53
RENSTRA BB-TMC 2015-2019 Revisi 5 BALAI BESAR TEKNOLOGI MODIFIKASI CUACA BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI JAKARTA, MEI 2018

RENSTRA BB-TMC 2015-2019 - wxmod.bppt.go.idwxmod.bppt.go.id/informasi_publik/RENSTRA BBTMC_2015-2019_Revisi 5.pdf · menjadikan produk berupa barang atau jasa lebih unggul dari yang

Embed Size (px)

Citation preview

RENSTRA BB-TMC

2015-2019

Revisi 5

BALAI BESAR TEKNOLOGI MODIFIKASI CUACA

BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI

JAKARTA, MEI 2018

RENSTRA BB-TMC

Tahun 2015-2019

Revisi 5

BALAI BESAR TEKNOLOGI MODIFIKASI CUACA

BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI

Tahun 2018

iii

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ...................................................................................................................................... ii

ISTILAH DAN PENJELASAN DALAM DOKUMEN INI ............................................................................ iv

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................................................ 1

1.1. Kondisi Umum .......................................................................................................................................................... 2

1.1.1 Global ............................................................................................................................................. 2

1.1.2 Nasional ........................................................................................................................................ 3

1.2. Potensi dan Permasalahan.................................................................................................................................. 6

BAB 2 VISI , MISI DAN TUJUAN ................................................................................................................ 9

2.1 Visi .................................................................................................................................................................................. 9

2.2 Misi ................................................................................................................................................................................. 9

2.3 Tujuan ........................................................................................................................................................................... 10

2.4 Sasaran ......................................................................................................................................................................... 10

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KELEMBAGAAN ................ 14

3.1. Arah Kebijakan dan Strategi .............................................................................................................................. 14

3.2. Kerangka Regulasi dan Kelembagaan ........................................................................................................... 20

3.2.1. Fungsi, Struktur dan Bagan Organisasi ........................................................................................................ 21

BAB 4 TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN .................................................................. 23

4.1. Target Kinerja ........................................................................................................................................................... 23

4.3. Kerangka Pendanaan ............................................................................................................................................. 26

BAB 5 ....................................................................................................................................................... 30

PENUTUP ....................................................................................................................................................... 30

LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................................................................... 31

Lampiran 1. Penjelasan Umum ...................................................................................................................................... 32

Lampiran 2. Singkatan ....................................................................................................................................................... 44

iv

ISTILAH DAN PENJELASAN DALAM DOKUMEN INI

Dalam Rancangan Teknokratis RENSTRA BB-TMC 2015 - 2019 ini, yang dimaksud

dengan:

1. Pusat Unggulan Teknologi adalah suatu lembaga yang mengoptimalkan potensi

sumber daya iptek yang tersedia sehingga menjadi pusat kegiatan litbangyasa

unggulan nasional ataupun hasil kegiatan litbang di pusat tersebut dapat langsung

menjadi solusi dari persoalan yang dihadapi saat ini.

2. Inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan, penerapan, dan perekayasaan,

yang bertujuan untuk menghasilkan produk atau proses produksi baru yang

komersial atau, dipakai oleh masyarakat luas. Adapun untuk inovasi di BPPT yaitu

diantaranya yaitu prototipe, pilot plant, pilot project.

3. Layanan Teknologi adalah hasil perekayasaan teknologi yang dihasilkan dalam

bentuk produk barang maupun jasa yang dapat dimanfaatkan. Adapun layanan

teknologi BPPT adalah rekomendasi, advokasi, alih teknologi, konsultansi, referensi

teknis, audit teknologi, jasa operasi, pengujian, survei, serta PPBT (perusahaan

pemula berbasis teknologi).

4. Proposisi Nilai Value Proposition BPPT adalah manfaat dari layanan teknologi yang ditawarkan kepada pemangku kepentingan stakeholder melalui mekanisme kerjasama yang saling menguntungkan yang dapat meningkatkan daya saing produk dan kemandirian bangsa serta adanya teknologi canggih atau baru yang dapat menjadikan produk berupa barang atau jasa lebih unggul dari yang lain [Carla O'Dell

& Grayson C. Jackson].

5. Kemandirian Bangsa adalah nilai proposisi BPPT yang ditawarkan sehingga

menyebabkan peningkatan kandungan lokal (TKDN), adanya peningkatan ekspor dan

atau subtitusi impor, menghasilkan inovasi, penguasaan, kemampuan teknologi, serta

tumbuhnya ketahanan dan keamanan nasional serta tumbuhnya perekonomian

daerah/nasional.

6. Daya Saing adalah nilai proposisi BPPT yang ditawarkan kepada pemangku

kepentingan sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan potensi di industri,

daerah, nasional, dapat mendorong peningkatan pangsa pasar dan pengguna, dapat

menghasikan produk/proses yang unik/khas, lebih murah dan unggul, serta dapat

menghasilkan nilai tambah suatu potensi/produk/proses.

v

7. Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka

pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang undangan

bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan atau pelayanan

administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

8. Technology of State of the Art adalah nilai proposisi BPPT yang ditawarkan

terhadap penggunaan dengan adanya teknologi/metodologi baru dan teknologi

mutakhir di nasional/dunia.

9. Peran BPPT adalah upaya yang dilakukan BPPT untuk menjadikan layanan teknologi yang didifusikan dan dikomersialisasikan menjadi bermafaat dan berkelanjutan. Adapun peran-peran tersebut yaitu pengkajian, intermediasi, solusi, clearing house,

audit teknologi.

10. Pengkajian Teknologi adalah peran memberikan hasil kajian studi multidimensi

yang sistematis tentang suatu teknologi untuk menghasilkan pemahaman tentang

tingkat kesiapan/kematangan suatu teknologi (TRL-Technology Readiness Level),

perkiraan nilai (value) dari suatu teknologi sebagai suatu aset intelektual

(knowIedge/intelIectualasset) beserta peluang dan tantangan/risikonya, perkiraan

dampak teknologi yang telah diterapkan/jika (yang akan) diterapkan, dan/atau

implikasi strategi/kebijakan atau advis/rekomendasi kebijakan pada tataran

organisasional ataupun publik.

11. )ntermediasi Teknologi adalah peran yang menjembatani antara sistem litbangyasa

dengan sistem industri atau pemerintah (pusat dan daerah), dalam rangka untuk

meningkatkan produktifitas dan daya saing serta peningkatan kualitas, dalam hal ini

yaitu memberikan fasilitas hubungan, keterkaitan, jejaring, kemitraan antara dua

pihak atau lebih. Intermediasi juga menjembatani berbagai pihak terkait dengan

kepentingan tertentu (dalam konteks teknologi, serta memberikan delivery access

bagi industri, instansi pusat/pemda/masyarakat untuk memanfaatkan sumberdaya

Iptek dari BPPT/ Lembaga Iptek lainnya dari Dalam dan Luar Negeri.

12. Solusi Teknologi adalah peran yang memberikan advis teknologi, memfasilitasi atau

mengimplementasikan penerapan teknologi dan memberikan pelayanan teknis di

bidang teknologi, serta melaksanakan pembinaan teknologi.

13. Technology Clearing House (TCH) adalah peran yang memfasilitasi pertukaran

informasi, keahlian dan/atau produk teknologi tertentu, juga berperan melakukan

vi

"clearance test bagi teknologi otoritas atau pendukung dalam menyatakan bahwa suatu teknologi "laik/layak" atau tidak untuk diterapkan di Indonesia atau untuk

konteks tertentu di Indonesia.

14. Audit Teknologi adalah peran memberikan verifikasi dan klarifikasi serta penilaian

terhadap suatu teknologi yang sudah digunakan oleh industri/instansi/masyarakat

terhadap suatu standar yang telah ditetapkan, dapat juga diartikan memberikan hasil

studi audit yang sistematis dengan prosedur legal terstandar untuk mengevaluasi,

membandingkan dan/atau memeriksa suatu teknologi atau suatu penerapan

teknologi terhadap (berdasarkan) standar atau ketentuan persyaratan/kriteria

tertentu. Audit teknologi bisa bersifat voluntary (sukarela) atau mandatory (wajib).

15. Prototipe adalah layanan teknologi dalam bentuk purwarupa pertama dari satu

objek yang direncanakan dibuat dalam satu proses produksi, mewakili bentuk dan

dimensi dari objek yang diwakilinya dan digunakan untuk objek penelitian dan

pengembangan lebih lanjut. Kriteria dari prototipe : a) Bentuk awal dari objek yang

akan diproduksi dalam jumlah banyak; b) Prototipe dibuat berdasarkan pesanan

untuk tujuan komersialisasi; c) Belum pernah dibuat sebelumnya; d) Merupakan

hasil penelitian dan pengembangan dari objek atau sistem yang direncanakan akan

dibuat; e) Mudah dipahami dan dianalisis untuk pengembangan lebih lanjut.

16. Pilot Plant adalah layanan teknologi dalam bentuk pabrik dalam skala kecil dengan

kapasitas 10% dari pabrik pada skala normal dan merupakan implementasi dari

desain yang dibuat terdahulu. Pilot plant tidak cukup untuk skala ekonomi namun

hanya digunakan untuk beberapa tahun untuk mendapatkan data kinerja dan

operasionalnya.

17. Pilot Project adalah layanan teknologi dalam bentuk proyek percontohan yang

dirancang sebagai pengujian atau percobaan (trial) dalam rangka untuk

menunjukkan keefektifan suatu pelaksanaan program, mengetahui dampak

pelaksanaan program dan keekonomisannya.

18. Rekomendasi adalah layanan teknologi berupa masukan dan atau penyampaian

pandangan dalam bentuk saran secara tertulis kepada pihak yang membutuhkan atau

yang menjadi tujuan hasil kerekayasaan BPPT. Kriteria dari rekomendasi yaitu

adanya permasalahan yang perlu dipecahkan; tindakan-tindakan yang perlu

dilakukan; alternatif-alternatif yang harus dipilih; sumber sumber daya yang harus

vii

dimanfaatkan; data dan informasi yang harus diolah untuk dimanfaatkan; serta

memberikan dampak yang lebih baik (efektif dan efisien).

19. Advokasi adalah layanan teknologi dalam bentuk saran-saran dan memberi

pertimbangan kepada mitra/pengguna tentang penerapan, pemilihan, penggunaan

suatu teknologi atau metodologi; proaktif melakukan langkah/upaya untuk

merekomendasikan gagasan kepada mitra/pengguna tentang penerapan, pemilihan,

penggunaan suatu teknologi atau metodologi.

20. Alih Teknologi adalah layanan teknologi dalam bentuk pengalihan kemampuan

memanfaatkan dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi antar lembaga,

badan, atau orang, baik yang berada di lingkungan dalam negeri maupun yang

berasal dari luar negeri ke dalam negeri dan sebaliknya.

