21
 KATA PENGANTAR Puji dan syuk ur kita panjatkan kepada Tuh an Ya ng Maha Esa atas berkat dan kasih- Nya, penulis dapat meny elesaikan referat deng an judul Ane stesi Regional ini denga n baik dan tepat aktu! Tuju an dari penulisan referat ini adalah memenu hi sebagi an syarat kelul usan kepanite raan klinik di bidan g ilmu Aneste si di Rumah "akit #mum $aerah %araang! "elesainya referat ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis ingin mengu&apkan terima kasih kepada semua pihak yang tel ah memban tu dal am penyu sunan, ter uta ma kep ada pembimbin g sekalig us konsulen penulis yaitu dr! #&u, "p!An, dr! Ade, "p!An, dan dr! "abu r, "p!An, yang telah membimbing dan memberi masukan yang membantu dalam penyusunan referat ini! Terima kasih juga dituj ukan kepada penata anastesi di ruang ok serta teman teman sejaat yang telah membantu dalam penyelesaian referat ini! Penul is meny adari baha referat ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu  penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurna an referat ini! Penullis berharap agar referat ini dapat berman faat bagi kita semua dan menjadi bahan masukan bagi dunia pendidikan! 'akarta, ( No)ember *+ Penulis "umeet .asandani +(+!+!*/* 1

Referat Anestesi Sumeet Rsud Karawang

Embed Size (px)

DESCRIPTION

wrwr

Citation preview

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul Anestesi Regional ini dengan baik dan tepat waktu. Tujuan dari penulisan referat ini adalah memenuhi sebagian syarat kelulusan kepaniteraan klinik di bidang ilmu Anestesi di Rumah Sakit Umum Daerah Karawang.

Selesainya referat ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan, terutama kepada pembimbing sekaligus konsulen penulis yaitu dr. Ucu, Sp.An, dr. Ade, Sp.An, dan dr. Sabur, Sp.An, yang telah membimbing dan memberi masukan yang membantu dalam penyusunan referat ini. Terima kasih juga ditujukan kepada penata anastesi di ruang ok serta teman teman sejawat yang telah membantu dalam penyelesaian referat ini.

Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan referat ini. Penullis berharap agar referat ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan menjadi bahan masukan bagi dunia pendidikan.

Jakarta, 3 November 2014

Penulis

Sumeet Vasandani

030.10.272

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1

DAFTAR ISI 2

BAB I PENDAHULUAN 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 42.1 Klasifikasi Anestesi42.2 Mekanisme dan Fisiologi 42.3 Anastesia Regional 6 2.3.1 Blok Sentral6 2.3.2 Blok Perifer

2.4 Keuntungan & Kerugian Anestesi Regional

2.5 Obat-obatan Pada Anestesi Regional5BAB III KESIMPULAN 22DAFTAR PUSTAKA 23BAB I

PENDAHULUANIstilah anestesi dimunculkan pertama kali oleh dokter Oliver Wendell Holmes (1809-1894) berkebangsaan Amerika, diturunkan dari dua kata Yunani : An berarti tidak, dan Aesthesis berarti rasa atau sensasi nyeri. Secara harfiah berarti ketiadaan rasa atau sensasi nyeri. Dalam arti yang lebih luas, anestesi berarti suatu keadaan hilangnya rasa terhadap suatu rangsangan. Pemberian anestetikum dilakukan untuk mengurangi dan menghilangkan rasa nyeri baik disertai atau tanpa disertai hilangnya kesadaran. Seringkali anestesi dibutuhkan pada tindakan yang berkaitan dengan pembedahan.

Obat untuk menghilangkan nyeri terbagi ke dalam 2 kelompok, yaitu analgetik dan anestesi. Analgetik adalah obat pereda nyeri tanpa disertai hilangnya kesadaran. Analgetik tidak selalu menghilangkan seluruh rasa nyeri, tetapi selalu meringankan rasa nyeri. Beberapa jenis anestesi menyebabkan hilangnya kesadaran, sedangkan jenis yang lainnya hanya menghilangkan nyeri dari bagian tubuh tertentu dan pemakainya tetap sadar.

