Upload
dedek-ahmadi
View
1.286
Download
39
Embed Size (px)
BATUK EFEKTIF DAN MELATIH NAFAS DALAM
DISUSUN
OLEH
KELOMPOK III
ADE CITRA NASUTION
DEDI SWARDANA SYAHPUTRA
FERIANTO
ISHAK
LESI
RANDA RIASTUTI
SRI MADAWATI
YUDISTARA
BAMBANG PERIANTO
FAHRUL RAZI
RONI
DOSEN : AYU NORA, SKM
POLTEKES KEMENKES ACEH
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN LANGSA
TAHUN AJARAN 2011/2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya
sehingga makalah yang berjudul “Batuk Efektif Dan Melatih Nafas Dalam” ini dapat
diselesaikan..
Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah banyak membantu
dalam penyusunan makalah ini, khususnya kepada Ibu Ayu Nora, SKM selaku Dosen
pembimbing yang telah memberikan saran, bimbingan dan dukungan moril maupun materi
dalam penyusunan makalah ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan seakademi dan semua
pihak yang banyak membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran sebagai masukan untuk perbaikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah wawasan,
pengetahuan dan pemahaman semua pihak tentang “Batuk Efektif Dan Melatih Nafas
Dalam”.
Wassalam..
Langsa, Juni 2012
Penulis
BATUK EFEKTIF DAN MELATIH N AFAS DALAM
A. PENGERTIAN DAN TUJUAN
Batuk merupakan cara efektif dan efisien untuk mengeluarkan lendir di saluran
pernapasan. Agar batuk jadi efektif maka perlu diberikan latihan batuk. Namun latihan ini
hanya bisa dilakukan pada anak yang sudah bisa diajak sedikit bekerja sama (kooperatif) atau
mulai di usia balita. Untuk bayi, teknik batuk pada fisoterapi di rumah biasanya ditiadakan.
Bayi biasanya mengeluarkan lendir dengan cara memuntahkannya.
Latihan Batuk merupakan cara yang paling efektif untuk membersihkan laring, trakea,
bronkioli dari sekret dan benda asing.
Batuk efektif adalah tindakan yang diperlukan untuk membersihkan sekresi. (Hudak &
Gallo,1997:494 )
Batuk juga merupakan gejala tersering penyakit pernafasan. Rangsangan yang
biasanya menimbulkan batuk adalah rangsangan mekanik, kimia dan peradangan. Setiap
proses peradangan saluran pernafasan dengan atau tanpa eksudat dapat mengakibatkan batuk.
Bronkitis kronik, asma, Tbc ( Tuberculosis paru ) dan pneumonia merupakan penyakit yang
secara tipikal memiliki batuk sebagai gejala yg mencolok. ( wilson, 2006:773-774 )
Batuk efektif merupakan suatu metode batuk dengan benar, dimana klien dapat
menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara
maksimal. ( Jenkins, 1996 ).
Latihan batuk efektif adalah suatu metode atau cara untuk mengeluarkan sputum
yang ada didalam saluran pernafasan.
Batuk efektif dan napas dalam merupakan teknik batuk efektif yang menekankan
inspirasi maksimal yang dimulai dari ekspirasi , yang bertujuan: :
1. Merangsang terbukanya sistem kolateral.
2. Meningkatkan distribusi ventilasi.
3. Meningkatkan volume paru dan memfasilitasi pembersihan saluran napas.
(Jenkins,1996)
4. Meningkatkan ekspansi paru.
5. Mobilisasi sekresi.
6. Mencegah efek samping dari retensi sekresi (pneumonia, ateletaksis dan demam ).
(Hudak & Gallo, 1997:494)
Latihan batuk efektif berfungsi mengeluarkan sekresi ( Stari, 1992 ).
