If you can't read please download the document
Upload
hanga
View
233
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
Pengaruh Return On Asset (ROA), Cash Turnover, Receivable Turnover, Debt
To Total Asset dan Growth Of Sales terhadap Current Ratio
(Studi Empiris pada Perusahaan Sektor Property Dan Real Estate Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 20102014)
SRI RAHAYU
110462201182
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Maritim Raja Ali Haji
2017
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh return on asset (ROA), cash
turnover, receivable turnover, debt to total asset dan growth of sales terhadap
current ratio. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan
sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Periode 2010-2014, dengan teknik purposive sampling diperoleh sebanyak 17
perusahaan sebagai sampel. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis
regresi berganda. Hasil penelitian secara parsial menunjukkan bahwa return on
assets dan debt to total asset berpengaruh terhadap current ratio , sedangkan
variabel cash turnover, receivable turnover dan growth of sales yang tidak
berpengaruh terhadap current ratio. Sementara hasil penelitian secara simultan
menunjukan bahwa variabel return on assets, cash turnover, receivable turnover,
debt to total asset dan growth of sales berpengaruh terhadap current ratio.
Besarnya kemampuan variabel independen (return on asset (ROA), cash turnover,
receivable turnover, debt to total asset dan growth of sales) dalam menjelaskan
variabel dependen (nilai perusahaan) adalah 11,8% sedangkan sisanya 88,2%
dijelaskan oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam model penelitian ini.
Kata Kunci : Current ratio, Return On Asset (ROA), Cash Turnover, Receivable
Turnover, Debt To Total Asset, Growth Of Sales
1. Pendahuluan
Prastowo dan Juliaty (2008:153), mendefinisikan bahwa likuiditas
merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek
pada saat jatuh tempo. Likuiditas ditekankan pada kemampuan membayar,
bukan kekuatan membayar. Jika suatu perusahaan mempunyai kekuatan besar
untuk membayar, maka perusahaan dinilai sebagai perusahaan yang likuid.
Sebaliknya perusahaan yang mempunyai kekuatan membayar yang besar, namun
ketika pada saat jatuh tempo ternyata tidak mampu memenuhinya, maka
perusahaan tersebut dikatakan illikuid.
Masalah likuiditas ini menjadi salah satu sorotan utama bagi perusahaan,
sehingga apabila perusahaan tidak lagi berkemampuan cukup untuk membayar
kewajiban-kewajiban jangka pendeknya pada tanggal jatuh tempo, maka minat
dari para kreditur dan investor akan berkurang sehingga mengganggu hubungan
baik antara perusahaan yang dapat mengakibatkan kerugian.
Astuti (2012), meneliti tentang Pengaruh Perputaran Piutang dan
Perputaran Kas terhadap Likuiditas, hasil penelitian menunjukkan bahwa secara
parsial perputaran piutang tidak berpengaruh terhadap likuiditas. Lebih jauh, hasil
penelitian menunjukkan bahwa perputaran kas juga tidak berpengaruh terhadap
likuiditas. Sedangkan secara simultan perputaran piutang dan perputaran kas
berpengaruh terhadap likuiditas.
Julita (2012), melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Perputaran
Modal Kerja dan Perputaran Kas terhadap Likuiditas pada Perusahaan
Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa secara parsial Perputaran Modal Kerja pengaruhnya tidak
siginifikan terhadap Likuiditas dan Perputaran Kas secara parsial memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap Likuiditas pada perusahaan Pertambangan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2011, sedangkan secara
simultan Perputaran Modal Kerja dan Perputaran Kas bersama-sama memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap Likuiditas.
Astuti dan Maelona (2013), meneliti tentang Pengaruh Modal Kerja dan
Perputaran Piutang terhadap Likuiditas (Studi Kasus Pada PT Mayora Indah Tbk
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 20012012), hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa Modal kerja memiliki pengaruh terhadap likuiditas pada PT
Mayora Indah Tbk dimana setiap modal kerja meningkat maka likuiditaspun
meningkat. Perputaran piutang memiliki pengaruh terhadap likuiditas pada PT
Mayora Indah Tbk dimana setiap perputaran piutang meningkat maka
likuiditaspun meningkat. Secara simultan modal kerja dan perputaran piutang
secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap likuiditas pada PT Mayora
Indah Tbk. Secara bersama-sama kedua variabel independen (modal kerja dan
perputaran piutang) memberikan kontribusi / pengaruh terhadap likuiditas pada
PT Mayora Indah Tbk Tbk.
Muharsyah, Khairani dan Aprilia (2013), dalam penelitiannya yang
berjudul Pengaruh Tingkat Pertumbuhan Penjualan dan Perputaran Piutang
terhadap Likuiditas Perusahaan pada Perusahaan Otomotif dan Komponennya
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, hasil penelitian menunjukkan secara
parsial tingkat pertumbuhan penjualan tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap likuiditas, sedangkan perputaran piutang memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap likuiditas perusahaan otomotif dan komponennya yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Yesi Ezwita (2014), dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh
Perputaran Piutang, Perputaran Persediaan, Return On Assets dan Rasio Utang
Terhadap Likuiditas pada Perusahaan Industri Dasar dan Kimia yang Listing di
Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013, hasil penelitian menunjukkan bahwa
secara parsial perputaran piutang tidak berpengaruh signifikan terhadap likuiditas,
perputaran persediaan berpengaruh signifikan terhadap likuiditas, return on assets
tidak berpengaruh signifikan terhadap likuiditas dan rasio utang berpengaruh
signifikan terhadap likuiditas. Secara simultan perputaran piutang, perputaran
persediaan, return on assets dan rasio utang berpengaruh signifikan terhadap
likuiditas pada perusahaan industri dasar dan kimia yang listing di Bursa Efek
Indonesia periode 2010 - 2013.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya dalam jumlah
variabel independen dan sampel yang digunakan. Penelitian ini menambah serta
membedakan variabel independen dari penelitian sebelumnya dan penelitian ini
menggunakan sampel pada sektor Property dan Real Estate. Penelitian ini
merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya dengan menambah variabel
independen guna mengetahui hal tersebut lebih jauh dalam sebuah skripsi yang
berjudul PENGARUH RETURN ON ASSET, CASH TURNOVER,
RECEIVABLE TURNOVER, DEBT TO TOTAL ASSET DAN GROWTH OF
SALES TERHADAP CURRENT RATIO PERUSAHAAN SEKTOR
PROPERTY DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA
BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2010 2014.
1.1 Perumusan Masalah
Apakah return on asset (ROA), cash turnover, receivable turnover, debt to
total asset dan growth of sales secara simultan dan parsial berpengaruh terhadap
current ratio pada perusahaan sector property dan real estate yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2014 ?