Penggunaan anestesia regional cukup bermanfaat terutama pada kasus yang merupakan kontra indikasi dari anestesia umum atau beresiko tingi untuk anestesia umum. Namun tanpa pengetahuan dan keterampilan mengenai anestesi regional, komplikasi dan pencegahannya akan berakibat fatal karena tidak bisa di deteksi secara dini dan diantisipasi secara tepat dan cepatBAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi Anestesi Terdapat beberapa tipe anestesi, yang pertama anestesi total, yaitu hilangnya kesadaran secara total, anestesi lokal, yaitu hilangnya rasa pada daerah tertentu yang diinginkan (pada sebagian kecil daerah tubuh), anestesi regional yaitu hilangnya rasa pada bagian yang lebih luas dari tubuh oleh blokade selektif pada jaringan spinal atau saraf yang berhubungan dengannya.

Analgesia atau Anestesi regional adalah tindakan analgesia yang dilakukan dengan cara menyuntikan obat anastetik lokal pada lokasi serat saraf yang menginervasi regio tertentu, yang menyebabkan hambatan konduksi impuls aferen yang bersifat temporer. Fungsi motorik dapat terpengaruh sebagian atau seluruhnya akan tetapi pasien tetap sadar.

2.2. Mekanisme dan Fisiologi Anestesi

Membran yang mudah terangsang dari akson saraf, mirip dengan membrane otot jantung dan badan sel saraf mempertahankan potensial transmembran seitar -90 sampai -60 mV. Selama eksitasi, saluran natrium terbuka dan arus natrium yang masuk cepat ke dalam sel dengan cepat mendepolarisasi membrane ke arah keseimbangan potensial natrium (+40mV). Sebagai akibat depolarisasi ini maka saluran natrium menutup (inaktif) dan saluran kalium terbuka. Aliran kalium keluar sel merepolarisasi membran ke arah keseimbangan potensial kalium (-95mV), terjadi lagi repolarisasi saluran natrium menjadi keadaan istirahat. Perbedaan ionic transmembran dipertahankan oleh pompa natrium. Sifat ini mirip dengan yang terjadi pada otot jantung, dan anestesi lokal pun mempunyai efek yang sama pada kedua jaringan tersebut.

Obat anestesi regional bekerja pada reseptor spesifik pada saluran natrium (sodium channel), mencegah peningkatan permeabilitas sel saraf terhadap ion natrium dan kalium, sehingga tidakterjadi depolarisasi pada selaput saraf dan hasilnya tidak terjadi konduksi saraf. Potensi kerja obat anestesi lokal dipengaruhi oleh kelarutan dalam lemak, makin larut makin poten. Ikatan dengan protein (protein binding) mempengaruhi lama kerja dan konstanta dissosiasi (pKa) menentukan awal kerja.

Kosentrasi minimal anestetik lokal (analog dengan mac, minimum alveolar concentration) dipengaruhoi oleh ; 11. Ukuran, jenis dan mielinisasi saraf

2. pH (asidosis menghambat blockade saraf)

3. frekuensi stimulasi saraf

Mula kerja bergantung beberapa faktor, yaitu :

1. pKa mendekati pH fisiologis sehingga konsentrasi bagian tak terionisasi meningkat dan dapat menembus membrane sel saraf sehingga menghasilkan mula kerja cepat.

2. Alkalinisasi anestetik lokal membuat mula kerja cepat

3. Konsentrasi obat anestetik lokal

Lama kerja dipengaruhi oleh :

1. Ikatan dengan protein plasma, karena reseptor anestetik lokal adalah protein

2. Dipengaruhi oleh kecepatan absorbsi.

3. Dipengaruhi oleh ramainya pembuluh darah perifer di daerah pemberian.

2.3. Anestesi Regional

Anestesi regional adalah hambatan impuls nyeri suatu bagian tubuh sementara pada impuls saraf sensorik, sehingga impuls nyeri dari satu bagian tubuh diblokir untuk sementara (reversibel). Fungsi motorik dapat terpengaruh sebagian atau seluruhnya. Tetapi pasien tetap sadar.

