13
1 1. Pendahuluan Campak adalah suatu penyakit akut menular yang ditandai dengan tiga stadium yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalesensi. Nama Lain dari penyakit ini adalah morbilli atau measles. 5,8,9 Telah diketahui bahwa akhir-akhir ini penyakit morbili merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara kita yakni dengan dilaporkannya kejadian wabah penyakit morbili di beberapa daerah dengan angka kesakitan dan angka kematian yang cukup tinggi. Morbili saat ini masih menjadi masalah kesehatan di seluruh wilayah Indonesia. Sejak tahun 1970 morbili di Indonesia telah mendapat perhatian khusus yaitu sejak terjadi wabah morbili yang cukup serius di pulau Lombok dengan kematian 330 diantara 12.107 kasus dan di pulau Bangka 65 kematian diantara 407 kasus. Kejadian Luar Biasa (KLB) morbili masih sering terjadi, misalnya di Kabupaten Serang tahun 1981 dan di daerah Palembang, Lampung dan Bengkulu tahun 1998. Di Jawa Timur pada tahun 2010 telah terjadi Kejadian Luar Biasa campak sebanyak 23 kali yang tersebar di 12 kabupaten/kota dengan jumlah penderita 323 orang dan kematian 2 orang. Sedangkan tahun 2011 per tanggal 30 Juni 2011 telah terjadi KLB campak 7 kali tersebar di 10 kab/kota dengan jumlah penderita 167 orang dan tidak ada kematian. 4,10,20 Untuk mencegah dan memberantas penyakit morbili satu-satunya cara paling efektif dengan jalan vaksinasi. Dengan tujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian maka pemerintah (Departemen Kesehatan) telah melaksanakan program pengembangan Imunisasi sebagaimana telah dikampanyekan oleh WHO. 4 Dahulu selama berabad-abad, campak merupakan penyakit menular masa kanak- kanak yang paling umum. Walaupun campak tidak umum lagi di negara yang memberikan vaksin secara luas, tetapi ketimpangan antara negara maju dan negara lain yang kurang perawatan kesehatan untuk bayi dan anak sangat mencolok. UNICEF memperkirakan lebih dari 1 juta kematian setahun disebabkan oleh campak dan komplikasinya pada anak di negara berkembang di seluruh dunia. 1 2.1 Definisi Campak adalah penyakit akut yang sangat menular, disebabkan oleh infeksi virus yang pada umumnya menyerang anak. Campak memiliki gejala klinis khas yaitu terdiri dari 3 stadium: (1) stadium kataral/prodromal, (2) stadium erupsi/ruam, Dan (3) Stadium konvalesensi. 3,5,8,9 2.2 Virologi Virus campak adalah anggota Morbilivirus dari famili paramiksovirus. Virus campak mempunyai RNA untai lurus negatif di dalam kapsid heliks protein yang tertutup

Refrat Campak D v.1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

koas refrat

Citation preview

  • 1

    1. Pendahuluan Campak adalah suatu penyakit akut menular yang ditandai dengan tiga stadium

    yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalesensi. Nama Lain dari penyakit ini

    adalah morbilli atau measles.5,8,9

    Telah diketahui bahwa akhir-akhir ini penyakit morbili merupakan masalah

    kesehatan masyarakat di negara kita yakni dengan dilaporkannya kejadian wabah penyakit

    morbili di beberapa daerah dengan angka kesakitan dan angka kematian yang cukup tinggi.

    Morbili saat ini masih menjadi masalah kesehatan di seluruh wilayah Indonesia. Sejak tahun

    1970 morbili di Indonesia telah mendapat perhatian khusus yaitu sejak terjadi wabah morbili

    yang cukup serius di pulau Lombok dengan kematian 330 diantara 12.107 kasus dan di pulau

    Bangka 65 kematian diantara 407 kasus. Kejadian Luar Biasa (KLB) morbili masih sering

    terjadi, misalnya di Kabupaten Serang tahun 1981 dan di daerah Palembang, Lampung dan

    Bengkulu tahun 1998. Di Jawa Timur pada tahun 2010 telah terjadi Kejadian Luar Biasa

    campak sebanyak 23 kali yang tersebar di 12 kabupaten/kota dengan jumlah penderita 323

    orang dan kematian 2 orang. Sedangkan tahun 2011 per tanggal 30 Juni 2011 telah terjadi

