17
I.PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Asma merupakan penyakit dengan karakteristik meningkatnya reaksitrakea dan bronkus oleh berbagai macam pencetus disertai dengan timbulnya penyempitan luas saluran nafas bagian bawah yang dapat berubah-ubahderajatnya secara spontan atau dengan pengobatan. 1,2 Asma merupakan penyebab utama penyakit kronis pada masa kanak- kanak, menyebabkan kehilangan hari-hari sekolah yang berarti, karena penyakitkronis. Asma merupakan diagnosis masuk yang paling sering di rumah sakit anak dan berakibat kehilangan 5-7 hari sekolah secara nasional/tahun/anak. Sebanyak 10-15% anak laki-laki dan 7-10% anak wanita dapat menderita asma pada suatusaat selama masa kanak-kanak. Sebelum pubertas sekitar dua kali anak laki-lakiyang lebih banyak terkena daripada anak wanita; setelah itu insidens menurut jenis kelamin sama. Asma dapat menyebabkan gangguan psikososial padakeluarga. Namun dengan pengobatan yang tepat, pengendalian gejala yangmemuaskan hampir selalu dimungkinkan. II. TINJAUAN PUSTAKA A.Definisi Asma Bronkial Asma adalah penyakit paru obstruktif, difus dengan hiperreaktivitas jalan napas terhadap berbagai rangsangan dan tingginya tingkat reversibilitas proses obstruktif, yang dapat terjadi secara spontan atau sebagai akibat pengobatan. Juga

referat asma IPD tarakan.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: referat asma IPD tarakan.docx

I.PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Asma merupakan penyakit dengan karakteristik meningkatnya reaksitrakea dan bronkus oleh

berbagai macam pencetus disertai dengan timbulnya penyempitan luas saluran nafas bagian

bawah yang dapat berubah-ubahderajatnya secara spontan atau dengan pengobatan.1,2

Asma merupakan penyebab utama penyakit kronis pada masa kanak-kanak, menyebabkan

kehilangan hari-hari sekolah yang berarti, karena penyakitkronis. Asma merupakan diagnosis

masuk yang paling sering di rumah sakit anak dan berakibat kehilangan 5-7 hari sekolah

secara nasional/tahun/anak. Sebanyak 10-15% anak laki-laki dan 7-10% anak wanita dapat

menderita asma pada suatusaat selama masa kanak-kanak. Sebelum pubertas sekitar dua kali

anak laki-lakiyang lebih banyak terkena daripada anak wanita; setelah itu insidens menurut

jenis kelamin sama. Asma dapat menyebabkan gangguan psikososial padakeluarga. Namun

dengan pengobatan yang tepat, pengendalian gejala yangmemuaskan hampir selalu

dimungkinkan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Definisi Asma Bronkial

Asma adalah penyakit paru obstruktif, difus dengan hiperreaktivitas jalan napas terhadap

berbagai rangsangan dan tingginya tingkat reversibilitas proses obstruktif, yang dapat terjadi

secara spontan atau sebagai akibat pengobatan. Juga dikenal sebagai penyakit jalan napas

reaktif, kompleks asma mungkin mencakup bronkitis mengi, mengi akibat virus, dan asma

terkait atopik. Disamping bronkokonstriksi, radang merupakan faktor patofisiologi yang

penting; ia melibatkan eosinofil, monosit dan mediator imun dan telah menimbulkan tanda

alternatif bronkitis eosinofilik deskuamasi kronis.1,3

B.Epidemiologi Asma Bronkial

Dari tahun ke tahun prevalensi penderita asma semakin meningkat.Di Indonesia, penelitian

pada anak sekolah usia 13-14 tahun dengan menggunakan kuesioner ISAAC (International

Study on Asthma and Allergy in Children) tahun1995 menunjukkan, prevalensi asma masih

2,1%, dan meningkat tahun 2003 menjadi dua kali lipat lebih yakni 5,2%. Kenaikan

Page 2: referat asma IPD tarakan.docx

prevalensi di Inggris dan di Australia mencapai 20-30%.National Heart, Lung and Blood