Pembagian:

1. Blok sentral yaitu meliputi blok spinal, epidural, dan kaudal.

2. Blok perifer (misalnya anestesi topikal, infiltrasi lokal, blok pleksus brakialis, aksiler, dan analgesia regional intravena

2.3.1 Blok SentralNeuroaksial blok adalah nama lain dari blok sentral (spinal dan epidural anestesi) akan menyebabkan blok simpatis, analgesia sensoris dan blok motoris (tergantung dari dosis, konsentrasi dan volume obat anestesi lokal).Anastesi Spinal

Anestesi spinal ialah pemberian obat anestetik lokal ke dalam ruang subarackhnoid. Anestesi spinal diperoleh dengan cara menyuntikkan anestetik lokal ke dalam ruang subarachnoid.

Medulla spinalis berada didalam kanalis spinalis dikelilingi oleh cairan serebrospinal, dan dibungkus oleh meningens (duramater, lemak dan pleksus venosus). Pada dewasa berakhir setinggi L1, pada anak L2 dan pada bayi L3. Oleh karena itu, anestesi/analgesi spinal dilakukan ruang sub arachnoid di daerah antara vertebra L2-L3 atau L3-L4 atau L4-L5Untuk mencapai cairan serebrospinal, maka jarum suntik akan menembus kulit ( subkutis ( Lig. Supraspinosus ( Lig. Interspinosus ( Lig. Flavum ( ruang epidural ( durameter ( ruang subarachnoid.

Gambar 1. Spinal anestesi

Persiapan analgesia spinal

Pada dasarnya persiapan untuk analgesia spinal seperti persiapan pada anastesia umum yaitu daerah sekitar tempat tusukan diteliti apakah akan menimbulkan kesulitan (kelainan anatomis tulang punggung atau pasien gemuk) .Selain itu perlu diperhatikan hal-hal di bawah ini:

1. Informed consent (izin dari pasien serta keluarga)

Kita tidak boleh memaksa pasien untuk menyetujui anesthesia spinal

2. Pemeriksaan fisik

Tidak dijumpai kelainan spesifik seperti kelainan tulang punggung

3. Pemeriksaan laboratorium anjuran

Hb, Ht, PT (Protrombin Time), PTT (Partial Tromboplastin Time)

Peralatan analgesia spinal

1. Peralatan monitor : tekanan darah, nadi, pulse oximeter,dan EKG

2. Peralatan resusitasi/ anestesia umum

3. Jarum spinal

Jarum spinal dengan ujung tajam (ujung bambu runcing/ Quinckebabcock) atau jarum spinal dengan ujung pinsil (pencil point Whitecare)

Gambar 2. A. jarum spinal ujung tajam (Quincke-Babcock), B jarum spinal ujung pinsil (Whitecare)

Indikasi dilakukannya spinal anestesi:

1.Bedah ekstremitas bawah

2.Bedah panggul

3.Tindakan sekitar rektum perineum

4.Bedah obstetrik-ginekologi

5.Bedah urologi

6.Bedah abdomen bawah

7.Pada bedah abdomen atas dan bedah pediatri biasanya dikombinasi dengan anesthesia umum ringan

Gambar 3. Posisi saat spinal anestesi.

Kontra indikasi absolut:

1.Pasien menolak

2.Infeksi pada tempat suntikan

3.Hipovolemia berat, syok

4.Koagulapatia atau mendapat terapi koagulan

5.Tekanan intrakranial meningkat

6.Fasilitas resusitasi minim

7.Kurang pengalaman/ tanpa didampingi konsulen anestesi.

Kontra indikasi relative:

1.Infeksi sistemik (sepsis, bakteremi)

2.Infeksi sekitar tempat suntikan

3.Kelainan neurologis

4.Kelainan psikis

5.Bedah lama

6.Penyakit jantung

7.Hipovolemia ringan

8.Nyeri punggung kronik

Komplikasi tindakan anestesi spinal:

1. Hipotensi berat

Akibat blok simpatis terjadi venous pooling. Pada dewasa dicegah dengan memberikan infus cairan elektrolit 1000ml atau koloid 500ml sebelum tindakan.

