22
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Status asmatikus adalah merupakan serangan asma berat yang tidak dapat diatasi dengan pengobatan konvensional dan ini merupakan keadaan darurat medis, bila tidak segera diatasi akan terjadi gagal napas. (Muttaqin,Arif 2012) Asmatikus adalah asma yang berat dan persisten yang tidak berespons terhadap terapi yang konvensional, serangan asmatikus dapat berlangsung lebih 24 jam, infeksi komasinetas, penggunaan tranqulizer berlebihan, penyalahgunaan nebulizer, dehidrasi, peningkatan blok adrenergik dan iritan nonspesifik dapat menunjang episode ini (Bruner and Sudarth, 2001). Obstruksi saluran nafas ini memberikan gejala-gejala asmatikus seperti batuk, mengi dan sesak nafas. Diduga baik obsrtuksi maupun peningkatan respon terhadap rangsangan didasari oleh inflamasi saluran nafas. Prevalansi asma dipengaruhi banyak faktor antara lain jenis kelamin, umur klien, keturunan, serta lingkungan.Pada masa anak-anak ditemukan prevalensi 1,5 : 1, tetapi menjelang dewasa perbandingan tersebut lebih kurang sama dan pada masa menopause perempuan lebih banyak dari laki-laki.Di Indonesia prevalensi asmatikus berkisar antara 5 sampai 7%.(Rudizr, 2012)

Revisi Baru Kel 17

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Revisi Baru Kel 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Status asmatikus adalah merupakan serangan asma berat yang tidak dapat diatasi

dengan pengobatan konvensional dan ini merupakan keadaan darurat medis, bila tidak segera

diatasi akan terjadi gagal napas. (Muttaqin,Arif 2012)

Asmatikus adalah asma yang berat dan persisten yang tidak berespons terhadap terapi

yang konvensional, serangan asmatikus dapat berlangsung lebih 24 jam, infeksi komasinetas,

penggunaan tranqulizer berlebihan, penyalahgunaan nebulizer, dehidrasi, peningkatan blok

adrenergik dan iritan nonspesifik dapat menunjang episode ini (Bruner and Sudarth, 2001).

Obstruksi saluran nafas ini memberikan gejala-gejala asmatikus seperti batuk, mengi dan

sesak nafas. Diduga baik obsrtuksi maupun peningkatan respon terhadap rangsangan didasari

oleh inflamasi saluran nafas.

Prevalansi asma dipengaruhi banyak faktor antara lain jenis kelamin, umur klien,

keturunan, serta lingkungan.Pada masa anak-anak ditemukan prevalensi 1,5 : 1, tetapi

menjelang dewasa perbandingan tersebut lebih kurang sama dan pada masa menopause

perempuan lebih banyak dari laki-laki.Di Indonesia prevalensi asmatikus berkisar antara 5

sampai 7%.(Rudizr, 2012)

Asmatikus mempengaruhi hingga 10% dari populasi Amerika Serikat. Prevalensi telah

meningkat sebesar 60% disegala usia dalam dua dekade terakhir.Status asmatikus biasanya

lebih umum di antara orang-orang dalam kelompok sosial ekonomi rendah, terlepas dari ras,

karena mereka kurang memiliki akses keperawatan medis yang teratur spesialis. Insiden di

seluruh dunia asmatikus masih belum jelas tetapi diperkirakan sekitar 20 juta kasus.

Kenaikan dramatis dalam insiden telah dikaitkan sebagian polusi dan industrialisasi.