Tujuan dilakukannya latihan batuk efektif adalah
1. Melatih otot-otot pernafasan agar dapat melakukan fungsi dengan baik
2. Mengeluarkan dahak atau seputum yang ada disaluran pernafasan
3. Melatih klien agar terbiasa melakukan cara pernafasan dengan baik
Menurut Wilson ( 2006:773-774 ) Batuk Efektif Dilakukan pada pasien seperti :
Bronkritis kronik
Asma
Tuberculosis Paru ( TBC Paru ).
Pneumonia
Emfisema
Batuk efektif dan napas dalam merupakan teknik batuk efektif yang menekankan
inspirasi maksimal yang dimulai dari ekspirasi , yang bertujuan : Merangsang terbukanya
system kolateral, Meningkatkan distribusi ventilasi, Meningkatkan volume paru,
Memfasilitasi pembersihan saluran napas ( Jenkins, 1996 ).
Batuk Yang tidak efektif menyebabkan :
Kolaps saluran nafas
Ruptur dinding alveoli
Pneumothoraks
Latihan nafas dalam adalah bernapas dengan perlahan dan menggunakan diafragma,
sehingga memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang penuh (Parsudi,
dkk., 2002). Tujuan nafas dalam adalah untuk mencapai ventilasi yang lebih terkontrol dan
efisien serta untuk mengurangi kerja bernafas, meningkatkan inflasi alveolar maksimal,
meningkatkan relaksasi otot, menghilangkan ansietas, menyingkirkan pola aktifitas otot-otot
pernafasan yang tidak berguna, tidak terkoordinasi, melambatkan frekuensi pernafasan,
mengurangi udara yang terperangkap serta mengurangi kerja bernafas (Suddarth & Brunner,
2002).
Latihan nafas dalam bukanlah bentuk dari latihan fisik, ini merupakan teknik jiwa dan
tubuh yang bisa ditambahkan dalam berbagai rutinitas guna mendapatkan efek relaks. Praktik
jangka panjang dari latihan pernafasan dalam akan memperbaiki kesehatan. Bernafas pelan
adalah bentuk paling sehat dari pernafasan dalam (Brunner & Suddarth, 2002).
Nafas dalam yaitu bentuk latihan nafas yang terdiri atas :
1. Pernafasan Diafragma
Pemberian oksigen bila penderita mendapat terapi oksigen di rumah.
Posisi penderita bisa duduk, telentang, setengah duduk, tidur miring ke kiri atau
ke kanan, mendatar atau setengah duduk.
Penderita meletakkan salah satu tangannya di atas perut bagian tengah, tangan
yang lain di atas dada. Akan dirasakan perut bagian atas mengembang dan tulang
rusuk bagian bawah membuka. Penderita perlu disadarkan bahwa diafragma
memang turun pada waktu inspirasi. Saat gerakan (ekskursi) dada minimal.
Dinding dada dan otot bantu napas relaksasi.
Penderita menarik napas melalui hidung dan saat ekspirasi pelan-pelan melalui
mulut (pursed lips breathing), selama inspirasi, diafragma sengaja dibuat aktif dan
memaksimalkan protrusi (pengembangan) perut. Otot perut bagian depan dibuat
berkontraksi selama inspirasi untuk memudahkan gerakan diafragma dan
meningkatkan ekspansi sangkar toraks bagian bawah.
Selama ekspirasi penderita dapat menggunakan kontraksi otot perut untuk
menggerakkan diafragma lebih tinggi. Beban seberat 0,51 kg dapat diletakkan di
atas dinding perut untuk membantu aktivitas ini.
2. Pursed lips breathing
menarik napas (inspirasi) secara biasa beberapa detik melalui hidung (bukan
menarik napas dalam) dengan mulut tertutup.
kemudian mengeluarkan napas (ekspirasi) pelan-pelan melalui mulut dengan
posisi seperti bersiul.
PLB dilakukan dengan atau tanpa kontraksi otot abdomen selama ekspirasi.
Selama PLB tidak ada udara ekspirasi yang mengalir melalui hidung.
