Upload
ivan-regi
View
441
Download
406
Tags:
Embed Size (px)
DESCRIPTION
babab
Citation preview
PENGARUH METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2014/2015
1. Latar Belakang
Menurut National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) (dalam
Sroyer, 2013:25), tujuan pembelajaran matematika adalah mengembangkan
kemampuan: komunikasi matematis, penalaran matematis, problem solving
matematis, koneksi matematis, dan representasi matematis. Lebih lanjut menurut
NCTM, salah satu keterampilan matematika yang perlu dikuasai siswa adalah
kemampuan problem solving matematis. Standar problem solving, NCTM
menetapkan bahwa program pembelajaran dari pra-taman kanak-kanak sampai kelas
12 harus memungkinkan siswa untuk: membangun pengetahuan matematika baru
melalui problem solving; memecahkan masalah yang muncul di dalam matematika
dan di dalam konteks-konteks yang lain; menerapkan dan menyesuaikan bermacam-
macam strategi yang sesuai untuk memecahkan masalah; dan memonitor dan
merefleksikan proses dari problem solving matematis.
Pentingnya problem solving juga ditegaskan dalam NCTM yang menyatakan
bahwa problem solving merupakan bagian integral dalam pembelajaran matematika.
Kemampuan pemecahan masalah amatlah penting dalam matematika, bukan saja
bagi mereka yang di kemudian hari akan mendalami atau mempelajari matematika,
melainkan juga bagi mereka yang akan menerapkannya dalam bidang studi lain dan
dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan hasil observasi ketika penerapan perangkat pembelajaran
matematika dan wawancara kepada salah seorang guru matematika di SMA Negeri 4
Lubuklinggau. Beliau memaparkan soal pemecahan masalah matematis sudah
pernah diterapkan dikelas, penerapan dikelas disesuaikan dengan melihat
kemampuan kognitif siswa, dari masing-masing kelas yang mampu menyelesaikan
soal hanya 6 siswa (18,18%) dari 33 siswa. Faktor penyebab kesulitan siswa dalam
menyelesaikan soal pemecahan masalah matematis adalah pemahaman siswa pada
soal pemecahan masalah masih rendah, siswa belum mampu menganalisa maksud
dan tujuan soal, siswa belum mampu memilih dan mengaplikasikan rumus yang
sudah diperoleh selain itu kurangnya latihan dalam menyelesaikan soal pemecahan
masalah matematis, sehingga siswa mudah menyerah ketika di berikan masalah-
masalah yang harus dipecahkan. Penggunaan metode yang kurang berfariatif juga
sangat berpengaruh pada proses belajar mengajar khususnya kemampuan
pemecahan masalah matematis.
Oleh karena itu, penulis menyimpulkan untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa salah satunya dengan metode problem
solving, karena pada pembelajaran yang menggunakan metode problem solving
terdapat beberapa langkah-langkah yang akan membantu siswa dalam memecahkan
suatu masalah. Menurut Hamiyah & Jauhar (2014:126) metode pemecahan masalah
merupakan metode yang merangsang berpikir dan menggunakan wawasan tanpa
melihat kualitas pendapat yang disampaikan siswa, seorang guru harus pandai-
pandai merangsang siswanya untuk mencoba mengeluarkan pendapatnya. Metode
pemecahan masalah adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran
dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah, baik masalah pribadi atau
perorangan, maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara
bersama-sama. Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang
pada dasarnya adalah pemecahan masalah.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti “ Pengaruh
Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah pada
Pembelajaran Matematika Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Lubuklinggau Tahun
Pelajaran 2014/2015.’’
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas rumusan masalah yang akan di
teliti adalah “Apakah terdapat pengaruh metode problem solving terhadap
kemampuan pemecahan masalah pada pembelajaran matematika siswa kelas X
SMA Negeri 4 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2014/2015 ?’’
3. Ruang Lingkup Penelitian
Melihat luasnya cakupan masalah-masalah yang teridentifikasi dibandingkan
waktu dan kemampuan yang dimiliki peneliti maka penelitian ini di batasi pada
materi trigonometri kelas X SMA Negeri 4 Lubuklinggau tahun pelajaran 2014/2015
dan metode pembelajaran problem solving.
4. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode
problem solving terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas
X SMA Negeri 4 Lubuklinggau tahun pelajaran 2014/2015.
5. Manfaat Penelitian
Dari hasil pelaksaan penelitian ini penulis berharap dapat memberikan manfaat,
antara lain:
a. Bagi siswa, dengan penelitian ini diharapkan terbina sikap belajar yang aktif,
positif dan kreatif dalam memecahkan masalah.
b. Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan perbaikan
pembelajaran matematika serta meningkatkan prestasi belajar matematika.
c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini memberikan sumbangan dalam rangka
perbaikan pembelajaran matematika.
d. Bagi peneliti lain, Peneliti berharap hasil dari penelitian ini dapat memberi
dan menambah wawasan pengetahuan serta sebagai acuan untuk melakukan
penelitian yang sejenis.
