35
BAB I PENDAHULUAN Hipertensi mempengaruhi 20-30% populasi di seluruh dunia dan merupakan faktor resiko kardiovaskuler mayor. Hubungan antara resiko kardiovaskuler dan tekanan darah berkesinambungan dan konsisten terhadap kelompok umur dan ada pada semua suku bangsa serta bebas dari faktor resiko lain. Ada banyak ketidakyakinan terhadap patofisiologi hipertensi. Sejumlah kecil pasien antara 2-5% memiliki penyakit mendasar yang berasal dari ginjal atau adrenal sebagai penyebab kenaikan tekanan darah, sisanya tidak memiliki sebab yang bisa ditemukan atau diidentifikasi dan kondisi ini disebut sebagai hipertensi primer. Perkembangan dalam pemahaman terhadap patogenesis hipertensi primer berlangsung lambat karena hipertensi primer bersifat sangat kompleks pada tingkat molekuler. Osteoartritis merupakan penyakit sendi degeneratif yang paling umum, 1

Referat Bab 1-3

Embed Size (px)

DESCRIPTION

REFERAT

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN 

Hipertensi mempengaruhi 20-30% populasi di seluruh dunia dan

merupakan faktor resiko kardiovaskuler mayor. Hubungan antara resiko

kardiovaskuler dan tekanan darah berkesinambungan dan konsisten terhadap

kelompok umur dan ada pada semua suku bangsa serta bebas dari faktor resiko

lain. Ada banyak ketidakyakinan terhadap patofisiologi hipertensi. Sejumlah kecil

pasien antara 2-5% memiliki penyakit mendasar yang berasal dari ginjal atau

adrenal sebagai penyebab kenaikan tekanan darah, sisanya tidak memiliki sebab

yang bisa ditemukan atau diidentifikasi dan kondisi ini disebut sebagai hipertensi

primer. Perkembangan dalam pemahaman terhadap patogenesis hipertensi primer

berlangsung lambat karena hipertensi primer bersifat sangat kompleks pada

tingkat molekuler. Osteoartritis merupakan penyakit sendi degeneratif yang paling

umum, ditandai oleh kehilangan rawan sendi progresif dan terbentuknya tulang

baru pada trabekula subkondral dan tepi tulang. Prevalensi osteoartritis meningkat

sesuai dengan usia dan penambahan berat badan, >30% terjadi pada usia >65

tahun dengan rata rata 40% mengalami gejala. Osteoartritis lebih banyak

ditemukan pada wanita dibandingkan laki-laki (1,2).

Osteoartritis pada lutut merupakan osteoartritis yang paling sering

berhubungan dengan disabilitas dibandingkan OA pada sendi yang lain. Untuk

mengatasi masalah ini, banyak program terapi dikembangkan, termasuk

pengobatan dengan NSAID dan latihan fisik (2).

1

Osteoartritis ditandai dengan perburukan non-inflamasi pada kartilago

sendi dengan pembentukan tulang baru pada tepi dan permukaan sendi. Perubahan

awal yang terjadi adalah berkurangnya mukopolisakarida kondroitin sulfat yang

merupakan kolagen di dalam matriks. Hal ini menyebabkan berkurangnya

substansi dasar yang membuat kolagen menjadi terbuka. Ketika kolagen terbuka,

serat-seratnya akan bereaksi secara berlebihan, ini yang menyebabkan

terbentuknya lesi primer pada OA (2).

Masalah kesehatan yang terjadi pada OA adalah peradangan sendi yang

mengakibatkan kerusakan sendi dan pertumbuhan tulang yang tidak terkendali,

yang akan menyebabkan kemunduran fungsi sendi. Gangguan OA yang paling

sering adalah nyeri pinggul dan lutut, kekakuan di pagi hari, krepitasi,

berkurangnya fleksibilitas, berkurangnya kekuatan otot dan stabilitas, deformitas

sendi, dan berkurangnya kapasitas aerobik. Diagnosis osteoartritis dibuat

berdasarkan manifestasi klinik dasar, lokasi deformitas sendi, usia, dan radiologi

(1).