Dengan pursed lips breathing (PLB) akan terjadi peningkatan tekanan pada
rongga mulut, kemudian tekanan ini akan diteruskan melalui cabang-cabang
bronkus sehingga dapat mencegah air trapping dan kolaps saluran napas kecil
pada waktu ekspirasi
Batuk efektif tergantung pada intaknya busur refleks afferent-efferent, ekspirasi yang
adekuat dan kekuatan dinding otot dada dan normalnya produksi dan bersihan mukosiliar.
Point penting :
Umur
Durasi batuk
Dyspneu (saat istirahat atau aktivitas)
Gejala konstitusional
Riwayat merokok
Tanda vital (denyut jantung, respirasi, temperatur tubuh)
Pemeriksaan thorax
Radiologi thorax saat batuk yang tidak bisa dijelaskan terjadi lebih dari 3-6 minggu
B. PERSIAPAN PASIEN DAN INDIKASINYA
Persiapan Pasien :
Latihan nafas dalam
1. Atur posisi yang nyaman
2. Flexikan lutut klien untuk merileksasikan otot abdominal
3. Letakkan 1 atau 2 tangan pd abdomen, tepat dibawah tulang iga
4. Tarik nafas dalam melalui hidung, jaga mulut tetap tertutup, hitung sampai 3 selama
inspirasi
5. Hembusan udara lewat bibir seperti seperti meniup (purse lips breathtig) secara
perlahan
Cara Latihan Teknik Nafas Dalam
1. Tarik nafas melalui hidung secara maksimal kemudian tahan 1-2 detik
2. Keluarkan secara perlahan dari mulut
3. Lakukanlah 4-5 kali latihan, lakukanlah minimal 3 kali sehari (pagi, siang, sore)
Batuk efektif
1. Tarik nafas dalam lewat hidung dan tahan nafas untuk beberapa detik
2. Batuk 2 kali,pd saat batuk tekan dada dengan bantal,tampung sekret pd sputum pot
3. Hindari penggunaan waktu yang lama selama batuk karena dapat menyebabkan
hipoksia
Cara Batuk Efektif
Tarik nafas dalam 4-5 kali
Pada tarikan selanjutnya nafas ditahan selama 1-2 detik
Angkat bahu dan dada dilonggarkan serta batukan dengan kuat
Lakukan empat kali setiap batuk efektif, frekuensi disesuaikan dengan kebutuhan
Perhatikan kondisi penderita
Cara Batuk Eefktif
Duduk tegak.
Kemudian hirup napas dalam 2 kali secara perlahan – lahan melalui hidung dan
hembuskan melalui mulut.
Hirup napas dalam ketiga kalinya dan tahan napas sampai hitungan ke 3, Batukkan
dengan kuat 2 atau 3 kali secara berturut-turut tanpa menghirup napas kembali selama
melakukan batuk.
Lanjutkan latihan batuk sebanyak 2-3 kali pada saat terjaga.
Ulangi sesuai dengan kebutuhan. ( Bangerd, 2011 )
Adapun cara latihan batuk efektif yaitu dengan : anjurkan klien menarik nafas selama
3x kemudian anjurkan klien batuk secara menghentak. Batuk secara terkekeh-tekeh dapat
menyebabkan seseorang kehilangan banyak energi dan sulit untuk mengeluarkan dahak.
Untuk mengantisipasi hal tersebut kita dapat menggunakan teknik batuk efektif.
Adapun latihan batuk untuk anak balita yang bisa dilakukan adalah :
Anak duduk dengan agak membungkuk.
Minta ia menarik napas dalam-dalam
lalu tahan dan kontraksikan otot perut.
Tiup napas lebih kuat dan batuk.
Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi klien terutama klien yang mengalami
operasi dengan anestesi general. Karena pasien akan mengalami pemasangan alat bantu nafas
selama dalam kondisi teransetesi. Sehingga ketika sadar pasien akan mengalami rasa tidak
nyaman pada tenggorokan. Dengan terasa banyak lendir kental di tenggorokan. Latihan batuk
efektif sangat bermanfaat bagi pasien setalah operasi untuk mengeluarkan lendir atau sekret
tersebut.
