22
1 PENGARUH PENDIDIKAN TERHADAP PARTISIPASI POLITIK DALAM PEMILIHAN WALIKOTA 2012 (Studi Kelurahan Batu IX Kecamatan Tanjungpinang Timur RT 004/RW 003 Tanjungpinang) NASKAH PUBLIKASI Oleh : FERNANDO MARPAUNG NIM : 10565201171 PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA HAJI TANJUNGPINANG 2016

PENGARUH PENDIDIKAN TERHADAP PARTISIPASI POLITIK …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · determinasi bahwa Pendidikan mempengaruhi Partisipasi

  • Upload
    vuthu

  • View
    222

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

1

PENGARUH PENDIDIKAN TERHADAP PARTISIPASI POLITIK

DALAM PEMILIHAN WALIKOTA 2012

(Studi Kelurahan Batu IX Kecamatan Tanjungpinang Timur RT 004/RW

003 Tanjungpinang)

NASKAH PUBLIKASI

Oleh :

FERNANDO MARPAUNG

NIM : 10565201171

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA HAJI

TANJUNGPINANG

2016

1

PENGARUH PENDIDIKAN TERHADAP PARTISIPASI POLITIK

DALAM PEMILIHAN WALIKOTA 2012

(Studi Kelurahan Batu IX Kecamatan Tanjungpinang Timur RT 004/RW

003 Tanjungpinang)

Fernando Marpaung

Mahasiswa Ilmu Pemerintahan, FISIP UMRAH

Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi banyak hal dalam

kehidupan termasuk dalam partisipasi politik. Dengan adanya tingkat pendidikan

masyarakat akan dapat mengembangkan pola pikir dalam menentukan sikap dan

pilihannya khususnya dalam kehidupan politik. Jika pemilih memiliki tingkat

pendidikan yang tinggi maka dalam hal memilih akan sesuai dengan pilihannya,

tanpa ada paksaan dan tekanan dari pihak manapun. Pendidikan dalam

membangun kehidupan politik yang ideal.

Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui Pengaruh Pendidikan Terhadap

Partisipasi Politik Dalam Pemilihan Walikota 2012 (Studi Kelurahan Batu IX

Kecamatan Tanjungpinang Timur RT 004/RW 003 Tanjungpinang). Pada

penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian asosiatif. responden dalam

penelitian ini adalah 85 orang responden. Teknik analisa yang digunakan adalah

teknik analisa Statistik Parametris sebagaimana bentuk penelitian bersifat

asosiatif, dengan menggunakan Analisa Korelasi Product Moment untuk melihat

hubungan variabel X dengan Variabel Y melalui program SPSS IBM versi 21.

Dari hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan bahwa Berdasarkan nilai

dari koefisien determinasi yang sudah dihitung maka dapat diketahui bahwa

besarnya pengaruh antara Pendidikan terhadap Partisipasi Politik sebesar 19,71%.

Sedangkan 80,29% lainnya merupakan pengaruh dari variabel lain yang tidak

diteliti dalam penelitian ini. dapat diketahui berdasarkan hasil dari nilai koefisien

determinasi bahwa Pendidikan mempengaruhi Partisipasi Politik sebesar 19,71%

dimana hal ini berdasrakan kriteria dari koefisien determinasi bahwa pengaruh

Pendidikan terhadap Partisipasi Politik termasuk dalam kategori pengaruh yang

rendah.

Kata Kunci : Pendidikan, Partisipasi Politik, Pemilihan Kepala Daerah

2

The INFLUENCE of EDUCATION TOWARDS POLITICAL PARTICIPATION in

the ELECTION of the MAYOR of 2012

(Study of Wards Stone IX subdistrict of Tanjung Pinang Timur RT/RW 004 003

Tanjungpinang)

Fernando Marpaung

Students of Science Of Government, FISIP, UMRAH

Level of education a person will affect many things in life including

political participation. With the level of public education will be able to develop a

mindset in determining the attitude and choice, especially in political life. If voters

have a high level of education then in terms of choosing to be in accordance with

the choice, without coercion and pressure from any party. Education in

establishing the ideal of political life.

The purpose of this research is to know Effect Against Education Political

Participation In Elections Mayor 2012 (Study IX Stone Village East District of

Tanjungpinang RT 004 / RW 003 Tanjungpinang). In this study, the authors use

this type of associative research. respondents in this study were 85 respondents.