    KLB campak 7 kali tersebar di 10 kab/kota dengan jumlah penderita 167 orang dan tidak

    ada kematian. 4,10,20

    Untuk mencegah dan memberantas penyakit morbili satu-satunya cara paling efektif

    dengan jalan vaksinasi. Dengan tujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian

    maka pemerintah (Departemen Kesehatan) telah melaksanakan program pengembangan

    Imunisasi sebagaimana telah dikampanyekan oleh WHO.4

    Dahulu selama berabad-abad, campak merupakan penyakit menular masa kanak-

    kanak yang paling umum. Walaupun campak tidak umum lagi di negara yang memberikan

    vaksin secara luas, tetapi ketimpangan antara negara maju dan negara lain yang kurang

    perawatan kesehatan untuk bayi dan anak sangat mencolok. UNICEF memperkirakan lebih

    dari 1 juta kematian setahun disebabkan oleh campak dan komplikasinya pada anak di negara

    berkembang di seluruh dunia.1

    2.1 Definisi Campak adalah penyakit akut yang sangat menular, disebabkan oleh infeksi virus

    yang pada umumnya menyerang anak. Campak memiliki gejala klinis khas yaitu terdiri dari 3

    stadium: (1) stadium kataral/prodromal, (2) stadium erupsi/ruam, Dan (3) Stadium

    konvalesensi.3,5,8,9

    2.2 Virologi Virus campak adalah anggota Morbilivirus dari famili paramiksovirus. Virus

    campak mempunyai RNA untai lurus negatif di dalam kapsid heliks protein yang tertutup

  • 2

    oleh membran luar lemak dan protein. Virionnya berdiameter antara 100-250 nm. Virus

    sangat tidak tahan panas dan hidup dalam jangka waktu lama pada temperatur rendah.

    Perubahan morfologi biakan sel yang dipicu oleh virus campak di tandai dengan

    pembentukan sel raksasa berinti besar dan banyak atau pembentukan inklusi sinsitium dan

    eosinofil di dalam nukleus dan sitoplasma, yang sangat mirip dengan yang diamati di

    spesimen sitologi yang diambil dari sekret traktus respiratorius dan banyak jaringan penderita

    campak.

    Virus campak menstimulasi imunoglobulin kelas IgM dan IgG yang muncul

    bersama-sama diperkirakan 12 hari setelah infeksi dan mencapai titer tertinggi sekitar 21 hari.

    Kemudian imunoglobulin kelas IgM menghilang dengan cepat sedangkan imunoglobulin

    kelas IgG tinggal tidak terbatas dan jumlahnya terukur. Keberadaan imunoglobulin IgM

    menunjukkan pertanda baru terkena infeksi atau baru mendapat vaksinasi, sedangkan IgG

    menunjukkan bahwa pernah terkena infeksi walaupun sudah lama. Antibodi itu menetralisasi

    kerja virus secara spesifik, memfiksasi komplemen dengan antigen virus, dan menghambat

    hemaglutinasi dan hemolisis oleh virus. Tidak terbukti adanya perbedaan antigen yang

    bermakna pada strain campak selama 40 tahun ini. Keseragaman ini berkaitan dengan sangat

    jarang terjadinya serangan kedua pada penyakit ini. 1,3

    Gambar 1. Virus Morbili dilihat dengan mikroskop elektron

    Semua orang yang belum pernah terserang penyakit ini dan mereka yang belum

    pernah diimunisasi rentan terhadap penyakit ini. Imunitas yang didapat setelah sakit bertahan

    seumur hidup. Bayi yang baru lahir dari ibu yang pernah menderita campak akan terlindungi

    kira-kira selama 6-9 bulan pertama atau lebih lama tergantung dari titer antibody maternal

    yang tersisa pada saat kehamilan dan tergantung pada kecepatan degradasi antibodi tersebut.

    Antibody mengganggu respon terhadap vaksin. Imunisasi yang diberikan pada usia 12-15

    bulan memberikan imunitas kepada 94-98% penerima. Imunisasi dapat menaikkan tingkat

    imunitas sampai sekitar 99%. Bayi yang baru lahir dari ibu yang memperoleh kekebalan

    karena vaksinasi campak, menerima antibody pasif dari ibunya lebih sedikit jika

    dibandingkan dengan bayi yang lahir dari ibu yang mendapat kekebalan alamiah. Dan bayi ini

    lebih mudah terkena campak sehingga membutuhkan imunisasi campak pada usia yang lebih

    dini dari jadwal yang dilakukan.6

  • 3

    2.3 Etiologi Campak disebabkan oleh suatu virus RNA, yang termasuk famili Paramiksoviridae,

    genus Morbilivirus. Dikenal hanya satu tipe antigen saja. Yang strukturnya mirip dengan

    virus penyebab parotitis epidemis dan parainfluenza. Virus tersebut ditemukan di dalam

    sekresi nasofaring, darah, dan air kemih paling tidak selama periode prodromal dan untuk

    waktu singkat setelah munculnya ruam kulit. Pada suhu ruangan virus tersebut dapat tetap

    aktif selama 34 jam.