Pasien dapat dilatih melakukan teknik batuk efektif dengan cara :
Pasien condong ke depan dari posisi semifowler, jalinkan jari-jari tangan dan letakkan
melintang diatas incisi sebagai bebat ketika batuk.
Kemudian pasien nafas dalam seperti cara nafas dalam (3-5 kali)
Segera lakukan batuk spontan, pastikan rongga pernafasan terbuka dan tidak hanya
batuk dengan mengadalkan kekuatan tenggorokan saja karena bisa terjadi luka pada
tenggorokan.
Hal ini bisa menimbulkan ketidaknyamanan, namun tidak berbahaya terhadap incisi.
Ulangi lagi sesuai kebutuhan.
Jika selama batuk daerah operasi terasa nyeri, pasien bisa menambahkan dengan
menggunakan bantal kecil atau gulungan handuk yang lembut untuk menahan daerah operasi
dengan hati-hati sehingga dapat mengurangi guncangan tubuh saat batuk. Batuk
mempengaruhi interaksi personal dan sosial, mengganggu tidur dan sering menyebabkan
ketidak nyamanan pada tenggorakan dan dinding dada.
Indikasi pada pasien penyakit paru
Dilakukan pada pasien seperti : COPD/PPOK, Emphysema, Fibrosis, Asma, chest infection,
pasien bedrest atau post operasi
Huff Coughing adalah tehnik mengontrol batuk yang dapat digunakan pada pasien
menderita penyakit paru-paru seperti COPD/PPOK, emphysema atau cystic fibrosis.
Huff Coughing :
Untuk menyiapkan paru-paru dan saluran nafas dari Tehnik Batuk huff, keluarkan
semua udara dari dalam paru-paru dan saluran nafas. Mulai dengan bernafas pelan.
Ambil nafas secara perlahan, akhiri dengan mengeluarkan nafas secar perlahan selama
3 – 4 detik.
Tarik nafas secara diafragma, Lakukan secara pelan dan nyaman, jangan sampai
overventilasi paru-paru.
Setelah menarik nafas secra perlahan, tahan nafas selama 3 detik, Ini untuk
mengontrol nafas dan mempersiapkan melakukan batuk huff secara efektif.
Angkat dagu agak keatas, dan gunakan otot perut untuk melakukan pengeluaran nafas
cepat sebanyak 3 kali dengan saluran nafas dan mulut terbuka, keluarkan dengan
bunyi Ha,ha,ha atau huff, huff, huff. Tindakan ini membantu epligotis terbuka dan
mempermudah pengeluaran mucus.
Kontrol nafas, kemudian ambil napas pelan 2 kali.
Ulangi tehnik batuk diatas sampai mucus sampai ke belakang tenggorokkan
Setelah itu batukkan dan keluarkan mucus/dahak
Postsurgical Deep Coughing
Step 1 :
Duduk di sudut tempat tidur atau kursi, juga dpat berbaring terlentang dengan lutut
agak ditekukkan.
Pegang/tahan bantal atau gulungan handuk terhadap luka operasi dengan kedua tangan
Bernafaslah dengan normal
Step 2 :
Bernafaslah dengan pelan dan dalam melalui hidung.
Kemudian keluarkan nafas dengan penuh melalui mulut, Ulangi untuk yang kedua
kalinya.
Untuk ketiga kalinya, Ambil nafas secara pelan dan dalam melalui hidung, Penuhi
paru-paru sampai terasa sepenuh mungkin.
Step 3 :
Batukkan 2 – 3 kali secara berturut-turut. Usahakan untuk mengeluarkan udara dari
paru-paru semaksimalkan mungkin ketika batuk.
Relax dan bernafas seperti biasa
Ulangi tindakan diatas.
Temuan Klinis
Gejala :
Membedakan batuk akut (<> 3 minggu) merupakah langkah awal dalam
mengevaluasi.