Page 2: Revisi Baru Kel 17

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Diharapkan mahasiswa/i mampu memahami penyakit status Asmatikus, dan

penatalaksanaannya dalam keperawatan gawat darurat.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi pengkajian keperawatan pada pasien Status

Asmatikus

2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi Diagnosa keperawatan pada pasien Status

Asmatikus

3. Mahasiswa mengidentifikasi intervensi keperawatan pada pasien Status Asmatikus

4. Mahasiswa mampu mengidentifikasi implmentasi pada pasien Status Asmatikus

5. Mahasiswa mampu mengidentifikasi status pada pasien Status Asmatikus

Page 3: Revisi Baru Kel 17

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP MEDIS

1.1 Anatomi dan Fisiologi

1.1.1 Trakea (Batang Tenggorokan)

Merupakan saluran respirasi yang befungsi sebagai saluran udara dan panjangnya ±10

cm serta terdiri dari 16-20 gelang cincin. Cincin-cincin ini terdiri dari tulang-tulang rawan

yang berbentuk seperti kuku kuda (huruf C). Trakea ini terdiri dari 3 lapis yaitu :

a)    Lapis luar terdiri atas jaringan ikat

b)   Lapis tengah terdiri dari otot polos dan cincin tulang rawan

c)    Lapis terdalam terdiri atas jaringan epitel bersilia yang menghasilkan banyak lendir yang

berfungsi untuk menangkap dan mengembalikannya ke hulu saluran pernapasan benda-benda

asing yang akan masuk ke dalam peru-paru

1.1.2  Bronkus (Cabang Batang Tenggorrokan)

Page 4: Revisi Baru Kel 17

Merupakan cabang batang tenggorokan yang terletak di dalam dada. Batang bronkus

menuju ke paru-paru kanan dan paru-paru kiri. Paru-paru kanan lebih gampang rusak karena

letaknya yang lebih tegak dibanding paru-paru kiri. Di dalam paru-paru tiap bronkus

membentuk cabang-cabang yang disebut bronkiolus. Dinding bronkus juga terdiri atas tiga

lapis yaitu jaringan ikat, otot polos dan jaringan epitel, seperti pada trakea, perbedaannya

adalah dinding trakea jauh lebih tebal dan cincin tulang rawan pada bronkus tidak berbentuk

lingkaran sempurna. Sel-sel epitel bersilia pada bronkus semakin lama akan berubah menjadi

sisik epitel.

1.1.3 Pulmo (Paru-Paru)

Paru-paru terletak di dalam rongga dada di kanan dan kiri jantung dan dilindungi oleh

tulang-tulang rusuk yang berbentuk sangkar. Paru-paru dibungkus oleh selaput yang disebut

Pleura. Pleura ini merupakan selaput tipis rangkap dua. Diantara selaput tersebut dengan

paru-paru terdapat cairan limfa, yang berfungsi untuk melindungi paru-paru dari gesekan

pada waktu mengembang dan mengempis. Paru-paru kanan memiliki tiga lobus sedang paru-

paru kiri hanya memiliki dua lobus. Mengembang dan mengempisnya paru-paru disebabkan

perubahan tekanan dalam rongga dada.

1.1.4   Alveolus

Page 5: Revisi Baru Kel 17

Merupakan saluran akhir dari sistem pernapasan. Alveolus berupa gelembung-

gelembung udara. Pada bagian alveolus ini terjadi pertukaran oksigen dari udara bebas ke sel-

sel darah dan karbondioksida dari darah ke udara bebas. Pertukaran ini terjadi secara difusi

yang berhubungan dengan kapiler-kapiler darah. Pada paru-paru terdapat kurang lebih 300

juta alveolus.

2. Pengertian Status Asmatikus

Status asmatikus adalah asma yang berat dan persisten yang tidak berespon terhadap

terapi konvensional ( Brunner & suddart. 2001.).

Status asmatikus adalah keadaan spasme bronkeolus berkepanjangan yang mengancam

nyawa yang tidak dapat dipulihkan dengan pengobatan (Corwin. 2001.).

3. Etiologi

Penyebab dari penyakit status asmatikus diantaranya infeksi, asietas penggunaan

tranquiliser berlebihan, penyalahgunaan nebuliser, dehidrasi, peningkatan blok adrenergik

dan iritan nonspesifik dapat menunjang episode ini. Episode akut mungkin dicetuskan oleh

hipersenstiivitas terhadap penisilin.

4. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis pada status asmatikus adalah sama dengan manifestasi yang terdapat

pada asma hebat. Pernapasan labored,perpanjangan ekshalasi, perbesaran vena leher dan

mengi. Namun, lamanya mengi tidak mengindikasikan keparahan serangan. Dengan semakin

besarnya mengi dapat hilang yang sering kali menjadi pertanda bahaya gagal pernapasan.