6. Definisi Operasional
Supaya tidak menimbulkan masalah dan penafsiran yang berbeda-beda.
maka definisi operasional penelitian ini adalah:
a. Pengaruh artinya efek, pengaruh atau dampak yang terjadi setelah melakukan
sesuatu kegiatan. Pengaruh dalam penelitian ini artinya apakah ada perubahan
atau dampak proses pembelajaran matematika mengenai kemampuan
pemecahan masalah matematis pada kelas kontrol dengan pembelajaran pada
kelas eksperimen.
b. Metode pembelajaran adalah cara yang dipergunakan guru dalam menyajikan
bahan pelajaran dengan memperhatikan keseluruhan situasi belajar untuk
mencapai tujuan.
c. Metode problem solving adalah adalah suatu metode yang mendorong siswa
untuk menyelesaikan atau memecahkan persoalan-persoalan yang melibatkan
proses, perbuatan, cara mengatasi atau memecahkan masalah.
d. Kemampuan Pemecahan Masalah merupakan upaya yang dilakukan untuk
memperoleh jawaban yang tepat setelah menerapkan pengetahuan,
pemahaman dan keterampilanya dalam memecahkan suatu masalah.
e. Masalah matematis adalah suatu hal yang memerlukan penyelesaian akan
tetapi belum tahu secara langsung apa yang harus dikerjakan untuk
menyelesaikannya.
7. Tinjauan Pustaka
a. Pengertian Belajar
Terdapat pengertian belajar yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya
Menurut Dimyati (2006:7), belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang
kompleks. Slameto (2010:2) mengakatan belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Sedangkan Riyanto (2012:6) dalam buku Paradigma Baru
Pembelajaran menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses untuk memngubah
performansi yang tidak terbatas pada keterampilan, tetapi juga meliputi fungsi-
fungsi, seperti skil, persepsi, emosi, roses berpikir, sehingga dapat menghasilkan
perbaikan performansi.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan belajar adalah suatu proses
usaha untuk mendapatkan perubahan mencakup pengetahuan, keterampilan, dan
tingkah laku yang dapat diperoleh melalui latihan, pengalaman, dan interaksi dengan
lingkungan.
b. Pengertian Masalah Matematis
Secara umum pengertian masalah adalah kesenjangan antara harapan dengan
kenyataan, antara apa yang diinginkan atau yang dituju dengan apa yang terjadi atau
faktanya. Shadiq (2004:11) mengemukakan suatu pertanyaan akan menjadi masalah
hanya jika pertanyaan itu menunjukkan adanya suatu tantangan (challenge) yang
tidak dapat dipecahkan oleh suatu prosedur rutin (routine procedure) yang sudah
diketahui sipelaku, maka untuk menyelesaikan suatu masalah diperlukan waktu yang
relatif lama dari proses pemecahan soal rutin biasa. Sedangkan menurut Hamiyah
dan Jauhar (2014:115) masalah dapat diartikan sebagai hal yang mengundang
keragu-raguan, ketidakpastian atau kesulitan yang harus diatasi dan diselesaikan,
yang biasanya terjadi di lapangan. Sedangkan menurut Sanjaya (2006:216) masalah
adalah kesenjangan antara situasi nyata dan kondisi yang diharapkan, atau antara
kenyataan yang terjadi dengan apa yang diharapkan. Suatu soal atau pertanyaan
merupakan suatu masalah apabila soal atau pertanyaan tersebut menantang untuk
diselesaikan atau dijawab, dan prosedur untuk menyelesaikannya atau
menjawabannya tidak dapat dilakukan secara rutin (Widjajanti, 2009:404)
Dari uraian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa masalah adalah suatu hal
yang memerlukan penyelesaian akan tetapi belum tahu secara langsung apa yang
harus dikerjakan untuk menyelesaikannya
Contoh masalah matematis :
Rumah Andi, Bedu, dan Cintia berada dalam satu pedesaan. Rumah Andi dan Bedu dipisahkan oleh hutan sehingga harus menempuh mengelilingi hutan untuk sampai ke rumah mereka. Jarak antara rumah Bedu dan Andi adalah 4 km sedangkan jarak antara rumah Bedu dan Cintia 3 km. Dapatkah kamu menentukan jarak sesungguhnya antara rumah Andi dan Cintia?
Gambar Peta rumah
c. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
1) Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Pemecaham masalah merupakan salah satu strategi pengajaran berbasis
masalah dimana guru membantu siswa untuk belajar memecahkan masalah melalui
pengalama-pengalaman pembelajaran, (David A.dkk, 2009:249). Sedangkan Polya
(dalam Hamiyah & Jauhar, 2014:120) mengartikan pemecahan masalah sebagai
suatu usaha mencari jalan keluar dari satu kesulitan guna mencapai satu tujuan yang
tidak begitu mudah segera untuk dicapai. Pemecahan masalah adalah proses, cara,
perbuatan, mengatasi atau memecahkan. Pemecahan masalah berarti keikutsertaan
dalam suatu tugas yang metode pemecahannya tidak di ketahui sebelumnya.
Menurut Abdurrahman (2012:205) pemecahan masalah adalah aplikasi dari
konsep dan keterampilan. Sedangkan menurut Wahyudin (2008:30) kemampuan
pemecahan masalah adalah bagaian integral dari belajar matematika, dan dengan
demikian pemecahan masalah jangan dijadikan bagaian yang terpisah dari
matematika. Menurut Wena (2009:52) Hakikat pemecahan masalah adalah
melakukan operasi prosedural urutan tindakan, tahap demi tahap secara sistemtis
sebagai seorang pemula memecahkan suatu masalah. Sedangkan menurut Sudjana
(2010:116) kemampuan pemecahan masalah upaya yang dilakukan peserta didik
untuk mencari dan menetapkan alternative kegiatan dalam menjembatani suatu
keadaan pada saat ini dengan keadaan yang diinginkan.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan kemampuan
pemecahan masalah adalah upaya yang dilakukan untuk memperoleh jawaban yang
tepat setelah menerapkan pengetahuan, pemahaman dan keterampilanya dalam
memecahkan suatu masalah.