Institute melaporkan bahwa asma diderita oleh 20 juta penduduk amerika.4

Data pada pewarisan asma adalah paling cocok dengan determinan poligenik atau

multifaktorial. Anak dengan satu orang tua yang terkena mempunyai resiko menderita asma

sekitar 25%; risiko bertambah menjadi sekitar 50% jika kedua orang tua asmatis. Namun,

asma tidak secara universal ada pada kembar monozigot. Labilitas bronkial dalam responsnya

terhadap uji olahraga juga telah diperagakan pada anggota keluarga anak asmatis yang

sehat.Kecenderungan genetik bersama dengan faktor lingkungan dapat menjelaskan

kebanyakan kasus asma masa kanak-kanak.

Asma dapat timbul pada segala umur; 30% penderita bergejala pada umur 1 tahun, sedang

80-90% anak asma mempunyai gejala pertamanya sebelum umur 4-5 tahun. Perjalanan dan

keparahan asma sukar diramal.

C. Patogenesis

Asma merupakan inflamasi kronik saluran napas. Berbagai sel inflamasi berperan terutama

sel mast, eosinofil, sel limfosit T,makrofag, neutrofil dan sel epitel. Faktor lingkungan dan

berbagai faktor lain berperan sebagai penyebab atau pencetus inflamasi saluran napas pada

penderita asma. Inflamasi terdapat pada berbagai derajat asma baik pada asma intermiten

maupun asma persisten. Inflamasi dapat ditemukan pada berbagai bentuk asma seperti asma

alergik, asma nonalergik, asma kerja dan asma yang dicetuskan aspirin.

INFLAMASI AKUT

Pencetus serangan asma dapat disebabkan oleh sejumlah faktor antara lain alergen, virus,

iritan yang dapat menginduksi respons inflamasi akut yang terdiri atas reaksi asma tipe cepat

dan pada sejumlah kasus diikuti reaksi asma tipe lambat.

Reaksi Asma Tipe Cepat

Alergen akan terikat pada IgE yang menempel pada sel mast dan terjadi degranulasi sel mast

tersebut. Degranulasi tersebut mengeluarkan preformed mediator seperti histamin, protease

dan newly generated mediator seperti leukotrin, prostaglandin dan PAF yang menyebabkan

kontraksi otot polos bronkus, sekresi mukus dan vasodilatasi.

Reaksi Fase Lambat

Page 3: referat asma IPD tarakan.docx

Reaksi ini timbul antara 6-9 jam setelah provokasi alergen dan melibatkan pengerahan serta

aktivasi eosinofil, sel T CD4+, neutrofil dan makrofag.

INFLAMASI KRONIK

Berbagai sel terlibat dan teraktivasi pada inflamasi kronik.Sel tersebut ialah limfosit T,

eosinofil, makrofag , sel mast, sel epitel,fibroblast dan otot polos bronkus.

Limfosit T

Limfosit T yang berperan pada asma ialah limfosit T-CD4+ subtipe Th2). Limfosit T ini

berperan sebagai orchestra inflamasi saluran napas dengan mengeluarkan sitokin antara lain

IL-3, IL-4,IL-5,IL-13 dan GM-CSF. Interleukin-4 berperan dalam menginduksi Th0 ke arah

Th2 dan bersama-sama IL-13 menginduksi sel limfosit B mensintesis IgE. IL-3, IL-5 serta

GM-CSF berperan pada maturasi,aktivasi serta memperpanjang ketahanan hidup eosinofil.

Epitel

Sel epitel yang teraktivasi mengeluarkan a.l 15-HETE, PGE2 pada penderita asma.Sel epitel

dapat mengekspresi membran markers seperti molekul adhesi, endothelin,nitric oxide

synthase, sitokin atau khemokin.Epitel pada asma sebagian mengalami sheeding. Mekanisme

terjadinya masih diperdebatkan tetapi dapat disebabkan oleh eksudasi plasma,eosinophil

granule protein,oxygen free-radical, TNF-alfa,mast-cell proteolytic enzym dan

metaloprotease sel epitel.