Menurut Brunner & Suddart, 2001 adalah:

1. Asma hebat

2. Perpanjangan ekhalansi

3. Pembesaran vena leher

4. Mengi

Page 6: Revisi Baru Kel 17

Menurut Corwin, 2001 adalah:

1. Dipsnea  berat

2. Retraksi dada

3. Napas cupin hidung

4. Whizzing

5. Pernapasan dangkal dan cepat

5. Patofisiologi

Karakteristik dasar dari asma (konstriksi otot polos bronkial, pembengkakan mukosa

bronkial dan pengentalan sekresi) mengurangi diameter bronkial dan nyata pada status

asmatikus. Abnormalitas ventilasi-perfusi yang mengakbitkan hipoksemia dan respirasi

alkalosis pada awalnya, diikuti oleh respirasi asidosis. Terdapat penurunan PaO2 dan

respirasi alkalosis dengan penurunann PaCO2 dan peningkatan pH. Dengan meningkatnya

keparahan status asmatikus, PaCO2 meningkat dan pH menurun, mencerminkan respirasi

asidosis. (Brunner & Suddarth, 2001).

6. Komplikasi

Komplikasi dari status asmatikus adalah gagal nafas ( Brunner & Suddart. 2002).

Gagal napas terjadi karena pertukaran oksigen terhadap karbondioksida dalam paru-paru

tidak dapat memelihara laju konsumsi oksigen dan pembentukan karbondioksida dalam

sel tubuh. Hal ini mengakibatkan tekanan oksigen arteri kurng dari 50mmhg

(hipoksemia) dan peningkatan tekanan karbondioksida lebih besar dari 45mmhg

(hiperkapnia ).

6. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan fungsi paru: digunakan untuk mengkaji obstruksi jalan nafas akut

Pemeriksaan gas darah arteri: dilakukan jika klien tidak mampu melakukan

manufer fungsi pernapasan, karena obstruksi berat atau keletihan atau jika klien

tidak berespon terhadap tindakan

Page 7: Revisi Baru Kel 17

Respirasi alkalosis( CO2 rendah) adalah temuan yang palibg umum pada pasien

asmatikus dan peninglatan PCO2) ke kadar normal atau kadar yang menandakan

respirasi asidosis) sering kali merupakan tanda bahaya serangan gagal nafas

Lakukan fototoraks

Lakukan pemeriksaan EKG

7. Penatalaksanaan Medis

Dalam lingkungan kedaruratan, pasien mula-mula diobati dengan agonis beta

( misalnya metaproterenol, terbutalin, dan albutenol) dan kartikosteroid. Pasien juga mungkin

membutuhkan oksigen suplemental dan cairan intravena untuk hidrasi.

Bronkodilator

Obat-obat bronkodilator tidak digunakan secara oral, tetapi dipakai secara inhalasi

atau parenteral. Jika sebelumnya telah digunakan obat golongan simpatomimetik, sebaiknya

diberikan aminofilin secara parenteral sebab mekanismenya berlainan. Demikian juga

sebaliknya, bila sebelumnya telah digunakan obat golongan Teofilin oral, sebainya diberikan

obat golongan simpatomik secara aerosol atau parenteral.

Obat-obat bronkodilator golongan simpatomimetik bentuk selektif terhadap

adrenoreseptor (Orsiprendlin, Salbutamol, Terbutalin, Ispenturine, Fenoterol) mempunyai

sifat lebih efektif dan masa kerja yang lebih lama dan efek samping yang lebih kecil

dibandingkan dengan bentuk nonselektif (Adrenaline, Efedrin, Isoprendlin).

Kortikosteroid

Jika pemberian obat-obat bronkodilator tidak menunjukkan perbaikan, dilanjutkan

dengan pengobatan kortikosteroid 200mg hidrokortison atau dengan dosis 3-4 mg/kgBB

secara IV, sebagai dosis permulaan dapat diulang 2-4 jam secara parenteral sampai serangan

akut terkontrol dengan diikuti pemberian 30-60 mg prednison atau dengan dosis 1-2

mg/kgBB/hari secara oral dalam dosis terbagi, kemudian dosis dikurangangi sacara bertahap.