1.2 Tujuan Penelitian
Mengacu pada rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui apakah return on asset (ROA), cash turnover, receivable turnover,
debt to total asset dan growth of sales secara simultan dan parsial berpengaruh
terhadap current ratio pada perusahaan sector property dan real estate yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2014
LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Pecking Order Theory
Menurut Fahmi (2012:188) Pecking Order Theory yang merupakan suatu
kebijakan yang ditempuh oleh suatu perusahaan untuk mencari tambahan dana
dengan cara menjual asset yang dimilikinya, seperti : gedung, tanah, peralatan
yang dimilikinya dan asset-asset lainnya termasuk menerbitkan dan menjual
saham dipasar modal. Artinya perusahaan melakukan kebijakan dengan cara
mengurangi kepemilikan asset yang dimilikinya karena dilakukan kebijakan
penjualan. Dampak lebih jauh perusahaan akan mengalami kekurangan asset
karena dipakai untuk membayar rencana aktivitas perusahaan. Jadi perusahaan
cenderung mengutamakan (mendahulukan) pendanaan dari sumber internal guna
membiayai produksinya, bila kebutuhan dana kurang maka dipergunakan dana
dari sumber eksternal sebagai tambahannya, urutan dalam pendanaan yaitu laba
ditahan, hutang, dan penerbitan saham. Dana internal berupa laba ditahan,
sedangkan dana eksternal berupa hutang dan penerbitan saham.
2.1.2 Likuiditas
Menurut Tunggal (2010:13), Likuiditas berkenaan dengan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi liabilities jangka pendeknya. Oleh karena itu rasio
likuiditas berhubungan dengan jumlah liabilities jangka pendek yaitu liabilities
yang segera jatuh tempo dan asset lancar yang tersedia sebagai sumber untuk
memenuhi liabilitis itu.
Menurut Harahap (2010:300), rasio likuiditas menunjukkan sejauh mana
aktiva lancar mampu menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar
perbandingan aktiva lancar dengan utang lancar maka semakin tinggi kemampuan
perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya dan menrut Munawir (2010
:72), suatu perusahaan dikatakan mempunyai posisi keuangan yang kuat apabila
mampu memenuhi kewajiban-kewajibannya tepat pada waktunya, yaitu pada
waktu ditagih.
2.1.2.1 Current Ratio
Menurut Tunggal (2010:14) Current ratio yaitu perbandingan antara
jumlah aktiva lancar dengan hutang lancar. Ini tidak hanya ukuran likuiditas
perusahaan tetapi juga ukuran batas keamanan yang diusahakan oleh manajemen
untuk mengatasi ketidakseimbangan yang tidak dapat dielakkan dalam aliran dana
melalui asset dan liabilitis lancar.
2.1.3 Return On Asset (ROA)
Menurut Prastowo dan Juliaty (2008:91), Return On Asset (ROA)
mengukur kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan aktivanya untuk
memperoleh laba. Ratio ini mengukur tingkat kembalian investasi yang telah
dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan seluruh dana (aktiva) yang
dimilikinya.
Selanjutnya menurut Darsono (2009), rasio ini menggambarkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari setiap satu rupiah
asset yang digunakan. Dengan mengetahui rasio ini, kita bisa menilai apakah
perusahaan ini efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional
perusahaan.
2.1.4 Cash Turnover
Menurut Munawir (2010:133) kas merupakan aktiva yang paling likuid
atau merupakan salah satu unsur modal kerja yang paling tinggi likuiditasnya,
berarti bahwa semakin besar jumlah kas yang dimiliki oleh suatu perusahaan akan
semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya. Setiap perusahaan dalam menjalankan
usahanya selalu membutuhkan kas. Kas diperlukan untuk membiayai operasi
perubahan sehari-hari maupun untuk mengadakan investasi baru dalam aktiva
tetap.
2.1.5 Receivable Turnover
Menurut Kasmir (2010:176) dalam Khairani dan Aprilia (2013)
Perputaran piutang merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa
lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam
dalam piutang ini berputar dalam satu periode.
Menurut Prastowo dan Juliaty (2009:86), rasio perputaran piutang biasa
digunakan dalam hubungannya dengan analisis terhadap modal kerja, karena
memberikan ukuran kasar tentang seberapa cepat piutang perusahaan berputar
menjadi kas.
2.1.6 Debt to Total Asset Ratio
Menurut Brigham dan Houston (2009:86), Rasio total utang atas aktiva
yang pada umumnya disebut Debt ratio, merupakan rasio total hutang terhadap
total aktiva dimana ratio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah
aktiva perusahaan dibiayai dengan total utang. Total utang mencakup baik utang
lancar maupun utang jangka panjang.
Current Ratio (Y)
Menurut Syamsudin (2009) Debt To Total Asset Ratio digunakan untuk
mengukur seberapa besar jumlah aktiva perusahaan dibiayai dengan total utang,
Semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar jumlah modal pinjaman yang
digunakan untuk investasi pada aktiva guna menghasilkan keuntungan bagi
perusahaan.
2.1.7 Growth of Sales
Menurut Harahap (2010:309), pertumbuhan penjualan (growth) memiliki
peranan yang penting dalam manajemen modal kerja. Dengan mengetahui
seberapa besar pertumbuhanpenjualan, perusahaan dapat memprediksi seberapa
besar profit yang akan didapatkan. Rasio ini menggambarkan persentasi
pertumbuhan pos-pos dari tahun ke tahun.
2.2 Kerangka Pemikiran
Secara sistematis kerangka pemikiran dalam penelitian ini yaitu :
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Return On Asset (X1)
Cash Turnover (X2)
Receivable Turnover (X3)
Debt to Total Asset Ratio (X4)
Growth of Sales (X5)
H1
H2
H3
H4
H5
H6
2.3 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan teori, penelitian terdahulu,
hubungan antar variabel, dan kerangka pemikiran, maka hipotesis dalam
penelitian ini adalah:
H1 : Diduga Return On Asset (ROA) berpengaruh terhadap Current
Ratio.
H2 : Diduga Cash Turnover berpengaruh terhadap Current Ratio.
H3 : Diduga Receivable Turnover berpengaruh terhadap Current Ratio.
H4 : Diduga Debt to Total Asset Ratio berpengaruh terhadap Current
Ratio.
H5 : Diduga Growth of Sales berpengaruh terhadap Current Ratio.
H6 : Diduga Return On Asset (ROA), Cash Turnover, Receivable
Turnover, Debt To Total Asset dan Growth of Sales berpengaruh
secara simultan terhadap Current Ratio.
