Upload
reynatta-audralia-namara
View
83
Download
12
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Referat Batuk
Citation preview
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas rahmat dan
karunia-NYA untuk kesempatan menyusun referat ini sehingga dapat terselesaikan
dengan baik. Tujuan referat ini dibuat untuk memperluas wawasan dan pengetahuan
mengenai “Batuk pada Anak” dalam praktek kedokteran ke depannya dan merupakan
salah satu tugas dari kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak. Tinjauan pustaka pada
referat ini menggunakan berbagai sumber kepustakaan, baik dari buku maupun jurnal
dan artikel yang diunduh dari internet.
Penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Prof. H. Widagdo, Sp.A
sebagai pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dalam pembuatan referat
ini. Penulis menyadari bahwa penulisan referat ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik serta saran yang membangun dari para pembaca diharapkan demi
kesempurnaan referat ini.
Akhir kata, penulis berharap referat ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan bagi teman-teman sejawat pada khususnya.
Jakarta, Agustus 2015
Penulis
1
Daftar Isi
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN 3
BAB II ISI 4
DEFINISI 4
EPIDEMIOLOGI 4
ANATOMI 5
FISIOLOGI BATUK 8
KLASIFIKASI BATUK 12
ETIOLOGI 14
PNEUMONIA 16
ASMA 17
BRONKIOLITIS 20
ASPIRASI BENDA ASING 21
PERTUSIS 22
TUBERKULOSIS 23
DIAGNOSIS 25
KOMPLIKASI 26
PENGOBATAN 27
BAB III KASUS 38
KASUS I 38
KASUS II 50
KASUS III 62
KASUS IV 73
KASUS V 85
DAFTAR PUSTAKA 97
2
BAB I
PENDAHULUAN
Batuk merupakan salah satu gejala penyakit saluran nafas disamping sesak,
mengi, dan sakit dada. Pada dasarnya, batuk merupakan upaya pertahanan paru
terhadap berbagai rangsangan yang ada. Batuk merupakan refleks fisiologis kompleks
yang melindungi paru dari trauma kimia, mekanik dan suhu. Batuk juga merupakan
mekanisme pertahanan paru yang alami yang berfungsi untuk menjaga agar jalan
nafas tetap bersih dan mencegah masuknya benda asing ke saluran nafas dan
mengeluarkan benda asing atau sekret yang abnormal dari dalam saluran nafas.
Batuk menjadi menjadi suatu proses yang tidak fisiologis apabila dirasakan
sebagai gangguan. Batuk yang mengganggu dapat merupakan tanda suatu penyakit
pada bagian dalam atau luar paru dan dapat merupakan gejala dini dari suatu
penyakit. Batuk merupakan salah satu cara dalam penularan penyakit melalui udara
(air borne infection). Penyebab dari batuk sangat beragam dan pemahaman akan
patofisiologi batuk akan sangat membantu dalam menegakkan diagnosis dan
penganggulangan penderita batuk.
Batuk merupakan masalah yang sering dihadapi oleh para dokter dalam
pekerjaannya sehari-hari sehingga perlu pemahaman yang baik tentang batuk itu
sendiri. Batuk dapat dibagi kedalam beberapa klasifikasi berupa durasi batuk, proses
atau penyakit yang menimbulkan batuk dan kualitas batuk.
3
BAB II
ISI
1. Definisi
Batuk dalam bahasa latin disebut tussis merupakan fungsi protektif
dari sistem pernafasan manusia. Refleks ini bertujuan untuk membantu
membersihkan saluran pernafasan dari lender besar, iritasi, partikel asing dan
mikroba.1 Batuk merupakan mekanisme pertahanan tubuh di saluran
pernafasan dan merupakan gejala suatu penyakit atau reaksi tubuh terhadap
iritasi di tenggorokan karena adanya lendir, makanan, debu, asap dan
sebagainya.
Batuk pada anak sering menyebabkan kecemasan pada orang tua
sehingga sering ditemukan kasus penggunaan obat-obatan yang tidak
diperlukan. Batuk pada anak tidak selalu disebabkan adanya kelainan pada
sistem saluran pernafasan, dalam beberapa studi yang diukur secara objektif,
anak normal tanpa infeksi saluran nafas dalam jangka waktu 4 minggu dapat
batuk sebanyak 34 kali dalam 24 jam sedangkan beberapa studi lain
mengatakan dapat terjadi batuk 0-141 kali dalam 24 jam pada anak-anak.2
2. Epidemiologi
Batuk merupakan gejala yang sering didapatkan pada orang dewasa
dan anak-anak, akan tetapi pola penyakit pernafasan pada anak-anak dan
orang dewasa berbeda. Contohnya adalah infeksi virus pada orang dewasa
hanya dapat menyebabkan penyakit ringan seperti salesma namun pada anak
dapat menyebabkan terjadinya bronkiolitis dan croup. ISPA (Infeksi Saluran
Pernafasan Akut) merupakan penyebab tersering terjadinya batuk pada anak di
Indonesia. Episode penyakit batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan
3-6 kali per tahun (rata-rata 4 kali per tahun), artinya seorang balita rata-rata
mendapatkan serangan batuk pilek sebanyak 3-6 kali setahun.3 Berdasarkan
hasil studi epidemiologi yang dilakukan pada perancis, ditemukan bahwa
4
penyebab batuk kronis pada anak berupa asma (sekitar 56%), gangguan
saluran pernapasan bagian atas (sekitar 16%), batuk psychogenic (sekitar 4%),
batuk rejan atau whooping cough (sekitar 4%), infeksi paru-paru akibat
jamur Mycoplasma pneumonia (sekitar 3%), infeksi paru-paru
akibat Chlamydia pneumoniae (sekitar 1%), dan bronkiektasis (sekitar 1%).5
3. Anatomi3
3.1.1 Sistem respirasi atas
3.1.1.1 Hidung
Merupakan organ yang pertama kali dilewati oleh udara. Hidung
memberikan kelembapan dan pemanasan sebelum masuk ke nasofaring.
Hidung luar berbentuk piramid dengan bagian-bagiannya dari atas sampai
bawah. Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang
dilapisi oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi
untuk melebarkan dan menyempitkan lubang hidung. Kerangka tulang
terdiri dari tulang hidung, prosesus frontalis os.maksila dan prosesus
nasalis os. frontal, sedangkan kerangka tulang rawan teridir dari beberapa
pasang tulang rawan yang terletak di bagian bawah hidung, yaitu sepasang
kartilago nasalis lateralis superor, sepasang kartilago nasalis inferior yang
disebut kartilago alar mayor dan beberapa pasang kartilago alar minor dan
tepi anterior kartilago septum.
5
Gambar 1. Anatomi hidung
(http://www.naturalhealthschool.com/nose_sinuses.html)
Rongga hidung merupakan kavum nasi yang dipisahkan oleh
septum. Lubang depan disebut sebagai nares anterior dan lubang belakang
merupakan koana yang memisahkan antara kavum nasi dan nasofaring.
Septum dilapisi oleh perikondrium pada bagian tulang rawan dan
periosteum pada bagian tulang sedangkan bagian luar dilapisi oleh mukosa
hidung. Baigan dari kavum nasi yang tepat berada di belakang nares
anterior disebut vestibulum, yang mempunyai banyak kelenjar sebasea dan
rambut-rambut panjang. Dasar rongga hidung melekat dengan palatum
durum dan sebagian besar dari atap hidung dibentuk oleh epitel olfaktorius
dan lamina kribiformis os ethmoidalis, yang memisahkannya dengan
rongga tengkorak.
Rongga hidung memiliki 4 dinding dan pada dinding lateralnya
terdapat 3 buah konka yaitu konka superior, konka media, dan konka
inferior. Rongga yang terletak diantara konka disebut seabagi meatus.
Bergantung pada letaknya, meatus dibagi menjadi 3 meatus inferior,
medius dan superior. Adanya kelainan pada daerah ini menganggu
ventilasi dan bersihan mukosiliar sehingga mempermudah terjadinya
rinosinusitis.
3.1.1.2 Faring
Memiliki 3 bagian yang terdiri dari nasofaring yaitu bagian yang
langsung berhubungan dengan rongga hidung, kemudia dilanjutkan dengan
orogaring dan terakhir adalah laringofaring.
6
Gambar 2. Anatomi faring
(http://www.drugs.com/health-guide/images/205299.jpg)
Nasofaring merupakan suatu rongga dengan dinding kaku di atas,
belakang dan lateral, yang secara anatomi termasuk bagian faring. Ke
anterior berhubungan dengan rongga hidung melalui koana dan tepi
belakang septum nasi, sehingga sumbatan hidung merupakan gangguan
yang sering timbul, sedangkan bagian belakang nasofaring berbatasan
dengan ruang retrofaring, fasia pre vertebralis dan otot-otot dinding faring.
Pada dinding lateral nasofaring terdapat orifisum tuba eustakius.
Orofaring merupakan bagian kedua faring, setelah nasofaring,
dipisahkan oleh otot membranosa dari palatum lunak. Yang termasuk
bagian orofaring adalah dasar lidah (1/3 posterior lidah), valekula,
palatum, uvula, dinding lateral faing termasuk tonsil palatina serta dinding
posterior faring. Laringofaring merupakan bagian faring yang dimulai dari
lipatan faringoepiglotika kearah posterior, inferior, terhadad esofagus
segmen atas.
3.1.2 Sistem respirasi bawah
3.1.2.1 Laring
Laring terletak setinggi servikal-6, berperan pada proses fonasi dan
sebagai katup untuk melindungi saluran respiratori bawah. Organ ini
7
terdiri dari tulang dan kumpulan tulang rawan yang disatukan oleh ligamen
dan ditutupi oleh otot dan membran mukosa.
Epiglotis merupaka tulang rawan yang berbentuk seperti lembaran,
yang melekat pada dasar lidah dan tulang rawan tiroid. Kartilago krikoid
melekat pada daerah posterior inferior. Pada bagian depan, kartilago
krikoid disatukan oleh mebran krikotiorid. Kartilago krikoid merupakan
tulang rawan yang berbentuk cincin penuh. Kartilago Aritenoid merupakan
bagian dari laring yang berperan pada pergerakan pita suara.
Gambar 3. Anatomi laring (http://img2.tfd.com/mk/L/X2604-L-10.png)
Pada bagian dalam laring terdapat 2 lipatan yang menyatu pada
bagian depan serta memiliki mukosa yang berwarna merah. Lipatan ini
disebut sebagai pita suara palsu. Pada bagian bawah lipatan terdapat
ruangan yang disebut sebagai ventrikel. Bibir bawah ventrikel dibentuk
oleh otot yang disebut pita suara asli.
3.1.2.2 Trakea dan bronkus
Trakea merupakan bagian dari saluran respiratori yang bentuknya
menyerupai pipa serta memanjang mulai dari bagian inferior laring, yaitu
setinggi servikal 6 sampai daerah percabangannya (bifurkasio) yaitu antara
torakal 5-7 dengan panjang 9-15 cm. Trakea terdiri dari 15-20 kartilago
hialin yang berbentuk menyerupai huruf C dengan bagian posterior yang
tertutup oleh otot. Adanya serat elastin longitudinal pada trakea,
menyebabkan trakea dapat melebar dan menyempit sesuai dengan irama
pernafasan. Trakea mengandung banyak reseptor sensitif terhadap stimulus
kimia dan mekanik. Otot trakea yang terletak pada bagian posterior
8
mengandung reseptor yang berperan pada regulasi kecepatan dan
dalamnya pernafasan.
Gambar 4. Anatomi trakea dan bronkus
(http://medicalterms.info/img/uploads/anatomy/trachea.jpg)
Trakea terbagi menjadi 2 bronkus utama, yaitu bronus utama
kanan dan bronkus utama kiri. Bronkus utama kiri memiliki rongga yang
lebih sempit dan lebih horizontal dibandingkan dengan bronkus utama
kanan. Hal tersebut menyebabkan benda asing lebih mudah masuk ke paru
kanan. Trakea dan bronkus terdiri dari tulang rawan dan dilapisi oleh epitel
bersilia yang mengandung mukus dan kelenjar serosa. Bronkus kemudia
akan bercabang menjadi bagian yang lebih kecil dan halus yaitu
bronkiolus. Bronkiolus dilapisi oleh epitel bersilia namun yang
mengandung kelenjar serta dindingnya tidak mengandung jaringan tulang
rawan.
4. Fisiologi batuk1,3
Batuk dimulai dari suatu rangsangan reseptor batuk. Reseptor ini
berupa serabut saraf non mielin halus yang terletak baik di dalam maupun di
luar rongga toraks. Reseptor yang terletak di dalam rongga toraks antara lain
9
terdapat di laring, trakea, bronkus dan di pleura. Jumlah reseptor akan semakin
berkurang pada cabang-cabang bronkus yang kecil dan sebagian besar reseptor
terdapat pada laring, trakea, karina dan daerah percabangan bronkus. Reseptor
juga dapat ditemukan pada saluran telinga, lambung, hilus, sinus paranasalis,
pericardial, dan diafragma.
Nervus vagus merupakan serabut afferen atau yang disebut juga
sebagai RAR (Rapid adapting irritant) yang mengalirkan rangsang dari laring,
trakea, bronkus, pleura, lambung dan juga rangsangan dari telinga melalui
cabang Arnold. Nervus trigeminus menyalurkan rangsang dari sinus
paranasalis, nervus glosofaringeus, faring dan nervus frenikus menyalurkan
rangsang dari perikardium dan diafragma. Serabut afferen juga mempunyai
refleks terhadap glandula submukosal yang mempunyai fungsi untuk sekresi
mukus dimana mempunyai berfungsi untuk menahan partikel, bahan kimia
yang iritatif.5
Serabut afferen menghantarkan rangsangan ke batang otak. Proses
batuk diintegrasikan pada medula oblongata, dimana serabut saraf afferen
untuk batuk melalui traktus solitarius menuju pusat otot pernafasan berupa
nukleus retroambigualis dan pusat motorik laring dan cabang bronkus berupa
nukleus ambigualis.
10
Gambar 5. Reseptor batuk
(http://www.asthma.partners.org/Images/CoughReceptors.gif)
Mekanisme batuk dapat dibagi menjadi empat fase yaitu:
1. Fase iritasi
Iritasi dari salah satu saraf sensoris nervus vagus di laring, trakea
bronkus besar, atau serat afferent cabang faring dari nervus glosofaringeus
dapat menimbulkan batuk. Batuk juga timbul bila reseptor batuk di lapisan
faring dan esofagus, rongga pleura dan saluran telinga luar dirangsang.
2. Fase Inspirasi
Katup glotis terbuka lebar diakibatkan kontraksi otot abductor
kartilago aritenoidea. Inspirasi terjadi secara dalam dan cepat, disertai
dengan terfiksirnya iga bawah akibat kontraksi otot toraks, perut dan
diaframa, sehingga udara dengan cepat dan dalam jumlah banyak masuk
ke dalam paru. Masuknya udara ke dalam paru dengan jumlah banyak
membuat fase ekspirasi menjadi lebih kuat dan cepat serta memperkecil
rongga udara yang tertutup sehingga menghasilkan mekanisme
pembersihan yang potensial. Volume udara yang diinspirasi sangat
bervariasi, berkisar 200 sampai 3500 ml di atas kapasitas residu
fungsional. Penelitian lain mengatakan bahwa jumlah udara yang dihisap
berkisar antara 50% dari tidal volume sampai 50% dari kapasitas vital.
3. Fase kompresi
Fase ini dimulai dengan tertutupnya glotis akibat kontraksi otot
adductor kartilago aritenoidea, glotis tertutup selama 0,2 detik. Pada fase
ini tekana intratoraks meningkat mecapai 300 cmH2O. Tekanan pleura
tetap meninggi selama 0,5 detik setelah glotis terbuka. Batuk dapat terjadi
tanpa penutupan glotis karena otot-otot ekspirasi mampu meningkatkan
tekanan intratoraks walaupun glotis tetap terbuka.
4. Fase ekspirasi/ekspulsi
11
Glotis terbuka secara tiba-tiba akibat kontraksi aktif otot ekspirasi
yang mengakibatkan pengeluaran udara dalam jumlah besar dengan
kecepatan yang tinggi disertai dengan pengeluaran benda-benda asing dan
bahan-bahan lain. Gerakan glotis, otot-otot pernafasan dan cabang-cabang
bronkus merupakan hal yang penting dalam fase yang penting dalam
proses batuk. Suara batuk sangat bervariasi akibat getaran sekret yang ada
dalam saluran nafas atau getaran pita suara
Gambar 6. Fase Batuk (http://healthy-lifestyle.most-effective-
solution.com/wp-content/uploads/2010/09/human-anatomy-lungs.jpg)
5. Klasifikasi
Batuk pada anak dapat diklasifikasikan kedalam tiga kategori utama
yang dibedakan berdasarkan kriteria tertentu. Kategori tersebut dibagi ke
dalam durasi dari batuk, proses atau penyakit yang menyebabkan batuk dan
penilaian berdasarkan kualitas dari batuk.
5.1 Durasi batuk
5.1.1 Batuk akut
Merupakan batuk yang terjadi pada durasi kurang dari 2 minggu.
Batuk akut pada umumnya disebabkan oleh infeksi viral atau bakterial dari
saluran pernafasan atas. Beberapa penelitian mengatakan bahwa batuk
akut pada anak-ank berusia 0-4 tahun dapat sembuh tanpa perlu diobati,
pada 5-10% anak berkembang menjadi pneumonia atau bronkitis.4
12
5.1.2 Batuk kronik
Batuk kronik merupakan batuk dengan durasi lebih dari 4 minggu.
