Rencana Pengembangan Pariwisata Alam

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Perencanaan eTourism Taman Nasional Gunung Rinjani

Citation preview

REVIEW DATA ANALITIS PENGEMBANGAN PARIWISATA ALAM TN GUNUNG RINJANI

PERENCANAAN PENGEMBANGAN E-TOURISM UNTUK MENDUKUNG PARIWISATA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG RINJANI

Oleh Ahmad Nurcholish[footnoteRef:2] [2: Mahasiswa Pasca Sarjana Magister Administrasi Publik Universitas Brawijaya, 2015. Paper disampaikan dalam tugas Matapelajaran Perencanaan Pembangunan Daerah, Dosen Pengampuh Dr. Sarwono, M.Si]

1.1 PENDAHULUANPulau Lombok merupakan destinasi wisata yang cukup populer selain Bali, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) terus berbenah untuk menjadikan Lombok sebagai destinasi utama bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Diantara tempat wisata di pulau Lombok Taman Nasional Gunung Rinjani merupakan tempat wisata yang menjadi ikon pulau Lombok yang menjadi lokus dalam perencanaan pengembangan pariwisata ini. Sedangkan fokusnya pada electronic tourism yang menjadi sarana informasi yang terintegrasi tentang pariwisata Taman Nasional Gunung Rinjani.Pada awalnya Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) merupakan kawasan Suaka Marga Satwa yang ditetapkan Gubernur Hindia Belanda pada tahun 1941 berdasarkan Surat Keputusan No. 15 Staatblaat Nomor 77 tanggal 12 Maret 1941, kemudian diumumkan melalui Surat Pernyataan Menteri Kehutanan No. 448/Menhut-VI/1990, pada acara Puncak Pekan Konservasi Alam Nasional ke-3 di Mataram Propinsi Nusa Tenggara Barat dan ditunjuk sebagai Taman Nasional Gunung Rinjani dengan Surat Keputusan Menhut No. 280/Kpts-VI/1997 tanggal 23 mei 1997 dengan luas definitif 41.330 Ha, yang terletak di tiga wilayah Kabupaten di Pulau Lombok ditetapkan dengan Surat Keputusan Menhut No. 185/Kpts/97 tanggal 27 Mei 1997, dengan nama Unit Taman Nasional Gunung Rinjani setingkat eselon IV.a, selanjutnya pada tahun 2002 berubah menjadi Balai Taman Nasional Gunung Rinjani setingkat eselon III.a dengan Surat Keputusan Menhut No. 6186/Kpts-II/2002 tanggal 10 Juni 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Taman Nasional Gunung Rinjani.Taman Nasional (TN) merupakan aset nasional dan internasional yang memiliki nilai manfaat penting bagi kehidupan umat manusia, maka IUCN (1994) memberikan kriteria penetapannya yang berfungsi sebagai upaya perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan lestari. Undang-undang nomor 5 tahun 1990 juga memberikan panduan dalam pengelolaan taman nasional yang didasarkan pada sistem zonasi (zona inti, zona rimba, zona pemanfaatan dan zona lainnya). Pemanfaatan potensi pariwisata alam ini diharapkan dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar kawasan, Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Pusat. Pemberdayaan ekonomi masyarakat di dalam dan di sekitar hutan dalam pemanfaatan jasa lingkungan pariwisata alam, diharapkan menjadi alternatif peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pengaturan pemanfaatan jasa lingkungan dapat meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD), peningkatan penerimaan negara bukan pajak (PNBP), dan peningkatan dana konservasi untuk perbaikan lingkungan. Pengaturan pemanfaatan jasa lingkungan ditujukan juga untuk pengendalian pemanfaatan dan dukungan pendanaan dalam melakukan upaya konservasi.Permasalahan yang ada selama ini belum adanya suatu media yang bisa menjembatani antara pelaku pariwisata dengan penyedia jasa wisata secara langsung. Penyedia jasa wisata ke TNGR selama ini dilakukan oleh Trekking Organizer (TO) yang menyediakan guide dan porter, banyak diantara TO ini yang berjalan sendiri-sendiri tanpa adanya suatu koordinasi jika tidak ditangani dengan baik akan berpeluang terjadinya tindak kriminal yang akan berdampak pada pariwisata. E-tourism merupakan suatu cara untuk memberikan wadah yang lengkap tentang informasi dan sebagai media yang menjembatani antara pelaku wisata dan penyedia jasa wisata yang dapat memberikan informasi yang lengkap bagi pelaku wisata dalam merencanakan perjalanan wisatanya. Etourism juga sebagai media promosi sekaligus database bagi TO yang legal sehingga keberadaannya lebih terkontrol. Pada zaman sekarang dimana penetrasi internet begitu luas banyak calon wisatawan yang memanfaatkan internet sebagai media rujukan untuk mendapatkan informasi yang dijadikan pertimbangan dan gambaran tentang tujuan wisata yang ingin dikunjungi. 1.2 TUJUAN DAN MANFAAT