21. Konsultansi adalah layanan teknologi dalam hal memberikan suatu petunjuk,

pertimbangan, pendapat atau nasihat dalam penerapan, pemilihan, penggunaan

suatu teknologi atau metodologi yang didapatkan melalui pertukaran pikiran untuk

mendapatkan suatu kesimpulan yang sebaik-baiknya.

22. Referensi Teknis adalah layanan teknologi dalam bentuk referensi teknis

merupakan suatu hasil studi multidimensi yang sistematis tentang suatu bidang

tertentu yang menjadi acuan/referensi secara umum atau khusus.

23. Audit Teknologi adalah layanan teknologi yang merupakan verifikasi dan klarifikasi

terhadap suatu teknologi yang sudah digunakan oleh industri/instansi/ masyarakat

terhadap suatu standar yang telah ditetapkan.

24. Jasa Operasi adalah layanan teknologi yang berupa jasa operasi berdasarkan

permintaan dalam rangka sertifikasi dan standardisasi yang dilakukan dengan

kontrak atau kerjasama atau swakelola yang mengandung nilai tambah dalam bentuk

dana, sharing budget, kerjasama kegiatan (inkind/incash) pada unit kerja yang

melaksanakan dan dilaksanakan sesuai dengan perundang-undangan dan peraturan

yang berlaku.

25. Pengujian adalah layanan teknologi dalam bentuk pengujian berdasarkan

permintaan dalam rangka sertifikasi dan standardisasi yang dilakukan dengan

Kontrak atau Kerjasama atau swakelola yang mengandung nilai tambah dalam

bentuk dana, sharing budget, kerjasama kegiatan (inkind/incash) pada unit kerja yang

melaksanakan dan dilaksanakan sesuai dengan perundang-undangan dan peraturan

yang berlaku.

viii

26. Survei adalah layanan teknologi berupa pengamatan langsung di lapangan atau

observasi atau inspeksi berdasarkan permintaan dalam rangka pembuktian fakta,

mendapatkan data kinerja dan operasional, dan pengujian suatu pernyataan.

27. PPBT (Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi) adalah layanan teknologi yang

merupakan suatu hasil dari inkubator teknologi sehingga bisa menghasilkan

perusahaan-perusahaan pemula yang berbasis teknologi.

1

BAB 1

PENDAHULUAN

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005 – 2025

adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional periode 20 (dua puluh) tahun

terhitung sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2025, ditetapkan dengan maksud

memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa

(pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha) dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan

nasional sesuai dengan visi, misi, dan arah pembangunan yang disepakati bersama

sehingga seluruh upaya yang dilakukan oleh pelaku pembangunan bersifat sinergis,

koordinatif, dan saling melengkapi satu dengan lainnya di dalam satu pola sikap dan

pola tindak. Dalam RPJPN – disebutkan bahwa persaingan yang makin tinggi pada masa yang akan datang menuntut peningkatan penguasaan dan pemanfaatan teknologi ilmu pengetahuan dan teknologi )ptek dalam rangka menghadapi perkembangan global menuju ekonomi berbasis pengetahuan. Dalam rangka meningkatkan kemampuan dan penerapan )ptek nasional, tantangan yang dihadapi adalah perlu adanya peningkatan kontribusi )ptek untuk memenuhi hajat hidup bangsa; menciptakan rasa aman; memenuhi kebutuhan kesehatan dasar, energi, dan pangan; memperkuat sinergi kebijakan )ptek dengan kebijakan sektor lain; mengembangkan budaya )ptek di kalangan masyarakat; meningkatkan komitmen bangsa terhadap pengembangan )ptek; mengatasi degradasi fungsi lingkungan; mengantisipasi dan menanggulangi bencana alam; serta meningkatkan ketersediaan dan kualitas sumber daya )ptek, baik SDM, sarana dan prasarana, maupun pembiayaan )ptek. Kondisi saat ini menunjukkan, bahwa penguasaan dan pemanfaatan teknologi mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Sebagai bagian )ptek yang berkontribusi pada pemenuhan kebutuhan energi dan pangan, hasil penelitian, kerekayasaan dan pengembangan di bidang Teknologi Modifikasi Cuaca TMC juga telah dimanfaatkan oleh berbagai kelompok industri dan masyarakat. Meskipun demikian, kemampuan TMC secara nasional dalam berkontribusi menopang pengelolaan sumberdaya air

2

bagi sektor energi dan pertanian serta dalam upaya penanggulangan bencana hidrometeorologi dinilai masih belum memadai dalam kontekspeningkatan kemandirian bangsa melalui inovasi dan pelayanan teknologi. (al ini antara lain ditunjukkan oleh masih rendahnya tingkat kesiapan sumberdaya peralatan utama dan peralatan pendukungTMC, yang pada gilirannya juga menyebabkan rendahnya tingkat inovasi secara scientifik sebagai komponen signifikan lainnya dalam keberhasilan penerapan TMC. Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca BB-TMC adalah suatu Satuan Kerja di lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi BPPT yang berada di bawah koordinasi Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam TPSA yang mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pelayanan Teknologi Modifikasi Cuaca TMC serta menjalankan fungsi dalam hal penyusunan program pengkajian dan penerapan Teknologi Modifikasi Cuaca untuk penambahan curah hujan, pengurangan curah hujan dan kegunaan lainnya, penerapan Teknologi Modifikasi Cuaca untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna modifikasi cuaca, pelayanan jasa Teknologi Modifikasi Cuaca kepada instansi Pemerintah dan swasta, dan pelaksanaan urusan ketatausahaan, perencanaan keuangan, sumber daya manusia, rumah tangga, dan pelaporannya.

1.1. Kondisi Umum

1.1.1 Global

Kondisi geoekonomi global terkait dengan TMC saat ini dan ke depan akan

merupakan tantangan sekaligus peluang bagi pelaku atau operator TMC di Indonesia

dalam lima tahun ke depan. Tantangan dan peluang Iptek modifikasi cuaca terkait

dengan peningkatan kemandirian bangsa melalui inovasi dan layanan teknologi

antara lain adalah:

Perkembangan TMC di negara tetangga seperti Thailand yang semakin pesat dan

terus mendapat dukungan dengan peningkatan kemampuan peralatan riset dan

operasional yang lengkap menjadi ancaman sekaligus peluang bagi pelaku TMC di

Indonesia.

Implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 yang dimulai tanggal 31

Desember 2015.

3

Kebijakan di bidang ekonomi yang diarahkan untuk meningkatkan stabilitas dan

pertumbuhan ekonomi dengan titik berat pada transformasi industri yang

berkelanjutan, perlu diimbangi dengan inovasi dan pelayanan berbagai jenis

teknologi. Hal ini diperlukan salah satunya untuk mengoptimalkan dan

mengefisienkan pemanfaatan berbagai jenis sumberdaya dan potensi lainnya yang

dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Khususnya untuk pemanfaatan

sumberdaya alam terbarukan dibutuhkan komitmen tinggi karena secara manfaat

biasanya tidak langsung berdampak namun membutuhkan energi yang relatif besar

untuk menjamin alat-alat teknologi pendukung dapat berfungsi dengan baik ke

depannya. Dalam hal pembangunan teknologi pemanfaatan sumberdaya air di

atmosfer yang merupakan bagian dari sumberdaya alam terbarukan, pemerintah

perlu mendukung penuh bidang Iptek terkait hal tersebut. dan Teknologi Modifikasi

Cuaca berada pada arus utama pada proses tersebut yang dapat menjadi model

sekaligus dikembangkan agar lebih baik lagi pada masa yang akan datang.

1.1.2 Nasional

Perubahan iklim secara global merupakan tantangan multidimensional yang

berpengaruh serius dan kompleks yang berdampak secara nasional di Indonesia.

Perubahan iklim telah mempengaruhi perubahan cuaca sehingga sering terjadi

pergeseran musim. Hal ini telah memicu peningkatan frekuensi kejadian bencana

hidrometeorologi di Indonesia seperti: kekeringan, banjir, tanah longsor, kebakaran

hutan dan lahan. Kejadian bencana ini hampir terjadi setiap tahun dan tidak sedikit

menimbulkan korban jiwa serta kerugian materil. Iklim dan cuaca di Indonesia yang

spesifik dan sulit diprediksi akhir-akhir ini berkembang menjadi faktor signifikan

atas kendala pada sektor pertanian dan pangan dalam merealisasikan rencana

produksi. Kejadian ini pada akhirnya berkontribusi negatif bagi pertumbuhan

pembangunan nasional. Sementara itu upaya konvensional yang dilakukan selama ini

tidak mampu mengatasinya secara tuntas karena kurang menyentuh pada substansi

permasalahan.

Dalam menghadapi kondisi lingkungan strategis dan berbagai tantangan

tersebut di atas, Teknologi Modifikasi Cuaca saat ini telah tampil di depan dan dapat

4

diandalkan dalam menanggulangi bencana hidrometeorologi di Indonesia walaupun

dalam penerapannya masih terdapat beberapa kendala.

Gambar 1. Grafik penerapan TMC di Indonesia berdasarkan tujuannya

Peningkatan daya saing TMC ke depan merupakan resultan dari kinerja pilar

yang menjadi penopangnya, yang meliputi 2 pilar utama, yaitu: Daya dukung Iptek,

dan Sumberdaya Manusia:

1) Daya Dukung Iptek dengan indikator: Keberadaan Teknik dan Strategi

Penyemaian Awan, Inovasi Metodologi Penyemaian Awan, Peralatan Pesawat

Terbang dan alternatif alat lainnya untuk penyemaian awan, Peralatan

pendukung riset atmosfer, dsb;

2) Sumberdaya Manusia dengan indikator: Kemampuan pemanfaatan window

opurtinity penyemaian awan, Kemampuan observasi dan analisis data cuaca,

Kemampuan berkoordinasi dan konsolidasi dengan mitra, dsb.

1.1.3. Pencapaian Periode 2010-2014

Selama periode 2010-2014, penguasaan dan pemanfaatan Teknologi Modifikasi Cuaca telah mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berbagai hasil penelitian, kerekayasaan dan pengembangan Teknologi Modifikasi Cuaca telah dimanfaatkan oleh kelompok industri dan masyarakat. Beberapa capaian Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca selama periode - antara lain:

5

A. Capaian Iptek Modifikasi Cuaca

Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca sebagai salah satu unit kerja pada

Lembaga Riset BPPT, sejak tahun 2008 telah mempersiapkan diri untuk menjawab

tantangan ke depan dengan membangun tema riset baru maupun pengembangan

tema pusat riset yang ada melalui progam Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Modifikasi Cuaca.