    Perubahan sitopatik biasanya terlihat dalam 5-10 hari, terdiri dari sel-sel raksasa

    berinti banyak disertai inklusi-inklusi intranuklear. Antibodi yang beredar dalam darah dapat

    dideteksi pada saat munculnya ruam-ruam kulit.2

    2.4 Epidemiologi

    Di kebanyakan negara, campak merupakan penyakit pemulaan masa kanak-kanak,

    dengan insiden puncaknya detemukan pada anak usia pra sekolah dan usia sekolah awal. Laju

    serangan penyakit yang sangat tinggi pada yang peka dan terpajan mengakibatkan periodisitas

    epidemi dengan interval 2 atau 3 tahun, saat kelompok anak yang peka meningkat. Di daerah

    perkotaan yang padat, insiden paling tinggi pada kelompok usia 1 sampai 5 tahun, sementara

    distribusi usia bergeser ke usia 5 sampai 10 tahun di daerah pinggiran dan pedesaan, saat

    pajanan tertunda sampai mulai masuk sekolah. Hampir 100% dewasa muda pernah menderita

    campak atau mendapat vaksin campak. Tetapi ada sedikit individu yang mungkin lolos dari

    infeksi selama masa kanak-kanak, kemudian terinfeksi bila terpajan dengan anak-anak

    terinfeksi. Epidemiologi berubah tiba-tiba di negara-negara yang telah menggunakan vaksin

    secara luas.

    Periode infektivitas yang umum berkisar antara 6 sampai 7 hari sebelum ruam

    muncul sampai hari ke dua atau ketiga eksantema. Batuk dan bersin selama periode kataralis

    mempertinggi sebaran infeksi melalui percikan. Kelabilan virus yang relatif pada pajanan

    sinar, kekeringan, dan panas membatasi lama masa penularan. Hanya manusia yang dikenal

    sebagai pejamu alami. Tidak dikenal adanya vektor serangga.1

    Telah diketahui bahwa campak menyebabkan penurunan daya tahan tubuh secara

    umum, sehingga mudah terjadi infeksi sekunder atau penyulit. Penyulit yang sering dijumpai

    adalah diare (8%), otitis media (7%), pneumonia (6%), ensefalitis (0,1%), kejang (0,6%),

    kematian (0,2%).21

    2.5 Patogenesis Infeksi mulai saat orang yang menderita rentan menghirup percikan mengandung

    virus dari sekret nasofagus pasien campak, terjadi antara 1-2 hari sebelum timbul gejala klinis

    sampai 4 hari setelah timbul ruam.3 Di tempat masuk kuman, terjadi periode pendek

    perbanyakan virus lokal dan penyebarannya terbatas, diikuti oleh viremia primer singkat

    bertiter rendah, yang memberikan kesempatan pada agen untuk menyebar ke tempat lain,

  • 4

    tempat virus secara aktif memperbanyak diri di jaringan limfoid. Viremia sekunder yang

    memanjang terjadi, berkaitan dengan awitan prodromal klinis dengan perluasan virus. Sejak

    saat itu (kira-kira 9 sampai 10 hari setelah terinfeksi) sampai permulaan keluarnya ruam,

    virus dapat dideteksi di seluruh tubuh, terutama di epitel traktus respiratorius, konjungtiva,

    dan jaringan limfoid, virus juga dapat ditemukan di sekret nasofaring, urine, dan darah.

    Manifestasi klinis dari sistem saluran nafas diawali dengan keluhan batuk pilek disertai

    selaput konjungtiva yang tampak merah. Respon imun yang terjadi adalah proses peradangan

    epitel pada sistem saluran pernafasan diikuti dengan manifestas klinis berupa demam tinggi,

    anak tampak sakit berat, dan ruam yang menyebar keseluruh tubuh, tampak suatu ulsera kecil

    pada mukosa pipi yang disebut bercak Koplik, yang merupakan tanda pasti untuk

    menegakkan diagnosis. Akhirnya muncul ruam makulopapular pada hari ke 14 sesudah awal

    infeksi.3 Pasien paling mungkin menularkan pada orang lain dalam periode 5 sampai 6 hari.

