Upload
nafilah-syella
View
275
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
REFERAT
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
Hipertensi mempengaruhi 20-30% populasi di seluruh dunia dan
merupakan faktor resiko kardiovaskuler mayor. Hubungan antara resiko
kardiovaskuler dan tekanan darah berkesinambungan dan konsisten terhadap
kelompok umur dan ada pada semua suku bangsa serta bebas dari faktor resiko
lain. Ada banyak ketidakyakinan terhadap patofisiologi hipertensi. Sejumlah kecil
pasien antara 2-5% memiliki penyakit mendasar yang berasal dari ginjal atau
adrenal sebagai penyebab kenaikan tekanan darah, sisanya tidak memiliki sebab
yang bisa ditemukan atau diidentifikasi dan kondisi ini disebut sebagai hipertensi
primer. Perkembangan dalam pemahaman terhadap patogenesis hipertensi primer
berlangsung lambat karena hipertensi primer bersifat sangat kompleks pada
tingkat molekuler. Osteoartritis merupakan penyakit sendi degeneratif yang paling
umum, ditandai oleh kehilangan rawan sendi progresif dan terbentuknya tulang
baru pada trabekula subkondral dan tepi tulang. Prevalensi osteoartritis meningkat
sesuai dengan usia dan penambahan berat badan, >30% terjadi pada usia >65
tahun dengan rata rata 40% mengalami gejala. Osteoartritis lebih banyak
ditemukan pada wanita dibandingkan laki-laki (1,2).
Osteoartritis pada lutut merupakan osteoartritis yang paling sering
berhubungan dengan disabilitas dibandingkan OA pada sendi yang lain. Untuk
mengatasi masalah ini, banyak program terapi dikembangkan, termasuk
pengobatan dengan NSAID dan latihan fisik (2).
1
Osteoartritis ditandai dengan perburukan non-inflamasi pada kartilago
sendi dengan pembentukan tulang baru pada tepi dan permukaan sendi. Perubahan
awal yang terjadi adalah berkurangnya mukopolisakarida kondroitin sulfat yang
merupakan kolagen di dalam matriks. Hal ini menyebabkan berkurangnya
substansi dasar yang membuat kolagen menjadi terbuka. Ketika kolagen terbuka,
serat-seratnya akan bereaksi secara berlebihan, ini yang menyebabkan
terbentuknya lesi primer pada OA (2).
Masalah kesehatan yang terjadi pada OA adalah peradangan sendi yang
mengakibatkan kerusakan sendi dan pertumbuhan tulang yang tidak terkendali,
yang akan menyebabkan kemunduran fungsi sendi. Gangguan OA yang paling
sering adalah nyeri pinggul dan lutut, kekakuan di pagi hari, krepitasi,
berkurangnya fleksibilitas, berkurangnya kekuatan otot dan stabilitas, deformitas
sendi, dan berkurangnya kapasitas aerobik. Diagnosis osteoartritis dibuat
berdasarkan manifestasi klinik dasar, lokasi deformitas sendi, usia, dan radiologi
(1).
Kriteria diagnosis OA pinggul adalah: nyeri pinggul dan minimal 2 dari 3
kriteria berikut: 1. Laju endap darah < 20 mm/jam; 2. Radiologi, terdapat osteofit
pada femur atau asetabulum; 3. Radiologi, teradapat penyempitan celah sendi
(superior, aksial, dan atau medial) (3).
Kriteria diagnosis OA lutut adalah: nyeri lutut yang bertambah seiring
dengan meningkatnya aktivitas, adanya krepitasi, dan salah satu dari 3 kriteria
berikut: 1. Usia >50 tahun; 2. Kaku sendi yang berlangsung <30 menit; 3.
Radiologi, ditemukannya penyempitan celah sendi dan osteofit (4,5).
