49
PENGARUH METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2014/2015 1. Latar Belakang Menurut National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) (dalam Sroyer, 2013:25), tujuan pembelajaran matematika adalah mengembangkan kemampuan: komunikasi matematis, penalaran matematis, problem solving matematis, koneksi matematis, dan representasi matematis. Lebih lanjut menurut NCTM, salah satu keterampilan matematika yang perlu dikuasai siswa adalah kemampuan problem solving matematis. Standar problem solving, NCTM menetapkan bahwa program pembelajaran dari pra-taman kanak-kanak sampai kelas 12 harus memungkinkan siswa untuk: membangun pengetahuan matematika baru melalui problem solving; memecahkan masalah yang muncul di dalam matematika dan di dalam konteks-konteks yang lain; menerapkan dan menyesuaikan bermacam-macam strategi yang sesuai untuk memecahkan masalah; dan memonitor dan merefleksikan proses dari problem solving matematis.

Proposal Yuni

Embed Size (px)

DESCRIPTION

babab

Citation preview

PENGARUH METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1. Latar Belakang

Menurut National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) (dalam

Sroyer, 2013:25), tujuan pembelajaran matematika adalah mengembangkan

kemampuan: komunikasi matematis, penalaran matematis, problem solving

matematis, koneksi matematis, dan representasi matematis. Lebih lanjut menurut

NCTM, salah satu keterampilan matematika yang perlu dikuasai siswa adalah

kemampuan problem solving matematis. Standar problem solving, NCTM

menetapkan bahwa program pembelajaran dari pra-taman kanak-kanak sampai kelas

12 harus memungkinkan siswa untuk: membangun pengetahuan matematika baru

melalui problem solving; memecahkan masalah yang muncul di dalam matematika

dan di dalam konteks-konteks yang lain; menerapkan dan menyesuaikan bermacam-

macam strategi yang sesuai untuk memecahkan masalah; dan memonitor dan

merefleksikan proses dari problem solving matematis.

Pentingnya problem solving juga ditegaskan dalam NCTM yang menyatakan

bahwa problem solving merupakan bagian integral dalam pembelajaran matematika.

Kemampuan pemecahan masalah amatlah penting dalam matematika, bukan saja

bagi mereka yang di kemudian hari akan mendalami atau mempelajari matematika,

melainkan juga bagi mereka yang akan menerapkannya dalam bidang studi lain dan

dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan hasil observasi ketika penerapan perangkat pembelajaran

matematika dan wawancara kepada salah seorang guru matematika di SMA Negeri 4

Lubuklinggau. Beliau memaparkan soal pemecahan masalah matematis sudah

pernah diterapkan dikelas, penerapan dikelas disesuaikan dengan melihat

kemampuan kognitif siswa, dari masing-masing kelas yang mampu menyelesaikan

soal hanya 6 siswa (18,18%) dari 33 siswa. Faktor penyebab kesulitan siswa dalam

menyelesaikan soal pemecahan masalah matematis adalah pemahaman siswa pada

soal pemecahan masalah masih rendah, siswa belum mampu menganalisa maksud

dan tujuan soal, siswa belum mampu memilih dan mengaplikasikan rumus yang

sudah diperoleh selain itu kurangnya latihan dalam menyelesaikan soal pemecahan

masalah matematis, sehingga siswa mudah menyerah ketika di berikan masalah-

masalah yang harus dipecahkan. Penggunaan metode yang kurang berfariatif juga

sangat berpengaruh pada proses belajar mengajar khususnya kemampuan

pemecahan masalah matematis.

Oleh karena itu, penulis menyimpulkan untuk meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa salah satunya dengan metode problem

solving, karena pada pembelajaran yang menggunakan metode problem solving

terdapat beberapa langkah-langkah yang akan membantu siswa dalam memecahkan

suatu masalah. Menurut Hamiyah & Jauhar (2014:126) metode pemecahan masalah

merupakan metode yang merangsang berpikir dan menggunakan wawasan tanpa

melihat kualitas pendapat yang disampaikan siswa, seorang guru harus pandai-

pandai merangsang siswanya untuk mencoba mengeluarkan pendapatnya. Metode

pemecahan masalah adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran

dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah, baik masalah pribadi atau

perorangan, maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara

bersama-sama. Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang

pada dasarnya adalah pemecahan masalah.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti “ Pengaruh

Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah pada

Pembelajaran Matematika Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Lubuklinggau Tahun

Pelajaran 2014/2015.’’

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas rumusan masalah yang akan di

teliti adalah “Apakah terdapat pengaruh metode problem solving terhadap

kemampuan pemecahan masalah pada pembelajaran matematika siswa kelas X

SMA Negeri 4 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2014/2015 ?’’

3. Ruang Lingkup Penelitian

Melihat luasnya cakupan masalah-masalah yang teridentifikasi dibandingkan

waktu dan kemampuan yang dimiliki peneliti maka penelitian ini di batasi pada

materi trigonometri kelas X SMA Negeri 4 Lubuklinggau tahun pelajaran 2014/2015

dan metode pembelajaran problem solving.

4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode

problem solving terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas

X SMA Negeri 4 Lubuklinggau tahun pelajaran 2014/2015.

