 .000 varietas * plastik 10.228 4 2.557 1.554 .229 Error 29.613 18 1.645 Total 5881.660 27 Corrected Total 85.387 26 a. R Squared = .653 (Adjusted R Squared = .499)
Lampiran 22b. Uji lanjut Duncan kadar oksigen hari ke-3 Subset
1 2 hermetik 9 12.8889 LDPE 9 15.1444PP 9 15.9222Sig. 1.000 .215
Lampiran 23. Analisis ragam kadar oksigen hari ke-7 Sumber Keragaman
Type III Jumlah Kuadrat
df Kuadrat Tengah
F Sig.
Corrected Model 5.456a 5 1.091 2.810 .066 Intercept 7252.094 1 7252.094 18674.920 .000 varietas .028 2 .014 .036 .965 plastik 3.125 1 3.125 8.047 .015 varietas * plastik 2.303 2 1.152 2.966 .090 Error 4.660 12 .388 Total 7262.210 18 Corrected Total 10.116 17 a. R Squared = ,539 (Adjusted R Squared = ,347)
91
Lampiran 24a. Analisis ragam kadar karbon dioksida hari ke-3 Sumber Keragaman
Type III Jumlah Kuadrat
df Kuadrat Tengah
F Sig.
Corrected Model 111.401a 8 13.925 28.227 .000 Intercept 279.689 1 279.689 566.938 .000 varietas 2.756 2 1.378 2.794 .088 plastik 105.890 2 52.945 107.321 .000 varietas * plastik 2.755 4 .689 1.396 .275 Error 8.880 18 .493 Total 399.970 27 Corrected Total 120.281 26 a. R Squared = ,926 (Adjusted R Squared = ,893)
Lampiran 24b. Uji lanjut Duncan kadar karbondioksida hari ke-3 plastik N Subset
1 2 LDPE 9 1.5444 PP 9 2.1111 hermetik 9 6.0000Sig. .104 1.000
Lampiran 25. Analisis ragam kadar karbon dioksida hari ke-7 Sumber Keragaman
Type III Jumlah Kuadrat
df Kuadrat Tengah
F Sig.
Corrected Model .278a 5 .056 2.439 .096 Intercept .109 1 .109 4.780 .049 varietas .084 2 .042 1.854 .199 plastik .109 1 .109 4.780 .049 varietas * plastik .084 2 .042 1.854 .199 Error .273 12 .023 Total .660 18 Corrected Total .551 17 a. R Squared = ,504 (Adjusted R Squared = ,297)
Lampiran 26a. Analisis ragam persentase S.oryzae mati hari ke-3 Sumber Keragaman
Type III Jumlah Kuadrat
df Kuadrat Tengah
F Sig.
Corrected Model 12751.407a 8 1593.926 17.242 .000 Intercept 180892.593 1 180892.593 1956.771 .000 Varietas 2341.630 2 1170.815 12.665 .000 Plastik 8617.185 2 4308.593 46.607 .000 varietas * plastik 1792.593 4 448.148 4.848 .008 Error 1664.000 18 92.444 Total 195308.000 27 Corrected Total 14415.407 26 a. R Squared = .885 (Adjusted R Squared = .833)
92
Lampiran 26b. Uji lanjut Duncan persentase S.oryzae mati karena pengaruh varietas hari ke-3
Varietas N Subset 1 2
Siam unus 9 69.7778 Siam jurut 9 83.3333Karang dukuh 9 92.4444Sig. 1.000 .060
Lampiran 26c. Uji lanjut Duncan persentase S.oryzae mati karena pengaruh jenis plastik
hari ke-3 plastik N Subset
1 2 3 PE 9 57.5556 PP 9 88.0000 hermetik 9 100.0000Sig. 1.000 1.000 1.000
Lampiran 26d. Uji lanjut Duncan persentase S.oryzae mati karena pengaruh interaksi
varietas dan jenis plastik hari ke-3 varietas plastik N Subset
1 2 3 4 Siam unus LDPE 3 38,67Siam jurut LDPE 53,00Siam unus PP 3 80,67Karang dukuh LDPE 3 81,00Karang dukuh PP 3 96,33Siam jurut PP 3 97,00Karang dukuh hermetik 3 100,00Siam unus hermetik 3 100,00Siam jurut hermetik 3 100,00
Lampiran 27. Analisis ragam persentase S.oryzae mati hari ke-7 Sumber Keragaman
Type III Jumlah Kuadrat
df Kuadrat Tengah
F Sig.
Corrected Model 1041.611a 5 208.322 .907 .508 Intercept 156986.722 1 156986.722 683.376 .000 varietas 127.444 2 63.722 .277 .762 plastik 786.722 1 786.722 3.425 .089 varietas * plastik 127.444 2 63.722 .277 .762 Error 2756.667 12 229.722 Total 160785.000 18 Corrected Total 3798.278 17 a. R Squared = .274 (Adjusted R Squared = -.028)
Lampiran 28. Analisis ragam kadar air awal beras yang dikemas pada penelitian Tahap II Jumlah kuadrat df Kuadrat Tengah F Sig. Varietas .102 2 .051 7.554 .067 Galat .020 3 .007 Total .123 5
93
Lampiran 29a. Analisis ragam kadar air beras yang dikemas hari ke-3 penelitian Tahap II Sumber Keragaman
Type III Jumlah Kuadrat
df Kuadrat Tengah
F Sig.
Corrected Model 1.834a 8 .229 8.691 .000Intercept 4135.168 1 4135.168 156745.107 .000plastik .258 2 .129 4.883 .020varietas 1.290 2 .645 24.441 .000plastik * varietas .287 4 .072 2.720 .062Error .475 18 .026 Total 4137.477 27 Corrected Total 2.309 26 a. R Squared = ,794 (Adjusted R Squared = ,703) Lampiran 29b. Uji lanjut Duncan kadar air beras yang dikemas hari ke-3 penelitian Tahap II plastik N Subset
1 2 Hermetik 9 12.2522 PP 9 12.3833 12.3833LDPE 9 12.4911Sig. .104 .176
varietas N Subset
1 2 Siam jurut 9 12.1889 Karang dukuh 9 12.2556 Siam unus 9 12.6822Sig. .395 1.000 Lampiran 30a. Analisis ragam kadar air beras yang dikemas hari ke-7 penelitian Tahap II Sumber Keragaman
Type III Jumlah Kuadrat
df Kuadrat Tengah
F Sig.
Corrected Model 1.183a 5 .237 2.461 .093Intercept 2937.867 1 2937.867 30563.866 .000plastik .072 1 .072 .751 .403varietas .942 2 .471 4.902 .028plastik * varietas .168 2 .084 .876 .441Error 1.153 12 .096 Total 2940.203 18 Corrected Total 2.336 17 a. R Squared = ,506 (Adjusted R Squared = ,301) Lampiran 30b. Uji lanjut Duncan kadar air beras yang dikemas hari ke-7 penelitian Tahap II varietas N Subset
1 2 Siam jurut 6 12.5317 Karang dukuh 6 12.7133 12.7133Siam unus 6 13.0817Sig. .330 .062