2
Nyeri pada OA merupakan gangguan yang paling sering dan
mendominasi. Nyeri dapat terjadi saat memulai gerakan dan bertambah seiring
dengan meningkatnya beban pada sendi. Nyeri akan bertambah dengan aktivitas,
dan berkurang dengan istirahat. Nyeri akan mengakibatkan disabilitas fungsional
atau perubahan pada keseharian pasien karena nyeri menambah energi saat pasien
melakukan aktivitas dan pekerjaannya (1,6).
Penelitian Schmitz memprediksi bahwa nyeri merupakan faktor utama
yang membatasi status fungsional pada pasien OA. Status fungsional merupakan
penilaian untuk mengetahui seberapa besar disabilitas pada pasien OA. Selain itu,
status fungsional biasanya juga digunakan untuk menilai perbandingan beberapa
intervensi pada pasien OA, dan menilai evaluasi berbagai terapi pada OA (7).
Ada banyak pengukuran untuk menilai status fungsional pada osteoartritis,
diantaranya: WOMAC, LEFS, CIFKAS, AUSKAN 3.1 INDEX, OGI™ 8.0
Questionnaire, LI (Laquesne Index), dan AI (Algofunctional index). Pada tinjauan
pustaka ini akan dibahas penilaian status fungsional pada OA, terutama dengan
WOMAC (Western Ontario and McMaster Universitas Osteoarthritis Index)
scale score.
I.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan referat ini adalah untuk mengetahui
penilaian status fungsional pada osteoarthritis, terutama dengan WOMAC
(Western Ontario and McMaster Universitas Osteoarthritis Index) scale score.
I.3 Manfaat
3
Melalui penulisan referat ini, penulis berharap memberikan pengetahuan
yang lebih dalam kepada pembaca mengenai penilaian status fungsional pada
osteoartritis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Pengertian WOMAC Scale Score
WOMAC (Western Ontario and McMaster Universitas Osteoarthritis
Index) scale score merupakan instrument penilaian yang digunakan secara luas
untuk menilai status fungsional berupa evaluasi gejala dan fungsi, spesifik pada
pasien OA lutut dan pinggul. Pengukuran ini dikembangkan untuk mengevaluasi
klinis yang penting, serta perubahan status kesehatan pasien akibat intervensi
terapi. Kuosioner WOMAC secara luas digunakan pada berbagai penelitian baik
bidang ortopedi maupun rematologi (8).
II.2. Perkembangan WOMAC Scale Score
4
WOMAC ditujukan khusus pada pasien dengan osteoarthritis lutut atau
pinggul. WOMAC mulai dikenalkan pada tahun 1982. WOMAC mengalami
banyak revisi (yang terbaru versi 3.1), WOMAC terdiri dari: 5 poin likert, 100
mm visual analogue scale (VAS), dan 11 kotak skala penilaian numerik.
WOMAC 3.1 telah divalidasi dan digunakan secara luas dalam mengevaluasi OA
lutut dan pinggul. Jadi WOMAC merupakan penilaian status fungsional pada
pasien OA yang valid, dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan, serta
digunakan dalam klinis dan intervensi lingkungan yang berbeda (9).
II.3. Tujuan WOMAC Scale Score
Western Ontario and McMaster universities osteoarthritis index
(WOMAC), bertujuan untuk menilai perjalanan penyakit dan respon terapi pada
pasien osteoarthritis lutut atau pinggul (10).
II.4. Isi WOMAC Scale Score
WOMAC berisi 3 sub-skala:
1. Tingkat keparahan nyeri pada perubahan posisi dan pergerakan.
2. Tingkat keparahan kekakuan.
3. Tingkat kesulitan dalam melakukan aktivitas fungsional sehari-hari.
WOMAC terdiri dari 5 poin likert, 100 mm visual analogue scale (VAS),
dan 11 kotak skala penilaian numerik. Pada versi likert, masing-masing poin
terdiri dari 5 respon, yaitu: 0=tidak ada, 1=ringan, 2=sedang, 3=berat, 4=sangat
5
berat. Alternatif atau kemungkinan lain, berupa VAS dan versi skala penilaian
numerik terdiri dari 11 kotak skala horizontal, paling kiri mengindikasikan tidak
ada, sedangkan paling kanan mengindikasikan paling berat (10).