METODE PENELITIAN
3.3 Operasionalisasi Variabel Penelitian
3.3.1 Variabel Penelitian
Martono (2010:302), mendefinisikan bahwa variabel penelitian adalah
konsep yang mempunyai lebih dari satu nilai. Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah :
1. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang diakibatkan
atau dipengaruhi oleh variabel bebas (independent variable). Dalam
penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah Current ratio
(likuiditas).
2. Variabel Bebas (Independent Variable)
Menurut Martono (2010:302), variabel Bebas (independent variable)
adalah variabel yang dapat mempengaruhi variabel lain atau menghasilkan
akibat pada variabel yang lain, yang pada umumnya berada dalam urutan
tata waktu yang terjadi lebih dulu. Adapun variabel bebas dalam penelitian
ini adalah return on asset, cash turnover, receivable turnover, debt to total
asset dan growth of sales.
3.3.2 Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Current ratio (Y) yaitu
rasio yang menunjukkan antara total aktiva lancar dan utang lancar.
Menurut Subramanyam dan Wild (2010:44), untuk menentukan current
ratio digunakan rumus :
3.3.3 Variabel Independen
a. Return On Asset (ROA) (X1)
Return On Asset (ROA) merupakan rasio yang diperoleh dari laba bersih
dibagi dengan total asset. ROA menunjukkan efektivitas perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan dengan mengoptimalkan aset yang dimiliki. Semakin
besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai.
Harmono (2009), pengembalian asset atau Return On Asset (ROA)
dirumuskan sebagai berikut:
b. Cash Turnover (X2)
Perputaran kas menggambarkan perbandingan antara penjualan dengan
modal kerja bersih. Perputaran kas merupakan kemampuan kas dalam
menghasilkan pendapatan sehingga dapat dilihat berapa kali uang kas berputar
dalam satu periode tertentu. Menurut Kasmir (2010:141), perputaran kas dapat
diukur menggunakan rumus :
c. Receivable Turnover (X3)
Perputaran piutang menggambarkan perbandingan antara penjualan
dengan jumlah rata-rata piutang. Menurut Prastowo dan Juliaty (2008:86),
perputaran piutang dapat diukur menggunakan rumus :
d. Debt to Total Asset (X4)
Debt to Total Asset merupakan rasio yang menggambarkan perbandingan
antara jumlah kewajiban dengan total asset. Rasio ini menunjukkan besarnya
hutang yang digunakan untuk membiayai aktiva yang digunakan oleh perusahaan
dalam rangka menjalankan aktivitas operasionalnya.Semakin besar rasio DTA
menunjukkan semakin besar tingkat ketergantungan perusahaan terhadap pihak
eksternal (kreditur) dan semakin besar pula beban biaya hutang (biaya bunga)
yang harus dibayar oleh perusahaan.
Menurut Harmono (2009:112), rasio total utang atas aktiva dapat diukur
menggunakan rumus :
e. Growth of Sales (X5)
Pertumbuhan penjualan mencerminan keberhasilan investasi masa lalu
yang dapat dijadikan sebagai prediksi pertumbuhan dimasa yang akan datang.
Pertumbuhan penjualan mengukur seberapa baik perusahaan mempertahankan
pois ekonominya secara keseluruhan. Menurt Harahap (2010:309), rasio ini dapat
diukur dengan menggunakan rumus :
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan
metode dokumentasi dari Indonesian Stock Exchange (IDX) untuk tahun 2010-
2014 yang dilakukan dengan mengambil data laporan keuangan dari perusahaan
di sektor property dan real estate yang terdaftar di IDX tahun 2010-2014.
3.5 Populasi Dan Sampel
3.5.1 Populasi
Menurut Sugiyono (2011:80), pengertian populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang tapi juga obyek dan
benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada
obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi karakteristik/sifat yang dimiliki oleh
subyek atau obyek itu. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
perusahaan di sektor Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2010-2014 yang mengumumkan laporan keuangannya di
Indonesian Stock Exchange (IDX) yaitu berjumlah 45 perusahaan
3.5.2 Sampel
Pengambilan sampel yang tidak sesuai dengan kualitas dan karakteristik
populasi akan menyebabkan suatu penelitian menjadi bias, tidak bisa dipercaya
dan kesimpulannya pun bisa keliru. Pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode purposive sampling yaitu pemilihan sampel dengan
pertimbangan tertentu, yaitu dengan kriteria sebagai berikut :
Tabel 4.1
Penentuan Sampel Penelitian
No Kriteria Jumlah
Perusahaan
1. Perusahaan sektor Property dan Real Estate yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014 45
2.
Perusahaan yang tidak menerbitkan dan mempubliksikan
laporan keuangan tahunan secara lengkap dari Desember
2010 sampai dengan Desember 2014
(11)
3. Perusahaan yang memperoleh laba negatif selama tahun (17)
penelitian 2010-2014
Jumlah Sampel Terpilih 17
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian Dan Pembahasan
4.1.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif
Hasil pengujian statistik deskriptif menunjukkan informasi mengenai nilai
minimum (minimum), nilai maksimum (maximum), rata-rata (mean) dan standar
deviasi (standar deviation) sampel penelitian baik variabel independen maupun
variabel dependen.
Output tampilan SPSS berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa
variabel current ratio dengan membandingkan aset lancar pada kewajiban lancar
dihasilkan sebesar 2,068891. Hasil tersebut mengindikasikan rata-rata rasio lancar
perusahaan yang diteliti telah baik karena lebih tinggi dibandingkan dengan
standar current ratio sebesar 200% (Sari, Darminto, & Endang, 2014). Hal ini
bermakna rata-rata kemampuan membayar kewajiban yang segera harus dipenuhi
dengan aset lancar untuk perusahaan tahun 2012-2014 adalah setiap Rp 1
kewajiban lancar dijamin oleh aset lancar Rp 2,068891 sehingga dapat
dikategorikan perusahaan mampu memenuhi kewajiban lancarnya. Perusahaan
dengan current ratio terendah dalam periode penelitian adalah Duta Pertiwi Tbk
(DUTI) pada tahun 2014 yakni 0,2659 dan perusahaan dengan tingkat current
ratio tertinggi adalah Ciputra Property Tbk (CTRP) dengan current ratio sebesar
7,8210 pada tahun 2010.
Variabel Return On Asset (ROA) dengan membandingkan laba bersih
perusahaan dengan total aset perusahaan. Hasil pengujian yang ditampilkan pada
tabel 4.3 menunjukan bahwa perusahaan dengan nilai ROA terendah yakni Sentul
City Tbk (BKSL) sebesar 0,0042 pada tahun 2014. Sedangkan perusahaan dengan
nilai ROA tertinggi yakni Moderland Reality Tbk (MDLN) dengan rasio sebesar
0,2541 pada tahun 2013.