Tema Iptek modifikasi cuaca baru yang telah dikembangkan terdiri dari:

Teknik penyemaian awan dari darat menggunakan Ground Based Generator (GBG),

Ground Particle Generator (GPG), Ground Mist Generator (GMG), pengembangan

produk bahan semai Cloud Seeding Agent Tube (CoSAT), serta teknik penyemaian

awan menggunakan strategi Jumping Process dan sistem kompetisi untuk

pengurangan curah hujan.

B. Capaian Sarana Modifikasi Cuaca

Capaian Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca pada tahun 2010-2014 dari

sisi pengembangan sarana dan prasarana Iptek modifikasi cuaca antara lain adalah:

bertambahnya peralatan pesawat berupa 1 unit pesawat jenis Piper Cheyenne untuk

keperluan riset dan operasional pelayanan TMC. Atas kerjasama dengan BNPB telah

terbangun 2 unit Console penyemaian awan pada pesawat Hercules C-130 dan 1 unit

Console penyemaian awan pada pesawat CN-295, peralatan penyemaian awan dari

darat (GBG, GPG, GMG, Pohon Flare). Selain itu juga dimiliki Mobile Radar (Type X-

Band untuk memonitor pertumbuhan dan pergerakan awan), dan peralatan

observasi parameter cuaca lainnya.

C. Capaian Jasa Pelayanan Modifikasi Cuaca

Sejalan dengan salah satu peran BPPT sebagai penyedia solusi teknologi, Balai

Besar Teknologi Modifikasi Cuaca melalui produk layanan TMC pada periode 2010-

2014 telah melaksanakan operasi TMC sedikitnya 20 kali atau rata-rata 4 kali operasi

per tahun, yang dilakukan dalam rangka pengisian waduk PLTA untuk peningkatan

produksi listrik dan pengairan sektor pertanian, dan dalam rangka penanggulangan

bencana hidrometeorologi seperti banjir dan kebakaran hutan dan lahan. Pengguna

jasa TMC pada periode tersebut adalah: PT PLN (Persero) sebanyak 9 kali, Badan

Nasional Penanggulangan Bencana 7 kali, Kementerian PU 1 kali, Perum Jasa Tirta 2

kali, PT Vale Indonesia 1 kali. Pelaksanaan kegiatan pelayanan TMC tersebut selain

6

merupakan bentuk pelaksanaan tupoksi Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca juga

merupakan realisasi target Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) bagi institusi

BPPT.

1.1.4. Ekspektasi Pemangku Kepentingan dan Pelanggan

Keberhasilan dalam pelaksanaan tugas pokok Balai Besar Teknologi Modifikasi

Cuaca harus ditinjau dari perspektif sejumlah pihak, yaitu :

1) Pelaku penelitian, pengembangan dan perekayasaan (sisi kemitraan dan

partnership) yang menilai perkembangan kemampuan tersebut dari efektivitas

melakukan pembaruan ilmu pengetahuan dan Teknologi Modifikasi Cuaca.

2) Pelaku bisnis (sisi pelanggan/customer) yang menilai perkembangan kemampuan

ketersediaan sumber daya untuk melakukan inovasi, pendalaman proses

pertambahan nilai, dan pembaruan proses produksi.

3) Pemerintah (stakeholder/pemangku kepentingan) yang menilai perkembangan

kemampuan Teknologi Modifikasi Cuaca terhadap kontribusinya pada

perkembangan ekonomi nasional.

1.2. Potensi dan Permasalahan

Identifikasi potensi dan permasalahan Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca

dilakukan untuk menganalisis permasalahan, tantangan, peluang, kelemahan dan

potensi yang akan dihadapi Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca dalam rangka

melaksanakan penugasan yang diamanatkan RPJMN 2015-2019.

1.2.1. Potensi

Potensi Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca yang meliputi sumberdaya

manusia, fasilitas sarana dan prasarana meliputi hal-hal sebagai berikut:

1) Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca memiliki SDM unggul dengan tingkat

pendidikan yang tinggi dari berbagai disiplin ilmu dan bidang keahlian

diantaranya untuk tingkat pendidikan S sebesar %; S sebesar %, S sebesar 9% dan untuk tingkat pendidikan S sebesar %,

2) Pemasaran dan market share yang besar,

3) Kemampuan keilmuan yang unik atau spesifik dalam Iptek modifikasi cuaca,

7

4) Memiliki sarana dan prasarana kerja seperti mobil radar, pesawat terbang,

serta wahana penyemaian awan dari darat yang dapat mendukungan dalam

operasi TMC,

5) Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca menggunakan sistem tata kerja

kerekayasaan yang bercirikan kerja tim (team work), terstruktur (well

structured) and terdokumentasi (well documented), serta memiliki SOP

pelaksanaan TMC,

6) Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca memiliki jaringan (networking) yang

luas dengan mitra (dalam dan luar negeri), stakeholder, dan pengguna.

1.2.2. Permasalahan

Identifikasi permasalahan Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca untuk

menentukan strategi dalam rangka peningkatan kualitas pelaksanaan TMC di

Indonesia, antara lain:

1) Usia peralatan utama seperti pesawat terbang yang sudah tua memerlukan

peremajaan armada dan biaya pemeliharaan dari Negara.

2) Dengan adanya PMK Nomor 78/PMK.06/2014 Tentang Tata Cara Pelaksanaan

Pemanfaatan BMN dan PMK Nomor 246/PMK.06/2014 Tentang Tata Cara

Pelaksanaan Penggunaan BMN, BBTMC tidak dapat lagi melakukan Kerjasama

Operasional (KSO) dengan pihak operator pesawat swasta untuk

pemeliharaan dan operasional aset pesawat terbang yang dimilikinya. Oleh

karena itu sejak tahun 2015 BBTMC mulai merintis pembentukan Operating

Certificate untuk pesawat bukan niaga (OC91) ke DKPPU Kementerian

Perhubungan agar ke depan dapat mengelola dan mengoperasikan aset

pesawatnya sendiri guna menunjang Tusi Satker BBTMC dalam hal melayani

jasa TMC.

3) Tidak tersedianya modal finansial yang diperlukan pada saat memulai

pelaksanaan pelayanan TMC.

4) Kemampuan konsolidasi dan negosiasi yang masih terbatas (baik internal

maupun eksternal).

5) Produk program penelitian dan pengembangan untuk mendukung TMC

masih belum optimal.

8

6) Kegiatan riset tentang metode dan bahan semai TMC yang masih belum optimal.

9

BAB 2

VISI , MISI DAN TUJUAN

2.1 Visi

Berdasarkan kondisi umum, potensi dan permasalahan yang akan

dihadapi ke depan sebagaimana telah dijelaskan pada Bab I sebelumnya, maka

Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca telah menetapkan visi dan misi sebagai

turunan visi dan misi lembaga BPPT, yaitu Menjadi Lembaga Unggulan

Teknologi dalam Pengkajian dan Penerapan Teknologi untuk Meningkatkan

Daya Saing Menuju Kemandirian Bangsa , dimana visi dan misi ini akan

dicapai melalui pencapaian tujuan dan pelaksanaan kegiatan sesuai RPJMN 2015-

2019.

Upaya - upaya yang dilaksanakan untuk mewujudkan visi BPPT tersebut

dilaksanakan melalui tiga misi lembaga BPPT sebagai berikut:

1. Merumuskan dan merekomendasikan kebijakan nasional di bidang teknologi

untuk peningkatan daya saing menuju kemandirian bangsa.

2. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi untuk menghasilkan

inovasi teknologi, audit teknologi, kliring teknologi, alih teknologi, dan

layanan teknologi.

3. Melaksanakan tata kelola pemerintahan yang baik melalui reformasi

birokrasi.

Dalam rangka pencapaian Pembangunan Jangka Menengah khususnya

untuk periode 2015-2019 sekaligus mendukung visi dan misi BPPT maka visi

Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca adalah :

Menjadi pusat unggulan Teknologi Modifikasi Cuaca dalam mitigasi

bencana hidrometeorologi dan pengelolaan sumberdaya air di atmosfir .

2.2 Misi

Upaya-upaya yang dilaksanakan untuk mewujudkan visi Balai Besar

Teknologi Modifikasi Cuaca tersebut dilaksanakan melalui 4 (empat) misi sebagai

berikut :

10

1. Melaksanakan pengkajian teknologi untuk menghasilkan inovasi teknologi,

audit teknologi, alih teknologi di bidang modifikasi cuaca.

2. Melaksanakan layanan jasa teknologi modifikasi cuaca untuk mitigasi

bencana hidrometeorologi dan pengelolaan sumberdaya air di atmosfir.

3. Memberikan layanan informasi, proses administrasi yang cepat dan akurat

dalam rangka pelayanan teknologi modifikasi cuaca.

2.3 Tujuan

Dalam rangka mewujudkan visi dan melaksanakan misi Balai Besar

Teknologi Modifikasi Cuaca yang merupakan turunan dari visi dan misi lembaga

BPPT, maka tujuan strategis Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca juga disusun

untuk mendukung pencapaian salah satu tujuan strategis BPPT tahun 2015-2019

yang telah diterjemahkan ke dalam tujuan strategis Kedeputian TPSA, yaitu:

Menghasilkan inovasi teknologi, audit teknologi, kliring teknologi, alih

teknologi dan layanan teknologi untuk peningkatan daya saing menuju

kemandirian bangsa di bidang TPSA (T2).

2.4 Sasaran

Untuk mewujudkan sasaran program Kedeputian TPSA, Balai Besar

Teknologi Modifikasi Cuaca pada tahun 2015-2019 akan berkontribusi pada

program terwujudnya inovasi TPSA untuk mendukung peningkatan daya saing

menuju kemandirian (L1) dan juga pada program termanfaatkannya audit

teknologi, kliring teknologi, alih teknologi dan layanan teknologi di bidang TPSA

untuk peningkatan daya saing menuju kemandirian bangsa (L0).