Tabel 2.1. Kuesioner WOMAC
Nyeri
1. Berjalan 0 1 2 3 4
2. Menaiki tangga 0 1 2 3 4
3. Pada malam hari 0 1 2 3 4
4. Saat istirahat 0 1 2 3 4
5. Membawa beban 0 1 2 3 4
Kekakuan
1. Kekakuan di pagi hari 0 1 2 3 4
2. Kekakuan yang terjadi di kemudian
hari
0 1 2 3 4
Fungsi fisik 1. Menuruni tangga 0 1 2 3 4
2. Menaiki tangga 0 1 2 3 4
3. Berdiri dari duduk 0 1 2 3 4
4. Berdiri 0 1 2 3 4
5. Berbelok ke lantai 0 1 2 3 4
6. Berjalan di atas permukaan yang datar 0 1 2 3 4
7. Masuk atau keluar mobil 0 1 2 3 4
8. Pergi berbelanja 0 1 2 3 4
9. Menaruh kaos kaki 0 1 2 3 4
10. Berbaring di tempat tidur 0 1 2 3 4
11. Membuka/mengambil kaos kaki 0 1 2 3 4
6
12. Bangkit dari tempat tidur 0 1 2 3 4
13. Masuk/keluar bak tempat mandi 0 1 2 3 4
14. Duduk 0 1 2 3 4
15. Keluar/masuk toilet 0 1 2 3 4
16. Melakukan tugas rumah tangga ringan 0 1 2 3 4
17. Melakukan tugas rumah tangga berat 0 1 2 3 4
0=tidak ada, 1=ringan, 2=sedang, 3=berat, 4=sangat berat
II.5. Penggunaan/ Aplikasi WOMAC Scale Score
WOMAC Scale digunakan pada kondisi dan intervensi sebagai berikut:
Kondisi: OA lutut, defek kondral, defisisiensi anterior cruciate ligament
(ACL). Intervensi: terapi fisik, pijat, manajamen oleh diri sendiri, edukasi
kelompok, penurunan berat badan, latihan, hidroterapi, Tai Chi, yoga, diet,
penyangga lutut, foot orthoses, electrotherapy (contoh: stimulasi elektrif saraf
transkutaneus, laser, akupuntur, farmakoterapi (obat dan suplemen), injeksi
kortikosteroid, injeksi asam hyaluronat intraartikular, arthroscopy, dan total knee
replacement (10).
II.6. Interpretasi WOMAC Scale Score
Total nilai pada masing-masing subskala adalah jumlah dari setiap poin,
dapat dihitung secara manual atau dengan computer. Range yang mungkin untuk
tiap subskala berdasakan versi likert adalah: nyeri 0-20 (nilai 0-4, terdiri dari 5
7
item); kekakuan 0-8 (nilai 0-4, terdiri dari 2 item); dan fungsi fisik (17 item, 0-
68). Pada format VAS, penilaian terdiri dari 3 subskala, yaitu: nyeri (nilainya 0-
500); kekakuan (nilainya 0-200); dan fungsi fisik (nilainya 0-1700) (10).
Apabila terdapat 2 atau lebih, baik itu skala nyeri maupun skala kekakuan,
dan 4 atau lebih skala fungsi fisik yang terlewatkan atau tidak ada, maka dianggap
tidak valid dan tidak bisa dianalisis. Interpretasi nilai: semakin tinggi nilai
mengindikasikan semakin parahnya nyeri, kekakuan, dan fungsi fisik (10).
II.7. Waktu WOMAC Scale Score
Waktu penilaian kembali untuk masing-masing item: 48 jam (10).