Variabel Cash Turnover yang membandingkan penjualan yang diperoleh
perusahaan dengan modal kerja bersih perusahaan. Tabel 4.3 menunjukan bahwa
perusahaan dengan nilai cash turnover tertinggi adalah Goa Makassar Tourism
Development Tbk (GMTD) pada tahun 2013 sebesar 27,8529. Sedangkan
perusahaan dengan nilai cash turnover terendah adalah Cowel Development Tbk
(COWL) sebesar -44,0257 pada tahun 2014. Rata-rata perusahaan memperoleh
nilai cash turnover sebesar 0,616698 dengan standar deviasi 6,1752987.
Variabel Receivable Turnover yang membandingkan penjualan yang
diperoleh perusahaan dengan rata-rata piutang perusahaan. Tabel 4.3 menunjukan
bahwa perusahaan dengan nilai receivable turnover tertinggi adalah Goa
Makassar Tourism Development Tbk (GDMT) pada tahun 2014 sebesar
138,7356. Sedangkan perusahaan dengan nilai receivable turnover terendah
adalah Moderland Reality Tbk (MDLN) sebesar 1,3513 pada tahun 2010. Rata-
rata perusahaan memperoleh nilai receivable turnover sebesar 18,610665 dengan
standar deviasi 20,0387435.
Variabel Debt To Total Asset (DAR) yang menunjukan kemampuan aset
perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Tabel 4.3 menunjukan bahwa
rata-rata kemampuan aset perusahaan manufaktur dalam dalam memenuhi seluruh
kewajiban perusahaan 0,443084 dengan standar deviasi sebesar 0,1549816.
Perusahaan yang memiliki tingkat DAR tertinggi yakni Goa Makassar Tourism
Development Tbk (GDMT) dengan tingkat leverage mencapai angka 0,7402
Tahun 2012 dan perusahaan dengan tingkat leverage terendah yakni Ciputra
Property Tbk (CTRP) pada tahun 2010 dengan angka 0,0680.
Variabel Growth Of Sales (GS) yang membandingkan perubahan
penjualan yang diperoleh perusahaan dengan penjuaalan perusahaan pada tahun
sebelumnya. Tabel 4.3 menunjukan bahwa perusahaan dengan nilai growth of
sales tertinggi adalah Sentul City Tbk (BKSL) pada tahun 2010 sebesar 1,7269.
Sedangkan perusahaan dengan nilai receivable turnover terendah adalah Sentul
City Tbk (BKSL) sebesar -0,2594 pada tahun 2014.
4.2.2 Hasil Uji Asumsi Klasik
4.2.2.1 Uji Normalitas
uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Pada Tabel 4.4
menunjukkan hasil pengujian normalitas dengan besarnya nilai Kolmogrof-
Smirnov adalah 0,152 dan signifikan pada 0,000 lebih rendah dari nilai =0,05
yang mengindikasikan bahwa data tidak berdistribusi normal.Untuk mengobati
terhadap pelanggaran asumsi klasik yang dalam hal ini uji normalitas, maka
model regresi kita tranformasi kedalam bentuk semi-log yaitu sebelah kanan
persamaan yaitu variabel dependen kita transformasi menjadi bentuk logaritma
natural (Ln) dan sebelah kiri persamaan tetap (Ghozali, 2013:193). Adapun hasil
dari pengujian normalitas data setelah dilakukan transformasi data dapat dilihat
pada Tabel 4.5 yang menunjukan bahwa data berdistribusi normal dengan nilai
asymp. sig. (2-tailed) sebesar 0,200 lebih tinggi dari nilai =0,05.
4.2.2.2 Uji Multikolinieritas
Pengujian multikolinieritas dilakukan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas yakni cariabel return on
asset, cash turnover, receivable turnover, debt to total asset dan growth of sales.
Metode pengujian yang biasa digunakan yaitu dengan melihat nilai Variance
Inflation Factor (VIF) dan Tolerance pada model regresi. Jika nilai VIF kurang
dari 10 dan Tolerance lebih dari 0,10 maka model regresi bebas dari
multikolinieritas (Ghozali, 2013:105). Dari hasil uji multikolinieritas pada table
4.6 dapat dilihat untuk model penelitian dengan current ratio sebagai variabel
dependen menunjukkan semua variabel independen yang terdiri dari return on
asset, cash turnover, receivable turnover, debt to total asset dan growth of sales
memiliki nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10, maka dapat diartikan bahwa
model penelitian tahap pertama terbebas dari masalah multikolinearitas.
4.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varian dari residual pada satu pengamatan ke pengamatan
yang lain (Ghozali:139). Untuk menganalisis heteroskedastisitas dengan grafik
scatterplot adalah jika terdapat pola tertentu yang jelas, serta titik-titik menyebar
diatas dan sumbu Y, indikasinya tidak terjadi heteroskedastisitas. Dengan melihat
gambar 4.1 sebaran titik-titik yang acak, baik diatas, maupun dibawah angka 0
dari sumbu Y, dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model
regresi ini. Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini juga menggunakan Uji
Korelasi Spearman yaitu dengan melakukan analisis korelasi Spearman antara
residual dengan masing-masing variabel independen. Hasil pengujian pada Tabel
4.7 menunjukkan bahwa model penelitian yang digunakan tidak terjadi
heteroskedastisitas, dimana dapat dilihat dari nilai signifikansi untuk semua
variabel dependen (return on asset, cash turnover, receivable turnover, debt to
total asset dan growth of sales) lebih besar dari nilai 0,05.
4.2.2.4 Uji Autokorelasi
Metode pengujian menggunakan Run test yang mana digunakan untuk
melihat apakah data residual terjadi secara random ataupun tidak. Hasil uji
autokorelasi model penelitian tahap pertama menggunakan uji Run test dapat
dilihat pada tabel 4.8 menghasilkan nilai test 0,110 dengan nilai asymp. sig. (2-
tailed) sebesar 0,912 lebih tinggi dari nilai =0,05, sehingga dapat disimpulkan
bahwa residual bersifat random (acak) atau tidak terjadi autokorelasi antar nilai
residual.
4.2.3 Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linear berganda untuk mengetahui pengaruh antara dua
atau lebih variabel independen dengan satu variabel dependen yang ditampilkan
dalam bentuk persamaan regresi.