Pada individu dewasa yang sehat, sebagaian besar sindrom batuk diakibatkan oleh
infeksi saluran respirasi oleh virus.
Batuk post infeksi yang berlangsung 3 – 8 minggu di sebut sebagai batuk sub akut
untuk membaedakan dari batuk akut dan kronik.
Gejala klinik tambahan seperti demam, kongesti nasal dan radang tenggorokan dapat
membantu dalam mendiagnosis.
Dyspneu ( saat istirahat atau aktivitas) mencerminkan kondisi yang serius dan
memerlukan evaluasi lebih lanjut termasuk penilaian oksigenasi (pulse oksimetri atau
pengukuran gas darah arteri), aliran udara (peak flow atau spirometri) dan penyakit
parenkim paru ( radiologi thorax).
Waktu dan karakter batuk tidak bermanfaat untuk menentukan penyebab batuk akut
ataupun persisten, meskipun varian batuk asma sebaiknya dipertimbangkan pada orang
dewasa dengan batuk nokturna prominent. Penyebab tidak umum batuk akut dicurigai pada
orang dengan penyakit jantung (gagal jantung kongestif) atau hay fever (rhinitis alergi) dan
orang dengan faktor resiko lingkungan (misalnya petani).
Batuk yang disebabkan oleh infeksi saluran respirasi akut membaik dalam 3 minggu
pada 90% pasien. Infeksi pertusis dicurigai pada orang dewasa yang sebelumnya di imunisasi
dengan batuk persisten atau berat sekitar 2 – 3 minggu. Saat tidak ditemukan terapi dengan
obat ACE inhibitor, infeksi saluran respirasi akut dan radiologi thorax abnormal, sampai 90%
kasus batuk persisten disebabkan oleh postnasal drip, asma atau gastroesophageal reflux
disease (GERD). Riwayat kongesti nasal atau sinus, wheezing atau rasa terbakar pada jantung
(heartburn) sebaiknya cepat dievaluasi dan terapi.
Kondisi tersebut sering menyebabkan batuk persisten pada keadaan batuk tanpa gejala
lain yang terlihat. Karsinoma bronkogenik dicurigai saat batuk disertai penurunan berat badan
yang tidak diketahui sebabnya, demam dengan keringat malam terutama pada orang dengan
riwayat merokok dan terpapar.
Batuk persisten yang disertai sekresi mukus yang banyak dicurigai bronkitis kronik
pada perokok atau bronkiektasis pada pasien dengan riwayat pneumonia rekurent atau terjadi
komplikasi, radiologi thorax dapat membantu. Dyspneu pada istirahat atau aktifitas umumnya
tidak terdapat pada pasien dengan batuk persisten. Dyspneu memerlukan penilaian lebih
lanjut terhadap bukti lebih lanjut penyakit paru kronik atau gagal jantung kongestif.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dapat secara langsung sebagai alat diagnostik untuk batuk akut dan
persisten. Pneumonia dicurigai saat batuk akut disertai dengan tanda vital yang abnormal
(takikardi, takipneu, demam) atau ditemukan konsolidasi ruang udara (ronki, penurunan suara
nafas, fremitus, egophny).
Meskipun sputum yang purulen berhubungan dengan infeksi bakteri pada pasien
penyakit paru (misalnya Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), cystik fibrosis), pada
pneumonia merupakan prediktor yang jelek pada pasien dewasa sehat. Terapi antibiotika pada
orang dewasa dengan sputum yang purulen tidak menunjukan manfaat. Wheezing dan ronki
sering ditemukan pada orang dewasa dengan bronkitis akut dan pada sebagian besar kasus
tidak mencerminkan asma yang beronset pada dewasa. Pemeriksaan fisik pada orang dewasa
dengan batuk persisten kemungkinan dapat menunjukan bukti sinusitis kronik, syndrom post
nasal drip atau asma. Tanda dada dan jantung dapat membedakan PPOK dan GJK (Gagal
Jantung Kongestif).