Kriteria diagnosis OA pinggul adalah: nyeri pinggul dan minimal 2 dari 3

kriteria berikut: 1. Laju endap darah < 20 mm/jam; 2. Radiologi, terdapat osteofit

pada femur atau asetabulum; 3. Radiologi, teradapat penyempitan celah sendi

(superior, aksial, dan atau medial) (3).

Kriteria diagnosis OA lutut adalah: nyeri lutut yang bertambah seiring

dengan meningkatnya aktivitas, adanya krepitasi, dan salah satu dari 3 kriteria

berikut: 1. Usia >50 tahun; 2. Kaku sendi yang berlangsung <30 menit; 3.

Radiologi, ditemukannya penyempitan celah sendi dan osteofit (4,5).

2

Nyeri pada OA merupakan gangguan yang paling sering dan

mendominasi. Nyeri dapat terjadi saat memulai gerakan dan bertambah seiring

dengan meningkatnya beban pada sendi. Nyeri akan bertambah dengan aktivitas,

dan berkurang dengan istirahat. Nyeri akan mengakibatkan disabilitas fungsional

atau perubahan pada keseharian pasien karena nyeri menambah energi saat pasien

melakukan aktivitas dan pekerjaannya (1,6).

Penelitian Schmitz memprediksi bahwa nyeri merupakan faktor utama

yang membatasi status fungsional pada pasien OA. Status fungsional merupakan

penilaian untuk mengetahui seberapa besar disabilitas pada pasien OA. Selain itu,

status fungsional biasanya juga digunakan untuk menilai perbandingan beberapa

intervensi pada pasien OA, dan menilai evaluasi berbagai terapi pada OA (7).

Ada banyak pengukuran untuk menilai status fungsional pada osteoartritis,

diantaranya: WOMAC, LEFS, CIFKAS, AUSKAN 3.1 INDEX, OGI™ 8.0

Questionnaire, LI (Laquesne Index), dan AI (Algofunctional index). Pada tinjauan

pustaka ini akan dibahas penilaian status fungsional pada OA, terutama dengan

WOMAC (Western Ontario and McMaster Universitas Osteoarthritis Index)

scale score.

I.2 Tujuan

Adapun tujuan dari penyusunan referat ini adalah untuk mengetahui

penilaian status fungsional pada osteoarthritis, terutama dengan WOMAC

(Western Ontario and McMaster Universitas Osteoarthritis Index) scale score.

I.3 Manfaat

3

Melalui penulisan referat ini, penulis berharap memberikan pengetahuan

yang lebih dalam kepada pembaca mengenai penilaian status fungsional pada

osteoartritis.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Pengertian WOMAC Scale Score

WOMAC (Western Ontario and McMaster Universitas Osteoarthritis

Index) scale score merupakan instrument penilaian yang digunakan secara luas

untuk menilai status fungsional berupa evaluasi gejala dan fungsi, spesifik pada

pasien OA lutut dan pinggul. Pengukuran ini dikembangkan untuk mengevaluasi

klinis yang penting, serta perubahan status kesehatan pasien akibat intervensi

terapi. Kuosioner WOMAC secara luas digunakan pada berbagai penelitian baik

bidang ortopedi maupun rematologi (8).

II.2. Perkembangan WOMAC Scale Score

4

WOMAC ditujukan khusus pada pasien dengan osteoarthritis lutut atau

pinggul. WOMAC mulai dikenalkan pada tahun 1982. WOMAC mengalami

banyak revisi (yang terbaru versi 3.1), WOMAC terdiri dari: 5 poin likert, 100

mm visual analogue scale (VAS), dan 11 kotak skala penilaian numerik.

WOMAC 3.1 telah divalidasi dan digunakan secara luas dalam mengevaluasi OA

lutut dan pinggul. Jadi WOMAC merupakan penilaian status fungsional pada

pasien OA yang valid, dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan, serta

digunakan dalam klinis dan intervensi lingkungan yang berbeda (9).