2) Indikator Pemecahan Masalah
Menurut Polya (dalam Hamiyah & Jauhar, 2014:121) indikator pemecahan
masalah, yaitu :
(a)Memahami masalah.
Siswa memahami masalah dengan menganlisa data yang diketahui dan yang
belum diketahui serta siswa mencoba menghubungkan dari setiap data yang ada.
(b)Merencanakan penyelesain.
Setelah siswa memahami masalah dengan benar, selanjutnya mereka harus
mampu menyusun rencana penyelesaian masalah dengan mencoba beberapa
teorema atau rumus yang bisa digunakan.
(c)Menyelesaikan masalah sesuai rencana
Jika rencana penyelesaian suatu masalah telah dibuat, baik secara tertulis atau
tidak, selanjutnya dilakukan penyelesaian masalah sesuai dengan rencana yang
dianggap paling tepat.
(d) Melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah dikerjakan.
Untuk mengetahui hasil kemampuan pemecahan masalah siswa terdapat
instrumen untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
Adapun pemberian skor dalam pemecahan masalah memperlihatkan bagaimana cara
untuk menyelesaikan masalah. Pemberian skor pemecahan masalah dalam penelitian
ini diadopsi dari penskoran pemecahan masalah yang dikemukakan oleh Anna
Fauziah (2010:40), seperti pada tabel 1 berikut:
Tabel 1Pedoman Penskoran Kemampuan Pemecahan Masalah
indikator
Skor
Memahami Masalah
Membuat Rencana Pemecahan
Melakukan Perhitungan atau Melaksanakan Perencanaan
Memeriksa Kembali Hasil
0 Salah menginter-pretasikan/salah sama sekali
Tidak ada rencana, membuat rencana yang tidak relevan
Tidak melakukan perhitungan
Tidak ada pemeriksaan atau tidak ada keterangan lain
1 Salah menginter-pretasikan sebagian soal, mengabaikan
Membuat rencana pemecahan yang tidak dapat dilaksanakan sehingga tidak dapat dilaksanakan
Melaksanakan prosedur yang benar dan mungkin menghasilkan jawaban yang benar tapi salah perhitungan
Ada pemeriksaan tetapi tidak tuntas
2 Memahami masalah soal selengkapnya
Membuat rencana yang benar tetapi salah dalam hasil/tidak ada hasil
Melakukan proses yang benar dan mendapatkan hasil yang benar
Pemeriksaan dilaksanakan untuk melihat kebenaran proses
3 Membuat rencana yang benar, tetapi tidak lengkap
4 Membuat rencana sesuai dengan prosedur dan mengarah pada solusi yang benar
Skor maksimal 2
Skor maksimal 4 Skor maksimal 2 Skor maksimal 2
3) Kriteria Kemampuan Pemecahan Masalah
Kriteria kemampuan pemecahan masalah dalam penelitian ini dimodifikasi
dari Redhana (2011:79). Skor tertinggi untuk tiap soal pemecahan masalah sesuai
dengan pedoman penskoran pemecahan masalah matematika di atas adalah 10 dan
skor terendah untuk tiap soal adalah 0. Selanjutnya skor yang diperoleh siswa
dikonversikan ke dalam nilai dengan skala nilai (0–10). Adapun kriteria pemecahan
masalah matematika yang diperoleh siswa dapat dilihat pada tabel 2 kriteria
penggolongan pemecahan masalah, sebagai berikut:
Tabel 2 Kriteria Penggolongan Kemampuan Pemecahan Masalah
Rentangan Skor Kriteria 0,00 – 2,00 Sangat Kurang 2,01 – 4,00 Kurang 4,01 – 6,00 Cukup 6,01 – 8,00 Baik 8,01 – 10,00 Sangat Baik
Dimodifikasi dari Redhana (2011:79)
d. Metode Pembelajaran
Menurut Hamiyah & Jauhar (2014:125) metode pembelajaran merupakan
suatu alat atau cara dalam menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa dalam
proses belajar-mengajar untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Metode
adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah
dsusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal (
Majid,2013:193).Sedangkan menurut Djamarah & Zain (2010:46) metode
pembelajaran adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar-mengajar, metode di perlukan oleh guru
dan penggunaanya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah
pengajaran berakhir.
Menurut Majid (2013:194)) terdapat beberapa metode yang dapat digunakan
dalam proses pembelajaran, diantarnya yaitu: Ceramah, Demonstrasi, Diskusi,
Simulasi, Tugas dan resitasi, Problem solving, Team teaching, Drill, Field-Trip,
Ekspositori, Inkuiri dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
metode pembelajaran problem solving.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan metode adalah cara yang
dipergunakan guru dalam menyajikan bahan pelajaran dengan memperhatikan
keseluruhan situasi belajar untuk mencapai tujuan. Dari berbagai metode diatas yang
dipilih dalam penelitian adalah metode pembelajaran problem solving.
e. Metode Problem Solving
Beberapa studi tentang metode problem solving (Djamarah & Zain, 2010;
Majid, 2013) metode problem solving bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi
juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat
menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai
kepada menarik kesimpulan. Problem solving Menurut Polya (dalam Hamiyah &
Jauhar) problem solving adalah suatu usaha untuk mencari jalan keluar dari suatu
kesulitan guna mencapai suatu tujuan yang tidak begitu segera dapat dicapai.