Kegiatan wisata alam pada TNGR dimasa depan tidak hanya dipandang sebagai kegiatan konservasi saja tetapi juga memperhitungkan faktor bisnis sehingga manfaatnya dapat diperoleh secara lestari. Untuk itu kegiatan promosi yang dapat memperkenalkan kawasan ini secara lebih meluas mutlak sangat penting peranannya. Untuk kawasan TNGR nampaknya bentuk promosi melalui brosur, media massa, berita televisi, radio dan informasi dari mulut ke mulut memegang peranan penting, khususnya bagi wisatawan mancanegara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan media promosi tersebut sangat signifikan dalam promosi kawasan TNGR khususnya dikalangan wisatawan mancanegara.Promosi melalui brosur, media massa, mulut ke mulut, berita televisi dan radio merupakan promosi yang bersifat memberikan informasi (informatif) tentang destinasi TNGR kepada wisatawan. Pada saat ini promosi melalui internet juga telah dikembangkan oleh RTC yang merupakan mitra TNGR. Pengunjung yang memanfaatkan media ini pada umumnya adalah pengunjung dari mancanegara. Kedepan pihak pengelola agar membuat website khusus untuk menyebarluaskan informasi mengenai TNGR kepada masyarakat nasional dan internasional. Kegiatan-kegiatan promosi ini efektif untuk membentuk citra yang wajar di benak calon wisatawan TNGR. Jika calon wisatawan merasa belum cukup informasi maka mereka akan mencari informasi secara lebih detail melalui agen wisata dan lain sebagainya. Tujuan dari pengembangan pariwisata alam melalui e-tourism adalah untuk memberikan informasi yang lengkap sekaligus sebagai sarana promosi pariwisata NTB khususnya TNGR. E-tourism tidak hanya sebagai media online saja tetapi sekaligus sebagai database untuk memanajemen tentang pelaku jasa wisata di TNGR seperti trekking organizing, porter, guide, hostel dan sebagainya agar lebih terkontrol untuk meminimalisir tindak kriminal atau penyedia jasa ilegal.Adapun manfaatnya Secara praktis, kajian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi UPT (Unit Pelaksana Teknis) Balai Taman Nasional Gunung Rinjani dalam usaha menyusun perencanaan pariwisata yang efektif dan efisien. Serta sebagai bahan informasi dalam menyusun dan menetapkan kebijakan perencanaan e-tourism.1.3 KERANGKA TEORITIK Perencanaan merupakan suatu tahap yang harus dilakukan sebelum proses kegiatan dilaksanakan. Menurut Friedman dalam Glasson (1974:5):planning is primarily a way of thinking about social and economic problems, planning is oriented predominantly toward the future, is deeply concerned with the relation of goals to collective decisions and strives for comprehensiveness in policy and program.Menurut Friedman perencanaan adalah cara berpikir mengatasi permasalahan sosial dan ekonomi, untuk menghasilkan sesuatu dimasa depan. Sasaran yang dituju adalah keinginan kolektif dan mengusahakan keterpaduan dalam kebijakan dan program. Menurut Gleeson and Low ( dalam Dredge dan Jenkins 2007: 8) mendefinisikan tentang perencanaan sebagai berikut: planning is a dialetical concept rather than an analytical one. An analytical concept is one that can be perfectly and finally defined in such a way that we can know what it is and what it is not. A dialectical concept, on the other hand, is one that overlaps with other concepts and even with its opposite. It (planning) is a concept , like justice or democracy or money, crucially important for social life, but one that can never be pinned down in a unique, perfectly encompassing definition [ original emphasis ] .Perencanaan merupakan sebuah konsep dialektika dibanding sebuah analitika. Konsep analitika bisa disempurnakan atau didefiniskan sebagai sebuah cara yang kita kenal sebagai apa dan apa yang bukan. Konsep dialektik, disisi lain tumpang tindih dengan konsep lain dan bahkan saling berlawanan. Perencanaan adalah sebuah konsep sebagaimana keadilan atau demokrasi atau uang, yang secara krusial penting untuk kehidupan sosial, tetapi itu tidak pernah tersemat sesuatu yang unit, yang mencakup definisi. Sedangkan Conyers dan Hills (1990:1) menyebutkan bahwa :planning is necessary for the purposes of this book. We shall, therefore, define planning as a continous process which involves decisions, or choices, about alternative ways of using available resources, with the aim of achieving particular goals at some time in the future.Perencanaan merupakan proses berkelanjutan yang melibatkan keputusan atau pilihan mengenai cara alternatif dalam penggunaan sumber daya yang tersedia dengan maksud meraih tujuan khusus pada beberapa waktu dimasa yang akan datang. Berdasarkan definisi tersebut terdapat empat elemen dasar perencanaan yaitu:1. Merencanakan berarti memilihPerencanaan merupakan proses untuk memilih diantara berbagai kegiatan yang diinginkan karena tidak semua yang diinginkan tersebut dapat dilakukan dan tercapai secara simultan2. Perencanaan merupakan alat pengalokasian sumberdayaPerencanaan mencakup proses pengambilan keputusan tentang bagaimana penggunaan sumberdaya yang tersedia sebaik-baiknya. Oleh karena itu, kuantitas dan kualitas sumberdaya tersebut berpengaruh sangat penting dalam proses memilih diantara berbagai pilihan tindakan-tindakan yang ada.3. Perencanaan merupakan alat untuk mencapai tujuan Konsep perencanaan sebagai alat mencapai tujuan muncul berkenaan dengan sifat dan proses penetapan tujuan. Seringkali tujuan-tujuan tersebut didefinisikan secara kurang tegas, karena kadang kala tujuan-tujuan tersebut ditetapkan oleh pihak lain (para pemimpin politik) 4. Perencanaan untuk masa depanSalah satu elemen penting dalam perencanaan adalah elemen waktu. Tujuan-tujuan perencanaan dirancang untuk dicapai pada masa yang akan datang dan oleh karena itu perencanaan berkaitan dengan masa depan.Menurut Siagian (2008:88), perencanaan dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Perencanaan merupakan suatu proses untuk memikirkan permasalahan yang sedang dihadapi dan memikirkan alternatif pemecahannya serta memikirkan kondisi ideal yang diharapkan.Menurut Abe (2005:50-51) perencanaan masih diperlukan karena dua dalil utama yaitu: pertama, adanya suatu kebutuhan (mendesak), untuk menjalankan agenda pembangunan dengan secara maksimal, tepat dan hemat, dalam menggunakan sumber-sumber yang ada. Efisiensi dan efektifitas dijadikan landasan, bukan dalam kerangka akumulasi kapitas melainkan dalam kerangka pemerataan. Kedua, adanya kebutuhan untuk mentransformasikan masyarakat. Proses transformai harus dipandang bukan sebagai gerak tambal sulam, melainkan sebuah proses yang didalamnya memuat kejadian-kejadian, mengubah tatanan lama dengan tatanan baru. Dengan demikian, pembaruan struktur sosial, menjadi bagian yang tidak terpisahkan. Tahap-tahap proses yang hendak dilalui harus merupakan tahapan dalam kendali, stabil dan sepenuhnya harus dikenali.Lebih lanjut Abe (2005:31) menjelaskan perencanaan yang baik haruslah memuat prinsip yang termuat dalam dokumen perencanaan, yaitu: 1). Apa yang akan dilakukan, yang merupakan jabaran dari misi dan visi; b). Bagaimana mencapai hal tersebut; c). Siapa yang akan melakukan; d). Lokasi aktifitas; e). Kapan akan dilakukan, berapa lama; dan f). Sumber daya yang dibutuhkan. Menurut Riyadi dan Bratakusumah (2004:3), unsur-unsur perencanaan yang baik adalah: 1). Adanya asumsi-asumsi yang didasarkan pada fakta-fakta; 2). Adanya alternatif-alternatif atau pilihan-pilihan sebagai dasar penentuan kegiatan yang akan dilakukan; 3). Adanya tujuan yang ingin dicapai; 4). Bersifat memprediksi sebagai langkah untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan perencanaan; dan 5). Adanya kebijaksanaan sebagai hasil keputusan yang harus dilaksanakan.Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perencanaan merupakan usaha untuk memecahkan permasalahan yang ada dalam masyarakat dan tujuan yang hendak dicapai dengan memperhatikan aspek sumber daya yang dimiliki. Dalam perencanaan juga terkandung aspek alternatif pilihan, karena tidak semua permasalahan dapat diselesaikan sekaligus tetapi ada skala prioritas. Dan aspek kebijaksanaan sebagai usaha untuk mewujudkan tujuan yang hendak ditetapkan. Perencanaan juga harus konsisten dan realistis, disertai pengawasan yang kontinyu, mencakup aspek fisik dan pembiayaan, mempunyai koordinasi dan para perencananya harus memahami permasalahan ekonomi.Dimitrios Buhalis (2011:6) mendefinisikan e-tourism sebagai refleksi digitalisasi proses dan rantai nilai travel, hospitality, dan industri katering dalam pariwisata. Hal ini disebabkan karena internet telah merubah model perencanaan perjalanan secara konvesional menjadi lebih modern33. Kemudahan, efisiensi waktu, dan murah menjadi alasan pokok orang untuk merencanakan perjalanan wisata menggunakan e-tourism. E-Tourism merupakan aplikasi penggunaan Information Communication and Technology (ICT) dan e-commerce dalam industri pariwisata. Ini dapat memaksimalkan efisiensi dan efektivitas pariwisata baik hubungannya dengan organisasi pariwisata maupun dengan seluruh stakeholder.Menurut Buhalis, perilaku consumer dalam pariwisata selalu dipengaruhi oleh kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Penggunaan web 2.0 seperti dikutip Kang Gretzel dan Lee telah merubah secara signifikan perencanaan individu terhadap perjalanan wisata35. E-tourism memasukkan teknologi informasi yang disebut (IT-enabled tourism). Sistem ini menggabungkan seluruh fungsi bisnis (e-commerce), e-marketing, e-finance, e-accounting, e-production, estrategy,e-planning, dan e-management untuk seluruh sektor pariwisata termasuk travel, transportasi, hiburan, hospitality, intermediary, dan sektor publik.Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah pola distribusi, promosi, serta operasi produk/jasa pariwisata termasuk sistem distribusi global, internet, komunikasi elektronik, pembuatan tiket, dan transfer biaya.Efisiensi dan efektifitas diperoleh dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi sehingga dapat menghemat biaya operasional, khususnya di sektor hotel dan catering (yaitu, manajemen hasil), kemajuan teknologi angkutan, meningkatkan efisiensi, menurunkan biaya, menyajikan kenyamanan dan kenikmatan, dan daya tarik wisata dengan menggunakan teknologi canggih dalam kegiatan yang ditawarkan dan interpretasi peninggalan budaya.Industri pariwisata awalnya menggunakan sistem komputerisasi (Consumer Reservation System dan Global Distribution System) untuk memperoleh efisiensi pemrosesan informasi secara internal yang memudahkanpengaturan distribusi. Saat ini, internet dan Information Communication Technology (ICT) sangat relevan dioperasikan secara struktural dan strategis dilevel marketing untuk memfasilitasi supplier, intermediary, dan konsumer di seluruh dunia. Perubahan ini sangat memengaruhi pihak-pihak yang ada di dalam rantai nilai, baik supplier, customer maupun perantara (intermediaries). Perubahan lingkungan dalam industri pariwisata tidak dapat dihindari, tergantungbagaimana para pemain dalam rantai nilai industri menyikapinya sehingga dapatmemberikan keuntungan.Internet menyediakan direct link antara penyedia layanan wisata (supplier)kepada konsumen. Tindakan ini menyebabkan terjadinya disintermediasi secara besar-besaran. Namun, pasar lambat laun menyadari bahwa konsumen tidak mau membuang waktu, uang, dan tenaga untuk membuka banyak website, melakukan komunikasi ke setiap supplier, dan membandingkan harga sebelum memutuskan pembelian. Konsumen lebih bersedia membayar layanan yang memberikan berbagai macam pilihan dan saran tanpa harus menghubungi masing-masing supplier.E-tourism banyak dimanfaatkan untuk merencanakan, mencari informasiperjalanan wisata, reservasi, atau berbelanja kebutuhan wisata. Hal ini disebabkan karena perencanaan perjalanan dengan menggunakan internet dinilai lebih nyaman dan murah. Sistem ini menyediakan penjualan secara khusus dan pembatasan agen wisata dengan membeli secara langsung dari jasa supplier (Chaffey et all 2000:45). Etourism dapat mengurangi peran perantara tradisional (traditional intermediary) dalam distribusi pariwisata. Berikut ini adalah gambar distribusi pariwisata dari produsen pariwisata ke customer potensial pariwisata:

Gambar 2.3 Sistem Distribusi PariwisataSumber : UNTACT, Information Economy, 2005

Sistem informasi dan teknologi bekerjasama memberikan kualitaspelayanan kepada customer, meningkatkan efisiensi operasional, dan mengontrol pembiayaan. Law dan Jogaratnam (2009:599-562) menyarankan bahwa informasi dan teknologi dapat mentransformasikan produk hospitality, proses,bisnis, kompetisi, dan organisasi pariwisata menyusun bisnis informasi secara intensif sehingga menjadi lebih kompetitif.E-tourism merupakan bagian dari e-service, yaitu istilah yang digunakan untuk layanan internet. Sistem ini memiliki rantai nilai yang kompleks dengan banyak perantara; yaitu supplier, intermediary, dan konsumen. Supplier atau vendor yang dimaksud meliputi industri hotel, restoran, operator jasa transportasi, museum, teater, taman hiburan, dan lainnya. Para penyedia layanan wisata merupakan kelompok usaha kecil dan menengah yang menjadi supplier bagi industri pariwisata. Perantara (intermediary) menspesialisasikan diri melayani permintaan wisata di suatu wilayah untuk memperoleh efisiensi dan kemudahan.Perantara (intermediary) memberikan fasilitas online booking kepada konsumen sehingga dapat memberikan kebebasan baru kepada supplier dan konsumen untukmembeli produk/jasa. Pemasaran melalui website dan permainan membangun proses komunikasi secara interaktif, kolaboratif, dan viral yang memungkinkan arus pertukaran informasi. Pendekatan secara informal dapat mentransmisikan kepuasan dalam berhubungan sehingga komunikasi antara client dan intermediaries dapat berjalan secara dua arah (two way communication). Internet diperlukan untuk merencanakan daerah tujuan wisata sebelum melakukan perjalanan wisata. Website pariwisata yang informatif memudahkan calon wisatawan merencanakan perjalanan wisatanya.Calon wisatawan dapat melakukan reservasi atau berbelanja secara online tanpa melalui perantara (agen) untuk memesan segala macam kebutuhan wisata, seperti transportasi, akomodasi, travel agent, rental kendaraan, dan lainnya. Wisatawan dapat membagikan pengalaman yang mereka miliki selama melakukan perjalanan kepada orang lain. Teknologi internet memungkinkan pengalaman, foto, dan gambar mereka dapat dipublikasikan beserta komentar-komentar selama melakukan perjalanan wisata.E-tourism dilengkapi dengan informasi yang memudahkan calon wisatawan/wisatawan melakukan perjalanan wisata. Beberapa hal yang menjadi unsur kelengkapan informasi dalam website pariwisata adalah informasi destinasi tujuan wisata (DTW), tour operator, atraksi wisata, transportasi, kuliner, fasilitas umum, hotel/penginapan, foto, online booking dan sebagainya. Dalam e-tourism, website berperan sebagai media komunikasi pemasaran. Keragaman fitur memberikan nilai bagi komunikasi pemasaran pariwisata karena visitor dapat memperoleh informasi produk/jasa pariwisata dengan mudah. Semakin lengkap fitur website, maka akan semakin banyak informasi pariwisata yang disajikan.