Analysis technique used is parametric statistics analysis techniques as forms of

research is associative, using Product Moment Correlation Analysis to see the

relation variable X with variable Y through IBM SPSS version 21.

From the results it can be concluded that Based on the value of the

coefficient of determination that has been calculated it can be seen that the

influence of the education on Political Participation of 19.71%. 80.29% while the

other is the influence of other variables not examined in this study. can be

determined based on the results of the coefficient of determination that education

affects the Political Participation of 19.71% which it berdasrakan criteria of the

coefficient of determination that the effect of education on Political Participation

included in the category of low leverage.

Keywords: Education, Political Participation, Regional Head Election

3

PENGARUH PENDIDIKAN TERHADAP PARTISIPASI POLITIK

DALAM PEMILIHAN WALIKOTA 2012

(Studi Kelurahan Batu IX Kecamatan Tanjungpinang Timur RT 004/RW

003 Tanjungpinang)

A. Latar Belakang

Pemilihan Umum (Pemilu) adalah suatu proses di mana para pemilih

memilih orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-

jabatan yang disini beraneka-ragam, mulai dari Presiden, dan pemilihan gubernur.

Pemilihan Umum merupakan salah satu hak asasi warga negara yang sangat

prinsipil, karena dalam pelaksanaan hak asasi adalah suatu keharusan pemerintah

untuk melaksanakan pemilu sesuai asas bahwa rakyatlah berdaulat maka semua

itu dikembalikan kepada rakyat untuk menentukannya. Dan merupakan suatu

syarat mutlak bagi negara demokrasi untuk melaksanakan kedaulatan rakyat.

Pemilihan kepala daerah merupakan rekruitmen politik yaitu penyeleleksian

rakyat terhadap tokoh-tokoh yang mencalonkan diri sebagai kepala daerah yaitu

pemilihan Walikota, dan wakil Wakil Walikota dalam kehidupan politik di

daerah.

Partisipasi politik masyarakat sebagai bagian dari partisipasi sosial pada

umumnya sangatlah menentukan berhasilnya Pembangunan nasional, khususnya

pembangunan di bidang kehidupan politik. Partisipasi itu nampak dalam kegiatan

seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan

politik, yaitu dengan jalan memilih pimpinan negara secara langsung atau tidak

langsung mempengaruhi kebijaksanaan pemerintah. Partisipasi politik dapat

dipengaruhi oleh tingkat pendidikan khususnya pendidikan politik dalam suatu

4

masyarakat dapat mempengaruhi tingkat kesadaran politiknya. Pendidikan politik

yang baik dapat memberikan pemahaman pada warga masyarakat tentang hak dan

kewajiban mereka dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi banyak hal dalam

kehidupan termasuk dalam partisipasi politik. Dengan adanya tingkat pendidikan

masyarakat akan dapat mengembangkan pola pikir dalam menentukan sikap dan

pilihannya khususnya dalam kehidupan politik. Jika pemilih memiliki tingkat

pendidikan yang tinggi maka dalam hal memilih akan sesuai dengan pilihannya,

tanpa ada paksaan dan tekanan dari pihak manapun. Pendidikan dalam

membangun kehidupan politik yang ideal. Tingkat pendidikan dan kecerdasan

yang matang akan membuat seseorang dapat lebih memahami setiap pilihan

politiknya termasuk dalam berpartisipasi.

Masyarakat memiliki hak untuk berpartisipasi dalam politik, Partisipasi

politik dalam sistem demokrasi merupakan hak warga negara tetapi dalam

kenyataan persentase warga negara yang berpartisipasi berbeda, tidak semua

warga negara ikut serta dalam proses politik.

Pendidikan tidak secara final membentuk pelaku politik untuk

berpartisipasi. Pendidikan memberi dasar-dasar kepada tiap calon pelaku politik.

Jika dasar-dasar ini baik dan kokoh, besar kemungkinan (probabilitasnya) akah

lahir pelaku-pelaku politik yang baik. Berdasarkan generalisasi ini dapat dipahami

mengapa perilaku para pelaku politik dari masyarakat dengan sistem pendidikan

yang baik berbeda dengan perilaku pelaku politik yang berasal dari masyarakat

dengan sistem pendidikan yang kurang memadai.

5

Dalam daftar pemilih tetap (DPT) tentu ada beragam pengetahuan latar

belakang pendidikan yang tidak tertulis secara langsung dalam daftar DPT.