    Dengan mulainya awitan ruam (kira-kira 14 hari setelah infeksi awal) perbanyakan virus

    berkurang, dan pada 16 hari sulit menemukan virus, kecuali di urine, tempat virus bisa

    menetap selama beberapa hari lagi. Insiden bersamaan dengan munculnya eksantema adalah

    deteksi antibodi campak yang beredar dalam serum yang ditemukan pada hampir 100%

    pasien di hari kedua timbulnya ruam. Perbaikan gejala klinis di mulai saat ini, kecuali pada

    beberapa pasien, dimulai beberapa hari kemudian karena penyakit sekunder yang disebabkan

    oleh bakteri yang bermigrasi melintasi barisan sel epitel traktus respiratorius. Terjadi

    sinusitis, otitis media, bronkopneumonia sekunder akibat hilangnya pertahanan normal

    setempat.3

    Beberapa hari setelah serangan akut, terlihat kelainan sistem saraf pusat, saat

    antibodi serum berlimpah dan virus menular tidak lagi dapat dideteksi. Hal ini diperkirakan

    merupakan ensefalitis autoimun. Pada pasien SSPE, hilangnya virus campak dari sistem saraf

    pusat beberapa tahun kemudian setelah infeksi campak primer menekankan perlunya

    penjelasan lebih lanjut tentang interaksi virus dengan sistem saraf pusat, baik secara akut

    maupun kronis. SSPE bisa disebut sebagai ensefalitis virus campak lambat.1

    Tabel 1. Patogenesis infeksi campak tanpa penyulit

    Hari Manifestasi

    0 Virus campak dalam droplet kontak dengan permukaan epitel nasofaring

    atau kemungkinan konjungtiva

    Infeksi pada sel epitel dan multiplikasi virus

    1-2 Penyebaran infeksi ke jaringan limfatik regional

    2-3 Viremia primer

    3-5 Multiplikasi virus campak pada epitel saluran nafas di tempat infeksi

    pertama, dan pada RES regional maupun daerah yang jauh

    5-7 Viremia sekunder

  • 5

    7-11 Manifestasi pada kulit dan tempat lain yang bervirus, termasuk saluran

    nafas

    11-14 Virus pada darah, saluran nafas dan organ lain

    15-17 Viremia berkurang lalu hilang, virus pada organ menghilang

    Sumber :Feigin et al.2004.Textbook of Pediatric Infectious Diseases 5th edition

    2.6 Manifestasi Klinis Penyakit ini di bagi dalam 3 stadium, yaitu

    1. Stadium Kataral (Prodromal)

    Manifestasi klinis campak biasanya baru mulai tampak pada stadium prodromal yang

    berlangsung selama 2 hingga 4 hari. Biasanya terdiri dari gejala klinik khas berupa batuk,

    pilek dan konjungtivitis, juga demam. Inflamasi konjungtiva dan fotofobia dapat menjadi

    petunjuk sebelum munculnya bercak Koplik. Garis melintang kemerahan yang terdapat

    pada konjungtuva dapat menjadi penunjang diagnosis pada stadium prodromal. Garis

    tersebut akan menghilang bila seluruh bagian konjungtiva telah terkena radang.

    Koplik spot yang merupakan tanda patognomonik untuk campak muncul pada hari

    ke-101 infeksi. Koplik spot adalah suatu bintik putih keabuan sebesar butiran pasir

    dengan areola tipis berwarna kemerahan dan biasanya bersifat hemoragik. Tersering

    ditemukan pada mukosa bukal di depan gigi geraham bawah tetapi dapat juga ditemukan

    pada bagian lain dari rongga mulut seperti palatum, juga di bagian tengah bibir bawah dan

    karunkula lakrimalis. Muncul 1 2 hari sebelum timbulnya ruam dan menghilang dengan

    cepat yaitu sekitar 12-18 jam kemudian. Pada akhir masa prodromal, dinding posterior

    faring biasanya menjadi hiperemis dan penderita akan mengeluhkan nyeri tenggorokkan.5

    Gambar 2: Bercak koplik pada penderita campak

    2. Stadium Erupsi

    Pada campak yang tipikal, ruam akan muncul sekitar hari ke-14 infeksi yaitu pada

    saat stadium erupsi. Ruam muncul pada saat puncak gejala gangguan pernafasan dan saat

    suhu berkisar 39,5C. Ruam pertama kali muncul sebagai makula yang tidak terlalu

    tampak jelas di lateral atas leher, belakang telinga, dan garis batas rambut. Kemudian

  • 6

    ruam menjadi makulopapular dan menyebar ke seluruh wajah, leher, lengan atas dan dada

    bagian atas pada 24 jam pertama. Kemudian ruam akan menjalar ke punggung, abdomen,

    seluruh tangan, paha dan terakhir kaki, yaitu sekitar hari ke-2 atau 3 munculnya ruam.