Batuk kronis biasanya adalah tanda atau gejala adanya penyakit lain yang
lebih berat. Batuk kronik sulit untuk ditentukan penyebabnya, pada
umumnya batuk kronik disebabkan refluks gastroesofageal, bronkitis
kronik, bronkiektasis, asma, rinosinusitis.4
5.2 Proses atau penyakit yang menyebabkan6-9
Menentukan jenis batuk spesifik, non-spesifik, dan ekspektasi dapat
melalui cara pemeriksaan fisik, anamnesis, pemeriksaan penunjang berupa
laboratorium, radiologi, dan lain sebagainya. Beberapa penyakit yang dapat
menyebabkan batuk dengan jenis tertentu antara lain adalah:
GEJALA ETIOLOGI
PENEMUAN AUSKULTASI
(WHEEZING, KREPITASI, SUARA
NAFAS TAMBAHAN)
Asma, bronkitis, penyakit paru
kongential, aspirasi benda asing,
gangguan saluran pernafasan
GANGGUAN JANTUNG Penyakit jantung yang didapat, penyakit
jantung kongenital,
HEMOPTISIS Bronkitis
KONSUMSI OBAT-OBATAN ACE-Inhibitor
GAGAL TUMBUH KEMBANG Gangguan fungsi paru, imunodefisiensi,
fibrosis kistik
DIGITAL CLUBBING Penyakit paru supuratif
BATUK PRODUKTIF Bronkitis kronis, Penyakit paru supuratif
Tabel 1. Penyakit dengan batuk yang spesifik
5.3 Kualitas Batuk
5.3.1 Tipe klasik
Batuk tipe klasik dimaksudkan adalah tipe batuk yang dengan
karakteristik tertentu yang mengarah kepada etiologi tertentu.
TIPE BATUK ETIOLOGI
MENGONGGONG Croup, trakeomalasia, kebiasaan
HONKING Psikogenik
STAKATO Infeksi klamidia
13
BATUK PRODUKTIF KRONIS PADA
PAGI HARI
Penyakit paru supuratif, bronkiektasis
BATUK PRODUKTIF Bronkitis, asma
Tabel 2. Tipe batuk spesifik
5.3.2 Batuk produktif dan batuk non-produktif
Pada batuk anak, sangat sulit membedakan batuk produktif dan
batuk non-produktif dikarenakan anak sulit dan tidak mau untuk
mengeluarkan dahaknya, sehingga batuk yang basah atau lembab
merupakan istilah yang sering dipakai untuk membedakan dua jenis batuk
tersebut. Pada batuk non-produktif dapat ditemukan adanya sekresi mukus
dikarenakan sekresi dari saluran nafas meningkat.
6. Etiologi
Batuk merupakan suatu proses yang dapat disebabkan oleh penyakit
respiratorik ataupun non-respiratorik. Dalam hal ini, perlu dilakukan
anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik dan juga pemeriksaan penunjang
seperti laboratorium, rontgen toraks, fungsi paru dan lain-lain. Beberapa
penyebab umum batuk pada anak termasuk asma, pneumonia, bronkiolitis,
tuberkulosis, pertusis, aspirasi benda asing.
Iritan:
1. Rokok
2. Asap
3. SO2
Mekanik
1. Retensi sekret
bronkopulmoner
2. Benda asing dalam saluran
nafas
3. Postnnasal drip
4. Aspirasi
Penyakit paru obstruktif
Penyakit paru restriktif
1. Pnemokoniosis
2. Penyakit kolagen
3. Penyakit granulomatosa
Infeksi
1. Laringitis akut
2. Bronkitis akut
3. Pneumonia
4. Pleutritis
5. Perikarditis
Tumor
1. Tumor laring
14
1. Bronkitis kronis
2. Asma
3. Emfisema
4. Fibrosis kistik
5. Bronkiektasis
2. Tumor paru
Psikogenik
Tabel 3. Beberapa etiologi penyebab batuk
6.1 Pneumonia10,16
A. Definisi
Pneumonia merupakan proses infeksi akut yang mengenai
jaringan parenkim paru meliputi alveolus dan jaringan interstitial.
Terjadinya pneumonia pada anak sering kali bersamaan dengan proses
infeksi akut pada bronkus (bronkopneumonia).
B. Etiologi
Pneumonia biasanya disebabkan oleh virus atau bakteri.
Sebagian besar episode yang serius disebabkan oleh bakteri. Penyebab
spesifik dari pneumonia sangat sulit ditentukan apabila melalui
gambaran klinis dan gambaran foto dada. Usia pasien merupakan
faktor yang memegang peranan penting pada perbedaan dan kekhasan
pneumonia anak, terutama dalam spektrum etiologi, gambaran klinis
dan strategi pengobatan. Etiologi pneumonia pada neonatus dan bayi
kecil meliputi Streptococcus group B dan bakteri Gram negatif
seperti E.colli, Pseudomonas sp, atau Klebsiella sp. Pada bayi yang
lebih besar dan anak balita, pneumonia sering disebabkan oleh infeksi
Streptococcus pneumoniae, Haemophillus influenzae tipe B dan
Staphylococcus aureus, sedangkan pada anak yang lebih besar dan
remaja, selain bakteri tersebut, sering juga ditemukan
infeksi Mycoplasma pneumoniae. Di negara maju, pneumonia pada
anak terutama disebabkan oleh virus,disamping bakteri, atau campuran
bakteri dan virus. Virus yang terbanyak ditemukanadalah Respiratory
Syncytial virus (RSV), Rhinovirus, dan virus parainfluenza.Bakteri
yang terbanyak adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophillus
influenzaetipe B, dan Mycoplasma pneumoniae. Kelompok anak
15
berusia 2 tahun ke atasmempunyai etiologi infeksi bakteri yang lebih
banyak daripada anak berusia di bawah 2 tahun.
C. Manifestasi klinis
Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung
pada berat dan ringannya penyakit. Pada bayi gejalanya seringkali
tidak jelas dapat disertai demam ataupun tanpa demam, dan batuk.
Gambaran secara umum yaitu:
Gejala infeksi umum seperti demam, sakit kepala, malaise,
penurunan nafsu makan, keluhan gastrointestinal
Gejala gangguan respiratori yaitu batuk
(non-produkti/produktif), sesak nafas, takipnea, merintih
WHO telah menggunakan penghitungan frekuensi nafas per
menit berdasarkan golongan umum sebagai salah satu pedoma untuk
memudahkan diagnosia Pneumonia. Takipnea bila frekuensi nafas
Umur <2 bulan : ≥ 60 kali/menit
Umur 2-11 bulan : ≥ 50 kali/menit
Umur 1-5 tahun : ≥ 40 kali/menit
Umur >5 tahun : ≥ 30 kali/menit
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan terutama auskultasi
dapat ditemukan penurunan suara nafas dan ronki basah halus (fine
crackles) pada daerah yang terinfeksi dan redup (dull) pada
pemeriksaan perkusi.
D. Pemeriksaan Penunjang
Foto Rontgen toraks merupakan dasar diagnosis utama
pneumonia. Pada bayi dan anak kecil gambaran radiologi seringkali
tidak sesuai dengan gambaran klinis. Secara klinis, pasien tidak
mengeluhkan adanya kelainan atau adanya tampak kelainan akan tetapi
pada gambaran foto toraks menunjukkan pneumonia berat. Gambaran
radiologis dapat berupa gambaran air bronchogram, corakan
bronkovaskular bertambah, patchy consolidation.
16
6.2 Asma11,12
A. Definisi
GINA mendefinisikan asma sebagain gangguan inflamasi
kronis saluran nafas dengan banyak sel yang berperan seperti sel mast,
eosinofil, dan limfosit T. Sedangkan menurut PNAA (Pedoman
Nasional Asma Anak) menggunakan batasan operasional asma yaitu
mengi berulang dan/atau batuk persisten dengan karakteristik timbul
secara episodik, cenderung pada malam hari (nokturnal), musiman dan
adanya faktor pencetus seperti aktivitas fisik yang bersifat reversibel.
B. Etiologi
Asma ditimbulkan dikarenakan adanya reaksi hiperaktivitis
bronkus yang diikuti dengan proses inflamasi kronis. Inflamasi saluran
respiratorik mempunyai gambaran khas berupa aktivasi eosinofil, sel
mast, makrofag, dan sel limfosit T pada mukosa dan lumen saluran
respiratorik. Mediator inflamasi yang berperan merupakan mediator
inflamasi yang meningkatkan proses keradangan, dan mempertahankan
proses inflamasi. Mediator inflamasi akan meningkatkan sensitivitas
bronkus sehingga bronkus mudah konstriksi, kerusakan epitel,
penebalan membrana basalis dan terjadi peningkatan permiabilitas bila
ada rangsangan spesifik maupun non spesifik.
Proses inflamasi kronik yang berjalan terus menerus
menyebabkan terjadinya perubahan struktural dan fungsional yang
menyimpang pada saluran respiratorik yang dikenal dengan istilah
remodeling atau repair. Proses remodeling diperantai oleh sitokin IL-4,
TGF beta dan Eosinophil Growth Factor (EGF) yang menyebabkan
terjadinya penebalan semu membran basalis mukosa
(pseudothickening) karena pelepasan epitel yang rusak, hiperplasia
kelenjar, edema submukosa, infiltrasi sel radang dan hiperplasia otot.
C. Manifestasi klinis
Batuk kering yang berulang dan mengi adalah gejala utama
asma pada anak. Pada anak yang lebih besar dan dewasa, gejala juga
dapat berupa sesak nafas disertai sensasi dada terasa berat. Gejala
17
tersebut pada umumnya memburuk pada malam hari yang dipicu oleh
infeksi pernafasan dan inhalasi alergen.
D. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan dilakukan pada pasien dengan batuk produktif,
infeksi respiratorik berulang, gejala respiratorik sejak masa neonatus,
muntah dan tersedak, gagal tumbuh, atau kelainan fokal paru yang
memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. Pemeriksaan yang dapat
dilakukan adalah foto Rontgen paru dan sinus paranasalis, uji fungsi
paru menggunakan spirometri dan uji provokasi.
E. Klasifikasi
Klasifikasi asma sangat diperlukan karena berhubungan dengan
proses pengobatan jangka panjang. GINA membagi asma berdasarkan
gejala dan tanda klinis, uji fungsi paru, dan pemeriksaan laboratorium
menjadi 4 klasifikasi yaitu asma intermiten, asma persisten ringan,
asma persisten sedang, dan asma persisten berat.
Gejala/hari Gejala/malam PEF atau FEV1
Variabilitas
PEF
Derajat 1
Intermiten
<1 kali/minggu
Asimtomatik
dan nilai PEF
normal diantara
serangan
≤ 2 kali sebulan ≥ 80%
< 20%
Derajat 2
Persisten
ringan
> 1 kali
perminggu tapi
< 1 kali perhari
Serangan dapat
mengganggu
aktifitas
> 2 kali sebulan ≥ 80%
20-30%
Derajat 3
Persisten
sedang
Sehari sekali
Serangan
mengganggu
> 1 kali
seminggu
60-80%
> 30%
18
aktivitas
Derajat 4
Persisten berat
Terus menerus
sepanjang hari
Aktifitas fisik
terbatas
Sering ≤ 60%
> 30%
Tabel 4. Klasifikasi derajat asma
Parameter
klinis,
kebutuhan obat,
dan faal paru
Asma episodik
jarang
Asma episodik
sering
Asma persisten
Frekuensi
serangan
Lama serangan
< 1x/bulan
< 1x/minggu
≥ 1x/bulan
>1 minggu
Sering
Hampir
sepanjang
tahun, hampir
tidak ada remisi
Intensitas
serangan
Biasanya
ringan
Biasanya
sedang
Biasanya berat
Di antara
serangan
Tanpa gejala Sering ada
gejala
Biasanya berat
Tidur dan
aktivitas
Tidak
terganggu
Sering
terganggu
Sangat
terganggu
Pemeriksaan
fisik diluar
serangan
Normal Mungkin
terganggu
Tidak normal
Obat pengendali
(anti inflamasi)
Tidak perlu Perlu (Steroid) Perlu
(steroid)
Variabilitas faal
paru
Variabilitas >
15%
Variabilitas >
30%
Variabilitas 20-
30%
Tabel 5. Pembagian derajat penyakit asma pada anak
19
6.3 Bronkiolitis
A. Definisi
Infeksi saluran pernafasan respiratorik bawah yang sering
ditemukan pada bayi dan sering disebabkan oleh virus Respiratory
Syncytial (RSV) dan infeksi bakteri sekunder. Bronkiolitis terjadi
secara epidemik setiap tahun dan memiliki manifestasi klinis yang
berat pada bayi muda. Bronkiolitis biasanya mengenai anak dibawah
dua tahun dengan jumlah terbanyak pada balita umur tiga sampai enam
bulan.13
B. Etiologi
Bronkiolitis pada umumnya disebabkan oleh virus berupa
Respiratory Synctitial Virus (RSV), parainfluenza, influenza atau
adenovirus. Bronkiolitis bersifat sangat menular dikarenakan virus
patogen dapat menyebar melalui droplet, sekresi nasal. 20-40% kasus
bronkiolitis disebabkan oleh RSV dengan 44% kasus terjadi pada anak
dibawah usia 2 tahun. Virus parainflueza menyebabkan 10-30% dari
kasus bronkiolitis, Adenovirus menyebabkan 5-10% dari kasus
bronkiolitis, virus influenza menyebabkan 10-20% dari kasusu
bronkiolitis dan Mycoplasma pneumoniae menyebabkan 5-15% dari
kasus bronkiolitis dari anak yang lebih dari 2 tahun dan orang
dewasa.13
C. Manifestasi klinis
Dikarenakan bronkiolitis pada umumnya terjadi pada anak usia
muda, manifestasi klinis yang ditemukan sangat sulit. Pada bayi dapat
ditemukan adanya penurunan nafsu makan pada saat hari dua sampai
lima inkubasi. Demam dengan suhu yang rendah (38-29oC) juga dapat
ditemukan. Mengi (Wheezing) merupakan gejala manifestasi klinis
yang sering ditemukan dan tidak membaik dengan pemberian tiga
dosis bronkodilator kerja cepat disertai dengan ekspirasi yang
memanjang, hiperinflasi dinding dada, retraksi otot pernafasan, dan
pada pemeriksaan auskultasi dapat juga ditemukan adanya ronki basah
halus.14
20
D. Pemeriksaan penunjang
Diagnosis dari bronkiolitis ditegakan berdasarkan presentasi
klinis, umur pasien, dan penemuan pada pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan penunjang digunakan untuk mengeksklusi diagnosis
lainnya. Berdasaran survei yang dilakukan pada rumah sakit anak,
pemeriksaan yang sering dilakukan adalah pemeriksaan sekresi
nasofaringeal, analisa gas darah pada pasien yang memerlukan
ventilator mekanik, hitung jenis leukosit, CRP (C-Reactive Protein),
dan pemeriksaan Rontgen thoraks. Pemeriksaan lain yang dapat
dilakukan seperti kultur darah, analisa dan kultur urin, analisa dan
kultur LCS.14
6.4 Aspirasi benda asing
A. Definisi
Benda asing pada suatu organ merupakan benda yang berasal
dari luar tubuh atau dari dalam tubuh yang dalam keadaan fisiologis
tidak ada pada organ tersebut. Dalam kasus benda asing yang masuk ke
saluran cerna dan pernafasan pada anak, 30% dari kasus tersebut benda
asing masuk ke saluran pernafasan.
B. Etiologi
Penyebab terjadinya aspirasi dari benda asing pada anak antara lain
adalah:
1. Proses menelan yang belum sempurna pada anak
2. Gangguan refleks batuk
3. Kegagalan proteksi yang normal dikarenakan keadaan tidur,
kesadaran yang menurun, alkoholisme, epilepsi
4. Tindakan pada gigi, faring dan saluran pernafasan
5. Gangguan kejiwaan
C. Manifestasi klinis
Gejala sumbatan benda asing di dalam saluran nafas tergantung
pada lokasi benda asing, derajat sumbatan (total atau sebagian), sifat,
bentuk dan ukuranbenda asing. Benda asing yang masuk melalui
hidung dan mulut dapat tersangkut pada laring, esofagus, trakea dan
21
bronkus. Gejala dari aspirasi benda asing terdiri dari 3 stadium yaitu
stadium batuk hebat secara tiba-tiba (violent paroxysm of coughing),
rasa tercekik (choking), rasa tersumbat di tenggorok (gagging). Pada
sumbatan total dapat terjadi sianosis, apnea, afonia disertai dengan
spasme otot. Pada sumbatan parsial, dapat ditemukan disfonia, mengi,
sianosis, hemoptisis, dan rasa subjektif dan benda asing.
D. Pemeriksaan penunjang
Kasus benda asing di saluran nafas dapat dilakukan pemeriksaa
radiologis dan laobratorium untuk membantu menegakkan diagnosis.
Benda yang bersifat radioopak dapat dibuat foto Rontgen segera
setalah kejadian, benda yang bersifat translusen dibuat setelah 24 jam
kejadian dikarenakan pada periode kurang dari 24 jam tidak ditemukan
gambaran yang bermakna. Video fluoroskopi merupakan cara terbaik
untuk melihat saluran nafas secara keseluruhan dikarenakan dapat
mengevaluasi pada saat fase ekspirasi dan inspirasi. Pemeriksaan
laboratorium dapat dilakukan untuk mengetahu keseimbangan asam
basa, serta tanda infeksi saluran pernafasan atas.15
6.5 Pertusis16
A. Definisi
Pertusis mempunyai arti sebagai “batuk yang keras” yang
merupakan ciri khas utama dari penyakit ini. Adanya suara inspirasi
pada akhir episode batuk membuat pertusis disebut sebagai “Whooping
Cough”.
B. Etiologi
Bordetella pertussis merupakan gram negatif aerob pleumorfik
yang membagi karakteristik genotipe. Kuman ini menghasilkan toksin
berupa toksin pertusis yang berpengaruh pada sirkulasi limfosit dan
sebagai perekat antara kuman terhadap sel silia pada sistem pernafasan.
Fimbriae juga berfungsi sebagai adhesi terhadapat sistem pernafasan.
C. Manifestasi klinis
Pertusis merupakan penyakit yang sering ditemukan pada anak
usia pre-sekolah dan usia sekolah. Masa inkubasi selama 7-10 hari
22
dengan gejala yang sulit dibedakan dengan melasma seperti coryza,
lakrimasi, batuk sedang, demam, dan malaise. Setelah 1-2 minggu, fase
katarhalis berkembang menjadi fase paroksismal dengan gejala batuk
lebih sering sebanyak 5-10 batuk dengan satu kali ekspirasi. Setelah 2-
4 minggu, fase paroksismal berkembang menjadi fase konvalesen yang
bertahan selama 1-3 bulan dengan penurunan episode batuk.