Dalam rangka berkontribusi mewujudkan target program tersebut, maka

sasaran yang ditetapkan di Kedeputian TPSA untuk Balai Besar Teknologi

Modifikasi Cuaca adalah:

1) Terwujudnya inovasi TPSA untuk mendukung peningkatan daya saing menuju

kemandirian bangsa dengan sasaran kegiatan Teknologi Mitigasi Bencana

Hidrometeorologi (SP 2)

11

2) Termanfaatkannya audit teknologi, kliring teknologi, alih teknologi dan

layanan teknologi di bidang TPSA untuk peningkatan daya saing menuju

kemandirian bangsa dengan sasaran kegiatan Layanan Jasa Teknologi

Modifikasi Cuaca dan Indeks Kepuasan Masyarakat untuk Layanan Jasa

Teknologi Modifikasi Cuaca (SP 3)

12

Tabel . . Tujuan, Sasaran dan )ndikator Kinerja Program Kedeputian Bidang TPSA dan Sasaran Kegiatan BB-TMC Tahun - 9

TUJUAN SASARAN PROGRAM (TPSA) INDIKATOR KINERJA

SASARAN PROGRAM (IKSP)

SASARAN KEGIATAN

(BB-TMC)

INDIKATOR KINERJA

KEGIATAN

T1 Menghasilkan Rekomendasi

Kebijakan nasional dibidang

TPSA untuk peningkatan

dayasaing menuju

kemandirian bangsa

SP 1 Termanfaatkannya

Rekomendasi kebijakan

Nasional di bidang TPSA

IKSP1 Jumlah

Rekomendasi

Teknologi

Bidang TPSA

-

T2 Menghasilkan inovasi

teknologi , audit teknologi,

kliring teknologi, alih

teknologi dan layanan

teknologi untuk peningkatan

daya saing menuju

kemandirian bangsa di

Bidang TPSA

SP 2 Termanfaatkannya inovasi

teknologi untuk mendukung

peningkatan daya saing

menuju kemandirian bangsa

di Bidang TPSA

IKSP1 Jumlah

Inovasi

Teknologi Mitigasi

Bencana

Hidrometeorologi

Jumlah Inovasi

Teknologi Bencana

Hidrometeorologi

SP 3 Termanfaatkaannya audit

teknologi, kliring teknologi,

alih teknologi dan layanan

teknologi untuk peningkatan

daya saing menuju

kemandirian bangsa di Bidang

TPSA

IKSP 1 Jumlah Alih

Teknologi

-

IKSP 2 Jumlah

Layanan

Teknologi

Layanan Teknologi

Modifikasi Cuaca

Jumlah Layanan

Teknologi Modifikasi

Cuaca

IKSP 2 Indeks

Kepuasan

Masyarakat

Indeks Kepuasan

Masyarakat Layanan

Teknologi Modifikasi

Cuaca

Nilai Indeks

Kepuasan

Masyarakat Layanan

Teknologi Modifikasi

Cuaca

13

Indikator Kinerja Sasaran Program Kedeputian TPSA untuk Balai Besar

Teknologi Modifikasi Cuaca dijabarkan seperti dalam Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Sasaran program kedeputian TPSA untuk BBTMC

Sasaran Program

Indikator

Kinerja Sasaran

Program

Satuan Target

Unit 2015 2016 2017 2018 2019

Tujuan : (T2) Menghasilkan inovasi teknologi , audit teknologi, kliring teknologi, alih teknologi dan

layanan teknologi untuk peningkatan daya saing menuju kemandirian bangsa di Bidang TPSA

SS

2

Terwujudnya

Inovasi di Bidang

TPSA untuk

mendukung

kemandirian

bangsa (L1)

(SP 3)

Jumlah Inovasi

Teknologi

Mitigasi Bencana

Hidrometeorologi

Inovasi

Teknologi - - - 1 -

BB-

TMC

SS3

Termanfaatkann

ya audit

teknologi, kliring

teknologi, alih

teknologi dan

layanan

teknologi di

Bidang TPSA

untuk

peningkatan

Daya saing

menuju

kemandirian

bangsa (L0)

(SP 4)

Layanan

Teknologi

Modifikasi Cuaca

Jumlah

layanan 1 1 2 1 2

BB-

TMC

Indeks Kepuasan

Masyarakat Nilai IKM B B B B A

BB-

TMC

14

BAB 3

ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI,

KERANGKA REGULASI DAN KELEMBAGAAN

3.1. Arah Kebijakan dan Strategi

Arah kebijakan Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca disusun dengan

mengacu kepada arah kebijakan BPPT maupun Kedeputian TPSA. Adapun arah

kebijakan Kedeputian BPPT maupun Kedeputian untuk program Tahun 2015-

2019 sebagai bagian dari agenda prioritas dalam pemerintahan ke depan (Nawa

Cita). Dari Dari 9 Agenda Prioritas tersebut yang terkait dengan program di

BBTMC khususnya yang terkait dengan program pemanfaatan TMC untuk

pencegahan dan penanggulangan bencana adalah Nawacita 7, yaitu

Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan sektor-sektor

strategis ekonomi domestik . Aplikasi TMC dapat berkontribusi untuk

mendukung program ketahanan pangan, ketahanan air dan ketahanan energi

nasional, serta dapat pula dimanfaatkan dalam rangka pelestarian sumber daya

alam, lingkungan hidup dan pengelolaan bencana.

Sesuai dengan kapasitas organisasinya, arah kebijakan Balai Besar

Teknologi Modifikasi Cuaca secara khusus ditetapkan untuk mendukung arah

kebijakan umum BPPT dan Kedeputian TPSA serta pembangunan nasional 2015-

2019, dalam hal Meningkatkan Kualitas Lingkungan Hidup, Mitigasi Bencana

Alam dan Penanganan Perubahan Iklim. Arah kebijakan peningkatan kualitas

lingkungan hidup, mitigasi bencana dan perubahan iklim adalah melalui

peningkatan pemantauan kualitas lingkungan, pengendalian pencemaran dan

kerusakan ling-kungan hidup, penegakan hukum lingkungan hidup; mengurangi

risiko bencana, meningkatkan ketangguhan pemerintah dan masyarakat terhadap

bencana, serta memperkuat kapasitas mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

Pada pelaksanaannya kebijakan Balai Besar Teknologi modifikasi Cuaca

diselenggarakan melalui litbangyasa teknologi untuk menghasilkan inovasi dalam

bidang teknologi kebencanaan.

15

Penerapan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di Indonesia yang sudah

dilakukan sejak tahun 1977 memiliki berbagai tujuan, antara lain untuk

menambah curah hujan yang dimanfaatkan untuk tujuan mengatasi kekeringan,

pengisian air waduk/danau untuk kebutuhan irigasi dan PLTA, untuk

mengurangi/penipisan kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan, serta untuk

mengurangi curah hujan yang dimanfaatkan untuk tujuan mengatasi banjir dan

longsor.

Fenomena pemanasan global (global warming) yang menyebabkan

terjadinya berbagai isu perubahan iklim (climate change) dan berbagai

penyimpangan pola musim dalam beberapa tahun terakhir ini telah

menempatkan TMC sebagai salah satu solusi alternatif yang dapat diandalkan

untuk mengantisipasi kerugian dan mengurangi potensi risiko bencana yang

disebabkan oleh faktor iklim dan cuaca atau sering disebut dengan istilah bencana

hidrometeorologi.

Pengurangan resiko bencana dapat dicapai jika tersedia sistem peringatan

dini (early warning system) yang mampu mendeteksi potensi bencana yang

diperkirakan akan terjadi. Untuk dapat menyediakan sistem peringatan dini

bencana yang handal tersebut, kemampuan prediksi dan pemodelan mutlak harus

dikuasai dengan baik. Sejauh ini Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca dinilai

sudah cukup menguasai pemodelan parameter cuaca dan iklim yang mampu

menghasilkan prediksi cuaca dan iklim yang cukup akurat. Namun dalam

pemanfaatannya, keluaran hasil pemodelan serta prediksi cuaca dan iklim

tersebut masih lebih banyak digunakan untuk konsumsi sendiri, belum cukup

berani untuk dipublikasikan kepada masyarakat luas. Hal ini sejalan dengan

Tupoksi Lembaga BPPT sebagai lembaga riset, yang tidak mempunyai

kewenangan untuk menyebarluaskan informasi sejenis ini kepada publik.

Sementara itu, sistem peringatan dini yang saat ini dikeluarkan oleh BMKG selaku

lembaga yang berwenang untuk menyampaikan informasi iklim dan cuaca di

Indonesia pada umumnya masih berisikan informasi yang bersifat kualitatif.

Dengan kemampuan yang dimiliki, BPPT melalui Balai Besar Teknologi Modifikasi

Cuaca seyogyanya mampu mempertajam isi informasi tersebut dengan cara

mentransformasikan informasi yang bersifat kualitatif menjadi lebih bersifat

16

kuantitatif, sehingga informasi yang disampaikan menjadi lebih informatif dan

lebih bermanfaat bagi masyarakat maupun bagi para pengambil kebijakan yang

terkait dengan lingkup kebencanaan. Hal ini tentu menjadi tantangan yang perlu

disikapi dengan melakukan upaya secara teknis maupun persuasif.

Selain sistem peringatan dini bencana, untuk mengurangi resiko bencana

hidrometeorologi di Indonesia diperlukan seperangkat sistem penjinak bencana

hidrometeorologi nasional yang didukung dengan kesiapan armadanya secara

lengkap. Meskipun TMC telah kerap kali dimanfaatkan dalam mitigasi bencana

hidrometeorologi di Indonesia, namun dengan semakin meningkatnya frekuensi

kejadian bencana ini dari tahun ke tahun maka perlu diimbangi dengan kekuatan

armada TMC itu sendiri yang difungsikan sebagai sistem penjinak bencana

hidrometeorologi nasional. Tidak hanya dari sisi sumberdaya manusianya, namun

juga dari sisi sumberdaya peralatannya. Dalam hal ini, penambahan jumlah

pesawat terbang selaku wahana vital dalam operasional TMC menjadi kebutuhan

paling mendesak yang perlu segera direalisasikan.

Upaya melengkapi armada penjinak resiko bencana hidrometeorologi

kiranya tidak hanya sebatas penambahan jumlah pesawat untuk wahana TMC

semata, tetapi sekaligus juga dengan penambahan berbagai instrumen pendukung

lainnya. Selama ini, pelaksanaan operasi TMC hanya dimanfaatkan sebatas untuk

upaya memitigasi dampak bencana hidrometeorologi. Ke depan, aplikasi TMC

perlu terus dikembangkan dengan memperbanyak kajian dan riset yang

dilakukan secara paralel dengan operasionalnya dan diarahkan untuk

memperkuat basis ilmiah aplikasi TMC itu sendiri. Melengkapi pesawat dengan

seperangkat alat ukur parameter cuaca merupakan opsi terbaik untuk dapat

merealisasikan tujuan tersebut.

Untuk mewujudkan hal di atas, kegiatan riset Iptek modifikasi cuaca yang

akan dilakukan oleh Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca sebagaimana

tertuang dalam RPJMN 2015-2019 dan dalam rangka berkontribusi dalam

mewujudkan agenda prioritas Pemerintah (NAWA CITA), difokuskan untuk

menunjang program prioritas nasional yaitu teknologi kebencanaan. Secara

spesifik strategi yang akan dilakukan oleh Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca

untuk bersama-sama dengan unit/pusat lain di Kedeputian TPSA adalah dengan

17

melaksanakan kegiatan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Modifikasi Cuaca,

yang terdiri dari:

1) Layanan jasa Teknologi Modifikasi Cuaca (PNBP),

2) Teknologi dan Armada untuk penanganan bencana hidrometeorologi di

Provinsi Rawan Bencana.