    Saat ruam muncul di kaki, ruam pada wajah akan menghilang diikuti oleh bagian tubuh

    lainnya sesuai dengan urutan munculnya.

    Saat awal ruam muncul akan tampak berwarna kemerahan yang akan tampak

    memutih dengan penekanan. Saat ruam mulai menghilang akan tampak berwarna

    kecokelatan yang tidak memudar bila ditekan. Seiring dengan masa penyembuhan maka

    muncullah deskuamasi kecokelatan pada area konfluensi. Beratnya penyakit berbanding

    lurus dengan gambaran ruam yang muncul. Pada infeksi campak yang berat, ruam dapat

    muncul hingga menutupi seluruh bagian kulit, termasuk telapak tangan dan kaki.5

    Gambar 3: Ruam pada Campak

    3. Stadium Konvalensi

    Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi)

    yang lama kelamaan akan hilanh sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia

    sering ditemukan pula kulit yang bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala

    patognomonik untuk morbili. Pada penyakit-penyakit lain dengan iretema atau eksantema

    ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai menjadi normal

    kecuali bila ada komplikasi.5

  • 7

    2.7 Diagnosis 2.7.1 Anamnesis7,8

    1. Anak dengan demam tinggi terus menerus 38,5oC atau lebih disertai batuk, pilek,

    nyeri menelan, seringkali diikuti diare.

    2. Mata merah dan fotofobia, menambah kecurigaan

    3. Timbul ruam kulit didahului oleh suhu yang meningkat lebih dari suhu semula.

    4. Anak resiko tinggi adalah bila kontak dengan penderita morbili (1-2 minggu

    sebelumnya) dan belum pernah vaksinasi campak. Adanya kulit kehitaman dan

    bersisik (hiperpigmentasi) dapat merupakan tanda penyembuhan

    2.7.2 Pemeriksaan Klinis Gejala klinis terjadi setelah masa tunas 10-12 hari terdiri dari 3 stadium:

    1. Stadium prodromal

    Berlangsung 2-4 hari ditandai dengan demam yang diikuti dengan batuk pilek,

    faring merah, nyeri menelan, stomatitis, tanda patognomonik timbulnya enantema

    mukosa pipi di depan molar tiga disebut bercak koplik7

    2. Stadium Erupsi

    Ditandai dengan timbulnya ruam makulo papular yang bertahan selama 5-6 hari.

    Timbulnya ruam mulai dari batas rambut di belakang telinga, kemudian menyebar

    ke wajah, leher dan akhirnya ke ekstrimitas7

    3. Stadium Penyembuhan

    Setelah 3 hari ruam berangsur-angsur menghilang sesuai urutan timbulnya. Ruam

    kulit menjadi kehitaman dan mengelupas yang akan menghilang setelah 1-2

    minggu.7

    2.7.3 Pemeriksaan Laboratorium Pada pemeriksaan laboratorium rutin tidak direkomendasikan melakukan isolasi virus.

    Namun, isolasi virus sangat berguna untuk menentukan epidemiologi virus.

    Pemeriksaan yang dianjurkan adalah tes serologi IgM dan IgG dari virus. Pada

    pemeriksaan darah tepi jumlah leukosit normal, atau meningkat apabila ada infeksi

    bakteri.

    2.8 Diagnosis Banding

    Diagnosis banding morbili diantaranya :

    1. Roseola infantum. Pada Roseola infantum, ruam muncul saat demam telah menghilang.

    2. Rubella. Ruam berwarna merah muda dan timbul lebih cepat dari campak, biasanya 3 hari.

    Gejala yang timbul tidak seberat campak.

  • 8

    3. Alergi obat. Didapatkan riwayat penggunaan obat tidak lama sebelum ruam muncul dan

    biasanya tidak disertai gejala prodromal.

    4. Demam skarlatina. Ruam bersifat papular, difus terutama di abdomen. Tanda

    patognomonik berupa lidah berwarna merah stroberi serta tonsilitis eksudativa atau

    membranosa.