D. Pemeriksaan penunjang
Limfositosis merupakan penemuan laboratorium yang lazim
ditemukan pada anak usia muda. Kultur dan deteksi DNA dari sekresi
nasofaringeal merupakan standar emas untuk diagnosis pertusis.
Pemeriksaan imunologi juga dapat dilakukan untuk mendeteksi
antibodi IgA dan IgG terhadap toksin pertusis dan faktor virulensi
lainnya.
6.6 Tuberkulosis3,17
A. Definisi
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi menular yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (MTB). Kuman penyebab
tuberkulosis merupakan kuman batang aerobik dan tahan dalam
suasana asam yang bersifat patogen ataupun saprofit. Jalan masuk
untuk organisme ini adalah melalui saluran pernaasan, saluran
penceranaan, luka terbuka pada kulit. Sebagian besar infeksi
tuberkulosis menyebar lewat udara, elalui terhiruonya nukleus droplet
yang memiliki organisme basil tuberkel dari seseorang yang terinfeksi.
B. Manifestasi klinis
Manifestasi sangat bervariasi dikarenakan bergantung terhadap
beberapa faktor. Faktor yang berperan adalah kuman patogen, pejamu
serta interaksi antar keduanya. Faktor kuma bergantung pada jumlah
dan virulensi kuman, sedangkan faktor pejamu bergantung pada usia,
dan kompetensi imun serta kerentanan pejamu pada awal terjadinya
infkesi. Manifestasi sistemik yang didapat berupa berat badan tidak
naik, anoreksia, dan malaise sedangkan manifestasi spesifik khususnya
23
pada paru adalah dispnea, batuk kering yang berkembang menjadi
batuk produktif dengan sputum purulent/mukoid, pada tahap lanjut
dapat berkembang menjadi batuk darah dikarenakan pembuluh darah
yang pecah atau adanya ulkus pada dinding bronkus.
C. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah uji
tuberkulin. Uji tuberkulin merupakan uji tuberkulosis dengan spesifitas
lebih dari 90%. Hasil uji tuberkulin dengan diameter indurasi >10 mm
dinyatakan positif tanpa menghiraukan penyebabnya, 0-4 mm
dinyatakan negatif sedangkan 5-9 mm dinyatakan positif meragukan.
Pada anak balita yang mendapat BCG, indurasi 10-15 mm dinyatakan
uji tuberkulin positif meskipun masih dapat disebabkan oleh BCG,
apabila >15 mm maka sudah dapat dipastikan disebabkan oleh infeksi
tuberkulosis. Pada keadaan tertentu seperti penurunan sistem imun,
hasil positif adalah >5 mm.
Pada pemeriksaan radiologi, tidak ditemukan gambaran yang
khas bahkan dapat ditemukan gambaran paru yang normal. Gambaran
sugestif yang dinilai sebagai infeksi tuberkulosis berupa konsolidasi
segmental/lobar, milier, kaslifikasi dengan infiltrat, atelektasis, kavitas,
efusi pleura, tuberkuloma, dan pembesaran kelenjar getah bening pada
hilus.
Pemeriksaan sputum sulit didapatkan pada pasien anak-anak,
sehingga pemeriksaa bilas lambung dilakukan selama 3 hari berturut-
turut, minimal 2 hari. Hasil pemeriksaan mkroskopis pada sebagian
anak adalah negatif sedangkan pebiakan membutuhkan waktu 6-8
minggu.
7. Diagnosis18
Untuk dapat menentukan penyebab batuk pada anak dapat dilakukan
beberapa pemeriksaan berupa :
24
7.1 Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik
Anamnesa memegang peranan sebesar 80% dalam menegakkan
diagnosa penyebab batuk yang akut dan menetap. Dalam anamnesa tentang
batuk yang merupakan keluhan utama batuk perlu ditanyakan mengenai
lamanya batuk, frekuensi, serangan, waktu-waktu serangan, faktor
pencetus, dan lain sebagainya. Batuk kronik yang disebabkan oleh penyakit
paru interstitial dan penyakit paru supuratif pada dasarnya mempunyai
gejala klinis yang spesifik.
7.2 Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologi merupakan standar emas dalam
mengevaluasi struktur saluran pernafasan kecil dan lebih sensitif
dibandingkan indeks spirometri. Dalam penggunaan pemeriksaan radiologi,
perlu dipertimbangkan akan resiko radiasi yang dapat meningkatkan resiko
mortalitas kanker. Dalam beberapa penelitian dikatakan bahwa anak-anak
mengalami peningkatan resiko 10 kali lipat lebih besar dibandingkan pada
orang dewasa. Pada pemeriksaan CT-Scan tunggal, resiko mortalitas
meningkat dari 1:1,000 menjadi 1:2,500 untuk anak berusia 2,5 tahun.
7.3 Bronkoskopi dan lavase
Pemeriksaan bronkoskopi dilakukan pada anak-anak yang dicurigai
memiliki kelainan jalur pernafasanan, perubahan gambaran radiologi yang
terlokalisasi, dicurigai adanya aspirasi benda asing, dan memperoleh lavase
dari saluran pernafasan. Pengambilan lavase bertujuan untuk dilakukan
pemeriksaan mikrobiologi dan untuk melihat adanya reaksi selular atau
reaksi inflamasi pada saluran pernafasan
7.4 Tes reaksi hipersensitivitas saluran pernafasan
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan yang jarang dilakukan
dalam praktek sehari-hari dalam mendiagnosis asma. Adanya
hipersensitivitas pada saluran nafas tidak selalu mencerminkan seseorang
menderita asma.
7.5 Spirometri
Spirometri sangat berguna dalam diagnosis obstruksi saluran
pernafasan yang bersifat reversibel disertai dengan batuk kronis. Spirometri
25
dapat dilakukan pada anak berumur > 6 tahun dan pada beberapa anak > 3
tahun jika dilatih dengan baik. Pemeriksaan spirometri digunakan untuk
menilai ekpirasi kuat dalam 1 detik pertama (FEV1=Forced Expiratory
Volume in 1 Second) yang mempunyai kontribusi dalam meinlai derajat dan
prognosis dari suatu penyakit saluran pernafasan kronis seperti asma.
7.6 Teknik investigasi lainnya
Tehnik interupsi merupakan tehnik yang digunakan untuk mengukur
resistensi saluran pernafasan. Tehnik interupsi digunakan pada pasien anak
yang tidak kooperatif menggunakan spirometri dikarenakan tehnik ini tidak
invasif dan hanya memerlukan penilaian dari volume tidal pada saat
tekanan pada mulut sama dengan tekanan pada alveolus.
Tes sensitivitas batuk dapat dilakukan pada anak yang menderita
asma, batuk rekuren, dan infeksi saluran pernafasan akut. Tes sensitivitas
batuk dapat dilakukan dengan agen pencetus batuk seperti pemberian
capsaicin, histamin, dan metakolin melalui nebulisasi.
8. Komplikasi
Pada proses terjadinya batuk, tekanan intratoraks meninggi hingga
mencapai 300 mmHg. Akibat dari peninggian tekanan tinggi secara terus
menerus dapat menganggu sistem respirasi, muskuloskeletal,
kardiovaskular dan sistem saraf pusat.
Komplikasi yang dapat timbul dalam sistem respirasi dapat berupa
pneumotoraks, emfisema termasuk dengan komplikasi muskuloskeletal
berupa patah tulang iga, ruptur otot rektus abdominalis.
Pada sistem kardiovaskular dapat terjadi bradiaritmia, pendarahan
pada subkonjungtiva; nasal; dan anus.
Pada sistem saraf pusat dapat terjadi sinkop batuk atau sinkop tusif.
Sinkop yang disebabkan oleh batuk dapat terjadi karena terangsangnya
nervus vagus secara berlebihan dan penignkatan tekanan serebrospinal yang
diakibatkan tekanan intratoraks dan intraabdomen pada saat batuk.
26
Dapat pula terjadi gejala lain seperti insomnia, kelelahan, penurunan
nafsu makan, muntah, inkontinensia urin, hernia dan prolaps vagina pada
wanita.
9. Pengobatan18,19
Batuk pada anak khususnya batuk anak kronis, pengobatan
tergantung pada penyakit dasar sebagai etiologinya. Pada keadaan infeksi
bakteri maka pemberian antibiotik merupakan pilihan utama sedangkan
pada asma pemberian bronkodilator sebagai obat utama, demikian juga
dengan penyakit lainnya. Namun pada keadaan tertentu diperlukan
pengobatan suportif lain seperti mukolitik, fisioterapi, dan lain-lain. Secara
garis besar tatalaksana batuk dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu
farmakologik dan non-farmakologik.
9.1 Pengobatan non-farmakologik
Penatalaksanaan non-farmakologik dapat dimulai dengan
menghindari pencetus terjadinya batuk, pengendalian lingkungan dan
hidrasi yang cukup. Pada penyakit yang timbul akibat adanya pajanan
alergen maka faktor pencegahan terhadap alergen merupakan hal yang
harus dilakukan misalnya pencegahan terhadap asap rokok, tungau debu
rumah, atau makanan tertentu yang menyebabkan alergi. Selain itu
pengaturan lingkungan seperti kebersihan lingkungan dan pengaturan suhu
serta kelembaban merupakan hal yang perlu diperhatikan. Hidarsi yang
cukup dapat berperan sebagai faktor yang memudahkan terjadinya
pengeluaran sekret lebih baik. Dengan hidrasi yang cukup dapat mengubah
ketebalan lapisan sol dan menurunkan viskositas lapisan gel serta
menurunkan kelengketan lapisangel sehingga proses pengeluaran sekret
menjadi lebih mudah
9.2 Pengobatan farmakologik
Obat yang digunakan untuk pengobatan simptomatik ada dua jenis
yaitu obat utama dan obat suportif. Obat utama adalah antibiotik,
bronkodilator, antiinflamasi sedangkan obat suportik adalah mukolitik dan
antitusif.
27
9.2.1 Pengobatan utama
Batuk kronik pada umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri
sehingga antibiotik merupakan pengobatan utamanya. Jenis antibitoik
yang diberikan tergantung pada etiologinya, seperti faringitis yang diduga
disebabkan bakteri maka pilihan utama adalah golongan penisilin
sedangkan pada rinosinusitis pilihan utama adalah kombinasi amoksisilin
dan asam klavulanat.
Pengobatan utama asma pada saat serangan adalah bronkodilator.
Bronkodilator yang digunakan adalah yang termasuk dalam golongan
kerja pendek (short acting) sedangkan pada tatalaksana jangka panjang
digunakan kerja panjang beta-2 agonis (long acting beta-2 agonist).
Bronkodilator yang sering digunakan pada serangan asma adlaah
sabutamol, terbutalin, prokaterol, dan ipratropium bromida sedangkan
pada tatalaksana jangka panjang adalah formoterol, salmeterol dan
bambuterol.
Batuk yang disebabkan adanya proses inflamasi seperti rinitis
alergika dan asma, anti inflamasi merupakan obat utama. Pada rinitis
alergik diberikan kortikosteroid intranasal selama 4-8 minggu. Pada asma,
anti inflamasi yang digunakan umumnya adalah sistemik yaitu pada asma
serangan sedang dan asma serangan berat. Pada serangan asma ringa
umumnya tidak diberikan kortikosteroid kecuali pernah mengaami
serangn berat yang memerlukan perawatan sebelumnya. Pemberian
kortikosteroid pada asma di luar serangan diberikan secara inhalasi yaitu
pada asma episodik sering dan asma persisten.
9.2.2 Pengobatan suportif/simtomatik
Pengobatan simptomatik diberikan apabila penyakit batuk yang
pasti tidak diketahui sehingga pengobatan utama tidak dapat diberikan dan
mencegah komplikasi dari batuk yang persisten.
Obat yang digunakan adalah pengobatan antitusif dan mukokinesis
A. Antitusif
28
Merupakan obat yang berfungsi untuk menekan refleks batuk.
Antitusif digunakan padad gangguan saluran nafas yang tidak
produktif dan batuk akibat iritasi saluran pernafasan.
Secara umum berdasarkan tempat kerja obatnya, antitusif dibagi atas
antitusif perifer dan antitusif sentral. Antitusif yang bekerja di sentral
dibagi atas golongan narkotik dan non-narkotik.
1. Antitusif sentral
Menahan batuk dengan meninggikan ambang rangsangan yang
dibutuhkan untuk merangsang batuk yang dibagi menjadi
golongan narkotik dan non-narkotik.
a. Golongan narkotik
Opiat dan derivatnya mempunyai berbagai macam efek
farmakologi sehingga digunakan sebagai analgesik, antitusif.
Morfin dan kodein merupakan jenis obat yang sering digunakan
dalam meredakan batuk. Efek samping obat ini adalah
penekanan pusat nafas, konstipasi, mual dan muntah, serta efek
adiksi. Bronkospasme dapat terjadi dikarenakan adanya
pelepasan histamin akan tetapi dalam dosis terapi antitusif, efek
ini jarang ditemukan.
i. Kodein
Merupakan antitusif narkotik yang paling efektif
dalam mengatasi batuk.
o Dosis Kodein : 10-20 mg setiap 4-6 jam jika
perlu (tidak boleh lebih dari 120 mg/hari)
6-12 tahun: 5-10 mg setiap 4-6 jam jika
perlu (tidak boleh lebih dari 60 mg/hari)
2-6 tahun: 0,25 mg/kg sampai 4x/hari
b. Golongan non-narkotik
Mempunyai efek kerja yang sama dengan golongan
narkotik akan tetapi tidak menimbulkan efek adiksi dan efek
analgesik.
i. Dekstrometorfan
29
Merupakan obat yang tidak mempunyai efek analgesik
dan ketergantungan obat.
o Dosis dekstrometorfan : 30 mg setiap 4-8 jam
Dewasa : 10-20 mg setiap 4 jam
6-11 tahun : 5-10 mg setiap 4 jam
2-6 tahun : 2,5-5 mg setiap 4 jam
ii. Butamirat sitrat
Obat golongan antitusif non narkotik yang
bekerja secara sentral dan perifer. Pada sentral obat ini
menekan pusat refleks dan di perifer melalui aktivitas
bronkospasmolitik dan efek antiinflamasi. Obat ini
ditoleransi dengan baik oleh penderita dan tidak
menimbulkan efek samping konstipasi, mual, muntah
dan penekanan susunan saraf pusat. Dalam penelitian
uji klinik, obat ini mempunyai efektivitas yang sama
dengan kodein dalam menekan batuk. Butamirat sitrat
mempunyai keunggulan lain yaitu dapat digunakan
dalam jangka panjang tanpa efek samping dan
memperbaiki fungsi paru yaitu meningkatkan kapasitas
vital (KV) dan aman digunakan pada anak.
o Dosis dewasa : 3 x 15 ml
o Anak umur 6 - 8 tahun : 2 x 10 ml
o Anak > 9 tahun : 2 x 15 ml
iii. Noskapin
Noskapin tidak mempunyai efek adiksi
meskipun termasuk golongan alkaloid opiat. Efektivitas
dalam menekan battik sebanding dengan kodein.
Kadang-kadang memberikan efek samping berupa
pusing, mual, rinitis, alergi akut dan konjungtivitis.
o Dosis dewasa : 15-30 mg setiap 4- 6 jam
o Anak umur 2 -12 tahun : 7,5 - 15 mg setiap 3 - 4
jam (tidak boleh lebih dari 60 mg/hari)
iv. Difenhidramin
30
Obat ini termasuk golongan antihistamin,
mempunyai manfaat mengurangi batuk kronik pada
bronkitis. Efek samping berupa rasa ngantuk yang
meningkat, kekeringan mulut dan hidung. Obat ini
mempunyai efek antikolinergik, karena itu harus
digunakan secara hati-hati pada penderita glaukoma,
retensi urin dan gangguan fungsi paru. Juga harus hati-
hati bila digunakan bersama obat antikolinergik lain,
penekan saraf pusat atau perangsang susunan saraf
pusat.
o Dosis dewasa : 25 mg setiap 4 jam (tidak
melebihi 100 mg/hari)
o Anak 6-12 tahun : 12,5 mg setiap 4 jam (tidak
melebihi 50mg/hari)
o Anak 2 - 5 tahun : 6,25 mg setiap 4 jam (tidak
melebihi 25 mg/hari)
2. Antitusif perifer
Bekerja dengan mengurangi iritasi lokal pada saluran nafas,
yaitu dengan melakukan anestesi langsung atau tidak langsung
pada reseptor iritan perifer pada saluran nafas.
a. Obat-obat anestesi
Obat anestesi lokal seperti benzokain, benzilalkohol,
fenol dan garam digunakan dalam pembuatan lozenges. Obat
ini mempunyai mafaat dalam menguranig batuk akibat
rangsang reseptor iritan di faring akan tetapi memiliki manfaat
yang tidak signifikan dalam mengatasi batuk pada kelainan
saluran nafas bawah.
Obat anestesi yang diberikan secara topikal seperti
tetrakain, kokain, lidokain sangat bermanfaat dalam
menghambat batuk yang dikarenakan prosedur bronkoskopi.
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada pemberian anestesi
topikal adalah:
i. Resiko aspirasi
31
ii. Reaksi alergi terhadap obat anestesi
iii. Peningkatan tekanan jalan nafas
iv. Efek toksisitas sistemik (kejang, aritmia)
b. Demulcent
Bekerja pada mukosa faring yang berfungsi untuk
mencegah kekeringan selaput lendir. Demulcent digunakan
sebagai pelarut antitusif lain atau sebagain lozenges. Secara
objektif tidak ada data yang menunjukkan bahwa obat ini
mempunyai efek antitusif yang bermakna, tetapi karena ama
dan memberikan perbaikan secara subjektif, obat ini tetap
dipakai.
B. Mukokinesis
Mukostasis merupakan retensi cairan pada jalan nafas yang
bersifat patologis. Obat-obatan yang digunakan untuk mengatasi
retensi cairan disebut mukokinesis. Obat mukokinesis dikelompokkan
menjadi:
1. Diluent (Cairan)
Berfungsi dalam mengencerkan cairan sputum. Cairan yang
diberikan dapat berupa cairan elektrolit seperti:
o Larutan garam faal
o Larutan garam hipotonik : Diberikan pada pasien yang diet
garam
o Larutan garam hipertonik : Merangsang pengeluaran cairan
dari mukosa saluran napas sehingga digunakan untuk
merangsang pengeluaran sputum pada penderita batuk
yang tidak produktif dan juga merangsang timbulnya batuk
2. Surfaktan
Bekerja pada permukaan mukus dan menurunkan daya
lengket mukus pada epitel. Obat ini dipakai sebagai inhalasi
sehingga perlu dilarutkan dalam air atau larutan elektrolit lain.