3) Layanan perkantoran.

Teknologi road map kerangka kerja untuk menggambarkan perkiraan maju

kegiatan Iptek modifikasi cuaca dalam mendukung program prioritas

kebencanaan nasional adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1. Roadmap Teknologi Program Pengurangan Resiko Bencana

Hidrometeorologi (2015-2019)

18

Gambar 3.2. Kerangka Kerja Sistem Inovasi Teknologi Modifikasi Cuaca

Milestone Kegiatan disusun sebagai berikut:

Tahun 2015 : Tahap RESEARCH, DEVELOPMENT & ENGINEERING

Pelaksanaan Program Inovasi dan Layanan Pemanfaatan Teknologi Mitigasi

Bencana Hidrometeorologi diawali dengan tahapan kajian (research), yaitu

dengan melakukan kajian Technology Needs Assessment (TNA) tentang mitigasi

bencana hidrometeorologi. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi dan

menganalisis prioritas kebutuhan teknologi ini dalam konteks mitigasi bencana

hidrometeorologi di Indonesia.

Tahapan berikutnya adalah melakukan pengembangan (development) dari

teknologi mitigasi bencana hidrometeorologi itu sendiri. Dalam hal ini,

teknologi yang dimaksud adalah Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) yang sudah

sering diaplikasikan untuk tujuan antisipasi dan mitigasi bencana hidrologi di

Indonesia. Pengembangan TMC sendiri dalam program ini nantinya lebih

difokuskan pada upaya pengembangan metode maupun instrumentasi

pendukungnya. Pengembangan metode TMC dimaksudkan untuk menambah

nilai efektifitas, efisiensi serta nilai manfaat TMC khususnya dalam konteks

mitigasi bencana kekeringan, banjir dan bencana kabut asap akibat kebakaran

19

lahan dan hutan yang sejauh ini telah sering dilakukan. Sementara

pengembangan instrumentasi pendukung TMC dimaksudkan untuk menambah

sarana, wahana dan peralatan pendukung operasional TMC guna memperkuat

Armada Nasional Penjinak Bencana Hidometeorologi yang menjadi salah satu

sasaran dalam pelaksanaan program ini.

Dalam tahap awal pelaksanaan program ini juga sudah mulai dilakukan tahapan

kerekayasaan (engineering) untuk membuat beberapa pilot plant yang dapat

menghasilkan beberapa prototype peralatan atau instrumentasi yang akan

diintegrasikan dalam implementasi operasional TMC di lapangan. Hasil dari

tahapan kerekayasaan ini diharapkan dapat semakin memperkuat Armada

Nasional Penjinak Bencana Hidometeorologi untuk mulai dioperasikan dalam

kegiatan tahun berikutnya.

Tahun 2016 : Tahap ENGINEERING & OPERATION

Pada tahun kedua pelaksanaan program ini, pengembangan metode dan

instrumentasi TMC masih terus dilanjutkan dengan fokus pada tahapan

kerekayasaan (engineering) untuk membuat beberapa pilot plant yang

menghasilkan beberapa prototype peralatan atau instrumentasi yang akan

diintegrasikan dalam implementasi operasional TMC di lapangan. Hasil dari

tahapan kerekayasaan ini kemudian mulai dimanfaatkan untuk memperkuat

Armada Nasional Penjinak Bencana Hidometeorologi dan mulai dioperasikan

dalam kegiatan di lapangan.

Tahun 2017 : Tahap TRIAL

Tahun ketiga pelaksanaan program ini, tahapan kerekayasaan (engineering)

masih terus dilakukan untuk menyempurnakan beberapa prototype peralatan

atau instrument yang telah dihasilkan dari pelaksanaan kegiatan di tahun

sebelumnya. Akselerasi pemanfaatan teknologi pengurangan resiko bencana

mulai dilakukan pada tahun ketiga, saat program ini memasuki tahapan

operasional dalam skala pilot project. Armada Nasional Penjinak Bencana

Hidometeorologi mulai dicoba (trial) secara penuh dalam operasional untuk

mengurangi resiko bencana pada beberapa provinsi rawan bencana di

Indonesia.

20

Tahun 2018: Tahap EVALUATION

Memasuki tahun keempat pelaksanaan program ini, proses evaluasi menjadi

fokus yang perlu dilakukan untuk melihat sejauh mana difusi pemanfaatan

teknologi pengurangan resiko bencana sudah mulai berjalan dengan baik untuk

mulai dimanfaatkan secara regular pada beberapa provinsi dengan resiko

bencana tertinggi di tanah air.

Tahun 2019: Tahap ADOPTION

Mulai tahun kelima pelaksanaan program ini, diharapkan proses difusi

pemanfaatan teknologi pengurangan resiko bencana sudah mulai berjalan

dengan baik dan mulai diadopsi serta dimanfaatkan secara regular pada

beberapa provinsi dengan resiko bencana tertinggi di tanah air.

3.2. Kerangka Regulasi dan Kelembagaan

Peranan TMC dalam upaya mitigasi bencana hidrometeorologi maupun

untuk pengelolaan sumberdaya air di Indonesia telah tertuang dalam beberapa

regulasi produk hukum yang berlaku di tanah air, antara lain: (a) Dalam hal

mitigasi bencana asap kebakaran hutan dan lahan, peran TMC juga diakui dan

dibutuhkan sebagaimana dimuat dalam Instruksi Presiden Republik Indonesia

Nomor 11 Tahun 2015 tentang Peningkatan Pengendalian Kebakaran Hutan dan

Lahan; dan (b). untuk mitigasi bencana banjir telah tercantum dalam Instruksi

Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2012, tentang Penanggulangan

Bencana Banjir dan Tanah Longsor. Penyesuaian Kerangka kelembagaan Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca struktur organisasi, ketatalaksanaan dan pengelolaan SDM yang digunakan untuk melaksanakan Rencana Strategis Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca – 9 mengikuti penyesuaian kerangka kelembagaan BPPT pasca reorganisasi dengan prinsip-prinsip sebagai berikut: 1) Meningkatkan keterkaitan dan koordinasi pelaksanaan bidang-bidang pembangunan yang terdapat dalam RPJMN - 9, sesuai dengan fungsi dan visi/misi BPPT;

21

2) Mempertajam arah kebijakan dan strategi Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca sesuai dengan kapasitas organisasi dan dukungan sumber daya unit kerja; 3) Membangun struktur organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran, menghindari duplikasi fungsi dan meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja dalam melaksanakan program-program pembangunan yang diamanatkan; 4) Memperjelas ketatalaksanaan dan meningkatkan profesionalitas SDM Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca.

3.2.1. Fungsi, Struktur dan Bagan Organisasi

1) Pola Perumusan Tugas dan Fungsi

Pola perumusan tugas dan fungsi Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca,

sebagaimana diatur dalam Peraturan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan

Teknologi Nomor 010 Tahun 2015, Tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar

Teknologi Modifikasi Cuaca, sebagai berikut:

Tugas Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca:

Melaksanakan kegiatan pelayanan Teknologi Modifikasi Cuaca.

Fungsi Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca:

Untuk melaksanakan tugas tersebut, Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca

mempunyai fungsi:

1) Penyusunan program pengkajian dan penerapan Teknologi Modifikasi Cuaca

untuk penambahan curah hujan, pengurangan curah hujan dan kegunaan

lainnya;

2) Penerapan Teknologi Modifikasi Cuaca untuk meningkatkan daya guna dan

hasil guna modifikasi cuaca;

3) Pelayanan jasa Teknologi Modifikasi Cuaca kepada instansi Pemerintah dan

swasta; dan

4) Pelaksanaan urusan ketatausahaan, perencanaan keuangan, sumber daya

manusia, rumah tangga, dan pelaporannya.

2) Susunan Organisasi

22

Struktur organisasi Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca merupakan

kerangka dalam pola tetap hubungan diantara fungsi-fungsi, atau posisi-posisi,

maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang dan

tanggung jawab yang berbeda-beda dalam satu organisasi Balai Besar Teknologi

Modifikasi Cuaca. Struktur organisasi Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca

terdiri dari:

1. Bagian Umum

2. Bidang Penerapan Teknologi Modifikasi Cuaca

3. Bidang Pelayanan Teknologi

4. Kelompok Jabatan Fungsional

3) Bagan

Struktur organisasi Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca berdasarkan

Peraturan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Nomor 010 Tahun

2015, Tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca,

sebagai berikut:

Gambar 3.3. Struktur Organisasi Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca

23

BAB 4

TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

4.1. Target Kinerja

Target Kinerja Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca sebagai salah satu

unit kerja di BPPT dirumuskan dalam Sasaran Strategis dan didistribusikan

secara top down yang dibagi habis dari target kinerja lembaga BPPT dan Eselon I

(Kedeputian TPSA) dalam Sasaran Program.

Capaian Kinerja (Output) Eselon II Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca

sebagai hasil dari pelaksanaan program dan kegiatan PPT Modifikasi Cuaca,

secara berjenjang fungsi output tersebut berkontribusi menjadi capaian kinerja

(outcome) Eselon I Kedeputian TPSA, dan outcome dari tingkat Kedeputian TPSA

berkontribusi bagi capaian kinerja (impact) lembaga BPPT.

Target kinerja Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca dirumuskan untuk

mendukung pencapaian Sasaran Strategis dan Sasaran Program Kedeputian

Bidang TPSA dalam penganggarannya dilaksanakan melalui Program Pengkajian

dan Penerapan Teknologi (PPT) Modifikasi Cuaca. Target kinerja Balai Besar

Teknologi Modifikasi Cuaca untuk tahun 2015-2019 yang terdiri dari sasaran

kegiatan, indikator kinerja kegiatan, satuan kegiatan, dan target kegiatan

terangkum dalam tabel 4.1.

24

Tabel 4.1. Sasaran Kegiatan, Indikator Kinerja Kegiatan, Satuan dan Target Kegiatan BB-TMC

KETERKAITAN

L0 DAN L1 SASARAN KEGIATAN IKSK SATUAN

TARGET

2015 2016 2017 2018 2019

Kedeputian Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam (TPSA)

Pengkajian dan Penerapan Teknologi Modifikasi Cuaca (3512)

SS 3.

Termanfaatkannya

audit teknologi, kliring

teknologi, alih

teknologi dan layanan

teknologi di bidang

TPSA untuk

peningkatan daya saing

menuju kemandirian

bangsa (L0)

SK 1. Layanan jasa

teknologi modifikasi

cuaca (PNBP)

Jumlah Layanan Jasa

Teknologi Modifikasi Cuaca

Layanan

Teknologi

1 1 1 1 1

Indeks Kepuasan Masyarakat Indeks IKM B B B B A

SS 2. Terwujudnya

inovasi TPSA untuk

mendukung

peningkatan daya saing

menuju kemandirian

bangsa (L1)

SK 2. Teknologi dan

Armada untuk

penanganan bencana

hidrometeorologi di

Provinsi Rawan Bencana.

