153
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 1 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1 ASPEK GEOGRAFI DAN TOPOGRAFI Luas dan batas wilayah, Kota Semarang dengan luas wilayah 373,70 Km 2 . Secara administratif Kota Semarang terbagi menjadi 16 Kecamatan dan 177 Kelurahan. Dari 16 Kecamatan yang ada, terdapat 2 Kecamatan yang mempunyai wilayah terluas yaitu Kecamatan Mijen, dengan luas wilayah 57,55 Km 2 dan Kecamatan Gunungpati, dengan luas wilayah 54,11 Km 2 . Kedua Kecamatan tersebut terletak di bagian selatan yang merupakan wilayah perbukitan yang sebagian besar wilayahnya masih memiliki potensi pertanian dan perkebunan. Sedangkan kecamatan yang mempunyai luas terkecil adalah Kecamatan Semarang Selatan, dengan luas wilayah 5,93 Km 2 diikuti oleh Kecamatan Semarang Tengah, dengan luas wilayah 6,14 Km

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 1

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1 ASPEK GEOGRAFI DAN TOPOGRAFI

Luas dan batas wilayah, Kota Semarang dengan luas wilayah 373,70

Km

2

. Secara administratif Kota Semarang terbagi menjadi 16 Kecamatan dan 177

Kelurahan. Dari 16 Kecamatan yang ada, terdapat 2 Kecamatan yang mempunyai

wilayah terluas yaitu Kecamatan Mijen, dengan luas wilayah 57,55 Km

2

dan

Kecamatan Gunungpati, dengan luas wilayah 54,11 Km

2

. Kedua Kecamatan

tersebut terletak di bagian selatan yang merupakan wilayah perbukitan yang

sebagian besar wilayahnya masih memiliki potensi pertanian dan perkebunan.

Sedangkan kecamatan yang mempunyai luas terkecil adalah Kecamatan

Semarang Selatan, dengan luas wilayah 5,93 Km

2

diikuti oleh Kecamatan

Semarang Tengah, dengan luas wilayah 6,14 Km

2

.

Grafik 2.1

Wilayah Administrasi Kota Semarang (Km

2

Page 2: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

)

Sumber: Kota Semarang dalam Angka 2009, BPS Kota SemarangRencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 2

Batas wilayah administratif Kota Semarang sebelah barat adalah

Kabupaten Kendal, sebelah timur dengan Kabupaten Demak, sebelah selatan

dengan Kabupaten Semarang dan sebelah utara dibatasi oleh Laut Jawa dengan

panjang garis pantai mencapai 13,6 kilometer.

Letak dan kondisi geografis, Kota Semarang memiliki posisi astronomi di

antara garis 6

0

50’ – 7

o

10’ Lintang Selatan dan garis 109

0

35’ – 110

0

50’ Bujur

Timur.

Kota Semarang memiliki posisi geostrategis karena berada pada jalur lalu lintas ekonomi pulau Jawa, dan merupakan koridor pembangunan Jawa Tengah yang terdiri dari empat simpul pintu gerbang yakni koridor pantai Utara; koridor Selatan ke arah kota-kota dinamis seperti Kabupaten Magelang, Surakarta yang dikenal dengan koridor Merapi-Merbabu, koridor Timur ke arah Kabupaten Demak/ Grobogan; dan Barat menuju Kabupaten Kendal. Dalam perkembangan dan pertumbuhan Jawa Tengah, Semarang sangat berperan terutama dengan adanya pelabuhan, jaringan transport darat (jalur kereta api dan jalan) serta transport udara yang merupakan potensi bagi simpul transportasi Regional Jawa Tengah dan Kota Transit Regional Jawa Tengah. Posisi lain yang tak kalah pentingnya adalah kekuatan hubungan dengan luar Jawa, secara langsung sebagai pusat wilayah nasional bagian tengah.

Kota Semarang

Gambar 2.1

Letak Kota Semarang Dalam Wilayah Kepulauan

Page 3: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

IndonesiaRencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 3

Seiring dengan perkembangan Kota, Kota Semarang berkembang menjadi kota yang memfokuskan pada perdagangan dan jasa. Berdasarkan lokasinya, kawasan perdagangan dan jasa di Kota Semarang terletak menyebar dan pada umumnya berada di sepanjang jalan-jalan utama. Kawasan perdagangan modern, terutama terdapat di Kawasan Simpanglima yang merupakan urat nadi perekonomian Kota Semarang. Di kawasan tersebut terdapat setidaknya tiga pusat perbelanjaan, yaitu Matahari, Living Plaza (ex-Ramayana) dan Mall Ciputra, serta PKL-PKL yang berada di sepanjang trotoar. Selain itu, kawasan perdagangan jasa juga terdapat di sepanjang Jl. Pandanaran dengan adanya kawasan pusat oleh-oleh khas Semarang dan pertokoan lainnya serta di sepanjang Jl. Gajahmada. Kawasan perdagangan jasa juga dapat dijumpai di Jl.Pemuda dengan adanya DP mall, Paragon City dan Sri Ratu serta kawasan perkantoran. Kawasan perdagangan terdapat di sepanjang Jl. MT Haryono dengan adanya Java Supermall, Sri Ratu, ruko dan pertokoan. Adapun kawasan jasa dan perkantoran juga dapat dijumpai di sepanjang Jl. Pahlawan dengan adanya kantor-kantor dan bank-bank. Belum lagi adanya pasar-pasar tradisional seperti Pasar Johar di kawasan Kota Lama juga semakin menambah aktivitas perdagangan di Kota Semarang.Secara topografis Kota Semarang terdiri dari daerah perbukitan, dataran rendah dan daerah pantai, dengan demikian topografi Kota Semarang menunjukkan adanya berbagai kemiringan dan tonjolan. Daerah pantai 65,22% wilayahnya adalah dataran dengan kemiringan 25% dan 37,78 % merupakan daerah perbukitan dengan kemiringan 15-40%. Kondisi lereng tanah Kota Semarang dibagi menjadi 4 jenis kelerengan yaitu Lereng I (0-2%) meliputi Kecamatan Genuk, Pedurungan, Gayamsari, Semarang Timur, Semarang Utara dan Tugu, serta sebagian wilayah Kecamatan Tembalang, Banyumanik dan Mijen. Lereng II (2-5%) meliputi Kecamatan Semarang Barat, Semarang Selatan, Candisari, Gajahmungkur, Gunungpati dan Ngaliyan. Lereng III (15-40%) meliputi wilayah di sekitar Kaligarang dan Kali Kreo (Kecamatan Gunungpati), sebagian wilayah kecamatan Mijen (daerah Wonoplumbon) dan sebagian wilayah Kecamatan Banyumanik, serta Kecamatan Candisari. Sedangkan lereng IV (> 50%) meliputi sebagian wilayah Kecamatan Banyumanik (sebelah tenggara), dan sebagian wilayah Kecamatan Gunungpati, terutama disekitar Kali Garang dan Kali Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015.

Kota Bawah yang sebagian besar tanahnya terdiri dari pasir dan lempung. Pemanfaatan lahan lebih banyak digunakan untuk jalan, permukiman atau perumahan, bangunan, halaman, kawasan industri, tambak, empang dan persawahan. Kota Bawah sebagai pusat kegiatan pemerintahan, perdagangan, perindustrian, pendidikan dan kebudayaan, angkutan atau transportasi dan perikanan. Berbeda dengan daerah perbukitan atau Kota Atas yang struktur geologinya sebagian besar terdiri dari batuan beku. Wilayah Kota Semarang berada pada ketinggian antara 0 sampai dengan 348,00 meter dpl (di atas permukaan air laut). Secara topografi terdiri atas daerah pantai, dataran rendah dan perbukitan, sehingga memiliki wilayah yang disebut sebagai kota bawah dan kota atas. Pada daerah perbukitan mempunyai ketinggian 90,56 - 348 mdpl yang diwakili oleh titik tinggi yang berlokasi di Jatingaleh dan Gombel, Semarang Selatan, Tugu, Mijen, dan Gunungpati, dan di dataran rendah mempunyai ketinggian 0,75 mdpl. Kota bawah merupakan pantai dan dataran rendah yang memiliki kemiringan antara 0% sampai 5%, sedangkan dibagian Selatan merupakan daerah dataran tinggi dengan kemiringan bervariasi antara 5%-40%. Tabel 2.1

Ketinggian Tempat di Kota Semarang

Page 4: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

No. Bagian Wilayah

Ketinggian

(MDPL)

1. Daerah Pantai 0,75

2. Daerah Dataran Rendah

- Pusat Kota (Depan Hotel Dibya Puri

Semarang)

2,45

- Simpang Lima 3,49

3. Daerah Perbukitan

- Candi Baru 90,56

- Jatingaleh 136,00

- Gombel 270,00

- Mijen 253,00

- Gunungpati Barat 259,00

- Gunungpati Tmur 348,00

Sumber : Kota Semarang Dalam Angka Tahun 2009

Kota Semarang sangat dipengaruhi oleh keadaan alamnya yang

membentuk suatu kota yang mempunyai ciri khas yaitu terdiri dari daerah

perbukitan, dataran rendah dan daerah pantai. Dengan demikian topografi Kota Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 5

Semarang menunjukkan adanya berbagai kemiringan tanah berkisar antara 0% -

40% (curam) dan ketinggian antara 0,75 – 348,00 mdpl.

Kondisi Geologi, Kota Semarang berdasarkan Peta Geologi Lembar

Magelang - Semarang (RE. Thaden, dkk; 1996), susunan stratigrafinya adalah

sebagai berikut Aluvium (Qa), Batuan Gunungapi Gajahmungkur (Qhg), Batuan

Gunungapi Kaligesik (Qpk), Formasi Jongkong (Qpj), Formasi Damar (QTd),

Formasi Kaligetas (Qpkg), Formasi Kalibeng (Tmkl), Formasi Kerek (Tmk). Pada

Page 5: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

dataran rendah berupa endapan aluvial sungai, endapan fasies dataran delta dan

endapan fasies pasang-surut. Endapan tersebut terdiri dari selang-seling antara

lapisan pasir, pasir lanauan dan lempung lunak, dengan sisipan lensa-lensa kerikil

dan pasir vulkanik. Sedangkan daerah perbukitan sebagian besar memiliki

struktur geologi berupa batuan beku.

Struktur geologi yang cukup mencolok di wilayah Kota Semarang berupa

kelurusan-kelurusan dan kontak batuan yang tegas dan merupakan pencerminan

struktur sesar baik geser mendatar dan normal cukup berkembang di bagian

tengah dan selatan kota. Jenis sesar yang ada secara umum terdiri dari sesar

normal, sesar geser dan sesar naik. Sesar normal relatif ke arah barat - timur

sebagian agak cembung ke arah utara, sesar geser berarah utara selatan hingga

barat laut - tenggara, sedangkan sesar normal relatif berarah barat - timur. Sesarsesar tersebut umumnya terjadi pada batuan Formasi Kerek, Formasi Kalibeng

dan Formasi Damar yang berumur kuarter dan tersier.

Berdasarkan struktur geologi yang ada di Kota Semarang terdiri atas tiga

bagian yaitu struktur joint (kekar), patahan (fault), dan lipatan. Daerah patahan

tanah bersifat erosif dan mempunyai porositas tinggi, struktur lapisan batuan yang

diskontinyu (tak teratur), heterogen, sehingga mudah bergerak atau longsor.

Pada daerah sekitar aliran Kali Garang merupakan patahan Kali Garang, yang

membujur arah utara sampai selatan, di sepanjang Kaligarang yang berbatasan

dengan Bukit Gombel. Patahan ini bermula dari Ondorante, ke arah utara hingga

Bendan Duwur. Patahan ini merupakan patahan geser, yang memotong formasi

Notopuro, ditandai adanya zona sesar, tebing terjal di Ondorante, dan pelurusan

Kali Garang serta beberapa mata air di Bendan Duwur. Daerah patahan lainnya

adalah Meteseh, Perumahan Bukit Kencana Jaya, dengan arah patahan melintas

dari utara ke selatan. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 6

Sedangkan wilayah Kota Semarang yang berupa dataran rendah memiliki

Page 6: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

jenis tanah berupa struktur pelapukan, endapan, dan lanau yang dalam. Jenis

Tanah di Kota Semarang meliputi kelompok mediteran coklat tua, latosol coklat

tua kemerahan, asosiai alluvial kelabu, Alluvial Hidromorf, Grumosol Kelabu Tua,

Latosol Coklat dan Komplek Regosol Kelabu Tua. Kurang lebih sebesar 25%

wilayah Kota Semarang memiliki jenis tanah mediteranian coklat tua. Sedangkan

kurang lebih 30% lainnya memiliki jenis tanah latosol coklat tua. Jenis tanah lain

yang ada di wilayah Kota Semarang memiliki geologi jenis tanah asosiasi kelabu

dan aluvial coklat kelabu dengan luas keseluruhan kurang lebih 22% dari seluruh

luas Kota Semarang. Sisanya merupakan jenis tanah alluvial hidromorf dan

grumosol kelabu tua.

Tabel 2.2

Penyebaran Jenis Tanah dan Lokasinya di Kota Semarang

Sumber : BPS Kota Semarang, 2009

Kondisi Hidrologi potensi air di Kota Semarang bersumber pada sungai -sungai yang mengalir di Kota Semarang antara lain Kali Garang, Kali Pengkol, Kali Kreo, Kali Banjirkanal Timur, Kali Babon, Kali Sringin, Kali Kripik, Kali Dungadem dan lain sebagainya. Kali Garang yan bermata air di gunung Ungaran, alur sungainya memanjang ke arah Utara hingga mencapai Pegandan tepatnya di Tugu Soeharto, bertemu dengan aliran Kali Kreo dan Kali Kripik. Kali Garang sebagai sungai utama pembentuk kota bawah yang mengalir membelah lembahlembah Gunung Ungaran mengikuti alur yang berbelok-belok dengan aliran yang cukup deras. No JENIS TANAH LOKASI %

TERHADAP

WILAYAH

POTENSI

1 Mediteran Coklat Tua Kec. Tugu

30

Tanaman tahunan/keras

Kec Semarang Selatan Tanaman Holtikultura

Kec. Gunungpati Tanaman Palawija

Kec. Semarang Timuer

2 Latosol Coklat Tua

Page 7: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Kemerahan

Kec. Mijen

26

Tanaman tahunan/keras

Kec. Gunungpati Tanaman Holtikultura

Tanaman Padi

3 Asosiasi Aluvial Kelabu

dan Coklat kekelabuhan

Kec. Genuk

22

Tanaman tahunan tidak

Kec. Semarang Tengah produktip

4 Alluvial Hidromorf

Grumosol Kelabu Tua

Kec. Tugu

22

Tanaman Tahunan

Kec. Semarang Utara Tanaman Holtikultura

Kec. Genuk Tanaman Padi

Kec. MijenRencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 7

53,0 % dari debit total dan kali Kreo 34,7 % selanjutnya Kali Kripik 12,3 %. Oleh

karena Kali Garang memberikan airnya yang cukup dominan bagi Kota

Semarang, maka langkah-langkah untuk menjaga kelestariannya juga terus

dilakukan. Karena Kali Garang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air minum

warga Kota Semarang.

Air Tanah Bebas ini merupakan air tanah yang terdapat pada lapisan

pembawa air (aquifer) dan tidak tertutup oleh lapisan kedap air. Permukaan air

Page 8: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

tanah bebas ini sangat dipengaruhi oleh musim dan keadaan lingkungan

sekitarnya. Penduduk Kota Semarang yang berada di dataran rendah, banyak

memanfaatkan air tanah ini dengan membuat sumur-sumur gali (dangkal) dengan

kedalaman rata-rata 3 - 18 m. Sedangkan untuk peduduk di dataran tinggi hanya

dapat memanfaatkan sumur gali pada musim penghujan dengan kedalaman

berkisar antara 20 - 40 m.

Air Tanah Tertekan adalah air yang terkandung di dalam suatu lapisan

pembawa air yang berada diantara 2 lapisan batuan kedap air sehingga hampir

tetap debitnya disamping kualitasnya juga memenuhi syarat sebagai air bersih.

Debit air ini sedikit sekali dipengaruhi oleh musim dan keadaan di sekelilingnya.

Untuk daerah Semarang bawah lapisan aquifer di dapat dari endapan alluvial dan

delta sungai Garang. Kedalaman lapisan aquifer ini berkisar antara 50 - 90 meter,

terletak di ujung Timur laut Kota dan pada mulut sungai Garang lama yang

terletak di pertemuan antara lembah sungai Garang dengan dataran pantai.

Kelompok aquifer delta Garang ini disebut pula kelompok aquifer utama karena

merupakan sumber air tanah yang potensial dan bersifat tawar. untuk daerah

Semarang yang berbatasan dengan kaki perbukitan air tanah artois ini terletak

pada endapan pasir dan konglomerat formasi damar yang mulai diketemukan

pada kedalaman antara 50 - 90 m. Pada daerah perbukitan kondisi artosis masih

mungkin ditemukan. karena adanya formasi damar yang permeable dan sering

mengandung sisipan-sisipan batuan lanau atau batu lempung.

Secara Klimatologi, Kota Semarang seperti kondisi umum di Indonesia,

mempunyai iklim tropik basah yang dipengaruhi oleh angin muson barat dan

muson timur. Dari bulan November hingga Mei, angin bertiup dari arah Utara

Barat Laut (NW) menciptakan musim hujan dengan membawa banyak uap air dan

hujan. Sifat periode ini adalah curah hujan sering dan berat, kelembaban relatif Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 8

tinggi dan mendung. Lebih dari 80% dari curah hujan tahunan turun di periode ini.

Page 9: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Dari Juni hingga Oktober angin bertiup dari Selatan Tenggara (SE) menciptakan

musim kemarau, karena membawa sedikit uap air. Sifat periode ini adalah sedikit

jumlah curah hujan, kelembaban lebih rendah, dan jarang mendung.

Berdasarkan data yang ada, curah hujan di Kota Semarang mempunyai

sebaran yang tidak merata sepanjang tahun, dengan total curah hujan rata-rata

9.891 mm per tahun. Ini menunjukkan curah hujan khas pola di Indonesia,

khususnya di Jawa, yang mengikuti pola angin muson SENW yang umum. Suhu

minimum rata-rata yang diukur di Stasiun Klimatologi Semarang berubah-ubah

dari 21,1 °C pada September ke 24,6 °C pada bulan Mei, dan suhu maksimum

rata-rata berubah-ubah dari 29,9 °C ke 32,9 °C. Kelembaban relatif bulanan ratarata berubah-ubah dari minimum 61% pada bulan September ke maksimum 83%

pada bulan Januari. Kecepatan angin bulanan rata-rata di Stasiun Klimatologi

Semarang berubah-ubah dari 215 km/hari pada bulan Agustus sampai 286

km/hari pada bulan Januari. Lamanya sinar matahari, yang menunjukkan rasio

sebenarnya sampai lamanya sinar matahari maksimum hari, bervariasi dari 46%

pada bulan Desember sampai 98% pada bulan Agustus.

2.1.1. Penggunaan lahan di Kota Semarang

Penggunaan lahan di Kota Semarang meliputi irigasi teknis (198 Km2), setengah teknis (530 Km2), irigasi sederhana/ irigasi desa/ non PU (45 Km2), tadah hujan (2,031 Km2), dan yang tidak diusahakan (267 Km2). Disamping penggunaan lahan sawah, penggunaan lahan di Kota Semarang yang lain meliputi pekarangan, tegalan/ kebun, tambak/ kolam/ rawa, hutan rakyat/ tanaman kayu, hutan negara, perkebunan negara/ swasta dan penggunaan lain. Tabel di bawah ini.

Tabel 2.3

Penggunaan Lahan Sawah di Kota Semarang Dirinci Tiap Kecamatan

Tahun 2009

KECAMATAN

TANAH SAWAH

TEKNIS 1/2TEKNIS NON PU TADAH HUJAN TIDAK DIUSAHAKAN

Mijen 0,00 285,00 0,00 186,00 34,00

Page 10: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Gunung Pati 84,00 145,00 0,00 633,33 175,64

Banyumanik 0,00 55,00 0,00 0,00 0,00

Gajahmungkur 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 9

KECAMATAN

TANAH SAWAH

TEKNIS 1/2TEKNIS NON PU TADAH HUJAN TIDAK DIUSAHAKAN

Semarang Selatan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Candisari 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Tembalang 0,00 0,00 0,00 432,00 0,00

Pedurungan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Genuk 62,00 0,00 0,00 5,00 0,00

Gayamsari 0,00 0,00 15,00 0,00 5,00

Semarang Timur 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Semarang Utara 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Semarang Tengah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Semarang Barat 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Tugu 50,00 60,00 30,00 39,00 0,00

Ngaliyan 30,00 61,00 0,00 264,00 0,00

Total 226,00 606,00 45,00 1559,33 214,64

Sumber : Kota Semarang Dalam Angka Th. 2009

Grafik 2.2

Persentase Penggunaan Areal Tanah Berdasar Sistem Pengairan

di Kota Semarang Tahun 2009

Sumber : Kota Semarang Dalam Angka Th. 2009Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 10

Grafik 2.3

Persentase Penggunaan Lahan Sawah dan Non Sawah

Page 11: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

di Kota Semarang Tahun 2009

Sumber : Semarang Dalam Angka 2009

Secara keseluruhan kecenderungan penggunaan lahan non-sawah di Kota

Semarang yang terbesar yaitu pekarangan (38%), ladang (21%), tegalan (14%),

lainnya (11%), perkebunan (5%), tambak dan kayu-kayuan (4%), padang rumput

(2%), tidak diusahakan (1%). Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada GAMBAR 2.2.