1.4 SUMBERDAYA, SDM Dan DANADalam pengembangan pariwisata melalui e-tourism dukungan sumberdaya yang mumpuni sangat dibutuhkan terutama dalam penguasaan teknologi informasi, bagaimana tentang perancangan dan membangun sistem yang terintegrasi yang bisa menjembatani antar pelaku bisnis industri pariwisata, tidak hanya penguasaan teknologi tapi kemampuan sosialisasi, komunikasi dalam membangun jaringan sekaligus sebagai media promosi diperlukan. Pengembangan Teknologi Informasi (TI) dalam dunia pariwisata untuk memudahkan para calon pelaku wisata mendapatkan informasi yang cukup dan akurat sehingga mempermudah dalam merencanakan dan melakukan perjalanan wisata. Untuk pengembangan teknologi informasi ini bisa menjalin kerjasama dengan pihak ketiga yang menawarkan jasa pengembangan teknologi, sekaligus yang bisa melatih penggunaan TI untuk menunjang aktivitas pariwisata yang berbasis TI, oleh karena itu perlu adanya staf dibidang komputer dalam organisasi. Perlu adanya alokasi dana khusus untuk pengembangan TI, dana tersebut bisa dialokasikan dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) yang telah ditetapkan tiap tahun. 1.5 SCHEDULE Untuk pengembangan e-tourism ini terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui, dimulai dengan koordinasi dalam organisasi dengan menyampaikannya kepada atasan dalam hal ini sebagai pengambil kebijakan kemudian dibuat suatu proposal tentang gambaran atau tahapannya yang akan dilalui dipresentasikan dalam suatu rapat resmi dengan melibatkan beberapa pihak seperti bagian program dan perencanaan termasuk juga mengundang perwakilan dari pelaku bisnis pariwisata agar terdapat kesepahaman dalam memajukan wisata di TNGR. Setelah disetujui, dibuat suatu rincian tentang anggaran yang diperlukan. Rincian tersebut berguna untuk pengajuan dana DIPA yang digunakan dalam realisasi suatu program kegiatan. Jadi tahapan pelaksanaan kegiatan ini sebagai berikut: Koordinasi dengan pihak terkait, termasuk para pengambil keputusan dan pelaku bisnis Perancangan program kegiatan Pengusulan DIPA Pelaksanaan kegiatan Monitoring dan Evaluasi1.6 MONITORING DAN EVALUASI (MONEV) Evaluasi dilakukan selama pelaksanaan program kegiatan berlangsung atau setelah program kegiatan berakhir, monitoring dan evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui hal yang menjadi daya dukung maupun penghambat dalam suatu kegiatan.Dengan adanya Monev ini diharapakan kegiatan berjalan sesuai dengan rencana dengan hasil yang maksimal. Perlu diperhatikan bagaimana rancangan kegiatannya, bagaimana proses pelaksanaannya dan dana yang diperlukan sudah sesuai atau tidak, apakah sumberdaya yang ada sudah mendukung, dan kapan target dari kegiatan akan selesai. 1.7 TITIK-TITIK KRITISE-tourism dimaksudkan untuk mendukung pariwisata di TNGR dalam media promosi maupun sarana yang bisa menjembatani antar pelaku dan penyedia jasa wisata. Selama ini promosi pariwisata terbatas pada media cetak seperti brosur, maupun dari catatan-catatan petualang yang suka menulis perjalanan wisatanya dalam media blog. Untuk mewujudkan etourism terdapat beberapa faktor yang berpotensi menjadi titik kritis yang perlu di perhatikan dalam suatu perencanaan, seperti : Perencanaan yang kurang jelas Faktor dukungan dari pimpinan, dalam hal ini Kepala Balai TNGR Sumberdaya yang memadai dalam bidang teknologi informasi Data yang tidak akurat tentang pelaku jasa wisata, termasuk treking organizer, porter, guide, homestay dsbTitik-titik kritis ini perlu diperhatikan untuk menghindari kegagalan dalam perencanaan, semakin sedikit titik kritis akan berdampak bagus pada keberhasilan perencanaan.

DAFTAR PUSTAKAAlghafri, 2009. Critical Success Factor for an E-Tourism Services Implementation Initiative. Kuala Lumpur: University of Malaya.

Buhalis, Dimitrios, dan Soo Hyun Jun, 2011. E-Tourism. Woodeaton United Kingdom: Goodfellow publisher.

Masterplan Rencana Pengembangan Pariwisata Taman Nasional Gunung Rinjani1

13