Terapi oksigen dilakukan untuk mengatasi dispnea , sianosis dan hipoksemia. oksigen

aliran rendah yang di lembabkan baik dengan masker venturi atau kateter hidung diberikan.

Aliran oksigen yang diberikan didasarkan pada nilai-nilai gas darah .

Page 8: Revisi Baru Kel 17

8. Penyuluhan Pasien

Mendidik pasien merupakan bagian penting dari perawatan jika kekambuhan dan

perawatan ulang di erthankan minimal.Pasien diinstruksikan untuk dengan segera melaporkan

tanda-tanda dan gejala-gejala yang menyulitkan, seperti bangun saat malam hari dengan

serangan akut, tidak mendapatkan peredaan komplit dari penggunaan inhaler, atau mengalami

infeksi pernafasan. Bronkodilator mungkin diperlukan sepanjang waktu. Obat-obat tertentu

(teofilin dan kortikosteroid) dapat ditambahkan atau dosisnya dinaikkan ketika terjadi

serangan asmatikus.

B. Konsep Keperawatan

1. Pengkajian

Klien dengan serangan status Asmatikus datang mencari pertolongan dengan keluhan

sesak napas hebat dan mendadak diikuti dengan gejala-gejala lain yaitu wheezing,

penggunaan otot bantu napas, kelelahan, gangguan kesadaran ,sianosis dan perubahan

tekanan darah. Perawat perlu mengkaji obat- obatan yang biasa diminum klien, memeriksa

kembali setiap jenis obat apakah masih relevan untuk digunakan kembali.

A. Pemeriksaan fisik fokus pernapasan

1.Inspeksi

Pada klien dengan status Asmatikus terlihat adanya peningkatan usaha dan frekuensi

pernapasan , penggunaan otot bantu napas (seperti otot sternokleidomastoideus, otot

interkosta internal dan otot scalenus) terlihat kelelahan sampai gelisah, dan kadang

didapatkan kondisi sianosis.

2.Palpasi

Pada palpasi kesimetrisan , ekspansi, dan taktil fremitus biasanya normal.

3.Pekusi

Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor, sedangkan diafragma

menjadi datar dan rendah.

4.Auskultasi

Ekpirasi memanjang disertai wheezing (di apeks dan hilus)

Page 9: Revisi Baru Kel 17

2. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan perfusi Jaringan serebral berhubungan dengan

2. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan obtruksi jalan napas

3.ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan O2

5. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ventilasi-perfusi

3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa

Keperawatan

Tujuan (Noc) Intervensi (Nic)

Kedidakefektifa

n bersihan jalan

napas b/d

obstruksi jalan

napas mukus

dalam jumlah

berlebihan

Respiratory status

(0415)

Setelah dilakukan

perawatan selama

3x24jam dengan

kriteria:

RR

(respiratory

rate) dalam

batas

normal(04105

01)

Irama napas

dalam batas

normal(04105

02)

Kedalaman

Respiratory Monitoring(3350)

a.Monitor respiration

rate,ritme,kedalaman pernapasan

b. Pantau pola napas

brodupnea,tachypnea,hyverventilation,ku

smaul, cheyne stokes

c. Pantau kemampuan pasien untuk batuk

efektif

d. Pantau sekresi pernapasan pasien

e. auskultasi suara napas

Page 10: Revisi Baru Kel 17

inspirasi(0410

503)

Auskultasi

bunyi

napas(0410504

)

Penggunaan

otot bantu

napas((041510

)

Kepatenan

jalan

napas(041532)

Intoleran

aktivitas b/d

ketidakseimbang

an antara suplai

dan kebutuhan

oksigen(00092)

Activity

tolerance(0005)

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 3x24jam

aktivitas dapat

terpenuhi dengan

kriteria:

a. Kemampuan

berbicara

dengan

aktivitas dalam

batas

normal(00050

3)

b. Pernapasan

terhadap

aktivitas dalam

batas

normal(00050

a.Memfasilitasi pasiean untuk berpartisipasi

dalam aktivitas

b. membantu pasien untuk berkometmen

c. Bantu pasien dengan aktivitas fisik

regular(e.g) ambulasi, perawatan diri.