Menurut Hamiyah & Jauhar (2014:126) Metode problem solving merupakan
metode yang merangsang berpikir dan menggunakan wawasan tanpa melihat
kualitas pendapat yang di sampaikan oleh siswa. Seorang guru harus pandai-pandai
merangsang siswanya untuk mencoba mengeluarkan pendapatnya. Metode
Pemecahan masalah adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran
dengan jalan melatih siswa menghadapai berbagai masalah, baik masalah pribadi
maupun masalah kelompok untuk di pecahkan mandiri atau bersama-sama. Orientasi
pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah
pemecahan masalah. Sedangkan Syarifudin (2010:150) metode pemecahan masalah
adalah penyajian bahan ajar oleh guru dengan merangsang anak berpikir secara
sistematis dengan menghadapkan siswa kepada beberapa masalah yang harus
dipecahkan.
Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan Metode Problem
Solving adalah suatu metode yang mendorong siswa untuk menyelesaikan atau
memecahkan persoalan-persoalan yang melibatkan proses, perbuatan, cara
mengatasi atau memecahkan masalah.
f. Langkah-langkah Metode Pembelajaran Problem Solving
Menurut Polya dalam bukunya yang berjudul “ How to Solve It ” ada 4
langkah-langkah dalam pemecahan masalah yaitu :
1) Understanding the problem atau memahami masalah, meliputi memberi label dan mengidentifikasi apa yang ditanyakan, syarat-syarat, apa yang diketahui (datanya), dan menetukan solusi masalahnya.
2) Devising plan atau merancang penyelesaian yang berarti menggambarkan pengetahuan sebelumnya untuk kerangka tehnik penyelesaian yang sesuai, dan menuliskannya kembali masalahnya jika perlu.
3) Carrying out the plan atau melakukan penyelesaian tersebut menggunakan tehnik penyelesaian yang sudah dipilih.
4) Looking Back atau melakukan pengecekan kebenarannya dari penyelesaian yang diperoleh dan memasukkan masalah dan penyelesaian tersebut kedalam memori untuk kelak digunakan dalam menyelesaikan masalah dikemudian hari.
Menurut Djamarah dan Zain (2010:91) langkah-langkah pembelajaran metode
problem solving adalah sebagai berikut :
1) Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan.
2) Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya, dll.
3) Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah kedua diatas.
4) Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut cocok.
5) Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.
Menurut Sani (2013:243) Langkah-langkah pembelajaran problem solving
untuk peserta didik yang belum mampu berfikir tingkat tinggi dapat dirancang
sebagai berikut.
1) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.2) Guru memberikan permasalahan yang perlu dicari solusinya.3) Guru menjelaskan prosedur pemecahan masalah yang benar.4) Peserta didik mencari literature yang mendukung untuk menyelesaikan
permasalahan yang diberikan guru.5) Peserta didik menetapkan beberapa solusi yang dapat diambil untuk
menyelesaikan permasalahan.6) Peserta didik melaporkan tugas yang diberikan guru.
Menurut Hamiyah dan Jauhar (2014:129) Langkah-langkah dalam
melaksanakan gaya mengajar pemecahan masalah, yaitu :
1) Menyajikan masalah. Guru menyajikan masalah kepada siswa dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan yang merangsang untuk berfikir, tidak ada penjelasan atau demonstrasi karena pemcahannya bersumber dari anak
2) Menentukan prosedur. Para siswa harus memikirkan prosedur yang dibutuhkan untuk mencapai pemecahan
3) Bereksperimen dan mengeksplorasi. Dalam bereksperimen, siswa mencoba beberapa cara untuk memecahkan masalah serta menilai dan membuat suatu pilihan.
4) Mengamati, mengevaluasi, dan berdiskusi. Setiap anak perlu memperoleh kesempatan untuk mengemukakan jawaban dan mengamati apa yang ditemukan siswa lainnya.
5) Memperhalus dan memperluas. Setelah mengamati pemecahan yang diajukan siswa lainnya dan mengevaluasi alasan dibalik pemecahan
yang dipilih, maka perlu dipertimbangkan tentang apa yang perlu dilakukan.
Langkah-langkah pembelajaran metode Problem Solving yang akan
dilakukan oleh guru adalah sebagai berikut:
1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
2) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok sesuai banyaknya siswa.
3) Guru memberikan masalah yang akan dipecahkan oleh siswa dengan
membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS).
4) Siswa memahami dan mengidentifikasi masalah dengan mencari data atau
keterangan dari buku-buku, dan bertanya dengan teman-teman kelompoknya.
5) Siswa bekerjasama menghubungkan setiap data yang diperoleh dan merancang
rencana penyelesaian.
6) Siswa melakukan rencana penyelesaian dengan mencoba beberapa cara untuk
memecahkan masalah serta menilai dan membuat suatu pilihan.