II.8. Versi dan Bahasa WOMAC Scale Score
WOMAC versi 3.1 tersedia dalam lebih dari 80 bahasa (10). Beberapa
studi menyatakan jika WOMAC function scale terlalu berlebihan, dan disarankan
untuk dipersingkat dengan cara menghilangkan beberapa poin yang berulang-
ulang. WOMAC versi Spanish lebih singkat serta tetap memiliki psikometrik
yang baik seperti versi aslinya (8).
1. WOMAC versi singkat. WOMAC-SF (WOMAC-Short Form)
WOMAC SF dikembangkan dari versi asli WOMAC, untuk mengevaluasi
fungsi dan nyeri pada OA. WOMAC-SF untuk nyeri (the WOMAC pain short
form) dipilih dari ringkasan sebelumnya menggunakan analisis Rasch. Untuk
dimensi fungsi, item/poin yang dimasukkan pada short form adalah 1, 2, 3, 6, 7, 8,
9, dan 15, dipilih dari beberapa studi sebelumnya berdasarkan pasien, serta
8
pendapat ahli (expert opinion). Jadi, WOMAC-SF memiliki total 11 item/poin,
yang terdiri dari dimensi fungsi (8 poin) dan nyeri (3 poin) (8). WOMAC short-
form telah terbukti valid dan reliabel untuk evaluasi pasien OA dengan Total Joint
Replacement (11).
2. Kekurangan WOMAC
Beberapa penelitian epidemiologis dan klinis menyebutkan bahwa
kuesioner pada WOMAC terkadang menyusahkan pasien karena pasien harus
menjawab semua poin pada kuesioner tersebut. Apabila ada yang tidak lengkap,
maka tidak valid. Sehingga WOMAC-SF akan lebih berguna (8).
Hasil penelitian Bilbao, et al menyatakan WOMAC-SF yang hanya
mengambil skala nyeri dan fungsi ternyata sama baiknya dengan WOMAC scale
yang asli. Hipotesis penelitian Bilbao, et al diterima. Penelitian lain yang juga
mendukung adalah penelitian Tubach, et al, dan Baron, et al (8).
3. Kekurangan WOMAC-SF
Hanya divalidasi pada pasien yang mengalami total hip replacement.
Validasi pada pasien dengan artroplasti yang berbeda harus dilakukan untuk lebih
meyakinkan penggunaan WOMAC-SF. Sedangkan, WOMAC yang asli telah
divalidasi pada kedua jenis OA, OA lutut dan pinggul (8).
Perbandingan WOMAC tradisional, WOMAC short-form, dan Modified
Short-form WOMAC.
Tabel 2.2. Perbandingan Tradisional WOMAC, WOMAC Short-form, dan
Modified short-form WOMAC (11)
Tradisonal WOMAC
WOMAC short-form
Modified short-form
9
WOMAC
Nyeri
1. Berjalan X X2. Menaiki tangga X X3. Pada malam hari X X4. Saat istirahat X X5. Membawa beban X X
Kekakuan
6. Kekakuan di pagi hari
X X
7. Kekakuan yang terjadi di kemudian hari
X X
Fungsi fisik
8. Menuruni tangga X9. Menaiki tangga X X X10. Berdiri dari duduk X X X11. Berdiri X12. Berbelok ke lantai X13. Berjalan di atas
permukaan yang datar
X X X
14. Masuk atau keluar mobil
X X X
15. Pergi berbelanja X16. Menaruh kaos kaki X X X17. Berbaring di tempat
tidur X
18. Membuka/mengambil kaos kaki
X
19. Bangkit dari tempat tidur
X X X
20. Masuk/keluar bak tempat mandi
X X
21. Duduk X X X22. Keluar/masuk toilet X23. Melakukan tugas
rumah tangga ringanX
24. Melakukan tugas rumah tangga berat
X
Penelitian Yang Auw, et al, tentang validitas WOMAC short-form dalam
mengevaluasi pasien OA lutut yang mendapat terapi konservatif menunjukkan
bahwa status fungsional WOMAC Short-form sama baiknya dengan tradisional
10
WOMAC. Modified short-form WOMAC memiliki jumlah item 2 kali lipat
dibandingkan short form WOMAC. Setelah dianalisis, penambahan item/poin
pada modified short-form WOMAC merupakan hal yang berlebihan (11).
