Upload
hoangthien
View
241
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 1
BAB IIEVALUASI HASIL PELAKSANAAN TAHUN LALU DAN CAPAIAN
KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN
2.1. Analisis Gambaran Umum Kondisi Daerah2.1.1 Aspek Geografi dan Demografi
a. Karakteristik Wilayah1) Luas dan Batas Wilayah Administrasi
Luas wilayah Kabupaten Sleman adalah 57.482 ha atau 574,82
km2 atau sekitar 18% dari luas wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
yang seluas 3.185,80 km2. Jarak terjauh utara-selatan wilayah
Kabupaten Sleman 32 km, sedangkan jarak terjauh timur-barat 35
km. Dalam perspektif mata burung, wilayah Kabupaten Sleman
berbentuk segitiga dengan alas di sisi selatan dan puncak di sisi
utara.
Secara administratif, Kabupaten Sleman terdiri atas 17 wilayah
kecamatan, 86 desa, dan 1.212 Padukuhan. Kecamatan dengan
wilayah paling luas adalah Cangkringan (4.799 ha), dan yang paling
sempit adalah Berbah (2.299 ha). Kecamatan dengan padukuhan
terbanyak adalah Tempel (98 padukuhan), sedangkan kecamatan
dengan padukuhan paling sedikit adalah Turi (54 padukuhan).
Kecamatan dengan desa terbanyak adalah Tempel (8 desa),
sedangkan Kecamatan dengan desa paling sedikit adalah Depok (3
desa). Pembagian wilayah administrasi Kabupaten Sleman dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.1Pembagian Wilayah Administrasi
Kabupaten Sleman
NoKecamatan Banyaknya
Luas(Ha)Desa Padukuh
an1. Moyudan 4 65 2.7622. Minggir 5 68 2.7273. Seyegan 5 67 2.6634. Godean 7 77 2.6845. Gamping 5 59 2.9256. Mlati 5 74 2.8527. Depok 3 58 3.5558. Berbah 4 58 2.2999. Prambanan 6 68 4.13510. Kalasan 4 80 3.58411. Ngemplak 5 82 3.57112. Ngaglik 6 87 3.852
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 2
NoKecamatan Banyaknya
Luas(Ha)Desa Padukuh
an13. Sleman 5 83 3.13214. Tempel 8 98 3.24915. Turi 4 54 4.30916. Pakem 5 61 4.38417. Cangkringan 5 73 4.799
Jumlah 86 1.212 57.482Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Sleman, 2014
2) Letak dan Kondisi GeografisSecara geografis wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai
11013’00” sampai dengan 11033’00” Bujur Timur dan 734’51”
sampai dengan 747’03” Lintang Selatan. Di sebelah utara, wilayah
Kabupaten Sleman berbatasan dengan Kabupaten Magelang dan
Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah, di sebelah timur
berbatasan dengan Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah, di
sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo, Daerah
Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa
Tengah, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Kota Yogyakarta,
Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Gunung Kidul, Pemerintah
Daerah Istimewa Yogyakarta.
3) TopografiKeadaan tanah Kabupaten Sleman di bagian selatan relatif datar
kecuali daerah perbukitan di bagian tenggara Kecamatan Prambanan
dan sebagian di Kecamatan Gamping. Semakin ke utara relatif miring
dan di bagian utara sekitar lereng gunung Merapi relatif terjal.
Ketinggian wilayah Kabupaten Sleman berkisar antara 100
meter sampai dengan 2.500 meter di atas permukaan laut (m dpl).
Ketinggian tanahnya dapat dibagi menjadi 4 kelas yaitu ketinggian
<100 meter, 100-499 meter, 500-999 meter, dan >1.000 meter dpl.
Ketinggian <100 m dpl seluas 6.203 ha, atau 10,79% dari luas
wilayah, terdapat di Kecamatan Moyudan, Minggir, Godean,
Gamping, Berbah, dan Prambanan.
Ketinggian 100-499 m dpl seluas 43.246 ha, atau 75,32% dari
luas wilayah, terdapat di 17 kecamatan. Ketinggian 500-999 m dpl
meliputi luas 6.538 ha, atau 11,38% dari luas wilayah, ditemui di
Kecamatan Tempel, Turi, Pakem, dan Cangkringan. Ketinggian
>1.000 m dpl seluas 1.495 ha, atau 2,60% dari luas wilayah, terdapat
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 3
di Kecamatan Turi, Pakem, dan Cangkringan. Ketinggian wilayah di
Kabupaten Sleman dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2.2Ketinggian Wilayah Kabupaten Sleman
No Kecamatan <100m dpl(ha)
100-499m dpl(ha)
500-999 m
dpl(ha)
>1.000m dpl(ha)
Jumlah(Ha)
1. Moyudan 2.407 355 - - 2.7622. Minggir 357 2.370 - - 2.7273. Godean 209 2.475 - - 2.6844. Seyegan - 2.663 - - 2.6335. Tempel - 3.172 77 - 3.2496. Gamping 1.348 1.577 - - 2.9257. Mlati - 2.852 - - 2.8528. Sleman - 3.132 - - 3.1329. Turi - 2.076 2.155 78 4.039
10. Pakem - 1.664 1.498 1.222 4.38411. Ngaglik - 3.852 - - 3.85212. Depok - 3.555 - - 3.55513. Kalasan - 3.584 - - 3.58414. Berbah 1.447 852 - - 2.29915. Prambanan 435 3.700 - - 4.13516. Ngemplak - 3.571 - - 3.57117. Cangkringan - 1.796 2.808 195 4.799
Jumlah 6.203 43.246 6.538 1.495 57.482Prosentase 10,79 75,32 11,38 2,60 100
Sumber: Dinas Pengendalian Pertanahan Daerah Kab. Sleman, 2014
4) GeologiKondisi geologi di Kabupaten Sleman didominasi oleh
keberadaan gunung Merapi. Formasi geologi dibedakan menjadi
endapan vulkanik, sedimen, dan batuan terobosan, dengan endapan
vulkanik mewakili lebih dari 90% luas wilayah.
Material vulkanik gunung Merapi yang berfungsi sebagai lapisan
pembawa air tanah (akifer) yang sudah terurai menjadi material pasir
vulkanik, yang sebagian besar merupakan bagian dari endapan
vulkanik Merapi muda. Material vulkanik Merapi muda ini dibedakan
menjadi 2 unit formasi geologi yaitu formasi Sleman (lebih didominasi
oleh endapan piroklastik halus dan tufa) di bagian bawah dan
formasi Yogyakarta (lebih didominasi oleh pasir vulkanik berbutir
kasar hingga pasir berkerikil) di bagian atas. Formasi Yogyakarta dan
formasi Sleman ini berfungsi sebagai lapisan pembawa air utama
yang sangat potensial dan membentuk satu sistem akifer yang di
sebut Sistem Akifer Merapi (SAM). Sistem akifer tersebut menerus
dari utara ke selatan dan secara administratif masuk dalam wilayah
Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, dan Kabupaten Bantul. Selain
formasi geologi tersebut diatas terdapat formasi batu gamping muda
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 4
yaitu Formasi Sentolo di Kecamatan Gamping dan Formasi Semilir di
Kecamatan Prambanan.
Jenis tanah di Kabupaten Sleman terbagi menjadi litosol,
regosol, grumusol, dan mediteran. Sebagian besar di wilayah Sleman
didominasi jenis tanah regosol sebesar 49.262 ha (85,69%),
mediteran 3.851 ha (6,69%), litosol 2.317 ha (4,03%), dan grumusol
1.746 ha (3,03%), jenis tanah di Kabupaten Sleman selengkapnya
seperti terlihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2.3Jenis Tanah di Kabupaten Sleman
No. KecamatanJenis Tanah (Ha) Jumlah
(Ha)Litosol Regosol Grumusol Mediteran1 2 3 4 5 6 71. Moyudan - 584 808 1.370 2.7622. Minggir - 558 606 1.563 2.7273. Seyegan - 2.187 8 468 2.6634. Godean - 2.018 216 450 2.6845. Gamping - 2.817 108 - 2.9256. Mlati - 2.582 - - 2.5827. Depok - 3.555 - - 3.5558. Berbah - 2.299 - - 2.2999. Prambanan 2.155 1.980 - - 4.135
10. Kalasan 162 3.422 - - 3.58411. Ngemplak - 3.571 - - 3.57112. Ngaglik - 3.852 - - 3.85213. Sleman - 3.132 - - 3.13214. Tempel - 3.249 - - 3.24915. Turi - 4.309 - - 4.30916. Pakem - 4.348 - - 4.34817. Cangkringan - 4.799 - - 4.799
Jumlah 2.317 49.262 1.746 3.851 57.176Prosentase 4,03 85,69 3,03 6,69 99,44
Sumber: Sistim Informasi Profil Daerah Tahun 2014
5) HidrologiAir tanah Merapi yang mengalir di bawah permukaan secara
rembesan bergerak menuju daerah yang lebih rendah terpotong oleh
topografi, rekahan atau patahan maka akan muncul mata air. Di
Kabupaten Sleman terdapat 4 jalur mata air (springbelt) yaitu: jalur
mata air Bebeng, jalur mata air Sleman-Cangkringan, jalur mata air
Ngaglik dan jalur mata air Yogyakarta. Mata air ini telah banyak
dimanfaatkan untuk sumber air bersih maupun irigasi.
Di Kabupaten Sleman terdapat 182 sumber mata air yang
terukur debitnya mulai dari 1 s/d 400 lt/detik, yang airnya mengalir
ke sungai-sungai utama yaitu Sungai Boyong, Kuning, Gendol, dan
Krasak. Di samping itu terdapat anak-anak sungai yang mengalir ke
arah selatan dan bermuara di Samudera Indonesia.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 5
6) KlimatologiBerdasarkan pantauan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika (BMKG) Yogyakarta, kondisi iklim di sebagian besar wilayah
Kabupaten Sleman termasuk tropis basah, hari hujan terbanyak
dalam satu bulan 24 hari.
Kecepatan angin maksimum 10,8 m/s dan minimum 0,00 m/s,
rata-rata kelembaban nisbi udara tertinggi 100% dan terendah
19,9%. Temperatur udara tertinggi 34,4°C dan terendah 16,4°C.
Kondisi agroklimat di atas menunjukkan bahwa iklim di wilayah
Kabupaten Sleman pada umumnya cocok untuk pengembangan
sektor pertanian.
7) Penggunaan LahanPenggunaan lahan di Kabupaten Sleman secara garis besar
dapat dibagi sebagai fungsi sawah, tegalan, dan pekarangan.
Perkembangan penggunaan lahan selama 5 tahun terakhir
menunjukkan luas dan jenis lahan sawah turun, rata-rata per tahun
sebesar 0,11%, luas pekarangan naik 0,13%, dan luas tegalan turun
0,02% dari total luas wilayah Kabupaten Sleman. Selengkapnya
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.4Penggunaan Lahan di Kabupaten Sleman
No TahunPenggunaan Lahan (Ha.)
Sawah Tegal Pekarangan
1 2009 24.889 5.104 18.909
2 2010 24.796 5.094 19.012
3 2011 24.749 5.047 19.107
4 2012 24.665 5.036 19.201
5 2013 24.600 5.025 19.278
6 2014 24.543 5.018 19.340
Sumber: Dinas Pengendalian Pertanahan Daerah, 2014.
b. Potensi Pengembangan WilayahPotensi pengembangan wilayah di Kabupaten Sleman meliputi
beberapa kawasan antara lain :
1) Kawasan peruntukan pertanian; meliputi kawasan pertanian
lahan basah (21.113 hektar) dan kawasan pertanian lahan
kering (9.117 hektar) yang tersebar di 17 kecamatan.
2) Kawasan peruntukan pertambangan;
- Batu kapur di Kecamatan Gamping;
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 6
- Breksi batu apung di Kecamatan Prambanan, dan Berbah;
- Andesit di Kecamatan Tempel, Pakem, Turi, Cangkringan,
Godean, Seyegan, dan Prambanan;
- Tanah liat di Kecamatan Tempel, Godean, Seyegan, Sleman,
Gamping, Prambanan, dan Berbah;
- Pasir dan kerikil di seluruh kecamatan di wilayah
Kabupaten Sleman.
3) Kawasan peruntukan industri; meliputi lahan seluas 299 hektar
di Kecamatan Gamping, Berbah, dan Kalasan.
4) Kawasan permukiman; meliputi kawasan permukiman
perdesaan (10.232 hektar) dan kawasan permukiman perkotaan
(12.590 hektar) yang tersebar di 17 kecamatan.
5) Kawasan peruntukan pariwisata; meliputi tema wisata alam,
tema wisata budaya, tema wisata perkotaan dan tema wisata
pertanian.
6) Kawasan hutan; kawasan hutan rakyat (3.171 hektar) di
Kecamatan Gamping, Seyegan, Prambanan, Turi, Pakem dan
Cangkringan.
7) Kawasan pertahanan dan keamanan; meliputi :
- Kompi C Batalyon Infanteri 403 dan Kompi Panser 2
Batalyon Kavaleri 2 di Kecamatan Gamping;
- Batalyon Infanteri 403 di Kecamatan Depok; dan
- Bandar Udara Adisutjipto dan Pangkalan Udara TNI AU
Adisutjipto di Kecamatan Depok dan Berbah.
c. Wilayah Rawan Bencana AlamWilayah kawasan rawan bencana alam di Kabupaten Sleman
terdiri dari:
1) Kawasan rawan bencana di dalam RTRW terdiri dari:
a. kawasan rawan tanah longsor; dan
b. kawasan rawan kekeringan.
2) Kawasan rawan tanah longsor seluas kurang lebih 3.303 ha (tiga
ribu tiga ratus tiga hektar) meliputi:
a. Kecamatan Gamping; dan
b. Kecamatan Prambanan.
3) Kawasan rawan kekeringan seluas ± 1.969 ha (seribu sembilan
ratus enam puluh sembilan hektar) berada di Kecamatan
Prambanan.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 7
d. Kawasan Lindung Geologi1) Kawasan Lindung Geologi terdiri atas:
a. Kawasan rawan bencana gunungapi;
b. Kawasan rawan gempa bumi.
2) Kawasan Rawan Bencana Gunungapi meliputi:
a. Area terdampak langsung letusan Merapi 2010 seluas ±
1.578 ha meliputi Kecamatan Ngemplak, Pakem, dan
Cangkringan;
b. Kawasan Rawan Bencana Merapi III seluas ± 3.302 ha
meliputi Kecamatan Ngemplak, Turi, Pakem, dan
Cangkringan;
c. Kawasan Rawan Bencana Merapi II seluas ± 3.279 ha
meliputi Kecamatan Ngemplak, Tempel, Turi, Pakem, dan
Cangkringan;
d. Kawasan Rawan Bencana Merapi I seluas 1.357 ha meliputi
Kecamatan Mlati, Depok, Berbah, Prambanan, Kalasan,
Ngemplak, Ngaglik, Tempel, Pakem, dan Cangkringan.
3) Kawasan Rawan Gempa Bumi seluas kurang lebih 13.782 ha
tersebar di seluruh kecamatan.
e. DemografiBerdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil,
penduduk di Kabupaten Sleman pada tahun 2012 tercatat sebanyak
1.136.602 jiwa. Pada akhir tahun 2013 terjadi penurunan jumlah
penduduk dari tahun 2012 sebanyak 77.219 orang atau 0,93% yaitu
dari 1.136.602 orang pada tahun 2012 menjadi 1.047.325 orang
pada tahun 2013. Jumlah penduduk akhir tahun 2013 turun
dikarenakan adanya Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor:
470/135/SJ tanggal 23 Februari 2013 bahwa data yang dapat
digunakan adalah data penduduk kabupaten/kota yang telah diolah
dan dikonsolidasikan dan dibersihkan oleh Kementerian Dalam
Negeri. Penerbitan data dimaksud pada tanggal 30 Juni untuk
semester I dan 31 Desember untuk semester II. Sedangkan pada
tahun 2014 jumlah penduduk di Kabupaten Sleman sebesar
1.062.801 jiwa. Selengkapnya seperti pada tabel berikut :
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 8
Tabel 2.5Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2010-2014 di Kabupaten Sleman
No Tahun Laki-laki Perempuan JumlahJiwa % Jiwa %1 2010 547.885 50,12 545.225 49,88 1.093.1102 2011 560.146 49,70 566.742 50,30 1.126.8883 2012 564.978 49,71 571.624 50,29 1.136.6024 2013 521.444 44,79 525.881 50,21 1.047.3255 2014 539.731 50,78 523.070 49,22 1.062.800
Sumber : Dinas Kependudukan dan Cataan SipilDatabase SIAK Hasil Konsolidasi dan Pembersihan oleh Kementerian DalamNegeri Semester I Tahun 2014
Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Sleman jika dilihat
dari 5 tahun terakhir rata-rata sebesar 1,41%. Pertumbuhan ini
relatif tinggi, hal ini disebabkan fungsi Kabupaten Sleman sebagai
penyangga Kota Yogyakarta, sebagai daerah tujuan untuk
melanjutkan pendidikan, dan daerah pengembangan
pemukiman/perumahan, sehingga pertumbuhan penduduk yang
terjadi lebih banyak didorong oleh faktor migrasi penduduk bukan
oleh tingkat kelahiran yang tinggi.
Tabel 2.6Laju Pertumbuhan Penduduk
Tahun 2010-2014 di Kabupaten Sleman
No. Jenis Data Tahun2010 2011 2012 2013 2014
1. Laju PertumbuhanPenduduk (%/th) 1,92 1,36 1,31 1,26 1,21
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014
Jumlah kepala keluarga mengalami kenaikan sebanyak 66.233
KK (21,837%) dari 303.201 KK pada tahun 2010 menjadi 369.534 KK
pada tahun 2014. Rata-rata jumlah jiwa setiap rumah tangga
sebanyak 2,88 jiwa per rumah tangga.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 9
Tabel 2.7Banyaknya KK dan Rata-rata Jiwa Dalam Keluarga
Tahun 2010-2014 di Kabupaten SlemanNo. Jenis Data Tahun
2010 2011 2012 2013 20141. Banyaknya Kepala
Keluarga (KK) 303.301 313.309 315.445 324.241 369.534
2. Rata-rata jumlahjiwa dalam keluarga(orang)
3,15 3,29 3,60 3,26 2,88
Sumber: Dinas Kependudukan dan Capil, 2014Database SIAK Hasil Konsolidasi dan Pembersihan oleh Kementerian Dalam NegeriSemester I Tahun 2014
Berdasarkan struktur umur penduduk laki-laki Tahun 2012,
komposisi penduduk usia 14 tahun kebawah mencapai 19,69%,
penduduk usia 15-59 tahun sebesar 66,80% dan penduduk usia
diatas 60 tahun sebesar 14,71%.
Pada tahun 2013 komposisi penduduk laki-laki usia 14 tahun
ke bawah mencapai 22,32%, penduduk usia 15-59 tahun sebesar
65,47%, dan usia diatas 60 tahun sebesar 12,21%.
Selanjutnya pada tahun 2014 komposisi penduduk laki-laki usia
14 tahun ke bawah mencapai 19,50%, penduduk usia 15-59 tahun
sebesar 66,25%, dan usia diatas 60 tahun sebesar 14,25%.
Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.8Penduduk Laki-laki Berdasarkan Umur
Tahun 2010-2014Kelompok
Umur 2010 2011 2012 2013 2014
0-4 43,026 32.845 32.323 34.229 28.049
5-9 40,796 38.820 38.153 40.319 37.709
10-14 39,023 40.234 40.741 41.830 39.490
15-19 49,077 37.500 37.838 38.839 37.017
20-24 63,847 37.158 37.271 37.821 35.865
25-29 49,907 49.773 45.912 37.356 36.796
30-34 44,877 55.976 57.220 44.832 47.308
35-39 41,678 51.451 51.762 43.204 46.896
40-44 39,906 48.387 49.619 42.325 45.919
45-49 32,319 39.479 41.009 37.868 42.317
50-54 28,810 32.827 33.830 31.827 35.284
55-59 22,280 26.942 27.655 27.310 30.170
60+ 52,339 68.754 71.644 63.684 76.911
JUMLAH 547,885 560.146 564.978 521.444 539.731Sumber: Dinas Kependudukan dan Capil, 2014
Berdasarkan struktur umur penduduk perempuan Tahun 2012,
komposisi penduduk usia 14 tahun ke bawah mencapai 18,24%,
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 10
penduduk usia 15-59 tahun sebesar 66,74% dan penduduk usia
diatas 60 tahun sebesar 15,02%.
Berdasarkan struktur umur penduduk perempuan Tahun 2013,
komposisi penduduk usia 14 tahun kebawah mencapai 20,81%,
penduduk usia 15-59 tahun sebesar 65,51% dan penduduk usia
diatas 60 tahun sebesar 13,68%.
Berdasarkan struktur umur penduduk perempuan Tahun 2014,
komposisi penduduk usia 14 tahun kebawah mencapai 18,37%,
penduduk usia 15-59 tahun sebesar 66,62% dan penduduk usia
diatas 60 tahun sebesar 15,01%.
Tabel 2.9Penduduk Perempuan Berdasarkan Umur
Tahun 2010-2014Kelompok
Umur 2010 2011 2012 2013 2014
0-4 40.549 30.974 32.575 32.950 26.122
5-9 38.582 36.392 35.704 37.686 34.262
10-14 36.756 37.401 37.964 38.797 35.697
15-19 48.273 35.353 35.146 36.010 34.365
20-24 55.972 36.387 36.643 36.636 35.142
25-29 46.887 50.089 46.868 38.124 37.727
30-34 44.608 54.880 56.102 45.073 46.294
35-39 41.774 51.704 51.799 43.720 45.265
40-44 41.199 48.413 49.655 42.736 43.324
45-49 34.858 40.393 41.342 39.454 40.944
50-54 30.390 34.401 35.771 34.178 35.775
55-59 22.249 26.948 28.202 28.563 29.615
60+ 63.128 37.957 85.854 71.960 78.538JUMLAH 545.225 566.742 571.624 525.881 523.071
Sumber: Dinas Kependudukan dan Capil, 2014
Berdasarkan data struktur penduduk, nampak bahwa
penduduk kelompok umur 0-4 tahun mengalami penurunan yang
signifikan sedangkan jumlah penduduk yang berumur diatas 60
tahun mengalami peningkatan yang siginifikan, baik untuk laki-laki
maupun perempuan.
2.1.2 Aspek Kesejahteraan MasyarakatKeberhasilan pelaksanaan pembangunan dari aspek
kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari capaian indikator
kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial, serta
seni budaya dan olahraga.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 11
2.1.2.1. Fokus Kesejahteraan dan pemerataan ekonomia. Pertumbuhan PDRB
Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten Sleman mengalami peningkatan.
Pertumbuhan pada tahun 2012 sebesar 5,45% dan pada tahun 2013
kinerja sektor-sektor ekonomi mengalami pertumbuhan sebesar
5,70%. Pada tahun 2014 kinerja sektor-sektor ekonomi mengalami
pertumbuhan sebesar 5,81%.
Pertumbuhan sektor-sektor ekonomi di Kabupaten Sleman
selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.10Pertumbuhan Sektor dan PDRB Tahun 2010 s.d 2014
Kabupaten SlemanNo Sektor Pertumbuhan
2010 2011 2012 2013 2014*)1 Pertanian -0,31 -2,26 4,11 1,46 1,752 Pertambangan &
Penggalian15,24 14,35 1,45 2,20 1,33
3 Industri Pengolahan 3,05 6,35 -0,47 5,01 3,624 Listrik,Gas & Air bersih 4,82 4,28 6,31 6,44 6,495 Bangunan 6,59 6,95 6,03 7,14 7,196 Perdagangan, Hotel &
Restoran5,62 6,27 7,20 6,56 6,93
7 Pengangkutan &Komunikasi
6,51 6,61 5,56 5,84 6,35
8 Keuangan, Persewaan, &Js. Persh
5,98 6,88 9,00 7,26 7,22
9 Jasa-jasa 5,58 6,64 6,85 6,65 7,32PDRB 4,49 5,19 5,45 5,70 5,81
Sumber: BPS Kab. Sleman, 2014*) angka sementara
Selama tahun 2010-2014, empat sektor yang memberikan
kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB atas dasar harga
konstan adalah sektor perdagangan, hotel dan jasa-jasa, industri
pengolahan dan pertanian. Perkembangan nilai PDRB atas dasar
harga konstan dan kontribusi sektor dalam PDRB Kabupaten Sleman
selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.11PDRB dan Distribusi Persentase PDRB
Menurut Lapangan Usaha ADH Konstan 2000Tahun 2010-2014 Kabupaten Sleman
No Sektor2010 2011 2012*) 2013 2014*)
(juta Rp) % (juta Rp) % (juta Rp) % (juta Rp) % (juta Rp) %1 Pertanian 1.001.698 15,72 979.024 14,60 1.019.264 14,42 1.034.154 13,84 1.052.252 13,31
2Pertambangan &Penggalian
33.304 0,52 38.084 0,57 38.636 0,55 39.486 0,53 40.011 0,31
3 IndustriPengolahan 950.029 14,91 1.010.358 15,07 1.005.640 14,23 1.055.973 14,13 1.094.199 13,84
4 Listrik,Gas&Air Bersih 58.768 0,92 61.282 0,91 65.150 0,92 69.343 0,93 73.843 0,93
5 Bangunan 729.456 11,45 780.153 11,64 827.196 11,70 886.231 11,86 949.987 12,02
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 12
No Sektor2010 2011 2012*) 2013 2014*)
(juta Rp) % (juta Rp) % (juta Rp) % (juta Rp) % (juta Rp) %
6Perdagangan, Hotel &Restoran
1.436.205 22,54 1.526.308 22,77 1.636.136 23,14 1.743.449 23,33 1.864.238 23,58
7Pengangkutan &Komunikasi
384.891 6,04 410.324 6,12 433.134 6,13 458.431 6,14 487.562 6,17
8
Keuangan,Persewaan,& JasaPerusahaan
669.291 10,50 715.317 10,67 779.721 11,03 836.345 11,19 896.697 11,34
9 Jasa-jasa 1.109.558 17,41 1.183.251 17,65 1.264.352 17,89 1.348.486 18,05 1.447.185 18,30PDRB 6.373.200 100,0 6.704.100 100,0 7.069.229 100,0 7.471.780 100,0 7.905.974 100,0
Sumber: BPS Kabupaten Sleman, 2014*) angka sementara
PDRB atas dasar harga berlaku (Hb) tahun 2010-2014
mengalami pertumbuhan rata-rata 10,80% per tahun yaitu dari Rp
13.611,72 milyar pada tahun 2010 menjadi Rp 20.865,67 milyar
pada tahun 2014. Selama tahun 2010-2014, sektor perdagangan,
hotel, dan restoran memberikan kontribusi terbesar dalam
pembentukan PDRB atas dasar harga berlaku, diikuti oleh sektor
jasa-jasa, industri pengolahan, dan pertanian. Perkembangan nilai
PDRB atas dasar harga berlaku dan kontribusi sektor dalam PDRB
Kabupaten Sleman selama 5 tahun terakhir seperti pada tabel
berikut :
Tabel 2.12PDRB dan Distribusi Persentase PDRBMenurut Lapangan Usaha ADH BerlakuTahun 2010-2014 Kabupaten Sleman
NO Sektor2010 2011 2012*) 2013 2014*)
(juta Rp) % (juta Rp) % (juta Rp) % (juta Rp) % (juta Rp) %1 Pertanian 1.771.743 13,02 1.922.985 12,74 2.153.451 12,90 2.461.393 12,88 2.627.882 12,59
2Pertambangan &Penggalian
73.245 0.54 86.671 0,57 90.599 0,54 109.786 0,57 110.841 0,53
3 IndustriPengolahan 1.927.170 14,16 2.171.967 14,39 2.274.445 13,62 2.655.364 13,90 2.845.235 13,64
4Listrik,Gas& Airbersih
174.868 1,28 192.383 1,27 208.066 1,25 233.811 1,22 257.096 1,23
5 Bangunan 1.744.700 12,82 1.921.438 12,73 2.135.294 12,79 2.491.502 13,04 2.721.328 13,04
6Perdagangan, Hotel &Restoran
3.097.398 22,76 3.453.129 22,87 3.872.092 23,19 4.444.678 23,26 4.887.560 23,42
7Pengangkutan &Komunikasi
780.674 5,74 857.248 5,68 922.507 5,53 1.021.778 5,35 1.107.363 5,31
8
Keuangan,Persewaan,& JasaPerusahaan
1.482.757 10,89 1.645.918 10,90 1.861.498 11,15 2.092.643 10,95 2.318.074 11,11
9 Jasa-jasa 2.559.171 18,80 2.845.861 18,85 3.178.630 19,04 3.594.544 18,81 3.990.287 19,12PDRB 13.611.725 100,0 15.097.600 100,016.696.582 100,0 19.105.499 100,0 20.865.667 100,0
Sumber: BPS Kab. Sleman, 2014*) angka sementara
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 13
PDRB perkapita menurut harga berlaku (Hb) selama 5 tahun
meningkat rata-rata 9,05% per tahun, sedangkan menurut harga
konstan 2000 (Hk) meningkat rata-rata 3,67%. Jika dibandingkan
dengan tahun sebelumnya PDRB perkapita harga berlaku mengalami
peningkatan sebesar 7,15% yaitu dari Rp 16.733.992,00 pada tahun
2013 menjadi Rp 17.926.293,00 pada tahun 2014, sedangkan PDRB
harga konstan mengalami peningkatan sebesar 3,86% yaitu dari Rp
6.544.434,00 pada tahun 2013 menjadi Rp 6.792.249,00 pada tahun
2014. PDRB per kapita selama 5 tahun terakhir adalah sebagaimana
tabel berikut ini:
Tabel 2.13PDRB Per Kapita Tahun 2010-2014
Kabupaten SlemanNo PDRB Nilai (Juta Rp.)
2010 2011 2012 2013 2014*)1. Hb 12,45 13,63 14,98 16,73 17,932. Hk 5,83 6,05 6,34 6,54 6,79
Sumber: BPS Kabupaten Sleman, 2014*) angka sementara
Berdasarkan data diatas, sektor perdagangan, hotel, dan
restoran memiliki pertumbuhan dan kontribusi terbesar terhadap
PDRB Kabupaten Sleman sehingga pemanfaatan secara optimal
sektor ini untuk mengatasi masalah sosial seperti kemiskinan dan
penggangguran sangat diperlukan. Meskipun pertumbuhan dan
kontribusinya kurang, perhatian terhadap pembangunan sektor
pertanian masih sangat diperlukan mengingat sektor ini cukup
strategis terutama terkait dengan ketahan pangan daerah.
b. Laju InflasiTingkat inflasi di Kabupaten Sleman selama periode tahun
2010-2014 mengalami penurunan yaitu dari 7,46% pada tahun 2010
menjadi 5,85% pada tahun 2014 sebagaimana tabel berikut ini:
Tabel 2.14Nilai inflasi Rata-rata Tahun 2010 s.d 2014
Kabupaten SlemanUraian 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata
Inflasi (%) 7,46 3,19 4,06 6,92 5,85 5,50Sumber: BPS Kab. Sleman, 2014
Pada tahun 2014 inflasi tertinggi terjadi pada kelompok
pengeluaran transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar
8,41%, dan terendah pada kelompok pengeluaran pendidikan,
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 14
rekreasi, dan olahraga sebesar 2,16%. Data selengkapnya dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.15Inflasi Menurut Kelompok PengeluaranTahun 2010-2014 Kabupaten Sleman
No Kelompok PengeluaranTingkat Inflasi (%)
2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata
1 Bahan Makanan 22,02 1,97 7,07 12,89 7,85 10,36
2Makanan Jadi, Minuman,Rokok, dan Tembakau
6,50 5,19 6,72 8,48 4,35 6,25
3Perumahan, Air, Listrik,Gas dan Bahan Bakar
6,23 3,02 3,90 5,41 6,16 4,94
4 Sandang 5,84 5,63 2,63 0,33 3,11 3,51
5 Kesehatan 0,60 5,58 1,44 2,24 3,50 2,67
6Pendidikan, Rekreasi, &Olah Raga
3,63 0,94 1,32 1,20 2,16 1,85
7Transportasi, Komunikasidan Jasa Keuangan
2,26 2,12 1,18 12,09 8,41 5,21
Umum 7,46 3,19 4,06 6,92 5,85 5,50Sumber: BPS Kabupaten Sleman, 2014
c. Indeks GiniPemerataan hasil pembangunan biasanya dikaitkan dengan
masalah kemiskinan. Secara logika, jurang pemisah (gap) yang
semakin lebar antara kelompok penduduk kaya dan miskin berarti
kemiskinan semakin meluas dan sebaliknya. Dengan demikian
orientasi pemerataan merupakan usaha untuk memerangi
kemiskinan. Tolok ukur untuk menghitung tingkat pemerataan
pendapatan antara lain dengan Indeks Gini atau Gini Ratio. Adapun
kriteria kesenjangan/ketimpangan adalah G<0,30 berarti
ketimpangan rendah, 0,30 ≤ G ≤ 0,50 berarti ketimpangan sedang
dan G > 0,50 berarti ketimpangan tinggi.
Selama tahun 2010-2012 menunjukkan bahwa angka Indeks
Gini di Kabupaten Sleman semakin meningkat yang berarti bahwa
pendapatan penduduk di Kabupaten Sleman dari tahun 2010-2012
lebih tidak merata, meskipun angka Indeks Gini tersebut masih
berada pada kriteria ketimpangan pendapatan sedang. Mulai Tahun
2013, angka Indeks Gini di Kabupaten Sleman semakin mengecil
yang berarti bahwa ketimpangan pendapatan antar penduduk di
Kabupaten Sleman semakin mengecil atau distribusi pendapatan
antar penduduk semakin merata. Angka Indeks Gini tahun 2010-
2014 dapat dilihat pada tabel berikut ini :
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 15
Tabel 2.16Indeks Gini Tahun 2010-2014 Kabupaten Sleman
No. Tahun Indeks Gini
1 2010 0,37
2 2011 0,41
3 2012 0,44
4 2013 0,38
5 2014*) 0,37
Sumber : BPS Kabupaten Sleman, 2014*) Angka sementara
2.1.2.2. Fokus Kesejahteraan SosialAnalisis kinerja atas fokus kesejahteraan masyarakat dilakukan
terhadap beberapa indikator pendidikan, kesehatan, pertanahan dan
ketenagakerjaan.
a. PendidikanAnalisis kinerja atas fokus kesejahteraan masyarakat bidang
pendidikan dilakukan terhadap indikator angka melek huruf, angka
rata-rata lama sekolah, angka partisipasi kasar, angka partisipasi
murni.
1) Angka Melek Huruf (AMH)
Angka Melek Huruf digunakan untuk mengetahui atau
mengukur keberhasilan program-program pemberantasan buta huruf
terutama di daerah pedesaan, selain itu juga untuk menunjukkan
kemampuan penduduk di suatu wilayah dalam menyerap informasi
dari berbagai media.
Angka Melek Huruf juga dapat menunjukkan kemampuan
untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis, sehingga AMH dapat
dipakai sebagai dasar kabupaten untuk melihat potensi
perkembangan intelektual sekaligus kontribusi terhadap
pembangunan daerah.
Jika dibandingkan tahun 2013, AMH Kabupaten Sleman tahun
2014 mengalami peningkatan. Pada tahun 2013 angka melek huruf
sebesar 98,03% artinya bahwa di Kabupaten Sleman pada tahun
2013 masih ada 1,97% penduduk usia 15 tahun ke atas yang masih
buta huruf. Sedangkan untuk tahun 2014 AMH sebesar 98,31%.
2) Angka rata-rata lama sekolah
Lamanya sekolah atau years of schooling merupakan ukuran
akumulasi investasi pendidikan individu. Setiap tahun tambahan
sekolah diharapkan akan membantu meningkatkan pendapatan
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 16
individu tersebut. Rata-rata lama sekolah dapat dijadikan ukuran
akumulasi modal manusia suatu daerah.
Pada tahun 2013 rata-rata lama sekolah sebesar 10,55% atau
setara dengan Sekolah Menengah kelas 1 dan diperkirakan
meningkat menjadi sebesar 10,70% pada tahun 2014. Angka ini
masih sementara karena untuk perhitungan ini mengacu pada IPM.
3) Angka Partisipasi Kasar
Angka Partisipasi Kasar (APK) menunjukkan tingkat partisipasi
penduduk secara umum di suatu tingkat pendidikan. APK
merupakan indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya
serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan.
Berdasarkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor:
470/135/SJ tanggal 23 Februari 2013 bahwa data yang dapat
digunakan adalah data penduduk kabupaten/kota yang telah diolah
dan dikonsolidasikan serta dibersihkan oleh Kementerian Dalam
Negeri, maka penghitungan APK mengalami perubahan, karena pada
tahun-tahun sebelumnya jumlah penduduk berdasarkan data dari
BPS. Angka Partisipasi Kasar (APK) untuk jenjang SD/MI pada tahun
2013 sebesar 114,77%, artinya bahwa untuk jenjang SD/MI jumlah
siswa yang sekolah melebihi jumlah penduduk usia sekolah SD/MI
dimana hal ini disebabkan pada sekolah SD/MI siswa ada yang
berusia kurang dari 7 tahun tetapi ada pula yang melebihi 12 tahun.
Pada tahun 2014 mengalami kenaikan menjadi 116,78%.
Demikian pula bagi SMP/M.Ts, dapat dilihat bahwa APK pada
tahun 2013 sebesar 108,93 naik pada tahun 2014 menjadi 111,41%.
APK SMA/MA/SMK pada tahun 2013 sebesar 79,00 dan pada
tahun 2014 APK SMA/MA/SMK menjadi 86,39% atau meningkat
sebesar 7,39% dari tahun 2013. Hal ini bisa terjadi karena pada
penduduk usia SMA justru mengalami penurunan.
4) Angka Partisipasi Murni (APM)
Angka Partisipasi Murni (APM) menunjukkan partisipasi sekolah
penduduk usia sekolah di tingkat pendidikan tertentu. APM ini
merupakan indikator daya serap penduduk usia sekolah di setiap
jenjang pendidikan.
Pada jenjang SD/MI APM pada tahun 2013 sebesar 99,96% dan
tahun 2014 sebesar 102,01% APM SMP/M.Ts pada tahun 2013
sebesar 81,24% dan tahun 2014 menjadi 81,63% APM
SMA/MA/SMK pada tahun 2013 sebesar 55,16% dan tahun 2014
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 17
menjadi 57,73% APM Kabupaten Sleman tahun 2010-2014
selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2.17Angka Melek Huruf, Lama Sekolah dan Angka Partisipasi
Tahun 2010-2014 Kabupaten SlemanNo. Uraian 2010 2011 2012 2013 2014
1 Angka melek huruf 92,61 93,94 94,53 98,03 98,312 Rata-rata Lama
Sekolah (tahun) 10,30 10,51 10,52 10,55 10,70*
3 APK SD/MI 116,42 116,45 116,51 114,77 116,784 APK SMP/MTs 115,48 113,68 113,70 108,93 111,415 APK SMA/MA/SMK 77,17 77,66 77,69 79,00 86,396 APM SD/MI 100,73 101,51 100,87 99,96 102,077 APM SMP/MTs 81,71 79,65 81,84 81,24 81,638 APM SMA/MA/SMK 54,03 54,04 55,11 55,16 57,73
Sumber: Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga, 2014*angka sementara
b. KesehatanAnalisis kinerja atas fokus kesejahteraan masyarakat bidang
kesehatan dilakukan terhadap indikator rata-rata usia harapan
hidup, angka kematian bayi, angka kematian ibu melahirkan,
prosentase balita gizi buruk, persalinan oleh tenaga kesehatan,
cakupan penggunaan air bersih, dan cakupan penggunaan jamban
keluarga.
1) Angka Harapan Hidup
Angka harapan hidup tahun 2013 sebesar 76,10 tahun,
mengalami kenaikan menjadi 76,13 tahun pada tahun 2014.
Angka tersebut masih di atas rata-rata provinsi 74 tahun dan
nasional 70,6 tahun.
2) Angka Kematian Bayi
Angka kematian bayi 4,57 per 1.000 kelahiran hidup tahun
2013 mengalami kenaikan menjadi 4,65 per 1.000 kelahiran
hidup pada tahun 2014.
3) Angka Kematian Ibu Melahirkan
Angka kematian ibu melahirkan pada tahun 2013 sebesar
63,27, per 100.000 kelahiran hidup mengalami kenaikan
menjadi 83,29 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2014
namun demikian masih di bawah target nasional 2015 102 per
100.000 kelahiran hidup.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 18
4) Balita Gizi Buruk
Persentase balita dengan gizi buruk pada tahun 2013 mencapai
0,37%, mengalami kenaikan menjadi 0,44% pada tahun 2014.
5) Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan
Persalinan oleh tenaga kesehatan pada tahun 2013 sebesar
99,90%, naik menjadi sebesar 99,99% pada tahun 2014, sudah
lebih baik dari target nasional 95%.
6) Cakupan Penggunaan Air Bersih
Cakupan penggunaan air bersih pada tahun 2013 sebesar
98,33% meningkat menjadi sebesar 99,29% pada tahun 2014.
Pencapaian angka tersebut sudah lebih baik dibandingkan
dengan angka Nasional 80%.
7) Cakupan Penggunaan Jamban Keluarga
Cakupan penggunaan jamban keluarga pada tahun 2013
sebesar 81,65%, meningkat menjadi sebesar 92,94% pada tahun
2014. Pencapaian ini masih dibawah provinsi, yakni sebesar
82,88%, tetapi sudah diatas target nasional yaitu sebesar 72%.
Adapun capaian indikator kesehatan tahun 2010-2014 dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2.18Indikator Kesehatan Tahun 2010-2014 Kabupaten Sleman
No Indikator Capaian Kabupaten Sleman2010 2011 2012 2013 2014
1 Usia harapan hidup rata-rata :- Laki-laki- Perempuan
74,8773,0476,70
75,7673,1476,80
76,0873,4677,12
76,0173,5077,10
76,1373,8077,13
2 Angka Kematian Bayi/1.000 KH 5,78 5,25 4,70 4,6 4,653 Angka Kematian Ibu
Melahirkan/100.000 KH112,2 122 81,88 63,70 83,29
4 Persentase Balita Gizi Buruk 0,66 0,5 0,45 0,37 0,445 Universal Child
Immunization/UCI (%)100 100 100 100 100
6 Balita Gizi Buruk MendapatPerawatan (%)
100 100 100 100 100
7 Persalinan Oleh TenagaKesehatan (%)
93,16 99,61 99,86 99,90 99,99
8 Cakupan Rumah Tangga Sehat(%)
83 82,8 83,82 85,47 86,78
9 Cakupan penggunaan Air Bersih(%)
94,9 94,9 95,14 98,33 99,29
10 Cakupan penggunaan JambanKeluarga (%)
67,2 65,1 75,11 81,65 92,94
11 Cakupan penggunaan SPAL (%) 58,5 48,8 59,62 70,93 77,46Sumber : Dinas Kesehatan, 2014
c. KetenagakerjaanPerkembangan pembangunan ekonomi sangat dipengaruhi oleh
produktivitas tenaga kerja yang bekerja. Perkembangan ekonomi
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 19
mampu menyerap sebagian tenaga kerja, sehingga mengurangi angka
pengangguran. Perkembangan ketenagakerjaan Kabupaten Sleman
Tahun 2011-2014 menunjukkan kondisi yang fluktuatif. Gambaran
ketenagakerjaan di Kabupaten Sleman Tahun 2014 tercatat sebanyak
905.284 orang penduduk usia kerja yang terdiri dari angkatan kerja
sebanyak 616.023 orang dan 289.261 orang bukan angkatan kerja.
Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) atau rasio angkatan kerja
dengan penduduk usia kerja yaitu 68,05%, sedangkan tingkat
pengangguran terbuka sebesar 4,21%. Kondisi ini dapat dilihat pada
Tabel 2.19.
Tabel 2.19Perkembangan Ketenagakerjaan Tahun 2010-2014
Kabupaten SlemanNo. Uraian 2011 2012 2013 2014*)1. Penduduk Usia Kerja 862.547 867.730 880.502 905.2842. Angkatan Kerja 593.046 575.650 574.273 616.023
- Bekerja 561.894 544.438 554.867 590.080- PenganggurTerbuka 31.152 31.212 19.406 25.943
3. Bukan AngkatanKerja 269.501 292.080 306.229 289.261
4. TPAK (%) 68,75 66,34 65,22 68,05
5.Tingkatpengangguranterbuka
5,25 5,42 3,38 4,21
Sumber: BPS Kabupaten Sleman, 2014
Lapangan usaha yang menjadi sumber penyerapan tenaga kerja
dan perkembangan ekonomi daerah tumbuh variatif sehingga daya
serap tenaga kerja dan kontribusinya pada PBRD berbeda.
Kemampuan lapangan usaha sektor utama dalam penyerapan tenaga
kerja pada periode 2011-2015 cukup fluktuatif. Sektor pertanian
mengalami penurunan, sedangkan sektor perdagangan, hotel dan
restoran, sektor keuangan dan jasa serta sektor listrik, air dan gas
mengalami kenaikan. Gambaran penduduk bekerja menurut
lapangan usaha pada tahun 2011-2014 seperti pada Tabel 2.20.
Pada tahun 2014, sebagian besar penduduk di Kabupaten
Sleman bekerja di sektor perdagangan, hotel dan restoran serta jasa-
jasa yang masing-masing menyerap 163.393 orang (27,69%) dan
150.175 orang (25,67%). Sektor lainnya yang relatif besar menyerap
tenaga kerja adalah sektor pertanian dan industri pengolahan yang
masing-masing menyerap 83.437 orang (14,14%) dan 87.804 orang
(14,88%).
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 20
Tabel 2.20Penduduk Berumur 15 Tahun ke atas yang Bekerja
menurut Lapangan Usaha, tahun 2011 - 2014No Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014*)1. Pertanian 92.941 111.054 103.086 83.437
2. Pertambangan /Penggalian 5.091 5.830 1.778 2.537
3. Industri Pengolahan 71.708 68.569 66.022 87.8044. Listrik, Air, dan Gas 2.557 1.876 3.891 5.0165. Bangunan 37.425 35.635 26.127 32.867
6. Perdagangan danHotel 156.470 137.877 158.974 163.393
7. Angkutan danKomunikasi 36.736 23.046 23.988 30.802
8. Keuangan dan JasaPerusahaan 20.198 26.753 28.554 34.048
9. Jasa-jasa 138.768 133.798 142.447 150.175Jumlah 561.894 544.438 554.867 590.080
Sumber: BPS Kabupaten Sleman, 2014*) angka sementara
2.1.2.3. Fokus Seni Budaya dan OlahragaAnalisis atas kinerja Seni Budaya dan Olahraga dilakukan
terhadap indikator kebudayaan dan pemuda dan olahraga:
a. KebudayaanPembangunan bidang seni budaya sangat terkait erat dengan
kualitas hidup manusia dan masyarakat, yaitu untuk mewujudkan
masyarakat Indonesia yang berakhlak mulia, bermoral, beretika,
berbudaya dan beradab. Kabupaten Sleman yang terdiri dari 17
kecamatan dan 86 desa, memiliki adat-istiadat serta berbagai
kesenian yang menggambarkan dinamika yang ada dalam
masyarakat, sekaligus sebagai potensi yang dimiliki masyarakat.
Di bawah ini disampaikan data tentang grup kesenian serta
gedung kesenian yang ada di Kabupaten Sleman, sebagaimana tabel
berikut ini :
Tabel 2.21Perkembangan Seni, Budaya Tahun 2010-2014
Kabupaten SlemanNo. Capaian Pembangunan 2010 2011 2012 2013 2014
1 Jumlah grup kesenian 893 893 1.125 1.353 1.3532 Jumlah gedung kesenian 7 7 8 10 10
Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, 2014
Berdasarkan data di atas menggambarkan bahwa di Kabupaten
Sleman pada tahun 2013 memiliki kelompok kesenian sejumlah
1.353 kelompok kesenian yang tersebar di 17 Kecamatan dan 86
desa. Pada tahun 2014 jumlahnya tetap sama tidak ada perubahan.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 21
Hal ini menggambarkan bahwa kelompok-kelompok kesenian
tetap terpelihara dengan baik di masyarakat untuk mendukung desa
wisata yang ada di Kabupaten Sleman. Namun demikian dengan
jumlah penduduk sebesar 1.062.801 jiwa (data semester I Tahun
2014 hasil konsolidasi Kementerian Dalam Negeri) Kabupaten
Sleman baru memiliki fasilitas gedung kesenian sejumlah 10 gedung
kesenian.
Adapun nama-nama gedung kesenian di Kabupaten Sleman
adalah Balai Budaya Minomartani, Balai Budaya Sinduharjo Ngaglik,
Pusat Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kependidikan
Seni Budaya Klidon, Gedung Kesenian Sleman, Gedung Kesenian
Universitas Negeri Yogyakarta, Panggung Trimurti dan Panggung
Rorojonggrang Prambanan dan Gedung Kesenian Hardjo Sumantri,
Ndalem Notoprajan Rejodani dan Panggung Terbuka Kaliurang.
Pembangunan bidang seni budaya juga sangat terkait erat
dengan kualitas hidup manusia dan masyarakat, yaitu untuk
mewujudkan masyarakat Indonesia yang berakhlak mulia, bermoral,
beretika, berbudaya dan beradab. Kabupaten Sleman yang terdiri
dari 17 kecamatan dan 86 desa, memiliki adat-istiadat serta berbagai
kesenian yang menggambarkan dinamika yang ada dalam
masyarakat, sekaligus sebagai potensi yang dimiliki masyarakat.
Pemerintah Kabupaten Sleman memliki potensi budaya yang
tanggible dan intengible yang variatif berupa candi dan situs, rumah
tradisional, tempat bersejarah, monumen, museum, upacara adat,
desa budaya dan berbagai macam kesenian. Selain itu di kabupaten
Sleman juga marak dengan berbagai aktivitas budaya dan kesenaian,
demikian juga dengan partisipasi masyarakat yang cukup dinamis.
Potensi Budaya di Kabupaten Sleman tergambarkan sebagai
berikut :
Tabel 2.22Potensi Budaya dan kesenian Tahun 2010-2014
Kabupaten SlemanNo Uraian 2010 2011 2012 2013 20141 Candi 72 72 72 72 722 Situs 116 116 116 116 1163 Rumah Tradisional 414 414 414 414 4144 Wisata sejarah 11 11 11 11 115 Monumen/ tetenger 33 33 33 33 336 Museum 9 10 10 10 137 Upacara Adat 10 10 10 10 10
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 22
No Uraian 2010 2011 2012 2013 20148 Tradisi Budaya 27 30 32 36 509 Desa Budaya 6 6 6 6 109 Jenis Kesenian 890 890 1278 1353 135310 Gedung kesenian 7 7 8 8 10
Sumber Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata 2014
b. Pemuda dan OlahragaDalam rangka mewujudkan bangsa yang berdaya saing untuk
mencapai masyarakat yang lebih makmur dan sejahtera serta
berkualitas, maka sangat dibutuhkan generasi muda yang benar-
benar tangguh, berbobot dan sehat. Untuk mencukupi kebutuhan
tersebut maka salah satu indikator terpenuhinya generasi muda yang
berkualitas adalah tersedianya fasilitas olahraga. Di bawah ini data
tentang jumlah klub olahraga serta data gedung olahraga yang ada di
Kabupaten Sleman sebagaimana tabel berikut ini :
Tabel 2.23Perkembangan Olahraga Tahun 2010-2014
di Kabupaten SlemanNo. Capaian Pembangunan 2010 2011 2012 2013 2014
1 Jumlah klub olahraga 37 37 747 747 1382 Jumlah gedung olahraga 11 11 52 52 71
Sumber: Dinas Pendidikan, pemuda dan Olahraga, 2014
Dari data fasilitas olahraga baik jumlah klub olahraga yang ada
dan gedung olahraga yang tersedia di tahun 2013 tidak sama dengan
tahun 2014. Ada perbedaan angka sangat signifikan antara tahun
2013 dan 2014. Hal ini terjadi karena pada saat pendataan tahun
2012 belum ada standar yang ditentukan untuk menyebut apakah
sebuah perkumpulan olahraga disebut sebagai klub olahraga.
Sehingga semua kelompok-kelompok olahraga disebut sebagai klub
olahraga, dengan demikian menyebabkan jumlahnya berbeda jauh
dibandingkan dengan pendataan yang dilakukan pada tahun 2014
dengan standar lebih detil. Adapun dari hasil pendataan tentang
klub-klub olahraga pada tahun 2014 adalah sebagai berikut: klub
sepak bola sebanyak 74 klub, bulu tangkis sebanyak 23 klub, bola
voli 32 klub, tenis meja sebanyak 5 klub, sepak takraw 2 klub, dan
bola basket 1 klub.
Sedangkan untuk fasilitas gedung olahraga tahun 2014 menjadi
71 gedung olahraga. Gedung sejumlah 71 ini terdiri dari gedung
indoor yang dimiliki baik oleh perorangan, dusun, desa, pemda,
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 23
pemprov, BUMD dan lembaga pendidikan khususnya untuk gedung
sepak bola, bulutangkis, bola voli, tenis meja, sepak takraw, bola
basket dan gedung futsal.
2.1.3. Aspek Pelayanan Umum
Aspek pelayanan umum menjelaskan kondisi pelayanan urusan
wajib dan urusan pilihan yang menjadi jangkauan pelayanan dari
SKPD Kabupaten Sleman.
2.1.3.1. Fokus Layanan Urusan Wajiba. Urusan Wajib Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu bidang penting dalam
pembangunan nasional maupun daerah. Sumber daya manusia
(SDM) yang berkualitas merupakan modal yang sangat berharga bagi
pembangunan, baik pembangunan manusia itu sendiri maupun
pembangunan ekonomi. SDM yang berkualitas akan membawa
dampak pada kemajuan dibidang teknologi, kesehatan, ekonomi, dan
kesejahteraan masyarakat secara umum. Hal ini dikarenakan
penduduk yang memiliki pendidikan yang cukup akan
mempengaruhi kemampuan mereka dalam menghasilkan barang dan
jasa, melakukan inovasi teknologi, merancang dan merekayasa
lingkungan hidup, menjaga keteraturan sosial, mengembangkan
perekonomian dan pada akhirnya bermuara pada peningkatan
kualitas hidup manusia secara keseluruhan.
Data mengenai pendidikan merupakan salah satu komponen
yang sangat penting untuk melihat kualitas penduduk. Tinggi
rendahnya tingkat pendidikan di suatu daerah dikaitkan oleh
beberapa indikator pendidikan sebagai berikut :
1) Angka Partisipasi Sekolah (APS)
Angka Partisipasi Sekolah merupakan ukuran daya serap sistem
pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. Angka tersebut
memperhitungkan adanya perubahan penduduk terutama usia
muda.
Ukuran yang banyak digunakan di sektor pendidikan seperti
pertumbuhan jumlah murid lebih menunjukkan perubahan jumlah
murid yang mampu ditampung di setiap jenjang sekolah, sehingga
naiknya persentase jumlah murid tidak dapat diartikan sebagai
semakin meningkatnya partisipasi sekolah. Bisa jadi kenaikan
tersebut karena dipengaruhi oleh semakin besarnya jumlah
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 24
penduduk usia sekolah yang tidak diimbangi dengan ditambahnya
infrastruktur sekolah.
Hasil analisis perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) di
lingkup kabupaten dapat disajikan sebagai berikut:
Tabel 2.24Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS)
Tahun 2010-2014 Kabupaten SlemanNo Jenjang
Pendidikan 2010 2011 2012 2013 2014
1 APS SD/MI 110,45 113,17 115,42 111,77 104,432 APS SMP/MTs 109,72 108,18 110,81 110,52 103,19
3APSSMA/MA/SMK
58,02 57,89 76,66 56,76 58,99
Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga, 2014
Dengan melihat tabel di atas maka dapat dikatakan APS untuk
SD/MI pada tahun 2013 sebesar 111,77% menurun pada tahun
2014 menjadi 104,43% Penurunan ini disebabkan karena
peningkatan siswa dari tahun 2013 ke tahun 2014 hanya sebesar
1,03%, sedangkan peningkatan jumlah penduduk usia SD dari tahun
2013 ke tahun 2014 sebesar 9,94%, yaitu dari jumlah penduduk usia
7-12 pada tahun 2013 sebesar 79.588 jiwa menjadi 87.504 jiwa pada
tahun 2014. Artinya prosentase pertumbuhan penduduk justru lebih
besar dari pertumbuhan siswa, maka prosentase APS akan menurun.
Jenjang SMP/M.Ts APS pada tahun 2013 sebesar 110,52%
berkurang menjadi 103,19% pada tahun 2014. Hal ini disebabkan
oleh hal yang sama dengan jenjang SD, dimana prosentase kenaikan
jumlah siswa SMP/M.Ts dari tahun 2013 ke tahun 2014 sebesar
1,07%, sedangkan prosentase kenaikan jumlah penduduk usia
sekolah SMP/M.Ts dari tahun 2013 ke tahun 2014 sebesar 14,34%
dari jumlah penduduk usia 13-15 pada tahun 2013 sebesar 38.292
jiwa menjadi 43.784 jiwa pada tahun 2014. Artinya dengan
peningkatan jumlah penduduk usia sekolah yang lebih besar dari
peningkatan jumlah siswa maka akan menyebabkan prosentase APS
akan turun.
Untuk jenjang SMA/MA/SMK besarnya APS pada tahun 2013
adalah 56,76% meningkat menjadi 58,99% pada tahun 2014. Adanya
peningkatan prosentase APS jenjang SMA/SMK disebabkan adanya
penurunan prosentase pada jumlah penduduk sebesar 3,52% yaitu
dari jumlah penduduk usia 16-18 pada tahun 2013 sebesar 45.328
jiwa menjadi 43.731 jiwa pada tahun 2014, sekalipun jumlah siswa
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 25
tetap mengalami peningkatan sebesar 1,00%. Artinya ketika jumlah
penyebut mengalami penurunan maka akan menyebabkan hasil
penghitungan yang semakin besar.
2) Rasio Ketersediaan Gedung Sekolah/Penduduk Usia Sekolah
Rasio ketersediaan sekolah adalah jumlah sekolah jenjang
tertentu per 10.000 penduduk usia sekolah. Rasio ini
mengindikasikan kemampuan untuk menampung semua penduduk
usia sekolah.
Untuk melihat ketersediaan fasilitas gedung sekolah bagi
penduduk untuk memenuhi pelayanan pendidikan, maka dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.25Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah
Tahun 2010-2014 Kabupaten SlemanNo Jenjang
Pendidikan 2010 2011 2012 2013 2014
1 Rasio SD/MI 68 67 67 66 652 Rasio SMP/MTs 33 33 35 34 413 Rasio
SMA/MA/SMK25 25 25 25 48
Sumber: Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga, 2014
Berdasarkan data di atas menggambarkan bahwa pada tahun
2013 rasio ketersediaan gedung sekolah SD/MI terhadap penduduk
usia sekolah SD/MI mengalami penurunan dari 66 menjadi 65 pada
tahun 2014. Perbedaan angka ini terjadi karena adanya peningkatan
jumlah penduduk usia sekolah SD/MI sebesar 9,94% sedangkan
peningkatan jumlah gedung sekolah hanya 0,76%, sehingga
menyebabkan penurunan pada rasio ketersediaan sekolah terhadap
penduduk usia sekolah.
Rasio gedung sekolah SMP/MTs dan penduduk usia sekolah
SMP/MTs pada tahun 2013 adalah sebesar 34 setiap 10.000
penduduk usia SMP, dan pada tahun 2014 meningkat menjadi 41.
Peningkatan angka ini terjadi karena ada peningkatan jumlah
penduduk usia sekolah 13-15 tahun, sedangkan peningkatan jumlah
sekolah hanya 0,75% lebih kecil dibanding dengan peningkatan
jumlah penduduk usia sekolah sebesar 14,34.%.
Rasio gedung sekolah dan jumlah penduduk usia sekolah
SMA/MA/ SMK pada tahun 2014 menjadi 48 mengalami perubahan
dari tahun 2013 yaitu sebesar 25. Hal ini terjadi karena jumlah
sekolah bertambah 1,75%, sedangkan jumlah penduduk usia
sekolah menengah mengalami penurunan sebesar 3,52%.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 26
3) Rasio Guru/Murid
Rasio guru/murid menggambarkan perbandingan jumlah guru
terhadap murid. Hal ini untuk melihat apakah guru yang tersedia
cukup untuk melayani atau membimbing murid yang ada. Dengan
melihat rasio ini maka dapat digunakan untuk mengetahui
kebutuhan guru dalam memberikan pelayanan pendidikan bagi
murid-murid yang ada di Kabupaten Sleman, sekaligus juga untuk
mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru agar tercapai mutu
pengajaran.
Hasil analisis rasio jumlah guru/murid se-Kabupaten Sleman
dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 2.26Rasio Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar
Tahun 2010-2014 Kabupaten SlemanNo Jenjang Pendidikan 2010 2011 2012 2013 20141 Rasio SD/MI 14 14 15 15 152 Rasio SMP/MTs 13 12 12 12 133 Rasio SMA/MA/SMK 9 9 9 9 9
Sumber: Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga, 2014
Berdasarkan tabel di atas maka dapat dikatakan bahwa pada
tahun 2014 rasio guru/murid jenjang SD/MI adalah sebesar 15
artinya setiap satu guru dibebani murid sejumlah 15 anak dan tidak
mengalami perubahan pada tahun 2014. Berdasarkan Standar
Nasional Pendidikan yang tertuang dalam Permendiknas 41 tahun
2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah, maka 1 (satu) orang guru SD/MI mengajar 28 siswa.
Pada tahun 2014 jenjang SMP/M.Ts rasio guru/murid adalah 13
mengalami perubahan dari tahun 2013. Berdasarkan Standar
Nasional Pendidikan yang tertuang dalam Permendiknas 41 tahun
2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah, maka 1 (satu) orang guru SMP/M.Ts mengajar 32 siswa.
Untuk jenjang SMA/MA/SMK rasio guru/murid sebesar 9 pada
tahun 2014 masih tetap sama pada tahun 2013. Berdasarkan
Standar Nasional Pendidikan yang tertuang dalam Permendiknas 41
tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah, maka 1 (satu) orang guru SMA/SMK mengajar 32
siswa.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 27
Perkembangan dan hasil penyelenggaraan pendidikan dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.27Perkembangan dan Hasil Penyelenggaraan Pendidikan
Tahun 2010-2014 Kabupaten Sleman
No Uraian Data Tahun Anggaran2010 2011 2012 2013 2014
1. Taman Kanak-kanaka. Jumlah sekolah 519 521 535 539 545
- Negeri 4 4 5 5 5- Swasta 515 517 530 534 540
b. Jumlah guru 2.253 2.284 2.300 2.324 2.324- Negeri 42 47 49 49 48- Swasta 2.211 2.237 2.251 2.275 2276
c.Jumlah tenaganon guru 270 269 441 399 404
- Negeri 12 14 17 18 17- Swasta 258 255 424 381 387
d. Jumlah siswa 26.356 27.141 27.740 29.362 30.184- Negeri 429 440 515 474 560- Swasta 25.927 26.701 27.225 28.888 29624
2. Sekolah Dasar/MIa. Jumlah sekolah 519 521 526 527 531
- Negeri 381 381 329 379 379- Swasta 138 140 145 148 152
b. Jumlah guru 6.370 6.328 6.250 6.159 6.040- Negeri 4.520 4.474 4.340 4.199 4026- Swasta 1.850 1.854 1.910 1.960 2014
c.Jumlah tenaganon guru 983 1.103 1.163 1.206 1.291
- Negeri 670 745 785 820 866- Swasta 313 358 378 386 425
d. Jumlah siswa 89.335 90.622 89.886 91.338 92.859- Negeri 65.702 66.133 64.982 64.192 64169- Swasta 23.633 24.489 24.904 27.146 28690
3. SMP/MTSa. Jumlah sekolah 121 123 129 132 133
- Negeri 64 64 64 64 64- Swasta 57 59 65 68 69
b. Jumlah guru 3.202 2.256 3.359 3.303 3.350- Negeri 2.076 2.035 2.012 1.939 1892- Swasta 1.126 1.221 1.347 1.364 1458Jumlah tenaganon guru 974 1.030 1.001 974 957
- Negeri 702 713 684 663 633- Swasta 272 317 317 311 324
d. Jumlah siswa 39.519 39.857 40.730 41.352 44.257- Negeri 28.236 28.278 27.780 27.708 27703- Swasta 11.283 11.579 12.950 13.644 16554
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 28
No Uraian Data Tahun Anggaran2010 2011 2012 2013 2014
4. SMA/MAa. Jumlah sekolah 57 57 58 56 58
- Negeri 22 22 22 22 22- Swasta 35 35 36 34 36
b. Jumlah guru 1.740 1.699 1.688 1.631 1.676- Negeri 929 903 875 853 847- Swasta 811 796 813 778 829
c.Jumlah tenaganon guru 561 549 572 537 543
- Negeri 340 333 345 331 326- Swasta 221 216 227 206 217
d. Jumlah siswa 14.267 14.734 14.936 14.912 15.565- Negeri 9.671 9.971 10.120 10.135 10241- Swasta 4.596 4.763 4.816 4.777 5324
5. SMKa. Jumlah sekolah 53 53 54 58 58
- Negeri 8 8 8 8 8- Swasta 45 45 46 50 50
b. Jumlah guru 1.944 1.925 1.973 2.043 2.104- Negeri 619 602 610 613 612- Swasta 1.325 1.323 1.363 1.430 1492
c.Jumlah tenaganon guru 569 576 569 589 606
- Negeri 198 202 192 203 206- Swasta 371 374 377 386 400
d. Jumlah siswa 18,990 19.461 19.592 20.072 20.294- Negeri 6.840 6.893 6.981 7.222 7654- Swasta 12.150 12.568 12.611 12.850 12640
6.Kondisi BangunanSekolah
a.Jumlah RuangSD 3.661 3.646 3.664 3.721 3.863
- Baik 2.609 2.686 2.711 3.007 3077- Rusak Ringan 761 679 659 585 678- Rusak Berat 291 281 294 129 108Jumlah RuangSMP 1.248 1.209 1.241 1.362 1.443
- Baik 1.065 1.074 1.125 1.232 1345- Rusak Ringan 113 84 72 98 68- Rusak Berat 70 51 44 32 30
c.Jumlah RuangSMA 1.211 1.246 1.229 1.282 1.358
- Baik 1.098 1.117 1.122 1170 1277- Rusak Ringan 88 102 105 103 765- Rusak Berat 25 27 2 9 5
BPendidikan LuarSekolah
1.Lembaga PendidikanKursus
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 29
No Uraian Data Tahun Anggaran2010 2011 2012 2013 2014
a. Jumlah lembaga 110 127 116 132 135b. Jumlah tutor 660 508 474 528 532
c.Jumlah wargabelajar 2.200 2.651 2.519 2.640 2720
2.Sanggar kegiatanbelajara. Jumlah kegiatan 4 7 4 7 9
b.Jumlah pamongbelajar 6 10 10 9 9
3. Kelompok Belajar
a..Kejar Paket Bsetara SMP- Jumlah tutor 642 108 178 108 83- Jumlahkelompok 107 18 33 43 22
- Jumlah wargabelajar 2.620 360 825 360 300
b.Kejar Paket Csetara SMA- Jumlah tutor 245 120 91 101 165- Jumlahkelompok 35 20 20 17 21
- Jumlah wargabelajar 1040 400 400 240 360
4.Play Group (KelompokBermain)a. Jumlah tutor 818 1.046 925 862 1.052
b.Jumlahkelompok 185 219 212 224 231
c.Jumlah wargabelajar 5.168 6.755 6.474 6.596 7256
5. TPAa. Jumlah tutor 312 516 408 410 460
b.Jumlahkelompok 87 107 78 88 82
c.Jumlah wargabelajar 2.218 2.739 2.075 2.028 2.614
6. Satuan PAUD Sejenisa. Jumlah tutor 3.521 2.442 1.684 1.766 1.240
b.Jumlahkelompok 542 507 327 573 573
c.Jumlah wargabelajar 20.115 20.580 10.790 20.683 7.918
CHasil PelayananPublik
1.Angka PartisipasiKasar (%)a. SD 116,42 116,45 116,51 114,77 116,78b. SMP 115,48 113,68 113,70 108,93 111,41c. SMA/SMK 77,17 77,66 77,69 79,00 86,39
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 30
No Uraian Data Tahun Anggaran2010 2011 2012 2013 2014
2. Angka PartisipasiMurni (%)a. SD 100,73 101,51 100,81 99,96 102,07b. SMP 81,71 79,65 81,84 81,24 81,63c. SMA/SMK 54,03 54,04 55,11 55.16 57,73
3. Anak Putus Sekolaha. SD 33 40 36 29 42b. SMP 27 32 30 14 18c. SMA/SMK 74 74 73 41 54
4. Rasio Siswa:Sekolaha. TK 51 52 53,30 55 55b. SD 173 174 173,16 173 174,88c. SMP 317 314 317,46 313 332,76d. SMA/SMK 302 311 311,64 307 309,13
5. Rasio Siswa: Gurua. TK 12 12 12,40 13 13b. SD 14 14 14,52 15 15c. SMP 12 12 12,19 12 13d. SMA/SMK 9 9 9,45 9 9
6. Rasio Siswa: Kelasa. SD 24 24,90 24,46 24 24,40b. SMP 33 31,31 31,38 30 30,21c. SMA/SMK 33 28,52 24,15 27 25,82
7.Rata-rata Nilai HasilBelajara. UAN SD 7,17 7,53 7,70 7,76 7,55b. UAN SMP 7,09 6,64 6,76 7,22 6,54c. UAN SMA 6,65 6,60 6,16 6,87 5,76d. UAN SMK 6,59 6,78 6,99 7,02 6,61
8 Rata-rata nilai Hasil Belajar program Kesetaraana. UAN Paket A
Setara SD 6,50 0 6,09 6,00 -
b. UAN Paket BSetara SMP 6,50 6,60 6,4 6,20 5,71
c. UAN Paket CSetara SMA 6,75 6,75 6,6 6,30 5,05
9. Rata-rata Kelulusan (%)a. SD 99,90 99,59 99,26 98,94 98,56b. SMP 92,10 99,93 98,37 93,74 96,88c. SMA/SMK 96,58 99,34 95,94 95,46 99,64
10 Prosentase guru yang layak mengajara. TK 29,96 40,32 46,26 61,14 66,88b. SD 48,99 58,19 67,44 75.48 82,22c. SMP 79,18 82,12 84,52 85.89 87,85d. SMA/SMK 88,14 88,47 90,33 91.26 91,64
Sumber: Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga, 2014
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 31
b. Urusan Wajib KesehatanPembangunan bidang kesehatan antara lain bertujuan agar
semua lapisan masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan secara
mudah, murah dan merata. Melalui upaya tersebut diharapkan akan
tercapai derajad kesehatan yang lebih baik.
Pelayanan di RSUD Sleman juga telah memenuhi standar ISO
9001:2000/ISO 9001:2008. Pencapaian indikator pelayanan RSUD
tahun 2014 adalah sebagai berikut:
1) Angka tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit/Bed
Occupancy Rate (BOR) mencapai 67,94%, kondisi ini belum baik
karena BOR dikatakan baik jika realisasinya 70%-85%.
2) Frekuensi pemakaian (Bed Turn Over) tahun 2014 mencapai
55,91 kali.
3) Pada tahun 2014 rata-rata tempat tidur dalam kondisi tidak
terisi ke kondisi terisi berikutnya (Turn Over Interval) mencapai
2,09 hari. Hal ini memperlihatkan kondisi pelayanan kamar
pada pasien sudah mencapai ideal yaitu sesuai standard
Departemen Kesehatan 6 jam sampai dengan 3 hari.
4) Rata-rata lama perawatan pasien (Length of Stay) mencapai 5,31
hari pada tahun 2014. Hal ini menunjukan bahwa pelayanan
rumah sakit terhadap pasien cukup memadai, karena sesuai
dengan standar nasional lama perawatan 3 - 6 hari.
5) Angka kematian bersih (Net Death Rate) yang menunjukkan
angka kematian pasien ketika dirawat di rumah sakit pada
tahun 2014 mencapai 20,51‰ pasien, mengalami kenaikan
sebesar 6,59‰ pasien dari tahun 2013 yang menunjuk angka
13,92‰ pasien. Walaupun angka kematian pasien ketika
dirawat di RS mengalami kenaikan, masih merupakan angka
realisasi yang aman, selama tidak melebihi 25 ‰.
6) Angka kematian kasar (Gross Death Rate) merupakan angka
kematian pasien pasca rawat inap di rumah sakit mencapai
23,86‰ pasien pada tahun 2013, mengalami kenaikan tahun
2014 menjadi 34,59‰.