5. Manfaat Penelitian

Dari hasil pelaksaan penelitian ini penulis berharap dapat memberikan manfaat,

antara lain:

a. Bagi siswa, dengan penelitian ini diharapkan terbina sikap belajar yang aktif,

positif dan kreatif dalam memecahkan masalah.

b. Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan perbaikan

pembelajaran matematika serta meningkatkan prestasi belajar matematika.

c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini memberikan sumbangan dalam rangka

perbaikan pembelajaran matematika.

d. Bagi peneliti lain, Peneliti berharap hasil dari penelitian ini dapat memberi

dan menambah wawasan pengetahuan serta sebagai acuan untuk melakukan

penelitian yang sejenis.

6. Definisi Operasional

Supaya tidak menimbulkan masalah dan penafsiran yang berbeda-beda.

maka definisi operasional penelitian ini adalah:

a. Pengaruh artinya efek, pengaruh atau dampak yang terjadi setelah melakukan

sesuatu kegiatan. Pengaruh dalam penelitian ini artinya apakah ada perubahan

atau dampak proses pembelajaran matematika mengenai kemampuan

pemecahan masalah matematis pada kelas kontrol dengan pembelajaran pada

kelas eksperimen.

b. Metode pembelajaran adalah cara yang dipergunakan guru dalam menyajikan

bahan pelajaran dengan memperhatikan keseluruhan situasi belajar untuk

mencapai tujuan.

c. Metode problem solving adalah adalah suatu metode yang mendorong siswa

untuk menyelesaikan atau memecahkan persoalan-persoalan yang melibatkan

proses, perbuatan, cara mengatasi atau memecahkan masalah.

d. Kemampuan Pemecahan Masalah merupakan upaya yang dilakukan untuk

memperoleh jawaban yang tepat setelah menerapkan pengetahuan,

pemahaman dan keterampilanya dalam memecahkan suatu masalah.

e. Masalah matematis adalah suatu hal yang memerlukan penyelesaian akan

tetapi belum tahu secara langsung apa yang harus dikerjakan untuk

menyelesaikannya.

7. Tinjauan Pustaka

a. Pengertian Belajar

Terdapat pengertian belajar yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya

Menurut Dimyati (2006:7), belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang

kompleks. Slameto (2010:2) mengakatan belajar ialah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya. Sedangkan Riyanto (2012:6) dalam buku Paradigma Baru

Pembelajaran menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses untuk memngubah

performansi yang tidak terbatas pada keterampilan, tetapi juga meliputi fungsi-

fungsi, seperti skil, persepsi, emosi, roses berpikir, sehingga dapat menghasilkan

perbaikan performansi.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan belajar adalah suatu proses

usaha untuk mendapatkan perubahan mencakup pengetahuan, keterampilan, dan

tingkah laku yang dapat diperoleh melalui latihan, pengalaman, dan interaksi dengan

lingkungan.

b. Pengertian Masalah Matematis

Secara umum pengertian masalah adalah kesenjangan antara harapan dengan

kenyataan, antara apa yang diinginkan atau yang dituju dengan apa yang terjadi atau

faktanya. Shadiq (2004:11) mengemukakan suatu pertanyaan akan menjadi masalah

hanya jika pertanyaan itu menunjukkan adanya suatu tantangan (challenge) yang

tidak dapat dipecahkan oleh suatu prosedur rutin (routine procedure) yang sudah

diketahui sipelaku, maka untuk menyelesaikan suatu masalah diperlukan waktu yang

relatif lama dari proses pemecahan soal rutin biasa. Sedangkan menurut Hamiyah

dan Jauhar (2014:115) masalah dapat diartikan sebagai hal yang mengundang

keragu-raguan, ketidakpastian atau kesulitan yang harus diatasi dan diselesaikan,

yang biasanya terjadi di lapangan. Sedangkan menurut Sanjaya (2006:216) masalah

adalah kesenjangan antara situasi nyata dan kondisi yang diharapkan, atau antara

kenyataan yang terjadi dengan apa yang diharapkan. Suatu soal atau pertanyaan

merupakan suatu masalah apabila soal atau pertanyaan tersebut menantang untuk

diselesaikan atau dijawab, dan prosedur untuk menyelesaikannya atau

menjawabannya tidak dapat dilakukan secara rutin (Widjajanti, 2009:404)

Dari uraian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa masalah adalah suatu hal

yang memerlukan penyelesaian akan tetapi belum tahu secara langsung apa yang

harus dikerjakan untuk menyelesaikannya

Contoh masalah matematis :

Rumah Andi, Bedu, dan Cintia berada dalam satu pedesaan. Rumah Andi dan Bedu dipisahkan oleh hutan sehingga harus menempuh mengelilingi hutan untuk sampai ke rumah mereka. Jarak antara rumah Bedu dan Andi adalah 4 km sedangkan jarak antara rumah Bedu dan Cintia 3 km. Dapatkah kamu menentukan jarak sesungguhnya antara rumah Andi dan Cintia?

Gambar Peta rumah

c. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

1) Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Pemecaham masalah merupakan salah satu strategi pengajaran berbasis

masalah dimana guru membantu siswa untuk belajar memecahkan masalah melalui

pengalama-pengalaman pembelajaran, (David A.dkk, 2009:249). Sedangkan Polya

(dalam Hamiyah & Jauhar, 2014:120) mengartikan pemecahan masalah sebagai

suatu usaha mencari jalan keluar dari satu kesulitan guna mencapai satu tujuan yang

tidak begitu mudah segera untuk dicapai. Pemecahan masalah adalah proses, cara,

perbuatan, mengatasi atau memecahkan. Pemecahan masalah berarti keikutsertaan

dalam suatu tugas yang metode pemecahannya tidak di ketahui sebelumnya.

