35
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit campak merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia, karena sering dilaporkan dibeberapa daerah. Menurut data SKRT (1996) insiden campak pada balita sebesar 528/10.000. angka tersebut jauh lebih rendah dibandingkan tahun 1982 sebelum program imunisasi campak dimulai, yaitu sebesar 8000/10.000 pada anak umur 1-15 tahun. Imunisasi merupakan salah satu upaya terbaik untuk menurunkan insiden campak cenderung turun pada semua golongan umur. Pada bayi kurang dari 1 tahun dan anak umur 1-4 tahun terjadi penurunan cukup tajam, sedangkan pada golongan umur 5-14 tahun relative lambat. Saat ini program pemberantasan penyakit campak dalam tahap reduksi yaitu penurunan jumlah kasus dan kematian akibat campak, menyusul tahap eliminasi dan akhirnya tahap eradikasi. Diharapkan 10-15 tahun setelah tahap eliminasi, penyakit campak dapat dieradikasi, karena satu-satunya pejamunya dalah manusia. Respon imun memegang peranan penting dalam upaya mengatasi infeksi virus campak. Baik respon yang timbul oleh infeksi campak alam maupun respon setelah imunisasi. 1

IMUNISASI CAMPAK

  • Upload
    edhuu

  • View
    12.603

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: IMUNISASI CAMPAK

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit campak merupakan salah satu penyakit menular yang masih

menjadi masalah kesehatan di Indonesia, karena sering dilaporkan dibeberapa

daerah. Menurut data SKRT (1996) insiden campak pada balita sebesar

528/10.000. angka tersebut jauh lebih rendah dibandingkan tahun 1982 sebelum

program imunisasi campak dimulai, yaitu sebesar 8000/10.000 pada anak umur 1-

15 tahun. Imunisasi merupakan salah satu upaya terbaik untuk menurunkan

insiden campak cenderung turun pada semua golongan umur. Pada bayi kurang

dari 1 tahun dan anak umur 1-4 tahun terjadi penurunan cukup tajam, sedangkan

pada golongan umur 5-14 tahun relative lambat. Saat ini program pemberantasan

penyakit campak dalam tahap reduksi yaitu penurunan jumlah kasus dan

kematian akibat campak, menyusul tahap eliminasi dan akhirnya tahap eradikasi.

Diharapkan 10-15 tahun setelah tahap eliminasi, penyakit campak dapat

dieradikasi, karena satu-satunya pejamunya dalah manusia. Respon imun

memegang peranan penting dalam upaya mengatasi infeksi virus campak. Baik

respon yang timbul oleh infeksi campak alam maupun respon setelah imunisasi.

Program Pencegahan dan pemberantasan Campak di Indonesia pada saat

ini berada pada tahap reduksi dengan pengendalian dan pencegahan KLB. Hasil

pemeriksaan sample darah dan urine penderita campak pada saat KLB

menunjukkan Igm positip sekitar 70% – 100%. Insidens rate semua kelompok

umur dari laporan rutin Puskesmas dan Rumah Sakit selama tahun 1992 – 1998

cenderung menurun, terutama terjadi penurunan yang tajam pada kelompok umur

= 90%) dan merata disetiap desa masih merupakan strategi ampuh saat ini untuk

mencapai reduksi campak di Indonesia pada tahun 2000. CFR campak dari

Rumah Sakit maupun dari hasil penyelidikan KLB selama tahun 1997 – 1999

cenderung meningkat, kemungkinan hal ini terjadi berkaitan dengan dampak kiris

pangan dan gizi, namun masih perlu dikaji secara mendalam dan komprehensive.

Sidang WHO tahun 1988, menetapkan kesepakatan global untuk membasmi polio

atau Eradikasi Polio (Rapo), Eliminasi Tetanus Neonatorum (ETN) dan Reduksi

1

Page 2: IMUNISASI CAMPAK

Campak (RECAM) pada tahun 2000. Beberapa negara seperti Amerika, Australia

dan beberapa negara lainnya telah memasuki tahap eliminasi campak. Pada

sidang CDC/PAHO/WHO tahun 1996 menyimpulkan bahwa campak

dimungkinkan untuk dieradikasi, karena satu-satunya pejamu (host) atau

reservoir campak hanya pada manusia dan adanya vaksin dengan potensi yang

cukup tinggi dengan effikasi vanksin 85%. Diperkirakan eradikasi akan dapat

dicapai 10 – 15 tahun setelah eliminasi. Program imunisasi campak di Indonesia

dimulai pada tahun 1982 dan masuk dalam pengembangan program imunisasi.

Pada tahun 1991, Indonesia dinyatakan telah mencapai UCI secara nasional.

Dengan keberhasilan Indonesia mencapai UCI tersebut memberikan dampak

positip terhadap kecenderungan penurunan insidens campak, khususnya pada

Balita dari 20.08/10.000 – 3,4/10.000 selama tahun 1992 – 1997 (ajustment data

rutin SST). Walaupun imunisasi campak telah mencapai UCI namun dibeberapa

daerah masih terjadi KLB campak, terutama di daerah dengan cakupan imunisasi

rendah atau daerah kantong.

B. Masalah

Dalam makalah ini kami akan membahas tentang penyakit campak dan

bagaimana pencegahan penyakit campak dengan imunisasi campak.

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Tujuan umum dari makalah ini adalah memberikan gambaran bagaimana pencegahan penyakit campak dengan imunisasi campak.

2. Tujuan khusus

Tujuan Khusus dari pembuatan makalah ini adalah

1. Untuk mengetahui definisi dari penyakit campak itu sendiri

2. Untuk mengetahui Etiologi penularan penyakit campak.

3. Untuk mengetahui cara pencegahan penularan penyakit campak dengan

imunisasi campak.

D. Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penyusunan makalah ini adalah Metode Studi

Literatur, dimana penyusun mengumpulkan data dari berbagai sumber seperti

internet, buku dan referensi lainnya.

2

Page 3: IMUNISASI CAMPAK

E. Sistematika Penulisan

Dalam makalah ini terdapat empat BAB, yaitu BAB I, II, dan III. Dimana BAB

I merupakan Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Identifikasi Masalah,

Tujuan Umum dan Khusus, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.

Kemudian BAB II merupakan Tinjauan Teori yang terdiri dari Penyakit Campak

dan Pencegahan dengan Imunisasi Campak, serta KIPI (Kejadian Ikutan Pasca

Imunisasi). Dan BAB III merupakan Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran.

BAB II

3

Page 4: IMUNISASI CAMPAK

TINJAUAN TEORI

A. Penyakit Campak

1. Definisi

Penyakit Campak adalah satu penyakit berjangkit. Campak (Rubeola, Campak

9 hari) atau dikenal dengan sebutan Gabagen (dalam bahasa Jawa); atau Keremut

(dalam bahasa Banjar). Dalam istilah medisnya disebut juga dengan Morbili,

Measles.

Campak adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan

demam, lemas, batuk, konjungtivis (peradangan selaput ikat mata/ konjungtiva)

dan bintik merah dikulit (ruam kulit).

Gambar. 1: Anak yang Terkena Campak (sumber klikpdpi.com)

2. Etiologi

Campak, rubeola, atau measles Adalah penyakit infeksi yang sangat mudah

menular atau infeksius sejak awal masa prodromal, yaitu kurang lebih 4 hari

pertama sejak munculnya ruam. Campak disebabkan oleh paramiksovirus ( virus

campak). Virus ini terdapat dalam darah dan sekret (cairan) nasofaring (jaringan

antara tenggorokan dan hidung) pada masa gejala awal (prodromal) hingga 24 jam

setelah timbulnya bercak merah di kulit dan selaput lendir. Virus dalam jumlah

sedikit saja dapat menyebabkan infeksi pada individu yang rentan. Penyakit

campak sangat infeksius selama masa prodromal yang ditandai dengan demam,

malaise, mata merah, pilek dan trakeobronktis dengan manifestasi batuk. Infeksi

campak pertama kali terjadi pada epitalium saluran pernafasan dari nasofaring,

kongjungtiva, dengan penyebaran ke daerah limfa. Viremia primer tejadi 2-3 hari

setelah individu terpapar virus campak,diikuti viremia sekunder 3-4 hari kemudian.

4

Page 5: IMUNISASI CAMPAK

Viremia sekunder menyebabkan infeksi dan relikasi virus lebih lanjut pada kulit

kongjungtiva, saluran pernafasan dan organ lainnya. Replikasi virus memerlukan

watu 24 jam. Jumlah virus dalam darah mencapai pncaknya pada hari 11-14

setelah trpapar dan emudian menurun cepat 2-3 hari kemudian.

3. Karakteristik Virus Campak

Virus campak atau morbili adalah virus RNA anggota family

paramyxoviridae. Secara morfologi tidak dapat dibedakan dengan virus anggota

family paramyxoviridae. Virus campak trdiri atas nukleokapsid berbentuk heliks

yang dikelilingi oleh selubung virus. Sifat infeksius virus c ampak ditunjukkan

dengan tingginya sensitivitas dan aktivitas hemolitiknya.

.

4. Tanda dan Gejala

a. Tanda-Tanda Penyakit Campak

Tanda khas penyakit campak adalah adanya Koplik spots (kemerahan

dengan putih di tengah) di selaput lendir pipi yang tampak 1-2 hari sebelum

timbulnya rash. Rash adalah kemerahan kulit yang biasanya muncul pada hari

ke 14 setelah terpapar, kemudian menyebar dari kepala ke anggota badan

selama 3-4 hari. Setelah 3-4 hari rash akan menghilang meninggalkan noda

kehitaman. Rash merupakan manifestasi reaksi hipersensitivitas yang tidak

akan terlihat pada orang yang mengalami penekanan sistem imunitas seluler.

Sel yang terinfeksi virus campak mampu berfusi membentuk sel raksasa

multinuklear (multinuclear giant cells), yang merupakan tanda patologis

infeksi virus campak.

b. Gejala – Gejala

Gejala mulai timbul dalam waktu 7-14 hari setelah terinfeksi, yaitu

berupa: - Panas badan - nyeri tenggorokan - hidung meler ( Coryza ) - batuk

( Cough ) - Bercak Koplik - nyeri otot - mata merah ( conjuctivitis ), 2-4 hari

kemudian muncul bintik putih kecil di mulut bagian dalam (bintik Koplik).

Ruam (kemerahan di kulit) yang terasa agak gatal muncul 3-5 hari setelah

timbulnya gejala diatas. Ruam ini bisa berbentuk makula (ruam kemerahan

yang mendatar) maupun papula (ruam kemerahan yang menonjol). Pada

awalnya ruam tampak di wajah, yaitu di depan dan di bawah telinga serta di

leher sebelah samping. Dalam waktu 1-2 hari, ruam menyebar ke batang

tubuh, lengan dan tungkai, sedangkan ruam di wajah mulai memudar.

5

Page 6: IMUNISASI CAMPAK

Pada puncak penyakit, penderita merasa sangat sakit, ruamnya meluas

serta suhu tubuhnya mencapai 40° Celsius. 3-5 hari kemudian suhu tubuhnya

turun, penderita mulai merasa baik dan ruam yang tersisa segera menghilang.

Demam, kecapaian, pilek, batuk dan mata yang radang dan merah selama

beberapa hari diikuti dengan ruam jerawat merah yang mulai pada muka dan

merebak ke tubuh dan ada selama 4 hari hingga 7 hari.

5. Cara Penularan

Penularan terjadi melalui percikan ludah dari hidung, mulut maupun

tenggorokan penderita campak (air borne disease). Masa inkubasi adalah 10-

14 hari sebelum gejala muncul. Cara penularan melalui droplet dan kontak,

yakni karena menghirup percikan ludah (droplet) dari hidung, mulut maupun

tenggorokan penderita morbili/campak. Artinya, seseorang dapat tertular

Campak bila menghirup virus morbili, bisa di tempat umum, di kendaraan atau

di mana saja. Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari

sebelum rimbulnya ruam kulit dan selama ruam kulit ada. Masa inkubasi

adalah 10-14 hari sebelum gejala muncul. Sebelum vaksinasi campak

digunakan secara meluas, wabah campak terjadi setiap 2-3 tahun, terutama

pada anak-anak usia pra-sekolah dan anak-anak SD. Jika seseorang pernah

menderita campak, maka seumur hidupnya dia akan kebal terhadap penyakit

ini. Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan

kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahir ibu yang telah kebal

(berlangsung selama 1 tahun).

Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah:

• bayi berumur lebih dari 1 tahun

• bayi yang tidak mendapatkan imunisasi

• remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua.

6. Komplikasi

Pada anak yang sehat dan gizinya cukup, campak jarang berakibat serius.

Beberapa komplikasi yang bisa menyertai campak:

1. Infeksi bakteri : Pneumonia dan Infeksi telinga tengah

2. Kadang terjadi trombositopenia (penurunan jumlah trombosit), sehingga

pendeita mudah memar dan mudah mengalami perdarahan

6

Page 7: IMUNISASI CAMPAK

3. Ensefalitis (inteksi otak) terjadi pada 1 dari 1,000-2.000 kasus.

B. Pencegahan dengan Imunisasi Campak

1. Definisi

Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit

tertentu. Vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk membantu mencegah

suatu penyakit. Vaksin membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi.

Antibodi ini berfungsi melindungi terhadap penyakit. Vaksin tidak hanya

menjaga agar anak tetap sehat, tetapi juga membantu membasmi penyakit

yang serius yang timbul pada masa kanak-kanak. Vaksin secara umum cukup

aman. Keuntungan perlindungan yang diberikan vaksin jauh lebih besar

daripada efek samping yang mungkin timbul. Dengan adanya vaksin maka

banyak penyakit masa kanak-kanak yang serius, yang sekarang ini sudah

jarang ditemukan.

Imunisasi campak efektif untuk memberi kekebalan terhadap penyakit

campak sampai seumur hidup. Penyakit campak yang disebabkan oleh virus

yang ganas ini dapat dicegah jika seseorang mendapatkan imunisasi campak,

minimal dua kali yakni semasa usia 6 bulan - 59 bulan dan masa SD (6 - 12

tahun).

Upaya imunisasi campak tambahan yang dilakukan bersama dengan

imunisasi rutin terbukti dapat menurunkan kematian karena penyakit campak

sampai 48%. Tanpa imunisasi, penyakit ini dapat menyerang setiap anak, dan

mampu menyebabkan cacat dan kematian karena komplikasinya seperti radang

paru (pneumonia); diare, radang telinga (otitis media) dan radang otak

(ensefalitis) terutama pada anak dengan gizi buruk. Hingga kini penyakit

campak masih menjadi penyebab utama kematian anak di bawah umur 1 tahun

dan Balita umur 1 - 4 tahun di Indonesia. Diperkirakan lebih dari 30.000

anak/tahun meninggal karena komplikasi campak. Selain itu, campak

berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) atau wabah. Imunisasi

adalah jalan utama untuk mencegah dan menurunkan angka kematian anak-

anak akibat campak.

Imunisasi ada dua macam, yaitu imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif

adalah pemberian kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau

dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi

7

Page 8: IMUNISASI CAMPAK

sendiri. Contohnya adalah imunisasi polio atau campak. Sedangkan imunisasi

pasif adalah penyuntikan sejumlah antibodi, sehingga kadar antibodi dalam

tubuh meningkat. Contohnya adalah penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum)

pada orang yang mengalami luka kecelakaan. Contoh lain adalah yang

terdapat pada bayi yang baru lahir dimana bayi tersebut menerima berbagai

jenis antibodi dari ibunya melalui darah placenta selama masa kandungan,

misalnya antibodi terhadap campak.

2. Jenis Imunisasi Campak

Vaksin Campak Kering

a. Deskripsi

Vaksin campak merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan.

Setiap dosis (0,5 ml) mengandung tidak kurang dari 1000 infective unit

virus strain CAM 70, dan tidak lebih dari 100 mcg residu kanamycin

dan 30 mcg residu erythromycin. Vaksin ini berbentuk vaksin beku

kering yang harus dilarutkan hanya dengan pelarut steril yang tersedia

secara terpisah untuk tujuan tersebut. Vaksin ini telah memenuhi

persyaratan WHO untuk vaksin campak.

Jumlah pemberian imunisasi campak diberikan sebanyak 2 kali; 1

kali di usia 9 bulan, 1 kali di usia 6 tahun. Dianjurkan, pemberian

campak ke-1 sesuai jadwal. Selain karena antibodi dari ibu sudah

menurun di usia 9 bulan, penyakit campak umumnya menyerang anak

usia balita. Jika sampai 12 bulan belum mendapatkan imunisasi campak,

maka pada usia 12 bulan harus diimunisasi MMR (Measles Mump

Rubella).

b. Indikasi

Untuk Imunisasi aktif terhadap penyakit campak.

c. Komposisi

Tiap dosis vaksin yang sudah dilarutkan mengandung :

1. Virus Campak >= 1.000 CCID50

2. Kanamycin sulfat <= 100 mcg

3. Erithromycin <= 30 mcg

d. Dosis dan Cara Pemberian

8

Page 9: IMUNISASI CAMPAK

Imunisasi campak terdiri dari dosis 0,5 ml yang disuntikkan secara

Subkutan, lebih baik pada lengan atas. Pada setiap penyuntikan harus

menggunakan jarum dan syringe yang steril. Vaksin yang telah

dilarutkan hanya dapat digunakan pada hari itu juga (maksimum untuk 8

jam) dan itupun berlaku hanya jika vaksin selama waktu tersebut

disimpan pada suhu 2°-8°C serta terlindung dari sinar matahari. Pelarut

harus disimpan pada suhu sejuk sebelum digunakan. Satu dosis vaksin

campak cukup untuk membentuk kekebalan terhadap infeksi.Di negara-

negara dengan angka kejadian dan kematian karena penyakit campak

tinggi pada tahun pertama setelah kelahiran, maka dianjurkan imunisasi

terhadap campak dilakukan sedini mungkin setelah usia 9 bulan (270

hari). Di negara-negara yang kasus campaknya sedikit, maka imunisasi

boleh dilakukan lebih dari usia tersebut. Vaksin campak tetap aman dan

efektif jika diberikan bersamaan dengan vaksin-vaksin DT, Td, TT,

BCG, Polio, (OPV dan IPV), Hepatitis B, dan Yellow Fever.

Tata Cara Pemberian Imunisasi Campak

Imunisasi campak dilakukan dengan menggunakan alat suntik sekali

pakai (autodestruct syringe). Penggunaan alat suntik tersebut dimaksudkan

untuk menghindari penularan penyakit HIV/AIDS dan Hepatitis B.

Dengan cara :

1. Vaksin Campak dilarutkan dulu sebelum saat pelayanan akan dimulai.

2. Buka tutup torak dan tutup jarum.

3. Tusukkan jarum tersebut ke vial vaksin. Pastikan

ujung jarum selalu berada didalam cairan vaksin, jauh dibawah

permukaan cairan vaksin, sehingga tidak ada udara yang masuk

kedalam semprit.

4. Tarik torak perlahan-lahan agar cairan vaksin masuk

kedalam semprit, sampai torak terkunci secara otomatis, torak tidak

dapat ditarik lagi.

5. Cabut jarum dari vial, keluarkan udara yang tersisa

dengan cara mengetuk alat suntik dan mendorong torak sampai pada

skala 0,5 cc.

9

Page 10: IMUNISASI CAMPAK

6. Bersihkan kulit dengan air hangat, kemudian suntikan

vaksin secara intramuskular (lakukan aspirasi sebelumnya untuk

memastikan apakah jarum tidak menembus pembuluh darah). Alat

suntik yang telah dipakai langsung dibuang kedalam insinerator tanpa

penutup jarum dan penutup torak.

Untuk menghindari resiko tertusuk jarum, petugas kesehatan tidak

boleh memasang kembali penutup jarum.

Insinerator berisi alat suntik bekas pakai dibawa kembali ke Puskesmas

dan kemudian setelah penuh, baru dipakai.

7. Vaksin campak yang telah dilarutkan hanya bertahan 3

jam, setelah lewat waktu tersebut tidak boleh dipakai lagi.

8. Lokasi penyuntikan sebaiknya paha anak, tekhnis

penyuntikan sesuai juknis imunisasi.

e. Efek Samping

Hingga 15 % pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan

selama 3 hari yang dapat terjadi 8 - 12 hari setelah vaksinasi. Terjadinya

Encephalitis setelah vaksinasi pernah dilaporkan yaitu dengan

perbandingan 1 kasus per 1 juta dosis yang diberikan.

f. Kontraindikasi

Terdapat beberapa kontraindikasi yang berkaitan dengan pemberian

vaksin campak. Walaupun berlawanan penting untuk mengimunisasi

anak yang mengalami malnutrisi. Demam ringan, infeksi ringan pada

10

Perhatian !Alat suntik ini bersifat sekali pakai (autodestruct), maka torak tidak boleh

ditarik sebelum jarum tersebut ditusukkan kedalam vial vaksin. Torak yang sudah ditarik sebelum diisi vaksin tidak akan dapat digunakan lagi.

Page 11: IMUNISASI CAMPAK

saluran nafas atau diare, dan beberapa penyakit ringan lainnya jangan

dikategorikan sebagai kontraindikasi. Kontraindikasi terjadi bagi

individu yang diketahui alergi berat terhadap kanamycin dan

erithromycin. Karena efek vaksin virus campak hidup terhadap janin

belum diketahui, maka wanita hamil termasuk kontraindikasi.

Individu Pengidap Virus HIV (HUMAN IMMUNODEFFICIENCY

VIRUS). Vaksin Campak kontraindikasi terhadap individu-individu

yang mengidap penyakit immune deficiency atau individu yang diduga

menderita gangguan respon imun karena leukimia, lymphoma atau

generalized malignancy. Bagaimanapun penderita HIV, baik yang

disertai gejala ataupun tanpa gejala harus diimunisasi vaksin campak

sesuai jadual yang ditentukan.

g. Penyimpanan dan Daluarsa

Vaksin Campak beku-kering harus disimpan pada suhu dibawah 8

°C (kalau memungkinkan di bawah 0 °C) sampai ketika vaksin akan

digunakan. Tingkat stabilitas akan lebih baik jika vaksin (bukan pelarut)

disimpan pada suhu -20 °C. Pelarut tidak boleh dibekukan tetapi

disimpan pada kondisi sejuk sampai dengan ketika akan digunakan.

Vaksin harus terlindung dari sinar matahari.

Daluarsa : 2 tahun

h. Kemasan

Vaksin tersedia dalam kemasan vial 10 dosis + 5 ml pelarut dalam

ampul.

3. Gambar Vaksin Campak

11

Page 12: IMUNISASI CAMPAK

C. KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi)

a. Definisi KIPI

Menurut Komite Nasional Pengkajian dan Penaggulangan KIPI (KN

PP KIPI), KIPI adalah semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi

dalam masa 1 bulan setelah imunisasi. Pada keadaan tertentu lama

pengamatan KIPI dapat mencapai masa 42 hari (arthritis kronik pasca

vaksinasi rubella), atau bahkan 42 hari (infeksi virus campak vaccine-

strain pada pasien imunodefisiensi pasca vaksinasi campak, dan polio

paralitik serta infeksi virus polio vaccine-strain pada resipien non

imunodefisiensi atau resipien imunodefisiensi pasca vaksinasi polio).

Pada umumnya reaksi terhadap obat dan vaksin dapat merupakan

reaksi simpang (adverse events), atau kejadian lain yang bukan terjadi

akibat efek langsung vaksin. Reaksi simpang vaksin antara lain dapat

berupa efek farmakologi, efek samping (side-effects), interaksi obat,

intoleransi, reaksi idoisinkrasi, dan reaksi alergi yang umumnya secara

klinis sulit dibedakan.efek farmakologi, efek samping, serta reaksi

idiosinkrasi umumnya terjadi karena potensi vaksin sendiri, sedangkan

reaksi alergi merupakan kepekaan seseorang terhadap unsure vaksin

dengan latar belakang genetic. Reaksi alergi dapat terjadi terhadap protein

telur (vaksin campak, gondong, influenza, dan demam kuning), antibiotik,

12

Page 13: IMUNISASI CAMPAK

bahan preservatif (neomisin, merkuri), atau unsure lain yang terkandung

dalam vaksin.

Kejadian yang bukan disebabkan efek langsung vaksin dapat terjadi

karena kesalahan teknik pembuatan, pengadaan dan distribusi serta

penyimpanan vaksin, kesalahan prosedur dan teknik pelaksanaan

imunisasi, atau semata-mata kejadian yang timbul secara kebetulan. Sesuai

telaah laporan KIPI oleh Vaccine Safety Committee, Institute of Medicine

(IOM) USA menyatakan bahwa sebagian besar KIPI terjadi karena

kebetulan saja. Kejadian yang memang akibat imunisasi tersering adalah

akibat kesalahan prosedur dan teknik pelaksanaan (pragmatic errors).

b. Etiologi

Tidak semua kejadian KIPI disebabkan oleh imunisasi karena sebagian

besar ternyata tidak ada hubungannya dengan imunisasi. Oleh karena itu unutk

menentukan KIPI diperlukan keterangan mengenai:

1. Besar frekuensi kejadian KIPI pada pemberian vaksin tertentu

2. Sifat kelainan tersebut lokal atau sistemik

3. Derajat sakit resipien

4. Apakah penyebab dapat dipastikan, diduga, atau tidak terbukti

5. Apakah dapat disimpulkan bahwa KIPI berhubungan dengan vaksin,

kesalahan produksi, atau kesalahan prosedur

KN PP KIPI membagi penyebab KIPI menjadi 5 kelompok faktor etiologi

menurut klasifikasi lapangan WHO Western Pacific (1999), yaitu:

1. Kesalahan program/teknik pelaksanaan (programmic errors)

Sebagian kasus KIPI berhubungan dengan masalah program dan

teknik pelaksanaan imunisasi yang meliputi kesalahan program

penyimpanan, pengelolaan, dan tata laksana pemberian vaksin. Kesalahan

tersebut dapat terjadi pada berbagai tingkatan prosedur imunisasi,

misalnya:

a. Dosis antigen (terlalu banyak)

b. Lokasi dan cara menyuntik

c. Sterilisasi semprit dan jarum suntik

d. Jarum bekas pakai

13

Page 14: IMUNISASI CAMPAK

e. Tindakan aseptik dan antiseptik

f. Kontaminasi vaksin dan perlatan suntik

g. Penyimpanan vaksin

h. Pemakaian sisa vaksin

i. Jenis dan jumlah pelarut vaksin

j. Tidak memperhatikan petunjuk produsen

Kecurigaan terhadap kesalahan tata laksana perlu diperhatikan

apabila terdapat kecenderungan kasus KIPI berulang pada petugas yang

sama.

2. Reaksi suntikan

Semua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusuk jarum suntik baik

langsung maupun tidak langsung harus dicatat sebagai reaksi KIPI. Reaksi

suntikan langsung misalnya rasa sakit, bengkak dan kemerahan pada

tempat suntikan, sedangkan reaksi suntikan tidak langsung misalnya rasa

takut, pusing, mual, sampai sinkope.

3. Induksi vaksin (reaksi vaksin)

Gejala KIPI yang disebabkan induksi vaksin umumnya sudah dapat

diprediksi terlebih dahulu karena merupakan reaksi simpang vaksin dan

secara klinis biasanya ringan. Walaupun demikian dapat saja terjadi gejala

klinis hebat seperti reaksi anafilaksis sistemik dengan resiko kematian.

Reaksi simpang ini sudah teridentifikasi dengan baik dan tercantum dalam

petunjuk pemakaian tertulis oleh produsen sebagai indikasi kontra,

indikasi khusus, perhatian khusus, atauberbagai tindakan dan perhatian

spesifik lainnya termasuk kemungkinan interaksi obat atau vaksin lain.

Petunjuk ini harus diperhatikan dan ditanggapi dengan baik oleh

pelaksana imunisasi.

4. Faktor kebetulan (koinsiden)

Seperti telah disebutkan di atas maka kejadian yang timbul ini terjadi

secara kebetulan saja setelah diimunisasi. Indicator faktor kebetulan ini

ditandai dengan ditemukannya kejadian yang sama disaat bersamaan pada

14

Page 15: IMUNISASI CAMPAK

kelompok populasi setempat dengan karakterisitik serupa tetapi tidak

mendapatkan imunisasi.

5. Penyebab tidak diketahui

Bila kejadian atau masalah yang dilaporkan belum dapat dikelompokkan

kedalam salah satu penyebab maka untuk sementara dimasukkan kedalam

kelompok ini sambil menunggu informasi lebih lanjut. Biasanya denagn

kelengkapan informasi tersebut akan dapat ditentukan kelompok

penyebab KIPI.

D. Gejala Klinis KIPI

Gejala klinis KIPI dapat timbul secara cepat maupun lambat dan dapat dibagi

menjadi gejala lokal, sistemik, reaksi susunan saraf pusat, serta reaksi lainnya.

Pada umumnya makin cepat KIPI terjadi makin cepat gejalanya.

Reaksi KIPI Gejala KIPI

Lokal Abses pada tempat suntikan

Limfadenitis

Reaksi lokal lain yang berat, misalnya

selulitis, BCG-it is

SSP Kelumpuhan akut

Ensefalopati

Ensefalitis

Meningitis

Kejang

Lain-lain Reaksi alergi: urtikaria, dermatitis, edema

Reaksi anafilaksis

15

Page 16: IMUNISASI CAMPAK

Syok anafilaksis

Artralgia

Demam tinggi >38,5°C

Episode hipotensif-hiporesponsif

Osteomielitis

Menangis menjerit yang terus menerus

(3jam)

Sindrom syok septik

Dikutip dari RT Chen, 1999

Mengingat tidak ada satupun jenis vaksin yang aman tanpa efek samping, maka

apabila seorang anak telah mendapatkan imunisasi perlu diobsevasi beberapa

saat, sehingga dipastikan tidak terjadi KIPI (reaksi cepat). Berapa lama observasi

sebenarnya sulit ditentukan, tetapi pada umumnya setelah pemberian setiap jenis

imunisasi harus dilakukan observasi selama 15 menit.untuk menghindarkan

kerancuan maka gejala klinis yang dianggap sebagai KIPI dibatasi dalam jangka

waktu tertentu timbulnya gejala klinis.

Jenis Vaksin Gejala Klinis KIPI Saat timbul KIPI

Toksoid Tetanus (DPT,

DT, TT)

Syok anafilaksis

Neuritis brakhial

Komplikasi akut termasuk kecacatan

dan kematian

4 jam

2-18 hari

tidak tercatat

Pertusis whole cell

(DPwT)

Syok anafilaksis

Ensefalopati

4 jam

72 jam

16

Page 17: IMUNISASI CAMPAK

Komplikasi akut termasuk kecacatan

dan kematian

tidak tercatat

Campak Syok anafilaksis

Ensefalopati

Komplikasi akut termasuk kecacatan

dan kematian

4 jam

5-15 hari

tidak tercatat

Trombositopenia

Klinis campak pada resipien

imunokompromais

Komplikasi akut termasuk kecacatan

dan kematian

7-30 hari

6 bulan

tidak tercatat

Polio hidup (OPV) Polio paralisis

Polio paralisis pada resipien

imunokompromais

Komplikasi akut termasuk kecacatan

dan kematian

30 hari

6 bulan

Hepatitis B Syok anafilaksis

Komplikasi akut termasuk kecacatan

dan kematian

4 jam

tidak tercatat

BCG BCG-itis 4-6 minggu

Dikutip dengan modifikasi dari RT Chen, 1999

a. Angka Kejadian KIPI

KIPI yang paling serius terjadi pada anak adalah reaksi anafilaksis. Angka

kejadian reaksi anafilaktoid diperkirakan 2 dalam 100.000 dosis DPT, tetapi yang

benar-benar reaksi anafilaksis hanya 1-3 kasus diantara 1 juta dosis. Anak yang

lebih besar dan orang dewasa lebih banyak mengalami sinkope, segera atau

17

Page 18: IMUNISASI CAMPAK

lambat. Episode hipotonik/hiporesponsif juga tidak jarang terjadi, secara umum

dapat terjadi 4-24 jam setelah imunisasi.

b. Imunisasi Pada Kelompok Resiko

Untuk mengurangi resiko timbulnya KIPI maka harus diperhatikan apakah

resipien termasuk dalam kelompok resiko. Yang dimaksud dengan kelompok

resiko adalah:

1. Anak yang mendapat reaksi simpang pada imunisasi terdahulu

Hal ini harus segera dilaporkan kepada Pokja KIPI setempat dan KN PP KIPI

dengan mempergunakan formulir pelaporan yang telah tersedia untuk

penanganan segera

2. Bayi berat lahir rendah

Pada dasarnya jadwal imunisasi bayi kurang bulan sama dengan bayi cukup

bulan. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada bayi kurang bulan adalah:

a) Titer imunitas pasif melalui transmisi maternal lebih rendah dar pada

bayi cukup bulab

b) Apabila berat badan bayi sangat kecil (<1000 gram) imunisasi ditunda

dan diberikan setelah bayi mencapai berat 2000 gram atau berumur 2

bulan; imunisasi hepatitis B diberikan pada umur 2 bulan atau lebih

kecuali bila ibu mengandung HbsAg

c) Apabila bayi masih dirawat setelah umur 2 bulan, maka vaksin polio

yang diberikan adalah suntikan IPV bila vaksin tersedia, sehingga tidak

menyebabkan penyebaaran virus polio melaui tinja

3. Pasien imunokompromais

Keadaan imunokompromais dapat terjadi sebagai akibat penyakit dasar atau

sebagai akibat pengobatan imunosupresan (kemoterapi, kortikosteroid jangka

panjang). Jenis vaksin hidup merupakan indikasi kontra untuk pasien

imunokompromais dapat diberikan IVP bila vaksin tersedia. Imunisasi tetap

18

Page 19: IMUNISASI CAMPAK

diberikan pada pengobatan kortikosteroid dosis kecil dan pemberian dalam

waktu pendek. Tetapi imunisasi harus ditunda pada anak dengan pengobatan

kortikosteroid sistemik dosis 2 mg/kg berat badan/hari atau prednison 20 mg/

kg berat badan/hari selama 14 hari. Imunisasi dapat diberikan setelah 1 bulan

pengobatan kortikosteroid dihentikan atau 3 bulan setelah pemberian

kemoterapi selesai.

4. Pada resipien yang mendapatkan human immunoglobulin

Imunisasi virus hidup diberikan setelah 3 bulan pengobatan utnuk

menghindarkan hambatan pembentukan respons imun.

c. Indikasi Kontra dan Perhatian Khusus Untuk Imunisasi

Pada umumnya tidak terdapat indikasi kontra imunisasi untuk individu

sehat kecuali untuk kelompok resiko. Pada setiap sediaan vaksin selalu terdapat

petunjuk dari produsen yang mencantumkan indikasi kontra serta perhatian

khusus terhadap vaksin. Petunjuk ini harus dibaca oleh setiap pelaksana

vaksinasi. (cfs/pedoman tata laksana medik KIPI bagi petugas kesehatan)

19

Page 20: IMUNISASI CAMPAK

JADWAL IMUNISASI 2008

REKOMENDASI IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA (IDAI) PERIODE

2008

JENISVAKSIN

UMUR PEMBERIAN VAKSINASI

BULAN TAHUN

L H R

1 2 3 4 5 6 9 12 15 18 2 3 5 6 10 12

PROGRAM PENGEMBANGAN IMUNISASI (PPI diwajibkan)

BCG                              

HEPATITIS B 1 2 3

POLIO 0   1   2   3       4     5      

DTP 1 2 3 4 5 6

CAMPAK 1 2

PROGRAM IMUNISASI NON-PPI (dianjurkan)

Hib 1 2 3 4

PNEUMOKOKUS (PCV)

1 2 3 4

INFLUENZA             DIBERIKAN SETAHUN SEKALI

MMR                   1         2    

TIFOID                       ULANGAN TIAP 3 TAHUN

HEPATITIS A                      2x INTERVAL 6 - 12

BULAN

VARISELA                            

HPV                                

20

Page 21: IMUNISASI CAMPAK

Keterangan Jadwal Imunisasi Periode 2008

Vaksin

Keterangan

BCG Diberikan sejak lahir. Apabila umur > 3 bulan harus dilakukan uji tuberkulin terlebih dulu, BCG diberikan apabila uji tuberkulin negatif.

Hepatitis B HB diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan pada umur 1 dan 3-6 bulan.Interval dosis minimal 4 minggu.

Polio Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama. Untuk bayi yang lahir di RB/RS OPV diberikan saat bayi dipulangkan (untuk menghindari transmisi virus vaksin kepada bayi lain).

DTP Diberikan pada umur ³ 6 minggu, DTwP atau DTaP atau secara kombinasi dengan Hep B program BIAS SD kelas VI. atau Hib. Ulangan DTP umur

Campak Campak-1 umur 9 bulan,campak-2 diberikan pada program BIAS pada SD kl 1, umur 6 tahun.

  Vaksin Keterangan

Hib Diberikan mulai umur 2 bulan dengan interval 2 bulan. Diberikan terpisah atau kombinasi.

Pneumokokus ( PCV )

Pada anak yang belum mendapat PCV pada umur > 1 tahun PCV diberikan dua kali dengan interval 2 bulan. Pada umur 2 - 5 tahun PCV diberikan satu kali.

Influenza Umur < 8 tahun yang mendapat vaksin influenza trivalen (TIV) pertama kalinya harus mendapat 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu.

MMR MMR dapat diberikan pada umur 12 bulan, apabila belum mendapat campak 9 bulan.Umur 6 tahun diberikan untuk ulangan MMR maupun catch-up immunization.

Tifoid Tifoid polisakarida injeksi diberikan pada umur ³ 2 tahun, diulang setiap 3 tahun.

Hepatitis A Hepatitis A diberikan pada umur > 2 tahun, dua kali dengan interval 6-12 bulan.

HPV Vaksin HPV diberikan pada umur >10 tahun dengan jadwal 0, (1-2) dan 6 bulan

Sumber : Buku Pedoman Imunisasi Di

Indonesia –

IDAI Edisi III, 2008

21

Page 22: IMUNISASI CAMPAK

BAB III

STUDI KASUS

A. Contoh Kasus

22

Page 23: IMUNISASI CAMPAK

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penyakit campak disebabkan oleh virus morbilli. Tanda khasnya berupa

Koplik spot di selaput lendir pipi, dan rash kulit yang muncul pada hari ke 14

setelah terpapar virus campak. Imunisasi campak efektif untuk memberi

kekebalan terhadap penyakit campak sampai seumur hidup.

Penyakit campak yang disebabkan oleh virus yang ganas ini dapat

dicegah jika seseorang mendapatkan imunisasi campak. Jumlah pemberian

imunisasi campak diberikan sebanyak 2 kali; 1 kali di usia 9 bulan, 1 kali

di usia 6 tahun. Dianjurkan, pemberian campak ke-1 sesuai jadwal. Selain

karena antibodi dari ibu sudah menurun di usia 9 bulan, penyakit campak

umumnya menyerang anak usia balita. Jika sampai 12 bulan belum

mendapatkan imunisasi campak, maka pada usia 12 bulan harus

diimunisasi MMR (Measles Mump Rubella).

Imunisasi campak terdiri dari dosis 0,5 ml yang disuntikkan secara

Subkutan, lebih baik pada lengan atas. Pada setiap penyuntikan harus

menggunakan jarum dan syringe yang steril.

B. Saran

23

Page 24: IMUNISASI CAMPAK

Untuk mencegah terjadinya penyakit campak sebaiknya ibu harus

memberikan vaksin campak sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan agar

tidak terjadi penularan penyakit campak dan Sebaiknya jika ada satu orang

anak terkena campak, maka anak lain dianjurkan untuk tidak berdekatan

dengannya. Karena virusnya yang keluar melalui napas atau semburan ludah

(droplet) bisa terisap lewat hidung atau mulut dan akan menulari anak lain

DAFTAR PUSTAKA

Flexner, C. 1998. HIV-Protease Inhibitor. N. Engl. J.Med. 338:1281-1293

Patrick, A.K. & Potts, K.E. 1998. Protease Inhibitors as Antiviral Agents.

Clin. Microbiol. Rev. 11: 614-627.

24