II.9. Validitas dan Reliabilitas WOMAC Scale Score
WOMAC dikembangkan dengan masukan yang luas dari akademi
rheumatologist dan pengalaman epidemiologist dalam menilai secara klinis
penyakit rematik. Ada banyak penelitian yang menyatakan bahwa subkala
WOMAC memiliki validitas yang baik. Selain itu, WOMAC juga memiliki
kemampuan yang baik dalam mendeteksi perubahan, misalnya: perubahan antara
intervensi bedah dan non-bedah pada pasien OA (10).
II.10. Hubungan Status Fungsional dengan Perbedaan Jenis Kelamin
Osteoartritis merupakan bentuk arthritis yang paling sering. Osteoartristis
simptomatik lebih sering pada wanita dibandingkan laki-laki. Wanita memiliki
resiko berkembangnya osteoartritis lutut dan ketidakmampuan fungsional yang
lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Wanita dan laki-laki dengan osteoartritis
memiliki gaya berjalan yang berbeda yang ditunjukkan melalui parameter kinetic
dan kinematik. Perbedaan gaya berjalan terletak pada perbedaan sudut lutut,
sehingga laki-laki berjalan/melangkah lebih jauh dibandingkan wanita (12).
Nyeri merupakan gejala utama pada osteoartritis lutut. Beberapa penelitian
menyebutkan bahwa klinis nyeri pada wanita lebih berat dibandingkan laki-laki,
sedangkan beberapa penelitian menyebutkan tidak terdapat perbedaan persepsi
11
nyeri pada laki-laki dan wanita. Penderita osteoartritis lutut menilai kualitas hidup
mereka lebih rendah dibandingkan orang sehat pada umur yang sama. Data
penelitian Debi, R, et al menunjukkan terdapat perbedaan persepsi nyeri, fungsi,
dan kualitas hidup pada jenis kelamin laki-laki dan wanita. Wanita memiliki
kualitas hidup yang lebih rendah dibandingkan laki-laki, kemungkinan persepsi
nyeri dan ketidakmampuan pada wanita juga lebih tinggi. Penelitian oleh Tsai
menyebutkan meskipun wanita memiliki intensitas nyeri yang lebih besar
dibandingkan laki-laki namun tidak terdapat perbedaan intensitas nyeri saat
berjalan pada laki-laki dibandingkan wanita. Sebagai tambahan, penelitian oleh
Rolinik, et al menunjukkan bahwa wanita dengan nyeri kronik akan lebih depresi
dibandingkan laki-laki. Wanita akan merasakan fungsional lebih buruk, rasa nyeri
yang berlebih pada osteoartritis lutut dibandingkan laki-laki. Dan yang menarik,
penilaian beratnya osteoartritis pada laki-laki dan wanita secara radiografik tidak
berbeda, namun secara fungsional berbeda. Penelitian ini menggunakan parameter
penilaian status fungsional secara objektif dalam mengevaluasi berat ringannya
osteoartritis lutut yang dirasakan subjek penelitian (12).
Pada penelitian Gabyzon, et al, dari hasil penilaian menggunakan
kuesioner WOMAC, didapatkan hasil bahwa wanita memiliki level nyeri lutut
yang lebih buruk dan kekakuan sendi yang lebih besar. (12).
Penilaian status fungsional pada penelitian ini (Gabyzon, et al) merupakan
penilaian komprehensif status fungsional pada osteoartritis. Penilaian dilakukan
menggunakan WOMAC (Western Ontario and McMaster Universitas
Osteoartritis Index), pertanyaan spesifik terhadap penyakit tersebut dibuat untuk
12
memeriksa gejala yang berhubungan pada pasien OA lutut dan atau panggul.