Pendidikan memiliki peranan yang penting untuk dapat mengukur kepedulian

pemilih dalam menentukan pilihannya terhadap calon Walikota dan Wakil

Walikota yang sudah masuk daftar calon tetap. Fakta membuktikan secara

konsisten bahwa orang dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan cenderung

untuk berpartisipasi dalam politik dibandingkan dengan orang yang berpendidikan

rendah.

Pada Kelurahan IX Kota Tanjungpinang, jumlah penduduk adalah 20.772

jiwa. Berikut uraian tingkat pendidikan yang ada di Kelurahan batu IX :

Tabel 1.1

Tingkat Pendidikan Kelurahan IX

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1. Tidak/belum sekolah 4818 jiwa

2. Tidak tamat sd/sederajat 2567 jiwa

3. Tamat sd/sederajat 3173 jiwa

4. SLTP/ sederajat 2995 jiwa

5. SLTA/Sederajat 5757 jiwa

6. Diploma I/II 119 jiwa

7. Akademi/Diploma

III/S.Muda

431 jiwa

8. Diploma IV/Strata I 854 jiwa

9. Strata II 58 jiwa

10. Strata III 0

Jumlah 20772 jiwa

Sumber : Kelurahan Batu IX Tanjungpinang Timur Kota Tanjungpinang.

Jika dilihat menurut tingkat pendidikan jumlah masyarakat adalah 20.772

jiwa, sedangkan jumlah daftar pemilih tetap yang terdaftar berjumlah 12.210

tercatat hanya 7.422 jiwa yang berpartisipasi, suara yang sah berjumlah 7211

sedangkan yang tidak sah mencapai 211, jika dilihat dari tingkat pendidikan

6

pemilih dari SMA sampai dengan S2 di Kelurahan batu IX berjumlah 7219, jika

dilihat antara jumlah pendidikan di kelurahan batu IX dengan suara sah tidak jauh

berbeda hanya selisih 8 orang, berdasarkan fenomena yang ada maka penulis

tertarik untuk melakukan kajian lebih mendalam, yaitu dalam bentuk skripsi

dengan judul: ”PENGARUH PENDIDIKAN TERHADAP PARTISIPASI

POLITIK DALAM PEMILIHAN WALIKOTA 2012 (Studi Kelurahan Batu

IX Kecamatan Tanjungpinang Timur RT 004/RW 003 Tanjungpinang)”.

B. Landasan Teoritis

1. Partisipasi Politik

Partisipasi secara harfiah berarti keikutsertaan, dalam konteks politik hal

ini mengacu pada pada keikutsertaan warga dalam berbagai proses politik.

Keikutsertaan warga dalam proses politik tidaklah hanya berarti warga

mendukung keputusan atau kebijakan yang telah digariskan oleh para

pemimpinnya, karena kalau ini yang terjadi maka istilah yang tepat adalah

mobilisasi politik. Partisipasi politik adalah keterlibatan warga dalam segala

tahapan kebijakan, mulai dari sejak pembuatan keputusan sampai dengan

penilaian keputusan, termasuk juga peluang untuk ikut serta dalam pelaksanaan

keputusan. Partisipasi politik dapat bersifat indivual maupun kolektif, secara

terorganisasi maupun spontan, sehingga Huntington dan Nelson (2000:42)

menyebutkan bahwa ”Partisipasi politik sebagai kegiatan warga negara yang

bertindak sebagai pribadi, yang dimaksud untuk mempengaruhi keputusan

pemerintahan”

7

Partisipasi politik merupakan suatu aktivitas atau kegiatan

seseorang/sekelompok orang yang dimaksudkan untuk mempengaruhi kebijakan

pemerintah lewat partai politik, yang kemudian diagregasikan oleh partai politik.

Akan tetapi tuntutan (ide-ide) dari anggota partai politiklah yang mendapat porsi.

Sedangkan partisipasi politik menurut Budiarjo (2003:12), memakai pengertian

sebagai berikut : ”Partisipasi politik sebagai kegiatan seseorang atau sekelompok

orang untuk ikut serta dalam politik, yaitu dengan jalan memilih pemimpin

negara, secara langsung ataupun langsung ikut mempengaruhi kebijakan

pemerintah”.

Berpartisipasi politik dalam kehidupan politik merupakan hak bagi setiap

warga negara, untuk mempengaruhi pembuatan/proses kebijakan politik.