Kecamatan Mijen memiliki luas lahan non-sawah paling luas dibanding

dengan kecamatan-kecamatan lainnya di Kota Semarang dengan luas wilayah

5.207,25 Km2 dengan spesifikasi ladang (1.829 Km2), pekarangan (823 Km2),

tanah kering tidak diusahakan (4,6 Km2), Hutan Negara (810 Km2), Perkebunan

(1.116 Km2) lainnya (627,75 Km2). Sedangkan kecamatan yang memiliki luas

lahan non-sawah paling kecil yaitu kecamatan Gayamsari dengan luas 549,47

Km2, dengan spesifikasi tegalan (49,50 Km2), pekarangan (420,89 Km2), Tanah

Penggembalaan (13,15 Km2), Tambak (8,09 Km2), Kolam (3 Km2), Tanah kering

yang tidak diusahakan (3,5 Km2), Tanah kering untuk kayu-kayuan (5 Km2),

Tanah kering untuk lainnya (75,84 Km2).

Secara keseluruhan, penggunaan lahan kering di Kota Semarang yaitu

Pekarangan dan Bangunan (42%), Tegalan dan Kebun (27%), Tambak/Kolam,

lainnya tanah kering (26%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 11

Grafik 2.4

Persentase Luas Tanah Kering di Kota Semarang Tahun 2009

Sumber : Semarang Dalam Angka 2009

Tabel 2.4

Penggunaan Lahan Kering di Kota Semarang

Dirinci Tiap Kecamatan Tahun 2009

KECAMATAN

LAHAN NON- SAWAH

Page 12: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

PEKARANG

AN &

BANGUNAN

TEGALAN

DAN

KEBUN

PADANG

GEMBALA

TAMBAK/

KOLAM

RAWA

LAIN2

TANAH

KERING

LAINNYA

Mijen 823,00 1.829,00 0,00 4,50 0,00 2.550,74 5.207,24

Gunung Pati 1.312,70 2.573,50 0,00 0,00 0,00

126,89 4.013,09

Banyumanik 430,00 1.176,58 0,00 0,00 0,00

784,48 2.391,06

Gajahmungkur 691,63 2,97 0,00 0,00 0,00

70,37 764,98

Semarang Selatan 474,39 2,50 0,00 0,00 0,00

Page 13: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

371,16 848,05

Candisari 494,39 33,85 13,87 0,00 0,00

27,27 569,38

Tembalang 2.085,40 1.000,80 0,00 0,00 0,00

901,84 3.988,04

Pedurungan 1.507,00 392,00 0,00 0,00 0,00

109,00 2.008,00

Genuk 1.349,08 910,82 0,00 194,28 0,00

190,26 2.644,44

Gayamsari 415,00 13,00 13,00 11,00 0,00

59,23 511,23

Semarang Timur 696,80 0,00 0,00 0,00 0,00

73,45 770,25

Semarang Utara 927,55 0,00 0,00 50,21 0,00

155,51 1.133,27

Semarang Tengah 527,55 5,48 0,00 0,00 0,00

71,97 604,99 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 12

Semarang Barat 1.389,20 24,30 0,00 52,66 0,00

Page 14: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

888,41 2.354,57

Tugu 507,73 45,20 0,00 1.378,53 0,00 743,89 2.675,34

Ngaliyan 418,00 979,00 10,00 0,00 0,00 1.526,33 2.933,33

Total 14.049,42 8.989,00 36,87 1.691,17 0,00 8.650,80 33.417,26

Sumber : Semarang Dalam Angka 2009

2.1.2. Tujuan, Kebijakan & Strategi Penataan Ruang Kota Semarang

Tujuan Penataan ruang adalah mewujudkan Kota Semarang sebagai pusat perdagangan dan jasa berskala internasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan. Sedangkan kebijakan dan strategi penataan ruang Kota Semarang secara umum terbagi atas: Kebijakan pengembangan struktur ruang dan Kebijakan pengembangan pola ruang.

Kebijakan pengembangan struktur ruang Kota Semarang dilakukan melalui :

1. Pemantapan pusat pelayanan kegiatan yang memperkuat kegiatan

perdagangan dan jasa berskala internasional.

2. Peningkatan aksesbilitas dan keterkaitan antar pusat kegiatan.

3. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan sistem prasarana sarana umum.

Kebijakan pola ruang meliputi kebijakan pengelolaan kawasan lindung dan kawasan budidaya.

Kebijakan peningkatan pengelolaan Kawasan Lindung meliputi :

1. Peningkatan pengelolaan kawasan yang berfungsi lindung.

2. Pelestarian kawasan cagar budaya.

3.Peningkatan dan penyediaan ruang terbuka hijau yang proporsional di seluruh wilayah Kota.

Sedangkan kebijakan pengembangan kawasan budidaya meliputi :

1. Pengaturan pengembangan kawasan budidaya sesuai dengan daya dukung dan daya tampung.

2. Perwujudan pemanfaatan ruang yang efisien dan kompak.

3. Pengelolaan dan pengembangan kawasan pantai.

2.1.3. Rencana Pengembangan Sistem Pusat Pelayanan

Dengan mempertimbangkan luas, karakter daerah, koordinasi pelaksanaan

pembangunan, kemudahan dalam penyelesaian masalah, maka pembagian BWK

di Kota Semarang ditentukan melalui pendekatan batas administratif. Untuk itu, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 13

Page 15: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

dalam Rencana Tata Ruang Kota Semarang Tahun 2010-2030 pembagian BWK

ditetapkan sebagai berikut :

a. BWK I meliputi Kecamatan Semarang Tengah, Kecamatan Semarang Timur

dan Kecamatan Semarang Selatan dengan luas kurang lebih 2.223 Ha;

b. BWK II meliputi Kecamatan Candisari dan Kecamatan Gajahmungkur dengan

luas kurang lebih 1.320 Ha;

c. BWK III meliputi Kecamatan Semarang Barat dan Kecamatan Semarang Utara

dengan luas kurang lebih 3.522 Ha;

d. BWK IV meliputi Kecamatan Genuk dengan luas kurang lebih 2.738 Ha;

e. BWK V meliputi Kecamatan Gayamsari dan Kecamatan Pedurungan dengan

luas kurang lebih 2.622 Ha;

f. BWK VI meliputi Kecamatan Tembalang dengan luas kurang lebih 4.420 Ha;

g. BWK VII meliputi Kecamatan Banyumanik dengan luas kurang lebih 2.509 Ha;

h. BWK VIII meliputi Kecamatan Gunungpati dengan luas kurang lebih 5.399 Ha;

i. BWK IX meliputi Kecamatan Mijen dengan luas kurang lebih 6.213 Ha; dan

j. BWK X meliputi Kecamatan Ngaliyan dan Kecamatan Tugu dengan luas

kurang lebih 6.393 ha.

Rencana pendistribusian fasilitas pelayanan regional dimasing-masing BWK

meliputi :

a. Perkantoran, perdagangan dan jasa di BWK I, II, dan III

b. Pendidikan kepolisian dan olah raga di BWK II

c. Perkantoran, transportasi udara dan transportasi laut di BWK III

d. Industri di BWK IV dan BWK X

e. Pendidikan di BWK VI dan BWK VIII

f. Perkantoran militer di BWK VII

g. Kantor pelayanan publik di BWK IX

Rencana penetapan pusat pelayanan di Kota Semarang terdiri atas: Pusat

Page 16: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

pelayanan kota, Sub pusat pelayanan kota dan Pelayanan lingkungan.

Pusat pelayanan kota berfungsi sebagai pusat pelayanan pemerintahan

Provinsi, pemerintahan Kota yang berupa pusat pelayanan kegiatan pemerintahan

yang dilengkapi dengan pengembangan fasilitas, meliputi kantor Gubernur dan

kantor Walikota serta fasilitas kantor pemerintahan pendukung dan pelayanan

publik lainnya. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 14

Selain itu pusat pelayanan kota juga sebagai pusat kegiatan perdagangan modern

dan jasa komersial yang dilengkapi dengan :

a. Pusat perbelanjaan skala kota;

b. Hotel dan penginapan;

c. Perkantoran swasta;

d. Jasa akomodasi pariwisata lainnya.

Sub pusat pelayanan kota merupakan pusat BWK yang dilengkapi dengan

sarana lingkungan perkotaan skala pelayanan BWK yang meliputi :

a. Sarana perdagangan dan jasa

b. Sarana pendidikan

c. Sarana kesehatan

d. Sarana peribadatan

e. Sarana pelayanan umum

Pusat pelayanan lingkungan kota dilengkapi dengan sarana lingkungan

perkotaan skala pelayanan sebagian BWK, meliputi :

a. Sarana perdagangan;

b. Sarana pendidikan;

c. Sarana kesehatan;

d. Sarana peribadatan; dan

e. Sarana pelayanan umum.Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 15

Page 17: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Gambar 2.2

Peta Pembagian BWK Kota SemarangRencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 16

Gambar 2.3

Peta Rencana Struktur Ruang Kota SemarangRencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 17

Sistem Jaringan Transportasi di Kota Semarang meliputi jaringan Jalan,

Transportasi Darat, Transportasi Laut dan Transportasi Udara. Sebagaimana

tertuang dalam RTRW Kota Semarang tahun 2010-2030 Rencana Sistem

Jaringan Transportasi adalah sebagai berikut:

1. Rencana Jaringan Jalan

Skenario fungsi dari perwujudan struktur jalan Kota Semarang adalah sebagai

berikut :

Struktur jalan yang ada menghubungkan antara sub pusat wilayah di daerah

pinggiran

Struktur jalan yang ada menghubungkan antara sub pusat wilayah dengan

pusat kota

Struktur jalan yang ada mampu memfasilitasi pergerakan eksternal kota

dengan tidak membebani aktivitas pusat kota

Setiap pusat aktivitas kota, nantinya akan dihubungkan jaringan jalan yang

memadai. Kondisi jaringan jalan Kota Semarang yang sudah menghubungkan

keseluruhan wilayah kota memudahkan daIam merumuskan struktur jalan yang

akan dikembangkan. Dalam perkembangannya, konsep struktur jalan

menggunakan konsep radial konsentris.

a. Pengembangan Jalan Lingkar (Radial)

1. Inner Ring Road

Adalah jalan yang dikembangkan sebagai penghubung melingkar antar

kawasan dalam pusat kota. Pengembangan jalan ini sangat penting

Page 18: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

dalam rangka mewujudkan sistem pergerakan yang lancar jika terdapat

kemacetan pada ruas jalan tertentu di kawasan pusat kota.

2. Middle Ring Road

Adalah struktur jalan yang menghubungkan antar beberapa daerah sub

pusat dengan pusat Kota Semarang.

3. Outer Ring Road

Adalah jalur lingkar yang menghubungkan beberapa wilayah pusat

pertumbuhan pinggiran kota dengan wilayah pinggiran lainnyaRencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 18

b. Pengembangan Jalan Konsentrik

Jalur jalan konsentrik adalah kumpulan jalan yang berfungsi

mendistribusikan pergerakan ke beberapa regional di sekitar Kota Semarang

selain itu jaringan jalan ini berfungsi pula menghubungkan beberapa pusat

pertumbuhan di daerah pinggiran dengan pusat Kota Semarang.

Selain rencana penentuan hirarki jalan seperti tersebut diatas, maka

yang perlu diperhatikan dalam pengembangan sistem transportasi di Kota

Semarang adalah mengkaitkan sistem jaringan jalan Kota Semarang dengan

Jalan Tol Semarang-Solo, Jalan Tol Semarang-Demak dan Jalan Tol

Semarang-Batang.

2. Rencana Sarana Transportasi

Pengembangan sistem terminal ditentukan oleh fungsi Kota Semarang

sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan permasalahan internal lalu lintas

kota. Atas dasar hal tersebut maka pengembangan sarana transportasi di Kota

Semarang adalah sebagai berikut :

Transportasi Darat

Terminal Tipe A

Terminal Tipe A berfungsi melayani jalur angkutan umum Antar Kota

Antar Provinsi, angkutan antar kota dalam provinsi, angkutan kota dan

Page 19: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

angkutan pedesaan. Lokasi terminal tipe A direncanakan di :

BWK X (Mangkang)

BWK VII (Pudak Payung)

Terminal tipe B

Terminal tipe B berfungsi untuk melayani pergerakan penumpang antar

kota dalam provinsi (AKDP) dan angkutan perdesaan. Lokasi terminal tipe

B direncanakan di Terboyo (BWK IV) dan Penggaron (BWK V).

Terminal tipe C

Terminal tipe C berfungsi untuk melayani pergerakan penumpang

perkotaan dan angkutan perdesaan. Lokasi terminal tipe C direncanakan

di Gunungpati, Penggaron, Cangkiran, Pelabuhan Tanjung Mas, Sendowo

dan Sampangan.Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 19

Stop Station

Merupakan fasilitas tempat pergantian moda kendaraan umum bagi

penumpang seperti halnya terminal, hanya saja skala pelayanan Stop

Station lebih kecil dibandingkan terminal. Stop Station berfungsi untuk

melayani pergerakan Asal-Tujuan/ Origin-Destination (OD). Fasilitas ini

dikembangkan pada kawasan-kawasan yang merupakan simpul bangkitan

dan tujuan lalu lintas.

Terminal Barang

Terminal barang merupakan sarana untuk melayani pergerakan barang

dalam suatu wilayah. Terminal barang yang akan dikembangkan,

direncanakan berada di Kelurahan Bandarharjo, Kecamatan Semarang

Utara, yang terintegrasi dengan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang.

Jaringan Kereta Api

Jaringan rel kereta api yang ada ditingkatkan sesuai dengan peningkatan

pelayanan, sesuai dengan pengembangan teknologi perkeretaapian yaitu

Page 20: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

dengan menerapkan jalur ganda (Double Track). Rencana pengembangan

kereta api diarahkan untuk mengoptimalkan kereta api sebagai angkutan

penumpang dan angkutan barang.

Pelabuhan Tanjung Mas direncanakan sebagai pelabuhan internasional

(sesuai arahan dalam PP Nomor 26 Tahun 2008) tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Nasional. Rencana transportasi yang direncanakan dalam pelabuhan

meliputi penumpang dan barang. Rute pelayanan penumpang dan barang

direncanakan memiliki skala pelayanan regional, nasional dan internasional.

Untuk mendukung fungsi kepelabuhan kawasan disekitar kawasan pelabuhan

harus dirancang memiliki fungsi yang mendukung fungsi pelabuhan, Untuk itu

disekitar kawasan pelabuhan dikembangkan fungsi-fungsi terminal peti kemas,

perdagangan, perhotelan, jasa dan perkantoran. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 20

Bandara merupakan fasilitas yang memiliki peranan penting dalam

mendukung perkembangan Kota Semarang. Bandara udara Kota Semarang

berada di kawasan pusat kota, untuk mendukung perkembangan aktivitas

transportasi udara dalam melayani perkembangan aktivitas Kota Semarang,

perlu dikaji ulang Penerapan kebijakan KKOP (Keselamatan Kawasan

Operasional Penerbangan) untuk mencegah bangunan yang menjadi

pengganggu (obstacle) kegiatan kebandar-udaraan.

Secara umum penanganan limbah domestik untuk Kota Semarang harus

mengacu kepada Rencana Strategi Nasional untuk Pengelolaan Air Buangan

Rumah Tangga Daerah Perkotaan.

Limbah domestik adalah limbah yang berasal dari buangan rumah tangga berupa

tinja dan buangan cair lainnya seperti air bekas cucian dan lain-lain. Penanganan

buangan ini tidaklah mudah karena menyangkut masyarakat dan pemerintah

yang saling terkait didalam penanganannya serta membutuhkan biaya cukup

besar. Pengolahan limbah domestik secara umum dibagi kedalam 2 (dua) jenis

Page 21: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

yaitu On-Site System dan Off-Site System.

On-Site System, dimana buangan langsung dialirkan ke septic tank dan

cairannya diresapkan melalui tanah.

Off-Site System, dimana menggunakan sistem saluran air buangan untuk

mengalirkan air buangan dari rumah tangga kemudian diolah disuatu tempat

tertentu.

a. Penanganan Drainase Kota Semarang

Berdasarkan kondisi topografi Kota Semarang, sistem drainase Kota Semarang tidak bisa lagi mengandalkan sistem gravitasi murni, tetapi sistem kombinasi antara sistem drainase gravitasi, polder dan tanggul laut.

Sistem drainase dikembangkan berdasarkan konsep one watershed one plan one management. Masing-masing sistem drainase dibagi menjadi menjadi daerah hulu dan hilir. Sistem drainase yang dikembangkan dikembangkan di daerah hulu dan hilir berbeda.

Daerah Hulu

Konsep yang dikembangkan di daerah hulu adalah sistem banjir kanal, air yang berasal dari kawasan hulu diusahakan tidak membebani kawasan bawah, dengan mengalirkannya melalui banjir kanal. Masing-masing sistem drainase akan dilengkapi dengan satu atau lebih banjir kanal.

Daerah Hilir

Kawasan hilir diusahakan hanya menerima beban drainase yang berasal dari wilayah itu saja, tidak menerima kiriman dari hulu maupun air rob dari laut. Untuk itu perlu dikembangkan sistem drainase tertutup. Masing-masing wilayah dibagibagi menjadi beberapa sub sistem yang secara hidrologis berdiri sendiri. Pada setiap sub sistem dikembangkan sistem drainase polder. Beban sistem polder dapat dikurangi dengan mengembangkan fasilitas untuk memanen air hujan, khususnya yang berupa tampungan. Fasilitas ini berfungsi ganda, yaitu menurunkan beban drainase sekaligus dapat dimanfaatkan sebagai sumber air bersih.

Sistem Polder

Dalam penanganan permasalahan drainase di daerah hilir Kota Semarang diatasi dengan pembuatan sistem polder yang mampu mengatur aliran air yang ada.

Waduk dan Embung

Sedang bagi pengaturan sistem drainase Kota Semarang di daerah hulu dilakukan dengan merencanakan pembangunan dan pengoptimalan waduk dan embung.

Untuk menciptakan ruang kota yang manusiawi dan mampu mendukung kedinamisan pergerakan penduduk kota, maka setiap pengembangan ruas jalan yang digunakan untuk kendaraan umum dan pribadi harus memiliki ruang bagi pejalan kaki dan jalur sepeda pada ruas jalan yang

Page 22: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

memungkinkan. Pengembangan fasilitas pejalan kaki dilakukan secara memadai dengan memperhitungkan penggunaannya bagi penyandang cacat.

Angkutan Umum

Selain sistem prasarana transportasi yang baik, rencana peningkatan pelayanan pergerakan Kota Semarang juga dilakukan pada sistem pelayanan angkutan umum. Rencana peningkatan pelayanan angkutan ini meliputi :

a. Peningkatan pelayanan angkutan umum, dilakukan dengan upaya

optimalisasi, perbaikan fisik dan pembangunan prasarana baru.

b. Pengembangan sistem angkutan umum massal (SAUM) pada koridor-koridor

utama (jalur primer) berbasis rel atau jalan raya.

c. Pengembangan koridor-koridor utama diarahkan untuk menghubungkan

antara pusat Kota dengan pusat BWK.

d. Pengembangan sarana angkutan umum massal yang melewati ruas-ruas

jalan utama yang menghubungkan seluruh wilayah dalam kota.

e. pengembangan sistem angkutan umum berbasis rel diarahkan pada

pengembangan angkutan monorail/ kereta ringan yang melayani rute

Mangkang – Kalibanteng – Simpang Lima – Pedurungan – Genuk.

f. Rencana pengembangan dan peningkatan fasilitas pelayanan ujung-pangkal

pergerakan angkutan umum.

Rencana Pengaturan Kegiatan Sektor Informal

Untuk kepentingan Kota Semarang ke depan agar upaya penataan PKL

benar-benar komprehensif dan menyentuh akar masalah, maka perlu

diperhatikan hal-hal berikut:

1. Keberadaan PKL pada dasarnya bukanlah semata-mata beban atau

gangguan bagi keindahan dan ketertiban kota.

2. PKL tidak bisa dibiarkan lepas kendali, melainkan perlu ditata sedemikian

rupa agar tidak menganggu ketertiban dan keindahan kota.

3. Upaya penataan PKL tidak hanya pada bentuk-bentuk penindakan atau

Page 23: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

operasi penertiban yang sifatnya represif, yang umumnya hanya melahirkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 23

pembangkangan dan daya resistensi para PKL, tetapi, yang lebih penting

adalah bagaimana mengkombinasikan antara fungsi pembinaan, fungsi

pengawasan, dan fungsi preventif, serta fungsi penindakan itu sendiri untuk

situasi khusus.

Ruang Evakuasi Bencana

Ruang evakuasi bencana berupa jalur penyelamatan (escape road) adalah

jalan-jalan kota yang dikembangkan/ direncanakan sebagai jalur pelarian ke

bangunan/bukit penyelamatan dan wilayah yang aman apabila terjadi bencana

alam (gempa ,banjir, dan angin puting beliung) serta bencana kebakaran;

2.1.7 Rencana Kawasan Strategis Kota Semarang

Kawasan strategis adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan

karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kota terhadap

ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.

Adapun rencana pengembangan kawasan strategis di Kota Semarang adalah :

a. Kawasan strategis bidang pertumbuhan ekonomi

b. Kawasan strategis bidang sosial budaya

c. Kawasan strategis bidang fungsi dan daya dukung lingkungan hidup

a. Kawasan Strategis Bidang Pertumbuhan Ekonomi

Kawasan strategis bidang pertumbuhan ekonomi di Kota Semarang adalah

kawasan cepat berkembang dan kawasan perlu kerja sama dengan daerah

sekitarnya (kawasan perbatasan). Kawasan cepat berkembang ini perlu

diprioritaskan penataan ruangya karena potensi yang dimiliki apabila tidak

diarahkan justru menimbulkan permasalahan. Sedangkan kawasan perbatasan di

Kota Semarang memiliki peranan yang sangat penting, karena kawasan inilah

yang akan mengintegrasikan perkembangan Kota Semarang dengan daerah

yang ada disekitarnya.