EOSINOFIL

Eosinofil jaringan (tissue eosinophil) karakteristik untuk asma tetapi tidak spesifik. Eosinofil

yang ditemukan pada saluran napas penderita asma adalah dalam keadaan teraktivasi.

Eosinofil berperan sebagai efektor dan mensintesis sejumlah sitokin antara lain IL-3, IL-5,IL-

6, GM-CSF, TNF-alfa serta mediator lipid antara lain LTC4 dan PAF. Sebaliknya IL-3, IL-5

dan GM-CSF meningkatkan maturasi,aktivasi dan memperpanjang ketahanan hidup eosinofil.

Eosinofil yang mengandung granul protein ialah eosinophil cationic protein(ECP),major

basic protein(MBP),eosinophil peroxidase(EPO)dan eosinophil derived neurotoxin (EDN)

yang toksik terhadap epitel saluran napas.

Page 4: referat asma IPD tarakan.docx

Sel Mast

Sel mast mempunyai reseptor IgE dengan afiniti yang tinggi.Cross-linking reseptor IgE

dengan “factors” pada sel mast mengaktifkan sel mast. Terjadi degranulasi sel mast yang

mengeluarkan preformed mediator seperti histamin dan protease serta newly generated

mediators antara lain prostaglandin D2 dan leukotrin. Sel mast juga mengeluarkan sitokin

antara lain TNF-alfa, IL-3, IL-4, IL-5 dan GM-CSF.

Makrofag

Merupakan sel terbanyak didapatkan pada organ pernapasan, baik pada orang normal maupun

penderita asma, didapatkan di alveoli dan seluruh percabangan bronkus. Makrofag dapat

menghasilkan berbagai mediator antara lain leukotrin, PAF serta sejumlah sitokin. Selain

berperan dalam proses inflamasi, makrofag juga berperan pada regulasi airway

remodeling.Peran tersebut melalui a.l sekresi growth-promoting factors untuk fibroblast,

sitokin, PDGF dan TGF-

AIRWAY REMODELING

Proses inflamasi kronik pada asma akan meimbulkan kerusakan jaringan yang secara

fisiologis akan diikuti oleh proses penyembuhan(healing process) yang menghasilkan

perbaikan (repair)dan pergantian sel sel mati/rusak dengan sel-sel yang baru. Proses

penyembuhan tersebut melibatkan regenerasi/perbaikan jaringan yang rusak/injuri dengan

jenis sel parenkim yang sama dan pergantian jaringan yang rusak/injuri dengan jaringan

peyambung yang menghasilkan jaringan skar. Pada asma, kedua proses tersebut berkontribusi

dalam proses penyembuhan dan inflamasi yang kemudian akan menghasilkan perubahan

struktur yang mempunyai mekanisme sangat kompleks dan banyak belum diketahui dikenal

dengan airway remodeling. Mekanisme tersebut sangat heterogen dengan proses yang sangat

dinamis dari diferensiasi, migrasi, maturasi, dediferensiasi sel sebagaimana deposit jaringan

penyambung dengan diikuti oleh restitusi/pergantian atau perubahan struktur dan fungsi yang

dipahami sebagai fibrosis dan peningkatan otot polos dan kelenjar mukus. Pada asma terdapat

saling ketergantungan antara proses inflamasi dan remodeling. Infiltrasi sel-sel inflamasi

terlibat dalam proses remodeling,juga komponen lainnya seperti matriks ekstraselular,

membran retikular basal, matriks interstisial,fibrogenic growth factor, protease dan

inhibitornya, pembuluh darah, otot polos, kelenjar mukus.

