Referat Forensik

  • Upload
    wla28

  • View
    601

  • Download
    19

Embed Size (px)

Citation preview

Referat

WHIPLASH INJURY

Disusun Oleh :

Amba Putra Beny Rilianto Lisa Delpiana Melia Gustina Nurul Eka Putri Rahmania Eka Sagita Wella Yurisa

Pembimbing : dr. Chunin

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU FORENSIK DAN KEDOKTERAN MEDIKOLEGAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2011

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan referat dengan judul WHIPLASH INJURY. Penulisan referat ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian di bagian Ilmu Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Riau. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing, dr. Chunin yang telah memberikan pengarahan dalam penyusunan referat ini dari awal hingga selesai. Semoga referat ini dapat berguna bagi kita semua. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan referat ini, meskipun demikian penulis berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat dan dapat menambah wawasan keilmuan bidang kedokteran serta memacu minat pembaca.

Pekanbaru, 2 September 2011

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................... i DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 1.2 1.3 1.4 Latar Belakang ............................................................................1. Batasan Masalah ........................................................................... 3 Tujuan Penulisan............................................................................ 3 Manfaat Penulisan.......................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 Definisi......................................................................................... 4 Epidemiologi............................................................................. 5 Etiologi dan Mekanisme....................... 11 Gejala Klinik............................................................. 12 Pemeriksaan dan Tanda Patologi Forensik.......... 15

BAB III PENUTUP 3.1 3.2 Simpulan...................................................................................... 34 Saran............................................................................................. 34

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 36

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Whiplash merupakan istilah untuk menentukan mekanisme cedera

hiperekstensi cervical spine yang secara tiba-tiba diikuti dengan hiperfleksi leher yang dapat menyebabkan kerusakan pada otot, ligamen dan tendon khususnya organ yang mendukung kepala.1 Whiplash injury dapat terjadi pada penumpang kendaraan yang ditabrak dari belakang. Penumpang akan mengalami percepatan mendadak sehingga terjadi hiperekstensi kepala yang disusul dengan hiperfleksi. Cedera terjadi terutama pada ruas tulang leher keempat dan lima yang membahayakan sumsum tulang belakang. Kerusakan pada medulla oblongata dapat berakibat fatal. Timbulnya cedera leher ini juga dipengaruhi oleh bentuk sandaran tempat duduk dan kelengahan korban.2 Whiplash injury dapat menimbulkan ketidaknyamanan terhadap penderita, diantaranya; rasa nyeri, kesulitan dalam membuka dan menutup mulut, bunyi klik pada saat mengunyah makanan, sensasi tidak enak saat menggigit sesuatu. Berdasarkan penelitian, rasa nyeri dilaporkan sebagai keluhan utama terjadinya temporomandibula disorder akibat whiplash injury yang akan muncul setelah 6 bulan hingga 1 tahun pasca terjadinya injuri.1

1.2

Batasan Masalah Referat ini membahas definisi, epidemiologi, etiologi, mekanisme, gejala

klinik.

1.3

Tujuan Penulisan Referat ini dibuat dalam rangka tugas akhir kepaniteraan klinik pada

bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Riau.

1.4

Manfaat Penulisan 1. Bagi penulis Menambah pengetahuan mengenai forensik dan medikolegal khususnya

mengenai whiplash injury dan meningkatkan keterampilan dalam menulis tulisan ilmiah. 2. Bagi masyarakat Memberikan informasi mengenai forensik dan medikolegal khususnya mengenai whiplash injury.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Definisi Istilah whiplash injury (cedera lecutan) pertama kali digunakan pada tahun

1928 untuk menentukan mekanisme cedera hiperekstensi tiba-tiba diikuti dengan segera hiperfleksi leher yang dapat menyebabkan kerusakan pada otot, ligamen dan tendon khususnya yang menyokong kepala. Saat ini, diketahui bahwa whiplash injury sering tidak hasil dari hiperekstensi atau hiperfleksi (ekstensi dan fleksi melampaui batas-batas fisiologis normal), melainkan merupakan keadaan terjadinya ekstensi dan fleksi yang sangat cepat dan menyebabkan cedera.3