II.3. Tujuan WOMAC Scale Score

Western Ontario and McMaster universities osteoarthritis index

(WOMAC), bertujuan untuk menilai perjalanan penyakit dan respon terapi pada

pasien osteoarthritis lutut atau pinggul (10).

II.4. Isi WOMAC Scale Score

WOMAC berisi 3 sub-skala:

1. Tingkat keparahan nyeri pada perubahan posisi dan pergerakan.

2. Tingkat keparahan kekakuan.

3. Tingkat kesulitan dalam melakukan aktivitas fungsional sehari-hari.

WOMAC terdiri dari 5 poin likert, 100 mm visual analogue scale (VAS),

dan 11 kotak skala penilaian numerik. Pada versi likert, masing-masing poin

terdiri dari 5 respon, yaitu: 0=tidak ada, 1=ringan, 2=sedang, 3=berat, 4=sangat

5

berat. Alternatif atau kemungkinan lain, berupa VAS dan versi skala penilaian

numerik terdiri dari 11 kotak skala horizontal, paling kiri mengindikasikan tidak

ada, sedangkan paling kanan mengindikasikan paling berat (10).

Tabel 2.1. Kuesioner WOMAC

Nyeri

1. Berjalan 0 1 2 3 4

2. Menaiki tangga 0 1 2 3 4

3. Pada malam hari 0 1 2 3 4

4. Saat istirahat 0 1 2 3 4

5. Membawa beban 0 1 2 3 4

Kekakuan

1. Kekakuan di pagi hari 0 1 2 3 4

2. Kekakuan yang terjadi di kemudian

hari

0 1 2 3 4

Fungsi fisik 1. Menuruni tangga 0 1 2 3 4

2. Menaiki tangga 0 1 2 3 4

3. Berdiri dari duduk 0 1 2 3 4

4. Berdiri 0 1 2 3 4

5. Berbelok ke lantai 0 1 2 3 4

6. Berjalan di atas permukaan yang datar 0 1 2 3 4

7. Masuk atau keluar mobil 0 1 2 3 4

8. Pergi berbelanja 0 1 2 3 4

9. Menaruh kaos kaki 0 1 2 3 4

10. Berbaring di tempat tidur 0 1 2 3 4

11. Membuka/mengambil kaos kaki 0 1 2 3 4

6

12. Bangkit dari tempat tidur 0 1 2 3 4

13. Masuk/keluar bak tempat mandi 0 1 2 3 4

14. Duduk 0 1 2 3 4

15. Keluar/masuk toilet 0 1 2 3 4

16. Melakukan tugas rumah tangga ringan 0 1 2 3 4

17. Melakukan tugas rumah tangga berat 0 1 2 3 4

0=tidak ada, 1=ringan, 2=sedang, 3=berat, 4=sangat berat

II.5. Penggunaan/ Aplikasi WOMAC Scale Score

WOMAC Scale digunakan pada kondisi dan intervensi sebagai berikut:

Kondisi: OA lutut, defek kondral, defisisiensi anterior cruciate ligament

(ACL). Intervensi: terapi fisik, pijat, manajamen oleh diri sendiri, edukasi

kelompok, penurunan berat badan, latihan, hidroterapi, Tai Chi, yoga, diet,

penyangga lutut, foot orthoses, electrotherapy (contoh: stimulasi elektrif saraf

transkutaneus, laser, akupuntur, farmakoterapi (obat dan suplemen), injeksi

kortikosteroid, injeksi asam hyaluronat intraartikular, arthroscopy, dan total knee

replacement (10).

II.6. Interpretasi WOMAC Scale Score

Total nilai pada masing-masing subskala adalah jumlah dari setiap poin,

dapat dihitung secara manual atau dengan computer. Range yang mungkin untuk

tiap subskala berdasakan versi likert adalah: nyeri 0-20 (nilai 0-4, terdiri dari 5

7

item); kekakuan 0-8 (nilai 0-4, terdiri dari 2 item); dan fungsi fisik (17 item, 0-

68). Pada format VAS, penilaian terdiri dari 3 subskala, yaitu: nyeri (nilainya 0-

500); kekakuan (nilainya 0-200); dan fungsi fisik (nilainya 0-1700) (10).