Page 24: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

b. Kawasan Segitiga Peterongan – Tawang – Siliwangi

Kawasan pusat kota yang terletak pada Kawasan Segitiga Peterongan –

Tawang – Siliwangi. Kawasan segitiga ini memiliki kekuatan pengembangan

yang sangat besar, potensi pengembangan pada kawasan ini adalah kegiatan

perdagangan dan jasa.

Secara umum Kawasan Segitiga Peterongan – Tawang – Siliwangi adalah

kawasan yang memiliki kepadatan bangunan yang tinggi. Dalam kawasan saat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 24

ini telah terjadi transformasi kegiatan perdagangan dan jasa dari skala kecil dan

menengah ke skala besar. Hal ini terbukti dengan tumbuhnya beberapa pusat

perbelajaan dan fungsi jasa (perkantoran swasta dan hotel) yang mengalih

fungsikan lahan yang sebelumnya berfungsi sebagai pertokoan dan permukiman.

c. Pelabuhan Tanjung Mas

Pelabuhan Tanjung Mas merupakan fasilitas nasional yang ada di Kota

Semarang, maka arahan pengelolaan di kawasan pelabuhan ditekankan pada

kegiatan :

Memperlancar pergerakan manusia dan barang di dalam kawasan pelabuhan

maupun kawasan pelabuhan dengan kawasan diluarnya melalui peningkatan

jariangan jalan yang memadai dan pengembangan sistem terminal yang

terintegrasi dengan pergerakan darat (pergerakan jalan raya dan kereta api)

dan pergerakan udara.

Perlunya dilakukan penanganan percepatan penurunan permukaan tanah dan

banjir rob.

Penyusunan kebijakan penataan ruang kawasan pelabuhan dalam rangka

memadukan kegiatan pelabuhan dengan kawasan yang ada disekitarnya.

d.

Page 25: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Kawasan Strategis Bidang Sosial Budaya

Kawasan strategis bidang sosial budaya di Kota Semarang adalah Kawasan Cagar Budaya Kota Lama, Kampung Pecinan, Kampung Melayu, dan kawasan lainnya. Kawasan tersebut merupakan kawasan cagar budaya yang harus dilindungi dan dilestarikan keberadaannya. Hal ini dimaksudkan untuk mempertahankan kekayaan budaya berupa peninggalan-peninggalan sejarah yang berguna untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dari ancaman kepunahan yang disebabkan oleh kegiatan alam maupun manusia. Dalam pemanfaatannya, kawasan cagar budaya dapat ditingkatkan fungsinya untuk dapat menunjang kegiatan pariwisata, yang nantinya dapat memberikan kontribusi pendapatan dari sektor pariwisata.

e. Kawasan Strategis Bidang Fungsi Dan Daya Dukung Lingkungan Hidup

Kawasan strategis bidang fungsi dan daya dukung lingkungan hidup adalah:

1. Kawasan Bendungan Jatibarang.

Pembangunan Bendungan Jatibarang yang akan difungsikan sebagai

pengendali limpasan air ke kawasan bawah Kota Semarang. Bendungan ini

direncanakan berlokasi di Kecamatan Gunungpati.Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 25

Selain fungsi hidrologi kawasan, Kawasan Bendungan Jatibarang juga akan

dijadikan kawasan wisata dengan fasilitas bebragai fasilitas pendukungnya.

Adanya percampuran fungsi konservatif dan budidaya ini menyebabkan

kawasan Bendungan Jatibarang perlu di kelola dengan baik agar fungsi

budidaya tidak sampai menganggu fungsi konservasi.

2. Kawasan Reklamasi Pantai

Kawasan reklamasi pantai ditetapkan berada di wilayah pesisir Kota

Semarang (Kecamatan Semarang Utara, Barat sampai Tugu) yang

pengembangannya dalam rangka pengoptimalan kawasan pesisir dengan

mengedepankan tata ruang, dampak lingkungan dan memberikan

keuntungan kepada Pemerintah dan masyarakat serta tidak bertentangan

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.2 ASPEK DEMOGRAFI

Secara Demografi, berdasarkan data statistik Kota Semarang penduduk

Kota Semarang periode tahun 2005-2009 mengalami peningkatan rata-rata

Page 26: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

sebesar 1,4% per tahun. Pada tahun 2005 adalah 1.419.478 jiwa, sedangkan

pada tahun 2009 sebesar 1.506.924 jiwa, yang terdiri dari 748.515 penduduk

laki-laki, dan 758.409 penduduk perempuan.

Tabel 2.5

Jumlah Penduduk Kota Semarang

Tahun 2005-2009

Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 2005 705,627 713,851 1,419,478 1.45

2 2006 711,755 722,270 1,434,025 1.06

3 2007 722,026 732,568 1,454,594 1.43

4 2008 735,457 746,183 1,481,640 1.86

5 2009 748,515 758,409 1,506,924 1.71

No Tahun

Jumlah Penduduk Pertumbuhan

(%)

Sumber: Kota Semarang Dalam Angka, BPS Kota Semarang, 2009

Peningkatan jumlah penduduk tersebut dipengaruhi oleh jumlah kelahiran,

kematian dan migrasi. Pada tahun 2005 jumlah kelahiran sebanyak 19.504

jiwa, jumlah kematian sebanyak 8.172 jiwa, penduduk yang datang sebanyak

38.910 jiwa dan penduduk yang pergi sebanyak 29.107 jiwa. Besarnya penduduk

yang datang ke Kota Semarang disebabkan daya tarik kota Semarang sebagai

kota perdagangan, jasa, industri dan pendidikan. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 26

Tabel 2.6

Perkembangan Penduduk Lahir, Mati, Datang dan Pindah

Kota Semarang Tahun 2005 - 2009

Sumber: Kota Semarang Dalam Angka, BPS Kota Semarang, 2009

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa penduduk yang datang ke Kota

Page 27: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Semarang dan penduduk yang lahir setiap tahunnya lebih besar dari pada

penduduk yang pindah dan penduduk yang mati, hal tersebut menggambarkan

bahwa peningkatan penduduk Kota Semarang disebabkan oleh penduduk yang

datang dan lahir dengan proporsi rata-rata 60,04% per tahun dibanding

penduduk pindah dan penduduk yang mati.

Penduduk Kota Semarang dilihat dari kelompok umur sebanyak 912.362

jiwa atau 73,96% merupakan penduduk usia produktif ( umur 15 – 65 tahun)

dan 26,04% merupakan penduduk tidak produktif (umur 0-14 tahun dan diatas

65 tahun).

Tabel 2.7

Jumlah Penduduk Kota Semarang Berdasarkan Kelompok Umur

Di Kota Semarang Tahun 2005-2009

Kelompok

Umur

J U M L A H (jiwa)

2005 2006 2007 2008 2009

0 – 4

5 – 9

10 – 14

15 – 19

20 – 24

25 – 29

30 – 34

35 – 39

40 – 44

45 – 49

50 – 54

Page 28: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

55 – 59

60 – 64

65 +

49.497

113.270

116.321

112.459

118.682

151.571

142.919

138.312

117.958

101.529

79.698

52.619

34.063

90.480

49.935

114.216

117.280

113.442

119.829

153.198

144.321

139.631

119.214

102.571

Page 29: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

80.937

53.336

34.522

91.593

50.721

116.072

119.198

115.241

121.618

155.321

146.455

141.734

120.876

104.041

81.772

53.921

34.906

92.718

51.664

118.230

121.414

117.384

123.879

158.209

149.178

144.369

123.124

Page 30: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

105.976

83.292

54.924

35.555

94.442

52.635

120.566

123.840

119.586

126.012

160.805

151.697

146.930

125.351

107.815

84.568

55.630

35.965

95.524

Jumlah 1.419.478 1.434.025 1.454.594 1.481.640 1.506.924

Sumber : BPS Kota Semarang, 2009

Lahir Mati Datang Pindah

1 2005 19,504 8,172 38,910 29,107

2 2006 21,445 9,023 42,714 32,557

3 2007 22,838 10,018 43,151 35,180

4 2008 24,472 10,018 44,187 37,128

5 2009 25,262 10,373 38,518 34,172

Page 31: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Penduduk (jiwa)

Tahun

NoRencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 27

Komposisi penduduk kota Semarang ditinjau dari aspek pendidikan (di

atas umur 5 tahun) adalah telah tamat SD/MI sebesar 22,86% ; telah tamat

SLTA sebesar 21,10% ; belum tamat SD sebesar 20,38% ;telah tamat SLTP

sebesar 20,28% ; tidak/belum pernah sekolah sebesar 6,54%, telah tamat

DIV/S1/S2 sebesar 4,51% dan telah tamat DI/DII/DIII sebesar 4,35%.

Grafik 2.5

Penduduk Kota Semarang berdasarkan Pendidikan pada Tahun 2009

Tamat SLTA

21.10%

Tamat SLTP

20.28%

Tamat SD/MI

22.86%

Tidak/Belum

tamat SD/MI

20.38%

Tidak Sekolah

6.54%

Tamat D1,II,III

4.35%

Tamat

DIV/S1/S2/S3

4.51%

Sumber: Kota Semarang dalam Angka 2009, BPS (data diolah)

Page 32: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Perkembangan jumlah penduduk Kota Semarang berdasarkan mata

pencaharian selama periode 2005-2009 sebagaimana tabel berikut.

Tabel 2.8

Komposisi Penduduk Kota Semarang berdasarkan Mata Pencaharian

Pada Tahun 2005-2009

NO

JENIS

PEKERJAAN

JUMLAH (jiwa)

2005 2006 2007 2008 2009

1 Petani Sendiri 30.440 28.185 26.494 26.203 38.945

2 Buruh Tani 17.271 22.409 18.992 18.783 27.791

3 Nelayan 2.468 2.256 2.506 2.478 3.657

4 Pengusaha 15.771 24.580 51.304 52.514 77.706

5 Buruh Industri 185.604 192.473 152.557 152.606 225.897

6 Buruh

Bangunan

131.453 106.217 71.328 72.771 107.692

7 Pedagang 76.672 75.951 73.431 73.457 108.788

8 Angkutan 26.614 30.144 22.187 22.195 32.819

9 PNS/ABRI 93.707 88.486 86.918 86.949 128.718

10 Pensiunan 34.208 38.101 32.855 32.667 48.635

11 Lainnya 255.717 258.815 76.657 76.684 111.714

Jumlah 869.925 867.617 615.229 617.507 912.362

Sumber data : BPS Kota Semarang Tahun 2009Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 28

Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kota Semarang

berturut-turut buruh Industri dengan persentase sebesar 24,76%, PNS/ABRI

Page 33: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

sebesar 14,11%, Lainnya sebesar 12,24%, Pedagang sebesar 11,92%, Buruh

Bangunan 1,80%, Pengusaha sebesar 8,52%, Pensiunan sebesar 5,33%, Petani

sebesar 4,27%, Angkutan sebesar 3,60%, Buruh tani sebesar 3,05%, dan

Nelayan sebesar 0,40 %. Hal ini menggambarkan bahwa aktivitas penduduk Kota

Semarang bergerak pada sektor perdagangan dan jasa.

2.3 ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Kinerja pembangunan pada aspek kesejahteraan masyarakat merupakan

gambaran dan hasil dari pelaksanaan pembangunan selama periode tertentu

terhadap kondisi kesejahteraan masyarakat yang mencakup kesejahteraan dan

pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial, seni budaya dan olahraga.

Hasil evaluasi pelaksanaan pembangunan pada aspek kesejahteraan

masyarakat selama periode 2005-2009 adalah sebagai berikut :

2.3.1. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi.

Kinerja kesejahteraan dan pemerataan ekonomi Kota Semarang selama

periode tahun 2005-2009 dapat dilihat dari indikator pertumbuhan PDRB, laju inflasi,

PDRB per kapita, dan angka kriminalitas yang tertangani. Perkembangan kinerja

pembangunan pada kesejahteraan dan pemerataan ekonomi adalah sebagai

berikut:

a. Pertumbuhan PDRB

Pertumbuhan PDRB merupakan indikator untuk mengetahui kondisi

perekonomian secara makro yang mencakup tingkat pertumbuhan sektorsektor ekonomi dan tingkat pertumbuhan ekonomi pada suatu daerah. Laju

Pertumbuhan PDRB Kota Semarang atas dasar harga berlaku selama

periode 2005-2009 mengalami pertumbuhan yang meningkat. PDRB Atas

Dasar Harga Berlaku pada tahun 2005 sebesar Rp. 23.208.244,89 juta rupiah

sampai dengan tahun 2009 mencapai sebesar Rp. 38.459.815,06 juta rupiah.

Sedangkan untuk PDRB Atas Dasar Harga Konstan pada tahun 2005

sebesar Rp 16.194.264,61 juta rupiah dan meningkat menjadi Rp

Page 34: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

20.180.577,95 juta rupiah di tahun 2009. Untuk selengkapnya perkembangan

PDRB Kota Semarang ditahun 2005-2009 dapat terlihat dalam tabel dibawah.Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 29

Tabel 2.9

Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Kota Semarang Tahun 2005 - 2009

Rp. % Rp. % Rp. % Rp. % Rp. %

A PDRB Atas Dasar Harga

Berlaku

23,208,224 26,624,244 30,515,737 34,540,949 38,459,815

1. Pertanian 294,257 1.27 321,780 1.21 365,095 1.20 398,756 1.15 442,499 1.15

2. Pertambangan dan

Penggalian

46,997 0.20 52,327 0.20 57,063 0.19 61,694 0.18 66,480 0.17

3. Industri Pengolahan 6,256,676 26.96 7,147,347 26.85 7,883,533 25.83 8,679,006 25.13 9,483,637 24.66

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 443,417 1.91 487,538 1.83 532,280 1.74 574,399 1.66 609,532 1.58

5. Bangunan 3,584,579 15.45 4,445,308 16.70 5,414,829 17.74 6,398,054 18.52 7,453,706 19.38

6. Perdagangan, Hotel dan

Restoran

6,788,735 29.25 7,480,618 28.10 8,635,562 28.30 9,972,004 28.87 10,884,995 28.30

7. Angkutan dan Komunikasi 2,399,867 10.34 2,762,149 10.37 3,073,387 10.07 3,374,753 9.7703 3,814,968 9.92

8. Keuangan, Sewa & Jasa

Perusahaan

693,463 2.99 772,160 2.90 889,126 2.91 993,471 2.8762 1,075,543 2.80

9. Jasa 2,700,233 11.63 3,155,017 11.85 3,664,861 12.01 4,088,812 11.838 4,628,454 12.03

Page 35: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

23,208,224 26,624,244 30,515,737 34,540,949 38,459,815

B PDRB Atas Dasar Harga

Konstan

1. Pertanian 207,455 1.28 213,730.87 1.25 219,249.83 1.21 227,516 1.19 234,611 1.16

2. Pertambangan dan

Penggalian

28,553 0.18 29,043.79 0.17 29,992.32 0.17 30,726 0.16 31,501 0.16

3. Industri Pengolahan 4,508,130 27.84 4,724,893.43 27.60 4,998,705.58 27.55 5,236,515 27.33 5,465,109 27.08

4. Listrik, Gas dan Air

Bersih

217,621 1.34 225,734.02 1.32 235,801.58 1.30 250,626 1.31 260,312 1.29

5. Bangunan 2,230,742 13.77 2,527,078.34 14.76 2,708,769.04 14.93 2,849,024 14.87 3,081,148 15.27

6. Perdagangan, Hotel

dan Restoran

5,025,711 31.03 5,182,067.45 30.27 5,493,915.98 30.28 5,906,984 30.83 6,217,358 30.81

7. Pengangkutan dan

Komunikasi

1,556,572 9.61 1,640,072.26 9.58 1,745,291.26 9.62 1,851,303 9.66 1,952,040 9.67

8. Keuangan, Sewa dan

Jasa Perusahaan

495,325 3.06 507,540.20 2.96 526,192.09 2.90 548,372 2.86 565,144 2.80

9. Jasa 1,924,156 11.88 2,068,544.92 12.08 2,184,722.29 12.04 2,255,749 11.78 2,373,356 11.76

16,194,265 17,118,705 18,142,640 19,156,814 20,180,578

No.

Page 36: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Sektor Usaha /

Lapangan Usaha

Tahun ( Rp. Jutaan)

2005 2006 2007 2008 2009 *)

Sumber : Produk Domestik Regional Bruto Kota Semarang BPS Kota SemarangRencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 30

Dari tabel tersebut, kontribusi sektor usaha terbesar terhadap PDRB Kota

Semarang adalah Sektor Usaha Perdagangan, Hotel dan Restoran diikuti

kemudian oleh Sektor Usaha Industri Pengolahan dan Sektor Usaha Bangunan.

Pada tahun 2009 konstribusi masing-masing sektor usaha tersebut adalah

sebagai berikut : Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 29,86 %, industri

pengolahan sebesar 24,52%, dan sektor bangunan sebesar 19,27%. Hal tersebut

menggambarkan bahwa aktivitas ekonomi masyarakat Kota Semarang

didominasi oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor industri

pengolahan dan sektor bangunan.

Peningkatan Laju Pertumbuhan PDRB berimplikasi terhadap kondisi

perekonomian Kota Semarang secara makro yang ditunjukan dengan Laju

Pertumbuhan Ekonomi (LPE). LPE Kota Semarang periode 2005-2009

mengalami pertumbuhan yang positif seperti terlihat dalam grafik di bawah ini.

Grafik 2.6

Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Semarang Tahun 2005-2009

Sumber : Produk Domestik Regional Bruto Kota Semarang 2009, BPS Kota Semarang

Pada tahun 2005 tercatat sebesar 5,14%, kemudian meningkat sebesar 5,71 %,

pada tahun 2006, 5,98 % pada tahun 2007, dan 6,03 % pada tahun 2008.

Sedangkan pada tahun 2009, pertumbuhan ekonomi kota Semarang tercatat

sebesar 5,47 %. Pertumbuhan ekonomi Kota Semarang terjadi penurunan pada

tahun 2009 sebesar 0,56 % dari 6,03 % pada tahun 2008 menjadi 5,47 % pada

Page 37: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

tahun 2009. Penurunan ini lebih dipengaruhi adanya kondisi perekonomian global

seperti kebijakan pasar bebas (Asean-China Free Trade Area/ACFTA), kenaikan

BBM dan TDL.Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 31

b. Laju Inflasi

Laju inflasi merupakan ukuran yang dapat menggambarkan

kenaikan/penurunan harga dari sekelompok barang dan jasa yang berpengaruh

terhadap kemampuan daya beli masyarakat.

Laju inflasi Kota Semarang selama periode tahun 2005-2009 mengalami

pertumbuhan yang fluktuatif. Pada tahun 2005 sebesar 16,46 %, tahun 2006

sebesar 6,08 %, tahun 2007 mencapai 6,75 %, tahun 2008 sebesar 10,34 % dan

tahun 2009 sebesar 3,19 %. Besaran laju inflasi yang terjadi lebih diakibatkan

pada permintaan masyarakat akan bahan kebutuhan pokok.

Grafik 2.7

Laju Inflasi Kota Semarang Tahun 2005-2009

Sumber : Produk Domestik Regional Bruto Kota Semarang 2009, BPS Kota Semarang

c. PDRB Perkapita

Peningkatan Laju Pertumbuhan PDRB, diikuti dengan kenaikan

pendapatan per kapita. Selama periode tahun 2005-2009 PDRB Perkapita Kota

Semarang mengalami pertumbuhan yang positif. PDRB Perkapita atas dasar

harga berlaku pada tahun 2005 sebesar Rp. 14.947.472,59 meningkat pada

tahun 2006 menjadi sebesar Rp.17.067.350,89 dan pada tahun 2007 sebesar

Rp.19.394.727,40 kemudian meningkat lagi pada tahun 2008 menjadi sebesar

Rp.21.352.860,09 serta pada tahun 2009 menjadi sebesar Rp.23.889.579,87.Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 32

Grafik 2.8

Perkembangan PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku

Kota Semarang Tahun 2005-2009

Page 38: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

0,00

5.000.000,00

10.000.000,00

15.000.000,00

20.000.000,00

25.000.000,00

PDRB Perkapita 14.947.472,59 17.067.350,89 19.394.727,40 21.352.860,09 23.889.579,87

2005 2006 2007 2008 2009

PDRB per kapita atas dasar harga konstan tahun 2000 dari tahun ke tahun

juga menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2005 sebesar Rp. 10.534.628,92,-,

pada tahun 2006 sebesar Rp.11.045.072,76,-, pada tahun 2007 sebesar

Rp.11.591.578,22, pada tahun 2008 sebesar Rp.11.897.251,91, dan pada tahun

2009 sebesar Rp. 12.338.639,96.

d. Indek Pembangunan Manusia (IPM)

IPM merupakan salah satu ukuran yang dapat digunakan untuk melihat

upaya dan kinerja pembangunan dengan dimensi yang lebih luas karena

memperlihatkan kualitas penduduk dalam hal kelangsungan hidup, intelektualias

dan standar hidup layak. IPM disusun dari tiga komponen yaitu lamanya hidup,

yang diukur dengan harapan hidup pada saat lahir ; tingkat pendidikan, diukur

dengan kombinasi antara melek huruf pada penduduk dewasa dan rata-rata lama

sekolah ; serta tingkat kehidupan yang layak dengan ukuran pengeluaran

perkapita (purchasing power parity). Pada tahun 2009 IPM Kota Semarang telah

mencapai skor 76,90, angka tersebut menempati urutan kedua dibawah Kota

Surakarta, namun masih jauh diatas angka rata-rata Provinsi Jawa Tengah

sebesar 72,10. Selengkapnya IPM Kota Semarang dapat dilihat pada tabel di

bawah ini : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 33

Tabel 2.10

Page 39: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Perkembangan IPM Kota Semarang Tahun 2005-2009

No Tahun Skor Ket

1 2005 75,3 -

2 2006 75,94 -

3 2007 77,24 -

4 2008 76,54 -

5 2009 76,90 -

Sumber : Indeks Pembangunan Kota Semarang BPS Kota Semarang Tahun 2009

2.3.2. Fokus Kesejahteraan Sosial

Pembangunan pada fokus kejahteraan sosial meliputi indikator angka

melek huruf, angka rata-rata lama sekolah, angka partisipasi kasar, angka

pendidikan yang ditamatkan, angka partisipasi murni, angka kelangsungan hidup

bayi, angka usia harapan hidup, persentase penduduk yang memiliki lahan, dan

rasio penduduk yang bekerja. Kinerja pembangunan kesejahteraan sosial Kota

Semarang periode 2005-2009 pada masing-masing indikator sebagai berikut :

1. Pendidikan

Pembangunan pendidikan pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan

kualitas sumber daya manusia. Sasarannya adalah terciptanya sumber daya

manusia yang berkualitas melalui peningkatan mutu pendidikan, perluasan dan

pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan bagi semua masyarakat,

tercapainya efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan, serta

tercukupinya sarana dan prasarana pendidikan. Beberapa keberhasilan

pembangunan bidang pendidikan dapat dilihat dari Angka Melek Huruf (AMH),

Rata-rata Lama Sekolah, Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni

(APM) dan Angka Pendidikan yang ditamatkan. AMH adalah persentase

penduduk usia 10 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin.