2.2

Epidemiologi Tidak ada angka kejadian yang pasti mengenai whiplash injury yang

dikarenakan tidak adekuatnya datang yang tersedia. Namun bisa dikatakan, insiden whiplash injury di Australia Selatan pada tahun 2001 lebih dari 300 dari 100.000 populasi, sedangkan di New South Wales dilaporkan sekitar 100 per 100.000 populasi.4 2.3 Etiologi dan Mekanisme Penyebab paling umum yang menyebabkan tabrakan adalah kecelakaan kendaraan bermotor yang sering mengakibatkan whiplash injury dari ujung belakang tabrakan. Namun, hal itu bisa terjadi sebagai akibat dari tumbukan ke arah manapun. Penyebab lainnya whiplash injury, termasuk sebuah taman hiburan roller coaster misalnya, termasuk terkena tekanan, terdorong, tergoyang atau shock, dan juga terjatuh.5

Gambar 2.1 Ilustrasi Cedera Lecutan5

Pada suatu kecelakaan lalu lintas (KLL) penderita yang berada dalam mobil akan mengalami beberapa collision (benturan); di antaranya:6,7 a. Primary collision Terjadi pada saat mobil menabrak. Tabrakan dapat terjadi dengan cara frontal (dari depan), samping (T-Bone), belakang dan terbalik (roll over). Pada keadaan primary collision, mobil yang menabrak, sedangkan penderita masih berada dalam posisi saat sebelum terjadi collision. b. Secondary collision Penderita menabrak bagian dalam mobil (atau sabuk pengaman). Tergantung dari arah tabrakan (frontal, samping, belakang atau terbalik), perlukaan akan terjadi pada tubuh penderita yang langsung terbentur. c. Tertiary collision Organ tubuh penderita yang berada dalam rongga tubuh akan melaju ke arah depan (pada tabrakan frontal) dan mungkin akan mengalami perlukaan langsung ataupun terlepas (robek) dari alat pengikatnya dalam rongga tubuh tersebut. d. Subsidiary collision Tergantung dari isi mobil, mungkin penumpang di belakang terpental ke depan, atau barang di belakang yang terpental ke depan sehingga menghantam penumpang yang duduk di depannya.

Pada suatu benturan frontal dengan keadaan tanpa sabuk pengaman akan ada beberapa fase:6,7 a. Fase 1: bagian bawah penderita tergeser ke depan, biasanya lutut menghantam dashboard. b. Fase 2: bagian atas penderita turut tergeser ke depan. Pada fase ini dada dan/ atau perut akan menghantam setir; waspadai kemungkinan perlukaan dada atau perut. c. Fase 3: tubuh penderita akan naik, lalu kepala menghantam jendela atau tepi jendela. Anda harus berhati-hati terhadap kemungkinan patah tulang leher. d. Fase 4: penderita terpental kembali ke tempat duduk. Pada fase ini anda harus berhati-hati terhadap kemungkinan patah tulang leher. Pada fase ini kemungkinan yang lebih fatal adalah bila terpental keluar jendela.

Pada tumbukan dari belakang maka yang terjadi adalah kebalikannya, yaitu kepala terdorong ke belakang. Inilah fungsi headrest (sandaran kepala) yang berfungsi menghindari keadaan whiplash injury (kepala terdorong ke depan lalu terdorong ke belakang tanpa tersangga oleh headrest sehingga memungkinkan untuk terjadinya patah tulang leher.6,7