2. Bradikardia

Dapat terjadi tanpa disertai hipotensi atau hipoksia,terjadi akibat blok sampai T-2

3. Hipoventilasi

Akibat paralisis saraf frenikus atau hipoperfusi pusat kendali nafas

4. Trauma pembuluh saraf

5. Trauma saraf

2.2.2 Anestesia Epidural

Anestesia atau analgesia epidural adalah blokade saraf dengan menempatkan obat di ruang epidural. Ruang ini berada diantara ligamentum flavum dan duramater. Kedalaman ruang ini rata-rata 5mm dan dibagian posterior kedalaman maksimal pada daerah lumbal.

Obat anestetik di lokal diruang epidural bekerja langsung pada akar saraf spinal yang terletak dilateral. Awal kerja anestesi epidural lebih lambat dibanding anestesi spinal, sedangkan kualitas blockade sensorik-motorik juga lebih lemah.

Gambar 4. Lokasi epidural anestesi

Indikasi anastesia epidural

1. Pembedahan dan penanggulangan nyeri pasca bedah

2. Tatalaksana nyeri pada saat persalinan

3. Penurunan tekanan darah saat pembedahan supaya tidak banyak pendarahan

4. Tambahan pada anesthesia umum ringan karena penyakit tertentu pasien.

Keuntungan epidural dibandingkan spinal :

1. Bisa segmental

2. Tidak terjadi headache post op

3. Hypotensi lambat terjadi

4. Dapat mengatasi post op paint

Kerugian epidural dibandingkan spinal : 1. Teknik lebih sulit

2. Jumlah obat anestesi lokal lebih besar

3. Reaksi sistemis (

Komplikasi anestesi / analgesi epidural :

1.Blok tidak merata

2.Depresi kardiovaskular (hipotensi)

3.Hipoventilasi (hati-hati keracunan obat)

4.Mual muntah

Teknik anestesia epidural :

Pengenalan ruang epidural lebih sulit dibanding dengan ruang subarakhnoid.

1. Posisi pasien saat tusukan seperti pada analgesia spinal.

2. Tusukan jarum epidural biasanya dilakukan pada ketinggian L3-4.

3. Jarum yang digunakan ada 2 macam, yaitu:

a) jarum ujung tajam (Crawford)

b) jarum ujung khusus (Tuohy)

Gambar 7. Jarum epidural anestesi

4. Untuk mengenal ruang epidural digunakan banyak teknik. Namun yang paling populer adalah teknik hilangnya resistensi dan teknik tetes tergantung.

a) Teknik hilangnya resistensi (loss of resistance)

Teknik ini menggunakan semprit kaca atau semprit plastik rendah resistensi yang diisi oleh udara atau NaCl sebanyak 3ml. Setelah diberikan anestetik lokal pada tempat suntikan, jarum epidural ditusuk sedalam 1-2 cm. Kemudian udara atau NaCl disuntikkan perlahan dan terputus-putus. Sembari mendorong jarum epidural sampai terasa menembus jaringan keras (ligamentum flavum) yang disusul hilangnya resistensi. Setelah yakin ujung jarum berada dalam ruang epidural, lakukan uji dosis.

b) Teknik tetes tergantung

Teknik ini menggunakan jarum epidural yang diisi NaCl sampai terlihat ada tetes NaCl yang menggantung. Dengan mendorong jarum epidural perlahan secara lembut sampai terasa menembus jaringan keras yang kemudian disusul oleh tersedotnyatetes NaCl ke ruang epidural. Setelah yakin, lakukan uji dosis.

5. Uji dosis

Uji dosis anestetik lokal untuk epidural dosis tunggal dilakukan setelah ujung jarum diyakini berada dalam ruang epidural dan untuk dosis berulang (kontinyu) melalui kateter. Masukkan anestetik lokal 3 ml yang sudah bercampur adrenalin 1: 200.000.

Tak ada efek setelah beberapa menit, kemungkinan besar letak jarum sudah benar

Terjadi blokade spinal, menunjukkan obat sudah masuk ke ruang subarakhnoid karena terlalu dalam.

Terjadi peningkatan laju nadi sampai 20-30%, kemungkinan obat masuk vena epidural.

6. Cara penyuntikan: setelah yakin posisi jarum atau kateter benar, suntikkan anestetik lokal secara bertahap setiap 3-5 menit sampai tercapai dosis total.