Pencapaian Kinerja Pelayanan di RSUD Prambanan tahun 2014
adalah sebagai berikut :
1) Angka tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit/Bed
Occupancy Rate (BOR) mencapai 26,25%, menurun jika
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 32
dibandingkan tahun 2013 sebesar 31,38%. Kondisi ini belum
efisien karena BOR dikatakan baik jika realisasinya 70% - 85%,
2) Frekuensi pemakaian (Bed Turn Over) tahun 2014 mencapai
39,5% kali per tahun, kondisi pelayanan pemakaian tempat
tersebut masih jauh dibawah standar nasional yaitu 75 kali per
tahun.
3) Pada tahun 2014 rata-rata tempat tidur dalam kondisi tidak
terisi ke kondisi terisi berikutnya (Turn Over Interval) mencapai
6,81 hari. Hal ini memperlihatkan kondisi pelayanan kamar
pada pasien masih jauh dari ideal karena sesuai standar
Departemen Kesehatan 6 jam sampai dengan 3 hari.
4) Rata-rata lama perawatan pasien (Length of Stay) mencapai 2.52
hari pada tahun 2014. Hal ini menunjukan bahwa pelayanan
rumah sakit terhadap pasien masih jauh memadai, karena
sesuai dengan standar nasional lama perawatan 3 - 6 hari.
5) Angka kematian bersih (Net Death Rate) yang menunjukkan
angka kematian pasien ketika dirawat di rumah sakit pada
tahun 2014 sebesar 5,58‰, masih merupakan angka realisasi
yang aman, selama tidak melebihi 25‰, Angka kematian kasar
(Gross Death Rate) merupakan angka kematian pasien pasca
rawat inap di rumah sakit pada tahun 2014 sebesar 16,81‰.
6) Target nasional untuk NDR maksimal 25 orang per 1.000 pasien
keluar RS; sedangkan GDR 40 orang per 1.000 pasien keluar.
Apabila dikomparasikan dengan target nasional, realisasi RSUD
Prambanan pada parameter angka kematian, sangat baik masih
dibawah, jauh dari target nasional. Hal ini berarti kinerja
pelayanan dilihat dari aspek angka kematian pasien masih
dapat dinilai baik.
Gambaran indikator capaian urusan kesehatan dapat dilihat
seperti tabel berikut :
Tabel 2.28Capaian Indikator Kesehatan
Tahun 2010-2014Kabupaten Sleman
No Indikator Tahun2010 2011 2012 2013 2014
1 - Rasio posyandu persatuan balita 51 50,8 35 41,08 40,892 - Rasio puskesmas persatuan
penduduk- Rasio pustu per satuanpenduduk
43.614
15.357
40.232
14.166
44.292
15.595
42,375
14.921
42.487
15.394
3 Rasio RS per satuan penduduk 49.561 47.895 42.588 40.756 37.935
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 33
No Indikator Tahun2010 2011 2012 2013 2014
4 Rasio dokter per satuan penduduk 895,94 878 1.401 1.416 2.3655 Rasio tenaga medis persatuan
penduduk762,48 898 960 969 3.096
6 Cakupan pertolongan persalinanoleh tenaga kesehatan yangmemiliki kompetensi kebidanan(%)
93,16 99,61 99,86 99,9 99.99
7 CakupanDesa/kelurahanUniversalChild Immunization (UCI) (%)
100 100 100 100 100
8 Cakupan Balita Gizi Burukmendapat perawatan (%)
100 100 100 100 100
9 Cakupan penemuan danpenanganan penderita penyakitTBC BTA (%)
44,84 67,5 55,83 86,87 100
10 Cakupan penemuan danpenanganan penderita penyakitDBD (%)
100 100 100 100 100
11 Cakupan pelayanan kesehatanrujukan pasien masyarakatmiskin (%)
100 100 100 100 100
12 Cakupan kunjungan bayi (%) 92,87 98,32 88,94 96,06 92,5713 Jumlah Puskesmas (bh) 25 25 25 25 2514 Jumlah pembantu Puskesmas (bh) 71 71 71 70 69
Sumber : Dinas Kesehatan, 2014
Kesehatan merupakan faktor yang berpengaruh dalam
pembangunan manusia. Derajad kesehatan masyarakat yang baik
akan merefleksikan kinerja yang baik pula pada masyarakatnya.
Oleh karena itu keberadaan fasilitas kesehatan juga sangat
memegang peran penting dalam meningkatkan derajad kesehatan
masyarakat. Semakin mudah masyarakat menjangkau fasilitas
kesehatan yang tersedia, maka diharapkan semakin berkurang pula
tingkat kesakitannya.
c. Urusan Wajib Pekerjaan UmumIndikator bidang pekerjaan umum di Kabupaten Sleman dapat
dilihat dari beberapa aspek. Indikator pertama adalah proporsi
panjang jaringan jalan dalam kondisi baik di Kabupaten Sleman yang
berubah pada tiap tahunnya sesuai dengan keadaan di lapangan.
Pada tahun 2013 proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik
adalah 0,541 dan pada tahun 2014 mencapai angka 0,516. Terdapat
penurunan kondisi jalan baik karena terjadi peningkatan beban lalu
lintas.
Indikator kedua adalah rasio jaringan irigasi. Angka rasio
jaringan irigasi pada tahun 2013 menunjukan jumlah angka 1:8.703
pada tahun 2014 menjadi 1:8.244 (atau 0,1213) meningkat karena
adanya rehabilitasi dan pembangunan saluran irigasi, dan
penurunan jumlah lahan pertanian budidaya. Rasio tersebut didapat
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 34
dari hasil perhitungan panjang saluran irigasi (km) dibagi dengan
luas lahan pertanian budidaya (Ha). Sampai dengan tahun 2014
panjang saluran irigasi 2.698,34 km yang terdiri atas saluran irigasi
primer sepanjang 419,966 km, irigasi skunder 317,480 km, dan
tersier sepanjang 1.960,894 km, dan luas lahan pertanian budidaya
seluas 22.233 Ha.
Indikator ketiga adalah rasio tempat ibadah per satuan
penduduk. Rasio tempat ibadah per satuan penduduk di Kabupaten
Sleman tercatat 1:279 pada tahun 2013, mengalami penurunan pada
tahun 2014 menjadi 1:312.
Indikator keempat adalah rasio tempat pemakaman umum per
satuan penduduk yang mencapai angka 286.142 pada awal tahun
2013, sedangkan pada tahun 2014 mencapai angka 286,08.
Indikator kelima adalah rasio tempat pembuangan sampah (TPS)
per satuan penduduk. Pada tahun 2014 didapat angka sebesar 1.052
dari hasil penghitungan TPS dengan kapasitas 1.201 m3 dibagi
jumlah penduduk eksisting dikalikan 1.000.
Indikator keenam adalah panjang jalan yang dilalui roda 4,
dimana angka tersebut mencapai 0,00270 km pada tahun 2014
untuk jalan nasional, jalan propinsi, jalan kabupaten, dan jalan desa.
Angka tersebut menunjukkan peningkatan yang signifikan jika
dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Indikator ketujuh adalah panjang jalan kabupaten dalam
kondisi baik (>40 Km/jam) dimana pada tahun 2014 mencapai
prosentase sebesar 51,59% didapat dari hasil panjang jalan baik dan
bisa dilalui kendaraan dengan kecepatan >40 Km/jam dibagi seluruh
panjang jalan kabupaten yang ada.
Indikator selanjutnya adalah drainase dalam kondisi baik, di
Kabupaten Sleman pada tahun 2013 sebesar 44,64%, dan pada
tahun 2014 meningkat menjadi 44,94%.
Untuk lingkungan permukiman dianggap sebagai kawasan
permukiman yang ada di Kabupaten Sleman. Luas kawasan
permukiman di Kabupaten Sleman adalah sebesar 33,65%, didapat
dari perhitungan luas kawasan permukiman seluas 19.340 ha
dibandingkan dengan luas wilayah Kabupaten Sleman sebesar
57.482 ha. Berikut tabel yang menggambarkan indikator bidang
pekerjaan umum.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 35
Tabel 2.29Indikator Bidang Pekerjaan Umum
Tahun 2010-2014 Kabupaten SlemanNo Indikator Tahun
2010 2011 2012 2013 20141 Proporsi panjang jaringan
jalan dalam kondisi baik0,3192 0,3423 0,363 0,541 0,516
2 Rasio Jaringan Irigasi 1:8.602 1:8.787 1:8.787 1:8.703 1:8,2443 Rasio tempat ibadah per
satuan penduduk1:306 1:311 1:303 1:279 1:312
4 Rasio tempat pemakamanumum per satuanpenduduk
294,373 287,254 283,572 286,142 286,08
5 Rasio tempat pembuangansampah (TPS) per satuanpenduduk
0,918 0,918 0,918 1,282 1,052
6 Panjang jalan dilalui Roda 4(km)
0,0031 0,0030 0,0030 0,0015 0,0027
7 Panjang jalan kabupatendalam kondisi baik (>40Km/jam)
31,9% 34,23% 36,32% 54,06% 51,59
8 Drainase dalam kondisibaik/ pembuangan aliranair tidak tersumbat (%)
33,05 33,05 43,89 44,64 44,94
9 Kawasan Pemukiman (%) 40,574 40,574 40,574 39,700 33,65Sumber : Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan, 2014
d. Urusan Wajib PerumahanIndikator kinerja yang digunakan dalam bidang perumahan
diantaranya rumah tangga pengguna air bersih, rumah tangga
pengguna listrik, rumah tangga bersanitasi, dan rumah layak huni.
Indikator-indikator selain rumah layak huni diukur berdasarkan
jumlah pengguna.
Indikator rumah tangga pengguna air bersih di Kabupaten
Sleman pada tahun 2013 adalah sebesar 98.30%, meningkat menjadi
98,33% pada tahun 2014. Untuk indikator rumah tangga pengguna
listrik mencapai 95,60% pada tahun 2013, pada tahun 2014
mengalami peningkatan menjadi 99%.
Untuk indikator rumah tangga bersanitasi pada tahun 2013
angka yang tercatat sebesar 81,65%, meningkat menjadi 88,27%
pada tahun 2014. Indikator rumah layak huni dihitung berdasarkan
jumlah rumah layak huni pada tahun yang bersangkutan dibagi
jumlah seluruh rumah pada tahun yang bersangkutan dikali 100%
sehingga didapatkan angka sebesar 91,73% pada tahun 2013,
meningkat menjadi 93,64% pada tahun 2014. Indikator urusan
perumahan Kabupaten Sleman tahun 2010-2014 selengkapnya dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 36
Tabel 2.30Indikator Urusan Wajib Perumahan
Tahun 2010-2014 Kabupaten SlemanNo Indikator Tahun
2010 2011 2012 2013 2014
1 Rumah tangga penggunaair bersih (%) 93,9 94,3 95,4 98,30 98,33
2 Rumahtanggapenggunalistrik (%) 97,10 97,15 95 95,60 99
3 Rumahtanggaber-Sanitasi(%) 67,20 65,12 74,28 81,65 88,27
4 Rumah layak huni (%) 90,43 90,92 91,24 91,73 93,64Sumber : Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan, 2014
e. Urusan Wajib Penataan RuangLuas RTH hanya dihitung dari RTH Perkotaan dengan
pertimbangan pernah dilakukan studi tentang RTH kawasan
perkotaan. Rasio perhitungannya didasarkan pada luas RTH
perkotaan dibagi luas seluruh kawasan perkotaan di Kabupaten
Sleman sehingga didapatkan rasio RTH 63,724%. Adapun luas RTH
diambil dari laporan RTH wilayah perkotaan yang merupakan luas
lahan tidak terbangun.
Rasio IMB dihitung berdasarkan pelayanan IMB yang sudah
diberikan baik IMB tetap, IMB sementara maupun IMB pemutihan.
Pada tahun tertentu dibanding dengan 5 bangunan pada tahun
tertentu yang dihitung dari bangunan-bangunan rumah, fasilitas
pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas perdagangan, fasilitas
transportasi, fasilitas pengairan, persampahan, fasilitas peternakan,
stasiun bahan bakar, fasilitas pariwisata dan industri/ pergudangan.
Rasio tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.31Rasio Bangunan ber-IMB per Satuan Bangunan
Tahun 2010-2014 Kabupaten SlemanNo Indikator Tahun
2010 2011 2012 2013 2014
1.Rasio Ruang Terbuka Hijauper SatuanLuas Wilayah berHPL/HGB (%)
63,72*) 55,36**) 54,96 54,71 54,41
2. Rasio bangunan ber- IMB persatuan bangunan (%) 9,569 7,703 13,220 46,58 47,01
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan, 2014Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, 2014Ket *) : Angka perhitungan dengan luasan kawasan perkotaan berdasarkan Perda 23/1994
f. Urusan Wajib Perencanaan PembangunanDokumen perencanaan daerah yang menjadi pedoman dalam
perencanaan pembangunan terdiri dari Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah sebagaimana tertuang dalam Perda Nomor 7
Tahun 2005 tentang RPJP Kabupaten Sleman Tahun 2006-2025, dan
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 37
perencanaan jangka menengah yang berdasarkan pada Peraturan
Daerah Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan RPJM Kabupaten
Sleman tahun 2011-2015. Pelaksanaan perencanaan tahunan
RPJMD dijabarkan dalam RKPD yang ditetapkan dengan Peraturan
Bupati setiap tahunnya. RKPD dimaksud merupakan implementasi
target tahunan RPJMD. Ketersediaan dokumen tersebut dapat dilihat
pada tabel berikut ini :
Tabel 2.32Dokumen Perencanaan PembangunanTahun 2010-2014 Kabupaten Sleman
No Indikator Tahun2010 2011 2012 2013 2014
1
Tersedianya dokumenperencanaan RPJPD yangtelah ditetapkan denganPERDA
ada ada ada ada ada
2
Tersedianya DokumenPerencanaan : RPJMDyang telah ditetapkandenganPERDA/PERKADA
ada ada ada ada ada
3
Tersedianya DokumenPerencanaan : RKPD yangtelah ditetapkan denganPERKADA
ada ada ada ada ada
4Penjabaran ProgramRPJMD kedalam RKPD(%)
100 100 100 100 100
Sumber : Bappeda, 2014
g. Urusan Wajib PerhubunganPeningkatan jumlah sarana angkutan publik, kendaraan roda 2
maupun roda 4 serta angkutan umum menuntut ketersediaan sarana
dan prasarana perhubungan yang memadai.
Jumlah arus penumpang angkutan umum selama empat tahun
mengalami penurunan sebagai dampak perkembangan jumlah
sepeda motor dan kendaraan pribadi yang cukup pesat. Pada tahun
2013 jumlah penumpang angkutan umum 4.254.314 orang, dan
pada tahun 2014 turun menjadi 4.068.315 orang. Rasio ijin trayek
selama empat tahun terakhir juga mengalami penurunan menjadi
285 buah pada tahun 2013, namun meningkat pada tahun 2014
meskipun peningkatannya tidak signifikan, menjadi 287.
Dengan semakin bertambahnya kendaraan dan meningkatnya
kesadaran masyarakat akan pentingnya uji kendaraan bermotor
maka jumlah uji kir angkutan umum dan angkutan barang selama
periode empat tahun terakhir mengalami peningkatan. Jumlah
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 38
angkutan umum dan angkutan barang yang diuji kir di Dinas
Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika Kabupaten Sleman
tahun 2013 sebanyak 19.020 buah kendaraan meningkat menjadi
19.523 buah kendaraan pada tahun 2014. Tarif biaya pengujian
kelayakan angkutan umum selama dua tahun terakhir tidak
mengalami kenaikan yakni sebesar Rp 30.000,00 untuk Jumlah
Berat yang diperbolehkan (JBB) JBB<5.000, Rp 37.500,00 untuk JBB
5.000-10.000 dan Rp 45.000,00 untuk JBB>10.000. Dalam kondisi
normal, waktu pengerjaan uji kir rata-rata 15 menit per kendaraan.
Dalam upaya untuk melengkapi sarana dan prasarana jalan di
wilayah Kabupaten Sleman, Dinas Hubkominfo setiap tahun selalu
melakukan pemasangan rambu-rambu lalu lintas. Hal ini dilakukan
dengan maksud agar supaya keselamatan dan kenyamanan para
pengguna jalan dapat terlayani secara optimal. Jumlah pemasangan
rambu setiap tahunnya bervariasi, disesuaikan dengan kebutuhan.
Pada tahun 2013 dilakukan pemasangan rambu sebanyak 149 unit
dan tahun 2014 sebanyak 300 unit. Adapun Indikator urusan
perhubungan tahun 2010-2014 dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2.33Indikator Urusan Perhubungan
Tahun 2010-2014 Kabupaten Sleman
Sumber : Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika, 2014
h. Urusan Wajib Lingkungan HidupSumber daya alam yang diperlukan mempunyai keterbatasan
dalam banyak hal, yaitu keterbatasan tentang ketersediaan menurut
No Indikator Tahun2010 2011 2012 2013 2014
1Jumlah arus penumpangangkutan umum
5.205.876 5.170.429 4.463.688 4.254.314 4.068.315
2 Rasio ijin trayek 546 527 290 285 287
3Jumlah uji kir angkutanumum (bh)
14.825 15.337 18.784 19.020 19.523
4 Jumlah Terminal Bis (bh) 5 5 5 5 55 Angkutan darat (%) 0,0202 0,0206 0,0208 0,0209 0,08168
6Kepemilikan KIR angkutanumum (bh)
1.715 1.825 1.873 1.787 3323
7Lama pengujian kelayakanangkutan umum (KIR)
15 menit 15 menit 15 menit 15 menit 15 menit
8
Biayapengujiankelayakanangkutanumum
JBB < 5.000 20.000 20.000 30.000 30.000 30.000JBB 5.000 –10.000
25.000 25.000 37.500 37.500 37.500
JBB > 10.000 30.000 30.000 45.000 45.000 45.000
9Pemasangan Rambu-rambu(unit)
155 220 285 149 300
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 39
kuantitas, kualitas, ruang dan waktu. Oleh sebab itu diperlukan
pengelolaan lingkungan dan sumberdaya alam yang baik dan
bijaksana. Pengelolaan tersebut yang berupa pencegahan,
penanggulangan kerusakan dan pencemaran serta pemulihan
kualitas lingkungan adalah menjadi tanggung jawab bersama antara
masyarakat dan peran pemerintahan.
Dalam hal ini melestarikan lingkungan hidup merupakan tujuan
Millenium Development Goals (MDGs) 2015 yakni mengintegrasikan
prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan dalam kebijakan
setiap negara dan program serta mengurangi hilangnya sumber daya
lingkungan, serta pada tahun 2015 diharapkan dapat mengurangi
setengah dari jumlah orang yang tidak memiliki akses air minum
yang sehat.
Pengelolaan sumber daya alam memiliki tujuan yang sama yaitu
agar terus tersedianya sumber daya alam yang dapat diperbaharui,
menghemat dan meminimalkan penggunaan sumber daya alam yang
tidak dapat diperbaharui serta mencari subtitusi dari sumber daya
alam yang tidak dapat diperbaharui. Sebagai contoh, kita dapat
memiliki kualitas tanah yang baik sehingga kualitas air juga
membaik.
Salah satu upaya untuk menjaga lingkungan hidup tersebut
adalah melalui pengelolaan sampah. Pemerintah menyadari bahwa
permasalahan sampah telah menjadi permasalahan nasional. Perlu
adanya sistem pengelolaan yang dilakukan secara komprehensif dan
terpadu dari hulu ke hilir. Selain itu dalam pengelolaan sampah
diperlukan kepastian hukum, kejelasan tanggung jawab dan
kewenangan antara pemerintah, pemerintah daerah serta peran
masyarakat dan dunia usaha. Undang-Undang Nomor 18 Tahun
2008 tentang Pengelolaan Sampah disusun agar mengurangi dampak
negatif yang ditimbulkan oleh sampah terhadap kesehatan dan
lingkungan.
Dalam Perda Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah Tangga, pengelolaan sampah di Kabupaten
Sleman dilakukan oleh orang pribadi maupun lembaga pengelola
sampah sesuai kewenangannya. Pengelolaan sampah ini meliputi
pengurangan sampah dan penanganan sampah, yang berupa
pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan
pemrosesan akhir sampah.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 40
Jumlah timbulan sampah meningkat seiring dengan
meningkatnya pertumbuhan, aktivitas dan konsumsi penduduk.
Pada tahun 2013, timbulan sampah sebesar 1.392,80 m3/hari, pada
tahun 2014 meningkat menjadi 1.445,72 m3/hari. Dari timbulan
sampah tersebut, tidak semua sampah dibuang ke TPST, tetapi
dilakukan program pengurangan sampah baik dengan TPST Kiprah,
Waste Refinerring, LDUS maupun kelompok mandiri. Pada tahun
2013, pengurangan sampah sebesar 178,90 m3/hari, pada tahun
2014 meningkat menjadi 247,35 m3/hari. Akibat program
pengurangan sampah, jumlah sampah yang ditangani berkurang.
Pelayanan pengangkutan sampah yang dilakukan oleh DPUP
telah menjangkau seluruh wilayah di 17 kecamatan dengan 39
dumptruck dan 2 unit armroll yang mempunyai kapasitas total
sebesar 657,60 m3/hari. Hal ini meningkatkan prosentase cakupan
layanan penanangan sampah dari 30,78% pada tahun 2013 menjadi
33,51% pada tahun 2014.
Sedangkan jumlah transfer depo ada 11 buah, TPS besar 6 buah
dan TPS kecil 203 buah dengan kapasitas masing-masing 70 m3, 25
m3 dan 1,385 m3. Sehingga rasio tempat pembuangan sampah (TPS)
per satuan penduduk mengalami penurunan dari 1,282 pada tahun
2013 menjadi 1,052 pada tahun 2014. Hal ini dikarenakan
peningkatan jumlah TPS tidak sebanding dengan pertumbuhan
jumlah penduduk.
Pengelolaan air limbah yang dilakukan dengan sistem tepusat
dan sistem setempat. Dalam pengelolaan sistem terpusat ini
menggunakan jaringan perpipaan dengan tujuan akhir IPAL Sewon.
Sampai dengan tahun 2014, telah terbangun sambungan rumah
2.278 unit dengan jumlah penerima manfaat 11.390 jiwa, jaringan
servis 17.821 m, pipa lateral 7.325 m, pipa induk 11.000 m dan pipa
penggelontor 1.500 m. Sedangkan sistem setempat dilakukan pada
kawasan yang tidak terjangkau jaringan sistem terpusat, yang terdiri
dari sistem setempat komunal dan sistem setempat individual.
Dengan beberapa program sanitasi, Kabupaten Sleman telah
membangun 98 unit IPAL komunal dengan jumlah penerima manfaat
39.200 jiwa.
Selain melalui pembangunan fisik, Kabupaten Sleman juga
melibatkan peran aktif masyarakat dalam pengawasan terhadap
pembangunan yang berdampak pada lingkungan melalui pengaduan
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 41
kasus lingkungan. Jumlah pengaduan kasus lingkungan yang
diterima Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Sleman pada tahun
2014 sebanyak 30 kasus. Jenis pengaduan meliputi pencemaran
udara berupa bau yang ditimbulkan dari peternakan maupun limbah
kegiatan, pencemaran air, debu, pengaduan kebisingan serta
gangguan lalu lintas. Kantor Lingkungan Hidup telah berupaya untuk
menangani pengaduan kasus lingkungan tersebut melalui koordinasi
dengan instansi terkait, Camat, Kepala Dukuh dan tokoh masyarakat
setempat yang terkena dampak. Berbagai langkah dan pendekatan
dilakukan untuk penanganan dan penyelesaian masalah lingkungan
yang dilakukan. Dari tahun 2010 sampai dengan 2014, dari jumlah
kasus yang masuk semuanya ditindaklanjuti.
Tabel 2.34Indikator Urusan Lingkungan HidupTahun 2010-2014 Kabupaten Sleman
No IndikatorTahun
2010 2011 2012 2013 20141 Persentase penanganan
sampah 14,63% 33,64% 35,08% 30,78% 33,51%
2 Rasio Tempat pembuangansampah (TPS) per satuanpenduduk
0,918 0,918 0,918 1,282 1,052
3 Persentase jumlahpengaduan masyarakatakibat adanya dugaanpencemaran dan/atauperusakan lingkunganhidup yang ditindaklanjuti
100% 100% 100% 100% 100%
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan dan Kantor Lingkungan Hidup, 2014
i. Urusan Wajib PertanahanDalam bidang pertanahan, jumlah sertifikat yang dikeluarkan di
Kabupaten Sleman meningkat tiap tahunnya, dimana pada tahun
2011 jumlah sertifikat tanah yang dikeluarkan adalah 491.443, dan
tahun 2012 sejumlah 505.093 bidang, data sertifikat tanah tahun
2013 sejumlah 531.650, sedangkan data sertifikat tanah tahun 2014
sejumlah 592.744. Untuk penyelesaian izin pemanfaatan ruang
dibagi menjadi Izin Lokasi, Izin Pemanfaatan Ruang dan Izin
Penggunaan Pemanfaatan Tanah. Izin Lokasi di wilayah Kabupaten
Sleman tiap tahunnya mengalami perubahan, tahun 2013 sejumlah 5
izin dan tahun 2014 sejumlah 17 izin. Izin Pemanfaatan Tanah di
wilayah Kabupaten Sleman tiap tahunnya mengalami perubahan,
tahun 2013 sejumlah 284 izin dan tahun 2014 sejumlah 535 izin.
Izin Penggunaan Pemanfaatan Tanah di wilayah Kabupaten Sleman
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 42
tiap tahunnya mengalami perubahan, tahun 2013 sejumlah 352 izin
dan tahun 2014 sejumlah 612 izin. Data jumlah sertifikat dan ijin
lokasi tahun 2010-2014 dapat dilihat pada tabel:
Tabel 2.35Jumlah Sertifikat dan Izin Pemanfaatan Ruang
Tahun 2010-2014 Kabupaten SlemanNo Indikator Tahun
2010 2011 2012 2013 2014
1 Jumlah sertifikattanah(buah)
486.630 491.443 505.093 531.650 592.744
2 Penyelesaian izin lokasi(buah)
25 9 20 5 17
3 Izin Pemanfaatan Tanah(buah)
383 276 344 284 535
4Izin PenggunaanPemanfaatan Tanah(buah)
363 192 221 352 612
Sumber : Dinas Pengendalian Pertanahan Daerah, 2014
j. Urusan Wajib Kependudukan dan Catatan SipilPelayanan dokumen administrasi kependudukan dari tahun
2013 ke tahun 2014 mengalami penurunan, khususnya untuk
pelayanan Kartu Tanda Penduduk (KTP) hal ini terlihat dari
kepemilikan KTP atau rasio penduduk ber KTP per satuan penduduk
tahun 2013 sebesar 97,79% menurun menjadi 97,72% pada tahun
2014.
Hal ini disebabkan oleh implementasi UU No 23 Tahun 2006,
yaitu penerapan KTP berbasis NIK secara nasional, yakni dengan
adanya perekaman KTP elektronik yang mulai dilaksanakan pada
akhir tahun 2011, dimana semua wajib KTP diundang ke kecamatan
untuk melakukan perekaman KTP elektronik.
Jika dibandingkan dengan tahun 2013, kepemilikan akta
kelahiran per 1000 penduduk mengalami penurunan yaitu dari
47,21% menjadi 47,06% pada tahun 2014. Angka rasio
kependudukan tahun 2010-2014 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.36Angka Rasio Kependudukan
Tahun 2010-2014 Kabupaten SlemanNo Indikator Tahun
2010 2011 2012 2013 2014
1 Rasio penduduk berKTPper satuan penduduk 0,93 0,93 0,97 0,97 0,97
2 Rasio bayi beraktekelahiran 99,31 100 100 89 89,2
3 Rasio pasangan beraktenikah 100 100 100 100 100
4 Kepemilikan KTP 93,75 93,75 97 97,79 97,72
5Kepemilikan aktakelahiran per 1000penduduk
17,25 40,86 42,06 47,21 47,06
Sumber : Dinas Kependudukan dan Capil, 2014
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 43
k. Urusan Wajib Pemberdayaan Perempuan dan PerlindunganAnakPemerintah Kabupaten Sleman terus berupaya meningkatkan
kualitas kehidupan dan peran perempuan serta kesejahteraan dan
perlindungan anak. Namun demikian, kesenjangan gender masih
terjadi di berbagai sektor pembangunan. Hal ini disebabkan aspek
psikososio-kultural yang masih menganggap derajad laki-laki lebih
tinggi dari pada perempuan.
Adapun capaian indikator pemberdayaan dan perlindungan anak
tahun 2010-2013 dapat dilihat dari tabel berikut :
Tabel 2.37Indikator Urusan Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan AnakTahun 2010-2014 Kabupaten Sleman
No Indikator Tahun2010 2011 2012 2013 2014
1Persentase partisipasiperempuan di lembagapemerintahan
54,22 55,17 55,70 56,31 57,02*)
2 Rasio KDRT 0,125 0,012 0,0312 0,043 0,03
3 Persentase angkatan kerjaperempuan 60,53 59,41 57,23 55,57 45,12
4
Penyelesaian pengaduanperlindungan perempuan dananak dari tindakankekerasan
184 125 132 142 331
Sumber: Badan KB,PM, PP, 2014*) angka sementara
Rasio KDRT semakin meningkat karena semakin banyaknya
pengaduan. Hal ini disebabkan adanya peningkatan kesadaran
masyarakat terhadap permasalahan KDRT dan telah adanya jejaring
dalam penanganan KDRT.
l. Urusan Wajib Keluarga Berencana dan Keluarga SejahteraGambaran pelaksanaan urusan wajib Keluarga Berencana dan
Keluarga Sejahtera di Kabupaten Sleman sampai dengan tahun 2014
dapat dilihat dari capaian indikator Keluarga Berencana dan
Keluarga Sejahtera.
Partisipasi PUS dalam program KB akan terus ditingkatkan
sehingga diharapkan angka kelahiran dapat diturunkan. Selain itu
keikutsertaan keluarga Pra Sejahtera dalam kelompok Usaha
Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) dengan belajar
berusaha memperoleh tambahan penghasilan melalui ekonomi
produktif di wilayah masing-masing. Perkembangan capaian
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 44
indikator Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera seperti terlihat
pada tabel berikut ini:
Tabel 2.38Indikator Urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
Tahun 2010-2014 Kabupaten SlemanNo Indikator Tahun
2010 2011 2012 2013 2014
1 Rata-rata jumlah jiwaper keluarga 3,6 3,34 3,60 3,44 3,42
2 Cakupan peserta KBaktif 121.245 118.424 120.561 121.536 121.901
3 Peserta KB Pria 8.504 8.586 8.952 9.349 9.815
4 Pasangan Usia Subur(PUS) 151.600 150.009 152.392 153.238 154.137
5 % Peserta KB Aktifdengan PUS (Prevalensi) 80,17 78,41 79,11 79,31 79,09
6Usaha PeningkatanPendapatan KeluargaSejahtera (UPPKS)
733 797 854 860 865
Sumber: Badan KB,PM, PP, 2014
Cakupan peserta KB aktif atau prevalensi mengalami kenaikan.
Hal ini dikarenakan kesadaran masyarakat untuk ber KB semakin
meningkat. KB pria juga mengalami kenaikan. Ini menunjukkan
bahwa kesadaran kaum pria untuk ber KB semakin meningkat.
Kelompok Usaha Peningkatan Kesejahteraan Keluarga (UPPKS)
semakin meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok tersebut
mampu meningkatkan perekonomian para anggotanya.
m. Urusan Wajib SosialPelaksanaan urusan sosial diarahkan pada upaya meningkatkan
kesejahteraan sosial masyarakat, penyandang masalah kesejahteraan
sosial, perlindungan anak terlantar, korban kekerasan dalam rumah
tangga, karang taruna, korban bencana, lansia, dan anak sekolah.
Upaya yang telah dilakukan adalah dengan pemberian bantuan,
subsidi, pembinaan, pendampingan terhadap anak panti asuhan,
penyandang cacat, korban bencana, korban kekerasan, dan lansia
rawan sosial. Upaya-upaya yang telah dilakukan tersebut seperti
pada tabel berikut ini :
Tabel 2.39Indikator Urusan Sosial
Tahun 2010-2014Kabupaten SlemanNo Indikator Tahun
2010 2011 2012 2013 20141 Sarana sosial:
- Panti Asuhan- Panti Jompo- PantiSosial- Rumah Singgah (girlan &
Diponegoro)- Panti cacat
3824132
8
3824132
8
3824132
8
3824132
8
4126132
9
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 45
No Indikator Tahun2010 2011 2012 2013 2014
2 PMKS yang memperolehbantuan sosial (%) (60 %) (64%) (68,36%) (69,31%) (78,94%)
3 Anak Jalanan 50* 19* 91* 19* 35*Sumber: DinasTenaga Kerja dan Sosial, 2014* Sumber : Dinsos DIY
Kebersamaan dari semua pihak untuk mengurangi angka PMKS,
khususnya peran pemerintah daerah, keterlibatan masyarakat, baik
secara langsung maupun melalui kelompok-kelompok masyarakat
akan membuahkan hasil yang maksimal.
n. Urusan Wajib KetenagakerjaanPembangunan bidang ketenagakerjaan dewasa ini masih
menghadapi berbagai permasalahan antara lain tingginya pencari
kerja (penganggur), terbatasnya penciptaan dan perluasan
kesempatan kerja, serta rendahnya produktivitas kerja.
Pelaksanaan urusan ketenagakerjaan diarahkan sebagai upaya
pengurangan pengangguran dan melindungi tenaga kerja maupun
perusahaan. Angka pengangguran adalah salah satu indikator
penting untuk kesejahteraan ekonomi masyarakat, sehingga menjadi
ukuran kinerja pemerintah.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan rasio
antara banyaknya Angkatan Kerja dengan banyaknya Penduduk Usia
Kerja. TPAK pada tahun 2013 sebesar 61,93% meningkat menjadi
sebesar 65,09% pada tahun 2014.
Pencari kerja yang ditempatkan adalah angka dari jumlah tenaga
kerja yang ditempatkan baik melalui AKAL, AKAD maupun AKAN.
Dari pencari kerja terdaftar yang menunjukan angka 26,77% di
tahun 2013, dan 97,58% di tahun 2014. Pengangguran merupakan
indikator bahwa terjadi kesenjangan antara pertambahan
kesempatan kerja dengan pertambahan angkatan kerja. Untuk angka
tingkat pengangguran terbuka masih menunjukan angka yang cukup
tinggi yaitu 6,47% di tahun 2013, 6,17% di tahun 2014.
Persentase penerapan keselamatan dan perlindungan K3 di
tahun 2013 sebesar 100% sedangkan untuk data pada tahun 2014
adalah 100%. Jumlah perusahaan bertambah yaitu 1.176
perusahaan di tahun 2013 menjadi 1.264 perusahaan di tahun 2014.
Angka penyelesaian perselisihan pengusaha dengan pekerja di tahun
2014 sebesar 95,65% yaitu dari 23 kasus terselesaikan 22 kasus.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 46
Perkembangan capaian indikator ketenagakerjaan dari tahun
2010-2014 secara jelasnya dapat diamati pada tabel berikut :
Tabel 2.40Indikator Ketenagakerjaan
Tahun 2010-2014 Kabupaten SlemanNo Indikator Tahun
2010 2011 2012 2013 20141 Tingkat partisipasi
angkatan kerja (%) 66,29 67,02 59,64 61,93 65,09
2 Pencari kerja yangditempatkan (%) 15,71 85,93 62,58 26,77 97,58
3 Tingkat pengangguranterbuka (%) 8,21 7,61 6,74 6,47 6,17
4 Keselamatan danperlindungan/ K3 (%) 100 100 100 100 100
5 Angka penyelesaianperselisihan pengusahapekerja (%)
100 100 92,00 91,43 95,65
Sumber : Badan Pusat Statistik dan Dinas Nakersos Kabupaten Sleman 2014
o. Urusan Wajib Koperasi Usaha Kecil dan MenengahSalah satu usaha pengembangan ekonomi di Kabupaten Sleman
adalah koperasi. Manfaat koperasi bisa dirasakan sampai lapisan
bawah dan dapat dijadikan sebagai wahana paguyuban maupun
kelompok usaha masyarakat.
Jumlah koperasi pada tahun 2013 sebanyak 623 buah
meningkat menjadi 630 buah pada tahun 2014. Jumlah koperasi
aktif juga meningkat dari 562 pada tahun 2013 menjadi 573 pada
tahun 2014. Jumlah anggota semakin meningkat dari 263.874 orang
pada tahun 2013 menjadi 275.198 orang pada tahun 2014.