    2.9 Komplikasi

    Bermacam-macam komplikasi bisa ditemukan selama stadium akut campak atau

    segera sesudah itu. Yang terkena paling sering adalah traktus respiratorius, tetapi

    gastroenteritis berat juga terjadi. Komplikasi yang sering dijumpai adalah diare (8%), otitis

    media (7%), pneumonia (6%), ensefalitis (0,1%), kejang (0,6%), kematian (0,2%).21

    Diare sering terjadi sebagai komplikasi dari campak, pada beberapa anak yang

    menderita campak mengalami muntah dan mencret pada fase prodromal. Keadaan ini akibat

    invasi virus ke dalam sel mukosa usus.3

    Otitis media terjadi akibat invasi virus ke telinga tengah umumnya terjadi pada

    campak. Gendang telinga biasanya hiperemia pada stadium prodromal dan stadium erupsi.

    Jika invasi bakteri pada lapisan sel mukosa yang rusak karena invasi virus, terjadi otitis media

    purulenta.3

    Pneumonia dapat disebabkan oleh virus campak maupun infeksi bakteri, ditandai

    dengan batuk, frekuensi nafas meningkat, dan adanya ronki basah halus. Pada saat suhu turun

    gejala pneumonia karena virus akan menghilang, kecuali batuk yang masih akan terus sampai

    beberapa hari. Apabila suhu belum turun pada saat yang diharapkan dan gejala saluran nafas

    masih terus berlangsung, dapat diduga pneumonia karena bakteri yang telah mengadakan

    invasi pada sel epitel yang dirusak oleh virus.3

  • 9

    Ensefalitis adalah penyulit neurologik yang paling sering terjadi, biasanya terjadi

    pada hari ke 4-7 setelah timbulnya ruam. Insidennya sekitar 1-2 dalam 1000 kasus campak.

    Terjadinya ensefalitis dapat melalui mekanisme imunologik maupun invasi langsung virus

    campak ke otak. Gejala ensefalitis dapat berupa kejang, letargi, koma dan iritabel.3

    SSPE (Subacute Sclerosing panencephalitis) merupakan kelainan degeneratif

    susunan saraf pusat yang jarang disebabkan oleh infeksi virus campak yang persisten.

    Kejadian SSPE adalah 0,6-2,2 dalam 100.000 kasus campak. Masa inkubasi timbulnya SPEE

    rata-rata 7 tahun. Gejala SSPE didahului dengan gangguan tingkah laku dan intelektual yang

    progresif, diikuti inkoordinasi motorik, kejang yang umumnya bersifat mioklonik.

    Laboratorium menunjukkan peningkatan globulin dalam cairan cerebrospinal dan

    peningkatan antibodi campak dalam serum.3

    2.10 Pengobatan 2.10.1 Pencegahan

    - Pencegahan Aktif

    Ini dilakukan dengan pemberian live attenuated vaccine mula-mula

    digunakan strain Edmonston B, tetapi karena strain ini menyebabkan panas

    tinggi dan eksantem pada hari ke tujuh sampai hari kesepuluh setelah

    vaksinasi, maka strain edmonston B diberikan bersama-sama dengan globulin

    gama pada lengan yang lain.

    Sekarang digunakan strain Schwarz dan Moraten dan tidak diberikan

    globulin-gama. Vaksin tersebut diberikan secara subkutan dan menyebabkan

    imunitas yang berlangsung lama. Pada penyeledikan serologis ternyata bahwa

    imunitas tersebut mulai mengurang 8-10 tahun setelah vaksinasi. Dianjurkan

    untuk memberikan vaksin morbili tersebut kepada anak berumur 15 bulan

    yaitu karena sebelum umur 15 bulan diperkirakan anak tidak dapat membentuk

    antibodi secara baik karena masih ada antibodi dari ibu. Tetapi dianjurkan pula

    agar anak yang tinggal di daerah endemis morbili dan banyak tuberkolosis

    diiberikan vaksinasi pada umur 6 bulan dan revaksinasi dilakukan pada umur

    15 bulan. Diketahui dari penelitian Linnemann dkk. (1982) pada anak yang

    divaksinasi sebelum umur 10 bulan tidak ditemukan antibodi begitu pula

    setelah revaksinasi kadang-kadang riter antibodi tidak naik secara bermakna.