Perubahan struktur yang terjadi :

Page 5: referat asma IPD tarakan.docx

Hipertrofi dan hiperplasia otot polos jalan napas

Hipertrofi dan hiperplasia kelenjar mukus

Penebalan membran reticular basal

Pembuluh darah meningkat

Matriks ekstraselular fungsinya meningkat

Perubahan struktur parenkim

Peningkatan fibrogenic growth factor menjadikan fibrosis

D.Patofisiologi

Gambar 1. asma terjadi karena penyempitan, peradangan dan konstriksi otot bronkus

Obstruksi saluran napas pada asma merupakan kombinasi spasme otot bronkus, sumbatan

mukus, edema dan inflamasi dinding bronkus. Obstruksi bertambah berat selama ekspirasi

karena secara fisiologis saluran napas menyempit pada fase tersebut. Hal ini mengakibatkan

udara distal tempat terjadinya obstruksi terjebak tidak bisa diekspirasi. Selanjutnya terjadi

peningkatan volume residu, kapasitas residu fungsional (KRF) dan pasien akan bernapas pada

volume yang tinggi mendekati kapasitas paru total (KPT). Keadaan hiperinflasi ini bertujuan

Page 6: referat asma IPD tarakan.docx

agar saluran napas tetap terbuka dan pertukaran gas berjalan lancar. Untuk mempertahankan

hiperinflasi ini diperlukan otot-otot bantu napas. Gangguan yang berupa obstruksi saluran

napas dapat dinilai secara obyektif dengan VEP1 (Volume Ekspirasi Paksa detik pertama)

atau APE (Arus Puncak Ekspirasi) sedangkan penurunan KVP (Kapasitas Vital

Paru)menggambarkan derajat hiperinflasi paru. Penyempitan saluran napas dapatter jadi baik

pada saluran napas yang besar, sedang maupun kecil. Gejala mengi menandakan ada

penyempitan di saluran napas besar, sedangkan pada saluran napas yang kecil gejala batuk

dan sesak lebih dominan dibanding mengi.

Penyempitan saluran napas ternyata tidak merata di seluruh bagian paru.Ada daerah-daerah

yang kurang mendapat ventilasi, sehingga darah kapiler yang melalui daerah tersebut

mengalami hipoksemia. Penurunan PaO2 mungkin merupakan kelainan pada asma sub-klinis.

Untuk mengatasi kekurangan oksigen,tubuh melakukan hiperventilasi, agar kebutuhan

oksigen terpenuhi. Tetapi akibatnya pengeluaran CO2 menjadi berlebihan sehingga PaCO2

menurun yang kemudian menimbulkan alkalosis respiratorik. Pada serangan asma yang lebih

berat lagi banyak saluran napas dan alveolus tertutup oleh mukus sehingga tidak

memungkinkan lagi terjadinya pertukaran gas. Hal ini menyebabkan hipoksemia dan kerja

otot-otot pernapasan bertambah berat serta terjadi peningkatan produksi CO2. Peningkatan

produksi CO2yang disertai dengan penurunan ventilasi alveolusmenyebabkan retensi

CO2(hiperkapnia) dan terjadi asidosis respiratorik ataugagal napas. Hipoksemia yang

berlangsung lama menyebabkan asidosis metabolik dan konstriksi pembuluh darah paru yang

kemudian menyebabkan shunting yaitu peredaran darah tanpa melalui unit pertukaran gas

yang baik, yang akibatnya memperburuk hiperkapnia. Dengan demikian penyempitan saluran

napas pada asma akan menimbulkan hal-hal sebagai berikut :

1). Gangguan ventilasi berupa hipoventilasi.

2). Ketidakseimbangan ventilasi perfusi di mana distribusi ventilasi tidak setara dengan

sirkulasi darah paru.

3). Gangguan difusi gas di tingkat alveoli. Ketiga faktor tersebut akan mengakibatkan :

hipoksemia, hiperkapnia,asidosis respiratorik pada tahap yang sangat lanjut.7

Page 7: referat asma IPD tarakan.docx

Gambar 2 Patofisiologi Asma

E.Manifestasi Klinis

Secara umum gejala asma adalah sesak napas, batuk berdahak dan suara napas yang berbunyi

ngik-ngik dimana seringnya gejala ini timbul pada pagi hari menjelang waktu subuh, hal ini

karena pengaruh keseimbangan hormon kortisol yang kadarnya rendah ketika pagi dan

berbagai faktor lainnya. Penderita asma akan mengeluhkan sesak nafas karena udara pada

