25
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semua zat radioaktif dan radiasi pengion dapat menimbulkan resiko bahaya radiasi baik untuk kesehatan dan keselamatan manusia dan lingkungannya, jika tidak dikendalikan dengan baik. Proteksi radiasi adalah suatu sistem untuk mengendalikan bahaya tersebut dengan menggunakan peralatan proteksi dan kerekayasaan yang canggih serta mengikuti peraturan proteksi yang sudah dibakukan. Kemungkinan bahaya radiasi itu disebabkan penyinaran tubuh sebelah luar (eksternal), jika sumber radiasi berada di luar tubuh dan mungkin disebabkan penyinaran dalam tubuh jika sumber radiasi berada di dalam tubuh. Dengan alasan itulah Pemerintah mengeluarkan peraturan-peraturan yang bertujuan mengurangi akibat-akibat yang merugikan ini berupa PP no 11, 12, 13 tahun 1975, sedangkan ketentuan pelaksanaannya dikeluarkan melalui SK Dirjen BATAN no. 24/DJ/II/1983. Di dalamnya dijelaskan ruang lingkupnya sebagai berikut ketentuan keselamatan kerja dimaksudkan sebagai petunjuk bagi mereka yang bekerja dengan sumber radiasi pangion dibidang kesehatan, industri, pendidikan, penelitian dan sebagainya. Ketentuan yang terdapat dalam buku petunjuk ini memuat dasar-dasar proteksi radiasi

Prorad Kel. Nbd

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Prorad Kel. Nbd

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semua zat radioaktif dan radiasi pengion dapat menimbulkan resiko bahaya radiasi baik

untuk kesehatan dan keselamatan manusia dan lingkungannya, jika tidak dikendalikan

dengan baik. Proteksi radiasi adalah suatu sistem untuk mengendalikan bahaya tersebut

dengan menggunakan peralatan proteksi dan kerekayasaan yang canggih serta mengikuti

peraturan proteksi yang sudah dibakukan. Kemungkinan bahaya radiasi itu disebabkan

penyinaran tubuh sebelah luar (eksternal), jika sumber radiasi berada di luar tubuh dan

mungkin disebabkan penyinaran dalam tubuh jika sumber radiasi berada di dalam tubuh.

Dengan alasan itulah Pemerintah mengeluarkan peraturan-peraturan yang bertujuan

mengurangi akibat-akibat yang merugikan ini berupa PP no 11, 12, 13 tahun 1975,

sedangkan ketentuan pelaksanaannya dikeluarkan melalui SK Dirjen BATAN no.

24/DJ/II/1983. Di dalamnya dijelaskan ruang lingkupnya sebagai berikut ketentuan

keselamatan kerja dimaksudkan sebagai petunjuk bagi mereka yang bekerja dengan sumber

radiasi pangion dibidang kesehatan, industri, pendidikan, penelitian dan sebagainya.

Ketentuan yang terdapat dalam buku petunjuk ini memuat dasar-dasar proteksi radiasi antara

lain mengatur nilai batas dosis (NBD) radiasi yang diijinkan, Persyaratan kerja dengan

sumber radiasi, dan prosedur kerja yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh setiap orang

yang bekerja dengan sumber radiasi.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu:

a. Pendahuluan mengenai Nilai Batas Dosis (NBD)

b. Sejarah Perkembangan Nilai Batas Dosis (NBD)

c. Nilai Batas Dosis yang diberlakukan di Indonesia

Page 2: Prorad Kel. Nbd

1.3 Tujuan Penulisan

a. Mengetahui apa itu yang dimaksud Nilai Batas Dosis

b. Mengetahui sejarah perkembangan awal mulanya di berlakukannya Nilai Batas Dosis

c. Mengetahui dan dapat menerapkan dalam nilai batas dosis radiasi yang dapat diterima

seorang individu.