    Di Indonesia saat ini masih dianjurkan memberikan vaksin morbili kepada

    anak berumur 9 bulan ke atas. Vaksin morbili diatas dapat pula diberikan

    kepada orang yang alergi terhadap telur, karena vaksin morbili ini

    ditumbuhkan dalam biakan jaringan janin ayam yang secara antigen adalah

    berbeda dengan protein telur. Hanya bila terdapat suatu penyakit alergi

    sebaiknya vaksinasi ditunda sampai 2 minggu sembuh. Vaksin morbili juga

  • 10

    dapat diberikan kepada penderita tuberkolosis aktif yang sedang mendapat

    tuberkolustatika. Vaksin morbili tidak boleh diberikan kepada wanita hamil,

    anak dengan tuberkolosis yang tidak diobati, penderita leukimia dan anak yang

    sedang mendapat pengobatan imunosupresif.

    Vaksin morbili dapat diberikan sebagai vaksin morbili saja atau

    sebagai vaksin measles-mumps-rubella (MMR).

    Di Indonesia digunakan pula vaksin morbili buatan Perum Biofarma

    yang terdiri dari virus morbili yang hidup dan sangat dilemahkan, strain

    Schwan dan ditumbuhkan dalam jaringan janin ayam dan kemudian dibeku-

    keringkan.

    Vaksin ini diberikan secara subkutan sebanyak 0,5 ml pada umur 9

    bulan. Terjadi anergi terhadap tuberkulin selama 2 bulan setelah vaksinasi.

    Bila seorang telah mendapat imonoglobulin atau transfusi darah maka

    vaksinasi dengan vaksin ini tidak boleh diberikan kepada anak dengan infeksi

    akut lainnya yang disertai demam, anak dengan defisiensi imunologik anak

    yang sedang diberi pengobatan intensif dengan obat imunosupresan.5

    - Pencegahan Pasif

    IG manusia yang diberikan segera setelah pemajanan dapat

    mengubah gambaran klinis dan efek antigen pada infeksi virus campak. Anak

    yang rentan harus diberi IG 0,25 mL/Kg berat badan, untuk mencegah

    campak. Bila telah berlangsung lebih dari 6 hari, maka IG tidak dapat

    diandalkan untuk mencegah maupun dimodifikasi penyakit. Pasien dengan

    campak yang dimodifikasi globulin memperlihatkan gambaran klinis yang

    beragam masa tunas memanjang dan berbagai keluhan dan tanda penyakit

    campak, tetapi mereka sebagai sumber penular potensial pada individu yang

    berkontak dengan mereka. Oleh karena sifat kekebalan alaminya sementara,

    imunisasi pasif harus diikuti oleh imunisasi aktif dalam 3 bulan sesudah itu.

    Karena dosis besar imunoglobulin saat ini sering diberikan untuk pencegahan

    atau pengobatan sejumlah gangguan misal (infeksi, HIV, penyakit Kawasaki,

    trombositoponia imun, hepatitis B, dan profilaksis varisela) interval yang

    lebih panjang dianjurkan sebelum vaksin virus campak. Ini bervariasi dari 3

    sampai 11 bulan bergantung pada produk dan jumlah globulin yang diberikan.1

    - Imunisasi Ulangan10, 11

    Penelitian di Yogyakarta, Ambon dan Palu oleh badan Lingkes Depkes

    mengenai kadar IgG pada 200 anak sekolah perpropinsi pada tahun 1998,

    menunjukkan status antibodi campak hanya mencapai 71,9% sehingga pada

  • 11

    umur 6-11 tahun jumlah anak yang rentan pada infeksi campak cukup tinggi

    yairtu 6-32,6%. Atas dasar penelitian tersebut ulangan imunisasi campak

    diberikan pada usia masuk sekolah (umur 5-7 tahun) melalui program BIAS

    Imunisasi ulang dianjukan juga dalam situasi tertentu, misalnya;

    Mereka yang memperoleh imunisasi sebelum umur 1 tahun dan terbukti

    bahwa potensi vaksin yang digunakan kurang baik (tampak peningkatan

    insiden kegagalan vaksinasi) pada anak yang memperoleh imunisasi ketika

    umur 12-14 bulan tidak disarankan mengulangi umunisasinya tetapi hal ini

    bukan merupakan kontra indikasi

    Apabila terdapat kejadian luar biasa peningkatan kasus campak, maka anak

    SD, SLTP dan SLTA dapat diberikan imunasi ulang

    Setiap orang yang pernah imunisasi vaksin campak yang virusnya sudah

    dimatikan (vaksin inaktif)

    Seorang yang tidak dapat menunjukkan imunisasinya.