WOMAC terdiri dari 24 item, 5 item untuk mengevaluasi nyeri lutut, 2 item untuk
mengevaluasi kekakuan, dan 17 item sisanya untuk mengevaluasi fungsi fisik.
Masing-masing kategori dievaluasi dengan 10 cm skala visual analog (VAS), 0
artinya tidak ada nyeri, dan 10 artinya nyeri spaling berat. Semakin tingggi
skor/nilai mengindikasikan semakin tinggi tingkat nyeri, kekakuan, dan status
fungsional yang rendah. Nilai total WOMAC dan nilai total pada masing-masing
kategori digunakan untuk analisis. Tes lain yang digunakan pada penelitian
sebagai berikut (12):
1. The ten minute test walk (Tes berjalan 10 menit/ 10 MW)
Pada jarak 14 meter dalam ruangan dibuat garis yang dibagi/ditandai pada
meter ke-0, ke-2, ke-12, dan ke-14, jarak sesungguhnya adalah 10 meter (dari
meter ke-2 sampai meter ke-10), bertujuan untuk meminimalisasi efek akselerasi
dan deselerasi. Rata-rata waktu yang didapatkan pada 2 kali percobaan dinilai dan
diambil rata-ratanya (12).
2. The timed up and go test (TUG)
Subjek diminta untuk berdiri dari posisi duduk di kursi (ketinggian tempat
duduk 46 cm), berjalan 3 meter, berputar kembali, dan kembali duduk tanpa
bantuan. Subjek diijinkan menggunakan lengan kursi untuk membantunya
kembali duduk dari posisi berdiri. Tes ini dilakukan sebanyak 2 kali, waktu yang
didapat diambil nilai rata-rata. TUG telah digunakan secara luas untuk memeriksa
hasil fungsional pada pasien OA lutut atau pasien post total knee arthroplasty
(TKA), dan telah terbukti valid dan terpercaya (12).
13
3. Stair test
Subjek diminta naik tangga kemudian berputar kembali menuruni tangga
tersebut yang sudah distandarisasi ketinggiannya. Subjek diijinkan untuk
berpegangan tangan apabila diperlukan. Tes ini juga telah diterima secara luas,
terbukti valid dan reliable untuk menilai fungsional pasien osteoartritis lutut (12).
II.11. Hubungan Status Fungsional dengan Kekuatan Otot
Penelitian Hyatt, et al menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara
kekuatan otot dengan status fungsional. Status fungsional secara positif
berhubungan dengan umur, lemak tubuh, ekstensi lutut, penyakit kardiovaskular,
perubahan radiologi, dan kebiasaan latihan (13).
Hasil dari analisis korelasi didapatkan bahwa terdapat hubungan yang
dekat antara status fungsional dengan umur, berat badan, lemak tubuh, kekuatan
isotonik dan isometrik otot kaki, ekstensi lutut, latihan kardiovaskular, perubahan
radiologis, dan kebiasaan latihan pada pasien OA lutut. Kekuatan isotonic otot
kuadriseps merupakan penentu penting pada status fungsional dan tingkat OA
dinilai dari perubahan radiologi (13).
Nyeri adalah adalah fenomena subjektif dan persepsi nyeri secara subjektif
dapat dimodifikasi oleh pengalaman dan ekspektasi yang lalu. Nyeri memiliki
hubungan yang kecil dengan perubahan radiologi. Sehingga banyak pasien OA
yang tidak memiliki gejala. Peningkatan nyeri terjadi pada struktur yang memili
akhiran saraf dan hasilnya adalah mikro-fraktur di tulang sub-kondral,
peningkatan tekanan vena di tulang subkondral dan osteofit, penebalan kapsul dan
14
subluksasi. Kerusakan pada tulang rawan sendiri tidak mengakibatkan nyeri
selama tidak ada akhiran saraf pada cartilage articular. Hal ini dapat menjawab
mengapa perubahan radiologi jauh lebih lama dibandingkan timbulnya gejala.