AMH tahun 2005 sebesar 95,10 %, tahun 2006 sebesar 95,85 %, tahun 2007

Page 40: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

sebesar 95,54 %, tahun 2008 sebesar 99,30 % dan sampai dengan tahun 2009

angka melek huruf sebesar 99,47 %. Angka pendidikan yang ditamatkan pada

seluruh jenjang pendidikan baik SD, SLTP dan SLTA selama 5 tahun

menunjukkan peningkatan dari 90,97% tahun 2005 menjadi 96,51%. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 34

Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah rasio jumlah siswa, berapapun usianya,

yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk

kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu. Pada tahun

2009 APK SD/MI mencapai 105,27%, SMP/MTs 114,19%, sedangkan

SMA/SMK/MA mencapai 116,96 %.

Angka Partisipasi Murni (APM) adalah persentase siswa dengan usia yang

berkaitan dengan jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk di usia yang

sama. Capaian APM SD/MI pada tahun 2009 sebesar 89,68 %, SMP/MTs 79,01

%, SMA/SMK/MA sebesar 79,97 %. Capaian APK dan APM pada masing-masing

jenjang pendidikan telah berada di atas rata-rata APK/APM Jawa Tengah kecuali

untuk SD/MI. Belum optimalnya angka capaian APK/APM disebabkan oleh

mahalnya biaya pendidikan, walaupun dukungan anggaran untuk pendidikan

sudah melebihi 20 % dari total anggaran APBD. Oleh karena itu diperlukan upaya

pengalokasian anggaran pendidikan yang tepat agar pendidikan menjadi murah

namun tetap berkualitas.

Tabel 2.11

Kinerja Pembangunan Kesejahteraan Sosial

Indikator Pendidikan Kota Semarang Tahun 2005-2009

2005 2006 2007 2008 2009

1. Angka Melek Huruf

95,10 95,85 95,94 99,30 99,47

2. Rata Lama sekolah

9,60 9,80 9,80 9,17 9,20

Page 41: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

3. Angka Partisipasi Kasar

- SD/MI 102,54 105,87 112,76 105,79 105,27

- SLTP/MTs 89,94 97,14 103,12 89,21 114,19

- SMA/SMK/MA 89,35 88,71 100,76 90,39 116,96

4. Angka Partisipasi Murni

- SD/MI 86,64 89,6 88,36 89,21 89,68

- SLTP/MTs 66,99 71,27 66,7 65,84 79,01

- SMA/SMK/MA 62,76 63,84 88,8 62,71 79,97

5. Angka Pendidikan yang ditamatkan 90,97% 89,90% 96,72% 96,51% 96,51%

5.

Penduduk Tamat (<SD, SD, SLTP,

SLTA, Univ)

1.291.294 1.289.175 1.406.873 1.429.890 1.455.249

Jumlah Penduduk 1.419.478 1.434.025 1.454.594 1.481.640 1.507.826

No Uraian

Tahun

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Semarang, 2010 diolah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 35

2. Kesehatan

Selama kurun waktu 5 tahun (2005-2009) kondisi pembangunan Kesehatan

menunjukkan perubahan yang fluktuatif, hal ini dapat dilihat dari beberapa

indikator bidang kesehatan. Angka kelangsungan hidup bayi selama 5 tahun

menurun dari 98,08 % pada tahun 2005 menjadi 81,40 % tahun 2009. Demikian

pula Angka persentase gizi buruk mengalami peningkatan dari tahun 2005

sebesar 0,019 % menjadi 0,04 % tahun 2009. Penurunan angka kelangsungan

hidup dan peningkatan angka gizi buruk lebih disebabkan adanya penyakit

bawaan dan wabah penyakit yang disebabkan oleh vektor binatang seperti

Demam Berdarah. Upaya pengembangan paradigma hidup sehat harus menjadi

Page 42: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

perhatian utama agar wabah penyakit menular tidak terulang. Namun demikian

secara keseluruhan Angka Usia harapan Hidup Kota Semarang di Kota

Semarang sebesar 72,1, jauh melebihi angka harapan hidup nasional sebesar

69,0 tahun.

Tabel 2.12

Kinerja Pembangunan Kesejahteraan Sosial

Indikator Kesehatan Kota Semarang Tahun 2005-2009

2005 2006 2007 2008 2009

1. Angka Kelangsungan Hidup Bayi per /

1000 kelahiran hidup (%)

98.08 80.29 81.32 80.29 81.40

2. Angka Usia Harapan Hidup 71.8 71.9 71.9 72 72.1

3. Persentase Gizi buruk 0,019 % 0,017% 0,04 % 0,033 % 0,04 %

No Uraian

Tahun

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2010 diolah

3. Kemiskinan

Selama kurun waktu 5 tahun (2005-2009) jumlah penduduk miskin

mengalami pertumbuhan yang fluktuatif, jumlah penduduk miskin tahun 2005-

2008 mengalami peningkatan , tahun 2005 sebanyak 94.246 jiwa, tahun 2006

sebanyak 246.448 jiwa, tahun 2007 sebanyak 306.700 jiwa dan tahun 2008

sebanyak 491.747 jiwa, namun pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi

sebesar 398.009 jiwa. Begitu pula ratio penduduk miskin terhadap jumlah

penduduk kota Semarang semakin meningkat selama 4 tahun terakhir (2005-

2008), tahun 2007 sebesar 6,64%, tahun 2006 sebesar 17,19%, tahun 2007

sebesar 21,08%, tahun 2008 sebanyak 33,19%, namun tahun 2009 menurun

Page 43: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

menjadi sebesar 26,41%. Penurunan jumlah dan rasio penduduk miskin sebesar Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 36

6,78% disebabkan berbagai program penanggulangan kemiskinan di Kota

Semarang semakin menyentuh masyarakat miskin (tepat sasaran). Ketepatan

tersebut didukung oleh adanya identifikasi dan verifikasi berdasarkan indikator

dan kriteria kemiskinan yang disusun sesuai dengan kondisi lokalitas daerah

yang semakin mendekati kenyataan. Kedepan diperlukan upaya untuk

melakukan unifikasi data kemiskinan agar proses percepatan penanggulangan

kemiskinan dapat dilakukan dengan tepat. Optimalisasi peran masayarakat untuk

turut serta dalam menyalurkan program Corpotate Social Responsibility (CSR)

perlu didorong terus menerus.

Berikut gambaran perkembangan penduduk miskin kota Semarang selama 5

tahun (2005-2009) :

Tabel 2.13

Rasio Penduduk Miskin Kota Semarang Tahun 2005-2009

2005 2006 2007 2008 2009

Penduduk Miskin 94.246 246.448 306.700 491.747 398.009

Jml Penduduk 1.419.478 1.434.025 1.454.594 1.481.640 1.506.924

Rasio 6,64% 17,19% 21,08% 33,19% 26,41%

Uraian

Tahun

Sumber : Bappeda Kota Semarang, 2010 data diolah

4. Kepemilikan tanah

Berdasarkan sumber dari Kantor Pertanahan Kota Semarang tahun 2010,

persentase luas lahan bersertifikat yang tercatat di Kota Semarang mencapai

angka rasio 72,8 %, sedangkan untuk rasio kepemilikan tanah mencapai 40,30.

Dilihat dari jumlah kepemilikan tanah yang mempunyai sertifikat,

Page 44: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

menggambarkan bahwa kesadaran masyarakat akan pentingnya tertib

administrasi pertanahan yang berarti kepemilikan sertifikat tanah sebagai

legalitas atas tanah yang dimiliki semakin menjadi penting,

5. Kesempatan Kerja

Angka kesempatan kerja dapat dihitung dari jumlah penduduk yang

bekerja dibanding dengan angkatan kerja dalam satu wilayah. Rasio penduduk

yang bekerja mengalami peningkatan, tahun 2005 sebesar 64,32 %, tahun 2006

sebesar 64,38%, tahun 2007 sebesar 88,61%, tahun 2008 sebesar 88,51%,

namun pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 7,70% atau menjadi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 37

sebesar 81,44%. Penurunan ratio penduduk yang bekerja lebih diakibatkan

karena meningkatnya angkatan kerja yang tidak seimbang dengan pertumbuhan

lapangan kerja. Oleh karena itu diperlukan upaya perluasan lapangan kerja

sebagai upaya mengatasi pengangguran. Berikut gambaran perkembangan ratio

penduduk yang bekerja selama 5 tahun (2005-2009) seperti tercantum dalam

tabel dibawah ini :

Tabel 2.14

Rasio Penduduk Bekerja Kota Semarang Tahun 2005-2009

2005 2006 2007 2008 2009

Penduduk yang Bekerja 465.695 537.791 663.053 658.729 563.565

Angkatan Kerja 724.048 835.323 748.302 744.239 692.019

Rasio 64,32% 64,38% 88,61% 88,51% 81,44%

Uraian

Tahun

Sumber : Dinas Tenaga Kerja & Transmigrasi, 2010 diolah

6. Angka Kriminalitas

Ratio tindak kriminal selama lima (5) lima tahun terakhir menunjukkan

penurunan, tahun 2005 sebesar 0,14 %, Tahun 2006 sebesar 0,10 %, Tahun

Page 45: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

2007 sebesar 0,08 % serta tahun 2008 dan tahun 2009 masing-masing sebesar

0,07 %. Penurunan angka rasio kriminal tersebut menunjukkan makin tingginya

rasa aman masyarakat. Kondisi rasa aman dikalangan masyarakat tersebut

harus tetap dipertahankan selama 5 tahun kedepan melalui upaya-upaya

preventif dan tetap memberikan kepastian hukum kepada masyarakat. Berikut

gambaran perkembangan ratio kriminal selama 5 tahun (2005-2009) seperti

tercantum dalam tabel dibawah ini :

Tabel 2.15

Rasio Tindak Kriminal Kota Semarang Tahun 2005-2009

2005 2006 2007 2008 2009

Jumlah Kriminal 195 139 117 107 108

Jumlah Penduduk 1.419.478 1.434.025 1.454.594 1.481.640 1.506.924

Rasio 0,14 0,10 0,08 0,07 0,07

Uraian

Tahun

Sumber : Data Pengembangan SIPD, BPS Kota Semarang, 2010Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 38

2.3.3. Fokus Seni dan Budaya.

Pembangunan pada fokus seni dan budaya meliputi indikator jumlah grup

kesenian dan gedung olahraga. Kinerja pembangunan Seni dan budaya Kota

Semarang periode 2005-2009 pada masing-masing indikator adalah sebagai

berikut :

1. Seni dan Budaya

Jumlah grup kesenian di Kota Semarang selama 5 tahun (2005-2009)

menunujukkan peningkatan dari 376 buah menjadi 573 buah pada tahun 2009,

demikian pula ratio jumlah grup kesenian terhadap per. 10.000 jumlah penduduk

Kota Semarang yaitu dari 2,65 pada tahun 2005 menjadi 3,80 pada tahun 2009.

Sedangkan jumlah gedung kesenian juga mengalami peningkatan dari 33 buah

Page 46: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

dengan rasio per 10.000 sebesar 0,23 pada tahun 2005 menjadi sebesar 39

buah dengan rasio per 10.000 penduduk sebesar 0,26 pada tahun 2009. Namun

jika dilihat dari ratio jumlah grup kesenian terhadap 10.000 jumlah penduduk

masih relatif kecil. Hal ini menunjukkan bahwa masih kurang resposifnya

masyarakat terhadap kesenian tradisional. Upaya mengembangkan kesenian

tradisional diharapkan akan mampu memberikan dampak kesejahteraan bagi

para pelaku seni. Demikian pula dengan perkembangan sarana prasarana

gedung kesenian menunjukkan peningkatan dari tahun ketahun namun ratio

jumlah gedung kesenian masih relatif kecil terhadap per 10.000 jumlah penduduk

yakni sebesar 3,80 pada tahun 2009. Berikut gambaran perkembangan Jumlah

Grup dan Gedung Kesenian Kota Semarang selama 5 tahun (2005-2009),

sebagaimana tabel berikut :

Tabel 2.16

Rasio Grup Kesenian Kota Semarang Tahun 2005-2009

2005 2006 2007 2008 2009

Juml Grup Kesenian 376 386 573 573 573

Juml Penduduk 1.419.478 1.434.025 1.454.594 1.481.640 1.506.924

Rasio/10.000 penduduk 2,65 2,69 3,94 3,87 3,80

Uraian

Tahun

Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, 2010 diolahRencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 39

Tabel 2.17

Rasio Gedung Kesenian Kota Semarang Tahun 2005-2009

2005 2006 2007 2008 2009

Juml Gedung Kesenian 33 33 33 33 39

Juml Penduduk 1.419.478 1.434.025 1.454.594 1.481.640 1.506.924

Rasio/10.000 penduduk 0,23 0,23 0,23 0,22 0,26

Page 47: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Uraian

Tahun

Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, 2010 diolah

2. Olah Raga

Jumlah klub olah raga selama 5 tahun (2005–2009) tidak mengalami

penambahan atau tetap sebanyak 561 buah pada tahun 2009, namun rationya

mengalami penurunan dari 3,95 tahun 2005 menjadi 3,72 pada tahun 2009.

Begitu pula kondisi sarana dan prasarana olah raga tidak mengalami

pertumbuhan atau tetap sebanyak 3 buah gedung olah raga. Hal tersebut bukan

berarti bahwa budaya olah raga dikalangan masyarakat masih rendah, akan

tetapi banyak aktivitas olah raga yang dilakukan diluar gedung seperti jalan

sehat, bersepeda maupun olahraga luar ruangan yang lain. Namun demikan

untuk dapat memacu peningkatan prestasi atlit diperlukan sarana prasarana olah

raga yang representatif. Berikut gambaran perkembangan klub dan sarana

prasarana olahraga sebagaimana tabel dibawah ini :

Tabel 2.18

Rasio Jumlah Klub Olahraga Kota Semarang Tahun 2005-2009

2005 2006 2007 2008 2009

Juml Klub Olah Raga 561 561 561 561 561

Juml Penduduk 1.419.478 1.434.025 1.454.594 1.481.640 1.506.924

Rasio/10.000 penduduk 3,95 3,91 3,86 3,79 3,72

Uraian

Tahun

Sumber : Dinas Sosial Pemuda dan Olah Raga Kota Semarang, 2010, diolah

Tabel 2.19

Rasio Jumlah Gedung Olah Raga Kota Semarang Tahun 2005-2009

2005 2006 2007 2008 2009

Page 48: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Juml Gedung Olah Raga 3 3 3 3 3

Juml Penduduk 1.419.478 1.434.025 1.454.594 1.481.640 1.506.924

Rasio/10.000 penduduk 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02

Uraian

Tahun

Sumber : Dinas Sosial Pemuda dan Olah Raga Kota Semarang, 2010, diolahRencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 40

2.4. ASPEK PELAYANAN UMUM

Kinerja pembangunan pada aspek pelayanan umum merupakan

gambaran dan hasil dari pelaksanaan pembangunan selama periode tertentu

terhadap kondisi pelayanan umum yang mencakup kesejahteraan dan

pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial, seni budaya dan olahraga.

Kinerja pembangunan pada aspek pelayanan umum merupakan gambaran dan

hasil dari pelaksanaan pembangunan selama periode tertentu terhadap kondisi

pelayanan umum yang mencakup layanan urusan wajib.

Hasil evaluasi pelaksanaan pembangunan pada aspek pelayanan umum

selama periode 2005-2009 adalah sebagai berikut :

2.4.1.Fokus Layanan Urusan Wajib

1. Pendidikan

Kondisi kinerja pembangunan bidang pendidikan selama 5 (lima) tahun

terakhir mengalami perubahan fluktuatif, angka partisipasi sekolah

pendidikan dasar mengalami peningkatan dari tahun 2005 sebesar 86,64%

menjadi 89,76% pada tahun 2009, pendidikan menengah meningkat dari

tahun 2005 sebesar 66,99% menjadi 78,95 %, angka kelulusan SD/MI

selama 5 tahun dapat mencapai sebesar 99,99%, untuk SMP/MTs

mencapai 94,76%, SMA/SMK/MA mencapai 96,47%. Angka ketersediaan

sekolah Pendidikan Dasar dari 4 % pada tahun 2005 menjadi 4,30 % tahun

2009, ratio guru terhadap jumlah murid dari 1:28 pada tahun 2005 turun

Page 49: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

menjadi 1:19 pada tahun 2009, ratio guru terhadap jumlah murid per kelas

rata-rata tahun 2005 sebesar 1:28:45 menjadi 1:16:32 pada tahun 2009.

Sedangkan untuk Pendidikan Menengah, APS tahun 2005 sebesar 66,99

menjadi 78,95 tahun 2009, ratio ketersediaan sekolah terhadap penduduk

usia sekolah dari 2,15% pada tahun 2005 menjadi 2,80% pada tahun 2009,

ratio guru terhadap murid tahun 2005 sebesar 1:13 menjadi 1:12 pada tahun

2009, ratio guru terhadap murid per kelas rata-rata tahun 2005 adalah

1:13:40 menjadi 1:12:34, perbandingan jumlah penduduk melek huruf >15

tahun terhadap jumlah penduduk Kota Semarang tahun 2005 sebesar

95,10% menjadi 99,47% pada tahun 2009.Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 41

Kondisi fasilitas pendidikan, jumlah sekolah SD/MI dengan kondisi baik

tahun 2005 sebanyak 2.349 gedung meningkat menjadi tahun 2.451

gedung, gedung sekolah SMP/MTs tahun 2005 sebesar 1.662 gedung

menjadi sebesar 1.761 gedung, sedangkan kondisi gedung sekolah

SMA/SMK/MA tahun 2005 sebesar 1.005 gedung meningkat menjadi 1.087

gedung pada tahun 2009. Angka Putus Sekolah dari tahun ketahun selama

5 tahun (2005-2009) mengalami penurunan yang sangat signifikan. Angka

putus sekolah SD/MI menurun dari 151 murid pada tahun 2005 menjadi 31

pada tahun 2009. Sedangkan untuk SMP/MTs dari 344 murid menjadi 21

murid, sedangkan untuk SMA/MA/STM menurun dari 527 menjadi 18 murid

pada tahun 2009. Kondisi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), jumlah siswa

TK/RA/Penitipan anak terhadap jumlah penduduk usia 4-6 tahun sebesar

74,68% tahun 2005 menjadi 78,92% tahun 2009.Perkembangan Angka

kelulusan SD/MI dari tahun 2005-2009 tetap sebesar 99,99%, SMP/MTs

mengalami peningkatan dari tahun 2005 sebesar 86,60% menjadi 94,76%

tahun 2009, SMA/SMK/MA mengalami peningkatan dari 89,31% tahun 2005

menjadi 96,74% pada tahun 2009. Meskipun telah terjadi berbagai

Page 50: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

peningkatan yang cukup berarti, pembangunan pendidikan belum

sepenuhnya mampu memberi pelayanan merata, berkualitas dan

terjangkau. Sebagian penduduk tidak dapat menjangkau biaya pendidikan

yang dirasakan masih mahal dan pendidikan juga dinilai belum sepenuhnya

mampu memberikan nilai tambah bagi masyarakat sehingga pendidikan

belum dinilai sebagai bentuk investasi.