32
3. Mukolitik
Obat ini mempunyai fungsi dalam memecah rantai molekul
mukoprotein sehingga menurunkan viskositas mukus. Golongan
ini terbagi atas golongan thiol dan enzim proteolitik.
a. Golongan Thiol
Mempunyai fungsi dalam memecah rantai disulfida
mukoprotein, sehingga menurunkan viskositas mukus. Salah
satu golongan yang termasuk dalam golongan ini adalah
asetilsistein.
i. Asetilsistein
Derivat H-asetil dari asam amino L-sistein,
digunakan dalam bentuk larutan atau aerosol.
Mekanisme pemberian diberikan ke dalam saluran
nafas melalui kateter atau bronkoskopi sehingga
didapatkan efek yang cepat, yaitu meningkatkan jumlah
sekret bronkus.
Disamping sebagai mukolitik, N-Asetilsistein
berfungsi sebagai antioksidan dimana mencegah
kerusakan saluran nafas yang disebabkan oleh oksidan,
salah satunya adalah asap rokok.
Efek samping yang dapat ditimbulkan berupa
stomatitis, mual, muntah, pusing, demam dan mengigil
jarang ditemukan.
o Dosis : 200mg, 2-3 kali/oral
o Dosis inhalasi : 1-10ml larutan 20% / 2-20ml
larutan 10% (pemberian dicampur dengan
bronkodilator dikarenakan mempunyai efek
bronkokonstriksi)
o Dosis pemberian langsung : 1-2ml larutan 10-
20%
b. Enzim proteolitik
33
Enzim protease seperti tripsin, kimotripsin,
streptokinase, deoksiribonuklease dan streptodornase dapat
menurunkan viskositas mukus. Enzim ini lebih efektif apabila
diberikan kepada penderita dengan sputum yang bersifat
purulen. Enzim ini diberikan sebagai terapi inhalasi. Tripsin
dan kimotripsin mempunyai efek samping berupa iritasi
tenggorokan dan mata, batuk, suara serak, batuk darah,
bronkospasme, reaksi alergi, dan metapasia bronkus.
Deoksiribonuklease dipercaya mempunyai efek samping yang
minim akan tetapi mempunyai efektifitas yang kecil
dibandingkan dengan asetilsistein.
C. Bronkomukotropik
Obat golongan ini bekerja langsung merangsang kelenjar
bronkus dengan menginduksi pengeluaran seromucin sehingga
meningkatkan mukokinesis. Umumnya obat-obat inhalasi yang
mengencerkan mukus termasuk dalam golongan ini. Biasanya obat ini
mempunyai aroma. Contoh obat ini adalah mentol, minyak kamper,
balsem dan kayu putih.Vicks Vapo Rub® mengandung berbagai
minyak yang mudah menguap, adalah bronkomukotropik yang paling
populer. Sulit dibuktikan bahwa obat ini efektif dalam membantu
mengeluarkan sputum dan mengatasi batuk(15).
D. Bronkorrheik
Iritasi permukaan saluran nafas dapat menyebabkan
pengeluaran cairan. Saluran napas bereaksi terhadap zat-zat iritasi
yang toksik yang pada keadaan berat dapat terjadi edema paru. Iritasi
yang lebih ringan dapat berfungsi sebagai pengobatan, yaitu
merangsang pengeluaran cairan sehingga memperbaiki mukokinesis.
Contoh obat golongan ini adalah larutan garam hipertonik.
E. Ekspektorans
34
Ekspektorans adalah obat yang meningkatkan jumlah cairan
dan merangsang pengeluaran sekret dari saluran napas. Hal ini
dilakukan dengan beberapa cara, yaitu melalui:
o Refleks vagal gaster
o Stimulasi topikal dengan inhalasi zat
o Perangsangan vagal kelenjar mukosa bronkus
o Perangsangan medulla
Refleks vagal gaster adalah pendekatan yang paling sering
dilakukan untuk merangsang pengeluaran cairan bronkus. Mekanisme
ini memakai sirkuit refleks dengan reseptor vagal gaster sebagai
afferen dan persarafan vagal kelenjar mukosa bronkus sebagai efferen.
Termasuk ke dalam ekspektorans dengan mekanisme ini adalah(3,6) :
o Ammonium khlorida
o Kalium yodida
o Guaifenesin (gliseril guaiakolat)
o Sitrat (natrium sitrat)
o Ipekak
a. Kalium yodida
Obat ini adalah ekspektorans yang sudah lama ditemukan
dan telah digunakan pada asma dan bronkitis kronik. Selain
sebagai ekspektorans obat ini mempunyai efek menurunkan
elastisitas mukus dan secara tidak langsung menurunkan viskositas
mukus. Mempunyai efek samping berupa angiodema, urtikaria,
purpura trombotik trombositopenik dan periarteritis yang fatal.
Merupakan kontraindikasi pada wanita hamil, masa laktasi dan
pubertas.
o Dosis dewasa : 300 – 650 mg, 3 – 4 kali/hari
o Dosis anak : 60 – 250 mg, 4 kali/hari
b. Guaifenesin (gliseril guaiakolat)
Selain berfungsi sebagai ekspektoran, obat ini juga
memperbaiki pembersihan mukosilier. Obat ini jarang
35
menunjukkan efek samping. Pada dosis besar dapat terjadi mual,
muntah dan pusing.
o Dosis dewasa : 200 – 400 mg setiap 4 jam (tidak melebihi
2–4 g/hari)
o Dosis anak 6–11 tahun : 100 – 200 mg setiap 4 jam (tidak
melebihi 1 – 2 g/hari)
o Dosis anak 2 – 5 tahun : 50 – 100 mg setiap 4 jam (tidak
melebihi 600 mg sehari)
F. Mukoregulator
Obat ini merupakan mukokinetik yang bekerja pada kelenjar
mukus yaitu mengubah campuran mukoprotein sehingga sekret
menjadi lebih encer, obat yang termasuk golongan ini adalah
bromheksin dan S-karboksi metilsistein.
a. Bromheksin
Bromheksin adalah komponen alkaloid dari vasisin dan
ambroksol adalah metabolitnya. Obat ini meningkatkan jumlah
sputum dan menurunkan viskositasnya dan dalam beberapa
penilitian ditemukan bahwa bromheksin dapat merangsang
produksi surfaktan dan dapat bermanfaat pada sindrom gawat
napas neonatus.
o Dosis bromheksin : 0,6-0,8 mg/kgBB/hari (8 – 16 mg, 3
kali/hari, pada orang dewasa)
o Dosis ambroksol : 45 – 60 mg/hari
b. Karbosistein (S-karboksi metilsistein)
Obat ini adalah derivat sistem yang lain, juga bermanfaat
menurunkan viskositas mukus. Penggunaan obat sering diberikan
kepada pasien yang menderita penyakit paru obstruktif kronis.
Obat ini memberikan efek setelah diberikan 10 – 14 hari
o Dosis karbosistein : 10-15mg/kgBB, (750mg 3 kali/hari
pada orang dewasa)
36
G. Mediator otonom
Stimulator yang paling poten untuk sekresi saluran napas
adalah obat-obat kolinergik seperti asetilkolin dan metakolin.
Kenyataannya obat ini sangat kuat sehingga menimbulkan banyak
efek samping antara lain bronkospasme.
Obat-obat simpatomimetik juga bisa merangsang pengeluaran
sekret. Obat Beta 2 agonis juga menyebabkan bronkodilatasi dan
merangsang pergerakan silia. Oleh karena itu manfaat obat ini dalam
mekanisme pengeluaran sekret tidak diketahui dengan jelas.
Mediator lain seperti histamin, bradikinin, dan yang lainnya
juga bisa meningkatkan sekret saluran napas. Tetapi efek samping zat-
zat ini sangat berat menyebabkan obat ini tidak digunakan sebagai
mukokinetik. Sebaliknya antihistamin, antikolinergik dan obat
penghambat simpatomimetik beta menghalangi efek mukokinetik.
37
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
RS PENDIDIKAN : RSUD BUDHI ASIH
STATUS PASIEN KASUS I
Nama Mahasiswa : Alfaria Elia Rahma Putri
NIM : 030.10.018
Pembimbing : Prof. Widagdo, Sp.A
Tanda tangan :
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. EL
Umur : 1 tahun 4 bulan
Tempat / tanggal lahir : Jakarta, 02 Februari 2014
Alamat : Jl. Cipinang Bali, Kp Melayu, Jakarta Timur
Jenis Kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Pendidikan : -
Orang tua / Wali
Ayah : Ibu :
Nama : Tn. EP Nama : Ny. I
Umur : 30 tahun Umur : 26 tahun
Alamat : Jl. Cipinang Bali Alamat : Jl. Cipinang Besar
Kp Melayu, Jakarta Timur Kp Melayu, Jakarta
Timur
Pekerjaan : Karyawan Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Penghasilan : Rp. 2,2 juta /bulan Penghasilan : -
Pendidikan : SMK Pendidikan : SMK
Suku bangsa : Sunda Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Hubungan dengan orang tua : pasien merupakan anak kandung
38
I. RIWAYAT PENYAKIT
ANAMNESIS
Dilakukan secara alloanamnesis dengan Ny. I (ibu kandung pasien)
Lokasi : Bangsal lantai VI Timur, kamar 610
Tanggal / waktu : 6 Juli 2015 pukul 12.00 WIB
Tanggal masuk : 5 Juli 2015
Keluhan utama : Demam sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS)
Keluhan tambahan : Batuk, pilek
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :
Os. datang diantar kedua orangtuanya ke IGD Rumah Sakit Budhi Asih
dengan keluhan demam sejak empat hari sebelum masuk rumah sakit. Demam
dirasa tinggi dan mendadak. Demam dirasa naik turun, dan sedikit turun bila
minum obat. Demam tidak sampai menggigil. Pasien tidak muntah, tetapi pasien
tidak mau makan dan minum. Selain demam, nenek pasien juga mengeluhkan
bahwa pasien mengalami batuk dan pilek sejak dua hari SMRS. Batuk tidak
berdahak. Dan sekret yang keluar dari hidung berwarna jernih, volume sekret
bertambah banyak bila pasien dalam posisi duduk. BAB tidak ada keluhan, tidak
ada warna merah ataupun bintik-bintik hitam, BAK tidak ada keluhan, warna
kuning jernih.
Dua hari sebelum masuk rumah sakit, os pernah berobat ke klinik dokter umum
setempat dan diberikan obat penurun panas dalam bentuk sirup, puyer dan obat
yang diberikan lewat anus. Keluhan sesak nafas disangkal oleh nenek pasien. Dari
hasil anamnesis terhadap nenek pasien, tidak ada yang mengalami keluhan serupa
di lingkungan sekitar tempat tinggal pasien.
39
A. RIWAYAT PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA
Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur
Alergi (-) Difteria (-) Penyakit jantung (-)
Cacingan (-) Diare (-) Penyakit ginjal (-)
DBD (-) Kejang (-) Radang paru (-)
Otitis (-) Morbili (-) TBC (-)
Parotitis (-) Operasi (-) Lain-lain (-)
Kesimpulan Riwayat Penyakit yang pernah diderita : Pasien belum pernah
menderita penyakit lain sebelumnya
B. RIWAYAT KEHAMILAN / KELAHIRAN
KEHAMILAN
Morbiditas
kehamilan
Tidak ada
Perawatan antenatal Rutin kontrol ke bidan di puskesmas
setempat, sudah mendapat imunisasi
vaksin TT 2 kali
KELAHIRAN
Tempat persalinan Rumah bersalin
Penolong persalinan Bidan
Cara persalinanNormal
Penyulit : -
Masa gestasi Cukup Bulan
Keadaan bayi
Berat lahir : 3500 gram
Panjang lahir : 50 cm
Lingkar kepala : (tidak tahu)
Langsung menangis (+)
Nilai APGAR : (tidak tahu)
Kelainan bawaan : tidak ada
Kesimpulan riwayat kehamilan / kelahiran : Riwayat kelahiran baik,
Neonatus Cukup Bulan – Sesuai Masa Kehamilan
40
C. RIWAYAT PERKEMBANGAN
Pertumbuhan gigi I : Umur 9 bulan (Normal: 5-9 bulan)
Gangguan perkembangan mental : Tidak ada
Psikomotor
Tengkurap : Umur 3 bulan (Normal: 3-4 bulan)
Duduk : Umur 8 bulan (Normal: 6-9 bulan)
Berdiri : Umur 9 bulan (Normal: 9-12 bulan)
Berjalan : Umur 11 bulan (Normal: 13 bulan)
Bicara : Umur 12 bulan (Normal: 9-12 bulan)
Kesimpulan riwayat pertumbuhan dan perkembangan : Tidak terdapat
keterlambatan pada riwayat pertumbuhan dan perkembangan pasien
D. RIWAYAT MAKANAN
Umur
(bulan)ASI/PASI Buah / Biskuit Bubur Susu Nasi Tim
0 – 2 ASI - - -
2 – 4 ASI - - -
4 – 6 ASI - - -
6 – 8 PASI + + -
8 – 10 PASI + + +
10 -11 PASI + + +
Kesimpulan riwayat makanan : ASI sampai usia 6 bulan. Selama ini gizi pasien
tercukupi, kecuali 4 hari sebelum masuk Rumah Sakit pasien mengalami kesulitan
makan
E. RIWAYAT IMUNISASI
Vaksin Dasar ( umur ) Ulangan ( umur )
BCG 2 bulan - -
DPT / PT 2 bulan 4 bulan 6 bulan
Polio 0 bulan 2 bulan 4 bulan 6 bulan
Campak - - -
Hepatitis B 0 bulan 1 bulan 6 bulan
41
Kesimpulan riwayat imunisasi : imunisasi dasar lengkap dan sesuai jadwal
F. RIWAYAT KELUARGA
a. Corak Reproduksi
No Tanggal lahir (umur)
Jenis kelamin
Hidup Lahir mati
Abortus Mati (sebab)
Keterangan kesehatan
1. 02 Feb 2014 Laki- laki + - - - Pasien
b. Riwayat Pernikahan
Ayah / Wali Ibu / Wali
Nama Tn. EP Ny. I
Perkawinan ke- 1 1
Umur saat menikah 28 tahun 24 tahun
Pendidikan terakhir Tamat SMK Tamat SMK
Agama Islam Islam
Suku bangsa Sunda Jawa
Keadaan kesehatan Sehat Sehat
Kosanguinitas - -
Penyakit, bila ada - -
a. Riwayat Penyakit Keluarga
Kedua orangtua pasien tidak memiliki masalah kesehatan/ penyakit seperti yang
dialami pasien
Anggota keluarga pasien yang tinggal satu rumah tidak memiliki riwayat penyakit
yang sama dengan pasien, tidak ada yang batuk-pilek atau sedang menderita
penyakit tertentu
G. RIWAYAT LINGKUNGAN PERUMAHAN
Pasien tinggal bersama ayah, ibu, kakek dan neneknya di sebuah rumah yang
dikontrak 1 lantai, dengan dua kamar tidur, satu kamar mandi, dapur, beratap
genteng, berdinding tembok. Pencahayaan tidak baik, cahaya matahari tidak masuk
ke rumah, ventilasi hanya ada di ruang tamu. Sumber air bersih dari air PAM. Air
42
limbah rumah tangga disalurkan dengan baik dan pembuangan sampah setiap
harinya diangkut oleh petugas kebersihan.
Kesimpulan Keadaan Lingkungan :
Lingkungan rumah tidak terlalu baik. Proses pertukaran udara dan penyinaran sinar
matahari kurang baik.
II. PEMERIKSAAN FISIK (Tanggal 6 Juli 2015 pukul 12.30 WIB)
A. Status Generalis
Keadaan Umum
Kesan Sakit : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Kesan Gizi : Gizi kurang
Keadaan lain : Anemis (-), ikterik (-), sianosis (-), dyspnoe (-)
Data Antropometri
Berat Badan sekarang : 8,3 kg
Tinggi Badan : 73 cm
Lingkar kepala : 44 cm
Lingkar dada : 41,5 cm
Lingkar lengan atas : 11 cm
Status Gizi
- BB / U = 8,311,6
x 100 % = 71,5% (Gizi kurang)
- TB / U = 7382
x100 %=89 % (Mild stunting)
- BB / TB = 8,39
x100 %=92% (Gizi baik)
Tanda Vital
Nadi : 110 x / menit, kuat, isi cukup, ekual kanan dan kiri, regular.
Nafas : 48 x / menit, tipe abdomino-torakal, inspirasi : ekspirasi = 1 : 2.
Suhu : 36,8 °C, axilla (diukur dengan termometer air raksa).
43
B. Status Lokalis
KEPALA : Normocephali, ubun-ubun besar sudah menutup.
RAMBUT : Rambut hitam, distribusi merata dan tidak mudah dicabut.
WAJAH : wajah simetris, tidak ada pembengkakan, luka atau jaringan parut.
MATA :
Visus : tidak dilakukan Ptosis : -/-
Sklera ikterik : -/- Lagofthalmus : -/-
Konjunctiva anemis : -/- Cekung : -/-
Exophthalmus : -/- Kornea jernih : +/+
Strabismus : -/- Lensa jernih : +/+
Nistagmus : -/- Pupil : bulat, isokor
Refleks cahaya : langsung +/+
Cekung : -/-
TELINGA :
Bentuk : normotia Tuli : -/-
Nyeri tarik aurikula : -/- Nyeri tekan tragus : -/-
Liang telinga : normal
Serumen : -/-
Cairan : -/-
HIDUNG :
Bentuk : simetris Napas cuping hidung : -/-
Sekret : +/+ (serosa) Deviasi septum : -
Mukosa hiperemis : +/+ Konka eutrofi : +
BIBIR : Mukosa berwarna merah muda, kering (-), sianosis (-).
MULUT : Trismus (-) , oral hygiene baik, gigi geligi lengkap.
LIDAH : Normoglotia, tremor (-), lidah kotor (-).
TENGGOROKAN : Hiperemis (+).
LEHER : Bentuk tidak tampak kelainan, tidak tampak pembesaran
tiroid, tidak tampak deviasi trakea.