Menurut Abdurrahman (2012:205) pemecahan masalah adalah aplikasi dari

konsep dan keterampilan. Sedangkan menurut Wahyudin (2008:30) kemampuan

pemecahan masalah adalah bagaian integral dari belajar matematika, dan dengan

demikian pemecahan masalah jangan dijadikan bagaian yang terpisah dari

matematika. Menurut Wena (2009:52) Hakikat pemecahan masalah adalah

melakukan operasi prosedural urutan tindakan, tahap demi tahap secara sistemtis

sebagai seorang pemula memecahkan suatu masalah. Sedangkan menurut Sudjana

(2010:116) kemampuan pemecahan masalah upaya yang dilakukan peserta didik

untuk mencari dan menetapkan alternative kegiatan dalam menjembatani suatu

keadaan pada saat ini dengan keadaan yang diinginkan.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan kemampuan

pemecahan masalah adalah upaya yang dilakukan untuk memperoleh jawaban yang

tepat setelah menerapkan pengetahuan, pemahaman dan keterampilanya dalam

memecahkan suatu masalah.

2) Indikator Pemecahan Masalah

Menurut Polya (dalam Hamiyah & Jauhar, 2014:121) indikator pemecahan

masalah, yaitu :

(a)Memahami masalah.

Siswa memahami masalah dengan menganlisa data yang diketahui dan yang

belum diketahui serta siswa mencoba menghubungkan dari setiap data yang ada.

(b)Merencanakan penyelesain.

Setelah siswa memahami masalah dengan benar, selanjutnya mereka harus

mampu menyusun rencana penyelesaian masalah dengan mencoba beberapa

teorema atau rumus yang bisa digunakan.

(c)Menyelesaikan masalah sesuai rencana

Jika rencana penyelesaian suatu masalah telah dibuat, baik secara tertulis atau

tidak, selanjutnya dilakukan penyelesaian masalah sesuai dengan rencana yang

dianggap paling tepat.

(d) Melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah dikerjakan.

Untuk mengetahui hasil kemampuan pemecahan masalah siswa terdapat

instrumen untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

Adapun pemberian skor dalam pemecahan masalah memperlihatkan bagaimana cara

untuk menyelesaikan masalah. Pemberian skor pemecahan masalah dalam penelitian

ini diadopsi dari penskoran pemecahan masalah yang dikemukakan oleh Anna

Fauziah (2010:40), seperti pada tabel 1 berikut:

Tabel 1Pedoman Penskoran Kemampuan Pemecahan Masalah

indikator

Skor

Memahami Masalah

Membuat Rencana Pemecahan

Melakukan Perhitungan atau Melaksanakan Perencanaan

Memeriksa Kembali Hasil

0 Salah menginter-pretasikan/salah sama sekali

Tidak ada rencana, membuat rencana yang tidak relevan

Tidak melakukan perhitungan

Tidak ada pemeriksaan atau tidak ada keterangan lain

1 Salah menginter-pretasikan sebagian soal, mengabaikan

Membuat rencana pemecahan yang tidak dapat dilaksanakan sehingga tidak dapat dilaksanakan

Melaksanakan prosedur yang benar dan mungkin menghasilkan jawaban yang benar tapi salah perhitungan

Ada pemeriksaan tetapi tidak tuntas

2 Memahami masalah soal selengkapnya

Membuat rencana yang benar tetapi salah dalam hasil/tidak ada hasil

Melakukan proses yang benar dan mendapatkan hasil yang benar

Pemeriksaan dilaksanakan untuk melihat kebenaran proses

3 Membuat rencana yang benar, tetapi tidak lengkap

4 Membuat rencana sesuai dengan prosedur dan mengarah pada solusi yang benar

Skor maksimal 2

Skor maksimal 4 Skor maksimal 2 Skor maksimal 2

3) Kriteria Kemampuan Pemecahan Masalah

Kriteria kemampuan pemecahan masalah dalam penelitian ini dimodifikasi

dari Redhana (2011:79). Skor tertinggi untuk tiap soal pemecahan masalah sesuai

dengan pedoman penskoran pemecahan masalah matematika di atas adalah 10 dan

skor terendah untuk tiap soal adalah 0. Selanjutnya skor yang diperoleh siswa

dikonversikan ke dalam nilai dengan skala nilai (0–10). Adapun kriteria pemecahan

masalah matematika yang diperoleh siswa dapat dilihat pada tabel 2 kriteria

penggolongan pemecahan masalah, sebagai berikut:

Tabel 2 Kriteria Penggolongan Kemampuan Pemecahan Masalah

Rentangan Skor Kriteria 0,00 – 2,00 Sangat Kurang 2,01 – 4,00 Kurang 4,01 – 6,00 Cukup 6,01 – 8,00 Baik 8,01 – 10,00 Sangat Baik

Dimodifikasi dari Redhana (2011:79)

d. Metode Pembelajaran

Menurut Hamiyah & Jauhar (2014:125) metode pembelajaran merupakan

suatu alat atau cara dalam menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa dalam

proses belajar-mengajar untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Metode

adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah

dsusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal (

Majid,2013:193).Sedangkan menurut Djamarah & Zain (2010:46) metode

pembelajaran adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar-mengajar, metode di perlukan oleh guru

dan penggunaanya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah

pengajaran berakhir.