Berikut gambaran perkembangan pelayanan bidang pendidikan

sebagaimana tabel dibawah ini :

Tabel 2.20

Aspek Pelayanan Umum Dalam Bidang Pendidikan Kota Semarang

Tahun 2005-2009

No Indikator

Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

1. Pendidikan Dasar

a. Angka Partisipasi Sekolah 86,64 % 89,60 % 88,36 % 89,21 % 89,76 %

b. Rasio Ketersediaan Sekolah 4 % 4,14 % 4,2 % 4,27 % 4,30%

c. Rasio guru/murid 1:28 1:26 1:20 1:20 1:19

d. Rasio guru/murid per kelas ratarata

1:28:45 1:26:40 1:20:40 1:20:40 1:16:32Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 42

2. Pendidikan Menengah

1. APS 66,99 71,27 66,70 65,84 78,95

2. Rasio ketersediaan sekolah

terhadap penduduk usia sekolah

2,15 % 2,28 % 2,55 % 2,78 % 2,80%

3. Rasio guru terhadap murid 1:13 1:13 1:11 1:12 1:12

4. Rasio guru terhadap murid per

Page 51: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

kelas rata-rata

1:13:40 1:13:40 1:11:40 1:12:34 1:12:34

5. Penduduk yang berusia > 15

tahun melek huruf (tidak buta

aksara)

95,10 % 95,85 % 95,94 % 99,30 % 99,47 %

3. Fasilitas Pendidikan

Sekolah pendidikan SD/MI kondisi

bangunan baik

2.349 2.375 2.398 2.487 2.401

Kondisi Sekolah SMP/MTs 1.662 1.683 1.699 1.711 1.761

Kondisi Sekolah SMA/SMK/ MA 1.005 1.021 1.039 1.056 1.087

4. PAUD

Jumlah Siswa pada jenjang

TK/RA/Penitipan Anak Jumlah anak

usia 4 – 6 Tahun x100%

74,68 % 74,77 % 74, 98 % 75,03 % 78,92 %

5. Angka Putus Sekolah

1. SD/MI

2. SMP/MTs

3. SMA/SMK/MA

151

344

527

105

287

486

Page 52: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

63

281

302

32

22

30

31

21

18

6. Angka Kelulusan

1. Angka Kelulusan SD/MI 99,99 % 99,99 % 99,99 % 99,99 % 99,99 %

2. Angka Kelulusan SMP/MTs 86,60 % 90,33 % 90,06 % 90,03 % 94,76 %

3. Angka Kelulusan SMA/SMK/MA 89,31 % 94 % 89,69 % 90,77 % 96,47 %

4. Angka Melanjutkan dari SD/MI

ke SMP/MTs

101,89 % 101,97 % 101,98 % 102,12 % 101,25 %

5. Angka Melanjutkan dari

SMP/MTs ke SMA/SMK/MA

110,24 % 110,72 % 110,86 % 110,97 % 111,12 %

6. Guru yang memenuhi Kualifikasi

S1/D-IV

70,25 % 74,77 % 78,69 % 81,80 % 86,29 %

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Semarang, 2010 diolah

2. Kesehatan

Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan adalah

perilaku hidup sehat. Dilihat dari indikator aspek pelayanan kesehatan.

Pemerintah Kota Semarang, telah berupaya menyediakan fasilitas kesehatan

Page 53: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

yang dari tahun ketahun semakin dapat menjangkau pemerataan pelayanan

kesehatan masyarakat Kota Semarang. Kondisi kinerja pembangunan bidang

kesehatan selama 5 tahun (2005-2009) dapat dilihat dari Ratio Puskesmas,

Poliklinik, Pustu per 1000 penduduk dari tahun 2005-2009 yang menunjukkan

penurunan dari 0,20 tahun 2005 menjadi 0,19 pada tahun 2009. Ratio RS per

1000 satuan penduduk menurun dari 0,16 pada tahun 2005 menjadi 0,15 pada

tahun 2009, ratio dokter persatuan penduduk meningkat dari tahun 2005 sebesar Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 43

1,05 menjadi 2,17 pada tahun 2009, ratio tenaga medis per 1000 satuan

penduduk meningkat dari 1,89 tahun 2005 menjadi 2,39 pada tahun 2009,

cakupan balita gizi buruk yang mendapat perawatan telah mencapai 100%,

cakupan pelayanan Puskesmas dari tahun 2005-2009 tetap sebesar 231,25 %,

Incident rate DBD per 100.000 penduduk tahun 2005 sebesar 164 menjadi 262,1

pada tahun 2009. Jumlah penderita HIV positif memiliki kecenderungan

meningkat dalam empat tahun terakhir (2005-2008). Tercatat terdapat 50

penderita di tahun 2005 dan terus meningkat selama 2006 sampai 2009 yaitu

berturut-turut : 179 orang, 195 orang, 199 orang dan 323 orang. Demikian halnya

dengan pengidap AIDS yang juga mengalami peningkatan selama tiga tahun

berturut-turut (2005-2007) yaitu dari 11 penderita, 25 penderita dan 33 penderita.

Pada satu tahun terakhir jumlah pengidap AIDS mengalami penurunan menjadi

15 penderita di tahun 2008. Namun pada tahun 2009 jumlah penderita kembali

meningkat menjadi 19 penderita. Permasalahan pelayanan urusan kesehatan

yang perlu mendapat perhatian adalah menurunkan Incident rate DBD dengan

melibatkan seluruh komponen masyarakat. Berikut gambaran perkembangan

pelayanan umum bidang kesehatan selama 5 tahun sebagaimana tabel dibawah

ini :

Tabel 2.21

Page 54: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Aspek Pelayanan Umum Dalam Bidang Kesehatan Kota Semarang

Tahun 2005-2009

No Indikator

Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

1. Rasio Posyandu per satuan balita 12.51 12.40 12.68 12.60 12,60

2. Rasio Puskesmas, poliklinik, pustu

per satuan penduduk x 1000

0.20 0,19 0,21 0.18 0,19

3. Rasio RS per satuan penduduk x

1000

0,16 0,16 0.17 0.16 0,15

4. Rasio dokter per satuan penduduk 1.05 1.36 1.82 2.22 2.17

5. Rasio tenaga medis per satuan

penduduk x 1000

1.89 2.00 2.06 2,37 2.39

6. Cakupan komplikasi kebidanan

yang ditangani

58.50% 60.53% 61.77 % 72.89 % 96.65 %

7. Cakupan pertolongan persalinan

oleh tenaga kesehatan

90.31 % 97.29 % 90.17 % 92.15 % 96.65 %

8. Cakupan kelurahan UCI 79,10 % 76,84% 78,5% 91% 96,65%

9. Cakupan balita gizi buruk

mendapat perawatan

100 % 100 % 100 % 100 % 100 %

10. Penemuan dan penanganan

Page 55: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

penderita penyakit TBC BTA

55.24 % 59 % 49 % 48 % 50 %

11. Cakupan pelayanan kesehatan - 9,95% 10,73% 3,84% 9,01%Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 44

No Indikator

Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

rujukan pasien masyarakat miskin

12. Cakupan kunjungan bayi 92.90 % 94,39 % 92.90 % 106,8% 121 %

13. Cakupan puskesmas 231.25 % 231.25 % 231.25 % 231.25 % 231.25 %

14. Cakupan pembantu puskesmas 19,77 % 19,77 % 19,77 % 20,33 % 20,33%

15. Incident Rate DBD/100.000

penduduk

164 130 198,4 360,8 262,1

16. Penemuan kasus TB BTA pos

(CDR)

55 59 49 47 50

17. Kesembuhan penderita TB ATA

pos (cure rate)

79 70 67 74 63

18. Klien klinik VCT test HIV 71,5 95,1 75,86 17 92

19. Prevalensi HIV – AIDS per 10.000

penduduk yang beresiko

1,17 1,15 1,3 2 2,2

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2010 diolah

3. Pekerjaan Umum

Kondisi kualitas jalan terhadap panjang jalan selama 5 tahun terakhir

(2005-2009) menunjukkan perkembangan yang fluktuatif, ratio kondisi jalan

Page 56: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

dalam keadaan baik terhadap jumlah panjang jalan tahun 2005 sebesar 44,87%,

tahun 2006 sebesar 44,87%, tahun 2007 sebesar 61,02%, tahun 2008 menurun

menjadi sebesar 43,83% , tahun 2009 sebesar 44,01%, perubahan kondisi

kualitas jalan ini dipengaruhi oleh perubahan iklim, dimana pada saat musim

hujan banyak terjadi genangan air. Selain itu juga akibat terjadinya rob

khususnya di sepanjang jalan daerah utara Kota Semarang. Persentase rumah

tinggal bersanitasi tahun 2005 sebesar 30,25% menjadi 45,85% pada tahun

2009. Kondisi kinerja pembangunan Sanitasi selama 5 tahun (2005-2009) dapat

dilihat dari presentase sanitasi rumah tinggal pada tahun 2006 sebesar 30,25%,

meningkat hingga mencapai 45,85%, pada tahun 2009. Rasio pembuangan

sampah (TPS) per satuan penduduk tahun 2005 sebesar 576,63 menjadi 694,55

tahun 2009, rasio rumah layak huni tahun 2005 sebesar 0,0024 menjadi 0,0070

pada tahun 2009. Luas kawasan kumuh per luas wilayah selama tahun 2005-

2008 menagalami peningkatan dari sebesar 1,5 % menjadi 2,41%, namun turun

pada tahun 2009 sebesar 1,66 %. Peningkatan luas kawasan kumuh lebih

disebabkan oleh menurunnya kualitas lingkungan akibat rob dan meningkatnya

migrasi penduduk yang tidak berketrampilan dari daerah/kota lain ke Kota

Semarang, sedangkan penurunan 1,66% dipengaruhi oleh adanya program Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 45

pemugaran rumah kumuh. Berikut gambaran pelayanan umum bidang pekerjaan

umum sebagaimana tabel dibawah ini :

Tabel 2.22

Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Pekerjaan Umum Kota

Semarang Tahun 2005-2009

No Indikator

Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

1. Proporsi panjang jaringan

Page 57: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

jalan dalam kondisi baik

44,87 % 44,87 % 61,02 % 43,83 % 44,01%

2. Rasio jaringan irigasi 70% 72% 74% 75% 76%

3. Rasio tempat ibadah per

satuan penduduk

1,96 2,03 2,05 2,11 2,16 %

4. Persentase rumah tinggal

bersanitasi

30,25 % 35 % 38,89 % 40,89 % 45,85 %;

5. Rasio TPU per satuan

penduduk per 1000 penduduk

412,72 408,50 402,70 395,40 388,77

6. Rasio pembuangan sampah

(TPS) per satuan penduduk

576,63 623,51 623,56 638,54 694,55

7. Rasio rumah layak huni 0,0024 0,0032 0,0047 0,0061 0,0070

8. Rasio permukiman layak huni 0,105 0,125 0,186 0,210 0,256

9. Panjang jalan dilalui roda 4 2.762,62km

0,0019

2.762,62

0,0019

2.771,54

0,0019

2.778,29

0,0019

2.778,29

10. Panjang jalan kota dalam

Page 58: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

kondisi baik (>40 km/jam)

1.177,38

2.673,98

1.177,38

2.673,98

1.177,38

2.673,98

1.152,75

2.684,74

1.157,65

2.689,64

11. Sempadan sungai yang

dipakai bangunan liar

40% 46% 49% 51% 52%

12. Drainase dalam kondisi baik/

pembuangan aliran air tidak

tersumbat

49% 52% 53% 55% 57%

13. Pembangunan turap di wilayah

jalan penghubung dan aliran

sungai rawan longsor lingkup

kewenangan kota

5 ha 5 ha 6 ha 6 ha 7 ha

14. Luas irigasi Kabupaten dalam

kondisi baik

45% 48% 49% 49% 65%

15. Luas Kawasan Kumuh Luas

Page 59: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Wilayah x100%

1,5 % 1,85 % 2 % 2,41 % 1,66 %

Sumber : Data Olahan Dinas Terkait, 2010

4. Perumahan

Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan perumahan di Kota

Semarang selama periode 2005-2009 dihitung dari persentase jumlah rumah

tangga yang telah menggunakan air bersih terhadap jumlah seluruh rumah

tangga. Pada tahun 2005 persentase jumlah rumah tangga yang telah

menggunakan air bersih sebesar 12,63% meningkat menjadi 12,96% pada tahun

2009. Persentase jumlah rumah tangga yang memiliki sanitasi terhadap jumlah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 46

rumah tangga tahun 2005 sebesar 30,25% meningkat menjadi 48,85% pada

tahun 2009. Persentase jumlah rumah tangga yang menggunakan listrik terhadap

jumlah rumah tangga pada tahun 2005 sebesar 89,24% meningkat menjadi

98,28% tahun 2009, jumlah rumah layak huni terhadap jumlah rumah tahun 2005

sebesar 10,50% menjadi 25,60% pada tahun 2009.

Berikut gambaran perkembangan aspek pelayanan bidang perumahan selama 5

tahun (2005-2009) sebagaimana tabel dibawah ini :

Tabel 2.23

Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Perumahan Kota Semarang

Tahun 2005-2009

No Indikator

Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

1.

Jumlah rumah tangga

pengguna air bersih / jumlah

Page 60: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

seluruh rumah tangga x 100%

12,63 % 12,28 % 12,74 % 12,85 % 12,96 %

2.

Jumlah rumah tangga ber

sanitasi / Jumlah seluruh

rumah tangga x100%

30,25 % 35 % 38,89 % 40,89 % 48,85 %

3.

Jumlah rumah tangga

pengguna listrik / Jumlah

seluruh rumah tangga x100%

89,24 % 92,90 % 97,7 % 98 % 98,28 %

4.

Luas lingkungan permukiman

kumuh/ Luas wilayah x 100%

1,5 % 1,85 % 2 % 2,41 % 1,66 %

5.

Jumlah rumah layak huni/

Jumlah seluruh rumah x

100%

10,50 % 12,50 % 18,60 % 21 % 25,60 %

Sumber : Data Olahan Dinas Tata Kota & Perumahan Kota Semarang, 2010

5. Penataan Ruang

Kinerja pembangunan pelayanan urusan penataan ruang tahun 2005-2009

dilihat dari ratio luas ruang terbuka hijau terhadap luas wilayah ber Hak

Pengelolaan Lahan (HPL) dan atau Hak Guna Bangun. Pada Tahun 2005

mencapai sebesar 1,1 dan mengalami penurunan menjadi 1,06 pada tahun 2009.

Page 61: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Jumlah bangunan ber-IMB pada tahun 2005 sebesar 49,73% meningkat menjadi

55,01% pada tahun 2009. Persentase tersebut terus meningkat secara signifikan

hingga tahun 2009 sebesar 55,01 %. Hal ini menunjukkan semakin tingginya

kesadaran masyarakat mematuhi regulasi pendirian bangunan dan semakin Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 47

membaiknya pelayanan yang diberikan pemerintah daerah. Namun demikian

upaya peningkatan kesadaran masyarakat terhadap kepatuhan terhadap regulasi

tata ruang dan bangunan perlu diimbangi dengan pelayanan perijinan yang lebih

baik. Berikut gambaran perkembangan pembangunan pelayanan umum bidang

penataan ruang selama periode 2005-2009 sebagaimana tabel berikut :

Tabel 2.24

Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Penataan Ruang Kota Semarang

Tahun 2005-2009

No Indikator

Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

1.

Luas ruang terbuka

hijau / Luas wilayah

ber HPL/HGB

1,1 1,09 1,08 1,07 1,06

2.

Jumlah bangunan ber

– IMB / Jumlah

bangunan

49,73 % 51,34 % 52,62 % 53,85 % 55,01 %

Sumber : Data Olahan Dinas Tata Kota & Perumahan Kota Semarang, 2010

6. Perencanaan Pembangunan Daerah

Page 62: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Kinerja pembangunan pelayanan umum bidang perencanaan

pembangunan daerah tahun 2005-2009 adalah tersusunnya draft RPJPD pada

tahun 2005 yang selanjutnya menjadi dokumen Pembangunan Jangka Panjang

Daerah 2005-2025 dan telah tetapkan dengan Peraturan Daerah pada tahun

2009 dan tersedianya dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah 2005-2010 yang ditetapkan dengan oleh Peraturan Daerah. Disamping

itu juga dilihat dari tersusunnya dokumen perencanaan jangka pendek yang

berupa Rencana Kerja Pemerintah Daerah (tahunan) atau yang disingkat RKPD

yang ditetapkan dengan Peratuan Kepala Daerah. Tantangan ke depan adalah

menjaga konsistensi dan kesinambungan perencanaan dengan implementasinya.

Berikut gambaran kinerja perencanaan pembangunan daerah selama 5 tahun

(2005-2010) sebagaimna tabel dibawah ini :Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 48

Tabel 2.25

Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Perencanaan Pembangunan Kota

Semarang Tahun 2005-2009

No Indikator

Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

1.

Tersedianya dokumen

perencanaan RPJPD yg telah

ditetapkan dgn PERDA Ada/

tidak

Draf Draf Draf Draf Draf

2.

Tersedianya Dokumen

Perencanaan : RPJMD yg

Page 63: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

telah ditetapkan dgn

PERDA/PERKADA Ada/ tidak

Ada Ada Ada Ada Ada

3.

Tersedianya Dokumen

Perencanaan : RKPD yg telah

ditetapkan dgn PERKADA

Ada/ tidak

Ada Ada Ada Ada Ada

Sumber : Data Bappeda Kota Semarang, 2010

7. Perhubungan

Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan perhubungan di Kota

Semarang selama periode 2005-2009 dilihat dari jumlah arus penumpang

angkutan umum selama 5 tahun yang mengalami penurunan dari 11.742.718

penumpang pada tahun 2005 menjadi 5.702.073 penumpang pada tahun 2009.

Penurunan jumlah penumpang lebih disebabkan adanya pergeseran

penggunaan moda angkutan umum ke angkutan pribadi . Persentase jumlah

angkutan darat dibanding jumlah penumpang angkutan darat mengalami

peningkatan dari tahun 2005 sebesar 9,30% menjadi 11,01% pada tahun 2009,

jumlah pelabuhan laut/udara/terminal bus/stasiun KA tidak mengalami perubahan

atau tetap sebanyak 7 buah. Tantangan kedepan adalah bagaimana

menyediakan pelayanan angkutan massal yang murah, nyaman, aman dan tepat

waktu agar kemacetan yang disebabkan oleh banyaknya angkutan pribadi tidak

terjadi. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 49

Tabel 2.26

Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Perhubungan Kota Semarang

Tahun 2005-2009

Page 64: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

NoIndikator

Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

1.

Jumlah arus penumpang

angkutan umum

11.742.718 9.597.857 9.290.325 5.637.648 5.702.073

2.

Rasio ijin trayek

0.0022 0.0026 0.0031 0.0028 0.0026

3.

Jumlah uji kir angkutan

umum

7.516 8.039 7.925 5.236 5.346

4.

Jumlah Pelabuhan

Laut/Udara/Terminal Bis

7 7 7 7 7

5.

Jumlah angkutan darat /

Jumlah penumpang

angkutan darat x 100%

9,30% 9,60% 9,21 % 10,38 % 11,01 %

6.

Kepemilikan KIR angkutan

umum

4.218 3.775 3.742 3.755 3.683

Page 65: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

7.

Lama pengujian kelayakan

angkutan umum (KIR)

2 jam 2 jam 2 jam 2 jam 2 jam

8.

Biaya pengujian kelayakan

angkutan umum

Rp 29,- Rp 29,- Rp 29,- Rp 29,- Rp 29,-

9.

Pemasangan Ramburambu

1414 1497 1683 2060 2239

Sumber : Data Olahan Dinas Perhubungan Kota Semarang, 2010

8. Lingkungan Hidup

Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan lingkungan hidup di Kota

Semarang selama periode 2005-2009 diukur dari meningkatnya persentase

penanganan sampah tahun 2005 sebesar 69% menjadi 74% pada tahun 2009;

Jangkauan pelayanan pengelolaan sampah telah mengalami perkembangan

yang cukup menggembirakan, dimana pada tahun 2009 telah menjangkau 132

Kelurahan dari 177 Kelurahan atau 74,58 % wilayah kota, dengan kemampuan

pengangkutan mencapai 72 % dari seluruh produksi sampah total Kota

Semarang sebesar 3.675 m3/hari atau setara dengan 1.010 ton. Persentase

penduduk berakses air minum menurun dari 57,92% pada tahun 2005 menjadi

56,95% pada tahun 2009. Semakin besarnya volume sampah yang dihasilkan

oleh masyarakat menuntut peranserta masyarakat untuk dapat memusnahkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 50

sampah dengan cara yang ramah lingkungan demi memperpanjang usia TPA.

Berikut gambaran perkembangan pelayanan bidang lingkungan hidup

Page 66: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

sebagaimana tabel berikut :

Tabel 2.27

Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Lingkungan Hidup Kota Semarang

Tahun 2005-2009

No Indikator

Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

1.

Persentase penanganan sampah

69 % 70 % 71 % 72 % 74 %

2.

Persentase Penduduk berakses

air minum

57.92 % 56.95 % 56.99 % 57.02 % 56.95 %

3.

Persentase Luas pemukiman

yang tertata

28.29 % 32.08 % 37.58 % 39.08 % 45.02 %

4.

Pencemaran status mutu air

20 % 30 % 40 % 50 % 60 %

5.

Cakupan penghijauan wilayah

rawan longsor dan Sumber Mata

Air

15% 15% 15% 20 % 20 %

6.

Page 67: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Cakupan pengawasan terhadap

pelaksanaan amdal.

10 % 18 % 32 % 40 % 50 %

7.

Tempat pembuangan sampah

(TPS) per satuan penduduk

57.66 % 62.35 % 62.35 % 63.85 % 69.46 %

8.

Penegakan hukum lingkungan

52 % 28 % 34 % 35 % 63 %

Sumber: Data Olahan Badan Lingkungan Hidup Kota Semarang, 2010

9. Pertanahan

Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan pertanahan selama periode

2007-2009 diukur dari meningkatnya persentase luas lahan bersertifikat. Pada

tahun 2009 persentase luas lahan bersertifikat mencapai sebesar 72,81%.

Jumlah penyelesaian kasus tanah negara pada tahun 2007 sebanyak 25 kasus ,

tahun 2008 sebesar 41 kasus dan tahun 2009 sebanyak 25 kasus, sedangkan

jumlah penyelesaian ijin lokasi tahun 2007 sebanyak 9 ijin, tahun 2008 sebanyak

7 ijin dan tahun 2009 sebanyak 13 ijin. Antisipasi permasalahan kedepan adalah

layanan fasilitasi konflik pertanahan berkaitan dengan pelayanan tertib

administrasi di tingkat kelurahan.Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 51

Tabel 2.28

Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Pertanahan Kota Semarang

Tahun 2005-2009

No Indikator

Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

Page 68: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

1.

Persentase luas lahan

bersertifikat

- - 58% 60% 72.81%

2.

Penyelesaian kasus tanah

Negara

- - 59 41 25

3.