Jumlah Desain Teknologi

Mitigasi Bencana

Hidrometeorologi Banjir dan

Kekeringan

Desain 1 - - - -

Jumlah Prototipe Teknologi

Mitigasi Bencana

Hidrometeorologi Banjir

Prototipe - 1 - - -

Jumlah Desain Teknologi

Mitigasi Bencana

Hidrometeorologi Karhutla

Desain - - 1 - -

Jumlah Pilot Project Teknologi

Mitigasi Bencana

Hidrometeorologi Karhutla

Pilot Project - - - 1

Jumlah Prototipe Teknologi

Mitigasi Bencana

Prototipe 1

25

KETERKAITAN

L0 DAN L1 SASARAN KEGIATAN IKSK SATUAN TARGET

Hidrometeorologi Kekeringan

Jumlah Referensi Teknis Hasil

Observasi Cuaca untuk

Mitigasi Banjir, Karhutla,

Kekeringan dan metode

evaluasi TMC

Referensi

Teknis

- 1 1 1 1

Jumlah Prototipe Bahan semai

untuk penyemaian awan

menggunakan wahana roket

Prototipe

1 1 1

Jumlah jasa operasi Armada

Penjinak Bencana

Hidrometeorologi

Jasa Operasi - - 1 1 1

SK 3.L ayanan

Perkantoran

Jumlah Layanan Belanja

Pegawai

Bulan 12 12 12 12

Jumlah Operasional dan

Pemeliharaan Kantor

Bulan 12 12 12 12

26

4.3. Kerangka Pendanaan

Pendanaan dari APBN difokuskan untuk mendukung daya saing sektor

produksi, kelestarian dan peningkatan kemanfaatan sumber daya alam,

penyiapan masyarakat menghadapi kehidupan global serta penguatan SDM serta

peningkatan sarana dan prasarana IPTEK.

Dalam pelaksanaan progam dan kegiatan BPPT diperlukan kaidah

pelaksanaan yang tertata dengan baik dan bersinergi antara satu dengan lainnya

yang meliputi kerangka pendanaan, regulasi, kelembagaan dan evaluasi. Kerangka

pendanaan ditujukan untuk mempertajam alokasi anggaran agar efektif dan

efisien. Melalui mekanisme penyusunan kerangka pendanaan yang dilaksanakan

yaitu dengan mempertimbangkan kegitan dan anggaran tahun sebelumnya, yang

kemudian direview khususnya pada keberlanjutan program terhadap agenda

pembangunan dengan melakukan perbaikan-perbaikan pada output/keluaran

serta komponen-komponen dibawahnya. Dengan mempertimbangkan lingkungan

strategis dan capaian pada visi dan misi maka dilakukan review baseline yang

meliputi alokasi program, kegiatan dan output serta komponen yang berlanjut

maupun yang baru; volumen target pada masing-masing tingkatan serta evaluasi

terhadap output yang sudah tercapai menjadi hasil/outcome.

Perhitungan pada KPJM yang melalui perhitungan khususnya di tahun 2015

yang sudah dilakukan di awal tahun baik untuk biaya operasional maupun non

operasional dengan dasar mempertimbangkan hasil kegiatan dan evaluasinya

terhadap capaian kinerja yang sudah ditetapkan. Adapun perhitungannya yaitu

dengan mempertimbangkan alokasi dari masing-masing program, yang

merupakan kompilasi alokasi per kegiatan sebagai implikasi adanya anggaran di

masing-masing output, sedangkan untuk tingkat komponen merupakan hasil

perhitungan volume komponen dikalikan dengan satuan biaya dan inflasinya.

Alokasi baseline BPPT untuk 5 tahun kedepan sesuai dengan capaian visi

dan misi dengan mengoptimalkan sumber daya yang tersedia guna menjawab

kebutuhan dan tantangan dilakukan melalui penyusunan skala prioritas

anggaran. Alokasi anggaran yang efektif menjadi faktor penting dalam

mewujudkan sasaran prioritas pembangunan. Dalam mendukung hal tersebut,

alokasi anggaran difokuskan pada program dan kegiatan yang memegang peran

27

penting dalam pencapaian prioritas nasional untuk mendorong pertumbuhan dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, efisiensi dari belanja terkait

operasional akan terus didorong sehingga alokasi yang terbatas menjadi lebih

berdayaguna. Alokasi belanja pada prioritas didukung dengan rencana konkret

yang berorientasi pada hasil dan manfaat (outcome dan impact). Dalam kaitan ini

perencanaan program dan kegiatan pembangunan menjadi salah satu kunci

keberhasilan dari penajaman alokasi pada prioritas tersebut. Rencana yang

konkret tersebut bukan saja pada kegiatan yang mendukung pencapaian prioritas

nasional melalui inovasi dan layanan teknologi.

Pendanaan Program dan Kegiatan Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca

pada RPJMN 2015-2019 khususnya untuk edisi revisi Tahun 2017-2019 dalam

rangka untuk mewujudkan sasaran strategis dan sasaran program lainnya dapat

diringkaskan pada tabel 4.2.

28

Tabel 4.2. Kerangka Pendanaan Kegiatan Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca

KETERKAITAN

L0 DAN L1 SASARAN KEGIATAN IKSK SATUAN

TARGET ANGGARAN (dalam Juta)

2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019

Kedeputian Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam (TPSA) 106,731 81,831 195,71 187,019 484,567

Pengkajian dan Penerapan Teknologi Modifikasi Cuaca (3512) 51,526 42,271 37,064 35,577 245,877

SS 3.

Termanfaatkannya

audit teknologi,

kliring teknologi,

alih teknologi dan

layanan teknologi

di bidang TPSA

untuk peningkatan

daya saing menuju

kemandirian

bangsa (L0)

SK 1. Layanan jasa

teknologi modifikasi

cuaca (PNBP)

Jumlah Layanan Jasa

Teknologi Modifikasi

Cuaca

Layanan

Teknologi

1 1 1 1 1

14,399 17,930 19,377

Indeks Kepuasan

Masyarakat

Indeks IKM B B B B A

SS 2. Terwujudnya

inovasi TPSA untuk

mendukung

peningkatan daya

saing menuju

kemandirian

bangsa (L1)

SK 2. Teknologi dan

Armada untuk

penanganan bencana

hidrometeorologi di

Provinsi Rawan

Bencana.

Jumlah Desain Teknologi

Mitigasi Bencana

Hidrometeorologi Banjir

dan Kekeringan

Desain 1 - - - -

Jumlah Prototipe

Teknologi Mitigasi

Bencana

Hidrometeorologi Banjir

Prototipe - 1 - - -

Jumlah Desain

Teknologi Mitigasi

Bencana

Hidrometeorologi

Karhutla

Desain - - 1 - - 440

Jumlah Pilot Project

Teknologi Mitigasi

Bencana

Pilot Project - - - 1 1,297

29

KETERKAITAN

L0 DAN L1 SASARAN KEGIATAN IKSK SATUAN TARGET ANGGARAN (dalam Juta)

Hidrometeorologi

Karhutla

Jumlah Prototipe

Teknologi Mitigasi

Bencana

Hidrometeorologi

Kekeringan

Prototipe 1 10,000

Jumlah Referensi Teknis

Hasil Observasi Cuaca

untuk Mitigasi Banjir,

Karhutla, Kekeringan

dan metode evaluasi

TMC

Referensi

Teknis

- 1 1 1 1 513 1,388 7,500

Jumlah Prototipe Bahan

semai untuk penyemaian

awan menggunakan

wahana roket

Prototipe

1 1 1 1,662 1,192 4,000

Jumlah jasa operasi

Armada Penjinak

Bencana

Hidrometeorologi

Jasa Operasi - - 1 1 1 13,885 7,322 205,000

LSK 3. ayanan

Perkantoran

Jumlah Layanan Belanja

Pegawai

Bulan 12 12 12 12

4,765 4,908 5,202

Jumlah Operasional dan

Pemeliharaan Kantor

Bulan 12 12 12 12

1,400 1,540 1,574

30

BAB 5

PENUTUP

RENSTRA Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca 2015-2019 edisi Revisi ke-5

Tahun 2015-2019 merupakan acuan dalam menyusun dokumen tahunan Rencana

Kerja (Renja), Rencana Kerja dan Anggaran (RKA-KL), dan Perjanjian Kinerja (PK)

Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca. Pelaksanaan dan pemantauan terhadap

program, kegiatan dan anggaran diukur melalui indikator kinerja dan targetnya.

RENSTRA ini selanjutnya akan menjadi bahan evaluasi dalam mereview antara

rencana dengan pelasaksanaannya yang dituangkan dalam laporan akuntabilitas unit

kerja kepada stakeholders dan customers sebagai pertanggungjawaban kepada

masyarakat sebagai lembaga dalam menjalankan tugas pokok, fungsi dan

wewenangnya.

Kegiatan-kegiatan yang mendukung prioritas nasional dan prioritas bidang

tentu akan selalu diutamakan, selain kegiatan-kegiatan yang secara langsung menjadi

tanggung jawab dan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Balai Besar Teknologi

Modifikasi Cuaca. Namun demikian, untuk hal-hal yang bersifat mendesak akan tetap

dipertimbangkan untuk diprogramkan sesuai dengan skala urgensinya dan

ketersediaan dukungan pembiayaannya.

Pelaksanaan pengukuran kinerja akan dilakukan dengan mengacu pada sistem

dan prosedur pengukuran kinerja yang telah ditetapkan oleh pimpinan BPPT dan

berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dari Pemerintah.