Berdasarkan tabel 4.9, maka dapat dilakukan persamaan regresi linier berganda
sebagai berikut:
Y= 1.158-4.488X1+0.16X2+0.01X3-0.989X4-0.258X5
Dari persamaan regresi linier tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Konstanta regresi sebesar 1.158, menyatakan jika variabel return on asset,
cash turnover, receivable turnover, debt to total asset dan growth of sales
sama dengan 0 (nol), maka Current Ratio sebesar 1.158.
b. Nilai koefisien regresi variabel X1 sebesar -4.488, menunjukkan bahwa
setiap kenaikan return on asset sebesar satu satuan, maka akan
menurunkan Current Ratio sebesar 4.488 satuan dengan asumsi variabel
lainnya adalah konstan.
c. Nilai koefisien regresi variabel X2 sebesar 0.016, menunjukkan bahwa
setiap kenaikan cash turnover sebesar satu satuan, maka akan menaikkan
Current Ratio sebesar 0.016 satuan dengan asumsi variabel lainnya adalah
konstan.
d. Nilai koefisien regresi variabel X3 sebesar 0.001, menunjukkan bahwa
setiap kenaikan receivable turnover sebesar satu satuan, maka akan
menaikkan Current Ratio sebesar 0.001 satuan dengan asumsi variabel
lainnya adalah konstan.
e. Nilai koefisien regresi variabel X4 sebesar -0.989, menunjukkan bahwa
setiap kenaikan debt to total asset sebesar satu satuan, maka akan
menurunkan Current Ratio sebesar 0.989 satuan dengan asumsi variabel
lainnya adalah konstan.
f. Nilai koefisien regresi variabel X5 sebesar 0.285, menunjukkan bahwa
setiap kenaikan growth of sales sebesar satu satuan, maka akan
menurunkan Current Ratio sebesar 0.285 satuan dengan asumsi variabel
lainnya adalah konstan.
4.2.4 Uji Hipotesis
4.2.4.1 Hasil Uji t (Parsial)
Uji t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan atau pengaruh
yang berarti (signifikan) antara variabel independen yakni return on asset, cash
turnover, receivable turnover, debt to total asset dan growth of sales dan current
ratio sebagai variabel dependen.
Pengujian dilakukan menggunakan uji t dengan tingkat pengujian pada
=5% dengan kebebasan atau df (n-k-1) dimana n adalah banyaknya sampel dan k
adalah banyaknya variabel dalam penelitian. Rumus mencari nilai t tabel adalah:
t tabel = (tingkat kepercayaan dibagi 2 ; jumlah data dikurangi jumlah variabel
bebas dikurang 1). t tabel = (0,025;79), t tabel = angka 0,025 kemudian dicari pada
distribusi nilai t tabel dengan df 79 maka ditemukan nilai t tabel sebesar 1,990.
4.2.4.1 Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik T)
Uji t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan atau pengaruh
yang berarti (signifikan) antara variabel independen yakni return on asset, cash
turnover, receivable turnover, debt to total asset dan growth of sales dan current
ratio sebagai variabel dependen.
Pengujian dilakukan menggunakan uji t dengan tingkat pengujian pada
=5% dengan kebebasan atau df (n-k-1) dimana n adalah banyaknya sampel dan k
adalah banyaknya variabel dalam penelitian. Rumus mencari nilai t tabel adalah:
t tabel = (tingkat kepercayaan dibagi 2 ; jumlah data dikurangi jumlah variabel
bebas dikurang 1). t tabel = (0,025;79), t tabel = angka 0,025 kemudian dicari pada
distribusi nilai t tabel dengan df 79 maka ditemukan nilai t tabel sebesar 1,990.
Hasil analisis dari tabel 4.9, pengujian hipotesis 1 hasil t hitung Return on
Asset (ROA) sebesar -2,790 dan t tabel sebesar -1,990, dengan perbandingan t
hitung > t tabel (-2,790 < -1,990), dengan nilai signifikan 0,007 < 0,05. Dari hasil
pengujian diatas maka Ho ditolak dan H1 diterima artinya Return on Asset (ROA)
berpengaruh terhadap Current Ratio pada perusahaan sektor Property dan Real
Estate yang terdaftar di BEI periode 2010 2014.
Hasil analisis dari tabel 4.9, pengujian hipotesis 2 hasil t hitung Cash
Turnover sebesar 1,447 dan t tabel sebesar 1,990, dengan perbandingan t hitung < t
tabel (1,447 < 1,990), dengan nilai signifikan 0,152 > 0,05. Dari hasil pengujian
diatas maka Ho diterima dan H2 ditolak artinya Cash Turnover tidak berpengaruh
terhadap Current Ratio pada perusahaan sektor Property dan Real Estate yang
terdaftar di BEI periode 2010 2014.
Hasil analisis dari tabel 4.9, pengujian hipotesis 3 hasil t hitung Receivable
Turnover sebesar 0,183 dan t tabel sebesar 1,990, dengan perbandingan t hitung < t
tabel (0,183 < 1,990), dengan nilai signifikan 0,855 > 0,05. Dari hasil pengujian
diatas maka Ho diterima dan H3 ditolak artinya Receivable Turnover tidak
berpengaruh terhadap Current Ratio pada perusahaan sektor Property dan Real
Estate yang terdaftar di BEI periode 2010 2014.
Hasil analisis dari tabel 4.9, pengujian hipotesis 4 hasil t hitung Debt to
Total Asset sebesar -2,215 dan t tabel sebesar -1,990, dengan perbandingan t hitung
> t tabel (-2,215 < -1,990), dengan nilai signifikan 0,030 < 0,05. Dari hasil
pengujian diatas maka Ho ditolak dan H4 diterima artinya Debt to Total Asset
tidak berpengaruh terhadap Current Ratio pada perusahaan sektor Property dan
Real Estate yang terdaftar di BEI periode 2010 2014.
Hasil analisis dari tabel 4.9, pengujian hipotesis 5 hasil t hitung Growth of
Sales sebesar 1,401 dan t tabel sebesar 1,990, dengan perbandingan t hitung < t tabel
(1,401 < 1,990), dengan nilai signifikan 0,165 > 0,05. Dari hasil pengujian diatas
maka Ho diterima dan H5 ditolak artinya Growth of Sales tidak berpengaruh
terhadap Current Ratio pada perusahaan sektor Property dan Real Estate yang
terdaftar di BEI periode 2010 2014.
4.2.4.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Hasil statistik f pada model penelitian ini pada Tabel 4.10 menyajikan
bahwa nilai f hitung sebesar 3,250 dengan nilai f tabel sebesar 2,49 dan nilai
signifikansi 0,010 pada tingkat signifikansi yang digunakan peneliti 0,05 (5%).
Dari tabel 4.10 diperoleh hasil F hitung Return on Assets, Cash Turnover,
Receivable Turnover, Debt to Total Asset dan Growth of Sales secara simultan
berpengaruh terhadap Current Ratio sebesar 3,250 dan F tabel sebesar 2,49,
dengan perbandingan F hitung > F tabel (3,250 > 2,49), dengan nilai signifikan
0,010 < 0,05. Dari hasil pengujian diatas maka Ho ditolak dan H6 diterima artinya
Return on Assets, Cash Turnoves, Receivable Turnover, Debt to Total Asset dan
Growth of Sales berpengaruh terhadap Current Ratio pada perusahaan sektor
Property dan Real Estate yang terdaftar di BEI periode 2010 - 2014
4.2.4.3 Uji Koefisien Determinasi
Menurut Priyatno (2011:251) analisis determinasi digunakan untuk
mengetahui prosentase sumbangan pengaruh variabel independen secara bersama-
sama terhadap variabel dependen. Adapun pengaruh antara variabel independen
yang terdiri dari return on asset, cash turnover, receivable turnover, debt to total
asset dan growth of sales terhadap tingkat likuiditas perusahaan dapat dilihat dari
besarnya nilai Adjusted R Square. Dari table 4.11 dapat dilihat Nilai Adjusted R
Square sebesar 0,118 atau 11,8% berarti bahwa Current Ratio dipengaruhi sebesar
11,8% oleh Return on Assets, Cash Turnoves, Receivable Turnover, Debt to Total
Asset dan Growth of Sales, sedangkan 88,2% dipengaruhi oleh variabel lain
ukuran perusahaan, kesempatan bertumbuh dan lain lain yang tidak diteliti oleh
peneliti.
4.2.5 Pembahasan
4.2.5.1 Pengaruh Return On Asset (ROA) terhadap Current Ratio
Untuk uji hasil analisis penelitian terhadap Return on Asset
(ROA)memiliki nilai signifikan 0,007
Pecking Order bahwa perusahaan akan menggunakan dana internal terlebih
dahulu untuk membiayai produksinya.
4.2.5.2 Pengaruh Cash Turnover terhadap Current Ratio
Cash Turnover memiliki nilai signifikan 0,152>0,05 maka Ho diterima
dan H2 ditolak. Hal ini menunjukan Cash Turnover tidak berpengaruh terhadap
Current Ratio pada perusahaan sektor Property dan Real Estate yang terdaftar di
BEI periode 2010 2014.Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Astuti (2012) yang mendapatkan hasil perputaran kas tidak berpengrauh
terhadap likuiditas.Hal ini disebabkan karena kenaikan maupun penurunan
likuiditas tidak hanya tercemin pada perputaran kas, namun adanya faktor lain
yang mempengaruhi tingkat likuiditas perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari data-
data yang diolah menunjukkan bahwa informasi mengenai kenaikan atau
penurunan nilai perputaran kas yang diperoleh tidak selalu diikuti oleh kenaikan
dan penurunan likuiditas. Perputaran kas merupakan salah satu ukuran dari
pengembalian aktiva lancar menjadi kas melalui penjualan yang merupakan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya melalui
sejumlah kas yang dimiliki perusahaan. Hal ini bermaksud, meskipun perputaran
kas yang dimiliki perusahaan tinggi, namun kas yang dimiliki perusahaan rendah
akibat kurang efektifnya perputaran piutang perusahaan yang rendah berakibat
menimbunnya persediaan perusahaan yang belum tercairkan menjadi kas sehingga
dalam membayar kewajiban jangka pendek perusahaan tidak mampu membayar
hutang-hutangnya.
4.2.5.3 Pengaruh Receivable Turnover terhadap Current Ratio
Receivable Turnover memiliki nilai signifikan 0,855>0,05 maka Ho
diterima dan H3 ditolak. Hal ini menunjukan bahwa Receivable Turnover tidak
berpengaruh terhadap Current Ratio pada perusahaan sektor Property dan Real
Estate yang terdaftar di BEI periode 2010 2014. Penelitian ini konsisten
terhadap penelitian yang dilakukan oleh Ezwita (2014), Muharsyah, Khairani dan
Aprilia(2013) dan Astuti (2012) yang juga membuktikan bahwa perputaran
piutang tidak berpengaruh terhadap likuditas perusahaan.Hal ini dapat dikatakan
bahwa perputaran piutang tidak dapat dijadikan bahan pertimbangan pengaruh
dalam likuiditas perusahaan property dan real estateyang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama periode penelitian.Hal ini disebabkan kenaikan dan penurunan
current ratio tidak hanya tercemin pada perputaran piutang. Secara konseptual
tentunya perputaran piutang berpengaruh terhadap current ratio dengan arah
positif, karena semakin tinggi perputaran piutang maka semakin baik pula current
ratio yang dihasilkan perusahaan.Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan,
bahwasannya perputaran piutang tidak memiliki pengaruh terhadap current ratio
perusahaan. Perusahaan yang memiliki perputaran piutang yanng tinggi juga
memiliki tingkat penjualan yang tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata piutang
perusahaan. Dengan melakukan penjualan kredit dapat menjadi salah satu strategi
dalam memenangi persaingan yang semakin ketat didalam bidang usaha sejenis.
Dengan melakukan penjualan kredit akan menghasilkan keuntungan perusahaan
dalam bentuk piutang usaha. Piutang usaha inilah yang akan bertansformasi
menjadi kas saat piutang tersebut jatuh tempo dan dilunasi oleh pelanggan
berdasarkan kebijakan kredit perusahaan.
4.2.5.4 Pengaruh Debt to Total Asset terhadap Current Ratio
Debt to Total Asset memiliki nilai signifikan 0,030>0,05 maka Ho
ditolak dan H4 diterima. Hal ini menunjukan bahwa Debt to Total Asset
berpengaruh terhadap Current Ratio pada perusahaan sektor Property dan Real
Estate yang terdaftar di BEI periode 2010 2014. Penelitian ini mendukung
penelitian yang dilakukan Ezwita (2014).Semakin tinggi rasio ini berarti semakin
banyak asset perusahaan yang dibiayai oleh hutang sehingga perusahaan harus
menyediakan uang kas yang lebih banyak untuk membayar hutang-hutang
tersebut. Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Syamsuddin (2009)
mengenai Debt to Total Assets Ratio (DAR) semakin tinggi rasio ini berarti
semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan untuk investasi pada
aktiva guna menghasilkan keuntungan bagi perusahaan serta penelitian yang
dilakukan oleh Puspitasari (2013) yang menyatakan bahwa menurut teori Pecking
Order, rasio hutang berpengaruh negatif terhadap likuiditas perusahaan.Ini berarti
semakin tinggi rasio utang maka perusahaan harus menyediakan uang kas yang
lebih banyak untuk membayar utang-utang tersebut sehingga kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajibannya semakin rendah karena tingginya
rasio utang.