Apabila terdapat 2 atau lebih, baik itu skala nyeri maupun skala kekakuan,

dan 4 atau lebih skala fungsi fisik yang terlewatkan atau tidak ada, maka dianggap

tidak valid dan tidak bisa dianalisis. Interpretasi nilai: semakin tinggi nilai

mengindikasikan semakin parahnya nyeri, kekakuan, dan fungsi fisik (10).

II.7. Waktu WOMAC Scale Score

Waktu penilaian kembali untuk masing-masing item: 48 jam (10).

II.8. Versi dan Bahasa WOMAC Scale Score

WOMAC versi 3.1 tersedia dalam lebih dari 80 bahasa (10). Beberapa

studi menyatakan jika WOMAC function scale terlalu berlebihan, dan disarankan

untuk dipersingkat dengan cara menghilangkan beberapa poin yang berulang-

ulang. WOMAC versi Spanish lebih singkat serta tetap memiliki psikometrik

yang baik seperti versi aslinya (8).

1. WOMAC versi singkat. WOMAC-SF (WOMAC-Short Form)

WOMAC SF dikembangkan dari versi asli WOMAC, untuk mengevaluasi

fungsi dan nyeri pada OA. WOMAC-SF untuk nyeri (the WOMAC pain short

form) dipilih dari ringkasan sebelumnya menggunakan analisis Rasch. Untuk

dimensi fungsi, item/poin yang dimasukkan pada short form adalah 1, 2, 3, 6, 7, 8,

9, dan 15, dipilih dari beberapa studi sebelumnya berdasarkan pasien, serta

8

pendapat ahli (expert opinion). Jadi, WOMAC-SF memiliki total 11 item/poin,

yang terdiri dari dimensi fungsi (8 poin) dan nyeri (3 poin) (8). WOMAC short-

form telah terbukti valid dan reliabel untuk evaluasi pasien OA dengan Total Joint

Replacement (11).

2. Kekurangan WOMAC

Beberapa penelitian epidemiologis dan klinis menyebutkan bahwa

kuesioner pada WOMAC terkadang menyusahkan pasien karena pasien harus

menjawab semua poin pada kuesioner tersebut. Apabila ada yang tidak lengkap,

maka tidak valid. Sehingga WOMAC-SF akan lebih berguna (8).

Hasil penelitian Bilbao, et al menyatakan WOMAC-SF yang hanya

mengambil skala nyeri dan fungsi ternyata sama baiknya dengan WOMAC scale

yang asli. Hipotesis penelitian Bilbao, et al diterima. Penelitian lain yang juga

mendukung adalah penelitian Tubach, et al, dan Baron, et al (8).

3. Kekurangan WOMAC-SF

Hanya divalidasi pada pasien yang mengalami total hip replacement.

Validasi pada pasien dengan artroplasti yang berbeda harus dilakukan untuk lebih

meyakinkan penggunaan WOMAC-SF. Sedangkan, WOMAC yang asli telah

divalidasi pada kedua jenis OA, OA lutut dan pinggul (8).

Perbandingan WOMAC tradisional, WOMAC short-form, dan Modified

Short-form WOMAC.

Tabel 2.2. Perbandingan Tradisional WOMAC, WOMAC Short-form, dan

Modified short-form WOMAC (11)

Tradisonal WOMAC

WOMAC short-form

Modified short-form

9

WOMAC

Nyeri

1. Berjalan X X2. Menaiki tangga X X3. Pada malam hari X X4. Saat istirahat X X5. Membawa beban X X

Kekakuan

6. Kekakuan di pagi hari

X X

7. Kekakuan yang terjadi di kemudian hari

X X

Fungsi fisik

8. Menuruni tangga X9. Menaiki tangga X X X10. Berdiri dari duduk X X X11. Berdiri X12. Berbelok ke lantai X13. Berjalan di atas