Page 8: referat asma IPD tarakan.docx

waktu bernafas tidak dapat mengalir dengan lancar pada saluran nafas yang sempit dan hal ini

juga yang menyebabkan timbulnya bunyi ngik-ngik pada saat bernafas. Pada penderita asma,

penyempitan saluran pernafasan yang terjadi dapat berupa pengerutan dan tertutupnya saluran

oleh dahak yang diproduksi secara berlebihan dan menimbulkan batuk sebagai respon untuk

mengeluarkan dahak tersebut. Gambar dibawah ini adalah gambar penampang paru dalam

keadaan normal dan saat serangan asma.

Gambar 3 Gambaran sebelum dan sesudah Asma

Salah satu ciri asma adalah hilangnya keluhan di luar serangan. Artinya, pada saat serangan,

penderita asma bisa kelihatan amat menderita (banyak batuk,sesak napas hebat dan bahkan

sampai seperti tercekik), tetapi di luar serangan dia sehat-sehat saja (bisa main tenis 2 set,

bisa jalan-jalan keliling taman, dan lain-lain). Inilah salah satu hal yang membedakannya

dengan penyakit lain (keluhan sesak pada asma adalah revesibel,bisa baik kembali di luar

serangan).

F. Klasifikasi Asma

Derajat Asma Gejala Gejala Malam Faal Paru

I.Intermitten Bulanan APE >80%

*Gejala <1x/minggu

*Tanpa gejala di luar

serangan

*Serangan singkat

*<2 kali sebulan *VPE1 >80% nilai

prediksi

APE >80% nilai

terbaik

Page 9: referat asma IPD tarakan.docx

*Variabiliti

APE<20%

II.Persisten ringan Mingguan APE >80%

*Gejala >1x/minggu

tetapi <1x/hari

*serangan dapat

menganggu aktiviti

dan tidur

*>2 kali sebulan *VPE1 >80% nilai

prediksi

APE >80% nilai

terbaik

*Variabiliti APE 20-

30%

III. Persisten

Sedang

Harian APE 60-80%

*gejala setiap hari

*Serangan

menganggu aktiviti

dan tidur

*Membutuhkan

bronkodilator setiap

hari

*>1x/seminggu *VPE1 60-80% nilai

prediksi

APE 60-80% nilai

terbaik

*Variabiliti APE

>30%

IV.Persisten Berat Kontinyu APE <60%

*Gejala terus

menerus

*Sering kambuh

*Aktiviti fisik

terbatas

*Sering *VPE1 <60% nilai

prediksi

APE <60% nilai

terbaik

*Variabiliti APE

>30%

G.Tata laksana medikamentosa (dengan obat-obatan)

Tujuan penatalaksanaan asma:

1.Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma

2.Mencegah eksaserbasi akut

3.Meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal mungkin

Page 10: referat asma IPD tarakan.docx

4.Mengupayakan aktiviti normal termasuk exercise

5.Menghindari efek samping obat

6.Mencegah terjadi keterbatasan aliran udara (airflow limitation) ireversibel

7.Mencegah kematian karena asma

Obat asma dapat dibagi dalam 2 kelompok besar, yaitu obat pereda(reliever ) dan obat

pengendali (controller).

Reliever , sering disebut obat serangan, digunakan untuk meredakan serangan atau gejala

asma jika sedang timbul. Bila serangan sudah teratasi dan sudah tidak ada gejala lagi, maka

obat ini tidak digunakan lagi.

Controller , sering disebut obat pencegah, digunakan untuk mengatasi masalah dasar asma,

yaitu inflamasi respiratorik kronik (peradangan saluran napas menahun). Dengan demikian

pemakaian obat ini terus-menerus dalam jangka waktu relatif lama, tergantung derajat

penyakit asma, dan responnya terhadap pengobatan/penanggulangan. Controller diberikan

pada penderita asma episodik sering dan asma persisten.