Hasil usaha koperasi juga mengalami peningkatan. Dilihat dari
jumlah modal sendiri mengalami peningkatan yaitu dari Rp
255.382.800.000,00 pada tahun 2013 menjadi Rp
282.739.536.000,00 pada tahun 2014. Jumlah volume usaha sebesar
Rp 972.774.539.000,00 pada tahun 2013 meningkat menjadi Rp
1.071.650.400,00 pada tahun 2014. Sisa Hasil Usaha (SHU) sebesar
Rp 22.145.886.000,00 pada tahun 2013 meningkat menjadi
Rp 23.845.773,00 pada tahun 2014.
Perkembangan perkoperasian di Kabupaten Sleman tahun
2010-2014 dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2.41Perkembangan Koperasi Tahun 2010-2014
di Kabupaten SlemanKOPERASI DAN PKM
Tahun2010 2011 2012 2013 2014
1) Jumlah koperasi 598 604 617 623 6302) Kondisi Koperasi
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 47
KOPERASI DAN PKMTahun
2010 2011 2012 2013 2014- Koperasi aktif 526 550 554 562 573- Koperasi Tidak aktif 72 54 54 50 50
3)Jumlah anggotakoperasi 233.362 234.584 240.522 263.874 275.198
4)Jumlah Modal Sendiri(000) 142.559.739 173.695.120 211.178.095 255.382.800 282.739.536
Volume Usaha (000) 720.095.806 732.070.941 819.373.452 972.774.539 1.071.650.408SHU (000) 15.895.654 16.508.855 18.927.502 22.145.886 23.845.773
Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi, 2014
p. Urusan Wajib Penanaman ModalAktivitas penanaman modal atau investasi memperlihatkan
peran yang sangat penting sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi
daerah. Dampak/ efek pengganda (mulitiplier effect) yang ditimbulkan
dari aktivitas tersebut memungkinkan terjadinya dorongan
pertumbuhan ekonomi dalam suatu sistem perekonomian. Aktivitas
investasi pada berbagai sektor memungkinan perekonomian
menghasilkan output yang banyak, pemanfaatan sumberdaya lokal
secara optimal dan terjadinya dinamika dalam proses pertukaran
produksi antar daerah maupun lintas sektor.
Penanaman modal di Kabupaten Sleman dalam kurun waktu
2010 hingga 2013 terus menunjukkan perkembangan, baik dilihat
dari nilai investasi maupun jumlah unit usahanya. Hal ini
menunjukkan bahwa iklim investasi di Kabupaten Sleman cenderung
kondusif. Pertumbuhan penanaman modal baru di Kabupaten
Sleman pada tahun 2014 meliputi investasi PMA 45 unit dengan nilai
investasi US$ 231,96, investasi PMDN 45 unit dengan nilai investasi
Rp 1.945.866,00 sedangkan Non PMA/PMDN unit usahanya menjadi
33.671 dengan nilai investasi Rp 3.895.422,00. Jika dibandingkan
dengan tahun 2013, realisasi nilai investasi PMA pada tahun 2014
sedikit mengalami kenaikan, yaitu naik sebesar 1%. Meningkatnya
total nilai investasi penanaman modal berdampak pada kenaikan
penyerapan tenaga kerja, yaitu tenaga kerja yang terserap oleh PMA
pada tahun 2013 sebanyak 7.292 orang meningkat menjadi sebanyak
7.492 orang pada tahun 2014, PMDN pada tahun 2013 sebanyak
9.782 orang menjadi sebanyak 9.922 orang pada tahun 2014, dan
non PMA/PMDN pada tahun 2013 sebanyak 266.396 orang menjadi
268.779 orang pada tahun 2014.
Faktor penting lain yang juga mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi daerah adalah penanaman modal atau investasi.
Penanaman modal tidak bisa dilepaskan dari sektor industri,
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 48
semakin besar dan berkembang industri di suatu daerah semakin
besar investasi yang ditanamkan dalam daerah tersebut.
Penanaman modal di Kabupaten Sleman di Tahun 2014 meliputi
investasi PMA 45 unit dengan nilai investasi US $231.963.752,71
daya serap tenaga kerja 7.492 orang dan realisasi kenaikan
investasinya dari tahun 2013 sebesar 12,17%. Sedangkan untuk
PMDN jumlah usahanya sebanyak 45 unit, nilai investasi sebesar
4,16% dan untuk investasi Non PMA/PMDN jumlah unitnya
sebanyak 33.671 unit, nilai investasi sebesar
Rp3.895.422.023.615,00 dengan daya serap tenaga kerja sebanyak
268.779 orang dan kenaikan realisasi investasinya dari tahun 2013
sebesar 2,85%.
Untuk perkembangan penanaman modal Kabupaten Sleman
tahun 2010-2014 lebih jelasnya terlihat pada tabel berikut :
Tabel 2.42Perkembangan Penanaman Modal
Tahun 2010-2014 Kabupaten SlemanNo Indikator Tahun
2010 2011 2012 2013 20141 Jumlah Unit Usaha
(orang)PMA 38 41 42 44 45PMDN 31 32 32 40 45Non PMA/PMDN 30,384 31,566 32,452 33.341 33.671
2 Nilai InvestasiPMA (juta US$) 162,55 186 233,56 206,79 231,96
PMDN (juta Rp) 333.175 827,390 1.083.065
1.868.199
1.945.866
Non PMA/PMDN(juta Rp)
2.558.491
2.034.340
3.489.552
3.787.620
3.895.422
3 Daya serap TenagaKerja (orang)PMA 6146 6.385 7.200 7.292 7.492PMDN 9065 9.269 9.771 9.782 9.922Non PMA/PMDN 238.940 249.189 259.396 266.489 268.779
4 Rasio daya seraptenaga kerja (orang)PMA 162 155 171 166 166PMDN 292 289 305 244 220Non PMA/PMDN 8 8 8 8 8
5 Kenaikan/penurunan realisasi PMA,PMDN dan NonPMA/PMDN (%)PMA 9,66 13,92 26,12 -11,46 2,27PMDN 3,61 148,33 30,90 72,49 12,50Non PMA/PMDN 11,73 12,46 13,77 8,54 0,99
Sumber : Kantor P3M Kab. Sleman 2014
q. Urusan Wajib kebudayaanUntuk melihat bagaimana kebudayaan menjadi salah satu
faktor penting dalam kehidupan manusia, maka hal ini dapat terlihat
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 49
dari peran pemerintah daerah dalam mengelola kekayaan seni
budaya dan sarana prasarana yang mendukungnya. Salah satu
indikator pengelolaan produk budaya sebagaimana terlihat dalam
tabel di bawah ini.
Tabel 2.43Perkembangan Seni Budaya
Tahun 2010-2013 Kabupaten SlemanNo Uraian Tahun
2010 2011 2012 2013 2014
1 Penyelenggaraan festifal seni danbudaya (kali) 5 4 9 5 11
2 Sarana penyelenggaraan seni danbudaya* 129 135 141 147 148
3 Benda, Situs dan Kawasan CagarBudaya yang dilestarikan 124 124 170 679 737
Sumber: Dinas Kebudayan dan Pariwisata, 2014 *) khusus gamelan
Pada tahun 2013 penyelenggaraan festival seni budaya ada 5
macam yaitu: Festival Sendratari, Festival Ketoprak, Festival Gelar
Seni Pertunjukan, Festival Parade Tari Daerah, dan Festival Prajurit
Nusantara. Sedangkan pada tahun 2014 diselenggarakan sebanyak
11 festival, yaitu Festival Sendratari, Festival Ketoprak, Festival Gelar
Seni Pertunjukan, Festival Parade Tari Daerah, dan Festival Prajurit
Nusantara, Festival Ketoprak, Festival Jathilan, Festival Langen
Carito, Festival Ketoprak Lesung, Festival Musik Kelompok, Festival
Kesenian Tradisional Kerakyatan.
Sarana penyelenggaraan seni dan budaya khusus gamelan pada
tahun 2013 sebanyak 147 set gamelan dan pada tahun 2014 ada 148
set gamelan yang tersebar di seluruh Kabupaten Sleman. Jumlah
gamelan bertambah 1 set karena Pemerintah Kabupaten Sleman
memberikan gamelan untuk jathilan untuk 1 kecamatan. Data yang
dimaksud adalah milik masyarakat, termasuk gamelan untuk
karawitan maupun jathilan.
Adapun benda situs dan kawasan cagar budaya yang
dilestarikan pada tahun 2013 telah diadakan penataan dengan lebih
baik sehingga terlihat data secara lebih rinci, jumlahnya berubah
secara signifikan yaitu menjadi 679 buah dengan rincian sebagai
berikut: situs 172 buah, struktur 4 (Goa Sentonoharjo, Goa di
Kompleks Ratu Boko, Goa di Kawasan Kaliurang dan Selokan Van
der Wijk Banyurejo Tempel) serta Kawasan 3 tempat (Kawasan
Kraton Ratu Boko, Kawasan Prambanan, dan Kawasan
Ambarketawang), bangunan 76 buah, rumah tradisional sebanyak
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 50
414 buah dan museum sejumlah 10 buah. Sedangkan untuk tahun
2014 ada 737 karena ada tambahan 58 untuk bangunan.
r. Urusan Wajib Kepemudaan dan OlahragaPemuda merupakan asset pembangunan terutama di bidang
SDM, sebagai pemersatu langkah-langkah pendukung dalam
pembangunan. Kegiatan kepemudaan adalah kegiatan kepemudaan
yang diselenggarakan dalam bentuk pertandingan dan perlombaan.
Organisasi pemuda adalah sekelompok pemuda yang bekerja
sama dengan suatu perencanaan-perencanaan kerja dan peraturan-
peraturan untuk mencapai tujuan tertentu.
Kegiatan kepemudaan dan olahraga adalah kegiatan yang
dilakukan oleh Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga untuk
memfasilitasi kegiatan di masyarakat maupun di sekolah. Pada
tahun 2014 dilaksanakan sebanyak 6 kegiatan kepemudaan antara
lain: Pembinaan Organisasi Kepemudaan, Pendidikan dan Pelatihan
Dasar Kepemimpinan, Fasilitasi Aksi Bakti Sosial Kepemudaan,
Pelatihan kewirausahaan bagi pemuda, Pemberian Penyuluhan
Bahaya Narkoba Bagi Pemuda, dan Pemberian Penyuluhan Tentang
Bahaya Narkoba Bagi siswa.
Untuk kegiatan olahraga pada tahun 2014 ada sejumlah 3
kegiatan antara lain: Pelaksanaan identifikasi bakat dan potensi
pelajar dalam olahraga, penyelenggaraan kompetensi olahraga dan
pemeliharaan rutin/ berkala sarana dan prasarana olahraga.
Data lapangan olahraga yang tercantum dalam tabel adalah
lapangan olahraga yang ada di sekolah maupun yang ada di
masyarakat yang sifatnya out door, khususnya untuk lapangan
sepakbola, bulutangkis, lapangan voli, tenis meja, sepak takraw,
basket, dan lapangan futsal. Pada tahun 2013 tersedia 375 lapangan
dan pada tahun 2014 ada 313 lapangan. Data tentang
perkembangan pemuda dan olahraga tahun 2010-2014 dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 2.44Perkembangan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sleman
Tahun 2010-2014
No Uraian Tahun2010 2011 2012 2013 2014
1 Jumlah organisasi pemuda 17 20 95 95 292 Jumlah organisasi olahraga 37 37 34 34 353 Jumlah kegiatan kepemudaan 17 13 12 7 64 Jumlah kegiatan olahraga 21 14 10 4 3
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 51
No Uraian Tahun2010 2011 2012 2013 2014
5 Lapangan olahraga 141 194 375 375 313Sumber: Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga, 2014
s. Urusan Wajib Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam NegeriStabilitas keamanan adalah prasyarat terhadap tumbuh
kembang investasi, infrastruktur, teknologi maupun tenaga kerja.
Untuk meningkatkan antisipasi terhadap ancaman stabilitas
keamanan Pemerintah Kabupaten Sleman juga koordinasi dengan
BIN, Intel Kodim, Intel Kejaksaan, dan Intel Polres melalui forum
Kominda (Komunitas Intelijen Daerah). Peran aktif deteksi dini
komunitas intelijen sangat diperlukan untuk menciptakan stabilitas
keamanan terutama menjelang Pilkada tahun 2015.
Konflik berbau SARA, aksi terorisme dan separatisme berpotensi
menjadi komoditas politik. Deteksi dini atas potensi kerawanan
harus dilakukan. Sesuai dengan UU 32 tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah, yang menyebutkan peran Kominda melalui
otonomi daerah berkewajiban melindungi masyarakat, menjaga
persatuan, kesatuan dan kerukunan nasional, serta keutuhan
Negara Republik Indonesia.
Kondisi politik, benturan antar kelompok masyarakat dalam
penyelenggaraan maupun paska Pilkada dapat mengganggu
pembangunan, dan stabilitas keamanan. Terkait hal tersebut,
pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun
2012 tentang Penanganan Gangguan Keamanan Dalam Negeri.
Kementerian Dalam Negeri juga telah mengeluarkan SE MENDAGRI
NO: 330/3757/SJ tentang Petunjuk Pelaksanaan Tindak Lanjut UU
Nomor 7 Tahun 2012.
Iklim daerah yang kondusif perlu diciptakan salah satunya
melalui pembinaan politik daerah dan pembinaan terhadap LSM,
Ormas dan OKP. Fungsi deteksi dini, cegah dini dan lapor cepat perlu
dibangun tidak hanya di komunitas intelejen tetapi juga tiap individu
masyarakat. Sehingga kepercayaan publik terhadap jaminan
keamanan pemerintah meningkat. Dampak positif lain yang muncul
adalah turut meningkatnya angka partisipasi politik dalam Pilkada
2015. Pencapaian upaya yang telah dilakukan tersebut seperti pada
tabel berikut ini :
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 52
Tabel 2.45Kegiatan Pembinaan Organisasi dan Politik
Tahun 2010-2014 Kabupaten SlemanNo Indikator Tahun
2010 2011 2012 2013 20141 Kegiatan pembinaan
terhadap LSM, Ormas danOKP(kali)
4 4 4 2 2
2 Kegiatan pembinaan politikdaerah (kali) 5 3 4 12 2
Sumber : Kantor Kesbanglinmas, 2014
t. Urusan Wajib Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum,Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah,Kepegawaian dan PersandianKeamanan dan ketertiban masyarakat adalah suatu kondisi
dinamis masyarakat sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya
proses pembangunan yang ditandai oleh terjaminnya keamanan,
ketertiban dan tegaknya hukum, serta terbinanya ketentraman yang
mengandung kemampuan membina serta mengembangkan potensi
dan kekuatan masyarakat dalam menangkal, mencegah dan
menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum dan bentuk-
bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat.
Kesadaran masyarakat dalam berpartisipasi bidang keamanan
dan ketertiban, merupakan potensi pengamanan swakarsa yang perlu
dilestarikan dan ditingkatkan guna menumbuhkembangkan sikap
mental, kepekaan dan daya tanggap setiap warga masyarakat dalam
mewujudkan keamanan dan ketertiban dilingkungannya masing-
masing.
Jumlah polisi pamong praja dan linmas menggambarkan
kapasitas pemerintah daerah dalam menjaga ketentraman dan
ketertiban masyarakat, jumlah pos kamling menggambarkan
ketersediaan kapasitas pemda dalam memberdayakan masyarakat
untuk ikuti berperan aktif dalam pemeliharaan ketentraman dan
ketertiban masyarakat serta keamanan lingkungan.
Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat
sudah didukung adanya Sistem Informasi Manajemen (SIM)
Pelayanan Perijinan dan Administrasi Pemerintahan. Untuk
mengetahui kepuasan masyarakat terhadap pelayanan tersebut,
Pemkab Sleman setiap tahun melakukan penyebaran kuesioner
kepada masyarakat pengguna jasa layanan Pemkab.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 53
Cakupan pelayanan bahaya kebakaran di Kabupaten Sleman
belum optimal dengan gambaran sebagai berikut: sampai dengan
tahun 2015 target cakupan pelayanan bencana kebakaran menurut
(Standar Pelayanan Minimal) SPM Bidang Pemerintahan Dalam
Negeri berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 69 Tahun
2012 adalah sebesar 80%, namun dengan luas wilayah 574,82 km2
dengan satu wilayah manajemen kerja (WMK) dengan radius 7,5 km.
Cakupan pelayanan kebakaran sampai dengan tahun 2013 baru
mencapai 18,04%.
Target tingkat waktu tanggap (RTR/Response Time Rate) sampai
dengan tahun 2015 menurut SPM adalah sebesar 75% dan sampai
dengan tahun 2012 RTR Kabupaten Sleman kondisinya adalah
93,33% dan tahun 2013 sebesar 100%. Hal ini terjadi karena
suksesnya sosialisasi pencegahan bahaya kebakaran pada
masyarakat yang berarti juga semakin meningkatnya kesadaran
masyarakat untuk mencegah/ menghindari dari bahaya kebakaran
dan semakin meningkatnya sarpras kebakaran yang ada serta
semakin profesionalnya petugas pemadam kebakaran sehingga
response time rate semakin tinggi dan kedepan dengan rencana
penambahan 1 WMK diharapkan seluruh wilayah rawan Kebupaten
Sleman dapat tercover/masuk dalam WMK.
Pemerintah Kabupaten Sleman sebagai amanat pelaksanaan
pemerintahan umum telah melaksanakan kegiatan pembinaan
politik daerah yang meliputi penyuluhan pendidikan politik pada
masyarakat, koordinasi diskusi politik, pembinaan wawasan
kebangsaan, forum komunikasi antar partai politik dan verifikasi
bantuan parpol. Dalam rangka pembinaan wawasan kebangsaan dan
meminimalisir adanya konflik sosial juga melaksanakan kegiatan
pembinaan terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),
Organisasi Masyarakat (ormas). Pengembangan kehidupan demikrasi
dilaksanakan dengan memfasilitasi pelaksanaan pemilihan dukuh,
kades, pilpres maupun pileg.
Capaian hasil penyelenggaraan urusan otonomi daerah,
pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat
daerah, kepegawaian dan persandian adalah sebagai berikut :
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 54
Tabel 2.46Indikator Kepemerintahan
Tahun 2010-2014 Kabupaten Sleman
No. Indikator Tahun2011 2012 2013 2014
1. Presentase peningkatan jumlahpegawai berpendidikan S2
38,15 41,37 49,70 49,70
2. Presentase kasus pelanggarandisiplin PNS
0,13 0,3 0,17 0,19
3. Presentase pejabat yangmengikuti diklat struktural
100 81,05 87,20 0
4. Presentase tingkat capaianindikator kinerja utama
95,56 102,76 99,45 99,45
5. Predikat SAKIP Kabupaten - - - B6. Presentase OPD yang memiliki
SOP46 100 100 100
7. SKPD yang telah menerapkanSKPB Kategori baik
57,61 58,33 60,42 62,5
8. Jumlah sarana informasi publik 9 9 10 109. Jenis informasi yang disajikan 3 4 4 410. Presentase aduan masyarakat
yang ditindaklanjuti1 1 1 1
11. Indeks Kepuasan Masyarakat 75,34 78,67 78,65 77,7712. Opini BPK - WTP WTP WTP13. Presentase kontribusi PAD
terhadap APBD- - - 25,01
14. Presentase kerjasama aktif 95,87 100 94,68 95,2415. Presentase cakupan penerbit
KTP- - - 98,54
16. Presentase keterlibatan publikdalam perencanaan dankebijakan
92,11 98,00 131,25 82,35
17. Keterwakilan komponenmasyarakat dalam ForumPerencanaan Partisipatif
- - - 8
18. Ratio swadaya masyarakatprogram stimulan gotong-royong
1:8,24 1:4,83 1:1,28 1:4,4
19. Presentase penangananpermasalahan pembangunanfisik
71 100 100 100
20. Presentase tingkat penyelesaianpelanggaran K3 (Ketrtiban,Ketenteraman, Keindahan)
560kasus
590kasus
608kasus
97,67%
21. Presentase penanganan kasuspermasalahan hukum
100 82,37 100 100
22. Presentase menurunnya konflikdi masyarakat
28 18 5 0
23. Jumlah kasus hukum, agama,ras dan antar golongan (SARA)
2 2 1 3
24. Jumlah masyarakat terlatihpada daerah rawan bencana
2,290 2,540 3,263 4,893
25. Jumlah regulasipenanggulangan bencana
2 4 5 5
26. Presentase perempuan terlatihpada daerah rawan bencana
13,83 16 27,71 27,67
27. Presentase tingkat waktu - - - 100.000
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 55
No. Indikator Tahun2011 2012 2013 2014
tanggap daerah layanan wilayahmanajemen kebakaran (WBK)
28. Presentase tingkat partisipasimasyarakat dalam Pilpres, Pileg,Pilkada, Pilkades, Pilduk
75 84,08 78,69 83,28
29. Jumlah orsospol aktif 38 21 38 3830. Jumlah ormas aktif 136 68 68 7731. Angka kejadian pelanggaran
HAM0 0 0 0
32. Produk hukum yangterselesaikan oleh DPRD
88 45,83 88 62,5
Sumber : Laporan Pengendalian dan evaluasi terhadap hasil RPJMD Kabupaten Sleman2011-2015 Tahun Keempat (2014)
u. Urusan Wajib Ketahanan PanganBerbagai upaya dalam urusan ketahanan pangan tidak hanya
berfokus pada peningkatan ketersediaan pangan, pemerataan
distribusi pangan dengan harga terjangkau dan tercapainya pola
konsumsi pangan yang aman beragam, bergizi dan imbang, namun
juga meningkatkan peran masyarakat dan pihak swasta dalam
mendukung ketahanan pangan. Beberapa regulasi ketahanan
pangan yang menjadi pedoman dalam pelaksanaannya sebagai
berikut :
- UU No.7/1996 tentang pangan mengamanatkan kondisi
terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga, yang tercermin
dari ketersediannya pangan yang cukup baik jumlah maupun
mutunya, aman, merata, dan terjangkau;
- UU No. 41/2009 tentang perlindungan lahan pertanian pangan
berkelanjutan;
- UU No. 18 Tahun 2012 tentang pangan;
- PP No.68/2002 tentang petunjuk pelaksaanaan Undang-undang
Nomor 7/1996 tentang ketahanan pangan;
- PP No.3/2007 tentang Pemerintah provinsi/Kabupaten/kota wajib
mempertanggung jawabkan urusan ketahanan pangan;
- PP No.38/2007 tentang ketahanan pangan termasuk urusan wajib;
- PP No. 1/2011 tentang penetapan dan alih fungsi lahan pertanian
pangan berkelanjutan;
- PP No. 12/2012 tentang insentif perlindungan lahan pertanian
pangan berkelanjutan;
- PP No. 25/2012 tentang sistem informasi lahan pertanian pangan
berkelanjutan;
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 56
- PP No. 30/2012 tentang pembiayaan perlindungan lahan pertanian
pangan berkelanjutan;
- Peraturan Menteri Pertanian No. 65/Permentan/OT.140/2/2012
tentang Standar Pelayanan Minimal bidang ketahanan pangan
provinsi dan kabupaten/kota;
- Peraturan Menteri Pertanian No. 07/Permentan/OT.140/2/2012
tentang pedoman teknis kriteria dan persyaratan kawasan, lahan
dan lahan cadangan pertanian pangan berkelanjutan;
- Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 10
Tahun 2011 tentang perlindungan lahan pertanian pangan
berkelanjutan;
- Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 2
Tahun 2014 tentang penjaminan mutu dan keamanan pangan
segar asal tumbuhan.
Jika dibandingkan dengan tahun 2013, ketersediaan pangan
pada tahun tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar 2,12%. Hal
ini disebabkan adanya kenaikan luas panen sebesar 5,49% dari
49.083 ha pada tahun 2013 menjadi 51.780 ha pada tahun 2014,
pendampingan ditingkat petani dan penurunan serangan Organisme
Pengganggu Tanaman (OPT).
Perkembangannya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.47Perkembangan Ketersediaan PanganTahun 2010-2014 Kabupaten Sleman
No Indikator Tahun
2010 2011 2012 2013 20141 Ketersediaan
panganutama(beras) (ton)
168.158,00 147.074,62 197.073,00 194.573,21 198.702,06 *)
Sumber : Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, 2014*) Angka Sementara
v. Urusan Wajib Pemberdayaan Masyarakat dan DesaKewenangan daerah Kabupaten dalam Urusan Pemerintahan
Bidang pemberdayaan Masyarakat dan Desa meliputi
Penyelenggaraan penataan Desa, fasilitasi Kerja sama , pembinaan
dan pengawasan penyelenggaraan dan administrasi Desa dan
pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan Desa. Dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014, pasal 126 ayat 1 merumuskan
tujuan pemberdayaan masyarakat desa adalah untuk memampukan
Desa dalam melakukan aksi bersama sebagai suatu kesatuan tata
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 57
kelola pemerintahan desa, kesatuan tata kelola lembaga
kemasyarakatan Desa dan lembaga adat, serta kesatuan tata
ekonomi dan lingkungan. Sejalan dengan ditetapkannya Undang-
undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, pemerintah memberikan
kewenangan yang yang lebih luas kepada pemerintah desa untuk
memberdayakan diri dan masyarakat dengan memberikan dana yang
tidak sedikit kepada pemerintah Desa.
Tabel 2.48Jenis Dana yang diterima oleh Desa (dalam ribuan)
Jenis Dana 2009 2010 2011 2012 2013 20141. TPAPD dan
desaberpenghasilanrendah
13.201.200 13.675.800 14.081.500 15.340.900 18.963.900 19.451.875.
2. Penyeimbangdesa 3.721.179,5 4.291.3424.417.755,7 4.417.755,7 - _
3. Bantuan RT,RW 1.090.000 1.650.000 1.650.000 1.650.000 2.200.000 4.171.200
4. Alokasi DanaDesa (ADD)BantuanKeuanganKhusus
10.198.348,16.844.516,21.756.577,4 7.551.268,314.018.569,4 15.145.426
5. Tunjangan BPD 2.244.600 2.244.600 2.390.800 2.872.400 4.953.600 4.921.0506. Bantuan
pilkades,pildukuh
1.947.685 350.000 350.000 350.000 1.750.000 735.071
7. Penghargaanpurna tugas 190.000 200.000 200.000 - - _
8. Hadiah lunasPBB 300.000 141.920 300.000 402.300 418.000 749.500
9. Operasionaldukuh 1.454.400 1.454.400 1.454.400 1.454.400 1.454.400 1.454.400
10.Pajak danretribusi 4.956.872,4 5.634.149,7 8.978.61410.426.252,1 16.179.750 19.137.126
Mulai tahun anggaran 2015 pemerintah memberikan dana desa
kepada pemerintah desa dan besaran Alokasi Dana Desa yang
diterima Desa semakin besar dengan perbedaan asal ADD menjadi
minimal 10% dari DAU dikurangi DAK. Besarnya dana yang diterima
oleh desa tersebut memungkinkan juga desa akan mengembangkan
wilayahnya baik di bidang pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan khususnya dalam hal pemberdayaan desa.
Dengan dana yang besar ini pula Pemerintah Desa diharapkan
menjadi desa yang profesional, efisien dan efektif, terbuka serta
bertanggung jawab. Desa juga harus memiliki perencanaan
pembangunan sebagai strategi mengelola program dan keuangan
untuk pemberdayaan masayarakat, mulai dari RPJMDes, RKPD
sampai dengan APBDes. Kepala Desa beserta Perangkat Desa
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 58
bersama BPD benar-benar harus dapat menjadi mitra sejati dalam
hal penyelenggaraan pemerintahan Desa.
Selain pembinaan dari Pemerintah Kabupaten, tidak kalah
penting adalah mendorong partisipasi masyarakat dalam
penyusunan kebijakan desa yang dilakukan melalui musyawarah
desa. Kebijakan strategis desa, utamanya pengelolaan pembangunan
desa harus dapat dipertanggungjawabkan melalui musyawarah desa.
Pelibatan Lembaga Kemasyarakatan Desa, yang meliputi LPMD,
PKK, Karang Taruna, RT dan RW dalam perencanaan desa
merupakan bentuk partisipasi masyarakat. Demikian pula peran
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Posyandu, lebih mendorong
peran peran masyarakat dalam hal pembangunan daerah. Tidak
hanya dalam hal perencanaan, Lembaga Kemasyarakatan Desa ini
juga diharapkan juga membantu program pemberdayaan masyarakat
Desa baik yang dilaksanakan oleh Desa, maupun tugas pembantuan
dari kabupaten, provinsi maupun nasional.
w. Urusan Wajib StatistikBerdasarkan Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 Tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional disebutkan bahwa
perencanaan pembangunan daerah harus didasarkan pada data dan
informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Oleh
karena itu pemerintah wajib menyediakan data dan informasi
statistik yang berkualitas, akurat, mutakhir dan dapat
dipertanggungjawabkan. Selain untuk kebutuhan perencanaan
pembangunan pemerintah data dan informasi juga dibutuhkan oleh
kalangan swasta, perguruan tinggi dan masyarakat untuk
pengembangan usaha, penelitian dan kebutuhan lainnya.
Masyarakat menuntut ketersediaan data dan informasi yang
beragam, rinci, akurat dan mutakhir. Tuntutan kebutuhan data dan
informasi tersebut belum terpenuhi seluruhnya, namun secara
bertahap terus diupayakan ketersediaannya. Data produk-produk
statistik diantaranya adalah; buku Sleman Dalam Angka, buku PDRB
kabupaten, buku indikator kesejahteraan rakyat, buku indeks
pembangunan gender, buku inflasi, buku penduduk pertengahan,
buku statistik harga bangunan, buku IPM, Buku Statistik Industri,
Buku Kecamatan Dalam Angka, dan Buku Sistem Informasi
Pembangunan Daerah.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 59
x. Urusan Wajib KearsipanPenyelenggaraan urusan kearsipan mempunyai fungsi strategis
bagi perkembangan daerah karena menangani arsip-arsip aktif, arsip
inaktif dan dokumentasi daerah. Upaya yang dilakukan untuk
meningkatkan efektifitas pengelolaan kearsipan diantaranya melalui
pemberian bimbingan teknis pada pengelola kearsipan serta
penerapan Sistim Kearsipan Pola Baru (SKPB) melalui kegiatan-
kegiatan antara lain monitoring, lomba dan pendampingan
pengelolaan arsip.
Pelaksanaan SKPB tahun 2014 yang diterapkan di 48 SKPD
mencapai 62,50%, sedangkan pada tahun 2013 mencapai 60,42 %.
Penanganan arsip menjadi kebutuhan yang amat penting dalam
upaya penyelamatan arsip-arsip aktif maupun inaktif. Untuk itu
perlu ada upaya bersama dari para pejabat struktural untuk
memulai dan melaksanakan secara optimal dalam penyelamatan
arsip-arsip penting. Hasil-hasil yang dicapai selama lima tahun
terakhir seperti terlihat pada tabel berikut :
Tabel 2.49Pengelolaan Kearsipan Tahun 2010-2014
Kabupaten SlemanNo Indikator Tahun
2010 2011 2012 2013 20141 Prosentase nilai rata-rata
pengelolaan arsip SKPD(%) 63,31 68,02 66,67 67 66,13
2 Peningkatan SDMpengelola kearsipan (orang) 26 26 26 26 10
3 Persentase SKPDmenerapkan arsip secarabaik (%)
54,35 58,69 60,87 60,42 62,50
Sumber : Kantor Arsip Daerah, 2014
Persentase SKPD yang mengelola arsip kategori baik mengalami
peningkatan dari 60,42% pada tahun 2013 menjadi 62.50% pada
tahun 2014. Hal ini menunjukkan bahwa SKPD sudah makin peduli
tentang pengelolaan arsip. Persentase nilai rata-rata pengelolaan
arsip SKPD mengalami penurunan dari 67% pada tahun 2013
menjadi 66,13% pada tahun 2014.
y. Urusan Wajib Komunikasi dan InformatikaKemajuan dibidang informasi dan komunikasi telah mendorong
munculnya globalisasi dengan berbagai perspektifnya. Perkembangan
tersebut diikuti dengan berkembangnya sarana dan prasarana
komunikasi seperti wartel, warnet, maupun informasi dalam bentuk
pameran.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 60
Rasio wartel/warnet terhadap penduduk di Kabupaten Sleman
untuk tahun 2014 adalah sebesar 0,00015, menurun jika
dibandingkan tahun 2013 sebesar 0,00055. Angka rasio
warnet/wartel tahun 2014 yang menurun karena kebutuhan akan
akses internet saat ini sudah sangat mudah, antara lain melalui free
hotspot dan modem GSM/CDMA dengan biaya relatif murah.
Data perkembangan selama lima tahun terakhir dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 2.50Angka Rasio dan Jumlah Sarana Komunikasi
Tahun 2010-2014 Kabupaten SlemanNo Indikator Tahun
2010 2011 2012 2013 20141 Rasio wartel/warnet terhadap
penduduk0,00055 0,00055 0,00055 0,00060 0,00015
2 Jumlah Surat Kabar NasionalJumlah Surat Kabar Lokal
176
177
177
177
177
3 Jumlah penyiaran :Radio Nasional (jaringan kedaerah)Radio LokalTV lokalTV Nasional
5215
11
5215
11
5215
11
5215
11
5215
11
4 Website milik pemerintah daerah 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit5 Pameran /expo yang diikuti oleh
SKPD Pemerintah Daerah Slemansebagai partisipan berdasartingkatan event :- Skala Event tingkat
lokal/daerah/Kabupaten- Skala Event tingkat Regional- Skala Event tingkat Nasional- Skala Event tingkat
Internasional
1416128
94
124
104
124
104
124
937
Sumber : Dinas Hubkominfo dan Bagian Humas Setda, Bagian Perekonomian, 2014
z. Urusan Wajib PerpustakaanPerpustakaan merupakan sumber informasi dan sarana
strategis dalam peningkatan sumberdaya manusia. Keberadaan
perpustakaan diharapkan dapat meningkatkan minat baca di
masyarakat. Guna menunjang peningkatan minat baca masyarakat,
Pemerintah Kabupaten Sleman menambah jumlah perpustakaan
maupun menambah jumlah koleksi pustaka.
Banyaknya unit perpustakaan ini memberi kemudahan pada
masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas perpustakaan. Jumlah
perpustakaan sampai dengan tahun 2014 sebanyak 859 unit dan
dilengkapi dengan 4 armada perpustakaan keliling. Peningkatan
pelayanan perpustakaan dilakukan dengan menambah jumlah
jam/hari buka perpustakaan (hari sabtu tetap buka) dan
mengikutkan petugas dalam kursus/bintek terkait dengan pustaka
untuk meningkatkan profesionalisme dalam pelayanan. Peningkatan
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 61
jumlah pengunjung perpustakaan dan koleksi buku seperti terlihat
pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.51Jumlah Pengunjung dan Koleksi Perpustakaan
Tahun 2010-2014 Kabupaten SlemanNo Indikator Tahun
2010 2011 2012 2013 20141 Jumlah
pengunjungperpustakaan pertahun (orang)
89.427 100.044 102.710 108.875 580.219
2 Koleksi buku yangtersedia diperpustakaandaerah
50.163 51.278 54.114 56.421 59.855
Fiksi (eksemplar) 12.812 13.138 14.402 15.338 17.411Non Fiksi(eksemplar) 32.820 33.383 34.541 35.618 36.644Majalah(eksemplar) 2.425 2.663 2.924 3.156 3.389Referensi(eksemplar) 2.106 2.118 2.107 2.309 2.411
Sumber : Kantor Perpustakaan Daerah, 2014Keterangan: jumlah pengunjung perpustakaan tahun 2014 merupakan gabungan jumlahpengunjung perpustakaan daerah, perpustakaan keliling, perpustakaan elektronik keliling,18 lokasi perpustakaan desa dan masyarakat, serta perpustakaan sekolah
2.1.3.2. Fokus Layanan Urusan Pilihanå. Urusan Pilihan Pertanian
Pembangunan pertanian diarahkan untuk mewujudkan
masyarakat pertanian, perikanan dan kehutanan yang mandiri,
berdaya saing dan sejahtera, dengan mewujudkan peningkatan
produksi pertanian, perikanan dan kehutanan untuk memantapkan
ketahanan pangan, meningkatkan nilai tambah produk pertanian,
perikanan dan kehutanan dan meningkatkan kelas kemampuan
kelompok tani serta pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan
yang lestari.
Produktivitas padi dan bahan pangan utama dipengaruhi faktor
pola tanam, penggunaan bibit yang berkualitas dan penggunaan
pupuk organik serta kesadaran pengembangan pangan non padi.
Pada tahun 2014 produktifitas padi dan bahan pangan lainnya
sebesar 60,19 kw/ha, menurun jika dibandingkan tahun 2013.