Pada pasien batuk yang disertai dyspneu, test match normal (mampu membedakan
match 25 cm jauhnya) dan tinggi laringeal maksimum 4 cm (diukur dari sternal notch ke
kartilago cricoid pada akhir ekspirasi) menurunkan kemungkinan PPOK. Sama juga, tekanan
vena jugularis dan reflux hepatojugular negatif menurunkan kemungkinan GJK biventrikular.
Diagnosis Banding
Batuk akut
Batuk akut dapat merupakan tanda infeksi saluran respirasi akut, asma, rhinitis alergi dan
gagal jantung kongestif.
Batuk persisten
Penyebab batuk persisten termasuk infeksi pertusis, syndrom post nasal drip (atau sundrom
batuk jalan nafas atas), asma (termasuk batuk varian asma), GERD, bronkitis kronik,
bronkiektasis, tuberkulosis atau infeksi kronik lainnya, penyakit paru interstitial dan
karsinoma bronkogenik. Batuk persisten dapat juga psikogenik.
Pemeriksaan Diagnostik
Batuk akut
Radiolograpi thorax dipertimbangkan pada orang dewasa dengan batuk yang akut yang
menunjukan tanda vital yang abnormal atau pada pemeriksaan thorax curiga pneumonia.
Batuk persisten
Radiography thorax indiksai jika telah disingkirkan kemungkinan pasien menjalani terapi
dengan ACE inhibitor dan batuk post infeksi dengan anamnesis. Pemeriksaan terhadap infeksi
pertusis dilakukan dengan menggunakan polymerase chain reaction pada swab nasopharingeal
atau spesimen hidung. Saat radiologinya normal, pertimbangkan kemungkinan postnasal drip,
asma dan GERD. Terdapatnya gejala-gejala umum tersebut sebaiknya dievaluasi lebih lanjut
atau diberikan terapi empirik. Akan tetapi, terapi empirik direkomendasikan untuk postnasal
drip, asma atau GERD selama 2-4 minggu meskipun penyakit-penyakit tersebut yang bukan
menyebabkan batuknya. Sekitar 25% kasus batuk persisten disebabkan berbagai macam
penyebab. Spirometri dapat membatu obstruksi saluran nafas pada pasien dengan batuk
persisten dan wheezing dan yang tidak respon terhadap pengobatan asma. Ketika terapi
empirik untuk sindrom postnasal drip, asma dan GERD tidak membantu, evaluasi lebih lanjut
diperlukan melalui pH manometri, endoskopi, barium swallow, CT scan sinus atau thorax.
Terapi
Batuk Akut
Dalam memberikan terapi batuk akut sebaiknya berdasarkan penyebab penyakitnya, batuknya
sendiri dan faktor-faktor tambahan yang membuat batuk kambuh.
Ketika diagnosa influenza ditegakkan, terapi dengan amantadine, rimantadine, oseltamivir
atau zanamivir efektif ( 1 hari atau kurang) ketida dimulai 30-48 jam dari onset penyakit.
Pada infeksi Chlamydia atau Mycoplasma, antibiotik seperti ertiromysin, 250 mg oral 4 kali
sehari selama 7 hari atau doksisiklin 100 mg oral 2 kali sehari selama 7 hari.
Pada pasien dengan bronkitis akut, terapi dengan inhalasi beta 2 -agonis dapat mengurangi
keparahan dan durasi batuk pada beberapa pasien.
Bukti menunjukan pemberian dextromethorphan bermanfaat dalam meringankan batuk pada
orang dewasa dengan infeksi saluran respirasi akut.
Terapi postnasal drip (dengan antihistamin, dekongestan, atau kortikosteroid nasal) atau
GERD (dengan H2 blocker atau proton-pump inhibittor) yang disertai dengan batuk akut
dapat menolong.
