Author
iwan-priambodo
View
634
Download
104
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Resensi Buku, Tugas Kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan
REVIEW BUKU
METODE PENELITIAN PENDIDIKAN
Kuantitatif, Kualitatif, PTK, R&D Karya: Prof. Dr. Sutama, M. Pd.
BAB 1 & BAB 3
Mata Kuliah: Metode Penelitian Pendidikan
Dosen: Prof. Dr. Sutama, M.Pd.
Oleh:
ARIF SANJAYA
NIM : Q. 100 140 192
Program Studi : Manajemen Pendidikan
Konsentrasi : Manajemen Pendidikan Dasar
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
1
A. Pendahuluan
Review atau resensi merupakan deskripsi dan evaluasi dari sebuah buku,
yaitu menjelaskan isi sebuah buku dan menevaluasi apakah buku tersebut
berhasil mencapai tujuan penulisan buku itu sendiri. Terkait hal tersebut,
pada kesempatan ini penulis belajar untuk me-review buku dengan judul
“Metode Penelitian Pendidikan: Kuantitatif, Kualitatif, PTK, R&D” karya Prof.
Dr. Sutama, M. Pd., yang diterbitkan oleh Fauriz Media, Kartasura pada tahun
2012.
Review yang dilakukan penulis difokuskan pada ketercapaian tujuan
yang ingin dicapai penulis sebagaimana dituliskan dalam setiap bab yang
dituliskannya.
B. Reviu Bab 1
Bab 1 Buku dengan judul Metode Penelitian Pendidikan: Kuantitatif,
Kualitatif, PTK, R&D membahas tentang “Ilmu Pengetahuan dan Pendekatan
Ilmiah”. Tujuan instruksional dari bab ini adalah sebagai berikut: 1) Membeda-
kan ilmu pengetahuan dan pengalaman, 2) memahami anatomi ilmu
pengetahuan, dan 3) memahami peranan paradigma dalam ilmu pengetahuan
dan karya ilmiah/ penelitian.
Struktur penyusunan Bab 1 dapat dikemukakan sebagai berikut:
Ilmu Pengetahuan dan Pendekatan Ilmiah A. Ilmu Pengetahuan dan Pikiran Sehat B. Empat Metode Pengetahuan C. Ilmu dan Fungsi-fungsinya
2
D. Penelitian Ilmiah Suatu Definisi E. Pendekatan Ilmiah
1. Ilmu Pengetahuan dan Pikiran Sehat
Ilmu pengetahuan dan akal sehat (common sense) berbeda satu sama
lain. Perbedaan diantara keduanya dapat dilihat dari lima hal, yaitu:
a. Perbedaan dalam hal penggunaan pola konseptual dan struktur teoretis.
b. Ilmuwan secara empiris dan sistematis menguji teori-teori dan
hipotesis-hipotesisnya. Orang-orang yang bukan ilmuwan menguji
‘hipotesis’ dengan cara selektif.
c. Perbedaan pada pengertian tentang kendali atau kontrol.
d. Ilmuwan secara sadar dan sistematis selalu berusaha mencari
hubungan-hubungan antara fenomena-fenomena. Orang yang bukan
ilmuwan tertarik pada pencarian hubungan antara fenomena-fenomena
tersebut namun bersifat longgar dan tidak sistematis dan terkendali.
e. Adanya perbedaan penjelasan terhadap fenomena yang dihadapi
keduanya. Ilmuwan berusaha mengesampingkan penjelasan yang
bersifat metafisik.
2. Empat Metode Pengetahuan
Empat metode untuk memperoleh pengetahuan menurut Peirce
adalah sebagai berikut:
a. Melalui keuletan/ kegigihan (tenacity).
b. Melalui kewenangan atau otoritas.
3
c. Melalui a priori; dan
d. Melalui metode ilmu pengetahuan.