Partisipasi tersebut dapat berupa tuntutan atau dukungan dari pada hasil kebijakan

publik. Bentuk partisipasi politik selain mempengaruhi proses kebijakan adalah

memilih pemimpin (jabatan politis), partisipasi tersebut merupakan partisipasi

aktif. Usaha mempengaruhi proses kebijakan tersebut biasanya dilakukan oleh

masyarakat secara terorganisir, sehinnga menurut Maran (2001;147) menegaskan

bahwa ”Partisipasi politik merupakan usaha terorganisir oleh warga negara untuk

memilih pemimpin-pemimpin mereka dan mempengaruhi bentuk dan jalannya

kebijakan umum”.

Michael Rush dan Philip althoff (dalam Rafael Raga Maran, 2007 : 147),

partisipasi politik dianggap sebagai akibat dari sosialisasi politik. Namun kiranya

10 perlu juga dicatat bahwa partisipasi politik pun berpengaruh terhadap

sosialisasi politik. Tanpa partisipasi politik, sosialisasi politik tidak dapat berjalan.

8

Partisipasi juga dapat dijelaskan sebagai usaha terorganisir oleh para warga

Negara untuk memilih pemimpin-pemimpin mereka dan mempengaruhi bentuk

dan jalannya kebijaksanaan umum. Partisipasi adalah penyetaraan mental dan

emosi dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk mengembangkan

daya pikir dan perasaan mereka bagi tercapainya tujuan-tujuan, bersama tanggung

jawab terhadap tujuan tersebut. (sumber : dikutip dalam

slideshare.net/kangkumis/teoripartisipasi).

Miriam Budiharjo (dalam Efriza, 2012:156), Partisipasi politik adalah

kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam

kehidupan politik, antara lain dengan jalan memilih pemimpin Negara dan secara

langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah (public

policy). Kegiatan ini mencakup kegiatan memberi suara dalam pemilu,

menghadiri rapat umum, mengadakan hubungan (contacting) atau lobbying

dengan pejabat pemerintah atau anggota parlemen, menjadi anggota partai atau

salah satu gerakan social dengan direct action-nya,dan sebagainya. Partisipasi dan

pelaksanaan suatu kegiatan tidak terlepas dari tujuan-tujuan yang ingin dicapai.

Tujuan yang akan dicapai harus ada dukungan serta keikutsertaan dari setiap

anggotanya baik secara mental maupun secara emosional. Salah satu bentuk

partisipasi adalah partisipasi yang terkait dengan politik salah satunya terkait hak-

hak dan berperan langsung atau ikut terlibat dalam kegiatan politik. Seperti dalam

pemilihan umum atau keikutsertaan dalam keanggotaan partai politik untuk

menyalurkan aspirasi politik. Samuel Hutington (dalam A.Rahman H.I,

2007:285),

9

Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut

serta secara aktif dalam kehidupan politik seperti memilih pimpinan negara atau

upaya-upaya mempengaruhi kebijakan pemerintah. Bolgherini yang dikutip oleh

Seta Basri dalam Blognya (2009:2), partisipasi politik " ... a series of activities

related to political life, aimed at influencing public decisions in a more or less

direct way—legal, conventional, pacific, or contentious.” Bagi Bolgherini,

partisipasi politik adalah segala aktivitas yang berkaitan dengan kehidupan politik,

yang ditujukan untuk memengaruhi pengambilan keputusan baik secara langsung

maupun tidak langsung dengan cara legal, konvensional, damai, ataupun

memaksa.

Bentuk-bentuk partisipasi politik menurut Dedi Irawan (dalam Efriza: 2012:

178) adalah sebagai berikut :

1. Voting (Pemberian Suara)

Voting adalah bentuk partisipasi politik yang dapat diukur dengan alat

ukurnya adalah skala waktu atau periodisasi. Kegiatan voting adalah

bentuk partisipasi politik yang paling minor karena hanya dilakukan

sewaktu waktu saja.

2. Kampanye Politik

Kampanye adalah kegiatan politik yang bertujuan untuk mempengaruhi

orang atau kelompok lain agar orang atau kelompok lain tersebut

mengikuti kegiatan politik pihak yang berkempanye (dalam kegiatan

khusus, misalnya pemilu). Kegiatan ini juga berjalan sewaktu-waktu saja

(kontemporer).