permukaan yang datar

X X X

14. Masuk atau keluar mobil

X X X

15. Pergi berbelanja X16. Menaruh kaos kaki X X X17. Berbaring di tempat

tidur X

18. Membuka/mengambil kaos kaki

X

19. Bangkit dari tempat tidur

X X X

20. Masuk/keluar bak tempat mandi

X X

21. Duduk X X X22. Keluar/masuk toilet X23. Melakukan tugas

rumah tangga ringanX

24. Melakukan tugas rumah tangga berat

X

Penelitian Yang Auw, et al, tentang validitas WOMAC short-form dalam

mengevaluasi pasien OA lutut yang mendapat terapi konservatif menunjukkan

bahwa status fungsional WOMAC Short-form sama baiknya dengan tradisional

10

WOMAC. Modified short-form WOMAC memiliki jumlah item 2 kali lipat

dibandingkan short form WOMAC. Setelah dianalisis, penambahan item/poin

pada modified short-form WOMAC merupakan hal yang berlebihan (11).

II.9. Validitas dan Reliabilitas WOMAC Scale Score

WOMAC dikembangkan dengan masukan yang luas dari akademi

rheumatologist dan pengalaman epidemiologist dalam menilai secara klinis

penyakit rematik. Ada banyak penelitian yang menyatakan bahwa subkala

WOMAC memiliki validitas yang baik. Selain itu, WOMAC juga memiliki

kemampuan yang baik dalam mendeteksi perubahan, misalnya: perubahan antara

intervensi bedah dan non-bedah pada pasien OA (10).

II.10. Hubungan Status Fungsional dengan Perbedaan Jenis Kelamin

Osteoartritis merupakan bentuk arthritis yang paling sering. Osteoartristis

simptomatik lebih sering pada wanita dibandingkan laki-laki. Wanita memiliki

resiko berkembangnya osteoartritis lutut dan ketidakmampuan fungsional yang

lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Wanita dan laki-laki dengan osteoartritis

memiliki gaya berjalan yang berbeda yang ditunjukkan melalui parameter kinetic

dan kinematik. Perbedaan gaya berjalan terletak pada perbedaan sudut lutut,

sehingga laki-laki berjalan/melangkah lebih jauh dibandingkan wanita (12).

Nyeri merupakan gejala utama pada osteoartritis lutut. Beberapa penelitian

menyebutkan bahwa klinis nyeri pada wanita lebih berat dibandingkan laki-laki,

sedangkan beberapa penelitian menyebutkan tidak terdapat perbedaan persepsi

11

nyeri pada laki-laki dan wanita. Penderita osteoartritis lutut menilai kualitas hidup

mereka lebih rendah dibandingkan orang sehat pada umur yang sama. Data

penelitian Debi, R, et al menunjukkan terdapat perbedaan persepsi nyeri, fungsi,

dan kualitas hidup pada jenis kelamin laki-laki dan wanita. Wanita memiliki

kualitas hidup yang lebih rendah dibandingkan laki-laki, kemungkinan persepsi

nyeri dan ketidakmampuan pada wanita juga lebih tinggi. Penelitian oleh Tsai

menyebutkan meskipun wanita memiliki intensitas nyeri yang lebih besar

dibandingkan laki-laki namun tidak terdapat perbedaan intensitas nyeri saat

berjalan pada laki-laki dibandingkan wanita. Sebagai tambahan, penelitian oleh

Rolinik, et al menunjukkan bahwa wanita dengan nyeri kronik akan lebih depresi

dibandingkan laki-laki. Wanita akan merasakan fungsional lebih buruk, rasa nyeri

yang berlebih pada osteoartritis lutut dibandingkan laki-laki. Dan yang menarik,

penilaian beratnya osteoartritis pada laki-laki dan wanita secara radiografik tidak

berbeda, namun secara fungsional berbeda. Penelitian ini menggunakan parameter

penilaian status fungsional secara objektif dalam mengevaluasi berat ringannya

osteoartritis lutut yang dirasakan subjek penelitian (12).

Pada penelitian Gabyzon, et al, dari hasil penilaian menggunakan

kuesioner WOMAC, didapatkan hasil bahwa wanita memiliki level nyeri lutut

yang lebih buruk dan kekakuan sendi yang lebih besar. (12).