44
THORAKS :
Inspeksi : Bentuk thoraks simetris pada saat statis dan dinamis, tidak ada
pernafasan yang tertinggal, pernafasan abdomino-torakal, tidak didapatkan
adanya retraksi sela iga, warna kulit sawo matang, sternum mendatar, tulang
iga normal, ictus cordis terlihat pada ICS V linea midclavicularis kiri, pulsasi
abnormal (-)
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan dan benjolan, gerak napas simetris kanan
dan kiri, vocal fremitus sulit dinilai, teraba ictus cordis pada ICS V linea
midclavicularis kiri, denyut kuat
Perkusi : sonor di kedua lapang paru, jantung dalam batas normal
Auskultasi : suara napas vesikuler, reguler, ronchi (-/-), wheezing (-/-), bunyi
jantung I-II reguler, punctum maksimum pada ICS V 1 cm linea
midclavicularis kiri, murmur (-), gallop (-)
ABDOMEN :
Inspeksi : Perut buncit, tidak dijumpai adanya efloresensi pada kulit perut
maupun benjolan.
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-). Hepar dan lien tidak teraba membesar.
Perkusi : Timpani pada seluruh kuadran abdomen.
Auskultasi : Bising usus (+) 3x/ menit
GENITALIA : tidak dilakukan pemeriksaan.
KGB :
Preaurikuler : tidak teraba membesar
Postaurikuler : tidak teraba membesar
Submandibula : tidak teraba membesar
Supraclavicula : tidak teraba membesar
Axilla : tidak teraba membesar
Inguinal : tidak teraba membesar
45
ANGGOTA GERAK :
Ekstremitas : akral hangat pada keempat ekstremitas, CRT < 2detik
Tangan Kanan Kiri
Tonus otot normotonus normotonus
Kekuatan otot 5 5
Kaki Kanan Kiri
Tonus otot normotonus normotonus
Kekuatan otot 5 5
B. Status Neurologis
Refleks Fisiologis Kanan Kiri
Biseps + +
Triceps + +
Patella + +
Achiles + +
Refleks Patologis Kanan Kiri
Babinski - -
Chaddock - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaeffer - -
Tanda Rangsang meningeal
Kaku kuduk -
Kanan Kiri
Kerniq - -
Laseq - -
Brudzinski I - -
Brudzinski II - -
46
Pemeriksaan Nervus cranialis
Saraf cranialis Hasil
N. I (Olfaktorius) Tidak dilakukan pemeriksaan
N. II & III (Optikus dan
Okulomotorius)
Pupil bulat isokor 2 mm/2 mm,
RCL +/+RCTL +/+
N. IV & VI (Troklearis dan
Abducens)
Tidak dilakukan pemeriksaan
N. VII (Fascialis) Wajah tampak simetris
N. VIII (Vestibulokoklearis) Tidak dilakukan pemeriksaan
N. IX & X (Glosofaringeus dan
Vagus)
Tidak dilakukan pemeriksaan
N. XI (Aksesorius) Tidak dilakukan pemeriksaan
N. XII (Hipoglosus) Tidak dilakukan pemeriksaan
KULIT : warna sawo matang merata, pucat (-), tidak ikterik, tidak sianosis, turgor
kulit baik, lembab, pengisian kapiler < 2 detik, petechie (-)
TULANG BELAKANG : bentuk normal, tidak terdapat deviasi,benjolan (-),ruam (-)
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
(Lab. Dari IGD pada tanggal 5 Juli 2015)
Hematologi Hasil Nilai Normal
Leukosit 9,2 ribu/μL 6 – 17
Eritrosit 4.5 jt/μL 3.6 - 5.2
Hemoglobin 11, 5g/dL 10,8-12,8
47
Hematokrit 36 % 35-43
Trombosit 324 ribu /μL 217 – 497
MCV 82.0 fL 73 – 101
MCH 27.5 pg 23 – 31
MCHC 33.4 g/dL 26 – 34
RDW 12.9 % <14
Kimia Klinik
Metoblisme Karbohidrat
Glukosa Darah
Sewaktu
90 mg/dL 33 – 111
Elektrolit Serum
Natrium (Na) 140 mmol /L 135-155
Kalium 2.8 mmol/L 3,6-5,5
Chlorida 99 mmol/L 98-109
IV. RESUME
Pasien datang diantar kedua orangtuanya ke IGD Rumah Sakit Budhi Asih
dengan keluhan demam sejak empat hari sebelum masuk rumah sakit. Demam
dirasa naik turun dan sedikit turun bila minum obat. Selain demam, nenek pasien
juga mengeluhkan bahwa pasien mengalami batuk dan pilek sejak dua hari
SMRS. Batuk tidak berdahak. Dan sekret yang keluar dari hidung berwarna
jernih, volume sekret bertambah banyak bila pasien dalam posisi duduk.
Dari hasil pemeriksaan fisik dan lab ditemukan suhu 37.4oC, sekret hidung
berwarna jernih (+/+), mukosa hidung hiperemis (+/+), tenggorokan hiperemis
(+). Dari hasil pemeriksaan elektrolit didapatkan Natrium 134 mmol/L dan
Kalium 2.8 mmol/L.
48
V. DIAGNOSIS BANDING
- ISPA
- Bronkitis akut
- Bronkopneumonia
VI. DIAGNOSIS KERJA
- ISPA
- Hipokalemia
VII. PEMERIKSAAN ANJURAN
- Pemeriksaan darah : darah rutin, elektrolit
- Foto Thoraks
VIII. PENATALAKSANAAN
A. Non medika Mentosa
1. Rawat inap untuk observasi tanda vital dan perawatan yang intensif
B. Medika Mentosa
1. IVFD KaEn 3B + KCl 10 meq 3cc/kgbb/jam
2. PCT 3 x 100 mg bila suhu > 38˚C
3. Puyer :
Ambroxol 3 x 5 mg
Salbutamol 3 x 0,5 mg
IX. PROGNOSIS
Ad Vitam : Ad Bonam
Ad Functionam : Dubia Ad Bonam
Ad Sanationam : Dubia Ad Bonam
49
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
RS PENDIDIKAN : RSUD BUDHI ASIH
STATUS PASIEN KASUS II
Nama Mahasiswa : Alfaria Elia Rahma Putri
NIM : 030.10.018
Pembimbing : Prof. Widagdo, Sp.A
Tanda tangan :
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. MR
Umur : 8 bulan
Tempat / tanggal lahir : Jakarta, 23 November 2014
Alamat : Jl. Rawasari Barat No. 6 Cempaka Putih Jakarta
Jenis Kelamin : Laki -laki
Agama : Islam
Orang tua / Wali
Ayah : Ibu :
Nama : Tn. S Nama : Ny. DR
Umur : 32 tahun Umur : 29 tahun
Alamat : Jl. Rawasari Barat No.6 Alamat : Jl. Rawasari Barat No. 6
Cempaka Putih Jakarta Cempaka Putih Jakarta
Pekerjaan : Supir travel Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Penghasilan : Rp. 1,5 juta /bulan Penghasilan : -
Pendidikan : SMA Pendidikan : Tamat SMP
Suku bangsa : Jawa Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Hubungan dengan orang tua : pasien merupakan anak kandung
50
I. RIWAYAT PENYAKIT
ANAMNESIS
Dilakukan secara alloanamnesis dengan Ny. DR (ibu kandung pasien)
Lokasi : Bangsal lantai V Timur, kamar 510
Tanggal / waktu : 10 Juli 2015 pukul 12.00 WIB
Tanggal masuk : 8 Juli 2015
Keluhan utama : Batuk sejak 2 bulan sebelum masuk rumah sakit (SMRS)
Keluhan tambahan : Sesak, berat badan tidak naik.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :
Pasien datang ke Poli anak Rumah Sakit Budhi Asih diantar orang tuanya
dengan keluhan utama batuk sejak 2 bulan sebelum masuk rumah sakit. Batuk
terjadi setiap saat namun tidak berdahak. Pasien terlihat sedikit sesak sejak 1
minggu SMRS. Berat badan pasien tidak naik namun orangtua pasien tidak tahu
dengan jelaas sejak kapan berat badan anaknya tidak naik. Riwayat pilek
disangkal oleh orangtua pasien. Pasien memiliki riwayat kontak dengan orang
yang menderita batuk-batuk lama yaitu kakak pasien.
Hari pertama batuk, pasien juga mengalami demam. Ibu OS membawa pasien
berobat ke bidan dan diberi obat penurun panas. Demam kemudian turun namun
pasien masih terlihat sesak. Kemudian ibu pasien membawa pasien berobat ke
dokter spesialis anak dan diberikan obat antibiotik, obat batuk pengencer dahak
dan obat demam. Tiga hari kemudian pasien masih mengalami batuk-batuk.
Pasien kembali dibawa berobat ke dokter spesialis anak yang sama dan terapi
dilanjutkan dengan obat yang sama selama tiga hari. Keluhan batuk menghilang
namun timbul lagi saat satu hari SMRS. Satu hari SMRS, petugas posyandu
datang ke rumah pasien untuk melakukan kunjungan dan merujuk pasien ke
RSUD Budhi Asih.
51
A. RIWAYAT PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA
Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur
Alergi (-) Difteria (-) Penyakit jantung (-)
Cacingan (-) Diare (-) Penyakit ginjal (-)
DBD (-) Kejang (-) Radang paru (-)
Otitis (-) Morbili (-) TBC (-)
Parotitis (-) Operasi (-) Lain-lain (-)
Kesimpulan Riwayat Penyakit yang pernah diderita : Pasien belum pernah
menderita penyakit lain sebelumnya
B. RIWAYAT KEHAMILAN / KELAHIRAN
KEHAMILAN
Morbiditas
kehamilan
Ibu pasien mengalami hipertensi
Perawatan antenatal Rutin kontrol ke RSCM 1 bulan sekali
KELAHIRAN
Tempat persalinan RSCM
Penolong persalinan Dokter spesialis kandungan
Cara persalinanSpontan
Penyulit : -
Masa gestasi Cukup Bulan
Keadaan bayi
Berat lahir : 2600 gram
Panjang lahir : 49 cm
Lingkar kepala : (tidak tahu)
Langsung menangis (+)
Pucat (-)
Nilai APGAR : (tidak tahu)
Kelainan bawaan : tidak ada
Kesimpulan riwayat kehamilan / kelahiran : Riwayat kelahiran baik,
Neonatus Cukup Bulan – Sesuai Masa Kehamilan
52
C. RIWAYAT PERKEMBANGAN
Pertumbuhan gigi I : - (Normal: 5-9 bulan)
Gangguan perkembangan mental : Tidak ada
Psikomotor
Tengkurap : Umur 3 bulan (Normal: 3-4 bulan)
Duduk : - (Normal: 6-9 bulan)
Berdiri : - (Normal: 9-12 bulan)
Berjalan : - (Normal: 13 bulan)
Bicara : - (Normal: 9-12 bulan)
Kesimpulan riwayat pertumbuhan dan perkembangan : Tidak terdapat
keterlambatan pada riwayat pertumbuhan dan perkembangan pasien
D. RIWAYAT MAKANAN
Umur
(bulan)ASI/PASI Buah / Biskuit Bubur Susu Nasi Tim
0 – 2Susu
Formula- - -
2 – 4Susu
Formula- - -
4 - 6Susu
Formula+
Kesulitan makan : -
Kesimpulan riwayat makanan : pasien tidak sulit makan, namun sejak lahir
pasien tidak mendapatkan ASI
E. RIWAYAT IMUNISASI
Vaksin Dasar ( umur ) Ulangan ( umur )
BCG Lupa
DPT / PT 1 bulan 2 bulan -
Polio 1 bulan - - - - -
Campak - -
53
Hepatitis B 1 hari -
Kesimpulan riwayat imunisasi : imunisasi dasar belum lengkap; polio, BCG
F. RIWAYAT KELUARGA
a. Corak Reproduksi
No Tanggal
lahir
(umur)
Jenis
kelamin
Hidup Lahir
mati
Abortus Mati
(sebab)
Keterangan
kesehatan
1 5 Tahun Laki-laki Hidup - - - Sehat
2 2 Tahun Perempuan Hidup - - - Sehat
3 8 Bulan Laki-laki Hidup - - - Pasien
b. Riwayat Pernikahan
Ayah / Wali Ibu / Wali
Nama Tn. S Ny. DR
Perkawinan ke- 1 1
Umur saat menikah 27 tahun 24 tahun
Pendidikan terakhir SMA Tamat SMP
Agama Islam Islam
Suku bangsa Jawa Jawa
Keadaan kesehatan Sehat Sehat
Kosanguinitas - -
Penyakit, bila ada - -
b. Riwayat Penyakit Keluarga : Kakak pasien mengalami sakit batuk-batuk lama
tapi belum mendapat pengobatan
G. RIWAYAT LINGKUNGAN PERUMAHAN
Menumpang di rumah orang tua ibu pasien bersama saudara-saudaranya
(milik sendiri). Rumah 1 Lantai dengan 2 kamar. Lantai dari ubin, tembok dari
batu bata. Terdapat empat buah jendela yang sering dibuka, jika dibuka
54
ruangan cukup terang. Ventilasi hanya menggunakan jendela. Sumber air dari
PAM. Daerah pemukiman padat penduduk.
Kesimpulan Keadaan Lingkungan :
Lingkungan rumah tidak terlalu baik. Pemukiman padat penduduk
II. PEMERIKSAAN FISIK (Tanggal 10 Juli 2015 pukul 09.30 WIB)
A. Status Generalis
Keadaan Umum
Kesan Sakit : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Kesan Gizi : Gizi buruk
Keadaan lain : Anemis (-), ikterik (-), sianosis (-), dyspnoe (-)
Data Antropometri
Berat Badan sekarang : 3,4 kg
Tinggi Badan : 61 cm
Lingkar kepala : 38 cm mikrosefali (- 2 SD pada kurva Neilhaus)
Lingkar lengan atas : 10 cm
Status Gizi
- BB / U = 3.76.6
x 100 % = 56,06 % (Gizi buruk)
- TB / U = 6163
x100 %=96,8 % (Tinggi normal)
- BB / TB = 3.76.2
x100 %=59,67 % (BB tidak sesuai TB)
Tanda Vital
Nadi : 120 x / menit, kuat, isi cukup, ekual kanan dan kiri, regular
Nafas : 36 x / menit, tipe abdomino-torakal, inspirasi : ekspirasi = 2:1
Suhu : 37,0 °C, axilla (diukur dengan termometer air raksa)
55
B. Status Lokalis
KEPALA : Mikrocephali, ubun-ubun besar belum menutup
RAMBUT : Rambut hitam, distribusi merata dan tidak mudah dicabut, tipis
WAJAH : wajah simetris, tidak ada pembengkakan, luka atau jaringan parut
MATA :
Visus : tidak dilakukan Ptosis : -/-
Sklera ikterik : -/- Lagofthalmus : -/-
Konjunctiva anemis : -/- Cekung : -/-
Exophthalmus : -/- Kornea jernih : +/+
Strabismus : -/- Lensa jernih : +/+
Nistagmus : -/- Pupil : bulat, isokor
Refleks cahaya : langsung +/+
Cekung : -/-
TELINGA :
Bentuk : normotia Tuli : -/-
Nyeri tarik aurikula : -/- Nyeri tekan tragus : -/-
Liang telinga : sempit Membran timpani : sulit dinilai
Serumen : -/- Refleks cahaya : sulit dinilai
Cairan : -/-
HIDUNG :
Bentuk : simetris Napas cuping hidung : +/+
Sekret : -/- Deviasi septum : -
Mukosa hiperemis : -/- Konka eutrofi
BIBIR : mukosa berwarna merah muda, kering (-), sianosis (-)
MULUT : trismus (-) , oral hygiene buruk, terdapat caries pada
gigi seluruh gigi yang sudah tumbuh
LIDAH : Normoglotia, lidah kotor (-)
TENGGOROKAN : hiperemis -
LEHER :Bentuk tidak tampak kelainan, tidak tampak
pembesaran tiroid maupun KGB, tidak tampak deviasi trakea, tidak teraba
pembesaran tiroid maupun KGB, trakea teraba di tengah
56
THORAKS :
Inspeksi : Bentuk thoraks simetris pada saat statis dan dinamis, tidak ada
pernafasan yang tertinggal, pernafasan abdomino-torakal, tidak didapatkan
adanya retraksi sela iga, warna kulit sawo matang, sternum mendatar, tulang
iga normal, ictus cordis terlihat pada ICS V linea midclavicularis kiri, pulsasi
abnormal (-)
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan dan benjolan, gerak napas simetris kanan
dan kiri, vocal fremitus sulit dinilai, teraba ictus cordis pada ICS V linea
midclavicularis kiri, denyut kuat
Perkusi : sonor di kedua lapang paru, jantung dalam batas normal
Auskultasi : suara napas vesikuler, reguler, ronchi (+/+), wheezing (-/-),
bunyi jantung I-II reguler, punctum maksimum pada ICS V 1 cm linea
midclavicularis kiri, murmur (-), gallop (-)
ABDOMEN :
Inspeksi : Perut buncit, tidak dijumpai adanya efloresensi pada kulit perut
maupun benjolan.
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-). Hepar nteraba 1/3 – 1/3 BH, lien tidak teraba
membesar.
Perkusi : Timpani pada seluruh kuadran abdomen.