Dari hasil penelitian Schmitz memprediksi bahwa nyeri merupakan faktor
utama yang membatasi status fungsional pada pasien OA, status fungsional akan
kembali normal apabila nyeri tersebut hilang. Kekuatan otot dan daya tahan
mewujudkan kapasitas fungsional yang baik dan berkurangnya disabilitas. Faktor
lain yang berperan penting dalam ketidakmampuan pasien adalah gangguan pada
otot yang yang mengelilingi sendi lutut yang berfungsi sebagai tumpuan berat
badan utama. Secara normal, otot periartikular pada sendi lutut yang kuat mampu
menopang berat badan tubuh ketika berdiri. Mekanisme ini akan menurun ketika
kemampuan dari otot (keuatan dan ketahanan) otot pasien menurun (13).
Gangguan pada otot tersebut merupakan elemen penting pada OA, dimana
masalah tersebut dapat diperbaiki dengan cara terapi konservatif melalui latihan
berjalan. Faktor ini harus diperhitungkan dalam pengobatan pasien OA pada lutut
(13).
Konsep utama pada fungsi lutut adalah peningkatan stress dan respon
umpan balik pada otot. Konsep ini menjadi dasar hubungan antara keparahan OA
pada lutut dengan kekuatan pada kuadriseps, sebagai contoh seseorang dengan
berat badan berlebih memberikan stress artikular yang besar pada sendi lutut,
sebagian besar dari stress tersebut diadaptasikan oleh otot kuadriseps. Salah satu
terapi yang akan dilakukan di masa mendatang adalah dengan meningkatkan
kemampuan otot tersebut (13).
15
II.12. Perbandingan penilaian status fungsional pada pasien yang
mendapatkan terapi glukosamin dan yang tidak mendapatkan terapi
(placebo)
Kualitas fungsional adalah kemampuan untuk mengerjakan tugas-tugas
harian seperti, memakai baju, berjalan, menggunakan ativitas dengan alat seperti,
makan, mencuci, transportasi, dan aktivitas yang menggambarkan integritas
pasien termasuk dalam kemampuan fungsional (14).
Pada perbandingan penilaian status fungsional pada pasien yang
mendapatkan terapi glukosamin dan yang tidak mendapatkan terapi (placebo),
penilaian menggunakan WOMAC scale, didapatkan hasil: kedua kelompok baik
yang mendapatkan glukosamin maupun yang mendapatkan placebo menunjukkan
perkembangan fungsional yang sama. Kemudian dibuat tiga kelompok umur
untuk observasi hasil yang lebih baik. Dari tiga kelompok umur tersebut,
didapatkan hasil bahwa umur yang lebih tua menunjukkan respon yang lebih baik
terhadap terapi glukosamin (14).
Osteoartritis atau penyakit sendi degenerative merupakan kondisi ortopedi
yang paling sering di dunia klinis, dan penyebab kedua disabilitas pada orang tua.
Pasien dengan OA biasanya mengalami nyeri yang diperparah dengan kelebihan
berat badan dan aktivitas. Pasien OA akan mengalami kekakuan sendi di pagi hari
disertai edema sendi setelah periode inaktif. Pada pemeriksaan fisik, akan
ditemukan tulang sendi yang lunak, pertumbuhan tulang, krepitasi, dan
pembatasan gerak sendi (14).
16
Kelemahan otot kuadriseps sering ditemukan pada pasien dengan OA,
manifestasi yang ditemukan berupa atopi karena otot tersebut lama tidak dipakai.
Penguatan otot kuadriseps telah ditekankan sebagai elemen paling penting dalam
program latihan dan pengkondisian untuk melindungi lutut (14).