3. Ilmu dan Fungsi-fungsinya
Ilmu secara garis besar dapat dilihat berdasarkan dua perspektif,
yaitu perspektif statis dan dinamis. Berdasarkan perspektif statis, ilmu
pengetahuan merupakan suatu kegiatan yang memberikan sumbangan
berupa informasi sistematis kepada dunia. Dalam pandangan dinamis,
ilmu dianggap sebagai suatu kegiatan yang dilakukan ilmuwan.
Fungsi ilmu pengetahuan adalah menetapkan hukum-hukum umum
yang meliputi perilaku kejadian dan objek yang dikaji oleh ilmu yang
bersangkutan sehingga dapat diketahui keterkaitan antara pengetahuan
yang sudah diketahui secara terpisah dan membuat prediksi tentang
kejadian yang belum dikenal.
4. Penelitian Ilmiah Suatu Definisi
Penelitian ilmiah adalah penyelidikan yang sistematis, terkontrol,
empiris, dan kritis tentang fenomena-fenomena alami, dengan dipandu
oleh teori dan hipotesis-hipotesis tentang hubungan yang dikira terdapat
antara fenomena-fenomena tersebut. Berdasarkan definisi tersebut, dapat
ditarik kesimpulan bahwa, pertama penelitian bersifat sistematis dan
terkontrol. Hal ini diartikan bahwa penyelidikan ilmiah tertata dengan cara
tertentu sehingga penyelidik dapat memiliki keyakinan kritis mengenai
hasil penelitian. Kedua, penyelidikan ilmiah bersifat empiris. Hal ini
4
diartikan bahwa pendapat atau keyakinan yang bersifat subjektif harus
diperiksa dengan menghadapkannya pada realitas yang bersifat objektif.
5. Pendekatan Ilmiah
Pendekatan ilmiah merupakan bentuk sistematis yang khusus dari
seluruh pemikiran dan telaah reflektif. Pendekatan ilmiah merupakan
mekanisme memperoleh pengetahuan dengan prosedur yang didasarkan
pada suatu struktur logis yang terdiri atas beberapa tahapan kerja sebagai
berikut ini: 1) adanya kebutuhan objektif, 2) perumusan masalah, 3)
pengumpulan teori, 4) perumusan hipotesis, 5) pengumpulan data, dan 6)
penarikan kesimpulan.
Pendekatan ilmiah mempunyai sifat: 1) efisien dalam penggunaan
sumber daya, 2) terbuka (dapat dilakukan oleh siapa saja), dan 3) teruji
(prosedur dalam memperoleh keputusan bersifat logis). Pola pikir yang
digunakan dalam pendekatan ilmiah adalah: 1) deduktif, pengambilan
kesimpulan dari hal-hal yang umum menjadi kasus yang bersifat khusus;
dan 2) induktif, pengambilan kesimpulan dari kasus yang bersifat khusus
menjadi kesimpulan yang bersifat umum.
C. Reviu Bab 3
Bab 3 Buku dengan judul Metode Penelitian Pendidikan: Kuantitatif,
Kualitatif, PTK, R&D membahas tentang “Masalah Penelitian: Kuantitatif dan
Kualitatif”. Bab ini dibagi ke dalam 8 sub bab dan terdiri dari 38 halaman
(Halaman 41 – 79).