7) Siswa Memeriksa kebenaran jawaban dan menarik kesimpulan. Guru
memperbaiki atau menambah kesimpulan dari siswa tersebut.
g) Kelebihan dan Kelemahan Metode Problem Solving
Menurut Djamarah dan Zain (2010:92) metode Problem Solving mempunyai
kelebihan dan kekurangan, yaitu :
Kelebihan Metode Problem Solving 1) Metode ini dapat membuat pendidikan disekolah menjadi relevan dengan
kehidupan, khususnya dengan dunia kerja.2) Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan
para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, apabila menghadapi permasalahan dalam kehidupan dalam keluarga, bermasyarakat, dan bekarja kelak, suatu kemampuan yang bermakna bagi kehidupan manusia.
3) Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berfikir siswa secara kreatif dan menyeluruh,karena dalam proses belajarnya, siswa banyak melakukan mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahannya.
Kekurangan Metode Problem Solving1) Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitanya sesuai dengan tingkat
berpikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru.
2) Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode in sering memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran lain.
3) Mengubah kebiasaan siwa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.
Menurut Hamiyah dan Jauhar (2014:130) kelebihan dan kelemahan metode
pemecahan masalah ini adalah sebagai berikut :
Kelebihannya :1) Metode ini membuat potensi intelektual dari dalam diri siswa akan
meningkat.2) Meningkatnya potensi intelektual dari dalam diri siswa, akan
menimbulkan motivasi itern bagi siswa.3) Dengan menggunakan metode ini, materi yang telah dipelajari akan tahan
lama.4) Masing-masing siswa diberi kesempatan yang sama dalam mengeluarkan
pendapatnya sehingga para siswa merasa lebih dihargai dannantinya akan menumbuhkan rasa percaya diri.
5) Para siswa dapat di ajak untuk lebih menghargai orang lain.6) Dapat membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan lisannya.7) Siswa dapat diajak untuk berpikir secara rasional.8) Siswa bersikap aktif.9) Dapat mengembangkan rasa tanggung jawab.10) Dapat melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.11) Dapat berpikir dan bertindak kreatif.12) Dapat memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis.13) Dapat mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.14) Dapat menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.15) Dapat merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
16) Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan,khususnya dunia kerja.
Kekurangannya :1) Bagi siswa yang kurang memahami pelajaran tertentu, maka pengajaran
dengan metode ini akan sangat membosankandan menghilangkan semangat belajarnya.
2) Bila guru tidak berhati-hati dalam memilih soal pemecahan masalah, fungsinya menjadi latihan. Bila tidak memahami konsep yang dikandung dalam soal-soal tersebut.
3) Karena tidak melihat kualitas pendapat yang disampaikan, penguasaan materi kadang sering diabaikan.
4) Metode ini sering kali menyulitkan mereka yang malu untuk mengurakan pendapat secara lisan.
5) Memakan waktulama.6) Kebulatan bahan kadang-kadang sukar dicapai.7) Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini,
misalnya terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa melihat dan mengamati serta menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
8) Memerlukan alokasi waktu yang lebin panjangdibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.
Kekurangan metode problem solving yang disimpulkan oleh peneliti adalah
dalam pembelajaran metode problem solving susahnya pemilihan masalah yang
harus diterapkan karna seorang guru harus memahami karakter, kemampuan kognitif
dan keterampilan siswa untuk menyelesaikan soal pemecahan masalah selain itu
metode problem solving juga memerlukan waktu yang lama. Kelebihan metode
Problem solving adalah merangsang pengembangan kemampuan berfikir siswa
secara kreatif dan menyeluruh sehingga siswa dapat mengimplementasikan
kemampuan pemecahan masalah pada dunia nyata.
8. Penelitian yang Relevan
Penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kokom
Komariah (2011) yang berjudul Penerapan Metode Pembelajaran Problem Solving
Model Polya untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah bagi Siswa
Kelas IX J di SMPN 3 Cimahi. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat
disimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran Problem Solving dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika.
9. Hipotesis Penelitian
Arikunto (2010:110) menyatakan bahwa hipotesis merupakan suatu jawaban
yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui
data yang terkumpul. Berdasarkan rumusan masalah dan uraian di atas maka
hipotesis dalam penelitian ini adalah “Ada Pengaruh Metode Problem Solving
terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah pada Pembelajaran Matematika Siswa
Kelas X SMA Negeri 4 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2014/2015.
10. Metode Penelitian
a. Rancangan Penelitian
Metode peneletian yang digunakan dalam penelitian ini adalah True
Experimental Desaign, yaitu jenis-jenis eksperimen yang dianggap sudah baik
karena sudah memenuhi prasyarat (Arikunto, 2010:125). Metode eksperimen
merupakan metode yang mengungkapkan hubungan antara dua variable atau lebih
untuk mencari pengaruh yang diakibatkan oleh variable bebas terhadap variable
terikat. Variabel penelitian adalah suatu atribut, obyek atau kegiatan yang
mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2012:3). Variable dalam penelitian ini terdiri dari dua
variable yaitu varibel bebas dan variabel terikat. Sedangkan Arikunto (2010:123)
menyatakan bahwa desain penelitian adalah rancangan yang digunakan dalam
penelitian. Desain penelitian dalam penelitian ini berbentuk random, pre-test, post-
test desain, yang melibatkan dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Kelompok eksperimen disini adalah kelompok yang diberi
perlakuan dengan Metode Problem Solving sedangkan kelompok kontrol yang
diberi perlakuan dengan belajar secara konvensional. Random, pre-test, post-test
desain, menurut Arikunto (2010:126) polanya dapat digambarkan sebagai berikut:
E 01 X 02
K 03 04
Keterangan:
E : Kelompok Eksperimen
K : Kelompok kontrol
X :Perlakuan yang diberikan dengan menggunakan strategi pembelajaran Metode
Problem Solving
01 : Pre-test kelas eksperimen
02 : Post-test kelas eksperimen
03 : Pre-test kelas kontrol
04 : Post-test kelas kontrol
b. Populasi dan Sampel
1) Populasi
Menurut Sugiyono (2012:61) populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas: obyek subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 4
Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2014/2015. Secara rinci jumlah keseluruhan populasi
dapat dilihat pada tabel 3 berikut.