Auskultasi : Bising usus (+) 3x/ menit
GENITALIA : tidak dilakukan pemeriksaan karena tidak ada indikasi
KGB :
Preaurikuler : tidak teraba membesar
Postaurikuler : tidak teraba membesar
Submandibula : tidak teraba membesar
Supraclavicula : tidak teraba membesar
Axilla : tidak teraba membesar
Inguinal : tidak teraba membesar
ANGGOTA GERAK :
Ekstremitas : akral hangat pada keempat ekstremitas
57
C. Status Neurologis
Refleks Primitif Kanan Kiri
Refleks Moro +
Refleks Rooting – Sucking +
Refleks Babinski + +
Refleks Palmar Grasp + +
Rangsang meningeal
Kaku kuduk -
Kanan Kiri
Kerniq - -
Laseq - -
Bruzinski I - -
Bruzinski II - -
Saraf cranialis
Saraf cranialis Hasil
N. I (Olfaktorius) Tidak dilakukan pemeriksaan
N. II & III (Optikus dan
Okulomotorius)
Pupil bulat isokor 2 mm/2 mm,
RCL +/+RCTL +/+
N. IV & VI (Troklearis dan
Abducens)
Tidak dilakukan pemeriksaan
N. VII (Fascialis) Wajah tampak simetris
N. VIII (Vestibulokoklearis) Tidak dilakukan pemeriksaan
N. IX & X (Glosofaringeus dan
Vagus)
Tidak dilakukan pemeriksaan
N. XI (Aksesorius) Tidak dilakukan pemeriksaan
N. XII (Hipoglosus) Tidak dilakukan pemeriksaan
KULIT : warna sawo matang merata, pucat (-), tidak ikterik, tidak sianosis,
turgor kulit baik, lembab, pengisian kapiler < 2 detik, petechie (-)
58
TULANG BELAKANG : bentuk normal, tidak terdapat deviasi,benjolan (-),ruam (-)
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. (Laboratorium dari poli anak pada tanggal 8 Juli 2015 : 10.00)
Hematologi Hasil Nilai Normal
Leukosit 12.4 ribu/ μL 6 – 17.5
Eritrosit 3.9 jt/ μL 3.1 - 5.2
Hemoglobin 10.8 g/ dL 10.1-12.9
Hematokrit 32 % 32-44
Trombosit 457 ribu / μL 229 – 553
MCV 81.0 fL 73 – 109
MCH 27.8 pg 21 – 33
MCHC 34.2 g/dL 26 – 34
RDW 13.4 % <14
Kimia Klinik
Metoblisme Karbohidrat
Glukosa Darah
Sewaktu
55 mg/dL 50-80
Elektrolit Serum
Natrium (Na) 137 mmol /L 135-155
Kalium 5.2 mmol/L 3,6-5,5
Chlorida 107 mmol/L 98-109
Imunoserologi Non reaktif Non reaktif
59
Anti HIV Rapid test
IV. RESUME
Pasien datang dengan keluhan batuk-batuk sejak 2 bulan sebelum masuk
rumah sakit. Batuk terjadi setiap saat namun tidak berdahak. Pasien terlihat
sedikit sesak sejak 1 minggu SMRS. Berat badan pasien tidak naik namun
orangtua pasien tidak tahu dengan jelas sejak kapan berat badan anaknya tidak
naik. Pasien memiliki riwayat kontak dengan orang yang menderita batuk-batuk
lama yaitu kakak pasien.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu 37˚C, RR=36x/menit, lingkar kepala 38
cm. BB=3,7 kg, PB=61 cm. Terdapat pernafasan cuping hidung (+/+), retraksi
interkostal (+/+), retraksi subcostal (+/+), dan pada auskultasi terdengar ronkhi
pada kedua lapang paru.
V. DIAGNOSIS BANDING
- Bronkopneumonia
- TB paru
- Bronkitis
VI. DIAGNOSIS KERJA
- TB paru dengan marasmus
VII. PEMERIKSAAN ANJURAN
- Pemeriksaan darah : darah lengkap
- Foto Thoraks
- Kultur sputum
- Uji tuberkulin
60
VIII. PENATALAKSANAAN
A. Non medika Mentosa
1. Edukasi ibu pasien tentang penyakit pasien (pengobatan harus sampai tuntas).
B. Medika Mentosa
1. Paracetamol 40 mg jika suhu ≥ 38˚C
2. Ambroxol 3 mg, Salbutamol 0,4 mg dalam bentuk puyer 3x1
3. Captopril 2x2 mg
4. Furosemid 2x3 mg
5. INH 1x30 mg
6. Rifampicin 1x50 mg
7. Pirazinamid 3x50 mg
IV. PROGNOSIS
Ad Vitam : Ad Bonam
Ad Functionam : Dubia Ad Bonam
Ad Sanationam : Dubia Ad Bonam
61
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
RS PENDIDIKAN : RSUD BUDHI ASIH
STATUS PASIEN KASUS III
Nama Mahasiswa : Alfaria Elia Rahma Putri
NIM : 030.10.018
Pembimbing : Prof. Widagdo, Sp.A
Tanda tangan :
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. E
Umur : 1 tahun 2 bulan
Tempat / tanggal lahir : Jakarta, 23 Mei 2014
Alamat : Jl. H Yahya No. 12 Jakarta
Jenis Kelamin : Laki -laki
Agama : Islam
Orang tua / Wali
Ayah: Ibu :
Nama : Tn. A
Umur : 27 tahun
Alamat : Jl. Sunan Muria No. 19
Pekerjaan : Karyawan swasta
Penghasilan : 2.500.000
Pendidikan : SMA
Suku Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Nama : Ny. E
Umur : 25 tahun
Alamat : Jl. Sunan Muria No. 19
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Penghasilan : -
Pendidikan : SMA
Suku Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Hubungan dengan orang tua : pasien merupakan anak kandung
I. RIWAYAT PENYAKIT
62
A. ANAMNESIS
Dilakukan secara alloanamnesis dengan Ny. E (ibu kandung pasien)
Lokasi : Bangsal lantai VI Timur, kamar 610
Tanggal / waktu : 23 Juli 2015 pukul 12.00
Tanggal masuk : 22 Juli 2015
Keluhan utama : Batuk sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit
(SMRS)
Keluhan tambahan: Batuk, pilek, muntah
B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :
Pasien datang diantar kedua orang tuanya ke IGD Rumah Sakit Budhi
Asih dengan keluhan batuk sejak dua hari sebelum masuk rumah sakit. Batuk
disertai dengan dahak yang sulit dikeluarkan. Batuk kadang disertai muntah.
Selain batuk, pasien juga mengalami pilek dan sesak. Sesak disertai dengan
terdengarnya bunyi “ngrok-ngrok” saat bernapas. Keluhan lain seperti
mimisan, nyeri sendi, serta keluarnya keringat pada malam hari disangkal oleh
ibu pasien. BAB pasien normal, tidak mencret, tidak ada darah, ataupun titik-
titik hitam, terakhir buang air besar satu hari sebelum masuk rumah sakit.
Keluhan buang air kecil disangkal, tidak didapatkan kencing bercampur darah,
atau kemerahan.
Pasien belum pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya.
Riwayat batuk-batuk lama dan kontak dengan penderita batuk-batuk lama
disangkal oleh pasien. Riwayat penyakit asma dan alergi juga disangkal oleh
orangtua pasien.
C. RIWAYAT KEHAMILAN / KELAHIRAN
KEHAMILAN
Morbiditas
kehamilan
Tidak ada
Perawatan antenatal Rutin kontrol ke bidan 1 bulan sekali
KELAHIRAN Tempat persalinan Tempat praktik bidan
Penolong persalinan Bidan
Cara persalinanSpontan
Penyulit : -
Masa gestasi 39 minggu
63
Keadaan bayi
Berat lahir : 3000 gram
Panjang lahir : 47 cm
Lingkar kepala : (tidak tahu)
Langsung menangis (+)
Pucat (-)
Nilai APGAR : (tidak tahu)
Kelainan bawaan : tidak ada
Kesimpulan riwayat kehamilan / kelahiran : Kehamilan cukup bulan
tidak disertai kelainan yang lainnya.
D. RIWAYAT PERKEMBANGAN
Pertumbuhan gigi I : Umur 6 bulan (Normal: 5-9 bulan)
Gangguan perkembangan mental : Tidak ada
Psikomotor
Tengkurap : Umur 4 bulan (Normal: 3-4 bulan)
Duduk : Umur 6 bulan (Normal: 6-9 bulan)
Berdiri : - (Normal: 9-12 bulan)
Berjalan : - (Normal: 13 bulan)
Bicara : - (Normal: 9-12 bulan)
Kesimpulan riwayat pertumbuhan dan perkembangan : sesuai waktunya
E. RIWAYAT MAKANAN
Umur
(bulan)ASI/PASI Buah / Biskuit Bubur Susu Nasi Tim
0 – 2 ASI - - -
2 – 4 ASI - - -
4 – 6 ASI - - -
6 – 8ASI + Susu
Formula+ (6 bulan) + (6 bulan) -
8 – 10 - - - -
10 -12 - - - -
Kesulitan makan : menurut pengakuan ibu sebelumnya OS tidak sulit makan
64
Kesimpulan riwayat makanan : pasien tidak sulit makan, asupan cukup baik.
F. RIWAYAT IMUNISASI
Vaksin Dasar ( umur ) Ulangan ( umur )
BCG 2 bulan
DPT / PT 2 bulan 4 bulan 6 bulan
Polio 1 bulan 2 bulan 4 bulan 6 bulan - -
Campak - -
Hepatitis B 0 bulan 6 bulan
Kesimpulan riwayat imunisasi : imunisasi dasar lengkap
G. RIWAYAT KELUARGA
a. Corak Reproduksi
NoTanggal lahir
(umur)
Jenis
kelaminHidup
Lahir
matiAbortus
Mati
(sebab)
Keterangan
kesehatan
1. 23 Mei 2014 Laki-laki Hidup - - - Sehat
b. Riwayat Pernikahan
Ayah / Wali Ibu / Wali
Nama Tn. A Ny. E
Perkawinan ke- 1 1
Umur saat menikah 25 tahun 23 tahun
Pendidikan terakhir D3 SMA
Agama Islam Islam
Suku bangsa Indonesia Indonesia
Keadaan kesehatan Sehat Sehat
Kosanguinitas - -
Penyakit, bila ada - -
c. Riwayat Penyakit Keluarga
65
Tidak ada yang mengalami hal serupa dengan pasien di keluarga pasien,
keluarga pasien tidak memiliki penyakit asma, TB, DM.
Kesimpulan Riwayat Keluarga : Tidak ada faktor risiko dari keluarga pasien.
H. RIWAYAT PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA
Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur
Alergi (-) Difteria (-) Penyakit jantung (-)
Cacingan (-) Diare (-) Penyakit ginjal (-)
DBD (-) Kejang (-) Radang paru (-)
Otitis (-) Morbili (-) TBC (-)
Parotitis (-) Operasi (-)Lain-lain:
Gejala serupa(-)
Kesimpulan Riwayat Penyakit yang pernah diderita : Pasien belum pernah
mengalami penyakit seperti ini sebelumnya.
I. RIWAYAT LINGKUNGAN PERUMAHAN
Pasien tinggal bersama ayah dan ibunya beserta nenek di rumah milik orang
tua pasien. Rumah terdiri dari 2 kamar, 1 kamar mandi, 1 dapur, 1 ruang tengah.
Ventilasi, sirkulasi dan pencahayaan cukup baik. Rumah terletak di dalam
kompleks perumahan, sumber air bersih dari jet pump. Pembuangan sampah diurus
oleh petugas kebersihan yang datang seminggu 2x.
Kesimpulan : Lingkungan perumahan cukup baik
II. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
a. Keadaan Umum
Kesan Sakit : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Kesan Gizi : Kesan gizi baik
Keadaan lain : Anemis (-), ikterik (-), sianosis (-), dyspnoe (+)
b. Data Antropometri
Berat Badan sekarang : 7 kg
66
Lingkar Kepala : 45 cm (normosephali)
Panjang Badan : 66 cm
c. Status Gizi
- BB / U = 7
8,8x100 % = 79.5% (Gizi cukup)
- TB / U = 6670
x 100 %=94.3 % (Tinggi normal)
- BB / TB = 7
7,3x100%=95,8% (Gizi baik)
Status gizi diatas berdasarkan kurva NCHS, kesimpulan gizi cukup
d. Tanda Vital
Nadi : 130 x/menit, kuat, isi cukup, ekual kanan dan kiri, regular
Nafas : 60 x/menit, tipe abdomino-torakal, inspirasi : ekspirasi = 3 : 1
Suhu : 37,6 °C, axilla (diukur dengan termometer air raksa)
B. Status Lokalis
KEPALA : Normocephali, ubun-ubun besar sudah menutup
RAMBUT : Rambut hitam, distribusi merata dan tidak mudah dicabut, tipis
WAJAH : wajah simetris, tidak ada pembengkakan, luka atau jaringan parut
MATA :
Visus : tidak dilakukan Ptosis : -/-
Sklera ikterik : -/- Lagofthalmus : -/-
Konjunctiva anemis : +/+ Cekung : -/-
Exophthalmus : -/- Kornea jernih : +/+
Strabismus : -/- Lensa jernih : +/+
Nistagmus : -/- Pupil : bulat isokor
Refleks cahaya : langsung +/+ , tidak langsung +/+
TELINGA :
Bentuk : normotia Tuli : -/-
Nyeri tarik aurikula : -/- Nyeri tekan tragus : -/-
Liang telinga : sempit Membran timpani : intak
67
Serumen : +/+ Cairan : -/-
HIDUNG :
Bentuk : simetris Napas cuping hidung : +/+
Sekret : +/+ Deviasi septum : -
Mukosa hiperemis : -/- Konka eutrofi
BIBIR : mukosa berwarna merah muda, kering (-), sianosis (-)
MULUT : mukosa lembab, trismus (-)
LIDAH : Normoglotia, lidah kotor (-)
TENGGOROKAN : hiperemis -
LEHER : Bentuk tidak tampak kelainan, tidak tampak pembesaran tiroid maupun
KGB, tidak tampak deviasi trakea, tidak teraba pembesaran tiroid maupun KGB,
trakea teraba di tengah
THORAKS :
Inspeksi : Bentuk thoraks simetris pada saat statis dan dinamis, tidak ada
pernafasan yang tertinggal, pernafasan torako-abdominal, didapatkan adanya
retraksi subcostal. ictus cordis tidak dinilai.
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan dan benjolan, gerak napas simetris kanan
dan kiri, vocal fremitus sulit dinilai, teraba ictus cordis pada ICS V linea
midclavicularis kiri, denyut kuat
Perkusi : sonor di kedua lapang paru, jantung dalam batas normal
Auskultasi : suara napas vesikuler, reguler, ronchi (+/+), wheezing (+/+),
bunyi jantung I-II reguler, punctum maksimum pada ICS V 1 cm linea
midclavicularis kiri, murmur (-), gallop (-)
ABDOMEN :
Inspeksi : perut buncit, tidak dijumpai adanya efloresensi pada kulit perut
maupun benjolan, roseola spot (-), kulit keriput (-), gerakan peristaltik (-)
Palpasi : supel, tidak terdapat nyeri tekan, turgor kulit baik. Hepar dan lien
tidak teraba membesar.
Perkusi : timpani pada seluruh lapang perut.
Auskultasi : bising usus (+), frekuensi 2 x / menit
GENITALIA : tidak dilakukan pemeriksaan karena tidak ada indikasi
KGB :
Preaurikuler : tidak teraba membesar
Postaurikuler : tidak teraba membesar
68
Submandibula : tidak teraba membesar
Supraclavicula : tidak teraba membesar
Axilla : tidak teraba membesar
Inguinal : tidak teraba membesar
ANGGOTA GERAK :
Ekstremitas : akral hangat pada keempat ekstremitas
C. Status Neurologis
Refleks Fisiologis Kanan Kiri
Biseps + +
Triceps + +
Patella + +
Achiles + +
Refleks Patologis Kanan Kiri
Babinski - -
Chaddock - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaeffer - -
Rangsang meningeal
Kaku kuduk -
Kanan Kiri
Kerniq - -
Laseq - -
Bruzinski I - -
Bruzinski II - -
Saraf cranialis
69
Saraf cranialis Hasil
N. I (Olfaktorius) Tidak dilakukan pemeriksaan
N. II & III (Optikus dan
Okulomotorius)
Pupil bulat isokor 2 mm/2 mm,
RCL +/+RCTL +/+
N. IV & VI (Troklearis dan
Abducens)
Dalam batas normal
N. VII (Fascialis) Wajah tampak simetris
N. VIII (Vestibulokoklearis) Tidak dilakukan pemeriksaan
N. IX & X (Glosofaringeus dan
Vagus)
Dalam batas normal
N. XI (Aksesorius) Dalam batas normal
N. XII (Hipoglosus) Dalam batas normal
KULIT : warna sawo matang merata, pucat (-), tidak ikterik, tidak sianosis, turgor
kulit baik, lembab, pengisian kapiler < 2 detik, petechie (-)
TULANG BELAKANG : bentuk normal, tidak terdapat deviasi,benjolan (-),ruam (-)
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
(Lab. Dari IGD pada tanggal 22 Juli 2015)
Hematologi Hasil Nilai Normal
Leukosit 7,45 ribu/ μL 5 – 10
Eritrosit 4,43 juta/ μL 4,5 – 5,5
Hemoglobin 8,8 g/ dL 13,0-16,0
Hematokrit 30,4 % 40-48
Trombosit 210 ribu / μL 181 – 521
MCV 77.4 fL 69 – 92
MCH 24.2 pg 27 – 31
MCHC 31.3 g/dL 32 – 36
RDW 13.2 % <14
70
Kimia Klinik
Hitung Jenis
Basofil
Eosinofil
Neutrofil Batang
Neutrofil Segmen
Limfosit
Monosit
0 %
1 %
2 %
35 %
59 %
3 %
0 – 1
1 – 5
3 – 6
25 – 60
25 – 50
1 – 6
IV. RESUME
Pasien datang dengan keluhan batuk sejak dua hari sebelum masuk rumah
sakit. Batuk disertai dengan dahak yang sulit dikeluarkan. Batuk kadang disertai
muntah. Selain batuk, pasien juga mengalami pilek dan sesak. Sesak disertai
dengan terdengarnya bunyi “ngrok-ngrok” saat bernapas.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan Nadi: 130x, RR: 60x, Suhu: 37,60C. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan pernafasan cuping hidung (+/+), retraksi subcostal
(+/+), ronkhi (+/+), wheezing (+/+). Dari hasil pemeriksaan lab didapatkan : Hb
8,8 g/dL, Hematokrit 30,4%. Dari hasil hitung jenis didapatkan limfosit 59%.