Page 3: Prorad Kel. Nbd

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pendahuluan

Dosis radiasi yang diterima oleh seseorang dalam menjalankan suatu kegiatan

tidak boleh melebihi nilai batas dosis yang telah ditetapkan oleh instansi yang

berwenang. ICRP mendefinisikan dosis maksimum yang diizinkan diterima seseorang

sebagai dosis yang diterima dalam jangka waktu tertentu atau dosis yang berasal dari

penyinaran intensif seketika, yang menurut tingkat pengetahuan dewasa ini memberikan

kemungkinan yang dapat diabaikan tentang terjadinya cacat somatik gawat atau cacat

genetik.

ICRP (Komisi Internasional untuk Perlindungan Radiologi), merupakan suatu

organisais Internasional yang menangani masalah nilai batas dosis. Kegiatan-kegiatan

yang dilakukan oleh ICRP diarahkan pada penyusunan rekomendasi proteksi terhadap

kesehatan oleh para pekerja radiasi. ICRPP menyatakan bahwa tujuan komisi dalam

memberikan rekomendasi adalah untuk menangani masalah-masalah proteksi radiasi.

Sedangkan penyusunan peraturan, pedoman kerja, dan sebagainya diserahkan kepada

masing-masing organisasi pengawasan nasional pada masing-masing Negara. Setiap

penguasa instansi nuklir diizinkan untuk menentukan sendiri nilai batas yang sesuai

dengan kondisi setempat, asal tidak melebihi nilai tertinggi yang telah ditetapkan.

Nilai batas dosis bukan merupakan batas pemisah antara aman dan bahaya, tetapi

jika nilai batas dosis itu sedikit saja terlampaui, maka peristiwa itu mengindikasi telah

terjadinya suatu kekeliruan dalam pengendalian radiasi. Nilai batas dosis radiasi yang

ditetapkan tidak berlaku untuk penyinaran dari radiasi alamiah dan penyinaran untuk

bidang medis.

Page 4: Prorad Kel. Nbd

2.2 Sejarah Perkembangan Nilai Batas Dosis

Sejarah perkembangan nilai batas dosis tidak lepas dari munculnya kesadaran

akan pentingnya kesadaran akan pentingnya proteksi radiasi yang dimulai pada awal

tahun 1920-an. Pada saat itu the british X-ray and radium protection committe dan

american roentgen ray society mengeluarkan rekomendasi umum mengenai proteksi

radiasi. Selajutnya pada tahun 1925 diadakan kongres internasional radiologi yang

pertama, dijelaskan mengenai penting dan perlunya ada besaran fisika untuk

menyatakan paparan radiasi. Kongres ini akhirnya melahirkan komisi internasional

untuk satuan dan pengukuran radiologi (ICRU).

Pada tahun 1925 diperkenalkan konsep dosis tenggang (tolerance dose) yang

disefinisikan sebagai : ”dosis yang tidak mungkin dapat diterima oleh seseorang terus-

menerus atau secara periodik dalam menjalankan tugasnya, tanpa menyebabkan

terjadinya perubahan dalam darah, atau tanpa menyebakan kerusakan pada kulit maupun

organ reproduktif pada individu yang bersangkut”. Pada tahun 1925 Mutscheller

memperkirakan secara kuatitatif bahwa dosis total yang diterima selama sebulan dengan

nilai dosis kurang dari 1/100 nilai dosis menyebabkan terjadinya erythema kulit, tidak

mungkin akan menyebabkan kelainan jangka panjang. Nilai penyinaran yang mungkin

timbulnya erythema kulit diperkirakan 600R. Dengan demikian nilai dosis tenggang

untuk pekerja radiasi diusulkan sebesar 6 R untuk jangka penerimaan satu bulan (30

hari), atau rata – rata 200 mR per hari. Nilai tersebut kira – kira setara dengan 30 R/tahun

untuk sinar-x 100 kV atau 70 R/tahun untuk sinar-x 200 kV. Penentuan dosis tenggang

oleh mutscheller tersebut diambil berdasarkan hasil pengamatan terhadap operator

pesawat sinar-x, di mana dari dosis yang diterima dalam waktu yang cukup lama tidak

teramati munculnya kelainan yang berarti pada oprator tersebut. Pada masa itu dosis

tenggang per definisi ditentukan sebesar 10-5 R/detik atau kira – kira 288 mR/hari.

Pada tahun 1928 diadakan kongres internasional radiologi ke-2. Kongres

menyetujui pembentukan Komisi Internasional untuk perlindungan Sinar-x dan Radium

dan secara resmi mengadopsi satuan rontgen (R) sebagai satuan untuk menyatakan

paparan sinar-x dan gamma.

Pada tahun 1934, komisi tersebut mengeluarkan rekomendasi untuk menurunkan

dosis tenggang menjadi 0,2 R/hari atau 1 R/minggu. Selain itu dosis tenggang yang lebih

Page 5: Prorad Kel. Nbd

tinggi sebesar 50 R/tahun juga merekomendasikan untukseluruh tubuh. Sedang pada

tahun 1936, nilai dosis tenggang diturunkan menjadi 100 mR/hari dengan asumsi bahwa

diperhitungkan ada hamburan balik ( dengan energi sinar – X yang umumnya digunakan

pada saat itu ) di mana dosis 100 mR pada permukaan tubuh.

Karena berkecambuknya perang dunia ke II, maka para anggota komisi

Internasional untuk Perlindungan Sinar-x dan Radium tidak pernah melakukan aktivitas

apapun antara 1937-1950. Dosis tenggang 1 R per minggu masih tetap bertahan hingga

tahun 1950. komisi kembali aktif dan melakukan pertemuan pada tahun 1950. pada tahun

itu juga komisi tersebut berubah nama menjadi Komisi Internasional untuk Perlindungan

Radiologi (ICRP). Berbagai perkembangan dalam penelitian radoibiologi dan dosimetri

radiasi telah mengantarkan ke arah perubahan dalam teknik penentuan nilai batas dosis,

sehingga pertemuan ICRP tahun 1950 itu memutuskan untuk :

1. Menurunkan dosis tenggang menjadi 0,05 R ( 50 mR ) per hari atau 0,3 R ( 300mR )

per minggu atau 15 R per tahun.

2. Menetapkan kulit sebagai organ kritis dengan dosis tenggang sebesar 0,6 R per

minggu pada kedalaman 7 mg/cm2

Perkembangan dalam dosimetri radiasi membuktikan bahwa nilai paparan tidak

tepat jika digunakan sebagai alat ukur untuk menyatakan dosis radiasi pada jaringan.

Oleh sebab itu pada tahun 1953, ICRU merekomendasikan untuk mempertimbakan

energi radiasi yang diserap jaringan sebagai dasar untuk menyatakan nilai dosis radiasi.

Untuk keperluan ini ICRU memperkenalkan besaran dosis serap dengan satuan rad

(radiation absorbed dose).

Komisi internasional untuk perlindungan radiologi melakukan pertemuan lagi

berturut – turut pada tahun 1953 dan 1956. ICRP melalui publikasi ICRP No. 2 tahun

1958 menetapkan dosis tenggang sebesar 0,1 rem/minggu. Sejak saat itu, dosis tenggang

disebut sebagai Nilai Batas Rata-Rata Tertinggi (NBRT). Biasanya untuk keperluan

praktis diajurkan untuk menggunakan Nilai Batas Rata –rata Tertinggi tahunan (NBRTT)

yang nilainya 5 rem atau 5.000 mrem.

Sejak tahun 1942 mulai timbul keinginan untuk memperluas pengertian nilai batas

dosis sehingga berlaku juga untuk anggota masyarakat bukan pekerja radiasi. Dalam

Page 6: Prorad Kel. Nbd

rekomendasi tahun 1958 tersebut juga disertakan Nilai Batas Tertnggi Tahunan ( NBTT )

untuk anggota masyarakat dalam jangka waktu 1 tahun yang nilainya 1/10 NBRTT, yaitu

0,5 rem atau 500 mrem.

Dosis tertinggi yang diizinkan yang diterima oleh pekerja radiasi didasarkan atau

rums dosis akumulasi sebagai berikut :

D = 5 ( N – 18 )

Dengan :

D = dosis tertinggi yang diizinkan untuk diterima oleh seorang pekerja radiasi selama

masa kerjanya, dinyatakan dalam rem.

N = usia pekerja radiasi yangbersangkutan, dinyatakan dalam tahun.

18= usia terendah dari seorang yang diizinkan untuk bekerja dalam medan radiasi,

dinyatakan dalam tahun.

Selain NBRTT dan NBTT, ICRP juga merekomendasikan penggunaaan nilai

batasturunan seperti :

1. Nilai batas rata-rata tertinggi kuartalan (NBRTK) untuk penerimaan rata-rata dosis

selama 1 kuartal (3 bulan) yang nilai nya 1,25 rem.

2. Nilai Batas Tertinggi Kuartalan (NBTK) untuk penerimaan tertinggi selama 1 kuartal

yang nilainya 3 rem.

3. Nilai Batas Rata-rata Tertinggi Mingguan ( NBRTM ) untuk penerimaan rata-rata

dosis selama 1 minggu yang nilai 0,1 rem.

4. Nilai Batas Tertinggi Mingguan (NBTM) untuk penerimaan tertinggi selama 1

minggu yang nilainya 0,3 rem.

Konsep terbaru mengenai prisip-prinsip dasar proteksi radiasi telah diperkenalkan

dalam publikasi ICRP No.60 tahun 1990. Dalam pulikasi ini terdapat beberapa perubahan

dibandingkan dengan publikasi ICRP No.26 tahun 1977. Dalam publikasi tahun 1977

Page 7: Prorad Kel. Nbd

nilai batas dosis efektif untuk pekerja radiasi dan masyarakat umum berturut – turut 50

mSv/tahun dan 5 mSv/ tahun. Sedangkan dalam publikasi tahun 1990 diturunkan menjadi

20 mSv/tahun untuk pekerja radiasi dan 1mSv/tahun untuk masyarakat.

Nilai batas dosis untuk masyarakat bukan pekerja radiasi juga diturunkan dari

5mSv/tahun menjadi 1 mSv/tahun. Penurunan ini dimaksukan untuk melindungi

masyarakat dari resiko yang lebih besar. Dosis 1 mSv/tahun ini mengakibatkan

timbulnya peluang kematian karena kangker sebesar 4x10-3, angka ini sama dengan

peluamg kematian karena kangker oleh sebab-sebab lain (karsinogenik kimia) pada

semua orang masa usia kerja. Radiasi 1 mSv/tahun untuk masyarakat tidak termasuk

radiasi alam yang mau tidak mau harus diterima oleh setiap orang.

Perkembangan nilai batas dosis untuk pekerja radiasi dari waktu ke waktu

disajikan pada tabel 1.1, sedangkan untuk masyarakat umum disajikan pada tabel 1.2.

Adapun alasan-alasan untuk membedakan antara nilai batas dosis untuk pekerja radiasi

dan masyarakat umum adalah:

1. Jumlah anggota masyarakat jauh lebih besar dibandingkan jumlah pekerja radiasi,

sehingga efek kelainan per rem dosis radiasi yang diterima tubuh akan menimpa lebih

banyak pada masyarakat dibandingkan pekerja radiasi.

2. hubungan kerja yang melibatkan risiko penyinaran dalam pekerja bersifat suka rela

dan bahaya radiasi yang dihadapinya dapat dikrtahui sebelumnya.

3. pekerja radiasi telah dipilih sedemikian rupa sehingga mereka yang dianggap tidak

mampu menghadapi setiap bahaya tertentu akan disalurkan untuk kegiatan yang lain.

4. dalam suatu instalasi nuklir, bahaya radiasi dapat dievaluasi dan diawasi melalui

pemantawan radiasi.

5. anggota masyarakat bukan pekerja radiasi kemungkinan besar terdiri juga atas anak-

anak dan janin yang lebih peka terhadap kerusakan radiasi, dan mungkin juga terdiri

atas orang lanjut usia yang mungkin lebih mudah terpengaruh oleh kerusakan radiasi.

6. jangka waktu penyinaran karena pekerja lebih pendek dibandingkan jangka waktu

penyinaran oleh lingkungan luar.

7. setiap instalasi tidak dibenarkan untuk mengenakan ukuran penuh dari bahaya

pekerjaanya yang khusus untuk sekitarnya.

Page 8: Prorad Kel. Nbd

Tabel 1.1 Perkembangan Rekomendasi Penerimaan Dosis Maksimum yang Diizinkan

untuk Seluruh Tubuh bagi Pekerja Radiasi

Tabel 1.2 Perkembangan Rekomendasi Penerimaan Dosis Maksimum yang Diizinkan

untuk Seluruh Tubuh bagi Masyarakat Umum

2.3 Nilai Batas Dosis yang Diberlakukan di Indonesia

Nilai batas dosis (NBD) adalah suatu proteksi radiasi yang unsur utamanya

optimalisasi. Nilai batas dosis mungkin saja akan diturunkan hingga sama dengan dosis

latar dari alam. Penentuan NBD yang agak tinggi di masa lalu disebabkan oleh tingkat

Page 9: Prorad Kel. Nbd

pemahaman efek biologi radiasi saat itu yang masih agak terbatas. Sifat dari rekomendasi

ICRP ini juga tidak mengikat, dalam arti setiap negara diberikan kebebasan untuk

memilih sistem proteksi radiasi yang paling sesuai dengan kondisi negara masing-

masing. Jadi boleh sajah suatu negara tidak mengoptimalisasi secara penuh Rekomendasi

ICRP No.60 tahun 1990, misalnya tidak mengikuti rekomendasi tentang NBD baik untuk

pekerja maupun untuk masyarakat bukan pekerja.

Nilai batas dosis yang berlakukan di Indonesia dituangkan dalam surat Keputusan

Direktur Jendral Badan Tenaga Atom Nasional Nomor: PN03/160/DJ/89 tentang

Ketentuan Keselamatan Kerja terhadap Radiasi. Peraturan tersebut disusun lebih banyak

mengacu kepada Publikasi ICRP NO.26 TAHUN 1977. Dalam peraturan ini ditekankan

bahwa pekerja yang berumur kurang dari 18 tahun tidak dizinkan untuk ditugaskan

sebagai pekerja radiasi atau tidak dijinkan untuk diberikan tugas yang memungkinkan

pekerja tersebut mendapatkan penyinaran radiasi. Selain itu, pekerja wanita dalam masa

menusui tidak diijinkan mendapat tugas yang menagandung resiko kontaminasi radioaktif

yang tinggi, jika di perlu terhadap pekerja wanita ini dilakukan pengecekan khusus

terhadap kemungkinan kontaminasi. Untuk itu, dalam peraturan tersebut juga dilakukan

klafikasi terhadap pekerja radiasi. Untuk tujuan pemonitoran dan pembatasan penyinaran

dibedakan dua kategori pekerja radiasi, yaitu :

1. Kategori A untuk pekerja radiasi yang mungkin menerima dosis sama dengan atau

lebih besar dari 15 mSv (1500 mrem) per tahun.

2. Kategori B untuk pekerja radiasi yang mungkin menerima dosis lebih kecil dari 15

mSv (1500 mrem) per tahun.

Adapun 5 macam Nilai Batas Dosis yang diberlakukan di Indonesia, yaitu:

1. NBD untuk Seluruh Tubuh

Ada tiga NBD untuk seluruh tubuh bergantung pada pekerja radiasinya yaitu

NBD untuk pekerja radiasi umumnya dan dua pengecualian NBD masing –masing

untuk wanita dalam usia subur dan wanita dalam usia hamil. Adapun nilai NBD

tersebut adalah :

Page 10: Prorad Kel. Nbd

a. NBD untuk pekerja radiasi yang memperoleh penyinaran seluruh tubuh

ditetepkan 50 mSv (5000 mrem) per tahun

b. Batas tertinggi peneriamaan dosis pada abdomen pada pekerja radiasi wanita

dalam usia subur ditetapkan tidak lebih dari 13 mSv (1300 mrem) dalam jangka

waktu 13 minggu dan tidak melebihi NBD untuk pekerja radiasi.

c. Segera setelah seorang pekerja wanita dinyatakan mengandung harus dilakukan

pengaturan agar dalam melaksanakan tugasnya jumlahnya penerima dosis pada

janin, terhitumg sejak dinyatakan mengandung hingga saat kelahirkan, diusahakan

serendah-rendahnya yang sama sekali tidak boleh melebhi 10 mSv (1000 mrem).

Umumnya kondisi ini dicapai dengan mepekerjakan mereka pada kondisi kerja

yang seduai untuk pekerja radiasi Kategori B.

2. NBD untuk Penyinaran Lokal

Dalam hal penyinaran hanya bersifat lokal, yaitu hanya pada bagian khusus dari

tubuh, NBD ditetapkan sebagai berikut:

a. Batas dosis efektif yang dievaluasi berdasarkan persamaan HE = ∑WT HT adalah

50 mSv (5000 mrem) dalam setahun, dosis rata-rata pada setiap organ atau bagian

jaringan yang terkena radiasi harus tidak melebihi 500 mSv (50000 mrem) dalam

setahun.

b. Batas dosis untuk lensa mata adalah 150 mSv (15000 mrem) dalam setahun.

c. Batas dosis untuk kulit adalah 500 mSv (50000 mrem) dalam setahun. Apabila

penyinaran berasal dari kontaminasi radioaktif pada kulit, batas ini berlaku untuk

dosis yang dirata-ratakan pada setiap permukaan 100 cm2.

d. Batas dosis untuk tangan, lengan, kaki, dan tungkai adalah 500 mSv (50000

mrem) dalam setahun.

3. NBD untuk Masyarakat Umum

Setiap penguasa instalasi atom harus menjamin agar kontribusi penyinaran yang

berasal dari instalasinya pada anggota masyarakat secara keseluruhan serendah

mungkin. Jumlah penyinaran dari semua kontribusi tersebut harus dikaji ulang dan

khususnya harus diperkirakan dosis genetik sebagai akibat dari semua kontribusi

Page 11: Prorad Kel. Nbd

penyinaran ini. Setiap penguasa instalasi atom juga diwajibkan secara teratur

melaporkan hasil kajian ulang ini kepada instansi yang berwenang. Dengan tidak

mengurangi ketentuan- ketentuan tadi, pembatasan dosis untuk anggota masyarakat

umum berikut ini harus dipatuhi :

a. Dalam hal penyinaran seluruh tubuh, NBD untuk anggota masyarakat umum ialah

5 mSv (500 mrem) dalam setahun.

b. Dalam hal penyinaran bersifat lokal, yaitu hanya bagian – bagian khusus dari

tubuh, NBD untuk anggota masyarakat umum yang ditetapkan bahwa batas dosis

efektif yang dievaluasi berdasarkan persamaan : HE = ∑WT.HT adalah 5 mSv (500

mrem) dalam setahun

c. Batas dosis untuk lensa mata adalah 15 mSv (1500 mrem) dalam setahun.

d. Batas dosis untuk kulit adalah 50 mSv (5000 mrem) dalam setahun. Apabila

penyinaran berasal dari penyinaran dari radioaktif pada kulit, batas ini berlaku

untuk dosis yang rata- ratakan pada setiap permukaan seluas 100 cm3

e. Batas dosis untuk tangan, lengan, kaki, dan tungkai adalah 50 mSv (5000 mrem)

dalam setahun.

4. NBD untuk Magang dan Siswa

Magang dalam peraturan ini diartikan sebagai seseorang yang menerima latihan

dan petujuk dalam melaksanakan suatu pekerjaan yang memerlukan keakhlian

khusus. Baik untuk magang dan siswa berlaku ketentuan- ketentuan sebagai berikut :

a. NBD untuk para magang dan siswa yang berumur serendah – rendahnya 18 tahun,

yang sedang melaksanakan latihan atau kerja praktek, atau yang karena keperluan

pendidikannya terpaksa menggunakan sumber radiasi pengion, sama dengan NBD

yang berlaku untuk pekerja radiasi sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya.

b. NBD untuk para magang dan sisa yang berumur antara 16 dan 18 tahun, yang

sedang melaksanakan latihan atau kerja praktek, atau yang karena keperluan

pendidikan terpaksa menggunakan radiasi pengion, sam dengan NBD yang

berlaku untuk pekerja radiasi pengion, adalah 0,3 NBD yang berlaku untuk

pekerja radiasi.

Page 12: Prorad Kel. Nbd

c. Para pegawai magang dan siswa yang sedang melaksanakan latihan atau kerja

praktek, atau yang karena keperluan kependidikannya tidak menggunakan sumber

radiasi pengion dan mereka yang berumur kurang dari 16 tahun, NBD untuk

mereka adalah sama dengan masyarakat umum sebagaimana telah dikemukakan

sebelumnya. Apanila mereka karena latihan atu kependidikannya terpaksa terkena

radiasi, maka dosis yang boleh diterima dalam sekali penyinaran tidak boleh

melebihi 0,01 dari NBD untuk anggota masyarakat umum, sedang kontribusi

dosis yang boleh diterima selama kependidikan setiap tahun tidak boleh melebihi

0,1 NBD untuk anggota masyarakat umum.

5. Penyinaran Khusus direncanakan

Penyinaran khusus direncanakan hanya boleh dilakukan bagi pekerja radiasi

kategori A. Semua penyinaran khusus direncanakan hanya boleh dilaksanakan setelah

mendapatkan izin dari penguasa instalasi atom setempat. Izin itu hanya diberikan

dalam keadaan khusus selama operasi apabila cara lain yang tidak melibatkan

penyinaran tidak dapat digunakan. Untuk tindakan ini harus dipertimbangkan usia

dan kesehatan pekerja yang bersamgkutan. Dosis atau dosis terikat untuk penyinaran

khusus yag direncanakan ini dalam setahun tidak boleh melebihi dua kali NBD untuk

penyinaran seluruh tubuh bagi pekerja radiasi, dan lima kali NBD untuk seumur

hidup.

Penyinaran khusus direncanakan tidak boleh diberikan kepada pekerja radiasi,

apabila:

a. Selama 12 bulan sebelumnya ia pernah menerima dosis melebihi NBD

b. Pekerja radiasi yang bersangkutan pernah menerima penyinaran akibat keadaan

darurat atau kecelakaan sehingga mengakibatkan penerimaan dosis seluruhnya

melebihi lima kali NBD

c. Pekerja radiasi yang bersangkutan adalah wanita dalam usia subur atau pekerja

radiasi tersebut menolaknya

Page 13: Prorad Kel. Nbd

6. Penyinaran Gabungan

Yang dimaksud penyinaran gabungan pada bagian ini adalah apabilah seseorang

menerima penyinaran dari sumber eksternal dan internal. Dalam hal ada kombinasi

dalam penyinaran eksternal dan internal, NBD yang ditetapkan sebelumnya (baik

untuk pekerja radiasi maupun masyarakat umum) dapat dianggap dipatuhi apabila

kondoso berikut ini dipenuhi: yang dimaksud penyinaran gabungan pada bagian ini

adalah apabilah seseorang menerima penyinaran dari sumber eksternal dan internal.

Dalam hal ada kombinasi dalam penyinaran eksternal dan internal, NBD yang

ditetapkan sebelumnya (baik untuk pekerja radiasi maupun masyarakat umum) dapat

dianggap dipatuhi apabila kondoso berikut ini dipenuhi:

Dengan

Hl,d = indeks dosis dalam tahunan

Hl = NBD tahunan untuk seluruh tubuh

Ij = jumlah radionuklida j yang masuk dalam setahun

Ij,l = Batas masukan tahunan (BMT) dari radionuklida j

Page 14: Prorad Kel. Nbd

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Pendahuluan.

ICRP (Komisi Internasional untuk Perlindungan Radiologi), merupakan suatu

organisais Internasional yang menangani masalah nilai batas dosis. Nilai batas dosis

bukan merupakan batas pemisah antara aman dan bahaya, tetapi jika nilai batas dosis

itu sedikit saja terlampaui, maka peristiwa itu mengindikasi telah terjadinya suatu

kekeliruan dalam pengendalian radiasi

2. Sejarah

Sejarah perkembangan nilai batas dosis tidak lepas dari munculnya kesadaran

akan pentingnya kesadaran akan pentingnya proteksi radiasi yang dimulai pada awal

tahun 1920-an. Sejak tahun 1942 mulai timbul keinginan untuk memperluas

pengertian nilai batas dosis sehingga berlaku juga untuk anggota masyarakat bukan

pekerja radiasi. Dalam rekomendasi tahun 1958 tersebut juga disertakan Nilai Batas

Tertnggi Tahunan ( NBTT ) untuk anggota masyarakat dalam jangka waktu 1 tahun

yang nilainya 1/10 NBRTT, yaitu 0,5 rem atau 500 mrem.

3. NBD yang diberlakukan di Indonesia

Terdapat 6 macam NBD yang diberlakukan di Indonesia, yaitu NBD untuk Seluruh

Tubuh, NBD untuk Penyinaran Lokal, NBD untuk Masyarakat Umum, NBD untuk

Magang dan Siswa, Penyinaran Khusus direncanakan, dan Penyinaran Gabungan

3.2 Saran

Dengan adanya materi mengenai Nilai Batas Dosis diharapkan dapat

mempermudah dalam memahami materi Nilai Batas Dosis.

Page 15: Prorad Kel. Nbd

Daftar Pustaka

Akhadi, Mukhlis. 1997. Dasar-Dasar Proteksi Radiasi. Reneka Cipta: Jakarta

Page 16: Prorad Kel. Nbd

LAMPIRAN

1. Kilat Permana Putra

Pertanyaan: untuk rumus D = 5 (N-18) bagaimana untuk perhitungannya untuk ibu

hamil pekerja radiasi? Dan apa yang dijadikan penentuan nilai batas radiasi untuk ibu

hamil?

Jawab:

Rumus tersebut untuk pekerja radiasi kecuali untuk pekerja radiasi yang sedang hamil.

Penentuan untuk pekerja radiasi ibu hamil sudah ditetapkan oleh ICRPP, dalam pekerja

radiasi kategori B dimana kurang dari 15 mSv

2. Yayan Yuliananto

Pertanyaan: adakah aturan nilai batas dosis radiasi untuk di luar negeri selain Indonesia?

Jawab:

Aturan untuk nilai batas dosis sudah ditetapkan dari awalnya oleh ICRP. Selebihnya

ICRP menyerahkan wewenang penentuan nilai batas dosis pada tiap Negara masing-

masing, asal tidak melebihi batas yang sudah ditetapkan oleh ICRP. Penentuan nilai batas

dosis diberikan ke tiap Negara karena tiap Negara memiliki radiasi kosmik (alam) yang

berbeda.

3. Andik

Pertanyaan: kenapa nilai batas dosis untuk seluruh tubuh lebih kecil dibandingkan

dengan lensa mata atau pada bagian tertentu saja?

Jawab:

Karena kalau di sinari secara lokal akan lebih merusak sel jaringan organ itu langsung.

Page 17: Prorad Kel. Nbd

MAKALAH PROTEKSI RADIASI

Nilai Batas Dosis (NBD)

Disusun Oleh :

Siti Yuniar Pangestu (24040110120015)

Sheyza Rery Dynza Anggary (2404011011014)

Nazhira Sadrina (24040110130049)

Fajri Inayat (J2D009

Ponco Winarto (24040111

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2014