7. Dosis maksimal dewasa muda sehat 1,6 ml/segmen yang tentunya bergantung pada konsentrasi obat. Pada manula dan neonatus dosis dikurangi sampai 50% dan pada wanita hamil dikurangi sampai 30% akibat pengaruh hormon dan mengecilnya ruang epidural akibat ramainya vaskularisasi darah dalam ruang epidural.8. Uji keberhasilan epiduralKeberhasilan analgesia epidural :

a. Tentang blok simpatis diketahui dari perubahan suhu.

b. Tentang blok sensorik dari uji tusuk jarum.

c. Tentang blok motorik dari skala bromageAnestesia Kaudal

Anestesi kaudal sebenarnya sama dengan anestesi epidural, karena kanalis kaudalis adalah kepanjangan dari ruang epidural dan obat ditempatkan di ruang kaudal melalui hiatus sakralis. Hiatus sakralis ditutup oleh ligamentum sakrokoksigeal tanpa tulang yang analog dengan gabungan antara ligamentum supraspinosum, ligamentum interspinosum, dan ligamentum flavum. Ruang kaudal berisi saraf sakral, pleksus venosus, felum terminale dan kantong dura.

Indikasi : Bedah daerah sekitar perineum, anorektal misalnya hemoroid, fistula paraanal.Kontra indikasi : Seperti analgesia spinal dan analgesia epidural.Teknik anestesia kaudal :

1. Posisi pasien terlungkup dengan simfisis diganjal (tungkai dan kepala lebih rendah dari bokong) atau dekubitus lateral, terutama wanita hamil.

2. Dapat menggunakan jarum suntik biasa atau jarum dengan kateter vena ukuran 20-22 pada pasien dewasa.

3. Untuk dewasa biasa digunakan volum 12-15 ml (1-2 ml/ segmen)

4. Identifikasi hiatus sakralis dengan menemukan kornu sakralis kanan dan kiri dan spina iliaka superior posterior. Dengan menghubungkan ketiga tonjolan tersebut diperoleh hiatus sakralis.

5. Setelah dilakukan tindakan a dan antisepsis pada daerah hiatus sakralis, tusukkan jarum mula-mula 90o terhadap kulit. Setelah diyakini masuk kanalis sakralis, ubah jarum jadi 450-600 dan jarum didorong sedalam 1-2 cm. Kemudian suntikan NaCl sebanyak 5 ml secara agak cepat sambil meraba apakah ada pembengkakan di kulit untuk menguji apakah cairan masuk dengan benar di kanalis kaudalis.

Gambar 5. Anestesi Kaudal

2.3.2 Blok Perifer

Blok perifer adalah tindakan analgesia yang dilakukan dengan cara menyuntikan obat anestetika lokal pada lokasi serat saraf yang menginervasi regio tertentu, yang menyebabkan hambatan konduksi impuls aferen yang bersifat temporer.

Menurut teknik cara pemberian dibagi dalam:

1. Infiltrasi Lokal: Penyuntikan larutan analgetik local langsung diarahkan sekitar tempat lesi luka atau insisi

2. Blok lapangan(field block): Infiltrasi sekitar lapangan operasi(untuk extirpasi tumor kecil)

3. Blok saraf (nerve blok): Penyuntikan obat analgetik local langsung ke saraf utama atau pleksus saraf; dibagi menjadi blok sentral yaitu meliputi blok spinal,epidural,kaudal dan blok perifer meliputi blok pleksus brakialis, aksiler.

4. Analgesia permukaan (topikal): Obat analgetika local dioles atau disemprot di atas selaput mukosa seperti hidung,mata,faring.

5. Analgesia regional intra vena: Penyuntikan larutan analgetik intra vena. Ekstremitas dieksainguinasi dan diisolasi bagian proximalnya dengan turniket pneumatic dari sirkulasi sistemik.

Contoh Aplikasi Blok Perifer:

Blok Pleksus brakhialis

Anestesi yang di injeksikan di sekitar pleksus brakialis yang menghasilkan analgesia dan bahkan anesthesia di anggota gerak atas. Pleksus ini di blockade dengan empat pendekatan yang berbeda : interkalenus, supraklavikularis, infraklavikularis atau aksilaris. Blok analgesia regional intravena (Bier Block)Anestesi jenis ini dapat dikerjakan untuk bedah singkat sekitar 45 menit pada lengan atau tungkai. Biasanya dikerjakan untuk orang dewasa dan pada lengan.