Penurunan produktivitas tersebut karena selain adanya serangan
organisme pengganggu tanaman (OPT), terutama tikus dan penggerek
batang sehingga terjadi penurunan produktivitas di periode panen
Juli-Desember 2014. Hal tersebut juga terjadi karena keterlambatan
pemupukan yang dilakukan petani akibat keterlambatan penyediaan
pupuk bersubsidi periode April-Agustus 2014, sehingga terjadi
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 62
penurunan produktivitas padi periode Juli-Desember 2014.
Perkembangan indikator pertanian tahun 2010-2014 dapat dilihat
pada tabel berikut ini :
Tabel 2.52Produktivitas Padi dan Kontribusi Per Sektor Terhadap PDRB
Tahun 2010-2014 Kabupaten Sleman (ADHB)No Indikator Tahun
2010 2011 2012 2013 2014
1
Produktivitas padi ataubahan pangan utamalokal lainnya perhektar (kuintal/ha)
59,34 56,65 67,56 62,72 60,19
2Kontribusi sektorpertanian terhadapPDRB (%)
13,02 12,74 12,90 12,88 12,59
Tanaman bahanmakanan 9,52 9,30 9,44 9,28 9,09
Tanaman perkebunan 0,37 0,37 0,36 0,35 0,35Peternakan dan hasil-hasilnya 2,14 2,11 2,11 2,20 2,13
Kehutanan 0,06 0,06 0,06 0,06 0,05perikanan 0,92 0,90 0,92 0,99 0,97
3Cakupan binakelompok petani(kelompok)TPH 943 1.063 1.174 1.174 1.268Ikan 387 427 507 507 530Ternak 598 666 737 751 788kebun 178 138 144 144 152
Sumber : Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, 2014
b. Urusan Pilihan KehutananPembangunan urusan kehutanan di Kabupaten Sleman sesuai
dengan potensinya lebih diarahkan pada upaya untuk konservasi
hutan produksi dan hutan rakyat. Untuk memperbaiki dan
menanggulangi kerusakan hutan dan lahan dilakukan beberapa
upaya yaitu dengan rehabilitasi hutan lahan kritis. Luas lahan kritis
di Kabupaten Sleman menurun seluas 122,4 ha atau 14,98%
dibandingkan tahun 2013. Penurunan luas lahan kritis ini diperoleh
dari dukungan kegiatan pemerintah, penghijauan oleh masyarakat
dan kelompok masyarakat. Luas hutan rakyat pada tahun 2013
seluas 4.420,72 ha meningkat sebesar 4,52% menjadi 4.618,69 ha
pada tahun 2014.
Tabel 2.53Perkembangan Data Kehutanan Tahun 2010-2014
No URAIAN DATATAHUN ANGGARAN
2010 2011 2012 2013 2014
1 Luas lahan(Ha) 5.707,61 5.934,50 6.148,9 6.348,90
a TNGM : 1.728,38 1.728,38 1.728,38 1.728,38 1.728,38b Hutan Rakyat 3.327,41 3.977,40 4.204,29 4.420,72 4.618,69c Hutan Kota 1,83 1,83 1,83 1,83 1,83
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 63
No URAIAN DATATAHUN ANGGARAN
2010 2011 2012 2013 2014
2 Luas lahankritis (Ha)
a Potensi kritis 2.721,9 2.721,91 2.828,02 2.906,92 2.906,92c Kritis 1.175,5 875,75 550,00 471,10 395,10d Sangat kritis 350,8 350,75 345,75 345,75 299,35
3 Produksi MaduLebah (kg) 3.510,0 3.250 1.450 1.200 970
4 Bambu(batang) 688.342 701.000 733.575 728.500 733.325
Sumber: Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
Masyarakat Sleman selain membudidayakan jenis tanaman
kayu juga telah mengembangkan hasil produksi kehutanan non kayu
berupa madu dan bambu. Produksi madu di tahun 2014 mengalami
penurunan sebesar 17,24% dari 1.200 Kg di tahun 2013 menjadi 970
Kg di tahun 2014. Hal ini disebabkan karena produksi madu sangat
bergantung pada ketersediaan bunga sebagi sumber nektar. Pada
Tahun 2014, akibat kondisi cuaca yang tidak menentu menyebabkan
pembungaan tidak sempurna dan berakibat turunnya produksi
madu. Produksi bambu tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar
66,23% dari produksi tahun 2013. Hal ini semakin intensifnya
budidaya bambu yang dilakukan petani.
Luas lahan kritis dan kontribusi sektor kehutanan terhadap
PDRB tahun 2010-2014 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.54Luas Lahan Kritis dan Kontribusi Sektor Kehutanan Terhadap
PDRBTahun 2010-2014 Kabupaten Sleman
No Indikator Tahun2010 2011 2012 2013 2014
1 Rehabilitasi hutandan lahan kritis (ha) 4.248,8 3.948,5 3.723,8 3.723,77 3.601,37
2Kontribusi sektorkehutanan terhadapPDRB (%)
0,06 0,01 0,06 0,06 0,05
Sumber : Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, 2014
c. Urusan Pilihan Energi dan Sumber Daya MineralSalah satu bahan tambang yang terdapat di Kabupaten Sleman
adalah bahan galian golongan C (BGGC) meliputi pasir dan batu,
andesit, breksi batu apung, dan tanah liat. Bahan galian golongan C
ini dapat kita temui di sepanjang perairan sungai di kaki gunung
merapi karena memang pasokannya bergantung dari aktivitas
Gunung Merapi.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 64
Bahan galian yang tidak boleh ditambang adalah batu gamping
yang terdapat di Kecamatan Gamping karena telah ditetapkan
sebagai kawasan Cagar Alam atau Taman Wisata Alam Gunung
Gamping dengan SK Menteri Pertanian Nomor:
526/KPTS/UM/7/1982 tanggal 21 Juli 1982.
Berkaitan dengan usaha pertambangan, Kabupaten Sleman
telah mempunyai Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 1996 tentang
Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C serta mempunyai
kelembagaan yang berwenang mengawasi yaitu Dinas Sumber Daya
Air, Energi dan Mineral. Namun dalam pelaksanaan pengelolaan
sumberdaya mineral dalam hal ini BGGC masih ditemui kegiatan
penambangan yang tanpa izin dan sulit dikendalikan.
Seluruh padukuhan di Kabupaten Sleman sudah terdapat
jaringan listrik dari PLN tetapi masih terdapat kelompok rumah yang
belum terjangkau yaitu terutama pada daerah terpencil dan
pemukiman baru. Pada tahun 2014 terdapat 5.482 KK yang belum
punya KWh meter sendiri, atau elektrifikasi 98,31%. Sedangkan
penyediaan listrik untuk masyarakat yang tidak terjangkau layanan
listrik PLN, Pemerintah Kabupaten Sleman telah mengupayakan
penggunaan listrik tenaga surya. Sampai dengan tahun 2014 telah
terpasang 167 PLTS rumah tangga dan 21 PLTS non rumah tangga
(hilang 5 akibat erupsi). Selain itu juga dikembangkan pemanfaatan
energi biogas sebanyak 145 unit.
d. Urusan Pilihan PariwisataJumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Sleman pada
tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar 5,03% dari tahun 2013.
Pertumbuhan kontribusi sektor pariwisata tahun 2014 lebih besar
dari tahun 2013. Perkembangan jumlah wisatawan dan kontribusi
sektor pariwisata terhadap PDRB tahun 2010-2014 sebagai berikut:
Tabel 2.55Jumlah Kunjungan Wisatawan dan Kontribusi Sektor Pariwisata
terhadap PDRB Tahun 2010-2014No Indikator Tahun
2010 2011 2012 2013 20141 Kunjungan
wisatawan (orang) 3.226.976 3.277.728 3.418.254 3.613.577 3.795.355
2 Kontribusi sektorpariwisata terhadapPDRB Hb (%)
14,91 15,03 15,30 15,47 15,57
Sumber: - BPS Kab. Sleman, 2014Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Sleman, 2014
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 65
Peningkatan jumlah kunjungan wisata tidak hanya berdampak
pada peningkatan kontribusi sektor Pariwisata terhadap PDRB saja,
tetapi juga pada peningkatan PAD Kabupaten Sleman. Pada tahun
2014 jumlah PAD Pariwisata sebesar Rp87.180.228.452,58 atau
15,21% dari jumlah PAD Kabupaten Sleman sebesar
Rp573.343.496.413,11.
Tabel 2.56Data PAD Sektor Pariwisata Tahun 2010-2014
2010 2011 2012 2013 2014
REALISASI REALISASI REALISASI REALISASI REALISASI1 Pajak Hotel 22,473,840,945.14 22,637,880,385.22 32,216,989,820.00 41,502,758,585.60 49,800,597,180.77
2 Pajak Restoran 10,195,038,726.88 13,257,484,783.85 16,758,882,195.78 21,044,463,950.72 27,979,310,771.17
3 Pajak Hiburan 3,793,513,241.41 2,709,834,885.40 3,804,493,161.06 4,910,550,639.96 5,652,846,660.64
4 Retribusi Jasa KekayaanDaerah/Fasilitas Daerah
59,065,000.00 7,194,500.00 30,245,260.00 46,139,695.00 73,015,400.00
5 Retribusi Jasa UsahaTempat Rekreasi dan OlahRaga
275,038,687.25 331,361,700.00 2,643,725,887.00 2,740,652,000.00 3,385,581,500.00
6 Lain-lain PAD yang sah(Bagi Hasil PT TWC +Parkir MGM)
222,981,223.00 288,876,940.00
A JUMLAH PADPARIWISATA
36,796,496,600.68 38,943,756,254.47 55,454,336,323.84 70,467,546,094.28 87,180,228,452.58
C JUMLAH PADKABUPATEN
163,442,921,919.77 227,108,171,114.47 299,069,884,195.13 472,790,912,781.83 573,343,496,413.11
E KONTRIBUSI PAD PAR/PAD
22.51% 17.15% 18.54% 14.90% 15.21%
UraianNo
Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Sleman, 2014
Potensi kepariwisataan di Kabupaten Sleman terdiri dari wisata
alam, wisata candi, wisata museum, kegiatan luar atau even dan
desa wisata. Perkembangan potensi wisata terlihat sebagai berikut:
Tabel 2.57Potensi Obyek Wisata Di Kabupaten Sleman
Tahun 2010-2014No Indikator Tahun
2010 2011 2012 2013 20141 Wisata Alam (jenis) 4 4 4 4 42 Wisata Candi 12 12 12 12 123 Wisata Museum 10 10 10 10 13
4 Kegiatan luar (event) - - - 5 55 Kategori Desa Wisata 35 35 38 38 38
Sumber: - BPS Kab. Sleman, 2014Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Sleman, 2014
Pada tahun 2014 Berdasarkan keputusan Kepala Badan Geologi
No.1157K/40/BGL/2014 Tanggal 2 Oktober 2014 telah ditetapkan 9
situs Geoheritage sebagai cagar alam Geologi di DIY. Tiga diantaranya
berada di wilayah Kabupaten Sleman, yaitu Lava Bantal di
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 66
Kecamatan Berbah, Endapan Abu Vulkanik Purba Candi Ijo di
Kecamatan Prambanan dan Monumen Batu Gamping Eosen di
Kecamatan Gamping.
Ketiga Kawasan Geoheritage tersebut selama ini belum
mendapatkan perhatian bahkan cenderung masih terabaikan.
Kondisi Lava Bantal di Kecamatan Berbah Sleman pada saat ini
masih memprihatinkan dikarenakan sungai yang memiliki nilai
kesesejarahan yang panjang ini sering dipakai untuk membuang
sampah secara sembarangan. Begitu pula situs Geoheritage endapan
abu vulkanik purba Candi Ijo di Kecamatan Prambanan semakin
berkurang karena terus ditambang secara liar untuk dijadikan batu
hias.
Melihat keprihatinan tersebut maka perlu dilakukan upaya
strategis untuk konsesrvasi, pengamanan dan pemanfaatan warisan
geologi tersebut agar bermanfaat bagi dunia pendidikan sebagai
destinasi Geopark. Selain itu apabila potensi tersebut dikemas
dengan baik dan terkonsep maka tidak menutup kemungkinan dapat
dikembangkan menjadi destinasi wisata minat khusus yang handal.
Dari berbagai destinasi wisata di Kabupaten Sleman, pada
tahun 2014 kunjungan wisatawan tertinggi terjadi di obyek wisata
candi mencapai 42,6% baik untuk kunjungan wisatawan nusantara
maupun wisatawan asing. Jumlah terendah terjadi di obyek desa
wisata yang hanya mencapai 4,29%. Kondisi jumlah kunjungan
wisatawan di lokasi obyek wisata di Sleman digambarkan sebagai
berikut:
Tabel 2.58Data Wisatawan
Tahun 2010-2014
Wisnus Wisman Wisnus Wisman Wisnus Wisman Wisnus Wisman Wisnus WismanREALISASI 2,941,552 285,424 3,015,387 262,341 3,076,676 341,578 3,310,781 302,796 3,820,575 312,358JUMLAHREALISASI(%) (Nus - Manc) 91.16% 8.84% 92.00% 8.00% 90.01% 9.99% 91.62% 8.38% 92.44% 7.56%Peningkatan Total
2014TAHUN
4,132,933
-10.26% 1.57% 4.29% 5.71% 14.37%
URAIAN
3,226,976 3,277,728 3,418,254 3,613,577
2010 2011 2012 2013
Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Sleman, 2014
Obyek wisata Candi yang memiliki kunjungan teringgi adalah
candi Prambanan. Keberadaan 8 candi yang lain yang juga memiliki
keindahan dan spesifkasi yang berbeda dengan candi Prambanan
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 67
perlu pengelolaan kawasan yang lebih baik, sehingga mampu menjadi
daya tarik wisata yang baru.
Wisata alam di kabupaten Sleman menjadi daya tarik kedua
para wisatawan. Jumlah pengunjung wisata alam sebanyak 29,8%
dari total wisatawan. Obyek yang memiliki kunjungan tertinggi
adalah Kaliurang dengan jumlah pengunjung 70,7%, disusul oleh
volcano tour dengan pengunjung 13,1%.
Keberadaan Museum merupakan daya tarik ketiga wisatawan.
Monumen Jogja Kembali memiliki jumlah pengunjung tertinggi
mencapai 51,9%, namun seluruh pengunjungnya adalah wisatawan
nusantara. Museum Gunung Merapi merupakan obyek favorit
wisatawan setelah Monumen Jogja Kembali dengan jumlah 21.62%
dan jumlah kunjungan wisatawan Mancanegara juga tertinggi setelah
Museum Ullen Sentalu.
Potensi wisata luar ruang atau event di Kabupaten Sleman juga
sangat diminati wisatawan terutama mancanegara. Jumlah
kunjungan wisman di obyek ini merupakan rangking kedua setelah
candi. Upacara adat dan pentas ramayana menjadi obyek favorit
potensi ini.
Keberadaan obyek wisata desa wisata sebagai salah satu
destinasi baru memiliki jumlah pengunjung wisman dan wisnu
sebanyak 4,3% dari total wisatawan. Oyek ini cukup prospektif untuk
dikembangkan.
Kabupaten Sleman saat ini memiliki 38 desa wisata yang
tersebar di 15 kecamatan yang dari tahun 2013 diklasifikasikan
berdasarkan pemanfaatan potensi, SDM, kunjungan wisatawan,
fasilitas, modal, pemasaran, infrastruktur dan masyarakatnya. Dari
beberapa indikator tersebut desa wisata diklasifikasikan menjadi
tumbuh, berkembang dan mandiri.
Tabel 2.59Perkembangan Desa Wisata
Kabupaten Sleman
URAIAN 2010 2011 2012 2013 2014Jumlah Desa
Wisata35 35 38 38 38
Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Sleman, 2014
Hal-hal yang telah dilakukan dalam upaya pengembangan
pariwisata Kabupaten Sleman pada tahun 2014 adalah sebagai
berikut :
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 68
1. Pemanfaatan teknologi informasi dan pemasaran wisata melalui
pembuatan materi promosi dan pengelolaan website.
2. Pengembangan jaringan kerjasama promosi pariwisata melalui
gebyar ODTW, Jelajah Wisata, Java Summer Camp dan Pelangi
Budaya Bumi Merapi.
3. Promosi pariwisata nusantara di dalam dan luar negeri melalui
pameran di Sleman, Jakarta, Jawa Barat dan di luar jawa,
Travel dialog di Jawa Tengah, Jawa barat, jawa Timur dan luar
Jawa, Jumpa pers, Talkshow di radio dan TV, penulisan artikel
dan promosi melalui famtrip.
4. Pengembangan statistik kepariwisataan melalui profil desa
wisata, penyusunan buku statistik kebudayaan dan pariwisata
dan penyusunan direktori hotel.
5. Pelatihan pemandu wisata terpadu.
6. Pengembangan destinasi pariwisata melalui pembangunan
sarana dan prasarana pariwisata, pengembangan, sosialisasi
dan penerapan serta pengawasan standarisasi.
7. Pengembangan Museum Gunungapi Merapi.
8. Koordinasi pembangunan obyek pariwisata.
9. Pengembangan kemitraan melalui ; pengembangan SDM bidang
kebudayaan dan pariwisata berkerjasama dengan lembaga lain,
pembentukan forum komunikasi antar pelaku industri
pariwisata dan budaya.
10. Perencanaan pembangunan ekonomi melalui kajian standarisasi
usaha dan FS art center dan TIC.
e. Urusan Pilihan Kelautan dan PerikananPerkembangan luas lahan usaha perikanan darat khususnya
yang dilakukan di kolam selama lima tahun terakhir cenderung
meningkat. Kenaikan ini diikuti dengan kenaikan produksi perikanan
dan konsiumsi ikan. Keberhasilan pelaksanaan urusan perikanan
dicapai melalui pembinaan kelompok perikanan.
Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, peningkatan
jumlah produksi ikan konsumsi pada tahun 2014 mencapai 20,25%.
Hal ini terjadi karena adanya peningkatan luas kolam dan
produktivitas kolam, peningkatan produktivitas alat tangkap perairan
umum, serta meningkatnya pengetahuan dan keterampilan
pembudidayaan ikan.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 69
Produksi ikan hias rata-rata tahun 2014 naik sebesar 10,10%
dari 14.647.600 ekor di Tahun 2013 menjadi 16.127.520 dengan
tujuan pemasaran Kota Jakarta dan Kota Yogyakarta. Sementara,
peningkatan produksi benih ikan sebesar 4,99% dipasarkan untuk
kebutuhan Sleman, waduk di Jawa Tengah dan Waduk Jatiluhur di
Jawa Barat (data masih angka sementara).
Tabel 2.60Indikator Urusan Perikanan
Tahun 2010-2014 Kabupaten SlemanNo Indikator Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 *)1 Produksi
perikanan(ton)
14.574,88 18.364,10 21.899,20 25.883,79 31.120,50
2 Ketersediaaniikankonsumsi
26,73 27,78 28,65 29,79 30,41
3 Cakupanbinakelompoknelayan
387 427 507 507 530
4 Produksiperikanankelompoknelayan(benih) (ekor)
785.857.500 843.611.580 908.012.110 947.330.900 994.616.500
Sumber : Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, 2014*) angka sementara
f. Urusan Pilihan PerdaganganJika dibandingkan dengan tahun 2013 kontribusi sektor
perdagangan terhadap PDRB atas dasar harga berlaku mengalami
kenaikan dari 8,04% menjadi 8,09%. Nilai ekspor bersih perdagangan
di Kabupaten Sleman tahun 2014 juga meningkat jika dibandingkan
tahun sebelumnya. Kontribusi dan nilai ekspor sektor perdagangan
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.61Kontribusi Terhadap PDRB dan Nilai Ekspor Sektor Perdagangan
Tahun 2010-2014 Kabupaten SlemanNo Indikator Tahun
2010 2011 2012 2013 20141 Kontribusi sektor
Perdaganganterhadap PDRBHb (%)
8,11 8,11 8,15 8,04 8,09
2 Ekspor BersihPerdagangan (US$) 23.614.793 32.023.058 37.039.270 27.068.084 33.657.979
3Cakupan binausaha informal(PKL)
935 804 991 1.137 1.488
Sumber: - BPS Kabupaten. Sleman, 2014- Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi;- Dinas Pasar, 2014
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 70
Jumlah usaha informal (PKL) di Kabupaten Sleman tahun 2013
sebanyak 1137 meningkat menjadi 1.488 pada tahun 2014.
g. Urusan Pilihan PerindustrianSelama tahun 2010-2014, sektor industri memberikan
kontribusi terhadap PDRB atas dasar harga berlaku rata-rata sebesar
13,94% per tahun. Jika dibanding dengan tahun 2013, kontribusi
sektor industri mengalami penurunan di tahun 2014 dari 13,90%
menjadi 13,64%. Jumlah industri di Kabupaten Sleman mengalami
pertumbuhan rata-rata sebesar 1,10%. Jumlah industri kecil dan
rumah tangga mengalami kenaikan rata-rata 1,05%. Jumlah industri
kecil dan rumah tangga tahun 2013 sebanyak 15.841 buah
meningkat menjadi 15.944 unit pada tahun 2014. Jumlah pengrajin
yang dibina selama tahun 2010-2014 juga meningkat yaitu sebesar
17,33%. Jumlah pengrajin yang dibina pada tahun 2013 sebesar
20,83% meningkat menjadi 21,10% pada tahun 2014. Data
perkembangan indikator perindustrian tahun 2010-2014 dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.62Indikator Urusan Perindustrian
Tahun 2010-2014 Kabupaten SlemanNo Indikator Tahun
2010 2011 2012 2013 2014*)1 Kontribusi sektor
Industri terhadapPDRB Hb (%)
14,16 14,39 13,62 13,90 13,64
2 Pertumbuhan Industri(%) 1,88 1,09 1,74 0,89 0,68
3 Jumlah industri kecil &rumah tangga (buah) 15.289 15.449 15.707 15.841 15,944
4 Cakupan binapengrajin (%) 13,05 14,27 17,41 20,83 21,10
Sumber: - BPS Kab. Sleman, 2014- Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kab. Sleman, 2014
Keterangan: *) Angka sementarah. Urusan Pilihan Ketransmigrasian
Pelaksanaan transmigrasi merupakan kerja sama antar
pemerintah daerah baik daerah pengirim maupun daerah penerima
dengan Pemerintah Pusat sebagai fasilitator. Pola transmigrasi sudah
mencerminkan partisipasi dan keswadayaan masyarakat baik melalui
trasmigrasi umum maupun melalui transmigrasi swakarsa.
Pemerintah Kabupaten Sleman mulai memberangkatkan
transmigrasi pada tahun 2007. Transmigrasi swakarsa hanya sampai
pada tahun 2010, dikarenakan fasilitas yang diperoleh calon
transmigran tidak lebih baik dari transmigrasi umum meskipun
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 71
calon transmigran sudah membayar sendiri. Persentase transmigran
umum tahun 2010-2014 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.63Persentase Transmigran umum
Tahun 2010-2014 Kabupaten SlemanNo Indikator Tahun
2010 2011 2012 2013 20141 Transmigran umum
(%) 60 44,58 61,53 33,33 52,38Sumber : Dinas Nakersos Kab. Sleman 2014
2.1.4. Aspek Daya Saing DaerahPembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) pada
hakekatnya ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan daya saing bangsa. Sejalan dengan paradigma baru
di era globalisasi, iptek menjadi faktor yang memberikan kontribusi
signifikan dalam peningkatan kualitas hidup suatu bangsa. Implikasi
paradigma ini adalah terjadinya proses transisi perekonomian dunia
yang semula berbasiskan pada sumber daya alam menjadi
perekonomian yang berbasiskan pengetahuan (Knowledge Based
Economy/KBE). Pada KBE, kekuatan bangsa diukur dari
kemampuan iptek sebagai faktor primer ekonomi menggantikan
modal, lahan dan energi untuk peningkatan daya saing.
Salah satu cara untuk meningkatkan daya saing adalah dengan
memperkuat sistem inovasi daerah (SIDa). Sistem ini diharapkan
akan mampu membangkitkan kreatifitas dan inovasi yang
diperlukan, agar produk-produk Kabupaten Sleman dapat bersaing
secara langsung dengan produk daerah/negara lain, baik di pasar
domestik maupun internasional.
SIDa adalah keseluruhan proses dalam satu sistem untuk
menumbuhkembangkan inovasi yang dilakukan antar (G) institusi
pemerintah, pemerintah daerah, (A) lembaga kelitbangan, lembaga
pendidikan lembaga penunjang inovasi, (B) dunia usaha dan (S)
masyarakat di daerah.
Bagi suatu daerah, kemampuan inovasi merupakan faktor daya
saing yang sangat penting, terutama dalam menghadapi beberapa
kecenderungan sebagai berikut :
1. Tekanan per saingan global yang terus meningkat ;
2. Produk semakin kompleks dan memiliki siklus hidup yang
semakin pendek karena cepatnya kemajuan teknologi dan
perubahan tuntutan konsumen; dan
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 72
3. Perubahan persaingan pasar yang semakin cepat dan kompleks.
Peningkatkan daya ungkit (leverage) peran iptek yang sesuai dan
spesifik bagi daerah, serta meningkatkan kemampuan Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM) dalam mengakses dan memanfaatkan
iptek (dalam arti luas) dan hasil litbangyasa serta
mengembangkannya. Hal ini sesuai dengan Nawa Cita nomor 6
meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar
internasional dan Nomor 7 yaitu mewujudkan kemandirian ekonomi
dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik
salah satunya dengan cara mewujudkan penguatan teknologi melalui
kebijakan penciptaan Sistem Inovasi Nasional (SINAS) termasuk
Sistem Inovasi Daerah (SIDA).
2.1.4.1. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah
Analisis fokus kemampuan ekonomi daerah dilihat dari
indikator kemampuan daerah dalam meningkatkan pendapatan
masyarakatnya. Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita di
Kabupaten Sleman selama tahun 2010-2014 mengalami kenaikan
sebesar 9,87% per tahun. Pengeluaran konsumsi rumah tangga per
kapita pada tahun 2014 mengalami peningkatan jika dibandingkan
tahun 2013, yaitu dari Rp 26.544.860,00 menjadi Rp 30.263.496,00.
Peningkatan konsumsi rumah tangga per kapita tersebut antara
lain disebabkan oleh meningkatnya konsumsi barang dan jasa.
Selain itu, membaiknya kondisi ekonomi masyarakat serta
perkembangan ilmu dan teknologi mempengaruhi perubahan selera
dan perilaku konsumsi masyarakat.
Meningkatnya pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita
lebih banyak ditopang oleh pengeluaran konsumsi non pangan per
kapita. Besarnya kontribusi pengeluaran konsumsi rumah tangga
non pangan per kapita terhadap pengeluaran konsumsi rumah
tangga per kapita selama tahun 2010-2014 rata-rata sebesar 52,31%.
Produktivitas total Kabupaten Sleman selama tahun 2010-2014
menunjukkan kenaikan sebesar 10,82% per tahun. Produktivitas
daerah tahun 2014 mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun
2013, yaitu dari Rp 31.783.752,00 menjadi Rp 35.715.863,00.
Indikator pengeluaran konsumsi rumah tangga tahun 2010-2014
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 73
Tabel 2.64Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga dan Non Pangan per Kapita
Tahun 2010 – 2014 Kabupaten SlemanNo Indikator Tahun
2010 2011 2012 2013 2014
1
Pengeluarankonsumsirumah tanggaper kapita (Hb)
20.813.986 22.925.637 25.552.069 26.544.860 30.263.496
2
Pengeluarankonsumsi nonpanganperkapita (Hb)
52,52 52,68 52,59 51,89 51,89
3 Produktivitastotal daerah 23.705.217 25.457.722 29.004.746 31.783.752 35.715.863
Sumber: BPS Kab. Sleman, 2014*Angka proyeksi
2.1.4.2. Fokus Fasilitas Wilayah/InfrastrukturPembangunan sarana dan prasarana wilayah atau infrastruktur
direncanakan untuk mendukung terwujudnya visi dan misi
pembangunan di Kabupaten Sleman. Sarana dan prasarana wilayah
pada dasarnya merupakan elemen pendukung bagi berlangsungnya
kehidupan suatu wilayah karena masyarakat yang tinggal di suatu
wilayah akan membutuhkan sarana prasarana untuk
melangsungkan kegiatan. Fasilitas sarana prasarana wilayah
tersebut diantaranya :
1. PerhubunganRasio panjang jalan per jumlah kendaraan dari tahun ke tahun
semakin menurun, artinya bahwa dengan panjang jalan tetap jumlah
kendaraan semakin bertambah sehingga kepadatan kendaraan
semakin bertambah.
Pertumbuhan jumlah orang/barang yang melalui terminal dari
tahun ke tahun cenderung mengalami penurunan. Kondisi ini
disebabkan oleh tingginya kepemilikan kendaraan pribadi. Rasio
penjang jalan dan jumlah orang yang melalui terminal tahun 2010-
2014 dapat dilihat tabel berikut:
Tabel 2.65Rasio Panjang Jalan dan Jumlah Orang/Barang Pengguna Terminal
Tahun 2010-2014 Kabupaten SlemanNo Indikator Tahun
2010 2011 2012 2013 2014
1Rasio panjang jalan perjumlah kendaraan(km/kend)
0,1318km/kend
0,1309km/kend
0,1301km/kend
0,1290km/kend
0,1232km/kend
2Jumlah orang/barangmelalui terminal pertahun
5.705.876 5.641.029 4.463.688 4.254.314 4.068.315
Sumber : Dinas Hubkominfo, 2014
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 74
2. Sarana PerekonomianJumlah restoran di Kabupaten Sleman lebih sedikit
dibandingkan dengan jumlah rumah makan. Pada tahun 2013
persentase jumlah restoran sebesar 20,54%, berkurang menjadi
20,06% pada tahun 2014. Sementara itu persentase jumlah rumah
makan meningkat dari 79,46% pada tahun 2013 menjadi 79,94%
pada tahun 2014.
Persentase jumlah penginapan di Kabupaten Sleman terbesar
adalah pondok wisata, yaitu sebesar 59,33% pada tahun 2013
menjadi 59,53% pada tahun 2014. Persentase hotel melati sebesar
34,45% pada tahun 2013 menjadi 32,79% pada tahun 2014.
Demikian juga jumlah hotel berbintang di Kabupaten Sleman pada
tahun 2013 sebesar 6,22% menjadi 7,67% pada tahun 2014.
Persentase jumlah restoran dan hotel tersebut dapat dilihat pada
tabel :
Tabel 2.66Persentase Jumlah Restoran dan Hotel Menurut Jenis
Tahun 2010-2014 Kabupaten SlemanNo Indikator Tahun
2010 2011 2012 2013 20141 Jenis dan jumlah restoran
- restoran (%)- rumah makan (%)
20,0080,00
21,2178,79
21,3078,70
20,5479,46
20,0679,94
2 Jenis dan Jumlah hotel- hotel berbintang (%)- hotel melati (%)- pondok wisata (%)
4,1334,4461,43
5,0434,7660,20
5,6134,3960,00
6,2234,4559,33
7,6732,7959,53
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, 2014
3. Jaringan ListrikEnergi listrik sudah menjadi kebutuhan setiap orang dan
pemenuhan kebutuhan listrik menjadi salah satu faktor penting
dalam menentukan keberhasilan pembangunan di Kabupaten
Sleman. Data rasio elektrifikasi berdasarkan data PT PLN ( Persero )
APJ Yogyakarta, per Desember 2013 sebesar 96,25% dan pada tahun
2014 sebesar 99,25% (Dinas SDAEM Kab. Sleman, 201).
2.1.4.3. Fokus Iklim BerinvestasiKondisi yang kondusif (aman dan tertib) suatu wilayah
merupakan salah satu syarat untuk menarik investasi disamping
prosedur dan proses perijinan yang tepat waktu. Menurunnya angka
kriminalitas dan jumlah demo serta lebih singkatnya waktu
penyelesaian perijinan diharapkan dapat mendukung iklim investasi
di Kabupaten Sleman.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 75
Jika dibandingkan dengan tahun 2012, pada tahun 2013 di
Kabupaten Sleman tercatat naiknya angka kriminalitas dan
jumlahnya demo, namun hal tersebut tidak sampai mengganggu
stabilitas politik dan keamanan di Kabupaten Sleman, sehingga para
investor tidak perlu takut untuk tetap menanamkan modalnya di
Kabupaten Sleman.
Upaya untuk menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif
merupakan tantangan yang cukup berat bagi Pemerintah Kabupaten
Sleman, karena menyangkut beberapa peraturan baik di tingkat
pusat maupun daerah. Perbaikan iklim, investasi perlu dilakukan
pemerintah daerah untuk menyikapi perbaikan di bidang peraturan
perundang-undangan di daerah, perbaikan pelayanan, dan
penyederhanaan birokrasi. Kondisi iklim investasi dapat dilihat pada
tabel :
Tabel 2.67Indikator Iklim Investasi
Tahun 2010-2014 Kabupaten SlemanNo Indikator Tahun
2010 2011 2012 2013 20141 Angka kriminalitas 12,08 6,63 13,76 17,53 15,81
2 Jumlah demo (kali) 56 9 15 81 75
3 Jumlah dan macam pajakdan retribusi daerah
39 39 39 27 27
4 Jumlah Perda yangmendukung iklim usaha
5 5 7 7 7
Sumber : data diolah dari berbagai sumber, 2014
2.1.4.4. Fokus Sumber Daya ManusiaMasalah angkatan kerja adalah masalah yang perlu mendapat
perhatian besar dalam melakukan perencanaan pembangunan
karena di dalam kelompok angkatan kerja terdapat kelompok
penduduk yang bertindak sebagai pelaku ekonomi. Semakin besar
jumlah tenaga kerja di dalam suatu daerah, semakin besar
penawaran tenaga kerjanya. Apabila hal ini tidak diikuti dengan
peningkatan permintaan tenaga kerja (kesempatan kerja) maka akan
jadi pengangguran. Disamping itu, semakin besar jumlah tenaga
kerja maka semakin besar kapasitas penduduk usia kerja untuk
menopang penduduk usia tidak produktif, sebagai nilai rasio
ketergantungan akan cenderung menurun, namun ini memerlukan
jumlah kesempatan kerja yang mencukupi.
Indikator yang menggambarkan ketergantungan penduduk non
produktif terhadap kelompok usia produktif adalah rasio
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 76
ketergantungan. Kondisi yang timpang dengan kecenderungan
besarnya kelompok usia non produktif akan menyebabkan tekanan
di bidang ekonomi dan sosial.
Rasio ketergantungan atau angka beban tanggungan penduduk
Kabupaten Sleman tahun 2013 mencapai angka 44, ini berarti bahwa
setiap 100 orang yang berusia produktif menanggung 44 orang usia
belum produktif (usia 0-14 tahun) dan usia tidak produktif (65
keatas) demikian juga di Tahun 2014 total rasio ketergantungan
masih berkisar pada angka 42 berarti setiap 100 orang berusia
produktif menanggung 42 usia belum produktif dan usia tidak
produktif. Kondisi ini dapat dilihat pada tabel :
Tabel 2.68Angka Beban Tanggungan Penduduk Tahun 2010-2014
Kabupaten Sleman
Tahun
Penduduk Kelompok Umur Rasio Ketergantungan(%)
0-14tahun
15-64tahun
≥ 65tahun
Anak Lansia Total
2010 238.732 738.911 115.467 32 16 482011 216.008 795.512 115.368 28 15 432012 231.798 781.207 123.597 30 16 462013 225.760 725.097 96.461 31 13 442014 201.329 749.805 111.667 27 15 42
Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, 2014
2.2. Evaluasi Pelaksanaan RPJMD dan Program dan Kegiatan RKPDTahun 2014
Salah satu pengendalian dan evaluasi yang wajib untuk
dilaksanakan oleh daerah adalah pengendalian dan evaluasi
terhadap hasil dari pelaksanaan RPJMD. Hal ini dilaksanakan untuk
melihat sejauh mana tingkat capaian dari pelaksanaan RPJMD
tersebut dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan. Untuk
hasil evaluasi RPJMD, bahwa pelaksanaan tahun pertama (tahun
2011) terdapat 19 indikator yang tidak tercapai, hasil pelaksanaan
tahun kedua (tahun 2012) terdapat 27 indikator yang tidak tercapai,
dan hasil pelaksanaan tahun ketiga (tahun 2013) terdapat 26
indikator yang tidak tercapai. Sedangkan hasil pelaksanaan tahun
keempat (tahun 2014) terdapat 35 indikator kinerja yang tidak
tercapai. Terdapat kenaikan 34,61% indikator yang tidak tercapai
dibanding tahun ketiga. Beberapa indikator memiliki tingkat capaian
kinerja yang sedang yaitu pada indikator Persentase PMKS yang
menerima program pemberdayaan sosial (68,96%). Hal ini
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 77
disebabkan oleh masih sulitnya mengumpulkan data yang tersebar di
berbagai SKPD. Indikator lain yang capaiannya sangat rendah adalah
Nilai investasi PMA (11,21%). Rendahnya investasi PMA ini
disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan ekonomi global dan
tingginya harga sewa lahan atau harga lahan di Kabupaten Sleman
sehingga investor asing lebih memilih daerah lain untuk berinvestasi.