4.2.5.5 Pengaruh Growth of Sales terhadap Current Ratio
Growth of Sales memiliki nilai signifikan 0,165>0,05 maka Ho ditolak dan
H5 diterima. Hal ini menunjukan bahwa Growth of Sales berpengaruh terhadap
Current Ratio pada perusahaan sektor Property dan Real Estate yang terdaftar di
BEI periode 2010 2014. Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Riawati (2013) dan Muharsyah, Khairani dan Aprilia(2013).
Sistem penjualan dapat berupa tunai maupun kredit. Penjualan kredit yang
dilakukan oleh perusahaan merupakan penjualan yang pembayarannya tidak
dilakukan pada saat itu juga namun dilakukan dalam jangka waktu tempo
sehingga akan menimbulkan piutang kepada pihak lain. Semakin banyaknya
penjualan kredit yang dilakukan oleh perusahaan akan meningkatkan resiko
perusahaan akan piutang yang tak dapat tertagih. Hal ini dapat dimaknai bahwa
semakin tinggi nilai penjualan perusahaan (kredit) maka akan menigkatkan nilai
aktiva lancar perusahaan namun juga akan menghambat pembayaran kewajiban
lancar perusahaan dikarenakan dana perusahaan yang berupa kas yang berasal dari
penjualan perusahaan tertahan didalam akun piutang yang tidak mampu menjadi
kas dan piutang yang tak dapat ditagih. Sehingga tingginya angka penjualan
perusahaan tidak mampu untuk memepengaruhi tingkat current ratio perusahaan.
4.2.5.6 Pengaruh Return on Assets, Cash Turnover, Receivable Turnover, Debt
to Total Asset dan Growth of Salesterhadap Current Ratio
Dalam uji F nilai signifikansi sebesar 0,010
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan pembahasan yang telah
dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Secara parsial Return on Asset (ROA) berpengaruh terhadap Current
Ratio pada perusahaan sektor Property dan Real Estate yang terdaftar
di BEI periode 2010 2014.
2. Secara parsial Cash Turnover tidak berpengaruh terhadap Current
Ratio pada perusahaan sektor Property dan Real Estate yang terdaftar
di BEI periode 2010 2014.
3. Secara parsial Receivable Turnover tidak berpengaruh terhadap
Current Ratio pada perusahaan sektor Property dan Real Estate yang
terdaftar di BEI periode 2010 2014.
4. Secara parsial Debt to Total Asset berpengaruh terhadap Current
Ratio pada perusahaan sektor Property dan Real Estate yang terdaftar
di BEI periode 2010 2014.
5. Secara parsial Growth of Sales berpengaruh terhadap Current Ratio
pada perusahaan sektor Property dan Real Estate yang terdaftar di
BEI periode 2010 2014.
6. Secara simultan Return on Assets, Cash Turnoves, Receivable
Turnover, Debt to Total Asset dan Growth of Sales secara simultan
berpengaruh terhadap Current Ratio pada perusahaan sektor Property
dan Real Estate yang terdaftar di BEI periode 2010 2014.
Berdasarkan uji koefisien determinasi menunjukkan nilai Adjusted R
Square sebesar 0,118 yang mengindikasikan bahwa hanya sebesar 11,8% variabel
independen mampu menjelaskan tingkat likuiditas perusahaan. Sedangkan 88,2%
dipengaruhi oleh variable lain yang tidak diteliti oleh peneliti.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat direkomendasikan untuk penelitian selanjutnya
berdasarkan keterbatasan yang ada dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Peneliti selanjutnya diharapkan menambahkan variabel lain karena
dalam penelitian ini variabel independen hanya mampu menjelaskan
variabel dependen sebesar 11,8%, sedangkan sisanya sebesar 88,2%
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar variabel yang diteliti.
2. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan objek
penelitian selain perusahaan Property dan Real Estate, karena masih
banyak jenis perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3. Pengukuran Current Ratio dapat diukur menggunakan rasio lain
selain rasio lancar, seperti rasio cepat maupun rasio kas.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Wati Aris dan Maelona, Rosa. 2013. Pengaruh Modal Kerjadan
PerputaranPiutang Terhadap Likuiditas (Studi Kasus pada PT Mayora
Indah Tbk yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2001-2012).
Jurnal Universitas Komputer Indonesia.
Astuti, Eka. 2012. Pengaruh Perputaran Piutang dan Perputaran Kas Terhadap
Likuiditas. Jurnal Studia Akuntansi dan Bisnis ISSN 2337-6112.
Adi, Samuel Nugroho. 2012. Pengaruh Debt To Equity Ratio dan Debt To Total
Asset Ratio Terhadap Profitabilitas Perusahaan Sub Sektor Perkebunan
yang Terdaftar Di Bei Periode 2008-2012. Skripsi. Universitas
Bengkulu. Bengkulu
Brigham, Eugene. F dan Houston. J. 2010. Dasar-dasar Manajemen Keuangan
Edisi 11.Jakarta: Salemba Empat.
Darsono. 2009.Manajemen Keuangan, Jakarta : Nusantara Consulting
Fahmi, Irham. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Cetakan Ke-2. Bandung:
Alfabeta
Ezwita, Yesi. 2014. Pengaruh Perputaran Piutang, Perputaran Persediaan,
Return On Assets dan RasioUtang terhadap Likuiditas pada Perusahaan
IndustriDasardan Kimia yang Listing di Bursa Efek Indonesia (BEI)
periode 2010 -2013. Skripsi. Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Tanjungpinang.
Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.
Jakarta : GemaPertama.
Ghozali, Imam. 2013.Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS,
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Gujarati, D.N. 2012.Dasar-dasar Ekonometrika, Terjemahan Mangunsong, R.C.,
Salemba Empat, buku 2, Edisi 5, Jakarta
Harmono, 2009, Manajemen Keuangan Berbasis Balanced Scorecard
(PendekatanTeori, Kasus, dan Riset Bisnis), Bumi Aksara, Jakarta.
Julita, Irma. 2011. Pengaruh Likuiditas Terhadap Profitabilitas Pada Sektor
Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Padang.
Kasmir, 2010.AnalisaLaporanKeuangan,Edisiketiga, RajawaliPers,Jakarta.
Moeljadi, 2006, Manajemen Keuangan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif,
BPFE: Yogyakarta.
Muharsyah.R, Khairani. S danAprilia. R. 2013.Pengaruh Tingkat Pertumbuhan
Penjualandan Perputaran Piutang Terhadap Likuiditas Perusahaan Pada
Perusahaan Otomotif dan Komponennya yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.Jurnal Akuntansi STIE MDP.
Munawir, 2010. Analisis Laporan Keuangan, Edisi 4, Liberty, Yogyakarta
Prastowo dan Juliaty, 2008. Analisis Laporan Keuangan Konsep dan Aplikasi.
Edisi Kedua. Upp. Amp YPKN. Yogyakarta.