Penyelesaian izin lokasi

- - 9 7 13

Sumber : Data Olahan Kantor Pertanahan Kota Semarang, 2010

10. Kependudukan dan Catatan Sipil

Kinerja pembangunan pada pelayanan Kependudukan dan Catatan Sipil

selama 5 tahun (2005-2009) adalah :

Ratio penduduk ber KTP per satuan penduduk tahun 2005 sebesar

92,02% meningkat menjadi 95% pada tahun 2009, ratio bayi berakte kelahiran

tahun 2005 sebesar 71,50% meningkat menjadi 74,77%, kepemilikan akte

kelahiran per 1000 penduduk tahun 2009 sebesar 87,12% meningkat menjadi

96,68% pada tahun 2009. Peningkatan kinerja kependudukan dan catatan sipil

lebih dipengaruhi oleh kesadaran penduduk yang disebabkan makin mudahnya

pelayanan administrasi kependudukan dan terlaksananya kebijakan

kependudukan yang serasi antara kebijakan kependudukan nasional dengan

kebijakan kependudukan Kota Semarang.

Berikut gambaran perkembangan pelayanan kependudukan dan catatan sipil

sebagaimana tabel berikut :

Tabel 2.29

Page 69: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Kependudukan

dan Catatan Sipil Kota Semarang Tahun 2005-2009

No Indikator

Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

1.

Rasio penduduk berKTP per

satuan penduduk

92,02% 92,02% 92,02% 95,2% 95 %

2.

Rasio bayi berakte kelahiran

71,50% 74,77% 78,42% 82,88% 87,12 %Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 52

No Indikator

Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

3.

Rasio pasangan berakte

nikah

100% 100% 100% 100% 100 %

4.

Kepemilikan KTP

92,00% 92,00% 92,00% 95,21% 97,95%

5.

Kepemilikan akta kelahiran

per 1000 penduduk

87,12% 87,18% 87,18% 83,6% 96,68%

6.

Page 70: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Ketersediaan database

kependudukan skala provinsi

Ada/tidak ada

ada ada ada ada ada

7.

Penerapan KTP Nasional

berbasis NIK Sudah/belum

belum belum belum belum belum

Sumber : Data Olahan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Semarang, 2010

11. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan pemberdayaan perempuan

dan perlindungan anak selama periode 2005-2009 pada masing-masing

indikator sebagaimana tabel berikut.

Tabel 2.30

Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Pemberdayaan Perempuan

dan Perlindungan Anak Kota Semarang Tahun 2005-2009

No Indikator

Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

1.

Persentase partisipasi

perempuan di lembaga

pemerintah

15,5% 15,5% 15,5% 15,5% 15,5%

2.

Partisipasi perempuan di

lembaga swasta

Page 71: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

75% 80% 85% 90 % 90 %

3.

Rasio KDRT

0 0 0 0,16 % 0,65 %

5.

Partisipasi angkatan kerja

perempuan

(TPAK/ Tk. Partisipasi Angk

Kerja)

47,72 46,94 47,48 56,92 60,62

6.

Penyelesaian pengaduan

perlindungan perempuan dan

anak dari tindakan kekerasan

0 0 0 60 191

Sumber : Data Olahan BapermasPP & KB Kota Semarang, 2010Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 53

Pembangunan pada urusan pemberdayaan perempuan dan

perlindungan anak selama 5 (lima) tahun terakhir mengalami peningkatan. Hal ini

dapat dilihat dari angka partisipasi perempuan yang terus meningkat sejak tahun

2005 sebesar 75% menjadi 90% pada tahun 2009, serta indeks partisipasi

angkatan kerja perempuan yang juga meningkat dari 47,72 pada tahun 2005

menjadi 60,62 pada tahun 2009. Hal ini juga ditunjang juga dengan pembentukan

Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) di tingkat Kota dan di 4 (empat) PPT

Kecamatan pada tahun 2009, pada tahun 2010 bertambah 2 (dua) PPT

Kecamatan dan diharapkan pada tahun 2015 di semua Kecamatan sudah

terbentuk PPT, untuk dapat membantu menyelesaikan persoalan korban

Page 72: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

kekerasan terhadap perempuan.

12. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera

Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan keluarga berencana dan

keluarga sejahtera selama periode 2005-2009 pada masing-masing indikator

sebagaimana tabel berikut.

Tabel 2.31

Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Keluarga Berencana dan

Keluarga Sejahtera Kota Semarang Tahun 2005-2009

No Indikator

Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

1.

TFR (Total Fertilitas Rate)

2,85 2,80 2,78 2,75 2,50

2.

Cakupan peserta KB aktif

78,81 % 78,81 % 78,91 % 78,93 % 78,95 %

3.

Keluarga Pra Sejahtera

dan Keluarga Sejahtera I

127.559 122.029 114.275 115.643 111.480

Sumber : Data Olahan BapermasPP & KB Kota Semarang, 2010

Pembangunan dalam urusan keluarga berencana dan keluarga sejahtera

mengalami peningkatan yang cukup baik, terlihat dari indikator jumlah rata-rata

kelahiran setiap 1000 wanita usia subur yang semakin menurun dari 2,85

menjadi 2,50 dalam 5 tahun terakhir artinya jumlah anak dalam setiap keluarga

terdiri dari 2 – 3 anak dan peserta KB aktif yang meningkat dari 78,81 % pada

Page 73: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

tahun 2005 menjadi 78,95 % pada tahun 2009. Hal ini memberikan pengaruh

yang positif terhadap upaya pengendalian angka kelahiran yang selanjutnya

memberikan konstribusi yang besar terhadap upaya dalam menekan laju Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 54

pertumbuhan penduduk sehingga akan semakin rendah juga jumlah keluarga pra

sejahtera dan sejahtera I. Hal ini dapat dilakukan antara lain dengan

meningkatkan pemberdayaan dan ketahanan keluarga secara menyeluruh

terutama dalam kemampuan pengasuhan dan penumbuhkembangan anak, dan

peningkatan kualitas lingkungan keluarga melalui pengembangan akses terhadap

kualitas hidup keluarga: ekonomi, kesehatan, pendidikan, parenting (beyond

family planning) dan menggalang kemitraan dengan masyarakat, swasta dan

profesi/perguruan tinggi. Permasalahan kedepan yang harus ditangani secara

serius adalah meningkatkan cakupan keluarga berencana dan pembangunan

keluarga sejahtera.

13. Sosial

Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan sosial selama periode

2005-2009 pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut.

Tabel 2.32

Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Sosial

Kota Semarang Tahun 2005-2009

No Indikator

Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

1.

Sarana sosial seperti panti

asuhan, panti jompo dan panti

rehabilitasi

75 75 124 97 103

Page 74: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

2.

PMKS yg memperoleh

bantuan sosial

1.250 1.300 1.400 1.563 1.971

3.

Penanganan penyandang

masalah kesejahteraan sosial

3.150 3.168 3.210 3.261 4.357

Sumber : Data Olahan Dinas Sosial dan Olah Raga Kota Semarang, 2010

Pembangunan pelayanan sosial di Kota Semarang selama 5 (lima) tahun

terakhir mengalami peningkatan. Sarana sosial yang semula berjumlah 75 di

tahun 2005 meningkat menjadi 103 di tahun 2009 dan saat ini terus diupayakan

penanganannya oleh Pemerintah Kota. Demikian pula penanganan penyandang

masalah kesejahteraan sosial dari tahun 2005 sebanyak 3.150 menjadi 4.357 di

tahun 2009. Namun demikian hasilnya belum mampu menekan jumlah

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) termasuk di dalamnya

adalah anak jalanan. Permasalahan PMKS yang terus berkembang diantaranya Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 55

disebabkan oleh persoalan tuntutan kehidupan yang semakin berat, disamping

persoalan kemiskinan. Oleh karena itu penanganan persoalan sosial harus

dilakukan secara komprehensif dan terintegrasi.

14. Ketenagakerjaan

Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan ketenagakerjaan selama

periode 2005-2009 pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut

Tabel 2.33

Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Ketenagakerjaan

Kota Semarang Tahun 2005-2009

Page 75: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

No Indikator

Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

1.

Angka partisipasi angkatan

kerja

61,17 % 61,43 % 61,69 % 61,95 % 62,21 %

2.

Angka sengketa pengusahapekerja per tahun

129 83 91 100 82

315

kasus

218

kasus

258

kasus

286

kasus

256

kasus

3.

Tingkat partisipasi angkatan

kerja

63,45 % 65,78 % 62,52 % 64,27 % 64,75 %

4.

Pencari kerja yang

ditempatkan

Page 76: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

4.470 5.532 7.311 8.975 8.449

5.

Tingkat pengangguran terbuka

35,68 % 35,62 % 11,39 % 11,48 % 14,96 %

6.

Keselamatan dan

perlindungan

14,90 % 15,60 % 20,40 % 25 % 26,20 %

109

perush

123

perush

166

perush

212

perush

237

perush

7.

Perselisihan buruh dan

pengusaha terhadap kebijakan

pemerintah daerah

100 % 100 % 100 % 100 % 100 %

Sumber : Data Olahan Disnakertrans Kota Semarang, 2010\

Jumlah angka partisipasi angkatan kerja di Kota Semarang pada 5 (lima)

tahun terakhir mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya jumlah

penduduk dari tahun 2005 sebesar 61,17% menjadi 62,21% pada tahun 2009.

Page 77: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Tingkat partisipasi angkatan kerja juga mengalami kenaikan seiring dengan

meningkatnya partisipasi angkatan kerja yaitu sebesar 63,45% pada tahun 2005

menjadi 64,75% di tahun 2009, sedangkan konflik antara buruh dan pengusaha Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 56

terhadap kebijakan Pemerintah Kota Semarang dapat terselesaikan dengan baik

terlihat dari menurunnya jumlah kasus sengketa pengusaha-pekerja dari 315

kasus di tahun 2005 menurun menjadi 256 kasus pada tahun 2009. Kedepan,

upaya fasilitasi penciptaan lapangan kerja melalui pelatihan ketrampilan dan

kewirausahaan terus ditingkatkan termasuk rencana fasilitasi hubungan industrial

yang bisa memberikan solusi saling menguntungkan antara pengusaha dan

pekerja, sehingga terwujud hubungan industrial yang harmonis.

15. Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah

Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan koperasi, usaha kecil dan

menengah selama periode 2005-2009 pada masing-masing indikator

sebagaimana tabel berikut.

Tabel 2.34

Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Koperasi, Usaha Kecil dan

Menengah Kota Semarang Tahun 2005-2009

No Indikator

Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

1.

Persentase koperasi aktif

55,06 % 63,55 % 65,30 % 75,05 % 75 %

2.

Jumlah UKM non BPR/LKM

UKM

Page 78: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

36 76 140 231 346

3.

Jumlah BPR/LKM

2 2 2 2 2

4.

Usaha Mikro dan Kecil

1.240 1.315 8.112 9.162 10.176

Sumber : Data Olahan Dinas Koperasi & UKM Kota Semarang

Prosentase koperasi aktif di Kota Semarang mengalami kenaikan dari

55,06% pada tahun 2005 menjadi 75% pada tahun 2008 dan pada tahun 2009

Kota Semarang telah ditetapkan sebagai Kota Penggerak Koperasi.

Jumlah UKM non BPR/LKM UKM mengalami kenaikan selama kurun

waktu 5 tahun, peningkatan yang terjadi setiap tahun rata-rata hampir

mencapai 100 %. Demikian juga dengan perkembangan usaha mikro dan kecil.

Sehingga hal tersebut menunjukkan adanya pertumbuhan ekonomi yang

produktif, karena adanya pertumbuhan dan iklim usaha mikro dan kecil yang

membaik dan kondusif. Kenyataan menunjukkan bahwa pada saat terjadi krisis

ekonomi, usaha kecil dan mikro lebih resisten dibanding perusahaanperusahaan yang lebih besar. Hal inilah yang akan terus dijaga dan ditingkatkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 57

melalui rencana fasilitasi permodalan yang mampu mengembalikan koperasi

sebagai soko guru perekonomian masyarakat yang tidak hanya aktif namun juga

benar sehat sehingga mampu menjaga pertumbuhan ekonomi terutama dari

pengembangan usaha mikro dan kecil.

16. Penanaman Modal

Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan penanaman modal

selama periode 2005-2009 pada masing-masing indikator sebagaimana tabel

berikut.

Page 79: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Tabel 2.35

Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Penanaman Modal

Kota Semarang Tahun 2005-2009

No Indikator

Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

1.

Jumlah

investor di

Kota

Semarang

(Penanaman

Modal)

1.560 1.950 2.056 2.160 2.253

2.

Jumlah nilai

investasi

(Rupiah)

500.914.298.068 1.218.842.970.113 1.350.746.170.600 1.540.210.674.000 1.748.936.779.411

3.

Rasio daya

serap tenaga

kerja *)

0,93 0,98 1,00 1,60 1,97

4.

Penanaman

Modal (Jumlah

Page 80: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

tenaga kerja)

orang

4.601 6.961 7.086 11.341 13.977

5.

Kenaikan /

penurunan

Nilai Realisasi

Penanaman

Modal (Rp)

216.470.910.000 717.928.672.045 131.903.200.487 189.464.503.400 208.726.105.411

Sumber : Data Olahan BPPT Kota Semarang, 2010

Jumlah investor dan investasi selama 5 tahun telah mengalami kenaikan.

Peningkatan tersebut didukung dengan adanya layanan One Stop Service (OSS)

yang memberikan kemudahan dalam mengurus perijinan disamping keamanan

yang kondusif, infrastruktur meningkat lebih baik, dan promosi investasi.

Kesemuanya itu akan berdampak pada meningkatnya rasio daya serap tenaga Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 58

kerja. Upaya peningkatan investasi kedepan, adalah perlunya dukungan

peraturan yang jelas mengenai insentif investasi yang dapat diberikan oleh

Pemerintah Daerah guna memacu pertumbuhan investasi. Dengan demikian

perwujudan Semarang sebagai kota perdagangan dan jasa akan lebih mampu

bersaing dengan daerah lain dalam menarik minat investor dalam maupun luar

negeri.

17. Kebudayaan

Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan kebudayaan selama

periode 2005-2009 pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut.

Tabel 2.36

Page 81: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Kebudayaan Kota Semarang

Tahun 2005-2009

No Indikator

Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

1.

Penyelenggaraan festival seni

dan budaya

45 45 45 45 46

2.

Sarana penyelenggaraan seni

dan budaya

55 55 55 55 55

3.

Benda, Situs dan Kawasan

Cagar Budaya yang

dilestarikan

174 174 174 174 174

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata 2010 (data diolah)

Penyelenggaraan festival seni dan budaya dari tahun 2005 sampai 2008

jumlahnya tetap sebanyak 45 event kegiatan, hanya pada tahun 2009 bertambah

1 event kegiatan. Kota Semarang telah memiliki sarana penyelenggaraan seni

dan budaya sebanyak 55 buah dari tahun 2005 sampai tahun 2009. Benda, situs

dan kawasan cagar budaya yang dilestarikan ada 174 buah antara lain 4

kawasan sejarah budaya dan 170 buah bangunan, yang terdiri dari bangunan

budaya sebanyak 3 buah, bangunan tempat ibadah sebanyak 24 buah,

bangunan kesehatan sebanyak 3 buah, bangunan perkantoran 46 buah,

Page 82: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

bangunan Pemerintahan sebanyak 13 buah, bangunan pendidikan sebanyak 11

buah, bangunan pengangkutan sebanyak 3 buah, bangunan rumah tinggal

sebanyak 56 buah, dan bangunan lainnya sebanyak 11 buah. Tantangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 59

kedepan diperlukan kegiatan-kegiatan yang lebih bisa mempromosikan kota

Semarang sebagai tempat tujuan wisata, tidak lagi hanya sebagai tempat

singgah sementara. Selain itu perbaikan dan penyempurnaan di bidang sarana

penyelenggaraan kesenian juga diperlukan dalam mendukung bentuk promosi

tersebut. Sedangkan pelestarian benda maupun bangunan cagar budaya

dilakukan agar lebih bisa menonjolkan ciri dan landmark kota Semarang dengan

melibatkan seluruh pemangku kepentingan.

18. Pemuda dan Olahraga

Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan pemuda dan olahraga

selama periode 2005-2009 pada masing-masing indikator sebagaimana tabel

berikut.

Tabel 2.37

Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Pemuda dan Olahraga Kota

Semarang Tahun 2005-2009

No Indikator

Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

1.

Jumlah organisasi pemuda

34 34 34 34 47

2.

Jumlah organisasi olahraga

3 3 3 3 3

3.

Page 83: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Jumlah kegiatan kepemudaan

2 5 5 5 7

4.

Jumlah kegiatan olahraga

6 6 9 15 19

5.

Lapangan olahraga

0,058 0,068 0,067 0,065 0,064*)

Sumber : Data Olahan Dinsospora Kota Semarang, 2010

Dari tabel tersebut diatas, menggambarkan penyelenggaraan

pembangunan pemuda dan olahraga selama lima tahun terakhir mengalami

pertumbuhan yang membaik. Dilihat dari jumlah organisasi pemuda dan jumlah

kegiatan olahraga juga mengalami peningkatan sampai dengan tahun 2009.

Jumlah organisasi pemuda dari 34 di tahun 2005 menjadi 47 di tahun 2009.

Untuk jumlah kegiatan kepemudaan dan kegiatan olah raga masing-masing

meningkat dari 2 kegiatan menjadi 7 kegiatan kepemudaan dan dari 6 kegiatan

menjadi 19 kegiatan olah raga dalam 5 tahun terakhir ini. Namun dilihat dari

sarana olah raga, rasio sarana dan prasarana olah raga semakin menurun. Hal

ini dikarenakan jumlah lapangan olah raga yang cenderung tidak bertambah

dibanding dengan pertumbuhan jumlah penduduk. Permasalahan kedepan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 60

berkaitan dengan pelayanan olah raga dan kepemudaan adalah upaya

pembinaan dini terhadap pemuda melalui pendekatan institusional baik melalui

institusi pendidikan, sekolah dan pramuka maupun institusi kepemudaan seperti

KNPI dan Karang Taruna. Sedangkan untuk ketersediaan sarana dan prasarana

olah raga dengan standar nasional saat ini masih terbatas dan belum terkelola

dengan baik. Oleh karena itu upaya yang dilakukan yaitu dengan perbaikan dan

peningkatan sarana yang ada serta pembangunan pusat olah raga (Sport center)

Page 84: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

yang baru.

19. Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri

Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan kesatuan bangsa dan

politik dalam negeri selama periode 2005-2009 pada masing-masing indikator

sebagaimana tabel berikut :

Tabel 2.38

Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Kesatuan Bangsa dan Politik

Dalam Negeri Kota Semarang Tahun 2005-2009

No Indikator

Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

1.

Kegiatan Pembinaan terhadap

LSM, Ormas dan OKP

214 174 134 94 54

2.

Kegiatan pembinaan politik

daerah

18 kgt 16 kgt 14 kgt 12 kgt 6 kgt

Sumber :Badan Kesbangpolinmas data diolah, 2010

Keberhasilan pembangunan demokrasi telah berhasil memantapkan peran

masyarakat terutama dari sisi kemandirian organisasi baik LSM,Ormas maupun

OKP. Dari tabel diatas menggambarkan, pelayanan urusan kesatuan dan politik

dalam negeri menunjukkan peran Pemerintah semakin tahun semakin

menurun.Hal ini disebabkan tanggungjawab dan pelaksanaan kegiatan

pembinaan politik daerah yang semula dilakukan oleh Pemerintah

(Kesbanglinmas) secara bertahap dilakukan oleh KPU,Panwaslu dan Parpol.

Page 85: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Persoalan kedepan adalah bagaimana membangun sinergitas seluruh kekuatan

LSM, Ormas dan OKP yang ada untuk bersama-sama membantu Pemerintah

Kota Semarang dalam mewujudkan visi dan misi sesuai dengan kompetensi

masing-masing.Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 61

20. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan

Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian.

Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan otonomi daerah,

Pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah,

kepegawaian dan persandian selama periode 2005-2009 pada masing-masing

indikator sebagaimana tabel berikut.

Tabel 2.39

Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Otonomi Daerah,

Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat

Daerah, Kepegawaian dan Persandian

Kota Semarang Tahun 2005-2009

No Indikator

Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

1.

Rasio jumlah Polisi Pamong

Praja per 10.000 penduduk

0.85 1.76 2.36 2.27 2.20

2.

Jumlah Linmas per Jumlah

10.000 Penduduk

31.17 32.09 32.85 33.45 35.22

3.

Page 86: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Rasio Pos Siskamling per

jumlah desa/kelurahan

7.28 7.32 7.35 7.51 7.68

4.

Sistem informasi Pelayanan

Perijinan dan adiministrasi

pemerintah (Ada tidak)

tidak tidak ada ada ada

5.

Penegakan PERDA

100 % 100 % 100 % 100 % 100 %

6.

Cakupan patroli petugas

Satpol PP

23 orang

125 x

57 orang

180 x

50 orang

125 x

57 orang

224 x

154 orang

600 x

7.

Petugas Perlindungan

Masyarakat (Linmas) di Kota

Page 87: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

4.425 4.602 4.779 4.956 5.310

8.

Cakupan pelayanan bencana

kebakaran Kota Semarang

0,0011% 0,0011% 0,0010% 0,0011% 0,0011%

9.

Tingkat waktu tanggap

Jumlah ketepatan waktu

tindakan pemadam kebakaran

15 menit

20%

15 menit

14,68%

15 menit

17%

15 menit

13,66%

15 menit

11,9%

Sumber : Bappeda (data di olah 2009)

Tabel di atas menggambarkan bahwa kondisi aspek pelayanan

umum dalam Bidang Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi

Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian

dapat dilihat dari rasio Polisi Pamong Praja, Linmas maupun poskamling

yang menunjukan peningkatan. Rasio jumlah Linmas meningkat dari 31,17

pada tahun 2005 menjadi 35,22 di tahun 2009. Sistem Informasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 62

Pelayanan Perijinan dan Administrasi Pemerintah sudah mulai

Page 88: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

diberlakukan sejak 3 tahun terakhir, telah menunjukkan perkembangan

yang positif bila dilihat dari jumlah pengaduan yang masuk. Namun

demikian, kedepan diperlukan pelayanan yang tidak mengedepankan

aspek represif tetapi lebih ke tindakan preventif.