Misi satu dengan 32 indikator kinerja yang telah ditetapkan
dalam dokumen Perubahan RPJMD Kabupaten Sleman 2011-2015
memiliki rata-rata capaian kinerjanya sebesar 140,45% pada tahun I,
menurun menjadi 121,17% pada tahun II, dan sedikit meningkat
menjadi 121,37% pada tahun III, dan menurun lagi pada tahun IV
menjadi 109,45% dengan predikat kinerjanya adalah “sangat tinggi”.
Misi dua dengan 44 indikator kinerja yang telah ditetapkan dalam
dokumen Perubahan RPJMD Kabupaten Sleman 2011-2015 memiliki
rata-rata capaian kinerjanya sebesar 142,92% pada tahun I,
menurun menjadi 131,90% pada tahun II, dan menurun lagi menjadi
119,41% pada tahun III dan mengalami kenaikan pada tahun IV
menjadi 221,78% dengan predikat kinerjanya adalah “sangat tinggi”.
Misi tiga dengan 28 indikator kinerja yang telah ditetapkan
dalam dokumen RPJMD Kabupaten Sleman 2011-2015 memiliki
rata-rata capaian kinerja sebesar 153,30% pada tahun I, meningkat
menjadi 169,18% pada tahun II, dan turun kembali menjadi 164,59%
pada tahun III dan menurun lagi pada tahun IV menjadi 105,48%
dengan predikat kinerja adalah “sangat tinggi”. Misi empat dengan 28
indikator kinerja yang telah ditetapkan dalam dokumen RPJMD
Kabupaten Sleman 2011-2015 memiliki rata-rata capaian kinerja
sebesar 108,97% pada tahun I, meningkat menjadi 117,83% pada
tahun II, dan sedikit meningkat menjadi 118,00% pada tahun III dan
mengalami penurunan pada tahun IV menjadi 101,76% dengan
predikat kinerja adalah “sangat tinggi”. Misi lima dengan 10 indikator
kinerja yang telah ditetapkan dalam dokumen RPJMD Kabupaten
Sleman 2011-2015 memiliki rata-rata capaian kinerja sebesar
146,23% pada tahun I, meningkat tajam menjadi 456,49% pada
tahun II, dan meningkat lagi menjadi 461,17% pada tahun III namun
mengalami penurunan menjadi 103,06% pada tahun IV dengan
predikat kinerja adalah “sangat tinggi”. Hasil ringkasan Evaluasi
RPJMD tahun keempat (2014) dapat dilihat secara lengkap pada
lampiran III.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 78
Selanjutnya, Rencana Kerja Pembangunan Daerah merupakan
rencana pembangunan yang diaktualisasikan dalam kebijakan dan
program tahunan dengan memanfaatkan seluruh sumberdaya
pembangunan di daerah dan tetap memperhatikan konsistensi
perencanaan jangka menengah dan jangka panjang. Penilaian kinerja
penyelenggaraan pemerintah daerah yang diimplementasikan dalam
RKPD dilakukan melalui proses evaluasi kinerja pembangunan
daerah. Melalui evaluasi kinerja pelaksanaan pembangunan akan
dihasilkan informasi kinerja yang dapat menjadi masukan bagi
proses perencanaan dan penganggaran yang didukung oleh
ketersediaan informasi dan data yang lebih akurat. Dengan demikian,
program pembangunan menjadi lebih efisien dan efektif disertai
dengan akuntabilitas pelaksanaannya yang jelas.
Pada tahun 2014 pelaksanaan pengendalian dan evaluasi
terhadap RKPD 2014 dilaksanakan per Triwulan. Hasil pengendalian
dan evaluasi terhadap hasil RKPD Triwulan IV akan menjadi
feedback/ umpan balik bagi Sub Bidang Perencanaan Daerah
Bappeda serta Sub Bag Keuangan Bappeda untuk evaluasi anggaran
dan capaian kinerja kegiatan SKPD sampai dengan bulan Desember
2014. Selanjutnya hasil pengendalian dan evaluasi akan menjadi
salah satu input bagi penyusunan RKPD tahun berikutnya maupun
data awal indikator RPJMD.
Selanjutnya hasil pengendalian dan evaluasi terhadap hasil
RKPD tahun 2014 secara singkat dapat dilihat pada Tabel 2.67 Pada
tabel tersebut terlihat bahwa jumlah anggaran belanja langsung
APBD tahun 2014 yang digunakan untuk melaksanakan 10 prioritas
pembangunan dalam RKPD adalah mencapai Rp 78.401.347.513,00
meningkat dari Rp 680.057.775.193,00 pada anggaran Tahun 2013
dimana serapan anggaran oleh seluruh SKPD hingga Bulan
Desember (triwulan IV) mencapai Rp 724.818.936.279,00 atau
sekitar 82,52% terhadap APBD dan 94,48% terhadap RKPD. Capaian
ini tergolong tinggi karena berada di kisaran 76% s/d 90%.
Sedangkan untuk realisasi kinerjanya masuk ke dalam kategori
sangat tinggi yaitu mencapai 98,45% (antara 91%-100%).
Faktor pendorong keberhasilan pelaksanaan RKPD sampai
dengan triwulan IV di Kabupaten Sleman antara lain adalah :
a. Komitmen dari masing-masing SKPD untuk bisa segera
melaksanakan kegiatannya tepat waktu.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 79
b. Penjadwalan kegiatan yang sudah dilakukan sejak awal tahun
oleh SKPD.
c. Anggaran tepat waktu.
d. SDM yang cukup memadai dan memiliki kompetensi yang tinggi.
e. Telah tersedianya SIM yang mendukung pelaksanaan kegiatan-
kegiatan di SKPD.
f. Mekanisme pelaporan hasil pelaksanaan tugas telah berjalan
baik.
g. Beberapa kegiatan yang dilaksanakan bersama dengan pihak
ketiga, telah selesai administrasinya.
Faktor penghambat keberhasilan pelaksanaan RKPD sampai
dengan triwulan IV di Kabupaten Sleman antara lain :
a. Petunjuk teknis pelaksanaan dana pusat yang terlambat
b. Kegiatan pengadaan melalui pelelangan yang belum selesai
dilaksanakan/ gagal lelang/ membutuhkan waktu lama
c. Pelaksanaan anggaran perubahan yang efektifnya hanya satu
bulan
d. Peraturan perundang-undangan sebagai dasar suatu kegiatan
yang terkadang terlambat turun atau terjadi perubahan di
tengah pelaksanaan kegiatan.
Jumlah program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh seluruh
SKPD (48 SKPD) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sleman untuk
mendukung 10 prioritas pembangunan adalah sejumlah 172
program dan 906 kegiatan dimana 20 kegiatan diantaranya tidak
dianggarkan di dalam DPA untuk dilaksanakan. Hal ini dikarenakan
kegiatan tersebut tidak disetujui, outputnya digabung ke dalam
kegiatan lain, atau menjadi sub kegiatan yang ada karena dianggap
mempunyai kemiripan maksud dan tujuan pelaksanaannya.
Hasil ringkasan Evaluasi RKPD 2014 dapat dilihat secara
lengkap pada Tabel 2.69 sebagai berikut:
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 80
Tabel 2.69Evaluasi Hasil RKPD Tahun 2014
Anggaran Anggaran Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata Jumlah Jumlah SKPDRKPD APBD Capaian Capaian Capaian Capaian Program Kegiatan Pengampu
Rp (000) Rp (000) Rp (000) % (APBD) % (RKPD) Kinerja (%) Rp (000) % (APBD) % (RKPD) Kinerja (%) Rp (000) % (APBD) % (RKPD) Kinerja (%) Rp (000) % (APBD) % (RKPD) Kinerja (%)1 Peningkatan 1. Meningkatnya 45,917,513.92 57,042,660.62 1,290,056.88 2.26% 2.81% 12.26% 6,465,181.81 11.33% 14.08% 45.36% 12,476,943.76 21.87% 27.17% 72.92% 46,384,811.09 81.32% 101.02% 100.42% 23 87 Dinas PUP, Badan KB
pertumbuhan pertumbuhan ekonomi (termasuk 1 PM dan PP, Dinasdan pemerataan 2. Meningkatnya keg yang tdk Nakersos, Dinaspendapatan penanaman modal dianggarkan Perindagkop, KP3M,masyarakat untuk Dinas Budpar, Setda,
dilaksanakan) Dinas Pasar, 17Kecamatan, DinasPertanian
2 Penanggulangan 3. Meningkatnya 10,659,667.95 8,301,249.95 346,087.41 4.17% 3.25% 15.13% 1,450,025.45 17.47% 13.60% 46.17% 3,506,262.45 42.24% 32.89% 69.63% 7,547,617.12 90.92% 70.81% 98.92% 10 40 Dinas PUP, Bappeda,kemiskinan kualitas pelayanan (termasuk 1 Dinas Dukcapil, Badan
terhadap PMKS keg yang tdk KB PM dan PP, Dinas4. Meningkatnya dianggarkan Nakersos, Dinaspendapatan masyarakat untuk Perindagkop, Setda,dan menurunnya dilaksanakan) Dinas Pasar, Dinasdisparitas pendapatan Pertanian5. Terkendalikannya lajupertumbuhan penduduk
3 Peningkatan 6. Meningkatnya 169,139,305.23 312,447,045.82 21,568,571.42 6.90% 12.75% 9.92% 56,725,852.80 18.16% 33.54% 37.18% 121,171,284.08 38.78% 71.64% 65.02% 280,846,538.70 89.89% 166.04% 96.20% 21 58 Dinas Dikpora,Kualitas derajad kesehatan (termasuk 1 Dinas Kesehatan,Kesehatan keg yang tdk RSUD Sleman,
dianggarkan RSUD Prambanan,untuk Badan KB PM dan PP,
dilaksanakan) Dinas Perindagkop,Setda
4 Peningkatan 7. Meningkatnya 76,164,069.90 104,833,704.44 1,041,257.68 0.99% 1.37% 11.91% 16,332,037.93 15.58% 21.44% 42.41% 23,924,079.43 22.82% 31.41% 70.82% 76,709,349.43 73.17% 100.72% 96.13% 14 101 Dinas Dikpora, DinasKualitas kualitas pendidikan (termasuk 2 PUP, Dinas Nakersos,Pendidikan 8. Meningkatnya keg yang tdk Setda, BKD, 16
pemberdayaan generasi dianggarkan Kecamatan, Kantormuda dan olah raga untuk Perpusda
dilaksanakan)
Realisasi Anggaran Realisasi AnggaranNo Prioritas SasaranTriwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV
Realisasi Anggaran Realisasi Anggaran
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 81
Anggaran Anggaran Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata Jumlah Jumlah SKPDRKPD APBD Capaian Capaian Capaian Capaian Program Kegiatan Pengampu
Rp (000) Rp (000) Rp (000) % (APBD) % (RKPD) Kinerja (%) Rp (000) % (APBD) % (RKPD) Kinerja (%) Rp (000) % (APBD) % (RKPD) Kinerja (%) Rp (000) % (APBD) % (RKPD) Kinerja (%)5 Peningkatan 9. Meningkatnya 170,367,215.58 165,728,378.20 6,619,799.33 3.99% 3.89% 16.90% 26,731,336.34 16.13% 15.69% 44.33% 44,686,204.95 26.96% 26.23% 69.89% 111,128,359.46 67.05% 65.23% 98.99% 36 300 30 SKPD dan
tata kelola kualitas SDM aparat (termasuk 5 17 Kecamatanpemerintahan 10. Meningkatnya keg yang tdkdan kualitas efektifitas dan efisiensi dianggarkanpelayanan birokrasi untukpublik 11. Meningkatnya dilaksanakan)
transparansi12. Meningkatnyapelayanan masyarakat13. Meningkatnyakemampuanpengelolaan keuangandan kekayaan daerah14. Meningkatnyakerjasama daerah15. Meningkatnyapelayanan administrasikependudukan16. Meningkatnyapartisipasi masyarakatdan swasta dalampenyusunanperencanaan,pelaksanaan,pengawasanpembangunan dankebijakan daerah17. Meningkatnyakesadaran hukummasyarakat18. Meningkatnyapartisipasi masyarakatdalam menyampaikanpendapat dan berpolitik19. Meningkatnyapemahaman masyarakattentang demokrasi dannilai-nilai HAM
Realisasi Anggaran Realisasi AnggaranNo Prioritas SasaranTriwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV
Realisasi Anggaran Realisasi Anggaran
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 82
Anggaran Anggaran Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata Jumlah Jumlah SKPDRKPD APBD Capaian Capaian Capaian Capaian Program Kegiatan Pengampu
Rp (000) Rp (000) Rp (000) % (APBD) % (RKPD) Kinerja (%) Rp (000) % (APBD) % (RKPD) Kinerja (%) Rp (000) % (APBD) % (RKPD) Kinerja (%) Rp (000) % (APBD) % (RKPD) Kinerja (%)20. Meningkatnyakepedulian masyarakatterhadap budaya
6 Peningkatan 21. Meningkatnya 221,357,572.60 159,706,306.39 1,071,558.75 0.67% 0.48% 4.37% 6,810,390.58 4.26% 3.08% 22.79% 32,422,262.37 20.30% 14.65% 54.48% 141,820,147.86 88.80% 64.07% 94.26% 23 83 Dinas Dikpora, Dinaskualitas sarana prasarana dan sarana (termasuk 3 Kesehatan, RSUDprasarana publik jalan keg yang tdk Sleman, RSUD
22. Meningkatnya dianggarkan Prambanan, Dinasprasarana dan sarana untuk PUP, Dinas SDAEM,irigasi dilaksanakan) Bappeda, Dinas23. Meningkatnya Hubkominfo, DPPD,prasarana dan sarana BPBD, DPKADperhubungan dankomunikasi24. Meningkatnyaprasarana dan saranapermukiman25. Meningkatnyaprasarana dan saranaperekonomian26. Meningkatnyaprasarana dan saranapendidikan danolahraga27. Meningkatnyaprasarana dan saranakesehatan28. Meningkatnyaprasarana dan saranapemerintahan
7 Peningkatan 29. Meningkatnya 3,090,437.00 2,676,967.00 199,011.60 7.43% 6.44% 13.69% 862,061.80 32.20% 27.89% 45.39% 1,564,116.35 58.43% 50.61% 74.47% 2,655,351.34 99.19% 85.92% 100.00% 4 12 Badan KB, PM dan PP,kesetaraan pelayanan terhadap 17 Kecamatangender perempuan dan anak
30. Meningkatnyapartisipasi perempuandalam pembangunan
Realisasi Anggaran Realisasi AnggaranNo Prioritas SasaranTriwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV
Realisasi Anggaran Realisasi Anggaran
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 83
Anggaran Anggaran Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata Jumlah Jumlah SKPDRKPD APBD Capaian Capaian Capaian Capaian Program Kegiatan Pengampu
Rp (000) Rp (000) Rp (000) % (APBD) % (RKPD) Kinerja (%) Rp (000) % (APBD) % (RKPD) Kinerja (%) Rp (000) % (APBD) % (RKPD) Kinerja (%) Rp (000) % (APBD) % (RKPD) Kinerja (%)8 Menjaga 31. Meningkatnya 18,884,590.30 23,602,318.60 601,187.05 2.55% 3.18% 12.73% 3,673,438.11 15.56% 19.45% 50.69% 9,057,089.15 38.37% 47.96% 75.83% 21,066,730.52 89.26% 111.56% 101.45% 17 65 Dinas Pertanian
stabilitas Produksi panganketahananpangan
9 Peningkatan 32. Meningkatnya 41,356,024.25 34,880,278.10 1,325,285.38 3.80% 3.20% 12.61% 4,862,440.87 13.94% 11.76% 42.01% 12,054,152.41 34.56% 29.15% 70.45% 28,220,122.62 80.91% 68.24% 100.69% 19 100 RSUD Sleman, RSUDpengelolaan, penanggulangan (termasuk 5 Prambanan, Dinassumber daya bencana keg yang tdk PUP, Dinas SDAEM,alam, 33. Meningkatnya dianggarkan Bappeda, KLH, DPPD,lingkungan prasarana dan sarana untuk Dinas Nakersos, Dinashidup dan penanggulangan dilaksanakan) Perindagkop, BPBD,pengelolaan bencana Setda, Dinas Pasar,bencana 34. Menjaga kualitas KPP, 17 Kecamatan,
sumberdaya alam Dinas Pertanian35. Menjaga kelestarianfungsi lingkungan hidup36. MeningkatnyaPemanfaatansumberdaya energi
10 Menjaga 37. Terkendalinya 10,270,264.70 9,182,438.40 718,427.35 7.82% 7.00% 21.27% 3,314,783.30 36.10% 32.28% 50.23% 6,223,541.33 67.78% 60.60% 73.15% 8,439,908.15 91.91% 82.18% 97.43% 6 27 Satpol PP, Kantorstabilitas stabilitas keamanan dan (termasuk 1 Kesbang, Setda, Dinaskeamanan dan ketertiban masyarakat keg yang tdk Pasar, 17 Kecamatanketertiban 38. Meningkatnya dianggarkan
kerukunan masyarakat untukdilaksanakan)
11 Program 95,819,898.33 96,377,545.90 15,633,748.82 16.22% 16.32% 21.85% 37,591,773.14 39.00% 39.23% 49.60% 56,413,457.45 58.53% 58.87% 72.49% 90,691,605.68 94.10% 94.65% 99.85% 4 33 47 SKPDPendukung (termasuk 1(Non Prioritas) keg yang tdk
dianggarkanuntuk
dilaksanakan)
Realisasi Anggaran Realisasi AnggaranNo Prioritas SasaranTriwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV
Realisasi Anggaran Realisasi Anggaran
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 84
Anggaran Anggaran Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata Jumlah Jumlah SKPDRKPD APBD Capaian Capaian Capaian Capaian Program Kegiatan Pengampu
Rp (000) Rp (000) Rp (000) % (APBD) % (RKPD) Kinerja (%) Rp (000) % (APBD) % (RKPD) Kinerja (%) Rp (000) % (APBD) % (RKPD) Kinerja (%) Rp (000) % (APBD) % (RKPD) Kinerja (%)Jumlah Anggaran Program Prioritas 767,206,661.42 878,401,347.51 34,781,242.85 3.96% 4.53% 13.08% 127,227,548.98 14.48% 16.58% 42.66% 267,085,936.26 30.41% 34.81% 69.67% 724,818,936.28 82.52% 94.48% 98.45% 173 873
(91.85%) Sangat Sangat Sangat Sangat Sangat Sangat Sangat Sangat Sedang Tinggi Sangat Sangat (termasuk 19Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Tinggi Tinggi keg yang tdk
- Sebelum perubahan 680,057,775.19 dianggarkan(77.42%) untuk
- ABT 198,343,572.32 dilaksanakan)(22.58%)
Jumlah Anggaran Program Prioritas + 863,026,559.75 974,778,893.42 50,414,991.66 5.17% 5.84% 13.88% 164,819,322.12 16.91% 19.10% 43.29% 323,499,393.72 33.19% 37.48% 69.92% 815,510,541.95 83.66% 94.49% 98.58% 177 906Program Pendukung (90.77%) Sangat Sangat Sangat Sangat Sangat Sangat Sangat Sangat Sedang Tinggi Sangat Sangat (termasuk 20
Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Tinggi Tinggi keg yang tdk- Sebelum perubahan 758,876,467.45 dianggarkan
(77.85%) untuk- ABT 215,902,425.96 dilaksanakan)
(22.15%)
Realisasi Anggaran Realisasi AnggaranNo Prioritas SasaranTriwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV
Realisasi Anggaran Realisasi Anggaran
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 85
Adapun hasil evaluasi dituangkan berdasarkan capaian kinerja
program dan kegiatan pada urusan wajib dan urusan pilihan.
a. Urusan Wajib PendidikanAlokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusan pendidikan se
besar Rp112.072.351.456,00 realisasi Rp83.757.561.895,00
atau 74,74%. Secara rinci anggaran dan realisasi masing-
masing program adalah sebagai berikut:
1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran anggaran sebesar
Rp7.271.084.500,00. Realisasi Rp6.983.140.279,00 atau sebesar
96,04%.
2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur anggaran
sebesar Rp1.811.130.000,00 dengan realisasi sebesar
Rp1.736.443.567,00 atau 95,88%.
3. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur
anggaran sebesar Rp304.000.000,00 realisasi Rp289.905.000,00
atau 95.36%.
4. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian
Kinerja dan Keuangan anggaran sebesar Rp560.000.000,00
realisasi Rp551.201.300,00 atau 98,43%.
5. Program Pendidikan Anak Usia Dini anggaran sebesar
Rp2.576.166.000,00 realisasi Rp2.402.877.300,00 atau 93,27%.
6. Program Wajib Belajar Sembilan Tahun angaran sebesar
Rp54.612.705.706,00 realisasi Rp38.854.194.194,00 atau
67,48%.
7. Program Pendidikan Menengah anggaran sebesar
Rp12.156.619.250,00 realisasi Rp7.972.621.205,00 atau
65,58%.
8. Program Peningkatan Kualitas Pendidikan Non Formal anggaran
sebesar Rp835.000.000,00 realisasi Rp817.743.600,00 atau
97,93%.
9. Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
anggaran sebesar Rp24.923.058.000,00 realisasi
Rp19.815.914.000,00 atau 79,51%.
10. Program Manajemen Pelayanan Pendidikan anggaran sebesar
Rp4.985.313.000,00 realisasi Rp4.516.267.600,00 atau 90,59%.
11. Program Pengembangan Kreatifitas Siswa dan Guru anggaran
sebesar Rp2.037.275.000,00 realisasi Rp1.817.254.150,00 atau
89,20%.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 86
Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2014 masihditemui permasalahan, yaitu:1) Kekurangan guru kelas SD Negeri sejumlah 264 orang.
Solusinya antara lain mengoptimalkan tenaga Guru Tidak Tetap(GTT) dan telah dianggarkan bantuan sebesarRp250.000,00/orang/bulan.
2) Kurangnya jumlah tenaga kependidikan sesuai PeraturanPemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar NasionalPendidikan. Hingga saat ini baru tersedia 94 orang dari 377orang yang dibutuhkan. Solusi yang dilakukan adalahmengusulkan tenaga kependidikan sekolah dasar kePemerintah.
3) Masih ada tenaga pendidik yang belum memenuhi standarkualifikasi S1/DIV. Guru SD yang layak mengajar 82,22%, guruSMP 87,85%, dan untuk guru SMA/SMK 91,64%. Solusi yangdilakukan adalah mengusulkan ke Pemerintah untuk membantupembiayaan pendidikan lanjutan guru.
b. Urusan Wajib KesehatanAlokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusan kesehatan
meliputi Dinas Kesehatan sebesar Rp302.220.263.492,46 realisasiRp278.502.362.571,79 atau 92,15%. Secara rinci anggaran danrealisasi masing-masing program adalah sebagai berikut:1) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran anggaran sebesar
Rp2.808.455.000,00 Realisasi Rp2.651.479.668,00 atau 94,41%.2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana aparatur anggaran
sebesar Rp785.505.500,00 Realisasi Rp754.417.878,00 atau96,04%.
3) Program peningkatan kapasitas sumber daya aparatur anggaransebesar Rp478.054.000,00 realisasi Rp436.406.000,00 atau91,29%.
4) Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan CapaianKinerja dan Keuangan anggaran sebesar Rp527.537.500,00realisasi Rp517.713.400,00 atau 98,14%.
5) Program Obat dan Perbekalan Kesehatan Perkantoran anggaransebesar Rp5.097.255.000,00 realisasi Rp4.960.839.571,00 atau97,32%.
6) Program Upaya Kesehatan Masyarakat Perkantoran anggaransebesar Rp60.670.387.850,00 realisasi Rp55.797.001.140,00atau 91,97%.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 87
7) Program Pengawasan Obat dan Makanan Perkantoran anggaransebesar Rp185.130.000,00 realisasi Rp176.144.423,00 atau95,15%.
8) Program Promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakatPerkantoran anggaran sebesar Rp827.350.129,00 realisasiRp775.959.950,00 atau 93,79%.
9) Program Perbaikan Gizi Masyarakat Perkantoran anggaransebesar Rp1.053.920.000,00 Realisasi Rp1.038.431.600,00 atau98,53%.
10) Program Pengembangan Lingkungan sehat anggaran sebesarRp75.000.000,00 Realisasi Rp58.464.500,00 atau 77,95%.
11) Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit MenularPerkantoran anggaran sebesar Rp2.162.100.000,00 RealisasiRp2.059.427.370,00 atau 95,25%.
12) Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan Perkantorananggaran sebesar Rp758.155.000,00 realisasi Rp561.914.804,00atau 74,12%.
13) Program pengadaan, peningkatan sarana dan prasarana RS/RSJiwa/RS Paru-paru/RS Mata anggaran sebesarRp104.878.551.397,00 Realisasi Rp87.156.786.458,00 atau83,10%.
14) Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Anak Balitaanggaran sebesar Rp75.000.000,00 Realisasi Rp66.883.800,00atau 89,18%.
15) Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Lansia anggaransebesar Rp67.500.000,00 realisasi Rp67.369.900,00 atau99,81%.
16) Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan anggaran sebesarRp121.770.362.116,00 realisasi Rp121.423.122.109,00 atau99,71%.
Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2014 masihditemui permasalahan, yaitu:1) Tingginya jumlah penderita HIV/AIDS di wilayah Kabupaten
Sleman. Tercatat kasus HIV/AIDS sejak tahun 2004 sampaiakhir Desember 2014 jumlah penderita HIV/AIDS yangberdomisili di wilayah Kabupaten Sleman ada 665 orang yangterdiri dari 384 HIV dan 281 AIDS. Pencegahan danpenanggulangan HIV/AIDS dan penyakit menular seksuallainnya antara lain dilakukan melalui serosurvey HIV padamasyarakat rawan (resiko tinggi) yaitu pada warga binaanLembaga Pemasyarakatan di Sleman, termasuk di dalamnya
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 88
para pencandu narkoba suntik dan wanita pekerja seksualkomersial.
2) Masih adanya kasus penyalahgunaan narkoba di KabupatenSleman. Solusi yang ditempuh adalah membentuk Desa BebasNarkoba, Satgas Anti Narkoba dan deklarasi desa bebas narkobabekerja sama dengan Karang Taruna yang meliputiLumbungrejo, Tridadi, Margoagung, Condongcatur,Sardonoharjo, Sendangtirto, Tirtomartani, Sendangsari danSumberadi, dan SMP/MTS dan SMA/SMK. Kegiatan meliputipenyuluhan dari Polres, Puskesmas dan pendampingan,pembentukan satgas anti narkoba di desa-desa danpembentukan Desa Bebas Narkoba, serta screeningpenyalahgunaan napza dengan promosi bahaya penggunaannapza melalui radio, leaflet, banner.
3) Masih adanya kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) diKabupaten Sleman dan endemis nasional. Hal ini terjadi karenasebagian besar wilayah Kabupaten Sleman merupakan daerahendemis. Solusi yang dilaksanakan dengan melakukan foggingfocus, pembinaan pemberantasan sarang Nyamuk (PSN) DBDmandiri, melakukan gerakan 3 M Plus yaitu (menguras,menutup, mengubur) dengan ikanisasi dan pemberian Larvasidaseperti abate, membentuk Tim Pokjanal DBD-PSN dengangerakan jumat bersih, Pemantauan Jentik Berkala (PJB)kecamatan-kecematan endemis tinggi (Kalasan, Depok,Gamping, Godean, dan Mlati) sosialisasi PHBS, meningkatkankesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dansehat.
4) Belum idealnya rasio bidan dengan penduduk. Solusi yangdilakukan adalah secara bertahap melakukan penerimaan bidanPTT dengan pembiayaan dari Pemerintah Pusat dan usulanpenerimaan CPNS, dan rekrutment tenaga BLUD Non PNS padaUPT Puskesmas dan RSUD.
c. Urusan Wajib Pekerjaan UmumAlokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusan pekerjaan
umum sebesar Rp152.161.587.841,00 realisasiRp135.796.757.927,00 atau 89,25%. Secara rinci anggaran danrealisasi masing-masing program adalah sebagai berikut:1) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran, anggaran sebesar
Rp900.146.900,00 realisasi Rp827.760.774,00 atau 91,96%.2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur, anggaran
sebesar Rp4.167.956.400,00 realisasi Rp3.868.275.893,00 atau92,81%.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 89
3) Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur,anggaran sebesar Rp159.507.700,00 realisasi Rp155.141.950,00atau 97,26%.
4) Program Peningkatan, Pengembangan Sistem Perencanaan,Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan, anggaran sebesarRp461.980.000,00 realisasi Rp438.317.450,00 atau 94,88%.
5) Program Pembangunan Jalan dan Jembatan, anggaran sebesarRp20.899.735.600,00 realisasi Rp20.155.215.550,00 atau96,44%.
6) Program Pembangungan Saluran Drainase dan Gorong-gorong,anggaran sebesar Rp7.277.040.000,00 realisasiRp5.052.854.222,00 atau 69,44%.
7) Program Pembangunan Turap/Talud/Bronjong, anggaransebesar Rp4.663.103.600,00 realisasi Rp3.118.222.460,00 atau66,87%.
8) Program Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan dan Jembatan,anggaran sebesar Rp31.443.534.990,00 realisasiRp29.426.822.000,00 atau 93,59%.
9) Program Pembangunan Sistem Informasi/Database Jalan danJembatan, anggaran sebesar Rp400.835.000,00 realisasiRp97.091.000,00 atau 74,12%.
10) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Kebinamargaan,anggaran sebesar Rp1.538.548.500,00 realisasiRp1.476.657.835,00 atau 95,98%.
11) Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawadan Jaringan Pengairan lainnya, anggaran sebesarRp18.507.439.950,00 realisasi Rp16.067.139.058,00 atau86,81%.
12) Program Penyediaan dan Pengolahan Air Baku, anggaransebesar Rp3.597.040.000,00 realisasi Rp3.143.926.175,00 atau87,40%.
13) Program Pengembangan Pengelolaan dan Konservasi Sungai,Danau dan Sumberdaya Air Lainnya, anggaran sebesarRp6.555.749.600,00 realisasi Rp6.323.010.800,00 atau 96,45%.
14) Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan AirLimbah, anggaran Rp7.800.888.000,00 realisasiRp6.406.526.590,00 atau 82,13%.
15) Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan, anggaransebesar Rp28.567.356.601,00 realisasi Rp27.422.958.620,00atau 95,99%.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 90
16) Pembangunan dan Rehabilitasi Gedung Pemerintah, anggaransebesar Rp15.220.725.000,00 realisasi Rp11.616.837.550,00atau 76,32%.Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2014 masih
ditemui permasalahan, yaitu:1. Kurangnya partisipasi masyarakat dalam memelihara hasil-hasil
pembangunan. Solusinya meningkatkan partisipasi masyarakatmelalui koordinasi intensif dengan pemerintah desa dalammenjaga dan memelihara hasil-hasil pembangunan.
2. Debit air Umbul Wadon Kali Kuning semakin berkurang,sedangkan jumlah pemakai air semakin bertambah sehinggamemunculkan konflik kepentingan. Solusinya dilakukanpengukuran debit bersama-sama antara PDAM Sleman, PDAMKota Yogyakarta, PT. AMI Unit Kaliurang dan warga masyarakatDesa Kepuharjo, Umbulharjo dan Hargobinangun; penjadwalanbagi pemanfaat air untuk warga, dan pemasangan water metersetiap rumah yang memanfaatkan air Umbul Wadon.
3. Masih terjadi konflik pemakaian air untuk kepentingan pertaniandan perikanan. Solusinya mendorong kelompok pertanian danperikanan untuk menjadi anggota kelompok P3A.
4. Tingkat pelanggaran sempadan sungai masih tinggi dan masihkesulitan untuk mengendalikannya karena belum ada peraturantentang perlindungan sempadan. Solusinya mengusulkanpenerbitan Keputusan Menteri PU tentang perlindungansempadan untuk ditindaklanjuti dengan penyusunan peraturandaerah.
d. Urusan Wajib PerumahanAlokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusan perumahan
sebesar Rp12.201.806.000,00 realisasi Rp10.793.485.978,00 atau88,46%. Secara rinci anggaran dan realisasi masing-masing programsebagai berikut:1) Program Pengembangan Perumahan, anggaran sebesar
Rp8.164.280.500,00 realisasi Rp 7.332.793.081,00 atau 89,82%.2) Program Peningkatan Kesiagaan dan Pencegahan Bahaya
Kebakaran, Capaian Kinerja dan Keuangan, anggaran sebesarRp 824.512.500,00 realisasi Rp 796.836.137,00 atau 96,64%.
3) Program Pengelolaan Areal Pemakaman, anggaran sebesarRp.3.213.013.000,00 realisasi Rp.2.663.856.760,00 atau82,91%.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 91
Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2014 masihditemui permasalahan, yaitu:
Harga tanah yang tinggi menyebabkan sulitnya pengembanganKawasan Perumahan dan Permukiman bagi MasyarakatBerpenghasilan Rendah (MBR). Solusi yang dilakukan adalahpengembangan rusunawa dengan menyewa tanah kas desa.e. Urusan Wajib Penataan Ruang
Alokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusan penataanruang sebesar Rp 2.099.671.000,00, realisasi Rp 1.809.088.545,00atau 86,16%. Secara rinci anggaran dan realisasi masing-masingprogram adalah sebagai berikut:1) Program Perencanaan Tata Ruang, anggaran sebesar
Rp 765.575.000,00 realisasi sebesar Rp 656.187.835,00 atau85,71%.
2) Program Pemanfaatan Ruang, anggaran sebesar Rp182.095.000,00 realisasi sebesar Rp 73.356.000,00 atau40,28%.
3) Program Pengendalian Pemanfaatan Ruang, anggaran sebesarRp 1.152.001.000,00 realisasi sebesar Rp 1.079.544.710,00atau 93,71%.
Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2014 masihditemui permasalahan, yaitu:
Studi RDTR yang telah disusun untuk 16 kecamatan belum bisadijadikan Peraturan Daerah (Perda), karena memerlukan persetujuanteknis dari Pemerintah. Solusi yang dilakukan adalah melaksanakanpenyusunan rencana detail tata ruang beserta Raperda RDTR danpenyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR.f. Urusan Wajib Perencanaan Pembangunan
Alokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusan perencanaanpembangunan sebesar Rp 7.579.459.200,00 realisasi Rp7.043.475.500,00atau 92,93%. Secara rinci anggaran dan realisasi masing-masingprogram adalah sebagai berikut:1) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran, anggaran sebesar
Rp 813.753.500,00 realisasi Rp 764.395.324,00 atau 93,93%.2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur, anggaran
sebesar Rp 706.441.000,00 realisasi Rp 692.186.139,00 atau97,98%.
3) Program Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Aparatur,anggaran sebesar Rp 53.210.000,00 realisasi Rp 37.020.000,00atau 69,57%.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 92
4) Program Peningkatan Pengembangan Sistem Perencanaan,Pelaporan, Capaian Kinerja dan Keuangan, anggaran sebesar Rp244.592.450,00 realisasi Rp 219.525.500,00 atau 89,75%.
5) Program Pengembangan data/informasi, anggaran sebesarRp 51.245.000,00 realisasi Rp 50.931.050,00 atau 99,39%.
6) Program Kerjasama Pembangunan, anggaran sebesarRp 352.458.300,00 realisasi Rp 348.532.400,00 atau 98,89%.
7) Program Pengembangan Wilayah Perbatasan, anggaran sebesarRp 31.867.000,00 realisasi Rp 31.512.900,00 atau 98,89%.
8) Program Perencanaan Pengembangan Wilayah Strategis danCepat Tumbuh, anggaran sebesar Rp 162.000.000,00 realisasiRp 161.095.694,00 atau 99,44%.
9) Program Perencanaan Pembangunan Daerah, anggaran sebesarRp 3.467.663.350,00 realisasi Rp 3.125.509.063,00 atau90,13%.
10) Program Perencanaan Pembangunan Ekonomi, anggaransebesar Rp 1.206.278.600,00 realisasi Rp 1.144.522.850,00atau 94,88%.
11) Program Perencanaan Sosial Budaya, anggaran sebesarRp 489.950.000,00 realisasi Rp 468.244.580,00 atau 95,57%.
Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2014 masihditemui permasalahan, yaitu:
Regulasi tentang perencanaan pembangunan masih kurangselaras antar kementerian (Kemendagri, Kemenkeu dan K/LTekhnis), sehingga berimplikasi pada mekanisme/prosesperencanaan di daerah. Solusi yang dilakukan adalah konsultasi dankoordinasi dengan Pemerintah.g. Urusan Wajib Perhubungan
Alokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusan perhubungansebesar Rp14.304.938.650,00 realisasi Rp12.593.053.107,00 atausebesar 88,03%. Secara rinci anggaran dan realisasi masing-masingprogram adalah sebagai berikut:1) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran, anggaran sebesar
Rp 1.743.213.000,00 realisasi Rp 1.636.158.668,00 atau93,86%.
2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur, anggaransebesar Rp 771.379.000,00 realisasi Rp 755.948.839,00 atau98,00%.
3) Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur,anggaran sebesar Rp 89.290.000,00 realisasi Rp 71.477.500,00atau 80,05%.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 93
4) Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan, CapaianKinerja dan Keuangan, anggaran sebesar Rp 219.875.000,00realisasi Rp 191.643.900,00 atau 87,16%.
5) Program Pembangunan Prasarana Fasilitas Perhubungan,anggaran sebesar Rp 4.552.660.000,00 realisasi Rp3.903.602.450,00 atau 85,74%.
6) Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan FasilitasLalu Lintas Angkutan, anggaran sebesar Rp 3.024.560.000,00realisasi Rp 2.713.361.550,00 atau 89,71%.
7) Program Peningkatan Pelayanan Angkutan, anggaran sebesarRp 386.177.250,00 realisasi Rp 337.430.300,00 atau 87,38%.
8) Program Peningkatan dan Pengamanan Lalu Lintas, anggaransebesar Rp 2.732.234.400,00 realisasi Rp 2.273.502.000,00atau 83,21%.
9) Program Peningkatan Kelaikan Pengoperasian KendaraanBermotor, anggaran sebesar Rp 785.550.000,00 realisasi Rp709.927.900,00 atau 90,37%.
Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2014 masihditemui permasalahan, yaitu:
Semakin meningkatnya beban penggunaan prasaranainfrastruktur sebagai akibat peningkatan pertumbuhan pendudukkhususnya pengguna sarana lalu lintas mengakibatkan semakinbertambahnya waktu tundaan ruas jalan di sebagian ruas jalan diKabupaten Sleman.h. Urusan Wajib Lingkungan Hidup
Alokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusan lingkungan hidupsebesar Rp 11.425.713.350,00 realisasi Rp 10.467.550.629,00 atau91,61%. Secara rinci anggaran dan realisasi masing-masing programadalah sebagai berikut:1) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran, anggaran sebesar
Rp 182.475.000,00 realisasi Rp 163.713.470,00 atau 89,72%.2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur, anggaran
sebesar Rp 151.600.000,00 realisasi Rp 132.806.000,00 atau87,6%.
3) Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur,anggaran sebesar Rp 18.500000,00 realisasi Rp 17.972.500,00atau 97,15%.
4) Program Peningkatan, Pengembangan Sistem Perencanaan,Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan, anggaran sebesar Rp91.141.000,00 realisasi Rp 88.708.000,00 atau 97,33%.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 94
5) Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan,anggaran sebesar Rp 4.462.611.000,00 realisasi Rp3.859.660.012,00 atau 86,49%.
6) Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan LingkunganHidup, anggaran sebesar Rp 1.529.267.260,00 realisasi Rp1.471.154.620,00 atau 96,20%.
7) Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam,anggaran sebesar Rp 1.731.273.250,00 realisasi Rp1.627.822.005,00 atau 94,02%.
8) Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi SumberDaya Alam dan Lingkungan Hidup, anggaran sebesar Rp257.828.850,00 realisasi Rp 251.602.400,00 atau 97,59%.
9) Program Peningkatan Pengendalian Polusi, anggaran sebesarRp 81.467.000,00 realisasi Rp 79.039.500,00 atau 97,02%.
10) Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau, anggaran sebesarRp2.919.550.000,00 realisasi Rp2.775.072.122,00 atau 95,05%.
Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2014 masihditemui permasalahan, yaitu:
Kerusakan kawasan resapan akibat alih fungsi lahan dankerusakan kawasan lindung sempadan sungai akibat pemanfaatanbantaran sungai yang tidak terkendali, solusi yang dilakukan adalahmeningkatkan upaya pengendalian pencemaran dan kerusakanlingkungan hidup, serta meningkatkan upaya konservasi sumberdaya alam, dan meningkatkan pemberdayaan masyarakat dankapasitas kelembagaan pengelolaan lingkungan hidup.i. Urusan Wajib Pertanahan
Alokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusan pertanahansebesar Rp 3.722.615.950,00 realisasi Rp 3.312.074.496,00 atau88,97%. Secara rinci anggaran dan realisasi masing-masing programsebagai berikut :1) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran, anggaran sebesar
Rp 281.317.000,00 dengan realisasi sebesar Rp 220.290.970,00atau 78,31%.
2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur, anggaransebesar Rp 304.436.000,00 realisasi Rp 252.943.876,00 atau83,09%.
3) Program Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Aparatur,anggaran sebesar Rp 60.000.000,00 realisasi Rp 45.451.550,00atau 75,75%.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 95
4) Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan, CapaianKinerja dan Keuangan, anggaran sebesar Rp 137.000.000,00realisasi Rp 114.466.825,00 atau 83,55%.
5) Program Penataan Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan danPemanfaatan Tanah, anggaran sebesar Rp 2.140.278.000,00realisasi Rp 1.940.063.725,00 atau 90,53%.
6) Program Penyelesaian Konflik-konflik Pertanahan, anggaransebesar Rp 372.924.950,00 realisasi Rp 322.106.450,00 atau86,37%.
7) Program Pengembangan Sistem Informasi Pertanahan, anggaransebesar Rp 426.660.000,00 realisasi Rp 416.750.600,00 atau97,68%.
Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2014 masihditemui permasalahan, yaitu:
Tingginya alih fungsi lahan di Kabupaten Sleman. Solusi yangdilakukan adalah melalui sosialisasi terus menerus terkait regulasidan meningkatkan fungsi kontrol.j. Urusan Wajib Kependudukan dan Catatan Sipil
Alokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusan kependudukandan catatan sipil sebesar Rp 5.645.452.500,00 dengan realisasisebesar Rp 5.483.791.424,00 atau 97,14%. Secara rinci anggarandan realisasi masing-masing program sebagai berikut:1) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran dengan anggaran
sebesar Rp 806.544.000,00 realisasi Rp 766.289.569,00 atau95,01%.
2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur dengananggaran sebesar Rp 285.900.000,00 realisasi Rp257.873.465,00 atau 90,20%.
3) Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur dengananggaran Rp 35.346.500,00 realisasi Rp 35.322.000,00 atau99,93%.
4) Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan, CapaianKinerja dan Keuangan dengan anggaran Rp 202.590.000,00realisasi Rp 202.210.750,00 atau 99,81%.
5) Program Penataan Administrasi Kependudukan dengananggaran Rp 4.315.072.000,00 realisasi Rp 4.222.095.640,00atau 97,84%.
Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2014 masihditemui permasalahan, yaitu:
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 96
1) Program KTP Elektronik belum bisa diselesaikan secara tuntas,antara lain penduduk yang sudah lama melakukan perekamannamun KTP Elektronik belum dapat diterbitkan, penerbitan KTPElektronik bagi penduduk yang melakuan perubahan data, sertapenerbitan KTP Elektronik yang rusak atau hilang. Solusi yangdilakukan adalah menerbitkan surat keterangan pengganti KTPElektronik.
2) Masih adanya penduduk yang tidak segera mencatatkanperistiwa kependudukan yang berakibat belum tercapainyatertib administrasi kependudukan. Solusinya adalah melakukansosialisasi tentang regulasi administrasi kependudukan danjemput bola pelayanan khususnya kepemilikan KK, KTP danakta kelahiran bagi keluarga miskin.
k. Urusan Wajib Pemberdayaan Perempuan dan PerlindunganAnakAlokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusan Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak sebesar Rp 2.676.967.000,00realisasi Rp 2.655.351.350,00 atau 99,19%. Secara rinci anggarandan realisasi masing-masing program sebagai berikut:1) Program Keserasian Kebijakan Peningkatan Kualitas Anak dan
Perempuan, anggaran sebesar Rp 352.400.000,00 realisasiRp 347.013.950,00 atau 98,47%.
2) Program Penguatan Kelembagaan dan Pengarusutamaan Genderdan Anak, anggaran sebesar Rp 2.043.167,00 realisasiRp 2.029.937.390,00 atau 99,35%.
3) Program Peningkatan Kualitas Hidup dan PerlindunganPerempuan, anggaran sebesar Rp 165.000.000,00 realisasi Rp163.220.000,00 atau 98,92%.
4) Program Peningkatan Peran Serta dan Kesetaraan Gender dalamPembangunan, anggaran sebesar Rp 116.400.000,00 realisasiRp 115.180.000,00 atau 98,95%.
Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2014masih ditemui permasalahan, yaitu:
Masih tingginya tindak kekerasan dalam rumah tanggaterutama terhadap perempuan dan anak. Solusi yang dilakukanadalah sosialisasi tentang Undang-Undang Kekerasan DalamRumah Tangga (KDRT) dan Undang-Undang Perlindungan Anak,fasilitasi terhadap lembaga-lembaga advokasi perlindungan anakdan perempuan, dan mengintensifkan kampanye anti kekerasanterhadap perempuan dan anak serta pengembangan kabupatenlayak anak, penanganan korban kekerasan seksual terhadap anak
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 97
dan perempuan serta penanganan terhadap bayi terlantar melaluiUPT Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak(P2TP2A).
l. Urusan Wajib Keluarga Berencana dan Keluarga SejahteraAlokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusan Keluarga
Berencana dan Keluarga Sejahtera sebesar Rp 5.267.638.850,00realisasi Rp 5.006.547.290,00 atau 95,04%. Secara rinci anggarandan realisasi masing-masing program adalah sebagai berikut:1) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran, anggaran sebesar
Rp 434.574.000,00 realisasi Rp 427.804.118,00 atau 98,44%.2) Program Peningkatan Sarana Prasarana Aparatur, anggaran
sebesar Rp 757.656.000,00 realisasi Rp 717.743.683,00 atau94,73%.
3) Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur,anggaran sebesar Rp 59.770.000,00 realisasi Rp 59.767.500,00atau 99,99%.
4) Program Peningkatan Pengembangan Sistem, Pelaporan CapaianKinerja dan Keuangan, anggaran sebesar Rp 227.000.000,00realisasi Rp 224.432.000,00 atau 98,87%.
5) Program Keluarga Berencana, anggaran sebesarRp2.123.863.850,00 realisasi Rp 1.968.288.390,00 atau93,56%.
6) Program Pelayanan Kontrasepsi, anggaran sebesarRp70.000.000,00 realisasi Rp 42.494.550,00 atau 60,71%.
7) Program Pembinaan Peran Serta Masyarakat Dalam PelayananKB-KR yang Mandiri, anggaran sebesar Rp 945.000.000,00realisasi Rp 905.571.400,00 atau 95,83%.
8) Program Promosi Kesehatan Ibu, Bayi dan Anak MelaluiKelompok Kegiatan Masyarakat, anggaran sebesarRp20.000.000,00 realisasi Rp 20.000.000,00 atau 100%.
9) Program Pengembangan Pusat Pelayanan Informasi danKonseling KRR, anggaran sebesar Rp 487.775.000,00 realisasiRp 482.233.000,00 atau 99,48%.
10) Program Penyiapan Tenaga Pendamping Kelompok BinaKeluarga di Kecamatan, anggaran sebesar Rp 70.000.000,00realisasi Rp 67.374.900,00 atau 96,25%.
11) Program Pengembangan Model Operasional BKB Pos YanduPadu, anggaran sebesar Rp75.000.000,00 realisasiRp71.437.750,00 atau 95,25%.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 98
Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2014 masihditemui permasalahan, yaitu:
Maraknya kenakalan remaja, narkoba dan pernikahan dini.Salah satu solusi yang telah dilakukan Pemerintah KabupatenSleman melalui aktivitas pembinaan remaja, penguatan danpeningkatan kualitas kegiatan Kelompok Bina Keluarga Sejahtera(BKB, BKL, BKR), PIK R/M dan UPPKS dalam mewujudkan normakeluarga kecil bahagia dan sejahtera. Dilakukan pula penguatanKomunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) KB dalam rangka antisipasiterhadap HIV AIDS dan penyakit seksual menular dan meningkatkanpenyebaran informasi program KB dan penyuluhan lingkungansehat.m. Urusan Wajib Sosial
Alokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusan sosial sebesarRp 5.259.402.600,00 terealisasi sebesar Rp 4.700.020.515,00 atausebesar 89,36%. Secara rinci anggaran dan realisasi masing-masingprogram adalah sebagai berikut:1. Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil
(KAT) dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)anggaran sebesar Rp 238.472.400,00 realisasi Rp237.022.400,00 atau 99,39%.
2. Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosialanggaran sebesar Rp 888.539.500,00 realisasi Rp653.189.200,00 atau 73,51%.
3. Program Pembinaan Anak Terlantar anggaran sebesarRp 16.765.000,00 realisasi Rp 15.735.000,00 atau 93,86%.
4. Program Pembinaan Para Penyandang Cacat dan Traumaanggaran sebesar Rp 47.900.000,00 realisasi Rp 42.719.200,00atau 89,18%.
5. Program Pembinaan Panti Asuhan/Panti Jompo anggaransebesar Rp 14.174.200,00 realisasi Rp 14.174.200,00 atau100%.
6. Program Pemberdayaan Kelembagaan Keluarga Sosial anggaransebesar Rp 227.552.500,00 realisasi Rp 215.626.500,00 atau94,76%.
7. Program Penanggulangan Kemiskinan anggaran sebesarRp 3.825.999.000,00 realisasi Rp 3.521.554.015,00 atau92,04%.
Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2014 masihditemui permasalahan, yaitu:
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 99
Adanya peningkatan jumlah penyandang masalah kesejahteraansosial (PMKS) yang datang dari luar wilayah Kabupaten Sleman.Solusi yang dilakukan adalah melakukan razia dan koordinasidengan Pemerintah Kabupaten/Kota lain dan Pemerintah DIYogyakarta dalam upaya penyelesaiannya.n. Urusan Wajib Tenaga Kerja
Alokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusanketenagakerjaan sebesar Rp 4.582.837.350,00 dengan realisasiRp4.246.757.373,00 atau sebesar 92,67%. Secara rinci anggaran danrealisasi masing-masing program adalah sebagai berikut:1) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran anggaran sebesar
Rp 697.563.600,00 dengan realisasi sebesar Rp 643.586.423,00atau sebesar 92,26%.
2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur anggaransebesar Rp 687.789.500,00 dengan realisasi sebesarRp 610.393.650,00 atau sebesar 88,75%.
3) Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparaturanggaran sebesar Rp 107.029.000,00 realisasi sebesar Rp97.957.500,00 atau sebesar 91,52%.
4) Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan CapaianKinerja dan Keuangan anggaran sebesar Rp 98.607.900,00dengan realisasi sebesar Rp 95.549.900,00 atau sebesar96,90%.
5) Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja,anggaran sebesar Rp 1.516.629.150,00 dengan realisasi sebesarRp 1.388.138.000,00 atau sebesar 91,53%.
6) Program Peningkatan Kesempatan Kerja, anggaran sebesarRp 673.454.300,00 dengan realisasi sebesar Rp 661.226.300,00atau 98,18%.
7) Program Perlindungan Tenaga Kerja dan PengembanganLembaga Ketenagakerjaan anggaran sebesar Rp 801.763.900,00dengan realisasi sebesar Rp 749.905.600,00 atau sebesar93,53%.Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2014 masih
ditemui permasalahan, yaitu:1) Tingkat pengangguran terbuka sebesar 6,17% (34.601 orang
dari 526.171 orang angkatan kerja), dan perluasan lapangankerja/ kesempatan kerja tidak seimbang dengan pertumbuhanangkatan kerja dan jumlah pencari kerja. Solusi yang dilakukanadalah memperluas dan mempermudah informasi dan aksespeluang/bursa kerja. Selain itu melalui program peningkatankesempatan kerja dilakukan pembinaan, penyebarluasan
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 100
informasi pada bursa kerja khusus, pembinaan kewirausahaanbagi tenaga kerja mandiri, pemberian bantuan modal usaha bagitenaga kerja mandiri, fasilitasi penempatan tenaga kerjaprogram Angkatan Kerja Antar Daerah, Angkatan Kerja Lokaldan Angkatan Kerja Antar Negara serta fasilitasi padat karyaproduktif.
2) Kompetensi dan daya saing pencari kerja belum sesuai dengankebutuhan pasar, yang disertai dengan berkembangnya ”localminded” pada sebagian pencari kerja, sehingga kurang tertarikuntuk bekerja di luar daerah. Solusi yang dilakukan adalahpendidikan dan pelatihan disesuaikan dengan kebutuhan pasar,melakukan kerjasama dengan dunia usaha serta memperluasjaringan informasi lowongan kerja melalui sistem on line, danpasar kerja keliling (sarkeling).
3) Pendidikan dan pelatihan terutama yang berkaitan denganteknologi belum seimbang dengan perkembangan teknologi dankebutuhan pasar kerja. Solusi yang dilakukan denganpenggantian sarana prasarana pelatihan dan penambahan jenispelatihan sesuai dengan perkembangan teknologi dankebutuhan pasar kerja.
o. Urusan Wajib Koperasi dan Usaha Kecil MenengahAlokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusan koperasi,
usaha kecil, dan menengah sebesar Rp 2.000.840.750,00 denganrealisasi sebesar Rp 1.842.764.259,00 atau 92,10%. Secara rincianggaran dan realisasi masing-masing program adalah sebagaiberikut:1) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran, anggaran sebesar
Rp 449.333.750,00 realisasi sebesar Rp 428.387.208,00 atausebesar 95,34%.
2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur, denganjumlah anggaran sebesar Rp 372.976.000,00 realisasi sebesarRp 291.421.901,00 atau sebesar 78,13%.
3) Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur,anggaran sebesar Rp 103.174.000,00 realisasi sebesarRp 85.572.550,00 atau sebesar 82,94%.
4) Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan CapaianKinerja dan Keuangan, anggaran sebesar Rp 155.100.000,00realisasi sebesar Rp 148.639.000,00 atau sebesar 95,83%.
5) Program Penciptaan Iklim Usaha Kecil Menengah yang Kondusifanggaran sebesar Rp 115.658.000,00 realisasi sebesarRp 110.053.250,00 atau sebesar 95,15%.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 101
6) Program Pengembangan Kewirausahaan dan KeunggulanKompetitif Usaha Kecil dan Menengah, anggaran sebesarRp 213.049.000,00 realisasi sebesar Rp 209.231.000,00 atausebesar 98,21%.
7) Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha bagi UsahaMikro Kecil dan Menengah, anggaran sebesar Rp450.412.000,00 realisasi sebesar Rp 439.255.350,00 atausebesar 97,52%.
8) Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi, anggaransebesar Rp 141.138.000,00 realisasi sebesar Rp 130.204.000,00atau sebesar 92,25%.
Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2014 masihditemui permasalahan, yaitu:
Peningkatan jumlah anggota koperasi tahun 2014 lebih kecildari tahun 2013 dikarenakan dampak dari aturan pada Undang-undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian, khususnyayang mengatur setoran pokok dan sertifikat modal koperasi bagianggota koperasi. Aturan tersebut menyatakan bahwa jika anggotakoperasi akan keluar dari keanggotaan koperasi, mereka tidak bisamengambil setoran pokok. Demikian juga dengan sertifikat modalkoperasi, harus dijual ke anggota lain. Aturan tersebut dirasakanmemberatkan anggota koperasi sehingga menyebabkanberkurangnya minat untuk menjadi anggota koperasi.
Solusi yang dilakukan adalah melakukan sosialisasi danmendorong masyarakat untuk membentuk badan hukum koperasiserta menjadi anggota koperasi. Undang-undang Nomor 17 Tahun2012 telah dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi pada tanggal 28Mei 2014 dan aturan yang dipakai adalah kembali pada Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.p. Urusan Wajib Penanaman Modal
Alokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusan penanamanmodal sebesar Rp 2.055.223.950,00, realisasi Rp 1.951.382.466,00atau 94,95%. Secara rinci anggaran dan realisasi masing-masingprogram sebagai berikut:1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran, anggaran sebesar
Rp 187.097.000,00 realisasi Rp 166.304.217,00 atau 88,89%.2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur, anggaran
sebesar Rp 91.180.000,00 realisasi Rp 77.934.099,00 atau85,47%.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 102
3. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur,anggaran sebesar Rp 37.310.000,00 realisasi Rp 34.880.800,00atau 93,49%.
4. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan, CapaianKinerja dan Keuangan sebesar Rp 98.555.000,00 realisasiRp 97.908.300,00 atau 99,34%.
5. Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi,anggaran sebesar Rp 645.938.950,00 realisasiRp 614.859.450,00 atau 95,19%.
6. Program Peningkatan Iklim dan Realisasi Investasi, anggaransebesar Rp 189.637.000,00 realisasi sebesar Rp 169.797.000,00atau 89,54%.
7. Program Penyiapan Potensi, Sumber Daya dan PrasaranaDaerah, anggaran sebesar Rp 805.506.000,00 realisasiRp 789.698.600,00 atau 98,04%.
Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2014 masihditemui permasalahan, yaitu:
Masih banyak dijumpai penerima dana penguatan modal yangkurang mematuhi jadwal angsuran pinjaman yang telah disepakati,serta terdapat beberapa penerima dana penguatan modal yang tidakbisa mengembalikan pinjaman antara lain disebabkan: meninggaldunia, usahanya bangkrut/jatuh miskin, penghasilan dari usahadigunakan untuk memenuhi biaya kebutuhan sehari-hari, ataupindah alamat tanpa diketahui keberadaannya. Solusi yangdilakukan adalah melakukan intensifikasi pemantauan, pendekatandan penagihan secara intensif dan penyusunan SOP tentangpenyelesaian piutang macet.q. Urusan Wajib Kebudayaan
Alokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusan kebudayaansebesar Rp 4.913.622.250,00 terealisasi sebesarRp 3.268.529.054,00 atau sebesar 66,52 %. Secara rinci anggarandan realisasi masing-masing program adalah sebagai berikut:1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran sebesar
Rp 626.726.500,00 realisasi Rp 543.447.002,00 atau 86,71%.2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur sebesar
Rp 341.668.250,00 realisasi Rp 299.663,152 atau 87,71%.3. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur sebesar
Rp 28.991.000,00 realisasi Rp 28.877.000,00 atau 99,61%.4. Program Pengembangan Sistem Pelaporan, Capaian Kinerja, dan
Keuangan sebesar Rp 107.275.000,00 realisasiRp 104.929.000,00 atau 97,81%.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 103
5. Program Pengembangan Nilai Budaya sebesarRp 350.900.000,00 realisasi Rp 348.068.000,00 atau 99,19%.
6. Program Pengelolaan Kekayaan Budaya sebesarRp 1.082.178.500,00 realisasi Rp 1.069.360.200,00 atau98,53%.
7. Program Pengelolaan Keragaman Budaya sebesarRp 2.375.883.000,00 realisasi Rp 874.174.700,00 atau 36,79%.
Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2014 masihditemui permasalahan, yaitu:
Sebagian kalangan generasi muda dalam bersikap danberperilaku telah mulai melupakan nilai-nilai budaya dan unggahungguh Jawa. Solusi yang dilakukan adalah memperbanyak kegiatanseni dan budaya di Kabupaten Sleman.r. Urusan Wajib Kepemudaan dan Olahraga
Alokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusan kepemudaandan olahraga sebesar Rp 1.999.882.483,00 dengan realisasi sebesarRp 1.840.005.183,00 atau sebesar 92,01%. Secara rinci anggarandan realisasi masing-masing program adalah sebagai berikut :1. Program peningkatan Peran Serta Kepemudaan, anggaran
sebesar Rp 430.000.000,00 realisasi Rp 318.151.950,00 atau73,99%.
2. Program peningkatan Upaya Penumbuhan Kewirausahaan bagiPemuda, anggaran sebesar Rp130.000.000,00 realisasiRp 130.000.000,00 atau 100%.
3. Program Upaya Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba,anggaran sebesar Rp507.362.500,00 realisasiRp 482.250.000,00 atau 95,05%.
4. Program Pengembangan Kebijakan dan Manajemen Olahraga,anggaran sebesar Rp104.000.000,00 realisasiRp 101.360.000,00 atau 97,46%.
5. Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olahraga, anggaransebesar Rp665.195.000,00 realisasi Rp647.386.500,00 atau97,32%.
6. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olahraga, anggaranRp 163.324.983,00 realisasi Rp 160.856.773,00 atau 98,49%.
Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2014 masihditemui permasalahan, yaitu:
Pengaruh penggunaan media sosial (social media) tanpa filter,berdampak masih ditemukannya aksi vandalisme, penyalahgunaannarkoba, dan tawuran antar pelajar di wilayah Kabupaten Sleman.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 104
Solusi yang telah dilakukan adalah dengan membentuk satuan tugasanti vandalisme di 17 kecamatan untuk jenjang SMA dan SMK.Sosialisasi kepada organisasi masyarakat dan pengurus OSIS SMP,SMA, SMK dilakukan dalam upaya pencegahan penyalahgunaanNarkoba. Untuk mencegah terjadinya tawuran antar pelajar secarrutin dilaksanakan pendampingan siswa oleh guru, pembinaankarakter siswa, pertukaran pembina upacara (baik dari kepalaSMA/SMK atau dari Polsek dan Koramil), pembentukan forumpengurus OSIS SMA dan SMK se Kabupaten Sleman dan pembuatanbuku pedoman pendampingan siswa. Selain itu secara proaktifdibentuk kelompok-kelompok pelajar anti vandalisme, desa bebasnarkoba dan kader anti narkoba, forum penanganan dan pelayanananti kekerasan di tiap kecamatan.s. Urusan Wajib Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
Alokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusan KesatuanBangsa dan Politik Dalam Negeri sebesar Rp 15.274.663.050,00 danterealisasi sebesar Rp 13.964.928.105,00 atau 91,43%. Secara rincianggaran dan realisasi masing-masing program sebagai berikut:1) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran, anggaran sebesar
Rp1.445.528.150,00 dan terealisasi sebesarRp 1.335.829.935,00 atau 92,44%.
2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur, anggaranRp1.466.850.000,00 dan terealisasi sebesar Rp1.380.090.588,00atau 94,09%.
3) Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur,anggaran Rp160.364.900,00 dan terealisasi sebesarRp 146.409.050,00 atau 91,30%.
4) Program Peningkatan Pengembangan Sistem Perencanaan,Pelaporan, Capaian Kinerja dan Keuangan, anggaranRp 432.528.150,00 dan terealisasi sebesar Rp 418.150.325,00atau 96,68%.
5) Program Pemeliharaan Keamanan dan Kenyamanan Lingkungandengan anggaran sebesar Rp487.894.800,00 dan terealisasisebesar Rp 444.968.775,00 atau 91,20%.
6) Program Pemeliharaan Keamanan, Ketentraman dan KetertibanMasyarakat dan Pencegahan Tindak Kriminal dengan anggaransebesar Rp2.668.255.500,00 dan terealisasi sebesarRp 2.507.302.725,00 atau 93,97%.
7) Program Pengembangan Wawasan Kebangsaan dengan anggaransebesar Rp4.344.946.750,00 dan terealisasi sebesarRp 3.992.727.325,00 atau 91,89%.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 105
8) Program Kemitraan Pengembangan Wawasan Kebangsaandengan anggaran sebesar Rp305.046.750,00 dan terealisasisebesar Rp 269.462.275,00 atau 88,33%.
9) Program Pemberdayaan Masyarakat untuk Menjaga KetertibanMasyarakat dengan anggaran sebesar Rp 1.051.238.000,00 danterealisasi Rp 929.155.850,00 atau 88,39%.
10) Program Pendidikan Politik Masyarakat dengan anggaransebesar Rp 325.056.600,00 dan terealisasi sebesarRp 295.067.950,00 atau 90,77%.
11) Program Pencegahan Dini dan Penanggulangan bencana Alamdengan anggaran sebesar Rp2.586.953.450,00 dan terealisasisebesar Rp 2.245.763.307,00 atau 86,81%.
Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2014 masihditemui permasalahan, yaitu:
Masih adanya potensi konflik berbasis SARA di KabupatenSleman. Solusi yang dilakukan adalah melakukan lokalisasipermasalahan dan menyelesaikan masalah lewat jalur hukum. Selainitu upaya pembauran dan penggalangan kerukunan dalammasyarakat dilakukan lewat Forum Kerukunan Umat Beragamaserta dalam forum-forum silaturahmi antar pemeluk agama.t. Urusan Wajib Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum,
Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah,Kepegawaian dan PersandianAlokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusan otonomi
daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah,perangkat daerah, kepegawaian dan persandian sebesarRp203.346.844.504,00, realisasi Rp147.399.755.917,00 atau72,49%. Secara rinci anggaran dan realisasi masing-masing programadalah sebagai berikut:
1) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran, anggaran sebesarRp44.106.786.607,00 realisasi Rp41.659.481.723,00 atau94,45%.
2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur, anggaransebesar Rp8.285.779.500,00 realisasi Rp7.891.852.875,00 atau95,25%.
3) Program Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Aparatur,anggaran sebesar Rp1.379.833.675,00 realisasiRp 1.077.287.675,00 atau 78,07%.
4) Program Peningkatan Pengembangan Sistem Perencanaan,Pelaporan, Capaian Kinerja dan Keuangan anggaran sebesar
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 106
Rp1.980.479.650,00 realisasi Rp1.911.132.335,00 atau96,50%.
5) Program Peningkatan Kapasitas Lembaga Perwakilan Rakyat,anggaran sebesar Rp11.625.275.450,00 realisasiRp 9.507.546.400,00 atau 81,78%.
6) Program Peningkatan Pelayanan Kedinasan KepalaDaerah/Wakil Kepala Daerah, capaian kinerja dan keuangananggaran sebesar Rp2.281.805.000,00 realisasiRp1.854.888.211,00 atau 81,29%.
7) Program peningkatan dan pengembangan pengelolaan keuangandan kekayaan daerah capaian kinerja dan keuangan anggaransebesar Rp88.707.757.609,00 realisasi Rp43.475.995.107,00atau 49,71%.
8) Program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal danPengendalian Pelaksanaan Kebijakan Kepala Daerah, anggaranRp2.716.590.500,00 realisasi Rp2.583.975.760,00 atau 95,12%.
9) Program Program Peningkatan Profesionalisme TenagaPemeriksa dan Aparatur Pengawasan, anggaran sebesarRp 131.361.450,00 realisasi Rp 110.091.850,00 atau 83,81%.
10) Program Penataan dan Penyempurnaan Kebijakan Sistem danProsedur, anggaran Rp50.596.000,00 realisasiRp 38.799.000,00 atau 76,68%.
11) Program Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Informasi, anggaransebesar Rp 5.349.278.000,00 realisasi Rp 5.054.354.412,00 atau94,49%.
12) Program Penataan Peraturan perundang-undangan, capaiankinerja dan keuangan anggaran sebesar Rp 1.670.835.690,00realisasi Rp 1.494.415.825,00 atau 89,44%.
13) Program Pendidikan Kedinasan, anggaran sebesarRp 126.876.000,00 realisasi Rp 115.813.600,00 atau 91,28%.
14) Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur capaiankinerja dan keuangan anggaran sebesar Rp 1.956.523.000,00realisasi Rp 1.888.350.550,00 atau 96,52%.
15) Program Pembinaan dan Pengembangan Aparatur capaiankinerja dan keuangan anggaran sebesar Rp 3.754.531.300,00realisasi Rp 3.022.447.565,00 atau 80,50%.
16) Program Penataan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan, capaiankinerja dan keuangan anggaran sebesar Rp819.747.500,00realisasi Rp 730.318.300,00 atau 89,09%.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 107
17) Program Pengembangan Kualitas Kebijakan Publik, anggaransebesar Rp 990.382.000,00 realisasi Rp 882.198.245,00 atau89,08%.
18) Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik, anggaransebesar Rp 7.315.378.050,00 realisasi Rp 6.579.000.976,00atau 89,93%.
19) Program Peningkatan Administrasi Pemerintahan, anggaransebesar Rp 1.177.422.950,00 realisasi Rp 1.120.667.985,00atau 95,18%.
20) Program Pengkajian dan Penelitian Bidang IPTEK, anggaranRp 369.697.500,00 realisasi Rp 368.405.250,00 atau 99,65%.
21) Program Peningkatan Pelayanan dan Bantuan Hukum, anggaransebesar Rp 645.428.000,00 realisasi Rp 493.003.050,00 atau76,38%.
22) Program Penegakan Hukum, anggaran sebesarRp 1.008.255.500,00 realisasi Rp 934.124.700,00 atau 92,65%.
23) Program Pengelolaan Pendapatan Daerah, anggaran sebesarRp 16.896.223.173,00 realisasi Rp 14.605.604.523,00 atau86,44%.Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2014 masih
ditemui permasalahan, yaitu:1) Pelayanan kepada masyarakat belum dapat dilaksanakan secara
optimal. Solusi yang ditempuh dengan pengkajian kelembagaanpelayanan terpadu untuk optimalisasi pelayanan kepadamasyarakat.
2) Belum terintegrasinya sistem informasi yang digunakan karenaplatform software yang berbeda-beda. Solusi yang dilakukandengan identifikasi dan sinkronisasi untuk pengintegrasian.
u. Urusan Wajib Ketahanan PanganAlokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusan wajib
ketahanan pangan tahun 2014 sebesar Rp 5.342.337.200,00 denganrealisasi Rp 5.067.769.013,00 atau 94,86%. Secara terperincianggaran dan realisasi masing-masing program sebagai berikut:1) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Anggaran
Rp1.181.283.000,00, realisasi Rp1.149.997.918,00 atau97,35%.
2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur AnggaranRp1.428.014.000,00, realisasi Rp1.325.168.895,00 atau92,80%.
3) Program Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Aparatur AnggaranRp 138.829.000,00, realisasi Rp 136.851.000,00 atau 98,93%.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 108
4) Program Peningkatan Pengembangan Sistem PerencanaanPelaporan, Capaian Kinerja dan Keuangan, AnggaranRp 357.837.150, realisasi Rp 347.964650,00 atau 97,24%.
5) Program Peningkatan Ketahanan Pangan Pertanian/PerkebunanAnggaran Rp 2.236.874.050,00, realisasi Rp 2.107.786.550,00atau 94,23%.
Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2014 masihditemui permasalahan, yaitu:
Penurunan produktivitas tanaman pangan terutama padi padatahun 2014 disebabkan terjadinya keterlambatan ketersediaanpupuk pada saat dibutuhkan. Solusi yang dilakukan dengankegiatan pemantauan dan pengawasan peredaran penggunaanpupuk dan pestisida dalam rangka meningkatkan kelancarandistribusi pupuk pada Musim Kemarau I dan Musim Kemarau IItepat waktu.
Terdapat 2 desa di wilayah Kecamatan Cangkringan darikeseluruhan 86 Desa di wilayah Kabupaten Sleman yang tergolongkategori Desa Potensi Rawan Pangan dan Gizi, lebih disebabkan padaindikator akses pangan (presentase KK miskin melebihi 40% padatahun 2013). Solusi yang dilakukan adalah melakukan percepatanpelaksanaan intervensi yang difokuskan pada peningkatan daya belimasyarakat dan penurunan jumlah KK miskin, melalui kegiatanFasilitasi Daerah Rawan Pangan dan Gizi, Fasilitasi Desa MandiriPangan, Fasilitasi Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat sertaPenguatan Kelembagaan Akses Pangan Masyarakat pada tahun2014.v. Urusan Wajib Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Alokasi anggaran untuk penyelenggaraan Urusan PemberdayaanMasyarakat dan Desa Rp5.663.561.270,00 terealisasi sebesarRp5.372.924.330,00 atau sebesar 94,87%. Secara rinci anggaran danrealisasi masing-masing program adalah sebagai berikut:1) Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Pedesaan,
anggaran sebesar Rp1.170.351.000,00 realisasiRp 1.096.187.650,00 atau 93,66%.
2) Program Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalamPembangunan Desa, anggaran sebesar Rp2.962.015.320,00realisasi Rp 2.905.112.180,00 atau 98,08%.
3) Program Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintahan Desa,anggaran sebesar Rp1.247.360.000,00 realisasiRp1.118.957.050,00 atau 87,81%.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 109
4) Program Pengembangan Lembaga Ekonomi Desa, anggaransebesar Rp256.834.950,00 realisasi Rp252.657.450,00 atau98,37%.
Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2014 masihditemui permasalahan, yaitu:1. Belum adanya peraturan pelaksanaan yang memadai terkait
ditetapkannya Undang-undang No. 6 Tahun 2014 tentangpemerintahan Desa sehingga peraturan daerah dan peraturanbupati sebagai penjabaran Undang-undang tersebut belumseluruhnya dapat disusun.
2. Kapasitas aparatur pemerintah desa dalam hal pengelolaanadministrasi pemerintahan desa perlu ditingkatkan.
w. Urusan Wajib StatistikAlokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusan statistik
melalui Program Pengembangan Data, Informasi dan Statistik Daerahsebesar Rp2.617.904.050,00 dan realisasi sebesarRp2.522.857.941,00 atau sebesar 96,37%.
Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2014 masihditemui permasalahan, yaitu1. Kurang validnya data karena pengelola data belum berpedoman
pada acuan yang sama. Solusi yang ditempuh denganmelakukan penyuluhan/sosialisasi perundangan di bidangstatistik mulai tingkat pedukuhan sampai tingkat kabupaten.
2. Masih ada sebagian masyarakat yang memberikan informasidan data yang tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya ketikapendataan/survey.
3. Data yang tersedia masih relatif sedikit dan data tidak dapattersedia tepat waktu.
4. Kurangnya kesadaran akan pentingnya data di lembaga maupundi masyarakat.
x. Urusan Wajib KearsipanAlokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusan kearsipan
adalah sebesar sebesar Rp 1.363.787.825,00 dengan realisasi sebesarRp 1.272.173.896,00 atau 93,28%, yaitu:1) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran, dengan anggaran
Rp 217.652.900,00 realisasi Rp 174.272.076,00 atau 80,07%.2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur, dengan
anggaran Rp 143.495.000,00 realisasi Rp 143.273.500,00 atau99,85%.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 110
3) Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia, dengananggaran Rp70.499.950,00 realisasi Rp68.799.950,00 atau97,59%.
4) Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan CapaianKinerja dan Keuangan, dengan anggaran Rp67.239.900,00realisasi Rp 67.239.900,00 atau 100%.
5) Program Perbaikan Sistem Administrasi Kearsipan, dengananggaran Rp 133.599.950,00 realisasi Rp 133.559.120,00 atau99,97%.
6) Program Penyelamatan dan Pelestarian Dokumen/Arsip Daerahdengan anggaran Rp427.151.300,00 realisasiRp415.938.150,00 atau 97,37%.
7) Program Pemeliharaan Rutin/Berkala Sarana dan PrasaranaKearsipan, dengan anggaran Rp53.835.000,00 realisasiRp 53.829.600,00 atau 99,99%.
8) Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Informasi Kearsipan,dengan anggaran Rp250.313.825,00 realisasiRp 215.216.600,00 atau 86,00%.
Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2014 masih
ditemui permasalahan, yaitu:
1. Kurang optimalnya tata kelola kearsipan di SKPD.
2. Kualitas dan kuantitas SDM kearsipan belum memadai.
3. Belum optimalnya pemanfaatan teknologi informasi.
4. Kurangnya prasarana sarana penyusunan arsip/depo di SKPD.
y. Urusan Wajib Komunikasi dan InformatikaAlokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusan komunikasi
dan informatika sebesar Rp3.858.678.000,00 realisasiRp3.402.727.558,00 atau 88,18%. Secara rinci anggaran danrealisasi masing-masing program sebagai berikut :1) Program Pengembangan Komunikasi, Informasi dan Media
Massa anggaran Rp1.894.248.000,00 terealisasiRp 1.736.318.808,00 atau 91,66%.
2) Program Pengkajian dan Penelitian Bidang Komunikasi danInformasi, anggaran sebesar Rp26.582.000,00 terealisasiRp 22.340.000,00 atau 84,04%.
3) Program Kerjasama Informasi dan Media Massa anggaranRp1.937.848.000,00 terealisasi Rp1.644.068.750,00 atau84,84%.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 111
Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2014 masihditemui permasalahan, yaitu:
Perkembangan TIK yang pesat memicu arus bebas pasarinformasi memberi efek domino yang kurang baik pada dinamikaperilaku masyarakat secara individu maupun berkelompok. Solusiyang dilakukan adalah terus mengajak masyarakat bersikap arif danbijaksana serta tidak reaktif terhadap informasi yang diterima,disamping terus mengkampanyekan penggunaan internet secarasehat.z. Urusan Wajib Perpustakaan
Alokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusan perpustakaanadalah sebesar Rp1.175.600.500,00, dengan realisasi keuangansebesar Rp 1.107.649.890,00, atau 94,22%, yaitu:1) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran, dengan anggaran
Rp 152.635.000,00 realisasi Rp 146.367.265,00 atau 95,89%.2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur, dengan
anggaran Rp223.500.00.000,00 realisasi Rp199.379.500,00 atau89,21%.
3) Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur, dengananggaran Rp42.465.500,00 realisasi Rp38.919.050,00 atau91,65%.
4) Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan CapaianKinerja dan Keuangan, dengan anggaran Rp49.315.000,00realisasi Rp 48.991.725,00 atau 99,34%.
5) Program Pengembangan Budaya Baca dan PembinaanPerpustakaan dengan anggaran Rp707.685.000,00 realisasiRp 673.992.350,00 atau 95,24%.
Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2014 masihditemui permasalahan, yaitu:1) Kurangnya perhatian masyarakat dan stakeholders terhadap
pengembangan perpustakaan. Fenomena yang memang masihumum terjadi di Indonesia tidak terlepas dari rendahnya tingkatpemahaman masyarakat terhadap pentingnya perpustakaandalam pengembangan keilmuan dan pengetahuan. PemerintahKabupaten Sleman melalui Kantor Perpustakaan Daerahmencoba menyiasati kondisi dimaksud dengan mengintensifkanlangkah-langkah sosialisasi dan promosi perpustakaan, baikmelalui media massa maupun networking. Sosialisasi danpromosi yang dilakukan secara intensif dan berkesinambungan,diharapkan akan dapat mendorong masyarakat dan pemangkukepentingan untuk lebih memahami dan memperhatikan
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 112
kebutuhan pengembangan perpustakaan. Dalam hal ini, KantorPerpustakaan Daerah juga bekerja sama dengan PerpustakaanDesa, Perpustakaan Masyarakat, dan Perpustakaan Sekolah.
2) Masih rendahnya minat baca masyarakat. Kondisi ini jugamenyangkut tataran budaya masyarakat. Tingginya minat bacamerupakan salah satu indikator kemajuan peradaban suatumasyarakat. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten Slemanmelalui Kantor Perpustakaan Daerah terus berupaya untukmeningkatkan minat baca masyarakat Sleman, melalui kegiatanpembinaan, sosialisasi, maupun promosi di bidangperpustakaan dan informasi.
aa. Urusan Pilihan PertanianAlokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusan pertanian
sebesar Rp14.039.222.950,00 realisasi Rp12.286.241.846,00 atau87,51%. Secara rinci anggaran dan realisasi masing-masing programsebagai berikut:1) Program Peningkatan Kesejahteraan Petani, anggaran
Rp 914.736.300,00 dengan realisasi Rp 881.350.250,00 atau96,35%.
2) Program Peningkatan Pemasaran Hasil ProduksiPertanian/Perkebunan, anggaran Rp847.175.350,00 denganrealisasi Rp 830.833.350,00 atau 98,07%.
3) Program Peningkatan Penerapan TeknologiPertanian/Perkebunan, anggaran Rp 1.419.825.700,00 denganrealisasi Rp 1.383.740.050,00 atau 97,46%.
4) Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan,anggaran Rp8.734.611.150,00 dengan realisasiRp 7.190.329.821,00 atau 82,32%.
5) Program Pemberdayaan Penyuluhan Pertanian/PerkebunanLapangan, anggaran Rp786.280.650,00 dengan realisasiRp 739.406.150,00 atau 94,04%.
6) Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak,anggaran Rp951.366.550,00 dengan realisasiRp 892.882.975,00 atau 93,85%.
7) Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan, anggaranRp235.854.250,00 dengan realisasi Rp221.194.250,00 atau93,78%.
8) Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Peternakan,anggaran Rp105.082.500,00 dengan realisasi Rp102.898.500,00atau 97,92%.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 113
9) Program Peningkatan Penerapan Teknologi Peternakan,anggaran Rp 44.290.500,00 dengan realisasi Rp 43.606.500,00atau 98,46%.
Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2014 masihditemui permasalahan, yaitu:
Produktivitas pertanian tanaman pangan belum maksimal,karena penerapan teknologi yang dianjurkan belum diterapkansepenuhnya oleh petani, anomali iklim, dan adanya serangan OPTyang mengakibatkan menurunnya produktivitas hasil pertanian.Solusi yang dilaksanakan adalah pendampingan penerapan teknologiterapan secara berkelanjutan, pengurangan gangguan organismepengganggu tumbuhan serta strategi menghadapi fenomena iklimyang ekstrim antara lain melalui Sekolah Lapang Pengendalian HamaTerpadu (SLPHT), Sekolah Lapang Iklim dan menerapkan pola tanam.bb. Urusan Pilihan Kehutanan
Alokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusan kehutanansebesar Rp 2.262.140.350,00 realisasi Rp 2.136.953.850,00 atau94,47%. Secara rinci anggaran dan realisasi masing-masing programsebagai berikut :1) Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan, anggaran
Rp 210.518.950,00 dengan realisasi Rp 205.114.500,00 atau97,43%.
2) Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan, anggaranRp 1.988.861.150,00 dengan realisasi Rp 1.872.629.100,00 atau94,16%.
3) Program perencanaan dan pengembangan hutan, anggaranRp 62.760.250 dengan realisasi Rp 59.210.250,00 atau 94,34%,
Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2014 masihditemui permasalahan, yaitu:
Dampak rehabilitasi Lereng Merapi khususnya di wilayahTaman Nasional Gunung Merapi (TNGM) yang belum optimalberpengaruh pada ketersediaan air bagi masyarakat Sleman.Rehabilitasi belum bisa dilaksanakan secara optimal karena wilayahTNGM bukan merupakan kewenangan Pemerintah KabupatenSleman. Solusi yang dilakukan adalah melaksanakan koordinasisecara intensif dengan Kementerian Kehutanan selaku pengelolaTNGM.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 114
cc. Urusan Pilihan Energi dan Sumber Daya MineralUrusan Pilihan Energi dan Sumber Daya Mineral anggaran
sebesar Rp 5.815.662.250,00 terealisasi sebesar Rp2.003.499.550,00atau 34,45%. Secara rinci anggaran masing-masing program sebagaiberikut:1) Program Pembinaan dan Pengawasan Bidang Pertambangan,
anggaran sebesar Rp1.147.989.250,00 terealisasi sebesarRp 1.108.888.300,00 atau 96,59%.
2) Program Pengawasan dan Penertiban Kegiatan Rakyat yangBerpotensi Merusak Lingkungan, anggaran sebesarRp130.795.000,00 terealisasi sebesar Rp126.431.750,00 atau96,66%.
3) Program Pembinaan dan Pengembangan Ketenagalistrikan,anggaran Rp4.216.378.000,00 terealisasi sebesarRp 472.350.250,00 atau 11,20%.
4) Program Pengembangan Energi Terbarukan, anggaran sebesarRp 320.500.000,00 terealisasi sebesar Rp 295.829.250,00 atau92,30%.
Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2014 masihditemui permasalahan, yaitu:1. Tata niaga LPG belum sepenuhnya ditaati oleh pelaku usaha,
sehingga terjadi kelangkaan LPG 3 kg. Solusi yang dilakukanadalah memperpendek rantai distribusi dengan cara pembinaan,pengawasan dan penambahan pangkalan LPG.
2. Beberapa aktivitas pengambilan mineral MBLB (Mineral BukanLogam dan Batuan) yang menyimpang dan merusak lingkungan.Solusi yang dilakukan adalah menertibkan aktivitaspengambilan MBLB dengan membentuk tim terpadu yang terdiridari KODIM, Polres, dan unsur Pemerintah Daerah.
dd. Urusan Pilihan PariwisataAlokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusan pariwisata
sebesar Rp3.111.596.650,00 realisasi Rp2.930.934.970,00 atau94,19%. Secara rinci alokasi anggaran dan realisasi masing-masingprogram sebagai berikut:1) Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata, anggaran
sebesar Rp 1.598.031.000,00 terealisasi Rp 1.528.416.700,00atau 95,64%.
2) Program Pengembangan Destinasi Pariwisata, anggaran sebesarRp 984.263.750,00 terealisasi Rp 913.413.240,00 atau 92,80%.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 115
3) Program Pengembangan Kemitraan, anggaran sebesarRp 529.301.900,00 terealisasi Rp 489.105.030,00 atau 92,41%.
Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2014 masihditemui permasalahan, yaitu:
Masih kurang optimalnya pengembangan dan promosi wisata.Solusi yang dilakukan dengan pengembangan destinasi dandiversifikasi promosi wisata.ee. Urusan Pilihan Kelautan dan Perikanan
Alokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusan perikanansebesar Rp 5.064.081.250,00 realisasi Rp 4.535.748.278,00 atau89,57%. Secara rinci anggaran dan realisasi masing-masing programsebagai berikut:1) Program Pengembangan Budidaya Perikanan, anggaran sebesar
Rp4.637.049.500,00 realisasi Rp4.111540.528,00 atau 88,67%.2) Program Optimalisasi Pengelolaan dan Pemasaran Produksi
Perikanan, anggaran sebesar Rp265.777.750,00 realisasiRp 263.257.750,00 atau 99,05%.
3) Program Pengembangan Kawasan Budidaya Laut, Air Payau danAir Tawar, anggaran sebesar Rp85.444.750,00 realisasiRp 85.244.750,00 atau 99,77%.
4) Program Pengembangan Sistem Penyuluh Perikanan, anggaransebesar Rp75.809.250,00 realisasi Rp75.705.250,00 atau99,86%.
Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2014 masihditemui permasalahan, yaitu:
Tingginya harga pakan pabrikan kurang terjangkaupembudidaya ikan. Solusi yang telah dilakukan adalah denganpengembangan pakan alternatif yang dapat mengurangiketergantungan pada pakan pabrikan.ff. Urusan Pilihan Perdagangan
Alokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusan perdagangansebesar Rp43.857.691.250,00 realisasi Rp33.955.015.094,00 atau77,42%. Secara rinci alokasi anggaran dan realisasi masing-masingprogram sebagai berikut:1) Program Perlindungan Konsumen dan Pengamanan
Perdagangan, anggaran sebesar Rp368.399.800,00 realisasiRp 356.771.600,00 atau 96,84%.
2) Program Peningkatan dan Pengembangan Ekspor, anggaransebesar Rp600.807.000,00 realisasi Rp569.032.300,00 atau94,71%.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 116
3) Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri,anggaran sebesar Rp277.145.450,00 realisasiRp 265.395.450,00 atau 95,76%.
4) Program Pembinaan Pedagang Kaki Lima dan Asongan,anggaran sebesar Rp787.773.450,00 realisasiRp746.740.125,00 atau 94,79%.
5) Program Pembangunan Sarana dan Prasarana Ekonomi,anggaran sebesar Rp41.133.803.800,00 realisasiRp 31.359.511.144,00 atau 76,24%.
6) Program Pembinaan dan Penataan Pedagang Pasar, anggaransebesar Rp 689.761.750,00 realisasi Rp 657.564.475,00 atau95,33%.
Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2014 masihditemui permasalahan, yaitu:1) Hasil pemantauan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk LPG
Bersubsidi 3 Kg pada semua agen dan pangkalan melebihi HETyang telah ditetapkan. Kenaikan harga BBM pada pertengahanbulan Nopember 2014, harga LPG 3 kg di daerah perbatasan(Propinsi Jawa Tengah) yang lebih tinggi serta belumditerbitkannya Peraturan Gubernur tentang Penyesuaian HETLPG di DIY sampai dengan akhir tahun 2014 memicupeningkatan pelanggaran HET LPG 3 Kg pada bulan Nopemberdan Desember 2014. Solusi yang dilakukan adalahmengoptimalkan kegiatan pemantauan dan pengawasanperedaran barang guna meminimalisir terjadinyaketidaklancaran distribusi barang dalam pengawasan sertamendukung pemda DIY untuk mempercepat penerbitanPeraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta tentangHarga Eceran Tertinggi Liquefied Petroleum Gas Tabung 3Kilogram.
2) Hasil beberapa kali pemantauan di lapangan masih dijumpaiadanya penyalahgunaan bahan berbahaya pada produk olahanpangan yang beredar dan berasal dari luar Kabupaten Sleman.Solusi yang dilakukan adalah lebih mengoptimalkan kegiatanpemantauan dan pengawasan bahan berbahaya pada produkolahan pangan serta lebih mengefektifkan kinerja Tim PengawasTerpadu Penyalahgunaan Bahan Berbahaya pada Pangan (SKBupati No. 063/KDH/A/2014).
3) Beberapa pasar tradisional di Kabupaten Sleman tidak mampusecara optimal mengakomodasi kebutuhan dan kenyamananpedagang serta tuntutan pengunjung yang membutuhkan akses
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 117
yang praktis dan nyaman dalam berbelanja. Solusi yangdilakukan adalah dengan Pembangunan 2 pasar (PasarPrambanan Tahap 2 dan Pasar Sleman), pendampinganpembangunan 3 pasar (pasar Godean, Pasar Prambanan danPasar Sleman), pemeliharaan 26 bangunan pasar danmelakukan rehabilitasi 7 pasar tradisional serta pendampingandan pembinaan kepada pedagang pasar sebanyak 7 pasartradisional dalam penataan dagangan dan pelayanan kepadakonsumen.
gg. Urusan Pilihan PerindustrianAlokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusan perindustrian
sebesar Rp 1.848.422.500,00 realisasi Rp 1.673.448.050,00 atau90,53%. Secara rinci alokasi anggaran dan realisasi masing-masingprogram sebagai berikut:1) Program peningkatan kapasitas iptek sistem produksi, anggaran
sebesar Rp 1.076.621.000,00 realisasi Rp 968.952.600,00 atau90,00%.
2) Program pengembangan industri kecil dan menengah, anggaransebesar Rp 771.801.500,00 realisasi Rp 704.495.450,00 atau91,28%.
Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2014 masihditemui permasalahan, yaitu:1) Penurunan realisasi ekspor produk kayu dan aneka kerajinan
sebagai akibat kesulitan penerapan peraturan tentang SistemVerifikasi Legalitas Kayu (SVLK). Solusi yang dilakukansosialisasi SVLK bagi para pelaku usaha.
2) Ketergantungan bahan baku dari luar daerah bagi industritertentu. Solusi yang dilakukan adalah pengembangan bahanbaku industri lokal, penggunaan bahan baku substitusi dankerja sama dengan daerah lain.
3) Beberapa produk industri yang dihasilkan kurang berdayasaing, baik dari sisi desain, kreasi, maupun kualitas. Solusiyang dilakukan adalah melakukan kerja sama denganperguruan tinggi dan pebisnis yang bergerak di bidang industrikreatif, disamping itu juga meningkatkan kualitas produkdengan inovasi teknologi serta sertifikasi HKI.
4) Kurangnya jiwa kewirausahaan pelaku UMKM. Solusi yangdilakukan adalah pelatihan dan pendampingan kewirausahaan.
hh. Urusan Pilihan TransmigrasiAlokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusan transmigrasi
melalui program transmigrasi regional sebesar Rp 589.898.950,00
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 118
realisasi Rp 296.977.010,00 atau 50,34%. Karena terkendala aturanhibah kepada transmigran yang sudah berada di lokasi penempatan.Persentase keluaran kegiatan hanya tercapai 77,04% karena salahsatu kegiatan yaitu seleksi calon transmigran tidak dilaksanakanmengingat hasil seleksi tahun sebelumnya belum diberangkatkanakibat terbatasnya kuota pemerintah pusat, dan pemberangkatancalon transmigrasi yang direncanakan sejumlah 45 KK, terealisasi 11KK. Realisasi pemberangkatan tidak optimal juga disebabkan karenalokasi penempatan di Kabupaten Minahasa Selatan Propinsi SulawesiSelatan tidak siap sehingga Pemerintah Pusat tidak bisamengeluarkan Surat Perintah Pemberangkatan (SPP).
Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2014 masihditemui permasalahan, yaitu:
Belum siapnya daerah tujuan transmigrasi dan terbatasnyakuota penempatan dari kementerian menyebabkan tidakterlaksananya seleksi calon transmigran dan penempatan sebagiancalon transmigrasi. Solusi yang dilakukan adalah melakukankoordinasi dengan Kementerian Desa, Daerah Tertinggal danTransmigrasi, dan daerah tujuan transmigrasi.
2.3. Permasalahan Pembangunan Daerah.Identifikasi berbagai permasalahan merupakan isu pokok
permasalahan dan tantangan pembangunan daerah yang selanjutnya
ditetapkan sebagai prioritas dalam rencana kerja pembangunan
tahun 2016 dengan tetap mensinkronkan rencana pembangunan
daerah dengan prioritas pembangunan provinsi maupun nasional.
Beberapa permasalahan yang berhubungan dengan prioritas
pembangunan daerah tahun 2014 diantaranya sebagai berikut:
1. Peningkatan pertumbuhan dan pemerataan pendapatanmasyarakat;Peningkatan ekonomi masyarakat untuk penciptaan lapangan
kerja terdiri dari beberapa urusan yang saling mendukung dan saling
mempengaruhi satu sama lain, yaitu: urusan pangan, urusan
pertanian, urusan koperasi usaha kecil dan menengah, urusan
perindustrian, urusan perdagangan, urusan tenaga kerja, urusan
pariwisata, urusan penanaman modal.
Kinerja sektor ekonomi di Sleman lebih didominasi oleh sektor
tersier yaitu sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang
memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB atas
dasar harga berlaku meningkat menjadi 23,42%. Namun sektor ini
belum mampu berkontribusi banyak dalam menyerap tenaga kerja.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 119
Tingkat pengangguran terbuka masih cukup tinggi yaitu 6,17% pada
tahun 2014 meskipun telah menurun dari tahun 2013.
Dalam upaya peningkatan ekonomi riil juga dapat dilihat dari
industri pengolahan melalui industri kecil dan rumah tangga yang
jumlahnya selama tiga tahun terakhir meningkat rata-rata 1,36%.
Namun demikian, terdapat permasalahan yaitu :
1) Masih adanya pengangguran;
2) Masih rendahnya produktivitas masyarakat sehingga perlu
ditingkatkan baik etos kerja maupun motivasi kerja;
3) Belum optimalnya pembinaan terhadap UKM yang dikelola
secara berkelompok dan terpadu dari hulu sampai hilir guna
meningkatkan nilai tambah;
4) Masih terdapatnya ketimpangan pendapatan.
2. Penanggulangan kemiskinan;Kemiskinan dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan
masyarakat dalam mengakses pelayanan dasar. Persentase
kemiskinan menurun menjadi 11,85% pada tahun 2014 dari 13,89
pada tahun 2013. Upaya penanggulangan kemiskinan dilakukan
melalui kebijakan peningkatan akses terhadap pendidikan,
kesehatan dan pembinaan peningkatan pendapatan masyarakat
miskin.
Dalam penanggulangan kemiskinan, masih ditemui berbagai
permasalahan sebagai berikut :
1) Belum sinkronnya antara data pusat dengan data SIM
kemiskinan Kabupaten Sleman;
2) Belum optimalnya peran swasta, perguruan tinggi dan
masyarakat dalam program penanggulangan kemiskinan;
3) Kurangnya sinergi integrasi dan koordinasi antara program
pusat dan daerah dan antar SKPD;
4) Belum optimalnya keterlibatan kelompok masyarakat mampu
dalam peningkatan pendapatan masyarakat miskin.
3. Peningkatan kualitas kesehatan;Dalam rangka meningkatkan kualitas kesehatan diperlukan
distribusi sarana dan prasana maupun tenaga kesehatan yang
merata dan harus diimbangi dengan peningkatan kemampuan dan
profesionalisme. Dukungan tenaga kesehatan yang mencukupi akan
mampu menjamin terpenuhinya layanan kesehatan, salah satunya
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 120
ditunjukkan dengan pemenuhan persalinan oleh tenaga kesehatan
yang mencapai 99,86% diatas target nasional sebesar 95%.
Pencapaian indikator kesehatan lainnya menunjukkan
peningkatan dari tahun ke tahun, antara lain rata-rata Usia Harapan
Hidup mencapai 76,13 tahun, Cakupan Rumah Tangga Sehat
sebesar 86,78% dan Cakupan penggunaan Air Bersih meningkat
menjadi 98,33%. Cakupan penggunaan jamban keluarga sebesar
92,94% dan cakupan penggunaan SPAL di Kabupaten Sleman
sebesar 77,46%.
Kualitas pelayanan kesehatan juga dapat dilihat dari 25
Puskesmas keseluruhannya dan RSUD Sleman sudah berstandar
ISO 9001:2008.
Jaminan kesehatan masyarakat miskin perlu diimbangi dengan
pola pemberdayaan, peningkatan pengetahuan kesehatan
masyarakat dan kerjasama swasta, dan sistem subsidi silang.
Pengembangan jaminan kesehatan masyarakat diarahkan kepada
sistem yang lebih mencerminkan pada pelayanan prima secara adil
dan merata.
Persentase kondisi prasarana dan sarana kesehatan pada
umumnya baik, namun masih ditemui permasalahan sebagai
berikut:
1) Meningkatnya angka kematian bayi;
2) Meningkatnya angka kematian ibu;
3) Meningkatnya persentase balita dengan gizi buruk.
4. Peningkatan kualitas pendidikan;Upaya pemerataan kesempatan mendapatkan pendidikan yang
lebih tinggi perlu terus dilakukan dengan menitikberatkan sektor
pendidikan pada program-program yang mendukung pelaksanaan
wajib belajar pada tingkat dasar dan menengah (12 Tahun). Beberapa
pencapaian di bidang pendidikan mengalami kenaikan dari tahun ke
tahun, antara lain APM jenjang pendidikan SMA/MA/SMK
meningkat dari tahun 2013 menjadi 55,35% pada tahun 2014, Angka
Melek Huruf mencapai 98,31% dan rata-rata kelulusan di semua
jenjang pendidikan diatas 95%. APK SMA/SMK meningkat 3,82%
dari tahun 2013 menjadi 82,82%. Angka rata-rata lama sekolah juga
meningkat dari tahun 2013 menjadi 10,70 (angka sementara) pada
tahun 2014.
Namun demikian, masih ditemui permasalahan sebagai berikut :
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 121
1). Masih terdapatnya pendidik yang belum memenuhi standar
kualifikasi S1/D4;
2). Penataan guru yang belum merata;
3). Kebijakan kurikulum yang sering berubah;
4). Sarana prasarana pendidikan belum memadai;
5). Masih adanya anak putus sekolah.
5. Peningkatan tata kelola pemerintahan dan kualitaspelayanan publik;Dalam arti luas pelayanan publik adalah usaha untuk
memenuhi kebutuhan atau kepentingan masyarakat umum yang
sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku. Penyelenggara
pelayanan publik dilakukan oleh institusi pemerintahan (birokrasi)
yang meliputi pelayanan dasar (substantif) dan pelayanan
administrasi. Pelayanan dasar menyangkut pemenuhan kebutuhan
dasar manusia seperti: pendidikan, kesehatan, infrastruktur,
permukiman, perlindungan sosial, keamanan, dan lain-lain.
Sedangkan pelayanan administrasi menyangkut pelayanan
pendataan sebagai konsekuensi dari status warga negara atau
penduduk suatu wilayah/daerah seperti pelayanan KTP, perijinan
usaha, kartu keluarga, administrasi kepemilikan aset (sertifikat
tanah, kendaraan, dll). Dalam melaksanakan pelayanan-pelayanan
tersebut, SKPD berpedoman pada Standar Pelayanan Minimal (SPM)
yang ditetapkan oleh 15 Kementerian.
Pada Tahun 2014 Pemerintah Kabupaten Sleman berhasil
membentuk Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) yaitu Badan
Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan Terpadu. Selain itu hasil
penilaian terhadap akuntabilitas kinerja pemerintah daerah naik dari
66 menjadi 70 serta hasil penilaian mandiri pelaksanaan reformasi
birokrasi tahun 2013 didapatkan nilai 50, ditargetkan untuk tahun
selanjutnya akan semakin meningkat.
Tingkat ketercukupan PNS berdasarkan formasi Jabatan
Fungsional Umum 2014 sebanyak 3.568 formasi jabatan dari angka
riil analisis beban kerja 4.162 formasi jabatan, sehingga
prosentasenya didapatkan 85,73%. Angka ini akan semakin terus
menurun seiring dengan rencana kebijakan pemerintah pusat
moratorium penerimaan PNS.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 122
Berkaitan dengan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Desa, perlu segara ditetapkan Produk
Hukum yang mengatur desa sebagai tindak lanjut dari Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014.
Dalam upaya meningkatkan tata kelola pemerintahan dan
kualitas pelayanan publik ini, masih dihadapkan pada permasalahan
sebagai berikut :
1) Masih adanya kekurangan formasi PNS;
2) Adanya ketimpangan antara target dan realisasi PAD;
3) Belum maksimalnya pelaksanaan roadmap bikrokrasi.
4) Pengelolaan Pemerintahan Desa yang belum optimal.
6. Peningkatan kualitas sarana prasarana publik;Sarana dan prasarana dasar wilayah merupakan unsur
penunjang utama dalam mendukung terciptanya tingkat
keberhasilan pembangunan. Ketersediaan dan kualitas prasarana
dan sarana akan mempengaruhi akses terhadap pendidikan,
kesehatan. Pembangunan dan pemeliharaan prasarana dan sarana
seperti jalan, jembatan, penyediaan air baku serta air bersih
merupakan kebutuhan yang dapat dirasakan manfaat dan akibatnya
secara langsung oleh masyarakat. Pemenuhan kebutuhan air bersih
untuk permukiman perlu terus ditingkatkan.
Terdapat peningkatan beberapa indikator prasarana dan sarana
infrastruktur seperti drainase dalam kondisi baik, rasio jaringan
irigasi, rasio Tempat Pembuangan Sampah dibandingkan tahun
sebelumnya. Terdapat juga peningkatan pemasangan rambu-rambu
lalu-lintas pada tahun 2014.
Dalam pemenuhan kebutuhan perumahan perlu diarahkan
kepada rumah vertikal atau rumah susun terutama bagi masyarakat
di perkotaan atau masyarakat perbatasan. Hal ini untuk
mengantisipasi semakin berkurangnya ruang terbuka serta dalam
rangka mempermudah intervensi program dan kegiatan
pembangunan. Di lain pihak, diperlukan peningkatan kemampuan
pengendalian dan pengawasan pembangunan prasarana dan sarana
terutama melalui perizinan yang konsisten dan mengacu pada
peraturan perundangan yang berlaku baik pada tingkat pusat
maupun daerah. Permasalahan yang dihadapi adalah :
1). Prasarana dan sarana infrastruktur belum seluruhnya dalam
kondisi baik;
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 123
2). Beban penggunaan prasarana infrastruktur yang semakin
meningkat akibat pertumbuhan penduduk dan penggunaan
sarana lalu lintas;
3). Ketidakseimbangan antara penyediaan prasarana sarana publik
sesuai rencana tata ruang terhadap desakan pemanfaatan
ruang.
7. Menjaga stabilitas ketahanan pangan;Ketahanan pangan dimaknai sebagai kondisi terpenuhinya
pangan bagi setiap rumah tangga, yang tercermin dari tersedianya
pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, merata,
dan terjangkau bagi setiap individu. Kebutuhan akan pangan
semakin meningkat seiring dengan meningkatnya pertumbuhan
penduduk.
Kondisi ketahanan pangan dapat dicirikan dengan terpenuhinya
komoditas pangan pokok di masyarakat, dimana kebutuhan
karbohidrat asal beras merupakan kebutuhan utama bagi
masyarakat, disamping kebutuhan pangan lainnya yang juga harus
dipersiapkan. Seiring dengan perkembangan jumlah penduduk,
perkembangan luasan lahan, kebijakan penataan ruang serta
aktivitas sosial ekonomi masyarakat yang terus berkembang,
terdapat permasalahan yang harus diselesaikan, yaitu :
1) Berdasar Status Kecukupan Pangan dan Gizi (SKPG) di Sleman
masih terdapat kriteria 2 desa rawan pangan;
2) Cepatnya alih fungsi lahan pada pertanian produktif;
3) Belum optimalnya penerapan teknologi baik budidaya maupun
pasca panen;
4) Masih kurangnya penyediaan sarana dan prasarana produksi
pertanian;
8. Peningkatan pengelolaan, sumberdaya alam, lingkunganhidup, dan pengelolaan bencana;Dalam rangka menjaga sumber daya alam khususnya terhadap
konservasi lingkungan sudah dilakukan pembangunan embung
sebanyak 21 embung, rehabilitasi lahan kritis, dan pembuatan
biopori, pengembangan biogas, pembinaan kelompok pengelola
sampah mandiri sebanyak 172 Kelompok Pengelola Sampah Mandiri,
bank sampah sebanyak 29, TPS, LDUS.
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 124
Penanggulangan bencana lebih ditekankan pada mitigasi
bencana. Upaya yang dapat dilakukan antara lain dengan
mengendalikan aktifitas budidaya di daerah rawan bencana.
Berkaitan dengan penanggulangan bencana, Pemerintah Daerah
Kabupaten Sleman telah menetapkan Perda Nomor 7 Tahun 2013
Tentang Penanggulangan Bencana. Beberapa program dan kegiatan
yang mendukung berkaitan dengan penanggulangan bencana adalah
peta resiko bencana, sosialisasi daerah rawan bencana, operasional
dan pemeliharaan EWS (lahar banjir dan tanah longsor),
Pembentukan dan operasional Tim SAR dan Komunitas Peduli
Bencana.
Namun dalam upaya menjaga kualitas SDA dan lingkungan
hidup dan kebencanaan ada permasalahan yang dihadapi, yaitu :
1). Penurunan kualitas tanah, air dan udara;
2). Belum mencukupinya kajian daya tampung dan daya dukung
lingkungan untuk menganalisa pengelolaan lingkungan;
3). Masih adanya kawasan rawan bencana longsor yang belum
dipasang EWS;
4). Masih terdapatnya jalan evakuasi yang rusak;
9. Menjaga stabilitas keamanan dan ketertibanKondisi keamanan dan ketertiban merupakan faktor yang
sangat berpengaruh dalam kesuksesan penyelenggaraan
pembangunan. Pada tahun 2014 telah dilaksanakan pemilu legislatif
dan pemilu presiden yang telah berjalan dengan aman dan tenteram.
Namun demikian tetap dilakukan upaya menjaga stabilitas
keamanan dan ketertiban. Angka kriminalitas menurun dari 1,75 per
10.000 penduduk pada tahun 2013 menjadi 1,51 per 10.000
penduduk pada tahun 2014.
Permasalahan yang dihadapi, yaitu :
1) Masih terdapatnya konflik sosial dan konflik suku, agama, ras
dan antar golongan (SARA);
2) Meningkatnya keresahan masyarakat akibat kenakalan remaja;
3) Kurangnya penyediaan ruang publik;
4) Kurang optimalnya penegakan perda.
10. Peningkatan kesetaraan GenderPembangunan manusia ditujukan untuk meningkatkan kualitas
sumberdaya manusia tanpa membedakan jenis kelamin. Sebagai
RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 II - 125
sumberdaya insani potensi yang dimiliki perempuan dan laki-laki
seimbang. Pemerintah Kabupaten Sleman senantiasa berupaya
mewujudkan kesetaraan gender dalam pembangunan. Indeks
Pembangunan Gender (IPG) tahun 2013 adalah sebesar 72,30.
Indeks Pembangunan Manusia tahun 2013 sebesar 79,97, sehingga
masih ada ketimpangan sebesar 7,47.
Rasio kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di Kabupaten
Sleman tahun 2014 sebesar 0,03 dan penyelesaian pengaduan
perlindungan perempuan dan anak dari tindakan kekerasan sebesar
331 kasus di tahun 2014 naik dari 142 kasus di tahun 2013. Hal ini
disebabkan oleh semakin meningkatnya kesadaran pemahaman
terhadap KDRT sehingga masyarakat semakin berani dan terbuka
dalam pengaduan KDRT.
Upaya peningkatan kesetaraan gender dan perlindungan
perempuan dan anak masih terdapat permasalahan yaitu :
1) Kekerasan terhadap perempuan dan anak masih cukup tinggi;
2) Fasilitas umum yang belum ramah gender;
3) Terdapat kesenjangan pendapatan antara pekerja laki-laki dan
perempuan.