31

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1. Penjelasan umum

Lampiran 2. Abreviasi

32

Lampiran 1. Penjelasan Umum

Dalam Dokumen Rencana Strategis BB-TMC Tahun - 9 yang dimaksud dengan: 1. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia

2. Pembangunan Nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara

3. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 5- 5 yang

selanjutnya disebut sebagai RPJPN 5- 5 adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional untuk periode dua puluh tahun, yakni tahun sampai dengan tahun

4. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 5- 9, yang

selanjutnya disebut RPJMN 5- 9 adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional untuk periode lima tahunan ketiga RPJMN))) , yakni tahun sampai dengan tahun 9

5. Rencana Strategis Kementerian/Lembaga Tahun 5- 9,

selanjutnyadisebut RENSTRA K/L, adalah dokumen perencanaanKementerian/Lembaga untuk periode lima tahun, yakni tahun sampai dengan tahun 9, yang merupakan penjabaran dari RPJMNasional Tahun - 9

6. Rencana Kerja Pemerintah RKP adalah dokumen perencanaan nasional untuk periode ) satu tahun

7. Rencana Kerja Kementerian/Lembaga RenjaK/L adalah dokumen perencanaan Kementerian/Lembaga untuk periode ) satu tahun

8. Kementerian adalah Perangkat Pemerintah yang membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan

9. Lembaga adalah organisasi non Kementerian dan instansi lain pengguna anggaran yang dibentuk untuk melaksanakan tugas tertentu berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik )ndonesia Tahun 9 atau peraturan perundang-undangan lainnya termasuk di dalamnya Lembaga Pemerintah Non

33

Kementerian, Lembaga Non Struktural, dan Lembaga Tinggi

10. Unit Organisasi Eselon ) adalah instansi di bawah Kementerian/Lembaga yang dipimpin oleh pejabat yang bertanggungjawab melaksanakan program unit eselon ) dan/atau kebijakan Kementerian/Lembaga. 11. Unit Organisasi Eselon )) adalah instansi di bawah unit organisasi eselon ) yang dipimpin oleh pejabat yang bertanggungjawab melaksanakan kegiatan dari program unit eselon ) dan/atau kebijakan Kementerian/Lembaga. 12. Unit Kerja Mandiri adalah instansi di bawah unit kerja eselon )) yang dipimpin oleh pejabat yang bertanggungjawab melaksanakan kegiatan dari program unit eselon ) dan/atau kebijakan Kementerian/Lembaga. 13. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan. 14. Misi adalah rumusan umum mcngcnai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi. 15. Tujuan adalah penjabaran visi Kementerian/Lembaga yang bersangkutan dan dilengkapi dengan rencana sasaran nasional yang hendak dicapai dalam rangka mcncapai sasaran program prioritas Presiden. 16. Kebijakan Kementerian/Lembaga adalah penjabaran urusan pemerintahan dan/atau prioritas pembangunan sesuai dengan visi dan misi Presiden yang rumusannya mencerminkan bidang urusan tertentu dalam pemerintahan yang menjadi tanggung jawab Kementerian/Lembaga, berisi satu atau beberapa upaya untuk mencapai sasaran strategis penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dengan indikator kinerja yang terukur, dalam bentuk Kerangka Regulasi, serta Kerangka Pelayanan Umum dan )nvestasi Pemerintah. 17. Strategi adalahl angkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi. 18. Prioritas adalah arah kebijakan untuk memecahkan permasalahan yang penting dan mendesak untuk segera dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu serta memiliki dampak yang besar terhadap pencapaian sasaran pembangunan. 19. Program adalah penjabaran kebijakan sesuai visi dan misi Kementerian/Lembaga yang rumusannya mencerminkan tugas dan fungsi eselon ) atau unit Kementerian/Lembaga yang berisi kegiatan untuk mencapai hasil

34

dengan indikator kinerja yang terukur. 20. Program Lintas adalah program yang sifatnya mewadahi kegiatan-kegiatan prioritas untuk mencapai sasaran strategis yang dapat bersifat lintas K/ L. 21. Kegiatan adalah penjabaran dari program yang rumusannya mencerminkan tugas dan fungsi eselon ))/ Satker atau penugasan tertentu Kementerian/Lembaga yang berisi komponen kegiatan untuk mencapai keluaran dengan indikator kinerja yang terukur. 22. Kegiatan Prioritas Strategis adalah kegiatan yang bersifat strategis projectoriented dan ditetapkan dalam upaya pencapaian prioritas pembangunan nasional dan/atau isu-isu yang merupakan )nstruksi Presiden dan/atau memiliki dampak yang besar terhadap masyarakat yang kinerjanya akan dipantau secara khusus. 23. Sasaran Strategis Kementerian/Lembaga Outcome/)mpact adalah kondisi yang akan dicapai secara nyata oleh Kementerian/Lembaga yang mencerminkan pengaruh yang ditimbulkan oleh adanya hasil outcome satu atau beberapa program. 24. Sasaran Program Outcome adalah hasil yang akan dicapai dari suatu program dalam rangka pencapaian sasaran strategis Kementerian/Lembaga yang mencerminkan berfungsinya keluaran Output . 25. Sasaran Kegiatan Output adalah keluaran output yang dihasilkan oleh suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan program dan kebijakan yang dapat berupa barang atau jasa. 26. Proses adalah upaya yang dilakukan untuk menghasilkan keluaran output dengan menggunakan sumber daya input . 27. )nput adalah segala sesuatu yang digunakan dalam rangka menghasilkan keluaran output . 28. )ndikator Kinerja Sasaran Strategis adalah alai ukur yang mengindikasikan keberhasilan pencapaian sasaran strategis Kementerian/Lembaga. 29. )ndikatorKinerjaProgram adalah alat ukur yang mengindikasikan keberhasilan pencapaian hasil outcome dari suatu program. 30. )ndikatorKinerjaKegiatan adalah alat ukur yang mengindikasikan keberhasilan pencapaian keluaran output dari suatu kegiatan.

35

31. Target adalah hasil dan satuan hasil yang direncanakan akan dicapai dari setiap indikator kinerja. 32. Kerangka Regulasi adalah perencanaan pembentukan regulasi dalam rangka memfasilitasi, mendorong dan mengatur perilaku masyarakat dan penyelenggara Negara dalam rangka mencapai tujuan bernegara. 33. Kerangka Kelembagaan adalah perangkat Kementerian/Lembaga strukturorganisasi, ketatalaksanaan dan pengelolaan aparatur sipil negara - yang digunakan untuk mencapai visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga yang disusun dengan berpedoman pada RPJM Nasional. 34. Masyarakat adalah pelaku pembangunan yang merupakan orang perseorangan, kelompok orang termasuk masyarakat hukum adat atau badan hukum yang berkepentingan dengan kegiatan dan hasil pembangunan baik sebagai penanggung biaya, pelaku, penerima manfaat, maupun penanggung risiko. 35. KerangkaPengeluaran JangkaMenengah KPJM adalah pendekatan penganggaran berdasarkan kebijakan, pengambilan keputusan terhadap kebijakan tersebut dilakukan dalam perspektif lebih dari satu tahun anggaran, dengan mempertimbangkan implikasi biaya keputusan yang bersangkutan pada tahun berikutnya yang dituangkan dalam prakiraan maju. 36. Perekayasaan adalah penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bentuk

desain dan rancang bangun untuk menghasilkan sistem, model, nilai, produk

dan/atau proses produksi dengan mempertimbangkan keterpaduan sudut

pandang dan/atau konteks teknikal, fungsional, bisnis, sosial budaya dan estetika

dalam suatu kelompok kerja fungsional (2, 6).

37. Kerekayasaan adalah kegiatan bertahap yang secara runtun meliputi penelitian

terapan, pengembangan, perekayasaan dan pengoperasian.

38. Perekayasa adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung

jawab, dan wewenang untuk melakukan kegiatan teknologi dalam suatu

kelompok kerja fungsional pada bidang penelitian terapan, pengembangan,

perekayasaan dan pengoperasian yang diduduki oleh pegawai negeri sipil

dengan hak dan kewajiban yang diberikan secara penuh pejabat yang berwenang

.

36

39. Perekayasaan Teknologi –Suatu cara atau metode untuk mendesain dan

merancang bangun suatu proses atau produk yang dapat menghasilkan nilai bagi

pemenuhan kebutuhan, kelangsungan dan peningkatan mutu kehidupan, dengan

mempertimbangkan keterpaduan sudut pandang dan/ atau konteks teknikal,

fungsional, bisnis, sosial budaya dan estetika dalam suatu kelompok kerja

fungsional. Perkayasaan teknologi dimulai dari Research, Development,

Engineering dan Operation. Engineering dan Operation meliputi kemitraan dan

pemanfaatan, termasuk juga Layanan Teknologi,

40. Teknologi Industri adalah hasil pengembangan, perbaikan, invensi, dan/atau

inovasi dalam bentuk teknologi proses dan teknologi produk termasuk rancang

bangun dan perekayasaan, metode, dan/atau sistem yang diterapkan dalam

kegiatan Industri

41. Alih teknologi adalah pengalihan kemampuan memanfaatkan dan menguasai

ilmu pengetahuan dan teknologi antar lembaga, badan, atau orang, baik yang

berada di lingkungan dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri ke

dalam negeri dan sebaliknya.

42. Inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan, penerapan, pengkajian,

perekayasaan, dan pengoperasian yang selanjutnya disebut kelitbangan yang

bertujuan mengembangkan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu

pengetahuan yang baru atau cara baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang telah ada ke dalam produk atau proses produksi.

43. Perencanaan stratejik merupakan suatu proses yg berorientasi pada hasil yg

ingin dicapai selama kurun waktu 1 (satu) sampai dgn 5 (lima) tahun dgn

memperhitungkan potensi, peluang dan kendala yang ada atau mungkin timbul.

Rencana Stratejik mengandung visi, misi, tujuan, sasaran dan program yg

realistis, mengantisipasi masa depan yg diinginkan dan dapat dicapai (Inpres 7/

1999 ttg AKIP).Perencanaan stratejik merupakan suatu proses yg berorientasi

pada hasil yg ingin dicapai selama kurun waktu 1 (satu) sampai dgn 5 (lima)

tahun secara sistematis dan berkesinambungan dgn memperhitungkan potensi,

peluang, dan kendala yg ada atau yg mungkin timbul. Proses ini menghasilkan

suatu rencana stratejik instansi pemerintah, yg setidaknya memuat visi, misi,

37

tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, dan program serta ukuran keberhasilan dan

kegagalan dlm pelaksanaannya (Keputusan Kepala LAN No. 239/ 2003).

44. Rencana Strategis-KL memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan,

program, dan kegiatan pembangunan sesuai dgn tugas dan fungsi K/L yg

disusun dgn berpedoman pada RPJM Nasional dan bersifat indikatif (Psl 6 ayat 1,

UU 25 Tahun 2004 ttg SPPN).

45. Sistem Inovasi Daerah yang selanjutnya disingkat SIDa adalah keseluruhan

proses dalam satu sistem untuk menumbuhkembangkan inovasi yang dilakukan

antar institusi pemerintah, pemerintahan daerah, lembaga kelitbangan, lembaga

pendidikan, lembaga penunjang inovasi, dunia usaha, dan masyarakat di daerah.

46. Difusi teknologi adalah kegiatan adopsi dan penerapan hasil inovasi secara

lebih ekstensif oleh penemunya dan atau pihak-pihak lain dangan tujuan untuk

meningkatkan daya guna potensinya.

47. Hak kekayaan intelektual yang selanjutnya disebut HKI adalah hak

memperoleh perlindungan secara hukum atas kekayaan intelektual sesuai

dangan peraturan perundang-undangan.

48. Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk

mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya atau memberikan izin untuk itu

dengan tidak mengurangi pembatasan pembatasan menurut peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

49. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku

dan/atau memanfaatkan sumber daya industri sehingga menghasilkan barang

yang mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi, termasuk jasa industri.

50. Perindustrian adalah tatanan dan segala kegiatan yang bertalian dengan

kegiatan industri.

51. Industri Strategis adalah Industri yang penting bagi negara dan yang menguasai

hajat hidup orang banyak, meningkatkan atau menghasilkan nilai tambah sumber

daya alam strategis, atau mempunyai kaitan dengan kepentingan pertahanan

serta keamanan negara dalam rangka pemenuhan tugas pemerintah negara.

52. Industri Hijau adalah Industri yang dalam proses produksinya mengutamakan

upaya efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan

38

sehingga mampu menyelaraskan pembangunan Industri dengan kelestarian

fungsi lingkungan hidup serta dapat memberikan manfaat bagi masyarakat .

53. Bahan Baku adalah bahan mentah, barang setengah jadi, atau barang jadi yang

dapat diolah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi yang mempunyai

nilai ekonomi yang lebih tinggi.

54. Jasa Industri adalah usaha jasa yang terkait dengan kegiatan Industri.

55. Perusahaan Industri adalah Setiap orang yang melakukan kegiatan di bidang

usaha Industri yang berkedudukan di Indonesia.

56. Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka

pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang undangan

bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/ atau pelayanan

administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik

57. Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan metode ilmiah

secara sistematis untuk memperoleh informasi, data, dan keterangan yang

berkaitan dangan pemahamandan pembuktian kebenaran atau ketidakbenaran

suatu asumsi dan/ atau hipotesis di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta

menarik kesimpulan ilmiah bagi keperluan kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi.

58. Penelitian Terapan adalah kegiatan penelitian multi disiplin ilmu pengetahuan

yang dapat dilanjutkan melalui kegiatan pengembangan dan perekayasaan.

59. Pengembangan adalah kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan

memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti

kebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat, dan aplikasi ilmu

pengetahuan dan teknologi yang telah ada, atau menghasilkan teknologi baru.

60. Penerapan adalah pemanfaatan hasil penelitian, pengembangan, dan/atau ilmu

pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam kegiatan perekayasaan,

inovasi, serta difusi teknologi.

61. Teknologi adalah cara atau metode serta proses atau produk yang dihasilkan

dari penerapan dan pemanfaatan berbagai disiplin ilmu pengetahuan yang

menghasilkan nilai bagi pemenuhan kebutuhan, kelangsungan, dan peningkatan

mutu kehidupan manusia.

39

62. Invensi adalah suatu ciptaan atau perancangan baru yang belum ada

sebelumnya yang memperkaya khazanah serta dapat dipergunakan untuk

menyempurnakan atau memperbaruhi ilmu pengetahuan dan teknologi yang

telah ada.

63. Lembaga Kelitbangan adalah institusi yang melakukan kegiatan penelitian,

pengembangan, penerapan, pengkajian, perekayasaan, dan pengoperasian yang

bertujuan mengembangkan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu

pengetahuan yang baru atau cara baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang telah ada ke dalam produk atau proses produksi.

64. Lembaga penelitian dan pengembangan yang selanjutnya disebut lembaga

litbang adalah lembaga yang melaksanakan kegiatan penelitian dan/atau

pengembangan.

65. Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh

pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan

dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara

Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

66. Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat

daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Pemerintah daerah

adalah kepala daerah beserta perangkat daerah otonom yang lain sebagai badan

eksekutif daerah.

67. Pemerintah pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah perangkat Negara

Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas Presidan beserta para menteri .

68. Hak kekayaan intelektual yang selanjutnya disingkat HKI adalah hak kekayaan

atas segala hasil produksi kecerdasan daya pikir yang berguna untuk manusia.

69. Ilmu pengetahuan adalah rangkaian pengetahuan yang digali, disusun, dan

dikembangkan secara sistematis dangan menggunakan pendekatan tertentu

yang dilandasi oleh metodologi ilmiah, baik yang bersifat kuantitatif, kualitatif,

maupun eksploratif untuk menerangkan pembuktian gejala alam dan/atau gejala

kemasyarakatan tertentu.

70. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang strategis adalah berbagai cabang ilmu

pengetahuan dan teknologi yang memiliki keterkaitan yang luas dengan

40

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi secara menyeluruh, atau berpotensi

memberikan dukungan yang besar bagi kesejahteraan masyarakat, kemajuan

bangsa, keamanan dan ketahanan bagi perlindungan negara, pelestarian fungsi

lingkungan hidup, pelestarian nilai luhur budaya bangsa, serta peningkatan

kehidupan kemanusiaan.

71. Badan usaha adalah badan atau lembaga berbadan hukum yang melakukan

kegiatan usaha sesuai dangan peraturan perundang-undangan.

72. Organisasi profesi adalah wadah masyarakat ilmiah dalam suatu cabang atau

lintas disiplin ilmu pengetahuan dan teknologi, atau suatu bidang kegiatan

profesi, yang dijamin oleh negara untuk mengembangkan profesionalisme dan

etika profesi dalam masyarakat, sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

73. Industri Pertahanan adalah industri nasional yang terdiri atas badan usaha

milik negara dan badan usaha milik swasta baik secara sendiri maupun

berkelompok yang ditetapkan oleh pemerintah untuk sebagian atau seluruhnya

menghasilkan alat peralatan pertahanan dan keamanan, jasa pemeliharaan untuk

memenuhi kepentingan strategis di bidang pertahanan dan keamanan yang

berlokasi di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

74. Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan adalah segala alat perlengkapan

untuk mendukung pertahanan negara serta keamanan dan ketertiban

masyarakat. 3. Dewan Perwakilan Rakyat yang selanjutnya disingkat DPR adalah

Dewan Perwakilan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

75. Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan

pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

76. Korporasi adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan yang terorganisasi, baik

merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum.

77. Kinerja adalah prestasi kerja berupa keluaran dari suatu kegiatan atau hasil dari

suatu program dgn kuantitas dan kualitas terukur (Pasal 1 butir 12, PP 90 Tahun

2010 dan Psl 1 butir 2, PP 8 Tahun 2006).

78. Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk

mewujudkan visi dan misi (Pasal 1 butir 14, UU 25 Tahun 2004).

41

79. Kebijakan merupakan arah dan langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan

masing-masing program untuk tahun rencana (Psl 20 ayat 3, PP 40 Tahun 2006

ttg Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional).

80. Rencana Strategis K/L 2010-2014, selanjutnya disebut RENSTRA-KL, adalah

dokumen perencanaan K/L utk periode 5 (lima) tahun, yakni tahun 2010 sampai

dgn 2014, yg merupakan penjabaran dari RPJMN 2010-2014 (Permen PPN/

Kepala Bappenas No. 5/ 2009).

81. RENSTRA-KL memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan

kegiatan pembangunan sesuai dgn tugas dan fungsi K/L yg disusun dgn

berpedoman pada RPJM Nasional dan bersifat indikatif (Psl 6 ayat 1, UU 25

Tahun 2004 ttg Sistem Perencanaan dan Pembangunan Nasional).

82. Pelanggan adalah pihak-pihak yang memerlukan dan menggunakan produk, jasa atau program BPPT, yaitu industri dan pemerintah

83. Stakeholder adalah pihak-pihak yang berkepentingan atau memiliki harapan

terhadap perkembangan kinerja dan program BPPT.

84. Pusat Unggulan )ptek Pusat Unggulan merupakan suatu lembaga yang

mengoptimalkan potensi sumber daya iptek yang tersedia sehingga menjadi

pusat kegiatan litbangyasa unggulan nasional ataupun hasil kegiatan litbang di

pusat tersebut dapat langsung menjadi solusi dari persoalan yang dihadapi saat

ini

85. Daya saing - Peningkatan daya saing merupakan resultan dari kinerja berbagai pilar yang menjadi penopangnya, yang meliputi: institusi, infrastruktur, lingkungan ekonomi makro, kesehatan dan pendidikan dasar, pendidikan tinggi dan pelatihan, efisiensi pasar barang, efisiensi pasar tenaga kerja, pasar finansial, kesiapan teknologis, ukuran pasar, kecanggihan bisnis, dan inovasi sumber: WEF . 86. Daya saing industri merupakan kesiapan suatu industri untuk berinteraksi agar

menjadi lebih kompetitif dalam arti memiliki peluang untuk menang bagi

industri tersebut. Kunci keberhasilan untuk meningkatkan daya saing industri

dengan mendorong laju inovasi berupa peningkatan nilai tambah dan

produktivitas bagi industri tersebut agar bisa bersaing, baik di tingkat lokal,

nasional, dan lingkungan global.

42

87. Daya saing Perusahaan - kemampuan perusahaan dalam menghadapi

perubahan pasardan perkembangan persaingan untuk memperkuat posisi pasar

dan mengembangkan diri

88. Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang- undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan / atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik

89. Klaster industry Kumpulan/kelompok bisnis dan industri yang terkait melalui

suatu rantai produk umum, ketergantungan atas keterampilan tenaga kerja yang

serupa, atau penggunaan teknologi yang serupa atau saling komplementer

(OECD, 2000); Kelompok industri dengan focal/core industry yang saling

berhubungan secara intensif dan membentuk partnership, baik dengan

supporting industry maupun related industry (Deperindag, 2000);

90. Teknopreneur - pengusahan yang membangun bisnisnya berdasarkan

keahliannya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, dan menghasilkan

prosuk inovatif yang berguna tidak hanya bagi dirinya, tetapi bagi kesejahteraan

bangsa dan negaranya.

Acuan:

1. Peraturan Bersama Menteri Negara Riset dan Teknologi dan Menteri Dalam

Negeri No. 03 Tahun 2012 dan 36 Tahun 2012 tentang Penguatan Sistem

Inovasi Daerah.

2. Undang-undang No. 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian,

Pengembangan, Dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

3. Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta.

4. Undang-Undang No. 16 Tahun 2012 Tentang Industri Pertahanan.

5. Undang-Undang No. 3 Tahun 2014 Tentang Perindustrian.

6. Peraturan menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.219 Tahun 2008

tentang Jabatan Fungsional Perekayasa.

7. Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2004 ttg Rencana Kerja Pemerintah (RKP)

8. Perpres no. 81 tahun 2010 tentang grand design reformasi birokrasi 2010 –

2025

43

9. Permenpan RB no 20 tahun 2010 tentang road map reformasi birokrasi 2010-

201

44

Lampiran 2. Singkatan

1. BPPT : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

2. TPSA : Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam

3. BB-TMC : Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca