Upload
yulie-ana-bani-mansyur
View
244
Download
0
Embed Size (px)
7/30/2019 REFRAT ANOREKSIA
1/35
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Remaja adalah individu baik laki-laki atau perempuan yang berada pada masa
atau usia antara anak-anak dan dewasa. Berbagai perubahan terjadi pada diri
remaja baik perubahan psikis maupun fisik. Masa remaja merupakan periode
pertumbuhan dan proses kematangan manusia, sehingga terjadi perubahan
yang sangat unik dan berkelanjutan. Masa remaja adalah masa mencari
identitas diri, adanya keinginan untuk dapat diterima oleh teman sebaya dan
mulai tertarik oleh lawan jenis yang menyebabkan remaja sangat menjaga
penampilan. (Soetjaningsih et al, 2007).
Anggapan mengenai bentuk tubuh yang menarik yang diciptakan oleh
media, teutama melalui TV, dapat mempengaruhi terbentuknya body ideal
pada remaja yang sangat menjaga penampilan mereka. Body ideal ini bukan
selalu berat badan ideal yang disarankan untuk menjaga kesehatan (Body
Mass Index), namun adalah memiliki tubuh yang langsing dapat menjadi body
idealpada remaja. Body ideal umumnya mengacu pada idola mereka yang
biasanya para selebritis atau model yang cenderung memiliki tubuh kurus,
tinggi, dan semampai yang kemudian terjebak dengan pola makan yang tidak
sehat dan mengakibatkan mereka melakukan penurunan berat badan secara
drastis. (Wade Carole, 2007).
para peneliti juga menemukan bahwa sekitar 8-20 persen remaja wanita
menggunakan cara-cara ekstrem untuk mencapai berat badan ideal. Antara lain
dengan minum pil diet, dengan sengaja memuntahkan makanannya, hingga
menggunakan obat pencahar -semua kebiasaan ini juga akan dibawa terus
hingga sepuluh tahun ke depan, ketika mereka dewasa. (Wade Carole, 2007).
Penyimpangan perilaku makan adalah sebuah pola makan yang
abnormal terkait dengan ketidakpuasan atau tekanan dalam diri seseorang yang
7/30/2019 REFRAT ANOREKSIA
2/35
sehat. Penyimpangan perilaku makan, seperti anoreksia nervosa dan bulimia
nervosa pada umumnya dialami oleh wanita serta berhubungan dengan
beberapa masalah kesehatan lainnya. (Wade Carole, 2007).
Penyimpangan perilaku makan telah muncul menjadi salah satu
penyakit kronis. Prevalensi seumur hidup dari anoreksia dan bulimia pada
wanita adalah sekitar 0,5 % - 3,7 % dan 1,1% - 4,2 % (Power PS, 2003). Di
Amerika Utara sendiri penduduknya secara keseluruhan mengalami
penyimpangan perilaku jenis makanan ini (Wardlaw & Hampl, 2007). Sejak
tahun 1980 an,prevalensi penyimpangan perilaku makan telah ditemukan pada
populasi di Asia (Fairburnn, 1999). Dalam beberapa tahun ini juga terlihat
adanya peningkatan prevalensi penyimpangan perilaku makan diantara remaja
wanita di Singapura. Informasi ini didapatkan dari penenlitian pada kelompok
kecil pasien ataupun sampel yang ada (Kok.1994;Ong,1982;Ung,1997).
Walaupun prevalensinya masih terbilang rendah di Singapura,pihak rumah
sakit menemukan adanya peningkatan jumlah kasus dari tahun 1991 sampai
tahun 1996 (Ung,1997)
Di Indonesia sendiri masih belum banyak dilakukan penelitian dan
publikasi yang melaporkan tentang penyimpangan perilaku makan. Sebuah
penelitian di kalangan remaja yang telah dilakukan oleh Tantiani (2007)
membuktikan 34,8 % remaja mengalami penyimpangan perilaku makan
dengan spesifikasi 11,6% menderita anoreksia nervosa dan 27 %
menderita bulimia nervosa.
1.2. Tujuan
a) Untuk mengetahui definisi anoreksia nervosa dan bulimia nervosa
b) Untuk mengetahui etiologi anoreksia nervosa dan bulimia nervosa
c) Untuk mengetahui tanda dan gejala anoreksia nervosa dan bulimia
nervosa
d) Untuk mengetahui faktor risiko anoreksia nervosa dan bulimia nervosa
7/30/2019 REFRAT ANOREKSIA
3/35
e) Untuk mengetahui diagnosis anoreksia nervosa dan bulimia nervosa
f) Untuk mengetahui komplikasi anoreksia nervosa dan bulimia nervosa
g) Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang anoreksia nervosa dan
bulimia nervosa
h) Untuk mengetahui terapi anoreksia nervosa dan bulimia nervosa
i) Untuk mengetahui pencegahan anoreksia nervosa dan bulimia nervosa
1.3. Manfaat
a. Menjadi bahan pembelajaran pribadi yang menambah pengetahuan serta
wawasan penulis mengenai Anoreksia Nervosa dan Bulimia Nervosa
b. Pembaca dapat memahami lebih jauh tentang Anoreksia Nervosa dan
Bulimia Nervosa
c. Dapat menambah bahan pustaka institusi
7/30/2019 REFRAT ANOREKSIA
4/35
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anoreksia Nervosa
2.1.1. Definisi
Istilah anoreksia berasal dari bahasa Yunani, a kata depan untuk
negasi dan orexis nafsu makan sehingga anoreksia berarti hilangnya atau
tidak adanya nafsu makan. Atau bisa juga diartikan anoreksia nervosa
adalah sindrom klinis di mana seseorang mengalami rasa takut yang tidak
wajar terhadap kegemukan. Gangguan makan ini di tandai dengan
penolakan makanan yang mengakibatkan berat badan berkurang sampai ke
tingkat yang membahayakan. (Neinstein LS, 2007).
Defenisi anorekasi nervosa menurut DSM-IV adalah :
1. Menolak mempertahankan berat badan pada atau diatas berat badan
normal minimal menurut usia dan tinggi badan (misalnya, menurunkanberat badan untuk mempertahankan berat badan kurang dari 85% yang
diharapkan; atau kegagalan untuk menaikan berat badan yang diharapkan
selama periode pertumbuhan, menyebabkan berat badan kurang dari 85%
dari yang diharapkan).
2. Ketakutan yang kuat mengalami kenaikan berat badan atau menjadi
gemuk, walaupun sesungguhnya memiliki berat badan kurang
7/30/2019 REFRAT ANOREKSIA
5/35
3. Gangguan dalam cara memandang berat atau bentuk badannya sendiri;
berat badan atau bentuk badan yang tidak pantas atas dasar pemeriksaan
sendiri, atau menyangkal keseriusan berat badannya yang rendah.
4. Pada wanita pascamenarki, amenore yaitu tidak ada sekurangnya tiga
siklus menstruasi berturut-turut (seorang wanita dianggap mengalami
amenore jika periodenya timbul hanya setelah pemberian hormon,
misalnya, estrogen). (Benjamin, 2010).
2.1.2. Epidemiologi
Anoreksia Nervosa sering terjadi pada usia 14-18 tahun dan ada
beberapa orang yang mengalaminya pada umur-umur yang lebih muda.
Menurut penelitian pengidap gangguan ini 90-95% diderita oleh remaja
putri dan banyak ditemukan pada golongan sosial-ekonomi menengah ke
atas. (Neinstein LS, 2007).
Anoreksia nervosa telah di laporkan lebih sering terjadi selama
beberapa dekade belakangan ini di bandingkan di masa lalu, dengan
meningkatnya laporan gangguan pada anak perempuan pubertas dan pada
laki laki. Usia yang tersering untuk onset gangguan adalah pada awal 20
tahun. Anoreksia nervosa di perkirakan terjadi pada kira kira 0.5 sampai
1% gadis remaja. Gangguan ini terja(Benjamin, 2010).di 10 20 kali lebih
sering pada wanita di bandingkan laki laki. Prevalensi wanita muda yang
memiliki beberapa gejala anoreksia nervosa tetapi yang tidak memenuhi
kriteria diagnostik diperkirakan adalah mendekati 5 %. Walaupun
gangguan awalanya di laporkan paling sering terjadi pada kelompok kelas
yang tinggi, survey epidemiologi terakhir tidak menunjukan distribusi
tersebut. Gangguan ini paling sering pada Negara yang maju, dan mungkin
ditemukan dengan frekuensi tertinggi ada wanita muda yang profesinya
memerlukan kekurusan seperti model dan penari balet. (Benjamin, 2010).
2.1.3. Etiologi
7/30/2019 REFRAT ANOREKSIA
6/35
Faktor-faktor predisposisi terjadinya AN adalah faktor biologis dan
genetic, faktor intrapersonal, faktor keluarga, faktor psikologis dan faktor
sosial budaya. Perpaduan berbagai faktor predisposisi ini menyebabkan
AN lebih tepat disebut suatu sindrom daripada suatu penyakit tertentu.
Selanjutnya dibutuhkan pendekatan biopsikososialuntuk mengevaluasi dan
mengobati penderita AN. (Benjamin, 2010).
Faktor biologis dan genetic
Disfungsi hypothalamus diketahui sebagai predisposisi timbulnya AN
pada remaja. Disamping itu kasus AN dilaporkan lebih tinggi pada remaja
kembar monozygot (50-60%) dibandingkan kembar dizigot. Riwayat
keluarga yang mempunyai penderita AN juga mempunyai resiko lebih
tinggi terkena AN. (Basant K, 2011).
Kelaparan menyebabkan banyak perubahan biokimia, beberapa
diantaranya juga ditemukan pada depresi, seperti hiperkortisolemia dan
nonsupresi oleh deksametason. Terjadi penekanan fungsi tiroid, amenore,
yang mencerminkan penurunan kadar hormonal. Kelainan tersebut dapat
dikoreksi dengan pemberian makanan kembali. Para ilmuwan menduga
bahwa terdapat ketidaknormalan dalam mekanisme otak yang mengatur
rasa lapar dan kenyang pada penderita anoreksia nervosa kemungkinan
terbesar berkaitan dengan serotonin kimiawi otak. (Basant K, 2011).
Faktor Intrapersonal
Remaja yang mengalami tingkat kecemasan yang tinggi. Mereka
cenderung introvert, obsesif dan perfeksionis. Bahkan banyak remaja yang
memiliki gangguan afektif seperti depresi. (Basant K, 2011).
Faktor KeluargaPada umumnya seorang remaja akan tumbuh dan berkembang menjadi
individu yang bebas dan mandiri sebagai persiapan untuk terlepas dari
keluarga. Namun pada keluarga yang mengalami disharmoni proses ini
terhambat. Dilaporkan bahwa ciri-ciri keluarga yang mempunyai resiko
AN pada remaja adalah keluarga yang overprotektif, kaku dengan penuh
konflik. Ibu yang mengontrol dan ayah yang jauh dari figure idola adalah
7/30/2019 REFRAT ANOREKSIA
7/35
faktor resiko timbulnya AN pada remaja dalam keluarga tersebut. (Basant
K, 2011).
Faktor psikologis dan psikodinamis
Anoreksia nervosa tampaknya merupakan suatu reaksi terhadap
kebutuhan pada remaja untuk menjadi lebih mandiri dan meningkatkan
fungsi social dan seksual. Biasanya mereka tidak mempunyai rasa otonomi
dan kemandirian, biasanya tumbuh di bawah kendali orang tua. Kelaparan
yang diciptakan sendiri (self starvation) mungkin merupakan usaha untuk
meraih pengakuan sebagai orang yang unik dan khusus. Hanya memalui
tindakan disiplin diri yang tidak lazim pasien anoreksia dapat
mengembangkan rasa otonomi dan kemandirian. (Benjamin, 2010).
Faktor sosial budaya
Kasus AN meningkat pada kelompok masyarakat yang mempercayai
bahwa tubuh yang ramping lebih menarik, mempunyai rasa percaya diri
lebih tinggi dan sukses dalam berkariri, sehingga para remaja berlomba-lomba untuk memiliki tubuh yang ramping. Puncak kejadian AN adalah
pada remaja awal dan memulai untuk hidup mandiri yang terkadang
menyebabkan timbulnya konflik dalam keluarga. Pada sub populasi
tertentu kasus AN pada remaja juga meningkat, yang dibagi menjadi dua
kelompok yaitu pertama kelompok remaja dengan kegiatan ekstrakurikuler
yang menuntut pengendalian berat badan seperti tari balet dan kelompok
kedua pada remaja yang menderita penyakit kronis seperti diabetes
melitus. (Basant K, 2011).
2.1.4. Macam-macam Anoreksia Nervosa
Varian AN perlu dibedakan antara AN primer dan sekunder dan antara bentuk
tipikal dengan atipikal. Hal ini perlu dilakukan karena berhubungan dengan
perbedaan pengobatan dan hasilnya.
AN primer dan tipikal
7/30/2019 REFRAT ANOREKSIA
8/35
Menurut Russel criteria AN primer dan tipikal meliputi : (1) membiarkan diri
kelaparan. (2) ketakutan akan hilangnya control makan sehingga menjadi gemuk,
meskipun kenyataannnya kurus dan ringan, dan (3) terjadinya amenore pada
wanita dan kehilangan gairah seksual pada pria. Sedangkan The Phipps
Psychiatric Service of the Johns Hopkins Hospitalmenggunakan criteria the
American Psychiaatric Associations third Edition of Diagnostic and
Statistical(DSM III) yaitu:
- Ketakutan menjadi gemuk yang berlebihan sehingga tejadi penurunan berat
badan secara drastis
- Gangguan akan penampila tubuh (misalnya merasa kegemukan sehingga
berusaha tidak makan)
- Penurunan berat badan sedikitnya 25% dari berat badan semula atau bila
berumur dibawah 18 tahun penurunan berat badan semula dikombinasikan dengan
berat badan berdasarkan table pertumbuhan menurun 25%
- Pada usia lanjut terjadi penolakan untuk mempertahankan berat badan di atas
nilai normal
- Tidak mengalami penyakit fisik lain yang diketahui juga dapat menurunkan
berat badan.
Kriteria tersebut diatas penting dan memiliki psikopatologi yang sama walaupun
bersifat lebih kuantitatif. Suatu proposal telahdibuat untuk merevisi kriteria diatas
dimana bukan penurunan 25 % dari berat badan yang penting, akan tetapi
penolakan untuk memelihara berat badan yang normal. Criteria yang dikehendaki
juga menambahkan suatu syarat yaitu minimal 3 bulan amenore (meskipun tidak
berlaku untuk laki-laki). (Neinstein LS, 2007).
Diagnosis AN sebaiknya dipertimbangkan bila setiap anak remaja yang mulai dietberkepanjangan sampai berat badan dibawah normal, khususnya bila terdapat
pemikiran untuk menghindari makanan karena rasa rakut akan gemuk dan distorsi
persepsi yang berlebihan akan bentuk/ukuran tubuh meskipun sindrom ini sering
ditemukan pada remaja perempuan, namun perlu juga dipertimbangkan pada
remaja pria apabila dijumpai gejala yang sama. Pada decade terakhir ini terjadi
peningkatan usaha merampingkan tubuh melalui latihan dan pembatasan makanan
baik pada pria maupun wanita. (Neinstein LS, 2007).
7/30/2019 REFRAT ANOREKSIA
9/35
AN sekunder dan tipikal
Istilah AN sekunder digunakan untuk kondisi dimana penurunan berat badan
diketahui sebagai akibat kelainan medis atau ganguan psikiatri. Implikasi dari
diagnosis ini adalah pendekatan terapi terhadap penyakit yang mendasari bukan
anoreksianya saja.sebagai contohterapi penyakit depresi dengan obat anti
depressan sehingga dapat memperbaiki penurunan berat badan penderita.
(Neinstein LS, 2007).
Kelainan medis yang dapat menimbulkan penurunan berat badan adalah penyakit
system saraf (terutama tumor hipotalamus), penyakit endokrin (tiroid,
adrenal,pituitary), malabsorpsi, dan diabetes melitus) sedangkan kelainan psikiatri
adalah depresi, keadaan depresi, keadaan obsesif (globus hystericus), penyalah
gunaan obat stimulandan schizophrenia. (Neinstein LS, 2007).
Klasifikasi Anoreksi nervosa menurut DSM :
A. Restricting type, yaitu selama periode anoreksia nervosa, penderita tidak
secara reguler melakukan praktek binge-eating atau purging behaviour
(contoh, muntah yang disengaja, penyalahgunaan laksatif, diuresis atau
enema)
B. Binge eating/purging type, yaitu selama periode anoreksia nervosa,
penderita secara reguler melakukan praktek binge-eating atau purging
behaviour (contoh, muntah yang disengaja, penyalahgunaan laksatif,
diuresis atau enema). (Benjamin, 2010).
2.1.5. Manifestasi Klinis
Sindrom anoreksia nervosa biasanya dimulai sebelum atau segera setelah
pubertas, tetapi banyak juga yang timbul kemudian ( biasanya pada pertengahan
dua puluhan ). Banyak pasien yang kelebihan berat badan di masa anak anak.
Tanpa mempertimbangkan penurunan berat badan di hebat, pasien menyangkal
merasa lapar, kurus atau lelah. Mereka seringkali aktif secara fisis, dan olahraga
rutin dalah umum. Setelah makan di ikuti oleh senam atau lari. Jika lingkungan
sosial mengharuskan mereka untuk makan lebih banyak dari biasanya, muntah di
induksi sesegera mungkin, sering dalam kamar kecil umum.
7/30/2019 REFRAT ANOREKSIA
10/35
Tingkah laku makan
Perubahan yang mencolok terjadi adalah tingkah laku makan dimana penderita
membatasi asupan makanan secara berlebihan terutama makanan yang berkalori
tinggi. Makanan dipotong menjadi beberapa bagian dan dibuat sedemikian rupa
sehingga tidak menarik dengan bumbu yang berlebihan atau campuran yang tidak
wajar. Beberapa dari penderita menggunakan minuman keras untuk membatasi
rasa takut akan kegemukan dan berusaha untuk menjadi kurus. (Berhman, 1999).
Distorsi penampilan tubuh
Suatu gambaran yang khas dari penderita AN adalah adanya
penyimpangan/distorsi tentang persepsi penampilan tubuh yaitu estimasi yang
berlebihan tentang ukuran tubuh. Sejumlah cara telah dibuatuntuk menguji gejala
ini. slade dan Russel menggunakan seperangkat lampu cahaya yang dapat
bergerak dalam suatu ruangan gelap penderita menunjukan bahwa lebar muka,
punggung, pinggang dan pingul telah dicapai sesuai keinginan. Garfinkel dan
kelompoknya menggunakan lensa-lensa distorsi dan membiarkan penderita untuk
mengidentifikasi ukuran yng di rasakan. Penderita AN mengestimasikan ukuran
tubuhnya secara berlebihan hingga 20% sampai 80% diatas ukuran sebenarnya.
Dengan menggunakan On Draw A Person Testing penderita AN
menggambarkan bahwa dirinya lebih besar dari yang sesungguhnya, tetapi bila
diminta untuk menggambarkan dirinya seperti apa yang dilihat dokter
memberikan respon dengan perhatian yang sedikit. (Neinstein LS, 2007).
2.1.6. Faktor Risiko
Anorexia lebih banyak terjadi pada wanita meskipun baik laki-laki
maupun wanita dapat juga mengalami anorexia.
Anorexia lebih umum terjadi pada mereka yang berusia remaja.
Genetik. Para ahli menemukan area pada kromosom 1 menunjukkan
hubungan peningkatan risiko anorexia nervosa. Sebagai tambahan,
anorexia nervosa menurun pada keluarga.
7/30/2019 REFRAT ANOREKSIA
11/35
Mereka yang mengalami kenaikan berat badan akan merasa rendah
diri. Perubahan berat badan ini akan memicu seseorang untuk
memulai diet yang ekstrim.
Masa transisi. Ketika baru pindah sekolah, rumah atau pekerjaan,
putusnya hubungan, atau kematian atau sakit yang diderita oleh
mereka yang dicintai, perubahan tersebut dapat membawa tekanan
emosional dan meningkatkan risiko anorexia nervosa.
Olahraga, pekerjaan dan aktivitas seni. Beberapa bidang pekerjaan,
olahraga dan seni yang menuntut tubuh kurus dapat meningkatkan
risiko anorexia bagi mereka yang berkecimpung di dalamnya.
Media yang secara rutin menunjukkan gambar model dan aktor yang
kurus dapat membuat penggemarnya ingin memiliki tubuh seperti
mereka dan menempatkan risiko anorexia terhadap mereka yang ingin
seperti model dan aktor tersebut.
Gejala gejala Anoreksia Nervosa
1. Penurunan berat badan yang drastic 9. sangat sensitive
terhadap temperature
dingin
2. Hiperaktif 10. denyut nadi rendah
3. Latihan Berlebihan 11. memisahkan diri dari
keluarga dan teman-
teman
4. Kerancuan gambaran tentang tubuh 12. gugup pada waktu
malam
5. Sangat takut menjadi gemuk 13. mudah menangis,
gelisah, sangat sensitive,
kurang istirahat
6. Tidak mengalami haid bagi wanita 14. menghabiskan banyak
waktu bekerja atau
7/30/2019 REFRAT ANOREKSIA
12/35
belajar
7. Rambut Rontok 15. memotong makanan
menjadi bagian-bagian
kecil dan bermain
dengannya.
8. Bulu-bulu rambut memanjang 16. memakai baju
longgar dan berlapis
Faktor Risiko
Anorexia lebih banyak terjadi pada wanita meskipun baik laki-laki
maupun wanita dapat juga mengalami anorexia.
Anorexia lebih umum terjadi pada mereka yang berusia remaja.
Genetik. Para ahli menemukan area pada kromosom 1 menunjukkan
hubungan peningkatan risiko anorexia nervosa. Sebagai tambahan,
anorexia nervosa menurun pada keluarga.
Mereka yang mengalami kenaikan berat badan akan merasa rendah
diri. Perubahan berat badan ini akan memicu seseorang untuk
memulai diet yang ekstrim.
Masa transisi. Ketika baru pindah sekolah, rumah atau pekerjaan,
putusnya hubungan, atau kematian atau sakit yang diderita oleh
mereka yang dicintai, perubahan tersebut dapat membawa tekanan
emosional dan meningkatkan risiko anorexia nervosa.
Olahraga, pekerjaan dan aktivitas seni. Beberapa bidang pekerjaan,
olahraga dan seni yang menuntut tubuh kurus dapat meningkatkan
risiko anorexia bagi mereka yang berkecimpung di dalamnya.
Media yang secara rutin menunjukkan gambar model dan aktor yang
kurus dapat membuat penggemarnya ingin memiliki tubuh seperti
7/30/2019 REFRAT ANOREKSIA
13/35
mereka dan menempatkan risiko anorexia terhadap mereka yang ingin
seperti model dan aktor tersebut. (David A, 2003).
Diagnosis
Pedoman diagnostic Anoreksia Nervosa menurut PPDGJ-III adalah :
Mempunyai ciri khas gangguan adalah mengurangi berat badan dengan
sengaja, dipacu dan atau dipertahankan oleh penderita.
- Untuk suatu diagnosis yang pasti dibutuhkan semua hal seperti di bawah
ini, yaitu:
Berat badan tetap dipertahankan 15% di bawah yang seharusnya ( baik
yang berkurang maupun yang tidak tercapai) atau Quetelets body mass
index adalah 17,5% atau kurang.
Berkurangnya berat badan dilakukan sendiri dengan menghindari makanan
yang mengandung lemak dan salah satu hal di bawah ini :
o Merangsang muntah oleh dirinya sendiri
o Menggunakan pencahar
o Olah raga berlebihan
o Menggunakan obat penahan nafsu makan dan atau diuretika.
o Terdapat distorsi body image dalam psikopatologi yang spesifik
dimana ketakutan gemuk terus menerus menyerang penderita,
penilaian yang berlebihan terhadap berat badan yang rendah.
o Adanya gangguan endokrin yang meluas, melibatkan
hypothalamic-piyuitary-gonadal aksis, dengan manifestasi pada
wanita sebagai amenore dan pada pria suatu kehilangan minat dan
7/30/2019 REFRAT ANOREKSIA
14/35
potensi seksual. Juga dapat terjadi kenaikan hormon pertumbuhan,
kortisol, perubahan metabolisme peripheral dari hormone tiroid,
dan sekresi insulin abnormal.
o Jika onset terjadinya pada masa prubertas, perkembangan prubertas
tertunda atau dapat juga tertahan. Pada penyembuhan, prubertas
kembali normal, tetapi menarche terlambat. (Rusdi, 2001).
Pemeriksaan laboratorium
Tidak ada tes laboratorium tunggal yang mutlak mambantu menegakan
diagnosa anoreksia nervosa. Urutan uji saring laboratorium adalah diperlukan
pada orang yang memenuhi criteria anoreksia nervosa. Tes tersebut dapat berupa
elektrolit serum dan tes fungsi ginjal, tes glukosa, EKG, kadar kolesterol, test
supresi deksametason, dan kadar karoten. Klinisi mungkin menemukan penurunan
hormon tiroid, penurunan glukosa serum, nonsupresi kortisol setelah
deksametason, hipokalemia, peningkatan nitrogen urea darah, dan
hiperkolesterolemia.
Komplikasi
Kurangnya vitamin, mineral, dan anemia.
Denyut jantung tidak teratur.
Gangguan tiroid.
Gagal ginjall.
Hipotermia
Hipotensi
Edema dependen
Lanugo
7/30/2019 REFRAT ANOREKSIA
15/35
Infertilasi
Osteoporosis
Gagal jantung
Kematian (paling lazim disebakan oleh kelaparan, bunuh diri atau
ketidakseimbangan elektrolit). (Behrman, 1999).
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding anoreksia nervosa adalah dipersulit oleh penyangkalan
pasien tentang gejalanya, kerahasiaan di sekitar ritual makan pasien yang aneh
dan penolakan pasien untuk mencari pengobatan. dibawah ini adalah diagnosis
banding untuk anoreksia nervosa.
1. Anoreksia nervosa harus dibedakan dengan dengan kekurusan pada
umumnya, terlalu kurus, tetapi penurunan berat badannya kurang dari 15%
berat badan normal. Pemikiran sekarang diperkirakan, bahwa anoreksia
nervosa adalah gangguan yang khusus, dan tidak mencerminkan
penurunan berat badan yang berlanjut.
2. Gangguan organic, seperti tumor otak yang melibatkan jaras
hypothalamus-pituitary, penyakit Addison, Diabetes Mellitus, dan
gangguan gastrointestinal.
3. Gangguan psikologi, pada umumnya pasien depresi mengalami suatu
penurunan nafsu makan, sedangkan pada anoreksia nervosa mengaku
memiliki nafsu makan yang normal dan merasa lapar. Pada agitasi
depresif, hiperaktifitas yang ditemukan pada anoreksia nervosa adalah
direncanakan dan merupakan ritual. Preokupasi dengan makanan yang
mengandung kalori, resep makanan dan persiapan pesta pencicipan
makanan adalah tipikal pada pasien anoreksia nervosa dan tidak ditemukan
pada penderita gangguan depresif. Dan pada pasien dengan gangguan
7/30/2019 REFRAT ANOREKSIA
16/35
depresif tidak memiliki ketakutan yang kuat akan kegemukan atau
gangguan citra tubuh, seperti yang dimiliki oleh pasien anoreksia nervosa.
4. Fluktuasi berat badan, muntah dan penanganan makanan yang aneh dapatterjadi pada gangguan somatisasi. Pada umumnya, penurunan berat badan
pada gangguan somatisasi tidak menunjukan ketakutan morbid akan
menjadi kegemukan seperti yang sering di temukan pada pasien dengan
gangguan somatisasi tidak menunjukan ketakutan morbid akan menjadi
kegemukan, seperti yang sering di temukan pada pasien dengan anoreksia
nervosa.
5. Anoreksia nervosa harus di bedakan dari bulimia nervosa, suatu gangguan
dimana pesta makan episodic, di ikuti oleh mood depresif, pikiran
menyalahkan diri sendiri, dan sering kali muntah yang di induksi diri
sendiri terjadi saat pasien mempertahankan berat badannya dalam rentang
normal selain itu pada bulimia nervosa pasien jarang mengalami
penurunan berat badan 15 %. (Benjamin, 2010).
PENATALAKSANAAN
Terapi yang menyeluruh dibutuhkan untuk menangani kasus anoreksia
nervosa, termasuk didalamnya hospitalisasi jika dibutuhkan dan psikoterapi
terhadap individu dan keluarganya.
Hospitalisasi
Pertimbangan utama dalam penanganan anoreksia nervosa adalah
mengembalikan keadaan gizi pasien, sebab dehidrasi, kelaparan dan
gangguan keseimbangan elektrolit dapat menyebabkan masalah kesehatan
yang serius. Bahkan pada beberapa kasus, kematian, keputusan untuk
menghospitalisasi pasien didasarkan pada kondisi medis umum pasien dan
menjamin kerja sama pasien. (Benjamin, 2010).
7/30/2019 REFRAT ANOREKSIA
17/35
Indikasi rawat inap mencakup setiap hal berikut ini :
a) Berat badan pasien 70 % berat badan ideal.
b) Gagasan bunuh diri yang menetap.
c) Keperluan menghentikan obat pencahar, pil diet atau diuretic.
d) Kegagalan pengobatan rawat jalan.
1. Perawatan di rumah sakit. Clinical harus memutuskan pasien mana yang
harus diberi perawatan di rumah sakit, dan yang tidak harus.
1) kehilangan energi yang banyak, pada umumnya, pasien anoreksia
nervosa yang berada 20% di bawah berat badan yang diharapkan
untuk tinggi badannya adalah dianjurkan untuk program rawat
inap, dan pasien yang berada 30% di bawah berat badan yang
diharapkan memerlukan perawatan rumah sakit psikiatrik yang
terentang dari dua sampai 6 bulan..
2) Hypokalemi (
7/30/2019 REFRAT ANOREKSIA
18/35
pasien tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang
besar sekali makan.
2. Keinginan untuk menaikan berat badan harus disesuaikandengan pendidikan pasien
3. Setiap pagi pasien harus ditimbang setiap pagi, setelah
mengosongkan kandung kemihnya dan sebelum sarapan
4. Mengkuatkan kembali keinginan pasien untuk
meningkatkan berat badannya.
5. Jika pasien tidak lagi tirah baring, pasien harus diawasi
selama 2 jam setelah makan. Hal ini dilakukan agar pasien
tidak memuntahkan makanannya.
6. Pemberian makan secara paksa dilakukan jika pasien
mengalami penurunan berat badan yang drastic, dan
membahayakan jiwa pasien. (Benjamin, 2010).
Psikoterapi
Mayoritas pasien anoreksia nervosa membutuhkan intervensi yang
berlanjut setelah keluar dari rumah sakit. Bahkan dalam kasus yang kurang
parah. Hospitalisasi bahkan tidak dibutuhkan karena kebanyakan pasien
mengalami gangguan pada masa remaja tetapi keluarga adalah bagian dari
rencana terapi. Meskipun psikodinamik terapi tidak dibutuhkan pada
tingkatan awal terapi, terutama jika pasien anoreksia nervosa dalam
kelaparan.(Benjamin, 2010).
Terapi biologis
i. Cyproheptadine hydrochloride, merupakan antagonis antihistamine dan
serotonin, telah terbukti efektif sebagai stimulus untuk pasien anoreksia nervosa
yang mempunyai sedikit efek samping. Dosis harian adalah 8mg peroral dan
dinaikan 32mg/hari pada akhir minggu kedua.
7/30/2019 REFRAT ANOREKSIA
19/35
ii.Amitrypline, dimulai dengan dosis 50mg/hari dan dinaikan perlahan-lahan
sampai 150mh/hari. Obat ini terbukti bermanfaat untuk pasien anoreksia nervosa,
biasanya pasien mengalami panaikan berat badan, biasanya digunakan untuk
pasien dengan gangguan depresi.
iii.Alprazolam, 0,25mg, setiap 1 jam sebelum makan, diperuntukan untuk pasien
yang mengalami anxietas yang berat.(Benjamin, 2010).
Penatalaksanaan penderita rawat jalan
Penderita AN dapat menjalani rawat jalan apabila penurunan berat badan tidak
drastic, tidak menunujukan kepribadian yang abnormal, dan keluarga tidak
mengalami stress yang berat.
Beberapa cara yang dapat membantu penatalaksanaan penderita AN yang
menjalanirawat jalan adalah sebagai berikut.
1. Penderita diminta untuk menyimpan catatan penting tentang apa, dimana
dan kapan penderita makan, tanggapan emosional, dan kejadian-kejadian
penting lainnya.
2. Harus dibina hubungan kerjasama antara penyaji dan penderita dimana
keduanya merasakan bahwa mereka mempunyai suatu tujuan yang harus
dicapai dalam pengobatan.
3. Penekanan tentang rehabilitasi nutrisi secara simultan.
Pencegahan
Cara yang efektif untuk mencegah AN tidak ada, namun ada beberapa
cara yang mungkin berguna untuk mencegah AN. Cara-cara tersebut
diantaranya adalah penyebar luasan informasi tentang tanda-tanda dan gejala
AN secara dini dan melakukan penanganan secara dini pula; mengubah
persepsi masyarakat bahwa tubuh yang langsing bukan satu-satunya daya
tarik seseorang dan cermin kesuksesan berkarir; dan pendidikan yang
memadai tentang nutrisi serta penjelasan mengenai AN pada sekolah-sekolah
7/30/2019 REFRAT ANOREKSIA
20/35
menengah. Kemudian sangat diperlukan kewaspadaan orang tua, guru atau
yang lain terhadap anak remaja yang mulai berdiet.
PROGNOSIS
Pada umumnya prognosis adalah tidak baik. Pada mereka yang telah
mencapai berat badan ideal kembali, preokupasi dengan makanan dan
berat badan sering kali terus terjadi, hubung social sering kali buruk, dan
banyak pasien mengalami depresi. Namun respon jangka pendek pien
terhadap hamper semua program pengobatan rumh sakit adalah baik.
indikator suatu hasil yang baik adalah pengakuan rasa lapar, sedikit
penyangkalan, kurangn imaturitas, dan peningkatan harga diri. (Benjamin,
2010).
Bulimia Nervosa
Definisi
Bulimia berasal dari bahasa Yunani bous yang artinya sapi atau
kerbau, dan limos yang artinya rasa lapar. Gambaran dari istilah tersebut
adalah makan yang terus menerus, seperti sapi yang memamah biak.
Bulimia nervosa adalah gangguan makan yang melibatkan episode
berulang-ulang dari tindakan makan berlebihan (binge) tak terkontrol yang
diikuti dengan tindakan kompensatoris untuk mengenyahkan makanan itu
(Neinstein LS, 2007).Menurut edisi revisi keempat Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders (DSM-IV-TR), bulimia nervosa didefinisikan sebagai
makan berlebihan dikombinasi dengan kebiasaan yang tidak tepat untuk
menghentikan penambahan berat badan. Penyelaan sosial atau gangguan
fisik yaitu, nyeri abdomen atau mual menghentikan makan berlebihan,
yang sering kali diikuti oleh rasa bersalah, depresi, atau muak terhadap diri
sendiri. Tidak seperti pasien anoreksia nervosa, pasien dengan bulimia
7/30/2019 REFRAT ANOREKSIA
21/35
nervosa dapat mempertahankan berat badan yang normal. (Benjamin,
2010).
Epidemiologi
Bulimia nervosa lebih sering daripada anoreksia nervosa. Perkiraan bulimia
nervosa berkisar dari 1 hingga 3 persen pada perempuan muda. Seperti anoreksia
nervosa, bulimia nervosa secara signifikan lebih lazim pada perempuan
dibandingkan laki-laki, tetapi awitannya lebih sering terjadi pada masa remaja
yang lebih akhir dibandingkan dengan awitan anoreksia nervosa. Menurut DSM-
IV-TR, angka kejadian pada laki-laki adalah sepersepuluh angka kejadian pada
perempuan. Awitan bahkan dapat terjadi pada masa dewasa awal. Gejala bulimia
nervosa yang kadang-kadang terjadi, seperti episode terpisah makan berlebihan
dan mengeluarkan kembali, dilaporkan pada hampir 20 persen mahasiswi
perempuan. Bulimia nervosa sering terdapat pada perempuan berberat badan
normal, tetapi kadang-kadang pasien memiliki riwayat obesitas. Di negara
industri, prevalensinya kira-kira 1 persen populasi umum. (Benjamin, 2010).
Etiologi
Faktor Biologis
Beberapa peneliti berupaya menghubungkan perilaku makan berlebihan dan
mengeluarkannya kembali dengan berbagai neurotransmiter. Oleh karena
antidepresan sering bermanfaat bagi pasien bulimia nervosa dan serotonin
dikaitkan dengan perasaan puas, serotonin dan norepinefrin telah dilibatkan di
sini. Oleh karena kadar endorfin plasma meningkat pada pasien bulimia nervosa
yang muntah, perasaan nyaman setelah muntah yang dialami beberapa pasien ini
mungkin diperantarai oleh meningkatnya kadar endorfin. Menurut DSM-IV-TR,
terdapat peningkatan frekuensi bulimia nervosa pada kerabat derajat pertama
orang dengan gangguan ini. (Benjamin, 2010).
Faktor Sosial
7/30/2019 REFRAT ANOREKSIA
22/35
Pasien bulimia nervosa, seperti pasien anoreksia nervosa, cenderung memiliki
standar yang tinggi dan memberikan respons terhadap tekanan sosial yang
menuntut orang untuk ramping. Seperti pada pasien anoreksia nervosa, banyak
pasien bulimia nervosa mengalami depresi dan depresi familial yang meningkat,
tetapi keluarga pasien bulimia nervosa umumnya kurang dekat dan lebih memiliki
konflik dibandingkan keluarga pasien anoreksia nervosa. Pasien bulimia nervosa
menggambarkan orang tuanya sebagai orang tua yang mengabaikan dan lalai.
(Benjamin, 2010).
Faktor Psikologis
Pasien bulimia nervosa, sama dengan pasien anoreksia nervosa, memiliki
kesulitan dengan tuntutan masa remaja, tetapi pasien bulimia nervosa lebih
terbuka, pemarah dan impulsif daripada pasien anoreksia nervosa. Ketergantungan
alkohol, mengutil, dan kelabilan emosional (termasuk upaya bunuh diri)
menyebabkan dengan bulimia nervosa. Pasien-pasien ini umumnya merasa
perilaku makan yang tidak terkendalinya lebih ego-distonik dibandingkan pada
pasien anoreksia nervosa sehingga lebih mudah untuk mencari pertolongan.
(Benjamin, 2010).
Pasien bulimia nervosa tidak memiliki kendali superego dan kekuatan ego,
berbeda dengan pasien anoreksia nervosa. Kesulitan mengendalikan impuls
mereka sering ditunjukkan dengan ketergantungan terhadap zat serta hubungan
seksual yang merusak diri, di samping makan berlebihan dan mengeluarkan
kembali yang menandai gangguan ini. Kebanyakan pasien bulimia nervosa
memiliki riwayat kesulitan berpisah dengan pengasuh, yang ditunjukkan dengan
tidak adanya objek transisional selama tahun awal masa kanak-kanaknya.
Sejumlah klinisi mengamati bahwa pasien bulimia nervosa menggunakan
tubuhnya sendiri sebagai objek transisional. Pergulatan dalam perpisahan dengan
figur ibu ditunjukkan melalui ambivalensi terhadap makanan; makan dapat
menunjukkan keinginan untuk menyatu dengan pengasuh dan mengeluarkan
kembali makanan yang telah ditelan secara tidak sadar dapat menunjukkan
keinginan untuk berpisah. (Benjamin, 2010).
7/30/2019 REFRAT ANOREKSIA
23/35
Manifestasi Klinis
BN memiliki beberapa cirri khas yaitu binge eating, purging, dan body image
disertai dengan gangguan psikologi berupa depresi.
Binge Eating
Binge eating artinya mengkonsumsi makanan yang banyak dalam periode waktu
yang singkat. Pada saat spisode binge terjadi kehilangan kendali terhadap
makanan. Penderita BN dapat mengkonsumsi makanan sekitar 3000 7000 kkal per
episode binge. Episode binge sring timbul pada waktu yang sama setiap hari atau
timbul sebagai akibat rangsangan emosional seperti depresi, jemu atau marah dan
kemudian di ikuti oleh periode puasa berkepanjangan. (Neinstein LS, 2007).
Purging
Penderita BN menempuh beberapa cara untuk menolak dampak dari makanan
yang berlebihan. Paling sering adalah dengan cara memuntahkan makanan dengan
jalan merangsang faring atau secara spontan dengan menggunakan sirup ipecac.
Disamping itu, cara lainnya adalah menggunakan laksan, diuretik, dan enema
serta dengan jalan melakukan latihan fisik berlebihan. (Neinstein LS, 2007).
Body image.
Penderita BN memiliki persepsi yang keliru tentang berat badan dan bentuk
tubuhnya. Mereka mereasa kelebihan berat badan atau gemuk, meskipun pada
kenyataannya berat badannya dalam batas normal. Persepsi yang keliru ini
menyebabkan penderita BN berusaha menurunkan berat badannya. Sebaliknya
pada saat tertentu terjadi kehilangan kontrol terhadap pembatasan makan,
sehingga timbul episode binge eating. (Neinstein LS, 2007).
Depresi
Gejala psikologis penderita BN adalah depresi. Pengelaman episode binge eatingdan purging menimbulkan rasa bersalah, penyesalan yang dalam dan perasaan
malu. Sebaliknya keadaan depresi juga menyebabkan timbulnya gangguan makan
dan episode binge. (Isselbacher, 2009).
Gejala dan teknis klinis
Gejala-gejala dan tanda klinis adalah sebagai berikut:
1. Sering Muntah 8. Lemah, sakit kepala, pusing
7/30/2019 REFRAT ANOREKSIA
24/35
2. Susah menelan, makanan lebih
banyak ditahan dalam mulut
9. Tidak komunikatif
3. Kelenjar Membengkak 10. Memakan apa saja
4. Bengkak di muka (bawah pipi) 11. Sering berubah BB sesuai
pergantian puasa dan pesta makan
besar
5. Kerusakan pada kerongkongan 12. Terlalu memperhatikan penampilan
fisik
6. Pembuluh darah mata pecah 13. Suka Menyisihkan sedikit uang
untuk pesta-pesta makan malam7. Kehilangan lapisan email gigi
Tabel . Kriteria Riset DSM-IV-TR Gangguan Makan Berlebihan
A. Episode makan berlebihan yang berulang. Episode ini ditandai dengan
kedua hal berikut ini:
1. Makan, untuk waktu yang berbeda (cth., dalam periode waktu 2 jam),
jumlah makanan yang jelas lebih besar daripada yang dapat dimakanoleh sebagian besar orang selama periode waktu yang sama dan dalam
keadaan yang sama.
2. Rasa kehilangan kendali terhadap makan selama episode ini (cth.,
perasaan bahwa ia tidak dapat berhenti makan atau mengendalikan apa
atau berapa banyak yang dimakan).
B. Episode makan berlebihan disertai tiga hal (atau lebih) berikut ini:
1. Makan lebih cepat dari normal
2. Makan sampai merasa sangat kenyang hingga terasa tidak nyaman
3. Makan makanan dengan jumlah besar meskipun secar fisik tidak lapar4. Makan sendirian karena malu akan banyaknya makanan yang
dimakannya
5. Merasa jijik dengan dirinya sendiri, depresi, atau sangat bersalah
setelah makan berlebihan
C. Distress yang nyata karena makan berlebihan.
D. Makan berlebihan terjadi rata-rata, sedikitnya 2 hari dalam seminggu
selama 6 bulan.
Catatan: metode untuk menentukan frekuensi berbeda dengan yang
digunakan untuk bulimia nervosa; riset di masa mendatang harus
menyelesaikan apakah metode untuk mengatur frekuensi ambang yang
7/30/2019 REFRAT ANOREKSIA
25/35
lebih disukai adalah dengan menghitung jumlah hari terjadinya makan
berlebihan atau menghitung jumlah episode makan berlebihan.
E. Makan berlebihan tidak dikaitkan dengan perilaku kompensatorik yang
tidak tepat secara teratur (cth., mengeluarkan makanan kembali, puasa,olah raga berlebihan) dan tidak hanya terjadi selama perjalanan gangguan
anoreksia nervosa atau bulimia nervosa.
(Dari American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical
Manual of MentalDisorder. 4th ed. Text rev. Washington, DC: American
Psychiatric Association; coyright 2000, dengan izin.)
Faktor Risiko
Situasi dan kejadian tertentu dapat meningkatkan risiko mengalami
gangguan makan. Faktor risiko tersebut antara lain:
Wanita
Berusia remaja dan awal kedewasaan
Faktor keturunan
Diet yang berlebihan
Pengaruh keluarga yang memberikan kritik pada bentuk dan
berat badan
Gangguan emosional
Olahraga, pekerjaan dan aktifitas seni yang mengharuskan
untuk bertubuh kurus dan ideal. (David A, 2003).
Diagnosis
7/30/2019 REFRAT ANOREKSIA
26/35
Menurut DSM-IV-TR, sekarang ini gambaran penting pada bulimia nervosa
adalah bila (1) episode berulang makan berlebihan (dua kali seminggu atau lebih)
paling sedikit selama tiga bulan; (2) perilaku kompensatorik dipraktekkan setelah
makan berlebihan untuk mencegah penambahan berat badan, muntah yang
dicetuskan sendiri, penyalahgunaan laksatif, diuretik, atau penyalahgunaan emetik
(80 persen kasus), dan umumnya makin berkurang, berpuasa dan olah raga
berlebihan (20 persen kasus); (3) sesungguhnya tidak menurunkan berat badan
seperti pada anoreksia nervosa; dan (4) pasien yang mempunyai ketakutan tidak
wajar akan kegemukan, bersikeras untuk mengendalikan kekurusan badan, atau
keduanya dan jumlah tidak seimbang dari evaluasi diri terus-menerus yang terlalu
dipengaruhi bentuk dan berat badan. Ketika membuat diagnosis dari bulimia
nervosa, klinisi harus memeriksa kemungkinan bahwa pasien sebelumnya
mempunyai pengalaman singkat atau telah lama menderita anoreksia nervosa.
Sekarang ini diperkirakan separuh dari mereka menderita bulimia nervosa. Makan
berlebihan biasanya didahului dengan muntah kira-kira 1 tahun. (Isselbacher,
2009).
Tabel Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR Bulimia Nervosa
A. Episode makan berlebihan berulang. Episode ini ditandai dengan kedua hal
berikut ini:
1. Makan, dalam periode waktu terpisah (cth., dalam periode waktu 2
jam), jumlah makanan yang jelas lebih besar daripada yang dapat
dimakan oleh sebagian besar orang selama periode waktu yang sama
dan dalam keadaan yang sama.
2. Rasa tidak adanya kendali terhadap makan selama episode ini (cth.,
perasaan bahwa ia tidak dapat berhenti makan atau mengendalikan apaatau berapa banyak yang dimakan).
B. Perilaku kompensatorik berulang yang tidak tepat untuk mencegah
kenaikan berat badan, seperti muntah yang diinduksi sendiri;
penyalahgunaan laksatif, diuretik, enema, atau obat lain; berpuasa; atau
olah raga berlebihan.
C. Makan berlebihan dan perilaku kompensatorik yang tidak tepat ini
keduanya ada, rata-rata setidaknya dua kali seminggu selama 3 bulan.
D. Evaluasi diri terlalu dipengaruhi bentuk dan berat badan.
E. Gangguan ini tidak hanya terjadi selama episode anoreksia nervosa.
7/30/2019 REFRAT ANOREKSIA
27/35
Tentukan tipenya:
Tipe mengeluarkan kembali makanan: selama episode bulimia nervosasaat ini, orang tersebut secara teratur terlibat di dalam muntah yang diinduksi
diri sendiri atau penyalahgunaan laksatif, diuretik atau enema.
Tipe tidak mengeluarkan kembali makanan: selama episode bulimia
nervosa saat ini, orang tersebut menggunakan perilaku kompulsatorik yang
tidak tepat lainnya, seperti berpuasa atau olah raga berlebihan, tetapi tidak
secara teratur muntah yang diinduksi oleh diri sendiri atau penyalahgunaan
laksatif, diuretik atau enema.
(Dari American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical
Manual of MentalDisorder. 4th ed. Text rev. Washington, DC: American
Psychiatric Association; coyright 2000, dengan izin.)
Muntah lazim terjadi dan biasanya dipicu dengan cara mencolokkan jari ke dalam
tenggorok walaupun beberapa pasien bisa muntah jika mereka menginginkannya.
Muntah mengurangi nyeri abdomen dan perasaan kembung serta memungkinkan
pasien terus makan tanpa takut akan kenaikan berat badan. Depresi, kadang-
kadang disebut postbinge anguish, sering menyertai episode ini. Selama makan
berlebihan, pasien memakan makanan manis, berkalori tinggi, dan umumnya
lembut atau teksturnya halus, seperti cake dan pastry. Beberapa pasien lebih
menyukai makanan yang besar tanpa memandang rasanya. Makanan dimakan
diam-diam dan dengan cepat bahkan kadang-kadang tidak dikunyah. (Benjamin,
2010).
Sebagian besar pasien bulimia nervosa berat badannya berada di dalam kisaran
normal, tetapi beberapa berbdan kurang atau berlebihan. Pasien ini khawatir akan
citra tubuh dan penampilan mereka, khawatir mengenai pandangan orang terhadap
mereka, dan khawatir akan daya tarik seksual mereka. Sebagian besar mereka
aktif secara seksual, dibandingkan dengan pasien anoreksia nervosa, yang tidak
tertarik terhadap seks. Pika dan pergulatan saat makan kadang-kadang terungkap
dalam anamnesis pasien bulimia nervosa. (Benjamin, 2010).
7/30/2019 REFRAT ANOREKSIA
28/35
Bulimia nervosa terdapat pada pasien dengan angka gangguan mood dan
gangguan kendali impuls yang tinggi. Bulimia nervosa juga dilaporkan terjadi
pada orang dengan risiko tinggi untuk gangguan terkait zat serta berbagai
gangguan kepribadian. Pasien bulimia nervosa juga memiliki angka gangguan
ansietas, gangguan bipolar I, dan gangguan disosiatif yang tinggi, serta riwayat
penganiayaan seksual. (Benjamin, 2010).
Subtipe
Terdapat bukti bahwa orang dengan bulimia nervosa yang mengeluarkan kembali
makanan berbeda dengan orang yang makan berlebihan tetapi tidak mengelurakan
kembali. Orang yang makan berlebihan dan tidak mengeluarkan kembali
cenderung lebih sedikit memiliki gangguan citra tubuh dan lebih tidak cemas
mengenai makanan. Pasien bulimia nervosa yang tidak mengeluarkan kembali
cenderung mengalami obesitas juga terdapat perbedaan psikologis yang khas
antara pasien bulimia yang mengeluarkan makanan kembali dan yang tidak.
Karena semua perbedaan ini, diagnosis bulimia nervosa dibagi lagi menjadi tipe
mengeluarkan kembali makanan (purging), untuk mereka yang secara teratur
terlibat dalam perilaku menginduksi sendiri muntah atau menggunakan laksatif
maupun diuretik, serta tipe tidak mengeluarkan kembali makanan (nonpurging),
untuk mereka yang melakukan diet ketat, puasa, atau olah raga berlebihan tetapi
tidak secara teratur terlibat dalam perilaku mengeluarkan kembali makanan.
(Benjamin, 2010).
Pasien dengan tipe mengeluarkan kembali makanan mungkin memiliki risiko
komplikasi medis tertentu, seperti hipokalemia akibat muntah atau penggunaan
laksatif, dan alkalosis hipokloremik. Mereka yang muntah berulang memiliki
risiko mengalami robekan lambung atau esophagus meskipun komplikasi ini
jarang terjadi. Pasien yang mengeluarkan kembali makanan memiliki perjalanan
gangguan yang berbeda dengan pasien yang makan berlebihan kemudian berdiet
atau berolah raga. (Benjamin, 2010).
Patologi dan Pemeriksaan Laboratorium
7/30/2019 REFRAT ANOREKSIA
29/35
Bulimia nervosa dapat mengakibatkan kelainan elektrolit dan berbagai derajat
kelaparan meskipun tidak sejelas pada pasien anoreksia nervosa berberat badan
rendah. Dengan demikian, bahkan pasien bulimia nervosa dengan berat badan
normal harus menjalani pemeriksaan laboratorium elektrolit dan metabolisme.
Umumnya, fungsi tiroid tetap baik pada bulimia nervosa tetapi pasien dapat
menunjukkan nonsupresi pada uji supresi deksametason (DST). Dehidrasi dan
ganngguan elektrolit cenderung terjadi pada pasien bulimia nervosa yang
mengeluarkan kembali makanan secara teratur. Pasien ini sering mengalami
hipomagnesemia dan hiperamilasemia. Meskipun bukan ciri diagnostik inti,
banyak pasien bulimia nervosa mengalami gangguan menstruasi. Hipotensi dan
bradikardi terjadi pada beberapa pasien. (Benjamin, 2010).
Diagnosis Banding
Diagnosis bulimia nervosa tidak dapat ditegakkan jika perilaku makan berlebihan
dan memuntahkan kembali hanya terjadi selama episode anoreksia nervosa. Pada
kasus seperti ini, diagnosisnya adalah anoreksia nervosa, tipe makan berlebihan/
mengeluarkan kembali (binge-eating/ purging type). (Benjamin, 2010).
Klinisi harus memastikan bahwa pasien tidak memiliki penyakit neurologis
seperti bangkitan epileptic-ekuivalen, tumor sistem saraf pusat (SSP), sindrom
Klver-Bucy, atau sindrom Kleine-Levin. (Benjamin, 2010).
Gambaran patologis yang ditunjukkan oleh sindrom Klver-Bucy adalah agnosia
visual, menjilat dan menggigit kompulsif, memeriksa objek dengan mulut,
ketidakmampuan mengabaikan semua stimulus, plasiditas, gangguan perilaku
seksual (hiperseksual), dan perubahan kebiasaan diet, terutama hiperfagia.Sindrom ini sangat jarang dan cenderung tidak menyebabkan masalah dalam
menegakkan diagnosis banding. Sindrom Kleine-Levin terdiri atas hipersomnia
periodik yang berlangsung 2 hingga 3 minggu serta hiperfagia. Seperti pada
bulimia nervosa, awitan biasanya saat remaja, tetapi sindrom ini lebih lazim pada
laki-laki dibandingkan perempuan. (Benjamin, 2010).
Komplikasi
7/30/2019 REFRAT ANOREKSIA
30/35
Pembengkakan kelenjar parotis dan kelenjar submaksilaris.
Muka tembem.
Erosi email gigi.
Nyeri tekan atau nyeri abdomen.
Esofagitis.
Gastritis.
Gangguan fungsi untuk bersekolah dan social karena terobsesi
dengan makanan.
Parotitis.
Haid tidak teratur.
Ketergantungan obat pencahar.
Gangguan elektrolit.
Rupture lambung.
Aritmia jantung.
Pankreatitus kronik.
Perjalanan Penyakit dan Prognosis
Karakteristik bulimia nervosa dengan angka lebih tinggi dari sebagian dan seluruh
proses penyembuhan dibandingkan dengan anoreksia nervosa. Seperti pada
catatan bagian pengobatan, biaya perawatan lebih baik daripada tidak dirawat.
Pasien tidak dirawat cenderung untuk tetap kronis atau dapat terlihat mengecil,
tetapi biasanya tidak mengesankan sedikit demi sedikit ada perbaikan dari waktu
ke waktu. (Benjamin, 2010).
7/30/2019 REFRAT ANOREKSIA
31/35
Pada 10 tahun studi pematauan lanjutan pada pasien yang mempunyai
keikutsertaan sebelumnya pada program pengobatan, banyak perempuan yang
melanjutkan untuk memenuhi criteria bulimia nervosa berkurang sepenuhnya.
Seperti durasi pemantauan lanjut yang meningkat kira-kira 30 persen meneruskan
untuk ikut serta bila muncul kekambuhan untuk makan berlebihan atau perilaku
mengeluarkan kembali makanan. Riwayat penggunaan zat dan durasi yang lama
dari gangguan pada penyajian yang diramalkan hasilnya lebih buruk. (Benjamin,
2010).
Terapi
Sebagian besar pasien bulimia nervosa tanpa komplikasi tidak membutuhkan
rawat inap di rumah sakit. Umumnya, pasien bulimia nervosa tidak terlalu
merahasiakan gejalanya seperti pada pasien anoreksia nervosa. Dengan demikian,
terapi rawat jalan biasanya tidak sulit, tetapi psikoterapi sering mengalami
kendala dan dapat berlangsung lama. Beberapa pasien obesitas dengan bulimia
nervosa yang menjalani psikoterapi jangka panjang membaik secara mengejutkan.
Pada beberapa kasus- ketika makan berlebihan tidak dapat terkendali, terapi
pasien rawat jalan tidak berhasil, atau pasien menunjukkan gejala psikiatrik
tambahan seperti bunuh diri dan penyalahgunaan zat- rawat inap di rumah sakit
mungkin perlu dilakukan. Di samping itu, pada kasus mengeluarkan makanan
kembali yang berat, gangguan metabolic dan elektrolit yang ditimbulkan mungkin
sangat memerlukan rawat inap di rumah sakit. (Benjamin, 2010).
Psikoterapi
Terapi Perilaku-Kognitif
Terapi perilaku-kognitif (TPK) harus dipertimbangkan sebagai acuan., terapi lini
pertama bulimia nervosa. Data yang menyokong efektivitas terapi perilaku-
kognitif didasarkan pada eratnya kelekatan terhadap terapi yang terpedoman,
sangat rinci, dan telah banyak diterapkan, yang mencakup kira-kira 18 hingga 20
sesi selama 5 sampai 6 bulan. Terapi perilaku-kognitif menerapkan sejumlah
prosedur perilaku untuk (1) menghentikan siklus perilaku makan berlebihan dan
diet yang dipertahankan sendiri ini, serta (2) mengubah kognisi dan keyakinan
7/30/2019 REFRAT ANOREKSIA
32/35
seseorang yang mengalami disfungsi mengenai makanan, berat dan bentuk tubuh,
serta konsep diri secara keseluruhan. (Benjamin, 2010).
Psikoterapi Dinamik
Terapi psikodinamik pada pasien bulimia nervosa mengungkapkan adanya
kecenderungan mewujudkan mekanisme defense introjeksi dan proyeksi. Di
dalam sikap yang serupa dengan pemisahan, pasien membagi makanan menjadi
dua kategori; makanan bergizi dan makanan tidak sehat. Makanan yang disebut
bergizi mungkin dimakan dan dipertahankan karena secara tidak sadar
menyimbolkan intojeksi yang baik, sedangkan makanan sampah secara tidak
sadar dikaitkan dengan introjeksi buruk sehingga dikeluarkan dengan cara
muntah, dan khayalan tidak disadari bahwa semua kerusakan, kebencian, dan
keburukan, sedang disingkirkan. Pasien sementara dapat merasa baik setelah
muntah karena evakuasi khayalan tetapi perasaan terkait akan semuanya baik
berlangsung singkat karena didasarkan pada kombinasi yang tidak stabil antara
pemisahan dan proyeksi. (Benjamin, 2010).
Farmakoterapi
Obat antidepresan telah menunjukkan manfaat pada bulimia. Obat ini mencakup
serotonin reuptake inhibitors (SSRI) seperti fluoxetine (Prozac). Manfaatnya
dapat didasarkan pada peningkatan kadar 5-hydroxytryptamine. Obat antidepresan
dapat mengurangi perilaku makan berlebihan dan mengeluarkan kembali tanpa
bergantung adanya gangguan mood. Dengan demikian, untuk siklus makan
berlebihan-mengeluarkan kembali yang sulit dan tidak berespons terhadap
psikoterapi saja, antidepresan telah berhasil digunakan. Imipramine (Tofranil),
desipramine (Norpramine), trazodone (Desyrel), dan monoamine oxidase inhibitor
(MAOIs) telah membantu. Umumnya, sebagian besar antidepresan efektif pada
dosis yang biasanya diberikan dalam terapi gangguan depresif. Meskipun
demikian, dosis fluoxetine yang efektif untuk mengurangi makan berlebihan ini
dapat lebih tinggi (60 hingga 80 mg per hari) daripada dosis yang digunakan
untuk gangguan depresif. Pada kasus gangguan depresif serta bulimia nervosa
yang bersamaan, terapi dengan obat tampaknya membantu. Carbamazepine
7/30/2019 REFRAT ANOREKSIA
33/35
(Tegretol) dan lithium (Eskalith) tidak menunjukkan hasil yang mengesankan
sebagai terapi perilaku makan berlebihan, tetapi telah digunakan dalam terapi
pasien bulimia nervosa disertai gangguan mood, seperti gangguan bipolar I.
terdapat bukti bahwa penggunaan antidepresan saja menghasilkan 22 persen
penghentian perilaku makan berlebihan dan mengeluarkan kembali. Studi lain
menunjukkan bahwa terapi perilaku-kognitif dan obat merupakan terapi
kombinasi yang paling efektif. (Benjamin, 2010).
Pencegahan
Tidak ada cara pasti untuk mencegah bulimia. Sebagai tambahan,
orang tua dapat memberikan contoh hidup sehat pada anak tanpa
mempedulikan bentuk atau berat badan. Pastikan tidak anda sindiran
atau lelucon yang berkenaan dengan ukuran tubuh, bentuk atau berat
badan anak anda. (Graber, 2006).
Jika anda menemukan anggota keluarga atau teman dengan
kepercayaan diri yang rendah, diet yang parah, kebiasaan makan yang
salah atau tidak puas dengan penampilan mereka maka bicarakan pada
mereka mengenai masalah ini. Meskipun anda mungkin tidak memiiki
kemampuan untuk mencegah masalah ini terjadi, pendapat anda dapat
diikuti seseorang dengan hidup sehat atau bersedia menjalani
pengobatan sebelum situasi memburuk. (Graber, 2006).
Perbedaan dan persamaan antara AN dan BN
Karakteristik AN BNEpidemiologi 90% remaja putrid
Riwayat gangguan makan
pada keluarga
Onset pada remaja awal
Prevalensi
7/30/2019 REFRAT ANOREKSIA
34/35
Mengurangi makan
Binge eating and purging
behaviors
Rahasia tingkah laku
Binge eating tidal harus
Tidak ada kemauan untuk
berhenti
Sama
Sama
Harus ada
Ingin orang lain untuk
menghentikan
Tanda fisik berat
badan
Haid
Harus
7/30/2019 REFRAT ANOREKSIA
35/35
Saddock, Benjamin, dkk. 2010.Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2. EGC. Jakarta.
Tomb David A. 2003.Buku Saku Psikiatri Edisi 6. EGC. Jakarta.
Soetjaningsih et al. 2007. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Sagung Seto.
Jakarta.
Neinstein LS, et al. 2007. Adolescent Health care A Practical Guide Edisi 4.
Lippincot Williams&Wilkins. Philadelphia.