Menurut Majid (2013:194)) terdapat beberapa metode yang dapat digunakan

dalam proses pembelajaran, diantarnya yaitu: Ceramah, Demonstrasi, Diskusi,

Simulasi, Tugas dan resitasi, Problem solving, Team teaching, Drill, Field-Trip,

Ekspositori, Inkuiri dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

metode pembelajaran problem solving.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan metode adalah cara yang

dipergunakan guru dalam menyajikan bahan pelajaran dengan memperhatikan

keseluruhan situasi belajar untuk mencapai tujuan. Dari berbagai metode diatas yang

dipilih dalam penelitian adalah metode pembelajaran problem solving.

e. Metode Problem Solving

Beberapa studi tentang metode problem solving (Djamarah & Zain, 2010;

Majid, 2013) metode problem solving bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi

juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat

menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai

kepada menarik kesimpulan. Problem solving Menurut Polya (dalam Hamiyah &

Jauhar) problem solving adalah suatu usaha untuk mencari jalan keluar dari suatu

kesulitan guna mencapai suatu tujuan yang tidak begitu segera dapat dicapai.

Menurut Hamiyah & Jauhar (2014:126) Metode problem solving merupakan

metode yang merangsang berpikir dan menggunakan wawasan tanpa melihat

kualitas pendapat yang di sampaikan oleh siswa. Seorang guru harus pandai-pandai

merangsang siswanya untuk mencoba mengeluarkan pendapatnya. Metode

Pemecahan masalah adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran

dengan jalan melatih siswa menghadapai berbagai masalah, baik masalah pribadi

maupun masalah kelompok untuk di pecahkan mandiri atau bersama-sama. Orientasi

pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah

pemecahan masalah. Sedangkan Syarifudin (2010:150) metode pemecahan masalah

adalah penyajian bahan ajar oleh guru dengan merangsang anak berpikir secara

sistematis dengan menghadapkan siswa kepada beberapa masalah yang harus

dipecahkan.

Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan Metode Problem

Solving adalah suatu metode yang mendorong siswa untuk menyelesaikan atau

memecahkan persoalan-persoalan yang melibatkan proses, perbuatan, cara

mengatasi atau memecahkan masalah.

f. Langkah-langkah Metode Pembelajaran Problem Solving

Menurut Polya dalam bukunya yang berjudul “ How to Solve It ” ada 4

langkah-langkah dalam pemecahan masalah yaitu :

1) Understanding the problem atau memahami masalah, meliputi memberi label dan mengidentifikasi apa yang ditanyakan, syarat-syarat, apa yang diketahui (datanya), dan menetukan solusi masalahnya.

2) Devising plan atau merancang penyelesaian yang berarti menggambarkan pengetahuan sebelumnya untuk kerangka tehnik penyelesaian yang sesuai, dan menuliskannya kembali masalahnya jika perlu.

3) Carrying out the plan atau melakukan penyelesaian tersebut menggunakan tehnik penyelesaian yang sudah dipilih.

4) Looking Back atau melakukan pengecekan kebenarannya dari penyelesaian yang diperoleh dan memasukkan masalah dan penyelesaian tersebut kedalam memori untuk kelak digunakan dalam menyelesaikan masalah dikemudian hari.

Menurut Djamarah dan Zain (2010:91) langkah-langkah pembelajaran metode

problem solving adalah sebagai berikut :

1) Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan.

2) Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya, dll.

3) Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah kedua diatas.

4) Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut cocok.

5) Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.

Menurut Sani (2013:243) Langkah-langkah pembelajaran problem solving

untuk peserta didik yang belum mampu berfikir tingkat tinggi dapat dirancang

sebagai berikut.

1) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.2) Guru memberikan permasalahan yang perlu dicari solusinya.3) Guru menjelaskan prosedur pemecahan masalah yang benar.4) Peserta didik mencari literature yang mendukung untuk menyelesaikan

permasalahan yang diberikan guru.5) Peserta didik menetapkan beberapa solusi yang dapat diambil untuk

menyelesaikan permasalahan.6) Peserta didik melaporkan tugas yang diberikan guru.

Menurut Hamiyah dan Jauhar (2014:129) Langkah-langkah dalam

melaksanakan gaya mengajar pemecahan masalah, yaitu :

1) Menyajikan masalah. Guru menyajikan masalah kepada siswa dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan yang merangsang untuk berfikir, tidak ada penjelasan atau demonstrasi karena pemcahannya bersumber dari anak

2) Menentukan prosedur. Para siswa harus memikirkan prosedur yang dibutuhkan untuk mencapai pemecahan

3) Bereksperimen dan mengeksplorasi. Dalam bereksperimen, siswa mencoba beberapa cara untuk memecahkan masalah serta menilai dan membuat suatu pilihan.

4) Mengamati, mengevaluasi, dan berdiskusi. Setiap anak perlu memperoleh kesempatan untuk mengemukakan jawaban dan mengamati apa yang ditemukan siswa lainnya.

5) Memperhalus dan memperluas. Setelah mengamati pemecahan yang diajukan siswa lainnya dan mengevaluasi alasan dibalik pemecahan

yang dipilih, maka perlu dipertimbangkan tentang apa yang perlu dilakukan.

Langkah-langkah pembelajaran metode Problem Solving yang akan

dilakukan oleh guru adalah sebagai berikut:

1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

2) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok sesuai banyaknya siswa.

3) Guru memberikan masalah yang akan dipecahkan oleh siswa dengan

membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS).

4) Siswa memahami dan mengidentifikasi masalah dengan mencari data atau

keterangan dari buku-buku, dan bertanya dengan teman-teman kelompoknya.

5) Siswa bekerjasama menghubungkan setiap data yang diperoleh dan merancang

rencana penyelesaian.

6) Siswa melakukan rencana penyelesaian dengan mencoba beberapa cara untuk

memecahkan masalah serta menilai dan membuat suatu pilihan.

7) Siswa Memeriksa kebenaran jawaban dan menarik kesimpulan. Guru

memperbaiki atau menambah kesimpulan dari siswa tersebut.

g) Kelebihan dan Kelemahan Metode Problem Solving

Menurut Djamarah dan Zain (2010:92) metode Problem Solving mempunyai

kelebihan dan kekurangan, yaitu :

Kelebihan Metode Problem Solving 1) Metode ini dapat membuat pendidikan disekolah menjadi relevan dengan

kehidupan, khususnya dengan dunia kerja.2) Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan

para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, apabila menghadapi permasalahan dalam kehidupan dalam keluarga, bermasyarakat, dan bekarja kelak, suatu kemampuan yang bermakna bagi kehidupan manusia.

3) Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berfikir siswa secara kreatif dan menyeluruh,karena dalam proses belajarnya, siswa banyak melakukan mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahannya.

Kekurangan Metode Problem Solving1) Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitanya sesuai dengan tingkat

berpikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru.

2) Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode in sering memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran lain.

3) Mengubah kebiasaan siwa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.

Menurut Hamiyah dan Jauhar (2014:130) kelebihan dan kelemahan metode

pemecahan masalah ini adalah sebagai berikut :

Kelebihannya :1) Metode ini membuat potensi intelektual dari dalam diri siswa akan

meningkat.2) Meningkatnya potensi intelektual dari dalam diri siswa, akan

menimbulkan motivasi itern bagi siswa.3) Dengan menggunakan metode ini, materi yang telah dipelajari akan tahan

lama.4) Masing-masing siswa diberi kesempatan yang sama dalam mengeluarkan

pendapatnya sehingga para siswa merasa lebih dihargai dannantinya akan menumbuhkan rasa percaya diri.

5) Para siswa dapat di ajak untuk lebih menghargai orang lain.6) Dapat membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan lisannya.7) Siswa dapat diajak untuk berpikir secara rasional.8) Siswa bersikap aktif.9) Dapat mengembangkan rasa tanggung jawab.10) Dapat melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.11) Dapat berpikir dan bertindak kreatif.12) Dapat memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis.13) Dapat mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.14) Dapat menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.15) Dapat merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk

menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.

16) Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan,khususnya dunia kerja.

Kekurangannya :1) Bagi siswa yang kurang memahami pelajaran tertentu, maka pengajaran

dengan metode ini akan sangat membosankandan menghilangkan semangat belajarnya.

2) Bila guru tidak berhati-hati dalam memilih soal pemecahan masalah, fungsinya menjadi latihan. Bila tidak memahami konsep yang dikandung dalam soal-soal tersebut.

3) Karena tidak melihat kualitas pendapat yang disampaikan, penguasaan materi kadang sering diabaikan.

4) Metode ini sering kali menyulitkan mereka yang malu untuk mengurakan pendapat secara lisan.

5) Memakan waktulama.6) Kebulatan bahan kadang-kadang sukar dicapai.7) Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini,

misalnya terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa melihat dan mengamati serta menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.

8) Memerlukan alokasi waktu yang lebin panjangdibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.

Kekurangan metode problem solving yang disimpulkan oleh peneliti adalah

dalam pembelajaran metode problem solving susahnya pemilihan masalah yang

harus diterapkan karna seorang guru harus memahami karakter, kemampuan kognitif

dan keterampilan siswa untuk menyelesaikan soal pemecahan masalah selain itu

metode problem solving juga memerlukan waktu yang lama. Kelebihan metode

Problem solving adalah merangsang pengembangan kemampuan berfikir siswa

secara kreatif dan menyeluruh sehingga siswa dapat mengimplementasikan

kemampuan pemecahan masalah pada dunia nyata.

8. Penelitian yang Relevan

Penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kokom

Komariah (2011) yang berjudul Penerapan Metode Pembelajaran Problem Solving

Model Polya untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah bagi Siswa

Kelas IX J di SMPN 3 Cimahi. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat

disimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran Problem Solving dapat

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika.

9. Hipotesis Penelitian

Arikunto (2010:110) menyatakan bahwa hipotesis merupakan suatu jawaban

yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui

data yang terkumpul. Berdasarkan rumusan masalah dan uraian di atas maka

hipotesis dalam penelitian ini adalah “Ada Pengaruh Metode Problem Solving

terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah pada Pembelajaran Matematika Siswa

Kelas X SMA Negeri 4 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2014/2015.

10. Metode Penelitian

a. Rancangan Penelitian

Metode peneletian yang digunakan dalam penelitian ini adalah True

Experimental Desaign, yaitu jenis-jenis eksperimen yang dianggap sudah baik

karena sudah memenuhi prasyarat (Arikunto, 2010:125). Metode eksperimen

merupakan metode yang mengungkapkan hubungan antara dua variable atau lebih

untuk mencari pengaruh yang diakibatkan oleh variable bebas terhadap variable

terikat. Variabel penelitian adalah suatu atribut, obyek atau kegiatan yang

mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2012:3). Variable dalam penelitian ini terdiri dari dua

variable yaitu varibel bebas dan variabel terikat. Sedangkan Arikunto (2010:123)

menyatakan bahwa desain penelitian adalah rancangan yang digunakan dalam

penelitian. Desain penelitian dalam penelitian ini berbentuk random, pre-test, post-

test desain, yang melibatkan dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol. Kelompok eksperimen disini adalah kelompok yang diberi

perlakuan dengan Metode Problem Solving sedangkan kelompok kontrol yang

diberi perlakuan dengan belajar secara konvensional. Random, pre-test, post-test

desain, menurut Arikunto (2010:126) polanya dapat digambarkan sebagai berikut:

E 01 X 02

K 03 04

Keterangan:

E : Kelompok Eksperimen

K : Kelompok kontrol

X :Perlakuan yang diberikan dengan menggunakan strategi pembelajaran Metode

Problem Solving

01 : Pre-test kelas eksperimen

02 : Post-test kelas eksperimen

03 : Pre-test kelas kontrol

04 : Post-test kelas kontrol

b. Populasi dan Sampel

1) Populasi

Menurut Sugiyono (2012:61) populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas: obyek subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 4

Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2014/2015. Secara rinci jumlah keseluruhan populasi

dapat dilihat pada tabel 3 berikut.

R

Tabel 3Populasi Penelitian

No KelasJenis Kelamin

JumlahLaki-laki Perempuan

1 X.1 13 18 312 X.2 13 18 313 X.3 12 18 304 X.4 13 21 345 X.5 13 19 326 X.6 30 30 307 X.7 18 15 338 X.8 17 14 31

Jumlah 114 138 252Sumber: TU SMA Negeri 4 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2014/2015

2) Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi (Sugiyono, 2012:62). Sedangkan Arikunto (2010:174) menyatakan sampel

merupakan sebagaian atau wakil populasi yang diteliti. Dalam penelitian ini sampel

diambil secara acak (sample random). Teknik ini dilakukan karena tiap kelas dari

seluruh subyek mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel

karena setiap siswa mempunyai kemampuan yang relatif sama. Teknik pengambilan

sampel diambil secara acak dengan cara pengundian semua kelas untuk memilih dua

kelas sebagai kelas eksperimen dan sebagai kelas kontrol

c. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik tes. Tes adalah

serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lainnya yang digunakan untuk

mengukur keterampilan pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang

dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2010:193). Tes dilakukan untuk

mengetahui kemampuan pemecahan masalah dan tes yang digunakan adalah tes

berbentuk uraian, karena dengan tes uraian akan terlihat kemampuan siswa dalam

mempresentasikan setiap soal yang diberikan di samping langkah-langkah

pengerjaan soal. Tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu tes awal (Pre-test),

dilakukan pada awal pembelajaran pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol, tes

yang kedua yaitu tes akhir (post test) dilakukan pada akhir pembelajaran pada kelas

eksperimen maupun kelas kontrol.

d. Teknik Analisis Data

1) Mencari Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku

Menentukan nilai rata-rata dan simpangan baku pada tes awal dan akhir

dengan rumus:

X=∑ x i

n(Sugiyono, 2012:49)

dan s=√∑ ( x i−x )2

(n−1 )(Sugiyono, 2012:57)

Keterangan:

X : Mean (rata-rata)

xi : Nilai x ke i sampai ke n

n : Jumlah sampel

s : Simpangan baku

2) Uji Normalitas Data

Uji normalitas ini digunakan untuk melihat apakah kedua kelompok data

populasi berdistribusi normal atau tidak. Rumus yang digunakan dalam uji

normalitas adalah uji kecocokanχ2(chi kuadrat) yaitu:

χ2=∑i=1

k ( f o−f h)2

f h

dengan:

χ2 = Chi kuadrat

f 0 = Frekuensi yang diobservasi

f h = Frekuensi yang diharapkan (Sugiyono, 2012:107)

Selanjutnya χ2hitung dibandingkan dengan χ2

tabel dengan derajat kebebasan

(d¿¿ k)=n−1¿, dimana n adalah banyaknya kelas interval data dengan taraf

signifikansinya 5%. Jika χ2hitung< χ2

tabel, berdistribusi normal. (Sugiyono, 2012:109).

3) Uji Homogenitas

Uji homogenitas antara kelompok eksperimendan kelompok kontrol

dimaksudkan untuk mengetahui keadaan varians kedua kelompok, sama ataukah

berbeda. Pengujian homogenitas ini menggunakan uji varians dua buah peubah. Uji

statistik yang digunakan adalah Uji Varians (F), dengan rumus:

F=VariansterbesarVarians terkecil

(Sugiyono, 2012:140)

Dengan Kriteria pengujiannya adalah Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima dan Ha

ditolak. JikaFhitung ≥ Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. (Sugiyono, 2012:141).

4) Uji Hipotesis

Hipotesis statistik yang diuji adalah:

H a : Rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah matematika kelas eksperimen

lebih besar dari kelas kontrol (μ1>μ2)

H o : Rata-rata skor kemampuan pemecahan matematika kelas eksperimen kurang

dari atau sama dengan kelas kontrol (μ1 ≤ μ2)

a) Jika kedua data berdistribusi normal dan homogen, maka uji statistik yang

digunakan adalah uji-t dengan rumus:

t=x1−x2

s √ 1n1

+ 1n2

dengan: s2=(n1−1 ) s1

2+( n2−1 ) s22

n1+n2−2

Keterangan:

s : Simpangan baku gabungan dari kedua kelompok

s12 : Varians kelas eksperimen

s22 : Varians kelas kontrol

x1 : Nilai rata-rata kelas eksperimen

x2 : Nilai rata-rata kelas kontrol

n1 : Jumlah siswa kelas eksperimen

n2 : Jumlah siswa kelas kontrol

Kriteria pengujiannya adalah terima Ho jika thitung< ttabel. Tolak Ho jika thitung¿ ttabel.

(Sudjana, 2005:239).

b) Jika kedua data berdistribusi normal tetapi tidak homogen, maka uji statistik yang

akan digunakan adalah uji-t semu (t’) dengan rumus:

t '=x1− x2

❑√ s12

n1

+s2

2

n2

Keterangan:

x1 : Nilai rata-rata kelas eksperimen

x2 : Nilai rata-rata kelas kontrol

n1 : Banyaknya sampel kelas eksperimen

n2 : Banyaknya sampel kelas kontrol

s12

: Varians kelas eksperimen

s22

: Varians kelas kontrol

Kriteria pengujian adalah: tolak Ho jika

t ' ≥w1t 1+w2t 2

w1+w2

Dan terima Ho jika

t '<w1t 1+w2 t 2

w1+w2

Denganw1=s1

2

n1

, w2=s2

2

n2

, t1=t (1−∝ ) ,(n1−1)dant 2=t (1−∝ ) ,(n2−1). Peluang untuk

penggunaan daftar distribusi t ialah (1−∝ ¿ sedangkan dk-nya masing-masing

(n1−1)dan (n2−1). (Sudjana, 2005:241).

e. Pertanggungjawaban Penelitian

Pertanggungjawaban ini merupakan alat ukuryang digunakan untuk

mengumpulkan data penelitian. Agar tes tes yang digunakan dalam penelitian

berkualitas, maka terlebih dahulu diuji coba pada siswa yang telah mempelajari

materi tes. Uji coba dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kualitas tes yang

digunakan.

Suatu tes dikatakan baik sebagai alat ukur, harus memenuhi hal-hal berikut :

1) Validitas

Menurut Arikunto (2010:211) validitas adalah suatu ukuran yang

menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu

instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen

yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang

diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data

dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen

menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran

tentang validitas yang dimaksud.

Rumus yang digunakan untuk menentukan validitas instrumen adalah

korelasi product moment, yaitu:

r xy=N ∑ XY – (∑ X ) (∑ Y )

√ {N ∑ X 2−(∑ X )2} {N ∑Y 2−(∑ Y )2}Keterangan:

r xy = Koefisien korelasi antara x dan y

∑ XY = Perkalian antara x dan y

n = Banyaknya sampel

X = Butir soal

Y = Skor total

Interprestasi mengenai besarnya koefisien korelasi adalah sebagai berikut:

rxy ≤ 0,00 Tidak Valid

0,00 < rxy ≤ 0,20 Validitas sangat rendah

0,20 < rxy ≤ 0,40 Validitas rendah

0,40 < rxy ≤ 0,60 Validitas cukup

0,60 < rxy ≤ 0,80 Validitas tinggi

0,80 < rxy ≤ 1,00 Validitas sangat tinggi

(Suherman, 1993:136)

Menentukan keberhasilan dari koefisien validitas di gunakan uji-t seperti

yang dikemukakan Sugiyono (2012:230) dengan rumus sebagai berikut:

t= r √n−2

√1−r 2

Keterangan:

n = Banyak data

r = Korelasi

t = Distribusi student t

Untuk taraf nyata (α=0 , 05 ) , dan derajat kebebasan (dk = n-2). Dengan kaidah

keputusan jika thitung¿ ttabel berarti soal valid, jika thitung< ttabel berarti soal tidak valid.

2) Reliabilitas

Instrumen yang reliabel berarti instrumen yang bila digunakan beberapa kali

untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Hasil

penelitian yang reliabel, bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda

(Sugiyono, 2012:348). Rumus yang digunakan untuk mengetahui reliabilitas tes

uraian yaitu digunakan rumus Alpha:

r11=( kk−1 )(1−∑ σb

2

σ2t❑ )

Keterangan:

r11 :Reliabilitas instrumen

k :Banyaknya butir pertanyaan atau banyak soal

∑ σb2:Jumlah varians butir

σ 2t❑ : Varians total (Arikunto, 2010:239)

Interprestasi nilai r11adalah sebagai berikut:

r11 ≤ 0,20 Derajat reliabilitas sangat rendah

0,20 < r11 ≤ 0,40 Derajat reliabilitas rendah

0,40 < r11 ≤ 0,70 Derajat reliabilitas sedang

0,70 < r11 ≤ 0,90 Derajat reliabilitas tinggi

0,90 < r11 ≤ 1,00 Derajat reliabilitas sangat tinggi

(Suherman, 1993:156)

3) Daya Pembeda

Daya pembeda dari sebuah butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan

sesuatu butir soal tersebut untuk membedakan antara siswa yang pandai

(berkemampuan tinggi) dengan siswa yang tidak pandai (berkemampuan rendah).