Page 11: Revisi Baru Kel 17

3)

c. Tekanan

Gangguan

pertukaran gas

b/d ventilasi-

perfusi(00030)

Respiratory status:

Gcs exchange(0402)

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 3x24jam

dengan kriteria hasil:

a. paO2 dan

PaCo2 dalam

batas

normal(04020

8 dan

040209)

b. tidak ada

sianosis

(040206)

c. tidak ada

dispnea saat

istirahat(04020

3)

d. keseimbangan

perfusi

ventilasi(0402

14)

Respiratory monotoring(3350)

a. Manajemen terapi pengobatan

pernapasan(eg.nebulizer) jika

diperlukan

b. Manajemen aktivitas ringan

c. Manajemen ansietas dan kekurangan

udara

Page 12: Revisi Baru Kel 17

4. Implementasi

Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan oleh perawat terhadap pasien

5. Evaluasi

Evaluasi dilaksanakan berdasarkan tujuan dan outcome

Page 13: Revisi Baru Kel 17

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Status asmatikus adalah asma yang berat dan persisten yang tidak berespon

terhadap terapi konvensional ( Brunner & suddart. 2001).

Statatus asmatikus adalah keadaan spasme bronkeolus berkepanjangan yang

mengancam nyawa yang tidak dapat dipulihkan dengan pengobatan (Corwin. 2001.).

Manifestasi klinis pada status asmatikus Adalah sama dengan manifestasi

yang terdapat pada asma hebat-pernapasan labored,perpanjangan ekshalasi perbesaran

vena leher, mengi.

Dalam penanganan keperawatan gawat darurat status asmatikus dapat

disesuaikan dengan etiologi atau factor pencetusnya.

B. SARAN

Diharapkan setelah mempelajari makalah seminar “asuhan keperawatan gawat

darurat pada gangguan sistem pernafasan: status asmatikus” pembaca khususnya

mahasiswa/I akademi keperawatan sintang dapat mengerti dan mampu

mengaplikasikan asuhan keperawatan sesuai rencana keperawatan secara

komprehensif.

Page 14: Revisi Baru Kel 17

DAFTAR PUSTAKA

http://rudizr.wordpress.com/2012/05/20/asmatikus/

Brunner & Suddarth.( 2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8.

Jakarta:EGC

Syaifuddin,Haji (2012). Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi Untuk

Keperawatan Dan Kebidanan Edisi 4. Jakarta : EGC

Somanti,Irman.(2008). Keperawatan Medical Bedah Asuhan Keperawatan Pada

Pasien Dengan Gangguan System Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika

Page 15: Revisi Baru Kel 17

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini dibuat untuk

menyelesaikan tugas perkuliahan dengan tema Sistem Pernafasan. Adapun judul makalah ini

adalah ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN STATUS ASMATIKUS.

Dalam makalah ini terdapat dua konsep yaitu konsep medis dan konsep keperawatan

serta anatomi dan fisiologi yang berkaitan dengan status asmatikus. Tidak lupa penulis juga

mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing dan berbagai sumber referensi yang

membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari adanya kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan kritik serta saran untuk menyempurnakan makalah ini. Atas perhatiannnya

penulis mengucapkan terimakasih.

Medan, Agustus 2014

Kelompok 17

Page 16: Revisi Baru Kel 17

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN STATUS ASMATIKUS”

D

I

S

U

S

U

N

OLEH:

KELOMPOK XVII

1. Frenci Silaban

2. Mantika Silaban

3. Pebriani Manurung

DOSEN PEMBIMBING:

LEDY GRESIA S.KEP. NS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABETH MEDAN

PROGRAM STUDI NERS TAHAP AKADEMIK

2014

Page 17: Revisi Baru Kel 17