Teknik analgesia regional intravena:

1. Pasang kateter vena (venocath) pada kedua punggung tangan. Pada sisi tangan atau lengan yang akan dibedah digunakan untuk memasukkan obat anestetik lokal, sedangkan sisi lain untuk memasukkan obat-obat yang diperlukan seandainya terjadi kegawatan atau diperlukan cairan infus.

2. Eksanguinasi (mengurangi darah) pada sisi lengan yang akan dibedah dengan menaikkan lengan dan peraslah lengan secara manual atau dengan bantuan perban elastik (eshmark bandage) dari distal ke proksimal. Tindakan ini untuk mengurangi sirkulasi darah dan tentunya dosis obat.

3. Pasang pengukur tekanan darah pada lengan atas seperti akan mengukur tekanan darah biasa dengan torniket atau manset ganda dan bagian proksimal dikembangkan dahulu sampai 100 mmHg di atas tekanan sistolik supaya darah arteri tidak masuk ke lengan dan tentunya juga darah vena tidak akan masuk ke sistemik. Perban elastik dilepaskan.

4. Suntikkan lidokain atau prilokain 0,5% 0,6 ml/kg (bupivakain tidak dianjurkan karena toksisitasnya besar) melalui kateter di punggung tangan dan kalau untuk tungkai lewat vena punggung kaki dosis 1-1,2 ml/kg. Analgesia tercapai dalam waktu 5-15 menit dan pembedahan dapat dimulai.

5. Setelah 20-30 menit atau kalau pasien merasa tak enak atau nyeri pada torniket, kembangkan manset distal dan kempiskan manset proksimal.

6. Setelah pembedahan selesai, deflasi manset dilakukan secara bertahap, buka tutup selang beberapa menit untuk menghindari keracunan obat. Pada bedah sangat singkat, untuk mencegah keracunan sistemik, torniket harus tetap dipertahankan selama 30 menit untuk memberi kesempatan obat keluar vena menyebar dan melekat ke seluruh jaringan sekitar. Untuk tungkai jarang dikerjakan karena banyak pilihan lain yang lebih mudah dan aman seperti blok spinal, epidural, atau kaudal.

2.4. Keuntungan & Kerugian Anestesi Regional

Keuntungan penggunaan anestesi regional adalah murah, sederhana, dan penggunaan alat minim, non eksplosif karena tidak menggunakan obat-obatan yang mudah terbakar, pasien sadar saat pembedahan, reaksi stres pada daerah pembedahan kurang bahkan tidak ada, perdarahan relatif sedikit, setelah pembedahan pasien lebih segar atau tenang dibandingkan anestesi umum. Kerugian dari penggunaan teknik ini adalah waktu yang dibutuhkan untuk induksi dan waktu pemulihan lebih lama, adanya resiko kurang efektif block saraf sehingga pasien mungkin membutuhkan suntikan ulang atau anestesi umum, selalu ada kemungkinan komplikasi neurologi dan sirkulasi sehingga menimbulkan ketidakstabilan hemodinamik, dan pasien mendengar berbagai bunyi kegiatan operasi dalam ruangan operasi.

2.5. Obat-obatan pada Anestesi Regional

Anestetik lokal merupakan gabungan dari garam laut dalam air dan alkaloid larut dalam lemak dan terdiri dari bagian kepala cincin aromatik tak jenuh bersifat lipofilik, bagian badan sebagai penghubung terdiri dari cincin hidrokarbon dan bagian ekor yang terdiri dari amino tersier bersifat hidrofilik. Anestetik lokal dibagi menjadi dua golongan:

i) Golongan ester (-COOC-)

Obat obat ini termetabolisme melalui hidrolisis. Yang termasuk kedalam golongan ester, yakni : Kokain, Benzokain, ametocaine, prokain, piperoain, tetrakain, kloroprokain.

ii) Golongan amida (-NHCO-)

Obat obat ini termetabolisme melalui oksidasi dealkilasi di dalam hati. Yang termasuk kedalam golongan amida, yakni : Lidokain, mepivakain, prilokain, bupivacain, etidokain, dibukain, ropivakain, levobupivacaine.