Struktur penyusunan Bab 3 dapat dikemukakan sebagai berikut:
5
Masalah Penelitian: Kuantitatif dan Kualitatif A. Hakikat Masalah Penelitian B. Perumusan Masalah dalam Penelitian Kuantitatif C. Variabel Penelitian Eksperimental dan non Eksperimental D. Pertanyaan Penelitian Spesifik E. Jenis Metode Penelitian Eksperimental F. Arti dan Karakteristik Penelitian Kualitatif Naturalistik G. Perumusan Masalah Penelitian Kualitatif H. Pernyataan tentang Tujuan dan Tertanyaan Penelitian Kualitatif
1. Hakikat Masalah Penelitian
Masalah dalam penelitian kuantitatif dan kualitatif dapat dibedakan
menurut beberapa dimensi sebagaimana disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 1 Perbedaan Masalah Penelitian Kuantitatif dengan Kualitatif
Dimensi Penelitian Kuantitatif Penelitian Kualitatif
Bentuk pertanyaan
Dapat dinyatakan dalam kali-mat sebagai pertanyaan atas hipotesis
Dinyatakan dalam pernyata-an penelitian atau pertanya-an penelitian, tetapi tidak pernah dalam bentuk hipo-tesis
Fokus penelitian Berhubungan erat dengan konstruksi sebab akibat, pengukuran, dan generalisasi yang dapat dilacak kembali pada akar-akar ilmu pengeta-huan epistemologi
Berhubungan erat dengan sudut pandang individu-individu yang diteliti, uraian terperinci mengenai konteks, latar, dan kepekaan terhadap proses yang dapat dilacak hingga akar-akar ilmu pengetahuan epistemologi
Metode pengum-pulan data
Berkaitan erat dengan obser-vasi partisipatoris, wawanca-ra tidak terstruktur dan kue-sioner yang tersusun, ekspe-rimen, observasi ter-struktur, analisis isi, analisis statistik formal dan masih banyak lagi.
Berkaitan erat dengan observasi partisipatoris, wawancara tidak terstruktur dan setengah terstruktur, ke-lompok-kelompok fokus, pe-nelaahan teks kualitatif dari pelbagai teknik kebahasaan seperti percakapan dan analisis wacana
6
2. Perumusan Masalah dalam Penelitian Kuantitatif
Perumusan masalah dalam penelitian kuantitatif perlu
memperhatikan tiga hal, yaitu teori, konstruk,dan variabel. Teori
merupakan seperangkat hubungan antara konsep, asumsi, dan generalisa-
si yang dengan sistematik melukiskan dan menjelaskan keteraturan.
Adapun yang dimaksu dengan konstruk adalah abstraksi kompleks yang
tidak dapat diobservasi secara langsung, misalnya motivasi, intelegensi,
pikiran, agresi, konsep diri, gelisah, dll.
Variabel merupakan peristiwa, kategori, varietas, jenis, atau kelas,
perilaku, atribut, yang menyatakan suatu konstruk dan mempunyai nilai
yang berbeda, tergantung pada bagaimana menggunakannya dalam kajian
khusus. Variabel dapat dibedakan menjadi variabel kategori dan variabel
bersinambung (continuous).
a. Variabel kategori, adalah variabel yang digunakan untuk
menggolongkan subjek, objek entitas ke dalam dua golongan atau
lebih. Misalnya: laki-laki – perempuan, tingkat pendidikan (SD, SMP,
SMA, PT), tingkat kecerdasan, dll.
b. Variabel bersinambung adalah variabel yang sifat atau atribut objek,
subjek, atau entitasnya diukur secara numerik dan dapat menerima
bilangan tidak terhingga dalam suatu rentang tertentu. Misalnya:
motivasi belajar, minat belajar, sikap belajar, dll.
7
3. Variabel Penelitian Eksperimental dan non Eksperimental
a. Variabel dalam Penelitian Eksperimental
Karakter variabel dalam penelitian eksperimental dapat
disampaikan sebagai berikut:
1) Menyebut variabel yang merupakan konsekuensi atau dependen
terhadap variabel anteseden sebagai “variabel dependen”. Disebut
variabel dependen karena nilainya tergantung pada nilai variabel
independen.
2) Menyebut variabel yang merupakan anteseden atau mendahului
variabel dependen sebagai variabel independen, variabel
termanipulasi, atau variabel eksperimental, yaitu variabel yang
dimanipulasi atau diubah oleh peneliti untuk menginvestigasi
pengaruh atau akibat atau variabel dependen.
b. Variabel dalam Penelitian Non-Eksperimental
Dalam penelitian non eksperimental, variabel tidak dengan
langsung atau aktif dimanipulasi oleh peneliti. Karakteristik variabel
dalam jenis penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Dalam penelitian deskriptif dan beberapa penelitian survai,
mungkin hanya satu variabel yang mendapat perhatian peneliti;
2) Dalam beberapa penelitian korelasional, variabel anteseden disebut
‘variabel prediktor’ dan variabel yang diprediksi disebut ‘variabel
kriteria’;
8
3) Dalam kajian krelasi lainnya, tidak ditemukan variabel anteseden
yang jelas. Dalam hal ini peneliti tidak tertarik pada masalah
variabel mana yang mendahului variabel lainnya, melainkan lebih
tertarik pada kekuatan hubungan antar variabel-variabel tersebut.
c. Observasi: Definisi operasional
Ada dua jenis definisi, yaitu definisi konstitutif dan definisi operasional.
1) Definisi konstitutif adalah mendefinisikan istilah dengan istilah lain;
dan
2) Definisi operasional, yaitu memberikan atau menetapkan makna
bagi suatu variabel dengan spesifikasi kegiatan yang dibutuhkan
untuk mengkatagorisasikan variabel.
4. Pertanyaan Penelitian Spesifik
Pertanyaan dalam penelitian kuantitatif dibedakan ke dalam tiga
jenis, yaitu pertanyaan penelitian deskriptif, pertanyaan hubungan, dan
pertanyaan perbedaan.
a. Pertanyaan penelitian deskriptif secara tipikal dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan ‘apakah’ dan menyatakan dengan cara tidak
langsung suatu desain penelitian survai.
b. Pertanyaan hubungan dengan mengajukan pertanyaan ‘Apakah
hubungan antara dua variabel atau lebih?’ dan menyatakan dengan cara
tidak langsung suatu desain korelasional.
9
c. Pertanyaan perbedaan akan mengajukan pertanyaan pokok, ‘Adakah
perbedaan antara dua kelompok atau dua perlakuan atau lebih?’.
Pertanyaan tersebut digunakan apabila kajiannya membandingkan dua
observasi atau lebih.
5. Jenis Metode Penelitian Eksperimental
Desain dalam penelitian eksperimental dikategorikan ke dalam
empat kategori utama, yaitu: desain pra-eksperimental, desain
eksperimental sejati, desain faktorial, dan desain kuasi eksperimental.
a. Desain pra-eksperimental
Dalam desain ini tidak dimasukkan variabel kontrol, sampel tidak dipilih
secara random. Bentuk desain pra-eksperimental dibedakan ke dalam
tiga jenis desain.
1) Desain kasus sekali lewat
Desain kasus sekali lewat (one shot case study) dapat dilukiskan
dalam bentuk diagram X O. Di mana X adaplah perlakuan yang
diberikan (variabel independen), dan O adalah observasi (variabel
dependen).
2) Desain pra-tes – post-tes satu kelompok
Desain ini menyerupai desain studi kasus sekali lewat. Perbedaan
antara jenis ini dengan studi kasus sekali lewat terletak pada adanya
pemberian pre-tes terlebih dahulu. Desain jenis ini digambarkan ke
10
dalam diagram O1 X O2. Di mana O1 adalah observasi sebelum diberi
perlakuan, X adalah perlakuan yang diberikan, dan O2 adalah
observasi setelah diberikan perlakuan.
3) Komparasi kelompok utuh
Dalam desain kelompok utuh (intact-group comparison) terdapat
satu kelompok yang kemampuannya sama yang dipergunakan untuk
penelitian. Kelompok ini dibagi dua sub kelompok, yaitu kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.
b. Desain eksperimental sejati
Desain eksperimen sejati merupakan suatu desain penelitian
eksperimen di mana peneliti dapat mengontrol seluruh variabel
eksternal yang dapat mempengaruhi berlangsungya eksperimen. Desain
ini dibedakan menjadi 2, yaitu desain kontrol hanya pasca-tes, dan
desain kelompok kontrol pra-tes – paska-tes.
1) Desain kelompok kontrol hanya pasca-tes
Desain kelompok kontrol hanya pasca-tes serupa dengan desain
kelompok kontrol pra-tes – paska-tes. Perbedaan hanya terletak pada
tidak adanya pemberian pra-tes variabel dependen kepada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.
2) Desain kelompok kontrol pra-tes – paska-tes
Desain kelompok kontrol pra-tes – paska-tes adalah desain
eksperimen di mana diberikan pra-tes pada kelompok kontrol
maupun kelompok eksperimen sebelum diberi perlakukan.
11
c. Desain faktorial
Desain faktorial adalah desain yang dimodifikasi dari desain
eksperimental sejati. Desain ini mempertimbangkan kemungkinan
munculnya variabel moderator yang mempengaruhi perlakuan terhadap
hasil. Dalam desain ini, semua kelompok diseleksi dengan menggunakan
random sampling. Selanjutnya semua kelompok diberi pra-tes sebelum
perlakuan.
d. Desain kuasi eksperimental
Desain kuasi eksperimental merupakan pengembangan dari
desain eksperimen sejati. Desain kuasi-eksperimental menyertakan
kelompok kontrol, walaupun tidak dapat berfungsi untuk mengontrol
variabel-variabel luar yang dapat mempengaruhi kelangsungan
eksperimen. Desain kuasi eksperimental dibagi ke dalam desain deret
waktu, desain kelompok kontrol non-ekuivalen, dan desain berimbang.
1) Desain deret waktu
Desain deret waktu merupakan salah satu desain eksperimen model
kuasi eksperimen yang tidak dapat menyertakan kelompok
penelitian dengan cara random. Desain ini hanya menyertakan satu
kelompok saja, atau tidak menyertakan kelompok kontrol. Dalam
desain ini pra-tes bisa diberikan beberapa kali untuk mengetahui
kestabilan kelompok tersebut. Kelompok tersebut baru diberi
perlakuan setelah dianggap stabil.
12
2) Desain kelompok kontrol non-ekuivalen
Desain kelompok kontrol non-ekuivalen menyerupai desain
kelompok kontrol pra-tes – paska-tes. Perbedaannya adalah bahwa
dalam desain ini, pemilihan anggota kelompok kontrol maupun
kelompok eksperimen tidak dilakukan secara random. Desain yang
digunakan dalam model ini biasanya digambarkan sebagai berikut:
O X O
O X O
3) Desain berimbang
Desain berimbang adalah desain yang variabel-variabel
eksperimennya adalah sedemikian rupa sehingga semua perlakuan
eksperimen yang berbeda dapat dilakukan terhadap subjek-subjek
yang sama. Desain berimbang dapat disajikan ke dalam diagram
berikut ini.
X1O X2O X3O
X3O X1O X2O
X2O X3O X1O
6. Arti dan Karakteristik Penelitian Kualitatif Naturalistik
Penelitian kualitatif merupakan suatu penelitian yang lebih
menekankan pada deskripsi holistik, yaitu pada penggambaran dengan
terperinci semua apa yang terjadi dalam kegiatan atau situasi tertentu,
bukan pada perbandingan pengaruh penanganan tertentu.
13
Karakteristik umum penelitian kualitatif menurut Sutama adalah
sebagai berikut (Sutama, 2012: 62-63):
a) Latar alamiah merupakan sumber data langsung dan peneliti
merupakan instrumen kunci dalam penelitian kualitatif;
b) Data kualitatif dihimpun dalam bentuk kata-kata atau gambar-gambar,
bukan selalu dalam bentuk angka-angka;
c) Peneliti kualitatif mempunyai kepedulian dengan proses dan sekaligus
juga mempunyai kepedulian dengan produknya;
d) Peneliti kualitatif cenderung menganalisis data yang mereka peroleh
dengan cara induktif; dan
e) Perhatian utama peneliti kualitatif adalah jawaban atas pertanyaan
bagaimana orang, dalam kehidupan mereka dapat dimengerti.
Karakteristik umum penelitian naturalistik menurut Sutama adalah
sebagai berikut (Sutama, 2012: 64-68):
a) Penelitian naturalistik bekerja dalam konteks natural;
b) Penelitian naturalistik menggunakan manusia sebagai instrumen
penelitian;
c) Penelitian naturalistik memanfaatkan pengetahuan implisit;
d) Penelitian naturalistik memanfaatkan metode kualitatif dengan penuh;
e) Penelitian naturalistik memanfaatkan sampel purposif;
f) Penelitian naturalistik memanfaatkan metode analisis data induktif;
g) Penelitian naturalistik menuju teori dasar;
14
h) Penelitian naturalistik memilih penyusunan desain sementara;
i) Penelitian naturalistik cenderung membuat kesepakatan makna;
j) Penelitian naturalistik cenderung lebih menyukai modus laporan studi
kasus;
k) Penelitian naturalistik memberikan tafsiran secara idiografis;
l) Penelitian naturalistik bersifat aplikasi-tentatif;
m) Penelitian naturalistik menekankan pada aksentuasi ikatan kontekstual
khusus;
n) Penelitian naturalistik mencari kriteria kredibilitas.
Dalam penelitian naturalistik, terdapat 5 proposisi paradigma yang
esensial dan fundamental. Kelima proposisi tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Proposisi pertama mengenai realitas
Penelitian kualitatif naturalistik berangkat dari suatu anggapan
bahwa realitas kehidupan adalah bersifat kompleks, bahwa di dalam
realitas tersebut terdapat suatu sistem, realitas tersebut hadir dalam
berbagai perspektif, di dalam realitas tersebut terjadi hubungan
interdependen.
b. Proposisi kedua mengenai interaksi yang mengenal dan yang dikenal
Penelitian kualitatif naturalistik menganggap bahwa hubungan itu
indeterminatif, bahwa kausalitas itu interdependen, dan bahwa
pengenalan itu bersifat perspektif.
15
c. Proposisi ketiga mengenai realitas yang terkait pada latar kontekstual
Dalam penelitian kualitatif naturalistik, keterkaitan pada konteks
menjadikan sesuatu itu bersifat kompleks, heterarkhis, holografis, dan
morfologis.
d. Proposisi keempat mengenai pembentukan yang interdependen dan
serentak
Penelitian kualitatif naturalistik menganggap sesuatu itu
terstruktur secara heterarkhis, interdependen, dan morfogentik.
e. Proposisi kelima mengenai keterkaitan pada latar nilai.
Penelitian kualitatif naturalistik terdapat paradigma bahwa
kepentingan atau nilai memberikan persepktif pengetahuan.
Guba menyebutkan bahwa dalam penelitian kualitatif terdapat
beberapa kriteria kredibilitas, yaitu kredibilitas, transferabilitas,
dependabilitas, dan konfirmabilitas (Sutama, 2012: 71).
a. Kredibilitas
Kredibilitas diartikan sebagai menilai kebenaran dari temuan
penelitian kualitatif. Cara yang dilakukan menurut Guba dan Denzin
terdiri dari: 1) memperpanjang waktu pengamatan; 2) Melakukan
observasi hingga terperinci; 3) Menggunakan metode triangulasi; 4)
Mengadakan wawancara kembali dengan pihak-pihak yang
tidakberkepentingan dan tidak terlibat dalam penelitian (peer
debriefing); 5) Mengadakan analisis kasus negatif; 6) Memeriksa hasil
16
penelitian lain dengan kesimpulan penelitian yang dilakukan dengan
sikap yang terbuka; dan 7) Meminta pendapat para subjek (member
check).
b. Transferabilitas
Transferabilitas diartikan sebagai hasil penelitian kualitatif bisa
berlaku dan diberlakukan di tempat lain manakala tempat lain yang
dimaksudkan itu memiliki ciri-ciri yang mirip atau kurang lebih sama
dengan tempat atau subjek penelitian diteliti. Selain itu,
transferabilitas juga diartikan sebagai proses menghubungkan temuan
yang ada dengan praktik kehidupan dan perilaku nyata dalam konteks
yang lebih luas.
c. Dependabilitas
Dependability berkaitan dengan apakah hasil penlitian dapat
diulangi lagi. Dependability adalah menekankan kepada peneliti untuk
melaporkan konteks setiap perubahan yang yang terdapat dalam
penelitian. Peneliti bertanggung jawab untuk menggambarkan
bagaimana perubahan yang ada dalam setting penelitian. Ini
dipadankan dengan reliabilitas dalam penelitian kuantitatif.
d. Konfirmabilitas
Confirmability adalah bagaimana hasil penelitian itu dapat
dibenarkan oleh yang lain. artinya apa yang ditemukan, dituliskan dan
dilaporkan sesuai dan dapat dibenarkan. Ini dipandankan dengan
objectivity dalam penelitian kuantitatif.
17
Tabel 2 Perbedaan Pendekatan Kuantitatif dengan Pendekatan Kualitatif Naturalistik
Aspek Pendekatan Kuantitatif Pendekatan Kualitatif
Realitas Sistem tertutup, tunggal, konvergen, terpilih
Sistem terbuka, jamak, divergen, interdependen
Hubungan peneliti dengan subjek
Independen Interdependensi – rasional
Pernyataan Kebenaran
Generalizabilitas, nomotetis, absolut
Hipotesis tentatif, ideografism relatif
Perhatian utama Kesamaan dan unversalitas Perbedaan dan keunikan
Nilai kebenaran Validitas intern Kredibilitas
Penerapan Validitas ekstern Transferabilitas
Ketaatasasan Reliabilitas Dependabilitas
Netralitas Positif, objektif Pertimbangan nilai, konfirmabilitas
7. Perumusan Masalah Penelitian Kualitatif
Perumusan masalah dalam penelitian kualitatif diawali dengan
pemilihan topik umum dan metodologi. Topik dan metodologi dikaitkan
dan dipilih secara interaktif, bukan dalam langkah-langkah penelitian yang
terpisah.
Hal yang dimaksud dengan dipilih secara interaktif adalah bahwa
perumusan masalah dapat dilakukan secara terus menerus, yang
mencerminkan desain yang sedang muncul. Dengan demikian, dalam
penelitian kualitatif, perumusan masalah kemungkinan akan berbeda dari
perumusan masalah yang semula dibayangkan. Perumusan masalah
kemungkinan akan menjadi masalah yang dikentalkan seiring dengan
jalannya penelitian.
18
a. Masalah yang Dibayangkan
Peneliti kualitatif memulai dengan masalah yang dibayangkan
(foreshadowed problems). Pernyataan masalah yang dibayangkan
sampai derajat tertentu tergantung pada pengetahuan pendahuluan
mengenai peristiwa dan proses pada situs penelitian. Masalah yang
dibayangkan biasanya dinyatakan dalam kalimat pertanyaan yang
longgar, luas, dan umum mengenai suatu situasi.
1) Pertanyaan ‘apakah’ (what) mengacu pada siapakah (who), kapankah
(when), di manakah (where), dan adegan sosial (social scen) mana
(which) yang terjadi?
2) Pertanyaan ‘bagaimanakah’ (how) mengacu pada proses yang
diperiksa dan dipengaruhi oleh ‘apa’ (what)?
3) Pertanyaan ‘bagaimanakah’ (why) mengacu pada ‘makna’ partisipan,
penjelasan mereka mengenai peristiwa dan adegan sosial yang
diamati.
b. Masalah yang Dikentalkan
Pernyataan masalah yang dikentalkan (condensed problem
statements) dapat ditulis setiap waktu selama atau sesudah
penghimpunan data. Pernyataan masalah yang dikentalkan biasanya
merupakan pertanyaan penelitian utama yang memfokuskan diri pada
keseluruhan kajian.
19
8. Pernyataan tentang Tujuan dan Tertanyaan Penelitian Kualitatif
Pernyataan tujuan penelitian merupakan versi yang dikentalkan dari
pernyataan masalah awal. Pertanyaan penelitian spesifik dapat dinyatakan
dengan langsung atau tidak langsung. Pernyataan tujuan memuat arti
pemilihan metodologi. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pernyataan dan pertanyaan masalah etnografi
Masalah etnografi memfokuskan diri pada fenomena yang
berjalan, gejala yang sedang berlangsung. Untuk itu data dapat
diperoleh melalui interaksi dengan para partisipan dalam situasi sosial
yang dipilih. Logika pernyataan masalah dalam metode ini
menunjukkan desain penelitian secara tidak langsung.
Studi kasus merupakan pemeriksaan renik atas seseorang, suatu
kelompok, suatu institusi, suatu gerakan sosial, atau suatu peristiwa
tertentu. Studi kasus dapat dibedakan ke dalam dua jenis studi kasus.
Pertama, memfokuskan diri pada perilaku dan pengalaman individu,
sedangkan yang kedua berhubungan dengan operasi suatu kelompok,
suatu institusi, atau gerakan sosial. Tujuan utama studi kasus adalah
mengungkapkan bagaimana peristiwa-peristiwa diinterpretasikan oleh
orang yang mengalaminya.
b. Pernyataan dan pertanyaan masalah historis
Masalah penelitian historis memfokuskan diri pada peristiwa masa
lalu dan membutuhkan akses terhadap dokumen arsip historis. Ada
20
empat metode yang dapat digunakan dalam penelitian historis, yaitu
metode kronikel deskriptif, metode historis interpretif, metode
biografis, dan metode autobiografis.
a. Metode Kronikel Deskriptif
Suatu kronikel deskriptif berusaha mengikuti jejak peristiwa-
peristiwa selama suatu periode tahunan kehidupan suatu keluarga,
organisasi, kelompok etnis, wilayah, jenis okupasi, gerakan sosial,
dan sejenisnya. Tujuan ganda kronikel deskriptif adalah: 1) untuk
mencatat urutan peristiwa-peristiwa, sehingga anak cucu tidak
kehilangan jejak; dan 2) untuk memberi informasi kepada pembaca
tentang apa yang sebenarnya terjadi.
b. Metode Historis Interpretif
Metode historis interpretif tidak hanya mengikuti jejak
peristiwa-peristiwa selama suatu periode, tetapi juga melibatkan
interpretasi penulis mengenai makna dari himpunan-himpunan
peristiwa-peristiwa tersebut. Makna dari data yang dapat dilakukan
oleh peneliti mencakup: 1) makna eksplanatori, yaitu makna yang
dibangun atas dugaan atau perkiraan tentang apa yang
menyebabkan peristiwa-peristiwa itu terjadi; 2) makna evaluatif,
yaitu suatu penilaian tentang apakah peristiwa-peristiwa itu
menyebabkan akibat buruk atau baik; dan 3) makna pelajaran
inferens, yaitu generalisasi yang ditarik dari laporan sejarah.
21
c. Metode Biografis
Penelitian biografi adalah studi tentang individu dan
pengalamannya yang dituliskan kembali dengan mengumpulkan
dokumen dan arsip-arsip. Tujuan penelitian ini adalah mengungkap
turning point moment atau epipani yaitu pengalaman menarik yang
sangat mempengaruhi atau mengubah hidup seseorang. Peneliti
menginterpretasi subjek seperti subjek tersebut memposisikan
dirinya sendiri.
D. Kesimpulan
Berdasarkan hasil review sebagaimana dipaparkan di atas, selanjutnya
dapat disimpulkan hasil review sebagai berikut:
1. Secara umum materi yang dituliskan dalam buku sudah sesuai dengan
tujuan instruksional yang diinginkan oleh penulis sebagaimana dinyatakan
pada setiap awal bab.
2. Ditinjau dari aspek penulisan, masih ditemui adanya beberapa kesalahan
ketik meskipun bersifat minor tetapi cukup mengganggu bagi
pembacanya. Satu kesalahan ketik yang paling mengganggu ditemui pada
halaman 64, yaitu Bab 3 sub bab F pada sub bagian 3 tentang
‘Karakteristik umum penelitian naturalistik’. Pada halaman tersebut, baris
kelima tertulis ‘model penelitian dasar (groubded research)’ yang mungkin
seharusnya ditulis ‘model penelitian dasar (grounded research)’.