10

3. Aktivitas Group

Kegiatan politik yang digerakkan oleh sebuah kelompok secara sistematis.

Misalnya saja demonstrasi, aksi menuntut perubahan politik, perang

gerilya, terror dan intimidasi, diskusi politik, dll.

4. Kontak Politik (Lobby Politik)

Kegiatan politik yang biasanya dilakukan oleh individu-individu untuk

melakukan komunikasi politik kepada pimpinan parpol (atau elit politik,

dll).

Dari beberapa pernyatan dan definisi tentang partisipasi politik yang

disampaikan diatas terlihat jelas semua kegiatan yang berkaitan dengan

partisipasi terhadap kegiatan politik yang dilaksanakan terkait dengan

mencapai suatu tujuan untuk memberikan hasil dan keputusan politik dan

dapat menentukan serta mengambil langkah kebijakan selanjutnya.

2. Pendidikan

Menurut Undang – Undang No. 29 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional pasal 1 ayat (1) menjelaskan pengertian pendidiakan

adalah usaha sadar dan terenana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang di perlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Undang – undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem pendidikan

Nasional Bab IV pasal 14 menjeaskan bahwa jenjang pendidikan formal

11

terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

Dalam artian umum, pendidikan politik adalah cara bagaimana suatu bangsa

mentransfer budaya politiknya dari generasi yang satu ke generasi kemudian”.

Panggabean (2002 : 52). Sedangkan budaya politik adalah keseluruhan nilai,

keyakinan empirik, dan lambang ekspresif yang menentukan terciptanya

situasi di tempat kegiatan politik terselenggara.

Pendidikan politik sebagai proses penyampaian budaya politik bangsa,

mencakup cita-cita politik maupun norma-norma operasional dari sistem

organisasi politik yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Pendidikan politik

perlu ditingkatkan sebagai kesadaran dalam berpolitik akan hak dan kewajiban

sebagai warga negara, sehingga siswa diharapkan ikut serta secara aktif dalam

kehidupan kenegaraan dan pembangunan.

Pendidikan politik mengupayakan penghayatan atau pemilikan siswa

terhadap nilai-nilai yang meningkat dan akan terwujud dalam sikap dan

tingkah laku sehari-hari dalam hidup kemasyarakatan termasuk hidup

kenegaraan serta berpartisipasi dalam usaha-usaha pembangunan sesuai

dengan fungsi masing-masing. Dengan kata lain pendidikan politik

menginginkan agar siswa berkembang menjadi warga negara yang baik, yang

menghayati nilai-nilai dasar yang luhur dari bangsanya dan sadar akan hak-

hak dan kewajibannya di dalam kerangka nilai-nilai tersebut.

Sehubungan dengan hal tersebut maka Arfani (1996: 64) menyatakan

bahwa: “Pendidikan dalam sistem yang demokratis menempatkan posisi yang

sangat sentral. Secara ideal pendidikan dimaksudkan untuk mendidik warga

12

negara tentang kebajikan dan tanggung jawab sebagai anggota civil society.

Pendidikan dalam artian tersebut merupakan suatu proses yang panjang

sepanjang usia seseorang untuk mengembangkan diri. Proses tersebut bukan

hanya yang dilakukan dalam lingkungan pendidikan formal seperti sekolah

tetapi juga meliputi pendidikan dalam arti yang sangat luas melibatkan

keluarga dan juga lingkungan sosial. Lembaga-lembaga pendidian harus

mencerminkan proses untuk mendidik warga negara ke arah suatu masyarakat

sipil yang kondusif bagi berlangsungnya demokrasi dan sebaliknya harus

dihindarkan sejauh mungkin dari unsur-unsur yang memungkinkan

tumbuhnya hambatan-hambatan demokrasi”.

Namun demikian di samping dibicarakan masalah kesadaran

berpolitik, maka perlu pemahaman pula apa yang dimaksud dengan pengertian

budaya politik, menurut Budiardjo (2003 ; 17) “konsep budaya politik ini

berdasarkan keyakinan, bahwa setiap politik itu didukung oleh suatu

kumpulan kaedah, perasaan dan orientasi terahadap tingkah laku politik”.