Puspitasari. Anastasia V. 2013. Analisis Pengaruh Profitabilitas, Ukuran
Perusahaan, Perputaran Piutang , Rasio Hutang , Dan Operating Cycle
Terhadap Likuiditas (Studi Kasus Pada Perusahaan Makanan dan
Minuman Yang Terdaftar di BEI Periode 2007 2010). Skripsi.
Universitas Diponegoro - Semarang
Riawati. 2013. Pengaruh Jumlah Kas, Siklus Konversi Kas Dan Growth Sale
Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Automotive And Allied Products
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011. Jurnal
Akuntansi. Univeritas Maritim Raja Ali Haji
Rutoto, Sabar. 2007. Pengantar Metedologi Penelitian. FKIP: UniversitasMuria
Kudus
Subramanyam, K. R. dan J. J. Wild. 2010. AnalisaLaporanKeuangan.
SalembaEmpat : Jakarta.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
AFABETA
Syamsuddin, Lukman (2009). Manajemen Keuangan Perusahaan : Konsep
Aplikasi dalam Perencanaan, Pengawasan, dan Pengambilan Keputusan
(Edisi Baru). Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada.
Tunggal, Amin Widjaja. 2010. Pokok-Pokok Analisis Laporan Keuangan.
Harvarindo. Jakarta.
LAMPIRAN 1. OUTPUT SPSS V.22
REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT Y
/METHOD=ENTER X1 X2 X3 X4 X5
/RESIDUALS HISTOGRAM(ZRESID) NORMPROB(ZRESID)
/SAVE RESID.
Regression
Variables Entered/Removeda
Model Variables Entered
Variables
Removed Method
1 GS, CT, ROA,
DAR, RTb
. Enter
a. Dependent Variable: CR
b. All requested variables entered.
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .407a .165 .113 1.3181915
a. Predictors: (Constant), GS, CT, ROA, DAR, RT
b. Dependent Variable: CR
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 27.224 5 5.445 3.133 .012b
Residual 137.273 79 1.738
Total 164.497 84
a. Dependent Variable: CR
b. Predictors: (Constant), GS, CT, ROA, DAR, RT
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 3.753 .502 7.471 .000
ROA -6.691 3.394 -.210 -1.972 .052
CT .019 .023 .084 .814 .418
RT -.001 .008 -.010 -.091 .928
DAR -3.013 .942 -.334 -3.198 .002
GS .336 .389 .091 .862 .391
a. Dependent Variable: CR
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value .655333 3.815342 2.068891 .5692932 85
Residual -2.1912334 4.5438609 .0000000 1.2783577 85
Std. Predicted Value -2.483 3.068 .000 1.000 85
Std. Residual -1.662 3.447 .000 .970 85
a. Dependent Variable: CR
Charts
NPAR TESTS
/K-S(NORMAL)=RES_1
/MISSING ANALYSIS.
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 85
Normal Parametersa,b
Mean .0000000
Std. Deviation 1.27835772
Most Extreme Differences Absolute .152
Positive .152
Negative -.085
Test Statistic .152
Asymp. Sig. (2-tailed) .000c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
LAMPIRAN 2. OUTPUT SPSS V.22 SETELAH TRANSFORMASI DATA
COMPUTE LNCR=LN(Y).
EXECUTE.
REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT LNCR
/METHOD=ENTER X1 X2 X3 X4 X5
/RESIDUALS HISTOGRAM(ZRESID) NORMPROB(ZRESID)
/SAVE RESID.
Regression
Variables Entered/Removeda
Model Variables Entered
Variables
Removed Method
1 GS, CT, ROA,
DAR, RTb
. Enter
a. Dependent Variable: LNCR
b. All requested variables entered.
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .413a .171 .118 .62482
a. Predictors: (Constant), GS, CT, ROA, DAR, RT
b. Dependent Variable: LNCR
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 6.343 5 1.269 3.250 .010b
Residual 30.842 79 .390
Total 37.185 84
a. Dependent Variable: LNCR
b. Predictors: (Constant), GS, CT, ROA, DAR, RT
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.158 .238 4.861 .000
ROA -4.488 1.609 -.296 -2.790 .007
CT .016 .011 .149 1.447 .152
RT .001 .004 .020 .183 .855
DAR -.989 .447 -.230 -2.215 .030
GS .258 .184 .148 1.401 .165
a. Dependent Variable: LNCR
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value -.3725 1.4101 .5200 .27480 85
Residual -1.87087 1.41116 .00000 .60594 85
Std. Predicted Value -3.248 3.239 .000 1.000 85
Std. Residual -2.994 2.259 .000 .970 85
a. Dependent Variable: LNCR
Charts
NPAR TESTS
/K-S(NORMAL)=RES_2
/MISSING ANALYSIS.
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 85
Normal Parametersa,b
Mean .0000000
Std. Deviation .60593861
Most Extreme Differences Absolute .083
Positive .054
Negative -.083
Test Statistic .083
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 ROA .931 1.074
CT .989 1.011
RT .902 1.109
DAR .971 1.030
GS .945 1.058
a. Dependent Variable: LNCR
NONPAR CORR
/VARIABLES=ROA CT RT DAR GS RES_2
/PRINT=SPEARMAN TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.
Nonparametric Correlations
Correlations
ROA CT RT DAR GS
Unstandar
dized
Residual
Spearman's
rho
ROA Correlation Coefficient 1.000 .162 .472** .095 .110 .052
Sig. (2-tailed) . .138 .000 .388 .318 .636
N 85 85 85 85 85 85
CT Correlation Coefficient .162 1.000 .201 .435** .305
** -.101
Sig. (2-tailed) .138 . .065 .000 .005 .356
N 85 85 85 85 85 85
RT Correlation Coefficient .472** .201 1.000 -.040 -.133 -.094
Sig. (2-tailed) .000 .065 . .719 .224 .391
N 85 85 85 85 85 85
DAR Correlation Coefficient .095 .435** -.040 1.000 .288
** -.053
Sig. (2-tailed) .388 .000 .719 . .007 .632
N 85 85 85 85 85 85
GS Correlation Coefficient .110 .305** -.133 .288
** 1.000 -.021
Sig. (2-tailed) .318 .005 .224 .007 . .845
N 85 85 85 85 85 85
Unstandar
dized
Residual
Correlation Coefficient .052 -.101 -.094 -.053 -.021 1.000
Sig. (2-tailed) .636 .356 .391 .632 .845 .
N 85 85 85 85 85 85
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
NPar Tests
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea .02279
Cases < Test Value 42
Cases >= Test Value 43
Total Cases 85
Number of Runs 44
Z .110
Asymp. Sig. (2-tailed) .912
a. Median