V. DIAGNOSIS BANDING
- Bronkopneumonia
- Bronkiolitis
VI. DIAGNOSIS KERJA
- Bronkiolitis
VII. PEMERIKSAAN ANJURAN
- Pemeriksaan darah lengkap
- Analisis gas darah
- Foto thorax
71
VIII. PENATALAKSANAAN
A. Non medika Mentosa
1. Edukasi ibu pasien tentang penyakit pasien.
B. Medika Mentosa
1. IVFD RL 12 tetes per menit
2. Inj. Deksamethason ¼ ampul /8 jam
3. Parasetamol syrup ¾ cth
4. Nebulizer ventolin ¼ ampul
IX. PROGNOSIS
Ad Vitam : Bonam
Ad Functionam : Dubia Ad Bonam
Ad Sanationam : Dubia Ad Bonam
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
72
RS PENDIDIKAN : RSUD BUDHI ASIH
STATUS PASIEN KASUS IV
Nama Mahasiswa : Alfaria Elia Rahma Putri
NIM : 030.10.018
Pembimbing : Prof. Widagdo, Sp.A
Tanda tangan :
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. IZ
Umur : 15 bulan
Tempat / tanggal lahir : Padang, 23 April 2014
Alamat : Jl. Jatinegara Timur No. 11
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Orang tua / Wali
Ayah: Ibu :
Nama : Tn. Z
Umur : 29 tahun
Alamat : Jl. Jatinegera Timur No.7
Pekerjaan : Wiraswasta
Penghasilan : 2.500.000
Pendidikan : SMA
Suku Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Nama : Ny. KES
Umur : 31 tahun
Alamat : Jl. Jatinegara Timur No.7
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Penghasilan : -
Pendidikan : SMA
Suku Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Hubungan dengan orang tua : pasien merupakan anak kandung
I. RIWAYAT PENYAKIT
A. ANAMNESIS
Dilakukan secara alloanamnesis dengan Ny. KES (ibu kandung pasien)
73
Lokasi : Bangsal lantai VI Timur, kamar 613
Tanggal / waktu : 31 Juli 2015 pukul 09.30
Tanggal masuk : 30 Juli 2015 pukul 22.00
Keluhan utama : Demam sejak lima hari sebelum masuk rumah sakit
Keluhan tambahan: Batuk, pilek, bercak merah.
B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :
Pasien datang diantar kedua orangtuanya ke IGD Rumah Sakit Budhi Asih
dengan keluhan demam sejak lima hari sebelum masuk rumah sakit. Demam dirasa
tinggi dan mendadak. Demam dirasa terus menerus, dan sedikit turun bila minum
obat. Pengukuran suhu menggunakan telapak tangan. Demam tidak sampai
menggigil. Pasien juga mengeluh timbul bercak merah yang muncul tiga hari
sebelum masuk rumah sakit. Bercak awalnya muncul di daerah perut, kemudian
muncul daerah punggung, lalu ke seluruh tubuh sampai ujung tangan dan kaki.
Sebelum demam Ibu os mengatakan bahwa os mengalami batuk pilek hampir satu
minggu, lalu disertai keluhan mata merah, berair, dan banyak kotoran pada kedua
mata, namun kemudian keluhan mulai menghilang saat timbul demam, kecuali
keluhan batuk yang menetap. Nafsu makan os menurun, sampai tidak mau makan
sejak satu hari sebelum masuk rumah sakit. BAB pasien mengalami peningkatan
frekuensi menjadi tiga kali per hari dengan konsistensi cair, dan sedikit ampas,
dengan jumlah seperempat gelas aqua, BAK tidak ada keluhan, warna kuning
jernih.
Ibu pasien juga mengeluh os sering mengalami batuk pilek. Pasien pernah
mengalami hal serupa sebanyak dua kali, yang pertama di Padang pada bulan
November 2013, os tidak dirawat. Kedua di Bekasi pada bulan Mei 2014, os tidak
dirawat.
C. RIWAYAT KEHAMILAN / KELAHIRAN
KEHAMILAN
Morbiditas
kehamilan
Tidak ada
Perawatan antenatal Rutin kontrol ke bidan 1 bulan sekali
KELAHIRAN Tempat persalinan Klinik Bekasi
Penolong persalinan Bidan
Cara persalinan Spontan
Penyulit : -
74
Masa gestasi Cukup Bulan
Keadaan bayi
Berat lahir : 3300 gram
Panjang lahir : 48 cm
Lingkar kepala : (tidak tahu)
Langsung menangis (+)
Pucat (-)
Nilai APGAR : (tidak tahu)
Kelainan bawaan : tidak ada
Kesimpulan riwayat kehamilan / kelahiran : Kehamilan cukup bulan tidak
disertai kelainan yang lainnya.
D. RIWAYAT PERKEMBANGAN
Pertumbuhan gigi I : Umur 8 bulan (Normal: 5-9 bulan)
Gangguan perkembangan mental : Tidak ada
Psikomotor
Tengkurap : Umur 3 bulan (Normal: 3-4 bulan)
Duduk : Umur 6 bulan (Normal: 6-9 bulan)
Berdiri : Umur 10 bulan (Normal: 9-12 bulan)
Berjalan : Umur 13 bulan (Normal: 13 bulan)
Bicara : Umur 10 bulan (Normal: 9-12 bulan)
Kesimpulan riwayat pertumbuhan dan perkembangan : sesuai waktunya
E. RIWAYAT MAKANAN
Umur
(bulan)ASI/PASI Buah / Biskuit Bubur Susu Nasi Tim
0 – 2 - - - -
2 – 4 - - - -
4 – 6 - - - -
6 – 8 - + (6 bulan) + (6 bulan) -
8 – 10 - + + + (9 bulan)
10 -12 - + + +
Diatas 1 tahun:
75
Jenis Makanan Frekuensi dan Jumlah
Nasi/ pengganti 2x/ hari
Sayur -
Daging -
Telur 1-2x/hari
Ikan 1x/minggu
Tahu 1 potong/hari
Tempe 1 potong/hari
Susu (merk) 3-4 gelas/hari (susu SGM)
Lain lain (-)
Kesulitan makan : Tidak ada kesulitan makan
F. RIWAYAT IMUNISASI
Vaksin Dasar ( umur ) Ulangan ( umur )
BCG X X X
DPT / PT X X X
Polio X X X X X X
Campak X X
Hepatitis B 0 bulan X
Kesimpulan riwayat imunisasi : imunisasi dasar hanya hepatitis B saat
melahirkan, faktor resiko terjadinya keluhan pasien.
G. RIWAYAT KELUARGA
a. Corak Reproduksi
NoTanggal lahir
(umur)
Jenis
kelaminHidup
Lahir
matiAbortus
Mati
(sebab)
Keterangan
kesehatan
1. 15 bulan Perempuan Hidup - - - Pasien
b. Riwayat Pernikahan
Ayah / Wali Ibu / Wali
76
Nama Tn. Z Ny. KES
Perkawinan ke- 1 2
Umur saat menikah 28 30
Pendidikan terakhir SMA SMA
Agama Islam Islam
Suku bangsa Indonesia Indonesia
Keadaan kesehatan Sehat Sehat
Kosanguinitas - -
Penyakit, bila ada - -
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada yang mengalami hal serupa dengan pasien di keluarga pasien,
keluarga pasien tidak memiliki penyakit asma, TB, DM.
Kesimpulan Riwayat Keluarga : Tidak ada factor resiko dari keluarga os pasien.
H. RIWAYAT PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA
Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur
Alergi (-) Difteria (-) Penyakit jantung (-)
Cacingan (-) Diare (+) 8 bln Penyakit ginjal (-)
DBD (-) Kejang (-) Radang paru (-)
Otitis (-) Morbili (-) TBC (-)
Parotitis (-) Operasi (-) Lain-lain: (-)
Kesimpulan Riwayat Penyakit yang pernah diderita : OS pernah mengalami diare
yang menurut Ibu os adalah gejala tipus.
I. RIWAYAT LINGKUNGAN PERUMAHAN
Pasien tinggal bersama kedua orang tuanya. Rumah milik orang tua pasien
sendiri, terdapat ventilasi dan sirkulasi udara yang cukup baik, terletak di daerah yang
tidak terlalu padat penduduk. Keadaan lingkungan sekitar rumah pasien diakui cukup
bersih. Sumber air yang digunakan untuk mandi dan mencuci dari PAM, sedangkan
untuk masak dan minum menggunakan air mineral yang sudah disuling (Aqua), air
dimasak terlebih dahulu sebelum dikonsumsi.
77
Kesimpulan Keadaan Lingkungan : Lingkungan rumah baik, tidak padat penduduk
II. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
a. Keadaan Umum
Kesan Sakit : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Kesan Gizi : Kesan gizi cukup
Keadaan lain : Anemis (-), ikterik (-), sianosis (-), dyspnoe (+)
b. Data Antropometri
Berat Badan sekarang : 9.2 kg
Lingkar Kepala : 46 cm (normosephali)
Panjang Badan : 79 cm Lingkar Lengan Atas : 16 cm
c. Status Gizi
- BB / U = 9.211
x100 % = 83.6% (Gizi normal)
- TB / U = 7980
x100 %=98.7 % (Tinggi normal)
- BB / TB = 9.29.5
x 100 %=96.8 % (Gizi normal)
Status gizi diatas berdasarkan kurva NCHS, kesimpulan gizi cukup
d. Tanda Vital
Tekanan Darah : - mmHg
Nadi : 160 x / menit, kuat, isi cukup, ekual kanan dan kiri, regular
Nafas : 60 x / menit, tipe abdomino-torakal, inspirasi : ekspirasi = 1:2
Suhu : 40,5 °C, axilla (diukur dengan termometer air raksa)
B. Status Lokalis
78
KEPALA : Normocephali, ubun-ubun besar sudah menutup
RAMBUT : Rambut hitam, distribusi merata dan tidak mudah dicabut, tipis
WAJAH : wajah simetris, tidak ada pembengkakan, luka atau jaringan parut
MATA :
Visus : tidak dilakukan Ptosis : -/-
Sklera ikterik : -/- Lagofthalmus : -/-
Konjunctiva anemis : -/- Cekung : -/-
Exophthalmus : -/- Kornea jernih : +/+
Strabismus : -/- Lensa jernih : +/+
Nistagmus : -/- Pupil : bulat, isokor
Refleks cahaya : langsung +/+ , tidak langsung +/+
TELINGA :
Bentuk : normotia Tuli : -/-
Nyeri tarik aurikula : -/- Nyeri tekan tragus : -/-
Liang telinga : sempit Membran timpani : sulit dinilai
Serumen : -/- Refleks cahaya : sulit dinilai
Cairan : -/-
HIDUNG :
Bentuk : simetris Napas cuping hidung : -/-
Sekret : -/- Deviasi septum : -
Mukosa hiperemis : -/- Konka eutrofi
BIBIR : mukosa berwarna merah muda, kering (-), sianosis (-)
MULUT : trismus (-) , oral hygiene buruk, terdala caries pada gigi seluruh gigi
yang sudah tumbuh
LIDAH : Normoglotia, lidah kotor (-)
TENGGOROKAN : hiperemis -
LEHER :Bentuk tidak tampak kelainan, tidak tampak pembesaran tiroid
maupun KGB, tidak tampak deviasi trakea, tidak teraba pembesaran tiroid maupun
KGB, trakea teraba di tengah
THORAKS :
79
Inspeksi : Bentuk thoraks simetris pada saat statis dan dinamis, tidak ada
pernafasan yang tertinggal, pernafasan torako-abdominal, tidak didapatkan
adanya retraksi sela iga. ictus cordis tidak dinilai.
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan dan benjolan, gerak napas simetris kanan
dan kiri, vocal fremitus sulit dinilai, teraba ictus cordis pada ICS V linea
midclavicularis kiri, denyut kuat
Perkusi : sonor di kedua lapang paru, jantung dalam batas normal
Auskultasi : suara napas vesikuler, reguler, ronchi (+/+), wheezing (-/-), bunyi
jantung I-II reguler, punctum maksimum pada ICS V 1 cm linea
midclavicularis kiri, murmur (-), gallop (-)
ABDOMEN :
Inspeksi : perut buncit, tidak dijumpai adanya efloresensi pada kulit perut
maupun benjolan, roseola spot (-), kulit keriput (-), gerakan peristaltik (-)
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), turgor kulit baik. Hepar tidak teraba membesar.
Lien tidak teraba membesar
Perkusi : timpani pada seluruh lapang perut
Auskultasi : bising usus (+), frekuensi 3 x / menit
GENITALIA : tidak dilakukan pemeriksaan karena tidak ada indikasi
KGB :
Preaurikuler : tidak teraba membesar
Postaurikuler : tidak teraba membesar
Submandibula : tidak teraba membesar
Supraclavicula : tidak teraba membesar
Axilla : tidak teraba membesar
Inguinal : tidak teraba membesar
ANGGOTA GERAK :
Ekstremitas : akral dingin pada keempat ekstremitas
C. Status Neurologis
Refleks Fisiologis Kanan Kiri
Biseps + +
Triceps + +
80
Patella + +
Achiles + +
Refleks Patologis Kanan Kiri
Babinski - -
Chaddock - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaeffer - -
Rangsang meningeal
Kaku kuduk -
Kanan Kiri
Kerniq - -
Laseq - -
Bruzinski I - -
Bruzinski II - -
Saraf cranialis
Saraf cranialis Hasil
N. I (Olfaktorius) Tidak dilakukan pemeriksaan
N. II & III (Optikus dan
Okulomotorius)
Pupil bulat isokor 2 mm/2 mm,
RCL +/+RCTL +/+
N. IV & VI (Troklearis dan
Abducens)
Dalam batas normal
N. VII (Fascialis) Wajah tampak simetris
N. VIII (Vestibulokoklearis) Tidak dilakukan pemeriksaan
N. IX & X (Glosofaringeus dan
Vagus)
Dalam batas normal
N. XI (Aksesorius) Dalam batas normal
N. XII (Hipoglosus) Dalam batas normal
81
KULIT : warna sawo matang merata, pucat (-), tidak ikterik, tidak sianosis, turgor
kulit baik, lembab, pengisian kapiler < 2 detik, petechie (-), ruam (+)
TULANG BELAKANG : bentuk normal, tidak terdapat deviasi,benjolan (-),ruam (-)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. (Lab. Dari IGD pada tanggal 30 Juli 2015)
Hematologi Hasil Nilai Normal
Leukosit 8.8 ribu/ μL 6 – 17
Eritrosit 5.0 jt/ μL 3.6 - 5.2
Hemoglobin 11,7 g/ dL 10,8-12,8
Hematokrit 37 % 35-43
Trombosit 208 ribu / μL 217 – 497
MCV 74.0 fL 73 – 101
MCH 23.6 pg 23 – 31
MCHC 31.8 g/dL 26 – 34
RDW 16.3 % <14
Kimia Klinik
Metoblisme Karbohidrat
Glukosa Darah
Sewaktu
97 mg/dL 33 – 111
Elektrolit Serum
Natrium (Na) 139 mmol /L 135-155
Kalium 4.5 mmol/L 3,6-5,5
Chlorida 104 mmol/L 98-109
82
IV. RESUME
Pasien datang diantar kedua orangtuanya ke IGD Rumah Sakit Budhi Asih
dengan keluhan demam sejak lima hari sebelum masuk rumah sakit. Demam dirasa
tinggi dan mendadak. Demam dirasa terus menerus, dan sedikit turun bila minum
obat. Demam tidak sampai menggigil. Pasien juga mengeluh timbul bercak merah
yang muncul tiga hari sebelum masuk rumah sakit. Bercak awalnya muncul di daerah
perut, kemudian muncul daerah punggung, lalu ke seluruh tubuh sampai ujung tangan
dan kaki. Sebelum demam Ibu pasien mengatakan bahwa pasien mengalami batuk
pilek hampir satu minggu, lalu disertai keluhan mata merah, berair, dan banyak
kotoran pada kedua mata, namun kemudian keluhan mulai menghilang saat timbul
demam, kecuali keluhan batuk yang menetap. Nafsu makan pasien menurun, sampai
tidak mau makan sejak satu hari sebelum masuk rumah sakit. BAB pasien mengalami
peningkatan frekuensi menjadi tiga kali per hari dengan konsistensi cair, dan sedikit
ampas, dengan jumlah seperempat gelas aqua, os sering mengalami batuk pilek.
Pasien pernah mengalami hal serupa sebanyak dua kali.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan : Nadi: 160x/menit, RR: 60x/menit, Suhu:
40,50C Mata : Sekret +/+, Hidung : Sekret +/+, Wajah : Ruam makulopapular, Leher :
Ruam makulopapular, Thorax : Ruam makulopapular, Sn. Vesikuler +/+ Ronkhi +/+
Wheezing -/-Punggung : Ruam makulopapular, Abdomen : Ruam makulopapular,
Ekstremitas : Ruam makulopapular
V. DIAGNOSIS BANDING
- Morbili
- DHF
- ISPA
- Bronkopneumonia
- Bronchitis Akut
- Bronkiolitis
VI. DIAGNOSIS KERJA
- Morbili dengan suspek Bronkopneumonia
83
VII. PEMERIKSAAN ANJURAN
- Pemeriksaan darah : darah lengkap
- Foto Thoraks
VIII. PENATALAKSANAAN
A. Non medika Mentosa
1. Edukasi ibu pasien tentang penyakit pasien.
B. Medika Mentosa
1. IVFD Kaen 3B 3 cc/kgBB/jam
2. Vit. A 1 x 200.000 ui
3. PCT 4 x 100 mg suhu > 38oC
4. Ambroxol 5 mg 3 x 1
5. Salbutamol 0.5 mg 3 x 1
6. Salicyl Talk
IX. PROGNOSIS
Ad Vitam : Ad Bonam
Ad Functionam : Ad Bonam
Ad Sanationam : Ad Bonam
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
RS PENDIDIKAN : RSUD BUDHI ASIH
84
STATUS PASIEN KASUS V
Nama Mahasiswa : Alfaria Elia Rahma Putri
NIM : 030.10.018
Pembimbing : Prof. Widagdo, Sp.A
Tanda tangan :
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. MT
Umur : 2 tahun
Tempat / tanggal lahir : Jakarta, 23 Juli 2013
Alamat : Jl. Cipinang timur No. 22
Jenis Kelamin : Laki -laki
Agama : Islam
Orang tua/wali
Ayah Ibu
Nama: Tn. M. Y.
Umur : 38 tahun
Alamat: Jl. Rawa Domba No. II, Duren
Sawit.
Pekerjaan : Wiraswasta
Penghasilan : Rp. 3,000.000,00
Pendidikan : STM
Suku Bangsa: Jawa
Agama : Islam
Nama : Ny. S
Umur : 32 tahun
Alamat: Jl. Rawa Domba No. II, Duren
Sawit.