R
Tabel 3Populasi Penelitian
No KelasJenis Kelamin
JumlahLaki-laki Perempuan
1 X.1 13 18 312 X.2 13 18 313 X.3 12 18 304 X.4 13 21 345 X.5 13 19 326 X.6 30 30 307 X.7 18 15 338 X.8 17 14 31
Jumlah 114 138 252Sumber: TU SMA Negeri 4 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2014/2015
2) Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono, 2012:62). Sedangkan Arikunto (2010:174) menyatakan sampel
merupakan sebagaian atau wakil populasi yang diteliti. Dalam penelitian ini sampel
diambil secara acak (sample random). Teknik ini dilakukan karena tiap kelas dari
seluruh subyek mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel
karena setiap siswa mempunyai kemampuan yang relatif sama. Teknik pengambilan
sampel diambil secara acak dengan cara pengundian semua kelas untuk memilih dua
kelas sebagai kelas eksperimen dan sebagai kelas kontrol
c. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik tes. Tes adalah
serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lainnya yang digunakan untuk
mengukur keterampilan pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2010:193). Tes dilakukan untuk
mengetahui kemampuan pemecahan masalah dan tes yang digunakan adalah tes
berbentuk uraian, karena dengan tes uraian akan terlihat kemampuan siswa dalam
mempresentasikan setiap soal yang diberikan di samping langkah-langkah
pengerjaan soal. Tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu tes awal (Pre-test),
dilakukan pada awal pembelajaran pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol, tes
yang kedua yaitu tes akhir (post test) dilakukan pada akhir pembelajaran pada kelas
eksperimen maupun kelas kontrol.
d. Teknik Analisis Data
1) Mencari Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku
Menentukan nilai rata-rata dan simpangan baku pada tes awal dan akhir
dengan rumus:
X=∑ x i
n(Sugiyono, 2012:49)
dan s=√∑ ( x i−x )2
(n−1 )(Sugiyono, 2012:57)
Keterangan:
X : Mean (rata-rata)
xi : Nilai x ke i sampai ke n
n : Jumlah sampel
s : Simpangan baku
2) Uji Normalitas Data
Uji normalitas ini digunakan untuk melihat apakah kedua kelompok data
populasi berdistribusi normal atau tidak. Rumus yang digunakan dalam uji
normalitas adalah uji kecocokanχ2(chi kuadrat) yaitu:
χ2=∑i=1
k ( f o−f h)2
f h
dengan:
χ2 = Chi kuadrat
f 0 = Frekuensi yang diobservasi
f h = Frekuensi yang diharapkan (Sugiyono, 2012:107)
Selanjutnya χ2hitung dibandingkan dengan χ2
tabel dengan derajat kebebasan
(d¿¿ k)=n−1¿, dimana n adalah banyaknya kelas interval data dengan taraf
signifikansinya 5%. Jika χ2hitung< χ2
tabel, berdistribusi normal. (Sugiyono, 2012:109).
3) Uji Homogenitas
Uji homogenitas antara kelompok eksperimendan kelompok kontrol
dimaksudkan untuk mengetahui keadaan varians kedua kelompok, sama ataukah
berbeda. Pengujian homogenitas ini menggunakan uji varians dua buah peubah. Uji
statistik yang digunakan adalah Uji Varians (F), dengan rumus:
F=VariansterbesarVarians terkecil
(Sugiyono, 2012:140)
Dengan Kriteria pengujiannya adalah Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima dan Ha
ditolak. JikaFhitung ≥ Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. (Sugiyono, 2012:141).
4) Uji Hipotesis
Hipotesis statistik yang diuji adalah:
H a : Rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah matematika kelas eksperimen
lebih besar dari kelas kontrol (μ1>μ2)
H o : Rata-rata skor kemampuan pemecahan matematika kelas eksperimen kurang
dari atau sama dengan kelas kontrol (μ1 ≤ μ2)
a) Jika kedua data berdistribusi normal dan homogen, maka uji statistik yang
digunakan adalah uji-t dengan rumus:
t=x1−x2
s √ 1n1
+ 1n2
dengan: s2=(n1−1 ) s1
2+( n2−1 ) s22
n1+n2−2
Keterangan:
s : Simpangan baku gabungan dari kedua kelompok
s12 : Varians kelas eksperimen
s22 : Varians kelas kontrol
x1 : Nilai rata-rata kelas eksperimen
x2 : Nilai rata-rata kelas kontrol
n1 : Jumlah siswa kelas eksperimen
n2 : Jumlah siswa kelas kontrol
Kriteria pengujiannya adalah terima Ho jika thitung< ttabel. Tolak Ho jika thitung¿ ttabel.
(Sudjana, 2005:239).
b) Jika kedua data berdistribusi normal tetapi tidak homogen, maka uji statistik yang
akan digunakan adalah uji-t semu (t’) dengan rumus:
t '=x1− x2
❑√ s12
n1
+s2
2
n2
Keterangan:
x1 : Nilai rata-rata kelas eksperimen
x2 : Nilai rata-rata kelas kontrol
n1 : Banyaknya sampel kelas eksperimen
n2 : Banyaknya sampel kelas kontrol
s12
: Varians kelas eksperimen
s22
: Varians kelas kontrol
Kriteria pengujian adalah: tolak Ho jika
t ' ≥w1t 1+w2t 2
w1+w2
Dan terima Ho jika
t '<w1t 1+w2 t 2
w1+w2
Denganw1=s1
2
n1
, w2=s2
2
n2
, t1=t (1−∝ ) ,(n1−1)dant 2=t (1−∝ ) ,(n2−1). Peluang untuk
penggunaan daftar distribusi t ialah (1−∝ ¿ sedangkan dk-nya masing-masing
(n1−1)dan (n2−1). (Sudjana, 2005:241).
e. Pertanggungjawaban Penelitian
Pertanggungjawaban ini merupakan alat ukuryang digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian. Agar tes tes yang digunakan dalam penelitian
berkualitas, maka terlebih dahulu diuji coba pada siswa yang telah mempelajari
materi tes. Uji coba dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kualitas tes yang
digunakan.
Suatu tes dikatakan baik sebagai alat ukur, harus memenuhi hal-hal berikut :
1) Validitas
Menurut Arikunto (2010:211) validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu
instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen
yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data
dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen
menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran
tentang validitas yang dimaksud.
Rumus yang digunakan untuk menentukan validitas instrumen adalah
korelasi product moment, yaitu:
r xy=N ∑ XY – (∑ X ) (∑ Y )
√ {N ∑ X 2−(∑ X )2} {N ∑Y 2−(∑ Y )2}Keterangan:
r xy = Koefisien korelasi antara x dan y
∑ XY = Perkalian antara x dan y
n = Banyaknya sampel
X = Butir soal
Y = Skor total
Interprestasi mengenai besarnya koefisien korelasi adalah sebagai berikut:
rxy ≤ 0,00 Tidak Valid
0,00 < rxy ≤ 0,20 Validitas sangat rendah
0,20 < rxy ≤ 0,40 Validitas rendah
0,40 < rxy ≤ 0,60 Validitas cukup
0,60 < rxy ≤ 0,80 Validitas tinggi
0,80 < rxy ≤ 1,00 Validitas sangat tinggi
(Suherman, 1993:136)
Menentukan keberhasilan dari koefisien validitas di gunakan uji-t seperti
yang dikemukakan Sugiyono (2012:230) dengan rumus sebagai berikut:
t= r √n−2
√1−r 2
Keterangan:
n = Banyak data
r = Korelasi
t = Distribusi student t
Untuk taraf nyata (α=0 , 05 ) , dan derajat kebebasan (dk = n-2). Dengan kaidah
keputusan jika thitung¿ ttabel berarti soal valid, jika thitung< ttabel berarti soal tidak valid.
2) Reliabilitas
Instrumen yang reliabel berarti instrumen yang bila digunakan beberapa kali
untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Hasil
penelitian yang reliabel, bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda
(Sugiyono, 2012:348). Rumus yang digunakan untuk mengetahui reliabilitas tes
uraian yaitu digunakan rumus Alpha:
r11=( kk−1 )(1−∑ σb
2
σ2t❑ )
Keterangan:
r11 :Reliabilitas instrumen
k :Banyaknya butir pertanyaan atau banyak soal
∑ σb2:Jumlah varians butir
σ 2t❑ : Varians total (Arikunto, 2010:239)
Interprestasi nilai r11adalah sebagai berikut:
r11 ≤ 0,20 Derajat reliabilitas sangat rendah
0,20 < r11 ≤ 0,40 Derajat reliabilitas rendah
0,40 < r11 ≤ 0,70 Derajat reliabilitas sedang
0,70 < r11 ≤ 0,90 Derajat reliabilitas tinggi
0,90 < r11 ≤ 1,00 Derajat reliabilitas sangat tinggi
(Suherman, 1993:156)
3) Daya Pembeda
Daya pembeda dari sebuah butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan
sesuatu butir soal tersebut untuk membedakan antara siswa yang pandai
(berkemampuan tinggi) dengan siswa yang tidak pandai (berkemampuan rendah).
Rumus yang digunakan untuk menghitung daya pembeda setiap butir soal
adalah:
DP=JB A−JBB
JS A
atau DP=JBA−JBB
JSB
Keterangan:
DP = Indeks daya pembeda
JBA = Jumlah skor kelompok atas
JBB = Jumlah skor kelompok bawah
JSA = Jumlah skor ideal kelompok atas
JSB =Jumlah skor ideal kelompok bawah
Klasifikasi interprestasi untuk daya pembeda yang banyak digunakan adalah:
DP ≤ 0,00 Sangat jelek
0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek
0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup
0,40 < DP ≤ 0,70 Baik
0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat baik
(Suherman, 1993:176)
4) Tingkat Kesukaran
Hasil evaluasi dari seperangkat tes yang baik akan menghasilkan skor atau
nilai yang membentuk distribusi normal. Jika soal terlalu sulit, maka frekuensi
distribusi yang paling banyak terletakpada skor yang rendah. Jika soal seperti ini
sering diberikan pada siswa, akan mengakibatkan siswa menjadi putus asa.
Sebaliknya jika soal terlalu mudah, maka frekuensi distribusi yang paling banyak
terletak pada skor yang tinggi, soal seperti ini tidak atau kurang merangsang siswa
untuk berpikir tingkat tinggi sehingga kurang merangsang siswa untuk
meningkatkan motivasi belajarnya.
Rumus yang digunakan untuk menghitung Indeks Kesukaran (IK) setiap
butir soal adalah sebagai berikut:
IK=JBA+JBB
JSA+JSB
Keterangan:
I : Indeks kesukaran
JBA : Jumlah skor kelompok atas
JBB : Jumlah skor kelompok bawah
JSA : Jumlah skor ideal kelompok atas
JSB : Jumlah skor ideal kelompok bawah
Klasifikasi interprestasi untuk indeks kesukaran yang banyak digunakan
adalah:
IK = 0,00 Soal terlalu sukar
0,00 < IK ≤ 0,30 Soal sukar
0,30 < IK ≤ 0,70 Soal sedang
0,70 < IK < 1,00 Soal mudah
IK = 1,00 Soal terlalu mudah
(Suherman, 1993:190)
11. Sistematika Pelaporan
Sistematika pelaporan dibuat sesuai dengan sistematika skripsi yang
terdapat dalam buku skripsi STKIP-PGRI Lubuklinggau yang berlaku.
a. Bagian Awal
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN PERNYATAAN
KATA PENGANTAR
ABSTRAK
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR GRAFIK
DAFTAR LAMPIRAN
b. Bagian Inti
BAB I PENDAHULUAN
BAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB III METODE PENELITIAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2012. Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Srategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Fauziah, Anna. 2010. Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP Melalui Strategi REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transferring). Bandung: Tesis UPI, (tidak diterbitkan).
Hamiyah, Nur dan Muhamad Jauhar. 2014. Strategi Belajar-Mengajar Di Kelas. Jakarta:Prestasi Pustakaraya.
Jacobsen, David A. dkk. 2009. Methods for Teaching Metode-Metode Pengajaran Meningkatkan Belajar Siswa TK-SMA. Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Komariah, Kokom. 2011. Penerapan Metode Pembelajaran Problem Solving Model Polya Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Bagi Siswa Kelas IX J DI SMPN 3 CIMAHI. Prosiding tidak diterbitkan. Yogyakarta: Fakultas MIPA UNY. [online], http://eprints.uny.ac.id/7195/1/PM-25%20-%20Kokom%20Komariah.pdf [30 Maret 2015 ]
Majid, Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Riyanto, Yatim. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi bagi Guru/Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta: PrenadaMedia Group.
Sani, Ridwan Abdullah. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Shadiq, Fajar. 2004. Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikas. Yogyakarta: tidak diterbitkan.
Sudjana. 2005. Metode Statistika.Bandung: Tarsito.
. 2010. Strategi Pembelajaran. Bandung: Falah
Suherman, Erman. 1993. Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Matematika.Jakarta: Universitas Terbuka
Sugiyono. 2012. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sroyer, Agustinus. 2013. Pentingnya Quantitative Reasoning (QR) Dalam Problem Solving . Prosiding tidak diterbitkan. Program Studi Pendidikan Matematika PMIPA FKIP Uncen Jl. Raya Sentani Abepura Jayapura, e-mail: [email protected] Universitas Sebelas Maret,.[online] http://math.fkip.uns.ac.id/wp content/uploads/2014/06/Ruang-6. pdf [5 November 2014]
Syarifudin, dkk. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Diadit Media.
Wahyudin. 2008. Pembelajaran Dan Model-Model Pembelajaran. (tidak untuk di terbitkan).
Wayan, I Redhana. 2013. Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Peningkatan Keterampilan Pemecahan Masalah dan Berfikir Kritis. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Jilid 46 No. 1, April 2013 Hal 76-86. [online] Tersedia dalam http://ejournal.undiksha.ac.id [6 April 2015]
Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.
Widjajanti, Djamilah Bondan. 2009. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Mahasiswa Calon Guru Matematika: Apa dan Bagaimana Mengembangkannya. Prosiding tidak diterbitkan. Yogyakarta: Jurusan Pend. Matematika, FMIPA UNY. [online] Tersedia dalam http://eprints.uny.ac.id/7042/1/P25-Djamilah%20Bondan%20Widjajanti. pdf [5 November 2014]
No KegiatanBulan
September November Januari Februari Maret April Mei 20151 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5
1 Usul Judul 2 ACC Judul 3 Pengajuan Proposal 4 ACC Proposal5 Seminar 6 Revisi Proposal 7 Pelaksanaan Penelitian 8 Bab I9 Bab II10 Bab III11 Bab IV12 Bab V13 Lampiran 14 Penyusunan Draf Skripsi15 Ujian Skripsi
12. Jadwal Penelitian