Terdapat bukti bahwa vitamin C dan echinacea tidak efektif dalam mengurangi keparahan
batuk akut, tetapi terdapat bukti juga bahwa vitamin C (sedikitnya 1 gram sehari) bermanfaat
dalam mencegah flu pada orang dengan stress fisik (misal: setelah marathon) atau malnutrisi.
Batuk Persisten
Saat dicurigai infeksi pertusis, terapi dengan antibiotika makrolid tepat untuk mengurangi
penyebaran dan transmisi organisme.
Jika infeksi pertusis berlangsung 7-10 hari, terapi antibiotika tidak mengurangi durasi batuk
yang dapat berlangsung selama 6 bulan.
Tidak ada bukti yang merekomendasikan berapa lama terapi batuk persisten dilanjutkan untuk
postnasal drip, asma atau GERD.
Gejala yang kambuh lagi memerlukan evaluasi lebih lanjut.
Pasien dengan batuk persisten tanpa sebab yang jelas dikonsultasikan dengan
otolaryngologist; terapinya dengan lidokain nebulasi.
C. PERSIAPAN ALAT DAN PROSEDUR PELAKSANAAN
Peralatan yang digunakan :
1. sarung tangan
2. bengkok
3. antiseptik (jika perlu)
4. sputum pot
5. gelas berisi air hangat
6. tisu habis pakai
Tindakan/Prosedur :
ucapkan basmalah
cuci tangan
persiapan klien dan lingkungan :
salam terapeutik
informed consent dan kontrak kepada klien
dekatkan peralatan yang telah disiapkan di samping tempat tidur klien.
jaga privasi klien
kaji pernapasan klien
atur posisi klien dalam posisi nyaman setengah duduk diatas tempat tidur atau kursi
atau pada posisi tidur dengan satu bantal
fleksikan lutut klien untuk merelaksasikan otot abdomen
peragakan pada klien cara nafas dalam
tempatkan satu atau dua tangan pada abdomen dibawah tulang rusuk
tarik nafas melalui hidung dengan mulut tertutup, pusatkan kedaerah abdomen.
inhalasi/menarik nafas sepanjang 3 hitungan.
buat mulut seperti akan bersiul, kemudian keluarkan nafas perlahan dan lembut.
bentuk mulut seperti bersiul menyebabkan aliran udara yang resisten keluar dari paru-
paru, meningkatkan tekanan dalam bronchus dan meminimalkan kolpas pada jalan
nafas yang lebih kecil.
pusatkan pada dinding abdomen dan kencangkan otot abdomen saat mengeluarkan
nafas untuk meningkatkan efektifitas ekshalasi. hitung 7 hitungan selama ekshalasi.
ulangi sebanyak sampai 3-5 kali
peragakan cara batuk efektif pada klien
setelah menggunakan bronchodilator atau melakukan nafas dalam, pada nafas terakhir
tahan nafas selama beberapa detik.
batuk dua kali. batuk pertama melepaskan mucus dan batuk kedua untuk
mengeluarkan secret. batuk dengan menutup mulut dengan tangan yang telah dibalut
tissue.
hindari episode batuk yang lama karena dapat menyebabkan kelelahan dan hipoksia.
buang sekret yang ada pada sputum pot
minta klien untuk mengulangi peragaan tadi
anjurkan klien untuk melakukan tindakan ini selama 5 mneit. dan latihan ini dapat
dilakukan 4-5 kali/hari (pagi bangun tidur, saat rileks, siang sebelum makan dan sore
setelah mandi)
terminasi dan kontrak waktu selanjutnya
cuci tangan
lakukan pendokumentasian: karakteristik sputum (warna, jumlah)
akhirilah dengan membaca hamdallah
Standard Operasional Prosedure (SOP) Batuk Efektif
1. Tahap PraInteraksi
Mengecek program terapi
Mencuci tangan
Menyiapkan alat
2. Tahap Orientasi
Memberikan salam dan sapa nama pasien
Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien
3. Tahap Kerja
Menjaga privacy pasien
Mempersiapkan pasien
Meminta pasien meletakkan satu tangan di dada dan satu tangan di abdomen
Melatih pasien melakukan nafas perut (menarik nafas dalam melalui hidung
hingga 3 hitungan, jaga mulut tetap tertutup)
Meminta pasien merasakan mengembangnya abdomen (cegah lengkung pada
punggung)
Meminta pasien menahan nafas hingga 3 hitungan
Meminta menghembuskan nafas perlahan dalam 3 hitungan (lewat mulut, bibir
seperti meniup)
Meminta pasien merasakan mengempisnya abdomen dan kontraksi dari otot
Memasang perlak/alas dan bengkok (di pangkuan pasien bila duduk atau di dekat
mulut bila tidur miring)
Meminta pasien untuk melakukan nafas dalam 2 kali , yang ke-3: inspirasi, tahan
nafas dan batukkan dengan kuat
Menampung lender dalam sputum pot
Merapikan pasien
4. Tahap Terminasi
Melakukan evaluasi tindakan
Berpamitan dengan klien
Mencuci tangan
Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
D. FOKUS EVALUASI
kolaborasi dengan dokter untuk medikasi: pemberian obat batuk
perhatikan apakah klien mengkonsumsi obat batuk, jika ya anjurkan untuk
menghindari penggunaan yang berlebihan karena dapat menyebabkan efek samping
jika klien menderita DM, hindari sirup obat batuk yang mengandung gula atau
alkohol.
DAFTAR PUSTAKA
Black, J.M., Matassarin, E. Medical Surgical Nursing. 1997. Clinical Management for Continuity of Care. J.B. Lippincott Co.
Call SA et al. Does this patient have influenza? JAMA. 2005 Feb 23;293(8):987–97. [PMID: 15728170]
Haque RA et al. Chronic idiopathic cough: a discrete clinical entity? Chest. 2005 May;127(5):1710–3. [PMID: 15888850]
Hewlett EL et al. Clinical practice. Pertussis—not just for kids. N Engl J Med. 2005 Mar 24;352(12):1215–22. [PMID: 15788498]
http://fandik-prasetiyawan.blogspot.com/2012/04/nafas-dalam-dan-batuk-efektif.html
http://fundamental-of-nursing.blogspot.com/2008/11/latihan-batuk-efektif.html
http://jatiarsoeko.blogspot.com/2012/04/nafas-dalam-dan-batuk-efektif.html
http://ners-blog.blogspot.com/2011/10/satuan-penyuluhan-batuk-efektif-dan.html
Hudak & Gallo,(1997). Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik. Edisi 6. Volume I. Jakarta: EGC.
Jenkins, (2008), http://e-learning-keperawatan.blogspot.com-batuk-efektif-dan-napas-dalam.html.
Lin DA et al. Asthma or not? The value of flow volume loops in evaluating airflow obstruction. Allergy Asthma Proc. 2003 Mar–Apr;24(2):107–10. [PMID: 12776443]
Luckman & Sorensen. Medical Surgical Nursing. 1990. WB Saunders Company.
Metlay JP et al. Testing strategies in the initial management of patients with community-acquired pneumonia. Ann Intern Med. 2003 Jan 21;138(2):109–18. [PMID: 12529093]
Pratter MR et al. An empiric integrative approach to the management of cough: ACCP evidence-based clinical practice guidelines. Chest. 2006 Jan;129(1 Suppl):222S–231S. [PMID: 16428715]
Schroeder K et al. Over-the-counter medications for acute cough in children and adults in ambulatory settings. Cochrane Database Syst Rev. 2004;(4):CD001831. [PMID: 15495019]
Wenzel RP et al. Acute bronchitis. N Engl J Med. 2006 Nov 16;355(20):2125–30. [PMID: 17108344]
Wilson, M.Lorraine, (2006), Buku Patofisiologi Keperawatan, Konsep klinis-proses-proses penyakit, Edisi 6. Volume I. Jakarta: EGC.