Gambar 2.2 Mekanisme Whiplash Injury3

2.4

Gejala Klinik Gejala cedera lecutan dapat terjadi segera atau beberapa jam setelah

terjadinya cedera. Makin cepat terjadinya gejala maka makin berat kemungkinan cedera.3 Gejala cedera lecutan antara lain sakit leher, bengkak pada leher, nyeri sepanjang punggung, tegang otot disisi atau belakang leher, susah menggerakkan leher. Keadaan yang memerlukan bantuan kedaruratan medis segera, jika terjadi sakit leher berat, nyeri yang timbul beberapa hari setelah sebelumnya sempat membaik, nyeri di satu atau kedua lengan, tidak dapat menggerakkan kepala, nyeri bahu, sakit kepala, sempoyongan, penglihatan berkunang-kunang, rewel (pada anak-anak), lumpuh, kesemutan, atau baal apa lengan dan kaki.3 The Quebec Classification membagi whiplash injury menjadi beberapa derajat untuk membantu klinisi dalam menentukan terapi yang dapat dilihat pada tabel 2.1.4 The Quebec Classification4 Presentasi Klinis Tidak ada keluhan pada daerah leher Tidak ada tanda-tanda fisik I Nyeri leher, kaku atau nyeri tekan saja Tidak ada tanda-tanda fisik II Keluhan pada daerah leher Tanda-tanda musculoskeletal (pengurangan jangkauan pergerakan dan nyeri tekan) III Keluhan pada daerah leher Tanda-tanda neurologis (penurunan atau tidak adanya reflex tendon, kelemahan, defisit sensorik) IV Keluhan pada daerah leher Fraktur dan dislokasi

Tabel 2.1 Derajat 0

2.5

Patologi Whiplash Injury Beberapa literature menyebutkan bahwa cedera yang paling sering terjadi

pada whiplash injury melibatkan sendi zygapophyseal, diskus intervertebralis dan ligament servikal atas. Cedera lain yang mungkin terjadi adalah kerusakan syaraf dan cedera otot. Gejala yang dominan diantaranya nyeri kepala, nyeri leher dan nyeri bahu, diikuti dengan parestesia dan kelemahan ekstremitas atas.8

BAB III SIMPULAN DAN SARAN

3.1

Simpulan Whiplash merupakan istilah untuk menentukan mekanisme cedera

hiperekstensi cervical spine yang secara tiba-tiba diikuti dengan hiperfleksi leher yang dapat menyebabkan kerusakan pada otot, ligamen dan tendon khususnya organ yang mendukung kepala. Penyebab whiplash injury antara lain, termasuk sebuah taman hiburan roller coaster misalnya, termasuk terkena tekanan, terdorong, tergoyang atau shock, dan juga terjatuh. Sakit leher, bengkak pada leher, nyeri sepanjang punggung, tegang otot disisi atau belakang leher, susah menggerakkan leher.

3.2

Saran Diharapkan kepada dokter yang menangani kasus whiplash injury lebih

teliti dalam melakukan pemeriksaan dan menentukan derajat beratnya cedera .

DAFTAR PUSTAKA

1. Sari DP. Penatalaksanaan temporomandibula disorder akibat whiplash injury. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara [skripsi]; 2011. 2. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Traumatologi forensik. Dalam Ilmu kedokteran forensik. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: 1997;37-54. 3. Ropper AH. Craniocerebral trauma. In: Ropper AH, Samuels MA. Adams and Victors Principles of Neurology. 9th edition. New York: McGraw-Hill Companies; 2009. 4. Anderson RWG. Whiplash associated disorder: a comprehensive review. The University of Adelaide. Australia: 2006. 5. Yip K. Whiplash injury. [Cited 2 September 2011]. Available from: http://www.boneclinic.com.sg/patient-education/back-and-neck-pain/whip lash-injury/ 6. Skinner, Bernt D. ABC of major trauma. British medical journal publishing group. London: 1996. 7. Yayasan Ambulans Gawat Darurat 118. Basic Trauma Cardiac Life Support. Jakarta: 2000. 8. Olsson T, Morris A, Truedsson N, Linder A, Les M, Fildes B. Whiplash injuries time to implement the knowledge. Monash University. Malaysia: 2005.