Page 11: referat asma IPD tarakan.docx

III. KESIMPULAN

Asma adalah penyakit paru obstruktif, difus dengan hiperreaktivitas jalannapas terhadap

berbagai rangsangan dan tingginya tingkat reversibilitas proses obstruktif, yang dapat terjadi

secara spontan atau sebagai akibat pengobatan. Juga dikenal sebagai penyakit jalan napas

reaktif, kompleks asma mungkin mencakup bronkitis mengi, mengi akibat virus, dan asma

terkait atopik.Sampai saat ini penyebab penyakit asma belum diketahui secara pastimeski

telah banyak penelitian oleh para ahli di dunia kesehatan. Namun demikian yang dapat

disimpulkan adalah bahwa pada penderita asma saluran pernapasannya memiliki sifat yang

khas yaitu sangat peka terhadap berbagai rangsangan seperti polusi udara (asap, debu, zat

kimia), serbuk sari, udara dingin, makanan, hewan berbulu, tekanan jiwa, bau/aroma

menyengat (misalnya; parfum) dan olahraga.Secara umum gejala asma adalah sesak napas,

batuk berdahak dan suara napas yang berbunyi ngik-ngik dimana seringnya gejala ini timbul

pada pagi hari menjelang waktu subuh, hal ini karena pengaruh keseimbangan hormon

kortisol yang kadarnya rendah ketika pagi dan berbagai faktor lainnya. Penderita asma akan

mengeluhkan sesak nafas karena udara pada waktu bernafas tidak dapat mengalir dengan

lancar pada saluran nafas yang sempit dan hal ini juga yang menyebabkan timbulnya bunyi

ngik-ngik pada saat bernafas. Pada penderita asma, penyempitan saluran pernafasan yang

terjadi dapat berupa pengerutan dan tertutupnya saluran oleh dahak yang diproduksi secara

berlebihan dan menimbulkan batuk sebagai respon untuk mengeluarkan dahak

tersebut.Mengi/wheezing berulang dan/atau batuk kronik berulang merupakan titik awal

untuk menegakkan diagnosis. Termasuk yang perlu dipertimbangkan kemungkinan asma

adalah anak-anak yang hanya menunjukkan batuk sebagai satu-satunya tanda, dan pada saat

diperiksa tanda wheezing , sesak dan lain-lain sedang tidak timbul.

Page 12: referat asma IPD tarakan.docx

Daftar Pustaka

1. Woolcock AJ, Konthen PG. Lung function and asthma in Balinese and Australian

children. Joint International Congress, 2nd Asian Pacific of Respirology and 5th

Indonesia Association of Pulmonologists. Bali July 1-4 1990.p.72 (abstract).

2. Mangunnegoro H, Syafiuddin T, Yunus F, Wiyono WH. Upaya menurunkan

hipereaktivitas bronkus pada penderita asma; Perbandingan efek budesonid dan

ketotifen. Paru 1992; 12:10-8.

3. Angg ia D . P ro f i l Pende r i t a Asma Bronk i a l yang D i r awa t I nap d i

Bag i an Paru RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Periode Januari – Desember

2005.Pekanbaru : Fakultas Kedokteran Universitas Riau. 2006.

4. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan

Re p u b l i k   I n d o n e s i a   N o m o r   1 0 2 3 / M E N K E S / S K / X I / 2 0 0 8  

T e n t a n g Pedoman Pengendalian Penyakit Asma. Jakarta. 3 Nopember 2008.

5. Rahmawati I, Yunus F, Wiyono WH. Patogenesis dan Patofisiologi

Asma.Jurnal Cermin Kedokteran. 2003; 141. 5 6.

6. W i d j a j a   A . P a t o g e n e s i s   A s m a .   M a k a l a h   I l m i a h  

R e s p i r o l o g i   2 0 0 3 . Surakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas

Maret. 2003. h27.

7. N o o r c a h y a t i   S .   P e m a n t a u a n   K a d a r  

I m u n o g l o b u l i n M   ( I g m )   d a n Imunoglobulin G (Igg) Chlamydia

pneumoniae pada Penderita Asma diRumah Sak i t Umum Pusa t H . Adam

Ma l ik Medan . Medan : Faku l t a s Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2002.