C. Hasil Penelitian

1. Variabel Pendidikan (X)

Berdasarkan data yang diperoleh dari masyarakat melalui kuesioner yang telah

ditentukan, diperoleh deskripsi data mengenai Pendidikan secara umum :

13

Tabel IV.1

Distribusi Frekuensi Skor Jawaban Variabel Pendidikan

No Pernyataan Alternatif Jawaban

Rata-rata Pendidikan STB TB CB B SB

1. Masyarakat memahami pokok

pikiran UUD 1945 0 0 9 47 29 4,23

2.

Masyarakat mengerti pentingnya

penerapan UUD 1945 dalam

kehidupan

0 0 5 48 32 4,31

3.

Masyarakat mengetahui

pembangunan yang seharusnya

dilakukan menuju kearah yang

lebih baik

0 0 9 39 37 4,32

4.

Masyarakat berpartisipasi dalam

pelaksanaan pembangunan yang

ada

0 0 6 40 39 4,38

5.

Masyakarat mengetahui

permasalahan yang sedang

dihadapai oleh pemerintah Kota

Tanjungpinang

0 0 12 37 36 4,28

6.

Masyarakat memahami langkah-

langkah penyelesaian

permasalahan yang ada terutama

yang ada dalam visi misi

pasangan kepala daerah Kota

Tanjungpinang

0 0 8 36 41 4,38

Sumber : Olahan Data SPSS, 2015

Berdasarkan tabel pemaparan diatas dapat diketahui bahwa masyarakat

pada kelurahan batu IX sudah dapat memahami pokok pikiran UUD 1945 dimana

dalam hal ini disimpulkan dari pernyataan 47 orang responden yang mengatakan

baik dan 29 orang responden yang mengatakan sangat baik dari 85 orang

responden. Dapat diketahui bahwa masyarakat kelurahan batu IX sudah dapat

mengerti pentingnya penerapan UUD 1945 dalam kehidupan halini ditunjuka oleh

14

pernyataan dari 48 orang responden yang mengatakan hal tersebut sudah baik

serta 32 orang responden yang mengatakan sangat baik

Pada Kelurahan batu IX dapat diketahui dari indikator masyarakat

mengetahui pembangunan yang seharusnya dilakukan menuju kearah yang lebih

baik sudah berjalan dengan baik hal ini ditunjukkan dengan pernyataan yang

menyatakan baik sebanyak 39 orang dan sangat baik sebanyak 37 orang. Dengan

adanya pengetahuan masyarakat tentang pembangunan kearah yang lebih baik

dapat diharapkan kepada masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam memilih

kepala daerah yang dapat mewujudkan pembangunan kearah yang lebih baik lagi

kepada masyarakat.

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa masyarakat kelurahan

batu IX sudah dapat berpartisipasi dengan baik terhadap pembangunan yang ada,

berdasarkan tanggapan responden tersebut dapat dianalisa bahwa dengan adanya

partisapasi terhadap pembangunan masyarakat dapat memiliki pengetahuan

terhadap pelaksanaan pembangunan yang baik di masyarakat khususnya pada

Kelurahan batu IX sehingga nantinya dapat menentukan pimpinan daerah yang

dapat mengarahkan pembangunan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh

masyarakat. Pernyataan tentang masyakarat mengetahui permasalahan yang

sedang dihadapai oleh pemerintah Kota Tanjungpinang dapat diketahui dari

tanggapan responden bahwa hal tersebut sudah baik.

15

2. Variabel Partisipasi Politik (Y)

Tabel IV.2

Distribusi Frekuensi Skor Jawaban Variabel Partisipasi Politik

No Pernyataan Alternatif Jawaban Rata-

rata Partisipasi Politik STB TB CB B SB

1.

Masyarakat datang ke tempat

pemungutan suara pada saat pemilihan

walikota dilaksanakan

0 1 14 30 40 4,28

2. Masyarakat ikut terlibat dalam

pelaksanaan pemilu 0 1 16 42 26 4,09

3.

Keikutsertaan masyarakat dalam

kampanye politik salah satu pasangan

calon walikota

0 0 18 37 30 4,14

4. Keikutsertaan dalam kegiatan politik 0 3 8 44 30 4,18

5. Masyarakat mengikuti diskusi politik 0 1 12 37 35 4,24

6. ikut serta dalam aksi menuntuk

perubahan politik 0 4 14 23 44 4,25

7. Adanya komunikasi yang dilakukan

pasangan calon terhadap masyarakat 0 0 8 36 41 4,38

8.

Adanya pengaruh kunjungan

kedatangan calon ke tengah

masyarakat.