21. Ketahanan Pangan

Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan ketahanan pangan selama

periode 2005-2009 pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut.

Tabel 2.40

Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Ketahanan Pangan

Kota Semarang Tahun 2005-2009

No Indikator

Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

1.

Ketersediaan pangan

utama (kg/1.000 pddk)

- - 84.451 101.732 108.844

Sumber:Kantor Ketahanan Pangan tahun 2010 (data diolah)

Kota Semarang telah memiliki beberapa regulasi tentang ketahanan

pangan baik dalam bentuk Peraturan Walikota, Surat Keputusan Walikota dan

Surat Edaran Walikota. Peraturan Walikota Semarang Nomor 4 Tahun 2009

tentang Pembentukan Dewan Ketahanan Pangan Kota Semarang tanggal 25

Maret 2009. Surat Walikota Semarang Nomor 501/908 tanggal 30 Maret 2009

perihal Penumbuhan Cadangan Pangan Pemerintah Kelurahan.

Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa ketersediaan pangan utama

mengalami peningkatan yang signifikan dengan rata-rata pertahunnya adalah

13,7%. Walaupun dilihat dari ketersediaan pangan utama menunjukan

Page 89: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

peningkatan yang positif, namun antisipasi kedepan diperlukan upaya serius

untuk membudayakan penganekaragaman makanan sebagai upaya subtitusi dari

pangan utama.

22. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan pemberdayaan masyarakat

dan desa di Kota Semarang selama periode 2005-2009 pada masing-masing

indikator sebagaimana tabel berikut.Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 63

Tabel 2.41

Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Pemberdayaan Masyarakat

Kota Semarang Tahun 2005-2009

No Indikator

Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

1.

LPM Berprestasi

2 3 3 4 5

2.

PKK aktif

100 % 100 % 100 % 100 % 100 %

3.

Posyandu aktif

99,57 % 99,72 % 99,72 % 99,86 % 100 %

4.

Swadaya Masyarakat

terhadap Program

pemberdayaan masyarakat

80 85 85 90 100

Page 90: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

5.

Pemeliharaan Pasca

Program pemberdayaan

masyarakat

95 80 90 95 100

Sumber : Data Olahan BapermasPP & KB Kota Semarang, 2010

Dari tabel di atas dijelaskan bahwa kinerja pelayanan umum dalam

bidang pemberdayaan masyarakat dan desa dapat dilihat dari kinerja LPM,PKK

dan Posyandu Aktif. Jumlah Posyandu aktif sampai dengan tahun 2009 telah

menunjukan kinerja optimal. Dukungan Swadaya Masyarakat terhadap Program

pemberdayaan masyarakat dan Pemeliharaan Pasca Program pemberdayaan

masyarakat pada tahun 2009 juga telah mencapai 100%. Salah satu akibat dari

meningkatnya program tersebut adalah meningkatnya lembaga pemberdayaan

masyarakat (LPM) yang berprestasi dengan kenaikan rata-rata 2,7%. Jumlah

LPM yang berprestasi diharapkan terus meningkat dikarenakan swadaya

masyarakat terhadap program pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan

akan terus dioptimalkan.

23. Statistik

Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan statistik selama periode

2005-2009 pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut.

Tabel 2.42

Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Statistik Kota Semarang

Tahun 2005-2009

No Indikator

Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

1.

Page 91: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Buku ”Daerah Dalam Angka”

ada ada ada ada adaRencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 64

Ada/Tidak

2.

Buku ”PDRB Daerah”

Ada/Tidak

ada ada ada ada ada

Sumber : BPS Kota Semarang, 2010

Dari tabel urusan statistik diatas menggambarkan bahwa dokumendokumen yang tersedia dari tahun ke tahun tetap ada. Namun demikian,

diperlukan tambahan kelengkapan data dan informasi terutama untuk data-data

yang bersifat khusus dan olahan.

24. Kearsipan

Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan kearsipan selama periode

2005-2009 pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut.

Tabel 2.43

Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Kearsipan Kota Semarang

Tahun 2005-2009

No Indikator

Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

1.

Pengelolaan arsip secara

baku

100 % 100 % 100 % 100 % 100 %

2.

Peningkatan SDM pengelola

Page 92: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

kearsipan

1 keg 2 keg 2 keg 3 keg 4 keg

Sumber : Data Olahan Kantor Perpustakaan Daerah dan Arsip Kota Semarang, 2010

Tabel tersebut di atas menggambarkan bahwa tatakelola kearsipan semakin

meningkat baik dilihat dari pengelola kearsipan maupun peningkatan SDM.

Selaras dengan perkembangan teknologi, pengelolaan arsip harus dapat

mengantisipasi arsip berujud digital, sehingga dapat diakses secara online oleh

masyarakat yang lebih luas.

25. Komunikasi dan Informatika

Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan komunikasi dan informatika

di Kota Semarang selama periode 2005-2009 pada masing-masing indikator

sebagaimana tabel berikut.Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 65

Tabel 2.44

Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Komunikasi dan Informatika

Kota Semarang Tahun 2005-2009

No Indikator

Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

1.

Jumlah jaringan komunikasi

51 / 1 53 / 1 59 / 1 62 / 1 75 / 1

2.

Rasio wartel/warnet

terhadap penduduk

0.39 0.33 0.33 0.31 0.26

3.

Jumlah surat kabar

Page 93: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

nasional/lokal

10 10 10 10 11

4.

Jumlah penyiaran radio/TV

lokal

Radio : 34

Tv : 15

34

15

34

15

36

15

38

15

5. Web site milik pemerintah

daerah

tidak ada ada ada ada

6.

Pameran/expo

2 7 7 7 7

Sumber : Data Olahan Bag. Humas Setda Kota Semarang, 2010

Dari tabel tersebut diatas menggambarkan bahwa jaringan komunikasi,

penyiaran radio/TV lokal, website milik Pemerintah Kota semakin meningkat hal

ini untuk menunjang Keterbukaan Informasi Publik (KIP) sehingga masyarakat

dapat dengan mudah mengakses program dan kegiatan Pemerintah Kota.

Harapan kedepan perlu ditingkatkan kualitas komunikasi dua arah antara

Page 94: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Pemerintah dengan masyarakat termasuk didalamnya adalah upaya pencitraan

positif Kota semarang.

26. Perpustakaan

Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan perpustakaan selama

periode 2005-2009 pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut.

Tabel 2.45

Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Perpustakaan Kota Semarang

Tahun 2005-2009

No Indikator

Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

1.

Jumlah perpustakaan

131 147 150 152 156

2.

Jumlah pengunjung

7.269 19.923 25.673 33.354 36.382 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 66

perpustakaan per tahun (orang)

3.

Koleksi buku yang tersedia di

perpustakaan daerah (buah)

2.539 12.810 7.758 10.390 7.611

Sumber : Data Olahan Kantor Perpustakaan & Arsip Kota Semarang, 2010

Dari tabel tersebut diatas menggambarkan bahwa rata–rata jumlah

perpustakaan dari tahun ke tahun meningkat 4,5%. Seiring dengan makin

meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya budaya baca, jumlah

pengunjung di perpusatakaan meningkat dengan rata-rata 22,6% pertahun.

Page 95: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Namun demikian peningkatan tersebut belum mampu diimbangi oleh layanan

penyediaan buku. Kedepan Perpustakaan akan dikembangkan dengan

penerapan teknologi informasi sesuai tuntutan masyarakat.

2.4.2. Fokus Layanan Urusan Pilihan

1. Pertanian

Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan pertanian selama periode

2005-2009 pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut.

Tabel 2.46

Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Pertanian Kota Semarang

Tahun 2005-2009

No Indikator

Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

1.

Produktivitas padi atau bahan

pangan utama lokal lainnya per

hektar (ton)

6.121 5.321 6.248 4.937 7.899

2.

Kontribusi sektor

pertanian/perkebunan terhadap

PDRB

Hb: 1.27%

Hk: 1.28%

1.21 %

1.25 %

1.20 %

Page 96: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

1.21 %

1.15 %

1.19 %

1.15 % *)

1.16 % *)

3.

Kontribusi sektor pertanian

(palawija) terhadap PDRB

Hb: 0,57%

Hk: 0,56%

0,54 %

0,54 %

0,53 %

0,53 %

0,50 %

0,52 %

0,50 %

0,52 %

4.

Kontribusi sektor perkebunan

(tanaman keras) terhadap

PDRB

Hb: 0,08%

Hk: 0,07%

0,07 %

0,07 %

0,07 %

Page 97: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

0,07 %

0,07 %

0,07 %

0,07 %

0,07 %

5.

Kontribusi Produksi kelompok

petani terhadap PDRB

100% 100% 100% 100% 100%

6.

Cakupan bina kelompok petani

0,00% 0,00% 0,00% 2,618% 7,059%

Sumber : Produk Dosmetik Regional Bruto, BPS Kota Semarang 2009Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 67

Produktivitas padi atau bahan pangan utama lokal mencapai kenaikan

rata-rata sebesar 10, 8% dari tahun 2005 sampai tahun 2009. Sebaliknya

Kontribusi sektor pertanian baik pertanian/perkebunan, palawija, tanaman keras

dan produksi kelompok tani terhadap PDRB selama kurun waktu 5 tahun terakhir

relatif agak mengalami penurunan. Hal tersebut merupakan akibat perubahan

fungsi lahan pertanian menjadi permukiman sebagai akibat berkembangnya

sebuah kota. Upaya untuk terus mempertahankan budi daya pertanian dilakukan

dengan meningkatkan cakupan pembinaan kelompok tani. Cakupan bina

kelompok tani yaitu kelompok tani yang mendapatkan bantuan dari pemerintah

kota. Jumlah kelompok tani yang mendapatkan bantuan dari tahun 2008

sebanyak 2,618% meningkat menjadi 7,059% pada tahun 2009. Diharapkan

program bina kelompok petani akan terus ditingkatkan dalam upaya untuk dapat

meningkatkan produktivitas dan kontribusinya terhadap PDRB.

2. Kehutanan

Page 98: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan kehutanan selama

periode 2005-2009 pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut :

Tabel 2.47

Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Kehutanan Kota Semarang

Tahun 2005-2009

No Indikator

Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

1.

Rehabilitasi hutan dan lahan

kritis

8,14% 22,05% 17,02% 19,27% 80,65%

2.

Kerusakan Kawasan Hutan

0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%

3.

Kontribusi sektor kehutanan

terhadap PDRB

Hb: 0.005 %

Hk: 0.005 %

0.005 %

0.005 %

0.004 %

0.005 %

0.004 %

0.005 %

0.004 %

Page 99: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

0.005 %

Sumber : Produk Dosmetik Regional Bruto, BPS Kota Semarang 2009

Sebagaimana wilayah perkotaan yang lain, kontribusi sektor kehutanan

terhadap PDRB pasti relatif kecil. Namun demikian upaya untuk melakukan

konservasi dan rehabilitasi hutan khususnya hutan rakyat akan terus dilakukan.

Pada tahun 2008-2009 mengalami peningkatan yang signifikan hingga 80,65%.

Salah satu upaya nyata untuk mendorong adalah pelaksanan program

Konservasi Lahan Semarang Atas dan Pengentasan Kemiskinan (KLSAPK). Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 68

3. Energi dan Sumber Daya Mineral

Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan energi dan sumberdaya

mineral selama periode 2005-2009 pada masing-masing indikator sebagaimana

tabel berikut.

Tabel 2.48

Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Energi dan Sumber Daya

Mineral Kota Semarang Tahun 2005-2009

No Indikator

Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

1.

Kontribusi sektor

pertambangan thd

PDRB

HB: 0.20 %

HK: 0.18 %

0.20 %

0.17 %

0.19 %

Page 100: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

0.17 %

0.18 %

0.16 %

0.17 %

0.16 %

Sumber : Produk Dosmetik Regional Bruto, BPS Kota Semarang, 2009

Kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB dari tahun 2005

hingga tahun 2009 mengalami penurunan. Kondisi ini terjadi dikarenakan

kegiatan pertambangan khususnya bahan tambang galian C memang sedikit

demi sedikit dikurangi aktivitasnya.

4. Pariwisata

Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan pariwisata selama

periode 2005-2009 pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut.

Tabel 2.49

Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Pariwisata Kota Semarang

Tahun 2005-2009

No Indikator

Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

1. Kunjungan

wisata

1.141.323 1.255.005 1.457.554 1.465.105 1.633.042

2. Kontribusi

sektor

pariwisata

terhadap

PDRB

Page 101: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

0.18 % 0.18% 0.18 % 0.18 % 0.18 %

Sumber : Produk Dosmetik Regional Bruto 2008, BPS Kota SemarangRencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 69

Kunjungan wisatawan terus mengalami kenaikan. Pada tahun 2005

sebanyak 1.141.323 wisatawan meningkat menjadi 1.633.042 wisatawan pada

tahun 2009. Keadaan ini tercipta karena semakin banyaknya event kegiatan

pariwisata maupun kegiatan bisnis. Kunjungan wisata akan terus meningkat

seiring dengan membaiknya kualitas sarana prasarana, obyek maupun destinasi

wisata yang menarik dan terintegrasi.

5. Kelautan dan Perikanan

Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan kelautan dan perikanan

selama periode 2005-2009 pada masing-masing indikator sebagaimana tabel

berikut.

Tabel 2.50

Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Kelautan dan Perikanan

Kota Semarang Tahun 2005-2009

No Indikator

Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

1.

Produksi perikanan

103 % 101,95 % 101,83 % 112 % 106 %

2.

Konsumsi ikan

100,3 % 100 % 99,7 % 100,2% 99,8%

3.

Cakupan bina kelompok

nelayan

Page 102: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

37,5 % 25 % 37,5 % 62,5 % 100 %

4.

Produksi perikanan laut

81,8 % 92,2 % 94,7 % 112 % 98,9%

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikananan Kota Semarang, 2010

Produktivitas perikanan selama lima tahun terahir menunjukan hasil

yang positif, walaupun ada masa-masa dimana terjadi penurunan produksi.

Capaian kinerja pelayanan bidang perikanan kelautan tidak lepas dari upaya

Dinas Perikanan dan Kelautan dalam membina kelompok-kelompok nelayan

yang ada. Tantangan ke depan adalah bagaimana menjaga kelestarian sumber

daya hayati perikanan agar dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya kemakmuran

nelayan tanpa merusak lingkungan termasuk di dalamnya adalah upaya

antisipasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim yang terjadi. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 70

6. Perdagangan

Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan perdagangan selama

periode 2005-2009 pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut.

Tabel 2.51

Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Perdagangan Kota Semarang

Tahun 2005-2009

No Indikator

Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

1.

Kontribusi sektor

Perdagangan thd

PDRB

HB: 29.25 %

Page 103: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

HK: 31.03 %

28.10 %

30.27 %

28.30 %

30.28 %

28.87 %

30.83 %

28.30 % *)

30.81 % *)

2.

Ekspor Bersih

Perdagangan (US$)

432.282.189,55 435.577.008,5 324.310.674,24 185.215.570,57 923.854.533,95

3.

Cakupan bina

kelompok

pedagang/usaha

informal

39% 45% 66% 27% 21%

4.

Jumlah sarpras

perdagangan

a. Pasar tradisional

b. b. Pasar modern

(swalayan)

c. Retail modern

47

Page 104: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

47 47 47 47

Sumber : Produk Dosmetik Regional Bruto, BPS Kota Semarang 2009

Data Olahan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Semarang

Meningkatnya eksport perdagangan tidak lepas dari kinerja pelayanan

urusan perdagangan. Hasil tersebut tampak dari besarnya kontribusi sektor

perdagangan terhadap PDRB yang rata-rata mencapai 30 % dari harga konstan.

Berbagai layanan kemudahan eksport yang didukung sarana prasarana yang

mencukupi menjadikan urusan perdagangan mampu menjadi unggulan.

Pelayanan dukungan promosi maupun peningkatan kualitas produk unggulan

terus dilakukan seiring dengan persaingan global yang makin tajam. Persoalan

urusan perdagangan adalah bagaimana Kota Semarang mampu menjadikan kota

perdagangan sehingga mampu merebut peluang sebagai pusat ekspor barang . Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 71

7. Perindustrian

Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan perindustrian selama

periode 2005-2009 pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut :

Tabel 2.52

Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Perindustrian Kota Semarang

Tahun 2005-2009

No Indikator

Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

1.

Kontribusi sektor

Industri terhadap

PDRB

HB26.96 %

Page 105: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

HK:27.84%

26.85 %

27.60 %

25.83 %

27.55 %

25.13 %

27.33 %

24.66 %

27.08 %

2.

Kontribusi industri

rumah tangga

terhadap PDRB

sektor Industri

3,8 % 3,6 % 3,9 % 3,9 % 3,9 %

3.

Pertumbuhan

Industri.

13,6 % 2,6 % 10,6 % 5,9 % 0,17 %

4.

Cakupan bina

kelompok

pengrajin

29% 38% 47% 34% 26%

Sumber : Produk Dosmetik Regional Bruto, BPS Kota Semarang 2009

Data Olahan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Semarang

Kinerja pelayanan sektor perdagangan sebenarnya tampak dari seberapa

Page 106: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

besar cakupan bina kelompok pengrajin. Semakin besar cakupan bina kelompok

pengrajin maka akan semakin besar pula kontribusi sektor industri terhadap

PDRB. Sektor industri merupakan sektor unggulan yang memberikan kontribusi

besar terhadap PDRB. Oleh karena itu layanan pengembangan industri harus

tetap dilaksanakan dengan tetap mengedepankan tumbuhnya iklim investasi

yang kondusif dengan memperbesar cakupan industry kecil menengah serta

ramah lingkungan.

8. Transmigrasi

Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan transmigrasi selama periode

2005-2009 tidak menghasilkan kinerja mengingat sejalan dengan berkembangnya

semangat otonomi daerah, minat masyarakat untuk mengikuti transmigrasi tidak ada

walaupun upaya untuk melakukan dorongan dan motivasi terus dilakukan. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 72

2.5. ASPEK DAYA SAING

Daya saing merupakan kemampuan sebuah daerah untuk menghasilkan

barang dan jasa untuk mencapai peningkatan kualitas hidup masyarakat. Daya

saing daerah di Kota Semarang dapat dilihat dari aspek kemampuan ekonomi

daerah, fasilitas wilayah atau infrastruktur, iklim berinvestasi dan sumber daya

manusia.

1. Kemampuan Ekonomi Daerah

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak selalu mencerminkan distribusi

pendapatan yang adil dan merata. Sebab, pertumbuhan ekonomi yang tinggi

tidak akan banyak membawa tingkat kesejahteran masyarakat manakala

pertumbuhan tersebut hanya dinikmati oleh sekelompok kecil masyarakat

sedangkan masyarakat lain tidak menikmati. Kemampuan ekonomi juga dapat

dilihat dari produktivitas pada masing-masing sektor lapangan usaha PDRB Kota

Semarang. Produktivitas sektor PDRB dari tahun ke tahun mengalami

peningkatan sebesar 14,69 % per tahun.

Page 107: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Tabel 2.53

Aspek Daya Saing dalam Bidang Kemampuan Ekonomi Daerah

Kota Semarang Tahun 2005-2009

2007 2008 2009

Produktivitas daerah setiap sektor

1. Pertanian 321.780 365.094 414.238

2. Pertambangan dan Penggalian 52.326 57.062 62.227

3. Industri Pengolahan 7.147.347 7.883.532 8.695.545

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 487.538 532.279 581.126

5. Bangunan 4.445.307 5.414.829 6.595.804

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7.480.617 8.635.562 9.968.821

7. Pengangkutan dan Komunikasi 2.762.149 3.073.387 3.419.695

8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perush 772.160 889.126 1.023.810

9. Jasa 3.155.016 3.664.861 4.257.096

Uraian

Sumber : Semarang Dalam Angka th. 2009

Dari tabel tersebut, kontribusi sektor usaha terbesar terhadap PDRB Kota

Semarang adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor Industri

Pengolahan serta sektor usaha bangunan. Pada tahun 2009 kontribusi masing-Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 73

masing sektor usaha tersebut adalah sebagai berikut : Perdagangan, Hotel dan

Restoran sebesar 29,86 %, industri pengolahan sebesar 24,52 %, dan sektor

bangunan sebesar 19,27%. Hal tersebut menggambarkan bahwa aktivitas

ekonomi masyarakat Kota Semarang didominasi oleh sektor perdagangan, hotel

dan restoran, sektor industri pengolahan dan sektor bangunan. Sektor

perdagangan dan jasa inilah yang akan kembangkan sebagai aktivitas utama

warga masyarakat.