Penilaian status fungsional pada penelitian ini (Gabyzon, et al) merupakan

penilaian komprehensif status fungsional pada osteoartritis. Penilaian dilakukan

menggunakan WOMAC (Western Ontario and McMaster Universitas

Osteoartritis Index), pertanyaan spesifik terhadap penyakit tersebut dibuat untuk

12

memeriksa gejala yang berhubungan pada pasien OA lutut dan atau panggul.

WOMAC terdiri dari 24 item, 5 item untuk mengevaluasi nyeri lutut, 2 item untuk

mengevaluasi kekakuan, dan 17 item sisanya untuk mengevaluasi fungsi fisik.

Masing-masing kategori dievaluasi dengan 10 cm skala visual analog (VAS), 0

artinya tidak ada nyeri, dan 10 artinya nyeri spaling berat. Semakin tingggi

skor/nilai mengindikasikan semakin tinggi tingkat nyeri, kekakuan, dan status

fungsional yang rendah. Nilai total WOMAC dan nilai total pada masing-masing

kategori digunakan untuk analisis. Tes lain yang digunakan pada penelitian

sebagai berikut (12):

1. The ten minute test walk (Tes berjalan 10 menit/ 10 MW)

Pada jarak 14 meter dalam ruangan dibuat garis yang dibagi/ditandai pada

meter ke-0, ke-2, ke-12, dan ke-14, jarak sesungguhnya adalah 10 meter (dari

meter ke-2 sampai meter ke-10), bertujuan untuk meminimalisasi efek akselerasi

dan deselerasi. Rata-rata waktu yang didapatkan pada 2 kali percobaan dinilai dan

diambil rata-ratanya (12).

2. The timed up and go test (TUG)

Subjek diminta untuk berdiri dari posisi duduk di kursi (ketinggian tempat

duduk 46 cm), berjalan 3 meter, berputar kembali, dan kembali duduk tanpa

bantuan. Subjek diijinkan menggunakan lengan kursi untuk membantunya

kembali duduk dari posisi berdiri. Tes ini dilakukan sebanyak 2 kali, waktu yang

didapat diambil nilai rata-rata. TUG telah digunakan secara luas untuk memeriksa

hasil fungsional pada pasien OA lutut atau pasien post total knee arthroplasty

(TKA), dan telah terbukti valid dan terpercaya (12).

13

3. Stair test

Subjek diminta naik tangga kemudian berputar kembali menuruni tangga

tersebut yang sudah distandarisasi ketinggiannya. Subjek diijinkan untuk

berpegangan tangan apabila diperlukan. Tes ini juga telah diterima secara luas,

terbukti valid dan reliable untuk menilai fungsional pasien osteoartritis lutut (12).

II.11. Hubungan Status Fungsional dengan Kekuatan Otot

Penelitian Hyatt, et al menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara

kekuatan otot dengan status fungsional. Status fungsional secara positif

berhubungan dengan umur, lemak tubuh, ekstensi lutut, penyakit kardiovaskular,

perubahan radiologi, dan kebiasaan latihan (13).

Hasil dari analisis korelasi didapatkan bahwa terdapat hubungan yang

dekat antara status fungsional dengan umur, berat badan, lemak tubuh, kekuatan

isotonik dan isometrik otot kaki, ekstensi lutut, latihan kardiovaskular, perubahan

radiologis, dan kebiasaan latihan pada pasien OA lutut. Kekuatan isotonic otot

kuadriseps merupakan penentu penting pada status fungsional dan tingkat OA

dinilai dari perubahan radiologi (13).

Nyeri adalah adalah fenomena subjektif dan persepsi nyeri secara subjektif

dapat dimodifikasi oleh pengalaman dan ekspektasi yang lalu. Nyeri memiliki

hubungan yang kecil dengan perubahan radiologi. Sehingga banyak pasien OA

yang tidak memiliki gejala. Peningkatan nyeri terjadi pada struktur yang memili

akhiran saraf dan hasilnya adalah mikro-fraktur di tulang sub-kondral,

peningkatan tekanan vena di tulang subkondral dan osteofit, penebalan kapsul dan

14

subluksasi. Kerusakan pada tulang rawan sendiri tidak mengakibatkan nyeri

selama tidak ada akhiran saraf pada cartilage articular. Hal ini dapat menjawab

mengapa perubahan radiologi jauh lebih lama dibandingkan timbulnya gejala.