0 0 11 43 31 4,23

Sumber : Olahan Data SPSS, 2015

Pada variable Partisipasi Politik (Y) yang menunjukkan sangat

menentukan mengenai Partisipasi Politik bahwa sudah adanya komunikasi yang

dilakukan pasangan calon terhadap masyarakat. Komunikasi yang dilakukan

pasangan calon adalah bentuk kedekatan yang dibangun pasangan calon kepada

masyarakat. Lewat komunikasi yang dibangun masyarakat akan mengetahui visi

misi dari pasangan calon. Masyarakat akan lebih memahami dan mengetahui siapa

16

yang akan mereka pilih, maka dari itu salah satu yang membuat masyarakat

memilih dan berpartisipasi adalah intensitas komunikasi yang dilakukan pasangan

calon terhadap masyarakat.

C. Analisa Korelasi Sederhana (Bivariate Correlation)

Analisa korelasi sederhana (Bivariate Correlation) digunakan untuk mengetahui

adanya pengaruh antara dua variabel dan untuk mengetahui arah pengaruh yang

terjadi.

Tabel IV.10

Analisa kolerasi sederhana (Bivariate Correlation)

Correlations

Pendidikan_Poli

tik

Partisipasi_Polit

ik

Pendidikan_Politik

Pearson Correlation 1 .444**

Sig. (2-tailed) .000

N 85 85

Partisipasi_Politik

Pearson Correlation .444** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 85 85

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Dari hasil analisis korelasi sederhana (r) dilihat dari tabel Correlation,

didapat korelasi antara Pendidikan dan Partisipasi Politik (r) adalah 0,444. Hal ini

menunjukkan bahwa terjadi adanya pengaruh yang signifikan antara Pendidikan

dan Partisipasi Politik dimana nilai r hitung > dari r tabel yaitu 0,444 > 0,211.

Berdasarkan hasil uji yang dilakukan maka dapat disimpulkan hipotesis

akhir dalam penelitian ini dimana rhitung > rtabel sehingga hal ini menunjukkan

adanya pengaruh antara Pendidikan dan Partisipasi Politik. Dapat diketahui

17

adanya pengaruh yang signifikan antara Pendidikan dan Partisipasi Politik dimana

nilai r hitung > dari r tabel yaitu 0,444 > 0,211.

D. Koefisien Determinasi

Untuk mengetahui seberapa besar persentase pengaruh antara Pendidikan terhadap

Partisipasi Politik maka dapat digunakan koefisien determinasi sebagai penentu

besarnya pengaruh antara variabel x dan variabel y, berikut penghitungannya :

Kd = r2 x 100%

Kd = (0,444 x 0,444) x 100%

Kd = 0,1971 x 100%

Kd = 19,71 %

berikut merupakan hasil pencarian koefisien determinasi dengan SPSS :

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .444a .197 .187 2.80574

a. Predictors: (Constant), Pendidikan_Politik

Berdasarkan nilai dari koefisien determinasi yang sudah dihitung maka

dapat diketahui bahwa besarnya pengaruh antara Pendidikan terhadap Partisipasi

Politik sebesar 19,71%. Sedangkan 80,29% lainnya merupakan pengaruh dari

variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. dapat diketahui berdasarkan

hasil dari nilai koefisien determinasi bahwa Pendidikan mempengaruhi Partisipasi

Politik sebesar 19,71% dimana hal ini berdasrakan kriteria dari koefisien

determinasi bahwa pengaruh Pendidikan terhadap Partisipasi Politik termasuk

dalam kategori pengaruh yang rendah.

18

D. Penutup

1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa

besarnya pengaruh antara Pendidikan terhadap Partisipasi Politik sebesar 19,71%.

Sedangkan 80,29% lainnya merupakan pengaruh dari variabel lain yang tidak

diteliti dalam penelitian ini. dapat diketahui berdasarkan hasil dari nilai koefisien

determinasi bahwa Pendidikan mempengaruhi Partisipasi Politik sebesar 19,71%

dimana hal ini berdasrakan kriteria dari koefisien determinasi bahwa pengaruh

Pendidikan terhadap Partisipasi Politik termasuk dalam kategori pengaruh yang

rendah.

Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa tinggi

rendahnya pendidikan seseorang bukan menjadi acuan dalam berpartisipasi

walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan juga merupakan salah satu hal

penting dalam menentukan partisipasi masyarakat. Semakin tinggi tingkat

pendidikan seseorang akan semakin tinggi juga pemahaman seseorang.

Pendidikan bermaksud untuk meningkatkan kesadaran setiap warga negara

termasuk dalam kehidupan berpolitik. Pendidikan yang dilakukan secara sadar

dan berencana pada kahekatnya adalah usaha untuk meningkatkan kesadaran

partisipasi politik masyarakat sebagai warga negara yang baik.

19

2. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan pada penelitian ini yaitu :

1. Dalam hal pendidikan politik sebaiknya masyarakat pada kelurahan batu 9

agar dapat lebih memahami UUD 1945 sebagai dasar untuk dapat

berpartisipasi dalam politik

2. Masyarakat kelurahan batu 9 agar dapat lebih memperhatikan hal-hal yang

diajukan oleh calon kepala daerah untuk pembangunan yang lebih baik

yang memberikan dampak baik bagi Kota Tanjungpinang.

3. Dalam berpartisipasi, disarankan kepada masyarakat agar dapat mengikuti

proses yang dilakukan selama pemilu agar mengetahui alur pemilu yang

benar dan berpartisipasi dengan benar dalam pelaksanaan pemilu.

20

DAFTAR PUSTAKA

A. Rahman H, I. 2007. Sistem politik Indonesia.Yogyakarta : Graha Ilmu.

Arikunto Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Ed

Revisi VI, Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta

_______________. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Arfani, Riza Noer. 1996. Demokrasi Indonesia Kontemporer. Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada

Budiardjo, Miriam. 2003. Dasar Dasar Ilmu Politik edisi revisi. Jakarta : PT

Gramedia Pustaka Utama.

______________. 2004. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta. PT Gramedia Pustaka

Utama

Candra Hermawan, Iyep. 2004. IMplikasi Pendidikan Politik pada Perilaku Politik

Pimpinan Mahasiswa. Tesis pada Program Pascasarjana UPI Bandung

Duverger, Maurice. 2003. Partai Politik dan Kelompok-Kelompok

Penekan,Jakarta: Bina Aksara.

Efriza.2012.Political Exsplore Sebuah Kajian Ilmu Politik. Bandung, Alfabeta

Eko, Sutoro. 2001. Dinamika Politik Lokal di Indonesia: Politik Pemberdayaan.

Riau: Seminar Internasional Ke Dua.

H.I, A.Rahman. 2007. Sistem Politik Indonesia. Yogyakarta, Graha Ilmu

Jakarta, Rineka

Huntington Samuel P. Dan Joan Nelson. 2009. Partisipasi Politik Di Negara

Berkembang. Jakarta. Rineka Cipta.

Moleong, Lexy J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung, Remaja

Rosdakarya

Ndraha, Taliziduhu. 2003. Kybernology (Ilmu Pemerintahan Baru) Jilid 2.

Jakarta, Rineka Cipta.

Pangabean, Mutiara S, 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta : Ghalia

Indonesia.

21

Raga Maran, Rafael. 2007. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta, RinekaCipta.

Rakhmat, J.2000. Psikologi Komunikasi. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya

Rasyid, Rias. 2000. Pokok-Pokok Pemerintahan. PT Raja Grafindo Persada :

Jakarta

Rush, Michael dan Phillip Althof. 2002. Pengantar SosiologiPolitik. Jakarta, Raja

GrafindoPersada

Sugiyono, 2003. Cetakan Kelima. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Afabeta

_______. 2005. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta.

_______. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. CV.Alfabeta:

Bandung.

Surbakti, Ramlan, 2006, Memahami Ilmu Politik, Jakarta: PT Grasindo.

Tasrif, Muhamad. 2005. Analisis Kebijakan Menggunakan Model

SistemDynamics (Jilid). Bandung, Institut Teknologi Bandung

Tjandra, Riawan dkk. 2005. Peningkatan Kapasitas Pemerintah Daerah Dalam

Pelayanan Publik. Yogyakarta : Pembaruan

DOKUMEN :

Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 20 Tahun 2003. Tentang. Sistem

Pendidikan Nasional

Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 22 Tahun 2007. Tentang.

Penyelenggara Pemilihan Umum

Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 15 Tahun 2011. Tentang.

Penyelenggara Pemilihan Umum

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota

DPR,DPD,DPR Provinsi, Kabupten/Kota