    2.10.2 Pengobatan Pengobatan bersifat suportif, terdiri dari pemberian cairan yang cukup, suplemen

    nutrisi, antibiotik bila terjadi infeksi sekunder, anti konvulsi bila kejang, pemberian vitamin

    A. Pasien diindikasikan rawat inap bila hiperpireksia (>38C), dehidrasi, kejang, asupan oral

    sulit, dan adanya komplikasi.7

    Tanpa Komplikasi7

    1. Pasien dirawat di ruang isolasi

    2. Tirah baring

    3. Vitamin A 100.000 IU, bila disertai malnutrisi dilanjutkan 1500 IU tiap hari. Pemberian

    vitamin A segera setelah terdiagnosis akan meningkatkan daya tahan tubuh penderita

    karena pada campak cadangan vitamin A tubuh akan turun dengan cepat. Pemberian

    vitamin A berguna untuk menambah cadangan vitamin A, mencegah kebutaan dan secara

    bermakna mengurangi angka kematian campak.1,3,7

    4. Diet makanan cukup cairan, kalori yang memadai. Jenis makanan disesuaikan dengan

    tingkat kesadaran pasien dan ada tidaknya komplikasi.

    Pengobatan dengan komplikasi7

    1. Bronkopneumonia

    Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dan Kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari selama 7-10 hari.

    Oksigen 2 L/menit.

  • 12

    2. Ensefalopati

    Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dan Kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari selama 7-10 hari.

    Kortikosteroid: deksametason 1 mg/kgBB/hari sebagai dosis awal dilanjutkan 0,5

    mg/kgBB/hari dalam 3 dosis sampai kesadaran membaik (bila pemberian lebih dari 5

    hari dilakukan tappering off).

    3. Enteritis

    Koreksi dehidrasi sesuai dengan derajat dehidrasi

    4. Otitis media

    Seringkali disebabkan oleh karena infeksi sekunder, maka perlu mendapat antibiotik

    kotrimoksazol-sulfametokzasol (TMP 4 mg/kk BB/hari dibagi dalam 2 dosis)3

    2.11 Prognosis4 Morbili merupakan penyakit self limiting dan berlangsung antara 5-14 hari, sehingga bila

    tanpa disertai dengan komplikasi maka prognosanya baik.

  • 13

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Abraham M Rudolp, Julien I.E Hoffman, Colin D. Rudolf. 2006. Buku Pediatri Rudolph

    volume 1. Penerbit Buku Kedokteran.EGC. Jakarta.

    2. Behrman, R.E. dkk. 2000. Nelson Ilmu Kesehatan Anak (Nelson Textbook Of Pediatri) vol 2

    Edisi 15. EGC. Jakarta.

    3. Sumarmo, S.P.S. dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Infeksi dan Penyakit Tropis.

    Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Jakarta.

    4. T. H. Rampengan, DSAK, dr. I.R. Laurentz, DSA. 2008. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak.

    Penerbit buku kedokteran. EGC. Jakarta.

    5. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 2007. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 2.

    6. Chin, J. 2006. Manual Pemberantasan Penyakit Menular. Infomedika. Jakarta.

    7. Pudjiadi, A.H. dkk. 2010. Pedoman Pelayanan Medis jilid 1. IDAI. Jakarta.

    8. Komite Medik RSUP dr. Sardjito. Standar Pelayanan Medis RSUP dr. Sardjito Buku 2.

    Yogyakarta. Medika FK UGM, 2000.

    9. Mansjoer, A. dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Media Aesculapius Fakultas

    Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

    10. Ranuh, I.G.N. dkk. 2007. Buku Imunisasi di Indonesia Edisi Pertama. IDAI. Jakarta.

    11. http://idai.or.id/wp-content/uploads/2013/02/Jadwal_Imunisasi_IDAI2011.pdf

    12. http://www.emedicinehealth.com//measles article by glenn J Fenely, MD MPH

    13. http://www.emedicinehealth.com//measles Other Viruses Merk Manual Profesional

    14. http://www.en.wikipedia.org/wik/measles

    15. http//www.kidshealth.org/parent/infections/bacterial_viral/measles.hml

    16. http//www.cdc.gov/travel/yellowBookCh4-measles.aspx

    17. http//www.edmedicine.com/ped/topic 1388.htm

    18. http//www.babybag.com/article/cdc_measles.htm

    19. http://dinkes.jatimprov.go.id/contentdetail/9/3/129/kampanye_campak_dan_polio_di_jawa_ti

    mur.html

    20. http://www.cdc.gov/vaccines/pubs/pinkbook/downloads/meas.pdf

    21. Feigin et al. 2004.Textbook of Pediatric Infectious Diseases 5th edition