Rumus yang digunakan untuk menghitung daya pembeda setiap butir soal

adalah:

DP=JB A−JBB

JS A

atau DP=JBA−JBB

JSB

Keterangan:

DP = Indeks daya pembeda

JBA = Jumlah skor kelompok atas

JBB = Jumlah skor kelompok bawah

JSA = Jumlah skor ideal kelompok atas

JSB =Jumlah skor ideal kelompok bawah

Klasifikasi interprestasi untuk daya pembeda yang banyak digunakan adalah:

DP ≤ 0,00 Sangat jelek

0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek

0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup

0,40 < DP ≤ 0,70 Baik

0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat baik

(Suherman, 1993:176)

4) Tingkat Kesukaran

Hasil evaluasi dari seperangkat tes yang baik akan menghasilkan skor atau

nilai yang membentuk distribusi normal. Jika soal terlalu sulit, maka frekuensi

distribusi yang paling banyak terletakpada skor yang rendah. Jika soal seperti ini

sering diberikan pada siswa, akan mengakibatkan siswa menjadi putus asa.

Sebaliknya jika soal terlalu mudah, maka frekuensi distribusi yang paling banyak

terletak pada skor yang tinggi, soal seperti ini tidak atau kurang merangsang siswa

untuk berpikir tingkat tinggi sehingga kurang merangsang siswa untuk

meningkatkan motivasi belajarnya.

Rumus yang digunakan untuk menghitung Indeks Kesukaran (IK) setiap

butir soal adalah sebagai berikut:

IK=JBA+JBB

JSA+JSB

Keterangan:

I : Indeks kesukaran

JBA : Jumlah skor kelompok atas

JBB : Jumlah skor kelompok bawah

JSA : Jumlah skor ideal kelompok atas

JSB : Jumlah skor ideal kelompok bawah

Klasifikasi interprestasi untuk indeks kesukaran yang banyak digunakan

adalah:

IK = 0,00 Soal terlalu sukar

0,00 < IK ≤ 0,30 Soal sukar

0,30 < IK ≤ 0,70 Soal sedang

0,70 < IK < 1,00 Soal mudah

IK = 1,00 Soal terlalu mudah

(Suherman, 1993:190)

11. Sistematika Pelaporan

Sistematika pelaporan dibuat sesuai dengan sistematika skripsi yang

terdapat dalam buku skripsi STKIP-PGRI Lubuklinggau yang berlaku.

a. Bagian Awal

HALAMAN SAMPUL

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN

HALAMAN PENGESAHAN

HALAMAN PERNYATAAN

KATA PENGANTAR

ABSTRAK

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR GRAFIK

DAFTAR LAMPIRAN

b. Bagian Inti

BAB I PENDAHULUAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2012. Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Srategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Fauziah, Anna. 2010. Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP Melalui Strategi REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transferring). Bandung: Tesis UPI, (tidak diterbitkan).

Hamiyah, Nur dan Muhamad Jauhar. 2014. Strategi Belajar-Mengajar Di Kelas. Jakarta:Prestasi Pustakaraya.

Jacobsen, David A. dkk. 2009. Methods for Teaching Metode-Metode Pengajaran Meningkatkan Belajar Siswa TK-SMA. Yogyakarta: Pustaka pelajar.

Komariah, Kokom. 2011. Penerapan Metode Pembelajaran Problem Solving Model Polya Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Bagi Siswa Kelas IX J DI SMPN 3 CIMAHI. Prosiding tidak diterbitkan. Yogyakarta: Fakultas MIPA UNY. [online], http://eprints.uny.ac.id/7195/1/PM-25%20-%20Kokom%20Komariah.pdf [30 Maret 2015 ]

Majid, Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Riyanto, Yatim. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi bagi Guru/Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta: PrenadaMedia Group.

Sani, Ridwan Abdullah. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Shadiq, Fajar. 2004. Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikas. Yogyakarta: tidak diterbitkan.

Sudjana. 2005. Metode Statistika.Bandung: Tarsito.

. 2010. Strategi Pembelajaran. Bandung: Falah

Suherman, Erman. 1993. Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Matematika.Jakarta: Universitas Terbuka

Sugiyono. 2012. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sroyer, Agustinus. 2013. Pentingnya Quantitative Reasoning (QR) Dalam Problem Solving . Prosiding tidak diterbitkan. Program Studi Pendidikan Matematika PMIPA FKIP Uncen Jl. Raya Sentani Abepura Jayapura, e-mail: [email protected] Universitas Sebelas Maret,.[online] http://math.fkip.uns.ac.id/wp content/uploads/2014/06/Ruang-6. pdf [5 November 2014]

Syarifudin, dkk. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Diadit Media.

Wahyudin. 2008. Pembelajaran Dan Model-Model Pembelajaran. (tidak untuk di terbitkan).

Wayan, I Redhana. 2013. Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Peningkatan Keterampilan Pemecahan Masalah dan Berfikir Kritis. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Jilid 46 No. 1, April 2013 Hal 76-86. [online] Tersedia dalam http://ejournal.undiksha.ac.id [6 April 2015]

Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.

Widjajanti, Djamilah Bondan. 2009. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Mahasiswa Calon Guru Matematika: Apa dan Bagaimana Mengembangkannya. Prosiding tidak diterbitkan. Yogyakarta: Jurusan Pend. Matematika, FMIPA UNY. [online] Tersedia dalam http://eprints.uny.ac.id/7042/1/P25-Djamilah%20Bondan%20Widjajanti. pdf [5 November 2014]

No KegiatanBulan

September November Januari Februari Maret April Mei 20151 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5

1 Usul Judul 2 ACC Judul 3 Pengajuan Proposal 4 ACC Proposal5 Seminar 6 Revisi Proposal 7 Pelaksanaan Penelitian 8 Bab I9 Bab II10 Bab III11 Bab IV12 Bab V13 Lampiran 14 Penyusunan Draf Skripsi15 Ujian Skripsi

12. Jadwal Penelitian