Dari hasil penelitian Schmitz memprediksi bahwa nyeri merupakan faktor

utama yang membatasi status fungsional pada pasien OA, status fungsional akan

kembali normal apabila nyeri tersebut hilang. Kekuatan otot dan daya tahan

mewujudkan kapasitas fungsional yang baik dan berkurangnya disabilitas. Faktor

lain yang berperan penting dalam ketidakmampuan pasien adalah gangguan pada

otot yang yang mengelilingi sendi lutut yang berfungsi sebagai tumpuan berat

badan utama. Secara normal, otot periartikular pada sendi lutut yang kuat mampu

menopang berat badan tubuh ketika berdiri. Mekanisme ini akan menurun ketika

kemampuan dari otot (keuatan dan ketahanan) otot pasien menurun (13).

Gangguan pada otot tersebut merupakan elemen penting pada OA, dimana

masalah tersebut dapat diperbaiki dengan cara terapi konservatif melalui latihan

berjalan. Faktor ini harus diperhitungkan dalam pengobatan pasien OA pada lutut

(13).

Konsep utama pada fungsi lutut adalah peningkatan stress dan respon

umpan balik pada otot. Konsep ini menjadi dasar hubungan antara keparahan OA

pada lutut dengan kekuatan pada kuadriseps, sebagai contoh seseorang dengan

berat badan berlebih memberikan stress artikular yang besar pada sendi lutut,

sebagian besar dari stress tersebut diadaptasikan oleh otot kuadriseps. Salah satu

terapi yang akan dilakukan di masa mendatang adalah dengan meningkatkan

kemampuan otot tersebut (13).

15

II.12. Perbandingan penilaian status fungsional pada pasien yang

mendapatkan terapi glukosamin dan yang tidak mendapatkan terapi

(placebo)

Kualitas fungsional adalah kemampuan untuk mengerjakan tugas-tugas

harian seperti, memakai baju, berjalan, menggunakan ativitas dengan alat seperti,

makan, mencuci, transportasi, dan aktivitas yang menggambarkan integritas

pasien termasuk dalam kemampuan fungsional (14).

Pada perbandingan penilaian status fungsional pada pasien yang

mendapatkan terapi glukosamin dan yang tidak mendapatkan terapi (placebo),

penilaian menggunakan WOMAC scale, didapatkan hasil: kedua kelompok baik

yang mendapatkan glukosamin maupun yang mendapatkan placebo menunjukkan

perkembangan fungsional yang sama. Kemudian dibuat tiga kelompok umur

untuk observasi hasil yang lebih baik. Dari tiga kelompok umur tersebut,

didapatkan hasil bahwa umur yang lebih tua menunjukkan respon yang lebih baik

terhadap terapi glukosamin (14).

Osteoartritis atau penyakit sendi degenerative merupakan kondisi ortopedi

yang paling sering di dunia klinis, dan penyebab kedua disabilitas pada orang tua.

Pasien dengan OA biasanya mengalami nyeri yang diperparah dengan kelebihan

berat badan dan aktivitas. Pasien OA akan mengalami kekakuan sendi di pagi hari

disertai edema sendi setelah periode inaktif. Pada pemeriksaan fisik, akan

ditemukan tulang sendi yang lunak, pertumbuhan tulang, krepitasi, dan

pembatasan gerak sendi (14).

16

Kelemahan otot kuadriseps sering ditemukan pada pasien dengan OA,

manifestasi yang ditemukan berupa atopi karena otot tersebut lama tidak dipakai.

Penguatan otot kuadriseps telah ditekankan sebagai elemen paling penting dalam

program latihan dan pengkondisian untuk melindungi lutut (14).