Terapi farmakologis untuk mengatasi nyeri lebih efektif jika
dikombinasikan dengan terapi non farmakologis. Hilang atau berkurangnya rasa
nyeri merupakan indikator pada terapi pasien OA. Semua agen NSAID digunakan
untuk mengatasi masalah ini (14).
Glukosamin sulfat merupakan obat yang bekerja lambat pada terapi OA.
Beberapa penelitian mendukung glukosamin untuk mengatasi nyeri pada OA.
Glukosamin adalah amino monosakarida, komponen yang ada pada jaringan
terutama kartilago (14).
Program latihan untuk pasien OA telah terbukti meningkatkan status
fungsional pasien 40-60 persen. Dengan menggunakan glukosamin,
perkembangan status fungsional meningkat menjadi 20-25%. Penilaian status
fungsional menggunakan WOMAC scale score (14).
Pengukuran kekuatan otot, kapasitas kerja aerobik, dan fungsi sendi
merupakan faktor yang menentukan disabilitas fisik pada OA. Hubungan antara
kekuatan otot, nyeri sendi, dan disabilitas sangatlah komplek seperti kelemahan
otot yang akhirnya menyebabkan sendi tidak stabil; tekanan dan sendi yang tak
stabil akan mengarahkan pada peregangan jaringan yang diinervasi, memproduksi
nyeri. Sehingga, otot yang tidak dipakai dan kelemahan akhirnya membuat
terjadinya lingkaran setan (14).
17
Rehabilitasi pasien dengan OA bertujuan untuk mengurangi proses
inflamasi, mengurangi nyeri, mencegah kerusakan sendi, memelihara dan
mengembalikan otot yang kurang berfungsi, mendidik pasien dan keluarga
tentang penyakit, memelihara kemampuan fungsional, sehingga dapat
mempertahankan kemandirian mereka (14).
II.13. Penilaian Status Fungsional Lainnya
The knee society clinical rating scale, The knee injury and osteoarthritis
outecome score (KOOS), dan Western Ontario and McMasters universities
Osteoartritis index (WOMAC) merupakan penilaian pada OA yang sering
digunakan (11).
The knee society clinical rating scale secara luas diterima sebagai
pengukuran yang valid dan terpercaya dalam menilai pasien yang sedang
mendapatkan Total Knee Replacement. Kuesioner terdiri dari poin-poin penilaian
fungsi dan pemeriksaan fisik. Jadi, keuntungannya memiliki dua perspektif, dari
pemeriksa dan dari pasien itu sendiri. Namun, kekurangannya lebih sensitive
untuk bias dan kurang responsive pada perubahan dibandingkan WOMAC (11).
The KOOS terdiri dari 42 item, perluasan dari WOMAC, terdiri dari 5
dimensi yaitu: nyeri, gejala, aktivitas sehari-hari, rekreasi/olahraga, dan kualitas
hidup/ quality of life (QOL) yang berhubungan dangan lutut. KOOS merupakan
instrument yang valid dan reliabel, kelebihannya lebih responsive digunakan pada
pasien yang lebih muda dibandingkan WOMAC. KOOS bersifat lebih detail.
18
Namun kekurangannya adalah mengurangi kerelaan pasien sehingga kadang
datanya tidak lengkap (11).
Tabel 2.3. Algofunctional Index
19
Algofunctional index untuk menilai nyeri dan disabilitas. Interpretasinya:
>14; extremely severe disability, 11-13; very severe, 8-10; severe, 5-7; moderate,
1-4; minimal.
Tabel 2.4. Laquesne Index
20
BAB III
PENUTUP
III.1. Kesimpulan
Western Ontario and McMaster universities osteoarthritis index
(WOMAC), bertujuan untuk menilai perjalanan penyakit dan respon terapi pada
pasien osteoarthritis lutut atau pinggul. WOMAC memiliki validitas yang baik.
22