Kecuali kokain, maka semua anestesi lokal bersifat vasodilator (melebarkan pembuluh darah). Sifat ini membuat zat anestesi lokal cepat diserap, sehingga toksisitasnya meningkat dan lama kerjanya jadi singkat karena obat cepat masuk ke dalam sirkulasi. Untuk memperpanjang kerja serta memperkecil toksisitas sering ditambahkan vasokonstriktor. Vasokonstriktor merupakan kontraindikasi pada keadaan-keadaan sebagai berikut:

(1) Anestesi end organ, misalnya telinga dan jari.

(2) Infiltrasi, blok saraf pada persalinan spontan.

(3) Penderita usia lanjut.

(4) Penderita hipertensi.

(5) Penderita dengan penyakit-penyakit kardiovaskuler.

(6) Penderita diabetes mellitus.

(7) Penderita tirotoksikosis.BAB III

KESIMPULAN

Anestesi regional adalah hambatan impuls nyeri suatu bagian tubuh sementara pada impuls syaraf sensorik, sehingga impuls nyeri dari satu bagian tubuh diblokir untuk sementara (reversibel). Fungsi motorik dapat terpengaruh sebagian atau seluruhnya akan tetapi pasien tetap sadar.

Anestesi regional terbagi atas blok sentral dan blok perifer. Blok sentral atau yang sering disebut sebagai blok neuroaxial terdiri dari blok spinal, epidural, kaudal maupun kombinasi antara spinal dan epidural. Disebut sentral karena lokasi blokade terletak pada nerve root pada garis tengah tubuh. Anestesi tersebut dapat diberikan pada tindakan yang melibatkan tungkai bawah, panggul, dan perineum. Anestesi ini juga digunakan pada keadaan khusus seperti bedah endoskopi urologi, bedah rektum, perbaikan fraktur tulang panggul, bedah obstetri, dan bedah anak. Blok perifer terdiri dari blok saraf yang merupakan metode blokade dengan cara menyuntikan langsung obat anestetik lokal pada saraf perifer yang ingin di blokade misalnya blokade plexus brachialis pada operasi bagian ekstrimitas superior. Blok regional menggunakan jalur intravena sedikit berbeda karena pada blokade regional lainnya disuntikan langsung pada saraf tetapi metode ini menggunakan jalur intravena, metode ini dapat dipergunakan dengan menggunakan torniket untuk operasi ekstrimitas superior maupun inferior.

Kontraindikasi mutlak meliputi infeksi kulit pada tempat dilakukan pungsi lumbal, bakteremia, hipovolemia berat (syok), koagulopati, dan peningkatan tekanan intrakranial. Kontraindikasi relatif meliputi neuropati, nyeri punggung, penggunaan obat-obatan praoperasi golongan AINS (antiinflamasi nonsteroid seperti aspirin, novalgin, parasetamol), heparin subkutan dosis rendah, dan pasien yang tidak stabil.DAFTAR PUSTAKA

1. Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR, Petunjuk Praktis Anestesiologi: Edisi Kedua. 2010. Jakarta: Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI.2. Edward Morgan et al. Clinical Anesthesiology. Fourth Edition. McGraw-Hill Companies. 2006.

3. Soenarjo, Jatmiko HD, edt. Anestesiologi. 2010. Semarang : Bagian anestiologi dan terapi intensif FKUNDIP/RSUP Dr.Kariadi. p309-30.

4. Soenarto RF, Chandra S, edt. Buku Ajar Anestesiologi 1st edition. 2012. Jakarta : Departemen Anestesiologi dan Intensive Care FKUI/RSCM.p.451-78.

5. Lunn JN. Catatan Kuliah Anestesi. 2005. Jakarta : EGC. p143-57

6. Mangku G, et al, edt. Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi. 2010. Jakarta : Indeks.p.114-33.

7. Robyn Gmyrek, MD, Maurice Dahdah, MD, Regional Anaesthesia, Updated: Aug 7, 2009. Accessed on 20th july 2014 at www.emedicine.com21