Terapi farmakologis untuk mengatasi nyeri lebih efektif jika

dikombinasikan dengan terapi non farmakologis. Hilang atau berkurangnya rasa

nyeri merupakan indikator pada terapi pasien OA. Semua agen NSAID digunakan

untuk mengatasi masalah ini (14).

Glukosamin sulfat merupakan obat yang bekerja lambat pada terapi OA.

Beberapa penelitian mendukung glukosamin untuk mengatasi nyeri pada OA.

Glukosamin adalah amino monosakarida, komponen yang ada pada jaringan

terutama kartilago (14).

Program latihan untuk pasien OA telah terbukti meningkatkan status

fungsional pasien 40-60 persen. Dengan menggunakan glukosamin,

perkembangan status fungsional meningkat menjadi 20-25%. Penilaian status

fungsional menggunakan WOMAC scale score (14).

Pengukuran kekuatan otot, kapasitas kerja aerobik, dan fungsi sendi

merupakan faktor yang menentukan disabilitas fisik pada OA. Hubungan antara

kekuatan otot, nyeri sendi, dan disabilitas sangatlah komplek seperti kelemahan

otot yang akhirnya menyebabkan sendi tidak stabil; tekanan dan sendi yang tak

stabil akan mengarahkan pada peregangan jaringan yang diinervasi, memproduksi

nyeri. Sehingga, otot yang tidak dipakai dan kelemahan akhirnya membuat

terjadinya lingkaran setan (14).

17

Rehabilitasi pasien dengan OA bertujuan untuk mengurangi proses

inflamasi, mengurangi nyeri, mencegah kerusakan sendi, memelihara dan

mengembalikan otot yang kurang berfungsi, mendidik pasien dan keluarga

tentang penyakit, memelihara kemampuan fungsional, sehingga dapat

mempertahankan kemandirian mereka (14).

II.13. Penilaian Status Fungsional Lainnya

The knee society clinical rating scale, The knee injury and osteoarthritis

outecome score (KOOS), dan Western Ontario and McMasters universities

Osteoartritis index (WOMAC) merupakan penilaian pada OA yang sering

digunakan (11).

The knee society clinical rating scale secara luas diterima sebagai

pengukuran yang valid dan terpercaya dalam menilai pasien yang sedang

mendapatkan Total Knee Replacement. Kuesioner terdiri dari poin-poin penilaian

fungsi dan pemeriksaan fisik. Jadi, keuntungannya memiliki dua perspektif, dari

pemeriksa dan dari pasien itu sendiri. Namun, kekurangannya lebih sensitive

untuk bias dan kurang responsive pada perubahan dibandingkan WOMAC (11).

The KOOS terdiri dari 42 item, perluasan dari WOMAC, terdiri dari 5

dimensi yaitu: nyeri, gejala, aktivitas sehari-hari, rekreasi/olahraga, dan kualitas

hidup/ quality of life (QOL) yang berhubungan dangan lutut. KOOS merupakan

instrument yang valid dan reliabel, kelebihannya lebih responsive digunakan pada

pasien yang lebih muda dibandingkan WOMAC. KOOS bersifat lebih detail.

18

Namun kekurangannya adalah mengurangi kerelaan pasien sehingga kadang

datanya tidak lengkap (11).

Tabel 2.3. Algofunctional Index

19

Algofunctional index untuk menilai nyeri dan disabilitas. Interpretasinya:

>14; extremely severe disability, 11-13; very severe, 8-10; severe, 5-7; moderate,

1-4; minimal.

Tabel 2.4. Laquesne Index

20

Tabel 2.5. CIFKAS

21

BAB III

PENUTUP

III.1. Kesimpulan

Western Ontario and McMaster universities osteoarthritis index

(WOMAC), bertujuan untuk menilai perjalanan penyakit dan respon terapi pada

pasien osteoarthritis lutut atau pinggul. WOMAC memiliki validitas yang baik.

22

Selain itu, WOMAC juga memiliki kemampuan yang baik dalam mendeteksi

perubahan, misalnya: perubahan antara intervensi bedah dan non-bedah pada

pasien OA.

23