Page 108: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

2. Fasilitasi Wilayah/Infrastruktur

Pembangunan infrastruktur akan meningkatkan mobilitas manusia dan

barang antar daerah dan antara kabupaten/kota, yang meliputi fasilitas

transporlasi (jalan, jembatan, pelabuhan), fasilitas kelistrikan, fasilitas

komunikasi, fasilitas pendidikan, dan fasilitas air bersih. Tersedianya infrastruktur

yang memadai merupakan nilai tambah bagi perwujudan pembangunan suatu

kota.

a. Aksesbilitas Daerah

Kota Semarang selain merupakan ibu kota Provinsi Jawa Tengah, juga

merupakan jalur perlintasan dari wilayah barat (Jakarta) menuju wilayah

Timur (Surabaya) dan Selatan (Jogyakarta) atau sebaliknya sehingga Kota

Semarang merupakan penopang jalur distribusi perekonomian Jawa

Tengah. Kondisi infrastruktur merupakan unsur penting yang perlu

mendapatkan perhatian agar dapat berfungsi dengan optimal.Dalam

mendukung aksesibilitas, Kota Semarang memiliki panjang jalan yang

semakin meningkat dalam 5 tahun terakhir ini yaitu 2.762,62 km tahun

2005 menjadi 2.778,29 km pada tahun 2009. Daya saing lainnya di bidang

Sarana prasarana perhubungan adalah dimilikinya pelabuhan udara/laut,

terminal bus, stasiun kereta api yang mampu menghubungkan seluruh

kota di Indonesia. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 74

Tabel 2.54

Aspek Daya Saing dalam Bidang Aksesibilitas Daerah

Kota Semarang Tahun 2005-2009

2005 2006 2007 2008 2009

1. Rasio panjang jalan per jumlah kendaraan 0,0040 0,0037 0,0034 0,0032 0,0030

- Panjang jalan 2.762,62 2.762,62 2.771,54 2.778,29 2.778,29

Page 109: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

- Jumlah kendaraan 695.168 751.407 810.034 867.901 919.699

2. Jumlah orang/penumpang terangkut angkutan umum

- orang terangkut 13.593.860 11.659.645 11.811.089 8.168.046 9.058.197

- barang terangkut 6.025.208 6.501.749 7.142.156 7.333.082 7.507.390

3. Jumlah orang.barang melalui dermaga/bandara/ terminal

- Dermaga

- orang 297.833 367.257 363.847 427.503 392.498

- barang 6.009.231 6.482.575 7.122.774 7.314.341 7.487.270

- Bandara

- orang 1.155.234 1.379.552 1.367.280 1.370.012 1.626.706

- barang 15.977.228 19.173.996 19.382.115 18.741.442 20.120.479

- Terminal

- orang 8.900.278 6.704.832 7.122.511 3.252.281

Uraian

Tahun

Sumber : Data Olahan Dinhubkominfo Kota Semarang, 2010

b. Penataan wilayah

Sebagaimana Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang, penataan

wilayah Kota Semarang terbagi menjadi kawasan yang berfungsi lindung

dan kawasan yang berfungsi budidaya. Kawasan Lindung, meliputi

kawasan yang melindungi kawasan di bawahnya, kawasan lindung

setempat dan kawasan rawan bencana. Kawasan yang melindungi

kawasan di bawahnya adalah kawasan-kawasan dengan kemiringan >40%

yang tersebar di wilayah bagian Selatan. Kawasan lindung setempat adalah

kawasan sempadan pantai, sempadan sungai, sempadan waduk, dan

sempadan mata air. Kawasan lindung rawan bencana merupakan kawasan

yang mempunyai kerentanan bencana longsor dan gerakan tanah.

Page 110: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Kawasan Budidaya, merupakan kawasan yang secara karakteristik wilayah

dikembangkan sesuai dengan kondisi dan potensi wilayah. Kawasan yang

dikembangkan berdasarkan potensi dan karakteristik wilayah adalah

sebagai berikut :Kawasan Perdagangan dan Jasa, Kawasan Permukiman,

perdagangan dan Jasa, Kawasan Pendidikan, Kawasan Pemerintahan dan

Perkantoran, Kawasan Industri, Kawasan olahraga, Kawasan Wisata

/Rekreasi, Kawasan perumahan dan permukiman, Kawasan pemakaman

Umum, Kawasan Khusus dan Kawasan Terbuka Non Hijau. Namun seiring Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 75

dengan pesatnya perkembangan pembangunan Kota terdapat kompensasi

yang tak bisa dihindari dalam tata guna lahan, yaitu tingginya ratio

perubahan alih fungsi lahan. Hal ini ditandai dengan timbulnya pusat-pusat

kegiatan baru seperti kawasan industri, perdagangan/jasa dan tumbuhnya

kawasan-kawasan permukiman daerah pinggiran kota.

c. Ketersediaan air bersih

Penyediaan dan pengelolaan air bersih di Kota Semarang pada saat ini

terbagi ke dalam 2 (dua) sistem, yaitu sistem jaringan perpipaan yang

dikelola oleh PDAM dan sistem non perpipaan yang dikelola secara mandiri

oleh penduduk. Untuk pelayanan dengan sistem perpipaan meliputi hampir

seluruh kecamatan-kecamatan di Kota Semarang, kecuali Kecamatan Mijen

dan Kecamatan Gunungpati, Pemanfaatan air tanah (non perpipaan),

khususnya di Kota Semarang bagian bawah, seharusnya dihindarkan untuk

menghindarkan dampak lingkungan yang terjadi. Sistem jaringan perpipaan

di Kota Semarang ini pelayanan dan pengelolaannya dilakukan oleh PDAM

dengan cakupan pelayanan 15 kecamatan dari 16 kecamatan yang ada di

Kota Semarang. Daya saing ketersediaan air besih akan semakin membaik

dengan selesainya pembangunan waduk Jatibarang.

Tabel 2.55

Page 111: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Aspek Daya Saing dalam Bidang Ketersediaan Air Bersih

Kota Semarang Tahun 2005-2009

2005 2006 2007 2008 2009

Persentase RT menggunakan air

bersih

33,08 32,01 32,74 31,52 29,05

- Pemakaian Air Bersih RT 32.962.642 32.676.827 34.042.026 34.277.257 34.277.257

- RT berlangganan PDAM 112.915 112.650 115.358 117.844 120.204

- Jumlah RT 341.314 351.881 352.369 373.920 413.806

Uraian

Tahun

Sumber : Data Olahan Kantor PDAM Kota Semarang, 2010

d. Fasilitas listrik dan telepon

Perkembangan jaringan telekomunikasi beberapa tahun terakhir cukup

menggembirakan, terlihat dengan banyaknya satuan sambungan yang

dipasarkan kepada masyarakat. Jika dilihat dari sebaran tiap kecamatan

yang ada, maka jaringan telepon telah menjangkaunya seluruh kelurahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 76

yang ada di tiap-tiap kecamatan. Ketersediaan daya listrik sangat

memungkinkan bagi pengembangan investasi.

Tabel 2.56

Aspek Daya Saing dalam Bidang Fasilitas Listrik dan Telepon

Kota Semarang Tahun 2005-2009

2005 2006 2007 2008 2009

Rasio ketersediaan daya listrik

- Daya listrik terpasang (semua gol tarif) 789,384,776 828,093,447 872,034,107 872.034.017*) 872.034.017*)

- Kebutuhan

Page 112: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Prosentase RT yang menggunakan listrik 85% 85% 86% 81% 73%

- RT yang menggunakan listrik 290,377 299,682 301,687 301.687*) 301.687*)

- Jumlah RT 341,314 351,881 352,369 373,920 413,806

Prosentase penduduk yang menggunakan

HP/Telpon - 58,12/56,10 64,79/35,11 74,65/31,93 -

Uraian

Tahun

Sumber : Kota Semarang Dalam Angka Tahun 2009, BPS Kota Semarang

e. Ketersediaan Fasilitas Perdagangan dan Jasa

Tersedianya fasilitas hotel dan restoran merupakan capaian kinerja daya

saing bidang perdagangan dan jasa. Pertumbuhan Hotel darn Restoran

baru yang terjadi selama ini merupakan salah satu bahwa pertanda bahwa

potensi ekonomi masyarakat masih akan terus meningkat seiring dengan

meningkatnya tingkat kesejahteraan masyarakat.

Tabel 2.57

Aspek Daya Saing dalam Bidang Ketersediaan Perdagangan dan

Jasa Kota Semarang Tahun 2005-2009

2005 2006 2007 2008 2009

1 Restoran 25 29 29 29 32

2 Rumah Makan 102 102 102 109 109

3 Cafe 14 14 14 19 19

4 Hotel Berbintang 28 28 28 28 34

5 Hotel non Berbintang 56 54 56 56 51

6 Pasar Tradisional

Pasar Kota 4 4 9 9 9

Pasar Wilayah 11 11 21 21 21

Pasar Lingkungan 29 29 37 37 37

Page 113: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

7 Pasar Modern

Mall/ Plaza 11 11 12 12 13

Swalayan/Supermarket/Toserba 53 54 117 148 167

Pasar Grosir 3 3 3 3 3

Uraian

Tahun

No

Sumber : Data Olahan Bappeda Kota Semarang, 2010Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 77

3. Fasilitas Iklim Berinvestasi

Daya tarik investor untuk memanamkan modalnya sangat

dipengaruhi faktor-faktor seperti tingkat suku bunga, kebijakan perpajakan

dan regulasi perbankan, sebagai infrastruktur dasar yang berpengaruh

terhadap kegiatan investasi. Iklim investasi juga sangat dipengaruhi oleh

faktor-faktor lain yang mendorong berkembangnya investasi antar lain

fasilitas keamanan dan ketertiban wilayah, kemudahan proses perjinan,

dan ketersediaan sumberdaya manusia yang berkualitas dan mampu

bersaing. Dilihat peringkat daya saing investasi, sebagaimana berikut.

Tabel 2.58

Aspek Daya Saing Investasi dalam Bidang Peringkat Penghargaan Investasi

Daerah Kota Semarang Tahun 2005-2009

2005 2006 2007 2008 2009

1. Pro Investasi se-Jawa Tengah

Peringkat 3 - Peringkat 3 Peringkat 4 Peringkat 6

2. Kemudahan Investasi Kota Besar

Indonesia

- - - - Peringkat

13

Page 114: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

3. Sertifikasi ISO 9001-2008 - - - - 9 Perijinan

Nama Prestasi

Tahun

Sumber BPPT Kota Semarang

a. Keamanan dan Ketertiban

Secara umum kondisi keamanan dan ketertiban sampai dengan tahun

2009 relatif kondusif bagi berlangsungnya aktivitas masyarakat maupun

kegiatan investasi. Berbagai tindakan kejahatan kriminalitass, unjuk rasa dan

mogok kerja yang merugikan dan mengganggu keamanan dan ketertiban

masyarakat dapat ditanggulangi dengan sigap oleh apratur pemerintah.

Situasi tersebut juga didorong oleh pembinaan keamanan dan ketertiban

masyarakat dengan melibatkan partisipasi masyarakat dalam menjaga

keamanan lingkungannya. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 78

Tabel 2.59

Aspek Daya Saing bidang Iklim Berinvestasi Kota Semarang Tahun

2005-2009

2005 2006 2007 2008 2009

1. Angka Kriminalitas

- Jumlah Kriminalitas 195 139 117 107 108

- Pertikaian antar warga 6 2 5 - -

2. Jumlah Demo

- Unjuk rasa (politik & ekonomi) 258 43 102 60 119

- Mogok kerja 5 2 1 0 0

Uraian

Tahun

Sumber : 8 Kel. Data Pengembangan SIPD, BPS Kota Semarang 2010

b. Kemudahan Perijinan

Page 115: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Faktor pendukung yang sangat erat kaitannya dalam melakukan

investasi adalah prosedur dan tata cara perolehan ijin atau pengurusan

ijin untuk berinvestasi. Proses perijinan dalam berinvestasi

dilaksanakan dengan pelayanan perijinan satu pintu (One Stop

Services), melalui Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Kota

Semarang. Kepastian prosedur, waktu dan keamanan perijinan

merupakan kinerja utama pelayanan investasi.

Tabel 2.60

Aspek Daya Saing dalam Bidang Kemudahan Perijinanan

Kota Semarang Tahun 2005-2009

2005 2006 2007 2008 2009

Lama proses perijinan

- Jumlah ijin 8.020 8.911 9.902 12.726 15.309

- Jumlah hari (x) (x) sesuai SPP sesuai SPP sesuai SPP

Uraian

Tahun

Catatan : (x) Data tidak tersedia

Sumber : Data Olahan SPP-BPPT Kota Semarang, 2010

Dengan rangka memberikan kemudahan Pelayanan kepada masyarakat,

Pemerintah Kota telah melaksanakan pelayanan perijinan sesuai dengan SPP

(Standar Pelayanan Publik) dengan menjalankan OSS (one Stop Service) secara

konsisten, sehingga tercipta citra yang positif mengenai iklim investasi.

c. Pengenaan Pajak Daerah

Penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) salah satunya berasal dari Pos

Pajak Daerah yang pelaksanaannya mendasarkan pada Peraturan perundangudangan yang berlaku.

Perkembangan penerimaan pajak selama tahun 2005 sampai dengan 2009

Page 116: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

mengalami pertumbuhan yang meningkat dengan pertumbuhan rata-rata 22% Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 79

per tahun. Pada tahun 2005 penerimaan pajak daerah sebanyak

Rp. 295.920.738.676,- sampai dengan tahun 2009 menjadi sebesar

Rp. 619.479.144.948,-. Sedangkan jenis dan klasifikasi pengenaan pajak daerah

sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Kota Semarang No. 10 Tahun 2007

tentang Biaya Pemungutan Pajak Daerah. Upaya penyesuaian terhadap regulasi

yang baru mutlak segera dilakukan agar daya saing di bidang pajak mampu

segera diakomodasi. Secara rinci penerimaan pendapatan asli daerah (PAD)

kota Semarang selama kurun waktu lima tahun sebagaimana tabel berikut.

Tabel 2.61

Aspek Daya Saing bidang Pengenaan Pajak Daerah Kota Semarang

Tahun 2005-2009

2005 2006 2007 2008 2009

1. Pajak Daerah

- Pajak daerah 814.120.538 1.366.490.201 366.062.375 22.188.743.528 23.000.974.050

- Pajak Restoran 1.019.522.341 1.503.299.089 851.025.259 21.089.741.652 24.811.040.343

- Pajak Reklame 69.447.500 406.369.250 844.883.420 16.824.197.531 16.063.853.958

- Pajak Penerangan Jalan 3.745.012.698 524.412.058 2.315.059.197 76.597.927.551 82.814.660.277

- Pajak Pengambilan Bahan Galian C 81.772 1.664.008 506.600 112.046.400 100.156.400

- Pajak Parkir 8.765.290 2.252.621.280 2.414.306.952 23.562.679.011 2.780.941.510

- Pajak Hiburan 216.517.585 4.832.539.716 4.564.000.000 4.084.858.928 4.933.660.602

2. Retribusi Daerah

Page 117: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

- Rtribusi dari Dinas Pendidikan 876.789.000 936.695.000 1.052.019.500 1.182.304.000 -

- Retribusi dari Dinas Kesehatan 4.317.853.905 4.718.060.581 4.850.286.317 3.713.280.772 3.631.995.000

- Retribusi RSUD 11.587.381.768 4.718.060.581 2.557.968.300 25.056.418.577 27.687.010.044

- Retribusi DPU 101.591.850 2.497.638.750 2.948.722.100 3.150.935.971 -

- Retribusi DTKP 16.210.006.810 60.360.233.500 3.784.757.660 18.624.074.995 14.816.299.082

- Retribusi Dinas Kebakaran 27.263.000 28.032.500 18.405.000 34.731.000 39.145.000

- Retribusi Pertamanan 327.154.450 6.360.233.500 120.987.500 12.343.349.200 -

- Retribusi BLH 100.825.000 112.110.000 121.915.000 138.540.000 185.930.000

- Retribusi Kebersihan 5.418.004.083 5.531.580.553 5.653.347.500 5.822.427.925 5.952.604.012

- Retribusi Dispenduk Capil 2.895.956.000 35.697.633.500 3.600.275.500 5.822.427.925 5.952.604.012

- Retribusi Dinas Budaya Pariwisata 898.825.700 1.058.437.250 1.929.031.510 3.232.390.683 2.524.391.800

- Retribusi Dinas Pasar 7.971.795.472 7.941.473.889 6.175.306.020 9.824.245.886 12.097.540.723

- Retribusi Dinas Perhubungan

- Tempat Khusus Parkir 499.565.000 496.062.000 513.649.000 466.661.000 519.859.000

- Tempat Terminal 432.722.250 326.183.300 365.299.300 362.020.300 333.390.200

- Tempat Pengujian Kendaraan 4.332.963.200 4.621.849.110 2.231.698.300 4.824.373.600 4.214.514.490

- Parkir tepi jalan umum 979.729.158 1.350.543.669 5.962.280.950 1.940.869.900 1.583.697.100

Page 118: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

- Retribusi Sekda 771.304.782 909.630.400 1.057.862.600 6.236.699.235 -

- Retribusi Disospora - - - - 2.112.665.250

- Retribusi PSDA - - - - 78.700.000

- Retribusi Bina Marga - - - - 2.997.110.965

- Retribusi PJPR - - - - 12.669.944.300

3. Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak

- PBB 58.923.184.632 69.709.767.169 86.909.685.684 101.063.831.233 110.326.958.196

- BPHTB 42.525.163.172 52.558.654.386 59.103.394.867 81.242.908.408 80.697.709.086

- PPH OPDN & Pasal 21 25.316.551.632 25.054.215.226 31.363.363.113 45.449.289.132 25.037.115.402

- PPH Ps 25/29 - - - 870.685.527 30.433.825.506

- SDA - 957.947.262 1.399.541.725 1.279.583.733 1.095.964.143

- BahanBakar Kendaraan Bermotor 23.010.132.337 45.913.232.705 43.740.013.891 48.978.502.712 56.054.576.939

- Pajak Kendaraan Bermotor 82.522.507.751 78.270.526.071 51.775.744.654 59.224.119.299 63.168.610.815

- Bagi Hasil P2AP - 504.533.464 699.851.293 793.675.343 758.696.743

295.920.738.676 421.520.729.968 329.291.251.087 606.138.540.957 619.476.144.948

Uraian

Tahun

Sumber : Data Olahan DPKAD Kota Semarang, 2010Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 80

4. Sumber Daya Manusia

Jumlah penduduk suatu daerah bisa jadi merupakan asset manakala

kualitas tenaga kerja yang tersedia sama dengan lapangan kerja yang tersedia.

Page 119: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Struktur dan Komposisi penduduk berdasarkan rasio ketergantungan penduduk

semarang masih sangat ideal. Sedangkan dari sisi kualitas sumber daya

manusia, dengan banyaknya perguruan tinggi dan lembaga-lembaga ketrampilan

yang ada, akan mampu menopang kebutuhan pasar. Secara umum daya saing

sumber daya manusia dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :

Tabel 2.62

Aspek Daya Saing dalam Bidang Sumber Daya Manusia Kota

Semarang Tahun 2005-2009

2005 2006 2007 2008 2009

1. Penduduk < 15 dan > 64 tahun 370,234 373,024 378,709 385,983 392,565

2. Penduduk 15 - 64 tahun 1,050,184 1,061,001 1,075,885 1,095,661 1,114,359

Rasio Ketergantungan 35.25% 35.16% 35.20% 35.23% 35.23%

Uraian

Tahun

sumber : Kota Semarang Dalam Angka, BPS Kota Semarang Th. 2009

Aspek daya saing PTN/PTS merupakan daya tarik yang strategis yang

dapat berfungsi sebagai multiplier effect pada kawasan pinggiran yang

pertumbuhannya stagnan atau belum berkembang, sehingga dapat

meningkatkan investasi dan sebagai upaya pemerataan pertumbuhan wilayah

pinggiran .

Tabel 2.63

Aspek Daya Saing dalam Jumlah PTN/ PTS

di Kota Semarang Tahun 2005-2009

2005 2006 2007 2008 2009

Perguruan Tinggi Negeri 3 3 3 3 3

Perguruan Tinggi Swasta 56 59 59 59 60

Uraian

Page 120: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Tahun

sumber : Kota Semarang Dalam Angka, BPS Kota Semarang Th. 2009

Dilihat dari tabel diatas dari tahun 2005 sampai dengan 2009 jumlah PTS

di Kota Semarang menunjukkan peningkatan yang cukup baik, hal ini

dimungkinkan karena kondisi Kota Semarang yang kondusif dan aman, sehingga

menjadi salah satu faktor daya tarik orang tua untuk menyekolahkan anaknya di

Kota Semarang.Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 81

Semakin berkembangnya sarana prasarana kesehatan yang lebih lengkap

dan modern di Kota Semarang, diharapkan dapat menjadikan Kota Semarang

sebagai kota destinasi bagi masyarakat luar untuk datang dengan tujuan

memperoleh pelayanan kesehatan yang lebih baik.

Dilain pihak dengan semakin adanya kemudahan dalam berinvestasi dan

didukung dengan infrastruktur Kota yang memadai diharapkan Semarang juga

menjadi tujuan investor untuk menanamkan modalnya dalam bentuk pelayanan

kesehatan.

Tabel 2.64

Aspek Daya Saing dalam Jumlah Sarana Prasarana Rumah Sakit

di Kota Semarang Tahun 2005-2009

2005 2006 2007 2008 2009

1 Rumah Sakit Umum

Type A - - - - 1

Type B 4 5 5 5 4

Type C 8 8 9 9 11

Type D 2 1 1 1 1

Type E - - -

2 Rumah Sakit Jiwa 1 1 1 1 1

3 Rumah Sakit Paru-paru - - - - -

Page 121: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

4 Rumah Sakit Kusta - - - - -

5 Rumah Sakit OP - - - -

6 Rumah Sakit Bedah Plastik 1 1 1 1 1

7 Rumah Sakit Bersalin 4 4 4 4 3

8 Rumah Sakit Ibu & Anak (RSIA) 4 4 4 4 5

9 Rumah Bersalin/ Pondok Bersalin 23 23 23 23 29

10 Puskesmas

- Puskesmas Perawatan 11 11 11 11 13

- Puskesmas non Perawatan 26 26 26 26 24

12 Puskesmas Pembantu 34 33 33 33 34

13 Puskesling 37 37 37 37 37

14 Kelurahan PKMD 177 177 177 177 177

15 Posyandu yang ada 1.393 1.446 1.454 1.454 1.496

16 Posyandu yang aktif 1.383 1.442 1.454 1.454 1.496

17 Kader Kesehatan yang ada 9.694 10.474 10.900 10.900 11.049

18 Kader Kesehatan yang aktif 8.213 9.173 9.238 9.238 11.049

19 Apotik 258 310 316 316 360

20 Pedagang Besar Farmasi 254 254 254 254 254

21 Industri Farmasi 25 25 25 25 25

22 Laboratorium Klinik Swasta 30 31 33 33 33

No. Uraian

Tahun

sumber : Kota Semarang Dalam Angka, BPS Kota Semarang Th. 2009