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Penghasilan : -
Pendidikan : SMA
Suku Bangsa: Jawa
Agama : Islam
Hubungan dengan orang tua : pasien merupakan anak kandung.
I. RIWAYAT PENYAKIT
A. ANAMNESIS
Dilakukan secara alloanamnesis dengan Tn. M. Y. (ayah kandung pasien).
Lokasi : Bangsal lantai VI Timur, kamar 612
85
Tanggal / waktu : 10 Agustus 2015 pukul 11.00
Tanggal masuk : 11 Agustus 2015 pukul 10.30
Keluhan utama : sesak napas sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS).
Keluhan tambahan : batuk.
A. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG:
Pasien dibawa ke IGD RSUD Budhi Asih oleh orang tua pasien dengan
keluhan sesak napas sejak 1 hari SMRS. Sesak disertai batuk dan bunyi ngik. Saat di
rumah, sesak terjadi sebanyak 3 kali. Sesak pertama, terjadi saat malam hari ketika
pasien sedang tidur. Kemudian pasien diberi inhalasi (salbutamol) oleh ibu pasien dan
sesak berkurang. Beberapa jam kemudian pasien mengalami sesak kembali dan diberi
inhalasi lagi untuk yang kedua kalinya dan sesak berkurang. Namun pada saat pagi
hari (4 jam SMRS) sesak timbul kembali dan akhirnya pasien di bawa ke rumah sakit.
Pada saat di IGD, pasien diberikan inhalasi sebanyak 2 kali, namun sesak masih ada.
Pasien memiliki riwayat penyakit asma sejak umur 1 tahun 6 bulan dan
biasanya kambuh tiap 3 bulan. Selama kambuh, serangan dapat terjadi sampai
beberapa hari. Namun satu tahun terakhir ini asma jarang kambuh. Pasien terakhir kali
di bawa ke IGD karena serangan asma yaitu pada bulan Desember 2013.
Lima hari SMRS pasien mengalami batuk dan pilek. Batuk disertai dahak
berwarna putih. Pasien sudah dibawa ke puskesmas dan diberi obat batuk namun
batuk belum hilang. Tidak ada keluhan demam, mual, dan muntah. BAK dan BAB
seperti biasa.
B. RIWAYAT KEHAMILAN / KELAHIRAN
KEHAMILAN
Morbiditas
kehamilan
Tidak ada
Perawatan antenatal Rutin kontrol ke bidan 1 bulan sekali,
imunisasi TT 2 kali.
KELAHIRAN Tempat persalinan Rumah Bersalin
Penolong persalinan Bidan
Cara persalinanSpontan
Penyulit : -
Masa gestasi Cukup Bulan
Keadaan bayi Berat lahir : 3200 gram
86
Panjang lahir : 49 cm
Lingkar kepala : (tidak tahu)
Langsung menangis (+)
Pucat (-)
Nilai APGAR : 8/9
Kelainan bawaan : tidak ada
Kesimpulan riwayat kehamilan / kelahiran: Kehamilan cukup bulan tidak disertai
kelainan yang lainnya.
D. RIWAYAT PERKEMBANGAN
Pertumbuhan gigi I : Umur 6 bulan (Normal: 5-9 bulan)
Gangguan perkembangan mental : Tidak ada
Psikomotor
Tengkurap : Umur 4 bulan (Normal: 3-4 bulan)
Duduk : Umur 7 bulan (Normal: 6-9 bulan)
Berdiri : Umur 12 bulan (Normal: 9-12 bulan)
Berjalan : Umur 12 bulan (Normal: 13 bulan)
Bicara : Umur 12 bulan (Normal: 9-12 bulan)
Perkembangan pubertas
Rambut pubis : -
Kesimpulan riwayat pertumbuhan dan perkembangan: pertumbuhan dan
perkembangan pasien sesuai dengan waktunya.
E. RIWAYAT MAKANAN
Umur
(bulan)ASI/PASI Buah / Biskuit Bubur Susu Nasi Tim
0 – 2 ASI - - -
2 – 4 ASI - - -
4 – 6 ASI - + (6 bulan) -
6 – 8 ASI + + +
8 – 10 ASI + + +
10 -12 ASI + + +
12-24 PASI + + +
87
Kesulitan makan: pasien tidak ada kesulitan makan.
Kesimpulan riwayat makanan: pemberian ASI sampai pasien usia 12 bulan, pasien
tidak ada kesulitan makan, asupan cukup baik.
F. RIWAYAT IMUNISASI
Vaksin Dasar ( umur ) Ulangan ( umur )
BCG 2 bulan - -
DPT / PT 2 bulan 4 bulan 6 bulan
Polio 0 bulan 2 bulan 4 bulan
Campak - - X
Hepatitis B 0 bulan 1 bulan 6 bulan
Kesimpulan riwayat imunisasi: imunisasi dasar lengkap, kecuali campak.
G. RIWAYAT KELUARGA
a. Corak Reproduksi
NoTanggal lahir
(umur)
Jenis
kelaminHidup
Lahir
matiAbortus
Mati
(sebab)
Keterangan
kesehatan
1. 5 tahun Perempuan + - - - Sehat
2. 2 tahun Laki-laki + - - - Pasien
b. Riwayat Pernikahan
Ayah / Wali Ibu / Wali
Nama Tn. M. Y Ny. S
Perkawinan ke- 1 1
Umur saat menikah 25 tahun 20 tahun
Pendidikan terakhir Tamat STM Tamat SMA
Agama Islam Islam
Suku bangsa Jawa Jawa
Keadaan kesehatan Sehat Sehat
88
Kosanguinitas - -
Penyakit, bila ada - -
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Kakek pasien memiliki riwayat penyakit asma.
Kesimpulan Riwayat Keluarga: terdapat faktor genetik asma dari keluarga
pasien.
H. RIWAYAT PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA
Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur
Alergi (+) Difteria (-) Penyakit jantung (-)
Cacingan (-) Diare (+) Penyakit ginjal (-)
DBD (-) Kejang (-) Radang paru (-)
Otitis (-) Morbili (-) TBC (-)
Parotitis (-) Operasi (-) Lain-lain: asma (+)
Kesimpulan Riwayat Penyakit yang pernah diderita: pasien memiliki riwayat
alergi debu. Pasien sudah memiliki riwayat penyakit asma sejak usia 1 tahun 6 bulan.
I. RIWAYAT LINGKUNGAN PERUMAHAN
Pasien tinggal bersama ayah, ibu dan kakak pasien di rumah berlantai satu
yang merupakan rumah ayah pasien. Rumah memiliki ventilasi yang cukup baik,
tidak terasa pengap. Pada saat siang hari sinar matahari dapat masuk ke dalam rumah
dengan baik.
Kesimpulan Keadaan Lingkungan: cukup baik.
II. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
Keadaan Umum
Kesan Sakit : Tampak sakit berat, tampak gelisah
89
Kesadaran : Compos mentis
Kesan Gizi : Baik
Keadaan lain : Anemis (-), ikterik (-), sianosis (+), dyspnoe (+).
Data Antropometri
Berat Badan sekarang : 10 kg
Panjang Badan : 96 cm
Lingkar Kepala : - cm
Lingkar Lengan Atas : - cm
Status Gizi
- BB / U = 16/16 x 100 % = 100 %
- TB / U = 96/101 x 100 % = 95 %
- BB / TB = 16/14,5 x 100 % = 110 % (Gizi normal)
Status gizi diatas berdasarkan kurva NCHS, kesimpulan gizi baik.
Tanda Vital
Tekanan Darah : - mmHg
Nadi : 120 x / menit, kuat, isi cukup, ekual kanan dan kiri, regular.
Nafas : 64 x / menit, tipe torako-abdominal.
Suhu : 37.2°C, axilla (diukur dengan termometer air raksa)
KEPALA : Normocephali.
RAMBUT : Rambut hitam, distribusi merata dan tidak mudah dicabut, tipis.
WAJAH : wajah simetris, tidak ada pembengkakan, luka atau jaringan parut.
MATA :
Visus : tidak dilakukan Ptosis : -/-
Sklera ikterik : -/- Lagofthalmus : -/-
Konjunctiva anemis : -/- Cekung : -/-
Exophthalmus : -/- Kornea jernih : +/+
Strabismus : -/- Lensa jernih : +/+
Nistagmus : -/- Pupil : bulat, isokor
Refleks cahaya : langsung +/+ , tidak langsung +/+
TELINGA :
90
Bentuk : normotia Tuli : -/-
Nyeri tarik aurikula : -/- Nyeri tekan tragus : -/-
Liang telinga : sempit Membran timpani : intak
Serumen : -/- Cairan : -/-
HIDUNG :
Bentuk : simetris Napas cuping hidung: +/+
Sekret : -/- Deviasi septum : -
Mukosa hiperemis : -/- Konka eutrofi : -
BIBIR : mukosa berwarna merah muda, kering (+), sianosis (+).
MULUT : trismus (-) , oral hygiene baik.
LIDAH : Normoglotia, lidah kotor (-)
TENGGOROKAN : hiperemis (+), tonsil T1-T1, kripta (-), detritus (-).
LEHER : kelenjar tiroid dan KGB tidak membesar.
THORAKS :
Inspeksi : Bentuk thoraks simetris pada saat statis dan dinamis, tidak ada
pernafasan yang tertinggal, pernafasan torako-abdominal, retraksi suprastrenal
(+), retraksi intercostal (+), retraksi epigastrium (+), ictus cordis tidak dinilai.
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan dan benjolan, gerak napas simetris kanan
dan kiri, vocal fremitus sulit dinilai, teraba ictus cordis pada ICS V linea
midclavicularis kiri, denyut kuat
Perkusi : sonor di kedua lapang paru, jantung dalam batas normal
Auskultasi : suara napas vesikuler, reguler, ronchi (+/+), wheezing (+/+),
bunyi jantung I-II reguler, punctum maksimum pada ICS V 1 cm linea
midclavicularis kiri, murmur (-), gallop (-)
ABDOMEN :
Inspeksi : perut datar, tidak dijumpai adanya efloresensi pada kulit perut
maupun benjolan, smilling umbilicus (-).
Auskultasi : bising usus (+), frekuensi 3x/menit.
Perkusi : timpani pada seluruh lapang abdomen.
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), turgor kulit baik. Hepar dan lien tidak
teraba membesar.
91
GENITALIA : tidak dilakukan pemeriksaan.
KGB :
Preaurikuler : tidak teraba membesar
Postaurikuler : tidak teraba membesar
Submandibula : tidak teraba membesar
Supraclavicula : tidak teraba membesar
Axilla : tidak teraba membesar
Inguinal : tidak teraba membesar
ANGGOTA GERAK :
Ekstremitas : akral hangat pada keempat ekstremitas, CRT < 2 detik.
STATUS NEUROLOGIS
Refleks Fisiologis Kanan Kiri
Biseps + +
Triceps + +
Patella + +
Achiles + +
Refleks Patologis Kanan Kiri
Babinski - -
Chaddock - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaeffer - -
Rangsang meningeal
Kaku kuduk -
Kanan Kiri
Brudzinski I, II - -
Laseque - -
92
Kernique - -
KULIT : warna kulit kuning langsat, pucat (+), tidak ikterik, tidak sianosis, turgor
kulit baik, lembab, pengisian kapiler <2 detik, petechie (-).
TULANG BELAKANG : bentuk normal, tidak terdapat deviasi, benjolan (-), ruam
(-).
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Lengkap
(Dilakukan di IGD, 12 Agustus 2015)
Hematologi Hasil Nilai Normal
Leukosit 9,2 ribu/ μL 6 - 17
Eritrosit 4,5 jt/ Μl 3.6 - 5.2
Hemoglobin 12,7 g/ dL 10,8-12,8
Hematokrit 36 % 35-43
Trombosit 331 ribu / μL 217 – 497
MCV 79.0 fL 73– 101
MCH 28,0 pg 23–31
MCHC 36,5 g/dL 26–34
RDW 14 % <14
LED 60 mm/jam 0-10
Differential count:
a. Basofil
b. Eosinofil
0 %
0 %
0-1
1-5
93
c. Neutrofil batang
d. Neutrofil segmen
e. Limfosit
f. Monosit
1%
76%
20%
3%
3-6
25-60
25-50
1-6
Analisa Gas Darah
(dilakukan di bangsal lantai 6 Timur, 12 Agustus 2015)
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
pH 7,43 7,35-7,45
pCO2 31 mmHg 26-41
pO2 100 mmHg 80-100
Bikarbonat (HCO3) 21 mmol/L 21-28
Total CO2 22 mmol/L 23-27
Saturasi O2 97 % 95-100
Base excess -2,0 mEq/L -2,5-2,5
IV. RESUME
Pasien M, laki-laki, usia 3 tahun 8 bulan datang dengan keluhan sesak napas
sejak 1 hari SMRS. Sesak disertai batuk dan bunyi ngik. Saat di rumah, sesak terjadi
sebanyak 3 kali, sudah diberi inhalasi 2 kali, namun beberapa jam kemudian sesak
timbul kembali. Pada saat di IGD, pasien sudah diberi inhalasi 2 kali, namun sesak
masih ada. Pasien memiliki riwayat penyakit asma sejak umur 1 tahun 6 bulan dan
biasanya kambuh tiap 3 bulan. Selama 2 tahun asma hampir tidak pernah kambuh
kembali. Lima hari SMRS pasien mengalami batuk dan pilek. Batuk disertai dahak
berwarna putih. Terdaapt riwayat asma pada kakek pasien.
Pada pemeriksaan fisik, pasien gelisah, tampak sakit berat. Kesadaran kompos
mentis. Tanda vital, tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 120x/menit, pernapasan
64x/menit, dan suhu 37,2°C. Status generalis, terdapat napas cuping hidung +/+, bibir
terlihat kering dan sianosis. Pada paru-paru terdapat retraksi suprasternal, interkostal,
dan epigastrium. Suara napas vesikuler, rhonki +/+, wheezing +/+ pada inspirasi dan
ekspirasi.
94
Pemeriksaan penunjang darah lengkap LED 60 mm/jam dan neutrofil segmen
76%. Pemeriksaan analisa gas darah total CO2 22 mmol/L, base excess -2,0 mEq/L.
VI. DIAGNOSIS KERJA
Asma bronkiale episodik jarang serangan berat.
VII. PEMERIKSAAN ANJURAN
a. Uji fungsi paru
VIII. PENATALAKSANAAN
Non-medikamentosa:
a. Komunikasi-Informasi-Edukasi kepada orang tua pasien mengenai keadaan
pasien.
b. Tirah baring
c. Observasi tanda – tanda vital
Medikamentosa:
Tatalaksana IGD:
a. Oksigen 5 liter/menit.
b. Inhalasi I: ventolin + flixotide
c. IVFD KAEN 1B 3cc/kgBB/jam.
d. Injeksi dexamethasone 3x3 mg.
Tatalaksana Bangsal 6 Timur:
a. Oksigen 5 liter/menit
b. IVFD Kaen 1B 3cc/kgBB/jam
c. Injeksi dexamethasone 3mg/8 jam
d. Injeksi ampicilin 4x400 mg
e. Injeksi gentamicin 1x80 mg
f. Inhalasi tiap 2 jam: combiven 1a + NaCl 10cc
IV. PROGNOSIS
Ad Vitam : Ad Bonam
95
Ad Functionam : Ad Bonam
Ad Sanationam : Ad Bonam
Daftar Pustaka
96
1. Guyton AC. Textbook of Medical Physiology 11th Edition. Philadephia:
Elsevier, 2006.
2. Chang, B.A, et al. “Cough: are children really different to adults?”. Biomed
Central Cough 2005, 1:7 doi:10.1186/1745-9974-1-7.
3. Rahajoe, NN, et al. Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi Pertama. Jakarta:
IDAI, 2012.
4. Widoyono,2005,Penyakit Tropis (Epidemiologi,Penularan,Pencegahan,&
Pemberantasannya).Erlangga;Jakarta
5. Bremont, F., et al. "Etiology of chronic cough in children: analysis of 100
cases]." Archives de pédiatrie: organe officiel de la Sociéte française de
pédiatrie 8 (2001): 645.
6. Chang, Anne B., et al. "Chronic suppurative lung disease and bronchiectasis in
children and adults in Australia and New Zealand. A position statement from
the Thoracic Society of Australia and New Zealand and the Australian Lung
Foundation." Med J Aust 193.6 (2010): 356-65
7. Murray, JF, et al. Textbook of Respiratory Medicine 4th Edition. Philadelphia:
Elsevier, 2005.
8. Chung K F, Pavord ID (Aprl 2008). Prevalence, pathogenesis, and causes of
chronic cough. Lancet 371 (9621): 1364-74
9. McCool F D. Global Physiology and Pathophysiology of Cough. CHEST
January 2006 vol. 129 no. 1 suppl 48S-53S
10. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pneumonia Komunitas, pedoman
diagnosis & penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: PDPI, 2003
11. Global Initiative for Asthma (GINA). Pocket guide management and
prevention asthma in children. 2012
12. WHO, IDAI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Jakarta:
WHO Indonesia, 2009.
13. Mansbach JM, McAdam AJ, Clark S, Hain PD, Flood RG, Acholonu U.
Prospective multicenter study of the viral etiology of bronchiolitis in the
emergency department. Acad Emerg Med. Feb 2008;15(2):111-8.
14. Edelson PJ. Respiratory syncytial virus penumonia. In : Pediatric Emergency
Casebook. New York:World Health Communications Inc.; 1985:1-15
15. Junizaf, Mariana H.2007. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung
tenggorokan. FK-UI. Jakarta
97
16. Longo, D.L, et al. Harrison’s Principle of Internal Medicine 18th Edition. New
York: McGraw-Hill, 2012.
17. Price. A, Wilson. L. M. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Edisi VI. Jakarta: ECG, 2004
18. Chang, Anne B., and William B. Glomb. "Guidelines for Evaluating Chronic
Cough in Pediatrics ACCP Evidence-Based Clinical Practice
Guidelines." Chest Journal 129.1_suppl (2006): 260S-283S.
19. Yunus F. Penatalaksanaan Batuk Dalam Praktek Sehari-hari. Jakarta: Cermin
Dunia Kedokteran No.84, 1993
98